fraktur mandibula
TRANSCRIPT
Yhoga Timur LagaFK UPN ‘Veteran” Jakarta
Pembimbing : dr. Yantoko. SpBP
Identitas pasienNama : Tn. Ahmad FahrulUsia : 23 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAlamat : Kampung Rawa RT 04/03
Pondok Kopi Jakarta TimurNo. RM : 1370333Tanggal masuk : 8 Juli 2012Ruang rawat : Bedah kelas
AnamnesaAuto dan alloanamnesa dengan keluarga
pada tanggal 17 Juli 2012.Keluhan utama : Tidak bisa mengunyah sejak 1
minggu SMRSKeluhan tambahan : Nyeri pada rahang bawah
Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan tidak bisa mengunyah sejak
1 minggu SMRS. 1 minggu yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas.
Saat itu pasien mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang (± 60 km/jam), pasien menghindari tembok yang ada di depannya.
Pasien kemudian menabrak tembok dan masuk ke selokan di sisi tembok.
Menurut pasien, dia terjatuh dengan bagian wajah sebelah kiri membentur tembok dan dinding selokan.
Saat kejadian, pasien tidak menggunakan helm.
Pasien tidak memiliki riwayat pingsan setelah kejadian. Riwayat muntah tanpa didahului mual tidak ada.
Riwayat keluar darah dari mulut tidak ada. Keluar darah dari telinga dan hidung disangkal.
Pasien juga merasa nyeri pada rahang bawah dan mulut tidak bisa digerakkan serta tidak bisa merapatkan mulutnya. Keluhan baal pada dagu disangkal.
Riwayat penyakit dahuluRiwayat alergi obat-obatan disangkal. Riwayat
DM, hipertensi, dan asma disangkal.
Pemeriksaan fisikKeadaan Umum : Tampak sakit sedangGCS : E4V5M6 15
Tanda - Tanda VitalTekanan Darah : 120 / 80 mmHgFrekuensi Nadi : 88 x/menitFrekuensi Nafas : 20 x/menitSuhu : 36.7O celcius
Kepala : Normocephal, terdapat vulnus laceratum di frontal kiri telah terjahit dengan ukuran 3x1 cm.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/- Mulut : Sianosis (-), maloklusi (+), nyeri tekan
mandibula (+), false movement (+). Telinga : Sekret (-), darah (-), hematom preaurikuler (-), nyeri
tekan(-). Hidung : Darah (-), sekret (-), hematom (-), simetris KGB : Tidak ada pembesaran Leher : Jejas (-), deviasi trakea (-) Paru : Vesikuler +/+ , rhonki -/- , wheezing -/- Jantung: BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/-/-, CRT < 2”.
Status neurologisNn. Cranialis : Tidak ada kelainanMotorik : 5/5/5/5Sensorik : Tidak ada kelaianan
Status Lokalis kepala dan wajahI : Asimetri wajah (+), Vulnus laceratum telah terjahit
P: NT (+), maloklusi (+), false movement (+) pada mandibular.
Pemeriksaan penunjangPemeriksaan laboratorium
CT Scan
Diagnosis kerjaFraktur segmental simfisis mandibula
PenatalaksanaanIVFD RL 500 cc/8 jamCeftriaxon 2x1 grKetorolac 3x30 mgBethadine gurgle 3x sehariDiet cair per oralORIF dengan miniplatePersiapan operasi:
SIOPuasa 6 jam pre op
Laporan operasiPasien dalam GA, dilakukan intubasi nasalA dan antiseptik daerah operasi dan sekitarnyaPasang arch bar atasInsisi melalui luka lama di dagu diatas fr kiri,
insisi baru di sisi kanan, reposisi dan fiksasi di regio inferior dengan plate 2.0 non rigid 6 hole, screw 8 cm sebanyak 4 buah.
Pasang arch bar bawah dan reposisiPasang plate 2.0 6 hole dengan screw 10 cm 2
buah dan 8 cm 2 buahPasang plate 2.0 rigid 6 hole dengan screw 1 cm
2 buah dan 8 cm 2 buahPasang plate 2.0 rigid 6 hole dengan screw 1 cm
2 buah dan 8 cm 2 buahJahit luarOperasi selesai
Instruksi post opIVFD DL : D5 1:2/24 jamDiet cairCeftriakson 1x2 gr IVKetorolac 3x30 mg IVBila muntah miringkan ke kiri atau kanan
PrognosisQuo ad vitam : dubia ad bonamQuo ad functionam : dubia ad bonamQuo ad sanationam : dubia ad bonam
DefinisiFraktur adalah discontinuitas dari jaringan
tulang yang biasanya disebabkan oleh adanya kecelakaan yang timbul secara langsung.
Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), yang diakibatkan trauma oleh wajah ataupun keadaan patologis, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar
KlasifikasiBerdasarkan regio anatomis
Menunjukkan regio-regio pada mandibula yaitu : badan, simfisis, sudut, ramus, prosesus koronoid, prosesus kondilar, prosesus alveolar.
Berdasarkan ada tidaknya gigiDengan adanya gigi, penyatuan fraktur dapat
dilakukan dengan jalan pengikatan gigi dengan menggunakan kawat
Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada
fraktur kelas 1 ini dapat melalui interdental wiring (memasang kawat pada gigi)
Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu fraktur
Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada
keadaan ini dilakukan melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and screw, atau bisa juga dengan cara intermaxillary fixation.
DiagnosisAnamnesis
Pada kasus trauma, pemeriksaan penderita dengan kecurigaan fraktur mandibula harus mengikuti kaidah ATLS
Pada penderita trauma dengan fraktur mandibula harus diperhatikan adanya kemungkinan obstruksi jalan nafas yang bisa diakibatkan karena fraktur mandibula itu sendiri ataupun akibat perdarahan intraoral yang menyebabkan
aspirasi darah dan bekuan darah.
Perlu diketahui riwayat trauma. Mekanisme trauma merupakan informasi yang
penting sehingga dapat menggambarkan tipe fraktur yang terjadi.
Bila trauma ragu-ragu atau tidak ada maka kemungkian fraktur patologis tetap perlu dipikirkan
Pemeriksaan fisikInspeksi
Inspeksi dimulai dari ektraoral kemudian ke intraoral. Perhatikan adanya deformitas.
Pembengkakan preaurikular sering menunjukkan adanya fraktur kondilus.
Dilihat juga apakah terdapat gigi yang hilang. Perhatikan juga apakah terdapat maloklusi.
Palpasi Penderita disuruh buka-tutup mulut, menilai ada
tidaknya nyeri, deformitas atau dislokasi Dilakukan evaluasi false movement dengan kedua
ibujari di intraoral
Pemeriksaan penunjangPemeriksaan rontgen
Untuk mengetahui pola fraktur yang terjadi.Pemeriksaan dapat dimulai dengan foto AP,
Towne, dan oblik.CT Scan
CT scan dapat digunakan untuk mengidentifikasi fraktur kondilus kompleks.
PenatalaksanaanPrinsip penanganan fraktur mandibula
pada langkah awal bersifat kedaruratan seperti jalan nafas (airway), pernafasan
(breathing), sirkulasi darah termasuk penanganan syok (circulaation),
penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak.
kedua adalah penanganan fraktur secara definitifreduksi/reposisi fragmen fraktur (secara
tertutup (close reduction)secara terbuka (open reduction)
Reposisi tertutupAdapun indikasi untuk reposisi tertutup di antaranya:
Fraktur displace atau terbuka derajat ringan sampai sedang.
Fraktur kondilus Fraktur pada anak Fraktur komunitif berat atau fraktur dimana suplai darah
menurun. Fraktur eduntulous mandibula Fraktur mandibula yang terdapat hubungan dengan
fraktur panfacial Fraktur patologis
Tehnik yang digunakan pada terapi fraktur mandibula secara closed reduction Fiksasi intermaksiler.
Fiksasi ini dipertahankan 3-4 minggu pada fraktur daerah condylus
4-6 minggu pada daerah lain dari mandibula
Teknik fiksasi Ivy loop
Penempatan Ivy loop menggunakan kawat 24-gauge antara 2 gigi yang stabil, dengan penggunaan kawat yang lebih kecil untuk memberikan fiksasi maxillomandibular (MMF)
Teknik arch bar Indikasi pemasangan arch bar antara lain gigi
kurang/ tidak cukup untuk pemasangan cara lain, disertai fraktur maksila,
didapatkan fragmen dentoalveolar pada salah satu ujung rahang yang perlu direduksi sesuai dengan lengkungan rahang sebelum dipasang fiksasi intermaksilaris
Reposisi terbuka Indikasi reposisi terbuka di antaranya:
Fraktur terbuka atau displace derajat sedang sampai berat
Fraktur yang tidak tereduksi dengan reposisi tertutup
Unfavorable fracture
Wiring (kawat) Kawat dibuat seperti mata, kemudian mata tadi
dipasang disekitar dua buah gigi atau geraham dirahang atas ataupun bawah.
Rahang bawah yang patah difiksasi pada rahang atas melalui mata di kawat atas dan bawah.
Jika perlu ikatan kawat ini dipasang di berbagai tempat untuk memperoleh fiksasi yang kuat.
Plating Pemasangan plat bertujuan untuk memberi tahanan
pada daerah fraktur, sehingga dapat menyatukan bagian fraktur dengan alveolus superior.
KomplikasiKomplikasi yang paling umum terjadi pada
fraktur mandibula adalah infeksi atau osteomyelitis, yang nantinya dapat menyebabkan berbagai kemungkinan komplikasi lainnya.
Tulang mandibula merupakan daerah yang paling sering mengalami gangguan penyembuhan frakturHal ini akan memberi keluhan berupa rasa sakit
dan tidak nyaman yang berkepanjangan pada sendi rahang
Terlebih jika pasien mengkompensasikan atau memaksakan mengunyah dalam hubungan oklusi yang tidak normal
Pasien datang dengan keluhan tidak bisa mengunyah sejak 1 minggu SMRS. 1 minggu yag lalu pasien mengalami kecelakaan
lalu lintas. Tanda fraktur basis kranii tidak didapatkan. Tidak ada riwayat pingsan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS 15 dan
tidak ditemukan adanya defisit neurologis.
Pasien juga mengeluh adanya nyeri pada rahang bawah dan mulut tidak bisa digerakkan serta tidak bisa merapatkan mulutnya.
Mekanisme trauma menurut pasien, dia terjatuh dengan bagian wajah sebelah kiri membentur tembok dan dinding selokan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya asimetris pada wajah dan VL pada frontal kiri yang telah terjahit. Selain itu, pada pemeriksaan mulut juga ditemukan adanya
maloklusi pada rahang, nyeri tekan pada mandibula, dan false movement pada mandibula.
Untuk mengetahui letak fraktur, maka dilakukan pemeriksaan penunjang radiologi. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan adanya fraktur segmental pada simfisis mandibula
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka dapat disimpulkan diagnosis kerja pasien ini adalahFraktur segmental simfisis mandibula
Adapun penatalaksanaan dari pasien ini adalah penanganan fraktur secara definitif.
Penatalaksanaan definitif berupa reposisi terbuka dengan pemasangan mini plate.