gambaran histopatologi kasus pneumonia pada …digilib.unila.ac.id/61317/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
GAMBARAN HISTOPATOLOGI KASUS PNEUMONIA PADA
KAMBING (Capra aegagrus hircus) QURBAN DI DESA TULUS REJO,
KECAMATAN PEKALONGAN, LAMPUNG TIMUR TAHUN 2019
(Skripsi)
Oleh
Ostarica Alqoriani A
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
i
ABSTRAK
GAMBARAN HISTOPATOLOGI KASUS PNEUMONIA PADA
KAMBING (Capra aegagrus hircus) QURBAN DI DESA TULUS REJO,
KECAMATAN PEKALONGAN, LAMPUNG TIMUR TAHUN 2019
Oleh
Ostarica Alqoriani A
Jumlah peternakan kambing yang meningkat setiap tahun terjadi akibat tingginya
permintaan terhadap daging, susu, dan kotoran kambing. Selain dijual sebagai
kebutuhan pasar akan daging dan susu kambing, biasanya kambing diperjual
belikan sebagai hewan qurban. Kambing dikumpulkan dari berbagai daerah di
suatu tempat yang kemudian akan diperjual belikan. Penempatan hewan ternak
dari berbagai umur dalam satu tempat dan jumlah hewan yang melebihi batas
maksimal dalam satu kandang dapat menyebabkan tersebarnya penyakit yang
disebabkan oleh virus, bakteri, dan salah satunya menyebabkan radang paru-paru
atau pneumonia. Kotoran dan suhu yang ada di Lampung Timur dikhawatirkan
dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri penyebab pneumonia. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui perbedaan antara histopatologi organ paru-paru
kambing qurban yang sehat dengan kambing qurban yang terinfeksi pneumonia
dan jenis pneumonia yang paling banyak menginfeksi kambing qurban. Penelitian
ini dilakukan bulan Oktober-November 2019 di Laboratorium Patologi Balai
Veteriner Lampung. Sampel organ paru-paru kambing (Capra aegagrus hircus)
qurban diambil dari masjid Baburahman Desa Tulus Rejo, Kecamatan
Pekalongan, Lampung Timur sejumlah 13 sampel bekerja sama dengan Balai
Veteriner Lampung. Dari hasil penelitian ditemukan 6 sampel paru-paru kambing
qurban positif terinfeksi pneumonia, dengan ciri-ciri adanya sel radang disertai
penebalan septa alveoli, edema, dan adanya hemoragi. Jenis pneumonia yang
paling banyak ditemukan yaitu edema pulmonal dan edema peri-bronchial.
Kata kunci: pneumonia pada kambing, kambing, gejala pneumonia.
ii
GAMBARAN HISTOPATOLOGI KASUS PNEUMONIA PADA
KAMBING (Capra aegagrus hircus) QURBAN DI DESA TULUS REJO,
KECAMATAN PEKALONGAN, LAMPUNG TIMUR TAHUN 2019
Oleh
Ostarica Alqoriani A
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
Pada
Program Studi Biologi
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
iii
iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 21
Oktober 1998, merupakan putri kedua dari tiga bersaudara
pasangan Ayahanda M. Ali Amin dan Ibunda Parida
Ariani. Penulis menyelesaikan Pendidikan dasar di Sekolah
Dasar Negeri (SDN) 2 Jatimulyo pada tahun 2010,
pendidikan menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 20 Bandar
Lampung pada tahun 2013, dan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah
Atas (SMA) Alhuda pada tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis diterima di
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Universitas Lampung (UNILA) pada Program
Studi Biologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) melalui jalur masuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah
Biologi Umum dan Embriologi Hewan pada semester lima. Selain mengikuti
perkuliahan, penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi
(HIMBIO) FMIPA Unila sebagai anggota Bidang Sains dan Teknologi tahun
2017-2018. Pada Januari 2019, penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) dengan
judul “Gambaran Histopatologi Organ Paru Pada Anjing Herder (Canis lupus
familiaris) Yang Diduga Terinfeksi Pneumonia di Laboratorium Patologi Balai
vii
Veteriner Lampung”. Kemudian Juli 2019 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Sriminosari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur.
viii
MOTTO Tetaplah menjadi baik, jika tidak kamu temukan orang baik maka orang lain yang akan menemukanmu dalam keadaan
baik.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mengajarlah, permudahlah, dan jangan mempersulit. Bila
salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad).
Orang-orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan
tiga hal: kepercayaan, cinta, dan rasa hormat. (Ali bin Abi Thalib).
ix
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Dengan mengucap Alhamdulillahirabbil ‘alamiin
Kupersembahkan karya kecilku ini dengan penuh ketulusan
kepada:
Ayahanda dan Ibundaku tercinta yang selalu memberikan
kasih sayang tiada henti dan selalu memanjatkan doa demi
keberhasilan putrinya.
Ayuk dan adikku tercinta, serta keluarga besarku yang
selalu ikhlas memberikan bantuan, semangat dan doa.
Sahabat-sahabatku tersayang yang selalu menemani saat
suka maupun duka.
Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing dan
memberikan ilmunya tanpa pamrih.
Serta Almamater tercinta
Universitas Lampung.
x
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, karena atas karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “GAMBARAN HISTOPATOLOGI KASUS PNEUMONIA
PADA KAMBING (Capra aegagrus hircus) QURBAN DI DESA TULUS
REJO, KECAMATAN PEKALONGAN, LAMPUNG TIMUR TAHUN
2019”. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Science
Bidang Biologi di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Lampung.
Semangat, bantuan, dan doa banyak penulis dapatkan dari berbagai pihak selama
penyusunan skripsi ini sehingga dapat terus maju dan tidak patah semangat. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tuaku Bapak M.Ali Amin dan Ibu Parida Ariani, serta ayuk dan
adikku Bella Alqoriani A dan Irawan Irdian tercinta. Yang selalu memberikan
cinta dan kasih sayang, doa, nasehat, semangat, dan dukungan baik moril
maupun materil kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
2. Bapak Dr. Hendri Busman, M.Biomed. selaku Pembimbing Utama yang telah
sabar membimbing, memberikan kritik dan saran serta nasehat kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
xi
3. Bapak Dr. Gregorius Nugroho Susanto, M.Sc. selaku Pembimbing Kedua
yang telah membimbing dengan sabar memberikan kritik dan masukan kepada
penulis agar dapat menyelesaikan skripsi dengan lebih baik lagi.
4. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku Pembahas dan sekaligus
Pembimbing Akademik, yang telah banyak memberikan ilmu, berbagi
pengalaman, memberikan kritik dan saran, serta banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Yulianty, M. Si. selaku Ketua Program Studi Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung.
7. Bapak Drs. Suratman, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
8. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si. selaku Rektor Universitas Lampung.
9. Bapak dan Ibu Dosen, serta staff Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Lampung, khususnya di Jurusan Biologi atas semua
bantuannya.
10. Bapak Bayu Triwibowo, A.Md., Ibu Ahyul Heni, S.St., Bapak drh. A. Joko
Siswanto, dan Bapak drh. Joko Susilo, M.Sc. yang selama ini telah
membimbing, memberikan ilmu, dan berbagi pengalaman selama penulis
melakukan penelitian.
11. Bapak Suryantana selaku Kepala Seksi Pelayanan Teknis dan suluruh staff
Balai Veteriner Lampung yang telah menerima penulis untuk melakukan
penelitian dengan sangat ramah dan baik.
xii
12. Sahabat-sahabatku tersayang, Sekar, Susi, dan Umy yang telah sabar
menghadapi tingkah laku dan sifat penulis selama ini, terima kasih untuk doa,
semangat, dan nasehat agar penulis dapat lebih baik lagi.
13. Sahabatku “Kance Family” (Dhita, Danu, Erman, dan Garbiel), terima kasih
untuk doa, semangat, dan kebersamaannya selama ini.
14. Kakak dan teman-temanku, Ara, Aris, Bagus, Indah, kak Salih, Liza, Rikhe,
Uky, Yosi, yang sudah berbaik hati membantu, memberikan nasehat,
masukan, arahan, semangat dan doa kepada penulis agar lebih baik lagi.
15. Kakak-kakak, teman-teman dan adik-adik angkatan 2014, 2015, 2016, 2017,
dan 2018 serta teman-teman yang dengan ikhlas membantu, memberikan
semangat dan doa kepada penulis.
16. Almamaterku tercinta Universitas Lampung dan semua pihak yang telah
banyak membantu penulis selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.
Begitu banyak bantuan, nasehat, kritik, dan saran, serta doa yang kalian berikan
untuk penulis yang tidak dapat dijelaskan satu persatu ucapan rasa syukur dan
terima kasih, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala dapat membalas semua
kebaikan kalian, aamiin. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk
kita semua.
Bandar Lampung, 31 Januari 2020
Ostarica Alqoriani A.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL DALAM ............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................... v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
MOTTO ................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN ................................................................................. ix
SANWACANA ...................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 4
E. Kerangka Pikir ........................................................................ 4
F. Hipotesis ................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi dan Klasifikasi Kambing ....................................... 6
xiv
B. Pneumonia .............................................................................. 8
C. Penularan Penyakit ................................................................. 11
D. Etiologi ................................................................................... 12
E. Gejala Pneumonia ................................................................... 13
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ................................................................. 14
B. Alat dan Bahan ....................................................................... 14
1. Alat ..................................................................................... 14
2. Bahan .................................................................................. 15
C. Prosedur Penelitian ................................................................. 15
1. Rancangan Penelitian ......................................................... 15
a. Lapangan ........................................................................ 15
b. Laboratorium .................................................................. 15
2. Teknik Pembuatan Slide ..................................................... 16
a. Trimming ........................................................................ 16
b. Dehidrasi ........................................................................ 16
c. Embedding ..................................................................... 16
d. Cutting ............................................................................ 17
e. Staining .......................................................................... 17
f. Mounting ........................................................................ 18
g. Pengamatan Mikroskopis ............................................... 18
D. Diagram Alir Penelitian ......................................................... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan .................................................................... 20
B. Pembahasan ............................................................................ 25
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 30
B. Saran ....................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 32
LAMPIRAN ........................................................................................... 35
Gambar 4-9 ............................................................................................. 36
Gambar 10-17 ......................................................................................... 37
Gambar 18-20 ......................................................................................... 38
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tahapan Proses Staining ........................................................... 18
Tabel 2. Tabel pengamatan organ paru-paru kambing qurban yang
diduga terinfeksi pneumonia. .................................................... 20
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Histologi organ paru-paru mencit normal pewarnaan
H & E (100X) keterangan: 1. bronkiolus,
2. septa alveolus .................................................................... 10
Gambar 2. Pneumonia interstitialis non supuratif dengan penebalan
alveoli oleh sel limfositik pewarnaan H&E (16X10)
keterangan: 1. alveolus, 2. bronkus ....................................... 10
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian ........................................................ 19
Gambar 4. Proses trimming ..................................................................... 36
Gambar 5. Tahapan dehidrasi ................................................................. 36
Gambar 6. Proses embedding. ................................................................. 36
Gambar 7. Proses cutting menggunakan mikrotom ................................ 36
Gambar 8. Tahapan staining menggunakan pewarna Hematoxylin
dan Eosin (HE) ...................................................................... 36
Gambar 9. Proses mounting .................................................................... 36
Gambar 10. Oven .................................................................................... 37
Gambar 11. Mikrotom ............................................................................ 37
Gambar 12. Inkubator ............................................................................. 37
Gambar 13. Pisau scalpel ........................................................................ 37
Gambar 14. Stainning jar ........................................................................ 37
Gambar 15. Tissue .................................................................................. 37
Gambar 16. Canada balsam atau entelan ................................................ 37
Gambar 17. Mikroskop trinokuler .......................................................... 37
xvii
Gambar 18. Object glass ......................................................................... 38
Gambar 19. Pinset ................................................................................... 38
Gambar 20. Cover glass .......................................................................... 38
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya permintaan terhadap daging dan susu kambing menjadi alasan
banyaknya peternak kambing yang bermunculan. Selain daging dan susu
kambing, kotoran kambing pun masih dapat digunakan sebagai pupuk
kandang. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah peternakan kambing yang
meningkat setiap tahunnya. Menurut data Ditjen PKH (2017), populasi
kambing di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 18.410.379 dengan Lampung
sebagai urutan ketiga penghasil kambing sebanyak 1.340.085 setelah Provinsi
Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Menurut Murtidjo (1993) dan Sarwono (2006), menjelaskan kambing menjadi
salah satu hewan ternak yang digemari dengan nilai ekonomi yang tinggi. Hal
tersebut dikarenakan tubuh kambing yang relatif kecil namun masa
pendewasaannya cukup cepat dengan perawatan yang mudah, kambing dalam
pemeliharaan tidak membutuhkan lahan yang luas, dan modal yang
dibutuhkan relatif kecil. Selain dijual sebagai kebutuhan pasar akan daging
dan susu kambing, biasanya kambing diperjual belikan sebagai hewan qurban.
