hematemesis melena 123

29
Laporan Pendahuluan HEMATEMESIS MELENA Pengertian Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara drah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunun dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.

Upload: adien-nurma-falahmawati-ii

Post on 14-Feb-2015

123 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hematemesis Melena 123

Laporan Pendahuluan

HEMATEMESIS MELENA

Pengertian

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses

atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan

saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan

atau kontak antara drah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan,

sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.

Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal

jejunun dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis.

Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan

melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai

sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian

atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan

memerlukan perawatan segera di rumah sakit.

Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas

Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.

Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan

lain-lain.

Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura

trombositopenia dan lain-lain.

Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.

Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol,

dan lai-lain.

Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan

bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam

perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian

atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan

rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58 %)

Diagnosis

Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium

Page 2: Hematemesis Melena 123

Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lamah atau

kesadaran menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat

penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit

lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti: leukemia dan

lain-lain. Biasanya pada perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan

pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di

daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul secara mendadak. Dari hasil

anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar dengan memakai

takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-lain.

Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu

diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-tanda

anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan yang

lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati. Disamping itu dicari

tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti,

eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan

edema tungkai.

Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, sediaan

darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala

untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.

Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah

esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan

duodenum.

Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal

esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya varises. Untuk

mendapatkan hasil yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan radiologik ini sedini

mungkin, dan sebaiknya segera setelah hematemesis berhenti.

Pemeriksaan endoskopik

Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara

endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan

sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat

dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi untuk

pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang

2

Page 3: Hematemesis Melena 123

berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sedini

mungkin setelah hematemesis berhenti.

Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati

Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati

kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan

bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai

sekarang hanya terdapat dikota besar saja.

Terapi

Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin

dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan

pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian

atas meliputi :

1. Pengawasan dan pengobatan umum

Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek

sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.

Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila

perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.

Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis

selama belum tersedia darah.

Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila

perlu dipasang CVP monitor.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk

mengikuti keadaan perdarahan.

Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan

mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.

Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,

karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis

(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.

Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian

antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi

usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan

produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan

ensefalopati hepatik.

2. Pemasangan pipa naso-gastrik

3

Page 4: Hematemesis Melena 123

Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung,

lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air

pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga

diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian

perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali

memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan

bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi

dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.

3. Pemberian pitresin (vasopresin)

Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan

mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan

tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat

berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga

dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan

pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik.

Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap

kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.

4. Pemasangan balon SB Tube

Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat

pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita

tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna

pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan

yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.

Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini

dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya

varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan

ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.

5. Pemakaian bahan sklerotik

Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 %

sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan

dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak

memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini

sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam

menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya

varises esofagus.

6. Tindakan operasi

4

Page 5: Hematemesis Melena 123

Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan

perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan

operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus,

pintasan porto-kaval.

Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari

membaik.

Prognosis

Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas yang

disebabkan pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang buruk/.terganggu

sehingga setiap perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati

yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor

umur, kadar Hb, tekanan darah selama perawatan, dan lain-lain. Hasil penelitian

Hernomo menunjukan bahwa angka kematian penderita dengan perdarahan saluran

makan bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb waktu dirawat, terjadi/tidaknya

perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati dan golongan menurut

kriteria Child.

Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam menanggulangi

perdarahan sakuran makan bagian atas maka perlu dipertimbangkan tindakan yang

bersifat preventif terutama untuk mencegah terjadinya sirosis hati.

PENGKAJIAN HEMATEMESIS DAN MELENA

A. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat mengidap :

Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum

2. Kanker saluran pencernaan bagian atas

3. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC

4. Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik

5. Kebiasaan/gaya hidup :

Alkoholisme, kebiasaan makan

B. Pengkajian Umum

1. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.

2. Eliminasi :

BAB :

konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi pekat,

jumlahnya)

BAK :

5

Page 6: Hematemesis Melena 123

warna gelap, konsistensi pekat

3. Neurosensori :

adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).

