fix lapkas anastesi

Upload: theodora-purba

Post on 07-Jul-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    1/30

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin

    yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus ditandai dengan adanya spasme

    otot yang periodik dan berat , tanpa disertai gangguan kesadaran.1

    Sampai saat ini tetanus masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di

    negara berkembang karena akses program imunisasi yang buruk. Disamping itu

     penatalaksanaan tetanus modern yang membutuhkan fasilitas intensive care unit

    (I!", jarang tersedia di sebagian besar populasi penderita tetanus berat.  Di

    negara berkembang, mortalitas tetanus melebihi #$% dengan perkiraan jumlah

    kematian &$$.$$$'1.$$$.$$$ orang per tahun, sebagian besar pada neonatus. Di

    negara berkembang tetanus banyak ditemukan pada populasi neonatus danmerupakan salah satu penyebab mortalitas bayi yang penting. Di negara maju

    tetanus terutama terjadi setelah luka tusuk yang tidak disengaja, misalnya saat

     bertani atau berkebun, yang tidak mendapatkan peraatan luka yang adekuat ),* 

    Tetanus adalah penyakit yang dapat dicegah. Implementasi imunisasi

    tetanus global telah menjadi target +- sejak tahun 1/0. Imunitas terhadap

    tetanus tidak berlangsung seumur hidup dan dibutuhkan injeksi booster jika

    seseorang mengalami luka yang rentan terinfeksi tetanus. kses program

    imunisasi yang buruk dilaporkan menyebabkan tingginya prevalensi penyakit ini

    di negara sedang berkembang.*

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    2/30

    2

    1.2. Tujuan :

    a" 2emenuhi salah satu persyaratan kelulusan 3rogram 3endidikan 3rofesi

    Dokter (3*D" di Departemen nestesiologi dan Terapi Intensif 4akultas

    5edokteran !niversitas Sumatera !tara 6S!3 aji dam 2alik 2edan.

     b" 2eningkatkan kemampuan dalam penulisan karya ilmiah di bidang

    kedokteran.

    a" !ntuk lebih memahami dan mampu menangani pasien dengan kasus

    tetanus.

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    3/30

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Defenii

    Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin

    yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus ditandai dengan adanya spasme

    otot yang periodik dan berat , tanpa disertai gangguan kesadaran.1

    Clostridium tetani  merupakan bakteri berbentuk batang gram positif,

     berukuran panjang )'# mikron dan lebar $,0'$,# mikron. Tetanus ini biasanya akut

    dan menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan tetanospasmin.Tetanospamin

    merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani. Spora

    Clostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh

    karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar serta infeksi tali pusat (tetanus

    neonatorum".0

    2.2. Eti!l!gi

    Tetanus disebabkan oleh toksin bakteri Clostridium tetani yang memiliki

    dua bentuk, yaitu bentuk vegetatif dan spora. 7entuk vegetatif C. tetani adalah

     basil, gram positif, tidak berkapsul, motil, dan bersifat obligat anaerob. 7entuk 

    vegetatif rentan terhadap efek bakterisidal dari proses pemanasan, desinfektan

    kimiai, dan antibiotik. 7entuk ini merupakan bentuk yang dapat menimbulkan

    tetanus.#

    3ada basil yang mengandung spora terdapat bentukan endospora pada

    salah satu ujungnya sehingga memberikan penampilan seperti stik drum. Spora C.

    tetani relatif resisten terhadap desinfeksi kimiai dan pemanasan. Spora tahan

    terhadap paparan fenol, merbromin, dan bahan kimia lain yang efektif untuk 

    desinfeksi. 3emanasan di dalam air mendidih selama 1# menit dapat membunuh

    hampir semua spora. Sterilisasi menggunakan uap tersaturasi dengan tekanan 1#

    lbs selama 1#')$ menit pada suhu 1)18 juga dapat membunuh semua bentuk 

    kehidupan. Spora banyak terdapat di dalam tanah, saluran cerna, dan feses hean.

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    4/30

    4

    Tanah yang mengandung kotoran hean mengandung spora dalam jumlah

     banyak. Spora dapat bertahan beberapa bulan bahkan tahun.#

    9ambar 1. 3earnaan 9ram C. tetani.

    Sumber: http:;;te

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    5/30

    5

    dengan iklim hangat dan lembap yang padat penduduk misalnya 7ra=il, 4ilipina,

    >ietnam, Indonesia, dan negara'negara di frika. Insiden dan mortalitas lebih

    tinggi pada kelompok usia neonatus dan ? #$ tahun dibandingkan kelompok umur 

    lain.@

    2.&. Pat!fii!l!gi'

    Tetanus disebabkan oleh eksotoksin Clostridium tetani. 7akteri ini

    terdapat di tanah, debu jalan, feses manusia dan binatang. 7akteri tersebut

     biasanya memasuki tubuh setelah kontaminasi pada abrasi kulit, luka tusuk minor,

    atau ujung potongan umbilikus pada neonatus. 3ada )$% kasus, mungkin tidak 

    ditemukan tempat masuknya. 7akteri juga dapat masuk melalui ulkus kulit, abses,

    gangren, luka bakar, infeksi gigi, tindik telinga, injeksi atau setelah pembedahan

    abdominal;pelvis, persalinan dan aborsi.

