halo internis edisi 21

80
Edisi Desember 2013

Upload: tranhuong

Post on 08-Dec-2016

288 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Edisi Desember 2013

SUSUNAN REDAKSI:

Penanggung Jawab:Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,

FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP

*Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV,

FINASIM

*Bidang Materi dan Editing: Dr. Wismandari, SpPD, FINASIM; Dr. Tri JuliEdi Tarigan, SpPD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor

Harahap, SpPD, FINASIM; Dr. Nadia A.Mulansari, SpPD, FINASIM; Amril, SSi

*Koresponden:Cabang Jakarta Raya, Cabang Jawa Barat,

Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta,Cabang Sumut, Cabang Semarang,

Cabang Sumbar, Cabang Sulut, Cabang Sumsel, Cabang Makassar,

Cabang Bali, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar,

Cabang Provinsi Aceh, Cabang Kalselteng,Cabang Sulawesi Tengah, Cabang Banten,

Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, CabangLampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi,

Cabang Kepulauan Riau, Cabang Gorontalo,Cabang Cirebon, Cabang Maluku,

Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara,Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat,

Cabang Depok, Cabang Bengkulu,Cabang Sulawesi Tenggara

*Sekretariat:sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus,

sdri. Oke Fitia, sdri. Anindya Yustikasari

*Alamat:Sekretariat PB PAPDI,

Jl. Salemba Raya I No. 22-D, Senen, Jakarta Pusat, DKI Jakarta.

Telp. (021) 31928025, 31928026, 31928027, Fax. Direct (021) 31928028, 31928027;

SMS 085695785909;

Email: [email protected];

Website: www.pbpapdi.org

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 3

SEKAPUR SIRIH

Sejawat nan terhormat

Waktu terus bergulir, tak terasa telah menghantarkan kita ke penghujung tahun2013. Dinamika organisasi baik di lingkungan internal maupun eksternalPAPDI telah banyak terjadi disepanjang tahun 2013. Salah satunya adalah

Halo Internis. Kini, Halo Internis hadir dalam bentuk majalah, dengan tampilan danukuran yang lebih ringkas dibanding tabloid. Kami, Bidang Humas, Publikasi danPengabdian Masyarakat PB PAPDI mengubah tampilan Halo Internis sebagai respondari saran sebagian besar pembaca yang menginginkan media ini lebih mudah di-nikmati tanpa harus “menutupi” muka ketika membacanya.

Nah, media internal PAPDI yang ditangan sejawat saat ini hadir dalam bentuk ma-jalah. Pada edisi ini, kami mengangkat Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bi-dang Kesehatan yang akan dilaksanakan pada awal Januari 2014. Program pemerin-tah yang dipayungi Undang-Undang ini akan mengubah sistem layanan kesehatan dinegeri ini. Pada era SJSN berlaku sistem layanan kesehatan berjenjang denganpembiayaan berbasis asuransi. PAPDI yang merupakan bagian dari Ikatan DokterIndonesia berperan aktif mengawal program Jaminan Kesehatan Nasional ini denganmembentuk tim adhoc SJSN.

Di samping SJSN, kami juga mengulas seputar aktivitas PB PAPDI dan CabangPAPDI. Kegiatan PB PAPDI mulai dari pelantikan, rakernas, Pertemuan Ilmiah Nasio-nal di Pekan Baru, roadshow hingga pelantikan pengurus cabang PAPDI kami hadir-kan kehadapan sejawat. Begitu pula dengan kegiatan beberapa cabang PAPDI.

Pada rubrik Profil kami mengangkat figur Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, K-GER,FINASIM, M.Epid. Sepak terjangnya untuk memajukan ilmu kedokteran dapat menja-di inspirasi bagi sejawat sekalian. Dan juga kami hadirkan beberapa sosok internisyang pada tahun ini dikukuhkanmenjadi guru besar. Selain itu ju-ga ada sosok internis yang unik,dengan mengabdi di daerah danaktif melestarikan budaya silatBetawi.

Akhirnya, semoga majalahHalo Internis dapat menjadi jem-batan komunikasi antar sejawat.Dari dan untuk sejawat. Tapi se-belumnya, kami mohon maaf ke-pada sejawat atas keterlambatanterbit edisi perdana majalah ini.Dan kami sangat terbuka meneri-ma masukan dan saran dari seja-wat semua.

Salam.

BIDANGHUMAS,PUBLIKASI,DANPENGABDIANMASYARAKAT

36 .........................................................INFO IDI

37 ...........................................INFO KEMENKES

PROFIL:

38 ...Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, FINASIM, M.Epid: Demi Panji

Geriatri

SOSOK PAPDI:

42 ...............Dr. Stefany Adi Wahyuningrum, SpPD

44 ................................Dr. Martina Yulianti, SpPD

46.....Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIMAda Jurus Silat di Ruang Praktek

GURU BESAR:

DAFTAR IS I

KABAR PAPDI:

15.............................Tolak Kriminalisasi Dokter

18 ........Pelantikan Pengurus PB PAPDI dan KIPD;PAPDI Lebih Solid dan Profesional

20...............Rakernas Perdana Pengurus Baru

23 ..............Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP (Sekjen PB PAPDI)

Selangkah Menuju ASEAN Chapter of ACP

26...................................Hari Kesehatan Sedunia PAPDI Kampanyekan Waspadai Hipertensi

29 ..........................................PIN XI PB PAPDI

31 .............PAPDI Forum: Raih Kesempurnaan Puasa Dengan Sehat Fisik dan Rohani

32 .....PAPDI Forum: Kiat Sehat Fisik saat Haji

33 ..................Tim Ad Hoc White Paper PB PAPDI White Paper untuk Melindungi Dokter dan Pasien

Halo INTERNIS Edisi Desember 20134

10 ........................PAPDI Serius Dukung SJSN

13

7SOROT UTAMA:

SJSN: Menuju Universal Health Coverage

48..............Prof. Dr. Marcellus Simadibrata, SpPD, K-GEH, FINASIM, PhD, FACG, FASGE

Bukan Sekadar Kompetensi

50.............Prof dr. Catharina Suharti, SpPD, K-HOM, PhD FINASIM: Jalan Berliku Sang Guru Besar

53 ..............Prof. DR. Dr. Pradana Soewondo, SpPD, K-EMD, FINASIM,

Secercah Harapan Penyandang DM di Era JKN

INFO MEDIS:

58..........................................................Indriyani Hipertensi Pulmonal - Jenis Tekanan Darah

Tinggi Yang Lain

60 ..........DR. Dr. Zulkifli Amin, SpPD,K-P,FINASIM,FCCPFrom Pulmonary and Respiratory Critical Care

to International Pulmonology

65.................Dr Bambang Subagyo, SpPD,FINASIM Rekam Medis dan Aturan Pembuatannya

67 ...........................................BERITA CABANG

OBITUARI:

75 ....Prof. Dr. H. A. M. AKIL, SpPD, K-GEH, FINASIM: Selamat Jalan Sang Guru dari Timur

77.....Prof. Dr. H. R.H.H Nelwan, SpPD, K-PTI, FINASIMKegigihan Berbuah Karya Besar

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC,FESC, FAPSIC, FACP:

PAPDI di Era Sistem Kesehatan Baru

3 .............................................SEKAPUR SIRIH

4 .....................................................DAFTAR ISI

6 .................................................OM INTERNIZ

Halo INTERNIS

Edisi Desem

ber 20136 OOMM IINNTTEERRNNIIZZ

PUSKESMASPUSKESMAS

SOROT UTAMA

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 7

Kinerja Pemerintah di bidang kese-hatan kurang menggembirakan.Penilaian ini dilontarkan Ikatan Dok-ter Indonesia (IDI) dalam sebuah sa-

rasehan, Januari 2013 lalu. IDI tak segan-segan menorehkan tinta merah pada subjekpembangunan kesehatan masyarakat di ra-port pemerintah.

IDI mencatat ada banyak indikasi yangmenjelaskan kinerja buruk pemerintah di bi-dang kesehatan. Satu di antaranya IndeksPembangunan Indonesia (IPM). Data yangada menunjukkan IPM Indonesia anjlok sa-ban tahun. Pada 2010, misalnya, IPM Indo-nesia bercokol pada urutan 108 dari 187.Setahun kemudian IPM Indonesia merosot

ke posisi 124. Menurut Ketua Umum IDI, Dr.Zainal Abidin MH, IPM Indonesia masihkalah jauh dibandingkan dengan Malaysiayang menempati peringkat ke-60.

Selain itu, Dr. Zainal menambahkan, ber-bagai indikator Millenium DevelopmentGoals (MDGs) bidang kesehatan sepertiAngka Kematian Ibu (AKI), dan angka ke-matian bayi (AKB), masih terbilang tinggi.Begitu pula dengan angka gizi buruk, sertapenyakit infeksi dan noninfeksi, yang terusmelambung. Padahal target pembangunandi bidang kesehatan menjadi faktor utamapencapaian target Millenium DevelopmentGoals (MDGs) yang harus diwujudkan pada2015.

SJSN:

Menuju UniversalHealth Coverage

Tepat satu Januari2014 Indonesia untukpertama kali memilikiJaminan KesehatanNasional. Targetnya,2019 seluruh pen-duduk telah memilikiasuransi. PAPDIserius mengawalpelaksanaan SJSN.

Dr. Pranawa, Prof. Erol, Menkes Dr. Nafsiah Mboi, dan Ketua Umum PB IDI Dr. Zainal Abidin pada acara Indomedica Expo.

SOROT UTAMA

Halo INTERNIS Edisi Desember 20138

Kenapa kondisi yang memprihatinkan initerus berlangsung? Salah satu penyebab-nya, sambung Dr. Zainal, minimnya anggar-an kesehatan menjadi faktor lain yang turutmempengaruhi jebloknya pencapaian pe-merintah di bidang pembangunan kesehat-an. Persentase anggaran kesehatan di In-donesia termasuk yang terendah di AsiaTenggara. Sekadar catatan untuk diketahui,Kamboja mematok anggaran kesehatannyasebesar 4% dari pengeluaran negara. Se-dangkan alokasi anggaran kesehatan diLaos sebesar 5%, Filiphina 5%, Thailand7%, dan Malaysia 10%. Dari tahun ke tahun,pemerintah menganggar-kan 2 persen dari totalAnggaran Pendapatandan Belanja Negara(APBN). Padahal Undang-undang Kesehatan No.36/2009 mengamanatkanalokasi dana minimal 5persen dari total APBN diluar gaji pegawai.

Selain itu, masih kuat-nya paradigma sakit da-lam sistem kesehatan dinegeri ini. Seharusnya,paradigma tersebut sege-ra berganti menjadi para-digma sehat. Yaitu, para-digma yang menekankanaspek pelayanan preventifdan promotif sebelummuncul berbagai penyakit.Carut-marut sistem pela-yanan kesehatan di Indo-nesia membuat kelompokrakyat miskin dan kurangmampu makin jauh tersen-tuh layanan kesehatan.

Lemahnya aspek promotif dan preventifdiakui Menteri Koordinator KesejahteraanRakyat, Agung Laksono pada saat pembu-kaan Indomedica Expo, yang diselenggara-kan IDI, 26 Agustus 2013 lalu di Jakarta.Agung Laksono mengatakan, salah satutantangan sistem kesehatan nasional ada-lah layanan primer terutama aspek promotifdan preventif yang kurang optimal. Pela-yanan kesehatan selama ini lebih menekan-kan pada aspek kuratif-rehabilitatif. Untukitu, pemerintah akan memperbaiki sistemkesehatan paripurna melalui Sistem Jamin-an Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehat-

an. “Per satu Januari 2014 pemerintah akanmemulai SJSN bidang kesehatan. Programini merupakan upaya pemerintah untuk me-wujudkan pemerataan di bidang kesehatandan pelayanan kesehatan yang berkeadil-an,” papar Agung Laksono.

Sistem Jaminan Sosial Nasional meru-pakan amanat Undang-Undang Nomor 40tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 24tahun 2011 tentang Badan PenyelenggaraJaminan Sosial (BPJS). SJSN bertujuan un-tuk memberikan jaminan terpenuhinya ke-butuhan dasar hidup yang layak bagi setiappeserta dan/atau anggota keluarganya de-

ngan program jaminan kesehatan yang me-liputi pelayanan promotif, preventif, kuratifdan rehabilitatif.

Menteri Kesehatan Dr. Nafsiah Mboi,SpA, MPH, pada acara yang sama, menga-takan sesuai dengan amanat UU 24 tahun2011, penyelenggara Jaminan KesehatanNasional akan dikelola oleh BPJS. Institusiini adalah gabungan dari beberapa pelak-sana jaminan kesehatan sebelumnya seper-ti Jamkesda, Jamkesmas, Askes, Jamsos-tek,dan Asabri .

Menurut Menkes seluruh anggota ma-syarakat secara pribadi atau berkelompokdapat menjadi peserta JKN secara sukare-

la. Pada 2014 nanti, jumlah kepesertaanBPJS diperkirakan 110 juta, termasuk pe-serta Askes dan Asabri. Rencananya, pada2019, seluruh penduduk Indonesia telahmempunyai jaminan kesehatan. Saat ini,Kemenkes mencatat ada 86,4 juta atau 35persen masyarakat miskin dan kurangmampu atau Penerima Bantuan Iuran (PBI).Premi bagi masyarakat miskin dan kurangmampu akan ditanggung pemerintah, sebe-sar 19.225 per orang per bulan. “Tapi besar-nya premi bagi masyarakat miskin dan ku-rang mampu ini masih sementara, nilainyabelum ditetapkan Presiden,” ujar Menkes.

Program SJSN akan menekankan padalayanan promotif-preventif bukan semata-mata layanan kuratif-rehabilitatif. Pelayanankesehatan berbasis asuransi ini akan mem-perkuat sistem pelayanan berjenjang. Diha-rapkan, lanjut Menkes, sekitar 70-80 persenkasus-kasus pasien dapat terselesaikan dilayanan primer. Sisanya, dirujuk kepelayan-an kesehatan sekunder dan tersier. “Pela-yanan kesehatan primer akan menjadi pri-madona,” ungkapnya.

Untuk itu, pemerintah berupaya membe-nahi pelayanan kesehatan primer. Menkesmengatakan pembenahan pelayanan kese-hatan primer memerlukan pendekatan yang

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono. Menteri Kesehatan Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH.

SOROT UTAMA

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 9

komprehensif yang meliputi regulasi, pen-didikan sumber daya manusia, mekanismekerja, sistem perencanaan, dan monitoringdan evaluasi yang berkesinambungan. Di-harapkan, layanan kesehatan primer menja-di garda dalam memberikan layanan kese-hatan bermutu kepada masyarakat.

Sistem kapitasi, lanjut Menkes, pada la-yanan kesehatan primer diharapkan akanmerangsang para pemberi layanan kese-hatan untuk lebih giat melakukan upaya pro-motif-preventif pada kelompok masyarakatyang menjadi tanggung-jawabnya, agarjumlah orang yang sakit menurun. ”Kelakpenerapan perilaku hidup bersih dan sehatatau paradigma sehat akan lebih cepat ter-wujud,” katanya berharap.

Meski mengelola asurasi massal non pro-fit, BPJS serius dengan mutu layanan kese-hatan. Menkes menekankan pentingnya adakendali mutu dan kendali biaya dalam pelak-sanaan JKN. Menurutnya kendali biaya

tanpa kendali mutu akan mengakibatkanlayanan kesehatan berdampak mortalitasdan morbiditas yang tinggi serta kepuasaanpeserta yang rendah. Sebaliknya, kendalimutu tanpa kendali biaya akan mengancamkeberlanjutan atau sustainability JKN. Untukitu, Menkes melibatkan organisasi profesikedokteran, termasuk Perhimpunan DokterSpesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)

dalam membuat rancangan JKN. PAPDI menaruh perhatian besar terha-

dap program JKN. Sebagai perhimpunandokter spesialis terbesar dengan kasus-ka-sus penyakit terbanyak, PAPDI bersama IDIterlibat dalam penentuan clinical pathwaydan Indonesia Case base Groups (INA-CBGs). Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR.Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,

FACC, FESC, FAPSIC, FACP mengatakanPAPDI telah membentuk tim adhoc SJSNyang akan membantu program JKN dalammenentukan tarif Ina-CBG dan clinical path-way. PAPDI terdiri dari 12 divisi, setiap divisimembuat 10 clinical pathway kasus-kasusterbanyak. Berarti PAPDI mesti minimalmenyiapkan 120 clinical pathway. Di sam-ping itu, PAPDI juga menyiapkan clinicalpathway untuk case mix. “PAPDI mendu-kung sistem jaminan nasional bidang kese-hatan yang akan diberlakukan Januari 2014nanti,” ujar Prof. Idrus.

Kendati demikian, Prof. Idrus menegas-kan pelaksanaan JKN hendaknya mense-jahterakan semua pihak. Baik Prof. Idrusmaupun Dr. Zainal mewanti-wanti jangansampai ada pihak-pihak yang dirugikan.Saat ini, besarnya premi PBI yang ditetap-kan pemerintah jauh dari perhitungan paraahli di bidang kesehatan. Rendahnya premiakan berdampak pada mutu pelayanankesehatan yang ala kadarnya. Pasien tidakmendapatkan pengobatan yang adekuat.Para medis pun tidak mendapat apresiasiyang cukup dari keahliannya. Oleh karenaitu, IDI sebagai induk organisasi kedokteranaktif mengadvokasi agar anggaran kese-hatan dinaikkan sesuai amanat Undang-Undang. Dengan begitu pelayanan kese-hatan berkeadilan dapat terwujud dansemua pihak dapat tersenyum. (HI)

””

Rendahnya premi akan berdampak pada mutupelayanan kesehatan yang ala kadarnya.Pasien tidak mendapatkan pengobatan yangadekuat. Para medis pun tidak mendapatapresiasi yang cukup dari keahliannya. Olehkarena itu, IDI sebagai induk organisasikedokteran aktif mengadvokasi agar anggarankesehatan dinaikkan sesuai amanat Undang-Undang. Dengan begitu pelayanan kesehatanberkeadilan dapat terwujud dan semua pihakdapat tersenyum.

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,

FACC, FESC, FAPSIC, FACPKetua Umum IDI, Dr. Zainal Abidin, MH, IPM

SOROT UTAMA

Halo INTERNIS Edisi Desember 201310

Satu Januari 2014 menjadi momen-tum penting dalam pelayanan kese-hatan di Indonesia. Tepat di awaltahun 2014 nanti pemerintah untuk

pertama kali memiliki universal health co-verage. Pembiayaan kesehatan yang sebe-lumnya berdasarkan fee for service akanberalih berbasis asuransi. Dampaknya, la-yanan kesehatan yang semula spesialistik,sebagian besar akan bergeser menjadi sis-tem layanan referral atau rujukan.

Tentu, pelaksanaan Sistem Jaminan So-sial Nasional (SJSN) bidang kesehatan ber-imbas langsung kepada tatanan kedokterandi Indonesia selama ini. Ikatan Dokter In-donesia(IDI) dituntut berperan aktif memberiasupan kepada pembuat regulasi SJSN.

Seluruh profesi kedokteran di bawah IDI,termasuk Perhimpunan Dokter SpesialisPenyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersa-ma-sama mengawal terbentuknya SJSN.

PAPDI meletakan program SJSN ini se-bagai salah satu agenda utama, sejak di-sahkannya Undang-Undang SJSN dan Ba-dan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).Terbukti, pasca terpilih Ketua Umum PBPAPDI pada KOPAPDI XV 2012 di MedanLalu, Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACPmenaruh perhatian besar pada pelaksana-an SJSN. Sejalan dengan Ketua Umum PBPAPDI sebelumnya, DR. Dr. Aru W. Sudoyo,SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, Prof. Idrusmembentuk tim adhoc SJSN untuk mengka-

ji dan membahas program pemerintah itu.Tim Adhoc yang diketuai Dr. Prasetyo WidhiBuwono, SpPD, FINASIM ini membuat ka-jian dan memberi masukan kepada IDI ter-kait regulasi SJSN yang berhubungan de-ngan layanan dokter spesialis penyakit da-lam. Rencana kerja tim adhoc ini sudah di-papar Dr. Prasetyo pada Rapat Kerja Na-sional (Rakernas) PB PAPDI dan SemuaCabang, pada 6-7 April lalu di Jakarta.“PAPDI mendukung dan memberi perhatianserius terhadap pelaksanaan SJSN,” ujarProf. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACPketika ditemui saat Halal Bihalal PB PAPDI,Medio Agustus 2013 lalu.

Dukungan dan perhatian PAPDI cukup

PAPDI SeriusDukung SJSN

PAPDI mengawal SJSN agar tidak ada internisyang dirugikan.Internis memahami regulasi danaturan-aturan dalam SJSN, terutama tentangIndonesia Case Based Groups.

Halal Bihalal Pengurus PB PAPDI dan PAPDI Jaya.

SOROT UTAMA

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 11

beralasan. Pasalnya, Prof. Idrus mengata-kan, PAPDI merupakan perhimpunan spe-sialis dengan jumlah anggota yang cukupbesar dan tersebar diseluruh pelosok Indo-nesia. Apalagi, kasus-kasus di bidang ilmupenyakit dalam cukup banyak ditemui dise-tiap layanan kesehatan. “PAPDI mengawalSJSN agar tidak ada internis yang diru-gikan,” ungkapnya.

Prof. Idrus menegaskan agar setiap in-ternis memahami regulasi dan aturan-atur-an dalam SJSN, terutama tentang Indo-nesia Case Based Groups (Ina-CBGs). SoalIna-CBGs, Guru Besar FKUI ini mengata-kan internis perlu mencermati dan memaha-mi sebaik-baiknya. Karena hal ini menyang-kut besarnya biaya yang akan diperolehinternis ketika berpraktek di sektor layanankesehatan sekunder atau tersier. Sebabpembiayaan jasa medis pada pelayanan ke-sehatan sekunder dan tersier diatur dalamIna CBGs, bukan berdasarkan kapitasiseperti pelayanan kesehatan primer.

Pahami Ina-CBGsHal senada juga disampaikan oleh DR.

Dr. Hikmat Permana, SpPD, K-EMD, FI-NASIM, staf SJSN di Kementerian Kese-hatan. Dr. Hikmat yang hadir dalam HalalBihalal PB PAPDI menjelaskan pentingnyainternis memahami Ina CBGs. Semua tin-dakan medis, sesuai ICD IX dan ICD X ,dilakukan oleh internis mesti di coding kedalam perangkat lunak yang telah tersedia.Seperti apa diagnostik dan tindakan medis

yang dikerjakan berkorelasi dengan jasamedik yang diperoleh internis. “Semua tin-dakan mesti di coding. Internis mesti mema-haminya, jangan sampai sudah bekerjakeras tapi yang didapat sedikit. Ada coding,ada payment. No coding, no payment,”ungkap Dr. Hikmat yang juga anggotaPAPDI cabang Bandung.

Lantas siapa yang menyusun Ina-CBGs? Dr. Hikmat mengatakan berdasar-kan UU BPJS Ina-CBGs disusun oleh Ke-menkes dan penyedia jasa medis, dalamhal ini IDI yang dibantu oleh semua perhim-punan dibawahnya. Tiap – tiap perhimpun-an spesialis diminta membuat clinical path-way untuk kasus-kasus yang terjadi dalamlingkup keilmuan masing-masing. Dari sini,setiap tindakan utama dan penunjang diten-tukan tarifnya. Ini akan menjadi standardalam tarif Ina-CBGs. “Jadi, berbagai tin-dakan medis bisa dibayar atau tidak tergan-tung dari perhimpunan yang mengusulkantarif Ina-CBGs. Di sini PAPDI bersama-sa-ma seminat mesti kuat.” ujarnya.

Saran Dr. Hikmat direspon oleh KetuaTim Adhoc SJSN PB PAPDI Dr. Prasetyo.Dalam rencana kerjanya, Dr. Prasetyo me-ngatakan akan melakukan sosialisasi SJSNkepada seluruh internis. Bersama PBPAPDI, dalam beberapa event seperti road-show ke daerah-daerah, selalu diagen-dakan sosialisasi SJSN yang bertujuan agarinternis memahami SJSN sekaligus meneri-ma masukan dari sejawat lain di daerah.Bersamaan dengan itu, tim adhoc yangdibantu perwakilan dari seminat yang ada di

bawah PAPDI membuat clinical pathwaydan tarif Ina CBGs. “Hingga kini masihberlangsung proses pembuatan clinicalpathway. Ada divisi yang sudah selesai, adapula yang belum,” ungkapnya.

Dr. Prasetyo mengatakan PAPDI meru-pakan perhimpunan spesialis yang mem-buat clinical pathway lebih banyak di ban-ding perhimpunan lain. Kemenkes memintasetiap perhimpunan membuat 10 clinicalpathway kasus-kasus terbanyak. Sementa-ra PAPDI dengan 12 seminat akan mem-buat 120 clinical pathway.

Clinical pathway, menurut Prof. DR. Dr.Joko Wahono, SpPD, K-EMD, FINASIM,berbeda dengan clinical practice guideline.Clinical pathway merupakan standar mana-gemen prosedur pengobatan yang memper-hatikan time line setiap tindakan. Selain itu,Clinical pathway juga mencantumkan krite-ria outcome dari tindakan yang dilakukandokter terhadap pasien. Dengan begitu,setiap tindakan yang diambil dapat diaudit.Sedangkan guideline hanya memuat prose-dur pengobatan tanpa pengaturan waktuyang ketat. Namun, clinical pathway tetapmerujuk dari guideline agar ada kendalimutu. Pada era SJSN semua rumah sakitmemiliki clinical pathway yang sama.

Sejalan dengan clinical pathway, akanditentukan tarif Ina-CBGs. Menurut Dr.Prasetyo tarif Ina-CBGs proses penyusun-annya melalui penentuan beberapa kompo-nen antara lain coding, costing, clinical path-way masing masing diagnosa penyakit danpemanfaatan teknologi informatika untukpenghitungan tarif. Semua diagnosa dantindakan medis sesuai dengan kode di ICDIX dan X. Setiap kode tindakan ditentukanbesarnya biaya (costing). Data costing di-peroleh dari beberapa rumah sakit pemerin-tah. Tindakan medis yang diambil harus se-suai dengan clinical pathway. Beberapa ta-hapan di atas akan dikemas dalam sebuahsoftware, yang akan mengkalkulasi besar-nya tarif yang harus dibayarkan. Namun tarifIna-CBGs yang diusulkan perhimpunanspesialis tidak serta merta dipenuhi BPJS.Tarif tersebut akan dievaluasi oleh NationalCasemix Center (NCC) Kemenkes.

Wakil Sekretaris Jenderal PB IDI ini me-nekankan agar internis memahami meka-nisme kerja Ina-CBGs. Dalam waktu dekat,PB PAPDI akan menyelenggarakan work-shop tentang Ina-CBGs. ”Prosedur Ina-

Prof. DR.Dr. Joko Wahono, SpPD, K-EMD, FINASIM

sebagai pembicara pada Halal Bihalal PB PAPDI.

DR. Dr. Hikmat Permana, SpPD, K-EMD, FINASIM

sebagai pembicara pada Halal Bihalal PB PAPDI.

CBGs mesti dipelajari sebaik-baiknya. Bilainternis rapi meng-input tindakan-tindakanyang dilakukan, maka jasa medis yang di-hasilkan akan maksimal,” ujarnya.

Bagaimana DenganPenghasilan Internis?

Sistem rujukan yang diterapkan dalamJKN akan mengurangi lahan layanan kese-hatan sekunder, apalagi tersier. Pemerintahmematok 70-80% kasus selesai dipelayan-an kesehatan primer. Sisanya, dilanjutkanpada layanan sekunder dan tersier. “Bila ti-dak mampu ditangani dipelayanan kesehat-an primer, maka akan dirujuk kepelayanankesehatan sekunder atau tersier,” katanya.

Namun banyaknya pasien, tidakberbanding lurus dengan besarnyabiaya yang dikeluarkan. Dr.Prasetyo mengatakan justru biayayang besar ada pada layanansekunder dan tersier, yaitu sekitar30 persen dari anggaran BPJS. Dr.Prasetyo mencontohkan, pasienkanker jumlahnya kurang dari 0,5 %dari total pasien BPJS. Namunpasien kanker menyedot dana 10 %dari anggaran BPJS. “Secara umum30 % dana BPJS akan tersedotuntuk penyakit catastropik sepertikanker, talasemia, hemofili, gagalginjal dan jantung,” paparnya.

Dr. Prasetyo menambahkan Ka-rena jasa medis di era SJSN nantipenentuan jasa medisnya denganINA CBGs supaya klaim besarnyajasa medis maksimal salah satu ygharus dilakukan adalah penulisanrekam medis dengan Lengkap danjelas. Lengkap artinya harus leng-kap dituliskan diagnosa utama dandiagnosa tambahan baik komplikasi mau-pun komorbid sesuai ICD X dan ada tidak-nya tindakan medis penunjang sesuai de-ngan ICD IX. Tentu terdapat perbedaan jum-lah klaim yg cukup mencolok bila rekammedis ditulis dengan lengkap dan yang tidaklengkap. Tulisan di rekam medis juga harusjelas, karena bila tidak jelas petugas yangmemasukkan data ke program INA CBGsdapat memasukkan diagnosa yang merekaanggap benar padahal hal ini seringkali sa-lah. Hal lain yang perlu diperhatikan adalahpembagian jasa medis. Sesuai aturan

Menkes dari keseluruhan jasa medis tadiakan dibagi menjadi jasa sarana 56 % danjasa pelayanan maksimal 44 %. Tidak adaaturan baku berapa bagian dokter spesialisdari keseluruhan jasa pelayanan ini, akibat-nya hal ini seringkali menjadi sumber seng-keta antara dokter pihak manajemen rumahsakit, untuk menghindari hal ini haruslah di-perjelas berapa bagian dokter dari total jasapelayanan. Pada bulan November 2013 iniKemenkes akan mengeluarkan tarif INACBGs yang baru, yang dari beberapa sum-ber besarnya sekitar 30 % dari tarif INACBGs sebelumnya, tarif baru ini juga mema-sukkan beberapa tarif khusus seperti prose-dur, pemeriksaan dan pemakaian obat-obatan khusus selain itu mengurangi selisih

tarif yang terlalu besar untuk satu tindakanyang sama untuk antara rumah sakit tipeA,B, dan C.

Persiapan lain yang dilakukan PAPDIdalam menghadapi SJSN adalah menyusuntarif jasa medis semua tindakan yang adadalam pelayanan penyakit Dalam. Saat inisudah disusun tarif untuk 202 tindakan. Tarifini disusun dengan sistem skoring denganmemperhatikan beberapa variabel antaralain tingkat kompetensi, kesulitan pencapai-an tingkat kompetensi, penggunaan alatpenunjang dalam melakukan tindakan, perlu

tidaknya pengawasan setelah tindakan danlamanya melakukan tindakan. Total skorhasil penjumlahan dari masing masing va-riabel akan dikalikan dengan nilai rupiah ter-tentu sehingga dihasilkan tarif jasa medisPAPDI. Tarif ini akan diusulkan melalui PBIDI, dan usulan tarif jasa medis PAPDI danperhimpunan spesialis lain dibawah IDIakan diusulkan PB IDI ke kementerian kese-hatan untuk penentuan besarnya tarif dalamINA CBGs. “PAPDI beranggapan apabilaada selisih antara tarif INA CBGs dan tarifusulan PAPDI, selisih ini merupakan sum-bangsih seluruh anggota PAPDI bagi bang-sa, tetapi mohon apabila kondisi memung-kinkan hargailah kami dengan kedepannyamenentukan tarif yang menghargai jerih pa-yah dokter penyakit dalam memberikanpelayanan kepada masyarakat,” kata Dr.Prasetyo.

Dari fakta tersebut, Dr. Prasetyo berpen-dapat diharapkan pada awal pemberlakuanSJSN tidak akan terjadi penurunan pendap-atan dokter penyakit dalam karena berpin-dahnya pasien yang sebelumnya membayarsendiri ke pasien BPJS, “Pada awalnyamungkin akan terjadi penurunan penda-patan, tapi dalam berjalannya masih banyakpasien yang bukan hanya mencari pe-layanan yang lebih murah tapi mereka jugamenuntut dari segi kenyamanan, biasanyapasien menengah yang membayar sendiriatau dibiayai asuransi, pasien menengah inijumlahnya cukup banyak dan selalu me-ningkat setiap tahunnya. “Setiap internisharus optimis, pendapatannya tidak akanberkurang di era SJSN. Semua negara majudi dunia untuk mencapai kemajuannyaselalu dimulai dengan menata sistem kese-hatan dengan memberikan jaminan kese-hatan bagi seluruh rakyatnya, di tingkatASEAN sendiri sudah ada 4 negara yangmemasuki universal health coverage yaituMalaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei,yang akan diikuti 2-3 tahun mendatang olehFilipina dan Vietnam, merupakan harapanbesar bahwa dengan SJSN dan sum-bangsih seluruh anggota PAPDI dalam per-siapan SJSN 2014 nanti lebih menjamin danmempercepat usaha bangsa kita untuk me-wujudkan Indonesia yang sejahtera, sehatdan berdaulat seperti dicita-citakan pendiribangsa kita” demikian Dr.Prasetyo di akhirwawancaranya.

(HI)

SOROT UTAMA

Halo INTERNIS Edisi Desember 201312

Dr. Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM,

Ketua tim adhoc SJSN PB PAPDI.

SOROT UTAMA

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 13

Ke depan tantangan profesi kedokterankian berat. Di samping berbenah menyi-apkan pasar bebas, harmonisasi Aseanbidang kesehatan, dalam waktu dekat

professional jas putih ini mau tak mau harusmenyongsong era Sistem Jaminan SosialNasional (SJSN). Tepatnya, pada Januari 2014pemerintah seperti yang diamanatkan dalamundang-undang mesti menjalankan sistemasuransi kesehatan nasional.

Tentu kondisi ini menyita perhatian paraketua organisasi profesi kedokteran, tak kecualiPerhimpunan Dokter Spesialis Penyakit DalamIndonesia (PAPDI). Pasalnya, pada sistemberbasis asuransi ini seluruh organisasi profesikedokteran mesti terlibat aktif menentukanperangkat layanan kesehatan yang akandiberikan kepada masyarakat. Pada kesem-patan ini Halo Internis mewawancarai Prof. DR.Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC,FESC, FAPSIC, FACP Ketua Umum PB PAPDIperiode 2012-2015 yang terpilih pada KongresNasional Perhimpunan Dokter SpesialisPenyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV, diMedan akhir Desember 2012 lalu. Berikutpetikannya:

Prof. terpilih sebagai Ketua Umum PBPAPDI di tengah pemerintah ingin men-jalankan Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN). Bagaimana PAPDI menanggapipelayanan kesehatan berbasis asuransisosial ini?

PAPDIdi Era SistemKesehatan Baru

PAPDIdi Era SistemKesehatan Baru

KETUA UMUM PB PAPDI 2012-2015Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP:

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP

SOROT UTAMA

Halo INTERNIS Edisi Desember 201314

Tak lama lagi, kita akan memasuki sis-tem tatanan pelayanan kesehatan yangbaru, seperti yang diamanatkan UU.PAPDI mendukung sistem jaminan nasio-nal bidang kesehatan yang akan diberlaku-kan Januari 2014 nanti. Tapi harus disiap-kan dengan baik, agar tidak merugikananggota PAPDI yang tersebar di seluruhpelosok Indonesia.

Seperti diketahui setiap organisasiprofesi kedokteran terlibat aktif me-nyiapkan perangkat SJSN. Apa yangtelah disiapkan PAPDI?

PAPDI telah membentuk tim adhocSJSN yang diketuai Dr. Prasetyo Widhi Bu-wono, SpPD, FINASIM. Tim adhoc ini da-lam menentukan tarif Ina-CBG dan clinicalpathway dibantu oleh seluruh perwakilanseminat yang ada di PAPDI. PAPDI terdiridari 12 divisi, setiap divisi diminta Kemen-kes untuk membuat 10 clinical pathway ka-sus-kasus terbanyak. Berarti PAPDI mestiminimal menyiapkan 120 clinical pathway.Disamping itu, PAPDI juga menyiapkanclinical pathway untuk case mix. Baru se-bagian yang rampung, belum semua tugasini selesai. November ini diharapkan tim inisudah menyelesaikan tugasnya.

Mengingat anggota PAPDI yang ter-sebar dari Sabang sampai Merauke,Bagaimana PB PAPDI mensosialisasi-kan SJSN ini kepada anggota?

