fix_dian abses mammae

Upload: dian-widyahandayani

Post on 11-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    1/23

    1

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    I.

    IDENTITAS

    Nama : Ny. S W

    Umur : 38 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Ds. Sukodono RT 06/02 Kec. Sukodono-Kendal

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Agama : Islam

    Tgl masuk RS : 22 Oktober 2013

    Bangsal : Flamboyan

    No.CM : 408569

    II. ANAMNESIS

    Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesis pada hari ke-3 dirawat di RS

    pukul 16.00 di Bangsal Flamboyan

    A. Keluhan Utama : Ruam di payudara kanan yang mengeluarkan nanah

    B. Riwayat Penyakit Sekarang :

    Lokasi : Payudara kanan

    Onset : bulan yang lalu

    Kualitas : sakit dan semakin membesar

    Kuantitas : terus menerus

    Kronologis :

    bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien merasakan terdapatwarna kemerahan yang melingkar di payudara kanan, diameter 5

    cm, terasa sakit dan badan terasa demam

    3 hari setelah muncul ruam, pasien memeriksakan diri ke

    puskesmas, didiagnosa denga peradangan payudara, oleh dokter

    puskesmas diberikan terapi selama 5 hari, tetapi keluhan belum

    membaik.

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    2/23

    2

    Setelah memeriksan diri ke puskesmas, pasien mengeluh keluhan

    belum membaik, benjolan semakin membesar dan terasa sangat sakit,

    demam yang terus menerus sepanjang hari.

    Pada tanggal 22 Oktober 2013, pasien datang ke IGD dengan keluhan

    benjolan pada payudara kanan, terasa sakit, badan terasa demam. Oleh

    dokter IGD diberikan terapi injeksi, dan benjolan memecah yang

    mengeluarkan nanah, mengalir terus menerus, banyaknya 3 gelas

    belimbing.

    Faktor modifikasi : sakit pada payudara kanan dirasakan terus menerus

    Keluhan lain : sakit kepala

    C. Riwayat Penyakit Dahulu :

    Riwayat Keluhan yang sama : diakui (+)

    1 tahun yang lalu, belum mengeluarkan nanah, menyembuh dengan

    dikompres

    Riwayat trauma : disangkal

    Riwayat DM : diakui (+)

    sejak 4 tahun yang lalu saat bulan ke 1 hamil anak ke 3, tidak rutin

    berobat

    Riwayat Hipertensi : diakui (+)

    Sejak 10 tahun yang lalu, tidak rutin berobat

    Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

    Riwayat Alergi Obat dan Makanan : disangkal

    E. Riwayat Penyakit Keluarga :

    Riwayat DM : disangkal

    Riwayat Hipertensi : diakui (+)orangtua laki-laki

    Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

    Riwayat Alergi Obat dan Makanan : disangkal

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    3/23

    3

    F. Riwayat Pribadi, Sosial dan Ekonomi

    Pasien tinggal bersama suami dan 3 anaknya. Pekerjaan pasien sebagai

    ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas.

    Pasien memiliki kebiasaan sejak anak 1, menyusui anaknya lebih sering

    di payudara sebelah kiri, dengan alasan putting pada payudara kanan

    masuk ke dalam.

    Pasien memiliki kebiasaan memegang dan memijit-mijit payudara kanan.

    III.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum : Baik

    Kesadaran : Composmentis

    Status gizi : Kesan gizi baik

    Tanda vital

    T : 160/100 mmHg

    N : 89 x/menit (regular, isi dan tegangan cukup)

    R : 20 x/menit (reguler)

    t : 37,8 C (per axiller)

    Status generalis

    1. Kulit : sawo matang, turgor kulit (N)

    2. Kepala :bentuk mesocephal, luka (-)

    3. Mata: konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

    isokor (diameter 3mm/3mm), reflek cahaya (+/+)

    4.

    Telinga : Discharge (-/-)

    5. Hidung : septum deviasi (-), discharge (-/-)

    6. Mulut : Normal, sianosis (-)

    7. Leher : simetris, deviasi trachea (-), pembesaran kelenjar getah

    bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).