    Aika organisme ini berada pada lingkungan anaerob yang sesuai untuk 

     pertumbuhan sporanya, maka bakteri ini akan berkembang biak dan menghasilkan

    toksin tetanospasmin dan tetanolysin. Tetanospasmin adalah neurotoksin poten

    yang bertanggungjaab terhadap manifestasi klinis tetanus, sedangkan tetanolysin

    sedikit memiliki efek klinis.

    Terdapat dua mekanisme yang dapat menerangkan penyebaran toksin ke

    susunan saraf pusat: (1" Toksin diabsorpsi di neuromuscular junction, kemudian

     bermigrasi melalui jaringan perineural ke susunan saraf pusat, ()" Toksin melalui

     pembuluh limfe dan darah ke susunan saraf pusat. 2asih belum jelas mana yang

    lebih penting, mungkin keduanya terlibat.

    3ada mekanisme pertama, toksin yang berikatan pada neuromuscular 

     junction menyebar melalui saraf motorik, selanjutnya secara transinaptik ke saraf 

    motorik dan otonom yang berdekatan, kemudian ditransport secara retrograd

    menuju sistem saraf pusat. Tetanospasmin yang merupakan  zinc-dependent 

    endopeptidase memecah vesicle associated membrane protein II  (>23 II atau

    synaptobrevin" pada suatu ikatan peptida tunggal. 2olekul ini penting untuk 

     pelepasan neurotransmiter di sinaps, sehingga pemecahan ini mengganggu

    transmisi sinaps. Toksin aalnya mempengaruhi jalur inhibisi, mencegah

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    6/30

    6

     pelepasan glisin dan B'amino butyric acid (97". 3ada saat interneuron

    menghambat motor neuron alpha juga terkena pengaruhnya, terjadi kegagalan

    menghambat refleks motorik sehingga muncul aktivitas saraf motorik tak 

    terkendali, mengakibatkan peningkatan tonus dan rigiditas otot berupa spasme

    otot yang tiba'tiba dan potensial merusak. -tot ajah terkena paling aal karena

     jalur a

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    7/30

    7

     prognosis. 2akin singkat (periode onset C0& jam dan periode C/ hari"

    menunjukkan makin berat penyakitnya.

    Tetanus memiliki gambaran klinis dengan ciri khas trias rigiditas otot,

    spasme otot, dan ketidakstabilan otonom. 9ejala aalnya meliputi kekakuan otot,

    lebih dahulu pada kelompok otot dengan jalur neuronal pendek, karena itu yang

    tampak pada lebih dari $% kasus saat masuk rumah sakit adalah trismus, kaku

    leher, dan nyeri punggung. 5eterlibatan otot'otot ajah dan faringeal

    menimbulkan ciri khas risus sardonicus, sakit tenggorokan, dan disfagia.

    3eningkatan tonus otot otot trunkal meng akibatkan opistotonus. 5elompok otot

    yang berdekatan dengan tempat infeksi sering terlibat, menghasilkan penampakan

    tidak simetris.

    Spasme otot muncul spontan, juga dapat diprovokasi oleh stimulus fisik,

    visual, auditori, atau emosional. Spasme otot menimbulkan nyeri dan dapat

    menyebabkan ruptur tendon, dislokasi sendi serta patah tulang. Spasme laring

    dapat terjadi segera, mengakibatkan obstruksi saluran nafas atas akut dan

    respiratory arrest . 3ernapasan juga dapat terpengaruh akibat spasme yang

    melibatkan otot'otot dada. Selama spasme yang memanjang, dapat terjadi

    hipoventilasi berat dan apnea yang mengancam nyaa. Tanpa fasilitas ventilasi

    mekanik, gagal nafas akibat spasme otot adalah penyebab kematian paling sering.

    ipoksia biasanya terjadi pada tetanus akibat spasme atau kesulitan

    membersihkan sekresi bronkial yang berlebihan dan aspirasi. Spasme otot paling

     berat terjadi selama minggu pertama dan kedua, dan dapat berlangsung selama *

    sampai 0 minggu, setelah itu rigiditas masih terjadi sampai beberapa minggu lagi.

    Tetanus berat berkaitan dengan hiperkinesia sirkulasi, terutama bila

    spasme otot tidak terkontrol baik. 9angguan otonom biasanya mulai beberapa hari

    setelah spasme dan berlangsung 1') minggu. 2eningkatnya tonus simpatis

     biasanya dominan menyebabkan periode vasokonstriksi, takikardia dan hipertensi.

     Autonomic storm berkaitan dengan peningkatan kadar katekolamin. 5eadaan ini

    silih berganti dengan episode hipotensi, bradikardia dan asistole yang tiba'tiba.

    9ambaran gangguan otonom lain meliputi salivasi, berkeringat, meningkatnya

    sekresi bronkus, hiperpireksia, stasis lambung dan ileus.

