fraktur humerus sinistra

30
BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. R Umur : 34 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Status perkawinan : Menikah Pekerjaan : Pegawai Swasta No. RM : 522884 Alamat : Kaum Kidul 1/1 Soreang, kec. Soreang kab. Bandung Tanggal masuk RS : 12 Agustus 2015 Tanggal pemeriksaan : 12 Agustus 2015 II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lenngan atas sebelah kiri dan tidak bisa digerakan. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan nyeri dan tidak bisa digerakan pada lengan kiri atas sejak ± 1 jam SMRS. Pasien sedang mengendarai motor dengan membawa barang kira-kira 4 buah kardus yang diletakan di depan dan dibelakang tempat duduk 1

Upload: nuciana-siti-andrianti

Post on 07-Dec-2015

383 views

Category:

Documents


43 download

DESCRIPTION

Fraktur Humerus Sinistra

TRANSCRIPT

Page 1: Fraktur Humerus Sinistra

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

Umur : 34 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Pegawai Swasta

No. RM : 522884

Alamat : Kaum Kidul 1/1 Soreang, kec. Soreang kab. Bandung

Tanggal masuk RS : 12 Agustus 2015

Tanggal pemeriksaan : 12 Agustus 2015

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lenngan atas

sebelah kiri dan tidak bisa digerakan.

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan nyeri dan tidak bisa digerakan pada lengan kiri atas sejak ±

1 jam SMRS. Pasien sedang mengendarai motor dengan membawa barang kira-kira 4

buah kardus yang diletakan di depan dan dibelakang tempat duduk motor, karena beban

yang terlalu berat pasien menjadi sulit untuk membelokan kearah kanan dan kiri, dan

kardus yang berada di depan pasien menghalangi pandangan pasien untuk mengendarai

motor. Kemudian pasien menabrak batu dan terjatuh ke arah jurang yang berada disisi

kiri pasien, setelah itu pasien di tolong oleh orang sekitar dan di reposisi oleh salah satu

warga yang mengaku sebagai ahli tulang, karena merasa sudah lebih baik, pasien pulang

kerumah dan setibanya di rumah lengan kiri atas pasien didapati melengkung, kemduian

pasien dibawa ke RSUD Soreang. pusing (-) mual (-) muntah (-) pingsan (-).

1

Page 2: Fraktur Humerus Sinistra

Riwayat penyakit terdahulu :

Tidak ada.

Riwayat penyakit lainya:

Riwayat hipertensi : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Alergi obat : Disangkal

III.PEMERIKSAAN PASIEN

Primary survey

A : Clear

B : RR 20 x/ menit, B/G simetris, tidak ada jejas

C : ND 88x/menit, TD 110/70

D : GCS 15, cm, pupil isokor, Suhu 36,7 C

Secondary Survey

L : Deformitas (+), perdarahan (-) hiperemis (-) perubahan warna kulit (-) Shortening (-)

angulasi (-)

F : Nyeri tekan (+) krepitasi (-)

M : ROM (+)

2

Page 3: Fraktur Humerus Sinistra

Status lokalis

a/r humerus sinistra

IV. RESUME

Pasien datang dengan keluhan nyeri dan tidak bisa digerakan pada lengan kiri atas sejak ±

1 jam SMRS. Pasien sedang mengendarai motor dengan membawa barang kira-kira 4

buah kardus yang diletakan di depan dan dibelakang tempat duduk motor, karena beban

yang terlalu berat pasien menjadi sulit untuk membelokan kearah kanan dan kiri, dan

kardus yang berada di depan pasien menghalangi pandangan pasien untuk mengendarai

motor. Kemudian pasien menabrak batu dan terjatuh ke arah jurang yang berada disisi

kiri pasien, setelah itu pasien di tolong oleh orang sekitar dan di reposisi oleh salah satu

warga yang mengaku sebagai ahli tulang, karena merasa sudah lebih baik, pasien pulang

kerumah dan setibanya di rumah lengan kiri atas pasien didapati melengkung, kemduian

pasien dibawa ke RSUD Soreang. pusing (-) mual (-) muntah (-) pingsan (-).

