gagal ginjal kronik

46
MAKALAH KMB 2 SISTEM PERKEMIHAN “GAGAL GINJAL KRONIS” DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6 LANI WULANDARI LIDYAWATI MUSTAPA MADE RADIYASE MEYLAN HARYANTI UTINA

Upload: andika-rolly

Post on 17-Sep-2015

68 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Gagal Ginjal Kronik

TRANSCRIPT

MAKALAH KMB 2

SISTEM PERKEMIHANGAGAL GINJAL KRONIS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

LANI WULANDARILIDYAWATI MUSTAPAMADE RADIYASEMEYLAN HARYANTI UTINA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALOTAHUN AJARAN 2014-2015

Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul SISTEM PERKEMIHAN (GAGAL GINJAL KRONIS).Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan teman-teman penyusun yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Gorontalo, 9 April 2015Penyusun

Kelompok 6

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG .........................................................................................................B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................BAB 2 PEMBAHASANA. KONSEP MEDIK ..............................................................................................................1. DEFINISI GAGAL GINJAL KRONIK............................................................................2. ETIOLOGI GAGAL GINJAL KRONIK............................................................................3. PATOFISIOLOGI GAGAL GINJAL KRONIK.................................................................4. MANIFESTASI KLINIK GAGAL GINJAL KRONIK......................................................5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK GAGAL GINJAL KRONIK...........................................6. KOMPLIKASI GAGAL GINJAL KRONIK....................................................................7. PENATALAKSANAAN GAGAL GINJAL KRONIK......................................................8. PENCEGAHAN GAGAL GINJAL KRONIK.................................................................9. PENYIMPANGAN KDM GAGAL GINJAL KRONIK......................................................B. KONSEP KEPERAWATAN ...............................................................................................C DIAGNOSA KEPERAWATAN .........................................................................................D. RENCANA KEPERAWATAN ...........................................................................................DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan sekarang dikenal sebagai kondisi umum yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan gagal ginjal kronis .Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas yakni kronik dan akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagl ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Pada kedua kasus tersebut, ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Meskipun ketidakmampuan fungsional terminal sama pada kedua jenis gagal ginjal ini, tetapi gagal ginjal akut mempunyai gambaran khas dan akan dibahas secara terpisah.Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus urinarius juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa penyakit ginjal terutama menyerang glomerulus (glomerulonefritis), sedangkan jenis yang lain terutama menyerang tubuls ginjal (pielonefritis atau penyakit polikistik ginajl) atau dapat juga mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis). Namun, bila proses penyakit tidak dihambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut.Meskipun penyebabnya banyak, manifestasi klinis gagal ginjal kronik sangat mirip satu sama lain karena gagal ginjal progresif dapat didefinisikan secara sederhana sebagai defisiensi jumlah total nefron yang berfungsi dan kombinasi gangguan yang tidak pasti tidak adapat dielakkan lagi.B. RUMUSAN MASALAH10. Menjelaskan bagaiman definisi Gagal Ginjal Kronik?11. Menjelaskan bagaimana etiologi Gagal Ginjal Kronik?12. Menjelaskan bagaimana patofisiologi Gagal Ginjal Kronik?13. Menjelaskan bagaiamana manifestasi klinis Gagal Ginjal Kronik?14. Menjelaskan bagaimana pemeriksaan diagnostik Gagal Ginjal Kronik?15. Menjelaskan bagaiamana Komplikasi Gagal Ginjal Kronik?16. Menjelaskan Bagaimana Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik?17. Menjelaskan bagaiamana Pencegahan Gagal Ginjal Kronik?18. Menjelaskan bagaiamana Penyimpangan KDM Gagal Ginjal Kronik?

BAB IIPEMBAHASAN A. KONSEP MEDIK1. DEFINISIGagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap-akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Ini dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus, glomerulonefritis, hipertensi yang tidak dapat dikontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi herediter, seperti penyakit ginjal polikistik, gangguan vaskuler infeksi, medikasi, atau agens toksik. Lingkungan dan agens berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronis mencakup timah, kadmium, merkuri, dan kromium. Dialisis atau transplatasi ginjal kadang-kadang diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien.2. ETIOLOGITerjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang didedrita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya : Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension) Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus) Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur) Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik Menderita penyakit kanker (cancer) Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease) Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai glomerulonephritis.Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah ; Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan, luka bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana funngsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis serangan gagal ginjal, akut dan kronik.

3. PATOFISIOLOGIPada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.( Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi lima stadium yaitu:1. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan lewat ginjal secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan hiperfiltrasi. Pasien akan mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat menyebabkan glomerulusklerosis fokal, terdiri dari penebalan difus matriks mesangeal dengan bahan eosinofilik disertai penebalan membran basalin kapiler. 2. Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.3. Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan. Tanda khas stadium ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi hipertensi. 4. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan hipertensi hampir selalu ditemui. 5. Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin plasma disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat. Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut :1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.4. < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.