2
Kambing-kambing yang akan dijadikan hewan qurban dikumpulkan dari
berbagai daerah. Hewan-hewan qurban harus dipilih yang sehat, tidak boleh
cacat, tidak boleh dikebiri, serta dipilih hanya yang jantan saja (Sitepoe,
2008). Bagi kambing yang akan dijadikan hewan qurban haruslah kambing
yang paling sehat diantara kambing-kambing lainnya. Umumnya lokasi
kambing dan pemberian pakan kambing berada dalam satu lokasi yang sama
pula. Sehingga dengan dikumpulkannya kambing dari berbagai daerah
dikhawatirkan akan menurunkan kesehatan kambing-kambing tersebut. Hal ini
juga dijelaskan oleh Murtidjo (1993), bahwa penempatan hewan ternak dari
berbagai umur dalam satu tempat dan jumlah hewan yang melebihi batas
maksimal dalam satu kandang dapat menyebabkan penyebaran beberapa
penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan sebagainya.
Salah satu penyakit yang dapat menginfeksi hewan ternak yaitu radang paru-
paru atau sering dikenal sebagai pneumonia. Pneumonia dapat disebabkan
oleh beberapa faktor seperti tata cara pengelolaan peternakan dan lingkungan
hewan yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan ternak. Menurut Sendow
et al., (2002), pneumonia dapat menginfeksi kambing mencapai 15%. Selain
itu, tingginya angka kematian hewan ternak mencapai 51% diakibatkan oleh
semua jenis pneumonia.
Pneumonia dapat disebabkan adanya bakteri, virus, dan lainnya. Fikri (2016)
menyebutkan bakteri Streptococcus pneumonia merupakan bakteri penyebab
infeksi pneumonia. Liu et al. (2008), menjelaskan bakteri Streptococcus
berkembang biak paling baik pada suhu 370
C. Alimudin (Komunikasi pribadi,
2019) menyatakan suhu di Lampung Timur pada musim kemarau dapat
3
mencapai 350C. Menurut Mirwansyah selaku Kepala Dinas Kesehatan
Lampung Timur dalam Jaya (2017) pneumonia di Lampung Timur terdeteksi
muncul dan menyerang cukup banyak balita, namun hal ini masih dalam
pendataan.
Apabila kambing-kambing qurban yang sudah terpilih paling berkualitas
masih dapat terinfeksi pneumonia, maka tidak menutup kemungkinan bahwa
hewan-hewan ternak lainnya dapat terinfeksi dengan tingkatan yang lebih
parah. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian tentang infeksi pneumonia
yang menginfeksi kambing qurban di wilayah Lampung Timur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis pneumonia yang banyak menginfeksi kambing qurban?
2. Bagaimana perubahan histopatologi organ paru-paru kambing qurban yang
terinfeksi pneumonia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan yaitu:
1. Untuk mengetahui perbedaan antara histopatologi organ paru-paru
kambing qurban yang sehat dengan organ paru-paru kambing qurban yang
terinfeksi pneumonia
2. Untuk mengetahui jenis pneumonia yang paling banyak menginfeksi
kambing qurban.
4
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa tidak hanya
hewan ternak biasa yang dapat terinfeksi pneumonia, melainkan hewan qurban
yang sudah melalui tahap seleksi pun masih dapat terinfeksi pneumonia.
E. Kerangka Pikir
Jumlah peternakan kambing yang meningkat setiap tahunnya akibat tingginya
permintaan terhadap daging, susu, dan kotoran kambing. Dengan tubuh yang
kecil namun masa pendewasaannya yang cukup cepat, modal yang dibutuhkan
relatif kecil dan jarak antar kelahiran yang pendek, serta pemeliharaan
kambing yang tidak membutuhkan lahan yang begitu luas menjadi alasan
kambing menjadi salah satu hewan ternak yang digemari.
Selain dijual sebagai kebutuhan pasar akan daging dan susu kambing,
biasanya kambing diperjual belikan sebagai hewan qurban. Kambing-kambing
akan dikumpulkan dari berbagai daerah di suatu tempat untuk akhirnya akan
diperjual belikan dan dipotong. Hal tersebut biasanya akan berdampak buruk
terhadap kesehatan kambing. Karena penempatan hewan ternak dari berbagai
umur dalam satu tempat dan jumlah hewan yang melebihi batas maksimal
dalam satu kandang dapat menyebabkan tersebarnya penyakit yang
disebabkan oleh virus, bakteri, dan sebagainya, salah satunya menyebabkan
radang paru-paru atau dikenal sebagai pneumonia.
5
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Kambing qurban yang sudah melewati seleksi kesehatan memiliki
kemungkinan kecil terjadi perubahan dilihat secara mikroskopis.
2. Tidak ada jenis pneumonia yang menginfeksi kambing qurban.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi dan Klasifikasi Kambing
Menurut Sarwono (2006), kambing tergolong hewan pemamah biak, berkuku
genap, serta pada kambing jantan memiliki tanduk sepasang menggantung.
