gangguan- gangguan pada masa kanak- kanak.doc

35
GANGGUAN- GANGGUAN PADA MASA KANAK- KANAK A. Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat awam khususnya sering menganggap bahwa istilah tunanetra sering disamakan dengan buta. Pandangan masyarakat tersebut didasarkan pada suatu pemikiran yang umum yaitu bahwa setiap tunanetra tidak dapat melihat sama sekali. Begitupun juga dengan tuna grahita yang menganggap bahwa anak tuna grahita adalah anak yang mempunyai keterbelakangan mental dan begitupun juga dengan tuna daksa dimana kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh. Pada masa kanak- kanak terdapat beberapa gangguan yang ada pada dirinya. Gangguan – gangguan tersebut berupa tuna netra, tuna grahita, dan tuna daksa.masing- masing dari gangguan tersebut mempunyai defenisi- defenisi dan bagiannya. Oleh karena itu Penulis dalam makalah ini akan membahas tentang pengertian serta perbedaan antara tuna netra, tuna grahita dan tuna daksa. B. Gangguan- gangguan Pada Masa Kanak- kanak 1. Tuna Netra 1

Upload: muhammad-hasby-jamil

Post on 25-Oct-2015

188 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah psikologi abnormal, bk-b 010, Stain Mahmud Yunus Batusangka

TRANSCRIPT

GANGGUAN- GANGGUAN PADA MASA KANAK- KANAK

A. Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat awam khususnya sering

menganggap bahwa istilah tunanetra sering disamakan dengan buta.

Pandangan masyarakat tersebut didasarkan pada suatu pemikiran yang

umum yaitu bahwa setiap tunanetra tidak dapat melihat sama sekali.

Begitupun juga dengan tuna grahita yang menganggap bahwa anak tuna

grahita adalah anak yang mempunyai keterbelakangan mental dan

begitupun juga dengan tuna daksa dimana kelainan yang meliputi cacat

tubuh atau kerusakan tubuh. Pada masa kanak- kanak terdapat beberapa

gangguan yang ada pada dirinya. Gangguan – gangguan tersebut berupa

tuna netra, tuna grahita, dan tuna daksa.masing- masing dari gangguan

tersebut mempunyai defenisi- defenisi dan bagiannya.

Oleh karena itu Penulis dalam makalah ini akan membahas tentang

pengertian serta perbedaan antara tuna netra, tuna grahita dan tuna daksa.

B. Gangguan- gangguan Pada Masa Kanak- kanak

1. Tuna Netra

a. Pengertian dan Klasifikasi Tuna Netra

Secara etimologi kata tunanetra berasal dari tuna yang

berarti rusak,netra berarti mata atau penglihatan. Jadi secara umum

tunanetra berarti rusak penglihatan. Tunanetra berarti buta,tetapi

buta belum tentu sama sekali gelap atau sama sekali tidak dapat

melihat.

