gadis misterius

542
1 “Di mana saya?” “Anda sudah sadar? Anda jangan cemas, Anda berada di kamar saya di Obbeyville.” “Obbeyville? Mengapa saya berada di sini?” “Saya yang membawa Anda kemari.” “Mengapa? Apa yang telah terjadi pada diri saya sehingga saya berada di sini?” “Anda tidak ingat apa yang terjadi pada Anda?” “Tidak, saya tidak mampu mengingat apa pun.” “Siapakah nama Anda?” tanyanya penuh perhatian, “Saya akan menghubungi keluarga Anda.” “Nama saya…,” gadis itu termenung. Wanita itu semakin cemas dibuatnya. “Saya tidak ingat. Saya tidak dapat mengingat apa pun. Bahkan nama maupun masa lalu saya,” jawab gadis itu dengan sedih setelah terdiam untuk beberapa saat. Wanita tua itu memandang sedih pada gadis itu. Gadis itu tampak pucat sekali ketika ia menemukannya tergeletak pingsan di tepi Sungai Alleghei yang mengalir di tepi timur Obbeyville. Saat itu ia sedang berjalan-jalan di pagi hari di tepi sungai yang berada di dekat rumahnya itu, seperti biasanya. Belum jauh ia berjalan dari pondoknya, ia melihat seseorang tergeletak pingsan di tepi sungai itu. Di sekeliling orang itu tampak sesuatu yang bersinar keemasan. Segera ia mendekat dan ia menemukan seorang gadis pingsan di 1

Upload: api-3852758

Post on 07-Jun-2015

425 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Penduduk Obbeyville gempar! Seorang gadis muda diketemukan pingsan di sungai yang mereka anggap suci. Tak ayal lagi seisi Obbeyville mulai menduga-duga asal muasal gadis itu. Tak sedikit yang percaya gadis yang hilang ingatan itu adalah utusan dewa. Tindak tanduknya yang anggun membuat tiap orang menghormatinya. Pengetahuannya yang luas mempesona tiap orang. Keterampilan tangannya membuat tiap orang kagum. Kecantikannya membuat tiap orang terpana. Siapakah dia? Apakah ia adalah utusan dewa?

TRANSCRIPT

Page 1: Gadis Misterius

1

“Di mana saya?”

“Anda sudah sadar? Anda jangan cemas, Anda berada di kamar saya di

Obbeyville.”

“Obbeyville? Mengapa saya berada di sini?”

“Saya yang membawa Anda kemari.”

“Mengapa? Apa yang telah terjadi pada diri saya sehingga saya berada

di sini?”

“Anda tidak ingat apa yang terjadi pada Anda?”

“Tidak, saya tidak mampu mengingat apa pun.”

“Siapakah nama Anda?” tanyanya penuh perhatian, “Saya akan

menghubungi keluarga Anda.”

“Nama saya…,” gadis itu termenung.

Wanita itu semakin cemas dibuatnya.

“Saya tidak ingat. Saya tidak dapat mengingat apa pun. Bahkan nama

maupun masa lalu saya,” jawab gadis itu dengan sedih setelah terdiam untuk

beberapa saat.

Wanita tua itu memandang sedih pada gadis itu. Gadis itu tampak

pucat sekali ketika ia menemukannya tergeletak pingsan di tepi Sungai

Alleghei yang mengalir di tepi timur Obbeyville.

Saat itu ia sedang berjalan-jalan di pagi hari di tepi sungai yang berada

di dekat rumahnya itu, seperti biasanya. Belum jauh ia berjalan dari

pondoknya, ia melihat seseorang tergeletak pingsan di tepi sungai itu. Di

sekeliling orang itu tampak sesuatu yang bersinar keemasan.

Segera ia mendekat dan ia menemukan seorang gadis pingsan di tepi

sungai itu. Rambut panjang gadis itulah yang bersinar keemasan tertimpa

sinar matahari pagi di awal musim panas.

Sekujur tubuh gadis itu basah oleh air sungai yang jernih itu. Wajahnya

tampak pucat sekali dan suhu tubuhnya panas sekali.

Ia segera memanggil seseorang untuk membantunya membawa gadis

itu ke pondoknya. Ia merawat gadis yang pingsan itu dengan penuh

perhatian.1

Page 2: Gadis Misterius

Gadis itu tak sadarkan diri selama beberapa hari. Selama itu sering

suhu tubuhnya tiba-tiba menjadi tinggi sekali sehingga membuatnya panik.

Penduduk Obbeyville menjadi gempar tatkala mendengar berita

diketemukannya gadis itu di sungai yang mereka anggap suci. Penduduk

Obbeyville merupakan sebagian penduduk Kerajaan Zirva yang masih

mempercayai mitos.

Bagi penduduk Obbeyville, Sungai Alleghei yang bermata air di Holly

Mountain merupakan sungai suci tempat para dewa mereka mengirimkan

anugerahnya kepada manusia. Mereka juga percaya sungai itu dibuat oleh

para dewa dari Holly Mountain menuju tempat tinggal manusia.

Sedangkan Holly Mountain itu sendiri dipercayai penduduk Obbeyville

sebagai tempat tinggal pada dewa. Karena itu mereka mengkeramatkan

sungai itu.

Konon Holly Mountain dijaga oleh makhluk halus agar tidak seorangpun

yang dapat mencapai puncaknya yang berkabut. Di balik kabut yang

diciptakan para dewa untuk melindungi tempat itu; terdapat tempat yang

sangat indah yang dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa tersebut.

Mereka juga percaya bila awan di puncak Holly Mountain hitam

pertanda para dewa sedang marah. Tetapi bila awan di puncak Holly

Mountain cerah artinya para dewa tidak sedang marah.

Penduduk Obbeyville sering mengadakan upacara persembahan di

Sungai Alleghei. Korban yang diberikan kepada para dewa biasanya berupa

hasil panen selama setahun. Korban itu dibakar hingga berupa abu kemudian

abu itu disebarkan di sungai.

Upacara itu diadakan beberapa kali dalam setahun. Namun yang selalu

dilakukan tiap tahun adalah saat tahun baru, awal musim semi dan akhir

musim semi.

Pada saat tahun baru, mereka berdoa untuk keselamatan dan

kebahagiaan mereka sepanjang tahun yang akan datang juga bersyukur atas

perlindungan dewa kepada mereka selama tahun yang baru berlalu.

Selain mengadakan upacara persembahan, mereka juga mengadakan

pesta di sepanjang sungai itu untuk memeriahkan tahun baru. Tidak jarang

pula mereka mengadakan perlombaan yang tidak hanya diikuti oleh

penduduk Obbeyville juga penduduk Blueberry.

Di awal musim semi mereka mengharapkan berkat para dewa agar hasil

panen mereka sepanjang musim itu berlimpah. Kemudian di penghujung 2

Page 3: Gadis Misterius

musim, mereka mengadakan upacara untuk bersyukur atas berkat yang

diberikan para dewa sehingga panen mereka berlimpah.

Di Sungai Alleghei banyak sekali ikan, namun tak seorangpun yang

berani mengusik ikan itu apalagi memancing ikan itu. Mereka percaya ikan-

ikan itu adalah suruhan para dewa. Ikan-ikan itu mengantarkan anugerah

dewa kepada manusia sekaligus menjaga Sungai Alleghei agar tidak dikotori

manusia.

Penduduk Obbeyville mulai menduga-duga asal usul gadis itu. Sebagian

dari mereka menduga gadis itu adalah utusan dewa. Sebagian orang yang

tidak mempercayai mitos percaya gadis itu hanyut di sungai itu.

Ia memandang gadis itu dan mengagumi kecantikan serta keanggunan

yang terpancar dari wajahnya yang cantik walaupun wajah itu tampak pucat.

Rambutnya yang selalu bersinar tampak seperti emas yang indah di atas

bantal. Matanya yang berwarna keunguan itu memandang sedih sekeliling

ruangan itu.

Sewaktu ia menemukannya, ia mengenakan gaun yang indah sekali,

seuntai kalung emas yang indah melingkari lehernya yang putih itu. Ia

menduga umur gadis itu sekitar dua puluh tahunan.

“Saya turut menyesal. Anda jangan bersedih karenanya, saya yakin

suatu saat nanti ingatan Anda akan pulih kembali,” kata wanita tua itu.

“Kalau boleh saya tahu, siapakah Anda?”

“Semua orang memanggil saya Mrs. Vye, saya pengurus rumah tangga

di keluarga Sidewinder,” jawab Mrs. Vye.

“Terima kasih telah merawat saya selama saya tak sadarkan diri, Mrs.

Vye,” kata gadis itu, ”Maaf saya telah merepotkan Anda, keluarga tempat

Anda bekerja tentunya marah kepada Anda karena Anda telah menolong

saya, gadis yang tak dikenal ini.”

“Anda tidak perlu khawatir mengenai hal ini, bagi saya ini memang

sudah menjadi kewajiban saya untuk menolong sesama saya. Keluarga

Sidewinder juga tidak mencela tindakan saya,” kata wanita itu.

“Anda beristirahatlah dulu. Saya akan mengambilkan sesuatu untuk

Anda makan. Anda baru sadar setelah beberapa hari tak sadarkan diri

tentunya Anda merasa lapar,” saran wanita itu.

“Anda belum menceritakan kepada saya apa yang terjadi pada saya

sehingga saya berada di pondok Anda,” kata gadis itu mengingatkan.

“Jangan cemas, saya pasti akan menceritakannya pada Anda. Sekarang 3

Page 4: Gadis Misterius

Anda beristirahatlah dulu, Anda baru saja sadar,” kata Mrs. Vye. Kemudian

tanpa menunggu jawaban gadis itu, ia lekas meninggalkan gadis itu sendirian.

Ia merasa bersalah kepada gadis itu karena telah membohonginya.

Sebenarnya Baroness Lora, majikannya mencelanya karena telah menolong

gadis itu. Ia telah mengetahui sebelumnya, bahwa Baroness Lora akan marah

bila mengetahui ia membawa seorang gadis tak dikenal ke pondoknya.

Tetapi ia juga tidak dapat menyembunyikan hal ini dari majikannya

tersebut. Pondok tempat tinggalnya berada di atas tanah keluarga

Sidewinder.

Pondok yang terletak tak jauh dari rumah utama keluarga Sidewinder

itu, diberikan padanya sebagai tempat tinggalnya saat ia mulai menjabat

sebagai pengurus rumah tangga di keluarga itu.

Lady Debora, putri keluarga Sidewinder sering mendatangi pondok

mungilnya yang terbuat dari kayu itu. Itu sebabnya ia tak dapat

menyembunyikannya dari Baroness Lora. Selain itu seluruh penduduk

Obbeyville membicarakan gadis itu sejak ia menemukannya pingsan di tepi

Sungai Alleghei.

Ketika Mrs. Vye baru tiba di Sidewinder House, seorang wanita cantik

dengan wajahnya yang menampakkan permusuhan, tiba-tiba menghadang

jalan.

Wanita itu melipat kedua tangannya di depan dadanya kemudian ia

menatap Mrs. Vye dengan tatapan yang tajam dan penuh permusuhan.

Mrs. Vye diam saja. Ia tahu apa yang akan ditanyakan majikannya yang

cantik itu.

“Bagaimana gadis itu? Apa ia sudah sadar?” tanya Baroness Lora tanpa

terdengar sedikitpun nada prihatin.

“Sudah, Yang Mulia,” jawab Mrs. Vye.

“Kalau begitu ia dapat segera dipulangkan ke keluarganya,” kata

Baroness Lora.

“Maaf, Yang Mulia. Saya rasa Anda tidak dapat melakukan hal itu, gadis

itu hilang ingatan,” kata Mrs. Vye.

“Apa! Apa katamu tadi?” seru terkejut Baroness Lora.

“Gadis itu tidak dapat mengingat masa lalunya. Ia hilang ingatan,” jelas

Mrs. Vye.

Baroness terdiam. Kedua tangannya tampak bergerak gelisah – tanda ia

sedang memikirkan sesuatu yang sangat serius.4

Page 5: Gadis Misterius

Mrs. Vye memperhatikan wanita yang dipandang semua orang sebagai

bidadari namun dalam pandangannya bidadari berhati iblis itu sibuk berpikir.

Ia menanti kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut wanita itu.

“Tidak bisa! Aku tidak mengijinkan gadis itu ada di sini. Aku tidak peduli

apakah ia hilang ingatan atau tidak. Yang pasti ia harus segera meninggalkan

tempat ini,” tegas Baroness Lora.

“Anda tidak bisa melakukan hal sekeji itu padanya,” Mrs. Vye terkejut

mendengar keputusan Baroness Lora. “Mungkin saja gadis itu utusan dewa.”

“Omong kosong! Aku tidak percaya kepada hal-hal semacam itu.”

“Anda tetap tidak boleh melakukannya.”

“Mengapa tidak? Akulah yang berkuasa di sini sejak suamiku meninggal

dan kata-kataku harus dituruti, termasuk kau!” kata Baroness Lora.

“Anda tidak dapat melakukan hal sekeji itu padanya. Kita harus

membantu gadis itu,” kata Mrs. Vye mencoba membela gadis yang

ditolongnya itu.

“Lakukan apa yang kukatakan! Aku tidak peduli apa yang terjadi pada

gadis miskin itu.”

“Anda jangan berkata seperti itu. Memang kita tidak tahu siapa dia,

tetapi mungkin saja ia seorang putri bangsawan.”

“Putri bangsawan katamu?” kata Baroness Lora mengejek.

“Saya yakin ia seorang putri bangsawan. Gaun yang dikenakannya

sewaktu saya menemukannya itu sudah cukup membuktikan bahwa saya

benar.”

“Mengapa aku harus percaya terhadapmu? Bisa saja ia mencuri gaun

itu kemudian mengenakannya,” kata Baroness Lora terus mengejek gadis

yang ditemukan Mrs. Vye tergeletak pingsan di tepi Sungai Alleghei.

“Kalau Anda yakin itu gaun curian, mengapa Anda merampas gaun itu

dari gadis itu?” tantang Mrs. Vye.

“Aku tidak merampasnya, gaun itu tidak cocok dipakai olehnya.

Lagipula gaun itu hanya cocok dipakai putri bangsawan sejati seperti

anakku.”

“Anda merampasnya dari gadis itu! Apa yang akan Anda lakukan

seandainya gadis itu ingat akan gaunnya?”

“Dia tidak akan mengingatnya,” kata Baroness Lora, “Kalaupun kelak ia

ingat, aku tidak peduli. Ia pasti akan sadar bahwa gaun itu tidak cocok

dikenakannya. Gaun itu hanya cocok bagi putriku. Sekarang lakukan apa yang 5

Page 6: Gadis Misterius

kukatakan. Bawa gadis itu pergi dari tempat ini!”

“Saya tidak akan melakukannya,” kata Mrs. Vye keras kepala.

“Lakukan apa yang kukatakan! Atau kupecat kau,” ancam Baroness

Lora.

“Anda tidak dapat memecat saya,” kata Mrs. Vye mengingatkan.

“Mengapa tidak? Akulah yang berkuasa di sini?”

“Anda ingin kehilangan harta keluarga Sidewinder?” Mrs. Vye terus

menentang Baroness Lora.

Baroness Lora terkejut mendengar kata-kata Mrs. Vye yang

mengingatkannya pada wasiat suaminya yang menyatakan ia harus tetap

mempertahankan Mrs. Vye di keluarga ini bila ingin memperoleh warisannya.

Baron Marx Sidewinder menyayangi Mrs. Vye seperti menyayangi

ibunya sendiri. Karena itu ia tidak ingin Baroness Lora melakukan hal yang

buruk terhadapnya.

Sewaktu ia masih hidup, Baroness Lora tidak berani mencelanya. Tetapi

Baron Marx Sidewinder tahu istrinya tidak menyukai Mrs. Vye.

Demikian pula Mrs. Vye tidak menyukai Baroness Lora. Walaupun

begitu Mrs. Vye tetap bersikap sopan kepada Baroness Lora karena Mrs. Vye

masih memandang wanita itu sebagai istri Baron Marx Sidewinder. Andaikata

Baroness Lora bukan istri anak asuh yang disayanginya, ia takkan mau

bersikap hormat sekali pun dipaksa.

Sejak kematian Baron Marx Sidewinder, permusuhan yang selama ini

mereka pendam mulai tampak dan akhir-akhir ini menjadi semakin panas

sejak Mrs. Vye menemukan gadis itu. Perang dingin telah berubah menjadi

perang panas yang siap meledak setiap saat.

Ia mengumpat marah dan berkata, “Aku memang tidak dapat

memecatmu. Tapi aku bisa melakukan tindakan yang lainnya untuk

mengeluarkan gadis itu dari tanahku.”

Sekarang giliran Mrs. Vye yang terkejut mendengar ancaman Baroness

Lora. Ia tidak mengira Baroness Lora akan nekat mengeluarkan gadis malang

itu dari tempat ini.

Sejak Baroness Lora tahu ia menemukan seorang gadis di Sungai

Alleghei dan merawatnya, Baroness Lora terus-menerus menyuruhnya

mengeluarkan gadis itu.

Baroness Lora mengatakan gadis itu hanya akan membebani keluarga

Sidewinder yang hartanya semakin menipis setiap harinya.6

Page 7: Gadis Misterius

Namun karena Mrs. Vye mengatakan bahwa semua orang akan

memandang rendah pada Baroness Lora bila ia tidak mau membantu gadis

malang itu, maka Baroness Lora mengijinkan gadis itu tinggal. Tetapi hanya

hingga gadis itu sadar.

Setiap hari Baroness Lora menanyakan keadaan gadis itu kepada Mrs.

Vye hanya karena ia ingin segera mengeluarkan gadis itu dari rumahnya.

Mrs. Vye memandang Baroness Lora sebagai seorang wanita berwajah

bidadari tetapi berhati iblis. Baroness Lora sangat cantik, rambutnya yang

merah bersinar cerah mengimbangi sinar matanya yang hijau.

Mrs. Vye percaya Baroness Lora memanfaatkan kecantikkannya untuk

mendapatkan harta berlimpah dengan memikat Baron Marx Sidewinder. Ia

juga mencurigai Baroness Lora berada di balik peristiwa pembunuhan Baron

Marx Sidewinder.

Sejak Baroness Lora memasuki rumah ini, pengeluaran keluarga ini

terus membengkak. Baroness Lora sangat menyenangi pesta, hampir tiap

hari ia mengadakan pesta besar di rumah ini. Ia juga senang menghamburkan

uang untuk membeli gaun baru. Hampir setiap hari pula, Baroness Lora pergi

membeli gaun baru.

Sewaktu Baron Marx Sidewinder masih hidup, mereka masih dapat

mengatasi jumlah pengeluaran yang terus membengkak itu. Namun sejak

kematian Baron Marx Sidewinder, keuangan keluarga Sidewinder mulai

kacau. Baroness Lora dengan terpaksa mengurangi kebiasaannya membeli

gaun baru dan mengadakan pesta.

Ternyata sifat Baroness Lora menurun pada putrinya. Lady Debora juga

senang pergi ke pesta dan membeli gaun baru. Itulah sebabnya mengapa

gaun gadis itu diambil oleh Baroness Lora. Lady Debora langsung menyukai

gaun itu sewaktu ia melihat Mrs. Vye menjemur gaun itu.

Lady Debora mengatakan kepada ibunya bahwa ia menyukai gaun yang

dijemur Mrs. Vye. Baroness Lora segera pergi melihat gaun yang dijemur Mrs.

Vye karena ia tidak mempercayai kata-kata putrinya.

“Gaun yang dijemur Mrs. Vye itu sangat indah. Benar-benar indah, gaun

itu gaun paling indah yang pernah kulihat. Kainnya pun sangat halus. Aku

ingin mempunyai gaun sebagus itu,” kata Lady Debora kepada ibunya.

Dari sinilah Baroness Lora mengetahui bahwa Mrs. Vye telah menolong

seorang gadis yang tak dikenal. Ia mencela tindakan Mrs. Vye. Setelah itu ia

mengatakan akan membawa gaun itu dan memberikannya kepada putrinya. 7

Page 8: Gadis Misterius

Mrs. Vye sudah mencoba mempertahankan gaun itu, namun malang ia tidak

dapat berbuat jauh.

Lady Debora sangat senang ketika mendapat gaun itu dan segera

memamerkannya kepada teman-temannya. Lady Debora menjadi semakin

senang ketika teman-temannya memuji gaun barunya itu.

Mrs. Vye merasa bersalah pada gadis itu karena telah membiarkan

mereka mengambil gaunnya sewaktu ia tak sadarkan diri. Tetapi Mrs. Vye

juga merasa lega karena ia tidak menunjukkan kalung emas yang melingkari

leher gadis itu pada mereka.

Bila ia menunjukkannya pada mereka, tentunya mereka juga akan

mengambilnya dari gadis itu.

Sekarang hanya kalung itulah satu-satunya benda yang dapat

membantu gadis itu untuk mengingat masa lalunya.

“Kau dengar tidak apa yang kukatakan? Lekas cepat keluarkan gadis itu

dari rumahku,” perintah Baroness Lora tak sabar.

Mrs. Vye baru akan mencoba memberikan pembelaan terhadap gadis

itu ketika Lady Debora muncul.

“Bagaimana Mrs. Vye, apakah gadis itu sudah sadar?” tanya Lady

Debora.

“Sudah, Tuan Puteri. Hanya saja gadis itu tidak dapat mengingat masa

lalunya,” jawab Mrs. Vye.

“Ia hilang ingatan?” tanya Lady Debora terkejut. “Bagaimana ia bisa

hilang ingatan kalau hanya hanyut di sungai? Seseorang akan hilang

ingatannya bila kepalanya membentur benda dengan keras.”

“Saya tidak tahu, Tuan Puteri. Tapi mungkin kepalanya membentur

sesuatu sewaktu hanyut di sungai.”

“Mungkin saja kepalanya membentur sesuatu sewaktu hanyut di sungai

dan menyebabkannya tak sadarkan diri,” ulang Lady Debora.

“Aku tidak peduli apa yang kalian bicarakan. Sekarang cepat keluarkan

gadis itu dari sini,” kata Baroness Lora semakin tidak sabar melihat Mrs. Vye

tidak segera melakukan perintahnya.

“Jangan, Mama. Biarkan saja gadis itu di sini,” kata Lady Debora.

“Untuk apa kita membiarkan gadis itu di sini? Ia hanya membuat

pengeluaran kita semakin membengkak saja. Semakin cepat ia keluar dari

rumah ini semakin baik. Dengan demikian kita tidak perlu mengeluarkan

biaya yang tidak perlu hanya untuk memelihara gadis miskin itu.”8

Page 9: Gadis Misterius

Mrs. Vye sangat marah mendengar kata-kata Baroness Lora yang jelas

sekali menunjukkan kebenciannya pada gadis yang sama sekali tidak mereka

kenal itu.

Entah apa yang membuat mereka membenci gadis tak dikenal itu. Mrs.

Vye menduga kedua wanita di hadapannya ini tidak menyukai gadis itu

karena gadis itu cantik. Bagi Mrs. Vye gadis malang itu jauh lebih cantik dari

kedua majikannya dan ia yakin semua orang akan mengatakan hal yang

sama.

Walaupun hatinya telah dipenuhi kemarahan namun Mrs. Vye menahan

amarahnya mengingat kedudukannya di situ hanya sebagai seorang

pengurus rumah tangga.

Baroness Lora dengan mudahnya mengatakan membiarkan gadis itu

berada di keluarga Sidewinder berarti menghambur-hamburkan uang. Ia tidak

melihat kenyataan bahwa sesungguhnya ia sendirilah yang menghambur-

hamburkan uang dengan berfoya-foya setiap harinya.

“Aku bisa memanfaatkan gadis itu, Mama.”

“Memanfaatkan untuk apa?” tanya Baroness Lora tak mengerti.

“Untuk menarik perhatian Alexander. Bila kita membiarkan gadis itu di

sini, keluarga Blueberry akan menganggap kita ini baik dan nilai kita di

hadapan mereka akan naik. Dengan demikian usahaku untuk mendapatkan

Alexander menjadi semakin mudah,” jelas Lady Debora.

“Ide bagus! Tapi apa yang harus kita lakukan pada gadis itu, apakah

kita akan membiarkannya tinggal di sini tanpa melakukan apa pun?” tanya

Baroness Lora.

“Tentu tidak, Mama. Aku akan menjadikannya sebagai pelayanku.

Dengan demikian aku tidak hanya mendapatkan kemudahan untuk menarik

perhatian Alexander, tetapi juga akan membuatku semakin terlihat

berkuasa,” kata Lady Debora bangga.

“Engkau memang pintar. Mama setuju denganmu,” kata Baroness Lora.

Mereka merencanakan suatu rencana jahat tanpa mempedulikan Mrs.

Vye yang mendengar semuanya dengan sangat jelas dari tempatnya berdiri.

Ia merasa marah mendengarnya. Tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Ia merasa tidak ada jalan lain yang dapat dilakukannya selain itu,

walaupun itu jalan yang paling buruk. Tetapi ia tidak tahu apakah gadis itu

akan mengerti bila ia mengatakan hal ini kepada gadis itu.

“Kau dengar, Mrs. Vye? Gadis itu boleh tinggal di sini asalkan ia mau 9

Page 10: Gadis Misterius

menjadi pelayan Debora,” kata Baroness Lora. “Berikan baju pelayan

kepadanya.”

“Katakan kepada kami apabila ia sudah cukup sehat untuk menjadi

pelayanku,” kata Lady Debora. “Aku mengharapkan agar ia cepat sehat.

Semakin cepat, semakin baik.”

“Saya akan melaksanakan perintah Anda,” kata Mrs. Vye.

“Bagus. Sekarang cepat urus dia,” kata Baroness Lora kasar.

Mrs. Vye meninggalkan Ruang Besar. Dengan bergegas, ia menuju

dapur, dan menyiapkan apa yang dipikirkannya ketika ia berjalan menuju

Sidewinder House.

Mrs. Vye segera kembali ke pondok mungilnya dengan membawa

sebuah nampan dengan berbagai macam hidangan di atasnya. Ia tidak peduli

Baroness Lora akan marah bila melihatnya membawa hidangan mewah untuk

gadis itu.

Ia berada di antar perasaan senang dan marah. Ia senang gadis itu

masih dapat tinggal bersamanya, tetapi ia juga marah karena Baroness Lora

serta Lady Debora memperlakukan gadis itu dengan tidak sewajarnya.

Menurut pendapatnya, sebaiknya gadis itu diperlakukan secara layak

seperti halnya seorang putri bangsawan. Ia sangat yakin bahwa gadis itu putri

bangsawan. Kesopanan dalam tutur katanya yang lemah lembut, yang

ditunjukkan gadis itu padanya – membuatnya semakin meyakini

pendapatnya.

Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu melindungi gadis itu tanpa

mempedulikan apa yang akan dikatakan atau dilakukan oleh Baroness Lora.

Mrs. Vye ingin melindungi gadis malang itu bukan hanya karena gadis

itu kehilangan ingatan tetapi juga karena rasa sayang yang telah tumbuh di

hatinya sejak ia merawat gadis itu.

Sebuah senyuman menghiasi wajah Mrs. Vye ketika ia berpikir betapa

mudahnya ia menyayangi gadis yang tak dikenalnya itu. Mrs. Vye mengakui

kalau gadis itu mampu membuat siapa saja menyayangi dirinya.

Beberapa orang yang melihatnya membawa nampan, menghampirinya

dan bertanya pertanyaan yang sama, “Apakah gadis itu sudah siuman?”

Ia juga selalu memberikan jawaban yang sama kepada mereka, “Ya.

Tetapi ia hilang ingatan.”

Kemudian mereka menyatakan simpatinya kepada Mrs. Vye atas

keadaan gadis tak dikenal itu.10

Page 11: Gadis Misterius

Segera, berita mengenai keadaan gadis itu yang kehilangan ingatannya

tersebar luas ke seluruh penjuru Obbeyville. Secepat menyebarnya berita

diketemukannya gadis itu di Sungai Alleghei oleh Mrs. Vye.

Tanpa mempedulikan penduduk yang berbisik-bisik, ia terus berjalan ke

pondok mungilnya. Tatkala membuka pintu, ia mendengar suara dari dalam

kamar. Bergegas ia menuju kamar tempat gadis itu terbaring.

Mrs. Vye terkejut tatkala melihat gadis itu berusaha berdiri ketika

mendengar langkah kakinya. Ia segera meletakkan nampan di sebuah meja

kecil di samping tempat tidur kemudian ia memaksa gadis itu berbaring

kembali.

“Mengapa Anda meninggalkan tempat tidur?” tanya Mrs. Vye.

“Saya ingin melihat tempat ini,” jawab gadis itu.

“Anda akan dapat melakukannya bila Anda telah sembuh benar.

Sekarang Anda harus banyak beristirahat agar segera sembuh. Saya akan

mengantar Anda berjalan-jalan di sekeliling tempat ini bila Anda telah sehat.”

“Terima kasih atas kebaikan hati Anda.”

“Anda tidak perlu berterima kasih, sudah kewajiban saya menolong

sesama yang membutuhkan pertolongan.”

“Anda baik sekali seperti…,” gadis itu tiba-tiba berhenti.

Ia berusaha memikirkan kelanjutan kata-katanya tetapi seakan-akan

masa lalunya berada di balik kabut yang sangat tebal, di dalam kegelapan

yang pekat.

“Jangan bersedih! Perlahan-lahan ingatan Anda akan kembali,” kata

Mrs. Vye menghibur gadis itu.

Gadis itu tersenyum untuk meyakinkan Mrs. Vye. Sebenarnya, ia

merasa sedih tidak dapat mengingat masa lalunya. Ia tidak ingin membuat

Mrs. Vye ikut menjadi sedih karena itu ia menyembunyikannya dari Mrs. Vye.

“Tampaknya kita akan menemui kesulitan bila Anda tidak mempunyai

nama. Mulai sekarang saya akan memanggil Maria pada Anda. Apakah Anda

menyukainya?”

“Saya senang sekali dengan nama itu. Siapa yang tidak senang

memiliki nama yang sama dengan Bunda Maria, Perawan Suci?” kata gadis itu

– tersenyum.

“Putri saya juga menyenangi nama itu,” kata Mrs. Vye. “Ia selalu

merasa bangga dengan namanya itu.”

“Saya ingin berkenalan dengan putri Anda.”11

Page 12: Gadis Misterius

“Putri saya meninggal beberapa tahun lalu karena sakit,” kata Mrs. Vye

sedih.

“Maafkan saya, saya tidak berniat mengungkit kesedihan Anda. Saya

turut berduka cita,” kata gadis itu.

“Tidak apa-apa. Saya sudah dapat menerima kenyataan bahwa putri

saya telah meninggalkan saya untuk selama-lamanya,” kata Mrs. Vye.

“Sekarang Anda harus makan kemudian meminum obat yang diberikan

dokter. Dan beristirahat yang banyak agar lekas sehat.”

Mrs. Vye merawat Maria dengan penuh kasih sayang. Ia berusaha

menjaga gadis itu siang malam. Mrs. Vye menyelesaikan tugas rutinnya

dengan cepat kemudian ia kembali ke sisi Maria. Ia melarang gadis itu

meninggalkan tempat tidurnya sebelum sembuh benar.

Ia selalu mengajak gadis itu bercakap-cakap untuk menghilangkan

kebosanan gadis itu dan ia senang bercakap-cakap dengan gadis itu. Banyak

yang diceritakan Mrs. Vye kepada Maria dan ia terkejut tatkala mengetahui

pengetahuan gadis itu yang luas.

“Pengetahuanmu luas sekali. Lebih luas dari Tuan Puteri,” kata Mrs. Vye

ketika ia bercerita kepada gadis itu mengenai mitos yang ada di Obbeyville.

“Terima kasih. Saya merasa pernah mendengar mitos itu karena itu

saya mengetahuinya,” kata Maria merendahkan diri.

Mrs. Vye tersenyum melihat kerendahan hati Maria. Baginya, sifat yang

dimiliki gadis itu sama seperti pemilik namanya yaitu Bunda Maria. Ia semakin

menyayangi gadis itu dalam waktu yang singkat. Ia telah menganggap gadis

itu sebagai putrinya sendiri.

Beberapa kali Lady Debora menjenguk gadis itu, ia tampak sangat

senang ketika melihat keadaan gadis itu yang mulai membaik.

Ketika gadis itu telah benar-benar sembuh, Mrs. Vye merasa

kebingungan. Ia tidak tahu bagaimana menyampaikan pembicaraannya

dengan Baroness Lora dan Lady Debora kepada gadis itu. Tetapi ia tetap

memutuskan untuk memberi tahu segalanya pada gadis itu.

“Maria, aku ingin engkau mengetahui sesuatu. Tetapi sebelumnya aku

minta maaf kepadamu karena telah menyembunyikan hal ini darimu. Engkau

boleh marah kepadaku, aku merasa itu yang seharusnya aku terima,” kata

Mrs. Vye.

Maria tersenyum pada Mrs. Vye. Ia sangat menyayangi Mrs. Vye yang

dirasanya mirip seseorang dari masa lalunya, seseorang yang sangat dekat 12

Page 13: Gadis Misterius

dengannya.

Walaupun belum lama Maria berada di dekat Mrs. Vye tetapi ia merasa

seperti telah lama mengenal wanita itu. Maria menduga itu karena ia merasa

Mrs. Vye mirip dengan seseorang dari masa lalunya yang gelap.

“Anda sangat baik kepada saya. Tidak pantas bila saya marah kepada

Anda. Anda tidak perlu meminta maaf atas apa pun, walaupun Anda telah

menyembunyikan sesuatu dari saya. Saya percaya Anda melakukannya untuk

kebaikan saya.”

“Engkau tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas tetapi juga

sangat bijaksana. Aku senang mendengar kata-katamu,” kata Mrs. Vye, “Aku

akan mulai dari waktu aku menemukanmu.”

Maria merasa senang karena akhirnya ia dapat mengetahui di mana

dan kapan Mrs. Vye menemukannya. Namun ia menyembunyikan

kesenangan hatinya itu sebab ia mengetahui Mrs. Vye sedang membicarakan

sesuatu yang penting.

“Engkau telah mengetahui bahwa aku mempunyai kebiasaan berjalan-

jalan di tepi Sungai Alleghei di pagi hari, bukan?”

Maria memandang wajah Mrs. Vye yang tampak suram. Ia menduga ada

sesuatu yang sangat menyedihkan yang disembunyikan Mrs. Vye darinya.

Dengan tenang, ia terus menanti cerita Mrs. Vye.

“Pada suatu pagi, aku melihatmu tergeletak pingsan di tepi sungai itu.

Saat itu aku masih belum jauh dari pondokku, aku segera menghampirimu

dan melihat wajahmu yang sangat pucat. Aku segera meminta bantuan untuk

membawamu ke pondokku ini. Kemudian aku segera memanggil dokter.”

Mrs. Vye melihat wajah Maria. Wajah gadis itu tampak tenang

mendengar ceritanya kemudian ia melanjutkan ceritanya,

“Saat aku menemukanmu, engkau mengenakan seuntai kalung emas

yang indah. Gaunmu juga tidak kalah indahnya dari kalungmu. Kain gaun itu

sangat halus seperti sutra, jahitannya sangat lembut. Benangnya yang

berwarna kuning cerah seperti rambutmu tampak seperti emas di kain yang

putih itu. Namun karena itulah engkau kehilangan gaun itu,” katanya dengan

sedih.

“Sewaktu aku menjemur gaun itu, Tuan Puteri datang. Ia melihat gaun

itu dan menyukainya. Ia kembali ke rumahnya dan tak lama kemudian Tuan

Puteri menemuiku bersama Yang Mulia. Mereka marah terutama Yang Mulia

marah sekali ketika mengetahui aku telah menolongmu.”13

Page 14: Gadis Misterius

Mrs. Vye memperhatikan wajah Maria yang masih tetap tenang sebelum

ia melanjutkan dengan sedih, “Kemudian mereka mengambil gaun itu,

mereka mengatakan gaun itu tidak pantas untukmu. Aku minta maaf

kepadamu karena tidak dapat mempertahankan gaun itu.”

Entah mengapa Maria tidak terkejut mendengar cerita itu. Apa yang

diceritakan Mrs. Vye juga tidak membuat Maria merasa marah kepada

Baroness serta putrinya yang telah mengambil gaunnya saat ia tak sadarkan

diri.

“Tidak apa-apa, Mrs. Vye. Saya tidak marah kepada Anda, Anda jangan

meminta maaf lagi. Saya telah menduga Anda berbohong kepada saya ketika

Anda mengatakan bahwa keluarga Sidewinder tidak memarahi Anda,” kata

Maria – tersenyum pengertian.

“Saya mengerti Anda sengaja berbohong kepada saya karena Anda

tidak ingin saya merasa sedih. Saya semakin percaya hal itu ketika saya

melihat Lady Debora, ia tampak sangat angkuh.”

Maria teringat pada penampilan Lady Debora sewaktu wanita itu

menjenguknya. Lady Debora mengenakan gaun yang indah seperti hendak ke

pesta, rambut merahnya yang digelung tinggi-tinggi dihiasi rangkaian

muntiara yang menambah kesan mewah pada dirinya. Mata hijaunya

menatap rendah padanya.

“Bolehkan saya melihat kalung itu?” tanya Maria.

“Tentu. Kalung itu milikmu. Tunggulah sebentar,” kata Mrs. Vye.

Mrs. Vye menuju kamarnya yang terletak di samping kamar Maria. Ia

membuka sebuah laci yang terdapat di dalam lemari pakaiannya. Diraihnya

sebuah kalung emas yang terletak di sudut paling dalam dari laci itu.

Kemudian ia bergegas kembali ke kamar Maria.

“Inilah kalung yang melingkari lehermu sewaktu aku menemukanmu,”

kata Mrs. Vye.

Maria terdiam memandangi kalung yang berada di tangannya. Rantai

kalung itu sangat halus, sebuah leontin emas berbentuk hati yang sangat

indah menghiasi kalung itu. Permata yang berada di tengah-tengah leontin

itu, tampak berkilau-kilau tertimpa matahari sore. Ia berusaha mengingat

sesuatu yang berkaitan dengan kalung itu.

“Saya merasa kalung ini sangat penting bagi saya. Tetapi saya tidak

tahu mengapa,” kata Maria perlahan.

“Jangan bersedih, Maria! Waktu akan memulihkan ingatanmu,” kata 14

Page 15: Gadis Misterius

Mrs. Vye, “Engkau tidak boleh menunjukkan kalung itu kepada siapa pun.

Saya khawatir mereka akan menduga engkau mencurinya. Bila Tuan Puteri

mengetahui engkau mempunyai kalung emas yang indah, ia akan

menggunakan segala cara untuk memperoleh kalung itu.”

“Saya merasa kalung ini sangat penting karena itu saya tidak ingin

siapa pun mengambil kalung ini,” kata Maria sambil mengenakan kalung itu.

“Kalung itu merupakan kalung terindah yang pernah kulihat seumur

hidupku. Tetapi aku merasa kalung itu menjadi lebih indah di lehermu.”

“Terima kasih atas pujian Anda. Saya merasa kalung ini tampak lebih

indah bila berkilau di bawah sinar matahari.”

“Sayang, gaun itu diambil oleh Tuan Puteri. Bila engkau mengenakan

gaun itu juga, engkau tentu tampak semakin cantik,” kata Mrs. Vye sedih.

Maria tersenyum lembut, “Janganlah Anda merasa bersalah hanya

karena gaun itu. Nyawa saya yang telah Anda selamatkan jauh lebih penting

daripada gaun yang hilang itu. Anggaplah saya tidak mengenakan gaun itu

ketika Anda menemukan saya.”

“Aku selalu merasa sedang berbicara dengan orang bijak bila berbicara

denganmu.”

“Anda jangan berkata seperti itu. Saya masih hijau dibandingkan Anda

yang telah puluhan tahun menghuni dunia ini,” kata Maria merendahkan diri.

Mrs. Vye tersenyum. Tiba-tiba raut wajahnya menjadi serius lagi dan ia

berkata:

“Aku masih harus menyampaikan sesuatu kepadamu. Engkau telah

mengetahui keluarga Sidewinder marah ketika mengetahui aku merawatmu.

Mereka ingin segera mengusirmu, tetapi aku bersikeras mempertahankanmu.

Mereka akhirnya memperbolehkan aku merawatmu sampai engkau sadar.”

Mrs. Vye menghela napasnya seperti berusaha mengendalikan

perasaannya. Ia melanjutkan ceritanya,

“Kami kembali bertengkar ketika aku mengatakan bahwa engkau hilang

ingatan. Aku tidak pernah menyukai Yang Mulia, karena itu aku dengan gigih

menentangnya. Ia marah sekali, tetapi ia tidak dapat memecatku. Sebab bila

ia melakukannya, ia akan kehilangan harta keluarga Sidewinder. Kemudian

Tuan Puteri muncul, ia mengusulkan engkau boleh tinggal asalkan engkau

mau menjadi pelayannya.”

“Saya mengerti, Mrs. Vye. Saya tidak marah kepada Anda, Anda tidak

perlu meminta maaf. Saya telah merepotkan Anda dan membawa Anda ke 15

Page 16: Gadis Misterius

dalam kesulitan karena itu saya tidak ingin Anda merasa bersalah,” kata

Maria ketika melihat Mrs. Vye merasa bersalah.

“Saya berterima kasih kepada Anda yang telah merawat saya walaupun

dilarang oleh keluarga Sidewinder. Saya dengan senang hati akan menerima

persyaratan mereka.”

Mrs. Vye tampak terharu mendengar kata-kata Maria, “Engkau sangat

bijaksana walau engkau masih muda. Engkau pasti seorang putri

bangsawan.”

“Saya tidak mengetahui siapa diri saya di masa lalu. Yang saya ketahui

sekarang adalah saya, seorang gadis tak dikenal yang beruntung dapat

bertemu wanita sebaik Anda.” Maria tersenyum lembut pada Mrs. Vye.

“Masih ada yang harus kauketahui. Tuan Puteri memintamu menjadi

pelayannya karena didorong dua hal yang sangat menguntungkannya. Atau

dengan kata lain, ia memanfaatkanmu.”

Sekali lagi Mrs. Vye berhenti bercerita untuk memperhatikan Maria.

Gadis itu tampak sangat tenang, seolah-olah apa yang dikatakan Mrs. Vye

tidak berarti sama sekali baginya.

“Pertama, ia berpikir dengan membiarkanmu tinggal di tempat ini, ia

akan lebih mudah mendapatkan perhatian Tuan Muda Alexander. Kedua,

dengan membawamu sebagai seorang pelayan ke mana pun ia pergi, ia

merasa semakin berkuasa.”

“Siapakah Alexander?” tanya Maria.

“Ia putra Duke of Blueberry. Ia sangat tampan dan baik hati, engkau

akan segera menyukainya seperti gadis-gadis lainnya bila telah bertemu

dengannya,” Mrs. Vye tersenyum menggoda pada Maria.

“Namun aku yakin Tuan Puteri berusaha mendapatkan perhatian Tuan

Muda Alexander bukan karena ia mencintainya. Tetapi karena ia mengejar

harta keluarga Blueberry, seperti ibunya yang dulu menikah untuk

mendapatkan harta keluarga Sidewinder.”

“Mendengar cara Anda berbicara mengenai keluarga Sidewinder,

tampaknya Anda sangat membenci mereka,” kata Maria.

“Aku memang tidak menyukai mereka baik Yang Mulia maupun Tuan

Puteri. Mereka memiliki sifat yang sama, mereka senang berfoya-foya. Itulah

sebabnya mereka mengincar orang kaya. Saya percaya Yang Mulia juga

berperan dalam peristiwa pembunuhan suaminya,” kata Mrs. Vye geram.

“Apa yang terjadi pada Baron Marx Sidewinder?”16

Page 17: Gadis Misterius

“Sepuluh tahun yang lalu, ketika ia berburu ia ditemukan meninggal.

Pelakunya telah tertangkap, tetapi aku tetap merasa Yang Mulia juga terlibat

dalam peristiwa itu. Aku sangat menyayanginya, akulah yang mengasuhnya

sejak kecil. Ia juga menyayangiku,” kata Mrs. Vye dengan sedih.

“Ia mengetahui di antara aku dan istrinya terdapat permusuhan, karena

itu ia menulis wasiat yang bunyinya Yang Mulia tidak boleh memecatku

ataupun bertindak kasar kepadaku bila ia masih menginginkan harta keluarga

Sidewinder.”

Mrs. Vye berhenti sebentar untuk meredakan kemarahannya kemudian

melanjutkan, “Semula, harta keluarga Sidewinder berlimpah. Namun karena

mereka berdua berfoya-foya setiap hari, harta keluarga itu mulai menipis.

Yang Mulia mulai merasa risau, namun ia mempunyai akal yang licik. Ia

merusak kehormatan keluarga Sidewinder, ia mulai berkencan dengan pria-

pria yang kaya.”

“Maafkan saya, tentunya kedatangan saya makin memperburuk

hubungan Anda berdua,” kata Maria menyesal.

“Aku benar-benar tidak menyukainya sejak dulu. Karena itu engkau

tidak perlu merasa bersalah. Bila engkau melihat kami bertengkar, jangan

cemas. Itu sudah menjadi bagian dari kehidupan kami. Tetapi aku masih

menghormatinya sebagai nyonya keluarga Sidewinder.”

“Kapankah saya memulai pekerjaan itu? tanya Maria.

“Tuan Puteri ingin engkau memulainya setelah engkau sembuh,” jawab

Mrs. Vye.

“Baiklah, saya mengerti. Besok saya akan memulainya.”

“Apakah engkau benar-benar menerimanya?” tanya Mrs. Vye ragu-ragu.

“Saya menerimanya dengan senang hati,” kata Maria meyakinkan.

“Tetapi engkau…,” Mrs. Vye tampak semakin ragu-ragu.

“Mrs. Vye, saya tidak tahui siapa saya di masa lalu. Saat ini hanya satu

yang saya ketahui. Saya seorang gadis yang beruntung dapat bertemu wanita

sebaik Anda. Saya tidak ingin membuat Anda mengalami kesulitan lagi. Saya

dengan senang hati menerima syarat yang diajukan mereka,” kata Maria

meyakinkan Mrs. Vye.

Mrs. Vye tampak ragu-ragu terhadap keputusan Maria. Ia tampak

berusaha menemukan jalan keluar yang terbaik dari masalah ini tanpa perlu

menjadikan gadis itu sebagai pelayan Lady Debora.

“Saya akan merasa bosan bila tidak ada yang dapat saya kerjakan. 17

Page 18: Gadis Misterius

Menjadi seorang pelayan bukanlah hal yang memalukan. Saya akan

menyukainya.”

Mendengar keputusan Maria yang telah mantap, Mrs. Vye akhirnya

mengangguk mengerti. Ia menghargai segala keputusan yang dibuat gadis

itu.

“Apakah Anda dapat menunjukkan kepada saya sungai tempat Anda

menemukan saya?” tanya Maria mengganti topik pembicaraan yang

dirasanya membuat Mrs. Vye semakin banyak berpikir.

“Tentu saja.”

“Apakah sungai itu berada tak jauh dari sini? Setiap hari saya

mendengar suara air mengalir,” kata Maria.

“Ya. Sungai itu sangat dekat dari sini.”

18

Page 19: Gadis Misterius

2

Keesokan paginya Mrs. Vye terkejut tatkala melihat Maria tengah sibuk

di dapur. Ia tak menduga gadis itu akan bangun pagi-pagi.

“Selamat pagi, Mrs. Vye,” kata Maria sambil tersenyum.

“Apa yang kaulakukan? Mengapa engkau berada di dapur?” tanya Mrs.

Vye.

“Saya sedang membuat teh untuk kita berdua. Apakah Anda menyukai

teh? Saya tidak menemukan cokelat atau yang lain di sini selain teh.”

“Ya, aku sangat menyukainya. Aku tidak pernah meminum kopi atau

cokelat karena itu aku tidak memilikinya. Apakah engkau menyukai cokelat

hangat? Bila engkau menyukainya, aku dapat mengambilkannya untukmu

dari Sidewinder House.”

“Anda tidak perlu susah payah melakukan itu. Saya juga menyukai teh,”

kata Maria, “Apakah kita akan pergi sekarang?”

Mrs. Vye tersenyum kemudian berkata, “Aku menyukai semangatmu

yang tinggi itu. Tetapi saat ini masih terlalu dini untuk berjalan-jalan di tepi

Sungai Alleghei. Tunggulah hingga matahari mulai menampakkan dirinya.”

“Saya senang melihat matahari terbit. Setiap hari saya bangun pagi-

pagi kemudian menuju…,” kata-kata Maria terhenti.

“Menuju… menuju…,” katanya sambil berusaha menyingkapkan tabir

kegelapan yang pekat di ingatannya.

Mrs. Vye mendekati gadis itu dan memegang lengannya. “Jangan

sedih,” kata Mrs. Vye, “Perlahan-lahan ingatanmu akan pulih kembali.”

Maria menganggukkan kepalanya kemudian ia tersenyum pada Mrs.

Vye.

“Apakah Anda mau secangkir teh?” tanya Maria.

Mrs. Vye dan Maria duduk berhadap-hadapan di meja kayu yang

terdapat di ruang itu. Mereka bercakap-cakap sembari menanti matahari

meninggalkan peraduannya.

“Hari mulai terang,” kata Maria, “Saya akan mengganti gaun ini dengan

baju yang Anda berikan kemarin malam.”

“Untuk apa engkau mengenakan baju pelayan itu sekarang? Bila 19

Page 20: Gadis Misterius

matahari telah tinggi, engkau baru memulai pekerjaan itu,” kata Mrs. Vye

terkejut.

“Saya berencana berjalan-jalan di tepi Sungai Alleghei hingga tiba

waktunya bagi saya untuk melayani Tuan Puteri.”

“Tetapi mengapa engkau memilih mengenakan baju itu? Kenakanlah

gaun yang aku berikan padamu. Nanti bila engkau akan ke Sidewinder House,

barulah engkau mengenakan baju itu,” saran Mrs. Vye.

“Terima kasih, Mrs. Vye. Saya akan menuruti saran Anda.”

“Mari kubantu,” kata Mrs. Vye mengikuti Maria.

“Terima kasih, Mrs. Vye. Tetapi maafkan saya, saya bisa melakukannya

sendiri,” Maria menolak halus.

“Sudahlah. Biarkan aku membantumu,” kata Mrs. Vye.

Maria tidak dapat berbuat apa-apa lagi untuk mencegah Mrs. Vye.

Wanita tua itu telah menutup pintu kamarnya dan mulai membantunya

mengenakan gaun yang diberikannya kepada gadis itu.

Gaun putih yang sederhana itu menambah kesan keanggunannya.

Leher gaun itu cukup tinggi sehingga dapat menutupi kalung yang

dikenakannya.

Mrs. Vye tampak senang melihatnya dalam gaun itu.

“Engkau cantik sekali,” kata Mrs. Vye.

“Terima kasih.”

Maria melihat Mrs. Vye akan merapikan rambutnya. Ia segera berkata.

“Tidak perlu, Mrs. Vye. Saya akan membiarkan rambut saya terurai.”

“Tetapi rambutmu yang panjang ini akan membuat engkau terganggu,”

kata Mrs. Vye sambil menyentuh rambut panjang Maria.

Maria tersenyum. “Saya senang membiarkan rambut saya terurai. Saya

tidak akan terganggu karenanya.”

“Baiklah,” kata Mrs. Vye mengalah, “Sekarang aku akan bersiap-siap.

Tunggulah aku. Aku tidak akan lama.”

Mrs. Vye segera menghilang dari hadapan Maria.

Sesaat kemudian mereka berdua meninggalkan pondok mungil Mrs.

Vye. Berdua mereka berjalan menuju Sungai Alleghei kemudian menyusuri

tepi sungai itu.

Sinar matahari yang menyilaukan perlahan-lahan muncul di antara

kerimbunan pohon yang berada di seberang Sungai Alleghei.

Embun pagi berkilau-kilau seperti permata. Tetes demi tetes embun itu 20

Page 21: Gadis Misterius

mengalir jatuh dari dedaunan.

Pohon-pohon tinggi di seberang sungai tampak seperti menghalangi

matahari memancarkan sinar paginya yang lembut ke seluruh permukaan

dunia. Udara pagi yang sejuk membuat perasaan menjadi damai.

Air Sungai Alleghei mengalir tenang. Beberapa ekor ikan tampak

berenang-renang riang menyambut datangnya hari baru di sungai yang jernih

itu. Air sungai yang cukup dalam itu tampak mulai berkilau-kilau tertimpa

cahaya matahari ketika mereka tiba di tepi sungai itu.

“Sungai ini indah sekali. Benar-benar sungai anugerah,” kata Maria.

“Engkau pun bagai anugerah bagiku. Selama ini aku tinggal sendiri di

sini tetapi setelah engkau datang, aku tidak kesepian lagi.”

“Terima kasih, Mrs. Vye. Saya juga senang tinggal bersama Anda.”

“Penduduk Obbeyville menjadi gempar ketika aku menemukanmu

tergeletak pingsan di sungai ini. Mereka menduga engkau utusan pada dewa,

tetapi ada beberapa orang yang menolak anggapan itu,” kata Mrs. Vye.

“Tampaknya kedatangan saya yang tak terduga ini membuat banyak

masalah,” kata Maria dengan menyembunyikan kesedihannya di balik

senyumannya yang menawan.

Ia merasa sedih telah menimbulkan banyak masalah bagi Mrs. Vye juga

bagi penduduk Obbeyville.

“Aku merasa akan timbul masalah yang lebih besar lagi bila mereka

telah melihatmu. Kecantikkanmu sama seperti keindahan sungai tempat kau

ditemukan ini,” kata Mrs. Vye, “Bahkan mungkin engkau lebih cantik dari

sungai ini.”

“Anda jangan membesar-besarkan,” kata Maria merendahkan diri,

“Saya hanyalah seorang gadis biasa bukan utusan para dewa. Saya terlalu

hina untuk menjadi utusan para dewa yang agung.”

Mrs. Vye tersenyum mendengar kerendahan hati Maria, “Mereka akan

semakin percaya bahwa engkau adalah bidadari utusan pada dewa bila

melihatmu mengenakan gaun itu. Engkau semakin mirip bidadari dengan

gaun putih itu. Aku merasa senang dapat berjalan di samping gadis secantik

engkau.”

“Anda jangan memuji saya terlalu tinggi. Saya bukan seorang bidadari

yang cantik jelita. Saya hanyalah manusia biasa yang berdosa. Bagi saya,

cantik tidaknya seseorang bukan dilihat dari wajahnya. Tetapi dari hatinya,”

kata Maria.21

Page 22: Gadis Misterius

“Engkau memang cantik baik wajah maupun hatimu seperti Bunda

Maria.”

“Saya makhluk berdosa ini tidaklah berarti apa-apa di hadapan Bunda

Maria yang suci. Karena itu Anda jangan menyamakan saya dengan Bunda

Maria.”

“Baiklah. Aku tidak akan melakukannya lagi bila engkau tidak

menginginkannya,” kata Mrs. Vye.

Tak lama kemudian kata-kata Mrs. Vye menjadi kenyataan. Mereka

terus menyusuri tepi sungai itu.

Beberapa orang yang berjumpa dengan mereka tampak terkejut

sewaktu melihatnya. Mereka semakin percaya bahwa Maria adalah bidadari

utusan dewa ketika melihat wajah gadis itu yang cantik dan keanggunannya.

“Ia benar-benar bidadari utusan dewa,” bisik beberapa orang.

Penduduk Obbeyville menjadi gempar lagi tatkala gadis itu keluar

rumah untuk pertama kalinya itu. Sebelumnya ia hanya berada di pondok

Mrs. Vye. Setiap hari ia hanya berbaring untuk memulihkan kesehatannya.

Sebelumnya hanya mereka yang telah menolongnyalah yang melihat

wajahnya. Saat itu mereka tidak sempat memperhatikan wajahnya. Mereka

sibuk menolongnya. Hingga pagi ini hanya Mrs. Vye dan Lady Debora yang

telah melihatnya.

Mrs. Vye selalu memuji kecantikkan Maria, sedangkan Lady Debora

tidak pernah mempedulikan kata-kata Mrs. Vye yang memuji kecantikkan

Maria karena ia menganggap dirinya paling cantik di kerajaan ini.

Tetapi sebenarnya Lady Debora juga merasa iri melihat rambut Maria

yang selalu bersinar cemerlang. Namun keangkuhan Lady Debora tidak

mengijinkannya untuk menunjukkan perasaan irinya itu dengan jelas.

Sebagai pelampiasan atas kekesalannya melihat rambut Maria yang

indah, ia memperlakukan gadis itu sebagai orang yang lebih rendah

kedudukannya dari dirinya. Ia membenci Maria.

Kebenciannya kepada Maria memang tidak pernah diutarakannya

secara langsung tetapi sikapnya membuat Maria mengetahui perasaan benci

dan iri pda wanita itu.

Walaupun telah mengetahui hal itu Maria tetap diam. Ia hanya

tersenyum bila melihat wajah Lady Debora yang berusaha menutupi

kebenciaannya bila mereka bertemu.

Maria menduga kebencian Lady Debora itu karena ia telah membuat 22

Page 23: Gadis Misterius

keadaan keluarga Sidewinder semakin sulit.

Mereka terus berjalan sambil menikmati udara pagi musim panas yang

hangat hingga Mrs. Vye berhenti. Saat itu mereka tak jauh dari pondok.

“Di sinilah aku melihatmu tergeletak pingsan,” kata Mrs. Vye.

Maria memandangi tepi sungai yang ditunjuk Mrs. Vye. Tepi sungai itu

tampak lebih dangkal daripada tepi sungai yang lainnya. Beberapa ikan

berenang di antara bebatuan di dasar sungai. Airnya yang jernih berkilau-

kilau memantulkan cahaya matahari.

Mrs. Vye melihat Maria tampak berusaha mengingat sesuatu, “Jangan

sedih. Lambat laun ingatanmu akan pulih kembali. Mari kita melanjutkan

perjalanan panjang kita.”

Mereka berdua berjalan menyusuri tepi sungai sambil bercerita

mengenai keindahan Sungai Alleghei. Mereka tidak mempedulikan orang-

orang yang berbisik di belakang mereka. Mereka tampak menikmati

keindahan sungai itu.

Matahari telah menyingkapkan langit gelap di barat. Langit biru tampak

cerah berhiaskan awan putih. Mrs. Vye terkejut melihat langit telah terang.

“Aku harus segera pergi ke Sidewinder House. Aku telah terlambat. Bila

engkau ingin terus menyusuri tepi sungai ini, berhati-hatilah jangan terlalu

dekat ke tepi sungai,” kata Mrs. Vye.

Maria menganggukkan kepala mendengar pesan itu. Ia memandangi

punggung Mrs. Vye yang semakin menjauh. Kemudian ia melanjutkan

perjalanannya lagi.

Sesekali ia memandang permukaan sungai yang memantulkan

bayangan langit biru dan pepohonan di seberang sungai. Angin pagi musim

panas yang hangat bertiup perlahan menerpa tubuhnya.

Ia menghentikan langkah kakinya ketika melihat ikan-ikan berenang

dengan lincahnya di sungai itu. Ikan-ikan itu tampak tidak terganggu dengan

kedatangannya. Mereka terus berenang ke sana ke mari, berkejar-kejaran di

antara bebatuan di dasar sungai.

Maria merasa senang melihat ikan-ikan itu berenang ke sana ke mari di

dasar sungai, sesekali mereka melompat ke permukaan air.

Ia berdiri mematung di tepi sungai memandangi gerakan lincah ikan-

ikan itu. Ia tenggelam dalam dunianya sendiri hingga tidak menyadari

seseorang tengah terpesona di belakangnya.

Pria itu terpesona pada seorang wanita yang berdiri di tepi Sungai 23

Page 24: Gadis Misterius

Alleghei. Wanita itu berdiri mematung seperti sedang memandangi sesuatu.

Rambut wanita itu sangat panjang, panjangnya mencapai lutut. Baru

sekali ini ia melihat rambut sepanjang rambut wanita itu. Rambut itu tampak

bersinar seperti sinar matahari pagi. Ia senang melihat rambut panjang

wanita itu melambai-lambai tertiup angin.

Wanita itu berdiri dengan anggun di tepi sungai itu seperti ingin

menyatu dengan alam. Ia ingin melihat wajah wanita itu, namun wanita itu

terus berdiri memunggunginya walau kuda yang ditungganginya meringkik.

Ia terus melihat wanita itu dari atas kudanya, ia tidak ingin mendekati

wanita itu karena takut mengganggunya.

“Hati-hati! Tepi sungai itu licin,” serunya ketika melihat wanita itu

berjalan perlahan-lahan ke tengah sungai.

Maria terkejut mendengar seruan itu, ia memandang ke arah asal

seruan itu. Ia lebih terkejut ketika melihat seorang pria duduk di atas kudanya

sembari memandangi wajahnya. Dengan cepat, Maria menghilangkan

keterkejutannya.

Kemudian dengan tenang ia memandangi wajah pria itu. Wajah pria itu

tampan, mata kelabunya memandang ramah kepadanya. Usia pria itu sekitar

dua puluh lima tahunan.

Ia melihat rambut hitam pria itu melambai tatkala ia turun dari atas

kudanya.

Pria itu semakin terpesona padanya ketika wanita itu memalingkan

wajahnya. Wanita itu lebih muda dari yang diduganya. Wajah gadis itu

tampak tenang, namun sesaat yang lalu ia melihat gadis itu terkejut.

Mata yang keunguan jernih itu memandang tenang kepadanya seolah

tidak pernah terjadi apa-apa. Mata itu tampak serasi dengan wajah klasiknya

yang cantik maupun rambut panjangnya yang bersinar seperti sinar matahari

pagi.

Ia segera turun dari kudanya dan mendekati gadis itu.

Ketika ia semakin mendekat dengan gadis itu, ia menyadari mata gadis

itu tidak lagi tampak keungunan melainkan benar-benar berwarna ungu.

Wajah gadis itu tidak hanya memancarkan kecantikannya tetapi juga

keanggunan.

“Tepi sungai ini licin. Anda bisa terjatuh ke dalam sungai yang cukup

dalam ini bila Anda terlalu dekat,” kata pria itu.

“Terima kasih atas peringatan Anda,” kata Maria sembari tersenyum, 24

Page 25: Gadis Misterius

“Rupanya saya tidak sadar telah semakin mendekati sungai itu ketika

memandang ikan-ikan itu.”

“Suara Anda sangat merdu,” katanya.

Pipi Maria memerah mendengar pujian pria itu. Ia merasa aneh ketika

pria itu memujinya.

“Terima kasih,” katanya tersipu.

“Apakah saya boleh mengetahui nama Anda?”

“Maafkan saya. Saya tidak dapat memberi tahu Anda, saya tidak dapat

mengingat nama saya di masa lalu.”

Pria itu terkejut. Ia telah mendengar berita diketemukannya seorang

gadis oleh Mrs. Vye, ia juga telah mendengar gadis itu kehilangan ingatan.

Sepanjang jalan, ia mendengar orang-orang berbicara mengenai gadis itu.

“Saya senang sekali dapat bertemu Anda. Sepanjang jalan tadi, saya

mendengar orang-orang membicarakan Anda,” katanya, “Mereka

mengatakan Anda cantik sekali seperti seorang bidadari, beberapa di antara

mereka percaya Anda adalah bidadari. Semula saya tidak mempercayai

mereka. Namun setelah bertemu dengan Anda sendiri, saya percaya kepada

mereka. Anda jauh lebih cantik dari yang mereka katakan.”

“Terima kasih. Saya merasa tersanjung mendengar pujian Anda,” kata

Maria. “Namun saya bukan seorang bidadari, saya hanyalah seorang manusia

biasa seperti Anda.”

“Anda jangan merendahkan diri. Anda memang pantas

mendapatkannya. Semua penduduk Obbeyville pasti setuju dengan pendapat

saya.”

“Saya, seorang gadis tak dikenal tidak pantas mendapatkannya,” kata

Maria merendahkan diri.

“Anda jangan berkata seperti itu. Penduduk Obbeyville telah mengenal

Anda sebagai bidadari utusan dewa. Mereka membicarakan Anda sejak Mrs.

Vye menemukan Anda tergeletak pingsan di sungai ini.”

“Rupanya kedatangan saya yang tidak terduga ini membuat banyak

masalah,” kata Maria dengan menyembunyikan kesedihannya di balik

senyumnya yang menawan.

Pria itu menggelengkan kepala, “Anda tidak membuat masalah apa

pun. Penduduk daerah ini tidak mempermasalahkan kedatangan Anda yang

tidak terduga ini. Mereka hanya membicarakan Anda sebab ini pertama

kalinya ditemukan seorang gadis tergeletak pingsan di Sungai Alleghei yang 25

Page 26: Gadis Misterius

dianggap suci oleh penduduk.”

“Saya berharap setelah saya tidak ada lagi yang mengalami hal ini.”

Pria itu tersenyum padanya. “Saya juga berharap seperti itu,” katanya.

Maria memandangi ikan-ikan yang berenang di dasar sungai. Ia terkejut

ketika melihat bayangan matahari mulai tampak di permukaan sungai itu. Ia

menengadahkan kepala ke langit biru dan melihat matahari bersinar

menyilaukan di pucuk pohon.

“Maafkan saya, saya tidak dapat berbicara lebih lama lagi dengan Anda.

Saya harus terburu-buru agar tidak terlambat,” kata Maria.

“Saya akan mengantar Anda pulang,” kata pria itu menawarkan

bantuan.

“Anda baik sekali, tetapi maafkan saya. Saya lebih menyukai berjalan

menyusuri tepi sungai,” Maria menolak halus.

“Saya dapat mengantar Anda dengan menyusuri sungai ini,” pria itu

menawarkan bantuannya lagi.

Sekali lagi, Maria menolak bantuan pria itu, “Terima kasih, tetapi saya

lebih menyukai berjalan kaki menyusuri sungai yang indah ini.”

Ia mengucapkan selamat tinggal kepada pria itu kemudian

membalikkan badan dan berlari menuju pondok Mrs. Vye.

Ia tidak ingin terlambat pada hari pertamanya. Dengan tergesa-gesa ia

mengganti gaunnya dengan baju pelayan yang diberi Mrs. Vye malam

sebelumnya.

Baju pelayan itu sama seperti yang dikenakan Mrs. Vye. Baju itu

berwarna hitam berhiaskan warna putih pada ujung lengannya yang panjang

dan lehernya yang tinggi.

Rambutnya yang panjang dikepangnya kemudian digelung rapi

olehnya. Ia merasa aneh tatkala melakukan pekerjaan itu, seperti telah biasa

melakukannya.

Setelah merasa dirinya cukup rapi, Maria berjalan menuju Sidewinder

House yang tak jauh dari pondok Mrs. Vye.

Sehari sebelumnya, Mrs. Vye telah bercerita kepadanya mengenai

rumah itu, ia juga berpesan agar Maria masuk melalui pintu belakang.

Rumah yang cukup besar itu tampak tak terawat. Tumbuh-tumbuhan

liar tumbuh di sekitar rumah itu. Sekilas rumah itu tampak seperti rumah tak

berpenghuni.

Warna putih pada dindingnya tampak mulai memucat. Daun ivy yang 26

Page 27: Gadis Misterius

tumbuh di dindingnya, masih menghijaukan dinding itu di beberapa tempat.

Di beberapa tempat lainnya, daun ivy telah menguning.

Atapnya tampak coklat kekuningan oleh lumut yang kering di musim

panas.

Maria mencoba membayangkan rumah itu di musim semi. Rumah itu

akan tampak hijau oleh ivy yang menutupi dindingnya serta lumut.

Tumbuhan-tumbuhan liar menambah kesan suramnya rumah itu.

Sidewinder House akan tampak rimbun di musim semi tetapi tampak

gersang dan tak terawat di musim panas. Tidak dapat dibayangkan oleh Maria

seperti apakah rumah itu di musim dingin.

Rumah itu akan tampak putih dan sepi tanpa tumbuhan yang bertahan

hidup. Seluruh halaman Sidewinder House yang luas akan tampak putih rata

tanpa ranting semak-semak yang belum menghilang.

Suasana Sidewinder yang tampak dari luar seperti menggambarkan

musim yang sedang berjalan. Di musim semi rumah itu tampak rimbun oleh

tumbuhan liar. Di musim panas tumbuhan mulai berkurang dan puncaknya

adalah di musim gugur, di mana hampir semua tanaman mati. Di musim

dingin rumah itu akan tampak putih oleh salju.

Dari keseluruhan yang tampak dari luar, hanya pintu depan yang

terlihat masih baik. Pintu kayu itu berdiri dengan kokoh di tempatnya. Di

sekujur tubuhnya terdapat ukiran yang indah. Pegangan pintu yang terbuat

dari besi berwarna keemasan itu tampak indah.

Maria ingin memperhatikan lebih teliti Sidewinder House dari luar tetapi

ia tidak melakukannya. Ia tidak ingin terlambat tiba di kamar Lady Debora. Ia

segera memutar ke belakang rumah itu dan dengan mudah ia dapat

menemukan pintu belakang rumah itu.

Ia terkejut ketika membuka pintu itu dan mendapati dirinya berada di

sebuah dapur yang gelap. Maria melihat sekeliling dapur yang tampak kotor

di bawah siraman sinar matahari.

Sebuah meja beserta kursi-kursi tua yang mengelilinginya. Meja itu

tampak seperti akan hancur bila sebuah benda diletakkan di meja jati itu.

Peralatannya yang juga kuno tampak tak terawat.

Suara langkah kaki yang akhir-akhir ini dikenalnya sebagai langkah kaki

Mrs. Vye, terdengar semakin mendekati dapur. Mrs. Vye terkejut sewaktu

melihatnya.

“Selamat pagi, Mrs. Vye.”27

Page 28: Gadis Misterius

“Apa yang kaulakukan di sini?” tanya Mrs. Vye.

“Saya tidak ingin terlambat tiba di kamar Tuan Puteri,” jawab Maria.

Mrs. Vye tertawa mendengar jawaban Maria seolah-olah jawaban yang

diberikan Maria itu lucu.

Maria kebingungan melihat Mrs. Vye tertawa, namun ia

menyembunyikan kebingungannya di balik wajahnya yang tenang.

“Apakah Anda mau memberi tahu mengapa Anda tertawa?” tanya Maria

sopan.

“Jangan khawatir, saya tidak menertawakanmu. Pergilah berjalan-jalan

lagi.”

“Mengapa Anda menyuruh saya berjalan-jalan lagi? Bukankah saya

harus melayani Tuan Puteri bila ia bangun?”

“Pergilah berjalan-jalan lagi. Hari masih pagi, Tuan Puteri masih tidur.”

“Matahari telah tinggi di langit yang cerah. Sinarnya juga telah merata

di seluruh permukaan bumi ini pertanda hari telah siang.”

“Rupanya aku lupa memberi tahumu,” kata Mrs. Vye, “Bagi mereka,

saat ini masih terlalu pagi untuk bangun. Mereka biasa bangun sekitar pukul

sebelas. Engkau harus mengerti bahwa kedua majikan kita itu pemalas.”

Mrs. Vye duduk di sebuah kursi kayu yang tampak tua sekali. Ia melihat

Maria sedang memandangi sekeliling dapur.

“Keadaan rumah ini telah banyak berubah. Dulu rumah ini sangat indah,

terindah di Obbeyville. Namun sekarang keadaannya tampak menyedihkan.”

Mrs. Vye mendesah sedih kemudian melanjutkan:

“Dulu di sini banyak pelayan. Ada yang bertugas merawat halaman, ada

yang khusus membersihkan Ruang Besar, dan masih banyak pelayan dengan

tugasnya masing-masing. Namun sejak kematian Baron Marx Sidewinder,

segalanya berubah. Perlahan-lahan jumlah pelayan menurun karena dipecat

Yang Mulia. Ia mengatakan mereka tidak berguna dan masih banyak alasan

lagi yang diberikan pada saya.”

Mrs. Vye berhenti untuk meredakan amarahnya kemudian melanjutkan

ceritanya, “Kini pelayan di rumah ini hanya beberapa orang. Aku yang

bertugas sebagai pengurus rumah tangga merangkap sebagai koki. Seorang

pelayan pribadi Yang Mulia dan dua pelayan lain yang bertugas menjaga

kebersihan rumah ini, mereka juga merangkap sebagai tukang kebun.”

“Saat ini pelayan di rumah ini bertambah lagi satu,” kata Maria

tersenyum.28

Page 29: Gadis Misterius

Mrs. Vye mengangguk sedih membenarkan kata-kata Maria.

Sebenarnya, ia tidak rela Maria menjadi pelayan Lady Debora tetapi karena

tidak ada lagi jalan untuk membuat Baroness Lora membiarkan gadis itu

tetap tinggal di pondoknya. Maka ia terpaksa menyetujuinya.

“Saat ini engkaulah yang paling muda di antara kami. Kami semua

sudah tua,” kata Mrs. Vye. “Apakah engkau mau sarapan? Aku akan

menyiapkannya untukmu.”

Maria belum mengatakan apa-apa tatkala Mrs. Vye sudah berdiri dan

mulai menyiapkan sarapan baginya. Maria duduk di kursi yang mengelilingi

sebuah meja kayu.

“Apakah saya boleh mengelilingi rumah ini? Saya ingin melihat-lihat

keadaan rumah ini,” tanya Maria setelah menghabiskan sarapan paginya.

“Tentu saja. Saya akan mengantarmu mengelilingi rumah ini,” kata Mrs.

Vye.

Mereka meninggalkan dapur melalui pintu tempat Mrs. Vye keluar tadi.

Di balik pintu itu terdapat sebuah lorong. Sinar matahari yang menerobos

masuk melalui gorden-gorden yang belum dibuka, menyebabkan suasana di

dalam lorong itu menjadi remang-remang. Gorden itu tampak indah, kainnya

yang berwarna jingga tampak sejiwa dengan sinar matahari yang

menimpanya.

“Matahari telah tinggi, tetapi mengapa gordennya belum dibuka?”

tanya Maria.

“Yang Mulia tidak menyukai sinar matahari masuk bila ia belum bangun.

Ia mengatakan sinar matahari itu mengganggu tidurnya. Walaupun kamar

Yang Mulia berada di tingkat dua, tetapi ia tetap melarang kami membuka

gorden bila ia belum bangun,” kata Mrs. Vye menjelaskan.

Maria memandang tembok yang membatasi lorong itu di sisi lainnya. Ia

melihat warna tembok itu lebih muda dari yang lainnya di beberapa tempat.

Warna tembok yang lebih muda itu berbentuk sebuah kotak.

“Ke mana perginya lukisan-lukisan yang menggantung di tembok ini?”

tanya Maria.

Mrs. Vye terkejut mendengar pertanyaannya. “Bagaimana engkau tahu

dulu di tembok ini tergantung banyak lukisan?” tanya Mrs. Vye.

“Beberapa bagian yang berwarna lebih muda dari tembok ini

membentuk sebuah kotak,” jawab Maria. “Saya menduga dulu tergantung

lukisan di sini.”29

Page 30: Gadis Misterius

“Ya, engkau benar dulu di sini tergantung banyak lukisan. Satu per satu

lukisan itu diambil oleh Yang Mulia,” kata Mrs. Vye dengan sedih. “Ia tidak

pernah mengatakan apa-apa kepadaku, namun aku tahu ia menjual lukisan

itu untuk dapat berfoya-foya.”

Mereka melanjutkan perjalanannya. Tiap ruang yang mereka masuki

tampak lenggang. Mrs. Vye mengatakan barang-barang di rumah ini juga

telah habis dijual Baroness Lora. Ia tampak sangat sedih ketika menceritakan

keadaan tiap ruang itu sewaktu Baron Marx Sidewinder masih hidup.

Hanya Ruang Perpustakaan yang tidak tampak lenggang. Beberapa rak

masih dipenuhi buku. Satu-satunya yang janggal di ruang itu adalah tidak

adanya meja ataupun kursi. Yang ada hanyalah rak-rak yang mengelilingi

ruang itu.

Mrs. Vye mengatakan dari dulu keluarga Sidewinder suka membaca

buku karena itu mereka membuat Ruang Perpustakaan menjadi ruang

terbesar di rumah ini.

Baroness Lora tidak pernah memasuki ruangan ini. Ia hanya pernah

sekali masuk ke ruang ini yaitu ketika ia memerintahkan beberapa pelayan

untuk mengeluarkan meja dan kursi yang terdapat di ruang itu.

Maria melihat buku-buku yang terdapat di ruang itu. Ia berharap dapat

membaca buku-buku itu suatu saat. Ia merasa senang membayangkan

membaca buku-buku yang jumlahnya tak seberapa banyak itu tetapi ia juga

merasa sedih ketika melihat buku-buku itu tampak tak terawat.

Kemudian mereka menuju ruang yang lain. Kata Mrs. Vye ruang itu

adalah Ruang Duduk. Walaupun di ruangan itu terdapat beberapa kursi dan

sebuah meja yang tampak antik, namun ruang itu tetap tampak lenggang.

Di ruangan itu tidak tampak benda yang lain selain kursi-kursi antik dan

sebuah meja yang terletak di tengah ruangan. Kaki kursi-kursi itu terbuat dari

kayu yang dipahat sangat halus dan indah.

Demikian pula meja antik itu. Meja itu tampak sangat indah. Ukiran kaki

meja itu berbentuk seekor ular. Lidah ular itu tampak menjulur sedikit di

lantai. Ekornya menyangga permukaan meja yang pada tepinya terukir daun-

daun ivy yang indah.

“Yang Mulia menerima selalu tamunya di sini, karena itu ia tidak

menjual meja itu,” kata Mrs. Vye.

Pada salah satu sisi ruang itu terdapat sebuah pintu, Mrs. Vye membuka

pintu itu. Pintu itu berderit tatkala Mrs. Vye membukanya.30

Page 31: Gadis Misterius

“Ini adalah Ruang Besar,” katanya kemudian ia mengajak Maria

memasuki ruang itu.

Seorang wanita yang sedang membersihkan tangga yang menuju

tingkat dua, menoleh sewaktu mendengar pintu terbuka. Wanita tua itu

tampak berkeringat setelah bersusah payah membersihkan tangga itu.

Wanita itu lebih muda beberapa tahun dari Mrs. Vye. Rambutnya telah

memutih seperti Mrs. Vye. Wajahnya tampak terkejut ketika melihat Maria.

Wanita itu mendekat. “Selamat pagi, Mrs. Vye. Apakah ia gadis yang

sering kauceritakan itu?” tanya wanita itu sambil memandang Maria.

“Ya. Bagaimana? Aku tidak berbohong, bukan?” kata Mrs. Vye.

“Ya, engkau benar. Ia cantik sekali seperti bidadari. Pantas saja

penduduk Obbeyville menjadi gempar tadi pagi. Mereka semakin percaya

gadis ini utusan para dewa. Aku juga semakin percaya,” kata wanita itu.

“Terima kasih. Tetapi saya bukan bidadari, saya manusia biasa seperti

Anda.”

“Engkau benar lagi, Mrs. Vye. Ia benar-benar rendah hati,” wanita itu

kemudian bertanya kepada Maria, “Siapa namamu?”

“Mrs. Vye memberi nama Maria pada saya,” kata Maria.

“Maria? Nama yang sama dengan nama putrimu?” kata wanita itu

terkejut.

Mrs. Vye menganggukkan kepala. “Maria, ini Mrs. Fat. Sebenarnya

namanya bukan Mrs. Fat, kami memanggilnya begitu karena tubuhnya yang

gemuk ini. Ia dan Mr. Liesting bertugas menjaga kebersihan rumah ini,” kata

Mrs. Vye memperkenalkan Mrs. Fat kepada Maria.

Maria mengulurkan tangannya kepada Mrs. Fat. Mula-mula Mrs. Fat

tampak ragu melihatnya, tetapi kemudian ia menjabat tangan Maria.

“Senang berkenalan dengan Anda, Mrs. Fat,” kata Maria sembari

tersenyum.

“Senang berkenalan denganmu juga,” kata Mrs. Fat, “Jangan terlalu

sopan pada saya. Saya tidak biasa menghadapi orang yang bersikap sopan

kepada saya.”

Mrs. Vye tersenyum pada Maria kemudian berkata, “Engkau tidak akan

dapat menghentikannya, Mrs. Fat. Aku juga telah memintanya agar tidak

terlalu sopan terhadapku. Tetapi ia selalu bersikap sopan.”

“Sudah sewajarnya saya bersikap sopan kepada orang yang lebih tua

dari saya,” kata Maria merendahkan diri.31

Page 32: Gadis Misterius

“Aku akan memanggil Mr. Liesting. Ia pasti senang dapat bertemu

denganmu, Maria. Setiap hari ia selalu mengharapkan dapat bertemu

denganmu. Tetapi Mrs. Vye melarangnya menjengukmu,” kata Mrs. Fat.

“Saat itu Maria belum sembuh. Aku ingin kalian bertemu dengannya

bila ia sudah sembuh,” kata Mrs. Vye.

“Itulah yang sering kaukatakan kepada kami,” katanya, “Tunggulah di

sini. Aku rasa ia ada di halaman.”

Mrs. Fat membuka pintu berat yang dilihat Maria dari luar Sidewinder

House. Wanita itu tampak senang sekali dapat memanggil temannya untuk

menemui Maria. Maria melihat sekelilingnya setelah Mrs. Fat meninggalkan

ruangan itu.

Ia memandang teras yang terdapat di balik pintu itu. Beberapa pilar

menyangga langit-langit teras depan. Pada batang tubuh pilar itu merambat

dedaunan, menyebabkan pilar itu tampak berwarna hijau di bagian bawah.

Halaman yang terdapat di depan rumah tampak lebih tak terawat

dibandingkan yang terlihat Maria tadi. Tumbuhan-tumbuhan liar tumbuh

dengan suburnya mengelilingi pohon yang sengaja ditanam di halaman.

Berbagai bunga liar musim panas tampak bermunculan di antara sela-

sela warna hijau dedaunan. Bunga itu menambah warna halaman depan

Sidewinder House. Dari kejauhan, Maria merasa bunga itu akan tampak cantik

bila dirangkai dalam sebuah jambangan.

Kemudian Maria melihat sekeliling Ruang Besar. Ruang Besar ini

tampak lebih bersih dari ruangan yang lain. Maria menduga karena Mrs. Fat

baru membersihkan ruang ini.

Ia tertarik pada salah satu sudut ruangan itu. Pada sudut itu seperti

pernah diletakkan sebuah benda yang sangat besar. Tembok sudut itu

tampak lebih muda dari tembok yang lain. Lantai sudut itu tampak seperti

tergores sebuah benda.

“Dulu di situ ada sebuah piano,” kata Mrs. Vye dengan sedih ketika

mengetahui Maria melihat sudut kiri ruangan itu.

Mrs. Vye tidak mengatakan apa yang terjadi pada piano itu. Tetapi

Maria telah mengetahuinya. Kemudian ia memandang tangga yang sedang

dibersihkan Mrs. Fat sewaktu mereka tiba di ruang ini.

Tangga kayu itu berdiri dengan kokoh di tempatnya. Pada tepi kanan-

kiri tangga itu terdapat pagar yang indah. Sepanjang pagar itu terukir badan

seekor ular, di ujung ukiran berbentuk kepala ular. Motif yang sama seperti 32

Page 33: Gadis Misterius

meja antik yang terdapat di Ruang Duduk.

Sekali lagi Maria melihat pintu depan. Sekali lagi pula ia melihat ukiran

ular. Pada daun pintu terukir seekor ular cobra sedang mengintai mangsanya

di balik kerimbunan rumput.

Lidah ular itu terjulur seolah-olah menikmati mangsanya. Taringnya

yang tajam tersembul di antara lidahnya yang panjang, siap menerkan

mangsanya.

Mata ular itu menatap tajam kepada mangsanya. Membuat Maria

teringat pada tatapan tajam namun ramah pria yang ditemuinya di tepi

Sungai Alleghei pagi tadi.

Maria teringat wajah pria itu dan senyumannya. Maria merasakan suatu

perasaan aneh tumbuh dalam hatinya tatkala ia bertemu pria itu.

Maria merasa malu dan segera menghilangkannya dari pikirannya.

Kemudian melanjutkan penelitiannya terhadap ukiran daun pintu itu.

Kini diperhatikannya tubuh sang ular. Sisik ular itu tampak seperti sisik

asli. Sisik itu diukir dengan teliti sehingga menyerupai ular yang

sesungguhnya. Sang pengukir sepertinya bermata tajam sehingga tidak ada

suatu bagian pun dari tubuh sang ular yang terlewat.

Sebelumnya Maria telah menyadari kemiripan nama keluarga ini

dengan nama seekor ular. Namun kali ini ia baru memahaminya dengan baik.

Ia menduga keluarga ini memiliki lambang berbentuk ular. Hampir semua

ukiran kayu yang ditemukannya di rumah ini berbentuk ular.

Maria menyadari kemiripan sifat Baroness Lora dan Lady Debora

dengan seekor ular. Tajam, berbisa, tidak pernah puas, selalu tampil dengan

segala kemegahannya.

Mata ular di daun pintu depan yang menatap tajam pada mangsanya,

membuatnya semakin merasakan kemiripan kedua orang itu dengan seekor

ular.

Mata kedua wanita itu juga selalu menatap lekat-lekat mangsanya.

Perbedaannya adalah seekor ular mengincar tubuh sang mangsa, sedangkan

Baroness Lora dan Lady Debora mengincar harta sang mangsa.

Sisik ular yang selalu berganti bila telah tua bagaikan Baroness Lora

yang berganti orang setelah harta orang itu habis. Sisik di sekujur tubuh ular

yang berkilauan bagaikan mereka berdua yang selalu tampil dengan segala

kemewahan.

Seseorang tampak berjalan mendekat ketika Maria memandang 33

Page 34: Gadis Misterius

halaman depan rumah. Di samping orang itu adalah Mrs. Fat. Wajah orang

yang berjalan di sisi Mrs. Fat tampak berseri-seri.

Pria itu juga tampak tua. Rambutnya yang tipis telah memutih

semuanya. Janggutnya yang lebat dan memutih.

34

Page 35: Gadis Misterius

3

“Selamat pagi,” sapa pria tua itu ketika memasuki Ruang Besar.

“Selamat pagi, Tuan,” balas Maria sembari menganggukkan kepalanya

dengan hormat.

“Ia benar-benar mengagumkan,” kata pria itu.

“Terima kasih, Tuan. Saya merasa tersanjung mendengar pujian Anda,”

kata Maria.

“Sayang Mrs. Dahrien tidak ada di sini,” kata Mrs. Fat, “Ia tidak dapat

bertemu Maria sebelum Tuan Puteri bangun.”

Mrs. Vye membesarkan hati Mrs. Fat, “Jangan khawatir! Esok ia akan

dapat bertemu dengan Maria sebelum Tuan Puteri bangun. Nanti ia juga

dapat bertemu dengannya.”

“Apakah engkau yakin, Mrs. Vye?” kata Mrs. Fat ragu-ragu.

“Aku tidak tahu persis. Tetapi kurasa mereka akan dapat bertemu,”

kata Mrs. Vye meyakinkan Mrs. Fat.

Dari percakapan kedua wanita itu, Maria menduga Mrs. Dahrien sedang

melayani Baroness Lora. Ia juga menduga Lady Debora jarang berada di

rumah dan ia sebagai pelayan Lady Debora, harus mengikuti ke mana pun

perginya sang majikan.

Pria tua yang sedari tadi mengamati Maria itu tampak terkejut sewaktu

menyadari Maria sedang mengenakan pakaian pelayan yang sama seperti

yang dikenakan Mrs. Vye dan Mrs. Fat.

“Mengapa engkau mengenakan pakaian pelayan padanya?” tanyanya

pada Mrs. Vye.

“Ia mulai hari ini bekerja sebagai pelayan Tuan Puteri,” kata Mrs. Fat.

“Apa!” seru pria tua itu terkejut.

“Rupanya aku lupa menceritakan hal ini kepadamu. Aku memang

pelupa,” keluh Mrs. Vye, “Tuan Puteri meminta ia menjadi pelayannya bila

ingin tetap tinggal di sini. Semula aku tidak setuju tetapi apa yang dapat

kulakukan. Maria tidak dapat mengingat masa lalunya dan aku tidak dapat

membiarkannya tanpa arah.”

“Mereka benar-benar kejam,” kata pria tua itu geram.35

Page 36: Gadis Misterius

“Tetapi ia tetap tampak cantik,” kata Mrs. Fat, “Baju pelayan yang

berwarna hitam ini membuat kulitnya menjadi tampak lebih putih. Ia tetap

tampak anggun dalam baju itu.”

“Ya, ia tetap tampak lebih cantik dari Tuan Puteri walau ia mengenakan

baju pelayan.”

“Aku terlalu membesar-besarkan seperti yang kalian katakan, bukan? Ia

memang lebih cantik dari Tuan Puteri. Aku berani mengatakan ia gadis

tercantik di kerajaan ini,” kata Mrs. Vye.

“Kalian jangan terlalu memuji saya. Saya tidak secantik yang Anda

katakan. Masih banyak gadis yang lebih cantik dari saya,” kata Maria

merendahkan diri.

“Jangan terlalu merendahkan diri, Maria,” kata Mrs. Fat, “Engkau

memang cantik. Tidak seorangpun yang meragukannya.”

“Bila ada yang tidak mengatakan engkau cantik, ia pasti buta,” tambah

Mr. Liesting.

“Sayang aku tidak dapat melihat rambutmu yang panjang itu. Kata Mrs.

Vye rambutmu sangat panjang dan indah. Aku percaya rambutmu sangat

indah. Walaupun engkau menyanggulnya, tetapi rambutmu masih tampak

berkilauan seperti sinar matahari yang terang.”

“Mengapa engkau menyanggulnya?” tanya Mrs. Vye.

“Saya lebih senang menyanggulnya bila hendak bekerja.”

“Apakah engkau menyanggulnya sendiri?” tanya Mrs. Vye lagi,

“Mengapa engkau tidak memberi tahu aku? Aku bisa menyanggulkan

rambutmu.”

“Terima kasih, lain kali saya akan mengingatnya. Tetapi saya tidak ingin

merepotkan Anda, saya sudah biasa menyanggul sendiri rambut saya.”

“Aku sependapat dengannya. Engkau sudah cukup repot mengurus

rumah ini dan Tuan Puteri. Lagipula ia pandai menyanggul. Aku yakin engkau

tidak dapat menyanggul seperti itu.”

“Apakah Anda juga melayani Tuan Puteri selain kedua tugas Anda?”

“Tuan Puteri takkan mau bila ia diminta mengurus dirinya sendiri. Ia

meminta Mrs. Dahrien melayaninya juga. Tetapi karena Mrs. Dahrien sudah

sangat tua, ia tidak dapat melayani dua orang dalam satu waktu.”

“Karena itu aku mengambil alih tugasnya. Mrs. Fat dan Mr. Liesting

sudah kesulitan membersihkan rumah yang besar ini. Satu-satunya orang

yang dapat melakukannya hanya aku.”36

Page 37: Gadis Misterius

“Apakah Mrs. Dahrien pengasuh Baroness Lora sejak kecil?”

Mrs. Fat tersenyum pada Maria. “Rupanya Mrs. Vye memang sudah

sangat tua. Ia lupa memberi tahumu bahwa Mrs. Dahrien adalah pelayan

yang paling lama tinggal di sini dari kami semua. Ia juga lebih tua dari Mrs.

Vye.”

“Yang Mulia bukan berasal dari keluarga kaya. Ia putri seorang petani

kecil di Obbeyville. Dan ia sangat beruntung dapat mewujudkan keinginannya

sejak kecil, menjadi kaya dan berkuasa.”

“Lebih baik kita berbicara di dapur saja. Di sini kurang leluasa,” usul Mr.

Liesting melihat Mrs. Vye dan Mrs. Fat tidak akan berhenti bercerita pada Mrs.

Vye.

Mr. Liesting mengajak Maria kembali ke dapur. Kali ini mereka tidak

melalui Ruang Duduk melainkan melalui sebuah lorong di dekat tangga yang

berhubungan dengan dapur. Lorong itu terus memanjang di bagian belakang

rumah hingga dapur.

Mereka mengatakan kepada Maria bahwa lorong ini dibuat untuk

memudahkan para pelayan bila dipanggil. Para pelayan biasanya berkumpul

di dapur bila tidak ada yang dapat dilakukan.

Mereka berbicara banyak kepada Maria dan seperti halnya Mrs. Vye,

mereka juga senang berbicara kepada gadis itu. Mereka juga terkejut tatkala

mengetahui pengetahuan Maria yang sangat luas.

Ketiga orang itu telah dibuat kagum oleh Maria dengan pembicaraannya

mengenai mitos yang ada di Obbeyville.

Maria seperti berasal dari mitos itu sendiri. Ia lebih banyak mengetahui

mengenai mitos itu daripada ketiga orang itu yang telah tinggal di Obbeyville

selama puluhan tahun.

“Aku ragu-ragu engkau seorang manusia. Aku rasa engkau benar-benar

seorang bidadari yang berasal dari Holly Mountain,” kata Mr. Liesting.

“Engkau lebih banyak mengetahui mengenai mitos itu daripada kami

bertiga yang telah tinggal puluhan tahun di sini,” kata Mrs. Vye.

“Apakah engkau berasal dari Holly Mountain?” tanya Mrs. Fat.

“Apakah engkau benar-benar utusan para dewa?” tanya Mr. Liesting.

Maria tersenyum mendengar ketiga orang itu terus menerus

mengajukan pertanyaan dan pendapatnya tanpa memberi kesempatan

padanya untuk mengajukan pendapatnya sendiri.

Gadis itu ingin mereka menghentikan pujiannya, namun mereka 37

Page 38: Gadis Misterius

sepertinya tidak ingin berhenti memujinya.

Maria diam saja. Ia bukan menyukai pujian mereka tetapi karena ia tahu

tidak sopan bila ia menyela pembicaraan mereka.

Ia tidak mendengarkan perkataan mereka. Ia sibuk melamunkan orang

yang bertemu dengannya di tepi Sungai Alleghei tadi pagi. Maria ingin

bertemu dengan pria itu dan berbincang-bincang lagi. Ia merasa pembicaraan

mereka belum selesai.

Suara bel mengejutkan mereka. Maria lebih terkejut daripada tiga orang

yang sibuk bercakap-cakap. Ia tersentak ketika bel itu berulang-ulang

berbunyi dengan nyaring.

“Tuan Puteri sudah bangun. Lebih baik engkau segera menemuinya,”

kata Mrs. Fat.

Maria beranjak dari kursinya dan hendak menuju kamar Lady Debora

ketika Mrs. Vye berkata, “Bawalah serta sarapan untuk Tuan Puteri. Ia senang

sarapan di atas tempat tidurnya.”

“Duduklah dulu sembari menanti Mrs. Vye selesai menyiapkan sarapan

untuk Tuan Puteri.”

“Terima kasih, Mrs. Fat. Tetapi saya lebih menyukai membantu Mrs. Vye

daripada menanti.”

Maria mendekati Mrs. Vye dan mulai membantunya.

Mrs. Vye terperangah ketika tangan gadis itu dengan trampil mengiris

roti yang ada di dekatnya.

Sekali lagi ia membuat ketiga orang itu kagum padanya. Ia sangat

terampil di dapur seakan-akan ia sering menghabiskan waktunya dengan

berada di dapur. Mereka juga melihat Maria menata segalanya di nampan

dengan manis.

“Sebenarnya siapakah engkau?” tanya Mr. Liesting.

Maria tersenyum pada Mr. Liesting. “Saya tidak tahu siapakah saya.

Saya hanya mengetahui bahwa saya seorang gadis yang bernama Maria.”

Sekali lagi bel berbunyi nyaring. Mrs. Vye segera mengajak Maria ke

kamar Lady Debora yang berada di tingkat dua. Mereka melalui lorong yang

menuju dekat tangga.

Mrs. Vye membawa nampan yang baru mereka siapkan. Sepanjang

jalan wanita tua itu memperingati dan berpesan kepada Maria yang

memperhatikan segala yang dikatakannya. Tidak ada suatu pesanpun yang

luput dari pendengaran Maria.38

Page 39: Gadis Misterius

Maria menjinjing sedikit ujung bajunya tatkala ia menaiki tangga. Baju

yang kebesaran sedikit itu membuatnya agak kesulitan sewaktu menaiki

tangga kayu itu.

Di ujung tangga atas itu ada sebuah pintu berukiran ular yang sedang

mengerami anak-anaknya. Ular betina itu melingkari telur-telurnya erat-erat

dengan tubuhnya. Matanya mengawasi sekitarnya untuk melindungi anaknya

yang belum menetas dari bahaya.

Berdasarkan ukiran pada pintu itu, Maria menduga kamar itu adalah

kamar Baroness Lora. Ukiran pada pintu itu bagaikan Baroness Lora yang

selalu menjaga putrinya dengan baik. Maria dapat merasakan Baroness Lora

menyayangi Lady Debora dengan cara yang salah.

Di sebelah kamar itu ada sebuah pintu yang berukiran ular juga.

Beberapa ular kecil mengelilingi seekor ular betina yang menjaga mereka

dengan matanya yang tajam. Beberapa ular kecil itu tampak bercanda

dengan induk mereka.

Seluruh pintu di rumah ini berukiran berbagai tingkah laku ular dan

mereka yang menempati ruang itu memiliki sifat yang sesuai dengan ukiran

ular di pintu kamar mereka. Ular yang diukir pada pintu kamar Baroness Lora

maupun Lady Debora benar-benar membuat kedua orang itu makin jelas

kemiripannya dengan ular.

Maria merasa geli menyadari semua itu. Seolah-olah pendiri Sidewinder

House telah meramalkan masa depan. Kelak di keturunan keluarga

Sidewinder akan ada yang benar-benar memiliki sifat seperti seekor ular yang

buas. Dan kedua orang itu entah sadar atau tidak telah menempati kamar

yang ‘khusus’ untuk mereka.

Sebelumnya ia telah mendengar dari Mrs. Vye bahwa seluruh keturunan

Sidewinder memang memiliki karakter seperti ular. Namun Maria merasa

kedua wanita itu lebih mirip ular daripada keturunan Sidewinder yang lain.

Mrs. Vye mengetuk perlahan pintu kamar yang berukiran ular-ular kecil

dan seekor induk ular. Tak lama kemudian terdengar jawaban enggan dari

dalam kamar. Maria mengikuti Mrs. Vye masuk ke kamar Lady Debora.

Di balik wajah Maria yang tenang tersembunyi keterkejutannya melihat

keadaan kamar Lady Debora.

Kamar itu tampak suram. Sebuah permadani yang lembut menutupi

seluruh permukaan lantai kamar Lady Debora. Tirai jendela yang terletak

tepat di samping tempat tidur Lady Debora belum dibuka. Sinar matahari 39

Page 40: Gadis Misterius

tampak bersusah payah menembus tirai tebal itu.

Sebuah meja rias yang antik terletak tak jauh dari tempat Lady Debora

berbaring. Di tepi kaca yang terletak di meja terukir dua ekor ular yang saling

mengelilingi tepi kaca bulat itu. Seekor ular dari tepi kiri dan yang lain dari

tepi kanan. Kepala mereka saling melilit di ujung atas.

Sebuah kursi tanpa sandaran berada di bawah meja itu. Kursi bulat itu

memiliki ukiran yang sama dengan kaca rias. Sedangkan di atas meja rias

terdapat beberapa hiasan rambut emas yang berbentuk bunga daisy.

Sebuah meja lain terletak di tengah kamar. Permukaan meja itu tampak

halus dan mengkilat. Sisik-sisik ular mengelilingi tepi meja itu. Ukiran kaki

meja itu sama seperti ukiran pada meja di Ruang Duduk.

Di atas meja itu berserakan beberapa barang. Sebuah perhiasan emas

berkilauan tertimpa sinar matahari yang memaksa menerobos masuk. Liontin

kalung itu berbentuk bunga besar dengan sebuah batu ruby merah di

tengahnya.

Kalung itu membuat Maria merasa heran bagaimana Lady Debora bisa

mengenakannya. Bila Lady Debora mengenakannya, tentu lehernya tampak

tertelan oleh liontin yang sebesar bunga mawar kecil itu.

Di sampingnya, sebuah topi berwarna jingga tampak menyala tertimpa

sinar matahari. Topi itu tampak indah sekali dengan sebuah bulu berwarna

biru yang menghiasinya.

Sebuah gaun yang indah juga terletak di meja itu. Gaun yang berwarna

biru terang itu diletakkan sembarangan di meja. Seakan-akan sudah tidak

berguna lagi. Selain itu masih ada sebuah pakaian berkuda yang terletak di

atas meja itu dan sebuah cambuk berwarna hitam.

Empat buah kursi mengelilingi meja persegi itu. Keempat kursi yang

saling berhadap-hadapan itu berukiran ular piton pada kakinya dan kepala

ular cobra pada sandarannya.

Kepala ular itu tampak hidup. Mulutnya menengadah ke langit-langit

kamar seakan-akan siap melahap apa pun yang jatuh dari langit-langit.

Lidahnya yang panjang terjulur keluar untuk meneliti keadaan sekitarnya.

Matanya yang tajam menatap langit-langit tanpa henti.

Kemudian Maria memandang Lady Debora. Wanita itu memandang

malas padanya dan Mrs. Vye, tanpa berusaha bangkit dari berbaringnya.

Tubuhnya masih terbungkus selimut rapat-rapat. Rambutnya yang merah

tergerai di atas bantalnya yang putih. Ia terlihat masih enggan membuka 40

Page 41: Gadis Misterius

matanya untuk memulai hari baru.

Dengan malas ia bertanya, “Jam berapa sekarang?”

“Hampir tengah hari,” jawab Mrs. Vye sambil meletakkan nampan di

meja rias.

“Apa!?” seru Lady Debora terkejut.

“Sekarang hampir tengah hari,” ulang Mrs. Vye.

“Mengapa engkau tidak membangunkan aku?” tanya Lady Debora

panik.

“Anda tidak berpesan apa-apa kepada saya.”

Lady Debora sangat panik sehingga tidak melihat keberadaan Maria di

kamarnya yang dengan tenang memperhatikan kejadian di depannya.

Ia menduga hal ini biasa terjadi sebab Mrs. Vye tidak tampak gelisah

melihat kepanikan Lady Debora. Ia juga menduga Lady Debora berjanji

berkuda bersama seorang pria pagi ini tetapi ia lupa memberi tahu Mrs. Vye

untuk membangunkannya pagi-pagi.

Lady Debora menggerutu kesal. “Jangan banyak bicara lagi! Sekarang

lekas bantu aku mempersiapkan diriku,” katanya sambil bangkit dari tempat

tidurnya.

Maria dengan cepat meraih pakaian berkuda yang ada di atas meja. Ia

hendak membantu Lady Debora mengenakan pakaian itu, tetapi Mrs. Vye

mengambil pakaian itu dari tangannya dan membantu Lady Debora.

Mrs. Vye melakukannya dengan cepat sehingga Maria tidak dapat

berbuat apa-apa untuk menghentikan wanita tua itu. Kemudian Mrs. Vye

menyanggul rambut Lady Debora dan memberinya hiasan berbentuk daisy

yang terletak di meja rias.

Tanpa mengucapkan apa-apa, Lady Debora segera beranjak ke pintu

setelah Mrs. Vye melakukan tugas-tugasnya.

Maria memperhatikan Lady Debora yang tampak mencolok dengan topi

bulu serta kalung yang semula terletak di atas meja di tengah kamar yang

telah menjadi terang setelah tirai jendela dibuka oleh Mrs. Vye.

Di pintu, ia berhenti dan menoleh pada Mrs. Vye.

“Buang gaun yang ada di meja itu,” katanya.

Mrs. Vye mengangguk tanpa mengatakan apa-apa. Ia tidak

menghentikan Lady Debora meninggalkan kamarnya untuk sarapan. Ia

meraih gaun yang terletak di meja tengah ruangan.

“Sayang bila gaun ini dibuang. Ambillah dan kenakanlah,” kata Mrs. Vye 41

Page 42: Gadis Misterius

kepada Maria.

Maria menggeleng. “Tuan Puteri mengatakan kepada kita untuk

membuang gaun itu. Ia pasti marah bila kita tidak membuangnya,” katanya.

“Ia tidak akan peduli bila gaun ini engkau kenakan. Ia tahu aku

mengumpulkan gaun-gaun yang dibuangnya, tetapi ia tidak pernah

mengatakan apa-apa kepadaku. Baginya gaun yang telah dibuang olehnya

berarti sudah tidak berguna lagi,” kata Mrs. Vye.

Maria menerima gaun yang disodorkan Mrs. Vye kepadanya. Ia belum

mengatakan apa-apa ketika Mrs. Vye telah meninggalkan kamar Lady Debora.

Ia mengikuti Mrs. Vye dengan membawa gaun itu.

Mrs. Vye mengajak Maria ke sebuah ruangan di dekat dapur tempat ia

menyimpan semua gaun yang telah dibuang Lady Debora dan Baroness Lora.

Kata Mrs. Vye, sebelum Baroness Lora memasuki Sidewinder House,

kamar itu adalah kamar pelayan. Namun karena jumlah pelayan yang

semakin menurun, kamar itu tak terpakai.

Kemudian ia menggunakan kamar itu untuk menyimpan semua gaun

yang Baroness Lora dan Lady Debora buang.

Sebuah lemari besar terletak di sudut ruangan yang kecil itu. Lemari

yang berukiran ular itu tampak mencolok di kamar yang sempit itu. Almari itu

seperti memenuhi kamar.

Maria terkesima melihat gaun yang berjajar dalam almari itu. Walaupun

almari itu besar, namun masih tidak dapat menampung seluruh gaun yang

ada. Sebagian gaun itu dipindahkan Mrs. Vye ke almari yang lebih kecil yang

terletak tepat di samping almari itu.

Semula ia tidak dapat memahami mengapa kedua wanita itu memilih

membuang gaun-gaun yang indah itu walaupun gaun itu masih dapat mereka

kenakan. Namun setelah ia teringat pada ucapan Mrs. Vye mengenai

kegemaran kedua wanita itu, ia mulai memahaminya.

Tak satu gaunpun yang berwarna lembut, semuanya berwarna

mencolok. Beberapa gaun berwarna putih tampak menonjol di antara gaun-

gaun yang berwarna cerah.

Mrs. Vye mengambil salah satu gaun putih itu kemudian

memberikannya kepada Maria.

“Sudah sejak lama aku ingin memberikan gaun ini kepadamu. Aku tidak

tahu apakah engkau akan menyukainya, tetapi aku berharap engkau mau

mengenakannya.”42

Page 43: Gadis Misterius

Gaun yang ditunjukkan Mrs. Vye kepada Maria tidak benar-benar putih.

Gaun itu tampak berwarna putih dari kejauhan, namun sebenarnya gaun itu

berwarna nila yang lembut.

Gaun itu dicobakan Mrs. Vye padanya. “Gaun ini sesuai dengan

tubuhmu yang langsing,” kata Mrs. Vye, “Sayang lengannya terlalu panjang

dan pinggangnya terlalu besar. Aku akan menjahitnya sesuai dengan

ukuranmu.”

“Tidak apa-apa, Mrs. Vye. Biarkan gaun ini apa adanya. Saya lebih

menyukai gaun ini apa adanya.”

“Aku harus menjahitnya kembali, Maria. Ukuran pinggang gaun ini

terlalu besar untukmu. Aku tidak menyangka Tuan Puteri lebih gemuk

darimu,” kata Mrs. Vye memberi pengertian pada Maria.

Maria tersenyum. “Rupanya gaun saya yang besar ini membuat saya

tampak lebih gemuk.”

“Tidak, bukan itu maksudku,” bantah Mrs. Vye, “Semula aku

menyangka ukuran gaunmu sama seperti Tuan Puteri.”

Maria terus memandang Mrs. Vye tanpa menghilangkan senyuman

yang menghias wajahnya yang cantik.

“Aku menduga usia kalian tidak terpaut terlalu jauh. Aku tidak tahu

berapa usiamu dan aku tidak dapat menduganya lagi. Wajahmu seperti gadis

yang berusia dua puluh tahunan, tetapi engkau bijaksana seperti orang yang

telah berusia puluhan tahun.”

Mrs. Vye menghela napasnya sebelum melanjutkan kata-katanya.

“Sewaktu aku menemukanmu, aku menduga engkau berusia sekitar dua

puluh tahun. Tetapi setelah beberapa hari tinggal bersamamu, aku menjadi

tidak yakin engkau berusia sekitar dua puluhan, seperti dugaanku yang

pertama.”

“Mungkin saya benar-benar berasal dari Holly Mountain,” kata Maria

bercanda.

“Ya, itulah satu-satunya yang ada di dalam pikiranku mengenai asal

usulmu. Aku tidak dapat menebak yang lain,” kata Mrs. Vye berterus terang,

“Engkau tampak sangat misterius dan sering membuatku terkejut sekaligus

kagum.”

“Saya tidak merasa telah membuat Anda kagum pada saya. Apa yang

saya lakukan terasa biasa bagi saya,” kata Maria merendahkan diri.

“Mungkin engkau tidak merasakannya, tetapi engkau telah benar-benar 43

Page 44: Gadis Misterius

membuatku terkejut dan kagum.” Mrs. Vye tersenyum pada Maria, “Aku tidak

pernah menduga engkau sangat ahli di dapur. Entah apa lagi kemampuanmu,

tetapi yang pasti aku tidak dapat menebaknya.”

“Saya tidak memiliki keahlian apa-apa di dapur, tadi saya hanya

membantu Anda. Tanpa petunjuk dari Anda, saya tidak akan dapat

melakukannya dengan baik,” kata Maria.

“Jangan merendahkan diri lagi. Tadi engkau melakukannya tanpa

petunjuk dariku. Engkau sendiri yang melakukannya dengan sangat baik,”

kata Mrs. Vye – tersenyum.

“Terima kasih. Tetapi saya merasa saya masih kalah dari Anda.”

“Percayalah kepadaku, Maria. Tidak hanya aku yang menganggap apa

yang kaulakukan di dapur tadi lebih baik dariku. Engkau menata hidangan

sedemikian rupa hingga dapat membuat tiap orang berselera melihatnya.”

“Terima kasih.”

“Sekarang engkau tidak memiliki pekerjaan apapun. Kembalilah ke

pondok dan bersenang-senanglah,” kata Mrs. Vye sembari menyerahkan gaun

nila itu.

“Mrs. Vye, biarkan gaun ini apa adanya. Lagipula pinggangnya tidak

terlalu besar untuk saya,” kata Maria mengingatkan.

“Kita akan membicarakan masalah itu nanti. Sekarang bersenang-

senanglah, Tuan Puteri tidak akan kembali sebelum senja.”

Maria meninggalkan Sidewinder House. Sepanjang jalan ia bertemu

banyak orang. Ia mengangguk hormat pada mereka. Sebuah senyum yang

menawan hati tiap orang terukir di wajahnya.

Orang-orang itu tampak malu dan bingung melihatnya. Mereka dengan

malu-malu menganggukkan kepala kepada Maria, seperti yang Maria lakukan

kepada mereka. Kemudian mereka berkumpul dan berbisik-bisik.

Sekelompok anak mendekatinya. Mereka tampak senang berjumpa

dengannya. Pandangan mata mereka menunjukan kekaguman mereka pada

Maria.

“Apakah Anda benar-benar berasal dari Holly Mountain?” tanya seorang

anak kecil.

“Saya tidak tahu,” kata Maria.

Beberapa anak berbisik-bisik.

“Mengapa?” tanya anak yang lain.

“Karena saya tidak dapat mengingatnya. Saya lupa.” Maria menjawab 44

Page 45: Gadis Misterius

sederhana agar mudah dimengerti oleh anak-anak itu.

“Bila saya melupakan sesuatu, ibu saya akan memarahi saya. Apakah

Anda tidak dimarahi orang tua Anda?” tanya anak itu lagi.

Maria tersenyum manis pada mereka. Ia berlutut agar mereka tidak

menengadahkan kepala untuk dapat melihatnya. Gaun-gaun yang dibawanya

diletakkan sedemikian rupa di lengannya hingga tak menyentuh tanah.

“Tidak. Sebab saya lupa siapa orang tua saya.”

Anak-anak itu memandang sedih padanya.

“Anda pasti sedih tidak dapat mengingat orang tua Anda,” kata seorang

anak perempuan. “Saya juga merasa sedih bila jauh dari orang tua saya.”

“Apakah Anda mau bermain bersama kami? Kami ingin berkenalan

dengan Anda,” kata seorang anak anak yang sejak tadi berbisik-bisik dengan

temannya.

“Saya akan senang sekali. Tetapi maafkan saya, saya harus melakukan

sesuatu. Bila saya telah selesai, saya akan mencari kalian. Saya akan

menerima ajakan itu,” kata Maria.

Anak-anak itu tampak kecewa mendengar jawaban Maria. Wajah

mereka yang semula ceria, kini tampak murung.

Maria merasa sedih melihat mereka kecewa. “Jjangan bersedih. Saya

akan bermain dengan kalian bila saya telah menyelesaikan tugas saya.”

“Kapan tugas Anda selesai?” tanya anak-anak itu serempak.

“Saya tidak tahu. Tetapi saya berjanji akan segera menyelesaikannya

agar dapat bermain bersama kalian. Di mana saya dapat menemukan

kalian?”

“Kami biasanya bermain di sekitar rumah ini terutama di pondok Mrs.

Vye yang terbuat dari kayu oak itu,” jawab mereka serempak.

Maria tersenyum melihat kekompakkan anak-anak itu. Mereka seperti

telah sepakat untuk menjawab pertanyaan Maria bersama-sama.

“Baik. Saya akan mencari kalian di sekitar Sidewinder House bila saya

telah menyelesaikan tugas saya,” kata Maria.

Anak-anak itu berseru kegirangan mendengar pernyataan Maria.

Maria bangkit kembali. “Sekarang saya akan pergi memulai tugas itu.

Kalian pergilah bermain, saya akan segera menyusul kalian.”

“Kami ikut Anda. Kami akan menemani Anda ke Sidewinder House,”

kata mereka serempak.

“Aku akan pergi ke rumah itu bila aku telah meletakkan gaun ini di 45

Page 46: Gadis Misterius

pondok Mrs. Vye. Mrs. Vye menyuruhku meletakkan gaun-gaun ini di

pondoknya,” kata Maria menunjukkan gaun yang dibawanya kepada anak-

anak itu.

“Kami ikut,” kata mereka.

“Baiklah. Tetapi kalian jangan nakal,” kata Maria.

Maria berjalan beriringan dengan anak-anak itu ke pondok Mrs. Vye.

Sepanjang perjalanan mereka bercakap-cakap. Mereka membuat orang-

orang terperangah melihat keakraban mereka.

Setelah meletakkan gaun yang dibawanya di almari pakaian di

kamarnya, Maria bersama anak-anak itu kembali ke Sidewinder House.

“Mengapa engkau kembali? Bukankah aku telah mengijinkanmu untuk

bersenang-senang. Pergilah berkeliling Obbeyville. Bukankah sejak semula

engkau ingin berkeliling Obbeyville?” kata Mrs. Vye terkejut melihatnya

muncul di dapur.

Maria berjalan mendekati Mrs. Vye yang sibuk memasak. “Saya ingin

membantu Anda terlebih dulu.”

Maria mulai membantu Mrs. Vye tanpa mempedulikan larangannya.

Mrs. Vye terkejut melihat keahlian memasak Maria. Gadis itu dengan

cepat membuat bumbu untuk ayam panggang yang akan disajikannya untuk

makan siang Baroness Lora.

Ia tidak memberi tahu apa pun kepada gadis itu apa yang harus

dilakukannya. Tetapi gadis itu dengan cekatan telah menyelesaikan tugas

memasak yang seharusnya dilakukannya.

Sebuah nampan berisi ayam panggang yang harum dan gurih tersaji di

atas meja di Ruang Makan dalam waktu yang singkat, bersama nampan-

nampan lain yang diatur sedemikian rupa oleh Maria. Hidangan di dalam

nampan itu juga diatur Maria dengan ahli.

“Hidangan itu terlalu indah untuk dimakan,” kata Mrs. Vye melihat

Maria menata hidangan itu.

Maria tersenyum pada Mrs. Vye dan meneruskan pekerjaannya. Ia kini

membuat minuman yang tampak segar. Minuman itu dibuatnya dari sari apel

dan tomat yang segar.

“Baru kali ini aku melihat minuman seperti itu,” kata Mrs. Vye.

“Minuman ini enak sekali. Jauh lebih segar dari sari jeruk. Bila Anda

mau, silakan mencobanya,” kata Maria.

Mrs. Vye menerima segelas minuman yang diberikan Maria kepadanya. 46

Page 47: Gadis Misterius

“Enak sekali. Dari mana engkau mempelajarinya?”

“Saya tidak ingat. Saya membuatnya sesuai dengan apa yang saya

pikirkan.”

“Apakah engkau juga tidak dapat mengingat asal bumbu ayam

panggang itu? Ayam itu tampak gurih dan harum,” kata Mrs. Vye.

“Maafkan saya telah mengecewakan Anda. Tetapi saya benar-benar

tidak dapat mengingatnya. Saya seperti telah mengetahui apa yang harus

saya lakukan pada ayam itu ketika saya membuatnya. Bila Anda ingin, saya

akan memberi tahu bumbunya kepada Anda,” kata Maria.

“Engkau tidak perlu melakukannya. Aku ingin engkau terus lebih pandai

memasak daripada aku,” kata Mrs. Vye.

“Anda jangan berkata seperti itu. Saya tidak mengetahui banyak

mengenai masak-memasak seperti Anda. Anda jauh lebih pandai dari saya,

saya harus belajar banyak dari Anda,” kata Maria.

“Baiklah, daripada kita bertengkar seperti ini lebih baik kita membuat

perjanjian. Aku akan mengajarimu hal-hal yang tidak engkau ketahui. Tetapi

aku ragu engkau tidak mengetahui apa yang kuketahui. Engkau tampak

seperti koki yang ahli di dapur.”

“Terima kasih. Saya akan memberi tahu Anda apa yang saya ketahui.”

“Tidak. Itu tidak perlu. Aku merasa puas melihat engkau lebih pandai

memasak daripada aku.”

Mrs. Vye meyakinkan Maria, “Aku akan lebih bangga mengatakan

kepada semua orang bahwa engkau lebih pandai memasak dari aku daripada

mengatakan kepada mereka bahwa aku lebih pandai dari engkau.”

Maria tersenyum pengertian kepada Mrs. Vye. Akhirnya ia mengalah

pada keinginan wanita tua yang disayanginya itu.

Mrs. Vye meminta Maria untuk memanggil Baroness Lora, tetapi Maria

menolaknya. Ia lebih memilih membersihkan dapur daripada memanggil

Baroness Lora bukan karena ia tidak menyukai Baroness Lora. Tetapi karena

ia tidak ingin membuat Mrs. Vye semakin repot, ia ingin membantunya

membersihkan dapur.

Dengan beberapa bujukan, akhirnya Mrs. Vye setuju dengan keinginan

Maria. Ia mengingatkan Maria untuk tidak membersihkan dapur seorang diri.

Setelah kepergian Mrs. Vye, Maria memulai pekerjaannya

membersihkan dapur dengan cepat. Ia membersihkan seluruh ruangan itu

hingga ruangan itu tampak lebih bersih. Peralatan memasaknya juga dicuci 47

Page 48: Gadis Misterius

bersih olehnya. Ia telah selesai membersihkan dapur sebelum Mrs. Vye tiba di

dapur.

Maria tidak tahu apa yang sedang dilakukan Mrs. Vye sehingga wanita

itu tidak segera kembali ke dapur. Maria menduga Mrs. Vye sedang melayani

Baroness Lora bersama Mrs. Dahrien hingga tak segera muncul.

Tetapi ia bersyukur karena Mrs. Vye tidak melihatnya membersihkan

seluruh ruangan itu. Ia tidak tahu apa yang akan dikatakan Mrs. Vye bila

melihat ia melanggar larangannya.

Sebenarnya, Maria tidak ingin melanggar larangan Mrs. Vye. Tetapi

karena ia tahu Mrs. Vye akan mengalami kesulitan dalam membersihkan

dapur itu, maka ia memutuskan untuk melanggar larangan Mrs. Vye. Di

samping itu, Maria tidak tahan melihat keadaan ruangan yang kotor ini.

Ia meninggalkan dapur dan menuju Ruang Besar. Ruang Besar telah

dibersihkan, Maria tidak melihat Mrs. Fat di sana. Ia menduga Mrs. Fat sedang

membersihkan Ruang Duduk.

Mrs. Fat membersihkan Ruang Duduk sambil bersenandung kecil.

Tangannya seperti menari-nari di permukaan meja. Wanita itu tidak

menyadari suara pintu yang berderit di belakangnya.

Maria mengetuk perlahan pintu yang menghubungkan Ruang Besar

dengan Ruang Duduk.

“Ada apa, Maria?” tanya Mrs. Fat. “Engkau membuatku terkejut.”

“Bila Anda tidak keberatan, saya ingin membantu Anda.”

“Tentu saja aku tidak keberatan,” kata wanita itu senang mendengar

bantuan yang ditawarkan Maria.

Maria mendekati Mrs. Fat. Tatkala ia hendak mulai membersihkan

Ruang Duduk, Mrs. Fat berseru terkejut.

“Tidak! Tidak! Engkau tidak boleh melakukannya. Aku lupa engkau

harus melayani Tuan Puteri.”

“Tuan Puteri sedang berkuda bersama seseorang.”

“Aku tahu. Aku melihatnya meninggalkan rumah dengan terburu-buru,”

kata wanita itu, “Aku yakin Mrs. Vye tidak akan setuju bila melihatmu

melakukan pekerjaan ini. Pergilah berjalan-jalan!”

Maria ragu-ragu melihat wanita tua itu.

Ia tahu Mrs. Fat lebih muda dari Mrs. Vye dan ia mampu membersihkan

rumah ini sendirian. Sebelum kedatangan Maria, mereka telah mengurus

rumah ini sendirian dalam usia mereka yang tidak muda lagi.48

Page 49: Gadis Misterius

Maria percaya mereka dapat melakukannya sendiri tanpa bantuannya,

tetapi ia tidak tega melihat mereka yang seharusnya menikmati hari tuanya,

bekerja keras membersihkan rumah yang besar ini.

“Aku dapat melakukannya sendiri,” kata Mrs. Fat, “Aku peringatkan

kepadamu, aku tidak suka bila seseorang tidak menuruti apa yang kukatakan.

Pergilah!”

Dengan enggan, Maria meninggalkan Ruang Duduk. Kemudian ia

menemui Mr. Liesting di halaman Sidewinder House.

Pria yang sedang merawat bunga liar musim panas itu, memalingkan

kepalanya tatkala mendengar langkah kaki Maria.

“Ada apa, Maria?” tanya Mr. Liesting.

“Tidak ada yang dapat saya kerjakan. Saya ingin membantu Anda

merawat halaman ini.”

“Engkau bisa bermain bersama anak-anak itu. Sejak tadi mereka

menunggumu,” kata Mr. Liesting, “Mereka menyukaimu.”

“Saya juga menyukai mereka.”

Maria memandang anak-anak yang bermain di dekat Sidewinder House

sambil mengawasi kemunculannya.

“Pergilah bermain bersama mereka sebelum senja datang.”

Anak-anak itu berlari mendekat ketika melihat Maria berjalan ke arah

mereka. Mereka berseru senang sewaktu Maria mengajak mereka bermain.

Maria mengajak anak-anak itu menuju tepi Sungai Alleghei.

Walaupun tidak mengerti mengapa ia membawa mereka ke tepi Sungai

Alleghei, tetapi mereka tetap mengikuti gadis itu.

Mereka telah mengetahui mitos Sungai Alleghei dari orang tua mereka.

Orang tua mereka melarang anak-anak itu bermain tepi Sungai Alleghei.

Kata mereka, para dewa akan marah bila anak-anak itu bermain di

Sungai Alleghei. Para dewa tidak ingin ketenangan mereka terganggu oleh

suara anak-anak. Itulah yang sering dikatakan penduduk Obbeyville pada

anak-anak mereka.

Maria telah mengetahui hal itu dari Mrs. Vye, tetapi ia tetap membawa

anak-anak itu ke Sungai Alleghei.

Anak-anak itu juga tidak terlihat takut ketika mereka menuju Sungai

Alleghei. Rupanya mereka telah sangat percaya bahwa Maria adalah bidadari

yang diutus para dewa. Mereka percaya para dewa tidak akan marah bila

mereka bermain di sungai itu bersama Maria.49

Page 50: Gadis Misterius

Ketika mereka tiba, Maria segera mencari tempat yang teduh. Ia duduk

pada sebatang pohon yang tumbang.