Sebelumnya pasien tidak ada keluhan seperti ini dan tidak ada penyakit lainya.

3

Page 4: Fraktur Humerus Sinistra

V. SARAN PEMERIKSAAN

Rontgen a/r humerus senistra

VI. DIAGNOSA KERJA

Closed fraktur a/r humerus sinistra 1/3 distal oblique undisplaced

VII. TERAPI

Imobilisasi fraktur

Pro konsul dr. Yulia Sp.OT

VIII. PROGNOSA

1. Quo ad vitam : ad bonam

2. Quo ad functionam : ad bonam

3. Quo ad sanationam : ad bonam

4

Page 5: Fraktur Humerus Sinistra

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Fraktur Humerus

2.2.1 Anatomi

Humerus (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior.

Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal bersendi

pada siku lengan dengan dua tulang, ulna dan radius.

Ujung proksimal humerus memiliki bentuk kepala bulat (caput humeri) yang bersendi

dengan kavitas glenoidalis dari scapula untuk membentuk articulatio gleno-humeri. Pada bagian

distal dari caput humeri terdapat collum anatomicum yang terlihat sebagai sebuah lekukan oblik.

Tuberculum majus merupakan sebuah proyeksi lateral pada bagian distal dari collum

anatomicum. Tuberculum majus merupakan penanda tulang bagian paling lateral yang teraba

pada regio bahu. Antara tuberculum majus dan tuberculum minus terdapat sebuah lekukan yang

disebut sebagai sulcus intertubercularis. Collum chirurgicum merupakan suatu penyempitan

humerus pada bagian distal dari kedua tuberculum, dimana caput humeri perlahan berubah

menjadi corpus humeri. Bagian tersebut dinamakan collum chirurgicum karena fraktur sering

terjadi pada bagian ini.

Corpus humeri merupakan bagian humerus yang berbentuk seperti silinder pada ujung

proksimalnya, tetapi berubah secara perlahan menjadi berbentuk segitiga hingga akhirnya

menipis dan melebar pada ujung distalnya. Pada bagian lateralnya, yakni di pertengahan corpus

humeri, terdapat daerah berbentuk huruf V dan kasar yang disebut sebagai tuberositas deltoidea.

Daerah ini berperan sebagai titik perlekatan tendon musculus deltoideus. Beberapa bagian yang

khas merupakan penanda yang terletak pada bagian distal dari humerus.

Capitulum humeri merupakan suatu struktur seperti tombol bundar pada sisi lateral

humerus, yang bersendi dengan caput radii. Fossa radialis merupakan suatu depresi anterior di

atas capitulum humeri, yang bersendi dengan caput radii ketika lengan difleksikan. Trochlea

humeri, yang berada pada sisi medial dari capitulum humeri, bersendi dengan ulna. Fossa

coronoidea merupakan suatu depresi anterior yang menerima processus coronoideus ulna ketika

lengan difleksikan. Fossa olecrani merupakan suatu depresi posterior yang besar yang menerima

olecranon ulna ketika lengan diekstensikan. Epicondylus medialis dan epicondylus lateralis

merupakan suatu proyeksi kasar pada sisi medial dan lateral dari ujung distal humerus, tempat

5

Page 6: Fraktur Humerus Sinistra

kebanyakan tendon otot-otot lengan menempel. Nervus ulnaris, suatu saraf yang dapat membuat

seseorang merasa sangat nyeri ketika siku lengannya terbentur, dapat dipalpasi menggunakan jari

tangan pada permukaan kulit di atas area posterior dari epicondylus medialis.

Gambar 2.1. Anatomi Humerus

Gambar 2.2. Tampilan Saraf di Sekitar Humerus

6

Page 7: Fraktur Humerus Sinistra

Gambar 2.3. Tampilan Aliran Darah di Sekitar Humerus

Di bagian posterior tengah humerus, melintas nervus radialis yang melingkari periosteum

diafisis humerus dari proksimal ke distal dan mudah mengalami cedera akibat patah tulang

humerus bagian tengah. Secara klinis, pada cedera nervus radialis didapati ketidakmampuan

melakukan ekstensi pergelangan tangan sehingga pasien tidak mampu melakukan fleksi jari

secara efektif dan tidak dapat menggenggam.

7

Page 8: Fraktur Humerus Sinistra

Gambar 2.4. Nervus Radialis dan Otot-Otot yang Disarafinya

2.2.2. Defenisi

Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisial

baik yang bersifat total maupun parsial pada tulang humerus

2.2.3. Etiologi

Kebanyakan fraktur dapat saja terjadi karena kegagalan tulang humerus menahan tekanan

terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan.

8

Page 9: Fraktur Humerus Sinistra

Trauma dapat bersifat:

1. Langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada

daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak

ikut mengalami kerusakan.

2. Tidak langsung

Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh

dari daerah fraktur.

Tekanan pada tulang dapat berupa:

1. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau spiral

2. Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

3. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi,

atau fraktur dislokasi

4. Kompresi vertikal yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah

5. Trauma oleh karena remuk

6. Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan menarik sebagian tulang

2.2.4 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, fraktur diafisis humerus terjadi sebanyak 1,2% kasus dari seluruh

kejadian fraktur, dan fraktur proksimal humerus terjadi sebanyak 5,7% kasus dari seluruh

fraktur. Sedangkan kejadian fraktur distal humerus terjadi sebanyak 0,0057% kasus dari seluruh

fraktur. Walaupun berdasarkan data tersebut fraktur distal humerus merupakan yang paling

jarang terjadi, tetapi telah terjadi peningkatan jumlah kasus, terutama pada wanitu tua dengan

osteoporosis.

Fraktur proksimal humerus sering terjadi pada usia dewasa tua dengan umur rata-rata

64,5 tahun. Sedangkan fraktur proksimal humerus merupakan fraktur ketiga yang paling sering

terjadi setelah fraktur pelvis dan fraktur distal radius. Fraktur diafisis humerus lebih sering pada

usia yang sedikit lebih muda yaitu pada usia rata-rata 54,8 tahun.

9

Page 10: Fraktur Humerus Sinistra

2.2.5 Klasifikasi

Fraktur humerus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Fraktur Proximal Humerus

2. Fraktur Shaft Humerus

3. Fraktur Distal Humerus

2.2.5.1 Fraktur Proksimal Humerus

Pada fraktur jenis ini, insidensinya meningkat pada usia yg lebih tua yang terkait dengan

osteoporosis. Perbandingan wanita dan pria adalah 2:1.

Mekanisme trauma pada orang dewasa tua biasa dihubungkan dengan kerapuhan tulang

(osteoporosis). Pada pasien dewasa muda, fraktur ini dapat terjadi karena high-energy trauma,

contohnya kecelakaan lalu lintas sepeda motor. Mekanisme yang jarang terjadi antara lain

peningkatan abduksi bahu, trauma langsung, kejang, proses patologis: malignansi.

Gejala klinis pada fraktur ini adalah nyeri, bengkak, nyeri tekan, nyeri pada saat

digerakkan, dan dapat teraba krepitasi. Ekimosis dapat terlihat dinding dada dan pinggang

setelah terjadi cedera. Hal ini harus dibedakan dengan cedera toraks.