Tuna Netra Merupakan sebutan untuk individu yang

mengalami gangguan pada indra penglihatan.1Ada anak buta yang

sama sekali tidak ada penglihatan,anak semacam ini biasanya

disebut buta total. Disamping buta total,masih ada juga anak yang

1 Aqila Smart. Anak Cacat Bukan Kiamat. ( Yogyakarta : Kata Hati, 2010 ),hal 36

1

mempunyai sisa penglihatan tetapi tidak dapat dipergunakan untuk

membaca dan menulis huruf biasa. Istilah buta ini mencakup

pengertian yang sama dengan istilah tunanetra atau istilah asingnya

blind. Untuk memberikan pengertian yang tepat tentang buta itu,

perlu dirumuskan pengertian sebagai berikut: Menurut Slamet

Riadi adalah “Seseorang dikatakan buta jika ia tidak dapat

mempergunakan penglihatannya untuk pendidikan “(Slamet Riadi ,

1984, hal. 23). Menurut Pertuni tunanetra adalah mereka yang

tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka

yang masih memiliki sisah penglihatan, tetapi tidak mampu

menggunakan penglihatanya untuk membaca tulisan biasa

berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meski pun

dibantu dengan kacamata (kurang awas).2

Pertuni (persatuan tunanetra indonesia) yang berkedudukan

di jakarta. Sala satu wadah institusi ormas, yang mengakfokasi

hak- hak tunanetra dalam kehidupan dan penghidupan dalam

masyarakat. Baik dari segi hukum, HAM (hak asasi manusia) dan

pendidikan. Pengertian secara khusus, bahwa orang yang

kehilangan penglihatan sedemikian rupa, sehingga seseorang itu

sukar atau tidak mungkin dapat mengikuti pendidikan dengan

metode yang biasanya dipergunakan disekolah biasa. Sebenarnya

anak buta dalam pendidikan tidak saja mempergunakan metode

khusus, melainkan juga alat-alat bantu khusus, yang digunakan

untuk membaca dan menulis diantaranya adalah : huruf braille,

riglet dan pen.

Tunanetra menurut Soedjadi S. (tth:23): Berdasarkan

pandangan paedagogis, mereka ini kurang atau sama sekali tidak

2 http://cerpenik.blogspot.com/2010/12/pengertian-tunanetra.html, Di akses tanggal 27 September 2013

2

dapat menggunakan penglihatannya dalam melaksanakan tugas

yang diberikan dalam pendidikan.

Anak yang mengalami gangguan penglihatan dapat

didefinisikan sebagai anak yang rusak penglihatannya yang

walaupun dibantu dengan perbaikan masih mempunyai pengaruh

yang merugikan bagi anak yang bersangkutan (Scholl, 1986:p.29).

Pengertian ini mencakup anak yang memiliki sisa penglihatan dan

yang buta. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan

dalam penglihatan/tidak berfungsinya indera penglihatan.

Tunanetra memiliki keterbatasan dalam penglihatan antara lain:

a. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1

(satu) meter.

b. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang

mampu melihat suatu benda pada jarak 20 kaki.

c. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20º. (Heward &

Orlansky, 1988:p.296)

Berdasarkan definisi World Health Organization (WHO),

seseorang dikatakan Low Vision apabila:

a. Memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan

pengobatan, misalnya operasi dan atau koreksi refraksi standart

(kacamata atau lensa).

b. Mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai

dapat menerima persepsi cahaya.

c. Luas penglihatan kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi

d. Secara potensial masih dapat menggunakan penglihatannya

untuk perencanaan dan atau pelaksanaan suatu tugas.

Anak dikatakan tuna netra apabila mereka kehilangan daya

lihatnya sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan

fasilitas pendidikan anak awas atau normal pada umumnya

sehingga untuk mengembangkan potensinya diperlukan layanan

pendidikan khusus. Tuna netra di bagi menjadi dua yaitu :

3

a. Kurang awas (low vision), yaitu seseorang dikatakan kurang

awas bila ia masih memiliki sisa penglihatan sedemikian rupa

sehingga masih dapat sedikit melihat atau masih bisa

membedakan gelap dan terang.

b. Buta (blind), yaitu seseorang dikatakan butaa apabila ia sudah

tidak memiliki sisa penglihatan sehinga tidak dapat

membedakan gelap dan terang.

Daniel P Hallahan dan James M Kauffman memberikan

batasan mengenai tunanetra sebagai berikut:

For educational purposes, the blind person is one whose

sight is so severaly impaired that he or she must be taught to read

by Braille or by aural methods (audiotapes and records). The

partially sighted person can read print even though magnifying

devices or large-print books may be needed .

Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa untuk

kepentingan pendidikan, anak tunanetra yang mengalami kelainan

yang sangat berat harus diajar membaca dengan menggunakan

huruf Braille atau dengan metode pendengaran seperti

menggunakan audiotape atau alat perekam lain, sedangkan anak

yang mengalami gangguan penglihatan sebagian baru dapat

membaca tulisan apabila dibantu dengan menggunakan alat

pembesar atau buku yang hurufnya diperbesar. Menurut White

Confrence pengertian tunanetra adalah sebagai berikut.

a. Seseorang dikatakan buta baik total maupun sebagian (low

vision); dari ke dua matanya sehingga tidak memungkinkan lagi

baginya untuk membaca sekalipun dibantu dengan kacamata.

