forensik serologi

32
1. Bab I Bab I Pendahuluan Tingginya tingkat kriminalitas saat ini menyebabkan tingginya permintaan visum. Hal ini menjadi perhatian kita sebagai dokter umum karena walaupun permintaan visum biasanya diajukan kepada rumah sakit besar baik umum maupun swasta, tidak menutup kemungkinan permintaan visum diajukan kepada kita sebagai dokter umum pada saat kita melakukan tugas PTT di suatu daerah. Untuk itu sebagai dokter umum kita wajib dapat melakukan visum dan membuat laporannya melalui Visum et Repertum. Dalam setiap melakukan visum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memperjelas dan membuktikan kebenaran suatu kasus. Karena sebenarnya, pada setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal, seperti yang dipergunakan oleh seorang ahli hukum kenamaan Italia yang bernama E. Ferri, 1859-1927, bahwa ada yang dinamakan ”saksi diam” yang terdiri antara lain atas : 1. Benda atau tubuh manusia yang telah mengalami kekerasan. 2. Senjata atau alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan. 1

Upload: alvina-rusli

Post on 09-Feb-2016

487 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: Forensik Serologi

1. Bab IBab I

Pendahuluan

Tingginya tingkat kriminalitas saat ini menyebabkan tingginya permintaan

visum. Hal ini menjadi perhatian kita sebagai dokter umum karena walaupun

permintaan visum biasanya diajukan kepada rumah sakit besar baik umum

maupun swasta, tidak menutup kemungkinan permintaan visum diajukan kepada

kita sebagai dokter umum pada saat kita melakukan tugas PTT di suatu daerah.

Untuk itu sebagai dokter umum kita wajib dapat melakukan visum dan membuat

laporannya melalui Visum et Repertum.

Dalam setiap melakukan visum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang

untuk memperjelas dan membuktikan kebenaran suatu kasus. Karena

sebenarnya, pada setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang

tertinggal, seperti yang dipergunakan oleh seorang ahli hukum kenamaan Italia

yang bernama E. Ferri, 1859-1927, bahwa ada yang dinamakan ”saksi diam”

yang terdiri antara lain atas :

1. Benda atau tubuh manusia yang telah mengalami kekerasan.

2. Senjata atau alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan.

3. Jejak atau bekas yang ditinggalkan oleh si penjahat pada tempat

kejadian.

4. Benda-benda yang terbawa oleh si penjahat baik yang berasal dari

benda atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan maupun

yang berasal dari tempat kejadian.

5. Benda-benda yang tertinggal pada benda atau tubuh manusia yang

mengalami kekerasan atau ditempat kejadian yang berasal dari alat

atau senjata yang dipakai ataupun berasal dari si penjahat sendiri.

(10)

1

Page 2: Forensik Serologi

Bila ”saksi diam” tersebut diteliti dengan memanfaatkan berbagai macam

ilmu forensik (forensik sciences) maka tidak mustahil kejahatan tersebut akan

dapat terungkap dan bahkan korban yang sudah membusuk atau hangus serta

pelakunya akan dapat dikenali.

Sebagai contoh, pada kasus infantisida, untuk kepentingan pengadilan

perlu diketahui apakah bayi tersebut lahir hidup kemudian meninggal karena

pembunuhan atau memang lahir mati, dengan mudah dapat kita ketahui dengan

melakukan pemeriksaan hidrostatik, dimana bila jaringan paru yang dicelupkan

ke dalam air tawar tersebut mengapung maka bayi tersebut dilahirkan dalam

keadaan hidup3.

Oleh sebab itu, pemeriksaan penunjang khususnya pemeriksaan

laboratorium sederhana menjadi sangat dibutuhkan keberadaannya. Dalam

membantu kita sebagai si pembuat visum untuk memperjelas suatu kasus

kejadian kejahatan, karena dengan mengetahui secara pasti pemeriksaan

penunjang laboratorium sederhana apa saja yang dapat dilakukan dalam kasus-

kasus tertentu, apa yang kita lakukan menjadi tepat guna. Sehingga dapat

membantu terungkapnya kebenaran yang sesungguhnya akan suatu kasus

kejadian kejahatan seperti moto yang berlaku dalam forensik bahwa ”melalui

visum, barang/ benda yang tidak bernyawa dan tidak bergerak dapat dibuat

berbicara oleh para dokter yang melakukan visum melalui Visum et Repertum3.