Kami berupaya seluruh anggota dapat

memahami SJSN yang akan segera dija-lankan Januari 2014 ini. Untuk itu, kamimemasukan agenda SJSN ini dalam web-site PAPDI, media Halo Internis, programkerja roadshow ke cabang-cabang PAPDIdan pertemuan-pertemuan CME. Hal inibias dilakukan dengan upaya ContinuingProfessional Development (CPD).

Selain SJSN, pada 2015 Indonesiamenyongsong AFTA. Bagaimana PAPDImenyikapinya?

Kami juga telah membentuk tim adhocyang diketuai DR.Dr Aru W Sudoyo, SpPD,K-HOM, FINASIM, FACP. Tim ini memba-has masuk dokter asing terkait pasarbebas. Pada lingkup regional, PAPDI aktifmenyiapkan harmonisasi Asean bidangKesehatan melalui Asean Federation ofInternal Medicine (AFIM). Bertepatan de-

ngan KOPAPDI XV di Medan Desember2012 lalu, PAPDI menjadi tuan rumah AFIMMeeting. Pada Mei 2013 lalu PAPDImengikuti kongres AFIM yang bersamaandengan kongres Philippine College ofPhysicians (PCP). Sejalan dengan itu,pada tingkat international PAPDI bersamaanggota AFIM lainnya berhasil membentukACP Chapter ASEAN dan aktif beker-jasama dengan International Society ofInternal Medicine (ISIM). Dimana Indonesiaakan menjadi tuan rumah WCIM 2016.

Di samping isu-isu nasional danglobal, bagaimana Prof menyikapi frag-mentasi di tubuh PAPDI?

Ke depan kami berkomitman untukmempertahankan keutuhan penyakitdalam. Untuk itu, program – programPAPDI ditujukan untuk konsolidasi anggotadan antar seminat di bawah PAPDI.Roadshow akan tetap kami jalani, karenaini merupakan bagian dari konsolidasi inter-nal. Tujuan utamanya adalah kami mem-berikan pembekalan CPD, tapi pada saatyang bersamaa kita melakukan konsolidasisecara organisasi. Kita berbincang untukmelihat masalah dan kebutuhan daerahserta hal-hal yang akan kami bantu.

Bagaimana hubungan PAPDI denganorganisasi profesi kedokteran lain,terkait hal-hal yang masih berbenturanatau belum selaras?

Filosofinya adalah kita saling menghar-gai sesuai dengan kompetensi masing-ma-sing. PB PAPDI itu terbuka, kalau ada ma-salah bersama, juga harus dilakukan evalu-asi bersama. Jadi tidak ada suatu organi-sasi profesi yang menafikan kemampuanorganisasi lain sesuai dengan kompetensiyang telah dicapai. Kalau memang telahmencapai level of competen tertentu yangharus dimiliki, maka harus dianggap mam-pu untuk menangani kasus-kasus penyakit.Sekali lagi, dasarnya adalah kompetensi.

Yang tak boleh dilupakan adalah keber-adaan PAPDI seyogyanya dirasakan olehmasyarakat. Masyarakat harus mengenalperan PAPDI melalui Corporate Social Res-ponsibility, public relation PAPDI, yang jugabekerja sama dengan media cetak maupunelektron. Pada dasarnya, menyusun timkerja yang solid. Dengan kerjasama semuatugas akan menjadi ringan. (HI)

””

Yang tak boleh dilupakanadalah keberadaan PAPDIseyogyanya dirasakan olehmasyarakat. Masyarakatharus mengenal peran PAPDImelalui Corporate SocialResponsibility, public relationPAPDI, yang juga bekerja sa-ma dengan media cetak mau-pun elektron. Pada dasarnya,menyusun tim kerja yang so-lid. Dengan kerjasama semuatugas akan menjadi ringan.

KABAR PAPDI

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 15

TOLAK Kriminalisasi Dokter

TOLAK Kriminalisasi Dokter

KABAR PAPDI

Gelombang protes atas putusan Mah-kamah Agung yang mempidanakantiga dokter spesialis obstetrik dan gi-nekologi di Menado berlangsung di

berbagai daerah di Indonesia. Serentak ribu-an dokter diberbagai daerah menggelar aksisolidaritas demo nasional pada 27 November2013. Di Jakarta, ribuan dokter long marchdari tugu Proklamasi menuju Mahkamah

Agung. Para dokter menuntut bebas Dr. De-wa Ayu Sasiary Prawani, SpOG, Dr. HendrySimanjuntak, SpOG, dan Dr. Hendy Siagian,SpOG dan menolak kriminalisasi dokter.

Aksi “Tolak Kriminalisasi Dokter” ini ter-konsentrasi di depan gedung MahkamahAgung. Di bawah terik matahari, para dokterberorasi menyampaikan tuntutannya. Dr. EkaGinanjar, SpPD, FINASIM koordinator la-pangan (Korlap) dari PB PAPDI dalam orasi-nya mengecam keras vonis pidana yang dija-

tuhkan MA terhadap Dr.Ayu dan kawan-ka-wan. Ia juga mengutuk Kejaksaan dan Kepo-lisian yang menangkap paksa Dr. Ayu dan Dr.Hendry. “Tolak kriminalisasi dokter. BebaskanDr. Ayu dan kawan-kawan,” tuntutnya.

Hal senada juga disampaikan KetuaPAPDI Cabang Jakarta Raya DR. Dr. Ari Fah-rial Syam, SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM,FACP. Dalam orasinya, Dr. Ari mengatakanputusan MA terhadap Dr. Ayu dan kawan-ka-wan tidak beralasan. Hasil investigasi Majelis

Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan DokterIndonesia (MKEK IDI) tidak menemukan ada-nya pelanggaran kode etik, apa yang dilaku-kan Dr. Ayu sudah sesuai dengan standaroperasional prosedur (SOP) profesi kedok-teran. Bahkan hakim Pengadilan Negeri (PN)Manado memutuskan bebas ketiga doktertersebut dari dakwaannya. Dr. Ari mensinyalirada skandal dari pihak tertentu, termasuk me-dia, yang memojokkan dokter Indonesia, ter-kait dengan akan masuknya dokter asing.

PAPDI Dukung Aksi TolakKriminalisasi Dokter

“……Ini bisa menjadi preseden buruk. Dokter bisa diancam penjara dalam melakukantugasnya. Para dokter akan menolak menangani

kasus emergensi karena takut dipidanakan.Tentu ini akan merugikan masyarakat…..”

Pengurus PAPDI turut serta pada aksi solidaritas di Gedung MA.Pengurus PB IDI pada aksi solidaritas dokter di Gedung MA.

Halo INTERNIS Edisi Desember 201316

KABAR PAPDI

Sedangkan, Ketua PAPDI Cabang BogorDr. Taolin Agustinus, SpPD, FINASIM yanghadir bersama internis dari Bogor menyata-kan prihatin atas ditangkapnya Dr. Ayu dankedua rekannya. Mewakili dokter di Bogor, iamenuntut agar MA mencabut putusannyadan membebaskan Dr. Ayu. Sebab, kata Dr.Taolin, keputusan MA akan membuat dokterragu-ragu dalam menangani pasien. “Doktermerasa takut memberikan pelayanan kese-hatan,” tegasnya.

Sementara Ketua Umum PB PAPDI, Prof.DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,FACC, FESC, FAPSIC, FACP mengatakanPAPDI sangat mendukung aksi solidaritas ini.Ia menghimbau cabang- cabang PAPDI didaerah untuk melakukan aksi sebagai wujud

dukungan moril, namun dikoordinasikan den-gan sejawat lain agar pelayanan kesehatantetap berjalan. Hal ini, lanjut Prof. Idrus, di-lakukan bukan sekadar membebaskan DrAyu dan kawan-kawan, melainkan untuk me-negakkan rasa keadilan di negeri ini. Dr. Ayubeserta koleganya sudah dinyatakan bebasoleh PN Manado. Dan MKEK IDI menyatakantindakannya sudah sesuai di SOP. NamunMA tetap menjatuhkan sanksi 10 bulan pen-jara. “Ini bisa menjadi preseden buruk. Dokterbisa diancam penjara dalam melakukan tu-

gasnya. Para dokter kuatir menangani kasusemergensi karena takut dipidanakan. Tentu iniakan merugikan masyarakat,” tegasnya.

Sebelum demo nasional, menurut Sekre-taris Jenderal Pengurus Besar PerhimpunanDokter Spesialis Obstetrik dan Ginekologi In-donesia (PB POGI) Dr. Ari Kusuma, SpOGtelah dilakukan langkah-langkah persuasifantara POGI, PB IDI dan Kemenkes denganKomisi IX DPR. Namun MA tetap bersikukuhbahwa putusannya sudah adil dan berke-kuatan hukum tetap. ”Kita (dokter) tidak di-dengar suaranya, tidak dianggap” ujar Dr. Ari.“Untuk itu, pada aksi ini saya sangat apresiasikepada sejawat dari berbagai perhimpunan.Kita sadar bahwa ini merupakan menjadi per-soalan dokter semua,” tambahnya.

Di tengah aksi, Ketua Umum PB IDI Dr.Zaenal Abidin, MH, Prof. Dr. I Oetama Mar-sis, SpOG dan pengurus IDI lainnya mela-kukan lobi di dalam gedung MA. Namun sa-yangnya, kehadiran ribuan dokter di MA tidakdirespon para hakim agung yang tidak sat-upun berada di tempat. Dr. Zaenal hanyaditemui oleh panitera. “Hakim agung tidakada ditempat, kami diterima oleh panitera,”kata Dr. Zaenal kepada media ketika keluardari gedung MA.

Dr. Zaenal memaparkan hasil pertemuan

dengan panitera. Menurutnya IDI menuntutagar MA mempercepat proses peninjauankembali ( PK) yang telah dilayangkan kuasahukum dan segera membebaskan Dr. Ayudan kawan-kawannya. “IDI memberi waktupaling lambat satu minggu harus sudah adakepastian hukum,” tegasnya.

Ia menilai ada kesalahan dalam penerap-an hukum oleh MA. Lembaga hukum ter-tinggi ini menggunakan pasal-pasal pembu-nuhan yang bersifat umum dalam menjeratDr. Ayu dan kawan-kawan. Padahal pasal-pasal tersebut tidak tepat ditujukan kepadadokter. “Mana mungkin ada pembedahantanpa perlukaan. Mengartikan pasal ini sajasudah salah, apalagi memutuskan vonis,”ujarnya geram.

Dr. Zaenal menambahkan MA tidak me-mahami essensi dari kedokteran. Pelayanankedokteran mengutamakan kepada upayabukan pada hasil. Sementara kesembuhanmerupakan kehendak Tuhan. Dalam tu-gasnya, tidak ada dokter yang berniat untukmembunuh atau mencelakakan pasiennya.Selain itu, Ketua Umum IDI ini memperta-nyakan tidak adanya saksi ahli yang ditunjukMA dalam memutuskan perkara ini. BahkanMA tidak mempetimbangkan keputusan PNManado dan keputusan MKEK. “Bagaimanamungkin hakim yang tidak mengerti esensikedokteran, bisa memutuskan perkara dok-ter. Dr Ayu dan kawan-kawan merupakankorban kebodohan hakim,” katanya

Untuk itu, Dr. Zaenal optimis tuntutannyaakan dikabulkan. Tapi, lanjut Dr. Zaenal, bilatuntutan kami tidak diterima maka para dok-ter akan terus melakukan aksi yang lebih be-sar, kalau perlu kemungkinan terpahit akankami lakukan sampai Dr. Ayu, Dr. Hendry,dan Dr Hendy dibebaskan. Karena dalamtugasnya, dokter bukan penjahat atau korup-tor yang dapat dikriminalisasi. (HI)

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 17

Dr. Ari Fahrial. Dr. Taolin Agustinus. Dr. Ari Kusuma. Dr. Giri.

KABAR PAPDI

Di era globalisasitantangan kian berat.Dokter dituntut untukselalu meningkatkan

kompetensinya.Pengurus PB PAPDIperiode 2012-2015harus lebih solid dan

professional.

Kongres Nasional Perhimpunan Dok-ter Spesialis Penyakit Dalam Indo-nesia (KOPAPDI) XV, yang diseleng-garakan di Medan pada 12 -15 De-

sember 2012 lalu berlangsung sukses. Per-helatan akbar PAPDI ini menelurkan keputu-san-keputusan strategis untuk keberlang-sungan organsiasi tiga tahun ke depan. Be-berapa keputusan tersebut, diantaranya,adalah terpilihnya Prof. DR. Dr. Idrus Alwi,SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAP-SIC, FACP sebagai Ketua Umum PB PAP-DI, dan Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, K-GER, MEpid, FINASIM sebagai Ketua Ba-dan Pengurus Harian Kolegium Ilmu Penya-kit Dalam (BPH KIPD).

Mengemban tugas besar, para ketua

segera berbenah. Pasalnya, di samping me-nahkodai roda organisasi, para ketua diha-dapkan pada persoalan-persoalan eksternalseperti keluarnya peraturan Konsil kedok-teran Indonesia (KKI) yang merugikan keu-tuhan PAPDI dan menyongsong diberlaku-kannya Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN) yang cukup menyita perhatian. ”Inimerupakan amanah. Meski saya katakan inibeban pekerjaan yang berat, yang bahkanbarangkali tidak diminati banyak orang.Tapi, demi kualitas pendidikan spesialis dansubspesialis penyakit dalam, harus adayang bersedia untuk mengawal pendidikan.”ujar Prof. Ati begitu biasa Prof. DR. Dr. SitiSetiati, SpPD, K-GER, MEpid, FINASIM, di-sapa, semangat.

Pelantikan Pengurus PB PAPDI dan KIPD:

PAPDI Lebih Soliddan Profesional

Halo INTERNIS Edisi Desember 201318

Pelantikan Pengurus Besar PB PAPDI dan KIPD 2012-2015 oleh Ketua Umum PB IDI, Dr. Zainal Abidin, MH.

KABAR PAPDI

Usai tepilih, rapat-rapat marathon pundilakukan untuk menyusun kepengurusandan rencana-rencana strategis masing-masing. Prof. Idrus, begitu biasa Prof. DR.Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,FACC, FESC, FAPSIC, FACP disapa, men-gatakan kepengurusan PB PAPDI men-datang harus lebih professional. Program-program kerja PB PAPDI dibuat terukur de-ngan indikator-indikator keberhasilannya.“Untuk itu dalam menyusun rencana strate-gis (renstra), kami dibantu konsultan man-agemen. Akhirnya saya pun juga belajarmanagemen,” jelas Prof. Idrus.

Selesai menyusun kepengurusan danmembuat renstra, Pengurus PB PAPDI danBPH KIPD periode 2012-2015 pun diku-kuhkan. Kedua lembaga tersebut langsungdilantik oleh Ketua Umum PB IDI, Dr. ZainalAbidin, MH yang didampingi Ketua BidangOrganisasi PB IDI Dr. Adib Khumaedi, SpOTdi Hotel JW Marriot, 16-17 Februari 2013lalu. Pelantikan berlangsung khidmat de-

ngan memba-cakan SK IDIyang kemudiandilanjutkan den-gan penyematanpin PAPDI olehKetua Umum PBIDI dan diakhirifoto bersamapengurus PBPAPDI, BPHKIPD, dan KetuaUmum serta Ke-tua Bidang Organisasi PB IDI.

Pada sambutannya, Dr. Zainal Abidin,MH mengatakan pada era globalisasi tanta-ngan kian berat. Secara internal, dokterdituntut untuk selalu meningkatkan kompe-tensinya. Disisi lain, masuknya dokter asing,terutama dokter dari negara-negera Asean,suatu yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Disamping itu, terhitung awal 2014 mulaidiberlakukannya sistem jaminan sosial

nasional akan mengubah paradigma sistempelayanan dan pembiayaan kesehatannasional. “Diperlukan peran aktif PAPDIuntuk bersama-sama menghadapi era glob-alisasi ini,” ujar Dr. Zainal.

Sebelum pelantikan, kedua pengurusmelakukan rapat pleno bersama. Rapatyang dihadiri seluruh pengurus baik dariPAPDI maupun KIPD ini membahas danmensosialisasikan renstra yang dipaparkanoleh Ketua Umum PB PAPDI dan KetuaBPH KIPD. Pada acara itu, juga diperke-nalkan susunan pengurus kedua lembagatersebut. Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr.Sally Aman Nasution, SpPD,K-KV, FINA-SIM, FACP memperkenalkan jarajaran pen-gurus PB PAPDI. Dan susunan pengurusBPH KIPD diperkenalkan oleh SekretarisJenderal KIPD Dr. Irsan Hasan, SpPD, K-GEH, FINASIM. “Baru kali pertama pemba-hasan renstra PB PAPDI dan KIPD dilaku-kan bersama. Hal ini menjadi momentumuntuk sinergi kegiatan bersama antaraPAPDI dan KIPD,” ungkap Prof. Idrus.

Selamat bertugas! (HI)

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 19

Prosesi Pelantikan Pengurus Besar PB PAPDI dan KIPD 2012-2015.

Prof. Idrus, Dr. Sally dan Prof. Siti Setiati.

Foto bersama Pengurus Besar PB PAPDI dan KIPD 2012-2015.

KABAR PAPDI

Solid dan professional. Semangatini mewarnai Rapat Kerja Nasio-nal (Rakernas) PB PAPDI dansemua cabang yang diseleng-

garakan di Hotel Harris, Jakarta 6-7 April2013 lalu. Rakernas perdana di kepenguru-san Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP inidihadiri oleh seluruh perwakilan dari 36cabang PAPDI, pengurus KIPD dan kepaladepartemen ilmu penyakit dalam dari fakul-tas kedokteran seluruh Indonesia. “Raker-nas kali ini pesertanya lebih banyak daribiasanya, karena mengundang sejawat daridepartemen ilmu penyakit dalam dari fakul-tas kedokteran di seluruh Indonesia,” ung-kap Prof. Idrus, begitu ia biasa disapa, padasambutannya.

Rakernas yang berlangsung dua hari inisarat dengan berbagai agenda PAPDI danKIPD. Acara diawali dengan sambutan dariKetua Umum PB PAPDI. Pada sambutan-nya, Prof. Idrus mengatakan ada beberapaisu penting terkait dengan regulasi pemerin-tah di bidang kesehatan. Diantaranya ada-lah akan berlangsungnya Sistem JaminanSosial Nasional (SJSN) bidang kesehatanpada awal Januari 2014 dan pasar bebasAFTA 2015.

Soal SJSN, kata Prof. Idrus, PAPDI se-rius merespon pelayanan kesehatan ber-basis rujukan dan asuransi ini. PAPDI, lan-jutnya, menyikapi hal ini dengan hati-hati ja-ngan sampai SJSN justru tidak memberi-

kan nilai lebih dari tatanan yang sudah ada.Untuk itu, PB PAPDI telah membentuk timadhoc yang akan mengkaji dan memberimasukan terkait dengan peran inernis da-lam pelayanan tersebut. Sementara, dalammenghadapi harmonisasi Asean dalam bi-dang kesehatan 2015 nanti, PAPDI terlibataktif menghidupkan kembali Asean Federa-tion of Internal Medicine (AFIM). “Isu-isu initentu kami sikapi dengan hati-hati. Kami te-lah menyiapkan tim ad hoc untuk membuatkajian setiap persoalan tadi,” tegas Prof.

Idrus.Sedangkan persoalan internal, lanjut

Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI iniadalah fragmentasi di tubuh ilmu penyakitdalam. “Kami ke depan tetap komitmenmempertahankan keutuhan ilmu penyakitdalam. Itu sudah tak bisa dikompromikanlagi,” ujarnya

Program lain yang mesti ditingkatkan,tambah Prof. Idrus, adalah konsolidasi ang-gota. Program roadshow ke cabang-cabangseperti yang telah dirintis Ketua Umum PB

Halo INTERNIS Edisi Desember 201320

Rakernas PerdanaPengurus Baru

“…Kami ke depan tetap memiliki komitmen untukmempertahankan keutuhan ilmu penyakit dalam. Itu sudah tak bisa dikompromikan lagi….,”

Pembukaan Rapat Kerja Nasional PB PAPDI.

Rapat Kerja Nasional PB PAPDI.

KABAR PAPDI

PAPDI sebelumnya, intensitasnya harus dit-ingkatkan. Selanjutnya, meningkatkan kom-petensi internis melalui CPD, dan menjalinkerjasama lebih erat dalam lingkup regionalmaupun international, seperti InternationalSociety of Internal Medicine (ISIM) danAmerican College of Physicians (ACP).

Bahkan lebih jauh, PAPDI bersama per-himpunan dokter spesialis penyakit dalam

Asean telah membentuk ACP ChapterAsean. “PAPDI bersama perhimpunan dok-ter penyakit dalam negara-negara Aseanmembentuk ACP Chapter Asean,” ujarnya.

Program kerja yang tak kalah penting-nya, lanjut Prof. Idrus, keberadaan PAPDIharus dirasakan secara umum oleh masya-rakat dan khususnya seluruh anggota, ter-utama anggota yang bertugas di daerah ter-

pencil. “Pada dasarnya pengurus PAPDIakan memberi pelayanan kepada anggotadan masyarakat,” ujarnya.

Pada rakernas ini menghadirkan bebera-pa pembicara dari Kementerian KesehatanRI. Dr. Untung Sutardjo, MKes, Kepala Ba-dan PPDSM Kemenkes RI memaparkan ke-bijakan Kementerian Kesehatan dalammempercepat kebutuhan dokter spesialisuntuk mendukung penyelenggaraan SistemJaminan Kesehatan Nasional. Dan, Staf AhliKemenkes RI, Prof. DR.Dr. Agus Purwa-dianto, SpF, SH yang menyampaikan kebi-jakan Kementerian Kesehatan dalam rang-ka menyongsong pasar bebas dan AFTA2015. Selain itu, Prof. DR.Dr. Herkutanto,SpF yang menjelaskan bagaimana mem-buat white paper.

Setelah mendapat asupan dari para narasumber, Ketua Umum PB PAPDI memapar-kan rencana strategis (renstra) PB PAPDIdan dilanjutkan dengan presentasi tiap-tiapbidang oleh koordinator bidang. Sementararencana kerja terkait dengan pendidikan di-paparkan oleh Ketua KIPD Prof. DR.Dr. SitiSetiati, SpPD, K-GER, FINASIM yang dilan-jutkan presentasi pendidikan bidang spe-sialis dan subspesialis.

Disessi terakhir disampaikan langkah-langkah yang diambil dalam merespon isu-isu di atas. PB PAPDI telah membentuk 4tim adhoc : white paper, SJSN, dokter asing,dan mapping need. Tiap-tiap tim adhoc me-maparkan hasil kajiannya. Di sela-sela pre-sentasi, terdapat sessi diskusi. Perdebatanyang hangat menambah panjang waktuacara hingga tengah malam. (HI)

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 21

Rapat Kerja Nasional PB PAPDI.

Prof. Idrus Alwi. Prof. Siti Setiati.

Foto Bersama Peserta Rapat Kerja Nasional PB PAPDI.

SNAPSHOT

Halo INTERNIS Edisi Desember 201322

Galeri Pelantikan Pengurus PB PAPDI dan KIPD

KABAR PAPDI

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 23

Ada kabar gembira untuk para inter-nis di kawasan Asean. Tak lamalagi, akan terbentuk American Col-lege of Physicians (ACP) Chapter

Asean. “Akan diresmikan tanggal 1 Juli,”ujar Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV,FINASIM, FACP Sekretaris JenderalPengurus Besar Perhimpunan DokterSpesialis Penyakit Dalam Indonesia (PBPAPDI) ketika ditemui dikantor PB PAPDI.

ACP merupakan perhimpunan profesi -dokter spesialis penyakit dalam di AmerikaSerikat. Saat ini, ACP memiliki anggota se-banyak 133.000 orang, yang terdiri dari in-ternis, subspesialis penyakit dalam, residen,dan fellow yang mengaplikasikan keahlianklinisnya pada diagnosa, terapi, dan per-

awatan pasien dewasa. Kemajuan dalambidang diagnostik, pengobatan dan akade-mis, membawa Negeri Paman Sam menjadikiblat kedokteraan bagi pelbagai negara,termasuk Indonesia.

Kendati begitu, ACP tidak hanya ‘milik’Amerika. Keanggotaan ACP tersebar di le-bih dari 125 negara. ACP memiliki perwakil-an lokal berupa Chapter di beberapa nega-ra. Saat ini, Chapter ACP berada di Brazil,Kanada, Chile, Jepang, Meksiko, SaudiArabia, Kolombia, and Venezuela. Sebagaianggota dari International Society of InternalMedicine (ISIM), ACP bekerja sama denganorganisasi lain dan perkumpulan internis diseluruh dunia pada berbagai program.

Pembentukan Chapter Asean digagas

oleh internis dari beberapa negara Asean,termasuk Indonesia. Keberadaan ChapterAsean diharapkan akan mendukung per-kembangan ilmu penyakit dalam di negara-negara Asean. “Pembentukan Chapter Ase-an memiliki arti penting karena dunia medisbanyak berkiblat ke Amerika. Dengan ter-

Keanggotaan ACPtersebar di seluruhdunia, dan tak lama lagiakan dibuka cabangbaru ACP di ASEAN.

Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP

(Sekjen PB PAPDI)

Selangkah Menuju ASEAN Chapter of ACP

Ketua Umum PB PAPDI sebagai Special Representative pada acara Convocation ACP di San Fransisco, 2013.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi Desember 201324

bentuknya chapter ini, maka ada beberapakeuntungan yang kita dapatkan,” jelas Dr.Sally.

Keuntungan yang diperoleh, menurutahli kardiologi ini, diantaranya adalah ACPmemiliki berbagai program training untukpara residen maupun internis dan pemben-tukan chapter akan membuka akses ter-hadap pelatihan-pelatihan tersebut. Dan, In-donesia dan negara-negara ASEAN lain da-pat meminta para ahli di ACP untuk menjadipembicara dalam berbagai konferensi ilmiahuntuk meningkatkan pengetahuan medis.“Terbentuknya chapter secara resmi akanmenguntungkan kita. Apalagi, ACP punyaberbagai kegiatan untuk negara berkem-bang, dan dengan adanya chapter, makaACP akan memberi prioritas yang lebih be-sar,” ujar dokter yang menerima fellow dariACP tahun ini.

Menurut Dr. Sally kurikulum pendidikanpenyakit dalam di Indonesia faktanya me-ngacu ke Amerika. Tak heran, bila internisIndonesia yang telah cukup banyak teregis-trasi menjadi anggota ACP Chapter Interna-sional. “Tentu ini mempermudah terben-tuknya Chapter Asean. Dalam kaitannya de-ngan pasar bebas, maka masyarakat luasdapat melihat bahwa segala sesuatu yangdikerjakan oleh internis kita, adalah bukantanpa guideline,” ujarnya.

Ide untuk membentuk Chapter ASEANini hadir saat Kongres Perhimpunan DokterSpesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPA-PDI) XV di Medan Desember 2012 lalu. Se-benarnya, Indonesia ingin membuat chapter

sendiri. Namun ternyata,ada persyaratan yangbelum mampu dipenuhiseperti jumlah memberdan fellow yang dimilikiIndonesia. Ketika bertemudengan negara-negaraASEAN lain yaitu, Filipina,Singapura, Thailand, dan Malaysia, ternyatamereka memiliki keinginan yang samanamun juga terbentur oleh jumlah keang-gotaan yang tidak mencukupi. Akhirnya,negara-negara ASEAN berpikir, kenapamereka tidak bergabung saja untuk mem-bentuk Chapter ASEAN.

Diakui Dr. Sally, Malaysia umumnya ma-sih menjadikan British sebagai panduan,namun Singapura, yang awalnya juga ber-kiblat ke British bebeberapa tahun terakhirmengubah ke Amerika. “Bahkan anggotaACP dan fellow dari Singapura ternyatayang terbanyak di antara negara ASEAN,”ujarnya.

Dimulai dari pertemuan lima negara diMedan, akhirnya disepakati untuk mulai me-

lakukan upaya-upaya guna berdirinyaChapter tersebut. Penyusunan proposaldilakukan di antara lima negara ASEANtersebut, kemudian diajukan ke ACP. “Kamimelakukan kontak melalui email,” ujar Dr.Sally menggambarkan bagaimana komu-nikasi dilakukan. Proposal yang diajukan

Prof. Idrus Alwi dan Dr. Sally A. Nasution: The new fellows of ACP.

Pengurus PB PAPDI dan para Internis lulusan Filipina pada Kongres I AFIM Manila, 2013.

KABAR PAPDI

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 25

disetujui oleh ACP, dan kelima negaraASEAN diminta untuk datang ke SanFransisco untuk menghadiri acara ACP awalApril lalu. “Pihak ACP pada intinya inginmengetahui seberapa besar keinginan kamiuntuk membentuk Chapter ASEAN. Mereka,misalnya, antara lain menanyakan bagaima-na pengaturan untuk menjadi Ketua di an-tara kami,” paparnya.

Diakui Dr. Sally, secara internal para ang-gota ini belum memutuskan siapa yang akanmenjadi ketua nantinya. Negara-negaraASEAN saat itu menjawab, ketua akan dipil-ih secara rotasi di antara lima negara terse-but. Untunglah, pihak ACP menilai kesung-guhan lima negara ini, dan meminta agarASEAN Chapter dipersiapkan dengan baik.

Usai pertemuan San Fransisco, lima ne-gara ASEAN berkejaran dengan waktumempersiapkan ASEAN Chapter. Dalam

waktu yang berdekatan, yaitu 5-8 Mei 2013di Filipina akan diadakan Kongres AseanFederation of Internal Medicine (AFIM) per-tama bersamaan dengan Kongres Philip-pine College of Physicians (PCP). Perte-muan tersebut sekaligus akan digunakanuntuk habis-habisan mempersiapkan Chap-ter. Namun karena dirasa akan banyakpembahasan, maka sebelumnya akan dila-kukan pertemuan di Pattaya,Thailand padaacara Annual Meeting The Royal College ofPhysicians of Thailand, 24 April 2013.

Di Pattaya, pertemuan sekaligus mem-bicarakan mengenai keorganisasian AFIM,yang terkait erat dengan chapter. Perte-muan di Pattaya sangat alot yang mengha-biskan waktu hampir lima jam membahaskata per kata berbagai tentang kepengurus-an, konstitusi, law agreement, board of re-gion, komisi-komisi, dan lain-lain. Pada per-

temuan itu Indonesia diwakili oleh Dr Sally.Pembicaraan pun berlanjut ke Manila. “Al-hamdulillah, sudah terbentuk, tinggal ditan-datangani oleh masing-masing negara,”ujarnya. Sayang, Malaysia tidak dapat hadirdi Manila karena sedang berlangsung pemi-lihan umum di negara tersebut. Dalam per-temuan tersebut, juga berhasil disetujui logoAFIM yang merepresentasikan negara-negara anggota AFIM.

Dr. Sally menjelaskan kepengurusanAFIM akan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua,Sekretaris, dan Bendahara. Disepakati,bahwa Filipina akan menjadi Ketua AFIMpertama, karena Kongres AFIM pertama di-adakan di Filipina. Jabatan Ketua denganperiode 2 tahun akan dirotasi. SelanjutnyaKetua AFIM akan dijabat oleh Singapura,dan selanjutnya Indonesia pada 2016 nanti.Indonesia dipilih menjadi Ketua berikutnya,karena pada 2016 akan berangsung WorldCongress of Internal Medicine (WCIM) diBali. “Moderator pertemuan sangat ketatmenetapkan pemilihan Ketua berdasarkanevent-event tersebut,” ujar dokter Sallymenggambarkan suasana sidang.

Nantinya, formasi kepengurusan AFIMsekaligus ditetapkan sebagai kepengurusanACP Chapter. Berarti, hanya tinggal bebera-pa langkah menuju ASEAN Chapter pada 1Juli nanti. Dr. Sally mengatakan, ASEANChapter akan membawa manfaat besarbagi pendidikan dan pengembangan ilmupara ahli penyakit dalam Indonesia. “Man-faat untuk anggota memang tujuan kamimengupayakan hal ini,” tuturnya di akhirpembicaraan. (HI)

Pengurus PB PAPDI dan Pengurus AFIM pada saat Kongres I AFIM Manila, 2013.

Foto bersama Pengurus PB PAPDI dan Peserta AFIM pada saat Kongres I AFIM Manila, 2013.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi Desember 201326PB PAPDI menyelenggarakan Seminar Umum Waspada Hipertensi dalam rangka peringati Hari Kesehatan Sedunia 2013.

Hari Kesehatan Dunia yang jatuhsetiap 7 April kerap dijadikan mo-mentum peringatan akan bahayagangguan kesehatan. Untuk, tahun

ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) me-netapkan tema Hari Kesehatan Dunia me-ngenai bahaya hipertensi.

Seperti diketahui, hipertensi masih men-jadi masalah kesehatan di seluruh dunia.Saat ini penyakit tekanan darah tinggi inimenempati urutan pertama penyebab ke-matian. Di Indonesia sendiri, angka kejadianhipertensi berdasarkan Riskesdas Departe-men Kesehatan Tahun 2007 mencapai 31%.

Data pasien hipertensi di RSCM yang me-ngunjungi poli rawat jalan maupun rawatinap periode tahun 2010-2012 sebanyak le-bih dari 15.000 kunjungan penderita.

Untuk itu, sebagai wujud pengabdian ke-pada masyarakat, PAPDI menggalang ke-waspadaan terhadap hipertensi. PengurusBesar PAPDI menggelar serangkaian acarapada bulan April atau bulan hipertensi. Di-antaranya gathering untuk awak media ce-tak maupun elektronik di Munik Restoran,pada 8 April lalu yang mengulas seputarhipertensi dengan narasumber KetuaUmum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi,

PAPDI bekerjasama de-ngan Kementerian Kese-hatan mengedukasi ma-

syarakat akan bahayanyahipertensi. Bulan April2013 ditetapkan seba-gai bulan kewaspadaan

Terhadap Hipertensi.

Hari Kesehatan Dunia

PAPDI KampanyekanWaspadai Hipertensi

KABAR PAPDI

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 27

SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAP-SIC, FACP dan Koordinator Bidang Humas,Publikasi dan Pengabdian Masyarakat Dr.Ika Prasetya Wijaya, SpPD,K-KV, FINASIMdan moderator Dr. Eka Ginanjar, SpPD,FINASIM.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Idrusmengungkapkan rasa terimakasih kepadarekan-rekan media agar dapat menyampai-kan informasi penting bahaya hipertensi danbagaimana pencegahannya kepada khala-yak luas. “Disini peran media baik cetakmaupun elektronik cukup strategis untukmengedukasi masyarakat akan bahayaresiko penyakit hipertensi,” ujar Prof. Idrussembari memberitahukan kepada rekan-rekan media sebagai Ketua Umum PBPAPDI terpilih sejak Desember 2012 silammenggantikan DR.Dr. Aru W. Sudoyo,SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP.

Prof. Idrus menambahkan pada bulanHipertensi ini, PAPDI bekerjasama denganKementerian Kesehatan menggelar seminartentang hipertensi untuk masyarakat. Semi-nar awan telah diselenggarakan di BalaiKartini, Jakarta yang dihadiri ratusan ma-syarakat dari berbagai kalangan. Hadir se-bagai pembicara Dr. Tri Juli Edi Tarigan,SpPD, FINASIM, Dr. Aida Lydia, PhD,SpPD, K-GH FINASIM dan Dr. DonoAntono, SpPD,K-KV FINASIM serta mode-rator Dr. Dharmeizar, SpPD, K-GH. Danmenetapkan bulan April 2013 merupakanbulan “Kewaspadaan Terhadap hipertensi”.

Di samping itu, PB PAPDI juga meng-himbau kepada 36 cabang PAPDI dari di se-luruh Indonesia untuk berperan aktif mem-peringati Hari Kesehatan Sedunia tahun ini.Dan PAPDI juga menyelenggarakan Jurna-lis Award tentang hipertensi bagi awakmedia.

Sementara Dr. Ika Prasetya Wijaya,SpPD, K-KV, FINASIM banyak mema-parkan bahaya, pengobatan dan pencegahan penyakit hipertensi. Menurutnya Hiper-tensi ditengarai sebagai pemicu terhadapterjadinya semua penyakit kardivaskularmayor, seperti PJK, stroke, penyakit arteri

perifer, dan gagal jantung dengan risikoyang meningkat antara 2-3 kali lipat diban-ding populasi tanpa hipertensi.