b. Seseorang dikatakan buta untuk pendidikan bila mempunyai

ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada bagian mata

yang terbaik setelah mendapat perbaikan yang diperlukan atau

mempunyai ketajaman penglihatan lebih dari 20/200 tetapi

4

mempunyai keterbatasan dalam lantang pandangnya sehingga

luas daerah penglihatannya membentuk sudut tidak lebih dari

20 derajat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tunanetra berarti kondisi luka

atau rusaknya mata, sehingga mengakibatkan kurang atau tidak

memiliki kemampuan persepsi penglihatan. Dari pengertian

tersebut dapat dirumuskan bahwa istilah tunanetra mengandung

arti rusaknya penglihatan . Rumusan ini pada dasarnya belum

lengkap dan jelas karena belum tergambarkan apakah keadaan

mata yang tidak dapat melihat sama sekali atau mata rusak

tetapi masih dapat melihat, atau juga berpenglihatan sebelah.

Klasifikasi yang dialami oleh anak tunanetra, antara lain :

1. Menurut Lowenfeld, (1955:p.219), klasifikasi anak

tunanetra yang didasarkan pada waktu terjadinya

ketunanetraan, yaitu :

a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang

sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.

b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka

telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual

tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.

c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja;

mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan

meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap

proses perkembangan pribadi.

d. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka

yang dengan segala kesadaran mampu melakukan

latihan-latihan penyesuaian diri.

e. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah

sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.

f. Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)

5

2. Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya

penglihatan, yaitu :

a. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni

mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan

akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-

program pendidikan dan mampu melakukan

pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi

penglihatan.

b. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni

mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan,

hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu

mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca

tulisan yang bercetak tebal.

c. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang

sama sekali tidak dapat melihat.

3. Menurut WHO, klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan

klinis, yaitu: a. Tunanetra yang memiliki ketajaman

penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang

penglihatan kurang dari 20 derajat. b. Tunanetra yang

masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70

sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui

perbaikan.

4. Menurut Hathaway, klasifikasi didasarkan dari segi

pendidikan, yaitu :

a. Anak yang memiliki ketajaman penglihatan 20/70 atau

kurang setelah memperoleh pelayanan medik.

b. Anak yang mempunyai penyimpangan penglihatan

dari yang normal dan menurut ahli mata dapat

bermanfaat dengan menyediakan atau memberikan

fasilitas pendidikan yang khusus.

6

5. Kirk (1962:p.214) mengutip klasifikasi ketunanetraan,

yaitu :

a. Anak yang buta total atau masih memiliki persepsi

cahaya sampai dengan 2/2000, ia tidak dapat melihat

gerak tangan pada jarak 3 kaki di depan wajahnya.

b. Anak yang buta dengan ketajaman penglihatan sampai

dengan 5/200, ia tidak dapat menghitung jari pada

jarak 3 kaki di depan wajahnya.

c. Anak yang masih dapat diharapkan untuk berjalan

sendiri, yaitu yang memiliki ketajaman penglihatan

sampai dengan 10/200, ia tidak dapat membaca huruf-

huruf besar seperti judul berita pada koran.

d. Anak yang mampu membaca huruf-huruf besar pada

koran, yaitu yang memiliki ketajaman penglihatan

sampai dengan 20/200, akan tetapi ia tidak dapat

diharapkan untuk membaca huruf 14 point atau tipe

yang lebih kecil.

e. Anak yang memiliki penglihatan pada batas ketajaman

penglihatan 20/200 atau lebih, akan tetapi ia tidak

memiliki penglihatan cukup untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang memerlukan penglihatan dan

anak ini tidak dapat membaca huruf 10 point.

6. Menurut Howard dan Orlansky, klasifikasi didasarkan

pada kelainan-kelainan yang terjadi pada mata, yaitu :

Kelainan ini disebabkan karena adanya

kesalahan pembiasan pada mata. Hal ini terjadi bila

cahaya tidak terfokus sehingga tidak jatuh pada retina.