Hampir semua jenis kambing merupakan hewan pegunungan yang suka hidup
di lereng-lereng curam, namun kambing masih tetap dapat bertahan hidup di
lingkungan-lingkungan paling buruk, karena memiliki daya adaptasi yang
tinggi. Kambing memiliki kebiasaan memakan dedaunan hijau dengan cara
berdiri. Kambing dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kambing liar dan
kambing ternak. Murtidjo (1993) menjelaskan, pada kelamin kambing jantan
mengeluarkan bau yang khas yang secara alamiah dapat digunakan ketika
dalam masa birahi. Kambing biasanya hidup di tempat yang tandus dengan
sedikit ditumbuhi rerumputan. Kambing yang umumnya kita jumpai
merupakan hasil domestikasi manusia yang diturunkan dari tiga jenis
kambing, yaitu:
1. Capra hircus, yaitu kambing liar yang berasal dari daerah perbatasan
Pakistan dan Turki.
2. Capra falconeri, yaitu kambing liar yang berasal dari daerah Kashmir,
India.
3. Capra Prisca, yaitu kambing liar yang berasal dari Barkan.
7
Berikut merupakan klasifikasi kambing menurut Kusuma (2009) dalam Hati
(2016):
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Bangsa : Artiodactyla
Suku : Bovidae
Marga : Capra
Jenis : Capra aegagrus hircus.
Banyaknya jumlah kambing dalam suatu usaha peternakan menjadi alasan
dibutuhkannya sebuah kandang sebagai tempat naungan. Kandang yang bersih
dapat menjadi penunjang dihasilkannya kambing berkualitas tinggi. Menurut
Sitepoe (2008), terdapat dua jenis kandang kambing, yaitu kandang yang
langsung bersentuhan dengan tanah dan kandang yang memiliki tangga atau
dikenal dengan kandang panggung. Kedua kandang tersebut dibuat
berdasarkan fungsinya masing-masing. Kandang yang langsung bersentuhan
dengan tanah dibuat untuk kambing yang akan digembalakan, sedangkan
kandang berjenis panggung dibuat sebagai kandang penggemukan. Menurut
Murtidjo (1993), biasanya kambing hanya dijadikan pekerjaan sambilan oleh
para peternak tradisional, sehingga banyak ditemukan sistem perkandangan
yang tidak memenuhi syarat sebuah kandang. Hal tersebut akhirnya dapat
merugikan tidak hanya peternak, melainkan penduduk dan lingkungan sekitar,
bahkan hewan ternak itu sendiri.
8
B. Pneumonia
Pneumonia secara istilah merupakan radang akut dan dapat menular di dalam
paru-paru. Secara mikroskopis, pada organ paru-paru yang terinfeksi
pneumonia perubahan-perubahan terlihat di sekitar bronkus dan bronkiolus,
sedangkan secara makroskopis, pada pneumonia terlihat penambahan volume
yang ditandai dengan pleura pulmonalis yang tegang. Bagian yang terinfeksi
pneumonia akan memperlihatkan perubahan warna dari merah, hitam, hingga
kelabu. Pada pneumonia fibrinosa memiliki bidang sayatan kering dan
berbutir-butir halus, sedangkan pneumonia hemoragik, kataral atau purulent
memiliki bidang sayatan yang basah.
Pada pnuemoni kataral cairan sedikit keruh, pneumonia hemoragik cairan
berwarna merah karena darah, dan pneumonia purulent cairan menyerupai
susu hingga coklat karena mengandung nanah bercampur darah. Pada uji
apung, jaringan yang terinfeksi pneumonia ketika dipotong akan tenggelam.
Pada jenis pneumonia gangraenosa terjadi pembusukan jaringan pulmoner
akibat adanya bakteri dengan kemampuan untuk melarutkan jaringan yang
telah mati. Pneumonia jenis ini dapat diakibatkan oleh adanya aspirasi bahan-
bahan asing seperti obat-obatan, makanan, nanah, atau benda asing yang
bearasal dari lambung. Pembusukan ini dapat dimulai dari nodul-nodul kecil
hingga sebesar biji kacang dan dapat menjadi luas hingga menjadi lobuler atau
lober serta menimbulkan bau. Pneumonia ini dapat mencapai tingkat terparah
yaitu kematian hewan (Ressang, 1984).
9
Corwin (2001) menjelaskan pneumonia merupakan radang paru-paru yang
dapat menimbulkan manefestasi peradangan pada setiap lobusnya. Ressang
juga (1984) menjelaskan pneumonia dapat dibagi berdasarkan sifat eksudatnya
yaitu pneumonia cair dan pneumonia padat. Pneumonia cair yaitu kataral,
hemoragik, bergangren, purulan, atau campuran dari masing-masing jenis
pneumonia tersebut. Sedangkan pneumonia padat yaitu pneumonia fibrinosa.
Pneumonia berdasarkan lokasinya yaitu, pneumonia dangkal merupakan
eksudat yang dapat ditemukan di dalam ruang alveoli, dan pneumonia
interstisiel yaitu adanya radang di alveoli. Biasanya sel-sel radang paling
banyak ditemukan di dalam septa dan di dalam jaringan ikat peri-bronchial
dan peri-vaskuler.
Menurut Wahid dan Imam (2013), terdapat faktor-faktor yang dapat
meningkatkan resiko terinfeksi pneumonia pada manusia, yaitu infeksi saluran
pernapasan atas, umur di bawah 2 bulan, usia lanjut, malnutrisi, berat bayi
yang lahir rendah, imunisasi tidak legkap, tidak mendapatkan ASI eksklusif,
dan polusi udara. Sedangkan menurut Sarwono (2006), pneumonia atau
radang paru-paru merupakan salah satu penyakit menular yang juga dapat
menginfeksi kambing sebagai hewan ternak. Pneumonia dapat diakibatkan
oleh ventilasi kandang yang buruk, lembab dan berbau.
Tidak terlihat perubahan yang signifikan pada paru-paru secara makroskopis,
namun terdapat warna merah kecoklatan pada paru-paru yang terinfeksi
pneumonia. Pada uji apung, maka jaringan akan mengapung dan berat ketika
diangkat karena adanya edema dan penambahan jaringan. Pneumonia yang
10
ditularkan melalui virus dapat ditemukan pada semua jenis hewan peliharaan.
Secara makroskopis, organ paru yang terinfeksi pneumonia terasa padat,
berwarna keabu-abuan, terjadi penambahan volume yang biasanya diikuti
dengan adanya edema pulmonum, dan ditemukan adanya eksudat tebal
berwarna kuning kecoklatan (Ressang, 1984).
Menurut Aini dan Harjana (2018), gambaran histologi organ paru-paru mencit
yang normal sebagaimana terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1. Histologi organ paru-paru mencit normal pewarnaan H & E (100X)
keterangan: 1. bronkiolus, 2. septa alveolus.
Menurut Sendow dkk. (2004), gambaran histopatologi organ paru-paru sapi
yang terinfeksi pneumonia sebagaimana terdapat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pneumonia interstitialis non supuratif dengan penebalan alveoli
oleh sel limfositik pewarnaan H & E (16 x 10).
Keterangan: 1. alveolus, 2. bronkus.
2 1
1 2
11
C. Penularan Penyakit
Menurut Wahid dan Imam (2013), terdapat dua aspek yang dapat
menyebabkan organisme terinfeksi pneumonia, yaitu aspek aspirasi dan
inhalasi. Selain bakteri, virus, dan jamur, penderita pneumonia juga dapat
terinfeksi akibat bahan kimia, asap rokok, debu, gas, makanan, cairan, dan
racun.
Menurut Ressang (1984), pneumonia dapat menular melalui jalur aerogen
maupun hematogen. Selain bakteri dan virus, pneumonia juga dapat
disebabkan oleh kuman yang secara normal hidup di dalam paru-paru sehat
yang kemudian menjadi pathogen akibat berkurangnya resistensi paru-paru
atau imun tubuh. Pneumonia juga dapat disebabkan oleh cacing-cacing yang
masuk ke dalam paru-paru, contohnya Askaris dan Ankilostomum. Subronto
(1985) menjelaskan agen penyebab pneumonia memasuki jaringan paru dapat
secara aerogen (inhalasi) maupun hematogen. Secara aerogen, radang paru-
paru dapat terjadi secara bersamaan, atau diawali dengan radang bronkus dan
bronkiolus. Beratnya peradangan tergantung pada jenis, virulensi, dan jumlah
agen yang masuk ke dalam jaringan. Pada percobaan apung, jaringan yang
mengalami konsolidasi akan melayang hingga tenggelam. Selaput lendir
saluran pernapasan yang meningkat kepekaannya akan meningkatkan
kepekaan jaringan terhadap rangsangan ringan hingga terjadinya batuk. Selain
itu, batuk juga dapat disebabkan oleh adanya eksudat radang di dalam saluran
pernapasan.
12
Pada pneumonia jenis kataral biasanya disebabkan oleh virus disertai kuman-
kuman sekunder seperti virus Haemophilus suis. Pneumonia jenis ini juga
dapat disebabkan oleh Streptococcus dan Pasteurella dengan atau tanpa
gabungan dari infeksi virus. Pneumonia jenis kataral ini biasanya dapat terjadi
menahun dengan septa inter-alveoler yang terus tumbuh hingga septa menebal
dan terjadi pengerasan pada paru-paru (Ressang, 1984).
D. Etiologi
Radang paru-paru atau pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Tata cara pengelolaan peternakan dan lingkungan hewan sangat berpengaruh
pada kesehatan suatu peternakan. Menurut Murtidjo (1993), faktor-faktor
penyebab terjadinya pneumonia pada suatu peternakan yaitu, kandang yang
lembab atau berdebu, ventilasi udara yang buruk, banyaknya angin yang
masuk ke dalam kandang, penempatan hewan ternak dari berbagai umur
dalam satu tempat, jumlah hewan yang melebihi batas maksimal dalam satu
kandang, dan tidak terpenuhinya kebutuhan kolostrum bagi anak-anak hewan
ternak.
Menurut Ermawati (2011), beberapa virus penyebab pneumonia yaitu,
adenovirus, parainfluenza-3, dan rhinovirus, serta bakteri yaitu Pasteurella
multocida, sedangkan menurut Wahid dan Imam (2013), bakteri penyebab
pneumonia yaitu Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, dan dari
golongan jamur adalah candidiasis, histoplasmosis, dan aspergifosis. Subronto
(1985) juga menjelaskan infeksi oleh kuman Pasteurella sp dan Mycoplasma
sp biasanya berlangsung secara akut, sedangkan Mycobakterium sp dapat
menyebabkan gejala yang kronik dan pembentukan granuloma.
13
E. Gejala Pneumonia
Menurut Yuwono (2008), penderita pneumonia ditandai dengan timbul gejala
batuk, dan sukar bernapas atau nafas cepat yang ditandai dengan frekuensi
nafas lebih dari 40 kali per menit. Beberapa tanda umum lainnya yaitu adanya
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Menurut Sarwono (2006),
kambing yang terinfeksi pneumonia mnimbulkan gajala hidung ingusan deras
dari jernih hingga bernanah, nadi berdenyut cepat, demam, batuk, nafsu
makan berkurang, lidah menjulur, suara bernapas seperti orang memarut,
pernapasan berat atau cepat, serta berlebihan. Kambing yang terinfeksi juga
terlihat suka mengerang, mengeluh, dan mengertak gigi akibat rasa nyeri.
Murtidjo (1993) menjelaskan gejala-gejala kambing yang terinfeksi
pneumonia yaitu, nafsu makan yang berkurang, ternak terlihat kurus dan
lemah, batuk dan sulit bernapas, serta demam dengan suhu tubuh yang
semakin tinggi.
14
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan bulan Oktober-November 2019 di Laboratorium
Patologi Balai Veteriner Lampung. Sampel organ paru-paru kambing (Capra
aegagrus hircus) qurban diambil pada hari raya Idul Adha bulan Agustus
2019 di masjid Baburrahman Desa Tulus Rejo, Kecamatan Pekalongan,
Lampung Timur di bawah kerja sama dengan Balai Veteriner Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, masker dan sarung tangan
sebagai perlengkapan untuk memulai penelitian, wadah sebagai tempat
sampel organ paru kambing sebelum dilakukan pembuatan preparat,
pinset, gunting, pisau scalpel, embedding cassette, oven, cangkir logam,
tissue, mikrotom, wadah air, inkubator, object glass dan cover glass, rak
pewarnaan, dan mikroskop trinokuler untuk melakukan pengamatan.
15
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, sampel organ paru-paru
kambing qurban, formalin 10%, alkohol bertingkat (80%, 90%, 100%),
xylol, paraffin cair, pewarna Hematoxylin dan Eosin, dan Canada balsam.
C. Prosedur Penelitian
1. Rancangan Penelitian
a. Lapangan
Sampel organ paru-paru kambing (Capra aegagrus hircus) qurban
diambil dari masjid Baburrahman Desa Tulus Rejo, Kecamatan
Pekalongan, Lampung Timur sejumlah 13 sampel oleh staf Balai
Veteriner Lampung yang bertempat tinggal di Desa Tulus Rejo,
Kecamatan Pekalongan Lampung Timur pada bulan Agustus 2019.
b. Laboratorium
Pengamatan yang dilakukan di laboratorium dilakukan secara
deskriptif, yaitu seluruh sampel yang telah diproses akan dilakukan
pembacaan di bawah mikroskop. Penelitian ini menggunakan
eksperimen kuasi, dimana variabel tergantung yaitu perubahan
histopatologi organ paru-paru kambing qurban yang terinfeksi
pneumonia, dan variabel bebas yaitu penyebab-penyebab pneumonia
yang dapat menginfeksi kambing qurban, serta jenis pneumonia yang
paling banyak menginfeksi kambing qurban di wilayah Lampung
Timur.
16
2. Teknik Pembuatan Slide
Organ paru-paru kambing yang telah diambil difiksasi dalam larutan
formalin dengan perbandingan 1:10 untuk menghindari kerusakan organ
dan mendapatkan hasil yang baik. Menurut Sudatri dkk. (2016), tahapan-
tahapan pembuatan preparat histopatologi, yaitu sebagai berikut:
a. Trimming
Trimming merupakan proses pemotongan organ dengan ketebalan 2-4
mm. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan bagian dari organ yang
diduga terinfeksi. Kemudian organ-organ tersebut akan dimasukan ke
dalam embedding cassette dengan 1-5 potong organ yang disesuaikan
dengan ukuran organ yang dipotong. Lalu dialiri dengan air mengalir
selama 30 menit guna menghilangkan formalin.
b. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan tahapan pengeluaran air dari jaringan agar
seluruh ruang antar sel dapat mudah terisi oleh paraffin. Tahapan ini
dilakukan dengan memasukan ke dalam alkohol bertingkat (70-100%)
selama masing-masing 1 jam. Kemudian dilanjutkan dengan proses
clearin’ menggunakan larutan xilol selama 24 jam.
c. Embedding
Tahapan ini merupakan tahapan dimana jaringan di dalam embedding
cassette dipindahkan ke dalam base mold dengan mengatur jarak antar
jaringan yang kemudian akan kembali ditutup menggunakan
embedding cassette dan dituangkan paraffin cair secukupnya. Paraffin
dapat terus mencair bila diletakan di dalam oven dengan suhu 58℃.
17
Setelah paraffin membeku, maka lepaskan dari base mold dan letakan
di suhu 4-6℃ beberapa saat hingga masuk ke tahapan berikutnya.
d. Cutting
Setelah tahapan embedding selesai, maka selanjutnya masuk tahapan
cutting yaitu pemotongan jaringan menggunakan microtom di ruangan
dengan suhu dingin. Tahapan cutting yaitu sebagai berikut:
1. Paraffin diblok terlebih dahulu sebelum dilakukan pemotongan.
2. Lakukan pemotongan kasar terlebih dahulu sebelum dilakukan
pemotongan dengan ketebalan 3 mikron dan pilih lembaran
terbaik.
3. Pindahkan lembaran jaringan tersebut ke dalam waterbath
beberapa saat agar mengembang dengan sempurna.
4. Ambil lembaran jaringan tersebut menggunakan objek glass
dengan gerakan menyendok. Usahakan tidak terbentuk gelembung
udara di bawah jaringan.
5. Tempatkan objek glass berisikan jaringan tersebut di dalam
inkubator dengan suhu 37℃ selama 24 jam hingga jaringan
melekat dengan sempurna.
e. Staining
Staining merupakan tahapan pewarnaan dengan menggunakan metode
Hematoxylin-Eosin (HE). Tahapan-tahapan staining yaitu sebagai
berikut:
18
Tabel 1. Tahapan Proses Staining
Zat Kimia Waktu
Xylol I 5 menit
Xylol II 5 menit
Xylol III 5 menit
Alkohol Absolut I 5 menit
Alkohol Absolut II 5 menit
Akuades 1 menit
Harris Hematoxylin 20 menit
Akuades 1 menit
Acid Alkohol 2-3 celupan
Akuades 1 menit
Akuades 1 menit
Eosin 2 menit
Alkohol 96% I 2 menit
Alkohol 96% II 3 menit
Alkohol Absolut III 3 menit
Alkohol Absolut IV 3 menit
Xylol IV 5 menit
Xylol V 5 menit
f. Mounting
Tahapan ini merupakan penetesan bahan mounting menggunakan
Canada balsam di area jaringan yang berada di atas object glass lalu
ditutup oleh cover glass. Usahakan tidak ada gelembung udara yang
terbentuk.
g. Pengamatan Mikroskopis
Jaringan yang sudah melewati serangkaian proses di atas, selanjutnya
dilakukan pembacaan di bawah mikroskop trinokuler dengan
pembesaran 100x dan 400x.
