firda ajeng lbm 2 mata

39
LBM 2 Mata SGD 17

Upload: firda-ajeng-kristiananda-sambodo

Post on 15-Apr-2017

333 views

Category:

Documents


64 download

TRANSCRIPT

Page 1: Firda Ajeng LBM 2 Mata

LBM 2 Mata SGD 17

Page 2: Firda Ajeng LBM 2 Mata

1. What is the etiology of the reddish eyes?

• Hyperaemie : a. Hyperaemie a. konjungtivalis posterior

disebut conjunctival injection b. Hyperaemie a. siliaris anterior disebut

pericorneal injection

Page 3: Firda Ajeng LBM 2 Mata

Akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut, misalnya : konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis

Akibat pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah di atas dan darah tertimbun di bawah jaringan konjungtiva

Mata Merah karena AlergiAntigen masuk ditangkap sel fagosit ( makrofag ) dipresentasikan ke sel Th2

melepas sitokinin merangsang sel B membentuk antibodi ( Ig E ) antibodi berikatan dengan Sel Mast ikatan antibodi + sel Mast memfagositosis antigen terjadi degranulasi sel Mast mengeluarkan mediator inflamasi (histamin)

Hiatamin menyebabkan :Vasodilatasi pembuluh darah ( Rubor = merah ) untuk meningkatkan persediaan

darah guna memberikan lebih banyak molekul dan sel yang diperlukan untuk memerangi antigen yang mencetuskan inflamasi.

Banyaknya darah yang mengalir pada pembuluh darah Calor (panas)Peningkatan permeabilitas vaskular menyebabkan migrasinya cairan – cairan

intravaskular ( termasuk neutrofil, eosinofil, basofil ) menuju ekstravaskular ( Tumor = edema ) sel – sel neutrofil, eosinofil, basofil akan memfagosit antigen infiltrasi ( sekret )

Imunologi Dasar, FKUI, 2004

Page 4: Firda Ajeng LBM 2 Mata

Patofisiologi mata merah (reaksi inflamasi)Saat ada benda asing masuk, tubuh akan membentuk suatu mekanisme pertahanan tubuh

yaitu melalui reaksi inflamasi atau peradangan, yang pertama kali terjadi adalah adanya kalor (panas) karena vasodilatasi pembuluh darah, tapi hal ini sangat jarang terjadi pada mata karena organ nya kecil dan pembuluh darahnya tidak banyak dan kecil-kecil, kemudian akan timbul rubor (kemerahan) karena vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatnya aliran darah pada daerah yang terkena, kemudian terjadi tumor (pembengkakan) karena adanya peningkatan masa jaringan akibat edema dan transudasi jaringan, lalu timbul dolor (rasa nyeri) karena akibat rangsangan pada serabut saraf sensoris dan akhirnya dapat menyebabkan fungsiolesa (fungsi organ yang terkena menjadi terganggu) .

allergen pada konjungtiva mengakibatkan stimulasi dua sistem imun. Yang pertama akan melepaskan mediator radang seperti histamin dari mast sel dan yang lainnya akan mengeluarkan prostaglandin. Ini merupakan reaksi yang cepat kira 8-24 jam.

Allergen yang masuk akan diikat oleh Ig E yang merupakan antibody dan mengakibatkan degranulasi dari sel mast. Degranulasi tersebut akan mengeluakan histamine,bradikinin, prostaglandin, dan lain-lain. Mediator yang lepas dari sel mast, histamine dan bradikinin, akan segera merangsang nosiseptoryang mengakibatkan rasa gatal. Keduanya juga meningkatkan permeabilitas vascular dan vasodilatasi sehingga timbul mata merah dan injeksi konjungtiva.

Page 5: Firda Ajeng LBM 2 Mata

Sementara itu mediator lain yang lepas dari sel mast akan mengeluarkan signal kimia yang menarik sel darah putih dan sel darah merah ke daerah yang terkena. Ketika sel-sel ini sampai mereka akan mudah mencapai permukaan konjungtiva karena pelebaran pembuluh darah dan peningkatan permeabilitas kapiler.

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang interstitial yang banyak didomonasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang akan cepat diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalininsasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan, sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau.

Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofil papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang menghasilkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea.Limbus konjungtiva juga menunjukan perubahan akibata vasodilatasi dan hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas dan kuantitas stem cells limbus.

Kondisi yang terakhir ini mungkin berkaitan dengan konjungtivalisasi pada penderita konjungtivitis dan di kemudian hari berisiko timbulnya pterigium pada usia muda. Disamping itu terdapat kista-kista kecil yang dengan cepat akan mengalami degenerasi

Page 6: Firda Ajeng LBM 2 Mata
Page 7: Firda Ajeng LBM 2 Mata
Page 8: Firda Ajeng LBM 2 Mata

Reaksi Hipersensitivitas tipe I ( Reaksi cepat/anafilaksis) Reaksi Hipersensitivitas tipe I terjadi dalam reaksi jaringan terjadi dalam beberapa menit

setelah antigen bergabung dengna antibody yang sesuai.Ini dapat terjadi sebagai anfilaksis sistemetik (misalnya setelah pemberian protei heterolog) atau sebagai reaksi local (misalnya alergi atopik seperti demam hay). Mekanisme umum dari hipersensitivitas tipe cepat dimulai ketika antigen menginduksi pembentukan IgE, yang terikat kuat dengan reseptor pada sel basofil dan sel mast melalui bagian Fc antibody tersebut. Beberapa saat kemudian kontak yang kedua dengan allergen yang sama mengakibatkan fiksasi anti gen ke IgE yang terikat ke sel dan pelepasan mediator yang aktif secara farmakologis dari sel tersebut dalam waktu beberapa menit.

Reaksi ini meliputi 3 fase yaitu:a.Fase sensitasiWaktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya reseptor spesifik pada

permukaan sel mastosit atau basofil. IgE yang dibentuk biasanya dalam jumlah yang sedikit, yang diikat oleh sel mastosit atau basofil untuk beberapa minggu.

b.Fase aktivasiWaktu yang dibutuhkan untuk pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mastosit

melepaskan isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi. Dalam fase aktivasi terjadi perubahan dalam membran sela akibat dari metilasi fosfolipid yang diikuti influks.

Page 9: Firda Ajeng LBM 2 Mata

c.Fase efektorWaktu terjadi respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator

yang dilepas sel mastosit dengan aktivitas farmakologik.Respons yang terjadi menyerupai alergi Hay Fever atau yang dapat mengancam jiwa

seperti anafilatik shock terhadap penicillin.Reaksi yang terjadi pada tipe ini yaitu:-Eritem : Kemerahan karena dilatasi vascular-Edem : Pembengkakan yang disebabkan masuknya serum ke dalam jaringan tubuh.-Pada fase aktivasi, terjadi perubahan membrane sel akibat dari metilasi fosfolipid

yang diikuti influks Ca2+

Contoh-contoh penyakit yang timbul segera sesudah tubuh terpajan oleh allergen :- Asma bronchial- Rinitis- Dermatitis atopi

Page 10: Firda Ajeng LBM 2 Mata

Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV ( Reaksi Hipersensitivitas Lambat) Hipersensitivitas tipe lambat merupakan fungsi dari limfosit T tersensitisasi secara spesifik,bukan merupakan

fungsi antibody. Reaksi imun ini lambat,yakni respon ini dimulai beberapa jam (beberapa hari) setelah kontak dengan antigen dan sering berlangsung selama berhari-hari.

Jenis antigen pada reaksi ini :- jaringan asing,- mikroorganisme intraseluler (virus,mycobakteri),- Protein atau bahan kimia yang dapat menembus kulit dan bergabung dengan protein yang berfungsi sebagai carrier.

Pada reaksi ini tidak ada peranan antibody. Ini merupakan Cell Immediate Sensitivity . Pada reaksi hipersensitivitas tipe I,II,dan III yang berperan adalah antibody (imunitas humoral) sedangkan pada tipe IV yang berperan adalah Liomfosit T atau dikenal sebagai imunitas seluler. Limfosit T peka ( sensitized T Lynphocyte) bereaksi dengan antigen dan menyebabkan terlepasnya mediator (Limfokin) yang berakibat terjadinya peradangan local subkutan atau musculus yang menyebabkan peningkatan masa jaringan yang dapat kita palpasi (teraba). Reaksi ini sering memerlukan waktu berhari-hari,dikenal sebagai delayed hypersensitivity. Pada beberapa individu , terjadi sensitivitas kontak terhadap komponen biomaterial.

