fieldtrip resume

46
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terdapatnya perbedaan bentuk – bentuk fisik dari suatu daerah memiliki karakteristik masing – masing yang dapat diidentifikasi melalui gejala alam dan struktur permukaan dan kondisi di sekitar daerah tersebut.ditambah bumi telah mengalami pergerakan lapisan tanah secara kontinyu Hal ino dapat dibuktikan di sekitar kita dengan menganal karakteristik suatu batuan yang setiap pada jangka waktu tertentu akan mengalami perubahan Pada dasarnya konsep pemahaman teori bersifat ideal,sedangkan apa yang bisa kita amati di lapangan tidaklah seideal atau selalu sesuai dengan teori dan ilmu geologi itu sendiri menuntut untuk melihat kenampakan yang terjadi. Hal ini melatar belakangi diadakan nya studi lapangan Kenampakan dilapangan akan dibandingkan dengan konsep pemahaman berdasarkan teori – teori yang ada dengan melihat langsung jenis batuan dengan berbagai macam struktur tanah 1.2 Maksud dan Tujuan Tujuan diadakan nya kuliah lapangan (Fieldtrip) adalah untuk memenuhi Tugas mata kuliah Geologi Dasar, Disamping itu dapat

Upload: alvin-sharil-widan

Post on 26-Dec-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan akhir dari praktikum geologi dasar

TRANSCRIPT

Page 1: Fieldtrip Resume

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapatnya perbedaan bentuk – bentuk fisik dari suatu daerah memiliki karakteristik

masing – masing yang dapat diidentifikasi melalui gejala alam dan struktur permukaan dan

kondisi di sekitar daerah tersebut.ditambah bumi telah mengalami pergerakan lapisan tanah

secara kontinyu Hal ino dapat dibuktikan di sekitar kita dengan menganal karakteristik suatu

batuan yang setiap pada jangka waktu tertentu akan mengalami perubahan

Pada dasarnya konsep pemahaman teori bersifat ideal,sedangkan apa yang bisa kita amati

di lapangan tidaklah seideal atau selalu sesuai dengan teori dan ilmu geologi itu sendiri

menuntut untuk melihat kenampakan yang terjadi. Hal ini melatar belakangi diadakan nya

studi lapangan Kenampakan dilapangan akan dibandingkan dengan konsep pemahaman

berdasarkan teori – teori yang ada dengan melihat langsung jenis batuan dengan berbagai

macam struktur tanah

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan diadakan nya kuliah lapangan (Fieldtrip) adalah untuk memenuhi Tugas mata

kuliah Geologi Dasar, Disamping itu dapat melihat langsung kenampakan peristiwa atau

kejadian geologi alam serta mengidentifikasinya yang nantinya akan dibandungkan dengan

konsep pemahaman berdasarkan teori

1.3 Waktu Penelitian

Kuliah lapangan telah dilakukan pada tanggal 11 mei 2013. Perjalanan dimulai pada

pukul 07.00 WIB di gedung Fisika Universtias Brawijaya. Dengan total 7 pemberhentian

(Stopside) hingga pukul 13.00 WIB sampai pada pemberhentian terakhir lalu kembali ke

Universitas Brawijaya tiba pada pukul 16.00 WIB. Perjalanan menggunakan 2 Kendaraan besar

yang berupa 1 buah bus dan 1 buah truck

Page 2: Fieldtrip Resume

1.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi yang dijadikan sasaran berada di Malang Selatan, Jawa timur. Dengan total 7

pemberhentian (Stopside) dengan masih waktu tempuh ±30 menit menggunakan transportasi

yang sama. Lokasi pemberhentian antara lain desa Druju, desa Argotirto, desa

Sumberagung, desa Kedung Banteng, desa Sidomulyo, dan pantai Bajulmati. Setiap stopsite

yang dituju memiliki satu rute yang searah.

Gambar 1.1 Lokasi Malang Selatan ditandai dengan Lingkaran Merah

Gambar 1.2 Rute (StopSide) Pemberhentian yang berada di Malang selatan

Page 3: Fieldtrip Resume

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

.

2.1 Geologi Regional

Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian selatan-timur yang meliputi kawasan

Gunungapi Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi dua

zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen, 1949) (lihat Gambar 2.1).

Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah (Central Depression Zone) Pulau Jawa.

Zona ini ditempati oleh kerucut G. Merapi (± 2.968 m). Kaki selatan-timur gunungapi tersebut

merupakan dataran Yogyakarta-Surakarta ( ± 100 m sampai 150 m) yang tersusun oleh endapan

aluvium asal G. Merapi. Di sebelah barat Zona Pegunungan Selatan, dataran Yogyakarta

menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari P. Parangtritis hingga K. Progo.

Aliran sungai utama di bagian barat adalah K. Progo dan K. Opak, sedangkan di sebelah timur

ialah K. Dengkeng yang merupakan anak sungai Bengawan Solo (Bronto dan Hartono, 2001).

Satuan perbukitan terdapat di selatan Klaten, yaitu Perbukitan Jiwo. Perbukitan ini

mempunyai kelerengan antara 40 – 150 dan beda tinggi 125 – 264 m. Beberapa puncak tertinggi

di Perbukitan Jiwo adalah G. Jabalkat (± 264 m) di Perbukitan Jiwo bagian barat dan G. Konang

(lk. 257 m) di Perbukitan Jiwo bagian timur. Kedua perbukitan tersebut dipisahkan oleh aliran K.

Dengkeng. Perbukitan Jiwo tersusun oleh batuan Pra-Tersier hingga Tersier (Surono dkk, 1992)

2.1.1 Fisiografi Regional

Page 4: Fieldtrip Resume

Gambar 2.1  Pola Umum struktur P. Jawa

Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat

dan utara, sedangkan di sebelah timur oleh Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah

selatan oleh Lautan India. Di sebelah barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta

dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian utara berupa gawir Baturagung. Bentuk

Pegunungan Selatan ini hampir membujur barat-timur sepanjang lk. 50 km dan ke arah utara-

selatan mempunyai lebar lk. 40 km (Bronto dan Hartono, 2001).

Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona Baturagung,

Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu (Harsolumekso dkk., 1997 dalam Bronto dan

Hartono, 2001). Subzona Baturagung terutama terletak di bagian utara, namun membentang dari

barat (tinggian G. Sudimoro, ± 507 m, antara Imogiri-Patuk), utara (G. Baturagung, ± 828 m),

hingga ke sebelah timur (G. Gajahmungkur, ± 737 m). Di bagian timur ini, Subzona Baturagung

membentuk tinggian agak terpisah, yaitu G. Panggung (± 706 m) dan G. Gajahmungkur (± 737

m). Subzona Baturagung ini membentuk relief paling kasar dengan sudut lereng antara 100 –

300 dan beda tinggi 200-700 meter serta hampir seluruhnya tersusun oleh batuan asal gunungapi.

Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian tengah Zona

Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran ini dibatasi oleh Subzona

Baturagung di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan

Subzona Gunung Sewu. Aliran sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo yang mengalir ke barat

dan menyatu dengan K. Opak (lihat Gambar 2.2). Sebagai endapan permukaan di daerah ini

adalah lempung hitam dan endapan danau purba, sedangkan batuan dasarnya adalah

batugamping.

Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts, yaitu bentang

alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut dengan ketinggian beberapa

puluh meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai telaga, luweng (sink holes) dan di bawah

permukaan terdapat gua batugamping serta aliran sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini

membentang dari pantai Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur.

Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok yang terangkat dan

miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandai escarpment yang cukup kompleks. Lebar

maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah

selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang

Page 5: Fieldtrip Resume

disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 (Lehmann.

1939). Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga

tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit

dan dasit (Van Bemmelen,1949).

Gambar 2.2. Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifikasi dari

van Bemmelen, 1949).

Geologi Jawa timur dibagi atas beberapa zona, menurut van Bemmelen jawa timur dibagi atas 4

bagian antara lain :

Zona Pegunungan Selatan Jawa (Souththern Mountains) : batuan pembentuknya terdiri

atas siliklastik, volkaniklastik, volkanik , dan batuan karbonat.

Zona Gunung Api Kuarter (Quartenary Volcanoes) : merupakan gunung aktiv

Zona Kendeng (Kendeng Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas Sekuen dari

volkanogenik dan sedimen pelagik.

Page 6: Fieldtrip Resume

Zona Rembang (Rembang Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas endapan laut dangkal

, sedimen klastik , dan batuan karbonat. Pada zona ini juga terdapat patahan yang

dinamakan Rembang High dan banyak lipatan yang berarah timur-barat

2.1.2 Stratigrafi Regional

Penamaan satuan litostratigrafi Pegunungan Selatan telah banyak dikemukakan oleh

beberapa peneliti yang membedakan stratigrafi wilayah bagian barat (Parangtritis – Wonosari)

dan wilayah bagian timur (Wonosari – Pacitan). Urutan stratigrafi Pegunungan Selatan bagian

barat telah diteliti antara lain oleh Bothe (1929), van Bemmelen (1949), Sumarso dan

Ismoyowati (1975), Sartono (1964), Nahrowi, dkk

Tabel 2.1. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa penulis.

.

Secara stratigrafi, urutan satuan batuan dari tua ke muda menurut penamaan litostratifrafi

menurut Wartono dan Surono dengan perubahan (1994) adalah :

1. Formasi Wungkal-Gamping

Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Wungkal dan G. Gamping, keduanya di Perbukitan

Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan Selatan ini di bagian bawah terdiri

dari perselingan antara batupasir dan batulanau serta lensa batugamping. Pada bagian atas,

Page 7: Fieldtrip Resume

satuan batuan ini berupa napal pasiran dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di

Perbukitan Jiwo, antara lain di G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai

ketebalan sekitar 120 meter (Bronto dan Hartono, 2001).

2. Formasi Kebo-Butak

Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Kebo dan G. Butak yang terletak di lereng dan kaki

utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah berupa batupasir

berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa

perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian

tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi

andesit. Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka yang dipengaruhi oleh arus turbid.

Formasi ini tersebar di kaki utara Pegunungan Baturagung, sebelah selatan Klaten dan diduga

menindih secara tidak selaras Formasi Wungkal-Gamping serta tertindih selaras oleh Formasi

Semilir. Ketebalan dari formasi ini lebih dari 650 meter.

3. Formasi Semilir

Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir, sebelah selatan Klaten. Litologi penyusunnya

terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih. Komposisi tuf dan

batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di bagian bawah satuan batuan ini,

yaitu di K. Opak, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat

andesit basal sebagai aliran lava bantal (Bronto dan Hartono, 2001). Penyebaran lateral

Formasi Semilir ini memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Pleret-

Imogiri, di sebelah barat G. Sudimoro, Piyungan-Prambanan, di bagian tengah pada G.

Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung timur pada tinggian G. Gajahmungkur, Wonogiri.

Ketebalan formasi ini diperkirakan lebih dari 460 meter. (Bronto dan hartono, 2001).

4. Formasi Nglanggran

Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa Semilir. Batuan

penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan

lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya tidak

berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran 2 – 50 cm. Di bagian

tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang

Page 8: Fieldtrip Resume

membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir

gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik.

Formasi ini juga tersebar luas dan memanjang dari Parangtritis di sebelah barat hingga

tinggian G. Panggung di sebelah timur. Ketebalan formasi ini di dekat Nglipar sekitar 530

meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi Semilir dan Formasi Sambipitu dan secara

tidak selaras ditindih oleh Formasi Oyo dan Formasi Wonosari. Dengan banyaknya fragmen

andesit dan batuan beku luar berlubang serta mengalami oksidasi kuat berwarna merah bata

maka diperkirakan lingkungan asal batuan gunungapi ini adalah darat hingga laut dangkal.

Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas

berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan

batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat.

Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat. Formasi

Sambipitu mempunyai kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran.