Menurut Neer, proksimal humerus dibentuk oleh 4 segmen tulang:

1. Caput/kepala humerus

2. Tuberkulum mayor

3. Tuberkulum minor

4. Diafisis atau shaft

Klasifikasi menurut Neer, antara lain:

1. One-part fracture : tidak ada pergeseran fragmen, namun terlihat garis fraktu

2. Two-part fracture :

anatomic neck

surgical neck

Tuberculum mayor

Tuberculum minor

3. Three-part fracture :

10

Page 11: Fraktur Humerus Sinistra

Surgical neck dengan tuberkulum mayor

Surgical neck dengan tuberkulum minus

4. Four-part fracture

5. Fracture-dislocation

6. Articular surface fracture

2.2.5.2 Fraktur Shaft Humerus

Fraktur ini adalah fraktur yang sering terjadi. 60% kasus adalah fraktur sepertiga tengah

diafisis, 30% fraktur sepertiga proximal diafisis dan 10% sepertiga distal diafisis. Mekanisme

terjadinya trauma dapat secara langsung maupun tidak langsung.

Gejala klinis pada jenis fraktur ini adalah nyeri, bengkak, deformitas, dan dapat terjadi

pemendekan tulang pada tangan yang fraktur. Pemeriksaan neurovaskuler adalah penting dengan

11

Page 12: Fraktur Humerus Sinistra

memperhatikan fungsi nervus radialis. Pada kasus yang sangat bengkak, pemeriksaan

neurovaskuler serial diindikasikan untuk mengenali tanda-tanda dari sindroma kompartemen.

Pada pemeriksaan fisik terdapat krepitasi pada manipulasi lembut.

Deskripsi klasifikasi fraktur shaft humerus :

a. Fraktur terbuka atau tertutup

b. Lokasi : sepertiga proksimal, sepertiga tengah, sepertiga distal

c. Derajat : dengan pergeseran atau tanpa pergeseran

d. Karakter : transversal, oblique, spiral, segmental, komunitif

e. Kondisi intrinsik dari tulang

f. Ekstensi articular

2.2.5.3. Fraktur Distal Humerus

Fraktur ini jarang terjadi pada dewasa. Kejadiannya hanya sekitar 2% untuk semua

kejadian fraktur dan hanya sepertiga bagian dari seluruh kejadian fraktur humerus.

Mekanisme cedera untuk fraktur ini dapat terjadi karena trauma langsung atau trauma

tidak langsung. Trauma langsung contohnya adalah apabila terjatuh atau terpeleset dengan posisi

siku tangan menopang tubuh atau bisa juga karena siku tangan terbentur atau dipukul benda

tumpul. Trauma tidak langsung apabila jatuh dalam posisi tangan menopang tubuh namun posisi

siku dalam posisi tetap lurus. Hal ini biasa terjadi pada orang dewasa usia pertengahan atau

wanita usia tua.

Gejala klinis dari fraktur ini antara lain pada daerah siku dapat terlihat bengkak,

kemerahan, nyeri, kaku sendi dan biasanya pasien akan mengeluhkan siku lengannya seperti

akan lepas. Kemudian dari perabaan (palpasi) terdapat nyeri tekan, krepitasi, dan neurovaskuler

dalam batas normal.

1. Suprakondiler Fraktur

Fraktur suprakondilus merupakan salah satu jenis fraktur yang mengenai daerah siku,

dan sering ditemukan pada anak-anak. Fraktur suprakondilus adalah fraktur yang mengenai

humerus bagian distal di atas kedua kondilus. Pada fraktur jenis ini dapat dibedakan menjadi

fraktur supracondilus extension type (pergeseran posterior) dan flexion type (pergeseran

anterior) berdasarkan pada bergesernya fragmen distal dari humerus. Jenis fleksi adalah jenis

yang jarang terjadi. Jenis ekstensi terjadi karena trauma langsung pada humerus distal

12

Page 13: Fraktur Humerus Sinistra

melalui benturan pada siku dan lengan bawah dalam posisi supinasi dan dengan siku dalam

posisi ekstensi dengan tangan yang terfiksasi. Fragmen distal humerus akan terdislokasi ke

arah posterior terhadap humerus.

Fraktur humerus suprakondiler jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh

pada telapak tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi sedikit

fleksi. Pada pemeriksaan klinis didapati siku yang bengkak dengan sudut jinjing yang

berubah. Didapati tanda fraktur dan pada foto rontgen didapati fraktur humerus suprakondiler

dengan fragmen distal yang terdislokasi ke posterior.

Gambaran klinis, setelah jatuh anak merasa nyeri dan siku mengalami

pembengkakan, deformitas pada siku biasanya jelas serta kontur tulang abnormal. Nadi perlu

diraba dan sirkulasi perlu diperiksa, serta tangan harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya

bukti cedera saraf dan gangguan vaskularisasi, sehingga bila tidak diterapi secara cepat dapat

terjadi: "acute volksman ischaemic" dengan tanda-tanda: pulseless; pale; pain; paresa;

paralysis.

Pada lesi saraf radialis didapati ketidakmampuan untuk ekstensi ibu jari dan ekstensi

jari lain pada sendi metacarpofalangeal. Juga didapati gangguan sensorik pada bagian dorsal

serta metacarpal I. Pada lesi saraf ulnaris didapati ketidakmampuan untuk melakukan

gerakan abduksi dan adduksi jari. Gangguan sensorik didapati pada bagian volar jari V. Pada

lesi saraf medianus didapati ketidakmampuan untuk gerakan oposisi ibu jari dengan jari lain.

Sering didapati lesi pada sebagian saraf medianus, yaitu lesi pada cabangnya yang disebut

saraf interoseus anterior. Di sini didapati ketidakmampuan jari I dan II untuk melakukan

fleksi.

2. Transkondiler Fraktur

Biasanya terjadi pada pasien usia tua dengan tulang osteopenik.

3. Interkondiler Fraktur

Pada dewasa, jenis fraktur ini adalah tipe paling sering diantara tipe fraktur humerus distal

yang lain.

Klasifikasi menurut Riseborough and Radin:

Tipe I : fraktur tanpa adanya pergeseran dan hanya ada berupa garis fraktur

Tipe II : terjadi sedikit pergeseran dengan tidak ada rotasi antara fragmen kondilus

Tipe III : pergeseran dengan rotasi

13

Page 14: Fraktur Humerus Sinistra

Tipe IV : fraktur komunitif berat dari permukaan artikular

4. Kondiler Fraktur

Medial Condyler Physeal Fractures

Fraktur jenis ini biasanya terjadi pada umur 8 sampai 14 tahun.

2.2.6 Diagnosis

2.2.6.1 Anamnesis

Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk minta pertolongan:

1) Sakit/nyeri

Sifat dari sakit/nyeri:

- Lokasi setempat/meluas/menjalar

- Ada trauma riwayat trauma tau tidak

- Sejak kapan dan apa sudah mendapat pertolongan

- Bagaimana sifatnya: pegal/seperti ditusuk-tusuk/rasa panas/ditarik-tarik, terus-menerus

atau hanya waktu bergerak/istirahat dan seterusnya

- Apa yang memperberat/mengurangi nyeri

- Nyeri sepanjang waktu atau pada malam hari

- Apakah keluhan ini untuk pertama kali atau sering hilang timbul

2) Kelainan bentuk/pembengkokan

- Angulasi/rotasi/discrepancy (pemendekan/selisih panjang)

- Benjolan atau karena ada pembengkakan

3) Kekakuan/kelemahan

Kekakuan:

Pada umumnya mengenai persendian. Apakah hanya kaku, atau disertai nyeri, sehingga

pergerakan terganggu?

Kelemahan:

Apakah yang dimaksud instability atau kekakuan otot menurun/melemah/kelumpuhan

Dari hasil anamnesis baik secara aktif oleh penderita maupun pasif (ditanya oleh pemeriksa;

yang tentunya atas dasar pengetahuan mengenai gejala penyakit) dipikirkan kemungkinan

yang diderita oleh pasien, sehingga apa yang didapat pada anamnesis dapat dicocokkan pada

pemeriksaan fisik kemudian.

14

Page 15: Fraktur Humerus Sinistra

2.2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Dibagi menjadi dua yaitu (1) pemeriksaan umum (status generalisata) untuk

mendapatkan gambaran umum dan (2) pemeriksaan setempat (status lokalis).

1. Gambaran umum:

Perlu menyebutkan:

a. Keadaan Umum (K.U): baik/buruk, yang dicatat adalah tanda-tanda vital yaitu:

- Kesadaran penderita; apatis, sopor, koma, gelisah

- Kesakitan

- Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu

b. Kemudian secara sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks), perut (abdomen:

hepar, lien) kelenjar getah bening, serta kelamin

c. Ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang)

2. Pemeriksaan lokal:

Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta bagian distal dari anggota terutama

mengenai status neuro vaskuler. Pada pemeriksaan orthopaedi/muskuloskeletal yang penting

adalah:

a. Look (inspeksi)

- Bandingkan dengan bagian yang sehat

- Perhatikan posisi anggota gerak

- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup

atau terbuka

- Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam samapai beberapa hari

- Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan

b. Feel (palpasi)

Pada waktu mau meraba, terlebih dulu posisi penderita diperbaiki agar dimulai dari posisi

netral/posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan

informasi dua arah, baik si pemeriksa maupun si pasien, karena itu perlu selalu

diperhatikan wajah si pasien atau menanyakan perasaan si pasien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

15

Page 16: Fraktur Humerus Sinistra

- Temperatur setempat yang meningkat

- Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan

jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

- Krepitasi

- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri

dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling

(pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur

kulit.

- Pengukuran tugkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan

panjang tungkai

c. Move (pergerakan terutama mengenai lingkup gerak)

Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan anggota gerak dan

dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.

Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selaiam untuk mendapatkan kooperasi

anak pada waktu pemeriksaan, juga untuk mengetahui gerakan normal si penderita.

Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar kita dapat berkomunikasi dengan sejawat lain

dan evaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.

Apabila terdapat fraktur tentunya akan terdapat gerakan abnormal di daerah fraktur

(kecuali pada incomplete fracture).

Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari setiap arah pergerakan mulai

dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metrik.

Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.

Kekakuan sendi disebut ankilosis dan hal ini dapat disebabkan oleh faktor intra artikuler

atau ekstra artickuler.

- Intra artikuler: Kelainan/kerusakan dari tulang rawan yang menyebabkan kerusakan

tulang subkondral; juga didapat oleh karena kelainan ligament dan kapsul (simpai) sendi

- Ekstra artikuler: oleh karena otot atau kulit

Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (penderita sendiri disuruh

menggerakkan) dan pasif (dilakukan oleh pemeriksa).

Selain pemeriksaan penting untuk mengetahui gangguan gerak, hal ini juga penting untuk

melihat kemajuan/kemunduran pengobatan.

16

Page 17: Fraktur Humerus Sinistra

Selain diperiksa pada posisi duduk dan berbaring juga perlu dilihat waktu berdiri dan

jalan. Jalan perlu dinilai untuk mengetahui apakah pincang disebabkan karena instability,

nyeri, discrepancy, fixed deformity.

Anggota gerak atas:

- Sendi bahu: merupakan sendi yang bergerak seperti bumi (global joint); ada beberapa

sendi yang mempengaruhi gerak sendi bahu yaitu: gerak tulang belakang, gerak sendi

sternoklavikula, gerak sendi akromioklavikula, gerak sendi gleno humeral, gerak sendi

scapula torakal (floating joint).

Karena gerakan tersebut sukar diisolasi satu persatu, maka sebaiknya gerakan

diperiksa bersamaan kanan dan kiri; pemeriksa berdiri di belakang pasien, kecuali

untuk eksorotasi atau bila penderita berbaring, maka pemeriksa ada di samping

pasien.

- Sendi siku:

Gerak fleksi ekstensi adalah gerakan ulna humeral (olecranon terhadap humerus).

Gerak pronasi dan supinasi adalah gerakan dari antebrachii dan memiliki sumbu ulna;

hal ini diperiksa pada posisi siku 90˚ untuk menghindari gerak rotasi dari sendi bahu.

- Sendi pergelangan tangan:

Pada dasarnya merupakan gerak dari radio karpalia dan posisi netral adalah pada

posisi pronasi, dimana jari tengah merupakan sumbu dari antebrachii. Diperiksa

gerakan ekstensi-fleksi dan juga radial dan ulnar deviasi.

- Jari tangan:

Ibu jari merupakan bagian yang penting karena mempunyai gerakan aposisi terhadap

jari-jari lainnya selain abduksi dan adduksi, ekstensi, dan fleksi.

Jari-jari lainnya hamper sama, MCP (Meta Carpal Phalangeal Joint) merupakan

sendi pelana dan deviasi radier atau ulnar dicatat tersendiri, sedangkan PIP (Proximal

Inter Phalanx) dan DIP (Distal Inter Phalanx) hanya diukur fleksi dan ekstensi.

2.2.6.3 Pemeriksaan Radiologis:

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun

demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi

fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya

17

Page 18: Fraktur Humerus Sinistra

kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum

dilakukan pemeriksaan radiologis.

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

1. Dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan lateral

2. Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di proximal dan distal sendi yang

mengalami fraktur

3. Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua anggota gerak

terutama pada fraktur epifisis

4. Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah tulang.

Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan

tulang belakang

5. Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto pertama

biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.

Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan

apakah fraktur terbuka/tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi juga

mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri.

2.2.6.4 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium meliputi:

1. Pemeriksaan darah rutin untuk mengenai keadaan umum, infeksi akut/menahun

2. atas indikasi tertentu: diperlukan pemeriksaan kimia darah, reaksi imunologi, fungsi

hati/ginjal

3. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan sensitivity test

2.2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara umum:

1. Bila terjadi trauma, dilakukan primary survey terlebih dahulu.

2. Sebelum penderita diangkut, pasang bidai untuk mengurangi nyeri, mencegah

(bertambahnya) kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya kedudukan fraktur. Bila tidak

18

Page 19: Fraktur Humerus Sinistra

terdapat bahan untuk bidai, maka bila lesi di anggota gerak bagian atas untuk sementara

anggota yang sakit dibebatkan ke badan penderita

Pilihan adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan

pengobatan fraktur yaitu mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat

mungkin.

1. Fraktur proksimal humeri

Pada fraktur impaksi tidak diperlukan tindakan reposisi. Lengan yang cedera diistirahatkan

dengan memakai gendongan (sling) selama 6 minggu. Selama waktu itu penderita dilatih

untuk menggerakkan sendi bahu berputar sambil membongkokkan badan meniru gerakan

bandul (pendulum exercise). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kekakuan sendi.

Pada penderita dewasa bila terjadi dislokasi abduksi dilakukan reposisi dan dimobilisasi

dengan gips spica, posisi lengan dalam abduksi (shoulder spica).

2. Fraktur shaft humeri

Pada fraktur humerus dengan garis patah transversal, apabila terjadi dislokasi kedua

fragmennya dapat dilakukan reposisi tertutup dalam narkose. Bila kedudukn sudah cukup

baik, dilakukan imobilisasi dengan gips berupa U slab (sugar tong splint). Immobilisasi

dipertahankan selama 6 minggu.

Teknik pemasangan gips yang lain yaitu dengan hanging cast. hanging cast terutama dipakai

pada pnderita yang dapat berjalan dengan posisi fragmen distal dan proksimal terjadi

contractionum (pemendekan).

Apabila pada fraktur humerus ini disertai komplikasi cedera n.Radialis, harus dilakukan open

reduksi dan internal fiksasi dengan plate-screw untuk humerus disertai eksplorasi n. Radialis.