Peristiwa ini dapat diperbaiki dengan memberikan lensa

atau lensa kontak. Kelainan-kelainan itu, antara lain :

a. Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan

tidak terfokus dan jatuh di belakang retina.

7

Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek

didekatkan. Untuk membantu proses penglihatan

pada penderita Myopia digunakan kacamata koreksi

dengan lensa negatif.

b. Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan

tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan

akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk

membantu proses penglihatan pada penderita

Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa

positif.

c. Astigmatisme; adalah penyimpangan atau

penglihatan kabur yang disebabkan karena

ketidakberesan pada kornea mata atau pada

permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan

benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak

terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses

penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan

kacamata koreksi dengan lensa silindris.3

b.Faktor-faktor penyebab Tunanetra

1). Pre-natal ( dalam kandungan)

Faktor penyebab tunanetra pada masa pre-natal sangat erat

kaitannya dengan adanya riwayat dari orang tuanya atau kelainan

pada masa kehamilan.

a. Keturunan

Pernikahan dengan seksama tunanetra dapat

menghasilkan anak dengan kekurangan yang sama, yaitu

tunanetra.

b. Pertumbuhan anak dalam kandungan

1). Gangguan pada saat ibu hamil

3 Aqila Smart. Anak Cacat Bukan Kiamat. ( Yogyakarta : Kata Hati, 2012 ), hal.36-37

8

2). Adanya penyakit Menahun, seperti TBC Sehingga

merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan

janin dalam kandungan

3). Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat

terkena rubella atau cacar air dapat menyebabkan

kerusakan pada mata, telinga, jantung, dan sistem

susunan saraf pusat pada janin yang sedang

berkembang.

4). Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma,

dan tumor.

5). Kekurangan vitamin

2). Post-natal

Merupakan masa setelah bayi dilahirkan. Tunanetra bisa saja

terjadi pada masa ini.

a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan,

akibat benturan alat-alat atau benda keras

b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe

sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada

akhirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat

hilangnya daya penglihatan.

c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan.

d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan.4

2. Tuna Grahita

a. Pengertian dan Klasifikasi Tuna Grahita

Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna yang berarti

“merugi” sedangkan grahita yang berarti “pikiran”. Tunagrahita

merupakan kata lain dari Retardasi Mental (Mental Retardation)

yang artinya terbelakang mental. Tunagrahita juga memiliki istilah-

istilah yaitu Lemah fikiran (feeble minded), Terbelakang mental

4 Aqila, anak cacat...,hal41-44

9

(Mentally Retarded), Bodoh atau dungu (idiot), Cacat mental, dan

Mental Subnormal, dll.

Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut

anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata5.

Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk anak dengan

hendaya atau penurunan kemampuan ayau berkurangnya

kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas.

Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat ganda. Seseorang

yang mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat

kecerdasan yang terganggu. Istilah cacat ganda yang digunakan

karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik.

Misalnya cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan

keterbelakangan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang disertai

dengan gangguan pendengaran.

Namun, tidak semua anak tunagrahita memiliki cacat fisik.

Contohnya pada tunagrahita ringan. Masalah tunagrahita ringan

lebih banyak pada kemampuan  daya tangkap yang kurang. Secara

global pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang

memiliki keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan

sosial yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat

berkembang pada kemampuan yang maksimal.

Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan

memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut

American Asociation on Mental Deficiency mendefinisikan

Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual

umumnya di bawah rata- rata, yaitu IQ 84 ke bawah. Biasanya

anak- anak tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam “Adaptive

Behavior” atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak

tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan

ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial anak

5 Aqila, Anak Cacat...,hal 49

10

normal yang lainnya dan juga akan mengalami masalah dalam

keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia

sebaya. Anak- anak yang sulit berkomunikasi tidak selamanya itu

adalah anak tunagrahita. Bisa jadi anak yang bergejala demikian

tergolong autisme. Antara autisme dan tunagrahita terdapat

perbedaan mendasar sehingga perlakuan yang diberikan pun harus

berbeda. Menurut Mudjito, autisme ialah anak yang mengalami

gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami

gangguan sensoris, pola bermain, dan emosi. Penyebabnya karena

antar jaringan dan fungsi otak tidak sinkron. Ada yang maju pesat,

sedangkan yang lainnya biasa- biasa saja. Survei menunjukkan,

anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi menengah

ke atas. Ketika dikandung, asupan gizi ke ibunya tak seimbang.

Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit

mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak

dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir

dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan

gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi. 6

Anak tunagrahita memiliki fungsi intelektual tidak statis.

Kelompok tertentu, termasuk beberapa dari down syndrome,

memiliki kelainan fisik dibanding teman- temannya, tetapi

mayoritas dari anak tunagrahita terutama yang tergolong ringan,

terlihat sama seperti yang lainnya. Dari kebanyakan kasus banyak

anak tunagrahita terdeteksi setelah masuk sekolah. Tes IQ mungkin

dapat dijadikan indicator dari kemampuan mental seseorang.

Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada

hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan social

sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.

6 http://annesdecha.blogspot.com/2010/03/pengertian-tunagrahita.html, diakses Tanggal 28 September 2013

11

Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal

yang bersifat abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit.

Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari

dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan

bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya.

Lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan

isi bacaan, menggunakan symbol-simbol berhitung, dan dalam

semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang

atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pendapat diatas sejalan dengan definisi yang ditetapkan AAMD

yang dikutip oleh Grossman (Kirk & Gallagher, 1986:116), yang

artinya bahwa ketunagrahitaan mengacu pada sifat intelektual

umum yang secara jelas dibawah rata-rata, bersama kekurangan

dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung pada masa

perkembangan. Dari pengertian- pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa: :

a. Anak tunagrahita memiliki kecerdasan dibawah rata-rata

sedemikian rupa dibandingkan dengan anak normal pada

umumnya.

b. Adanya keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku pada

masa perkembangan

c. Terlambat atau terbelakang dalam perkembangan mental dan

social

d. Mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat,

didengar sehingga menyebabkan kesulitan dalam berbicara

dan berkomunikasi

e. Mengalami masalah persepsi yang menyebabkan tunagrahita

mengalami kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda

(visual perception) dan suara (audiotary perception)

12

f. Keterlambatan atau keterbelakangan mental yang dialami

tunagrahita menyebabkan mereka tidak dapat berperilaku

sesuai dengan usianya.

Berbagai ahli mengklasifikasikan anak tunagrahita itu

berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan bidang ilmunya masing-

masing. Ada yang berdasarkan etiologisnya,berdasarkan

kemampuannya, dan ada juga yang berdasarkan ciri-ciri klinisnya.

Penggolongan ini sangat diperlukan karena untuk memudahkan

memberikan layanan dan bantuan yang sebaik-

baiknya.Pengelompokan yang sudah lama dikenal ialah debil untuk

yang ringan, imbesil untuk anak yang sedang, dan idiot untuk anak

yang berat. Untuk ketiga kelompok anak tunagrahita tersebut ada

juga yang menyebutnya sebagai berikut : mampu didik dengan IQ

berkisar antara 50 -70, mampu latih antara 30 -50, dan perlu rawat

dengan IQ kurang dari 30. Seiring dengan diberlakukannya

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 72 tahun 1991,

Pengelompokan anak tunagrahita pun dirubahmenjadi anak

tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat.

Adapun Karakteristik tuna grahita adalah:

1. Karakteristik anak tunagrahita ringan

Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi

perbendaharan katanya 4minim, Mereka mengalami kesulitan

dalam berpikirabstrak, tetapi mereka masih mampu

mengikuti pelajaran yang bersifat akademik atau tool subject,

baik di sekolah biasa maupun di sekolah luar biasa (SLB).

Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan

anak normal yang berusia 12 tahun.

2. Karakteristik anak tunagrahita sedang

Anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran-

pelajaran yang bersifat akademik. Belajarnya secara membeo.

Perkembngan bahasanya sangat terbatas karena

13

perbendaharaan kata yang sangat kurang. Merka memerlukan

perlndungan orang lain, meskipun begitu masih mampu

membedakan bahaya dan bukan bahaya. Umur

kecerdasannya sama dengan anak normal umur tujuh tahun.