4. MANIFESTASI KLINISTerlepas dari penyebab GGK, manifestasi klinis GGK semakin jelas terlihat karena penurunan laju filtrasi glomerulus yang progresif. Gejala awal insufisiensi renal di mulai pada stadium 3 ketika sudah terjadi kerusakan pada minimal 50% fungsi nefron. Terjadi hipertensi, kenaikan kadar ureum dan kreatinin, serta anemia. Pada stadium lebih lanjut akan di temukan gejala adema, ketidakseimbangan elektrolit, asidosis metabolik, dan efek multisistemik yang menimbulkan oleh uremia. Manisfestasi klinis yang sering ditemukan di uraikan di bawah ini, yang baanyak diantaranya pada akhirnya mengancam jiwa. PERUBAHAN BERKEMIHPada stadium awal gagal ginjal, poliuria dan nokturia tampak jelas karena ginjal tidak mampu memekatkan urine, khususnya di malam hari. Berat jenis urine secara bertahap menetap pada nilai di sekitar 1,010 (konsentrasi osmolar plasma) yang mencerminkan ketidakmampuan ginjal untuk mengencerkan atau memekatkan urine. Apabila GGK memburuk, terjadi oliguria (haluaran urine 3 detik, palpitasi, nyeri dada atau angina dan sesak napas, gangguan curah jantung akibat hiperkalemi, dan gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel.pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunana usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecendrungan mengalami pendarahan sekunder dari trombositopenia.

3) B3(Brain) Didapatkan penurunana kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses fikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.

4) B4(Bladder)Penurunana urine output 24 (kali per menit) Usia 5-14:25 Usia 1-4:30 Bayi: 60 Takipnea Rasio waktu Penggunaan otot bantu asesorius untuk bernapasSetelah di lakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam ketidak efektifan pola napas tidak terjadi, dengan kriteria hasil : Klien akan menunjukan pola pernapasan efektif ; status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, yang di buktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem,berat,sedang,ringan, tidak ada gangguan) : Kedalam inspirasi dan kemudahan bernapas Ekspansi dada simetris Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernapasan : ventilasi, yang di buktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5) : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, tidak ada Sgangguan ): Penggunaan otot aksesorius Suara napas tambahan Pendek nafas Klien akan menunjukkan pernapasan optimal ada saat terpasang ventilator mekanis. Klien akan mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal Klien akan mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk klien. Klien akan meminta bantuan pernapasan saat di butuhkan Klien akan mampu menggambarkan rencana untuk perawatan di rumahKlien akan mengidentifikasi factor (misalnya, allergen) yang memicu ketidak efektifan pola nafas dan tindakan yang dapat di lakukan untuk menghindarinya Pantau adanya pucat dan sianosis Pantau efek obat pada status pernapasan Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di sangkar iga Kaji kebutuhan insersi jalan napas Pemantauan pernapasan (NIC) : Pantau kecepatan,irama,kedalaman dan upaya pernapasan Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan,penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot supraklavikular dan interkosta Pantau pernapasan yang berbunyi, seperti mendengkur Pantau pola pernapasan : bradipnea; takipnea; hiperventilasi; pernapasan kussmaul; pernapasan cheyne stokes; dan pernapasan apneastik, pernapasan biot dan pola ataksik Perhatikan lokasi trakea Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan / tidak adanya ventilasi dan adanya suara napas tambahan Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas Catat perubahan pada SaO2, SvO2,CO2 akhir tidal dan nilai gas darah arteri (GDA), jika perluHubungkan dan dokumentasikan semua data hasil pengkajian (misalnya sensori, suara napas pola napas, GDA, sputum, dan efek obat pada klien) Bantu klien untuk menggunakan spirometer intensif jika perlu Tenangkan klien selama periode gawat napas Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode gawat napas Untuk membantu memperlambat frekuensi pernapasan, bombing klien menggunakan teknik pernapasan bimbing mencucu dan pernapasan terkontrol Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan untuk membersihkan secret Minta klien untuk mengubah posisi, batuk dan napas dalam setiap Informasikan kepada klien sebelum memulai prosedur, untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan perasaan kendali Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanula nasal, masker atau sungkup, uraikan kecepatan aliran Atur posisi klien untuk mengoptimalkan pernapasan, uraikan posisi Sinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan ventilasi Informasikan kepada klien dan keluarga tentang tekhnik relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan, uraikan teknik Diskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah, meliputi pengobatan peralatan pendukungan, tanda dan gejala komplikasi yang dapat di laporkan, sumber-sumber komunitas Diskusikan cara menghindari allergen sebagai contoh : Memeriksa rumah untuk adanya jamur di dinding rumah Tidak menggunakan karpet di rumah Menggunakan filter elektronik alat perapian dan AC Ajarkan tekhnik batuk efektif Informasikan kepada klien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok dalam ruangan Instruksikan kepada klien dan keluarga bahwa mereka harus memberitahu perawat pada saat terjadi ketidakefektifan pola pernafasan Konsultasikan dengan ahli terapi pernafasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis Laporkan perubahan sensori, bunyi nafas, pola pernafasan, nilai GDA, sputum dan sebagainya, jika perlu atau sesuaikan protocol. Berikan obat (misalnya, bronchodilator) sesuai dengan program atau protocol Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang di lembabkan sesuai program atau protokol institusi Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola pernafasan

