grayscale edisi 7/2012

16
Edisi Ketujuh 2012 Ekspansi budaya pop korea : hal 6 Diplomasi Kultural aplikasi dari soft power international kah ? (hal 4 )

Upload: himpunan-mahasiswa-ilmu-politik-universitas-indonesia

Post on 23-Mar-2016

243 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Buletin HMIP UI Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

TRANSCRIPT

Edisi Ketujuh 2012

Ekspansi budayapop korea : hal 6

Diplomasi Kulturalaplikasi dari soft powerinternational kah ?(hal 4 )

2

Berbicara politik tidak cukup hanya dengan melihatnya sebagai entitas yang berdiri sendiri. Berbagai perspektif turut mempengaruhinya; termasuk budaya. Budaya menjadi sesuatu yang berharga yang merupakan bagian dari persepsi kita tentang berbagai hal di sekeliling kita. Budaya bergantung pada darimana kita melihat kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya telah menyatukan kita. Kita telah membentuknya seperti sebagaimana kita mencintainya. Namun budaya tidak hanya tentang kita, tapi juga mereka.

Semakin kita mengetahui budaya lain, semakin terbuka cara pandang dan pikir kita, maka akan menjadikan kita semakin toleran dan global. Meskipun berbagai budaya yang ada di dunia ini berbeda-beda, hal tersebut justru akan menumbuhkan respek dan pemahaman yang kemudian menjadikan kita manusia yang sesungguhnya.

Mendasari hal tersebutlah, maka berbagai fenomena politik mencoba diangkat dengan sentuhan budaya yang sedikit banyak telah mempengaruhinya. Seperti diplomasi kultural yang kini menjadi suatu pilihan dalam menyampaikan kepentingan politik yang lebih mengarah pada soft power, korea pop yang menjadi pop culture paling mendunia saat ini dan siapa sangka k-pop turut menjadi jembatan bagi kepent ingan pol i t ik , perkembangan dunia hiburan Indonesia sekarang yang membentuk remaja galau masa kini dan tidak terlepas dari peran kontrol pemerintah, serta tidak lupa Grayscale mengangkat tentang seki las budaya kebanggaan Indonesia yang akan semakin menumbuhkan kecintaan kita terhadap Indonesia. Dan dari balik pengpol, Grayscale menyuguhkan budaya dalam HMIP FISIP UI yang coba ditanamkan melalui rangkaian kegiatan mahasiswa baru Ilmu Politik UI: Organization and Academic Training (OAT).

Selamat membaca!

Pemimpin Redaksi

Rista Monica Giarno Putri

Editorial

Penerbit : Bidang Humas HMIP FISIP UIPenanggung jawab : Cecep Hidayat, S.IP, IMRIPemimpin Redaksi : Rista Monica Giarno PutriRedaktur Pelaksana : Jehian GintingRedaktur Artistik : Fajar Imam ZarkasyiTim Kreatif : Gilang Sasmoyo, Ika KartikaFebriana, Moh Rizal Assalam, Citamia IhsanaKontributor : Gilang Sasmoyo,Harishmawan Heryadi, Irhamna, Izzan Fathurrahman, Jamalianuri,Jeany Hartriani, Miftah Khairi Amrillah,Risang Asmoro JatiSirkulasi : Anindita Nur Apsari, MiftahArdhian

FB : Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik 2012Twitter : @hmipuiBlog : hmipui.blogspot.comEmail : [email protected]

GRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

Edisi Ketujuh 2012

Ekspansi budayapop korea : hal 6

Diplomasi Kulturalaplikasi dari soft powerinternational kah ?(hal 4 )

Pol Event

3

SELAMAT DAN SUKSES

WISUDAWAN DAN WISUDAWATI ILMU POLITIK 2012

Berkaryalah untuk bangsa !

UpCoomingEvent

27 September

Sore Politik 3

15 Oktober

Kompres Maba

1-19 Oktober

Olimfis20 November

Hijab and Beauty

Class

UnduhGrayscale

digitaldi http://hmipui.blogspot.com

GRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

Pemasangan iklan

hubungi

Jay : 087780018572

Monic : 082137788027

e i r i n g d e n g a n a r u s perkembangan globalisasi, Stentunya masyarakat dunia

harus terus beradaptasi dengan kondisi tersebut, termasuk dalam hal strategi politik Internasional. Dalam rangka meningkatkan bargain, mencapai target pertumbuhan dan perkembangan, serta memperlancar tercapainya kepentingan negara, strategi yang mengedepankan hard power mulai berangsur-angsur di tinggalkan dan bergeser kearah strategi yang mengedepankan soft power. Apa sih sebenernya hard power dan soft power itu?

Menurut Joseph Nye dalam bukunya Soft Power: The Means to Success in World Politics (2004), hard power, secara sederhana dapat diartikan sebagai kontrol tingkah laku seseorang dengan menggunakan mekanisme hukuman atau penghargaan. Strategi ini dalam realitanya dapat diaplikasikan dengan menggunakan perangkat militer atau kekuatan ekonomi suatu negara. Sedangkan soft power dapat di artikan sebagai perubahan pola pikir serta paradigma seseorang yang

pada akhirnya akan mempengaruhi tingkah lakunya, melalui cara-cara yang bahkan seringkali tidak disadari.

Jika di analisa lebih lanjut soft power sesungguhnya dapat berupa budaya, ide, nilai, citra, ataupun prestasi yang dimiliki suatu negara yang dapat dijadikan sebagai nilai tambah serta disebarluaskan dalam masyarakat internasional demi kepentingan negara tersebut. Yang menjadikan soft power dapat menjadi kekuatan yang luar biasa bagi suatu negara adalah karena fokus tujuannya adalah kontrol terdahap pikiran serta pola pikir dan seringkali prosesnya tidak disadari. Selain itu, biasanya soft power menjelma sebagai pop culture yang dekat dan berinteraksi langsung dengan masyarakat.

Kenapa ya gangnam style saat ini menjadi sangat populer? Kenapa ya super junior dan girl's generation menimbulkan dampak yang sangat besar sehingga menginspirasi bermunculannya banyak boy band dan girld band di Indonesia? Kenapa ya saat ini Mc Donalds, KFC, atau starbucks sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat

Diplomasi Kultural : Aplikasi Soft PowerDalam Dunia Internasional

oleh : Gilang Sasmoyo

Gradation

4

sumber : Dokumen internet

GRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

I n d o n e s i a ? J a w a b a n d a r i pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah karena hal tersebut merupakan pop culture yang terwujud dalam bentuk musik, tayangan televisi, film, makanan atau apapun yang dianggap menarik, disukai, dan bersentuhan langsung dengan keseharian masyarakat. Hal-hal tersebut mempunyai dampak dan kekuatan yang sangat besar untuk mengubah pola pikir dan tingkah laku masyarakat.

Sadar dengan potensi yang begitu besar dari soft power itu sendiri, baru-baru ini mulai muncul ide segar mengenai konsep dan aplikasi diplomasi kultural dalam rangka penyelesaian konflik ataupun memperkuat relasi antar negara. Diplomasi kultural dapat d ikatakan merupakan turunan atau penerapan dari soft power dalam bidang diplomasi internasional. Dr. Milton C. Cummings mengatakan bahwa diplomasi kultural merupakan proses tukar menukar ide, informasi, nilai, sistem, tradisi, kepercayaan, kesenian dan aspek lain dari kebudayaan untuk menciptakan toleransi dan saling pengertian demi terwujudnya perdamaian.

Terkait dengan hal ini, pernah nggak kita berpikir, kenapa sih di tahun 2012 ini London mau menjadi tuan rumah Olympics dan Paralympics? Atau kenapa di tahun 2014 Brazil secara sukarela menjadi tuan rumah piala dunia? Jika dianalisis lebih lanjut hal ini bukan hanya agar para atlet atau pemain yang berlaga mendapat dukungan penuh dari para supporter ataupun tidak perlu beradaptasi lagi dengan kondisi venue pertandingan. Tetapi lebih jauh lagi, dibalik hal tersebut ada strategi dan kepentingan politik suatu negara yang merupakan suatu bentuk aplikasi dari diplomasi kultural lewat sebuah bidang yang dekat dengan masyarakat, yaitu olahraga. Hal ini bisa terlihat secara sederhana setiap opening dan closing ceremony dari berbagai perhelatan tersebut, hal-hal yang ditonjolkan pasti adalah budaya, tradisi, ataupun keunggulan dari sang negara tuan rumah. Hal ini dilakukan sebagai ajang “promosi” negara di saat negaranya menjadi sorotan atau pusat

perhatian demi membangun citra positif dan meningkatkan bargain di dunia internasional.

Walaupun demikian, penggunaan soft power dalam kancah politik internasional masih menimbulkan berbagai kontroversi. Terdapat pandangan bahwa sesungguhnya soft power hanya alat bagi negara barat untuk melakukan hegemoni atau lebih ekstrim lagi neo kolonialisme kepada negara-negara berkembang demi tercapainya kepentingan dari negara-negara tersebut. Dengan kekuatan yang mempengaruhi pola pikir tersebut, negara barat membangun pasar dengan komposisi masyarakat konsumtif di negara berkembang. Citra yang dibangun adalah, budaya barat merupakan budaya modern yang merupakan perwujudan dari masyarakat yang beradab. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan politik dimana negara barat dijadikan patokan atau rujukan perkembangan negara. Proses ini dikenal sebagai westernisasi yang dampak lanjutannya negara tersebut akan sangat tergantung dan berada di bawah kontrol negara barat.

Sebagai generasi muda dengan pola pikir yang semakin terbuka, adalah hal yang wajar jika kita bersikap kritis dalam menerima segala dampak dari globalisasi. Salah satunya berupa masuknya kebudayaan asing dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hal yang salah jika kita mengenal budaya dari masyarakat di berbagai belahan dunia. Karena hal tersebut justru akan menjadikan kita manusia yang lebih toleran terhadap perbedaan. Namun bukan berarti kemudian kita melupakan kebudayaan bangsa sendiri . Melalui diplomasi kultural, kita juga memiliki kesempatan untuk lebih meningkatkan bargain Indonesia di mata Internasional. Dan itu bisa dimulai dengan hanya jika kita mengenal lebih baik kebudayaan bangsa kita sendiri: Indonesia.

Gradation

5

ni bukan tulisan ilmiah, ini hanya sekedar cerita tentang ekspansi Ibudaya Korea, dan Korea dalam

tulisan ini merujuk kepada Republik Korea Selatan.

Ekspansi budaya pop Korea atau beberapa orang menyebutnya dengan Korean Wave sebenarnya telah dimulai pada dekade 1990an, tapi pada masa tersebut,

ekspansi masih sebatas China dan negara tetangga. Untuk kasus Indonesia gue membagi Korean Wave atau Hallyu menjadi dua periode. Periode pertama gue sebut dengan periode drama. Kenapa? Karena komoditas utama yang bisa dinikmati oleh orang Indonesia pada saat itu mayoritas berbentuk drama, semacam sinetron yang memang disukai rakyat republik ini. Periode ini berlangsung dari sekitar tahun 2000 sampai dengan tahun 2005, dimulai dengan Winter Sonata, dilanjutkan dengan Stairway to Heaven, Endless Love, kemudian Full House *menurut gue ini salah satu yang terbaik* dan ditutup dengan serial Sassy Girl (Chun-Hyang). Tahun 2006 sampai 2008 gue sebut sebagai dark age nya K-Wave di Indonesia, pada tahun ini tidak muncul drama yang fenomenal, gue juga tidak tahu alasannya apa. Tapi, di Korea sana, tahun 2006-2008 adalah tahun yang penting. Pada rentangan tahun tersebutlah orang-orang yang sekarang dikenal dengan istilah Hallyu-Star memulai debut mereka. Periode kedua dimulai pada tahun 2008 sampai dengan saat ini, periode ini pada

Tak disangka gerakansemacam ini bisa menduniainilah salah satu contohbagaimana demam koreamenyebar di dunia

Ekspansi Budaya Korea :Sebuah CeritaSederhana

UnderlinedGRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

6

sumber : Dokumen internet

Oleh : Irhamna

awalnya kembali dimulai dengan drama berjudul Boys Before Flowers, tetapi gue menyebut periode ini sebagai periode musik. Pada periode ini kita mengenal nama-nama seperti Girls Generation, Super Junior, 2PM, DBSK, Big Bang, f(x), T-ara, 2NE1 dan yang lain *daftar ini masih sangat panjang, karena keterbatasan karakter silahkan meminta bantuan Google*. Oia, jangan lupa sama si Oppa Gangnam Style, PSY!

Cukup dengan sejarah, sekarang gue coba melihat ini dari sudut pandang lain. Pernahkah kalian membayangkan bahwa K-Pop pernah dijadikan alat kampanye politik? Pemilihan Umum tahun 2010 di Korea pernah melibatkan Girls Generation sebagai salah satu bagian dari kampanye politik, lebih tepatnya mereka didaulat untuk menyanyikan lagu Pemilu. Lagu Pemilu yang gue maksud disini itu semacam 'Lima Menit Untuk Lima Tahun'-nya Cokelat (Lagu Pemilu RI 2009). Kenapa harus SNSD? Menurut gue alasannya sederhana, pemerintah Korea menginginkan adanya peningkatan partisipasi politik. SNSD dipilih karena mewakili golongan pemilih pemula, golongan yang menurut gue tingkat partisipasi politiknya masih rendah, entah karena apatis atau apapun itu alasannya. Pemilihan icon dari kelompok usia mereka diharapkan dapat meningkatkan partisipasi politik mereka. Lebih jauh kalian bisa coba tonton sendiri klip mereka, judulnya “Lalala (Vote Song)”. Sebenernya, gue mulai takut kalau KPU tiba-tiba mengontak CherryBelle dan mempraktikan ini di Pemilu 2014.

Ketika ekspansi mereka berhasil lintas benua menuju Eropa dan Amerika, dan diterima dengan baik, apa yang sebenarnya terjadi? Beberapa orang yang optimis menyebutnya dengan salah satu tanda bahwa akan terjadi global shifting, semacam perubahan kiblat dalam dunia hiburan. Terdengar terlalu hebat? Gue juga berpikir seperti itu. Gue hanya melihat ini sebagai sebuah fenomena, yang hanya akan bertahan dalam mungkin dua atau tiga tahun lagi, atau selama ekonomi Korea tumbuh dengan baik. Karena ternyata ekspansi budaya memiliki relasi dengan ekspansi ekonomi negara

bersangkutan. Walaupun demikian, gue juga tidak menutup mata kalau mereka cukup berhasil dalam melakukan ekpansi budaya mereka, setidaknya kita bisa melihat bahwa sekarang di sekitar kita orang-orang mulai menjadikan Korea sebagai apa yang disebut Manuell Castels sebagai project identity, yaitu pembentukan sebuah identitas baru yang mendefinisikan ulang posisi mereka dalam masyarakat, yang biasanya mengkonstruksi kelompok identitas yang menjadi dominan dalam masyarakat (Castels,2004). Gejala ini bisa kita lihat dalam sebagian musik Indonesia saat i n i , b a g a i m a n a m e r e k a m e n c o b a 'memproyeksikan' diri mereka seperti Hallyu-Star.

Masih banyak sebenarnya cerita-cerita menarik dibalik ekspansi budaya pop Korea ini, tapi sayang tidak bisa gue tulis karena keterbatasan karakter dan deadline, mungkin nanti kita bisa berbagi di Pengpol sambil menikmati MV baru SNSD, Annyeong!

IrhamnaPenulis yang sedang mencoba move on

dari SNSD ke T-A7

Underlined

7

sumber : Dokumen internet

GRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

Condolence

8

Kami segenap Keluarga BesarHimpunan Mahasiswa Ilmu Politik

turut berduka cita atas wafatnyaSalah satu Guru Terbaik Kami

Prof. Dr. Ahmad Suheli, MAdan salah satu teman terbaik kami

Alvina DianitaMahasiswi Ilmu Politik 2010.

Semoga segala apa yang telahmereka kerjakan

dapat menjadi Amal Ibadahdi Sisinya

amin..

IN MEMORIAM

GRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

aat ini tidak bisa dipungkiri bahwa dunia hiburan Indonesia tengah Smengalami perkembangan pesat

dengan mengadopsi nilai-nilai seni dan hiburan dari budaya luar. Dunia hiburan yang dimaksud meliputi musik dan acara-acara televisi yang dimana keduanya memiliki nilai komoditas yang sangat menjual bagi para pelaku bisnis di ranah industri hiburan. Namun sayangnya, terkadang tema yang ditawarkan oleh industri hiburan kita belum sesuai dengan umur konsumen yang menikmati, dalam konteks ini yaitu anak-anak. Tema dewasa seperti percintaan kerap menjadi tema utama yang menginvasi layar televisi kita. Anak-anak yang belum cukup umur pun dipaksa menerima hiburan-hiburan bertemakan cinta tersebut tanpa memikirkan dampak kedepannya bagi perkembangan dan pola pikir anak tersebut.

Mungkin telah akrab di penglihatan dan pendengaran kita sinetron anak-anak yang menjamur di televisi. Jika dilihat dari labelnya yaitu sinetron anak-anak dengan apa yang disampaikan oleh sinetron tersebut, maka akan didapatkan sebuah paradoks yang miris. Sinetron-sinetron tersebut menggunakan label anak-anak, tetapi apa yang disampaikan oleh sinetron tersebut bisa dibilang akan banyak mensugesti dan memberi pengaruh negatif pada anak. Kenapa?

Pertama, karena sinetron tersebut rata-rata mengusung tema percintaan yang belum sesuai dengan umur anak-anak. Kedua, adegan sinteron tersebut seringkal i menonjolkan pergaulan yang tidak sehat. Dalam sinetron anak-anak hampir pasti selalu ada pengkotak-kotakkan atau gank-gank anak yang saling bermusuhan. Dan celakanya, t e r k a d a n g y a n g m e l a t a r b e l a k a n g i permusuhan kelompok anak-anak dalam