    8. Thoraks: normochest, simetris, pembesaran kelenjar getah bening

    aksilla (-), eritema danpus di mammae dexter (+)

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    4/23

    4

    COR

    Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V, 2 cm ke medial linea

    midclavicularis sinistra, pulsus para sternal (-), pulsus epigastrium (-)

    Perkusi : batas jantung

    kiri bawah : SIC V, 2 cm medial linea midclavicularis sinistra

    kiri atas : SIC II linea sternalis sinistra

    kanan atas : SIC II linea sternalis dextra

    pinggang jantung : SIC III linea parasternalis sinistra

    Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal

    Auskultasi: Bunyi Jantung I-II reguler, bising (-)

    PULMO

    Depan Belakang

    I : Statis : normochest (+/+), simetris

    kanan kiri, retraksi (-/-)

    Dinamis : pergerakan paru

    simetris, retraksi (-/-)

    Pa : Statis : simetris, sela iga tidak

    melebar, tidak ada yang tertinggal,

    retraksi (-/-)

    Dinamis : pergerakan paru

    simetris, sela iga tidak melebar,

    tidak ada yang tertinggal, retraksi

    (-/-)

    Stem fremitus kanan=kiriPe : sonor / sonor seluruh lapang paru

    Aus: Suara dasar vesikuler (+/+),

    ronki (-/-), wheezing (-/-)

    I : Statis : normochest (+/+), simetris

    kanan kiri, retraksi (-/-)

    Dinamis : pergerakan paru

    simetris, retraksi (-/-)

    Pa : Statis : simetris, sela iga tidak

    melebar, tidak ada yang

    tertinggal, retraksi (-/-)

    Dinamis : pergerakan paru

    simetris, sela iga tidak melebar,

    tidak ada yang tertinggal, retraksi

    (-/-)

    Stem fremitus kanan=kiriPe : sonor/sonor seluruh lapang paru

    Aus: Suara dasar vesikuler (+/+),

    ronki (-/-), wheezing (-/-)

    9. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), nyeri ketok costovertebra (-)

    10. Abdomen

    Inspeksi : Tampak datar, meteorismus (-), massa (-)

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    5/23

    5

    Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)

    Perkusi : timpani di semua lapang abdomen

    Auskultasi: bising usus (+) normal

    11.Ekstremitas

    Superior Inferior

    Akral dingin

    Edema

    Capilary refill

    (-/-)

    (-/-)

    < 2

    (-/-)

    (-/-)

    < 2

    IV.STATUS LOKALIS

    Regio Mammae Dexter

    Inspeksi : terdapat luka dengan bentuk agak bulat , diameter 5 cm,

    warna pucat, warna kulit disekitarnya merah, mengeluarkan

    pus (+), darah (-).

    Palpasi : teraba hangat, sakit saat palpasi (+).

    Lesi pucat yang mengeluarkan pus (+) di mammae dexter

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    6/23

    6

    V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 22-10-2013)

    Hematologi

    WBC (H) : 14,6 x 103/l (4,0-11,0)

    Lymph# : 3,1 x 103/l (0,8-4.0)

    Mid# : 0,8 x 103/l (0,1-1,5)

    Gran# (H) : 10,7 x 103/l (2,0-7,0)

    Lymph% : 21,1% (20,0-40,0)

    Mid % : 5,9% (3,0-15,0)

    Gran%(H) : 73,0% (50,0-70,0)

    HGB : 11,6 g/dl (11,0-16,0)

    RBC : 4,15 x 106/l (3,50-5,50)

    HCT (L) : 32,7 % (37,0-54,0)

    MCV (L) : 78,9 % (80,0-100,0)

    MCH : 27,0 pg (27,0-34,0)

    MCHC : 35,4 g/dl (32,0-36,0)

    RDW-CV : 12,9 % (11,0-16,0)

    RDW-SD : 39,1 fl (35,0-56,0)

    PLT (H) : 380 x 103/l (100-300)

    MPV (L) : 6,0 fl (6,5-12,0)

    PDW : 15,7 (9,0-17,0)

    PCT : 0,228 % (0,108-0,282)

    Kimia Klinik

    Albumin : 3,4 g/dl (3,8-5,1)GDS (H) : 227 mg / dl (70-115 mg/dl)

    VI.ASSESMENT

    Dx Klinis

    1. Abses DM Mammae Dexter e.c. Mastitis

    2.