Forensik serologi adalah ilmu yang digunakan untuk menjawab sejumlah

pertanyaan yang berbeda ketika darah ditemukan di TKP. Tes pertama yang

dilakukan adalah untuk menentukan apakah sesuatu benar-benar darah, dan

kemudian untuk menentukan apakah itu darah manusia. Tes juga dilakukan

untuk menentukan golongan darah dan faktor Rh, dan untuk mencari tahu yang

antigen dan antibodi yang hadir5.

Darah adalah bahan yang paling penting untuk bukti pada peristiwa

kriminal dewasa ini. Diantara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang

paling penting karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial

lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu5.

2

Page 3: Forensik Serologi

Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk

membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak

darah yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara) pada obyek-obyek

tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata, dan sebagainya), manusia dan

pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan.2

Darah sangat penting untuk tersangka maupun korban dari suatu

kejahatan. Pewarnaan darah akan dapat menceritakan mengenai posisi dan

tindak suatu peristiwa kejahatan/pembunuhan. Siapa yang membunuh dan siapa

yang memulai. Pelaku tindak kriminal berusaha menutupi dengan jalan

menghilangkan tanda bukti yaitu dengan membersihkan darah dan

menghilangkan jejak 2.

Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang

paling sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali

tercecer pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap

bercak darah ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil 3.

Bercak darah yang terdapat pada objek-objek di sekitar korban sering kali

disamarkan oleh pelaku. Objek yang paling sering adalah baju korban,seringkali

pelaku kejahatan menghilangkan barang bukti berupa darah tersebut dengan

berbagai cara antara lain : membuang baju korban, mencuci baju korban dengan

tujuan untuk menghilangkan bercak darah yang ada, sehingga pada saat dilihat

tidak akan diketahui adanya darah. 2

Tujuan Umum

- Mengetahui pemeriksaan darah pada serologi forensik.

Tujuan Khusus

- Mengetahui pengertian serologi forensik.

- Mengetahui komponen darah.

- Mengetahui berbagai macam golongan darah.

- Mengetahui pemeriksaan darah untuk kasus kriminal.

3

Page 4: Forensik Serologi

2. Bab II

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1.Pengertian Serologi Forensik

Forensik serologi adalah studi dan pemeriksaan yang bertujuan untuk

menganalisis darah dan cairan tubuh dalam berbagai tindak pidana. Ilmu

serologi memungkinkan para ilmuwan forensik untuk membedakan cairan tubuh

yang ditemui di tempat kejadian dan kemudian melakukan berbagai tes untuk

mengidentifikasi darimana cairan ini berasal1. Meskipun analisis DNA dan sidik

jari adalah lebih akurat untuk mengidentifikasi seorang individu, namun

pemeriksaan serologi dapat dilakukan dengan cepat dan murah disamping

memberikan data akurat5.

Terdapat banyak jenis cairan yang dihasilkan dalam tubuh manusia dan

tetap ada didalam tubuh pada setiap waktu. Cairan ini sangat berguna untuk

membantu ahli forensik dan ahli patologi dalam mengumpulkan bukti,

menentukan bagaimana kematian seseorang dapat terjadi, dan dapat juga

mengidentifikasi pelaku tindak pidana2.

2.2.Darah

Darah adalah cairan serologis yang terdiri dari beberapa jenis sel

disuspensikan dalam larutan berair asin yang disebut plasma.(Jika seseorang

menganggap bahwa organisme hidup seperti manusia telah berevolusi dari

spesies awalnya hidup dan bernapas dalam air laut, maka orang mungkin

menduga bahwa larutan garam dari plasma darah adalah cara tubuh internalisasi

air laut dan hidup di tanah kering)5.

Warna darah berasal dari sel-sel darah merah (RBC) atau eritrosit

(partikel berbentuk disk ditampilkan di atas). Sel darah merah membuat sekitar

4

Page 5: Forensik Serologi

40% dari darah (berdasarkan volume). Hal ini mudah terlihat dalam tes

sentrifugal sederhana. Setiap sel darah merah diisi dengan hemoglobin, protein

yang membawa oksigen ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari

jaringan5.

Hemoglobin mengangkut oksigen dengan menggunakan heme, sebuah

cincin seperti besar molekul yang memiliki pusatnya atom tunggal dari besi (Fe),

yang adalah apa yang sebenarnya mengikat oksigen untuk membentuk besi

(hydr) kompleks oksida. Properti kimia heme yang memberikan kemampuan ini

dalam ikatan kovalen banyak ganda yang membentuk cincin. Ini ikatan ganda

dapat digeser ke dalam banyak berbeda "resonansi" konfigurasi.Hal ini

memungkinkan untuk oksigen lebih banyak untuk dilakukandibandingkan jika

hanya larut dalam darah5.

