fitoremediasi sebagai pengolahan lanjutan alternatif

7
FITOREMEDIASI SEBAGAI PENGOLAHAN LANJUTAN ALTERNATIF (penelitian pengolahan limbah cari tahu dengan tanaman uji Lemna minor dan Hydrilla verticillata) Pencemaran air limbah saat ini semakin lama semakin meningkat diiringi semakin meningkat pula perkembangan industri masyarakat. Salah satu limbah yang berpotensi mencemari perairan adalah limbah tahu, dimana perkembangan usaha olahan tahu semakin lama semakin berkembang. Dapat kita jumpai di pusat perbelanjaan, di pasar, bahkan di area kuliner banyak yang menjajakan aneka macam olahan tahu maka tidak bisa dipungkiri limbah yang nantinya akan terproduksi usaha rumahan tahu makin meningkat pula. Aneka olahan tahu memang enak bagi perut kita tapi limbah yang dihasilkan industri tahu pasca produksi belum tentu enak lho bagi lingkungan perairan. Belum lagi warna limbah yang keruh, belum lagi baunya yang menyengat, dan yang paling membahayakan adalah polutan dan bahan kimia yang terkandung di limbah itu sendiri kalau ternyata sentra industri tahu itu kedapatan memakai bahan kimia berbahaya seperti borax cs dalam memproduksi tahu. Nah dalam skripsi yang saya susun, saya meneliti tentang pengolahan limbah tahu dengan metode

Upload: agnes-tyagita-ayudyaningtyas

Post on 20-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

FITOREMEDIASI SEBAGAI PENGOLAHAN LANJUTAN ALTERNATIF(penelitian pengolahan limbah cari tahu dengan tanaman uji Lemna minor dan Hydrilla verticillata)

Pencemaran air limbah saat ini semakin lama semakin meningkat diiringi semakin meningkat pula perkembangan industri masyarakat. Salah satu limbah yang berpotensi mencemari perairan adalah limbah tahu, dimana perkembangan usaha olahan tahu semakin lama semakin berkembang. Dapat kita jumpai di pusat perbelanjaan, di pasar, bahkan di area kuliner banyak yang menjajakan aneka macam olahan tahu maka tidak bisa dipungkiri limbah yang nantinya akan terproduksi usaha rumahan tahu makin meningkat pula.Aneka olahan tahu memang enak bagi perut kita tapi limbah yang dihasilkan industri tahu pasca produksi belum tentu enak lho bagi lingkungan perairan. Belum lagi warna limbah yang keruh, belum lagi baunya yang menyengat, dan yang paling membahayakan adalah polutan dan bahan kimia yang terkandung di limbah itu sendiri kalau ternyata sentra industri tahu itu kedapatan memakai bahan kimia berbahaya seperti borax cs dalam memproduksi tahu. Nah dalam skripsi yang saya susun, saya meneliti tentang pengolahan limbah tahu dengan metode fitoremediasi dengan menggunakan tanaman Hydrilla verticillata dan Lemna minor. Limbah tahu yang saya jadikan sample adalah limbah cari hasil produksi di salah satu pengusaha tahu skala rumah tangga di Kota Malang dan kedua tanaman uji tersebut akan diuji keefektifitasnya dalam menurunkan konsentrasi polutan yang terkadung di limbah tahu yaitu BOD dan COD. Nilai konsentrasi BOD dan COD limbah cair tahu yang akan dijadikan sample mencapai nilai 1.237 mg/l dan 10.934 mg/l. Nilai konsentrasi BOD dan COD tersebut melebihi standar baku mutu limbah cari industri tahu berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 45 Tahun 2002 yang memiliki standar baku mutu untuk BOD dan COD sebesar 150 mg/l dan 300 mg/l. Bisa dibayangkan bagaimana jika sepanjang sungai terdapat buangan air limbah dari berbagai jenis industri selain industri tahu yang memiliki kemungkinan limbah yang dibuang memiliki kandungan pencemar yang lebih tinggi dan bahaya dibandingkan limbah industri tahu. Sungai menjadi semakin pekat, keruh, berbau menyengat dan bahaya bagi lingkungan, biota yang hidup di dalamnya bahkan berbahaya bagi kesehatan manusia.Metode fitoremediasi memang bukan termasuk dalam primary treatment namun dapat dijadikan pengolahan alternatif sederhana maupun pengolahan lanjutan. Fitoremediasi dijadikan sebagai pengolahan alternatif karena merupakan metode pengolahan yang simple, tidak membutukan pengeluaran yang banyak, namun diperlukan ketelitian terutaman pada saat aklimatisasi tanaman uji. Sebelum tanaman diaplikasikan pada reaktor uji, tanaman Hydrilla verticillata dan Lemna minor diaklimatisasi dengan tujuan agar kedua tanaman tersebut tidak shock ketika diaplikasikan ke limbah murni mengingat kandungan ph limbah berbeda dengan ph air tempat hidup tanaman. Setelah didapatkan kondisi media hidup yang cocok, kedua tanaman bisa mulai diaplikasikan pada reaktor uji. Reaktor uji berjumlah 8 buah, 4 buah untuk tanaman Hydrilla verticillta dan 4 buah untuk tanaman Lemna minor. Empat reaktor tersebut terdiri dari 1 buah reaktor kontrol, 3 reaktor untuk kerapatan 70 mg/cm2, 80 mg/cm2, dan 90 mg/cm2. Penelitian ini dilakukan selama 10 hari dengan pengambilan sampel tiap 2 hari untuk dilakukan analisa BOD dan COD sehingga dikethaui berapa persen penurunan yang terjadi. Pada reaktor kontrol penurunan BOD hingga hari ke-10 mencapai 89,34 % hingga konsentrasi BOD menjadi 131,75 mg/l dan COD mengalami penurunan 96,12% sehingga pada hri ke-10 konsesntrasi COD menjadi 423,75. Penurunan konsentrasi yang terjadi pada reaktor kontrol hanya memanfaatkan peran mikroba dalam air limbah untuk menguraikan bahan-bahan organik. Prinsip degradasi polutan pada reaktor kontrol ini sama seperti prinsip kerja kolam oxidasi yaitu pemulihan air dengan kekuatan alami. Oksidasi berlangsung ketika sinar matahari dapat memasuki dasar kolam (Ginting, 2007).Pada reaktor uji kerapatan 70 mg/cm2 hingga 90 mg/cm2 penurunan konsentrasi BOD dan COD paling optimal terjadi pada waktu operasional hari ke-6 karena pada hari ke-8 hingga ke-10 kondisi limbah sebagai media hidup tanaman sudah mengalami kejenuhan sehingga konsentrasi BOD dan COD mengalami kenaikan bahkan sebagian besar tanaman mengalamai kematian.Terjadinya kenaikan konsentrasi BOD, COD dan kematian tanaman uji dikarenakan kondisi air limbah semakin berkurang akibat pengambilan sampel untuk analisa sehingga terjadi kejenuhan dan terjadi kompetisi dari tanaman uji dalam mendapatkan nutrien agar dapat tetap tumbuh. Kompetisi yang tidak seimbang itu menyebabkan terjadinya pendangkalan dan perombakan bahan organik akibat pembusukan tanaman sehingga menyebabkan kenaikan konsentrasi bahan pencemar itu sendiri.Dari hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan tanaman Hydrilla verticillata lebih baik dalam menurunkan konsentrasi BOD dan COD dibandingan tanaman Lemna minor pada waktu optimal hari ke-6. Proses penurunan konsentrasi BOD dan COD oleh kedua jenis tanaman uji dibedakan atas tingkat kemampuan yang dimiliki berdasarkan struktur morfologi. Pada proses fitoremediasi yang memegang peranan penting dalam mengurangi atau menyerap kandungan BOD dan COD adalah akar tanaman. Tanaman dapat meremoval kontaminan sedalam atau sejauh akar tanaman dapat tumbuh (Rock, 1997 dalam Gunawan, 2006) dan proses penyerapan unsur-unsur kimia oleh tanaman dilakukan melalui membran sel secara difusi dan osmosis (Heider et al, 1984 dalam Fatoni, 2008). Akar tanaman dari kedua tanaman uji mempunyai panjang sekitar 5-20 mm, namun tanaman Hydrilla verticillata juga memanfaatkan daun dan batangnya yang ikut terendam dalam meremoval kandungan BOD dan COD.Tanaman Hydrilla verticillata mempunyai struktur daun yang kecil dan seluruh bagian tubuhnya (daun, akar maupun batangnya) terendam di dalam limbah. Hal ini membuat tanaman Hydrilla verticillata mampu hidup lebih lama, laju evaporasi juga menjadi besar serta memperbesar laju penyerapan konsentrasi BOD dan COD sehingga persen removal menjadi lebih besar. Tanaman Lemna minor mempunyai akar yang kecil serta menggantung di permukaan air sehingga penyerapan oleh akar juga kecil. Tanaman Lemna minor mempunyai permukaan daun yang relatif kecil dan berada mengapung di atas permukaan air sehingga penguapan dari permukaan daun juga relatif kecil yang mengakibatkan penyerapan air lebih sedikit. Penguapan yang semakin sedikit mengakibatkan laju penyerapan air atau polutan semakin sedikit pula sehingga prosentase removal menjadi rendah. Selain struktur morfologi dari tanaman uji, aktifitas mikroorganisme juga memegang peranan penting dalam proses penguraian bahan organik. Senyawa-senyawa organik yang tersisa pada larutan yang tersuspensi dalam air, melekat pada sedimen atau melekat pada akar tanaman akan diuraikan oleh mikroorganisme menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Pada sistem pengolahan limbah dengan menggunakan tanaman air seperti Lemna minor dan Hydrilla verticillata, mikroorganisme dan tanaman air tersebut merupakan organisme utama yang berperan dalam proses penyerapan zat organik dan nutrient dalam air limbah. Mikroorganisme menguraikan bahan organik menjadi molekul atau ion yang mudah diserap oleh tanaman uji melalui akar. Proses penyerapan ion-ion oleh tanaman uji akan mencegah terjadinya pemupukan ion-ion yang dapat bersifat racun bagi mikroorganisme itu sendiri.