3. Karakteristik anak tunagrahita berat

Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan dan

bantuan orang lain, sehingga berpakaian, ke WC, dan

sebagainya harus dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau

tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana.

Kecerdasannya sampai setinggi anak normal yang berusia

tiga tahun. 7

b. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita

Mengenai faktor penyebab ketunagrahitaan para ahli sudah

berusaha membaginya menjadibeberapa kelompok. Ada yang

membaginya menjadi dua gugus, yaitu indogen dan eksogen. Ada

juga yang membaginya berdasarkan waktu terjadinya

penyebab,disusunsecara kronologis sebagai berikut faktor-faktor

yang terjadi sebelum nak lahir (prenatal), faktor- faktor yang terjadi

ketika anak lahir (natal), dan faktor-faktor yang terjadi setelah anak

dilahirkan (pos natal). 5Di bawah ini akan Dikemukakan beberapa

faktor penyebab ketunagrahitaan, baik yang berasal dari faktor

keturunan maupun yang berasal dari faktor lingkungan.

1. Faktor keturunan

Ketika terjadi fertilisasi dan terjadi manusia baru,

maka ia akan memperoleh faktor-faktor yang

diturunkan, baik dari ayah maupun dari ibu yang

disebut genotif.Aktualisasi genotif dihasilkan atas

kerjasama dengan lingkungan. Sebagai pembawa sikat

keturunan, gene antara lain menentukan warna kulit,

bentuk tubuh, raut wajah, dan kecerdasan.

7 Aqila, Anak Cacat...,hal 50-51

14

2. Gangguan metabolisme dan gizi

Metabolisme dan gizi merupakan dua hal yang

sangat penting bagi perkembangan individu, terutama

perkembangan sel-sel otak. Kegagalan dalam

metabolisme dan pemenuhan gizi akan mengakibatkan

terjadinya gangguan pisik dan mental pada individu.

3. Infeksi dan keracunan

a.Rubella

Wanita hamil yang terjangkit penyakit rubella akan

mengakibatkan janin yang dikandungnya menderita

tunagrahita, tunarungu, penyakit jantung, dan lain-

lain.

b.Syphilis

Bayi dalam kandungan ibunya yang terjangkit

syphilis akan lahir mengalami kelainan, seperti

tunagrahita.

4. Masalah pada kelahiran

Ketunagrahitaan juga dapat disebabkan akibat

sulitnya proses kelahiran, sehingga 6 bayi dikeluarkan

dengan menggunakan tank yang dapat merusak otak.

5. Faktor lingkungan (sosial-budaya)

banyak peneliti yang melaporkan bahwalingkungan

dapat berpengaruh terhadap fungsi intelek anak.Anak

tunagrahita banyak ditemukan :

a.Di daerah yang taraf ekonominya lemah

b.Dalam keluarga yang kurang menyadari pentingnya

pendidikan dini bagi anak, kurang kasih sayang, dan

kurangnya kontak pribadi dengan anak.

c. Usaha yang dapat dilakukan

Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya ketunagrahitaan adalah sebagai berikut :

15

1.Diagnostik prenatal

Yaitu suatu usaha memeriksakan kehamilan untuk

menemukan kemungkinan kelainan-kelainan pada janin.

2.Imunisasi

Imunisasi dilakukan terhadap ibu hamil dan balita

agar terhindar dari penyakit-penyakit yang dapat

mengganggu perkembangan anak.

3.Tes darah

Ini dilakukan terhadap pasangan calon suami istri

untuk menghidari kemungkinan menurunkan benih-

benih yang berkelainan,

4.Pemeliharaan kesehatan

Ibu hamil hendaknya memeriksakan kesehatan secara

rutin. Juga menyediakan 7 bergizi yang cukup,

menghindari radiasi, dan sebagainya.

5.Program KB

Ini diperlukan untuk mengatur kehamilan dan

membina keluarga yang sejahtera.

d.Perkembangan Sosial dan Kognitif Siswa Tunagrahita

Strategi pengembangan sosial tunagrahita dilakukan sejak

masa kanak-kanak, bersamaan dengan pembinaan tentang konsep

diri posotif, hubungan sesama teman, peneyesuaian sosial secara

umum.