4. Respirasi :

sesak, dyspnoe, hipoxia

5. Aktifitas :

lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot

C. Pengkajian Fisik

1. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi

2. Inspeksi :

Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)

Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah

Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat

Kulit : dingin

3. Auskultasi :

Paru

Jantung : irama cepat atau lambat

Usus : peristaltik menurun

4. Perkusi :

Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak

Reflek patela : menurun

5. Studi diagnostik

Pemeriksaan darah : Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN, serum,

amonoiak, albumin.

Pemeriksaan urin : BJ, warna, kepekatan

Pemeriksaan penunjang : esophagoscopy, endoscopy, USG, CT Scan.

D. Pengkajian Khusus

Pengkajian Kebutuhan Fisiologis

1. Oksigen

Yang dikaji adalah :

Jumlah serta warna darah hematemesis.

Warna kecoklatan : darah dari lambung kemungkinan masih

tertinggal, potensial aspirasi.

Posisi tidur klien : untuk mencegah adanya muntah masuk ke jalan

nafas, mencegah renjatan.

6

Page 7: Hematemesis Melena 123

Tanda-tanda renjatan : bisa terjadi apabila jumlah darah > 500 cc dan

terjadi secara kontinyu.

Jumlah perdarahan : observasi tanda-tanda hemodinamik yaitu tekanan darah, nadi,

pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110 mmHg, pernafasan

cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 - 39 derajat Celcius, kulit dingin pucat atau

cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal berkurang,

menyebabkan urine berkurang.

2. Cairan

Keadaan yang perlu dikaji pada klien dengan hematemesis melena yang

berhubungan dengan kebutuhan cairan yaitu jumlah perdarahan yang terjadi.

Jumlah darah akan menentukan cairan pengganti.

Dikaji : macam perdarahan/cara pengeluaran darah untuk menentukan lokasi

perdarahan serta jenis pembuluh darah yang pecah. Perdarahan yang terjadi

secara tiba-tiba, warna darah merah segar, serta keluarnya secara kontinyu

menggambarkan perdarahan yang terjadi pada saluran pencernaan bagian atas

dan terjadi pecahnya pembuluh darah arteri. Jika fase emergency sudah

berlalu, pada fase berikutnya lakukan pengkajian terhadap :

Keseimbangan intake output. Pengkajian ini dilakukan pada klien

hematemesis melena yang disebabkan oleh pecahnya varices esofagus

sebagai akibat dari cirrochis hepatis yang sering mengalami asites dan

edema.

Pemberian cairan infus yang diberikan pada klien.

Output urine dan catat jumlahnya per 24 jam.

Tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun, mata cekung,

jumlah urin yang sedikit. Untuk klien dengan hemetemesis melena sering

mengalami gangguan fungsi ginjal.

3. Nutrisi

Dikaji :

Kemampuan klien untuk beradaptasi dengan diit : 3 hari I cair

selanjutnya makanan lunak.

Pola makan klien

BB sebelum terjadi perdarahan

Kebersihan mulut : karena hemetemesis dan melena, sisa-sisa

perdarahan

\dapat menjadi sumber infeksi yang menimbulkan ketidaknyamanan.\

7

Page 8: Hematemesis Melena 123

4. Temperatur

Klien dengan hematemesis melena pada umumnya mengalami kenaikan

temperatur sekitar 38 - 39 derajat Celcius. Pada keadaan pre renjatan temperatur

kulit menjadi dingin sebagai akibat gangguan sirkulasi. Penumpukan sisa

perdarahan merupakan sumber infeksi pada saluran cerna sehingga suhu tubuh

klien dapat meningkat. Selain itu pemberian infus yang lama juga dapat menjadi

sumber infeksi yang menyebabkan suhu tubuh klien meningkat.

5. Eliminasi

Pada klien hematemesis melena pada umumnya mengalami gangguan eliminasi.

Yang perlu dikaji adalah :

Jumlah serta cara pengeluaran akibat fungsi ginjal terganggu. Urine berkurang

dan biasanya dilakukan perawatan tirah baring.

Defikasi, perlu dicatat jumlah, warna dan konsistensinya.