Bila ditemukan n. Radialis putus (neurotmesis) dilakukan penyambungan kembali dengan

teknik bedah mikro. Kalau ditemukan hanya neuropraksia atau aksonotmesis cukup dengan

konservatif akan baik kembali dalam waktu beberapa minggu hingga 3 bulan.

3. Fraktur suprakondiler humeri

Jika pembengkakan tak hebat dapat dilakukan reposisi dalam narkose umum. Setelah

tereposisi, posisi siku dibuat fleksi diteruskan sampai a.Radialis mulai tak teraba. Kemudian

diekstensi siku sedikit untuk memastikan a.Radialis teraba lagi. Dalam posisi fleksi maksimal

ini dilakukan imobilisasi dengan gips spal. Posisi fleksi maksimal dipindahkan karena

penting untuk menegangkan otot trisep yang berfungsi sebagai internal splint.

19

Page 20: Fraktur Humerus Sinistra

Kalau dalam pengontrolan dengan radiologi hasilnya sangat baik gips dapat dipertahankan

dalam waktu 3-6 minggu. Kalau dalam pengontrolan pasca reposisi ditemukan tanda

Volkmann’s iskaemik secepatnya posisi siku diletakkan dalam ekstensi, untuk

immobilisasinya diganti dengan skin traksi dengan sistem Dunlop.

Pada penderita dewasa kebanyakan patah di daerah suprakondiler garis patahnya berbentuk T

atau Y, yang membelah sendi untuk menanggulangi hal ini lebih baik dilakukan tindakan

operasi dengan pemasangan internal fiksasi.

4. Fraktur transkondiler humeri

Terapi konservatif diindikasikan pada fraktur dengan dislokasi minimal atau tanpa dislokasi.

Tindakan yang paling baik dengan melakukan operasi reposisi terbuka dan dipasang fiksasi

interna dengan plate-screw.

5. Fraktur interkondiler humeri

Bila dilakukan tindakan konservatif berupa reposisi dengan immobilisasi dengan gips

sirkuler akan timbul komplikasi berupa kekakuan sendi (ankilosis). Untuk mengatasi hal

tersebut dilakukan tindakan operasi reduksi dengan pemasangan internal fiksasi dengan

plate-screw.

6. Fraktur kondilus lateral & medial humeri

Jika frakturnya tertutup dapat dilakukan reposisi tertutup, kemudian dilakukan imbolisasi

dengan gips sirkular. Bila hasilnya kurang baik, perlu dilakukan tindakan operasi reposisi

terbuka dan dipasang fiksasi interna dengan plate-screw. Kalau lukanya terbuka dilakukan

debridement dan dilakukan fiksasi luar.

2.2.8 Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi:

1. Kekakuan sendi bahu (ankilosis). Lesi pada n.Sirkumfleksi aksilaris menyebabkan paralisis

m.Deltoid.

2. Apabila pada fraktur medial humerus disertai komplikasi cedera n.Radialis, harus dilakukan

operasi reduksi dan internal fiksasi dengan plate screw untuk humerus disertai eksplorasi

n.Radialis.

20

Page 21: Fraktur Humerus Sinistra

3. Sindroma kompartemen yang biasa disebut dalam 5 P (Pain, Pallor, Pulselesness,

Paraesthesia, Paralysis), terjepitnya a. Brakhialis yang akan menyebabkan nekrosis otot-otot

dan saraf.

4. Mal union cubiti varus (carrying angle berubah) dimana siku berbentuk O, secara fungis

baik, tapi kosmetik kurang baik. Perlu dilakukan koreksi dengan operasi meluruskan siku

dengan teknik French osteotomy.

21

Page 22: Fraktur Humerus Sinistra

DAFTAR PUSTAKA

Rasjad, C., dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC, 2010, Bab 42; Sistem

Muskuloskeletal.

Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone, 2007, Bab. 14;

Trauma.

22