Anak-anak memandang heran padanya.

“Kalian telah mengetahui cerita mengenai Sungai Alleghei?” tanya

Maria walaupun ia telah mengetahui jawaban anak-anak itu.

“Ya, kami mengetahuinya dari orang tua kami,” kata anak-anak.

“Kalian tahu mengapa saya membawa kalian ke mari?”

“Tidak, tetapi kami percaya para dewa tidak akan marah walaupun

kami bermain di Sungai Alleghei karena kami bersama Anda,” kata seorang

anak.

“Para dewa tidak akan marah bila kalian tidak mengganggu ikan-ikan

yang ada di Sungai Alleghei,” kata Maria sembari tersenyum, “Hari ini kita

kemari bukan karena kita akan bermain di Sungai Alleghei tetapi karena saya

akan menceritakan suatu dongeng yang berkaitan dengan sungai ini.”

“Apakah bedanya dongeng dengan mitos?” tanya anak itu lagi.

“Banyak sekali perbedaannya. Bila mitos dipercayai setiap orang, maka

dongeng merupakan khayalan saja,” kata Maria menjelaskan.

“Maksud Anda dongeng adalah cerita yang sering Ibu ceritakan pada

saat saya hendak tidur?”

“Ya, seperti itu. Tetapi tidak semua dongeng merupakan cerita

khayalan, ada beberapa dari mereka yang dipercayai benar-benar terjadi

seperti yang akan saya ceritakan pada kalian,” kata Maria.

“Apakah dongeng itu benar-benar terjadi?” tanya anak-anak.

“Saya tidak dapat menjawabnya. Kalian sendiri yang akan menjawab

pertanyaan itu setelah kalian mendengar dongeng itu. Kalian yang akan

menilai apakah dongeng itu benar-benar terjadi atau tidak.”

“Dapatkah Anda memulai menceritakan dongeng itu pada kami?” tanya

mereka serempak.

“Duduklah dengan tenang dulu, baru saya akan memulai dongeng

saya.”

Anak-anak duduk di sekitar Maria. Mereka duduk sambil memandangi

Maria. Beberapa dari mereka ada yang duduk di samping Maria. Ada pula

yang duduk sambil bertopang dagu.

“Dongeng yang saya ceritakan ini ada hubungannya dengan mitos

Sungai Alleghei dan Blueberry.”

“Blueberry? Setahu saya di Blueberry tidak ada dongeng yang 50

Page 51: Gadis Misterius

berhubungan dengan mitos Sungai Alleghei,” kata anak yang bertanya

perbedaan mitos dan dongeng.

Maria merasa anak itu menyukai mitos.

Karena Maria tidak ingin mitos-mitos yang terkenal di Kerajaan Zirva

punah, ia menceritakan mitos itu pada anak-anak itu. Tetapi ia tidak menduga

ada seorang anak yang mengetahui cukup banyak mengenai mitos Sungai

Alleghei.

“Apakah engkau menyukai mitos?” tanya Maria pada anak itu.

“Saya sangat menyukainya. Saya ingin mengetahui segala sesuatu

mengenai mitos itu, tetapi orang tua saya tidak tahu banyak. Karena itu saya

sering membaca buku-buku mengenai mitos, tetapi tidak ada di antar buku-

buku itu yang bercerita bahwa di Blueberry ada dongeng yang berhubungan

dengan mitos yang ada di Obbeyville,” kata anak itu.

Maria tersenyum pada anak itu. “Kemarilah,” katanya lembut.

Anak itu berjalan mendekat kemudin duduk tepat di depan Maria.

“Siapakah namamu?”

“Nama saya Ityu. Orang tua saya adalah pendeta yang sering menjadi

pemimpin dalam tiap upacara di Sungai Alleghei.”

“Ityu, saya senang engkau menyukai mitos. Tetapi apa yang kauketahui

tidak cukup banyak. Bila saya mempunyai waktu, saya akan menceritakannya

padamu.”

“Sungguh?” tanya Ityu tak percaya.

“Benar, saya akan menceritakan padamu mitos yang tidak engkau

ketahui. Berapakah mitos yang terkenal di Kerajaan Zirva?”

“Satu yaitu mitos Sungai Alleghei,” jawab Ityu dengan yakin.

Maria telah menduga Ityu seperti orang-orang umumnya yang hanya

mengetahui satu mitos yang paling terkenal di Kerajaan Zirva.

“Sesungguhnya, Ityu, di Kerajaan Zirva ada banyak mitos tetapi yang

paling terkenal ada tiga. Salah satunya adalah mitos Sungai Alleghei,” kata

Maria.

“Saya tidak pernah mendengar kedua mitos yang lain,” kata Ityu

mengakui.

“Karena salah satu mitos itu hampir punah dan yang lainnya sengaja

disembunyikan,” kata Maria menerangkan.

“Mengapa mitos itu disembunyikan?” tanya anak-anak yang sejak tadi

mendengarkan pembicaraan Maria dengan Ityu.51

Page 52: Gadis Misterius

“Saya tidak dapat menjawabnya karena jawaban saya akan

berhubungan dengan mitos yang disembunyikan itu,” kata Maria tanpa

memberikan alasan yang sesungguhnya.

“Saya tidak mengerti mengapa mereka menyembunyikan mitos itu,”

kata Ityu.

“Kelak bila memungkinkan, aku akan mengatakannya padamu. Tetapi

untuk saat ini engkau cukup mengetahui bahwa ada tiga mitos yang terkenal

di Kerajaan Zirva.”

“Kedua mitos yang lain mengenai apa?” tanya Ityu.

“Mitos yang kedua mengenai nama asli Blueberry,” jawab Maria.

“Apakah Blueberry bukan nama asli tempat itu?”

“Bukan, Ityu. Blueberry mempunyai nama asli. Saya akan

menceritakannya padamu suatu saat nanti. Sekarang saya akan memulai

dongeng saya sebelum saya kembali ke Sidewinder House.”

Anak-anak gembira mendengar kata-kata Maria kecuali Ityu. Maria tahu

anak itu sibuk memikirkan kedua mitos yang lain.

“Datanglah ke pondok Mrs. Vye setiap sore dan saya akan

menceritakannya padamu di sana. Bila orang tuamu tidak menyetujuinya,

saya yang akan memintakan ijin kepada mereka. Saya percaya mereka akan

menyetujui hal ini,” bisik Maria pada anak itu.

Ityu tersenyum senang mendengar janji Maria.

Maria tersenyum pada anak itu dan memulai ceritanya. “Dongeng ini

mengenai peperangan antara dewa dengan setan di dekat sini.”

52

Page 53: Gadis Misterius

4

Terdengar suara kuda mendekat kemudian berhenti di dekat Maria

yang sedang memandang sungai.

Maria memalingkan kepala dan merasa senang melihat pria yang

dinanti-nantikannya muncul.

“Selamat pagi,” katanya mendekati Maria.

“Selamat pagi,” kata Maria dengan tersenyum.

“Saya mendengar engkau kini menjadi idola anak-anak Obbeyville,”

kata pria itu.

“Rupanya berita di Obbeyville juga cepat tersebar ke Blueberry.”

“Bagaimana Anda tahu saya berasal dari Blueberry?” tanya pria itu

keheranan.

“Siapa pun yang melihat pakaian Anda, tidak akan mengatakan Anda

berasal dari Obbeyville. Karena satu-satunya keluarga yang kaya di sini

adalah keluarga Sidewinder.”

“Bagaimana bila baju ini saya peroleh dari mereka?”

“Suatu khayalan yang takkan pernah terjadi apalagi memimpikannya.”

Pria itu memandang tajam wajah Maria.

Dari sorot matanya, Maria tahu pria itu tidak mengerti arti kata-katanya.

“Hal itu tidak akan pernah terjadi. Semua penduduk Obbeyville telah

mengenal baik watak Baroness Lora dan putrinya yang seperti itu.”

“Seperti apakah watak mereka?”

“Anda tidak mengetahuinya, itu berarti asal Anda bukan dari

Obbeyville.” Maria tersenyum pada pria itu.

“Mereka senang berfoya-foya hingga harta keluarga Sidewinder hampir

habis. Itu yang paling diketahui penduduk Obbeyville. Mereka memberikan

sesuatu kepada orang lain hanya bila mereka menginginkan sesuatu dari

orang itu. Hal inilah yang membuat saya percaya Anda berasal dari Blueberry.

Selain itu masih ada yang membuat saya tahu Anda berasal dari Blueberry.”

“Dapatkah Anda memberi tahu saya sebab yang lain?”

“Di Obbeyville tidak ada keluarga yang memiliki kuda selain keluarga

Sidewinder. Kalaupun penduduk yang lain mempunyai, mereka tidak 53

Page 54: Gadis Misterius

menggunakannya untuk berkuda.”

“Mengapa Anda yakin akan pendapat Anda? Bagaimana bila ternyata

saya berasal dari Obbeyville?” tanya pria itu.

“Karena saya mengetahuinya dengan pasti dan Anda telah

membenarkan kata-kata saya,” jawab Maria sembari tersenyum pada pria itu.

“Apakah Mrs. Vye yang memberi tahumu?”

Maria menggelengkan kepalanya. “Saya mengetahuinya dalam ingatan

saya. Walau saya tidak dapat mengingat masa lalu saya tetapi saya masih

dapat mengingat segala seluk beluk mengenai Obbeyville juga Blueberry.”

“Sungguh?” tanya pria itu tak percaya.

Maria tersenyum dan mulai meyakinkan pria itu, “Kota yang terletak di

kaki bukit dengan suhunya yang sejuk itu menjadi lahan yang baik untuk

tanaman Blueberry. Sehingga kota penghasil utama Blueberry di Kerajaan

Zirva itu terkenal dengan nama Blueberry sejak dulu kala.”

“Anda pasti baru membacanya dari perpustakaan keluarga Sidewinder

sehingga masih dapat mengingatnya dengan tepat,” kata pria itu tak percaya.

Maria meyakinkan pria itu lagi.

“Tanaman itu dibawa masuk dari Asia dan mulai dikembangkan di

Blueberry oleh nenek moyang keluarga Duke of Blueberry. Sebagian besar

perkebunan Blueberry dimiliki oleh Duke of Blueberry yang kini bernama

Shaw. Ia memiliki seorang putra dari istrinya, Chancy yang bernama

Alexander. Mereka tinggal di tepi Blueberry yang terletak kurang lebih tiga

mil dari Obbeyville.”

“Anda dapat mengetahuinya dari Mrs. Vye.”

“Bagaimana bila ini? Blueberry memiliki suatu mitos yang hingga kini

hanya sedikit orang yang mengetahuinya dan mitos itu berhubungan dengan

mitos yang ada di Obbeyville. Mitos tentang nama asli Blueberry, Blackblood.”

Pria itu terkejut mendengar kalimat terakhir Maria.

“Bagaimana Anda mengetahuinya?” tanyanya, “Hingga kini orang yang

mengetahui mitos itu hanya beberapa orang, termasuk saya. Tetapi saya

tidak mengetahuinya sejauh yang Anda ketahui. Sebelumnya saya tidak

mengetahui nama asli Blueberry.”

“Saya telah mengatakan tidak tahu pada Anda. Saya tidak ingat dari

mana saya mengetahuinya, tetapi di dalam ingatan saya hal itu masih ada.”

Maria menyembunyikan keterkejutannya di balik sikapnya yang tenang.

Ia merasa terkejut pada dirinya sendiri yang berusaha meyakinkan pria itu 54

Page 55: Gadis Misterius

bahwa ia mengetahui banyak mengenai Blueberry.

Ia tidak mengerti mengapa ia melakukannya. Biasanya ia tidak

berusaha meyakinkan orang bila dipandangnya tidak perlu. Ia mencoba

menemukan jawaban atas pertanyaan yang bergaung di kepalanya.

“Dapatkah Anda menceritakan lebih banyak lagi kepada saya mengenai

mitos yang Anda ketahui?”

Maria memperhatikan sungai yang mengalir tenang di hadapannya.

Kemudian ia memandang wajah pria itu. “Apakah Anda mengetahui mitos

sungai ini?” tanyanya.

Pria itu menganggukkan kepala.

“Di samping mitos yang ada di Obbeyville dan Blueberry, masih ada

sebuah mitos lagi yang tidak dapat saya ceritakan kepada Anda. Tetapi saya

dapat mengatakan kepada Anda bahwa ketiga mitos yang hampir hilang itu

saling berkaitan.”

Maria memandang Sungai Alleghei lagi. Ikan-ikan yang semula

bersembunyi, mulai meninggalkan tempat persembunyiannya seolah-olah

mereka ingin mendengarkan cerita gadis itu.

“Mitos Blueberry bercerita mengenai pertempuran antara para dewa

dari Holly Mountain dengan setan. Sebenarnya para dewa itu bukan melawan

setan. Pertempuran dashyat yang berlangsung selama berminggu-minggu itu,

membuat dunia berguncang. Setelah pertempuran itu selesai dengan

kemenangan para dewa dari Holly Mountain, tanah tempat mereka bertempur

menjadi merah kehitam-hitaman.”

“Sebelum Anda melanjutkan cerita Anda, tolong jelaskan kepada saya

siapakah yang melawan para dewa dari Holly Mountain?” sela pria itu.

“Saya tidak dapat memberi tahu Anda. Mitos ketiga itu disembunyikan

dari semua orang kecuali suku itu. Tolong jangan bertanya lagi mengenai

mitos ketiga itu.”

Walaupun pria itu masih ingin mengetahui lebih banyak mengenai mitos

ketiga yang tak pernah didengarnya itu, tetapi ia menjawab, “Baiklah.”

“Dari tanah itu, muncullah beribu-ribu bunga yang berwarna merah

kehitam-hitaman, yang kini tinggal beberapa tangkai. Penduduk percaya

bunga itu adalah jelmaan darah para dewa dan setan yang meninggal dalam

pertempuran. Karena itu mereka memberinya nama Blackblood dan tanah

tempat mereka tumbuh juga dinamai Blackblood. Kemudian mereka mulai

melestarikan bunga yang mereka percayai suci itu,” kata Maria.55

Page 56: Gadis Misterius

“Mereka menanam bunga itu di halaman rumah mereka. Karena

mereka percaya dengan berbuat seperti itu, mereka akan terhindar dari mala

petaka.”

“Bagaimana mitos itu dapat menghilang?”

“Sejak nenek moyang Duke of Blueberry membawa dan

mengembangkan Blueberry di sana, mitos itu secara perlahan menghilang di

balik kesibukan mereka. Mereka mulai memelihara Blueberry daripada

Blackblood.”

“Apakah Anda menyalahkan keluarga Duke of Blueberry yang

membawa dan mengembangkan tanaman itu?”

Maria mendengar nada yang aneh dalam suara pria itu namun ia tidak

berkata apa-apa. Ia hanya dapat menduga pria itu takut ia tidak menyukai

segala yang berhubungan dengan kota asalnya, Blueberry.

“Saya tidak menyalahkan mereka. Duke of Blueberry pertama telah

melakukan sesuatu yang benar. Bila ia tidak memperkenalkan tanaman itu

kepada penduduk Blueberry, mungkin hingga kini mereka tidak akan

mencapai kemakmuran seperti ini.”

Mata Maria bertemu dengan mata pria itu. Jantungnya berdebar lebih

keras daripada semula.

Ia ingin terus menatap mata kelabu yang menatap tajam namun ramah

itu. Tetapi ia tahu ia harus meneruskan ceritanya. Ia memalingkan kepalanya

kepada Sungai Alleghei.

“Sifat penduduk Blackblood yang praktislah yang membuat mitos itu

semakin hilang sejalan dengan punahnya bunga Blackblood. Setelah memberi

nama pada bunga dan tanah tempat tumbuhnya bunga itu, mereka jarang

menyebutnya Blackblood. Mereka sering menyebut bunga itu ‘BB’ yang

merupakan kependekkan dari Blackblood. Dan tanaman Blueberry, bila

dipendekkan juga menjadi ‘BB’.”

Maria berhenti bercerita. Ia memandang sedih pada Sungai Alleghei. Ia

sedih akan nasib mitos yang ada di Blueberry.

“Itulah sebabnya nama Blackblood secara perlahan tetapi pasti berubah

menjadi Blueberry,” katanya mengakhiri ceritanya yang panjang.

“Apakah engkau memberi tahu orang lain mengenai mitos ketiga itu

kepada orang lain?” tanya pria itu.

Maria menggelengkan kepala. “Saya tahu mereka telah turun-temurun

menyembunyikan mitos itu dari orang luar. Saya tidak ingin merusak apa 56

Page 57: Gadis Misterius

yang mereka percayai itu.”

Pria itu tampak lega mendengar jawaban Maria. “Dari mana Anda

mengetahuinya?” gumamnya.

“Saya tidak ingat.”

“Apakah Anda berasal dari Holly Mountain?” tanya pria itu.

“Saya tidak tahu.”

“Anda seolah-olah berasal dari mitos itu. Anda mengetahui lebih banyak

mengenai mitos itu daripada kami.”

“Saya tidak mengerti mengapa saya mengetahui banyak mengenai

mitos itu. Tetapi saya merasa saya telah mengetahuinya sejak dulu, jauh

sebelum saya berada di Obbeyville.”

“Kapan Anda mengetahuinya?” tanya pria itu ingin tahu.

“Saat Mrs. Vye menceritakan mitos sungai ini kepada saya. Saya sendiri

juga tak mengerti mengapa saya lebih mengetahui dari ia yang telah tinggal

puluhan tahun di Obbeyville.”

“Mungkin Anda berasal dari Holly Mountain. Tidak ada yang dapat saya

pikirkan mengenai asal usul Anda selain Holly Mountain. Anda sangat

memenuhi syarat sebagai penghuni Holly Mountain.”

Maria tidak menghiraukan kata-kata pria itu, ia memandang langit yang

semakin cerah.

Sinar matahari telah memenuhi langit yang biru. Ia tidak segera

kembali ke Sidewinder House sebab ia yakin Lady Debora belum bangun.

Kemarin Lady Debora pergi sepanjang hari dan baru tiba ketika hari

menjelang malam.

Pria itu memperhatikan Maria yang sedang memandang langit. Ia tidak

ingin gadis itu segera pergi menuju Sidewinder House seperti kemarin. Ia

ingin bercakap-cakap dengannya, ia senang berbicara dengan gadis itu.

“Apakah yang Anda sukai dari anak-anak?”

Perlahan-lahan Maria memalingkan kepala dan mendapati mata kelabu

itu sedang memandangnya dalam-dalam seolah-olah ingin menahan dirinya.

“Pribadi anak-anak sangat unik. Mereka menyenangkan dan lucu,”

jawab Maria. “Mereka selalu mengatakan apa yang mereka pikirkan, yang

mereka inginkan. Tidak pernah ada kebohongan di antara mereka.”

“Bagaimana dengan anak-anak yang senang berbohong?”

“Mereka yang suka berbohong tidak mendapatkan pendidikan yang

baik dari orang tuanya. Mungkin orang tua mereka terlalu sibuk sehingga 57

Page 58: Gadis Misterius

kurang memperhatikan anak-anaknya.”

“Apakah Anda hendak mengatakan pertumbuhan seorang anak

dipengaruhi orang tua anak tersebut?”

“Pertumbuhan seorang anak tidak hanya dipengaruhi orang tua, tetapi

juga lingkungan. Tidak ada gunanya orang tua mengajarkan hal-hal yang baik

kepada anaknya, tetapi lingkungan tidak mendukung ajaran orang tua,” kata

Maria, “Anak-anak mudah terpengaruh lingkungan.”

“Anda membuat saya terkejut sejak pertemuan kita yang pertama.

Saya tidak tahu apa yang akan Anda perbuat untuk mengejutkan saya lagi,”

kata pria itu dengan tersenyum.

“Saya tidak pernah dengan sengaja membuat Anda terkejut. Saya juga

tidak merasa berbuat sesuatu yang dapat membuat Anda terkejut.”

“Anda tidak menyadari bahwa Anda membuat saya terkejut sejak

pertemuan pertama kita.”

“Dapatkah Anda memberi tahu saya apa yang saya lakukan sehingga

Anda terkejut?” tanya Maria ingin tahu.

“Pertama, saya tidak pernah menduga Anda sangat cantik. Benar-benar

seperti bidadari.”

Maria menundukkan kepala mendengar pujian itu. Ia tidak mengerti

pada dirinya sendiri yang merasa senang mendngar pujian pria itu.

Ia sering menerima pujian dari orang-orang di sekitarnya tetapi ia tidak

pernah merasa senang seperti ini. Rasanya seperti mendapatkan sesuatu

yang sangat langka dan berharga.

Pria itu tersenyum melihat pipi Maria bersemu merah, “Saya tidak tahu

manakah yang lebih cantik, saat wajah Anda memerah atau saat Anda

tersenyum manis. Tetapi Anda telah membuat saya tidak dapat tidur

semalam.”

“Maafkan saya. Saya tidak tahu bahwa saya membawa masalah kepada

Anda,” Maria memandang pria itu dengan tatapan yang menampakkan

penyesalannya.

“Anda tidak bersalah atas kesukaran tidur saya. Saya merasa senang

dapat membayangkan wajah Anda yang cantik sepanjang malam.”

Pria itu tersenyum melihat Maria menundukkan kepalanya lagi, “Kedua,

saya tidak menduga Anda akan menjadi idola anak-anak. Ketiga, saya tidak

menyangka Anda sangat mengetahui mengenai mitos itu. Dan terakhir, Anda

mengejutkan saya dengan kata-kata Anda mengenai anak-anak.”58

Page 59: Gadis Misterius

“Mengapa Anda tidak menyangka bahwa saya akan disukai anak-

anak?” tanya Maria.

“Saya bukan tidak percaya Anda akan disukai anak-anak. Saya sering

melihat teman wanita saya lebih memperhatikan dirinya sendiri daripada

anak-anak. Karena itu saya terkejut ketika mendengar Anda disukai anak-

anak.”

“Rupanya kekasih Anda tidak menyukai anak-anak sedangkan Anda

menyukai anak-anak,” kata Maria dengan perasaannya yang aneh.

“Saya tidak mempunyai kekasih sejak saya lahir hingga kini,” kata pria

itu, “Saya menyukai anak-anak, tetapi saya tidak mengetahui banyak tentang

mereka seperti Anda. Saya akan percaya bila Anda mengatakan Anda

seorang bidadari yang berasal dari Holly Mountain.”

“Maaf saya mengecewakan Anda. Benar saya tidak ingat dari mana

saya berasal, tetapi saya merasa asal saya bukan dari gunung, walau saya

merasa tempat asal saya sangat tinggi dan sejuk seperti gunung.”

“Mungkin Anda berasal dari Istana para dewa di Holly Mountain.”

“Saya tidak tahu. Saya tidak dapat menembus kabut pekat yang

menyelubungi masa lalu saya. Saya merasa seperti berada di dalam

kegelapan yang kelam bila saya berusaha menyibakkan kabut itu.”

Maria berusaha berbicara dengan tenang untuk menyembunyikan

kesedihannya.

“Jangan sedih, ingatan Anda akan pulih walau membutuhkan waktu

yang lama,” hibur pria itu. “Anda beruntung masih dapat hidup hingga kini.”

“Ya, saya sangat beruntung dapat diselamatkan oleh wanita sebaik Mrs.

Vye. Saya merasa mengenal seseorang yang mirip Mrs. Vye. Orang itu juga

baik hati seperti Mrs. Vye dan ia juga sangat menyayangi saya.”

“Mungkin orang itu adalah ibu Anda.”

“Saya tidak ingat, tetapi hal itu mungkin benar. Seorang anak lebih

dekat dengan ibunya daripada orang lain.”

“Hubungan seorang anak memiliki hubungan batin dengan ibunya.”

“Anda juga mengetahuinya.”

“Saya hanya mengetahui sedikit,” kata pria itu.

Maria melihat langit yang makin terang. Sinar matahari telah

menyentuh seluruh permukaan bumi. Langit sebelah barat juga telah terang.

Awan-awan putih telah berlari-lari di langit yang biru.

“Apakah Anda akan kembali?” tanya pria itu cemas.59

Page 60: Gadis Misterius

Pria itu semakin cemas tatkala Maria tidak segera menjawab

pertanyaannya.

Gadis itu terus memandang awan yang berkejar-kejaran. Ia ingin

mengenal gadis itu lebih jauh. Ia ingin Maria menemaninya di tepi sungai ini

sambil bercakap-cakap.

Entah mengapa sejak pertemuannya yang pertama dengan gadis itu, ia

tidak dapat melupakannya. Ia tidak dapat memikirkan yang lain tentang gadis

itu selain ia berasal dari Holly Mountain. Ia juga tidak dapat membayangkan

gadis itu berada di tempat lain.

Ia merasa gadis itu sangat cocok dengan pemandangan tepi Sungai

Alleghei yang indah di pagi hari. Gadis itu tampak seperti menyatu dengan

alam ketika berada di tepi Sungai Alleghei.

“Saya harus kembali. Saya harus membantu mereka.” Akhirnya Maria

menjawab pertanyaan pria itu setelah terdiam cukup lama.

“Apakah Anda tidak dapat menunda kepergian Anda?”

Pria itu bertanya dengan tenang, namun Maria tahu pria itu berharap ia

dapat menunda kepergiannya.

“Saya juga ingin berbicara dengan Anda lebih lama lagi tetapi saya

harus membantu mereka. Mereka benar-benar membutuhkan bantuan saya,”

kata Maria tenang.

Pria itu terdiam kemudian berkata, “Baiklah, saya tidak akan memaksa

Anda. Perkenankan saya untuk mengantar Anda.”

“Saya khawatir saya akan menolaknya. Saya ingin berjalan kaki,” kata

Maria sembari tersenyum.

Pria itu tidak mau ditolak. Ia tahu tidak ada gunanya ia memaksa Maria,

tetapi ia ingin mengantar Maria kembali ke pondok Mrs. Vye.

Ia berharap sambil mengantar Maria, ia dapat berbicara lebih banyak

dengannya. Ia mempunyai cara lain, tetapi ia tidak tahu apakah gadis itu

akan menyukainya.

“Maafkan saya,” bisik pria itu sembari mengangkat tubuh Maria.

Maria terkejut hingga tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolak pria

itu. Ia membiarkan pria itu membopongnya ke kudanya kemudian

menaikkannya ke punggung kuda itu.

Jantung Maria berdebar sangat kencang sewaktu pria itu mengangkat

tubuhnya. Maria tidak menyadari tangannya telah melingkari leher pria itu

ketika pria itu membawanya ke kudanya.60

Page 61: Gadis Misterius

Ia menundukkan kepala, ingin menyembunyikan wajahnya yang terasa

panas ketika tangan kekar pria itu mengangkat tubuhnya.

Maria merasa detak jantungnya semakin cepat ketika pria itu duduk di

belakangnya. Tangan kiri pria itu memeluk pinggangnya yang ramping serta

menarik tubuhnya mendekat. Sedangkan tangannya yang lain memegang tali

kendali kuda.

“Mengapa Anda terus menundukkan kepala?” bisik pria itu di telinga

Maria, “Apakah Anda merasa malu karena penduduk Obbeyville melihat kita?”

Maria baru menyadari penduduk mulai berbisik-bisik di sekitarnya

melihat mereka berdua ketika pria itu bertanya kepadanya. Ia tidak merasa

malu karena dilihat penduduk Obbeyville. Ia merasa aneh sejak pria itu

mengangkat tubuhnya.

“Apakah saya membuat Anda takut?” tanya pria itu ketika Maria tidak

segera menjawab pertanyaannya.

Maria menggelengkan kepalanya, tetapi ia tetap menundukan kepala. Ia

ingin melihat wajah pria itu, tetapi ia takut menganggu perhatian pria itu ke

kudanya.

“Apakah ini pertama kalinya Anda berkuda terutama bersama pria?”

“Saya tidak tahu,” kata Maria, “Saya merasa ini bukan pertama kalinya

saya berkuda tetapi…”

“Tetapi apa?” tanya pria itu.

“Saya tidak dapat mengerti perasaan saya dan diri saya sendiri. Saya

merasa kembali berada di dalam kabut pekat itu.”

“Mungkin sebelum ini Anda sering berkuda bersama pria,” kata pria itu.

Maria memalingkan kepalanya ke wajah pria itu ketika mendengar nada

bicaranya yang aneh. Sesaat ia melihat mata pria itu tampak sedih dan

terkejut pada gerakannya yang tiba-tiba.

Pria itu memandang menuduh padanya. “Hati-hati! Anda dapat jatuh

bila Anda bergerak tiba-tiba seperti ini,” katanya dengan mengetatkan

pelukannya pada pinggang Maria.

“Maafkan saya,” kata Maria lirih.

Dengan perlahan, Maria memalingkan kepalanya ke arah jalanan. Ia

baru menyadari kuda itu berjalan lambat tatkala ia memandang jalanan.

Rupanya sejak tadi ia tidak menyadari hal yang lain kecuali debaran

jantungnya yang semakin cepat dan perasaannya yang aneh, perasaan yang

belum pernah dirasakannya sebelumnya.61

Page 62: Gadis Misterius

“Mengapa kita berjalan lambat?” tanyanya.

Pria itu diam saja. Ia ragu menjawab pertanyaan Maria, tetapi akhirnya

ia menjawab, “Maafkan saya. Saya sengaja melambatkan kuda ini karena

saya masih ingin berbicara dengan Anda.”

Tanpa disadarinya, kepalanya telah bersandar pada bahu pria itu. “Kita

dapat bertemu lagi esok pagi.”

“Apakah kita tidak dapat bertemu selain pagi hari?”

“Saya kira kita tidak dapat bertemu di lain waktu selain pagi hari. Waktu

luang saya hanya pagi hari. Sepanjang hari saya sibuk.”

“Apakah yang membuat Anda sibuk?” tanya pria itu. “Anda sibuk

membantu Mrs. Vye atau bermain dengan anak-anak?”

“Keduanya,” jawab Maria singkat.

Pria itu diam saja mendengar jawaban Maria. Kemudian ia memacu

kudanya lebih kencang. Ketika pondok Mrs. Vye terlihat di kejauhan, ia

merasa sedih harus berpisah dari gadis itu.

62

Page 63: Gadis Misterius

5

Mereka berjalan meninggalkan Sidewinder House.

Langit barat masih memerah. Bulan bersinar pucat diiringi bintang-

bintang di balik awan hitam yang menutupi langit malam. Lolong serigala

terdengar di kejauhan, di bukit yang tak jauh dari Obbeyville.

Angin malam bertiup kencang mempermainkan daun-daun di kegelapan

malam. Bunyi gemerisik dedaunan membuat suasana di kota kecil yang sepi

itu semakin mencekam.

Bayangan pepohonan terus memanjang ke Sungai Alleghei. Dari

kejauhan, sungai itu tampak mencekam. Permukaan airnya berkilau-kilau

tertimpa cahaya bulan yang sesekali menampakkan diri dari balik awan gelap

yang menyelimuti langit malam.

Melihat keindahan Sungai Alleghei di malam hari itu, Maria ingin pergi

ke sana, tetapi ia tahu Mrs. Vye tidak akan mengijinkannya. Mrs. Vye sangat

mempercayai mitos dan takhayul seperti umumnya penduduk Obbeyville.

Tiada canda tawa anak-anak yang senantiasa menambah maraknya

kota kecil itu. Tiada anak-anak yang senantiasa berkeliaran di segala sudut

Obbeyville. Anak-anak telah kembali ke rumah masing-masing.

Penduduk menutup rapat pintu rumah mereka. Mereka takut keluar

pada malam hari di musim panas.

Sesaat sebelum matahari menyembunyikan wajahnya, mereka telah

mengunci diri di rumah mereka masing-masing.

Mereka mempercayai awan gelap yang senantiasa menghiasi langit

malam musim panas merupakan suatu tanda dari para dewa bagi mereka

agar bersembunyi dari kejaran para setan.

Siang hari yang panas merupakan angin yang dibawa para setan dari

neraka yang panas, sedangkan malam musim panas adalah saat yang tepat

bagi para setan untuk menghasut manusia.

Saat di mana manusia sedang lengah.

Saat manusia tidak sesibuk musim semi.

Saat matahari bersinar memerah seperti api di ujung barat.

Dari arah matahari yang memerah itulah para setan itu datang. 63

Page 64: Gadis Misterius

Demikianlah yang mereka percayai.

Mereka berjalan cepat tanpa banyak bicara. Mrs. Vye tampak sangat

tegang berjalan menembus kegelapan malam yang semakin pekat. Langit

barat terasa semakin kelam setiap kali mereka menapakan kaki.

Berlainan dengan Maria yang tampak sangat tenang. Gadis itu berjalan

teramat tenang membuat Mrs. Vye merasa heran melihatnya. Wajahnya yang

senantiasa ceria tidak tampak tegang sedikitpun.

Maria segera menuju dapur sesampainya mereka di pondok. Ia memulai

mengerjakan apa yang menjadi tugasnya akhir-akhir ini. Seperti biasanya, ia

mengerjakannya dengan cepat dan terampil.

Mrs. Vye yang memandang Maria dari tempatnya menanti tampak

terpesona oleh tangan gadis itu yang cekatan dan sangat terampil. Ia

tersenyum melihat gadis itu. Ia merasa sangat beruntung dapat bertemu

dengannya.

“Mengapa Anda tersenyum, Mrs. Vye?” tanya Maria sambil meletakkan

seteko teh di tengah meja.

“Aku merasa sangat beruntung sekali dapat berjumpa denganmu,” kata

Mrs. Vye.

Maria membalas senyuman Mrs. Vye. “Saya juga merasa beruntung

dapat bertemu dengan wanita sebaik Anda, Mrs. Vye.”

“Andaikan engkau putriku,” gumam Mrs. Vye.

“Saya telah menganggap Anda sebagai ibu saya. Anda telah merawat

dan menjaga saya seperti merawat putri Anda sendiri, karena itu anggaplah

saya ini putri Anda,” kata Maria, “Saya memang tidak sama dengan putri

Anda, tetapi saya berharap saya tidak membuat Anda kecewa.”

“Engkau membuatku sangat bangga. Engkau juga sering membuatku

merasa terkejut, heran dan segala macam perasaan yang membuatku harus

berpikir.” Mrs. Vye tersenyum seolah-olah tersenyum pada dirinya sendiri.

“Saya benar-benar menyesal membuat Anda merasakan perasaan

seperti itu. Saya tidak pernah menduga bahwa saya akan mengusik

ketenangan batin Anda.”

“Jangan menyesal apalagi meminta maaf. Ini semua bukan salahmu.

Aku merasa seperti mendapat hiburan dari perasaan itu. Aku yang biasanya

selalu merasa marah kepada Baroness Lora, kini tidak lagi. Aku mulai dapat

mengendalikan emosiku kepadanya.”

“Bukan karena sayalah perasaan Anda dapat Anda kendalikan, sejak 64

Page 65: Gadis Misterius

semula Anda pandai menguasai perasaan.”

“Tidak hanya aku yang merasakan perubahan sejak kedatanganmu.

Mrs. Fat, Mr. Liesting, dan Mrs. Dahrien juga merasakan perubahan itu. Tadi

pagi mereka mengatakan kepadaku bahwa kehidupan yang semula terasa

membosankan di Sidewinder House kini terasa lebih hidup sejak

kedatanganmu.”

“Anda semuanyalah yang telah menghidupkan suasana di rumah itu.

Saya hanya berperan kecil.”

“Peranmu tidak kecil, Maria. Sejak hari pertama kedatanganmu di sana,

engkau telah mulai membersihkan seluruh ruangan di Sidewinder House.

Engkau melarang kami mengerjakan tugas yang kaukatakan terlalu berat

bagi orang setua kami tetapi kami merasa hal itu telah menjadi bagian hidup

kami.”

“Sudah sewajarnya saya membantu Anda. Bukankah setiap orang harus

saling tolong menolong,” kata Maria merendahkan diri.

Maria menatap lembut wajah Mrs. Vye.

“Saya tidak tega melihat Anda yang seharusnya duduk tenang

menikmati hari tua tetapi bekerja keras pada keluarga yang seperti itu.

Mereka tidak hanya kikir tetapi juga tidak memperhatikan kesehatan para

pelayannya.”

“Kami telah berkerja puluhan tahun di sana sejak kami masih muda.

Aku telah bekerja pada keluarga itu sejak aku berusia enam belas tahun.

Bekerja keras telah menjadi bagian dari kehidupan kami, karena itu janganlah

membantu kami bila engkau tidak mempunyai tugas. Pergilah bermain

bersama anak-anak atau berjalan-jalan di sepanjang sungai.”

“Saran Anda bagus sekali, tetapi saya tidak dapat menahan diri untuk

tidak membantu Anda yang berusaha keras memenuhi segala keinginan

Baroness Lora dan putrinya sementara saya merasa mampu

mengerjakannya.”

“Engkau memang baik hati dan pengertian. Tetapi biarlah apa yang

telah berjalan terus berjalan.”

“Saya harus belajar banyak dari Anda. Anda sangat setia pada keluarga

Sidewinder,” kata Maria mengganti topik.

Ia tidak ingin Mrs. Vye terus mendesaknya agar berhenti membantu

mereka. Bila Mrs. Vye telah memutuskan sesuatu, akan sulit untuk

membuatnya merubah pikiran.65

Page 66: Gadis Misterius

Maria yang mulai mengenal pribadi Mrs. Vye dalam waktu yang tak

lebih dari dua minggu ini, telah mengetahui baik hal itu. Tetapi Maria harus

mengakui bahwa tidak jarang pula ia berhasil membuat Mrs. Vye merubah

keputusannya.

Mrs. Vye tersenyum menyadari gadis itu sengaja mengganti topik. “Aku

tidak merasa engkau harus belajar dariku, aku merasa akulah yang harus

belajar banyak hal darimu.”

“Saya masih hijau di dunia ini dibandingkan Anda yang telah puluhan

tahun menghuni dunia ini. Saya belum mengetahui apa-apa.”

Mrs. Vye tersenyum mendengar kata-kata gadis itu yang terdengar

sangat tulus. “Engkau membuatku terkejut dengan segala yang telah engkau

lakukan.”

Maria telah menduga Mrs. Vye akan terkejut. Wanita tua itu berdiri di

depan Sidewinder House ketika pria itu mengantarnya ke pondok Mrs. Vye.

“Aku tidak pernah menduga engkau pandai memasak. Aku juga tak

pernah membayangkan engkau amat terampil mengurus rumah,” kata Mrs.

Vye sambil memandang wajah Maria lekat-lekat.

Maria terkejut mendengar kata-kata wanita tua itu, namun dengan

segera ia menguasai perasaannya lagi. Ia tidak menduga itulah yang

dimaksudkan Mrs. Vye. Dengan tenang, ia membalas tatapan mata Mrs. Vye.

“Tanganmu yang selalu cekatan dan terampil dalam mengurus rumah

membuat engkau seolah-olah terbiasa mengurus rumah. Aku semakin tidak

dapat menduga siapakah engkau di masa lalu.”

Mrs. Vye menggeleng sedih, “Terlalu banyak kenyataan yang berbeda

dengan apa yang kuduga. Hal-hal yang saling bertentangan dalam dirimu

terlalu banyak sehingga membuat aku semakin merasa bingung.”

“Janganlah Anda bingungkan masa lalu saya, saya juga tidak tahu siapa

saya di masa lalu. Biarkanlah waktu membuat segalanya jelas bagi saya

maupun bagi Anda.”

“Engkau benar. Kita hanya dapat berusaha sambil menanti waktu yang

telah ditentukan para dewa bagimu untuk mengingat kembali masa lalumu.”

“Masa lalu saya saat ini masih berada di dalam kegelapan, tetapi saya

percaya para dewa akan menunjukkan jalan bagi saya untuk menyibakkan

kegelapan itu,” kata Maria meyakinkan Mrs. Vye.

“Menurutku tak lama lagi Mrs. Dahrien akan sering mengajakmu

berbicara.”66

Page 67: Gadis Misterius

Mrs. Vye menjawab keheranan yang tercermin pada mata Maria, “Ia

senang berbicara dengan orang yang bijak.”

“Saya kurang bijak dibandingkan Anda semua termasuk Mrs. Dahrien

sendiri,” kata Maria merendahkan diri.

“Bagi Mrs. Dahrien engkau sangat bijaksana melebihi siapa pun. Ia juga

mengatakan bahwa ia harus banyak belajar darimu agar dapat sebijak

engkau,” kata Mrs. Vye dengan tersenyum.

“Saya juga harus banyak belajar dari Mrs. Dahrien agar menjadi sebijak

ia. Tiap orang juga harus banyak belajar agar menjadi lebih bijak. Belajar

tidak mengenal usia dan waktu.”

“Apa dikatakan Mrs. Dahrien memang benar. Sedikitpun aku tidak

meragukannya’” kata Mrs. Vye pada dirinya sendiri.

Mereka berdiam diri. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri.

Maria memandang keluar jendela. Tetapi ia tidak memperhatikan apa

yang tampak dari balik jendela. Ia memikirkan pria itu lagi, entah berapa kali

ia memikirkan pria itu sejak pertemuan pertama mereka.

Tak dapat dimengertinya mengapa ia selalu memikirkan pria itu. Ia

hanya menduga mungkin karena ia baru pertama kali berjumpa dengan pria

yang sebaik dia sejak ia berada Obbeyville.

Penduduk Obbeyville juga baik terhadap Maria, namun mereka tidak

pernah menganggapnya sebagaimana yang diinginkannya.

Mereka memperlakukannya seperti seorang dewi walau pun ia telah

berkali-kali mengatakan kepada mereka bahwa ia seorang manusia seperti

mereka juga.

Berbeda dengan pria itu. Pria itu juga menganggapnya sebagai bidadari

tetapi ia tidak memperlakukannya seperti orang suci yang bilamana

melakukan sesuatu di luar kebiasaan akan segera membicarakannya. Seperti

penduduk Obbeyville umumnya yang suka membicarakan dirinya.

Walaupun mereka tidak pernah membicarakan segala perbuatannya di

depan matanya, tetapi Maria tahu mereka membicarakan dirinya.

Ia menganggap hal itu wajar karena ia seorang gadis tak dikenal yang

tiba-tiba muncul tanpa diundang di Sungai Alleghei yang dikeramatkan

mereka. Terutama ketika mereka mengetahui ia kehilangan ingatannya.

Masa lalunya yang berada di dalam kegelapan itu membuat dirinya

menjadi misterius di mata penduduk Obbeyville, terutama Mrs. Vye.

Segala tindakan Maria sejak ia muncul dari pondok Mrs. Vye, membuat 67

Page 68: Gadis Misterius

Maria menjadi semakin penuh misteri.

Bukan hanya itu saja yang disukai Maria dari pria yang tak dikenalnya

itu. Pria itu juga sangat menyenangkan bila diajak berbicara. Mata kelabunya

selalu menatap tajam tetapi ramah pada dirinya setiap kali mereka bertemu.

Maria merasa wajahnya memanas saat ia teringat tangan pria itu yang

memeluknya erat-erat di punggung kudanya.

Hingga kini ia tak mengerti mengapa ia membiarkan pria itu

membopong tubuhnya kemudian mengantarnya pulang dengan kuda coklat

yang juga ditungganginya saat mereka bertemu untuk pertama kalinya.

“Siapa pria itu?” tanya Mrs. Vye tiba-tiba.

Jantung Maria serasa berhenti berdetak mendengar pertanyaan itu. Ia

tahu siapa yang dimaksudkan oleh Mrs. Vye tetapi ia tetap bertanya. “Pria

yang mana, Mrs. Vye?” Jantungnya berdetak cepat.

“Pria yang tadi pagi kulihat mengantarmu,” jawab Mrs. Vye tanpa

menyadari perubahan yang terjadi pada wajah Maria.

Wajah Maria terasa kian memanas dan memerah mendengar kata-kata

Mrs. Vye. Ia berusaha keras agar wajah serta suaranya tenang walau

sebenarnya bergejolak.

“Saya tidak mengenalnya,” jawab Maria jujur.

“Mengapa engkau membiarkan pria itu mengantarmu dengan

kudanya?” sela Mrs. Vye sebelum Maria melanjutkan kata-katanya.

“Kemarin pagi kami telah bertemu. Saya tidak mengetahui namanya,

tetapi saya tahu ia berasal dari Blueberry. Ia baik hati, saya yakin ia tidak

mempunyai maksud yang buruk terhadap saya,” jawab Maria.

“Blueberry?” ulang Mrs. Vye.

Maria menganggukkan kepalanya. Ia berusaha untuk bersikap setenang

mungkin.

“Di manakah kalian bertemu?”

“Kami bertemu di tepi Sungai Alleghei.”

“Mengapa aku tak pernah bertemu dengannya? Selama dua hari ini

engkau dan aku pergi bersama-sama menyusuri sungai itu,” kata Mrs. Vye.

“Kami bertemu tak lama setelah Anda pergi ke Sidewinder House,”

jawab Maria.

“Seperti apakah pria itu?” tanya Mrs. Vye.

“Saya khawatir saya tidak dapat menggambarkan pria itu dengan baik.

Saya hanya dapat mengatakan pria itu ramah terhadap saya, ia juga seorang 68

Page 69: Gadis Misterius

yang penuh pengertian.”

Tak puas dengan jawaban Maria, Mrs. Vye bertanya lagi, “Apakah pria

itu tampan?”

Sekali lagi Maria mengangguk perlahan.

“Siapakah pria itu?” tanya Mrs. Vye pada dirinya sendiri. Kemudian Mrs.

Vye menatap tajam Maria. “Apakah ia tidak memberi tahumu namanya?”

“Apakah ia mengetahui namamu?” tanya Mrs. Vye ketika melihat Maria

menggelengkan kepalanya.

Sekali lagi Maria menggelengkan kepala.

“Aneh,” kata wanita itu heran, “Apa yang kalian lakukan selama di

sana?”

“Kami hanya berbicara tentang banyak hal. Tak seorangpun dari kami

yang membicarakan mengenai diri kami masing-masing. Pria itu menanyakan

mengenai diri saya pada pertemuan kami yang pertama.”

“Apa yang kaukatakan padanya?” sela Mrs. Vye.

“Saya menjawab bahwa saya hilang ingatan sehingga saya tidak dapat

menjawab pertanyaannya.”

“Bagus. Saat ini kita tidak tahu siapa dia, apakah ia orang baik atau

orang jahat. Berhati-hatilah padanya,” nasehat Mrs. Vye.

“Saya mengerti, Mrs. Vye. Saya akan selalu berhati-hati bila berjumpa

dengannya.”

“Bagus,” kata Mrs. Vye puas. “Bagaimana dengan pekerjaan barumu?”

“Saya menyukainya,” jawab Maria.

“Bagaimana engkau bisa menyukainya bila engkau harus melayani

wanita yang sombong seperti Tuan Puteri,” kata Mrs. Vye heran.

“Saya senang bisa membantunya. Seburuk apapun sifatnya, saya tidak

akan mempedulikannya. Saya akan terus berusaha membantunya sejauh

yang saya bisa.”

“Bagaimana bila ia memakimu? Bila engkau sudah lama bekerja

padanya, sikapnya tidak akan sebaik sekarang.”

“Bila ia memaki saya tentu ada kesalahan yang telah saya perbuat.

Saya akan menghindari kesalahan yang sama,” kata Maria tenang.

“Engkau tidak mengerti. Tuan Puteri dan Yang Mulia tidak hanya

memaki bila engkau melakukan kesalahan. Kadang-kadang mereka marah-

marah tanpa alasan yang jelas.”

“Saya akan mengambil tindakan yang tepat yaitu tidak memasukkan 69

Page 70: Gadis Misterius

makian mereka ke dalam hati bila demikian halnya. Biarlah mereka memaki

saya sekehendak hati mereka asalkan saya tidak merasa benci kepada

mereka, saya akan berusaha mengubah keburukan hati mereka.”

“Tidak akan berguna bila engkau berniat mengubah sifat mereka.

Mereka tidak akan mau mendengarkan kata-katamu. Mereka hanya mau

bergaul dengan orang yang kaya seperti mereka.”

“Setiap orang tidak boleh berputus asa sebelum mencobanya, Mrs. Vye.

Walaupun mereka tidak mau mendengarkan saya, saya tidak akan berhenti

sebelum mereka mau berubah.”

“Aku mengerti engkau bermaksud baik. Tetapi ikutilah nasehatku,

jangan mencoba merubah sifat buruk yang telah mendarah daging pada diri

mereka,” kata Mrs. Vye dengan menggengam tangan Maria di permukaan

meja, “Biarkanlah hati mereka dipenuhi oleh kebencian asalkan hatimu tidak

dipenuhi kebencian.”

“Kita tidak dapat membiarkan orang lain terus terjerumus ke dalam

dosa, Mrs. Vye. Setiap orang mempunyai tugas menuntun kembali sesamanya

yang tersesat ke jalan yang benar, seperti yang diajarkan Yesus sendiri.”

“Baiklah, Mrs. Vye. Aku tidak akan mencoba menghentikanmu lagi,

tetapi jangan terlalu memaksakan diri. Aku tidak ingin terjadi sesuatu

padamu.”

“Terima kasih, Mrs. Vye. Saya berjanji akan berusaha sebaik mungkin

tanpa menyinggung perasaan mereka.”

“Engkau harus memegang teguh janjimu. Bila terjadi sesuatu padamu,

Mr. Liesting, Mrs. Fat serta Mrs. Dahrien akan marah padaku. Mereka sangat

menyayangi engkau,” kata Mrs. Vye.

Maria tersenyum pada Mrs. Vye, “Saya juga menyayangi mereka semua

termasuk Anda dan segala yang ada di Obbeyville. Saya mencintai suasana di

sini, keindahannya, cuacanya. Saya mencintai segalanya.”

“Andaikan Tuan Puteri dan Yang Mulia sepertimu,” gumam Mrs. Vye.

“Saya yakin mereka juga mencintai tempat ini. Bukankah mereka juga

berasal dari Obbeyville?”

“Aku tidak yakin. Walaupun mereka berasal dari Obbeyville, tetapi

mereka lebih menyukai kota-kota besar seperti Blueberry.”

“Mengapa mereka seperti itu? Bukankah setiap orang mencintai tanah

tempat tinggalnya, tanah tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan.”

“Tetapi itulah kenyatannya. Mereka sering mengeluh karena harus 70

Page 71: Gadis Misterius

tinggal di kota kecil seperti ini. Mereka menjadi semakin sering mengeluh

akhir-akhir ini. Ingin rasanya aku memaki mereka, tetapi apa yang dapat

dilakukan oleh pengurus rumah tangga tua seperti aku,” keluh Mrs. Vye.

“Anda tidak boleh memarahi mereka. Betapa pun besarnya kesalahan

mereka tetapi kita tidak boleh memarahi mereka sekali pun mereka bukan

majikan kita,” kata Maria, “Kita harus dapat memberi pengertian kepada

mereka. Kita harus bersabar dalam menghadapi segala hal.”

“Berkepala dingin dalam menghadapi segala hal, maksudmu?”

Maria menganggukkan kepala.

“Pantas saja engkau selalu tampak tenang dalam segala hal. Walaupun

tadi pagi kudengar Tuan Puteri marah-marah,” kata Mrs. Vye.

“Ia marah karena ia terlambat bangun lagi. Katanya janjinya yang

kemarin dindur hingga hari ini, tetapi karena ia terlambat bangun maka mau

tidak mau janjinya harus mundur lagi,” Maria menerangkan kepada Mrs. Vye.

“Ia memang selalu begitu. Ia tidak pernah mengatakan secara jelas

perintahnya kepada orang lain tetapi ia ingin hasil yang sempurna baginya,”

kata Mrs. Vye.

Maria hanya menganggukkan kepalanya mendengar kata-kata Mrs. Vye.

Dalam beberapa hari ini ia telah mengenal sifat Baroness Lora maupun

Lady Debora. Dan ia membenarkan kata-kata Mrs. Vye. Baik sifat maupun

rupa kedua orang itu sangat mirip.

Keduanya sering meninggalkan rumah. Kadang pagi-pagi sekali mereka

pergi dan baru larut malam mereka pulang. Tidak ada yang tahu mereka

pergi ke mana. Yang jelas mereka pergi ke pertemuan penting bagi mereka.

Mereka selalu mengenakan pakaian mewah baik bila meninggalkan

Sidewinder House maupun di dalam Sidewinder House. Tatanan rambut

mereka pun tak mau kalah dari orang-orang kaya lainnya.

Maria bersyukur Lady Debora menyukai tatanan rambut yang diaturnya.

Wanita itu tak pernah mengeluh pada tatanan rambutnya. Maria selalu

berusaha menyisir rambut wanita itu dengan rapi dan sesuai selera wanita

itu.

Ia juga memaklumi sikap Lady Debora yang seperti tidak peduli akan

tatanan rambutnya yang diakui Mrs. Vye lebih baik dari yang bisa dilakukan

Mrs. Vye sendiri.

Tanpa disadarinya, ia semakin membuat Mrs. Vye merasa bingung

padanya, terutama dirinya di masa lalu. Semakin hari Mrs. Vye semakin tidak 71

Page 72: Gadis Misterius

dapat menebak diri Maria.

Andaikan Maria seorang putri bangsawan, mengapa gadis itu sangat

pandai dalam merawat rumah? Tidak mungkin seorang putri bangsawan yang

selalu dikelilingi banyak pelayan akan tampak seperti biasa mengurus

rumahnya sendiri.

Walaupun bila sang putri itu sendiri menginginkannya, orang tuanya

pasti tidak akan mengijinkannya ikut mengerjakan tugas pelayan. Hal itu tak

disangsikan oleh siapa pun.

Tetapi bila gadis itu bukan putri bangsawan, mengapa ia mempunyai

keanggunan bangsawan? Sikap dan tutur katanya yang sopan menunjukkan

ia berasal dari keluarga bangsawan. Gaun serta kalung yang ditemukan

bersamanya juga memperkuat dugaan itu.

Kemungkinan lain yang pernah timbul dalam benak Mrs. Vye adalah

Maria berasal dalam lingkungan keluarga yang tidak memiliki pelayan tetapi

masih memiliki darah bangsawan.

Kemungkinan ini juga tidak cocok. Mengapa Maria memiliki kalung dan

gaun yang sangat indah bila ia berasal dari keluarga yang tidak sekaya

bangsawan umumnya?

Gadis itu tidak mungkin mendapatkan gaun dan perhiasan itu dari

orang lain. Mrs. Vye telah mengenal baik sifat Maria dalam beberapa hari ini

yang selalu menolak halus pemberian yang ditujukan padanya.

Ia percaya Maria adalah gadis yang sangat disayangi oleh semua orang

karena kebaikan hatinya. Gadis itu selalu tahu di mana ia harus

menempatkan dirinya dalam situasi apa pun.

Gadis itu telah menawan hati semua orang di Obbeyville baik tua atau

muda bahkan anak-anak dalam dua hari sejak kesembuhannya.

Mrs. Vye benar-benar kebingungan memikirkan masa lalu Maria. Satu-

satunya yang memenuhi segala syarat itu hanyalah Maria berasal dari Holly

Mountain.

Gadis itu adalah bidadari yang cantik, anggun, bijaksana, rendah diri,

rajin serta disukai banyak orang. Hanya itulah yang kini ada di benak Mrs.

Vye.

Seperti hari sebelumnya, Maria terus membayangkan pria itu hingga

menjelang tidur. Bahkan di dalam mimpi pun ia melihat pria itu. Tidak dapat

dimengertinya mengapa ia terus memikirkan pria yang tidak diketahui

namanya itu.72

Page 73: Gadis Misterius

Pagi ini pun ia berharap dapat bertemu dengan pria itu lagi. Pagi ini

Maria tampak berbeda dari hari-hari sebelumnya. Rambutnya yang panjang

semakin terlihat bercahaya karena baru saja dicucinya.

Rambutnya panjangnya yang bercahaya itu membuat Mrs. Vye

terkagum-kagum.

“Rambutmu benar-benar indah, selalu bersinar seperti sinar matahari

pagi. Aku ingin sekali mempunyai rambut seperti ini yang lembut seperti

sutra dan bersinar seperti cahaya matahari.” kata Mrs. Vye sambil terus

menyisir rambut panjang Maria.

“Rambut saya menjadi halus dan bersinar seperti ini karena baru

dicuci,” kata Maria merendahkan diri.

“Rambutmu selalu terlihat indah dalam keadaan seperti apa pun,” kata

Mrs. Vye dengan senyuman yang menghiasi wajah bulatnya yang keriput.

“Terima kasih, Mrs. Vye,” kata Maria, “Saya yakin rambut Anda waktu

Anda masih muda juga sangat indah.”

“Rambutku dulu juga indah tetapi tidak pernah seindah rambutmu.

Sekarang rambutku sudah memutih semuanya, tidak terlihat indah lagi,” kata

Mrs. Vye.

“Anda jangan berkata seperti itu,” kata Maria, “Keindahan seseorang

tidak hanya dilihat dari rambutnya, tetapi hatinya.”

“Apakah engkau selalu menilai orang melalui hatinya?” tanya Mrs. Vye

ingin tahu.

Maria menganggukkan kepala. “Saya selalu menilai orang lain dengan

melihat hatinya. Bagi saya tidak akan ada artinya bila seseorang itu cantik

atau tampan tetapi hatinya buruk.”

“Engkau benar-benar bijaksana memilih menilai orang tidak melalui

penampilan tetapi hatinya. Aku harus menirumu dalam hal ini,” kata Mrs. Vye.

“Hal itu sudah ditanamkan orang tua saya pada diri saya sejak saya

masih kecil,” kata Maria.

Ia terkejut akan ucapannya sendiri. Ia berusaha mengingat wajah orang

tuanya serta nasehat-nasehat mereka, tetapi ia masih tidak dapat membuka

tabir yang menutupi masa lalunya itu.

“Jangan sedih, Maria. Ingatanmu perlahan-lahan akan pulih kembali,”

kata Mrs. Vye menghibur, “Sudah suatu kemajuan engkau dapat mengingat

nasehat orang tuamu. Aku yakin mereka adalah orang tua yang baik.”

“Saya juga merasakan hal itu,” kata Maria.73

Page 74: Gadis Misterius

Kemudian Mrs. Vye berbicara mengenai mitos malam musim panas

pada Maria untuk mengalihkan perhatian gadis itu dari masa lalunya yang kini

berada di balik kegelapan.

Ia senang Maria mendengarkan setiap kata-katanya dengan cermat dan

selalu menanggapinya bila ada mitos yang salah. Berulang kali Maria

membetulkan cerita mitos malam musim panas yang diketahui Mrs. Vye.

Begitulah Maria, gadis itu selalu seperti berasal dari mitos itu sendiri

bila telah berbicara mengenai mitos itu. Ia lebih banyak mengetahui

mengenai mitos itu dari semua penduduk Obbeyville. Bahkan seluruh

penduduk Kerajaan Zirva, menurut Mrs. Vye.

Maria selalu mendengarkan baik-baik segala yang dikatakan orang lain

kepadanya. Tanpa mempedulikan kata-kata itu penting atau tidak, ia selalu

mengingat semua kata orang lain dalam benaknya.

Sesuatu dalam dirinya selalu mengingatkan untuk selalu mencatat

segala yang dikatakan orang lain di dalam benaknya, tidak peduli kata-kata

itu penting atau tidak.

Mrs. Vye merasa enggan saat ia harus kembali ke Sidewinder House. Ia

tidak ingin meninggalkan Maria seorang diri di sungai itu. Ia ingin mengetahui

pria yang telah mengantar Maria pulang kemarin.

Walaupun gadis itu tidak menolak bila Mrs. Vye terus menemaninya

hingga pria itu muncul, tetapi sesuatu telah membisikkan ke telinganya untuk

membiarkan Maria berdua dengan pria itu.

Sebagai orang yang mempercayai mitos, Mrs. Vye percaya bisikan itu

berasal dari para dewa di Holly Mountain. Ia semakin percaya pria itu tidak

bermaksud buruk kepada Maria ketika mendengar bisikan itu.

“Aku percaya pria itu bukan orang jahat, tetapi engkau tetap harus

berhati-hati,” pesan Mrs. Vye sebelum meninggalkan Maria.

Maria menganggukkan kepalanya dan memandang Mrs. Vye yang terus

berjalan menjauh.

Ketika membalikkan badan untuk melanjutkan perjalanannya, ia

terkejut ketika melihat pria itu telah berdiri di sisinya. Pria itu berdiri sangat

dekat darinya.

Jantung Maria kembali berdebar ketika ia menyadari jarak mereka yang

sangat dekat itu. Ia percaya bila tadi ia membalikkan badan sambil

melangkah, ia akan menubruk pria itu.

“Anda membuat saya terkejut,” kata Maria setelah menguasai 74

Page 75: Gadis Misterius

perasaannya lagi.

“Rupanya saya selalu terlambat,” kata pria itu.

“Anda terlambat sedikit bila Anda ingin bertemu dengan Mrs. Vye. Ia

baru saja kembali ke Sidewinder House. Tetapi Anda dapat menemuinya di

Sidewinder House. Sepanjang hari Mrs. Vye berada di sana,” kata Maria.

“Bukan itu yang saya maksudkan. Saya tidak ingin bertemu dengan

Mrs. Vye untuk saat ini,” kata pria itu.

“Bila demikian halnya, mengapa Anda mengatakan Anda selalu

terlambat?” tanya Maria tak mengerti.

“Saya selalu terlambat untuk menjemput Anda di pondok Mrs. Vye.”

Wajah Maria memerah mendengar kalimat itu, “Mengapa Anda ingin

menjemput saya?”

“Saya ingin lebih lama berbicara dengan Anda. Saya berharap bila saya

dapat menjemput Anda di pondok Mrs. Vye, waktu saya untuk berdua dengan

Anda semakin lama,” kata pria itu.

Maria mendengar nada kecewa dalam kata-kata pria itu. Ia tidak

melakukan yang lain selain memandang wajah pria itu.

“Dapatkah Anda memberitahu saya pukul berapa Anda bangun pagi?”

tanya pria itu dengan sopan, “Saya merasa hari ini saya datang lebih pagi

dari kemarin tetapi saya masih terlambat.”

“Saya selalu bangun pagi-pagi sekali. Saya bangun sekitar pukul tiga

pagi,” jawab Maria.

Maria telah menduga pria itu terkejut mendengar jawabannya. Ia terus

memandang tenang melihat keterkejutan di mata kelabu itu.

“Mengapa Anda bangun pagi-pagi sekali?” tanya pria itu.

“Karena saya selalu melihat matahari terbit mengawali datangnya hari

baru. Tetapi di sini saya tidak dapat melihat matahari terbit,” jawab Maria.

“Rupanya Anda senang melihat matahari terbit. Mengapa Anda tidak

melihat matahari terbit dari Sidewinder House? Rumah itu cukup tinggi untuk

dapat melihat matahari terbit tanpa dihalangi pohon-pohon tinggi ini.”

“Saya juga pernah berpikir mengenai itu, tetapi saya lebih suka melihat

matahari terbit tanpa dihalangi pepohonan. Dari lantai teratas Sidewinder

House, saya melihat matahari yang terbit masih terhalangi pucuk-pucuk

pepohonan.”

“Saya tahu di mana Anda dapat melihat matahari terbit tanpa

terhalangi pepohonan,” kata pria itu.75

Page 76: Gadis Misterius

“Sungguh,” seru Maria senang.

“Besok saya akan menjemput Anda pagi-pagi sekali.”

“Mengapa?” tanya pria itu melihat keragu-raguan di mata Maria.

“Saya…saya… tidak bisa,” kata Maria ragu-ragu.

“Mengapa?” tanya pria itu lagi.

Melihat Maria diam saja, pria itu bertanya, “Apakah Anda tidak mau

pergi bersama saya? Apakah Anda tidak mempercayai saya?”

“Saya… saya mempercayai Anda. Tetapi…”

Pria itu diam saja. Ia tahu Maria masih ragu-ragu untuk melanjutkan

kata-katanya, tetapi gadis itu pasti akan menyelesaikan kalimatnya.

“Tetapi… saya ragu Mrs. Vye akan mengijinkan saya. Selain itu saya

tidak biasa pergi bersama pria lain selain…”

Kembali Maria menghentikan kata-katanya. Kali ini ia tidak berhenti

karena ragu-ragu tetapi karena tak dapat menemukan lanjutan kata-katanya

yang terdapat di balik kegelapan yang pekat.

“Saya tidak dapat pergi bersama pria yang tidak saya kenal baik,” kata

Maria mengganti kalimatnya.

Pria itu tersenyum aneh, “Apakah ini berarti Anda masih kurang

mempercayai saya?”

“Tidak,” kata Maria tenang, “Saya tidak mengatakan saya tidak

mempercayai Anda, saya sangat mempercayai Anda. Saya mengenal Anda

sebagai orang baik. Tetapi Anda harus mengerti saya tidak dapat pergi hanya

bersama Anda.”

“Mengapa? Apakah Mrs. Vye melarang Anda bertemu dengan saya?”

“Ia tidak melarang saya bertemu dengan Anda. Saya hanya tidak biasa

pergi berdua dengan pria selain… selain… dengan pria yang tidak dapat saya

ingat.”

“Baiklah. Saya tidak akan memaksa Anda,” kata pria itu, “Bagaimana

bila saya mengajak serta Mrs. Vye? Apakah Anda mau?”

“Saya ragu apakah Mrs. Vye bersedia.”

“Saya percaya Mrs. Vye akan setuju. Saya dan Mrs. Vye saling

mengenal baik,” kata pria itu, “Seperti saya mengenal baik bidadari cantik

yang ditemukannya ini.”

“Saya senang melihat wajah Anda memerah, Maria,” kata pria itu.

Semula Maria tidak menyadari pria itu menyebut namanya, ia hanya

diam saja. 76

Page 77: Gadis Misterius

“Bagaimana Anda mengetahui nama saya?” tanyanya ketika menyadari

hal itu.

Ia merasa tidak pernah menyebutkan namanya kepada pria itu, “Anda

mengetahuinya dari mereka?”

“Dari pembicaraan penduduk Obbeyville? Ya,” kata pria itu mengakui.

“Saya menjadi ragu pada Anda. Jangan-jangan Anda senang

membicarakan segala perbuatan seseorang seperti penduduk Obbeyville,”

kata Maria bergurau.

“Bila saya senang bersikap seperti itu, bagaimana saya harus

menghadapi Anda?” kata pria itu menanggapi gurauan Maria.

“Anda harus bersiap-siap dulu sebelum bertemu saya karena mungkin

saya akan menjadi lebih berbahaya bila telah mengetahui apa yang akan

Anda katakan sebelum Anda mengatakannya.”

“Benarkah itu?” tanya pria itu tertarik.

“Mengapa tidak? Bila Anda senang membicarakan segala tingkah laku

saya selama ini, tentu saya dapat dengan mudah menebak apa yang akan

Anda katakan,” kata Maria, “Dan sebelum Anda mengatakan sesuatu saya

mungkin akan menyerang Anda dulu dengan kata-kata yang sangat tajam

dan menyakitkan.”

“Saya ragu Anda akan berbuat seperti itu, Maria.”

“Bagi saya hal itu mungkin saja. Seseorang yang telah tersakiti hatinya

akan sangat memungkinkan untuk mengucapkan kata-kata kasar yang belum

pernah mereka katakan sebelumnya,” kata Maria.

“Bagaimana Anda mengetahuinya?” tanya pria itu, “Apakah Anda

pernah disakiti seseorang?”

“Walaupun saya tidak pernah disakiti tetapi saya mempercayai hal itu.

Semua orang akan mengucapkan segala kata-kata kasar yang tidak pernah

mereka katakan sebelumnya. Tetapi ada pengecualian untuk mereka yang

terbiasa mengucapkan kata-kata seperti itu dalam kehidupan sehari-harinya.”

Pria itu tersenyum “Anda juga termasuk suatu pengecualian. Saya yakin

Anda tidak akan mengucapkan kata-kata sekasar itu walaupun disakiti orang

lain.”

“Jangan terlalu yakin dengan pendapat Anda. Siapa pun bisa menjadi

tak terduga,” kata Maria memperingatkan.

“Saya setuju denganmu. Anda adalah salah satu orang yang tak pernah

terduga itu. Saya tidak pernah membicarakan orang lain di belakangnya 77

Page 78: Gadis Misterius

tetapi ada seseorang yang selalu memberi tahu saya segala berita yang ada

di Obbeyville.”

“Rupanya pengasuh Anda tidak pernah kehilangan suatu berita pun.

Saya yakin ia juga telah memberi tahu Anda mengenai segala yang telah saya

lakukan di Sidewinder House.”

“Saya terkejut mendengarnya, Maria. Saya tidak pernah menduga Anda

pandai menebak,” kata pria itu.

“Saya hanya secara kebetulan saja menebak dengan tepat,” kata Maria

merendahkan diri.

“Rasanya tidak adil bila hanya saya yang mengetahui nama Anda,” kata

pria itu, “Panggillah saya Al dan saya akan memanggil Anda Maria agar kita

tidak terlalu formal seperti ini.”

Maria terdiam. Ia merasa pernah mendengar nama itu. Ia sering

mengucapkannya di masa lalu, ia sangat menyayangi nama itu. Ia

menyayangi pemilik nama itu.

Pria itu juga sangat menyayanginya dan selalu melindunginya. Pria itu

selalu memperhatikannya dan memberikan yang terbaik baginya.

Tetapi siapa orang itu? Dan bagaimana rupa orang itu? Apa hubungan

pria itu dengannya?

Pertanyaan itu terus bergaung di telinganya saat Maria berusaha

menyibakkan tabir yang menutupi masa lalunya.

Suatu perasaan rindu muncul di dadanya saat ia terus berusaha

menyibakkan masa lalunya yang berada di balik kegelapan yang sangat pekat

itu.

“Ada apa?” tanya pria itu cemas.

Entah kapan Maria telah berada di dalam pelukan pria itu, tetapi saat

gadis itu mendapatkan kesadarannya kembali, ia telah berada di pelukan pria

itu.

“Tidak ada apa-apa. Terima kasih,” kata Maria sambil berusaha

melepaskan diri dari pelukan pria itu.

Pria itu mempererat tangannya yang merangkul pundak Maria. “Jangan

terlalu sopan lagi terhadapku, Maria,” katanya berbisik, “Apa yang terjadi,

Maria? Mengapa wajahmu memucat? Engkau tampak seperti akan pingsan,

apakah engkau kurang sehat?”

Jantung Maria berdetak semakin cepat ketika pria itu mempererat

pelukannya. Dengan hati-hati ia berusaha melepaskan diri dari pelukan pria 78

Page 79: Gadis Misterius

itu. Ia merasa kehilangan sekaligus lega ketika tangan pria itu menjauh dari

tubuhnya.

Dengan tenang ia berkata, “Tidak apa-apa. Terima kasih. Saya hanya

merasa sesuatu yang aneh saat Anda mengucapkan nama Anda. Saya…

saya… merasa sering menyebut dan mendengar nama itu. Tetapi saya

menyadari saya berada di kegelapan itu saat saya berusaha menemukan

orang yang sering saya panggil… Al.”

“Aku terkejut ada orang yang bernama sama denganku,” kata pria itu,

“Jangan sedih, Maria. Ingatanmu pasti akan kembali lagi.”

“Saya percaya ingatan saya akan kembali walau memakan waktu yang

lama,” kata Maria.

“Mengapa engkau menerima tugas menjadi pelayan Lady Debora,

Maria?” tanya Al mengganti topik pembicaraan agar tidak membuat Maria

menjadi semakin sedih mengingat masa lalunya yang berada di kegelapan

yang pekat itu.

“Mengapa Anda mempertanyakan hal itu?” Maria bertanya kepada pria

itu, “Apakah menurut Anda menjadi seorang pelayan adalah hal yang

memalukan?”

Pria itu terdiam. Ia terkejut mendengar pertanyaan Maria yang sukar

dijawab itu. “Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku hanya merasa heran

mengapa engkau mau menerima syarat mereka padahal mereka tidak

menyukaimu terutama Baroness Lora.”

“Saya merasa sangat berterima kasih kepada mereka terutama Mrs.

Vye yang telah merawat saya selama saya tidak sadarkan diri,” kata Maria

tenang.

“Tetapi mereka membencimu, Maria. Mengapa engkau sangat baik

hati? Engkau tidak hanya menjadi pelayan Lady Debora tetapi juga menjadi

pelayan rumah itu.”

“Saya menyenangi pekerjaaan itu. Saya senang dapat membantu Mrs.

Vye dan ketiga pelayan lainnya. Mereka sudah terlalu tua untuk

membersihkan rumah itu. Saya tidak tega melihat mereka, di samping itu

saya juga cepat merasa bosan bila tidak ada yang dapat saya lakukan.”

Pria itu tersenyum. “Engkau benar-benar seorang bidadari yang

sempurna di mata semua orang.”

“Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tidak ada makhluk yang tak

bercela,” kata Maria merendahkan diri.79

Page 80: Gadis Misterius

“Engkau sempurna di mataku, Maria.”

“Itu karena ini pertama kalinya Anda menemukan seorang gadis tak

dikenal membuat Anda merasa terkejut berulang kali dengan hal-hal yang tak

pernah Anda duga sebelumnya,” kata Maria dengan tersenyum.

“Kuakui ini memang pertama kalinya bagiku, seorang gadis mampu

membuatku mengalami berbagai macam perasaan seperti ini,” kata Al,

“Tetapi aku tidak dapat membuat engkau bersikap tidak terlalu sopan

kepadaku. Sikapmu yang terlalu sopan membuatku merasa bingung harus

berbuat bagaimana terhadapmu.”

“Wajar bila saya bersikap sopan terhadap Anda. Anda lebih tua dari

saya,” kata Maria merendahkan diri.

“Apakah itu berarti engkau menganggapku sebagai seorang kakek yang

sudah sangat renta?” tanya pria itu merajuk.

Maria ingin tertawa melihat wajah cemberut pria itu, tetapi ia tahu hal

itu tidak sopan. Ia hanya tersenyum saja melihat tingkah pria itu untuk

menghiburnya, “Saya merasa Anda lebih muda dari saya bila Anda bertingkah

seperti anak kecil yang sedang merajuk.”

“Lalu apa yang akan kaulakukan terhadapku yang seperti anak kecil

ini?” tanya Al.

“Saya akan memperlakukan Anda seperti saya memperlakukan anak-

anak lainnya. Saya akan mendongeng untuk Anda,” jawab Maria dengan

tersenyum.

“Engkau mengingatkanku pada sesuatu yang patut kupertanyakan

padamu,” kata Al tiba-tiba.

Maria melihat keseriusan di mata pria itu, tetapi ia tetap bersikap

tenang. Ia menanti kalimat pria itu.

“Mengapa engkau menceritakan mitos itu kepada Mrs. Vye dan yang

lainnya, tetapi tidak kepadaku?” tanya Al tajam.

Maria tersenyum. Dengan tenang ia berusaha mmeberikan pengertian

kepada pria itu, “Saya tidak akan pernah menceritakan mitos ketiga yang

disembunyikan dari orang luar selain suku itu. Yang saya ceritakan kepada

mereka adalah mitos mengenai nama asli Blueberry.”

“Ayolah, jangan bersikap seperti anak kecil yang sedang marah. Anda

membuat saya ingin tertawa melihat tingkah Anda yang seperti ini,” bujuk

Maria melihat pria itu tidak mempercayai kata-katanya, “Apa yang saya

katakan ini benar.”80

Page 81: Gadis Misterius

“Aku sering melihatmu tersenyum tetapi aku belum pernah melihatmu

tertawa. Aku ingin melihatmu tertawa,” kata pria itu.

Wajah Maria kembali memerah.

Ia memandang langit yang telah terang. Ia terkejut menyadari mereka

telah berbicara cukup lama. Tak terasa hari telah terang. Maria memandang

wajah pria itu dan sebelum ia mengatakan sesuatu pria itu telah berkata,

“Engkau akan pergi sekarang?” tanyanya.

“Saya harus kembali secepatnya. Saya harus membangunkannya pagi-

pagi. Ia memiliki janji berkuda dengan seseorang,” kata Maria, “Kemarin ia

terpaksa mengundurkan janji yang sangat dinanti-nantikannya itu. Hari ini ia

tidak ingin terlambat bangun lagi.”

“Lady Debora memiliki janji berkuda dengan seseorang tetapi mengapa

ia baru bangun sesiang ini?” tanya pria itu heran.

Maria tersenyum geli. “Bagi mereka saat ini masih terlalu dini untuk

bangun. Kata Mrs. Vye, mereka terbiasa bangun tengah hari sekitar pukul

sebelas.”

“Perbedaan yang sangat mencolok,” kata Al.

Maria tidak tahu siapa yang dibandingkan Al dengan Lady Debora, dan

ia tidak memikirkannya. Ia merasa harus segera sampai di Sidewinder House.

“Bila Anda tidak keberatan, saya akan pergi ke Sidewinder House

sekarang.”

“Aku keberatan sekali bila engkau tidak mengijinkanku

mengantarkanmu,” kata pria itu.

“Dan aku tidak ingin engkau menolak tawaranku ini,” kata pria itu

menegaskan kata-katanya.

Maria tersenyum, “Hal ini lebih tepat disebut suatu tawaran yang

memaksa atau paksaan. Kata tawaran tidak cocok untuk keinginan Anda yang

memaksa itu.”

“Aku merasa aku selalu harus memaksamu agar mau menuruti

keinginanku. Engkau terlalu berhati-hati dan terlalu sopan terhadap siapa

saja. Aku ingin mengetahui dirimu di masa lalu. Apakah engkau bidadari yang

memiliki aturan ketat?”

“Saya khawatir dugaan Anda meleset jauh. Bila melihat apa saja yang

telah saya lakukan dalam hari-hari terakhir ini, rasanya sukar mengatakan

saya adalah bidadari.”

“Apa pun yang kaulakukan, tidak akan membuat orang mengurangi 81

Page 82: Gadis Misterius

kepercayaan mereka bahwa engkau bidadari yang diutus para dewa Holly

Mountain.”

“Sebaiknya pembicaraan ini kita tunda dulu. Saya harus segera tiba di

Sidewinder House. Banyak pekerjaan yang menanti saya,” kata Maria.

“Apakah engkau menerima tawaranku?”

“Tidak mungkin bagi saya untuk menolak keinginan Anda yang sangat

tulus itu,” kemudian Maria menambahkan dengan tersenyum, “Dan

memaksa.”

Pria itu tiba-tiba mengangkat tubuhnya dengan sangat cepat. Ia tidak

dapat melakukan apa-apa untuk mencegah gerakan tangan yang tiba-tiba

karena terkejutnya.

“Sebagai hukuman karena engkau mengatakan aku memaksamu,” kata

Al pura-pura serius melihat wajah Maria yang memerah.

“Anda sendiri yang mengatakan bahwa Anda terpaksa memaksa saya

agar menuruti tawaran Anda,” kata Maria mengingatkan.

“Apakah aku mengatakannya? Aku lupa,” kata Al.

Maria tidak mengatakan apa-apa untuk menghentikan pria itu. Ia

menundukkan kepalanya, ia mengulurkan tangannya untuk berpegangan

pada leher Al.

Al meletakkan tubuh Maria dengan lembut di punggung kudanya.

Kemudian ia dengan cepat melompat di punggung kudanya.

Walaupun Maria tidak melihat gerakan pria itu, tetapi ia merasa yakin

pria itu sering berkuda. Al dengan luwesnya melompat ke atas kudanya.

Tangan Al menarik tubuh Maria mendekat. Maria menurut pada gerakan

tangan itu. Ia mengerti Al takut ia jatuh. Ia berusaha tetap tenang saat

punggungnya menyandar di tubuh pria itu.

Seperti biasanya mereka kembali ke pondok Mrs. Vye sambil bercakap-

cakap.

Al turun dari kudanya kemudian mengangkat tubuh Maria ketika

mereka tiba di pondok Mrs. Vye.

“Terima kasih,” kata Maria, tetapi tangan pria itu tidak segera beranjak

dari pinggang Maria setelah Maria mengucapkan terima kasih, seperti

kemarin.

Pria itu membungkuk dan membisikkan sesuatu di telinga Maria, “Besok

akan kujemput engkau pagi-pagi sekali.”

Al masih enggan melepaskan pelukannya walau pesan telah 82

Page 83: Gadis Misterius

disampaikannya. Tangan kanannya mengangkat dagu Maria yang tertunduk

dan mengecup perlahan bibirnya.

Maria terkejut dengan tindakan pria itu. Ia melepaskan diri dari pelukan

pria itu dan berlari memasuki pondok Mrs. Vye.

Al terkejut melihat wajah Maria yang memerah sambil berlari

menjauhinya. Gadis itu tampak terkejut dengan sikapnya.

Sebelumnya Al tidak menduga Maria belum pernah dicium. Gadis itu

tampak dewasa sekali sehingga sukar baginya untuk memikirkan

kemungkinan bahwa gadis itu belum pernah dicium.

Caranya tadi mengatakan apa yang akan dilakukan seseorang bila sakit

hati membuatnya semakin yakin.

Gadis itu benar-benar tidak dapat diduga.

Kini ia bingung bagaimana harus menghadapi gadis yang tak terduga

itu?

Al meyakinkan dirinya untuk lebih mempercayai perasaannya daripada

apa yang dilihatnya.

Perasaannya mengatakan gadis itu masih polos dan sangat muda

dalam pengalaman. Tetapi kenyataan yang dilihat berbeda dengan

perasaannya. Gadis itu bijaksana dalam segala hal seperti orang yang telah

berpengalaman dalam hidup.

83

Page 84: Gadis Misterius

6

Pagi itu Maria baru bangun saat ia mendengar suara kereta datang

mendekat. Ia berusaha menembus kegelapan pagi melalui jendela kamarnya

agar dapat melihat kereta yang baru datang itu.

Dalam keremangan pagi itu, ia melihat sebuah kereta yang sangat

indah berdiri dengan anggun di depan pondok Mrs. Vye. Kuda-kuda yang

menarik kereta itu tampak masih mengantuk demikian pula kusirnya yang

tampak enggan membuka mata.

Seorang pria yang berpakaian lengkap turun dari kereta. Pria itu

tampak gagah dalam kemejanya yang putih di pagi yang masih gelap itu.

Maria terkejut menyadari pria itu tak lain adalah Al.

Maria tidak menduga Al bersungguh-sungguh ketika mengatakan akan

menjemputnya pagi-pagi untuk mengantarnya ke tempat di mana ia bisa

melihat matahari terbit tanpa dihalangi pepohonan.

Pagi ini masih sangat dini untuk melihat matahari terbit. Bintang-

bintang masih bersinar terang di langit malam walau bulan telah menghilang

di balik bukit.

Maria menduga tempat itu sangat jauh dari Obbeyville sehingga mereka

harus berangkat sepagi ini agar dapat melihat matahari terbit.

Ia mendengar pintu diketuk perlahan.

Ia tidak beranjak dari kamarnya untuk membukakan pintu itu bagi Al. Ia

masih merasa malu atas kejadian kemarin pagi saat Al mengantarnya pulang.

Terdengar langkah kaki Mrs. Vye yang menuju pintu untuk

membukanya.

Dari kamarnya, Maria dapat mendengar seruan senang bercampur

terkejut Mrs. Vye melihat Al. Maria percaya pria itu mengatakan yang

sebenarnya bahwa ia mengenal baik Mrs. Vye.

Semula Maria dapat mendengar semua permbicaraan mereka, namun

mereka semakin lama berbicara semakin perlahan sehingga Maria tidak dapat

mendengarnya. Tetapi Maria dapat menduga Al meminta ijin kepada Mrs. Vye

untuk membawanya ke sebuah tempat di mana ia dapat melihat matahari

terbit dengan jelas.84

Page 85: Gadis Misterius

Maria menanti hasil pembicaraan Mrs. Vye. Walaupun ia tahu Mrs. Vye

akan mengijinkan Al membawanya pergi tetapi ia tidak mengganti gaun

tidurnya dengan gaun yang pantas untuk bepergian.

Ia menghampiri almari gaunnya dan memilih gaun biru terang yang

diperolehnya dari Lady Debora pada hari pertamanya bekerja sebagai

pelayan Lady Debora.

Gaun yang tak berbahu itu telah dibetulkan oleh Mrs. Vye sesuai

dengan ukuran tubuhnya. Kerutan-kerutan sepanjang dadanya masih tampak

indah walau bagian pinggangnya telah dikecilkan.

Muntiara-muntiara kecil yang berwarna putih menghiasi kerutan itu di

bagian tengah dada gaun itu. Kainnya yang terbuat dari sifon terasa sangat

lembut di tangannya.

Dengan hati-hati diletakkannya gaun itu di tempat tidurnya kemudian ia

duduk dan mulai menyisir rambutnya.

Ia masih duduk di tepi tempat tidur sembari menyisir rambutnya

dengan santai ketika Mrs. Vye memasuki kamarnya.

“Mengapa engkau masih diam saja? Lekaslah bersiap-siap ia

menunggumu,” kata Mrs. Vye terkejut tanpa mempermasalahkan Maria yang

telah menyembunyikan ajakan pria itu dari pengetahuan Mrs. Vye.

“Saya tidak dapat pergi,” kata Maria.

“Mengapa?” tanya Mrs. Vye heran, “Apakah engkau khawatir aku tidak

mengijinkanmu? Jangan khawatir aku mengijinkanmu pergi bersamanya. Aku

memang salah telah melarangmu bertemu dengannya. Seharusnya aku

percaya ia memang orang yang baik seperti katamu, sekarang aku tidak

menyangsikannya lagi. Pergilah, aku tidak akan melarang.”

“Bukan itu yang saya khawatirkan. Saya ingin Anda turut serta,” kata

Maria, “Saya tidak biasa pergi seorang diri bersama pria.”

Mrs. Vye tersenyum mendengar permintaan Maria dan berkata, “Tadi ia

telah mengajak aku turut serta tetapi kupikir lebih baik engkau pergi berdua

bersamanya. Bila engkau juga menghendakinya, aku tidak dapat menolak

lagi.”

Mrs. Vye mengambil gaun yang diletakkan Maria di tempat tidur

kemudian membantu Maria mengganti gaun tidurnya dengan gaun itu.

“Gaun ini cocok sekali untukmu,” kata Mrs. Vye, “Engkau pandai

memilih gaun. Gaun ini sangat tepat dikenakan sambil melihat matahari

terbit.”85

Page 86: Gadis Misterius

“Terima kasih, Mrs. Vye. Saya hanya kebetulan saja melihat gaun ini

dan tertarik untuk mengenakannya pagi ini.”

“Duduklah, Maria. Aku akan menata rambutmu.”

“Tidak perlu, Mrs. Vye. Saya senang mengurai rambut saya.”

“Rambutmu yang panjang bisa mengganggu penglihatanmu,” kata Mrs.

Vye menasehati Maria.

“Tidak apa-apa, Mrs. Vye. Saya lebih suka melihat matahari terbit

dengan rambut terurai,” lalu Maria menambahkan dengan bercanda, “Agar

saya bisa membandingkan sinar rambut saya dengan sinar matahari pagi.”

“Bandingkanlah, Maria. Dan engkau akan mendapati rambutmu

memiliki warna yang sama seperti sinar matahari pagi.”

“Terima kasih, Mrs. Vye. Saya akan berusaha membandingkan

keduanya dengan teliti,” kata Maria menanggapi gurauan Mrs. Vye.

“Bawalah serta mantel, Maria. Di luar udara sangat dingin,” kata Mrs.

Vye, “Beginilah cuaca di Obbeyville. Walaupun sudah musim panas tetapi

pagi hari masih banyak kabut dan udaranya sangat dingin.”

“Baik, Mrs. Vye.”

Sebelum Maria menuju almari, Mrs. Vye telah menarik keluar sebuah

mantel dari almari itu.

Mrs. Vye menyodorkan mantel bulu yang berwarna abu-abu kekuningan

pada Maria.

Maria enggan menerima mantel yang menurutnya terlalu mewah itu,

“Lebih baik saya mengenakan mantel lainnya, Mrs. Vye. Saya kurang

menyukai mengenakan mantel bulu.”

“Di sini tidak ada lagi mantel yang lain selain mantel bulu ini,” kata Mrs.

Vye, “Kenakan saja mantel ini daripada engkau sakit. Aku khawatir engkau

sakit terkena udara yang sangat dingin ini.”

“Saya benar-benar tidak menyukainya, Mrs. Vye. Mengenakannya

membuat saya merasa seperti menggantungkan hewan mati di pundak saya.”

Maria melihat kekecewaan di mata Mrs. Vye. “Maafkan saya yang telah

mengecewakan Anda, Mrs. Vye. Saya tidak dapat mengenakannya seperti

yang Anda harapkan. Saya tidak ingin mengenakan mantel yang terbuat dari

kulit hewan itu. Kasihan nasib serigala yang terpaksa harus mati karena

kulitnya dibuat menjadi mantel.”

“Ini bulu hewan asli?” tanya Mrs. Vye terkejut.

“Ya, itu bulu serigala asli. Ini adalah bulu serigala hutan yang mulai 86

Page 87: Gadis Misterius

dilindungi di kerajaan ini. Lady Debora bisa dihukum bila ketahuan

mengenakan mantel bulu serigala asli.”

“Mantel ini seperti tidak terbuat dari bulu asli,” gumam Mrs. Vye

sembari mengamati mantel yang berwarna kelabu kekuningan di tangannya

itu.

“Benar, mantel bulu ini seperti buatan, bukan yang asli. Pembuat

mantel ini sangat pandai, ia mampu menipu mata Istana. Tetapi ia tidak

dapat menipu mata saya, beberapa tahun yang lalu ia ditangkap dan

dipenjarakan di penjara bawah tanah yang terletak di kota paling barat

kerajaan ini, Xoechbee.”

“Aku tidak pernah mendengarnya sebelumnya. Hingga kapankah pria

itu ditahan?” tanya Mrs. Vye semakin tertarik mendengar cerita Maria.

“Akan saya ceritakan nanti saja,” kata Maria, “Mungkin Al sudah tidak

sabar lagi menanti kita. Saya seperti mendengar langkah kakinya yang

gelisah di lantai kayu ini.”

“Bagaimana dengan mantel ini?”

“Saya tidak ingin mengenakannya, Mrs. Vye.”

“Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi. Tetapi di sini tidak ada

mantel yang lain. Aku tidak dapat mengambilkan mantel yang lain untukmu

dari Sidewinder House sebab kalau aku mengambilkannya sekarang, kita

akan terlambat.”

Maria menganggukkan kepalanya, “Terima kasih telah membantu saya,

Mrs. Vye. Sekarang Anda bisa bersiap-siap.”

“Temuilah pria itu, Maria,” kata Mrs. Vye sebelum meninggalkan kamar

Maria, “Aku akan segera siap.”

Maria meninggalkan kamarnya untuk menemui pria itu. Perlahan-lahan

ia menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju ruang duduk yang menjadi

satu dengan ruang makan.

Pria itu berdiri dengan gelisah di ruang kecil itu. Tubuhnya yang tinggi

seperti akan menyentuh langit-langit pondok.

Al memandang lega bercampur kagum ketika melihatnya mendekat.

“Maafkan saya telah membuat Anda menunggu,” kata Maria.

“Engkau tampak cantik sekali pagi ini, Maria. Seperti peri air yang baru

muncul dari laut dalam yang indah,” kata Al.

Maria tersipu mendengar pujian itu. “Terima kasih. Saya berharap saya

tidak mengecewakan Anda.”87

Page 88: Gadis Misterius

“Engkau tidak pernah mengecewakan aku.”

“Anda jangan berbohong. Anda sebetulnya kecewa karena saya tidak

lekas bersiap-siap sehingga Anda harus menunggu lama, bukan?” kata Maria

dengan tersenyum, “Saya tidak menyangka Anda akan menjemput saya

sepagi ini. Langit masih sangat gelap. Mungkin saat ini baru pukul setengah

empat.”

Pria itu membalas senyuman Maria. “Bukan mungkin lagi, Maria. Saat

ini memang pukul setengah empat tepat.”

“Apakah tempat itu sangat jauh dari Obbeyville?”

Al belum menjawab pertanyaannya ketika Mrs. Vye muncul. Wanita itu

telah mengenakan gaun pelayan khas keluarga Sidewinder yang berwarna

hitam kecuali pada bagian lehernya yang tinggi serta ujung lengannya yang

panjang.

Wajah Mrs. Vye tampak berseri ketika melihat mereka berdua bercakap-

cakap dengan akrab.

Maria merasa lega Mrs. Vye tidak menyadari bahwa ia telah melepas

kalungnya.

“Mari kita berangkat sekarang,” kata Mrs. Vye.

Maria tersenyum melihat Mrs. Vye mengajak mereka berangkat dengan

penuh semangat. Wanita tua itu tidak mempedulikan Maria dan Al yang tidak

segera mengikutinya menuju kereta kuda yang telah menanti mereka.

Al memenggang lengan Maria dan menuntunnya meninggalkan pondok

Mrs. Vye yang kecil itu.

Udara terasa dingin menusuk kulit ketika Maria berada di luar dan kabut

masih menghiasi alam Obbeyville. Sekeliling mereka tampak samar-samar

karena kabut yang cukup tebal itu.

Di dalam kabut itu, Maria dapat melihat kusir kuda membantu Mrs. Vye

naik ke kereta. Maria tersenyum melihat semangat wanita tua itu yang

menggebu-gebu.

Dalam beberapa hari ini, ia telah mengenal watak Mrs. Vye yang

periang seperti Mrs. Fat. Walaupun ia telah lanjut usia tetapi Maria tidak

menyangkal wanita itu masih lincah. Mrs. Vye dapat bergerak cepat dengan

tubuh gemuknya bila diperlukan.

Maria berdiri di samping Al yang sedang menutup pintu pondok Mrs.

Vye. Ia melihat kereta kuda yang menjemputnya itu. Kusir kudanya yang

mirip dengan Mr. Liesting masih berdiri di depan pintu kereta yang masih 88

Page 89: Gadis Misterius

terbuka. Rambutnya yang memutih tersamar dalam kabut pagi.

Tiba-tiba tubuh Maria menggigil karena udara pagi yang dingin

menusuk kulit itu. Tanpa disadarinya, kedua tangannya memeluk tubuhnya

yang kedinginan.

Al yang melihat Maria kedinginan segera melepas jasnya yang

berwarna hitam.

“Kenakanlah ini,” kata Al sambil menyampirkan jasnya ke pundak Maria

yang telanjang.

“Terima kasih,” kata Maria sembari berusaha menguasai tubuhnya yang

seperti tidak mau berhenti menggigil.

Al menyadari Maria masih kedinginan walau telah mengenakan jasnya.

Ia memeluk gadis itu dengan satu tangannya dan menuntunnya mendekati

kereta.

“Mengapa engkau tidak mengenakan mantel?” tanyanya.

“Karena mantel yang ada hanyalah mantel bulu dan saya tidak senang

mengenakan mantel bulu,” jawab Maria tenang.

“Engkau membuatku heran, Maria. Biasanya wanita senang

mengenakan mantel bulu apalagi bila mantel itu terbuat dari bulu asli.”

“Saya merasa seperti menggantung hewan mati di pundak saya bila

saya mengenakan mantel bulu. Selain itu saya merasa kasihan kepada hewan

yang harus mati hanya karena kita hendak mengambil bulunya.”

Al mengangkat tubuh Maria sesampainya mereka di pintu kereta yang

terbuka itu, agar gadis itu dapat dengan mudah memasuki kereta kemudian

ia menyusul Maria setelah memberikan perintah kepada kusir kuda.

Mrs. Vye tampak gembira sekali. Senyuman gembira selalu menghiasi

wajahnya yang bulat itu tampak semakin lebar ketika Al duduk di samping

Maria.

Maria duduk meringkuk di pojok kereta itu seperti seorang anak kecil

yang baru dimarahi. Tangannya masih memeluk erat-erat tubuhnya yang

kedinginan.

Al tanpa ragu-ragu menarik tubuh Maria ke dalam pelukannya untuk

membuat gadis itu merasa hangat.

Maria yang selalu merasa jantungnya berdebar-debar tiap kali pria itu

menyentuh tubuhnya segera menyembunyikan wajahnya yang memerah

dengan menundukkan kepala.

“Mengapa engkau tidak memberi tahuku sebelumnya, Maria?” tanya 89

Page 90: Gadis Misterius

Mrs. Vye, “Bila engkau memberi tahuku sebelumnya, aku sapat mencarikan

mantel yang lain untukmu.”

“Ia tidak mempercayai Anda akan mengijinkannya pergi dengan saya,

Mrs. Vye,” kata pria itu.

“Saya tidak menduga Al bersungguh-sungguh ketika mengatakan akan

mengajak saya ke tempat di mana saya bisa melihat matahari terbit,” jawab

Maria jujur, “Lagipula saya tahu di Sidewinder House yang ada hanyalah

mantel bulu asli.”

“Ya, engkau benar. Kurasa tidak mungkin mereka memiliki mantel bulu

buatan,” kata Mrs. Vye, “Mereka harus ditangkap seperti katamu.”

“Mereka tidak akan ditangkap bila polisi yang melihat mantel itu.

Mereka tidak dapat membedakan mantel bulu yang asli dan yang tidak.”

“Mengapa engkau berkata seperti itu, Maria? Bukankah polisi yang

menangkap pembuat mantel bulu serigala asli itu?”

“Memang mereka yang menangkap tetapi bukan mereka yang

menyadari mantel itu terbuat dari bulu asli serigala hutan yang dilindungi.”

“Hingga kapankah pria itu ditahan?” tanya Mrs. Vye.

“Karena ia masih membunuh banyak serigala hutan ketika peraturan itu

dikeluarkan, ia dihukum selama tiga puluh tahun,” kata Maria.

“Kasihan orang itu, ia masih harus tinggal di penjara bawah tanah kota

Xoechbee yang terkenal paling menakutkan di Kerajaan Zirva selama dua

puluh tujuh tahun lagi. Penjara itu sangat gelap, sinar matahari hampir tidak

dapat menembus dinding batunya.”

“Bagaimana engkau mengetahuinya, Maria?” tanya Al terkejut akan

pengetahuan Maria mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Kerajaan.

Semula ia menduga Maria hanya mengetahui mengenai mitos saja.

Tidak pernah diduganya Maria akan mengetahui juga mengenai penjara

bawah tanah Kerajaan Zirva yang terkenal paling menakutkan.

Kerajaan Zirva sangat memperhatikan hukum. Dulu Istana sering

memberikan hukuman mati, tetapi sejak bertahun-tahun yang lalu hukuman

itu telah dihapus dan diganti dengan hukuman penjara yang lama.

Dan di penjara itu, ditahan orang-orang yang dianggap berbahaya.

Biasanya mereka yang melakukan kejahatan fatal seperti membunuh,

membunuh binatang yang dilindungi; ditahan di sana.

Sedangkan mereka yang dianggap melakukan kejahatan biasa seperti

mencuri, ditahan di kota-kota yang memiliki rumah tahanan.90

Page 91: Gadis Misterius

Pengawasan di penjara itu sangat ketat. Tidak seorang sanak

keluargapun yang boleh menjenguk mereka yang ditahan di sana tanpa ijin

Raja. Dan untuk mendapatkan ijin itu sendiri, memerlukan waktu yang sangat

lama dengan prosesnya yang sulit.

Di sekeliling tempat itu, didirikan pagar yang sangat tinggi. Tidak

seorangpun yang dapat mendekati tempat itu apalagi mengetahui keadaan di

dalamnya.

Ia tidak dapat membayangkan Maria mengunjungi saudaranya yang

ditahan di sana sebab ia menduga Maria adalah bidadari bukan seorang

manusia seperti dirinya.

“Saya tidak tahu,” jawab Maria.

“Jangan dipikirkan, Maria. Suatu saat nanti engkau akan dapat

mengingatnya,” kata Mrs. Vye ketika melihat Maria berusaha mengingat

masa lalunya lagi.

Al tidak menanyakan apa-apa lagi mengenai penjara itu. Ia merasa

kata-kata Mrs. Vye benar. Untuk mengalihkan perhatian Maria, ia

menceritakan tempat yang akan mereka datangi.

Sepanjang jalan Maria terus bersandar di tubuh pria itu sambil

mendengarkan pembicaraan pria itu dengan Mrs. Vye. Ia tidak banyak

berkata-kata, ia menikmati rasa hangat yang menjalari tubuhnya karena

pelukan Al sambil berusaha mengingat perasaan yang sama dengan masa

lalunya.

Maria tahu ia sering diperlakukan seperti ini tetapi kapan dan oleh

siapakah itu ia tidak tahu. Ia hanya ingat perasaan hangat waktu itu sama

seperti perasaan hangat kali ini.

Begitu sibuknya Maria berusaha menyikap kabut pekat yang menutupi

masa lalunya hingga ia tidak sadar mereka telah tiba. Gerak cepat Mrs.

Vyelah yang membuatnya sadar.

Mrs. Vye segera melompat turun dari kereta ketika mereka telah

sampai di tempat yang mereka tuju.

Al tersenyum melihat Mrs. Vye yang tampak bersemangat sekali. Ia

turun dari kereta dan membantu Maria.

Tangan Al memegang pinggang Maria untuk memudahkan gadis itu

turun dari kereta.

Tangan Maria memegang pundak Al dan dengan kaki yang masih

berada di kereta, ia memandang laut dan mendapati apa yang dikatakan Al 91

Page 92: Gadis Misterius

mengenai tempat yang mereka datangi itu benar-benar tepat.

Air laut masih tampak biru kehitam-hitaman walau bintang-bintang

telah menyembunyikan wajahnya.

Sejauh mata memandang, ia melihat laut itu berhiaskan ombak-ombak

putih yang saling berkejar-kejaran, ada yang besar dan ada pula yang kecil.

Ombak yang kecil membaur dengan ombak yang besar untuk kemudian

bersama-sama menerjang pantai.

Di sepanjang pantai yang berpasir putih itu tidak tampak batu-batu

karang yang besar. Seluruh pantai itu tampak bersih dari batu-batu karang.

Pasirnya yang putih menghampar luas di tepi pantai.

Tidak ada seorangpun di pantai yang terletak di sebelah timur

Obbeyville itu kecuali mereka. Mrs. Vye telah berdiri di pantai yang sunyi itu.

Wanita tua itu tampak terpesona pada pemandangan di sekitarnya.

Entah berapa lama Maria terus berada dalam posisi itu sambil

memandangi laut. Pria itu tidak mengeluh sedikitpun, ia terus memegang

pinggang Maria yang ramping.

Maria merasa senang ketika melihat laut di garis cakrawala mulai

memerah tanda matahari akan segera terbit. Dengan lincahnya, ia melompat

ke dalam pelukan pria itu kemudian berlari seperti anak kecil ke pantai.

Ia bermain-main dengan ombak sambil terus memandang garis

cakrawala.

Mrs. Vye tidak mengatakan apa-apa melihat tingkah Maria yang seperti

anak kecil. Dengan mengangkat ujung gaunnya ia bermain dengan ombak

yang mencapai pantai.

Angin yang bertiup tidak mengganggunya yang sedang bermain ombak.

Maria seperti tidak merasakan keberadaan angin itu.

Jas Al yang dikenakannya terlalu besar untuknya, tetapi ia tidak

mempedulikannya walau lengannya yang terlalu panjang sering membuatnya

kesulitan menggerakkan jari-jari tangannya.

Pria itu berdiri di sampingnya seperti ingin melindunginya. Ia juga

bermain-main dengan ombak. Sesekali Al menyiram wajah Maria dengan air

laut yang berhasil ditampung tangannya.

Tiap kali Maria menghindari air itu, rambutnya yang berkibar-kibar

bersinar seperti sinar matahari. Ia tertawa riang sambil membalas Al. Mereka

terus saling menyiramkan air laut hingga hampir semua permukaan laut

memerah.92

Page 93: Gadis Misterius

Maria menghentikan perlawanannya dan memandangi langit yang

semakin memerah.

Matahari muncul perlahan-lahan seolah-olah muncul dari dalam laut.

Sinarnya yang pertama membuat semua orang silau kecuali Maria.

Wajah gadis itu tampak memucat. Ia merasakan suatu perasaan aneh

ketika ia memandangi matahari yang muncul perlahan-lahan itu. Ia merasa

seperti kembali ke masa lalunya yang kini berada di balik kegelapan.

Maria pernah melihat sinar matahari yang merah seperti itu. Merah itu

seperti merah darah demikian pula langit di sekitarnya. Maria melihatnya

bukan pada saat ia melihat matahari terbit seperti kebiasaan yang diingatnya

tetapi di suatu tempat.

Sesuatu yang sangat penting seakan-akan terbangkitkan kembali

bersama bangkitnya matahari dari balik malam. Tetapi apakah itu, Maria tidak

dapat mengingatnya.

Maria hanya merasakan satu hal yaitu takut! Sebuah ketakutan dan

kengerian yang sangat dalam membuatnya semakin pucat. Dan akhirnya

tepat ketika matahari telah menampakkan keseluruhan dirinya, Maria jatuh

pingsan.

Al yang berada di samping gadis itu segera menangkapnya.

Al segera membopong gadis itu ke kereta. Ia sangat mencemaskan

gadis itu. Badan gadis itu terasa sangat panas. Wajahnya sangat pucat dan

bibir memutih.

Ia mulai menyalahkan dirinya yang mengajak gadis itu bermain ombak

sehingga gadis itu jatuh pingsan.

Mrs. Vye dan kusir kuda berlari-lari mendekat ketika melihat Maria tiba-

tiba jatuh pingsan. Wajah mereka menampakkan kecemasan.

“Apa yang terjadi padanya?” tanya Mrs. Vye dengan kecemasan yang

tampak jelas dari nada bicaranya.

Wanita tua itu mengikuti dengan cemas di samping Al. Ia terus melihat

wajah Maria yang semakin memucat.

“Saya tidak tahu, Mrs. Vye. Ia tiba-tiba pingsan.”

Kusir kuda segera berlari ke kereta dan membuka pintunya lebar-lebar

ketika mereka semakin mendekati kereta yang terletak tak jauh dari pantai

itu.

Mrs. Vye dengan bantuan kusir kuda naik ke kereta kemudian

membantu Al. Dari dalam kereta, ia membantu meletakkan tubuh gadis yang 93

Page 94: Gadis Misterius

pingsan itu ke dalam posisi yang nyaman bagi gadis itu.

Kemudian Mrs. Vye memegang dahi Maria. Ia sangat terkejut ketika

menyentuh dahi Maria yang sangat panas.

“Ada apa, Mrs. Vye?” tanya Al.

“Suhu tubuhnya tinggi sekali, seperti waktu saya menemukannya.”

“Waktu Anda menemukannya suhu tubuhnya juga seperti ini?” tanya

pria itu tak percaya.

“Ya, suhu tubuhnya sangat tinggi. Kadang-kadang suhu tubuhnya turun

tetapi tiba-tiba tinggi lagi. Ia benar-benar membuat saya sangat khawatir.”

“Lebih baik kita segera membawa Maria ke dokter,” kata Al.

Kusir kuda yang sejak tadi berdiri di pintu kereta segera menutup

perlahan pintu kereta kemudian mulai menjalankan kereta itu, ketika

mendengar majikannya mengatakan kalimat itu.

Walaupun Al tidak menyebutkan ke mana mereka harus pergi. Tetapi

kusir kuda itu tidak bertanya seolah-olah ia tahu dokter mana yang dimaksud

Al.

Dan memang demikian. Sebagai kusir kuda yang telah bekerja puluhan

tahun di keluarga pemuda itu, ia telah mengetahui tempat-tempat yang

sering mereka kunjungi termasuk dokter pribadi mereka.

Mrs. Vye menyarankan kepada Al untuk memangku gadis itu.

Tanpa mengatakan apa-apa, pria itu segera melakukannya sebab hal

itu telah ada di pikirannya sebelum Mrs. Vye mengatakannya.

Di balik napasnya yang terputus-putus, ia mendengar Maria

mengucapkan sesuatu. Kata-kata yang diucapkan gadis itu sangat lirih, tetapi

masih terdengar olehnya.

“Al… di mana… engkau? Al… Al…, jangan bersembunyi…. Aku… aku

takut…, Al. Al… di… sini dingin… sekali. Al… aku kedinginan. Al… Al….”

Al memandangi wajah Maria yang terkulai lemah di bahunya. Wajahnya

yang tampak semakin pucat tidak mengurangi kecantikkannya. Bulu matanya

yang hitam tampak panjang dan lentik. Bibirnya yang memutih membuka

sedikit dan berkata-kata lirih.

Maria terus mengingau lirih.

Karena Al sangat mencemaskan keadaan gadis itu, ia tidak memikirkan

Al yang mana yang dimaksudkan gadis itu.

Dirasakannya tubuh Maria bergetar kedinginan di pelukannya. Ia

mengetatkan pelukannya dengan harapan dapat membuat gadis itu merasa 94

Page 95: Gadis Misterius

hangat, namun sepertinya gadis itu terus kedinginan di hawa pagi yang

dingin menusuk kulit.

Pepohonan yang rimbun di sepanjang jalan yang mereka lalui tidak

memberi kesempatan kepada matahari untuk menyinari kereta itu. Angin

yang berasal dari hutan sekeliling mereka terus bertiup.

Dalam tidurnya, Maria merapatkan tubuhnya ke tubuh pria itu seperti

anak kecil yang tidak berdaya melawan rasa dingin yang terus menerpa

tubuhnya yang mungil.

“Ia sangat luar biasa, bukan?” tanya Mrs. Vye memecahkan lamunan

pria itu.

Al yang sejak tadi asyik memandangi wajah Maria, terkejut mendengar

kata-kata Mrs. Vye yang tiba-tiba itu.

Mrs. Vye yang melihat keterkejutan di wajah Al segera mengulangi

kata-katanya.

“Ya, ia sangat luar biasa,” jawab Al.

“Apakah Anda menyukainya?” tanya Mrs. Vye ingin tahu.

“Saya rasa takkan ada orang yang tidak menyukai gadis ini. Ia sangat

ramah dan baik hati.”

“Ia tampak semakin cantik dengan senyum manisnya yang selalu

menghiasi wajahnya, bukan?”

Sambil terus memandangi wajah Maria, Al menjawab pertanyaan Mrs.

Vye. “Ia sering tersenyum tetapi tidak pernah tertawa. Ia lebih cantik bila ia

tertawa, namun sayang ia tidak pernah tertawa. Sejak saya bertemu

dengannya baru sekali saya melihatnya tertawa.”

“Anda benar. Saya juga tidak pernah melihatnya tertawa. Walaupun

bersama anak-anak, ia tidak pernah tertawa. Ia selalu tersenyum. Apakah ia

bersedih karena tidak dapat mengingat masa lalunya?”

“Saya tidak tahu, Mrs. Vye. Ia gadis yang sulit ditebak. Ia sering

membuat saya terkejut dengan tindakan-tindakannya yang di luar dugaan

saya,” kata Al.

Mrs. Vye tersenyum pada pria itu dan berkata, “Ia tidak hanya

membuat banyak kejutan terhadap Anda. Penduduk Obbeyville dan saya juga

sering dikejutkannya dengan segala kemampuannya.”

“Kita tidak tahu kemampuan apa lagi yang dimiliki Maria.”

“Ia seorang gadis yang bijaksana. Saya yang telah tua ini tidak dapat

menyaingi kebijaksanaannya. Mrs. Dahrien, pelayan yang paling tua di 95

Page 96: Gadis Misterius

keluarga Sidewinder juga mengatakan Maria memiliki kebijaksanaan yang

lebih tinggi dari kami.”

“Mrs. Dahrien sangat menyayangi Maria, ia menyukai kata-kata Maria

yang terdengar seperti kata-kata orang bijak.”

“Bagi saya, ia gadis yang sempurna,” kata Al.

“Tidak hanya bagi Anda, Tuan Muda. Kami juga menganggapnya

sempurna hingga tidak ada seorangpun dari kami, penduduk Obbeyville yang

menyangkal bahwa Maria adalah bidadari.”

“Harus saya akui baru pertama kali ini saya bertemu gadis yang

membuat saya bingung. Kadang saya merasa canggung bila berhadapan

dengannya. Ia selalu bersikap sopan, bahkan kadang-kadang saya merasa ia

terlalu sopan.”

“Mungkin sejak kecil ia telah diajari untuk bersikap sopan terhadap

siapa saja,” kata Mrs. Vye sambil tersenyum.

“Mungkin karena sikapnya yang lain daripada gadis yang lain itulah

yang membuat saya semakin bingung seperti ini.”

“Saya juga dibuat bingung oleh Maria. Saya tak mengerti darimana ia

memperoleh kemampuan seperti itu. Ia sangat pandai dalam urusan rumah

tangga.”

Al memandang wajah Maria. Dalam keadaan yang lemah seperti ini,

gadis itu benar-benar tampak seperti seorang anak yang lemah.

Tetapi bila ia mulai mengatakan sesuatu, sulit menebak usianya yang

sebenarnya. Kata-katanya sering mengejutkan. Sering kali kata-katanya

sangat bijaksana seperti orang tua.

Hilangnya masa lalu gadis itu membuat gadis itu menjadi seorang gadis

misterius di Obbeyville. Wajahnya yang selalu tenang semakin menambah

kesan kemisteriusan dirinya.

Lebih-lebih segala tindakannya yang diluar dugaan siapa saja, sering

membuat semua orang berpikir seribu kali mengenai gadis itu.

Hingga kini tidak ada seorangpun yang dapat memberi jawaban yang

tepat mengenai segala kemisteriusan gadis itu. Satu-satunya jawaban yang

dapat diberikan semua penduduk Obbeyville adalah gadis itu adalah bidadari

yang dikirim para dewa.

Gadis itu menjadi cerita misterius tersendiri bagi penduduk Obbeyville.

Bagi mereka yang baru mengenal gadis itu setelah gadis itu sadar dari

pingsannya, gadis itu adalah Maria, putri Mrs. Vye. Dan tidak seorang pun 96

Page 97: Gadis Misterius

tahu siapakah Maria di masa lalunya, semua orang hanya dapat menebak

baik yang percaya pada mitos maupun yang tidak.

Kereta berhenti tepat di depan rumah dokter pribadi keluarga Al.

Rumah berdinding batu itu berdiri tegak di perbatasan antara

Obbeyville dan Blueberry. Taman di sekitar rumah tampak rapi dan terawat.

Dedaunan yang telah menguning menghampar di rumput yang

kekuningan. Bunga-bunga musim panas yang bermekaran tampak indah di

taman itu.

Sebelum kusir kuda membukakan pintu, Al telah keluar dari kereta itu

dengan membopong Maria. Mrs. Vye mengikuti di belakangnya.

Dokter yang menyambut kedatangan mereka sangat terkejut melihat

keadaan Maria.

“Baru pertama kali ini saya melihat wajah pasien yang sepucat wajah

gadis ini,” kata dokter yang bernama Roe itu.

Dokter Roe segera mengantar mereka memasuki rumahnya dan

memeriksa Maria di sebuah kamar yang khusus disediakannya bagi pasien

yang berobat ke rumahnya.

Al menanti dengan cemas di pintu kamar itu sementara Dokter Roe

memeriksa Maria.

Suara Mrs. Vye yang sedang menjawab segala pertanyaan Dokter Roe

terdengar dari balik pintu yang membatasi ruangan tempat kerja Dokter Roe

dengan Ruang Pemeriksaan.

Al merasa seperti menunggu kemunculan dokter itu selama berabad-

abad. Setelah beberapa lama, Al dapat menarik napas lega.

Dokter itu keluar dari ruangan tempat ia memeriksa Maria dengan

wajah lega.

“Bagaimana keadaannya, Dokter?” tanya Al dengan cemas.

“Jangan khawatir, ia tidak separah yang saya duga. Ia hanya terkena

demam biasa,” kata Dokter Roe.

“Wajahnya terlalu pucat bila ia hanya terkena demam biasa,” kata Al

tidak yakin akan kata-kata dokter itu.

“Jangan cemas, Tuan Muda. Ia hanya terkena demam biasa. Wajahnya

yang sangat pucat itu tidak perlu Anda khawatirkan. Saya telah

memeriksanya dengan teliti dan saya tidak melihat ia memiliki penyakit yang

lain selain demam,” kata dokter itu dengan senyumannya yang mampu

membuat semua anak tertawa.97

Page 98: Gadis Misterius

Al masih ingat, ia selalu tertawa bila ia melihat dokter yang berwajah

lucu itu tersenyum.

Namun ini bukan saatnya bagi Al untuk tersenyum atau tertawa. Ia

terlalu mencemaskan keadaan Maria sehingga tidak mampu memperhatikan

hal-hal yang lain.

Dokter Roe memang memiliki perawakan yang lucu. Rambutnya

putihnya yang tipis membuat ia tampak botak. Keriput wajahnya membuat ia

tampak lucu dengan rambutnya yang hampir habis itu. Kacamatanya yang

kebesaran itu juga membuatnya tampak semakin lucu.

Tubuhnya yang pendek gemuk seperti tong itu tidak membuat dirinya

merasa rendah diri. Sebaliknya Dokter Roe sering bergurau mengenai

kegemukan tubuhnya itu.

Namun di balik kelucuannya itu, ia sebenarnya seorang dokter yang

sangat terkenal di Blueberry. Ia terkenal pandai mengobati segala macam

penyakit.

Dengan gayanya yang santai, dokter itu duduk di meja kerjanya dan

mulai menulis.

Al duduk di hadapan Dokter Roe sambil terus mengawasi tangan dokter

itu yang bergerak-gerak di atas kertas.

“Ia gadis itu?” tanya Dokter Roe setelah selesai menulis.

Al tahu apa yang dimaksudkan Dokter Roe. “Ya, ia gadis yang

ditemukan di Sungai Alleghei,” jawabnya.

“Dan wanita tua itu adalah Mrs. Vye?” Dokter Roe bertanya lagi.

“Ya. Wanita tua itulah yang menemukan gadis itu di tepi Sungai

Alleghei.”

“Gadis itu memang seperti yang penduduk Obbeyville katakan. Bahkan

gadis itu lebih cantik dari yang mereka katakan. Sudah lama saya ingin

bertemu dengannya, tetapi saya tidak berani berharap sebab pekerjaan saya

banyak.”

“Menurut Anda, siapakah gadis itu?” tanya Al.

“Saya tidak dapat memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan itu.

Untuk sementara ini, saya hanya dapat menduga gadis itu memang bidadari,

seperti yang penduduk Obbeyville katakan.”

“Ia sangat luar biasa. Tidak hanya kecantikannya yang membuat

Obbeyville mengatakan gadis itu bidadari utusan para dewa, tetapi juga

kebaikan hatinya dan keramahannya.”98

Page 99: Gadis Misterius

“Anda telah lama mengenalnya?”

“Tidak, saya baru beberapa hari mengenalnya. Dan selama itu ia sering

membuat saya merasa terkejut. Ia gadis yang sulit diduga. Kita tidak tahu apa

lagi yang akan dilakukannya untuk menggemparkan Obbeyville.”

“Saya merasa yakin ia berbeda dari wanita-wanita yang telah Anda

kenal,” kata Dokter Roe sambil tersenyum memandangi wajah Al.

Al menyetujui kata-kata Dokter Roe. Dari semua wanita yang telah

dikenalnya, Maria memang berbeda dari mereka.

Sebagai pria yang berpengalaman dalam menghadapi wanita, ia dapat

dengan mudah menebak segala yang ada di pikiran wanita-wanita itu. Tetapi

ia tidak dapat menebak dengan tepat pikiran Maria.

Segala yang ada pada diri Maria sulit ditebak. Seolah-olah ada sesuatu

yang melindungi gadis itu sehingga tidak seorang pun dapat menebak

pikirannya.

Dari luar, ia tampak seperti gadis yang lugu dan polos. Tetapi kata-

katanya seperti orang yang sangat berpengalaman dalam hidup ini.

Kebijaksanaan gadis itu serta kesopanannya membuat semua orang

mengaguminya. Gadis itu memiliki sesuatu yang jarang ditemui pada gadis-

gadis lainnya, sesuatu yang membuat gadis itu menonjol di antara semua

wanita.

Keanggunan serta tutur katanya yang lemah lembut membuat Al

semakin mengagumi gadis itu.

Al percaya tidak akan ada orang yang berani menganggu Maria walau

gadis cantik itu terlihat seperti orang yang mudah diganggu.

Ada sesuatu pada diri gadis itu yang membuat semua orang bersikap

hormat kepadanya, seperti gadis itu menghormati orang di sekitarnya. Semua

orang harus berpikir berkali-kali sebelum menganggu ketenangan Maria.

Ketenangan gadis itu juga membuat Al kagum. Gadis itu selalu dapat

menjaga sikapnya setenang mungkin dalam keadaan seperti apa pun, seperti

orang yang telah terlatih untuk menghadapi segala sesuatu dengan kepala

dingin.

“Ia sangat berbeda dari mereka. Walaupun saya lebih tua darinya,

tetapi kadang-kadang saya merasa ialah yang lebih tua. Baru kali ini saya

bertemu dengan seorang gadis yang sangat bijaksana.”

“Saya juga baru kali ini menjumpai gadis yang sangat cantik seperti

gadis itu. Kecantikannya seperti menambah kesan kemisteriusan gadis itu.”99

Page 100: Gadis Misterius

“Maria selalu dikelilingi kemisteriusan dengan tindakannya yang tidak

dapat diduga.”

“Maria? Indah sekali nama itu. Mrs. Vye pandai memberi nama.”

Menyadari pembicaraan mereka telah jauh menyimpang dari masalah

yang kini mereka hadapi, Al segera berkata,

“Apakah ia benar-benar tidak apa-apa, Dokter? Mrs. Vye mengatakan

gadis itu sepucat saat ini ketika ia menemukannya tergeletak pingsan di tepi

Sungai Alleghei. Dan selama itu sering suhu tubuhnya tiba-tiba berubah.”

“Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, Tuan Muda, Anda tidak

perlu khawatir. Gadis itu hanya demam biasa. Bila Anda masih kurang yakin,

Anda bisa menanyakan keadaan gadis itu pada Dokter Donter.”

“Saya rasa saat ini ia sedang sibuk, ia orang yang selalu sibuk. Entah

siapa yang dirawatnya saat ini. Orang tua saya pernah hendak memeriksakan

diri ke Dokter Donter, tetapi dokter itu sibuk di Istana. Apa yang dilakukannya

di Istana, saya tidak tahu. Mungkin ia sedang merawat Raja atau keluarga

Raja yang lain.”

“Kita memang sulit menemui Dokter Donter. Tetapi percayalah kepada

saya, gadis itu hanya demam. Dokter Donter pernah bercerita kepada saya

bahwa ia memiliki seorang pasien yang memiliki penyakit sangat aneh.”

“Penyakit apa?” tanya Al.

“Katanya, pasien itu tidak tahan udara dingin. Bila terkena udara dingin

sang pasien akan jatuh sakit selama berhari-hari dan selama itu suhu

tubuhnya sangat tinggi. Kadang-kadang suhu tubuhnya turun, tetapi tidak

jarang suhu tubuhnya tiba-tiba naik lagi.”

“Keadaannya sama seperti yang dikatakan Mrs. Vye,” kata Al, “Apakah

Anda yakin Maria tidak apa-apa?”

“Ya, saya sangat yakin. Gadis yang dirawat Dokter Donter masih hidup

dengan tenang di tengah-tengah keluarganya. Kata Dokter Donter, gadis itu

sering mengatakan kepada dirinya:

‘Saya ini orang yang aneh. Setiap orang melarikan diri dari bahaya,

tetapi saya melarikan diri bukan dari bahaya tetapi dari cuaca.’

Gadis itu jarang berada di rumah. Pada musim ini ia berada suatu

tempat. Di musim yang lain, ia berada di tempat yang lain pula.”

“Siapakah gadis itu? Apakah mungkin Maria adalah gadis itu?” kata Al

seolah-olah pada dirinya sendiri.

“Hal itu sangat tidak mungkin, Tuan Muda. Mereka bukan gadis yang 100

Page 101: Gadis Misterius

sama. Dari yang saya ketahui dari Dokter Donter, gadis itu pada musim ini

berada di rumah musim panasnya di balik Death Rocks.”

“Di samping itu, Tuan Muda, keluarga gadis itu sangat kaya. Tidak

mungkin seorang gadis yang kaya seperti dia mau merendahkan dirinya

dengan melakukan tugas pelayan.”

“Ya, Anda benar. Kata Mrs. Vye, Maria pandai mengatur rumah. Mereka

bukan gadis yang sama,” kata Al membuang pikirannya tentang

kemungkinan gadis yang diceritakan Dokter Roe dan Maria adalah gadis yang

sama.