6. Perlindungan

Latar belakang sosio ekonomi klien, karena pada hematemesis melena perlu

dilakukan beberapa tindakan sebagai penegakan diagnosa dan terapi bagi klien.

7. Kebutuhan Fisik dan Psiologis

Perlindungan terhadap bahaya infeksi. Perlu dikaji : kebersihan diri, kebersihan

lingkungan klien, kebersihan alat-alat tenun, mempersiapkan dan melakukan

pembilasan lambung, cara pemasangan dan perawatan pipa lambung, cara

persiapan dan pemberian injeksi IV atau IM.

Perlindungan terhadap bahaya komplikasi :

Kaji persiapan pemeriksaan endoscopy (informed concern).

Persiapan yang berhubungan dengan pengambilan/pemeriksaan

darah.

8. Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul adalah:

Defisit volume cairan sehubungan dengan perdarahan (kehilangan secara

aktif)

Potensial gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan hipovolemik

karena perdarahan.

Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan asites dan menurunnya

pengembangan diafragma.

Potensial inferksi sehubungan dengan berkurangnya sel darah putih.

8

Page 9: Hematemesis Melena 123

Gangguan rasa nyaman: nyeri sehubungan dengan rasa panas/terbakar

pada mukosa lambung dan rongga mulut. atau spasme otot dinding perut.

Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakitnya.

Kecemasan sehubungan dengan penyakitnya.

Risiko tinggi terjadinya gangguan kesadaaran.

9

Page 10: Hematemesis Melena 123

DIAGNOSA

KEPERAWATAN T U J U A N INTERVENSI RASIONAL

Resiko Tinggi kurang

volume cairan sehubungan

dengan perdarahan

Data Subyektif :

Klien puassa , merasa haus,

sering berkeringat

Data Obyektif : mukosa

mulut kering, muntah darah

sering (3 kali) dirumah

sakit, berak darah campur

kencing berwarna merah

kecoklatan.

Kebutuhan cairan terpenuhi i.

Kriteria :

Tanda vital dalam batas normal.

Turgor kulit normal.

Membran mukosa lembab.

Produksi urine output seimbang

Muntah darah dan berah darah

berhenti

Ukur dan catat pemasukkan dan

pengeluaran.

Monitor vital sign

laborasi :

Monitor cairan parentral

Monitor laboratorium ; Hb,

Hct

Dokumentasi yang akurat membantu meng-identifikasi kehilangan

cairan atau memenuhi kebutuhan cairan dan mempengaruhi

tindakan selanjutnya.

Hipotensi, tachikardi, peningkatan respirasi merupakan indikasi

kekurangan cairan.

Keluarnya darah yang berlebihan dapat menyebabkan

hipovelemia, kolaps sirkulasi.

Penurunan volume cairan petensial untuk terjadinya dehidrasi,

kolaps kardiovaskuler tidak seimbangnya cairan dan elektrolit.

Anemia, Hct rendah terjadi akibat kehilangan cairan pada saat

muntah darah dan berak darah

Page 11: Hematemesis Melena 123

Daftar Pustaka

Soeparman: Ilmu penyakit dalam Jilid II, FK-UI, Jakarta. 1984

Long, Phips, Medical surgical nursing, Philadelphia, WB. Sounders. 1991

Junadi, P. et all, Kapita selekta, Media Aesculapius, FK-UI, Jakarta. 1984

Page 12: Hematemesis Melena 123

Laporan Kasus :

ASUHAN KEPERAWATAN HEMATEMEISIS MELENA PADA Ny.

SS

DI RUANG PERAWATAN INTERMEDIET RSUD Dr. SOETOMO

SURABAYA

Nama mahasiswa : SubhanTempat praktek : Ruang Perawatan IntermediateTanggal praktek : 10 -14 Desember 2002 Tanggal Pengkaian : 12 Desember 2001

Pengkajian

I. Biodata.

A. Identitas pasien.

1. Nama : Ny. S.S (Perempuan , 58

tahun).

2. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia.