sinetron tersebut adalah hal sepele seperti percintaan dan latar belakang sosial. Hal ini tentu cukup memprihatinkan, karena dikhawatirkan dapat mensugesti pola pergaulan yang cenderung memilih-milih teman dan mengajarkan permusuhan pada anak-anak. Sinetron tersebut adalah sinetron anak-anak yang disaksikan oleh anak-anak, hendaknya disesuaikan dengan pola pikir anak-anak. Anak-anak cenderung belum dapat berpikir kritis seperti orang dewasa dan notabene langsung mencerna apa yang didapat secara langsung. Sinetron anak-anak seharusnya dapat memberikan pendidikan tentang pergaulan yang sehat, menonjolkan persatuan dan kekompakan dalam diri anak-anak, bukannya menonjolkan pergaulan yang tidak sehat dan cenderung akan pengkotak-kotakkan. Dikhawatirkan pola pergaulan seperti di atas malah dijadikan model pola pergaulan ideal oleh anak-anak dimana dalam sebuah pergaulan selalu ada permusuhan dan kelompok yang saling bertentangan. Masalah ketiga dari sinteron anak-anak adalah jam tayang. Kebanyakan sinetron anak-anak ditayangkan pada petang hingga malam hari, yang notabene merupakan jam belajar anak. Dikhawatirkan anak-anak akan cenderung malas belajar, lebih memilih untuk menonton televisi.

Selain sinteron, musik anak-anak saat ini juga cukup mengkhawatirkan. Musik anak-anak saat ini cenderung bertemakan cinta yang belum sesuai dengan umur mereka. Miris jika dilihat, justru musik-musik bertema cinta lebih populer dinyanyikan oleh anak-anak pada zaman sekarang, terbukti dengan munculnya boyband cilik yang membawa lagu bertemakan cinta dan celakanya sangat populer di kalangan anak-anak.

Anak-anak belum sepantasnya

Warna

9

Perkembangan Dunia Hiburan dan Pengaruh Negatifnya Pada Anak

Oleh : Izzan Fathurrahman

GRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

mengusung hiburan bertema cinta, karena pola pikir anak-anak belum saatnya digiring untuk mengarah ke tema percintaan yang sangat rumit dimana orang dewasa pun b a n y a k y a n g m a s i h b e l u m m a m p u mengartikannya. Dikhawatirkan pemikiran anak-anak hanya akan terfokus pada pandangan sempit tentang makna cinta serta lebih mengutamakan masalah percintaan dalam kehidupan sehari -harinya dan mengabaikan aspek terpenting seperti pendidikan. Pemaknaan sempit pada makna cinta dikhawatirkan akan menimbulkan pendewasaan dini yang salah pada anak dan menjadi cikal bakal dari menjamurnya remaja “galau” di Indonesia.

Masa anak-anak adalah masa bermain dan penuh kreativitas, oleh sebab itu dalam meningkatkan kreativitas anak maka diperlukan media-media yang mampu mensugesti kreativitas mereka, salah satunya adalah hiburan. Ahli pendidikan Uni Soviet era 1920 - 1930an, Lev Semyonovich Vygotsky mengatakan bahwa faktor lingkungan sosial dan penggunaan bahasa sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu sangat diperlukan hiburan-hiburan yang mampu merangsang perkembangan motorik anak, yang disampaikan dengan bahasa yang sesuai dengan umur mereka sehingga dapat dengan mudah dicerna.

Salah satu faktor berangsur matinya musik dan acara televisi anak mungkin karena tidak adanya kaderisasi dari industri hiburan. Setelah wafatnya komposer musik anak-anak seperti Ibu Sud dan A.T Mahmud serta beranjak dewasanya penyanyi anak-anak seperti Maisy, Joshua, Tasya, dan Trio Kwek-Kwek, sangat sulit menemukan musik anak-anak yang cerdas, yang sarat akan pembelajaran-pembelajaran positif dan sesuai dengan umur mereka. Demikian juga dengan acara televisi, acara-acara kartun pada hari minggu saat ini sudah mulai jarang dan perlahan-lahan digantikan posisinya oleh FTV bertemakan cinta. Serial televisi yang sarat akan nilai sosial seperti Keluarga Cemara juga sudah sangat langka, bahkan Pak Raden dengan si Unyil-nya bisa dikatakan sebagai

orang akhir zaman dari tayangan televisi anak-anak. Memang masih ditemui beberapa acara televisi yang sesuai dengan umur anak-anak, tetapi gaungnya tidak sebesar pada masa kecil kita dahulu, berangsur-angsur terkubur oleh hiburan bertemakan dewasa.

Berangusr matinya hiburan anak tidak bisa sepenuhnya disalahkan pada pelaku industri hiburan tanah air. Karena sebagai b u s i n e s s m a n , m e r e k a t e n t u a k a n menyesuaikan tema dengan selera pasar dan mencari keuntungan semaksimal mungkin. Tapi hendaknya masalah ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk mereka, tidak hanya terpaku pada urusan profit semata. Karena hiburan yang cerdas dan sesuai umur juga penting untuk perkembangan dan pola pikir anak.