Ada 4 jenis reaksi hipersensitivitas tipe IV yaitu:

a. Reaksi Jones Mote (JM) Reaksi ini ditandai oleh adanya infiltrasi basofil di bawah epidermis. Reaksi ini timbul oleh karena terdapat antigen yang larut dan oleh limfosit yang peka terhadap siklofosfamide. Reaksi ini terjadi sesudah 24 jam.

b. Dermatitis kontak dan Hipersensitivitas kontak Hipersensitivitas kontak terjadi setelah sensisitasi dengan zat kimia sederhana (misalnya nikel,formaldehid), bahan-bahan kimia, bahan-bahan tumbuhan (racun pohon oak), obat yang digunakan secara topical (misalnya sulfonamide,neosin). Molekul-molekul kecil masuk ke dalam kulit dan kemudian bereaksi sebagai hapten,melekat pada protein tubuh dan bertindak sebagai antigen komplit. Hipersensitivitas yang diperantarai oleh sel terinduksi, khususnya di kulit. Ketika kulit kembali kontak dengan agen penyebab hipersensitivitas tersebut, orang yang sensitive mengalami erotema, gatal, vesikulasi, eksema, atau nekrosis kulit dalam waktu 14-28 jam. Dermatitis kontak adalah dermatitis yang timbul pada kulit tempat kontak dengan allergen.

Page 11: Firda Ajeng LBM 2 Mata

c. Reaksi Tuberkulin Hipersensitivitas lambat terhadap antigen mikroorganisme terjadi pada banyak penyakit infeksi

dan telah digunakan sebagai alat bantu diagnosis. Seperti yang terjadi pada reaksi tuberculin. Reaksi ini terjadi 20 jam setelah terpajan dengan antigen. Kemudian setelah 48 jam timbul infiltrasi limfosit dalam jumlah besar di sekitar pembuluh darah sehingga menyebabkan hubungan serat-serat kolagen kulit rusak

d. Reaksi Granuloma Reaksi yang menyusul respon akut dimana terjadi influks monasit,neutrofil dan limfosit ke jaringan.

Bila keadaan terkontrol neutrofil dikerahkan lagi dan berdegenerasi. Selanjutnya dikerahkan sel mononuclear yaitu sel monosit, sel makrofag , sel limfosit dan sel plasma yang menyebabkan gambaran patologik dari inflamasi kronik, monosit dan makrofag yang berperan:

- Menelan dan mecerna mikroba, debris seluler dan neutrofil yang berdegenerasi.- Modulasi respons imun dan fungsi sel T melalui presentasi antigen dan sekresi sitokin- Memperbaiki kerusakan jaringan dan fungsi sel yang berperan dalam informasi melalui sekresi

sitokin. Jadi di dalam inflamasi kronik, terjadilah fagosit makrofag debris seluler dan bahan,bahan yang

belum disingkirkan oleh neutrofil. Hal ini akan menyebabkan struktur jaringan menjadi normal kembali atau menjadi fibrosis dengan struktur dan fungsi yang berubah. Ditandai dengan pembentukan Granuloma yang terdiri dari sel-sel berinti tunggal yang telah berubah,histiosit,sel-sel epiteloid dan sel-sel datia benda asing. Reaksi ini memerlukan waktu yang lebih lama daripada hipersensitivitas tipe lambat dan membutuhkan zat-zat yang sulit larut. Peristiwa ini terjadi pada tuberculosis, lepra jenis tuberkuloid dll.