Ketidak mampuan keterampilan sosial masa kanak-kanan

tunagrahita sangat erat kaitannya dan sejalan dengan pola respon

pada anak-anak usia remaja.Pendekatan melalui perkembangan

sosial terhadap tunagrahita hendaknya tertuju pada perubahan

kearah posistif setiap waktu atau merupakan penyesuaian

lingkungan yang semakin baik.8

8 Bandi Delhie, Bimbingan Konseling untuk Prilaku Non-Adaptif, ( Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2005),hal.34

16

3. Tuna Daksa

a. Pengertian dan Klasifikasi Tuna Daksa

Tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau

kecacatan pada sisitem otot, tulang, persendian dan saraf yang

disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan baik yang terjadi

sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Gangguan itu

mengakibatkan gangguan koorinasi, komunikasi, adaptasi,

mobilisasi dan gangguan perkembangan pribadi.

Tuna daksa merupakan sebutan halus bagi orang-orang

yang memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti

kaki, tangan, atau bentuk tubuh. 9

b.klasifikasi anak tunadaksa

Klasifikasi anak tunadaksa ditinjau dari sistem kelainannya

dapat dibedakan atas kelainan pada sistem cerebral dan kelainan

pada sistem otot dan rangka. Kelainan pada sistem cerebral berupa

cerebral palsy yang menunjukkan kelainan gerak, sikap dan bentuk

tubuh, gangguan koorinasi, dan kadang disertai gangguan

psikologis dan sensoris karena adanya kerusakan pada masa

perkembangan otak. Cerebral palsy diklasifikasikan menurut

derajat perkembangan otak. Cerebral palsy diklasifikasikan

menurut derajat kecacatannya, yaitu ringan, sedang dan berat.

Klasifikasi berdasrkan fisiologi kelainan gerak adalah spastik,

dyskensia (atetoid, rigid tremor) dan campuran.

Kelainan pada sistem otot dan rangka berupa pliomyelitis,

muscle dystrophy, dan spina bifida. Poliomyelitis merupakan suatu

infeksi penyakit pada sumsum tulang belakang yang disebabkan

oleh virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat

9 Aqila, anak cacat...,hal 44

17

menetap dan tidak mengakibatkan gangguan kecerdasan atau alat-

alat indra.10

Kelumpuhan dibedakan atas tipe spinal, bulbair,

bulbospinal, dan encephalistis. Muscle dystrophy adalah jenis

penyakit otot yang disebabkan oleh faktor keturunan dan

mengakibatkan otot tidak berkembang karena mengalami

kelumpuhan yang sifatnya progresif dan simetris. Spina bifida

merupakan jenis kelainan pada tulang dan belakgn yang ditandai

dengan terbukanya satu atau 3 ruas tulang belakang dan tidak

tertutup lagi selama masa perkembangan sehingga fungsi jaringan

saraf terganggu dan terjadilah kelumpuhan.

Karakteristik anak tunadaksa ditinjau dari beberapa segi,

antara lain :

a. Karakteristik akademis anak tudanadaksa meliputi ciri

khas kecerdasan, kemampuan kognisi, persepsi dan

simblisasi mengalam kelainan karena terganggunya

sisitem cerebral sehingga mengalami hambatan dalam

belajar, dan mengurus diri. Anak tundaksa karena

kelainan pada sistem otot dan rangka tidak terganggu

sehingga dapat belajar, seperti anak normal.

b. Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa

menunjukkan bahwa konse diri dan respons serta sikap

masyarakat yang negatif terhadap anak tunadaksa

mengakibatkan anak tunadaksa merasa tidak mampu,

tidak berguna dan menjadi rendah diri. Akibatnya,

kepercayan dirinya hilang dan akhirnya tidak dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Mereka juga menunjukkan sikap mudah tersinggung,

10 http://fedelisrudi.blogspot.com/2012/04/pengertian-klasifikasi-dan.html, diakses Tanggal 28 September 2013

