geologi sulawesi

20
Sulawesi adalah pulau yang luasnya cukup besar. Sedikit lebih luas dari Pulau Jawa, tetapi datarannya sempit. Pulau ini terdiri dari sebuah masif, dengan lipatan dan patahan-patahan, terutama di wilayah Sulawesi Tengah di mana Lembah Palu, adalah sebuah graben yang paling jelas. Dari masif itu, nampak keluar empat cabang ke empat jurusan. Kegiatan gunung api nampak di ujung Sulawesi Utara sampai ke Kepulauan Sangir-Talaud, dengan gunung-gunung api yang masih giat.seperti Soputan, Mahawu, Lokon, Klabat, Tengkoko, Gunung Api (Siau), Gunung Karakitang dan beberapa pulau kecil lainnya yang sebenarnya merupakan puncak-puncak gunung api. Beberapa pulau kecil di Teluk Tomini juga merupakan gunung api seperti Unauna. Bagian-bagian lain dari Sulawesi terdiri dari batu gamping dengan permukaan yang “kasar” dan sulit diusahakan sebagai tanah pertanian. Pegunungan kapur Maros, Bone dan juga di Tana Toraja memperlihatkan bentuk-bentuk yang khas, dengan ujungnya (puncak) runcing-runcing, seperti juga nampak pada pegunungan batu gamping di Kalimantan Timur. Sulawesi Utara nampak seperti daratan yang “terpelintir”. Maksudnya, di sebelah barat dataran Dumoga, tata air menuju ke pantai selatan, seperti nampak pada Sungai Paguyaman, sedangkan di timur Dumoga justru pantai Selatan – Timur yang terjal, sehingga sungai-sungai mengalir ke Utara. 111 Oleh: I Made Sandy * )

Upload: ebsan-roy

Post on 02-Aug-2015

341 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: geologi sulawesi

Sulawesi adalah pulau yang luasnya cukup besar. Sedikit lebih luas dari Pulau Jawa, tetapi datarannya sempit. Pulau ini terdiri dari sebuah masif, dengan lipatan dan patahan-patahan, terutama di wilayah Sulawesi Tengah di mana Lembah Palu, adalah sebuah graben yang paling jelas. Dari masif itu, nampak keluar empat cabang ke empat jurusan. Kegiatan gunung api nampak di ujung Sulawesi Utara sampai ke Kepulauan Sangir-Talaud, dengan gunung-gunung api yang masih giat.seperti Soputan, Mahawu, Lokon, Klabat, Tengkoko, Gunung Api (Siau), Gunung Karakitang dan beberapa pulau kecil lainnya yang sebenarnya merupakan puncak-puncak gunung api. Beberapa pulau kecil di Teluk Tomini juga merupakan gunung api seperti Unauna. Bagian-bagian lain dari Sulawesi terdiri dari batu gamping dengan permukaan yang “kasar” dan sulit diusahakan sebagai tanah pertanian. Pegunungan kapur Maros, Bone dan juga di Tana Toraja memperlihatkan bentuk-bentuk yang khas, dengan ujungnya (puncak) runcing-runcing, seperti juga nampak pada pegunungan batu gamping di Kalimantan Timur. Sulawesi Utara nampak seperti daratan yang “terpelintir”. Maksudnya, di sebelah barat dataran Dumoga, tata air menuju ke pantai selatan, seperti nampak pada Sungai Paguyaman, sedangkan di timur Dumoga justru pantai Selatan – Timur yang terjal, sehingga sungai-sungai mengalir ke Utara. Tidak banyak terdapat daerah-daerah yang datar. Kalaupun ada, biasanya luasnya terbatas. Daerah yang agak datar di Sulawesi Utara terdapat misalnya di mana sekarang terletak Kota Manado. Dataran Manado adalah sebuah slenk (graben) yang membentang antara Gunung Klabat dengan G. Lokon. Dataran Dumoga di balaang Mongondow adalah sebuah dataran sempit di lembah Sungai Dumoga. Dataran rendah yang agak luas terdapat di Sulawesi Selatan, yaitu di Kabupaten-Kabupaten Wajo, Sidenreng-Rappang, Pinrang dengan bagian-bagiannya yang terendah pada Danau-danau Sidenreng dan Tempe. Para ahli _____________________________

111

Oleh: I Made Sandy *)

*) I Made Sandy, 1985: REPUBLIK INDONESIA: GEOGRAFI REGIONAL, Jakarta, Jurusan GEOGRAFI – FMIPA – Universitas Indonesia.

