fisiologi pernapasan

31
TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH 1 FISIOLOGI PERNAPASAN DAN PENGKAJIAN JALAN NAPAS ATAS Disusun Oleh: Kelompok 2 Dewi Rahmatika Hamidatu Ulfiyah Humaira Ike Yulianti Novia Putri Astuti Nurul Chairini Qoys M. Iqbal A. Rafita Oktavia Selly Ayu HHF Siti Namira Sumaryani PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Upload: nurul-chairini

Post on 07-Feb-2016

55 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: fisiologi pernapasan

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH 1

FISIOLOGI PERNAPASAN DAN PENGKAJIAN JALAN NAPAS ATAS

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Dewi Rahmatika

Hamidatu Ulfiyah

Humaira

Ike Yulianti

Novia Putri Astuti

Nurul Chairini

Qoys M. Iqbal A.

Rafita Oktavia

Selly Ayu HHF

Siti Namira

Sumaryani

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011

Page 2: fisiologi pernapasan

Fisiologi pernapasan

Pernapasan pada manusia dimulai dari hidung nasopharing oropharing laringopharing

laring trakea bronkus bronkiolus alveolus alveoli.

Hidung

Hidung merupakan organ utama saluran pernafasan yang langsung berhubungan dengan

dunia luar. Struktur hidung dikelompokan menjadi 2 yaitu, hidung bagian luar (eksterna) dan

bagian Dalam (interna).

Epitel vestibulum mengandung banyak rambut-rambut yang berperan dalam filtrasi

udara. Pada bagian rongga hidung diselaputi oleh epitel berlapis semu bersilia, bersel

goblet yang mengandung banyak kelenjar.

Khonka nasalis berfungsi untuk menghangatkan udara yang masuk melalui kapiler-

kapiler yang ada di khonka nasalis dan dilembabkan oleh lendir yang dihasilkan sel

goblet.

Bulbus olfaktorius berfungsi untuk menerima rangsanga dalam bentuk zat kimia dalam

uap udara yang kita hirup, yang nantinya akan dipersepsikan sebagai bau atau aroma.

Sinus paranasal berperan sebagai penyesuaian suhu udara dan memberikan efek resonansi

udara.

Faring

Nasofaring berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada membran timpani

Orofaring

Laringofaring, merupakan daerah pertemuan antara pernafasan dan saluran pencernaan

melalui peran epiglottis.

Page 3: fisiologi pernapasan

Laring

Laring dilapisi oleh membrane epitel berlapis pipih yang mampu menahan getaran saat

bersuara.

Sebagai jalan masuknya udara, membersihkan jalan masuknya makanan ke esophagus

dan sebagai produksi suara, karena terdapat pita suara yang dapat bergetar atau menegang

saat aliran udara melewatinya.

Trakea

Ujung trakea bercabang kanan dan kiri (bronkus primer) percabangan ini disebut karina,

sangat sensitive terhadap benda asing yang masuk sehingga berespon menjadi reflek

batuk.

Trakea dilapisi oleh mukusa dan jaringan submukosa dan adventitia. Epitel mukosa

mengandung sel-sel goblet yang memproduksi mucus dan epitel bersilia yang berfungsi

menyapu partikel yang lolos dari hidung. Lapisan submukosa terdiri dari jaringan

konektif yang mengandung kelenjar sel mucus yang memproduksi mucus. Lapisan sel

adventisia disususn oleh jaringan konektif

Terdapat 15-20 cincin fertilago, yang berbentuk huruf C yang berfungsi untuk

mempertahankan lumen trakea tetap terbuka.

Bronkus

Merupakan cabang dari trakea yang bercabang ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri.

Terdapat pula cincin fertilago.

Paru-paru

Terdapat pleura yang berisi cairan, yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru.

Dinding ronga pleura bersifat permeable terhadap air dan zat-zat lain.

Page 4: fisiologi pernapasan

Alveolus

Alveolus mengandung satu lapisan sel epitalia squamosa dan dindingnya dikelilingi

kapiler darah sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.

Tinjuan Fisiologi Pernapasan

Sel- sel tubuh mendapatkan energy yang mereka butuhkan dari oksidasi karbohidrat,

lemak dan protein. Seperti hal nya pada semua jenis kombusion, proses ini membutuhkan

oksigen.

Transpor oksigen , oksigen dipasok ke sel dan karbon dioksida dibuang dari sel melalui

sirkulasi darah. Sel- sel berhubungan dekat dengan kapiler, yang berdinding tipis sehingga

memungkinkan terjadinya pertukaran atau lewatnya oksigen dan karbon dioksida dengan mudah.