Bahayanya, tambah Dr. Ika, hipertensimerupakan silent killer karena penderitatidak akan menemukan gejala apa-apa pa-da tubuhnya. Dan hipertensi menjadi salahsatu faktor risiko utama terjadinya gang-guan pada jantung dan pembuluh darah,dan secara khusus menyebabkan penyakitjantung koroner (PJK) dan gagal jantungpada usia dewasa muda maupun usia lan-jut. Seperti diketahui faktor genetik berperansangat besar dalam terjadinya hipertensiyaitu 40-50%, sedangkan faktor lingkunganberperan sebesar 10-30%.

Oleh karena itu, lanjut Dr. Ika, yang pal-ing penting adalah mencegah hipertensi.Hal tersebut dapat dilakukan dengan menja-lankan pola hidup yang sehat, seperti ber-henti merokok, makan banyak sayuran danbuah-buahan, menghindari makanan cepatsaji karena banyak mengandung natrium.Berolahraga secara teratur dan dilakukansecara kontinu setiap hari selama 30-60menit. Ia mengajak semua orang, khusus-nya mereka memiliki keluarga yang penderi-ta hipertensi harus melakukan kontrol se-cara berkala.

Dengan Demikian, PAPDI berharap ma-syarakat cukup memahami resiko hipertensidan bersama-sama mewaspadai hipertensidan kendalikan tekanan darah sehinggaupaya global menekan prevalensi hipertensimenjadi kenyataan. (HI)

Dr. Tri Juli Edi Tarigan, Dr. Dono dan Dr. Aida sebagai pembicara pada Seminar Umum Waspada Hipertensi dalam rangka

peringati Hari Kesehatan Sedunia 2013.

Dr. Ika Prasetya sebagai narasumber pada konferensi pers HKS 2013.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi Desember 201328

Semarak Hari Kesehatan Sedunia tidakhanya dirasakan warga Jakarta.Gaungnya pun terasa hingga di daer-

ah-daerah. Beragam bentuk kegiatan dige-lar untuk memperingati bahaya risiko hiper-tensi, mulai dari seminar, bersepeda santai,olah raga massal hingga lomba menulis ber-tema “Waspadai Hipertensi, KendalikanTekanan darah”.

Berbagai pihak, termasuk PAPDI turutpeduli terhadap risiko penyakit ini.“Kamimengimbau kepada 36 cabang PAPDI untukberpartisipasi aktif mengkampayekan was-padai hipertensi,” kata Ketua Umum PBPAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP.

Beberapa cabang menyambut himbauan

ini. Di antaranya PAPDI cabang Cirebon be-kerjasama dengan Dinkes Kota Cirebonmenggelar seminar kesehatan dengan tema”Kendalikan Tekanan Darah: Cegah Kom-plikasi dan Raih Hidup Berkualitas”. Semi-nar itu diadakan di Hotel Zamrud Cirebon,27 April lalu dengan pembicara dr. SutiadiKusuma, SpPD, Dr. Irwan haris, SpPD, danDr. Wizhar Syamsuri, SpPD, FINASIM sertaselaku Moderator Dr. Dedi Nuralamsyah,SpPD., FINASIM.

Sementara di Nusa Tenggara Barat,PAPDI cabang NTB juga menyelenggarakanhal serupa. Seminar dengan tema “WaspadaiHipertensi, Kendalikan Tekanan Darah” ber-langsung di Mataram Lombok dengan meng-hadirkan pembicara Dr. I Gede Palguna,

SpPD, FINASIM dan Dr. IGN. Ommy Agus-triadi, SpPD. Seminar berlangsung meriahdengan dihadiri masyarakat sekitar dan be-berapa awak media setempat.

PAPDI cabang Purwokerto menggelar se-minar hipertensi di Aula RSUD Margono Su-karjo Purwokerto. Tampil sebagai pembicaraDr. Haidar Alatas, SpPD, K-GH, Dr. Aditia-warman, SpPD, dan Dr. Ma’mun, SpPD de-ngan dihadiri 16 perserta dari masyarakatsetempat. Di Cabang lain, PAPDI cabangSumatera Barat tak kalah semaraknya mem-peringati Hari Kesehatan Sedunia 2013.Berbagai acara seperti siaran radio menge-nai hipertensi, kampanye anti rokok hinggaseminar hipertensi, digelar sepanjang bulanApril 2013 atau bulan hipertensi. (HI)

PAPDI Cabang SerentakPeringati Hari Kesehatan Sedunia 2013

PAPDI Cabang Cirebon menyelenggarakan seminar hipertensi dalam rangka HKS 2013. PAPDI Cabang Purwokerto seminar hipertensi dalam rangka HKS 2013.

PAPDI Cabang NTB seminar hipertensi dalam rangka HKS 2013. PAPDI Cabang Sumatera Barat seminar hipertensi dalam rangka HKS 2013.

KABAR PAPDI

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 29

Selamat bernas ilmiah,kudapan kuliner, tidurnyenyak di Kota Bertuah,Pekanbaru, Riau.

Sekali layar terkembang pantangmundur ke belakang. Ungkapan initampaknya tepat ditujukan PBPAPDI dan PAPDI cabang Riau. Di

tengah kepulan asap tebal yang menyeli-muti langit Pekan Baru beberapa waktu lalu,PAPDI cabang Riau tetap menyelenggara-kan Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) XI PBPAPDI, di Hotel Pangeran, Pekan Baru,

Riau, 28-30 Juni 2013 lalu. Derasnya pem-beritaan mengenai asap ini, seperti tergang-gunya aktivitas di bandara hingga menim-bulkan komplain dari pemerintah negara-ne-gara tetangga, tidak menyurutkan langkahpara dokter dari seluruh Indonesia untuk ha-dir pada pertemuan ilmiah tahunan Per-himpunan Dokter Spesialis Penyakit DalamIndonesia (PAPDI) ini.

Ketua Pelaksana PIN XI PB PAPDI, DR.Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH,FINASIM, MMB, FACP, mengatakan infor-masi adanya asap yang menyelimuti PekanBaru tidak menghalangi niat para dokter un-tuk tetap hadir di Pekan Baru, Riau. PesertaPIN XI, lebih dari 700 dokter, tumpah ruah diHotel Pangeran. Begitu pula dengan standpameran yang tersedia telah penuh oleh

mitra farmasi dan alat-alat kesehatan. “Syu-kur Alhamdulillah, meski Kota Pekan Baru diselimuti asap, acara PIN PB PAPDI XI ber-jalan dengan baik. Dokter-dokter penyakitdalam dari seluruh Indonesia, hari ini telahmembuktikan kepada masyarakat Indonesiabahwa asap tidak menyurutkan niat paradokter untuk tetap beraktifitas melakukankegiatan di kota Pekanbaru yang selalu di-beritakan paling menderita akan bencanaasap nasional ini,” ungkap Dr. Ari, begitu Dr.Ari Fahrial Syam biasa disapa.

Bencana bak misteri, tak pernah tahu ka-pan datangnya. Bencana asap yang meng-gelayuti langit Pekan Baru sempat bikin ciuttuan rumah PIN XI, PAPDI cabang Riau. Pa-nitia yang terdiri dari internis, dokter umum,dan perawat berupaya maksimal untuk ke-

PIN XI PB PAPDI 2013:

Bernas Ilmiah di Bumi Lancang Kuning

Peresmian PIN XI PB PAPDI 2013 oleh Wali Kota Pekan Baru H. Firdaus MT.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi Desember 201330

lancaran acara ini. Ketua PAPDI cabangRiau, Dr. Rayendera, SpPD, FINASIM me-ngatakan pemantau intensitas asap terusdilakukan dan dikoordinasikan dengan PBPAPDI. Sementara Pemda Pekan Baru,melakukan pemadaman titik-titik api danmembentuk hujan buatan untuk menurun-kan intensitas asap. “Menjelang PIN asapmulai menipis, tidak lagi menghalangi jarakpandang sehingga bandara sudah dapatberjalan normal,” ujarnya.

PIN XI pun berjalan sesuai dengan ren-cana. Pada kesempatan itu, Wali Kota PekanBaru H. Firdaus MT hadir dan meresmikanPIN XI PB PAPDI 2013. Memang, PertemuanIlmiah Nasional PAPDI punya daya tarik sen-diri. Saban tahun pesertanya selalu mening-kat. Bahkan beberapa dokter baik internismaupun dokter umum menjadikan PIN PAP-DI agenda wajib untuk mengupdate penge-tahuan yang mesti dihadiri tiap tahunnya.

Kenapa? Dr. Ari mengatakan PIN menjadiajang untuk para dokter meningkatkan ke-mampuan klinis dalam penanganan kasus-kasus penyakit dalam. Berbagai teknikpemanfaatan tehnologi dan penanganan mu-takhir kasus-kasus penyakit dalam di ajarkanpada PIN ini, khususnya dalam bentukkegiatan workshop. Selain workshop parapeserta juga disuguhi materi aktual danupdate seputar penyakit dalam dalam bentukkuliah umum serta simposium. Hal ini dihara-pkan agar internis dapat menatalaksanapasien secara holistik dan mampu menan-gani kasus-kasus yang kerap terjadi diwilayah masing-masing.

Dr. Ari menegaskan ketika seseorangtelah memutuskan untuk berprofesi sebagai

dokter maka mereka dituntut untuk tetapbelajar seumur hidup. Dokter Indonesia jugaselalu diminta untuk melakukan registrasiulang setiap lima tahun untuk tetap bisaberpraktek melakukan pelayanan kedokteranditengah-tengah masyarakat. Untuk dapatregistrasi ulang, Konsil Kedokteran Indonesia(KKI) mensyaratkan adanya partisipasi dok-ter dalam meng-update pengetahuannya.

Satu Januari 2014 nanti Indonesia me-mulai Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN) bidang kesehatan. Pada era ini, pe-layanan kesehatan dilakukan secara berjen-jang dengan pembiayaanya berbasisasuransi. Menurut Dr. Ari, dasar dari sistemrujukan ini adalah bukti-bukti klinis atau evi-dence based dalam melaksanakan praktekdokter. Kualitas pelayanan kesehatan sa-ngat dipengaruhi oleh kemampuan dokterdalam menegakkan diagnosis dan terapi.“Dokter harus selalu mengupdate penge-tahuannya,” tegas Dr. Ari.

Alasan lain, lanjut Dr. Ari, adalah diber-lakukannya Asean Free Trade Area (AFTA)di bidang kesehatan pada 2015 nanti. Saatitu, rumah sakit asing dan dokter asing akanleluasa untuk memberikan pelayanan ter-hadap masyarakat Indonesia. Indonesia de-ngan jumlah penduduk 240 juta orang de-ngan pertumbuhan perekonomain yang baikakan mejadi pasar yang menggiurkan bagiinvestor asing di bidang kesehatan. Olehkarena itu di era AFTA nanti pilihan untukmasyarakat berobat hanya melihat apakahdokter berkompeten atau tidak menanganipermasalahan kesehatan mereka. Dr. Arimerisaukan jika dokter Indonesia tidak men-gupdate pengetahuan, maka dokter Indone-

sia tidak akan menjadi tuan rumah buatmasyarakatnya sendiri.

Seleksi GelarFINASIM

Bagi sebagian internis, PIN XI merupa-kan agenda yang tak boleh terlewatkan.Pada saat itu diumumkan para penerimagelar Fellow FINASIM oleh Sekretaris Jen-deral PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution,SpPD, K-KV, FINASIM. Pada 2013 ini ada182 internis dari seluruh cabang PAPDIyang mendaftar FINASIM. Namun hanya176 internis yang dinyatakan lulus hasil ujiverifikasi dan berhak mendapat gelarFINASIM. Menurut Dr. Sally internis yanglulus seleksi pada 2013 akan mendapat ser-tifikat FINASIM dan sudah boleh menam-bahkan gelar tersebut dibelakang namanya.Sedangkan Konvokasi akan dilaksanakanpada Kongres Perhimpunan Dokter Spe-sialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI)XVI di bandung pada tahun 2015 nanti.

Di samping up date pengetahuan, peser-ta PIN berkesempatan menikmati wisataalam, sejarah dan kuliner di Kota BertuahPekanbaru. Beberapa tujuan, seperti wisa-ta air sungai Siak , istana siak menjadi pili-han wisata. Sedangkan bagi penggemar wi-sata kuliner, makanan khas Riau gulai asampedas patin Riau menjadi tujuan wisata kuli-ner favorit. Sementara untuk membeli cin-deramata khas Riau, Pasar Bawah yangmenjual berbagai souvenir dengan hargacukup miring menjadi sararan para pesertaPIN. (HI)

Wali Kota Pekan Baru H. Firdaus MT.DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP

KABAR PAPDI

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 31

Puasa di bulan Ramadhan itu me-nyehatkan. Ibadah puasa selamasatu bulan penuh hendaknya mem-perhatikan kondisi kesehatan. Ber-

bagai penyakit yang termasuk lingkup Ilmupenyakit dalam, seperti hipertensi, diabetesdan lain-lain mesti dikontrol agar ibadahnyadapat berjalan dengan baik tanpa kendadlakesehatan. Hal tersebut disampaikan KetuaUmum PB PAPDI, Prof. Dr. dr. Idrus Alwi,SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAP-

SIC, FACP ketika membuka PAPDI Forumsimposium awam dengan tema “Meraih Ke-sempurnaan Ibadah Puasa Dengan SehatFisik dan Rohani”, yang diselenggarakanpada 11 Juni 2013 di Aula FKUI, Jakarta.

Pada kegiatan ilmiah ini di bahas bebe-rapa gangguan kesehatan yang kerap di-jumpai masyarakat, diantaranya penyakitmaag, diabetes dan gangguan kesehatanpada lansia. Hadir sebagai pembicara paradokter yang pakar dibidangnya. Ia adalah

Untuk DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP yang me-nyampaikan materi tentang puasa dan sakitmaag, Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger,FINASIM yang menyampaikan tema puasabagi pasien geriatrik dan Dr. Wismandari,SpPD, FINASIM yang membahas puasabagi pasien/penyadang Diabetes Millitus(DM). Dan acara dimoderatori oleh Dr. AlvinTagor Harahap, SpPD, FINASIM.

PAPDI Forum Puasa ini merupakan aca-ra rutin tahun yang diselenggarakan oleh bi-dang Humas, Publikasi dan PengabdianMasyarakat PB PAPDI. Pesertanya adalahmasyarakat umum, mahasiswa, anggotaklub jantung terpadu dan perwakilan daripuskesmas di Jakarta. Selain itu acara inijuga dihadiri rekan-rekan media baik cetakmaupun elektronik yang membantu menye-barkan informasi kesehatan keseluruh ma-syarakat.

PB PAPDI berharap semoga melaluiacara ini dapat memberikan edukasi pen-didikan dan pemahaman bagaimana menyi-kapi pelaksanaan puasa di bulan suciramadhan dengan baik dan benar tanpaterbentur kendala kesehatan. (HI)

PAPDI Forum:

Raih Kesempurnaan PuasaDengan Sehat Fisik dan Rohani

Simposium awam PAPDI Forum: Meraih Kesempurnaan Ibadah Puasa dengan Sehat Fisik dan Rohani.

Dr. Wismandari, SpPD, FINASIM. Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger, FINASIM. DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi Desember 201332

Rangkaian ibadah haji menuntut ke-siapan dan ketahanan fisik jamaah.Oleh karena itu, jauh sebelum be-rangkat ke tanah suci jemaah hen-

daknya memperhatikan kondisi kesehatan-nya. Jemaah perlu mengontrol keluhan ke-sehatan yang diderita, asupan nutrisi, danterbuka dengan petugas kesehatan tentangriwayat penyakit yang dialaminya. Hal terse-but disampaikan Dr. Anna Uyainah ZN,

SpPD, K-P, MARS, salah satu pembicaradalam PAPDI Forum simposium awam yangbertema “Kiat Menjaga Kesehatan Jasmanidalam Menjalan Ibadah Haji”, yang dise-lenggarakan pada 18 September 2013, diAula Fakultas Kedokteran Universitas Indo-nesia (FKUI), Jakarta

Dr. Anna Uyainah merupakan salah satupembicara dalam PAPDI Forum haji yangrutin setiap tahun dilakukan Bidang Humas,Publikasi dan Media PB PAPDI. Dalam

sambutannya, Ketua Umum PB PAPDI,Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACPberharap melalui acara ini dapat memberi-kan pendidikan keilmuan tentang penting-nya bagi jemaah haji, KBIH dan puskesmasdalam mengedukasi kesehatan jasmani ca-lon jemaah haji Indonesia. Dan kegiatan inimerupakan program PAPDI untuk memba-ngun eksistensi PAPDI di masyarakat.

Dalam kesempatan ini, Dr. Anna Uyainahmengangkat tema “Faktor resiko bagi je-maah haji dengan penyakit paru obstruksikronik”. Selain itu, hadir sebagai pembicaraadalah Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger, FINASIM dengan presentasinya yangbertema “Persiapan kesehatan fisik bagi je-maah haji uzur/lansia”. dan pembicara ter-akhir, Dr. Rima Irwinda, Sp.OG dengan te-ma presentasinya “Kiat cerdas dalam peng-gunaan obat penunda haid”. Acara dimoder-

atori oleh Koordinator PAPDI Forum Dr. TriJuli Edi Tarigan, SpPD, FINASIM.

Simposium setengah hari ini dihadiri ma-syarakat umum dan petugas kesehatan haji.Mereka sebagian besar dari perwakilanpuskesmas di Jakarta, KBIH Haji, Klub Jan-tung Terpadu (KJK), AKHI (Asosiasi Kese-hatan Haji Indonesia), Mahasiswa, dan je-maah haji reguler dan ONH Plus pada tahun2013. Acara ini juga didukung oelh rekan-

rekan media baik cetak maupun elektronikuntuk menyebarkan informasi ini keseluruhmasyarakat.

PAPDI berharap acara ini dapat mem-berikan pemahaman dan informasi yang te-pat baik kepada para jemaah haji yang akanmenunaikan ibadah haji maupun pihak-pi-hak yang terlibat dalam penyelenggaraanibadah haji ini. Semoga jamaah haji Indone-sia menjadi haji yang Mabrur... amiin.

(HI)

PAPDI Forum:

Kiat Sehat Fisik Saat Haji

Dr. Rima Irwinda, Sp.OG. Dr. Anna Uyainah ZN, SpPD, K-P, MARS. Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, FINASIM.

Para Pembicara PAPDI Forum simposium awam yang bertema “Kiat Menjaga

Kesehatan Jasmani dalam Menjalan Ibadah Haji”.

Para Peserta PAPDI Forum simposium awam yang bertema

“Kiat Menjaga Kesehatan Jasmani dalam Menjalan Ibadah Haji”.

KABAR PAPDI

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 33

Rakernas PB PAPDI dan seluruhCabang PAPDI di Hotel Harris,Jakarta awal April 2013 lalu men-sosialisasikan tim adhoc white pa-

per ilmu penyakit dalam. Ketua tim adhoc,Dr. Bambang Setiyohadi, SpPD, K-R, FINA-SIM pada kesempatan itu memaparkanperkembangan white paper yang dibuatoleh timnya dihadapan pengurus PB PAPDI,para ketua dari seluruh PAPDI Cabang dandelegasi dari departemen ilmu penyakit da-lam fakultas kedokteran di Indonesia. “PadaRakernas PB PAPDI yang lalu, telah dipre-sentasikan white paper ilmu penyakit dalam.Tapi, belakangan diketahui apa yang telahdibuat tim ini lebih kepada clinical privilege(kewenangan klinis),” kata Dr. Bambang ke-tika diwawancarai di ruang kerjanya DivisiReumatologi FKUI-RSCM. “Ada salah pe-ngertian tentang white paper,” ungkapnya.

Untuk sementara, lanjut Dr. Bambang,clinical privilege yang telah dibuat akan di-distribusikan ke seluruh cabang PAPDI agarkomite medik rumah sakit mengetahui kom-petensi spesialis penyakit dalam. “White pa-per ini cukup urgen, internis di daerah sudahada yang memintanya. Sementara diberikanclinical privilege, sambil merevisi white pa-per yang sebenarnya,”katanya.

Maklum, white paper adalah kebijakanbaru yang digulirkan Kementerian Kesehat-an pada tahun 2011. Belum banyak yangmemahami kebijakan yang dipayungi Un-dang-Undang ini. PB PAPDI membentuk timadhoc white paper pada kepengurusan ba-ru, pasca KOPAPDI XV di Medan Desember2012 lalu. Dr. Bambang menambahkan timini bertugas menyusun white paper ilmu pe-nyakit dalam yang nantinya akan menjadipanduan bagi para internis ketika membuatwhite paper di rumah sakit tempat merekapraktek. White paper dibuat tidak untuk me-larang seorang dokter melakukan tindakan

medis tertentu, melainkan siapa saja dokteryang boleh melakukan tindakan medis ter-sebut. Karena White paper, lanjutnya, berisiketentuan-ketentuan bagi dokter untuk da-pat melakukan tindakan klinis di rumah sa-kit. Isinya bukan saja kewenangan klinis,melainkan syarat-syarat yang mesti dipe-nuhi seorang dokter untuk mendapatkan pe-nugasan klinis dari komite medik rumah sa-kit. Syarat tersebut diantaranya memilikisertifikat kompetensi, sudah melakukan se-kian kali tindakan tersebut, tergabung dalamorganisasi spesialistik tertentu dan lain-lain.

Untuk itu, PB PAPDI, tambah Dr. Bam-bang, mengundang Prof. DR. Dr. Herkutan-to, SpF untuk membantu merevisi white pa-

per yang telah dibuat oleh tim adhoc. Timadhoc akan membuat white paper seluruhkompetensi yang dimiliki spesialis penyakitdalam. Namun dalam waktu dekat, tim ad-hoc lebih memprioritaskan white paper un-tuk tindakan-tindakan klinis di luar kompe-tensi inti ilmu penyakit dalam dan yang tum-pang tindih dengan perhimpunan lain. “Timini akan membuat white paper seluruh kom-petensi ilmu penyakit dalam.

White paper akan menjadi panduan ko-mite medik untuk menentukan siapa yangboleh melakukan tindakan medis tertentu dirumah sakit tersebut. Di rumah sakit, komitemedik melalui mitra bestari (peer group) me-lakukan kredensial terhadap seorang dokter

Tim Adhoc White Paper PB PAPDI:

White Paper UntukMelindungi Dokter dan Pasien

White paper dibuat tidak untuk melarang seo-rang dokter melakukan tindakan medis tertentu,melainkan siapa saja dokter yang bolehmelakukan tindakan medis tersebut

Prof. DR. Dr. Herkutanto, SpF (ketiga dari kiri) bersama tim adhoc white paper IPD dan pengurus PB PAPDI pada saat

penyusunan white paper di JS Luwansa, Oktober 2013.

dengen mengacu white paper. “Bila PAPDItidak membuat white paper, boleh jadi inter-nis tidak akan mendapat rekomendasi darikomite medik,” katanya.

Kredensial Dulu, BaruClinical Privilege

Tak ayal, saat ini white paper menjadiperhatian serius setiap perhimpunan profe-si kedokteran, termasuk PAPDI. MenurutProf. DR. Dr. Herkutanto, SpF organisasiprofesi kedokteran saat ini sedang membu-at white paper masing-masing yang akandijadikan panduan bagi anggotanya dalammembuat white paper terhadap suatu tin-dakan medis di rumah sakit tempat merekabekerja. “Bila perhimpunan profesi tidakmembuat white paper, maka anggotanyatidak mendapat diperkenankan melakukantindakan medis tertentu atau kompetensi

anggotanya di rumah sakit akan dikreden-sial berdasarkan white paper perhimpunanlain yang melakukan tindakan klinis yangsama,” ujar Guru Besar FKUI ini.

White paper digunakan sebagai standartindakan medis oleh pihak rumah sakit padasaat kredensial seorang dokter. Komite me-dik suatu rumah sakit akan menentukan mi-tra bestari untuk melakukan kredensial ter-hadap seorang dokter apakah layak mela-kukan suatu tindakan medis tertentu padarumah sakit tempat ia bekerja. Dokter yanglulus dari penapisan ini akan memperolehkewenangan klinik (clinical privilege) atastindakan medis tertentu dari direktur rumahsakit. “Seorang dokter dikredensial oleh

mitra bestari berdasarkan white paper.Dokter-dokter yang mendapat clinical privi-lege merupakan dokter yang kredibel dankompeten. Dengan ini mutu pelayananmedis dan keselamatan pasien di setiaprumah sakit lebih terjamin” kata ahli forensikFKUI/RSCM ini.

Prof. Herkutanto menegaskan white pa-per di rumah sakit muaranya adalah patientsafety. Hal tersebut merupakan amanat Un-dang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Ten-tang Perumahsakitan. Sementara pelaksa-naannya diatur dalam Permenkes Nomor755 Tahun 2011 Tentang PenyelenggaraanKomite Medik di Rumah Sakit. Pada dasar-nya, menurut UU di atas, semua pelayanan

medis dan risikonya merupakan tanggungjawab rumah sakit itu sendiri. Oleh karenaitu, pihak rumah sakit sudah semestinyamengelola seluruh pelayanan medis yangdilakukan stafnya sedemikian rupa agaraman bagi pasien.

Dalam pengelolaanya, pihak rumah sakitberhak melarang stafnya melakukan pela-yanan medis tertentu, kecuali dokter yangmenerima surat penugasan medis atauyang telah memiliki clinical privilege. Pem-berian clinical privilege terhadap staf medisdilakukan oleh komite medik yang dibantumitra bestarinya (peer group) dari profesiyang sama atau spesialis lain yang memilikipengetahuan terhadap tindakan medis ter-sebut. Kewenangan klinis ini harus menga-cu pada ketetapan yang dikeluarkan kole-gium masing-masing. “Clinical privilege di-peroleh setelah dokter tersebut melewati ta-hap kredensial oleh mitra bestari,” jelasnya.

White Paper BeriPerlindungan KepadaDokter dan Pasien

Keamanan pasien menjadi prioritas ru-mah sakit. Pihak rumah sakit berupayamemberikan pelayanan kesehatan yangprofessional kepada pasiennya. Pelayananyang baik hanya dapat diberikan dari stafmedis yang memiliki kompetensi dan kredi-biltas yang tinggi. Untuk menjaga kompe-tensi stafnya, pihak rumah sakit menunjukmitra bestari membuat white paper. “Whitepaper sebagai bukti kemahiran dan sekali-gus melindungi dokter,” ujar Dr. Bambang

White paper menjadi salah satu tolakukur akreditasi oleh Komite Akreditasi Ru-mah Sakit (KARS). Untuk membuat whitepaper yang baik maka pihak rumah sakitmenunjuk peer group yang kompeten. Prof.Herkutanto menambahkan rumah sakityang tidak layak melakukan tindakan medistertentu, jangan membuat white paper yangsubstandar. Pasalnya, tambah Prof. Herku-tanto, bila pada waktu tertentu, ada pasiendirugikan akibat tindakan medis tersebut,maka pihak rumah sakit dan pembuat whitepaper dapat dipersalahkan secara hukumkarena melakukan tindakan di bawah stan-dar. “Itu melanggar Undang-Undang Praktikkedokteran,” tegasnya. (HI)

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi Desember 201334

Ketua tim adhoc white paper ilmu penyakit dalam,Dr. Bambang Setiyohadi, SpPD, K-R, FINASIM pada

Rakernas PB PAPDI dan semua cabang.

Rapat penyusunan white paper IPD oleh tim adhoc bersama Prof. DR. Dr. Herkutanto, SpF sebagai konsultan white paper

di JS Luwansa, Oktober 2013.

Baru-baru ini Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PBIDI) mengklarifikasi kerjasama antara Komisi Pemberantas-an Korupsi (KPK) dan IDI. Hal tersebut dilakukan karenamerebaknya informasi ‘menyesatkan’ terkait kerjasama ini.

Sekretaris Jenderal PB IDI Dr. Daeng M Faqih, MH mengatakan ker-jasama IDI dan KPK yang dilakukan pada Juni 2012 lalu adalah ke-sepakatan dalam hal penilaian medis, keterangan medis dan se-cond opinion terhadap saksi/tersangka/terdakwa yang perkaranyasedang ditangani KPK. Kerjasama ini tidak terkait hubungan dokterdengan perusahaan farmasi.

“Berkaitan dengan adanya pemberitaan yang beredar melaluisms, BBM, dan email yang memberitakan terdapat kesepakatankerjasama antara KPK dan IDI mengenai larangan dokter menerimasecara langsung atau melalui transfer berupa uang atau keikutserta-an dalam seminar yang disponsori oleh perusahaan farmasi (gra-tifikasi), maka kami sampaikan bahwa pemberitaan tersebut tidakbenar,” kata Dr. Daeng M Faqih dalam pernyataannya yang ditu-jukan keseluruh perhimpunan profesi yang berada di bawah IDI.

Dalam upaya pemberantasan korupsi, Komisi PemberantasanKorupsi (KPK) bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, tak ter-kecuali Ikatan Dokter Indonesia. Para saksi atau terdakwa atau ter-sangka ketika ingin disidangkan kerap mangkir dengan alasan kese-hatan. Tak tanggung-tanggung ia mengklaim sendiri penyakitnya.Bahkan ada diantaranya memegang surat keterangan sakit daridokter atau rumah sakit tertentu. Hal ini akan menghambat kerja Ko-misi Pemberantas Korupsi (KPK) dalam menangani suatu perkarakorupsi. Memang dalam hukum acara di negeri ini ada dispensasibagi tersangka/terdakwa/saksi yang kesehatannya terganggu.

Setiap orang yang duduk di kursi pesakitan dipastikan kondisinyadalam keadaan sehat. Namun bila tersangka atau terdakwa dalamkondisi sakit, maka ia mesti memiliki surat keterangan sakit dari ins-titusi kesehatan tertentu, sehingga dimungkinkan persidangannyaditunda. Untuk menghindari adanya praktek kongkalingkong antaradokter dengan saksi atau tersangka atau terdakwa, KPK bekerja-sama dengan Ikatan Dokter Indonesia.

Pada Juni 2012 lalu telah disepakati kerjasama antara KPK danIDI, yaitu tentang “Kerjasama Dalam Penilaian Medis dan SecondOpinion Terhadap Saksi atau Tersangka atau Terdakwa yang Per-karanya Ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi”. Kesepakatanitu dilakukan di gedung KPK yang ditandatangani oleh Ketua UmumPB IDI, saat itu Dr. Prijo Sidipratomo SpRad dan Ketua KPK Abra-ham Samad.

Menurut Abraham Samad, kerjasama ini dimaksudkan untukmendukung pelaksanaan tugas dan wewenang KPK dalam bidangpenindakan tindak pidana korupsi khususnya terhadap saksi/ter-sangka/terdakwa yang memerlukan penilaian medis, keteranganmedis dan second opinion.

Dalam perjanjian itu, dokter atau dokter spesialis yang ditunjukIDI atas pemintaan KPK dapat melakukan pemeriksaan medis,mengkaji dan member keterangan tertulis mengenai kelayakan me-dis saksi/tersangka/terdakwa guna kepentingan proses penyidikanatau persidangan. Selain itu, dokter atau dokter spesialis yang ditun-juk IDI dapat memberi second opinion secara tertulis terhadap peni-laian medis saksi/tersangka/terdakwa berdasarkan data atau hasilpemeriksaan kesehatan dokter sebelumnya.

Dengan demikian, melalui pernyataan ini, IDI berharap pemberi-taan yang menyesatkan terkait kerjasama IDI dan KPK dapat dilu-ruskan. (HI)

INFO IDI

Halo INTERNIS Edisi Desember 201336

Kerjasama ini dimaksudkan untukmendukung pelaksanaan tugas danwewenang KPK dalam bidang penin-dakan tindak pidana korupsi khususnyaterhadap saksi/tersangka/terdakwayang memerlukan penilaian medis,keterangan medis dan second opinion.

Kerjasama IDI dan KPK:

Tidak Terkait GratifikasiDokter dan Farmasi

INFO KEMENKES

Kami sampaikan rangkuman informasi dari Kementerian Kese-hatan RI - Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penye-hatan Lingkungan, perihal ”Laporan Situasi Terkini Perkem-

bangan Malaria di lndonesia Periode Januari-Juni 2013” dengan be-berapa informasi sebagai berikut : 1. Penemuan Dini dan Pengobatan Tepat Penderita Malaria

a. Persentase kasus yang dikonfirmasi laboratorium pada triwulan 1(Januari - Maret) sebesar 92% dan triwulan 2(April - Juni) sebesar 95% (pencapaian di atastarget sebesar 90%). Capaian ini meningkatdibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 93 %.

b. Jumlah kasus positif malaria yang dite-mukan secara aktif melalui MBS (Mass BloodSurvey) pada triwulan 1 sebanyak 311 kasusdan triwulan 2 sebanyak 1966 kasus

c. Jumlah ibu hamil yang di-skrining pada tri-wulan 1 sebanyak 100.053 dan 741 positif,pada triwulan 2 dari 27.260 ibu hamil ditemukansebanyak 25 kasus positif

d. Jumlah kasus positif malaria yang ditemukan melalui kegiatanrutin puskesmas pada triwulan 1 sebanyak 53.095 kasus dan triwulan2 sebanyak 107.072 kasus

e. Persentase penderita positif yang diobati ACT pada triwulan 1sebesar 85 % dan pada triwulan 2 menjadi 86% (pencapaian diatas tar-get 80%). Angka ini meningkat dibandingkan capaian tahun 2012 yaitusebesar 82% 2. Pencegahan Penderita

a. Distribusi kelambu berinsektisida (Long Lasting Insecticidal

Net/LLIN) sampai triwulan 2 mampu melindungi 64% penduduk didaerah endemis tinggi.

b. Kegiatan penyemprotan dinding rumah melalui Indoor ResidualSpray (IRS). 3. Ketersediaan Logistik

a. Stok obat malaria (ACT) di gudang pusat, provinsi dan kabupat-en/kota pada juni 2013 sebanyak 160.009 cure.

b. RDT (Rapid diagnostic Test) : Stok RDTsampai triwulan 2 tahun 2013 adalah sebesar212.542 test.

c. LLIN (Long Lasting lnsectiside Net) :Sampai triwulan 2 tahun 2013 jumlah kelambuyang masih efektif digunakan sekitar 3,6 jutabuah yang sebagian besar ada di Kalimantandan Sulawesi. 4. Pencatatan dan Pelaporan

a. Kelengkapan pelaporan kabupaten/kotahingga triwulan 2 sebesar 79%

b. Dibandingkan dengan kelengkapan pela-poran kabupaten/kota hingga triwulan 2 pada tahun 2012 sebesar69%, terjadi peningkatan sebesar 10%.

Dari laporan kinerja per provinsi beberapa daerah masih perlu un-tuk ditingkatkan. Untuk kawasan lndonesia Timur (Papua, Papua Barat,Maluku, Maluku Utara dan NTT) yang endemisitasnya tinggi akandilakukan kegiatan akselerasi berupa penemuan dan pengobatan ka-sus secara aktif, kampanye pada kelambu massal dan penyemprotandinding rumah (IRS) secara selektif di desa endemis tinggi.

Kemenkes RI : Laporan Situasi Terkini

Perkembangan Malaria di lndonesia Periode Januari-Juni 2013

Bersama ini kami sampaikan informasi dari IPMG (International Pharmaceutical Manufacturers Group) perihal: pemberitahuan atas laranganpembayaran untuk dan atas nama institusi melalui rekening bank pribadi.

Tertanggal 1 Januari 2014, para anggota IPMG group tidak dapat lagi melakukan pembayaran apapun ke rekening bank pribadi yang bertin-dak untuk dan atas nama institusi/organisasi profesi.

Untuk lebih lengkapnya, sejawat dapat mengunduh surat edaran IPMG tersebut pada website : www. pbpapdi.org. Atas perhatiannya kami haturkan terima kasih.

I P M G

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 37

PROFIL

Halo INTERNIS Edisi Desember 201338

Berjalan sampai ke batas, berlayarsampai ke pulau. Agaknyapepatah inilah yang pas dise-matkan kepadanya jika melihat

segala hasil kerjanya. Lewat perjalananpanjang, berkat ketekunan dan kepanda-iannya, akhirnya pada awal September2013 lalu dia berhasil meraih posisi seba-gai Guru Besar Fakultas Kedokteran Uni-versitas Indonesia, dan berhak menyan-dang gelar Profesor.

Gelar terakhir ini melengkapi capaianakademis yang telah menghiasi nama-nya. Dia adalah Prof. DR. Dr. Siti Setiati,SpPD, K-Ger, FINASIM, M.Epid.

