fidelis jacklyn adella & elisabeth rukmini, perbandingan

15
Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 186 Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community Korespondensi: [email protected] PERBANDINGAN SIKAP MENGGUNAKAN KOMPUTER ANTARA DOSEN DAN ANGGOTA E-LEARNING COMMUNITY Fidelis Jacklyn Adella, Elisabeth Rukmini Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta ABSTRACT Background: E-learning community (eLC) of the School of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia consisted of twelve students. eLC trained lecturers about e-learning in personal or small group format. This study aimed to compare the differences between the development of computer-related attitude between lecturers and e-learning community members upon the service from e-learning community for lecturers. Method: This research was an experimental quantitative and qualitative study. Subjects were 12 students of eLC and 32 lecturers who received eLC’s services. The quantitative data was collected through questionnaires of the Computer Anxiety Rating Scale (CARS) and Computer Self-Efficacy (CSE). The qualitative data was collected through focus group discussion and in-depth interviews. CARS and CSE data were collected four times: (1) prior to the eLC trainings, (2) right after the eLC first training, (3) after the second training of eLC, and (4) right after one month of the last training from eLC. Data analysis was conducted using Friedman test, Mann-Whitney test. Qualitative data analysis were performed using content analysis. Results: There was a significant decrease from the score of CARS 1 to the score of CARS 4 for the eLC members (p=0,045). Results of CSE for eLC members showed no significant differences across the data collection. For faculty members, the significant differences were found between CARS 3 and CARS 4 (p=0,014). CSE scores of faculty members showed no significant differences. Comparison of CARS and CSE between faculty members and eLC members showed no significant differences. The qualitative data analysis showed some important aspects found in both of the groups. There are communication, interaction, the importances of eLC trainings, as well as suggestions to both of the groups about e-learning. Subjects’ opinions were divided into two groups: one who experienced positive changes in their computer- related attitude and one who did not experience any changes. Conclusion: Faculty members found that eLC were important in relation to e-learning training for lecturers. Students strongly agreed that being the member of eLC made him/her had a great opportunity to closely communicate to their lecturers. The faculty members’ anxiety level of computer using was low; on the other hand, their awareness of computer technology was good enough. The institution should employ this opportunity to apply e-learning more seriously and extensively. Keywords: e-learning, computer anxiety, computer self-efficacy, lecturer, tutoring ABSTRAK Latar Belakang: E-learning community (eLC) Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya beranggota 12 mahasiswa untuk melayani dosen dengan pelatihan e-learning secara perorangan atau kelompok kecil. Tujuan penelitian ini mengetahui perbandingan antara perkembangan sikap dosen yang dilayani oleh eLC dan anggota eLC terhadap penggunaan komputer. Metode: Desain penelitian berupa eksperimentasi kuantitatif dan kualitatif. Subyek adalah 12 mahasiswa eLC dan 32 dosen penerima layanan. Data kuantitatif berasal dari kuesioner Computer Anxiety Rating Scale (CARS) dan Computer Self-Efficacy (CSE), data kualitatif dari focus group discussion (FGD) dan in-depth interview . CARS dan CSE diambil empat kali: (1) sebelum eLC berkarya, (2) tepat setelah bantuan pertama, (3) setelah bantuan lanjutan, dan (4) tepat satu bulan setelah bantuan terakhir eLC. Analisis data menggunakan uji Friedman dan Mann-Whitney, serta analisis konten untuk data kualitatif.

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia186

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

Korespondensi: [email protected]

PERBANDINGAN SIKAP MENGGUNAKAN KOMPUTER ANTARADOSEN DAN ANGGOTA E-LEARNING COMMUNITYFidelis Jacklyn Adella, Elisabeth RukminiFakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta

ABSTRACT

Background: E-learning community (eLC) of the School of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesiaconsisted of twelve students. eLC trained lecturers about e-learning in personal or small group format. This studyaimed to compare the differences between the development of computer-related attitude between lecturers and e-learningcommunity members upon the service from e-learning community for lecturers.Method: This research was an experimental quantitative and qualitative study. Subjects were 12 students of eLC and 32lecturers who received eLC’s services. The quantitative data was collected through questionnaires of the ComputerAnxiety Rating Scale (CARS) and Computer Self-Efficacy (CSE). The qualitative data was collected through focusgroup discussion and in-depth interviews. CARS and CSE data were collected four times: (1) prior to the eLC trainings,(2) right after the eLC first training, (3) after the second training of eLC, and (4) right after one month of the lasttraining from eLC. Data analysis was conducted using Friedman test, Mann-Whitney test. Qualitative data analysiswere performed using content analysis.Results: There was a significant decrease from the score of CARS 1 to the score of CARS 4 for the eLC members(p=0,045). Results of CSE for eLC members showed no significant differences across the data collection. For facultymembers, the significant differences were found between CARS 3 and CARS 4 (p=0,014). CSE scores of faculty membersshowed no significant differences. Comparison of CARS and CSE between faculty members and eLC members showedno significant differences. The qualitative data analysis showed some important aspects found in both of the groups.There are communication, interaction, the importances of eLC trainings, as well as suggestions to both of the groupsabout e-learning. Subjects’ opinions were divided into two groups: one who experienced positive changes in their computer-related attitude and one who did not experience any changes.Conclusion: Faculty members found that eLC were important in relation to e-learning training for lecturers. Studentsstrongly agreed that being the member of eLC made him/her had a great opportunity to closely communicate to theirlecturers. The faculty members’ anxiety level of computer using was low; on the other hand, their awareness of computertechnology was good enough. The institution should employ this opportunity to apply e-learning more seriously andextensively.

Keywords: e-learning, computer anxiety, computer self-efficacy, lecturer, tutoring

ABSTRAK

Latar Belakang: E-learning community (eLC) Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jayaberanggota 12 mahasiswa untuk melayani dosen dengan pelatihan e-learning secara perorangan atau kelompokkecil. Tujuan penelitian ini mengetahui perbandingan antara perkembangan sikap dosen yang dilayani oleh eLCdan anggota eLC terhadap penggunaan komputer.Metode: Desain penelitian berupa eksperimentasi kuantitatif dan kualitatif. Subyek adalah 12 mahasiswa eLCdan 32 dosen penerima layanan. Data kuantitatif berasal dari kuesioner Computer Anxiety Rating Scale (CARS)dan Computer Self-Efficacy (CSE), data kualitatif dari focus group discussion (FGD) dan in-depth interview. CARSdan CSE diambil empat kali: (1) sebelum eLC berkarya, (2) tepat setelah bantuan pertama, (3) setelah bantuanlanjutan, dan (4) tepat satu bulan setelah bantuan terakhir eLC. Analisis data menggunakan uji Friedman danMann-Whitney, serta analisis konten untuk data kualitatif.

Page 2: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 187

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

Hasil: Terjadi penurunan bermakna dari skor CARS 1 ke skor CARS 4 untuk anggota eLC (p=0,045). HasilCSE anggota eLC tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Untuk dosen, perbedaan bermakna terjadi antaraCARS 3 dan CARS 4 (p=0,014). CSE dosen tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Perbandingan CARS danCSE antara dosen dan mahasiswa menunjukkan tiadanya perbedaan signifikan. Analisis data kualitatif menunjukkanaspek komunikasi, interaksi, pentingnya bantuan eLC, serta masukan bermanfaat bagi kedua pihak terkait e-learning. Pendapat subyek terbagi dua, yang merasakan perubahan persepsi lebih baik setelah pengalaman belajardari eLC dan yang tidak merasakan adanya perubahan persepsi.Kesimpulan: eLC dianggap penting bagi dosen. Anggota eLC merasakan manfaat berkomunikasi dengan dosen.Tingkat kekawatiran dosen terhadap penggunaan komputer rendah, sedangkan kesadaran penggunaan teknologikomputer para dosen sudah cukup baik. Hal ini merupakan peluang bagi institusi untuk menerapkan e-learningsecara lebih serius.

Kata kunci: e-learning, computer anxiety, computer self-efficacy, dosen, tutoring

PENDAHULUAN

Survei di Amerika serikat menyatakan bahwa 75% dari650 orang mahasiswa setuju penggunaan IT membantumereka lebih aktif dalam belajar, sedangkan 72% setujupenggunaan komputer membantu mereka lebihmemahami materi yang sebelumnya sulit dimengerti.1

Ini merupakan bukti bahwa metode belajar tradisionalperlahan tergantikan oleh pembelajaran berbasiskomputer. Sayangnya, hal ini kerap dirintangi masalahantargenerasi. Banyak pengajar berasal dari generasi yangtidak terbiasa menggunakan fasilitas komputer. Padaumumnya pengajar seperti ini perlu penyesuaian dirisebelum dapat mengimplementasikan teknikpembelajaran berbasis komputer.

Hal yang sama terjadi di lingkungan Universitas KatolikIndonesia Atma Jaya. Fasilitas electronic learning (e-learning)sudah lama disediakan, antara lain melalui penggunaanpowerpoint presentation, proyektor,perpustakaanonline, danMoodle™. Namun, belum semua dosen memanfaatkanhal ini. Padahal, menurut suatu penelitian mengenaiharapan terhadap e-learning di UAJ menunjukkan baikmahasiswa maupun dosen optimis bahwa UAJ dapatdisebut sebagai kampus e-learning dalam kurun waktu 2-5tahun ke depan.2

Penelitian ini diawali dengan dibentuknya suatu e-learningcommunity (eLC) yang terdiri dari para mahasiswa yangfasih menggunakan komputer. eLC ini akan membagiilmunya dan melayani para dosen di FKUAJ yangmembutuhkan bantuan terkait e-learning. Tujuan akhirdari proses ini adalah terwujudnya UAJ sebagai kampus

e-learning dan meningkatnya kualitas proses belajar-mengajar antara dosen dan mahasiswa. Melalui programeLC ini dapat dilihat bagaimana perkembangan sikapdosen yang diberi pelayanan terhadap komputer.Resistensi dosen mempelajari teknologi terutamadikarenakan keengganan dosen mempelajari teknologiyang dirasakan berkembang sangat cepat dan melebihikecepatan belajarnya.2 Diharapkan resistensi ini dapatteratasi oleh dibentuknya eLC.

Rekam jejak berkurangnya resistensi dosen ini dapatdiukur selama perjalanan karya eLC melalui alat ukurdan evaluasi program. Perkembangan sikap dosen iniakan disandingkan dengan perkembangan sikap darianggota eLC sebagai perbandingan. Bermakna atautidaknya proses berkurangnya resistensi dosen yangdisandingkan dengan perkembangan resistensi anggotaeLC dapat menjadi penilaian efektivitas program eLC.Penelitian inibertujuan untukmengetahuiperbandinganantara perkembangan sikap dosen dan anggota eLCterhadap penggunaan komputer. Hal tersebut dilihatmelalui perubahan skor Computer Anxiety Rating Scale(CARS) dan skor Computer Self-Efficacy (CSE).

Dalam bukunya yang berjudul E-Learning by Design,Horton3 mendefinisikan e-learning sebagai penggunaanteknologi elektronik untuk menciptakan pengalamanbelajar. Definisi ini sangat luas dan memiliki implikasibahwa e-learning tidak terbatas pada satu jenis metodesaja, juga tidak selalu berarti suatu kelas pembelajaran.E-learning termasukdalammetode-metodeyangmencakupmulai dari penampilan gambar menggunakan komputer

Page 3: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia188

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

sampai universitasonline. Konten materi e-learningsangatbervariasi, contohnya audio, video, gambar, tulisan danbuku elektronik.

Pada umumnya ditemukan bahwa pembelajaran yangmenerapkan e-learning lebihefektif daripada pembelajarantradisional tanpa media elektronik, seperti yangditemukan oleh Lau dan Bates4 yang merangkumkanberbagai penelitian mengenai penerapan e-learning.Mereka menemukan bahwa penerapan e-learning padaundergraduate medical students memudahkan prosespembelajaran dalam kelas besar dan membantupenyamaan persepsi.4 Studi lain jugamendukung temuantersebut dengan menyatakan bahwa e-learning dapatdigunakan untuk membantu pembelajaran dalamuniversitas yang memiliki jumlah mahasiswa yang besarsehingga sulit mendapatkan waktu berinteraksi yangcukup dengan instruktur/dosen.5 Mahasiswa yang diberifasilitas e-learning dapat meraih skor lebih tinggi daripadamahasiswa kelompok kontrol.6,7

Di fakultas kedokteran seringkali terdapat topik-topikyang secara konsep sulit dipahami. Selain itu, pendidikankedokteran juga mengharuskan mahasiswanyamenguasai berbagai keterampilan yang tentunya sulitbila hanya dipelajari dari buku teks atau temu singkatdengan instruktur.Kendala-kendala tersebut dapat diatasioleh e-learning. Aplikasie-learning pada topik yang dianggapsulit secara konseptual, misalnya pada leukemia,membuktikan kontribusi nilai nilai yang lebih baik secarasignifikan daripada kelompok control.8 E-learningbermanfaatdalampendidikan keterampilan (skills), sepertidalam basic life supportdengan automated external defibrillator(BLS-AED).9 Secara keseluruhan,e-learning meningkatkanpemahaman mahasiswa mengenai materi pembelajaran(baik berupa konsep maupun keterampilan) sehinggamembantu dalam proses penilaian. Sikap, minat, danmotivasi belajar mahasiswa akan materi pembelajaranjuga meningkat pada kelompok-kelompok yang diberimodul e-learning.5,7,8

Di UAJ, 72% dari 167 mahasiswa Fakultas Kedokterandan Fakultas Teknobiologi merasa penerapan e-learningdi kampus “sangat perlu”. Sebanyak 37% mahasiswamerasa UAJperlumenjadikampus yang berbasis e-learningpada tahun 2012 (tahun penelitian tersebut dilakukan),sedangkan sisanya memberi jawaban yang bervariasiantara satu sampai lima tahun lagi.2

Meskipun e-learning secara keseluruhan tampaknyamembantu proses pembelajaran, tetapi perlu ditekankanpentingnya kontrol pada pembelajar secara mandiri.Levinson10 dalam penelitiannya menemukan bahwa e-learning yang dikontrol oleh pembelajar kurang efektifdibanding programme-controlled e-learning. Hal ini berartimateri e-learningyang telah dikemas khusus untuk prosesinteraksi pembelajaran lebih unggul dibanding materi“mentah” yang bebas diakses mahasiswa seperti bukudigital atau gambar-gambar yang diunduh dari internet.Dengan adanya programme-controlled e-learning,pembelajaran mandirimahasiswamenggunakan e-learninglebih terarah dan efektif.

Programme-controlled e-learning yang memerlukan materiyang sudah dikemas mengimplikasikan bahwa e-learninguntuk mahasiswa bertumpu pada pengetahuan dankemampuan instruktur atau dosen dalam menyusunmateri e-learning.11 Masalah muncul ketika para dosentersebut tidak familiar dengan konsep e-learning ataudengan penggunaan komputer.

Istilah “digital immigrants” dan “digital natives” pertamadiungkapkan oleh Prensky12 untuk menggambarkanperbedaan antara keakraban mahasiswa versus dosendengan teknologidengan teknologi.Menurutnya, sebagai“digital immigrants”, dosen dapat mempelajari teknologi,tetapi mereka memiliki kebiasaan dan ketakutan darimasa-masa pra-teknologi. Sementara itu, mahasiswa yangmerupakan “digital natives” mudah beradaptasi denganperkembangan teknologi.13

Teknologi baru dengan fitur yang rumit atau fitur yangterlalu sedikit juga membuat orang dewasa engganmempelajarinya karena kawatir atau takut salah.14,15 Hal-hal itu dapat terjadi bila kemampuan dan pengetahuanorang tersebut akan teknologi tidak cukup. Hambatanpenguasaan teknologi menyebabkan keenggananmenggunakan teknologi. Kedua hal tersebut dapattercermin antara lain dalam tingkat kekhawatiran dantingkat kemampuan menggunakan komputer maupuninternet.

Di UAJ ditemukan bahwa 80% (40 orang) dosen merasaUAJ perlu berbasis e-learning dalam waktu dua tahun lagi,namun, focus group discussion yang dilakukan antarapartisipan dosen dan mahasiswa membuktikan bahwapara dosen merasa kurang berminat mengimplementasi-

Page 4: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 189

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

kan e-learning dengan berbagai alasan. Alasan-alasantersebut di antaranya sudah terbiasa dengan metodemengajar tradisional, kurangnya niat membuat materi,kesibukan pribadi, dan pandangan tentang e-learningsebagai sesuatu yang kompleks.2 Dua data yang bertolakbelakang tersebut dapat dijelaskan oleh Buda dalampenelitiannya, yaitu bahwa ketertarikan para pengajarakan teknologi baru dan metode-metode yang berkaitandengan teknologi baru tersebut hanya terbatas pada idesaja dan jarang diterapkan dalam praktek sehari-hari.16

Perbedaan “status” antara dosen dan mahasiswa (para“digital immigrants” dan “digital natives”) menciptakankesenjangan yang menghambat komunikasi efektif antaradosen dengan mahasiswa dalam proses pembelajaranberkonteks e-learning. Hal ini berujung pada sulitnyatransisi UAJ menjadi kampus berbasis e-learning. Salahsatu pihak, mahasiswa atau dosen, perlu beradaptasidengan cara salah satu pihak itu dalam proses belajarmengajar. Sayangnya, kemungkinan pihak mahasiswaberadaptasi dengan pihak dosen sangatlah kecil.Observasi dari berbagai fenomena migrasi kultural telahmenunjukkan bahwa orang-orang yang lahir di erakultural baru dapat mempelajari bahasa baru merekadengan cepat, tetapi menolak menggunakan yang lama.17

Oleh karena itu, dosen adalah pihak yang mau tidakmau harus sanggup beradaptasi dengan kemajuanteknologi ini.

Dosen sebenarnya menunjukkan minat untuk memper-dalam ilmu mereka di bidang IT asalkan dibimbingsesuai konteks dan kemampuannya.2 Mengetahui haltersebut, sangat mungkin bagi kita untuk menyediakanbantuan dalam bentuk yang diharapkan para dosendengan memanfaatkankesenjangan antara “digital natives”dan “digital immigrants”. Mahasiswa sebagai “digital natives”dapat menjadi tutor bagi dosen. Kegiatan tutoring telahterbuktidapatmembantuperkembangan tutordan tutee.18

Bantuan dari mahasiswa untuk dosen juga diharapkanbermanfaat, sehingga di masa yang akan datang e-learningsemakin dapat diimplementasikan.

METODE

Desain penelitian merupakan penelitian eksperimentalkuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperolehmelalui kuesioner. Metode kuantitatif ini didukung oleh

metode kualitatif dengan cara focus group discussion danin-depth interview. Sampel penelitian adalah seluruhanggota eLC dan seluruh dosen yang menerimapelayanan. Total anggota eLC 12 mahasiswa, sedangkanjumlah dosen yang menerimapelayanan adalah32 orang,tetapi hanya 11 orang yang diambil datanya sebanyakempat kali. Dosen lainnya disertakan datanya sebagaidata deskriptif saja, sedangkan satu dosen menolakmengisi kuesioner terakhir sehingga tereksklusi.

Sepanjang perjalanan program diadakan penyegarandengan materi clicker, animasi, Zotero, dan Moodle™.Bahan Prezi dipelajari sendiri oleh masing-masinganggota. Bahan animasi dipelajari dengan narasumber,tetapi tidak dilatihkan kepada dosen karena dipandangterlalu sulit.

Pengukuran kuantitatif menggunakan kuesionerComputer Anxiety Rating Scale (CARS)15 dan kuesionerComputer Self-Efficacy (CSE).16,17 Pengambilan datadilakukan sebanyak empat kali, yaitu sebelum e-learningcommunity berkarya, tepat setelah bantuan pertama,setelah bantuan lanjutan, dan tepat satu bulan setelahbantuan terakhir dari eLC. Data kualitatif dosen diambilmenggunakan in-depth interview yang dilaksanakan setelahpelatihan terakhir. Data kualitatif anggota eLC diambildengan FGD dan in-depth interview.

Tahap analisis data kuantitatif terdiri dari dua tahapan.Tahap pertama berupa analisis masing-masingperubahan skor anggota eLC dan skor dosen (CARSdan CSE). Tahap kedua adalah analisa perbandinganantara perubahan skor dosen dengan perubahan skoranggota eLC. Sementara itu, analisis data kualitatif dibagimenjadi persiapan analisis dan tahap analisis. Persiapananalisis adalah proses transkripsi data rekaman audiomenjadi data tertulis verbatim. Analisa data kualitatifmenggunakan analisiss konten oleh peneliti utamabeserta empat orang inter-rater yang menghasilkan datayang telah tergolongkan dalam kode-kode (tema).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Kuantitatif

Deskriptif skor CARS dan CSE anggota eLC pada setiappengambilan data dapat dilihat pada tabel 1.

Page 5: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia190

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

Tabel 1. Tabel deskriptif skor CARS dan CSE anggota E-learning Community

Dari tes normalitas data anggota eLC tidak normal,kecuali pada pengambilan data CSE kedua (p = 0,043),oleh karena itu digunakan tes Friedman. Hasil ujiFriedman menunjukkan bahwa paling tidak ada satupasang variabel berhubungan yang perbedaannya

bermakna. Untuk mengetahui pasangan tersebutdilakukan analisis post-hoc dengan tes Wilcoxon. Darihasil tes Wilcoxon diketahui pasangan denganperbedaan bermakna adalah data CARS 4 dan CARS 1eLC (Tabel 2)

Tabel 2. Tabel tes Post-Hoc Wilcoxon data CARS anggotaE-Learning Community

Mean skor CARS 1 anggota eLC adalah 38,83 dan skorCARS 4 eLC adalah 34,33. Dapat diambil kesimpulanbahwa terjadi penurunan yang bermakna dari skorCARS 1 ke CARS 4 anggota eLC.

Tes Friedman data CSE anggota e-learning communitymenunjukkan p > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan

yang bermakna antara skor pada keempat pengambilandata CSE untuk anggota eLC.

NilaiCARSdan CSEdosen untukkeempatpengambilandata dapat dilihat pada tabel 3.

Page 6: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 191

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

Tabel 3. Tabel deskriptif skor CARS dan CSE dosen

Hasil uji normalitas menunjukkan data CARS dan CSEdosen tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu, analisisdata dosen menggunakan tes Friedman. Hasil tesFriedman data CARS menunjukkan ada perbedaan

bermakna pada paling tidak satu pasang variabel. Darites post-hoc menggunakan Wilcoxon diketahui bahwapasangan tersebut adalah pengambilan data CARS 4dan CARS 3 (Tabel 4).

Tabel 4. Tabel tes Post-Hoc Wilcoxon data CARS dosen

Mean data CARS 3 dosen adalah 37,36 sedangkan dataCARS 4 dosen adalah 34,82. Dapat ditarik kesimpulanbahwa terjadi penurunan skor CARS yang bermaknadari skor CARS 3 ke CARS 4 dosen.

Hasil tes Friedman data CSE dosen menunjukkan p >0,05 yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antarapengambilan-pengambilan nilai CSE dosen.

Pada analisis data tahap kedua perubahan skor antarpengambilan data milik anggota eLC dan perubahanskor antar pengambilan data dosen dibandingkan untukmengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna. Datadeskriptif tampak pada tabel 5 dan 6.

Page 7: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia192

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

Tabel 5. Tabel deskriptif perubahan skor CARS dan CSE anggota E-Learning Community

Tabel 6. Tabel deskriptif perubahan skor CARS dan CSE dosen

Perubahan skor tersebut kemudian dibandingkandengan tes Mann-Whitney U. Nilai p untuk semuakelompok lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Dapat ditarikkesimpulan bahwa perbedaan skor CARS dan CSEpertama, kedua, dan ketiga tidak berbeda antarakelompok eLC dengan kelompok dosen.

Para dosen yang tidak mengikuti pelatihan secaralengkap (kurang dari dua kali pelatihan atau menolakmengisi kuesioner) datanya diambil untuk digunakansecara deskriptif (tabel 7)

Page 8: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 193

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

Tabel 7. Tabel deskriptif skor CARS dan CSE dosen yang tidak lengkap

Pada tabel tersebut pengambilan data 1 adalah sebelummenerima pelatihan, data 2 setelah menerima pelatihanpertama, dan data 3 adalah satu bulan setelah menerimapelatihan pertama tersebut.

Hasil Penelitian Kualitatif

Hasil penelitian kualitatif merupakan hasil analisis dariopini kelompokanggota eLC dan kelompok dosen. HasilFGD dan wawancara anggota e-learning communityterbagimenjadi dua bagian besar, yaitu mengenai e-learningcommunity dan mengenai persepsi anggota eLC terhadapkomputer atau gadget.

E-learningCommunity:Pengalaman sebagaiAnggotaE-LearningCommunity

Manfaat yang dirasakan paling banyak oleh anggota eLCdari mengajar para dosen adalah dalam kaitannyadengan interaksi dengan dosen dan dari segi materi.

“Kalau dari saya sendiri, pertama say- kalau dari sayasendiri saya jadi lebih banyak belajar tentang sebuahprogram dan program lainnya dalam melakukan dalamsebuah forum yang berhasil kita lakukan kita bertukarpikiran dengan orang-orang lain sehingga kita dapatpengetahuanyang lebih yang sebelumnyakitanggakpernahtau, nggak cuma dari belajar kita sendiri aja.” eLC1[24459-24955]

Mahasiswa merasa kegiatan eLC menambah interaksiantara mereka dengan dosen, yang berdampak padapeningkatan kepercayaan diri dan peningkatan relasi.

“Jadi saya bisa mengembangkan kemampuan saya untukberinteraksi dengan dosen yang mungkin sebelumnya sayamerasa kurang percaya diri atau bingung, bagaimanaberkomunikasi dengan dosen. Tapi setelah eee mengikuti e-learning ini, eee…sayamerasabahwaberkomunikasi dengandosen tidak semenakutkan yang saya kira sebelumnya.Saya juga mendapatkan eee ilmu seperti… eee… belajarZotero dan juga Google Drive.”eLC1 [2047-2452]

Kendala utama dalam proses mengajar di eLC adalahmasalah penyesuaian waktu dengan dosen (masalahjadwal). Kendala lainnya adalah masalah teknis (koneksiinternet dan komputer yang digunakan untuk mengajar),masalah pengetahuan pengajar sendiri, dan sifat dosenyang tidak mendukung dalam proses belajar-mengajar.

“Kalau menurut saya sih, yang saya alamin ya, masalahyang pertama kali itu pertama adanya di internet sama dikomputernya. Jadi nggak jarang tuhkadang-kadangkoneksiinternet suka labil, mati nyala mati nyala sehingga bisakalau kita udah liat pake Zotero atau GDrive itu nggakbisa dilakukan.” eLC1 [8466-9219]

“Dan mungkin sedikit dukanyaadalahketika eee dosennyaitu... kita udah janjian waktu, gitu. Tapi ternyata padapashariHdosennya itueee entahnggakada, entahcancel…itu jadi agak sedikit down sih.” eLC1 [3852-4056]

Secara umum anggota eLC berpendapat bahwa metodepengajaran e-learning kepada dosen secara privat cukupefektif karena lebih fokus dan lebih mudah untukmemahami keinginan dosen. Sistem pengajaran secara

Page 9: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia194

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

privat dianggap lebih efektif karena menunjang interaksiyang lebih baikantara anggota e-learning community dengandosen penerima layanan:

“Kalau dari saya, saya lebih eee… saya rasa lebih baikyang meng-approach dosen satu per satu dan mengajarisecaraprivatkarenadi situdosenakanmemilih- bisa leluasabertanya, leluasa mengeksplor apa yang ingin merekaketahui dan mereka pelajari dibandingkan ketika eeedosennya yang harus datang atau beberapa dosen diajardalam waktu yang bersamaan.” eLC1 [12139-12494]

Selain itu, keefektifan sistem pengajaran privat jugadisebabkan oleh kemampuan masing-masing dosen yangberbeda sehingga membutuhkan bantuan privat.

“kalau menurut saya sistem pengajaran yang sekarangsudah cukup baik karena kemampuan setiap dosen tidaksama dan jika kita menerapkan sistem pengajaran di kelasbesar yang satu orang mengajar satu- satu kelas dosenakan tidak efektif karena ya seperti tadi saya bilang,kemampuan dosennya tidak sama.”eLC1 [15749-16050]

Meskipun demikian, beberapa anggota eLC berpendapatagar lebih baik menggunakan metode kedua denganklinik. Klinik dibuka oleh eLC dengan menyediakanwaktu pelatihan pada jam tertentu di ruang lab komputerdan dosen tinggal memilih waktu, dosen datang sendirike ruang pelatihan. Metode klinik mengatasi kendalasulitnya menentukan jadwal pertemuan dengan dosen.

“Untuk sistem pengajarannya saya rasa eee... kurang…kurang pas karena untuk mencari dosen satu per satu itusungguh sulit dan saya lebih suka dengan metode yangterakhir, yang di… satu dosen diajak… beberapa dosendiajak masuk di satu ruangan dan kita berkumpul disitu beberapa orang mengajarkan saat itu juga. Karenakalau eee… karena kalau harus berte- dengan janji itudokter-dokter itu biasanya eee nanti tiba-tiba ada pasienlah, ada acara apa… sedangkan kalau misalkan dari jamsegini sampai jam segini eee ada di ruangan ini, silakankalau mau datang ada orang di situ, gitu, mereka bisakalau oh, lagi kosong nih, ya udah datang aja.” eLC1[11492-12135]

Saran dari anggotauntuk e-learning communityke depannyaantara lain terdapatnya sistem modul dan menggunakangabungan dari metode privat dan klinik.

“Kalau menurut saya lebih baik jika menerapkan dua-duanya. Karena tidak semua materi memang bisadiajarkan untuk beberapa dosen sekaligus di kelas yangbesar, tapi ada juga beberapa materi yang bisa. Kalaumisalnyadiajarkan secara serentakbeberapadosen sekaligusitu tidak masalah, tapi ak- tetap ada beberapa materiyang akan lebih baik jika diajarkan secara privat.” eLC1[12498-12868]

Teknologi InformasiAnggota eLC menggunakan komputer atau gadgetsetiaphari, umumnya untuk kebutuhan yang berkaitan dengankegiatan akademis, berkomunikasi, dan mengisi waktuluang.

“Eee kalau untuk saya, saya menggunakan gadget yangpasti setiap hari cuma ya… tiap hari pun itu ada jadwal-jadwalnya lagi, jadi ada waktu saya pakai gadget buatmain, ada waktu buat belajar, ada juga waktu untukmembuat- ngeberesin gadget itu sendiri, seperti itu.” eLC1[17922-18187]

Computer Anxiety dan Computer Self-efficacyAnggota eLC merasa nyaman dan percaya diri dalammenggunakan komputer, terutama untuk kebutuhansehari-hari. Beberapa mengatakan bahwa mereka kurangpercaya diri jika diberi program baru atau dimintamengerjakan hal yang tidak familiar, tetapi mereka tetapberani mencoba menjalankan dengan lebih hati-hatiatau memiliki inisiatif untuk mencari bantuan. Computeranxiety yang timbul pada anggota eLC terjadi bila merekatidak cukup pengetahuan mengenai hal yang ber-sangkutan. Sikap ini beragam tergantung masing-masingpribadi, tetapiumumnyamenyangkut software yangbelumpernah digunakan sebelumnya.

“Tapi seandainya saya mencoba suatu program baru padaawalnya biasanya saya merasa sedikit… bisa dibilangsedikit…nervous karenadi situ saya belum mengerti kinerjadari program yang baru akan saya pelajari saat itu. Dansaya juga tidak tahu efek apa yang ditimbulkan jika nantisaya salahmengoperasikanprogramyangbaru sayapelajaritersebut.” eLC1 [18989-19335]

Kenyamanan dan kepercayaan diri para anggota dalammenggunakan komputer adalah karena sudah memilikicukup pengetahuan mengenai komputer. Para anggota

Page 10: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 195

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

berpendapat bahwa komputer adalah sesuatu yang bisadipelajari, jadi tidak perlu ditakutkan.

“karena eee… saya eee cukup mengerti, maksudnya eee…apa yang harus saya lakukan ketika terjadi sesuatu. Tapikalau untuk mengatasi komputer yang tiba-tiba nge-hangatau misalnya eee rusak, sampai misalnya windows-nyarusak, saya juga eee tidakmengerti.” eLC1 [20365-20619]

Perubahan sikap yang dirasakan anggota eLC setelahmengajar adalah perubahan dari aspek penguasaanmateri. Sementaradari aspek persepsi terhadap komputersebagian besar anggota merasa tidak ada perubahan.

“Ya, karena memang nggak ada perubahan. Meskipunsaya mendapatkan ilmu yang baru tetapi kalau dipikir,nggak usah diberi pelatihan, kan bisa dicari… pokoknyabisa dicari di internet dengan sangat mudah. Secara umumpersepsi saya terhadap komputer tidak ada perubahanyang signifikan.” eLC1 [31425-31708]

Computer Anxiety, Computer Self-efficacy, danPersepsi Dosen terhadap Pelatihan E-learningDari hasil wawancara dosen didapatkan data-data yangdibagi menjadi dua bagian besar, yaitu mengenaipengalaman belajar dengan eLC dan mengenai persepsidosen terhadap komputer atau gadget.

Dosen merasakan manfaat dari pelatihan yang diadakanoleh eLC. Dari pelatihan e-learning , dosen merasamendapat manfaat dari segi pengetahuan (materi)sehingga dapat mempermudah pekerjaan mereka.

“ya, pelatihan e-learning yang saya ikutin terus terang cumabaru 2 session ya, 2 session yang dalam arti menurut sayaitu cukup singkat sekali ya. Walaupun dalam ya..walaupun singkat tetapi ya bisa, bisa didapatkan sesuatuya itu. Ee.. apalagi di.. dijalankan dalam waktu yangmungkin lebih lama atau bagaimana mungkin akan..manfaatnya akan lebih banyak.” lecturer9 [203-560]

“yakalauuntuk saya sihmaterinyabarangkali ee..memangcocok untuk menunjang kewajiban saya sebagai dosensih, yang tadi saya bilang di depan, untuk mengajar untukmelakukan,menulis sebuahartikel.” lecturer3 [1932-2133]

Selain manfaat, dosen juga mengemukakan kendala yangdihadapidalam mengikutipelatihan e-learningdiantaranyadari segi teknis, kekhawatiran akan jadwal mahasiswayang terganggu, motivasi, sampai cara mengajar

mahasiswa. Kendala utama para dosen adalah sulitnyamencocokkan jadwal dengan berbagai pelatihan,termasuk pelatihan e-learning oleh eLC denganmahasiswa. Kendala lainnya adalah dari segi materi,dosen merasa terkendala bila pengetahuan baru tentangsuatu software yang telah dilatih eLC kurang memadai,dosen mengakui perlunya aplikasi langsung sehinggaterpelihara dan lebih menguasai.

“Kendalanya adalah dalam... eee... ini, apa namanya,materinya. Kendala di materi ini menyangkut, ya, karenasaya tidak langsung mengaplikasikan. Kalau langsungmengaplikasikan, dan saya menemukan langsungkesulitannya, dan Anda ada di sebelah saya, sangat senangkarena ada malaikat penolong di sebelah saya. Saya haruscari-cari, di mana ini malaikat penolong saya *tertawa*ya. Kendalanya kendala waktu, itu saja, ya.” lecturer1[2900-3320]

Dosen merasa sistem pengajaran eLC dengan cara privatcocok diterapkan bagi dosen terutama yang berusialanjut. Sistem pembelajaran secara privat dianggap lebihefektif, menyenangkan,dan dapatmemenuhi kebutuhanpembelajaran e-learning setiap dosen yang berbeda-bedabaik dari segi jadwal maupun materi, meski masihterkendala mengenai waktu.

“ee.. cocok sekali ya, soalnya jujur staf dosen itu ee.. banyakyang sibuk sekali yah gitu. Jadi mereka waktunya itutidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan MEU untukkegiatan gitu loh, kegiatan e-learning. ...” lecturer7 [1501-2119]

Dosen menyarankan agar program eLC diberlakukandi FKUAJ dengan anggota eLC yang ditambah, materidan jadwal pengajaran yang lebih cocok dengan dosen,penambahan jumlah pengajaran, dan adanya sistemassessment dan modul.

Terlepas dari frekuensi menggunakan komputer ataugadget yang berbeda-beda antardosen, semua dosen yangdiwawancara menyatakan bahwa mereka menggunakankomputeruntukpekerjaan sehari-hari sehinggakomputersudah menjadi bagian dari hidup mereka. Penggunaankomputer dosen sehari-hari banyaknya berkaitan denganpekerjaan dan jarang untuk entertainment. Secarakeseluruhan dosen merasa nyaman dalam menggunakankomputer untuk kebutuhan sehari-hari. Meskipun dosensecara umum tidak menunjukkan computer anxiety, ada

Page 11: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia196

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

hal-hal spesifik yang mengganggu dosen dalampenggunaan komputer yaitu ketakutan akan merusakdata pada komputer dan ketakutan akan virus.

“Yak. Jadi itu menolong ya. Kemudian kenapa sayakhawatir? Nih, saya... saya punya sesuatu yang baru, softfile, saya mau masukkan ini. Kesatu, komputer saya udahpenuhkali dengan segalaberbagai... spacenya tinggal sedikit.Kedua, data-data saya dengan masuknya ini, ya bisangerusaknggak?Bisa kan? Itu kekhawatiranumum tidak?”lecturer1 [7318-7651]

Persepsi dosen yang secara umum baik dalam pemakaiankomputer dikarenakan sudah terbiasanya dosen dalammenggunakan komputer, keyakinan (belief) pribadi, dankarena merasa memiliki bantuan bila dihadapkandengan masalah yang tidak bisa ditangani sendiri.

“kan bisa nanya ke labkom, bisa nanya dokter .... Ituterus sama tanya-tanya orang, tanya Ibu Beth mungkin,tanya mahasiswa mungkin. Kalau ga ya cari-cari ini aja,cari-cari di internet caranya gimana. Kalau uda BT yauda berhenti, ga usah dipakai lagi. Haha, kalau misalnyaga bisa dapat jawaban gitu ya. Mungkin lebih baik pakaicara lain, karena buang-buang waktu juga gitu, waktukita kan terbatas gitu.” lecturer7 [3892-4348]

Dosen merasakan perubahan kenyamanan dankepercayaan diri dalam hal materi yang diajarkan (hanyasoftware tertentu). Mayoritas dosen tidak merasakanperubahan dalam persepsi umum mereka mengenaikomputer, karena isu-isu yang mereka hadapi tidakberhubungan dengan apa yang dilatihkan oleh eLC.

“Kekhawatiran sayakanmenyangkut apanamanya,USBvirus... itu... ya tetap aja segitu kuatirnya. Kalau kamukasih USB yang ada virusnya, “Eh, kamu udah... inivirusnya ada apa enggak?” *tertawa* Gitu kan, sayatetap aja kuatir. Kalau misalkan di-install komputer baru,“Data saya rusak nggak?” Tetap aja kuatir, gitu. Ya. Jadi,ya sama aja kekuatirannya. Tetap begitu, ya.” lecturer1[10399-10772]

Persepsi Dosen terhadap Komputer

Pada data kuantitatif dosen terjadi penurunan skorCARS yang bermakna dari yang ketiga ke skor yangkeempat. Computer anxiety dipengaruhi oleh perceivedusefulness, perceived ease of use, subjective norm, dan facilitatingconditions yang mencakup antara lain adanya pelatihan,

adanya bantuan, dan adanya informasi yang memadai.18

Penelitian lain19 menunjukkan korelasi negatif antaracomputer anxietydengan penggunaancomputer; sementaraada korelasi positif antara pengalaman menggunakankomputer dan penggunaan komputer dengan computerself-efficacy . Pelatihan komputer telah terbuktimeningkatkan computer literacy.20 Peningkatan computerliteracy ini secara langsung akan meningkatkan persepsiterhadap kegunaan yang dirasakan (perceived usefulness)danpersepsikemudahan penggunaankomputer (perceivedease of use). Adanya mahasiswa anggota eLC yang siapmelayani dosen apabila mereka membutuhkan bantuanjuga menambah facilitating conditions sehingga computeranxiety dosen berkurang. Computer anxiety berkorelasinegatif dengan computer self-efficacy sehingga denganpenurunan computeranxiety,computer self-efficacy diharapkanmembaik.17,19 Peningkatan computer self-efficacy memangditemukan pada kelompok dosen dan anggota eLCtetapi tidak signifikan.

Peningkatan computer self-efficacy yang tidak bermaknamungkin disebabkan oleh beberapa hal. Pada saatpembentukan eLC, rencana tim peneliti adalahmemperbaiki sikap dosen-dosen yang kurang sadar ataubahkan takut akan teknologi komputer agar memperolehbimbingan sehingga terjadi perubahan sikap atau palingsedikit persepsi terhadap e-learning. Meskipun demikian,pada kenyataannya dosen yang datang untuk memintapelayanan justru dosen-dosen yang sadar komputerdengan persepsi yang baik; hal ini tercermin dari skorCARS dan CSE para dosen ini. Selain itu, tiadanyaperubahan persepsi ini didukung oleh data kualitatifyang menyatakan mereka telah terbiasa menggunakankomputer untuk kebutuhan sehari-hari dan memilikipersepsi yang secara keseluruhan baik terhadapkomputer. Dapat disimpulkan bahwa dengan telahterbiasanya dosen menggunakan komputer dalamkeseharian mereka, dosen juga telah menguasai dasar-dasar untuk menggunakan komputer. Pelatihan yangdiberikan oleh eLC bersifat spesifik dan tidak menyentuhhal-hal yang advanced seperti troubleshooting, menulisprogram, ataupenyimpanan software.Dapat diperkirakanskor computer self-efficacy tidak berubah karena penyataan-pernyataan pada kuesioner yang bersifat mendasar sudahdikuasai dari awal, dan pernyataan-pernyataan yangbersifat advanced tidak tersentuh oleh pelatihan.

Page 12: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 197

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

Peningkatan kemampuan yang dirasakan dosen bisa jadihanya cukup untuk menurunkan anxiety, tetapi tidakmengubah persepsi dosen terhadap kemampuan merekasendiri. Sebagai tambahan pada data kualitatif dosenjuga menyatakan mendapat manfaat secara materi(pengetahuan), meskipun hal ini tergolong peningkatanself-efficacy, tetapi tidak tercermin dari skorkuesioner CSE.

Apabila dilihat dari skor CARS dan CSE para dosen,hal ini sudah cukup meyakinkan bahwa dosen siap untukmengimplementasikan e-learning. Skor CARS dosen (±34 – 38) tidak menunjukkan kekawatiran, sedangkanskor CSE juga sudah tinggi (± 118 – 124); kedua kondisitersebut didukung oleh data kualitatif. Individu dengancomputer anxiety yang rendah dan computer self-efficacyyang

tinggi lebih terbuka akan teknologi komputer (computeracceptance), menggunakan komputer lebih banyak,21,22

dan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.23 Jikadengan kenyataan hasil penelitian ini dan bila masihdidapatiperubahan yang terhambatdalam e-learning,makatim peneliti berpendapat bahwa dosen perlu diberidorongan dari institusi untuk mulai menerapkan e-learning.

Persepsi Anggota E-learning Community terhadapKomputer

Skor CARS dan CSE anggota eLC sebelum pelatihanmasing-masing: 38,83 dan 119,25. Bila dibandingkandengan penelitian-penelitian sebelumnya, maka tabel 8merangkumkan kondisi ini.

Tabel 8. Tabel perbandingan nilai rerata CARS dan CSE antar penelitian

Sam, Othman, dan Nordin mengklasifikasikan skorCARS penelitian mereka63,41 sebagai moderate (sedang)dan skor CSE (112,10) sebagai high (tinggi), sehinggaskor CARS anggota e-learning community dapat dikatakanrendah dan skor CSE-nya dapat dikatakan tinggi.

Hasil tesFriedman dan tes post-hocWilcoxon memberikaninformasi adanya penurunan skor CARS secara signi-fikan dari pengambilan data pertama ke pengambilandata keempat. Hal ini didukung oleh data kualitatif yangmenunjukkan beberapa anggota eLC selain mendapatmanfaat dari segi materi juga merasakan persepsi merekamembaik dalam menggunakan komputer. Mayoritasanggota tidak merasa ada perubahan, tetapi hal ini tidakterbukti dari hasil analisis kuantitatifnya.

Dari data kualitatif dapat diketahui bahwa beberapaanggota eLC merasa pikiran mereka terbuka terhadappiranti-piranti lunak baru setelah membimbing paradosen. Hal yang biasanya mereka takutkan dalam kaitan-nya dengan pembelajaran piranti lunak baru tidak lagi

terlihat sangat menakutkan. Ini adalah hasil darikeharusan eLC mempelajari ragam applikasi yang padaawalnya belum mereka kuasai, seperti Google Drive,Prezi, dan Zotero™.

Mayoritas anggota merasa tidak ada perubahan dalampersepsi. Anggota-anggota ini mengindikasikan bahwadari awal persepsi mereka sudah baik dan pelatihan e-learning dalam eLC hanya menambah pengetahuan, tidakmengubah persepsi, seperti kutipan berikut:

“Kalau menurut saya sendiri persepsinya juga tidakberubah, karena sebelum dan sesudah saya direkrutmenjadi e-learning ini sebenarnya sayaudahbisa semuanya,itu eee…nggak… nggak gitungefek.” LC1 [32585-32890]

Tidak berubahnya nilai kuantitatif CSE dapat dijelaskanseperti tidak berubahnya nilai CSE dosen. Dari hasilpenelitian kuantitatif dan kualitatif diketahui bahwaanggota eLC telah terbiasa menggunakan komputeruntuk pekerjaan sehari-hari, bahkan untuk kesenanganpribadi (leisure). Penggunaan komputer dan pengalaman

Page 13: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia198

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

menggunakan komputer ini menjelaskan skor CA danCSE mereka yang menunjukkan persepsi yang baikterhadap komputer.19 Para anggota menyatakan percayadiri dan nyaman menggunakan komputer, denganpengecualian pada saat-saat tertentu.

Dengan hasil data kuantitatif dan kualitatif tersebut dapatditarik kesimpulan bahwa anggota eLC telah menguasaiketerampilan-keterampilan dasar menggunakankomputer sehingga sudah tidak memerlukan perbaikanlagi. Adapun hal-hal yang belum mereka kuasaimerupakan materi lanjutan yang lebih kompleksmisalnya sistem informatika atau yang berkaitan denganhardware. Materi-materi lanjutan ini tidak dilatihkandalam eLC, sehingga persepsi anggota dalam hal tersebutpun tidak berubah.

Peneliti berasumsi bahwa jumlah sampel yang kecil jugaikut menyebabkan inkonsistensi antara skor CARS danskor CSE.Data kuantitatif dalam penelitian ini didukungoleh data kualitatif untuk menjamin validitasnya, tetapipeneliti menyarankan untuk penelitian berikutnya agarjumlah sampel diperbesar karena populasi yang ditelitibersifat heterogen.26,27 Hal ini dapat dilakukan dengancara penjaringan peserta dosen dan pendataan pesertasebelum program dimulai.

Perbandingan antara Perubahan Nilai ComputerAnxiety Rating Scale (CARS) dan Computer Self-efficacy (CSE) dosen dengan perubahan nilai CARSdan CSE anggota eLCPerubahan nilai CARS dan CSE dosen tidak berbedasaat dibandingkan dengan perubahan nilai CARS danCSE anggota eLC. Dari tidak adanya perbedaan tersebutdapat ditarik kesimpulan bahwa kecepatan perubahanpersepsi dosen sama dengan kecepatan perubahanpersepsi mahasiswa dalam hal computer anxiety dancomputer self-efficacy.

Peneliti menduga bahwa tidak adanya perbedaan inidisebabkan oleh karakteristik dosen dan anggota eLCyang mirip dalam kaitan persepsi penggunaan komputer.Kedua kelompok menggunakan komputer dan gadgetdalam kehidupan sehari-hari serta merasa nyaman dalamkegiatan tersebut. Penggunaan komputer anggota eLClebih luas dibandingkan dosen (anggota komunitas lebihbanyak menggunakan perangkat komputer/gadgetuntukleisure daripada dosen) dan hal ini memang tercermin

dari skor CARS e-learning community yang lebih rendahdan skor CSE yang lebih tinggi.19,25 Kedua kelompokmenunjukkan skor CARS dan CSE awal yang meng-indikasikan persepsi baik dalam menggunakankomputer. Computer anxiety kedua kelompok merujukke hal-hal yang spesifik saja, meskipun hal yang dimaksudberbeda antara kelompok dosen dan kelompok anggotaeLC; anxiety dosen berkaitan dengan virus, sedangkananggota eLC mengenai piranti keras dan piranti lunakyang belum mereka kuasai.

Penelitian yang dilakukan oleh Smith pada tahun 201329

sudah sempat memperdebatkan apakah dosen benar-benar “digital immigrants”. Penelitian tersebutmenyimpulkan bahwa perbedaan antara mahasiswadengan anggota fakultas lain (termasuk dosen) sebagai“digital natives”-”digital immigrants” terlalu dilebih-lebihkan dan sebenarnya tidak signifikan dalamkehidupan. Teori tersebut mungkin dapat diaplikasikanke sebagian besar dosen di FKUAJ, tetapi padakenyataannya dari sistem pengajaran dosen kemahasiswa di kampus masih ada saja dosen yang benar-benar “digital immigrants”. Dosen-dosen “digitalimmigrants” ini, yang diharapkan menjadi targetpelatihan eLC, justru tidak datang untuk menerimapelatihan sehingga tidak terwakilkan datanya dalampenelitian.

Adapun perbedaan antara anggota eLC dengankelompok dosen yang menjadi subyek penelitian dapatterlihat dari hasil penelitian kualitatif. Banyak dosenyang menyatakan bahwa ketika mereka menemuimasalah, mereka akan bertanya kepada orang lain untukmengatasi masalah tersebut. Berbeda dengan anggotaeLC yang selain bertanya, juga dapat mengatasi masalahdengan mencari informasi secara mandiri lewat internet.

KESIMPULAN

(1) Dosen terbagi menjadi dua kelompok denganperubahan persepsi yang berbeda, yaitu kelompok dosenyang merasa proses belajar dengan e-learning communitymemberi mereka persepsi yang lebih baik terhadapkomputer dan kelompok dosen yang merasa tidakmengalami perubahan persepsi, (2) Anggota e-learningcommunity terbagi menjadi dua kelompok denganperubahan persepsi yang berbeda, yaitu kelompok

Page 14: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 199

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

anggota minoritas yang merasa pengalaman dalam eLCmemberi mereka persepsi yang lebih baik terhadapkomputer dan kelompok anggota mayoritas yang merasatidak mengalami perubahan persepsi, (3) Perubahanpersepsi antar pengambilan data dosen dan anggota eLCtidak berbeda secara signifikan, yang berarti kesiapandosen dalam menerima ilmu baru dalam teknologi samadengan anggota komunitas.

DAFTAR SINGKATAN

eLC : e-learning communityCA : computer anxietyCARS : computer anxiety rating scaleCSE : computer self-efficacy

COMPETING INTEREST

Tidak ada competing interestapapun dalam penelitian ini.Dana penelitian berasal dari dana fakultas. Penelitianini sudah disetujui oleh Komisi Etik Fakultas KedokteranUniversitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

INFORMASI KONTRIBUSI TENTANG PENGARANG

JAadalahpeneliti utamadalamproyek elearning communityini. JA mengumpulkan data dan menganalisisnya sertamenuliskannya dalam laporan. ER adalah penggagasutama elearning community, melakukan kajian bersamapada saat analisis, memberikan masukan untuk laporanserta melakukan finalisasi artikel ini.

ACKNOWLEDGEMENTS

Terima kasih kepada para mahasiswa anggota e-learningcommunity. Penulis juga mengucapkan mengucapkanterima kasih kepada Intan Permata Sari yang telahbersama-sama dengan Penulis menjalankan program e-learning community serta membantu pengambilan datapenelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Horton W. e-Learning by Design. John Wiley andSons; 2011. 638 p.

2. Lau F, Bates J. A Review of e-Learning practices forundergraduate medical education. Journal of MedicalSystems. 2004 Feb;28(1):71–87.

3. Abdelhai R, Yassin S, Ahmad MF, Fors UG. An e-learning reproductive health module to support

improved student learning and interaction: aprospective interventional study at a medical schoolin Egypt. BMC Medical Education. 2012;12(1):11.

4. Jamero DJ, Borghol A, Mihm L. Comparison ofcomputer-mediated learning and lecture-mediatedlearning for teaching pain management to pharmacystudents. Am J Pharm Edu. 2009;73(1):5.

5. Varghese J, Faith M, Jacob M. Impact of e-resourceson learning in biochemistry: first-year medicalstudents’ perceptions. BMC Medical Education.2012;12(1):21.

6. Morgulis Y, Kumar RK, Lindeman R, Velan GM.Impact on learning of an e-learning module onleukaemia: a randomised controlled trial. BMCMedical Education. 2012;12(1):36.

7. Kononowicz AA, Krawczyk P, Cebula G,Dembkowska M, Drab E, Fraczek B, et al. Effects ofintroducing a voluntary virtual patient module to abasic life support with an automated externaldefibrillator course: a randomised trial. BMC MedicalEducation. 2012;12(1):41.

8. Wagner N, Hassanein K, Head M. Who is responsiblefor e-learning success in higher education? Astakeholders’ analysis. Journal of EducationalTechnology & Society. 2008;11(3):n/a.

9. Prensky M. Don’t bother me mom - I’m learning! St.Paul: Paragon House; 2006.

10. Prensky M. Listen to the natives. Educ Leadership.2006;63(4):8–13.

11. Rukmini E, Linarto R. Studi mengenai perspektifmahasiswa dan staf pengajar terhadap e-learning.Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta:Fakultas Kedokteran; 2012.

12. Chen C, Liu C-C. A case study of peer tutoringprogram in higher education. Research in HigherEducation Journal. 2011 Jun;11:1–10.

13. Hauer KE, O’Brien BC, Hansen LA, Hirsh D, MaIH, Ogur B, et al. More is better: students describesuccessful and unsuccessful experiences with teachersdifferently in brief and longitudinal relationships.Acad Med. 2012 Oct;87(10):1389–96.

14. Glynn LG, MacFarlane A, Kelly M, Cantillon P,Murphy AW. Helping each other to learn – a processevaluation of peer assisted learning. BMC MedicalEducation. 2006 Mar 8;6(1):18.

15. Heinssen Jr. RK, Glass CR, Knight LA. Assessingcomputer anxiety: Development and validation of theComputer Anxiety Rating Scale. Computers inHuman Behavior. 1987;3(1):49–59.

16. Torkzadeh G, Koufteros X. Factorial validity of acomputer self-efficacy scale and the impact ofcomputer training. Educ Psychol Meas.1994;54(3):813–21.

Page 15: Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan

Vol. 3 | No. 3 | November 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia200

Fidelis Jacklyn Adella & Elisabeth Rukmini, Perbandingan Sikap Menggunakan Komputer Antara Dosen dan Anggota E-Learning Community

17. Durndell A, Haag Z. Computer self efficacy, computeranxiety, attitudes towards the Internet and reportedexperience with the Internet, by gender, in an EastEuropean sample. Computers in Human Behavior.2002 Sep;18(5):521–35.

18. Teo T, Lee C b., Chai C. Understanding pre-serviceteachers’ computer attitudes: applying and extendingthe technology acceptance model. J Comput AssistLear. 2008;24(2):128–43.

19. Fagan MH, Stern N, Wooldridge BR. An EmpiricalInvestigation into the Relationship BetweenComputer Self-Efficacy, Anxiety, Experience, Supportand Usage. J Comput Inform Syst. 2003 Winter /2004;44(2):95–104.

20. Ktoridou D, Eteokleous-Grigoriou N. Developingdigital immigrants’ computer literacy: the case ofunemployed women. Campus-Wide InformationSystems. 2011;28(3):154–63.

21. Compeau DR, Higgins CA. Computer self-efficacy:Development of a measure and initial test. MISQuarterly. 1995;19(2):189.

22. Venkatesh V. Determinants of perceived ease of use:Integrating control, intrinsic motivation, and emotioninto the technology acceptance model. Inform SystRes. 2000;11(4):342–65.

23. Colquitt JA, LePine JA, Noe RA. Toward an integrativetheory of training motivation: A meta-analytic pathanalysis of 20 years of research. J Appl Psychol.2000;85(5):678–707.

24. Sam HK, Othman AEA, Nordin ZS. Computer Self-Efficacy, Computer anxiety, and attitudes toward theinternet: A study among undergraduates in Unimas.Journal of Educational Technology & Society.2005;8(4):205-19.

25. Malliari A, Korobili S, Togia A. IT self-efficacy andcomputer competence of LIS students. Electron Libr.2012;30(5):608–22.

26. Hudson Z. Sample size, power and effect size - Whatall researchers need to know. Physical Therapy inSport. 2009;10(2):43–4.

27. Lenth RV. Some practical guidelines for effectivesample size determination. The Am Stat.2001;55(3):187–93.

28. Smith E. Are adult educators and learners “DigitalImmigrants”? Examining the evidence and impacts forcontinuing education. Canadian Journal of UniversityContinuing Education [Internet]. 2013 [cited 2013Oct 24];39(1). Available from: http://ejournals.library.ualberta.ca/ index.php/cjuce-rcepu/article/view/20722