Oksigen berdifusi dari kapiler menembus dinding kapiler ke cairan interstisial dan kemudian

melalui membrane sel ke jaringan, tempat dimana oksigen dapat digunakan oleh mitikondria

untuk pernapasan seluler. Gerakan karbon dioksida juga terjadi melalui difusi dan belanjut

dengan arah yang berlawanan , dari sel ke dalam darah.

Pertukaran gas, setelah pertukaran kapiler jaringan ini, darah memasuki vena sistemik

(darah vena) dan mengalir kesirkulasi pulmonal. Konsentrasi oksigen dalam darah didalam

kapiler paru- paru lebih rendah dibanding dengan konsentrasi dalam kantung udara paru, yang

disebut alveoli. Sebagai akibat gradient konsentrasi ini, oksigen berdifusi dari alveoli kedalam

darah. Karbon dioksida, yang mempunyai konsentrasi dalam darah lebih tinggi konsentrasinya

dalam alveoli, berdifusi dari dalam ke dalam alveoli. Gerakan udara ke dan keluar jalan napas

(disebut ventilasi) secara kontinu memurnikan oksigen dan membuang Karbon dioksida dari

jalan dalam paru. Keseluruhan proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah dan antara

darah dengan sel- sel tubuh ini disebut respirasi.

Page 5: fisiologi pernapasan

Anatomi Paru

Paru adalah struktur elastic yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan suatu

bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan

dinding sangkar toraks dan dasarnya itu yaitu diafragma.

Pleura. Bagian terluar dari paru- paru dikelilingi oleh membrane halus, licin yaitu pleura,

yang juga meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior diafragma.

Pleura parietalis melapisi toraks dan pleura viseralis melapisi paru- paru. Antar kedua pleura ini

terdapat ruang, yang disebut spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang

melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.

Mediastinum. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua

bagian. Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru- paru

terletak antara kedua lapisan pleura.

Lobus. Setiap paru dibagi menjadi lobus- lobus. Paru kiri terdiri atas lobus bawah dan

atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus lebih jauh

dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasan pleura.

Bronkus dan Bronkiolus. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap lobus paru.

Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri). Bronkus lobaris

dibagi menjadi bronkus segmental (10 pada paru kanan dan 8 pada paru kiri), yang merupakan

struktur yang dicari ketika memilih posisi drainase postural yang paling efektif untuk pasien

tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus subsegmental. Bronkus ini

dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf. Bronkus subsegmental

kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus, yang tidak mempunyai kartilago dalam

dindingnya. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa, yang memproduksi lendir yang

membentuk selimut tidak terputus untuk lapisan bagian dalam jalan napas. Bronkus dan

bronkiolus juga dilapisi oleh sel- sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang

disebut silia. Silia ini menciptakan gerakan menyapu yang konstan yang berfungsi untuk

mengelurkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.

Page 6: fisiologi pernapasan

Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis, yang tidak

mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus

respiratori, yang dianggap menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan

udara pertukaran gas. Jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml udara dalam pertukaran

gas. Ini dikenal sebagai ruang rugi fisiologik. Bronkiolus respiratori kemudian mengarah

kedalam duktus alveolar dan sakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan Karbon

dioksida terjadi dalam alveoli.

Alveoli. Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Yang tersusun dalam kluster antara 15

sampai 20 alveoli. Terdapat 3 jenis sel- sel alveolar, yaitu:

- Sel -sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar.

- Sel-sel alveolar tipe II adalah sel- sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfaktan,

suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak

koleps.

- Sel-sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel- sel fagositis yang besar

yang memakan benda asing (mis. Lender, bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme

pertahanan yang penting.

Mekanisme ventilasi

Selama inspirasi, udara mengalir dari lingkungan sekitar ke dalam trakea, bronkus,

bronkiolus, dan alveoli. Selama ekspirasi, gas alveolar menjalani rute yang sama dengan arah

yang berlawanan.

Factor fisik yang mengatur aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru secara

bersamaan disebut sebagai mekanika ventilasi dan mencakup varians tekanan udara, resistensi

terhadap aliran udara, dan kompliens paru.

1. Varians Tekanan Udara. Udara mengalir dari region yang tekanannya tinggi ke region

dengan tekanan lebih rendah. Selama inspirasi, gerakan diafragma dan otot-otot

Page 7: fisiologi pernapasan

pernapasan lain memperbesar rongga toraks dan dengan demikian menurunkan tekanan

di dalam toraks sampai tingkat di bawah atmosfer. Karenanya, udara tertarik melalui

trakea dan bronkus ke dalam alveoli. Selama ekspirasi normal, diafragma rileks, dan paru

mengepis, mengakibatkan penurunan tekanan rongga toraks. Tekanan alveolar kemudian

melebihi tekanan atmosfer , dan udara mengalir dari paru-paru ke dalam atmosfer.

2. Resistensi Jalan Udara. Resistensi ditentukan terutama ditentukan oleh diameter atau

ukuran saluran udara tempat udara mengalir. Karenanya setiap proses yang mengubah

diameter atau kelebaran bronchial akan mempengaruhi retensi jalan udara dan mengubah

kecepatan aliran udara sampai sampai gradient tekanan tertentu selama respirasi. Factor-

faktor umum yang dapat mengubah diameter bronchial termasuk kontraksi otot polos

bronchial, seperti pada asma; penebalan mukosa bronkus, seperti pada bronchial kronis;

atau obstruksi jalan udara akibat lendir, tumor, atau benda asing. Dengan meningkatnya

resistensi, dibutuhkan upaya pernapasan yang lebih besar dari normal untuk mencapai

tingkat ventilasi normal.

3. Kompliens. Ukuran elastisitas, ekspandibilitas, dan distensibilitas paru-paru dan struktur

toraks disebut kompliens. Factor yang menentukan kompliens paru adalah tahanan

permukaan alveoli (normalnya rendah dengan adanya surfaktan) dan jaringan ikat,

(misalnya kolagen dan elastin) paru-paru. Dalam kompliens normal, (1,0 L/cm H2O),

paru-paru dan toraks dapat meregang dan membesar dengan mudah ketika diberi tekanan.

Pengukuran kompliens merupakan salah satu metoda yang digunakan untuk mengkaji

kemajuan dan perbaikan dalam ARDS.

4. Fungsi Paru, yang mencerminkan mekanisme ventilasi disebut dengan istilah volume

paru dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi volume tidal, volume cadangan

inspirasi, volume cadangan ekspirasi, dan volume residual. Kapasitas paru dievaluasi

dalam hal yang disebut kapasitas vital, kapasitas inspirasi, kapasitas residual fungsional,

dan kapasitas paru total.

Page 8: fisiologi pernapasan

Difusi dan Perfusi

Difusi adalah proses dimana terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada tempat

pertemuan udara-darah. Membrane alveolar-kapiler merupakan tempat yang ideal untuk difusi

karena membrane ini mempunyai permukaan yang luas dan tipis.

Perfusi pulmonar adalah aliran darah actual melalui sirkulasi pulmonar. Sirkulasi

pulmonar dianggap system tekanan rendah karena tekanan darah sistolik dalam arteri pulmonalis

adalah 20-30 mmHg dan tekanan diastolic adalah 5-15 mmHg. Perfusi juga dipengaruhi oleh

tekanan alveolar. Kapiler pulmonal tertumpuk diantara perbatasan alveoli. Jika tekanan alveolar

cukup tinggi, kapiler akan tergencet.

Keseimbangan dan Ketidakseimbangan Ventilasi dan Perfusi

Ventilasi adalah aliran gas masuk dan keluar paru-paru, dan perfusi adalah pengisian

kapiler pulmonar dengan darah. Pertukaran darah yang adekuat tergantung pada rasio ventilasi,

perfusi yang adekuat. Perubahan dalam perfusi dapat terjadi karena perubahan tekanan arteri,

tekanan alveolar, dan gaya grafitasi. Perubahan ventilasi dapat terjadi dengan sumbatan jalan

udara, perubahan setempat kompliens paru, dan gaya gravitasi.

Ketidakseimbangan ventilasi perfusi terjadi jika terdapat ketidakcukupan ventilasi atau

perfusi, atau keduanya. Terdapat 4 kemungkinan ketidakseimbangan ventilasi perfusi

a. Normal: ventilasi sesuai dengan ventilasi perfusi. Pada paru-paru sehat, sejumlah tertentu

darah melewati alveolus dan bertemu dengan gas dengan jumlah yang sama.

b. Rasio ventilasi-perfusi rendah: gangguan yang mengakibatkan pirau. Ketika perfusi

melebihi ventilasi, terjadi pemirauan. Darah yang melewati alveoli tidak mengalami

pertukaran gas. Ini bisa disebabkan oleh obstruksi jalan udara distal seperti pada

pneumonia, atelektatis, tumor, atau plugmukus.

c. Rasio fentilasi perfusi-tinggi: gangguan yang menimbulkan ruang rugi. Ketika ventilasi

melebihi perfusi, terjadi ruang rugi. Alveoli tidak memiliki suplai darah yang mencukupi

untuk memungkinkan terjadinya pertukatran gas. Hal ini disebabkan emboli pulmonal,

infark pulmonal, dan syok kardiogenik.

Page 9: fisiologi pernapasan

d. Unit silent: tidak terdapatnya ventilasi dan perfusi yang terbatas, terjadi unit silent.

Kondisi ini tampak pada pneumotoraks dan ARDS berat.

Pertukaran Gas

Udara yang kita hirup adalah campuran dari nitrogen (78,62%) dan oksigen (20,84%),

CO2 (0,04%), uap air (0,05%), helium, argon, dan sebagainya. . Tekanan atmosfir pada

ketinggian permukaan laut adalah sekitar 760 mmHg. Tekanan parsial adalah tekanan yang di

keluarkan oleh setiap gas dalam campuran gas-gas. Tekanan parsial gas adalah proporsional

terhadap konsentrasi gas-gas yang terdapat dalam campuran. Tekanan total yang di keluarkan

oleh campuran gas-gas adalah sebanding dengan jumlah tekanan-tekanan parsial.

Ketika udara memasuki trakea, udara mengalami saturasi sempurna dengan air, yang

menggantikan tempat sebagian gas-gas sehingga tekanan udara di dalam paru dapat tetap sama

dengan tekanan udara di luar (760 mm Hg).

Tekanan (mmHg)

Udara Atmosfir Udara Trakeal Udara Alveolar

PH2O 3,7 47,0 47,0

PN2 597,0 563,4 569,0

PO2 159,0 149,3 104,0

PCO2 0,3 0,3 40,0

Total 760,0 760,0 760,0

Transpor Oksigen

Oksigen di bawa dalam darah dengan bentuk:

a. Terlarut dalam plasma

b. Bergabung dengan Hb membentuk Oksihemoglobin O2 + Hb HbO2

Page 10: fisiologi pernapasan

Makin tinggi tekanan oksigen dalam arteri (PaO2), makin besar jumlah oksigen yang

terlarut. Jumlah oksigen yang tergabung dengan hemoglobin juga tergantung pada PaO2, tetapi

hanya sampai pada PaO2 sekitar 150 mmHg.

a. Ketika PaO2 adalah 150 mmHg, Hb tersaturasi 100% dan tidak akan bergabung dengan

oksigen lagi.

b. Ketika PaO2 kurang dari150 mmHg, persentasi Hb yang tersaturasi dengan oksigen akan

lebih rendah. PaO2 100 mmHg (nilai normal) saturasinya 97%, dan pada PaO2 40 mmHg

saturasinya 70%.

Kurva Disosiasi Oksihemoglobin

Kurva disosiasi oksihemoglobin memeperlihatkan hubungan antara tekanan parsial

osigen (PaO2) dan persentasi saturasi oksigen (SaO2). Kurva ini menunjukkan tiga tingkatan

kecukupan:

- Tingkat normal― PaO2 diatas 70 mmHg

- Tingkat relatif aman― PaO2 45 sampai

70 mmHg

- Tingkat berbahaya― di bawah 40

mmHg

Persentasi saturasi dapat dipengaruhi

oleh faktor-faktor seperti, CO2, pH, suhu, dan

2,3 difosfogliserat. Kenaikan factor-faktor ini

akan menggeser kurve kea rah kanan, sehingga

lebih banyak oksigen yang kemudian

dilepaskan ke jaringan pada PaO2 yang sama. Penurunan faktor-faktor ini menyebabkan kurva

bergeser ke arah kiri, membuat ikatan antara oksigen dan Hb lebih kuat, sehingga lebih sedikit

oksigen yang dilepaskan ke dalam jaringan pada PaO2 yang sama.

Suatu pertimbangan penting dalam transport oksigen adalah curah jantung, karena

menentukan jumlah aliran darah yang membawa oksigen untuk dikirim ke seluruh tubuh.

Page 11: fisiologi pernapasan

Transpor Karbon Dioksida

Difusi oksigen dari darah ke dalam jaringan, sedangkan karbondioksida berdifusi dengan

arah yang berlawanan (misalnya, dari jaringan kedalam darah) dan ditransporkan ke paru-paru

untuk disekresikan. Jumlah karbon dioksida yang singgah didalam paru merupakan penentu

keseimbangan asam-basa tubuh, normalnya hanya 6% karbondioksida vena yang dibuang dan

jumlah yang cukup tetap ada di arteri memberikan tekanan 40mmHg. Kebanyakan CO2 (90%)

memasuki sel-sel darah merah, dan sejumlah kecil (5%) yang tersisa dilarutkan dalam plasma

(PCO2) adalah faktor untuk menentukan gerakan CO2 yang masuk dan keluar dari darah.

Kontrol Neurologis Ventilasi

Rirmisitas pernapasan dikontrol oleh pusat pernapasan yang terletak dalam otak, pusat

inspirasi dan ekspirasi yang terletak dalam medulla oblongata dan pons mengontrol frekuensi

serta kedalaman ventilasi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.

Pusat apneustik pada pons bagian bawah menstimulasi pusat medullar inspirasi untuk

meningkatkan inspirasi dalam dan lama. Sedangkan pusat pneumotaksik yang terletak pada pons

bagian atas untuk mengontrol pola pernafasan.

Kemoreseptor sentral terletak pada medulla dan berespons terhadap perubahan kimia

dalam cairan serebrospinal, akibat perubahan kimiawi dalam darah. Reseptor ini berespons

terhadap peningkatan atau penurunan pH dan menyampaikan pesan ke paru-paru untuk

mengubah kedalam dan kemudian frekuensi ventilasi untuk memperbaiki keseimbangan.

Kemoreseptor perifer terletak pada arkus aortik dan arteri karotis dan pertama berespons

terhadap perubahan PaO2, kemudian terhadap PaCO2 dan PH. Refleks Hering-Breuer diaktifkan

oleh regangan reseptor yang terletak dalam alveoli.

Ketika paru berdistensi, inspirasi mengalami hambatan; sebagai akibat, paru-paru tidak

mengalami overdistensi. Proprioseptor dalam otot dan persendiaan yang berespons terhadap

gerakan tubuh seperti olah raga yang menyebabkan peningkatan ventilasi dan pada pasien imobil

bisa menstimulasi pernapasan.

Page 12: fisiologi pernapasan

Baroreseptor, terletak pada korpus aortik dan karotis, berespons terhadap peningkatan

atau penurunan tekanan darah arteri dan menyebabkan refleks hiperventilasi atau hipoventilasi.

Pertimbangan Gerontologi

Penurunan secara bertahap dalam fungsi pernapasan dimulai pada awal masa dewasa

pertengahan dan mempengaruhi struktur fungsi pernapasan. Selama penuaan (40 tahun atau lebih

tua), perubahan dalam alveoli mengurangi area permukaan yang tersedia untuk pertukaran

oksigen dan Karbon dioksida. Pada usia 50 tahunan, alveoli mulai kehilangan eleastisitasnya.

Penebalan kelenjar bronkial juga meningkat sejalan dengan pertambahan usia.

Kapasitas vital paru-paru mencapai tingkat maksimalnya pada usia 20 sampai 25 tahun dan

menurun setelahnya sepanjang kehidupan.

Penurunan kapasitas vital paru terjadi sejalan dengan kehilangan mobilitas dada sehingga

membatasi aliran tidal udara. Perubahan ini mengakibatkan penurunan kapasitas difusi oksigen

sejalan peningkatan usia, menghasilkan oksigen rendah dalam sirkulasi arteri. Tetapi apabila

lansia tidak mengalami penyakit pulmonal kronis mereka tetap bisa menjalankan aktivitas

kehidupan sehari-hari tetapi mereka mungkin mengalami penurunan toleransi aktivitas

berkepanjangan dan membutuhkan istirahat setelah melakukan aktivitas lama dan berat.

Pengkajian jalan napas atas

Hidung dan Sinus

Hidung dan sinus diperiksa dengan menginspeksi dan palpasi. Untuk pemeriksaan rutin

cukup digunakan sumber cahaya yang sederhana seperti pena cahaya, diperlukan. Pemeriksaaan

yang lebih menyeluruh memerlukan speculum hidung. Hidung eksternal diinspeksi terhadap lesi,

asimetri, atau inflamasi. Pasien kemudian diinstruksikan untuk mendongkakkan kepala

kebelakang sementara pemeriksa dengan perlahan mendorong ujung hidung keatas untuk

memeriksa struktur internal hidung.

Mukosa diinspeksi terhadap warna,

Page 13: fisiologi pernapasan

pembengkakan, eksudat, atau perdarahan. Mukosa hidung normalnya lebih merah dibandingkan

mukosa mulut, tetapi dapat tampak membengkak dan hyperemia pada keadaan terdapatnya

common cold. Namun demikian rintis alergi diduga bila mukosa tampak pucat dan bengkak.

Septum diinspeksi terhadap deviasi, perforasi, atau perdarahan. Perubahan letak kartilago actual

baik kesisi kiri atau kekanan hidung dapat menyebabkan obstruksi hidung, tetapi deviasi ini

biasanya asimptomatis. Dengan kepala pasien didongkakkan kebelakang, pemeriksa berupaya

untuk menampakkan turbinate inferior dan mediana. Pada rhinitis kronis, polip hidung dapat

terbentuk antara turbinate inferior dan mediana dan dibedakan melalui penampakannya yang

abu-abu. Tidak seperti hal nya turbinate, polip ini adalah berbentuk gelatin dan dapat digerakkan

dengan mudah. Sinus frontalis dan maksilaris di palpasi terhadap nyeri tekan. Menggunakan ibu

jari, pemeriksa menekan dengan lembut dengan gerakkan ke atas pada tepi supraorbital (sinus

frontalis) dan pada area pipi yang berbatasan dengan hidung (sinus maksilaris). Nyeri tekan pada

kedua sisi menunjukkan inflamasi. Sinus frontalis dan maksilaris dapat diinspeksi dengan

transiluminasi (menembuskan cahaya kuat melalui struktur tulang seperti sinus untuk

menginspeksi rongga).

Faring

Membuka mulut dengan menggunakan sepatel lidah, menginspeksi warnanya,

kesimetrisannya, dan bukti adanya eksudat, ulserasi, atau perbesaran.

Laring

Pengkajian laring dengan mendengarkan suara pasien, mengkaji bau napas, dan

menanyakan kepada klien apakah kesulitan dalam menelan makanan.

Trakea

Pengkajian trakea dengan palpasi langsung yaitu dengan meletakkan ibu jari dan jari

telunjuk dari satu tangan pada kedua sisi trakea tepat di atas takik sternum. Trakea agak sedikit

sensitive jika palpasi terlalu kuat dapat menimbulkan refleks batuk dan muntah.

Page 14: fisiologi pernapasan

Pemeriksaan diagnostic

Kultur

Kultur trenggorok mungkin dilakukan utuk mengidentifikasi organism yang bertanggung

jawab terhadap faringitis. Selain itu, kultur tenggok dapat membantu dalam mengidentifikasi

organisme yang bertanggung jawab terhadap infeksi saluran pernapasan yang bawah. Swab

hidung dapat juga dilakukan untuk alasan yang sama.

Biopsy

Biopsy, eksisi sejumlah kecil jaringan, dapat dilakukan untuk memungkinkan

pemeriksaan sel- sel dari faring, laring, dan saluran hidung. Anestesi local, topical, atau umum

dapat diberikan selama prosedur ini, tergantung pada letak dan prosedurnya.

Page 15: fisiologi pernapasan

Pemeriksaan pencitraan

Pemeriksaan pncitraan, termasuk rontgen jaringan lunak dan pencitraan resonan (MRI),

mungkin dilakukan sebagai bagian pemeriksaan diagnostic untuk menentukan keluasan infeksi

dalam sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus kanker.

Page 16: fisiologi pernapasan

Pertanyaan

1. Rusmanto

a. Apakah perbedaan pernapasan melalui mulut dan melalui hidung?

b. Apa efek yang diakibatkan pernapasan melalui mulut dalam jangka waktu yang lama?

c. Jelaskan mekanisme batuk dan bersin!

2. Faulya Nurmala

a. Jelaskan fungsi nasopharing, oropharing, laringopharing, bronkus, dan paru-paru!

b. Jelaskan mekanisme pengaturan pernapasan!

3. Widya Nurlita

a. Peninggian konsentrasi O2 sebelum dilakukan suction pada terapi oksigen,

penyimpanan O2 dimana?

4. Hanik Fitria Cahyani

a. Jelaskan perbedaan pernapasan perut dan dada, mekanismenya, volume!

b. Kapan waktu untuk pernapasan perut dan pernapasan dada!

c. Saat kita berolahraga, kenapa saat ekspirasi melalui mulut?

Jawaban

Rusmanto:

a. Perbedaannya adalah dari jalan masuk pada jalan napas atas, yaitu lewat mulut dan lewat

hidung. Pada hidung terdapat:

Epitel vestibulum mengandung banyak rambut-rambut yang berperan dalam

filtrasi udara. Pada bagian rongga hidung diselaputi oleh epitel berlapis semu

bersilia, bersel goblet yang mengandung banyak kelenjar.

Khonka nasalis berfungsi untuk menghangatkan udara yang masuk melalui

kapiler-kapiler yang ada di khonka nasalis dan dilembabkan oleh lendir yang

dihasilkan sel goblet.

Bulbus olfaktorius berfungsi untuk menerima rangsangan dalam bentuk zat kimia

dalam uap udara yang kita hirup, yang nantinya akan dipersepsikan sebagai bau

atau aroma.

Page 17: fisiologi pernapasan

Sinus paranasal berperan sebagai penyesuaian suhu udara dan memberikan efek

resonansi udara

Sedangkan pada mulut tidak terdapat epitel vestibulum, khonka nasalis yang memiliki

kapiler-kapiler darah, bulbus olfaktorius, sinus paranasal, dan epitel berlapis semu

bersilia, bersel goblet yang mengandung banyak kelenjar. Sehingga udara tidak tersaring

dengan baik, tidak terhangatkan, dan tidak dapat menciun adanya bau/ aroma dari udara.

b. Jika terlalu lama bernapas melalui mulut maka akan terjadi akumulasi debu-debu dan

polutan di dalam mulut (gigi, gusi, lidah) dan sebagian akan masuk ke dalam paru-paru,

karena dalam mulut tidak terdapat penyaring debu udara.

Udara yang masuk kedalam paru-paru tidak mengalami penyesuaian temperatur dan

kelembaban yang cocok dengan paru-paru karena didalam mulut tidak memiliki

penghangat dan pelembab udara, Sehingga udara menjadi kering dan mulut terasa tidak

nyaman (kering).

c. Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi, fase

kompresi dan fase ekspirasi. Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara,

kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang

akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara

dalam kecepatan tertentu.

- Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara,

pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Ada dua manfaat utama dihisapnya

sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase

ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat.

Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup

sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah.

- Fase kompresi dimana glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di

paru dan abdomen akan meningkat sampai 50-100 mmHg. Tertutupnya glotis

merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa

lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila

Page 18: fisiologi pernapasan

glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang

lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glottis.

- Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara

akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga

menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan

tercapai dalam waktu 30-50 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti

dengan arus yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000

sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter

trakea sampai 80%.

Faulya Nurmala Arova:

a. Fungsi dari :

Nasopharing, berfungsi untuk menyeimbangkan udara di membran

timpani,merupakan tempat pertemuan tiga saluran yaitu saluran telinga, hidung, dan

tenggorokan.

Oropharing, merupakan saluran faring yang berdekatan dengan mulut.

Laringopharing, terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup dan membuka

saluran pernapasan pada saat menelan dan berbicara.

Bronkus, berfungsi untuk menjaga saluran pernapasan tetap terbuka, sehingga aliran

udara tidak mengalami hambatan hal ini dikarenakan bronkus memiliki jaringan

tulang kartilago yang berbentuk cincin.

Paru-paru, bagian fungsionalnya adalah alveolus, yang merupakan tempat

pertukaran udara yang ada di paru-paru dan yang terlarut dalam aliran darah (terikat

eritrosit dan terlarut dalam plasma). Hal ini dimungkinkan karena struktur alveolar

yang sangat tipis (sel epitel selapis) yang dikelilingi oleh kapiler-kapiler pembuluh

darah, selain itu juga alveoli mempuinyai kemampuan untuk mengembang sehingga

memaksimalkan terjadinya pertukaran gas.

b. Rirmisitas pernapasan dikontrol oleh pusat pernapasan yang terletak dalam otak, pusat

inspirasi dan ekspirasi yang terletak dalam medulla oblongata dan pons mengontrol

frekuensi serta kedalaman ventilasi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.

Page 19: fisiologi pernapasan

Pusat apneustik pada pons bagian bawah menstimulasi pusat medullar inspirasi untuk

meningkatkan inspirasi dalam dan lama.