“Tidak baik saya menahan Anda terlalu lama. Sebaiknya Anda segera

mengantar Maria. Gadis itu membutuhkan banyak istirahat,” kata Dokter Roe

sambil mengulurkan resep obat.

Al menerima kertas itu, “Terima kasih, Dokter. Sekali lagi maafkan saya

yang telah mengganggu Anda sepagi ini.”

“Seorang dokter memang harus siap kapan pun diperlukan. Saya

senang bisa membantu Anda,” kata Dokter Roe. “Sebenarnya saya masih

tidak mengerti mengapa Anda mengajak gadis itu bepergian sepagi yang

dingin seperti ini.”

“Maria mengatakan ia ingin melihat matahari terbit, maka saya dengan

ijin Mrs. Vye mengajak gadis itu pergi ke pantai yang terletak di timur

Obbeyville untuk melihat matahari terbit,” kata Al, “Mrs. Vye juga ikut

bersama kami, jadi Anda jangan berpikir yang tidak-tidak. Antara saya dan

Maria tidak ada apa-apa.”

“Saya mengerti gadis itu memang berbeda dari wanita-wanita saat ini

yang tingkahnya persis seperti wanita pelacur. Setiap hari mereka hanya

mengejar harta orang-orang kaya,” kata Dokter Roe.

“Yang paling mencolok saat ini adalah Baroness Lora dan putrinya tentu

saja. Saya percaya Maria tidak akan terjangkit penyakit yang menjijikkan itu

walau mereka tinggal di tempat yang sama.”

Al tertawa mendengar nada bicara Dokter Roe yang jelas-jelas

menunjukkan ketidak sukaannya pada tingkah dua wanita dari Obbeyville

yang mengejar pria-pria kaya.

Entah berapa kali Baroness Lora terlibat skandal yang menggemparkan

Obbeyville. Beratus-ratus kali rasanya wanita itu terlibat skandal dengan

berbagai macam pria dari kalangan bangsawan. Tetapi wanita itu tidak jera-

jera juga. Bahkan hal itu telah menurun pada putrinya.101

Page 102: Gadis Misterius

Banyak pria yang telah terperosok dalam jerat Lady Debora. Wanita itu

pandai menggunakan kecantikan wajahnya untuk menjerat pria kaya.

Walaupun Maria bekerja sebagai pelayan Lady Debora, tetapi Al

percaya Maria tidak akan tertular penyakit yang dikatakan Dokter Roe. Gadis

itu telah menunjukkan sikapnya yang berbeda dari wanita-wanita lainnya.

“Maria tidak akan terjangkit penyakit itu, Dokter. Walaupun ia masih

sangat muda dan polos, tetapi ia sangat bijaksana dalam menentukan

langkah-langkahnya.”

Al dan dokter itu menuju ruang tempat Maria berbaring.

Mrs. Vye duduk di tepi pembaringan sambil terus mengawasi wajah

Maria yang pucat. Wanita tua itu mengangkat kepalanya ketika Dokter Roe

membuka pintu ruang itu.

Mrs. Vye segera beranjak dari tempat duduknya ketika Al mendekat.

Wanita tua itu seperti tahu apa yang akan dilakukan Al.

Ia memandang wajah Maria yang masih pucat, mata gadis itu masih

terpejam. Kemudian dengan hati-hati, pria itu mengangkat tubuh Maria dari

pembaringan.

Dokter Roe mengantar mereka hingga ke pintu depan.

Setelah mengucapkan terima kasih kepada Dokter Roe, Mrs. Vye segera

menuju kereta yang telah menanti mereka.

“Terima kasih atas bantuan Anda, Dokter,” kata Al.

“Jangan pernah menyakiti hati gadis itu, Tuan Muda. Jagalah ia baik-

baik. Ia satu-satunya gadis yang tepat untuk Anda. Saya percaya ia akan

menjadi istri yang baik,” kata Dokter Roe menggoda Al. “Saya yakin ialah

yang Anda cari selama ini.”

Al tersenyum mendengar kata-kata Dokter Roe. “Saya pasti akan

menjaganya dengan baik.”

Dokter Roe tersenyum. Ia memandangi punggung Al yang menjauh

kemudian menghilang di dalam kereta.

Entah mengapa ia merasa gadis misterius itu benar-benar tepat untuk

Al yang terkenal sulit didekati.

Banyak wanita yang ditolak pemuda itu. Pemuda itu seperti enggan

menghabiskan masa mudanya. Sementara itu, orang tua pemuda itu

menginginkan anaknya yang tahun ini berusia dua puluh tujuh tahun itu,

segera menikah.

Orang tua pemuda itu juga merasa kesulitan terhadap tingkah anaknya 102

Page 103: Gadis Misterius

yang pemilih itu. Al menolak semua wanita yang disodorkan orang tuanya.

Mereka tidak mengerti wanita seperti apakah yang diinginkan anaknya.

Akhirnya mereka memilih untuk membiarkan anak mereka memilih

sendiri wanita yang akan dinikahinya. Mereka tidak pernah mendesak

pemuda itu lagi.

“Maafkan saya telah membuat Anda terlambat, Mrs. Vye,” kata Al.

“Jangan khawatir, Tuan Muda. Mereka tidak akan tahu saya terlambat.

Mereka takkan bangun sebelum tengah hari.”

“Saya heran ternyata ada juga wanita sangat malas seperti mereka.

Saya tidak dapat membayangkan wanita yang bangun di tengah hari.”

“Anda pasti juga tidak dapat membayangkan ada gadis yang bangun

pagi-pagi buta seperti Maria.”

“Ya, saya juga merasa sukar mempercayainya. Saya kira ia terlalu

membesar-besarkan saja,” kata Al mengakui.

“Ia tidak membesar-besarkan, Tuan Muda. Ia selalu bangun pukul tiga,”

kata Mrs. Vye meyakinkan Al, “Pada mulanya saya juga tidak mempercayai ia

bangun sepagi itu, saya menduga ia tidak dapat tidur. Tetapi lama kelamaan

saya mengakui Maria berbeda dari gadis-gadis lainnya.”

“Sangat berbeda. Ia sangat berbeda dari semua wanita yang saya

kenal,” kata Al menyetujui pendapat Mrs. Vye.

“Apakah Anda tidak lelah? Dari tadi Anda memangku Maria,” tanya Mrs.

Vye tiba-tiba.

“Tidak, saya tidak lelah. Maria sangat ringan. Saya merasa seperti

memangku seorang anak kecil,” jawab Al.

“Anda memang terlihat seperti seorang ayah yang memangku anaknya

yang sedang tidur,” kata Mrs. Vye.

“Lebih tepat bila Anda mengatakan seorang kakak yang memeluk

adiknya,” kata Al mengkoreksi.

“Apakah Maria pernah menyebut tentang keluarganya kepada Anda?”

“Tidak, ia tidak pernah mengatakan apa-apa.”

“Apakah ia pernah mengingau sewaktu Anda menemukannya?” tanya

Al lagi.

“Tidak. Mengapa Anda menanyakan hal itu?” tanya Mrs. Vye heran.

“Ia tadi mengingau,” jawab Al.

“Benarkah itu? Mengapa saya tidak mendengarnya?” sela Mrs. Vye.

“Ia mengingau sangat lirih hampir tidak terdengar oleh saya.”103

Page 104: Gadis Misterius

“Apakah yang ia ingaukan?” tanya Mrs. Vye.

“Ia mengatakan ia kedinginan dan ketakutan. Hanya itu, tidak ada lagi

yang disebutkannya.”

“Kasihan Maria. Saya berharap ia lekas sembuh. Saya sedih bila ia sakit.

Suasana di Sidewinder berubah sejak kedatangannya,” kata Mrs. Vye sedih.

“Tidak hanya di Sidewinder House saja. Maria juga membawa

perubahan di Obbeyville,” kata Al ketika mereka telah memasuki Obbeyville.

Kereta berhenti tepat di depan pondok Mrs. Vye. Suasana di Obbeyville

masih lenggang. Tidak banyak orang yang lalu lalang di jalan.

Al melewati Mrs. Vye yang membukakan pintu baginya. Dengan hati-

hati ia melewati pintu kecil itu. Mrs. Vye memegang kepala Maria agar tidak

terantuk pintu.

Ia membimbing Al menuju kamar Maria. Setelah menyingkapkan

selimut yang menutup tempat tidur, ia meminta Al meletakkan Maria di

pembaringan.

Al meletakkan tubuh Maria dengan lembut di atas pembaringan.

Dengan satu tangannya ia menyangga kepala gadis itu kemudian meletakkan

bantal dibawah kepalanya.

“Tampaknya Maria tidak akan sadar dalam waktu dekat ini,” kata Al.

“Dulu ia pingsan hampir satu minggu lamanya. Mungkin kali ini ia

segera sadar.”

“Ya, saya juga berharap begitu,” kata Al, “Selama Maria sakit, siapakah

yang menjaganya?”

“Saya. Tetapi saya tidak bisa terus menerus menjaganya, saya juga

harus menyelesaikan pekerjaan yang telah menanti di Sidewinder House.”

“Ijinkanlah saya menjaga Maria selama Anda tidak berada di sini,” kata

Al.

“Jangan merepotkan diri Anda sendiri dengan menjaga Maria. Anda

masih memiliki banyak tugas. Saya dapat merawatnya sendirian.”

“Jangan khawatir, Mrs. Vye. Papa pasti mengerti bila saya mengatakan

hal ini. Saya akan merasa sangat senang bila Anda mengijinkan. Lagipula

karena sayalah Maria menjadi seperti ini.”

“Baiklah, Anda boleh membantu saya menjaga Maria. Saya memang

tidak dapat membiarkan Maria sendirian selama ia sakit,” kata Mrs. Vye

setelah terdiam beberapa lama.

Setiap pagi, Al tidak lagi menemui Maria di tepi Sungai Alleghei. Ia 104

Page 105: Gadis Misterius

menggantikan tugas Mrs. Vye menjaga Maria.

Seperti halnya Mrs. Vye, ia merasa khawatir pada Maria yang masih

belum sadar walaupun hari-hari telah berlalu.

Dokter Roe mengatakan Maria baik-baik saja, tetapi hal itu tidak

mengurangi kecemasan Al dan Mrs. Vye.

Hingga pada hari ketiga mereka masih belum dapat bernapas lega

melihat Maria yang masih tertidur.

Al memandangi Maria yang masih belum sadar. Rambut panjangnya

berserakan di atas bantal putih.

Dengan tangannya yang terlipat di dadanya, gadis itu nampak seperti

putri tidur dalam dongeng anak-anak.

Duduk di tepi pembaringan sambil mengawasi Maria telah menjadi

pekerjaan sehari-harinya dalam dua hari terakhir ini. Hari ini merupakan hari

ketiganya, ia menjaga Maria.

Selama itu, Lady Debora tidak pernah mengunjungi Maria walaupun

hanya sekali.

Al telah menduga hal itu dan ia merasa sangat beruntung tidak

berjumpa dengan wanita itu selama ia menjaga Maria.

Dengan demikian ia dapat menjaga Maria dengan tenang, mengawasi

wajah cantik yang tertidur itu.

Bulu mata Maria yang terpejam tiba-tiba bergetar. Detik berikutnya

mata yang indah itu membuka perlahan-lahan.

Al sangat senang melihat Maria telah sadar dari tidur panjangnya.

“Al? Mengapa Anda di sini?” tanya Maria lirih.

“Aku senang engkau sudah sadar,” kata Al, “Rasanya seperti berabad-

abad engkau menjadi putri tidur, padahal sejak kemarin lusa engkau tidak

sadarkan diri.”

“Maafkan saya telah merepotkan Anda,” kata Maria.

“Maria, engkau tidak pernah membuatku repot. Engkau tertidur sangat

nyenyak sehingga tidak menyulitkan apa-apa.”

“Di mana Mrs. Vye?” tanya Maria.

“Ia di Sidewinder House,” jawab Al.

Teringat tugasnya di Sidewinder House, Maria segera bangkit, namun

pria itu mencegahnya.

“Tidurlah, Maria. Engkau membutuhkan banyak istirahat,” kata Al

sambil meletakkan tubuh Maria. “Jangan mengkhawatirkan tugasmu. Kata 105

Page 106: Gadis Misterius

Mrs. Vye, Lady Debora mengerti akan keadaanmu.”

“Mrs. Vye sangat baik. Andaikan tubuh saya tidak lemah, saya akan

membantunya,” kata Maria lirih.

“Karena itu, Maria, engkau harus banyak istirahat agar tubuhmu

kembali pulih.”

“Saya mengerti, saya harus banyak beristirahat agar segera pulih,” kata

Maria.

Mrs. Vye sangat senang ketika melihat Maria telah sadar. Ia sangat

senang hingga hampir lupa memberi obat kepada Maria.

Walaupun Maria telah sadar, tetapi Mrs. Vye dan Al masih bergantian

menjaga Maria. Mereka berdua terus menjaganya hingga gadis itu sembuh

benar.

Setiap hari, Al membawakan bunga untuk Maria. Maria merasa senang

mendapat berbagai macam bunga musim panas yang indah.

106

Page 107: Gadis Misterius

7

Entah karena bunga-bunga itu atau karena orang yang

membawakannya, Maria lebih cepat pulih dari yang diperkirakan. Dua hari

kemudian, Maria telah cukup sehat untuk mengerjakan tugasnya di

Sidewinder House.

Seperti biasa, Maria dan Mrs. Vye pergi berjalan-jalan di sepanjang

Sungai Alleghei pagi itu.

Penduduk Obbeyville tampak senang melihat Maria muncul dari pondok

mungil itu setelah selama beberapa hari gadis itu tidak muncul. Beberapa dari

mereka mengajak Maria bercakap-cakap.

Maria merasa sangat senang pagi itu. Ia sengaja berjalan lambat agar

dapat menikmati pemandangan tepi Sungai Alleghei yang hilang darinya

selama beberapa hari.

Tak lama setelah Mrs. Vye kembali ke Sidewinder House, Maria

meninggalkan tempat itu.

Ia ingin segera berjumpa Mr. Liesting, Mrs. Fat, dan Mrs. Dahrien. Ia

menduga mereka pasti senang melihatnya seperti penduduk Obbeyville

lainnya yang senang melihatnya muncul dari pondok mungil Mrs. Vye.

Seperti yang telah diperkirakan Maria sebelumnya, Mrs. Fat, Mr. Liesting

serta Mrs. Dahrien gembira melihat kedatangannya. Mereka mengajak Maria

bercakap-cakap di dapur.

“Engkau membuat kami khawatir, Maria,” kata Mrs. Dahrien.

“Maafkan saya. Saya tidak bermaksud membuat Anda khawatir.”

“Mengapa engkau telah berada di sini pagi-pagi, Maria? Biasanya

engkau masih berada di Sungai Alleghei,” tanya Mrs. Vye.

“Saya merindukan kalian,” kata Maria.

“Anak-anak Obbeyville juga merindukanmu. Mereka mencarimu,

mereka sangat sedih karena tidak dapat menemukanmu,” kata Mrs. Fat.

“Saya juga merindukan mereka.”

“Sayang Mrs. Vye tidak mengijinkan mereka menemuimu.”

“Aku harus melakukannya, Mr. Liesting. Aku tidak dapat membiarkan

mereka mengganggu istirahat Maria. Ia membutuhkan banyak istirahat,” kata 107

Page 108: Gadis Misterius

Mrs. Vye.

“Aku mengerti, Mrs. Vye. Aku juga setuju pada tindakanmu. Mereka

akan mengganggu istirahat Maria selama ia sakit.”

“Mengapa engkau tidak menemui mereka?” tanya Mrs. Fat.

“Saya ingin menemui mereka setelah saya menyelesaikan tugas saya.”

“Lupakanlah tugasmu, Maria. Engkau baru saja sembuh. Jangan

melakukan pekerjaan yang berat. Kami bisa melakukannya,” kata Mrs.

Dahrien.

“Lebih bijaksana bila saat ini engkau pergi menemui anak-anak itu,”

kata Mrs. Fat.

“Itu bukan bijaksana, Mrs. Fat, tetapi tindakan yang lebih baik. Biarlah

saya membantu Anda sebentar kemudian saya akan menemui mereka. Saya

merasa seluruh tubuh saya kaku selama beristirahat di atas tempat tidur.”

“Renggangkanlah badanmu dengan bermain dengan anak-anak. Jangan

dengan melakukan pekerjaan yang berat. Engkau baru sembuh,” kata Mrs.

Dahrien.

“Sejak kemarin mereka berkeliaran di sekitar rumah ini. Yang Mulia dan

Tuan Puteri dibuat marah karenanya,” kata Mr. Liesting.

“Apakah mereka melakukan sesuatu yang tidak baik?” tanya Maria

cemas.

“Tidak, mereka tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya berkeliaran di

sekitar rumah ini,” kata Mr. Liesting.

“Baroness Lora dan Lady Debora pasti merasa risau melihat banyak

anak berkeliaran di sekitar rumah mereka,” kata Maria dengan tersenyum,

“Saya akan menemui mereka sekarang. Saya tidak ingin mereka dimarahi

kedua wanita itu.”

“Ya, itu yang paling baik. Temuilah mereka dan bersenang-senanglah

hingga tengah hari nanti,” kata Mrs. Fat.

Maria meninggalkan Sidewinder House melalui pintu belakang yang

berada di dapur tempat mereka bercakap-cakap itu.

Ia tidak melihat seorang anak pun di sekitar rumah itu. Suasana di

sekitar rumah itu masih tampak lenggang seperti ketika ia datang.

Hanya beberapa orang yang melintasi jalan di depan Sidewinder House.

Mereka menuju Blueberry.

Maria menduga mereka adalah petani yang bekerja di kebun Blueberry

Duke of Blueberry.108

Page 109: Gadis Misterius

Dari Mrs. Vye, Maria mengetahui tidak sedikit penduduk Obbeyville

yang bekerja pada Duke. Tetapi juga tidak sedikit penduduk Obbeyville yang

bekerja di tanah pertanian mereka sendiri.

Petani-petani menggembalakan ternak mereka. Beberapa di antara

mereka ada yang menanam bibit di tanah pertanian mereka yang tandus.

Semua bekerja dengan giat dan penuh semangat.

Di kejauhan tampak Sungai Alleghei yang berkilauan seperti

menyambut kedatangannya. Daun-daun bergemirisik tertiup angin pagi.

Daun-daun yang menguning menghiasi tanah.

Matahari masih bersembunyi di balik pepohonan. Awan-awan putih

telah berkejar-kejaran ke sana ke mari di langit yang biru.

Ketika Maria memandang jalan yang menuju Sidewinder House, ia

melihat anak-anak berjalan mendekat. Wajah anak-anak itu tampak ceria.

“Mengapa Anda tidak menemui kami?” tanya mereka.

“Saya harus beristirahat. Maafkan saya, sekarang saya akan menebus

kesalahan saya,” kata Maria.

“Anda belum menyelesaikan dongeng yang Anda ceritakan,” kata

seorang anak.

“Ya, saya masih ingat. Mari kita pergi ke Sungai Alleghei. Saya akan

melanjutkan cerita saya di sana. Kalian tidak ingin dimarahi Baroness Lora

lagi, bukan?” kata Maria.

“Ya, Baroness Lora sangat jahat. Ia memarahi kami padahal kami tidak

melakukan apa-apa. Kami hanya mencari Anda di sini,” kata anak-anak itu.

“Hari ini kalian tidak perlu mencari saya karena saya akan menemani

kalian hingga tengah hari nanti. Tetapi tidak di sini, saya akan menemani

kalian bermain di tempat yang lain.”

Anak-anak itu berseru senang.

Mereka senang dapat bermain dengan Maria sepanjang hari. Itulah

yang mereka harapkan sejak kemarin, tetapi Maria tidak muncul sehingga

mereka harus menahan rasa kecewa mereka.

“Jangan ribut, nanti Baroness Lora marah kepada kalian lagi,” kata

Maria menenangkan anak-anak itu.

Setelah anak-anak itu diam, Maria mengajak mereka meninggalkan

Sidewinder House.

Mereka berebut menggandeng Maria. Dengan tersenyum, Maria melerai

mereka dan membiarkan anak-anak itu menggandeng tangannya beramai-109

Page 110: Gadis Misterius

ramai.

Belum jauh, Maria dan anak-anak itu meninggalkan Sidewinder House

ketika Maria melihat Al datang mendekat dengan kudanya.

Al tersenyum ketika melihat Maria berjalan beramai-ramai dengan

anak-anak menuju Sungai Alleghei. Tetapi hal itu tidak mengurangi

kekecewaan yang tampak di wajahnya.

Maria mencoba menerka kekecewaan apa yang ditahan Al. Dan ketika

ia menemukan jawabannya, ia merasa bersalah.

“Kelihatannya engkau dan anak-anak itu hendak menuju Sungai

Alleghei. Apakah ini sebabnya engkau tidak menemuiku di sana seperti

biasanya?” tanya Al.

“Maafkan saya telah membuat Anda kecewa. Pagi ini saya merasa ingin

segera berjumpa dengan Mr. Liesting, Mrs. Fat dan Mrs. Dahrien serta anak-

anak ini karena itu saya segera meninggalkan Sungai Alleghei setelah

kepergian Mrs. Vye. Saya tidak bermaksud menghindari Anda,” kata Maria.

“Aku mengerti, Maria. Sekarang apakah engkau mengijinkan aku ikut

dalam rombonganmu?”

“Bila Anda mau turun dari kuda Anda.”

Al melompat dari punggung kudanya kemudian mendekati Maria.

“Anda tidak keberatan mendapat perlakuan yang tidak Anda harapkan?

Saya tidak akan memperhatikan Anda, saya akan lebih memusatkan

perhatian saya pada anak-anak ini. Saya tidak ingin terjadi sesuatu pada

mereka selama mereka bersama saya,” kata Maria.

“Jangan khawatir, aku tidak akan kecewa. Aku akan membantumu

mengawasi anak-anak itu. Aku khawatir mereka terlalu nakal sehingga

membuat engkau kerepotan,” kata Al sambil memandangi anak-anak yang

berada di sekeliling Maria.

Anak-anak marah mendengar kata-kata Al. Mereka menatap Al dengan

wajah cemberut, tetapi pria itu yang pura-pura tidak tahu.

“Kami tidak nakal. Benarkan?” kata mereka sambil memandang Maria.

Maria tersenyum melihat kemarahan anak-anak itu.

“Saya tahu kalian anak yang baik,” kata Maria, “Sekarang, mari kita

pergi. Matahari semakin tinggi di langit.”

Bersama beberapa anak, Maria melangkah meninggalkan mereka yang

masih marah pada Al.

Al mengikuti di samping Maria. Tangan pria itu memegang kendali kuda 110

Page 111: Gadis Misterius

yang berjalan di sampingnya.

Setelah agak jauh berjalan, Maria berhenti dan membalikkan badan

kepada anak-anak yang belum beranjak dari tempat mereka.

“Bila kalian tetap tinggal di sini, saya tidak akan mengulang cerita yang

akan saya ceritakan pada teman-teman kalian,” kata Maria pada mereka.

Mereka menanti anak-anak yang berlari mendekat itu. Setelah semua

anak telah berkumpul kembali, mereka melanjutkan perjalanannya kembali.

“Mereka marah kepada Anda,” kata Maria pada Al yang berjalan di

sisinya.

“Aku tahu. Mereka sangat lucu ketika marah,” kata Al.

“Anda akan menyesal bila dibenci anak-anak.”

“Mengapa demikian?” tanya Al heran.

“Pikiran anak-anak masih polos. Apa yang mereka pikirkan, mereka

rasakan tidak pernah mereka sembunyikan. Mereka selalu mengatakan apa

yang mereka pikirkan, rasakan. Jangan sampai mereka membenci Anda,

karena anak-anaklah yang membuat kita lebih merasakan kebahagiaan

dunia.”

“Sejujurnya, Maria, aku kurang mengerti yang kaukatakan.”

“Anak-anaklah kebahagiaan dunia. Canda tawa mereka yang menghiasi

dunia membuat dunia semakin ceria.”

“Kau benar. Tanpa canda tawa mereka, dunia ini terasa sepi.”

Seperti biasa, penduduk Obbeyville berbisik-bisik melihat Maria berjalan

beramai-ramai dengan anak-anak menuju Sungai Alleghei dengan didampingi

seorang pria. Namun tak seorang pun dari mereka yang mempedulikan hal

itu.

Mereka terus berjalan menuju Sungai Alleghei. Anak-anak tampak

sangat bersemangat, mereka menanti kelanjutan dongeng yang diceritakan

Maria.

Telah berhari-hari mereka menanti saat itu. Mereka terus menanti

dengan tekun hingga gadis itu muncul dari pondok Mrs. Vye.

Maria duduk di bawah pohon besar di tepi Sungai Alleghei. Anak-anak

duduk di sekitarnya sedangkan Al berdiri di belakang mengawasi mereka dan

kudanya yang sedang merumput.

“Hingga di mana cerita saya?” tanya Maria.

“Ketika para dewa merencanakan untuk menyerang setan-setan,” kata

anak-anak itu serempak.111

Page 112: Gadis Misterius

Maria tersenyum melihat anak-anak Obbeyville yang kompak. Mereka

seperti telah diajarkan sejak kecil untuk selalu rukun.

Sejak kedatangan Maria di desa kecil ini, ia tidak pernah mendengar

anak yang bertengkar. Mereka selalu bermain bersama-sama tanpa

mempedulikan perbedaan usia.

Kakak menjaga adik, adik menjaga kakak, seperti itulah kerukunan

mereka. Maria mengaggumi cara penduduk Obbeyville dalam mendidik anak-

anak mereka agar rukun satu sama lain.

Antara anak-anak itu telah terjalin hubungan yang akrab sehingga

mereka mau saling membantu bila ada yang kesulitan.

Melihat kerukunan mereka, seperti tiada kecurigaan dan iri hati di

antara mereka. Mereka bermain dalam satu keluarga besar, anak-anak

Obbeyville.

Satu hal yang membuat Maria adalah bila Baroness Lora benar-benar

berasal dari Obbeyville. Mengapa wanita itu enggan bergaul dengan

penduduk lainnya?

Bila sejak kecil Baroness Lora diajarkan untuk hidup rukun seperti anak-

anak itu, mengapa kebencian masih dapat berada di hati wanita itu?

Walaupun penduduk Obbeyville sering membicarakan segala sesuatu

mengenai Maria di belakang gadis itu. Tetapi mereka tidak menyimpan

kebencian kepada Maria di hati mereka seperti Baroness Lora.

Tiada dimengerti oleh Maria mengapa Baroness Lora membenci dirinya.

Seolah-olah Maria telah melakukan suatu kesalahan besar terhadap wanita

itu.

Sering kali pula Maria mencoba menemukan kesalahan yang telah

diperbuatnya terhadap wanita itu. Tetapi ia tidak dapat menemukan jawaban

atas pertanyaan itu. Baik di masa kini maupun di masa lalunya yang tertutup

kabut tebal.

Walaupun Maria tidak dapat mengingat masa lalunya, tetapi ia masih

dapat merasakan bahwa ia tidak pernah bertemu dengan Baroness Lora serta

putrinya sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya Maria berada di Obbeyville.

Benar Maria tidak dapat mengingatnya, tetapi perasaan Maria

mengatakan ia belum pernah berada di Obbeyville sebelumnya dan Maria

percaya hal itu.

“Para dewa yang mengetahui rencana setan-setan itu, mulai menyusun

rencana untuk menghentikan setan-setan itu sebelum mereka melaksanakan 112

Page 113: Gadis Misterius

rencana jahat mereka,” kata Maria memulai ceritanya.

Sesungguhnya yang diceritakan Maria pada anak-anak itu, bukanlah

dongeng tetapi mitos peperangan antara para dewa dengan setan di

Blueberry.

Karena Maria tidak ingin anak-anak itu terlalu terpengaruh mitos yang

diceritakannya, maka ia tidak mengatakan kepada anak-anak itu bahwa apa

yang diceritakannya kepada mereka sesungguhnya adalah mitos bukan

dongeng.

Mitos yang benar-benar ada di masyarakat khususnya penduduk

Blueberry.

Mitos yang pernah terkenal di Kerajaan Zirva dan masih diketahui

sedikit orang.

Walaupun semakin sedikit orang yang mengetahui mitos nama asli

Blueberry, tetapi mitos itu masih tetap hidup seperti mitos yang dimiliki

penduduk Obbeyville.

Dan Maria mempercayai hal itu. Ia tidak ingin mitos itu hilang tertelan

kemajuan peradaban. Melalui ‘dongeng’ yang diceritakannya kepada anak-

anak itu, ia berharap mitos itu masih akan tetap dan terus hidup.

Sesungguhnya, Kerajaan Zirva memiliki tiga mitos yang paling terkenal

di antara mitos-mitos lainnya.

Tetapi hanya dua mitos yang diketahui penduduk, hanya orang-orang

tertentu yang mengetahui mitos ketiga itu termasuk Maria.

Di antara kedua mitos yang diketahui penduduk itu hanya mitos Sungai

Alleghei yang paling terkenal. Sedangkan mitos Blackblood hampir punah.

Walaupun Maria tidak dapat mengingat segala masa lalunya, namun

Maria masih dapat mengingat bahwa mitos ketiga itu sengaja disembunyikan

dari masyarakat luas selain suku tempat mitos itu berasal.

“Kurasa kalian harus menghentikan dongeng kalian di sini. Hari telah

siang dan Maria harus segera kembali ke Sidewinder House,” kata Al

menghentikan dongeng Maria.

Anak-anak mengeluh kecewa karena tidak dapat mendengar kelanjutan

dongeng yang mereka sukai itu.

“Jangan kecewa seperti itu. Besok Maria pasti akan melanjutkan

dongengnya yang belum selesai,” kata Al.

“Sekarang saya harus segera kembali ke Sidewinder House. Besok saya

akan melanjutkan dongeng saya, bila mungkin nanti sore saya akan 113

Page 114: Gadis Misterius

melanjutkan dongeng tersebut,” kata Maria membenarkan kata-kata Al.

“Aku khawatir sore ini engkau tidak dapat melanjutkan dongengmu,

Maria.”

“Saya tidak mempunyai rencana apa-apa untuk sore ini. Lady Debora

akan pergi sore ini seperti sore-sore lainnya dan baru tiba tengah malam,”

kata Maria.

“Bagus,” kata pria itu senang, “Sekarang lebih baik kita mengantar

anak-anak ini dan aku akan memberi tahumu sesuatu.”

“Kami bisa pulang sendiri bila Anda berdua ingin bercakap-cakap,” kata

anak yang paling tua di antara anak-anak lainnya itu.

“Tidak perlu. Saya akan mengantar kalian, saya bertanggung jawab

terhadap kalian selama kalian bersama dengan saya.”

“Serahkanlah tanggung jawab itu kepada saya. Saya sudah cukup besar

untuk mengawasi anak-anak lainnya,” kata anak itu lagi.

“Ya, Anda tidak perlu mengantar kami. Kami masih ingin bermain,” kata

anak-anak yang lain menyakinkan Maria.

“Biarkanlah mereka kembali sendiri, Maria. Aku yakin anak itu cukup

mampu menjaga teman-temannya,” kata Al ikut membujuk Maria.

“Saya harap kalian berhati-hati. Jangan sampai terjatuh! Perhatikanlah

langkah kalian,” kata Maria.

Anak-anak segera berlari meninggalkan Maria dan Al setelah Maria

menyatakan keputusannya. Mereka tidak menuju Obbeyville, tetapi ke tanah

pertanian milik penduduk Obbeyville yang terletak tak jauh dari Obbeyville.

“Engkau sangat pandai, Maria. Engkau menceritakan mitos itu kepada

anak-anak dalam bentuk dongeng,” kata Al setelah anak-anak itu menghilang

di balik pepohonan.

“Saya hanya menggunakan cara yang tepat untuk membuat mereka

menyukai mitos itu tanpa membuat mereka terpengaruh mitos itu,” kata

Maria.

“Ya, mereka mungkin takut bila mengetahui darah para setan itu telah

menjelma menjadi bunga Blackblood.”

“Bunga Blackblood sangat indah namun ia bisa terlihat menakutkan di

malam hari. Bunga itu pada siang hari tampak indah seperti bunga-bunga

lainnya, tetapi di malam hari ia tampak menakutkan dengan warnanya yang

menyerupai darah.”

“Sayang bunga itu telah semakin langka seperti mitos itu sendiri.”114

Page 115: Gadis Misterius

Maria mengangguk tanpa mengatakan apa-apa. Ia merasa sedih bunga

Blackblood yang indah namun menakutkan itu mulai langka.

Di hutan-hutan Blueberry sekalipun jarang dijumpai bunga itu. Bunga

itu menghilang bersamaan dengan menghilangnya mitos mengenai bunga itu

sendiri.

“Dapatkah Anda mengatakan apa yang ingin Anda beri tahukan kepada

saya?”

“Aku ingin mengajakmu pergi sore ini,” kata Al.

Al tidak memberi kesempatan pada Maria untuk menolak ajakannya,

“Mrs. Vye telah mengijinkan aku mengajakmu sore ini. Aku yang mengatakan

hal itu kepadanya dan ia memberiku ijin untuk membawamu pergi sore ini.

Bila engkau tidak percaya, engkau dapat bertanya pada Mrs. Vye sendiri.”

“Saya percaya Anda mengatakan yang sebenarnya. Ke manakah Anda

akan mengajak saya?”

“Aku ingin mengajakmu ke pesta dansa yang diadakan oleh keluargaku

sore ini.”

“Saya khawatir, saya tidak dapat ikut beserta Anda,” kata Maria, “Saya

tidak mempunyai gaun yang cocok untuk pergi ke pesta dansa itu.”

“Jangan khawatir, Maria. Aku telah mempersiapkan segalanya,” kata Al,

“Bila tidak ada hal yang menghalangi, engkau akan mendapat kiriman siang

ini.”

“Kiriman dari siapa? Untuk apa?” tanya Maria tak mengerti.

“Engkau akan mengerti nanti siang bila kiriman itu telah sampai

padamu. Apakah engkau menerima undanganku?” kata Al.

“Apakah ada kemungkinan bagi saya untuk menolaknya?” tanya Maria.

“Tidak,” jawab Al tegas.

“Artinya saya tidak memiliki pilihan yang lain selain menerimanya,”

kata Maria sambil tersenyum manis, “Saya berharap saya tidak membuat

Anda merasa malu di pesta dansa itu.”

“Tidak akan, Maria. Engkau tidak akan pernah membuat malu siapapun

termasuk aku. Aku akan merasa bangga sekali nanti sore, pergi ke pesta

dengan ditemani gadis yang sangat cantik sepertimu.”

“Saya berharap demikian,” kata Maria tersipu-sipu. “Tetapi Anda dan

saya sendiri tidak mengetahui apakah saya bisa berdansa dengan baik.”

“Engkau tidak pernah mengecewakan aku, Maria, dan aku yakin engkau

dapat berdansa dengan baik bila melihat gerakanmu yang anggun dan lemah 115

Page 116: Gadis Misterius

gemulai itu. Sekarang biarkanlah aku mengantarmu,” kata Al, “Hari telah

siang dan engkau tidak ingin terlambat, bukan?”

Seperti hari-hari sebelumnya, Maria menurut saja ketika Al mengangkat

tubuhnya ke punggung kuda dan mengantarnya ke Sidewinder House.

Lady Debora masih belum bangun ketika Maria tiba di tempat itu.

Sambil menanti Lady Debora bangun, Maria membantu Mrs. Fat

membersihkan ruangan-ruangan di Sidewinder House.

Seperti hari-hari sebelumnya, Mrs. Fat menolak bantuan Maria. Tetapi ia

tidak dapat berbuat apa-apa ketika gadis itu telah mulai membantunya.

Betapa pun kerasnya Mrs. Fat menolak bantuan Maria, akhirnya wanita

itu terpaksa mengalah pada keinginan Maria.

Tanpa dapat berbuat apa-apa untuk melarang gadis itu, akhirnya Mrs.

Fat kembali melanjutkan pekerjaannya.

Maria sangat senang dapat melakukan apa yang telah dinanti-

nantikannya selama ia terbaring di tempat tidur.

Dengan hati yang riang, ia membersihkan Ruang Perpustakaan

sementara Mrs. Fat membersihkan ruang yang lain.

Ruang Perpustakaan tampak semakin lenggang dari terakhir kalinya

Maria memasuki ruangan itu, sebelum ia jatuh sakit. Rak buku yang berjajar

di dinding sudah tidak sebanyak dari saat terakhir kalinya Maria memasuki

ruangan itu.

Dengan sedih, ia memandang buku-buku yang semakin langka di Ruang

Perpustakaan. Rasanya aneh Ruang Perpustakaan besar tapi tanpa buku yang

banyak. Tanpa diberi tahu, Maria dapat menduga perginya buku-buku itu.

Entah digunakan untuk apa buku-buku itu oleh Baroness Lora tapi Maria

percaya wanita itu tidak mengambil buku-buku itu dari Ruang Perpustakaan

untuk dibaca.

Tidak mungkin wanita itu meluangkan waktunya yang sangat berharga

untuk membuka buku-buku kuno yang kebanyakan berupa sejarah keluarga

Sidewinder serta mitos-mitos yang ada di Kerajaan Zirva.

Bagi Baroness Lora serta putrinya, Lady Debora buku itu tidak berharga,

tetapi bagi Maria yang senang membaca buku, buku-buku itu sangat berarti.

Satu per satu dibukanya buku-buku yang tersisa dan dibersihkannya

dari debu yang melekat dengan hati-hati.

Pada saat membersihkan rak yang terakhir, Maria melihat sebuah buku

kuno. Dengan hati-hati dibersihkannya sampul buku itu dari debu.116

Page 117: Gadis Misterius

Judul buku itu tertulis dalam bahasa yang aneh, namun Maria dapat

membacanya. ‘Mitos-mitos terkenal Kerajaan Zirva’ demikian judul buku itu.

Maria merasa ia pernah membaca buku itu. Walaupun Maria masih

dapat mengingat isi buku itu, tetapi ia tetap mengambil buku itu dari Ruang

Perpustakaan. Ia tidak ingin buku itu menghilang dari Ruang Perpustakaan,

seperti buku-buku lainnya.

Dibukanya buku kuno itu. Lembaran-lembaran buku yang telah

menguning itu terasa lembab. Semua tulisan yang berada di lembaran itu

tertulis dalam tulisan yang aneh menyerupai tulisan Mesir Kuno.

Maria mencoba mengingat di mana ia pernah membaca buku itu dan

mengapa ia dapat memahami bahasa yang digunakan di buku yang telah

berusia puluhan tahun itu.

Sekali lagi gadis itu berusaha menyingkapkan kegelapan yang menutupi

masa lalunya.

Suara pintu yang berderit membuat Maria menyadari tempat ia berada

saat ini. Ia memandang ke arah pintu dan melihat Mrs. Vye muncul dari balik

pintu kayu yang berukir seekor ular sedang meremukkan mangsanya dengan

lilitan tubuhnya.

“Temuilah Tuan Puteri, Maria. Ia sudah bangun,” kata Mrs. Vye.

“Baik, Mrs. Vye,” kata Maria.

Mrs. Vye mendekati Maria dan melihat buku yang berada di tangan

gadis itu. Wanita itu mengambil buku itu dari tangan Maria.

“Buku apa ini?” tanyanya sambil mengamati buku itu.

“Buku itu merupakan kumpulan naskah kuno yang bercerita mengenai

mitos-mitos yang terkenal di Kerajaan Zirva termasuk mitos yang ada di

Obbeyville,” jawab Maria.

“Tulisan buku ini aneh sekali. Seperti bukan tulisan saja, tetapi berupa

gambar,” kata Mrs. Vye, “Mengapa engkau membawa buku ini?”

“Saya bermaksud membacanya sebelum buku itu menghilang seperti

buku-buku lainnya.”

“Engkau mengerti bahasa yang digunakan buku ini?” tanya Mrs. Vye

terkejut.

Maria menganggukkan kepalanya.

“Dari mana engkau mempelajarinya?”

“Saya tidak dapat mengingatnya, Mrs. Vye,” kata Maria, “Di manakah

saya dapat menjemur buku ini?”117

Page 118: Gadis Misterius

“Engkau dapat meletakkannya di jendela itu. Untuk apa engkau

menjemurnya, Maria?”

“Kertas buku ini telah menguning dan lembab. Saya harus

menjemurnya dulu agar buku ini tidak rusak bila saya membukanya.”

“Aku akan menjemurnya. Pergilah menemui Tuan Puteri,” kata Mrs.

Vye, “Sarapan Tuan Puteri telah kuantarkan, engkau tidak perlu pergi ke

dapur.”

“Terima kasih, Mrs. Vye. Saya akan menemui Lady Debora sekarang.”

Maria bergegas menuju kamar Lady Debora. Ia tidak tahu apa yang

telah menantinya di sana, tetapi ia dapat menduga Lady Debora akan marah

padanya karena telah melalaikan tugas selama beberapa hari.

Ketika sampai di ujung tangga, Maria bertemu Baroness Lora. Ia

berhenti untuk memberi hormat pada wanita itu.

“Apa yang kaulakukan sehingga tidak datang selama beberapa hari?”

tanya Baroness Lora marah.

“Maafkan saya, Yang Mulia. Saya harus beristirahat selama beberapa

hari,” jawab Maria tenang menghadapi kemarahan Baroness Lora yang

memuncak.

“Segera temui putriku. Ia pasti telah menantimu,” kata Baroness Lora

tanpa mempedulikan jawaban Maria seolah-olah jawaban itu tidak ada artinya

baginya.

Dan memang demikian, Baroness Lora tidak mau menghiraukan

keadaan Maria. Yang ia ingin ketahui adalah Maria melaksanakan tugasnya

dengan baik.

Sekali lagi Maria membungkuk hormat pada Baroness Lora sebelum ia

meninggalkan wanita yang masih memedam kemarahannya itu.

Baroness Lora tidak pernah mau berbicara terlalu lama dengannya.

Entah apa yang menyebabkan wanita itu sangat menjauhi Maria. Setiap kali

mereka bertemu, Baroness Lora selalu terlihat seperti berusaha menghindar

dari gadis itu.

Bila Baroness Lora mengajak Maria bercakap-cakap, kata-kata wanita

itu selalu terdengar kasar dan menyakitkan hati, tetapi Maria tidak pernah

menghiraukan kata-kata yang menyakitkan hati itu.

Sikap permusuhan Baroness Lora terhadap dirinya membuat Maria

merasa ia telah melakukan kesalahan besar terhadap wanita itu tanpa

mengetahui kesalahan apa yang telah diperbuatnya.118

Page 119: Gadis Misterius

Maria mengetuk perlahan pintu kamar Lady Debora.

Setelah mendapat jawaban dari Lady Debora, Maria memasuki kamar

itu.

Lady Debora memandang enggan bercampur kesal kepada Maria dari

tempat tidurnya.

Mengetahui apa yang dirasakan wanita itu, Maria segera berkata,

“Maafkan saya. Beberapa hari yang lalu saya jatuh sakit sehingga saya tidak

dapat melayani Anda.”

“Tidak ada gunanya engkau meminta maaf sekarang,” kata Lady

Debora marah, “Sekarang cepat ambil nampan ini dan kerjakan tugasmu.”

Maria yang telah terbiasa dengan perintah-perintah Lady Debora segera

melakukan apa yang diinginkan wanita itu darinya.

Setelah mengambil nampan dari pangkuan wanita itu, ia segera

membuka tirai yang berada di samping tempat wanita itu berbaring.

Dengan cekatan, Maria merapikan kamar Lady Debora. Gaun-gaun yang

berserakan di meja yang terletak di tengah ruangan itu dirapikannya pula.

Tiap gaun dilipatnya dengan rapi dan ditumpuk menjadi satu. Dan

seperti gaun-gaun Lady Debora yang lain, gaun-gaun itu juga tampak mewah

dengan hiasan mutiara atau permata atau sulamannya yang berwarna

terang.

Di antara gaun-gaun itu, Maria melihat sebuah gaun yang berwarna

hijau yang menarik perhatiannya.

Gaun hijau itu sangat berbeda dengan gaun-gaun Lady Debora yang

lainnya. Gaun yang berwarna hijau daun itu, tidak bertaburan muntiara atau

yang lain. Gaun itu bentuknya sederhana.

“Buanglah gaun hijau itu dan yang lainnya berikan pada Mrs. Vye.

Katakan kepada Mrs. Vye agar segera mencuci gaun-gaun yang lainnya. Aku

ingin segera mengenakannya kembali,” kata Lady Debora ketika Maria mulai

merapikan gaun itu.

“Baik, Tuan Puteri,” kata Maria.

Maria segera meninggalkan kamar itu dengan nampan di tangan

kanannya dan gaun-gaun di tangannya yang lain.

Ketika sedang menuruni tangga kayu dengan hati-hati, Mrs. Dahrien

muncul dari balik pintu kamar Baroness Lora.

Maria menghentikan langkah kakinya dan menyapa Mrs. Dahrien.

“Selamat siang, Mrs. Dahrien.”119

Page 120: Gadis Misterius

“Selamat siang, Maria. Mari kubantu membawakan barang-barang itu,”

kata Mrs. Dahrien sambil mengambil nampan dari tangan Maria.

“Terima kasih, Mrs. Dahrien.”

“Gaun-gaun itu hendak kau bawa ke mana?” tanya Mrs. Dahrien ketika

melihat tumpukan gaun di tangan Maria.

“Tuan Puteri mengatakan gaun-gaun ini harus diserahkan pada Mrs.

Vye.”

“Dan Tuan Puteri mengatakan Mrs. Vye harus segera mencuci gaun-

gaunnya itu?”

Maria tersenyum pada Mrs. Dahrien yang tampak marah. “Seperti yang

Anda ketahui,” kata Maria menanggapi kata-kata Mrs. Dahrien.

Mrs. Dahrien mengeluh dan berkata dengan kesal,

“Yang Mulia dan Tuan Puteri sama saja. Setiap pagi mereka selalu

memberi tumpukan gaun yang harus segera dicuci. Entah apa yang mereka

pikirkan. Apakah mereka tidak menyadari bahwa kami sudah terlalu tua untuk

melakukan pekerjaan dengan cepat.”

“Walaupun Mrs. Vye seorang yang lincah, tetapi ia sudah tidak muda

lagi. Mrs. Vye tidak akan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan Tuan

Puteri itu.”

“Saya mengerti akan hal itu, Mrs. Dahrien. Saya telah memutuskan

untuk membantu Mrs. Vye, seperti saya membantu kalian,” kata Maria.

“Memang itu merupakan keputusan yang bijaksana, Maria. Tetapi

engkau tidak patut melakukan itu. Seharusnya engkau mendapatkan segala

sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kauterima saat ini.”

“Apa yang saya dapatkan saat ini lebih baik dari yang saya berani saya

harapkan.”

“Tidak, Maria. Engkau seharusnya tidak perlu menjadi pelayan, engkau

seharusnya mendapat perlakuan yang lebih baik dari mereka agar dapat

memulihkan ingatanmu.”

“Saya merasa lebih baik saya bertemu dengan orang yang baik seperti

Anda daripada bertemu orang kaya. Untuk apa saya menyukai orang kaya

bila saya tidak merasa bahagia,” kata Maria.

“Apa yang kaukatakan itu memang benar, Maria. Tetapi apa yang

dikatakan Mrs. Vye mungkin benar. Engkau mungkin seorang putri

bangsawan,” kata Mrs. Dahrien bersikeras.

“Mrs. Dahrien, saat ini saya tidak mengetahui diri saya di masa lalu. 120

Page 121: Gadis Misterius

Yang saya ketahui adalah saat ini saya berada di Obbeyville.”

“Memang saat ini engkau berada di Obbeyville sebagai pelayan. Tetapi

pekerjaan itu tidak cocok untukmu, Maria. Menurut pendapatku, engkau

seharusnya mendapatkan yang lebih baik dari ini.”

“Sudahlah, Mrs. Dahrien. Jangan Anda pikirkan hal itu. Siapa pun saya di

masa lalu, saya tetap merasa senang dengan apa yang saya terima saat ini.

Biarkanlah waktu membuktikan apakah yang dikatakan Mrs. Vye benar atau

tidak. Sekarang saya hanya dapat berusaha memulihkan ingatan saya sambil

menjalani apa yang telah ditetapkan para dewa bagi saya.”

“Engkau terlalu baik dan bijaksana, Maria. Engkau selalu memandang

semua hal dengan kedua matamu.”

Maria tersenyum mendengar pujian itu, “Saya tidak sebijaksana yang

Anda katakan, Mrs. Dahrien. Saya hanya mengatakan apa yang ada di pikiran

saya. Saya selalu berusaha tidak hanya menuruti kata hati saya tetapi juga

pikiran saya.”

“Orang seperti itulah yang disebut bijaksana. Orang bijaksana tidak

hanya memandang suatu masalah dari satu sisi tetapi dari banyak sisi.”

“Saya berharap saya bisa sebijaksana yang Anda katakan, Mrs. Dahrien.

Saya harus belajar banyak agar menjadi bijaksana.”

Mrs. Dahrien ingin mengatakan sesuatu ketika Mrs. Fat tiba-tiba muncul

di dapur.

Mrs. Fat terlihat sangat kagum seperti baru melihat sesuatu yang

sangat luar biasa.

“Luar biasa, Maria. Sangat luar biasa,” kata Mrs. Fat.

“Apakah yang terjadi, Mrs. Fat?” tanya Mrs. Dahrien tidak mengerti.

“Segera temui Mrs. Vye di pondoknya, Maria. Ada kejutan untukmu,”

kata Mrs. Fat.

“Apa yang kaukatakan, Mrs. Fat? Engkau seperti bergurau.”

“Tidak, Mrs. Dahrien. Saya tidak bergurau, ini memang benar-benar luar

biasa. Baru saja ada kereta yang mengirimkan sesuatu untukmu, Maria.

Kereta itu sangat indah, jauh lebih indah dari kereta keluarga ini”

“Cepat temuilah Mrs. Vye di pondoknya, Maria. Jangan khawatir

mengenai Tuan Puteri, saya akan melayaninya,” kata Mrs. Dahrien tidak kalah

kagumnya dengan Mrs. Fat.

Maria teringat pada kata-kata Al. Tadi pagi pria itu mengatakan tentang

kiriman. Ia menduga kiriman inilah yang dimaksudkan pria itu.121

Page 122: Gadis Misterius

Mrs. Fat mengambil tumpukan gaun di lengan Maria.

Setelah berpamitan pada kedua wanita yang masih kagum pada

kiriman yang diperuntukkan baginya, Maria segera menuju pondok Mrs. Vye.

Dalam perjalanan menuju pondok mungil Mrs. Vye, Maria terus

memikirkan mengenai kiriman itu. Ia tidak dapat menebak apa yang

dikirimkan oleh Al.

Mrs. Vye duduk di dapur sambil memandangi sebuah kotak yang besar

di atas meja. Kotak besar itu hampir menutupi seluruh permukaan meja dapur

Mrs. Vye yang kecil.

Wanita itu menoleh ketika Maria mendekat.

“Lihatlah kotak ini, Maria! Aku tidak tahu siapa yang megnirimkannya

tetapi aku merasa isi kotak ini sangat luar biasa,” kata Mrs. Vye bersemangat,

“Bukalah kotak itu, Maria.”

Maria segera membuka kotak itu. Ia dan Mrs. Vye sama-sama terkejut

ketika melihat isi kotak itu.

“Indah sekali gaun ini, Maria. Gaun ini sehalus gaun yang kaukenakan

sewaktu aku menemukanmu. Tuan Puteri pasti akan iri bila melihat gaun ini,”

kata Mrs. Vye sambil menyentuh gaun itu.

Secarik surat terjatuh ketika Maria mengeluarkan gaun merah muda itu

dari kotak.

Mrs. Vye memungut surat itu dan memberikannya pada Maria.

Maria meletakkan kembali gaun itu ke kotaknya sebelum ia menerima

surat yang beramplop putih itu dari tangan Mrs. Vye. Kemudian dengan

ketenangan yang membuat Mrs. Vye merasa bingung, ia membuka surat itu.

Seperti yang diduga Maria sebelumnya, isi surat itu pendek tetapi cukup

jelas menyatakan maksudnya mengirimkan gaun yang cantik itu. Dan tepat

seperti yang diduganya sebelumnya, surat itu dan gaun itu dari Al.

Kini mengertilah Maria pada kata ‘kiriman’ yang dikatakan pria itu tadi

pagi.

“Apa isi surat itu, Maria?” tanya Mrs. Vye ingin tahu.

Maria membaca surat itu untuk Mrs. Vye.

Bidadariku yang cantik,

Kuharap engkau menyukai gaun ini dan sudi mengenakannya dalam

pesta nanti sore. Aku akan menjemputmu tepat pukul lima petang.

122

Page 123: Gadis Misterius

Al

“Rupanya Tuan Muda benar-benar menyukaimu, Maria. Ia bahkan

mengirim sebuah gaun yang sangat indah untuk kaukenakan di pesta dansa

sore hari ini,” kata Mrs. Vye.

“Ia terlalu baik. Saya merasa tidak pantas mendapatkan ini semua,”

kata Maria.

“Tidak, Maria. Engkau pantas mendapatkannya,” kemudian dengan

nada bersalah, Mrs. Vye meneruskan, “Yang tidak pantas adalah engkau

harus menjadi pelayan Tuan Puteri,”

“Jangan sedih, Mrs. Vye. Saya merasa sangat senang dapat berjumpa

dengan Anda. Jangan risaukan lagi masalah itu.”

Sebelum Mrs. Vye berkata, Maria telah mendahuluinya,

“Dan jangan risaukan masa lalu saya. Saya tidak tahu siapa diri saya di

masa lalu. Yang saya ketahui adalah saya berada di sini sambil berusaha

memulihkan ingatan saya.”

“Kau benar, Maria. Tuhan menentukan dan manusia menjalaninya

sambil terus berusaha,” kata Mrs. Vye membenarkan kata-kata Maria.

“Itulah yang hendak saya katakan, Mrs. Vye.”

“Sekarang mari kita coba gaun yang dibelikan Tuan Muda untukmu,”

kata Mrs. Vye dengan bersemangat melihat gaun yang berada di kotak.

Wanita itu mengeluarkan gaun itu dari kotak dan semakin mengagumi

gaun itu ketika ia membentangkan gaun itu di hadapannya.

Kain gaun yang berwarna merah muda itu berkilau-kilau tertimpa sinar

matahari yang masuk melalui jendela.

Gaun itu mirip gaun biru yang dikenakan Maria sewaktu ia pergi melihat

matahari terbit bersama Al dan Mrs. Vye.

“Gaun ini mirip sekali dengan gaun biru yang kaukenakan waktu itu,”

kata Mrs. Vye.

“Ya, Mrs. Vye. Gaun ini sangat mirip hanya kainnya yang berbeda. Kain

ini lebih halus dari gaun biru itu dan gaun ini dilengkapi dengan sarung

tangannya yang panjang yang berwarna merah muda juga.”

Mrs. Vye terkejut seolah tidak percaya pada kata-kata Maria. Ia melihat

ke dasar kotak dan melihat masih ada sepasang sarung tangan berwarna

merah muda yang terletak dengan rapi di dasarnya dan secarik syal warna

putih yang transparan.

Ia meletakkan gaun itu di meja dan mengambil sarung tangan serta 123

Page 124: Gadis Misterius

syal itu.

Dari cara Mrs. Vye memandang kedua benda itu, Maria tahu Mrs. Vye

kagum pada gaun pemberian Al.

“Gaun ini benar-benar luar biasa. Engkau pasti tampak semakin cantik

dengan gaun ini,” kata Mrs. Vye sambil membentangkan syal putih yang lebar

dan panjang itu.

“Rupanya Tuan Muda sangat memperhatikan engkau, Maria. Ia tidak

lupa mengirimkan syal beserta gaun ini agar engkau tidak kedinginan,” kata

Mrs. Vye, “Walau syal ini tidak setebal yang kuharapkan, tetapi syal ini akan

cukup menghangatkanmu dan membuatmu semakin cantik.”

“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan pada Al mengenai gaun

ini. Gaun ini lebih indah dari yang saya bayangkan.”

“Jangan berkata seperti itu, Maria. Gaun ini memang cocok untukmu.”

“Saya berharap demikian,” kata Maria lirih sambil terus memandangi

gaun yang diletakkan Mrs. Vye di meja.

“Aku akan merapikan gaun ini agar siap engkau kenakan nanti sore.”

“Bagaimana nanti saya dapat menghindari Lady Debora dan Baroness

Lora?” tanya Maria tiba-tiba.

“Apa maksudmu?” tanya Mrs. Vye tak mengerti.

“Baroness Lora dan Lady Debora pasti juga hadir di pesta tersebut dan

bagaimana saya bisa menghindari mereka?”

“Jangan khawatir, Maria. Aku akan membuatmu semakin cantik

sehingga mereka tidak akan dapat mengenalimu.”

“Saya khawatir hal itu tidak dapat mengelabuhi mata Baroness Lora

yang jeli. Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah menghindari

mereka selama di pesta itu.”

“Mungkin itu yang terbaik yang engkau dapat lakukan. Aku sendiri

sangsi apakah kita dapat mengelabuhi mata Yang Mulia.”

“Hanya itu yang dapat saya lakukan. Saya harap Al mengerti.”

“Jangan khawatir, Maria. Ia akan mengerti. Tuan Muda orang yang

penuh pengertian,” kata Mrs. Vye, “Sekarang engkau hendak melakukan

apa?”

“Saya harus kembali ke Sidewinder House. Saya khawatir Lady Debora

sedang marah-marah saat ini.”

Mrs. Vye tertawa. “Ya, ia pasti marah-marah bila tahu engkau

meninggalkan rumah itu. sekarang pergi dan temuilah dia.”124

Page 125: Gadis Misterius

Maria meninggalkan Mrs. Vye tepat ketika Ityu datang mendekat.

“Ada apa, Ityu?” tanya Maria pada anak itu.

“Saya ingin bertanya apakah Anda dapat memintakan ijin untuk saya

kepada orang tua saya. Mereka mengatakan saya telah boleh mengganggu

Anda, itu tidak benar bukan?”

“Tidak, Ityu. Engkau tidak menggangguku. Saya merasa senang sekali

dapat meluangkan waktu untuk menceritakan mitos-mitos itu kepadamu,”

kata Maria.

“Benarkah? Dapatkah Anda mengatakan hal itu kepada orang tua saya?

Mereka tidak akan percaya bila saya yang mengatakannya.”

“Maafkan saya, Ityu. Saya tidak dapat menemui orang tuamu hari ini

karena hari ini saya sibuk sekali. Saya berjanji akan menemui mereka besok

pagi.”

“Saya akan senang sekali bila Anda tidak ingkar janji.”

“Saya tidak pernah mengingkari janji saya,” kata Maria meyakinkan.

“Sungguh? Apakah Anda mengetahui rumah saya?”

“Tentu. Rumahmu terletak di dekat sungai itu, bukan? Kata Mrs. Vye,

ayahmulah yang membantunya ketika Mrs. Vye menemukan saya. Saya juga

harus berterima kasih padanya.”

“Saya menunggu kedatangan Anda besok pagi.”

“Berjanjilah kepadaku, Ityu. Engkau tidak akan mengatakan kepada

orang tuamu bahwa besok pagi aku akan datang berkunjung.”

“Baiklah tetapi mengapa?”

“Saya ingin memberi kejutan kepada mereka.”

Ityu menganggukkan kepalanya kemudian berlari senang meninggalkan

Maria.

Setelah anak itu menghilang, Maria melanjutkan perjalanannya ke

Sidewinder House.

Sepanjang jalan ia tidak dapat berhenti memikirkan bagaimana bila ia

bertemu dengan Baroness Lora maupun putrinya di pesta dansa itu.

Ia tahu Baroness Lora dan Lady Debora selalu diundang dalam pesta-

pesta terutama bila pesta itu diadakan di Blueberry. Hampir tidak ada suatu

pesta pun tanpa mereka berdua. Karena itu ia sangsi mereka berdua tidak

hadir dalam pesta dansa nanti sore.

Walaupun belum pernah ke pesta dansa itu, Maria tahu pesta dansa itu

pasti bukan pesta dansa sembarangan. Ia merasa yakin banyak orang 125

Page 126: Gadis Misterius

terkenal yang akan diundang dalam pesta itu.

Tidak ada seorang pun yang menceritakan kepadanya bagaimana rupa

pesta itu, tetapi Maria dapat membayangkan pesta itu akan berlangsung

meriah menilik gaun yang dikirim Al. Menurutnya, gaun itu terlalu mewah bila

dikenakan untuk pesta dansa biasa.

Ia menduga Lady Debora akan sangat sibuk mempersiapkan dirinya

sendiri untuk pergi ke pesta dansa itu seperti hari-hari lainnya.

Dapat dibayangkannya Mrs. Dahrien sedang kerepotan melayani Lady

Debora dan Baroness Lora. Dan ia merasa bersalah telah meninggalkan

Sidewinder House terlalu lama.

Dan benarlah dugaannya itu, Mrs. Dahrien dan Mrs. Fat dibuat

kerepotan oleh dua wanita itu.

Ketika ia datang, didengarnya Baroness Lora sedang marah-marah

karena tidak ada gaun yang mewah yang dapat memenuhi keinginannya

untuk tampil mewah di pesta dansa keluarga Al.

Lady Debora lebih merepotkan lagi. Wanita itu sibuk membongkar

almari pakaiannya untuk mencari gaun yang mewah sambil mencari

perhiasan yang akan dikenakannya dalam pesta itu. Didengarnya juga Lady

Debora kebingungan akan tatanan rambutnya.

Melihat kebingungan Maria dan Lady Debora yang bagai menghadapi

bencana yang datang tiba-tiba, Maria dapat menduga keluarga Al adalah

keluarga yang cukup berpengaruh di Blueberry.

Lady Debora tidak mempedulikan kedatangan Maria di kamarnya, ia

terus membongkar kamarnya dan terus mencari gaun yang akan

dikenakannya di pesta itu.

“Tuan Puteri, serahkan urusan gaun itu pada saya. Saya akan

membuatkan gaun yang berbeda dari gaun-gaun Anda yang lain,” kata Maria.

Lady Debora membelalakkan matanya pada Maria, “Jangan bercanda!

Sekarang bantu aku mencari gaun yang cocok untuk kukenakan dalam pesta

dansa nanti sore.”

“Saya tidak bercanda. Saya dapat menyediakannya dengan cepat

lagipula saya tidak akan merubah gaun itu, saya hanya akan menambahkan

beberapa hiasan yang akan membuat gaun itu menjadi semakin cantik,” kata

Maria meyakinkan Lady Debora.

Lady Debora yang telah putus asa akhirnya berkata, “Kerjakan

sekarang juga! Dan aku ingin gaun itu telah siap sebelum pukul empat sore 126

Page 127: Gadis Misterius

hari ini juga.”

Maria mengundurkan diri dari kamar Lady Debora yang berantakan dan

mulai mencari barang yang dibutuhkannya di Sidewinder House yang besar.

Seperti yang telah diduganya, barang-barang itu disimpan Mrs. Vye di

ruangan yang sama dengan gaun-gaun Baroness Lora dan Lady Debora yang

mereka buang.

Setelah menemukan apa yang dicarinya, Maria duduk di dapur dan

mulai mengerjakan gaun hijau yang hendak dibuang Lady Debora hari ini.

Ia duduk seorang diri di sana. Tidak ada yang tahu apa yang

dikerjakannya dengan gaun hijau daun itu.

Mrs. Vye sedang sibuk menyiapkan gaun untuk Maria sedangkan Mrs.

Fat dan Mrs. Dahrien sibuk melayani Baroness Lora dan Lady Debora yang

seperti menghadapi bencana yang datangnya tiba-tiba. Dan seperti biasanya,

Mr. Liesting sibuk dengan halamannya.

Kedua wanita itu masih terdengar marah-marah ketika Maria mulai

mengerjakan gaun itu.

Ketika keributan kedua wanita itu telah mereda. Maria masih sibuk

menyelesaikan gaun itu. ia mengerjakan gaun itu dengan tenang tanpa

terburu-buru tetapi dengan kecepatan yang sangat menakjubkan.

Diam-diam, Maria membayangkan reaksi Mrs. Vye serta dua wanita

lainnya yang kini sedang sibuk menghadapi ‘perang’ Baroness Lora dan Lady

Debora, bila melihat apa yang dilakukannya dengan gaun itu.

Seperti yang telah dikatakan Maria sebelumnya, ia tidak mengubah

gaun hijau daun itu. Ia hanya menambahkan beberapa sulaman yang halus di

ujung gaun itu dan itu membutuhkan waktu yang tidak lama.

Tepat ketika Maria menyelesaikan sulaman terakhir, Mrs. Fat dan Mrs.

Dahrien muncul di dapur dan berseru terkejut melihat apa yang dilakukan

Maria pada gaun hijau daun yang polos itu.

“Engkaukah yang menyulam ini?” tanya Mrs. Fat sambil meraih ujung

gaun itu.

“Siapa lagi bila bukan dia, Mrs. Fat?” kata Mrs. Dahrien, “Lihatlah jarum

dan benang-benang itu.”

Mrs. Fat tidak melihat arah yang ditunjuk Mrs. Dahrien, wanita itu terus

mengagumi pekerjaan Maria. “Bagaimana engkau melakukannya, Maria?

Sulaman ini halus sekali. Bila engkau mau, ajarilah aku caranya,” katanya.

“Mengapa engkau memberikan gambar ular, Maria?” tanya Mrs. 127

Page 128: Gadis Misterius

Dahrien.

“Karena ular itu lambang keluarga ini dan saya merasa hanya itulah

satu-satunya gambar yang tepat untuk diletakkan di gaun hijau daun itu.”

“Ya, engkau memang pandai. Ular itu tampak semakin hidup dengan

gaun hijau itu. Aku yakin Tuan Puteri merasa sangat senang bila ia menerima

gaun ini. Gaun ini bukan untuk dia, bukan?”

“Sayang sekali, Mrs. Dahrien. Gaun itu saya buat untuk Tuan Puteri,”

kata Maria.

“Sayang sekali. Aku merasa gaun ini akan lebih cocok untuk kulitmu

yag putih itu,” kata Mrs. Dahrien, “Aku merasa Mrs. Vye memang benar.

Engkau memiliki kecantikan dan keanggunan seorang putri bangsawan.”

“Saya tidak tahu harus mengatakan apa mengenai hal itu, Mrs. Dahrien.

Karena saat ini saya tidak dapat mengingat masa lalu saya. Saya hanya

berharap saya akan segera dapat mengingat kembali masa lalu saya dan

menilai pendapat Anda berdua. Apakah saya seorang bidadari atau seorang

putri bangsawan atau yang lain?” kata Maria sambil memberikan

senyumannya yang paling manis yang pernah dilihat kedua wanita itu.

“Engkau seorang putri bangsawan yang berjiwa bagai bidadari,” kata

Mrs. Dahrien membalas senyuman Maria.

“Saya khawatir tidak ada orang yang seperti itu, Mrs. Dahrien,” kata

Maria , “Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini.”

“Memang tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Tidak ada

seorang pun yang tidak berdosa. Tetapi aku yakin engkau tidak banyak

melakukan perbuatan yang salah.”

“Saya khawatir Anda salah dalam hal ini, Mrs. Dahrien. Mungkin saja di

masa lalu saya telah membuat banyak dosa,” kata Maria.

Mrs. Dahrien tertawa seolah-olah menertawakan dirinya sendiri. “Tiap

kali aku memujimu, selalu aku tidak dapat memujimu seperti yang ingin

kulakukan. Engkau selalu merendahkan diri dan membuat aku merasa sukar

mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan kekagumanku padamu,

Maria.”

“Saya berharap Anda tidak terlalu mengagumi saya seperti penduduk

Obbeyville yang menganggap saya sebagai orang yang suci.”

“Mereka akan selalu begitu, Maria. Engkau sangat tepat untuk disebut

sebagai orang yang suci,” kata Mrs. Dahrien.

Mrs. Dahrien tidak dapat menghentikan senyum gelinya pada dirinya 128

Page 129: Gadis Misterius

sendiri karena ia tahu Maria akan merendahkan diri lagi dengan kata-kata

yang sopan yang membuatnya kesulitan mengungkapkan kekagumannya.

Dan seperti yang telah diduga Mrs. Dahrien, Maria berkata, “Saya lebih

khawatir disebut sebagai orang yang suci. Saya khawatir kelak saya akan

mengecewakan sebagai orang yang suci.”

Mrs. Dahrien tidak mengatakan apa-apa, ia hanya tertawa geli.

Maria tahu Mrs. Dahrien sedang menertawakan dirinya sendiri dan ia

tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya dapat menatap sinar kegelian di mata

wanita tua itu.

“Coba kenakanlah gaun ini, Maria,” kata Mrs. Fat yang dari tadi

mengagumi gaun hijau itu.

“Maafkan saya. Saya tidak dapat melakukannya, saya harus segera

menyerahkan gaun ini kepada Tuan Puteri.”

“Sayang sekali,” keluh Mrs. Fat sambil menyerahkan gaun itu kepada

Maria.

Setelah merapikan gaun itu, Maria berpamitan kepada kedua wanita itu

dan menemui Lady Debora.

Seperti yang telah dikatakan Mrs. Dahrien, Lady Debora sangat senang

ketika menerima gaun itu dari Maria.

Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi senyum kegembiraan yang penuh

kemenangan di wajahnya membuat Maria mengetahui bahwa wanita itu

sangat senang namun tidak berniat menampakkan kegembiraannya itu

padanya.

129

Page 130: Gadis Misterius

8

Baroness Lora dan Lady Debora sangat sibuk sejak makan siang.

Mereka kembali marah-marah sambil mempersiapkan dirinya untuk hadir

dengan cantik dan anggun di pesta dansa sore itu.

Suara mereka yang bergema di sepanjang koridor depan kamar mereka

menunjukkan betapa mereka sangat menantikan saat ini terutama Lady

Debora.

Wanita itu terlihat sangat antusias menanti datangnya saat ini.

Sewaktu makan siang tadi, wanita itu tampak tidak sabar untuk segera

menghabiskan hidangan yang dibuat Mrs. Vye bersama Maria.

Baroness Lora yang melihat putrinya tampak terburu-buru berkata,

“Jangan terlalu bersemangat seperti itu.”

“Bagaimana aku tidak bersemangat, Mama? Aku sangat menantikan

pesta ini sejak undangannya kita terima. Aku ingin tampil cantik malam ini

dan aku akan membuat semua pria yang hadir terutama Alexander terpesona

padaku,” kata Lady Debora bersemangat.

Mrs. Vye yang mendengar pembicaraan mereka tersenyum.

“Tuan Puteri akan kalah cantik dari Maria,” bisiknya pada Mrs. Dahrien

yang berdiri di sampingnya.

“Apakah Maria juga akan hadir di pesta itu?” tanya Mrs. Dahrien

terkejut namun tetap berbicara dengan suara perlahan.

“Oh, ternyata aku telah menjadi pelupa akhir-akhir ini. Aku lupa

mengatakan padamu bahwa Maria diajak ke pesta itu dan kotak yang tadi

siang itu berisi gaun yang sangat indah untuk dikenakan Maria dalam pesta

itu.”

“Aku yakin Tuan Puteri akan sangat kecewa bila mengetahui ia tidak

dapat menjadi pusat perhatian,” bisik Mrs. Dahrien.

“Aku percaya engkau akan menjadi pusat perhatian di pesta itu,

anakku,” kata Baroness Lora dengan senyum penuh keyakinan, “Tidak ada

seorang pun yang dapat menandingi kecantikkanmu.”

“Tentu saja, Mama. Tidak akan ada orang yang dapat menandingi

kecantikkan yang kuwarisi dari Mama ini. Aku sangat bangga mempunyai 130

Page 131: Gadis Misterius

Mama yang cantik,” kata Lady Debora.

“Tentu saja, engkau harus bangga memiliki wajah yang cantik. Sedikit

sekali orang yang bisa mendapatkan perhatian dari banyak orang dengan

kecantikkannya.”

Mrs. Dahrien berbisik, “Maria lebih banyak mendapatkan perhatian

daripada Tuan Puteri bukan saja karena ia lebih cantik tetapi juga karena

kebaikan hatinya.”

Mrs. Vye menganggukkan kepalanya, “Ya, Maria sering berkata

kecantikan seseorang dinilai bukan saja dari wajahnya tetapi lebih pada

kecantikan hatinya.”

“Maria mengatakan itu?” tanya Mrs. Dahrien terkejut.

Mrs. Vye mengangguk lagi.

“Seharusnya aku telah menduganya, gadis itu memang berbeda dari

semua gadis yang pernah kukenal bahkan semua gadis keturunan keluarga

ini tidak ada yang pernah berkata seperti itu.”

“Bagiku ia tidak hanya memiliki kecantikan wajah saja tetapi juga

kecantikkan hati. Aku ingin tahu siapakah dia.”

“Tidak hanya engkau saja, Mrs. Vye. Semua orang juga berkata seperti

itu dan semua orang ingin mengetahui siapakah gadis itu. Apakah benar

gadis itu berasal dari Obbeyville?”

Kedua wanita tua itu kembali memperhatikan majikannya yang masih

sibuk menyelesaikan makan siangnya sambil bercakap-cakap.

“Aku tahu, Mama. Aku sangat beruntung,” kata Lady Debora.

“Ingat, putriku. Apapun yang terjadi engkau harus berusaha sedekat

mungkin dengan Alexander dan menarik perhatiannya. Engkau harus

berusaha mendapatkannya,” kata Baroness Lora mengingatkan putrinya.

“Tentu saja, Mama. Sejak dulu aku memang ingin mendapatkannya.

Aku akan membuktikan kepada semua orang bahwa akulah satu-satunya

orang yang dapat menguasai hati Alexander yang terkenal dingin itu.”

“Engkau juga harus dapat menarik perhatian orang tua Alexander. Aku

yakin bila orang tua Alexander menyukaimu, mereka juga akan membantumu

mendapatkan Alexander,” kata Baroness Lora.

“Tentu saja, Mama. Aku akan berusaha dengan cara apapun untuk

mendapatkan pria itu,” kata Lady Debora, “Dan sekarang, Mama. Ijinkanlah

aku untuk mempersiapkan diriku secantik mungkin.”

“Berdandanlah secantik mungkin,” kata Baroness Lora sambil 131

Page 132: Gadis Misterius

tersenyum.

Lady Debora segera meninggalkan Baroness Lora yang masih belum

menyelesaikan makan siangnya menuju kamarnya.

Di sana telah menanti Maria. Gadis itu masih sibuk merapikan kamar

yang dibuat berantakan oleh Lady Debora.

Ketika Lady Debora membuka pintu, ia menoleh dan tersenyum

padanya.

“Siapkan air mandiku sekarang juga. Aku ingin bersiap-siap sekarang,”

perintahnya pada Maria.

Maria segera melakukan apa yang diperintahkan Lady Debora.

Lady Debora sebenarnya kagum pada kesigapan Maria dalam

mengerjakan perintah-perintahnya namun ia enggan mengakuinya.

Ia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa itu adalah keharusan

Maria sebagai pelayannya untuk selalu siap menerima perintah-perintahnya

dan mengerjakannya dengan baik.

Walaupun pada kenyataannya ia tidak hanya mengagumi kesigapan

Maria, namun ia enggan memuji Maria.

Ia masih tetap terpesona pada sulaman yang dibuat Maria pada gaun

hijaunya. Gaun itu yang semula tampak biasa di matanya kini tampak

menarik.

Gaun hijau itu sebenarnya pemberian seorang pria. Walaupun enggan

menerima gaun yang menurutnya ketinggalan jaman itu, tetapi ia tetap

menerimanya dengan tujuan menarik perhatian pria kaya itu.

Menurutnya, pria itu kaya tetapi tidak mengetahui selera wanita dan ia

berniat untuk membuka mata pria itu akan hal itu.

Lady Debora membuang pikirannya mengenai Maria dan mulai

memikirkan cara untuk mendapatkan perhatian Alexander.

Ia berniat mendapatkan hati pria yang terkenal sangat dingin kepada

wanita itu sejak ia bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu dalam pesta

yang sama.

Saat itu Alexander tidak memandangnya bahkan tidak memuji

kecantikkannya seperti pria-pria lainnya yang juga hadir di pesta itu.

Pria itu tidak sedikitpun meliriknya apalagi mengajaknya berdansa. Pria

itu hanya duduk di samping jendela yang terbuka sambil mengawasi setiap

orang yang sibuk di hadapannya.

Sejak ia tiba di pesta itu, ia tidak pernah melepaskan pandangannya 132

Page 133: Gadis Misterius

dari Alexander yang terlihat sangat angkuh itu.

Hal itu membuatnya geram dan sejak saat itu ia berkata kepada dirinya

sendiri bahwa ia akan mendapatkan hati pria itu bagaimanapun caranya.

Pada awalnya keinginan untuk mendapatkan hati pria itu sangat kuat.

Tetapi ketika ia menyadari betapa kayanya pria itu, ia lebih tertarik untuk

mendapatkan kekayaannya daripada hati pria itu sendiri.

Dan mulailah Lady Debora mendekati orang tua Alexander. Ia sangat

senang ketika orang tua Alexander memberinya sambutan yang hangat

dalam tiap pertemuan mereka. Ia menduga mereka menyukainya.

Lady Debora tidak mengetahui bahwa ia salah besar dalam hal itu.

Duke dan Duchess of Blueberry selalu menerima Lady Debora dengan

tangan terbuka karena mengingat hubungan kedua keluarga itu bukan karena

mereka menyukainya.

Setelah mengetahui skandal mereka berdua terutama Baroness Lora

setelah kematian Baron Marx Sidewinder, Duke dan Duchess of Blueberry

merasa enggan untuk bertemu mereka.

Tetapi hubungan kedua keluarga yang telah lama terjalin membuat

mereka selalu menerima kedua wanita itu dengan tangan terbuka.

Sebenarnya dalam pesta dansa kali ini, mereka juga enggan

mengundang keluarga Sidewinder. Namun karena mereka selalu

mengundang mereka dalam tiap pesta yang mereka selenggarakan, mereka

terpaksa mengundang Baroness Lora dan Lady Debora juga.

Duke dan Duchess of Blueberry sedikit banyak telah mengetahui

keinginan Lady Debora untuk merebut hati putra mereka. Mereka tidak

pernah mengatakan apa-apa kepada Alexander, tetapi mereka yakin

Alexander akan dapat menjauhkan dirinya dari wanita itu.

Lady Debora duduk di depan kaca sambil terus membayangkan pesta

itu sementara Maria menata rambutnya.

Maria yang telah mengetahui Lady Debora suka menata rambutnya

tinggi-tinggi, segera menata rambut merah wanita itu. Setelah ia

menyelesaikannya, ia segera memberi hiasan berupa lambang keluarga

Sidewinder yang berbentuk dua ekor ular Sidewinder yang saling melilitkan

badannya.

Lady Debora menatap puas bayangannya di cermin.

“Saya menyarankan Anda mengenakan kalung Anda yang bermata

jamrud hijau agar terlihat serasi dengan gaun Anda,” kata Maria.133

Page 134: Gadis Misterius

“Akan lucu sekali kelihatannya. Serba hijau seperti rumput liar,” kata

Lady Debora mengejek namun di dalam hatinya ia merasa apa yang

dikatakan Maria benar.

“Tentu tidak, Tuan Puteri. Anda akan terlihat bagai bunga musim panas

yang indah bila Anda juga mengenakan kalung itu. Saya yakin semua pria

akan semakin tertarik melihat Anda datang dengan kesan serba hijau yang

cerah,” kata Maria.

“Percuma, Maria. Engkau tidak akan dapat membujukku untuk

mengenakan kalung itu. Aku tidak ingin tampil dengan satu warna malam ini.

Aku ingin terihat cantik, mengerti?” katanya dengan kasar.

“Anda akan terlihat sangat segar dan bersemi seperti musim semi bila

Anda megenakan kalung itu juga dan Anda akan terlihat semakin cantik. Bila

Anda tidak mempercayainya, Anda dapat mencobanya sekarang,” kata Maria.

Maria meraih kalung emas yang mengelilingi untaian jamrud-jamrud

hijau kecil yang membentuk nuansa dedaunan yang indah dan segar seperti

daun pepohonan di musim semi.

“Bagaimana pendapat Anda, Tuan Puteri?” tanya Maria setelah

memasangkan kalung itu.

Lady Debora pura-pura enggan melihat bayangannya di cermin.

Sebenarnya ia merasa kata-kata Maria benar. Ia melihat dirinya seperti bunga

musim semi yang segar dalam nuansa serba hijau itu.

Lady Debora berkata dengan malas, “Baiklah kali ini aku menurut

karena aku sudah tidak sabar segera tiba di pesta itu.”

“Jangan khawatir, Tuan Puteri. Mr. Liesting telah memanggil kereta

untuk Anda berdua,” kata Maria, “Anda dapat menunggu dengan tenang di

sini. Tak lama lagi Mr. Liesting akan datang.”

“ Aku juga berharap seperti itu. Aku tidak ingin terlambat,” kata Lady

Debora.

“Bila Anda mengijinkan, Tuan Puteri, saya ingin menemui Mrs. Vye di

dapur untuk menanyakan apakah Mr. Liesting telah tiba,” kata Maria.

“Pergilah.”

Maria membungkuk hormat sebelum meninggalkan kamar Lady Debora

dan segera menemui Mrs. Vye di dapur.

“Mengapa engkau lama sekali, Maria?” tanya Mrs. Vye cemas.

“Maafkan saya, Mrs. Vye. Saya harus membujuk Tuan Puteri.”

“Lupakan Tuan Puteri. Sekarang engkau harus segera bersiap-siap. Satu 134

Page 135: Gadis Misterius

jam lagi Tuan Muda akan menjemputmu,” kata Mrs. Vye.

“Apakah Mr. Liesting telah tiba?” tanya Maria.

“Belum, tetapi aku yakin tak lama lagi ia telah tiba. Sangat mudah

mencari kereta kuda sewaan di Obbeyville. Walaupun desa ini kecil, tetapi

banyak kereta kuda yang dapat ditemui di sini.”

“Saya harap Mr. Liesting tidak terlalu lama. Lady Debora terlihat sangat

tidak sabar, ia ingin segera tiba di pesta itu.”

Mrs. Vye tertawa. “Ia lebih tidak sabar segera mendapatkan gelar

sebagai Duchess of Blueberry daripada hadir di pesta itu. Tetapi ia tidak akan

berhasil.”

“Mengapa Anda yakin sekali? Saya dengar keluarga itu telah lama

bersahabat dengan keluarga Sidewinder.”

“Sudahlah, Maria. Sekarang mari kita mendandanimu dengan cantik

agar dapat menyaingi Lady Debora,” kata Mrs. Vye.

“Tanpa didandani, ia sudah lebih cantik daripada Tuan Puteri apalagi

bila ia didandani. Ia akan terlihat seperti bidadari yang baru turun dari Holly

Mountain,” kata Mrs. Dahrien yang muncul dari balik pintu dapur.

“Selamat sore, Mrs. Dahrien. Anda sudah selesai melayani Baroness

Lora?” kata Maria.

“Mereka baru saja berangkat,” kata Mrs. Dahrien.

“Oh, saya tidak mendengar kedatangan kereta kuda,” kata Maria.

“Mungkin karena tawa Mrs. Vye yang memenuhi ruangan kecil ini,” kata

Mrs. Dahrien.

“Ya, mungkin saja. Sekarang kita harus segera mendandanimu, Maria,”

kata Mrs. Vye.

“Aku akan membantumu, Mrs. Vye,” kata Mrs. Dahrien.

“Tidak perlu, saya bisa melakukannya sendiri,” kata Maria.

“Tidak apa-apa, Maria. Kami ingin mendandanimu secantik mungkin,”

kata Mrs. Dahrien.

“Mari kita pergi ke pondokku.”

“Aku jangan kalian lupakan,” kata Mrs. Fat yang tiba-tiba muncul di

ambang pintu.

Mrs. Fat mendekat. “Aku juga ingin membantu.”

“Tentu saja. Kita akan mendandani Maria secantik mungkin,” kata Mrs.

Vye.

Maria tersenyum, “Saya merasa seperti seorang putri raja yang 135

Page 136: Gadis Misterius

memiliki banyak pelayan.”

“Memang seharusnya engkau memiliki banyak pelayan yang siap

melayanimu. Bukan menjadi pelayan,” kata Mrs. Vye sambil membuka pintu

dapur yang menuju halaman Sidewinder House.

Maria merasa ketiga wanita itu lebih antusias daripada dirinya ketika

mereka mendandaninya.

Ketiga wanita itu sangat sibuk tanpa mempedulikan kata-kata Maria

yang melarang mereka untuk membantunya.

Karena tidak dapat berbuat apa-apa untuk mencegah ketiga wanita tua

itu, akhirnya Maria menurut saja. Ia membiarkan ketiga wanita itu

memperlakukannya seperti putri raja yang harus didandani secantik mungkin.

Ketika mereka melepaskan sanggul Maria, Mrs. Fat berseru kagum.

“Rambutmu panjang sekali. Jauh lebih panjang dari yang aku

bayangkan,” kata Mrs. Fat.

“Engkau pasti seorang putri bangsawan, Maria. Walaupun rambutmu

sangat panjang, tetapi rambutmu terlihat sangat indah dan lembut,” kata Mrs.

Dahrien turut menimpali.

“Sudahlah. Sekarang apa yang akan kita lakukan dengan rambut

Maria?” kata Mrs. Vye menghentikan kata-kata kedua wanita itu.

Maria diam saja. Ia tahu apapun yang dikatakannya tidak akan didengar

oleh mereka. ia duduk dengan patuh menanti ketiga wanita itu.

“Bagaimana bila kita mengikatnya tinggi-tinggi kemudian

membentuknya menjadi gelungan-gelungan kecil,” kata Mrs. Fat.

“Itu terlalu sederhana, Mrs. Fat. Kita harus membuat Maria tampak

cantik.”

“Bagaimana bila kita menyanggul sebagian rambut atasnya dan

menggelung sisa rambutnya.”

“Apa maksudmu, Mrs. Dahrien?” tanya Mrs. Vye dan Mrs. Fat

bersamaan.

“Turutilah apa yang saya katakan,” kata Mrs. Dahrien sambil menyisir

rambut Maria.

Walaupun keheranan dan bingung, namun kedua wanita itu menurut

pada perintah-perintah Mrs. Dahrien.

Dan mereka sangat mengagumi hasil kerja mereka ketika mereka

akhirnya selesai menata rambut Maria.

“Berdirilah, Maria,” kata mereka serempak.136

Page 137: Gadis Misterius

Maria menurut. Ia berdiri di depan kaca dan memandangi bayangannya

sendiri.

Gaun merah muda itu tampak serasi dengan kulitnya yang putih.

Kulitnya terlihat lebih berseri dalam gaun itu.

Bahunya yang telanjang ditutupi sehelai syal putih yang tipis. Kedua

ujung syal yang panjang dan lebar itu terulur ke bawah.

Rambutnya yang selalu bersinar seperti sinar matahari pagi

membuatnya tampak semakin berseri.

Mrs. Vye menyampirkan ujung syal putih itu ke tangan Maria dan

berkata, “Engkau terlihat seperti bidadari yang baru turun dari Holly

Mountain.”

“Aku benar, bukan? Ia benar-benar sangat cantik jauh lebih cantik dari

biasanya.”

“Ia akan menjadi pusat perhatian di pesta itu,” kata Mrs. Fat.

Tiba-tiba Mrs. Vye tertawa, “Aku yakin bila penduduk Obbeyville melihat

Maria. Mereka akan segera berlutut kepadanya karena menduga ia adalah

bidadari yang baru turun dari Holly Mountain.”

“Engkau membuatku teringat pada Mr. Liesting, Mrs. Vye. Aku akan

memanggil Mr. Liesting. Aku yakin ia akan merasa senang melihat Maria,”

kata Mrs. Fat.

“Benar. Cepatlah, Mrs. Fat. Karena tak lama lagi Tuan Muda akan tiba,”

kata Mrs. Vye.

Sebelum Maria mencegah, Mrs. Fat telah berlari menuju Sidewinder

House. Ia hanya dapat memandangi punggung Mrs. Fat yang menghilang di

balik pintu.

“Sayang kita tidak memiliki perhiasan untuk menghiasi lehermu yang

cantik itu, Maria,” kata Mrs. Dahrien.

Mrs. Vye melihat kepada Maria dan terkejut menyadari Maria tidak

mengenakan kalung. “Ke mana kalungmu, Maria?” tanyanya.

“Saya menyimpannya, Mrs. Vye. Saya tidak ingin ada yang

mengetahuinya. Kalung itu sangat berharga bagi saya,” kata Maria.

“Apakah engkau mempunyai kalung, Maria?” tanya Mrs. Dahrien tak

percaya pada apa yang didengarnya.

“Sewaktu aku menemukannya, Mrs. Dahrien, ia tidak hanya

mengenakan gaun yang diambil Tuan Puteri tetapi juga seuntai kalung yang

sangat indah. Kalung paling indah yang pernah kulihat,” kata Mrs. Vye.137

Page 138: Gadis Misterius

“Engkau menyembunyikan kalung itu, Mrs. Vye?” tanya Mrs. Dahrien.

“Ya. Saya tidak memberi tahu mereka. Dan saya merasa beruntung

kalung itu tidak diambil oleh Tuan Puteri atau pun Yang Mulia. Sekarang

hanya kalung itulah satu-satunya barang Maria yang berhubungan dengan

masa lalunya.”

“Bolehkan aku melihat kalung itu, Maria?” tanya Mrs. Dahrien.

Maria belum menjawab ketika terdengar suara langkah kaki kuda

diiringi bunyi roda yang mendekat.

“Itu pasti Tuan Muda,” kata Mrs. Vye sambil menuju pintu.

Mrs. Dahrien mengikuti Mrs. Vye menyambut tamu yang baru datang

itu.

Maria yang kini tinggal sendirian di kamarnya merasa sedikit cemas

pada pesta dansa itu.

Ia khawatir akan bertemu dengan Lady Debora dan Baroness Lora di

pesta itu. Tetapi ia lebih khawatir Al akan kecewa bila melihatnya. Ia takut

pria itu tidak senang pada dandanannya.

Terdengar suara ketiga orang itu bercakap-cakap dengan perlahan

seolah-olah tidak ingin terdengar oleh Maria.

Maria terus duduk diam menanti sambil membuka buku yang

ditemukannya di Ruang Perpustakaan tadi pagi.

Maria merasa ia kembali ke masa lalunya ketika ia membuka buku itu.

Ia merasa ia pernah membaca buku itu, membaca sambil menanti seperti

saat ini.

Ia berusaha mengingat apakah yang sedang dinantikannya. Seseorang

ataukah yang lain. Tetapi ia tidak dapat mengiingatnya.

Sambil terus membuka halaman demi halaman buku itu, ia berusaha

mengingat masa lalunya yang berada di kegelapan.

“Mari, Maria.”

Kata-kata Mrs. Vye mengejutkan Maria. Ia menutup buku itu dan

memandangi Mrs. Vye.

“Tuan Muda menantikanmu,” kata Mrs. Vye sambil menggandeng

tangan Maria.

Maria menurut saja ketika ia dituntun Mrs. Vye. Saat itu pikirannya

masih berada di kegelapan masa lalunya dan mitos itu.

Ia masih belum kembali ke alam nyata ketika Mrs. Vye

menyerahkannya kepada Al. 138

Page 139: Gadis Misterius

“Jagalah Maria baik-baik, Tuan Muda,” kata Mrs. Vye.

“Tentu, Mrs. Vye. Saya akan menjaganya dengan baik. Percayakanlah ia

kepada saya.”

Suara Al yang ramah dan tegas membuatnya menyadari bahwa

sekarang ia berada di dekat pria itu.

Pria itu mengenakan pakaian malam yang berwarna hitam kebiru-

biruan yang membuatnya nampak semakin gagah dan tampan.

Al meraih tangan Maria yang terbalut sarung tangan yang panjangnya

hingga ke siku tangannya. Pria itu mendekatkan tangan Maria ke bibirnya dan

menciumnya dengan lembut.

Maria terkejut. Ia teringat kembali saat Al menciumnya untuk pertama

kalinya.

Walaupun ia tidak dapat mengingat masa lalunya, tetapi ia tahu ciuman

Al waktu itu adalah ciuman pertama baginya.

“Anda telah mendandaninya sangat cantik sehingga ia terlihat seperti

bidadari,” kata Al.

“Bidadari yang baru turun dari Holly Mountain,” kata Mrs. Dahrien

mengkoreksi.

“Kami ingin ia terlihat sangat cantik dalam pesta itu,” kata Mrs. Vye.

“Ia akan menjadi gadis yang paling cantik dalam pesta itu,” kata Al.

“Itulah yang kami harapkan, Tuan Muda,” kata Mrs. Dahrien.

“Saya khawatir Anda salah. Masih banyak wanita yang lebih cantik dari

saya,” kata Maria yang dari tadi diam saja.

“Secantik apa pun mereka. Engkaulah yang paling cantik, Maria,” kata

Al.

“Lebih baik kalian lekas berangkat daripada kalian terlambat,” kata Mrs.

Vye.

Al menuntun Maria menuju kereta kuda yang telah menantinya. Kereta

kuda itu adalah kereta kuda yang sama dengan kereta ketika merka pergi

melihat matahari terbit.

Kereta kuda yang mengkilat di bawah matahari petang itu telah

menarik perhatian penduduk Obbeyville yang lalu lalang di depan pondok

Mrs. Vye. Namun mereka lebih tertarik melihat Maria yang muncul dengan

anggun dan cantik.

Seperti biasanya, mereka berbisik-bisik melihat Maria.

Dan seperti biasanya pula, Maria tidak menghiraukan hal itu. Ia 139

Page 140: Gadis Misterius

tersenyum sambil menganggukkan kepala kepada mereka yang kebingungan

membalas anggukan itu.

Ketika Al membantu Maria naik ke kereta. Mrs. Fat muncul dengan

terengah-engah.

“Lihatlah, Mr. Liesting. Engkau hampir saja terlambat.”

“Maafkan aku, Mrs. Fat. Aku harus menyelesaikan tugasku dulu,” kata

Mr. Liesting dengan terengah-engah pula.

Maria yang telah berada di dalam kereta, tersenyum mendengar

pembicaraan kedua orang itu.

Ia memandang keluar melalui jendela kereta dan berkata, “Selamat

sore, Mr. Liesting. Saya minta maaf karena Mrs. Fat telah menyusahkan Anda

dengan terburu-buru membawa Anda ke mari.”

“Selamat sore, Maria. Jangan merasa bersalah, ia memang selalu

menyusahkan saya. Lagipula saya juga ingin melihatmu dan mengantar

kepergianmu,” kata Mr. Liesting sambil menatap kagum pada wajah Maria.

“Anda berkata seolah-olah saya akan pergi untuk selamanya,” kata

Maria sambil terus tersenyum.

“Bila engkau pergi meninggalkan Obbeyville, Maria. Aku akan merasa

sangat kesepian sekali dan anak-anak akan merasa kehilanganmu.”

“Saya tidak akan lama, Mr. Liesting. Saya akan segera kembali.”

“Oh, jangan, Maria. Bersenang-senanglah. Jangan terburu-buru kembali.

Tuan Muda pasti juga tidak ingin engkau lekas pulang,” kata Mr. Liesting

sambil menatap Al.

“Selamat sore, Mr. Liesting,” kata Al.

“Selamat sore, Tuan Muda. Maaf saya tidak segera menyapa Anda.”

“Tidak apa-apa, Mr. Liesting. Saya harus terbiasa bila saya bersama

Maria karena saya yakin semua orang akan memperhatikan dirinya dulu

daripada saya,” kata Al sambil tersenyum.

“Saya tidak mengharapkan itu. Saya tidak suka menjadi perhatian

orang seperti saat itu, saat…,” Maria merasa kembali masuk ke masa lalunya

yang gelap.

Al menyadari hal itu dan segera berkata, “Kami permisi dulu. Kami tidak

ingin terlambat.”

“Ya, pergilah. Kalian tidak boleh terlambat,” kata Mrs. Vye.

Maria melambaikan tangannya pada mereka sebelum kereta semakin

menjauhi pondok Mrs. Vye.140

Page 141: Gadis Misterius

“Apakah engkau baik-baik saja, Maria?”

“Ya. Saya baik-baik saja,” kata Maria menyembunyikan kegugupannya

karena berdua dengan Al.

“Engkau yakin? Engkau terlihat sangat pucat,” kata Al.

“Ya. Saya hanya merasa kembali ke alam kabut gelap itu tadi, tetapi

sekarang saya merasa lebih baik,” kata Maria dengan tenang.

“Engkau cantik sekali, Maria. Walaupun engkau tidak mengenakan

perhiasan apa pun. Aku yakin engkau akan menjadi pusat perhatian nanti di

pesta itu.”

“Tentang pesta itu…”

“Ada apa, Maria?” tanya Al lembut.

“Saya berharap Anda mengerti bila saya enggan bertemu dengan Lady

Debora dan Baroness Lora,” kata Maria.

“Jangan khawatir tentang itu. Aku telah mengatur segalanya sehingga

engkau tidak perlu cemas akan bertemu dengan Lady Debora ataupun

Baroness Lora.”

“Mereka pasti tidak senang bila tahu saya juga hadir di pesta itu.”

“Mereka pasti akan sangat marah bila tahu engkaulah yang menjadi

pusat perhatian di pesta itu,” kata Al dengan tersenyum.

“Saya tidak akan menjadi pusat perhatian, karena Lady Debora juga

ada di sana. Lady Debora sangat cantik.”

“Percayalah kepadaku, Maria.”

“Saya berterima kasih kepada Anda atas gaun yang Anda kirim ini.”

“Aku senang engkau menyukainya. Aku tadi sempat khawatir engkau

akan menolak mengenakan gaun itu.”

“Saya sangat menyukainya. Dan saya merasa gaun ini terlalu mewah,”

kata Maria.

Al tersenyum lembut pada Maria. “Engkau memang berbeda dengan

wanita-wanita yang lain. Andai wanita lain yang menerima gaun ini, mereka

akan menolak menerimanya.”

“Mengapa demikian? Gaun ini sangat indah.”

“Karena menurut mereka gaun ini kurang mewah.”

“Lucu sekali mereka. Gaun seindah ini masih dikatakan kurang mewah.

Tentunya mereka lebih menyukai gaun yang bertaburan permata dan

berlian,” kata Maria, “Bila saya diberi gaun seperti itu, saya akan

menolaknya.”141

Page 142: Gadis Misterius

“Mengapa engkau menolaknya?” tanya Al.

“Karena saya merasa lucu dengan gaun seperti itu. Seperti burung

merak,” kata Maria sambil tersenyum geli.

“Burung merak?” kata Al tak mengerti.

“Burung merak memiliki bulu yang sangat indah sehingga dia menjadi

sombong tetapi ia tidak berani terbang karena takut kehilangan bulunya yang

indah. Sama seperti wanita-wanita yang senang mengenakan gaun

bertaburan permata. Mereka tidak berani bergerak banyak karena mereka

takut permata-permata itu jatuh.”

Al tertawa mendengar perbandingan yang diberikan Maria pada wanita-

wanita yang senang pada gaun yang bertaburan permata dengan burung

merak.

“Mereka akan sangat tersanjung bila mendengarnya,” kata Al.

“Tentu, saya tidak menyangsikannya.”

“Aku beruntung tidak memberimu gaun seperti itu. Mulanya aku

sempat khawatir engkau menolak gaun ini karena tidak bertaburan permata.”

“Saya justru akan menolak menerima gaun itu,” kata Maria sambil

tersenyum, “Saya lebih menyukai gaun yang membuat saya merasa seperti

seekor burung yang siap terbang.”

“Bila demikian, aku akan selalu memberikan gaun yang seperti ini

untukmu,” kata Al.

“Saya juga akan menolaknya.”

“Mengapa?” tanya Al keheranan.

“Karena saya tidak ada alasan bagi saya untuk menerimanya,” jawab

Maria.

“Bagaimana bila aku memaksamu menerimanya?”

“Saya ragu Anda akan melakukannya. Walaupun Anda tidak pernah

ditolak, tetapi saya yakin Anda tidak akan memaksa saya. Lagipula saya tidak

suka bila harus menerima sesuatu karena terpaksa.”

“Aku memang tidak akan pernah memaksamu. Katakan kepadaku

Maria, bagaimana perasaanmu saat ini?”

“Saya merasa sangat senang sekali. Juga sedikit cemas,” kata Maria

mengakui perasaannya.

“Jangan cemas, Maria. Engkau tidak akan membuatku merasa kecewa

dan engkau juga tidak akan bertemu dengan Baroness Lora maupun Lady

Debora di pesta itu,” kata Al berjanji.142

Page 143: Gadis Misterius

Kereta bergerak semakin mendekati rumah Al.

Kedua orang itu bercakap-cakap tanpa menyadari kereta telah

memasuki halaman rumah Al.

143

Page 144: Gadis Misterius

9

Maria tidak terkejut melihat rumah Al yang megah.

Rumah itu lebih besar dari Sidewinder House. Dan tampak lebih indah

dari Sidewinder House.

Dindingnya yang putih tampak berseri dengan halamannya yang

semarak oleh tumbuh-tumbuhan. Dedaunan yang rontok tidak tampak di

antara rerumputan yang menghampar.

Beberapa tukang kebun terlihat masih sibuk membersihkan dedaunan

yang berjatuhan dari ranting pohon.

Di antara pepohonan dan semak-semak, Maria melihat beberapa bunga

musim panas bermekaran dengan indah.

Mereka telah tiba di pintu rumah itu yang atasnya berbentuk setengah

lingkaran.

Seorang pelayan membukakan pintu bagi mereka. Pelayan itu

menerima mantel Al dan menanti Maria menyerahkan syalnya.

Menyadari hal itu, Maria menggeleng perlahan dengan tersenyum

kepadanya.

Pelayan itu mengangguk mengetahui arti isyarat itu dan membungkuk

hormat ketika mereka berjalan menuju Ruang Besar yang telah dipenuhi

banyak orang, sambil terus mengawasi kepergian mereka dengan ekor

matanya.

Seorang pelayan yang berdiri di depan pintu menuju Ruang Besar

menyerahkan sebuah topeng kepada mereka masing-masing.

Al menyadari kebingungan Maria ketika menerima topeng itu, berbisik

kepadanya, “Aku sengaja menyediakan topeng ini. Semua orang yang hadir

dalam pesta ini harus mengenakan topeng, dengan demikian engkau tidak

akan dikenali.”

“Anda telah memikirkan segala sesuatunya dengan baik,” kata Maria

sambil tersenyum.

“Tentu saja. Aku ingin membuatmu menikmati pesta ini.”

Maria mengangguk sambil tersenyum kepada pelayan yang

membukakan pintu itu bagi mereka sebelum melangkah memasuki Ruang 144

Page 145: Gadis Misterius

Besar tempat pesta itu diselenggarakan.

“Pesta dansa ini akan menjadi pesta dansa bertopeng yang pertama

sepanjang sejarah keluarga ini,” kata Maria.

“Jangan jauh-jauh dariku, Maria. Walaupun aku akan selalu dapat

mengenalimu dalam kerumunan orang-orang ini, tetapi aku tidak ingin

engkau pergi dari sisiku,” kata Al.

“Saya juga tidak ingin berpisah dari sisi Anda.”

“Lihatlah, Maria. Apa yang kukatakan memang benar, bukan? Semua

orang itu telah melihatmu sejak engkau memasuki ruangan ini. Aku percaya

mereka tidak akan dapat melepaskan pandangan mata mereka darimu,” kata

Al sambil menyelipkan tangan Maria di lengannya.

Maria memandangi orang-orang yang telah berada di ruangan itu.

Mereka semua memandanginya. Di balik topeng mereka, Maria tahu

mata itu bersinar penuh kekaguman tetapi ia tidak mempedulikannya.

Ia berjalan di samping Al yang membawanya mendekati sepasang

orang yang tidak pernah melepaskan pandangan matanya dari mereka

berdua.

Maria menduga kedua orang itu adalah orang tua Al.

Ibu Al terlihat masih cantik walau telah tua. Gaun hitam yang

dikenakannya membuat ia tampak lebih anggun. Ayah Al juga terlihat masih

muda walaupun rambut putih telah muncul di antara rambutnya yang hitam.

Wajah kedua orang itu tampak berseri ketika melihat mereka berjalan

mendekat.

Al mencium kedua pipi ibunya dan mengangguk hormat kepada

ayahnya sebelum berkata, “Papa, Mama, aku ingin mengenalkan seseorang

pada kalian. Ini Maria. Maria mereka orang tuaku.”

“Senang berkenalan dengan Anda,” kata Maria sambil mengangkat

gaunnya dan membungkuk hormat pada mereka.

Al serta kedua orang itu terkejut dengan tindakan Maria.

“Jangan bersikap seperti di dalam Istana seperti itu,” kata ayah Al.

“Bersikaplah yang santai. Saat ini kita tidak berada di dalam Istana

yang senantiasa harus bersikap sopan,” kata wanita yang berdiri di

sampingnya.

“Percuma, Mama. Ia selalu bersikap sopan. Aku juga tidak dapat

menghentikan ia bersikap seperti itu kepadaku,” kata Al.

“Apakah engkau selalu diharuskan bersikap sopan kepada siapapun di 145

Page 146: Gadis Misterius

keluargamu?” tanya wanita itu kepada Maria.

“Saya tidak dapat mengingat apakah saya selalu diharuskan bersikap

seperti itu di keluarga saya. Tetapi saya tidak dapat tidak bersikap sopan

kepada Anda yang lebih tua dari saya,” kata Maria dengan tersenyum.

“Ia adalah gadis yang sekarang menjadi bahan pembicaraan di

Obbeyville, Mama,” kata Al memberi penjelasan.

“Aku senang sekali dapat bertemu denganmu. Apa yang mereka

katakan mengenai dirimu berbeda jauh dengan apa yang kulihat. Engkau

lebih cantik dari yang mereka katakan,” kata wanita itu.

“Anda terlalu berlebihan. Saya tidak seperti yang mereka katakan,”

kata Maria merendahkan diri.

“Engkau memang tidak seperti yang mereka katakan, Maria. Engkau

lebih baik dari yang penduduk Obbeyville katakan,” kata Al.

“Inikah gaun yang kaubeli tadi siang?” kata wanita itu sebelum Maria

mengucapkan apa pun untuk menanggapi kata-kata Al.

“Ya, Mama. Bagaimana pendapat Mama?”

“Aku hanya dapat mengatakan seleramu terhadap pakaian baik sekali.

Gaun ini cocok sekali dengannya. Dan aku bangga padamu, Al.”

“Apakah benar kata penduduk Obbeyville bahwa engkau mengetahui

mitos Blueberry ?” tanya ayah Al.

“Saya hanya mengetahui sedikit mengenai itu. Bila Anda ingin

mengetahuinya lebih banyak lagi, Anda dapat mencarinya di buku yang

berisikan kumpulan naskah kuno mitos-mitos yang terkenal di Kerajaan

Zirva.”

“Aku mempunyai buku yang tidak dapat kumengerti tulisannya. Tulisan

itu menyerupai tulisan Mesir Kuno,” kata pria itu lagi.

“Bila Anda tidak keberatan, saya ingin melihat buku itu.”

“Ya, tentu saja. Aku akan mengambilkannya untukmu.”

“Jangan, Papa. Saat ini bukan saatnya kita membicarakan hal itu,

sekarang adalah saat kita untuk berpesta,” kata Al menghentikan ayahnya

yang hendak meninggalkan mereka.

“Benar. Aku terlalu senang hingga lupa.”

“Pergilah menemui tamu-tamu yang lain dan perkenalkanlah Maria

kepada mereka.”

“Tentu, Mama. Aku yakin mereka akan semakin kagum padanya setelah

mengenalnya seperti aku. Aku benar-benar dibuat terpesona olehnya,” kata 146

Page 147: Gadis Misterius

Al sambil tersenyum pada Maria.

Orang tua Al yang melihat hal itu saling berpandangan penuh arti.

Mereka tersenyum bahagia.

Entah apa yang dirasakan kedua orang itu, Maria tidak tahu. Tetapi ia

menduga keduanya merasa senang karena putranya dapat bertemu

dengannya.

Dan memang demikian. Kedua orang itu sangat senang ketika melihat

putra mereka datang bersama seorang gadis yang menarik.

Semua orang memandang Maria sejak gadis itu tiba. Senyum yang

selalu menghias wajahnya, membuat gadis itu semakin menarik hati.

Cara bicara dan tingkah laku Maria yang sopan membuat kedua orang

itu semakin menyukai Maria.

Ketika Maria dan Al menjauh, wanita itu berkata, “Ia gadis yang luar

biasa. Aku yakin ia bukan orang sembarangan, seperti yang penduduk

Obbeyville katakan, ia memang seorang bidadari.”

“Aku juga percaya akan hal itu. Lihatlah, semua orang terus

memandangi gadis itu sejak kedatanganya. Lady Debora tampak kecewa

sekali karena tidak menjadi pusat perhatian lagi.”

“Dibandingkan dengan Lady Debora, Maria jauh lebih cantik. Lady

Debora tidak dapat menyaingi kecantikkan dan keanggunan Maria. Aku ingin

tahu siapakah Maria yang sebenarnya?”

“Aku juga tidak tahu, tetapi aku yakin ia bukan sembarang orang,” kata

suaminya sambil mengajak mendekati tamu-tamu mereka yang telah

menanti.

Al memperkenalkan Maria kepada teman-temannya. Maria tahu Al

sengaja tidak memperkenalkannya kepada semua tamu karena tidak ingin

Maria bertemu Lady Debora ataupun Baroness Lora.

Al menepati janjinya. Ia tidak menyebutkan nama Maria kepada mereka

selain orang tuanya. Dan Al selalu berusaha menjaga jarak dari Lady Debora

yang selalu mendekat.

Setiap kali wanita itu terlihat mendekat, Al mengajak Maria ke tempat

lain.

Hal ini membuat Maria tersenyum geli. Ia merasa seperti sedang

bermain kejar-kejaran dengan Lady Debora.

Lady Debora tampak kesal sekali atas sikap Al yang selalu menjauh.

Tetapi wanita itu tidak berhenti mengejar hingga seorang pria mengajaknya 147

Page 148: Gadis Misterius

berbicara.

Dari jauh, Maria dapat melihat Lady Debora tersenyum senang kepada

pria itu. Lady Debora tampak senang sekali berbicara dengan pria itu hingga

melupakan tujuannya yang semula.

Al mengajak Maria menuju ke sudut Ruang Besar yang dekat sepi. Al

mengambil sebuah kursi yang berukiran sangat indah yang berada di

dekatnya.

“Duduklah, Maria. Engkau pasti lelah sekali berjalan terus di Ruang

Besar ini,” kata Al sambil mendudukkan Maria di kursi itu.

“Terima kasih. Anda tidak duduk?” kata Maria.

“Aku tidak lelah. Aku telah terbiasa berkeliling sepanjang hari tanpa

duduk walaupun sebentar.”

“Lebih baik Anda duduk juga. Saya merasa seperti seorang putri raja

dengan pengawalnya bila Anda berdiri di samping saya sementara saya

duduk,” kata Maria sambil berharap.

“Tentu, Yang Mulia Tuan Puteri. Hamba akan melakukan titah Paduka,”

kata Al sambil tersenyum.

Pria itu mengambil kursi yang sama seperti kursi yang diambilkannya

untuk Maria, kemudian duduk di samping Maria yang mengawasi kerumunan

orang di depannya.

“Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, Maria. Mereka sejak tadi

terus memandangimu sejak engkau tiba.”

“Saya merasa bersalah pada Lady Debora karenanya.”

“Mengapa?” tanya Al tak mengerti.

“Lady Debora sangat berharap ia menjadi pusat perhatian di pesta ini.

Tadi siang ia sangat ribut karena tidak dapat menemukan gaun yang cocok,”

kata Maria.

“Kata Mrs. Dahrien, engkau yang membuat gambar ular di gaun yang

dikenakan Lady Debora itu,” kata Al, “Engkau telah membuatku merasa

terkejut dengan kemampuanmu yang baru muncul ini. Tidak akan ada

seorangpun yang menduga engkau pandai menyulam juga.”

“Anda jangan berkata seperti itu.”

“Seperti apa?”

“Seperti orang yang baru saja menemui hal ini. Sudah seharusnya

setiap wanita pandai melakukan itu,” kata Maria, “Saya berharap saya tidak

terlalu memberi kesan kejam pada Lady Debora dengan gambar itu.”148

Page 149: Gadis Misterius

Al tersenyum, “Tidak, Maria. Engkau memberikan gambar yang tepat

pada Lady Debora. Ular adalah lambang keluarga Sidewinder.”

“Dan sifat Lady Debora juga seperti ular,” tambah Maria.

“Seperti ular?”

“Ya. Mereka seperti ular yang selalu tampil dengan segala

kemewahannya dan senang berganti-ganti pasangan seperti ular yang sering

menanggalkan kulitnya yang telah tua. Mata mereka selalu menatap lekat-

lekat mangsanya seperti seekor ular.”

Al tertawa mendengar kata-kata Maria. “Kelebihanmu yang lain adalah

engkau pandai membandingkan orang dengan tingkah laku hewan.”

“Saya tidak membandingkan mereka. Saya hanya mengatakan yang

sebenarnya. Kadang kala tingkah laku manusia memang seperti hewan.”

“Ya, kadang kala manusia memang bisa bersikap lebih buruk dari

hewan,” kata Al setelah meredakan tawanya.

“Memang seperti itulah manusia. Manusia adalah makhluk yang

serakah sehingga mereka terlihat lebih buruk dari hewan yang keji sekali pun.

Tetapi tidak semua orang seperti itu. Masih banyak orang yang dapat

mengendalikan keserakahan mereka.”

“Dan hanya sedikit orang yang mampu melakukannya,” kata Al.

Maria tersenyum membenarkan kata-kata Al dan berkata, “Memang

mereka yang mampu mengendalikan keserakahan juga banyak tetapi tidak

sebanyak orang yang serakah.”

“Engkau termasuk di antara yang sedikit.”

“Saya berharap demikian,” kata Maria , “Sulit untuk melakukannya

karena pada dasarnya manusia itu memang serakah dan tidak pernah puas

dengan apa yang diperolehnya.”

Seorang pria yang mendekat membuat mereka berhenti bercakap-

cakap.

Maria tidak senang melihat cara pria itu memandang dirinya. Pria itu

memandang dirinya seakan-akan Maria adalah miliknya. Mata di balik

topengnya selalu menatap lekat-lekat wajah Maria.

Demikian pula Al. Al tampak tidak senang atas gangguan pria itu.

Walaupun begitu ia tidak menampakkannya.

“Selamat malam, Alexander,” kata pria itu.

Sesaat Al memandang wajah Maria. Ia khawatir Maria terkejut

mendengar nama lengkapnya. Dan ternyata ia sendirilah yang terkejut.149

Page 150: Gadis Misterius

Al terkejut melihat wajah Maria yang tetap tenang, seolah-olah telah

mengetahuinya dari awal perjumpaan mereka.

“Rupanya Andalah bidadari yang selalu bersinar sejak kedatangan

Anda. Saya mengagumi sinar yang Anda nampakkan dalam setiap gerakan

Anda. Baik melalui gaun Anda yang sangat serasi untuk kulit Anda yang putih

itu maupun rambut Anda yang mempesona,” kata pria itu.

Kemudian pria itu mengulurkan tangannya hendak mencium tangan

Maria.

Al terkejut ketika Maria menyambut uluran tangan pria itu dan

membiarkan pria itu mencium punggung tangannya. Al menduga Maria

melakukannya untuk kesopanan bila mengingat sikap Maria yang selalu

menjaga kesopanan.

Maria merasa pria itu mencium tangannya terlalu lama karena itu ia

menarik tangannya dengan sopan.

“Mengapa engkau menyembunyikan bidadari secantik ini di pojok

ruangan yang gelap ini, Alexander?” kata pria itu.

“Aku tidak menyembunyikannya. Aku hanya mencarikan tempat yang

sepi untuknya agar bisa duduk dengan tenang,” kata Al.

“Kukira engkau pandai menghadapi wanita, Alexander. Tetapi ternyata

dugaanku salah. Engkau dapat kukatakan tidak mengerti apa-apa tentang

wanita. Bidadari yang selalu bersinar seperti dia kau letakkan di sudut

ruangan yang gelap,” kata pria itu mengejek.

Maria tersenyum pada pria itu, “Bidadari yang selalu bersinar akan

selalu bersinar sekali pun berada di tempat yang gelap.”

Sesaat pria itu terkejut mendengar kata-kata Maria, tetapi ia segera

menyembunyikannya dengan berkata,

“Tepat seperti yang kuduga. Engkau memiliki suara yang merdu.

Sangat sesuai dengan gerakan Anda yang anggun dan kecantikkan Anda

yang selalu bersinar.”

“Terima kasih. Saya berharap saya tidak terlalu bersinar sehingga

menyilaukan mata semua orang.”

Kata-kata Maria yang seperti memancing pujian selanjutnya membuat

Al terkejut. Ia telah mengetahui sifat Maria yang selalu merendahkan diri

setiap kali dipuji. Tidak pernah diduganya Maria akan berkata seperti itu.

Apa yang dikatakan Al terbukti.

“Engkaulah bidadari yang akan selalu menyilaukan mata semua orang 150

Page 151: Gadis Misterius

sehingga tidak ada orang yang akan mengalihkan pandangan mereka dari

sinar Anda yang menyilaukan,” kata pria itu.

“Bila demikian, Anda tidak perlu khawatir bila saya duduk di pojok

Ruang Besar yang luas ini,” kata Maria dengan tenang namun membuat pria

itu terkejut dan tidak dapat berkata apa-apa.

Al tersenyum mendengar perkataan Maria yang tepat itu. Sekarang ia

mengerti mengapa Maria sengaja memancing pujian selanjutnya dari pria itu.

“Saya rasa kita belum berkenalan. Siapakah nama Anda?” kata pria itu

menyembunyikan ketidakmampuannya membalas kata-kata Maria yang

tenang dan sopan namun mengenai sasaran yang tepat.

“Siapakah nama saya menurut Anda?” kata Maria balas bertanya.

Priai tu tersenyum, “Saya tidak tahu nama apa yang tepat untuk

bidadari secantik Anda. Menurut saya nama yang tepat untuk Anda adalah

bidadari yang selalu bersinar.”

“Itulah namanya, Marcel. Bidadari yang selalu bersinar di hatiku,” kata

Al seperti yang selalu dikatakannya kepada teman-temannya yang

diperkenalkan kepada Maria.

Kemudian ia berkata dengan tegas, “Dan sekarang bila engkau tidak

keberatan, maukah engkau menjauh. Aku tidak ingin diganggu.”

“Apakah ia calon istrimu, Alexander? Iakah yang akan kaujadikan

Duchess of Blueberry berikutnya.”

“Sayang sekali. Ia terlalu mulia untuk kedudukan itu.”

“Engkau salah, Alexander. Ia sangat pantas menerima kedudukan yang

setinggi mungkin,” kata Marcel.

“Kedudukan yang paling tinggi bagi saya adalah di hati pria yang

mencintai saya,” kata Maria.

“Anda seorang bidadari yang romantis rupanya,” kata Marcel memuji

Maria lagi, “Ia memang pantas untuk menerima gelar kebangsawanan

setinggi mungkin.”

“Apakah Anda tidak merasa bahwa Anda telah menyimpang terlalu jauh

dari tujuan Anda semula?”

Marcel dan Al memandang heran pada Maria yang menatap lurus ke

depan.

Al mengikuti arah mata Maria dan mengerti apa yang dimaksudkan

gadis itu.

Maria mengamati Lady Debora yang berdiri dengan kesal di kejauhan 151

Page 152: Gadis Misterius

sambil terus menatap mereka. Sikap berdirinya menampakkan

kejengkelannya.

“Lady Debora telah menanti hasil penyelidikan Anda,” kata Maria

memberi tahu dengan tenang.

Merasa telah ketahuan tujuannya, Marcel segera pergi menjauh tanpa

mengatakan apa-apa.

Setelah kepergian pria itu, Al tersenyum geli pada Maria.

“Hari ini aku telah menemukan kelebihanmu yang lain,” kata Al,

“Engkau sangat pandai menghadapi pria seperti dia.”

“Marcel sangat senang mempermainkan wanita. Ia sangat sesuai untuk

Lady Debora,” kata Maria.

“Bagaimana engkau mengetahuinya?”

“Ia terlalu pandai memuji. Mungkin pujian-pujiannya itu akan berhasil

pada wanita yang lain tetapi tidak pada saya.”

Al mengakui kebenaran ucapan Maria. Ia merasa gadis itu benar-benar

berbeda dengan gadis lainnya.

Maria dapat mengendalikan sikapnya agar tetap sopan walaupun ia

tidak menyukai orang itu. Dan ia sangat pandai dalam menghadapi pria

seperti Marcel yang memiliki banyak skandal seperti Baroness Lora.

“Apakah yang membuatmu menduga Lady Debora menyuruh Marcel

menyelidiki dirimu?”

“Tadi saya melihat mereka berdua berbicara. Lady Debora tampak

sangat bersemangat ketika berbicara dengan pria itu. Apalagi yang dapat

membuatnya sangat bersemangat seperti ketika ia akan menghadiri pesta ini

selain mendekati Anda.”

“Sudah kuduga Lady Debora akan sangat senang bila diundang ke

pesta ini. Seperti katamu, ia memang selalu berusaha mendekatiku,” kata Al.

“Ia akan selalu berusaha menyingkirkan saingannya untuk

mendapatkan Anda.”

Al mengangguk dan berkata, “Aku mengagumi ketenanganmu, Maria.

Engkau tidak nampak terkejut sama sekali ketika mengetahui aku adalah

putra Duke of Blueberry.”

“Saya telah mengetahuinya sebelumnya,” kata Maria.

Al keheranan dengan kata-kata Maria. “Kapan?” tanyanya.

“Tadi sewaktu kita memasuki rumah ini. Di pintu rumah ini tergambar

lambang keluarga Blueberry, sepasang daun Blueberry dengan buah 152

Page 153: Gadis Misterius

Blueberry di antara mereka. Dan sebelumnya saya telah menduga Anda tidak

memberikan nama lengkap Anda.”

“Aku menebak engkau mengetahui lambang keluargaku dari masa

lalumu.”

“Ya, Anda benar,” kata Maria, “Apakah Al nama panggilan Anda?”

“Ya, keluargaku selalu memanggilku Al. Kata mereka lebih mudah

memanggilku Al daripada Alexander. Aku ingin engkau terus memanggilku Al

bukan Alexander,” kata Al menegaskan.

Suara bel yang menggema di ruangan itu membuat Maria memandang

semua orang yang mulai meninggalkan Ruang Besar.

Alexander tidak mengajak Maria berdiri dan mengikuti orang-orang itu.

Ia terus memandangi mereka, seperti Maria.

Dan ketika tamu-tamu yang lain telah menghilang dari Ruang Besar,

Duchess of Blueberry menghampiri mereka.

Alexander membantu Maria berdiri. Kemudian mereka berjalan

mendekati Duchess.

“Mari kita pergi ke Ruang Makan, Maria,” kata Duchess sambil

mengulurkan tangannya.

Maria menyambut uluran tangan itu dan membiarkan wanita itu

menuntunnya dengan akrab seakan-akan Maria adalah putri kandungnya.

Alexander tersenyum melihat keakraban kedua wanita itu. Ia mengikuti

di belakang mereka sambil mendengarkan percakapan mereka.

“Semua tamu-tamu selalu memperhatikanmu sejak kedatanganmu,

Maria,” kata Duchess.

“Saya berharap saya tidak selalu menjadi pusat perhatian. Saya

khawatir saya salah tingkah karenanya,” kata Maria merendahkan diri.

“Jangan berkata seperti, Maria. Engkau sangat tenang walaupun engkau

menjadi pusat perhatian tamu-tamuku khususnya para lelaki. Sikapmu seperti

orang yang telah terbiasa menjadi pusat perhatian,” kata Duchess.

“Sejujurnya, saya memang merasa saya sering menjadi pusat

perhatian. Sepanjang hidup saya, saya selalu diperhatikan dengan sungguh-

sungguh bahkan berlebihan, menurut saya tetapi mereka mengatakan hal itu

memang layak untuk saya,” kata Maria.

“Siapakah mereka itu, Maria? Apakah penduduk Obbeyville? Penduduk

Obbeyville memang selalu memperhatikan tiap gerakanmu. Mereka

menganggapmu sebagai bidadari yang dikirim para dewa dan mereka selalu 153

Page 154: Gadis Misterius

membicarakanmu.”