19
C. Diagram Alir Penelitian
Adapun diagram alir dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan oleh
staf Laboratorium Patologi di bawah
kerja sama dengan Balai Veteriner
Lampung
Identifikasi Data
Slide jaringan paru-paru kambing qurban
dibaca di bawah mikroskop trinokuler untuk
mengamati perubahan histopatologi organ
paru-paru dan mengidentifikasi jenis
pneumonia yang paling banyak menginfeksi.
Pembuatan preparat histopatologi
Proses fiksasi organ paru-paru
kambing (Capra aegagrus hircus)
qurban menggunakan formalin 10%
Proses pembuatan slide preparat
histopatologi menggunakan metode
Hematoxilin Eosin (HE).
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Adapun data hasil pengamatan pada penelitian sampel kambing qurban yang
diduga terinfeksi pneumonia dari masjid Baburrahman Desa Tulus Rejo
Kecamatan Pekalongan Lampung Timur, dapat dilihat pada Tabel 2:
Tabel 2. Pengamatan organ paru-paru kambing qurban yang diduga
terinfeksi pneumonia.
No. Gambar Ciri-ciri Keterangan
1.
A.
B.
Tidak ditemukan
adanya sel
radang, edema,
maupun darah
pada perbesaran
100X dan 400X.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
normal. H&E
(A) 100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. septa alveoli.
2.
Tidak ditemukan
adanya sel
radang, edema,
maupun darah
pada perbesaran
100X dan 400X.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
normal. H&E
(A) 100X, (B)
400X.
Keterangan:
1
1
1
2
3
21
A.
B.
1. septa alveoli.
2. tulang rawan
3. bronkus
3.
A.
B.
Tidak ditemukan
adanya sel
radang, edema,
maupun darah
pada perbesaran
100X dan 400X.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
normal. H&E
(A) 100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. septa alveoli.
4.
A.
Tidak ditemukan
adanya sel
radang, edema,
maupun darah
pada perbesaran
100X dan 400X.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
normal. H&E
(A) 100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. septa alveoli.
2. bronkiolus
3
2
1
1
1
1 2
2 1
22
B.
5.
A.
B.
Tidak ditemukan
adanya sel
radang, edema,
maupun darah
pada perbesaran
100X dan 400X.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
normal. H&E
(A) 100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. septa alveoli
2. bronkus
3. tulang rawan
6.
A.
B.
Tidak ditemukan
adanya sel
radang, edema,
maupun darah
pada perbesaran
100X dan 400X.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
normal. H&E
(A) 100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. septa alveoli
2. bronkus
3. tulang rawan
7.
A.
Tidak ditemukan
adanya sel
radang, edema,
maupun darah
pada perbesaran
100X dan 400X.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
normal. H&E
(A) 100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. septa alveoli.
2
1
3
3 1
3
2
1
1
1
1
3
23
B. 8.
A.
B.
Ditemukan
adanya
penebalan septa
alveoli berisi sel
radang.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
terinfeksi
moderate
pneumonia
interstitialis
multivocal
acut. H&E (A)
100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. bronkus
2. penebalan
septa alveoli
3. tulang rawan
4. sel radang
9.
A.
B.
Ditemukan
adanya edema di
dalam alveoli
dan terjadi
penebalan septa
alveoli berisi sel
radang.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
terinfeksi mild
pneumonia
edema
pulmonum
vocal acut.
H&E (A)
100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. tulang rawan
2. edema
3. bronkus
4. penebalan
septa alveoli
5. sel radang.
10.
Ditemukan
adanya edema di
dalam alveoli
dan terjadi
penebalan septa
alveoli berisi sel
radang.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
terinfeksi mild
pneumonia
edema
1
3
2
4
2
2
2
1 3
4
5
1
2 3
24
A.
B.
pulmonum
vocal acut.
H&E (A)
100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. penebalan
septa alveoli
2. edema
3. bronkiolus
4. sel radang.
11.
A.
B.
Ditemukan
adanya butir-
butir darah,
edema, dan
penebalan septa
alveoli berisi sel
radang.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
terinfeksi mild
pneumonia
edema
pulmonum dan
mild
pneumonia
hemoragika
vocal acut.
H&E (A)
100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. hemoragi
2. penebalan
septa alveoli
3. edema
4. sel radang.
12.
A.
Ditemukan
adanya
tumpukan sel
radang di sekitar
bronkus dan
penebalan septa
alveoli berisi sel
radang.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
terinfeksi mild
pneumonia
peri-bronchial
vocal acut.
H&E (A)
100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. tulang rawan
2
3
3
1
2
3
4
3
2
1
4
25
B.
2. sel radang
3. penebalan
septa alveoli.
13.
A.
B.
Ditemukan
adanya
tumpukan sel
radang di sekitar
bronkus dan
penebalan septa
alveoli berisi sel
radang.
Histopatologi
organ paru-paru
kambing
qurban yang
terinfeksi mild
pneumonia
peribronchial
vocal acut.
H&E (A)
100X, (B)
400X.
Keterangan:
1. septa alveoli
2. tulang rawan
3. bronkus
4. sel radang.
2
1
3
4
4
2
2
30
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu:
1. Berdasarkan hasil pengamatan, sebanyak 7 sampel negatif terinfeksi
pneumonia dengan ciri tidak ditemukan adanya penebalan septa alveoli
yang berisi sel radang, edema, dan darah, sedangkan sebanyak 6 sampel
paru-paru qurban lainnya positif terinfeksi pneumonia dengan ciri
ditemukan adanya penebalan septa alveoli yang berisi sel radang, edema,
hemoragi, dan tumpukan sel radang di tepi bagian luar bronkus.