Rata-rata, jumlah darah adalah 8% dari total berat badan dimana 5

sampai 6 liter darah untuk pria dan 4 sampai 5 liter darah untuk wanita.

Hilangnya volume darah sebanyak 40% dari berat tubuh akan menyebabkan

syok yang bersifat ireversibel dan berujung pada kematian5.

Ada berbagai sel ditemukan dalam darah. Sel darah putih ('berbulu'

partikel berbentuk bola yang ditampilkan di atas) misalnya, adalah instrumental

dalam sistem kekebalan tubuh dengan memproduksi antibodi untuk membela

terhadap perangkat lunak berbahaya pembawa penyakit bakteri, virus, atau

jamur.Trombosit adalah fragmen sel darah putih (juga ditampilkan di atas) yang

membantu pembekuan darah menjumlahkan dan membentuk serat dalam

pembukaan luka yang memerangkap sel-sel darah merah untuk membentuk

keropeng5.

Dimana seorang ilmuwan (imunolog) tertarik untuk mempelajari sel darah

putih, sedangkan seorang ahli forensik tertarik pada sel darah merah. Pada

serum, seorang analisis dapat membedakan antara darah yang segar dan darah

yang sudah beberapa menit kontak dengan udara luar. Dalam serum juga

ditemukan Antibodi, yang penting untuk pemeriksan forensik. Pada sel darah

5

Page 6: Forensik Serologi

merah, analis dapat memeriksa suatu substansi yang terdapat pada permukaan

sel yaitu antigen yang sangat penting untuk pemeriksaan forensik5.

Pada hukum forensik, darah selalu dijadikan sebagai barang bukti, tetapi

kekuatan barang bukti adalah tipe golongan darah individu. Sampai sekarang

serologic forensik dapat dijadikan barang bukti yang kuat untuk memperkirakan

hubungan antara orang tertentu dengan orang lain. Bahkan pada kembar identik

mungkin mempunyai DNA profil yang sama, tetapi profil antibodinya berbeda5.

2.2.1. Komponen Darah

Darah sedikit bersifat alkali terdiri dari 55% cairan (plasma, serum)

dan 40% padat (sel, fibrin). Darah mengandumg sir, sel, enzim protein,

dan substansi organic yang bersirkulasi ke seluruh system vaskuler

(pembuluh darah), membawa bahan nutrisi, dan menyalurkan oksigen

serta bahan sisa untuk dibuang. Cairan darah terdiri dari plasma yang

sebagian besar adalah air dan serum yang berwarna kekuningan yang

merupakan cairan mengandung zat beku darah. Bahan padatan terdiri

dari sel darah merah dan sel darah putih, dimana seorang

ilmuwan/imunolog tertarik untuk mempelajari sel darah putih, sedangkan

seorang ahli forensik tertarik pada sel darah merah. Pada serum, seorang

analisi dapat membedakan antara darah yang segar dan darah yang

beberapa menit kontak dengan udara luar. Dalam serum juga ditemukan

antibodi, yang penting untuk pemeriksaan forensik. Pada sel darah merah,

analis dapat memeriksa substansi yang terdapat pada permukaan sel

yaitu antigen yang sangat penting untuk pemeriksaan forensik5.

2.2.2. Golongan Darah

Pada hukum forensik, darah selalu dijadikan sebagai barang bukti,

tetapi kekuatan barang bukti adalah tipe golongan darah individu. Sampai

sekarang serologi forensik dapat dijadikan barang bukti yang kuat umtuk

memperkirakan hubungan antara orang tertentu dengan orang lain.

Bahkan pada orang yang kembar identik mungkin mempunyai DNA profile

yang sama tetapi profil antibodinya berbeda5.

6

Page 7: Forensik Serologi

Tipe golongan darah yang disebut tipe A-B-O, telah ditemukan

tahun 1901. Beberapa tahun kemudian pada tahun 1937, reaksi antigen-

antibodi dalam darah ditemukan, dimana yang sering ditemukan adalah

factor ABH, Mn, Rh, dan Gm (diantara lebih dari 100 antigen yang ada).

Kebanyakan orang hanya mengenal faktor Rh (rhesus factor), yang

secara teknis disebut D-Antigen. Ada lebih dari 256 antigen dan 23 sistem

penggolongan darah yang diasarkan pada antigen tersebut. Antigen

adalah struktur kimia yang melekat pada permukaan sel darah merah.