“Bukan penduduk Obbeyville yang saya maksudkan. Tetapi mereka

yang berada di masa lalu saya dan saya tidak dapat mengingat siapakah

mereka itu,” kata Maria.

“Oh, Maria. Jangan terlalu kaupikirkan hal itu. Ingatanmu akan pulih

kembali. Percayalah kepadaku.”

“Saya selalu percaya ingatan saya akan pulih suatu hari nanti.”

Alexander tersenyum menyadari kebenaran ucapan Marcel.

Rambut Maria yang panjang selalu bersinar mengiringi setiap

gerakannya yang gemulai seperti gaunnya yang juga selalu bersinar dalam

setiap gerakan Maria.

Syal putih yang panjang dan lebar yang selalu melambai setiap gerakan

Maria, membuat gadis itu tampak semakin menarik perhatian.

Alexander tidak mempercayai bahwa ada seorang gadis yang sangat

sempurna seperti Maria. Ia masih takut mempercayainya. Takut bahwa itu

semua hanya karena perasaannya yang untuk pertama kali membuatnya

bingung.

Pelayan membukakan pintu Ruang Makan untuk mereka.

Tamu-tamu yang seluruhnya berjumlah sekitar dua puluh lima orang

telah duduk mengelilingi meja makan yang besar itu menoleh ketika mereka

memasuki ruangan itu.

Mereka terpesona pada sikap Duchess yang sangat akrab terhadap

Maria, gadis yang baru pertama kali mereka lihat.

Duchess menyerahkan tangan Maria yang sejak tadi dipegangnya

kepada putranya sebelum ia duduk di tempat yang telah ditentukan

untuknya, di dekat suaminya.

Alexander menarikkan kursi untuk Maria di tempat yang sangat jauh

dari Lady Debora maupun Baroness Lora. Kemudian ia duduk di samping

Maria.

Maria dapat melihat kejengkelan Lady Debora karena Alexander tidak

duduk di dekatnya

Wanita itu memandang cemberut kepadanya seperti anak kecil kepada

Maria tetapi kemudian Lady Debora segera mengalihkan perhatiannya ketika

pria yang duduk di sampingnya mengajaknya bicara.

Maria menduga telah menjadi kebiasaan bagi pesta dansa keluarga

Blueberry untuk menyajikan hidangan malam sebelum pesta tersebut dimulai.154

Page 155: Gadis Misterius

Hidangan yang disajikan sangat bervariasi. Mulai dari makanan

pembuka hingga makanan penutup semuanya terlihat sangat lezat.

Sepanjang acara makan malam itu, Maria terlihat sangat diam.

Ia terkejut ketika menyadari ia pernah duduk di meja makan yang besar

seperti ini bersama-sama tamu yang banyak pula. Hidangan yang disajikan

juga sangat bervariasi.

Tamu-tamu pria juga sibuk membicarakan masalah kerajaan seperti Al

dan pria yang duduk di seberangnya, juga seperti pria yang duduk di samping

kanannya.

Sedangkan tamu-tamu wanita sibuk membicarakan pakaian, tatanan

rambut, pesta-pesta dan segala hal yang menarik perhatian mereka.

Di mana ia melakukan hal yang sama, Maria tidak dapat mengingatnya.

Tetapi Maria yakin situasi saat itu sama seperti situasi sekarang. Yang

berbeda adalah jumlah tamu.

Pada pesta yang diingat Maria, jumlah tamunya lebih banyak dari pesta

dansa keluarga Blueberry.

Alexander tidak memperhatikan Maria yang diam sejak hidangan

pertama disajikan karena ia sibuk membicarakan masalah kerajaan dengan

tamu yang duduk di dekatnya.

Semua tamu wanita saling berbisik membicarakan Maria sedangkan

tamu-tamu pria sibuk dengan pembicaraan mereka.

Tidak ada yang memperhatikan Maria.

“Mengapa Anda diam saja sejak tadi?” tanya pria setengah baya yang

duduk di samping kanan Maria.

Maria menatap wajah pria itu dan berkata, “Saya sedang

mendengarkan pembicaraan mereka.”

“Apakah Anda menyukai masalah politik?” tanya pria itu.

“Cukup menyukainya,” jawab Maria.

“Bagaimanakah pendapat Anda mengenai penjara bawah tanah kota

Xoechbee?” tanya pria itu.

“Penjara itu sangat gelap, sinar matahari hampir tidak dapat menembus

dinding batunya yang kokoh,” kata Maria.

“Saya rasa Kerajaan Zirva sangat keterlaluan dalam hal hukum. Mereka

terlalu keras,” kata pria itu dengan jengkel.

“Memang pada awalnya mereka sangat keras. Namun sekarang

pemerintah telah memperlunak sanksi hukuman,” kata Maria sambil 155

Page 156: Gadis Misterius

tersenyum.

“Mereka masih terlalu keras,” kata pria itu dengan jengkel, “Keponakan

saya yang hanya bersalah karena telah melangggar Undang-Undang

Perburuan saja dihukum selama tiga puluh tahun di penjara itu. Dan saya

sebagai pamannya tidak diijinkan berkunjung.”

“Siapakah nama keponakan Anda itu?” tanya Maria.

“Golbert Mantrix,” jawab pria itu.

“Dan Anda tentunya adalah Eisench Mantrix yang sejak Golbert Mantrix

dihukum selalu berusaha meminta ijin dari Raja untuk mengunjungi

keponakan Anda itu,” kata Maria.

“Bagaimana Anda mengetahuinya?” tanya Eisench Mantrix terkejut.

“Saya tidak tahu. Tetapi saya tahu keponakan Anda dihukum selama itu

bersalah karena masih terus membunuh serigala hutan yang dilindungi dan

mengambil bulunya untuk dijadikan mantel walaupun Undang-Undang

mengenai itu telah dikeluarkan.”

“Ya, saya juga menyadari kesalahan keponakan saya. Tetapi

keterlaluan sekali. Hanya karena melanggar Undang-Undang perburuan

dihukum tiga puluh tahun di penjara yang paling menakutkan pula.”

“Anda harus memaklumi sikap Raja. Hukuman itu diberikan

berdasarkan kitab Undang-Undang yang telah diperbarui oleh Raja Croi I,

sekitar delapan puluh tahun lalu,” kata Maria.

“Kitab itu masih harus diperbaharui lagi. Hukumannya masih terlalu

berat,” kata Eisench Mantrix.

“Anda jangan khawatir karena kini Raja sedang berusaha memperbarui

kitab tersebut yang sejak jaman Raja Croi I belum diperbaharui sejak

sekarang. Kemungkinan hukuman keponakan Anda diperpendek sangat luas.”

“Aku tidak percaya kitab itu akan menjadi lebih lunak daripada

sekarang.”

“Percayalah kepada saya,” kata Maria sambil tersenyum, “Raja telah

merencanakan untuk memperlunak hukuman itu sejak beberapa tahun yang

lalu. Tetapi hal itu masih belum terwujud karena masih banyak menteri yang

menolak usul itu.”

“Ya, menteri-menteri yang kuno itu. Mereka tidak mengerti betapa

hukuman itu sangat keras,” kata Eisench Mantrix dengan jengkel.

“Hukuman yang keras dan tegas memang diperlukan untuk mengatur

penjahat yang kejam,” kata Maria, “Dan Anda harus menanti sebentar lagi 156

Page 157: Gadis Misterius

agar dapat mengunjungi keponakan Anda karena permohonan Anda telah

sampai di tangan Menteri Pertahanan, mungkin saat ini sudah berada di

tangan Menteri Kehakiman. Dan setelah itu akan diserahkan kepada Paduka

Raja.”

“Bagaimana engkau mengetahuinya?” tanya Al keheranan mengetahui

pengetahuan Maria yang sangat dalam mengenai hukum Kerajaan Zirva.

Maria tidak menyadari semua tamu membelalak terkejut pada

perkataannya yang sangat politis. Bahkan Duke of Blueberry serta Duchess

yang duduk di ujung meja yang lain membelalak terkejut.

Rupanya semua orang menghentikan pembicaraan mereka ketika Maria

mulai berbicara mengenai masalah hukum. Sehingga pembicaraan mereka

terdengar hingga ke ujung meja yang lain.

Tidak ada seorang pun di antara tamu itu yang menduga gadis itu

mengetahui cukup dalam mengenai urusan hukum Kerajaan Zirva. Bahkan Al!

Baru kali ini pria itu menjumpai seorang wanita yang masih muda pula

yang mengetahui banyak mengenai urusan hukum. Demikian pula tamu-tamu

yang lain yang tertarik mendengar pembicaraan Maria dengan Eisench

Mantrix.

“Saya tidak tahu. Kata-kata itu seperti meluncur begitu saja dari ingatan

saya,” kata Maria dengan tenang.

“Apakah Anda tahu banyak mengenai politik?” tanya pria yang tadi

berbicara dengan Alexander.

“Tidak sebanyak yang Anda ketahui,” kata Maria sambil tersenyum,

“Karena politik sangat sukar dipelajari, tetapi bila kita mau berusaha kita

dapat melakukannya. Manusia harus berusaha bila ingin berhasil.”

“Siapakah Anda?” tanya pria itu.

“Saya bukan siapa-siapa. Saya hanyalah makhluk tak bernama yang

kebetulan saja hadir di sini,” kata Maria dengan tersenyum.

Pria itu tertawa mendengar jawaban Maria yang sengaja

menyembunyikan namanya.

“Anda sangat pandai menyembunyikan nama Anda, tetapi tidak apa-

apa. Siapa tahu Anda sedang menyamar. Saya Trown Townie.”

“Saya senang dapat berjumpa dengan Anda. Nama Anda sangat

terkenal di Kerajaan Zirva,” kata Maria.

“Anda mengetahui saya rupanya,” kata Trown Townie.

“Siapa yang tak kenal Anda yang terkenal sebagai tokoh politik yang 157

Page 158: Gadis Misterius

pertama kalinya mengecam politik perdagangan Blueberry Kerajaan Zirva,”

kata Maria sambil tersenyum.

“Pengetahuan Anda membuat saya khawatir suatu hari nanti Anda lebih

terkenal daripada saya,” goda Trown Townie.

Maria tersenyum pada pria yang mirip Mr. Liesting dengan janggut

putihnya yang lebat, “Bila suatu saat nanti hal itu menjadi kenyataan, saya

berharap kita akan bertemu kembali agar saya dapat mengetahui apakah

saya telah lebih unggul dari Anda.”

“Anda pasti akan lebih pandai dari saya. Dalam usia semuda ini Anda

telah mengetahui banyak hal apalagi bila Anda telah semakin dewasa,” kata

Trown Townie.

“Saya tidak akan menjadi sepandai Anda karena saya selalu jauh dari

Istana sehingga saya tidak mengetahui banyak mengenai politik.”

“Anda dapat mengetahui banyak walaupun Anda jauh dari Istana

apalagi bila Anda tinggal di Istana Plesaides,” kata Trown Townie.

“Saya kira saya tidak akan pernah diijinkan tinggal terlalu lama di Istana

Plesaides,” kata Maria.

“Ya, Istana itu memiliki banyak ruangan tetapi kebanyakan kosong.

Saya pernah tinggal di sana ketika membantu Raja menyelesaikan masalah

perdagangan Blueberry. Saya sendiri tidak mengerti mengapa Raja

memanggil saya saat itu walaupun hal itu bukan bidang saya.”

“Tentu karena kecaman Anda atas politik perdagangan Blueberry

kerajaan ini,” kata Al.

“Ya, mungkin karena itu,” kata Trown Townie, “Ada suatu hal yang

sangat aneh di Istana Plesaides.”

“Apakah itu?” tanya Eisench Mantrix.

“Di lantai teratas Istana Plesaides, lantai empat ada sebuah ruangan

yang tidak boleh dimasuki tanpa ijin.”

“Apa yang aneh dari ruangan itu? Aku rasa tidak aneh bila ada ruangan

yang tidak dapat dimasuki secara bebas di Istana,” tanya Eisench Mantrix,

“Mungkin saja ruangan itu kamar Raja atau keluarga Raja yang lain.”

“Memang tidak aneh, tetapi yang membuatku heran adalah mengapa

ruangan itu terpisah dari ruangan lain yang tidak dapat dimasuki secara

bebas. Kamar Raja dan Pangeran serta berbagai ruangan lain yang tidak

dapat dimasuki secara bebas semuanya terletak di lantai pertama dan lantai

kedua. Hanya ruangan itu yang terletak di lantai teratas Istana Plesaides.”158

Page 159: Gadis Misterius

“Aku rasa tidak ada yang aneh, mungkin saja Raja sengaja

menyendirikan ruangan itu dari ruangan-ruangan lainnya yang terlarang,”

kata Eisench Mantrix.

“Memang hal itu mungkin saja. Tetapi yang membuatku merasa

ruangan itu aneh adalah ijin untuk dapat memasuki ruangan itu.”

“Tidak ada yang aneh bila untuk memasuki suatu ruangan di Istana

memerlukan ijin khusus dari Raja,” kata Eisench Mantrix.

“Di situlah keanehannya, Mantrix. Untuk memasuki ruangan itu kita

harus meminta ijin dari Pangeran bukan dari Raja.”

“Mungkin saja Raja memberi tugas pada Pangeran untuk memberi ijin

orang yang ingin memasuki ruangan itu,” gumam Al.

“Tidak, hal itu memang aneh sekali. Bila aku bercerita pada kalian aku

yakin kalian tidak mempercayaiku.”

“Coba ceritakan kepada kami,” kata Duke, “Mungkin kami

mempercayainya.”

Trown Townie mulai bercerita pengalamannya di Istana,

“Ketika Kepala Pengawal Istana mengantarkanku mengelilingi Istana, ia

hanya melalui ruangan itu.

Aku bertanya kepadanya, “Mengapa kita tidak memasuki pintu itu?”

“Maafkan saya, saya tidak dapat mengajak Anda memasuki ruangan itu

karena untuk memasukinya memerlukan ijin Pangeran dan saat ini Pangeran

sedang sibuk di kebun.”

Aku keheranan mendengar kata-kata Kepala Pengawal itu. “Apa yang

dilakukan Pangeran di kebun bunga itu?” tanyaku.

“Pangeran sedang memetik bunga untuk menghiasi ruangan ini.”

Jawaban Kepala Pengawal itu semakin membuatku merasa heran dan

bingung. Tidak mungkin rasanya bagiku Pangeran yang gagah mencari bunga

untuk menghiasi kamarnya. Tetapi kamar itu bukan kamarnya karena

kamarnya terletak di lantai dua, di samping kamar Raja.

Dan pertanyaan-pertanyaanku itu terjawab ketika pada sore harinya

aku menyempatkan diri untuk menuju ruangan di lantai empat itu. Tujuanku

yang semula adalah untuk melihat ukiran pintu yang menarik hatiku itu.

Pintu itu berukiran seorang bidadari sedang memegang seikat bunga

yang besar dan beberapa peri kecil di sekelilingnya. Ukiran itu demikian

indahnya sehingga aku ingin terus memandanginya.

Saat itu aku melihat Pangeran membuka pintu itu dengan sepasang 159

Page 160: Gadis Misterius

keranjang besar yang berisi berbagai macam bunga di tangannya.

“Selamat sore,” sapa Pangeran.

“Selamat sore, Pangeran,” balasku.

“Apakah Anda yang tadi hendak memasuki ruangan ini?” tanya

Pangeran.

Aku heran mengapa Pangeran tahu aku tadi siang ingin sekali

memasuki ruangan itu. Aku menduga Kepala Pengawal Istana yang memberi

tahu Pangeran.

Tanpa menanti jawabanku, Pangeran membuka sepasang pintu itu

lebar-lebar dan mengajak aku masuk.

Aku terkejut sekali ketika berada di dalam ruangan itu. Ruangan itu

sama seperti ruangan lainnya yang dihias dengan mewah. Tetapi menurutku,

ruangan itu lebih sederhana dibandingkan ruangan-ruangan yang lain.

Dan yang lebih membuatku merasa sangat terkejut adalah ruangan itu

penuh berisi bunga. Hampir di setiap sudutnya ada pot-pot bunga yang

berisikan berbagai macam bunga segar.

Aku heran sekali dari mana Pangeran memperoleh bunga-bunga itu

padahal waktu itu adalah musim gugur.

Rupanya Pangeran mengerti kebingunganku karena ia berkata, “Bunga-

bunga ini didatangkan dari berbagai tempat. Khusus untuk menghias ruangan

ini.”

Aku diam saja memandangi bunga-bunga yang ada di ruangan yang

sangat besar itu.

Ruangan itu terdiri dari tiga buah kamar tidur dan sebuah kamar duduk.

Masing-masing kamar dihias bunga yang jumlahnya sangat banyak sehingga

membuat ruangan yang besar itu wangi.

Aku bersyukur sekali karena aku tidak mempunyai alergi terhadap

serbuk bunga karena dengan demikian aku bisa mengamati ruangan yang

mengagumkan itu.

Ada sebuah piano putih kuno dari jaman Bartolome Cristofori di sudut

ruangan duduk yang dilengkapi dengan sofa yang indah dan perapian yang

besar.

Besar perapian itu juga membuatku merasa heran karena perapian itu

lebih besar dibandingkan perapian pada umumnya.

Aku tidak sempat memasuki kamar tidur yang lain karena aku terlalu

sibuk memperhatikan ruang duduk. Salah satu sisi ruangan duduk itu ada dua 160

Page 161: Gadis Misterius

kamar dan di sisi lainnya hanya satu kamar yang terus memanjang hingga

serambi.

Tetapi aku sempat melirik kamar tidur yang terletak di depan dua

kamar tidur lainnya itu ketika Pangeran memasuki ruangan itu.

Sekilas, aku melihat kamar tidur itu sangat indah dan seperti ruang

duduk, kamar itu penuh dengan berbagai macam bunga. Tempat tidurnya

yang besar berwarna putih dengan tiang-tiang besi yang berwarna keemasan.

Kamar tidur itu sangat indah sehingga sukar bagiku untuk

menggambarkannya dengan tepat.

Tetapi aku yakin kalian akan terpesona juga pada ruangan di lantai

empat yang tidak semewah ruangan lainnya tetapi penuh bunga.

Aku yakin ruangan lainnya lebih mewah tetapi tidak seindah ruangan di

lantai empat itu.

Ketika aku berada di ruangan itu. Aku merasa sangat damai dan

tentram dan itu membuat aku ingin terus berada di sana.

Aku terlalu terpesona pada ruangan itu sehingga tidak sempat bertanya

pada Pangeran mengenai ruangan itu lebih jauh.”

“Aneh sekali,” gumam Alexander.

“Ya, memang aneh sekali. Dan yang lebih aneh lagi adalah setiap pagi

dan sore, Pangeran selalu memeriksa ruangan tersebut. Dan tiap kali

Pangeran memeriksa ruangan itu, Pangeran selalu membawa seikat besar

bunga, padahal ruangan itu sudah penuh bunga.”

“Apakah orang yang pernah menempati ruangan itu sudah meninggal

dan arwahnya bergentayangan sehingga tidak ada orang yang berani tinggal

di ruangan itu dan ruangan itu selalu dipenuhi bunga untuk mencegah arwah

itu mengganggu penghuni Istana Plesaides yang lain?” tanya Eisench Mantrix.

“Tidak, Mantrix. Menurut Kepala Pengawal Istana yang waktu itu

mengantarku berkeliling Istana, ruangan itu ada yang menempati. Tetapi

selama aku di sana, aku tidak pernah melihat orang lain memasuki ruangan

itu selain Pangeran.”

“Pasti arwah orang yang dulu tinggal di situ yang kini masih menempati

ruangan itu,” kata Eisench Mantrix dengan yakin.

“Tidak, Mantrix. Karena Pangeran sendiri mengatakan bahwa ruangan

itu ditempati adiknya bersama pengasuhnya,” kata Trown Townie sambil

menggelengkan kepala.

“Adik Pangeran!” seru tamu-tamu yang terkejut mendengarkan kalimat 161

Page 162: Gadis Misterius

terakhir Trown Townie.

“Setahuku Pangeran tidak mempunyai adik,” kata Eisench Mantrix.

“Engkau salah lagi, Mantrix. Pangeran mempunyai seorang adik

perempuan hanya saja kita tidak pernah mendengar namanya maupun

melihatnya,” kata Trown Townie.

“Apakah engkau yakin, Townie?” tanya Duke.

“Aku yakin sekali. Karena yang memberi tahuku adalah Kepala

Pengawal Istana.”

“Mengapa Princess tidak pernah muncul?” tanya Eisench Mantrix.

“Aku tidak tahu. Aku tidak sempat bertanya pada Pangeran. Kepala

Pengawal Istana yang kutanyai tidak tahu menahu tentang itu. Ia hanya

mengatakan Putri jarang berada di Istana.”

“Ke manakah Princess bila ia sedang tidak berada di Istana?”

“Aku tidak tahu, Mantrix. Jangan bertanya lebih banyak lagi kepadaku

mengenai Princess kita yang tidak pernah muncul itu karena aku sendiri juga

tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari Kepala Pengawal Istana.”

“Apakah engkau tidak bertanya pada penghuni Istana yang lain?” tanya

Eisench Mantrix.

“Pelayan-pelayan lainnya juga tidak menjawab banyak pertanyaan yang

muncul di benakku. Mereka tidak memberi tahu lebih banyak kepadaku selain

mereka selalu merindukan Princess, yang kata mereka sangat cantik tak

tertandingi, seolah-olah mereka sengaja ingin menyembunyikannya.”

“Aneh sekali,” kata Duke.

“Hingga kapan pun, Istana Plesaides akan selalu menyimpan misteri.

Seperti menyimpan misteri politik dan sebagainya,” kata Maria.

Trown Townie tertawa mendengar kata-kata Maria. “Anda benar. Istana

Plesaides akan selalu menyimpan rahasia Kerajaan Zirva.”

“Di manapun, Istana adalah tempat penyimpanan rahasia suatu

negara.”

“Saya senang berbicara dengan Anda, pengetahuan Anda membuat

saya kagum,” kata Trown Townie.

“Apa yang saya ketahui masih kalah jauh dibandingkan Anda,” kata

Maria merendahkan diri.

“Mengapa kita membicarakan urusan Kerajaan di pesta ini?” kata Duke

dari ujung meja, “Saat ini kita berkumpul di sini untuk bersenang-senang

bukan untuk membicarakan masalah politik.”162

Page 163: Gadis Misterius

“Maafkan saya. Saya terlalu terpesona pada gadis ini,” kata Trown

Townie.

“Kita semua juga terpesona padanya sejak kedatangannya. Kita tidak

tahu siapa dia. Mungkin hanya Alexander saja yang mengetahui siapa gadis

yang mempesona ini sebenarnya,” kata Eisench Mantrix.

“Sejujurnya, saya juga tidak tahu siapa dia. Ia terlalu membingungkan

dan tidak dapat ditebak. Saat ini ia sudah memberi banyak kejutan pada

saya, saya tidak tahu apalagi yang akan dilakukannya untuk membuat saya

semakin terpesona,” kata Alexander sambil tersenyum pada Maria.

“Mari kita kembali ke Ruang Besar dan melanjutkan pesta kita sebelum

hari semakin malam,” kata Duke.

Semua tamu berdiri dan mengiringi Duke menuju Ruang Besar.

Maria dan Alexander masih duduk menanti semua tamu meninggalkan

ruangan itu. Duchess juga masih menanti semua tamu meninggalkan

ruangan.

Eisench Mantrix telah beranjak meninggalkan meja makan. Tetapi

Trown Townie masih tetap berada di ruangan itu.

Ketika semua tamu telah meninggalkan ruangan, Alexander membantu

Maria bangkit dari kursinya kemudian menanti Duchess dan Trown Townie.

“Engkau sangat mengejutkanku, anakku,” kata Duchess pada Maria.

“Maafkan saya bila saya terlalu mengejutkan Anda,” kata Maria.

“Jangan berkata seperti itu. Aku sangat senang bertemu dengan gadis

seperti engkau. Tidak seorang pun yang menduga engkau mengetahui

banyak mengenai politik, kecuali Al.”

“Sejujurnya, Mama, aku sendiri juga terkejut,” kata Al, “Seperti kataku,

ia selalu membuat aku terkejut.”

“Sebenarnya siapakah Anda?” tanya Trown Townie.

“Saya tidak mengetahui siapa saya yang sebenarnya. Saya tidak dapat

mengingat masa lalu saya,” kata Maria.

“Oh, saya turut menyesal. Di manakah Anda tinggal?” tanya Trown

Townie.

“Anda pernah mendengar bidadari yang ditemukan di Sungai Alleghei?”

tanya Duchess sebelum Maria menjawab pertanyaan Trown Townie.

“Saya hanya sekali mendengarnya yaitu ketika kusir kuda yang saya

sewa menceritakan bahwa penduduk Obbeyville mendapatkan seorang

bidadari yang sangat cantik dari dewa-dewi di Holly Mountain. Ia mengatakan 163

Page 164: Gadis Misterius

gadis itu ditemukan di Sungai Alleghei.”

“Bidadari itu sekarang berdiri di hadapan Anda,” kata Duchess.

Trown Townie berseru terkejut. “Saya tidak pernah membayangkan

akan bertemu sendiri dengannya. Saya sangat senang sekali dapat bertemu

dengan Anda. Saya merasa kusir itu berlebihan ketika menceritakan hal itu

tetapi sekarang saya merasa kusir itu kurang tepat menggambarkannya, ia

jauh lebih baik dari yang diceritakan.”

“Dapatkah saya meminta Anda berjanji untuk tidak mengatakannya

kepada siapapun yang hadir di pesta ini?” kata Alexander.

“Mengapa?” tanya Trown Townie keheranan.

“Karena Maria tidak ingin siapa pun mengetahui ia hadir di pesta ini.

Tentunya Anda mengerti bila ia menghindari penduduk Obbeyville yang selalu

membicarakan segala tindakannya.”

“Tentu, Alexander. Aku berjanji akan merahasiakan hal ini dari siapa

pun.”

“Terima kasih, Mr. Townie,” kata Maria.

“Jangan terlalu sopan seperti itu, Maria,” kata Trown Townie, “Jangan

memanggilku seperti itu, panggil aku dengan nama depanku saja, Trown.”

Duchess tertawa mendengar kata-kata Trown Townie yang sama seperti

yang pernah diucapkannya kepada Maria.

“Anda tidak akan berhasil. Ia selalu sopan terhadap siapa pun walaupun

telah dilarang,” kata Duchess.

“Itulah kelebihannya yang lain, Mama. Ia masih mempunyai banyak

kelebihan lain yang tidak akan Mama percayai.”

“Tidak, saya tidak mempunyai kelebihan apa-apa. Apa yang saya

lakukan adalah wajar, tidak dapat dikatakan kelebihan,” kata Maria.

“Ini salah satu kelebihannya yang lain, Mama.”

“Aku jadi tertarik untuk mengenal engkau lebih jauh, Maria. Aku ingin

mengetahui apa saja kelebihanmu dan apakah yang dikatakan Al benar.”

“Tentu saja benar, Mama. Bila Mama telah cukup lama mengenal Maria,

Mama akan mengetahui kelebihannya yang lain,” kata Alexander, “Saya ingin

Mama sendiri yang menemukan kelebihan Maria yang lain.”

“Engkau gadis yang menyenangkan, Maria,” kata Trown Townie.

Maria tersenyum mendengar pujian Trown Townie, “Anda juga

menyenangkan, Mr. Townie. Saya senang berbicara dengan Anda.”

“Aku juga senang berbicara dengan gadis yang berpengetahuan luas 164

Page 165: Gadis Misterius

sepertimu,” kata Trown Townie.

“Pengetahuan saya tidak seluas yang Anda katakan. Saya tidak

mengerti mengenai segala hal yang disukai wanita seperti Baroness Lora.

Saya tidak mengerti mengenai gaun-gaun dan segala macam permata,” kata

Maria sambil tersenyum.

“Itulah yang membuat dirimu berbeda dengan wanita-wanita yang lain,

anakku,” kata Duchess sambil menggandeng Maria, “Sekarang bukan saatnya

kita membicarakan masalah politik. Sekarang saatnya kita menuju Ruang

Besar.”

Trown Townie tertawa, “Anda benar, Duchess. Tetapi saya harus

mengatakan bahwa saya senang sekali membicarakan masalah politik

bersama Maria. Ia dapat menambah pengetahuan saya.”

“Bukan Anda, Mr. Townie. Tetapi sayalah yang akan bertambah

pengetahuannya.”

Alexander membukakan pintu untuk mereka dan berkata, “Mari kita

menuju Ruang Besar. Para tamu pasti telah menanti kehadiran kita.”

165

Page 166: Gadis Misterius

10

Duchess berjalan bergandengan dengan Maria menuju Ruang Besar.

Pembicaraan mereka yang sangat akrab seperti seorang ibu dengan

putrinya, membuat Maria merasakan sesuatu yang aneh.

Maria merasa sangat bahagia bila berbicara dengan Duchess yang

sangat lembut padanya. Suatu perasaan yang tidak pernah muncul di hatinya

selama ia berada di Obbeyville.

Maria merasa seperti berjalan dan berbicara dengan akrab bersama ibu

kandungnya. Cara Duchess memperlakukannya, cara memandangnya,

caranya tersenyum pada dirinya, membuat Maria merasa seperti berhadapan

dengan ibu kandungnya. Teringat akan ibu kandungnya, Maria berusaha

mengingat wajah ibunya. Dan seperti biasanya, Maria tidak dapat

menyingkap lebih jauh kabut gelap yang menyelubungi masa lalunya.

Sesuatu di dalam dirinya mengatakan bahwa ibu kandungnya sangat mirip

seperti Duchess of Blueberry.

Ibu kandungnya sangat cantik dan anggun seperti Duchess. Matanya

selalu tersenyum pada setiap orang. Tutur kata Duchess yang lemah lembut

juga mirip dengan cara ibunya berbicara. Ibunya yang cantik, yang baik, dan

sangat menyayanginya. Semua yang ada di diri Duchess mengingatkan Maria

pada ibunya yang tidak dapat diingat wajah juga namanya.

Ia merasakan kerinduan yang sangat dalam merasuk ke hatinya. Ia

merindukan ibunya, ayahnya dan keluarganya.

Tidak ada yang menyadari perasaan Maria.

Ketika mereka tiba di Ruang Besar, pesta dansa telah dimulai. Beberapa

pasangan telah mulai berdansa di Ruang Besar yang luas itu dengan diiringi

musik yang lembut.

Duchess segera membaur di antara tamu-tamunya.

Alexander membawa Maria ke pojok ruangan yang dekat jendela.

Mereka berdiri di sana sambil memperhatikan tamu-tamu.

Di seberang tempat mereka berdiri, adalah tempat mereka berada

sebelumnya ketika Marcel mencoba mendekati Maria.

Tirai jendela yang berwarna hijau cerah melambai-lambai tertiup angin 166

Page 167: Gadis Misterius

malam yang menerobos masuk Ruang Besar dari halaman yan luas.

Maria mendekati jendela itu dan memandang halaman Blueberry House

yang terhampar di depannya.

Pintu gerbang Blueberry House yang tak sempat diperhatikan Maria

ketika ia tiba kini tampak bersinar dengan warna putihnya di antara

kegelapan malam dan menampakkan bentuknya yang unik.

Bagian atas gerbang putih yang tinggi itu menyirip seperti daun dan

ujung-ujungnya yang runcing yang mengelilingi ujung pintu gerbang yang

meruncing itu membuat pintu gerbang itu tampak seperti daun Blueberry

yang bergerigi.

Pada bagian tengahnya tergambar lambang keluarga Blueberry,

sepasang daun Blueberry dengan buah Blueberry tepat di tengahnya.

Halaman Blueberry House tidak kalah indahnya dengan pintu gerbang putih

itu. Dari dalam Blueberry House, Maria dapat melihat lebih jelas halaman itu.

Mawar-mawar dengan berbagai macam warna yang tetap tumbuh di musim

panas, bermekaran dengan indahnya dan menyemarakkan Blueberry House.

Demikian pula bunga-bunga lainnya dan pepohonan yang terus bertahan

hidup di musim panas.

Langit malam itu sangat cerah, berbeda dengan malam-malam musim

panas sebelumnya. Bintang-bintang di langit seolah-oleh tersenyum pada

Maria demikian pula bulan purnama yang menghiasi langit malam yang cerah

itu. Sinar mereka menghiasi langit malam yang kelam dan menyejukkan hati

setiap orang yang memandangnya.

Maria tidak menyadari dirinya yang sedang memandang langit malam

itu tampak cantik sekali dengan rambut panjangnya yang melambai-lambai

tertiup angin malam musim panas yang nakal.

Alexander berdiri di samping Maria sambil terus memandangi wajah

gadis itu dari samping. Ia merasa Maria tetap terlihat sangat cantik dalam

keadaan apapun. Dilihat dari manapun ia selalu terlihat cantik.

Mulutnya yang mungil tersenyum lembut. Matanya memandang takjub

pada langit malam.

Alexander percaya andai topeng yang menutup mata gadis itu dilepas,

ia akan melihat mata ungu itu bersinar indah dan akan membuat semua

orang yang ada di ruangan ini terpesona.

Maria sangat asyik dengan pemandangan malam yang dilihatnya

hingga tak menyadari bukan hanya Alexander yang terkagum-kagum pada 167

Page 168: Gadis Misterius

dirinya yang saat itu terlihat sangat agung seperti bidadari.

“Ia cantik sekali dalam keadaan seperti itu,” kata Trown Townie, “Sejak

tadi aku memperhatikanya dan aku yakin tidak ada yang lebih cantik dari

Maria dalam keadaan seperti ini. Ia terlihat seperti bidadari yang ingin

kembali ke kahyangan.”

Alexander terkejut mendengar suara Trown Townie yang tiba-tiba

mendekatinya, “Ya, ia sangat cantik.”

“Engkau sangat beruntung, Alexander. Andai aku lebih muda darimu,

aku akan merebutnya darimu,” kata Trown Townie pura-pura menyesali

dirinya.

“Harus saya akui ia wanita tercantik yang pernah saya temui dan saya

kenal.”

“Apakah engkau menyadari sejak tadi tamu-tamu pria lainnya

memandangi Maria terutama Marcel?”

“Ya, bahkan Marcel telah mencoba merayu Maria sebelum makan

malam tadi. Tetapi Maria dapat mengatasinya dengan mudah. Ia membuat

Marcel merasa malu sekali dan membuat saya ingin tertawa melihat apa yang

dikatakannya pada Marcel.”

“Ia tidak mengatakan kata-kata yang kasar, bukan?” tanya Trown

Townie dengan cemas.

“Tentu saja tidak. Maria terlalu sopan untuk mengatakan kata-kata itu.

Ia hanya mengatakan suatu kebenaran dengan tenang dan sopan. Tetapi

itulah yang membuat Marcel kesulitan membalasnya. Bagaimana kita dapat

membalas seseorang yang berkata dengan tenang dan sopan tetapi tepat

mengenai kita?”

“Aku tidak percaya ada orang seperti itu,” seru Trown Townie.

“Saya juga sukar mempercayai tindakan Maria terhadap Marcel. Ia

seperti sangat pandai menghadapi orang seperti Marcel ketika itu. Saya yakin

Anda akan sependapat dengan saya bila Anda mengetahuinya,” kata

Alexander.

“Bila demikian engkau harus menjaganya sebaik mungkin, jangan

sampai ia jatuh ke tangan pria lain. Aku juga yakin ia satu-satunya gadis yang

berhasil menundukkan kekerasan hatimu atau lebih tepat kukatakan

kedinginanmu,” kata Trown Townie sambil tersenyum.

Seperti orang-orang lainnya, Trown Townie telah mengetahui juga

bahwa Alexander bukan orang yang mudah bila berhadapan dengan wanita. 168

Page 169: Gadis Misterius

Banyak sekali bahkan terlalu banyak wanita yang dibuatnya patah hati.

Alexander jarang terlihat bersama wanita lain selain ibunya. Dan tentu

saja apa yang terjadi hari ini membuat semua tamu menjadi terkejut.

Alexander datang bersama seorang gadis yang sangat cantik dalam

kemisteriusannya.

Gadis itu telah menyita perhatian semua tamu sejak kedatangannya

dan membuat Lady Debora yang biasanya selalu menjadi pusat perhatian,

menjadi marah dan jengkel karena kedudukannya telah terebut oleh gadis itu.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Lady Debora sangat ingin menjadi

Duchess of Blueberry. Berbagai usaha dilakukan wanita itu untuk menarik

perhatian Alexander.

Namun gadis misterius itu tanpa melakukan apa-apa telah berhasil

membuat semua orang di pesta dansa itu terpesona padanya terutama

Alexander. Dan itu membuat Lady Debora semakin marah.

Ketika kedua orang itu muncul dan mengejutkan semua tamu, Trown

Townie mendengar wanita itu berkata dengan marah,

“Siapa wanita itu? Mengapa ia berani sekali muncul bersama-sama

Alexander?”

“Tenanglah, anakku. Mungkin wanita itu tamu kehormatan Duke dan

Alexander ditugasi oleh Duke untuk menjemput dan mengawal wanita itu

selama di pesta ini,” kata Baroness Lora membesarkan hati putrinya.

“Mengapa bukan aku yang menjadi tamu kehormatan Duke, Mama?”

rujuk Lady Debora.

“Mungkin saja wanita itu putri teman Duchess akrab atau Duke,” kata

Baroness Lora.

“Tetapi aku juga putri teman Duke. Bukankah keluarga kita telah

berteman lama dengan keluarga Duke?”

“Aku tidak tahu. Semoga Alexander hanya menjemput wanita itu dan

tidak terus menerus berada di sisi wanita itu,” kata Baroness Lora.

“Lihat, Mama!” pekik Lady Debora, “Ia mengajak wanita itu menemui

Duke.”

Saat itu Alexander sedang memperkenalkan Maria kepada orang

tuanya. Semua tamu terkejut melihat sambutan hangat kedua orang tua

Alexander kepada gadis itu terutama Duchess. Dan mereka semakin terkejut

ketika gadis itu membungkuk seperti menghormat pada keluarga Raja.

“Aku akan menemui Alexander sekarang,” kata Lady Debora sambil 169

Page 170: Gadis Misterius

mendekati Alexander yang memperkenalkan gadis itu pada tamu-tamu yang

lain.

Trown Townie melihat Lady Debora mendekati Alexander dengan

cemburu.

“Ya, ia sangat sempurna. Jauh lebih sempurna dari yang kubayangkan

sehingga saya takut itu semua hanya khayalanku,” kata Alexander.

“Tetapi ia nyata, bukan? Percayalah Alexander, orang yang sedang

jatuh cinta akan merasa semuanya menjadi sempurna,” kata Trown Townie

sambil meninggalkan Alexander.

Gelak tawa Trown Townie masih terdengar ketika pria itu mendekati

seorang wanita dan mengajaknya berdansa.

Duchess mendekat, “Mengapa engkau tidak berdansa bersama Maria,

Al?”

“Maria sedang sibuk memandangi langit, Mama. Aku tidak ingin

mengganggunya,” kata Alexander.

“Ajaklah ia berdansa,” kata Duchess.

“Aku tidak yakin ia akan setuju,” kata Alexander.

“Mengapa?”

“Ia mengatakan padaku bahwa dirinya tidak yakin ia bisa berdansa,”

jawab Alexander.

“Dan engkau mempercayainya?” tanya Duchess.

“Aku tidak tahu, Mama.”

“Baiklah,” kata Duchess, “Sekarang dengarkan, anakku. Ia bukan gadis

biasa. Ia memiliki keanggunan yang sangat berbeda dengan wanita-wanita

lainnya dan ia memiliki kepandaian yang tak mungkin kautemui pada wanita

lainnya. Aku memang baru mengenalnya, tidak selama engkau, tetapi aku

yakin ia bukan gadis sembarangan. Aku sependapat dengan penduduk

Obbeyville, ia memang seorang bidadari.”

“Ia memang sangat berbeda dengan wanita lain yang pernah kutemui,”

kata Alexander.

Mendengar nada keragu-raguan dalam kata-kata putranya, Duchess

berkata, “Baiklah, anakku, bila engkau tidak percaya, aku akan

membuktikannya untukmu.”

“Bagaimana caranya, Mama?” tanya Alexander ingin tahu.

“Engkau akan tahu, tetapi sekarang engkau harus mengajaknya

berdansa dan aku yakin ia akan berdansa jauh lebih baik dari wanita-wanita 170

Page 171: Gadis Misterius

lainnya termasuk aku.”

“Mama jangan merendahkan diri seperti itu. Kita semua tahu Mama

pandai berdansa. Dulu Mama menang dalam lomba dansa yang diadakan di

Blueberry dan membuat Papa jatuh cinta,” kata Alexander.

“Sudahlah, itu sudah lama sekali. Saat itu aku masih muda sekarang

aku telah tua,” kata Duchess sambil tersenyum.

Duchess selalu tersenyum bila diingatkan pada masa lalunya.

Saat itu ia masih sangat muda ketika ia mengikuti lomba dansa di

musim semi yang selalu diadakan penduduk Blueberry setiap tahunnya.

Sebagai penduduk Blueberry, ia turut serta dalam lomba itu ketika ia sudah

menginjak usia dewasa.

Sebagai salah satu peserta yang termuda, ia merasa putus asa ketika

melihat kemahiran wanita-wanita lainnya. Tetapi ia segera membesarkan

hatinya sendiri dengan mengatakan, “Aku pasti bisa melakukannya lebih baik

dari mereka.”

Dan benar, saat itu Duchess sangat senang dan terkejut ketika juri

memutuskan dialah pemenangnya. Sungguh suatu hal yang tidak pernah

diduganya.

Saat itu pula ia bertemu dengan Duke dan jatuh cinta padanya.

Duke seorang yang romantis karena itu ia selalu menceritakan kepada

putranya bagaimana ia dulu bertemu dengan Duchess.

Karena telah sering mendengar cerita itu, Alexander sering pula

menggoda ibunya yang sangat disayanginya itu.

“Sekarang cepat ajak Maria,” perintah Duchess.

Alexander tersenyum pada ibunya dan mendekati Maria yang masih

asyik memandangi langit malam.

“Mereka tersenyum untukmu, Maria,” kata Alexander.

Maria menoleh dan tersenyum manis pada Alexander, senyuman yang

akan membuat siapa pun terpesona, “Mereka seperti menyambut saya.”

“Mereka memang menyambutmu dan akan selalu menyambutmu,”

kata Alexander, “Tetapi sekarang aku tidak mengijinkan engkau terus

menerima sambutan mereka. Engkau bisa jatuh sakit bila terus berada di

sini.”

“Anda benar,” kata Maria menyadari kesalahannya, “Maafkan saya.”

“Aku ingin mengajakmu berdansa,” kata Alexander.

“Saya tidak yakin bisa berdansa.”171

Page 172: Gadis Misterius

“Kita akan membuktikannya, Maria,” kata Alexander sambil meraih

tangan Maria yang berada pada tepi jendela itu.

Maria menurut saja ketika Alexander membawanya ke tengah ruangan

dan mengajaknya berdansa.

Alexander tidak terkejut ketika Maria dengan mudah mengikuti iringan

lagu yang lembut itu.

Beberapa tamu yang duduk di sekeliling Ruang Besar memandang

terpesona pada gerakan Maria yang gemulai.

Gaun gadis itu semakin bersinar-sinar seperti rambutnya setiap kali ia

bergerak. Syal putih panjang itu selalu melambai-lambai.

Nuansa yang diciptakan gadis itu dengan gerakannya membuat tamu-

tamu tidak dapat melepaskan pandangannya dari tengah Ruang Besar.

Maria tidak menyadari semua pandangan mata itu.

Maria hanya tahu ia kembali berada di masa lalunya. Ia merasa sering

berdansa bersama pria yang juga tinggi dan gagah seperti Alexander.

Ia seperti melihat wajah pria itu tersenyum padanya dan mengatakan

sesuatu, “Engkau semakin hari semakin pandai berdansa,…”

Tidak ada yang dapat diingatnya lagi selain sepatah kata itu.

Sesuatu di dalam hatinya mengatakan kata-kata pria dalam ingatannya

itu tidak semuanya diingatnya. Masih banyak kata yang diucapkan pria itu

tetapi ia tidak dapat mengingatnya.

“Apakah engkau lelah, Maria?”

Suara Alexander yang dalam itu membuat Maria menyadari ia berada di

Ruang Besar keluarga Blueberry bukan di ruangan dalam ingatan Maria yang

jauh lebih besar dari ruangan ini.

Ruangan dalam ingatan Maria sangat besar dan banyak lukisan yang

besar di dindingnya yang putih. Ia tertawa riang di pelukan pria yang terus

menerus memuji dan menggodanya itu.

Kini setelah ia menyadari tempatnya berdiri, ia merasakan kembali

kerinduan di dalam hatinya. Kerinduan itu seakan menyesakkan dadanya dan

ingin sekali ia pulang ke pelukan pria dalam ingatannya itu.

Maria menggelengkan kepalanya.

“Apakah engkau yakin?” tanya Alexander.

Sebenarnya, Alexander tidak perlu khawatir karena tak lama kemudian

lagu itu berhenti.

Alexander segera membimbing Maria ke tempat duduk yang masih 172

Page 173: Gadis Misterius

kosong sebelum lagu baru dimainkan.

“Kita telah membuktikan bahwa engkau pandai berdansa,” kata

Alexander.

Maria mengangguk tanpa berkata apa-apa.

“Tampaknya engkau tidak terlalu senang menyadarinya, Maria.”

“Tidak, saya senang sekali. Hanya saja saya merasa seperti kembali ke

masa lalu saya ketika saya berdansa dengan Anda.”

“Apakah pria itu pria yang memiliki nama sama denganku?” tanya

Alexander.

“Saya tidak tahu. Saya tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas,”

kata Maria sambil tersenyum.

“Aku yakin tidak lama lagi engkau akan segera mengingat masa lalumu

dan engkau akan kembali ke keluargamu,” kata Alexander.

“Saya juga berharap seperti itu,” kata Maria.

“Bila engkau kembali ke keluargamu, Maria. Apakah engkau masih akan

berkunjung ke Obbeyville?” tanya Alexander.

“Tentu,” jawab Maria dengan yakin, “Saya mencintai tempat ini dan

walaupun saya telah mengingat kembali masa lalu saya, saya akan sering

pergi ke Obbeyville.”

“Apakah engkau juga akan berkunjung ke Blueberry?”

“Tentu saja. Blueberry tidak akan pernah terpisahkan dari Obbeyville.”

“Apakah engkau hendak mengatakan mitos Obbeyville tidak

terpisahkan dengan mitos Blueberry?” tanya Alexander sambil tersenyum.

“Saya rasa bukan hanya itu saja. Obbeyville hingga kapan pun tidak

akan pernah terpisah dari Blueberry karena banyak penduduk Obbeyville

yang bekerja di kebun Blueberry Anda,” kata Maria balas tersenyum.

“Aku rasa bukan hanya itu saja alasannya,” kata Alexander memancing

Maria berkata lebih banyak.

“Benar. Masih ada beberapa alasan lainnya. Dan beberapa di antaranya

ada hubungannya dengan mitos-mitos itu.”

“Apakah alasan ini ada hubungannya dengan mitos ketiga?” tanya

Alexander.

“Tidak.”

“Engkau mau mengatakannya padaku?”

“Tentu saja.”

“Kalau begitu tunggulah sebentar, Maria. Aku akan memanggil ayahku, 173

Page 174: Gadis Misterius

ia pasti akan senang bila engkau menceritakan hal itu kepadanya. Sejak dulu

ayahku memang menyukai segala hal yang berhubungan dengan mitos,” kata

Alexander.

“Jangan, biarkan saya yang ke sana dan menceritakannya pada

mereka,” cegah Maria.

“Tidak apa-apa, Maria. Papa lebih menyukai datang menemui orang itu

sendiri bila ia membutuhkan sesuatu darinya daripada meminta orang itu

datang kepadanya,” kata Alexander dan segera beranjak dari duduknya

sebelum Maria mencegahnya.

Maria tersenyum memandangi Alexander yang menyeberangi Ruang

Besar menuju tempat orang tuanya duduk.

Ia memperhatikan beberapa pasangan yang masih berdansa di tengah

Ruang Besar.

Lady Debora berdansa bersama Marcel. Sebelum itu ia berdansa

bersama seorang pria yang kini tengah berbicara dengan Baroness Lora.

Entah apa yang mereka bicarakan, Maria tidak dapat mendengarnya di

tengah musik yang mengalun dan suara orang yang berisik walaupun mereka

berdiri tak jauh dai tempat Maria duduk.

Seorang wanita muda merampas perhatian Maria. Wanita itu

mengenakan batu jamrud hijau yang besar di lehernya dan gaunnya yang

terbuat dari kain satin bertaburan permata kecil.

Wanita itu tampak berkilauan ketika berjalan mendekatinya.

Ketika wanita itu semakin dekat, Maria menyadari wanita itu tidak

semuda yang dibayangkannya. Rambutnya juga tidak semerah yang

dilihatnya dari kejauhan.

“Selamat malam,” sapa wanita itu sambil duduk di kursi yang tadi

diduduki Alexander.

“Selamat malam,” kata Maria sambil menganggukkan kepalanya.

“Saya mengucapkan selamat kepada Anda,” kata wanita.

Maria melihat wanita itu dan kini ia ingat di mana ia pernah melihat

wanita muda itu. Wanita muda itu tadi duduk di hadapan Lady Debora selama

makan malam. Dan selama itu sikap keduanya seperti dua orang musuh yang

terpaksa berhadapan di meja yang sama.

“Selamat atas apa?” tanya Maria tak mengerti.

“Anda telah berhasil mengalahkan Lady Debora.”

“Maafkan saya. Saya tidak mengerti apa yang bicarakan,” kata Maria.174

Page 175: Gadis Misterius

“Anda jangan berpura-pura tidak mengerti. Semua tamu wanita yang

hadir di sini sudah mengetahui bahwa Anda berhasil menarik perhatian

semua tamu yang hadir di sini. Bahkan Alexander yang terkenal sulit didekati

dapat dengan mudah Anda tundukkan,” kata wanita itu.

Maria mulai memahami apa yang hendak dikatakan wanita itu. Cara

wanita itu mengatakan nama Lady Debora menampakkan kebenciannya.

Maria pernah mendengar Lady Debora dengan mudahnya menjadi

pusat perhatian di mana pun ia berada. Dan hal itu membuat wanita lainnya

menjadi iri. Lady Debora juga tak jarang merebut teman pria wanita-wanita

itu.

Dan wanita yang duduk di sisi Maria itu satu dari sekian banyak wanita

yang dibuat marah oleh Lady Debora. Kebencian yang tampak dari cara

memandangnya kepada Lady Debora sewaktu di Ruang Makan tadi telah

cukup membuktikan dugaan Maria.

“Al selalu berada di sisi saya karena ia telah berjanji kepada orang tua

saya untuk selalu menjaga saya,” kata Maria.

“Anda pandai sekali menggunakan orang tua untuk mendekati

Alexander,” kata wanita itu.

“Saya tidak pernah menggunakan orang tua untuk kepentingan saya. Al

sendiri yang berkata seperti itu kepada mereka.”

“Saya tidak peduli lagi apa alasan Anda. Tetapi saya mengucapkan

selamat kepada Anda karena telah berhasil mengalahkan Lady Debora.

Menurut kami semua, Anda lebih pantas menjadi Duchess of Blueberry

daripada Lady Debora. Dan kami merasa kagum pada pengetahuan Anda dan

kecantikan Anda. Saya ingin mengatakan Andalah wanita tercantik yang

pernah saya lihat.”

“Terima kasih. Anda jauh lebih cantik dari saya,” kata Maria.

Wanita itu tertawa senang, “Anda memang pandai mengambil hati

orang. Tak salah bila Alexander jatuh cinta pada Anda. Saya masih ingin

berbicara dengan Anda tetapi saya masih punya urusan penting.”

Wanita itu meninggalkan Maria dalam keadaan bersemu merah.

Maria tidak mengerti mengapa wanita itu berkata seperti itu. Mungkin

karena ia dan Al selalu berdua sejak mereka tiba.

Setelah kepergian wanita itu, seorang pria mendekati Maria dan duduk

di tempat yang sama.

Maria tersenyum memikirkan hal itu. Ia merasa seperti orang penting 175

Page 176: Gadis Misterius

yang selalu mendapatkan teman berbicara walaupun ia duduk seorang diri.

“Mengapa Anda duduk sendirian di sini?” tanya pria itu sambil

tersenyum.

“Saya sedang menanti Al,” jawab Maria.

“Bagaimanakah hubungan Anda yang sebenarnya dengan Alexander?”

“Kami teman,” kata Maria sambil tersenyum memikirkan semua orang

salah menduga.

Ia percaya semua orang yang hadir di situ memiliki dugaan yang sama

seperti pria itu dan wanita yang baru saja berbeicara dengannya.

“Mereka menduga aku adalah kekasih Alexander. Tetapi itu tidak

benar,” kata Maria pada dirinya sendiri.

Saat itu juga Maria menyadari apa yang dikatakannya tidak benar. Ia

tidak mengerti mengapa hati kecilnya berkata seperti itu.

“Apakah Anda sudah lama berteman dengan Alexander?”

“Tidak. Kami baru beberapa hari berkenalan.”

“Saya kagum Anda dapat membuat Alexander tertarik pada Anda hanya

dalam beberapa hari. Dan Anda telah membuat saya jatuh cinta hanya dalam

beberapa jam,” kata pria itu.

Maria tidak menyukai arah pembicaraan pria itu. Ia merapatkan syal

putih itu ke bahunya yang terbuka dan beranjak bangkit dari situ.

“Maafkan saya. Saya harus menemui Alexander. Saya rasa ia pergi

terlalu lama,” kata Maria.

“Lupakan saja Alexander. Berdansalah bersama saya,” kata pria itu

sambil beranjak berdiri.

“Terima kasih, tetapi saya lebih suka mencari Alexander. Saya tidak

pandai berdansa,” kata Maria.

“Anda jangan merendahkan diri seperti itu. Tadi saya melihat Anda

berdansa dengan gemulai. Tadi Anda nampak seperti seorang bidadari yang

sedang menari dan saya terpesona karenanya.”

“Terima kasih. Saya akan senang sekali dapat berdansa dengan Anda di

lain waktu. Saat ini saya harus mencari Al,” kata Maria.

“Alexander sedang bersama orang tuanya,” kata pria itu sambil

menunjuk Alexander yang sedang berbicara bersama kedua orang tuanya di

tepi Ruang Besar.

“Karena itulah saya harus ke sana. Saya berjanji pada Al untuk

menemui Duke.”176

Page 177: Gadis Misterius

“Tidak dapatkah Anda meluangkan waktu untuk berdansa dengan

saya?”

“Maafkan saya. Saya tidak dapat,” kata Maria.

Maria berjalan meninggalkan pria itu. Ia hendak menuju ke tempat

Alexander berada ketika seorang pria lain mencegatnya di tengah Ruang

Besar.

“Apakah Anda mau berdansa bersama saya?” tanya pria itu sambil

mengulurkan tangannya.

“Saya akan senang sekali tetapi saat ini saya harus menemui Duke,”

kata Maria dengan tenang melihat teman pria itu mendekat.

Tak lama kemudian Maria telah dikerumuni pria, tetapi ia tetap tenang

sambil berjalan mendekati Alexander.

Seolah ada sesuatu pada diri Maria yang membuat pria-pria itu

memberi jalan kepadanya. Mereka yang semula hendak mengajak Maria

berdansa menepi ketika gadis itu terus melangkah dengan anggun, tanpa

sempat mengutarakan keinginan mereka.

Alexander tersenyum ketika Maria mendekat. Tangannya terulur pada

Maria.

“Engkau membuatku semakin kagum,” kata Alexander sambil

mengangkat tangan Maria ke mulutnya dan menciumnya.

Jantung Maria berdebar karena tindakan Alexander yang tidak terduga

itu. Ia tidak menyadari pipinya memerah karenanya.

“Apa yang kaukatakan pada mereka sehingga mereka tidak

menggodamu?” tanya Duchess ingin tahu.

“Saya tidak mengatakan apa-apa kepada mereka. Saya hanya terus

berjalan ke mari dan mereka memberi jalan kepada saya,” jawab Maria.

“Engkau memiliki sesuatu yang membuat semua orang tidak berani

menganggumu,” kata Duke.

“Itulah kharisma. Setiap orang memiliki kharisma sendiri-sendiri. Ada

yang memiliki kharisma yang membuat orang itu disegani orang lain ada pula

kharisma yang membuat orang itu tampak bersinar di tengah orang lain,”

kata Maria.

“Siapakah yang mengatakannya kepadamu?” tanya Duchess kagum

pada kata-kata Maria.

“Saya tidak dapat mengingatnya,” kata Maria.

“Kharisma apa yang terlihat dari kami semua yang ada di sini, Maria?” 177

Page 178: Gadis Misterius

tanya Trown Townie yang duduk di dekat orang tua Alexander.

“Seperti yang saya katakan sebelumnya, setiap orang memiliki

kharisma sendiri-sendiri yang berbeda antara orang yang satu dengan yang

lain. Anda, Mr. Townie, memiliki kharisma yang membuat semua orang

senang berbicara dengan Anda,” kata Maria.

Trown Townie tertawa mendengar kata-kata Maria. “Engkau pandai

mengambil hati orang, Maria.”

“Saya tidak mengambil hati siapa pun. Saya hanya mengatakan yang

sebenarnya,” kata Maria sambil tersenyum.

“Engkau selalu mengatakan yang sebenarnya tetapi hampir semua

kebenaran yang kaukatakan membuat semua orang menyukaimu,” kata

Trown Townie.

“Tidak semua kebenaran yang saya katakan itu menyenangkan semua

orang. Anda sebenarnya memiliki sesuatu yang membuat sebagian orang

kurang menyukai Anda.”

“Katakan kepadaku apakah itu, Maria?” kata Trown Townie.

“Apakah Anda yakin mau mendengarnya?” tanya Maria.

“Katakanlah Maria. Aku menyukai kebenaran.”

“Saya tahu Anda tidak menyukai kebohongan. Tetapi saya harus

mengatakan kepada Anda apa yang akan saya katakan ini akan sangat

menyakitkan hati Anda.”

“Tidak apa-apa, Maria. Ia tidak akan pernah marah,” kata Duke.

“Itulah hal yang kurang disukai sebagian orang dari Anda, Mr. Townie.

Anda selalu santai menghadapi setiap masalah. Bahkan terkesan

menganggapnya sebagai suatu lelucon. Hal itu membuat sebagian pejabat

Istana kurang menyukainya.”

Trown Townie tertawa lagi mendengar kata-kata Maria.

“Aku telah menduganya, Maria. Menteri-menteri yang kuno itu memang

selalu menganggap serius setiap masalah. Menurutku setiap masalah jangan

dianggap terlalu serius atau kita akan menjadi cepat tua karenanya.”

“Tidak semua menteri beranggapan seperti itu. Masih banyak pejabat

yang menyukai cara Anda memandang suatu masalah,” kata Maria, “Memang

dalam hidup ini selalu saja ada orang yang menyukai kita dan membenci

kita.”

Trown Townie terkejut mendengar kalimat terakhir Maria demikian pula

Duke dan Duchess.178

Page 179: Gadis Misterius

Maria menyadari keterkejutan mereka bertiga dan berkata, “Apakah

yang saya katakan salah?”

“Jangan cemas seperti itu, Maria. Mereka hanya terkejut pada kata-

katamu yang seperti orang yang telah berpengalaman dalam hidup ini,” kata

Alexander.

“Ya, engkau mengatakan itu seperti orang yang telah berpengalaman

dalam hidup ini,” kata Duke.

“Engkau mengejutkanku, anakku,” kata Duchess sambil menarik Maria

mendekat, “Aku tidak menduga engkau akan berkata seperti itu. Aku yakin

engkau juga telah membuat Mrs. Vye bahkan seluruh penduduk Obbeyville

menjadi terkejut dengan kata-katamu yang seperti orang bijak itu.”

“Ia memang telah mengejutkan Mrs. Vye, Mama. Mrs. Vye mengatakan

padaku Maria sangat bijaksana untuk ukuran gadis seusianya. Kata-katanya

selalu terkesan seperti orang yang sangat berpengalaman di dunia ini,” kata

Alexander.

“Suatu hari nanti aku akan memintamu untuk mengajariku

kebijaksanaan yang lain. Engkau mau bukan?” goda Trown Townie.

“Saya khawatir saya akan mengecewakan Anda. Saya tidak mempunyai

banyak waktu di siang hari dan sebentar lagi saya akan selalu sibuk mulai

dari pagi hingga malam,” kata Maria.

“Apa lagi yang hendak engkau lakukan, Maria? Bukankah engkau selalu

mempunyai banyak waktu di sore hari,” kata Alexander.

“Mulai esok saya tidak akan mempunyai banyak waktu lagi. Saya telah

berjanji pada Ityu untuk menceritakan mitos-mitos itu padanya di sore hari,”

kata Maria.

“Ityu salah satu dari anak-anak itu?”

“Ya, ia sangat tertarik pada mitos. Tetapi yang diketahuinya hanya satu.

Saya berjanji padanya akan menceritakan semua mitos itu.”

“Apakah engkau juga akan menceritakan mitos ketiga itu padanya?”

“Mengenai itu saya masih ragu. Suku itu telah beratus-ratus tahun

menyimpannya dari pengetahuan orang lain.”

“Sebenarnya berapakah mitos yang ada di Kerajaan Zirva?” tanya Duke

yang tertarik mendengar percakapan Alexander dengan Maria.

“Banyak sekali tetapi hanya tiga yang terkenal. Dan buku yang Anda

katakan itu mungkin berisi semua mitos yang ada di Kerajaan Zirva.”

“Sayang saat ini kita sedang berpesta bila tidak aku akan memintamu 179

Page 180: Gadis Misterius

untuk membacakannya untukku. Aku sama sekali tidak mengerti tulisan buku

itu yang bagiku lebih menyerupai huruf Mesir Kuno daripada huruf Latin.”

“Besok aku akan mengajak Maria ke sini lagi,” kata Alexander berjanji

pada ayahnya.

“Besok saya tidak mempunyai banyak waktu,” kata Maria

mengingatkan.

“Jangan khawatir, Maria. Aku dapat mengatasinya.”

“Sebenarnya siapakah engkau, Maria? Dan apa saja yang engkau

ketahui? Mungkin lebih tepat apa yang tidak engkau ketahui. Aku percaya

engkau lebih banyak mengetahui daripada tidak mengetahui segala

sesuatunya,” kata Trown Townie.

“Ia lebih tepat menjadi bidadari dari Holly Mountain daripada yang lain,”

kata Duchess.

“Aku akan percaya sekali bila ia mengatakan ia berasal dari Holly

Mountain,” kata Alexander menambahkan.

“Anda jangan melihat seseorang dari luarnya saja. Hati seseorang bisa

lebih buruk dari yang terlihat,” kata Maria memperingatkan.

“Engkau tidak hanya menampakkan kecantikanmu yang terlihat dari

luar, Maria, tetapi juga kecantikkan hatimu,” kata Alexander.

“Engkau memiliki hati yang cantik, anakku,” kata Duchess sambil

tersenyum ,”Itulah yang membuat engkau berbeda dengan wanita-wanita

lainnya.”

“Bagaimana pendapatmu mengenai diriku?” tanya Trown Townie.

“Saya menyukai Anda dan cara Anda menghadapi hidup ini. Setiap

orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk menghadapi hidup yang penuh

tantangan ini,” kata Maria.

“Aku senang mendengarnya,” kata Trown Townie, “Sejak tadi aku

khawatir engkau tidak menyukaiku.”

“Saya menyukai Anda terutama kecaman Anda terhadap politik

perdagangan Blueberry,” kata Maria.

“Politik perdagangan Blueberry kerajaan ini memang buruk sekali waktu

itu, tetapi sekarang menjadi lebih baik,” kata Trown Townie.

“Aku setuju denganmu yang tidak menyukai cara Istana menjual

Blueberry ke luar negeri. Dulu Istana memang lebih menyukai menjual

seluruh persediaan Blueberry ke luar negeri daripada membusuk di gudang

penyimpanan. Tetapi sekarang kita dapat mengubahnya menjadi selai dan itu 180

Page 181: Gadis Misterius

tidak akan membuat Blueberry menjadi cepat membusuk,” kata Alexander.

“Memang seharusnya dari dulu itulah yang dilakukan pemerintah.

Tetapi apa boleh buat saat itu yang memerintah Raja Croi I dan ketika Raja

Croi II menggantikan ayahnya, peraturan itu diubah. Tetapi Raja tidak segera

mengubahnya, baru setelah aku memberikan kecaman yang cukup keras,

Raja mengubahnya,” kata Trown Townie.

“Saat itu Raja masih sibuk mengadakan pembaharuan di berbagai

bidang. Di samping itu Raja juga menghadapi menteri-menteri yang masih

berpikiran kuno seperti Raja Croi I. Dan setelah sebagian besar menteri itu

diganti, Raja bisa mengadakan pembaharuan di bidang perdagangan,” kata

Alexander.

“Ya, perjuangan yang sangat berat dari Raja Croi II telah berhasil

membuat kerajaan kita menjadi lebih dikenal penduduk dunia. Kerajaan kita

telah cukup lama terkurung di sekitar pegunungan Skandinavia,” kata Trown

Townie.

Selama beratus-ratus tahun Kerajaan Zirva tidak berhubungan dengan

dunia luar melalui daratan karena pegunungan Skandinavia yang tinggi itu.

Baru setelah Perancis di bawah pemerintahan Napoleon Bonaparte

mengadakan perluasan wilayah, jalan ke Kerajaan Zirva terbuka.

Kerajaan Zirva sangat beruntung karena Napoleon tidak tertarik pada

kerajaan yang letaknya cukup terpencil ini.

Armada laut Kerajaan Zirva menjadi semakin kuat setiap tahunnya

karena selama beratus-ratus tahun mereka berhubungan dengan dunia luar

hanya melalui lautan yang terletak di sebelah barat kerajaan.

Sebagai kerajaan yang cukup terpencil, tidaklah mengherankan bila

banyak penduduk Kerajaan Zirva yang berpikiran kuno.

Sejak pemerintahan Raja Croi I telah banyak diadakan perubahan di

segala bidang. Dan baru pada masa pemerintahan Raja Croi II perubahan itu

terasa sangat nyata dan berdampak cukup besar bagi perekonomian Kerajaan

Zirva.

Raja Croi I kurang mampu menghadapi para menteri yang kebanyakan

masih berpikiran kuno itu. Dan itulah yang menyebabkan perubahan yang

dilakukannya kurang terasa.

Sedangkan Raja Croi II mampu menghadapi menteri-menteri yang kuno

itu. Raja Croi II mengambil tindakan yang cukup tegas ketika ia memutuskan

mengganti menteri yang kuno dengan menteri-menteri yang berpandangan 181

Page 182: Gadis Misterius

modern.

Langkah pertama yang diambil Raja Croi II ketika ia naik tahta cukup

mengejutkan penduduk Kerajaan Zirva. Namun banyak dari penduduk

Kerajaan Zirva yang telah mengenal pendidikan di luar Kerajaan Zirva, yang

menyetujui usul itu.

Tidak semua menteri diganti oleh Raja Croi II. Sebagian dari menteri

yang masih muda dan bermanfaat bagi kerajaan tetap digunakan. Sebagian

lainnya diganti dengan menteri baru.

Sejak perubahan yang dilakukan Raja Croi II pada pemerintahannya,

perubahan-perubahan yang lain terjadi.

Raja Croi II telah banyak membuat perubahan di segala bidang. Dan kini

yang sedang diperdebatkan adalah Undang-Undang Hukum Kerajaan Zirva.

Masih banyak orang yang ragu mengganti hukum yang keras itu

dengan hukum baru yang lebih lunak.

Selama ini Kerajaan Zirva terkenal damai dengan hukumnya yang

keras. Banyak orang yang khawatir kedamaian yang selama ini tercipta

dengan hukum yang keras menjadi rusak bila hukuman itu diperingan.

“Aku rasa kita bisa memulainya setelah lagu ini selesai,” kata Duchess.

“Kurasa lagu ini akan selesai tak lama lagi,” kata Duke.

Maria tak mengerti apa yang sedang dibicarakan Duke dan Duchess.

Tetapi Alexander dan Trown Townie tampaknya mengerti apa yang

dibicarakan Duke dan Duchess.

Tak lama kemudian lagu itu selesai. Tetapi tidak ada lagu yang

menggantikan lagu terakhir itu.

Duchess berjalan ke depan menuju ke sebuah piano yang terletak di

dekat tempat itu.

Saat itulah Maria menyadari keberadaan piano itu. Mungkin warna

piano yang hitam itulah yang membuat Maria tidak menyadari keberadaan

piano itu.

“Mama pandai bermain piano dan ia selalu memainkan beberapa lagu

di setiap pesta dansa yang diadakan,” bisik Alexander sambil mengajak Maria

mendekati piano itu.

Duchess tidak duduk di depan piano itu seperti yang diduga Maria.

Duchess berdiri di tepi piano itu.

Ia tersenyum pada Maria dan Alexander yang semakin mendekat.

Tangannya terulur pada Maria.182

Page 183: Gadis Misterius

Maria tidak mengerti apa yang akan dilakukan Duchess.

“Ulurkan tanganmu, Maria,” bisik Alexander.

Maria menerima uluran tangan Duchess. Duchess menarik Maria hingga

gadis itu berdiri tepat di depan piano itu.

“Mainkanlah lagu untuk kami semua, Maria,” kata Duchess kemudian ia

berdiri di samping Alexander.

Maria tidak mengatakan apa-apa, ia hanya memandang wajah Duchess

sebelum ia mengalihkan perhatiannya ke piano itu.

Maria meletakkan jari-jarinya yang terbungkus sarung tangan di atas

piano itu. Tangannya bergerak perlahan di permukaan piano itu, seperti

menyentuh sesuatu yang sangat halus dan menakjubkan.

Tidak ada yang bersuara sedikitpun. Semua menanti tegang tindakan

yang akan dilakukan Maria.

Perlahan-lahan, Maria membuka tutup piano itu yang menutupi tuts-tuts

tetapi ia tidak segera memainkan piano itu. Ia menyentuh permukaan tuts-

tuts itu.

Perasaan aneh menjalari tubuhnya. Ia merasa rindu. Bukan rindu

memainkan piano tetapi kerinduan yang lain.

Saat jari-jarinya menyentuh piano itu, ia merasakan kerinduan yang

sangat dalam pada sesuatu yang tak dapat diketahuinya dengan pasti.

Ia merasa rindu pada orang-orang yang selalu mendengarkan

permainannya di ruangan yang besar. Ia merindukan suasana yang ia

ciptakan dengan permainannya. Ia merindukan semuanya.

Tergerak perasaannya, Maria duduk di depan piano itu dan mulai

menekan tuts-tuts yang sejak tadi hanya disentuhnya.

Tidak ada perasaan ragu ketika ia mulai menekan satu per satu tuts itu.

Lagu pertama yang dimainkannya merupakan lagu Gereja karya Mozart.

Duchess tersenyum pada Alexander. “Tepat seperti yang kukatakan,

bukan? Ia pandai bermain piano dan ia bukan gadis sembarangan,” katanya

pada Alexander.

Semua tamu yang memandang Maria merasa kagum mendengar

permainan Maria yang merdu dan penuh perasaan itu. Permainan piano Maria

sangat jernih dan merdu seakan-akan menggambarkan sifatnya yang selalu

tenang dan disukai banyak orang.

Mendengar permainan Maria yang berisi pujian kepada Bunda Perawan

Maria, Alexander teringat kembali perbincangan ayahnya dan tamu yang lain.183

Page 184: Gadis Misterius

Ia sedang mengawasi Maria yang tengah berbicara dengan seorang

wanita ketika ayahnya tiba-tiba berkata, “Aku masih tidak percaya Pangeran

mempunyai adik.”

Trown Townie menyahut, “Memang sukar dipercaya. Walaupun

Pangeran sendiri yang memberitahuku tetapi aku sejujurnya sendiri masih

ragu.”

“Itu benar. Pangeran mempunyai adik yang sangat cantik,” kata pria

yang juga duduk di dekat kedua orang tua Alexander.

“Cara bicara Anda seperti telah melihat sendiri Princess.”

Pria tua itu membalas senyuman Duchess dan berkata, “Anda benar,

Duchess. Aku pernah bertemu dengannya.”

Pernyataan pria itu membuat orang-orang yang berada di sekelilingnya

terkejut.

“Sungguhkah itu?” tanya Duke dan Trown Townie hampir bersamaan

sedangkan Duchess hanya terpana mendengar ucapan itu.

Alexander yang semula melihat ke Maria juga menoleh ketika

mendengar ucapan yang mengejutkan itu.

“Benar. Saat itu Princess masih kecil tetapi ia telah tampak menarik

tentu sekarang ia jauh lebih menarik,” kata pria itu.

Mereka terdiam. Semua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Pria itu melanjutkan ceritanya,

“Saat itu aku dipanggil Raja untuk membantunya menangani suatu

urusan yang sangat penting dan rahasia.

Ketika aku dan Raja serta beberapa menteri lainnya telah

menyelesaikan pertemuan kami, Raja mengajak kami semua berkumpul di

suatu ruangan. Sampai saat ini aku masih ingat kejadian yang tak pernah

kuduga sebelumnya yang terjadi di ruangan itu.”

Pria itu berhenti dan mengenang kembali saat ia mengunjungi Istana

Plesaides.

“Ratu dan Pangeran sedang bercanda ketika kami tiba. Mereka tampak

seperti sedang menanti sesuatu.

Tak lama setelah kami terlibat pembicaraan yang menarik, seorang

gadis cilik yang sangat cantik membuka pintu.

Ketika melihat gadis itu aku menduga ia adalah anak pelayan. Tetapi

ketika ia menyapa Raja dan Ratu, aku terkejut sekali terlebih lagi ketika

semua menteri menyapanya, “Selamat siang, Putri kecil.”184

Page 185: Gadis Misterius

Aku sama sekali tidak menduga sebelumnya bahwa gadis itu adalah

Princess.”

Pria itu terdiam lagi dan tersenyum seolah menertawakan

kebodohannya sendiri.

Trown Townie menggunakan kesempatan ini untuk bertanya, “Mengapa

ketika engkau melihatnya, engkau tidak menduga ia adalah Princess?”

“Karena saat itu Princess tidak mengenakan gaun yang seharusnya

dikenakan putri raja,” jawab pria itu.

“Gaun apa yang dikenakannya? Apakah Raja tidak menyayangi

Princess?” tanya Duchess tak mengerti.

“Tidak, Duchess. Raja dan Ratu juga Pangeran serta semua orang di

Istana sangat mencintai Princess.”

“Lalu mengapa Anda tidak mengenalinya sebagai putri raja?” tanya

Duchess.

“Saat itu Princess muncul dengan rambut terkepang dua seperti gadis

desa dan sebuah nampan besar di tangannya.

Bukan hanya itu saja yang membuatku menduga ia anak salah seorang

pelayan Istana. Saat itu sebuah celemek menutupi gaun sederhana yang

dikenakan Princess.

Apalagi ketika ia memasuki ruangan itu, beberapa pelayan wanita yang

juga membawa nampan di kedua tangan mereka, masuk.

“Kali ini apa yang kaubawa?” tanya Pangeran sambil mendekati

Princess.

Princess mengelak ketika Pangeran hendak mengambil kue yang ada di

atas nampan itu.

“Engkau tidak boleh mengambilnya dulu,” kata Princess menggoda

Pangeran sambil berlari menjauh dari Pangeran yang terus mengikutinya.

Aku keheranan melihat semua itu tetapi semua orang di sana hanya

tersenyum melihat tingkah kedua putra raja itu.

“Musim semi adalah musim cerianya Istana Plesaides,” kata seseorang

kepadaku.

Princess berlari mendekati Raja dan Ratu. “Papa Mama, ambillah dulu

sebelum dia,” kata Princess sambil melirik menggoda pada Pangeran.

“Kue apa yang kali ini engkau buat?” tanya Raja menggoda Princess,

“Apakah kue ini enak? Warnanya seperti kue yang hangus.”

“Papa coba saja. Kue ini sangat enak. Mrs. Wve juga mengatakan kue 185

Page 186: Gadis Misterius

ini enak.”

“Kali ini siapa yang mengajarimu membuat kue ini?” tanya Ratu.

“Seorang nenek tua di dekat Small Cottage yang mengajariku,” kata

Princess sambil tersenyum, “Cobalah. Kue ini sangat enak.”

“Apa namanya?” tanya Ratu.

“Nenek itu tidak tahu namanya.”

“Karena warnanya seperti kue hangus, aku akan menamakannya ‘Kue

Hitam’,” kata Ratu.

“Nama yang lucu. Cobalah, Mama. Jangan khawatir akan rasa kue ini,”

kemudian ia berkata kepada kami, “Kalian juga harus mencobanya.”

Pangeran cemberut, “Begitu, ya. Aku diletakkan yang paling akhir.”

Princess meletakkan nampan-nampan yang dibawanya di atas meja

kemudian mendekati Pangeran dan memeluknya.

“Jangan berkata seperti itu. Aku menyayangimu. Tetapi aku tidak boleh

mendahulukan orang lain sebelum orang tuaku dan itu termasuk engkau,”

katanya.

Aku terkejut mendengar kata-kata Princess itu. Ia berkata seperti orang

yang telah dewasa padahal waktu itu ia masih sangat kecil, mungkin usianya

tak lebih dari lima atau enam tahun.

Pangeran tersenyum dan menggendong adiknya. “Aku selalu kesepian

bila engkau tidak ada.”

“Apa yang dapat kulakukan? Aku hanya dapat berada di sini selama

musim semi. Setelah musim semi berakhir, aku harus pergi dan kembali lagi

pada musim semi berikutnya. Aku sendiri tak ingin pergi tetapi aku harus,”

kata Princess.

Sekali lagi aku terkejut mendengar kata-kata Princess yang seperti

orang dewasa itu.

“Aku mengerti,” kata Pangeran sambil menurunkan Princess.

Princess segera berlari mengikuti pelayan-pelayan yang telah

meninggalkan ruangan itu setelah mencium pipi Pangeran.

“Mereka selalu seperti itu,” kata Ratu padaku, “Mereka tidak dapat

dipisahkan tetapi apa yang dapat kami lakukan.”

“Adikku hanya berada di Istana Plesaides selama musim semi. Dan

setiap musim semi adalah musim ceria Istana Plesaides,” kata Pangeran.

“Setiap kali ia ada di sini, ia selalu mengumpulkan kami di ruangan ini. Setiap

hari ia mengajak kami untuk mencoba kue yang dibuatnya. Aku percaya bila 186

Page 187: Gadis Misterius

ia mau menulisnya, ia akan membuat buku resep yang sangat tebal.”

“Putri kecil sangat pandai membuat kue. Aku tidak tahu ia belajar dari

mana. Kue yang selalu dibuatnya bukan berasal dari koki Istana. Mungkin ia

mendapatkan resep kue itu dalam setiap petualangannya,” kata Ratu.

“Ambillah, Mathwe. Kue ini cukup untuk kita semua,” kata Raja.

“Jangan khawatir. Kue buatan Putri kecil selalu enak, Mrs. Wve selalu

membantunya setiap kali Putri kecil membuat sesuatu di dapur,” kata Menteri

Luar Negeri melihat keragu-raguanku.

Aku hingga saat ini masih merasa tak percaya bila mengingat hal itu.

Rasanya aneh bagiku seorang putri kecil bisa menarik seperti itu. Kalian akan

mengatakan aku berlebihan bila aku mengatakan Putri kecil itu tidak hanya

membuatku kagum akan kecantikkannya dan keanggunannya tetapi juga

semua orang yang tinggal di Istana Plesaides.”

“Aku tidak percaya,” kata Trown Townie.

“Kenyataannya memang seperti itu. Aku pernah mendengar berita

kelahiran Princess tetapi setelah itu aku tak pernah mendengar lagi. Jadi aku

mengira berita itu hanya kabar burung saja. Dan aku juga tidak

mempercayainya pada mulanya tetapi semua itu nyata bukan karanganku

belaka,” kata Mathwe.

“Mengapa Princess jarang berada di Istana?” tanya Duke of Blueberry.

“Aku tidak tahu, aku lupa menanyakannya karena saat itu aku terlalu

terpesona pada Putri kecil yang lincah,” pria itu terdiam dan mengenang

masa lalu.

“Hingga saat ini aku masih ingat bagaimana wajah Putri kecil yang

cantik dan rambut panjangnya yang terkepang dua serta gerakannya yang

gemulai. Tetapi lebih dari itu, aku masih ingat jelas tutur katanya yang lembut

dan seperti orang dewasa.”

Ketika lagu pertama selesai dimainkan Maria, semua tamu bertepuk

tangan.

Namun Maria tidak berhenti, ia terus melanjutkan permainannya.

Sementara jari jemarinya terus menari-nari di atas tuts piano,

pandangan Maria menerawang ke depan ke dinding di hadapannya. Namun

pikirannya melayang jauh ke belakang ke masa lalunya.

Topeng yang menutupi mata Maria membuat tiada seorangpun yang

mengetahui pandangan mata Maria yang menerawang itu.

Maria merasa seperti mendengar kata-kata seseorang yang 187

Page 188: Gadis Misterius

menggodanya sementara ia terus bermain piano putih yang sangat unik

karena kekunoannya. Di samping suara pria itu, ia mendengar suara orang

lain yang marah pada orang yang menggodanya.

Pria itu mendekatinya dan memegang pundaknya, ia menghentikan

permainannya dan menatap wajah orang itu. Tetapi wajah orang itu kabur, ia

tidak dapat melihat wajah orang itu juga wanita yang memarahi pria itu.

Wajah mereka seperti tertutup kabut. Tetapi ia masih dapat melihat

samar-samar tempat ia bermain piano putih itu.

Ruangan tempatnya bermain piano berdinding putih yang cerah, di

sampingnya ada dinding besar berpintu dua yang terbuka lebar. Tirainya

yang berwarna putih tipis tertiup angin. Sesekali tirai itu menerpa wajahnya.

Langit yang cerah dengan awan-awan putihnya seperti tersenyum

mendengar permainannya. Angin sejuk yang menerobos masuk membawa

harum bunga-bunga.

Sentuhan tangan seseorang di pundaknya, membuatnya terhenyak.

Alexander menyadari keterkejutan Maria. Sekilas mata gadis itu tampak

menerawang ketika menatapnya.

Sekilas Maria melihat wajah pria yang dilamunkannya ketika ia

memalingkan wajahnya. Duchess yang berdiri di belakang Alexander sekilas

juga terlihat seperti wajah seorang wanita yang memarahi pria yang

menggodanya ketika ia sedang bermain piano.

“Beristirahatlah, Maria. Engkau pasti lelah,” kata Alexander.

Maria menggelengkan kepalanya. “Tidak, saya tidak lelah.”

“Engkau telah memainkan banyak lagu. Engkau pasti lelah.

Beristirahatlah atau engkau lebih baik pulang, hari telah larut malam. Engkau

tidak ingin kemalaman, bukan?” kata Alexander.

Maria terkejut. Ia tidak menyadari telah banyak lagu yang

dimainkannya ketika ia melamun.

“Biarkanlah saya memainkan lagu terakhir sebelum saya kembali,” kata

Maria sambil tersenyum.

Alexander tersenyum dan menepi untuk memberi Maria kesempatan

memainkan lagu terakhirnya.

Maria kembali meletakkan jari-jarinya yang lentik di atas tuts-tuts piano

dan mulai memainkan lagu Polonaise karya Johann Sebastian Bach yang

berisi pesan kepada istrinya dan ketiga belas putranya.

Ketika ia telah menyelesaikan lirik terakhir dari lagu itu, ia segera 188

Page 189: Gadis Misterius

bangkit dan mendekati Duchess.

“Engkau memang seperti yang kuduga, Maria. Permainanmu sangat

merdu dan menyejukkan hati,” kata Duchess.

“Anda terlalu berlebihan, Duchess,” kata Maria merendah.

“Aku tidak berlebihan, Maria.”

Sebelum ibunya sempat mengatakan lebih banyak lagi, Alexander

segera berkata, “Sudahlah, Mama. Aku ingin mengantar Maria sekarang. Ia

tidak ingin kemalaman.”

“Engkau akan pulang sekarang?” tanya Duke yang telah berdiri di

samping Duchess.

“Ya, saya tidak ingin membuat Mrs. Vye menanti saya terlalu lama.

Mungkin saat ini ia cemas menanti saya,” kata Maria.

“Sayang sekali engkau harus cepat pulang. Aku harus mengatakan aku

menyukai lagu terakhirmu, Maria. Lagu yang indah di pesta dansa seperti ini,”

kata Duchess, “Datanglah kemari besok atau kapanpun engkau suka.”

189

Page 190: Gadis Misterius

11

Maria berjalan sendirian di tepi Sungai Alleghei.

Mrs. Vye hampir saja bangun kesiangan andaikata Maria tidak

membangunkannya. Maria merasa bersalah telah membuat wanita tua itu

menantinya hingga larut malam.

Saat ia tiba di pondok Mrs. Vye, waktu menunjukkan hampir pukul dua

belas malam. Wanita itu tampak sangat lelah pagi ini, karena itu ia tidak ikut

Maria berjalan-jalan di tepi sungai Alleghei.

Sebenarnya Mrs. Vye merasa enggan tidak pergi ke Sungai Alleghei

seperti biasanya, tetapi karena tubuhnya sangat letih, ia dengan terpaksa

memilih untuk tidak pergi berjalan-jalan.

Walaupun Mrs. Vye tidak tampak menyesal apalagi marah pada Maria

karena pulang larut, tetapi Maria merasa bersalah.

Pagi tadi ketika Mrs. Vye mengatakan ia akan tinggal di rumah, Maria

ingin menemani wanita itu.

Mrs. Vye menggelengkan kepala dan menyuruh Maria pergi sendirian.

Maria mulanya merasa enggan tetapi ketika ia teringat janjinya pada

Ityu, ia akhirnya memutuskan untuk pergi sendirian menyusuri sungai yang

cukup besar itu sebelum menuju rumah Ityu.

Kini ketika Maria memandangi sungai yang bercahaya tertimpa sinar

mentari pagi itu, Maria teringat kembali perjalanan pulangnya dari rumah

Alexander.

Malam itu, mereka tidak langsung menuju pondok Mrs. Vye. Mereka

berhenti sebentar di tepi Sungai Alleghei.

Ketika mereka melewati sungai itu, Maria memandang terus sungai

yang tertimpa cahaya lembut sang dewi malam.

Seperti mengetahui pikiran Maria, Alexander segera menyuruh kusir

kereta menghentikan kereta dan mengajak Maria menuju sungai itu.

Maria merasa sangat senang. Selama ini ia selalu ingin menikmati

keindahan sungai itu di malam hari. Tetapi karena mengetahui kepercayaan

penduduk Obbeyville, ia memilih untuk mengikuti kepercayaan itu.

Maria tidak pernah mengatakan keinginannya itu kepada siapa pun. 190

Page 191: Gadis Misterius

Dan kini tanpa diberitahu Alexander mengajaknya menuju sungai itu.

“Sungai ini selalu terlihat indah dan bercahaya,” kata Maria.

“Seperti engkau,” timpal Alexander.

Maria yang asyik memandang permukaan Sungai Alleghei yang

memantulkan cahaya bulan, menatap Alexander. “Mengapa Anda berkata

seperti itu?” tanyanya.

Alexander tersenyum dan berkata, “Karena memang demikian yang

kulihat. Seperti sungai ini, engkau selalu terlihat bercahaya di manapun dan

kapan pun juga.”

“Tidak sama, Al,” kata Maria, “Sungai ini bercahaya karena

kejernihannya dan terlebih lagi karena sinar yang selalu menyertainya baik di

siang hari yang panas maupun di malam hari yang dingin.”

“Aku melihat engkau menyerupai sungai ini. Engkau tampak menarik di

manapun engkau berada,” Alexander mengulurkan tangannya.

Maria terkejut ketika Alexander menyentuh pundaknya yang telanjang.

Tangan pria itu menaikkan syal putih yang terjatuh dari pundaknya.

Walaupun sentuhan itu sesaat, tetapi sudah dapat membuat Maria

merasa pipinya memerah dan jantungnya berdebar-debar.

“Apakah engkau kedinginan?” tanya Alexander kemudian ia meraih

tubuh Maria, “Engkau mengigil.”

Maria menggeleng di pelukan Alexander namun tidak berusaha

melepaskan diri.

Sikap melindungi yang ditunjukkan Alexander membuatnya teringat

pada pelukan yang sama dari seseorang di masa lalunya yang selalu

melindunginya dan menjaganya dari apa pun.

“Apakah engkau yakin?”

“Ya,” jawab Maria lirih.

Mendengar jawaban yang hampir seperti bisikan itu, Alexander berkata,

“Sebaiknya aku mengantarmu pulang sekarang. Udara malam musim panas

di sini sangat dingin, aku tidak ingin engkau jatuh sakit karenanya. Di

samping itu besok engkau mempunyai banyak pekerjaan.”

Seperti biasanya, Alexander mengangkat tubuh Maria tanpa meminta

ijin Maria terlebih dahulu. Dan sesuai yang dikatakannya, Alexander

mengantar Maria kembali ke sisi Mrs. Vye yang telah menantinya.

Maria membelok ke sebuah rumah batu yang beratap jerami yang

berdiri tak jauh dari Sungai Alleghei.191

Page 192: Gadis Misterius

Ketika Maria akan melangkah masuk ke dalam pagar semak-semak

yang mengelilingi rumah itu, pintu rumah itu terbuka dan seorang anak

berlari dengan riang menyambut kedatangannya.

“Saya senang sekali Anda mau datang. Saya khawatir Anda tidak

datang,” kata anak itu.

Maria tersenyum pada Ityu, “Aku telah berkata padamu aku akan

datang.”

Suara kuda yang mendekat membuat keduanya memalingkan kepala.

Dengan senyum yang menghias wajahnya, Alexander mendekati

mereka. ia turun dari kudanya ketika ia semakin dekat dengan Maria.

“Selamat pagi,” kata Maria.

“Selamat pagi,” balas Alexander sambil menuntun kudanya mendekat.

Kemudian is berkata kepada Ityu, “Di mana saya dapat meletakkan kuda ini?”

“Di sana,” jawab Ityu sambil menunjuk tempat menambatkan tali

kekang kuda di bawah sebatang pohon yang mulai mengering.

Menyadari kebingungan Ityu, Maria segera berkata, “Ia teman saya,

namanya Alexander.”

Ityu mengangguk tetapi sorot matanya masih memancarkan

kebingungan. Maria hanya tersenyum melihat sorot mata anak itu.

“Aku melihat engkau menuju rumah ini maka aku memutuskan untuk

mengikutimu. Engkau tidak keberatan, bukan?” kata Alexander.

“Sama sekali tidak. Tetapi saya tidak tahu bagaimana dengan ayah

Ityu.”

“Ayah tidak akan keberatan,” kata Ityu dengan cepat, “Silakan masuk.”

Maria mengikuti Ityu memasuki rumah yan cukup besar itu. Alexander

mengikuti di belakang Maria.

Suasana di rumah itu terasa sangat sunyi. Perabotannya yang

sederhana namun memiliki kekhasan asli suku asal mitos ketiga, membuat

Maria tersenyum.

Pada saat yang bersamaan, Maria merasakan sesuatu yang aneh.

Seperti ada sesuatu di ruangan itu yang membuat ia merasa seperti berada di

masa lalu.

Anehnya, Maria tidak merasa berada di masa lalunya yang sekarang

berada di balik kabut yang pekat tetapi seperti berada ke relung ingatannya

yang tak tertutup kabut.

Alexander memandang Maria dengan cemas, “Ada apa, Maria? Engkau 192

Page 193: Gadis Misterius

baik-baik saja?”

“Ya, saya baik-baik saja,” jawab Maria.

“Engkau terlihat aneh.”

“Saya saat ini memang merasa aneh,” kata Maria mengakui

perasaannya, “Saya merasa seperti pernah ke sini sebelumnya. Dan berbeda

dengan biasanya, saya tidak merasa seperti berada di masa lalu saya yang

sekarang berada di kabut pekat itu.”

“Apakah engkau telah ingat siapa dirimu?” tanya Alexander penuh

harapan dan kecemasan.

“Tidak. Saya masih belum dapat mengingat siapa saya di masa lalu.

Saya hanya ingat saya pernah berada di ruangan yang persis seperti ini. Saya

juga masih ingat rumah itu dengan baik,” kata Maria.

Maria memalingkan kepalanya ketika ia mendengar langkah-langkah

kaki mendekat.

Ityu muncul dari dalam rumah dengan menggandeng ayahnya.

Ayah Ityu terkejut ketika melihat Maria berdiri di ruangan itu dengan

memeluk sebuah buku di dadanya, seperti anak sekolah yang siap menerima

pelajaran dan Alexander yang berdiri di dekat pintu seperti seorang pengawal

yang menjaga putrinya.

“Saya merasa tersanjung Anda bersedia datang ke rumah saya yang

sempit ini,” kata ayah Ityu.

“Saya berharap kedatangan saya tidak terlalu pagi, Quiya,” kata Maria

dengan tersenyum.

Alexander mengangkat alisnya tanda tak mengerti ketika mendengar

panggilan yang ditujukan Maria pada ayah Ityu. Ityu juga memandang Maria

tak mengerti.

Ayah Ityu terlihat terkejut mendengar panggilan itu. “Jangan panggil

saya dengan sebutan itu. Saya merasa tidak pantas dipanggil ‘Quiya’ oleh

Anda,” katanya.

“Mengapa? Anda seorang dari pendeta itu,” kata Maria bersikeras,

“Saya tidak melihat ada yang salah bila saya memanggil Anda seperti itu.”

“Ya,” kata pria itu sambil mengangkat bahunya, “Saya memang salah

satu dari mereka tetapi saya merasa kurang pantas bila seorang bidadari

yang dikirim dewa memanggil saya seperti itu.”

Maria tersenyum, “Saya telah menduganya. Biarkanlah saya memanggil

Anda seperti itu sebagai tanda penghormatan saya kepada Anda sebagai 193

Page 194: Gadis Misterius

pendeta yang sama seperti pendeta suku itu.”

“Suku itu?” tanya pria sambil memegang janggut putihnya yang

panjang.

“Suku yang dulu ada di Death Rocks tetapi sekarang telah banyak dari

mereka yang menyebar ke beberapa daerah di kerajaan ini,” kata Maria, “Dan

membentuk keluarga dengan orang di luar suku mereka.”

“Ya, saya ingat,” kata pria itu, “Saya memang suka lupa bila

menyangkut mereka.”

“Saya mengerti. Mereka memang telah lama menyembunyikan diri

mereka seperti mereka menyembunyikan mitos mereka. Dan sekarang hanya

sedikit sekali keturunan suku itu yang masih memiliki hubungan kental

dengan nenek moyang mereka. Termasuk Anda, saya kira,” kata Maria.

Pria itu terkejut. “Saya tidak dapat mempercayai ini. Anda telah

mengetahuinya sebelum saya mengatakannya. Tak salah lagi Anda pasti

kiriman dewa.”

Maria menggelengkan kepalanya, “Bukan. Saya yakin saya bukan

kiriman para dewa yang agung itu. Saya mengetahuinya dari ukiran-ukiran

kursi di rumah Anda yang masih sangat kentara menunjukkan ciri mereka.”

“Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan,” kata Ityu sambil

menggelengkan kepalanya dengan bingung.

Maria mendekati anak itu. “Jangan khawatir, Ityu. Tak lama lagi engkau

akan mengerti. Aku telah memutuskan untuk memberi tahumu mengenai

suku itu dan bila mungkin mitos mereka.”

“Mitos ketiga?”

Ityu berseru senang ketika melihat Maria menganggukkan kepalanya.

Maria menatap Alexander yang masih berdiri di pintu. Kedua tangan

pria itu terlipat di dadanya sementara itu badannya menyandar pada

pinggiran pintu. Matanya tak pernah lepas dari Maria.

Sorot matanya yang penuh tanda tanya itu menampakkan dengan jelas

bahwa ia tidak mengerti sama sekali apa yang sedang dibicarakan Maria

dengan ayah Ityu.

Sekali lagi Maria merasa sikap berdiri pria itu mengingatkannya pada

seseorang. Seseorang yang juga sering bersikap seperti itu sambil

mengawasinya.

Maria tersenyum pada Alexander sebelum ia memalingkan kepalanya

kepada Ityu.194

Page 195: Gadis Misterius

“Saya membawakan sebuah buku untukmu,” kata Maria sambil

menunjukkan buku itu pada Ityu.

Ityu mengambil buku itu dan mengamatinya. Anak itu tidak membuka

isinya, ia hanya melihat sampul buku itu sambil berusaha membaca tulisan

yang tertulis di sana.

Karena tak dapat membacanya, Ityu mendekati ayahnya dan

menunjukkan buku itu padanya.

Sang ayah mengerti keinginan anaknya. Ia meraih buku itu dari tangan

Ityu dan berusaha membaca tulisan itu.

“Tulisan ini adalah tulisan terkuno suku itu,” kata Quiya pada putranya,

“Maafkan aku. Aku tidak dapat membacanya.”

Ityu kecewa mendengar jawaban ayahnya itu. Ia berjalan mendekati

Maria yang masih terus berdiri di tengah ruangan itu.

“Tolong bacakan buku ini untuk saya,” kata Ityu sambil menyodorkan

buku itu.

Maria tersenyum dan menerima buku itu. Dengan mudah ia membaca

judul buku itu.

“Anda mengerti tulisan kuno itu?” kata Quiya tak percaya.

“Dari mana engkau mempelajari tulisan ini?” tanya Alexander yang

telah berdiri di belakang Maria.

Alexander mengambil buku itu dari tangan Maria. Setelah mengamati

halaman demi halaman buku itu ia berkata, “Tulisan ini mirip tulisan Mesir

Kuno. Aku pernah melihat buku seperti ini di Perpustakaan. Mungkinkah buku

yang dikatakan ayahku adalah buku yang sama dengan buku ini?”

“Mungkin saja.”

Hampir saja Alexander melupakan pertanyaannya yang belum terjawab

oleh Maria.

“Engkau belum menjawab pertanyaanku, Maria.”

“Saya tidak ingat dari mana saya mempelajarinya,” jawab Maria.

“Dapatkah aku mempelajarinya?” tanya Ityu penuh harap.

“Tentu saja,” kata Maria.

Suasana di ruangan itu menjadi hening ketika seorang wanita tinggi

yang telah tua memasuki ruangan itu dengan nampn di tangannya.

“Ibu,” kata Ityu sambil mendekati wanita itu.

“Jangan nakal, Ityu,” katanya kepada Ityu yang berlari mendekat

kemudian ia berpaling kepada Maria, “Saya berharap anak saya tidak 195

Page 196: Gadis Misterius

merepotkan Anda.”

“Tidak, ia tidak senakal yang Anda katakan,” kata Maria sambil

tersenyum menatap Ityu yang cemberut mendengar kata-kata ibunya.

“Saya tidak menduga Anda akan datang kemari,” kata wanita itu, “Dan

saya minta maaf karena suami saya dan anak saya ini tidak dapat menjadi

tuan rumah yang baik, mereka tidak mempersilakan Anda berdua untuk

duduk.”

Wanita itu memandang marah pada Quiya yang tersenyum dan Ityu

yang tertunduk malu menyadari kecerobohannya. Kemudian ia berpaling

kepada Maria yang masih tersenyum melihat wanita itu.

Wanita itu tampak terbiasa menghadapi kecerobohan suaminya dengan

sikap yang tegas.

“Silakan duduk,” kata wanita itu.

“Terima kasih, Quiyi,” kata Maria.

Wanita itu mengerutkan kening mendengar panggilan yang diberikan

Maria.

“Jangan memanggil saya seperti itu, saya memang istri seorang

pendeta upacara mitos itu, tetapi saya merasa tidak pantas dipanggil seperti

itu oleh Anda,” katanya.

Maria memperhatikan wanita itu meletakkan nampan yang dibawanya

di atas meja di hadapan Maria dan Alexander. Kemudian ia duduk di hadapan

mereka.

“Sudah seharusnya keluarga pendeta upacara mitos dipanggil Quiya

dan Quiyi,” kata Maria sambil tersenyum.

Wanita itu tertawa, “Sepertinya Anda tidak dapat dihentikan.”

“Anda telah mengetahuinya,” kata Maria.

Quiyi tertawa lagi.

“Adakah yang dapat kami lakukan untuk Anda sehingga Anda datang

kemari,” katanya setelah tawanya mereda.

“Saya hanya ingin memintakan ijin untuk Ityu. Anda tentu sudah

mengerti apa yang saya katakan,” kata Maria.

Wanita itu mengangguk, “Saya mengerti. Tetapi saya tidak dapat

mengijinkan Ityu menganggu Anda.”

“Saya tidak merasa terganggu oleh Ityu,” kata Maria sambil

memandangi Ityu yang berdiri penuh harapan.

“Anda tentunya telah mengerti bahwa bagi penduduk Obbeyville, 196

Page 197: Gadis Misterius

khususnya kami, Anda adalah bidadari yang tidak boleh diganggu,” kata

Quiya sambil duduk di samping istrinya.

“Saya mengerti. Tidak dapatkah Anda mengijinkan Ityu sekalipun

bidadari itu yang memintanya?” tanya Maria sambil tersenyum.

Alexander melihat senyum Maria yang penuh keyakinan itu. Sebuah

senyum kemenangan yang sangat manis yang akan meluluhkan hati setiap

orang yang melihatnya.

Alexander melihat wajah kedua orang tua Ityu tampak bimbang, tetapi

ia telah mengetahui jawaban keduanya. Ia tahu kedua orang itu takkan

mengatakan ‘Tidak’ terhadap pertanyaan Maria yang tepat itu ditambah

dengan senyum kemenangannya yang manis.

“Saya tidak tahu harus berbuat apa,” kata Quiya sambil mengangkat

bahunya.

“Anda hanya perlu melakukan satu hal, mengijinkan Ityu. Saya akan

menjaganya selama ia bersama saya dan bila Anda masih tidak percaya, saya

dapat datang setiap pagi,” kata Maria meyakinkan kedua orang tua Ityu.

Sekali lagi Quiya mengangkat bahunya dan berkata, “Itu akan semakin

merepotkan Anda. Sepertinya saya hanya dapat mengatakan ‘Ya’ terhadap

ijin yang Anda inginkan itu.”

Sekali lagi senyum kemenangan menghiasi wajah Maria.

Ityu berseru kegirangan dan berlari mendekati ayahnya. Kemudian

memeluk erat-erat ayahnya. “Aku senang sekali, Ayah. Aku senang Ayah

mengijinkanku.”

Melihat tindakan Ityu itu, Maria merasakan suatu perasaan bergejolak di

dadanya. Perasaan yang sangat aneh seperti melihat dirinya sendiri

melakukan hal yang sama ketika ia masih kecil.

“Tetapi Ityu, engkau harus ingat, engkau tidak boleh menganggu

bila…,” kata Quiyi, “Bolehkah saya memanggil Anda Maria?”

“Silakan, saya tidak tahu Anda harus memanggil saya dengan apa

selain nama itu.”

Entah untuk keberapa kalinya wanita periang itu tertawa mendengar

kata-kata Maria, “Anda menyenangkan sekali. Anda membuat saya selalu

ingin tertawa mendengar kata-kata Anda.”

“Tertawa itu sehat. Tetapi saya berharap saya tidak membuat Anda

sakit perut karenanya,” kata Maria sambil tersenyum.

“Ya, tentu saja,” kata Quiyi meyakinkan, “Ityu, engkau boleh pergi ke 197

Page 198: Gadis Misterius

pondok Mrs. Vye dengan syarat engkau tidak menganggu Maria.”

“Tentu,” kata Ityu riang, “Dapatkah kita memulainya hari ini?”

“Tentu. Pagi ini aku berniat untuk meminjamkan buku ini kepadamu,”

kata Maria kemudian ia berkata kepada Quiya, “Anda tentu dapat

membacanya, Quiya, walaupun sedikit.”

“Tetapi saya tidak akan dapat menerjemahkan bahasa itu dengan tepat

seperti Anda,” kata Quiya.

“Anda dapat?” tanyanya pada Quiyi, “Mungkin Anda dapat

membacanya. Anda salah satu dari keturunan suku itu yang masih memiliki

hubungan kental dengan nenek moyang mereka, bukan?”

Wanita itu memandang heran pada Maria, “Bagaimana Anda tahu?”

“Anda memiliki ciri khas wanita suku itu. Anda telah menunjukkan sikap

Anda yang penuh kekuasaan terhadap keluarga Anda. Seperti wanita suku itu

bila menghadapi sikap suami mereka yang sering ceroboh.”

Wanita itu tertawa mendengar kata-kata Maria, “Anda tepat. Pria suku

Deady memang ceroboh. Mereka tidak akan dapat bertahan bila tidak ada

wanita yang suka memerintah.”

“Anda mau mencoba membacanya?” tanya Maria sambil menyerahkan

buku itu kepada Quiyi.

Wanita itu meraih buku itu dan membacanya. Kerutan yang menghiasi

dahinya bertambah banyak ketika ia membuka buku kuno itu.

“Anda mendapatkannya dari mana?”

“Dari Sidewinder House.”

“Ya, tentu saja. Di sini tidak ada yang memiliki buku itu selain keluarga

Sidewinder,” gumam Quiyi, “Dulu ketika saya masih kecil, ayah saya pernah

membacakan buku ini untuk saya. Saya masih ingat sedikit arti tulisan-tulisan

ini.”

“Sudah saya duga, Anda dapat membacanya,” kata Maria.

“Ya, tentu saja. Wanita suku Deady lebih banyak menghabiskan

waktunya untuk menenun permadani yang bertuliskan tulisan kuno suku

Deady daripada kaum pria,” kata Quiya.

“Tentu saja,” kata ibu Ityu membanggakan dirinya, “Wanita suku Deady

terkenal pandai membuat permadani yang bertuliskan huruf ini.”

“Sedangkan prianya terkenal sebagai pemburu yang ulung,” sahut

Quiya.

Maria tersenyum. “Dua masalah telah terselesaikan sekarang,” katanya 198

Page 199: Gadis Misterius

pada Ityu, “Engkau dapat meminta ibumu membaca buku itu untukmu. Dan di

malam hari, aku akan mengajarimu bahasa itu dan memberitahu lebih banyak

tentang segala hal yang ingin kauketahui sejauh menyangkut mitos itu.”

“Anda akan kembali sekarang?” tanya Ityu kecewa mendengar nada

bicara terakhir Maria seperti orang yang telah menyelesaikan tugasnya dan

siap kembali untuk melapor hasilnya pada sang komandan.

“Saya masih mempunyai banyak waktu. Tetapi lebih baik saya segera

kembali,” kata Maria.

“Tidak dapatkah Anda tinggal lebih lama? Saya ingin sekali berbincang-

bincang dengan Anda,” kata Quiya.

“Saya khawatir saya tidak dapat mengimbangi pembicaraan Anda,”

kata Maria.

“Justru sayalah yang merasa khawatir tidak dapat mengimbangi

pembicaraan Anda,” kata Quiya, “Anda mengetahui lebih banyak daripada

saya.”

“Tentang mitos itu?” tanya Maria tak percaya.

Quiya mengangguk. “Saya tidak mengerti apa-apa mengenai mitos

ketiga itu walaupun saya salah satu keturunan yang masih memiliki

hubungan kental dengan leluhur kami.”

“Yang membuat kami heran adalah bagaimana Anda mengetahuinya?

Satu-satunya jawaban yang terpikirkan oleh kami hanya satu, Anda berasal

dari Holly Mountain,” tambah Quiyi.

“Saya tidak ingat darimana saya mengetahuinya, yang pasti bukan dari

buku itu walaupun hal itu termuat di dalamnya. Seseorang sering

menceritakannya kepada saya jauh sebelum saya membuka buku itu,” jawab

Maria.

“Siapakah orang itu?” tanya Alexander yang sejak tadi mendengarkan

pembicaraan Maria dengan kedua orang tua Ityu.

“Saya tidak ingat,” kata Maria.

“Apa yang dikatakan orang itu kepadamu mengenai mitos itu?” tanya

Alexander.

“Mitos itu berhubungan erat dengan kehidupan suku Deady, karena itu

saya tidak boleh mengatakannya kepada siapa pun dengan sembarangan.

Dan diterimanya suku Deady di masyarakat luas dipengaruhi juga oleh mitos

yang disembunyikan itu.”

“Mitos itu disembunyikan hingga kami pun yang masih memiliki 199

Page 200: Gadis Misterius

hubungan kental dengan leluhur kami, tidak mengetahuinya,” kata Quiya.

“Sekarang hanya suku Deady yang tinggal di Death Rocks yang

mengetahui mitos itu dan orang yang dapat membaca buku itu,” kata Maria.

“Mengapa engkau dapat mengetahuinya? Kurasa engkau bukan

keturunan suku Deady yang tinggal di Death Rocks,” kata Alexander.

“Saya tidak tahu.”

“Engkau tidak berasal dari Death Rocks, bukan?” tanya Quiyi pada

Maria.

“Tidak,” kata Maria dengan yakin.

“Mengapa orang itu memberi tahumu yang bukan suku itu?” kata

Alexander seperti kepada dirinya sendiri.

“Saya tidak mengerti dan tidak dapat mengingatnya, Al. Yang saya

mengerti dan saya ingat saat ini adalah saya berada di Obbeyville sebagai

gadis yang bernama Maria.”

“Hari semakin siang, apakah engkau tidak segera kembali ke

Sidewinder House?” tanya Alexander.

“Apakah Anda tidak dapat menundanya?” tanya Ityu.

“Sayang sekali, saya tidak dapat. Saya harus segera kembali ke

Sidewinder House. Mereka membutuhkan saya,” kata Maria.

“Jangan engkau ganggu Maria, Ityu. Ia masih mempunyai banyak

pekerjaan, tidak seperti engkau yang hanya sibuk bermain tetapi tidak pernah

mau belajar,” tegur Quiyi sebelum anaknya sempat mencegah kepergian

Maria.

“Bila engkau selalu bermain, Ityu, aku khawatir engkau tidak akan

dapat mempelajari bahasa itu,” kata Maria.

“Tidak, saya berjanji tidak akan banyak bermain lagi. Saya akan giat

belajar. Saya pasti bisa,” kata Ityu meyakinkan Maria.

Maria tersenyum. “Aku senang mendengarnya.”

“Sayang sekali Anda harus segera kembali padahal masih banyak yang

ingin saya bicarakan dengan Anda,” kata Quiya.

“Kita dapat berjumpa kembali esok atau kapanpun,” kata Maria.

“Selama Anda masih berada di Obbeyville,” tambah Quiyi.

“Ya, selama saya masih berada di Obbeyville,” ulang Maria perlahan.

Keluarga itu mengantarkan Maria dan Alexander sampai ke depan pintu

rumah mereka. Ityu melambaikan tangannya dengan penuh semangat pada

Maria.200

Page 201: Gadis Misterius

Maria membalasnya dengan senyuman.

Ketika mereka telah cukup jauh dari rumah Quiya, Alexander berkata,

“Selama ini engkau tidak pernah membicarakan masa lalumu.”

“Saya cukup sering mengatakan kepada Anda apa yang saya ingat

menyangkut masa lalu saya,” kata Maria.

“Ya, engkau sering mengatakannya. Tetapi yang kumaksud dalam hal

ini adalah sejauh mana engkau dapat mengingat masa lalumu itu.”

“Saya hanya mengingat sedikit sekali. Setiap kali saya berusaha

mengingat masa lalu saya, selalu saja ada sesuatu yang sepertinya menahan

saya untuk mengingatnya seolah tidak ingin saya ingat masa lalu saya.”

“Apa saja yang kauingat?” tanya Alexander.

“Sebuah ruangan putih dan samar-samar wajah seorang pria dan

seorang wanita, hanya itu yang muncul ketika saya berusaha mengingat

masa lalu saya itu.”

“Sudah sebulan lebih sejak engkau ditemukan Mrs. Vye di Sungai

Alleghei tetapi engkau masih belum dapat mengingat sesuatu pun. Aneh

sekali,” kata Alexander.

“Karena ada sesuatu yang menghalangi saya itu, maka saya tidak dapat

membuka tirai kegelapan yang menutupi masa lalu saya itu.”

Ketika melihat Alexander ingin membicarakan masa lalunya lagi, Maria

segera berkata, “Mengapa Anda tadi seperti ingin saya segera meninggalkan

rumah itu?”

“Karena aku ingin berdua saja denganmu. Aku sama sekali tidak

menduga engkau akan pergi ke rumah Ityu pagi ini.”

“Maafkan saya. Saya lupa mengatakannya kepada Anda.”

“Aku sedang berpikir, Maria. Sejak aku mengenalmu, berapa kali

engkau meminta maaf kepadaku, sedangkan aku rasanya tidak pernah

meminta maaf kepadamu,” kata Alexander sambil tersenyum.

“Apakah itu salah?” tanya Maria.

Alexander tersenyum lagi, “Tidak, Maria. Engkau tidak salah.”

“Saya senang mendengarnya. Sekarang saya telah berdua dengan

Anda, apa yang akan kita atau tepatnya Anda lakukan?”

“Aku tidak mempunyai rencana apa-apa selain menemuimu seperti

biasanya di tepi Sungai Alleghei dan memenuhi janjiku pada Papa untuk

membawamu ke Blueberry House hari ini.”

“Anda telah tahu saya tidak dapat meninggalkan Sidewinder House di 201

Page 202: Gadis Misterius

siang hari,” kata Maria mengingatkan.

“Jangan khawatir tentang itu, Maria. Aku telah mengaturnya dengan

rapi dan sekarang engkau boleh pergi menemui Mrs. Vye.”

Maria memandang Sidewinder House yang berdiri di depannya. suasana

di rumah itu masih tampak sunyi seperti rumah kuno yang tak berpenghuni.

“Sebenarnya apa yang sedang Anda rencanakan? Sikap Anda tidak

seperti biasanya,” kata Maria.

“Seperti biasanya bagaimana, Maria?”

“Biasanya Anda selalu berusaha mencegah saya bila saya hendak

kembali ke Sidewinder House tetapi pagi ini Anda seperti mendorong saya

untuk segera ke rumah itu.”

“Percayalah kepadaku, Maria. Aku tidak mempunyai rencana apa-apa di

luar yang telah kukatakan kepadamu.”

Maria berjalan beberapa langkah mendekati Sidewinder House

kemudian membalikkan badannya dan memandang Alexander yang tengah

mengawasinya.

Kini pria itu sudah siap mengarahkan kudanya kembali ke Blueberry.

Pria itu tersenyum kepadanya sebelum melarikan kudanya.

Setelah pria itu menghilang, Maria kembali melangkahkan kakinya

menuju Sidewinder House dan tugas-tugas yang telah menantinya.

Maria segera menemui Mrs. Vye di dapur.

Wanita itu sedang duduk di meja sambil menanti masakannya mendidih

ketika Maria tiba di sana.

“Mengapa engkau sudah kembali, Maria?”

“Seperti biasanya, Mrs. Vye. Saya ingin membantu kalian,” kata Maria

sambil menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.

Walaupun tadi Alexander telah mengatakan untuk mempercayainya,

tetapi Maria tetap sukar mempercayai pria itu. Ia merasa ada sesuatu yang

sedang direncanakan Alexander. Hal itu membuat ia merasa risau.

“Hari ini aku tidak menemukan sesuatu untuk kaukerjakan, Maria.

Engkau telah menyelesaikan semuanya selama beberapa hari ini. Engkau

membantu Mrs. Fat dan Mr. Liesting membersihkan rumah ini dan engkau

telah banyak membantuku di dapur.”

“Belum semuanya, Mrs. Vye. Saya masih belum membantu Mr. Liesting

merawat halaman Sidewinder House.”

“Engkau jangan melakukan itu, Maria. Engkau tidak boleh…”202

Page 203: Gadis Misterius

Suara Mrs. Vye menghilang ketika pada saat yang bersamaan Maria

ingat ia pernah mendengar kata-kata yang bernada sama,

“Jangan lakukan itu! Anda tidak boleh terkena sinar matahari…”

Wanita itu mengucapkannya dengan penuh kecemasan seperti Mrs.

Vye.

“Tidak apa-apa. Aku akan mengenakan topi,” jawab Maria.

Maria ingat jawaban yang diberikannya pada Mrs. Vye sama seperti

jawaban yang diberikannya pada wanita di masa lalunya.

“Baiklah, aku akan mencarikanmu topi yang cukup lebar untuk

mencegah matahari menyengatmu,” kata Mrs. Vye.

Yang dikatakan selanjutnya berbeda dengan yang dikatakan wanita di

masa lalu Maria. Wanita di masa lalu Maria tidak mengijinkan Maria walaupun

ia telah berusaha membujuknya.

Setelah membujuk cukup lama, barulah wanita itu mengijinkannya.

Sedangkan Mrs. Vye segera mengijinkannnya.

Mrs. Vye menghilang di balik pintu dapur tetapi tak lama kemudian ia

muncul lagi dengan sebuah topi bertali yang cukup lebar.

“Lucu sekali topi ini,” kata Maria, “Seperti topi boneka yang bertali

apalagi bila diberi renda di tepinya.”

“Pendapatmu tentang topi ini berbeda dengan pendapat Lady Debora.

Ia tidak pernah mengenakan topi ini, entah dari mana ia mendapatkannya.

Tetapi begitu ia membawanya, ia segera menyuruhku membuangnya.”

“Terima kasih atas topi ini,Mrs. Vye,” kata Maria sambil mengenakan

topi itu.

Setelah ia mengikat tali topi itu kuat-kuat di bawah dagunya, ia

meninggalkan dapur dan mendekati Mr. Liesting yang sibuk membersihkan

halaman.

Pria itu terkejut ketika melihatnya.

“Selamat pagi, Mr. Liesting,” sapa Maria.

“Selamat pagi, Maria. Engkau hendak pergi ke mana?”

“Tidak kemana-mana. Saya hanya ingin membantu Anda merawat

bunga-bunga ini,” jawab Maria.

“Aku tahu tidak ada gunanya aku melarangmu karena itu aku tidak

mengatakan apa-apa,” kata Mr. Liesting sambil tersenyum mengawasi Maria

yang sudah sibuk dengan bunga-bunga liar di depannya.

Tak lama kemudian Mr. Liesting juga menyibukkan dirinya dengan 203

Page 204: Gadis Misterius

membersihkan halaman Sidewinder House yang dipenuhi daun-daun kuning

yang berguguran.

Ketika sebuah kereta mendekat, Maria tidak menyadarinya. Ia masih

sibuk dengan bunga-bunga di hadapannya.

Entah sudah berapa tangkai bunga yang layu dan kering yang ia tarik

dari tanah, tampatnya semula.

Mr. Liesting yang lebih dulu menyadari kedatangan kereta itu segera

menyambutnya.

“Inikah keahlianmu yang lain?” tanya seseorang di belakangnya.

Maria terkejut mendengar suara yang telah biasa didengarnya itu, ia

segera memalingkan kepalanya.

Alexander tersenyum padanya sambil mengulurkan tangan.

“Terima kasih tetapi saya tidak ingin mengotori tangan Anda,” kata

Maria menolak uluran tangan itu.

“Tidak apa-apa,” kata Alexander dan sebelum Maria sempat

mengatakan apa-apa untuk menolaknya, ia memegang tangan Maria dan

membantunya berdiri.

“Sekarang engkau tidak perlu khawatir lagi karena aku telah

memegang tanganmu,” kata Alexander sambil tersenyum.

“Senyum Anda itu mengingatkan saya pada seseorang,” kata Maria

tiba-tiba.

“Siapakah dia? Selama ini aku selalu mengira senyumanku tidak ada

yang dapat menyamainya,” kata Alexander pura-pura sedih.

“Senyuman Anda memang tidak pernah ada yang dapat menyamainya.

Tetapi bila Anda tersenyum nakal seperti itu, Anda membuat saya teringat

akan seseorang.”

“Aku ingin tahu siapakah dia. Rasanya engkau sering mengatakan aku

mirip seseorang, aku ingin tahu apakah mereka orang yang sama.”

“Saya memang sering merasa demikian, Anda mirip dengan seseorang

tetapi saya tidak ingat siapa dia.”

“Apakah dia tunanganmu?” tanya Alexander dengan curiga.

“Saya tidak ingat, tetapi kita jangan membicarakan hal itu lagi. Anda

datang kemari tentu ada tujuannya bukan?”

“Ya, aku ingin menemui Lady Debora,” kata Alexander.

“Saya rasa Lady Debora masih tidur.”

“Aku percaya, ia akan segera bengkit dari tidur panjangnya bila 204

Page 205: Gadis Misterius

mendengar aku mencarinya,” kata Alexander.

Maria mengantar Alexander memasuki Sidewinder House.

“Tunggulah sebentar di sini, Al. Saya tidak bisa segera menemui Lady

Debora, ia pasti marah bila melihat saya dalam keadaan seperti ini,” kata

Maria.

“Tentu saja. Ia pasti tidak senang bila mengetahui engkau tidak hanya

memperhatikan dirinya.”

Maria segera menuju dapur untuk membersihkan tangannya yang

penuh tanah. Tak lama kemudian ia telah kembali di Ruang Besar.

Alexander tersenyum melihatnya.

Maria menapaki satu per satu anak tangga tanpa menyadari mata

Alexander yang terus mengawasinya bahkan ketika ia memasuki kamar Lady

Debora.

Seperti yang telah diduganya, Lady Debora masih tertidur.

Mula-mula Maria tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk

membangunkan wanita itu, tetapi ia terus saja mendekati wanita itu.

Ketika ia melihat tirai yang terutup itu, ia mempunyai ide.

Maria menarik tirai tebal itu sehingga matahari dapat memasuki kamar

Lady Debora.

“Apa yang kaulakukan?” bentak Lady Debora ketika sinar matahari

mengenai matanya.

“Maafkan saya, Tuan Puteri tetapi Tuan Muda Alexander menunggu

Anda di bawah. Ia berkata ingin menemui Anda secepat mungkin karena ada

keperluan yang mendesak,” jawab Maria.

“Biarkan saja. Aku tidak peduli. Seharusnya ia tahu saat ini adalah

waktuku untuk tidur. Semalam aku baru tiba jam dua malam. Siapapun dia,

katakan kepadanya aku tidak ingin diganggu dan sekarang tutup kembali tirai

itu,” kata Lady Debora.

“Baik, Tuan Puteri, saya akan mengatakannya kepada Tuan Muda

Alexander.”

“Cepat katakan kepada Alexander,” tiba-tiba Lady Debora terdiam.

“Alexander katamu?” serunya terkejut seakan baru menyadari pria

yang sedang menantinya adalah pria yang tengah diincarnya.

“Ya, Tuan Puteri. Tuan Muda Alexander, putra Duke of Blueberry,” kata

Maria.

Seperti yang telah dikatakan Alexander, wanita itu segera bangkit dari 205

Page 206: Gadis Misterius

tempat tidurnya.

“Apa yang dilakukannya di sini? Kemarin aku kesulitan berbicara

dengannya gara-gara wanita itu tetapi sekarang ia mencariku. Ia pasti telah

menyadari bahwa aku lebih baik dari wanita yang kurang ajar itu. Wanita itu

telah berani merebut semua perhatian tamu terutama Alexander tetapi hari

ini ia kalah, Alexander menemuiku bukan menemuinya,” katanya kepada

dirinya sendiri dengan penuh kemenangan.

Lady Debora memandang Maria yang menahan perasaan bersalahnya,

“Katakan kepadanya, aku akan segera siap.”

“Baik, Tuan Puteri.”

Maria meninggalkan Kamar Lady Debora dengan perasaan bersalah. Ia

telah menduga sebelumnya Lady Debora akan membenci dirinya karena ia

telah menghalangi niat wanita itu untuk berdua dengan Alexander.

Maria tidak menduga kebencian wanita itu demikian besarnya hingga

mengetahui Alexander mencarinya membuat dirinya menjadi sangat senang.

Entah apa yang akan dilakukan Lady Debora yang memang telah tidak

menyukainya bila ia mengetahui Marialah wanita yang dimakinya.

Maria segera mengatakan pesan Lady Debora kepada Alexander

kemudian kembali ke kamar Lady Debora untuk membantunya

mempersiapkan diri.

Seperti biasanya, Lady Debora selalu ingin tampil menarik. Tetapi pagi

ini Maria merasa keinginan Lady Debora untuk tampil menarik berlebihan.