(Bronto dan Hartono, 2001).

5. Formasi Oyo

Lokasi tipe formasi ini berada di K. Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian bawah terdiri

dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai oleh batugamping

berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya

kalkarenit, namun kadang-kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit

membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari

140 meter dan kedudukannya menindih secara tidak selaras di atas Formasi Semilir, Formasi

Nglanggran dan Formasi Sambipitu serta menjemari dengan Formasi Oyo.

6. Formasi Wonosari

Formasi ini oleh Surono dkk., (1992) dijadikan satu dengan Formasi Punung yang

terletak di Pegunungan Selatan bagian timur karena di lapangan keduanya sulit untuk

dipisahkan, sehingga namanya Formasi Wonosari-Punung. Formasi ini tersingkap baik di

daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk bentang alam Subzona Wonosari dan topografi

karts Subzona Gunung Sewu. Ketebalan formasi ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan

stratigrafinya di bagian bawah menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di bagian atas

menjemari dengan Formasi Kepek. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri

Page 9: Fieldtrip Resume

dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah

napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur. (Surono dkk, 1992).

7. Formasi Kepek

Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, sekitar 11 kilometer di sebelah barat

Wonosari. Formasi Kepek tersebar di hulu K. Rambatan sebelah barat Wonosari yang

membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal

satuan ini lebih kurang 200 meter. Formasi Kepek umumnya berlapis baik dengan kemiringan

kurang dari 10o dan kaya akan fosil foraminifera kecil (Samodra, 1984, dalam Bronto dan

Hartono, 2001).

1. Pegunungan Selatan Bagian Timur

Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok yang terangkat

dan miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandai escarpment yang cukup kompleks. Lebar

maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah

selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang

disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 (Lehmann.

1939). Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga

tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit

dan dasit (Van Bemmelen,1949). Sementara formasi Kabuh yang dijumpai di antara Madiun-

Nganjuk berada pada geomorfologi dataran-bergelombang lemah yang merupakan sedimentasi

bentukan channel (transisi).

Stratigrafi Pegunungan Selatan di Jawa Timur, telah diteliti oleh Sartono (1964) dengan

daerah telitian di daerah Punung dan sekitarnya- Pacitan. Susunan litostratigrafinya

sebagaiberikut (dari tua ke muda): Kelompok Formasi Besole, Formasi Jaten, Formasi Nampol,

Formasi Punung.

Page 10: Fieldtrip Resume

1. Formasi Besole

Merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah ini. Sartono (1964), pencetus

nama Formasi Besole menyebutkan bahwa satuan ini tersusun oleh dasit, tonalit, tuf dasitan,

serta andesit, dimana satuan ini diendapkan di lingkungan darat.

Nahrowi dkk (1978), dengan menggunakan satuan batuan bernama Formasi Besole,

menyebutkan bahwa formasi ini tersusun oleh perulangan breksi volkanik, batupasir, tuf, dan

lava bantal, diendapkan dengan mekanisme turbidangit, pada lingkungan laut dalam. Samodaria

dkk (1989 & 1991) membagi satuan yang bernama Formasi Besole ini menjadi dua satuan yaitu

Formasi Arjosari yang terdiri dari perselingan batupasir dan breksi, yang diendapkan pada

lingkungan laut dangkal, dan Formasi Mandalika yang tersusun oleh perselingan breksi,

batupasir, serta lava bantal diendapkan pada lingkungan laut dalam. Terlepas dari perbedaan

litologi, dan lingkungan pengendapan pada satuan yang bernama Formasi Besole ini, mempunyai

penyebaran menempati morfologi terjal, dan berbukit-bukit. Oleh Sartono (1964), satuan ini

merupakan bagian dari kelompok batuanOld Andesit (van Bemmelen, 1949), seperti halnya yang

terdapat di Kulon Progo. Jadi secara umum Formasi Besole tersusun oleh satuan batuan volkanik

(intrusi), lava dan volkanoklastik (breksi, sisipan batupasir tufan).

Djohor, 1993 meneliti singkapan di K.Grindulu (Pacitan-Tegalombo) menyimpulkan

urutan Formasi Besole yang tersingkap di daerah tersebut adalah sebagaiberikut: bagian bawah

terdiri dari breksi volkanik (pyroclastic), batupasir tufan (greywacke), sisipan crystal tuf, dan

dibeberapa tempat dijumpai intrusi (korok dasit). Bagian tengah tersusun oleh lava dasitik, tuf

dasitik, breksi volkanik, batupasir volkanik, dan sisipan lava basaltik dengann kekar-kekar

kolom, dibe-berapa tempat dijumpai intrusi korok berkomposisi basaltis, dan dasitik. Bagian atas

didominasi oleh batn volkanoklastik (perulangan konglomerat, batupasir tufan, tuf, dengan

sisipan breksi dan batulempung). Didapat intrusi berupa volcanic neck berkomposisi andesitik.

Juga dijumpai sisipan tipis batulempung gampingan yang mengandung foraminifera planktonik

serta bongkah batu-gamping berukuran mencapai ±1 m didalam tubuh tuf. Secara tidak selaras di

atasnya terdapat Formasi Jaten. (Kuswanto, dkk.1983)

Page 11: Fieldtrip Resume

2. Formasi Jaten

Dengan lokasi tipenya K.Jaten – Donorojo, Pacitan (Sartono 1964), tersusun oleh

konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung (mengandung fosilGastrophoda, Pelecypoda,

Coral, Bryozoa, Foraminifera), dengan sisipan tipis lignit. Ketebalan satuan ini mencapai 20-150

m. Diendapkan pada lingkungan transisi – neritik tepi pada Kala Miosen Tengah (N9 – N10)

3. Formasi Wuni

Dengan lokasi tipenya K.Wuni (anak Sungai S Basoka) – Punung, Pacitan (Sartono,

1964), tersusun oleh breksi, aglomerat, batupasir tufan, lanau, dan batugamping. Berdasarkan

fauna koral satuan ini berumur Miosen Bawah (Te.5 –Tf.1), berdasarkan hadirnya Globorotalia

siakensis, Globigerinoides trilobus & Globigerina praebuloides berumur Miosen Tengah (N9-

N12) (Tim Lemigas). Ketebalan Formasi Wuni = 150 -200 m. Satuan ini terletak selaras

menutupi Formasi Jaten, dan selaras di bawah Formasi Nampol

4. Formasi Nampol

Tersingkap baik di K.Nampol, Kec Punung, Pacitan (Sartono,1964), dengann susunan batuan

sebagai berikut: bagian bawah terdiri dari konglomerat, batupasir tufan, dan bagian atas: terdiri

dari perselingan batulanau, batupasir tufan, dan sisipan serpih karbonan dan lapisan lignit.

