fisiologi pernapasan
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH 1
FISIOLOGI PERNAPASAN DAN PENGKAJIAN JALAN NAPAS ATAS
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Dewi Rahmatika
Hamidatu Ulfiyah
Humaira
Ike Yulianti
Novia Putri Astuti
Nurul Chairini
Qoys M. Iqbal A.
Rafita Oktavia
Selly Ayu HHF
Siti Namira
Sumaryani
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
Fisiologi pernapasan
Pernapasan pada manusia dimulai dari hidung nasopharing oropharing laringopharing
laring trakea bronkus bronkiolus alveolus alveoli.
Hidung
Hidung merupakan organ utama saluran pernafasan yang langsung berhubungan dengan
dunia luar. Struktur hidung dikelompokan menjadi 2 yaitu, hidung bagian luar (eksterna) dan
bagian Dalam (interna).
Epitel vestibulum mengandung banyak rambut-rambut yang berperan dalam filtrasi
udara. Pada bagian rongga hidung diselaputi oleh epitel berlapis semu bersilia, bersel
goblet yang mengandung banyak kelenjar.
Khonka nasalis berfungsi untuk menghangatkan udara yang masuk melalui kapiler-
kapiler yang ada di khonka nasalis dan dilembabkan oleh lendir yang dihasilkan sel
goblet.
Bulbus olfaktorius berfungsi untuk menerima rangsanga dalam bentuk zat kimia dalam
uap udara yang kita hirup, yang nantinya akan dipersepsikan sebagai bau atau aroma.
Sinus paranasal berperan sebagai penyesuaian suhu udara dan memberikan efek resonansi
udara.
Faring
Nasofaring berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada membran timpani
Orofaring
Laringofaring, merupakan daerah pertemuan antara pernafasan dan saluran pencernaan
melalui peran epiglottis.
Laring
Laring dilapisi oleh membrane epitel berlapis pipih yang mampu menahan getaran saat
bersuara.
Sebagai jalan masuknya udara, membersihkan jalan masuknya makanan ke esophagus
dan sebagai produksi suara, karena terdapat pita suara yang dapat bergetar atau menegang
saat aliran udara melewatinya.
Trakea
Ujung trakea bercabang kanan dan kiri (bronkus primer) percabangan ini disebut karina,
sangat sensitive terhadap benda asing yang masuk sehingga berespon menjadi reflek
batuk.
Trakea dilapisi oleh mukusa dan jaringan submukosa dan adventitia. Epitel mukosa
mengandung sel-sel goblet yang memproduksi mucus dan epitel bersilia yang berfungsi
menyapu partikel yang lolos dari hidung. Lapisan submukosa terdiri dari jaringan
konektif yang mengandung kelenjar sel mucus yang memproduksi mucus. Lapisan sel
adventisia disususn oleh jaringan konektif
Terdapat 15-20 cincin fertilago, yang berbentuk huruf C yang berfungsi untuk
mempertahankan lumen trakea tetap terbuka.
Bronkus
Merupakan cabang dari trakea yang bercabang ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
Terdapat pula cincin fertilago.
Paru-paru
Terdapat pleura yang berisi cairan, yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru.
Dinding ronga pleura bersifat permeable terhadap air dan zat-zat lain.
Alveolus
Alveolus mengandung satu lapisan sel epitalia squamosa dan dindingnya dikelilingi
kapiler darah sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Tinjuan Fisiologi Pernapasan
Sel- sel tubuh mendapatkan energy yang mereka butuhkan dari oksidasi karbohidrat,
lemak dan protein. Seperti hal nya pada semua jenis kombusion, proses ini membutuhkan
oksigen.
Transpor oksigen , oksigen dipasok ke sel dan karbon dioksida dibuang dari sel melalui
sirkulasi darah. Sel- sel berhubungan dekat dengan kapiler, yang berdinding tipis sehingga
memungkinkan terjadinya pertukaran atau lewatnya oksigen dan karbon dioksida dengan mudah.
Oksigen berdifusi dari kapiler menembus dinding kapiler ke cairan interstisial dan kemudian
melalui membrane sel ke jaringan, tempat dimana oksigen dapat digunakan oleh mitikondria
untuk pernapasan seluler. Gerakan karbon dioksida juga terjadi melalui difusi dan belanjut
dengan arah yang berlawanan , dari sel ke dalam darah.
Pertukaran gas, setelah pertukaran kapiler jaringan ini, darah memasuki vena sistemik
(darah vena) dan mengalir kesirkulasi pulmonal. Konsentrasi oksigen dalam darah didalam
kapiler paru- paru lebih rendah dibanding dengan konsentrasi dalam kantung udara paru, yang
disebut alveoli. Sebagai akibat gradient konsentrasi ini, oksigen berdifusi dari alveoli kedalam
darah. Karbon dioksida, yang mempunyai konsentrasi dalam darah lebih tinggi konsentrasinya
dalam alveoli, berdifusi dari dalam ke dalam alveoli. Gerakan udara ke dan keluar jalan napas
(disebut ventilasi) secara kontinu memurnikan oksigen dan membuang Karbon dioksida dari
jalan dalam paru. Keseluruhan proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah dan antara
darah dengan sel- sel tubuh ini disebut respirasi.
Anatomi Paru
Paru adalah struktur elastic yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan suatu
bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan
dinding sangkar toraks dan dasarnya itu yaitu diafragma.
Pleura. Bagian terluar dari paru- paru dikelilingi oleh membrane halus, licin yaitu pleura,
yang juga meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior diafragma.
Pleura parietalis melapisi toraks dan pleura viseralis melapisi paru- paru. Antar kedua pleura ini
terdapat ruang, yang disebut spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang
melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.
Mediastinum. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua
bagian. Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru- paru
terletak antara kedua lapisan pleura.
Lobus. Setiap paru dibagi menjadi lobus- lobus. Paru kiri terdiri atas lobus bawah dan
atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus lebih jauh
dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasan pleura.
Bronkus dan Bronkiolus. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap lobus paru.
Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri). Bronkus lobaris
dibagi menjadi bronkus segmental (10 pada paru kanan dan 8 pada paru kiri), yang merupakan
struktur yang dicari ketika memilih posisi drainase postural yang paling efektif untuk pasien
tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus subsegmental. Bronkus ini
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf. Bronkus subsegmental
kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus, yang tidak mempunyai kartilago dalam
dindingnya. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa, yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk lapisan bagian dalam jalan napas. Bronkus dan
bronkiolus juga dilapisi oleh sel- sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang
disebut silia. Silia ini menciptakan gerakan menyapu yang konstan yang berfungsi untuk
mengelurkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis, yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus
respiratori, yang dianggap menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan
udara pertukaran gas. Jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml udara dalam pertukaran
gas. Ini dikenal sebagai ruang rugi fisiologik. Bronkiolus respiratori kemudian mengarah
kedalam duktus alveolar dan sakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan Karbon
dioksida terjadi dalam alveoli.
Alveoli. Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Yang tersusun dalam kluster antara 15
sampai 20 alveoli. Terdapat 3 jenis sel- sel alveolar, yaitu:
- Sel -sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar.
- Sel-sel alveolar tipe II adalah sel- sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfaktan,
suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
koleps.
- Sel-sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel- sel fagositis yang besar
yang memakan benda asing (mis. Lender, bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan yang penting.
Mekanisme ventilasi
Selama inspirasi, udara mengalir dari lingkungan sekitar ke dalam trakea, bronkus,
bronkiolus, dan alveoli. Selama ekspirasi, gas alveolar menjalani rute yang sama dengan arah
yang berlawanan.
Factor fisik yang mengatur aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru secara
bersamaan disebut sebagai mekanika ventilasi dan mencakup varians tekanan udara, resistensi
terhadap aliran udara, dan kompliens paru.
1. Varians Tekanan Udara. Udara mengalir dari region yang tekanannya tinggi ke region
dengan tekanan lebih rendah. Selama inspirasi, gerakan diafragma dan otot-otot
pernapasan lain memperbesar rongga toraks dan dengan demikian menurunkan tekanan
di dalam toraks sampai tingkat di bawah atmosfer. Karenanya, udara tertarik melalui
trakea dan bronkus ke dalam alveoli. Selama ekspirasi normal, diafragma rileks, dan paru
mengepis, mengakibatkan penurunan tekanan rongga toraks. Tekanan alveolar kemudian
melebihi tekanan atmosfer , dan udara mengalir dari paru-paru ke dalam atmosfer.
2. Resistensi Jalan Udara. Resistensi ditentukan terutama ditentukan oleh diameter atau
ukuran saluran udara tempat udara mengalir. Karenanya setiap proses yang mengubah
diameter atau kelebaran bronchial akan mempengaruhi retensi jalan udara dan mengubah
kecepatan aliran udara sampai sampai gradient tekanan tertentu selama respirasi. Factor-
faktor umum yang dapat mengubah diameter bronchial termasuk kontraksi otot polos
bronchial, seperti pada asma; penebalan mukosa bronkus, seperti pada bronchial kronis;
atau obstruksi jalan udara akibat lendir, tumor, atau benda asing. Dengan meningkatnya
resistensi, dibutuhkan upaya pernapasan yang lebih besar dari normal untuk mencapai
tingkat ventilasi normal.
3. Kompliens. Ukuran elastisitas, ekspandibilitas, dan distensibilitas paru-paru dan struktur
toraks disebut kompliens. Factor yang menentukan kompliens paru adalah tahanan
permukaan alveoli (normalnya rendah dengan adanya surfaktan) dan jaringan ikat,
(misalnya kolagen dan elastin) paru-paru. Dalam kompliens normal, (1,0 L/cm H2O),
paru-paru dan toraks dapat meregang dan membesar dengan mudah ketika diberi tekanan.
Pengukuran kompliens merupakan salah satu metoda yang digunakan untuk mengkaji
kemajuan dan perbaikan dalam ARDS.
4. Fungsi Paru, yang mencerminkan mekanisme ventilasi disebut dengan istilah volume
paru dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi volume tidal, volume cadangan
inspirasi, volume cadangan ekspirasi, dan volume residual. Kapasitas paru dievaluasi
dalam hal yang disebut kapasitas vital, kapasitas inspirasi, kapasitas residual fungsional,
dan kapasitas paru total.
Difusi dan Perfusi
Difusi adalah proses dimana terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada tempat
pertemuan udara-darah. Membrane alveolar-kapiler merupakan tempat yang ideal untuk difusi
karena membrane ini mempunyai permukaan yang luas dan tipis.
Perfusi pulmonar adalah aliran darah actual melalui sirkulasi pulmonar. Sirkulasi
pulmonar dianggap system tekanan rendah karena tekanan darah sistolik dalam arteri pulmonalis
adalah 20-30 mmHg dan tekanan diastolic adalah 5-15 mmHg. Perfusi juga dipengaruhi oleh
tekanan alveolar. Kapiler pulmonal tertumpuk diantara perbatasan alveoli. Jika tekanan alveolar
cukup tinggi, kapiler akan tergencet.
Keseimbangan dan Ketidakseimbangan Ventilasi dan Perfusi
Ventilasi adalah aliran gas masuk dan keluar paru-paru, dan perfusi adalah pengisian
kapiler pulmonar dengan darah. Pertukaran darah yang adekuat tergantung pada rasio ventilasi,
perfusi yang adekuat. Perubahan dalam perfusi dapat terjadi karena perubahan tekanan arteri,
tekanan alveolar, dan gaya grafitasi. Perubahan ventilasi dapat terjadi dengan sumbatan jalan
udara, perubahan setempat kompliens paru, dan gaya gravitasi.
Ketidakseimbangan ventilasi perfusi terjadi jika terdapat ketidakcukupan ventilasi atau
perfusi, atau keduanya. Terdapat 4 kemungkinan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
a. Normal: ventilasi sesuai dengan ventilasi perfusi. Pada paru-paru sehat, sejumlah tertentu
darah melewati alveolus dan bertemu dengan gas dengan jumlah yang sama.
b. Rasio ventilasi-perfusi rendah: gangguan yang mengakibatkan pirau. Ketika perfusi
melebihi ventilasi, terjadi pemirauan. Darah yang melewati alveoli tidak mengalami
pertukaran gas. Ini bisa disebabkan oleh obstruksi jalan udara distal seperti pada
pneumonia, atelektatis, tumor, atau plugmukus.
c. Rasio fentilasi perfusi-tinggi: gangguan yang menimbulkan ruang rugi. Ketika ventilasi
melebihi perfusi, terjadi ruang rugi. Alveoli tidak memiliki suplai darah yang mencukupi
untuk memungkinkan terjadinya pertukatran gas. Hal ini disebabkan emboli pulmonal,
infark pulmonal, dan syok kardiogenik.
d. Unit silent: tidak terdapatnya ventilasi dan perfusi yang terbatas, terjadi unit silent.
Kondisi ini tampak pada pneumotoraks dan ARDS berat.
Pertukaran Gas
Udara yang kita hirup adalah campuran dari nitrogen (78,62%) dan oksigen (20,84%),
CO2 (0,04%), uap air (0,05%), helium, argon, dan sebagainya. . Tekanan atmosfir pada
ketinggian permukaan laut adalah sekitar 760 mmHg. Tekanan parsial adalah tekanan yang di
keluarkan oleh setiap gas dalam campuran gas-gas. Tekanan parsial gas adalah proporsional
terhadap konsentrasi gas-gas yang terdapat dalam campuran. Tekanan total yang di keluarkan
oleh campuran gas-gas adalah sebanding dengan jumlah tekanan-tekanan parsial.
Ketika udara memasuki trakea, udara mengalami saturasi sempurna dengan air, yang
menggantikan tempat sebagian gas-gas sehingga tekanan udara di dalam paru dapat tetap sama
dengan tekanan udara di luar (760 mm Hg).
Tekanan (mmHg)
Udara Atmosfir Udara Trakeal Udara Alveolar
PH2O 3,7 47,0 47,0
PN2 597,0 563,4 569,0
PO2 159,0 149,3 104,0
PCO2 0,3 0,3 40,0
Total 760,0 760,0 760,0
Transpor Oksigen
Oksigen di bawa dalam darah dengan bentuk:
a. Terlarut dalam plasma
b. Bergabung dengan Hb membentuk Oksihemoglobin O2 + Hb HbO2
Makin tinggi tekanan oksigen dalam arteri (PaO2), makin besar jumlah oksigen yang
terlarut. Jumlah oksigen yang tergabung dengan hemoglobin juga tergantung pada PaO2, tetapi
hanya sampai pada PaO2 sekitar 150 mmHg.
a. Ketika PaO2 adalah 150 mmHg, Hb tersaturasi 100% dan tidak akan bergabung dengan
oksigen lagi.
b. Ketika PaO2 kurang dari150 mmHg, persentasi Hb yang tersaturasi dengan oksigen akan
lebih rendah. PaO2 100 mmHg (nilai normal) saturasinya 97%, dan pada PaO2 40 mmHg
saturasinya 70%.
Kurva Disosiasi Oksihemoglobin
Kurva disosiasi oksihemoglobin memeperlihatkan hubungan antara tekanan parsial
osigen (PaO2) dan persentasi saturasi oksigen (SaO2). Kurva ini menunjukkan tiga tingkatan
kecukupan:
- Tingkat normal― PaO2 diatas 70 mmHg
- Tingkat relatif aman― PaO2 45 sampai
70 mmHg
- Tingkat berbahaya― di bawah 40
mmHg
Persentasi saturasi dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti, CO2, pH, suhu, dan
2,3 difosfogliserat. Kenaikan factor-faktor ini
akan menggeser kurve kea rah kanan, sehingga
lebih banyak oksigen yang kemudian
dilepaskan ke jaringan pada PaO2 yang sama. Penurunan faktor-faktor ini menyebabkan kurva
bergeser ke arah kiri, membuat ikatan antara oksigen dan Hb lebih kuat, sehingga lebih sedikit
oksigen yang dilepaskan ke dalam jaringan pada PaO2 yang sama.
Suatu pertimbangan penting dalam transport oksigen adalah curah jantung, karena
menentukan jumlah aliran darah yang membawa oksigen untuk dikirim ke seluruh tubuh.
Transpor Karbon Dioksida
Difusi oksigen dari darah ke dalam jaringan, sedangkan karbondioksida berdifusi dengan
arah yang berlawanan (misalnya, dari jaringan kedalam darah) dan ditransporkan ke paru-paru
untuk disekresikan. Jumlah karbon dioksida yang singgah didalam paru merupakan penentu
keseimbangan asam-basa tubuh, normalnya hanya 6% karbondioksida vena yang dibuang dan
jumlah yang cukup tetap ada di arteri memberikan tekanan 40mmHg. Kebanyakan CO2 (90%)
memasuki sel-sel darah merah, dan sejumlah kecil (5%) yang tersisa dilarutkan dalam plasma
(PCO2) adalah faktor untuk menentukan gerakan CO2 yang masuk dan keluar dari darah.
Kontrol Neurologis Ventilasi
Rirmisitas pernapasan dikontrol oleh pusat pernapasan yang terletak dalam otak, pusat
inspirasi dan ekspirasi yang terletak dalam medulla oblongata dan pons mengontrol frekuensi
serta kedalaman ventilasi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Pusat apneustik pada pons bagian bawah menstimulasi pusat medullar inspirasi untuk
meningkatkan inspirasi dalam dan lama. Sedangkan pusat pneumotaksik yang terletak pada pons
bagian atas untuk mengontrol pola pernafasan.
Kemoreseptor sentral terletak pada medulla dan berespons terhadap perubahan kimia
dalam cairan serebrospinal, akibat perubahan kimiawi dalam darah. Reseptor ini berespons
terhadap peningkatan atau penurunan pH dan menyampaikan pesan ke paru-paru untuk
mengubah kedalam dan kemudian frekuensi ventilasi untuk memperbaiki keseimbangan.
Kemoreseptor perifer terletak pada arkus aortik dan arteri karotis dan pertama berespons
terhadap perubahan PaO2, kemudian terhadap PaCO2 dan PH. Refleks Hering-Breuer diaktifkan
oleh regangan reseptor yang terletak dalam alveoli.
Ketika paru berdistensi, inspirasi mengalami hambatan; sebagai akibat, paru-paru tidak
mengalami overdistensi. Proprioseptor dalam otot dan persendiaan yang berespons terhadap
gerakan tubuh seperti olah raga yang menyebabkan peningkatan ventilasi dan pada pasien imobil
bisa menstimulasi pernapasan.
Baroreseptor, terletak pada korpus aortik dan karotis, berespons terhadap peningkatan
atau penurunan tekanan darah arteri dan menyebabkan refleks hiperventilasi atau hipoventilasi.
Pertimbangan Gerontologi
Penurunan secara bertahap dalam fungsi pernapasan dimulai pada awal masa dewasa
pertengahan dan mempengaruhi struktur fungsi pernapasan. Selama penuaan (40 tahun atau lebih
tua), perubahan dalam alveoli mengurangi area permukaan yang tersedia untuk pertukaran
oksigen dan Karbon dioksida. Pada usia 50 tahunan, alveoli mulai kehilangan eleastisitasnya.
Penebalan kelenjar bronkial juga meningkat sejalan dengan pertambahan usia.
Kapasitas vital paru-paru mencapai tingkat maksimalnya pada usia 20 sampai 25 tahun dan
menurun setelahnya sepanjang kehidupan.
Penurunan kapasitas vital paru terjadi sejalan dengan kehilangan mobilitas dada sehingga
membatasi aliran tidal udara. Perubahan ini mengakibatkan penurunan kapasitas difusi oksigen
sejalan peningkatan usia, menghasilkan oksigen rendah dalam sirkulasi arteri. Tetapi apabila
lansia tidak mengalami penyakit pulmonal kronis mereka tetap bisa menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari tetapi mereka mungkin mengalami penurunan toleransi aktivitas
berkepanjangan dan membutuhkan istirahat setelah melakukan aktivitas lama dan berat.
Pengkajian jalan napas atas
Hidung dan Sinus
Hidung dan sinus diperiksa dengan menginspeksi dan palpasi. Untuk pemeriksaan rutin
cukup digunakan sumber cahaya yang sederhana seperti pena cahaya, diperlukan. Pemeriksaaan
yang lebih menyeluruh memerlukan speculum hidung. Hidung eksternal diinspeksi terhadap lesi,
asimetri, atau inflamasi. Pasien kemudian diinstruksikan untuk mendongkakkan kepala
kebelakang sementara pemeriksa dengan perlahan mendorong ujung hidung keatas untuk
memeriksa struktur internal hidung.
Mukosa diinspeksi terhadap warna,
pembengkakan, eksudat, atau perdarahan. Mukosa hidung normalnya lebih merah dibandingkan
mukosa mulut, tetapi dapat tampak membengkak dan hyperemia pada keadaan terdapatnya
common cold. Namun demikian rintis alergi diduga bila mukosa tampak pucat dan bengkak.
Septum diinspeksi terhadap deviasi, perforasi, atau perdarahan. Perubahan letak kartilago actual
baik kesisi kiri atau kekanan hidung dapat menyebabkan obstruksi hidung, tetapi deviasi ini
biasanya asimptomatis. Dengan kepala pasien didongkakkan kebelakang, pemeriksa berupaya
untuk menampakkan turbinate inferior dan mediana. Pada rhinitis kronis, polip hidung dapat
terbentuk antara turbinate inferior dan mediana dan dibedakan melalui penampakannya yang
abu-abu. Tidak seperti hal nya turbinate, polip ini adalah berbentuk gelatin dan dapat digerakkan
dengan mudah. Sinus frontalis dan maksilaris di palpasi terhadap nyeri tekan. Menggunakan ibu
jari, pemeriksa menekan dengan lembut dengan gerakkan ke atas pada tepi supraorbital (sinus
frontalis) dan pada area pipi yang berbatasan dengan hidung (sinus maksilaris). Nyeri tekan pada
kedua sisi menunjukkan inflamasi. Sinus frontalis dan maksilaris dapat diinspeksi dengan
transiluminasi (menembuskan cahaya kuat melalui struktur tulang seperti sinus untuk
menginspeksi rongga).
Faring
Membuka mulut dengan menggunakan sepatel lidah, menginspeksi warnanya,
kesimetrisannya, dan bukti adanya eksudat, ulserasi, atau perbesaran.
Laring
Pengkajian laring dengan mendengarkan suara pasien, mengkaji bau napas, dan
menanyakan kepada klien apakah kesulitan dalam menelan makanan.
Trakea
Pengkajian trakea dengan palpasi langsung yaitu dengan meletakkan ibu jari dan jari
telunjuk dari satu tangan pada kedua sisi trakea tepat di atas takik sternum. Trakea agak sedikit
sensitive jika palpasi terlalu kuat dapat menimbulkan refleks batuk dan muntah.
Pemeriksaan diagnostic
Kultur
Kultur trenggorok mungkin dilakukan utuk mengidentifikasi organism yang bertanggung
jawab terhadap faringitis. Selain itu, kultur tenggok dapat membantu dalam mengidentifikasi
organisme yang bertanggung jawab terhadap infeksi saluran pernapasan yang bawah. Swab
hidung dapat juga dilakukan untuk alasan yang sama.
Biopsy
Biopsy, eksisi sejumlah kecil jaringan, dapat dilakukan untuk memungkinkan
pemeriksaan sel- sel dari faring, laring, dan saluran hidung. Anestesi local, topical, atau umum
dapat diberikan selama prosedur ini, tergantung pada letak dan prosedurnya.
Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan pncitraan, termasuk rontgen jaringan lunak dan pencitraan resonan (MRI),
mungkin dilakukan sebagai bagian pemeriksaan diagnostic untuk menentukan keluasan infeksi
dalam sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus kanker.
Pertanyaan
1. Rusmanto
a. Apakah perbedaan pernapasan melalui mulut dan melalui hidung?
b. Apa efek yang diakibatkan pernapasan melalui mulut dalam jangka waktu yang lama?
c. Jelaskan mekanisme batuk dan bersin!
2. Faulya Nurmala
a. Jelaskan fungsi nasopharing, oropharing, laringopharing, bronkus, dan paru-paru!
b. Jelaskan mekanisme pengaturan pernapasan!
3. Widya Nurlita
a. Peninggian konsentrasi O2 sebelum dilakukan suction pada terapi oksigen,
penyimpanan O2 dimana?
4. Hanik Fitria Cahyani
a. Jelaskan perbedaan pernapasan perut dan dada, mekanismenya, volume!
b. Kapan waktu untuk pernapasan perut dan pernapasan dada!
c. Saat kita berolahraga, kenapa saat ekspirasi melalui mulut?
Jawaban
Rusmanto:
a. Perbedaannya adalah dari jalan masuk pada jalan napas atas, yaitu lewat mulut dan lewat
hidung. Pada hidung terdapat:
Epitel vestibulum mengandung banyak rambut-rambut yang berperan dalam
filtrasi udara. Pada bagian rongga hidung diselaputi oleh epitel berlapis semu
bersilia, bersel goblet yang mengandung banyak kelenjar.
Khonka nasalis berfungsi untuk menghangatkan udara yang masuk melalui
kapiler-kapiler yang ada di khonka nasalis dan dilembabkan oleh lendir yang
dihasilkan sel goblet.
Bulbus olfaktorius berfungsi untuk menerima rangsangan dalam bentuk zat kimia
dalam uap udara yang kita hirup, yang nantinya akan dipersepsikan sebagai bau
atau aroma.
Sinus paranasal berperan sebagai penyesuaian suhu udara dan memberikan efek
resonansi udara
Sedangkan pada mulut tidak terdapat epitel vestibulum, khonka nasalis yang memiliki
kapiler-kapiler darah, bulbus olfaktorius, sinus paranasal, dan epitel berlapis semu
bersilia, bersel goblet yang mengandung banyak kelenjar. Sehingga udara tidak tersaring
dengan baik, tidak terhangatkan, dan tidak dapat menciun adanya bau/ aroma dari udara.
b. Jika terlalu lama bernapas melalui mulut maka akan terjadi akumulasi debu-debu dan
polutan di dalam mulut (gigi, gusi, lidah) dan sebagian akan masuk ke dalam paru-paru,
karena dalam mulut tidak terdapat penyaring debu udara.
Udara yang masuk kedalam paru-paru tidak mengalami penyesuaian temperatur dan
kelembaban yang cocok dengan paru-paru karena didalam mulut tidak memiliki
penghangat dan pelembab udara, Sehingga udara menjadi kering dan mulut terasa tidak
nyaman (kering).
c. Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi, fase
kompresi dan fase ekspirasi. Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara,
kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang
akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara
dalam kecepatan tertentu.
- Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara,
pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Ada dua manfaat utama dihisapnya
sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase
ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat.
Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup
sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah.
- Fase kompresi dimana glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di
paru dan abdomen akan meningkat sampai 50-100 mmHg. Tertutupnya glotis
merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa
lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila
glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang
lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glottis.
- Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara
akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga
menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan
tercapai dalam waktu 30-50 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti
dengan arus yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000
sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter
trakea sampai 80%.
Faulya Nurmala Arova:
a. Fungsi dari :
Nasopharing, berfungsi untuk menyeimbangkan udara di membran
timpani,merupakan tempat pertemuan tiga saluran yaitu saluran telinga, hidung, dan
tenggorokan.
Oropharing, merupakan saluran faring yang berdekatan dengan mulut.
Laringopharing, terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup dan membuka
saluran pernapasan pada saat menelan dan berbicara.
Bronkus, berfungsi untuk menjaga saluran pernapasan tetap terbuka, sehingga aliran
udara tidak mengalami hambatan hal ini dikarenakan bronkus memiliki jaringan
tulang kartilago yang berbentuk cincin.
Paru-paru, bagian fungsionalnya adalah alveolus, yang merupakan tempat
pertukaran udara yang ada di paru-paru dan yang terlarut dalam aliran darah (terikat
eritrosit dan terlarut dalam plasma). Hal ini dimungkinkan karena struktur alveolar
yang sangat tipis (sel epitel selapis) yang dikelilingi oleh kapiler-kapiler pembuluh
darah, selain itu juga alveoli mempuinyai kemampuan untuk mengembang sehingga
memaksimalkan terjadinya pertukaran gas.
b. Rirmisitas pernapasan dikontrol oleh pusat pernapasan yang terletak dalam otak, pusat
inspirasi dan ekspirasi yang terletak dalam medulla oblongata dan pons mengontrol
frekuensi serta kedalaman ventilasi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Pusat apneustik pada pons bagian bawah menstimulasi pusat medullar inspirasi untuk
meningkatkan inspirasi dalam dan lama.
Pusat pneumotaksik yang terletak pada pons bagian atas untuk mengontrol pola
pernafasan. Kemoreseptor sentral terletak pada medulla dan berespons terhadap
perubahan kimia dalam cairan serebrospinal, akibat perubahan kimiawi dalam darah.
Reseptor ini berespons terhadap peningkatan atau penurunan pH dan menyampaikan
pesan ke paru-paru untuk mengubah kedalam dan kemudian frekuensi ventilasi untuk
memperbaiki keseimbangan. Kemoreseptor perifer terletak pada arkus aortik dan arteri
karotis dan pertama berespons terhadap perubahan PaO2, kemudian terhadap PaCO2 dan
PH. Refleks Hering-Breuer diaktifkan oleh regangan reseptor yang terletak dalam alveoli.
Ketika paru berdistensi, inspirasi mengalami hambatan; sebagai akibat, paru-paru tidak
mengalami overdistensi. Proprioseptor dalam otot dan persendiaan yang berespons
terhadap gerakan tubuh seperti olah raga yang menyebabkan peningkatan ventilasi dan
pada pasien imobil bisa menstimulasi pernapasan. Baroreseptor, terletak pada korpus
aortik dan karotis, berespons terhadap peningkatan atau penurunan tekanan darah arteri
dan menyebabkan refleks hiperventilasi atau hipoventilasi.
Widya Nurlita:
a. Fungsi peninggian O2 sebelum dilakukan suction adalah memaksimalkan pengikatan
oksigen oleh Hb. Karena ketika dilakukan suction, terjadi pengisapan secret dan udara
yang berada di saluran pernapasan, sehingga mengurangi pasokan udara yang menuju
paru-paru. Khawatirnya jika udara berkurang maka konsentrasi oksigen yang menuju
paru-paru berkurang dan mengakibatkan pengikatan oksigen oleh Hb terhambat
(hipoksemia). Dengan meninggikan konsentrasi O2 dapat mencegah hipoksemia. Jadi
penyimpanan oksigen tidak terjadi di paru-paru melainkan di darah dalam bentuk
oksihemoglobin.
Hanik Fitria Cahyani:
a. Pernapasan dada dan pernapasan perut
- Pernapasan perut: adalah pernapasan yang menggunakan otot diafragama dan otot
intraabdomen.
- Pernapasan dada: adalah pernapasan yang menggunakan otot-otot intercostae
- Mekanisme pernapasan perut, dimulai ketika otot diafragma berkontraksi, sehingga
difragma menjadi datar dan menekan isi abdomen, sehingga rongga toraks menjadi
membesar. Secara anatomis letak paru-paru kita yang bagian basal (dasar)
menempel pada diafragma. Ketika diafragma turun kebawah (mendatar), bagian
basal paru-paru kita tertarik juga kebawah, sehingga luas ruang pada paru-paru
bertambah. Pertambahan ruang tanpa disertai pertambahan volume udara dapat
menurunkan tekanan, sehingga udara yang dari luar dapat masuk ke dalam paru-
paru (menyeimbangkan tekanan).
- Mekanisme pernapasan dada, dimulai ketika otot-otot intercostae eksterna
berkontraksi sehingga mengangkat tulang iga-iga. Karena tulang iga-iga terangkat
maka rongga toraks membesar. Pertambahan ruang tanpa disertai pertambahan
volume udara dapat menurunkan tekanan, sehingga udara yang dari luar dapat
masuk ke dalam paru-paru (menyeimbangkan tekanan).
- Volume: (maaf kami belum menemukan literature yang menjelaskan tentang
perbedaan volume pernapasan perut dan pernapasan dada)
b. Pernapasan perut biasanya dilakukan oleh laki-laki, sedangkan pernapasan dada biasanya
dilakukan oleh perempuan.
c. Karena untuk meningkatkan pengeluaran CO2 yang dihasilkan dari proses metabolisme
anaerob saat kita berolahraga. Pada saat kita berolahraga, metabolisme yang terjadi
adalah metabolisme anaerob sehingga yang dihasilkan adalah asam laktat. Sehingga
mengganggu keseimbangan asam basa dalam tubuh (menjadi asam). Maka diperlukan
mekanisme untuk menyeimbangkan kembali asam basa tubuh. Cara yang dilakukan
adalah dengan mengeluarkan CO2.
Referensi
Tarwoto, dkk.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta: CV.Trans Info
Media
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2002. Keperawatan Medikal-Bedah, vol.1. Jakarta: EGC