Peran pemerintah juga sangat diharapkan dalam mengontrol hiburan bagi anak-anak. Pemerintah telah memiliki badan pengawasan seperti Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). KPI diharapkan mampu menerapkan regulasi yang lebih ketat, terutama mengenai jam tayang sinetron-sinetron anak, menyaring acara-acara televisi yang sesuai dengan batasan umur konsumen, dan menetapkan tayangan yang cerdas bagi anak-anak. Bahkan jika memungkinkan KPI bisa bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang concern pada permasalahan anak, psikolog anak, atau tokoh pemerhati anak seperti Kak Seto dan Kak Nunu untuk menampilkan tayangan televisi yang cerdas dan yang mampu memberi pengaruh positif pada anak.

Pengawasan dari orang tua juga sangat diharapkan. Terutama dalam mengontrol jam menonton anak dan menilai apakah tayangan tersebut sesuai dengan dengan rating umur anak-anak mereka. Pada acara-acara televisi biasanya telah ada rating dari suatu acara, semua umur (SU), remaja-bimbingan orang tua (R-BO), dan dewasa (D). Orang tua diharapkan dapat membimbing anak-anaknya untuk menonton acara yang sesuai batasan umur mereka, sehingga acara-acara televisi tersebut tidak membawa pengaruh negatif pada anak-anak mereka.

Warna

10

GRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

daerah lain seperti Sumatera Barat yang memiliki nagari. Di Sumatera Utara, terdapat beragam etnis yang tentunya menghasilkan kebudayaan yang berbeda. Etnis simalungun misalnya mempunyai Rumah Bolon yang belum tentu ada di etnis-etnis lain. Di Sumatera Barat ada rendang yang masuk ke dalam makanan paling enak dunia :9 dan masih banyak lagi yang sangat khas di daerah lain seperti Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Bangka Belitung dan lain-lain.

Lanjut ke Jawa, ada etnis Jawa yang bisa dibilang memiliki kebudayaan yang sangat kompleks. Wayang, keris, berbagai tarian dan tradisi, semuanya seringkali mencerminkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Selain itu, ada juga etnis Sunda yang punya kirap helaran atau sisingaan yang menjadi pertunjukan rakyat berupa keseniaan arak-arakan. Di Kalimantan, ada suku asli dayak yang memiliki upacara tiwah untuk orang yang meninggal dunia. Di B a l i , k e b u d a y a a n n y a s u d a h s a n g a t termahsyur ke mancanegara. Di Pulau Sulawesi ada lagu daerah seperti Si Patokaan dan O Ina Ni Keke dan alat musik kolintang. Di Papua ada ratusan suku dan tari-tarian yang beragam seperti tari sajojo dan tari balada dan sistem perkawinan yang khas.

Waaah pokoknya masih banyak lagi yang tidak terbahas, yang jelas kalau kita tidak tau apa-apa tentang kebudayaan kita sendiri, jangan ngamuk-ngamuk ketika kebudaayan kita diambil “tetangga”. Mari pahami dan mengenal Indonesia, let's explore! Ciao!

Jika mendengar kata kebudayaan, pasti hal pertama yang ada di otak kita adalah tarian-tarian. Tidak salah sih, tapi sebenarnya kebudayaan lebih luas dari sekedar tarian. Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Sehingga kebudayaan merupakan produk yang dihasilkan oleh masyarakat dalam jangka waktu yang lama.

L a l u , b a g a i m a n a d e n g a n d i Indonesia? Terlepas dari apakah Indonesia sebagai bangsa sudah menghasilkan apa yang disebut dengan kebudayaan, yang jelas Indonesia yang punya banyak sekali kebudayaan yang tersebar di setiap daerah. Mulai dari bahasa, adat istiadat, tarian, makanan, bangunan, dan lain-lain.Dari b a h a s a d a e r a h , d a t a k e m e n d i k n a s menunjukkan bahwa dari 7000 bahasa yang ada di dunia, 10 persennya ada di Indonesia. Sayangnya, bahasa daerah ini sedikit demi sedikit mulai punah karena tidak ada lagi yang menggunakannya. Wow.

Oke, mari kita mulai dengan Sumatera. Di Aceh , kebudayaan yang ada sangat mencerminkan ajaran Is lam, contohnya ada pada tarian saman dan seudati. Selain itu, masyarakat Aceh juga mempunyai sistem yang khas seperti gampong yang pada zaman orba, kekhasan itu dihilangkan dan diseragamkan menjadi desa. Penyeragaman tersebut juga terjadi di

Sekilas Kebudayaan

Indonesia oleh :Jamalianuri

Oase

11

GRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

12

ermasalahan lapangan kerja dan

pengangguran merupakan salah Psatu hal sentral di republik ini.

Dengan semakin bertambahnya jumlah

penduduk, otomatis tuntutan untuk mencari

p e k e r j a a n d e m i

memenuhi kebutuhan juga

semakin meningkat. Hal tersebut

juga berbanding lurus dengan

semakin ketatnya persaingan

untuk mendapatkan pekerjaan.

Paradigma bekerja sebagai

pegawai masih mendominasi

p ik i ran masyarakat k i ta .

P a r a d i g m a i n i k e m u d i a n

membentuk budaya di masyarakat.

Namun, hal tersebut akan menjadi

masalah ketika lapangan pekerjaan

semakin terbatas sedangkan hampir s e b a

g i a n b e s a r m a s y a r a k a t k i t a m a s i h

menggantungkan diri pada pekerjaan sebagai

pegawai. Pemikiran seperti itu harus diubah,

dari seorang pencari kerja menjadi seorang

pemberi kerja. Oleh karena itu, pengembangan

jiwa wirausaha harus mulai disosialisasikan

kepada masyarakat Indonesia. Tenaga kerja

produktif yang jumlahnya banyak ini akan

sangat berguna apabila tingkat kreatifitas

mereka dikembangkan. Tidak ada salahnya

menjadi pengusaha, meskipun tidak selalu

berdasi dan menduduki jabatan tertentu.

Namun

dengan menjadi pengusaha dapat

membuka lapangan kerja bagi masyarakat

lainnya. Menjadi pengusaha tidak hanya

sebatas pada mereka-mereka yang berlatar

belakang pendidikan ekonomi maupun

manajemen. Namun menjadi pengusaha

dapat berasal dari berbagai latar

belakang pendidikan, sehingga

u s a h a y a n g m e r e k a

kembangkan sesuai dengan

disiplin ilmu yang mereka dalami.

Seperti yang saat ini mulai marak

b e r k e m b a n g s e p e r t i

s o c i opreneur, technopreneur, dan

tentu saja enterpreneur. Sehingga

akhirnya, secara perlahan budaya menjadi

pekerja memang harus diubah menjadi

budaya pencipta lapangan kerja, pencipta

peluang bagi diri kita sendiri.

Jeany Hartriani

Ketika Wirausaha Dibudayakandalam Kehidupan Mahasiswa

Oleh : Jeany Hartriani

Place Your

Adv Here

Celoteh

13

GRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

Keeping Up

With HMIP

14

Pertengahan tahun 2012, awal semester

ganjil, tentunya harus dimulai dengan

semangat baru. Namun tentunya pasti

ada yang berbeda ketika kita memulai

dengan semeseter ganjil ini, yaitu

hadirnya wajah-wajah baru di jurusan

Ilmu Politik dan mungkin akhir-akhir ini

kita sering melihat mereka di Pengpol,

ada yang tahu? Yap! Hadirnya

mahahasiswa baru Jurusan Ilmu Politik

Universitas Indonesia. Senang sekali

rasanya kami keluarga besar Himpunan

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas

Indonesia (HMIP UI) dapat menyambut

keluarga baru kami Ilmu Politik UI 2012

yang kurang lebih berjumlah 115 orang

ini.

Harapan kami tentunya semoga Ilmu

Politik UI 2012 ini dapat menjadi

angkatan yang kompak, dan saling

peduli satu dengan yang lainnya,

sehingga iklim kekeluargaan yang ada di

jurusan bisa di teruskan dari tahun ke

tahun. Selain itu dengan jumlah yang

bisa dikatakan cukup banyak,

diharapkan tentunya mahasiswa baru

Ilmu Politik UI 2012 dapat membawa

perubahan yang lebih baik kedepannya

untuk jurusan Ilmu Politik FISIP UI.

Selamat datang penerus estafet

perjuangan Ilmu Politik UI, Selamat

datang Ilmu Politik UI 2012. Kami tunggu

kontribusi kalian untuk Jurusan Ilmu

Politik. In Politics We Trust!

Selamat Datang Ilmu Politik 2012 !!

Miftah Khairi Amrillah, Ketua HMIP

“Selamat datang ke Program Studi Ilmu Politik FISIP UI kepada para

mahasiswa baru S1 Ilmu Politik2012. Lakukan segala hal yang terbaikuntuk pengembangan diri daninstitusi kalian. Kami tunggu

ledakan prestasi dari kalian semua,baik dalam bidang akademik

maupun non akademik !”

Cecep Hidayat, S.IP. IMRI

Kata Dosententang Maba

“Selamat datang untuk seluruh Mahasiwa Baru ilmu Politik.

Selamat menjalani kehidupan baru sebagai mahasiswa.

Isilah hari hari menjadi mahasiswa dengan kegiatan yang positif

Dan Raihlah prestasi sebanyak-banyaknya

agar dapat membanggangkan orang tua, departemen Ilmu Politik,

FISIP, dan UI.”

Ikhsan Darmawan, Sos, M.Si

Nikmatin Kehidupan kampus,seimbangkan antar akademik

dan kesenangan, agartidak nyesel belakangan.