Prof. Setiati, begitulah dia akrab disa-pa, bukan cuma bersinar di bidang aka-demis, melainkan juga di dunia keorgani-sasian. Prof. Setiati tercatat pernah men-jabat penanggung-jawab klinik layananterpadu usia lanjut RSCM. Menyusul be-berapa posisi lain, seperti Sekretaris Ko-legium Ilmu Penyakit Dalam Indonesia;Koordinator Penelitian dan AdministrasiKeuangan Geriatri FKUI; Ketua Pusat

Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, FINASIM, M.Epid

Demi PANJIGERIATRI

Demi PANJIGERIATRI“....Saya selalu bersyukurmemiliki keluarga yang baik,yang mendukung habis-habisan. Saya bisa ‘gila’begini karena ada dia(suami) yang men-supportsaya secara finansial danmental,.......”

PROFIL

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 39

penerbitan Penyakit Dalam; Ketua ProgramStudi Spesialis Ilmu Penyakit Dalam FKUI;Sekretaris Fakultas FKUI, dan aneka jaba-tan lainnya yang terlalu panjang untuk dise-butkan satu per satu.

Segala hasil yang telah ia petik kini, me-rupakan buah kerja kerasnya selama ini.Meski tetap menekuni bidang akademis se-bagai staf pengajar ilmu penyakit dalam diFKUI, Prof. Setiati juga terus menggeluti be-berapa organisasi yang diamanatkan kepa-danya. Pada akhir Desember lalu, para ko-leganya menunjuk Prof.Setiati menjadi orangnomor satu di KolegiumIlmu Penyakit Dalamperiode 2012 -2015.

”Ini merupakanamanah walau sebenar-nya pekerjaan ini meru-pakan beban pekerjaanyang berat, yang bahkanbarangkali tidak diminatibanyak orang,” ujarSetiati kepada HaloInternis. ”Tapi, demikualitas pendidikan spe-sialis dan subspesialispenyakit dalam, harusada yang bersedia untukmengawal pendidikan”

Tugas kolegium, lan-jut Wakil Rektor UI ini,memang tidak main-main. Kolegium memilikiperan dalam mengawaldan menjaga mutu lulu-san dokter spesialis dansub spesialis penyakitdalam. Kolegium secarateknis harus membuatstandar kompetensi, me-mantau, dan memonitorpelaksanaannya, sertamengevaluasi hasil yangdicapai.

Tentunya, Prof. Setiati menyadari, ko-legium tidak bisa bekerja sendiri, melainkanbekerja sama dengan program studi. Kare-na program studi-lah yang mendidik pesertapendidikan. Kolegium menyusun kurikulumdan memastikan dijalankan dengan baikoleh program studi. “Jadi perlu ada sinergiantara kolegium dan program studi,” jelasnya.

Sejauh ini, berdasarkan hasil akreditasi,lanjut Prof. Setiati, beberapa program studispesialis penyakit dalam masih menun-jukkan hasil yang kurang memuaskan. Un-tuk itu, harus dilakukan berbagai pembe-nahan, terutama dalam hal manajemenpendidikan.

”Meski tidak mudah, ada beberapa halyang harus dilakukan,” ujar dokter yangmengambil pendidikan geriatri di Australiaini. Pertama, melakukan revisi terhadapstandar kompetensi yang telah dibuat baik

untuk spesialis maupun sub spesialis. Ke-dua, membantu program studi dalam mem-perbaiki manajemen pendidikan agar mutululusan dapat dijaga. Bentuk yang dilakukandapat berupa course dan pemantauan kelapangan apakah saran-saran kolegiumsaat akreditasi telah dijalankan oleh pro-gram studi tersebut.

Hal lain yang akan dilakukan kolegiumbersama PAPDI adalah menyelesaikan per-

masalahan di tingkat yang lebih makro ter-kait sub spesialisasi dengan advokasi keberbagai pihak baik internal maupun ekster-nal. ”Saya percaya bahwa tidak ada masa-lah yang tidak selesai, asalkan ada niatbaik. Ini memang harus kita perjuangkan,baik internal, eksternal, ke atas, dan ke ba-wah,” ujarnya optimis. Hal ini sesuai dengantujuan pendidikan dokter, yakni meningkat-kan derajat kesehatan masyarakat melaluipendidikan yang baik. “Jadi, mari berlombamemperbaiki pendidikan kita. Harapannya

adalah kualitas kesehatan masyarakat kitamenjadi jauh lebih baik,” jelasnya.

Setiati mengakui, tugas ini merupakanhal serius dan juga tantangan besar. Meskibegitu, dia yakin jika dilakukan bersama-sa-ma, semua pasti bisa. Tapi semua itu perludilandasi komitmen, disiplin, passion, danconscience. ”Kalau tidak ada komitmenmaka sulit untuk berjalan dengan baik,”ujarnya.

Prof. Siti Setiati bersama suami dan kedua anaknya.

PROFIL

Halo INTERNIS Edisi Desember 201340

Perempuan kelahiran Bandung 15 Ok-tober 1961 ini mengaku, acap kali meno-mor-duakan keluarga saat menyelesaikantugas-tugasnya. Bahkan, ibu dua oranganak ini kerap membawa pekerjaannya kerumah, entah untuk membuat program,membuat tulisan, atau soal ujian. Tak ayal,keseriusannya bekerja malah mengundangrasa ingin tahu anak keduanya. “Apa sihyang ibu cari dalam hidup ini?,’’ tanya sanganak sebagaimana dikutip Setiati.

Sungguh mengenaskan. Jauh di lubukhatinya sebagai seorang ibu, Prof. Setiatimerasakan penyesalan yang mendalam,karena dirinya tidak bisa penuh mendam-pingi anak-anaknya saat mereka sedangtumbuh.

Beruntung, suami dan kedua anaknyakemudian memahami betapa besar tugasdan tanggung jawab yang ada di pundakProf. Setiati. Berkat dukungan mereka, iamelakoni semua tugasnya dengan sepenuhhati.

Suara Lantang untukLansia

Mengabdi di dunia kedokteran, sebenar-nya bukanlah hal yang dicita-citakan sejaklama. Awalnya, anak pertama dari 4 bersau-dara dalam keluarga R. Kresno Brodjone-goro, lebih memilih teknik seperti ayahnyaalmarhum yang alumni ITB. Namun, sangibunda, yang kini berusia 78 tahun, memin-tanya untuk kuliah di Jakarta. Jadilah ia me-milih FKUI. Baru ketika tahun keempat, keti-ka sudah mulai berinteraksi dengan pasien,ia menyukai profesinya.

Kecintaanya pada dunia kesehatan se-makin mendalam saat menekuni bidang ge-riatri. Ia merasa itu sudah panggilan jiwa.Baginya, menyenangkan jika bergaul de-ngan orang yang lebih tua. “Saya suka bela-jar wisdom-nya mereka,” ujarnya. Prof. Se-tiati mengakui, di geriatri bukan cuma pintaryang dibutuhkan, tapi juga ketekunan dankemauan untuk mendengar pasien. Terlebihdengan segala kemampuan fisik oranglanjut usia yang sudah menurun.

Setiati tak segan-segan bersuara lan-tang jika mendapati pemangkasan hak-haklansia. Maka, ketika pasien mengeluh diberiobat hanya untuk pengunaan dua mingguyang di-cover askes, atau hanya diberikanbeberapa obat, instansinya telah melayang-

kan surat protes ke asuransi kesehatan ter-sebut. “Kasihan pasien ini. Mereka orang-orang tua, nggak mungkin mereka demoatau disuruh komplain,” ujarnya.

Dahulu, orang mungkin hanya sebelahmata memandang bidang geriatri. Spesiali-sasi yang tergolong baru di Indonesia mem-buat mereka yang kini berkiprah di bidangini harus berupaya keras sebelum eksis diIndonesia. Tidak ada karpet merah mewahterbentang.

Setiati termasuk salah satu murid Pelo-por Geriatri Indonesia, Prof.Dr. Supartondo,SpPD, K-Ger yang ikut serta dalam liku-likuperjalanan hingga bidang ini diperhitung-kan. Dan bagi Setiati, semuanya dimulai pa-da tahun 1994.

Saat itu, Setiati yang baru setengah jalanmenyelesaikan pendidikan Sp-1 spesialis Il-mu Penyakit Dalam FKUI diminta peloporGeriatri Indonesia, Prof. Supartondo, mem-bantu mengembangkan spesialisasi geriatrisaat itu masih asing di Indoensia. Menyikapipermintaan tersebut, wanita yang mengena-kan jilbab ini merasa tertantang, dan me-

nyanggupinya. Setiati harus bersedia mem-berikan waktu dan segenap pemikirannya,tanpa menghitung imbalan materi.

Bersama DR. Dr. Czeresna Heriawan,SpPD, K-Ger, FINASIM dan rekan se-profe-sinya, Setiati memulai hari-harinya denganpenuh kesibukan baru. Pada tahun yang sa-ma, Setiati mulai merintis pendirian poliklinikgeriatri yang mengembangkan pelayananterpadu untuk pasien lanjut usia. Geriatriyang dapat dikatakan masih bayi, mulai di-perkenalkan, baik kepada pasien, dan ter-utama kalangan medis.

Kampanye sosialisasi geriatri bukanlahtugas yang mudah. Pasalnya, penyakit pa-da lansia umumnya tidak cuma satu, dansemua masalah memiliki keterkaitan terle-bih dengan organ tubuh yang mulai menga-lami penurunan fungsi. Jika bicara satu pe-nyakit, maka pada orang tua tidak bisa dili-hat secara parsial. Problem usia lanjut sa-ngat besar, mencakup masalah fisik, psiko-logi, sosial, hingga spiritual. Berbagai disi-plin ilmu harus terlibat ketika membicarakangeriatri. Di sinilah salah satu tantangan

Prof. Siti Setiati saat pidato pengukuhan sebagai guru besar.

PROFIL

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 41

besar itu muncul, yaitu bagaimana meng-himpun berbagai ahli berbagai bidang untukduduk bersama mencari solusi untuk penya-kit-penyakit yang tidak kasat mata padaorang tua. “Saya terkadang sempat frusta-si,” kata Prof. Setiati. “Tapi Prof. Supartondoselalu sabar dan terus menerus memberi-kan semangat serta keyakinan kepada ka-mi.”

Tahun demi tahun berjalan, dengan ber-bagai rintangan yang ada, geriatri yang du-lunya hanya poli kecil kini telah berkembangdan memiliki ruang rawat yang didukungberbagai ahli serta layanan home care. Kini,poliklinik geriatri pun ramai dikunjungi pasi-en. Pendidikan Sp-2 konsultan geriatri kole-gium ilmu penyakit dalam berdiri di RSCM,sebagai salah satu dari 4 pusat pendidikangeriatri di Indonesia.

Tentu, lanjut Ketua KIPD ini, pengem-bangan ini masih terus berlangsungmengingat populasi usia lanjut sema-kin meningkat dan pastinya akanmenjadi beban ekonomi dan sosialterhadap negara. Untuk itu, kataProf. Setiati, perlu dipikirkan renca-na stategis dari para penentu kebi-jakan di negeri ini dalamm e n g e m b a n g k a npelayanan geriatriyang terintegrasi. Me-nurutnya, beberapalangkah penting yangdapat diambil, antaralain, mendirikan tem-pat rawat jalan ter-padu dan perawatankasus akut geriatri dirumah sakit di selu-ruh Indonesia. Pro-gram lain, menyiapkan tempat peristirahat-an sementara, nutrisi usia lanjut, layananpsiko-geriatri dan demensia care, dukungancare giver, pencegahan penyakit kronis dankonseling, dan menyiapkan model transpor-tasi yang sesuai bagi lansia. Selain itu, pe-merintah dapat membentuk badan per-lindungan bagi usia lanjut yang mengalamifrailty maupun demensia untuk menghindariabuse pada lansia.”Para penentua kebija-kan mesti memberi perhatian lebih terhadappopulasi lansia yang semakin bertambah,”ungkap Ketua Bidang Ilmiah Pergemi ini.

Di balik segala upayanya mengibarkanpanji-panji geriatri, Prof. Setiati amat terban-

tu dengan dukungan sang suami, Dr. As-dineri, SpOG. Ia pun tidak memiliki kera-guan sedikitpun dan selalu memiliki motiva-si tinggi. Dan untuk itu, ia tak henti-hentinyamengucap syukur.

“Saya selalu bersyukur memiliki keluargayang baik, yang mendukung habis-habisan.Saya bisa ‘gila’ begini karena ada dia (sua-mi) yang men-support saya secara finansialdan mental,” ujar wanita yang tomboy se-masa SMA-nya di SMA 11 (sekarang SMA70) ini.

Dr. Asdineri, menu-rut Prof. Setiati, telahmengerti betul watak-nya yang ‘tidak bisadiam’ sejak merekamasih menjadi temandi FKUI. Sejak maha-siswa, salah satu ke-sibukan Setiati ada-lah menjadi pe-mimpin redaksi Me-

dia Aesculapius, sedangkan Asdineri dudukdi bidang usaha. Namun, karena watak itupula rupanya Asdineri jatuh cinta pada wa-nita yang dinikahinya tahun 1987 ini. “Suamisaya mengatakan, saya kenal kamu sejakdulu seperti ini, kamu orang yang senangkerja, makanya saya pilih kamu, bukan yanglain.”

Setiati, tidak pernah dituntut untuk meng-urus suaminya. Bahkan, Setiati mengaku,sang suami lebih pintar memasak. Tak jarangjustru suaminyalah yang memasakkanmakanan atau membuatkan jus untuk Setiati.Padahal, suaminya juga sibuk dengan prak-tiknya di RS Permata Cibubur. “Saya bangun

tidur, sudah tersedia nasi goreng,” katanya.Dukungan suami, katanya, sangat melam-paui batas untuk semua yang dikerjakannya.

Bahkan, suaminya pula yang mendo-rongnya untuk selalu meneruskan jenjangpendidikannya. Termasuk tahun 1996 ketikaia harus meneruskan pendidikan di Australiausai menyelesaikan pendidikan spesialispenyakit dalam di FKUI. Ketika itu ia me-mang berat meninggalkan keluarga, teruta-ma karena dua buah hatinya masih kecil.Anak keduanya, Arief Dimas Dwiputro, ma-

sih berusia 2 tahun, sedangkan anak perta-manya, Andika Pratama, berusia 6 tahun,masa seorang anak membutuhkan kehadir-an ibu di dekat mereka. Namun lagi-lagimentalnya dikuatkan oleh ayah anak-anak-nya. “Teruskan sampai mana kamu memilikikemampuan,” ujarnya menirukan kata-katasuaminya. Ia pun ‘terbang’ untuk mengambilprogram Post Graduate Education in Geria-tric and Rehabilitation Medicine, Depart-ment of Geriatric and Rehabilitation Medi-cine Royal Adelaide Hospital. Anak-anakdiurus oleh suami dibantu keluarganya. Na-mun tak urung, ketika menjalani studi, ham-pir tiap malam ia menelepon keluarga, ter-kadang dengan tangis. “Uang beasiswa sa-ya habis untuk telepon,” ujar wanita kelahir-an Bandung, 15 Oktober 1961 ini.

Mengenang semuanya, Prof. Setiati ber-syukur anak-anaknya memiliki kesabarandan pengertian, dan tumbuh menjadi anak-anak yang pintar. Andika Pratama, kini telahlulus ITB mengambil bidang teknologi infor-masi. Sedangkan Arief Dimas Dwiputro ting-kat tiga Fakultas kedokteran UniversitasIndonesia. (HI)

Tak segan bersuara lantang jika mendapati pe-mangkasan hak-hak lansia. Ketika pasien mengeluhdiberi obat hanya untuk pengunaan dua mingguyang di-cover askes, atau hanya diberikan bebera-

pa obat, instansinya telah melayangkan suratprotes ke asuransi kesehatan tersebut.“Kasihan pasien ini. Mereka orang-orang tua,nggak mungkin mereka demo atau disuruhkomplain.”

SOSOK PAPDI

Halo INTERNIS Edisi Desember 201342

Di Kota Semarang, Ia lahir dan tum-buh bersar. Di kota yang masukdaftar 5 kota besar di tanah air inipula ia sukses merampungkan pen-

didikan yang mengantarnya pada profesisebagai dokter. Di kota ini, dengan kebera-daan rumah sakit pendidikan, mestinyamenjanjikan banyak peluang karir dalamprofesinya sebagai dokter. Tapi dia lebihmemilih menancapkan karirnya di daerahterpencil yang berada di bagian timur Re-publik Indonesia, Kupang. Sebuah wilayahyang diakuinya sebenarnya cukup memberi-kan kesulitan untuk bisa mendapatkan ke-

langsungan pendidikan lebih lanjut yang no-tabene kontradiktif dengan keinginannyauntuk menambah ilmu dan mengembang-kan diri kita? ”Daerah ini kering dan mem-buat kita memang susah menabung untukkelangsungan pendidikan,” ujar Dr. StefanyAdi Wahyuningrum, SpPD.

Bahkan diakuinya keputusannya waktuitu ke wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT)untuk menjalani PTT setelah kelulusannyadi FK Universitas Diponegoro Semarang itu,diakuinya banyak ditertawakan orang dekatdan teman-teman.

Tapi pilihannya sudah bulat. Bukan lan-

taran sang suami memang asli putra Flores(Ende), tapi bekerja di daerah terpencil me-mang telah menjadi impiannya. Bahkan ber-main kucing-kucingan dengan orangtuayang menolak mentah-mentah keinginan-nya pun dijalaninya. ”Diam-diam saya tidakmemberitahu orangtua saya bahwa sayamendaftarkan diri PTT ke NTT, saya jugasempat ikut LSM Perdhaki-Unicef untukmenjadi dokter pengungsi di Atambua sebe-lum SK PTT saya keluar,” terangnya. Apa-lagi Timor Leste di tahun 1999, tengah ma-rak dengan kerusuhan. ”Orangtua terus-me-nerus menahan saya untuk pergi, tapi kare-na tekat saya kuat dan sedikit nekat akhir-nya mereka saya memberi ijin walaupun de-ngan bertetesan air mata,” kenang dokterkelahiran 8 Agustus 1974 ini.

�KeterbasanMembuat Saya BerpikirLebih Tajam�

Untuk sebuah karir, bekerja di daerah,tentu bukan pilihan primadona. Apalagi jikadaerah yang dipilih adalah daerah keringyang nun jauh dari pusat pemerintahan ne-gara. Di tambah lagi, kasus dan masalahyang muncul seringkali komplek dengan sa-rana dan fasilitas diagnosis penunjang yangada seringkali juga sangat terbatas. Tapibagi Dr. Stefany, semua keterbatasan itujustru menjadi hal menantang dan meng-asah kemampuan dokternya untuk dapat le-bih tajam. ”Karena keterbatasan ini, kita ha-rus selalu berpikir dan belajar melalui keta-jaman klinis,” ujarnya. Upaya perujukan ha-nya baru dilakukan jika segala upaya telahmenthok tidak ada yang bisa dilakukan.

Sisi positif lain bekerja di daerah menu-rutnya adalah penerimaan masyarakat yang

Daerah Menempa Saya MENJADI LEBIHTANGGUH

Daerah Menempa Saya MENJADI LEBIHTANGGUH

Dr. Stefany Adi Wahyuningrum, SpPD

Dr. Stefany bersama keluarga.

SOSOK PAPDI

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 43

cenderung terbuka dan baik serta kesem-patan untuk bisa lebih banyak menikmati”safari dinas” dan memuaskan hobi travel-lingnya. Maka, dalam tiap kesempatan kun-jungan spesialis ke kabupaten-kabupatenyang belum memiliki internist, ia tidak hanyadatang untuk melayani pasien, namun sela-lu menyempatkan diri jalan-jalan menikmatikeindahan alam NTT dan kebudayaan ma-syarakat setempat usai tugas. ”Banyak dae-rah di NTT yang sebenarnya kalau dikeloladengan baik bisa menjadi tujuan wisataasing dan dalam negri, seperti pulau komo-do dan rinca, labuan bajo, keindahan tamanlaut di Riung, danau tiga warna Kelimutu,dan masih banyak lagi,” ujarnya.

Daerah juga memberi peluang besarbagi seseorang untuk menjadi seorangyang multitalenta karena tuntutan untukmampu bertindak multitasking. Barangkaliini ilustrasi untuk menggambarkan aktivitasdari sekretasis PAPDI cab Kupang ini. Takhanya hari-hari dengan kesibukan menguru-si pasien. Selain aktivitas lainnya sebagaisekretaris PAPDI Cab. Kupang dan sekreta-ris II di IDI Cab. Kupang, ia juga membantubagian biro hukum dan pembelaan anggotaIDI wilayah yang menuntutnya belajar takhanya menangani penyakit, tapi hal-hal se-perti hukum kesehatan, malpraktek, seng-keta medik dan lain-lain.

”Saya juga memegang sekretaris me-rangkap koordinator mahasiswa di Staf Me-dik Fungsional (SMF) bagian Penyakit Da-lam, yang sekaligus juga merangkap seba-gai tenaga admin karena kita belum punyatenaga administrasi haha..,” ujarnya terge-lak. Bahkan karena ia kerap dipanggil kepa-la sekolah, karena juga mengurusin doktermuda. Masih ditambah menangani tim PPI

(Pengendalian Pencegahan Infeksi) dantim akreditasi RS pendidikan RSUD profWZ. Johannes.

Menjadi AnemisLantaran LanggananMalaria

Di luar profesinya sebagai dokter, menja-lani kehidupan di tanah Kupang juga dijala-ni dengan aneka cerita haru biru. Usai me-nuntaskan dinas PTT di Kefamenanu, kabu-paten Timor Tengah Utara (TTU), NTT, iapun resmi menyandang dokter PNS di kotaKupang dan bekerja di puskesmas Siku-mana, dengan hidup yang serba pas-pasan.Ia mengaku, sepuluh tahun lalu ketika ma-sih CPNS, hanya menerima gaji 500 ribuperbulan, yang bakan untuk transportasi PPdan makan sehari-hari saja sudah habis. Inimasih ditambah hampir sebulan sekali iaterkena malaria sampai anemis sehinggaproduksifitas kerja pun menurunkan. ”Nahdengan gaji segitu bagaimana saya bisamakan makanan bergizi?” terangnya. Ke-nangannya berputar pada ingatan ketika

pertama mengontrak rumah yang terpaksaharus menabung 3 bulan untuk bisa mem-beli kain jendela.

Apakah ia akhirnya menyerah? Nyatanyatidak. Baginya, itu semua, ”Sangat menye-nangkan.” Apalagi ia bersyukur, mimpinyauntuk bisa melanjutkan pendidikan spesialisakhirnya terwujud. Pemerintah propinsi NTTmenggelar program beasiswa dokter specia-lis, dan akhirnya dia bisa bersekolah lagi diUniversitas Brawijaya, Malang, untuk meng-ambil spesialisasi penyakit dalam. Seusaipendidikan spesialistnya, ia juga tak berge-ming untuk berkarir di Malang ataupun kota-kota pendidikan lainnya, namun tetap padatekadnya untuk kembali ke Kupang untukmeneguhkan perannya sebagai dokter danibu dari Patricia Novena Adi Roga, buah hati-nya bersama sang suami, Vincentius Roga,SP. “Saya berterima kasih untuk guru-gurusaya di Brawijaya, Malang yang terus men-gingatkan saya untuk kembali lagi ke NTTdan berkarya disana,” ungkapnya.

Dr. Steffany memang yang pertama se-bagai internist wanita di RSUD WZ johanes,Kupang. Tapi kini dua internis wanita lainnyatelah menemaninya, Dr. Chatarina Keraf, Sp-PD dan Dr. Jeanne Sinaga, SpPD. Dan iamerasa gembira. Ditambah internist wanitalain di Maumere dan Kefamenanu. Belum la-gi spesialis lain yang mulai banyak berda-tangan di Kupang. ”Kami senang karenaakhirnya bisa bekerjasama dalam penangan-an pasien sehingga pasienpun dapat terta-talaksana dengan baik, kami juga kerap ber-kolaborasi dalam seminar misalnya dengantema spondilitis TB, di mana kami internist,neurolog, dan rehab medik menjadi pemateridalam seminar terebut,” kata dr. Steffany.

Sebagai anggota PAPDI, ia pun menga-ku senang karena PAPDI Cab. Kupang se-

lang dua tahun terakhir mulai aktifdengan simposium dan workshopuntuk dokter umum. Hal ini baginyasangat membantu karena sekarangsudah ada dokter muda yang stasedi penyakit dalam. Selain tetapdalam bimbingan, dalam penata-laksanaan pasien, mereka jugaselalu dilibatkan dalam setiapkegiatan PAPDI. ”Karena nantinyasebagai dokter umum mereka jugaharus bisa menjadi leader danmanager di pusat pelayanan pri-mer.” (HI)

BIODATA :

Nama : Dr. Stefany Adi Wahyuningrum, SpPDLahir : Semarang, 08 Agustus 1974Praktek/Dinas : RSU Prof. Dr. WZ. Yohanes,

Kupang - NTTJabatan di PAPDI: Sekretaris PAPDI Cab. KupangRiwayat Pendidikan: S.Ked (S1) : FK UNDIP Semarang - 1999Spesialis (SpPD) : FK Unibraw - 2010Nama orang tua : Drs. Johanes Adi Prabowo, MMNama suami : Vincentius Roga, SPNama anak : Patricia Novena Adi Roga

Dr. Stefany bersama anggota PAPDI cabang NTT.

Halo INTERNIS Edisi Desember 201344

SOSOK PAPDI

Bagi sebagian besar orang, kotabesar, adalah sebuah tempat yangmenggiurkan. Kemudahan akses,banyaknya fasilitas, ketersediaan

kebutuhan, persaingan yang memacu untukmaju hingga peluang peningkatan kariryang lebih besar dan pastinya harapan ma-terial yang lebih baik. Dengan segala privi-leges ini, tak sedikit yang rela mengesam-pingkan kesah, melawan derita kemacetanyang mewarnai, polusi yang menggelayuti,setress yang kerap mendera, ataupun per-saingan yang menguras emosi dan pikiran.“Here’s where all dreams begin.” Tapi bagidokter Dr. Martina Yulianti, SpPD, kembalike kampung halaman dan mengabdikan dirisebagai dokter di daerah di tempat tinggal-nya di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur,justru adalah wujud dari mimpi terbaiknya.

“Tak ada macet, dan setiap hari tidak ha-nya bisa ngantor, saya juga mengantar anakke sekolah, di sini adalah tempat yang pal-ing menguntungkan untuk menjalani keduaprofesi saya sebagai dokter dan ibu,” ujarsekretaris PAPDI Kalimantan Timur yangsaat ini juga aktif sebagai internis di RSUDAM Parikesit Kutai Kartanegara ini.

Tinggal di daerah pun bukanlah kendalabaginya untuk tetap bisa mengoptimalpengabdian pada profesinya. Ibu dari duaanak ini pun tercatat sangat aktif dalamkampanye tentang kesadaran penyakit dia-betes di wilayah kabupaten Kutai Kartane-gara. Sejak ia tercatat dua kali menjadi ke-

Dr. Martina Yulianti, SpPD

Perjuangan MELAWAN DIABETESdi Daerah

””

Kami sangat prihatin, banyakpasien diabetes yang datang keRumah Sakit sudah dalam kon-disi terlambat. Kini, diabetesmenempati urutan tinggi dalampenyakit sindrom metabolikyang diderita masyarakat KutaiKartangera. Peningkatan tarafhidup yang berimplikasi padaperubahan gaya hidup sepertidoyan makan enak, menjadisalah pemicu trend ini.

tua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSA-DIA) Cabang Kutai Kartanegara sejak 2-008hingga kini, ia aktif mengkampanyekan dia-betes tidak hanya di wilayah kota kabupa-ten, tapi juga menghadirkan PERSADIA dikecamatan-kecamatan.“Kami sangat priha-tin, banyaknya pasien diabetes yang datangke Rumah Sakit sudah dalam kondisi ter-lambat, ada yang kakinya sudah harus di-amputasi, dan lainnya,” ungkap AlumniFakultas Kedokteran Universitas Diponego-ro, Semarang ini.

Saat ini, diabetes menempati urutan ting-gi dalam penyakit sindrom metabolik yangdiderita masyarakat Kutai Kartangera. Pe-ningkatan taraf hidup yang berimplikasi padaperubahan gaya hidup seperti doyan makanenak, menjadi salah pemicu trend ini. Kenya-taan ini menyadarkan Dr. Martina akan tang-gung jawab besar yang dibebankan di pun-daknya. Maka melalui PERSADIA yang diha-dirkan di kecamatan, dihadirkannya program-program edukasi tentang diabetes yangdiharapkan dapat menyentuh langsung kekelompok masyarakat yang jauh dari kota.

Bukan Kendala Untuk Maju

Kita tentu tidak asing dengan ungkapanini, “Untuk apa tinggal di daerah? Karir akansusah untuk maju.” Tapi bagi Dr. Martina, ka-rir tidak semata tentang pencapaian levelposisi atau materi, tapi tentang bagaimanabisa berbuat lebih banyak untuk orang laindan masyarakat juga dirinya. Selain itu,dia juga membantah jika tinggal di daer-ah menghambat kemajuan karir. “Kalaupersoalan materi, di daerah juga tidakburuk, selain saat ini infrastruktur sudahsangat memadai, akses pengetahuandengan adanya internet menjadi mudah,di tambah nilai lebih di daerah adalahkehidupan lebih tenang dan persainganjuga sedikit,” ungkap ibu dari ValenciaUrsula Khrisnamurti (14) dan AngellicaGynarossa Puspita (10) ini. Sebagaiperempuan, kondisi daerah juga tidakmemberinya ancaman untuk tetap ber-aktivitas secara maksimal, serta baginyatidak ada perbedaan mendasar denganinternis pria yang bekerja di daerah.“Wanita pun dapat berbuat lebih banyakdan lebih baik bagi profesinya maupunmasyarakat sekitar,” ujarnya.

Hidup di daerah tak pula menjadi pengha-lang bagi puteri keempat dari 7 bersaudara,anak pasangan Y. Soedartomo dan AntoniaDevung, yang juga menjadi satu-satunyadokter di keluarga ini untuk berkiprah. Terca-tat ia aktif di berbagai organisasi baik yangterhubung dengan dunia kedokteran secaralangsung atau tidak langsung. Selain dua ja-batan sebelumnya yang sudah tersebut, Iajuga saat ini aktif menjadi ketua PPHI (Per-himpunan Peneliti Hati Indonesia)/ Perkum-pulan gastroenterologi Indonesia (PGI)/ Per-himpunan Endoskopi GastroenterotestinalIndonesia (PEGI), Pengurus PerkumpulanEndokrinologi Indonesia (PERKENI) danIkatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kali-mantan Timur, juga saat ini aktif mengetuaiTask Force Pengoperasian untuk pemba-ngunan RSUD Kota Bangun di Kutai Kar-tanegara.

Saat ini, dengan berkembangnya dunia

kedokteran di tanah air, keberadaan dokterspesialis di daerah juga makin menyeruak.“Dulu awal datang masih menjadi spesialis,internis, sendirian di sini, hampir 4 tahunan,jadi apa saja ditangani sendiri,” kata wanitakelahiran 12 Juli 1971 ini. Tapi kini spesialis-spesialis lain sudah mulai berdatangan di Ku-tai Kartanegara. Maka tugas pun mulai terba-gi. Mendapat pesaing? “Tidak,” tegasnya.Keberadaan spesialis-spesialis ini baginyajuga membuka peluang kerjasama selain ju-ga tugas yang juga bisa dibagi.

Target yang TertundaKini Dr. Martina masih memendam satu

mimpi yang tertunda yang belum bisa ia wu-judkan, yakni menempuh pendidikan kon-sultan. Pendidikan konsultan yang hanya bi-sa dilakukan di Kampus yang memiliki Ru-mah Sakit Pendidikan, yang bagi dirinya ter-

dekat adalah bisa dijalani di Samarinda,masih terhalang berbagai aktivitas dantugas merawat pasien. “Kalau saat inisaya menempuh pendidikan ini, berartipaling dekat saya ke Samarinda danharus meninggalkan Kutai Kartanegaradan semua pasien di sini, ini memer-lukan pengorbanan besar, dan masihbelum bisa saya lakukan,” ungkapnya.Meski demikian ia tak mengaku sedihatau berkecil hati. Baginya menjalanisemua yang saat ini ada di depan mataadalah yang terpenting. Baginya adabanyak cara untuk berkembang, takmelulu dengan menjadi konsultan, me-lalui organisasi juga bisa menjadi pilih-an. Namun ia tak menampik, jika ke-sempatan itu tiba, dia akan mewujud-kannya. Good luck ya dok! (HI)

BIODATA :

Nama : Dr. Martina Yulianti, SpPDTanggal Lahir : 12 Juli 1971Orangtua : Y. Soedartomo (Ayah)

Antonia Devung (IbuAnak : Valencia Ursula Khrisnamurti (14)

Angellica Gynarossa Puspita (10)

Pendidikan: S.Ked (S1) : FK UNDIP Semarang - (Lulus 1989)Spesialis (SpPD : FK UNDIP Semarang - (Lulus 2002)

Riwayat Pekerjaan: 1996: Dokter PTT di RSUD AM Parikesit Kutai Kartanegara2007: Internis di RSUD AM Parikesit Kutai Kartanegara

Jabatan Organisasi: 1. Ketua Komite Medik RSUD AM Prikesit2. Ketua Task Force Pengoperasian RSUD Kota Bangun

di Kutai Kartanegara

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 45

Dr. Martina Yulianti bersama anggota PERSADIA cabang Kutai Kartanegara.

SOSOK PAPDI

SOSOK PAPDI

Halo INTERNIS Edisi Desember 201346

Membangkitkan batang terendam.Ungkapan ini tepat ditujukan ke-pada Dr. Agasjtja Wisnu Wardha-na, SpPD, FINASIM. Dokter yang

berpraktik internis ini tahap demi tahap suk-ses mengembalikan khitah perguruan silatBetawi Sin lam ba. Setelah bertahun-tahunkonflik internal menerpa perguruan ini,membuat perguruan silat Sin lam ba ter-bengkalai. Lambat laun pamornya pun re-dup. Bahkan ada beberapa pendekar yangmemisahkan diri membentuk perguruan si-lat sendiri. Perguruan diambang perpe-cahan.

Kondisi ini membuat beberapa sesepuhSin lam ba prihatin. Mereka pun membica-rakan bagaimana membawa perguruan ke-luar dari kemelut ini. Akhirnya, para sesepuhmenunjuk Dr. Wisnu, begitu biasa ia disapa,untuk menjadi Ketua Umum PB Sin lam ba.Dokter yang berpraktik di RS Polri KramatJati ini dinilai mampu merekatkan kembalipara pendekar. Selain itu, ia juga pemegangsabuk hitam strip hijau, satu tingkat dibawahsabuk tertinggi, dipandang cukup mampumembenahi organisasi ini. “Para sesepuhdan pendekar meminta saya untuk menjadiketua umum,” ujar Dr. Wisnu ketika ditemuidi RKPD FKUI.

Menjadi ketua umum perguruan silat ter-kenal tidak membuat ia jumawa. Menurut-nya didampuk sebagai ketua umum meru-pakan amanah yang besar, apalagi aktivi-tasnya yang padat sebagai internis dan se-dang mengambil program pendidikan kon-sultan gastroenterologi dan hepatitis diFKUI. Langkah pertama yang dilakukanadalah konsolidasi para pendekar. Perwakil-an Sin lam ba tersebar di seantero Indone-sia. Kepengurusan mereka ada di tingkat

kabupaten. Selain itu, perwakilan jugatersebar di beberapa negara sepertiMalaysia, Singapura, Jepang, Lon-don, Washington, Brunei dan Mos-kow. “Para pendekar yang tersebarmesti dikonsolidasi kembali agarroda organisasi ini bisa berjalan,”ujar dokter yang juga mahirmemukul drum ini.

Karena vakum yang cukuplama, banyak perwakilan yangtidak melakukan pembinaandan latihan kepada anggota.Kalau pun ada perwakilanyang aktif, itu cuma sekadar-nya, berlatih tidak sistema-tis. Tak jarang ia menyam-bangi perwakilan di daer-ah-daerah. Ia pun membu-at buku silabus berisi ta-hapan jurus-jurus yangakan diajarkan kepada

Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM

Ketua Umum PB Sin lam ba

Ada JURUS SILAT di Ruang Praktek

“…Ia sedih, seni bela diri asli budaya bangsa,tidak bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.Ia mengubah citra perguruan silat Sin lam baagar lebih modern…”

SOSOK PAPDI

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 47

anggota sesuai dengan tingkatannya.“Pembinaan pendekar tidak berjalan baik,materi latihan tidak sesuai dengan standaryang ditetapkan,” katanya

Ia pun membenahi organisasi perguruanSin lam ba. Dasar-dasar organisasi sedikitdemi sedikit dibenahi. Tertib administrasi punditerapkan. Mulai dari mengubah AD/ARThingga kartu anggota tak lepas dari perha-tiannya. “Tata tertib dan aturan main perguru-an dibuat lebih professional,” ungkapnya.

