hdi propoelix advertorial

2
Datangnya musim hujan kerap dibarengi dengan meningkatnya berbagai penyakit infeksi, terutama Demam Berdarah Dengue (DBD). Di Indonesia, penyakit infeksi ini telah menyebar ke seluruh provinsi, bahkan kerap menyebabkan kasus luar biasa di beberapa daerah. DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus. Infeksi virus dengue menyebabkan makrofag teraktivasi dan memfagosit kompleks virus-antibodi. Beratnya gejala pada DBD juga berbanding lurus dengan besar penurunan kadar komplemen dalam tubuh penderita. Belum Ditemukan Obatnya Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, nyeri kepala berat, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, serta perdarahan. Perdarahan pada DBD dapat menyebabkan sindrom syok dengue, bahkan kematian. Hingga saat ini, belum ditemukan obat maupun vaksin untuk DBD. Hal itu menyebabkan upaya eliminasi DBD masih berfokus pada pemberantasan vektor dan terapi suportif. Dalam hal terapi suportif, sudah banyak dilakukan penelitian bahan herbal di Indonesia. Banyak bahan herbal yang telah diteliti untuk mendukung terapi suportif bagi kasus penderita DBD. Salah satu bahan herbal yang menunjukkan hasil positif adalah propolis. Propolis: Antibiotik Alami Diproduksi oleh lebah madu (Apis melifera), propolis sering disebut sebagai lem lebah (bee glue). Propolis berasal dari pucuk daun muda atau getah manis pepohonan yang dikumpulkan, dikunyah, dicampur dengan enzim tertentu dari dalam tubuh, lalu disimpan dalam keranjang serbuk oleh lebah. Propolis dikenal sebagai antibiotik alami karena memiliki efek antioksidan, antiinflamasi, antiviral, antimikroba, fungisidal, antimitogenik, antikarsinogenik, dan efek imunomodulator. Tidak hanya itu, propolis dilaporkan pula berperan positif dalam penyembuhan luka serta dapat berfungsi sebagai agen anestesi lokal. Walau belum sepenuhnya diketahui, banyak nutrien telah ditemukan dalam propolis, di antaranya adalah amilase, polifenol, flavon, asam fenolat, golongan ester, asam lemak, serta berbagai vitamin dan mineral. Propolis mengandung semua jenis vitamin, kecuali vitamin K, serta seluruh mineral yang dibutuhkan tubuh, kecuali sulfur. Zat-zat yang dikandung propolis tersebut bermanfaat untuk menyokong fungsi imunitas tubuh. Propolis juga membantu proses regenerasi sel karena mengandung sedikitnya 16 rantai asam amino esensial. Tingginya kandungan bioflavonoid pada propolis menjadikannya sejenis antioksidan poten. Propolis ekstrak (HDI Propoelix ) yang dipatenkan telah diuji oleh laboratorium Brunswick, Amerika Serikat. Keefektifan Propolis untuk Penderita DBD Adanya kemampuan multiaksi propolis tersebut membuat propolis diajukan sebagai terapi suportif pada kasus DBD. Potensi propolis dalam meningkatkan aktivitas makrofag dan meningkatkan profil imunitas diharapkan dapat memperbaiki permeabilitas kapiler pada infeksi Dengue. Adanya anti-DV NS-1 akibat infeksi virus Dengue akan mengaktivasi NF-κβ, yang kemudian akan memicu produksi sitokin proinflamasi. Kaskade pengeluaran sitokin proinflamasi yang meliputi IL-6, IL-8, MCP-1, dan ICAM-1 akan berujung pada kerusakan endotel. Tingginya komponen oksidan dalam tubuh saat sedang terjadinya infeksi Dengue juga dapat memperparah proses disfungsi endotel yang tengah terjadi. Hingga saat ini, belum ditemukan obat maupun vaksin untuk DBD. Hal itu menyebabkan upaya eliminasi DBD masih berfokus pada pemberantasan vektor dan terapi suportif. Salah satu terapi suportif yang sudah teruji efektif adalah HDI Propoelix Advertorial Penemuan Revolusioner pada Demam Berdarah Dengue (DBD) R R

Upload: prie-tea

Post on 08-Dec-2014

117 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

HDI Propoelix, ekstrak propolis untuk mengatasi penyakit demam berdarah dan penyakit-penyakit akibat virus lainnya

TRANSCRIPT

Page 1: Hdi Propoelix Advertorial

Datangnya musim hujan kerap dibarengi dengan meningkatnyaberbagai penyakit infeksi, terutama Demam Berdarah Dengue (DBD). Di Indonesia, penyakit infeksi ini telah menyebar ke seluruh provinsi, bahkan kerap menyebabkan kasus luar biasa di beberapa daerah. DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang termasuk dalam genus �avivirus.