Wanita itu memintanya untuk menyanggul rambutnya dan menghiasinya

dengan butiran-butiran permata kecil yang sangat indah. Selebihnya, Lady

Debora sendiri yang mempersiapkannya. Ia melarang Maria membantunya

apalagi mengajukan pendapatnya.

Maria merapikan kamar Lady Debora ketika wanita itu turun untuk

menemui Alexander yang sejak tadi telah menantinya.

Sambil merapikan kamar yang seperti tertiup badai itu, Maria

memikirkan berapa jam yang telah dihabiskan Alexander untuk menanti

wanita itu tampil secantik mungkin.

Maria tersenyum geli membayangkan Alexander yang memang bukan

orang penyabar menanti sekian lama sementara Lady Debora membuat badai

di kamarnya sendiri.

Baru saja Maria selesai merapikan hampir seluruh ruangan itu ketika

Lady Debora muncul kembali dengan wajah berseri-seri tetapi ketika melihat 206

Page 207: Gadis Misterius

Maria, ia menutupinya.

“Apa yang kaulakukan?” tanyanya.

“Saya sedang merapikan kamar Anda,” jawab Maria.

“Kerjakan itu nanti saja sekarang cepat bantu aku mempersiapkan diri.

Duchess ingin menemuiku pagi ini,” kata Lady Debora sambil duduk di depan

meja rias.

Maria keheranan melihat tingkah wanitai tu. Ia tidak mengerti mengapa

wanita itu ingin berdandan lagi sedangkan ia baru saja berdandan tidak lebih

dari setengah jam yang lalu.

Seperti biasanya, Lady Debora mengeluarkan perintah-perintahnya

dengan cepat dan Maria menyelesaikannya dengan cepat pula.

Setelah merasa penampilannya menarik, Lady Debora meninggalkan

kamarnya.

Maria baru saja hendak merapikan ruangan itu lagi setelah dua kali

dibuat berantakan oleh Lady Debora dalam waktu yang hampir bersamaan,

ketika wanita itu muncul lagi di ambang pintu.

“Tinggalkan pekerjaanmu,” perintah wanita itu.

Maria memandang wanita itu yang kini tampak sangat jengkel. Maria

benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya direncanakan Alexander

sehingga membuat wanita itu tampak riang beberapa saat yang lalu dan kini

tampak sangat jengkel.

“Apa lagi yang kautunggu. Tinggalkan pekerjaanmu dan segera ikuti

aku ke Blueberry House,” bentaknya.

“Baik, Tuan Puteri.”

Setelah mendengar jawaban Maria, Lady Debora membanting pintu itu

keras-keras.

Maria mulai dapat menduga rencana Alexander. Ia menduga pria itu

sengaja mengundang Lady Debora ke rumahnya agar dirinya dapat diajak

serta dan Duke dapat bertemu dengannya tanpa khawatir Lady Debora curiga

padanya.

Secepat mungkin menyelesaikan pekerjaannya yang hampir tuntas dan

kemudian segera meninggalkan kamar itu.

Ketika ia menutup pintu kamar itu, ia melihat Lady Debora sedang

menaiki tangga dengan kesal.

“Cepat! Jangan santai-santai saja, Duchess ingin menemuiku sesegera

mungkin,” katanya.207

Page 208: Gadis Misterius

“Baik, Tuan Puteri. Saya sudah siap berangkat,” kata Maria sambil

tersenyum melihat Lady Debora yang tidak sabar ingin segera tiba di

Blueberry House.

Lady Debora segera meninggalkan Maria yang masih menuruni tangga

itu.

Di luar, Maria melihat Alexander masih berdiri di luar sedangkan Lady

Debora telah berada di dalam kereta.

Alexander tersenyum ketika melihatnya. Ia membantu Maria naik kereta

kuda itu sebelum ia memberi perintah kepada kusirnya.

Ketika melihat Alexander membantu Maria menaiki kereta kuda yang

besar itu, Lady Debora menahan marah yang bergejolak di dadanya.

Sikap permusuhan yang ditampakkan oleh matanya, membuat Maria

memilih duduk di hadapan wanita itu, tetapi itu juga salah karena Alexander

juga memilih duduk di hadapan wanita itu.

Tetapi Lady Debora tidak putus asa, ia memanfaatkan waktu sebaik-

baiknya. Selama perjalanan ia mencoba merayu Alexander.

Maria diam saja. Ia hanya memandang keluar kereta sambil menikmati

pemandangan yang terus berlalu lalang di hadapannya dan angin yang

menerpa wajahnya.

Ia tidak lagi mendengar kata-kata manja Lady Debora yang semula

membuat dirinya merasa jenuh, ketika Sungai Alleghei terlihat di antara

rumah-rumah penduduk dan pohon-pohon tinggi yang mengelilinginya.

Sungai Alleghei yang memanjang seperti pita dan bersinar membuatnya

teringat sesuatu. Sesuatu yang juga memanjang seperti pita dan bersinar di

antara hijaunya dedaunan. Angin sejuk yang menerpa wajahnya membuatnya

teringat sejuknya udara ketika ia melihat pita putih kebiru-biruan yang

bersinar itu.

Ketika mereka tiba di Blueberry House, Maria masih teringat akan

kenangan yang tiba-tiba muncul itu.

Alexander yang menyadari hal itu berkata, “Sebaiknya aku segera

mengantarmu menemui Mama.”

Alexander membawa mereka ke Ruang Besar di mana Duchess telah

menanti.

“Selamat datang, Lady Debora,” kata Duchess.

“Terima kasih, Duchess. Saya merasa tersanjung atas undangan Anda

yang tak terduga ini,” kata Lady Debora.208

Page 209: Gadis Misterius

Duchess tersenyum pada Lady Debora tetapi matanya mengawasi

wajah Maria, “Jangan berkata seperti itu, Lady Debora. Persahabatan di

antara keluarga kita sudah terjalin puluhan tahun. Tak ada yang perlu merasa

tersanjung bila kita saling mengundang.”

Kemudian Duchess berkata kepada Maria, “Al, antarkan ia ke ruang

yang lain. Aku ingin berbicara berdua dengan Lady Debora.”

Alexander pura-pura terkejut, “Mengapa Mama berkata seperti itu?

Bukankah tadi Mama yang meminta agar aku juga membawa pelayannya

karena Mama ingin mengenalnya?”

“Ya, tetapi baru saja aku berubah pikiran. Aku tiba-tiba teringat sesuatu

yang harus kubicarakan berdua saja dengan Lady Debora.”

“Baik, Mama,” kata Alexander.

“Ayo, Maria,” bisiknya.

Tanpa mengatakan apa-apa Maria segera mengikuti Alexander. Gadis

itu tahu Lady Debora merasa cemburu melihat ia berjalan berduaan dengan

Alexander yang tampan.

Setelah mereka menutup pintu Ruang Besar, barulah Alexander

berbicara, “Inilah yang kurencanakan, Maria. Aku telah merencanakan agar

Lady Debora dapat berdua dengan Duchess sedangkan aku dan Papa bisa

mendengar ceritamu.”

“Bila Anda terus-menerus menipu Lady Debora dengan cara seperti ini,

ia pasti akan sadar juga pada akhirnya.”

“Aku telah menyiapkan berbagai macam cara untuk itu, Maria.”

“Apakah Duchess tidak berkeberatan untuk menemai Lady Debora?”

tanya Maria.

“Mengapa engkau berkata seperti itu, Maria?”

“Karena tadi saya melihat Duchess sebenarnya enggan menemani Lady

Debora.”

Alexander tertawa mendengarnya, “Aku jadi ingin tahu, Maria, apakah

engkau bisa membaca pikiran orang? Engkau memang benar. Ketika Mama

tahu apa yang harus diperankannya, ia tidak menyukainya karena seperti

halnya aku dan Papa, ia lebih senang bersamamu daripada dengan Lady

Debora. Tetapi demi aku dan Papa, ia setuju.”

“Saya merasa bersalah membuat Duchess melakukan hal yang

sebenarnya tidak diinginkannya,” kata Maria.

“Tidak perlu merasa seperti itu, Maria. Karena kami telah membagi 209

Page 210: Gadis Misterius

tugas. Mama tidak akan selalu menemani Lady Debora.”

Duke sedang duduk sambil membalik-balik sebuah buku di hadapannya.

Ia tampak berusaha keras mengerti isi buku itu. Ketika melihat mereka

datang mendekat, ia menoleh.

“Selamat siang,” sapa Maria.

“Selamat siang, Maria. Duduklah dan akan kutunjukkan buku yang

kemarin malam aku maksudkan,” kata Duke.

Maria memandang sekelilingnya dan ia merasa kagum melihat buku-

buku yang ada di Ruang Perpustakaan itu. Walaupun Ruang Perpustakaan itu

tidak sebesar yang ada di Sidewinder House.

Keadaan kedua Ruang perpustakaan itu berbeda. Di Ruang

Perpustakaan yang dilihat Maria, semua almarinya penuh berisi buku.

Sedangkan di Ruang Perpustakaan di Sidewinder House sebaliknya.

“Ruang Perpustakaan ini memang tidak sebesar yang ada di Sidewinder

House tetapi aku yakin buku-buku yang ada di sini tidak kalah dari yang ada

di sana.”

“Ruang Perpustakaan di Sidewinder House memang lebih besar dari

Ruang Perpustakaan ini tetapi bukunya lebih banyak di ruang ini,” kata Maria.

Duke menatap terkejut kepada Maria.

“Ruang Perpustakaan di sana hampir kosong, sudah tidak pantas lagi

disebut Ruang Perpustakaan,” kata Maria menerangkan.

“Aku tak percaya. Padahal sejak dulu keluarga Sidewinder paling gemar

mengumpulkan buku. Kami semua percaya Ruang Perpustakaannya berisi

banyak buku dan hampir sebanding dengan jumlah buku di Ruang

Perpustakaan Istana Plesaides.”

“Segalanya berubah sejak Baron Marx Sidewinder meninggal sepuluh

tahun yang lalu,” kata Maria.

“Ini buku yang aku katakan kemarin malam,” kata Duke sambil

menyerahkan buku yang semula dibukanya tanpa dapat dimengerti olehnya.

“Ini buku yang sama seperti yang ada di Sidewinder House,” kata Maria

sambil menatap Alexander.

“Ya, buku ini dan buku yang di Sidewinder House berasal dari nenek

moyangku. Nenek moyangku memberikannya sebuah kepada keluarga

Sidewinder,” kata Duke, “Aku tidak mengerti mengapa ia membeli buku yang

belum tentu dapat dibaca keturunannya. Ayahkupun tidak dapat membaca

buku itu.”210

Page 211: Gadis Misterius

“Ia dapat membacanya, Papa,” kata Alexander.

“Benarkah?” tanya Duke.

“Ya, aku telah mengetahuinya,” kata Alexander meyakinkan Duke.

“Dapatkah engkau membacakan untukku apa yang tertulis di dalam

buku itu?” kata Duke antusias melihat Maria menanggukan kepalanya,

“Percuma mempunyai buku tetapi tidak mengerti isinya.”

“Tentu saja.”

Maria menghabiskan waktunya sepanjang hari itu di Ruang

Perpustakaan bersama Duke dan Alexander sementara Duchess menghadapi

Lady Debora.

Duke terkejut ketika mendengar Maria membaca setiap baris tulisan itu

tanpa mengalami kesulitan, tetapi ia juga merasa senang ketika mengetahui

isi buku itu.

Beberapa kali Alexander menemui Duchess di Ruang Besar agar Lady

Debora tidak curiga, tetapi ia tidak pernah lebih dari sepuluh menit menemui

kedua wanita itu.

Rencana Alexander benar-benar sempurna, selama beberapa kali ia

mengajak Lady Debora dan Maria ke rumahnya dengan berbagai alasan,

wanita itu tidak nampak curiga. Sebaliknya wanita itu tampak semakin

antusias.

Demikian pula Baroness Lora ketika mengetahui apa yang telah terjadi.

Wanita itu semakin memberi semangat putrinya untuk terus berusaha.

Maria menduga itu karena wanita itu menduga rencananya hampir

berhasil. Memikirkan kemungkinan rencana wanita itu berhasil, hati Maria

menjadi sedih. Tetapi ia tidak menyadari perasaan apa yang membuatnya

merasa demikian.

Hari-hari Maria semakin dipenuhi kesibukan.

Di pagi hari ia berjalan-jalan bersama Mrs. Vye kemudian berbicara

bersama Alexander kadang-kadang mereka juga mengunjungi rumah Ityu.

Di siang hari Maria menemani Lady Debora ke Blueberry House dan

bercerita tentang mitos itu kepada Duke dan di malam hari ia juga bercerita

lagi mengenai mitos itu kepada Ityu ditambah mengajari anak itu bahasa

yang sulit itu.

Tetapi itu semua tidak membuat Maria lelah ataupun bosan. Gadis itu

tampak sangat menikmati kesibukannya. Suatu hal yang membuat Mrs. Vye

dan ketiga pelayan lainnya di Sidewinder House merasa heran.211

Page 212: Gadis Misterius

12

“Aku tidak percaya!” seru Lady Debora dari atas tempat tidurnya.

Maria yang sibuk merapikan meja rias segera memalingkan wajahnya

dan menatap heran kepada wanita itu.

Lady Debora mengangkat tinggi-tinggi koran yang dibacanya dan

kemudian membacanya kembali.

“Lihatlah ini, Maria. Aku tidak dapat mempercayainya,” kata Lady

Debora sambil menyerahkan koran itu pada Maria.

Maria menerima koran itu dan melihat di halaman terdepan koran itu

tertulis sederet huruf yang besar.

PRINCESS MINERVA MENGHILANG

Seluruh warga Xoechbee sedang berduka karena menyebarnya kabar

yang mengatakan Princess Minerva yang mereka sayangi menghilang. Tidak

ada yang tahu dari mana asal berita angin itu. Selain itu beredar pula kabar

yang menyatakan Raja dan Ratu menjadi sedih karenanya dan Ratu jatuh

sakit ketika mendengar berita ini.

Kabar lain menyatakan Princess menghilang dalam kecelakaan kereta.

Saat itu Princess dalam perjalanan pulang dari Castil yang berada di balik

Death Rocks menuju Istana bersama pengasuhnya. Dalam kecelakaan itu,

pengasuh Princess dan kusir kuda mengalami luka-luka yang cukup parah

tetapi mereka masih dapat diselamatkan sedangkan Princess sendiri

menghilang dalam kecelakaan itu.

Keberadaan Princess Minerva yang hanya diketahui oleh warga

Xoechbee membuat seluruh warga kota itu menjadi gempar ketika kabar ini

menyebar.

Sebagian dari Kerajaan Zirva yang tidak mengenal Princess bertanya-

tanya siapakah Princess Minerva itu? Tetapi hingga kini pihak Istana masih

belum mengatakan apa-apa untuk menjelaskan apa yang telah dan tengah

terjadi saat ini dan mengapa Princess Minerva tidak pernah terlihat hingga

saat ini?212

Page 213: Gadis Misterius

Dari seorang yang kami tanyai, kami mendapat informasi bahwa

Princess jarang berada di Xoechbee sehingga menyebabkan ia jarang terlihat.

Dari penduduk Xoechbee yang lain, kami mendapat keterangan bahwa untuk

menjaga kesehatannya, maka Princess sering menghabiskan waktunya di luar

Xoechbee.

Pangeran Alcon yang mendapat banyak pertanyaan dari rakyat sewaktu

ia mengunjungi penjara bawah tanah juga tidak berkata apa-apa. Ia hanya

tersenyum.

Tetapi dari seorang polisi yang menjaga penjara itu, berkata, “Seluruh

polisi dan tahanan yang berada di penjara ini juga bertanya hal yang sama

kepada Pangeran tetapi beliau hanya tersenyum saja. Kami semua, polisi dan

tahanan, sangat menyayangi Princess, beliau amat baik dan kami merasa

sedih ketika Princess dikabarkan menghilang.”

Seorang warga yang cukup berpengaruh di Xoechbee yang enggan

disebut namanya mengatakan, “Warga Xoechbee dan penghuni penjara

bawah tanah Xoechbee telah memutuskan suatu tindakan tanpa menanti

keterangan dari pihak Istana. Kami memutuskan untuk mencari Princess di

Death Rocks. Tetapi karena sulitnya perjalanan untuk mencapai Death Rocks,

kami memutuskan untuk menyediakan hadiah bagi siapa saja yang berhasil

menemukan Princess yang kami sayangi tersebut.”

Ketika ditanya bagaimana bila pihak Istana melarang tindakannya, ia

mengatakan, “Kami tidak takut apa yang akan dilakukan oleh Istana.

Mengapa hingga kini mereka tidak segera menangani urusan yang sangat

penting ini?”

Pria itu juga mengatakan, “Saya pernah sekali bertemu dengan Princess

dan saya terpesona padanya. Saya akan selalu mengingat Princess. Siapapun

yang bertemu dengan Princess tidak akan dapat melupakannya, mereka akan

segera menyayanginya karena kebaikan hati yang ditunjukkannya.”

Ketika ditanya bagaimana ciri-ciri Princess, pria itu berkata, “Princess

memiliki rambut pirang dan wajah yang cantik, selebihnya sukar dikatakan.

Tetapi yang pasti, Princess selalu disayang siapa pun.”

Pria itu menegaskan siapa pun yang menemukan orang yang tak

dikenal diharapkan segera mengatakannya kepada dirinya agar bisa dikenali

apakah itu benar Princess atau bukan.

Maria melipat kembali koran itu dan menyerahkannya kepada Lady 213

Page 214: Gadis Misterius

Debora.

“Bagaimana? Luar biasa bukan?” kata Lady Debora, “Aku pernah

mendengar tentang Princess dalam pesta dansa keluarga Blueberry.

Bayangkan, Maria bila aku berhasil menemukan Princess. Aku akan mendapat

hadiah yang sangat banyak.”

“Tetapi, Tuan Puteri, Anda tidak pernah bertemu Princess dan siapa

yang akan mengantar Anda ke sana? Death Rocks sangat jauh dari sini,” kata

Maria.

“Princess pasti bisa segera cocok denganku, aku yakin itu dan jangan

ikut campur urusanku, Maria. Dengan siapa aku akan pergi, itu bukan

urusanmu. Sekarang cepat panggil Mr. Liesting, aku mempunyai rencana.”

Maria meninggalkan Lady Debora dan segera memanggil Mr. Liesting

yang seperti biasanya sibuk membersihkan halaman.

“Ada apa, Maria?” tanya Mr. Liesting ketika melihat Maria mendekat.

“Tuan Puteri memanggil Anda,” jawab Maria.

“Baiklah, aku akan segera ke sana.”

Tak lama kemudian, Maria kembali lagi ke kamar Lady Debora bersama

Mr. Liesting. Sebelum memasuki ruangan itu, Maria mengetuk pintunya dan

mendapat sambutan yang penuh semangat dari Lady Debora. Wanita itu

sudah turun dari tempat tidurnya. Ia sedang menyisir rambutnya di depan

meja rias.

“Mr. Liesting, aku ingin engkau segera menyampaikan surat ini,”

katanya sambil menyerahkan sehelai surat.

“Baik, Tuan Puteri,” kata Mr. Liesting sambil menerima surat itu.

Setelah Mr. Liesting meninggalkan kamar itu, Lady Debora berkata,

“Sekarang bantu aku, Maria. Jangan lamban seperti itu. Aku harus sesegera

mungkin bersiap-siap.”

Maria segera melayani wanita itu dengan terampil.

Kali ini Maria tidak banyak mengatakan apa-apa tentang pendapatnya,

perhatian Maria terpecah karena berita itu.

Maria merasa sedih karena berita itu. Ia merasa kasihan pada seluruh

warga Xoechbee yang kehilangan Princess yang mereka sayangi.

Ketika Maria telah menyelesaikan tugasnya, Lady Debora segera

meninggalkan kamarnya. Kemudian Maria merapikan kamar Lady Debora.

Tak lama kemudian, Lady Debora muncul lagi dengan wajah yang kesal.

“Ada apa, Tuan Puteri?” tanya Maria. 214

Page 215: Gadis Misterius

“Aku tidak percaya!” kata Lady Debora marah.

Maria terkejut melihat kemarahan Lady Debora yang baru pertama kali

ini dilihatnya. Walaupun wanita itu sering marah-marah padanya, tetapi baru

kali ini ia melihat wajah Lady Debora penuh dengan kemarahan.

“Ada apa?” tanya Baroness Lora yang tiba-tiba muncul mendengar

teriakan kemarahan putrinya, “Apa yang kaulakukan pada anakku, Maria?”

“Saya tidak melakukan apa-apa,” jawab Maria.

Lady Debora membalik badannya dan memeluk ibunya, “Aku tidak

percaya, Mama. Alexander menolak ajakanku.”

“Apa yang terjadi?” tanya Baroness Lora tak mengerti, “Ke mana

engkau akan mengajak Alexander di hari sepanas ini?”

Maria mengambil surat kabar yang diletakkannya di tempat tidur Lady

Debora dan menyerahkannya kepada Baroness Lora.

Baroness Lora menerimanya dengan kasar. Dan seperti halnya Lady

Debora, ia membelalak terkejut ketika membaca berita yang tertulis di

halaman depan koran itu.

“Luar biasa! Bayangkan bila kita menemukan Princess terlebih dulu,

kita akan mendapat hadiah yang sangat besar,” kata Baroness Lora.

“Itulah Mama yang ingin aku lakukan. Tetapi Alexander menolak

ajakanku, ia mengatakan lebih baik kita menunggu berita selanjutnya karena

mungkin saja Princess sudah ditemukan atau berita itu hanya kebohongan

saja.”

Baroness Lora terdiam. “Mungkin Alexander ada benarnya. Death Rocks

bukan tempat yang mudah ditempuh, tempat itu sangat terjal. Aku pernah

mendengarnya dari Papamu, katanya tempat itu sangat berbahaya.”

“Tetapi, Mama, bagaimana bila kita didahului oleh orang lain. Aku tidak

ingin orang lain mendahuluiku. Aku ingin menjadi sahabat karib Princess dan

bila mungkin aku ingin menjadi istri Pangeran.”

“Pasti menyenangkan sekali bila engkau menjadi Ratu. Tetapi

berbahaya bila engkau pergi ke tempat itu tanpa rencana lebih dulu,” kata

Baroness Lora.

Maria ingin mengatakan sesuatu tetapi ketika melihat tatapan Baroness

Lora yang penuh kemarahan kepada dirinya, ia tidak jadi mengatakannya.

“Sekarang biarkanlah Alexander yang merencanakannya dan kita akan

menanti berita selanjutnya,” kata Baroness Lora menenangkan putrinya.

“Baiklah, Mama.”215

Page 216: Gadis Misterius

Walaupun Lady Debora telah menyetujui usul ibunya, tetapi sepanjang

hari itu Lady Debora tidak dapat melepaskan bayangannya dari kemungkinan

itu.

Sepanjang hari Lady Debora tampak sangat gelisah seperti ingin segera

menanti hari esok tiba.

Maria juga tidak dapat melepaskan pikirannya dari pembicaraan kedua

wanita itu.

Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Alexander bila mengetahui hal

ini.

Sejak Alexander mengundang mereka ke rumahnya, Maria tahu pria itu

menyadari sesuatu yaitu dirinya tidak sebanding dengan Lady Debora maka

ia memilih Lady Debora.

Sering kali ia berusaha mengusir perasaan itu, tetapi ia tidak dapat

melakukannya. Dugaan itu terus terngiang di benaknya.

Di samping itu ia juga tidak dapat membiarkan Lady Debora memasuki

Death Rocks dengan sembarangan. Terlalu berbahaya memasuki Death Rocks

dengan sembarangan, tempat itu adalah tempat suci bagi suku Deady.

Tetapi ia tidak dapat mengatakannya kepada Lady Debora maupun

Baroness Lora karena kedua wanita itu tidak mempercayai mitos.

Satu-satunya harapannya untuk mencegah Lady Debora mendekati

tempat itu adalah Alexander. Maria tidak berharap dapat melakukannya saat

Alexander mengajak mereka pergi seperti kebiasaannya akhir-akhir ini sejak

pesta itu.

Apa yang diduga Maria memang benar. Ia sama sekali tidak dapat

berbicara dengan Alexander tanpa kehadiran Lady Debora.

Lady Debora sama sekali tidak mau meninggalkan Alexander.

Tangannya terus menggandeng mesra tangan Alexander.

Selama perjalanan ke Blueberry House, Maria sama sekali tidak melihat

ke Alexander maupun ke Lady Debora. Ia merasa hatinya bergejolak karena

suatu perasaan yang tak dikenalnya setiap kali ia melihat kedua orang itu.

Hari ini Maria sama sekali tidak dapat berhenti memikirkan berita yang

dibacanya di koran tadi pagi. Tulisan-tulisan itu terus terbayang di matanya.

Perhatian Maria yang biasanya selalu terpaku pada keindahan Sungai

Alleghei yang mereka lalui kini tampak menerawang. Tidak ada yang nampak

di mata Maria selain pandangannya yang menerawang.

“Hingga kapan engkau akan duduk di sana?”216

Page 217: Gadis Misterius

Maria terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia segera menyadari kereta

yang mereka tumpangi telah sampai di House.

Maria segera turun dan kereta dan seperti biasanya ia segera pergi ke

Ruang Perpustakaan setelah mengantar Lady Debora menemui Duchess di

Ruang Besar.

“Hari ini aku mempunyai kejutan untukmu,” kata Alexander.

Maria memandang tak mengerti kepada Alexander yang hanya

tersenyum.

Alexander masih tersenyum ketika ia membukakan pintu Ruang

Perpustakaan untuk Maria.

Maria melihat seseorang duduk di depan Duke. Ia merasa pernah

melihat pria yang duduk membelakangi pintu itu.

Kedua orang itu segera menghentikan percakapan mereka ketika Maria

dan Alexander memasuki ruangan itu.

Maria terkejut ketika pria yang duduk di depan Duke memalingkan

kepalanya.

Pria itu berdiri dan menyambut Maria.

Sebelum Maria sempat berkata apa-apa, pria itu menarik tangan Maria

dan menciumnya.

“Senang dapat berjumpa dengan Anda lagi, Mr. Townie,” kata Maria

dengan tersenyum.

“Aku juga senang dapat berjumpa denganmu, Maria,” kata Trown

Townie.

Trown Townie mengamati wajah Maria. “Aku tidak percaya gadis inilah

yang kutemui di pesta dansamu, Shaw. Ia jauh lebih cantik dari yang kulihat.

Dan matanya membuatku merasa kagum,” kata Trown Townie.

“Telah kukatakan kepadamu ia memiliki mata yang sangat indah. Mata

ungu yang bening dan jernih,” kata Duke.

“Aku percaya jika saat itu Maria tidak mengenakan topeng, ia akan jauh

lebih menarik perhatian tamu-tamu. Matanya benar-benar mengagumkan,”

kata Trown Townie.

“Anda terlalu berlebihan, Mr. Townie. Tidak ada yang menarik dari mata

saya, Anda sendiri yang membuatnya terasa menarik,” kata Maria merendah.

“Duduklah, Maria. Jangan kaubiarkan Trown membuatmu terus berdiri,”

kata Duke.

Trown Townie menarikkan kursi untuk Maria. Maria mengangguk dan 217

Page 218: Gadis Misterius

tersenyum kepadanya kemudian duduk.

“Hari ini aku mempunyai kabar yang pasti akan membuat kalian merasa

terkejut,” kata Trown Townie antusias.

“Kabar apa?” tanya Duke.

Trown Townie segera menjawab cepat dan penuh semangat, “Princess

hilang!”

Duke tertawa mendengar jawaban itu. “Engkau terlambat. Hari ini

seluruh penduduk Kerajaan Zirva mengetahui berita itu. Lihatlah ini.”

Trown Townie mengambil koran yang diberikan Duke padanya. Setelah

membaca koran itu, Trown Townie mengeluh.

“Aku terlambat. Aku terburu-buru berangkat ke sini tadi pagi sehingga

tidak sempat membaca koran,” keluh Trown Townie, “Maksudku menjadi

orang pertama yang memberi tahu kalian mengenai kabar ini ternyata koran

ini telah mendahuluiku. Tetapi tidak apa, aku yakin kalian pasti masih

bingung dengan berita ini.”

“Ya, aku memang bingung. Mengapa ini semua bisa terjadi,” kata Duke

sambil menunjuk koran.

“Aku mendengar berita hilangnya Princess ini ketika aku kembali ke

Xoechbee. Saat itu masyarakat ribut sehubungan dengan menyebarnya kabar

hilangnya Princess Minerva. Kudengar dari beberapa orang, Princess sedang

dalam perjalanan pulang dari Foentza saat itu.”

“Aku tahu itu. Di koran telah disebutkan,” sela Duke.

“Aku juga tahu tetapi diam dan dengarkanlah apa yang akan kukatakan

ini karena kalian pasti akan terkejut mendengarnya seperti halnya aku ketika

mengetahuinya,” kata Trown Townie.

“Baik. Teruskan ceritamu, aku tidak akan menyela,” kata Duke.

“Saat itu seharusnya Princess tidak berada di Foentza.”

“Mengapa Princess berada di Foentza? Bukankah seharusnya ia berada

di Istana Plesaides pada musim semi?” kata Duke.

Trown Townie terkejut. “Dari mana engkau mengetahuinya?”

“Mathwe yang mengatakannya kepadaku,” jawab Duke.

Sekali lagi Trown Townie mengeluh, “Tidak ada lagi yang akan

kuceritakan kepada kalian. Semua yang semula akan mengejutkan kalian

ternyata telah kalian ketahui.”

“Bagaimana keadaan pengasuh Princess dan kusir kudanya?” tanya

Maria cemas.218

Page 219: Gadis Misterius

“Kudengar mereka terluka cukup parah tetapi tidak ada yang perlu

dikhawatirkan selain hilangnya Princess. Luka-luka kedua orang itu telah

sembuh tetapi sang putri belum ditemukan,” kata Trown Townie.

Maria merasa bingung pada perasaan lega yang muncul di dadanya

setelah mendengar jawaban itu.

Alexander memanfaatkan keheningan yang muncul di antara mereka,

“Kurasa percakapan kita hari ini cukup. Aku ingin mengajak Maria pergi bila

kalian tidak keberatan.”

“Tentu tidak,” kata Duke dan Trown Townie bersamaan.

“Ayo, Maria,” kata Alexander sambil membantu Maria berdiri.

Maria mengikuti Alexander tanpa banyak berkata apa-apa.

“Kita akan ke mana?” tanya Maria pada akhirnya.

“Aku ingin mengajakmu berkuda. Selama engkau berada di Obbeyville,

engkau tidak pernah berkuda, bukan?” kata Alexander.

“Tetapi saya tidak tahu apakah saya bisa berkuda,” kata Maria cemas.

“Jangan khawatir. Kita akan membuktikannya,” kata Alexander.

Maria diam saja bahkan ia tetap diam ketika mereka bertemu dengan

Lady Debora dan Duchess yang sedang melangkah meninggalkan Ruang

Besar.

Lady Debora memandang curiga pada Maria.

Alexander menyadari hal itu dan segera berkata, “Di sini engkau

rupanya. Aku baru saja menyuruh Maria untuk mencarimu. Tetapi ia tidak

dapat menemukanmu, maka aku membantu Maria mencarimu.”

“Mengapa engkau mencariku?” tanya Lady Debora.

“Aku ingin bertanya apakah engkau mau berkuda denganku? Kurasa

sayang sekali bila kita melewatkan hari yang indah ini,” kata Alexander.

Lady Debora tersenyum senang, “Tentu saja bila Duchess tak keberatan

aku meninggalkannya.”

Duchess cepat-cepat berkata, “Tidak, aku sama sekali tidak keberatan.

Pergilah, Al benar sayang sekali bila hari secerah ini dilewatkan begitu saja.”

“Mari kira pergi,” kata Alexander.

Lady Debora melirik tajam ketika Maria juga mengikuti mereka.

Alexander cepat-cepat bertindak sebelum Lady Debora merasa semakin

curiga, “Aku memintanya untuk ikut dengan kita. Kurasa ada baiknya kita

mengajaknya.”

Lady Debora pura-pura tersenyum senang padahal di dalam hatinya ia 219

Page 220: Gadis Misterius

merasa jengkel karena gangguan yang ditimbulkan oleh Maria.

Lady Debora memalingkan pandangannya dari Maria dengan angkuh

dan ia segera merangkulkan tangannya di lengan Alexander.

Maria berusaha mengalihkan pandangannya dari pemandangan yang

membuatnya merasa tidak enak itu.

Alexander menyuruh pelayan menyiapkan kuda bagi mereka.

Sambil menanti, Maria memperhatikan halaman Blueberry House yang

tampak indah dengan daun-daun yang mulai menguning.

“Engkau tidak ikut berkuda?” tanya Alexander.

“Terima kasih tetapi saya khawatir saya tidak dapat mengendarai

kuda,” jawab Maria.

“Cobalah dulu. Siapa tahu engkau dapat,” kata Alexander.

Maria menggelengkan kepalanya lagi.

Lady Debora yang telah duduk di atas kuda berkata, “Biarkanlah ia,

Alexander. Ia pasti tidak dapat mengendarai kuda. Lebih baik kita segera

berangkat selagi hari masih belum terlalu panas.”

Alexander tidak mempedulikan ucapan Maria, ia terus mencoba

membujuk Maria. “Cobalah, Maria.”

“Tuan Puteri benar, Tuan Muda. Lebih baik Anda berdua segera

berangkat selagi hari masih belum terlalu panas,” kata Maria menolak

bujukan Alexander.

“Aku tidak tega membiarkanmu terus berdiri di sini sambil menanti

kami. Lebih baik engkau duduk di depanku selagi aku mengendalikan kuda,”

kata Alexander.

“Tidak. Saya lebih suka menanti di sini.”

“Aku tidak tega membiarkanmu berdiri di sini, Maria.”

“Tidak apa-apa. Saya dapat menanti di dalam.”

“Sudahlah, Alexander. Ia tidak mau ikut, jangan engkau paksa,” kata

Lady Debora jengkel.

Sekali lagi Alexander mengabaikan Lady Debora, “Bila engkau tidak

ikut, Maria, aku tidak jadi pergi.”

Maria terkejut mendengar perkataan Alexander dan sebelum Lady

Debora sempat berkata apa-apa, ia segera bertindak.

“Baiklah, saya akan ikut. Saya tidak akan ikut di kuda Anda, saya akan

naik kuda lain.”

Jawaban yang diberikan Maria membuat Alexander tersenyum senang 220

Page 221: Gadis Misterius

dan Lady Debora menahan marah.

Tanpa mempedulikan Lady Debora yang sejak tadi memendam

kemarahannya, Alexander segera menaikkan Maria ke atas kuda.

Maria merasa gaun pelayan yang dikenakannya terasa menganggu

ketika ia berada di atas kuda.

Tetapi perasaan itu segera digantikan perasaan lain yang tiba-tiba

muncul saat ia mulai menyentakkan tali kendali kuda itu.

Mula-mula Maria seperti halnya Alexander dan Lady Debora, merasa

terkejut melihat kemampuannya mengendarai kuda.

Tetapi tak lama kemudian Maria merasakan kerinduan yang akhir-akhir

ini sering muncul di dadanya.

Maria merasa rindu pada masa lalunya pada kenangan-kenangan masa

kecilnya yang terlupakan. Maria ingin sekali segera mengingat semuanya

tetapi sepertinya semua masa lalunya takkan pernah muncul kembali.

Maria telah lama berada di Obbeyville dalam keadaan hilang ingatan

tetapi hingga kini ia tidak dapat mengingat apa pun. Hanya potongan-

potongan kecil dari masa lalunya saja yang pernah muncul dalam benaknya

tetapi tetap tidak dapat diingat Maria.

221

Page 222: Gadis Misterius

13

Ketika Maria bertemu dengan Alexander keesokan harinya, Maria telah

merencanakan untuk membicarakan masalah hilangnya Princess Mincerva

segera setelah ia bertemu.

Kemarin ketika mereka berada di Blueberry House tidak ada yang dapat

dilakukan Maria untuk membuat ia dan Alexander hanya berdua. Dan pagi ini

Maria tidak mau membuang waktu yang ada.

“Selamat pagi,” kata Maria.

“Selamat pagi, Maria.”

“Anda telah mendengar berita itu?” tanya Maria walaupun ia telah tahu

jawabannya.

“Ya. Engkau juga telah membacanya bukan? Aku terkejut sekali ketika

membacanya. Aku rasa semua orang juga terkejut mendengarnya terutama

setelah berita kemarin.”

“Saya hanya ingin memperingatkan Anda untuk tidak menuju Death

Rocks. Lebih baik Anda menghindari tempat itu bila Anda ingin selamat.”

“Engkau berkata seperti aku akan menghadapi pasukan iblis bila aku ke

Death Rocks.”

“Itulah yang Anda hadapi bila Anda ke sana,” kata Maria.

“Aku ingin ke sana. Aku ingin melihat tempat kecelakaan yang

menimpa Princess.”

“Saya juga ingin ke sana tetapi tempat itu terlalu berbahaya untuk

didekati dengan sembarangan, bila Anda bersikeras ke sana, saya

mengusulkan untuk pergi di pagi hari,” kata Maria.

“Mengapa demikian, Maria?”

“Karena ada yang harus saya lakukan sebelum Anda ke sana. Saya

harus mempersiapkan kedatangan Anda di sana. Katakanlah memintakan ijin

kepada penghuni tebing itu. Dan satu pesan saya, kembalilah sebelum

matahari tenggelam.”

Alexander tersenyum mendengar kata-kata Maria, “Engkau telah

mengingat sesuatu yang penting? Engkau bersikeras mencegahku ke Death

Rocks.”222

Page 223: Gadis Misterius

“Saya tidak dapat mengatakannya kepada Anda, tetapi memang benar

tempat itu berbahaya dan saya seharusnya mencegah Anda ke tempat itu.”

“Tetapi engkau tidak dapat menghentikan saya bukan?”

“Ya, karena Anda memang tidak dapat dihentikan,” kata Maria sambil

tersenyum.

“Akhirnya…”

“Akhirnya?” tanya Maria keheranan.

“Akhirnya engkau tersenyum,” kata Alexander sambil menarik tubuh

Maria, “Sejak tadi engkau berbicara dengan serius sekali tidak seperti Maria

yang selama ini kukenal senang tersenyum.”

Maria tersenyum geli, “Karena hal itu memang sangat serius, maka

saya harus mengatakannya dengan serius pula.”

“Kalau engkau tersenyum, engkau sangat cantik. Tetapi lebih cantik lagi

bila engkau tertawa. Dan sayang sekali aku tidak dapat membuatmu tertawa,

engkau hanya pernah sekali tertawa yaitu ketika kita melihat matahari terbit,

setelah itu tidak pernah lagi,” kata Alexander.

Alexander menunduk tetapi kemudian segera melepaskan Maria.

“Aku ingin menciummu tetapi engkau sekarang telah menjadi bidadari.

Aku baru saja menyadarinya,” kata Alexander, “Benarkah itu, Maria? Jarang

ada orang yang mengetahui itu. Walaupun hampir seluruh buku itu telah

kauartikan untuk kami, tetapi aku tidak mengetahui masalah larangn

mendekati Death Rocks itu.”

“Saya tidak ingat, saya hanya ingat saya harus mencegah orang yang

hendak ke sana.”

“Engkau pasti bidadari yang diutus untuk mencegah kami semua

mendekati Death Rocks. Dan Bila tugasmu telah usai, engkau akan kembali

ke Holly Mountain.”

“Saya tidak tahu,” kata Maria.

“Sekarang katakan kepadaku apa yang harus kulakukan,” kata

Alexander.

“Hanya satu yang hendak saya katakan kepada Anda, jangan pergi ke

Death Rocks hari ini pergilah ke sana esok pagi,” kata Maria.

“Hanya itu?” tanya Alexander, “Aku merasa engkau masih ingin

mengatakan yang lain dan banyak yang akan kaukatakan.”

“Untuk sementara hari ini cukup ini saja,” kata Maria.

“Tidakkah engkau menyadari, Maria, engkau menjadi seorang yang 223

Page 224: Gadis Misterius

sangat berbeda dari Maria yang biasanya bila engkau berbicara dengan

serius,” kata Alexander.

“Apa yang saya katakan ini memang penting karena ini menyangkut

keselamatan Anda bila Anda ingin selamat,” kata Maria.

“Engkau akan ke mana?” tanya Alexander ketika melihat Maria sejak

tadi hendak pergi.

Maria tersenyum. “Menyelesaikan tugas terakhir saya.”

“Dan setelah itu engkau akan menghilang?” tanya Alexander cemas.

“Saya tidak tahu. Tolong jangan cegah saya melakukan tugas terakhir

saya di pagi ini,” kata Maria melihat Alexander hendak mencegahnya pergi.

“Tetapi kita baru saja bertemu, Maria. Dan engkau seperti ingin segera

menghindar dariku. Apakah ini semua karena berita yang menggemparkan

itu?”

“Saya tidak tahu. Tetapi saya memang harus segera menyelesaikan

tugas terakhir saya di pagi hari ini bila saya tidak ingin menyesal di kemudian

hari.”

“Semua orang sibuk membicarakan Princess,” kata Alexander.

“Saya tahu. Semua orang pasti terkejut bila mendengar nama

seseorang yang penting yang tidak pernah didengarnya apalagi bila ia adalah

putri raja,” kata Maria.

“Aku ingin tahu apakah berita itu benar,” kata Alexander.

Maria tersenyum, “Seperti yang Anda katakan. Kita hanya dapat

menanti berita selanjutnya. Saya kira berita tentang Princess akan terus

berlangsung hingga semuanya menjadi jelas. Bahkan mungkin ketika

semuanya menjadi jelas, mereka tidak akan berhenti membicarakan dirinya.”

“Aku juga menduga seperti itu,” kata Alexander, “Aku yakin Trown

Townie sangat tertarik mendengar berita pagi ini.”

“Mengingat betapa semangatnya ia kemarin saat menceritakan hal itu

kepada kita, saya menduga ia pasti juga ikut dalam rombongan orang yang

ingin menemukan Princess,” kata Maria.

“Apakah aku harus menemukannnya dan mencegahnya pergi?” tanya

Alexander sambil tersenyum.

Maria tahu Alexander bertanya tidak dengan sungguh-sungguh tetapi

Maria menganggap pertanyaan itu serius apalagi di keadaan seperti ini. Di

mana semua orang ingin pergi ke Death Rocks yang sebenarnya merupakan

tempat berbahaya.224

Page 225: Gadis Misterius

“Bila Anda bertemu dengannya, cegahlah ia,” kata Maria dengan

tersenyum, “Dan sekarang jangan menghalangi saya lagi.”

Walaupun Maria telah meminta Alexander untuk tidak menghalanginya,

tetapi pria itu tetap menghalangi Maria.

Alexander menarik tangan Maria ketika gadis itu hendak pergi.

“Engkau akan ke mana?” tanya Alexander, “Aku akan mengantarmu.”

Maria menggeleng dan tersenyum, “Anda akan menyesal bila ikut

saya.”

“Aku tidak akan menyesal, Maria. Aku telah cukup mengenalmu dan

selama ini engkau tidak pernah membuatku merasa menyesal,” kata

Alexander bersikeras.

“Saya tahu Anda memang tidak dapat dicegah dan Anda tidak ingin

dicegah siapa pun bila Anda memiliki suatu keinginan,” kata Maria.

“Engkau telah mengetahuinya karena itu engkau harus mengijinkan aku

mengantarmu.”

“Baiklah,” kata Maria mengalah, “Saya ingin menemui Quiya.”

“Untuk menyelesaikan ‘ijin’ku?”

“Hanya itu yang dapat saya lakukan untuk saat ini,” kata Maria.

Alexander mengantar Maria ke rumah Quiya.

Tidak ada yang berbicara ketika mereka berjalan mendekati rumah itu.

Semua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Quiya dan Quiyi terkejut ketika melihat Maria datang bersama

Alexander. Sedangkan Ityu tampak sangat senang. Anak itu berlari

menyambutnya.

“Selamat pagi,” kata Ityu.

“Selamat pagi, Ityu. Bagaimana pelajaranmu? Apakah engkau sudah

menguasai apa yang aku ajarkan kepadamu?” kata Maria.

“Hampir. Saya akan belajar terus sampai saya bisa membaca dengan

lancar seperti Anda,” kata Ityu.

“Selamat pagi, Quiya. Dapatkah saya berbicara berdua saja dengan

Anda?” kata Maria dengan tegas.

Ketegasan Maria mengeluarkan setiap patah kata membuat Alexander

merasa terkejut.

Selama hampir tiga bulan ia mengenal Maria, ia selalu mendengar tutur

kata gadis itu selalu lembut. Tidak pernah terdengar ketegasan di dalam nada

bicaranya tetapi apa yang dikatakannya selalu diperbuat orang lain.225

Page 226: Gadis Misterius

Alexander hanya dapat menduga apa yang akan dibicarakan Maria

dengan Quiya adalah sesuatu yang sangat penting sehingga Maria berkata

tegas.

“Tentu saja,” kata Quiya.

Quiya segera membawa Maria ke sebuah ruangan kecil yang penuh

peralatan yang sering digunakannya untuk melakukan upacara di Sungai

Alleghei.

Dalam keadaan biasa, Maria akan memperhatikan alat-alat itu. Tetapi

kini ia tidak dapat memusatkan perhatiannya kepada hal yang lain. Ia sangat

mencemaskan keselamatan Alexander bila pria itu tetap bersikeras ke Death

Rocks.

“Adakah yang dapat saya bantu?” tanya Quiya.

“Anda telah mengetahui Death Rocks dan mitos yang terpendam di

sana?”

“Saya kurang tahu mengenai itu,” jawab Quiya.

“Anda telah mendengar berita menghilangnya Princess di Death

Rocks?” tanya Maria lagi.

“Ya. Berita itu membuat saya sempat terkejut.”

“Apakah Anda menyadari bahaya yang timbul bila orang-orang

memaksa diri mereka ke Death Rocks?”

Melihat Quiya tidak mengerti apa yang dikatakannya, Maria berkata

lagi,

“Kali ini saya akan menceritakan mitos ketiga itu kepada Anda. Sebagai

salah satu dari suku Deady dan sebagai seorang dari ketiga Quiya Anda

berhak mengetahuinya.”

Quiya duduk diam menatap wajah Maria yang tetap tenang namun

serius.

“Di Obbeyville, penduduk percaya ketika sinar matahari di musim panas

telah memerah di ujung barat, mereka harus segera menyembunyikan dirinya

karena dari sanalah para iblis itu muncul. Di ujung barat tempat matahari

tenggelam itu adalah Death Rocks. Dan dari sanalah para iblis berasal.”

“Death Rocks adalah tempat tinggal para iblis?” kata Quiya tak percaya.

“Itulah sebabnya berbahaya bila setiap orang dengan gegabah

mendekati tempat itu. Dan itu pula sebabnya mitos ketiga itu disembunyikan.

Suku Deady takut bila penduduk lainnya mengetahuinya, mereka tidak akan

diterima di manapun karena mereka dianggap sebagai ‘anak-anak setan’.”226

Page 227: Gadis Misterius

“Dulu mitos itu tidak disembunyikan. Banyak orang selain suku itu yang

juga mengetahuinya karena itu ada buku kuno itu yang menceritakan

keseluruhan mitos yang ada di Kerajaan Zirva.”

“Mengapa kemudian suku Deady memutuskan untuk

menyembunyikannya?” tanya Quiya.

“Hal itu terjadi ketika suku Deady memiliki musuh, suku Hodly yang

tinggal di Holly Mountain. Kedua suku itu bermusuhan seperti para dewa di

Holly Mountain dengan setan di Deady. Semula kedua suku itu hidup rukun,

tetapi segalanya berubah ketika nafsu serakah manusia tidak terbendung

lagi. keduanya mulai bersaing dalam segala hal dan akhirnya menimbulkan

permusuhan yang sangat hebat. Seperti para dewa dan setan, mereka juga

saling berperang.”

“Aku tidak pernah mendengar nama suku Hodly,” kata Quiya.

“Suku itu punah,” kata Maria sedih, “Berbeda dengan perang antara

dewa dengan iblis, suku itu mengalami kekalahan total. Tidak seorang pun di

antara suku itu yang tersisa dan mitos di sana tidak pernah terdengar.”

“Tragis sekali,” kata Quiya.

Maria mengangguk. “Setelah perang itu selesai, suku Deady mulai

menyadari bahwa mitos yang ada di antara mereka itu tidak menguntungkan,

karena itu mereka berusaha menyembunyikan mitos itu dari pengetahuan

orang di luar suku itu. Mereka tidak ingin seorangpun tahu bahwa mereka

tinggal di Death Rocks yang merupakan tempat bersemayamnya para iblis.

Mereka tidak ingin mendapat sebutan seperti yang diberikan suku Hodly,

‘anak-anak setan’.”

“Sekarang saya mengerti mengapa mitos itu disembunyikan dari pihak

manapun di luar suku itu,” kata Quiya, “Tetapi mengapa Anda

mengetahuinya?”

“Hingga saat ini saya tidak dapat mengingatnya,” kata Maria, “Saya

juga harus mengatakan kepada Anda bahwa sesungguhnya iblis yang tinggal

di Death Rocks adalah dewa yang menentang dewa-dewa yang tinggal di

Holly Mountain.”

“Cerita ini sangat luar biasa hingga saya merasa sukar untuk

mempercayainya.”

“Apa yang saya katakan ini adalah yang saya ketahui. Saya tidak

mengkhayal,” kata Maria tenang, “Suku Deady benar-benar masih ada di

pedalaman Death Rocks dan mereka terus menyembunyikan mitos itu dari 227

Page 228: Gadis Misterius

orang di luar mereka sendiri.”

“Setelah mereka menyembunyikan mitos itu, sebagian dari mereka

menyebar ke berbagai penjuru dan sebagian menyembunyikan diri di Death

Rocks?”

“Ya, demikianlah yang terjadi.”

“Orang tua saya telah lama berada di luar Death Rocks tetapi keduanya

sama-sama keturunan asli suku itu, di antara nenek moyang mereka belum

ada percampuran dengan suku lain. Sedangkan ayah istri saya asli dari Death

Rocks. Walaupun begitu, ia tidak pernah bercerita apa-apa mengenai itu.”

“Sekarang banyak suku Deady yang membaur dengan suku lain dan

semakin sedikit orang yang benar-benar keturunan suku itu. mungkin itulah

yang membuat ayah Quiyi kurang mempercayai Anda,” kata Maria.

“Ya, sekarang saya tahu itu. Dan apakah yang dapat saya bantu? Anda

tiba-tiba memutuskan untuk menceritakannya kepada saya tentu karena

Anda ingin saya membantu Anda?”

“Anda benar, Quiya. Saya bukan orang dalam suku Deady karena itu

saya tidak dapat berbuat banyak tetapi saya tahu Anda bisa melakukannya.

Dapatkah Anda mengadakan upacara untuk melindungi mereka yang pergi ke

Death Rocks?” tanya Maria.

“Anda memang seorang bidadari yang diutus untuk menolong orang-

orang yang akan ke Death Rocks,” kata Quiya.

“Saya tidak tahu tentang itu, tetapi saya ingin mengetahui apakah Anda

dapat melakukannya hari ini dan di dalam rumah ini?”

Quiya berpikir sambil melihat sekeliling ruangan, “Saya tidak tahu.

Sukar untuk mengatakannya. Selama ini upacara yang saya adakan selalu

diadakan di luar ruangan selain itu Anda memintanya dengan sangat

mendesak.”

“Saya berharap kepada Anda, Quiya. Keselamatan mereka tergantung

pada Anda,” kata Maria.

Quiya mengangkat bahunya, “Bila Anda memaksa, saya akan

mencobanya.”

“Terima kasih, Quiya. Saya tahu Anda dapat melakukannya,” kata

Maria.

Melihat kelegaan yang terpancar di mata Maria, Quiya tersenyum,

“Rupanya Anda sangat mencintainya sehingga Anda sangat

mencemaskannya.”228

Page 229: Gadis Misterius

“Dia?” tanya Maria tak mengerti.

“Pria yang sering bersama Anda. Sejak penduduk Obbeyville melihat

Anda berduaan dengannya, penduduk Obbeyville sering membicarakan Anda

berdua.”

Maria tersenyum, “Mereka akan lebih membicarakan saya bila mereka

tahu apa yang saya katakan ini kepada Anda. Tetapi saya percaya mereka

tidak akan tahu karena Anda juga tidak akan menceritakannya kepada siapa

pun.”

“Tentu, saya berjanji.”

Maria meninggalkan ruangan itu dengan perasaan lega bercampur

bingung.

Ia mencoba menyadari perasaannya yang sebenarnya kepada

Alexander. Tetapi ia masih sukar menjawab pertanyaan yang terus

menggema di telinganya sejak percakapannnya dengan Quiya.

“Apakah memang benar aku mencintai Alexander?” tanya Maria pada

dirinya sendiri, “Apakah itu bukan karena Alexander mirip seseorang di masa

laluku? Apakah aku menyukai Alexander karena ia mirip dengan pria di masa

laluku itu?”

Sampai hari telah berganti, Maria masih tidak dapat menjawab

pertanyaan yang terus menggema itu sehingga membuat ia sukar tidur.

Ketika Maria bangun, hujan tengah mengguyur tanah.

Tidak ada yang dapat dilakukan Maria di dini hari yang dingin itu,

karenanya Maria duduk menghadap jendela sambil terus memikirkan masa

lalunya dan pertanyaan yang terus bergaung di telinganya.

Untuk pertama kalinya sejak ia berada di Obbeyville, Maria bertanya

kepada dirinya sendiri, “Sebenarnya siapakah aku? Mengapa aku mengetahui

banyak tentang mitos itu? Apakah yang dikatakan Quiya memang benar?

Apakah aku seorang bidadari?”

Maria terus memikirkan semuanya sambil mengawasi hujan yang terus

turun dengan derasnya.

Di akhir musim panas, alam tengah mempersiapkan datangnya musim

yang baru, musim gugur. Hujan telah mulai mengguyur bumi bahkan tak

jarang menyebabkan badai.

Tak terasa hampir tiga bulan Maria berada Obbeyville tanpa sedikitpun

ia dapat mengingat masa lalunya, seolah-olah masa lalunya telah benar-

benar terkubur di kegelapan yang pekat.229

Page 230: Gadis Misterius

Maria tidak tahu apakah ia akan terus berada di Obbeyville bila

Alexander dan Lady Debora menikah.

Memikirkan kemungkinan itu, membuat Maria sedih dan ingin menangis

tetapi kebiasaannya yang selalu menahan perasaan membuatnya tidak

melakukannya.

Bahkan ketika Maria memikirkan kemungkinan itu, ia tidak dapat

menyadari perasaannya yang sebenarnya kepada Alexander.

“Apakah aku sedih karena Al mirip dengan pria di masa laluku? Apakah

aku sedih karena bila Al menikah bagiku itu sama seperti pernikahan pria di

masa laluku?” tanya Maria pada dirinya sendiri.

“Pria di masa laluku, siapakah engkau? Mengapa aku tidak dapat

mengingatmu bahkan tidak pernah dapat melihat wajahmu dengan jelas

setiap kali aku merasa seperti berada di sisimu? Aku sangat merindukanmu,

pria masa laluku.”

Perasaan rindu yang terus memenuhi dadanya sejak ia mengingat

keberadaan pria itu, tidak terbendung lagi.

Untuk pertama kalinya pula sejak Maria berada di Obbeyville, ia

meneteskan air mata.

“Aku tidak mengerti semua ini seakan-akan tidak ada seorangpun yang

ingin aku mengingat kembali masa laluku,” bisiknya pada hujan di luar yang

mulai mereda.

“Pria di masa laluku, bantulah aku. Aku tidak tahan dengan semua ini,

aku tahu engkau selalu menjagaku, selalu melindungiku. Kini aku berharap

engkau melindungi aku pula. Aku ingin semua ini segera berakhir. Aku tidak

tahu apakah aku benar-benar mencintai Alexander ataukah aku mencintainya

karena ia mirip denganmu,” kata Maria sambil menggenggam erat-erat

kalung yang melingkari lehernya.

“Apakah kalung ini juga darimu, pria di masa laluku?” tanya Maria pada

sosok pria yang muncul di balik kabut masa lalunya.

Maria melihat hujan telah mereda. Tetes air di dedaunan yang

menguning berjatuhan ke tanah diselingi dengan jatuhnya dedaunan di tanah

yang basah.

Maria menyeka air mata yang masih tersisa di pipinya. Tetapi ia tidak

bangkit dari tepi jendela itu. Ia tetap duduk di sana sambil mengawasi

suasana pagi hari.

“Aku takut,” kata Maria pada dirinya sendiri, “Pagi ini mereka akan ke 230

Page 231: Gadis Misterius

Death Rocks dan aku tidak tahu apa yang akan menimpa mereka. Aku tidak

ingin mereka pergi ke sana di pagi yang basah seperti ini. Tentu perjalanan ke

Death Rocks akan menjadi semakin sulit karenanya.”

Maria terdiam sambil mengawasi kereta kuda milik keluarga Blueberry

yang mendekati Sidewinder House.

“Apa yang dapat kulakukan. Mereka akan pergi. Terlalu terlambat untuk

mencegah mereka.”

“Mengapa aku sangat ingin mencegah mereka pergi ke sana?” tanya

Maria.

Maria terdiam tetapi pandangan matanya tetap terpaku pada sosok pria

yang tengah menuruni kereta kuda itu.

“Tentu karena aku tidak ingin sesuatu yang tak kuharapkan terjadi pada

mereka.”

Jawaban yang dibuat Maria untuk menjawab pertanyaannya sendiri

tidak membuat ia merasa puas. Ia merasa jawaban itu tidak tepat. Ketika ia

melihat Lady Debora keluar dari Sidewinder House dengan berseri-seri di sisi

Alexander, ia mengetahuinya.

“Aku tidak ingin mereka pergi berdua. Mengapa?”

Pertanyaan yang baru saja muncul membuat Maria terdiam entah untuk

ke berapa kalinya sejak gadis itu duduk merenung di depan jendela.

“Itu karena engkau mencintainya tetapi engkau enggan mengakuinya

karena engkau takut menyadari cintamu tak terbalas,” kata suara hati

kecilnya.

Maria sadar apa yang dikatakan hati kecilnya itu memang benar. Ia

mencintai Alexander sejak pertama kali mereka bertemu tetapi ia enggan

mengakuinya karena tidak ingin sakit hati.

Ia tidak ingin sakit hati melihat Lady Debora dan Alexander tampak

semakin akrab setiap harinya sejak Alexander mengundang mereka ke

rumahnya, karena itu ia tidak pernah mengakuinya.

Maria kembali menitikkan air mata.

“Percuma. Semuanya telah terlambat. Lady Debora memang lebih

pantas untuk Alexander daripada aku, Alexander pasti telah menyadari hal

itu. Aku tidak ingin melihat mereka pergi berdua. Aku takut menghadapi hari

ini.”

Maria memandang sayu pada langit yang terus menurunkan hujan dan

mencoba membayangkan wajah seseorang yang sering muncul di tiap 231

Page 232: Gadis Misterius

mimpinya tetapi tak pernah dapat dilihatnya dengan jelas, seolah-olah pria itu

berada di dalam kabut yang pekat seperti masa lalunya.

“Pria di masa laluku, datanglah dan lindungilah aku, aku takut sekali.

Aku takut menghadapi hari ini. Sejak aku bangun, aku melakukan sesuatu

yang tak pernah kulakukan sejak aku kecil, aku merenungkan diriku sendiri.”

Maria mempererat genggamannya pada leontin kalungnya.

“Selama ini aku tidak pernah melakukannya tetapi hari ini aku

melakukannya dan aku tidak pernah takut menghadapi hari-hari yang harus

kujalani tetapi pagi ini aku merasa taku. Aku merasa sesuatu akan terjadi hari

ini, sesuatu yang tidak dapat kuhindari.”

Setelah menyeka air matanya yang terus mengalir di pipinya, Maria

berkata dengan penuh keyakinan.

“Jika ini memang yang telah ditakdirkan dewa, maka aku akan

menjalaninya seperti biasanya. Biarlah aku terus mencintai Al walaupun ia

tidak mencintaiku. Akan kujaga baik-baik perasaanku ini.”

“Tetapi belum tentu ia tidak menyukaimu, mungkin saja ia seperti

Duchess. Sebenarnya ia enggan melakukannya tetapi karena ia ingin

mengajakmu pergi, maka ia beralasan ingin mengajak Lady Debora pergi,”

kata hati kecilnya memberinya harapan, “Selain itu engkau harus ingat Lady

Debora mempunyai niat untuk menikahi Pangeran bila ia berhasil

menemukan Princess.”

“Ya, itu mungkin saja. Aku terlalu mudah putus asa,” kata Maria

meyakinkan dirinya sendiri, “Tetapi aku tidak dapat berharap lebih bila

mengingat sikap kedua orang itu.”

Maria menyeka air mata yang kembali membasahi pelupuk matanya

dan membulatkan tekad untuk melihat ke halaman Sidewinder House.

Ia terkejut ketika melihat kereta itu masih berada di sana.

Suara ketukan di pintu kamarnya, membuat Maria segera bengkit dari

tempatnya semula.

“Maria, Alexander mengajakmu pergi. Engkau harus segera bersiap,”

kata Mrs. Vye.

Tanpa menanti apapun kata Maria, wanita itu segera menyiapkan Maria

untuk pergi.

Maria diam saja. Ia tidak berusaha mencegah Mrs. Vye, bahkan ketika ia

dibawa Mrs. Vye ke sisi Alexander.

“Aku rasa gaunmu kali ini cukup tebal sehingga aku tidak perlu khawatir 232

Page 233: Gadis Misterius

engkau kedinginan,” kata Alexander.

“Sayang sekali hujan terus mengguyur bumi sejak tadi sehingga jalan-

jalan menjadi licin. Anda harus berhati-hati agar tidak terjadi apa-apa selama

perjalanan Anda ke Death Rocks.”

“Karena itulah engkau aku ajak. Aku tahu engkau pasti mengetahui apa

yang harus kulakukan di pagi yang basah ini,” kata Alexander.

“Anda harus memutari tebing itu. Bila dari Obbeyville kita terus berjalan

ke barat, kita akan segera sampai ke Death Rocks tetapi jalan itu berbahaya

terutama di jalan yang licin setelah hujan semalam. Satu-satu jalan yang

paling aman adalah memutari Death Rocks dan dari Foentza kita menuju ke

tujuan kita semula. Memang jalan itu lebih membutuhkan waktu lebih lama

tetapi lebih aman,” kata Maria.

“Aku tahu engkau dapat mengatasi masalah ini,” kata Alexander.

Selama perjalanan, Maria menyibukkan diri dengan menatap

pemandangan yang mereka lalui.

Tetapi perhatiannya tidak benar-benar tercurah ke sana.

Maria teringat pada pagi sebelumnya ketika Lady Debora membaca

koran dengan penuh semangat. Dan ketika wanita itu menemukan apa yang

dicarinya, ia berseru senang.

“Berita itu memang benar. Panggilkan Mr. Liesting, Maria,” katanya.

Maria segera meninggalkan kamar itu dan kembali bersama Mr.

Liesting.

“Antarkan surat ini,” kata Lady Debora sambil menyerahkan sepucuk

surat kepada Mr. Liesting.

Setelah menerima surat itu, Mr. Liesting segera menghilang.

Maria telah menduga kepada siapa Lady Debora mengirimkan surat itu.

Kali ini Lady Debora tidak terburu-buru menyiapkan dirinya. Wanita itu

hanya duduk di depan meja rias sambil mencari-cari perhiasan.

Maria meraih koran yang diletakkan Lady Debora di tempat tidurnya

dan membaca halaman pertama yang bertuliskan besar-besar.

PRINCESS MINERVA RESMI DINYATAKAN MENGHILANG

Akhirnya Istana mengeluarkan penjelasannya setelah melihat reaksi

masyarakat terhadap berita hilangnya Princess Minerva.

Menteri Dalam Negeri dalam pidatonya di depan Istana Plesaides 233

Page 234: Gadis Misterius

mengatakan Princess Minerva telah menghilang di Death Rocks sejak tiga

bulan yang lalu. Princess menghilang dalam kecelakaan kereta yang

menimpanya di Death Rocks. Saat itu Princess dalam perjalanan menuju

Small Cottage dari Castil Yonga di balik Death Rocks.

Menteri Dalam Negeri juga menjelaskan sebab Princess jarang terlihat.

“Princess bukan ingin menghindari kita tetapi Princess harus menghindar dari

cuaca yang dapat menyebabkannya sakit. Sebenarnya Princess juga tidak

ingin sering meninggalkan Xoechbee tetapi karena kondisi kesehatannya,

maka ia terpaksa melakukannya.”

Selain itu, melalui Menteri Dalam Negeri, pihak Istana juga meminta

masyarakat tetap tenang karena usaha pencarian Princess sudah dilakukan

sejak kecelakaan itu dan masih terus dilakukan hingga kini.

Pangeran Alcon yang juga hadir dalam acara pidato itu mengatakan,

“Aku percaya adikku masih hidup karena itu kalian tidak perlu khawatir. Kami

telah mengusahakan mencarinya tetapi kami tidak menolak bantuan kalian.

Kami akan sangat senang bila salah seorang dari kalian yang menemukan

seorang gadis tak dikenal di antara kalian, segera melaporkan kepada kami.”

Ketika masyarakat yang berkumpul di depan Istana Plesaides

menanyakan keadaan Ratu, Pangeran menjawab, “Paduka Ratu memang

terkejut ketika mendengar berita ini tetapi beliau sehat-sehat saja hanya agak

terguncang. Kalian tidak perlu khawatir. Paduka Raja juga sehat-sehat saja.”

Setelah mendengar penjelasan singkat dari Istana, masyarakat tampak

lega. Dengan demikian Istana telah secara resmi menyatakan Princes Minerva

menghilang sejak tiga bulan yang lalu dan hingga kini belum ditemukan.

Berita kedua mengenai Princess Minerva membuat penduduk Kerajaan

Zirva yang kebingungan dengan kebenaran berita yang terdahulu merasa

lega.

Maria yakin setelah keluarnya pernyataan resmi Istana, banyak

penduduk yang mencoba menemukan Princess di Death Rocks.

Maria merasa lega ketika Quiya mengatakan ia telah melakukan apa

yang diminta Maria sebelumnya dan ia berharap orang-orang yang pergi ke

sana akan selamat seperti harapannya.

Seperti yang dikatakan Maria, perjalanan menuju Death Rocks dengan

memutar terlebih dahulu membuat perjalanan itu menjadi semakin lama

tetapi lebih aman.234

Page 235: Gadis Misterius

Maria terlalu sibuk dengan pemandangan yang terlihat olehnya dan

pikiran-pikirannya sehingga ia tidak menyadari ketika mereka telah tiba di

tempat itu.

“Engkau tidak turun?”

Pertanyaan Alexander membuatnya terkejut. Ia memalingkan wajahnya

dan menatap wajah Alexander yang berada sangat dekat darinya.

Walaupun jantungnya berdebar sangat keras, Maria tetap berkata

tenang, “Saya akan segera turun.”

“Lekaslah bila engkau ingin melihat pemandangan di luar. Lebih indah

pemandangan yang tampak jelas daripada yang kita lihat melalui jendela,”

kata Alexander.

Maria menatap ke tempat duduk di depannya yang telah kosong. Maria

tidak menyadari Lady Debora telah meninggalkan kereta itu.

“Lady Debora sangat bersemangat sekali. Sejak tadi ia menanti tidak

sabar saat-saat ini. Ia segera melompat turun ketika kita tiba,” kata

Alexander.

Alexander membantu Maria turun dari kereta.

Maria tidak memperhatikan Lady Debora yang segera menyambut

mesra Alexander yang baru saja turun dari kereta.

Perhatian Maria kini sepenuhnya tercurah kepada pemandangan yang

terhampar di depannya.

Angin dingin yang meminkan rambutnya tidak membuat Maria

bergeming ketika ia berdiri hampir di ujung tebing yang curam itu.

Holly Mountain yang menjulang tinggi tepat di hadapannya masih

tertutup kabut putih dari puncak hingga kaki gunung.

Sungai Alleghei yang bermata air di Holly Mountain tampak berkilauan

tertimpa sinar matahari. Sungai itu terus memanjang membentuk pita.

Saat Maria memandang sungai itu, Maria ingat ia pernah ke tempat ini.

Pita putih kebiru-biruan di antara hijaunya dedaunan yang diingatnya

ketika ia dalam perjalanan menuju Blueberry House bersama Lady Debora

dan Alexander, adalah Sungai Alleghei yang terlihat dari Death Rocks.

Sungai itu mendekati Death Rocks tetapi ketika jaraknya semakin kecil,

pita itu menjauh dan terus mengalir tenang seolah enggan menyentuh Death

Rocks.

Atap-atap rumah penduduk yang menyembul di antara hijaunya hutan

tampak seperti titik kecil yang menodai warna hijau permadani.235

Page 236: Gadis Misterius

Maria terus menatap pemandangan di depannya sambil terus berusaha

mengingat masa lalunya.

Maria tahu bila ia dapat mengetahui mengapa ia merasa ngeri ketika ia

berdiri dan menatap pemandangan yang indah itu, ia akan mampu

menyingkap kabut masa lalunya.

Tetapi seperti biasanya, sesuatu menghalangi Maria. Kali ini halangan

itu lebih kuat dari sebelumnya.

Maria terus mencoba membuka tirai itu. Maria seolah-olah melihat

sesuatu yang berwarna kemerahan menyelubungi puncak Holly Mountain

yang berkabut. Udara yang dingin menerpa tubuhnya yang terasa ringan.

Maria merasa tubuhnya seperti meluncur ke bawah tanpa ada yang

menahannya.

Sesaat kemudian Maria benar-benar jatuh. Maria hampir saja jatuh

menimpa tanah jika Alexander tidak segera menangkapnya.

Alexander sejak tadi mengawasi Maria dan ia menyadari wajah Maria

yang terus memucat. Ia tidak dapat berbuat apa-apa karena Lady Debora

merangkul erat-erat tangannya.

Ketika gadis itu jatuh, Alexander segera menyentakkan tangan Lady

Debora dan menangkap Maria sebelum tubuh gadis itu menyentuh tanah.

Lady Debora sangat terkejut dengan tindakan Alexander yang cepat itu

dan ia menjadi jengkel ketika melihat Alexander telah membopong Maria ke

kereta.

“Sebaiknya kita segera pulang saat ini, Lady Debora,” kata Alexander.

Lady Debora menjadi semakin jengkel ketika Alexander tidak

membantunya naik kereta.

Pria itu naik lebih dulu ke kereta dan ketika ia tiba di dalam kereta, ia

melihat Alexander sedang memangku Maria seperti memangku anak kecil.

Alexander sama sekali tidak mempedulikan Lady Debora bahka ketika

wanita itu bertanya, “Apa yang terjadi pada Maria?”

Wajah Maria yang sangat pucat membuatnya terlalu cemas untuk

memikirkan yang lain. Ia khawatir Maria akan pingsan selama berhari-hari

lagi.

Kusir kuda menjalankan keretanya tidak melewati Foentza tetapi

melalui jalan yang lebih pendek menuju Obbeyville, seperti yang

diperintahkan Alexander.

Lady Debora merasa marah karena tidak dipedulikan oleh Alexander. 236

Page 237: Gadis Misterius

Alexander terus memperhatikan Maria sejak tadi dan menganggap di sana

tidak ada orang lain selain mereka berdua.

Alexander tidak menyadari keberadaan Lady Debora di kereta yang

sama dengannya.

Lady Debora yang mengetahui hal itu hanya diam menahan amarah. Ia

tahu percuma ia berusaha menarik perhatian Alexander dari Maria bila ia

telah menganggap kata-katanya hanya sebagai angin lalu.

Ketika mereka semakin mendekati Obbeyville, Maria membuka

matanya.

“Aku khawatir engkau akan terus menutup matamu,” kata Alexander

tidak menyadari keberadaan Lady Debora.

“Terima kasih. Saya sudah lebih baik sekarang. Anda pasti lelah

memangku saya selama perjalanan yang panjang,” kata Maria.

Permohonan untuk dibiarkan meninggalkan pelukan yang diberikan

Alexander tersirat di matanya ketika ia memandang pria itu.

Alexander menyadarinya tetapi ia pura-pura tidak peduli bahkan ketika

Lady Debora berkata,

“Ia sudah sadar sekarang. Kurasa engkau bisa berhenti memangkunya,”

kata wanita itu.

“Ia masih sangat pucat dan lemah, Lady Debora. Aku tidak ingin ada

yang jatuh sakit selama bersamaku,” kata Alexander.

Lady Debora memandang penuh kebencian kepada Maria yang memilih

untuk menyembunyikan pandangan matanya ke langit-langit kereta yang

berwarna hitam.

“Apakah engkau merasa pusing?” tanya Alexander.

Maria menggelengkan kepalanya.

“Sebaiknya engkau segera beristirahat setibanya kita di Obbeyville.

Mrs. Vye pasti sedih bila engkau sakit,” kata Alexander dengan kelembutan

yang membuat Lady Debora semakin jengkel.

“Saya sudah tidak apa-apa. Saya merasa lebih baik sekarang dan saya

tidak merasa membutuhkan istirahat,” kata Maria menolak usul itu.

“Dengarkan, Maria. Engkau masih lemah dan jangan terlalu banyak

bergerak agar engkau tidak jatuh sakit.”

Maria tersenyum, “Anda berbicara seakan-akan Anda ini dokter.”

Alexander membalas senyuman Maria dan berkata, “Saat ini aku

memang menjadi doktermu.”237

Page 238: Gadis Misterius

Keduanya berbicara tanpa ingat keberadaan Lady Debora di antara

mereka.

Lady Debora memandang jengkel kepada mereka berdua tanpa

melakukan apa-apa. Ia tahu seandainya ia berteriak, ia tetap tidak akan dapat

membuat Alexander melepaskan Maria.

Lady Debora merasa sangat lega ketika mereka telah tiba di Obbeyville.

Baginya, dengan tibanya mereka di Obbeyville berarti ia dapat merebut

kembali perhatian Alexander. Dan ia sangat kecewa ketika Alexander tidak

membantunya turun dari kereta.

Pria itu masih sangat cemas dengan keadaan Maria. Alexander

membopong Maria ke pondok Mrs. Vye sekalipun Maria menolaknya.

Setelah yakin Maria tidak akan meninggalkan kamarnya, Alexander

kembali menemui Lady Debora yang tampak jengkel.

“Mengapa engkau memperhatikan dia?” tanya Lady Debora.

“Ia memang memerlukan perhatian,” jawab Alexander.

“Baiklah, ia memang memerlukan perhatian. Tetapi bagaimana

denganku, apakah aku tidak memerlukan perhatian?”

“Engkau telah mendapat cukup banyak perhatian dan Maria lebih

membutuhkan banyak perhatian saat ini,” kata Alexander.

“Apa baiknya ia dibandingkan dengan aku?” tanya Lady Debora.

“Maafkan saya, saya tidak ingin membicarakannya. Sekarang saya

mohon diri untuk pulang,” kata Alexander dengan kedinginan yang sopan.

Lady Debora menahan amarahnya ketika melihat Alexander menuju

kereta kudanya dan menghilang di balik pintu kereta itu.

Dengan langkah kesal, ia menaiki tangga dan membanting pintu

kamarnya.

Saat itu Baroness Lora tidak berada di Sidewinder House sehingga ia

tidak tahu apa yang telah terjadi.

Tak lama setelah Lady Debora membanting pintu kamarnya, Maria

muncul di ujung bawah tangga itu.

Ia mendengar suara pintu itu ketika ia tiba di depan pintu masuk

Sidewinder House.

Mrs. Vye tidak tahu ia berada di sana. Seperti halnya Alexander, ia

menduga Maria sedang tertidur.

Maria pura-pura tidur ketika Alexander dan Mrs. Vye menemaninya. Ia

tahu mereka tidak akan pergi sebelum yakin ia tidak akan pergi sebelum 238

Page 239: Gadis Misterius

yakin ia akan beristirahat.

Tetapi mereka tidak mengetahui Maria hanya pura-pura tidur.

“Ia telah tertidur,” kata Mrs. Vye.

“Sebaiknya kita meninggalkannya agar ia bisa tidur dengan tenang,”

kata Alexander.

Mrs. Vye segera meninggalkan kamar Maria sedangkan Alexander

masih mengawasi Maria yang pura-pura tidur.

Maria tahu Alexander masih berada di kamarnya dan ia khawatir

Alexander tahu ia hanya pura-pura saja.

Alexander mendekati Maria. Ia menyentuh wajah Maria sebelum

mencium pipi gadis itu. Setelah itu ia meniggalkan kamar Maria.

Maria terkejut sekali dengan tindakan Alexander yang tidak diduganya.

Jantungnya masih berdebar keras ketika terdengar suara Mrs. Vye dan

Alexander menjauhi pondok itu.

Sesaat setelah kepergian mereka, ia segera bangkit dan meninggalkan

pondok Mrs. Vye setelah kereta kuda Alexander menghilang.

Maria beruntung tidak ada yang melihatnya meninggalkan pondok Mrs.

Vye.

Ia baru akan menuju kamar Lady Debora ketika pintu depan diketuk

seseorang.

Maria membuka pintu itu dan terkejut melihat Marcel berdiri di sana.

Maria beruntung pria itu tidak mengenalinya.

“Selamat siang. Adakah yang dapat saya bantu?” tanya Maria.

“Aku ingin bertemu Lady Debora,” kata Marcel.

Maria memandang ke tangga kemudian berkata, “Masuklah. Saya akan

segera memanggil Lady Debora.”

Tanpa berkata apa-apa Marcel segera mengikuti Maria memasuki

Ruang Besar.

Setelah membungkuk hormat, Maria segera menuju kamar Lady

Debora.

Dengan cemas, ia mengetuk pintu kamar itu.

“Masuk,” bentak Lady Debora dari dalam.

“Apa yang kauinginkan?” bentak Lady Debora ketika melihatnya

muncul dari balik pintu.

“Tuan Muda Marcel ingin menemui Anda, Tuan Puteri. Ia sedang

menanti di Ruang Besar.”239

Page 240: Gadis Misterius

“Marcel datang!?” tanya Lady Debora antusias.

“Ya, Tuan Puteri.”

“Cepat bantu aku berdandan,” kata Lady Debora tanpa mempedulikan

lagi kejengkelannya pada Maria.

Setelah yakin penampilannya menarik, Lady Debora bersiap-siap

menemui Marcel. Ia membuka pintu dan hendak melangkah keluar ketika ia

tiba-tiba berhenti.

“Jangan biarkan siapapun menggangguku!” katanya.

“Tetapi Tuan Puteri bagaimana bila Tuan Muda Alexander juga ingin

menemui Anda?” tanya Maria tanpa mengerti mengapa ia bertanya seperti

itu.

“Ia tidak akan datang. Dan bila ia datang, jangan engkau ijinkan untuk

bertemu denganku. Mengerti?”

“Mengapa Anda bisa memilih dua pria dalam waktu yang bersamaan?”

tanya Maria.

“Untuk apa engkau turut campur. Lakukan saja apa yang kukatakan.

Ingat, aku tidak ingin diganggu.”

Maria menggelengkan kepalanya, “Saya heran mengapa seorang

wanita bisa tertarik pada dua pria pada waktu yang bersamaan. Sebenarnya

siapakah yang yang Anda cintai di antara mereka?”

“Itu bukan urusanmu, anak kecil. Siapapun yang aku cintai itu bukan

urusanmu,” kata Lady Debora sambil membanting pintu.

Maria mencoba menasehati Lady Debora tetapi ia gagal. Ia tahu sifat

menurun Lady Debora yang diperolehnya dari Baroness Lora tidak dapat

dirubah. Maria tidak dapat berbuat apa-apa karenanya.

Suara ketukan pintu yang terdengar beberapa saat kemudian membuat

Maria segera berlari membuka pintu itu.

Maria terkejut sama seperti pria itu yang terkejut melihatnya.

“Mengapa engkau di sini, Maria? Bukankah engkau kusuruh tidur?”

tanya Alexander.

“Maafkan saya, tetapi saya tidak dapat melanggar kewajiban saya.

Mengapa Anda kembali?”

“Aku ingin bertemu Lady Debora. Apakah ia ada?”

“Ia ada di Ruang Duduk tetapi saat ini ia tidak ingin diganggu,” kata

Maria.

“Aku harus menemuinya,” kata Alexander bersikeras.240

Page 241: Gadis Misterius

“Jangan! Lady Debora telah berulang kali mengatakan kepadaku bahwa

ia tidak ingin diganggu,” Maria mencoba mencegah Alexander.

“Maria, engkau telah tahu aku tidak dapat dicegah. Sekarang

minggirlah aku ingin menemuinya,” kata Alexander sambil mendorong lembut

Maria ke sampingnya.

“Jangan, Anda tidak boleh menemuinya,” cegah Maria.

Maria mencoba mencegah pria itu membuka pintu yang

menghubungkan Ruang Besar dengan Ruang Duduk, tetapi terlambat.

Maria melihat wajah Alexander tampak tegang. Ia tidak berani melihat

apa yang telah dilihat Alexander sehingga pria itu tampak sangat marah

tetapi ia tetap melihatnya. Maria terkejut ketika melihat Lady Debora sedang

merangkulkan tangannya dengan mesra di sekeliling leher Marcel.

Maria menatap cemas Alexander. Pria itu tampak geram sekali. Topi

yang dibawanya dilemparkan ke dalam ruangan itu dan mengejutkan kedua

orang itu.

Topi yang dikenakan Lady Debora ketika ia pergi ke Death Rocks jatuh

di dekat kaki Lady Debora. Wanita itu menatap pintu yang terbuka dan

terkejut.

Alexander bergegas meninggalkan ruangan itu.

Maria mengejar pria itu. Ia cemas sekali melihat kemarahan pria itu.

Alexander membalikkan badan ketika melihatnya mendekat.

“Seharusnya sejak dulu aku sadar siapa engkau. Engkau sama saja

seperti Lady Debora. Kalian tak lebih dari wanita yang hanya mengincar harta

pria kaya.”

“Tetapi, Al…” kata Maria mencoba membela dirinya.

“Jangan memanggilku Al!” bentak Alexander, “Cukup sudah aku engkau

bodohi dengan wajah cantikmu. Semua wanita sama saja, berwajah cantik

tetapi berhati iblis.”

“Engkau tidak mengerti,” kata Maria dengan sedih.

“Ya, sejak awal aku memang tidak mengerti siapa sebenarnya dirimu

tetapi sekarang aku tahu. Engkau tidak lebih dari wanita murahan. Aku

mengucapkan selamat untukmu, engkau berhasil membuatku yakin engkau

adalah bidadari. Ya, mungkin engkau memang bidadari tetapi bidadari yang

berhati iblis,” kata Alexander tajam.

Maria terkejut mendengar kata-kata kasar itu. Ia tidak pernah

mengharapkan cinta Alexander tetapi ia juga tidak mengharapkan pria itu 241

Page 242: Gadis Misterius

mengatakan kata-kata sekasar itu kepadanya.

“Mengapa? Engkau tidak dapat membela dirimu lagi karena aku telah

membuka kemisteriusan yang selama ini menutupimu. Aku curiga engkau

sejak awal tidak pernah hilang ingatan, engkau hanya pura-pura saja.”

Maria tidak menyadari air mata mulai membasahi mata ungunya.

“Percuma saja menangis! Aku tidak akan terpengaruh. Aku tidak ingin

melihatmu lagi.”

Alexander membuktikan ucapannya dengan menaiki kereta kudanya

dan segera menghilang di jalan.

Maria menghapus air matanya yang tak mau berhenti turun.

Hatinya terasa bagaikan teriris-iris. Ia merasa sedih mendengar kata-

kata kasar yang ditujukan Alexander padanya. Ia ingin menangis tersedu-

sedu tetapi suara langkah kaki seseorang membuatnya tidak melakukannya.

Marcel segera meninggalkan Sidewinder House seperti Alexander.

Lady Debora berteriak-teriak di depan pintu memanggil Marcel tetapi

pria itu tidak peduli.

“Marcel, engkau hendak ke mana?” seru Lady Debora tanpa mendapat

jawaban dari Marcel.

Marcel terus melangkahkan kakinya meninggalkan Sidewinder House.

Dan ketika pria itu mengendarai kudanya menjauh dari Sidewinder House,

Lady Debora masuk ke dalam rumah.

Maria segera berlari mengikuti Lady Debora yang dengan marah-marah

memasuki Sidewinder House.

Lady Debora membalikkan badannya ketika mengetahui Maria

mengikutinya.

“Apa lagi yang kauinginkan?” bentaknya.

“Maafkan saya. Saya….”

“Cukup sudah engkau merusak semua rencanaku,” potong Lady

Debora.

Maria mendekati Lady Debora yang hampir tiba di ujung tangga dan

berkata, “Saya telah mencoba melarang…”

Sekali lagi Lady Debora memotong perkataan Maria, “Ya, engkau telah

melarang. Melarang apa? Melarang Alexander mencintaiku? Padahal aku

yakin Alexander sudah hampir jatuh cinta padaku tetapi engkau

mengacaukannya. Aku muak melihatmu. Pergi!”

Tindakan Lady Debora yang tak diduga itu membuat Maria tidak dapat 242

Page 243: Gadis Misterius

menjaga keseimbangannya sehingga tubuhnya terhempas begitu saja dari

ujung tangga itu.

Lady Debora tidak peduli melihat jatuh terguling dari tangga itu, ia terus

melangkahkan kakinya ke kamarnya dan membantingnya dengan keras.

Mrs. Vye yang berada di tempat itu memanggil cemas Maria yang terus

terguling di tangga kayu yang keras itu.

“Maria… Maria…. Oh, Maria…, Maria….”

243

Page 244: Gadis Misterius

14

Panggilan Mrs. Vye terus bergema di telinga Maria.

Mula-mula panggilan itu terdengar jelas, “Maria… Maria… Maria.” Tetapi

tak lama kemudian panggilan itu terdengar lain.

Maria berusaha menangkap panggilan yang terasa tak asing lagi di

telinganya itu.

“Maria… Maria… Mar… Ma… Mi… Miner… Minerva… Princess Minerva….

Bangun Princess. Anda berkata ingin melihat matahari terbit dari puncak

Death Rocks.”

Princess Minerva membuka matanya perlahan-lahan dan melihat langit

yang mulai memerah di sekitar Holly Mountain.

“Indah sekali, Mrs. Wve.”

“Tentu saja, Princess Minerva. Ini pertama kalinya Anda melihat

matahari terbit dari Death Rocks di musim semi,” kata Mrs. Wve.

“Aku ingin waktu berhenti di sini agar aku dapat terus melihat

keindahan ini. Tetapi bila keinginanku itu terkabul, segalanya akan berubah

bukan?”

Mrs. Wve tertawa mendengarnya. “Para dewa pasti akan berkenan

memberi kesempatan kepada Anda untuk melihat pemandangan ini."

Mrs. Wve memperhatikan Princess Minerva yang asyik memandang

langit di belakang Holly Mountain yang mulai terang.

“Sayang sekali tahun ini kita tidak dapat pulang ke Istana,” kata Mrs.

Wve.

Princess Minerva menatap sedih pada Mrs. Wve, “Maafkan aku, Mrs.

Wve. Sebenarnya aku juga ingin pulang tetapi aku tidak dapat. Andai Al

menuruti pesanku, kita pasti dapat pulang ke Istana tahun ini.”

“Jangan berkata seperti itu, Princess Minerva. Pangeran pasti sedih, ia

melakukannya karena ia menyayangi Anda.”

“AKu mengerti, Mrs. Wve. Aku sedang berpikir bagaimana aku membuat

semua menteri dan semua orang di Istana kebingungan karena aku tiba-tiba

memutuskan tidak pulang ke Istana tahun ini.”

“Semua orang pasti kecewa, Princess. Anda tiba-tiba memutuskan 244

Page 245: Gadis Misterius

untuk pergi ke Castil Yonga,” kata Mrs. Wve.

Princess Minerva tersenyum, “Aku percaya padamu, Mrs. Wve. Aku

menyesal telah membuat mereka semua kecewa tetapi mereka telah

mengetahui sebelumnya bahwa aku tidak ingin diadakan pesta besar. Aku

telah menegaskannya sebelumnya. Sebulan sebelum aku kembali, aku telah

mengirim surat itu tetapi mereka tetap mempersiapkannya.”

“Kami semua ingin merayakan secara besar-besaran pesta ulang tahun

Anda yang kedelapan belas, Princess.”

“Aku tahu, Mrs. Wve. Tetapi mereka mengabaikan permintaanku, maka

aku juga tidak dapat disalahkan bila secara tiba-tiba aku meminta Durant

mengarahkan kereta ke Castil Yonga,” kata Princess Minerva.

“Saat itu kita belum memasuki kota Xoechbee, jadi kita masih

beruntung. Tidak ada penduduk yang menyadari Anda membelokkan arah

kereta sehingga mereka tidak sempat mencegah Anda.”

“Al sangat marah ketika ia tiba di Castil, Mrs. Wve.”

“Itu wajar, Princess, Anda telah membuat semua rencananya gagal.”

Princess Minerva tersenyum, “Al mengatakan aku adalah pengacau

rencana orang lain nomor satu di Kerajaan Zirva. Katanya, aku telah

membuat Istana gempar ketika surat keduaku dari Death Rocks tiba, mereka

yang telah mempersiapkan pesta untukku terpaksa membatalkannya.”

“Saya merasa geli ketika melihat Pangeran lebih marah daripada Raja

maupun Ratu,” kata Mrs. Wve.

“Itu tidak aneh, Mrs. Wve. Ialah yang merencanakan semua ini.”

Princess Minerva tersenyum ketika membayangkan kembali kemarahan

kakaknya karena Princess Minerva yang akan dikejutkan ternyata telah

mengejutkan kakaknya terlebih dulu.

“Mengapa engkau diam-diam pergi ke Castil?” tanya Alcon saat

melihatnya.

“Karena aku tidak ingin ada pesta besar untuk ulang tahunku,” jawab

Princess Minerva sambil tersenyum manis.

Walaupun Alcon ingin sekali memeluknya tetapi ia tetap tidak

melakukannya. “Ini ulang tahunmu yang kedelapan belas, Minerva. Dan

setelah ini kami tidak dapat memanggilmu putri kecil lagi. Karena itu kami

ingin merayakannya dengan besar-besaran.”

“Al, aku telah menulis surat kepadamu sebulan yang lalu.”

“Ya, aku telah menerimanya tetapi aku tidak dapat melakukan apa 245

Page 246: Gadis Misterius

yang kauminta.”

Princess Minerva tersenyum lagi, “Karena engkau tidak dapat

menolakku dan karena engkau tidak ingin aku merayakan ulang tahunku

yang kedelapan belas ini dengan pesta biasa, maka engkau diam-diam

merencanakan pesta besar itu dan mengusahakannya agar aku tidak tahu

sebelum ulang tahunku.”

Alcon mengangguk, “Dari mana engkau mengetahuinya?”

“Aku telah menduga sebelumnya ketika aku melihat suasana di

Xoechbee berbeda dari biasanya. Aku merasa kota itu lebih meriah

dibandingkan sebelumnya, maka kemudian aku meminta Durant

mengantarku ke sini,” kata Princess Minerva.

Alcon tersenyum menuduh, “Dan engkau membuat aku kebingungan

ketika menerima suratmu yang menjelaskan engkau tidak pulang ke Istana

tahun ini tetapi ke Castil Yonga.”

Princess Minerva tersenyum melihat kemarahan kakaknya yang hampir

meledak.

“Dan karena itu pula aku terpaksa membatalkan semua rencanaku dan

akhirnya harus ikut mengungsi ke Castil Yonga untuk merayakan ulang

tahunmu.”

Alcon menatap menuduh wajah adiknya, “Selain itu aku juga harus

membatasi orang yang kuundang ke pestamu.”

“Maafkan aku, Al. Tetapi engkau tahu aku tidak suka menjadi pusat

perhatian,” kata Princess Minerva, “Karena itu pula tahun ini aku tidak ke

Istana seperti biasanya.”

“Tidak apa-apa, Minerva. Seharusnya aku yang minta maaf bukan

engkau,” kata Alcon sambil memeluk adiknya. “Sejak tadi aku ingin sekali

melakukan ini tetapi aku masih harus marah kepadamu,” kata Alcon sambil

tersenyum.

“Aku tahu engkau akan marah bila bertemu denganku, Al.”

“Sayang sekali kita tidak dapat mengundang banyak orang,” kata

Alcon, “Sebenarnya Castil ini sangat luas tetapi sayang Death Rocks sangat

terjal dan sulit didekati sehingga aku hanya dapat mengundang sedikit orang

yang berani mengambil resiko jatuh di sana selain itu aku masih harus

menghadapimu bila aku berani mengundang banyak orang ke Castil ini.”

“Al, aku senang engkau masih ingat apa yang kukatakan,” kata Princess

Minerva sambil mempererat pelukannya.246

Page 247: Gadis Misterius

Alcon tertawa, “Aku pasti ingat semua yang kaukatakan. Aku masih

ingat ceritamu tentang tebing itu.”

“Engkau selalu merebut Minerva,” tegur Raja yang sejak tadi diam

memandang kedua putranya.

Ratu tersenyum melihat kejengkelan suaminya, melihat kemesraan

yang ditunjukkan kedua putranya.

Alcon menahan adiknya yang ingn menyambut kedua orang tuanya. Ia

tersenyum nakal kepada ayahnya ketika ia membopong adiknya memasuki

Castil.

Princess Minerva masih memperhatikan matahari yang mulai

menunjukkan keseluruhan dirinya ketika tiba-tiba kereta berguncang sangat

keras.

“Apa yang terjadi, Mrs. Wve?” tanya Princess Minerva.

“Saya tidak mengerti, Princess. Saya akan menanyakannya pada

Durant,” kata Mrs. Wve.

Sebelum Mrs. Wve bertanya, Durant telah berseru, “Jangan khawatir!

Kerikil di sini sangat besar tetapi aku bisa mengatasinya. Kalian berpegangan

saja.”

“Anda harus berpegangan yang erat, Princess,” kata Mrs. Wve.

Princess Minerva menuruti perkataan Mrs. Wve. Ia memegang erat-erat

tepi jendela tanpa melepaskan matanya dari matahari yang semakin nampak

bulat.

Tiba-tiba kereta yang ditumpanginya miring dan sesudah itu segalanya

berjalan dengan cepat.

Princess Minerva merasa pintu di sampingnya membuka. Ia tidak siap

menghadapi itu dan merasakan tubuhnya terhempas keluar dari kereta itu. Ia

melihat Mrs. Wve mengulurkan tangannya berusaha untuk menariknya.

Princess Minerva juga mengulurkan tangannya tetapi jarak mereka

terlalu jauh sehingga tangan mereka tidak dapat saling bersentuhan.

Menyadari hal itu, Princess Minerva tersenyum pada Mrs. Wve dan Durant

yang diikuti tertiupnya tubuhnya oleh angin keras yang tiba-tiba bertiup.

Sebelum segalanya menjadi gelap, Princess Minerva melihat matahari

bersinar kemerahan seperti darah di ufuk timur dan ia merasa tubuhnya

sangat ringan. Ia juga melihat keretanya terjatuh dari tepi Death Rocks tetapi

dahan pohon yang tumbuh di sisi tebing itu menahan kereta itu.

Princess Minerva memalingkan kepalanya ke puncak Holly Mountain 247

Page 248: Gadis Misterius

yang selalu terlihat megah kemudian menutup matanya dan merasakan

tubuhnya yang terus meluncur ke bawah.

Sebelum semuanya benar-benar menjadi gelap, Princess Minerva masih

memanggil nama seseorang.

“Maria! Maria!”

Suara orang yang terus menerus memanggilnya membuat Princess

Minerva tersadar.

Ketika Princess Minerva membuka matanya, Princess Minerva tidak tahu

di mana ia berada. Princess Minerva melihat sekeliling ruangan itu dan

melihat seorang wanita duduk dengan cemas di sisi tempat tidurnya.

“Engkau baik-baik saja, Maria?” tanya wanita itu.

“Maria?” ulang Minerva bingung. Perlahan-lahan ingatannya kembali. Ia

ingat ia telah terdampar di tempat ini dan ditemukan oleh Mrs. Vye. Ia telah

berada dalam perlindungan wanita itu sebagai seorang gadis yang hilang

ingatan bernama Maria.

Sekarang ia berada di kamarnya di pondok Mrs. Vye, wanita yang telah

menjaganya selama ia tidak dapat mengingat masa lalunya.

Princess Minerva mengangguk perlahan.

“Oh, syukurlah. Aku sangat cemas ketika melihat engkau jatuh dari

ujung tangga itu. Apakah engkau yakin engkau baik-baik saja, Maria?”

Sekali lagi Princess Minerva mengangguk perlahan.

“Tunggulah di sini, Maria. Aku akan melihat apakah Mr. Liesting telah

kembali,” kata Mrs. Vye, “Setelah memanggil beberapa orang untuk

membawamu ke sini, ia segera pergi memanggil dokter.”

“Tidak perlu!” bentak seseorang yang tiba-tiba membuka pintu kamar.

Princess Minerva tidak terkejut ketika melihat Baroness Lora berdiri

dengan wajah yang penuh dengan kemarahan dan kemenangan.

Sebaliknya Mrs. Vye terkejut sekali ketika melihat wanita itu muncul

dengan wajahnya yang menakutkan.

“Sekarang juga engkau harus meninggalkan rumahku,” kata Baroness

Lora, Engkau telah mendengar sendiri dari anakku, ia tidak ingin melihatmu

lagi.”

“Tetapi…,” sela Mrs. Vye.

“Sekarang juga!” kata Baroness Lora dengan lantang.

“Tetapi, Yang Mulia, ia baru saja jatuh dari tangga,” kata Mrs. Vye yang

mulai marah.248

Page 249: Gadis Misterius

“Itu kesalahannya sendiri mengapa ia berani merusak rencana putriku

dan sekarang ia harus meninggalkan rumah ini. Aku tidak sudi memelihara

orang yang tidak berguna lagi.”

“Tetapi Maria belum dapat mengingat masa lalunya,” kata Mrs. Vye.

Princess Minerva mendengar nada kemarahan yang ditahan oleh Mrs.

Vye. Ia mengulurkan tangannya hendak menenangkan wanita itu tetapi

kepalanya yang tadi terbentur tangga sewaktu ia jatuh, tiba-tiba sakit

membuat ia terpaksa menarik kembali tangannya.

“Apa hubungannya denganku? Sejak semula aku memang telah

mengatakan ia bukan gadis baik-baik tetapi karena putriku menginginkan ia

tinggal maka aku mengijinkan dia tinggal. Tetapi sekarang putriku tidak lagi

membutuhkannya. Dan itu artinya ia harus pergi.”

“Ke mana Maria harus pergi?”

“Aku tidak peduli. Sekarang juga ia harus meninggalkan rumahku. Aku

tidak ingin wanita murahan di rumahku,” bentak Baroness Lora.

Mrs. Vye ingin membela Maria lagi tetapi wanita itu telah

mendahuluinya.

“Lakukan sekarang juga! Ingat aku yang berkuasa di sini sekarang,”

kata Baroness Lora sambil membanting pintu.

“Jangan kaudengarkan wanita itu, Maria,” kata Mrs. Vye, “Aku tidak

akan membiarkan ia menyakitimu.”

Walaupun Mrs. Vye telah berkata seperti itu tetapi Princess Minerva

membuat keputusan lain.

“Tolong panggilkan kereta untuk saya, Mrs. Vye,” kata Princess

Minerva.

“Untuk apa, Maria? Ia tidak akan dapat menyakitimu selama aku masih

ada,” kata Mrs. Vye bersikeras.

“Mrs. Vye, tolong jangan bersikeras lagi. Anda telah mendengar sendiri

mereka tidak ingin melihat saya lagi. Tolong panggilkan kereta untuk saya,”

kata Princess Minerva.

Mrs. Vye terdiam.

Princess Minerva menggunakan kesempatan itu untuk membujuk Mrs.

Vye lagi, “Tolonglah, Mrs. Vye. Saya membutuhkan kereta itu sekarang juga.”

“Aku tahu,” kata Mrs. Vye tiba-tiba, “Engkau dapat pergi ke Blueberry

House. Tuan Muda Alexander pasti dapat membantumu.”

Mendengar nama itu disebut, hati Princess Minerva terasa pilu.249

Page 250: Gadis Misterius

Bagaimana ia dapat meminta bantuan kepada pria yang juga menolak

bertemu dengannya, dengan pria yang membuat hatinya hancur.

“Tolonglah, Mrs. Vye,” kata Princess Minerva tanpa mengatakan yang

lain.

“Tunggulah sebentar, Maria. Aku pasti akan menemukan kereta kuda

untukmu,” kata Mrs. Vye.

Setelah kepergian Mrs. Vye, Princess Minerva bangkit dari tempat tidur.

Kepalanya yang masih terasa sakit membuat ia tidak dapat bergerak

dengan bebas. Dengan perlahan-lahan ia berusaha mendekati almari.

Sambil menanti kedatangan Mrs. Vye, ia mengganti gaun pelayan yang

dikenakannya dengan gaun putih milik Lady Debora yang belum pernah

dipakainya.

Ketika ia melihat gaun merah muda pemberian Alexander, ia menangis.

“Sekarang semuanya telah jelas, Al hanya mencintai Lady Debora,”

katanya pilu sambil menyentuh gaun itu.

Princess Minerva segera menyeka air matanya ketika mendengar suara

Mrs. Vye di depan pondok. Setelah menutup kembali almari itu, ia segera

membuka pintu kamarnya.

Mrs. Vye terkejut ketika melihat Princess Minerva berdiri di dekat pintu.

“Apakah engkau akan pergi sekarang?” tanyanya.

Princess Minerva tersenyum. Walaupun hatinya sedih, tetapi ia tetap

dapat tersenyum manis seperti biasanya. “Anda telah mendengar apa yang

dikatakan Baroness Lora.”

“Tunggulah aku, Maria. Aku ikut denganmu,” kata Mrs. Vye.

“Saya akan senang sekali, Mrs. Vye. Tetapi perjalanan yang akan saya

lakukan ini sangat jauh,” kata Princess Minerva.

“Tidak apa-apa, Maria. Aku tidak ingin engkau pergi sendirian dalam

keadaan seperti itu,” kata Mrs. Vye bersikeras.

“Saya baik-baik saja, Mrs. Vye.”

Tiba-tiba kepala Princess Minerva yang tadi terbentur kembali terasa

pening. Princess Minerva memegang pegangan pintu.

Princess Minerva memegangnya dengan sangat erat sehingga jari-

jarinya tampak memutih. Rambut panjang Princess Minerva menutupi

wajahnya yang tiba-tiba memucat.

Mrs. Vye mendekati Princess Minerva dan memegang tangannya, “Ada

apa denganmu, Maria? Engkau pucat sekali.”250

Page 251: Gadis Misterius

Princess Minerva memaksa dirinya menggeleng, “Tidak apa-apa, Mrs.

Vye. Saya baik-baik saja.”

“Engkau yakin, Maria?” kata Mrs. Vye tak percaya, “Aku ikut

denganmu.”

Princess Minerva menyentuh tangan Mrs. Vye yang memegang

tangannya dan berkata, “Tidak, Mrs. Vye. Perjalanan ini sangat jauh.”

“Justru karena jauh itulah, maka aku harus ikut. Aku tidak ingin sesuatu

yang tak kuharapkan terjadi padamu. Aku akan ikut denganmu sekali pun

engkau akan menuju ujung dunia,” kata Mrs. Vye bersikeras.

“Tidak, Mrs. Vye. Semua orang yang ada di sini membutuhkan Anda.”

Princess Minerva melepaskan pegangannya pada pintu kamarnya dan

mulai melangkahkan kaki.

“Ke mana engkau akan pergi, Maria?”

Princess Minerva menjawab pertanyaan itu dengan tersenyum. “Kusir

kuda itu telah menanti saya, Mrs. Vye. Saya tidak boleh membuatnya

menunggu saya terlalu lama.”

Ketika Princess Minerva membuka pintu depan pondok itu, Mrs. Vye

tiba-tiba berseru,

“Tunggu, Maria. Aku akan ikut. Aku tidak peduli ke mana engkau akan

pergi. Aku akan dan harus ikut denganmu. Aku tidak dapat membiarkan

engkau pergi dalam keadaan seperti itu. Engkau bisa sakit dalam perjalanan

nanti.”

“Semua orang di sini membutuhkan Anda, Mrs. Vye,” kata Princess

Minerva mengingatkan.

“Tidak akan ada yang membutuhkan aku. Yang Mulia pasti senang bila

aku dapat meninggalkan tempat ini. Sejak dulu ia sangat mengharapkan aku

pergi jauh dari Obbeyville.”

“Bagaimana dengan Mrs. Fat, Mrs. Dahrien, dan Mr. Liesting?”

Mrs. Vye terdiam. “Mereka memang akan kehilangan diriku bila aku

pergi tetapi mereka akan memarahiku bila membiarkanmu pergi dalam

keadaan seperti ini. Mereka pasti mengerti. Aku dapat menemui mereka lagi

setelah mengantarmu.”

“Bagaimana bila Anda tidak dapat kembali?” tanya Princess Minerva.

Mrs. Vye terdiam lagi.

Princess Minerva memanfaatkan keheningan itu untuk membuka pintu

dan berkata, “Selamat tinggal, Mrs. Vye. Maafkan saya yang telah 251

Page 252: Gadis Misterius

merepotkan Anda selama ini.”

Princess Minerva melangkahkan kakinya meninggalkan pondok Mrs.

Vye.

“Apakah Anda dapat mengantarkan saya ke tempat yang sangat jauh

dari sini?” tanya Princess Minerva kepada kusir kuda yang berdiri di depan

pintu kereta.

“Ke mana Anda akan pergi?” tanya kusir kuda itu.

“Saya ingin pergi ke Xoechbee,” jawab Princess Minerva.

Pekikan terkejut di belakangnya membuat Princess Minerva

membalikkan badannya.

“Engkau akan ke sana? Tunggulah aku,” kata Mrs. Vye.

Sebelum Princess Minerva berkata apa-apa untuk mencegah wanita tua

itu, Mrs. Vye telah berlari ke dalam rumah.

Princess Minerva kebingungan. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Apakah

ia harus menunggu atau pergi sebelum Mrs. Vye muncul.

Sebelum Princess Minerva memutuskan tindakannya, Mrs. Vye telah

muncul dengan membawa sebuah mantel yang tebal di tangannya.

Princess Minerva hendak mengatakan sesuatu tetapi Mrs. Vye telah

mendahuluinya.

“Eido, engkau mau mengantarkan Maria, bukan?” kata Mrs. Vye.

“Tentu, Mrs. Vye.”

“Tempat itu sangat jauh. Anda terpaksa meninggalkan keluarga Anda

bila Anda bersedia,” kata Princess Minerva.

“Jangan khawatir, Miss. Saya tidak mempunyai keluarga lagi, kedua

orang tua saya telah meninggal sejak saya masih kecil dan satu-satunya

orang yang merawat saya sejak kematian orang tua saya juga baru

meninggalkan saya,” kata pria itu.

Princess Minerva terpana, “Maafkan saya.”

“Tidak apa-apa, Miss. Naiklah dan saya akan segera mengantarkan

Anda.”

Pria itu hendak membantu Princess Minerva naik tetapi Princess

Minerva menolakkanya. Princess Minerva memilih untuk menaiki kereta itu

sendiri daripada dibantu.

Mrs. Vye mengikuti Princess Minerva naik ke kereta.

Princess Minerva terkejut. “Mrs. Vye, Anda?”

“Sekarang engkau tidak dapat lagi melarangku, Maria. Aku harus ikut 252

Page 253: Gadis Misterius

denganmu. Perjalanan yang kautempuh ini sangat jauh,” kata Mrs. Vye

dengan tersenyum.

“Bagaimana dengan keluarga Sidewinder, Mrs. Vye?”

“Jangan khawatir, Maria. Aku telah menjelaskannya kepadamu, mereka

tidak akan merasa kehilangan aku.”

“Tetapi bagaimana dengan Mrs. Fat, Mrs. Dahrien, dan Mr. Liesting?”

Mrs. Vye memegang tangan Maria. “Sudahlah, Maria. Mereka pasti akan

mengerti lagipula setelah mengantarmu aku dapat menemui mereka lagi.

Sekarang duduklah yang nyaman dan pejamkan matamu. Engkau tampak

semakin pucat.”

Mrs. Vye duduk di samping Princess Minerva dan berkata kepada kusir

kuda, “Mari kita berangkat, Eido.”

Kereta mulai bergerak perlahan meninggalkan pondok Mrs. Vye.

Princess Minerva memandangi pondok Mrs. Vye yang mulai menghilang

di balik Sidewinder House.

Matanya terus mengawasi Sidewinder House yang semakin mengecil

dan akhirnya menghilang. Saat itu ia tahu sangat kecil kemungkinan ia dapat

ke tempat ini lagi, tempat yang telah merebut tempat di hatinya.

Sejak tinggal di Obbeyville, Princess Minerva tahu ia tertarik dengan

keindahan tempat ini. Dengan pohon-pohonnya yang mulai menguning di

awal musim panas. Dengan bunga zinnianya yang indah.

Princess Minerva tahu ia akan merindukan Sidewinder House dan

suasananya yang penuh kegembiraan di tengah pelayan lainnya dan

kemarahan-kemarahan baik Baroness Lora maupun Lady Debora yang telah

menjadi bagian dari hidupnya selama tiga bulan terakhir ini.

Ia akan kehilangan semua yang telah menjadi bagian kehidupannya di

Obbeyville. Keindahan Obbeyville tak akan dapat dilihatnya lagi.

Princess Minerva tidak akan dapat melihat wajah Obbeyville di musim

panas lagi. Ia tidak akan dapat melihat lagi keindahan bunga zinnia yang

bermekaran di tepi Sungai Alleghei. Ia tidak akan dapat melihat halaman

Sidewinder House yang ditatanya bersama Mr. Liesting. Tidak juga dedaunan

yang selalu berserakan di atas rumput yang menguning. Ia tidak akan dapat

menemui Ityu lagi dan bercerita banyak tentang mitos-mitos yang ingin

diketahui anak itu. Princess Minerva juga tahu ia tidak akan dapat bermain

lagi dengan anak-anak Obbeyville di tepi Sungai Alleghei yang selalu bersinar.

Princess Minerva menutup matanya sebelum air matanya menetes. 253

Page 254: Gadis Misterius

Tetapi ia segera membukanya lagi ketika bayangan seseorang muncul saat ia

menutup matanya.

Dari semua rasa kehilangan yang turut bersamanya, Princess Minerva

merasa paling kehilangan Alexander. Sejak menyadari ia mencintai pria itu,

Princess Minerva tidak pernah mengharapkan cinta Alexander. Ia mengerti

bila Alexander memilih Lady Debora daripada dirinya. Walaupun Lady Debora

mirip dengan ular betina yang buas tetapi tidak dapat disangsikan lagi

kecantikan wanita itu. Lady Debora sangat cantik secantik ibunya, Baroness

Lora. Tidak mengherankan bila Alexander mencintainya.

Kata-kata kasar Alexander yang ditujukan kepadanya dengan penuh

kemarahan masih terngiang jelas di telinga Princess Minerva. Masih

terbayang jelas bagaimana wajah Alexander yang dipenuhi kemarahan.

Mata Alexander yang dingin tampak semakin dingin. Mata itu menatap

tajam padanya dan mengiringi kata-katanya yang menyayat hatinya, seakan-

akan Alexander tidak hanya melukainya melalui kata-kata saja tetapi juga

melalui tatapannya yang tajam.

Wajah Alexander yang biasanya selalu tersenyum tampak sangat

menakutkan.

Terkenang saat-saat bahagianya dengan Alexander, Princess Minerva

ingin menangis. Tetapi Princess Minerva juga tahu tidak ada yang dapat

dilakukannya untuk mengembalikan saat-saat itu.

Ketika Alexander berkata tajam ‘Aku tidak ingin melihatmu lagi’ dengan

penuh kemarahan, Princess Minerva tahu pria itu benar-benar tidak

mengharapkan lagi dan tidak pernah ingin bertemu lagi dengannya.

Princess Minerva tahu walaupun ia dapat kembali ke Obbeyville di hari-

hari yang akan datang, tetapi saat itu akan sangat berbeda dengan saat-saat

yang telah ia lalui di Obbeyville.

Ia tidak akan dapat menemui Alexander lagi walaupun ia ingin bertemu

dengannya. Alexander pasti akan menolak bertemu dengannya. Princess

Minerva percaya Alexander akan memilih untuk pergi jauh daripada bertemu

dengannya, gadis yang dianggapnya hina.

Princess Minerva semakin sedih bila ia mengingat wajah Duchess yang

penuh kasih sayang seperti ibunya juga Blueberry House yang indah dengan

bunga-bunga mawarnya dan pintu gerbang putihnya yang megah.

Princess Minerva bisa saja tetap tinggal di Obbeyville tanpa

mengatakan ia telah mengingat semua masa lalunya, tetapi ia tidak dapat 254

Page 255: Gadis Misterius

mengabaikan ibunya yang dikabarkan jatuh sakit.

Princess Minerva tidak dapat mengabaikan perasaan rindunya pada

kakaknya, Pangeran Alcon dan semua orang yang ada di Istana Plesaides.

Apalagi pengasuhnya, Mrs. Wve yang pasti juga akan merasa sangat

kehilangan dirinya.

Princess Minerva tahu ia harus kembali ke Istana Plesaides agar tidak

membuat Mrs. Wve terutama Durant, kusir kuda yang mengantarkannya

ketika kecelakaan itu terjadi merasa bersalah karena telah menyebabkan

kecelakaan itu terjadi sehingga ia menghilang.

Princess Minerva menutup matanya yang mulai membasah dan

mencoba tertidur serta berhenti memikirkan kesedihan yang tidak akan dapat

dengan mudah dihapuskan dari hatinya.

255

Page 256: Gadis Misterius

15

Setelah melalui perjalanan panjang dan melelahkan, akhirnya mereka

memasuki kota Xoechbee.

Sesaat setelah mereka meninggalkan Obbeyville, cuaca masih terang.

Tetapi beberapa saat kemudian hujan deras terus menerus menganggu

perjalanan mereka ditambah lagi keadaan Princess Minerva yang semakin

memburuk.

Selama beberapa kali, Mrs. Vye menghentikan kereta di penginapan

dan memaksa Princess Minerva untuk tinggal beberapa hari tetapi Princess

Minerva selalu menolaknya.

Princess Minerva bersikeras segera pergi ke Xoechbee tanpa

menjelaskan apa-apa kepada Mrs. Vye maupun kepada Eido. Hanya hujan

deraslah yang membuat Princess Minerva terpaksa membatalkan perjalanan

panjangnya. Kadang-kadang keadaan Princess Minerva terus memburuk

sehingga gadis itu menjadi sangat lemah.

Saat itulah Mrs. Vye memanfaatkan keadaan untuk berhenti dan

menginap selama beberapa hari di penginapan yang mereka temui hingga

Princess Minerva pulih kembali.

Bila Princess Minerva mulai pulih, Mrs. Vye tidak segera memutuskan

untuk berangkat walaupun Princess Minerva telah memaksanya.

Princess Minerva tidak dapat berbuat apa-apa. Ia tahu kondisinya

semakin memburuk karena udara yang dingin dan terus berubah. Mantel

tebal yang dibawa Mrs. Vye untuk mencegahnya jatuh sakit karena udara

dingin bila hari hujan juga tidak membantu apa-apa. Dengan semakin

melemahnya tubuh Princess Minerva, perjalanan berjalan semakin lambat.

Perjalanan yang biasanya dapat ditempuh selama beberapa hari kini

menjadi berminggu-minggu karena banyaknya halangan yang harus mereka

hadapi.

Bahkan ketika mereka memasuki Xoechbee, halangan itu tetap ada.

Hujan deras mengguyur bumi ketika mereka memasuki Xoechbee.

Ketika menyadari kereta telah memasuki Xoechbee, Princess Minerva

berkata perlahan kepada Mrs. Vye, “Tolong antarkan saya ke Istana 256

Page 257: Gadis Misterius

Plesaides.”

Mrs. Vye terkejut tetapi ia tidak bertanya apa-apa kepada Maria. Ia

berteriak mengalahkan gemuruh hujan deras, “Ke Istana Plesaides, Eido.”

Mrs. Vye tahu Eido pasti sama terkejutnya dengan dirinya.

Selama perjalanan, Mrs. Vye telah banyak menceritakan mengenai

Maria kepada Eido. Dan seperti penduduk Obbeyville, pria itu juga

mengagumi gadis itu.

Mrs. Vye menatap Princess Minerva yang tampak sangat pucat dan

mulai menebak diri gadis itu yang sebenarnya. Mrs. Vye telah membaca

berita hilangnya Princess Minerva di koran dan ia mulai menduga Marialah

sang putri yang hilang itu.

Semua yang ada pada gadis itu sangat tepat bila ia adalah seorang

putri, kecantikkan, keanggunan, keramahan serta kepandaian Maria, kecuali

satu hal, kepandaian memasak gadis itu dan mengurus rumah. Kepandaian

memasak Maria membuat Mrs. Vye kembali berpikir apakah benar Maria

adalah putri yang hilang itu.

Terlalu janggal bagi Mrs. Vye bila Maria sebagai seorang putri yang tak

pernah kekurangan pelayan dapat memasak dan melakukan pekerjaan

lainnya yang tak sesuai dengan kedudukannya seperti menata rumah.

Hal itu telah terbukti. Selama berada di Obbeyville, Maria telah

menunjukkan kepandaiannya menata rumah.

Selama berada di Obbeyville, Maria tidak diam saja melihat Sidewinder

House yang sepi. Gadis itu meramaikan suasana di dalam Sidewinder House

dengan bunga-bunga musim panas. Di beberapa ruangan gadis itu telah

melakukan perubahan yang membuat ruangan itu jauh lebih menarik dari

keadaan semula. Gadis itu juga merubah penampilan halaman Sidewinder

House menjadi lebih menarik.

Mrs. Vye benar-benar kebingungan. Terlalu banyak hal yang

membingungkan pada diri gadis itu bahkan sejak ia menemukan gadis itu.

Ketika kereta berhenti setelah beberapa saat mengelilingi Xoechbee

untuk menemukan Istana Plesaides, Mrs. Vye tahu segalanya akan menjadi

jelas.

Mrs. Vye menanti di dalam kereta tetapi tidak terjadi apa-apa.

Mrs. Vye mulai merasa cemas. Setelah tak sabar menanti akhirnya ia

memutuskan untuk turun. Setelah menutupi tubuh Princess Minerva yang

bersandar lemah pada sisi kereta, ia turun.257

Page 258: Gadis Misterius

Tanpa mempedulikan hujan yang menerpa tubuhnya, ia segera

menemui Eido yang tengah berdebat bersama dua orang prajurit yang

menjaga pintu gerbang.

“Ada apa, Eido?” tanya Mrs. Vye.

“Mereka tidak mengijinkan kita memasuki Istana, Mrs. Vye,” jawab Eido.

“Mengapa kalian tidak mengijinkan kami masuk dan menemui Raja?”

tanya Mrs. Vye pada kedua prajurit itu.

“Kami bertugas menghadang semua orang yang tidak dikenal yang

ingin memasuki Istana,” jawab salah satu prajurit itu.

“Biarkan kami masuk dan menemui Raja. Ini penting sekali,” kata Mrs.

Vye bersikeras.

Prajurit yang tadi menjawab pertanyaan Mrs. Vye berkata, “Katakan

dulu kepada kami urusan apa?”

“Kami harus menemui Raja sekarang juga,” kata Eido ikut-ikutan

berbantah.

Prajurit yang satunya berkata dengan sabar, “Kami bertugas untuk

menjaga pintu gerbang ini karena itu kami tidak dapat menjaga siapapun

yang ingin memasuki Istana tanpa tujuan yang jelas.”

“Kami membawa Princess,” kata Mrs. Vye.

Jawaban Mrs. Vye mengejutkan ketiga pria itu. Suasana menjadi hening

hingga tawa prajurit yang tadi berbantah dengan Mrs. Vye memecahkan

keheningan itu.

“Princess kami hilang bagaimana kalian dapat menemukannya?

Tunjukkan dulu buktinya kepada kami,” kata prajurit itu.

Mrs. Vye mulai marah, “Princess sekarang berada di kereta. Cepat

ijinkan kami masuk karena ini menyangkut nyawa Princess kalian. Bila terjadi

sesuatu pada Princess, kalianlah yang akan disalahkan.”

“Maafkan kelancangan saya tetapi teman saya benar, kami tidak dapat

melakukan apa-apa bila Anda tidak dapat menunjukkan buktinya kepada

kami,” kata prajurit yang lebih muda dan lebih sabar itu.

“Princess berada di ambang kematian tetapi kalian masih tidak

mengijinkan kami menemui Raja,” kata Mrs. Vye marah.

“Maafkan kami, kami hanya menjalankan tugas,” kata prajurit yang

sabar itu lagi.

“Baiklah,” kata Mrs. Vye sambil melangkah ke kereta.

Mrs. Vye merasa ragu apakah benar Maria adalah Princess yang hilang 258

Page 259: Gadis Misterius

itu. Walaupun ia telah berulang kali menyebut Maria sebagai Princess, tetapi

ia sebenarnya merasa ragu apakah itu benar.

“Apakah di luar hujan lagi?” tanya Princess Minerva lirih ketika ia

melihat Mrs. Vye memasuki kereta dengan tubuh yang basah.

“Ya, Maria. Musim gugur selalu dipenuhi hujan,” kata Mrs. Vye.

Nada bicara Mrs. Vye yang seperti orang baru bertengkar hebat

membuat Princess Minerva bertanya, “Ada apa, Mrs. Vye?”

Untuk sesaat Mrs. Vye ragu-ragu tetapi akhirnya ia berkata, “Mereka

tidak mengijinkan kita masuk.”

Princess Minerva tersenyum lemah selemah gerakan tangannya yang

menyentuh kalungnya. Setelah melepas kalung itu, Princess Minerva

menyerahkannya kepada Mrs. Vye.

“Mintalah kepada penjaga-penjaga itu untuk menunjukkan kalung ini

pada Pangeran Alcon,” kata Princess Minerva.

Mrs. Vye menerima kalung itu dengan ragu-ragu.

Princess Minerva menyadari keragu-raguan itu dan berkata, “Tolonglah,

Mrs. Vye.”

Mrs. Vye membawa kalung itu di tangannya dan menemui prajurit-

prajurit itu.

“Princess meminta kalian menunjukkan kalung ini pada Pangeran,” kata

Mrs. Vye sambil menunjukkan kalung itu.

Prajurit yang kasar itu tertawa.

Temannya yang lebih sabar menegurnya, “Jangan tertawa!”

“Mengapa aku tidak boleh tertawa? Lucu sekali menunjukkan bukti

dengan seuntai kalung yang bisa didapatkan siapa saja di manapun.”

“Princess berkata seperti itu dan engkau meragukannya,” kata Eido.

“Maafkan temanku. Ia memang seperti itu,” kata prajurit yang lebih

sabar.

“Apakah aku salah bila bersikap seperti ini?” tanya prajurit yang

satunya.

Prajurit yang lebih sabar mengacuhkannya dan berkata kepada Mrs.

Vye, “Saya akan membawa kalung itu dan menunjukkannya pada Pangeran

Alcon.”

Teman prajurit itu tertawa lagi, “Bagaimana bila gadis yang dikatakan

wanita ini bukan Princess?”

“Itu adalah urusan nanti. Sekarang aku hanya melakukan apa yang 259

Page 260: Gadis Misterius

harus kulakukan,” kata prajurit itu sambil menerima kalung itu.

Sebelum temannya berkata apa-apa, prajurit itu membuka pintu

gerbang yang tinggi dan besar itu dan berlari memasuki halaman Istana yang

luas.

-----0-----

Suasana di Ruang Tahta terasa sangat sunyi dan mencekam.

Semua yang ada di sana tampak termenung memikirkan sesuatu.

“Apakah tidak ada kabar?” tanya Pangeran Alcon.

Menteri Dalam Negeri yang ditanya berkata, “Hingga saat ini belum ada

kabar mengenai Princess, Pangeran.”

“Sudah hampir empat bulan berlalu tetapi mengapa masih belum ada

kabar,” kata Pangeran dengan cemas.

“Maafkan saya, Pangeran. Saya telah memerintahkan beberapa orang

untuk mencari Princess di sekitar Death Rocks tetapi hingga kini kami belum

menemukannya. Kami juga telah mencarinya ke sekitar Foentza tetapi tetap

tak dapat menemukan Princess.”