Dunia nyata menanti di depan,sementara masa di kampus

cuman sebentar. Study hard, play hard !

Hurriyah, S.Sos, IMAS

GRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

Proses penyambutan mahasiswa baru identik dengan proses pemberian identitas baru yaitu dari siswa ke mahasiswa. Hal in i terdapat pula pada proses p e n y a m b u t a n m a h a s i s w a b a r u d i departemen Ilmu Politik yang dikenal sebagai Organization and Academic Training (OAT). OAT merupakan proses penyambutan dari Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HMIP) kepada mahasiswa baru untuk merubah statusnya dari anggota biasa HMIP menjadi a n g g o t a a k t i f . L a y a k n y a p r o s e s penyambutan mahasiswa baru pada umumnya, OAT berisi proses pengenalan l i n g k u n g a n b a r u y a i t u l i n g k u n g a n perkuliahan dengan segala aktivitas di kelas dan di luar kelas kepada mahasiswa baru ilmu p o l i t i k . D a l a m r a n g k a i a n n y a , O AT memberikan program yang sarat manfaat bagi mahasiswa baru untuk menjalani kehidupan baru mereka di Departemen Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Lebih dari sekadar perubahan status keanggotaan, proses terpenting dari segala bentuk penyambutan mahasiswa baru adalah proses sosialisasi atau pewarisan budaya kepada para pesertanya. Proses ini adalah proses yang menjadi perhatian utama dari OAT 2012. Mahasiswa Ilmu Politik memiliki ciri khas budaya tersendiri yang cukup menonjol. Diantara budaya tersebut terdapat tiga budaya yang menjadi nilai utama dalam OAT tahun ini.

Yang pertama adalah budaya mahasiswa Ilmu Politik yang cerdas. Mahasiswa Ilmu Politik bukanlah mahasiswa yang memilih banyak bicara tetapi dalam pembicaraannya minimal dalam hal makna. Mahasiswa Ilmu Politik adalah mahasiswa yang memiliki intelektualitas yang tinggi, wawasan yang luas, dan gagasan-gagasan yang kuat. Gagasan-gagasan mahasiswa Ilmu Politik tidak hanya diutarakan melalui mulut seperti mahluk pra sejarah, tetapi mampu

mereka sampaikan melalui tulisan. Bahkan, mereka juga mampu menyampaikan idenya melalui kreativitas mereka dalam berkarya seni.

Budaya kedua yang ditanamkan dalam OAT tahun ini adalah budaya persatuan di antara para sivitas akademik Ilmu Politik. Mahasiswa Ilmu Politik adalah mahasiswa yang memiliki ikatan kekeluargaan yang sangat erat di antara sesamanya. Mahasiswa Ilmu Politik tidak akan merasa sendirian karena terdapat banyak orang yang dapat ia anggap sebagai keluarga selama menjalani kehidupan keluarga.

Kedua budaya yang disebutkan sebelumnya akan memberikan kebanggaan yang merupakan budaya ketiga yang menjadi nilai utama dalam OAT. Mahasiswa Ilmu Politik yang cerdas dan memiliki persatuan m e n j a d i h a r g a d i r i t e r s e n d i r i y a n g menyebabkan timbulnya rasa bangga terhadap almamaternya. Segala pencapaian dan prestasi dari mahasiswa, alumni, dan departemen secara keseluruhan menambah rasa bangga tersebut.

Penanaman tiga nilai tersebut merupakan misi utama dari OAT 2012. M e r u p a k a n t u g a s d a r i H M I P y a n g direpresentasikan melalui panitia OAT 2012 untuk memastikan ketiga nilai tersebut terwariskan dengan baik. Bagi mahasiswa baru Ilmu Politik, sangat penting untuk menyadari bahwa OAT 2012 adalah jamuan dan “ucapan selamat datang” terbaik dan disiapkan secara baik oleh HMIP. Adanya budaya yang akan diwariskan tadi adalah bukti dari bagaimana OAT telah dipersiapkan secara baik. Selamat datang mahasiswa Ilmu Politik FISIP UI 2012 dan selamat menikmati jamuan kami! OAT 2012, UNITED WE STAND, PROUD IN DIGNITY!Harishmawan HeryadiProject Officer OAT 2012

Pengpol

15

OAT 2012 : Kecerdasan, Persatuan, dan Kebanggan

GRAYSCALE Edisi ketujuh Juni-Juli-Agustus-September 2012

Bang, kok

warna warni

amat dah bajunye

resep amat

ngeliatnye dah

hahaha....

Yah memang

harus gitu

tampilan saya.

Mimpin Jakarta itu

harus berdiri di atas

dan untuk semua

budaya, kelompok,

dan suku.

Yo opo ora?

FOKELAH

kalo begitu...

By : Risang Asmoro Jati & Fajar Butun

Sketsa