Diendapkan pada Kala Miosen Awal (Sartono,1964) atau Nahrowi (1979), Pringgoprawiro

(1985), Samodaria & Gafoer (1990) menghitungnya berumuri Miosen Awal – Miosen Tengah.

Ketiga formasi (Jaten, Wuni, Nampol) berhu-bungan jari-jemari dengan bagian bawah Formasi

Punung.

5. Formasi Punung

Dengan lokasi tipenya di daerah Punung, Pacitan, tersusun oleh dua litofasies yaitu: fasies

klastika dan fasies kar-bonat (Sartono, 1964). Fasies karbonat, tersusun oleh batu-gamping

terumbu, batugamping bioklastik, batugamping pasiran, napal, dimana satuan ini merupakan

endapan sistim karbonat paparan. Ketebalan fasies ini 200-300 m, berumur Miosen Tengah-Atas

(N9-N16). Sedangkan fasies klastika tersusun oleh perselingan batupasir tufan, batupasir

gampingan, lanau dan serpih. Ketebalan satuan ini 76 -230 m. Berdasarkan kandungan fosil

foram menunjukan umur Miosen Tengah (N15), diendapkan pada lingkungan nertitik tepi.

Hubungan dengan fasies karbonat adalah menjari, dan kedua satuan fasies ini menutupi secara

tidak selaras Formasi Nampol (Sartono, 1964). Sedangkan menurut Nahrowi (1979),

Page 12: Fieldtrip Resume

Pringgoprawiro (1985) Formasi Punung menutui secara tidak selaras Formasi Besole, dengan

saling menjari dengan Formasi Jaten, Wuni, dan Nampol.

6. Endapan Tersier

Di daerah Pegunungan Selatan bagian Timur, endapan yang paling muda adalah endapan

terarosa dan endapan sungai yang secara tidak selaras menutupi seri endapan Tersier

Gb.2.3. Stratigrafi Jalur Pegunungan Selatan menurut beberapa peneliti (Samodro, 1990)

2.2 Dasar Teori

      Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu terdiri atas  2 kata  geo dan logos, geo berarti

bumi dan logos berarti ilmu pengetahuan.   Geologi adalah ilmu pengetahuan bumi mengenai

asal, struktur, komposisi dan sejarahnya (termasuk perkembangan, kehidupan) serta proses-

proses yang telah menyebabkan keadaan bumi  seperti sekarang ini (Written n Brooks,

1972 ;204).

Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumi, terutama mengenai materi penyusunnya,

proses yang terjadi padanya, hasil proses tersebut. Sejarah planet itu dan bentuk-bentuk

kehidupan sejak bumi terbentuk (Bates dan Jakcson, 1990, 272).Geologi adalah suatu cabang

Page 13: Fieldtrip Resume

ilmu yang pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gajala yang berkaitan dengan proses

terbentuknya bumi. Keberadaan bumi serta fenomena lainnya yang berkaitan  dengan – dengan

bentuk alam (Nour Djauhan.2009).

Geologi Struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan bumi serta

hubungannya dengan jenis-jenis batuan yang terbentuk dikerak bumi.

Geologi Pertambangan adalah ilmu yang mempelajari tentang kandungan mineral atau

bahan-bahan tambang yang dimungkinkan untuk dimanfaatkan untuk keperluan industri

atau keperluan lainnya.

Geologi Minyak adalah ilmu yang mempelajari tentang kemungkinan adanya bahan fosil

yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar (sumber energi) minyak dan gas bumi.

Geologi Teknik adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan permukaan bumi yang

dikaitkan  dengan kekuatan tanah untuk penopang kontruksi bangunan (jembatan,

terowongan dll)

Petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat batuan penyusun bumi dan

manfaatnya

Mineralogi adalah ilmu yang memepelajari tentang sifat dan ciri mineral –mineral yang

terdapat dalam bumi  dan manfaatnya bagi manusia serta dampaknya terhadap sifat dan

ciri tanah. 

Vulkanologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, ciri serta pembentukan

gunungapi serta pengaruhnya terhadap kehidupan

Seismologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat gerakan kerak bumi berupa

gempa bumi serta dampaknya terhadap susunan kerak bumi dan bentuk permukaan bumi.

Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan bumi baik dari sifat

lapisan maupun proses terjadinya perlapisan.

Geofisika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan keadaan permukaan bumi

dan atsmosfer seperti perubahan angin iklim dan beberapa sifat fisik lainnya yang

mempengaruhi permukaan bumi.

Geokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem penyusun bumi dilihat dari

aspek kimia seperti kelarutan unsur dan karakteristik unsur dalam tanah.

Page 14: Fieldtrip Resume

Geologi Sejarah adalah ilmu yang mempelajari tentang evolusi kehidupan di permukaan

bumi yang meliputi peradapan manusia di permukaan bumi dan pengaruhnya terhadap

lingkungan.

Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan fosil-fosil yang terkandung

dalam batuan yang dapat mengungkapkan sejarah masa lalu.

Geomorfologi adalah ilmu yang tentang proses-proses yang berhubungan dengan

pembentukan permukaan bumi dan pengaruhnya terhadap kondisi setempat

Sedimentologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk-beluk batuan

endapan (batuan sedimen) meliputi klasifikasi, jenis dan macamnya serta

pembentukannya

Siklus batuan menggambarkan seluruh proses yang dengannya batuan dibentuk,

dimodifikasi, ditransportasikan, mengalami dekomposisi, dan dibentuk kembali sebagai hasil

dari proses internal dan eksternal Bumi. Siklus batuan ini berjalan secara kontinyu dan tidak

pernah berakhir. Siklus ini adalah fenomena yang terjadi di kerak benua (geosfer) yang

berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer, dan biosfer dan digerakkan oleh energi panas internal

Bumi dan energi panas yang datang dari Matahari. Kerak bumi yang tersingkap ke udara akan

mengalami pelapukan dan mengalami transformasi menjadi regolit melalui proses yang

melibatkan atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Selanjutnya, proses erosi mentansportasikan regolit

dan kemudian mengendapkannya sebagai sedimen. Setelah mengalami deposisi, sedimen

tertimbun dan mengalami kompaksi dan kemudian menjadi batuan sedimen. Kemudian, proses-

proses tektonik yang menggerakkan lempeng dan pengangkatan kerak Bumi menyebabkan

batuan sedimen mengalami deformasi. Penimbunan yang lebih dalam membuat batuan sedimen

menjadi batuan metamorik, dan penimbunan yang lebih dalam lagi membuat batuan metamorfik

meleleh membentuk magma yang dari magma ini kemudian terbentuk batuan beku yang baru.

Pada berbagai tahap siklus batuan ini, tektonik dapat mengangkat kerak bumi dan

menyingkapkan batuan sehingga batuan tersebut mengalami pelapukan dan erosi. Dengan

demikian, siklus batuan ini akan terus berlanjut tanpa henti (Letgens.2000).

Page 15: Fieldtrip Resume

Dari kesimpulan diatas, jika kita hubungkan siklus batuan dengan sedimentologi, maka

batua sedimen itu bisa berasal dari batuan apa saja, baik itu batuan beku, batuan metamorf,

ataupun batuan sedimen itu sendiri sehingga memebentuk permukaan yang bisa dikatakan

dengan kenampakan yang ada disekitar kita

Gambar 2.3 Siklus batuan

2.4 Klasifikasi Batuan

Batuan merupakan semua bahan pembentuk kerak bumi dan merupakan kumpulan

(agregat) mineral – mineral yang terbentuk secara alami dan mempunyai sifat fisik dan kimiawi

tertentu.

Pengelompokkan batuan :

A. Batuan Beku

Merupakan batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan magma, suatu masa larutan

silikat cair liat, pijar dan mudah bergerak (mobile).

Pengelompokkan batuan beku berdasarkan proses terjadinya :

1. Batuan beku Vulkanik/ekstrusi : batuan beku yang proses pendinginan magma berada di

permukaan atau didekat permukaan bumi, sehingga proses pembekuannya terjadi dengan

relatif cepat dengan melepaskan kandungan gasnya. Oleh karena itu sering

Page 16: Fieldtrip Resume

memperlihatkan struktur aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler), yang

menyebabkan terbentuknya mineral penyusun berukuran halus atau masif (< 1 mm). 

2. Contoh : Basalt, Andesit, Dasit, Obssidian, Riolit,Trakit,

dll.                                                                                               

3. Batuan beku Plutonik/intrusif :  batuan beku yang proses pendinginan magma berada

pada kedalaman yang besar dan proses pembekuannya terjadi secara perlahan sehingga

memberi kesempatan untuk pengintian dan pembentukan kristal secara sempurna yang

dicirikan dengan mineral penyusun batuan berukuran besar (> 1 mm). Contoh : Gabro,

Diorit, Granit, Granodiorit, Dunit, Peridotit, dll.

Klasifikasi batuan beku berdasarkan kimiawi :

Batuan Beku Asam, bila batuan tersebut mengandung SiO2 lebih besar dari

66%, Contoh : Granit, Riolit, Dasit, Granodiorit, dll.

Batuan Beku Intermediet/Menengah, bila batuan beku mengandung 52% - 66%

SiO2,Contoh : Andesit, Diorit, Trakit, Syenit, dll.

Batuan Beku Basa, bila batuan beku tersebut mengandung 45% - 52%

SiO2, Contoh :Gabro, Basalt, Diabas, Basanit, dll.

Batuan Beku Ultra Basa, bila batuan beku tersebut mengandung kurang dari 45 %

SiO2,Contoh : Peridotit, Dunit, Serpentinit, Piroksenit,dll.

B. Batuan Sedimen

Merupakan batuan yang terbentuk sebagai hasil pembatuan (lithifikasi) dari endapan bahan

– bahan rombakan atau hasil kegiatan organisme atau hasil reaksi kimia tertentu.

Pengelompokkan Batuan Sedimen :

Batuan sedimen klastik, adalah batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapn kembali

rombakan atau pecahan batuan asal, baik yang berasal dari batuan beku, batuan

metamorfik/ubahan maupun batuan sedimen sendiri yang lebih tua. Contoh : Batupasir,

Batulempung, Breksi, Konglomerat, dll.Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari

pelapukan mekanis (disintegrasi)maupun secara kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi

dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelahpengendapan berlangsung

sedimen mengalami diagenesa yakni proses perubahan – perubahan yang berlangsung pada

Page 17: Fieldtrip Resume

temperatur rendah didalam suatu sedimen, selama dan sesudah lithifikasi ini merupakan

proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras.

2.      Batuan sedimen non klastik, adalah batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia

atau dari hasil kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau

reaksi organik (penggaraman unsur – unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang

terpresipitasi dan replacement).Contoh : Rijang, Halite, Batugamping Terumbu, Gypsum,

Dolomit, dll.

Kalsifikasi Batuan Sedimen menurut R.P. Koesoemadinata :

Golongan detritus kasar, golongan ini dapat dikenali melalui butiran penyusun batuannya

yang relatif berukuran kasar dengan diameter ≥1/16 mm dan umumnya dihasilkan oleh

proses sedimentasi mekanis.

Contoh : Batupasir, Breksi, Konglomerat, dll.

