gempa bumi adalah guncangan yang dirasakan di permukaan bumi akibat pergerakan antar lempeng
DESCRIPTION
dTRANSCRIPT
BABI IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat mendukung
kelangsungan hidup seluruh makhluk, diantara planet-planet anggota tata-surya lainnya.Oleh
karenanya pengetahuan mengenai bumi dianggap sangat vital guna kelangsungan hidup
penghuninya termasuk manusia.Di jagat raya ini masih banyak pengetahuan yang belum kita
kuasai, termasuk pengetahuan mengenai gempa bumi dan cara memprediksinya. Dari hal ini kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa ruang lingkup ilmu kita masih sangat kecil bila dibandingkan
dengan luasnya jagat raya.Ini juga merupakan bukti bahwa Allah Maha Besar, Maha Mengetahui
atas segalanya dan kita tidak sepatutnya sombong dengan pengetahuan kita yang sangat sedikit
ini.
Gempa bumi adalah guncangan yang dirasakan di permukaan bumi akibat pergerakan
antar lempeng-lempeng di lapisan bagian luar bumi, letusan gunung berapi dan juga ledakan yang
dibuat oleh manusia.Dalam hubungannya dengan disain struktur, maka yang umum ditinjau adalah
gempa yang terjadi akibat pergeseran antar lempeng-lempeng yang juga dikenal dengan istilah
gempa tektonik.Pusat gempa tektonik biasanya terletak pada kedalaman tertentu dari muka
bumi.Lokasi ini disebut hiposenter (hypocenter).Sementara lokasi pada permukaan bumi tepat
diatas hiposenter disebut episenter (epicenter).Lokasi-lokasi yang berpotensi menjadi pusat gempa
telah diidentifikasi di seluruh dunia.Untuk itu umumnya setiap negara punya peta
gempa.Karakteristik dari suatu gempa berbeda satu dengan lainnya, baik dari segi besarnya
maupun gelombangnya.Besarnya kekuatan gempa biasanya diukur dalam skala Richter
(Richter scale), yang adalah rasio antara amplitudo gelombang.Periode yang terjadi pada sebuah
gempa bisa besar atau kecil, tergantung sumber gempanya.Kemudian, medium dimana
gelombang gempa merambat juga bermacam jenisnya, ada batuan keras dan lunak, dan berbagai
jenis tanah. Ketiga faktor ini, kekuatan gempa, gelombang gempa dan medium yang dilalui gempa
mempengaruhi besarnya beban gempa yang diterima suatu struktur bangunan.Selain itu tingkat
penurunan intensitas gempa yang berfrekuensi tinggi (periode rendah) adalah lebih cepat
dibandingkan dengan gelombang gempa dengan frekuensi rendah (periodenya
panjang).Walaupun tidak diketahui penyebabnya, tetapi fenomena ini memang terjadi.
Pergerakan gempa untuk mencapai permukaan tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah setempat.Lapisan tanah di bawah permukaan yang menopang fondasi bangunan dapat
meningkatkan besarnya beban gempa yang dialami oleh struktur bangunan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kemungkinan bahwa periode alami dari lapisan tanah di bawah permukaan sama/ hampir sama dengan periode alami dari bangunan diatasnya. Gelombang gempa dengan frekuensi yang tinggi atau periode yang kecil akan merambat secara efisien dibatuan dasar yang keras dan tanah keras, yang sebaliknya akan mengurangi atau menghilangkan gelombang gempa yang mempunyai frekuensi rendah. Sebaliknya tanah yang lunak akan menjadi penghantar yang baik untuk gelombang gempa dengan frekuensi yang rendah (periodenya tinggi).
Pada umumnya, periode alami lapisan permukaan tanah berkisar antar 0.5 sampai 1.0 detik.Sedangkan bangunan bertingkat rendah sampai menengah mempunyai periode alami antara 0.1 sampai 1.0 detik.Jelas disini bahwa adalah sangat mungkin untuk terjadi resonansi antara lapisan permukaan tanah dengan bangunan-bangunan diatasnya. Beban gempa adalah salah satu beban yang harus diperhitungkan jika kita mendesain suatu bangunan di daerah yang rawan gempa.Tidak seperti beban-beban tipe lainnya dimana besarnya tidak dipengaruhi oleh struktur bangunan yang terkena gempa, besarnya beban gempa sangat dipengaruhi oleh kondisi struktur bangunannya.Ini terjadi karena beban gempa bekerja melalui lapisan tanah yang bergerak siklis baik dalam arah horisontal maupun vertikal. Gerakan siklis ini akan menyebabkan bagian bawah suatu bangunan untuk ikut bergerak mengikuti gerakan lapisan tanah dimana bangunan tersebut berdiri. Karena bangunan memiliki massa, maka inersia massa dari bagian atas bangunan memberikan tahanan terhadap pergerakan. Gaya tahanan inilah yang kita kenal sebagai beban gempa. Dari sini jelas bahwa beban gempa sangat tergantung dari massa suatu bangunan. Selain itu beban gempa juga dipengaruhi oleh kekakuan dari struktur bangunan. Kalau kakakuan struktur dari bangunan itu sangat tinggi, maka bagian atas bangunan juga akan bergerak bersama-sama dengan bagian bawah, atau dengan kata lain periode dari struktur sama dengan periode dari gelombang gempa. Dalam hal ini, jika massa bangunan adalah m, dan percepatan gempa adalah a, maka beban/ gaya yang bekerja pada bangunan tersebut adalah F =m x a. Struktur jenis ini biasanya ditemui pada bangunan-bangunan rendah (bertingkat rendah). Sedangkan untuk bangunan bertingkat menengah, strukturnya mempunyai sedikit fleksibilitas sehingga biasanya gaya gempaF < m x a. Sedangkan untuk bangunan bertingkat tinggi, strukturnya biasanya mempunya periode alaminya yang besar. Sehingga jika dikenai gelombang gempa yang berkepanjangan, akan terjadi kemungkinan terkena gempa dengan periode gelombang yang hampir sama dengan periode alami dari struktur. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi resonansi yang akan mengakibat goncangan yang besar pada struktur. Dalam hal ini maka beban gempa yang terjadi F > m x a. Jadi terlihat disini beban gempa yang terjadi di struktur suatu bangunan sangat bergantung pada konfigurasi dari strukturnya.
Seperti disinggung sebelumnya, tingkat penurunan intensitas dari gempa yang mempunyai periode gelombang besar adalah rendah. Ini berarti bahwa gelombang gempa dengan periode tinggi akan mampu mencapai jarak yang jauh dari pusat gempa. Jika pada jarak yang jauh tersebut kita membangun gedung bertingkat tinggi (periode alami tinggi), maka efek dari gempa
dengan pusat gempa yang jauh tersebut bisa menjadi besar karena terjadi resonansi.Gedung bertingkat tinggi biasanya mempunyai periode alami antara 1.0 sampai 5.0 detik.Beberapa saat setelah gempa terjadi, periodenya biasanya berkisar antar 0 sampai 0.5 detik, yang tidak berpengaruh terhadap gedung tinggi.Akan tetapi di saat-saat terakhir sebelum gempa berhenti, biasanya periodenya panjang dan ini bisa menyebabkan resonansi dengan gedung tinggi. Sebaliknya gedung-gedung rendah akan merasakan pengaruh yang besar akibat gempa jika terletak dekat dengan lokasi gempa.
Jadi dari uraian diatas kita bisa simpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi beban gempa:
Lokasi pusat gempa (jauh atau dekat) Kondisi tanah di lokasi bangunan yang ditinjau Karakteristik gempanya (intensitas, periodenya, lamanya
B. Rumusan Masalah
1) Apa faktor penyebab gempa bumi ?
2) Bagaimana sejarah gempa bumi yang telah menghancurkan kehidupan manusia ?
3) Bagaimana dampak yang ditimbulkan gempa bumi terhadap kehidupan manusia ?
C. Tujuan
Agar kita mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumi, sejarah gempa bumi dan
dampak yang ditimbulkan terhadap kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gempa Bumi
1. Definisi gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi.Gempa bumi biasa disebabkan oleh
pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal
terjadinya kejadian gempa bumi tersebut.Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi
terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
Gempa bumi terjadi setiap hari di bumi, namun kebanyakan kecil dan tidak menyebabkan
kerusakan apa-apa.Gempa bumi kecil juga dapat mengiringi gempa bumi besar, dan dapat terjadi
sesudah, sebelum, atau selepas gempa bumi besar tersebut.
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan Pengukur Richter.Gempa bumi
dibagi ke dalam skala dari satu hingga sembilan berdasarkan ukurannya (skala Richter).Gempa bumi juga
dapat diukur dengan menggunakan ukuran Skala Mercalli.
2. Seismologi
Seismologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu seismos yang berarti getaran atau
goncangan dan logos yang berarti risalah atau ilmu pengetahuan.Orang Yunani menyebut gempa bumi
dengan kata-kata seismos tes ges yang berarti Bumi bergoncang atau bergetar.Dengan demikian, secara
sederhana seismologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari fenomena getaran pada bumi, atau
dengan kata sederhana, ilmu mengenai gempa bumi.Seismologi merupakan bagian dari ilmu geofisika.
Gempa bumi besar yang terjadi pada tanggal 1 November 1755 di Lisboa, Portugal menghancurkan
seluruh kota dan memicu tsunami besar, dapat dicatat sebagai tonggak awal pemicu perkembangan
seismologi modern. Seismologi tidak hanya mempelajari gempa bumi.Eksplorasi hidrokarbon (minyak bumi
dan gas) juga diawali oleh survey seismik.Untuk keperluan ini, pemicu getaran dibuat manusia (bukan
gempa bumi) dengan menggunakan semacam dinamit, lalu getaran yang dapat diterima beberapa
penerima (receiver) disusun sedemikian rupa sehingga catatan getaran tersebut dapat menggambarkan
kondisi bawah tanah.
3. Skala Richter
Skala Richter yang diusulkan oleh Charles Richter didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari
amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen
pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya. Sebagai
contoh, misalnya kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang
sejauh 100 km dari pusat gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa
tersebut adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter. Untuk memudahkan orang
dalam menentukan skala Richter ini, tanpa melakukan perhitungan matematis yang rumit, dibuatlah tabel
sederhana seperti gambar di samping ini. Parameter yang harus diketahui adalah amplitudo maksimum
yang terekam oleh seismometer (dalam milimeter) dan beda waktu tempuh antara gelombang-P dan
gelombang-S (dalam detik) atau jarak antara seismometer dengan pusat gempa (dalam kilometer). Dalam
gambar di samping ini dicontohkan sebuah seismogram mempunyai amplitudo maksimum sebesar 23
milimeter dan selisih antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik maka dengan menarik garis
dari titik 24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di sebelah kanan maka garis tersebut akan memotong skala
5,0. Jadi skala gempa tersebut sebesar 5,0 skala Richter. Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk
gempa-gempa yang terjadi di daerah Kalifornia Selatan saja.Namun dalam perkembangannya skala ini
banyak diadopsi untuk gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya. Skala Richter ini hanya cocok dipakai
untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan
dengan teknik Richter ini menjadi tidak representatif lagi.Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo
gempa tidak hanya memakai teknik Richter seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam
pemberitaan di media tentang magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan
dalam pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang lainnya
mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama.
4. Magnitudo Gempa
Magnitudo gempa adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan gempa
di sumbernya. Jadi pengukuran magnitudo yang dilakukan di tempat yang berbeda, harus menghasilkan
harga yang sama walaupun gempa yang dirasakan di tempat-tempat tersebut tentu berbeda. Richter pada
tahun 30-an memperkenalkan konsep magnitudo untuk ukuran kekuatan gempa di sumbernya. Satuan
yang dipakai adalah skala Richter (Richter Scale), yang bersifat logaritmik. Pada umumnya magnitudo
diukur berdasarkan amplitudo dan periode fase gelombang tertentu.
5. Episenter (Titik episenter berada persis di atas pusat gempa)
Episenter (bahasa Inggris: Epicenter) adalah titik di permukaan bumi yang berada tepat di atas
atau di bawah kejadian lokal yang mempengaruhi permukaan bumi. Dia terletak di atas dimana gempa
terjadi.Dia berlawanan dengan hiposenter, lokasi sebenarnya gempa yang terjadi di dalam bumi.Dia
terletak tepat di bawah titik peledakan udara senjata nuklir dan tepat di atas titik peledakan bawah
tanah.Istilah ini juga dapat digunakan untuk bencana lainnya seperti tabrakan meteor atau dengan benda
astronomik lainnya.
6. Seismometer
Seismometer (bahasa Yunani: seismos: gempa bumi dan metero: mengukur) adalah alat atau
sensor getaran, yang biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada
permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram.Prototip dari alat ini diperkenalkan
pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan dari Dinasti Han yang bernama Chang
Heng.Dengan alat ini orang pada masa tersebut bisa menentukan dari arah mana gempa bumi
terjadi.Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan,
sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar.Alat seperti ini disebut
seismometer broadband.
7. Seismogram
Seismogram atau rekaman gerakan tanah, atau grafik aktifitas gempa bumi sebagai fungsi waktu
yang dihasilkan oleh seismometer.Rekaman ini dapat dipergunakan salah satunya untuk menentukan
magnitudo gempa tersebut. Selain itu dari beberapa seismogram yang direkam di tempat lain, kita dapat
menentukan pusat gempa atau posisi dimana gempa tersebut terjadi.
8. Cincin Api Pasifik
Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Ring of Fire) adalah daerah yang
sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik.
Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga
sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.
Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang
Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah
sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke
Atlantika.Berikutnya adalah Mid-Atlantic Ridge.
B. Tipe Gempa Bumi
1. Gempa bumi tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran
lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga
yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik.
2. Gempa bumi gunung berapi
Gempa bumi gunung berapi terjadi berdekatan dengan gunung berapi dan mempunyai bentuk
keretakan memanjang yang sama dengan gempa bumi tektonik. Gempa bumi gunung berapi disebabkan
oleh pergerakan magma ke atas dalam gunung berapi, di mana geseran pada batu-batuan menghasilkan
gempa bumi. Ketika magma bergerak ke permukaan gunung berapi, ia bergerak dan memecahkan batu-
batuan serta mengakibatkan getaran berkepanjangan yang dapat bertahan dari beberapa jam hingga
beberapa hari. Gempa bumi gunung berapi terjadi di kawasan yang berdekatan dengan gunung berapi,
seperti Pegunungan Cascade di barat Laut Pasifik, Jepang, Dataran Tinggi Islandia, and titik merah
gunung berapi seperti Hawaii.
C. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
dilakukan oleh lempengan yang bergerak.Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya
mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada
saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan
tersebut.Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang
terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain
juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat
menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi
karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika.
Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau ekstraksi cairan dari/ke dalam bumi
(contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal.Terakhir,
gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak.Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor
tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah.Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti
ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
D. Persiapan Menghadapi Gempa Bumi
1. Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempa bumi. Tempat berlindung yang aman
adalah tempat yang dapat melindungi anda dari benda-benda yang jatuh atau mebel yang ambruk,
misalnya di kolong meja
2. Menyediakan air minum untuk keperluan darurat. Bekas botol air mineral dapat digunakan untuk
menyimpan air minum. Kebutuhan air minum biasanya 2 sampai 3 liter sehari untuk satu orang
3. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat
pengungsian. Barang-barang yang sangat diperlukan dalam keadaan darurat misalnya:
a. Lampu senter berikut baterai cadangannya
b. Air minum
c. Kotak P3K berisi obat penghilang rasa sakit, plester, pembalut dan sebagainya
d. Makanan yang tahan lama seperti biskuit
e. Sejumlah uang tunai
f. Buku tabungan
g. Korek api
h. Lilin
i. Helm
j. Pakaian dalam
k. Barang-barang berharga yang harus dibawa di saat keadaan darurat
4. Mengencangkan mebel yang mudah rubuh (seperti lemari pakaian) dengan langit-langit atau dinding
dengan menggunakan logam berbentuk siku atau sekrup agar tidak mudah rubuh di saat terjadi gempa
bumi.
5. Mencegah kaca jendela atau kaca lemari pakaian agar tidak pecah berantakan di saat gempa bumi dengan
memilih kaca yang kalau pecah tidak berserakan dan melukai orang (Safety Glass) atau dengan
menempelkan kaca film
6. Mencari tahu lokasi tempat evakuasi dan rumah sakit yang terdekat. Jika pemerintah setempat tidak
mempunyai tempat evakuasi, pastikan anda tidak pergi ke tempat yang lebih rendah atau tempat yang
dekat dengan pinggir laut/sungai untuk menghindari Tsunami.
Ketika Terjadi Gempa Bumi
1. Matikan api kompor jika anda sedang memasak. Matikan juga alat-alat elektronik yang dapat menyebabkan
timbulnya api. Jika terjadi kebakaran di dapur, segera padamkan api dengan menggunakan alat pemadam
api. Jika tidak mempunyai pemadam api gunakan pasir atau karung basah
2. Membuka pintu dan mencari jalan keluar dari rumah atau gedung
3. Cari informasi mengenai gempa bumi yang terjadi lewat televisi atau radio
4. Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat Anda berada, segeralah
mengungsi ke tempat pengungsian terdekat
5. Tetap tenang dan tidak terburu-buru keluar dari rumah atau gedung. Tunggu sampai gempa mereda, dan
sesudah agak tenang, ambil tas ransel berisi barang-barang keperluan darurat dan keluar dari
rumah/gedung menuju ke tanah kosong sambil melindungi kepala dengan helm atau barang-barang yang
dapat digunakan untuk melindungi kepala
6. Jika anda harus berjalan di tengah jalan raya, berhati-hatilah terhadap papan reklame yang jatuh, tiang
listrik yang tiba-tiba rubuh, kabel listrik, pecahan kaca, dan benda-benda yang berjatuhan dari atas gedung
7. Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat evakuasi. Jika bisa ajaklah
tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama
8. Jika gempa bumi terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, jangan sekali-kali mengerem dengan
mendadak atau menggunakan rem darurat. Kurangilah kecepatan secara bertahap dan hentikan
kendaraan Anda di bahu jalan.Jangan berhenti di dekat pompa bensin, di bawah kabel tegangan tinggi,
atau di bawah jembatan penyeberangan.
Rumus Hitung Episentrum Gempa
Episentrum gempa adalah gelombang gempa yang berada di permukaan bumi yang kemudian menyebar ke berbagai arah. Untuk menghitung jarak episentrum gempa dapat menggunakan rumus sederhana berikut:
METODE EPISENTRAL
Episentral ialah jarak episentrum atau pusat gempa di stasiun pencatat gempa. Untuk menentukan episentrum dengan menggunakan metode episentral diperlukan minimal tiga stasiun pengamat yang mencatat kejadian gempa, sehingga dapat dihitung jarak episentral masing-masing stasiun. Untuk menghitung jarak episentral digunakan rumus LASKA, yaitu:
Delta = ((S-P) – 1’) X 1.000 Kilometer)
Delta = jarak episentral dari stasiun pengamat dalam satuan kilometer
S-P = selisih waktu pencatatan antara gelombang sekunder dan gelombang primer (dalam menit)
1’ = 1 menit
Contoh:
Berdasarkan tiga buah stasiun pengamatan (A, B dan C) tercatat getaran gempa sebagai berikut:
Stasiun A
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 28.25
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 30.40
Stasiun B
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 30.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 33.45
Stasiun C
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 32.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 36.15
Untuk menentukan jarak episentral masing-masing stasiun:
Delta A
((2. 30’ 40’’ – 2. 28’ 25’’) – 1’) X 1.000 km
= (2’ 15’’ – 1’) X 1.000 km
= 1’ 15’’ X 1.000 km (karena 1’ = 60’’ maka (1 X 1.000) + (15/60 X 1.000))
= 1.250 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun A berjarak 1.250 km.
Delta B
= (( 2. 33’ 45’’ – 2. 30’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (3’ 30’’ – 1’) X 1.000 km
=2’ 30’’ X 1.000 km
(2 X 1.000) + (30/60 X 1.000)
= 2.500 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun B berjarak 2.500 km
Delta C
= ((2. 36’ 15’’ – 2. 32’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (4’ – 1’) X 1.000 km
= 3’ X 1.000 km
= 3.000 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun C berjarak 3.000 km
E. Dampak Kerusakan Akibat Gempa Bumi
Kerusakan akibat gempa bumi di San Francisco pada tahun 1906
Sebagian jalan layang yang runtuh akibat gempa bumi Loma Prieta pada tahun 1989
6 Maret 2007 - Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Laporan
terakhir menyatakan 79 orang tewas
27 Mei 2006 - Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi
tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2
pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan
tempat tinggal.
8 Oktober 2005 - Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia Selatan, berpusat di
Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
26 Desember 2004 - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,3 skala Richter mengguncang Aceh dan
Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami di samudera Hindia.
26 Desember 2003 - Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5 pada skala Richter
dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
21 Mei 2002 - Di utara Afghanistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari
1.000 orang mati.
26 Januari 2001 - India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500 ada juga yang
mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.
21 September 1999 - Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan 2.400 korban
tewas.
17 Agustus 1999 - barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut 17.000 nyawa.
25 Januari 1999 - Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa.
30 Mei 1998 - Di utara Afghanistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala Richter
menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.
17 Januari 1995 - Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan merenggut 6.000 nyawa.
30 September 1993 - Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan menewaskan
1.000 orang.
21 Juni 1990 - Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut 50.000 nyawa.
7 Desember 1988 - Barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan menyebabkan
25.000 kematian.
19 September 1985 - Di Mexico Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter, meragut lebih dari
9.500 nyawa.
16 September 1978 - Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan menyebabkan
25.000 kematian.
28 Juli 1976 - Tangshan, China, berukuran 7,8 pada skala Richter dan menyebabkan 240.000
orang terbunuh.
4 Februari 1976 - Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan menyebabkan 22.778
terbunuh.
29 Februari 1960 - Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran 5,7 skala Richter,
menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan seluruh kota Agadir.
26 Desember 1939 - Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan 33.000 orang
tewas.
24 Januari 1939 - Di Chillan, Chile dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000 kematian.
31 Mei 1935 - Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan 50.000 orang.
1 September 1923 - Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan merenggut
sedikitnya 140.000 nyawa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh
pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
2. Tipe gempa bumi adalah gempa tektonik dan gempa vulkanik.
3. Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh
lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada
keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah
gempa bumi akan terjadi.
B. Saran
Untuk mengantisipasi gempa bumi yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan kapan dan
dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :
1. Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempa bumi.
2. Menyediakan air minum untuk keperluan darurat.
3. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat
pengungsian.
DAFTAR PUSTAKA
· Waluyo, Joko. 2007. Geografi. Jakarta : Graha Pustaka.
· http://wikipedia.com/gempa_bumi.Diakses 22 Pebruari 2008.
· http://earth_quake/penyebab_gempa.Diakses 22 Pebruari 2008.
· http://ensiklopedi_indonesia/gempa_terbesar_dalam_sejarah.Diakses 22 Pebruari 2008.