Sebenarnya, kata Dr. Wisnu, misi utama-nya menjadi ketua adalah mengubah citraperguruan silat Sin lam ba agar lebih mo-dern. Ia sedih, seni bela diri asli budayabangsa, tidak bisa menjadi tuan rumah dinegeri sendiri. Sebaliknya, bela diri yang ber-asal dari negara-negara lain malah lebih po-puler dan digandrungi masyarakat Indonesia.

Membalikkan kondisi ini bukan perkaramudah. Dr. Wisnu menerobos kakunya bu-daya perguruan. Ia kerap mengirim parapendekar ke berbagai event olah raga baiknasional maupun international. Beberapapendekar yang pernah mengharumkan na-ma perguruan, berhasil mendongkrak pres-tasinya. Nama Sin lam ba kembali diperhi-tungkan dijagat persilatan. Bahkan ada be-berapa orang asing seperti Belanda men-daftar ikut belajar silat Sin lam ba. “Kamimengirim para pendekar ke berbagai eventuntuk meningkatkan prestasinya. Denganbegitu Sin lam ba akan lebih terdengar danimage bahwa perguruan ini identik denganklenik dapat berubah,” ujarnya.

Pandangan masyarakat masih miringterhadap perguruan silat, termasuk Sin lamba. Nuansa angker dan klenik kerap menye-

limuti perguruan ini. Padahal, kata Dr. Wis-nu, masyarakat belum mengenal perguruanini. Dokter yang juga aktif di PAPDI ini ber-pikir bagaimana mengubah citra perguruansilat.

Lalu apa yang dilakukan? Dr. Wisnu me-ngemas silat dengan entertainment. Menu-rutnya, bela diri asing lebih mudah dikenal,salah satunya, karena diperankan dalamfilm-film laga. Aktor-aktor laga yang me-nguasai bela diri sering menghiasi perfilmdunia. “Kenapa para pendekar silat bela-kangan ini belum ada yang main film?”tanyanya.

Gayung pun bersambut. Salah satu ru-mah produksi sedang mencari aktor lagauntuk film “Merantau”. Audisi pun dibuka.Salah satu murid Sin lam ba, Iko Uais terpi-lih jadi pemeran utama. Sukses film “Meran-tau” membuka pintu bagi para pendekar si-lat untuk terjun di dunia entertainment. Be-berapa murid Sin lam ba lulus audisi untukfilm Berandal, The Raid, Man of Taichi,Dead Mine, Serangon Road, Fast and Fu-rious VIII, Gending Sriwijaya dan lain-lain.Tak tanggung-tanggung rumah produksiHollywood minta disiapkan pendekar silatuntuk main di film Fast and Furious VI danVIII. “Kami diminta menyiapkan pendekaruntuk main di salah satu film di Holywood,”tutur Dr. Wisnu. “Saya diminta memberi pe-nilaian, termasuk kondisi fisik. Karena keba-nyakan tidak pakai peran pengganti ataupengaman. Standar aerobiknya mesti 8agar tidak cedera. Tingkatannya minimal sa-buk coklat ke atas karena memiliki kelentur-an, pernafasan, dan kemampuan menahanbenturan telah dikuasai dengan baik.”

Seiring dengan bermunculan para pen-dekar di berbagai film memberi dampakpositif terhadap seni bela diri tradisional ini.Perguruan silat kebanjiran murid yang inginmenuntut ilmu bela diri. “Sejak itu, banyakyang daftar Sin lam ba. Kebanyakan mere-ka tujuannya mau ikut audisi menjadi bin-tang film. Itu bukan tujuan sebenarnya. Tapipaling tidak mereka sudah mencintai buda-ya bangsa sendiri,” jelasnya.

Berlatih jurus silat, bagi Dr, Wisnu, mem-bantu menjaga stamina. Tak jarang, ia punmencontohkan gerakan silat untuk mengu-rangi keluhan pasien. “Beberapa jurus da-pat membantu pengobatan. Mereka sayaajari di ruang praktik. Memang ini belum adabukti empirisnya, jadi saya ajari kalau pa-siennya bersedia,” katanya.

Kegemaran Dr. Wisnu terhadap bela dirisudah dari remaja. Sebelum jatuh hati ke si-lat Sin lam ba, ia pernah menjajal bela dirilain seperti Karate, Taek Wondo dan lain-lain. “Di Sin lam ba saya dididik oleh sosokguru yang alim, jujur, bijak dan mau berbagiilmu,” kata dokter yang bergabung silat Sinlam ba sejak kuliah di FK Undip, Semarangpada 1983.

Nilai-nilai yang diperoleh dari sang guru,lanjut Dr. Wisnu, persis dengan apa yangditanamkan ayahnya yang seorang militer.Dalam silat, seseorang untuk mencapaitingkat tertentu mesti rajin berlatih, sabardan iklas. Selain itu sesama manusia sukatolong menolog, santun, dan tidak mere-mehkan orang lain. Dan seorang pendekartidak mencari permusuhan, tapi kalau adamusuh pantang lari: ente jual, ane beli.

(HI)

GURU BESAR

Bekerja keras dan berdoa demi ke-pentingan pasien. Begitulah tekad-nya dalam menapaki setiap jenjangkariernya. Selalu berupaya keras

memberikan pengobatan terbaik bagi pa-sien, mengantarkanya ke puncak prestasiakademik tertinggi. Pada 18 Mei 2013 lalu iadikukuhkan oleh Rektor UI menjadi GuruBesar dalam Ilmu Penyakit Dalam FakultasKedokteran Indonesia (FKUI), di AulaFKUI. Gelar professor pun berhak ber-sanding menambah panjang gelar dina-manya. Ia adalah Prof. Dr. Marcellus Si-madibrata, SpPD, K-GEH, FINASIM,PhD, FACG, FASGE.

Prosesi pengukuhan berlangsungkhidmat. Di hadapan para Guru BesarFKUI dan koleganya Prof. Marcel, begitubiasa ia disapa, menyampaikan orasinyayang bertema “Aplikasi Teknologi Ke-dokteran Mutakhir dan Peran Ilmu Pen-didikan Kedokteran Dalam Pencegahandan Penatalaksanaan Diare kronis di Indo-nesia”. Menurutnya infeksi masih menjadimasalah serius penyebab tingginya angkamortalitas dan morbiditas di Indonesia. Diarekronis misalnya. Di beberapa negara ber-kembang termasuk Indonesia, diare kronis di

Halo INTERNIS Edisi Desember 201348

Prof. Dr. Marcellus Simadibrata, SpPD, K-GEH, FINASIM, PhD, FACG, FASGE

Bukan Sekadar Kompetensi,Perlu Clinical Thinking danCritical ThinkingSeorang dokter mesti bela-jar sepanjang hayat.Selain memiliki standarkompetensi, diperlukan pulapengetahuan ilmu pendidikankedokteran agar dapatmemberikan pelayanan ke-sehatan terbaik.

GURU BESAR

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 49

tengarai penyebab terbesar akibat infeksi ku-man Escheria coli pathogen. Sedangkan dinegara-negara maju diare kronis penyebab-nya adalah non-infeksi seperi malabsorbsi,maldigestif makanan, keganasan dan lain-lain. Data di RS Cipto Mangunkusumo, Ja-karta menunjukan bahwa 48,3% penderitadiare kronis disebabkan oleh infeksi usus,33,3% disebabkan akibat non-infeksi dansisanya 18,4% dikarenakan campuran antarainfeksi dan non-infeksi.

Sayangnya, lanjut Prof. Marcel, diagnosispenyebab diare kronis cukup sulit. Meskimenggunakan pemeriksaan yang teliti dancanggih namun sekitar 10-15 % penderitabelum dapat ditentukan penyebabnya. Untukitu, untuk diagnosis diperlukan dokter yanghandal, bukan sekadar kompeten melainkanselalu meng-udate keilmuannya. “Hal inimenjadi tantangan bagi dokter agar selalumeng-update ilmu pengetahuan,” ungkapnya

Seorang dokter, sambung Prof. Marcel,selain memiliki standar kompetensi, diperlu-kan pula pengetahuan ilmu pendidikan ke-dokteran mengenai clinical reasoning dan cri-tical thinking. Dengan begitu, dokter dapatmemberikan pelayanan medis yang baik se-suai dengan kebutuhan masyarakat. “Dalamklinik diperlukan clinical reasoning, clinicalthinking, dan komunikatif agar tugas doktermenjadi baik dan memenuhi tuntutan masya-rakat,” tegas Ketua Departemen PendidikanKedokteran FKUI ini

Kasus-kasus gastrointestinal, termasukdiare kronis, kata Prof. Marcel, sangat terkaitdengan buruknya sanitasi, pola makan danfaktor genetik. Pada orasinya, ia mengatakanfaktor-faktor pencetus di atas harus diantisi-pasi agar kasus diare kronik dapat ditanganioptimal. Untuk itu perlu peran berbagaistakeholder kesehatan, terutama institusipemerintah bersama-sama menangani kese-

hatan seluruh masyarakat Indonesia.

Pribadi Kalem,Sederhana danPekerja Keras

Dinobatkan sebagai Guru Besar bagiProf. Dr. Marcellus Simadibrata, SpPD, K-GEH, FINASIM, PhD, FACG, FASGE adalahanugrah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Me-nurut Prof. Marcel, begitu biasa ia disapa, ke-berhasilan seseorang dipengaruhi oleh faktorinternal dan eksternal. Dari sisi eksternal,Prof. Marcel merasa senang dapat bekerja dilingkungan Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia. Pasalnya, sambung Prof. Marcel,atmosfir bekerja di FKUI sangat kondusif se-hingga memacunya untuk terus berkarya.Begitu pula, etos kerja para sejawat di FKUI,membuatnya terus termotivasi. “ Saya berun-tung bekerja di sini (FKUI), iklim kerja yangbaik membuat saya termotivasi,” ujar pakargastroenterologi ini.

Lingkungan kerja FKUI, tambah KetuaDepartemen Pendidikan Kedokteran FKUI inicocok dengan karakternya. Seperti diakui-nya, bila diberi suatu tugas ia akan berupayasekuat tenaga memberikan yang terbaik. Ba-ginya, kerja mesti maksimal, tak ada istilahsetengah-setengah dalam kamus hidupnya.Tak heran, beberapa posisi penting baik diorganisasi profesi maupun di lingkungan fa-kultas kedokteran pernah lakoninya.

Ketika di Departemen Pendidikan Kedok-teran (DPK) FKUI misalnya. Dekan FKUI,DR. Dr. Ratna Sitompul, SpM memintanyauntuk full time di departemen yang baru di-resmikan pada 2006 lalu. Padahal, perannyasebagai dokter senior di divisi gastroenterolo-gi tak kalah pentingnya. “ Kalau bekerja mestisepenuh hati, 100 persen,” tutur Ketua

Umum Perhimpunan Gastroenterologi Indo-nesia ini. “ Jadi, 90 persen kerja saya di DPK,10 persen di Divisi Gastroenterologi FKUI-RSCM. Sebelumnya, saya minta izin dulu kesejawat di divisi.”

Selain itu, ia memiliki keluarga yang san-gat mendukung kariernya. Marcel kecil tum-buh dikeluarga sederhana yang religius, pe-kerja keras dan disiplin. Ayahanda, Almar-hum Dr. Simadibrata, SpPD, K-GEH adalahpelopor gastroenterologi di Indonesia. Sosokayah, lanjut Prof. Marcel, adalah inspirasi da-lam mengarungi hidup. Sifat ayahnya yangpekerja keras dan sangat disiplin denganwaktu menjadi teladan baginya. Tak heran,ketiga anaknya, Dr. Kristina Lani Simadi-brata, Prof. Marcel, dan Dr. Paulus Simadi-brata, mengikuti jejaknya menjadi dokter.Padahal, putra kedua pasangan Dr. Simadi-brata dan Joyce Biana Simadibrata ini me-ngatakan, ayah tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk menjadi dokter. Ia memberikebebasan memilih untuk menjadi sarjanaapa saja, asal dapat bermanfaat bagi ma-syarakat.“ Bagi kami, ayah itu selain sebagaiorang tua, ia juga guru dan temen. Ia temenyang dapat diskusi, memberi nasihat danbimbingan. Kami tidak pernah disuruh menja-di dokter. Boleh menentukan pilihan, yangpenting berguna bagi masyarakat,” ujar Prof.Marcel mengenang nasihat ayahnya.

Apa yang dicapainya saat ini tak lepasdari peran istrinya, Dr. Christine Gono danketiga anaknya Christophorus Simadibrata,Daniel Martin Simadibrata dan Natasha Mar-tina Simadibrata. Tak jarang, padatnya akitivi-tas menyita sebagian besar waktu bersamakeluarga. Tapi pria penggemar musik jazz initetap menyempatkan diri untuk berkumpulbersama keluarga. “Mesti ada waktu untukbertemu keluarga walau sebentar,” ungkap-nya

Persis seperti ayahnya, Prof. Marcelmemberi kebebasan kepada anak-anaknyauntuk memilih profesi yang diinginkannya ke-lak. Kini, anak pertamanya, Christophorus Si-madibrata merupakan mahasiswa kedokter-an FKUI. Sedangkan Daniel Martin Simadi-brata masih duduk di sekolah menengahatas dan Natasha Martina Simadibrata di se-kolah menengah pertama. “Baginya, bilaayahnya dokter, belum tentu anaknya cocokmenjadi seorang dokter. Profesi apapun baikselama dijalani tekun dan berguna untuk ma-syarakat,” ujarnya. (HI)

Prof. Marcel bersama keluarga pada saat pengukuhan menjadi Guru Besar FKUI.

GURU BESAR

Sabar, tekun, dan ikhlas. Itulah be-kalnya menapaki jalan hidup. Lewatperjalanan panjang nan berliku,akhirnya dia mampu mencapai pun-

cak di bidang akademis. Ia dinobatkan se-bagai guru besar di Fakultas KedokteranUniversitas Diponegoro dengan meraih ge-lar Profesor. Gelar ini menambah deretprestasi akademik yang dicapai. Dia adalahProfesor dr. Catharina Suharti, SpPD, K-HOM, PhD FINASIM.

Dengan rasa syukur teramat dalam, iamenganggap capaian ini merupakan anuge-rah luar biasa dari Tuhan. Sepertinya semuamerupakan takdir atau kehendak dari YangKuasa. Mengapa tidak? Semula C. Suhartitidak pernah bercita-cita jadi dokter. “Bagai-mana mau jadi dokter, melihat orang me-ninggal saja saya takut,’’ jelasnya. “Masukfakultas kedokteran saya tidak berani, da-lam arti terlalu tinggi untuk saya”

Usai menamatkan SMA, lanjut C. Su-harti, dia merasa gamang. Tak tahu maulanjut studi dimana. Suatu waktu, dengantujuan membantu teman, C. Suharti berse-peda memboncengkan teman mendaftar diFK UNDIP. Baru sampai di tempat pendaf-taran dan melihat calon pendaftar cukup ba-nyak, temannya berubah pikiran. Sang te-man tidak jadi mendaftar, karena khawatir ti-dak diterima. “Lantaran saya kesal sudahjauh-jauh menjemput dan memboncengkandia hingga saya capek tapi sia-sia, akhirnyasaya yang mendaftar di FK UNDIP, “ jelas C.Suharti. Namun karena fakultas kedokteranmemang bukan pilihannya, ia tetap menco-ba mendaftarkan diri di Fakultas Ekonomi.Tapi sial, C. Suharti divonis gagal masukfakultas pilihannya. Rupanya, Tuhan punyakehendak lain.

Kesal membawa nikmat. Rupanya jerihpayah C. Suharti membuahkan hasil. Ia di-

terima bergabung sebagai mahasiswa Fa-kultas Kedokteran di Universitas Dipone-goro, Semarang, Jawa Tengah. Kadung ma-suk kedokteran, tak ada pilihan lain baginya,kecuali merampungkan pendidikannya.Akhirnya, dia lulus sebagai dokter umum.

Selanjutnya, C. Suharti bekerja di BankDarah RSUP. Dr. Kariadi. “Bukan karenasaya minat di bidang hematologi, tetapi ka-rena disitu belum ada dokternya. Jadi ke-mungkinan besar bisa diterima,” C. Suhartimenambahkan. Dua tahun berselang, dari

tempatnya mengabdi, C. Suharti mendapattawaran melanjutkan pendidikan. Direkturrumah sakit menyarankannya menempuhstudi hematologi, Bagian Ilmu PenyakitDalam, subspesialisasi Hematologi-Onkolo-gi Medik.

Pilihan studi barunya memaksa C. Su-harti menekuni dan mencintai bidang ini danberusaha agar menjadi bidang yang mena-rik bagi generasi muda. “Dan memangakhirnya saya mencintai bidang ini, karenabekerja dengan tekun dan dengan hati, bisa

Halo INTERNIS Edisi Desember 201350

Prof. dr. Catharina Suharti, SpPD, K-HOM, PhD FINASIM

JALAN BERLIKU Sang Guru Besar

“Jabatan Guru Besar yang merupakan gelar aka-demik tertinggi bagi saya merupakan anugerahTuhan yang luar biasa, yang juga mengandungarti tanggung jawab yang besar…”

GURU BESAR

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 51

menjadi “berkat” bagi orang lain yang mem-butuhkan terutama penderita kanker,” ujarpenerima Young Investigator Awards dalamThe 2nd Asian-Pacific Congress on Throm-bosis and Hemostasis, Seoul, Korea, 2002.

Jadilah C. Suharti menjadi seorang tena-ga ahli hematologi-onkologi medik (HOM).Di Indonesia masih sangat terbatas, tidaksebanding dengan luasnya wilayah sertajumlah penduduk Indonesia. Sebagai con-toh, propinsi Maluku maupun Papua belummempunyai ahli HOM, Pulau Kalimantanyang merupakan pulau terbesar di Indone-sia hanya mempunyai 1 ahli HOM. Selainitu, distribusi tidak merata, sebagian besarahli HOM berada di Jakarta.

Guna mencetak para ahli HOM di tanahair, Suharti menyarankan langkah strategisyang mesti diambil. Pertama, hendaknyapemerintah atau pihak otoritas menambahjumlah ahli HOM lewat program pendidikanSpesialis-2 HOM di sentra yang telah me-menuhi syarat untuk melaksanakan pendi-dikan. Institusi yang terlibat pendidikan Sp-2memberi kemudahan bagi mereka yangingin mengambil subspesialis bidang HOMini. Kedua, dan ini merupakan terobosanyang sedang dilakukan di beberapa sentrapendidikan HOM, termasuk di Semarang,yaitu mendidik Internis plus. Para Internisyang bekerja jauh dari pusat HOM dididikdalam bidang onkologi/kemoterapi. Merekadididik untuk menjadi kepanjangan tenagamedis di rumah sakit masing-masing.Ketiga, usaha secara kontinu menanamkancitra bahwa HOM adalah bidang yang san-gat menarik, sangat luas dan terus berkem-

bang, dan bukan bidang yang sulit dipaha-mi seperti masih di awang-awang. Dengandemikian banyak generasi muda yang bakalmeminati bidang ini.

Lewat program tersebut, C. Suharti ber-harap, kesenjangan antara kebutuhan tena-ga ahli HOM dengan pertumbuhan jumlahpenderita kanker kian menipis. C. Suhartimenguraikan, dari data berbagai rumah sa-kit menggambarkan, jumlah penderita kan-ker di Indonesia makin meningkat. Hasil sur-vei dari beberapa kabupaten menunjukkan,kanker termasuk 10 penyebab kematianterbesar.

Menurut C. Suharti, bidang hematologi-onkologi medik terus berkembang sejak

sekitar 30 tahun terakhir, baik dalam bidangdiagnosis maupun terapi. Jenis obat kemo-terapi maupun efektifitasnya terus mening-kat. Namun perubahan yang sangat besaradalah munculnya kelas baru dari terapi sis-temik kanker yang disebut terapi targetmolekul. Temuan kelas obat ini sebagai aki-bat perkembangan di bidang biologi mole-kular yang mampu menjelaskan dari sisimolekular tentang etiologi maupun perilakusel kanker.

Usaha untuk masyarakat agar terhindardari penyakit ini melalui pencegahan yangbukan menjadi tanggung jawab dokter sajatetapi juga pihak lain yang terlibat, misalnyaedukasi tentang bahaya merokok (kankerparu), peran mikronutrien (carotenoid), kon-seling genetik, skrining kanker (kankerpayudara, mulut rahim, usus besar), polahidup sehat dan perhatian terhadap ling-kungan (pekerjaan, makanan yang mengan-

dung zat karsinogenik), dll.Kiprah C. Suharti terus berlanjut. Ia terli-

bat di berbagai penelitian yang bersifat glo-bal, karena mempunyai beberapa publikasidi beberapa jurnal, misalnya studi Einstein,IPAS, ACTION dsb. Sedangkan di bidangpengabdian masyarakat, sejak 1987 hinggasekarang C. Suharti terlibat dalam tim kerjacangkok sumsum dan Tim Pelaksana MedisYayasan Hematologi Jawa Tengah.

Di bidang pengabdian masyarakat, C.Suharti juga berperan sebagai PembinaHimpunan Masyarakat Peduli ELGEKA (ko-munitas Leukemia Granulositik Kronik danGIST) Jawa Tengah (2009-sekarang), Pem-bina CISC (Cancer Information & SupportCenter) Semarang (2008-sekarang). Ia jugadipercaya selaku Pembina Komunitas Trom-bofilia Semarang (2010-sekarang). SejakFebruari 2013 lalu, C. Suharti ‘ketumpuan’satu lagi amanat besar selaku PembinaPanggon Kupu (Komunitas Odapus/orangdengan lupus) Semarang.

C. Suharti mengenang sedikit tentangTransplantasi Sumsum Tulang (TST) diRSUP Dr. Kariadi-FK UNDIP Semarang.Sejak 1987 timnya telah melakukan 6 kaliTST, 4 TST autologous dan 2 allogeneic.Hingga sekarang masih survive 2, seoranglulus Fakultas Ekonomi, ibu dari 2 putra; se-orang lainnya telah menjadi dokter umum,dengan 1 putra. Atas prestasi kerjanya, C.Suharti memperoleh penghargaan keberha-silan cangkok sumsum tulang pada 1998.

Tapi cukup disayangkan, aktifitas C. Su-harti bersama tim sempat terhenti karenaberbagai kendala, terutama dana. Berun-tung tahun ini mereka mulai lagi denganmelakukan regenerasi anggota tim, denganmemasukkan generasi muda. Hingga bulanini mereka telah melakukan 3 kali TST autol-ogous, 2 penderita Leukemi Mielositik Akut(LMA), dan 1 penderita Myeloma. Satu pa-sien LMA dewasa sedang dalam persiapanuntuk dilakukan dalam minggu ini. “Sebagaiorang tua saya bahagia dan bangga melihatsemangat staf muda yang penuh semangatdan inovasi,” terang C. Suharti.

Berkat dedikasinya pada dunia peneliti-an dan pengembangan, menjelang pensiun,C. Suharti dipanggil Rektor UNDIP, Prof. Dr.dr. Soesilo Wibowo, MS Med Sp And. Iadiminta mengajar di almamater yang pernahmembesarkannya. Setelah 6 tahun di tem-pat barunya, akhirnya C. Suharti memper-

Prof. C. Suharta bersama kolega HOM pada saat pengukuhan menjadi Guru Besar di FK Undip Semarang.

oleh jabatan guru besar di FK UNDIP.“Jabatan Guru Besar yang merupakan ge-lar akademik tertinggi bagi saya merupakananugerah Tuhan yang luar biasa, yang jugamengandung arti tanggung jawab yang be-sar. Saya harus konsisten meneruskan TriDharma Perguruan Tinggi: mendidik, mene-liti dan mengabdi/melayani,’’ ucapnya lirih.

C. Suharti sangat bersyukur atas anu-gerah yang diterimanya, karena jalan untukbisa sampai jenjang guru besar cukup pan-jang dan sulit. Pada awalnya status kepe-gawaian C. Suharti menginduk ke Kemen-kes. Berhubung waktu pensiun sudah sa-ngat dekat, supaya bisa diproses lokal diUniversitas, KUM-nya hanya digunakan un-tuk jabatan Lektorsaja. Sisanya amatbanyak, tidak digu-nakan. Ternyata pro-ses melimpah dariKemenkes ke Ke-mendikbud itu sangatsulit. Untung ada se-seorang yang relamembantu proses inidengan setiap saatdatang untuk me-mantau. Akhirnya 11hari sebelum pen-siun, C.Suharti telahmengantongi SK,dan selanjutnya diri-nya menginduk padaKemendikbud.

Pada 2007 C. Suharti diminta untuk me-ngumpulkan KUM untuk persyaratan GuruBesar. “Bagi saya hal ini tidak ringan karenasaya harus “loncat jabatan” dari lektor keGuru Besar, yang tentu saja dibutuhkan ba-nyak tambahan KUM,” C. Suharti mengaku.Beberapa publikasi internasional sewaktudia studi program PhD di University MedicalCentre St. Radboud (Belanda) tidak diakui,dinilai sudah terlalu lama (2001). Tapi C. Su-harti tak kurang akal. Terpaksa dalam waktusingkat C. Suharti harus mengejar agar sya-rat untuk pengusulan Guru Besar terpenuhi.Dia membuat beberapa buku ajar dan me-lakukan publikasi dari penelitian yang belumsempat dipublikasikannya dulu. Akhirnyausahanya membuahkan hasil, C. Suharti di-nyatakan lolos oleh Senat Universitas, dandiproses di DIKTI.

Rupanya proses menjadi Guru besar

masih harus menghadapi ganjalan. Ternya-ta C. Suharti masih diminta menambah be-berapa publikasi, karena beberapa publika-sinya tidak bisa diterima, dengan alasan jur-nal yang memuat publikasi dia adalah jurnalyang tidak memiliki akreditasi DIKTI dantidak dapat diakses lewat internet. “Kenapainstitusi yang paling berwenang memberipenilaian membuat keputusan yang tidakbenar?,” tanyanya membatin.

Prof. C. Suharti mencoba menginforma-sikan perihal ini kepada Editor in chief darijurnal yang bersangkutan, dengan maksudagar dikemudian hari tidak ada lagi yangdirugikan seperti saya. Untunglah, berkatpenjelasan dari Editor dengan disertai bukti

tentang status jurnal, dan ditembuskan kebapak Rektor serta DIKTI, akhirnya dia lolosmenjadi Guru Besar. “Tuhan membantu sa-ya lewat para sahabat dan mengizinkansaya untuk menjadi Guru Besar. Untuk itu-lah saya selalu bersyukur,” ucap istri dr.Prawito, SpKK ini.

Pada hari pelantikannya sebagai GuruBesar, C. Suharti membawakan orasi yangbertema: “Gangguan Hemostasis Pada In-feksi Virus Dengue: Peranan Sitokin Pro-inflamasi Sebagai Mediator”. Tema ini mena-rik baginya, karena beberapa alasan. Per-tama, demam berdarah dengue (DBD) tidakhanya merupakan masalah nasional tetapimasalah global; Kedua, di Asia Tenggara, In-donesia menduduki peringkat ke satu dalamhal jumlah kasus maupun angka kematian;Ketiga, salah satu komplikasi penting penye-bab kematian DBD adalah perdarahan di-samping syok. Gangguan perdarahan meru-

pakan kompetensi HOM; Keempat, C. Su-harti merupakan peneliti tentang gangguanhemostasis pada DBD, yang merupakan ker-jasama antara FK UNDIP-RSUP Dr. KariadiSemarang, Indonesia dengan University Me-dical Centre St. Radboud, Nijmegen; Slo-tervaart Hospital, Amsterdam, dan Institute ofVirology, Erasmus Medical Centre, Rotter-dam The Netherlands.

Dari hasil penelitian tentang patofisiologipendarahan DBD, C. Suharti menyimpul-kan, trombositopenia bukan sebagai penye-bab perdarahan utama pada DBD, sepertiyang banyak dikhawatirkan masyarakat.Sitokin proinflamasi TNF-α, IL-1β, IL-6, IL-1Ra terbukti berhubungan dengan pengak-

tifan sistem koagulasi maupun fibrinolisispada DBD. Dalam kaskade koagulasi, jalurintrinsik faktor XI terlibat dalam patogenesiskelainan koagulasi pada DBD, yang meng-hasilkan konsentrasi trombin dalam jumlahbesar lewat faktor IX dan faktor X. Dan tidakterbukti adanya aktifitas sistem kontak (fak-tor XII) dalam patogenesis kelainan koagu-lasi pada DBD.

Kesimpulan lainnya, antigen dan aktifitasTAFI (Thrombin activatable fibrinolytic inhi-bitor, suatu inhibitor fibrinolisis yang diaktif-kan oleh trombin) sangat menurun danmengakibatkan perdarahan hebat. TAFIsendiri merupakan inhibitor fibrinolisis yangbelum lama ditemukan. Temuan ini sangatfenomental, karena merupakan yang perta-ma terbukti pada infeksi virus.

Tidak lupa dalam orasinya, C. Suhartimengucapkan terima kasih atas dukungansegenap orang yang membantunya menca-pai Guru Besar, seperti suaminya, RektorUNDIP, Direktur RSUP Kariadi, serta selu-ruh staf HEMON, pasien, dan sahabat. “Tu-han memberi anugerah lewat orang baikyang ada di sekitar saya, sepanjang hidupsaya,” pungkasnya. (HI)

GURU BESAR

Halo INTERNIS Edisi Desember 201352

”Tuhan memberianugerah lewat orangbaik yang ada di seki-tar saya, sepanjanghidup saya..”

Prof. C. Suharta bersama suami Dr. Paulus Prawito S, SpKK usai pengukuhan menjadi

Guru Besar di FK Undip Semarang.

GURU BESAR

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 53

Sosok kalem, takbanyak bicara, danseperti terlihat takingin tahu. Namun

sejatinya dia tahu banyakhal. Ia juga terkesan cuek,acuh, dan seperti tidakmemperhatikan sekitar.Padahal ia begitu sangatpeduli. Sebagian besarwaktunya rela dihabiskanuntuk mendalami danmembantu pasien-pasiendiabetes. Itulah Prof. DR.Dr. Pradana Soewondo,SpPD, K-EMD, FINASIM,yang pada 7 September2013 lalu dikukuhkansebagai Guru Besar da-lam Ilmu Penyakit dalamdi Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia(FKUI) Jakarta.

Prof. DR. Dr. Pradana Soewondo, SpPD, K-EMD, FINASIM

Secercah HarapanPenyandang DMdi Era SJSN

Sudah seyogyanya penyakit DM mendapat per-hatian dalam JKN agar dapat mencegah penyan-dang DM dari komplikasi akut dan kronik.

Bagi Prof. Pradana, begitu dia biasa dis-apa, sukses mencapai gelar akademik tert-inggi merupakan suatu anugrah luar biasadari Tuhan. Gelar professor yang disan-dangnya tak membuat ia jumawa. Bahkan,Manager Akademik dan KemahasiswaanFKUI ini mensyukuri apa yang dicapainyasaat ini dengan kerja keras mengembang-kan pendidikan kedokteran di Indonesia,terutama di FKUI. “Ini tentu saja penghar-gaan bagi saya, karena ini adalah pencapai-an tertinggi dan setiap orang yang menca-pai pencapaian ini pasti akan bangga terma-suk diri saya,” ujarnya saat ditemui usai pro-sesi pengukuhannya. Namun baginya, pe-ngukuhan tersebut tentu juga memberi se-buah amanah baru, sebuah tugas beratyang harus ia laksanakan dalam mengem-bangkan pendidikan dunia kedokteran,FKUI khususnya.

Karier akademiknya mengalir bagai air.Menjadi seorang dokter adalah takdir yangtak direncana sebelumnya. Pasalnya, Pra-dana kecil mengaku tidak pernah bercita-ci-ta menjadi tenaga medis. Pria yang kerapbersepeda ini lebih tertarik menjadi pener-bang. Tapi lantaran ingin berbakti dan patuhkepada orangtua, suami Anita Seman, BA,MA ini ikut seleksi masuk FKUI. Dari bebe-rapa ujian masuk perguruan tinggi yang di-ikuti, FKUI mengumumkan hasil seleksi le-bih dahulu dan ia diterima sebagai mahasis-wa FKUI. Akhirnya, ia menjalani profesi se-

bagai tenaga kesehatan dan pendidik di Fa-kultas Kedokteran FKUI.”Waktu kecil sayatertarik untuk menjadi penerbang, tetapiorang tua lebih mendorong menjadi dokterdan pada waktu itu yang diterima pertamakali adalah di FKUI. Di dalam keluarga adabeberapa orang yang menjadi guru besarsehingga ibu juga menginginkan putra-putri-nya ada yang menjadi guru besar,” ujarpenggemar olah raga renang ini menge-nang kata-kata ibunya dahulu.

Puskesmas Simpang Martapura, OganKomering Ulu, Sumatera Selatan menjadikawah candradimuka kemampuannya me-nangani pasien. Usai mengantongi gelardokter dari FKUI (1971-1977) Pradana mu-da mengawali karier mengikuti programdokter inpres dan bertugas di PuskesmasSimpang Martapura, Sumatera Selatan dari1978 – 1982. Studinya dilanjutkan pada pro-gram studi Spesialis Ilmu Penyakit Dalam dialmamater yang sama tahun 1982–1988.Kasus-kasus diabetes dan endokrinologimencuri perhatiannya sehingga ia menda-laminya sampai memperoleh gelar Konsul-tan Endokrinologi dan Diabetes Medik (K-EMD) pada 1996. Tak berhenti di situ, man-tan Ketua Umum PB Perkeni, 2 periode ini,melanjutkan studi ke program doktoral di bi-dang Imu Kedokteran pada FKUI. Dan lulusdari program doktornya pada 2011.

Berselang dua tahun, staf medik DivisiMetabolik Endokrin IPD FKUI ini dinobat

menjadi Guru Besar FKUI. Dalamorasinya yang bertema ”HarapanBaru Penyandang DiabetesMelitus Di Era Jaminan KesehatanNasional 2014”, Prof. Pradanamenegaskan penyandang dia-betes mellitus (DM) di Indonesiaakan mengancam status kese-hatan bangsa bila tidak dilakukanpenanganan yang tepat danserius. Saat ini di Indonesiadiperkirakan prevalesi DMsebanyak 7,6 juta atau 4,8 % jum-lah penduduk. Angka ini mendudu-ki peringkat 7 dunia penderita DMterbanyak.

Sayangnya, lanjut Prof.Pradana, tingginya penderita DMtidak dibarengi layanan kesehatanyang mumpuni. Rendahnya akseslayanan kesehatan, misalnya,menjadi momok banyaknya

penyandang DM yang tidak terdiagnosis.Menurut Prof. Pradana, sulitnya akseslayanan kesehatan bagi penyadang DMkarena rendahnya cakupan jaminan kese-hatan. Sedangkan pasien DM membu-tuhkan biaya yang relatif mahal, apalagi bilapenyakit berkembang kronik dan munculkomplikasi dan penyakit komorbid. Denganbegitu, kondisi pasien DM akan memicupermasalahan ekonomi dan sosial dilingkungan keluarga dan masyarakat. “Pe-nyandang DM dengan komplikasi akanmembutuhkan biaya kesehatan yang tinggi,”ujar dokter yang pernah belajar endokrin dibeberapa negara maju ini.

Ironisnya, penyandang DM kerap men-dapat diskriminasi oleh pihak asuransi kese-hatan. Faktanya, sebagian penderita DMmendapat penolakan ketika bergabung pa-da sistem asuransi. Atau penyandang DMmesti membayar premi yang lebih besar da-ri non DM. Untuk itu, Prof. Pradana ber-harap ke depan harus dipastikan penderitaDM tidak lagi mengalami diskriminasi dalamsistem asuransi.

Harapan Pengelola-an DM di Era JKN

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)bidang kesehatan yang dimulai pada awalJanuari 2014 membawa angin segar bagi

GURU BESAR

Halo INTERNIS Edisi Desember 201354

Prof. Pradana pada saat pidato pengukuhan menjadi Guru Besar FKUI.

