gambaran motivasi perawat dalam melanjutkan …

53
GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT SARININGSIH KOTA BANDUNG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Ceng Muhidin Ardi NPM : AK.216062 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2019

Upload: others

Post on 10-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN PENDIDIKAN

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT SARININGSIH KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Keperawatan

Ceng Muhidin Ardi

NPM : AK.216062

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2019

Page 2: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …
Page 3: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …
Page 4: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …
Page 5: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …
Page 6: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …
Page 7: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …
Page 8: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …
Page 9: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN SARJANA

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT SARININGSIH BANDUNG

Ceng Muhidin Ardi

ABSTRAK

Kemenkes (2017), Menurut data dari Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemkes tahun 2017,

sebagian besar atau 77,56% perawat yang bekerja di rumah sakit berpendidikan Diploma III, Ners

10,84%, dan sepesialistik 6,24% dan yang berpendidikan SPK sebanyak 5,17%. Kondisi ini belum

sesuai dengan standar profesi keperawatan sebagai pemberi asuhan keperawatan yang profesional.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran tingkat motivasi perawat untuk

melanjutkan pendidikan di RS Sariningsih Bandung Tahun 2019.

Desain yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan populasi adalah

total sampling dengan jumlah 42 perawat. Pengumpulan data dengan kuesioner motivasi yang di

ambil dari teori Titin (2014) dengan nilai dari 37 pertanyaan.

Hasil penelitian menunjukan : Responden tingkat motivasi tinggi sebanyak 24 perawat

(57,1%), tingkat motivasi rendah sebanyak 18 perawat (42,9%). Berdasarkan hasil penelitian ini,

peneliti menyarankan agar para manajer Rumah Sakit membuat rencana pengembangan SDM

yang jelas dan mengalokasikan dana untuk pendidikan berkelanjutan dalam rangka rneningkatkan

mutu pelayanan.

Kesimpulan :.Masih tinggi motivasi perawat melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan di

Rumah Sakit Sariningsih Bandung, untuk memberi kesempatan bagi perawat melanjutkan

pendidikan ke jengjang lebih tinggi.

Kata Kunci : motivasi, perawat, pendidikan

Referensi : 29 Buku (2004-2018)

2 website (2017-2018)

2 jurnal (2014-2017)

Page 10: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

NURSING MOTIVATION DESCRIPTION OF NURSING EDUCATION IN

SARININGSIH HOSPITAL BANDUNG

Ceng Muhidion Ardi

ABSTRAC

Ministry of Health (2017), According to data from the Director General of Health Efforts

for the Ministry of Health in 2017, the majority or 77.56% of nurses working in hospitals had

Diploma III education, Nurse 10.84%, and specialistic 6.24% and SPK educated as many as

5.17%. This condition is not in accordance with the standards of the nursing profession as a

professional provider of nursing care.

The purpose of this study was to see a picture of the level of motivation of nurses to continue their

education at Sariningsih Hospital Bandung in 2019.

The design used is quantitative descriptive. The population collection technique is total sampling

with 42 nurses. Data collection using a motivation questionnaire taken from Titin's theory (2014)

with a value of 37 questions.

The results showed: Respondents with high motivation levels were 24 nurses (57.1%), low

motivation levels were 18 nurses (42.9%). Based on the results of this study, researchers suggest

that Hospital managers make a clear HR development plan and allocate funds for continuing

education in order to improve service quality.

Conclusion: Still high motivation of nurses to continue their education in nursing at Sariningsih

Hospital, Bandung, to provide opportunities for nurses to continue their education to a higher level.

Keywords: motivation, nurses, education

References: 29 Books (2004-2018),2 websites (2017-2018),2 journals (2014-2017)

Page 11: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …
Page 12: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia, rahmat

taufik serta hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Proposal ini pada waktunya.

Proposal yang penulis susun berjudul “GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM

MELANJUTKAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT SARININGSIH

KOTA BANDUNG TAHUN 2018”. Proposal ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mencapai

gelar Sarjana Keperawatan di STIKes Bhakti Kencana Bandung.

Penulisan Penelitian ini banyak sekali hambatan dan rintangan, namun bukan merupakan

suatu halangan bagi penulis bahkan menjadi suatu tantangan sekaligus pelajaran dan pengalaman

untuk menambah wawasan dan percaya diri. Penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan

Penelitian ini, masih jauh dari sempurna baik dari segi pembahasan maupun teknik

penulisannya.Tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sangat sulit kiranya untuk

menyelesaikan Penelitian ini. Oleh Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Bapak H. Mulyana, SH.,M.PD.,M.,HKes., Selaku ketua yayasan Adhi Guna Kecana

Bandung

2. Dr. Entris Sutrisno, Apt. MHKes. sebagai Rektor Universitas Bhakti kencana Bandung.

3. Ibu R Siti Jundiah, S.Kp.,M.Kep sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Bhakti kencana

Bandung.

4. Ibu Lia Nurlianawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep. selaku ketua Program Studi Keperawatan (S-1)

STIKes Bhakti kencana Bandung .

Page 13: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

5. Bapak Sumbara, S.Kep.,Ners.,M.Kep., selaku Pembimbing I yang telah memberikan

berbagai masukan, bimbingan dan semangat dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Ibu Nur Intan Hayati H.K,S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Pembimbing II yang telah

memberikan berbagai arahan dan bimbingan dan semangat dalam penyusunan Skripsi ini

dengan penuh kesabaran.

7. Mayor CKM dr Wahyu Murtiono , SpTHT-K. selaku Kepala Rumah SakitTk IV Sariningsih

Bandung, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.

8. Kepala Bidang Keperawatan dan seluruh jajaran pengurus RSU Sariningsih yang telah

membantu dalam proses pengumpulan data..

9. Kedua orang tua tercinta yang selalu mendoakan, memberikan dorongan agar tetap

semangat.

10. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi Keperawatan (S-1) yang selalu memberikan

dukungan dan semangat.

11. Seluruh Dosen, beserta Staff Program Studi Keperawatan (S-1) dan semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan andil dalam menyusunan

Proposal ini.

Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang berguna untuk

kemajuan ilmu di bidang kesehatan pada umumnya dan keperawatan pada khususnya. Semoga

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Page 14: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Bandung, Agustus 2019

Penulis

Page 15: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …
Page 16: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 8

C. Tujuan ..................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Motivasi .................................................................................. 10

1.1 Pengertian Motivasi ....................................................... 10

1.2 Teori-Teori Motivasi . ..................................................... 12

1.2.1. Teori Isi Motivasi ............................................... 12

1.2.2. Teori Proses Motivasi ........................................ 22

1.2.3. Siklus Motivasi .................................................. 24

1.2.4. Tujuan Motivasi ................................................. 26

1.2.5. Unsur –Unsur Motivasi ...................................... 26

1.2.6. Fungsi Motivasi ................................................. 27

Page 17: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

1.2.7. Jenis Motivasi .................................................... 28

2. Konsep Pendidikan Perawat ...................................................... 28

2.1 Pengertian ........................................................................ 28

2.2 Pendidikan Tinggi Perawat ................................................ 30

2.3 Tujuan Pendidikan Keperawatan ...................................... 33

3. Kerangka Konsep ....................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN

1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 35

2 Paradigma Penelitian .......................................................................... 35

3 Variabel Penelitian .............................................................................. 37

4 Definisi Konseptual dan Oprasional .................................................. 38

5 Populasi dan Sampel ........................................................................... 38

5.1 Populasi ......................................................................................... 38

5.2 Sampel ........................................................................................... 39

6 Pengumpulan Data .............................................................................. 39

6.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 39

6.2 Instrumen Peneliitian .................................................................... 41

6.3 Uji Validitas dan Reabilitas .......................................................... 41

7 Langkah –langkah Penelitian .............................................................. 44

7.1 Persiapan ....................................................................................... 44

7.2 Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 45

7.3 Penyusunan Laporan dan Penyajian Hasil Penelitian .................... 45

8 Pengolahan Analisis Data ................................................................... 45

Page 18: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

8.1 Pengolahan Data ............................................................................ 45

9 Etika Penelitian ................................................................................... 50

10 Lokasi dan waktu Penelitian ................................................................ 52

BAB IV

1 Hasil Penelitian ................................................................................... 53

1.1 Analisis Univariat .......................................................................... 53

2 Pembahasan ......................................................................................... 55

2.1 Univariat ....................................................................................... 55

BAB V

1 Kesimpulan ......................................................................................... 62

2 Saran .................................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 63

LAMPIRAN

Page 19: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 3.1 Hasil Uji Normalitas Data................................................................ 49

Tabel 3.2 Penentuan Cut Off Median ............................................................. 49

Tabel 3.3 Pedoman Pengkategorian Variabel .................................................. 49

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Motivasi ......................................................... 54

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Motivasi dari Relatedness ............................. 54

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Motivasi dari growth ...................................... 55

Page 20: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Siklus Motivasi .......................................................................... 26

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Teori Penelitian ............................................... 35

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep ............................................................. 38

Page 21: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Motivasi

Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan (Informed concent)

Page 22: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …
Page 23: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi saat ini, dimana setelah diberlakukannya pasar bebas pada tahun

2003 (AFTA) dan disusul dengan Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) tahun 2010

serta semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, bidang pelayanan

kesehatan akan dihadapkan dengan kompetisi dan kerjasama dalam pengadaan jasa pelayanan

kesehatan. Bidang kesehatan yang paling berpengaruh oleh dampak globalisasi salah satunya

adalah bidang perumahsakitan.

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

dan gawat darurat (UU No.44 tahun 2009). Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam

mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan, dimana memiliki peran yang sangat strategis

dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Peran

strategis ini diperoleh karena rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang padat teknologi dan

padat pakar (Dirjen BUK Kemkes, 2012).

Meningkatnya persaingan dan tuntutan masyarakat, rumah sakit perlu menetapkan

strategi untuk meningkatkan mutu pelayanan secara paripurna dan berkesinambungan,

sehingga dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, rumah sakit harus melakukan upaya

peningkatan mutu pelayanan umum dan pelayanan medik, baik melalui akreditasi, sertifikasi

ataupun proses peningkatan mutu lainnya. Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009

Page 24: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

(dalam Dirjen BUK Kemkes, 2012), mewajibkan rumah sakit menjalani akreditasi. Akreditasi

rumah sakit merupakan proses dimana suatu lembaga yang independen melakukan asesmen

terhadap rumah sakit dengan tujuan untuk menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi

standar yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan.

Salah satu profesi yang sangat berperan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di

rumah sakit adalah perawat, dimana merupakan profesi dengan jumlah terbanyak, paling

depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan serta kesengsaraan yang dialami pasien dan

keluarganya (Nursalam, 2012). Keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada

individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus

kehidupan manusia (Lokakarya Keperawatan Nasional dalam Hidayat 2004). Berdasarkan

hal tersebut, perawat dituntut untuk profesional dalam memberikan asuhan keperawatan

karena mutu pelayanan keperawatan dapat dijadikan indikator mutu pelayanan rumah sakit.

Di Indonesia, sebagian besar perawatnya adalah lulusan Diploma Keperawatan,

sedangkan di Filiphina, Singapura, Thailand, Australia, pendidikan dasar perawatnya adalah

sarjana keperawatan ditambah pendidikan profesi. (kemenkes 2017). Menurut data dari

Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemkes tahun 2017, sebagian besar atau 77,56% perawat yang

bekerja di rumah sakit berpendidikan Diploma III, Ners 10,84%, dan sepesialistik 6,24% dan

yang berpendidikan SPK sebanyak 5,17%. Kondisi ini belum sesuai dengan standar profesi

keperawatan sebagai pemberi asuhan keperawatan yang profesional.

Kelanjutan pendidikan keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah motivasi. Motivasi merupakan kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang ke

Page 25: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

beberapa jenis tindakan. Motivasi berfokus pada faktor-faktor atau kebutuhan dalam diri

seseorang untuk menimbulkan semangat, mengarahkan, mempertahankan, dan menghentikan

perilaku (Nursalam & Efendi, 2009). Motivasi memiliki tiga unsur penting, yaitu kebutuhan,

dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara

apa yang mereka miliki dengan apa yang mereka harapkan. Dorongan merupakan kekuatan

mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang

berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti daripada motivasi (Nursalam, 2016).

Pendidikan perawat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat.

Faktor pendidikan perawat dapat membantu seseorang dalam proses tersebut sehingga

mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dorongan eksplorasi. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pengetahuan dan sikap. Dengan adanya

pengetahuan yang memadai seseorang dapat memenuhi kebutuhan dalam mengaktualisasikan

diri dan menampilkan produktifitas serta kualitas kerja yang tinggi.

Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang berkualitas diperlukan adanya

tenaga keperawatan yang professional, memperhatikan kaidah etik dan moral. Hal ini dapat

ditempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui pelatihan dan pendidikan lanjutan

pada program pendidikan sehinggga mampu memberikan kontribusi yang bermakna sesuai

dengan peran dan fungsinya.