Nyeri kronikDomain 12Kode NDX 00133

Nyeri kronikBerhubungan dengan :

Ketunadayaan fisik Ketunadayaan psikososial kronis

Batasan karakteristik

Hambatan kemampuan meneruskan aktifitas sebelumnya Anorexia Atrofi kelompok otot yang terserang Perubahan pola tidur Skala keluhan (mis penggunaan skala nyeri Depresi Masker wajah (mis mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap, meringis) Letih Takut terjadi cedera berulang Sikap melindungi area nyeri Iritabilitas Perilaku protektif yang dapat diamati Penurunan interaksi dengan orang lain

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam nyeri kronis teratasi dengan kriteria hasil :

Pain level Pain control Comfort level Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri) Mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda-tanda vital dalam rentang normal Pain management

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif , karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri Evaluasi bersama klien masa lampau Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau Bantu klien dan keluarga untuk menemukan dukungan Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan pencahayaan dan kebisingan Kurangi factor presipilitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk melakukan intervensi Ajarkan tentang tehknik farmakologi Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan control nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasi dengan dokter Analgesic administration Tentukan lokasi, karakteristik kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesic ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)Domain 2 : nutrisi Kelas 1: makananBatasan karakteristik Berat badan 20% atau lebih dibawah ideal Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance) Membran mukosa dan konjungtiva pucat Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah Luka, inflamasi pada rongga mulut Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan Dilaporkan adanya sensasi rasa Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan Miskonsepsi Kehilangan BB dengan makanan cukup Keengganan untuk makan Kram pada abdomen Tonus otot jelek Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi Kurang berminat terhadap makanan Pembuluh darah kapiler mulai rapuh Diare dan atau steatorrhea Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok) Suara usus hiperaktif Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :Ketidakmampuan pemasukkan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis, atau ekonomi. Nutritional status: Nutritional status : food fluid intake Nutritional status : nutrient intake Wight controlKriteria hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan Tidak terjadi penurunan berat badan yang berartiNutrition management Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah komplikasi Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi ) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition monitoring BB pasien dalam batas normal Monitor adanya penurunan berat badan Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang bisa dilakukan Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah Monitor mual dan muntah Monitor kadar albumin, total protein, hb, dan kadar Ht Monitor makanan kesukaan Monitor pertumbuhan dan perkembangan Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor kalori dan intake nutrisi Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

DOMAIN 4:Aktivitas/IstirahatKELAS 4:sRespons Kardiovaskular/PulmonalKode NDX (00092)

Intoleran aktivitas

Defenisi : Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

Batasan karakteristik : Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia Perubahan EKG yangmencerminkan isekmia Ketidaknyamanan setelah beraktivitas Dispnea setelah beraktivitas Menyatakan merasa letih Menyatakan merasa lemah

Factor yang berhubungan : Tirah baring atau imobilisasi Kelemahan umum Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen Mobilitas Gaya hidup monotonNOC Energy conservation Activity tolerance Self care : ADLs

Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri Tanda-tanda vital normal Energy psikomotor Level kelemahan Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat Status kardiopulmunari adekuat Sirkulasi status baikStatus respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuatNICActivity Therapy Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi yang tepat Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktiv beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.

Resiko InfeksiDomain 11 : Keamanan / PerlindunganKelas 1 : InfeksiNDX 00004Definisi:Peningkatanresiko masuknya organisme patogen.Faktor-faktor resiko : Prosedur Invasif Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen. Trauma Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan Ruptur membran amnion Agen farmasi (imunosupresan) Malnutrisi Peningkatan paparan lingkungan patogen Imunosupresi Ketidakadekuatan imun buatan Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik). Penyakit kronik

Immune StatusKnowledge : Infection controlRisk control

Kriteria Hasil :Klien bebas dari tanda dan gejala infeksiMendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksiJumlah leukosit dalam batas normalMenunjukkan perilaku hidup sehat

Infection Control (Kontrol infeksi) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain Pertahankan teknik isolasi Batasi pengunjung bila perlu Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Batasi pengunjung Saring pengunjung terhadap penyakit menular Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan perawatan kuliat pada area epidema Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Ispeksi kondisi luka / insisi bedah Dorong masukkan nutrisi yang cukup Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara menghindari infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatn Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGCCrown J. Elisabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGCChang, Esther. 2006. Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGCwww.slideshare.netseptianrahapenyimpangan-kdm-ggkhttp://zhoghyearhye.blogspot.com/2014/07/makalah-ggk.html