Infeksi virus dengue menyebabkan makrofag teraktivasi dan memfagosit kompleks virus-antibodi. Beratnya gejala pada DBD juga berbanding lurus dengan besar penurunan kadar komplemen dalam tubuh penderita.

Belum Ditemukan ObatnyaPenyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, nyeri kepala berat, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, serta perdarahan. Perdarahan pada DBD dapat menyebabkan sindrom syok dengue, bahkan kematian.

Hingga saat ini, belum ditemukan obat maupun vaksin untuk DBD. Hal itu menyebabkan upaya eliminasi DBD masih berfokus pada pemberantasan vektor dan terapi suportif. Dalam hal terapi suportif, sudah banyak dilakukan penelitian bahan herbal di Indonesia. Banyak bahan herbal yang telah diteliti untuk mendukung terapi suportif bagi kasus penderita DBD. Salah satu bahan herbal yang menunjukkan hasil positif adalah propolis.

Propolis: Antibiotik AlamiDiproduksi oleh lebah madu (Apis melifera), propolis sering disebut sebagai lem lebah (bee glue). Propolis berasal dari pucuk daun muda atau getah manis pepohonan yang dikumpulkan, dikunyah, dicampur dengan enzim tertentu dari dalam tubuh, lalu disimpan dalam keranjang serbuk oleh lebah.

Propolis dikenal sebagai antibiotik alami karena memiliki efek antioksidan, antiin�amasi, antiviral, antimikroba, fungisidal,

antimitogenik, antikarsinogenik, dan efek imunomodulator. Tidak hanya itu, propolis dilaporkan pula berperan positif dalam penyembuhan luka serta dapat berfungsi sebagai agen anestesi lokal.

Walau belum sepenuhnya diketahui, banyak nutrien telah ditemukan dalam propolis, di antaranya adalah amilase, polifenol, �avon, asam fenolat, golongan ester, asam lemak, serta berbagai vitamin dan

mineral. Propolis mengandung semua jenis vitamin, kecuali vitamin K, serta seluruh mineral yang dibutuhkan tubuh, kecuali sulfur. Zat-zat yang dikandung propolis tersebut bermanfaat untuk menyokong fungsi imunitas tubuh. Propolis juga membantu proses regenerasi sel karena mengandung sedikitnya 16 rantai asam amino esensial.

Tingginya kandungan bio�avonoid pada propolis menjadikannya sejenis antioksidan poten. Propolis ekstrak (HDI Propoelix ) yang dipatenkan telah diuji oleh laboratorium Brunswick, Amerika Serikat.

Keefektifan Propolis untuk Penderita DBDAdanya kemampuan multiaksi propolis tersebut membuat propolis diajukan sebagai terapi suportif pada kasus DBD. Potensi propolis dalam

meningkatkan aktivitas makrofag dan meningkatkan pro�l imunitas diharapkan dapat memperbaiki permeabilitas kapiler pada infeksi Dengue.

Adanya anti-DV NS-1 akibat infeksi virus Dengue akan mengaktivasi NF-κβ, yang kemudian akan memicu produksi sitokin proin�amasi. Kaskade pengeluaran sitokin proin�amasi yang meliputi IL-6, IL-8, MCP-1, dan ICAM-1 akan berujung pada kerusakan endotel. Tingginya komponen oksidan dalam tubuh saat sedang terjadinya infeksi Dengue juga dapat memperparah proses disfungsi endotel yang tengah terjadi.

Hingga saat ini, belum ditemukan

obat maupun vaksin untuk DBD. Hal itu

menyebabkan upayaeliminasi DBD masih

berfokus pada pemberantasan vektor

dan terapi suportif. Salah satu terapi

suportif yang sudah teruji efektif adalah

HDI Propoelix

Advertorial

Penemuan Revolusioner pada Demam Berdarah Dengue (DBD)

R

R

Page 2: Hdi Propoelix Advertorial

Secara imunologis, propolis dapat meningkatkan aktivitas makrofag melalui stimulasi produksi sitokin, yaitu IL-1β dan TNF-α, yang telah dibuktikan pada studi terhadap mencit.

Ca�eic Acid Phenethyl Ester (CAPE) merupakan kandungan ekstrak propolis yang memiliki aktivitas

antiin�amasi. CAPE mampu menghambat pelepasan asam arakhidonat, menekan aktivitas enzim COX-1 dan 2, serta menginhibisi transkripsi faktor NF-κβ dan NFAT. CAPE dari propolis bermanfaat dalam memutus rantai in�amasi ini, tepatnya sebagai antioksidan dan inhibitor stimulasi sitokin proin�amasi.

Uji Klinis Ekstrak PropolisKemampuan propolis untuk melawan DBD semakin disempurnakan dengan metode ekstraksi yang memurnikan kandungan propolis itu sendiri. PT Harmoni Dinamik Indonesia (HDI Group of Companies) menyajikannya dalam produk HDI Propoelix dengan kandungan 100 mg propolis ekstrak per kapsulnya.

Sebuah uji klinis mengenai propolis dilakukan oleh Rochsismandoko dan rekan pada Desember 2009 hingga Maret 2010. Uji terkontrol teracak ini melibatkan pasien DBD yang dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama merupakan Kelompok Kontrol yang mendapat plasebo, sementara kelompok kedua mendapatkan kapsul HDI Propoelix , ekstrak propolis 100 mg, yang kemudian disebut Kelompok Propolis. Kondisi pasien DBD yang ikut dalam penelitian tersebut adalah sama, antara lain kadar trombositnya kurang dari 100.000/μL dan tidak mengonsumsi obat apapun selain rekomendasi dokter.

Efektivitas propolis dalam studi ini dinilai berdasarkan parameter klinis dan laboratoris serta membandingkan lama perawatan antara kedua kelompok penelitian. Setelah dibagi ke dalam dua kelompok, pasien diteliti selama 4 hari. Dilakukan pemeriksaan hematologis rutin serial dan serologis DBD, serta pengamatan klinis.

Hasilnya, didapatkan bahwa semua variabel laboratorium dan klinis pada Kelompok Propolis menunjukkan perubahan yang signi�kan secara statistik, sementara pada Kelompok Kontrol hanya suhu dan kadar leukosit saja yang mengalami perubahan. Dalam hal kadar trombosit, Kelompok Propolis menunjukkan peningkatan kadar trombosit yang signi�kan sejak hari perawatan ketiga.

.

Pada pengamatan hari keempat, ditemukan bahwa kadar trombosit pada Kelompok Propolis lebih tinggi dibanding Kelompok Kontrol. Peneliti melaporkan bahwa perubahan trombosit pada Kelompok Propolis meningkat lebih tinggi secara signi�kan dibanding Kelompok Kontrol.

Pada kedua kelompok, kadar hematokrit mengalami penurunan ke arah normal sejak hari kedua perawatan, dengan penurunan lebih besar pada Kelompok Propolis. Penurunan hematokrit merupakan parameter pengamatan laboratoris yang penting pada DBD mengingat peningkatan hematokrit merupakan tanda hemokonsentrasi. Pada DBD, pasien mengalami hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran plasma ke ruang ekstravaskular akibat kerusakan kapiler.

Maka, dapat disimpulkan bahwa perbaikan kondisi hemokonsentrasi lebih cepat terjadi pada Kelompok Propolis yang diberikan ekstrak propolis. Selain trombosit dan hematokrit, leukosit juga menjadi komponen hematologis yang mengalami perubahan pada DBD. Studi ini juga menunjukkan bahwa pada Kelompok Propolis terjadi kenaikan kadar leukosit yang dipertahankan setelah kadar leukosit normal, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara kedua kelompok. Selain itu, dari segi lama perawatan, Kelompok Propolis dirawat lebih singkat dibandingkan dengan Kelompok Kontrol.

Propolis dinilai cukup aman dan dibuktikan dengan tidak adanya efek samping yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung. Dengan demikian, pemberian ekstrak propolis 100 mg dinilai bermanfaat sebagai terapi suportif pada kasus DBD karena dapat memperbaiki parameter klinis dan laboratoris, serta berperan dalam mempersingkat lama perawatan di rumah sakit.

.

Disadur dari:Rochsismandoko, Eppy, Diana P, Sya�q A, Utami S, Lelo HA, Bagus SB. Uji klinis Propoelix (Propolis ekstrak) pada pasien demam berdarahDengue. Medika 2013, tahun ke XXXIX, No. 2, p 104-113.

Advertorial

HDI Group of CompaniesPT Harmoni Dinamik IndonesiaJl. Pecenongan Raya No.72, Redtop Square #B7-8 Jakarta Pusat 10120Tlp : (021) 3500128 Fax : (021) 3500126www.hdindonesia.com www.hdi.com

R

R

RPropoelix mengandung Oxygen Radical Absorbance

Capacity (ORAC), dengan pengukuran antioksidan

sebesar 21.921 dibandingkan dengan buah jeruk yang

hanya memiliki nilai ORAC sebesar 24.