3. Agama : Islam

4. Status perkawinan : Kawin

5. Pendidikan/pekerjaan : SLTA

6. Bahasa yang digunakan : Indonesia

7. Alamat : Pulo Wonokromo 06 / A

8. Kiriman dari : IRD

B. Penanggung jawab pasien :

Suami dan Anak - Anak

II. Alasan masuk rumah sakit

A. Keluhan Utama : Muntah campur darah dan BAB warna hitam.

B. Riwayat Keluhan utama : . 5 jam sebelum dibawa ke IRD klien

muntah mual – mual dan muntah bercampur darah 4 kali sebanya + . Satu

jam sebelumnya (6 jam Sebelum ke IRD ) Klien BAB campur darah.

III. Riwayat kesehatan.

A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : Pasien pernah menderita sakit

yang sama dan dirawat 3 kali yaitu pada bulan Oktober, November dan

Desember 2000.

B. Riwayat kesehatan keluarga : orang tua, saudara kandung ayah/ibu,

saudara kandung pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan.

Page 13: Hematemesis Melena 123

IV. Informasi khusus

A. Masa balita : tidak dikaji

B. Klien Laki – laki : tidak dikaji

V. Aktivitas hidup sehari – hari :

Aktivitas sehari-hari Pre-masuk rumah sakit Di rumah sakit

A. Makan dan

minum

1. Nutris

i

2. Minu

m

Pola makan 3 kali/hari,

semua makanan disukai,

dan tidak ada makanan

pantangan.

Minum air putih dengan

jumlah - 10 gelas/hari

Saat ini klien dipuasakan.

B. Eliminasi BAB 1 X/hari, tidak ada

kelainan. BAK 2 Xhari dan

tidak ada kelainan.

Sejak di IRD sampai saat

dikaji, pasien belum BAB dan

BAK

C. Istirahat dan tidur Pasien bisa istirahat dan

tidur.

Pasien kurang istirahat dan

tidur.

D. Aktivitas Pasien bekerja sebagai

wiraswasta.

Pasien mengatakan tidak bisa

melakukan aktivitasnya karena

lemah, merasa tidak berdaya

dan taku karena terpasang

infus dan NGT.

E. Kebersihan diri Mandi dua kali/hari, dan

tidak ada hambatan dalam

melakukan perawatan diri.

Smeua kegiatan perawatan diri

pasien dibantu.

F. Rekreasi Hobinya adalah Jogging di

pagi hari .

Hanya diam saja

VI. Psikososial.

A. Psikologis : pasien nampak cemas karena memikirkan penyakitnya.

Klien menanyakan apakah penyakitnya dapat sembuh atau tidak karena

sering kambuh. Klien bertanya apakah transfusi itu dilakukan terus menerus

dan takut diberikan darah seperti itu.. Terhadap penyakitnya ini pasien

13

Page 14: Hematemesis Melena 123

mengatakan bahwa ini merupakan hari sial baginya. Masalah konsep diri

adalah bahwa pasien sebagai Ibu rumah tangga . Keadaan emosi pasien

adalah tegang. Dengan mekanisme koping adalah pasrah kepada keadaan

sekarang ini.

B. Sosial : hubungan dengan anggota keluarga, suami dan anak sangat

harmonis dimana pasien ditunggu oleh anaknya secara bergantian.

C. Spiritual : di rumah melakukan sholat 5 waktu, sedangkan di rumah

sakit pasien tidak melakukan, hanya berdoa dalam hati.

VII. Pemeriksaan fisik

A. Keadaan umum : pasien nampak sakit berat, lemah. Kesadaran

kompos mentis, GCS : 4-5-6, T 120/80 mmHg, N 120 x/menit, S 375 0C, RR

12 X/menit.

B. Head to toe :

1. Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala

bersih.

2. Rambut. Rambut lurus, nampak rapih.

3. Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat melihat,

konjungtiva anemis, tidak menggunakan alat bantu kacamata.

4. Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada

deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip.

Fungsi penciuman normal. Terpasang NGT

5. Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan

otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan

pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal.

6. Mulut dan gigi. Tidak ada bau mulut, perdarahan dan

peradangan tidak ada, ada karang gigi/karies.

7. Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba,

tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku

kuduk/tengkuk.