Sedangkan Antibodi adalah protein yang mengambang pada cairan darah

(terutama serum yang berhubungan dengan factor clothing / pembeku

darah). Karena suatu individu kadang terkena alergi atau infeksi oleh agen

penyakit (TB, smallpox, dan hepatitis), sehingga substansi tersebut aktif

melawannya. Prinsip dasar dari serologi adalah setiap ada antigen akan

terbentuk Antibodi yang spesifik. Sehingga dengan demikian” semua

golongan darah didefinisikan sebagai antigen pada sel darah merahnya

dan ada Antibodi terhadap antigen tersebut dalam serumnya”5.

Table 1. golongan darah, antigen, dan antibodinya.

Golongan

darah

Antigen dalam sel

darah merahAntibodi dalam serum

A

B

AB

O

A

B

AB

O

Anti-B

Anti-A

Bukan anti-A atau anti –B

Anti-A atau anti–B

Pada table diatas terlihat bahwa darah golongan A akan

teraglutinasi oleh serum anti-A, golongan B teraglutinasi serum anti-B,

golongan darah AB akan teraglutinasi oleh anti-A dan anti-B. Persentasi

jumlah populasi penduduk dunia sangat berpengaruh terhadap ras dan

7

Page 8: Forensik Serologi

variasi geografis. Secara normal, jumlah persentasi tersebut sebagai

berikut5:

Table 2. Persentase jumlah penduduk yang mempunyai golongan darah A, B, AB,

O

O A B AB

43-45%

O+39%

O-6%

40-42%

A+35%

A-5%

10-12%

B+8%

B-2%

3-5%

AB+4%

AB-1%

Diantara ras/suku bangsa golongan A adalah paling banyak

ditemukan pada ras kaukasia, golongan B paling banyak pada ras Asia

dan Afrika. Tetapi yang paling sering dijadikan pegangan adalah distribusi

dari komponen Rhesus (Rh), yang diekspresikan dalam bentuk (+) dan (-)

yang ada pada setiap golongan darah dalam bentuk angka5.

8

Page 9: Forensik Serologi

3. Bab III

Bab III

Pembahasan

3.1.Pemeriksaan Darah

Darah segar mempunyai nilai yang lebih penting daripada darah kering,

karena uji darah segar dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Darah akan

mongering setelak kontak dengan udara luar dalam waktu 3-5 menit. Begitu

darah mongering maka darah akan berubah warna dari merah menjadai coklat

kehitaman. Darah pada kasus kriminal dapat berbentuk genangan darah,

tetesan, usapan atau bentuk kerak. Dari genangan darah akan diperoleh nilai

yang lebih baik untuk mendapatkan darah segar. Tetesan darah akan dapat

diperkirakan jatuhnya darah dari ketinggian seberapa dan sudut seberapa. Ilmu

forensic mengenai analisis percikan darah dapat menduga bahwa jatuhnya

darah tegak lurus ke lantai dan dalam jarak 0-2 feet akan membentuk percikan

bulat dengan pinggir bergerigi. Usapan darah pada lantai atau dinding akan

dapat menunjukkan arah usapan, biasanya pada awal usapan adalah bentuk

yang besar dan kemudian mengecil pada akhir usapan. Kerak darah yang kering

harus diuji dengan tes kristalin untuk menentukan darah tersebut benar darah

atau bukan5.

Karakteristik utama dari darah ialah hemoglobin, tes-tes yang dilakukan

dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan hemoglobin atau

komponen-komponen yang ada di dalamnya. Hemoglobin merupakan protein

yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan seluruh tubuh.

Hemoglobin terdiri atas heme yang mengangkut oksigen dan globin komponen

protein. Tes yang dilakukan di forensik untuk identifikasi darah sebenarnya

mendeteksi keberadaan dari heme. Digunakan beberapa substansi berwarna

tertentu yang bila dicampur dengan peroksida akan merubah warna dasarnya

yang disebut oksidasi. Kebanyakan enzim umumnya akan mempercepat reaksi.

9

Page 10: Forensik Serologi

Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi dan heme berfungsi sebagai

katalis1.

Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu

identifikasi pemilik darah tersebut. Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang

lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus dapat memastikan apakah bercak

berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan guna

menentukan 1:

a. Bercak tersebut benar darah

b. Darah dari manusia atau hewan

c. Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia

Untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan diatas, harus dilakukan

pemeriksaan laboratorium sebagai berikut 1:

1. Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test)

2. Pemeriksaan Meyakinkan/Test Konfirmasi PadaDarah

3.1.1. Bentuk bercak darah

Untuk mengenal dan melakukan interpretasi dari bentuk bercak darah

hanya dapat diperoleh dari pengalaman melakukan pemeriksaan yang teliti di

tempat kejadian perkara. Dengan mempelajari gambaran dari tetesan, percikan

atau hapusan darah pada suatu tempat keterangan yang sangat berharga dapat

diperoleh sehubungan dengan sifat-sifat suatu trauma. Pada umumnya kita

bedakan 2 bentuk dasar bercak darah 1:

Bercak darah yang terjadi pada tempat yang berhubungan erat dengan

bagian tubuh darimana, darah keluar. Ini penting untuk pemeriksaan

dactyroscopi, pemeriksaan bekas-bekas tapak kaki (voetpoor)1.

Bercak darah yang terjadi setelah darah dari jarak tertentu jatuh pada

suatu tempat1.

10

Page 11: Forensik Serologi

3.1.2. Apakah bercak itu darah?

Haemoglobin adalah suatu konjugate protein dan terdiri atas dua baglan:

protein molekule ialah globin dan suatu nonprotein molekul ialah hematin yang

mengandung besi. Haemoglobin secara hydrolise dengan asam lemah atau

alkali dapat diuraikan menjadi kedua bagian tersebut diatas1.

Derivat-derivat haemoglobin yang perlu diketahui :

Haematin adalah derivat haemoglobin yang terdapat didalam

bercak darah yang sudah lama berwarna coklat tak larut dalam air.

Dapat dibuat kristal yang dinamakan haemin. Haemin terbentuk

karena haemoglobin diuraikan oleh asam lambung1.

Methaernoglobin: mudah larut dalam air, merah coklat terjadi bila

darah kena hawa dan sinar dan pada keracunan dengan oxalic

acid, aniline, amyl nitrit1.

Haemochromgen: reduced alkalin haematin, warna merah, tejadi

bila oxy Hb dicampur dengan suatu reducing agent dan alkali.

Spectrumnya sangat khas dan adalah terbaik dari semua spectra

darah untuk diagnosa1.

Haematoporphirin: tidak larut air. Terjadi bila darah dicampur

dengan asam atau basa kuat. Terdapat dalam bentuk asam dan

alkali dengan spectrum yang berlainan. Sangat berguna untuk

membuktikan adanya darah dimana bercak-bercak darah telah

bercampur dengan bahan-bahan lain1.

Untuk menentukan apakah suatu noda merupakan bercak darah atau

bukan adalah dengan menggunakan tes presumtif. Tes ini memberikan dua hasil

pemeriksaan yang berbeda yaitu mengeliminasi substansi yang didapat (bukan

darah), memberikan kemungkinan (positif presumtif) dari sampel yang diteskan

(mungkin darah). Salah satu adalah dengan menggunakan senyawa yang dapat

memberikan efek ketika bersentuhan dengan darah. Hasil ini adalah cara

11

Page 12: Forensik Serologi

sederhana dan cepat untuk membuktikan bahwa sebenarnya sampel tersebut

adalah darah1.

Tes presumtif merupakan tes dugaan karena adanya memberikan

kemungkinan hasil yang false-positive (pemutih yang bereaksi dengan luminol)

atau hasilnya yang terlalu meluas (sampel adalah darah tetapi belum tentu

berasal dari manusia). Tes presumtif yang umum dilakukan untuk darah antara

lain Phenolphthalein, Luminol, Hemastix, and Leuco-crystal Violet (blood)4.

Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk membedakan

apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang

hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut4.

Prinsip pemeriksaan penyaringan:

H2O2 ——> H2O + On

Reagen —-> perubahan warna (teroksidasi)

Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan reaksi

benzidine dan reaksi fenoftalin. Reagen dalam reaksi benzidine adalah larutan

jenuh Kristal Benzidin dalam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenoftalin

digunakan reagen yang dibuat dari Fenolftalein 2g + 100 ml NaOH 20% dan

dipanaskan dengan biji-biji zinc sehingga terbentuk fenolftalein yang tidak

berwarna4.

Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga

perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil negative pada kedua

reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah4.

Tes ini didasarkan bahwa heme dapat mengkatalisis hidrogen peroksida.