Pusat pneumotaksik yang terletak pada pons bagian atas untuk mengontrol pola

pernafasan. Kemoreseptor sentral terletak pada medulla dan berespons terhadap

perubahan kimia dalam cairan serebrospinal, akibat perubahan kimiawi dalam darah.

Reseptor ini berespons terhadap peningkatan atau penurunan pH dan menyampaikan

pesan ke paru-paru untuk mengubah kedalam dan kemudian frekuensi ventilasi untuk

memperbaiki keseimbangan. Kemoreseptor perifer terletak pada arkus aortik dan arteri

karotis dan pertama berespons terhadap perubahan PaO2, kemudian terhadap PaCO2 dan

PH. Refleks Hering-Breuer diaktifkan oleh regangan reseptor yang terletak dalam alveoli.

Ketika paru berdistensi, inspirasi mengalami hambatan; sebagai akibat, paru-paru tidak

mengalami overdistensi. Proprioseptor dalam otot dan persendiaan yang berespons

terhadap gerakan tubuh seperti olah raga yang menyebabkan peningkatan ventilasi dan

pada pasien imobil bisa menstimulasi pernapasan. Baroreseptor, terletak pada korpus

aortik dan karotis, berespons terhadap peningkatan atau penurunan tekanan darah arteri

dan menyebabkan refleks hiperventilasi atau hipoventilasi.

Widya Nurlita:

a. Fungsi peninggian O2 sebelum dilakukan suction adalah memaksimalkan pengikatan

oksigen oleh Hb. Karena ketika dilakukan suction, terjadi pengisapan secret dan udara

yang berada di saluran pernapasan, sehingga mengurangi pasokan udara yang menuju

paru-paru. Khawatirnya jika udara berkurang maka konsentrasi oksigen yang menuju

paru-paru berkurang dan mengakibatkan pengikatan oksigen oleh Hb terhambat

(hipoksemia). Dengan meninggikan konsentrasi O2 dapat mencegah hipoksemia. Jadi

penyimpanan oksigen tidak terjadi di paru-paru melainkan di darah dalam bentuk

oksihemoglobin.

Hanik Fitria Cahyani:

a. Pernapasan dada dan pernapasan perut

Page 20: fisiologi pernapasan

- Pernapasan perut: adalah pernapasan yang menggunakan otot diafragama dan otot

intraabdomen.

- Pernapasan dada: adalah pernapasan yang menggunakan otot-otot intercostae

- Mekanisme pernapasan perut, dimulai ketika otot diafragma berkontraksi, sehingga

difragma menjadi datar dan menekan isi abdomen, sehingga rongga toraks menjadi

membesar. Secara anatomis letak paru-paru kita yang bagian basal (dasar)

menempel pada diafragma. Ketika diafragma turun kebawah (mendatar), bagian

basal paru-paru kita tertarik juga kebawah, sehingga luas ruang pada paru-paru

bertambah. Pertambahan ruang tanpa disertai pertambahan volume udara dapat

menurunkan tekanan, sehingga udara yang dari luar dapat masuk ke dalam paru-

paru (menyeimbangkan tekanan).

- Mekanisme pernapasan dada, dimulai ketika otot-otot intercostae eksterna

berkontraksi sehingga mengangkat tulang iga-iga. Karena tulang iga-iga terangkat

maka rongga toraks membesar. Pertambahan ruang tanpa disertai pertambahan

volume udara dapat menurunkan tekanan, sehingga udara yang dari luar dapat

masuk ke dalam paru-paru (menyeimbangkan tekanan).

- Volume: (maaf kami belum menemukan literature yang menjelaskan tentang

perbedaan volume pernapasan perut dan pernapasan dada)

b. Pernapasan perut biasanya dilakukan oleh laki-laki, sedangkan pernapasan dada biasanya

dilakukan oleh perempuan.

c. Karena untuk meningkatkan pengeluaran CO2 yang dihasilkan dari proses metabolisme

anaerob saat kita berolahraga. Pada saat kita berolahraga, metabolisme yang terjadi

adalah metabolisme anaerob sehingga yang dihasilkan adalah asam laktat. Sehingga

mengganggu keseimbangan asam basa dalam tubuh (menjadi asam). Maka diperlukan

mekanisme untuk menyeimbangkan kembali asam basa tubuh. Cara yang dilakukan

adalah dengan mengeluarkan CO2.

Page 21: fisiologi pernapasan

Referensi

Tarwoto, dkk.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta: CV.Trans Info

Media

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2002. Keperawatan Medikal-Bedah, vol.1. Jakarta: EGC