Pelayanan yang berkualitas dapat diwujudkan dengan adanya tenaga keperawatan

yang profesional, memiliki kemampuan intelektual, tehnikal dan interpersonal, bekerja

berdasarkan standar praktik, memperhatikan kaidah etik dan moral, Hamid (2000 dalam

Nursalam, 2012). Hal ini bisa di tempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui

pendidikan lanjutan pada program pendidikan sarjana keperawatan (Ners), sehingga

Page 26: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

diharapkan terjadi percepatan proses perubahan atau transisi keperawatan yang semula

merupakan kegiatan okupasional menjadi profesional dan yang semula menggunakan

pendekatan tradisional menjadi penyelesaian masalah ilmiah yang dapat

dipertanggungjawabkan kepada pemakai jasa dan profesi. Atas dasar kondisi tersebut, maka

pengembangan keperawatan dengan titik awal dari pendidikan keperawatan merupakan

langkah yang cukup strategis.

Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan keperawatan seperti halnya kondisi

lain yang mendasari perilaku manusia, dipengaruhi oleh dua bentuk, bentuk internal

(intrinsik) dan faktor eksternal (ekstrinsik). bentuk internal yaitu yang berasal dari dalam diri

perawat itu sendiri. Sedangkan bentuk eksternal (ekstrinsik) yaitu yang berasal dari luar diri

perawat (Irham, 2016). Motivasi yang ada dalam diri kita akan memunculkan keinginan,

menggerakan, dan mengarahkan tingkah laku. Semakin tinggi motivasi seseorang, semakin

tinggi intensitas perilakunya. Motivasi menjadi suatu hal yang penting dalam menciptakan

sarjana keperawatan yang profesional. Teori ERG menyatakan motivasi dapat berubah

mengikuti perkembangan keberadaan, hubungan, dan pertumbuhan (Anwar, 2015 ).

Teori ERG merupakan refleksi dari tiga dasar kebutuhan, kebutuhan Existence needs

kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksistensi pegawai, seperti makan, minum,

pakaian, bernapas, gaji, dan rasa keamanan kondisi kerja, pemenuhan rasa aman dapat

diperoleh dari perlindungan terhadap bahaya lingkungan seperti keamanan bangunan dan

kehilangan barang. Kebutuhan relatedness needs, kebutuhan ini berhubungan interpersonal

yaitu kepuasan dalam berinteraksi dalam lingkungan kerja. Kebutuhan growth needs,

kebutuhan ini berhubungan dengan mengembangkan dan meningkatkan pribadi, hal ini

berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai (Anwar 2015)

Page 27: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Motivasi perawat dalam melanjutkan pendidikan masih berada pada rentang sedang

bahkan cenderung rendah sehingga penting untuk ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Jumiati (2011) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Surakarta menunjukkan bahwa sebanyak 56 perawat dari 65 perawat yang memiliki motivasi

ingin melanjutkan pendidikan keperawatan dengan kategori sedang. Hal serupa juga

ditunjukkan oleh Ratmanita (2014) di Rumah Sakit Ibnu Sina Pekanbaru menyatakan bahwa

sebanyak 35 perawat dari 62 perawat yang memiliki motivasi tinggi untuk melanjutkan

pendidikan, sedangkan 27 perawat lagi memiliki motivasi yang rendah untuk melanjutkan

pendidikan. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Nyarko (2015) di Ghana menunjukkan

bahwa hanya 59 perawat dari 237 perawat yang ingin melanjutkan pendidikan keperawatan

(Susita, 2016)

Berdasarkan wawancara dengan 10 perawat di RS Sariningsih dari ruang yang berbeda

pada bulan Mei 2019. Sebanyak 7 orang perawat mengatakan bahwa mereka merasa kurang

memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dikarenakan

beberapa hal, diantaranya terkait masalah lamanya proses pendidikan yang harus dijalani

karena juga keterkaitan dengan harus tetap melaksanakan kewajiban sebagai perawat

pelaksana. Sedangkan 3 orang perawat tidak berniat untuk melanjutkan pendidikan

dikarenakan kurang adanya dukungan dari keluarga dan teman kerja.

Berdasarkan hasil surpai di Rumah Sakit Sariningsih bahwa fenomema yang berpengaruh terhadap motivasi

perawat dalam melanjutkan pendidikan adalah tingkat pendidikan, dukungan dari keluarga, dukungan dari teman

sejawat, dan motivasi dari diri sendri.

Pemenuhan kebutuhan eksistence dan relatedness tidak terlepas dari proses tumbuh.

Growth adalah hubungan yang berkaitan dengan keinginan intrinsik untuk mengembangkan

Page 28: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

dirinya, baik berkembang secara lahir maupun batin. Perkembangan teknologi menuntut

setiap orang apalagi perawat untuk terus memperbaharui diri dengan ilmu-ilmu yang terkini.

Proses pemenuhan kebutuhan perawat beraneka ragam tergantung pada kemampuan

masing-masing individu. Dengan semakin dituntutnya pemberian pelayanan keperawatan

yang profesional dan wacana untuk mem “passing out” perawat yang berkualifikasi DIII

keperawatan pada tahun 2018 dalam pelayanan keperawatan, perawat seharusnya sudah dapat

memutuskan untuk melanjutkan pendidikan keperawatan atau tidak. Pentingnya peningkatan

pengembangan SDM keperawatan dan banyaknya perawat yang tidak melanjutkan

pendidikan merupakan masalah yang perlu diatasi.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada Rumah Sakit Sariningsih Bandung yang

merupakan rumah sakit setara tipe D milik TNI AD didapatkan bahwa tenaga keperawatan

yang ada terdiri dari TNI AD (Militer), Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Tenaga kontrak

sebanyak 48 orang, sekitar 90 % perawat rumah sakit sariningsih berpendidikan di bawah

sarjana keperawatan, dan motivasi untuk mengembangkan pendidikan masih terhambat.

Pendidikan perawat rumah sakit sariningsih terdiri dari S1 keperawatan (Ners) 3 orang (6,25

%), sedang melanjutkan pendidikan S1 keperawatan 3 orang (6,25 %), D3 keperawatan 42

orang (87,5 %). Jumlah 100% dari data pendidikan tenaga keperawatan rumah sakit

sariningsih 2019.

Berdasarkan data tersebut di atas Rumah Sakit Sariningsih baru memiliki tiga tenaga

keperawatan dengan profesi ners padahal pendidikan berkelanjutan bagi perawat dalam

rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sangat diperlukan sehingga sistem

pengembangan karir perawat sebagai perawat profesional dapat terlaksana, (Nurhidayah,

2005).