2. Berdasarkan hasil penelitian, dari 13 sampel organ paru-paru didapatkan 6
sampel kambing qurban terinfeksi pneumonia, sehingga 46% sampel
sudah terinfeksi pneumonia dengan jenis terbanyak yaitu pneumonia
edema pulmonum dan pneumonia peri-bronchial.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka perlu diadakan
pemeriksaan kesehatan kambing qurban yang lebih baik lagi untuk tahun
berikutnya dan memberikan pemahaman kepada petugas bahwa kambing
qurban yang sudah terlihat terinfeksi pneumonia tidak layak untuk
31
dikonsumsi. Disarankan juga untuk melakukan uji lanjut untuk menentukan
jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pneumonia sehingga
memperkuat diagnosa penyakit menggunakan uji isolasi bakteri.
32
DAFTAR PUSTAKA
Aini, A.P., Dan Harjana, T. 2018. Pengaruh Paparan Asap Rokok Elektrik
(Vapour) Dengan Berbagai Variasi Dosis Terhadap Gambaran Histologi
Bronkiolus Mencit (Mus musculus). Jurnal Prodi Biologi. Vol 7 No 8.
Alimudin, S. 2019. Suhu di Lampung Timur Pada Saat Musim Kemarau. [Hasil
Wawancara Pribadi]. 22 Desember 2019. Labuhan Ratu VII, Braja
Harjosari.
Corwin, E. J. 2001. Patofisiologi (Alih Bahasa, Brahm, U.). Penerbit EGC.
Jakarta.
Ditjen PKH. 2017. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2017 (Livestock
and Animal Health Statistics 2017). Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. Hal: 86
Ermawati, D. 2011. Untung Menggiurkan dari Budidaya Kelinci. Yogyakarta.
CV. Andi Offset.
Fikri, B. A. 2016. Analisis Faktor Risiko Pemberian Asi Dan Ventilasi Kamar
Terhadap Kejadian Pneumonia Balita. The Indonesian Journal of Public
Health. Vol. 11 (1), 14–27.
Hati, I. R. P. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sisik Naga
(Pyrrosia piloselloides) Terhadap Tingkat Kematangan Folikel Ovarium
Kambing (Capra aegragus hircus) secara In-Vitro [Skripsi]. Universitas
Islam Negri (UIN). Malang.
Herdiani, N. dan Putri, E.B.P. 2018. Gambaran Histopatologi Paru Tikus Wistaar
Setelah Diberi Paparan Asap Rokok. Medical and Health Science Journal.
Volume 2(2): 7-14.
Kartadisastra, H. R. 2001. Beternak Kelinci Unggul. Kanisius. Yogyakarta.
Kubiak, B. D., Albert, S.P., Gatto, L.A., Snyder, K.P., Maier, K.G., Vieau, C.J.,
Roy, S., dan Nieman, G.F. 2010. Peritoneal Negative Pressure Therapy
Prevents Multiple Organ Injury in A Chronic Porcine Sepsis and
Ischemia/Reperfusion Model. SHOCK Journal. Vol. 34(5): 525-534.
33
Kumar, V., Cotran, R.S., Robbins, S.L. 2009. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit
Cetakan 1. EGC. Jakarta.
Jaya, H.D.2017. Pneumonia Ancam Anak Saat Cuaca Ekstrem.
https://www.lampost.co/berita-pneumonia-ancam-anak-saat-cuaca-
ekstrem.html. Diakses pada 22 Desember 2019 pukul 20:47 WIB.
Liu Y, Wang H, Chen M, Sun Z, Zhao R, Zhang L., Wang, H., Zhang, H., Wang,
L., Chu, Y., Liu, Y.,Ni, Y. 2008. Serotype Distribution and Antimicrobial
Resistance Patterns of Streptococcus pneumoniae Isolated from Children in
China Younger than 5 Years. Diagnostic microbiology and infectious
disease. 61(3):256-631.
Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong Perah.
Kanisius. Yogyakarta.
Rampengan, S. H. 2014. Edema Paru Kardiogenik Akut. Jurnal Biomedik. Vol. 6
(3): 149-156.
Ressang, A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Team Leader IFAD Project: Bali.
Retnowati, Y., dan Nugroho, T.A.E. 2015. Pemeriksaan Mikroba Dan Patologi
Organ Paru-Paru Sapi Yang Mengalami Pneumoni di Kota Gorontalo.
Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Sarwono, B. 2006. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sendow, I., Syafriati, T., dan Damayanti, R. 2004. Gambaran Seroepidemiologi
dan Histopatologi Infeksi Virus Parainfluenza Tipe 3 pada Sapi. JITV. Vol.
9. No. 2. Bogor.
Sendow, I., Syafriati, T., Wiedosari, E., dan Selleck, P. 2002. Infeksi Virus
Parainfluenza Tipe 3 pada Kasus Pneumonia Kambing dan Domba. JITV.
Vol. 7. No. 1. Bogor.
Sitepoe, M. 2008. Cara Memelihara Domba dan Kambing Organik. PT. Indeks.
Jakarta.
Subronto, 1985. Ilmu Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sudatri, N. W., Iriani S., Suartini, N. M., dan Yulihastuti, D. A. 2016. Penurunan
Fungsi Hati Tikus Betina (Rattus Norvegivus L) Yang Diinjeksi White
Vitamin C Dosis Tinggi Dalam Jangka Waktu Lama Ditinjau Dari Kadar
Sgpt, Sgot Serta Gambaran Histologi Hati. Journal of Biological Sciences.
Vol. 3, No. 1, 44-51. Bali.
Sun, A., Wang, W., Ye, X., Wang, Y., Yang, X., Ye, Z., Sun, X., dan Zhang, C.
2017. Protective Effects of Methane-Rich Saline on Rats with
34
Lipopolysaccharide-Induced Acute Lung Injury. Oxidative Medicine and
Cellular Longevity (Hindawi). Vol. 2017:1-12.
Susilo, J. 2019. Ciri-Ciri Dari Masing-Masing Jenis Pneumonia. [Hasil
Wawancara Pribadi]. 3 Oktober 2019. Laboratorium Balai Veteriner
Lampung.
Wahid, A., dan Imam, S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan
Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Trans Info Media.
Jakarta.
Yuwono, T. A. 2008. Faktor – Faktor Lingkungan Fisik Rumah Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap [Tesis]. Universitas
Diponegoro. Semarang.