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    8/30

    8

    2.,. Diagn!i

    Diagnosis dapat ditegakkan dari gambaran klinis dan adanya riayat luka

    yang mendahului. Tidak ada tes laboratorium yang dapat menegakkan diagnosa

     pasti tetanus. +- mendefinisikan penyakit tetanus pada deasa yaitu sekurang'

    kurangnya terdapat satu dari tanda'tanda berikut : trismus (kesulitan untuk 

    membuka mulut" atau risus sardonicus (spasme menetap dari otot ajah" atau

    kontraksi otot yang sangat nyeri. +alaupun definisi ini meminta terdapatnya

    riayat luka atau kaku, tetanus juga bisa terjadi pada pasien yang tidak memiliki

    riayat luka yang spesifik.

    &

    Tes sederhana yang dapat dilakukan untuk membantu diagnosa tetanus

    adalah tes spatula. Tes ini dilakukan dengan cara menyentuhkan spatula pada

    dinding orofaring. 3ada kondisi normal hal ini akan mencetuskan  gag reflex, pada

    individu dengan tetanus tes ini akan menginduksi kontraksi masseter sehingga

    terjadi penutupan rahang.1$

    Derajat keparahan penyakit tetanus :

    1. 2enurut blett

    Ta*el 1. Site% k!ring tetanu %enurut A*lett

    9rade I (ringan" Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak

    ada distres pernapasan, tidak ada spasme dan disfagia.

    9rade II (sedang" Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan

    hingga sedang dengan durasi pendek, takipnea *$

    kali;menit, disfagia ringan.

    9rade III (berat" Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan

    yang memanjang, distres pernapasan dengan takipnea 0$ kali;menit, apneic spell , disfagia berat, takikardia

    1)$ kali;menit.

    9rade III 7 (sangat

     berat"

    5eadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi

    otonom berat yang melibatkan sistem kardiovaskuler.

    ipertensi berat dan takikardia bergantian dengan

    hipotensi relatif dan bradikardia, salah satunya dapat

    menjadi persisten.

    Sumber: ottle, )$11

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    9/30

    9

    ). 2enurut 3atel dan Aoag

    5riteria I : rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, kaku otot tulang

     belakang

    5riteria II : spasme saja tanpa melihat frekuensi dan derajatnya

    5riteria III : inkubasi antara / hari atau kurang

    5riteria I> : aktu onset adalah 0& jam atau kurang

    5riteria > : kenaikan suhu rektal sampai */,&$ dan aksila sampai

    */,)$

    Dengan berdasarkan # kriteria di atas ini, maka dibuatlah tingkatan penyakit

    tetanus sebagai berikut :

    Derajat I (ringan" : minimmal 1 kriteria (51 atau 5)" mortalitas $ %

    Derajat II (sedang" : minimal ) kriteria (51 dan 5)" dengan masa inkubasi

    ?/ hari dan onset ?) hari, mortalitas 1$%

    Derajat III (berat" : minimal * kriteria dengan inkubasi C/ hari dan onset

    C) hari, mortalitas *)% Derajat I> (sangat berat" : kasus berat, minimal ada 0 kriteria dengan

    mortalitas @$%

    Derajat > : 7iasanya mortalitas &0% dengan # kriteria termasuk 

    didalamnya adalah tetanus neonatorum maupun puerperium.

    Selain skoring blett, terdapat juga skoring untuk menilai prognosis

    tetanus seperti  Phillip Score  dan  a!ar Score. 5edua sistem skoring ini

    memasukkan kriteria periode inkubasi dan periode onset, begitupula manifestasineurologis dan kardiak. Phillips score  juga memasukkan status imunisasi pasien.

    !ntuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di baah ini :

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    10/30

    10

    Ta*el 2 : Dakar S-!re

    Sk!r 1 Sk!r

    2asa inkubasi C / hari ? / hari

    itan penyakit C0& jam ? 0& jam

    Tempat masuk Tali pusat, uterus, fraktur  

    terbuka, postoperatif,

     bekas suntikan I2

    Selain tempat tersebut

    Spasme (E" ('"

    3anas badan (per rektal" ? *&,0 $ C *&,0 $

    Takikardia deasa ? 1)$

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    11/30

    11

    +5T! 2S!5 S5-6 SH2 36+TF S5-6

    2asa inkubasi

    1. 10 hari

    ). 1$ hari

    *. # G 1$ hari

    0. ) G # hari

    #. C 0& jam

    Imunisasi

    Hengkap

    C 1$ tahun

    ? 1$ tahun

    Ibu di imunisasi

    Tidak di imunisasi

    Huka infeksi

    Tidak diketahui

    Distal;perifer

    3roksimal

    5epala

    7adan

    5omplikasi

    Tidak ada

    6ingan

    Tidak membahayakan

    2engancam nyaa (tak 

    langsung"

    1

    )

    *

    0

    #

    $

    )

    0

    &

    1$

    1

    )

    *

    0

    #

    1

    )

    0

    &

    Spame

    anya trismus

    5aku seluruh badan

    5ejang terbatas

    5ejang seluruh

    -pistotonus

    4rekensi spasme

    @ J dalam 1) jam

    Dengan rangsangan

    Terkadang spontan

    Spontan C *J;1# mnt

    Spontan ? *J;1# mnt

    Suhu

    *@,/ G */,$

    */,1 G */,/

    */,& G *&,)

    *&,* G *&,&

    ? *&,&

    3ernafasan

    Sedikit berubah

    pneu saat kejang

    5adang apneu saat

    kejang

    Selalu apneu setelah

     

    1

    )

    *

    0

    #

    $

    )

    0

    &

    1$

    1

    )

    *

    0

    #

    $

    )

    0

    &

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    12/30

    12

      2engancam nyaa 1$ kejang

    3erlu tracheostomi

    1$

    T-TH S5-6 D6AT 536F

    C 1$ TTF!S 96D I (6IF9F, recovery spontan "

    1$ G 10 TTF!S 96D II (SDF9 dengan peraatan

    standard seharusnya sembuh"

    1# G )* TTF!S 96D III (76T, out'come survive

    tergantung kalitas pengelolaan"

      ? )0 TTF!S 96D III7 (SF9T 76T, out'

    come diduga meninggal

    (sumber : Haksmi, )$10"

    2.'. Penatalakanaan

    3rinsip dari terapi pada pasien tetanus ini adalah : 

    a. Terapi suportif aal

    3asien seharusnya di raat di I!. Intubasi profilaksis sebaiknnya segera

    diputuskan pada pasien dengan manifestasi sedang sampai dengan berat.

    9unakan teknik 6SI untuk mencegah komplikasi saat intubasi.1$,11,1)

     b. 2anajemen luka.

    Huka dieksplorasi, dibersihkan secara hati'hati dan dilakukan debridement

    secara menyeluruh. 6ekomendasi terbaru yaitu luka dieksisi minimal )cm

    dari jaringan normal yang terlihat disekitar tepi luka. bses seharusnya

    diinsisi dan drainase. 5arena beresiko releas nya tetanospasmin ke

     pembuluh darah, perlakuan terhadap luka sebaiknya ditunda sampai

     beberapa jam setelah diberikan antito

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    13/30

    13

    dengan dosis #$$ mg setiap @ jam atau 1$$$ mg setiap 1) jam merupakan

    antibiotik pilihan, alaupun penisilin dengan dosis 1$'1) juta unit secara

    intravena, diberikan setiap hari selama 1$ hari masih bisa diberikan.

    2etronida=ole lebih unggul karena lebih sedikit mencetuskan spasme.

    3enisilin sendiri mempunyai efek antagonistik kompetitif 97 pada

    sentral ketika diberikan dalam dosis besaryang dapat memperparah gejala

    spasme pada pasien. lternatif antibiotik lain antara lain klindamisin

    ataupun eritromisin. 3emberian antibiotik ganda dapat menjadi

     pertimbangan ketika dicurigai adanya superinfeksi dengan bakteri lain

     pada daerah infeksi.1$,1)

    d. 2enetralisasi toksin yang belum terikat.

    3emberian antitoksin bertujuan untuk menetralisasi toksin yang

     bersirkulasi serta toksin yang belum terikat pada daerah luka, namun

    toksin yang telah berikatan tidak dapat dipengaruhi oleh pemberian

    antitoksin. "uman tetanus immune globulin (TI9" diberikan dengan dosis

    *$$$'@$$$ unit secara I2, dalam dosis terbagi . 3emberian antitoksin

    tambahan tidak diperlukan karena aktu paruhnya yang panjang. 3ilihan

    antitoksin yang lain adalah  #$uine %etanus Antitoxin &%A%'  yang

    merupakan derivat serum dari kuda, antitoksin ini mempunyai keunggulan

    dalam harga, namun kekurangannya aktu paruh yang lebih pendek dan

     berhubungan dengan kejadian anafilaktik yang lebih besar.1$,1)

    e. 5ontrol manifestasi klinis penyakit akibat toksin yang sudah terikat.

    7erbagai agen pilihan dapat diberikan secara tunggal maupun kombinasi

    untuk menatalaksana spasme otot. Tatalaksana spasme otot penting karena

    spasme merupakan manifestasi utama tetanus dan dapat menimbulkan rasa

    nyeri, mengancam ventilasi karena menyebabkan laringospasme akibat

    kontraksi terus'menerus otot bantu nafas. -bat ideal yang dapat menjadi

     pilihan adalah obat yang dapat menghentikan kejang tanpa menyebabkan

    sedasi berlebihan dan hipoventilasi. Dia=epam, merupakan golongan

     ben=odia=epin yang umum digunakan sebagai pilihan utama karena onset

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    14/30

    14

    kerjanya yang cepat. Dia=epam merupakan golongan ben=odia=epin yang

     berkerja dengan cara meningkatkan frekuensi pembukaan 97 channel 

    sehingga menyebabkan influks ion klorida dan menyebabkan

    hiperpolarisasi dan menumpulkan rangsang potensial aksi berikutnya.

    Dosis dia=epam adalah )$mg;kg77 dibagi dalam & dosis.1*

    Diagra% 1. Pe%*erantaan Kejang $engan Dia3e#a%

    Hora=epam dan mida=olam dari golongan yang sama, memiliki

    keunggulan dalam lama kerja sehingga pemberian berulang tidak terlalu

    diperlukan. 7arbiturat dan klorproma=in ()#'#$ mg secara intravena

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    15/30

    15

    maupun intaramuskular setiap & jam menjadi pilihan kedua karena efek 

    sedasi yang ditimbulkan dapat berlebihan.1*

    Ta*el &. Pili/an Antik!n4ulan

    Aenis -bat Dosis fek Samping

    Dia=epam

    2eprobamat

    5lorpromasin

    4enobarbital

    $,# G 1,$ mg;kg77;0jam(I2"

    *$$ G 0$$ mg; 0 jam (I2"

    )# G /# mg; 0 jam (I2"

    #$ G 1$$ mg; 0 jam (I2"

    Stupor, 5oma

    Tidak da

    ipotensi

    Depresi pernafasan

      Sumber: 6itaran, )$$0

    2.+. K!%#likai1&

    5omplikasi tetanus dapat berupa komplikasi primer atau efek langsung

    dari toksin seperti aspirasi, spasme laring, hipertensi, dan henti jantung, atau

    komplikasi sekunder akibat imobilisasi yang lama maupun tindakan suportif 

    seperti ulkus dekubitus, pneumonia akibat ventilasi jangka panjang,  stress ulcer ,

    dan fraktur serta ruptur tendon akibat spasme otot.

    Ta*el (. K!%#likai

    Sistem organ 5omplikasi

    Aalan napas spirasi, spasme laring, obstruksi terkait penggunaan sedatif.

    6espirasi pneu, hipoksia, gagal napas tipe I dan II, 6DS, komplikasi

    akibat ventilasi mekanis jangka panjang (misalnya

     pneumonia", komplikasi trakeostomi.

    5ardiovaskular Takikardia, hipertensi, iskemia, hipotensi, bradikardia, aritmia,

    asistol, gagal jantung.

    6enal 9agal ginjal, infeksi dan stasis urin.

    9astrointestinal Stasis, ileus, perdarahan.

    2uskuloskeletal 6abdomiolisis, myositis ossificans circumscripta, fraktur akibat

    spasme.

    Hain'lain 3enurunan berat badan, tromboembolisme, sepsis, sindrom

    disfungsi multiorgan.

    Sumber: 6itaran, )$$0

    2.5. Pen-ega/an

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    16/30

    16

    Tindakan pencegahan merupakan usaha yang sangat penting dalam

    menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat tetanus. da dua cara mencegah

    tetanus, yaitu peraatan luka yang adekuat dan imunisasi aktif dan pasif.

    Imunisasi aktif dilakukan dengan memberikan tetanus toksoid yang bertujuan

    merangsang tubuh untuk membentuk antitoksin. Imunisasi aktif dapat dimulai

    sejak anak berusia ) bulan dengan pemberian imunisasi D3T atau DT. !ntuk 

    orang deasa digunakan tetanus toksoid (TT". Aadal imunisasi dasar untuk 

     profilaksis tetanus bervariasi menurut usia pasien.1#

    Ta*el ,. Ja$6al I%uniai Aktif Ter/a$a# Tetanu

    7ayi dan anak

    normal.

    Imunisasi D3T pada usia ),0,@, dan 1#'1& bulan.

    Dosis ke'# diberikan pada usia 0'@ tahun.

    Sepuluh tahun setelahnya (usia 10'1@ tahun" diberikan injeksi

    TT dan diulang setiap 1$ tahun sekali.

    7ayi dan anak normal

    sampai usia / tahun

    yang tidak

    diimunisasi pada

    masa bayi aal.

    D3T diberikan pada kunjungan pertama, kemudian ) dan 0

     bulan setelah injeksi pertama.

    Dosis ke'0 diberikan @'1) bulan setelah injeksi pertama.

    Dosis ke'# diberikan pada usia 0'@ tahun.

    Sepuluh tahun setelahnya (usia 10'1@ tahun" diberikan injeksi

    TT dan diulang setiap 1$ tahun sekali.!sia / tahun yang

     belum pernah

    diimunisasi.

    Imunisasi dasar terdiri dari * injeksi TT yang diberikan pada

    kunjungan pertama, 0'& minggu setelah injeksi pertama, dan @'

    1) bulan setelah injeksi kedua.

    Injeksi TT diulang setiap 1$ tahun sekali.

    Ibu hamil yang belum

     pernah diimunisasi.

    +anita hamil yang belum pernah diimunisasi harus menerima )

    dosis injeksi TT dengan jarak ) bulan (lebih baik pada )

    trimester terakhir".

    Setelah bersalin, diberikan dosis ke'* yaitu @ bulan setelah

    injeksi ke') untuk melengkapi imunisasi.

    Injeksi TT diulang setiap 1$ tahun sekali.

    pabila ditemukan neonatus lahir dari ibu yang tidak pernah

    diimunisasi tanpa peraatan obstetrik yang adekuat, neonatus

    tersebut diberikan )#$ I! human tetanus immunoglobulin.

    Imunitas aktif dan pasif untuk ibu juga harus diberikan.

    Sumber: dlich, )$$*

    Imunisasi aktif dan pasif juga diberikan sebagai profilaksis tetanus pada

    keadaan trauma. 6ekomendasi untuk profilaksis tetanus adalah berdasarkan

    kondisi luka khususnya kerentanan terhadap tetanus dan riayat imunisasi pasien.

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    17/30

    17

    Tanpa memperhatikan status imunitas aktif pasien, pada semua luka harus

    dilakukan tindakan bedah segera dengan menggunakan teknik aseptik yang hati'

    hati untuk membuang semua jaringan mati dan benda asing. 3ada luka yang

    rentan terhadap tetanus harus dipertimbangkan untuk membiarkan luka terbuka.

    Tindakan yang demikian penting sebagai profilaksis terhadap tetanus .1@

    Satu'satunya kontraindikasi terhadap tetanus toksoid untuk pasien trauma

    adalah reaksi neurologis atau hipersensitivitas terhadap dosis sebelumnya. fek 

    samping lokal tidak menjadi alasan untuk tidak memberikan tetanus toksoid.

    7erikut adalah panduan pemberian profilaksis tetanus pada pasien trauma.

    Individual dengan faktor risiko status imunisasi tetanus yang inadekuat (imigran,

    kemiskinan, orang tua tanpa riayat injeksi booster yang jelas" harus diterapi

    sebagai yang riayatnya tidak diketahui.1@

    Ta*el '. Pan$uan #e%*erian #r!filaki tetanu #a$a #aien trau%a

    6iayat imunisasi

    tetanus sebelumnya

    (dosis"

    Huka rentan tetanus Huka tidak rentan tetanus

    TT TI9 TT TI9

    Tidak diketahui atau C * Ka Ka Ka Tidak   * dosis Tidak  

    (kecuali #

    tahun sejak 

    dosis

    terakhir"

    Tidak Tidak  

    (kecuali

    1$ tahun

    sejak dosis

    terakhir"

    Tidak

    Sumber: American College of Surgeon Committee on %rauma (1#"

    !ntuk anak L / tahun dapat digunakan D3T sebagai pengganti TT. Dosis

     profilaksis TI9 yang direkomendasikan adalah )#$ I! diberikan intramuskular.

    pabila diberikan imunisasi tetanus (TT atau D3T" dan TI9 secara bersamaan,

    gunakan alat injeksi yang berbeda dan tempat injeksi yang terpisah. pabila tidak 

    tersedia TI9 dapat digunakan anti tetanus serum (TS" yang berasal dari serum

    kuda dengan dosis *$$$'@$$$ I!. TS lebih sering menimbulkan reaksi

    hipersensitivitas dibandingkan TI9 karena mengandung protein asing bahkan

     pada pasien dengan tes kulit atau konjungtiva negatif sebelum pemberian (insiden

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    18/30

    18

    #'*$%". TS hanya diberikan apabila tidak tersedia TI9 dan kemungkinan tetanus

    melebihi reaksi yang potensial terhadap produk ini 1#.

    3ada kondisi tertentu dapat dijumpai antitoksin pada serum seseorang yang

    tidak memiliki riayat imunisasi atau peninggian titer antitoksin yang

    karakteristik sebagai respon imun sekunder pada beberapa orang yang diberikan

    imunisasi tetanus toksoid untuk pertama kali. al ini disebut sebagai imunitas

    alami. Imunitas alami dapat terjadi karena C. tetani  telah diisolasi dari feses

    manusia. 7akteri yang berada di dalam lumen usus merangsang terbentuknya

    imunitas pada host . Imunitas alami dapat menjelaskan mengapa insiden tetanus

    tidak tinggi pada beberapa negara dimana pemberian imunisasi tetanus tidak 

    terlaksana dengan baik 1#.

    BAB "

    LAP78AN KASUS

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    19/30

    19

    ".1. Ana%nei

    Tuan +, @@ tahun, datang ke 6umah Sakit !mum 3usat aji dam 2alik 

    dengan keluhan kejang. al ini dialami pasien sejak 1 hari sebelum masuk rumah

    sakit. 5ejang berlangsung terus menerus tanpa disertai penurunan kesadaran.

    5ejang rangsang dijumpai. +ajah menyeringai dijumpai. Hima hari yang lalu,

    kaki kanan pasien tertusuk duri kelapa sait di belakang rumahnya. 9igi hitam

    dan berlubang dijumpai. 3asien sudah mendapat pertolongan pertama dari 6S

    S!6K 7injai, dan dirujuk ke 6S!3 . dam 2alik 2edan. 77 dan 75 

    dalam batas normal.

    63T : Tidak ada

    63- : 2etronida=ol, Dia=epam, TS, 6anitidin, dan -ndansentron

    Time Sequence

    ".2. Pe%erikaan 9iik 

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    20/30

    20

    • B1 : airay clear dengan TT Fo. /.# cuff terpasang, 66 : )$

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    21/30

    21

    ".(. Pe%erikaan Penunjang

    ".(.1. La*!rat!riu% I)D

    Jeni #e%erikaan Hail 8ujukan

    HEAT7L7)I

    emoglobin (97" 1*, g% 11,/G1#,#

    Heukosit (+7" )).&@$ mm* 0,#G11,$

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    22/30

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    23/30

    23

    ".'. 9!ll!64D 6H )$ gtt;i

    • I>4D 4entanyl )$$ mcg dalam #$ cc Fal $, %# cc;jam

    • I>4D Dia=epam )cc;jam

    • I>4D 6ocuronium *cc;jam

    • Inj 2etronida=ol #$$mg;& jam

    • TS (debridement" 1#$$ I!

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    24/30

    24

    • Inj 6anitidine #$mg;1) jam

    • Inj 3T 1 gr (k;p"

    • >it 1 gr;)0 jam

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    25/30

    25

    BAB &

    DISKUSI

    N!. Kau Te!ri

    1. 3asien, laki'laki berusia @@

    tahun.

    E#i$e%i!l!gi

    Insiden dan mortalitas lebih tinggi pada

    kelompok usia neonatus dan ? #$ tahun

    dibandingkan kelompok umur lain.

    ). 5aki kanan pasien tertusuk 

    duri kelapa sait di belakang

    rumahnya.

    Eti!l!gi

    Spora Clostridium tetani biasanya

    masuk kedalam tubuh melalui luka pada

    kulit oleh karena terpotong , tertusuk 

    ataupun luka bakar serta infeksi tali

     pusat (tetanus neonatorum".

    *. 3emeriksaan yang dijumpai

     pada pasien:

    ' 6iayat luka (E":tertusuk duri pada kaki

    kanan, gigi hitam dan

     berlubang

    ' 9ejala klinis: trismus,

    risus sardonicus,

    Penegakan $iagn!a

    ' Diagnosis dapat ditegakkan dari

    gambaran klinis dan adanya riayatluka yang mendahului. Tidak ada tes

    laboratorium yang dapat

    menegakkan diagnosa pasti tetanus.

    ' +- mendefinisikan penyakit

    tetanus pada deasa yaitu sekurang'

    kurangnya terdapat satu dari tanda'

    tanda berikut : trismus atau risus

    sardonicus atau kontraksi otot yang

    sangat nyeri.

    ' +alaupun definisi ini meminta

    terdapatnya riayat luka atau kaku,

    tetanus juga bisa terjadi

      pada pasien yang tidak memiliki

    riayat luka yang spesifik.

    0. Penatalakanaan A6al Penatalakanaan A6al

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    26/30

    26

    • Air6a=:  Air(ay clear)

    terintubasi TT Fo./,# cuff,

    c'spine stabil

    • Breat/ing: 66 1@ir-ulati!n: Capillary

     *efill %ime C) detik, kral:

    ;3;5 ,T;> kuat;cukup,TD:

    1)$;&$ mmg, 6:&$'1$$

    line dengan

    abbocath )$9 dan diberikan

    I>4D 6H

    • Dia*ilit=: 5esadaran: 9S

    D3-, >3!:

    unresponsive, P pupil : *

    mm : * mm, isokor, 6 : E;

    E

    • E;#!ure: fraktur ('",

    oedema('"

    • Air6a= : Spasme laring dapat

    terjadi segera, mengakibatkanobstruksi saluran nafas atas akut

    dan respiratory arrest .

    • Breat/ing :  3ernapasan dapat

    terpengaruh akibat spasme yang

    melibatkan otot'otot dada. Selama

    spasme yang memanjang, dapat

    terjadi hipoventilasi berat dan apnea

    yang mengancam nyaa. Tanpa

    fasilitas ventilasi mekanik, gagal

    nafas akibat spasme otot adalah

     penyebab kematian paling sering

    •   >ir-ulati!n: 3emberian cairan

    intravena

    •   Dia*ilit=: 4ungsi neurologis

    dievaluasi untuk defisit serius yang

    melibatkan otak dan sumsum tulang

     belakang.

    • E;#!ure:  2enentukan port de

    entry

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    27/30

    27

    #.   • Intubasi TT Fo./,#

    cuff,

    • I>4D 6H )$ gtt;i

    • 3emasangan kateter 

    urine dan memantau

    urine output

    • 3emasangan -9T

    • I>4D 4entanyl )$$

    mcg dalam Fal $, %

    • Drip # amp Dia=epam

    dalam #$$ cc D#% )$

    gtt;i

    • Inj Dia=epam 1 amp

    (k;p"  bila pasien

    kejang

    • Inj 2etronida=ol

    #$$mg;& jam

    • I>4D 6ocuronium

    *cc;jam

    • Inj 6anitidine #$mg;1)

     jam

    • >it 1 gr;)0 jam

    E4aluai A6al

    a. Terapi suportif aal

     b. 2anajemen luka.

    c. 2enghentikan pelepasan toksin

    di dalam luka

    d. 2enetralisasi toksin yang belum

    terikat.

    e. 5ontrol manifestasi klinis

     penyakit akibat toksin yang

    sudah terikat.

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    28/30

    28

    BAB (

    KESIPULAN

    Tuan +, @@ tahun, datang ke 6umah Sakit !mum 3usat aji dam 2alik 

    dengan keluhan kejang. al ini dialami pasien sejak 1 hari sebelum masuk rumah

    sakit. 5ejang berlangsung terus menerus tanpa disertai penurunan kesadaran.

    5ejang rangsang dijumpai. +ajah menyeringai dijumpai. Hima hari yang lalu,

    kaki kanan pasien tertusuk duri kelapa sait di belakang rumahnya. 9igi hitam

    dan berlubang dijumpai. 3asien sudah mendapat pertolongan pertama dari 6S

    luar, dan dirujuk ke 6S!3 . dam 2alik 2edan. 77 dan 75 dalam batas

    normal.

    7erdasarkan pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium, pasien

    didiagnosa dengan Penurunan Kea$aran et -aua Tetanu. 3ada pasien ini

    dilakukan tindakan pemasangan TT . 3enatalaksanaan berupa:

    • 2emastikan jalan nafas clear. 2embebaskan jalan nafas dengan

    melakukan intubasi TT no /,# cuff saat desaturasi.

    • -ksigen via TT & H;i, Sa-) &%

    3emasangan I> line dengan abbocath yakni )$9, I>4D 6H )$ gtt;i

    • 3emasangan kateter urine dan memantau urine output

    • 3emasangan -9T

    • I>4D 4entanyl )$$ mcg dalam Fal $, %

    • I>4D 6ocuronium *cc;jam

    • Inj Dia=epam 1 amp (k;p" bila pasien kejang

    • TS (debridement" 1#$$ I!

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    29/30

    29

    • Inj 2etronida=ol #$$mg;& jam

    • Inj 6anitidine #$mg;1) jam

    • Inj 3T 1 gr (k;p"

    • >it 1 gr;)0 jam

    DA9TA8 PUSTAKA

    1. Thaites H, Ken H2. Tetanus. In: 4ink 23, braham , >incent AH,

    5ochanek 32, editors. %extboo! of Critical Care. #th ed. 3hiladelphia:

    lsevier SaundersN )$$#.p.10$1'0.

    ). Hipman A. Tetanus. In: 7ersten D, Soni F, eds. -hQs  Intensive Care

     +anual . @th ed. 3hiladelphia: 7utterorth einemann lsevierN

    )$$.p.#*'/.

    *. Taylor 2. %etanus. Continuing education in anesthesia) critical are ,

     pain. >ol. @ Fo. *. RInternet. )$$@ Rcited )$1* -ct )$. vailable from:

    http:;;.ceaccp.o Sagung SetoN)$$

    #. dlich 64, ill H9, 2ahler , o< 2A, 7ecker D9, Aed . oroit= 2,

    et al.  +anagement and Prevention of %etanus. Aournal of Hong'Term

    ffects of 2edical Implants. )$$*N1*(*":1*'#0..

    @. Ismanoe 9. %etanus. Dalam: Sudoyo +, Setyohadi 7, li I, 5 2S,

    Setiati S, (editor".  u!u Ajar Ilmu Penya!it alam. Aakarta: 3usat

    3enerbitan I3D 45!IN )$$/.

    /. ook T, 3rotheroe 6, andel A. Tetanus: a revie of the literature.  ritish

     /ournal of Anaesthesia. )$$1N&/(*":0//'&/.

    &. +-. Current recommendations for treatment of tetanus during 

    humanitarian emergencies. )$1$. vailable online from:

    http:;;hOlibdoc.ho.int;hO;)$1$;+-S96D)$1$.)eng.pd

    f. Rccessed on )/ 4ebruari )$1@.

    . Haksmi, F. 5. S., Penatala!sanaan %etanus. D5')));vol.01 no 11. )$10.

    7ali. Indonesia

  • 8/19/2019 Fix Lapkas Anastesi

    30/30

    30

    1$. infrey 37. %etanus 0 1vervie( and 2or!up. )$1*. vailable online from:

    http:;;emedicine.medscape.com;article;))#0'orkupUshoall.

    Rccessed on )/ 4ebruari )$1@

    11. Ismanoe 9. Tetanus. Dalam: Sudoyo, ru +. et al (eds". 7uku jar Ilmu

    3enyakit Dalam Ailid III. disi #. Aakarta: 9N )$$/. p. 1///'

    1). 5apita selekta kedokteran;editor, hris Tanto , et al., d. 0. Aakarta :

    2edia esculapius, )$10.

    1*. 6itaran 5. %etanus. Hecture 3aper. )$$0. vailable online from:

    http:;;repository.usu.ac.id;bitstream;1)*0#@/&;*0#@;1;penysaraf'

    kiking).pdf . Rccessed on )/ 4ebruari )$1@

    10. 7hatia 6, 3rabhakar S, 9rover >5 . %etanus. Feurology India.

    )$$)N#$:*&'0$/.

    1#. dlich 64, ill H9, 2ahler , o< 2A, 7ecker D9, Aed . oroit= 2,

    et al. 2anagement and 3revention of Tetanus. /ournal of 3ong-%erm

     #ffects of +edical Implants. )$$*N1*(*":1*'#0.

    1@. 6oss S. 3rophyla