Golongan detritus halus, golongan ini dapat dikenali melalui butiran penyusun batuannya

yang berukuran relatif halus (diameter <1/16mm) sebagaihasil sedimentasi mekanis.

Contoh : lempung, lanau, serpih, napal (proses sedimentasi kimiawi)

Golongan Karbonat, golongan ini tersusun oleh kelompok mineral karbonat (kalsit, dolomit,

aragonit)dan cangkang – cangkang binatang karang (mollusca, foraminifera).

Contoh : batu gamping bioklastik (sedimentasi mekanis), batu gamping terumbu (sedimentasi

organis), batu gamping dolomit (sedimentasi kimiawi)

Golongan Evaporit, pada umumnya batuan ini terbentuk dilingkungan danau yang tertutup

dan untuk terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang

cukup pekat. Umumnya bersifat monomineralik.

Contoh : gypsum, anhydrite, halite

Golongan Sedimen Silika, proses terbentuknya batuan ini merupakan gabungan dari proses

organik dan kimiawi untuk menyempurnakan, bersifat monomineralik dan tersusun dari

mineral silika.

Contoh : Rijang, Radiolaria, Diatomea

Golongan Batubara, batuan sedimen ini terbentuk karena adanya akumulasi unsur – unsur

organik yang kaya unsur C yaitu dari tumbuh – tumbuhan, dimana sewaktu tumbuhan

Page 18: Fieldtrip Resume

tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal diatasnya sehingga tidak

memungkinkan untuk terjadinya pelapukan. Termasuk jenis sedimen organoklastik.

Contoh :  Gambut, Bituminous, Antrasit

C. Batuan Metamorf

Merupakan batuan yang berasal dari batuan asal (beku, sedimen ataupun metamorf

sendiri) yang telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur yang terjadi pada

fase pedat sebagai tanggapan atas perbedaan suhu dan tekanan yang tidak sama dengan kondisi

sebelumnya. Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogi batuan yang

berlangsung pada fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi suhu dan tekanan dari kondisi

batuan tersebut sebelumnya.

Tipe metamorfisme berdasarkan penyebarannya :

Metamorfisme Lokal, meliputi :

Metamorfisme Kontak : terjadi disekitar tubuh batuan beku sebagai akibat pemancaran

panas selama pendinginannya.

Contoh : Marmer, Kuarsit

Metamorfisme Dislokasi/Dinamik/Kataklastik : terjadi pada daerah yang mengalami

dislokasi seperti disekitar sesar. Pergerakkan antar blok batuan akibat sesar

memungkinkan menghasilkan breksi sesar, dan batuan metamorfik dinamik.

Contoh : proto milonit,milonit, dan ultra milonit.

Metamorfisme Benturan : hujan meteor menghasilkan metamorfisme pada batuan yang

dibenturnya.

Metamorfisme Regional, meliputi :

Metamorfisme Dinamothermal : terjadi pada kulit bumi bagian dalam, faktor yang

berpengaruhadalah temperatur dan tekanan yang sangat tinggi.

Contoh : slate, sekis mika,philit, serpentinit

Metamorfisme Beban : metamorfisme ini tidak ada kaitannya dengan orogenesa atau

intrusi magma, terjadi pada daerah geosinklin (cekungan sedimentasi yang terus

menerus), batuan metamorf terjadi jika batuan terbebani oleh sedimen yang tebal

diatasnya sehingga lapisan sedimen bagian bawah akan mengalami metamorfisme.

Page 19: Fieldtrip Resume

Metamorfisme Lantai Samudra : metamorfisme yang melibatkan perputaran fluida panas

sehingga akan menyebabkan terjadinya perubahan mineralogi batuan sekitarnya yaitu

penambahan unsur dalam batuan ubahan yang dibawa oleh larutan panas tersebut yang

dikenal metasomatisme.

D. Batuan Piroklastik

Merupakan batuan vulkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian

proses yang berkaitan dengan letusan gunung berapi. Material penyusun tersebut terendapkan

dan terbatukan/terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi oleh air dan es.

Contoh : breksi piroklastik,Aglomerat, batu lapilli, tuff, dll. (Sukandarsumidi.2007)

Page 20: Fieldtrip Resume

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian yang Digunakan

Dalam kuliah lapangan ini terdapat metode penelitian yang digunakan dimulai dengan

Metode Orientasi Lapangan dan Metode Pemetaan Geologi Batuan/mineral. Metode digunakan

agar lebih mudah menganalisis hasil pengamatan serta membandingkan konsep pemahaman

secara teori

3.1.1. Metode Orientasi Lapangan

Plotting adalah menggambar atau membuat titik. Membuat garis dan tanda tertentu di

peta. Salah satu cara dari metode orientasi lapangan sehingga didapat interprestasi yang dapat

memperkirakan waktu tempuh,kemiringan medan dan keadaan cuaca rata – rata sehingga setiap

perpindahan pemberhentian dapat di perkirakaan

3.1.2. Metode Pemetaan Geologi Batuan/ Mineral

Salah satu cara yang digunakan dalam metode pemetaan yang diarahkan sebagai

pencarian indikasi. Secara umum bisa juga digunakan pengamatan fisik termasuk karakteristik

batuan pembawanya sehingga kita dapat menentukan umur lapisan dan batuan dan

memperkirakan arah penyebaran

3.2 Alat-Alat yang Digunakan

Selama berlangsungnya kuliah lapangan ini adapun alat yang digunakan dengan fungsi yang

berbeda antara lain adalah Beberapa buah Palu Geologi (berbeda jenis), GPS , Kompas

Geologi,HCL, Plastik Bening putih serta Alat tulis yang digunakan sebagai pencatat

Page 21: Fieldtrip Resume

BAB IV

ANALISIS HASIL PENGAMATAN DAN PENELITIAN

4.1 Stopsite I

Daerah yang menjadi pemberhentian atau (Stopside) pertama adalah desa Druju terletak

pada posisi 080 14.943’ lintang selatan 1120 40.459’ bujur timur diikuti dengan elevasi 422 m

dpl.Menunjukan terjadinya fenomena patahan turun (Normal Fault) Artinya tanah atau lapisan

struktur tanah bergerak dengan cepat sehingga menyebabkan adanya perbedaan batuan yang

ditunjukkan pada gambar (4.1). Fenomena ini dapat dilihat dengan adanya perbedaan kandungan

batuan yang ada pada patahan yang berada diposisi puncak dan dasar lapisan tanah (ditandai

dengan lingkaran merah pada gambar 4.1)

Gambar 4.1 Kenampakan adanya perbedaan Struktur Batuan

Fenomena lain nya dapat ditunjukan dengan adanya kemiringan tumbuhan akibat

pergeseran lapisan dibawahnya sehinggi pertumbuhan tumubuhan besar (pohon) memiliki

kemiringan sesuai dengan arah pergerakan pergesaran turun (Normal Fault),Contoh ini dapat

dilihat pada gambar (4.2). Apabila dilihat dari Struktur batuan diantara puncak dan dasar bukit

Page 22: Fieldtrip Resume

adalah adanya kandungan kapur yang berada dibawah tanah pada dasar bukit, Setelah diadakan

nya pengujian menggunakan HCL maka batuan ini mengandung mineral karbonatan

(CaCo3).Yang diperkirakan daerah ini merupakan kawasan laut dangkal dalam sekali periode

pengakangtan dapat di permukaan yang naik sekitar 25m

Gambar 4.2 Kenampakan fenomena kemiringan Tumbuhnya pohon salah satu

contoh yang dapat dilihat

4.2 Stopside II

Pada Stopside atau pemberhentian kedua yang berada di desa Argotirto. Dengan

berkoordinat 080 19.581’ LS 112040.867’BT dengan elevasi 490 m dpl. Merupakan lahan

pertambangan di daerah puncak bukit sehingga medan yang kami lewati merupakan jalur

kendaraan besar dan terjal, Pada daerah ini merupakan tambang dari batuan piropilit (

Al2 Si4 O10(OH )2 ¿ yang mulai ditambang sejak tahun 1983 dalam bentuk pertambangan terbuka.

Piropilit merupakan batuan beku alami pada daerah ini. Pada lokasi ini ditemukan 2 jenis batuan

piropilit dengan perbedaan warna yaitu berwarna merah yang diduga merupakan campuran

oksidasi mineral besi dan yang berwarna hitam mengandung unsure kaolin

Page 23: Fieldtrip Resume

Gambar 4.3 Lokasi Penambangan piropilit dan lokasi stopside II

Pada Gambar 4.3 kita dapat melihat adanya perbedaan warna dengan jenis batuan yang

sama yaitu piropilit. Kegunaan piropilit adalah untuk pakan ternak, industri kertas sebagai

pengganti talk, dan lain-lain .Piropilit terdapat di beberapa tempat yang diakibatkan

munculnya formasi andesit tua, seperti di Pulau Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, dan Pulau Sulawesi. Struktur batuan dapat diamati pada Gambar 4.4

yang merupakan gambar pengambilan contoh batuan yang berada di lokasi.

penambangan. Piropilit terbentuk umumnya berkaitan dengan formasi andesit tua yang memiliki

Page 24: Fieldtrip Resume

kontrol struktur dan intensitas ubahan hidrotermal yang kuat. Piropilit terbentuk pada zone

ubahan argilik lanjut (hipogen).Sehingga berkemungkinan muncul pada dataran tinggi yang tua

Gambar 4.4 Beberapa sampel batuan yang diambil pada jarak yang berbeda

4.3 Stopside III

Pada pemberhentian ketiga lokasi yang dituju adalah desa Sumberagung dengan

berkoordinat 080 21.007’ LS 1120 40.450’ BT yang diikuti elevasi 287 m dpl. Pada daerah ini

terdapat batuan batubara dipemukiman warga yang berbentuk memanjang dan berlapis. Desa ini

berketinggian 278m diatas permukaan air laut. Di daerah ini juga terdapat sedikit kalsit,beso dan

magnesium yang telah melewati proses oksidasi di sekitar pembentukan batu bara itu sendiri.

Page 25: Fieldtrip Resume

Gambar 4.5 Kenampakan Batuan Batu Bara yang berlapis

Pada lapisan tersebut merupakan batuan bara Sub-bituminus mengandung

sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien

dibandingkan dengan bituminous. Banyaknya air sudah dapat dirasakan ketika batuan diambil

sampel dari lapisan tersebut,. Sampel batuan bisa dilihat pada gambar 4.6. dari gambar tersebut

menunjukan batuan terbentuk pada bawah tanah yang terdapat tumubuhan diatasnya. Batuan ini

masih bisa dikatakan basah atau disebut Tahap Diagenetik atau Biokimi dimana pada saat

material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses

perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan

proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut

Gambar 4.6 Batuan batu bara Sub-bituminus dengan kandungan air yang tinggi

Page 26: Fieldtrip Resume

4.4 Stopside IV

Pada pemberhentian ke 4 ini lokasi yang dituju adalah Desa Kedung Banteng dengan

ketinggian 282m diatas permukaan laut. Dengan koordinat yang berposisi 080 21.781’ lintangs

elatan dan 1120 42.775’ bujur timur pada daerah ini ditemukan banyak kaolin yang merupakan

jenis kaolin Kaolin residual Jenis ini diketemukan ditempat terbentuknya bersama batuan

induknya, belum mengalami perpindahan, kristal teratur, jarang terjadi  substitusi ion, mineral

murni dapat dilihat pada lokasi banyak tebing batuan induk yang berada tidak jauh dari batuan

anakan nya, namun pada lokasi ini juga ditemukan batuan Kaolin sedimenter di daerah anakan

sungai karena batuan ini Sudah mengalami perpindahan oleh air, angin, gletser, diendapkan dlm

cekungan, kristal tdk teratur, bercampur dgn bhn lain (oksida besi, titan) lebih halus dan plastis

Lamanya usia membuat kemungkinan terjadinya oksidasi terhadap batuan tersebut sehingga

terdapat yang berwarna merah ditambah kandungan kaolin yang akan secara langsung terbentu.