Page 2: geologi sulawesi

berpendapat (Bemmelen) bahwa dataran rendah Wajo-Pinrang itu, yang disebut juga Dataran Sawitto, dahulunya adalah laut yang memisahkan Sulawesi bagian selatan dengan Sulawesi bagian Utaranya. Sungai Saddang diduga bermuara di dalam laut ini, sebelum sungai itu bermuara di Selat Makassar. Di sebelah selatan dataran Sawitto terdapat sebuah sinklinorium atau jajaran sinklinal dan antiklinal, yaitu wilayah Dataran Rendah Barat di mana

112

KETERANGANA = Wilayah PegununganB = Lipatan Terter

B1 = Wilayah Lipatan SelatanB2 = Wilayah massif Sulawesi

C = Wilayah Dataran RendahC1 = Wilayah aluvial timurC2 = Wilayah aluvial baratC3 = Wilayah aluvial selatanC4 = Wilayah Depresi TempeC5 = Wilayah dataran rendah utara Mamuju

Gbr. 1. PETA WILAYAH FISIOGRAFI SULAWESI

SELATAN

Page 3: geologi sulawesi

salah satu bagian daripadanya terletak sekarang Kota Ujungpandang. Kemudian ada wilayah Dataran Rendah Timur dengan Kota Watampone. Diapit oleh dua antiklinal yang terdapat di daerah itu sekarang mengalir Sungai Walanae, yang bermuara di Danau Tempe. Gunung Lompobattang merupakan simpul dari sinklinorium tersebut di atas.

Di Sulawesi Tenggara terdapat sebuah dataran rendah yang cukup luas terletak di antara Kendari dan Kolaka, yaitu dataran rendah Wawotobi. Dataran Rendah Wawotobi ini nampaknya adalah sebuah cekungan struktural, yang karena rendahnya permukaannya di beberapa tempat sulit pembuangan airnya (membentuk Rawa Aopa).

113

KETERANGAN

A = Wilayah Pegunungan Banggai B = Wilayah Pegunungan Poso

B1 = Wilayah Patahan Turun PosoB2 = Wilayah Pegunungan Poso

C = Wilayah Pegunungan TenggaraD = Wilayah Pegunungan Palu

D1 = Wilayah Pegunungan Pantai BaratD2 = Wilayah Patahan Turun PosoD3 = Wilayah Pegunungan ParigiD4 = Wilayah Patahan Turun Watutau

E = Wilayah Pegunungan Buol-TolitoliF = Wilayah Dataran Rendah

F1 = Wilayah Dataran Rendah BatuiF2 = Wilayah Dataran Rendah Tiworo- MorowaliF3 = Wilayah Dataran Rendah Moutong- SantigiF4 = Wilayah Dataran Rendah Bokat- Paleleh

Gbr. 2.

Page 4: geologi sulawesi

Pegunungan Verbeek yang merupakan bagian utara dari Sulawesi Tenggara tidak ada bagiannya yang datar, sehingga daerah ini sulit untuk dimanfaatkan untuk pertanian. Lanjutan dari Pegunungan Verbeek yang menjadi bagian administratif dari Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan meliputi dua buah danau besar, yaitu Danau matana dan danau towuti serta sebuah danau yang lebih kecil yaitu Danau Mahalona. Danau-danau itu adalah danau tektonik. Graben, di atas mana danau-danau itu terletak berlanjut ke Danau Poso untuk kemudian berlanjut ke arah Teluk Tomini, sebagai lembah Sungai Poso.

114

KETERANGAN

A = Wilayah terlipat utaraB = Cekungan LahumbutiC = Wilayah dataran SelatanD = Wilayah aluvial Kolaka

E = Kepulauan Karang Wakatobi E

Gbr. 3.

Page 5: geologi sulawesi

115

KETERANGAN

A = Wilayah BaratB1 = Wilayah TengahB2 = Wilayah TimurB2a = Wilayah Slenk Klabat

Gbr. 4. WILAYAH FISIOGRAFI SULAWESI

UTARA

Page 6: geologi sulawesi

LUAS: Pulau ini luasnya kira-kira 172.000 km2 dan bersama-sama dengan pulau-pulau di sekelilingnya, luas itu menjadi ± 188.000 km2 dan merupakan daerah yang ketiga dari pulau-pulau Sunda Besar. Kecuali beberapa jalur sempit dari tanah rendah pantai dan dataran-dataran antar pegunungan, Sulawesi seluruhnya terdiri dari tanah pegunungan, sehingga merupakan daerah yang palin berpegunungan di antara pulau-pulau yang lebih besar dari kepulauan Indonesia. BENTUK & BATAS: Kerangkanya khas seperti huruf K besar, telah menyebabkan banyaknya perhatian para geograf dan geolog. Pulau itu terdiri dari empat cabang yang sempit atau lengan yang dipisahkan oleh teluk-teluk yang dalam dan dipersatukan pada bagian tengahnya. Kerangka ini hampir mirip dengan Halmahera. Penyebaran batuan vulkanis jenis Pasifis terdapat pada bagian barat dan utara dari kedua pulau itu, sedangkan ophiolit-ophiolit basis dan ultra basis sebagian besar tersebar pada bagian timurnya yang menyebabkan beberapa analogi geologis. Walaupun demikian, analisis geologis dari kedua satuan itu dalam Bab V akan menunjukkan, bahwa persamaan ini hanya kebetulan; perkembangan orogenetiknya seluruhnya berbeda. Sulawesi dan Kalimantan dipisahkan oleh palung Makassar yang dalamnya ± 2.000 – 2.500 m (kedalaman maksimum 2.717 m). Di antara Sulawesi dan kepulauan Filipina terdapat basin Sulawesi sedalam ± 5.000 – 5.500 m (kedalaman maksimum 6.250 m). Di antara Sulawesi Utara dan Maluku Utara terbentang Laut Maluku yang dalamnya lebih dari 4.000 m. Di antara Sulawesi selatan dan Maluku Selatan terdapat basin Banda Utara, sedalam ± 4.500 – 5.000 m (kedalaman maksimum 5.750 m). Akhirnya di antara Sulawesi selatan dan Kepulauan Nusa Tenggara kami mendapatkan bagian barat dari basin Banda Selatan (± 4.500 m)dan laut-laut dalam Flores (Flores Deep, maksimum 5.140 m). Sebaliknya, rangkaian-rangkaian pegunungan dari Sulawesi mencapat tinggi lebih dari 3.000 m (tertinggi Gunung Rantemario 3.440 m pada rangkaian pegunungan Latimojong). Hal ini menunjukkan, bahwa sekarang ada relief yang banyak di sulawesi dengan perbedaan tinggi (antara dasar laut terdalam dengan puncak-puncak gunung) dari 7.000 – 8.000 m. Dalam hal ini daerah Sulawesi menunjukkan, beberapa persamaan dengan kepulauan Filipina. Sulawesi dihubungkan dengan Filipina oleh rangkaian Sangihe-Wawio-Sarangani. Dalam bab mengenai perkembangan geologis akan ditunjukkan bahwa sesungguhnya orogin Sulawesi dapat dipandang sebagai

116

Oleh: R.W. van Bemmelen *)

Page 7: geologi sulawesi

ujung selatan dari Filipina. Hanya pada bagian selatan dan lengan selatan serta tenggara dari Sulawesi terjadi pertemuan dari elemen-elemen dari Sistem Pegunungan Sunda.

1. LENGAN UTARA

Lengan Utara Sulawesi mempunyai kerangka yang berbelok-belok. Ujung timur dengan arah timurlaut-baratdaya, adalah daerah vulkanis yang tinggi dari Minahasa. Bagian ini menghubungkan punggungan Sangihe yang vulkanis yang menghubungkan Sulawesi dengan Mindanao. Munculnya punggungan di bawah laut dari punggungan Sangihe ke arah Minahasa mungkin disertai oleh patahan melintang, yang satu sepanjang timurlaut, yang lain dari teluk Manado sampai ke Kema (dengan mata air panas Airmadidi) dan yang satu lagi dari teluk Amurang ke Belang. Patahan yang terakhir itu arahnya baratlaut-tenggara merupakan batas antara daerah vulkanis muda Minahasa dengan bagian Gorontalo dari lengan Utara. Di antara patahan ini dan sungai Ongkang Dumara kerangka yang utama melengkung dari timurlaut – baratdaya ke arah timur-barat. Pada bagian peralihan ini masih terdapat beberapa vulkan muda yang terpencil dan aktivitas solfatara (Gunung Lolonbulan dan Gunung Ambang). Bagan tengah dari lengan utara arahnya timur-barat. Di sini vulkanisme seluruhnya telah padam. Lebar bagian tengah atau bagian Gorontalo dari lengan utara ini berkisar dari 35 km di bagian tengahnya sampai 110 km pada ujung baratnya yang merupakan tempat yang tertinggi pula (G. Maling 2.707 m). Selanjutnya tiba-tiba menyempit menjadi 30 km di antara teluk Dondo pada pantai Utara dan Tinombo pada pantai Selatan. Di sini arah-arah yang utama berubah dari timur-barat melalui arah timurlaut-baratdaya menjadi utara-selatan. Tanah genting yang membujur di antara Tinombo dan Parigi disebut “Leher” (Neck) dari lengan Utara. Leher ini lebarnya kira-kira 20 – 40 km. Puncaknya yang tertinggi ialah gunung Ogoamas (2.565 m) pada ujung utaranya dan gunung Sidole (2.199 m) pada ujung selatannya. Bagian Gorontalo itu dilintasi oleh sebuah depresi menengah yang memanjang. Jalur-jalur di antara rangkaian pegunungan dari pantai utara ini (pegunungan U (Peg. Paleleh) dengan puncaknya G. Tentolomatinan, 2.207 m; Pegunungan T 1.960 m) dan pantai selatan (pegunungan W, pegunungan Dapi, Pegunungan selatan di sebelah timur Gorontalo, muncul pada G. Nunuka, 1.606 m). Depresi menengah itu dibentuk oleh lembah-lembah dari sungai Paguat, Randangan, Paguyaman, Danau Limboto, Bone dan Ongkang dumoga. Kami akan menyebut depresi memanjang ini “Zona Limboto”. Zona Lomboto itu dapat dilanjutkan sampai ke Minahasa, yang adanya tempat itu ditunjukkan oleh Danau Tondano pada kaki barat rangkaian pegunungan Lembean. Tetapi bila depresi menengah itu terdapat di Minahasa, sebahagian besar akan tertutup puncak-puncak vulkan muda. Lengan utara dipisahkan dari lengan timur oleh teluk Tomini atau teluk Gorontalo yang lebarnya ± 100 km pada sisi timurnya serta melabar sampai 200

117

Page 8: geologi sulawesi

km di bagian barat antara Tomini dan Poso. Teluk ini adalah perluasan barat dari palung Gorontalo yang terletak di depan bagian peralihan dengan lengan utara antara Minahasa dan bagian Gorontalo (titik terdalam 4.180 m). Dasar laut itu berangsur-angsur bertambah dangkal ke arah barat di teluk gorontalo dan menjadi kurang dari 2.000 m pada bagian baratnya. Di antara bagian yang lebar di bagian barat teluk Gorontalo dan Palung Gorontalo di bagian timur terdapat suatu punggungan menengah di bawah permukaan laut yang terdiri dari pulau-pulau Togian atau Sahildpat. Punggungan ini sekarang menurun, sehingga menyebabkan terbentuknya atol dan terumbu karang pada puncaknya (Umbgrove, 1939). Bukit-bukit yang lebih tinggi di bagian tengah dari pulau-pulau ini agaknya merupakan vulkan-vulkan yang telah padam. Di luar punggungan Togian terletak vulkan aktif Unauna, yang muncul dengan terjal dari dasar laut pada 2.000 m sampai 5.000 m di atas muka (dasar?) laut. Punggungan Togian itu bercabang dari semenanjung Bualemo dari lengan timur Sulawesi, yang dipisahkan dari yang terakhir itu dari Teluk Poh.

2. LENGAN TIMUR

Lengan timur Sulawesi arahnya timurlaut-baratdaya, dan dapat dibedakan menjadi tiga bagian:

(1) Semenanjung Bualemo pada ujung timurnya (dengan G. Balantak 1.590 m) dipisahkan dari bagian tengaholeh tanah genting yang menyempit di antara Teluk Poh dengan Teluk Besama.

(2) Bagian tengah lengan timur itu berangsur-angsur bertambah lebar dari ± 20 km di bagian timur sampai 80 km di sebelah utara Bungku. Sumbu tengah itu dibentuk oleh pegunungan Batui dengan G. Bulutumpu (2.400 m) yang melintasi bagian ini secara diagonal dengan arah timurlaut-baratdaya.

(3) Bagian barat lengan timur membujur antara garis Ujung Api – Teluk Kolokolo di bagian timur dan garis Lemoro – Teluk Tomori di bagian barat. Lebarnya antara 75 – 100 km. Bagian itu adalah daerah pegunungan yang tinggi. Puncaknya yang tertinggi terletak pada pegunungan Tokala dekat pantai selatan (2.628). Gunung Lumut di bagian utara mencapai puncak 2.280 m. Tanah pegunungan ini dilintasi oleh aliran (sungai) yang sistemnya ruwet dari sungai Bongka yang bermata air pada pantai timurlaut.

3. KEPULAUAN BANGGAI

Kepulauan Banggai terletak di luar bagian timur dari lengan timur; dan dipisahkan dari bagian itu oleh teluk Peleng (920 m dalamnya, 15 – 30 km lebarnya).Pulau yang terbesar dari kepulauan ini ilah Peleng. Geologis kepulauan ini termasuk ke dalam jalur yang mantap (stabil) yang membentang ke arah timur melalui pulau-pulau Sula sampai ke bagian tenggara Kepala burung dari Irian, serta merupakan sebuah batas antara Maluku Utara dan Selatan.

118

Page 9: geologi sulawesi

4. LENGAN TENGGARA

BATAS: Lengan tenggara Sulawesi di antara teluk Usu dan Teluk Tomori lebarnya ± 100 km. Tanah genting ini merupakan penghubung dengan bagian tengah (sentral Sulawesi) dari pulau itu. Lengan tenggara itu dapat dibedakan menjadi tiga bagian:

(1) Bagian utara berada antara teluk Palopo (ujung utara dari teluk Bone) dan Teluk tolo dan Tomaiki. Bagian itu disertai oleh massif peridotit-peridotit yang luas dari Pegunungan Verbeek (dengan gunung Salura, 1.102 m, sebagai puncak tertinggi). Di bagian tengahnya terdapat dua graben danau Matano (permukaan airnya 382 m di atas muka laut, dalamnya 590 m) dan danau Towuti (permukaan airnya 293 m di atas permukaan laut, dalamnya 203 m).

(2) Bagian tengah dari lengan tenggara itu jauh lebih lebar (maksimum 170

km). Pada bagian baratnya muncullah schist kristalin dari rangkaian Pegunungan Mekongga atau Mekongka sampai setinggi 2.790 m, sedangkan pada bagian timurnya terdapat sedimen-sedimen peridotit dan Mesozoikum. Batas di antara kedua bagian itu dibentuk oleh Rangkaian Pegunungan Tangeasinua yang arahnya baratlaut-tenggara. Bagiannya yang tertinggi terdapat pada sisi baratlautnya (G. Tangkeleboke, 1.782 m) dan sumbunya berangsur-angsur tenggelam (menghilang) ke arah tenggara sampai ke Kendari. Basin yang lebar di antara kedua rangkaian pegunungan ini dan rangkaian Mekongga dialiri oleh sungai Konaweha yang mengalir melalui sebuah dataran aluvial yang luas pada alirannya yang lebih rendah (dengan Rawa Aopa) sebelum bermuara di sebelah utara Kendari. Pantai timur dari bagian tengah dibentuk oleh (sistem) aliran-aliran lain, arahnya baratlaut-tenggara; yang ke arah tenggara merupakan rangkaian yang hilang (tenggelam). Jalur ini berangsur tenggelam, merupakan sejumlah teluk-teluk dan pulau-pulau kecil, dan kelanjutannya dapat dijumpai jauh ke tenggara pada relief dasar laut melalui pulau-pulau Salabangka sampai ke pulau Menui. Basin di antara Rangkaian Tangeasinua dan pegunungan pantai timur dialiri oleh Sungai Lasolo.

(3) Bagian selatan dari lengan tenggara dipisahkan dari bagian tengah oleh

depresi yang membujur arah timur-barat serta membentang di antara Kendari dan Kolaka dan diikuti oleh dataran-dataran aluvial yang berawa-rawa. Bagian selatan itu diikuti oleh tanah pegunungan dengan bukit-bukit yang tak teratur yang membujur lebih ke arah timur-barat, tingginya kurang dari 1.000 m (G. Mendoke, 981 m).

5. GUGUSAN KEPULAUAN BUTON DAN PULAU-PULAU WAKATOBI

Lengan tenggara Sulawesi pada ujungnya pecah-pecah menjadi pulau yang merupakan gugusan Kepulauan Buton. Buton, Muna, Kabaena, dan Wowoni (Wawoni’i) adalah pulau-pulau dari kelompok ini yang termasuk pulau-pulau besar. Pulau-pulau tersebut dipisahkan

119

Page 10: geologi sulawesi

dari lengan tenggara Sulawesi oleh selat-selat yang sempit dan merupakan sebuah antiklinorium yang cekung ke arah barat laut. Lipatan-lipatan neogin yang memepat pada beberapa tempat tertutup oleh rangkaian-rangkaian karang Pleistosen yang muncul, misalnya di sebelah selatan Buton dengan 14 teras dengan ketinggian 703 m di atas permukaan laut sekarang (gunung Kontu). Dari gugusan Kepulauan Buton ini, blok-blok kulit bumi memencar dengan arah ke timur, tenggara, selatan, dan baratdaya. Dari Wawoni’i sebuah punggungan di bawah laut tenggelam ke arah timur sampai ke dasar basin Banda Utara. Kemudian dalamnya mencapai 5.100 m. Selanjutnya sampailah kita pada kelompok Wakatobi (dahulu: Tukang Besi) *) yang mulai dari Buton ke arah tenggara. Keadaan pulau-pulau yang menarik perhatian ini telah dibahas oleh Escher, Molengraaff, Rutten, Hetzel dan Kuenen. Palung Buton membujur sejajar dengan blok-blok Wakatobi yang memisahkannya dari sebuah blok yang ± berbentuk segitiga, terdiri dari pulau Batuata (Hagelis) dan pulau Selayar (Kabia). Blok yang terakhir itu mencapai puncaknya di luar titik yang paling selatan dari Buton, dan dasarnya membatasi ujung barat dari Basin Banda Selatan. Daerah ini dalamnya ± 2000 m. Di Batuata muncul rangkaian-rangkaian karang yang mencapai ketinggian 193 m di atas permukaan laut. Dari sebelah baratdaya Buton beberapa punggungan tenggelam ke arah baratdaya melalui pulau-pulau kecil Kadatuang dan Siompu ke arah palung Bone. Arti orogin dari aturan gaya tarik yang aneh terhadap lapisan-lapisan kulit bumi itu (beberapa muncul pada saat sekarang, sedangkan blok-blok antaranya ditenggelamkan sampai sedalam ribuan meter, akan dibahas dalam Bab V).

6. LENGAN SELATAN

BATAS: Lengan selatan Sulawesi dihubungkan dengan bagian tengah sepanjang garis timurlaut-baratdaya dari Palopo sampai ke teluk Mandar. Tetapi dari pandangan (struktural) geologis, bagian baratdaya dari bagian tengah dengan pegunungan Quarles dapat dibahas lebih baik dalam hubungannya dengan lengan selatan. Karena itu, kami memandang bagian utara dari lengan selatan itu sebagai daerah yang terletak antara garis tenggara-baratlaut dari Palopo sampai ke muara sungai Karama pada pantai barat dari bagian tengah pada satu sisi, dan depresi Tempe pada sisi lainnya. Yang terakhir itu membentang sepanjang garis tenggara-baratlaut dari muara sungai Cenrana melalui Danau Tempe sampai ke muara sungai Sa’dang. Bagian utara dari lengan selatan ini adalah satu-satunya daerah yang paling berpegunungan di Sulawesi. Tanjung di antara Majene dan Mamuju menampakkan petunjuk adanya pegunungan-pegunungan dari arah selatan ke utara dari lapisan Tertier dengan sebuah penutup dari rangkaian pulau karang dekat Majene. Lebih jauh hal itu ditandai oleh batuan-batuan vulkanis yang mempunyai kandungan leucit (Cape William). Lebih jauh ke timur massif granit Pegunungan Quarles muncul

120

Page 11: geologi sulawesi

sampai setinggi 3.107 m. Bagian timur dari Pegunungan Quarles itu, dengan gunung Kalando (2.963 m), sebagian besar terdiri dari batuan vulkanis tertier dari susunan andesitis yang diterobos oleh intrusi-intrusi diorit dan granodiorit. Massif (gunung) Karua tingginya lebih dari 2.500 m pada sisi selatannya adalah sebuah pusat erupsi dari aliran tuff dasuto-liparitis yang luas, yang mengisi lembah-lembah canyon yang dalam-dalam. Pegunungan Quarles dipisahkan dari Rangkaian Latimojong oleh lembah Sa’dang. Cabang-cabang yang meluas dari pegunungan Quarles yaitu G. Masupu dan G. Mamasa. Di antara Lembah Sa’dang dan Teluk Bone, Rangkaian Pegunungan Latimojong muncul arah utara-selatan sampai setinggi lebih dari 3000 m (G. Rantemario 3.440 m, G. Latimojong ± 3.300 m). Bagian utara dari lengan selatan Sulawesi dipisahkan dari bagian selatannya oleh sebuah depresi yang aneh arah baratlaut-tenggara. Depresi Tempe ini sebelumnya telah merupakan sebuah selat-laut seperti terbukti oleh adanya lempung muda dengan karang-karang laut di sekeliling Danau Tempe pada waktu sekarang. Permukaan danau ini 9 m di atas permukaan laut dan dalamnya hanya 2 m. Di sebelah baratlautnya terletak Danau Sidenreng dan di sebelah utaranya danau Buaya (danau kecil). Danau-danau ini dialiri sungai Cenrana. Bagian selatan dari lengan selatan Sulawesi mempunyai ketinggian rata-rata yang lebih rendah daripada bagian utara. Di situ dapat dibedakan dua rangkaian pegunungan yaitu bagian barat dan timur dengan sebuah lembah di antara keduanya, yaitu Lembah Walanae. Rangkaian pembagi bagian barat (Western Divide Range) muncul sampai setinggi lebih dari 1000 m (Puncak Maros (Bulusaraung) ± 1.377 m, Tonrong Krambu ± 1.660 m, Bulu Laposo ± 1.270 m). Rangkaian Pembagi bagian timur (Eastern Divide Range) atau Rangkaian Bone hanya 800 m tingginya. Kedua rangkaian pegunungan itu, di sebelah selatan gunung Bontorilni (± 800 m) bertemu (bersatu) dengan Gunung Bohong Langieng (± 1.973 m), yang adalah sebuah puncak vulkan Tertier muda. Kompleks pegunungan selatan yang merupakan tempat (hulu) sungai Walanae mengalir ke arah utara dikuasai oleh puncak vulkan yang besar dari Lompobattang atau puncak dari Bantaeng (2.871 m) yang mempunyai sisa kawah yang masih dapat dikenal. Di lepas pantai Makassar terletaklah dangkalan Spermode dengan sejumlah rangkaian karang (Kepulauan Sangkarang), dan di lepas pantai Watampone kami mendapat dangkalan lain dengan rangkaian-rangkaian karang. Laut-laut dangkal ini akhirnya menurun sampai ke Palung Makassar di bagian barat dan Palung Bone di bagian timur. Jalur dan rangkaian pembagi (atau pemisah daerah aliran sungai) pegunungan bagian barat (Western Divide Range) dapat diikuti lebih jauh ke arah baratdaya dan ke barat sepanjang rangkaian Karang Pastiljon dan Paternoster sampai ke rangkaian Karang Maria Riegersbergen. Jalur dari rangkaian pembagi pegunungan di bagian timur (East Divide Range) atau rangkaian Bone membentang ke arah selatan dan kemudian ke arah timur melalui Selayar sampai ke Tanah Jampea dan Kalao. Di antara dua jalur yang

121

Page 12: geologi sulawesi

menyebar itu, Basin Flores berjalinan dan mempunyai bagan berbentuk segitiga. Dasarnya lebih dalam dari 5000 m, mempunyai palung Flores yang membujur arah timur-barat. Ke arah utara hal tersebut bertambah dangkal sampai pada puncaknya yang terletak pada pantai selatan dan lengan selatan Sulawesi. Depresi Walanae pada lengan selatan agaknya merupakan lanjutan ke utara dari Basin Flores yang dipisahkan dari padanya oleh penutup massif vulkan Lompobattang. Dalam Bab V arti tektonik dari arah-arah fisiografis ini akan dibicarakan.

7. TENGAH SULAWESI (Sentral Sulawesi)

Keempat cabang dari Sulawesi bersatu (berpangkal) pada bagian tengah. Bagian tengah ini mempunyai bentuk seperti baji dengan dasarnya pada pantai barat dan memuncak pada Teluk Tomori dan Teluk Tolo di bagian timur. GARIS BATAS: Bagian itu dihubungkan ke arah timur laut oleh sebuah garis baratlaut – tenggara dari Donggala lewat Parigi dan Lemoro ke Teluk Tomori, yang memisahkannya dari lengan utara dan lengan timur. Ke arah tenggara dibatasi oleh garis baratdaya – timurlaut, dari Majene melalui Palopo ke Dongi sampai ke Teluk Tomori. Garis ini memisahkan bagian pokok itu dari lengan selatan dan tenggara. Kami telah menunjukkan bahwa bagian baratdaya dari Sulawesi tengah (sentaral Sulawesi) (dengan Pegunungan Quarles) boleh dianggap sebagai sebuah bagian dari lengan selatan. Brouwer (1930, 1934, 1941) membedakan tiga jalur struktural dengan arah utara – selatan:

1. Jalur barat, yang boleh disebut “zona Palu” terletak di antara pantai barat dan garis Tengah Brouwer; yang disebut terakhir ini adalah sebuah batas struktural yang membentang dari Masamba di selatan sampai ke Malakosa pada Teluk Tomini, sepanjang sisi barat dari depresi atau graben Tawaelia.

2. Jalur tengah, yang akan disebut “zona Poso” dalam pembahasan ini,

membujur antara garis Tengah dengan garis utara – selatan dari Lemoro di Teluk Poso lewat Peleru sampai ke Pegunungan Verbeek di lengan Tenggara.

3. Jalur timur dihubungkan dengan garis-garis Lemoro – Peleru, Lemoro – Teluk Tomori dan Pegunungan Verbeek. Daerah yang ketiga ini akan kami sebut “zona Kolonadale” sesuai dengan nama tempat di Teluk Tomori.

Dalam hubungannya dengan analisis tektonis biasa dalam Bab V akan diberikan perbedaan penggolongan yang lebih jelas. Dari barat ke timur dapat dibedakan satuan-satuan fisiografis sebagai berikut:

1a. Jalur pantai barat dan kaki bukit-bukit dari pegunungan Molengraaff, terdiri dari lapisan lipatan tertier (ambang Mamuju – Doda).

122

Page 13: geologi sulawesi

1b. Rangkaian pegunungan Molengraaff, yang membujur dari Donggala de-ngan arah tenggara sampai ke Masamba (puncak-puncaknya yang tertinggi G. Waukara 3.122 m, G. Kasenturu 2.855 m, G. Kambuno 2.950 m).

1c. “Fossa Sarasina” sebuah graben yang sempit sepanjang sisi timur dari Pegunungan Molengraaff, yang membentang dari Teluk Palu di bagian utara dengan arah tenggara sampai ke dataran antar pegunungan dari Leboni dan di situ bertemu dengan Garis Tengah (The Median Line).

1d. Pegunungan X dengan G. Nokilalaki (3.311 m) di antara Fossa Sarasina dan Garis Tengah. Di sebelah utara Parigi, pegunungan-pegunungan ini bersambung dengan Leher (Neck) dari lengan utara.

2a. Depresi Tawaelia atau graben dengan patahan sedang (menengah) sepanjang sisi baratnya membujur utara – selatan dari Malakosa sampai ke Masamba.

2b. Rangkaian Pegunungan Fennema di antara depresi Tawaelia dan depresi Poso.

2c. Depresi Poso yang cekung ke arah timur, dibentuk oleh lembah sungai Poso, Danau Poso (permukaan airnya 510 m di atas permukaan laut, dalamnya sekurang-kurangnya 440 m) dan lembah sungai Kodina. Pegunungan Takolekaju (1.637 m) adalah bagian yang relatif tinggi dari struktur depresi ini.

2d. Pegunungan Kruyt dan Pegunungan Manaripalu di sebelah timur depresi Poso tingginya 1.300 – 1.400 m

2e. Rangkaian pegunungan Pampangeo, sebuah puncak struktural (G. Kajaga 2.503 m) di antara Lemoro dan Mayumba.

3a. Kaki timur rangkaian Pegunungan Pompangeo dibentuk oleh sebuah jalur yang kompleks dalam batuan-batuan zona Poso (2) dan zona Kolonadale (3) secara tektonis bercampur (struktur pegunungan kompleks). “subzona Peleru” ini membentang antara Lemoro dan Peleru.

3b. Depresi Era, membentang dari dataran Malino ke arah selatan sepanjang lembah sungai Ban sampai ke Era dan dari sana ke Kolaka (di Sulawesi Tengah, atau Tenggara?). Depresi ini ditandai oleh lapisan-lapisan sedimen mesozoikum yang kuat.

3c. Tanah tinggi berbukit-bukit di antara depresi Era dan teluk Tomori yang terdiri dari pegunungan Peleru dan Towi sebagian besar terdiri dari sedimen-sedimen mesozoikum serta jalur peridotit dan serpentine dari sungai-sungai Makaleke dan tiu sampai ke Mandowe.

3d. Depresi yang memisahkan bagian tengah dari lengan-lengan timur dibentuk oleh lembah sungai Sumara dan Teluk Tomori.

Elemen-elemen struktural ini dapat digolong-golongkan ke dalam satuan-satuan yang luas dalam tabel berikut ini.

123

Page 14: geologi sulawesi

Tabel 1. Elemen-elemen struktural dari Sulawesi Tengah (Fisiografis Sentral Sulawesi)

No. Elemen-elemen Struktural Interpretasi StrukturalPembagian Brouwer

(satuan-satuan pokok)

1a. Kaki bukit-bukit tertier Sisis BaratZona Barat(Zona Palu)

1b. Rangkaian MolengraaffBagian Puncak

Ra

ngka

ian

Pal

u

(bus

ur d

ala

m

vulk

anis

yan

g te

lah

pada

m)

1c. Fossa Sarasina1d. Pegunungan X

2a.Garis Patahan Tengah dan Graben Tawaelia

Sisi TimurZona Tengah(Zona Poso)

2b. Rangkaian Fennema

2c. Depresi Poso Palung-antara (Inter deep)

2d.Pegunungan-pegunungan Kruyt dan Wanaripalu Sisi barat

2e.Rangkaian Pompangeo (sensu stricto)

Bagian Puncak

Zona Timur(Zona Kolonadale)

3a. Jalur Kompleks dari Peleru Tepi Timur

3b. Depresi EraDaerah palung depan (fore deep) denganpunggungan Sedang yang embrionik

3c.Pegunungan-pegunungan Peleru, Towi dan Massif Tiu

3d. Depresi Tomori – Sumara

124

Ran

gka

ian

Pom

pa-

nge

o (s

ensu

larg

o)

busu

r lu

ar y

ang

tidak

vu

lkan

is