Cairan H2O2 direaksikan dengan sampel dan akan terjadi reaksi teroksidasi yang

menghasilkan perubahan warna. Penting untuk dicatat bahwa hasil tes yang

positif tidak berarti bahwa noda tersebut atau sampel adalah darah, apalagi

untuk menentukan dengan pasti sampel adalah darah manusia, karena berbagai

enzim dan logam tertentu juga bisa memberikan hasil positif4.

12

Page 13: Forensik Serologi

Metode ini didasarkan bahwa heme dari hemoglobin memiliki sifat seperti

peroksida yang mengkatalis pemecahan hidrogen peroksida. Zat yang

teroksidasi ini dapat bereaksi dengan substrat lainnya yang akan menghasilkan

perubahan warna. Substrat yang umum digunakan adalah benzidin dan bahan

lainnya seperti tetramethyl-benzidines, orto-tolidine, leukomalachite hijau,

leucocrystal ungu dan fenolftalein - yang terakhir ini dikenal sebagai tes Kastle-

Meyer. Reaksi dengan 3-aminophthalhydrazide (Luminol) yang menghasilkan

cahaya4.

Tes katalitik sangat sensitif (darah dapat dideteksi dengan pengenceran

sekitar 1 di 100.000), tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat memberikan

interpretasi hasil yang salah sehingga tes ini tidak spesifik untuk darah. Zat yang

dapat mengganggu hasil yang diinginkan pada tes katalitik termasuk enzim

seperti katalase dan peroksidase (dapat ditemukan pada tanaman dan hewan),

bahan kimia dan logam yang teroksidasi khususnya tembaga dan besi4.

Ketika hasil diinterpretasikan harus lebih teliti, terutama ketika pengujian

dilakukan luar ruangan, di mana banyak jenis bahan tanaman yang dapat

ditemukan, atau pengujian di kendaraan, di mana permukaan logam dapat

mengganggu4. Prinsip umum adalah bahwa jika tes adalah negatif, darah tidak

ada, tapi jika tes ini positif maka sampel kemungkinan adalah darah tetapi tidak

pasti. Untuk alasan ini tes sering digambarkan sebagai tes "dugaan"4.

1. Reaksi Benzidine (Test Adler)

Dulu Benzidine test pada forensic banyak dilakukan oleh Adlers

(1904). Tes Benzidine atau Test Adler lebih sering digunakan

dibandingkan dengan tes tunggal pada identifikasi darah lainnya. Karena

merupakan pemeriksaan yang paling baik yang telah lama dilakukan.

Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup bermakna. Jika

ternyata hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu untuk melakukan

pemeriksaan lainnya4.

Cara pemeriksaan reaksi Benzidin:

13

Page 14: Forensik Serologi

Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai

kemudian diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen Benzidin.

Hasil:

Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap

pada kertas saring.

2. Reaksi Phenolphtalein (Kastle – Meyer Test)

Prosedur test identifikasi yang sekarang ini, mulai banyak

menggunakan Phenolphtalein. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kastle

(1901,1906), zat ini menghasilkan warna merah jambu terang saat

digunakan pada test identifikasi darah. Konfirmasi noda terlihat

menggunakan Kastle-Meyer tes. Di mana reagen mendeteksi berada

dalam bergerak bentuk cara melakukannya yaitu dengan menggosok

lembut pada noda dan basah. Hasilnya langsung terlihat dari perubahan

warna, dari kuning pucat ke biru kehijauan yang intens menunjukkan

kemungkinan adanya darah. Tes ini sangat sensitif tetapi karena cara itu

sudah diatur tidak mudah dimodifikasi untuk memeriksa untuk gangguan

mungkin4.

Pada uji Kastle-Meyer yang fenolftalein disimpan dalam larutan

basa yang didalamnya terdapat seng, larutan ini tidak berwarna. Oksidasi

dengan hemoglobin dan peroksida menyebabkan perubahan warna yang

cepat menjadi merah muda terang, Awalnya tes dilakukan dalam satu

langkah, tapi banyaknya gangguan potensial dapat dihilangkan dengan

melakukan tes dalam dua langkah4.