    Diabetes Mellitus Tipe 2

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    7/23

    7

    3. Hipertensi grade II

    VII.

    INITIAL PLAN

    a.

    Ip Dx

    - Pemeriksaan hemostasis : PT/PPT, APTT

    b. Ip Tx

    Non medikamentosa :

    1. Istirahat yang cukup

    2. Diit DM

    3. Hindari stres dan kecemasan

    Medikamentosa :

    -

    c.

    Ip Operatif

    Rujuk ke Dokter spesialis bedah

    d. Ip Monitoring

    1)

    Keadaan umum

    2) Vital sign

    3)

    Monitoring GDS

    e.

    Ip Ex

    1) Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien

    2) Menjaga kebersihan luka

    3) Istirahat yang cukup

    4)

    Tenangkan pikiran dan menahan emosi

    VIII.

    PROGNOSIS Quo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad sanam : dubia ad malam

    Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    8/23

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    ABSES MAMMAE

    I. Definisi

    Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu

    infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka

    akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang

    berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan

    pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut

    dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah

    yang mengisi rongga tersebut.

    Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan

    terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi

    dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah

    penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi

    bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung

    pada lokasi abses.

    Abses Mammae adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal

    ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada

    payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh

    lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan

    abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.

    Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi

    infeksi dengan membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya.Jaringan ini akan menjadi kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat

    benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan panas dan

    edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan menjadi

    berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti

    ini demam biasa muncul ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    9/23

    9

    jarum berlubang besar. Diagnosis banding abses payudara mencakup

    galaktokel, fibroadenoma, dan karsinoma.

    Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum

    ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi

    khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang

    rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area

    yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

    Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus

    dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda

    sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar abscesses

    (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi ini sebenarnya

    terjadi pada perokok.

    Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada

    puting sehingga terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau

    kuman masuk kedalam payudara sehingga pengeluaran susu terhambat

    akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang tidak tertangani

    yang mengakibatkan terjadinya abses.

    Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan

    abses dalam seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

    gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan

    mammografi atau biopsy payudara.

    II. Etiologi

    Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum

    ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadikhususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang

    rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area

    yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

    Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus

    dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    10/23

    10

    sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar abscesses

    (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).

    Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara

    yaitu sebagai berikut :

    1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril

    2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.

    3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan

    tidak menimbulkan gangguan, kadang bias menyebabkan abses.

    Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

    1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.

    2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.

    3. Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.

    Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya

    infeksi payudara. Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat

    masuknya bakteri ke jaringan payudara. Peradangan atau infeksi payudara atau

    yang disebut mastitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan

    sekresi melalui fisura di putting, dan dermatitis yang mengenai putting. Bakteri

    seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui

    sobekan atau retakan dikulit (biasanya pada putting susu). Abses payudara bisa

    terjadi disekitar putting, bisa juga diseluruh payudara.

    III. PATOFISIOLOGI

    Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada

    puting sehingga terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau

    kuman masuk kedalam payudara sehingga pengeluaran susu terhambatakibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang tidak tertangani

    yang mengakibatkan terjadinya abses.

    Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan

    abses dalam seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

    gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa

    ditemukan mammografi atau biopsy payudara.

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    11/23

    11

    Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan

    peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi

    bses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.

    Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses pecah

    dengan sendirinya san mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara

    perlahan karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap

    sisa-sisa infeksi. Abses tidak pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang

    keras.

    IV. GAMBARAN KLINIS

    Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi

    suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh

    abses payudara diantaranya :

    Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika

    disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan).

    Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya

    tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah

    pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.

    Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise

    Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung

    nanah)

    Gatal- gatal

    Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan

    payudara yang terkena.

    Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejalayaitu:

    Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi

    Fisura putting susu

    Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras

    Warna kemerahan pada seluruh payudara atau lokal

    Limfadenopati aksilaris yang nyeri

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    12/23

    12

    Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit

    Suhu badan meningkat dan menggigil

    Payudara membesar, keras da akhirnya pecah dengan borok serta

    keluarnya cairan nanah bercampur air susu serta darah.

    V. PEMERIKSAAN

    Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan

    jumlah sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi abses, bisa

    dilakukan pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.

    VII. TERAPI

    a. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu

    abses bisa ditusuk dan dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa

    dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya

    tidak memotong saluran ASI.

    b.

    Pecahkan kantong PUS dengan tissu forceps atau jari tangan

    c. Pasang tampan dan drain untuk mengeringkan nanah

    d.

    Tampan dan drain diangkat setelah 24 jam

    b.

    Karena penyebab utamanya Staphylococcus aureus, antibiotika jenis

    penisilin dengan dosis tinggi, biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6

    jam selama 10 hari

    c. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.

    d.

    Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 1520 menit,

    4 kali/hari.

    e.

    Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu padapayudara yang terkena untuk mencegah pembengkakan payudara.

    f. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan

    istirahat yang cukup.

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    13/23

    13

    VIII. PENCEGAHAN

    Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila

    menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang

    meningkatkan stasis ASI dan bila tanda dini seperti bendungan ASI,

    sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan cepat.

    Terapi bedah

    Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat

    dilakukan insisi dan penyaliran, yang biasanya membutuhkan

    anastesi umum, tetapi dapat juga dikeluarkan melalui aspirasi, dengan

    tuntunan ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik

    abses payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi

    pus dengan bimbingan ultrasuara dapat bersifat kuratif. Hal ini

    kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan penyaliran, dan

    dapat dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini sering dilakukan pada

    pasien yang menjalani rawat jalan.

    Pengobatan sistemik dengan antibiotik sesuai dengan sensitivitas

    organisme biasanya dibutuhkan sebagai tambahan. Namun antibiotik

    saja tanpa dilakukannya pengeluaran pus tidak mempunyai arti.

    Sebab dinding abses membentuk halangan yang melindungi bakteri

    patogen dari pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk

    mencapai kadar antibiotik yang efektif dalam jaringan terinfeksi

    Dukungan untuk menyusui

    Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan Perawatan dengan

    abses payudara ia dapat melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak

    akan membahayakan bayinya dapat menyusui bayinya yang laindikemidian hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki

    peran yang sangat penting dengan menjelaskan kepada klien untuk

    penanganan yang harus dilakukan dengan kondisi seperti ini.

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    14/23

    14

    MASTITIS

    I. DEFINISI

    Mastitis adalah peradangan payudara,yang dapat disertai atau

    tidak disertai.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut

    Mastitis Laktasional/Mastitis Puerperalis. Kadang keadaan ini dapat

    menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.

    Mastitis adalah reaksi systemic (seperti demam) yang terjadi 1 3

    minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu,

    dan putting susu lecet atau luka.

    Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamma (tertutama

    pada primpara) dan terjadi luka pada putting susu, mungkin juga peredaran

    darah.

    Mastitis adalah infeksi bacterial yang sering terjadi pada pasca

    partum semasa awal laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai

    jaringan payudara melalui sisura pada putting.

    Abses payudara(pengumpulan nanah local di dalam payudara)

    merupakan komlpikasi berat dari mastitis.Keadaan ini menyebabkan beban

    penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar.Selain itu,

    menurut penelitian mastitis dapat meningkatkan resiko penularan HIV

    melalui menyusui.

    II. EPIDEMIOLOGI

    1. Insiden

    Mastitis terjadi pada semua populasi,dengan atau tanpa kebiasaan

    menyusui.Insiden ini sangat bervariasi,dari sedikit sampai 33%wanita menyusui,tetapi biasanya di bawah 10%.

    2. Mula timbul

    Mastitis paling sering timbul pada minggu kedua dan ketiga pasca

    kelahiran.Dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74%

    sampai 95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama.Namun mastitis

    dapat terjadi pada setiap tahap laktasi,termasuk pada tahun kedua.