Page 12: Firda Ajeng LBM 2 Mata

Reaksi cepat memiliki ciri-ciri:1. Timbul dan hilangnya dengan cepat2. Diinduksikan oleh antigen melalui berbagai saluran3. Ada antibody yang berperan dan beredar pada reaksi ini.4. Dapat dipindahkan secara pasif melalui serum5. Mudah di lakukan desensisasai tetapi hanya sementara6. Lesi-lesi berupa eksudasi akut dan nekrosis lemak7. Terjadi edema dan kemerahan debgan ukuran maksimum yang terjadi dalam waktu 6

jam.Reaksi lambat memiliki ciri-ciri:1. Timbul perlahan-lahan dan bertahan lama2. Terinduksi oleh infeksi, suntikan antigen melaui kontak pada kulit3. Reaksi dipengaruhi oleh sel dan tidak dipengaruhi oleh antibody4. Dapat dipindahkan denagn pemindahan limposit5. Sulit dilakukan desentisasi tetapi akan berlangsung lama6. Sel-sel berinti tunggal menggumul di sekitar pembuluh darah7. Eritema dan indurasi dengan ukuran maksimim yang terjadi dalam waktu 24 jam sampai 48 jam.

Page 13: Firda Ajeng LBM 2 Mata

2. Why did he feel itchy and foreign body sensation?

Itchy :Pelepasan mediator – mediator sel mast seperti histamin, bradikinin, PAF dan leukotrien memicu reaksi inflamasi seperti gatal, ruam berwarna kemerahan, khemosis dan ekstravasasi leukosit.

Page 14: Firda Ajeng LBM 2 Mata

3. Why did the patient feel sticky and difficult to open in his eyelids?

Eksudat konjungtiva sangat spesifik, berwarna putih susu kental, lengket, elastic dan fibrinous. Peningkatan sekresi mucus yang kental dan adanya peningkatan jumlah asam hyaluronat, mengakibatkan eksudat menjadi lengket. Hal ini memberikan keluhan adanya sensasi seperti ada tali atau cacing pada matanya.

Penutupan kelopak mata yang lama akan membuat suhu sama dengan suhu badan. Pada kelopak mata yang terbuka biasanya suhunya lebih rendah dibandingkan suhu badan akibat penguapan air mata. Suhu mata yang sama dengan suhu badan akan mengakibatkan berkembang biaknya kuman dengan baik. Suhu badan merupakan inkubator yang optimal untuk kuman sehingga kuman akan memberikan peradangan yang lebih berat pada konjungtiva, sehingga sekret akan bertambah diwaktu bangun pagi.

Ilmu Penyakit Mata, Prof. Dr. Sidarta Ilyas, Sp.M, 2002

Page 15: Firda Ajeng LBM 2 Mata

4. What is the mechanism of staphylococcus attack?

Page 16: Firda Ajeng LBM 2 Mata

Explain about the spesification of staphylococcus!

A. Ciri-ciri Organisme

•Sel berbentuk bulat•Diameter 0-1 um•Susunan buah anggur•Gram positif•Tidak bergerak dan tidak berspora•Di bawah pengaruh zat tertentu misal fenicilin kuman dapat dilisiskan•Tidak dipengaruhi oleh garam empedu aptokin•Koloni sering tampak putih, kuning, merah atau merah jingga•Aerob dan anaerob tumbuh sama baik

B.Biakan

Staphylococcus mudah tumbuh pada media bakteri, suhu potomim 37C, paling baik mambentuk pigmen pada 20-27C (suhu kamar) koloni pada perbenihan tampak bulat, halus dan menonjol dan berkilau-kilau membentuk berbagai pigmen, albus putih, aureus emas, citrius kehijauan seperti jeruk.

ContohStaphylococcus aureus haemolitikus seperti emas Staphylococcus albus haemolitikus putihStaphylococcus citrius kuning kehijauan Peptococcus (mirip staphylococcus penyebab keracunan)

Page 17: Firda Ajeng LBM 2 Mata

• C.Sifat pertumbuhan

Staphylococcus dapat meragikan karbohidrat asam laktat, termostabil (50C selama 30 menit), resisten terhadap obat antibiotika.

D.VariasiSetiap biakan Staphylococcus mengandung organisme yang berbeda type, koloni, pigmen, daya hemolisis, juga perlengkapan enzim dan resisten terhadap obat serta patogenitas.

E.Struktur antigen

•Staphylococcus mempunyai antigen polisakarida dan protein yang memungkinkan penggolongan strain dalam batas tertentu•Zat yang dihasilkan Staphylococcus juga merupakan antigen, dapat digunakan tes serologi untuk identifikasi strein. Dengan bakteriofoga dapat diidentifikasi. Banyak strein Staphylococcus bersifat. Lisogenik•Pembentukan toksin oleh plasmid atau faga temperatur

Page 18: Firda Ajeng LBM 2 Mata

• F.Toksin dan Enzim

Staphylococcus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan berbaik dan menyebar luas pada jaringan dan melalui banyak zat estraceller:1.Eksotoksin Staphylococcus adalah suatu zat campuran yang bersifat termolabil, mematikan hewan percobaan, penyebab nekrosa kulit dan juga mengandung haemolisin2.Leucocidin adalah zat yang dapat melarutkan lekosit hewan, termolabil, peranannya kurang jelas sebab Staphylococcus tidak dapat mematikan leukosit bahkan dapat di fagositoleh leukosit3.Entero toksin adalah suatu zat yang dapat larut yang dihasilkan oleh sterin tertentu dari jenis Staphylococcus terutama bila di biakan pada media dengan konsentrasi CO2 yang tinggi (30%) pada media setengah padat yang terdiri dari protein4.Koagulasi, Staphylococcus yang pathogen pada manusia menghasilkan koagulasi, yaitu suatu protein seperti enzim yang dapat menggumpalkan plasma oxalate atau citrat, koagulasi dapat menggumpalkan fibrin pada permukaan Staphylococcus sehingga menyebabkan kuman tidak dapat di fagositosis oleh sel tubuh

Page 19: Firda Ajeng LBM 2 Mata

Other types of normal flora and their function!

Page 20: Firda Ajeng LBM 2 Mata

5. What is the type of microorganism can cause the same condition in scenario?

Page 21: Firda Ajeng LBM 2 Mata

6. Why was in the examination found a copious mucopurulent discharge? Types of exudates?Macam-macam sekret: 1. serous, (cair bening)

Encer seperti air dengan penyebabnya virus. Setelah dua/ tiga hari dapat menjadi mukopurulen, karena super infeksi dari kuman komensal, (daya tahan menurun sehingga kuman komensal tumbuh tak terkendali)

2. mucous, (kental bening elastis)kental, bening, elastis (bila ditarik dengan ujung kapas). Penyebabnya biasanya karena proses khronis/alergi . Fibrin-fibrin dalam keadaan utuh. Klinis : bila ditutul kapas akan mulur (elastis) Sebab zat mucous terdiri dari fibrin

3. purulen, (cair keruh kuning)Makin ganas kumannya makin purulen (nanah) mis : GonococcenBanyak sel yang mati, terutama leucocyt, dan jaringan nekrose Kuman-kumannya type ganas, fibrin sudah hancur. Bila ditutul kapas, ia akan terhisap, sifatnya seperti air,berwarna kuning Campuran : mucopurulen, kental berwarna kuning, elastis. Penyebabnya:

biasanya kuman coccen yang lain.

Page 22: Firda Ajeng LBM 2 Mata

4. membran, (keruh lengket pada permukaan, bila diangkat tak berdarah)Misal : pada conjunctivitis diphtherica. Terbentuk sekret, sel - sel lepas dan terbentuk jaringan nekrotik. Terjadi defek konjungtiva. Membran sukar dilepas dan bila dipaksa akan berdarah karena ada ulkus

dibawahnya. Bila dilepas /dikupas akan berdarah

5. pseudomembran, (keruh lengket pada pemukaan, bila diangkat berdarah)

Seolah-olah seperti melekat pada conjunctiva tetapi mudah diambil dan tak mengakibatkan perdarahan. Penyebabnya antara lain streptococcus haemoliticus

6. Sanguis, (cair merah ada darah)

Sekret berdarah. Terdapat pada konjungtivitis karena virus yang sangat virulent. Sering disertai sekret purulent setelah dua/ tiga hari, karena ada super infeksi dari bakteri komensal.