18

mudah marah, lekas putus asa, rendah diri, kurang

dapat bergaul, malu dan suka menyendiri, serta frustasi

berat.

c. Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya

selain mengalami cacat tubuh, juga mengalami

gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya

pendenganran, penglihatan, gangguan bicara, dan

gangguan motorik.

c. Tujuan utama pendidikan anak tunadaksa

Tujuan utama pendidikan anak tunadaksa adalah terbentukyna

kemandirian dan keutuhan pribadi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

sekurang-kurangnya tujuh aspek yang perlu dikembangkan melalui

pendidikan pada anak tunadaksa, yaitu :

a. Pengembangan intelektual dan akademik

b. Membantu perkembangan fisik

c. Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri

anak

d. Mematangkan moral dan spiritual,

e. Meningkatkan ekspresi diri

f. Mempersiapkan masa depan anak

Anak Tunadaksa dapat mengikuti pendidikan pada sekolah

berasrama, sekolah tidak berasrama, kelas khusus penuh, kelas reguler

dan khusus, kelas umum dibantu oleh guru khusus, kelas dengn

konsultan guru-guru umum, dan kelas normal, serta ruang sumber.

Penyelenggaran pendidikan jalur persekolahan bagi anak tunadaksa

menggunakan kurikulum PLB untuk anak tunadaksa tahun 1994,

Pengembangan Kurikulm, garis-garis Besar Program Pengajaran

(GBPP) , dan Pedoman Pelaksanaan Kurikulum. Satuan pendidikan

yang ada dalam kurikulum PLB 1994 berjenjang mulai TKLB, SDLB,

SLTPLB, dan SMLB. Semua satuan pendidikan tersebut mereapkan

sistem caturwulan, sedangkan perencanaan kegiatan belajarnya dapat

19

meliputi perencanaan tahunan, caturwulan, harian dan perencanaan

pendidikan yang diidividualisasikan (PPI).

Dalam memberikan pendidikan pada anak tunadaksa ada 2

prinsip utama, yaitu prinsip multisensori dan individualisasi.

Demikian juga dengan kondisi ruangan belajarnya. Ia membutuhkan

rancangan khusus sehubungan dengan kondisi anak tunadaksa

mengalami gangguan motorik maka sebaiknya bangunan gedung

sekolah dirancang dengan memprioritaskan 3 kemudahan, yaitu

mudah ke luar masuk, mudah bergerak dalam ruangan dan mudah

mengadakan penyesuaian.

C. Penutup

1. Kesimpulan

Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam

penglihatan/tidak berfungsinya indera penglihatan Berdasarkan

tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total

blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (Low Visioan).

Sedangkan Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna yang

berarti “merugi” sedangkan grahita yang berarti “pikiran”.

Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (Mental

Retardation) yang artinya terbelakang mental. Tunagrahita juga

memiliki istilah- istilah yaitu Lemah fikiran (feeble minded),

Terbelakang mental (Mentally Retarded), Bodoh atau dungu (idiot),

Cacat mental, dan Mental Subnormal, dll.

Tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau

kecacatan pada sisitem otot, tulang, persendian dan saraf yang

disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan baik yang terjadi

sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Gangguan itu

mengakibatkan gangguan koorinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi

dan gangguan perkembangan pribadi.

20

2. Saran

Dalam makalah ini penulis tidak lepas dari kekurangan isi dari

makalah ini. Oleh karena itu diharapkan kepada para pembaca untuk

dapat melengkapi isi dari makalah dan menambah referensi dari

sumber lainnya. Mudah- mudahan makalah ini bermanfaat bagi

pembaca khususnya bagi penulis makalah ini.

21

DAFTAR PUSTAKA

Aqila Smart. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta : Kata Hati

Bandi Deplhie. 2005. Bimbingan Konseling Untuk Perilaku Non-Adaftif. Bandung : Pustaka Bani Quraisy

http://fedelisrudi.blogspot.com/2012/04/pengertian-klasifikasi-dan.html

http://annesdecha.blogspot.com/2010/03/pengertian-tunagrahita.html

http://cerpenik.blogspot.com/2010/12/pengertian-tunanetra.html

22