Dalam bentuk asli, sejumlah kecil reagen Kastle-Meyer yang telah

dipersiapkan dicampur dengan etanol 95% (volume sama) dan 10%

larutan hydrogen peroksida. Noda yang dicuragai darah kemudian digosok

dengan sepotong kecil kertas filter dan ditambahkan setetes campuran

pereaksi ke kertas. Perubahan warna menjadi merah muda merupakan

indikasi dari adanya hemoglobin, yang telah dikatalisis pemecahan

14

Page 15: Forensik Serologi

hidrogen peroksida. Namun, yang digunakan dalam formulir ini, tes akan

memberikan hasil yang tampaknya positif dengan bahan pengoksidasi

lainnya. Dalam versi pengujian dua langkah, reagen Kastle-Meyer hanya

dicampur dengan etanol 95% (volume sama). Larutan ditambahkan ke

noda pada kertas filter. Jika warna pink atau warna merah langsung

berubah, yaitu tanpa penambahan hidrogen peroksida4.

Cara Pemeriksaan reaksi Fenolftalein:

Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai

langsung diteteskan reagen fenolftalein.

Hasil:

Hasil positif pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah

muda pada kertas saring.

A. B.

Gambar 2. A. Warna pink menunjukkan aktivitas dari hemolisis dan

fenolftalin,menunjukkan hasil positif. B. tidak terdapat darah pada sampel, tidak

tampak hemolisis

peroksida dan perubahan warna, hasil tes negatif

3.1.3. Deteksi dan identifikasi bercak darah

Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah

darah maka dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan

meyakinkan darah berdasarkan terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin)

dan hemokhromogen2.

15

Page 16: Forensik Serologi

Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk

memastikan bercak darah tersebut benar berasal dari manusia, yaitu :

1. Cara kimiawi

Terdapat dua macam tes yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa

yang diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-kristal

hemoglobin yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskopik.

Tes tersebut antara lain tes Teichmann dan tes Takayama4.

a. Test Teichman (Tes kristal haemin)

Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan

memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial dan chloride

untuk membentuk derivate hematin. Kristal yang terbentuk kemudian

diamati di bawah mikroskop, biasanya Kristal muncul dalam bentuk belah-

belah ketupat dan berwarna coklat4.

Cara pemeriksaan:

Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan

1butir kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan

kaca penutup dan dipanaskan.

Hasil:

Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang

berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik.

(1)

Kesulitan :

Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu

panas atau terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada

sampel.

b. Test Takayama (Tes kristal B Hemokromogen)

16

Page 17: Forensik Serologi

Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan menggunakan

pyridine dibawah kondisi basa dengan tambahan sedikit gula seperti

glukosa, Kristal pyridine ferroprotoporphyrin atau hemokromogen akan

terbentuk4.

Cara kerja:

Tempatkan sejumlah kecil sampel yang berasal dari bercak pada

gelas objek dan biarkan reagen takayama mengalir dan bercampur

dengan sampel. Setelah fase dipanaskan, lihat di bawah mikroskop.

Hasil :

Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna

merah jambu yang terlihat dengan mikroskopik.

Gambar 10. Tes Takayama positif membentuk Kristal yang dapat dilihatdibawah

mikroskop

Kelebihan:

Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak

yang sudah lama dan juga dapat memunculkan noda darah yang

menempel pada baju. Selain itu test ini juga memunculkan hasil

positif pada sampel yang mempunyai hasil negative pada test

Teichmann.

Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk

memastikan bercak tersebut berasal dari darah, yaitu :

17

Page 18: Forensik Serologi

c. Pemeriksaan Wagenaar

Cara pemeriksaan:

Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan

juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara

kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat.

Kemudian pada satu sisi diteteskan aseton dan pada sisi lain di tetes

kan HCL encer, kemudian dipanaskan.

Hasil:

Hasil positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk batang

berwarna coklat. Hasil negative selain menyatakan bahwa bercak

tersebut bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan

terhadap bercak darah yang struktur kimiawinya telah rusak,

misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan

sebagainya.

2. Cara serologik

Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan golongan

darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human

globulin) serta terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan

darah tertentu2.

Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah)

dengan Antibodi (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi

aglutinasi2.

a. Test Presipitin Cincin

Test Presipitin Cincin menggunakan metode pemusingan sederhana

antara dua cairan didalam tube. Dua cairan tersebut adalah antiserum dan

ekstrak dari bercak darah yang diminta untuk diperiksa4.

Cara pemeriksaan :

18

Page 19: Forensik Serologi

Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak

bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi

antiserum. Biarkan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam.

Pemisahan antara antigen dan Antibodi akan mulai berdifusi ke

lapisan lain pada perbatasan kedua cairan4.

Hasil:

Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada bagian

antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari

manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.

b. Reaksi presipitasi dalam agar.

Cara pemeriksaan :

Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak,

dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras,

dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang

dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis. Masukkan serum anti-globulin

manusia ke lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai

derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan gelas

obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber) pada temperature

ruang selama satu malam4.

Hasil :

Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang

tengah dan lubang tepi. Pembuatan agar buffer : 1 gram agar; 50 ml

larutan buffer Veronal pH 8.6; 50 ml aqua dest; 100 mg. Sodium

Azide. Kesemuanya dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,

tempatkan dalam penangas air mendidih sampai terbentuk agar cair.

3. Pemeriksaan Mikroskopik

19

Page 20: Forensik Serologi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel darah merah.

Cara pemeriksaan :

Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca

obyek kemudian ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, dan ditutup

dengan kaca penutup, lihat dibawah mikroskop. Cara lain, dengan

membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa.

Hasil :

Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat

menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia

mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti,

sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips dan tidak berinti

Bila terlihat adanya drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapat

dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.

Kelebihan:

Dapat terlihatnya sel –sel leukosit berinti banyak. Dapat terlihat

adanya drum stick pada pemeriksaan darah seorang wanita.

20

Page 21: Forensik Serologi

Bab IV

Kesimpulan

Ketika noda merah ditemukan pada tempat kejadian perkara, maka noda

tersebut dapat dicurigai sebagai darah dan barang bukti. Untuk membuktikan

apakah sampel tersebut adalah darah, maka dapat dilakukan beberapa tes4.

Tes-tes yang dilakukan dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan

hemoglobin atau komponen-komponen yang ada di dalamnya. Hemoglobin

terdiri atas heme yangmengangkut oksigen dan globin komponen protein. Tes

yang dilakukan di forensik untuk identifikasi darah sebenarnya mendeteksi

keberadaan dari heme. Digunakan beberapa substansi berwarna tertentu yang

bila dicampur dengan peroksida akan merubah warna dasarnya yang disebut

oksidasi. Kebanyakan enzim umumnya akanmempercepat reaksi. Enzim adalah

katalis yang mempercepat reaksi dan heme berfungsi sebagai katalis.

Tes pertama adalah tes presumtif yang bertujuan menyingkirkan

substansi lain selain darah, namun tes ini tidak dapat memastikan keberadaan

darah. Tes Kastel Meyer merupakan tes presumtif yang paling banyak dilakukan

dimana bila hasilnya positif maka akan menghasilkan warna pink. Luminol juga

merupakan tes presumtif yang sering digunakan. Terlebih luminol digunakan

untuk mendeteksi keberadaan noda darah yang sudah dihapus atau dicuci.

Luminisens atau pendaran biru yang akan dihasilkan bila luminol bereaksi

dengan hemoglobin dan dapat dilihat bila cahaya lampu dimatikan (ruangan

gelap).

Bila telah ditetapkan bahwa sampel tersebut mungkin adalah darah, maka

pengujian dilanjutkan untuk mengkonfirmasi, apakah darah tersebut berasal dari

manusia atau hewan4. Untuk itu dilakukan tes konfirmasi antara lain : tes

presipitasi dimana darah dapat diidentifikasi berasal dari manusia melalui reaksi

dengan antiserum tertentu untuk komponen darah manusia, RSID-darah yang

mendeteksi keberadaan glycophorin A yang khas pada manusia13 ataupun

ABAcard yang prinsipnya dimana hemoglobin manusia yang akan bereaksi

dengan antibodi monoklonal hemoglobin anti-human14.

21

Page 22: Forensik Serologi

Penentuan golongan darah dan rhesus dari sampel darah yang telah

dikonfirmasi berasal dari manusia, merupakan langkah selanjutnya yang

dilakukan untuk mempersempit pencarian.

Bila semua tes diatas telah dilakukan, maka uji DNA merupakan tahap

akhir yang lebih spesifik untuk menentukan kepemilikan dari noda darah

tersebut.

22

Page 23: Forensik Serologi

Daftar Pustaka

1. Kusuma, H. M. Soekry Erfan, Prof. Dr. dr. Med. Sp.F(K), DFM; Yudianto,

Ahmad, dr. Sp.F, SH, M.kes. 2008. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan

Medikolegal. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Darah Dan Golongan

Darah. P337 – 348.

2. Budiyanto, Arif, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

3. Idris, Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi

Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara.

4. Rustyadi, Dudut. 2009. Laboratorium Kedokteran Forensik Sederhana.

Catatan Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI.

5. Darmono. Serologi Forensik.

www.geocities.ws/kuliah_farm/farmasi_forensik/Serologi_forensic.doc.

Diakses Tanggal 2 November 2011

23