Page 23: Firda Ajeng LBM 2 Mata

7. Explain the interpretation of conjunctival injection in scenario!Sifat injeksi konjungtiva :

Page 24: Firda Ajeng LBM 2 Mata

8. What kind of microbiology test can be done related to the case?

Staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi dibawah suasana aerobic atau mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur37ºC namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperature kamar (20-35ºC). Media yang sering digunakan adalah sebagai berikut (Soemarno, 1962);

1) Nutrient Agar (NA)Biasanya koloni Staphylococcus yang tumbuh pada media ini berwarna putih sampai kuning,

smooth, tumbuh subur dan memiliki elevasi yang datar atau keping.2) Blood Agar Plate (BAP)Koloni Staphylococcus yang tumbuh pada media agar darah berukuran sedang-besar, smooth,

memiliki elevasi datar atau keping, haemolytis atau anhaemolytis. Pada umumnya koloni Staphylococcus berwarna putih sampai kuning, tetapi ada beberapa spesies yang memberikan warna tersendiri, koloni Staphylococcus aureus berwarna kuning emas, koloni Staphylococcuscitreus berwarna kuning jeruk, sedangkan koloni Staphylococcus albus berwarna putih.

3) Manitol Salt Agar (MSA)Koloni yang tumbuh berukuran kecil-sedang , smooth, koloni berwarna kuning dengan zone

yang berwarna kuning juga.

Page 25: Firda Ajeng LBM 2 Mata

4) Uji biokimiaUji biokimia dilakukan untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi biokimia, yang biasa

dilakukan diantaranya:· TSIA (Tripel Sugar Iron Agar)Digunakan untuk identifikasi bakteri gram negatif batang, untuk melihat kemampuan meragi

glukosa dan sukrosa atau laktosa.· Fermentasi karbohidrat/gula-gulaUji gula-gula dilakukan untuk menentukan kemampuan dari bakteri untuk menfermentasikan

beberapa jenis gula-gula seperti glukosa, laktosa, maltose, manitol dan sukrosa.· MR/VP (methyl red /voges proskauer)Uji ini dilakukan untuk menentukan organisme yang memproduksi dan mengelola asam dan

produk-produknya dari hasil fermentasi glukosa, memperlihatkan kemampuan sistem buffer dan menentukan organism yang menghasilkan prosuk netral (asetil metal karbinol atau aseton) dari hasil fermentasi glukosa

· SIM(sulfur, indol, motility)Uji ini untuk mengetahui pergerakkan bakteri, produksi indol dan pembentukkan gas H2S· Simon Citrate (SCA)Uji ini dilakukan untuk menentukkan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon

Page 26: Firda Ajeng LBM 2 Mata

Tes antibiotik?

Page 27: Firda Ajeng LBM 2 Mata

9. why was in the examination found papils at superior and inferior tarsal conjunctiva?

Cobble stone : papil yang membesar

Page 28: Firda Ajeng LBM 2 Mata

Bangunan patologisSebagai akibat proses infiltrasiBentuknya macam-macam :1. papula,2. folikel,3. vesicula,4. excrecencies,5. concretio,6. phlyctaen,7. pinguiculum

Page 29: Firda Ajeng LBM 2 Mata

1. Papula :Ujud kelainan yang menonjol dari permukaan konjungtiva dengan diameter kurang dari 5 mm karena terkumpulnya infiltrat, neutrofil, limphocyt dan leukosit yang lain

2. Follicel:Merupakan pembesaran lymphadenoid.Besarnya kira-kira sama.Tersusun berderet-deret.Lebih sering di conjunctiva palpebrae

inferior

Page 30: Firda Ajeng LBM 2 Mata

3. Vesicula :Karena terkumpulnya cairan. Batasnya tegas. Causa : proses degenerasi, penyakit virus (herpes),

combustio.

4. Excrecensies :Hypertrophie papillair ( papula ) di palpebra superior.Dasar : hypertrophie papula dan adanya degenerasi hyalin

permukaan datar, seperti bludru.Kalau lebih besar dari biasa : seperti batu yang disusun (pada

tembok) = cobble stone pavement.Warna : merah kasar.Terdapat pada konjungtivitis vernalis

5. Concretio : Disini terdapat hypertrophie yang berlebihan dan

pemadatan sehingga berwarna putih seperti kapur.Pemadatan ini dapat dicukil keluar.Sering disebut lithiasis

Page 31: Firda Ajeng LBM 2 Mata

6. Phlyctaen :Lokasasi : konjungtiva bulbi, limbus kornea

dan kornea.Tonjolan berwarna putih kekuningan, berisi

limfosit, dengan tanda radang disekitarnya

7. Pinguiculum :Merupakan proses regresi/kemunduran.Kausa :irritasi kronis misalnya debu,

asap,angin.Misalnya : tinggal dekat pabrik.Letak : pada konjungtiva bulbi yang tak

tertutup palpebra.Terjadi dari jaringan pengikat hyalin/elastis.

Page 32: Firda Ajeng LBM 2 Mata

10. Why were in the ophtamology statues found oedem palpebrae with mild spasm and chemosis?

Page 33: Firda Ajeng LBM 2 Mata

11. What are the signs of conjunctivitis?

Page 34: Firda Ajeng LBM 2 Mata

1. HiperemiaTanda klinik yang paling mencolok pada konjungitivitis akut.Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus ok

dilatasi pembuluh – pembuluh darah posterior.Warna merah terang konjungtivitis bacterialKeputihan mirip susu konjungtivitis alergikaHiperemi tanpa infiltrasi sel iritasi ok agen fisik, seperti angin, matahari,

asap, dll spt penyakit yag berhubungan dengan ketidakstabilan vaskuler ( acne rosacea )

2. Berair mata ( Epiphora )Sering mencolok pada konjungtivitisDiakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau gatal,

atau karena gatal.Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh yang hiperemik dan menambah

jumlah air mata itu.<< air mata yang abnormal keratokonjuntivitis sicca

Page 35: Firda Ajeng LBM 2 Mata

3. EksudasiMerupakan cirri semua jenis konjungtivitis akutEksudat berlapis lapis dan amorf konjungtivitis bacterialEksudat berserabut konjungtivitis alergikaPalpebra “ bertahi mata “ saat bangun tidur pada hamper semua jenis konjungtivitis dan jika

eksudat berlebihan palpebra saling lengket.Konjungtivitis tsb agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia4. PseudoptosisTurunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus MullerDijumpai pada beberapa konjungtivitis berat misal. Trakoma dan keratokonjungtivitis epidermika

(KEC).5. Hipertrofi PapilerReaksi konjuntiva non spesifik yang terjadi karena konjungitva terikat pada tarsus atau limbus

dibawahnya oleh serabut –serabut halus.Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papilla ( selain unsur sel dan eksudat ) sampai

di membrane basal epitel, pembuluh ini bercabang- cabang di atas papilla mirip jeruji paying.Eksudat radang menggumpul diantara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan

konjungitiva.Pada penyakit yang mengalami nekrosis ( trakoma ) eksudat dapat digantikan oleh jaringan

granulasi atau jaringan ikat.Konjuntiva papiler merah konjungtivitis bacterial atau klamidia

Page 36: Firda Ajeng LBM 2 Mata

6. KemosisSangat mengesankan konjungitivitis alergika namun juga dapat terjadi pada

konjungitvitis gonokok atau meningokok akut terutama pada konjungitivitis adenovirus.

Kemosis konjungtiva bulbi terlihat pada pasien trikinosis.7. FolikelTerdiri atas hyperplasia limfoid local di dalam lapis lilmfoid konjungtiva dan

biasanya mengandung sebuah pusat germinalSecara klinik dapat dikenali sebagai struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan

bulat.8. Pseudomembran dan membraneHasil proses eksudatif dan hanya berbeda derajatnya.Pseudomembran : pengentalan ( koagulum ) di atas permukaan epitel. Bila

diangkat tetap utuhMembran : pengentalan ( koagulum ) yang meliputi seluruh epitel dan jika

diangkat meninggalkan permukaan kasar dan berdarah.Menyertai kerato konjungitivitis epidermika, konjungtivitis strepkokok, difteria dll.

Page 37: Firda Ajeng LBM 2 Mata
Page 38: Firda Ajeng LBM 2 Mata

12. What is the classification of the abnormality of reddish eyes without blur vision?

Page 39: Firda Ajeng LBM 2 Mata

13. What is the possible medication given in scenario? Dalam bentuk resep!

R/ Chlorampenicol FL No Is.q.d.d.Gtt I ods (mata kanan kiri )

R/ CTM tab 5 mg No XVs.t.d.d.tab I

R/ vit C tab 500mg No Vs.s.d.d. tab I

R/ dexametason tab 10 mg Fl stdd. Tab I