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    15/23

    15

    III. PENYEBAB

    Penyebabnya adalah stasis ASI dan infeksi.Stasis ASI biasanya

    merupakan penyebab primer,yang dapat disertai atau berkembang menuju

    infeksi.

    Menurut Gunther,mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di

    dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah

    keadaan tersebut.Selain itu infeksi bila terjadi bukanlah primer, tetapi

    diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri

    Menurut Thomson dkk. Menghasilkan bukti tentang pentingnya

    statis ASI,meraka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari

    payudar dengan tanda klinis mastitis dan menghitung klasifikasi sbb:

    - Stasis ASI

    - Inflamasi noninfeksiosa(mastitis noninfeksiosa)

    - Mastitis infeksiosa

    Mereka menemukan bahwa stasis ASI(leokosit 103)

    hanya dapat diobati dengan efektif dengan pemerasan ASI dan antibiotika

    sistemik.

    Tanpa pengeluaran ASI yang efektif,mastitis noninfeksiosa sering

    berkembang menjadi mastitis infeksiosa,dan mastitis infeksiosa menjad

    pembentukan abses.

    STATIS ASI

    Terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara.Hal

    ini terjadi bila payudara terbendung segera setelah melahirkan,atau setiap saat

    bila bayi tidakmenghisap ASI.Selain itu kenyutan bayi yang buruk pada

    payudara,pengisapan yang tidak efektif,pembatasan frekuensi atau durasi

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    16/23

    16

    menyusui,sumbatan pada saluran ASI,suplay ASI yang sangat

    berlebihan,menyusui untuk anak kembar dua atau lebih.

    Bendungan payudara menurut Nelson tahun 1753 hal ini tidak dapat

    terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir.Sehingga stasis ASI

    terhindarkan.Sedangkan menurut Naish tahun 1948 pentingnya pengeluaran

    ASI yang segara pada tahap awal mastitis atau kongesti untuk mencegah

    perkembangan penyakit dan pembentukan abses.

    INFEKSI

    Organisme yang paling sering ditemukanpada mastitis dan abses

    payudara adalah organisme koagulase-positif, Staphylococcus aureus dan Stap.

    Albus, Escherichiacioli, Streptococcus kadang-kadang ditemukan.

    IV. TANDA DAN GEJALA

    1. Payudara terasa nyeri

    2. Teraba keras dan tampak memerah

    3. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak

    seperti pecah-pecah

    4. Badan terasa demam seperti hendak flu

    V. FAKTOR PREDISPOSISI

    1. Umur

    Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis daripada

    wanita dibawah usia 21 tahun dan di atas 35 tahun

    2. ParitasPrimipara ditemukan sebagai factor resiko

    3. Serangan sebelumnya

    Serangan mastitis pertama cenderung untuk berulang

    4. Melahirkan

    Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan resiko mastitis

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    17/23

    17

    5. Gizi

    Misalnya asupan garam dan lemak yang tinggi,anemia,gizi buruk

    6. Faktor Kekebalan dalam ASI

    Faktor ini dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam

    payudara.Tetapi menurut studi di Gambia menyatakan bahwa kadar

    factor ini rendah,pertahanan ini rendah,pertahanan efektif dapat

    berkurang,dan resiko mastitis berulang meningkat

    7. Stres dan kelelahan

    Misalnya wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan

    ingin istirahat,tetapi tidak jela apakah kelelahan dapat menyebabkan

    keadaan ini atau tidak

    8. Pekerjaan di luar rumah

    Misalnya seorang ibu bekerja paruh waktu,lalu interval menyusui yang

    panjang dan kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat

    9. Faktor local dalam payudara

    Misalnya jenis kulit,reaksi kulit terhadap matahari, alergi, ruam,

    pemajanan terhadap suhu dingin tidak Nampak mempengaruhi insiden

    mastitis

    10. Trauma

    Misalnya kekerasan dalam rumah tangga,yang dialami banyak wanita di

    masyarakat,dan sering terjadi selama laktasi

    VI.

    PATOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS

    1. Bendungan

    Terjadi karena payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairanjaringan.Sehingga aliran vena dan limfatik tersumbat,aliran susu

    terhambat,terjadi tekanan pada saluran ASI dan alveoli

    meningkat.Sehingga menyebabkan payudara bengkak dan edematus

    2.

    Sumbatan saluran payudara

    Terjadi akibat obsruksi benda padat,tetap dapat pula terjadi akibat

    pengeluaran ASI yang tidak efisien dari bagian payudara

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    18/23

    18

    3. Mastitis Noninfeksiosa

    Terjadi karena peningkatan interleukin,sehingga terjadi respon

    inflamasi pada jalur para seluler yang berhubungan erat dengan sel

    pensekresi ASI di alveoli payudara

    4. Faktor Imun dalamASI

    Terjadi akibat rendahnya sejumlah factor protektif dalam

    ASI,sehingga pertahanan yang efektif berkurang

    5. Mastitis Infeksiosa

    Terjadi bila stasis ASI tidak sembuh,dan proteksi oleh factor imun

    dalam ASI dan oleh respon inflamasi kalah.

    6.

    Mastitis Subklinis

    Diagnosisnya dari adanya peningkatan rasio natrium-kalium dalam

    ASI,dan peningkatan konsentrasi interleukin.Peningkatan tersebut

    dapat menunjukkan bahwa sedang terjadi respon inflamasi,walaupun

    tidak ada tanda klinis

    7.

    Abses Payudara

    Payudara yang laktasi,seperti jaringan terinfeksi lain,melokalisasi

    infeksi dengan membentuk sawar jarinagn granulasi yang

    mengelilinginya.Jaringan ini akan menjadi kapsul abses,yang terisi

    dengan pus.Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri

    dengan kemerahan,panas,edema kulit di atasnya.Bila tidak segara

    ditangani benjolan akan akan menjadi berfluktuasi dengan perubahan

    warna kulit dan nekrosis

    VII.

    PENATALAKSANAAN1. Sumbatan Payudara

    - Pastikan posisi bayi dan kenyutan baik

    - Jelaskan perlunya menghindari factor yang dapat menyumbat

    aliran ASI,misalnya pakaian ketat dll.

    - Mendorong ibu untuk menyusui sesering dan selama bayi

    menghendaki tanpa batasan

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    19/23

    19

    - Menyarankan ibu menggunakan panas basah,mis: kompres

    hangan atau pancuran hangat

    2. Mastitis

    -

    Konseling suportif

    Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali

    tentang menyusui yang aman untuk diteruskan,bahwa ASI

    dari payudara yang terkena tidak akan memhahayakan

    bayi,serta payudar kan pulih bentuk maupun fungsinya

    - Pengeluaran ASI yang efektif

    - Terapi antibiotika

    Terapi ini diindikasikan pada:

    Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta

    menunjukkan infeksi

    Gejala berat sejak awal

    Terlihat putting pecah-pecah

    Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah

    pengeluaran ASI diperbaiki

    Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-

    lakta-mase

    - Pengobatan simtomatik

    Diterapi dengan anlgesik (mis: Ibuprofen,Parasetamol)

    Istirahat atau tirah baring dengan bayinya

    Penggunaan kompres hangat pada payudara

    Yakinkan ibu untuk cukup cairan

    Pendekatan terapeutik lain (mis: penyinggiran pus,tindakandiit,pengobatan herbal,menggunakan daun kol untuk

    kompres dingin

    3. Abses Payudara

    Terapi bedah (pengeluaran pus dengan insisi dan penyaliran)

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    20/23

    20

    VIII.DAMPAK JANGKA PANJANG

    Seiring dengan waktu serta dengan terapi mastitis dan abses

    payudara yang adekuat,pemulihan akan lengkap dan dengan melanjutkan

    laktasi biasanya payudara diharapkan dapat berfungsi normal.

    Akan tetapi terapi yang terlambat,tidak tepat,tidak adekuat dapat

    mengakibatkan kekambuhan,lesi yang lebih luas,bahkan kerusakan

    jaringan permanen.Episode mastitis berulang dapat menyebabkan

    timbulnya inflamasi kronis dan kerusakan payudara ireversibel.