“Bagaimana perkembangan terakhir usaha pencarian itu?” tanya Raja.

“Hingga saat ini saya telah mengirim banyak orang dan banyak pula

bantuan dari masyarakat yang ingin menemukan Princess tetapi tetap saja

Princess belum ditemukan,” jawab Menteri Dalam Negeri.

“Apakah engkau telah mencari di sekitar Death Rocks terutama di

bawah tebing itu?” tanya Pangeran.

“Saya telah mencari Princess di bawah Death Rocks hingga jarak yang

memungkinkan sebagai tempat jatuhnya Princess,” jawab Menteri Dalam

Negeri. “Tetapi Pangeran….”

“Tetapi apa, Kendsley?” tanya Pangeran Alcon tak sabar.

“Menurut saya, sangat kecil sekali kemungkinan Princess masih hidup.

Death Rocks sangat curam dan terjal selain itu tempat itu sangat tinggi.

Mustahil Princess masih selamat setelah jatuh dari tebing yang sangat curam

itu.”

“Tidak mungkin!” seru Pangeran, “Bila Minerva telah meninggal, kita

pasti masih dapat menemukan jasadnya tetapi hingga kini kita tidak

menemukan apa-apa selain kuda-kuda yang mati itu dan kereta yang hancur.

Minerva masih hidup. Ia pasti masih hidup, aku yakin itu.”260

Page 261: Gadis Misterius

“Alcon, apa yang dikatakan Kendsley ada benarnya. Mustahil Minerva

masih hidup setelah jatuh dari tebing yang tinggi itu. Mrs. Wve sendiri telah

mengatakan Minerva terlempar terluar dari kereta dan ia sempat melihat

Minerva jatuh ke bawah,” kata Raja.

“Tidak mungkin, Papa. Minerva pasti masih hidup. Apakah Papa percaya

Minerva telah meninggal?”

Raja berkata sedih, “Aku juga tidak percaya, tetapi hal itu mungkin saja.

Sangat mustahil Minerva masih hidup, mengingat tebing itu sangat curam.”

“Bagaimana dengan Mama, apakah Mama percaya Minerva masih

hidup?”

“Mama tidak tahu, Alcon. Mama ingin mempercayai Minerva masih

hidup tetapi Kendsley benar tidak mungkin Minerva masih hidup. Mama tidak

mengharapkan Minerva telah meninggal tetapi bila benar itu yang terjadi, kita

tidak dapat berbuat apa-apa, Alcon, selain menerimanya,” kata Ratu tak

kalah sedihnya dengan Raja.

“Tidak, Minerva masih hidup. Aku tidak akan percaya Minerva telah

meninggal sampai aku bertemu kembali dengannya. Aku yakin Minerva masih

hidup di suatu tempat,” kata Pangeran melawan pendapat semua orang yang

ada di ruangan itu.

“Alcon!” tegur Ratu.

“Maafkan aku, Mama. Tetapi aku tidak akan pernah percaya Minerva

telah meninggal sebelum aku melihat jasadnya. Aku percaya Minerva masih

hidup.”

Pangeran berjalan mondar-mandir di ruangan itu dan hampir menabrak

seorang prajurit yang memasuki ruangan itu dengan terburu-buru.

Prajurit itu berlutut di depan Raja yang duduk di kursi kebesarannya

dan hendak berkata sesuatu tetapi Pangeran telah mendahuluinya.

“Tidak perlu terlalu formal. Katakan apa yang hendak kaulaporkan,”

kata Pangeran tegas.

“Seorang dari penjaga gerbang meminta ijin untuk bertemu,” kata

prajurit itu.

“Apakah terjadi sesuatu di luar?” tanya Raja.

“Maafkan saya, saya tidak mengetahuinya.”

Pangeran mengambil tindakan lebih dulu, “Suruh dia masuk.”

“Baik.”

Sesaat setelah kepergian prajurit itu, seorang prajurit yang berbaju 261

Page 262: Gadis Misterius

basah memasuki Ruang Tahta.

Sekali lagi sebelum prajurit itu berkata apa-apa, Pangeran Alcon

mendahuluinya, “Tidak perlu bersikap formal dan segera katakan apa yang

hendak kaulaporkan.”

“Alcon!” tegur Ratu.

“Maaf, Mama. Aku benar-benar merasa gila karena hilangnya Minerva,”

kata Pangeran.

“Itulah yang hendak saya laporkan, Pangeran. Di luar ada seorang

wanita tua yang bersikeras masuk, katanya ini menyangkut hidup matinya

Princess,” kata prajurit itu hati-hati.

Semua orang terkejut mendengar perkataan prajurit itu.

“Katakan sekali lagi,” kata Pangeran tak percaya.

“Di luar ada seorang wanita tua yang mengaku membawa Princess,”

ulang prajurit itu.

“Apakah engkau yakin ia adalah Princess?” tanya Menteri Dalam Negeri.

“Saya tidak tahu. Tetapi wanita itu berkata Princess meminta saya

untuk menunjukkan kalung ini kepada Pangeran,” kata prajurit itu sambil

mengangkat kalung itu.

Leontin kalung yang berbentuk hati itu terayun-ayun dan berkilauan

tertimpa sinar yang memenuhi ruangan itu. Melalui rantainya yang halus, air

dari tangan prajurit itu menetes hingga menyentuh lantai. Air itu terus

menetes seperti air mata.

Semua orang memandang kalung yang terayun-ayun itu tanpa ada

yang berkata apa-apa.

Pangeran Alcon membelalak terkejut. Ia mengambil kalung itu dari

tangan prajurit itu dan mengamatinya.

“Tidak salah lagi ini kalung yang kuberikan pada Minerva pada ulang

tahunnya yang kedelapan belas,” kata Pangeran dengan penuh semangat.

“Apakah engkau yakin, Alcon?” tanya Raja.

“Aku yakin sekali, Papa. Kalung ini hanya ada satu di dunia. Kalung ini

dibuat khusus untuk Minerva. Di mana mereka?” tanya Pangeran.

“Mereka di luar gerbang, Pangeran.”

Pangeran menggenggam kalung itu dan berlari meninggalkan Ruang

Tahta.

Sesaat sebelum ia mencapai pintu, Raja bertanya, “Engkau hendak ke

mana, Alcon?”262

Page 263: Gadis Misterius

“Aku ingin menemui Minerva.”

Pangeran terus berlari tanpa menghiraukan prajurit dan pelayan yang

terkejut melihatnya berlari seperti orang yang dikejar setan.

Pangeran Alcon juga tak menghiraukan hujan yang menerpa tubuhnya.

Ia terus berlari menembus hujan.

Kemunculan Pangeran yang mendadak dengan tubuh basah kuyup

membuat tiga orang yang menanti di gerbang, kebingungan dan terkejut.

Mrs. Vye terkejut melihat seorang pria yang mirip dengan Maria muncul

dengan berlari-lari dan terus berlari ke kereta tanpa menghiraukan mereka

yang terpaku di tempatnya.

Pangeran Alcon membuka kereta dan melihat adiknya tersenyum lemah

padanya.

“Minerva!” seru Pangeran girang.

“Aku pulang, Al,” kata Princess Minerva lirih sambil tersenyum lemah.

Pangeran memasuki kereta dan saat itulah ia menyadari keadaan

adiknya.

Napas Princess Minerva terputus-putus, seperti orang yang berada di

ambang maut. Rambut yang menutupi wajahnya yang pucat, tidak bersinar

lagi. Mata Princess Minerva memandang lemah pada kakaknya seakan-akan

ia kehilangan tenaganya untuk membuka mata.

“Engkau pucat sekali,” kata Pangeran Alcon, “Aku lupa engkau tidak

tahan udara dingin. Pasti perjalanan ini membuatmu jatuh sakit.”

Pangeran Alcon mengangkat tubuh Princess Minerva yang lemah dan

membawanya meninggalkan kereta.

Princess Minerva merasa lelah. Ia telah berusaha keras agar lekas

sampai di Istana Plesaides dan kini setelah ia sampai, ia merasa tidak

bertenaga lagi. Semua tenaganya telah digunakannya untuk

mempertahankan dirinya agar tidak pingsan selama perjalanan. Kelelahan

dan kelegaan yang menerpa tubuhnya membuat Princess Minerva jatuh

pingsan saat Pangeran membawanya meninggalkan kereta.

Pangeran kembali berlari tanpa mempedulikan ketiga orang yang masih

terkejut. Pangeran berlari menembus hujan sambil melindungi tubuh adiknya

dari tetesan hujan dengan tubuhnya sendiri.

Pangeran terus berlari ketika ia melihat Raja dan Ratu serta beberapa

orang berjalan di halaman dengan payung besar yang melindungi mereka

dari hujan deras.263

Page 264: Gadis Misterius

“Sekarang engkau akan ke mana?” tanya Raja.

“Aku akan membawa Minerva ke kamarnya,” kata Pangeran sambil

terus berlari meninggalkan sekelompok orang yang terkejut dengan

jawabannya itu.

Seluruh Istana gempar dengan munculnya putri mereka.

Ratu dan Mrs. Wve menangis gembira ketika mendengar putri mereka

yang hilang telah kembali. Mungkin tidak hanya Ratu dan Mrs. Wve saja yang

menangis gembira tetapi juga beberapa pelayan yang menyayangi Princess

Minerva.

Dalam waktu singkat seluruh Istana disibukkan oleh keadaan Princess

Minerva yang parah. Sebagian bingung mencari dokter, sebagian lagi bingung

membuat Princess Minerva merasa hangat.

Raja memerintahkan untuk membawa Mrs. Vye dan Eido masuk setelah

melihat putranya membawa adiknya masuk ke dalam Istana.

Kedua orang itu terkejut ketika mengetahui Maria benar-benar Princess

yang hilang itu terutama Mrs. Vye. Tetapi kebingungan wanita itu masih

belum hilang semuanya. Ia masih tidak mengerti mengapa Princess Minerva

memiliki banyak kepandaian yang sangat tidak sesuai dengan kedudukannya

sebagai seorang putri raja.

Pelayan-pelayan Istana menyambut Mrs. Vye dan Eido dengan penuh

suka cita. Mereka membawakan baju ganti bagi kedua orang itu dan

menyuruh mereka mengganti baju mereka yang basah.

Prajurit yang semula berbantah dengan Mrs. Vye dan prajurit yang

menunjukkan kalung Princess Minerva pada Pangeran terkejut ketika

mengetahui berita itu seperti halnya Mrs. Vye yang menyadari Maria adalah

putri yang hilang itu.

Tadi sewaktu berdiri di depan pintu gerbang sambil menanti prajurit

yang membawa masuk kalung Maria, ia sempat memperhatikan wajah Istana.

Istana itu tampak seperti Istana negeri dongeng dengan dindingnya yang

putih dan halamannya yang luas dan indah. Beberapa ujung menara yang

runcing tampak bersinar setiap kali ada petir yang menggelegar di langit.

Bendera yang berkibar-kibar di ujung menara itu basah oleh air hujan

demikian pula patung-patung yang menghiasi halaman Istana.

Dengan tersebarnya kabar bahwa Princess Minerva telah kembali, Mrs.

Vye merasa senang karena telah membuat prajurit yang kasar itu menjadi

merasa malu. Mrs. Vye tidak menyukai prajurit kasar itu, ia lebih menyukai 264

Page 265: Gadis Misterius

prajurit satunya yang sabar.

Setelah mengganti gaunnya yang basah dan menghangat dirinya, Mrs.

Vye dibawa pelayan menemui Princess Minerva di kamarnya.

Mrs. Vye terpesona pada kamar Princess Minerva yang luas.

Saat Mrs. Vye memasuki ruangan itu, ia mencium bau harumnya bunga

dan saat ia berada di dalam, barulah ia menyadari bau harum itu berasal dari

bunga-bunga yang memenuhi ruangan yang luas itu.

Udara di ruangan itu hangat. Api di perapian yang besar, menyala dan

menimbulkan bunyi kayu yang terbakar. Sofa yang indah dan antik dengan

mejanya yang tak kalah indahnya terletak di depan perapian menambah

indahnya ruangan itu. Sofa itu terlihat sangat nyaman bila diduduki. Sebuah

jendela panjang menghubungkan ruangan itu dengan serambi. Tirai putih

yang panjang menutupi jendela itu sehingga Mrs. Vye tidak dapat melihat

keadaan serambi itu.

Tetapi Mrs. Vye dapat menebak serambi itu juga tampak indah dengan

pemandangannya yang indah pula.

Piano putih yang berada di dekat jendela menarik perhatiannya. Piano

itu tampak antik dan anggun. Sebuah bangku yang indah berada di depan

piano itu.

Seorang wanita yang setua diri Mrs. Vye muncul dari balik sebuah pintu

yang berada di dalam ruangan tempatnya berdiri. Wanita itu menghampirinya

dan berkata, “Terima kasih Anda telah membawa kembali putri kami.”

Mrs. Vye menggelengkan kepalanya, “Tidak, bukan saya yang

membawa Princess. Ia sendirilah yang membawa dirinya kembali ke Istana,

saya hanya mengikutinya.”

“Saya pengasuh Princess Minerva, Mrs. Wve,” kata wanita itu.

“Saya Mrs. Vye,” kata Mrs. Vye memperkenalkan dirinya.

“Andakah yang merawat Princess selama ini?” tanya Mrs. Wve.

Mrs. Vye menganggukkan kepalanya.

“Terima kasih Anda telah merawat Princess dengan baik. Saya tidak

tahu harus berkata apa selain itu. Saya benar-benar berterima kasih

karenanya.”

“Jangan berkata seperti itu. Saya tidak dapat menjaga Princess dengan

baik buktinya sekarang ia jatuh sakit,” kata Mrs. Vye.

“Tidak apa-apa. Princess memang tidak tahan dengan udara dingin,

tidak ada yang menyalahkan Anda. Saya tetap berterima kasih pada Anda.”265

Page 266: Gadis Misterius

Pangeran muncul dari balik pintu yang sama dengan pintu tempat

munculnya Mrs. Wve.

Pangeran tersenyum pada Mrs. Vye dan berkata, “Saya berterima kasih

atas bantuan Anda. Anda telah menjaga Minerva dengan baik.”

Mrs. Vye melihat kemiripan senyum Pangeran dengan Maria dan ia

membalas senyuman itu, “Anda terlalu melebihkan.”

“Silakan bila Anda ingin menemui Minerva. Setelah itu saya

mengharapkan kedatangan Anda di Ruang Tahta. Kami membutuhkan

keterangan Anda,” kata Pangeran.

“Baik,” jawab Mrs. Vye.

Pangeran tersenyum lagi. “Tolong kauantarkan Mrs. Wve.”

“Baik, Pangeran,” kata Mrs. Wve.

Setelah Pangeran meninggalkan ruangan itu, Mrs. Wve membawa Mrs.

Vye memasuki ruangan tempat terbaringnya Princess Minerva.

“Apakah pria itu adalah Pangeran Alcon?” tanya Mrs. Vye.

“Ya, ia kakak Princess.”

“Ia mirip sekali dengan Princess.”

“Tentu saja, mereka bersaudara,” kata Mrs. Wve.

Sekali lagi Mrs. Vye terpesona pada ruangan tempatnya berada.

Seperti ruangan sebelumnya, ruangan itu terus memanjang hingga ke

serambi. Antara serambi dan ruangan itu juga terpisah oleh jendela panjang

yang bertirai putih tipis.

Tepat di tengah ruangan itu ada sebuah tempat tidur antik yang besar

yang bertiang emas. Tirai-tirai putih yang menutupi tempat tidur itu

menyentuh permadani hijau cerah yang menutupi lantai di sekitar tempat

tidur. Di setiap kaki tiang-tiang emas itu terletak sebuah pot bunga yang

berisi berbagai macam bunga. Tidak hanya di kaki tiang itu saja yang dihiasi

bunga tetapi hampir di setiap sudut kamar itu. Sebuah meja rias yang juga

terlihat indah dalam keantikkannya terletak tidak jauh dari tempat tidur. Di

sampingnya berdiri sebuah almari besar. Selain benda-benda itu dan pot-pot

yang penuh berisi bunga, di ruangan itu tidak ada apa-apa lagi sehingga

ruangan itu tampak lebih luas dari yang sebenarnya.

Mrs. Wve dan Mrs. Vye mendekati tempat tidur yang terletak tepat di

tengah ruangan itu.

Mrs. Wve menyingkap tirai itu.

Mrs. Vye terkejut melihat seorang gadis yang hampir tidak dapat 266

Page 267: Gadis Misterius

dikenalinya sebagai Maria yang telah tinggal bersamanya selama lebih dari

tiga bulan di Obbeyville, tengah terbaring di sana.

Wajah Princess Minerva tampak pucat sekali, jauh lebih pucat dari saat

Mrs. Vye menemukannya. Rambutnya yang panjang berserakan di sekeliling

kepalanya. Selimut putih yang lembut dan hangat menutupi sekujur tubuhnya

yang telah mengenakan gaun tidur yang indah. Mata gadis itu terpejam erat.

Napasnya tersengal-sengal. Keringat dingin yang bermunculan di dahinya

membasahi rambut di sekitar dahinya.

Mrs. Wve menyadari kekhawatiran yang muncul di benak Mrs. Vye. Ia

berkata, “Jangan khawatir, Mrs. Vye. Princess memang selalu begini setiap

kali ia pingsan.”

“Tetapi napasnya terputus-putus seperti orang yang berada di ambang

maut,” kata Mrs. Vye cemas.

“Jangan khawatir, Mrs. Vye. Princess memang selalu seperti ini setiap

kali ia kedinginan. Kami sedang berusaha menghangatkan ruangan ini agar

Princess tidak kedinginan lagi,” kata Mrs. Wve.

Mrs. Vye dan Mrs. Wve memperhatikan wajah Princess Minerva yang

tampak terus memucat.

Tiba-tiba Mrs. Wve berkata, “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan

bila Princess tidak kembali. Aku sangat menyayanginya.”

“Aku juga sangat menyayangi Maria,” sahut Mrs. Vye.

“Maria?” tanya Mrs. Wve tak mengerti.

“Itu nama yang kuberikan padanya ketika aku menemukannya,” kata

Mrs. Vye menjelaskan.

Mrs. Wve memandang tak mengerti kepada Mrs. Vye.

“Saya ingin bertanya banyak kepada Anda tetapi lebih baik sekarang

kita segera menemui Pangeran. Di sana Anda dapat menceritakan semua

yang telah terjadi tanpa perlu mengulanginya berkali-kali,” kata Mrs. Wve

sambil menutup kembali tirai yang mengelilingi tempat tidur Princess

Minerva.

“Sebenarnya apa yang terjadi sehingga kecelakaan itu terjadi?”

Mrs. Wve menarik tangan Mrs. Vye meninggalkan kamar itu, “Aku akan

menceritakannya nanti. Sekarang kita lebih baik membiarkan Princess

beristirahat. Kita masih harus menemui Pangeran.”

“Apakah baik bila kita meninggalkan Princess sendirian dalam keadaan

seperti ini?”267

Page 268: Gadis Misterius

“Kita tidak akan meninggalkan Princess sendirian. Di luar pasti ada

seseorang.”

Apa yang dikatakan Mrs. Wve memang benar.

Di Ruang Duduk mereka melihat seorang pelayan pria sedang

memasukkan beberapa batang kayu ke dalam perapian yang menyala terang.

“Tolong panggilkan seseorang untuk menemani Princess,” kata Mrs.

Wve pada pelayan itu.

“Anda hendak ke mana, Mrs. Wve?” tanya pelayan itu.

“Pangeran memintaku mengantar Mrs. Vye menemuinya di Ruang

Tahta,” jawab Mrs. Wve.

“Baik, Mrs. Wve. Saya akan segera meminta seseorang untuk

menemani Princess. Anda tidak perlu khawatir.”

“Tolong segera engkau carikan. Kami tidak akan lama.”

“Baik, Mrs. Wve.”

“Mari, Mrs. Vye,” kata Mrs. Wve sambil membuka pintu.

Mrs. Vye berjalan di samping Mrs. Wve yang tidak berbicara apa-apa

selama perjalanan.

Mrs. Wve mengerti Mrs. Vye mengagumi Istana. Dan ia memberi

kesempatan kepada wanita itu untuk mengamati setiap bagian Istana yang

mereka lalui. Walaupun banyak pertanyaan yang ingin diajukannya tetapi

Mrs. Wve tetap tidak berbicara apa-apa, ia hanya berjalan pelan-pelan di

samping Mrs. Vye yang sibuk mengamati setiap bagian Istana yang mereka

lalui.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama dari kamar Princess

Minerva yang terletak di lantai empat menuju Ruang Tahta yang terletak di

lantai dasar, akhirnya mereka tiba juga di Ruang Tahta.

Prajurit yang melaporkan kedatangan mereka berdua kepada Raja,

muncul tak lama kemudian. Prajurit itu membukakan pintu Ruang Tahta bagi

mereka dan menutupnya kembali setelah kedua wanita itu memasuki Ruang

Tahta.

Pangeran Alcon serta Raja dan Ratu sedang bercakap-cakap dengan

Eido ketika mereka memasuki ruangan itu.

Mereka segera menghentikan percakapan mereka ketika melihat Mrs.

Wve dan Mrs. Vye datang mendekat.

“Kami mengucapkan terima kasih pada Anda yang telah membawa

putriku pulang kembali,” kata Raja.268

Page 269: Gadis Misterius

“Saya tidak membawanya kembali, Paduka. Princess sendiri yang

membawa dirinya kembali ke Xoechbee, saya hanya mengikutinya,” kata Mrs.

Vye.

“Tidak apa-apa. Kami tetap mengucapkan terima kasih kepada Anda

yang telah menjaga Minerva selama perjalanan.”

“Sudah merupakan kewajiban saya untuk menjaga Princess yang saya

sayangi bahkan sebelum saya mengetahui ia adalah putri yang hilang itu.”

“Sekarang kami ingin mengetahui apa yang telah terjadi pada Minerva

selama ia berada di sisi Anda,” kata Pangeran, “Teman Anda, Eido, tidak

dapat memberi banyak keterangan pada kami. Kata Eido, Andalah yang telah

menemukan Minerva dan merawatnya selama ini.”

Mrs. Vye menganggukkan kepala, “Benar. Saya menemukan Princess

tergeletak pingsan di tepi Sungai Alleghei ketika saya sedang berjalan-jalan di

sepanjang sungai itu.”

“Sungai Alleghei!?” seru Pangeran Alcon terkejut.

“Ya, saya menemukan Princess di Sungai Alleghei,” ulang Mrs. Vye.

“Ya, Tuhan. Itu tidak mungkin. Sungai itu jauh sekali dari kaki Death

Rocks. Tidak mungkin Minerva terlempar dari tebing itu hingga mencapai

Sungai Alleghei yang mengalir jauh di bawahnya,” kata Pangeran.

“Itu mungkin saja, Pangeran. Angin bertiup sangat keras ketika Princess

tiba-tiba terlempar keluar dari kereta. Mungkin angin itulah yang

menerbangkan tubuh Princess ke Sungai Alleghei yang mengalir jauh dari

kaki Death Rocks,” kata Mrs. Wve.

“Pantas saja kita tidak dapat menemukan Minerva walaupun kita telah

mencari di sekitar tebing itu bahkan dalam jarak sekitar lima mil dari tebing

itu,” kata Raja, “Tidak kuduga ternyata Minerva terlempar ke Sungai Alleghei

yang jaraknya kurang lebih sepuluh mil dari kaki tebing itu.”

“Kita harus bersyukur berkat itulah Minerva kembali tanpa kehilangan

suatu apapun. Kita benar-benar harus berterima kasih pada Tuhan yang telah

melindungi Minerva hingga kini. Dan sekarang kita harus berusaha agar

Minerva segera sadar kembali,” kata Ratu.

“Jangan khawatir, Paduka Ratu. Saya telah mengutus orang untuk

memanggil Dokter Donter,” kata Menteri Dalam Negeri.

“Baiklah, itu mungkin saja. Teruskan cerita Anda, Mrs. Vye,” kata

Pangeran.

“Princess tidak sadarkan diri selama beberapa hari dan ketika ia sadar 269

Page 270: Gadis Misterius

kembali ia tidak dapat mengingat masa lalunya juga namanya,” kata Mrs. Vye

melanjutkan ceritanya.

Kembali Pangeran Alcon memutus cerita Mrs. Vye. “Minerva hilang

ingatan!?”

“Jadi itu sebabnya Minerva tidak segera kembali bahkan setelah berita

itu muncul,” timpal Raja ikut memutuskan cerita Mrs. Vye.

“Jangan memutus cerita Mrs. Vye!” tegur Ratu, “Kalian memang selalu

begini setiap kali ada masalah yang menyangkut Minerva.”

“Mama telah mengerti sifat kami bila mengatasi masalah yang

berhubungan dengan Minerva, karena itu Mama harus mengerti bila kami

sering memutus cerita Mrs. Vye,” kata Pangeran Alcon sambil memberikan

senyuman yang manis tetapi nakal kepada Ratu.

“Engkau tidak pernah berubah bila menyangkut adikmu, Alcon,” kata

Ratu.

“Maafkan kami, Mrs. Vye. Silakan melanjutkan cerita Anda,” kata Raja.

Mrs. Vye kembali melanjutkan ceritanya. “Baroness Lora, majikan saya

sangat marah ketika ia mengetahui saya menemukan seorang gadis. Ia ingin

sekali saya segera mengusir Princess Minerva tetapi saya memaksanya

membiarkan Princess tinggal hingga ia sadar kembali. Baroness Lora tetap

ingin mengeluarkan Princess Minerva walaupun ia tahu Princess kehilangan

ingatannya.”

“Sungguh keterlaluan Baroness Lora. Bagaimana ia bisa berbuat setega

itu pada seorang gadis yang hilang ingatan?” kata Ratu.

Pangeran Alcon tersenyum pada Ratu yang tanpa sadar telah

memotong cerita Mrs. Vye. “Baroness Lora memang sangat keterlaluan.

Bagaimana ia bisa berbuat seperti itu?”

“Saya juga tidak mengerti mengapa ia berbuat seperti itu. Ia berkata

Princess hanya akan menambah pengeluarannya, tetapi sebenarnya dia

sendirilah yang membuat pengeluaran keluarga Sidewinder membengkak dan

hampir hilang semuanya terutama sejak kematian Baron Marx Sidewinder,”

kata Mrs. Vye.

“Saya tahu sepak terjang Baroness Lora. Ia memang bukan wanita yang

baik,” kata Menteri Dalam Negeri, “Saya tidak menyukainya. Dan saya

percaya wanita itu tega melakukan hal yang sangat keji pada seorang gadis

yang tak berdaya.”

“Baroness Lora memaksa saya untuk mengeluarkan Princess, tetapi 270

Page 271: Gadis Misterius

saya tetap bersikeras mempertahankan Princess. Baroness Lora sangat

marah dan berjanji akan melakukan segala cara untuk mengeluarkan

Princess. Saya sangat ketakutan waktu itu, saya tidak tega membayangkan

Princess yang hilang ingatan harus pergi tanpa arah.”

“Walaupun Baroness Lora tidak dapat memecat saya, tetapi saya tahu

ia bisa membuat Princess meninggalkan Obbeyville. Tetapi untunglah putri

Baroness Lora, Lady Debora tidak menginginkan Princess meninggalkan

tempat itu,” kata Mrs. Vye melanjutkan ceritanya.

“Apakah Baroness Lora menyetujui permintaan putrinya itu?” tanya

Mrs. Wve.

“Tentu saja Baroness Lora menyetujuinya. Baroness Lora sangat

menyayangi Lady Debora. Tetapi baik Lady Debora maupun Baroness Lora

tidak begitu saja menerima kehadiran Princess.”

Mrs. Vye ragu-ragu untuk melanjutkan ceritanya.

“Teruskan cerita Anda, Mrs. Vye,” kata Raja.

“Lady Debora meminta Princess menjadi pelayannya,” kata Mrs. Vye.

Semua orang tercengang mendengar kalimat terakhir Mrs. Vye.

Akhirnya kesunyian itu terpecahkan oleh seruan kemarahan Pangeran

Alcon, “Wanita keji! Bagaimana ia bisa melakukan itu?”

“Baroness Lora bisa melakukan apa saja. Ia bahkan mengambil gaun

yang dikenakan Princess sewaktu saya menemukannya. Saya telah mencoba

mempertahankan gaun itu tetapi mereka tetap mengambilnya. Untunglah

mereka tidak mengetahui Princess mengenakan kalung yang indah saat saya

menemukannya. Setelah mengambil gaun itu, Baroness Lora masih menjelek-

jelekan Princess, ia mengatakan Princess bukan gadis baik-baik.”

“Wanita kejam, aku tidak akan memaafkannya. Bagaimana ia bisa

berkata seperti itu padahal ia belum tahu siapa sebenarnya Minerva itu?

Apakah ia tidak mempunyai perasaan? Bagaimana ia bisa mengambil barang

yang bukan miliknya dan setelah itu menjelek-jelekkan orang itu?” kata

Pangeran Alcon geram.

“Alcon! Jangan marah seperti itu,” tegur Ratu.

“Maafkan aku, Mama. Tetapi aku benar-benar marah sekali kepada

kedua wanita itu,” kata Pangeran Alcon tanpa mengurangi nada

kemarahannya.

Ratu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Teruskan cerita Anda,

Mrs. Vye.”271

Page 272: Gadis Misterius

“Princess menerima syarat yang diajukan Lady Debora dengan senang

hati. Princess sama sekali tidak pernah mengeluh apa-apa ketika ia bekerja

untuk Lady Debora.”

“Princess Minerva memang bukan orang yang suka mengeluh. Princess

pasti melakukan pekerjaannya dengan sangat baik,” kata Mrs. Wve.

“Ya, ia mengerjakan segala sesuatunya dengan sangat baik. Bahkan ia

telah membuat saya tercengang dengan kepandaiannya mengurus rumah

dan kepandaian memasaknya. Tetapi lebih dari itu Princess telah membuat

saya dan pelayan-pelayan lainnya yang masih bekerja di Sidewinder House

tercengang akan kebijaksanaannya.”

Pangeran Alcon tersenyum, “Pasti Minerva telah membuat penduduk

Obbeyville menjadi gempar.”

Mrs. Vye tersenyum, “Ya, ia membuat penduduk Obbeyville menjadi

gempar sejak saya menemukannya di Sungai Alleghei yang kami anggap

keramat. Kami menganggapnya sebagai seorang bidadari yang dikirim para

dewa kepada kami melalui Sungai Alleghei. Tidak ada di antara kami yang

meragukan hal itu apalagi setelah mendengar segala yang diketahui Princess

mengenai mitos itu.”

Semua tercengang mendengar perkataan Mrs. Vye.

“Luar biasa!” seru Pangeran Alcon kagum, “Minerva pasti telah

membuat semua yang tidak mungkin menjadi mungkin.”

“Bagaimana Minerva bisa mengingat kembali masa lalunya, Mrs. Vye?”

“Saya kurang tahu apa yang terjadi hari itu. Saya hanya melihat Lady

Debora sedang memarahi Princess dari ujung tangga dan tiba-tiba ia

mendorong Princess. Ketika Lady Debora mendorong Princess Minerva hingga

terjatuh di tangga, Princess pingsan. Dan setelah ia sadar, Baroness Lora

muncul dan memarahinya.”

“Kasihan Princess,” kata Mrs. Wve, “Mengapa Lady Debora tega

melakukan itu?”

“Mereka pasti tega, Mrs. Wve. Aku tahu mereka akan selalu tega

menyakiti orang lain untuk kepentingan mereka sendiri,” kata Pangeran Alcon

geram.

“Tetapi mungkin berkat itu ingatan Minerva kembali,” kata Raja.

Ratu yang sejak tadi hanya membiarkan mereka menyela cerita Mrs.

Vye akhirnya berkata, “Lanjutkan cerita Anda, Mrs. Vye.”

Mrs. Vye melanjutkan ceritanya, “Princess tidak mengatakan apa-apa, 272

Page 273: Gadis Misterius

ia hanya meminta saya untuk memanggilkan kereta untuknya. Semula ia

tidak setuju saya ikut dengannya tetapi saya berhasil memaksa ikut dan

akhirnya Princess tidak berkata apa-apa untuk melarang saya.”

“Selama di perjalanan Princess jatuh sakit dan kami terpaksa berhenti

selama beberapa hari di penginapan yang kami temui. Selain itu hujan lebat

juga sering menghalangi perjalanan kami. Karena itulah perjalanan ini lebih

lama dibandingkan yang seharusnya,” kata Mrs. Vye mengakhiri ceritanya.

“Benar-benar luar biasa!” seru Pangeran, “Benar-benar petualangan

yang panjang. Apakah selama itu Minerva terus berada di Obbeyville?”

“Tidak, beberapa kali Tuan Muda Alexander mengajaknya ke Blueberry.

Tetapi Tuan Muda tidak hanya membawanya tetapi juga mengajak Lady

Debora,” kata Mrs. Vye.

“Siapakah Alexander itu?” tanya Ratu.

“Ia putra Duke of Blueberry,” jawab Mrs. Vye.

“Aku tahu Alexander. Aku pernah mendengar namanya. Kudengar ia

seorang pria yang sulit didekati wanita. Bila ia mengajak pergi Minerva dan

Lady Debora maka ada dua kemungkinan ia menyukai Minerva atau

menyukai Lady Debora. Tetapi bila mengingat kedinginan sikap Alexander

bila menghadapi wanita, maka sangat besar kemungkinan ia menyukai

Minerva,” kata Pangeran Alcon.

“Aku ingin bertemu dengannya,” kata Raja.

“Apakah kita harus mengumumkan kepada masyarakat mengenai

kembalinya Princess?” tanya Menteri Dalam Negeri.

“Tentu saja. Kita harus mencegah penduduk terus mencemaskan

keadaan Minerva,” kata Raja.

“Tetapi, Papa, bila kita mengumumkannya sekarang pasti banyak

penduduk yang ingin bertemu dengan Minerva. Sedangkan Minerva sendiri

masih belum sadar,” kata Pangeran.

“Jangan khawatir, Pangeran. Saya hanya akan mengumumkan

penduduk tidak perlu lagi mengkhawatirkan keadaan Princess,” kata Menteri

Dalam Negeri.

“Apakah mereka akan menerima berita itu?” tanya Ratu.

Kendsley terdiam. “Menurut saya, kita harus menambahkan bahwa

Princess sedang sakit dan meminta mereka tidak menganggu Princess hingga

ia sembuh,” katanya.

“Itu juga sulit, Kendsley. Penduduk pasti ingin mengunjungi Minerva,” 273

Page 274: Gadis Misterius

kata Raja, “Dan kita tidak tahu apakah Minerva masih berada di sini setelah ia

sadar.”

“Bagaimana bila kita mengadakan pesta untuk itu? Kita tetap

mengumumkan kepada semua penduduk bahwa Minerva telah kita temukan

dan berjanji akan memperlihatkan Minerva kepada penduduk dalam pesta itu.

Dengan demikian semua masalah akan selesai,” kata Pangeran.

“Tetapi, Pangeran, Princess Minerva tidak suka menjadi pusat

perhatian,” kata Mrs. Wve.

“Jangan khawatir, Mrs. Wve. Minerva pasti mengerti bila aku

menerangkan segala sesuatunya dan kali ini ia tidak dapat kabur lagi dari

pesta yang akan kuselenggarakan,” kata Pangeran.

“Sebenarnya masih banyak yang tidak saya mengerti,” kata Mrs. Vye,

“Saya tidak mengerti mengapa Princess Minerva pandai memasak? Mengapa

Princess Minerva jarang berada di Istana?”

Sebelum ada yang menjawab pertanyaan Mrs. Vye, seorang prajurit

muncul bersama seorang pelayan.

“Ada apa?” tanya Pangeran.

“Sebaiknya Anda segera menemui Princess, Pangeran. Princess

memanggil-manggil nama Anda dalam tidurnya sejak tadi,” kata pelayan itu.

“Terima kasih, aku akan segera ke sana,” kata Pangeran.

Kemudian Pangeran berpaling kepada Mrs. Vye dan berkata, “Mengenai

pertanyaan Anda tadi, Mrs. Vye. Saya rasa Mrs. Wve akan menjawabnya

dengan senang hati. Anda dapat bertanya segala hal yang tidak Anda

mengerti kepadanya.”

Pangeran terdiam kemudian berkata, “Apakah Anda berdua berkenan

tinggal di sini setidaknya hingga Minerva sadar kembali. Aku yakin Minerva

akan mencari Anda bila ia sadar.”

“Engkau jangan lupa, Alcon, Mrs. Vye dan Eido masih mempunyai

keluarga di Obbeyville. Di samping itu keluarga Sidewinder pasti mencari Mrs.

Vye,” tegur Raja.

“Paduka tidak perlu khawatir mengenai itu, saya tidak mempunyai

keluarga lagi. Jadi tidak ada masalah bila saya tinggal di sini hingga Princess

sadar,” kata Eido.

“Saya juga tidak berkeberatan bila harus tinggal di sini. Keluarga

Sidewinder tidak akan mencari saya. Mereka pasti senang saya telah

meninggalkan rumah itu. Sejak dulu Baroness Lora memang tidak menyukai 274

Page 275: Gadis Misterius

saya, ia terus berharap dapat mengeluarkan saya dari rumahnya tetapi ia

tidak dapat melakukannya bahkan setelah suaminya meninggal,” kata Mrs.

Vye.

“Baiklah kini semua masalah telah selesai kecuali satu, sadarnya

Minerva,” kata Pangeran Alcon, “Sekarang aku permisi dulu. Aku ingin

menemui Minerva.”

275

Page 276: Gadis Misterius

16

Pangeran memasuki kamar Princess Minerva dengan hati-hati. Ia

berusaha untuk tidak menimbulkan suara.

Udara di ruangan itu telah menjadi lebih hangat dari saat Pangeran

memasuki meninggalkan kamar itu. Tetapi seorang pelayan tetap

memasukkan beberapa batang kayu ke perapian yang telah menyala terang.

Pelayan itu segera bangkit ketika mendengar langkah Pangeran.

“Tolong kau terus hangatkan ruangan ini. Kamar ini harus benar-benar

hangat agar Minerva tidak kedinginan,” kata Pangeran Alcon sebelum pelayan

itu menyapanya.

“Baik, Pangeran,” kata pelayan itu.

Pangeran Alcon melanjutkan perjalanannya ke kamar Princess Minerva.

Sebelum ia membuka pintu yang tidak tertutup rapat itu, seorang

pelayan telah membukanya lebih dulu.

Pelayan itu mengangguk hormat kepada Pangeran dan berkata,

“Cepatlah, Pangeran. Keadaan Princess semakin memburuk dan ia terus

memanggil nama Anda.”

Pelayan itu menepi untuk memberi jalan kepada Pangeran yang segera

memasuki Ruang Tidur adiknya.

Pangeran mendekati tempat tidur adiknya yang tertutup tirai putih.

Perlahan-lahan Pangeran Alcon membuka tirai putih itu dan melihat

adiknya yang terbaring di ranjang yang besar itu.

Pangeran menatap sedih pada Princess Minerva yang terbaring lemah

di sana.

Princess Minerva tampak sangat kecil di ranjang yang besar itu. Seuntai

kalung tampak menghiasi lehernya yang putih. Di balik napasnya yang

terputus-putus, Princess Minerva berkata-kata lirih.

Pangeran duduk di tepi tempat tidur yang besar itu dan mendekatkan

wajahnya sambil berusaha mendengar bisikan Princess Minerva.

“Al…, jangan… pergi…. Ja… ngan… pergi…. Al… Al…”

Pangeran Alcon menggenggam erat tangan Princess Minerva dan

berbisik di telinga Princess Minerva, “Jangan khawatir, sayang, aku akan 276

Page 277: Gadis Misterius

selalu di sini. Aku akan selalu berada di sisimu.”

“Al…, jangan… pergi…. Jangan ting… galkan… aku…, Al.”

Kedua tangan Pangeran menggenggam tangan Princess Minerva

semakin erat. Pangeran meletakkan tangan yang dingin itu ke mulutnya dan

berkata, “Aku tidak akan pergi, Minerva. Aku janji aku akan selalu di sisimu.”

Pangeran Alcon menggosokkan tangan Princess Minerva ke pipinya

sambil terus meyakinkan Princess Minerva seakan-akan dengan demikian

Princess Minerva akan mengerti. Tangan Pangeran yang satu menggenggam

erat tangan Princess Minerva dan tangannya yang lain mengusap dahi

Princess Minerva yang dipenuhi keringat dingin.

Pangeran terus memandangi wajah Princess Minerva yang masih

memucat hingga ia mendengar suara yang mendekat.

Mrs. Wve dan Mrs. Vye tersenyum ketika melihat Pangeran Alcon yang

duduk di tepi adiknya sambil menggenggam tangan Princess Minerva.

“Anda sudah mengerti semuanya, Mrs. Vye?” tanya Pangeran.

“Belum. Mrs. Wve belum menjawab pertanyaan saya.”

Pangeran ganti menatap Mrs. Wve, “Mengapa engkau belum menjawab

pertanyaan Mrs. Vye, Mrs. Wve?”

“Saya tidak tahu harus menjawab apa. Anda tidak memberi tahu saya

bagaimana saya harus menjawabnya. Apakah saya harus mengatakan

semuanya ataukah hanya bagian-bagian yang penting saja,” kata Mrs. Wve.

“Engkau dapat menjawab sesuai dengan yang sebenarnya.”

“Saya juga ingin melakukan itu, tetapi biasanya Anda selalu

memutuskan segala sesuatu mengenai Princess dan saya tidak tahu harus

berbuat apa,” kata Mrs. Wve.

“Aku telah memberi wewenang kepadamu untuk menjawab pertanyaan

Mrs. Vye,” kata Pangeran sambil tersenyum.

Mrs. Wve membalas senyuman itu dan berkata, “Saya mengerti,

Pangeran. Tetapi saya pikir lebih baik bila Anda sendiri yang menjawab

pertanyaan Mrs. Vye.”

“Baiklah, Mrs. Wve, aku tidak akan berdebat denganmu lagi. Minerva

pasti tidak senang melihat kita berdebat.”

Mrs. Wve tersenyum, “Princess Minerva memang tidak pernah

menyukai perdebatan kita. Menurut Princess kita bukan berdebat tetapi

bertengkar.”

“Tetapi tidak ada yang dapat disalahkan, Mrs. Wve, kita memang selalu 277

Page 278: Gadis Misterius

berbeda pendapat mengenai Minerva,” kata Pangeran.

“Ya, saya juga mengakui itu. Pendapat Anda dan saya bila menyangkut

Princess memang selalu berbeda, Pangeran.”

“Kukira, Mrs. Wve, kita membuat Mrs. Vye semakin tidak mengerti apa

yang kita bicarakan,” kata Pangeran, “Saya akan menjelaskan semua yang

tidak Anda mengerti, Mrs. Vye.”

“Sebelum Anda mulai menjawab semua pertanyaan saya, saya ingin

Anda berhenti bersikap sopan kepada saya, jika Anda tidak keberatan. Anda

selalu bersikap sopan kepada saya seperti Maria yang selalu bersikap sopan

kepada semua orang di Obbeyville,” kata Mrs. Vye.

“Maria?” tanya Pangeran tak mengerti.

Mrs. Vye menjawab ragu-ragu, “Itu nama yang saya berikan pada

Princess ketika ia masih belum dapat mengingat masa lalunya.”

“Nama yang indah. Minerva pasti menyukai nama itu,” kata Pangeran.

“Ya, Princess sangat menyukai nama itu seperti putri saya.”

“Di manakah putri Anda, Mrs. Vye?” tanya Mrs. Wve.

“Ia sudah meninggal.”

“Aku turut menyesal, Mrs. Vye.”

“Terima kasih, Mrs. Wve. Aku telah menerima hal itu. Memang berat

rasanya ketika aku kehilangan dia,” kata Mrs. Vye sedih.

“Aku mengerti perasaanmu, Mrs. Vye. Aku juga merasa sangat sedih

ketika Princess menghilang. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan bila

Princess tidak kembali. Aku merasa bersalah telah menyebabkan peristiwa itu

terjadi,” kata Mrs. Wve.

“Aku merasa seperti orang gila ketika Princess masih belum ditemukan

walaupun kecelakaan itu telah berlalu selama lebih dari satu bulan dan aku

merasa benar-benar menjadi orang gila ketika Princess tak ditemukan juga

hingga hari ini Anda membawanya kembali ke Istana.”

Mrs. Wve menghela napas lega dan tersenyum bahagia,

“Sekarang aku merasa Tuhan telah mengabulkan doa yang selalu

kupanjatkan kepadanya setiap malam dan aku benar-benar bersyukur

karenanya. Setiap malam aku terus berdoa dan mengenang peristiwa naas

yang tidak dapat kulupakan itu. Aku terus mengingat senyuman Princess

yang terakhir kali sebelum ia menghilang. Saat itu Princess tersenyum manis

yang pasrah seperti orang yang pasrah terhadap apa yang akan

menimpanya.”278

Page 279: Gadis Misterius

“Mengapa engkau bisa selamat, Mrs. Wve, sedangkan Princess

terdampar di Sungai Alleghei?” tanya Mrs. Vye ingin tahu.

“Aku sendiri tidak mengerti mengapa aku dan Durant bisa selamat

sedangkan Princess bisa terjatuh dari Death Rocks. Hanya satu yang kuingat

saat kecelakaan itu terjadi. Saat itu kereta tiba-tiba miring dan pintu kereta di

samping Princess membuka. Princess yang tidak siap menghadapi itu

terlempar keluar.”

“Aku berusaha menangkap Princess tetapi jarak kami terlalu jauh. Saat

itulah aku melihat Princess tersenyum pasrah. Setelah itu aku tidak melihat

Princess lagi karena tiba-tiba kereta kami yang jatuh dari Death Rocks.”

Mrs. Wve menghela napasnya lagi seperti orang yang bersyukur akan

nasibnya,

“Kami masih beruntung dahan pohon yang cukup kuat menahan

jatuhnya kereta kami sehingga kami tidak mengalami luka fatal. Durant dan

aku sendiri hanya luka memar. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari

keadaan kami selain terlemparnya Princess dari kereta.”

“Apakah kalian tidak berusaha mencari Princess setelah kecelakaan

itu?”

Pangeran Alcon yang sejak tadi hanya menjadi pendengar dari

pembicaraan kedua wanita tua itu menjawab,

“Setelah peristiwa kecelakaan itu terjadi, kami secara diam-diam

mencari Minerva di sekitar Death Rocks hingga jarak lima mil dari kaki tebing

itu. Tidak seorangpun dari kami yang menduga Minerva jatuh ke Sungai

Alleghei kemudian terdampar di Obbeyville sebagai gadis yang hilang

ingatan.”

“Benar-benar keajaiban Tuhan, Princess Minerva tidak kehilangan

apapun setelah jatuh dari tebing yang curam itu. Aku benar-benar bersyukur

pada Tuhan yang telah melindungi Princess,” kata Mrs. Wve penuh syukur

pada Tuhan.

“Sebelum bertemu kembali dengan Princess, aku tidak sanggup

membayangkan apa yang terjadi pada Princess tetapi saat ini aku

membayangkan Princess mengalami suatu petualangan yang menarik bagi

Princess sendiri di Obbeyville.”

“Minerva memang mengalami petualangan yang sangat menarik di

Obbeyville,” kata Pangeran.

“Saya tidak mengerti mengapa Princess sangat pandai mengurus 279

Page 280: Gadis Misterius

rumah sedangkan di sini ia mempunyai banyak pelayan yang selalu siap

melayaninya?” kata Mrs. Vye.

“Sebelum Anda mengerti semuanya, Mrs. Vye. Lebih baik kami memberi

tahu Anda mengapa Minerva jarang berada di Istana dan di mana saja ia

berada bila ia tidak berada di Istana,” kata Pangeran.

Pangeran memandang Princess Minerva yang masih tertidur nyenyak.

“Lebih baik kita pindah ke Ruang Duduk agar tidak menganggu

Minerva,” usul Pangeran.

Pangeran Alcon bangkit dan menutup kembali tirai putih yang

mengelilingi tempat tidur Princess Minerva. Pangeran mendahului kedua

wanita itu menuju Ruang Duduk.

Mrs. Wve yang berjalan paling akhir membiarkan pintu kamar Princess

Minerva terbuka agar udara hangat terus mengalir ke dalam kamar itu.

Pangeran mempersilakan Mrs. Vye duduk dengan tangannya kemudian

ia duduk di depan perapian.

Tidak ada orang lain di Ruang Duduk itu selain mereka bertiga. Pelayan

yang semula menambah kayu di perapian kini telah pergi meninggalkan

perapian yang menyala terang. Cahaya api dari perapian yang besar itu

menerangi seluruh Ruang Duduk. Bahkan sinarnya mencapai Ruang Tidur

Princess Minerva yang terbuka.

Setelah mereka duduk dengan posisi yang mereka anggap nyaman,

Pangeran memulai ceritanya,

“Minerva tidak tahan udara dingin. Ia juga tidak dapat bertahan di

cuaca yang sangat panas. Dan bila ia memaksakan diri berada di cuaca yang

terlalu dingin maupun terlalu panas, ia akan pingsan dan selama ia pingsan

suhu tubuhnya akan terus berubah.”

“Apakah itu tidak berbahaya?” tanya Mrs. Vye.

“Tidak, Mrs. Vye. Kata Dokter Donter, suhu tubuh Minerva yang terus

berubah itu karena tubuhnya sedang menyesuaikan diri dengan udara di

sekitarnya,” kata Pangeran, “Sungguh aneh memang, Minerva lahir di Istana

ini pada musim semi dan hanya pada musim semi saja ia berada di Istana

Plesaides.”

“Di manakah Princess berada bila ia tidak berada di Istana Plesaides?”

tanya Mrs. Vye lagi.

“Di musim panas, ia berada di Castil Yonga yang terletak di balik Death

Rocks. Di musim gugur dan musim dingin, ia berada di Small Cottage yang 280

Page 281: Gadis Misterius

berada di pulau Clayment di laut barat yang tetap hangat walaupun di musim

dingin.”

Mrs. Vye memikirkan sesuatu yang mengganjal di hatinya. Setelah tidak

dapat menemukan jawabannya, ia bertanya, “Bagaimana dengan pendidikan

Princess?”

“Minerva hanya mendapat pendidikan khusus saat ia berada di Istana.

Tetapi Minerva selalu belajar setiap hari walaupun ia jauh dari Istana. Karena

di manapun Minerva berada, ia selalu mempunyai guru.”

“Menarik sekali!” kata Mrs. Vye kagum, “Seakan-akan keberuntungan

selalu menyertai Princess.”

“Ya, aku kadang merasa seperti itu. Princess selalu mempunyai guru

yang baik di manapun ia berada,” kata Mrs. Wve.

“Di Castil Yonga, Princess mempunyai Quiya yang mengajarinya

mengenai sejarah Kerajaan Zirva dan bahasa Boudibt serta mitos-mitos

Kerajaan Zirva. Di Clayment, Princess mempunyai Granny yang selalu

mengajarinya filsafat dan kebijaksanaan serta segala sesuatu yang

berhubungan urusan rumah.”

“Karena itulah Minerva menjadi seorang gadis yang sangat menarik. Ia

tidak hanya mengerti mengenai sejarah Kerajaan Zirva tetapi juga mitos-

mitosnya, ia juga menjadi seorang gadis yang bijaksana dan kata-katanya

sering mengejutkan,” kata Pangeran mengakhiri cerita Mrs. Wve.

“Princess Minerva juga menjadi seorang gadis yang terampil dalam

urusan menata rumah walaupun sebenarnya ia seorang putri raja,” tambah

Mrs. Vye.

“Ya, tetapi menurutku Minerva memang mempunyai bakat itu. Semua

orang yang mengajari Minerva baik itu Quiya maupun Granny hanya

mengembangkan bakat itu dan membuat bakat itu nampak,” kata Pangeran,

“Minerva seorang gadis yang bijaksana seperti arti namanya, kebijaksanaan.”

“Ia mewarisi bakat-bakat itu dari raja dan ratu sebelumnya, seperti

bakat menata rumahnya yang diwarisinya dari nenek kami. Mrs. Vye. Nenek

kami, Ratu Gorie, juga pandai menata rumah.

“Ialah yang membuat Istana ini menjadi menarik seperti saat ini. Tetapi

menurutku Minerva memiliki bakat sendiri. Minerva lebih berbakat dari Ratu

Gorie, ia telah membuktikan itu. Minerva tidak hanya pandai menata rumah,

ia juga pandai memasak,” kata Pangeran.

“Hanya itu yang dapat saya katakan. Sisanya Mrs. Wve yang lebih 281

Page 282: Gadis Misterius

mengetahuinya daripada saya,” kata Pangeran mengakhiri cerita panjangnya.

“Saya tahu Princess memang pandai memasak. Sejak kedatangannya

yang tidak terduga, ia selalu membantu saya memasak makanan bagi

Baroness Lora. Walaupun Baroness Lora maupun Lady Debora tidak

mengatakan apa-apa tetapi saya tahu mereka menyukai masakan yang

dibuat Princess,” kata Mrs. Vye, “Saya ingin sekali bertemu dengan Granny.”

“Anda akan dapat menemuinya, Mrs. Vye bila Anda ikut Minerva pergi

ke Clayment. Aku tidak tahu apakah tahun ini Minerva pergi ke sana atau

tidak. Saat ini ia belum sadar dan kita tidak tahu kapan ia akan sadar bila

melihat keadaannya yang jauh lebih parah dari yang sudah-sudah,” kata

Pangeran.

“Apakah Anda yakin Princess baik-baik saja?” tanya Mrs. Vye, “Napas

Princess tersenggal-senggal.”

“Aku percaya pada apa yang dikatakan Dokter Donter. Keadaan

Minerva yang seperti ini karena ia sedang menyesuaikan suhu tubuhnya

dengan suhu lingkungannya. Tanpa Dokter Donter, tentu Minerva tidak akan

menjadi seperti yang sekarang. Dokter Donterlah yang mengusulkan agar

Minerva selalu menghindari cuaca yang dapat menyebabkannya jatuh sakit,”

kata Pangeran.

“Hingga kapan Princess Minerva tidak sadarkan diri?” tanya Mrs. Vye.

“Entahlah, Mrs. Vye. Biasanya Minerva pingsan bisa sampai berhari-hari

dan bila melihat kondisinya yang seperti ini tampaknya Minerva akan terus

dalam keadaan seperti ini hingga musim mendatang,” kata Pangeran.

Mrs. Vye memekik tertahan, “Lama sekali! Saya pasti akan merindukan

senyum dan suara Princess bila harus menunggu selama itu.”

“Aku selalu merindukan Princess sejak menghilangnya Princess dan aku

semakin merasa rindu sejak aku bertemu kembali dengan Princess. Aku sama

sekali tidak menduga Princess akan kembali dalam keadaan seperti ini,” kata

Mrs. Wve.

“Ada satu lagi yang belum saya mengerti. Mengapa pada musim semi

tahun ini Princess tidak berada di Istana Plesaides seperti biasanya?” tanya

Mrs. Vye.

Pangeran tersenyum. “Pertanyaan yang selalu diucapkan oleh semua

orang yang mengetahui mengapa Minerva jarang berada di Istana yang

kemudian mengakibatkan ia jarang muncul di depan masyarakat,”

gumamnya.282

Page 283: Gadis Misterius

“Saya juga tidak mengerti tentang itu. Mengapa hanya penduduk

Xoechbee dan penghuni penjara bawah tanah Xoechbee saja yang

mengetahui Princess?”

Pangeran tersenyum lagi, “Tahun ini Minerva tidak berada di Istana

sebagaimana seharusnya karena ia berusaha menghindari pesta ulang

tahunnya yang kuselenggarakan secara diam-diam untuknya.”

Mrs. Wve ikut bercerita, “Sebulan sebelum ulang tahunnya yang

kedelapan belas…”

“Delapan belas!?” sela Mrs. Vye.

“Ya, tahun ini Princess Minerva berumur delapan belas,” ulang Mrs.

Wve.

“Aku tidak percaya. Selama ini aku selalu mengira Maria telah berusia

lebih dari dua puluh,” kata Mrs. Vye.

Pangeran dan Mrs. Wve tertawa.

“Minerva selalu tampak lebih dewasa dari wajahnya. Ia selalu membuat

semua orang mengira ia lebih tua dari usianya yang sebenarnya,” kata

Pangeran.

“Aku tidak percaya. Maria selama ini selalu tampak seperti gadis yang

telah dewasa tetapi ternyata ia belum genap dua puluh tahun. Bahkan baru

saja menginjak usia dewasa,” kata Mrs. Vye.

Pangeran mengangguk. “Ya, karena ini ulang tahun yang sangat

penting bagi Minerva, aku merencanakan membuat suatu pesta besar tanpa

sepengetahuan Minerva.”

“Sebulan sebelum Princess kembali ke Istana, ia telah mengirimkan

surat yang menyatakan ia tidak ingin diadakan pesta apapun untuk

menyambut ulang tahunnya,” kata Mrs. Wve meneruskan kalimatnya yang

terpotong oleh seru terkejut Mrs. Vye.

“Sebelumnya aku tahu Minerva pasti tidak ingin aku membuat pesta ini

tetapi aku tetap menjalankan rencana yang telah kubuat selama bertahun-

tahun. Bahkan ketika surat itu datang,” kata Pangeran.

“Entah bagaimana Minerva mengetahuinya sehingga tahun ini ia tidak

menuju ke Istana Plesaides dari Clayment tetapi menuju Foentza. Dari

Foentza, Minerva kembali mengirim surat. Kali ini surat Minerva menyatakan

ia tidak pulang ke Istana Plesaides tahun ini.”

“Kemudian apa yang terjadi?” tanya Mrs. Vye ingin tahu.

“Pangeran tidak membatalkan pesta itu bahkan Pangeran menyusul 283

Page 284: Gadis Misterius

Princess di Foentza. Bersama-sama dengan Raja, Ratu dan beberapa orang

yang diundang Pangeran, kami mengadakan pesta ulang tahun Princess di

Castil Yonga,” jawab Mrs. Wve.

Pangeran mengeluh sedih. “Sebenarnya aku mengharapkan orang yang

hadir di pesta ulang tahun Minerva lebih banyak dari yang datang itu. Tetapi

satu-satunya jalan terdekat menuju Foentza sangat berbahaya dan hari ulang

tahun Minerva semakin dekat, maka aku dengan terpaksa membatasi jumlah

orang yang kuundang.”

Pangeran melanjutkan ceritanya, “Setelah pesta itu, para undangan

segera kembali ke Xoechbee. Sedangkan kami masih tetap berada di Foentza

untuk menemani Minerva.”

“Mengapa Princess tidak kembali ke Istana setelah pesta itu?” tanya

Mrs. Vye ingin tahu.

“Karena ini pertama kalinya Princess melewatkan musim seminya di

Foentza. Princess ingin menikmati keindahan Foentza pada musim semi,”

jawab Mrs. Wve.

“Andai aku tidak bersikeras mengadakan pesta itu, tentu Minerva tidak

akan mengalami kejadian ini,” keluh Pangeran.

“Anda jangan berkata seperti itu, Pangeran. Saat itu kita semua tidak

tahu apa yang akan terjadi,” kata Mrs. Wve.

Pangeran Alcon mengeluh lagi. “Andai saja waktu itu aku pulang

bersama Minerva, aku yakin peristiwa ini tidak akan terjadi.”

“Saat kecelakaan itu terjadi Anda berada di mana? Bukankah

seharusnya Anda pulang bersama-sama Princess?” tanya Mrs. Vye.

“Saat itu aku sudah berada di sini. Minerva berencana menghabiskan

musim semi tahun ini di Castil dan akan segera berangkat ke Clayment

setelah musim panas berakhir. Tetapi aku membujuknya agar pulang ke

Istana setelah musim semi berakhir,” kata Pangeran.

“Apakah Princess menyetujuinya?” tanya Mrs. Vye ingin tahu.

Pangeran mengangguk.

“Minerva memang menyetujuinya tetapi ia tidak setuju ketika aku

memutuskan untuk kembali ke Istana bersamanya. Ia mengingatkan kami

akan tugas-tugas yang menanti kami di Istana Plesaides maka aku dan Papa

serta Mama kembali dulu. Baru setelah musim semi berakhir, Minerva

menyusul kembali ke Istana.”

“Setiap tahun Princess selalu melakukan perjalanan, apakah ia tidak 284

Page 285: Gadis Misterius

merasa bosan atau lelah?” gumam Mrs. Vye.

“Princess tidak pernah mengeluh. Ia selalu menikmati perjalanan kami,

walaupun kami harus selalu berpindah setiap pergantian kami,” kata Mrs.

Wve.

“Apakah engkau selalu ikut bersama Princess dalam setiap

perjalanannya?” tanya Mrs. Vye.

“Ya, aku selalu bersamanya. Selain aku, Durant juga selalu mengikuti

perjalanan kami,” jawab Mrs. Wve.

Mrs. Vye memandang tak mengerti pada Mrs. Wve. Sejak tadi ia sering

mendengar Mrs. Wve menyebut-nyebut nama Durant tetapi ia tak

menjelaskan siapa orang itu. Karena rasa keingintahuannya yang besar, Mrs.

Vye bertanya, “Siapakah Durant itu?”

“Ia kusir kuda yang selalu mengantar kami ke manapun kami pergi,”

jawab Mrs. Wve.

Mrs. Vye termenung. “Kasihan Princess, ia selalu terpisah dari

keluarganya dan hanya pada musim semi ia dapat berkumpul kembali

dengan keluarganya,” kata Mrs. Vye.

“Ya, musim semi adalah musim cerianya Istana Plesaides,” kata

Pangeran.

Mrs. Vye memandang tak mengerti pada Pangeran.

“Di manapun Princess berada, ia selalu membawa keceriaan dengan

senyumnya yang menawan hati,” kata Mrs. Wve.

“Senyum Princess memang menawan hati. Aku senang sekali melihat

Princess tersenyum,” kata Mrs. Vye, “Selama di Obbeyville, wajah Princess

selalu dihiasi dengan senyumannya itu.”

“Princess selalu tersenyum. Granny mengatakan Princess memiliki

senyum yang paling manis yang pernah dilihatnya.”

Pangeran Alcon yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan Mrs. Wve

dan Mrs. Vye mulai merasa bosan. Baginya pembicaraan kedua orang itu

tidak akan pernah berakhir. Ia bangkit dari kursi dan berkata, “Silakan kalian

melanjutkan pembicaraan kalian. Aku akan menjaga Minerva.”

Pangeran segera menghilang ke dalam Ruang Tidur Princess Minerva

sebelum kedua wanita itu sempat berkata apa-apa.

Cahaya api dari perapian yang menerobos masuk ke dalam Ruang Tidur

Princess Minerva membuat ruang itu menjadi terang. Tirai-tirai putih yang

menutupi tempat tidur Princess Minerva memantulkan bayang-bayang 285

Page 286: Gadis Misterius

Princess Minerva yang sedang tertidur.

Pangeran Alcon bersandar di dinding dekat pintu dan tersenyum

melihat bayang-bayang tubuh adiknya muncul di tirai itu. Pangeran berpikir

saat itu Princess Minerva benar-benar tampak seperti seorang putri tidur yang

menanti kecupan sang Pangeran agar dapat bangun kembali dari tidur

panjangnya.

Suara perlahan yang seperti bisikan yang berasal dari tempat tidur

besar itu membuat Pangeran segera mendekat.

“Al…, aku kedinginan…. Al…, di sini dingin sekali….”

Pangeran segera memeluk Princess Minerva yang terbaring lemah.

“Jangan khawatir, Minerva. Aku akan memelukmu sehingga engkau

tidak kedinginan,” kata Pangeran, “Tidurlah yang nyenyak. Aku akan terus

menjaga agar engkau merasa hangat.”

Setelah merasa Princess Minerva agak tenang, Pangeran Alcon

meletakkan tubuh Princess Minerva dengan hati-hati.

Saat Pangeran meletakkan kepala Princess Minerva di atas bantal,

Princess Minerva kembali berkata, “Al…, jangan pergi…. Al…, jangan…

tinggalkan aku.”

Pangeran memeluk Princess Minerva lagi sambil berusaha

menenangkannya.

Setelah merasa adiknya benar-benar tenang, Pangeran Alcon kembali

meletakkan tubuh Princess Minerva ke tempat tidur yang menantinya.

Kali ini Princess Minerva benar-benar tenang. Ia kembali tertidur dengan

tenang walau napasnya masih terputus-putus.

Pangeran meletakkan tangannya di dahi adiknya dan merasakan suhu

tubuh Princess Minerva sangat panas seperti panasnya api yang membara di

perapian. Pangeran menarik kursi meja rias ke samping tempat tidur Princess

Minerva dan duduk di sana sambil terus mengawasi Princess Minerva yang

tetap terbaring lemah.

“Selamat malam, Pangeran.”

Pangeran terkejut mendengar sapaan itu. Ia segera memalingkan

kepalanya dan melihat Dokter Donter tengah tersenyum padanya. Pangeran

bangkit dari kursinya, “Selamat malam, Dokter Donter. Kami menanti Anda

sejak tadi.”

“Princess tampaknya sangat menderita,” kata Dokter Donter sambil

melihat ke Princess Minerva yang tetap terbaring sambil bernapas terputus-286

Page 287: Gadis Misterius

putus.

“Ya, sejak tadi ia begini.”

“Apakah wanita tua di luar itu yang membawa Princess kembali?” tanya

Dokter Donter.

“Ya dan tidak.”

Jawaban yang diberikan Pangeran Alcon membuat Dokter Donter

menjadi bingung.

“Apa maksud Anda?” tanya Dokter Donter kebingungan.

“Wanita itu mengatakan Minerva pulang atas kehendaknya sendiri dan

ia hanya mengikuti Minerva,” kata Pangeran memberikan penjelasan.

“Ya, saya mulai mengerti. Untung sekali wanita itu mau mengantar

Princess. Entah apa yang akan terjadi bila wanita itu tidak mengikuti Princess

selama perjalanan,” kata Dokter Donter.

“Sebaiknya Anda segera memeriksa Minerva, Dokter Donter. Pasien

yang Anda tinggalkan pasti tidak sabar menanti Anda,” kata Ratu yang

muncul dari balik pintu.

Dokter Donter tersenyum, “Ia pasti mengerti bila saya menjelaskan

saya sedang merawat Princess Minerva yang telah kembali setelah

menghilang selama satu musim lebih.”

“Baiklah, Dokter Donter, saya tidak akan menganggu Anda. Silakan

Anda memeriksa Minerva,” kata Pangeran.

Pangeran segera meninggalkan ruangan itu.

Setelah melihat Pangeran muncul dari Ruang Tidur Princess Minerva,

Mrs. Wve dan Mrs. Vye memasuki kamar itu.

Pangeran Alcon menanti dengan cemas di Ruang Duduk. Ia berjalan

mondar-mandir di depan pintu kamar Princess Minerva sambil berusaha

menangkap suara yang terdengar dari kamar Princess Minerva.

Setelah beberapa saat akhirnya Dokter Donter muncul.

Pangeran menyambutnya dengan setumpuk pertanyaan.

“Bagaimana keadaan Minerva, Dokter Donter?”

Dokter Donter tersenyum melihat kecemasan yang muncul di wajah

tampan Pangeran. Kadang-kadang Dokter Donter berpikir apakah rasa sayang

Pangeran kepada Princess Minerva melebihi rasa sayang Pangeran kepada

kedua orang tuanya. Tetapi tidak ada yang dapat disalahkan bila itu memang

benar. Pangeran Alcon memang selalu terlihat lebih mencemaskan keadaan

Princess Minerva dibandingkan yang lain.287

Page 288: Gadis Misterius

“Duduklah dulu, Pangeran. Kita akan berbicara dengan santai,” kata

Dokter Donter.

Pangeran mengangguk. Dengan isyarat tangannya ia meminta Dokter

Donter duduk di depannya.

Tanpa membuang-buang waktu, Pangeran segera bertanya,

“Bagaimana keadaan Minerva?”

“Seperti biasanya Princess akan terus begini hingga suhu tubuhnya

turun.”

“Kapankah saat itu tiba?” tanya Pangeran tidak sabar.

Dokter Donter menyandarkan punggungnya di sofa dengan pasrah.

“Saya tidak tahu, Pangeran. Baru kali ini keadaan Princess separah ini.

Ia benar-benar telah berjuang keras agar dapat sampai di sini,” kata Dokter

Donter.

“Minerva telah berusaha sampai di sini walau udara sangat dingin,”

kata Pangeran.

Dokter Donter menggelengkan kepalanya, “Bukan itu yang hendak saya

katakan, Pangeran.”

Pangeran Alcon bertanya tak mengerti, “Lalu apa yang hendak Anda

katakan?”

“Dari wanita tua itu, saya ketahui bahwa selama perjalanan ke Istana,

perjalanan mereka sering dihambat oleh hujan deras. Hal ini membuat

Princess menjadi demam dan semakin lemah setiap harinya tetapi Princess

tetap bertahan agar tidak pingsan hingga ia tiba di Istana,” kata Dokter

Donter.

“Minerva telah berjuang keras melawan sakitnya agar ia tiba di sini dan

sekarang ia tidak sadarkan diri,” kata Pangeran mengulangi perkataan Dokter

Donter.

“Itulah yang saya hendak saya katakan, Pangeran. Princess telah

menghabiskan seluruh tenaganya untuk melawan sakitnya dan kini kita tidak

tahu kapan ia akan sadar. Saya khawatir ia tidak akan sadar hingga musim ini

berakhir.”

“Saya juga menduga hal itu. Tetapi saya tidak berharap dugaan itu

menjadi kenyataan. Saya merindukan Minerva selama ia menghilang.”

“Saya juga merindukan Princess. Selama ia menghilang, kita benar-

benar telah dibuatnya khawatir dan setelah ia muncul kembali, kita tetap

mengkhawatirkannya,” kata Dokter Donter.288

Page 289: Gadis Misterius

“Setidak-tidaknya sekarang kita tidak perlu khawatir akan keberadaan

Minerva. Kita hanya perlu mengkhawatirkan kesehatannya.”

Dokter Donter mengangguk, “Menghilangnya Princess menjadi suatu

misteri. Saya tidak percaya ia bisa sampai ke Obbeyville.”

“Demikian pula saya, Dokter Donter. Saya tidak percaya ia bisa jatuh di

Sungai Alleghei kemudian terdampar di Obbeyville. Sungguh tidak dapat

dipercaya ia dapat jatuh di sungai itu dari Death Rocks yang tinggi tanpa

kehilangan apapun.”

Dokter Donter menatap lekat-lekat wajah Pangeran yang menampakkan

kelegaan sekaligus rasa tak percayanya. “Tuhan telah melindungi Princess

sehingga ia tetap selamat walaupun terlempar dari Death Rocks,” katanya.

Pangeran mengangguk. “Saya benar-benar bersyukur pada Tuhan. Saya

tidak tahu apa yang harus kulakukan bila Minerva benar-benar tidak kembali.

Ia sangat berharga bagiku bahkan lebih berharga dari nyawaku sendiri.”

“Princess Minerva berharga bagi kita semua, Pangeran. Semua

penduduk Kerjaan Zirva terutama penduduk Xoechbee mencintai Princess,”

kata Dokter Donter.

“Saya tahu, Dokter Donter. Mereka telah menunjukkan besarnya rasa

cinta mereka pada Minerva ketika berita hilangnya Minerva dimuat di koran,”

kata Pangeran, “Saya tidak akan pernah lupa saat penduduk berbondong-

bndong ke Istana untuk menanyakan keadaan Minerva.”

“Apakah Anda telah memutuskan untuk memberitahukan berita

kembalinya Princess?” tanya Dokter Donter.

Pangeran menatap pintu kamar Princess Minerva yang terbuka. “Aku

tidak tahu. Saat ini Minerva masih belum sadar. Saya memang telah

memutuskan untuk mengumumkan hal ini tetapi tanpa membuat penduduk

menjadi khawatir.”

“Apakah Anda bermaksud hanya mengatakan kepada penduduk bahwa

Princess telah kembali?”

“Itulah yang hendak kulakukan tetapi itu sulit. Penduduk pasti ingin

bertemu Minerva sedangkan Minerva masih tidak sadarkan diri. Saya juga

tidak dapat mengatakan Minerva sedang tidak sadarkan diri karena itu akan

membuat penduduk mejadi khawatir. Tetapi saat ini saya telah memikirkan

satu jalan pemecahannya,” kata Pangeran.

“Pemecahan yang bagaimanakan yang Anda maksudkan, Pangeran?”

tanya Dokter Donter ingin tahu.289

Page 290: Gadis Misterius

“Saya berencana mengadakan pesta untuk memperkenalkan Minerva

kepada penduduk. Tetapi saya tidak tahu kapan saya dapat mengadakannya

bila melihat keadaan Minerva yang seperti itu,” kata Pangeran, “Mungkin

setelah Minerva sadar saya baru dapat memutuskan kapan pesta itu akan

saya selenggarakan.”

“Apakah Princess tidak akan menghindari pesta itu, Pangeran?” tanya

Dokter Donter.

“Minerva pasti mengerti bila aku menjelaskannya. Selain itu hal ini

untuk mencegah terulangnya peristiwa ini. Aku tidak ingin kehilangan Minerva

lagi. Dan juga aku ingin melihat wajah wanita yang telah menghina Minerva.”

Dokter Donter terkejut mendengar kemarahan dalam suara Pangeran.

Wajah Pangeran tampak penuh kemarahan. Matanya menatap dingin dan

tajam ke depan seakan-akan ingin membunuh siapa saja yang dilihatnya.

Dokter Donter berdiri. “Saya tidak dapat berlama-lama lagi, Pangeran.

Masih ada pasien yang harus saya tangani,” katanya.

Pangeran juga berdiri. “Maafkan kami, Dokter Donter. Kami pasti telah

membuat Anda merasa cemas dan pasien Anda merasa jengkel karena harus

menanti Anda yang terburu-buru berangkat ke Istana.”

Dokter Donter tersenyum, “Tidak apa-apa, Pangeran. Pasien saya pasti

rela bila saya mengatakan saya terpaksa meninggalkannya karena saya harus

memeriksa Princess. Tetapi Anda benar saat ini ia pasti merasa jengkel.

Karena terburu-buru, saya tidak sempat menjelaskan hal ini. Atau mungkin

karena saya terlalu senang mendengar kembalinya Princess sehingga saya

lupa menerangkan hal ini kepadanya.”

“Seperti halnya Anda, Dokter Donter, semua orang pasti akan senang

bila mengetahui Minerva telah kembali,” kata Pangeran.

“Saya ingin tahu bagaimana reaksi masyarakat bila mendengar Princess

telah kembali. Apakah mereka akan kembali menjadi gempar seperti ketika

berita menghilangnya Princess menyebar,” kata Dokter Donter sambil

tersenyum.

“Mungkin mereka akan menjadi gempar. Kembalinya Minerva di Istana

ini saja telah membuat seluruh Istana menjadi gempar apalagi masyarakat.”

Pangeran mengantarkan Dokter Donter hanya sampai depan kamar

Princess Minerva.

“Maafkan kami, Dokter Donter. Karena Minerva Anda harus terburu-

buru kemari dan berjalan jauh agar sampai di kamar ini,” kata Pangeran.290

Page 291: Gadis Misterius

“Tidak apa-apa, Pangeran. Saya senang dapat melakukannya. Bila

dihitung-hitung, berjalan dari lantai dasar Istana hingga ke kamar Princess

yang terletak di lantai teratas Istana ini merupakan olahraga yang cukup baik

terutama bagi saya yang sudah tua ini,” kata Dokter Donter.

Pangeran menatap lorong depan kamar Minerva yang sepi.

“Minerva menyukai ketenangan karena itu ia menyukai kamar ini.

Selain itu kamar ini satu-satunya kamar yang memiliki perapian yang besar.”

Dokter Donter tersenyum, “Saya tidak dapat tinggal lebih lama lagi.

Tolong katakan kepada saya bila Princess sudah sadar. Saya merindukan

kuenya.”

Pangeran berusaha keras menahan tawanya. “Saya juga merindukan

kuenya. Kurasa semua orang di Istana ini juga merindukan kuenya.”

“Dan permainan pianonya,” tambah Dokter Donter.

Pangeran menatap piano putih di pojok Ruang Duduk yang tampak

kesepian.

“Ya, permainan pianonya juga. Kita merindukan segala sesuatunya

tentang Minerva.”

Sebelum Dokter Donter pergi, ia berkata, “Di setiap obat yang saya

berikan untuk Princess, saya memberinya obat tidur.”

Sekali lagi Pangeran berusaha keras menahan tawanya. “Tindakan Anda

sangat tepat, Dokter Donter. Minerva sangat sulit disuruh diam. Sedetikpun ia

tidak mau diam terbaring di atas tempat tidurnya. Hanya obat tidur saja yang

mampu membuatnya terbaring diam.”

Setelah Dokter Donter menghilang di lorong panjang itu, Pangeran

kembali ke tempat adiknya terbaring.

Tiga wanita yang mengelilingi tempat tidur Princess Minerva sibuk

bercakap-cakap sehingga mereka tidak memperhatikan kedatangan

Pangeran. Entah apa yang dibicarakan mereka. Mereka tampak menikmati

pembicaraan mereka sehingga rasanya pembicaraan mereka tidak akan

berakhir.

Pangeran yang semula hendak menjaga adiknya segera membatalkan

keinginannya.

Perlahan-lahan ia meninggalkan kamar Princess Minerva dan segera

mencari Menteri Dalam Negeri untuk menyelesaikan urusan pengumuman

kembalinya Princess Minerva di Istana.

Menteri Dalam Negeri sedang bercakap-cakap bersama Raja di Ruang 291

Page 292: Gadis Misterius

Tahta ketika Pangeran tiba di sana.

Seakan-akan tahu apa yang akan dikatakan Pangeran, Menteri itu

segera mendekati Pangeran.

Pangeran menjelaskan singkat keinginannya.

Setelah mendengar penjelasan itu, Menteri Dalam Negeri mengangguk

dan berkata, “Saya mengerti, Pangeran. Besok saya akan mengumumkan

kembalinya Princess tanpa menerangkan yang lain.”

“Umumkan itu besok pagi. Agar di siang hari aku dapat mengetahui

bagaimanakah reaksi masyarakat,” kata Pangeran tegas.

“Baik, Pangeran.”

Seperti yang diminta Pangeran, Menteri Dalam Negeri mengumumkan

hal itu keesokan paginya.

Reaksi masyarakat ketika mendengar berita kembalinya Princess

Princess Minerva ke Istana Plesaides tidak meleset dari dugaan Pangeran

Alcon. Mula-mula masyarakat khususnya penduduk Xoechbee senang tetapi

tak lama kemudian mereka berbondong-bondong ingin bertemu Princess

Minerva yang masih belum sadar.

Sejak pagi Pangeran Alcon berada di kamar Princess Minerva. Dari situ

pula ia melihat kerumunan penduduk yang ingin melihat adiknya yang terus

terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Pangeran bersandar di jendela kaca

sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya dan mengawasi

Princess Minerva.

Tirai-tirai yang semalam menutup tempat tidur Princess Minerva telah

disibakkan oleh Mrs. Wve. Sinar matahari pagi yang hangat menyinari wajah

Princess Minerva.

Pangeran tersenyum melihat wajah Princess Minerva yang tampak

semakin cantik di bawah siraman sinar matahari pagi. Pangeran percaya

wajah Princess Minerva yang tersenyum di bawah sinar matahari pagi akan

membuat gadis itu tampak semakin cantik.

Suara Mrs. Wve dan Mrs. Vye yang sedang bercakap-cakap di Ruang

Duduk terdengar di ruangan itu. Suara kedua wanita itu terhenti oleh suara

ketukan di pintu.

Pangeran tetap tidak bergerak. Ia terus bersandar di jendela sambil

mengawasi Princess Minerva.

Sesaat kemudian Menteri Dalam Negeri muncul.

“Engkau hendak melaporkan itu?” tanya Pangeran sambil memalingkan 292

Page 293: Gadis Misterius

kepalanya ke arah kerumunan orang di depan Istana.

Menteri Dalam Negeri mengangguk. “Apa yang harus saya lakukan

terhadap mereka?”

Pangeran menatap Princess Minerva.

Menteri Dalam Negeri juga menatap Princess Minerva yang terus

terbaring tanpa mempedulikan keadaan di sekitarnya yang mengkhawatirkan

dirinya.

“Saya mengerti Princess Minerva belum sadar, tetapi apa yang harus

saya katakan kepada mereka?” tanya Menteri Dalam Negeri.

“Katakan kepada mereka, untuk saat ini Minerva masih belum dapat

menemui mereka. Minerva akan menemui mereka dalam pesta yang akan

diselenggarakan pada musim dingin nanti. Dan bila mereka bertanya kapan

saat itu tiba, katakan mengenai itu akan diumumkan bila saatnya hampir

tiba.”

“Apakah itu berarti musim dingin tahun ini Princess tidak akan ke

Clayment?” tanya Menteri Dalam Negeri.

“Untuk tahun ini, aku tidak yakin Minerva cukup kuat untuk berpergian

ke Clayment. Kurasa sebaiknya tahun ini ia melewatkan musim dinginnya di

sini,” kata Pangeran.

“Apakah itu tidak berbahaya bagi kesehatan Princess?”

“Tidak, Kendsley, selama kita berusaha membuat ia terus merasa

hangat,” kata Pangeran, “Sekarang temuilah orang-orang itu dan umumkan

kata-kataku yang baru saja kusampaikan kepadamu.”

“Baik, Pangeran.”

Menteri Dalam Negeri membungkuk hormat kemudian meninggalkan

Pangeran yang terus bersandar di jendela sambil mengawasi Princess

Minerva.

Pangeran mendekati Princess Minerva yang masih tertidur.

“Engkau putri yang nakal, Minerva. Semua orang mengkhawatirkanmu

tetapi engkau tetap tidur dengan tenang,” kata Pangeran Alcon sambil

menatap lekat-lekat wajah Princess Minerva yang masih pucat, “Engkau terus

menjadi putri tidur yang cantik tanpa mempedulikan sekelilingmu yang

menjadi gempar karena dirimu.”

Setelah mendengar pengumuman kedua itu penduduk mulai merasa

tenang. Mereka tidak lagi bersikeras ingin berjumpa dengan Princess Minerva.

Walaupun begitu masih ada beberapa orang yang tetap bersikeras berjumpa 293

Page 294: Gadis Misterius

dengan Princess Minerva. Tetapi semua itu berhasil ditangani oleh Menteri

Dalam Negeri tanpa membocorkan keadaan Princess Minerva yang

sebenarnya.

Pangeran Alcon terus berada di kamar Princess Minerva sepanjang hari.

Sejak Princess Minerva kembali dalam keadaan tidak sadarkan diri,

Pangeran menghabiskan waktunya di kamar Princess Minerva. Hanya tugas-

tugas kenegaraan saja yang mampu membuat Pangeran Alcon meninggalkan

kamar adiknya.

Keadaan Princess Minerva sejak ia kembali di Istana Plesaides tidak

kunjung membaik. Suhu tubuhnya tetap tinggi dan ia tetap tidak sadarkan

diri. Semua orang di Istana benar-benar mengkhawatirkan keadaannya yang

tetap tidak berubah walaupun hari telah berganti minggu. Beberapa saat

menjelang berakhirnya musim gugur, seluruh Istana dapat mulai merasa lega

dan semakin berharap Princess Minerva segera sadar. Saat itu suhu tubuh

Princess Minerva telah turun tetapi ia masih belum sadar. Ia tetap terbaring

lemah di atas tempat tidurnya yang besar.

“Suhu tubuh Princess telah turun,” kata Mrs. Vye mengumumkan.

“Ya, aku senang sekali mendengarnya. Aku yakin tak lama lagi Minerva

akan sadar,” kata Pangeran penuh keyakinan.

“Tetapi hingga kapan Anda akan terus memeluk Princess,” kata Mrs.

Wve sambil menyipitkan matanya.

Pangeran Alcon tersenyum nakal. “Hingga besok pagi,” katanya.

“Biarkan Princess tidur dengan nyenyak dan Anda harus segera kembali

ke kamar Anda,” kata Mrs. Wve, “Hari semakin larut malam.”

“Aku tahu, Mrs. Wve. Tetapi engkau harus mengerti bila aku ingin terus

di sini sampai pagi,” kata Pangeran, “Siapa tahu besok pagi Minerva sadar.

Aku ingin menjadi orang pertama yang dilihatnya.”

“Saya mengerti, Pangeran. Tetapi apakah Anda ingin tetap seperti itu

hingga pagi?” tanya Mrs. Wve.

Pangeran Alcon tersenyum. Ia tahu apa yang dimaksud Mrs. Wve, tetapi

ia tidak meletakkan kembali tubuh Princess Minerva. Pangeran menyandarkan

tubuhnya pada tiang besi tempat tidur kemudian membelai-belai kepala

Princess Minerva yang terkulai tak berdaya di pundaknya dengan satu

tangannya. Tangannya yang lain memeluk tubuh Princess Minerva.

“Ya,” jawab Pangeran dengan senyum nakal, “Kalau bisa aku ingin terus

seperti ini. Tetapi engkau tidak akan mengijinkanku, bukan?”294

Page 295: Gadis Misterius

“Tentu tidak!” jawab Mrs. Wve dan Mrs. Vye bersamaan.

Pangeran meletakkan jari telunjuknya di mulutnya. “Jangan berteriak

seperti itu. Minerva akan terganggu.”

“Kembalilah ke kamar Anda, Pangeran. Anda harus beristirahat,” kata

Mrs. Wve.

Pangeran cemberut. “Mengapa engkau tidak membiarkan aku memeluk

adikku sampai pagi?” tanya Pangeran.

“Karena kalian telah dewasa,” jawab Mrs. Wve.

“Ketika dulu Minerva masih kecil, mengapa engkau mengijinkan aku

memeluknya sampai pagi?” tanya Pangeran.

Mrs. Wve tersenyum melihat tingkah Pangeran Alcon yang biasanya

selalu penuh wibawa kini menjadi kekanak-kanakan. Tetapi ia mengerti

Pangeran menjadi kekanak-kanakan karena tidak sabar menanti saat Princess

Minerva sadar.

Bukan hanya Pangeran saja yang berubah bila menyangkut Princess

Minerva. Semua orang berubah karena mengkhawatirkan Princess Minerva.

Ini terbukti ketika Princess Minerva belum juga ditemukan walau kecelakaan

itu telah berlalu selama lebih dari satu bulan. Semua orang menjadi gila

memikirkan Princess Minerva yang tidak diketahui keberadaannya. Suasana

di Istana Plesaides menjadi sunyi karenanya. Istana Plesaides yang biasanya

dipenuhi orang yang lalu lalang saat itu menjadi sepi seakan-akan setiap

orang enggan ke Istana.

Setelah Princess kembali, semua orang yang semula membisu karena

sibuk memikirkan keadaan Princess Minerva seakan-akan bangkit dari

kebisuannya. Semua sangat senang Princess telah kembali dan kini mereka

menanti saat Princess tersadar dari tidur panjangnya.

“Karena saat itu Princess yang memintanya,” kata Mrs. Wve tenang.

“Kini Minerva juga yang memintanya. Tidakkah engkau mendengar

Minerva memintaku tak meninggalkannya. Ia juga sering berkata ia

kedinginan,” kata Pangeran Alcon merujuk.

“Pangeran, kalian telah dewasa. Kalau dulu saya mengijinkan Princess

tidur dengan Anda itu karena Princess masih kecil dan saya tahu

kemungkinan besar Anda akan menolaknya,” kata Mrs. Wve.

“Ya, aku menyesal dulu aku sering menolak bila ia meminta aku

menemaninya. Tetapi sejak kejadian itu aku merasa menyesal dan berusaha

memberikan yang terbaik bagi Minerva.”295

Page 296: Gadis Misterius

“Karena itu, Pangeran, kini berikan pula yang terbaik bagi Princess.

Kembalilah ke kamar Anda dan biarkan Princess tidur nyenyak,” kata Mrs.

Wve membujuk Pangeran Alcon.

“Bagaimana bila ia mencariku lagi?” tanya Pangeran Alcon merujuk lagi.

Tiba-tiba Mrs. Vye yang sejak tadi hanya menjadi pendengar berkata,

“Anda dapat menggunakan kamar yang saya tempati.”

Pangeran Alcon menggelengkan kepalanya. “Dulu kamar itu memang

untukku bila aku ingin tidur di sini. Tetapi sekarang kamar itu adalah kamar

Anda, Mrs. Vye.”

“Tidak apa-apa, Pangeran. Saya dapat tidur di kamar Mrs. Wve. Tempat

tidur Mrs. Wve cukup besar untuk kami berdua.”

Pangeran Alcon menggeleng lagi. “Tidak, Mrs. Vye. Mrs. Wve benar, aku

dan Minerva sudah dewasa. Aku akan kembali ke kamarku.”

Pangeran Alcon meletakkan tubuh Princess Minerva dengan hati-hati.

“Hanya suami Minerva saja yang dapat terus bersamanya sepanjang

hari. Tetapi kapan Minerva menemukannya? Minerva jarang berbicara dengan

laki-laki.”

Setelah mengucapkan itu Pangeran berlalu dari hadapan Mrs. Wve dan

Mrs. Vye yang saling berpandangan tak mengerti.

Mrs. Wve sadar apa yang dikatakan Pangeran Alcon memang benar.

Sejak kecil Princess Minerva selalu berpindah-pindah tempat setiap

pergantian musim sehingga Princess jarang berbicara dengan laki-laki.

Walaupun Castil Yonga cukup besar dan suasana di sekitarnya ramai, tetapi

Princess Minerva lebih sering berada di Castil daripada bepergian ke Foentza.

Princess lebih suka mendengarkan Quiya daripada berjalan-jalan.

Di Clayment pun juga demikian. Di sana Princess Minerva

menghabiskan waktunya di cottage kecil mereka yang Princess namai Small

Cottage. Princess Minerva hanya meninggalkan Small Cottage untuk ke

rumah Granny yang dekat dari Small Cottage.

Ketika Princess Minerva berada di Istana Plesaides, ia juga jarang

bertemu dengan laki-laki. Princess lebih banyak menghabiskan waktunya

untuk belajar dan memasak di dapur Istana.

Aneh memang. Princess Minerva memiliki wajah cantik yang akan

membuat siapa saja merasa tertarik tetapi ia tidak memiliki banyak kawan.

Bahkan teman teman perempuan yang sebaya.

Teman Princess Minerva hanyalah anak-anak kecil di sekitar Small 296

Page 297: Gadis Misterius

Cottage yang senang mendengarkan cerita Princess Minerva sambil

menikmati kue buatannya.

Selain itu Princess Minerva jarang diketahui sebagai putri raja. Lebih

banyak orang yang mengenalnya sebagai gadis yang menarik daripada

sebagai putri raja.

Hanya penduduk Xoechbee saja yang mengenalnya sebagai putri.

Itupun hanya orang-orang yang pernah ke Istana selama musim semi atau

mereka yang bertemu dengan Princess Minerva saat gadis itu berjalan di

sekitar Istana bersama Pangeran. Setiap kali Princess berada di Istana,

Pangeran selalu meluangkan waktu untuk menemani Princess berjalan-jalan

di sekitar Istana.

Setiap orang yang melihat Princess dan Pangeran berjalan bersama

dengan dikawal beberapa prajurit, mula-mula merasa bingung. Mereka

menduga Princess adalah kekasih Pangeran. Tetapi ketika mereka melihat

kemiripan Princess dan Pangeran, barulah mereka mengerti.

Kadang-kadang Pangeran Alcon juga membawa Princess ke penjara

bawah tanah Xoechbee dalam setiap kunjungan rutinnya. Karena itu cukup

banyak pula tahanan yang menyayangi Princess Minerva bukan saja karena

kecantikan Princess tetapi juga karena kebaikan hati Princess.

Pria-pria yang mengagumi Princess Minerva sadar Princess Minerva

terlalu anggun untuk mereka. Princess dikagumi dan dipuji banyak orang

tetapi tidak seorangpun dari mereka yang dekat dengan Princess seolah-olah

Princess adalah gadis sombong yang enggan berkenalan dengan siapapun

padahal bukan demikian halnya. Mereka yang mengagumi Princess merasa

segan pada keanggunan Princess. Mereka merasa diri mereka tidak cocok

untuk menjadi teman Princess yang dalam pandangan mereka sangat mulia

dan anggun. Mereka merasa diri mereka kecil di hadapan Princess yang selalu

memancarkan kharisma.

Granny pernah berkata kepada Mrs. Wve, “Minerva mempunyai

kharisma seorang putri sejati yang membuat ia disegani banyak orang.” Saat

Granny mengatakan itu, ia sama sekali tidak tahu Princess Minerva memang

seorang putri raja.

Di samping kharismanya yang menonjol itu, Princess memiliki senyum

manis pada wajah bidadarinya yang akan membuat siapa saja tidak dapat

melepaskan pandangan mata mereka dari wajah Princess Minerva.

Tutur kata Princess Minerva yang lemah lembut mampu membuat 297

Page 298: Gadis Misterius

setiap orang mendengarkannya dengan penuh perhatian walaupun apa yang

dikatakannya membosankan. Tetapi itu tidak akan pernah terjadi. Setiap

orang senang berbicara dengan Princess Minerva. Setiap orang senang

mendengarkan kata-katanya yang bijaksana dan tak jarang mengejutkan.

Tingkah laku Princess Minerva yang selalu tenang membuat setiap orang

semakin mengagumi dan menyayanginya. Namun di antara semua itu,

banyak orang yang mengagumi mata Princess Minerva yang berwarna ungu

jernih. Sekilas mata Princess memang tampak biru keungu-unguan tetapi

semakin dipandang, mata itu semakin tempak berwarna ungu jernih.

Kejernihan mata itu sebening suara Princess Minerva yang lemah lembut

tetapi mampu membuat siapa saja mendengarkannya.

“Suara Minerva yang bening itu mampu mempengaruhi siapa saja,”

demikian pendapat Pangeran.

Mungkin karena itulah Pangeran sering meminta bantuan Princess

setiap kali ia menghadapi masalah yang sulit terutama bila berhubungan

dengan masalah kerajaan. Dengan kebijaksanaan yang dimilikinya, Princess

membantu memecahkan setiap persoalan betapapun sulitnya persoalan itu.

seakan-akan persoalan seberat apapun menjati tidak ada artinya bila Princess

yang mengatasinya.

Sedikit banya berkat Princess Minervalah Raja Croi I disegani dan

disayang penduduk Kerajaan Zirva karena memperhatikan kehidupan

rakyatnya. Princess yang jarang berada di Istana dan hidup di tengah-tengah

masyarakat sebagai gadis biasa bukan sebagai putri raja, selalu kembali ke

Istana Plesaides dengan setumpuk pesoalan yang menyangkut rakyat. Secara

tidak langsung Raja mengetahui keadaan rakyatnya secara lebih terperinci

daripada yang dilaporkan menteri-menteri.

Princess Minerva juga banyak memberikan bantuannya dalam setiap

persoalan yang Princess bawa saat ia kembali ke Istana.

Bagi Mrs. Wve, Princess Minerva sangat berharga. Mrs. Wve sangat

menyayanginya, ia rela melakukan apa saja baginya. Dan seperti orang-orang

umumnya, ia merasa kecil di hadapan kharisma Princess Minerva sebagai

seorang putri.

Tetapi Princess Minerva tetap saja seorang gadis yang masih polos yang

perlu diperhatikan, tidak peduli sebesar apapun kharisma Princess Minerva

mampu membuat orang lain merasa kecil di hadapannya.

Sejak Princess Minerva hilang semua orang di Istana mengkhawatirkan 298

Page 299: Gadis Misterius

Princess hingga kini. Tetapi setelah mengetahui suhu tubuh Princess Minerva

mulai turun, semua orang mulai tidak seberapa cemas dan mereka semakin

berharap dan menantikan saat Princess sadar.

Tetapi Princess Minerva sendiri masih terus terbaring diam.

Suasana seperti ini benar-benar seperti dongeng putri tidur di mana

Princess tertidur nyenyak dan semua orang menantikan saat Princess

membuka matanya kembali dan menceriakan Istana.

299

Page 300: Gadis Misterius

17

Princess Minerva memincingkan matanya. Sinar matahari yang

menyilaukan membuat ia sulit melihat tempat ia berada. Tanpa sadar ia

menutupi arah datangnya sinar menyilaukan itu dengan tangannya.

Tiba-tiba sesosok pria menutupi sinar yang menyilaukan itu. Pria itu

berdiri tepat di depan jendela menuju serambi yang memantulkan sinar

matahari yang menyilaukan itu.

Mula-mula Princess Minerva melihat tubuh pria itu tampak hitam

dengan sinar matahari di sekelilingnya yang membuatnya silau. Princess

Minerva berusaha mengenali sosok itu dan ketika ia telah mengenalinya, ia

tersenyum dan berkata lemah, “Al….”

Perkataan Princess Minerva disambut dengan pelukan yang tiba-tiba.

“Minerva, aku khawatir sekali. Kukira engkau akan selamanya menjadi

putri tidur,” kata Pangeran Alcon sambil mempererat pelukannya.

“Al…,” sekali lagi Minerva memanggil Pangeran Alcon.

Pangeran Alcon semakin mempererat pelukannya seolah-olah tidak

ingin melepaskan Princess lagi.

Princess Minerva tersenyum di pelukan kakaknya. Ia meletakkan

kepalanya di pundak Pangeran Alcon dan menutup matanya. Princess Minerva

tahu saat ia terbaring, ia sering dipeluk kakaknya. Sering dalam mimpinya ia

merasakan hangatnya tubuh seseorang melindunginya dari udara dingin di

sekelilingnya.

Pangeran Alcon kebingungan dengan kediaman Princess Minerva.

“Engkau baik-baik saja, Minerva?” tanya Pangeran cemas.

Princess Minerva mengangguk. “Aku baik-baik saja.”

“Mengapa engkau diam saja?”

Princess Minerva tersenyum. “Aku merindukan segala sesuatu

tentangmu, Al. Aku rindu kaupeluk seperti ini.”

Pangeran meletakkan kepalanya di atas kepala Princess Minerva. “Aku

juga sangat merindukanmu, Minerva,” katanya sambil membelai rambut

Princess Minerva.

Princess Minerva melihat sekeliling kamarnya dari pundak Pangeran 300

Page 301: Gadis Misterius

Alcon.

Kamarnya sama sekali tidak berubah sejak ia meninggalkannya tahun

lalu. Tirai-tirai putih masih menutupi jendela panjang menuju serambi.

Demikian pula tirai-tirai yang menggantung pada tiang tempat tidurnya yang

besar. Bunga-bunga masih memenuhi ruangan itu, di dekat jendela, di pojok

ruangan juga di atas meja rias yang antik.

Pangeran Alcon yang mengetahui adiknya tengah memperhatikan

ruangna yang telah lama ditinggalkannya, tersenyum sambil terus membelai

Princess Minerva.

“Al,” kata Princess Minerva tiba-tiba.

“Ada apa, Minerva?”

“Aku ingin ke serambi.”

Pangeran terkejut mendengarnya. Ia menjauhkan tubuh Princess

Minerva dari pelukannya dan menatap lekat-lekat wajah Princess Minerva

yang kebingungan.

“Tidak, Minerva,” kata Pangeran Alcon sambil menggelengkan

kepalanya.

“Tetapi, Al…. Aku ingin sekali melihat keadaan di luar. Rasanya sudah

lama sekali aku terus berada di sini,” kata Princess Minerva.

“Benar. Engkau terus terbaring diam di sini lama sekali. Rasanya satu

abad engkau menjadi putri tidur.”

“Satu abad?” tanya Princess Minerva sambil tersenyum, “Lama sekali.”

“Benar. Sekarang engkau harus diam di sini.”

“Ayolah, Al. Aku merasa seperti boneka bila engkau tidak mengijinkan

aku ke serambi,” bujuk Princess Minerva, “Aku ingin sekali melihat cuaca di

luar.”

“Tidak, Minerva. Aku lebih senang engkau menjadi boneka yang manis

daripada menjadi putri tidur yang cantik,” kata Pangeran Alcon, “Lagipula

musim gugur hampir berganti.”

“Lama sekali aku tertidur,” kata Princess Minerva.

Pangeran Alcon tersenyum. “Anak nakal. Sejak tadi aku mengatakan

engkau telah menjadi putri tidur selama satu abad tetapi engkau tidak

mendengarkannya.”

“Ayolah, Al, ijinkan aku melihat keadaan luar. Bila engkau tidak

mengijinkan aku ke serambi biarlah aku melihat keadaan luar melalui

jendela,” kata Princess Minerva.301

Page 302: Gadis Misterius

“Baiklah, Minerva. Aku mengijinkan engkau melihat keadaan luar

melalui serambi,” kata Pangeran.

“Al, aku ingin berjalan sendiri,” kata Princess Minerva ketika Pangeran

Alcon hendak mengangkat tubuhnya.

Pangeran menggelengkan kepalanya. “Tidak, Minerva. Engkau terbaring

cukup lama di tempat tidur ini, aku khawatir engkau tidak cukup kuat untuk

berjalan. Aku akan menggendongmu ke sana.”

“Al, aku ingin berjalan sendiri. Aku dapat berjalan ke sana, Al.”

“Bila engkau memaksa berjalan ke sana sendirian, Minerva, aku tidak

akan mengijinkanmu melihat keadaan luar sampai musim semi.”

“Aku bosan berada di atas tempat tidur terus, Al. Aku ingin melihat

keadaan di luar,” kata Princess Minerva.

Pangeran memeluk tubuh Princess Minerva dengan satu tangannya dan

tangannya yang lain menata bantal Princess Minerva. Setelah merasa

tumpukan bantal itu cukup nyaman, Pangeran meletakkan tubuh Princess

Minerva dengan hati-hati di atas bantal itu.

“Sekarang engkau akan merasa nyaman,” kata Pangeran.

Princess Minerva memandang Pangeran sambil tersenyum. “Engkau

jahat sekali, Al. Engkau mengurungku di kamarku tanpa mengijinkan aku

melihat keadaan di luar. Engkau tahu aku selalu merindukan halaman Istana

yang luas.”

“Aku juga yakin engkau merindukan semua penghuni Istana,” kata

Pangeran.

Tiba-tiba Pangeran terdiam seakan-akan teringat sesuatu yang penting.

“Sejak tadi aku terus di sini tanpa memberi tahu mereka kalau engkau telah

sadar. Aku akan memberi tahu mereka, mereka pasti senang sekali,” kata

Pangeran.

Princess Minerva menahan Pangeran yang hendak meninggalkannya.

“Jangan pergi, Al.”

Pangeran Alcon memandang heran ke wajah adiknya.

“Mengapa engkau menahanku, Minerva? Biasanya engkau selalu

mengingatkan aku akan tugas-tugasku dan selalu memintaku

mengerjakannya setiap kali aku ingin menghabiskan waktu bersamamu tetapi

sekarang engkau menahanku. Aku merasa aneh. Apa yang sebenarnya telah

terjadi, Minerva?”

Princess Minerva tersenyum sambil memiringkan kepalanya 302

Page 303: Gadis Misterius

memandang wajah kakaknya.

Pangeran Alcon tersenyum melihat adiknya sambil berpikir siapa yang

tidak akan merasa tertarik bila melihat Princess Minerva dalam keadaan

seperti ini, tersenyum manis sambil memiringkan kepalanya.

Melihat senyuman itu, Princess Minerva semakin menyadari kemiripan

kakaknya dengan Alexander. Cara tersenyum mereka sama. Mereka juga

memiliki senyum nakal yang sama. Cara memandang mereka kepada

Princess Minerva hampir sama. Yang membuat pandangan kedua pria itu

kepada Princess Minerva berbeda adalah sinar yang terpancar di sana saat

memandang Princess Minerva.

Pangeran Alcon memandang Princess Minerva penuh kasih sayang,

demikian pula Alexander tetapi mata pria itu lebih tampak tajam dan penuh

tanda tanya saat menatap Princess Minerva.

Ketika Princess Minerva memandang wajah kakaknya, ia merasa seperti

memandang wajah Alexander, Alexander yang telah mengatakan kata-kata

kasar yang tidak dapat dilupakannya hingga kini. Teringat kata-kata terakhir

Alexander yang didengarnya, Princess Minerva merasa sedih. Ia tahu ketika ia

meninggalkan Obbeyville itu adalah saat terakhir ia dapat berjumpa dan

mendengarkan suara Alexander yang sangat dicintainya.

Walaupun banyak kemiripan Alexander dengan kakaknya, Pangeran

Alcon, tetapi Princess Minerva menyadari ia mencintai Alexander bukan

karena kemiripannya tetapi karena Alexander adalah Alexander. Princess

Minerva telah menyadari itu pada saat-saat terakhir ia berada di Obbeyville.

Princess Minerva sadar apa yang dikatakan Alexander tidak akan

diingkari pria itu. Sejak mengenal Alexander, Princess Minerva telah

mengenali watak pria itu yang tidak ingin siapapun menghalangi

keinginannya. Alexander tidak dapat ditahan bila ia mempunyai keinginan.

Dan keinginan terbesar Alexander yang diketahui Princess Minerva adalah

tidak melihat wajahnya lagi. Princess Minerva menjadi semakin sedih

memikirkan ia tidak akan pernah berjumpa lagi dengan Alexander yang

sangat dicintainya tetapi tidak menyukainya.

Saat ini Princess Minerva sadar, sejak pertama kali ia bertemu dengan

Alexander, ia telah mencintai pria itu tetapi ia tidak berani mengakuinya

karena ia takut. Ia takut hatinya tersakiti dan ia semakin enggan

mengakuinya ketika Alexander semakin akrab dengan Lady Debora.

Princess Minerva teringat kembali saat Alexander dan Lady Debora 303

Page 304: Gadis Misterius

berdua. Mereka tampak sangat mesra sekali.

“Mengapa engkau menangis, Minerva?” tanya Pangeran.

“Aku tidak menangis,” kata Princess Minerva berdusta.

“Engkau menangis,” kata Pangeran sambil menyeka air mata yang

membasahi mata Princess Minerva, “Lihatlah ini.”

Princess Minerva berusaha tersenyum dalam kesedihan hatinya, “Aku

menangis karena aku sangat merindukanmu, Al. Aku senang sekali dapat

berjumpa kembali denganmu sehingga aku menangis.”

Pangeran menatap wajah Princess Minerva. Ia tahu Princess Minerva

tidak mengatakan yang sebenarnya tetapi ia pura-pura percaya.

Princess Minerva tidak menyadari kakaknya terus melihat wajahnya

yang menjadi sayu ketika Princess Minerva mengenang kembali saat ia

berada di Obbeyville dan kenangannya bersama Alexander.

“Aku juga sangat merindukanmu, Minerva.”

“Di mana Mrs. Vye?” tanya Princess Minerva, “Di mana Eido?”

Pangeran Alcon tersenyum, “Akhirnya engkau menanyakan hal itu. Aku

baru saja berpikir hingga kapan engkau tidak bertanya mengenai Mrs. Vye

maupun Eido.”

“Di mana mereka, Al? Apakah mereka telah kembali ke Obbeyville?”

tanya Princess Minerva cemas.

“Tidak, Minerva. Mereka berada di sini. Bahkan Mrs. Vye terus

menemanimu selama engkau tidak sadar bersama Mrs. Wve.”

“Di mana Mrs. Wve, Al? Aku rindu sekali padanya. Aku ingin segera

berjumpa semua orang yang selalu kurindukan ketika aku berada di

Obbeyville.”

“Engkau selalu merindukan kami?” tanya Pangeran Alcon tak percaya.

Princess Minerva tersenyum, “Walaupun aku tidak dapat mengingat

masa laluku tetapi aku selalu merindukan kalian, Al. Aku merindukan kalian

walau aku tidak ingat nama dan wajah kalian.”

Pangeran Alcon tiba-tiba memeluk Princess Minerva. “Aku senang

engkau selalu merindukan aku, Minerva. Semula kukira hanya aku saja yang

merindukanmu.”

“Jangan seperti itu, Al. Aku menyayangi kalian. Aku pasti meridukan

kalian walaupun aku kehilangan ingatan. Sekarang jawablah di mana mereka,

Al?”

“Mereka semua berada di Istana ini, Minerva. Saat ini Mrs. Vye dan Mrs. 304

Page 305: Gadis Misterius

Wve pasti sedang bercakap-cakap di Ruang Duduk,” kata Pangeran Alcon,

“Tunggulah di sini. Aku akan memanggil mereka.”

Pangeran menghilang ke pintu yang membatasi Ruang Duduk dengan

ruang tempat Princess Minerva berada.

Tak lama kemudian Pangeran Alcon kembali bersama dua orang wanita

tua yang membelalak terkejut dan senang melihat Princess Minerva.

Princess Minerva tersenyum menyambut mereka.

Setelah Mrs. Vye dan Mrs. Wve mengetahui Princess Minerva telah

sadar kembali, semua orang di Istana mengetahuinya juga. Semua orang

merasa sangat senang mendengarnya. Raja dan Ratu segera menghampiri

Princess Minerva yang terus berbaring di tempat tidurnya sambil bercanda

dengan Pangeran Alcon.

Dengan bangkitnya sang putri tidur dari tidur panjangnya, seluruh

Istana kembali menjadi ceria. Keceriaan itu seakan-akan menjalari seluruh

Istana sehingga semua tumbuhan tampak lebih ceria.

Walau Princess Minerva sadar kambali, ia tetap berada di atas tempat

tidurnya dengan Pangeran Alcon yang selalu setia menemaninya dan Mrs.

Wve serta Mrs. Vye yang selalu berada di Ruang Duduk.

Suatu hari saat Pangeran Alcon menemani Princess Minerva, Pangeran

berkata,

“Apakah engkau tidak bosan mendengarkan pembicaraan kedua wanita

itu yang seakan-akan tidak ada akhirnya itu?”

Princess Minerva tersenyum. Ia mendengarkan suara percakapan Mrs.

Wve dengan Mrs. Vye di Ruang Duduk yang telah menjadi bagian dari

hidupnya akhir-akhir ini.

“Mereka memang cocok, ya, Al?”

Pangeran mengangguk. “Mereka memang cocok sekali. Bila mereka

berkumpul, mereka akan selalu berbicara hingga tidak ada habisnya.”

Princess Minerva tersenyum mendengar keluhan kakaknya.

Mrs. Wve dan Mrs. Vye memang sangat cocok. Keduanya juga memiliki

rupa yang sama. Setiap orang yang melihat mereka berdua pasti mengira

mereka bersaudara. Mrs. Wve memiliki tubuh yang sama gemuk dengan Mrs.

Vye. Wajah mereka juga tampak mirip. Dari semua kecocokan Mrs. Wve dan

Mrs. Vye, yang paling mencolok adalah kecocokan kedua wanita itu saat

berbincang-bincang. Kedua wanita tua itu setiap hari menghabiskan waktunya

dengan berbicang-bincang. Perbincangan mereka tidak pernah berakhir. 305

Page 306: Gadis Misterius

Selalu saja ada yang dibicarakan mereka berdua. Bila hari ini mereka

membicarakan masa lalu mereka, maka esok mereka akan membicarakan hal

yang lain.

“Sejak Mrs. Vye ada di sini, Mrs. Wve jarang memperhatikanmu,” kata

Pangeran, “Aku akan memperingatkan Mrs. Wve.”

Princess Minerva tersenyum, “Biarkanlah mereka, Al. Mereka memang

cocok sekali dan tidak dapat dipisahkan. Sejak dulu Mrs. Wve hanya

mengawalku pergi ke manapun. Ia tidak mempunyai teman berbicara

sekarang ia mempunyai teman yang cocok.”

“Ya,” keluh Pangeran sambil meletakkan kepalanya di dekat tangan

Princess Minerva, “Tetapi mereka berbicara tidak ada akhirnya membuat aku

merasa bosan mendengarnya.”

Princess Minerva meletakkan tangannya di atas kepala kakaknya,

“Jangan berkata seperti itu. Aku menyayangi mereka berdua.”

“Apakah engkau tidak menyayangiku?” tanya Pangeran sambil melirik

tajam pada Princess Minerva.

Tatapan tajam kakaknya membuat Princess Minerva kembali teringat

mata tajam Alexander saat terakhir kali ia melihat pria itu. Princess Minerva

segera menutup matanya.

“Aku juga menyayangimu, Al. Tetapi engkau harus mengerti. Mrs. Wve

pasti merasa bosan dan kesepian karena harus selalu menemaniku ke

manapun aku pergi. Selama itu ia tidak mempunyai teman yang seusia

dengannya. Ia tidak mempunyai teman untuk berbagi cerita. Sekarang ia

mendapatkannya dan demikianlah jadinya.”

“Karena itulah sampai sekarang engkau belum bertanya pada Mrs. Vye

apakah ia mau tinggal di Istana?” tanya Pangeran.

Princess Minerva menatap wajah kakaknya, “Aku tidak tahu, Al. Aku

merasa Mrs. Vye pasti setuju bila ia kuminta tinggal di sini tetapi ia juga

memiliki teman yang menyayanginya di Obbeyville. Aku tidak ingin

membuatnya bingung.”

“Sekarang waktunya kita memanfaatkan kepandaianmu menarik

perhatian orang dan kepandaianku memanfaatkan kesempatan,” kata

Pangeran.

“Apa yang kaumaksud, Al?”

“Engkau harus bertanya kepada Mrs. Vye, Minerva. Kau tahu itu. Dan

sekarang kita berdua yang akan bertanya pada Mrs. Vye. Tunggulah di sini.”306

Page 307: Gadis Misterius

Pangeran Alcon segera menghilang sebelum Princess Minerva sempat

menghalanginya.

Sesaat kemudian Pangeran kembali dengan Mrs. Vye.

“Ada keperluan apa Anda memanggil saya, Princess?”

Princess Minerva tersenyum ,”Saya telah sering mengatakan kepada

Anda, Mrs. Vye. Jangan memanggil saya Princess Minerva. Saya tahu Anda

belum terbiasa dengan panggilan itu. Panggilah saya Maria seperti saat kita

berada di Obbeyville.”

Mrs. Vye hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa.

“Duduklah di kursi ini, Mrs. Vye,” kata Pangeran sambil menunjuk kursi

yang terletak di samping tempat tidur Princess Minerva.

Pangeran duduk di tepi tempat tidur Princess Minerva dan memulai

percakapan, “Kami ingin bertanya bagaimana perasaan Anda selama berada

di Istana?”

“Jawablah yang jujur, Mrs. Vye. Kami hanya ingin mengetahuinya,” kata

Princess Minerva.

“Saya merasa senang sekali dapat berada di Istana semegah ini tetapi

kadang saya juga merasa tempat ini terlalu mewah untuk saya,” jawab Mrs.

Vye.

“Jangan khawatir, Mrs. Vye. Itu karena Anda belum terbiasa dengan

suasana Istana. Anda telah lama tinggal di sini, Anda akan terbiasa dengan

semua kemewahan ini,” kata Princess Minerva.

“Bagaimana pendapat Anda tentang Mrs. Wve?” tanya Pangeran tidak

membuang kesempatan.

“Saya merasa Mrs. Wve teman bicara yang menyenangkan. Saya dan ia

merasa cocok satu sama lain,” jawab Mrs. Vye jujur.

Princess Minerva tersenyum, “Kami juga merasa demikian, Mrs. Vye.

Kami merasa kalian cocok satu sama lain hingga rasanya tidak mungkin

terpisahkan lagi.”

“Kami ingin bertanya apakah Anda mau terus tinggal di Istana?” tanya

Pangeran.

Mrs. Vye tampak bingung.

Princess Minerva yang menyadari hal itu segera berkata, “Kami tidak

memaksa Anda, Mrs. Vye. Tetapi saya dan juga Mrs. Wve pasti merasa

senang bila Anda mau tinggal bersama kami. Dan bila tiba saatnya untuk

saya pergi ke tempat lain, Anda dapat memutuskan apakah Anda ikut dengan 307

Page 308: Gadis Misterius

kami atau tidak.”

“Bukan itu yang saya khawatirkan, Princess.”

“Saya mengerti Anda mengkhawatirkan Mrs. Fat, Mr. Liesting dan Mrs.

Dahrien. Mengenai mereka saya juga telah memikirkannya tetapi saya masih

belum menemukan jalan keluar yang terbaik bagi mereka dan keluarga

Sidewinder,” kata Princess Minerva, “Dan mengenai semakin retaknya

hubungan Anda dengan keluarga Sidewinder saya juga merasa harus

bertanggung jawab.”

Mrs. Vye cepat-cepat berkata, “Jangan khawatirkan kami, Princess.

Khawatirkan saja kesehatan Anda. Mengenai hubungan saya yang tidak

begitu baik dengan Baroness Lora, Anda telah mengetahuinya. Anda sama

sekali tidak bersalah dalam hal ini. Saya sendiri yang memutuskan untuk

meninggalkan keluarga itu.”

Pangeran tertawa. “Jika engkau berhasil membuat Minerva diam, aku

akan mengucapkan selamat kepadamu. Selama ini Minerva sangat sulit

disuruh diam, tetapi sejak ia menghilang, ia menjadi lebih penurut.

Sebenarnya apa yang terjadi selama engkau berada di sana, Minerva?”

“Engkau telah mengetahuinya dari Mrs. Vye, bukan?”

Pangeran mengangguk, “Tetapi aku belum mengetahuinya darimu.”

“Ceritanya akan sama saja, Al,” kata Princess Minerva, “Sekarang kita

sedang bertanya pada Mrs. Vye.”

Pangeran memalingkan pandangannya ke wajah Mrs. Vye yang masih

diwarnai kebigungannya.

“Pikirkanlah hal ini, Mrs. Vye. Kami tidak memaksamu. Dan mengenai

kawan Anda, Eido, kami juga telah bertanya apakah ia mau tinggal di sini.

Dan seperti Anda, ia masih merasa bingung.”

“Saya berjanji akan memikirkannya, Pangeran.”

“Terima kasih, Mrs. Vye. Saya sangat senang sekali bila Anda mau

tinggal bersama saya. Mrs. Wve pasti merasa senang mempunyai teman yang

dapat diajaknya berbagi masa lalu,” kata Princess Minerva sambil tersenyum.

Pertanyaan yang diajukan Princess Minerva dan kakaknya benar-benar

telah membuat Mrs. Vye merasa bingung. Setelah berpikir lama dan

bercakap-cakap dengan Eido, akhirnya mereka berdua membuat keputusan

yang sama, keputusan yang membuat Princess Minerva merasa senang

sekali.

Tetapi Mrs. Wve lebih terlihat senang dengan keputusn Mrs. Vye 308

Page 309: Gadis Misterius

daripada Princess. Sepanjang hari Mrs. Wve bercakap-cakap dengan Mrs. Vye

setelah Mrs. Vye memutuskan untuk tinggal di Istana. Suara percakapan

kedua wanita itu terdengar hingga kamar Princess Minerva dan itu membuat

Pangeran Alcon menjadi bosan.

Princess Minerva yang mengetahui itu hanya tersenyum. Ia tidak dapat

berbuat apa-apa. Pangeran sama sekali tidak mengijinkannya meninggalkan

tempat tidurnya walaupun ia telah cukup sehat.

Tetapi apa yang dikatakan Pangeran Alcon memang benar.

Princess Minerva bukanlah seorang gadis yang mau duduk diam

sepanjang hari. Memang pada mulanya ia mampu mengatasi kebosanannya

tetapi lama kelamaan ia benar-benar merasa bosan dan ingin segera

meninggalkan tempat tidur. Bagi Princess Minerva, semakin ia diam saja itu

artinya ia semakin memiliki banyak waktu untuk memikirkan Alexander.

Tetapi memikirkan Alexander bukanlah suatu hal yang membuatnya

senang. Ia selalu merasa sedih dan ingin menangis bila teringat pria itu.

Ingatannya akan kata-kata terakhir Alexander dan wajah Alexander sebelum

ia meninggakan tempat itu benar-benar telah melekat di hatinya sehingga

setiap kali ia memikirkan pria itu, yang muncul hanyalah saat yang

menyakitkan hatinya itu. Setiap Princess Minerva memejamkan matanya,

yang terlihat hanyalah wajah Alexander yang dingin dan penuh kemarahan.

Pada suatu hari Princess Minerva memanfaatkan kebosanan kakaknya.

“Aku benar-benar merasa jenuh mendengar percakapan mereka,” keluh

Pangeran, “Mengapa engkau bisa tahan dengan semua ini?”

“Sabarlah, Al. Memang beginilah yang seharusnya terjadi. Selama ini

aku selalu melihat Mrs. Wve pendiam tetapi sejak kedatangan Mrs. Vye, ia

menjadi lebih banyak berbicara.”

“Engkau senang melihat aku jenuh?” tanya Pangeran.

“Aku tidak ingin engkau merasa jenuh, Al. Tetapi jangan khawatir,

sekarang aku punya pemecahannya.”

“Apa itu?” tanya Pangeran ingin tahu.

“Ijinkan aku meninggalkan tempat tidurku,” jawab Princess Minerva

tenang.

Pangeran segera menggelengkan kepalanya mendengar jawaban itu.

“Tidak, Minerva. Aku tidak akan mengijinkanmu.”

“Ayolah, Al, aku benar-benar merasa bosan duduk diam di sini

sepanjang hari,” bujuk Princess Minerva.309

Page 310: Gadis Misterius

Pangeran menatap wajah Princess Minerva yang penuh permohonan.

“Engkau memang pandai memohon,” kata Pangeran.

Princess Minerva tersenyum penuh kemenangan mendengarnya.

“Baiklah, Minerva. Tetapi aku tidak akan mengijinkan engkau berjalan.

Akulah yang akan membawamu meninggalkan tempat tidurmu.”

“Al, aku dapat berjalan sendiri.”

“Aku tahu, Minerva. Tetapi aku tidak akan mengijinkanmu berjalan

sampai aku benar-benar yakin engkau cukup sehat.”

“Al, engkau memperlakukanku seperti aku ini seorang bayi yang baru

belajar berjalan.”

Pangeran tersenyum nakal yang membuat Princess Minerva kembali

teringat pada Alexander.

“Saat ini aku memang merasa engkau seorang bayi yang perlu dijaga

agar tidak nakal.”

Pangeran mengangkat tubuh Princess Minerva dan berkata, “Sekarang

ke mana kita akan pergi?”

Princess Minerva tersenyum senang. Ia tahu ia tidak akan lagi memiliki

banyak waktu untuk memikirkan Alexander dan ia berharap dengan demikian

ia dapat sedikit demi sedikit melupakan Alexander dan kenangan pahitnya.

Tetapi Princess Minerva juga menyadari ia sulit melakukan itu. Princess

Minerva percaya ia tidak akan dapat melupakan Alexander walaupun pria itu

telah menyakitinya. Ia sangat mencintai pria itu bahkan terlalu mencintai pria

itu sehingga memikirkan saat di Obbeyville saja mampu membuat hatinya

terasa teriris. Kepercayaan Princess Minerva jauh lebih tepat dibandingkan

harapannya. Ia sama sekali tidak dapat melupakan Alexander. Pikirannya

tentang pria itu terus saja melekat di kepalanya. Alexander telah

bersemayam tidak hanya di hatinya tetapi juga di pikirannya.

Kebiasaan Princess Minerva yang selalu bersikap tenang membuat tidak

seorangpun menyadari itu. Ia tetap mampu bersikap tenang dan selalu

tersenyum walau hatinya sedang bersedih.

Sejak Pangeran Alcon mengijinkannya meninggalkan tempat tidurnya,

Princess Minerva benar-benar memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya.

Sepanjang hari ia duduk di depan pianonya sambil memainkan lagu-lagu

kesukaan kakaknya. Dengan permainan pianonya, Princess Minerva semakin

menceriakan suasana di Istana Plesaides. Permainannya yang penuh

perasaan terdengar ke seluruh penjuru Istana.310

Page 311: Gadis Misterius

Tidak seorang pun yang menyadari di balik semua itu Princess Minerva

merasa sangat sedih. Princess Minerva memang pandai menyembunyikan

perasaan hatinya yang sebenarnya. Dengan sikapnya yang selalu tenang dan

penuh senyuman, ia tetap terlihat ceria dan mempesona.

Princess Minerva menyadari hari-hari terus berlalu sejak ia

meninggalkan Obbeyville. Dan ia merasa telah lama sekali ia meninggalkan

Obbeyville yang mendapat tempat di hatinya. Rasanya baru kemarin ia

berada di Obbeyville padahal telah lebih dari empat bulan ia meninggalkan

tempat itu.