8. Thoraks. Bentuk normal. .

9. Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa

tidak teraba, supel, tidak ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising

usus 12 X/menit.

10. Repoduksi

Tidak dikaji.

14

Page 15: Hematemesis Melena 123

11. Ekstremitas

Mampu mengangkat tangan tetapi dengan pelan-pelan karena saat

bergerak dirasakan nyeri.

12. Integumen.

Kulit keriput, akral hangat.

VIII. Pemeriksaan penunjang

A. Laboratorium :

Tanggal 12 – 12 – 2001 : darah lengkap: Hb 7,8 gr/dl, Leukosit 6,4 x 10 9/L,

PCV : 0,24, GDA 271, SGOT 49, BUN 37, Elektrolit 0,38

Kalium serum : 5.4 , Natrium 135, klorida 107 .

B. Radiologi : tanggal ; 12 – 12 – 2001 : kesimpulan : Normal

C. EKG/USG/IVP : tidak ada

D. Endoskopi : tidak ada.

Terapi : tanggal 12 – 12 – 2001 :

Ranitidin 2 X1, Vit K, Transfusi PRC sampai HB lebih dari 9 gram %

15

Page 16: Hematemesis Melena 123

Analisa Data

DATA PENYEBAB MASALAH

Subyektif Pasien mengatakan muntah muntah darah 4 x @ 1 cangkir, berak warna hitam x, mual-mual dan nafsu makan menurun.Obyektif

Akral dingin, tekanan

darah 100/70 mmhg, nadi

102 x, suhu 37,8oC.

terpasang NGT, GC Warna

Hitam

Subyektif :

Mengeluh pusing, dan

lemah

Obyektif :

HB=7,8 gr%, konjungtiva

pucat, keringat dingin, akral

dingin.

Subyektif

Klien dan keluarga sering

menanyakan keadaan

penyakitnya.

Oyektif :

Klien nampak cemas, nadi

102 x/menit,

Subyektif

Mengeluh mual

Obyektif :

Muntah dan berak darah

Intake cairan menurun

Voluma cairan menurun

Keringat dingin

Perdarahan esofagus

HB menurun

Oksigen dan glukosa

menurun

Perfusi terganggu

Perdarahan

Dan kelemahan fisik

Ancaman

Perdarahan esofagus

Penumpukan darah

dilambung

Rangsangan HCL

Mual

Resiko kekurangan voluma

cairan.

Gangguan perfusi jaringan

Cemas

Resiko gangguan

pemenuhan nutrisi.

Page 17: Hematemesis Melena 123

Terpasang NGT, status

puasa

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin

akibat perdarahan.

2. Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan perdarahan

esofagus dan intake tidak adekuat.

3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan oleh karena perdarahan

dan penurunan kondisi tubuh.

4. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan status puasa, mual-

mual dan penurunan nafsu makan.

RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TINDAKAN RASIONAL

1 Resiko gangguan

keseimbangan cairan

b.d. perdarahan aktif dan

intake tak adekuat.

Tujuan: setelah diberi

perawatan selama 2 jam,

kebutuhan cairan

terpenuhi:

Kriteria hasil:

- Tanda vital

stabil

- Akral hangat

- Turgor baik

- Mukosa lembab

1. Catat karakteristik muntah/

drainase.

2. Awasi tanda-tanda vital.

3. Catat respon fisiologis klien

terhadap perdarahan.(gelisah,

pucat, berkeringat, takipnea,

takikardia).

4. Awasi masukan dan haluaran

casiran.

5. Pertahankan tirah baring dan

tinggikan kepala tempat tidur.

6. Kolaborasi:

Berikan cairan RL 20

tetes

GC tiap 6 jam

Berikan obat-obatan:

Transamin 3 x 1 amp,

Vitamin K 3 x 1 amp.

1. Membantu dalam

membedakan distres gaster.

2. Sebagai indikasi

perkembangan kebutuhan

cairan.

3. Mengukur berat/lamamya

episode perdarahan.

4. Memberikan pedoman

penggantian cairan.

5. Mengurangi tekanan intra

abdominal dan mencegah

refluks gaster.