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    21/23

    21

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Ny. SW usia 38 tahun mengeluh di payudara kanan terdapat

    pembengkakan yang semakin membesar, terasa sakit, dan mengeluarkan nanah,

    juga disertai demam. Hal ini menunjukkan dapat ditegakkan diagnose klinis

    yaitu ABSES DM MAMMAE DEXTER e.c. MASTITIS. Dari anamnesis,

    diketahui pula, pasien memiliki kebiasaan selalu menyusui ketiga anaknya hanya

    di payudara sebelah kiri. Kebiasaan ini mengakibatkan bendungan dan sumbatan

    saluran payudara (retensi ASI). Terjadi karena payudara terisi sangat penuh

    dengan ASI dan cairan jaringan.Sehingga aliran vena dan limfatik

    tersumbat,aliran susu terhambat,terjadi tekanan pada saluran ASI dan alveoli

    meningkat.Sehingga menyebabkan payudara bengkak dan edematous.

    Sedangkan sumbatan saluran payudara kanan terjadi akibat obstruksi

    benda padat,tetap dapat pula terjadi akibat pengeluaran ASI yang tidak efisien

    dari bagian payudara kanan. Kondisi yang terus menerus dan pasien selalu

    memegang dan memijit-mijit payudara kanan semakin memperberat keluhan

    (semakin membengkak, merah, dan demam).

    Pasien yang juga memiliki riwayat Diabetes mellitus dan hipertensi

    menjadi prognosis yang buruk terkait penyembuhan luka abses. Hiperglikemia,

    hiperinsulinemia dan resistensi insulin telah terbukti dalam berbagai penelitian

    dapat menimbulkan perubahan terhadap berbagai komponen yang berperan pada

    faal hemostasis.

    Stegenga dkk. Dalam penelitiannya terhadap individu sehat yang dibuat

    terpapar dengan keadaan hiperglikemia dan hiperinsulinemia mendapatkan

    bahwa hiperinsulinemia yang berlangsung secara lama akan menyebabkan

    meningkatnya kadar dan aktivitas dari PAI-1, dan menurunnya aktivitas dari

    plasma plasminogen aktivator (tPA). Perubahan ini menyebabkan berkurangnya

    aktivitas fibrinolisis.

    Dapat dikatakan bahwa abses mammae dexter pada pasien menjadi sulit

    menyembuh.

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    22/23

    22

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Abses Mammae adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini

    biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada

    payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh

    lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan

    menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.

    Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi

    infeksi dengan membentuk sawar jaringan granulasi yang

    mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul abses, yang terisi

    dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri,

    dengan kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan

    ini dibiarkan maka pus akan menjadi berfluktuasi, dengan perubahan

    warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam biasa muncul

    ataupun tidak

    Gejala dan tanda dari abses mammae adalah nyeri payudara yang

    berkembang selama periode laktasi, fisura putting susu, fluktuasi dapat

    dipalpasi atau edema keras, warna kemerahan pada seluruh payudara atau

    local, limfadenopati aksilaris yang nyeri, pembengkakan yang disertai

    teraba cairan dibawah kulit, suhu badan meningkat dan menggigil,

    payudara membesar, keras da akhirnya pecah dengan borok serta

    keluarnya cairan nanah bercampur air susu serta darah.

    Abses Mammae dapat didiagnosis di lingkup praktek umum, yang

    selanjutnya pasien dapat dirujuk ke Dokter spesialis bedah untuk

    mendapat penanganan terapi lebih lanjut.

  • 5/21/2018 Fix_dian Abses Mammae

    23/23

    23

    BAB V

    DAFTAR PUSTAKA

    Jrgen Katholm, Clinical Mastitis, Direct Culture And Therapy. Jerman :

    Aldrig Publisher. 2010

    Price SA. Patofisiologi. Jakarta: EGC, 2006.

    Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Jilid I. 2001. Media Aesculapius. Jakarta

    WHO, Mastitis Penyebab dan Penatalaksanaannya. 2003. Perpustakaan

    Nasional

    Sarwono. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana