farakoterapi ppok

31

Upload: yesitagrace

Post on 22-Jun-2015

119 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: FARAKOTERAPI PPOK
Page 2: FARAKOTERAPI PPOK

DefinisiDefinisi PPOK adalah suatu penyakit paru yang ditandai

dengan adanya keterbatasan pada saluran nafas yang bersifat irreversible, kronis dan progresif.

Kondisi yang menandai PPOK adalah adanya bronkitis kronis dan emfisema

Bronkhitis kronis yaitu suatu keadaan sekresi mukus bronkial yang berlebihan baik secara kronis maupun berulang dengan batuk yang terjadi setiap hari selama 3 bulan dalam dua tahun berturut-turut

Emfisema yakni suatu keadaan yang dikarakteristik oleh abnormalitas, pembesaran permanen saluran nafas distal hingga terminal bronkiolus, disertai dengan kerusakan dinding sel tanpa fibrosis yang jelas.

Page 3: FARAKOTERAPI PPOK

etiologietiologi

Paparan lingkungan:Asap rokok (merokok adalah 85-90%

penyebab PPOK)Debu dan zat kimiaPolusi udara

Faktor penderitaGenetik (AAT defisiensi)Hiperresponsivitas saluran nafas)Gangguan pada pertumbuhan paru-paru

Page 4: FARAKOTERAPI PPOK

patofisiologipatofisiologi

Page 5: FARAKOTERAPI PPOK

klasifikasiklasifikasi

Page 6: FARAKOTERAPI PPOK

eksaserbasieksaserbasi Salah satu karakteristik PPOK adalah terjadinya

eksaserbasi berulang Eksaserbasi adalah perburukan gejala pasien

yang ditandai dengan:Peningkatan volume sputumMemburuknya dyspneaDada sesakSputum purulentMeningkatnya kebutuhan akan bronkodilatorKelemahanMenurunnya toleransi terhadap aktivitas

Page 7: FARAKOTERAPI PPOK

tujuantujuan terapiterapi Memperbaiki keadaan obstruksi saluran

nafas Mencegah dan mengatasi eksaserbasi

akut Menurunkan progresivitas penyakit Meningkatkan keadaan fisik dan psikis Menurunkan jumlah hari tidak masuk

kerja Menurunkan lama tinggal di RS Menurunkan angka kematian

Page 8: FARAKOTERAPI PPOK

prinsipprinsip uuMuuM terapiterapi ppokppok Pengobatan cenderung akan makin banyak

karena status penyakit umumnya akan memburuk

Terapi secara regular harus selalu dijaga pada tingkat yang sama, kecuali ada efek samping signifikan yang terjadi, atau keparahan penyakit meningkat

Setiap pasien mungkin berespon secara individual terhadap pengobatan maupun dalam mengalami efek samping perlu dilakukan pemantauan secara hati-hati dalam jangka waktu yang cukup untuk memastikan bahwa terapi mencapai tujuan yang diinginkan.

Page 9: FARAKOTERAPI PPOK

terapiterapi ppokppok

TERAPI FASE AKUT Inhalasi beta agonis aksi pendek

(salbutamol) Inhalasi antikolinergik (ipratropium) Kortikosteroid inhalasi atau sistemik

jangka pendek Aminophylline i.v. Antibiotik (jika ada tanda-tanda infeksi) Oksigenasi

Page 10: FARAKOTERAPI PPOK

terapiterapi ppokppok

TERAPI PEMELIHARAAN Inhalasi antikolinergik aksi panjang

(tiotropium) Inhalasi beta agonis aksi panjang Theophyline sustained-release Inhalasi kortikosteroid pada pasien

dengan stage III atau IV Vaksinasi influenza dan pneumonia Oksigen long term (>15 jam/hari) utk yg

gagal respirasi kronis

Page 11: FARAKOTERAPI PPOK

algoritalgoritMaterapippok

Page 12: FARAKOTERAPI PPOK

terapiterapi non-farnon-farMakologiakologi

Menghentikan kebiasaan merokok Rehabilitasi paru-paru secara

komprehensif dengan OR dan latihan pernafasan

Perbaikan nutrisi (untuk menambah energi)

Tidak ada obat yang dapat menunda memburuknya fungsi paru jika pasien tetap merokok

Page 13: FARAKOTERAPI PPOK

berhentiberhenti Merokokerokok Motivasi tinggi untuk

berhenti merokok Menggunakan obat

untuk mengatasi withdrawal syndromes: Bupropion

Nicotine replacement therapy

Vareniclin (nicotine receptor antagonist = Chantix, Champix)

Page 14: FARAKOTERAPI PPOK

terapiterapi bronkodilatasibronkodilatasi Merupakan terapi utama pada PPOK, baik

pada eksaserbasi akut maupun fase stabil Digunakan jika perlu atau secara reguler Teknik inhalasi merupakan pilihan karena

memberikan efek samping minimal → penting untuk memastikan teknik inhalasi yang benar, karena pasien PPOK umumnya lanjut usia yang sudah kurang koordinasi tangannya jika menggunakan MDI → nebulizer lebih mudah (tapi lebih mahal)

Page 15: FARAKOTERAPI PPOK

ebebM terapiterapi bronkodilatasibronkodilatasi padapada ppokppok

Semua jenis bronkodilator memberikan hubungan dosis-respons yang relatif serupa

Efek sampingnya dapat diprediksi dan tergantung dosis

Pemilihan bronkodilator tergantung pada ketersediaan dan respon pasien terhadap pengobatan. Semua jenis bronkodilator dapat meningkatkan kapasitas exercise, tetapi tidak memberikan perubahan signifikan terhadap FEV1 yang dibutuhkan(Evidence A)

Teofilin lepas lambat cukup efektif pada PPOK, tetapi karena adanya toksisitas potensial, lebih baik digunakan inhalasi bronkodilator (jika tersedia)

Page 16: FARAKOTERAPI PPOK

lanjutanlanjutan Kombinasi dua bronkodilator dengan mekanisme

aksi berbeda dapat meningkatkan potensi bronkodilatasi dengan lebih sedikit efek samping → kombinasi β agonis aksi pendek dengan antikolinergik menghasilkan perbaikan FEV1 yang lebih besar dan lebih bertahan dibandingkan jika digunakan secara tunggal dan tidak menyebabkan tachyphylaxis sampai 90 hari terapi (Evidence A)

Peningkatan dosis baik pada β agonis maupun antikolinergik, khususnya jika diberikan secara nebulisasi basah, dapat memberikan efek yang menguntungkan pasien (Evidence B)

Page 17: FARAKOTERAPI PPOK
Page 18: FARAKOTERAPI PPOK

terapiterapi antibiotikaantibiotika Berdasarkan evidence terbaru yang tersedia,

antibiotika harus diberikan pada pasien-pasien PPOK yang :Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 3 tanda

utama yaitu: increased dyspnea, increased sputum volume, increased sputum purulence (Evidence B), atau

Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 2 tanda utama, jika peningkatan purulensi sputum merupakan salah satunya (Evidence C)

Pasien dengan eksaserbasi parah yang membutuhkan ventilasi mekanik, baik invasif maupun non-invasif (Evidence B)

Page 19: FARAKOTERAPI PPOK

terapiterapi antibiotikaantibiotika

Page 20: FARAKOTERAPI PPOK

kortikosteroidkortikosteroid Kortikosteroid sistemik (oral atau i.v)

direkomendasikan sebagai tambahan terapi pada eksaserbasi akut, terutama pada pasien yang FEV1-nya < 50% prediksi.

Contoh: prednisolon per oral dengan dosis 30-40 mg/hari selama 7-10 hari, atau metilprednisolon 0,5 –1 mg/kg IV setiap 6 jam. Jika gejala pasien telah membaik, dapat diganti dengan prednisone 40 –60 mg sehari

Utk terapi pemeliharaan: penggunaan kortikosteroid inhalasi dapat dipertimbangkan pada pasien PPOK dengan FEV1 < 50%, (tingkat keparahan III atau IV dan yang mengalami eksaserbasi berulang (misalnya 3 kali dalam 3 tahun).

Page 21: FARAKOTERAPI PPOK

ebebM terapiterapi kortikosteroidkortikosteroid padapada ppokppok Penggunaan teratur inhalasi KS tidak dapat

memperbaiki penurunan jangka panjang pada FEV1 pasien PPOK, namun cukup tepat jika digunakan pada PPOK pada stage III dan IV -PPOK berat dan sangat berat( Evidence A)

Terapi dengan KS dapat mengurangi frekuensi kekambuhan sehingga meningkatkan status kesehatan pasien (Evidence A), dan penghentian tiba-tiba dapat memicu kekambuhan padavsebagian pasien

Kombinasi inhalasi KS dengan β agonis aksi panjang lebih baik daripada jika dipakai secara tunggal

Penggunaan KS oral jangka panjang tidak direkomendasikan pada pasien PPOK (Evidence A)

Page 22: FARAKOTERAPI PPOK

Mukolitikukolitik padapada ppokppok Penggunaan mukolitik seperti ambroksol,

karbosistein, dan gliserol teriodinasi telah diteliti → hasil kontroversial.

Ada manfaat bagi sebagian pasien, tetapi secara keseluruhan manfaatnya sangat kecil → GOLD 2010 tidak merekomendasikan berdasarkan bukti-bukti klinis yang ada

Pengeluaran mukus bisa dilakukan juga dengan hidrasi oral (> 2 liter/hari)

RCT di China: karbosistein dapat mengurangi frekuensi eksaserbasi akut COPD (The Lancet, 371, p 2013 -2018, 14 June 2008 )

Page 23: FARAKOTERAPI PPOK

vaksinasivaksinasi Vaksin influenza terbukti dapat mengurangi

gangguan serius dan kematian akibat PPOK sampai 50%.

Vaksin influenza direkomendasikan bagi pasien PPOK usia lanjut karena cukup efektif.

Pasien PPOK sebaiknya menerima satu atau dua kali vaksin pneumococcal dan vaksinasi influenza per tahun untuk mengurangi insiden pneumonia.

Bila pasien terpapar pada influenza sebelum divaksinasi, maka dapat digunakan amantadin dan rimantadin.

Page 24: FARAKOTERAPI PPOK

aataat replacereplaceMentent therapytherapy

Digunakan pada pasien dengan defisiensi AAT secara herediter

Terdiri dari infus AAT secara rutin (mingguan) untuk memelihara kadar AAT plasma diatas 10 mikromolar.

Dapat memperlambat progresivitas penyakit (dengan parameter FEV1) dan mengurangi mortalitas

Regimen dosis: 60 mg/kg i.v. sekali seminggu, kecepatan 0.08 mL/kg per menit, disesuaikan dengan toleransi pasien.

Masalah: harga yang mahal dan ketersediaan produk yang memenuhi syarat.

Contoh produk: Prolastin, Aralast, danZemaira.

Page 25: FARAKOTERAPI PPOK

terapiterapi oksigenoksigen longlong terterM Terapi oksigen sebaiknya diberikan pada pasien

PPOK dengan tingkat keparahan IV (sangat berat) jika: PaO2 ≤7,3 kPa (55 mmHg) atau SaO2≤88%,

dengan atau tanpa hiperkapnia, atauPaO2 antara 55 mmHg – 60 mmHg, atau SaO2

89%, tetapi ada tanda hipertensi pulmonar, edema perifer yang menunjukkan adanya gagal jantung kongestif, atau polisitemia.

Cara pemberiannya: dengan kanula hidung yang menyalurkan 24-28% oksigen (1-2 liter/menit) untuk mencapai PaO2 di atas 60 mmHg.

Page 26: FARAKOTERAPI PPOK

TerapiTerapi lain-lainlain-lain Antioksidan

Antioksidan, khususnya N-asetilsistein, dilaporkan dapat menurunkan frekuensi eksaserbasi dan mungkin berperan pada pasien dengan kekambuhan berulang (Evidence B). Namun penggunaannya secara rutin perlu dievaluasi lebih lanjut efektivitasnya

ImunoregulatorDua studi melaporkan bahwa penggunaan

imunostimulan pada PPOK dapat menurunkan keparahan dan frekuensi eksaserbasi. Namun masih perlu dilakukan studi utk penggunaan jangka panjang untuk memastikan efeknya (Evidence B)

Page 27: FARAKOTERAPI PPOK

TerapiTerapi lain-lainlain-lain Antitusif

Batuk, walaupun seringkali sangat menganggu, tapi justru merupakan mekanisme proteksi yang penting, karena itu penggunaan antitusif dikontraindikasikan pada PPOK stabil (Evidence D)

Lain-lain :Nedokromil, leukotriene modifier, dan

metode alternatif lainnya belum diteliti pada pasien PPOK, sehingga tidak direkomendasikan penggunaannya

Page 28: FARAKOTERAPI PPOK

keypointkeypoint padapada terapiterapi ppokppok

Tidak ada satupun pengobatan PPOK yang dapat memodifikasi penurunan fungsi paru yang merupakan ciri khas penyakit ini farmakoterapi pada PPOK ditujukan untuk mengurangi gejala dan/atau komplikasi (Evidence A)

Pengobatan dengan bronkodilator merupakan penatalaksanaan simptomatik utama pada PPOK, yang diberikan bila perlu atau secara reguler untuk mengurangi gejala (Evidence A)

Bronkodilator utama adalah β-agonis, antikolinergik, teofilin, dan kombinasi satu atau lebih (Evidence A)

Page 29: FARAKOTERAPI PPOK

keypointkeypoint padapada terapiterapi ppokppok Treatment secara teratur dengan bronkodilator aksi

panjang lebih efektif dan lebih nyaman (convenient) daripada dengan bronkodilator aksi pendek, tetapi harganya lebih mahal (Evidence A)

Penambahan inhalasi kortikosteroid terhadap terapi reguler dengan bronkodilator tepat untuk PPOK simptomatik dengan FEV1 < 50% prediksi (Stage III dan stage IV) dan pada kekambuhan berulang (Evidence A)

Treatment kronis dengan kortikosteroid sistemik harus dihindarkan karena lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya (Evidence A)

Penggunaan oksigen jangka panjang (>15 jam sehari) untuk pasien yang mengalami gagal nafas kronis dapat meningkatkan survival (Evidence A)

Page 30: FARAKOTERAPI PPOK
Page 31: FARAKOTERAPI PPOK

Bp. SB berusia 68 tahun, dengan berat badan 78 kg, dan tinggi badan 166 cm didiagnosis PPOK untuk pertama kalinya 10 tahun yang lalu. Tiga hari yang lalu, dia dibawa kerumah sakit karena kesulitan bernafas dan produksi sputum yang berlebihan dan berwarna hijau kekuningan. Waktu masuk rumah sakit, mukanya kelihatan pucat membiru (sianosis) dan nafas tersengal-sengal. Denyut jantung 100x/menit dan PEF-nya 35%. Berdasarkan catatan pada rekam medik, fungsi ginjalnya sudah menurun.