Princess Minerva yang menurut setelah Pangeran Alcon memutuskan

hanya dirinyalah yang boleh membawa Princess Minerva meninggalkan

tempat tidurnya, akhirnya mulai merasa bosan. Princess Minerva mulai tidak

senang harus menanti kakaknya bila ia hendak meninggalkan tempat

tidurnya. Ia merasa dirinya telah memberi beban tambahan di pundak

kakaknya. Princess Minerva mengakui sejak ia sadar dari tidur panjangnya, ia

selalu melihat kakaknya di kamarnya. Setiap saat ia terbangun dari tidurnya,

wajah kakaknya selalu ada di kamarnya. Pangeran Alcon jua telah

memindahkan ruang kerjanya ke Ruang Duduk Princess Minerva. Princess

Minerva tahu itu tetapi ia tidak dapat mencegah kakaknya. Ia mengerti

seperti halnya seluruh penghuni Istana, Pangeran merasa rindu padanya dan

ingin menghabiskan waktu sepanjang hari bersamanya.

Raja dan Ratu yang mengerti keadaan itu mengalah. Mereka lebih

menyibukkan diri mereka dengan urusan kerajaan. Mereka juga telah

memberi banyak kesempatan bagi kedua kakak beradik itu untuk selalu

berdua. Tidak hanya Raja dan Ratu saja yang mengerti. Semua orang di

Istana mengerti itu. Mereka tidak banyak menganggu ketika Pangeran Alcon

sedang bersama Princess Minerva yang mereka sayangi. Mrs. Wve dan Mrs.

Vye juga mengerti masalah itu. Mereka lebih banyak berbicara di luar kamar

Princess Minerva daripada di dalam kamar menganggu kakak beradik itu.

Hari-hari terakhir ini Princess Minerva merasa sikap Pangeran Alcon

menjadi aneh. Kakaknya sering terlihat termenung memikirkan sesuatu.

Tetapi Pangeran tidak mau berkata apa-apa walaupun Princess Minerva telah

membujuknya.

Princess Minerva sedang bermain piano ketika terdengar suara ketukan

di pintu kamarnya.

Mrs. Wve dan Mrs. Vye sedang berjalan-jalan di halaman Istana 311

Page 312: Gadis Misterius

sehingga Pangeran sendiri yang membuka pintu itu.

“Selamat siang, Princess Minerva. Bagaimana keadaan Anda?” tanya

Kendsley.

Princess Minerva yang mendengar sapaan itu segera berjalan

meninggalkan piano dan mendekati Menteri Dalam Negeri yang tersenyum

padanya.

Pangeran Alcon yang telah membiarkan Princess Minerva berjalan

sendiri diam saja.

“Selamat siang, Kendsley. Lama kita tidak berjumpa,” sapa Princess

Minerva.

“Ya, Anda setiap hari berada di kamar Anda.”

Princess Minerva memalingkan kepalanya kepada kakaknya yang

tersenyum nakal, “Ia mengurungku di sini sejak aku sadar. Dan untuk dapat

berjalan sendiri, aku benar-benar harus berusaha keras.”

Pangeran Alcon tersenyum.

Pangeran Alcon ingat sekali saat ia dikejutkan oleh munculnya Princess

Minerva di Ruang Duduk. Saat itu Pangeran menduga Princess Minerva masih

tertidur.

Tidak sedikitpun ia menduga adiknya tengah duduk di Ruang Duduk

sambil bercakap-cakap dengan Mrs. Wve dan Mrs. Vye.

Princess Minerva segera menghampiri Pangeran Alcon yang terpaku di

pintu.

“Mengapa engkau meninggalkan tempat tidurmu?” tanya Pangeran.

“Karena aku mempunyai kaki untuk berjalan dan aku tidak

membutuhkan bantuan orang lain untuk sampai di sini,” jawab Princess

Minerva tenang, “Lama kelamaan sang ‘bayi’ juga akan mampu berjalan

sendiri tanpa bantuan orang lain.”

Pangeran Alcon menyerah pada keinginan adiknya dan sejak saat itu ia

tidak lagi membopong adiknya ke tempat yang diinginkan adiknya. Ia telah

membiarkan ‘bayi’nya berjalan sendiri.

“Ada keperluan apa engkau mencariku, Kendsley?” tanya Pangeran.

“Sejak Anda mengumumkan berita kembalinya Princess, Anda belum

memberi penjelasan kapan Anda akan mengadakan pesta itu. Masyarakat

mempertanyakannya,” kata Kendsley.

“Pesta apa?” tanya Princess Minerva tak mengerti.

Pangeran tersenyum pada Princess Minerva. “Aku mengerti, Kendsley. 312

Page 313: Gadis Misterius

Aku akan mengumumkannya dalam waktu dekat ini.”

“Akan saya sampaikan perkataan Pangeran pada masyarakat,” kata

Kendsley.

Setelah Menteri Dalam Negeri meninggalkan tempat itu, Princess

Minerva mendekati Pangeran Alcon dan bertanya, “Pesta apa, Al?”

Pangeran Alcon memegang pundak adiknya. “Duduklah dulu.”

Pangeran Alcon mendudukkannya tepat di depan perapian yang

menyala terang. Setelah itu ia duduk di hadapan Princess Minerva.

“Pesta itu kuadakan untuk membuat masyarakat mengenalmu,” kata

Pangeran, “Dan engkau tidak dapat menghindari pesta ini. Tahun ini engkau

tidak akan pergi ke Clayment.”

Princess Minerva tersenyum, “Aku tahu, Al. Musim gugur telah berlalu

dan musim dingin telah berlalu hampir satu bulan. Tidak mungkin ladi bagiku

untuk ke Clayment. Bila aku memaksa ke sana, aku pasti jatuh sakit selama di

perjalanan.”

Pangeran Alcon tersenyum puas, “Bagus. Aku senang engkau mau

mengerti.”

“Tetapi, Al mengapa engkau harus mengadakan pesta untuk itu bila

engkau tidak ingin peristiwa ini terjadi lagi. Masih banyak cara lain agar

penduduk Kerajaan mengenalku,” kata Princess Minerva.

“Memang masih banyak cara lain tetapi aku terlanjur berjanji pada

masyarakat. Engkau paling tidak suka melihat orang melanggar janjinya,

bukan ?”

Princess Minerva membenarkan ucapan Pangeran Alcon.

“Karena itu engkau mau bukan hadir dalam pesta itu?”

“Kapan pesta itu akan kauadakan?”

“Aku belum tahu. Aku belum memutuskannya secara pasti. Tetapi

dalam beberapa hari ini aku telah berpikir untuk mengadakannya bertepatan

dengan hari Natal.”

Princess Minerva cepat-cepat berkata, “Tidak, Al. Engkau jangan

mengadakannya tepat pada hari Natal.”

“Mengapa tidak, Minerva?” tanya Pangeran Alcon tak mengerti.

“Al, pada hari Natal orang-orang umumnya lebih suka merayakannya

bersama keluarganya. Lebih baik engkau mengadakannya sesudah atau

sebelum hari Natal itu.”

Pangeran tak mengerti. “Mengapa tidak, Minerva? Kurasa tidak ada 313

Page 314: Gadis Misterius

salahnya bila kita mengadakannya tepat pada hari Natal.”

Princess Minerva tersenyum pengertian. “Memang tidak ada masalah.

Tetapi kita harus menghargai keinginan setiap orang yang ingin merayakan

Natal bersama keluarganya, Al. Adakan pesta itu sebelum atau sesudah hari

Natal.”

“Baiklah, Minerva. Bila itu yang kauhendaki. Aku tidak ingin engkau

tiba-tiba pergi seperti pesta ulang tahunmu itu,” kata Pangeran, “Daripada

aku kehilangan engkau lagi lebih baik aku menuruti kehendakmu.”

“Jadi, kapan engkau akan mengadakannya?”

Pangeran berpikir sambil menimbang untung ruginya bila pesta itu

diadakan sebelum atau sesudah hari Natal.

Setelah menemukan jawabannya, Pangeran tersenyum dan berkata,

“Aku akan mengadakannya pada kedua-duanya.”

“Sebelum dan sesudah Natal?” tanya Princess Minerva tak percaya,

“Mengapa engkau mengadakannya dua kali, Al? Sekali saja sudah cukup.”

“Bukan itu maksudku, Minerva sayang,” kata Pangeran, “Aku akan

mengadakannya sebelum hari Natal dan tepat pada hari Natal. Dengan

demikian keinginanmu dan keinginanku sama-sama terkabul.”

“Al, bagaimana dengan mereka yang ingin merayakan Natal bersama

keluarganya?” tanya Princess Minerva.

“Aku telah memikirkannya, Minerva. Bila mereka ingin merayakan Natal

bersama keluarganya, mereka cukup hadir pada pesta pertama tetapi bila

mereka mau merayakan Natal bersama kita, mereka boleh hadir lagi di pesta

kedua.”

“Kapan pesta pertama itu akan kauselenggarakan?” tanya Princess

Minerva.

“Mungkin tanggal dua puluh.”

Princess Minerva menggelengkan kepalanya, “Tidak, Al. Jangan

mengadakannya pada tanggal itu. Bagaimana dengan mereka yang ingin

berkumpul dengan keluarganya yang tempat tinggalnya sangat jauh dari

sini?”

Pangeran terdiam.

Princess Minerva memanfaatkan kesibukan berpikir Pangeran. “Paling

tidak adakanlah sepuluh hari sebelum Natal.”

“Baiklah,” kata Pangeran tiba-tiba, “Aku akan mengadakan pesta

pertama pada pertengahan Desember dan pesta kedua tepat pada hari 314

Page 315: Gadis Misterius

Natal.”

“Siapa yang akan kauundang, Al? Engkau belum memutuskannya,” kata

Princess Minerva mengingatkan.

“Engkau salah, Minerva sayang. Sebelum aku mengumumkan

kemunculanmu pada penduduk, aku telah mengetahui siapa saja yang akan

kuundang. Aku akan mengundang semua bangsawan yang ada di Kerajaan

Zirva.”

Princess Minerva terkejut. Ia sadar bila semua bangsawan diundang

dalam pesta itu, maka kemungkinan besar ia akan bertemu kembali dengan

Alexander.

Tetapi Princess Minerva tahu Alexander pasti tidak senang bertemu

dengannya. Princess Minerva tahu pria itu akan mengeluarkan kata-kata yang

tak pernah dibayangkannya sebelumnya.

“Apakah itu tidak terlalu berlebihan, Al?”

“Tidak. Aku ingin sekali bertemu dengan Baroness Lora dan Lady

Debora,” kata Pangeran geram.

“Al, aku tidak mengijinkanmu bertemu dengan mereka hanya karena

engkau merasa marah pada perlakuan mereka terhadapku,” kata Princess

Minerva.

“Minerva, mereka telah memperlakukanmu dengan buruk. Aku ingin

mengetahui seperti apa wajah wanita yang menghinamu,” kata Pangeran.

Princess Minerva menggelengkan kepalanya, “Tidak, Al. Walaupun

mereka tidak menyukaiku tetapi mereka masih mengijinkan aku tinggal di

Obbeyville. Sekasar apapun kata-kata mereka, mereka tetap berjasa

kepadaku.”

“Engkau memang terlalu baik hati, Minerva. Engkau bahkan tidak

merasa marah kepada mereka,” kata Pangeran Alcon sambil tersenyum

memandang wajah adiknya.

Pangeran Alcon senang sekali memandangi wajah cantik adiknya. Ia

tidak pernah merasa bosan melihat wajah cantik itu dengan senyumannya

yang manis.

Setiap kali melihatnya, Pangeran Alcon berpikir siapakah yang tidak

akan tertarik melihat adiknya. Jawabannya adalah tidak ada. Semua orang

tertarik melihat wajah Princess Minerva yang cantik dengan senyumannya

yang menawan hati dan matanya yang ungu jernih. Demikian pula tutur

katanya yang lemah lembut akan membuat siapa saja semakin tertarik 315

Page 316: Gadis Misterius

padanya.

“Berkat mereka aku dapat berada di sini kembali,” kata Princess

Minerva.

“Baiklah, Minerva. Aku mengerti berkat mereka engkau dapat berada di

sini. Dan karena mereka pula engkau masih dapat hidup hingga kini.”

Princess Minerva tersenyum mendengar suara kakaknya yang dibuat

setenang mungkin tetapi tidak dapat menyembunyikan kegeraman yang

muncul terutama saat ia mengatakan ‘mereka’. Princess Minerva tahu

kakaknya pasti tidak menyukai Baroness Lora dan Lady Debora setelah

mendengar peristiwa yang dialaminya selama berada di Obbeyville.

“Masalah itu telah selesai, Al. Sekarang maukah engkau menceritakan

masalahmu yang lain?”

“Masalah apa?” tanya Pangeran Alcon tak mengerti.

“Jangan berbohong kepadaku, Al,” kata Princess Minerva, “Aku tahu

engkau sedang menghadapi suatu masalah yang sulit. Katakanlah kepadaku

mungkin aku dapat membantumu.”

Pangeran tertawa, “Apakah engkau selalu dapat membaca pikiran

orang, Minerva?”

“Aku tidak dapat membaca pikiran orang, Al, tetapi aku tahu engkau

sedang menghadapi masalah yang serius.”

“Aku baru saja menyelesaikan satu-satunya masalah yang menjadi

beban pikiranku akhir-akhir ini.”

Princess Minerva menggelengkan kepalanya, “Tidak, Al. Engkau masih

mempunyai masalah yang lain. Aku tahu itu.”

“Rasanya aku tidak pandai menyembunyikan suatu masalah,” gumam

Pangeran.

Princess Minerva tersenyum, “Karena itu, Al, jangan berbohong lagi

kepadaku. Katakan apa masalahmu itu.”

Pangeran terdiam. Pangeran memandang wajah Princess Minerva

selama beberapa saat kemudian ia menuju jendela yang selalu tertutup.

Princess Minerva melihat kakaknya tampak kebingungan. Ia mendekati

Pangeran Alcon yang sedang memandang keluar melalui jendela.

“Katakanlah kepadaku, Al. Aku pasti dapat membantumu,” bujuk

Princess Minerva.

Pangeran masih tetap diam. “Aku kebingungan, Minerva,” katanya

setelah beberapa saat.316

Page 317: Gadis Misterius

“Apa yang membuatmu bingung seperti ini, Al. Aku tidak pernah

melihat engkau segelisah ini,” kata Princess Minerva.

Pangeran Alcon membalikkan badannya dan memeluk Princess Minerva.

“Aku bingung, Minerva. Aku tidak ingin meninggalkanmu tetapi aku

telah berjanji pada mereka,” kata Pangeran Alcon.

Princess Minerva menengadah memandang wajah Pangeran Alcon yang

kebingungan. “Engkau akan pergi, Al?”

Pangeran Alcon menatap wajah Princess Minerva dan mengangguk.

“Kapan engkau akan pergi?” tanya Princess Minerva.

“Menurut rencana akhir bulan ini aku harus pergi,” jawab Pangeran

Alcon, “Tetapi aku tidak ingin meninggalkanmu. Tidak setelah semua ini

terjadi. Aku tidak ingin engkau menghilang lagi tanpa aku ketahui di mana

engkau berada.”

Princess Minerva menatap lekat-lekat wajah kakaknya yang

kebingungan, “Engkau telah berjanji pada mereka?”

“Ya, aku berjanji pada mereka tahun lalu. Saat itu aku tidak tahu ini

semua akan terjadi. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Rasanya tidak

mungkin membatalkan janji yang telah kubuat setahun yang lalu.”

“Engkau tahu, Al, aku tidak senang seseorang melanggar janjinya,” kata

Princess Minerva tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Pangeran

Alcon.

Pangeran Alcon tersenyum, “Aku tahu, Minerva sayang. Karena itu aku

merasa bingung.”

“Pergilah, Al. Jangan khawatirkan aku. Aku janji tidak akan ke mana-

mana selama engkau tidak berada di Istana. Papa, Mama, Mrs. Wve, Mrs. Vye

dan semua orang di Istana akan memastikan aku selalu berada di dalam

Istana,” kata Princess Minerva.

“Engkau tidak mengerti, Minerva,” kata Pangeran Alcon sambil

menggelengkan kepalanya, “Bila Papa dan Mama juga berada di sini, aku

tidak akan bingung. Tetapi mereka berdua juga telah berjanji pada kerajaan

tetangga kita untuk juga hadir dalam pesta musim dingin mereka.”

“Papa dan Mama juga akan pergi?” tanya Princess Minerva meyakinkan

dirinya sendiri.

“Engkau memang nakal, Minerva. Aku telah mengatakannya kepadamu

tetapi engkau tidak mendengarkannya,” kata Pangeran Alcon sambil

tersenyum, “Sekarang dengarkan baik-baik. Papa dan Mama juga akan 317

Page 318: Gadis Misterius

menghadiri pesta musim dingin kerajaan tetangga kita.”

Princess Minerva tersenyum, “Pergilah, Al. Aku berjanji tidak akan

meninggalkan Istana.”

“Aku tahu engkau tidak akan meninggalkan Istana tetapi aku khawatir

engkau menolak meminum obatmu,” kata Pangeran sambil tersenyum nakal.

Princess Minerva tersenyum, “Engkau jahat, Al. Aku selalu meminum

obatku walaupun aku tidak suka obat itu membuatku mengantuk. Aku

percaya engkau meminta Dokter Donter memberi campuran obat tidur dalam

tiap obat itu.”

“Dokter Donter sendiri yang memberinya. Aku sama sekali tidak

memintanya melakukan itu tetapi ia telah mengerti kalau engkau paling sulit

disuruh diam.”

“Aku memang merasa bosan, Al. Aku paling tidak suka bila disuruh

duduk diam seharian,” kata Princess Minerva membenarkan ucapan

kakaknya.

“Itulah yang kukhawatirkan. Aku khawatir engkau mulai melakukan

segala macam kegiatanmu selama engkau berada di Istana. Aku tidak ingin

engkau berkeliaran di Istana selama engkau masih lemah.”

“Jangan khawatir, Al. Di sini masih ada Mrs. Wve dan Mrs. Vye yang

akan menjagaku,” kata Princess Minerva, “Sekarang aku mempunyai dua

orang pengasuh yang selalu menjagaku.”

“Aku tahu mereka akan mampu menjagamu dengan baik,” kata

Pangeran, “Tetapi aku lebih mempercayai diriku sendiri daripada orang lain.”

Princess Minerva tersenyum, “Al, aku tahu engkau mengkhawatirkan

aku tetapi jangan kaulupakan janjimu. Engkau tahu aku paling tidak senang

melihat seseorang melanggar janjinya.”

Pangeran memandang sedih pada Princess Minerva yang masih berada

di pelukannya. “Aku tahu itu. Aku ingin sekali membatalkan janji yang kubuat

tahun lalu itu.”

“Engkau telah berjanji pada mereka tahun lalu untuk menghadiri pesta

musim dingin mereka,” kata Princess Minerva mengingatkan, “Dan jangan

lupa pada kedudukanmu, Al. Engkau putra mahkota Kerajaan Zirva.”

“Karena itu pula aku merasa bingung, Minerva,” kata Pangeran Alcon.

Princess Minerva tersenyum melihat kebingungan kakaknya. Ia

mengangkat tangannya dan memegang wajah Pangeran Alcon.

Pangeran Alcon menggenggam tangan dingin Princess Minerva yang 318

Page 319: Gadis Misterius

menyentuh wajahnya sambil terus memandang wajah adiknya yang sedang

tersenyum.

“Al, seorang Pangeran tidak boleh melanggar janjinya. Engkau akan

disegani penduduk bila engkau selalu menepati janjimu tetapi bila engkau

selalu melanggar janjimu, masyarakat tidak akan mempercayaimu.”

Pangeran terus memandang wajah Princess Minerva.

“Engkau harus belajar menjadi raja yang baik bagi masyarakat dari hal-

hal yang kecil,” kata Princess Minerva, “Memang janjimu kepada Raja Pyre

tidak dapat dikatakan kecil tetapi engkau tahu engkau harus menepatinya.”

Pangeran Alcon mengangguk, “Aku tahu itu, Minerva.”

“Aku senang engkau mengetahuinya. Aku berjanji tidak akan

melakukan tindakan apa pun yang akan membuat aku menjadi sakit selama

engkau pergi. Aku akan menuruti segala perkataan kedua pengasuhku,” kata

Princess Minerva sambil tersenyum manis.

Pangeran membalas senyuman Princess Minerva dengan senyum nakal

yang kekanak-kanakan, “Aku tahu engkau memang pandai membujuk orang,

Princess Minerva. Engkau selalu membujuk orang dengan senyumanmu yang

manis itu dan membuat semua orang sulit menghindari bujukanmu.”

Kata-kata Pangeran Alcon membuat Princess Minerva menyadari suatu

hal yang selama ini tidak pernah dipikirkannya.

Kata-kata Alexander tiba-tiba terbayang kembali di ingatannya, “Cukup

sudah aku engkau bodohi dengan wajah cantikmu. Semua wanita sama saja,

berwajah cantik tetapi berhati iblis.”

Princess Minerva sadar mungkin karena senyumannya itu yang

membuat Alexander merasa ia adalah wanita perayu yang ulung. Karena

dengan senyumannya yang manis itu, ia mampu membuat siapa saja

menurutinya. Princess Minerva segera menyembunyikan kesedihan hatinya di

balik senyumannya secepat Princess Minerva menyadari hal itu.

“Apakah itu berarti engkau akan pergi menepati janjimu?”

Pangeran Alcon cemberut, “Rupanya engkau sangat bersemangat

menyuruhku meninggalkanmu.”

“Bukan, Al. Aku juga tidak ingin engkau meninggalkanku tetapi aku

ingin engkau menepati kata-katamu.”

Pangeran Alcon tersenyum dan memeluk Princess Minerva lagi, “Aku

akan pergi menepati janjiku sesuai kehendakmu, Tuan Puteri, tetapi aku akan

segera kembali. Aku janji aku akan segera kembali setelah pesta itu selesai.”319

Page 320: Gadis Misterius

Princess Minerva tersenyum mendengar kata-kata Pangeran Alcon.

Seperti yang telah dikatakan Pangeran pada Princess, Raja dan Ratu

juga ikut pergi ke kerajaan tetangga mereka. Beberapa hari menjelang

keberangkatan mereka, semua orang di Istana sibuk menyiapkan

keberangkatan itu. Menjelang keberangkatan itu, Pangeran Alcon menjadi

semakin sering berada di kamar adiknya. Pangeran Alcon benar-benar

tampak enggan meninggalkan adiknya. Namun sejak Princess Minerva

berhasil membujuk Pangeran, Pangeran tidak pernah mengeluh atau merasa

bingung lagi.

Satu-satunya yang dirasakan Pangeran ketika hari keberangkatannya

semakin dekat adalah rasa sedih harus berpisah dengan Princess Minerva

yang baru saja kembali setelah tak tentu rimbanya selama tiga bulan lebih.

Bahkan hampir setengah tahun bila ditambah dengan saat Princess Minerva

tak sadarkan diri. Walaupun Pangeran tidak mengatakan apa-apa tentang

kesedihannya itu tetapi Princess mengetahuinya. Setiap hari Princess Minerva

menghibur kakaknya juga kedua orang tuanya yang juga enggan berpisah

dengannya. Raja dan Ratu memang tampak sedih karena harus

meninggalkan Princess Minerva yang tidak begitu sehat tetapi Pangeran Alcon

lebih sedih lagi.

Tidak dapat disangkal lagi Princess Minerva lebih akrab dengan

kakaknya daripada kedua orang tuanya. Walaupun demikian Princess Minerva

tetap menyayangi kedua orang tuanya sebesar rasa sayangnya pada

kakaknya. Raja dan Ratu juga mengerti melihat Pangeran Alcon lebih akrab

dengan Princess Minerva daripada dengan mereka.

Sejak kejadian yang menimpa Princess saat Princess berusia empat

tahun, Pangeran Alcon berubah total. Pangeran yang semula tidak menyukai

adiknya menjadi sangat menyayanginya bahkan lebih menyayangi adiknya

daripada nyawanya sendiri.

320

Page 321: Gadis Misterius

18

Princess Minerva memandang hujan salju dari jendela Ruang Duduk

kamarnya.

Rasa kesepian yang merambati hatinya membuat Princess termenung

melihat hujan salju yang indah di halaman Istana.

Pangeran Alcon baru saja meninggalkan Istana dua hari yang lalu tetapi

bagi Princess Minerva rasanya setahun yang lalu Pangeran pergi dan hingga

kini belum kembali.

Princess terkenang kembali saat hari keberangkatan kedua orang

tuanya bersama kakaknya.

Sejak pagi seluruh penghuni Istana disibukkan persiapan keberangkat

mereka. Pangeran Alcon yang biasanya selalu berada di kamar Princess hari

itu tidak nampak di kamar Princess Minerva. Baru saat mereka akan

berangkat, Pangeran Alcon ke kamar Princess Minerva bersama Raja dan

Ratu.

“Jagalah dirimu, Minerva, selama kami tidak ada,” pesan Ratu.

Princess Minerva mengangguk, “Ya, Mama. Aku berjanji akan selalu

menjaga kesehatanku.”

Raja menatap Mrs. Wve dan Mrs. Vye yang berdiri tak jauh dari Princess

Minerva. “Jagalah Minerva selama kami pergi.”

“Kami berjanji akan menjaga Princess sebaik mungkin,” kata Mrs. Wve

dan Mrs. Vye bersamaan.

“Awasi dia. Jangan biarkan Minerva berkeliling Istana dengan tubuh

lemah seperti ini dan perhatikan ia saat ia minum obat. Pastikan ia selalu

meminum obatnya,” kata Pangeran.

Sekali lagi Mrs. Wve dan Mrs. Vye menjawab serempak, “Kami berjanji,

Pangeran.”

Princess Minerva tersenyum, “Engkau telah mendengarnya, Al. Jangan

khawatir lagi, mereka akan menjagaku dengan baik. Nikmatilah pesta itu.”

“Aku masih kurang mempercayaimu, Minerva. Engkau paling sulit

disuruh diam.”

Princess Minerva tersenyum lagi, “Sekarang aku mau tidak mau harus 321

Page 322: Gadis Misterius

menuruti pengasuhku, Al. Sekarang pengasuhku ada dua. Mereka sama-sama

keras terhadapku. Aku tidak akan dapat menghindari peraturan mereka.”

“Tentu saja Anda tidak boleh, Princess. Sekarang saya mempunyai

teman yang akan membuat Anda semakin kesulitan melanggar peraturan

saya,” kata Mrs. Wve, “Kalau dulu saya kewalahan menghadapi Anda maka

sekarang Andalah yang kewalahan menghadapi saya.”

Perkataan Mrs. Wve disambut tawa Raja dan Pangeran Alcon.

“Seperti yang Minerva katakan, kalian memang cocok,” kata Pangeran.

“Aku percaya kalian berdua akan mampu membuat Minerva menuruti

segala peraturan kalian,” kata Raja, “Dan aku berharap kalian juga mampu

membuat Minerva duduk diam seharian.”

Ratu menggelengkan kepalanya. “Aku tidak yakin. Minerva terlalu sulit

disuruh diam walau sedetik. Selalu ada saja yang dilakukan Minerva. Ia hanya

diam bila ia tidur.”

“Saat ia menjadi putri tidur yang cantik, aku justru ingin melihatnya

bergerak,” kata Pangeran Alcon.

“Tidak hanya engkau saja, Alcon. Kami semua juga ingin melihat

Minerva bergerak saat ia menjadi putri tidur,” kata Raja.

Ratu mendekati Princess. “Turutilah kata-kata pengasuhmu, Minerva.”

Princess Minerva mengangguk. “Aku janji, Mama.”

“Baiklah, sekarang kita harus berangkat,” kata Raja.

Princess Minerva tidak mengantar mereka hingga ke depan Istana

walaupun ia sebenarnya ingin melakukannya. Pangeran Alcon melarang

Princess meninggalkan kamarnya walaupun hanya untuk mengantar mereka.

“Tetaplah di sini, Minerva. Aku tidak ingin engkau berkeliaran di Istana

dengan badan yang lemah seperti ini,” kata Pangeran, “Aku janji akan pulang

seminggu sebelum pesta itu.”

Walaupun merasa berat hati tetapi Princess menuruti larangan

Pangeran Alcon. Ia tidak mengantar mereka hingga di depan Istana. Tetapi ia

tetap mengantar mereka dengan pandangan matanya yang tak pernah lepas

dari kereta yang terus bergerak menjauhi Istana.

Princess menatap jalan setapak di halaman Istana yang luas. Melalui

jalan itulah kereta yang membawa kedua orang tua serta kakaknya

meninggalkan Istana. Dari balik jendela, pandangan Princess terus mengikuti

kereta itu hingga kereta itu menghilang.

Princess Minerva merasa kesepian. Ia merasa sangat hampa. Ia tidak 322

Page 323: Gadis Misterius

dapat melihat wajah kakaknya, melihat sikap dan cara tersenyum kakaknya

yang mirip sekali dengan pria yang dicintainya.

Selama Pangeran Alcon ada di dekatnya, Princess selalu merasa ia

seperti berada di dekat Alexander. Memang hal itu membuatnya merasa

sedih dan sering membuatnya enggan melihat wajah kakaknya yang

tersenyum dengan cara yang sama dengan Alexander. Terutama bila ia

teringat kenangannya bersama pria itu di Obbeyville.

Setiap kali Princess bersama kakaknya, ia selalu berharap dapat

mengusir kenangan Alexander yang selalu muncul setiap kali ia memandang

kakaknya. Dan kini setelah Pangeran Alcon pergi, Princess merasa jauh lebih

kesepian. Ia tidak dapat lagi melihat wajah Alexander di wajah kakaknya. Dan

ia juga tidak dapat lagi bertemu dengan Alexander juga tidak dapat

mendengarkan suaranya yang penuh wibawa walaupun ia dapat pergi ke

Blueberry.

Princess Minerva sadar Alexander pasti lebih suka menjauh darinya

daripada bertemu, daripada melihat wajahnya.

Princess Minerva tahu ia dapat pergi ke Blueberry maupun ke

Obbeyville tetapi itu tidak akan ada artinya bila ia tidak dapat bertemu

dengan Alexander. Walaupun ia ke Blueberry atau ke Obbeyville berulang kali

tetapi ia tidak akan dapat bertemu dengan Alexander, Princess menyadari itu.

Kesedihan dan kesepian yang memenuhi dadanya membuat Princess

tidak menyadari kedatangan Mrs. Wve.

“Mengapa Anda berdiri di situ, Princess?”

Princess Minerva terkejut. Ia menyembunyikan kesedihannya sebelum

ia membalikkan badannya.

“Sekarang aku mengerti, Mrs. Wve.”

“Mengerti apa, Princess?” tanya Mrs. Wve tak mengerti.

“Aku mengerti bagaimana rasa kesepian Al saat aku tidak ada di sini.

Sekarang aku merasa kesepian di Istana sebesar ini tanpa Al.”

“Anda telah lama berpisah dengan Pangeran, Princess. Karena itu Anda

merasa kesepian,” kata Mrs. Wve mencoba menghibur Princess Minerva.

“Tidak, Mrs. Wve,” Princess menggelengkan kepalanya, “Aku sering

berpisah dengan Al dalam waktu yang lama. Dalam setahun aku hanya

bersama Al selama tiga bulan, engkau tahu itu.”

Mrs. Wve mengangguk.

“Selama itu aku tidak pernah merasa kesepian, walaupun aku berada 323

Page 324: Gadis Misterius

jauh dari Al baik itu di Foentza maupun di Clayment.”

Mrs. Wve memandang sedih pada Princess Minerva. “Saya mengerti

perasaan Anda, Princess Minerva. Tetapi jangan biarkan rasa kesepian itu

membuat Anda terus berdiri di sini. Anda harus beristirahat.”

Princess Minerva tersenyum, “Aku mengerti, Mrs. Wve. Engkau hendak

menyuruhku beristirahat, bukan?”

Mrs. Wve tersenyum. Ia membimbing Princess Minerva ke kamarnya.

Princess Minerva menyandarkan punggungnya pada bantal yang telah

ditatanya.

“Anda harus beristirahat, Princess. Jangan membaca buku,” kata Mrs.

Wve saat melihat Princess mulai membuka buku.

Princess Minerva tersenyum. “Engkau tahu aku merasa bosan diam

seharian, Mrs. Wve. Biarkanlah aku membaca.”

“Tetapi Anda harus beristirahat, Princess.”

Princess Minerva tersenyum. “Baiklah, Mrs. Wve. Aku telah berjanji pada

Mama untuk menuruti segala perkataanmu.”

Mrs. Wve tersenyum puas. Ia mendekati Princess Minerva dan

mengambil buku itu dari tangannya. Saat Mrs. Wve menuju meja rias, Mrs.

Vye muncul.

“Ada apa, Mrs. Vye?” tanya Mrs. Wve.

“Kepala Pengawal Istana ingin bertemu Anda, Princess,” kata Mrs. Vye.

“Biarkan ia masuk, Mrs. Vye,” kata Princess cepat-cepat sebelum Mrs.

Wve mengatakan sesuatu.

Mrs. Vye menghilang di balik pintu. Tak lama kemudian ia muncul

kembali bersama seorang pria yang berbaju putih kebiru-biruan, baju khas

pasukan pengawal Istana Plesaides.

Pria itu membungkuk hormat pada Princess Minerva.

“Ada apa, Jacques?” tanya Princess Minerva, “Apakah terjadi sesuatu di

luar Istana?”

“Tidak terjadi apa-apa baik di dalam maupun di luar Istana, Princess,”

jawab Jacques.

“Apa yang hendak kaulaporkan kepadaku?”

Pria itu ragu-ragu untuk sesaat tetapi ia tetap menjawab pertanyaan

yang diajukan Princess Minerva. “Duke of Blueberry beserta keluarganya ingin

bertemu Anda, Princess.”

Princess Minerva terkejut mendengar nama itu. Jantungnya serasa 324

Page 325: Gadis Misterius

berhenti berdetak saat ia mendengar Jacques menyebut nama itu.

Dengan cepat ia menguasai perasaannya kemudian dengan suara yang

tenang ia berkata, “Katakan maafku kepada mereka, Jacques. Aku tidak dapat

menemui mereka hari ini.”

Princess Minerva tersenyum memandang Mrs. Wve yang menatap was-

was kepadanya, “Seperti yang engkau lihat, Mrs. Wve mulai marah. Ia tidak

akan mengijinkan siapapun membatalkan istirahat siangku.”

“Tentu saja tidak. Princess membutuhkan banyak istirahat. Walaupun

suhu kamar ini cukup hangat tetapi wajah Princess masih tetap pucat,” kata

Mrs. Wve menegaskan sikapnya.

“Saya mengerti, Princess,” kata Jacques.

Princess Minerva tersenyum lagi, “Katakan permintaan maafku kepada

mereka, Jacques. Hari ini aku tidak dapat menemui mereka karena itu

mintalah mereka untuk tinggal di Istana. Aku berjanji akan menemui mereka

esok pagi.”

Jacques mengangguk, “Akan saya sampaikan permohonan maaf Anda

pada mereka, Princess.”

“Mrs. Wve, tolong kauatur kamar untuk tamu-tamu kita. Aku yakin

mereka akan mau tinggal di sini,” kata Princess Minerva pada Mrs. Wve.

Kemudian Princess menatap Jacques yang masih menanti perintah

selanjutnya, “Setelah engkau mengatakan permintaan maafku, antarkan

mereka ke kamar yang telah diatur oleh Mrs. Wve.”

“Saya mengerti, Princess Minerva.”

Princess Minerva mengangguk.

Setelah menerima tugas-tugas yang harus dilakukannya, baik Mrs.

Wve , Mrs. Vye maupun Jacques segera membungkukkan badannya kemudian

meninggalkan Princess Minerva sendirian di Ruang Tidurnya yang besar.

Mrs. Wve meninggalkan kamar Princess Minerva dengan perasaan

bingung.

“Wajah Princess berubah ketika ia mendengar Jacques menyebutkan

nama Duke of Blueberry,” kata Mrs. Wve.

Mrs. Vye menatap heran pada Mrs. Wve, “Aku tidak merasa wajah

Princess berubah setelah mendengar nama itu.”

“Engkau memang kurang peka bila menyangkut perasaan seseorang.”

Mrs. Vye mengangguk, “Ya, kuakui aku memang kurang pandai

membaca perasaan orang yang tergambar di wajahnya.”325

Page 326: Gadis Misterius

“Kudengar Blueberry dekat dari Obbeyville.”

Sekali lagi Mrs. Vye mengangguk.

“Apakah Princess bertemu dengan keluarga Duke of Blueberry terutama

putranya yang kata Pangeran sulit didekati, selama ia berada di Obbeyville?”

tanya Mrs. Wve.

“Ya. Selama Princess Minerva berada di Obbeyville, ia sering bertemu

Tuan Muda Alexander.”

“Bagaimana hubungan mereka?” tanya Mrs. Wve penuh harap.

Mrs. Vye berkata tenang, “Mereka baik-baik saja. Aku tidak melihat

yang lain.”

Mrs. Wve mengeluh. “Engkau memang kurang peka bila menyangkut

masalah perasaan. Tidak ada gunanya bertanya lebih jauh padamu.”

Mrs. Vye menatap bingung pada Mrs. Wve tetapi ia segera melupakan

kebingungannya.

Princess Minerva mendengar suara percakapan kedua wanita itu samar-

samar. Ia tidak berusaha menangkap pembicaraan kedua wanita itu. Ia sibuk

dengan pikirannya sendiri. Sejak mendengar Jacques menyebut nama

keluarga Duke of Blueberry, hati Princess menjadi tidak tenang. Jantung

Princess yang semula terasa berhenti berdetak ketika ia mendengar nama itu

kini menjadi berdebar lebih kencang.

Princess Minerva bertanya-tanya apakah yang membuat Duke of

Blueberry ingin menemuinya.

“Tidak mungkin Duke of Blueberry tahu aku adalah sang putri yang

hilang itu,” kata Princess sambil memandang langit-langit kamarnya.

Dugaan itu membuat Princess teringat pengumuman yang disebarkan

Pangeran Alcon sehari sebelum ia meninggalkan Kerajaan Zirva.

Sehari sebelum Pangeran Alcon meninggalkan Istana, Pangeran

menjawab pertanyaan masyarakat. Pengumuman hari pesta itu serta

undangannya disebarkan pada pagi hari itu. Pada saat Pangeran

mengumumkan hal itu, semua terasa berjalan dengan teratur.

Menteri Dalam Negeri mengumumkan di depan Istana kepada semua

penduduk Xoechbee. Undangan-undangan disebarkan sebelum Menteri

Dalam Negeri mengumumkannya. Dan penduduk di luar Xoechbee

mengetahuinya dari koran yang memuat berita tetang pesta itu pada hari

yang sama.

Semuanya berjalan teratur dan serempak pada hari yang sama.326

Page 327: Gadis Misterius

Saat itu pula Princess Minerva merasa kagum pada kakaknya yang

pandai mengatur segala sesuatunya sehingga tugas yang tidak mudah itu

dapat dijalankan dengan rapi dan teratur.

Memang setelah Pangeran Alcon mengumumkan pesta perkenalan itu

tidak ada reaksi yang jelas dari masyarakat selain penduduk Xoechbee. Tidak

ada orang yang merasa keberatan dengan pesta yang diadakan dua kali itu

dalam waktu yang hanya berselisih sepuluh hari.

Hanya reaksi penduduk Xoechbee saja yang diketahui baik Pangeran

Alcon maupun keluarga Raja lainnya. Penduduk Xoechbee merasa senang

dengan dibukanya kesempatan bagi mereka untuk semakin mengenal putri

mereka.

Pada pesta itu Pangeran Alcon mempersilakan kepada siapa saja yang

ingin hadir. Selain bangsawan yang khusus mendapatkan undangan,

masyarakat umum yang ingin mengenal Princess Minerva dapat hadir juga.

Walaupun Pangeran Alcon tidak mengatakan apa-apa tetapi Princess

tahu kakaknya sangat berharap dapat bertemu dengan Baroness Lora serta

putrinya, Lady Debora dalam pesta itu. Princess Minerva juga tahu Baroness

Lora maupun Lady Debora tidak akan melewatkan pesta ini. Terutama Lady

Debora yang berniat menjadi Ratu Kerajaan Zirva.

Kadang bila memikirkan Lady Debora, Princess Minerva merasa kasihan.

Wanita itu sangat ingin hidup selalu bergelimang kemewahan dan rela

melakukan apa saja demi tercapainya keinginannya itu.

Princess Minerva saja yang hidup dalam kemewahan selalu ingin hidup

sebagai gadis biasa. Karena itulah ia menolak tinggal di rumah yang mewah

di Clayment. Semula keinginan Princess Minerva untuk tinggal di Small

Cottage dilarang orang tuanya terutama kakaknya. Tetapi Princess tidak

berhenti berusaha, Princess Minerva selalu membujuk mereka. Dan akhirnya

mereka mengijinkan Princess tinggal di cottage kecil pilihannya sendiri.

Princess sangat menyukai hidup di Small Cottage yang berada di atas

pulau kecil yang masih berupa pedesaan dengan hutan yang lebat.

Sebenarnya Princess Minerva juga ingin tinggal di rumah yang kecil bila

ia berada di Foentza tetapi karena di sana telah ada Castil Yonga yang

megah, maka Princess Minerva menerima tempat itu menjadi Castil musim

panasnya yang sejuk.

Princess Minerva sering berpikir apa enaknya hidup dengan kekayaan

yang melimpah tetapi tanpa cinta. Tetapi Princess Minerva mempunyai 327

Page 328: Gadis Misterius

keduanya. Semua orang mencintai Princess Minerva baik karena wajahnya

yang cantik maupun karena kebaikan hatinya. Semua orang sangat

mengagumi Princess, berkebalikan dengan Lady Debora yang ingin selalu

hidup dalam kemewahan.

Lady Debora memang telah memiliki rumah yang besar tetapi ia selalu

merasa kurang. Lady Debora selalu menginginkan kekayaan yang lebih besar

dan lebih banyak dari yang dimilikinya. Keinginan wanita itu untuk selalu

hidup bergelimang kekayaan sangat kuat sehingga ia rela melakukan apa

saja untuk mendapatkannya. Tetapi Lady Debora tidak memiliki orang yang

benar-benar mencintainya dengan cinta yang tulus. Memang banyak orang

yang memuji kecantikan Lady Debora tetapi mereka hanya terpesona pada

kecantikannya saja. Mereka hanya mencintai kecantikan Lady Debora. Lady

Debora tampaknya tidak menyadari itu. Ia selalu tampil penuh percaya diri

pada kecantikannya. Ia mengira kecantikannya tidak tertandingi.

Baru saat Princess Minerva muncul sebagai Maria, gadis yang hilang

ingatan pada pesta yang sama dengannya, di pesta dansa keluarga

Blueberry, Lady Debora merasa kehilangan percaya dirinya. Lady Debora

mulai merasa dirinya mempunyai saingan. Tetapi perasaan itu segera hilang

setelah Alexander yang selalu berada di sisi gadis yang membuatnya merasa

rendah, sering mengajaknya pergi. Sejak saat itu pula Princess Minerva

merasa Alexander benar-benar mencintai Lady Debora. Tetapi keinginan Lady

Debora tidak dapat ditebak. Ia telah mendapatkan cinta Alexander yang

selama ini menjadi sasarannya tetapi ia mengkhianati cinta itu.

Hingga kini Princess Minerva tidak mengerti mengapa Lady Debora tega

mengkhianati cinta pria yang benar-benar mencintainya demi kekayaan.

Demi kekayaan pula Lady Debora berhenti mengincar kedudukan sebagai

Duchess of Blueberry dan beralih ingin menjadi Ratu Kerajaan Zirva setelah

membaca berita hilangnya Princess Minerva di koran.

Dari Lady Debora sendiri Princess Minerva mengetahui keinginan wanita

itu menjadi istri kakaknya, Pangeran Alcon. Namun sayang sekali ia tidak

akan pernah dapat mewujudkan keinginannya itu karena Pangeran Alcon

tidak menyukainya bahkan sebelum mereka bertemu.

Princess Minerva tidak dapat membayangkan betapa kecewanya Lady

Debora bila ia mengetahui ia telah dibenci Pangeran bahkan sebelum mereka

bertemu.

Dengan datangnya undangan itu, Princess dapat membayangkan Lady 328

Page 329: Gadis Misterius

Debora merasa senang sekali karena baginya ini merupakan kesempatan

yang baik untuk mendekati Pangeran Alcon. Tetapi Lady Debora tidak tahu

pesta ini diadakan juga karena Pangeran Alcon ingin melihat wajah wanita

yang telah menghina adiknya, Princess Minerva ketika adiknya hilang ingatan.

Princess Minerva tidak dapat membayangkan seperti apa pesta itu akan

berlangsung dan bagaimana ia harus menghadapi Alexander di pesta itu.

Pertemuannya dengan Alexander, putra Duke of Blueberry di pesta itu

memang tidak dapat dielakkan lagi walaupun Princess Minerva tidak

menginginkannya. Tetapi Princess Minerva ingin sekali bertemu dengan

Alexander walaupun ia tahu pria itu tidak akan mau bertemu dengannya.

Dan ia sama sekali tidak menduga pertemuannya dengan Alexander

akan lebih cepat dari yang semula dibayangkannya. Ia tidak tahu apa yang

harus dilakukannya besok untuk menghadapi Alexander yang tidak ingin

bertemu dengannya.

Sebenarnya Princess Minerva sendiri berharap tidak bertemu dengan

Alexander walaupun ia sangat ingin bertemu dengannya. Ia tidak ingin

membuat Alexander menjadi semakin membeci dirinya setiap kali mereka

bertemu. Benar-benar sebuah dilemma…

Bagi Princess Minerva lebih baik ia memendam rasa rindunya daripada

membuat pria itu lebih membencinya setiap kali mereka bertemu.

Dalam pesta itu Alexander tidak akan dapat menghindarinya dan

Princess Minerva sendiri juga tidak dapat menghindari pertemuannya dengan

Alexander di pesta itu. Princess Minerva tahu bila ia menghindari Alexander,

itu akan membuat banyak orang menjadi curiga.

Princess Minerva telah memikirkan resikonya dengan menemui

Alexander di pesta itu tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia tahu ia harus

bertemu dengan Alexander di pesta itu sekalipun itu berarti kebencian

Alexander terhadapnya akan bertambah besar.

Princess Minerva mencoba untuk tidur tetapi ia sama sekali tidak dapat

berhenti berpikir. Keberadaan Alexander di Istana yang sama dengannya

benar-benar membuatnya merasa bingung dan cemas. Karena ia tidak dapat

juga memejamkan matanya, Princess Minerva akhirnya meninggalkan tempat

tidurnya.

Tidak ada suara di Ruang Duduk. Itu berarti Mrs. Wve dan Mrs. Vye

belum kembali.

Princess Minerva berjalan ke Ruang Duduk yang hangat. Ia menatap 329

Page 330: Gadis Misterius

kosong sekelilingnya seolah-olah tidak ada apapun di ruangan itu selain

dirinya sendiri dan kehampaan hatinya. Kaki Princess Minerva terus berjalan

ke arah jendela besar yang menghubungkan ruangan itu dengan serambi.

Princess menatap ranting-ranting pepohonan di halaman Istana yang ditutupi

salju putih. Halaman Istana yang luas tampak putih karena salju. Halaman itu

tampak sepi tanpa tanaman-tanaman yang tumbuh di sana.

Hanya ranting-ranting tanaman saja yang masih kelihatan di halaman

itu selain tumbuh-tumbuhan musim dingin seperti cemara yang tumbuh tak

jauh dari sisi Istana di mana kamar Princess Minerva berada.

Tumpukan salju di pohon cemara itu menarik perhatian Princess

Minerva tetapi hal itu tidak membuat Princess Minerva berhenti berpikir

dengan gelisah.

Princess Minerva tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Ia

tidak dapat menghindari pertemuannya dengan Alexander yang lebih awal

dari yang diduganya dan ia tahu Alexander tidak ingin bertemu dengannya.

“Maafkan aku, Al. Aku tahu engkau tidak ingin bertemu denganku tetapi

ini telah menjadi tugasku. Besok aku harus menemuimu,” kata Princess

Minerva sedih.

Tanpa disadarinya, air matanya kembali menitik saat ia teringat betapa

dulu saat ia berada di Obbeyville, ia sangat mengharapkan dapat bertemu

dengan Alexander.

Saat itu ia selalu merasa senang bila dapat bertemu dengan Alexander

tetapi kini yang dirasakannya hanyalah kesedihan dan takut. Sedih karena ia

tidak akan melihat wajah ramah pria itu dan takut karena ia tidak dapat

mengabulkan keinginan pria itu untuk tidak berjumpa dengannya. Princess

Minerva sadar ia sebenarnya takut melihat kemarahan dan kebencian di

wajah Alexander saat menatap dirinya.

Princess Minerva juga mengerti Alexander berhak untuk marah

kepadanya. Ia telah membiarkan bahkan membantu wanita yang dicintai

Alexander mengkhianati cintanya.

Andai dulu ia tidak membiarkan Lady Debora bertemu dengan Marcel

tentu pria itu tidak akan membenci dan menyalahkannya atas kejadian itu. Ia

tetap dapat menjadi teman pria itu walaupun cintanya tak terbalas.

Tetapi sekarang semuanya telah terlambat. Tidak ada yang dapat

mengembalikan waktu. Tidak ada yang dapat membuat kejadian itu berubah.

Kejadian itu telah terjadi dan Alexander menyalahkan serta membenci 330

Page 331: Gadis Misterius

Princess Minerva karena telah membiarkan semua itu terjadi.

Dulu saat menyadari perasaannya, Princess Minerva merasa sedih

karena pria yang dicintainya mencintai wanita lain. Saat itu Princess Minerva

tidak mengharapkan ia mendapatkan cinta pria itu juga. Ia lebih

mengharapkan kebahagiaan pria yang dicintainya sekalipun itu berarti akan

membuatnya merasa tersiksa.

Tetapi kini bukan hanya kesedihan itu saja yang melanda hatinya tetapi

juga kesedihan yang lain, kesedihan yang lebih membuat hati Princess

Minerva merasa tersayat.

Mengetahui pria yang dicintainya mencintai wanita lain saja sudah

membuat Princess Minerva merasa sedih apalagi saat mengetahui Alexander

membenci dirinya.

Sebesar apapun kesedihan yang harus dialaminya karena rasa cintanya

pada Alexander, Princess Minerva sama sekali tidak dapat membuat dirinya

melupakan pria itu walau sedetik. Bayangan pria itu selalu muncul baik di

wajah kakaknya maupun di mimpi-mimpinya.

Princess Minerva menatap hampa pemandangan di depannya. Tanpa

disadarinya ia teringat kembali saat ia mencoba membayangkan Sidewinder

House di musim dingin dan tanpa disadarinya pula air matanya telah

membasahi pipinya yang pucat.

Kenangan di Obbeyville tidak membuat Princess Minerva merasa

senang. Setiap kali kenangan itu muncul hanya kepedihan yang muncul di

hati Princess Minerva terutama saat Princess Minerva terkenang keramahan

Alexander pada dirinya.

Sekarang ia mengerti mengapa ia merasa Alexander berbeda dari orang

lain. Alexander memang berbeda dari orang-orang yang dikenal Princess

Minerva. Pria itu benar-benar menganggapnya sebagai seorang gadis biasa

dengan segala kelebihan dan kekurangannya bukan sebagai putri raja

ataupun sebagai bidadari yang hanya mempunyai kelebihan. Saat ia

menunjukkan kekurangannya di hadapan Alexander, pria itu tidak

menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat salah. Sedangkan orang-orang

yang dikenal Princess Minerva umumnya menganggap kekurangannya adalah

sesuatu yang sangat salah sesuatu yang tidak seharusnya ada pada dirinya.

Orang-orang itu menginginkan Princess Minerva benar-benar sempurna

sedangkan Alexander ingin Princess Minerva yang seadanya dengan segala

kelebihannya maupun kekurangan. Itulah perbedaan terbesar yang dijumpai 331

Page 332: Gadis Misterius

Princess Minerva pada diri Alexander.

Dan karena itu pula Princess Minerva jatuh cinta pada pria itu.

Sesuatu yang berwarna hitam yang tiba-tiba meluncur dari ranting

pohon cemara yang tampak dari serambi kamar, membuat Princess merasa

tertarik.

Princess Minerva membuka jendela panjang itu dan melangkah ke

serambi.

Udara yang dingin terasa menusuk tulangnya. Princess Minerva

memeluk dirinya sendiri dan terus melangkah hingga ia sampai ke pagar besi

yang mengelilingi serambi kamarnya.

Princess menatap ke bawah ke tempat pohon cemara itu tumbuh. Di

sana Princess melihat sesuatu yang berwarna hitam tampak seperti noda di

antara putihnya salju yang menyelimuti halaman Istana.

Princess Minerva tertarik kepada noda hitam itu. Ia segera

meninggalkan serambi dan menutup jendela besar itu sebelum ia beranjak ke

Ruang Tidurnya.

Princess Minerva mengambil sehelai mantel panjang yang tebal dari

lemari besar yang antik yang berdiri kokoh di samping meja rias. Setelah

mengenakan mantel panjang itu di atas gaun tidurnya yang tebal, Princess

Minerva meninggalkan kamarnya.

Princess Minerva tidak menemui siapapun saat ia menelusuri lorong

panjang di depan kamar tidurnya. Demikian pula saat Princess Minerva

berjalan di lantai tiga hingga ke lantai dasar. Tidak ada seorangpun yang

tampak oleh Princess Minerva. Suasana Istana terasa sangat sunyi tanpa

suara yang biasanya meramaikan Istana dan pelayan-pelayan yang selalu

berkeliaran di dalam Istana. Tetapi Princess Minerva tidak mempedulikan itu,

ia terus berjalan ke halaman Istana.

Ketika ia sampai di halaman Istana yang luas, ia segera menuju pohon

cemara yang tampak dari kamarnya. Princess Minerva mencoba menemukan

sesuatu yang berwarna hitam itu di antara ranting-ranting yang tumbuh di

sekitar pohon cemara itu.

Salju yang dingin dan udara yang dingin menusuk tulang tidak

membuat Princess menghentikan pencariannya. Princess Minerva terus

membungkuk di bawah pohon cemara itu dan tangannya terus membersihkan

salju dingin yang menyelimuti ranting-ranting. Akhirnya pencarian Princess

Minerva berhasil. Princess melihat benda berwarna hitam yang tadi menarik 332

Page 333: Gadis Misterius

perhatiannya itu di sela-sela ranting yang tajam.

Princess Minerva memasukan tangannya ke sela-sela ranting itu. Tanpa

mempedulikan rasa sakit saat ranting itu menggores kulitnya yang halus, ia

terus berusaha meraih benda itu.

Princess Minerva terkejut saat jari-jarinya merasakan benda itu terasa

lembut dan hangat. Princess mengangkat benda itu dari sela-sela ranting

dengan kedua tangannya dan ia terpana melihat seekor burung di tangannya.

Ternyata benda hitam yang menarik perhatian Princess Minerva adalah

seekor burung hitam yang jatuh dari pohon cemara.

Princess Minerva berdiri dan mengamati burung itu. “Kasihan sekali

engkau, burung kecil. Engkau kedinginan,” katanya.

Suara seseorang yang berdesis di belakangnya membuat Princess

Minerva terkejut.

Princess Minerva menduga orang itu adalah Mrs. Wve atau Mrs. Vye

yang terkejut melihatnya berada di halaman. Princess tersenyum dan

memalingkan kepalanya.

Senyum yang menghiasi wajah Princess Minerva menghilang saat ia

memandang wajah orang yang berdiri di belakangnya.

“Apa yang kaulakukan di sini, Maria?” tanya Alexander tajam, “Apakah

sekarang engkau bermaksud merayu Pangeran Alcon?”

Princess Minerva terpaku di tempatnya. Ia tidak dapat bergerak juga

tidak dapat berbicara apa-apa.

“Mengapa, Maria? Apakah yang kukatakan tepat sehingga engkau tidak

dapat berbicara apa-apa?” kata Alexander.

Suara Alexander yang sangat tajam dan memancarkan kebenciannya

membuat Princess Minerva merasa sedih. Hampir saja Princess Minerva

menitikkan air matanya saat tiba-tiba terdengar suara lain dari Hall Istana

yang menghadap ke halaman Istana.

“Princess!” seru Mrs. Wve terkejut, “Apa yang Anda lakukan di sana?”

Princess Minerva memalingkan kepalanya ke arah Mrs. Wve yang

memandang marah padanya. Princess Minerva tersenyum dan meninggalkan

Alexander.

“Mengapa Anda berada di halaman? Bagaimana bila Anda jatuh sakit

lagi?” tanya Mrs. Wve marah karena cemas.

“Maafkan aku, Mrs. Wve. Aku melihat burung ini jatuh dari pohon dan

aku merasa terpanggil untuk menolongnya,” kata Princess Minerva sambil 333

Page 334: Gadis Misterius

tersenyum.

“Tetapi, Princess, di luar sangat dingin sekali.”

“Lihatlah, Mrs. Wve. Burung ini kasihan sekali. Ia kedinginan,” kata

Princess Minerva sambil menunjukkan burung di pelukannya, “Anda tidak

perlu khawatir, aku hanya keluar sebentar untuk menolong burung malang

ini. Lagipula aku telah mengenakan mantel yang tebal.”

“Saya tahu Anda telah mengenakan mantel yang tebal tetapi lihatlah

wajah Anda menjadi pucat kembali,” kata Mrs. Wve menuduh.

Princess Minerva tersenyum manis, “Ayolah, Mrs. Wve, jangan marah.

Sekarang dapatkah engkau membantuku merawat burung ini. Ia tidak hanya

kedinginan tetapi juga terluka akibat ranting-ranting yang tajam.”

Mrs. Wve terpekik terkejut. “Bagaimana dengan tangan Anda, Princess.

Apakah tangan Anda juga terluka?” tanyanya sambil menyentuh tangan

Princess yang masih memeluk burung itu.

Princess Minerva tersenyum lagi, “Aku tidak terluka, Mrs. Wve. Burung

inilah yang terluka. Sekarang katakan apa yang harus kulakukan terhadap

burung malang ini. Aku tidak tahu bagaimana cara mengobati luka burung

ini.”

Mrs. Wve memandang burung di tangan Princess Minerva kemudian

menggeleng sedih, “Maafkan saya, Princess. Saya juga tidak tahu.”

Saat itu mata Princess Minerva menangkap sosok seseorang yang

menutup pintu Ruang Besar.

“Tidak apa-apa, Mrs. Wve. Aku akan bertanya pada Jacques,” kata

Princess Minerva sambil mendekati Jacques.

Jacques terpaku di tempatnya saat ia melihat Princess Minerva berjalan

menghampirinya.

Princess Minerva tersenyum dan berkata, “Dapatkah engkau

membantuku merawat burung malang ini?”

Jacques memandang burung yang berada di pelukan Princess Minerva.

Princess Minerva tersenyum melihat kebingungan pria itu. “Aku baru

saja menemukan burung ini kedinginan di halaman Istana. Ia terluka karena

ranting-ranting itu.”

Jacques menggelengkan kepalanya. “Maafkan saya, Princess. Saya tidak

tahu bagaimana caranya mengobati luka burung ini.”

Princess Minerva tersenyum. “Tidak apa-apa, Jacques. Apakah mungkin

keluar Istana di cuaca semacam ini?”334

Page 335: Gadis Misterius

Jacques memandang wajah Princess Minerva dengan pandangan tak

mengerti. “Saya rasa kita dapat keluar Istana bila salju tidak terus turun

seperti saat ini. Apakah Anda ingin ke Xoechbee, Princess Minerva?”

Princess Minerva tersenyum. “Tidak, Jacques. Engkau tidak perlu

khawatir aku akan meninggalkan Istana. Engkau tahu aku tidak tahan dengan

udara dingin selain itu aku telah berjanji pada Al untuk tidak meninggalkan

Istana hingga musim ini berakhir.”

Jacques semakin tidak mengerti dengan ucapan Princess Minerva.

“Aku ingin engkau memanggilkan seorang dokter hewan untuk

membantuku merawat burung malang ini.”

Jacques mengangguk. “Baik, Princess. Saya akan segera

memanggilnya.”

Princess Minerva memandang keluar dan melihat salju mulai turun dari

langit. “Engkau tidak perlu memanggilnya saat ini juga, Jacques. Salju mulai

turun lagi.”

Jacques juga memandang hujan salju di halaman Istana. “Baik,

Princess.”

“Apakah engkau mengetahui pelayan yang dapat membantuku?”

“Maafkan saya, Princess Minerva. Saya tidak mengetahuinya tetapi

jangan khawatir. saya berjanji akan mencari orang itu di Istana secepat

mungkin.”

Princess Minerva menggelengkan kepalanya. “Tidak, Jacques. Aku tidak

ingin merepotkan seluruh Istana. Panggilkan saja dokter bila hujan salju telah

berhenti.”

“Tetapi Princess…,” kata Jacques.

Princess Minerva segera memotong perkataan Jacques. “Lakukan saja

apa yang kukatakan, Jacques. Aku yakin aku dapat merawat burung ini hingga

engkau memanggilkan seorang dokter hewan untukku.”

“Baik, Princess Minerva.”

Princess Minerva tersenyum dan membalikkan badannya.

Mrs. Wve masih berdiri di tempatnya semula. Wajah wanita tua itu

masih menampakkan kemarahan yang dipendamnya. Tetapi kemarahan itu

segera hilang ketika ia melihat senyuman Princess Minerva.

“Mari kita merawat burung malang ini,” kata Princess Minerva.

Mrs. Wve tersenyum. Wanita itu masih tetap tersenyum saat mendekati

Princess Minerva yang menantinya.335

Page 336: Gadis Misterius

“Kami akan merawat burung ini, Jacques,” kata Princess Minerva,

“Tolong gantikan tugasku menjadi tuan rumah bagi Duke of Blueberry. Esok

pagi aku akan menemui mereka.”

“Baik, Princess Minerva,” kata Jacques sambil membungkuk hormat.

Princess Minerva tersenyum kemudian ia pergi meninggalkan tempat

itu bersama Mrs. Wve. Sepanjang jalan Princess Minerva berusaha keras

mengalihkan perhatiannya dengan memperhatikan burung yang terkapar di

lengannya. Sayap burung layang-layang itu terluka dan darah beku mengotori

sayang hitam burung itu.

“Apakah engkau tahu apa yang harus kulakukan pada luka burung ini,

Mrs. Vye?” tanya Princess Minerva pada Mrs. Vye yang tengah kebingungan di

Ruang Duduk kamarnya.

Mrs. Vye terkejut melihat Princess Minerva berdiri di samping Mrs. Wve

dengan menggenakan mantel hijau cerah. Di tangannya, ia memeluk seekor

burung.

Mrs. Vye mengambil burung itu dari lengan Princess Minerva. “Saya

tidak tahu, Princess.”

“Tolong kaucarikan sehelai kain yang cukup tebal untuk burung ini, Mrs.

Wve.”

“Baik, Princess.” Mrs. Wve segera meninggalkan ruangan itu untuk

mencari kain seperti yang diminta Princess Minerva.

Setelah kepergian Mrs. Wve, Princess Minerva melepaskan mantelnya

kemudian ia meraih burung itu dari tangan Mrs. Vye. Diselimutinya burung itu

dengan mantel tebalnya kemudian ia duduk di depan perapian.

Mata burung itu yang semula terpejam mulai membuka kembali saat

merasakan kehangatan dari perapian.

Princess Minerva tersenyum melihat itu. “Kasihan engkau, burung kecil.

Engkau tidak hanya terluka tetapi juga kedinginan. Tetapi jangan khawatir

aku akan merawatmu agar engkau sembuh.”

Mrs. Vye tersenyum mendengar kata-kata itu.

“Saya akan membantu Anda merawat burung ini, Princess Minerva,”

kata Mrs. Vye.

“Terima kasih, Mrs. Vye. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan

untuk mengobati luka burung ini,” kata Princess Minerva sambil tersenyum.

Princess Minerva kembali memperhatikan burung di tangannya. Tetapi

tak lama kemudian ia kembali mengangkat kepalanya saat mendengar suara 336

Page 337: Gadis Misterius

Mrs. Wve.

Mrs. Wve segera menyerahkan sehelai kain pada Princess Minerva.

“Hanya ini yang saya temukan, Princess.”

“Tidak apa-apa, Mrs. Wve. Kain ini sudah cukup menghangatkan tubuh

burung ini,” kata Princess Minerva sambil menggantikan mantelnya yang

semula menyelimuti tubuh burung di pangkuannya dengan kain yang dibawa

Mrs. Wve.

“Engkau tampak lucu dengan kain putih ini, burung kecil,” kata Princess

Minerva sambil mengamati burung yang telah diselimutinya dengan kain

putih yang dibawa Mrs. Wve, “Tetapi sayang sekali aku tidak tahu apa yang

harus kulakukan untuk merawat lukamu.”

“Sayang sekali saya juga tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Andai

saya tahu saya tentu akan membantu Anda, Princess.”

“Aku mengerti, Mrs. Wve. Jangan engkau pikirkan hal ini. Jacques telah

berjanji untuk memanggilkan dokter hewan untuk merawat burung ini,” kata

Princess.

Suara ketukan pintu membuat Princess Minerva berhenti

memperhatikan burung yang berada di pangkuannya.

Mrs. Vye membuka pintu itu dan mempersilakan orang itu masuk.

“Maafkan saya mengganggu Anda, Princess. Kata Jacques Anda mencari

seseorang yang dapat merawat luka burung,” kata seorang pelayan wanita

yang telah berdiri di tengah Ruang Duduk.

“Apakah engkau tahu bagaimana mengobati luka burung ini?” tanya

Princess Minerva penuh harap.

Pelayan itu mengangguk. “Saya bisa melakukannya, Princess. Bolehkan

saya melihat burung itu?”

Princess Minerva mendekati pelayan itu dan menunjukkan burung di

tangannya. “Burung ini terluka dan kedinginan,” katanya pada pelayan itu.

Pelayan itu mengambil burung itu dan berkata, “Saya akan

merawatnya, Princess. Serahkan saja burung malang ini pada saya, Anda

tidak perlu khawatir.”

Princess Minerva tersenyum. “Terima kasih. Aku senang engkau mau

merawat burung ini.”

“Anda terlalu membesar-besarkan, Princess Minerva. Saya hanya

membantu Anda semampu saya,” kata pelayan itu sambil membalas

senyuman Princess Minerva.337

Page 338: Gadis Misterius

“Princess, Anda sudah tidak perlu mengkhawatirkan keadaan burung

malang itu lagi,” kata Mrs. Wve, “Sekarang Anda harus memperhatikan

keadaan Anda sendiri. Anda tampak pucat dan Anda harus beristirahat.”

Pelayan itu menatap wajah Princess Minerva dan berkata, “Jangan

mengkhawatirkan keadaan burung ini, Princess Minerva. Mrs. Wve benar,

wajah Anda tampak pucat. Sebaiknya Anda beristirahat.”

“Princess Minerva, berisitrahatlah. Anda tampak pucat,” kata Mrs. Vye

ikut membujuk Princess Minerva.

Princess Minerva tersenyum mendengar ketiga wanita itu

membujuknya. “Kalian ini lucu. Aku belum mengatakan apa-apa tetapi kalian

telah berusaha membujukku.”

Mrs. Wve tersenyum. “Biasanya Anda sangat sulit bila disuruh

beristirahat dengan tenang tanpa memikirkan apa-apa,” katanya menuduh.

“Jangan khawatir, Mrs. Wve. Kali ini aku akan menuruti kata-katamu,”

kata Princess Minerva, “Hari ini aku merasa sangat lelah.”

Ketiga wanita itu tersenyum puas mendengar kata-kata Princess

Minerva. Mrs. Wve segera mengiringi Princess Minerva ke kamarnya

sementara Mrs. Vye membantu pelayan tadi merawat burung yang ditemukan

Princess Minerva.

Seperti biasanya Mrs. Wve menyuruh Princess Minerva meminum

obatnya sebelum tidur. Dan setelah menurunkan tirai putih yang mengelilingi

tempat tidur Princess Minerva, Mrs. Wve meninggalkan kamar itu.

Princess Minerva tidak dapat memejamkan matanya walaupun ia telah

meminum obatnya yang mengandung obat tidur. Biasanya Princess Minerva

selalu cepat tertidur setelah meminum obatnya walaupun ia selalu

memikirkan Alexander tetapi kali ini obat itu tidak berhasil membawa Princess

Minerva ke alam mimpi dan berhenti memikirkan Alexander.

Kenangan akan kejadian yang baru saja terjadi membuat Princess

Minerva menangis.

Alexander tetap seperti yang dikenangnya. Pria itu sama sekali tidak

berubah namun Princess Minerva merasa pria itu lebih tampan dan lebih

tinggi dari yang diingatnya. Satu-satunya yang berubah pada pria itu adalah

sorot matanya. Kemarahan dan kebencian yang tampak di mata Alexander

lebih besar dari yang dilihat Princess Minerva di Obbeyville. Kata-kata pria itu

juga menjadi semakin tajam dan dingin. Rasa marah, curiga dan juga

kebencian yang terkandung di suaranya membuat Princess Minerva semakin 338

Page 339: Gadis Misterius

sedih.

Air mata Princess Minerva telah merebak di matanya saat ia mendengar

kata-kata tajam pria yang dicintainya namun ia teringat akan kata-kata

Alexander, “Percuma saja menangis! Aku tidak akan terpengaruh.”

Princess Minerva menahan air matanya yang hampir membasahi

wajahnya yang semakin memucat ketika melihat Alexander berdiri di

depannya dengan sorot mata yang menakutkan. Tubuhnya yang tinggi

seakan-akan ingin melumat Princess Minerva juga matanya yang menatap

tajam.

Tidak hanya air matanya saja yang ditahan ketika Princess terpaku di

hadapan pria itu. Princess Minerva juga menahan tubuhnya yang menggigil.

Saat itu Princess Minerva tahu tubuhnya menggigil bukan karena dinginnya

udara tetapi karena rasa takutnya melihat Alexander.

Saat Mrs. Wve memanggilnya, Princess Minerva merasa ia tidak mampu

lagi menahan air matanya yang siap membasahi pipinya. Panggilan Mrs. Wve

benar-benar menyelamatkan Princess Minerva dari hadapan pria itu.

Dengan susah payah, Princess Minerva berusaha tersenyum saat ia

menghampiri wanita itu dan dengan susah payah pula ia terus menahan air

matanya.

Princess Minerva tidak ingin seorangpun tahu apa yang dirasakannya. Ia

juga tidak ingin membuat siapapun menjadi curiga sebab ia tidak tahu harus

menjawab apa pada pertanyaan yang akan ditujukan padanya bila mereka

merasa curiga. Princess Minerva juga tidak tahu bagaimana menceritakan

semua yang telah dialaminya bersama Alexander tanpa mengatakan

perasaannya yang sebenarnya.

Bukan perasaan cintanya pada Alexander yang membuat Princess

enggan mengatakan hal itu tetapi lebih karena perasaan sakitnya karena

cinta itu. Princess Minerva tahu apa yang dirasakannya akan mempengaruhi

orang-orang di sekitarnya. Bila ia merasa gembira, orang-orang di sekitarnya

juga merasa gembira sebaliknya bila ia merasa sedih semua orang juga

merasa sedih. Karena itulah Princess Minerva selalu menjaga perasaannya. Ia

selalu tersenyum walaupun ia merasa sedih. Tetapi kali ini ia merasa

kesulitan menutupi kesedihannya dengan senyumnya. Hanya kebiasaannya

menutupi kesedihannya dengan senyuman yang membuatnya berhasil

mengelabuhi orang-orang.

Di depan Mrs. Wve maupun di hadapan semua orang yang dijumpainya 339

Page 340: Gadis Misterius

setelah pertemuannya dengan Alexander yang tak terduga di halaman Istana,

Princess Minerva tersenyum dengan wajar.

Kini setelah ia sendirian di kamarnya, kesedihan yang terus ditahannya

tidak terbendung lagi. Air mata Princess Minerva terus mengalir membasahi

wajahnya. Princess menyembunyikan isakannya di balik bantalnya. Ia tidak

ingin wanita-wanita yang berada di Ruang Duduk mendengar isakannya.

Princess Minerva tidak ingin membuat orang lain juga merasa sedih.

Setelah bertemu kembali dengan Alexander setelah perjumpaan

terakhir mereka yang buruk di Obbeyville, Princess Minerva kini merasa yakin

dugaannya tepat. Alexander semakin membencinya ketika mereka bertemu.

Mengenai janjinya untuk bertemu dengan Duke of Blueberry esok hari,

telah dipikirkan masak-masak oleh Princess Minerva. Princess Minerva

memutuskan untuk melakukan tugasnya walaupun itu berarti ia menambah

kebencian Alexander padanya. Princess Minerva telah memutuskan untuk

mengambil resiko itu dan ia siap melihat kebencian di mata Alexander

bertambah besar.

Air mata Princess Minerva mengalir semakin deras ketika ia teringat

kebencian di mata Alexander.

“Maafkan aku, Al. Aku tahu engkau tidak ingin bertemu denganku,” kata

Princess Minerva, “Tetapi jangan khawatir. Aku tidak akan sering

menemuimu. Mungkin besok pagi adalah pertemuan kita yang terakhir dan

setelah itu engkau tidak perlu khawatir lagi akan bertemu denganku. Aku

akan menghilang dari hadapanmu seperti yang engkau inginkan.”

Membayangkan kembali kenyataan ia tidak akan dapat bertemu

dengan Alexander walaupun ia sangat menginginkannya, membuat Princess

Minerva merasa semakin sedih dan semakin banyak menitikkan air mata.

Princess Minerva mencoba berhenti memikirkan Alexander dengan

mengalihkan pikirannya ke burung layang-layang yang ditemukannya. Tetapi

hal itu tidak dapat membuat Princess Minerva berhenti merasa sedih. Bahkan

Princess Minerva menjadi semakin sedih ketika ia menyadari kesamaan

dirinya dengan burung layang-layang itu.

Burung layang-layang itu bukan hanya kedinginan tetapi juga terluka.

Persis seperti Princess Minerva yang juga merasa kedinginan dalam kesepian

yang menyelimuti dirinya dan terluka karena perasaan cintanya pada

Alexander.

Dan seperti halnya dirinya, burung itu juga merasa kesepian. Burung 340

Page 341: Gadis Misterius

layang-layang itu telah ditinggal temannya tetapi ia dapat berkumpul kembali

dengan teman-temannya setelah musim semi tiba.

Sedangkan Princess Minerva akan selalu merasa kesepian. Tidak ada

yang dapat menggantikan kedudukan Alexander di hatinya. Princess Minerva

tahu ia akan selalu merasa kesepian dan hampa tanpa pria itu di sisinya

walaupun ia berada di keramaian.

Tidak ada yang dapat disalahkan Princess Minerva selain dirinya sendiri

yang telah menyulut api kemarahan yang penuh kebencian pada diri pria itu.

Ia telah bersalah pada pria itu dan ia harus berani menerima resiko dari

perbuatannya sendiri yang membiarkan wanita yang dicintai Alexander

mengkhianati cintanya.

341

Page 342: Gadis Misterius

19

Princess Minerva membuka matanya dan ia merasakan sinar matahari

yang menyilaukan membutakan matanya untuk sesaat.

Mrs. Wve tersenyum pada Princess Minerva saat menyadari gadis itu

telah bangun.

Princess Minerva terkejut melihat sinar matahari itu mulai memasuki

kamarnya. Ia ingat kemarin siang ia menangis. Princess semakin terkejut

menyadari dirinya terus tertidur hingga pagi.

“Mengapa engkau tidak membangunkan aku?” tanya Princess Minerva.

“Kemarin Anda tampak sangat pucat. Saya pikir memang seharusnya

Anda beristirahat sepanjang hari,” kata Mrs. Wve.

Princess Minerva bangkit dari tempat tidurnya.

Mrs. Vye yang berdiri tak jauh dari tempat tidur, segera mencegah

Princess Minerva saat ia melihat gadis itu hendak meninggalkan tempat

tidurnya.

“Sebaiknya Anda berbaring lagi, Princess,” kata Mrs. Vye, “Sekarang

masih pagi. Mungkin baru pukul setengah tujuh.”

Princess Minerva menggelengkan kepalanya. “Tidak, Mrs. Vye. Aku

harus bangun. Aku telah berjanji untuk menemui mereka pagi ini.”

“Tetapi Anda masih terlihat pucat dan lemah, Princess,” kata Mrs. Wve

terkejut.

Princess Minerva tersenyum. “Tidak apa-apa, Mrs. Wve.”

Princess Minerva telah meninggalkan tempat tidurnya saat Mrs. Wve

kembali berkata, “Di mana Anda akan menemui mereka, Princess?”

Suara Mrs. Wve yang mengandung kecurigaan itu membuat Princess

Minerva kembali tersenyum. “Seperti yang Anda tebak, Mrs. Wve.”

Jawaban itu membuat Mrs. Wve terpekik terkejut. “Tidak, Princess. Saya

tidak akan mengijinkan Anda menemui mereka di Ruang Pertemuan.”

“Anda akan menemui mereka di Ruang Pertemuan?” kata Mrs. Vye tak

kalah terkejutnya dengan Mrs. Wve, “Bagaimana Anda akan ke lantai dasar

dengan tubuh lemah seperti itu?”

“Jangan khawatir. Aku yakin aku dapat ke sana.”342

Page 343: Gadis Misterius

Princess Minerva melihat Mrs. Wve akan melarangnya lagi, maka ia

segera berkata, “Di mana burung kecilku?”

Mrs. Vye yang selalu mudah terpengaruh kata-kata Princess Minerva

segera menjawab pertanyaan itu. “Kami meletakkan burung itu di dekat

perapian, Princess.”

Tanpa memberi kesempatan kepada Mrs. Wve untuk mencegahnya

Princess Minerva menuju Ruang Duduk.

Princess Minerva tersenyum pada burung yang kini tertidur di dalam

sangkar besi yang berwarna keemasan. “Bagaimana kabarmu, burung

kecilku?” tanya Princess Minerva saat melihat burung itu telah membuka

matanya.

Mrs. Vye mendekati Princess Minerva yang sibuk memperhatikan

burung itu. “Princess, Anda harus bersiap-siap bila Anda ingin menemui

mereka.”

“Tidak, Mrs. Vye. Aku tidak mengijinkan Princess ke Ruang Pertemuan.

Ruangan itu terlalu jauh dari sini. Aku tidak setuju,” kata Mrs. Wve.

“Jangan khawatir, Mrs. Wve. Aku akan baik-baik saja,” kata Princess

Minerva sambil tersenyum.

Senyuman Princess Minerva berhasil mempengaruhi perasaan Mrs.

Wve. Wanita itu mulai merasa bingung. “Tetapi, Princess….”

Sebelum wanita itu menyelesaikan kalimatnya, Princess Minerva segera

berkata, “Aku telah berjanji pada mereka dan aku tidak suka bila aku harus

mengingkari janjiku. Engkau tahu itu, Mrs. Wve.”

“Anda dapat membatalkan janji Anda bila keadaan memang tidak

mengijinkan, Princess,” kata Mrs. Wve membujuk.

Princess Minerva menggelengkan kepalanya, “Mungkin saja Duke of

Blueberry mempunyai keperluan yang penting dan aku tidak dapat

membuatnya menunda keperluannya.”

“Anda dapat menemui mereka di ruang ini, Princess. Saya dapat

menyediakan makan pagi di sini,” kata Mrs. Wve.

Sekali lagi Princess Minerva menggelengkan kepalanya.

“Tidak, Mrs. Wve. Aku tidak ingin merepotkanmu maupun Duke. Saat ini

aku adalah tuan rumah mereka dan sebagai tuan rumah yang baik, aku tidak

dapat bersikap sekehendakku,” kata Princess Minerva tegas.

Mrs. Wve terkejut mendengar ketegasan dalam suara Princess Minerva.

Sebagai pengasuh yang selalu menyertai Princess Minerva ke manapun gadis 343

Page 344: Gadis Misterius

itu pergi, ia telah mengenal baik Princess Minerva. Selama ini kata-kata

Princess selalu lemah lembut tidak pernah terdengar ketegasan di sana.

Tetapi semua orang yang mendengarkan permintaan Princess akan selalu

melakukannya dengan sebaik-baiknya.

Demikian pula Mrs. Vye. Selama ia mengenal Princess Minerva, ia selalu

mendengarkan suaranya yang lemah lembut. Walaupun Princess memberikan

perintah, ia selalu mengatakannya dengan penuh kelembutan. Dengan itu

saja semua orang selalu melakukan semua yang dikatakan Princess dengan

sebaik-baiknya apalagi bila Princess berkata dengan tegas.

Tidak mengherankan apabila Mrs. Wve yang semula bersikeras

melarang Princess Minerva menemui Duke di Ruang Pertemuan yang terletak

di lantai dasar Istana, akhirnya berubah pikiran.

“Pangeran Alcon benar, kata-kata Anda memang selalu dapat

mempengaruhi siapa saja, Princess,” kata Mrs. Wve sambil tersenyum.

“Terima kasih, Mrs. Wve. Aku tahu engkau tidak akan melarangku.”

“Karena saya telah mengijinkan Anda, maka sebaiknya Anda segera

meninggalkan burung itu. Kami akan mempersiapkan Anda, Princess. Kami

akan membuat Anda tampil dengan penuh keanggunan dan kecantikkan,”

kata Mrs. Wve.

“Walaupun kita tidak mendandaninya, Princess Minerva telah terlihat

anggun dan cantik,” kata Mrs. Vye.

Mrs. Wve mengangguk. “Aku sependapat denganmu, Mrs. Vye.”

Princess Minerva tersenyum tanpa mengatakan apa-apa. Ia

meninggalkan burung itu sendirian di sangkarnya dan mendekati kedua

pengasuhnya.

Kedua pengasuh Princess segera membawa Princess Minerva kembali

ke Ruang Tidurnya dan segera mendandani Princess. Keduanya bekerja

dengan penuh semangat seakan-akan Princess Minerva akan pergi ke pesta

yang sangat penting.

Princess Minerva hanya tersenyum melihat kedua wanita itu berunding

dan kadang-kadang berdebat untuk mempersiapkan dirinya.

Pikiran Princess Minerva tidak tertuju pada penampilannya. Ia lebih

memikirkan bagaimana ia menghadapi Alexander. Ia tidak khawatir

menghadapi Duke dan Duchess of Blueberry. Ia jauh lebih khawatir akan

pertemuannya dengan pria yang tidak ingin bertemu dengannya. Princess

Minerva tahu tentu akan terasa sangat menyebalkan bila harus bertemu 344

Page 345: Gadis Misterius

dengan orang yang ingin kita hindari. Walaupun Princess Minerva tidak

pernah ingin menghindari seseorang tetapi ia dapat mengerti bagaimana

perasaan Alexander bila berjumpa dengannya.

Kadang kala Princess Minerva merasa dirinya sangat aneh. Bagaimana

ia ingin bertemu dengan pria yang justru tidak ingin menemuinya. Tetapi

Princess Minerva juga tahu itu semua karena ia mencintai pria itu. Karena

cintanya kepada pria itu pula, ia memilih kebahagiaan pria itu di atas

kebahagiannya sendiri.

Princess Minerva sadar dirinya telah bersalah besar pada Alexander dan

ia harus menanggung resikonya seperti yang akan dihadapinya. Ia harus

berani menanggung kebencian Alexander kepada dirinya yang akan

bertambah setelah mereka bertemu.

Pikiran yang memenuhi benak Princess Minerva membuat dirinya tidak

menyadari lamanya waktu yang dihabiskan kedua pengasuhnya untuk

membuatnya tampil secantik mungkin. Princess Minerva kembali menyadari

tempatnya berada saat ia mendengar desah puas dari kedua wanita itu.

“Lihatlah diri Anda, Princess. Anda tampak cantik sekali dan semakin

bersinar,” kata Mrs. Wve dan Mrs. Vye bersamaan.

Untuk menyenangkan hati mereka, Princess Minerva menatap

bayangan dirinya di cermin. Tetapi apa yang muncul di cermin itu tidak

menarik perhatiannya. Princess Minerva sekilas melihat rambutnya diikat

tinggi-tinggi dan dihiasi dengan rangkaian bunga yang semula berada di pot

yang berada di atas meja rias. Gaunnya yang berwarna kuning terang seakan-

akan menambah pesona rambutnya yang bersinar keemasan.

Seuntai kalung pemberian Pangeran Alcon saat ulang tahun Princess

Minerva yang kedelapan belas melingkar di leher Princess yang tertutup leher

gaun yang tinggi. Kalung itu tampak semakin berseri.

“Sekarang kita hanya perlu menunggu waktunya makan pagi,” kata

Mrs. Wve pada Mrs. Vye.

Princess Minerva tersenyum manis, “Tidak, Mrs. Wve. Aku ingin pergi ke

Ruang Pertemuan sekarang.”

“Tetapi saat ini belum waktunya makan pagi, Princess,” kata Mrs. Vye.

“Kurasa Princess Minerva benar, Mrs. Vye. Ia masih lemah dan itu akan

menghambat jalannya menuju Ruang Pertemuan,” kata Mrs. Wve, “Lebih baik

kita berjalan perlahan-lahan ke sana.”

Mrs. Wve memegang lengan Princess Minerva dan membantunya 345

Page 346: Gadis Misterius

berdiri. Kemudian ia merapikan gaun Princess Minerva yang terlipat ketika ia

duduk.

Princess Minerva tersenyum pada Mrs. Wve. “Anda mempersiapkan

saya seakan-akan saya akan menghadiri suatu pertemuan yang sangat

penting.”

Mrs. Wve mengangguk. “Bagi saya, Anda harus selalu tampil

cemerlang,” katanya sambil menggandeng Princess Minerva meninggalkan

kamarnya.

Mereka berjalan perlahan-lahan menyusuri lorong depan kamar Princess

Minerva sambil bercakap-cakap.

Hingga mereka tiba di lantai tiga, tidak ada seorangpun yang mereka

temui. Baru pada lantai tiga itulah mereka bertemu dengan seorang pelayan

yang segera menyapa Princess Minerva ketika melihatnya.

“Selamat pagi, Princess Minerva.”

Princess Minerva tersenyum. “Selamat pagi.”

Pelayan itu melihat Mrs. Wve dan Mrs. Vye yang berjalan di belakang

Princess Minerva. “Apakah tidak apa-apa Anda meninggalkan kamar Anda?”

“Jangan khawatir. Kedua pengasuhku akan mengawalku dan

memastikan aku baik-baik saja,” kata Princess Minerva, “Aku sudah lama

tidak keluar kamar.”

Pelayan itu mengangguk. “Benar, Princess. Sejak Anda kembali, Anda

belum pernah meninggalkan kamar Anda. Baru hari inilah saya melihat Anda.

Kami semua merindukan Anda.”

“Al telah mengurungku terlalu lama di sana. Sekarang aku merasa

bosan dan aku ingin berjalan-jalan di dalam Istana walaupun Al melarang aku

berkeliaran di dalam Istana.”

Pelayan itu tersenyum, “Saya merasa Anda semakin cantik dari yang

saya ingat, Princess Minerva. Saya percaya semua orang juga merasa begitu.”

“Engkau terlalu melebih-lebihkan. Kita semua selalu merasa seseorang

menjadi lebih cantik atau lebih lama setelah kita lama tak berjumpa. Akupun

merasa engkau semakin cantik dari perjumpaan kita yang terakhir kali sekitar

setahun yang lalu.”

Pelayan yang lebih tua beberapa tahun dari Princess Minerva itu

memerah. “Anda membuat saya merasa tersanjung, Princess Minerva.”

Princess Minerva tersenyum. “Engkau tidak perlu merendahkan diri

karena engkau memang cantik. Semua orang di Istana ini juga berkata seperti 346

Page 347: Gadis Misterius

itu.”

“Itu karena saya yang paling muda di sini, Princess.”

Princess Minerva menggelengkan kepala. “Tidak. Aku lebih muda

darimu.”

Melihat pelayan itu semakin tersipu, Princess Minerva tersenyum dan

berkata, “Kami akan segera ke Ruang Pertemuan sekarang.”

Pelayan itu membungkuk saat Princess Minerva melewatinya.

Semakin banyak orang yang mereka jumpai dalam perjalanan ke Ruang

Pertemuan selanjutnya. Orang-orang itu selalu menyapa Princess Minerva dan

membungkuk hormat ketika Princess melewatinya.

Suasana di dalam Istana yang semula terasa sepi kini menjadi semakin

ramai. Kemunculan Princess yang tidak terduga ini seakan-akan membawa

kehidupan di dalam Istana.

Mrs. Wve tersenyum melihat hal itu sedangkan Mrs. Vye terbelalak

karena kagum.

Mrs. Vye tidak pernah menduga sedemikian besar pengaruh Princess

Minerva di Istana. Hanya dengan kemunculannya, Princess Minerva mampu

mengubah suasana Istana Plesaides yang semula sepi walaupun banyak

orang yang berlalu lalang, kini menjadi terasa hidup. Orang-orang yang

berlalu lalang tidak hanya berjalan dengan diam. Mereka berjalan sambil

bercakap-cakap dan membungkuk hormat setiap kali Princess Minerva

melewati mereka. Senyum manis yang menghiasi wajah Princess Minerva

membuat orang-orang itu membalas senyuman itu. Tidak sedikit orang yang

terkejut melihat Princess Minerva keluar dari kamarnya dengan dikawal kedua

pengasuhnya, Mrs. Wve dan Mrs. Vye.

Demikian pula prajurit yang menjaga pintu Ruang Pertemuan. Prajurit

itu sangat terkejut melihat Princess Minerva berjalan menghampirinya dengan

kedua pengasuhnya hingga tidak dapat berkata apa-apa.

“Selamat pagi, Princess Minerva,” kata prajurit itu pada akhirnya.

Princess Minerva tersenyum. “Selamat pagi. Tolong bukakan pintu itu.”

Prajurit itu membuka pintu itu.

“Tidak perlu,” kata Princess Minerva saat melihat prajurit itu hendak

mengumumkan kedatangannya.

Princess melangkah ke dalam ruangan itu sambil mempersiapkan

dirinya menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.

Suasana di dalam Ruang Pertemuan menjadi sunyi ketika Princess 347

Page 348: Gadis Misterius

Minerva muncul dengan tak terduga bersama kedua pengasuhnya.

Princess Minerva tersenyum pada semua orang di dalam ruangan itu.

Princess Minerva melihat wajah Duke dan Duchess of Blueberry juga Kepala

Pengawal Istana yang terkejut dengan kemunculannya yang tidak terduga ini.

Tetapi Princess Minerva tidak berani melihat wajah Alexander.

Kepala Pengawal Istana segera berdiri dan menyambut kedatangan

Princess Minerva. “Selamat pagi, Princess Minerva,” kata Jacques sambil

mencium tangannya.

“Selamat pagi, Jacques,” kata Princess Minerva sambil memandang ke

sekeliling ruangan itu, “Aku tidak terlambat, bukan?”

“Tidak, Anda tidak terlambat, Princess. Kami baru saja berkumpul di

ruangan ini,” kata Jacques, “Mengapa Anda tidak memberi tahu saya bahwa

Anda akan menghadiri acara makan pagi di ruangan ini, Princess?”

“Kemarin aku telah mengatakannya kepadamu, Jacques. Aku

mengatakan aku akan menemui Duke pagi ini,” kata Princess Minerva lembut.

“Maafkan saya, Princess. Saya kurang memperhatikan perkataan Anda

sehingga saya tidak menyambut kedatangan Anda sebagaimana

seharusnya.”

Princess Minerva tersenyum, “Tidak apa-apa, Jacques. Kemarin aku

tidak menjelaskan kapan aku akan menemui Duke.”

Jacques segera menarik kursi untuk Princess Minerva yang tersenyum

padanya saat ia duduk di kursi itu.

Mrs. Wve dan Mrs. Vye berdiri tak jauh di belakang Princess Minerva.

Princess melihat wajah Duke dan Duchess yang terkejut dan bingung.

“Maafkan saya, saya baru dapat menemui Anda hari ini.”

“Tidak apa-apa, Princess,” kata Duke kikuk.

Princess Minerva tersenyum berkata, “Apakah Anda dapat beristirahat

dengan baik?”

“Ya, Princess. Semua orang di sini menerima kami dengan baik

sehingga kami tidak mungkin tidak tidur dengan nyenyak,” kata Duke

mencoba menghilangkan kekikukan dalam kata-katanya.

“Saya berharap Anda juga memimpikan para peri Istana,” canda

Princess Minerva mencoba mencairkan rasa kikuk yang muncul di ruangan

itu.

Duke tersenyum mendengar perkataan itu. “Istana ini sangat indah

tidak mungkin saya tidak pergi ke dunia dongeng. Walaupun mereka tidak 348

Page 349: Gadis Misterius

muncul, saya akan mencari mereka.”

Jacques tertawa mendengar kata-kata Duke yang menanggapi canda

Princess Minerva.

Princess Minerva yang memulai suasana gembira itu tersenyum.

“Engkau kembali menjadi anak-anak dalam mimpi?” kata Jacques.

Princess Minerva berhasil mencairkan suasana kikuk itu. Duke sudah

tidak tampak terlalu kikuk dan Duchess yang sejak tadi terbelalak mulai dapat

tersenyum juga.

Duke mengangguk. “Aku bahkan berharap dapat menjadi anak kecil

dalam dunia nyata ini agar aku dapat bermain dengan bebas di Istana. Aku

ingin sekali menjadi anak kecil yang terbuai di Istana dongeng.”

“Dengan putrinya yang cantik,” tambah Duchess sambil tersenyum

penuh arti melihat Princess Minerva.

“Tampaknya segala sesuatu di Istana ini telah lengkap untuk menjadi

Istana negeri dongeng kecuali cerita dongengnya,” kata Duke.

Princess Minerva benar-benar berhasil mengubah suasana Ruang

Pertemuan yang semula terasa kikuk menjadi ceria seperti ia menceriakan

Istana.

“Sebaiknya Anda berhenti tertawa atau Anda tidak akan dapat

merasakan hidangan yang menarik selera ini,” kata Princess sambil

tersenyum melihat beberapa pelayan masuk sambil membawa hidangan di

tangannya.

Pelayan-pelayan itu juga terkejut melihat Princess Minerva duduk di

Ruang Pertemuan yang selalu menjadi tempat Raja menjamu tamu-tamunya.

Sebelum meletakkan hidangan yang mereka bawa di meja, mereka menyapa

Princess Minerva sambil membungkuk hormat. Princess yang disapa hanya

tersenyum tanpa berkata apa-apa.

Keceriaan yang berhasil ditimbulkan Princess Minerva tidak menghilang

ketika mereka memulai acara makan pagi mereka.

Princess Minerva terus tersenyum sambil memperhatikan wajah Duke

dan Duchess yang tersenyum mendengar lelucon Jacques yang terkenal

paling pandai melucu di Istana Plesaides.

Princess Minerva tidak berani melihat wajah Alexander walaupun ia

sangat ingin melihat wajah pria itu. Ia tidak berani melihat kebencian dan

kemarahan di mata itu. Memikirkan saat ini kebencian Alexander kepadanya

sedang bertambah membuat Princess Minerva semakin merasa tidak enak.349

Page 350: Gadis Misterius

Mrs. Wve mendekati Princess Minerva dan berbisik, “Sebaiknya Anda

segera kembali kamar Anda, Princess. Suhu ruangan ini lebih dingin dari

kamar Anda dan itu membuat Anda tampak semakin pucat.”

Princess Minerva baru menyadari hal itu. Sejak tadi ia hanya berusaha

mencegah dirinya melihat Alexander sambil terus menahan kesedihan di

hatinya di balik senyumannya. Walaupun perapian di ruang itu telah

dinyalakan tetapi suhu ruangan itu tetap lebih dingin dari kamar Princess

Minerva. Gaun yang dikenakan Princess tidak mampu menahan dingin itu

menyentuh kulitnya walaupun gaun itu adalah gaun musim dingin yang

berlengan panjang dan tebal. Princess baru menyadari tubuhnya sejak tadi

merasa kedinginan dan wajahnya kembali memucat.

Princess Minerva mengangguk. “Baik, Mrs. Wve,” katanya kemudian ia

berkata kepada semua orang di ruangan itu, “Maafkan saya, saya tidak dapat

menemani Anda lebih lama dari yang saya inginkan.”

“Anda hendak kembali sekarang, Princess?” tanya Jacques.

Princess Minerva tersenyum sambil menatap wajah Mrs. Wve. “Kedua

pengasuhku menyuruhku untuk beristirahat lagi.”

Jacques memandang wajah Princess Minerva yang memucat, “Mereka

benar, Princess. Wajah Anda kembali memucat. Anda harus segera

beristirahat.”

Mrs. Vye menghampiri Mrs. Wve kemudian mereka membantu Princess

Minerva berdiri. Mrs. Wve memegang lengan kanan Princess Minerva

sedangkan Mrs. Vye memegang lengan kirinya.

Melihat hal itu, Jacques segera berdiri.

Princess Minerva mengetahui maksud Jacques. “Tidak perlu, Jacques.

Selesaikanlah makan pagimu bersama Duke, aku akan baik-baik saja. Kedua

pengasuhku akan menjagaku,” kata Princess.

“Baik, Princess,” kata Jacques tanpa berusaha membantah kata-kata

Princess Minerva.

Princess Minerva tersenyum dan berkata, “Maafkan saya, saya harus

kembali ke kamar saya.”

Duke of Blueberry berdiri ketika melihat Princess Minerva hendak

meninggalkan ruangan itu.

Tanpa berkata apa-apa, Princess Minerva segera meninggalkan Ruang

Pertemuan dengan kedua pengasuhnya.

Mrs. Wve dan Mrs. Vye masih memegang lengan Princess Minerva saat 350

Page 351: Gadis Misterius

mereka berjalan kembali ke kamar Princess Minerva.

Princess Minerva sama sekali tidak memperhatikan itu. Ia ingin segera

tiba di kamarnya dan menenangkan kembali perasaan sedihnya. Setibanya di

kamarnya, Princess Minerva segera mengganti gaunnya dengan gaun tidur

yang hangat kemudian naik ke tempat tidurnya.

Saat Princess Minerva memasuki kamarnya, ia baru sadar apa yang

dikatakan Mrs. Wve memang benar. Kamarnya lebih hangat dari Ruang

Pertemuan. Hal itu karena perapian besar di Ruang Duduk terus dibiarkan

menyala terang dan setiap saat ada pelayan yang selalu menambahkan kayu

ke perapian itu.

Mrs. Wve menyelimuti tubuh Princess Minerva kemudian meninggalkan

Princess sendirian. Mrs. Vye menurunkan tirai putih yang mengelilingi tempat

tidur Princess Minerva kemudian mengikuti Mrs. Wve meninggalkan ruangan

itu.

Kepergian kedua pengasuhnya memberikan ketenangan bagi Princess

Minerva untuk meredakan badai kesedihan dalam dirinya. Tetapi Princess

Minerva tidak dapat melakukannya bahkan ia semakin merasa sedih.

Ia tidak tahu bagaimana tatapan Alexander saat melihatnya tetapi ia

yakin mata pria itu dipenuhi kemarahan seperti saat ia bertemu dengannya

kemarin siang di halaman Istana.

Selama Princess Minerva berada di Ruang Pertemuan, ia telah berusaha

keras untuk menahan keinginannya melihat wajah pria yang dirindukannya.

Princess Minerva juga berusaha keras menahan air matanya membayangkan

sorot mata Alexander menjadi semakin tajam pada dirinya.

Princess Minerva merasa beruntung tidak ada yang mencurigai

sikapnya yang berusaha menghindari tatapannya pada Alexander yang duduk

di samping Jacques.

Walaupun Princess Minerva sering melihat ke Jacques tetapi ia tidak

mau melihat ke samping pria itu. Hanya Jacques saja yang dilihatnya.

Sebaliknya bila ia melihat ke arah Duke dan Duchess yang duduk di sisi kiri

meja, ia tidak perlu menghindari siapa pun.

Princess Minerva masih ingat rasa terkejut dan bingung yang muncul di

wajah keduanya. Tetapi semuanya segera menghilang saat ia berhasil

mencairkan suasana kikuk di antara mereka yang tiba-tiba muncul karena

kehadirannya yang tak terduga.

Air mata Princess Minerva mengalir lagi saat ia sadar setelah pagi ini 351

Page 352: Gadis Misterius

berlalu, ia tidak akan dapat berjumpa kembali dengan Alexander, pria yang

sangat dicintainya.

Rasa sedih yang telah lama mengusik perasaannya membuat Princess

Minerva merasa lelah dan akhirnya tertidur. Princess Minerva tidak tahu

berapa lama ia tertidur. Yang ia ketahui hanyalah saat ia terbangun di luar

sedang turun hujan salju.

Princess Minerva meninggalkan tempat tidurnya dan berjalan ke Ruang

Duduk.

Di Ruang Duduk tidak ada siapa-siapa juga tidak terdengar suara Mrs.

Wve maupun Mrs. Vye.

Burung layang-layang itu masih memejamkan matanya saat Princess

mendekatinya. Princess Minerva mengeluarkan burung layang-layang itu dari

sangkarnya.

Princess Minerva duduk di dekat perapian dan meletakkan burung itu di

pangkuannya. Princess memperhatikan sayap burung itu yang telah bersih

dari noda darah.

“Apakah engkau kedinginan?” tanya Princess saat ia melihat burung itu

membuka matanya.

Seolah-olah mengerti apa yang ditanyakan Princess Minerva, burung itu

menggerakkan kepalanya.

Princess Minerva tersenyum. “Engkau tidak kedinginan lagi, bukan? Aku

telah memelukmu dan api dari perapian juga telah menghangatkanmu.”

“Jangan menggerakkan sayapmu yang terluka,” kata Princess Minerva

ketika melihat burung itu berusaha menggerakkan sayapnya.

“Aku tahu engkau ingin segera berkumpul kembali bersama teman-

temanmu. Tetapi saat ini adalah musim dingin dan kawan-kawanmu berada

jauh dari sini. Mereka berada di daerah yang hangat. Tunggulah di sini

bersamaku, aku akan melepaskanmu kembali setelah musim semi tiba,” kata

Princess Minerva.

Princess Minerva mengelus bulu burung itu. Dan ia tersenyum saat

merasakan kehalusan bulu itu di jemarinya. Burung itu berusaha

menggerakkan sayapnya kembali tetapi Princess Minerva menahan gerakan

burung itu. Princess menatap sedih burung itu. “Engkau masih beruntung,

engkau dapat berkumpul kembali dengan teman-temanmu. Sedangkan aku

tidak dapat lagi kembali ke sisi Alexander bahkan menjadi temannya.”

Air mata Princess Minerva kembali membasahi pipinya. Princess 352

Page 353: Gadis Misterius

Minerva mengabaikan air matanya dan terus mengelus tubuh burung itu.

“Teman-temanmu hanya meninggalkanmu sendirian di sini sedangkan

Alexander membenciku bahkan tidak ingin bertemu denganku. Aku memang

selalu dikelilingi banyak orang tetapi aku selalu merasa kesepian tanpa

Alexander.”

Seolah mengerti kesedihan Princess Minerva, burung itu menggerakkan

kepalanya. Princess Minerva tersenyum sedih.

“Saat ini engkau tidak memiliki teman tetapi engkau tidak perlu

khawatir akan merasa kesepian, aku akan menjadi temanmu sampai musim

semi tiba,” kata Princess Minerva berjanji pada burung itu.

Princess Minerva tersenyum pada burung yang terus bergerak di

pangkuannya. Princess menyeka air matanya dan meraih kain yang semula

digunakannya untuk menyelimuti burung itu. Burung layang-layang yang

terus bergerak di pangkuannya, membuat Princess melupakan kesedihannya

dan terus memperhatikan burung itu.

“Anda sudah bangun, Princess,” kata Mrs. Wve.

Princess Minerva terkejut melihat Mrs. Wve dan Mrs. Vye berjalan

memasuki kamarnya. Kedua wanita itu tersenyum melihatnya duduk di depan

perapian sambil memangku burung yang terluka.

“Kami menduga Anda belum bangun sehingga kami meninggalkan

kamar Anda. Tadi saya ingin bertemu dengan Duke of Blueberry untuk

menanyakan keadaan Obbeyville tetapi kami tidak dapat menemuinya.

Mungkin Duke sedang berisitirahat,” kata Mrs. Vye.

Teringat akan Duke of Blueberry yang saat ini berada di Istana

Plesaides karena ingin bertemu dengannya, Princess Minerva berkata,

“Apakah kalian bertemu dengan Jacques?”

Kedua wanita itu mengangguk.

“Tolong katakan kepada Jacques aku akan menemui Duke nanti siang

pada saat makan siang,” kata Princess Minerva yang segera disambut seruan

terkejut Mrs. Wve.

“Tidak, Princess. Kali ini saya tidak akan mengijinkan Anda

meninggalkan kamar Anda. Saya tidak tahu harus berbuat apa bila sampai

terjadi sesuatu pada Anda,” kata Mrs. Wve.

Princess Minerva diam menantikan kata-kata Mrs. Wve selanjutnya.

“Tadi pagi Anda tampak sangat pucat seperti akan pingsan. Dan

sekarang di hujan salju selebat ini, jangan berharap saya akan mengijinkan 353

Page 354: Gadis Misterius

Anda meninggalkan kamar Anda yang hangat ini.”

Princess Minerva tersenyum. Ia tahu apa yang dikatakan Mrs. Wve

benar. Ia tidak mungkin dapat bertahan di ruangan lain yang kurang hangat

dibandingkan kamarnya di saat salju turun. Berada di kamarnya yang telah

hangat saja masih membuat Princess Minerva merasa kedinginan apalagi bila

berada di ruangan yang kurang hangat.

“Baiklah, Mrs. Wve. Aku akan merubah rencanaku,” kata Princess

Minerva, “Tolong katakan kepada Jacques aku ingin Duke segera menemuiku

di sini tetapi bila Duke sedang beristirahat maka biarkanlah ia beristirahat

dulu.”

Mrs. Wve tersenyum puas mendengar jawaban itu.

“Baik, Princess.”

Mrs. Wve segera meninggalkan kamar itu. Mrs. Vye yang selalu

bersama Mrs. Wve mengikuti wanita itu setelah Princess Minerva

mengangguk sambil tersenyum padanya sebagai tanda ia boleh

meninggalkannya.

Princess Minerva kembali memperhatikan burung layang-layang yang

masih bergerak di pangkuannya. Gerakan-gerakan burung itu membuat

Princess Minerva merasa geli. Ia tersenyum pada burung itu sambil terus

mengelus bulunya yang halus. Gerakan burung itu benar-benar

menenggelamkan Princess ke dalam kesibukan yang membuatnya

melupakan segala macam perasaannya kecuali rasa sayangnya pada burung

itu.

Tangan Princess Minerva masih bermain-main dengan sayap burung itu

ketika pintu kamarnya diketuk.

Tanpa menanti jawabannya, orang itu membuka pintu itu.

Princess Minerva tersenyum. Ia tahu siapa yang mengetuk pintu itu.

Mrs. Wve selalu mengetuk pintu kamarnya bila wanita itu tahu ia

berada di dalam dan tidak tidur. Tetapi Mrs. Wve tidak pernah menanti

jawabannya. Setelah mengetuk pintu, wanita itu segera membuka pintu.

Princess Minerva tidak mengangkat kepalanya. Tangannya masih terus

bermain dengan burung itu ketika ia mendengar langkah kaki memasuki

Ruang Duduk kamarnya.

“Seperti yang Anda minta, Princess Minerva, saya mengantar Duke of

Blueberry menemui Anda,” kata Jacques.

Princess Minerva meletakkan burung itu di lengannya dan bangkit dari 354

Page 355: Gadis Misterius

tempat duduknya.

Princess Minerva tersenyum pada Duke of Blueberry. Ia berusaha

mempertahankan senyumannya saat ia melihat Alexander juga berada di

Ruang Duduk. Begitu melihat pria itu berdiri di samping Duchess, Princess

Minerva segera mengalihkan perhatiannya sebelum matanya bertemu

dengan mata Alexander.

“Maafkan saya yang telah merepotkan Anda,” kata Princess Minerva,

“Saya bermaksud menemui Anda siang ini di waktu makan siang tetapi

rupanya saya membuat istirahat Anda terganggu.”

“Tidak apa-apa, Princess,” kata Duke, “Kami tidak sedang beristirahat.

Ketika kedua pengasuh Anda muncul, kami sedang bercakap-cakap.”

Princess Minerva tersenyum, “Maafkan saya. Untuk menemui saya,

Anda telah melakukan perjalanan yang jauh dan melelahkan.”

Duchess tersenyum, “Tidak apa-apa, Princess. Kami rela menempuh

perjalanan yang jauh untuk melihat kamar yang indah ini.”

“Silakan duduk,” kata Princess.

Mrs. Wve mendekati Princess Minerva. Tangannya terulur pada Princess

Minerva yang segera menyerahkan burung itu.

Princess Minerva memperhatikan Mrs. Wve memasukkan burung itu

kembali ke sangkarnya.

“Maafkan saya, Princess. Saya belum memanggil dokter hewan untuk

membantu Anda merawat burung itu,” kata Jacques.

Princess Minerva tersenyum. “Tidak apa-apa, Jacques. Aku tahu hujan

salju yang terus turun ini membuat engkau tidak dapat melakukan

perintahku. Tetapi aku harus memarahimu, Jacques, engkau telah melanggar

laranganku. Telah kukatakan kepadamu untuk tidak merepotkan seluruh

Istana tetapi engkau tetap melakukannya.”

Kepala Pengawal Istana itu tersenyum mendengar suara Princess yang

tegas namun senyum yang manis menghiasi wajahnya.

“Aku berterima kasih padamu, Jacques. Bila engkau tidak mencari orang

yang dapat menolongku, aku tidak tahu bagaimana keadaan burung itu saat

ini. Entah apa yang diberikan pelayan itu pada burung malang itu sehingga

hari ini burung itu tampak lebih segar dari kemarin.”

“Kata-kata Anda adalah perintah bagi kami, Princess. Dan kekhawatiran

Anda adalah kewajiban kami untuk menyelesaikannya,” kata Jacques sembari

tersenyum.355

Page 356: Gadis Misterius

“Aku mengerti, Jacques.”

Princess kembali duduk di dekat perapian. Kali ini Princess Minerva

tidak duduk dengan menghadap perapian itu tetapi membelakangi perapian

itu. Api yang menyala di belakang Princess Minerva membuat rambut Princess

tampak bersinar. Secerah wajah Princess Minerva yang dihiasi senyumnya

yang manis. Tetapi di balik itu semua, Princess Minerva merasa khawatir dan

takut menghadapi Alexander.

“Apakah itu burung yang kemarin menjadi keributan di Istana?” tanya

Duchess.

Princess Minerva tersenyum. “Bukan burungnya yang membuat

keributan tetapi sayalah yang menyebabkan keributan itu terjadi.”

“Burung apa itu?” tanya Duke tertarik.

“Itu adalah burung layang-layang,” jawab Princess Minerva.

Duke terkejut. “Bukankah burung layang-layang selalu berpindah

tempat di musim gugur untuk menghindari musim dingin?”

Princess Minerva menganggukkan kepalanya. “Burung layang-layang itu

tertinggal. Ia sama seperti saya yang terlambat menghindari musim dingin.”

“Princess Minerva,” kata Mrs. Wve sedih.

Princess Minerva tersenyum pada Mrs. Wve. “Aku baik-baik saja, Mrs.

Wve. Jangan khawatir. Kupikir hal ini tidak buruk. Sudah lama sekali aku tidak

melewatkan musim dingin di Istana.”

Mrs. Wve mengangguk. “Ya, Anda melewatkan musim dingin di Istana

untuk yang terakhir kalinya adalah saat Anda berusia tiga tahun.”

“Lama sekali?” kata Duchess terkejut.

Mrs. Wve tersenyum. “Sejak berusia empat tahun, Princess harus

berpindah dari satu tempat ke tempat lain setiap pergantian musim.”

Merasa percakapan telah melenceng jauh dari yang direncanakannya,

Princess berkata, “Saya memanggil Anda kemari untuk menanyakan suatu hal

penting yang saya lupakan. Apakah tujuan Anda datang ke Istana Plesaides?”

Duke merasa ragu-ragu tetapi ia tetap menjawab pertanyaan itu.

“Sebenarnya kami kemari untuk meminta ijin pada Pangeran Alcon untuk

tidak menghadiri pesta itu.”

“Saya mengerti saya tidak dapat memaksa Anda menghadirinya

walaupun saya sangat mengharapkan kedatangan Anda di pesta itu,” kata

Princess Minerva, “Tetapi mengenai pesta itu adalah urusan Alcon. Maafkan

saya, saya tidak dapat membantu Anda. Apakah urusan Anda sangat 356

Page 357: Gadis Misterius

mendesak?”

“Sebenarnya kami tidak mempunyai urusan yang penting, Princess,”

jawab Duke.

“Apakah Anda dapat menunda hal itu. Al berjanji pada saya untuk

segera tiba. Saya yakin lusa ia akan tiba kembali di sini,” kata Princess

Minerva.

“Al?” tanya Duke terkejut.

Princess Minerva tersenyum. “Itu adalah panggilan yang saya berikan

pada kakak saya, Pangeran Alcon. Apakah Anda dapat menunda urusan Anda

selama dua atau tiga hari?”

“Saya tidak tahu, Princess. Sebenarnya istri saya ingin melewatkan hari

Natal tahun ini di….”

Duke belum menyelesaikan kalimatnya ketika Duchess tiba-tiba

berkata, “Kami memutuskan untuk hadir di pesta itu, Princess.”

“Chancy, mengapa engkau tiba-tiba berubah pikiran? Bukankah engkau

selalu menginginkan hal ini?” tanya Duke tak mengerti.

“Itu dulu, Shaw. Sekarang aku memutuskan untuk menghadiri pesta

itu,” kata Duchess menegaskan kata-katanya.

“Chancy, aku tidak mengerti mengapa engkau tiba-tiba mengubah

pikiranmu,” kata Duke.

Duches tersenyum menatap wajah Princess Minerva. “Aku ingin

berkenalan dengan Maria yang telah menjadi Princess Minerva. Aku sama

sekali tidak pernah menduga engkau adalah putri yang hilang itu.”

“Chancy,” bisik Duke pada istrinya yang berani berbuat lancang.

Princess Minerva tersenyum melihat hal itu.

Mrs. Vye juga tersenyum melihat hal itu. “Saya juga tidak pernah

menduga Maria adalah putri yang hilang itu, Duchess.”

“Kurasa kita semua tidak pernah menduga ia adalah Princess Minerva,”

kata Duchess, “Kita hanya menduga Maria adalah bidadari yang dikirim para

dewa dari Holly Mountain.”

“Kemunculan saya yang tak terduga di Sungai Alleghei yang

mempunyai cerita tersediri memang membuat itu semua,” kata Princess

Minerva sambil mencoba melupakan kekhawatirannya akan keberadaan

Alexander di tempat itu.

Mrs. Vye tersenyum, “Bukan hanya itu saja yang membuat kami

percaya Anda adalah bidadari, Princess. Anda mengetahui banyak cerita-357

Page 358: Gadis Misterius

cerita dewa Holly Mountain seakan-akan Anda berasal dari gunung itu

sendiri.”

Princess Minerva membalas senyuman Mrs. Vye. “Saya mengetahui

semua cerita itu dari Quiya di Foentza. Ia mengetahui lebih banyak dari

saya.”

“Quiya sangat menyukai Princess sehingga ia mau menceritakan semua

yang berhubungan dengan Holly Mountain kepada Princess walaupun itu

adalah mitos yang terlarang,” tambah Mrs. Wve.

Princess Minerva tersenyum.

Perasaan serba salah membuat ia merasa tidak tahan terus berada di

Ruang Duduk tetapi ia juga tahu ia harus melakukan kewajibannya. Ia harus

menjadi tuan rumah bagi Duke of Blueberry.

Mendengarkan Mrs. Wve serta Mrs. Vye bergantian menceritakan

kehidupannya kepada Duke dan Duchess of Blueberry, membuat Princess

Minerva merasa semakin cemas. Princess Minerva khawatir pandangan

Alexander kepada dirinya akan semakin buruk. Ia tidak berharap pandangan

Alexander kepada dirinya semakin buruk tetapi bila memang itu yang terjadi,

Princess Minerva tahu ia hanya dapat menerimanya.

Princess Minerva tahu usahanya untuk merubah pandangan Alexander

terhadap dirinya tidak akan pernah berhasil mengingat ia telah merusak

hubungan pria itu dengan wanita yang dicintainya. Tidak ada yang dapat

dilakukannya selain menerima kenyataan pahit itu.

Kecemasan yang melanda Princess Minerva membuat gadis itu merasa

tidak nyaman dan bingung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Bila ia

tidak selalu tersenyum, Mrs. Wve, Mrs. Vye juga Jacques akan curiga. Tetapi

bila ia tersenyum, Alexander akan merasa tidak suka bahkan mungkin akan

semakin membenci dirinya. Segala macam perasaan yang berkecamuk di

dadanya membuat Princess Minerva merasa lelah. Ia lelah terus menerus

berusaha tetap terlihat tenang dan ceria sedangkan di balik semua itu ia

merasa tertekan oleh perasaan yang terus mendera batinnya.

Usaha Princess Minerva untuk menahan semua kesedihannya di balik

sikapnya yang tenang dan senyum manisnya benar-benar telah menguras

semua tenaganya. Princess Minerva tahu ia tidak akan mampu terus menerus

bertahan seperti ini. Ia tahu yang harus dilakukannya saat ini bukan

mendengarkan semua orang di hadapannya bercerita melainkan kembali ke

Ruang Tidurnya.358

Page 359: Gadis Misterius

Gerakan Princess Minerva membuat semua orang berpaling kepadanya.

Princess Minerva tersenyum, “Silakan kalian melanjutkan percakapan kalian.

Saya minta maaf karena saya tidak dapat menemani kalian terlalu lama, saya

merasa lelah.”

Mrs. Wve mengikuti gerakan Princess Minerva.

Melihat pengasuhnya meninggalkan tempat duduknya, Princess Minerva

cepat-cepat berkata, “Tidak perlu, Mrs. Wve. Lanjutkan saja percakapanmu.”

Mendengar kata-kata tegas gadis itu, Mrs. Wve mengangguk kemudian

kembali duduk.

Princess Minerva tersenyum kemudian meninggalkan ruangan yang

menyiksa batinnya. Setelah menutup pintu Ruang Tidurnya, Princess Minerva

tidak segera menuju tempat tidurnya. Ia bersandar di balik pintu itu dan

mendengarkan percakapan orang-orang di Ruang Duduk.

“Bagaimana keadaan Obbeyville?”

Pertanyaan Mrs. Vye membuat Princess Minerva terpana.

Tiba-tiba saja Princess Minerva menyadari ia telah bersikap salah

sebagai seorang putri. Ia lebih mementingkan perasaannya daripada

perasaan Mrs. Vye. Selama ini ia terlalu terhanyut dalam perasaan sedih yang

menyiksanya dan melupakan perasaan Mrs. Vye yang telah lama

meninggalkan tempat kelahirannya.

Princess Minerva merasa bersalah. Ia tahu apa yang harus

dilakukannya. Sekarang ia harus melupakan perasaan sedihnya dan hanya

mengingat kenangan bahagianya bersama Alexander serta memikirkan

perasaan rindu Mrs. Vye kepada Obbeyville.

Tetapi Princess Minerva tetap saja tidak dapat melupakan perasaan

sedihnya. Ia semakin merasa tidak dapat lagi bertahan dalam keadaan seperti

ini di mana ia harus tampil tenang dan penuh senyum sedangkan hatinya

merasa tersiksa.

Princess Minerva tidak perlu merasa cemas lebih lama lagi karena

keesokan harinya Pangeran Alcon datang.

Kedatangan kakaknya merupakan suatu kebahagiaan serta kesedihan

tersendiri bagi Princess Minerva. Dengan kedatangan Pangeran Alcon,

Princess Minerva tidak perlu lagi menemui keluarga Blueberry yang juga

berarti membuat Alexander merasa tenang karena tidak lagi bertemu

dengannya. Bersamaan dengan itu Princess Minerva juga merasa sedih

karena ia tidak dapat bertemu lagi dengan Alexander.359

Page 360: Gadis Misterius

Princess Minerva tersenyum sendiri menyadari semua itu. Ia merasa

dirinya aneh bagaimana ia bisa merasa sedih sekaligus bahagia dalam waktu

yang bersamaan. Sedih karena tidak dapat lagi berjumpa dengan pria yang

dicintainya dan bahagia karena telah mengabulkan keinginan pria itu untuk

tidak menemuinya. Walaupun Princess Minerva tidak pernah melihat wajah

Alexander bila mereka bertemu tetapi Princess Minerva merasa senang di

samping semua perasaan yang juga muncul bila ia menyadari keberadaan

Alexander di dekatnya.

Dari jendela kamarnya, Princess Minerva melihat kereta yang membawa

orang tua serta kakaknya ke tempat yang jauh, telah kembali. Ketika ia

melihat kereta itu semakin mendekati Istana Plesaides, ia segera mengambil

mantelnya dan meninggalkan kamarnya beserta kedua pengasuhnya yang

terkejut dengan gerakannya yang cepat itu.

Mrs. Wve serta Mrs. Vye mengikuti Princess Minerva yang berlari ke

lantai dasar. Napas kedua wanita itu terengah-engah karenanya.

Princess berhenti di ujung lantai terakhir yang harus dilaluinya dan

berjalan penuh percaya diri ke Hall yang tepat berada di ujung terbawah

tangga itu.

Ketika melalui Ruang Duduk, Princess mendengar suara kakaknya.

Princess Minerva berhenti di depan pintu Ruang Duduk dan berkata

perlahan, “Maafkan aku, Al. Tetapi aku berjanji ini adalah terakhir kalinya aku

muncul di hadapanmu.” Setelah menyakinkan dirinya sendiri, Princess

Minerva segera membuka lebar-lebar pintu itu.

Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut melihat ia berdiri di

ambang pintu tetapi Princess Minerva lebih terkejut lagi saat tanpa sengaja

matanya bertemu dengan mata yang selama ini dihindarinya. Princess

Minerva cepat-cepat mengalihkan pandangan matanya dari Alexander

sebelum ia merasa khawatir melihat kekejutan di sana berubah menjadi

pandangan marah dan menghina. Jantung Princess Minerva berdebar sangat

kencang karena ketidak sengajaan itu. Bersamaan dengan itu Princess

Minerva merasa seluruh tubuhnya tiba-tiba terasa lemas.

“Al,” kata Princess Minerva sambil berharap suaranya tidak terlalu

bergetar.

Semua yang ada di ruangan itu menganggap suara Princess Minerva

yang bergetar itu karena ia merasa rindu pada kakaknya.

Pangeran Alcon segera mendekati adiknya yang berlari ke arahnya. 360

Page 361: Gadis Misterius

Pangeran menangkap adiknya dengan pelukan erat.

“Aku rindu sekali padamu,” kata Pangeran Alcon.

“Mengapa engkau datang lebih cepat, Al?” tanya Princess Minerva

sambil memandang ke dalam mata Pangeran Alcon.

“Engkau tidak suka aku datang lebih cepat,” kata Pangeran Alcon

merajuk.

Princess Minerva menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku senang

engkau datang lebih cepat. Aku hanya tidak menyangka engkau datang lebih

cepat.”

Pangeran Alcon tersenyum. “Engkau memang anak nakal yang tidak

pernah mendengarkan kata-kataku.”

“Engkau berkata akan kembali seminggu sebelum pesta itu,” kata

Princess Minerva mengingatkan.

Pangeran Alcon tersenyum lagi. “Raja Pyre mengerti kalau aku

merindukan putri kecilku yang baru saja menghilang dan ia mengijinkan kami

pulang lebih awal.”

Suara batuk yang dibuat Raja untuk menarik perhatian, membuat

Princess Minerva tersenyum pada orang tuanya yang berdiri di belakang

kakaknya.

Pangeran Alcon tersenyum nakal kepada Raja. Ia menahan tubuh

adiknya yang hendak menghampiri orang tuanya tetapi Princess Minerva

lebih cepat darinya.

Sekarang ganti Princess Minerva yang tersenyum nakal.

Melihat senyum nakal yang manis itu, Pangeran Alcon tersenyum

sambil berkata, “Engkau memang nakal.”

Princess Minerva tersenyum dan berusaha menghindari Pangeran Alcon

yang hendak melarangnya menghampiri orang tuanya.