GURU BESAR

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 55

pengelolaan penyandang DM. Di era Jamin-an kesehatan Nasional (JKN) sistem pela-yanan kesehatan lebih mudah dijangkaudan berpihak kepada masyarakat yangmembutuhkan, tanpa harus berpikir kendalakeuangan. Sistem pembiayaan kesehatanyang berbasis asuransi akan memberi jami-nan kesehatan yang berkualitas mulai daritingkat layanan primer sekunder dan tersier.DM merupakan salah satu penyakit dalamdaftar 144 kondisi kesehatan yang dapatdilayani layanan kesehatan primer dan di-biayai Badan Penyelenggara Jaminan So-sial (BPJS).

Menurut Prof. Pradana penyandang DMmemiliki harapan hidup yang rendah danancaman serius bagi pembangunan kese-hatan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Sudah seyogyanya penyakit DM mendapatperhatian dalam JKN agar dapat mencegahpenyandang DM dari komplikasi akut dankronik. ”JKN memberi harapan besar bagipasien DM untuk memperoleh pelayananyang lebih komprehensip dan holistik,” ung-kap dokter yang tergabung dalam AmericanDiabetes Association ini.

Tentu, lanjutnya, mewujudkan “impian”layanan paripurna bagi penyandang DM diera JKN bukan perkara mudah. Pria kelahir-

an Jakarta, 19 April 1952 ini, menghimbausemua stakeholder kesehatan agar memilikikomitmen tinggi, konsistensi dan keserius-an untuk mencapai tujuan bersama, yaitubetter care at lower cost.

“Saya berharap ke depannya, para ahliendokrin mampu memberikan standar pela-yanan yang tinggi layaknya dokter-dokter dinegara maju bagi pasiennya. Begitu pula un-tuk para internis baik yang bekerja di institusipendidikan maupun intstitusi layanan kese-

hatan, mohon selalu meningkatkan komu-nikasi dan kerjasama sesama internis danprofesi lain untuk mencapai hasil yang baikuntuk pasien. Sebagai dokter di Layanan ru-jukan selalu senantiasa mengayomi dokterumum yang bekerja di layanan primer dan ju-ga sebagai role model.” katanya.

Ia mengemukakan, salah satu impiannyasendiri yakni dengan terwujudnya pusat dia-betes regional di Jakarta. Kehadiran pusatdiabetes ini diharapkan sebagai langkahnyata dalam memberikan pelayanan yangterbaik bagi masyarakat yang menderitadiabetes sehingga mereka tidak lagi menja-di si ‘penderita’ namun tetap bisa menja-lankan hidupnya sebagaimana orang nor-mal pada umumnya.

Pria penggemar gado-gado ini tidaknyahanya peduli dengan ancaman DM di Indo-nesia, ia pun aktif sebagai pendidik dan pe-neliti di FKUI. Kendati demikian, Prof. Pra-dana mengaku ditengah padatnya aktivitas,ia masih dapat berkumpul dengan keluargadan lingkungan tempat tinggalnya. Bahkan,di usianya yang lebih setengah abad ia ma-sih menyempatkan diri untuk olah raga re-nang dan bersepeda setiap minggu.

Bagi tetangga dan warga di lingkungan-nya, ayah dengan enam orang anak ini jugadikenal sebagai pribadi yang rajin, dermawandan disiplin. Dan atas sikapnya ini, padaAgustus 2011 lalu ia dianugerahi warganyapiagam penghargaan sebagai warga terpilihkarena budaya sikap dermawan dan disiplindi lingkungannya di Rukun Warga 08, Kelu-rahan Tebet Timur, Jakarta Selatan. (HI)

””

Saya berharap ke depannya, para ahli endokrin mampumemberikan standar pelayanan yang tinggi layaknya dok-ter-dokter di negara maju bagi pasiennya. Begitu pulauntuk para internis baik yang bekerja di institusi pen-didikan maupun intstitusi layanan kesehatan, mohonselalu meningkatkan komunikasi dan kerjasama sesamainternis dan profesi lain untuk mencapai hasil yang baikuntuk pasien. Sebagai dokter di Layanan rujukan selalusenantiasa mengayomi dokter umum yang bekerja dilayanan primer dan juga sebagai role model.

Prof. Pradana bersama keluarga pada saat pengukuhan menjadi Guru Besar FKUI.

ADVERTORIAL

Indonesia menduduki rangking ke 4dunia setelah Amerika Serikat, China,dan India dalam prevalensi diabetes(Diabetes Care, 2004). Riset Kesehatan

Dasar Indonesia pada tahun 2007, menun-jukkan Diabetes merupakan penyebab ke-matian nomor 6 dari seluruh kematian padasemua kelompok umur. Prevalensi Diabetesdi Indonesia adalah 5,7%, dan 73,7% dian-taranya belum terdiagnosis sebelumnya.

Dari seluruh jumlah pasien tersebut,70% diantaranya belum mendapatkan ak-ses terhadap pelayanan kesehatan. Untukitu, dibutuhkan pelatihan yang intensif dan

berkesinambungan menge-nai tatalaksana diabetes se-cara menyeluruh. Diharap-kan dokter umum yang telahterlatih tersebut dapat men-jadi salah satu jalan keluarmengatasi kesenjangan an-tara banyaknya jumlah pa-sien dengan ketersediaandokter spesialis penyakit da-lam dan konsultan endokri-nologi. Peran dokter spe-sialis penyakit dalam yangterlatih dalam tatalaksana

kasus diabetes mellitus (DM) dengan komp-likasi juga dapat mengurangi beban konsul-tan endokrinologi.

Selain itu WHO merekomendasikan bah-wa strategi yang efektif berbasis masyara-kat perlu dilakukan secara terintegrasi me-lalui kerjasama lintas program dan lintassektor termasuk swasta. Dengan demikianpengembangan kemitraan dengan berbagai

Halo INTERNIS Edisi Desember 201356

INSPIRE: PB PAPDI, PERKENI – Novo Nordisk

Kerjasama LatihAhli Diabetes

Kerjasama PB PAPDI-PERKENI dan PT NovoNordisk diharapkan berlangsung dalam jangka

panjang dan berkesinambungan sehingga dapatmeningkatkan pengetahuan dokter umum dan

dokter spesialis penyakit dalam terkait tatalaksanaDM secara komprehensif.

Prof. Idrus memberi sambutan pada acara Inspire di Jakarta, Maret 2013.

PB PAPDI dan PERKENI menyelenggarakan workshop TOT untuk program Inspire.

ADVERTORIAL

unsur di masyarakat dan lintas sektor yangterkait dengan DM di setiap wilayah meru-pakan kegiatan yang penting dilakukan.

PERKENI (Perkumpulan EndokrinologiIndonesia), yang saat ini beranggotakan 80dokter konsultan metabolik endokrin dan ca-lon konsultan, memandang perlunya diada-kan pelatihan tatalaksana diabetes bagidokter umum dan dokter spesialis penyakitdalam untuk mencukupi kebutuhan tenagakesehatan yang kompeten sehingga dapatbekerjasama dengan konsultan endokrino-logi dalam tatalaksana DM. Diharapkansetelah ini terlaksana, akan tercipta sistemrujukan yang baik antara dokter umum, dok-ter spesialis penyakit dalam dan konsultanendokrinologi. Dalam hal ini, kerjasamadilakukan dengan PAPDI sebagai organisa-si yang memayungi ahli penyakit dalam diseluruh Indonesia. Pelatihan ini ditunjangdengan kurikulum yang paripurna dan ter-standarisasi kualitasnya yang dibuat olehPERKENI bekerja sama dengan berbagaipihak. Salah satu mitra PERKENI dalampembuatan modul pelatihan adalah StenoDiabetes Center yang merupakan rumahsakit pendidikan dan penelitian yang khususmenangani DM yang berlokasi di Denmark.Selain itu dilakukan pula kerjasama denganpihak sponsor yang dalam hal ini adalah PT.Novo Nordisk. Pelatihan DM ini dinamakanInspire, dimana terdapat Inspire GP dan Ins-pire Internis. Diharapkan pelatihan ini dapatmenginspirasi berbagai pihak, baik dokter,pasien maupun pihak-pihak terkait untukberbuat lebih baik lagi di masa mendatangdalam hal tatalaksana diabates secara me-nyeluruh.

Kerjasama pelatihan iniakan berlangsung tahun 2012sampai 2014 di 16 kota se-luruh Indonesia dengan tar-get peserta dokter umumsebanyak 2400 dan dokterspesialis sebanyak 1200.Sebelum pelatihan dimulai, 4Juli 2012 telah dilaksanakanTrain of Trainer (ToT) untukpara konsultan metabolikendokrin dan 9 November2012 untuk dokter spesialispenyakit dalam dengan pe-serta 53 dokter dari 19cabang-cabang PAPDI. Ditahun 2012, pelatihan ini telah

dilaksanakan sebanyak 12 kali untuk dokterumum dengan jumlah peserta 513 dan 9 kaliuntuk dokter spesialis dengan jumlah peser-

ta 304. Di tahun 2013 hingga bulan Septem-ber telah dilakukan pelatihan untuk dokterumum di 15 kota, dan masih akan berlang-sung di 13 kota lainnya sampai akhir tahun2013. Sedangkan untuk pelatihan dokterspesialis sudah dilaksanakan di 13 kota danakan berlangsung di 3 kota lainnya.

Diharapkan kerjasama ini akan berlang-sung dalam jangka panjang dan berkesi-nambungan sehingga dapat meningkatkanpengetahuan dokter umum dan dokter spe-sialis penyakit dalam terkait tatalaksana DMsecara komprehensif. Diharapkan padaakhirnya akan meningkatkan kepercayaanmasyarakat terhadap dokter umum danspesialis penyakit dalam saat melakukantatalaksana DM, termasuk dalam hal pence-gahan, meningkatkan kepatuhan terapi ser-ta melaksanakan perawatan komplikasi akutmaupun kronik.

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 57

Dr. Aru dan Prof Pradana pada acara TOT Workshop Inspire.

Peserta workshop pada progra Inspire di Bogor, September 2013.

Peserta workshop pada progra Inspire di Jambi, September 2013.

INFO MEDIS

Halo INTERNIS Edisi Desember 201358

4tahun yang lalu Mastiur merasaheran dan aneh, dia yang berprofe-si sebagai perawat di rumah sakitselama 10 tahun dan biasa berak-

tifitas normal bahkan menyukai banyak olahraga seperti berenang dan mendaki gunungtiba-tiba dia menjadi gampang lelah, capek,sesak, pusing dan rasanya ingin pingsan.Selain itu detak jantung juga sangat cepatdan tidak teratur, hingga suatu hari ternyatayang tadinya seperti hanya perasaan sajabenar-benar menjadi kenyataan, dia ping-san dan dilarikan ke Rumah Sakit.

Dokter di rumah sakit Medan merujuk su-paya Mastiur ke RS Harapan Kita di Jakarta.Sesampai di jakarta, ternyata keheranan ituterjawab dan dia didiagnosa hipertensi pul-

monal sekunder yang disebabkan olehASD. Pengobatan segera dilakukan dengandorner, viagra, furosemide, aspark dansimarc2.

Lain halnya dengan Octarina yang didi-agnosa hipertensi pulmonal primer (belumdiketahui penyebabnya) 11 tahun yang lalusetelah suaminya meninggal. Sebagai seo-rang single parent dia harus berjuang mem-besarkan anak-anaknya yang waktu itumasih berumur 7 dan 8 tahun bersama den-gan gejala-gejala hipertensi pulmonal yangharus dihadapi setiap hari seperti sesaknafas, mudah lelah dan saturasi oksigenyang rendah (dibawah 90%). Dokter mem-berikan bosentan dan viagra sebagai pen-gobatan hipertensi pulmonal primernya.

IndrianiKetua Indonesia Pulmonary Hypertension Family

Hipertensi PulmonalJenis Tekanan Darah Tinggiyang Lain

Gambaran mikroskopik pulmonary arterial hypertension.

INFO MEDIS

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 59

Hipertensi Pulmonal(Pulmonary Hyper-tension) — The otherhigh blood pressure

Hipertensi pulmonal adalah tekanandarah tinggi yang terjadi pada arteri yangmenuju ke paru-paru. Tekanan pada arteriparu-paru lebih rendah daripada tekanandarah di bagian lain tubuh yang biasa berk-isar 120/80 mm Hg. Pada orang normaltekanan di arteri paru-paru ini berkisar an-tara 25/10mm Hg. Apabila tekanan pada ar-teri paru-paru ini melebihi 40/20 mm Hgatau rata-rata (mean pressure) melebihi 25mm Hg maka hipertensi pulmonal terjadi.

Apabila hipertensi pulmonal terjadi, ma-ka bilik jantung kanan yang biasa memom-pa darah ke arteri paru-paru tidak dapat be-kerja optimal dan pasien mulai mengalamigejala seperti sesak nafas, kehilangan ener-gi, edema, dimana merupakan gejala-gejalaterjadinya gagal jantung kanan.

Prevelansi terjadinya hipertensi pulmo-nal di dunia tidak diketahui dengan pasti. DiUSA sendiri terdapat 10-20ribu pa-sien yang terdiagnosa PH (pulmonaryhypertension) dan diperkirakan masihbanyak lagi yang belum terdiagnosa.Terdapat 200ribu perawatan rumahsakit yang dilakukan untuk hipertensipulmonal dan 15ribu kematian setiaptahunnya.

Hipertensi pulmonal terjadi 2x le-bih banyak pada wanita dengan rata2usia saat diagnosa adalah 36 tahun.Tanpa pengobatan yang benar dandilakukan dengan segera maka ting-kat kelangsungan hidup pasien padatiga tahun pertama sejak diagnosahanya sekitar 50%.

Seringkali hipertensi pulmonal di-sebabkan oleh banyak jenis penyakitlain seperti penyakit jantung bawaan,jaringan ikat (connective tissue disease),emboli paru, obat-obatan (drug-induced)dan masih banyak lagi yang lain. Selain ituhipertensi pulmonal bisa juga karena ge-netik/keturunan, tetapi sebagian besar jenishipertensi pulmonal yang terjadi sekarangadalah idiopatik atau belum diketahui pe-nyebabnya (biasa disebut hipertensi pulmo-nal primer).

Karena hipertensi pulmonal didiagnosamelalui test yang tidak umum dilakukan se-perti echocardiography dan katerisasi jan-tung kanan, atau ditemukan secara kebetu-lan pada saat pemeriksaan rontgen dadadan didapati jantung kanan telah membe-sar/bengkak, maka dalam banyak kasus pa-sien terdiagnosa pada saat jantung kanansudah mulai mengalami kegagalan fungsiatau stadium lanjut. Selain itu diagnosa jugaseringkali sulit dilakukan karena gejala yangadan menyerupai penyakit lainnya sepertiasma dll.

Pengobatan konvensional yang biasa di-lakukan untuk hipertensi pulmonal adalahdengan calcium beta blocker. Selain itu de-ngan adanya banyak penelitian yang dila-kukan 10 tahun terakhir ini telah hadir bebe-rapa jenis obat lain yang telah disetujui FDAuntuk hipertensi pulmonal, yaitu : - phosphodiesterase-5 inhibitors (Viagra

dengan nama dagang Revatio, Tadalafil,dll)

- endothelin receptor antagonist (Bosen-tan/tracleer, Ambrisentan, dll)

- prostacyclin (Iloprost, Tyvaso, dll).- epoprotenol (Flolan, dll).

Apabila pengobatan-pengobatan di atastelah diberikan dan pasien tidak merespondengan baik, maka pilihan terakhir adalahdilakukan transplantasi paru-paru maupunjantung.

Di Indonesia sendiri pengobatan hiper-tensi pulmonal dimulai dengan beraprostsodium (Dorner) dan sildenafil (Viagra).Pengobatan tingkat lanjut yang lain belum

tersedia disini selain Iloprost. Tetapi karenakendala akses dan biaya pengobatan yangsangat mahal dan tidak terjangkau, makabanyak pasien hipertensi pulmonal di Indo-nesia yang hanya mendapatkan pengobat-an konvensional untuk membantu meng-atasi gejala sehari-hari, bukan pengobatanhipertensi pulmonalnya sendiri.

Group SupportHipertensi Pulmonaldi Indonesia

Bermula dari sebuah artikel di Kompastentang hipertensi paru pada tahun 2006,beberapa pasien hipertensi pulmonal salingberkenalan dan mulai membentuk groupIndonesia Pulmonary Hypertension Familydi facebook beberapa tahun yang lalu danpertemuan pertama secara offline dilakukanpada Maret 2012.

Dengan keinginan kuat untuk saling ber-bagi dan mendukung sesama pasien dankeluarga hipertensi pulmonal di Indonesia,maka kami berusaha untuk memperke-nalkan hipertensi pulmonal lebih lanjut ke

kalangan medis dan masyarakatumum melalui berbagai cara/media,dan lain-lain.

Aliansi dengan yayasan hiperten-si pulmonal di USA dilakukan dansitus resmi hipertensi pulmonal Indo-nesia di www.phaindonesia.org dilun-curkan pada bulan Juni 2012.

Fakta bahwa jumlah pendudukIndonesia yang hampir sama denganUSA, maka bisa dikatakan bahwaterdapat ribuan pasien di Indonesiayang belum terdiagnosa dan menda-patkan informasi maupun peng-obatan yang sesuai.

Kami dari group support hiperten-si pulmonal Indonesia berharapuntuk dapat bekerja sama dengankalangan medis khususnya para

Dokter Ahli Penyakit Dalam untuk diagnosamaupun dalam hal membantu pasien-pa-sien hipertensi pulmonal di seluruh Indo-nesia mendapatkan informasi, pengobatanyang baik dan memperkenalkan supportgroup hipertensi pulmonal kepada pasiensehingga mereka tidak merasa sendiriandan bisa menjalani hidup dengan berkua-litas.

Foto dada pasien Hipertensi Pulonal

INFO MEDIS

Halo INTERNIS Edisi Desember 201360

Pulmonologi (Pulmonary Medicine)sebagai salah satu cabang Ilmu Pe-nyakit Dalam adalah ilmu yangmempelajari penyakit paru, pleura

(selaput tipis pembungkus paru), organrongga mediastinum, dinding dada (toraks)dan berbagai keadaan bagian tubuh lain/sistemik lain yang melibatkan paru dengansegala akibatnya pada individu dewasa.Bidang ini berkembang sangat pesat, baikdalam segi molekuler, imunologi, dll sehing-ga tidak mencakup hanya Pulmonal sebagaiorgan saja tapi juga sampai respirasi padatingkat seluler/mitochondria, karena men-cakup sistim ventilasi di saluran nafas,parenkim paru sampai proses respirasi dit-

ingkat selular/mitochondria maka istilahnyadiperluas menjadi Respiratory Medicine-/Respirologi. Pada proses tatalaksana pa-sien dengan kondisi khusus/kritis, denganorientasi pada proses resusitasi dari keada-an fisiologis yang mengalami gangguanekstrim diperlukan pemahaman yang dalamtentang proses patofisiologis penyakit. Ter-masuk penguasaan berbagai tindakan diag-nostik seperti pemasangan kateter venasentral, monitoring/pengobatan intensif,maupun terapi pengganti seperti ventilatormekanik/renal replacement therapy. Kema-juan ini memungkinkan seorang pasienyang menderita gangguan fisiologis be-rat/penyakit paru berat mempunyai progno-sis yang lebih baik.

Perawatan penyakit kritis (’Critical caremedicine’) yang bergelut dengan perawatanlanjut kasus kritis medis (dewasa) dilainpihak sebagian dikaitkan dengan pemakai-an ’artificial lung’ (ventilator) dimana semuahal fisiologis paru diadaptasikan pada venti-lator ini. ’Critical care medicine’ sebagaisuatu percabangan ilmu Sub Spesialis diPenyakit Dalam oleh panel ekspert pendidi-kan ABIM (American Board of Internal Me-dicine) diperkenankan dikuasai keahliannyasebagai subspesialis ganda bersama SubSpesialis Pulmonologi sebagaimana Hema-tologi digabung dengan Onkologi Medik danRematologi digabung dengan Alergi Imu-nologi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekno-logi di bidang Pulmonologi/Respirologi danPenyakit Kritis Terkait, perlu diimbangi de-ngan usaha peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang terstruktur dan berkesi-nambungan, sehingga pelayanan kesehat-an pasien bisa lebih baik lagi.

Dari sejarah perkembangan Pulmonologitercatat beberapa hal sbb : • Hipocrates 600 SM, hanya berdasar pe-

mahamannya sendiri menyatakan bahwabeberapa bagian tertentu udara yang dihi-sap (maksudnya Oksigen) merupakan zatyang amat penting bagi kehidupan.

• William Harvey (1628): berhasil mene-rangkan fisiologi tubuh manusia denganbaik dan mengatakan bahwa fungsi uta-ma bernafas adalah dengan mendingin-kan jantung.

• Boyle (1660), membuktikan dengan per-cobaan binatang bahwa udara adalah zatesensial utk hidup.

• Robert Koch (1876), menemukan bahwapenyakit tuberkulosis paru sebagai pe-nyebab kematian tersering saat itu di Ero-pa disebabkan oleh kuman Mikobak-terium tuberkulosis.

• Conrad Roentgen (1890) menemukanalat roentgen, yang amat memudahkanpara dokter untuk mengetahui kondisi se-benarnya dari paru seseorang.

• Lalu penemuan lainnya diabad ke 20 iniadalah ditemukannya beberapa antibiotik

DR. Dr. Zulkifli Amin, SpPD, K-P, FINASIM, FCCPPertemuan Ilmiah Perpari Makasar 17 Mei 2013

FROM PULMONARY and RESPIRATORY CRITICAL CAREto Interventional

Pulmonology

INFO MEDIS

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 61

untuk mengobati tuberkulosis, penemuanfiberbronkoskope oleh Shigeto Ikeda(1967), operasi pengangkatan paru cukupdengan bronkoskop saja oleh Atul Mehta(2006)Jenis, berat dan penyebaran penyakit

dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko se-perti lingkungan, pekerjaan, umur, jenis ke-lamin, dan genetik. Saat ini telah dikenallebih dari 200 jenis penyakit dibidang respi-rologi yang menunjukkan gambaran kliniksama atau berbeda sama sekali sehinggamemerlukan pemeriksaan penunjang mulaiyang sederhana seperti (foto dada biasa)sampai pemeriksaan canggih seperti ’elek-tromagnetic guided lung examination biopsytechnique’ suatu tehnik elektromagnetikyang bisa mencari sendiri jaringan patologisdalam paru seperti roket pintar yang hanyamenembak sasaran yg sudah ditentukan.

Dari sekian banyak penyakit paru iniyang banyak dijumpai adalah berbagai in-feksi saluran pernafasan ringan sampaiyang mematikan termasuk infeksi oleh tu-berkulosis, virus dan jamur, kanker, asmabronkial, penyakit paru obstruksi menahundll, juga kasus ’critical’ antara lain sepertiARDS, sebagai komplikasi berbagai kega-watan organ lain (seperti septic shock, per-darahan, coma, multi organ disease/failuredll) dst.

Pada sebagian besar pusat pendidikankedokteran dunia, Pulmonologi dan ’criticalcare medicine’ merupakan subspesialisasitersendiri dari llmu Penyakit Dalam dan te-lah mempunyai standard kurikulum, kompe-tensi dan modul-modul pendidikan yangbaku.

Dari sejarah, pada mulanya Ilmu kedok-teran merupakan ilmu dan seni dalam me-nyembuhkan penyakit yang dilaksanakandokter melalui pengobatan terhadap pasien.Kemudian sesuai dengan perkembangankebutuhan, ilmu Kedokteran bercabangmenjadi cabang ilmu bedah dan cabang il-mu medis (Penyakit Dalam). Selanjutnyacabang-cabang ilmu tersebut berkembangmenjadi sub-sub dan cabang ilmu baru.Perkembangan dan percabangan ilmu ter-sebut tidak mungkin bisa dicegah karenamemang dibutuhkan untuk pendidikan, pe-nelitian dan pelayanan kesehatan. Perca-bangan ilmu kedokteran memungkinkan ter-jadinya pendalaman ilmu yang bermanfaatuntuk pengembangan ilmu dan juga pela-

yanan kesehatan. Namun di sisi lain perca-bangan ilmu berpotensi menyempitkan ilmukedokteran ke dalam kotak-kotak yang me-ngaburkan kesatuan ilmu dan berakibat ke-pada pelayanan kesehatan yang meman-dang organ pasien sebagai satuan-satuankecil. Positifnya adalah pendalaman spesifiktapi negatifnya pada pelayanan penyakitpasien akan mengaburkan bahwa manusiaharus ditangani seutuhnya/komprehen-sif/holistik. Percabangan ilmu kedokteranakan terus terjadi dan patut didorong untukpengembangan ilmu kedokteran namunperlu dijaga agar percabangan itu tetap ber-orientasi pada kepentingan masyarakat,dan tidak menyebabkan layanan menjadimahal dan tidak efisien.

Sejarah Ilmu Kedokteran Klinis, sejakawalnya menggambarkan bahwa Ilmu Pe-nyakit Dalam adalah induk atau pokok ba-tang (Science Tree) dari cabang-cabangsubspesialisasi mencakup: Pulmonologi,Kardiologi, Endokrinologi, Hematologi, Ne-frologi, Alergi-Immunologi, Rematologi, He-patologi, Gastro-Enterologi, Ilmu PenyakitInfeksi dan Tropik, Psikiatri/Neurologi, criti-cal care, emergency medicine dan Geriatri.

Sudah sama-sama kita ketahui bahwasetiap sistem organ dalam tubuh manusiaberfungsi secara terkait secara langsungatau tidak langsung serta saling berpenga-ruh satu sama lain, baik secara hubungansebab akibat ataupun sebagai faktor risiko.Gangguan pada salah satu sistem organakan memberi dampak pada sistem organlain. Dasar pandangan ini menjadi salah sa-tu dasar utama dalam kebijaksanaan pela-yanan bidang Penyakit Dalam sehingga pe-nanggulangan klinis sena ntiasa bersifat ho-listik dan integratif.

Berkembangnya ilmu kedokteran di In-donesia tentu tidak terlepas dari dan perlumengacu pada perkembangan ilmu kedok-teran di berbagai pusat pendidikan luar ne-geri yang sudah maju, mapan dan memilikistandar pendidikan/kompetensi yang selaludijaga mutunya. Perkembangan dan perca-bangan ilmu kedokteran di negara-negaramaju tentu sudah melalui pemikiran matangdan mendalam dari para ahli tingkat dunia,yang seyogjanya dapat menjadi acuan un-tuk perkembangan ilmu kedokteran di nega-ra-negara yang sedang berkembang terma-suk Indonesia. Namun demikian, untuk ca-bang ilmu kedokteran klinik, yang langsung

bersinggungan dengan pelayanan padamasyarakat, di negara sedang berkembangseperti Indonesia yang luas dan heterogen,pencabangan ilmu harus selalu mempertim-bangkan dan disesuaikan dengan kebutuh-an masyarakat yang signifikan, bukan se-mata-mata kebutuhan keilmuan sang dok-ter. Dengan demikian, layanan yang diberi-kan tidak akan menjadi mahal, tepat sasa-ran, efektif dan efisien. Subspesialisasi jugadibutuhkan dalam rangka pengembanganilmu, pendidikan spesialis, pelayan kasuskhusus tersier/subspesialistik.

Berdasarkan acuan yang dibuat olehWorld Federation Medical Education(WFME) yang jadi referensi dalam membuatstandard pendidikan dokter terdapat 3 stra-ta pendidikan dokter, yakni pendidikan dok-ter umum/dokter pelayanan primer, dokterspesialis, dan dokter subspesialis. Bila dika-itkan dengan UU Sistim pendidikan yangberlaku di Indonesia, UU SISDIKNAS tahun2003 yang menyatakan bahwa terdapat 3strata pendidikan, dimana pendidikan strata1 harus di berikan oleh strata 2, demikianpula pendidikan strata 2 harus diberikanoleh strata 3. Maka sistim pendidikan spe-sialis dan subspesialis Penyakit Dalam yangdibuat Kolegium Ilmu Penyakit Dalam In-donesia sudah memenuhi semua kriteriatersebut.

Pulmonologi/Respirologi dan ’CriticalCare Medicine’ sebagaimana juga subspe-sialis lain di Ilmu Penyakit Dalam (IPD) me-rupakan disiplin ilmu yang menggunakanpengetahuan intelektual dan keterampilanmedis untuk melakukan pengamatan danpenilaian, identifikasi dan pemecahan ma-salah, yang diaplikasikan dalam pengelola-an pasien. Lulusan PPDS-PD KonsultanParu dan Penyakit Kritis adalah Sub Spe-sialis Penyakit Dalam (Sp.PD) yang men-guasai IPD umum (general internal medici-ne) dan kekhususan Pulmonologi/Respiro-logi + Perawatan Penyakit Kritis (criticalcare medicine’). Dia kompeten melakukanpenilaian, menegakkan diagnosis dan me-ngelola masalah medik terkait, terutamayang mempunyai gejala dan penampilan kli-nik non-spesifik serta masalah dan ganggu-an sistem yang bersifat ganda.

Menyikapi berlakunya Undang-undangNo 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendi-dikan Nasional dan Undang-undang No. 29tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, ma-

INFO MEDIS

Halo INTERNIS Edisi Desember 201362

ka sudah ada pendidikan bidang Pulmono-logi dan Penyakit Kritis Penyakit Dalamyang setara dengan Pendidikan DokterSpesialis II, yang disebut dengan Pendidik-an Dokter Spesialis II Pulmonologi PenyakitDalam yang berada di bawah naungan satuinstitusi pendidikan dengan kurikulum yangdisusun oleh Kolegium PAPDI. Penyeleng-gara Pendidikan Dokter Spesialis II Pulmo-nologi Penyakit Dalam adalah institusi pen-didikan fakultas kedokteran negeri yangmempunyai institusi pendidikan dokter spe-sialis Penyakit Dalam Konsultan Pulmono-logi yang diakui oleh Kolegium Ilmu Pe-nyakit Dalam PAPDI. Kongres PAPDI telahmenetapkan kesempatan yang sama bagisemua anggota PAPDI yang berkecimpungdi institusi pendidikan maupun di institusinon pendidikan untuk mengembangkan dirimenjadi Dokter Spesialis Penyakit DalamKonsultan dengan sebutan yang sama yaituDokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultandan disingkat dengan Sp.PD(K). PengurusPusat PAPDI dan Kolegium Ilmu PenyakitDalam Indonesia telah menetapkan kriteriaumum untuk menjadi Dokter SpesialisPenyakit Dalam Konsultan serta beberapapersyaratan Iainnya.

Karakteristik Pulmonologi dan Perawat-an Penyakit Kritis sebagai bagian Ilmu Pe-nyakit Dalam:

Sebagai salah satu percabangan ilmukedokteran, Ilmu Penyakit Dalam mewarisiciri ilmu kedokteran namun Ilmu PenyakitDalam juga telah berkembang dan mempu-nyai nilai dan ciri yang merupakan jati diri-nya. Nilai dan ciri tersebut meski merupakankekhasan ilmu Penyakit Dalam namun tidakbertentangan bahkan mendukung keutuhanilmu Kedokteran itu sendiri.

Kekhasan keilmuan Ilmu Penyakit Da-lam adalah :

1. Pemikiran sistemik (systemic thinking),kekhasan ini menumbuhkan pemaham-an mengenai adanya keterkaitan antarberbagai organ dan sistem di dalam tu-buh manusia.

2. Holistik, Ilmu Penyakit Dalam juga mem-punyai kekhususan dalam memandangmanusia secara seutuhnya

3. Integrasi, yaitu upaya perbaikan dalammemadukan berbagai masalah yang adamenjadi masalah yang terpadu sehinggadapat diselesaikan secara terpadu pula.

Semua ciri khas tersebut aplikatif danmelekat dibidang pulmonologi + perawatanpenyakit kritis baik dalam pelayanan mau-pun keilmuan.

Posisi Pulmonologi sebagai cabang IlmuPenyakit Dalam dalam Perkembangan IlmuKedokteran bersama percabangan ilmu ke-dokteran lain, Ilmu Penyakit Dalam mempu-nyai posisi memperdalam dan mengem-bangkan ilmu kedokteran sekaligus menja-ga kesatuan ilmu kedokteran agar tidak ter-jerumus dalam pengkotakan keilmuan. Sa-lah satu bentuk kegiatan dalam menjaga pe-ran ini adalah tugas para pendidik di De-partemen llmu Penyakit Dalam setiap Fa-kultas Kedokteran menanamkan pentingnyakeutuhan ilmu kedokteran bagi mahasiswa-nya, untuk selalu melakukan pendekatanholistik dan terintegras saat menangani pa-sien. Serta berusaha selalu untuk mema-hami hubungan antar berbagai organ tubuhyang terdapat dalam tubuh manusia. Posisidan peran ini perlu dikembangkan dan dija-ga oleh para ahli Ilmu Penyakit Dalam dansewajarnya didukung oleh para ahli di per-cabangan ilmu kedokteran lainnya. Penda-laman ilmu yang terjadi di percabangan ilmukedokteran telah memotori dan mendukungperkembangan ilmu kedokteran secara me-nyeluruh. Demikian pula percabangan IlmuPenyakit Dalam dengan salah satu ca-bangnya Pulmonologi telah memungkinkanterjadinya pendalaman dalam percabangantersebut yang akan memberi sumbanganpada perkembangan Ilmu Penyakit Dalamkhususnya dan ilmu kedokteran umumnya.

Seorang Sp.PD diharapkan menguasaipengetahuan dasar ilmiah dan pengetahuanklinik untuk dapat mengelola pasien secaraberkualitas, aman dan cost effective. Spe-sialis Penyakit Dalam juga diharapkan da-pat melakukan praktik klinik komprehensif,terintegrasi, dan mandiri, serta mampumempertahankan atau meningkatkan kom-petensinya melalui pengembangan (pendi-dikan dan pelatihan) profesional yang ber-kesinambungan (continuing professionaldevelopment). Sedangkan sebagai Konsul-tan Pulmonologi yang merupakan istilah laindari subspesialis Paru spesialis PenyakitDalam, mereka mempelajari lebih dalam se-gala penyakit yang mengenai paru/pleura/-mediastinum, dinding dada dan berbagaihal lain yang melibatkan organ/pembuluhdarah paru, pleura, mediastinum dan din-

ding torak, sehingga diharapkan basis pen-getahuan dan keterampilannya untuk pe-nyakit tersebut bersifat komprehensif, integ-ratif dan spesifik. Dengan tingkat keahlianseperti itu penanganan penyakit akan terja-ga mutunya dan ”cost effective” hemat,sebagaimana tercantum dalam pasal Un-dang-Undang Praktek Kedokteran Indone-sia mengenai kewajiban Kendali mutu danKendali Biaya.

Seorang Ahli IPD diperlukan untuk me-ngajar di program pendidikan dokter umum(S1), sedang program pendidikan Ahli IlmuPenyakit Dalam (Sp1) juga memerlukanpendidik dan pengajar ahli-ahli Ilmu Penya-kit Dalam yang telah memperdalam dan me-matangkan keahliannya secara khusus (dinegara maju disebut Master Clinicians) da-lam salah satu bidang subspesialisasi dandisebut sebagai Konsultan/subspesialis(Sp2). Untuk menjadi Dokter Spesialis Pe-nyakit Dalam konsultan Pulmonologi + Pe-nyakit Kritis diperlukan waktu tertentu untukmempelajari berbagai Ilmu Penyakit Dalamumum, pendalaman ilmu holistik penyakitdalam sebagai ”master clinicians’ dan me-ngikuti semua kurikulum khusus subspesia-lis Pulmonologi. Dalam periode tersebut di-harapkan seorang Dokter Spesialis Penya-kit Dalam yang mau menjadi konsultan Pul-monologi + Penyakit Kritis dapat memahamidan menguasai berbagai aspek penyakitparu dengan mendalam disertai dukunganbasis Ilmu Penyakit Dalam holistik yangkuat.

Di Indonesia, tingkat dan jangkauan pe-layanan Pulmonologi secara spesifik untukkasus yang ’advance’/komplikatif memangmasih rendah dan terfokus dikota besar sa-ja, ini merupakan permasalahan yang perludipecahkan oleh para ahli yang berkecim-pung di bidang ini. Tapi karena Pulmonologijuga kompetensi yang dikuasai oleh Ahli Pe-nyakit Dalam (jumlah anggota terakhir 2700orang) tersebar diseluruh Indonesia, makakasus umum terbanyak penyakit paru se-perti TB, Pneumonia, PPOK, Asma, Kankerpada taraf tertentu realitanya sudah bisaditangani oleh para ahli penyakit dalamyang 2700 tsb. Program pemerintah yangtelah bergabung dalam AFTA dan era globa-lisasi di tahun 2015, memacu kita untuk ber-benah diri dalam menghadapi persainganbebas tersebut. Di sisi lain kita memerlukanbanyak tenaga profesional terdidik dalam

INFO MEDIS

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 63

upaya meningkatkan pelayanan kesehatandi berbagai bidang termasuk bidangPulmonologi + Perawatan Penyakit Kritis diseluruh pelosok tanah air.