Gangguan perfusi

jaringan b.d.

hipovolemia dan

penurunan kadar

hemoglobin

Tujuan: Setelah

perawatan 1 x 24 jam

perfusi jaringan adekuat.

1. Observasi keluhan pusing,

kesadaran.

2. Lakukan pengukuran tanda

vital tiap 2 jam

3. Kaji keadaan kulit: dingin,

sianosis, keringat, pengisian

kapiler.

1. Perubahan menunjukan

ketidakadekuatan perfusi

cerebral.

2. Menunjukan indikasi

adekuatnyan keseimbangan

cairan.

3. Vasokontriksi adalah respon

sinpatis terhadap penurunan

17

Page 18: Hematemesis Melena 123

Krietria hasil:

- tanda vital

stabil

- Akral hangat

- GDA normal

- Haluaran urine

adekuat.

4. Catat haluaran urine

5. Kolaborasi:

- Berikan oksigen

- Berikasn cairan IV

- Siapkan transfusi

vuloma sirkulasi.

4. Penurunan perfusi dapat

menyebabkan gagal ginjal.

Cemas berhubungan

berhubungan dengan

perubahan status

kesehatan dan ancaman

terhadap perdarahan

Tujuan: setelah diberi

tindakan selama 2 jam,

klien bebas dari

kecemasan

Kriteria hasil:

- mampu

mengungkapka

n perasaan .

- Menunjukan

rileks.

1. Awasi respon fisiologis:

takipnea, palipitasi, pusing.

2. Catat perubahan perilaku:

gelisah, menolak, depresi.

3. Dorong untuk mengungkapkan

tentang kecemasan dan

ketakutan.

4. Jelaskan tentang proses

penyakitnya, program

pengobatan dan rencana

tindakan.

5. Libatkan keluarga dalam

membantu perawatan.

6. Motivasi melakukan relaksasi

dengan nafas dalam.

1. Mengidentifikasi tingakt

kecemasan.

2. Mengidentifikasi

penyimpangan perilaku.

3. Memudahkan dalam

membantu memecahklan

masalah.

4. meningkatkan pemahaman

klien.

5. Dapat memberikan

dorongan moril terhadap

lien.

6. Mengurangi ketegangan dan

membantu koping klien

Resiko perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

b.d. penurunan nafsu

makan, mual dan

masukan tidak adekuat.

Tujuan: setelah diberi

perawatan 2 x 24 jam,

kebutuhan nutrisi

terpenuhi

Kriteria hasil:

- BB stabil.

- Menunjukan

peningkatan

nafsu makan.

1. Kaji karakteristik cairan NG

2. Selama puasa, pertahankan

cairan Intra vena dengan

tetesan 20 tetes.

3. Apabila cairan NG jernih 4

x, berikan makanan bubur

halus secara bertahap

4. Jadwalkan diet tinggi kalori

dan protein

5. Kolaborasi

- Rujuk ke ahli gizi.

1. Identifikasi perdarahan.

2. Pengganti intake nutrisi dan

cairan.

3. Pemberian bubur halus

mencegah distensi lambung.

4. Memenuhi kebutuhan tubuh

dan meningkatkan daya

tahan tubuh.

5. Perlu perencanaan diet

untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi.

TINDAKAN DAN EVALUASI PERAWATAN

TGL DIAGNOSA TINDAKAN EVALUASI

12/12/200

1

14.00 –

20.00

Resiko gangguan

keseimbangan

cairan

beruhubungan

1. Momonitor perdarahan: lewat

NG dan melena.

2. Melakukan gastric cooling

3. engobservasi vital sign

Subyektif :

Pasien mengeluh

keringat dingin, bibir

terasa kering dan

18

Page 19: Hematemesis Melena 123

WIB dengan

perdarahan dan

intake yang tidak

adekuat.

4. Mengawasi tetesan infus. Infus

RL netes 20 tetes.

5. Memonitor perubahan

fisiologis akral dingin,

berkeringat dingin +.

6. Memonitor keadaan kulit dan

mukosa: turgor baik, mukosa

agak kering.

7. ukur intake dan output

haus, pasien

mengatakan belum

BAK

Obyektif :

NG cairan warna

hitam, Melena tidak

ada, Gastri Coolling

(+) warna hitam.

Tekanan darah

110/70, turgor kulit

kurang elastis,

mukosa kering,

pasien belum BAK

Analisa :

Resiko terjadinya

gangguan

kesimbangan cairan

Perencanaan :

Rencana tetap

dipertahankan

Resiko

Gangguan

perfusi jaringan

berhubungan

dengan

keurangan

voluma cairan

dan penurunan

kadar

hemoglobin.

1. Mengobservasi tingkat

kesadaran: kesadaran compos

mentis, orientasi baik.

2. Menobservasi keadaan kulit:

akral dingin, keringat dingin,

sianosis.

3. Memberikan transfusi PRC 1

kolf. Darah I reaksi +, II _.

4. .Mengecek hemoblobin, HB 6.

Subyektif :

Pasien mengeluh

pusing, keringat

dingin,

Obyektif :

Akral dingin. Hb, 7,8

gram %, konjungtiva

pucat, keringat

dingin, pasien belum

BAB.

Analisa ;

Kemungkinan

terjadinya gangguan

keseimbangan cairan

masih bisa terjadi.

Perencanaan :

19

Page 20: Hematemesis Melena 123

Rencana tetap

dipertahankan

Cemas

berhubungan

dengan

perubahan status

kesehatan

dengan adanya

perdarahan.

1. Menjelaskan tentang proses terjadinya perdarahan.

2. Memotivasi keluarga agar tetap mendampingi dan mendoakan agar klien cepat sembuh.

3. Memotivasi klien untuk menyampaikan perasaannya.

4. Mengevaluasi keadaan tidur dan istirahat.

Subyektif

Menyatakan

pemahaman terhadap

keadaan ,

penyakitnya.

Obyektif

Klien nampak rileks.

Analisa

Masalah teratasi

Perencanan :

Intervensi

dipertahankan selama

hari – hari perawatan

pasien.

13/12/200

1

07..00 –

14.00

WIB

Resiko gangguan

keseimbangan

cairan

beruhubungan

dengan

perdarahan dan

intake yang tidak

adekuat.

1. Momonitor perdarahan: lewat

NG dan melena.

2. Melakukan gastric cooling

3. engobservasi vital sign

4. Mengawasi tetesan infus. Infus

RL netes 20 tetes.

5. Memonitor perubahan

fisiologis akral dingin,

berkeringat dingin +.

6. Memonitor keadaan kulit dan

mukosa: turgor baik, mukosa

agak kering.

7. ukur intake dan output

Subyektif :

Klien mengatakan

merasa lebih segar

setelah dirawat sehari

dan diberi

pengobatan.

Obyektif :

Gastric Cooling

cairan lambung tidak

hitam lagi, tidak

keringat dingin, akral

hangat, masih

ditransfusi PRC bag

II

Analisa :

Masalah teratasi

sebagian.

Perencanaan :

20

Page 21: Hematemesis Melena 123

Rencana intervensi

tetap dipertahankan

sampai masalah

teratasi.

Gangguan

perfusi jaringan

berhubungan

dengan

keurangan

voluma cairan

dan penurunan

kadar

hemoglobin.

1. Mengobservasi tingkat

kesadaran: kesadaran compos

mentis, orientasi baik.

2. Menobservasi keadaan kulit:

akral dingin, keringat dingin,

sianosis.

3. Memberikan transfusi PRC 1

kolf. Darah I reaksi +, II _.

4. Mengukur Hb Sahli post

transfusi hemoblobin.

Subyektif :

Pasien mengatakan

tidak pusing lagi,

merasa lebih segar.

Obyektif :

Hb SAHLI post

transfusi bag II 9,8

gram %. Akral

hangat, tidak keringat

dingin, kesadaran

CM, GCS 4,5,6

Analisa :

Masalah teratasi

Perencanaan.

Rencana tetap

dipertahankan dan

diperhatikan selama

perawatan pasien.

21