Pangeran Alcon mengejar Princess Minerva yang berlari di memutari

ruangan itu.

Duke dan Duchess of Blueberry yang melihat hal itu terpana sedangkan

Raja tertawa dan Ratu tersenyum.

Mrs. Wve juga tersenyum melihat tingkah kedua putra Raja yang seperti

anak kecil itu.

Mrs. Vye terpana seperti keluarga Blueberry dan ia semakin terpana

ketika Princess Minerva tertawa sambil terus berusaha menghindari kakaknya

yang terus mengejarnya di ruangan itu.361

Page 362: Gadis Misterius

“Sudah. Kalian jangan bertingkah seperti anak kecil lagi,” kata Ratu,

“Untung sekali ruangan ini luas.”

Princess Minerva masih tertawa ketika ia menjatuhkan dirinya ke dalam

pelukan ayahnya.

“Al nakal, Mama,” kata Princess Minerva sambil tersenyum kepada

kakaknya.

Pangeran Alcon pura-pura marah melihat itu. “Begitu, ya. Sekarang aku

yang nakal.”

“Sejak dulu engkau memang nakal, Alcon. Engkau selalu merebut

Minerva dariku,” kata Raja.

Pangeran Alcon tersenyum nakal mendengar kata-kata itu. “Papa sudah

punya Mama dan aku hanya punya Minerva.”

Princess Minerva menghampiri ibunya dan mencium kedua pipi ibunya.

“Sudah lama sekali engkau tidak tertawa,” kata Ratu.

Princess Minerva melihat Pangeran Alcon. “Bagaimana aku bisa tertawa

kalau aku dikurung dalam kamarku?”

“Sekarang engkau sudah keluar dari kamarmu dan itu berarti engkau

melanggar janjimu,” kata Pangeran Alcon.

Mendengar tuduhan itu, Princess Minerva tersenyum. “Engkau senang

bila aku tidak menyambutmu?”

Pangeran Alcon mengeluh. “Engkau semakin pandai membuat aku

kebingungan. Benar aku tidak senang engkau tidak menyambutku tetapi aku

lebih tidak senang melihat engkau jatuh sakit. Lihatlah sekarang wajahmu

memucat kembali.”

Raja menatap wajah Princess Minerva dan terpekik terkejut.

“Kembalilah ke kamarmu, Minerva. Kakakmu benar wajahmu kembali

memucat.”

Pangeran Alcon tersenyum penuh kemenangan, “Sekarang giliranku.”

Alexander terkejut melihat senyum kemenangan itu seperti senyum

Maria saat ia membujuk ayah Ityu agar mengijinkan putranya bermain ke

pondok Mrs. Vye di malam hari.

Princess Minerva tersenyum mendengar kata-kata itu. Ia tahu apa yang

dimaksudkan kakaknya. Kakaknya akan merebut kembali dirinya dari

ayahnya.

Raja mengeluh mendengar kata-kata kemenangan itu. “Senyum

kemenangan itu,” kata Raja.362

Page 363: Gadis Misterius

Ratu tersenyum mendengarnya. “Senyum kemenangan khas keluarga

Raja,” kata Ratu pada semua orang.

Pangeran Alcon mendekati adiknya. Sambil tersenyum kemenangan

kepada Raja, ia mengangkat tubuh adiknya.

Ratu tersenyum melihat kedua putranya meninggalkan ruangan itu dan

Raja yang memandang iri.

“Sejak dulu mereka selalu berebut Minerva,” kata Ratu ketika

menyadari kebingungan tamu-tamunya serta Mrs. Vye.

“Dan selalu saja Alcon yang menang,” kata Raja sedih.

“Sudahlah,” hibur Ratu, “Mereka memang akrab sekali. Aku yakin

semua orang akan mengira mereka adalah kekasih bila mereka tidak mirip.”

“Ya, mereka sangat akrab sehingga aku merasa mereka terlalu akrab.”

Ratu tersenyum mendengar kata-kata Raja yang pura-pura cemburu

terhadap keakraban kedua putra mereka.

“Mari kita ke kamar Minerva,” kata Ratu kepada semua orang yang ada

di sana.

Mereka segera mengikuti Ratu ke kamar Princess Minerva untuk ikut

dalam kegembiraan Pangeran Alcon dan Princess Minerva.

Ketika mereka tiba di sana, Princess Minerva sedang bermain piano

untuk kakaknya yang berdiri di sampingnya. Walaupun Princess Minerva

bermain sambil bercanda tetapi permainannya tetap terdengar merdu.

Keduanya sibuk dengan diri mereka sendiri hingga tidak mengetahui

orang-orang yang mereka tinggalkan di Ruang Duduk kini telah berada di

sana. Dan tidak seorang pun yang ingin mengganggu kebahagiaan kakak

beradik yang telah lama berpisah itu.

363

Page 364: Gadis Misterius

20

Pangeran Alcon yang sedang berbicara dengan Duke of Blueberry di

Ruang Perpustakaan terkejut ketika Mrs. Wve memasuki ruangan itu dengan

tergesa-gesa.

“Ada apa, Mrs. Wve?” tanya Pangeran.

“Princess Minerva pingsan.”

Pangeran terkejut mendengar jawaban yang diberikan Mrs. Wve. Ia

segera bangkit dari tempat duduknya. “Di mana ia pingsan?”

“Di dapur.”

Sekali lagi Pangeran Alcon terkejut mendengar jawaban Mrs. Wve.

“Minerva memang anak nakal. Sekali diberi ijin meninggalkan kamarnya, ia

akan menggunakannya sebaik-baiknya untuk memulai segala kegiatan

rutinnya.”

“Saya sudah berusaha melarang Princess tetapi ia tetap memaksa. Kata

Princess, ia tidak akan kedinginan bila berada di dapur. Ia justru akan merasa

kedinginan bila diam saja,” kata Mrs. Wve.

“Minerva memang anak yang tidak dapat diam,” kata Raja.

“Anak satu ini memang sangat sulit diminta diam walau hanya satu

detik. Selalu saja ada yang dilakukannya tetapi kali ini memang benar-benar

keterlaluan. Bagaimana ia bisa bermain di dapur yang terletak di bawah

tanah?” kata Pangeran.

“Kita tidak dapat menyalahkan sifatnya yang sulit disuruh diam itu,”

kata Ratu yang juga berada di ruang itu, “Sikapnya yang sulit diam itu justru

membuat Istana ini menjadi ceria.”

“Musim semi tahun ini memang datang lebih cepat di Istana Plesaides

tetapi udara tetap saja terlalu dingin bagi Minerva untuk berkeliaran di dalam

Istana seperti kebiasaannya,” kata Pangeran Alcon.

“Princess Minerva berkata ia tidak akan kedinginan di sana karena di

sana banyak orang,” kata Mrs. Wve.

Pangeran Alcon tersenyum melihat Mrs. Wve berusaha terus menerus

membela Princess Minerva. “Aku mengerti, Mrs. Wve. Sekarang tunjukkan

padaku di mana anak nakal itu berada.”364

Page 365: Gadis Misterius

“Kami telah membaringkan Princess di Ruang Duduk,” kata Mrs. Wve.

Pangeran segera meninggalkan ruangan itu dan bergegas menuju

Ruang Duduk yang dekat dengan tangga menuju dapur.

Mrs. Vye yang sedang memangku kepala Princess Minerva segera

membaringkan kepala Princess di sofa panjang itu dan menepi demikian pula

beberapa pelayan yang mengelilingi Princess Minerva ketika melihat

Pangeran Alcon.

Pangeran mendekati Mrs. Vye. “Ia pucat sekali,” kata Pangeran Alcon

sambil menyibakkan rambut yang menutupi wajah adiknya.

“Princess Minerva terlalu lelah, Pangeran,” kata Mrs. Vye.

Pangeran Alcon tersenyum. Ia segera mengangkat tubuh Princess

Minerva.

“Mintalah Durant segera memanggil Dokter Donter,” kata Ratu pada

Mrs. Wve.

Mrs. Wve mengangguk dan membungkuk sebelum meninggalkan Ruang

Duduk.

Seperti kemarin Ratu beserta Raja dan keluarga Duke of Blueberry

segera mengikuti Pangeran Alcon yang membawa Princess Minerva ke

kamarnya. Bedanya kemarin mereka mengikuti Pangeran dan segera

terhanyut dalam keceriaan yang dibuat Pangeran Alcon bersama Princess

Minerva, sekarang mereka cemas akan keadaan Princess Minerva.

“Apakah Anda kuat membawa Princess Minerva ke kamarnya?” tanya

Duke ketika mengikuti Pangeran Alcon yang berjalan ke kamar Princess

Minerva sambil membopong adiknya.

Pangeran Alcon tersenyum. “Aku telah biasa melakukan ini lagipula

Minerva sangat ringan.”

Duke hanya termangu mendengar jawaban itu. Bagi Duke ini adalah

pertama kalinya ia melihat hubungan kakak beradik yang sangat akrab

seperti Pangeran Alcon dengan Princess Minerva.

Dokter Donter segera datang tak lama kemudian. Dokter itu tidak kalah

cemasnya dari orang-orang yang telah berkumpul di kamar Princess Minerva.

Setelah Dokter Donter memeriksa Princess Minerva, mereka segera

meninggalkan Princess sendirian di kamarnya.

“Bagaimana keadaan Minerva?” tanya Ratu.

“Ia baik-baik saja. Princess Minerva hanya terlalu lelah dan juga sedikit

kedinginan, saya rasa. Di manakah ia berada sebelum pingsan?”365

Page 366: Gadis Misterius

“Anda dapat menebaknya, Dokter. Di mana Minerva biasa berada bila ia

berada di Istana selain di Ruang Perpustakaan?” kata Pangeran.

“Di dapur!” seru Dokter Donter terkejut, “Apa yang dilakukannya di

sana?”

“Seperti biasanya, apa yang dilakukan Minerva di dapur,” kata

Pangeran.

“Princess Minerva tidak memasak, ia hanya memperhatikan kami,” kata

Mrs. Wve membela Princess Minerva.

Pangeran Alcon tersenyum melihat usaha Mrs. Wve membela Princess

Minerva. “Aku mengerti, Mrs. Wve. Aku tidak menyalahkan siapa pun karena

memang Minerva tidak pernah dapat diam.”

“Ia adalah satu-satunya Princess yang tidak pernah dapat diam,” kata

Dokter Donter.

“Untuk membuatnya diam, kita harus memberikan obat tidur

kepadanya,” kata Pangeran sambil menatap penuh arti pada Dokter Donter.

Dokter Donter tersenyum. “Saya mengerti, Pangeran.”

“Terima kasih, Dokter,” kata Ratu, “Saya yakin cara ini akan mampu

membuat Minerva tetap berada di kamarnya.”

Raja termangu seperti sedang berpikir. “Aku heran, Minerva memang

mewarisi hampir semua sifat ratu sebelumnya tetapi seingatku tidak ada

nenek moyangku yang tidak mau diam, seperti dia.”

Duke yang tak mengerti akan perkataan Raja berkata, “Mewarisi sifat?”

Raja tersenyum mendengar pertanyaan tak mengerti itu.

“Minerva memang mewarisi hampir semua sifat Ratu sebelumnya.

Kepandaiannya menata ruangan berasal dari nenekku, Ratu Gorie. Kebaikan

hatinya berasal dari nenek Ratu Gorie. Dan masih banyak lagi yang diwarisi

Minerva dari Ratu sebelumnya,” kata Raja menjelaskan.

“Kemahirannya bermain piano diwarisi Minerva dari Mama,” tambah

Pangeran Alcon sambil tersenyum menatap ibunya.

“Minerva memang memiliki sifat tersendiri yang membuatnya tampak

menarik di samping semua sifat yang diwarisinya itu. Minerva memiliki

kebijaksanaan yang membuat kami semua merasa kagum selain itu ia

memiliki mata ungu yang indah,” kata Ratu.

“Saya mengagumi mata ungu Princess Minerva yang jernih. Ini pertama

kalinya saya melihat mata yang berwarna ungu,” kata Duchess.

“Ini juga yang pertama kalinya bagi kami semua,” kata Ratu.366

Page 367: Gadis Misterius

Merasa semua orang akan mulai membicarakan adiknya, Pangeran

tersenyum. Ia juga ingin ikut membicarakan kelebihan adiknya yang

membuatnya berbeda dari gadis-gadis seusianya tetapi ia tahu ada suatu

masalah penting yang harus diselesaikannya.

“Aku akan menjaga Minerva,” kata Pangeran Alcon.

Raja dan Ratu mengangguk mendengar hal itu sedangkan Mrs. Wve

berkata, “Biarkan saya yang menjaga Princess Minerva.”

“Tidak perlu, Mrs. Wve,” kata Pangeran sambil menatap penuh arti

kepada Mrs. Wve.

Mrs. Wve mengerti arti tatapan itu. Ia tersenyum pada Pangeran Alcon

seakan-akan ia memberi dukungan kepada Pangeran.

Setelah mendapat ijin dari kedua orang tuanya, Pangeran Alcon

berkata, “Temani aku, Alexander.”

Alexander segera mengikuti Pangeran Alcon meninggalkan Ruang

Duduk sambil bertanya-tanya mengapa Pangeran Alcon mengajaknya.

Selama perjalanan menuju kamar Princess Minerva, Pangeran hanya

tersenyum dan membuat Alexander semakin bertanya-tanya.

Api di perapian menyala terang menerangi seluruh Ruang Duduk kamar

Princess Minerva. Udara terasa sangat hangat di dalam ruangan itu.

Tanpa berkata apa-apa, Pangeran Alcon mendekati perapian itu dan

memasukkan beberapa batang kayu.

Alexander berdiri termangu. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang

sebenarnya direncanakan Pangeran Alcon. Ia sendiri juga tidak mengerti

mengapa ia sangat percaya Pangeran Alcon sedang merencanakan sesuatu.

“Berapa usiamu?” tanya Pangeran Alcon.

Alexander terkejut mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu dan tidak

pernah diduganya. “Dua puluh tujuh, Pangeran ,” jawabnya.

Pangeran tersenyum. “Panggilah aku Alcon dan lupakan segala

kesopanan itu. Aku hanya satu tahun lebih tua darimu.”

Pangeran duduk kemudian ia menunjuk kursi di hadapannya.

“Duduklah. Aku tidak bermaksud menghukummu, aku hanya ingin memberi

sedikit pertanyaan.”

Alexander duduk di kursi yang ditunjuk Pangeran.

Tanpa mengulur waktu, Pangeran Alcon bertanya, “Apakah sebelum ini

engkau mengenal Minerva? Maksudku waktu ia masih sebagai Maria di

Obbeyville.”367

Page 368: Gadis Misterius

Alexander mengangguk membenarkan kata-kata Pangeran Alcon.

“Engkau tentunya telah mengetahui segala sesuatu tentang Minerva

baik dari Mrs. Wve, Mrs. Vye maupun semua orang di Istana ini. Sekarang aku

ingin tahu bagaimana Minerva menurut pandanganmu? Apakah ia menarik

atau bagaimana?”

“Seperti orang-orang lainnya, aku menganggap ia sangat menarik,”

kata Alexander.

Pangeran Alcon tersenyum. “Ia memang seorang gadis yang sangat

menarik. Aku ingin tahu bagaimana perasaanmu terhadapnya?”

Alexander terdiam mendengar pertanyaan itu.

“Aku mengerti pertanyaanku ini sulit dijawab tetapi aku tidak dapat lagi

menahan rasa ingin tahuku.”

Melihat Alexander masih belum menjawab pertanyaannya, Pangeran

Alcon berkata, “Aku tidak memaksamu menjawab pertanyaan itu. Aku hanya

ingin mengatakan kecurigaanku terhadap kalian berdua.”

“Curiga?” tanya Alexander tak mengerti.

“Aku memang tidak tahu apa yang telah terjadi selama Minerva berada

di Obbeyville tetapi aku tahu telah terjadi sesuatu. Sejak aku tiba, aku melihat

sikap Minerva aneh. Ia seperti berusaha menghindarimu. Dan ketika Minerva

kembali dari Obbeyville, ia sering mengingau memanggil nama ‘Al’. Memang

itu nama panggilan yang diberikan Minerva padaku tetapi aku tahu bukan aku

yang dicari Minerva. Sebenarnya apa yang telah terjadi?”

Alexander terdiam mendengar pertanyaan itu.

“Aku mengerti bila engkau juga tidak mau menceritakan hal itu

kepadaku tetapi aku yakin telah terjadi sesuatu. Minerva memang tidak akan

pernah mau menceritakan perasaannya kepada siapapun termasuk aku.

Apakah ia pernah mengatakan perasaannya atau pendapatnya mengenai

sesuatu kepadamu?”

Alexander memandang bingung. “Ia pernah mengatakan perasaannya

kepadaku juga pendapatnya mengenai suatu masalah tetapi tidak terlalu

sering.”

Pangeran Alcon tersenyum. “Sudah kuduga.”

Alexander benar-benar tidak mengerti dengan permainan yang sedang

dilakukan Pangeran Alcon. Pangeran Alcon sejak tadi hanya tersenyum dan

matanya bersinar aneh seperti sinar kemenangan.

Pangeran Alcon tahu Alexander tidak mengerti dengan semua 368

Page 369: Gadis Misterius

pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Untuk mengurangi perasaan tidak

mengerti Alexander itu, ia berkata, “Engkau telah mengetahui segala

sesuatunya tentang Minerva baik dari Mrs. Wve, Mrs. Vye maupun Jacques?”

Alexander mengangguk.

“Apa yang dikatakan mereka memang benar, Minerva seorang gadis

yang menarik. Tetapi ada suatu hal yang hanya diketahui olehku,” kata

Pangeran Alcon, “Minerva adalah gadis yang tertutup. Ia tidak menyukai

suasana yang ramai. Karena itu ia memilih tempat ini yang jauh dari

keramaian.”

“Karena itukah kamar Princess terpisah dari kamar-kamar keluarga Raja

lainnya,” gumam Alexander.

Pangeran mengangguk. “Ya, di sinilah Minerva biasa menghabiskan

waktunya selain di Ruang Perpustakaan atau di dapur. Semua orang

mengetahui Minerva sebagai seorang gadis yang tidak mau diam tetapi aku

mengenalnya sebagai seorang gadis yang tertutup.”

“Minerva sama sekali tidak pernah mau membicarakan perasaannya. Ia

tidak pernah mengatakan hal itu kepadaku. Bila ia mempunyai pendapat

mengenai suatu masalah, ia tidak akan pernah mengutarakannya. Hanya

kepadaku saja ia mau mengatakan pendapatnya karena itu aku yakin bila ia

membuka dirinya kepada orang lain, itu berarti ia memiliki perasaan istimewa

terhadap orang itu.”

Alexander diam berpikir mendengar kata-kata Pangeran Alcon.

“Sesuatu memang telah terjadi tetapi itu tidak seburuk yang engkau

bayangkan.”

“Aku memang telah menduganya. Aku mengerti bila engkau tidak mau

menceritakan lebih jauh kepadaku mengenai itu. Aku percaya kepadamu apa

yang terjadi itu tidak seburuk yang kukira,” kata Pangeran Alcon, “Aku hanya

meminta engkau segera menyelesaikan masalah itu. Aku tidak ingin Minerva

disakiti seperti yang pernah kulakukan.”

Alexander terkejut mendengar perkataan Pangeran Alcon. “Engkau

pernah menyakiti hati Princess?”

Pangeran Alcon tersenyum. “Memang tidak dapat dipercaya aku pernah

menyakiti perasaan Minerva bila melihat akrabnya hubungan kami. Tetapi itu

memang benar aku telah menyakiti hati Minerva.”

Pangeran Alcon mulai menceritakan kejadian yang tidak pernah

dilupakannya kepada Alexander.369

Page 370: Gadis Misterius

Sewaktu kecil Pangeran Alcon sangat membenci adiknya. Ia tidak

menyukai adiknya yang telah merebut semua perhatian orang tuanya yang

semula hanya ditujukan padanya. Selama sepuluh tahun, ia menyukai

kehidupannya sebagai putra tunggal yang selalu mendapat perhatian siapa

saja. Tetapi sejak adiknya lahir, perhatian semua orang berpindah pada

adiknya. Apalagi sejak lahir Princess Minerva sering demam.

Rasa iri yang terus tumbuh di hatinya membuat Pangeran Alcon

semakin tidak menyukai Princess Minerva. Tetapi Princess Minerva yang

masih kecil tidak menyadari itu bahkan ia bersikap manja kepada kakaknya.

Pangeran Alcon semakin tidak menyukai adiknya yang selalu bersikap manja

terhadapnya. Princess Minerva sering meminta Pangeran menemaninya

sewaktu ia akan tidur tetapi Pangeran Alcon selalu menolaknya dengan kata-

kata yang tajam.

Hal itu tidak membuat Princess Minerva merasa gentar bahkan Princess

Minerva dengan tersenyum manis meminta Pangeran Alcon menjaganya

sampai ia tertidur. Senyum manis Princess Minerva mampu membuat setiap

orang berubah pikiran demikian pula Pangeran Alcon. Walaupun Pangeran

Alcon sering berubah pikiran bila melihat senyum itu, ia tetap

mempertahankan dirinya untuk tidak menuruti keinginan adik yang sangat

dibencinya. Hanya sesekali saja Pangeran Alcon menuruti keinginan Princess

Minerva.

Sejak kecil Princess Minerva telah menunjukkan rasa sayangnya kepada

kakaknya tetapi Pangeran Alcon selalu menolaknya hingga suatu kejadian

yang merubah semua itu.

Saat itu Princess Minerva baru berusia empat tahun tetapi ia telah

menjadi seorang putri kecil yang menarik hati setiap orang demikian pula

Pangeran Alcon tetapi saat itu Pangeran Alcon tidak mau mengakuinya.

Ketika Princess Minerva meminta Pangeran Alcon mengantarnya ke laut

yang dekat Istana, Pangeran Alcon menurutinya.

Saat itu Pangeran Alcon menuruti keinginan Princess Minerva bukan

karena ia terpesona pada Princess hingga mau melakukan apa saja untuk

Princess seperti semua orang, tetapi karena suatu keinginan yang tiba-tiba

muncul di hatinya. Pangeran Alcon berharap dengan membawa Princess ke

pantai sesuai keinginan adiknya, ia dapat dengan mudah menyingkirkan

Princess Minerva yang telah merebut hati semua orang.

Pangeran Alcon tahu Princess Minerva sangat suka melihat matahari 370

Page 371: Gadis Misterius

terbit atau tenggelam karena itu ia mengajak Princess Minerva pergi ke

pantai tepat sebelum matahari terbit.

Princess Minerva sangat senang karenanya.

Saat matahari mulai tenggelam, Pangeran Alcon sengaja meninggalkan

Princess Minerva yang terpesona pada pemandangan di hadapannya.

Pangeran bersembunyi di balik sebuah pohon tempat ia menambatkan

kudanya. Semula Pangeran Alcon memang bermaksud meninggalkan Princess

Minerva di sana dan berkata kepada orang tuanya bahwa Princess Minerva

hilang. Tetapi perasaan iba dan sayang yang tiba-tiba muncul membuat

Pangeran Alcon merasa ragu. Akhirnya Pangeran Alcon bersembunyi di balik

pohon itu sambil terus mengawasi Princess Minerva.

Setelah matahari itu benar-benar tenggelam, barulah Princess Minerva

mengalihkan perhatiannya dari permukaan laut. Princess Minerva sangat

cemas ketika melihat Pangeran Alcon tidak ada di dekatnya.

“Al! Di mana engkau?” tanya Princess Minerva cemas.

Tetapi tidak ada jawaban. Princess Minerva semakin cemas karenanya.

Melihat langit yang semakin malam, Princess Minerva menjadi semakin

takut. Ia tidak berani meninggalkan tempatnya. Princess Minerva terus

menerus memanggil nama kakaknya.

Pangeran Alcon terus bersembunyi di balik pohon itu walaupun ia

mendengar suara panggilan Princess Minerva yang mencemaskan

keadaannya. Langit semakin malam dan udara semakin dingin tetapi

Pangeran Alcon tidak segera menghampiri adiknya.

Princess Minerva benar-benar cemas. Ia berusaha mengabaikan udara

dingin yang menerpanya sambil terus memanggil nama kakaknya. Akhirnya

Princess Minerva tidak sanggup bertahan lagi dalam udara dingin itu. Ia jatuh

pingsan.

Saat itulah Pangeran Alcon keluar dari persembunyiannya. Pangeran

Alcon sangat cemas ketika melihat adiknya pingsan dan ia semakin cemas

karena tubuh Princess Minerva sangat panas. Pangeran Alcon segera

membawa adiknya kembali ke Istana.

Ketika Dokter Donter sedang memeriksa Princess Minerva di kamarnya,

Pangeran Alcon berkata, “Maafkan aku, Papa. Aku tidak dapat menjaga

Minerva dengan baik.”

Raja tersenyum mendengar penyesalan putranya. “Tidak apa-apa,

Alcon. Aku mengerti.”371

Page 372: Gadis Misterius

Pangeran Alcon menggelengkan kepalanya. “Papa, tidak mengerti. Tadi

aku berniat meninggalkan Minerva sendirian di sana.”

Raja masih tetap tersenyum walaupun telah mendengar pengakuan

putranya. “Aku mengerti, Alcon. Aku tidak menyalahkanmu.”

“Aku menyesal, Papa. Aku benar-benar menyesal telah menyebabkan

Minerva sakit dan aku menyesal telah membencinya.”

Raja menepuk pundak Pangeran Alcon sambil tersenyum penuh

pengertian.

“Aku mengerti, Alcon. Aku dan Mamamu memang telah menduga

engkau akan membenci adikmu. Kami mengerti bagaimana perasaanmu

setelah sepuluh tahun engkau mendapat perhatian penuh tiba-tiba perhatian

itu tercurah pada adikmu. Kami mengerti semua itu, Alcon, dan kami tidak

menyalahkanmu. Minerva memang mudah sakit.”

Saat itu Dokter Donter muncul dari kamar Princess Minerva beserta

Ratu.

“Bagaimana keadaan Minerva, Dokter?” tanya Raja.

“Ia demam,” kata Dokter Donter, “Dan seperti yang telah saya duga,

Princess Minerva tidak tahan dengan udara dingin. Selama ini saya telah

berusaha menemukan sebab Princess Minerva sering demam dan saya

mengambil kesimpulan ia tidak tahan udara dingin.”

“Apakah itu berbahaya bagi kesehatannya?” tanya Raja.

“Sebaiknya kita menghindari Princess Minerva sering demam,” jawab

Dokter Donter.

“Apakah yang dapat kami lakukan untuk mencegah Minerva sakit?”

tanya Ratu.

Dokter Donter terdiam. “Mungkin kita harus memindahkan Princess

Minerva ke tempat lain yang lebih hangat. Tetapi itu sulit, karena saya yakin

Anda tidak akan tega berpisah dengan Princess Minerva.”

Raja tersenyum. “Anda benar, Dokter Donter.”

“Saya hanya dapat mengusulkan Princess Minerva pindah ke tempat

lain yang udaranya lebih hangat daripada di Istana Plesaides di saat udara

dingin dan udara panas. Tetapi itu berarti Anda hanya dapat berkumpul

dengan Princess Minerva selama kurang lebih tiga bulan.”

Raja dan Ratu terdiam mendengar usul Dokter Donter.

Pangeran Alcon yang sejak tadi termenung mendengar kata-kata Dokter

Donter semakin merasa bersalah.372

Page 373: Gadis Misterius

“Bila itu satu-satunya cara, kami hanya dapat melakukannya,” kata

Raja pada akhirnya.

“Baiklah, sekarang semuanya telah selesai. Saya mohon diri dulu, bila

Anda tidak berkeberatan,” kata Dokter Donter.

Raja dan Ratu mengantar Dokter Donter hingga di depan Istana

Plesaides sedangkan Pangeran Alcon menjaga adiknya. Pangeran Alcon

merasa menyesal melihat wajah adiknya yang pucat. Saat itulah Pangeran

Alcon menyadari wajah adiknya sangat cantik.

“Mengapa sebelumnya aku tidak pernah menyadari wajah adikku

sangat cantik?” tanya Pangeran Alcon pada dirinya sendiri. Pangeran Alcon

sibuk memandangi wajah Princess Minerva hingga tidak menyadari

kedatangan kedua orang tuanya.

“Alcon,” kata Ratu.

“Aku menyesal, Mama. Aku benar-benar menyesal,” kata Pangeran

Alcon.

Ratu tersenyum. “Mama mengerti, Alcon. Mama minta maaf. Selama ini

Mama hanya sibuk memperhatikan adikmu sehingga engkau merasa benci

pada adikmu. Mama berjanji juga akan memperhatikan dirimu. Tetapi Mama

juga meminta engkau berjanji tidak akan membenci adikmu lagi.”

“Apakah semua telah terlambat?” kata Pangeran Alcon penuh

penyesalan.

Raja menggelengkan kepalanya. “Tidak, Alcon. Selama engkau mau

berubah semuanya tidak terlambat.”

Pangeran Alcon tersenyum mendengar hal itu. “Aku berjanji, Mama. Aku

janji tidak akan membenci Minerva lagi. Aku akan selalu berada di samping

Minerva dan menjaganya.”

Ratu tersenyum sedih mendengar janji Pangeran Alcon. “Engkau telah

mendengar sendiri apa yang dikatakan Dokter Donter. Kita tidak akan dapat

berkumpul lagi dengan Minerva sepanjang tahun.”

Pangeran Alcon terkejut. Ia teringat akan kata-kata Dokter Donter dan

semakin merasa menyesal.

“Papa, ijinkan aku mengurus Minerva,” kata Pangeran Alcon setelah

terdiam beberapa saat, “Ijinkan aku yang mengurus segala hal yang

menyangkut Minerva. Ijinkan aku memutuskan segala sesuatunya untuk

Minerva.”

Raja dan Ratu terkejut mendengar permintaan Pangeran Alcon.373

Page 374: Gadis Misterius

“Engkau masih terlalu kecil, Alcon,” kata Ratu.

Pangeran Alcon tidak menyerah. “Ijinkan aku, aku janji aku tidak akan

mengecewakan kalian. Aku akan menjaga Minerva sebaik kalian. Ijinkan aku,

karena ini satu-satunya cara untukku untuk menebus dosaku kepada

Minerva.”

Raja tersenyum melihat keteguhan putranya. “Baiklah, Alcon. Aku

menyerahkan Minerva kepadamu. Sekarang engkaulah yang memutuskan

segala sesuatunya untuk Minerva tetapi aku berpesan engkau tidak boleh

melupakan kami. Bila engkau mendapatkan kesulitan, mintalah bantuan

kami.”

Pangeran Alcon sangat senang setelah mendapat ijin dari ayahnya.

“Apakah itu baik?” tanya Ratu pada suaminya.

“Tidak apa-apa. Alcon sudah besar lagipula ia harus dapat menunjukkan

rasa sayangnya pada Minerva. Sudah lama ia membenci Minerva sekarang

saatnya ia menunjukkan besarnya rasa sayangnya pada Minerva,” kata Raja

meyakinkan Ratu.

Ratu tersenyum mendengarnya. Ia tahu keputusan Raja adalah benar.

Dengan demikian Pangeran Alcon akan merasa bertanggung jawab

sepenuhnya terhadap adiknya dan tidak akan lagi merasa benci kepada

adiknya.

Sejak saat itu sikap Pangeran Alcon terhadap Princess Minerva benar-

benar berubah. Pangeran Alcon menjadi sangat menyayangi adiknya dan

selalu memperhatikan adiknya seperti janjinya pada orang tuanya. Raja dan

Ratu merasa senang dengan perubahan Pangeran Alcon. Mereka senang

melihat hubungan kedua kakak beradik itu yang menjadi semakin akrab.

Setiap kali Princess Minerva tidak berada di Istana Plesaides, Pangeran

Alcon merasa sedih dan kesepian. Tetapi bila Princess ada di Istana Plesaides,

Pangeran Alcon menjadi seorang yang sangat periang yang selalu

memanjakan Princess.

Setiap kali Princess Minerva berada di Istana, selalu ada tawa yang

menghiasi kehidupan Istana. Princess Minerva dengan daya tariknya

membuat semua orang di sekitarnya merasa gembira dan selalu ceria. Karena

itu semua orang mengatakan musim semi adalah musim cerianya Istana

Plesaides.

Walaupun Raja telah mengatakan Pangeran Alcon boleh memutuskan

segala sesuatunya untuk adiknya tetapi mereka tidak pernah melewatkan 374

Page 375: Gadis Misterius

pengawasan mereka terhadap segala keputusan Pangeran Alcon.

Sejak Pangeran Alcon memperoleh kepercayaan dari kedua orang

tuanya, Pangeran benar-benar memanfaatkan kesempatan itu untuk

menebus kesalahannya. Tidak pernah ada keputusan yang dibuat Pangeran

untuk Princess yang tidak disetujui Raja dan Ratu.

Alexander terkejut mendengar cerita itu. Ia tidak pernah menyangka

Pangeran Alcon yang selama ini terlihat sangat menyayangi adiknya ternyata

dulu pernah menyakiti perasaan adiknya.

“Karena itu engkau yang memutuskan segala sesuatu mengenai

Minerva,” kata Alexander.

Pangeran Alcon mengangguk. “Karena itu pula aku tidak ingin Minerva

disakiti lagi. sekarang yang kuinginkan adalah engkau segera menyelesaikan

masalahmu dengan Minerva.”

Alexander tampak ragu-ragu. “Apakah Princess akan mau menerima

penjelasanku dan memaafkanku?”

Pangeran Alcon tersenyum. “Engkau tahu arti nama Minerva?”

Alexander mengangguk. “Minerva dari bahasa Yunani yang berarti

kebijaksanaan.”

“Dan seperti arti namanya, Minerva memang seorang gadis yang

bijaksana. Ia selalu tahu bagaimana ia harus bersikap. Ia pasti mau

mendengarkan kata-katamu,” kata Pangeran Alcon, “Minerva seorang anak

yang penurut kecuali bila disuruh diam. Ia paling tidak dapat diam.”

“Ya, sewaktu di Obbeyville, ia juga tidak pernah mau diam. Selalu ada

saja yang dilakukannya. Entah itu membantu Mrs. Vye di Sidewinder House,

berdongeng kepada anak-anak.”

Pangeran Alcon tertawa mendengar kata-kata Alexander. “Aku telah

menduganya. Nanti bila ia bangun, ia pasti juga tidak mau diam. Sekarang

jagalah dia. Aku akan menyelesaikan urusanku.”

Pangeran Alcon berjalan ke pintu dan sebelum ia menghilang di balik

pintu itu, ia berkata, “Bila masalahmu dengan Minerva sudah selesai, aku

ingin engkau memberi tahuku bagaimanakah rupa Baroness Lora maupun

Lady Debora.”

Alexander berdiri termangu di tempatnya. Ia tidak tahu apa yang harus

diperbuatnya. Baginya ini pertama kalinya ia sendirian di kamar Princess

Minerva yang besar.

Suara burung yang berasal dari dekat piano menarik perhatian 375

Page 376: Gadis Misterius

Alexander.

Ketika ia memperhatikan burung itu, pintu terbuka kembali dan

tampaklah Pangeran Alcon yang terkejut.

“Mengapa engkau belum ke tempat Minerva?” tanya Pangeran.

Alexander diam saja.

“Aku mengerti engkau merasa ragu. Tetapi ingatlah apa yang telah

kukatakan kepadamu. Minerva selalu tahu apa yang harus dilakukannya.”

Walaupun Pangeran Alcon telah meyakinkannya tetapi Alexander tetap

merasa ragu-ragu. “Aku telah sangat bersalah kepadanya. Mungkin ia tidak

mau mendengarkan kata-kata saya.”

Pangeran tersenyum. “Apakah ia pernah tertawa bersamamu?”

Pertanyaan itu membuat Alexander merasa bingung.

“Minerva selalu tahu apa yang harus dilakukannya karena itu ia selalu

menahan dirinya. Apa pun yang dirasakannya, Minerva selalu tersenyum,”

kata Pangeran Alcon memberi penjelasan.

Alexander mengangguk mendengar penjelasan Pangeran Alcon. Selama

berada di Obbeyville, ia selalu melihat Princess tersenyum sehingga semua

orang menganggap Princess merasa senang. Hanya dirinya sendiri yang tahu

sesungguhnya Princess Minerva merasa sedih dan bingung oleh masa lalunya

yang hilang dari ingatannya.

“Princess Minerva selalu terlihat tenang dengan senyum yang selalu

menghiasi wajahnya,” kata Alexander.

“Aku mengagumi ketenangan yang dimilikinya. Ia selalu dapat

tersenyum walaupun hatinya sedang sedih. Dan bila ia merasa senang, ia

juga selalu tersenyum. Ia jarang tertawa karena itu aku yakin bila ia pernah

tertawa bersamamu, ia pasti mempunyai perasaan khusus terhadapmu.”

“Princess Minerva selalu tertawa bersamamu, Alcon,” kata Alexander.

Pangeran Alcon mengangguk. “Ya, Minerva memang selalu tertawa bila

ia bersamaku. Seperti yang pernah kukatakan Minerva hanya membuka

dirinya kepadaku tetapi ia tidak membuka dirinya sepenuhnya. Ia tidak mau

mengatakan apa yang telah terjadi selama ia berada di Obbeyville.”

Alexander merasa bersalah mendengar nada sedih dalam suara

Pangeran Alcon. Alexander tahu sedikit banyak ia juga yang telah membuat

Pangeran Alcon merasa sedih karena Princess Minerva tidak mau

menceritakan apa yang telah terjadi selama ia berada di Obbeyville. “Jangan

sedih, Alcon. Mungkin Princess Minerva tidak pernah mau mengatakannya 376

Page 377: Gadis Misterius

karena ia tidak ingin membuatmu merasa sedih,” hibur Alexander.

Pangeran Alcon mengangguk sedih. “Ya, karena itu pula ia tidak pernah

terlihat sedih di hadapanku. Entah engkau percaya atau tidak tetapi ini benar.

Aku selalu melihatnya tertawa tetapi tidak pernah melihatnya sedih atau

menangis hingga detik ini.”

Alexander terkejut mendengar kata-kata Pangeran Alcon. “Princess

tidak pernah menangis?” tanyanya tak percaya.

“Ia selalu tersenyum dan tertawa tetapi ia tidak pernah terlihat

menangis. Kurasa bukan hanya aku saja yang tidak pernah melihatnya sedih,

semua orang selalu melihat ia gembira,” kata Pangeran Alcon.

Alexander terpana mendengar kata-kata Pangeran. Ia sukar

mempercayai apa yang didengarnya.

Pangeran Alcon tersenyum. “Minerva memang hebat, bukan? Sungguh

suatu kemampuan yang luar biasa untuk dapat menahan kesedihan di balik

senyum.”

“Mungkin Princess Minerva tidak pernah merasa sedih,” kata Alexander.

Pangeran Alcon menggelengkan kepalanya. “Engkau salah, Alexander.

Minerva pernah merasa sedih, hanya saja ia tidak ingin orang lain tahu

kesedihannya. Hanya di saat ia masih seorang bayi saja, ia menangis. Setelah

itu ia sama sekali tidak pernah terlihat sedih.”

“Sukar dipercayai.”

Pangeran Alcon mengangguk. “Memang sukar dipercayai tetapi ini

nyata.”

Alexander berdiri termangu di tempatnya. Berbagai macam pikiran

muncul di benaknya.

Melihat Alexander tidak segera ke tempat adiknya terbaring, Pangeran

Alcon berkata, “Sekarang lekas temui Minerva dan selesaikan masalahmu

sebelum semuanya terlambat.”

Alexander tak mengerti apa yang dikatakan Pangeran Alcon.

Pangeran Alcon berjalan ke pintu. “Cepat selesaikan masalahmu

dengan Minerva. Aku tidak akan menganggu kalian. Tadi aku hanya ingin

memeriksa apakah segala sesuatunya telah beres.”

Melihat Alexander masih berdiri di tempatnya, Pangeran Alcon berkata,

“Aku akan memberi tahumu sesuatu yang tidak diketahui oleh Minerva

sendiri. Hidup Minerva tidak lama lagi. Kata Dokter Donter, bila Minerva

sering demam, itu berarti hidupnya tidak lama lagi. Karena itu, Alexander, 377

Page 378: Gadis Misterius

temui Minerva atau engkau akan menyesal seumur hidupmu.”

Alexander terkejut mendengarnya.

“Tinggalkan burung kesayangan Minerva, Alexander, dan temui putri

tidurku. Jagalah ia,” kata Pangeran Alcon sambil menutup pintu.

Alexander memandang Pangeran Alcon yang meninggalkan kamar

Princess Minerva. Setelah Pangeran Alcon menghilang di balik pintu itu,

Alexander meninggalkan sangkar burung layang-layang itu. Alexander

memandang ruangan itu. Tanpa diberi tahu siapapun, ia tahu letak Ruang

Tidur Princess Minerva. Perlahan-lahan dibukanya pintu Ruang Tidur itu.

Cahaya api dari perapian yang menerobos masuk ke ruangan itu

membuat ruangan itu menjadi terang. Sosok tubuh yang terbaring di tempat

tidur, terlukis pada tirai-tirai putih yang mengelilingi tempat tidur itu.

Alexander tersenyum sedih melihat sosok yang terlukis pada tirai-tirai

putih itu.

“Putri tidur yang cantik,” gumam Alexander sambil mendekati tempat

tidur itu, “Dan terluka karenaku.”

Alexander telah tiba di samping tempat tidur besar itu tetapi ia tidak

segera membuka tirai yang menutupi tempat tidur itu. Ia hanya memandangi

sosok yang terlukis di tirai itu. Keindahan ruang itu tidak membuat Alexander

terpesona seperti pada saat pertama kali ia memasuki kamar Princess

Minerva yang penuh bunga. Sekarang Alexander hanya terpesona pada sosok

mungil yang terbaring di tempat tidur.

Perlahan-lahan Alexander membuka tirai itu dan tersenyum sedih

melihat Princess Minerva yang terbaring di sana. Melihatnya, Alexander

teringat saat ia menjaga Princess Minerva yang terus tidur di Obbeyville.

Princess Minerva terlihat kecil di atas tempat tidur yang besar itu.

Wajahnya yang pucat tertutupi oleh rambutnya yang tergerai di atas tempat

tidur.

Alexander menyibakkan rambut yang menutupi wajah Princess Minerva

dan melihat seuntai kalung yang indah melingkari lehernya yang tertutup

leher gaun tidurnya.

Hampir seluruh ruangan ini berwarna putih, bantal yang putih, tempat

tidur putih, tirai putih. Alexander tersenyum sedih melihat Princess Minerva

dengan segala warna putih di sekitarnya.

Alexander teringat kata-kata Mrs. Wve. “Princess Minerva menyukai

warna putih. Katanya warna putih adalah warna suci dan bagi saya warna 378

Page 379: Gadis Misterius

putih adalah lambang kesucian hati Princess.”

“Anda benar, Mrs. Wve. Ia memang suci tetapi saya telah

menyakitinya,” gumam Alexander.

Alexander melihat sebuah kursi di depan meja rias dan membawanya

ke samping tempat tidur Princess Minerva.

Selama tiga hari Alexander berada di Istana Plesaides, ia telah banyak

menyadari kesalahannya. Ia merasa menyesal dan tidak tahu harus

bagaimana mengungkapkan penyesalannya pada Princess Minerva.

Wajah yang pucat tanpa senyum itu mengingatkan Alexander akan saat

terakhir kali ia bertemu Princess Minerva di Obbeyville. Saat itu wajah

Princess Minerva sangat pucat mendengar kata-kata kasarnya tetapi itu tidak

membuat Alexander bergeming bahkan ketika Princess Minerva menangis.

Kata-kata yang tak berbelas kasihan terus keluar dari mulut Alexander dan

terus membuat Princess Minerva menangis.

Alexander tidak tahu apa yang akan dikatakan Pangeran Alcon bila

Pangeran tahu ia telah membuat Princess Minerva menangis. Alexander tidak

merasa senang menjadi orang pertama yang membuat Princess Minerva

menangis, ia merasa sedih bahkan menyesal. Dan ia semakin menyesal

karena ia masih mengatakan kata-kata yang kasar setelah berjumpa kembali

dengan Princess Minerva.

Alexander tidak pernah dapat melupakan peristiwa pertemuannya yang

tidak terduga dengan Princess Minerva di halaman Istana.

Setelah diantar Jacques ke kamarnya, Alexander tidak ingin beristirahat.

Ia tertarik pada patung-patung yang menghiasi halaman Istana yang

dilihatnya saat ia tiba. Ketika Alexander sedang berjalan-jalan di halaman

Istana yang ditutupi salju itu, tiba-tiba ia melihat sesuatu berwarna hijau

cerah berjalan di halaman itu.

Warna hijau cerah itu menarik perhatian Alexander. Alexander terus

memandangi sosok tubuh dalam warna hijau itu yang terus berjalan di

halaman Istana. Alexander melihat sosok itu berhenti di bawah sebatang

pohon cemara dan membungkuk mencari sesuatu di sana. Lama Alexander

memandang sosok itu mencari sesuatu di bawah pohon cemara itu. Ketika

melihat sosok itu tidak segera bangkit, Alexander memutuskan untuk

mendekat dan membantunya.

Betapa terkejutnya Alexander ketika ia tiba di belakang sosok itu. Ia

melihat rambut panjang yang keemasan menyentuh salju yang menutupi 379

Page 380: Gadis Misterius

halaman Istana. Alexander merasa curiga dan was-was. Alexander mengenal

pemilik rambut yang juga panjang dan keemasan seperti sosok yang

membungkuk di depannya.

Alexander terpaku di tempatnya hingga ia lupa tujuannya semula.

Tak lama kemudian sosok itu berdiri dan berkata, “Kasihan sekali

engkau, burung kecil. Engkau kedinginan.”

Alexander terkejut mendengar suara yang dikenalnya itu. Suara itu

selalu ada dalam ingatannya tetapi ia selalu berusaha melupakan suara itu.

Sama seperti ia ingin melupakan pemilik suara itu.

“Maria,” desis Alexander.

Sosok itu membalikkan badannya dan tersenyum. Senyum yang

menghiasi wajah gadis itu menghilang ketika mata mereka bertemu.

Alexander terkejut melihat wajah gadis yang berdiri di hadapannya.

Wajah gadis itu adalah wajah gadis yang selama ini memenuhi benaknya

tetapi selalu berusaha dilupakannya.

Sejak melihat Maria membiarkan Lady Debora bersikap semesra itu

kepada Marcel di belakangnya, Alexander mulai mencurigai Maria dan tidak

menyukai Maria. Dalam pandangan Alexander, Maria sama seperti Lady

Debora yang selalu berusaha merayu laki-laki demi kekayaan.

“Apa yang kaulakukan di sini, Maria?” tanya Alexander tajam, “Apakah

sekarang engkau bermaksud merayu Pangeran Alcon?”

Alexander melihat gadis itu berdiri terpaku di depannya tanpa dapat

berkata apa-apa. Melihat wajah gadis itu memucat, Alexander menduga

tebakannya benar. Gadis itu adalah Maria yang sekarang bermaksud merayu

Pangeran Alcon.

“Mengapa, Maria? Apakah yang kukatakan tepat sehingga engkau tidak

dapat berbicara apa-apa?” kata Alexander tajam.

Alexander melihat wajah gadis itu semakin memucat mendengar kata-

katanya tetapi gadis itu tetap tidak bergeming. Alexander juga melihat air

mata mulai membasahi mata yang dulu pernah dikaguminya dan ia merasa

muak melihat melihatnya. Baru saja Alexander hendak berkata lagi ketika

tiba-tiba terdengar suara seseorang.

“Princess! Apa yang Anda lakukan di sana?”

Alexander terkejut mendengar perkataan wanita itu. Ia melihat wajah

gadis di depannya yang masih tetap pucat kemudian ia melihat wajah wanita

yang mengucapkan itu.380

Page 381: Gadis Misterius

Wajah wanita itu mirip dengan Mrs. Vye sehingga untuk sesaat

Alexander menduga wanita itu adalah Mrs. Vye.

Alexander menatap lagi wajah gadis di depannya dan ia merasa

bingung.

Gadis itu pergi meninggalkan Alexander terpaku di tempatnya. Ketika

gadis itu melewatinya, Alexander melihat senyum menghiasi wajah gadis itu

tetapi sebutir air mata mengalir dari matanya.

Peristiwa itu membuat Alexander benar-benar bingung hingga ia tidak

dapat tidur pada malam harinya. Ia terus memikirkan panggilan wanita yang

diberikan pada gadis yang dikenalnya sebagai Maria.

“Tidak mungkin Maria adalah Princess Minerva,” kata Alexander pada

dirinya sendiri, “Kata Jacques, Princess Minerva sedang tidak enak badan. Jadi

tidak mungkin Maria adalah Princess Minerva. Mungkin wanita itu salah

memanggil.”

Memang Alexander telah berhasil meyakinkan dirinya sendiri tetapi ia

tetap tidak dapat menghapus semua kebingungan yang meliputinya.

“Seandainya Maria bukan Princess, mengapa ia mendatangi wanita itu,”

tanya Alexander pada dirinya sendiri.

Kebingungan yang saat itu melanda dirinya benar-benar seperti

kebingunan yang melanda dirinya saat ia pertama kali berjumpa dengan

Maria. Ketika pertama kali berjumpa dengan Maria, Alexander benar-benar

merasa terpesona pada kecantikkan gadis itu. Gadis itu telah membuat

Alexander tidak dapat tidur setelah pertemuan mereka yang pertama.

Alexander selalu teringat wajah cantik gadis itu dengan senyumannya yang

menawan hati. Alexander ingin mengenal lebih jauh gadis yang belum pernah

dilihatnya di Obbeyville. Alexander sering berkuda ke Obbeyville dan ia telah

mengenal hampir semua penduduk Obbeyville tetapi ia tidak pernah melihat

wajah gadis itu. Malam itu Alexander berharap dapat berjumpa lagi dengan

gadis yang ditemuinya di Sungai Alleghei dan ia merasa senang ketika esok

harinya ia berjumpa kembali dengan gadis itu.

Gadis itu tampak misterius. Matanya yang menawan selalu tampak

tenang dan senyum yang manis selalu menghiasi wajahnya yang cantik.

Gerakannya yang anggun membuat Alexander semakin ingin mengetahui diri

gadis itu yang sebenarnya. Tutur katanya yang lembut namun mampu

menarik perhatian setiap orang membuat Alexander semakin mengagumi

gadis itu.381

Page 382: Gadis Misterius

Sejak pertama kali bertemu dengan Maria, Alexander menyadari dirinya

telah terpikat pada daya tarik gadis itu. Alexander juga menyadari dirinya

telah berubah sejak mengenal gadis itu. Alexander yang dulunya enggan

mendekati wanita mulai mendekati gadis yang selalu membuatnya merasa

bingung pada pesonanya.

Namun sejak Alexander mengetahui gadis itu membiarkan Lady Debora

merayu laki-laki di saat wanita itu sedang akrab dengannya, Alexander

merasa benci pada gadis itu. Ia menganggap gadis itu tidak berbeda jauh dari

Lady Debora yang seorang perayu.

Dalam pandangan Alexander, Maria juga seorang wanita yang senang

merayu laki-laki hanya demi kekayaan. Alexander merasa dirinya terkecoh

oleh kecantikkan dan semua daya tarik gadis itu dan ia menjadi semakin

marah karenanya. Ia juga sadar ia telah terkecoh oleh gadis itu saat ia

menciumnya untuk pertama kalinya. Bila ia teringat gadis dalam pelukannya

itu terkejut seperti baru pertama kalinya dicium, ia merasa semakin marah

telah membiarkan dirinya menganggap gadis itu suci.

Dulu saat Maria berhasil memukul telak rayuan Marcel terhadap dirinya,

Alexander merasa kagum pada gadis itu tetapi kejadian itu telah membuat

Alexander berpandangan lain. Alexander menduga sebelum Maria mengenal

dirinya, ia telah mengenal Marcel dan peristiwa di pesta dansa keluarganya

adalah sandiwara mereka untuk mengelabuhi dirinya. Yang membuat

Alexander merasa semakin yakin adalah Lady Debora sedang bersama pria

itu ketika ia berhasil membongkar sandiwara mereka.

Alexander benar-benar marah pada dirinya sendiri dan Maria yang telah

berhasil mengecohnya dan ia semakin marah pada dirinya sendiri karena

keinginannya memeluk Maria ketika gadis itu menangis di hadapannya.

Kemarahan yang telah menguasai dirinya membuat Alexander melupakan

keinginannya dan meninggalkan Maria yang terus menangis.

Alexander semakin yakin dugaannya benar ketika keesokan harinya

seluruh penduduk Obbeyville gempar karena menghilangnya Maria bersama

Mrs. Vye. Penduduk Obbeyville menduga Maria kembali ke Holly Mountain dan

membawa serta Mrs. Vye yang selama ini telah menjaganya. Sedangkan

Alexander menganggap Maria meninggalkan Obbeyville karena topengnya

telah terbuka dan ia membawa Mrs. Vye beserta dengannya untuk menutupi

kejadian yang sebenarnya dari penduduk Obbeyville.

Walaupun Alexander telah berhasil membongkar semua sandiwara 382

Page 383: Gadis Misterius

gadis itu, tetapi ia tetap tidak dapat melupakan gadis yang pertama kali

membuat dirinya membuka diri terhadap wanita.

Alexander menjadi semakin membenci dirinya dan gadis itu ketika ia

tidak dapat melupakan gadis itu walaupun ia telah berusaha melupakannya.

Sekeras-kerasnya Alexander melupakan Maria, ia tetap sering merindukan

Maria. Dan ia itu membuatnya kian marah.

Pertemuannya dengan Maria yang tak terduga di halaman Istana

membuat Alexander kembali merasa bingung. Dan ia semakin bingung ketika

keesokan harinya ia bertemu dengan Maria di Ruang Pertemuan saat makan

pagi.

Ketika pintu Ruang Pertemuan terbuka, Alexander terkejut melihat

prajurit yang membuka pintu itu menepi dan seorang gadis berjalan dengan

memasuki ruangan. Di belakang gadis itu berjalan dua orang yang sangat

mirip sehingga membuat Alexander menduga kedua wanita tua itu

bersaudara.

Gadis itu memasuki Ruang Pertemuan dengan anggun. Senyum

menghiasi wajahnya yang cantik walaupun agak pucat. Tetapi kepucatan

wajah gadis itu tertutupi oleh gaunnya yang berwarna cerah. Alexander terus

memandang wajah gadis itu. Bukan kecantikkan gadis itu yang membuat

Alexander terus menatapnya melainkan keanggunan dan wibawa yang

terpancar pada diri gadis itu.

Tiba-tiba Jacques mendekati gadis itu dan mencium tangannya serta

menyapanya.

Seperti halnya kedua orang tuanya, Alexander merasa terkejut

mendengar Jacques menyapa gadis itu. Saat itulah Alexander mau tidak mau

harus menerima kenyataan bahwa Maria adalah orang yang sama dengan

Princess Minerva. Selama makan pagi itu Alexander tidak pernah melepaskan

pandangannya dari wajah Princess Minerva yang duduk di ujung meja makan

yang besar.

Alexander terus melihat senyum yang menghiasi wajah Princess

Minerva. Senyum Princess sama sekali tidak berubah dengan senyumnya

saat ia berada di Obbeyville. Tutur kata Maria masih tetap lembut namun ada

wibawa dalam setiap kata-katanya. Yang berubah pada Maria hanyalah

keanggunannya. Maria yang biasanya tampil sederhana namun anggun kini

nampak penuh keanggunan dan wibawa dengan gaun yang indah dan seuntai

kalung emas yang melingkari lehernya. Rambut Maria yang biasanya hanya 383

Page 384: Gadis Misterius

disanggul biasa atau dibiarkan tergerai, saat itu ditata rapi dan dihiasi bunga-

bunga yang memberikan kesan kecantikan alami pada Princess Minerva.

Setiap kalimatnya didengarkan semua orang dengan penuh perhatian.

Alexander mengagumi kemampuan Princess Minerva mengubah

suasana yang semula terasa kaku menjadi ceria hanya dengan satu kalimat

pendeknya. Alexander tahu ia telah memberikan penilaian yang salah kepada

gadis itu dan ia harus segera meminta maaf pada gadis yang telah menerima

tuduhannya yang kejam. Alexander merasa menyesal telah memberikan

tuduhan yang sangat kejam pada Maria. Saat itu pula Alexander menyadari ia

tidak mencintai gadis yang salah. Ia mencintai seorang gadis yang suci, yang

penuh pesona.

Selama perjamuan pagi itu Alexander tahu Princess Minerva tidak

pernah memandang dirinya walaupun Princess Minerva melihat ke arah

Jacques yang duduk di sampingnya.

Alexander sedih. Ia menduga Princess Minerva tidak menyukai dirinya

yang telah memberikan tuduhan kejam pada dirinya. Alexander tahu Princess

Minerva berhak merasa marah pada dirinya tetapi itu tidak mengurangi

kesedihan hatinya.

Princess Minerva sama sekali tidak pernah menatap wajahnya bahkan

ketika ia mengundang keluarganya ke kamarnya yang luas dan dipenuhi

bunga.

Alexander teringat gerak Princess Minerva yang anggun saat ia berdiri

dari kursinya. Perapian di depannya, membuat tubuh Princess Minerva

tampak bersinar. Dengan burung mungil di tangannya, Princess Minerva

benar-benar tampak seperti seorang bidadari yang penuh belas kasih.

Tetapi kebingungan Alexander masih tidak berakhir.

Alexander kembali merasa bingung ketika keesokan harinya ia melihat

Princess Minerva yang kemarin tampak penuh wibawa kini tampak kekanak-

kanakan ketika menyambut kakaknya.

Ketika Princess Minerva memasuki Ruang Duduk, tanpa sengaja mata

mereka bertemu. Tetapi Princess Minerva segera mengalihkan pandangan

matanya dan berkata, “Al.”

Alexander terkejut mendengar panggilan itu dan merasa rindu pada

panggilan yang sama. Ia rindu mendengar Princess Minerva memanggil ‘Al’

pada dirinya.

Saat ini ketika ia memandang wajah gadis yang itu, ia merasa rindu 384

Page 385: Gadis Misterius

melihat mata ungu gadis itu dan senyumnya yang menawan hati.

Alexander meraih tangan Princess Minerva yang terlipat di depan

dadanya dan mempermainkan jemari Princess Minerva yang lentik dalam

genggamannya. Sementara tangan kirinya mempermainkan jemari Princess

Minerva, tangan Alexander yang lain menyentuh muka Princess Minerva.

Ketika tangannya menyentuh bibir Princess Minerva, Alexander kembali

teringat saat ia mencium bibir itu.

Terdorong oleh kenangannya, Alexander membungkuk di depan wajah

Princess Minerva dan menatap wajah Princess Minerva dalam-dalam.

Dan kejadian selanjutnya benar-benar bagaikan dongeng putri tidur di

mana ketika Pangeran mencium putri tidur, kutukan sang putri berakhir.

Merasakan napas Princess Minerva mulai tidak teratur, Alexander

segera menjauhkan wajahnya dan wajah Princess Minerva.

Princess Minerva membuka matanya perlahan-lahan. Ketika matanya

menangkap sosok pria yang diterangi sinar dari serambi di depannya,

Princess Minerva berkata lirih, “Al.”

Alexander terkejut mendengar panggilan itu, ia baru saja hendak

menjawab panggilan itu ketika ia melihat wajah Princess Minerva tiba-tiba

berubah.

Sinar yang menerangi wajah itu membuat Princess Minerva sadar pria

itu bukan kakaknya. Princess Minerva terkejut ketika menyadari pria itu

adalah Alexander.

385

Page 386: Gadis Misterius

21

Princess Minerva kembali merasa takut melihat pria itu berdiri di

dekatnya. Ia takut mendengarkan kata-kata pria itu, ia takut melihat sinar

kemarahan bercampur kebencian di mata pria itu.

Alexander merasa sedih melihat Princess Minerva memalingkan

wajahnya. Ia menduga Princess Minerva tidak ingin melihatnya.

Tiba-tiba Princess Minerva sadar Alexander berada di Ruang Tidurnya

karena ingin mendengar penjelasannya yang masih berani muncul di

hadapannya Princess Minerva tidak ingin mendengar pria itu mengatakannya,

maka ia berkata dulu.

“Maafkan saya, Alexander,” kata Princess Minerva tanpa memalingkan

wajahnya, “Saya tahu Anda tidak ingin melihat saya lagi tetapi mengertilah ini

adalah tugas saya. Setelah pesta itu berakhir saya benar-benar akan

menghilang dari pandangan Anda seperti yang Anda inginkan.”

Alexander sedih mendengar kata-kata Princess Minerva. Ia sedih telah

diingatkan kata-katanya sendiri yang berbunyi, “Aku tidak ingin melihatmu

lagi.”

“Engkau tidak mengerti,” kata Alexander perlahan.

Hati Princess Minerva terasa pedih mendengar itu. Ia mengerti apa yang

hendak dikatakan Alexander. “Tidak, Alexander. Saya mengerti. Saya

mengerti Anda marah kepada saya yang telah membiarkan wanita yang Anda

cintai mengkhianati cinta Anda,” kata Princess Minerva.

Mendengar Princess Minerva mengucapkan kata-kata pedih itu dengan

sopan dan tanpa menyebut nama panggilannya, Alexander semakin sedih. Ia

ingin sekali mendengar Princess Minerva memanggil ‘Al’ kepada dirinya.

“Tidak, Maria. Engkau tidak mengerti, sama sekali tidak mengerti,” kata

Alexander menegaskan.

Princess Minerva menggelengkan kepalanya. “Tidak, Alexander. Saya

mengerti. Saya minta maaf karena itu. Saya mengerti saya telah bersalah

besar pada Anda hingga kata maaf saja tidak cukup. Tetapi saya ingin Anda

percaya saat itu saya benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi.”

Alexander ingin sekali memalingkan tubuh Princess Minerva 386

Page 387: Gadis Misterius

menghadap dirinya dan menjelaskan segala perasaannya. Tetapi ia tahu bila

ia melakukan tindakan kasar itu mungkin Princess Minerva semakin tidak

menyukainya.

“Tidak, Maria. Engkau tidak mengerti,” kata Alexander, “Aku tidak

mencintai Lady Debora.”

Princess Minerva terkejut mendengar kata-kata Alexander tetapi ia

tetap tidak memalingkan kepalanya. Ia tetap memandang pintu yang

menghubungkan Ruang Tidurnya dengan Ruang Duduk.

“Aku mencintaimu, Maria. Aku tidak pernah mencintai Lady Debora

hanya dirimu yang kucintai,” kata Alexander.

Princess Minerva semakin terkejut mendengar kata-kata yang tidak

pernah diduganya itu. Tanpa sadar ia memalingkan kepalanya ke Alexander

yang membelakangi serambi.

Alexander tersenyum melihat wajah terkejut Princess Minerva. “Aku

mencintaimu, Maria,” ulangnya.

Princess Minerva merasa bahagia mendengar kata-kata itu. Tetapi ia

masih tidak mempercayai apa yang didengarnya. Princess Minerva masih

sukar mempercayai kata-kata yang selalu ingin didengarnya tetapi tidak

berani dibayangkannya.

Melihat gadis yang dicintainya tampak sedih dan bingung, Alexander

tidak dapat menahan dirinya lagi untuk tidak memeluk gadis yang terbaring

di hadapannya.

“Aku mencintaimu sejak pertama kali aku berjumpa denganmu, Maria.

Sejak aku bertemu denganmu, aku sadar diriku telah terpesona pada daya

tarikmu dan hanya kepadamu saja cintaku kuberikan,” kata Alexander sambil

memeluk Princess Minerva erat-erat.

“Mengapa engkau tidak pernah mengatakannya sewaktu kita di

Obbeyville?” tanya Princess Minerva.

Alexander tersenyum mendengar pertanyaan itu. “Aku selalu ingin

mengatakan perasaanku kepadamu, Maria. Setiap kali aku melihatmu, aku

selalu ingin menyatakan cintaku tetapi aku selalu menahan diriku, Maria.”

Princess Minerva terkejut mendengar kata-kata Alexander yang

terdengar pilu.

“Saat itu aku tahu engkau merasa sedih karena tidak dapat mengingat

masa lalumu dan aku tidak ingin engkau merasa terbebani oleh cintaku. Aku

tahu engkau sedang berusaha mengingat masa lalumu dan aku takut engkau 387

Page 388: Gadis Misterius

telah mencintai pria lain, Maria.”

“Mengapa engkau berpikir seperti itu?” tanya Princess Minerva sedih.

Alexander membelai kepala Princess Minerva seakan-akan ingin

mengurangi kesedihan dalam setiap kata Princess.

“Karena engkau sangat cantik, Maria. Engkau sangat cantik hingga aku

takut engkau telah mempunyai tunangan bahkan mungkin suami. Engkau

sering mengatakan kepadaku kalau aku mirip seorang pria dalam ingatanmu

dan aku semakin yakin engkau telah mencintai pria lain.”

Princess Minerva tersenyum. “Aku tidak mempunyai tunangan maupun

suami.”

“Aku juga baru tahu itu setelah aku berjumpa denganmu kembali,” kata

Alexander, “Dan aku minta maaf, Maria. Aku minta maaf telah mengucapkan

kata-kata yang kasar kepadamu bahkan ketika aku bertemu denganmu di

halaman Istana.”

Pandangan Princess Minerva kembali menjadi sayu mendengar hal itu.

Princess Minerva menyembunyikan wajah sedihnya di dada Alexander yang

bidang.

Alexander tahu apa yang dikatakannya telah membuat Princess merasa

sedih. Ia terus menghibur Princess dengan membelai kepalanya.

“Aku tahu apa yang kukatakan memang menyedihkan, Maria, tetapi

aku ingin menjelaskan semuanya kepadamu,” kata Alexander lembut.

Princess Minerva menahan air matanya yang mulai membasahi

matanya. Ia meletakkan tangannya di dada Alexander dan terus menahan air

matanya.

“Aku tidak pernah mencintai Lady Debora, Maria. Aku tahu engkau

menduga aku mencintainya karena saat itu aku marah sekali. Saat itu aku

marah bukan karena aku cemburu dam menyalahkanmu, Maria. Aku marah

karena aku menduga engkau sama seperti Lady Debora.”

Princess Minerva tidak dapat menahan air matanya mendengar

Alexander menceritakan kenangan yang sedih itu dengan kata-katanya yang

lembut.

“Menangislah, Maria. Aku tahu engkau selama ini telah menahan

kesedihanmu,” bisik Alexander di telinga Maria, “Menangislah.”

Alexander terus membelai Princess Minerva sambil membisikkan kata-

kata lembut untuk menenangkan Princess. Setelah merasa Princess Minerva

mulai tenang, Alexander melanjutkan kata-katanya.388

Page 389: Gadis Misterius

“Melihat Lady Debora merayu Marcel di belakangku, aku menduga

engkau juga sama seperti dia karena saat itu Marcellah yang berada di sana.

Aku menduga engkau dan Marcel telah saling mengenal jauh sebelum engkau

mengenalku. Dan aku menduga selama itu engkau sedang bermain

sandiwara termasuk ketika engkau menghadapi rayuan Marcel di pesta dansa

keluargaku.”

Princess Minerva kembali terisak-isak di pelukan Alexander.

Alexander merasa sedih telah membuat gadis yang dicintainya

menangis. Ia mempererat pelukannya sambil terus berusaha menghibur gadis

itu.

“Aku tahu apa yang kukatakan ini memang menyedihkan hatimu, Maria.

Tetapi aku harus menjelaskannya kepadamu,” kata Alexander lagi, “Bila

engkau merasa sedih, menangislah, Maria.”

“Bila engkau tidak mencintai Lady Debora mengapa engkau sering

mengajaknya pergi setelah pesta itu?” tanya Princess Minerva di sela-sela

isakannya.

Alexander tersenyum mendengarnya. “Aku memang tidak mencintai

Lady Debora, Maria. Bagaimana aku bisa mencintai wanita lain setelah aku

menyadari diriku terjerat pada daya tarikmu?”

“Engkau sering mengajaknya pergi,” kata Princess Minerva

mengingatkan.

Princess Minerva menengadahkan kepalanya tetapi ketika ia melihat

senyuman di wajah Alexander, ia merasa malu dan bermaksud

menyembunyikan kepalanya lagi ketika tangan Alexander yang semula

melingkari tubuhnya memegang dagunya.

Alexander tersenyum melihat wajah Princess Minerva basah oleh air

mata. Walaupun wajahnya basah oleh air mata, tetapi kecantikkan Princess

Minerva tidak pudar. Dengan tangannya yang lain, Alexander menyeka air

mata yang masih membasahi mata Princess Minerva.

“Aku selalu membuatmu sedih dan menangis,” gumam Alexander.

Princess Minerva malu melihat senyum di mata Alexander. Ia

mengalihkan pandangan matanya ke bawah dan melihat hasil perbuatannya

pada kemeja Alexander.

“Kemejamu basah,” kata Princess Minerva sambil menyentuh kemeja

yang basah itu.

Mendengar suara yang bersalah itu, Alexander tersenyum. “Tidak apa-389

Page 390: Gadis Misterius

apa. Memang seharusnya itu yang kuterima. Aku telah membuatmu

menangis maka aku harus menyediakan tempat untukmu menangis sepuas

hatimu.”

Princess Minerva malu mendengar godaan itu. Ia hendak menunduk

tetapi tangan Alexander yang memegang dagunya menahannya.

“Baru kali ini aku melihatmu merasa malu,” kata Alexander sambil

tersenyum.

Kata-kata Alexander membuat Princess Minerva semakin merasa malu.

Alexander tersenyum melihat wajah Princess yang bersemu merah.

“Sudah lama aku tidak melihat wajahmu memerah,” kata Alexander sambil

menunduk mencium pipi Princess Minerva yang memerah.

“Aku ingin terus menggodamu agar wajahmu semakin memerah seperti

buah apel tetapi aku masih harus menjelaskan segala masalah yang timbul

karena kesalahanku,” kata Alexander.

Princess Minerva tidak berani melihat mata Alexander ketika pria itu

menjelaskan segala sesuatunya. Princess kembali berusaha menyembunyikan

wajahnya dari Alexander. Kali ini Alexander tidak mencegah Princess.

Setelah Princess Minerva menyembunyikan wajahnya di dadanya,

Alexander kembali memeluk Princess.

Jantung Princess Minerva berdebar-debar setelah canda mereka yang

singkat itu. Princess Minerva merasa wajahnya memanas.

Alexander tersenyum dan kembali membelai Princess Minerva.

“Sejak pesta itu aku memang sering mengajak Lady Debora pergi tetapi

sesungguhnya aku bermaksud mengajakmu pergi. Selama aku mengenalmu

hingga engkau tahu aku putra Duke of Blueberry, aku telah mengetahui kalau

engkau senang hidup sederhana sedangkan aku ingin menghiasimu dengan

segala yang indah dan mewah.”

Alexander tersenyum lagi. “Lucu, bukan? Setelah mengetahui engkau

seorang putri, rasanya aku tidak perlu mewujudkan keinginanku karena

engkau telah hidup dalam kemewahan.”

Princess Minerva hanya diam saja mendengar ucapan Alexander.

“Setelah mengetahui aku putra Duke of Blueberry, aku khawatir engkau

tidak mau lagi pergi denganku sedangkan aku ingin mengajakmu ke berbagai

tempat. Maka aku menggunakan Lady Debora sebagai alatku untuk

mengajakmu pergi,” kata Alexander.

“Lady Debora pasti sangat marah bila ia tahu engkau menggunakannya 390

Page 391: Gadis Misterius

untuk mengajakku pergi,” kata Princess Minerva.

Alexander tersenyum. Ia baru saja menyadari Princess Minerva sudah

tidak sesopan dulu lagi kepadanya. Sekarang yang diinginkan Alexander

adalah mendengar Princess Minerva memanggilnya ‘Al’.

“Biarkan saja. Ia juga ingin menggunakan aku sebagai alat agar dia bisa

menjadi Duchess of Blueberry.”

Princess Minerva terkejut. Ia menengadahkan kepala dan memandang

Alexander. “Engkau sudah tahu?”

Alexander tersenyum. “Tentu saja aku tahu, Maria.”

“Lady Debora pasti akan semakin sedih.”

“Ia tidak akan sedih melainkan jengkel, Maria,” kata Alexander

mengkoreksi, “Ia akan semakin jengkel kalau tahu aku menggunakannya

untuk membawamu ke Blueberry House.”

Princess Minerva menatap wajah Alexander tanpa mengatakan apa-apa.

Alexander tidak dapat membaca apa yang dirasakan Princess Minerva

saat ini. Mata Princess Minerva kembali tampak tenang walaupun sisa air

matanya masih ada. Seulas senyum menghiasi wajahnya. Alexander merasa

bahagia melihat senyum itu. Ia tahu senyum itu hanya ditujukan padanya.

Sudah lama sekali ia ingin melihat gadis yang dicintainya tersenyum hanya

pada dirinya.

“Apakah engkau memaafkan aku, Maria?”

Princess Minerva mengangguk. “Aku memaafkanmu. Sejak semula aku

telah memaafkanmu.”

Alexander tersenyum. “Sejak semula aku tahu engkau memang baik

hati. Rasanya sulit kupercayai engkau mau memaafkan aku setelah aku

dengan begitu kejam melukai perasaanmu.”

“Aku memaafkanmu,” kata Princess Minerva meyakinkan Alexander.

Princess Minerva tersenyum melihat keinginan Alexander yang tampak

di wajahnya. Walaupun Alexander tidak mengucapkannya tetapi Princess

Minerva dapat menduganya. “Aku mencintaimu, Al,” kata Princess Minerva

sambil tersenyum manis.

Alexander tersenyum bahagia mendengarnya. Ia memeluk Princess

Minerva erat-erat. “Katakan lagi, Maria.”

Princess Minerva tersenyum dan mengulangi kata-katanya, “Aku

mencintaimu, Al. Aku mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu.”

Alexander semakin mempererat pelukannya.391

Page 392: Gadis Misterius

“Al, kalau engkau terus mempererat pelukanmu, aku akan mati

tercekik,” goda Princess Minerva.

“Tidak akan, Maria. Aku akan melindungimu agar engkau tetap merasa

tentram,” kata Alexander, “Sekarang, Maria, apakah engkau mau menikah

denganku?”

Princess Minerva terkejut. “Mengapa, Al?”

Alexander memandang wajah Princess Minerva lekat-lekat. “Apakah

engkau tidak suka?”

Princess Minerva menggelengkan kepalanya. “Bukan itu maksudku.

Yang kumaksudkan mengapa engkau terburu-buru?”

Alexander tersenyum. “Aku tidak ingin melepaskanmu lagi. Aku tidak

akan membiarkan engkau tiba-tiba menghilang seperti engkau tiba-tiba

menghilang dari Obbeyville.”

“Tetapi, Al, engkau sudah tahu aku berada di mana setiap musim apa.

Aku tidak akan menghilang lagi.”

“Engkau tidak senang menikah denganku?” tanya Alexander cemberut.

Princess Minerva tersenyum penuh pengertian. “Aku senang sekali, Al.”

“Maka menikahlah denganku,” sela Alexander.

“Tetapi engkau seperti orang yang terburu-buru, Al. Kita baru saja

bertemu lagi dan engkau ingin segera menikah denganku.”

Alexander tersenyum. “Ijinkanlah aku membahagiakanmu di sisa

hidupmu, Maria. Aku tahu engkau tidak dapat hidup lebih lama lagi karena itu

ijinkan aku membahagiakan hidupmu selagi engkau masih hidup.”

Princess Minerva terkejut. “Siapa yang memberi tahumu?”

Alexander sadar ia telah melakukan kesalahan tetapi ia sudah

terlambat untuk mundur maka ia mengaku. “Kakakmu yang mengatakannya.

Kata kakakmu, Dokter Donter yang memberi tahunya.”

Princess Minerva tertawa geli mendengar kata-kata itu.

Alexander kebingungan melihat Princess Minerva tertawa kecil. “Apa

yang terjadi, Maria?”

“Engkau tidak perlu khawatir, Al. Aku masih dapat hidup hingga tua.”

Mendengar penjelasan Princess Minerva, Alexander semakin tidak

mengerti. “Kakakmu yang mengatakannya, Maria. Kata kakakmu engkau

belum tahu.”

“Al, Dokter Donter tidak pernah berbohong kepadaku. Ia tahu bila ia

berbohong maka ia tidak akan mendapatkan kue buatanku. Ia sangat 392

Page 393: Gadis Misterius

menyukai kue buatanku sehingga ia tidak pernah berbohong kepadaku,” kata

Princess Minerva menjelaskan.

“Aku tidak peduli apakah kakakmu benar atau tidak. Yang kupedulikan

adalah engkau mau atau tidak menikah denganku?”

Princess Minerva tersenyum melihat kesungguhan dalam mata

Alexander. Mata pria mengatakan ia tidak ingin keinginannya ditolak. “Karena

aku mencintaimu dan engkau tidak ingin keinginanmu ditolak,” kata Princess

Minerva lambat-lambat.

Alexander semakin tidak sabar mendengar kata-kata yang diucapkan

Princess Minerva lambat-lambat seakan-akan enggan menyelesaikan

kalimatnya.

Princess Minerva mengetahui hal itu. Ia tersenyum manis dan

melanjutkan kalimatnya dengan penuh kesungguhan, “Aku bersedia, Al.”

Kalimat pendek itu membuat Alexander merasa sangat bahagia. Tidak

disangkanya gadis yang dicintainya ternyata sangat mencintai dirinya hingga

mau memaafkan segala kesalahannya serta bersedia menikah dengannya.

Alexander tersenyum ketika teringat saat ia merasa khawatir Princess

Minerva tidak mau memaafkan kata-kata kejamnya. Selama berada di Istana

Plesaides, ia selalu melihat Princess Minerva selalu tersenyum ceria dan

matanya masih tetap tenang seolah-olah tidak pernah terjadi apapun selama

ia berada di Obbeyville. Alexander begitu khawatir Princess Minerva tidak

mau mengingat segala kenangannya di Obbeyville setelah ia membuat

Princess Minerva menangis.

Alexander ragu Princess Minerva masih mau mengingat dirinya apalagi

setelah melihat Princess Minerva tampak sangat ingin menjaga jarak

dengannya. Setiap kali mereka bertemu Princess Minerva sama sekali tidak

mau melihat wajahnya bahkan tidak pernah mengajaknya bicara. Princess

Minerva menganggap dirinya tidak ada.

Itulah yang semula dirasakan Alexander sebelum ia meyakinkan dirinya

pada kata-kata Pangeran Alcon. Pangeran Alcon berusaha keras meyakinkan

Alexander bahwa Princess Minerva tidak pernah memperlihatkan

perasaannya kepada siapapun. Dalam keadaan sedih maupun senang,

Princess Minerva selalu tersenyum.

Dengan menyakinkan dirinya akan kata-kata Pangeran Alcon, Alexander

menuju Ruang Tidur Princess Minerva dan kini ia sedang memeluk gadis yang

dicintainya.393

Page 394: Gadis Misterius

Perasaan Alexander benar-benar terasa tenang dan bahagia. Alexander

tidak lagi khawatir gadis yang dicintainya tidak mau memaafkannya. Ia

bahagia setelah mendengar kata-kata gadis itu.

Alexander sadar Princess Minerva tidak pernah melihatnya bahkan

menganggapnya tidak ada ketika mereka bertemu bukan karena Princess

Minerva tidak mau memaafkannya tetapi karena Princess Minerva ingin

melakukan permintaannya. Permintaan untuk tidak melihat wajah Princess

lagi.

Bukan hanya Alexander saja yang merasa bahagia. Princess Minerva

juga merasa sangat bahagia apalagi setelah menyadari kesedihannya selama

ini tidak akan pernah terwujud.

Princess Minerva membaringkan kepalanya di dada Alexander dan

tersenyum bahagia.

Tiba-tiba Princess Minerva teringat sesuatu. Princess menengadahkan

kepalanya. “Bagaimana kita mengatakannya kepada mereka, Al?” tanya

Princess Minerva cemas.

Alexander tersenyum. Ia tahu apa yang dimaksudkan Princess Minerva.

“Jangan khawatir, Maria. Kita yang akan mengatakannya kepada mereka.”

“Bagaimana kita mengatakannya kepada mereka tanpa mengatakan

segala sesuatunya?”

“Kakakmu benar, engkau seorang gadis yang tertutup. Engkau tidak

mau seorang pun tahu apa yang engkau rasakan bahkan aku,” kata

Alexander, “Engkau bahkan tidak pernah tertawa ketika bersamaku. Engkau

hanya menangis. Aku tidak dapat membuatmu tertawa, aku hanya

membuatmu merasa sedih.”

Princess Minerva tersenyum sedih mendengar suara sedih Alexander.

“Engkau salah, Alexander. Hanya kepadamu saja aku menunjukkan

perasaanku. Engkau selalu membuat aku tertawa tetapi aku menahannya.”

Alexander tak percaya pada apa yang didengarnya. “Mengapa engkau

menahannya, Maria?”

“Mungkin karena aku telah terbiasa menahan segala perasaanku.”

“Aku ingin engkau tidak pernah menahan perasaanmu bila bersamaku,

Maria. Aku ingin melihat engkau tertawa, menangis, marah bukan hanya

selalu tersenyum,” kata Alexander, “Aku selalu senang melihat senyummu

tetapi aku lebih senang melihat semua perasaanmu.”

Princess Minerva tersenyum. “Aku tidak pernah menutupi perasaanku 394

Page 395: Gadis Misterius

kepadamu, Al. Aku tahu engkau berbeda dari semua orang.”

“Berbeda?” tanya Alexander tak mengerti.

“Engkau tidak pernah mengharapkan aku selalu terlihat sempurna

sedangkan orang lain ingin melihat aku yang selalu sempurna,” kata Princess

Minerva menjelaskan, “Mereka menganggap kesalahanku adalah sesuatu

yang tidak wajar sedangkan engkau tidak.”

“Aku juga melihat engkau berbeda dari gadis-gadis lainnya,” kata

Alexander mengakui, “Engkau selalu terlihat sempurna di mataku, Maria.

Engkau benar-benar seorang gadis yang sempurna di mataku.”

“Bila aku tidak sempurna seperti yang kaulihat, engkau tidak akan

menyukaiku?”

Alexander tersenyum mendengar kekhawatiran Princess Minerva. “Aku

telah terjerat oleh daya tarikmu, Maria, dan aku tidak dapat melepaskan diri.

Tetapi aku memang tidak ingin melepaskan diriku darimu atau lebih tepat aku

tidak ingin engkau menghilang dari sisiku.”

“Bagaimana kita memberi tahu mereka tanpa mengatakan semuanya,

Al. Aku tidak ingin mereka juga merasa sedih mendengar cerita ini,” kata

Princess Minerva.

“Jangan khawatir, Maria. Kita akan mengatasinya,” kata Alexander

sambil tersenyum.

“Tetapi mereka pasti tidak percaya bila kita tidak menjelaskan

semuanya mulai dari yang terjadi di Obbeyville hingga saat ini.”

Princess Minerva menatap cemas wajah Alexander.

Suara pintu yang tiba-tiba terbuka membuat kedua insan yang

berpandang-pandangan itu memalingkan kepalanya.

Pangeran Alcon tersenyum senang di ambang pintu. “Tidak perlu repot-

repot memberi tahu kami. Kami semua sudah tahu semuanya.”

Princess Minerva bingung mendengar kata-kata kakaknya.

Pangeran Alcon tersenyum nakal kemudian ia memalingkan kepalanya

dan bertanya, “Benar, bukan?”

Sebagai jawaban dari pertanyaan Pangeran Alcon, muncullah beberapa

orang dari belakang Pangeran sambil tersenyum senang.

Alexander dan Princess Minerva terkejut melihat Raja dan Ratu serta

Duke dan Duchess of Blueberry mendekati tempat mereka. Di belakang

mereka masih ada Mrs. Wve serta Mrs. Vye.

“Sejak kapan kalian berada di sana?” tanya Princess Minerva curiga.395

Page 396: Gadis Misterius

Pangeran Alcon duduk di samping Princess Minerva dan tersenyum

nakal. “Sejak tadi.”

“Mengapa aku tidak mendengar kalian?” tanya Alexander kebingungan.

Pangeran Alcon tersenyum. “Sejak tadi engkau hanya memperhatikan

Minerva. Bagaimana mungkin engkau akan memperhatikan yang lainnya?”

“Sejak kapan kalian mempunyai kebiasaan mencuri dengar pembicaran

orang?”

“Ayolah, Minerva. Jangan berkata seperti itu. Kami semua ingin tahu

bagaimana hubungan kalian,” kata Pangeran Alcon sambil menatap nakal

pada adiknya.

“Mengapa engkau berbohong kalau aku tidak akan hidup lama?” tanya

Princess Minerva.

Pangeran Alcon tersenyum sambil menatap wajah Alexander. “Tadi aku

melihat Alexander ragu-ragu menemuimu maka aku memberinya sediki

dorongan dengan menipunya.”

“Engkau memang jahat, Al,” kata Princess Minerva sambil tersenyum

pada kakaknya.

“Kakakmu benar, Maria. Tadi aku memang ragu-ragu menemuimu,”

kata Alexander.

“Mengapa engkau ragu-ragu menemui Minerva?” tanya Pangeran Alcon.

Alexander tersenyum sambil menatap Princess Minerva yang kini diapit

dua lelaki.

Pria yang paling dicintainya duduk di tepi kiri pembaringannya

sedangkan kakak yang disayanginya duduk di tepi kanan pembaringannya.

“Aku telah mengatakan sesuatu yang membuat Maria menjauhiku,”

kata Alexander tanpa melepaskan pandangannya dari Princess Minerva.

“Minerva selalu tahu apa yang harus dilakukannya,” kata Raja yang

berdiri di belakang Pangeran Alcon.

Alexander mengangguk. “Tetapi saya khawatir Maria tidak mau

menemui saya lagi.”

“Minerva anak yang penurut kecuali kalau disuruh diam. Ia selalu

mendengarkan kata-kata semua orang dan melakukannya dengan baik,” kata

Pangeran Alcon.

“Hanya bila disuruh berbaring saja, Minerva menjadi anak yang tidak

penurut. Hanya pada awalnya saja ia menjadi penurut tetapi bila ia mulai

merasa bosan, ia mulai melakukan segala kesibukannya,” tambah Raja.396

Page 397: Gadis Misterius

“Itulah kelebihan Princess Minerva dibandingkan semua orang,” kata

Mrs. Wve, “Saya yakin ia satu-satunya putri yang tidak mau disuruh diam.”

Ratu tersenyum pada putrinya, “Selamat, Minerva. Semoga Alexander

berhasil membuat engkau diam tanpa melakukan segala kesibukanmu yang

rutin itu.”

Princess Minerva menyandarkan kepalanya di dada Alexander dan

tersenyum.

Duchess tersenyum melihat Alexander yang memeluk Princess dengan

mesra.

“Tidak percuma aku membatalkan perjalananku,” gumam Duchess.

Duke terkejut mendengarnya. “Engkau membatalkan perjalanan yang

paling kauinginkan untuk ini?”

Duchess tersenyum. “Aku melihat Alexander berubah setelah bertemu

dengan Princess Minerva dan aku merasa ada sesuatu di antara mereka yang

harus diselesaikan.”

“Saya juga merasa seperti itu,” kata Mrs. Wve.

“Saya merasa mereka hubungan baik-baik saja. Saya tidak melihat

yang lain,” kata Mrs. Vye.

Mrs. Wve menggelengkan kepalanya. “Aku susah mengatakan

kepadamu, Mrs. Vye. Engkau tidak dapat mengerti masalah perasaan.”

Mrs. Vye mengangguk. “Aku memang paling tidak mengerti dengan

masalah perasaan.”

Pangeran Alcon tersenyum. “Ketika mendengar engkau pingsan di

dapur, aku mengira aku telah membuat keputusan yang salah tetapi kini aku

merasa keputusanku benar.”

Teringat akan peristiwa yang baru saja menggemparkan Istana, Ratu

bertanya, “Mengapa engkau ke dapur, Minerva? Bukankah engkau tahu dapur

Istana terletak di bawah tanah yang dingin.”

“Aku ingin membuatkan sesuatu untuk Al, Mama. Aku tahu ia

merindukan kueku,” jawab Princess Minerva sambil tersenyum melihat wajah

kakaknya.

“Engkau memang nakal, Minerva,” kata Pangeran Alcon, “Tetapi aku

merasa senang ternyata engkau memperhatikan aku.”

“Aku selalu memperhatikan engkau, Al. Engkau kakakku,” kata Princess

Minerva.

Pangeran Alcon tersenyum, “Aku belum mengucapkan selamat 397

Page 398: Gadis Misterius

kepadamu, Minerva.”

Princess Minerva membalas senyuman kakaknya, “Engkau baru

melakukannya.”

“Kurasa akan merupakan kejutan yang sangat menarik bila kita juga

mengumumkan hal ini kepada masyarakat,” kata Raja.

“Benar, Papa. Mengapa hal ini tak terpikirkan olehku,” kata Pangeran

Alcon, “Aku akan mengumumkannya di pesta nanti.”

“Pesta itu pasti akan menjadi pesta yang tak terlupakan oleh penduduk

Kerajaan Zirva,” kata Mrs. Wve.

“Tentu saja, Mrs. Wve,” kata Pangeran Alcon dengan tersenyum

senang.

“Saya mengucapkan selamat kepada Anda, Princess,” kata Mrs. Wve.

Setelah menerima ucapan selamat dari orang-orang yang dekat

dengannya, Princess Minerva masih menerima banyak ucapan selamat dari

orang lain.

Sambil menanti pesta itu, Alexander lebih banyak menghabiskan

waktunya untuk menemani Princess Minerva.

Raja tersenyum kesal melihat saingannya bertambah satu. Pangeran

Alcon juga tersenyum kesal melihat ia mempunyai saingan baru yang lebih

dekat dengan adik kesayangannya dibandingkan dirinya. Tetapi baik Raja

maupun Pangeran merasa senang melihat Alexander semakin dekat dengan

Princess Minerva.

Ratu yang mengetahui hanya tersenyum seperti biasanya. Ratu sendiri

juga bahagia dengan semua ini. Hubungan Ratu dan Duchess semakin dekat

setiap harinya demikian pula hubungan Duke dengan Raja dan Pangeran.

Princess Minerva tersenyum melihat semuanya.

Walaupun tidak pernah keluar dari kamarnya tetapi Princess Minerva

tidak pernah merasa kesepian. Raja dan Ratu juga kedua orang tua Alexander

setiap hari menghabiskan waktunya di kamar Princess Minerva.

Harapan Ratu terkabul. Alexander benar-benar membuat Princess

Minerva tidak merasa bosan berada di atas tempat tidurnya tanpa melakukan

segala kesibukannya.

Bukan hanya Ratu saja yang senang melihat Princess Minerva mau

diam demi kesehatannya. Semua orang senang melihat Princess Minerva mau

berada di kamarnya hingga pesta yang direncanakan Pangeran Alcon

berlangsung.398

Page 399: Gadis Misterius

Persiapan yang dilakukan oleh semua orang di Istana untuk

menghadapi pesta musim dingin yang dibuat Pangeran Alcon, membuat

Princess Minerva tertarik untuk meninggalkan kamarnya dan membantu

semua orang.

Tetapi Alexander tidak mengijinkan Princess Minerva meninggalkan

kamarnya. Bukan hanya Alexander saja yang melarang Princess. Semua

orang melarang Princess.

“Kami ingin membuat kejutan untuk Anda, Princess,” kata mereka.

Walaupun setiap orang mengatakan hal yang sama pada Princess

Minerva tetapi gadis itu tetap bersikeras membantu mereka.

“Engkau harus diam di sini, Maria,” bujuk Alexander, “Biarkan mereka

menyiapkan segala sesuatunya untuk membuatmu terkejut.”

“Aku ingin membantu mereka, Al,” kata Princess Minerva.

Alexander tersenyum. “Engkau sudah membantu dengan tetap diam di

sini. Aku akan tinggal di sini dan menghiburmu agar engkau tidak bosan.”

“Aku mulai bosan terus menerus berada di atas tempat tidur. Rasanya

seluruh badanku terasa kaku seperti boneka.”

“Jadilah boneka yang manis dan cantik,” kata Alexander.

Akhirnya Princess Minerva tidak lagi memaksa membantu setiap orang.

Ia hanya diam di kamarnya bersama Alexander sambil menantikan hari esok.

Ketika hari telah berganti, Pangeran Alcon terlihat sangat bersemangat.

Sepanjang hari Pangeran Alcon menyibukkan diri dengan memeriksa kembali

semua persiapan yang kemarin mereka kerjakan.

Princess Minerva tidak mengetahui kakaknya tampak antusias sekali

menanti sore hari. Princess Minerva juga tidak tahu pesta seperti apa yang

disiapkan kakaknya untuknya.

Semua orang tampak sibuk menyelesaikan persiapan terakhir pesta dan

meninggalkan Princess Minerva sendirian di kamarnya. Alexander yang selalu

menemani Princess Minerva juga tidak tampak di kamar Princess.

Karena tidak boleh meninggalkan kamarnya, Princess Minerva hanya

duduk di depan pianonya sepanjang hari. Untuk menghabiskan waktu yang

harus dilaluinya sendirian, Princess Minerva memainkan pianonya dan

menghiasi seluruh koridor lantai empat dengan alunan pianonya yang merdu.

Princess Minerva mengerti Alexander serta semua orang sangat sibuk

sehingga tidak seorang pun yang menemaninya.

Setelah menyediakan sarapannya, Mrs. Wve dan Mrs. Vye 399

Page 400: Gadis Misterius

meninggalkan kamar Princess Minerva dan baru muncul ketika mereka akan

mempersiapkan Princess Minerva untuk menghadapi pesta itu.

Princess Minerva masih duduk di depan pianonya ketika kedua wanita

itu datang.

Kedua wanita tua itu menggiring Princess Minerva ke Ruang Tidurnya

dan mulai mendandani Princess Minerva secantik mungkin.

“Anda cantik sekali, Princess. Saya yakin semua orang akan terpesona

pada Anda,” kata Mrs. Wve sambil memperhatikan Princess Minerva.

Princess Minerva tersenyum sambil memandangi wajahnya di cermin.

Mrs. Wve dan Mrs. Vye mendandani Princess Minerva persis seperti saat

Princess Minerva menemui Duke of Blueberry di Ruang Pertemuan. Hanya

saja kali ini bunga-bunga yang menghiasi rambut Princess Minerva semuanya

berwarna putih, bukan bunga yang berwarna-warni. Demikian pula gaun

Princess Minerva yang berwarna putih polos. Kainnya yang lembut bersinar

setiap kali Princess Minerva bergerak.

“Pangeran Alcon meminta Anda menanti di sini hingga ia memanggil

Anda, Princess,” kata Mrs. Wve.

Princess tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Kedua wanita itu membungkuk dan segera meninggalkan Princess.

Princess Minerva tersenyum pada bayangannya kemudian menuju

sangkar burung layang-layang di dekat piano putihnya. Burung layang-layang

itu tampak lebih sehat daripada waktu Princess Minerva menemukannya.

Burung itu telah bergerak di sangkarnya yang besar dan mulai terbang ke

sana kemari.

“Sebentar lagi musim semi dan engkau akan segera berkumpul kembali

dengan teman-temanmu,” kata Princess kepada burung itu.

Burung itu terbang dengan gembira di dalam sangkarnya seolah-olah

mengerti apa yang dikatakan Princess Minerva.

Princess Minerva tersenyum ketika ia teringat kekhawatiran yang dulu

dirasakannya ketika ia membayangkan pesta ini.

Saat itu Princess Minerva sangat khawatir memikirkan bagaimana harus

menghadapi Alexander. Kini Princess Minerva tidak lagi merasa khawatir.

Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan Princess Minerva setelah Alexander

melamarnya.

“Tinggalkan burung kesayanganmu itu, Minerva.”

Princess Minerva terkejut mendengar teguran yang tiba-tiba itu. Ia 400

Page 401: Gadis Misterius

tersenyum dan memalingkan kepalanya kepada Pangeran Alcon.

Pangeran Alcon mendekati Princess Minerva. “Aku yakin engkau tidak

ingin mengurung burung ini dalam sangkarnya.”

“Engkau benar, Al. Aku ingin melepas burung ini di dalam kamar ini

tetapi aku tahu kedua pengasuhku akan marah,” kata Princess Minerva

sambil tersenyum.

“Sebentar lagi engkau akan dapat melepaskannya.”

“Ya, sebentar lagi musim semi dan teman-teman burung ini akan tiba,”

kata Princess Minerva sambil menatap wajah kakaknya.

Pangeran Alcon tersenyum. “Hari ini engkau cantik sekali, Minerva. Dan

sekarang aku ingin menunjukkan kecantikanmu itu pada setiap orang,” kata

Pangeran Alcon sambil mengulurkan tangannya.

Princess Minerva tersenyum sambil menerima uluran tangan Pangeran

Alcon.

Tangan Pangeran Alcon terus menggenggam erat tangan Princess

hingga mereka tiba di Hall yang telah berisi beberapa orang.

Semua orang melihat pada Princess Minerva ketika melihat Princess

Minerva menuruni tangga bersama Pangeran Alcon.

Princess Minerva tersenyum pada orang-orang itu kemudian bersama

kakaknya, ia menghampiri kedua orang tuanya.

Ketika ia telah berada di sisi kedua orang tuanya, Princess Minerva

mencium pipi orang tuanya.

“Engkau cantik sekali, Minerva,” kata Raja sambil memegang pundak

Princess Minerva.

“Terima kasih, Papa.”

“Sambutlah setiap tamu yang ada, Minerva,” kata Ratu.

Princess Minerva mengangguk dan segera menerima uluran tangan

Pangeran Alcon.

“Bila melihat cara mereka menatap kita, kurasa mereka mengira kita

adalah sepasang kekasih,” kata Pangeran Alcon.

Princess Minerva tersenyum mendengar kata-kata itu.

Bersama kakaknya, Princess Minerva menyambut setiap tamu yang

datang.

Setiap tamu itu mula-mula mengira Princess Minerva adalah kekasih

Pangeran Alcon ketika melihat sikap Pangeran Alcon yang penuh perhatian

kepada Princess Minerva tetapi setelah diperkenalkan pada Princess Minerva, 401

Page 402: Gadis Misterius

mereka tahu dugaan mereka salah.

Princess Minerva hanya tersenyum ketika ia mengetahui dugaan tamu-

tamunya ketika melihat sikapnya yang akrab dengan kakaknya tetapi

Pangeran Alcon berpendapat lain.

“Aku khawatir bila mereka terus mengira aku adalah kekasihmu,

Alexander akan cemburu padaku,” kata Pangeran Alcon sambil mendekati

tamu yang lain.

Princess Minerva tersenyum melihat tamu yang terkejut melihatnya.

“Selamat sore, Mr. Townie,” sapa Princess Minerva.

“Engkau telah mengenalnya?” tanya Pangeran Alcon terkejut.

Princess Minerva mengangguk. “Aku bertemu dengannya ketika aku

berada di Obbeyville.”

Mendengar Princess Minerva mengucapkan nama ‘Obbeyville’, Trown

Townie semakin merasa terkejut. “Maria?” kata Trown Townie tak percaya

pada apa yang dilihatnya.

“Lama kita tidak berjumpa,” kata Princess Minerva.

“Aku tidak percaya,” gumam Trown Townie, “Apakah Anda benar

Maria?”

Princess Minerva tersenyum. “Seperti yang Anda lihat, Mr. Townie. Saya

adalah Maria.”

“Anda juga Princess Minerva,” tambah Trown Townie.

Pangeran Alcon tersenyum. “Ia adalah Maria dan juga Princess

Minerva,” ulang Pangeran Alcon.

“Saya tidak percaya masih dapat melihat Anda setelah Anda

menghilang dari Obbeyville,” kata Trown Townie, “Ketika Anda tiba-tiba

menghilang, semua penduduk Obbeyville mengatakan Anda kembali ke Holly

Mountain dan membawa serta Mrs. Vye.”

Pangeran Alcon tertawa mendengarnya. “Engkau hebat, Minerva.

Engkau membuat banyak sensasi di Obbeyville.”

Princess Minerva tersenyum melihat gelak tawa kakaknya.

“Saya yakin Duke of Blueberry juga terkejut bila ia mengetahui Anda

adalah Maria,” kata Trown Townie.

“Duke of Blueberry telah mengetahuinya dan ia juga terkejut seperti

Anda ketika mengetahui Maria adalah gadis yang sama dengan Minerva,”

kata Pangeran Alcon.

Trown Townie terkejut. “Apakah Duke telah tiba?”402

Page 403: Gadis Misterius

“Ia telah berada di Istana Plesaides jauh sebelum pesta ini

dilaksanakan,” jawab Pangeran Alcon.

“Saya tidak mengetahuinya. Saya hanya mendengar Duke sedang

pergi.”

“Duke ke Istana Plesaides dulu sebelum ia pergi. Semula Duke hendak

meminta ijin saya untuk tidak menghadiri pesta ini tetapi kemudian ia

merubah pikirannya,” kata Pangeran Alcon.

“Saat ini Duke sedang berbicara bersama orang tua saya. Bila Anda

mau, saya akan memanggilkan Duke,” kata Princess Minerva.

Trown Townie menggelengkan kepalanya. “Terima kasih, Princess

Minerva. Tetapi saya akan menemui mereka sendiri. Saya melihat Anda dan

Pangeran masih hendak menyambut tamu-tamu yang lain.”

“Saya akan menemani Anda, Trown Townie,” kata Pangeran Alcon.

Trown Townie menatap Princess Minerva.

Pangeran Alcon mengerti apa yang hendak dikatakan Trown Townie.

“Saya akan meminta Alexander menggantikan saya. Sejak tadi semua orang

menduga saya dan Minerva adalah kekasih. Saya rasa sebaiknya pandangan

itu dirubah.”

Pangeran Alcon menatap dalam-dalam wajah Princess Minerva.

“Tunggulah di sini, Minerva.”

Princess Minerva mengangguk. Princess Minerva melihat Trown Townie

mendekati kedua orang tuanya bersama kakaknya.

“Baroness Sidewinder dari Obbeyville tiba.”

Princess Minerva terkejut mendengar suara prajurit yang

mengumumkan kedatangan Baroness Lora. Princess Minerva memalingkan

kepalanya dan melihat Baroness Lora serta Lady Debora berjalan dengan

anggun memasuki Hall.

Seperti biasanya Baroness Lora maupun Lady Debora selalu tampil

dengan penuh kemewahan. Gaun yang dikenakan Lady Debora dan Baroness

Lora juga tampak menyolok dibandingkan gaun wanita-wanita lainnya. Wajah

senang dan penuh percaya diri di kedua wanita itu berubah ketika melihat

Princess Minerva mendekati mereka dengan senyum yang manis.

Kedua wanita itu terpaku melihat Princess Minerva mendekat.

“Selamat datang, Baroness Lora dan Lady Debora,” sapa Princess

Minerva, “Saya telah menantikan Anda.”

“Terima kasih,” kata Baroness Lora gugup.403

Page 404: Gadis Misterius

Baroness Lora dan Lady Debora tidak tahu mengapa gadis yang dulu

mereka kenal sebagai Maria bisa berada di Istana Plesaides tetapi mereka

masih belum tahu kalau gadis yang berdiri di hadapan mereka itu adalah

Princess Minerva.

Princess Minerva tersenyum. “Silakan masuk. Kami semua telah

menanti Anda.”

Baroness Lora mengangguk dan segera memasuki Hall. Rasa terkejut

dan heran di wajah kedua wanita itu masih belum hilang ketika mereka

mendekati kerumunan orang di Hall yang membicarakan Princess Minerva.

Ketika mereka mendengar pembicaraan itu, barulah mereka mengerti

mengapa Maria bisa berada di Istana Plesaides dan mereka semakin merasa

gugup ketika menyadari gadis yang menyambut mereka adalah Princess

Minerva.

Princess Minerva tersenyum melihat Baroness Lora serta Lady Debora

mendekati tamu-tamu yang lain.

Kemudian Princess Minerva berdiri di jendela dan memandang ke

halaman Istana.

“Maria.”

Panggilan itu membuat Princess Minerva memalingkan kepalanya.

Princess Minerva tersenyum pada Alexander.

“Mengapa engkau berada di sini? Engkau bisa sakit lagi,” kata

Alexander.

“Aku sedang menanti seseorang, Al,” kata Princess Minerva sambil

kembali menatap halaman Istana. Ketika menyadari ia telah mengatakan

sesuatu yang salah, Princess Minerva segera memalingkan kepalanya lagi.

“Aku memang sedang menanti orang yang dekat denganku tetapi tidak

seperti kauduga, Al.”

Alexander tersenyum. “Aku mengerti, Maria. Tetapi kalau engkau terus

berdiri di sini, engkau dapat jatuh sakit.”

“Tidak apa-apa, Al. Aku tidak akan lama. Kurasa sebentar lagi mereka

datang,” kata Princess.

Alexander memegang pundak Princess Minerva dari belakangnya.

“Engkau memang seperti yang orang-orang itu katakan, Maria. Engkau selalu

tampak bercahaya,” kata Alexander.

“Rupanya sejak tadi tamu-tamu itu membicarakan diriku,” kata Princess

Minerva tanpa mengalihkan perhatiannya dari halaman Istana.404

Page 405: Gadis Misterius

“Ya, sejak tadi mereka membicarakanmu. Aku melihat engkau

menyambut Baroness Lora dan Lady Debora,” kata Alexander, “Kulihat

mereka terkejut melihatmu.”

Princess Minerva mengangguk. “Mereka memang terkejut melihatku

dan mereka semakin terkejut ketika mereka mengetahui siapa diriku dari

tamu-tamu itu.”

“Mereka pasti merasa bingung menghadapimu, Maria.”

Princess Minerva mengangguk tanpa mengatakan apa-apa. Saat itu

mata Princess Minerva menangkap sesuatu yang berjalan mendekati gerbang

Istana.

Ketika kereta itu semakin mendekat, Princess Minerva tersenyum.

“Mereka telah tiba,” kata Princess Minerva kepada Alexander.

Walaupun tidak mengerti apa yang akan dilakukan Princess Minerva,

Alexander tetap mengikuti Princess Minerva.

Princess Minerva mendekati Mrs. Vye yang sedang berbicara dengan

Mrs. Wve di dekat tangga.

“Mrs. Vye, ikutlah denganku,” kata Princess Minerva sambil menarik

tangan Mrs. Vye.

Mrs. Vye kebingungan melihat perbuatan Princess Minerva. Ia

membiarkan Princess Minerva menarik tangannya ke pintu depan Istana

Plesaides.

Mrs. Wve yang mengikuti Mrs. Vye juga tidak mengerti dengan

perbuatan Princess Minerva.

Ketika mereka tiba di depan pintu masuk Istana Plesaides, Princess

Minerva tersenyum pada Mrs. Vye.

“Lihatlah apa yang ada di luar, Mrs. Vye,” kata Princess Minerva.

Walaupun tidak mengerti apa yang sedang dilakukan Princess Minerva,

Mrs. Vye membuka pintu itu dan segera melihat apa yang ada di luar.

Setelah melihat Mrs. Wve mengikuti Mrs. Vye ke halaman Istana

Plesaides, Princess Minerva segera memberi perintah kepada prajurit yang

menjaga pintu itu untuk menutup pintu dengan tangannya.

“Apa yang sedang kaulakukan, Maria?” tanya Alexander ketika melihat

Princess Minerva berjalan ke jendela.

“Aku membuat kejutan untuk Mrs. Vye, Al,” kata Princess Minerva

sambil tersenyum, “Aku tahu Mrs. Vye merindukan Mrs. Fat, Mrs. Dahrien juga

Mr. Liesting, maka aku mengundang mereka ke mari.”405

Page 406: Gadis Misterius

“Engkau mengirim kereta kuda untuk menjemput mereka dan mereka

berangkat setelah Baroness Lora berangkat ke Istana Plesaides.”

Princess Minerva tersenyum mendengar kata-kata Al. “Engkau benar,

Al. Saat kakakku tiba, aku meminta ia melakukan ini dan ia melakukannya

sesuai permintaanku. Mrs. Vye pasti merasa senang.”

“Mrs. Fat, Mrs. Dahrien juga Mr. Liesting pasti merasa terkejut tiba-tiba

sebuah kereta kuda mewah menjemput mereka dan mengantar mereka ke

Istana Plesaides,” tambah Alexander.

Princess Minerva tersenyum mendengar itu. “Kurasa sebaiknya kita

membaurkan diri dengan tamu-tamu lainnya, Al, dan membiarkan Mrs. Vye

berbicara dengan teman-temannya.”

Alexander merangkulkan tangannya di pinggang Princess Minerva dan

membawa Princess Minerva ke sisi orang tuanya.

“Kurasa semua orang telah tiba,” kata Pangeran Alcon.

Princess Minerva melihat jumlah tamu yang memenuhi Hall Istana dan

ia tersenyum melihat banyaknya orang di Hall. Ia telah menduga kakaknya

akan mengundang banyak orang dalam pesta ini.

“Aku akan memperkenalkanmu pada setiap orang,” kata Pangeran

Alcon.

Princess Minerva menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Al. Aku yakin

semua orang telah mengenalku.”

“Tetapi, Minerva, belum tentu mereka semua tahu siapa dirimu.”

“Al, aku tidak ingin menganggu percakapan mereka. Tidakkah engkau

melihat mereka sedang sibuk bercakap.”

“Minerva, kakakmu benar. Tidak semua orang di sini yang

mengenalmu,” kata Raja.

“Sebaiknya kita menghormati keinginan Minerva. Semua orang

membicarakan Minerva dan itu berarti semua telah mengenal Minerva,” kata

Ratu. “Tidakkah engkau mendengar mereka membicarakan kecantikkan

Minerva?”

Pangeran Alcon mengangguk. “Aku mendengarnya, Mama. Tetapi aku

ingin mengenalkan Minerva secara resmi pada mereka.”

“Al, aku tidak ingin mereka mengenalku secara resmi. Kukira

perkenalan tidak selalu harus berlangsung dengan resmi.”

Pangeran Alcon tersenyum mendengar kata-kata adiknya. “Engkau

memang pandai merusak rencana orang.”406

Page 407: Gadis Misterius

Princess Minerva tersenyum.

“Baiklah, aku tidak akan memaksa lagi. Aku tahu engkau ingin

berduaan dengan tunanganmu, Alexander.”

“Berbicara mengenai itu, aku memiliki usul,” kata Raja.

“Usul apa?” tanya Ratu ingin tahu.

Raja membisikkan sesuatu kepada Ratu.

Ratu tersenyum mendengarnya. “Kurasa itu ide yang paling bagus yang

pernah kudengar. Aku akan membicarakannya dengan Duke dan Duchess.”

Ratu mendekati Duke dan Duchess yang sedang berbicara bersama

beberapa orang di dekat mereka.

“Apa yang Papa usulkan?” tanya Pangeran Alcon.

Sekali lagi Raja mengatakan usulnya dengan berbisik.

Pangeran Alcon tersenyum mendengarnya. “Ide bagus, Papa. Mengapa

aku tidak pernah memikirkannya.”

Princess Minerva dan Alexander saling berpandangan tak mengerti.

“Sekarang kalian pergilah ke mana kalian suka dan berduaanlah,” kata

Pangeran Alcon, “Kami tidak akan menganggu kalian.”

Alexander menggandeng tangan Princess Minerva ke dekat jendela.

Setelah membantu Princess Minerva duduk, Alexander duduk di

samping Princess Minerva.

“Aku tidak mengerti apa yang mereka rencanakan,” kata Alexander.

“Aku juga tidak mengerti.”

Princess Minerva menatap pintu masuk yang masih tertutup. Dan ia

tersenyum ketika melihat Mrs. Fat, Mrs. Dahrien dan Mr. Liesting

mendekatinya bersama Mrs. Vye dan Mrs. Wve.

Princess Minerva bangkit dan menyapa mereka, “Selamat malam.”

“Selamat malam, Princess Minerva,” kata mereka.

Ketika mereka melihat Alexander berdiri di samping Princess Minerva,

mereka berkata, “Selamat malam, Tuan Muda.”

Alexander tersenyum dan membalas sapaan itu. “Selamat malam.”

“Saya senang sekali kalian mau datang,” kata Princess Minerva sambil

tersenyum.

“Tentu saja kami bersedia datang, Princess. Apalagi Anda telah repot-

repot mengirim kereta khusus untuk menjemput kami,” kata Mr. Liesting.

“Kami sangat terkejut ketika tak lama setelah kepergian Baroness Lora,

sebuah kereta yang megah datang. Semula kami mengira kereta itu berhenti 407

Page 408: Gadis Misterius

di tempat yang salah tetapi rupanya kereta itu datang untuk menjemput

kami,” tambah Mrs. Fat.

“Mula-mula kami terkejut ketika kusir kereta itu mengatakan ia datang

untuk menjemput kami tetapi ketika ia menunjukkan surat pendek dari Anda,

kami mengira kami telah bermimpi,” kata Mrs. Dahrien meneruskan.

Princess Minerva tersenyum melihat ketiga orang yang dekat

dengannya ketika ia tinggal di Obbeyville bergantian bercerita dengan penuh

semangat.

Ketiga orang itu tidak berubah. Mrs. Fat yang gemuk masih suka

bercanda. Mr. Liesting masih memiliki janggut putih lebatnya dan Mrs.

Dahrien masih terlihat segar walaupun ia sudah tua.

“Tentu kalian mengira saya hendak membawa serta kalian ke Holly

Mountain,” kata Princess Minerva sambil tersenyum, “Seperti kalian menduga

saya membawa Mrs. Vye ke Holly Mountain.”

Mrs. Dahrien menatap wajah Princess Minerva yang selalu dihiasi

senyum. Wajah Princess Minerva terlihat tampak sangat cerah dan tiada

kesan kemisteriusan di wajahnya yang cantik. Yang ada hanya kesan

keanggunan yang menawan hati.

Mrs. Dahrien tersenyum. “Mula-mula kami memang berpikir seperti itu.

Surat Anda sangat pendek. Anda tidak menjelaskan apa pun dalam surat

Anda. Anda hanya menulis:

Saya ingin mengundang Anda ke tempat saya. Kereta ini

saya datangkan khusus untuk menjemput Anda semua.

Maria.

Lagipula Anda dan Mrs. Vye tiba-tiba menghilang dari Obbeyville.”

Princess Minerva tersenyum mendengar Mrs. Dahrien mengulang isi

suratnya. “Saya ingin membuat kalian juga Mrs. Vye terkejut.”

“Karena itu Anda tidak pernah mengatakan apa-apa kepada saya?” kata

Mrs. Vye.

Princess Minerva mengangguk. “Saya tahu engkau merindukan

Obbeyville khususnya Mrs. Fat, Mrs. Dahrien dan Mr. Liesting. Karena itu saya

ingin membuat suatu kejutan bagi kalian semua.”

“Anda berhasil melakukannya, Princess. Kami benar-benar terkejut

ketika kereta yang menjemput kami membawa kami ke tempat yang megah

seperti ini,” kata Mrs. Fat.

“Saya sama sekali tidak pernah menduga Anda dan Maria adalah orang 408

Page 409: Gadis Misterius

yang sama,” kata Mrs. Dahrien. “Anda terlihat berbeda daripada waktu Anda

masih menjadi Maria.”

Mendengar kata-kata yang penuh rasa tidak percaya itu, Princess

Minerva tersenyum. “Saya dan Maria adalah gadis yang sama. Yang berbeda

dari kami hanyalah Maria seorang gadis yang kehilangan ingatannya dan saya

yang sekarang adalah seorang gadis yang hidup dalam kemewahan.”

“Anda tampak semakin cantik dengan gaun yang indah, Princess.

Memang Anda lebih pantas mengenakan gaun yang indah daripada gaun

pelayan,” kata Mrs. Dahrien.

Princess Minerva tersenyum. “Saya mengundang kalian kemari bukan

untuk membuat Anda mengagumi saya.”

“Tetapi Anda memang pantas untuk selalu dikagumi, Princess,” kata

Mrs. Wve.

“Ia memang satu-satunya gadis yang paling dikagumi di pesta ini,” kata

Alexander, “Lihatlah semua orang sejak tadi memandanginya sehingga aku

khawatir dibuatnya.”

Princess Minerva tersenyum pada Alexander.

Mrs. Wve tersenyum melihatnya. “Saya rasa Anda benar, Princess. Anda

mengundang mereka ke pesta ini untuk bersenang-senang. Kami akan

bersenang-senang.”

Rupanya bukan hanya Mrs. Wve saja yang tahu apa yang harus

dilakukannya saat ini. Tanpa mengatakan apa-apa, mereka semua

membungkuk dan meninggalkan Princess Minerva berdua dengan Alexander.

“Nikmatilah pesta ini,” kata Princess Minerva sambil memandangi

sekelompok orang yang disayanginya itu menjauh.

Alexander tersenyum pada Princess Minerva. “Engkau memang baik,

Maria. Engkau memikirkan mereka juga.”

Princess Minerva membalas pujian itu dengan senyuman. “Saat ini aku

sedang memikirkan Lady Debora.”

“Mengapa?” tanya Alexander tak mengerti.

“Lady Debora sangat ingin merebut hati Al tetapi Al tidak menyukainya.

Andai ia tahu entah apa yang akan dikatakannya.”

“Bagus!” seru seseorang dari samping Princess Minerva.

Princess Minerva terkejut mendengarnya. Ia memalingkan kepalanya

dan melihat kakaknya sedang tersenyum puas. Tiba-tiba Princess Minerva

menyadari makna senyum puas di wajah kakaknya. “Tidak, Al. Engkau tidak 409

Page 410: Gadis Misterius

boleh melakukannya.”

“Tidak apa-apa, Minerva. Ia telah menyakitimu dan aku tidak akan diam

melihatnya.”

“Tidak, Al. Aku tidak mengijinkan engkau mempermainkan Lady

Debora. Ia memang ingin sekali menjadi Ratu tetapi engkau tidak boleh

mempermainkannya,” bujuk Princess Minerva.

“Ia telah mempermainkan engkau, mengapa aku tidak boleh?” tanya

Pangeran Alcon merajuk.

Princess Minerva tersenyum, “Karena berkat ia pula aku dapat berada

di sini saat ini selain itu engkau telah berjanji padaku.”

Pangeran Alcon mengeluh karena diingatkan janjinya. “Dan engkau

tidak senang pada orang yang melanggar janjinya.”

“Dari mana engkau mengetahuinya, Maria?”

“Lady Debora sendiri yang mengatakan hal itu kepada Baroness Lora

dan aku berada di sana saat itu. Ketika itu Lady Debora baru saja membaca

berita hilangnya diriku dan ia sangat mengharapkan dapat menjadi temanku

kemudian menjadi Ratu,” kata Princess Minerva menjelaskan.

Princess Minerva melayangkan pandangannya kepada Lady Debora

yang berada di kerumunan antara tamu-tamu. Princess Minerva tidak tahu

apa yang dirasakan wanita itu setelah mengetahui ia tidak akan dapat

menjadi Ratu terutama karena Princess Minerva telah mengetahui segala

rencananya.

Pangeran Alcon mengikuti pandangan Princess Minerva. “Kurasa tidak

ada buruknya bila aku mempermainkan ia sedikit saja. Ia telah berencana

memanfaatkanmu untuk dapat menjadi Ratu dan aku tidak dapat memaafkan

siapa pun yang memanfaatkan adikku.”

“Sebenarnya apa tujuanmu kemari, Al?” tanya Princess Minerva

mengalihkan perhatian kakaknya dari Lady Debora.

“Aku hanya ingin melihat kalian,” jawab Pangeran.

“Kami baik-baik saja di sini,” kata Alexander.

Pangeran Alcon mengangguk. “Aku juga melihatnya. Aku hanya merasa

cemburu melihat kalian semakin akrab. Sebentar lagi aku akan benar-benar

kehilangan Minerva.”

“Mengapa engkau berbicara seakan-akan aku akan meninggalkan

engkau untuk selama-lamanya?” tanya Princess Minerva sedih.

“Karena memang engkau tidak lama lagi berada di Istana Plesaides. 410

Page 411: Gadis Misterius

Tidak sampai satu bulan lagi engkau akan meninggalkan tempat ini dan ikut

suamimu,” kata Pangeran Alcon sambil menatap Alexander.

Princess Minerva tidak mengerti apa yang dikatakan kakaknya. “Apa

yang kaumaksudkan, Al? Apa yang kalian rencanakan sebulan lagi?”

Pangeran Alcon terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia tidak menduga

dirinya telah membicarakan sesuatu yang seharusnya menjadi kejutan untuk

adiknya, Princess Minerva.

“Karena aku telah mengatakannya kurasa sebaiknya aku mengatakan

semuanya kepadamu,” kata Pangeran Alcon, “Kami telah memutuskan untuk

menyelenggarakan pernikahanmu di hari ulang tahunmu, Minerva.”

Princess Minerva terkejut tetapi Alexander lebih terkejut lagi.

“Engkau merencanakannya tanpa sepengetahuan kami?”

“Sebenarnya aku hanya ingin memberi tahu Alexander dan membuat

hal ini menjadi kejutan di hari ulang tahunmu tetapi karena aku tidak sengaja

mengatakannya maka kalian berdua kuberi tahu.”

“Sayang sekali hal ini tidak jadi menjadi kejutan untuk hadiah ulang

tahun Maria,” kata Alexander.

Mendengar Alexander secara tidak langsung juga menyetujui ide

kakaknya serta kedua orang tuanya, Princess Minerva tersenyum. Sekarang ia

mengerti mengapa tadi ibunya tampak gembira mendengar sesuatu dari

ayahnya. Raja membisikkan ide itu kepada Ratu dan Pangeran Alcon.

Kemudian Ratu membicarakannya dengan Duke dan Duchess dan mereka

semua menyetujui ide Raja.

“Engkau benar, Minerva. Semua orang telah mengenalmu sebagai

Princess Minerva tanpa kuumumkan,” kata Pangeran Alcon, “Tetapi aku masih

mendengar Alexander memanggilmu Maria.”

Mendengar rasa ingin tahu dalam suara Pangeran Alcon, Alexander

berkata, “Aku lebih suka Minerva sebagai Maria yang tidak pernah menahan

dirinya daripada Minerva sebagai seorang putri yang selalu menahan dirinya

dan menjaga perasaannya.”

“Engkau telah mendengarnya, Al. Al lebih suka aku menjadi Maria

daripada menjadi Princess Minerva.”

Pangeran Alcon tersenyum. “Aku heran engkau memanggil kami

dengan panggilan yang sama, Al. Tetapi mengapa aku selalu tahu siapa yang

kaupanggil.”

“Aku tidak tahu, Al,” kata Princess Minerva sambil tersenyum.411

Page 412: Gadis Misterius

“Tetapi aku tahu. Engkau memanggil Alexander lebih mesra daripada

saat engkau memanggilku,” kata Pangeran Alcon cemberut.

Princess Minerva tersenyum.

“Engkau tersenyum melihat aku cemburu.”

Melihat kakaknya semakin cemberut, Princess Minerva tertawa.

Pangeran Alcon terkejut melihat adiknya tiba-tiba tertawa di depan

banyak orang yang juga terkejut melihat Princess Minerva tiba-tiba tertawa.

Namun ia ikut tertawa juga melihat tawa ceria adiknya. Ia belum pernah

melihat adiknya demikian terbuka. Princess Minerva tidak lagi berusaha

menutupi semua perasaannya. Pangeran Alcon senang melihat adiknya telah

menemukan pria yang mampu membuatnya tertawa.

Alexander tersenyum melihat tawa Princess Minerva. Ia tahu Princess

Minerva tidak akan lagi berusaha menahan semua perasaannya. Princess

Minerva akan selalu menjadi Maria yang tidak pernah menahan perasaannya.

Princess Minerva tersenyum pada Alexander. Princess Minerva tidak

tahu apa yang sedang dipikirkan Alexander tetapi ia tahu ia tidak akan

pernah menahan perasannya di hadapan pria itu. Ia membiarkan pria yang

dicintainya itu melihat apa yang dirasakannya.

Alexander juga tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Princess Minerva.

Tetapi ia dapat melihat cinta di mata gadis itu. Gadis itu mencintainya dan

akan selalu membuka dirinya kepada dirinya, hanya itu yang diketahui

Alexander.

Mereka sama-sama tahu sejak saat itu mereka mempunyai seseorang

yang dapat diajak berbagi perasaan. Mereka akan selalu tertawa bersama dan

menangis bersama sepanjang masa.

412