Menyadari kenyataan tersebut di atas,kolegium SP2 Pulmonologi+ Perawatan Pe-nyakit Kritis PAPDI harus mempersiapkandiri mengantisipasi kemungkinan datangnyadokter ahli Pulmonologi+ Perawatan Penya-kit Kritis dari mancanegara yang akan me-manfaatkan era globalisasi ini. Keinginanuntuk tetap menjadi tuan rumah di negerisendiri harus diimbangi dengan usaha me-ningkatkan kualitas profesionalisme sehing-ga kita mampu memperlihatkan jati diri se-

bagai konsultan Pulmonologi dan Perawat-an Penyakit Kritis Penyakit Dalam dengankualifikasi yang sama dengan konsultanPulmonologi Penyakit Dalam + PerawatanPenyakit Kritis dari negara manapun.

Banyak kemajuan Pulmonologi di duniatermasuk di Indonesia, disamping itu jugabanyak permasalahan yang perlu dipecah-kan bersama berkaitan dengan strukturpendidikan Pulmonologi yang ada di Indo-nesia. Pendidikan seorang Pulmonologlangsung dari seorang dokter umum seba-gaimana yang ada di Medan, Jakarta danSurabaya selama ini sudah berjalan baik,para ahli ini sudah berjasa ikut membantu

pelaksanaan program - program Kemenkes,sedangkan pendidikan Konsultan/subspe-sialis Pulmonologi + Perawatan PenyakitKritis Spesialis Penyakit Dalam di Palem-bang, Bandung, Jakarta, Jogya d Semarangjuga berjalan baik, yang akan segera disu-sul oleh Makasar dan Medan. Permasalah-annya bagaimana kedua luaran sistim pen-didikan yang berbeda ini bisa saling meng-hargai / hidup berdampingan ikut membantuprogram Kemenkes, bersaing sehat dalammemberikan pelayanan, pendidikan, danpenelitian dimana hasilnya akan menaikkannama bangsa Indonesia.

ISI KURIKULUM /KOMPETENSI SPESIALIS PENYAKIT DALAM, KONSULTAN PARU DAN PERAWATAN PENYAKIT KRITIS SpPD KP / Sp2

1. Basic methodology scientific problem solving approach2. Basic methodology medical decision making3. Anatomi Paru, Fisiologi, dan Mikrobiologi4. Penyakit Pengembangan Paru dan Genetika5. Tes Fungsi Paru6. Bronkoskopi7. Insersi tube intra torakal8. Biopsi pleura9. Medical thoracoscopy10. Mengerti dan bisa menginterpretasi foto torak11. Mengerti dan bisa menginterpretasi CT scan torak12. Mengerti dan bisa menginterpretasi MRI torak13. Mengerti dan bisa menginterpretasi ventilasi-perfusi scan14. Asma bronkial15. PPOK16. Infeksi Paru17. Tuberkulosis18. Bronkiektasis19. Gagal nafas20. Penyakit pleura dan mediastinum21. Manifestasi paru pada penyakit sistemik22. Infeksi HIV dan manifestasi paru23. Penyakit Vaskular Paru24. Penyakit Paru Akibat Kerja dan Lingkungan25. Skema Perawatan di Rumah26. Henti Rokok27. Rehabilitasi Paru28. Sleep studies29. Penilaian Preoperatif Pasien dengan Penyakit Paru dan non

paru30. Postoperative Pulmonary Care pada operasi paru / non paru31. Mengetahui indikasi, kontra indikasi serta persaratan suatu

transplantasi paru 32. Kanker paru33. Penyakit paru pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah

34. Penyakit paru Interstisial difus35. sleep related Disorders36. Kelainan paru akibat alergi dan anafilaxis37. Kistik fibrosis38. Perawatan paliatif39. Advanced life support40. Tatalaksana pasien di Intensive Care Unit (ICU) dan High

Dependency Units (HDU)41. Pertimbangan Etikolegal di perawatan intensif42. Anestesi dan Analgesi pada Perawatan Intensif43. Pemantauan Perawatan Intensif (hemodynamic monitoring)44. Pengoperasion mechanical ventilator dan Non Invasive

Positive Pressure Ventilator45. Gagal napas/ARDS/ penyakit respirasi, pada keadaan Syok

dan cara Resusitasi46. Problem respirasi pada gagal ginjal terminal47. Problem Respirasi pada Pasien dengan Kegagalan

Gastrointestinal di ICU48. Problem Respirasi pada Perdarahan dan ggn Hemostasis49. Problem Respirasi pada Pasien dg Kelainan Jantung dalam

Perawatan Kritis50. Problem Respirasi pada Penyakit /keadaan Kritis Pasien DM51. Problem Respirasi pada perawatan Kritis pasien HIVdengan

Penyakit oportunistik lain52. Problem Respirasi pada Perawatan Kritis Penyakit Vaskular

Problem Respirasi pada Penyakit Neurologi dalam PerawatanKritis

53. Gagal Napas/ARDS/Penyakit Respirasi dengan PerdarahanGastrointestinal

54. Gagal Napas /ARDS/ Peny. Resp. pada Penyakit Hepatobilier55. Sindroma Hepatopulmonal56. Sindroma portopulmonal57. Gagal Napas/ARDS/Penyakit Respirasi pada keadaan Poison-

ings & Ingestions58. Gagal Napas/ ARDS/Peny.Respirasi pd tatalaksana terapi

antitrombotik

INFO MEDIS

Halo INTERNIS Edisi Desember 201364

Kanker paru saat ini merupakan kankerpaling banyak insidensi dan mortalitasnya diseluruh dunia sejak 1985. Epideminya yangprogresif dan banyaknya pasien datangdengan tumor endobronkial berakibatobstruksi saluran nafas dan perlu berbagaiterapi minimal invasif endobronkhial menja-di dorongan awal untuk perkembangan danevolusi Interventional Pulmonologi (IP).

Intervensional Pulmonologi (IP) meru-pakan bidang lanjutan dari perkembanganpulmonologi, berfokus pada pendekatankomprehensif dan invasif minimal diagnosisdan manajemen dalam rongga torak,meliputi kanker paru, mediastinum, lim-fadenopati hilar, nodul paru, obstruksi salu-ran nafas sentral, pleura dan penyakitobstruksi saluran nafas.

Saat ini, IP meliputi intervensi terapetikendobronkial dan berbagai teknik diagnostiklanjutan dalam membantu penilaian patologiintratoraks, secara spesifik memperce-pat/revolusi diagnostik kanker paru. Diag-nosis dini kanker paru penting sekali, Ke-sintasan 5 tahun kanker paru yang buruk (hanya 15.6% /USA) sebagian besar karenapasien datang pada stadium lanjut sedang-kan kesintasan yang lebih baik ditemukanpada kondisi dini.

Modalitas tradisional yang tersedia untukmenilai nodul paru meliputi bronkoskopifleksibel bahkan dengan bantuan lavasebronkhoalveoler, brushing sitologi, trans-bronchial needle aspiration (TBNA) danbiopsy transbronchial, sensitivitas modalitasini rendah dan perlu perbaikan, khususnyapada lesi yang lebih kecil, perifer (berkisar14% hingga 50%). Pada yang nodul yanglebih besar (>4 cm), ganas, perifer, pende-katan perkutan via aspirasi jarum halustransthoraks dgn ‘guided’ computed tomog-raphy (CT) sensitifitasnya mencapai (90%)dan spesifisitas (97%). Namun, prosedur inimemiliki risiko terjadi pneumothoraks (ber-

kisar 17% hingga 33%) dan risiko seedingsel tumor pada jalur jarum begitu pula ke-mungkinan embolisme udara arterial yangfatal.

Hasil dari aspirasi jarum halus perkutanturun secara signifikan hingga 74.4% padalesi yang kurang dari 1.5 cm, hal yang sa-ma, untuk mediastinoskopi – prosedur bakuyang digunakan untuk menentukan keterli-batan mediastinum pada pasien dengankanker paru – meskipun sensitifitasnya ting-gi > 90%, prosedur invasif memberikan ri-siko yang kecil namun signifikan terjadinyakomplikasi meliputi trauma vaskular utama,syaraf tepi, struktur pohon trakeobronkialdan esofagus (<0.5%), pneumothoraks daninfeksi (hingga 2,5%).

Interventional Pulmonologi semakincepat berkembang dengan adanya kema-juan yang sangat berarti dibidang radiologi.

Pengenalan endobronchial ultrasound

(EBUS) memungkinkan pemeriksaan medi-astinum dan nodul paru yang lebih nyaman,akurat dan aman baik untuk diagnostikataupun staging kanker paru. Electromag-netic navigational bronchoscopy (ENB) danvirtual bronchoscopic navigation (VBN) me-mungkinkan lokalisasi yang cepat dan tepatlesi paru perifer.

Teknik penilaian saluran nafas yang lebihlanjut, seperti autofluorescence broncho-schopy, narrow-band imaging (NBI) danoptical coherence tomography, telah mem-buka jalan untuk deteksi dan deteksi kega-nasan endobronkhial lebih awal. Medicalpeuroscopy (MP) yang makin sering dilaku-kan oleh pulmonologist merupakan caraaman untuk diagnosis dan pengelolaanefusi dan kelainan pleura. Tinjauan ini mem-berikan gambaran status modalitas diag-nostik saat ini yang digunakan dalam IP.

Kepustakaan 1. Joint Committee on Higher Medical Training. Higher Medical Training Curriculum for

Respiratory Medicine. London: JCHMT; January 2003.2. American Board of Internal Medicine.Policies and Procedures for Certification:

Pulmonary and Critical Care Medicine Subspecialty Study Catalogue. Philadelphia:ABIM; July 2004.

3. World Federation for Medical Education. Postgraduate Medical Education: WFME GlobalStandards for Quality Improvement. Copenhagen: WFME; 2003.

4. Kress JP and Hall JB. Principles of Critical care Medicine. In: Harrison Pulmonary andCritical Medicine. Loscalzo J.Ed.McGraw Hll, New York, 2010.246-475.

5. Castillo R, Magat R. Residency Training Program. Manila Adventist Medical CenterDepartment of Internal Medicine.

6. Katalog pendidikan spesialis Penyakit paru, Bagian Ilmu Penyakit Paru FKUI7. Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Standar Kurikulum Pendidikan Ahli Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta: PB PAPDI; 2006.8. Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Standar Kurikulum Pendidikan Konsultan

Pulmonologi dan Perawatan Penyakit Kritis Penyakit Dalam. Jakarta: PB PAPDI; 2006.9. Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia Standar Kompetensi Spesialis Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta: PB PAPDI; 2006.10. Czarnecka K and Yasufuku K. Interventional Pulmonology: focus on pulmonary diagno-

sis. Respirology (2013) 18, 47-60.

59. Gagal Napas/ARDS/Penyakit Respirasi sebagai komorbidpada kehamilan

60. Manifestasi Paru pada penyakit Jaringan ikat61. Anti-neutrophil Cytoplasmic Antibodies dan Komplek Imun

Vaskulitis62. Gagal Ginjal dan akibatnya pada Paru63. Tata laksana Defisiensi Alfa-1 Antitripsin pada paru64. Manifestasi Paru pada Penyakit Crohn65. Manifestasi Paru pada Kolitis Ulseratif

66. Manifestasi Paru pada Penyakit Gaster: Stomach-LungInteraction

67. Komplikasi Noninfeksi pada Paru setelah TransplantasiOrgan

68. Gangguan Paru pada Penyakit Endokrin dan Metabolik nondiabetic

69. Tata laksana ARDS sebagai akibat berbagai penyebab Sepsis70. Gangguan Paru akibat Penyakit Kardiovaskular: Kongenital,

Edema Kardiogenik Pulmonal, Mitral Stenosis, Gagal JantungKronik dan Infark Miokard

INFO MEDIS

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 65

Rekam medis merupakan catatan ter-tulis yang wajib dibuat dokter ten-tang se orang pasien. Sehinggaseharusnya tidak ada seorang dok-

ter yang boleh tidak membuatnya Apalagipada saat ini keharusan itu, telah menjadikewajiban hukum bagi semua dokter.Selain itu undang undang juga telah meny-atakan, bahwa rekam medis yang dibuatdengan benar, dapat menjadi suatu alatbukti tertulis. Sehingga bisa digunakan olehdokter ,maupun dipakai oleh pihak lain yangberhak, dalam sengketa hukum di pengadi-lan.

Karena itu pembuatan, pemberkasandan penyimpanan dari rekam medis, tidakboleh dilakukan menurut selera setiap dok-ter atau berdasarkan keinginanan suatusarana kesehatan. Perlakuan terhadaprekam medis harus sesuai dengan ketentu-an yang sudah baku, Di Indonesia masalahrekam medis tsb, telah diatur oleh UndangUndang Praktik Kedokteran dan PeraturanMenteri Kesehatan ( Per menkes)

Walaupun UUPraktik Kedokteran telahmewajibkan dokter untuk membuat rekammedis, menentukan kepemilikan dari rekammedis dan mengharuskan men jaga kera-hasiaan dari setiap rekam medis tsb. Na-mun sampai kini Permenkes No1419/Men-kes/Pr/X /2005 dan terutama Permenkes No749.a.tahun 1989, masih menjadi rujukandalam pembuatan rekam medis Karenabelum ada peraturan pemerintah yang lebihbaru, Khususnya yang mengatur tentang isidan tata cara pembuatan suatu rekammedis, serta aturan baku dalam penulisan-nya.

Namun sangat disayangkan sampaisaat ini, ternyata masih ada dokter yangrekam medisnya dibuat tidak sesuai den-gan yang diharuskan oleh Permenkes tsb.Kemungkinan besar hal itu terjadi, karenamasih ada dokter yang tidak mengetahuiada peraturan tsb, Padahal rekam medisyang tidak sesuai dengan aturan yang tel ahditetapkan oleh Menteri Kesehatan, bisadianggap sebagai rekam medis yang bermasalah, sehingga berpotensi menimbul-kan masalah hukum bagi dokter pembuatnya.

ISI REKAM MEDISSuatu rekam medis dianggap lengkap,

benar dan baik,apabila isinya juga menca-tat data kondisi klinis seorang pasien, palingtidak sejak dari 7 (tujuh) hari sebelum keda-tangannya di suatu Rumah Sakit atau di-klinik tempat praktik dokter. Dan catatanmedis tsb harus berlanjut, dibuat secarakronologis sampai dengan se saat sebelumpasien tadi pulang dari rumah sakit atautempat perawatan dokter tsb

Dalam rekam medis ini, dokter selain wa-jib mencatat apa yang terjadi pada pasienitu ,juga harus mencatat apa yang telah di-lakukan dokter dan tenaga kese hatan lainselama pasien tsb berada dalam perawat-annya Dokter juga harus menanyakan danmencatat dalam rekam medis itu, peristiwayang dialami pasien, gejala klinis yang dira-sakan, dan usaha pengobatan yang telahdilakukan oleh pasien, serta hasil dari peng-obatan, sebelum kedatangan pasien tadi diRumah Sa kit , atau tempat dokter berprak-tik

Dokter diwajibkan segera membuat re-kam medis pasiennya,karena pasal 46 ayat(2) Undang undang Praktik Kedokteran,mengharuskan kepada dokter untuk segeramembuat dan melengkapi catatan dalamlembar rekam medis pasien, Jadi Dokter ti-dak dibenarkan tidak membuat catatan me-dis. Atau dokter dilarang hanya kadang-ka-dang saja membuat catatan dalam rekammedis pasiennya. Bagi dokter yang sengajamelanggar ketentuan ini,akan dikenakansanksi hukum. Adapun sanksi bagi dokter

Dr Bambang Subagyo, SpPD, FINASIMDewan Etik dan Pembelaan Anggota PB PAPDI

Rekam Medis danAturan Pembuatannya

INFO MEDIS

Halo INTERNIS Edisi Desember 201366

yang melakukan pelanggaran terhadapkewajiban tsb, menurut UU Praktik Kedok-teran pasal 79 ayat(b) adalah: denda seba-nyak banyaknya Rp 50 000 000 (lima puluhjuta rupiah)

Selain dokter terikat pada kewajibanmembuat rekam medis, isi dari setiap rekam medis dan cara melakukan pencatat-annya, juga harus dibuat oleh dokter berdasarkan peraturan tertentu. Artinya doktertidak bisa melakukan pengisian rekam me-dis menurut seleranya sendiri. Sebab padaPermenkes Nomor 49.a.tahun 1989, telahditentukan apa yang wajib dicatat dalamsuatu rekam medis tsb.

Adapun rekam medis dari seorang pasienrawat jalan berdasarkan Permenkes tadi,minimal harus berisi :

1. Identitas pasien 2. anamnese riwayat sakit pasien. 3. diagnosis dari penyakit yang dialami

pasien. 4. pengobatan/ tindakan medis yang dibe-

rikan pada pasien

Sedangkan untuk rekam medis pasienrawat inap, Permenkes mengharuskan ha-rus berisikan data tertulis yang lebih leng-kap jika dibandingkan dengan rekam medispasien rawat jalan.

Setiap Rekam medis dari setiap pasienrawat inap, berdasarkan PermenkesNomor 749.a. tahun 1989, minimal harusberisikan data pasien tentang:

1 identitas pasien 2 anamnese riwayat penyakit 3 hasil pemeriksaan laboratorium 4 diagnosis 5 persetujuan tindakan medis 6 tindakan/pengobatan 7 catatan perawat 8 catatan observasi klinis dan hasil peng-

obatan 9 resume akhir 10 evaluasi pengobatan

ATURANPENULISAN

Selain isi dari rekam medis telah dibaku-kan oleh pemerintah, tata cara penulisansuatu rekam medis, juga diharuskan untukmengikuti peraturan tertentu.

Menurut Permenkes Nomor 749.a.tahun1989, tata cara penulisan rekam medistadi adalah :

1. Tulisan dokter dan perawat dalam re-kam medis, harus jelas dan mudah di-baca

2 Disusun menurut kronologis kejadi-annya

3. Segera ditulis dan dilengkapi setelahpasien menerima pelayanan

4 Setiap pencatatan harus dicantumkan:tanggal, jam, tanda tangan dan namajelas dokter/ perawat yang mencatat

5. Kesalahan tulis dalam pencatatan tidakboleh dihapus dengan cara apapun

6. Koreksi kesalahan tulis, hanya bolehdilakukan dengan cara dicoret, dan di-bubuhi paraf dari pembuatnya

REKAM MEDIS YANGBERMASALAH

Banyak dokter tidak menyadari bahwa isisuatu rekam medis dan penulisannya harusdibuat dengan mengikuti suatu aturan ter-tentu. Sehingga sampai kinipun masih ba-nyak dokter yang isi dari rekam medis yangdibuatnya ternyata tidak sesuai denganaturan yang disyaratkan oleh Undang-Un-dang dan Permenkes Selain itu juga masihbanyak dijumpai rekam medis yang tulisandokternya sulit dibaca, banyak mengguna-kan singkatan-singkatan yang hanya dike-tahui artinya oleh pembuatnya. Atau suaturekam medis yang penuh dengan coretandan koreksi, yang ternyata semuanya dila-kukan tidak sesuai dengan yang telah dite-tapkan oleh peraturan Menteri Kesehatan.

Peraturan Pemerintah dan hukum tidakdapat membenarkan dokter yang membuatdan menulis suatu rekam medis, dengancara yang tidak sesuai dengan yang diwa-jibkan oleh UU Praktik Kedokteran dan Per-menkes. Bagi rekam medis yang pembuat-annya tidak sesuai dengan yang diharuskanoleh Undang undang dan Permenkes, tentudapat digolongkan kedalam kelompok re-kam medis yang ber masalah, Atau rekammedis yang cacat, alias dibuat tidak sesuaidengan peraturan yang berlaku.

Namun rekam medis yang bermasalah,sebenarnya juga termasuk pada: rekam me-dis yang halaman pencatatannya ada yanghilang atau tidak lengkap, rekam medis

yang dibuat dengan tidak sebenarnya (dire-kayasa). Serta yang tidak ada rekam medis-nya, alias tidak pernah dibuat, hilang atausengaja dihilangkan, dll.

Masalahnya apabila dikemudian hariterjadi sengketa hukum yang harus meli bat-kan rekam medis tsb. Maka rekam medisyang bermasalah itu, berpotensi mem per-lemah posisi dokter didepan majelis hakim..Juga tidak tertutup kemungkinan bisa sajahakim memutuskan, rekam medis yang ber-masalah tsb, dianggap tidak memenuhi sya-rat untuk menjadi alat bukti yang sah dalamsengketa hukum yang terjadi. Tetapi yanglebih celaka bagi dokter, apabila rekam me-dis yang bermasalah tadi, ternyata kemudi-an menjadi masalah hukum bagi dokterpembuatnya. Alias dokter akan dituntut, aki-bat kelalaiannya dalam pembuatan suaturekam medis

Untuk menghindari hal itu, seharusnyasetiap dokter yang akan membuat rekammedis, harus dibuat sesuai dengan apayang telah disyaratkan oleh Undang-Un-dang dan Peraturam Menteri Kesehatan.Termasuk kelengkapan, isi dan tata cara pe-nulisannya. Dengan demikian sudah mela-kukan usaha untuk mematuhi hukum danmeminimalkan risiko hukum yang dapat ter-jadi.

DAFTAR PUSTAKA1. Subagyo B. Rekam Medis.dalam buku

Aspek Hukum Rahasia Medis RekamMedis Dan Informed Consent DalamPraktik Kedokteran. Hal 15-32. PBPAPDI. Jakarta 2009

2. Isfandyarie A.Tanggung jawab HukumDan Sanksi Bagi Dokter Buku II, hal175.Prestasi-Pusaka, Jakarta 2006.

3. Mahdi DA Quo vadis Kliniko legal Indo-nesia Balai Penerbit Fakultas Kedokter-an Universitas Indonesia Jakarta 2008.

4. Peraturan Menteri Kesehatan No749a/Menkes/Per/XII/1989 Tentang RekamMedis.

5. Peraturan Menteri Kesehatan No1419/Menkes/Per/X/2005 Tentang Penye-lenggaraan Praktik Dokter dan DokterGigi.

6. Undang undang no 29 1994 TentangPraktik Kedokteran.

BERITA CABANG

Pengurus PAPDI cabang Bengkulu periode 2012 – 2015 dilantik dandikukuhkan oleh Pengurus Besar Perhimpunan Dokter SpesialisPenyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) di Hotel Santika - Bengkulu

pada 14 September 2013 lalu. Ketua terpilih PAPDI cabang Bengkulu, Dr.Zaini Dahlan, SpPD, FINASIM beserta pengurus PAPDI cabang Bengkululangsung dilantik dan dikukuhkan oleh Ketua Umum PB PAPDI, Prof. Dr.dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP.Pelantikan dan susunan pengurus cabang ditetapkan dalam surat keputu-san PB PAPDI yang disampaikan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, dr. SallyAman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM. Prosesi pelantikan dihadiri selu-ruh pengurus PAPDI cabang Bengkulu dan disaksikan perwakilan IkatanDokter Indonesia, yakni Ketua IDI Wilayah Bengkulu, dr. H. Hamzah, MM.

Dr. Zaini Dahlan, SpPD,FINASIM dilantik untuk keduakalinya menjabat Ketua PAPDIcabang Bengkulu. Padasambutannya, Dr. Zaini Dahlanberterimakasih kepada PBPAPDI yang telah menunjukBengkulu menjadi salah satutempat kegiatan roadshow

PAPDI. Roadshow yang diselenggarakan bersamaan dengan pelantikanpengurus PAPDI cabang Bengkulu ini mengangkat tema “ComprehensiveManagement of Chronic Disease in Daily Practice”. Hadir sebagai pem-bicara Ketua Umum PB PAPDI, Sekjen PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo,SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, dan Dr. Maryantoro Oermardi, SpPD, K-EMD. Di sela-sela simposium, juga diselenggarakan workshop EKG olehDr. Muhadi SpPD, FINASIM. “Kegiatan ini sangat ditunggu-tungu olehsejawat dan dokter umum di Bengkulu,” ujar Dr. Zaini Dahlan.

Sementara Prof. Idrus dalam sambutan lebih banyak mengulas kesia-pan PAPDI menghadapi SJSN yang akan berlaku awal Januari 2014.Saat ini PAPDI cabang Bengkulu beranggotakan 12 internis, dimana 5diantaranya telah meraih gelar FINASIM. Acara yang menggandeng mitrafarmasi PT Dexa Medica berlangsung sukses. (HI)

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 67

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang BengkuluPeriode 2012 – 2015

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter SpesialisPenyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) melantik danmengukuhkan pengurus PAPDI Cabang Cirebon peri-

ode 2012 - 2015, pada 24 Agustus 2013 lalu di RuangGrand Ballroom, Hotel Grage, Cirebon. Ketua terpilih PAPDICabang Cirebon, Dr. I Made Astawa, SpPD, FINASIM,MARS bersama pengurus cabang langsung dilantik dandikukuhkan oleh Ketua Umum PB PAPDI, Prof. DR. Dr. Idrus Alwi,SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP. PelantikanPAPDI cabang Cirebon ditetapkan dalam Surat Keputasan PB PAPDIyang dibacakan Sekjen PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Saat ini, PAPDI cabang Cirebon memiliki anggota27 internis, ada 13 diantaranya telah bergelarFINASIM.

Acara tersebut dihadiri oleh penguruscabang dan beberapa anggota PAPDI. Padakesempatan ini, hadir perwakilan Ikatan DokterIndonesia, Ketua IDI Cabang Kota Cirebon yangjuga Kadinkes Cirebon Dr. H. Edi Sugiarto,M.Kes. Pada sambutannya, Prof. Idrus mene-gaskan pentingnya mempersiapkan anggotadalam menyongsong diberlakukannya Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan pada awal Januari2014. Sementara Ketua terpilih PAPDI Cabang Cirebon, Dr. I MadeAstawa mengatakan PAPDI cabang Cirebon akan aktif meningkatkandan memajukan ilmu kedokteran, khususnya di Cirebon denganmelakukan berbagai kegiatan ilmiah untuk internis dan dokter umum.

Pada acara tersebut, diselenggarakan pulasimposium yang mengangkat tema Com-prehensive Approach for Better management inImproving Quality of Life. Hadir sebagai pem-bicara DR.Dr. Imam Subekti, SpPD,K-EMD,FINASIM, DR. Dr. Hikmat Permana, SpPD, K-EMD, FINASIM dan nara sumber lainnya. Acaradiakhir dengan ramah tamah sekaligus halal bi-halal antara pengurus cabang dengan PBPAPDI. (HI)

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang CirebonPeriode 2012 – 2015

Prosesi Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Bengkulu.

Prosesi Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Cirebon.

BERITA CABANG

Halo INTERNIS Edisi Desember 201368

Pengurus PAPDI cabang Depok periode 2012 – 2015 dilantikdan dikukuhkan oleh Pengurus Besar Perhimpunan DokterSpesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) di Kantor

Walikota Depok pada 23 Maret 2013 lalu. Ketua terpilih PAPDIcabang Depok, Dr. Sugiyono Sanjoyo, SpPD, FINASIM, SpKNbeserta pengurus PAPDI cabang Depok langsung dilantik dandikukuhkan oleh Ketua Umum PB PAPDI, Prof. Dr. dr. Idrus Alwi,SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP.

Pelantikan dan susunan pengurus cabang ditetapkan dalam suratkeputusan PB PAPDI yang disampaikan Sekretaris Jenderal PB

PAPDI, dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM. Prosesipelantikan dihadiri seluruh pengurus PAPDI cabang Depok, anggotacabang dan disaksikan perwakilan Ikatan Dokter Indonesia, yakniKetua IDI Kota Depok, Dr. Fachurrozi, Wakil Walikota Depok, Dr. KH.M. Idris Abdul Shomad, MA dan Dinas Kesehatan Kota Depok.

Dr. Sugiyono Sanjoyo dilantik untuk kedua kalinya menjabatKetua PAPDI cabang Depok. Pelantikan ini merupakan pelantikancabang pertama sejak Prof. Idrus terpilih menjadi Ketua Umum PBPAPDI pada KOPAPDI XV di Medan Desember 2012 lalu.

Sebelum acara pelantikan dilaksanakan, terlebih dahulu acaradibuka dengan round table discussion (RTD) update internal medi-cine PAPDI Depok, dengan narasumber Dr. Ida Ayu Made Kashanti,SpPD, K-EMD, FINASIM. Prosesi pelantikan berjalan sukses. (HI)

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang DepokPeriode 2012 – 2015

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit DalamIndonesia (PB PAPDI) melantik dan mengukuhkan pengurus PAPDIcabang Jakarta Raya, pada 18 Mei 2013 lalu di Hotel Ritz Carlton,

Jakarta. Ketua PAPDI Jaya terpilih, DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP langsung dilantik dan dikukuhkan olehKetua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,FACC, FESC, FAPSIC, FACP. Pelantikan ditetapkan dalam Surat Kepu-tusan PB PAPDI yang dibacakan oleh Sekjen PB PAPDI DR. Sally AmanNasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP.

Acara tersebut dihadiri oleh pengurus cabang dan beberapa anggota.Pada kesempatan itu, hadir pula perwakilan Ikatan Dokter Indoensia, Ke-tua IDI Wilayah DKI Jakarta, Dr. Tony S Natakarman yang menyaksikanprosesi pelantikan. Pada sambutannya, Prof. Idrus mengatakan PAPDIJaya memiliki peran strategis karena letaknya di ibukota negara dekat de-

ngan pemerintahan dan jumlahanggotanya terbesar. “Jumlah-nya yang besar menjadi ke-kuatan PAPDI untuk mengad-vokasi kepentingan PAPDI,”ungkapnya.

Selanjutnya Prof. Idrus me-ngatakan PAPDI cabang diha-

rapkan dapat membina dokter umum di daerah masing-masing. Pasal-nya, pada era SJSN 2014 nanti dokter umum yang bergerak dilayananprimer akan menjadi tulang punggung pelayanan kesehatan.

Hal senada disampaikan Ketua PAPDI Jaya Dr. Ari Fahrial Syam. Iamengatakan salah satu program kerja PAPDI Jaya adalah membina dok-ter umum dalam hal meningkatkan ketrampilan dan kemampuan medis-nya. Hal ini sangat diperlukan untuk mendukung layanan kesehatan di eraJaminan Kesehatan Nasional. Di samping itu, program utama PAPDIJaya adalah menjaga kekompakan dan konsolidasi anggota. Dr. Arimenegaskan ia mendukung program-program PB PAPDI dan juga IDIWilayah Jakarta.

Sebelum prosesi pelantikan berlangsung, acara di awali dengan sim-posium ilmiah. Pada kesempatan ini, menghadirkan pembicara DR. Dr.Dadang Makmun, SpPD, K-GEH, FINASIM yang mempresentasikanperkembangan ilmu gastroenterologi. Acara berlangsung lancer dan suk-ses. (HI)

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Jakarta RayaPeriode 2012 – 2015

Prosesi Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Depok.

Prosesi Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Jakarta Raya.

BERITA CABANG

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 69

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis PenyakitDalam Indonesia (PB PAPDI) melantik dan men-gukuhkan kembali kepengurusan PAPDI cabang

Gorontalo (PAPDI Gorontalo), periode 2012 - 2015, pada 23Juni 2013, di Ruang Grand Ballroom, Hotel Maqna,Gorontalo.

Pada acara itu, pengurus PAPDI cabang Gorontalo lang-sung dilantik dan dikukuhkan oleh Ketua Umum PB PAPDI,Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC,FAPSIC, FACP. Sebelum dilantik, Sekjen PB PAPDI Dr. Sally AmanNasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP membacakan surat keputusanPB PAPDI tentang pelantikan pengurus PAPDI cabang Gorontalo.Dihadiri oleh seluruh anggota PAPDI cabang Gorontalo, Prof. Idrusmembacakan sumpah anggotadan menyematkan pin PAPDIkepada Ketua PAPDI cabangGorontalo Dr. Nur Albar, SpPD,FINASIM dan anggota.

Pada kesempatan itu, hadirpula perwakilan dari Ikatan Dok-ter Indonesia, Ketua IDI Wilayah

Gorontalo, Dr. SukriDjakatara, SpA dan DR.Dr. Aru W. Sudoyo,SpPD, K-HOM, FINA-SIM, FACP penasehatPB PAPDI dan PAPDIJaya. Ketua terpilihPAPDI Cabang Goron-talo, Dr. Nur Albar,

SpPD, FINASIM akan memimpin PAPDI Cabang Gorontalo untuk pe-riode tiga tahun ke depan. Saat ini, anggota PAPDI cabang Gorontaloberjumlah 9 orang, dan 5 diantaranya sudah bergelar FINASIM. Di akhiracara, pengurus PAPDI cabang dan PB PAPDI melakukan ramah tamahdan foto bersama. Prosesi pelantikan berlangsung khidmat.

Selain melantik cabang, PB PAPDI melakukan simposium ilmiah.Simposium kali ini mengangkat tema “Comprehensive Management ofLipid Disorder, Hypertension, Diabetes and Thrombosis” dengan pem-bicara DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Danacara tersebut melibatkan mitra farmasi PT Dexa Medica. Rangkaianacara pelantikan dan simposium berjalan suksSelamat bekerja danberkarya PAPDI Cabang Gorontalo! (HI)

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang GorontaloPeriode 2012 – 2015

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit DalamIndonesia (PB PAPDI) melantik dan mengukuhkan pengurusPAPDI cabang Semarang, periode 2012 - 2015, pada1 September

2013 di Ruang Amartapura Ballroom, Hotel Grand Candi, Semarang.Ketua terpilih PAPDI Cabang Semarang, DR. Dr. Lestariningsih, SpPD,K-GH, FINASIM beserta jajarannya dilantik dan dikukuhkan oleh KetuaUmum PB PAPDI yang dalam kesempatan ini di wakili oleh SekretarisJenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM,FACP. Pelantikan ini ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDi yangdisampaikan Ketua Bidang Humas, Publikasi dan PengabdianMasyarakat, Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM. Prosesipelantikan disaksikan oleh perwakilan Ikatan Dokter Indonesia, yakniKetua IDI Wilayah Jawa Tengah, Dr. Djoko Widyarto JS, DHM, MH.Kes.

Pelantikan ini dihadiri oleh seluruh pengurus dan anggota PAPDIcabang Semarang. Pada kesem-patan ini, Sekretaris Jenderal PBPAPDI, Dr. Sally Aman Nasutionmenjelaskan kesiapan PAPDIterkait program Sistem JaminanSosial Nasional (SJSN) yangakan dimulai awal Januari 2014.Tiap-tiap perhimpunan profesi

diminta membuat clinical pathway 10 kasus terbanyak. PAPDI dengan12 subspesialis membuat 12O clinical pathway.

Usai pelantikan, acara dilanjutkan dengan simposium ilmiah. Hadirsebagai pembicara diantaranya Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV,FINASIM, FACP, DR. Dr. Lestariningsih, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof.Dr. Darmono, SpPD, K-EMD, FINASIM, dan DR. Dr. Aru W Sudoyo,SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Di sela-sela simposium diadakanworkshop EKG bersama Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV,FINASIM. PAPDI cabang Semarang beranggotakan 195 internis, de-ngan 87 diantaranya telah meraih gelar FINASIM. Pelantikan dan ke-giatan ilmiah yang didukung mitra farmasi PT Dexa medica ini berlang-sung sukses. (HI)

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang SemarangPeriode 2012 – 2015

Prosesi Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Gorontalo.

Prosesi Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Semarang.

BERITA CABANG

Halo INTERNIS Edisi Desember 201370

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit DalamIndonesia (PB PAPDI) melantik dan mengukuhkan pengurusPAPDI cabang Sumatera Selatan, periode 2012 - 2015, pada,

31 Agustus 2013 di Ruang Grand Ballroom, Hotel Aston ConferenceCentre, Palembang. Ketua terpilih PAPDI cabang SumateraSelatan, DR. Dr. Zulkhair Ali, SpPD, K-GH, FINASIM beserta ja-jarannya dilantik dan dikukuhkan oleh Ketua Umum PB PAPDI, yangdalam kesempatan ini diwakili oleh Wakil Ketua Umum, Dr. ChairulRadjab Nasution, SpPD, K-GH, FINASIM, M.Kes, FACP.

Pelantikan PAPDI cabang Sumatera Selatan ditetapkan ber-dasarkan Surat Keputusan PB PAPDI yang disampaikan SekretarisJenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV,

FINASIM, FACP. Acara terse-but dihadiri oleh seluruh pen-gurus dan anggota PAPDIcabang Sumsel. Dalamsambutannya, Dr. ChairulRajab Nasution memaparkan

dengan gamblang pentingnya PAPDI menyiapkan diri menyongsongera Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan yangakan berlaku awal Januari 2014.

Pada kesempatan ini, hadir pula Wakil Ketua IDI Wilayah Suma-tera Selatan, Dr. H. Hibsah Ridwan, M.Sc yang turut menyaksikanjalannya pelantikan. DR. Dr. Zulkhair Ali, SpPD, K-GH, FINASIM ter-pilih menjadi Ketua PAPDI cabang Sumsel untuk kedua kalinya.Pada saat ini, PAPDI cabang Sumsel beranggotakan 93 internis, 69diantaranya telah memiliki gelar FINASIM. Di era SJSN ini, kata Dr.Zulkhair Ali, diharapkan pelayanan kesehatan rujukan dan berbasisasuransi ini dapat berjalan dengan sesuai harapan.

Setelah pelantikan, acara dilanjutkan dengan simposium sehari.Tampil beberapa pembicara diantaranya Sekretaris Jenderal PBPAPDI, Dr. Sally Aman Nasution. Prosesi pelantikan dan symposiumberjalan sukses. (HI)

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang SumselPeriode 2012 – 2015

P engurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit DalamIndonesia (PB PAPDI) melantik dan mengukuhkan pengurusPAPDI cabang Kepulauan Riau periode 2012 - 2015, pada, 21

September 2013 di Hotel Harris Batam, Kepulauan Riau. Ketua terpil-ih PAPDI cabang Kepulauan Riau (Kepri) Dr. Dindin Hardiono Hadim,SpPD, FINASIM beserta jajarannya langsung dilantik dan dikukuhkanoleh Ketua Umum PB PAPDI, Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP. Pelantikan ini ditetapkan da-lam surat keputusan PB PAPDI yang dibacakan oleh Wakil SekretarisJenderal PB PAPDI Dr. Sukamto Koesnoe, SpPD,K-AI, FINASIM yangdisaksikan perwakilan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dalam hal inidihadiri oleh Wakil Ketua IDI wilayah Kepulauan Riau Dr. FahkrudinUmar yang didampingi oleh Sekretaris Umum IDI Wilayah KepulauanRiau, Dr. Mariaman Tjendera, M.Kes.

Dr. Dindin terpilih untuk kalikedua menjadi Ketua PAPDIcabang Kepri. Pada saat ini,PAPDI cabang Kepri berang-gotakan 21 internis, tigadiantaranya telah menyandanggelar FINASIM. Dalam sambu-tannya, Prof. Idrus menjelaskan

kesiapan PAPDI dalam menyongsong program Sistem Jaminan SosialNasional (SJSN) bidang kesehatan yang akan dimulai awal Januari2014. Hal serupa juga disampaikan Dr. Dindin. Menurutnya, untukmenghadapi era SJSN perlu ada sinergi antara pusat dan daerah.Sejauhmana kesiapan PAPDI, terkait dengan tarif Ina CBGs dan clini-cal pathway perlu disosialisasikan ke cabang-cabang. dan kesem-patan yang sama, Dr. Dindin juga berterima kasih atas terpilihnyaPAPDI cabang Kepri menjadi salah satu tempat pelaksanaan programroadshow PAPDI.

Setelah prosesi pelantikan, acara dilanjutkan dengan simposiumilmiah dengan tema “Comprehensive Management of Chronic Diseasein Daily Practice”. Simposium ini menghadirkan pembicara Prof. DR.Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP,FESC, FAPSIC, FACPdan Dr. Mardianto, SpPD, K-EMD, FINASIM. Acara berlangsung suk-ses dengan melibatkan mitra farmasi seperti PT Dexa Medica. (HI)

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang KepriPeriode 2012 – 2015

Prosesi Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Susel.

Prosesi Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Kepri.

BERITA CABANG

Kebersamaan dan kekeluargaannamun tetap menjunjung profes-sionalitas adalah semangat PAP-DI Cabang Kalimantan Timur.

Mengembangkan dan memajukan ilmupenyakit dalam di Tanah Borneo menja-di program utama PAPDI Cabang Kal-tim ini. Bukan saja sesama internis,PAPDI Cabang Kaltim membina paradokter umum untuk meningkatkan ke-trampilan dan kompetensi diagnostikdan terapi terutama di bidang ilmu pe-nyakit dalam pada berbagai simposium.

Pada awal Juni 2013 lalu, PAPDI Ca-bang Kaltim menyelenggarakan Rapat

Tahunan dan dan Simposium Ilmiah“Management of DHF & Hepatitis” yangdigelar di Berau, Kaltim, 30 Mei – 2 Juni2013. Sebelum acara imiah, panitia me-manfaatkan event tersebut dengan ra-pat PAPDI Cabang Kaltim di Hotel De-rawan Indah, Berau pada Kamis Malam(30/5) yang dihadiri oleh 30 orang dok-ter spesialis penyakit dalam anggotaPAPDI Cabang Kaltim. “Ini merupakanrapat konsolidasi anggota yang mem-bahas masalah-masalah terkini baik diinternal maupun eksternal PAPDI,” ujarDr. Carta Gunawan, SpPD, K-PTI, FI-NASIM, Ketua PAPDI Cabang Kaltim.

Esok hari, acara dilanjutkan dengansimposium selama tiga hari. PAPDI Ca-bang Kaltim mendapat kehormatan de-ngan hadirnya Bapak Bupati Berau Drs.H. Makmur HAPK, MM yang sekaligusmembuka acara. “Dari awal hinggaakhir acara tidak ada kendala yang ber-arti. Dengan kerjasama panitia semuaacara ini berjalan sukses dengan dibu-ka oleh bapak Bupati Berau,” ungkapDr. Ketut Ridana Wibawa, SpPD KetuaPanitia.

Acara ini, lanjut Dr. Ketut, dihadirioleh hampir seluruh internis dan dokterumum di Kaltim. Ada 30 internis yang

merupakan anggota PAPDI CabangKaltim menyatu mensukseskan acaraini. Tampak pula dokter umum yangmemadati Hotel Derawan Indah. Mere-ka antusias mengikuti setiap sesi sim-posium dalam acara tersebut. Tak he-ran, karena panitia menurunkan parapembicara yang pakar dibidangnya. Di-antaranya Dr. Carta Gunawan, SpPD,K-PTI, FINASIM, Dr. Andi Baji Silolipu,DTM&H, SpPD,FINASIM, Ambar, SSidan Dr. Lubi, dengan moderator dr. Ke-tut Ridana Wibawa,SpPD dan Dr. RizkaAbdiani, SpPD yang menghidupkan ja-lannya seminar.

Pesona KepulauanDerawan

Usai perhelatan, panitia pun meman-faatnya pesona nuasa alam Berau.Berau merupakan salah satu Kabupa-ten di Kalimantan Timur di mana banda-ranya yaitu Bandara Kalimarau adalahsatu-satunya bandara di Kalimantanyang memiliki Garbarata. Dari sini, per-lu waktu 2 jam dengan mobil dan sete-ngah jam naik speed boat maka ke-elokan laut Derawan sudah terpam-pang di mata.

Kepulauan Derawan yang merupa-kan salah satu icon wisata bahari Kali-mantan Timur. Letaknya, tepat di sebe-lah timur Tanjung Redeb yang sudahterkenal di seluruh dunia sebagai ‘Sur-ga’ bagi para penyelam. Kepulauan De-rawan memiliki 31 pulau namun yangterkenal hanya ada 4 pulau yaitu PulauDerawan, Pulau Maratua, Pulau Kakab-an dan Pulau Sangalaki. Kepulauan inidikelilingi ekosistem pesisir: terumbukarang, padang lamun dan hutan ba-kau. Ada sekitar 460 jenis terumbu ka-

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 71

PAPDI Cabang Kaltim :

Konsolidasi Internis di Tanah Borneo

Faily Gathering Pengurus PAPDI Cabang Kaltim.

Dr. Carta Gunawan, SpPD, K-PTI, FINASIM

BERITA CABANG

Halo INTERNIS Edisi Desember 201372

rang yang tersebar di seluruh pulau,870 jenis ikan yang diantaranya meru-pakan spesies yang dilindungi sepertipenyu hijau, pentu sisik, paus lumba-lumba, ketam kelapa, duyung, dan ikanbarakuda. Kehidupan bawah laut di Ke-pulauan Derawan ini sangat menakjub-kan. Terdapat 28 titik penyelaman di ke-pulauan ini. Banyak wisatawan baik da-lam negeri maupun mancanegara yangmenyelam di kepulauan dengan biotalautnya yang menawan ini.

Keesokan harinya, perjalanan dilan-jutkan ke Pulau Maratua yang meru-

pakan Pulau terbesar berbentuk seper-ti tapal kuda di Kepulauan Derawan.Perjalanan ditempuh menggunakanspeed boat selama 1 jam melintasi lautlepas dari Pulau Derawan. Siap-siapbagi yang tidak terbiasa karena akanmemicu adrenalin menerjang ombaksehingga bisa diperkirakan akan adayang mabuk laut.

Dari Pulau Maratua, perjalanan ditu-jukan ke Pulau Kakaban. Pulau yang le-taknya di sebelah barat daya Pulau Ma-ratua ini terkenal biota laut ubur-ubur.Pulau ini terisolasi oleh karang sehinggaairnya menjadi tawar. Perubahan iniberdampak juga pada adaptasi faunalaut yang ada di dalam danau. Ubur-uburmisalnya, karena ketiadaan pemangsaubur-ubur maka biota ini jadi berlimpahruah dan kemampuan menyengatnya

juga hilang. Di dunia hanya ada dualokasi seperti ini, yaitu di pulau Kakabandan di Republik Palau, Filipina.

Lanjut ke Pulau berikutnya yang ber-ada kurang lebih 13 KM sebelah Baratsedikit ke Selatan dari pulau Kakaban,ialah Pulau Sangalaki. Pulau ini seringdisebut sebagai “The Manta Kingdom”karena banyaknya Manta Ray atau PariManta yang makanannya adalah plank-ton. Selain terkenal dengan Manta Ray-nya pulau Sangalaki juga terkenal kare-na tempat bertelurnya penyu-penyu didaerah ini.

Sayangnya, perjalanan ketiga pulautersebut cukup singkat sehingga adasebagian peserta yang belum puas un-tuk menikmati keindahan masing-ma-sing pulau tersebut. Perjalanan dilanjut-kan kembali ke Pulau Derawan untukberistirahat sejenak menghimpun tena-ga untuk perjalanan berikutnya kembali

ke Tanjung Redeb. Waktu istirahat digunakan peserta

untuk mengumpulkan bawaan dan ber-buru oleh-oleh. Macam-macam jenisoleh-oleh yang bisa dibeli mulai dari ge-lang atau cincin dari kulit penyu, kaos,gantungan kunci dan lainya denganharga yang terjangkau dan sedikit tipsbagi yang ingin berbelanja, ”tawarlahsebelum membeli”. Selama beristirahat,tak disangka peserta mendapat peman-dangan yang menakjubkan yaitu hilirmudiknya beberapa penyu hijau raksa-sa yang berenang di sekitar pantai.

Wisata diakhiri di Kepulauan Dera-wan. Banyak peserta yang mengusul-kan agar kegiatan seperti ini rutin di-adakan dan berpindah-pindah sesuaidomisili sejawat anggota PAPDI Ca-bang Kaltim. Semoga usulan tersebutdapat terwujud. Sukses untuk PAPDICabang Kaltim. (HI)

Foto-foto pesona Kepulauan Derawan.

BERITA CABANG

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 73

Setelah sukses JIM DACE tahun lalu,Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-nyakit Dalam Indonesia Cabang Ja-karta Raya (PAPDI Jaya) tahun ini

kembali menyelenggarakan Jakarta InternalMedicine in Daily Practice (JIM DACE).Acara tahunan PAPDI Jaya ini berlangsungpada 21, 27, 28-29 September dan 5Oktober 2013 di beberapa tempat terpisah.Puncak JIM DACE 2013 digelar di HotelMercure Ancol, Jakarta pada 28-29September 2013 lalu.

JIM DACE kali ini mengusung tema“Towards Universal Health Coverage:

Strengthening The Role of Primary Phy-sicians in Internal Medicine”. Menurut KetuaPelaksana JIM DACE 2013 DR. Dr. MurdaniAbdullah, SpPD, K-GEH, FINASIM tema inirelavan dengan upaya pemerintah yang akanmelaksanakan Sistem Jaminan SosialNasional (SJSN) bidang kesehatan padaawal Januari 2014 nanti. Pada era SJSNakan berlaku sistem layanan kesehatanberjenjang. Dokter umum dilayanan primermenjadi lini layanan kesehatan terdepan.

“Dokter layanan primer terutama dokter-dok-ter puskesmas memegang peranan pentinguntuk melakukan pemeriksaan kesehatanawal. Dokter layanan primer yang akanmenentukan apakah pasien harus dirujukatau dapat ditangani di Puskesmas,” ujar Dr.Murdani Abdullah pada acara konferensi persJIM DACE 2013.

Dr. Murdani Abdullah mengatakan sis-tem rujukan yang baik merupakan kunciutama kelancaran sistem SJSN atau Ja-minan Kesehatan Nasional (JKN). Bila dok-ter di layanan primer tidak dapat menja-lankan perannya dengan baik maka akan

terjadi ketimpangan dalam sistem pelayan-an tersebut. “Untuk itu, PAPDI juga turutbertanggungjawab meningkatkan kemam-puan dokter layanan primer sehingga dapatmenjalankan tugasnya sebaik-baiknya,”tutur Dr. Murdani Abdullah.

Hal senada disampaikan Ketua UmumPB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,FACP. Pada sambutannya Prof. Idrus Alwimengatakan tema JIM DACE sangat rele-

van dengan program JKN. Cabang PAPDIdi daerah-daerah, termasuk PAPDI Jayaakan membantu dokter umum atau dokterkeluarga yang bertugas di layanan primeruntuk memperkuat kemampuan klinisnya.“PAPDI yang merupakan bagian dari per-himpunan dokter spesialis dengan jumlahanggota yang besar dan tersebar di daerah-daerah sangat mendukung program JKN,”ujar Prof. Idrus Alwi pada saat membukaacara JIM DACE 2013.

Lebih lanjut, Ketua PAPDI Cabang Ja-karta DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP menambah-

JIM DACE 2013 :

Memperkuat Dokterdi Layanan Primer

Prof Idrus Alwi membuka acara JIMM DACE 2013.

PAPDI beserta CabangPAPDI di daerah akanmembantu dokter yangbertugas di layananprimer untuk memper-kuat kemampuan diagno-sis dan terapeutiknya.

Dr. Murdani Abdullah Ketua Paniyia JIM DACE memberi sambutan.

BERITA CABANG

Halo INTERNIS Edisi Desember 201374

kan SJSN merupakan sistem layanan kese-hatan yang baru di Indonesia. Tentu, lanjutDr. Ari Fahrial Syam, pada pelaksnanaanyaakan menimbulkan berbagai Kendala. Olehkarena itu, PAPDI Cabang Jakarta turutmendukung SJSN dengan membuat pro-gram -program yang bertujuan untuk mem-bantu memperkuat kemampuan klinis paradokter yang bertugas di layanan primer agardapat member pelayanan kesehatan yangbaik. “Profesi mesti mengawal SJSN,”tegasnya

Upaya PAPDI, khususnya PAPDI Ca-bang Jakarta terhadap peningkatan kemam-puan dokter membuat acara JIM DACEdipenuhi oleh peserta. Materi-materi yangdisuguhkan merupakankasus-kasus yangkerap ditemui ditempat praktek yang dipa-parkan oleh para pembicara yang pakardibidangnya. Tak heran, sekitar 500 pesertaantusias mengikuti setiap sessi ilmiah. Padakesempatan ini, panitia mengundang SukuDinas Kesehatan DKI Jakarta , Dr. Safarud-din yang berbagai pengalaman mengelolaprogram Kartu Jakarta Sehat.

Sebelumnya, acara diawali dengan be-berapa workshop oleh masing-masing ko-misariat PAPDI cabang Jakarta di lima wi-layah ibukota. beberapa rumah sakit. YaituPada 21 September 2013 dilaksanakanworkshop “CAPD Pada Ginjal Kronik” diRSPAD Gatot Soebroto, Jakarta dan work-shop “Update Diagnosisi and TreatmentChronic Hepatitis C and it’s Complication” diFunction Hall Golf Gallery Pondok IndahGolf, Jakarta. Kemudian, pada 27 Sep-tember dilanjutkan dengan workshop “WhatShould We Know About Arthritis?” di RSIslam Jakarta, dan workshop “Non CardiacChest Pain” di RS Mitra Keluarga KelapaGading, Jakarta. Lalu, workshop “EKG” diHotel Mercure, Jakarta dan ditutup denganworkshop “Diabates Mellitus” pada 5 Ok-tober 2013 di RS Pelni Pertamburan,Jakarta.

Selain acara ilmiah, panitia juga meng-adakan malam keakraban antar anggotaPAPDI Cabang Jakarta. Pada acara terse-but, anggota PAPDI Cabang Jakarta seba-gian besar hadir bersama keluarganya.Acara dimeriahkan dengan penampilan per-wakil dari Komisariat PAPDI Cabang Ja-karta dari kelima wilayah. “Acara ini untukmemperkuat silaturahmi antar anggota,”ujar Ketua PAPDI Cabang Jakarta. (HI)

Malam KeakrabanPAPDI JAYA

Kepergian Guru Besar Fakultas Ke-dokteran Universitas Hasanuddin,Makassar ini tidak hanya meninggal-kan duka, tetapi juga sejuta

kenangan bagi keluarga dan sejawat.Kabar duka itu datang dari keluargaAlmarhum, tepat tengah malam padaJumat, 26 April 2013 lalu, Prof. Dr.H. A. M. AKIL, SpPD, K-GEH,FINASIM berpulang dalam usia 78tahun. Duka mendalam tak hanyadirasakan oleh pihak keluargatapi juga sejawat dan seluruh citi-vas akademika Universitas Ha-sanuddin.

Dalam kenangan salah satuputri almarhum, Dr. Fardah Akil,SpPD, sang ayah merupakansosok pribadi yang sederhana dankuat. Memilik falsafah hidup yangberakar dari keyakinan agama, arif,rasional, jujur dan tegas dalam berfikirdan bertindak, serta penuh rasa tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugas-nya. Di tengah kesibukan, waktu untuk kelu-arga selalu disempatkan saat pagi ataumalam hari, juga di akhir pekan.

Masih segar dalam ingatan Dr. Fardahkebiasaan almarhum kala senggang sepertimembaca buku, berzikir dan tadarus AlQur’an. “Saya masih ingat saat masih kecilsampai sekolah menengah, setiap hari liburatau senggang senang menemani bapak ketoko buku untuk mencari buku baru, teruta-ma buku-buku agama. Kebiasaan unikbapak lebih menyenangi makanan rumah,

hal ini dilakukan setiap hari untuk makansiang dan malam. Saat keluar kota, restoranyang wajib dikunjungi adalah rumah makanpadang dengan menu rendang, sambalhijau dan sayur hijau,” kisahnya.

Di dalam keluarga, sebagai ayah, almar-hum merupakan pemimpin yang konsisten,tegas dan bijaksana. “Meskipun termasukpendiam, namun bapak sebenarnya merupa-

kan pribadi yang hangat, senang bercandadan penuh perhatian. Sekali bicara saratdengan nasihat-nasihat yang disertai contoh

pengalaman hidupnya,” tambahnya. Sosok yang sangat mencintai

profesinya, baik sebagai seorangguru maupun sebagai seorang dok-

ter ini tak pernah lelah mem-berikan kontribusi nyata. Sangatrajin mengunjungi semua pasiendi rumah sakit dan melayanidengan empati dan sosial yangtinggi, tanpa memandang dera-jat seseorang. Hal ini terlihatdari pasien dan juga keluargapasien beliau yang merasa ke-hilangan sosok dokter kesayan-

gan mereka dan menangisi kepu-langan almarhum.

Dalam kenangan Dr. Fardah,masih banyak keinginan beliau yang

belum sempat terwujud, salah satunyamenyatukan visi, misi RS Wahidin dan

RS. Pendidikan Unhas agar keduanya dapatmenjadi rumah sakit yang saling mengisi satusama lain, sebagai rumah sakit pelayanandan pendidikan terbaik di Indonesia, khusus-nya Indonesia Timur. Membuat dan menulisbuku mengenai sejarah kedokteran diUNHAS, pengalaman beliau dalam memban-gun pendidikan kedokteran dan buku ajardivisi gastroentero-hepatologi di Makassar.Insya Allah akan diwujudkan.

“Nasihat beliau kepada kami anak-anak-nya, bahwa setiap akan melakukan peker-jaan sekecil apapun itu harus ikhlas karena

Prof. Dr. H. A. M. AKIL, SpPD, K-GEH, FINASIM:

Selamat Jalan Sang Guru dari Timur

“…keinginan beliau yang belum terwujud, di antaranya masih mau melihatsatu kali Kongres PAPDI di Makassar sebelum wafat. Ingin PAPDI

berwibawa dan dihormati bukan hanya anggotanya tetapi juga organisasiperhimpunan yang lain,...”

OBITUARI

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 75

OBITUARI

Halo INTERNIS Edisi Desember 201376

hat satu kali KongresPAPDI di Makassarsebelum wafat, inginPAPDI berwibawa dandihormati bukan hanyaanggotanya tetapi jugaorganisasi perhim-punan yang lain, inginagar para dokter taatmenjalankan Etika Ke-dokteran. “Inilah yangpaling menyedihkanbeliau sampai kadang-kadang meneteskanair mata jika itu disam-paikan kepada sayayaitu makin banyaknyadokter yang pernahdididiknya melakukanpelanggaran etik (mes-kipun lebih banyak diluar PAPDI),” tuturProf. Syamsu.

“Banyak hal yangpatut diteladani dari so-sok, seperti keteguhan pada prinsip yang di-yakini kebenarannya, selalu mendahulukankepentingan bersama dari pada kepentinganpribadi, selalu menjaga harga diri sebagai

professional, lebih me-mentingkan pengab-dian dari pada pertim-bangan finansial, selalumemberi nasehat dim-inta atau tidak, selalu melakukan pekerjaandengan ikhlas. Perasaan kehilangan sangatdirasakan bukan hanya oleh keluarganyatetapi kami semua yang sering mintapertimbangannya, terutama dalam meng-hadapi hal-hal yang krusial atau ada bentu-ran kepentingan, beliau selalu memberikancara pemecahan yang obyektif untukkepentingan bersama. Kehilangan ini sangatkami rasakan dalam proses pergantian peja-bat di Fakultas, Universitas atau Organisasi,

karena jalan keluar yang diusulkannyaumumnya dapat diterima semua pihak,”ungkap Prof Syamsu.

Bersama Pak Ahmad Amiruddin (MantanRektor Unhas yang kemudian menjadi Gu-bernur Sulawesi Selatan) berjuang mendiri-kan Rumah Sakit Pendidikan untuk FK Un-has, karena Rumah Sakit Dadi (yang waktuitu dipakai) tidak memenuhi syarat. Di luarUnhass, almarhum berperan aktif sebagaiPendiri dan Pembina FK UMI, pembinaandan pengembangan Rumah Sakit 45 menja-di Rumah Sakit Ibu Sina yang kini sudah ter-akreditasi sebagai Rumah Sakit tipe B Pen-

didikan oleh Kemenkes. Bersama JusufKalla mendirikan Program Sehat Ulamayang memfasilitasi pelayanan kesehatangratis bagi ulama yang datang pada DokterSpesialis yang ditunjuk atau dirawat di Ru-

mah Sakit Islam Faisal Makassar. Kehilang-an besar juga dirasakan oleh Mantan WakilPresiden Jusuf Kalla, hal tersebut terlihat dariucapan duka yang ditulis dalam akun twit-ternya @JK_Kita: “Innalillahi wainnailaihi roji-un, turut berduka cita atas wafatnya ProfAmbo Akil Guru Besar FK Unhas, semogaamal baktinya diterima Allah SWT.”

Selamat jalan Prof Akil, terimakasih atassegala jejak baik yang kau tinggalkan.

(HI)

Allah SWT. Ridho Allah penting, dikarenakankita tidak akan tahu takdir apa yang akan kitadapatkan saat melakukan pekerjaan,” kisahDr.Fardah.

Sosok yang sederhana, jujur, arif, danberdedikasi tinggi ini, tidak hanya diakui olehpihak keluarga tetapi juga oleh rekan sejawatalmarhum, salah satunya Prof. DR. DrSyamsu, SpPD, K-AI FINASIM, Ketua PAPDICabang Sulawesi Selatan. “Banyak sekalikenangan pribadi saya dengan beliau, bukanhanya sebagai teman sejawat dan seniortetapi saya sudah anggap sebagai orangtuayang tidak hanya mengajarkan ilmu ke-dokteran tetapi juga membimbing danmenuntun dalam memilih jalan hidup, jugadalam pengembangan kecerdasan emosion-al dan spiritual,” ujar Prof. Syamsu salah satusahabat dekat almarhum.

“Almarhum merupakan senior yang mem-punyai kharisma dan integritas pribadi yangkuat, sehingga orang lain mau menerimapendapatnya bukan hanya di kalanganPAPDI dan IDI saja tetapi juga di kalanganUniversitas Hasanuddin. Beliau berani me-ngeluarkan pendapat yang melawan arusjika diyakininya benar, kepentingan ekonomidan pribadi harus diabaikan,” ujar KetuaPAPDI Cabang Makassar ini.

Saat menjabat sebagai Dekan FK Unhastahun 1980 – 1986, professor kelahiran Pa-tila-Waj 15 Mei 1938 ini, membina kepemim-pinan dan tim kerja yang kompak, beberapaKetua Bagian diganti, administrasi Ketatau-sahaan lebih ditertibkan, koperasi fakultas di-kembangkan. Program Studi Kesehatan Ma-syarakat diperjuangkan untuk bisa berdirisendiri sebagai Fakultas Kesehatan Masya-rakat tahun 1982, demikian pula ProgramStudi Kedokteran Gigi yang bisa berdiri sen-diri sebagai FKG Unhas tahun 1983. Bebe-rapa Program Pendidikan Dokter Spesialisdidorong untuk bisa mendidik penuh.

“Ada beberapa keinginan beliau yang be-lum terwujud, di antaranya masih mau meli-

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, hal tersebut terlihat dariucapan duka yang ditulis dalam akun twitternya @JK_Kita:“Innalillahi wainnailaihi rojiun, turut berduka cita ataswafatnya Prof Ambo Akil Guru Besar FK Unhas,semoga amal baktinya diterima Allah SWT.”

Almarhum Prof. Akil mantan Penasehat PB PAPDI.

OBITUARI

Kembali dunia kedokteran Indonesiaberduka. Salah satu Guru Besar Fa-kultas Kedokteran Universitas Indo-nesia (FKUI), Prof. Dr. H. R.H.H

Nelwan, SpPD, K-PTI, FINASIM, me-ninggal dunia pada 21 Mei 2013 lalusetelah menjalani perawatan diMaastricht, Belanda. Dari NegeriKincir Angin, jenazah diter-bangkan ke Indonesia untukdimakamkan di TPU TanahKusir, Jakarta. Sebelumnya,jenazah disemayamkan ter-lebih dahulu di Lobi BawahFKUI pada Minggu (26/5) seba-gai penghormatan terakhir daricivitas akademika FKUI.“Terimakasih kepada semuapihak terutama FKUI yang telahmembantu pemulangan jenazahpapa dari Belanda,” ujar Dr. Iman,putra ke dua almarhum ketika mem-beri sambutan pada prosesi pemakam-an di FKUI.

Kini, Prof. Nelwan, begitu ia biasa disapa,telah kembali ke pangkuan sang Khalik.Duka nan mendalam menyelimuti putra-putri-nya: Dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, FINA-SIM, Dr. Iman Nelwan, SpOG, Dr. Arif, Ran-dy, dan Sabrina. Kenangan indah bersamaayahanda semasa hidupnya terpatri kuat di-benak mereka. Dalam satu kisah, Dr. Erni,putri pertama almarhum, menceritakan sosokProf. Nelwan merupakan figur ayah yangsangat mengerti anak-anaknya. Ia kerapmemberi kebebasan kepada mereka untukmenentukan pilihan hidup. Dr. Erni me-

tutur penggemar olah raga menyelam inimengenang.

Di mata Dr. Erni, Prof. Nelwan adalahayah yang sangat istimewa. Setelah mama

meninggal karena kanker caputpankreas pada 1994, papa membe-

sarkan kami dengan penuh kasihsayang. Meski memiliki kesibukanyang padat, namun papa selaluhadir saat ia butuh. “Papa orangyang sedikit bicara, tapi papasangat mengerti kami. Papasatu-satunya orang yang selaluberhasil membesarkan hatiku,”ujarnya.

Prof. Nelwan berhasil men-gantarkan tiga dari lima anak-

anaknya menjadi dokter. Pa-dahal, sebagai orang tua ia tidak

menuntut anaknya berprofesiseperti orangtuanya. Bahkan men-

garahkan menjadi seorang dokter puntidak pernah dilakukan almarhum.

Berprofesi sebagai dokter, akui Dr. Erni,adalah kehendak masing-masing. Hal inilebih karena teladan kedua orangtuanya. Ak-tivitas dan nuasa kedokteran yang begitukental di rumahnya, menginspirasi merekamenjadi dokter. “Papa dan mama seringmendiskusikan pasien saat kami jalan-jalan.Dan rumah kami isinya lebih banyak buku-buku kedokteran. Mungkin ini menginspirasikami menjadi dokter. Ditambah lagi almar-humah mama pernah berpesan agar anak-anaknya menjadi dokter,” kata internis yangsedang menggeluti penyakit infeksi tropik ini.

Pilihan Dr. Erni menekuni subspesialis

Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 77

Prof. Dr. H. R.H.H Nelwan, SpPD, K-PTI, FINASIM:

Kegigihan BerbuahKarya Besar

“…..Papa orang yang sedikit bicara, tapi papa sangat mengerti kami.Papa satu-satunya orang yang selalu berhasil membesarkan hatiku….”

ngatakan Prof. Nelwan tak pernah melarangapapun yang dilakukan anak-anaknya.Pekerjaan yang penuh resiko atau hobi yangmenantang pun acapkali mendapat restunya.“Papa sangat percaya kepada kami. Apapunyang kami lakukan selalu didukung. Papamenanamkan rasa percaya dan tanggung-jawab yang besar. Papa selalu melihat darisisi positif apapun yang kami lakukan. Ini me-rupakan support yang luar biasa buat kami,”

OBITUARI

Halo INTERNIS Edisi Desember 201378

penyakit infeksi dan tropik merupakan ke-hendaknya sendiri. Padahal, akui Dr. Erni,papanya menyarankan masuk spesialis pa-ru. Pasalnya, sebelum memulai pendidikanspesialis ia mengikuti penelitian TB Ekstra-paru di RS Persahabatan dan klinik TB PPTIdi Kalipasir. Namun, Dr. Erni punya pan-dangan lain. Menurutnya seorang pasienwalaupun yang bermasalah parunya, tapipengobatannya tidak bisa dilepaskan darikondisi secara utuh. “Karena itulah sayamengambil penyakit dalam. Papa sendirimenganjurkan mengambil paru karena dipenyakit dalam cukup berat dan banyakjaga,” ujarnya mengenang saran papanyadahulu.

Minatnya mendalami subspesialis infeksidan tropik, lanjut Dr. Erni, karena lebih ter-

kait dengan kesempatan mendapat pendi-dikan infeksi di Belanda. Ia pun beruntungdapat dengan mudah berdiskusi dengan pa-panya yang merupakan pakar di bidang pe-nyakit infeksi dan tropik di FKUI.

Sosok kalem, gigih, dan berdedikasi ting-gi ini meninggalkan kenangan indah di ber-bagai institusi. FKUI-RSCM almamaternyamerasa kehilangan atas kepergiannya. DiDepartemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, ia merintis dan mengembangkan di-visi penyakit infeksi dan tropik. “Almarhumterkenal gigih dalam mengembangkan keil-muan, khususnya dalam Bidang Infeksi dantropik,” ungkap Kepala Departemen IlmuPenyakit dalam (IPD) FKUI-RSCM, DR. Dr.Imam Subekti, SpPD, K-EMD, FINASIM.

Almarhum Prof. Nelwan, lanjut Dr. Imam,adalah salah satu guru besar terbaik di IPDFKUI. Upayanya memajukan pendidikan, pe-layanan dan penelitian telah dikenal baik na-sional maupun internasional. Tak sedikit, tu-lisannya menghiasi jurnal-jurnal kedokteran.Ada 150 karya ilmiahnya mengenai penyakitinfeksi dan tropik telah dipresentasikannyapada event nasional dan internasional.

Sedangkan di organisasi profesi, menu-rut DR. Dr. Suhendro, SpPD, K-PTI, FINA-SIM, almarhum berperan aktif menghidup-kan PB PETRI tahun 1996. Ia pun mengga-gas pertemuan ilmiah di bidang penyakit in-feksi dan tropik, JADE, sejak tahun 2000.Berkat upayanya pula, beberapa doktor te-lah dihasilkan melalui kerjasama program

pendidikan doktoral sandwich dengan Uni-versitas Radbound, Nijmegen, Netherlands.

Selain itu, penggemar Filateli ini aktif me-majukan Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-nyakit Dalam Indonesia (PAPDI). DR. Dr.Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM,FACP penasehat PB PAPDI menceritakanmeski sudah pensiun, almarhum masih ber-sedia berbagi ilmu dengan sejawat internisdi daerah-daerah, bahkan di belahan Indo-nesia Timur. “Kecintaannya terhadap ilmumenginspirasi kita agar tidak berhenti bela-jar meski sudah pensiun,” ujar Dr. Aru.

Di samping itu, lanjut mantan KetuaUmum PB PAPDI ini, almarhum meninggal-kan buah karya yang menjadi kebanggaaninternis, yaitu majalah Acta Medica Indone-siana. Acta Medica Indonesiana telah tere-gistrasi di Pubmed, dan saat ini menjadi ma-jalah kedokteran satu-satunya di Indonesiayang terakreditasi international. “Almarhumadalah penggagas dan pengelola majalahActa Medica Indonesiana yang sekarangsudah diakui secara international,” katanya

Kini, pria kelahiran Jakarta 30 Agustus1939 telah berpulang ke rahmatullah. Kegi-gihannya telah menghasilkan karya besaryang bermanfaat bagi kemajuan ilmu ke-dokteran. Di samping itu, seperti diungkapteman satu angkatan Prof. dr. Iskandar,SpPD, K-PTI, FINASIM, selain menjadi guruyang sukses, almarhum adalah kepala ke-luarga yang disiplin yang berhasil mendidikputra-putrinya.

Selamat jalan Prof. Dr. H. R.H.H Nelwan,SpPD, K-PTI, FINASIM. (HI)

Dr. Iman, putra almarhum memberikan sambutan pada prosesi penyemayaman jenazah di Lobby FKUI.

Dekan FKUI Dr. Ratna Sitompul menyampaikan penghormatan terakhir di hadapan Dr Erni, putri almarhum.

PB PAPDI mengucapkan Turut Berduka cita atas meninggalnya...

Dr. Agung Pramono, SpPD

PAPDI Cabang Jakarta Raya

Prof. Dr. Alex Robertus Sumual,SpPD, K-EMD

PAPDI Cabang Sulawesi Utara

Dr. Amir Fauzan, H, SpPD

PAPDI Cabang Jakarta Raya

Dr. Dyonisius Sudarsono, SpPD, K-R

PAPDI Cabang Semarang

Dr. Hans Mansjoer, SpPD, K-KV

PAPDI Cabang Jakarta Raya

Prof. DR. Dr. SoewignyoSoemohardjo, SpPD, K-GEH

PAPDI Cabang NTB

Dr. Zulhemi Bustami, SpPD, K-GH

PAPDI Cabang Sumatera Utara

Dr. J. Pudji Rahardjo, SpPD, K-GH

PAPDI Cabang Jakarta Raya

Prof. DR. Dr. H. Zulkarnain Dahlan,SpPD, K-P

PAPDI Cabang Jawa Barat