Kaolin sendiri juga didominasi oleh kandungan alumina dan feldspar yang sifatnya sulit

meresap air atau permeabilitasnya buruk

(a) (b)

Gambar 4.7 Penampakan batuan induk sebelah kanan/ gambar (a) dan anakan pada sebelah

kiri / gambar (b)

Page 27: Fieldtrip Resume

4.5 Stopsite V

Pada lokasi pemberhentian berikutnya lokasi yang dituju adalah desa Sidomulyo,Malang

selatan yang apabila diamati dengan koordinat maka didapat pada posisi 080 21.276’ lintang

selatandan 1120 45.017’ buju timur dengan ketinggian 282m di atas permukaan air laut

distopsite ini akan banyak ditemukan batuan zeolit yang tidak jauh dari pemukiman warga di

hilir sungai daerah tersebut. Karakteristik dari endapan zeolit diputuskan di dalamnya genesis.

perbedaan alam kecil seperti suhu, lokasi geografis dan abu / sifat air menghasilkan komposisi

yang sedikit berbeda. Oleh karena itu beberapa sifat yang unik yang diberikan kepada beberapa

deposito. Perbedaan-perbedaan kecil hadir dalam pembentukan deposit zeolit adalah alasan

bahwa setiap properti zeolit alam memiliki sifat khas yang unik.

Gambar 4.8 Gambar batuan Zeolit yang menunjukan adanya perbedaan warna pada struktur dalam dan luar

Sehingga membuktikan bahwa komposisi penyusun pada batuan amat tergantung dari

lokasi pembentukan batuan tersebut. Zeolit merupakan mineral kristal absorber yang mampu

menyerap dan menyerap berbagai jenis gas, kelembaban, petrokimia, logam berat, elemen

radioaktif tingkat rendah dan banyak berbagai solusi. Saluran dalam menyediakan zeolit daerah

permukaan yang besar di mana reaksi kimia dapat berlangsung. Rongga dan saluran dalam

kristal dapat menempati hingga 50% dari volume. Zeolit dapat menyerap atau menyerap

sejumlah besar bahan, seperti ion atau molekul gas sehingga semakin banyak kandungan sulfur

didalamnya maka semakin hijau pula warna batuan nya.

Page 28: Fieldtrip Resume

4.6 Stopsite VI

Pada pemberhentian berikutnya lokasi yang dituju adalah Daerah Kawasan Bajul

Mati,Malang selatan dengan koordinat pada posisi 080 26.231’ lintang selatan dan 1120 38.779’

bujur timur dengan ketinggian hanya 32m diatas permukaan laut. Pada lokasi ini terdapat tebing

panjang berlapis sepanjang jalur kurang lebih 200m. yang berbentuk antiklin dimana lapisan

terlihat naik – turun secara terususnyang diperkirakan terbentuk akibat hasil dari sedimentasi laut

dan pengangkatan lapisan bumi alkibat adanya gaya dorong dari dalam bumi yang cukup besar

dan berulang – ulang sehingga setiap batasan antar lapisan terdapat rongga – rongga yang

menandakan adanya struktur batuan yang lemah. Lapisan ini dapat ditemukan dengan komposisi

berupa fosil dan bongkahan garam yang keras dan banyak

Gambar 4.9 Adanya Struktur tanah yang berlapis dan

memanjang

Page 29: Fieldtrip Resume

(a) (b)Gambar 4.10 pada gambar (a) merupakan bongkahan batuan garam dan

gambar (b) terdapat fosil – fosil yang membekas

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam kuliah lapangan (fieldtrip) yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa

fenomena alam dapat terjadi dimana saja dan kapan saja sehingga hasil yang akan terbentuk akan

berbeda dan beragam meskipun dengan jarak yang relatif dekat,Dan Patahan,

Sedimentasi,Aktifitas bumi lain nya dapat terjadi tegantung dari energi penggerak baik dari

dalam maupun luar bumi. Sehinggha menimbulkan bentuk permukaan bumi yang

Page 30: Fieldtrip Resume

beragam,Dimulai dari Stopsite pertama hingga terakhir menunjukan adanya perbedaan tersebut

dan beragam.

Batuan yang ditemukan dalam kuliah lapangan ini berupa zeolit,kapur,piropilit,kaolin dan

batu bara dengan karakteristik batuan, proses pembentukan dan tempat pembentukan yang

berbeda yang dapat diamati, Untuk struktur geologi yang dijumpai berupa patahan turun (normal

fault) dan Lapisan Antiklin, Batu bara terbentuk akhibat pelapukan yang terjadi oleh fosil zeolit

akibat proses sedimentasi

5.2 Saran

Dalam kegiatan fieldtrip ini sebaiknya para peserta menguasai dan memahami konsep

materi yang akan disampaikan sehingga dilapangan dapat lebih mudah memahami, Dan

sebaiknya kurangi jumlah stopside namun perdalam materi di setiap stopsite

Daftar Pustaka

Kuswanto, dkk.1983.Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa.Solo.Tiga Serangkai

Letgens.F Fredrick,Edward J.Tarbuck.2000. Essesntials of Geology.USA. Prentice :Hall PTR

Nour Djauhan.2009.Pengantar Geologi Edisi Pertaa.Bogor:Pakuan University Press

Sukandarsumidi.2007.Geologi Mineral. Yogyakarta.Gadjah Mada University Press

Page 31: Fieldtrip Resume

LAPORAN KULAIH LAPANGAN (FIELDTRIP) GEOLOGI

MALANG SELATAN

Page 32: Fieldtrip Resume

DISUSUN OLEH:

NAMA :Alfin Sharil Widantoro

NIM :125090707111006

KELOMPOK :RIG

TANGGAL PRAKTIKUM :11MEI 2013

LABORATORIUM GEOFISIKA

PROGRAM STUDI GEOFISIKA

JURUSAN GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA