halo internis edisi 18; obat herbal masuk pelayanan kesehatan formal _5

Upload: dimas-gatra-diantoro

Post on 12-Oct-2015

120 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rrrrr

TRANSCRIPT

  • Pemerintah mulai serius melirik potensi tanaman obat asli Indoenesia. Kementerian Kesehatan telah menyusungrand strategy pengembangan obat herbal. Diantaranya adalah obat herbal akan menjadi bagian dalam pelayanankesehatan formal. Di samping obat konvensional, dokter yang berpraktik di layanan kesehatan primer juga ditun-tut dapat meresepkan obat herbal. Nah? Seandainya obat herbal yang dimaksud adalah kategori fitofarmaka,mungkin tidak masalah bagi dokter. Akan tetapi bagaimana bila dokter meresepkan jamu?

    Bagi kebanyakan dokter, boleh jadi hal tersebut merasa janggal. Pasalnya, obat herbal seperti jamu belum mem-bukukan bukti-bukti ilmiah uji klinis terstandar. Sementara, dokter dituntut menerapkan evidence based medicine (EBM)untuk setiap keputusan medis yang ditetapkan. Walaupun obat herbal telah lama digunakan untuk pengobatan, tapibelum ada bukti ilmiah mengenai khasiat, efikasi, keamanan dan efek sampingnya. Tantangan dokter saat iniadalah bagaimana menerapkan EBM pada praktiknya, kata Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM,FINASIM.

    Untuk mendukung pengembangan obat herbal, Kemenkes melakukan program Saintifikasi Jamu yang bertujuan mem-peroleh bukti-bukti empirik. Lalu, apakah saintifikasi jamu dapat memberikan bukti-bukti ilmiah yang shohih seba-gaimana layaknya uji klinis terstandar. (HI)

    Edisi 18 O April 2011

    3

    4

    8

    10

    16

    Obat Herbal: Dari Testimoni ke Ilmiah

    Saintifikasi Jamu Bukan Uji Klinik Terstandar

    Prof. DR. Dr. Askandar Tjokroprawiro,SpPD, K-EMD, FINASIM, PhD: Disiplin untuk Efisiensi Waktu

    Pengaturan Pola HidupPenderita Diabetes

    Merajut Kebhinnekaan untuk Satu Tujuan

    Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM;Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden: Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Manado, Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar, CabangBali, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng, Cabang Palu, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang KepulauanRiau, Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok, Cabang Bengkulu *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. AnindyaYustikasari *Alamat: PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B, Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng, Jakarta 10350. Telp. (021) 2300818, Fax. (021) 2300588, 2300755; SMS 085695785909; Email: [email protected]; Website: www.pbpapdi.org

    Obat Herbal MasukPelayanan KesehatanFormal, Rasionalkah?

    Obat Herbal MasukPelayanan KesehatanFormal, Rasionalkah?

  • Salam jumpa kembali dengan tabloid Halo Internis edisi ke 18 yang terbit kali ini menyapa para se-jawat Internis di seluruh pelosok Indonesia guna menyampaikan tulisan ilmiah, kegiatan PAPDIdalam bentuk gambar serta informasi kegiatan perhelatan PAPDI yang akan berlangsung. Untuk edisi kali ini kami turunkan topik mengenai obat herbal, sebab selama ini masyarakat kita

    sudah mengonsumsi herbal dalam bentuk jamu seduh, jamu godokan atau kapsul racikan untuk me-ngobati/mengatasi penyakit yang diwariskan turun temurun dari nenek moyang tanpa adanya riset da-sar ilmiah berlandaskan evidence based. Maka atas dasar adanya kebijakan Kementerian Kesehatanyang menggulirkan herbal sebagai obat untuk kepentingan masyarakat mendampingi obat generikyang tersebar luas dari rumah sakit besar/rujukan sampai ke pelayanan puskesmas dan praktik dok-ter swasta kami redaksi memandang perlu menyampaikan isu ini kepada para sejawat Internis dima-napun berada. Ulasan ini nantinya dapat memberikan informasi/pandangan dari pakar yang mema-hami aspek obat herbal dalam rangka membantu memperbaiki derajat kesehatan masyarakat melaluipemakaian obat herbal yang aman.

    Diharapkan nantinya ada masukan dari teman sejawat terutama yang di daerah jauh dari pusatrujukan memberikan umpan balik kepada kami untuk berbagi informasi kepada sejawat yang lain me-ngenai pengalaman penggunaan obat herbal tersebut. Hal ini menyangkut integritas dan tanggung ja-wab kita mengawal kesehatan masyarakat yang dalam lingkup pelayanan Ilmu Penyakit Dalam. Danatas adanya usulan dari Teman Sejawat Dr Bambang Soetopo, SpPD, K-GEH dari Jambi untuk pener-bitan selanjutnya kami rencanakan adanya Pojok Tanya Jawab Halo Internis guna sarana komunikasiilmiah dengan sejawat. Salam hangat dan jabat erat dari redaksi.

    SEKAPUR SIRIH

    OM INTERNIZ

    2 Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    BIDANGHUMASPUBLIKASIDANMEDIA

  • SOROT UTAMA 3Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    Obat herbal kini menarik perhatianserius dari pemerintah. MenteriKesehatan Dr. Endang RahayuSedyaningsih, MPH, DRPH, da-lam salah satu program unggul-

    an Departemen Kesehatan tahun 2011,menetapkan obat herbal atau jamu ma-suk pelayanan kesehatan primer. Saatini, telah disiapkan 12 rumah sakit pe-merintah yang dilengkapi klinik obat her-bal dan 30 puskesmas yang disertaiPojok Jamu. Pemerintah bertekadmemajukan obat herbal sebagai obattradisional Indonesia, ujar Menkes pa-da Dies Natalis Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia (FKUI) ke-61, diAula FKUI, awal Februari 2011 lalu.

    Penggunaan obat herbal, lanjut Men-kes, bersifat pilihan, sepenuhnya ber-gantung pasien. Artinya, dokter tetapmemeriksa dan menegakkan diagnosaserta menentukan terapi yang tepat, na-mun dalam memilih apakah hendak me-ngonsumsi obat herbal atau kimia, dis-erahkan kepada pasien. Saya pribadiberpegangan bahwa yang menentukandiagnosa dan terapinya adalah dokter,tapi pengobatan dengan jamu menjadisalah satu opsi pasien, tambahnya.

    Pengembangan obat herbal merupa-kan amanat UU No 36 tahun 2009 ten-tang Kesehatan. Meski pemakaian obatherbal di Indonesia telah dikenal sejakdulu, tapi sebagian besar belum me-miliki latar belakang ilmiah yang shahih.Hal ini menjadi kendala ketika masukdalam layanan kesehatan formal. Pa-salnya, dunia kedokteran modern saatini berpegang kuat pada evidence basemedicine setiap mengambil keputusanmedis. Bukti-bukti ilmiah diperoleh dariuji klinis terstandar, bukan sekadar tes-timoni belaka. Lantas bagaimana doktermemandang obat herbal?

    Menurut Dr. Putu Moda Arsana,SpPD, K-EMD, FINASIM dokter sebagaibagian dari masyarakat ilmiah mesti da-pat mempertanggungjawabkan secarailmiah pula segala tindakan medis yangdiputuskan terhadap pasien. Suatuobat, tambah Dr Putu, pertama kali ha-rus ada kajian teorinya, bukan tiba-tibadipakai untuk mengobati seperti Ponari anak yang melakukan pengobatan de-ngan batu. Ahli Endokrin ini pun menam-pik soal obat herbal yang tidak ada atauminim efek sampingnya. Menurutnya ituhanya justifikasi dari testimoni bebera-pa orang saja, belum ada standar pene-litiannya. Sebaiknya dicari dasar ilmiah-

    nya dulu, baru dapat diklaim sebagaiobat, tegas Ketua PAPDI cabang Ma-lang ini.

    Hal senada juga disampaikan Prof.Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FI-

    Bagi penderita kanker, obat herbalamat akrab dan seringkali menjadipilihan utama dan pertama. Hal inidisebabkan oleh beberapa hal.Pertama, adanya janji bahwa pengob-atan dapat terlaksana tanpa efeksamping kemoterapi; Kedua, harga

    obat kanker yang konvensional sepertipembedahan, kemoterapi dan radio-terapi masih sulit terjangkau kemam-puan keuangan orang banyak. Tanaman-tanaman seperti buah mahkota dewa,kunyit putih, sarang semut (bayangkansemut-semut yang menjadi tunawismakarenanya), daun naga, jamur-jamurandan yang saat ini sedang populerdaun sirsak, semuanya menjadi amatpopuler berkat testimoni beberapaorang dan dukungan media massa.

    Tidak ada yang menginformasikanbahwa sungguhpun obat antikanker se-perti paklitaksel itu berasal dari kulitsejenis pohon pinus, diperlukan upayabertahun-tahun dan amat mahal untuk

    mendapatkan bahan aktifnya (untukobat tersebut dibutuhkan dana ratusanjuta dollar Amerika dan uji coba berla-pis serta bertahun-tahun). Dan kita ti-dak akan dapat menyembuhkan kankerdengan menyajikan kulit pohon pinusitu secara alami untuk dimakan.

    Apakah yang terjadi? Apabila kankerditemukan pada stadium dua, yaitusuatu keadaan yang masih dapatdisembuhkan, namun pasien pergi keorang pintar dengan obat herbalnya.Kemudian pasien kembali pada dok-ternya dengan kondisi stadium empatsetelah terapi herbal itu dinyatakankurang berhasil. Dan kesembuhantidak dapat diraih lagi.

    Tanpa meninggalkan tekad un-tuk mengapresiasi tanamanherbal sebagai milik bangsaserta mengembangkannya,adalah tanggungjawab peme-rintah serta dunia medik, khu-susnya anggota PAPDI, untukmendidik rakyat serta mele-takkan peran obat herbal pa-da tempatnya, yaitu sebagaiterapi komplementer dan sup-portif (pendamping), bukansebagai obat alternatif meng-gantikan obat konvensionalyang ada. (HI)

    NASIM. Menurut Prof. Zubairi obat-obatherbal harus melewati serangkaian pe-nelitian klinis sebelum digunakan seba-gai obat. Namun bila digunakan untuktujuan preventif, lanjutnya, boleh-boleh

    saja. Bergantung pada tujuannya untukapa. Kalau untuk mengobati penyakitkanker, HIV dan lain-lain, tentu tidak bi-sa. Tapi kalau untuk pencegahan, silah-kan saja. Obat-obat herbal harus memi-liki bukti-bukti ilmiah, karena tantangandokter saat ini adalah bagaimana mene-rapkan evidence base medicine padapraktiknya, kata Guru Besar FKUI ini.

    Minimnya data ilmiah obat herbal se-perti yang diungkap dua internis di atasjuga dirasakan Menkes. Untuk itu, Dr.Endang menerbitkan Peraturan MenteriKesehatan (Permenkes) No. 003/2010tentang Saintifikasi Jamu, yang menga-tur tentang perlunya pembuktian ilmiahobat tradisional melalui penelitian ber-basis pelayanan (dual system), sertapemanfaatan obat tradisional untuk tu-juan promotif dan preventif, kuratif danpaliatif.

    Menkes menegaskan Saintifikasi Ja-mu ini adalah upaya penelitian berbasispelayanan kesehatan. Duet antara dok-ter peneliti dan pelayan kesehatan iniditujukan untuk memberikan landasan il-miah secara empiris melalui penelitianberbasis pelayanan kesehatan. Semo-ga dapat mendongkrak citra jamu danditerima oleh kalangan medis, ungkapMenkes berharap.

    (HI)

    Kemenkes memasukkan obat herbal dalam sis-tem pelayanan kesehatan formal. Namun obatherbal masih minim bukti-bukti ilmiah.

    Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH

    Dr. Putu Moda Arsana, SpPD, K-EMD, FINASIM Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM.

    Legalitas Hukum Pengobatan TradisionalO Kepmenkes No. 1076/ 2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional (battra)O Kepmenkes No. 1109/ 2007 tentang pengobatan komplementer alternatif, merupakan

    pengaturan cara pengobatan tradisional pada pelayanan kesehatan formal, dokter/dok-ter gigi, dan battra.

    O UU No. 36 Tahun 2009, pada Pasal 48 dinyatakan: Pelayanan kesehatan tradisionalmerupakan bagian dari penyelenggaraan upaya kesehatan.

    O Pasal 59-61 mengatur tentang pelayanan kesehatan tradisional, jenis pelayanan kese-hatan tradisional, pembinaan dan pengawasan, serta pengembangannya. Pasal 101dinyatakan, Sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan aman digu-nakan dalam pencegahan, pengobatan, perawatan, dan atau pemeliharaan kesehatan,tetap dijaga kelestariannya.

    O Permenkes No. 003/ 2010 tentang Saintifikasi Jamu, yang mengatur tentang perlunyapembuktian ilmiah obat tradisional melalui penelitian berbasis pelayanan (dual system),serta pemanfaatan obat tradisional untuk tujuan promotif dan preventif (pemeliharaankesehatan dan kebugaran), kuratif (mengobati penyakit), dan paliatif (meningkatkankualitas hidup).

    Obat Herbal:Dari Testimonike Ilmiah

    DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, Ketua Umum PB PAPDI

    Obat Herbal dan Kanker

  • alam secara turun temurun meskimasih tradisional. Dan kini, ketika ger-akan back to nature menjadi trend,peluang tersebut justru lebih diman-faatkan oleh pihak asing. Bahan bakutanaman yang dipatenkan asing terse-but, melimpah ruah di negara ini yangbisa didapatkan dengan harga yangmurah.

    Pemerintah mulai perhatian ter-hadap potensi alam ini. KementerianKesehatan telah menetapkan pengem-bangan obat herbal di tahun ini. Salahsatunya adalah memasukan obatherbal dalam pelayanan kesehatan for-mal. Dukungan bukti-bukti ilmiah puntelah dilakukan lewat program Sainti-fikasi Jamu.

    Ditetapkannya obat herbal dalam

    pelayanan kesehatan bukan tanpaalasan. Dalam ramuan obat herbalseperti jamu terdiri dari beberapa kom-ponen senyawa yang memiliki efek sal-ing sinergis. Penyakit-penyakit seperti

    SOROT UTAMA4 Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    Masuknya obat herbal dalam la-yanan kesehatan formal terben-tur minimnya bukti-bukti ilmiah.Pasalnya, pengembangan keka-yaan alam ini kurang mendapat perha-tian pemerintah. Kepala Badan Peneli-tian dan Pengembangan Kesehatan (Ba-litbangkes) Kementerian Kesehatan,Prof. dr. Agus Purwadianto, SH, M.Si,Sp.F(K), mengakui selama ini pemerin-tah belum serius menggarap potensialam berupa tanaman obat ini. Hal ter-sebut dapat terlihat dari lemahnya koor-dinasi dan kerjasama lintas sektor ter-kait, belum adanya standarisasi penye-diaan bahan baku (penanaman, pema-nenan, pengolahan paska panen), be-lum dilaksanakannya standar untukmenjamin mutu, manfaat, dan keaman-an obat herbal serta ku-rangnya informasi terkaitpenggunaan obat herbalyang rasional.

    Oleh karena itu, lanjutProf. Agus Purwadianto, Ke-menkes menyusun grandstrategy pengembangan obatherbal. Isinya, antara lain pe-nyusunan kebijakan nasionaldan kerangka regulasi dalammengintegrasikan obat tradi-sional dengan pelayanankesehatan formal, mening-katkan keamanan, mutu,dan efikasi obat herbal. Un-tuk memperoleh data-datailmiah tersebut, Menkes me-lakukan program SaintifikasiJamu.

    Soal penelitian obat herbal ini, Prof.Agus Purwadianto menjelaskan, pro-gram ini untuk mencari bukti-bukti ilmi-ah obat herbal, dengan demikan diha-rapkan mendapatkan pengakuan dariprofesi medis. Untuk memper-oleh pengakuan itu harus di-dasarkan pada bukti-bukti em-pirik, tegas ahli forensik dan hukumkedokteran ini.

    Prosedur penelitian obat herbal se-yogyanya sama dengan obat konvensio-nal, mengacu pada uji klinis terstandar.Obat herbal yang melewati tahapan ujiklinis standar disebut fitofarmaka. Na-mun untuk obat herbal seperti jamu su-lit dilakukan uji klinis terstandar sebabsenyawa aktif jamu yang diklaim berkha-siat terhadap penyakit tertentu belum

    diketahui jenis dan kadarnya.Jamu ti-dak bisa dilakukan uji klinik terstandar,karena kandungannya beragam, ujarDr. Nafrialdi, SpPD, PhD.

    Untuk jamu, lanjut Dr. Nafrialdi, bisasaja dilakukan uji klinis yang sudah di-modifikasi sesuai data yang diinginkan.Obat herbal yang diklaim dapat menu-runkan gula darah, Dr. Nafrialdi mencon-tohkan, setelah didiagnosa dokter, pa-sien yang gula darahnya tinggi diberiobat herbal tersebut. Selanjutnya, diob-servasi dalam periode waktu tertentu,apakah gula darahnya turun. Saintifika-si jamu sifatnya observasi, tidak mengi-kuti tahapan-tahapan uji klinis yang ba-ku, tambah internis yang juga KepalaDepartemen Farmakologi FKUI/RSCMini. Saintifikasi jamu ini diharapkan

    D r. Hardhi Pranata, SpS sungguhkecewa dengan kenyataan ini: Te-mulawak (Curcuma xanthorrhiza)telah diklaim oleh bangsa lain.Padahal, tumbuhan ini merupakan ta-naman asli Indonesia dan memilikimanfaat yang luar biasa dalam bidangkesehatan. Zat aktif temulawak telahdipatenkan oleh perusahaan di Ameri-ka untuk dijadikan antikanker, obatstroke, dan obat hati. Obat-obatan ter-sebut bahkan dipasarkan dengan har-ga yang berkali-kali lipat, ujarnya de-ngan nada kecewa.

    Dr. Hardhi, yang juga Ketua Persa-tuan Dokter Herbal Medik Indonesia(PDHMI)ini pantas gundah. Pasalnya,bangsa Indonesia sendiri sebenarnyatelah lama memanfaatkan kekayaan

    tidak hanya mendapat bukti-bukti kha-siatnya, tapi lebih dari itu, data efikasi,keamanan, efek sampingnya, dosis danlain sebagainya juga tercatat.

    Mutu obat herbal sangat dipengaruhioleh proses pembuatan dan bahan bakutanaman. Menurut Prof. DR. Sumali Wir-yowidagdo, Apt dari Pusat Studi ObatBahan Alam, Jurusan Farmasi FMIPA,pada standarisasi bahan baku, tumbuh-an yang dipilih adalah tanaman yang me-mang sudah ditentukan dan dibudidaya-kan. Dalam hal ini, jaringan tumbuhanyang digunakan sudah jelas, cara pa-nen, pengeringan dan penyimpananmesti terstandar. Sementara pada obatherbal terekstrak, perlu diperhatikanpenggunaaan ekstrak, pelarut, dan kon-sistensi ekstrak (cair, kental, kering).Selanjutnya, obat dibuat sesuai dengancara produksi obat tradisional yang baik(CPOTB). Standarisasi obat herbal di-mulai dari penyiapan bahan baku, pro-ses, hingga siap dikemas dalam pabrik,sampai pada pemasaran dan paska pe-masarannya, jelas Prof. Sumali.

    Tampaknya pengembangan obat her-bal Indonesia merupakan pekerjaan be-sar yang melibatkan banyak pihak. Obatherbal yang bermutu, bukan saja ter-standar di hilir, namun juga di hulu. De-ngan demikian bukti-bukti ilmiah terdo-kumentasi, yang pada akhirnya mening-katkan kepercayaan para dokter terha-dap obat herbal. Boleh jadi obat herbalasli Indonesia akan menjadi tuan rumahdi negeri sendiri. (HI)

    Dr. Hardhi Pranata, SpS

    Obat herbal Indonesia selayaknyamenjadi tuan rumahdi negerinya sendiri.

    Obat herbal tetap memiliki efek

    samping.

    Prosedur penelitianobat herbal

    seyogyanya samadengan obat kon-vensional. Namununtuk obat herbalseperti jamu sulit

    dilakukan uji klinisterstandar.

    Dr. Hardhi Pranata, SpS, Ketua Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI).

    Perlakukan Obat Herbal Seperti Obat Konvensional

    Saintifikasi JamuBukan Uji KlinikTerstandar

    Prof. dr. Agus Purwadianto, SH, M.Si, Sp.F(K) Dr. Nafrialdi, SpPD, FINASIM, PhD

  • diebetes, hiperlipidemia, obesitas,hipertensi, dan reumatik, memerlukanpemakaian obat dalam waktu lamasehingga jika menggunakan obat mod-ern dikhawatirkan terdapat efek samp-ing yang terakumulasi terus-menerusdan dapat merugikan kesehatan. Obatherbal lebih sesuai untuk penyakitmetabolik dan degeneratif, walau peng-gunaannya lama, tetapi efek samp-ingnya relatif kecil jika digunakansecara tepat dan rasional hingga diang-gap lebih aman, ujar Dr. Hardhi

    Dr. Hardhi Pranata, bersama PDHMIsangat menekankan agar herbal dapatditeliti mulai hulu hingga hilir diIndonesia. Artinya, mulai dari tahappenelitian, paten, hingga produksi mas-sal, selayaknya dapat dilakukan diIndonesia. Jangan sampai kitamengekspor hanya ekstrak, laludipatenkan di luar negeri, katanyategas. Pihaknya banyak melakukankoordinasi dengan stakeholder, sepertiGP Jamu, GP Farmasi, KementrianKesehatan dalam hal ini denganLitbangkes dan Dirjen Yanmed, PB IDI,Balitro, LIPI, dan beberapa universitasseperti IPB, UI, UGM, Airlangga, danUnpad. Jika BPOM sudah mengelu-arkan izin sebagai herbal terstandar,maka obat tersebut dapat ditebus diapotik. Kami bergerak melalui pen-didikan, penelitian, dan pelayanan,kata Dr. Hardhi.

    Dr. Hardhi, yang juga kerap mem-berikan resep herbal pada pasiennya.Dokter yang meresepkan, tidak sertamerta meresepkan obat herbal, tanpailmu yang mumpuni. Pada dasarnya,obat herbal harus diperlakukan samaseperti obat kimiawi, yang juga memili-ki aturan dan dosis yang harusdipatuhi, ujar Dr. Hardhi.

    Tetap Ada EfekSamping

    Dr. Hardhi menepis anggapanbahwa obat herbal aman, tanpa efeksamping. Obat herbal tetap memilikiefek samping, pungkasnya. Tapi, efeksamping tersebut, lanjutnya, berbedadengan efek samping obat modern.Pada obat herbal terdapat mekanismeyang dapat menetralkan efek sampingtersebut yang dikenal dengan istilahside effect eleminating substance.

    Untuk lebih memberikan dasar ilmi-ah kepada dokter untuk meresepkanherbal, Kemenkes memiliki Pokja CAM(Complementary and AlternativeMedicine) yang salah satu tugasnyaadalah membuat daftar herbal nasionalyang akan menjadi acuan bagi dokteruntuk menjadi obat nasional. Selainitu, untuk membagi ilmu tentang herbalsalah satu kegiatan yang dilakukanPDHMI adalah memberikan kursusherbal 500 jam untuk dokter umumdan dokter spesialis, serta membukaprogram magister herbal di FKUI.

    Upaya-upaya untuk mengangkatobat herbal, pastinya akan menjalaniproses yang membutuhkan kerjasamadari berbagai pihak. Dukungan ilmiahadalah hal terpenting dalam penggu-naan obat herbal dan dengan itu pulaobat herbal dapat digunakan secaraluas di kalangan medis.

    (HI)

    SOROT UTAMA 5Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    Ketika akan melakukan penelitianuntuk mendapatkan gelar doktor-nya, DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC ter-tarik untuk meneliti sesuatu yang terkaitdengan inflamasi. Inflamasi memilikiperan penting pada penyakit koroner.Penggunaan statin dihitung-hitung mem-punyai efek samping, lalu timbul ideadakah herbal yang punya efek anti in-flamasi.

    Setelah mantap memilih herbal, dok-ter kelahiran Palembang, 22 Maret1962 ini kembali memulai pencarian, ta-naman apa yang paling sesuai denganyang akan ditelitinya. Pilihannya jatuhpada kurkumin, yang merupakan eks-

    trak tumbuhan kunyit (Curcuma lo-nga/Curcuma domestica) dan tumbuh-an temulawak (Curcuma xanthorrhiza).Dan inilah judul disertasinya, yang ia pa-parkan di hadapan Senat Akademik Uni-versitas Indonesia, 6 Oktober 2006 lalu:Hubungan faktor metabolik dengan res-pon inflamasi pada sindrom koronerakut pasien diabetes mellitus tipe 2.

    Hasil penelitian Dr. Idrus Alwi, efekkurkumin terhadap respons inflamasi,kalau dilihat trend secara keseluruhansetelah minggu pertama tampak per-sentase penurunan terbesar pada ke-lompok dosis rendah. Sedangkan efekkurkumin terhadap kendali glukosa da-rah (gliko Hb) setelah intervensi 2 bulanmenunjukkan kurkumin dosis rendahcenderung menurunkan kadar gliko Hbdibandingkan dengan sebelum interven-si. Efek kurkumin terhadap kadar ko-lesterol total dan kadar kolesterol LDL,terdapat trend yang menunjukkan makinrendah dosis kurkumin mempunyai efekpenurunan tertinggi. Semakin rendahdosis kurkumin efek peningkatan koles-terol HDL makin tinggi.

    Dalam kesimpulannya Dr. Idrus Alwimengatakan kurkumin dosis rendah da-pat dipertimbangkan untuk menurunkankadar hsCRP dalam bulan pertama pa-da pasien Sindrom Koroner Akut (SKA).Namun ia mengatakan, Diperlukan pe-nelitian lebih lanjut untuk menilai efekpemberian kurkumin terhadap outcomepada pasien SKA.

    Berbekal penelitian, maka dokter ti-dak ragu dalam memberikan obat herbalkepada pasien. Seperti dikatakan Dr.Idrus di akhir wawancara, Penggu-naan herbal oleh dokter, sela-ma obat herbal itu sudah adauji yang layak, yang memenuhi

    kaidah-kaidah ilmiah, bisadipertimbangkan.

    Monitor PasienCerita tentang penelitian

    herbal untuk meraih gelardokter juga datang dari DR.Dr. I Nyoman Kertia, SpPD,K-R. Dr. Nyoman menelitimengenai efek anti infla-masi kurkuminoid ekstrakrimpang kunyit untuk pengob-atan penyakit osteoarthritis. Dr.Nyoman yang berhasil memperta-hankan hasil disertasinya di hadapanDewan Penguji Program Doktor Fakultas

    Kedokteran Universitas Gadjah MadaYogyakarta tanggal 17 Juni 2009 lalumengatakan, obat antiinflamasi nonste-roid (OAINS) paling banyak diresepkanoleh dokter di seluruh dunia khususnyauntuk pengobatan kelainan muskuloske-letal termasuk osteoarthritis. Namunmenurutnya obat sejenis ini hanya mam-pu menekan inflamasi dan nyeri namuntidak mampu menghambat perjalananpenyakit asteoartritis. Beberapa OAINSyang diperlukan untuk menekan gejalaklinis osteoarthritis ternyata toksik ter-hadap kondrosit sehingga memperburukpenyakit itu sendiri, ujar Dr. Nyoman.

    Dalam disertasinya, dokter kelahiranBuleleng, 16 September 1960 ini me-ngamati aktivitas anti inflamasi kurkumi-noid ekstrak rimpang kunyit ini dan se-bagai pembanding dipergunakan na-trium diklofenak. Hasilnya, pemberiankurkuminoid ekstrak rimpang kunyit3x30 mg perhari secara bermakna me-nekan aktivitas monosit cairan sinoviauntuk mensekresikan COX-2 dan ROI,mengurangi angka leukosit dan kadarMDA cairan sinovia serta mengurangirasa nyeri sendi osteoartritis, dengankemampuan yang tidak berbeda ber-makna dibandingkan dengan terapi na-trium diklofenak 3x25 mg perhari.

    Derajat HerbalPemakaian herbal oleh dokter, me-

    nurut Dr. Nyoman, sebenarnya sah-sahsaja. Selama ini kita menggu-nakan aturan fitofarmaka, arti-nya herbal tersebut sudah di-buktikan keamanan dan kha-siatnya pada hewan dan selan-jutnya pada uji klinik, ujar suamidari Ir. Ni Made Lilis Martini Dewi ini.

    Nah, menurut Dr. Nyoman, jika dokteringin menggunakan herbal yang masihtergolong jamu atau herbal terstandar,ada kebijakan tersendiri. Pemberian ja-mu atau herbal kepada pasien harusdilakukan pengawasan. Dokter tidakbisa melepas pasien seperti memberiobat biasa, ujar Dr. Nyoman. Jamu atauherbal tersebut harus diberikan dalampenelitian berbasis pelayanan.

    Pengawasan dalam pemakaian obatherbal penting dilakukan karena herbalpun memiliki efek samping. DR. Dr. ArisWibudi, SpPD, K-EMD yang meneliti her-bal sambiloto (Andrographis paniculata)pada pasien diabetes untuk memper-oleh gelar doktor di Institut Pertanian Bo-gor, pernah menangani pasien yang me-ngalami hipoglikemia berat akibat me-ngonsumsi obat tradisional secara sa-lah. Ternyata setelah ditelusuri, pasienmeminum obat diabetes, namun jugamengonsumsi obat-obatan tradisionaltanpa sepengetahuan dokter, di antara-nya sambiloto, ekstrak yang tengah di-teliti Dr. Aris. Sampai saat ini belum adapenelitian yang mempelajari pengaruhsambiloto pada sel pankreas, ujar Dr.Aris tentang disertasinya.

    Berbagai penelitian yang dilakukanoleh para sejawat di penyakit dalam, se-makin memperkuat bukti ilmiah, bahwaherbal memiliki peran dalam pengobatanpenyakit. Hasil studi tersebut, dalamtingkatan paling bawah, dapat dipergu-nakan untuk mengingatkan pasien bah-wa mereka harus terbuka jika mengon-sumsi herbal tertentu yang dibarengi de-ngan obat resep, karena obat kimia danherbal dapat membuat reaksi yang meru-gikan pasien. Meskipun herbal, jika tan-pa aturan, tidak menjamin akan selaluaman untuk dikonsumsi. (HI)

    Secara empirisdan turun temurun,

    herbal terbukti memberi-kan khasiat untuk kesehatan

    manusia. Internist tidak keting-galan menggunakan ilmu mere-ka untuk mengungkap khasiattersebut, dari sisi ilmiah. Dan

    inilah beberapa dari me-reka yang meneliti

    herbal.

    Raih DoktorLewat Herbal

    DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC DR. Dr. I Nyoman Kertia, SpPD, K-R DR. Dr. Aris Wibudi, SpPD, K-EMD

  • SOROT UTAMA6 Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    Kebijakan Kementerian Kesehatanmengenai pengembangan obatherbal membawa angin segar, ter-utama bagi produsen obat herbal.Masuknya obat herbal dalam pelayanankesehatan formal, menurut mereka,adalah suatu pengakuan bahwa obatherbal layak juga diresepkan dokter. Ka-langan industri pun berupaya menaikanstatus produknya dengan melakukanserangkaian penelitian praklinik. Kepu-tusan pemerintah mengenai obat herbalmembantu kalangan industri untuk me-yakinkan dokter bahwa obat herbal jugalayak diresepkan, ujar Taswan Wimala-putra, branch manager PT. BorobudurIndustri Jamu saat ditemui di kantornyadi Tomang Tinggi Raya, Jakarta Barat.

    Geliat obat herbal bukan saja dira-maikan produk lokal, melainkan juga im-por. Produk-produk kesehatan asing be-

    lakangan ini membanjiri pasar Indone-sia. Sebagian besar produk itu diklaimsebagai obat herbal. Beragam jenis obatdan beragam pula manfaatnya. Obat-obat herbal itu dijual di toko-toko obatdalam bentuk pil atau kapsul yang me-

    ngandung ekstrak dari tanaman terten-tu. Pengguna pun tak kesulitan menda-patkan obat herbal untuk masalah ke-sehatannya.

    Dra. Lucky S. Slamet, MSc Deputi IBidang Pengawasan Produk Terapeutikdan NAPZA BPOM mengatakan BadanPOM bertanggung jawab mengawasiobat-obat herbal yang beredar. Terhadapobat herbal asing, BPOM selektif de-ngan memperketat regulasi.

    Untuk itu kita sudah memilikimekanisme. Diantaranya pena-pisan dan perijinan. Untuk satuproduk asing dapat masuk keIndonesia, maka, pertama ha-rus melakukan registrasi, eva-luasi dan melihat kebutuhanproduk itu untuk ada di Indone-sia, kata Lucky S. Slamet.

    Ia menambahkan kewajiban keduadari POM terhadap produk tersebut ia-lah melakukan penapisan kembali sete-lah produk tadi mendapat izin beredar dipasaran. Apakah beredarnya sudah se-suai dengan indikasi yang disebutkanpada awal melakukan registrasi, dalih-nya.

    Fungsi pengawasan POM masih ha-rus dilakukan dengan melibatkan pihaklain. Kita juga melakukan pengamananpasar dalam negeri terhadap masuknyaproduk ilegal atau yang tidak memilikiijin BPOM. Nah, untuk itu tentu kita me-lakukan kerjasama dengan pihak lainmisalnya dengan Kementrian Perindus-trian, Kementrian Perdagangan, Bea Cu-kai dan lain sebagainya. Jadi kita kerapmelakukan sidak tetapi mungkin kurangekspos ke media, paparnya.

    (HI)

    BPOM: Awasi Produk Obat Herbal Ilegal

    Dokter ahli penyakit dalam dari dae-rah Cirebon ini mengatakan, bahwafitofarmaka yang tersedia di Indone-sia sangat sedikit sekali, sehingga me-nyulitkan bagi dokter yang ingin menggu-nakan obat herbal. Tak hanya soal peng-gunaan obat herbal yang masih sedikit,kurang populernya penggunaan obat her-bal juga dimulai dari kurikulum pendidik-an kedokteran. Kurikulum pendidikankedokteran Indonesia sedikit sekali me-masukkan materi tentang obat herbal,katanya. Penggunaan obat tradisional,menurut Dr. Dedi, sepatutnya adalahobat yang telah melewati tahap peneliti-an. Kita tidak bisa asal ngasih obat her-bal, pendidikan kita merupakan pendidikan barat, dan penggunaan obat herbal bu-kan turun temurun seperti di China, kata Ketua PAPDI cabang Cirebon ini.

    Dengan alasan-alasan tersebut, Dr. Dedi menyatakan keraguannya mengenaiwacana pemerintah untuk mendorong penggunaan obat herbal di tingkat pelayanandasar. Hal ini harus dibicarakan dulu antar profesi. Tidak bisa jikatiba-tiba dokter diminta meresepkan obat herbal, kata Dr. Dedi. Le-bih sulit lagi, menurutnya jika kebijakan tersebut dibuat untuk maksud lain, misalnyauntuk menekan harga obat. Harus ada rencana jangka panjang maupun pendek.

    Dr. Dedi menyatakan tidak keberatan untuk meresepkan obat herbal. Tapi, harusdibuat sistem dan perencanaan yang matang terlebih dahulu. Pokoknya doktertinggal bekerja, tapi, sistemnya harus dibuat dulu dengan baik, programnya dibuatseperti apa. Setelah itu, baru membuat berbagai kebijakan, katanya. (HI)

    Dokter dari RSUD RAA Soewondo, Pati ini mengatakanobat herbal yang belum memiliki evidence basedsulit untuk digunakan secara luas di kalangan dokter.Selama ini hanya berdasarkan pengalaman pribadi,katanya. Maka, paling tidak hanya obat fito-farmaka saja yang bisa digunakan.

    Namun Dr. Agung tidak menutup kemungkinan jikapasien memang menginginkan obat herbal. Jika masya-rakat meminta silahkan saja, ujarnya. Menurut Dr.Agung, untuk terapi tambahan, herbal tidak masalah

    untuk digunakan, namun tidak untuk terapi utama. Untuk hal tersebut, Dr. Agung memiliki beberapa con-

    toh kasus. Pasiennya yang memiliki penyakit hipertensi,mencoba mengonsumsi obat herbal, namun tensinyatidak turun. Maka, ia kembali meminum obat kimia.Pasien baru, ujarnya, mungkin saja menginginkan obatherbal dari referensi yang didapatkan. Namun untukpasien lama, biasanya tidak pernah meminta obat herbaluntuk terapi utama.

    (HI)

    Ketua PAPDI Cabang KepulauanRiau ini pernah mencoba mem-berikan obat herbal kepadapasiennya. Tapi, pasiennya justruterlihat ragu dengan mengatakan,Dok, ini kan jamu, masakdokter kasih obat kayakgini? Dr. Soritua pun menjelas-kan khasiat herbal dan alasan iamemberikan pada pasiennya. Tapi,tetap saja pasiennya tetap tidakpuas dan secara tidak langsungmengatakan menyesal pergi kedokter jika memang hanya menda-pat obat herbal. Terlebih, obatherbal bisa didapatkan secara be-bas tanpa harus menggunakan re-sep dokter.

    Dr. Soritua mengatakan kurang-nya penerimaan masyarakat akan obat herbal salah satunya disebabkan olehminimnya sosialisasi oleh pemerintah. Orang Indonesia terlajur menganggapbahwa obat herbal berasal dari China. Padahal, Indonesia memiliki sumber dayaalam hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obat herbal.Tumbuhan tropis, jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, akan memberikanmanfaat luar biasa untuk pengobatan, kata Dr. Soritua. Sayangnya, lanjut Dr.Soritua lagi, penelitian tentang herbal juga masih sangat sedikit, jadi menyulitkandokter ketika akan meresepkan pada pasien. Intinya, ada evidence base-nyatidak? (HI)

    Dr. M. Agung Pramudjito, SpPD

    Tidak Untuk Terapi Utama

    Dr. Dedi Nur Alamsyah, SpPD, FINASIM

    Sistemnya Harus Di-buat Dulu dengan Baik

    Dr. Soritua Sarumpaet, SpPD

    Masak Dokter KasihObat Kayak Gini?

    Dra. Lucky S. Slamet, MSc

  • SOROT UTAMA 7Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)

    Meningkatkan produksi testosterone, meningkatkan performa fisik dan mental, meningkatkan energi,daya tahan, dan stamina, mengencangkan kulit dan ototMemperkuat sistem kekebalan tubuh, pereda demam, pembersih darah, pereda disentri,pereda sariawan.

    - Olwin Nainggolan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantas-an Penyakit badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departe-men Kesehatan dan Jenry Walles Simanjuntak Departemen Farmasi ITB

    - Ruqiah Ganda Putri Panjaitan dari Program Stidu Biologi IPB

    Daun Salam (Syzygium polyanthum)

    Daun Dewa (Gynura procumbens)

    Antiinflamasi jangka pendek, antipiretik, membantu menurunkan kadar gula darah, membantu meng-hambat pertumbuhan sel kanker, memelihara kesehatan jantung, analgesik

    - Marmuti, Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Hasanudin- Nurul Hidayah, jurusan Farmasi FMIPA UI- Sukardiman, IGP Santa, dan N. Wied Aris R.K. Fakultas Farmasi Uair

    Jahe (Zingiber officinale)

    Untuk mengatasi berbagai masalah pencernaan seperti mual, kembung, dan kolik. Jahe juga meredakanmotion sickness dan morning sickness, merangsang sirkulasi peredaran darah, membantu menurunkantubuh saat demam. Jahe memiliki efek yang menghangatkan dan melegakan saat batuk, demam, flu.Dan masalah pernafasan lain.

    - Tejasari dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember danFransiska Rungkat dari Teknologi Pangan dan GIzi IPB

    - Shanti G dkk, dari UPM, Serdang, Selangor

    Kelembak (Rheum officinale)

    Memperlancar buang air besar, melancarkan menstruasi, membantu mengatasi sakit kuning, memban-tu mengatasi sakit ginjal, membantu menghentikan pendarahan, mencegah pertumbuhan bakteri. Penelitian Dr. R.W. Burkitt yang telah dipublikasikan di LANCET.

    Valerian (Valeriana officinalis)

    Mengatasi stress, mengatasi ansietas dan insomnia, efektif untuk relaksasi, tekanan darah tinggi. - Rekomendasi Commision E. Monograph valerian dapat digunakanuntuk gangguan tidur akibat kegelisahan kronis. - 29 uji klinik menunjukkan hasil positif untuk indikasi kecemasan dan

    gangguan tidur.

    Patikan Kebo (Euphorbia hirta)

    Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus)

    Membantu mengatasi infeksi kandung kemih, kencing manis, tekanan darah tinggi, rematik, menghan-curkan batu ginjal, menurunkan kadar kolesterol, serta sebagai diuretik.

    - Agus Tri Cahyono, Fakultas Farmasi UGM- Ninuk Kus Dasa Asiafri, Biologi FMIPA UNAIR- Muangmun W., Mahidol University Bangkok

    Seledri (Apium graveolens)

    Menurunkan tekanan darah tinggi, mengatasi vertigo disertai sakit kepala, mengurangi bengkak padatungkai, meringankan masuk angin, mual, dan kolik, mengatasi diare, membantu menyembuhkan rema-tik, membentu menyembuhkan bronchitis dan batuk, meningkatkan nafsu makan, antiseptik salurankemih, mengatasi penyakit mata, melancarkan air seni, menyembuhkan asam urat, peluruh batu ginjal

    - Aaltje Dondokambey, Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Hasanudin- Fimelda Winata, Fakultas Farmasi Widya Mandala

    Jambu Biji (Psidium guajava)

    Meniran (Phyllanthus niruri)

    Manggis (Garcinia mangostana)

    Sebagai anti tumor dan kanker, antiaging, antioksidan, mengobati hipertensi, immunostimulan, anti obe-sitas, anti virus, antibiotic, anti jamur.

    Sirih (Piper betle) Sebagai antiseptik, antioksidan, menyembuhkan luka kulit, memperbaiki sirkulasi darah, menyem-buhkan sariawan dan gusi bengkak, mengatasi bau badan dan bau mulut, meringankan batuk, asma,radang saluran nafas, mengatasi mata gatal dan merah, anti bakteri, menurunkan kolesterol, trigliseri-da, dan asam lemak, menurunkan glukosa darah.

    - Santakumari dalam Journal of Medicinal Food- Suganda AG, dalam Acta Pharm Indonesia- Aifin Departemen Farmasi ITB

    Kunir Putih (Curcuma zedoaria)

    Sebagai anti kanker, melancarkan menstruasi, mengatasi nyeri haid, anti diare, antioksidan, antimikroba, imunostimulan, hepatoprotektor, anti inflamasi.

    - American Institute Cancer Report; Latifah E, Departemen Farmasi ITB;Dewanti, Fakultas Farmasi UGM

    Temu Hitam (Curcuma aeruginosa)

    Menambah nafsu makan, mengatasi cacingan, melancarkan keluarnya darah kotor setelah melahirkan,penyakit kulit seperti kudis dan borok, mengatasi perut mulas, meringankan batuk dan sesak nafas.

    - FXS Dirdjosudjono, dkk UGM- Endah Eny Riayati, Fakultas Farmasi UGM

    Pegagan (Centella asiatica Gotu Kola)

    Untuk meningkatkan kecerdasan, mengatasi gangguan tukak lambung, mempercepat penyembuhanluka, analgesik dan antiinflamasi, dan hepatoprotektor.

    - Sri Endah dari Fakultas Farmasi UGM- Herbert D. dkk dari Tuberculosis Research Center di India

    - Moongkardi P, Departemen Mikrobiologi, Fakultas Farmasi, MahidolUniversity, Thailand

    - Matsumoto K, Gifu Institute of Biotechnology, Jepang

    Sebagai diuretik, hepatoprotektor, menurunkan kadar gula darah, anti bakteri, anti diare. - Uji klinis di beberapa RS seperti RSPAD Gatot Subroto, RSCM

    Pengobatan demam berdarah, diare akut dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak, menurunkankadar kolesterol darah, sering buang air kecil, sariawan

    - Natsir P Djunaid, Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Hasanudin- Prima Yuniarti Fakultas Farmasi UGM- Nasirudin, Soegeng Soegijanto, Bagian Ilmu Kesehatan FK UNAIR- Iman Subagyo, Wahyu Dyatmiko, Abdul Karim dari UNAIR

    Mengobati radang tenggorokan, bronkitis, dan asma, membantu mengatasi disentri, radang perut, dandiare, mengobati radang kelenjar susu dan payudara bengkak, mengatasi eksim, penyakit kulit, dangatal-gatal, mengobati luka bakar.

    - Tarmudji dan M. Soleh dari Balai Penelitian Veteriner- Nining Santini, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Solo

    Menyembuhkan penyakit diare, kencing manis (diabetes), hipertensi, maag, kolesterol tinggi,diuretik, menurunkan kadar asam urat

    - Retno Sudewi, dari Farmasi UGM; Beni Warman, Farmasi FMIPAAndalas; Putu Maryati, Fakultas Farmasi UGM; Anggadiredja, dari S2Farmasi ITB; Sugarlini, S2 farmasi ITB; Sriningsih, BPPT

    Obat herbal masuk puskesmas? Bagi artis dan bintang Sinetron, Dude Herlino(30), hal itu sah-sah aja dan tidak ada masalah sepanjang masih dalam peng-awasan ketat Badan POM dan Depkes sebagai regulator kesehatan. Prinsip da-sarnya kan tentang bagaimana menjamin kesehatan masyarakat, dan jika upaya itudilakukan dengan memasukkan obat herbal tidak masalah yang terpenting adalahBPOM dan Depkes harus mengawasi tentang bagaimana implementasi penggunaanobat herbal tersebut, ujar pemeran Satria dalam Sintron Cahaya ini.

    Menjaga kesehatan masyarakat adalah kewajiban pemerintahdan itu amanah bagi mereka, tegas pria pria kelahiran Padang, SumateraBarat ini. Karena itu menurutnya pemerintah harus dapat menjamin kualitas produkherbal yang masuk tersebut terkait kebersihan dan apakah kandungannya tidak mem-bahayakan kesehatan dan sebagainya. Apalagi puskesmas meru-pakan layanan kesehatan umum yang kebanyakan pengun-jungnya berasal dari kalangan kurang mampu.

    Di samping itu, Dude berharap produsen obat herbal jugaharus jujur mengenai kualitas obatnya, baik itu tentang kan-dungan obatnya, proses pembuatannya, efek sampingnya,ataupun bagaimana pengaturan dosisnya.

    Dude mengaku dirinya juga termasuk konsumen obat her-bal. Beberapa obat herbal yang pernah dia konsumsi adalah her-bal untuk masuk angin ataupun herbal jintan hitam atau populardengan nama habbatussauda. Informasi mengenai manfaathabbatussauda dari beberapa studilah yang membuatDude tidak ragu mengkonsumsi obat tersebut. (HI)

    Masuknya obat herbal ke puskesmas menuai banyak tanggapan. Ada yang posi-tif namun tak jarang yang menilainya secara miring. Yang beranggapan positifmenilai bahwa inilah saatnya produk-produk obat asli Indonesia berjaya di negerisendiri. Sementara pihak lainnya, mempertanyakan mengenai efikasi, keabsahankandungan obat, indikasi ataupun efek sampingnya.

    Namun, Dr. Sonia Wibisono sepertinya cukup positif melihat fakta ini. Menurutdokter yang juga berprofesi sebagai presenter televisi ini, masuknya obat herbal kepuskesmas cukup bagus apalagi untuk membantu pasien mengatasi gejala penyakit.Hanya saja, ia menggarisbawahi agar obat-obat herbal yang masuk ke puskesmas ter-sebut adalah obat herbal yang sudah terdaftar diBadan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI.

    Obat-obataan herbal tersebut jugaharus sudah melalui penelitian sehing-ga bisa diketahui secara baik dan be-nar mengenai manfaatnya, indikasinyamaupun efek sampingnya, ujar dokter ke-lahiran Jakarta, 11 Oktober 1977 ini.

    Dokter lulusan Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia (FKUI) 2001 ini selain hanya menggelutiprofesinya sebagai dokter, ia juga terjun ke duniahiburan. Pesohor yang telah membintangi bebera-pa produk kesehatan ini kerap tampil sebagai pre-senter talk show kesehatan di beberapa stasiuntelevisi. (HI)

    Herbal Beserta Khasiat dan Beberapa Penelitian yang Telah DilakukanNama Tumbuhan Khasiat Penelitian

    Dude Herlino

    Tidak Masalah Asal Tetap Diawasi

    Dr. Sonia Wibisono

    Harus yang SudahTeruji Lewat Penelitian

  • Ruang rapat berukuran kira-kira15x15 meter itu dipenuhi posteryang dibingkai cantik di sekelilingtemboknya. Bukan berisi foto, ke-banyakan dari poster tersebut jus-

    tru informasi medis soal diabetes, mulaidari diagnosa, hingga terapi. Di sana,kami menunggu orang nomor satu di Pu-sat Diabetes dan Nutrisi RSU Dr. Suto-mo FK Universitas Airlangga, yaituProf. DR. Dr. Askandar Tjokroprawiro,SpPD, K-EMD, FINASIM, PhD. Kami me-mang telah membuat janji untuk berte-munya, sesuai acara Pertemuan IlmiahTahunan di Malang November 2010 la-lu. Saat kami tiba di RSU Sutomo, ter-nyata Prof. Askandar telah menunggukami setengah jam dari waktu yang te-lah ditentukan. Menurut stafnya, Prof.Askandar memang dikenal sangat tepatwaktu. Jika ia telah memiliki janji padajam tertentu, maka ia akan siap sebe-lum waktu yang ditetapkan. Maka, keti-ka kami tiba terlambat beberapa puluhmenit, Prof. Askandar tengah mempersi-apkan agenda berikutnya.

    Saya sangat time-oriented, ujarpria kelahiran Kediri, 22 Juli 1939 itu.Ia menyadari hanya memiliki waktu 24jam sehari, padahal begitu banyak yangingin ia kerjakan, terkait bidang yang iageluti puluhan tahun, yaitu endokrin.Pusat Diabetes dan Nutrisi RSU Dr. Su-tomo merupakan salah satu bukti kerjakerasnya. Lembaga yang didirikan ta-hun 1983 ini, awalnya bernama PusatDiabetes RSUD Dr. Sutomo FK Unair.Dalam perjalanannya, Pusat Diebetesini berganti nama menjadi Pusat Diabe-tes dan Nutrisi, pada tahun 1986. Pe-nambahan kata Nutrisi tersebut, kare-na Prof. Askandar paham betul, bahwanutrisi menjadi faktor penting dalam

    penatalaksanaan diabetes. Nutrisi juga menjadi salah satu topik

    yang ia angkat untuk disertasinya. Kar-ya ilmiahnya yang berjudul The DieteticRegiment for Patients with DiabetesMellitus in Indonesia mengupas habistentang diet diabetes. Tahun 1978saya merilis diet, karena diet orangIndonesia berbeda dengan orang barat.Diet B lahir dari disertasi saya yangmerupakan diet yang cocok untukorang Indonesia. Sedangkan diet orangbarat kita namakan diet A. Diet B kinitelah dikembangkan menjadi 21 ma-cam diet, ujar Prof. Askandar.

    Diet 21 macam yang disebut Prof.Askandar, adalah diet yang disesuai-kan dengan kondisi masing-masing pa-sien. Diet B untuk pasien DM yang ku-rang tahan lapar, mempunyai hiperko-lesterolemia, mempunyai penyulit ma-kro dan mikro-angiopati, dan telahmenderita DM lebih dari 15 tahun. Adadiet B1 (60% kalori lemak dan 20% ka-lori protein) untuk penderita DM de-ngan kebiasaan makan protein tinggitetapi kadar lemak normal, kurus, ma-sih muda, mengalami patah tulang, ha-mil atau menyusui, menderita penyakithepatitis kronik, TB paru, gangren, dandalam kondisi pasca bedah. Diet B2 di-peruntukkan untuk penderita DM de-ngan nefropati stadium II, Diet B3 di-peruntukkan untuk penderita DM de-ngan nefropati stadium III, Diet Be di-peruntukkan untuk penderita DM sta-dium IV. Selain itu ada Diet B fasting,Diet B1 fasting, Diet M, Diet M fasting,Diet G, Diet KV, Diet GL, Diet H, DietKV-T1, Diet KV-T2, Diet KV-T3, Diet KV-L, Diet B1-T1, Diet B1-T2, Diet B1-T3,dan Diet B1-L dengan indikasinya ma-sing-masing.

    Rumus EndokrinPraktis

    Diet B juga terpampang dalam pos-ter di ruang rapat Pusat Diabetes danNutrisi, tempat dimana kami berbin-cang di siang terik itu. Gaya hidup, me-rupakan hal penting yang ditekankanProf. Askandar. Di poster yang berderetitu, juga terlihat berbagai singkatanatau jembatan keledai mengenai terapigaya hidup yang harus disiasati pen-derita diabetes, seperti GULOH CISAR.

    GULOH CISAR isinya 10 petunjukuntuk hidup sehat. G itu gula, ma-ka kita batasi gula. U adalah asamurat, kita juga batasi ini. Sedang-kan L adalah lemak, yang kita ba-tasi juga makanan yang banyakmengandung lemak. O adalah obe-sitas jadi No Obesity, ujar Presi-dent Indonesian-Society for Studyof Obesity (ISSO) tahun 2003-2009ini memberi contoh.Selanjutnya ia memaparkan artihuruf-huruf lain. H adalah hiperten-si, pasien diminta untuk menge-cek tekanan darahnya. C adalahcigarette, hindari merokok. I ada-lah inactivities, jadi pasien harusberolahraga, S adalah sleep, bah-wa pasien harus tidur teratur de-ngan waktu cukup, A adalah alco-hol yang harus dihindari, dan yangterakhir R adalah regular checkup. Saya memberikan ini kepadapasien satu-satu, ujar Prof. As-kandar.

    Prof. Askandar, memang terkenalunik dalam memberikan pemaparanmakalahnya, dengan singkatan keledaiyang ia buat. Kami akui, kuliah singkatyang sempat ia berikan kepada kami,sangat memudahkan untuk dimengerti,dicerna, bahkan diingat. Ia berusahamembuat apapun mengenai diabetesdipahami oleh semua kalangan, baikspesialis, dokter umum, pasien, hinggamasyarakat. Hingga saat ini, Prof. As-kandar telah membuat 150 lebih ru-mus-rumus endokrin praktis sebagaipanduan pengelolaan kasus endokrindalam praktek sehari-hari. Untuk ka-langan umum, ia juga telah membuatbuku yang berjudul Obesitas di Indo-nesia dan Konsekuensinya.

    Paper ilmiah yang dihasilkannya, ter-catat lebih dari 870 buah, yang dipubli-kasikan dan diarsipkan secara teratur,

    sebagian di antaranya (357 buah) ada-lah dalam bahasa inggris. Saya meng-hasilkan 40 hingga 45 paper setiap ta-hun. Setiap paper saya ada kodenya,mulai dari nomor, topik, hingga tahunpembuatannya. Jika saya memerlukansebuah paper, maka saya tinggal mintatolong pembantu saya untuk mengam-bilkan paper nomor sekian. Mudah. Pa-dahal pembantu saya lulusan SD atauSMP, ujar Prof. Askandar menggambar-kan betapa detail ia membuat arsip ma-kalah-makahnya.

    Satu hal lagi diakui Prof. Askandar:Saya tidak mahir komputer. Padahal,makalah-makalahnya dibuat dengansangat cantik, berwarna, dan menggu-nakan keterampilan pembuatan doku-men komputer. Untuk ini, ternyata Prof.Askandar memiliki staf yang khususmengetikkan makalahnya. Tapi, Prof.Askandarlah yang menjadi arsitek un-tuk tiap makalahnya. Ia yang menen-tukan warna-warna untuk tiap point ma-kalahnya, ilustrasi grafik, gambar, ba-gan, dan setiap detail makalahnya.Sang asisten, hanya mengetikkan per-sis seperti yang diminta Askandar.

    Saya pernah belajar komputer, kur-sus di rumah. Setelah itu saya menco-ba membuat sendiri (makalah) di kom-puter. Tapi ternyata, memerlukan waktuyang lama. Sangat tidak efisien. Jadisaya lebih baik meminta orang mem-buatkan, katanya. Namun ia berpesanagar hal itu tidak ditiru darinya. Kalauyang masih muda jangan begitu lah,ujarnya tersenyum.

    Prof. Askandar memang memiliki se-abrek kegiatan hingga ia harus efisienmembagi waktunya. Stafnya bercerita,bahwa Prof. Askandar bekerja hinggalarut malam, dan bangun sangat pagi.Dalam usianya yang menginjak kepala7, staminanya tidak nampak menurun.Ia tampak bugar, enerjik dan kami me-rasakan semangatnya saat ia mema-parkan berbagai hal mengenai dia-betes.

    Untuk pusat diabetes dan nutrisiyang digawanginya, ia memiliki waktukhusus. Kami punya block time yangtidak bisa diganggu gugat. Senin siangjam 10 untuk membicarakan masalahpolicy, dan Rabu ganjil jam 10 untukpertemuan ilmiah. Itu teratur. BlockTime. Jika yang lain ada keperluan, ma-ka harus menyesuaikan. Saya sudahsiap di sini pada hari-hari tersebut de-ngan laptop saya. Jika waktu kurang,

    8 Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011 PROFIL

    Disiplin untukEfisiensi Waktu

    Prof. DR. Dr. Askandar Tjokroprawiro, SpPD, K-EMD, FINASIM, PhD

    Terhadap pasien, guru besar bidang endokri-nologi ini menerapkan prinsip SSPP Sopan,Santun, Penuh Perhatian, plus B, yaitu berdoa,agar pasien sembuh. Tak cuma untuk dirinya,tetapi ia juga meminta istri, anak, pembantu,harus SSPP.

  • maka ditambah hari Jumat. Saya laku-kan itu untuk memudahkan penggantisaya kelak menggunakan aturan terse-but. Kalau tidak, bisa luntur, ujar Prof.Askandar.

    Selalu Membagi IlmuKedisiplinan Prof. Askandar menu-

    run dari ayahnya, Tjokroprawiro. SangBapak yang menjadi Kepala SekolahSD, mendidiknya dengan kedisiplinan.Bapak saya sangat tekun, bahkan ka-mi sampai membuat kalender sendiri,dibuat garis. Beliau juga sangat telitidan tulisannya bagus, ujar Prof. As-kandar. Nampaknya, ketekunan danketelitian Sang Ayah menurun padanyasaat ia membuat berbagai maka-lahnya.

    Prof. Askandar lahir di Kediri seba-gai anak ketiga dari tujuh bersaudara.Di Kediri pula, ia melewati pendidikandasar hingga pendidikan menengahatas. Prof. Askandar tergolong siswayang cerdas, prestasi belajarnya cukupmencolok. Ia selalu mendapat rankingpertama di sekolah. Usai menamatkansekolah menengah di tahun 1957, iamelanjutkan ke Fakultas KedokteranUniversitas Airlangga. Cita-cita Prof. As-kandar, ternyata sejalan dengan keing-inan sang ayah. Sejak kecil saya inginmenjadi dokter, dan keinginan itu tim-bul karena dulu keluarga saya seringmembutuhkan tenaga medis, ujarProf. Askandar mengenang.

    Menjalani masa pendidikan di FKUnair, Prof. Askandar juga membukti-kan kecerdasannya. Namun Prof. As-kandar tidak tinggi hati dengan semuaprestasinya. Ia justru senang jika ha-rus berbagi ilmu dengan rekan-rekan-nya. Bahkan, ia lebih memilih untukberbagi ilmu dengan teman-temannya,ketimbang aktif dalam berbagai or-ganisasi.

    Seusai mendapat gelar dokter di ta-hun 1964, ia melanjutkan ke spesialispenyakit dalam dan lulus tahun 1968.Selanjutnya, ia terbang ke Belanda se-

    bagai pemegang fellowship bidang en-dokrinologi di Leiden University. Ia sem-pat pula menimba ilmu di Jepang, hing-ga akhirnya ia dikukuhkan sebagai gurubesar dalam Bidang Ilmu Penyakit Da-lam pada 1 April 1986. Tentang gelarprofessor yang ia dapat, ia berucap,Saya tidak punya rencana menjadi gu-ru besar. Sewaktu saya menjadi gurubesar, saya menganjurkan agar didiri-kan pusat diabetes di daerah seluruhIndonesia. Dahulu masyarakat kita se-hat. Lalu makanan siap saji masuk. Se-karang ini sudah ada metabolic syn-drome, bahkan pada remaja. Saya ra-malkan, diabetes bisa menjadi bomwaktu kalau kita tidak serius mena-nganinya.

    Prof. Askandar juga aktif di berbagaiorganisasi, baik dalam maupun luar ne-geri. Ia aktif sebagai anggota PAPDIbahkan menjadi Ketua PAPDI cabangSurabaya tahun 1980 hingga 1998. Iajuga tercatat pernah menjadi Ketua PBPersadia (Persatuan Diabetes Indone-sia) tahun 1995-1998. Di luar negeri,ia adalah salah satu pendiri Asian Pa-cific Society of Atherosclerosis andVascular Disease (APSAVD), Life longmember of IDF (International Diabetes

    Federation), dan anggota American Dia-betes Association (ADA).

    Atas berbagai hasil kerja kerasnya,Prof. Askandar mendapatkan beberapapenghargaan seperti Penghargaan Pre-siden sebagai pakar di bidang IPTEK-DOK, penghargaan dari IDI, Pengharga-an Presiden dengan mendapat anuge-rah Bintang Satya Lancana Karya Sat-ya, dan mendapatkan Habibie Awardtahun 2006 di bidang Kedokteran danBioteknologi. Tentang Habibie, Prof. As-kandar memiliki kenangan tersendiri.Habibie orang baik, orang kaya. Diamengeluarkan US$ 25 ribu buat sayasaja. Belum lagi bersamaan dengansaya ada 10 peserta S3 yang didanaiyayasan itu, ujarnya. Ia juga menaruhpenghargaan kepada Prof. Jose Roes-ma, rekan sejawatnya dari Jakartayang menurutnya memiliki integritastinggi. Ia juga memuji Prof. SangkotMarzuki, yang berperan besar dalamkemajuan ilmu genomik di Indonesia.

    MenyeberangiSuramadu

    Dengan semua kesibukannya, Prof.Askandar sebisa mungkin tidak memili-

    ki banyak kegiatan di hari Minggu. Jikalibur, ia kerap mengisinya dengan aca-ra kuliner. Hobi saya makan, sepertimakan nasi bebek Sinjay. Enak rasa-nya. Tempatnya di Madura, jadi sayamenyeberang lewat jembatan Surama-du. Karena warungnya buka pukul6.30, jadi saya berangkatnya sehabissubuh, ujar Prof. Askandar sambil me-nyarankan bahwa kami harus mencobanasi bebek itu suatu hari.

    Terkait dengan diabetes, nutrisi, danhobinya makan, Prof. Askandar ber-ucap, Meski hobi saya makan, tapi sa-ya berprinsip BNI: Batasi, Nikmati,Imbangi. Saya juga berolahraga, lalumakan sayur. Prof. Askandar melaku-kan olahraga sit up, 50 kali setiap ma-lam. Askandar juga membatasi jumlahpasien yang ia layani. Senin, Rabu,dan Jumat pasien saya batasi 25orang. Hari Kamis, bisa sampai 60pasien, karena banyak yang datang da-ri luar pulau, ya saya layani, ujarnya.Dengan demikian, ujarnya, ia masihmemiliki waktu untuk keluarga.

    Terhadap pasien, Prof. Askandarmemiliki prinsip SSPP Sopan, San-tun, Penuh Perhatian, plus B. Sayaberdoa, agar pasien sembuh. Tak cumasaya, tapi juga saya minta istri, anak,pembantu, harus SSPP. Kasihan mere-ka kan sakit, kita lebih baik melayanidaripada dilayani, ujarnya.

    Prof. Askandar memiliki 3 anak yangsemuanya telah sukses dengan impi-annya masing-masing. Anak pertama-nya, adalah Dr. Brahmana AskandarTjokroprawiro, SpOG, sedangkan anakkedua adalah Sabrina Askandar Tjokro-prawiro, lalu anak bungsunya adalahBerlino Askandar Tjokroprawiro. Anakkedua dan ketiga menekuni bidang no-tariat. Kepada anak-anak dan cucu-cu-cunya yang berjumlah 8 orang, Prof. As-kandar selalu berpesan, Mulailah se-jak kecil menanam kebaikan. Bahkandengan saudaramu. Berbuat lah baikuntuk hal yang tertulis di agama mau-pun tidak, karena lama-lama kebaikanitu akan tumbuh. (HI)

    9Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011PROFIL

    Prof. Askandar bersama istri di depan patungNelson Mandela, Johanesburg, Afrika Selatan.

  • Diabetes Melitus adalah kumpulan gejala klinikyang sangat kompleks dan hampir semua or-gan tubuh akan terkena dampaknya. Setiappenderita DM (diabetisi) harus selalu memper-hatikan serta melaksanakan program-program

    pengobatan antara lain diet, kegiatan fisik, hipoglike-mik oral, insulin, disertai oleh pemantauan status me-tabolik dan fisik yang terjadwal rutin. Prevalensi DM diberbagai negara cenderung meningkat dari tahun ketahun, hal ini berkaitan dengan (a) meningkatnya jum-lah populasi, (b) bertambah panjangnya life expectan-cy, (c) urbanisasi yang merubah pola hidup tradision-al ke pola hidup modern, (d) meningkatnya prevalensiobesitas, (e) berkurangnya kegiatan fisik. Dalam per-jalanan hidup diabetisi, pada awalnya dimulai dengansuatu defek metabolisme yang disebut sebagai resis-tensi insulin, yang dapat diartikan sebagai kemun-duran potensi insulin untuk meningkatkan pengambil-an glukosa dan penggunaan glukosa oleh sel-sel tu-buh, dengan dampak kecenderungan meningkatnyakadar glukosa darah. Dalam situasi tersebut, kom-pensasi hiperinsulinemi yang dibutuhkan untuk mem-pertahankan kadar glukosa darah dalam batas nor-mal, memberikan dampak memacu proliferasi sel-selendotel pembuluh darah, sehingga terjadi penyempit-an. Keadaan awal ini belum menimbulkan gejala kli-nik, namun peningkatan kadar glukosa dan penyem-pitan pembuluh darah tersebut bila tidak diketahui,prosesnya akan berlanjut tanpa pencegahan, berkem-bang kronik progresif, dan akhirnya muncul gejala-ge-jala DM dengan berbagai komplikasi sampai dengankerusakan organ-organ tubuh.

    Program pencegahan primer DM tipe-2 dari Natio-nal Public Health Institute, Helsinki, Finlandia, yangutama adalah pengaturan pola hidup, berkaitan de-ngan berat badan, diit, dan kegiatan fisik. The Natio-nal Cholesterol Education Programs Adult TreatmentPanel di Amerika Serikat menegaskan, bahwa setiaporang yang terdeteksi sebagai kasus sindroma meta-bolik (sindroma resistensi insulin), harus segera me-rubah pola hidupnya dengan intensif tanpa mengkon-sumsi obat-obatan. Penurunan kelebihan berat badanterbukti dapat memperbaiki komponen-komponen sin-droma metabolik yang lain, namun koreksi menyelu-ruh tetap dianjurkan. Penurunan kelebihan berat ba-dan diusahakan dengan program olah raga optimalterjadwal rutin dan program pengaturan diet yang pa-da dasarnya adalah rendah karbohidrat dan sangat

    rendah lemak. Olah raga dan diet tersebut harus di-pantau serta dievaluasi, apakah: (a) berhasil menu-runkan kelebihan berat badan dalam waktu pendek,(b) berhasil mempertahankan stabilitas berat badandalam waktu panjang, (c) memberikan dampak negatifbagi kesehatan.

    Perlu disadari bahwa hidup dengan DM dapatmemberikan beban psikososial bagi penderita mau-pun anggota keluarganya. Respons emosional negatifterhadap diagnosis bahwa seseorang mengidap pe-nyakit ini dapat berupa penolakan atau tidak mau me-ngakui kenyataan, cemas, marah, merasa berdosa,dan depresi. Respons emosional negatif tersebut da-pat menghambat upaya pengobatan. Penderita DMdengan respons emosional negatif tersebut sangatmembutuhkan penyuluhan yang efektif, bila perlu dila-kukan psikoterapi, sehingga emosi dan sikap negatiftersebut dapat berubah menjadi rasa percaya diri,menerima keadaan dirinya, dan menyongsong masadepannya dengan optimis. Prinsip pengobatan DMyang efektif harus dipahami oleh diabetisi, keluarga-nya, dokter, dan paramedik terkait, yang pada dasar-nya adalah pengaturan pola hidup dengan tujuan un-tuk mempertahankan kondisi fisik maupun metabolik.Tujuan tersebut dapat dicapai melalui program-pro-gram penyuluhan dan pelatihan (a) diet, (b) kegiatanjasmani, (c) konsumsi obat-obat hipoglikemik oralmaupun suntikan insulin.

    Standar komposisi makanan yang dianjurkan ada-lah karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak20-25%, jumlah kandungan kolesterol kurang dari300 mg/hari, berasal dari sumber asam lemak tidakjenuh, kandungan serat sekitar 25 gram/hari, kasus-kasus DM dengan hipertensi sebaiknya membatasikonsumsi garam. Penentuan jumlah kalori yang dibu-tuhkan dihitung berdasakan Indeks Masa Tubuh (IMT)yang ditentukan dengan rumus IMT = berat badan (kg)dibagi tinggi badan (m)2.

    Manfaat olah raga dapat diuraikan sebagai berikut:(a) menurunkan kadar glukosa darah selama olah ra-ga sampai dengan 24 jam setelah olah raga, (b) me-nurunkan kadar insulin basal dan sesudah makan, (c)meningkatkan sensitifitas organ tubuh terhadap insu-lin, (d) menurunkan kadar HbA1c, (e) memperbaikiprofil lipid, (f) menurunkan tekanan darah pada hiper-tensi ringan dan sedang, (g) mengintensifkan penggu-naan sumber energi tubuh, (h) memperbaiki kondisikardiovaskular, (i) meningkatkan kebugaran jasmani,(j) meningkatkan rasa nyaman dan kwalitas hidup. Pe-ranan olah raga dalam hal ini berkaitan dengan (a)perbaikan respons reseptor terhadap insulin, (b) pe-nurunan kelebihan berat badan, (c) perbaikan profil

    lipid. Oleh karena itu olahraga juga bermanfaat untukmemperlambat progresifi-tas komplikasi vaskular.Perlu diketahui bahwa disamping manfaat, olah ragadapat memberikan dampaknegatif bila jenis, intensi-tas, dan lama olah raga,tidak sesuai dengan kondisifisik dan metabolik, antaralain (a) memberatnya hiper-glikemi, (b) terjadinya hipo-glikemi, (c) memberatnyagejala komplikasi-komplika-si yang sudah ada. Petunjukpraktis olah raga bagi dia-betisi antara lain (a) latihanaerobik 30 menit perharicukup memadai. (b) meng-

    INFO MEDIS10 Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    Prof. DR.Dr.Darmono,SpPD,K-EMD,FINASIMSub Bagian Endokrin-Metabolik, Bagian Penyakit Dalam FK Undip, RSUP Dokter Kariadi

    Pengaturan Pola HidupPenderita Diabetesuntuk MencegahKomplikasi KerusakanOrgan-organ Tubuh

    Klasifikasi IMT sebagai berikut:

    IMT 23,0 adalah berat badan lebihatau gemuk,

    IMT >25 adalah obesitas.

    Jumlah kalori perhari yang dibutuhkanadalah:

    (a) kurus = berat badan (kg) dikalikan40 60 kalori,

    (b) normal = berat badan (kg) dikali-kan 30 kalori,

    (c) gemuk = berat badan (kg) dikali-kan 20 kalori,

    (d) obesitas = berat badan (kg) dikali-kan 10 15 kalori.

  • INFO MEDIS 11Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    hitung sendiri kapasitas aerobik maksimal =1/2 (denyut jantung maksimal denyut jantungistirahat) + denyut jantung intirahat, cukup amanolah raga pada intensitas 30-60 persen dari ka-pasitas aerobik maksimal, misalnya jalan kakiatau senam, (c) menghindari olah raga denganrisiko trauma fisik, (d) penderita dengan kadarglukosa darah puasa >300 mg/dl sebaiknyamenunda olah raga.

    Kebersihan tubuh diabetisi harus selalu terja-ga dengan baik. Infeksi mikro organisme baikbakteri, virus, maupun jamur yang nampaknya ti-dak bermasalah, ternyata lebih mudah menye-bar luas dalam jaringan-jaringan tubuh, diban-dingkan dengan orang normal. Kasus-kasus DMperlu waspada terhadap ancaman ketoasidosisdengan adanya infeksi akut yang disertai panastinggi. Bagian-bagian tubuh yang mudah menga-lami infeksi adalah kaki, mulut, gigi, telinga, hi-dung, tenggorokan, konjungtivis, sklera, lipatan-lipatan kulit, urogenital. Perlu juga waspada terhadaptrauma atau luka fisik, oleh karena juga mudah terja-di komplikasi infeksi. Trauma dapat berupa fisik, ki-mia, dan termis, yang biasanya berkaitan dengan je-nis pekerjaan, adapun pengobatan harus secepatmungkin diberikan sebelum terjadi infeksi.

    Dalam kehidupan sehari-hari seringkali diabetisimengalami stress baik fisik maupun psikis, dan perlumemahami bahwa stress merupakan pemicu kenaik-an kadar glukosa darah, oleh karena itu mereka harusselalu berupaya meredamnya. Agar dampak negatifdari stress tersebut dapat dipahami oleh penderita,perlu dijelaskan oleh dokter atau penyuluh mengenaipatofisiologi, khususnya peningkatan sekresi kateko-lamin dalam kondisi stress, hubungannya dengan ter-pacunya glikogenolisis dan hiperglikemi.

    Cukup banyak hipoglikemik oral yang beredar di In-donesia, sehingga penentuan jenis tablet oleh dokter

    juga cukup bervariasi, bahkan tidak sedikit diabetisiyang juga mengetahui berbagai jenis tablet tersebut.Oleh karena itu harus dijelaskan bahwa setiap obatmemiliki persyaratan untuk dikonsumsi, agar tercapaihasil terapi maksimal dengan efek samping minimal.Persyaratan tersebut meliputi indikasi, kontra indi-kasi, efek samping, dosis, berapa kali dikonsumsi da-lam sehari, waktu menelan obat dihubungkan denganwaktu makan. Perkembangan teknologi farmasi meng-hasilkan produk-produk tablet slow release sehinggalebih praktis dikonsumsi oleh karena cukup sekali di-telan dalam satu hari, namun perlu diinformasikanbahwa tablet slow release tidak boleh dibelah apalagidigerus oleh karena akan merubah sifat slow releasemenjadi cepat diserap usus dan cepat bekerja denganakibat terjadinya hipoglikemi.

    Dalam pengalaman praktek masih banyak hambat-an terhadap program suntikan insulin oleh karena di-

    tolak oleh diabetisi. Penolakan tersebut dise-babkan oleh salah pengertian, antara lain keter-gantungan insulin seumur hidup, efek sampinginsulin yang ternyata mereka tidak tahu apakahitu. Adapun yang paling membuat panik sertaputus asa adalah salah pengertian, bahwa se-tiap kasus yang mendapat suntikan insulin ada-lah mereka yang sudah parah dan harapan hidupsudah sangat terbatas. Para dokter diharapkanmampu memberikan penyuluhan kesehatanyang tegas dan informatif, untuk mengubah pan-dangan negatif yang keliru mengenai insulin, se-hingga diabetisi maupun keluarganya mendapat-kan pengertian mengenai indikasi, manfaat, ca-ra penyuntikan yang benar, sehingga tidak lagimenolak suntikan insulin, tidak bersikap pesi-mis, dan tidak mengalami depresi. Dengan ke-giatan penyuluhan ilmiah populer dapat dijelas-kan, bahwa insulin bermanfaat dalam keadaan(a) dosis hipoglikemik oral sudah maksimal na-

    mun kadar glukosa darah belum terkendali, (b) badanpenderita makin mengurus, (c) adanya komplikasiakut, (d) sebagai terapi kombinasi dengan hipoglike-mik oral untuk menhindari efek samping obat oral do-sis tinggi, (e) persiapan operasi agar cepat dapat di-laksanakan, (f) setiap penderita diabetes tipe-1, (g)penderita diabetes tipe-2 yang sudah tidak dapat lagidiobati dengan tablet oleh karena sel beta pankreassudah mengalami kelelahan dan tidak mampu lagi di-pacu oleh tablet hipoglikemik. Bila penderita telahmemahami manfaat insulin, perlu diberikan pelatihanpraktis oleh dokter atau paramedik kepada penderitadan/atau keluarganya mengenai (a) sterilitas, (b) do-sis suntikan, (c) cara penyuntikan, (d) lokasi area pe-nyuntikan, jadwal penyuntikan dikaitkan dengan jad-wal makan.

    (Naskah lengkap dan sumber pustaka ada pada penulis)

    No Tanggal Nama Kegiatan Tempat Sekretariat / Pendaftaran

    1. 29-30 Januari Nutrisi Klinik Makassar PB PAPDI /PAPDI Cab Makassar/Kalbe Farma

    2. 12 Maret Medical Skill Hotel Aston, PB PAPDI /PAPDI Cab Upgrade (MEDSKUP) Medan SUMUT/Darya Varia

    3. 12 Maret Roadshow "Comprehensive Ambon PB PAPDI /PAPDI Cab Management of Lipid Disorders & Maluku /Dexa MedicaHypertension in Daily Practice"

    4. 19 Maret Medical Skill Upgrade Hotel Melia, PB PAPDI /PAPDI Cab JAYA(MEDSKUP) Jakarta /Darya Varia

    5. 19-20 Maret Nutrisi Klinik Purwokerto PB PAPDI /PAPDI Cab Purwokerto/Kalbe Farma

    6. 25-27 Maret 20th ASMIHA Htl. Ritz Carlton, Sekretariat ASMIHA Jakarta /PERKI

    7. 1-2 April JAMHEMOF II/2011 Hotel JW Marriott, Div. Hematologi - Onkologi Jakarta Medik RSCM

    8. 2 April Medical Skill Upgrade Hotel JW Marriott, PB PAPDI /PAPDI Cab(MEDSKUP) Medan SUMUT/Darya Varia

    9. 09 April Medical Skill Upgrade Hotel Hyatt, PB PAPDI /PAPDI Cab (MEDSKUP) Bandung JABAR/Darya Varia

    10. 15-17 April Jakarta Antimicrobial Hotel Shangrila, Divisi Tropik InfeksiUpdate (JADE) Jakarta

    11. 16 April Roadshow "Comprehensive Yogyakarta PB PAPDI /PAPDI Cab Management of Lipid Disorders & Yogyakarta Hypertension in Daily Practice" /Dexa Medica

    12. 16 April Medical Skill Upgrade Hotel Gumaya, PB PAPDI/PAPDI Cab. (MEDSKUP) JATENG Semarang/Darya Varia

    13. April Simposium Jakarta Jakarta Divisi Metabolik Endocrinology Meeting (JEM) Endokrinologi

    14. 28 April Simposia On Current Treatment Hotel Novotel, Divisi Hepatologi, Dep. Ilmu1 Mei in Hepatobiliary Diseases and Jakarta Penyakit Dalam - RSCM

    Workshop on Interventional Hepatology

    15. 5 - 8 Mei Temu Ilmiah Reumatologi (TIR) Htl Borobudur, Jkt Divisi Reumatologi

    16. 14 - 15 Mei Nutrisi Klinik Aceh PB PAPDI /PAPDI Cab Aceh/Kalbe Farma

    No Tanggal Nama Kegiatan Tempat Sekretariat / Pendaftaran

    17. 21 Mei Medical Skill Upgrade Hotel Shangrila, PB PAPDI /PAPDI Cab (MEDSKUP) Surabaya SURABAYA /Darya Varia

    18. 21-23 Mei Jakarta Nephrology Jakarta Sekt. PERNEFRI/Div. Ginjal Hypertensi Care (JNHC) Hipertensi

    19. 26 Mei Workshop Endoscopy RKPD Sekt. PEGI IPD/Div. Indonesian Digestive GastroenterologiDiseases Week (IDDW)

    20. 27 - 28 Mei Simposium Endoscopy Hotel Borobudur, Sekt. PEGI IPD/Div. IDDW Jakarta Gastroenterologi

    21. 28 - 29 Mei Temu Ilmiah Geriatri IX Hotel Grand Sahid Divisi GeriatriJaya, Jakarta

    22. 4 Juni Medical Skill Upgrade Hotel Novotel, PB PAPDI /PAPDI Cab.(MEDSKUP) Palembang SUMSEL/Darya Varia

    23. 08 - 11Juni KONKER XII - BATAM Planet Holiday PAPDI Cabang KEPRIHotel, BATAM

    24. Juni 2011 Simposium Jakarta Allergy Jakarta Divisi Alergi Imunologi and Clinical Immunologi KlinikNetwork (JACIN)

    25. 18 Juni Medical Skill Upgrade Hotel Borobudur, PB PAPDI/PAPDI Cab JAYAJakarta /Darya Varia

    26. 25 Juni Medical Skill Upgrade Hotel Clarion, PB PAPDI /PAPDI Cab (MEDSKUP) Makassar MAKASSAR/Darya Varia

    27. Juli Chest and Critical Jakarta Divisi PulmonologiInternal Medicine

    28. 8 - 10 Juli Simposium Pendekatan Holistik Hotel Borobudur, Divisi Penyakit Kardiovaskular ke X Jakarta Kardiologi

    29. 8 - 10 Juli KONAS PETRI XVII dan Semarang PETRI dan PKWIPKWI XIV Cab. Semarang

    30. 16 Juli Medical Skill Upgrade Hotel JW Marriott, PB PAPDI /PAPDI Cab(MEDSKUP) Medan SUMUT/Darya Varia

    31. 21 - 24 Juli Pertemuan Ilmiah Tahunan Hotel Grand Sahid PKB IPD / CMEIlmu Penyakit Dalam 2011 Jaya, Jakarta

    32. 23 Juli Medical Skill Upgrade Hotel Gumaya, PB PAPDI /PAPDI Cab (MEDSKUP) JATENG Semarang /Darya Varia

    JADWAL KEGIATAN PB PAPDI dan SEMINAT DALAM LINGKUP PENYAKIT DALAM TAHUN 2011

  • Dengue Hemorrhagic Fever atau Demam Berda-rah Dengue (DHF/DBD) sampai saat ini masihmenjadi masalah kesehatan di Indonesia. Me-nurut data dari WHO, jumlah kasus yang dila-porkan di Indonesia mulai meningkat pada ta-

    hun 2004 dan mencapai plateau antara 2007 sampai2009. Data Departemen Kesehatan menunjukan darikasus yang dilaporkan selama tahun 2009, tercatatlima provinsi yang menunjukkan kasus terbanyak ada-lah Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal), DKIJakarta (26.326 kasus 33 meninggal), diikuti JawaTimur dan Jawa Tengah. Sebuah penelitian di Cimang-gis, Depok menunjukkan bahwa dalam kurun waktu2005-2008, proporsi kasus infeksi Dengue terbanyakditempati kelompok usia 15 tahun dan terus me-ningkat dari tahun ke tahun.

    Infeksi dengue merupakan penyakit sistemik dandinamis. Penyakit ini memiliki manifestasi klinis yangbervariasi. Pada tahun 2009, WHO mengusulkanklasifikasi dengue berdasarkan derajat keparahan pe-nyakit dimana infeksi dengue dibagi menjadi dua yak-ni infeksi dengue dengan atau tanpa tanda bahayadan infeksi dengue berat.

    Setelah masa inkubasi berakhir,perjalanan penyak-it dengue berlangsung cepat dan dapat dibagi menja-di 3 fase, yakni fase demam, kritis, dan pemulihan.Karakteristik dari setiap fase dapat dilihat pada tabeldibawah ini.

    Bagaimana dengan pemeriksaan darah rutin? Darigrafik di atas, menunjukan bahwa pada hari 1-2 de-mam umumnya belum ada perubahan parameter pa-da pemeriksaan darah rutin. Namun demikian, kitadapat meminta dilakukan pemeriksaan darah (darahperifer lengkap) sebagai data dasar. Selanjutnya sela-ma pasien rawat jalan dapat dilakukan pemeriksaanserial per 24 jam. Yang perlu diwaspadai adalah per-ubahan paramenter khususnya hematokrit, trombositdan leukosit. Jika terdapat peningkatan nilai Hemato-krit atau penurunan nilai Trombosit atau Leukosit kitadapat melakukan pemeriksaan serial per 12 jam. Pe-ningkatan Hematorit > 20% atau trombosit dibawah100.000 merupakan indikasi untuk pasien dirawatinap.

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mem-bantu diagnosis DD/DBD antara lain pemeriksaanNS-1, IgM, dan IgG anti-Dengue. Penting untuk dike-tahui apa apakah pasien menderita infeksi primeratau sekunder. Pada infeksi primer, NS-1 dapat ter-deteksi sejak hari pertama sampai hari ke-9 demam.Sedangkan IgM baru terdeteksi kurang lebih mulaihari ke-5 dan disusul IgG sekitar hari ke-9. Berbedadengan infeksi primer, pada infeksi sekunder kadar

    NS-1 akan turun dengancepat sampai tahap tidakterditeksi begitu kadarIgG meningkat yaitu seki-tar hari 1-2 demam.Dapat disimpulkan pe-meriksaan NS-1 berman-faat untuk membantudiagnosis dini DD/DBD(hari 1-2 demam) namunhasil negatif tidak me-nyingkirkan diagnosisDD/DBD terutama padainfeksi sekunder dimanatiter IgG sudah me-ningkat pada awal de-mam.

    Pada perawatan di ru-mah sakit, pemeriksaandarah serial dilakukan

    minimal per 24 jam sampaipasien melewati fase kritis.Jika ditemukan tanda-tandakebocoran plasma tersebutmaka dilakukan pengawasanyang lebih intensif (per 12/8jam). Pada hari ke-6 demamdisarankan untuk dilakukanpemeriksaan darah per 12jam karena biasanya padaakhir fase kritis diperlukanpengawasan yang lebih in-tensif

    Berdasarkan manifestasiklinis dan kondisi penyertalain, WHO mengelompokantatalaksana pasien menjadi3 kelompok yakni A,B, dan C.Kelompok pertama, A, me-rupakan kelompok pasienyang dapat menjalani rawatjalan. Pasien yang masukkelompok ini adalah pasienyang bisa mendapatkan in-

    take cairan per oral yang adekuat, BAK sekurang-ku-rangnya setiap 6 jam, dan tidak menunjukan tandabahaya/warning signs. Kelompok B adalah kelompokpasien sebaiknya dirujuk untuk rawat inap di rumahsakit yakni pasien dengan tanda bahaya, mendekatifase kritis, dan memiliki kondisi yang perlu menda-patkan perhatian khusus seperti kehamilan, usiatuam obesitas, DM, dan gagal ginjal. Sedangkan ke-lompok C merupakan kelompok pasien yang perlumendapatkan tatalaksana darurat yakni pasien de-ngan infeksi dengue berat/severe dengue.

    Dalam menatalaksana pasien dengue, juga perludiperhatikan sedang dalam fase apakah pasien terse-but. Setiap fase memiliki masalah klinis yang berba-haya untuk pasien. Pada fase demam, sering terjadidehidrasi. Sedangkan pada fase kritis dapat terjadirenjatan akibat kebocoran plasma dan perdarahanmasih. Pada fase pemulihan juga dapat terjadi masa-lah klinis berupa hipervolemia jika pasien diberikanterapi cairan yang berlebihan. Penyebab kelebihancairan pada infeksi Dengue antara lain akibat pem-berian cairan yang berlebih selama 24-48 jam setelahturunnya demam, yaitu saat kebocoran plasma diang-gap sudah berhenti. Pada fase ini terjadi reabsorpsiplasma yang sebelumnya mengalami ekstravasasidari ruang interstisial sehingga pemberian cairanintravena yang berlebihan akan memperberat timbul-nya kelebihan cairan. Kelebihan cairan akan masukke dalam ruang pleura dan abdomen dan dapat men-gakibatkan efusi pleura, edema paru, asites sertagagal nafas yang akan meningkatkan lama perawatandan mortalitas.Pada pasien dengan gagal jantung,gagal ginjal, atau sirosis hati terapi cairan perlu dila-kukan lebih cermat karena pada pasien dengan pe-nyakit tersebut tidak dapat mentolerasi kelebihancairan dengan baik. Kondisi-kondisi tersebut bukanmerupakan kontraindikasi pemberian cairan pada pa-sien DBD. Namun perlu pemantauan lebih ketat untukmencegah kelebihan cairan yang dapat berakibat fatalbagi pasien dengan gangguan fungsi jantung, ginjal,dan hati.

    (Naskah lengkap dan sumber pustaka ada pada penulis)

    INFO MEDIS12 Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    DR.Dr. Suhendro,SpPD,K-PTI, FINASIMDivisi Infeksi Tropik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI-RSCM

    TatalaksanaDengue Hemorrhagic Fever

  • 13KABAR CABANG

    Aktivitas PAPDI kian hari kian dinamis. Geliatnyabukan hanya terasa di pusat, tapi juga di ca-bang-cabang seluruh Indonesia. Berbagai kegiat-an ilmiah dan internal organisasi baik di pusatmaupun cabang terus bergulir. PAPDI cabang Pur-wokerto misalnya. Cabang Karesidenan Banyumas initelah mengagendakan beberapa seminar yang dituju-kan untuk para dokter, terutama internis, diantaranyasimposium yang bertema Comprehensive Manage-ment of Lipid Disorders and Hypertension in DailyPractice. Simposium ini diselenggarakan di Hotel

    Dynasti, Purwokerto, 13 November 2010 lalu,dengan mengundang para pembicara sepertiKetua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo,SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, Wakil SekretarisJenderal PB PAPDI Dr. Sally A. Nasution SpPD, K-KV, FINASIM, DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, Dr. MaruhumBonar Hasiholan Marbun, SpPD, K-GH, dan Dr.Bowo, SpPD, K-EMD, FINASIM.

    Menurut Ketua cabang Purwokerto Dr. I GedeArinton, SpPD, K-GEH, FINASIM, kegiatan ilmiahini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuandan ketrampilan para internis dan dokter umumsetempat. Acara itu dihadiri sekitar 100 pesertadari dokter umum dan anggota PAPDI cabangKaresidenan Banyumas yang terdiri dari empatwilayah kabupaten yakni Banyumas, Cilacap,Banjarnegara, dan Purbalingga. Kami ingin para dok-ter ini dapat meningkatkan kemampuannya, ujar Dr.Arinton.

    Lebih lanjut, Dr. Arinton mengatakan kegiatan il-miah juga akan mengangkat tema-tema lain yang upto date. Tema tentang nutrisi klinik, misalnya, yangakan diselenggarakan Maret mendatang. Di samping

    para internis memiliki kecakapan dalam bidangnya,Dr. Arinton mengaku memasang target delapan kon-sultan pada tahun 2014. Untuk itu, dalam waktu de-kat enam orang dokter spesialis penyakit dalam akandiikutkan pendidikan konsultan. Ia pun berharap de-ngan didirikan Fakultas Kedokteran di Universitas Jen-deral Soedirman, Purwokerto, sejak 2001, programpendidikan dokter spesialis (PPDS) bisa ditingkatkanmelalui edukasi-edukasi yang memadai.

    (HI)

    Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    PAPDI cabang Banten menyelenggarakan RapatKerja (RAKER) Tahun 2011, pada 4 6 Februari2011 lalu di Hard Rock Hotel Bali. Sidang organi-sasi dipimpin oleh Ketua PAPDI cabang BantenDr. Muthalib Abdullah, SpPD, FINASIM dan diikuti oleh15 pengurus PAPDI cabang. Raker ini membahas per-soalan-persoalan internal dan eksternal organisasiserta program kerja selama tahun 2011. Di sela-selaraker, panitia menyuguhkan sesi ilmiah yang meng-

    angkat tema Starting and Further Intensification withAnalogue Insulin In Type 2 dengan menghadirkanpembicara Prof. DR. Dr. Ketut Suastika, SpPD,K-EMD, FINASIM.

    Seperti diketahui, PAPDI cabang Banten merupa-kan salah satu cabang yang aktif dan solid. Di tahun2010 lalu, PAPDI cabang Banten telah menyelengga-rakan beberapa kegiatan ilmiah, diantaranya simpo-

    sium di bidang endokrinologi, kardiologi, hematologi,alergi imunologi dan tropik infeksi.

    Sedangkan pada tahun ini PAPDI cabang Bantenberencana akan mengadakan simposium awam dansimposium medis masing-masing dua kali setahun.Rencana yang akan terlaksana dalam waktu dekatadalah simposium tentang Lipid and CV Disease: TheDeadly Link yang akan diselenggarakan pada 2 April2011 bertempat di Hotel Aston, Serpong, Tangerangdengan pembicara DR. Dr. Parlindungan Siregar,SpPD, FINASIM, Dr. Marulam M Panggabean, SpPD,K-KV dan Dr. Ika Prasetya, SpPD, K-KV. FINASIM.

    PENGUMUMANHalo Internis edisi mendatang membukarubrik baru, yaitu :

    O Pojok Tanya Jawab. Rubrik ini dituju-kan bagi sejawat yang ingin berkon-sultasi tentang kasus-kasus yang dite-mui di tempat praktik sejawat

    O Surat Pembaca. Kami menerima ma-sukan berupa kritik, saran serta tang-gapan lain seputar tabloid ini. Disam-ping itu, kami juga menerima opini se-putar hal-hal yang berkaitan dengankedokteran.

    Kirimkan pertanyaan, kritik, saran,tanggapan, atau opini Anda ke:

    Kantor PB PAPDIGedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B,Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng, Jakarta 10350. Telp. (021) 2300818; Fax. (021) 2300688, 2300755Website: www.pbpapdi.orgE-mail: [email protected]

    Rapat KerjaPAPDI Cabang Banten

    Foto bersama peserta Raker PAPDI Cabang Banten.

    Simposium yang bertema Comprehensive Management of Lipid Disordersand Hypertension in Daily Practice, di Hotel Dynasti, Purwokerto.

    Simposium ilmiah di bidang Endokrinologi, Kardiologi dan Hematologi, diLido Lakes Resort & Conference, 20-12 November 2010 lalu dengan pem-bicara Prof. DR. Dr. Sidartawan Soegondo, SpPD, K-EMD, FACE, FINASIM,Dr. Dono Antono, SpPD, K-KV, FINASIM serta DR. Dr. Noorwati Sutandyo,SpPD, K-HOM yang dihadiri sekitar 30 anggota PAPDI Banten.

    Acara MEDSKUP dibidang alergi imunologi dan tropik infeksi di HotelAston, Serpong, Tangerang, pada 27 November 2010 lalu dengan pembi-cara Prof. DR. Dr. Karnen Bratawidjaja, SpPD, K-AI, FINASIM, DR. Dr. IrisRenggganis, SpPD, K-AI, FINASIM, Dr. Leonard Nainggolan, SpPD, K-PTIdan Dr. Widayat Djoko, SpPD, K-PTI yang dihadiri sekitar 150 peserta.

    Foto bersama para pembicara Simposium Comprehensive Management of LipidDisorders and Hypertension in Daily Practice

    Dr. I Gede Arinton, SpPD, K-GEH, FINASIM, Ketua PAPDI Cabang Purwokerto

    Targetkan Delapan Konsultan di Tahun 2014

  • 14 KABAR PAPDIHalo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    Kantor Baru PB PAPDIGedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B, Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng, Jakarta 10350. Telp. (021) 2300818, Fax. (021) 2300588, 2300755

    Kantor Baru PB PAPDIKantor Baru PB PAPDIRuangan bernuansa ungu yang tampil apik itu sung-guh terasa nyaman dan lapang. Terletak di lantaisatu sebuah gedung perkantoran tak jauh dariRSCM, di sinilah seluruh kegiatan PAPDI kini berpu-sat. Ya, inilah kantor PB PAPDI. Rumah yang menawar-kan semangat baru untuk seluruh anggota PAPDI diseluruh Indonesia. Sudah lama saya mengharapkanPB PAPDI memiliki kantor sendiri. Hal ini agar semuapengurus dan anggota dapat melaksanakan kegiatandengan lebih nyaman dan tertib, yang dapat mengako-modir seluruh kegiatan PB PAPDI yang semakin harisemakin bertambah, ujar Dr. Sally Aman Nasution,SpPD, K-KV, FINASIM.

    Diharapkan kantor baru ini dapat menjadi tempatuntuk saling bersilaturahim sesama pengurus, pengu-rus dengan para anggota, terutama apabila ada ang-gota yang berkunjung dari daerah (cabang PAPDI). Se-hingga dapat mempererat tali persaudaraan di antarasemua anggota PAPDI di Indonesia, tambah WakilSekretaris Jendral PB PAPDI ini menyampaikan harap-annya. Selamat datang di rumah baru PAPDI, kamimenunggu para sejawat di sini.

    Sambutan oleh DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACPpada acara tasyakuran kantor baru PB PAPDI.

    Pemotongan kue oleh DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM,FINASIM, FACP pada acara tasyakuran kantor baru PB PAPDI.Foto bersama di front office kantor baru PB PAPDI.

    PAPDI Store menyediakan pernak-pernik denganberlogokan PAPDI. Merchandise ini untuk mensosia-lisasikan logo PAPDI sebagai suatu merek yang telahdipatenkan, di kalangan sejawat, terutama internis.Dengan begitu semoga PAPDI lebih dekat lagi di hatianggotanya.

    Untuk pemesananHubungi (021) 2300818

    PAPDI Merchandise

    www.pbpapdi.orgwww.cmepapdi.comwww.pbpapdi.org

    www.cmepapdi.com

  • 15KABAR PAPDI

    Tetes air mata negeri bahkan belum kering olah duka air bah Wasior. Begitu pulaoleh amukan ombak yang mencipta Tsunami di sebuah pulau kecil bernamaMentawai. Lagi-lagi, duka menghampiri bumi pertiwi. Gunung Merapi yang telahtegak ribuan tahun dengan sekian mitologi yang menyeliputinya seketika memu-ntahkan laharnya kembali pada 26 Oktober 2010. Awan panas atau wedus gembelmenerjang rumah-rumah dan hanya menyisakan puing-puing, memusnahkan warga,mematikan pepohonan, menghitamkan tanah dan bebatuan sehingga yang tersisahanya satu: duka pedih nan pilu. Tangisan kepedihan dari warga yang tinggal dise-kitarnya nyaris tak dapat terelakkan. Ribuan orang mengungsi. Ribuan rumah diting-galkan. Ribuan ternak dan ladang dibiarkan terbengkalai demi satu hal: Menyela-matkan diri.

    Tak sekadar masalah tempat tinggal untuk mengungsi yang mereka hadapi. Takjuga sebatas kendala pasokan makanan sehari-hari karena mereka tidak lagi dapatbekerja. Tapi permasalahan kesehatan yang juga menghantui. Penyakit pernapasanataupun iritasi mata akibat debu vulkanik ataupun beragam penyakit lainnya mem-bayangi para pengungsi. Sebagai bagian layanan medis tanah air, PAPDI-MedicalRelief , tidak tinggal diam. Organisasi sosial kemanusiaan untuk tanggap bencanayang digawangi oleh PB PAPDI ini ikut peduli dengan menerjunkan beberapa timnyake lokasi bencana.

    Beberapa upaya dirancang untuk menangani permasalahan kesehatan terkait.Tak hanya menjaga stok khusus obat-obatan seperti obat tetes mata, obat batuk,alergi dan antibiotik, kebutuhan harian pengungsi juga ikut mendapat perhatian.Mulai kenyamanan tempat mengungsi hingga menjaga ketersediaan Mandi CuciKakus (MCK) yang memadai.

    Kebutuhan psikologis pengungsi agar tetap nyaman juga tak lepas dari perhatian.Beragam buku bacaan, mainan serta kelompok-kelompok bermain dibentuk untukmengatasi trauma pada anak-anak. Pasien usia lanjut diberi alat sulam untukmengisi kegiatan. Mereka juga diikutkan aktifitas pengajian agar tetap selaluberpikir. Semua tindakan ini tak lain adalah untuk mencegah agar para pengungsijangan sampai jatuh sakit dan tetap berada dalam keadaan sehat, papar DR. Dr.Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, FINASIM, MMB humas PAPDI-Medical Relief. (HI)

    Halo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

  • 16 KABAR PAPDIHalo Internis Q Edisi 18 Q April 2011

    P rofessor Guido Tytgat sudah tidakasing lagi di lingkungan FKUI ter-utama di bagian gastrohepatologi.FKUI dan Tytgyat telah menjalin se-jarah selama beberapa tahun ini, ter-utama karena Tytgat menjadi promoterbeberapa staf pengajar FKUI yang te-ngah melakukan studi di University ofAmsterdam, Belanda di antaranya ada-lah Dr. Marcellus Simadibrata, SpPD-KGEH, PhD, FACG, FINASIM. Tytgat punkerap datang ke FKUI untuk berbicaratentang gastrohepatologi, baik dalamforum seminar yang cukup besar mau-pun sesi-sesi kecil dengan para maha-siswa S1 Kedokteran.

    Akhir tahun lalu, Tytgat kembali da-tang ke Jakarta, untuk membagi ilmunyadi bidang gastrohepatologi. Di sebuahruang di divisi hepatologi, sejumlah ma-

    hasiswa mengelilinginya, untuk men-dengarkan ilmu gastrohepatologi. Be-berapa mahasiswa memaparkan ka-sus-kasus dan Tytgat memberi komen-tar terhadap tindakan kasus tersebutatau jawaban terhadap pertanyaanyang diajukan. Suara baritonnya terde-ngar lugas dalam memberikan pan-dangan-pandangannya. Medicine isthe art, adalah kesimpulan umumTytgat tentang semua kasus tersebut.

    Professor Guido Tytgat lulus darisekolah medis di University of Lou-vain, Belgia dengan predikat MaksimaCum Laude pada bulan Juli 1963 danselanjutnya mendapat gelar PhD diUniversity of Louvain pada bulan Juli1971. Tytgat memulai training post-graduate sebagai Fellow di bagian Pe-nyakit Dalam Rumah Sakit St. Rafael

    dengan didanai oleh Belgian Fund forScientific Research. Ia kemudian meng-ambil riset postdoctoral di University ofWashington, Seattle sebelum ditunjuksebagai Visiting Medical Scientist tahun1969.

    Professor Tytgat selanjutnya kembalike Eropa sebagai pengajar di Gastroen-terologi dan diangkat sebagai Kepala Di-visi Gastroenterologi dan Hepatologi,University of Amsterdam, Belanda padaSeptember 1971 dan ditunjuk sebagaiKonsultan bidang Gastroenterologi diAcademic Medical Centre, Amsterdam.Selanjutnya ia mendapatkan gelar Pro-fessor di bidang Gastroenterologi, Uni-versity of Amsterdam bulan Agustus1976, dan tahun 2003 mendapatkangelar Emeritus Professor.

    Professor Tytgat menjadi anggota be-berapa organisasi ilmiah termasuk Ro-yal Dutch Academy of Science dan men-jadi Editorial Board jurnal-jurnal ter-kemuka di dunia. Salah satunya, Tytgatmenjadi Honorary Editors di jurnal ActaMedica Indonesiana.

    Ruang Simple Unique lantai limaHotel Harris, Jakarta masih riuhhingga tengah malam, dini hari.Beberapa internis utusan dari 34cabang PAPDI seluruh Indonesia beser-ta pengurus besar PAPDI urun rembugdi sana, menggelar rapat kerja nasion-al PAPDI (Rakernas PAPDI) 2011 pada19-20 Februari 2011 lalu. Rapat kianmenghangat meski malam telah larut.Disini bebas berekspresi, kita salingmenghormati kebhinnekaan. Tapi kelu-ar tetap satu kata, ujar Ketua UmumPB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD,K-HOM, FINASIM, FACP dengan nadategas.

    Rakernas ini kali kedua diselenggara-kan PB PAPDI d bawah Ketua UmumDR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD,K-HOM,FINASIM, FACP. Beberapa isu-isu strate-gis dunia kedokteran Indonesia teruta-ma soal pendidikan spesialis dan ku-

    rangnya dokter spesialis di daerah men-jadi perhatian serius, disamping masa-lah internal organisasi lainnya. Untukmemperoleh informasi shohih, rakernastersebut menghadirkan narasumber dariinstansi terkait diantaranya dari Direkturjenderal Bina Upaya Kesehatan Kemen-terian Kesehatan Dr. Supriyantoro, SpP,MARS, anggota Komisi IX DPR Dr. SuryaChandra Surapaty, MPH, PhD, dan StafKhusus Direktorat Pendidikan Tinggi Ke-menterian Pendidikan Bidang Kedokter-an dan Kesehatan Arsitawati P. Raharjo.

    Dalam kesempatan itu Dr. Supriyan-toro mempresentasikan tema Perce-patan Kebutuhan dokter Spesialis di

    RSU Daerah. Dalam paparannya, iamengatakan, kebutuhan dokter spesia-lis terutama di daerah masih besar. Ku-rangnya minat dokter spesialis untukbekerja di daerah, menurutnya, di-karenakan sarana kesehatan kurang

    mendukung untuk melakukanpraktik bagi dokter spesialisdan insentif yang kurangmenarik dari pemerintah. Ka-rena terbatasnya anggaran Kemenkes,ujar