Page 29: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Menurut Kepala Instalasi Rawat Inap RS. Sariningsih saat ini juga rumah sakit sedang

mempersiapkan diri untuk melaksanakan akreditasi rumah sakit. Sehingga dalam

meningkatkan kualitas pelayanan, terutama pelayanan keperawatan, pimpinan rumah sakit

memberikan kesempatan kepada seluruh anggota perawat untuk mengembangkan pendidikan

baik secara formal ataupun non formal sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku di TNI AD.

Dengan demikian Rumah Sakit Sariningsih selayaknya sudah mempersiapkan diri baik dari

sarana prasarana, administrasi & manajemen serta SDM terutama tenaga perawat yang

mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut. Dalam rangka upaya meningkatkan mutu

pelayanan di rumah sakit Sariningsih diperlukan pengembangan mutu tenaga keperawatan

melalui pendidikan yang menjadi prioritas utama untuk diprogramkan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian terhadap

gambaran motivasi perawat dalam melanjutkan pendidikan keperawatan di Rumah Sakit

Sariningsih Bandung.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah “Gambaran motivasi perawat di Rumah Sakit Sariningsih Bandung

untuk melanjutkan pendidikan keperawatan”

3. Tujuan

Page 30: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi

perawat dalam melanjutkan pendidikan keperawatan di RS. Sariningsih untuk

melanjutkan pendidikan keperawatan.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Manfaat Teoritik

4.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan kebenaran teori yang ada

dengan kenyataan di lapangan sehingga dengan mengetahui Gambaran motivasi

perawat untuk melanjutkan pendidikan keperawatan dapat mendorong perawat

untuk mengembangkan pendidikannya.

4.1.2 Menjadi sumber informasi dan rujukan alternative untuk pengembangan

penelitian-penelitian berikutnya yang berkaitan dengan motivasi untuk

melanjutkan pedidikan keperawatan.

4.2 Manfaat Praktis

4.2.1 Memberikan masukan dan informasi kepada pihak manajemen rumah sakit

tentang seberapa besar motivasi perawatnya untuk melanjutkan pendidikan

keperawatan.

4.2.2 Mendorong peningkatan dan pengembangan SDM terutama perawat dalam

bentuk ketersediaan perawat yang profesional guna meningkatkan kualitas

pelayanan dan kepuasan pasien.

Page 31: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …
Page 32: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Motivasi

1.1 Pengertian

Motif atau motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau

daya penggerak. Dikalangan para ahli muncul berbagai pendapat tentang motivasi, yang

masing masing memberikan pengertian dengan titik berat yang berbeda-beda sesuai

dengan hasil penelitian dan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh.

Menurut Sarwono (2000 dalam Sunaryo 2013) motivasi menunjukan pada proses

gerakan termasuk situasi yang mendorong dan timbul dalam diri individu serta tingkah

laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir gerakan atau perbuatan.

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat

komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan

mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu, Stoner & Freeman (1995

dalam Nursalam, 2012).

Motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya,

diarahkannya dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke arah

tujuan tertentu, Mitchell (1982 dalam Winardi, 2004). Sedangkan Siagian (2012)

menyatakan bahwa motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau

dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga

dan waktunya serta optimis untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi

Page 33: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan

berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah proses psikologis dimana adanya suatu daya pendorong yang mengakibatkan

seseorang mau dan rela mengerahkan segala kemampuannya dalam bentuk tenaga, waktu,

keterampilan atau keilmuannya untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu

yang dikehendaki dalam memenuhi kebutuhannya.

Menurut (Suswita, 2016 ) Bahwa Motivasi perawat dalam melanjutkan pendidikan

masih berada pada rentang sedang bahkan cenderung rendah sehingga penting untuk

ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jumiati (2011) di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta menunjukkan bahwa sebanyak 56 perawat

dari 65 perawat yang memiliki motivasi ingin melanjutkan pendidikan keperawatan dengan

kategori sedang. Hal serupa juga ditunjukkan oleh Ratmanita (2014) di Rumah Sakit Ibnu

Sina Pekanbaru menyatakan bahwa sebanyak 35 perawat dari 62 perawat yang memiliki

motivasi tinggi untuk melanjutkan pendidikan, sedangkan 27 perawat lagi memiliki

motivasi yang rendah untuk melanjutkan pendidikan. Hasil penelitian lain yang dilakukan

oleh Nyarko (2015) di Ghana menunjukkan bahwa hanya 59 perawat dari 237 perawat

yang ingin melanjutkan pendidikan keperawatan

1.2 Teori – Teori Motivasi

Berdasarkan beberapa pendekatan, motivasi diklasifikasikan ke dalam teori-teori isi

dan proses motivasi.

1.2.1 Teori Isi Motivasi.

Page 34: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Teori - teori isi motivasi berfokus pada faktor-faktor atau kebutuhan dalam diri

seseorang untuk menimbulkan semangat, mengarahkan, mempertahankan dan

menghentikan perilaku.

1) Teori Motivasi Kebutuhan (Abraham A. Maslow)

Maslow menyusun teori tentang kebutuhan manusia secara hierarki, yang

terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok defisiensi dan kelompok

pengembangan. Kelompok defisiensi secara hierarkis adalah fisiologis, rasa

aman, kasih sayang dan penerimaan serta kebutuhan akan harga diri. Kelompok

pengembangan mencakup kebutuhan aktualisasi diri. Hierarki Maslow

dijabarkan sebagai berikut :

(1) Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan

vital yang menyangkut fungsi – fungsi biologis dasar dari organisme

manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan fisik,

kebutuhan seks dan lain sebagainya.

(2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan

Manifestasi kebutuhan ini antara lain adalah kebutuhan akan

keamanan jiwa dimana manusia berada, terlindung dari bahaya dan ancaman

penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dsb.

(3) Kebutuhan sosial dan kasih sayang

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan

sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan,

kerjasama.

Page 35: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

(4) Kebutuhan harga diri

Kebutuhan ini termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi,

kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dsb.

(5) Kebutuhan aktualisasi diri.

Kebutuhan untuk menggunakan kemampuan (skill) dan potensi serta

berpendapat dengan mengemukakan penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

2) Teori Motivasi Dua Faktor

Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg dimana meyakini

bahwa karyawan dapat dimotivasi oleh pekerjaannya sendiri dan didalamnya

terdapat kepentingan yang disesuaikan dengan tujuan organisasi. Dari

penelitiannya Herzberg menyimpulkan bahwa ketidakpuasan dan kepuasan

dalam bekerja muncul dari dua faktor yang terpisah. Pertama adalah faktor

pemeliharaan (maintenance factors) yang juga disebut dissatisfiers, hygiene

factors, job context dan ekstrinsic factors. Faktor pemeliharaan meliputi

administrasi dan kebijakan perusahaan, supervisi, hubungan dengan supervisor,

kondisi kerja, gaji, dan status. Faktor lainnya yaitu faktor pemotivasi

(motivational factors) yang disebut pula satisfier, motivators, job content atau

intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengakuan, kesempatan

berkembang, tanggung jawab dan kemajuan.

3) Teori ERG

Page 36: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Teori ini dikembangkan oleh Clayton Alderfer dikenal dengan akronim

“ERG”. Menurut Anwar (2015) teori ERG merupakan penyempurnaan dari teori

kebutuhan yang dikemukakan oleh A.H. Maslow. Akronim ERG dalam teori ini

merupakan huruf - huruf pertama dari tiga istilah yaitu: E = Existence

(kebutuhan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan

pihak lain), dan G = Growth (kebutuhan pertumbuhan).

Menurut Anwar (2015), Alderfer mengidentifikasi tiga kelompok

kebutuhan yaitu Existence needs merupakan kebutuhan eksistensi berhubungan

dengan kelangsungan hidup, Relatedness needs merupakan kebutuhan hubungan

menekankan pentingnya hubungan sosial atau hubungan antar pribadi, dan Growth

needs berhubungan dengan keinginan intrinsik individu (karyawan) terhadap

perkembangan pribadi.

Secara gamblang Alderfer mengemukakan bahwa 3 kelompok kebutuhan

utama tersebut yaitu:

(1) Kebutuhan Keberadaan (Existence Needs).

Existence Needs berhubungan dengan kebutuhan dasar termasuk

didalamnya Physiological Needs dan Safety Needs dari Maslow. Secara

konseptual terdapat persamaan antara teori yang dikembangkan oleh Maslow

dan Alderfer. Existence dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan

kedua dalam teori Maslow yaitu kebutuhan fisiologikal (physiological needs)

dan kebutuhan rasa aman (safety needs). Physiological needs dan safety needs

kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan

menggolongkannya sebagai kebutuhan primer sekunder. Terlepas dari cara

Page 37: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah sifat, jenis dan

intensitas kebutuhan manusia satu orang dengan yang lainnya berbeda karena

manusia merupakan individu yang unik. Kebutuhan manusia tidak hanya

bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual dan

bahkan spiritual.

Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, misalnya oksigen, air,

elektrolit, makan dan minum (Hasibuan, 2010). Seorang individu yang

mengalami ketidakseimbangan antara energi yang diperlukan oleh seseorang

untuk dapat berfungsi dengan baik secara fisik dengan cadangan energi yang

tersedia dalam tubuhnya akan timbul kebutuhan untuk menghilangkan

ketidakseimbangan tersebut. Dalam bahasa yang sederhana apabila seseorang

lapar maka akan timbul kebutuhan untuk menghilangkan rasa lapar itu.

Berbagai kebutuhan fisiologis itu berkaitan dengan status manusia

sebagai insan ekonomi. Kebutuhan itu bersifat universal dan tidak mengenal

batasan geografis, asal-usul, tingkat pendidikan, status sosial, profesi, umur,

jenis kelamin. Hanya saja memang harus diakui adanya perbedaan dalam

kemampuan untuk memuaskan berbagai kebutuhan tersebut. Sebagaimana

halnya dengan pangan, sandang merupakan kebutuhan manusia yang bersifat

universal. Kebutuhan sandang segera timbul begitu seorang lahir dan tetap

merupakan kebutuhan selama seseorang hidup, tidak peduli dimana seseorang

bermukim. Kebutuhan sandang biasanya disesuaikan dengan kemampuan

ekonomi seseorang, pendekatan estetika, dan pendekatan adat-istiadat.

Page 38: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Kebutuhan rasa aman diartikan tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi

juga mental, psikologikal dan intelektual (Siagian, 2012). Kebutuhan rasa aman

harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya dalam arti keamanan fisik. Meskipun

hal ini aspek yang sangat penting akan tetapi juga rasa aman bersifat psikologis

termasuk perlakuan adil di lingkungan kerja.

Keamanan dalam arti fisik mencakup keamanan di tempat pekerjaan

dan keamanan dari dan ke tempat pekerjaan. Keamanan yang bersifat

psikologis juga penting diperhatikan, misalnya perlakuan yang manusiawi dan

adil, seperti keseimbangan jiwa seseorang akan terganggu apabila ditegur oleh

atasannya dihadapan orang banyak.

(2) Kebutuhan hubungan dengan pihak lain (Relatedness Needs)

Relatedness senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat

menurut konsep Maslow yaitu kebutuhan kasih sayang (love needs) dan

kebutuhan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam

berbagai symbol status (Siagian, 2012). Menurut Hasibuan (2010) relatedness

needs menekankan akan pentingnya hubungan antar individu dan juga

bermasyarakat. Secara universal manusia adalah makhluk sosial. Sebagai insan

sosial manusia mempunyai berbagai kebutuhan yang berkisar pada pengakuan

akan keberadaan seseorang dan penghargaan atas harkat dan martabatnya.

Interaksi sosial ini juga harus dilandasi cinta kepada sesama, pengutamaan

kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi, harmoni dalam interaksi

dengan orang lain. Biasanya kebutuhan sosial tercermin dalam empat bentuk

perasaan, yaitu :

Page 39: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

(1) Perasaan diterima oleh orang lain. Dengan perkataan lain seorang memiliki

sense of belonging yang tinggi. Tidak ada seorang manusia normal yang senang

merasa tersaingi dari kelompok dimana dia berinteraksi.

(2) Setiap orang mempunyai jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan

kekurangannya yang membuat seorang merasa penting. Tidak ada manusia

yang senang apabila diremehkan dan setiap orang pasti memiliki sense of

importance (Sunaryo, 2013). Misalnya, merupakan hal yang sangat baik apabila

seorang pimpinan memberikan penekanan yang tepat bahwa tugas an pekerjaan

yang dilakukan oleh seseorang, betapapun rendahnya kedudukan orang yang

bersangkutan dalam hierarki jabatan dalam organisasi, mempunyai arti penting

dalam keseluruhan usaha pencapaian tujuan.

Keseluruhan kebutuhan yang bersifat sosial dirumuskan dengan kebutuhan

afiliasi yang timbul secara naluriah. Dikaitkan dengan pemberian motivasi

kepada para karyawan, salah satu implikasi tuntutan pemuasan kebutuhan ini

adalah kewajiban pimpinan untuk menciptakan suasana kerja sesdemikian rupa

sehingga interaksi positif antara para anggota suatu kelompok kerja dalam suatu

organisasi tidak hanya terbatas pada hubungan kekaryaan, tetapi meningkat

menjadi hubungan persahabatan.

(3) Kebutuhan perasaan maju yang disebut sebagai need for achievement.

Umumnya manusia tidak senang menghadapi kegagalan, seseorang akan

senang dan bangga apabila dirinya meraih kemajuan dalam bentuk apapun.

Menurut teori “need for achievement ” ada orang yang tergolong yang tergolong

“ high achiever “ dan ada pula yang tergolong “ low achiever “ Berbagai

Page 40: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa seorang “ high achiever “

mempunyai karakteristik tidak senang pekerjaan yang terlalu sukar atau terlalu

mudah, melainkan menyenangi pekerjaan yang kemungkinan keberhasilannya

cukup besar dan mempunyai keinginan besar untuk segera memperoleh umpan

balik apakah ia berhasil menyelesaikan tugasnya atau tidak. Berarti seorang“

high achiever “ cocok untuk sesuatu tugas tertentu tetapi tidak untuk tugas

lainnya, hal ini berkaitan dengan teknik motivasi yang efektif.

(4) Kebutuhan perasaan diikutsertakan atau disebut sense of participation.

Secara umum bahwa pengikutsertaan seseorang dalam proses pengambilan

keputusan, terutama yang menyangkut masa depannya akan mempunyai

dampak psikologis yang sangat kuat. Apabila seseorang dilibatkan dalam

menentukan hal-hal yang menyangkut dirinya, ia akan merasa keputusan yang

diambilnya adalah keputusan sendiri. Jika perasaan itu timbul, diharapkan

bahwa yang bersangkutan akan mempunyai rasa tanggung jawab dalam

melaksanakan keputusan yang diambilnya.

Salah satu ciri manusia adalah bahwa dia mempunyai harga diri. Harga

diri merupakan aspek kepribadian yang pada dasarnya dapat berkembang

karena semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya dari

orang lain. Keberadaan dan status seseorang biasanya tercermin pada berbagai

lambang yang penggunaannya sering dipandang sebagai hak seseorang.

Tingkatan kebutuhan harga diri misalnya adalah gelar. Dikaitkan dengan

kehidupan organisasional, pada umumnya seseorang dalam organisasi dan di

lingkungan masyarakat semakin banyak pula simbol-simbol yang

Page 41: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

digunakannya untuk menunjukan status yang diharapkannya diterima dan

diakui oleh orang lain.

(3) Kebutuhan pertumbuhan/kemajuan (Growth Needs)

Kebutuhan pertumbuhan (Growth Needs) adalah keinginan intrinsik

dalam diri seseorang untuk maju atau meningkatkan kemampuan pribadinya

(Hasibuan, 2010). Secara tidak disadari setiap orang memiliki potensi

kemampuan yang belum seluruhnya dikembangkan.

Timbulnya kebutuhan pertumbuhan mewujudkan pencapaian potensi

diri, pemenuhan keinginan diri, dan memiliki kemampuan handal. Teori

Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan

pemuasannya secara serentak atau tidak harus secara berurutan. Apabila teori

Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa makin tidak terpenuhinya

suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya.

Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia.

Seseorang yang menyadari keterbatasannya akan menyesuaikan diri pada

kondisi obyektif yang dihadapinya dengan cara memusatkan perhatian kepada

hal hal yang mungkin dicapainya.

4) Teori Tiga Macam Kebutuhan

John W. Atikson menyatakan ada tiga macam dorongan mendasar dalam

diri orang yang termotivasi yaitu (1) kebutuhan untuk mencapai prestasi (need

for achievment), (2) kebutuhan kekuatan (need of power), (3) kebutuhan untuk

berafiliasi atau berhubungan dekat dengan orang lain (need for affiliation).

5) Teori kebutuhan McClelland

Page 42: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Teori kebutuhan McClelland dikembangkan oleh David McClelland dan

rekan-rekan. Dia melihat dari tiga kebutuhan (1) kebutuhan akan

pencapaian(nACh) adalah dorongan untuk berprestasi, untuk pencapaian yang

berhubungan dengan serangkaian standar. (2) kebutuhan akan kekuasaan

(nPow) adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berprilaku dengan cara

yang tidak akan dilakukan tanpa dirinya. (3) kebutuhan akan afiliasi (nAff)

adalah keinginan untuk hubungan yang penuh persahabatan dan interpersonal

yang dekat.

6) Teori X dan Teori Y

Teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor tahun (1906-1964).

McGregor melalui teorinya itu berusaha menonjolkan sisi peran sentral yang

dimainkan manusia dalam organisasi, McGregor memberi rekomendasi

tentang tipe manusia ada dua katagori, yaitu : (1) tipe manusia dengan posisi

teori X adalah cenderung memiliki motivasi rendah dan malas dalam

berjuang untuk kemajuan hidupnya. (2) tipe manusia dengan Teori Y adalah

cenderung memiliki motivasi tinggi dan senang dalam berjuang untuk

kemajuan hidupnya.

1.2.2. Teori Proses Motivasi

1) Teori Keadilan (Adam’s Equity Theory)

Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa puas atau tidaknya

seseorang terhadap apa yang dikerjakannya merupakan hasil dari

membandingkan antara input usaha, pengalaman, skill, pendidikan dan jam

Page 43: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

kerjanya dengan output atau hasil yang didapatkan dari pekerjaan tersebut

(Mangkunegara, 2005).

2) Teori Pengharapan (Victor H. Vroom’s Expectancy Theory)

Teori ini menyatakan kuatnya kecenderungan seseorang bertindak

bergantung pada harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil

tertentu dan terdapat daya tarik pada hasil tersebut bagi orang yang

bersangkutan (Siagian, 2012).

3) Teori Penguatan (Skinner’s Reinforcement Theory)

Skinner mengemukakan teori proses motivasi yang disebut operant

conditioning. Pembelajaran timbul sebagai akibat dari perilaku yang juga

disebut modifikasi perilaku. Perilaku merupakan operant yang dapat

dikendalikan dan diubah melalui penghargaan dan hukuman. Perilaku positif

yang diinginkan harus dihargai dan diperkuat karena penguatan akan

memberikan motivasi, meningkatkan kekuatan dari suatu respon atau

menyebabkan pengulangannya. Teori ini menggunakan pendekatan

keprilakuan, dalam arti bahwa penguatan menentukan perilaku seseorang.

Faktor-faktor penguatan adalah setiap konsekuensi yang timbul mengikuti

suatu respon, memperbesar kemungkinan bahwa tindakan itu akan diulangi.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika tindakan seorang manajer oleh

bawahan dipandang mendorong perilaku positif tertentu, bawahan yang

bersangkutan akan cenderung mengulangi tindakan serupa (Siagian, 2012).

4) Teori Penetapan Tujuan (Edwin Locke’s Theory)

Page 44: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Edwin Locke mengemukakan bahwa penetapan suatu tujuan tidak

hanya berpengaruh terhadap pekerjaan saja, tetapi juga mempengaruhi orang

tersebut untuk mencari cara yang efektif dalam mengerjakannya

(Mangkunegara, 2005). Kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang

dalam melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang tinggi.

Tujuan yang sulit sekalipun apabila ditetapkan sendiri oleh orang yang

bersangkutan atau organisasi yang membawahinya akan membuat prestasi yang

meningkat, asalkan dapat diterima sebagai tujuan yang pantas dan layak dicapai

(Siagian, 2012).

1.2.3. Siklus Motivasi

Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau want.

Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau

direspon (Notoatmojo, 2010). Menurut Stanford (1970 dalam Nursalam, 2012),

menyatakan bahwa ada tiga hal penting dalam motivasi yaitu hubungan antara

kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena seseorang merasakan

sesuatu yang kurang, baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan

tenaga dalam diri manusia yang mengarahkan tingkah laku untuk berbuat

memenuhi kebutuhan, sedangkan tujuan adalah hasil akhir yang diharapkan dari

satu siklus motivasi.

Siklus motivasi tersebut menurut Suherlan dan Budhiono (2013) merupakan

proses terbentuknya motivasi seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya

untuk meraih tujuan tertentu digambarkan sebagai berikut :

Page 45: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Gambar 2.1 : Siklus Motivasi

Sumber : Modifikasi Teori Suherlan & Budhiono (2013), Siagian (2012),

Hasibuan (2010) dan Teori “ERG” Alderfer

Dari skema di atas dapat dilihat bahwa motivasi individu akan tumbuh

apabila kebutuhannya terpenuhi, seseorang akan merasa puas dan menunjukan

perilaku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dimana berada, demikian juga

sebaliknya, jika kebutuhannya tidak terpenuhi, seseorang akan gagal dan

menujukan perilaku yang tidak sesuai dengan yang di inginkannya.

1.2.4. Tujuan motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya

untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu

(Purwanto, 2010). Sunaryo (2013) mengemukakan tujuan motivasi adalah

meningkatkan moral dan kepuasan kerja, meningkatkan kerja, meningkatkan

kedisiplinan, menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik, mempertinggi

rasa tanggung jawab perawat terhadap tugas-tugasnya.

Page 46: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Dari beberapa pengertian tujuan motivasi dapat diambil kesimpulan tujuan

motivasi adalah memberikan dorongan atau penggerak bagi diri seseorang supaya

timbul kemauan untuk berbuat sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan yang

diinginkan.

1.2.5. Unsur- Unsur Motivasi

Menurut Sardiman (2007 dalam Danarjati, 2013), motivasi mengandung

tiga unsur penting, yaitu :

1) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu

manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi

di dalam sistem neuropsikological yang ada pada organisme manusia. Karena

menyangkut perubahan energi manusia, penampakannya akan menyangkut

kegiatan fisik manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling), afeksi seseorang. Dalam

hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi

yang dapat menentukan perubahan tingkah laku.

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini

merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.

Sedangkan menurut Taufik (2007dalam Danarjati, 2013), motivasi

mengandung tiga komponen pokok di dalamnya yaitu menggerakan, mengarahkan

dan menopang tingkah laku manusia.

1.2.6. Fungsi motivasi

Purwanto (2010) menyebutkan beberapa fungsi motivasi, yaitu:

1) Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat atau bertindak.

Page 47: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong atau penggerak yang

memberikan energi atau kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.

2) Motivasi sebagai penentu arah perbuatan

Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-

benar sesuai dengan arah dan tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai. Makin

jelas tujuan itu, makin terbentang pula jalan yang harus ditempuh.

3) Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan

Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk

memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.

1.2.7. Jenis Motivasi

Menurut Djamarah (2002, dalam Danarjati 2013) motivasi terbagi menjadi

dua jenis yaitu :

1) Motivasi Intrinsik , merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu

sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Taufik (2007 dalam Danarjati

2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik

adalah kebutuhan, harapan dan minat.

2) Motivasi Ekstrinsik, merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat

sesuatu. Menurut Taufik (2007 dalam Danarjati 2013) yang mempengaruhi

motivasi ekstrinsik adalah dorongan keluarga, lingkungan dan imbalan.

Page 48: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

2. Konsep Pendidikan Keperawatan

2.1 Pengertian

Pendidikan adalah suatu proses penyadaran yang terjadi karena interaksi berbagai

faktor yang menyangkut manusia dan potensinya, serta alam lingkungan dan

kemungkinan-kemungkinan didalamnya. Pendidikan dalam bidang keperawatan

merupakan proses penyadaran dan penemuan diri sebagai insan keperawatan, yang

memiliki kematangan dalam berfikir, bertindak, dan bersikap sebagai perawat yang

profesional, sehingga ia mampu menjawab berbagai tantangan dalam kehidupan pribadi

maupun profesinya (Kusnanto, 2003).

Pendidikan perawat merupakan suatu sarana untuk mencapai profesionalisme

keperawatan yang berperan penting dalam pengembangan pelayanan keperawatan

mencakup (1) penguasaan IPTEK keperawatan, (2) menyelesaikan masalah secara ilmiah,

(3) kemampuan profesionalisme dalam sikap dan tingkah laku, (4) belajar sendiri dan

mandiri, serta (5) belajar di masyarakat (Nursalam, 2012).

Pendidikan berkelanjutan perawat didefinisikan oleh ANA (American Nurse

Association) dalam Potter & Perry (2005) adalah sebagai aktifitas pendidikan yang

direncanakan bertujuan untuk membangun dasar pendidikan dan pengalaman dari perawat

profesional untuk meningkatkan praktik, pendidikan, administrasi, penelitian, atau

pengembangan teori sampai akhirnya perbaikan kesehatan masyarakat.

Pengembangan pendidikan keperawatan sebaiknya dirancang secara

berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup

bagi perawat yang mengabdi di masyarakat. Pendidikan berkelanjutan ini dimaksudkan

Page 49: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

untuk mempertahankan profesionalisme perawat baik melalui pendidikan formal maupun

non formal ( Potter & Perry, 2005)

Keperawatan bukan merupakan kumpulan keterampilan spesifik dan sederhana

saja. Berdasarkan salah satu pilar strategi pembangunan kesehatan “ profesionalisme “

yaitu dengan melalui pengembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan dalam upaya

mewujudkan keperawatan sebagai profesi di Indonesia. Hal ini bertujuan memelihara dan

meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, dan perlu

didukung oleh sumber daya pelaksana kesehatan, termasuk didalamnya tenaga

keperawatan yang cukup, baik dalam jumlah maupun kualitas melalui Pendidikan Tinggi

Keperawatan (Nursalam, 2012).

2.2 Pendidikan Tinggi Keperawatan

Hasil Lokakarya Nasional dalam bidang keperawatan tahun 1983 telah

menghasilkan kesepakatan nasional secara konseptual yang mengakui keperawatan di

Indonesia sebagai profesional dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, pendidikan keperawatan juga mengalami

peningkatan baik jenjang maupun mutu pendidikan. Menurut Nursalam (2012), sistem

pendidikan tinggi di Indonesia dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1. Program pendidikan DIII keperawatan

Program pendidikan DIII keperawatan yang meluluskan perawat generalis

sebagai perawat vokasional (Ahli Madya Keperawatan) berlandaskan keilmuan dan

keprofesian yang kokoh. Sebagai perawat vokasional harus tetap memiliki tingkah

Page 50: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

laku dan kemampuan profesional serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan

dasar secara mandiri dibawah supervisi. Selain itu, mempunyai kemampuan

mengelola praktik keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia dengan

memanfaatkan IPTEK keperawatan yang maju dan tepat guna.

2.2.2. Program pendidikan Ners

Pendidikan perawat terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pendidikan

akademik dan tahap pendidikan profesi. Kondisi ini sejalan dengan pendapat

(Gaffar, 1999) yang membagi pendidikan keperawatan menjadi dua disiplin yaitu

disiplin akademik dan disiplin profesional. Program pendidikan profesi adakalanya

disebut juga sebagai proses pembelajaran klinik. Istilah ini muncul terkait dengan

pelaksanaan pendidikan profesi yang sepenuhnya dilaksanakan di lahan praktik

seperti rumah sakit, puskesmas, klinik bersalin, panti wherda, dan keluarga serta

masyarakat atau komunitas. Program pembelajaran tahap profesi adalah rangkaian

proses pembalajaran klinik dan komunitas yang ditempuh peserta didik setelah

dinyatakan lulus mendapatkan gelar sarjana keperawatan (S.Kep) serta lulus ujian

kepaniteraan umum.

Masih menurut Gaffar (1999) disiplin akademik lebih menekankan pada

pengetahuan dan pada teori yang bersifat deskriptif, sedangkan disiplin profesional

diarahkan pada tujuan praktis, sehingga menghasilkan teori preskriptif dan

deskriptif. Disiplin profesi hanya akan didapat di lingkungan klinis atau lahan

praktik karena lingkungan klinis merupakan lingkungan multiguna yang dinamik

sebagai tempat pencapaian berbagai kompetensi praktik klinis di dalam kurikulum

Page 51: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

profesional. Lingkungan klinis memfasilitasi peserta didik untuk belajar

menerapkan teori tindakan ke dalam masalah klinis yang nyata. Melalui praktik

klinik mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan

menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan.

Program pendidikan Ners menghasilkan lulusan perawat Sarjana Keperawatan

dan Profesional (Ners=”First Profesional Degree”) dengan sikap, tingkah laku,

dan kemampuan profesional serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan dasar

(sampai degan kerumitan tertentu) secara mandiri. Sebagai perawat profesional,

yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan objektif klien dan melakukan supervisi

praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional pemula. Selain itu,

juga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan dengan memanfaatkan IPTEK, serta melakukan riset

keperawatan dasar dan penerapan sederhana. Program pendidikan Ners memiliki

landasan keilmuan yang kokoh dan landasan keprofesian yang mantap sesuai

dengan sifat pendidikan profesi.

2.3 Tujuan Pendidikan Keperawatan

Tujuan dari pendidikan keperawatan menurut Nursalam (2012) adalah:

2.3.1. Menumbuhkan dan membina sikap serta tingkah laku professional yang sesuai

dengan tuntunan profesi keperawatan.

2.3.2. Membangun landasan ilmu pengetahuan yang kokoh, untuk melaksanakan

pelayanan asuhan keperawatan profesional, mengembangkan diri pribadi dan ilmu

keperawatan.

Page 52: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

2.3.3. Menumbuhkan keterampilan profesional, mencakup keterampilan intelektual,

teknikal dan interpersonal.

2.3.4. Menumbuhkan dan membina landasan etik keperawatan yang kokoh.

3. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan diatas dikatakan bahwa motivasi adalah

daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan

kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya serta optimis

untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan dan bertanggung jawab menunaikan

kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan. Dari batasan pengertian tersebut terlihat

bahwa motivasi berawal dari dorongan yang dapat bersumber dari dalam diri ataupun dari luar

diri seseorang, usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu, serta pencapaian tujuan (Siagian,

2012).

Proses motivasi digambarkan sesuai siklus motivasi yang dikemukakan oleh Suherlan

dan Budhiono (2013) dimana motivasi individu akan tumbuh apabila kebutuhannya terpenuhi,

seseorang akan merasa puas dan menunjukan perilaku yang sesuai dengan yang di

inginkannya dan tuntutan lingkungan dimana mereka berada.

Sedangkan teori pemenuhan kebutuhan yang dijadikan variabel dalam penelitian ini

adalah teori pemenuhan kebutuhan menurut Clayton Alderfer yang terdiri dari kebutuhan

eksistence, relatedness dan growth, disusun kerangka teori seperti gambar berikut ini :

Page 53: GAMBARAN MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN …

Gambar 2.2 : Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Teori Suherlan & Budhiono (2013), Siagian (2012),

Hasibuan (2010) dan Teori “ERG” Alderfer

MOTIVASI PERILAKU

KEBUTUHAN MENURUT CLAYTON

ALDERFER:

1. EXISTENCE ↓↑

2. RELATEDNESS ↓↑

3. GROWTH

TUJUAN MELANJUTKAN

PENDIDIKAN KEPERAWATAN