falsafah perundangan islam
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
1/21
1
SYARIAT UMAT TERDAHULU ()
1.0PENGERTIANApa yang dimaksudkan dengan syariat umat terdahulu atau orang sebelum kita ialah
syariat yang telah ditetapkan dan diturunkan oleh Allah terhadap umat sebelum nabiMuhammad s.a.w, seperti : Nabi Ibrahim, Musa dan Isa. Antara lain, ia bermaksud
segala ajaran yang diturunkan oleh Allah kepada para rasul sebelum umat Islam yang
dinyatakan mengenainya dalam syariat Islam.1
2.0 JENIS SYARIAT UMAT TERDAHULU
2.1 PENDAHULUAN
Pada dasarnya semua syariat Allah atau agama samawi membawa prinsip yang sama
dan satu. Selaras dengan firman Allah2
:
Maksudnya : Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa
yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah
agama [1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi
orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik
kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
[1340] Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., beriman
kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala
perintah dan larangan-Nya.
Keadaan lain, sememangnya terdapat perbezaan cara ibadat antara syariat samawi
dengan syariat samawi umat lain. Begitu juga masalah juz'iyyah, seperti : Peraturan
1 Abdul Karim Zaidan. 1994.AlWajiz Fi Usul AlFiqh. Beirut: Muassasah al-Risalah. Cet.14. hlm. 263.2 al-Quran, As-Syura 42 : 13.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
2/21
2
zakat dan lainnya. Namun begitu, matlamat dan tauhidnya tetap sama, iaitu
mengabdikan diri kepada Allah semata-mata.
2.2 JENIS HUKUM UMAT TERDAHULU
Berkaitan hukum syariat umat terdahulu serta pendirian syariat Islam mengenainyadapat dikembalikan kepada 3 jenis, iaitu1 :
a) () Iaitu hukum yang disebutkan dalam Al-Qur'an atau dijelaskan oleh Rasulullah s.a.w
melalui as-Sunnah serta terdapat dalil dalam syariat Islam yang mana ia dinasakhkan
terhadap umat Islam atau ia hanya khusus untuk umat terdahulu. Justeru itu, hukum
bentuk itu disepakati tentang ia tidak diamalkan. Contohnya : Pengharaman makan
binatang berkuku, unta, itik dan kambing.
Pertama : Sebagaimana firman Allah2
:
Maksudnya : Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang
yang berkuku[517] dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak
dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang
di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami
hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan Sesungguhnya Kami adalah
Maha benar.
[517] Yang dimaksud dengan binatang berkuku di sini ialah binatang-binatang yang
jari-jarinya tidak terpisah antara satu dengan yang lain, seperti: unta, itik, angsa dan
lain-lain. sebahagian ahli tafsir mengartikan dengan hewan yang berkuku satu
seperti kuda, keledai dan lain-lain.
1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm842.2 al-Quran, Al-Anam 06 : 146.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
3/21
3
Di mana hukum tersebut telah dinasakhkan daripada syariat terdahulu dengan firman
Allah1:
Maksudnya : Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali
kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena
Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain
Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Rumusannya, ayat tersebut menjelaskan tentang pengharaman sesuatu terhadap umat
terdahulu dan ia tidak diharamkan terhadap umat Islam bahkan dihalalkan.
Kedua : Sebagaimana hadis riwayat Jabir Bin Abdullah Al-Ansari, sabda Baginda :
Maksudnya : Dihalalkan untuk (umatku) harta rampasan perang dan ia tidak
dihalalkan untuk sesiapa pun sebelumku.
Hadis tersebut menjelaskan harta rampasan perang tidak dihalalkan bagi umat
terdahulu, namun ia dihalalkan untuk umat Islam.
Berkaitan dengan jenis pertama itu, ulama sepakat mengatakan bahawa hukum
tersebut tidak disyariatkan terhadap umat Islam. Dimana ia dikhususkan terhadap
umat terdahulu.
1 al-Quran, Al-Anam 06 : 145.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
4/21
4
b) (
)
Hukum yang dibawa oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah serta terdapat dalil dalam syariat
Islam bahawa ia diwajibkan terhadap umat Islam sebagaimana diwajibkan terhadap
umat sebelumnya. Iaitu hukum yang diakui oleh syariat Islam. Antara contohnya
ialah1
:
Pertama : Berpuasa Ramadhan. Dimana ia diwajibkan terhadap umat terdahulu dan
terhadap umat Islam sebagaimana nas Al-Qur'an2
:
Maksudnya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Kedua : Korban. Hal itu berpandukan kepada hadis yang menyatakan ia disyariatkan
dalam Islam sebagaimana syariat nabi Ibrahim. Sebagaimana riwayat Zayd Bin
Arqam, sabda Baginda3 :
. : )(
Maksudnya : Sahabat bertanya : Wahai Rasulullah s.a.w : Apa hal dengan korban
ini? Jawab Rasulullah : Ini adalah sunnah bapa kamu Ibrahim.
Berkorban itu merupakan sunnah nabi Ibrahim. Selaras dengan firman Allah4 :
Maksudnya : Dan kami telah tebuskan anaknya itu dengan seekor binatang
sembelihan yang besar.
Sebagaimana hadis lain riwayat Ummu Bilal5
:
Maksudnya : Berkorbanlah kamu dengan biri-biri yang berusia dua tahun kerana ia
adalah harus.
1 Abdul Karim Zaidan. 1994.AlWajiz Fi Usul AlFiqh. Beirut: Muassasah al-Risalah. Cet.14. hlm. 263.2 al-Quran, Al-Baqarah 02 : 183.3 Sunan Ibnu Majah , KitabAl-Adahiy , Bab Thawab Al-Adhiyah , Bil 3118.4 Al-Quran, As-Shoffat 37 : 107.5 Sunan Ibnu Majah , KitabAl-Adahiy , Bab Thawab Al-Adhiyah , Bil 3130.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
5/21
5
Tentang jenis yang kedua itu juga sepakat dikalangan ulama ia juga disyariatkan
terhadap umat Islam, menjadi hujah serta sumber perundangan sebagaimana nas
syarak lain. Dimana ia diiktibarkan dalam syariat Islam dengan wajib diikuti dan
beramal dengan kewajipannya serta disepakati menjadi hujah ) ( .
c) (
(
Iaitu hukum yang tidak terdapat atau tidak dinyatakan mengenai pensyariatannya di
dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jenis yang ketiga itu juga merupakan sepakat di
kalangan ulama bahawa ia tidak menjadi syariat atau tidak disyariatkan terhadap umat
Islam.1
d) )
(
Hukum yang dibawa atau disebutkan oleh nas Al-Qur'an atau As-Sunnah dan tidak
ada dalil menjelaskan nas tersebut terhadap pengekalan pensyariatan hukumnya atau
tidak terhadap umat Islam. Contohnya ialah :
Pertama : Sebagaimana firman Allah berkaitan Qisas dalam agama Yahudi2
:
Maksudnya : Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung,
telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya.
Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi)
penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.
Kedua : Sebagaimana firman Allah yang lain3 :
1 Abdul Karim Zaidan. 1994.AlWajiz Fi Usul AlFiqh. Beirut: Muassasah al-Risalah. Cet.14. hlm. 264.2 Al-Quran, Al-Maidah 05 : 45.3 Al-Quran, Al-Maidah 05 : 32.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
6/21
6
Maksudnya : Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh)
orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-
akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya[412]. dan Barangsiapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memeliharakehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka
Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan dimuka bumi.
[411] Yakni: membunuh orang bukan karena qishaash.
[412] Hukum ini bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia
seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu adalah sebagai
membunuh manusia seluruhnya, karena orang seorang itu adalah anggotamasyarakat dan karena membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya.
[413] Ialah: sesudah kedatangan Rasul membawa keterangan yang nyata.
Pengkhabaran mengenainya adalah berkaitan hukum yang disyariatkan untuk Bani
Israel dalam kitab Taurat.
Ketiga : Firman Allah berkaitan pembahagian air diantara nabi Soleh dengan
kaumnya1 :
Maksudnya : Dan beritakanlah kepada mereka bahwa Sesungguhnya air itu terbagi
antara mereka (dengan unta betina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang
punya giliran)[1436]
1 Al-Quran, Al-Qamar 54 : 28.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
7/21
7
[1436] Unta betina ini sebagai mukjizat Nabi saleh a.s.
Sebenarnya jenis yang keempat itulah yang menjadi perselisihan ulama ) ( tentang kehujahannya.
3.0 KEHUJAHAN SYARIAT UMAT TERDAHULU ()
Sebagaimana maklum, telah sepakat dikalangan ulama bahawa skop akidah tidak ada
nasakh untuk semua syariat, seperti : Beriman. Ruang yang diperselisihkan ialah
selain akidah, khasnya hukum jenis keempat diatas. Iaitu yang dibawa nas Al-Qur'an
atau As-Sunnah berkaitan syariat umat terdahulu yang tiada dalil menjelaskannya
samaada dikekalkan atau sebaliknya terhadap umat Islam. Perselisihan ulama
mengenainya, iaitu :
3.1 ULAMA MENERIMA SEBAGAI HUJAH
Sememangnya terdapat syariat umat terdahulu yang terus dikekalkan, seperti : Qisas.Hukumnya tercatat dalam kitab Taurat dan masih tetap berlaku dalam syariat
Muhammad s.a.w. Konteks tersebut, syariat sebelum Islam menjadi syariat untuk
umat Islam selagi tidak bercanggah dengan syariat Islam dan Al-Qur'an serta As-
Sunnah tidak membatalkannya. Jumhur ulama mazhab Hanafi, Maliki, sebahagian
ulama Syafie, Hanbali dan ulama Usul Mutakallimin berpendapat bahawa ia menjadi
syariat untuk umat Islam yang melazimkan mereka mengikuti dan beramal
dengannya.1
3.2 DALIL ULAMA MENERIMA
Justeru itu ulama yang menerima kehujahannya dengan membawa alasan, antaranya
ialah :
3.2.1 Ia merupakan syariat yang diturunkan oleh Allah serta tiada dalil yang
menasakhkannya bahkan terdapat nas menegaskan agar mengikuti nabi-nabi
terdahulu. Antaranya ialah :
a) Sebagaimana firman Allah2 :
1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm843.2 Al-Quran, Al-Anaam 06 : 90.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
8/21
8
Maksudnya : Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah,
Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu
dalam menyampaikan (Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan
untuk seluruh ummat.
b) Sebagaimana firman Allah1 :
Maksudnya : Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah
agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah Dia Termasuk orang-orang
yang mempersekutukan tuhan.
Kedua-dua ayat tersebut antara dalil yang jelas bagi golongan tersebut. Dimana
ayat pertama menyuruh supaya mengikuti petunjuk)( berkaitan iman juga
merangkumi seluruh syariat. Manakala ayat kedua pula menyuruh mengikuti
agama atau millah nabi Ibrahim ) ( . Kaedah asal setiap suruhan adalahwajib ) ( .
c) Sebagaimana firman Allah yang lain2
:
Maksudnya : Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu danapa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu:
Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.
Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
1 Al-Quran, An-Nahl 16 : 123.2 Al-Quran, As-Syura 42 : 13.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
9/21
9
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
[1340] Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., beriman
kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati
segala perintah dan larangan-Nya.
Ayat tersebut menunjukkan wajib mengikuti syariat nabi Nuh, kerana perkataan
Ad-Din)( berkaitan apa yang dianuti tentang iman dan syariat.
3.2.2 Berdasarkan dalil firman Allah1 :
Maksudnya : Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada
kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak
itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim.
Ulama yang menerima kehujahan mengesahkan ayat tersebut merupakan
sebahagian daripada syariat Islam. Antara lain, hujah mereka ialah dalam Fiqh
terdapat bidang khusus membahaskan berkaitan Qisas tentang jiwa, anggota juga
luka. Untuk itu, ia membuktikan hukum tersebut sabit dan disyariatkan terhadap
1 Al-Quran, Al-Maidah 05 : 45.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
10/21
10
umat Islam tanpa ragu-ragu lagi sebagaimana yang disahkan oleh Ibnu Qudamah
dan Ibnu Kathir.1
3.2.3 Mereka berhujah dengan berdasarkan dalil wajib ganti atau qada' sembahyang
(( . Sebagaimana hadis daripada Anas Bin Malik, Baginda
bersabda2
:
Maksudnya : Sesiapa yang tertidur atau lupa mendirikan sembahyang, hendaklah
ia bersembahyang apabila mengingatinya.
Selepas itu, Baginda membaca firman Allah3
:
Maksudnya : Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.
Ayat tersebut khitabnya kepada nabi Musa. Justeru itu, kiranya tidak disuruh
supaya mengikuti syariat umat terdahulu, sudah tentu tidak ada faedahnya
membaca ayat tersebut ketika itu. Antara lain juga, Baginda pernah merujuk kitab
Taurat ketika merejam Yahudi berzina.
3.2.4 Imam Abu Hanifah berpendapat : Orang Islam dibunuh balas jika ia membunuh
kafirzimmi dengan bersandarkan dalil umum firman Allah4
:
1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm844.2 Sohih Muslim , Kitab : al-Masajid wa Mawadi' As-Solah , Bab : Qada' As-Solah Al-Fa'itah , Bil1103.3 Al-Quran, Taha 20 : 14.4Al-Quran, Al-Maidah 05 : 45.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
11/21
11
Maksudnya : Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada
kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak
itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim.
Dimana menurut pendapat Abu Hanifah : Ganti nama, dalamnya )( ayattersebut dirujuk kepada kitab Taurat.
3.2.5 Seterusnya ulama mazhab Maliki, Hanbali dan As-Syafie menetapkan hukum
harus al-Ji'alah )( iaitu upah mengupah atau pemberian. Hal itu berdasarkanfirman Allah
1:
Maksudnya : Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan
siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat)
beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".2
Ayat tersebut khitabnya serta berlakunya berkaitan dengan umat zaman nabi
Yusuf. Namun ia diamalkan dalam syariat Islam.
Oleh itu, ulama yang berpendapat syariat sebelum umat Islam dapat dijadikansyariat terhadap umat Islam dengan syarat syariat Islam tidak menasakhkannya
syariat sebelumnya. Kerana syariat Islam hanya menasakhkan apa-apa yang tidak
selaras dan tidak sesuai lagi dengan masa serta keadaan juga tempat daripada
syariat umat terdahulu. Sedangkan yang tidak bercanggah terus dikekalkan.
3.3 ULAMA MENOLAK SEBAGAI HUJAH
Mereka yang berpendapat demikian ialah mazhab Asya'irah, Muktazilah, Syiah,
segolongan ulama As-Syafie, Imam Ahmad, al-Ghazzali, Al-Amidi, Fakhruddin Ar-
Razi, Ibnu Hazam juga mazhab Az-Zahiri. Yang mana syariat umat terdahulu tidak
1 Badran Abu Al-Aynayn Badran.t.t. Usul al-Fiqh Islami. Iskandariah: Muassasah Syabab al-Jamiah. hlm 234-237.2 Al-Quran, Yusuf 12 : 72.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
12/21
12
menjadi hujah, tidak menjadi syariat kepada umat Islam dan tidak wajib terhadap
kaum muslimin mengikutinya, kecualilah terdapat pengesahan syariat Islam.1
3.4 DALIL ULAMA MENOLAK ()
Ulama tersebut menolak dalil atau hujah ulama yang menerima dengan alasan merekaiaitu :
a) Berkaitan Surah al-An'am ayat 90 yang dijadikan dasar hujah mereka yangmenerima kehujahan syariat umat terdahulu, yang mana sebenarnya ayat tersebut
bukan menunjukkan maksud syariat atau hukum, namun ia menunjukkan
mengikuti atau membawa maksud pertunjuk yang ada padanya, iaitu Tauhid.
b) Tentang nas Al-Qur'an berikutnya yang dijadikan hujah golongan menerimakehujahan juga, iaitu Surah As-Syuura ayat 13, sebenarnya apa yang
dimaksudkan dengan Ad-Din)( itu adalah ajaran Tauhid juga, bukan syariat.
2
c) Berdasarkan firman Allah3 :
Maksudnya : Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm843.2 Hamad Ubaid al-Kabisy. 1975. Usul al-Ahkam Wa Turuq al-Istinbat Fi Al-Tasyriq Al-Islami.Baghdad: Dar al-Hurriyyah. Cet 1. hlm 160162.3 Al-Quran, Al-Ma'idah 05 : 48.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
13/21
13
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan
yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
[421] Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-
ayat yang diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya.
[422] Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.
Dalil ayat tersebut membuktikan Allah menjadikan bagi setiap umat itu syariat
tersendiri. Justeru itu diantara mereka tidak dituntut mengikuti syariat umat lain.1
d) Syariat nabi Muhammad s.a.w atau Islam menjadi saksi atas tetap berlakunya atautidaknya syariat-syariat umat terdahulu. Sebagaimana firman Allah2 :
Maksudnya : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak
menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm846.2 Al-Quran, Al-Baqarah 02 : 143.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
14/21
14
[95] Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi
saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun
di akhirat.
e) Dijelaskan bahawa nabi sebelum Muhammad s.a.w diutuskan khusus untuk kaumdan umat mereka, sedangkan nabi Muhammad s.a.w diutuskan untuk seluruhnya.Sebagaimana sabda Baginda, bermaksud : Setiap nabi diutus khusus untuk
kaumnya, sedangkan daku diutuskan untuk seluruh umat manusia.
Hal itu antara lain kerana asal dalam syariat umat terdahulu bersifat khusus,
sebaliknya syariat Islam adalah umum dan menasakhkan syariat terdahulu.
f) Baginda Rasulullah s.a.w ketika mana mengutuskan Mu'az Bin Jabal ke Yamansebagai qadi, Baginda telah menemuduga beliau berkenaan dasar atau dalil
hukum yang akan digunakan. Mu'az menjawab : Beliau akan menggunakan Al-
Qur'an, As-Sunnah dan ijtihad beliau. Justeru itu, Baginda mengakuinya tanpamemberi petunjuk agar mengambil syariat umat terdahulu. Sekiranya itu
diperlukan dan dituntut, sudah tentu Baginda menyebutkannya kepada Mu'az.1
4.0 BERPEGANG DENGAN KITAB TERDAHULU
Berkaitan perkara tersebut, jumhur ulama sepakat mengatakan bahawa hukum
berpegang dengan kitab sebelum Islam, seperti : Taurat, Zabur dan Injil tidak
diharuskan sama sekali. Di antara hujah dan alasannya ialah :
a) Kerana mereka telah melakukan penyelewengan dan pengubahan terhadap kitab-kitab tersebut. Selaras dengan firman Allah
2:
1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm846.
2 Al-Quran, An-Nisa' 04 : 46.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
15/21
15
Maksudnya : Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah Perkataan dari tempat-
tempatnya[302]. mereka berkata : "Kami mendengar", tetapi Kami tidak mau
menurutinya[303]. dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamusebenarnya tidak mendengar apa-apa[304]. dan (mereka mengatakan) :
"Raa'ina"[305], dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya
mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan
perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi
Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali
iman yang sangat tipis.
[302] Maksudnya: mengubah arti kata-kata, tempat atau menambah dan
mengurangi.
[303] Maksudnya mereka mengatakan : Kami mendengar, sedang hati mereka
mengatakan: Kami tidak mau menuruti.
[304] Maksudnya mereka mengatakan: dengarlah, tetapi hati mereka mengatakan:
Mudah-mudahan kamu tidak dapat mendengarkan (tuli).
[305] Raa 'ina berarti: sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. di kala Para
sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata
ini dengan digumam seakan-akan menyebut Raa'ina Padahal yang mereka katakan
ialah Ru'uunah yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada
Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar
Perkataan Raa'ina dengan Unzhurna yang juga sama artinya dengan Raa'ina.
Apa yang dimaksudkan dengan pengubahan itu ialah termasuk menambah dan
mengurangkannya atau memindahkannya daripada tempat asal.
b) Sebagaimana firman Allah yang lain1 :
1 Al-Quran, Al-Ma'idah 05 : 14.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
16/21
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
17/21
17
anak yang akan dilahirkan nanti menjadi juling.1
Kemudian turun ayat (al-
Baqarah 2 : 223)
Maksudnya : Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam,
Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah
kabar gembira orang-orang yang beriman.
3) Berita yang tidak diiktiraf dan tidak pula ditolak oleh Islam. Hukumnya adalah
ditangguhkan berdasarkan kepada hadith daripada Abu Hurairah :
:(( :
))2
Maksudnya : Dahulu Ahli Kiab membaca at-Taurat dalam bahasa Ibraniyyah danmentafsirkannya dalam bahasa Arab untuk orang Islam. Lalu Rasulullah s.a.w
bersabda: 46. Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan
cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka[1154],
dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada
Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan
Kami hanya kepada-Nya berserah diri". (al-Ankabut 29 : 46)
1 Hadith riwayat al-Bukhari : Kitab Tafsir, Bab (Isteri-Isteri kamu adalah ladang kamu, maka
datangilah ladang kamu sebagaimana yang kamu sukai), No 4528, dan Muslim : Kitab
Perkahwinan, Bab kebenaran untuk beretubuh dengan Isteri di farajnya dari arah hadapan
ataupun belakang dengan menghindari lubang dubur, No. 1435.
Catatan : Yang dimaksudkan sebagai bohong da batil adalah dakwaan orang Yahudi bahawa jika
seseorang itu menyetubuhi isterinya dengan cara-cara tertentu ia akan mengakibatkan kecacatan
sekian-sekian. Adapun bersetubuh melalui dubur isteri, maka ia memang dilarang dalam Islam
berdasarkan dalil As-Sunnah dan Ijma.2Hadith riwayat Al-Bukhari : Kitab Tafsir, Bab (Katakanlah Kami beriman dengan Allah dan
dengan apa yang diturunkan kepada kami..), No. 4485.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
18/21
18
[1154] Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim Ialah: orang-orang yang
setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan
dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap
menyatakan permusuhan.
Akan tetapi, membincangkan berita jenis ini tidak mengapa jika tidak ditakutimembawa keburukan berdasarkan sabda Baginda s.a.w :
.
1
Maksudnya : Sampaikanlah daripadaku satu ayat, ceritalah daripada Ahli Kitab
tanpa keberatan. Sesiapa yang menipu ke atasku secara sengaja, hendaklah dia
sediakan tempat duduknya di dalam neraka.
Kebanyakan berita-berita yang diriwayatkan daripada mereka tidak mempunyai
faedah dalam agama. Contohnya ialah warna anjing Ashab al-Kahfi dan sebagainya.
Berkenaan dengan pertanyaan kepada Ahli Kitab tentang urusan agama, hukumnya
adalah haram berdasarkan hadith daripada Jabir Bin Abdullah, bahawa diriwayatkan
Rasulullah s.a.w bersabda :
.2
Maksudnya : Jangan tanya Ahli Kitab berkenaan sesuatupun. Sesungguhnya mereka
tidak dapat memberi hidayah kepada kamu dan mereka telah sesat. Justeru,
kemungkinannya ialah kamu membenarkan yang batil atau mendustakan yang benar
(akibat daripada bertanya kepada Ahli Kitab). Sesungguhnya jika Musa hidup
diantara kamu, tidak halal baginya kecuali mengikut aku.
Abdullah Bin Abbas berkata :
:
. 3
1Hadith riwayat Al-Bukhari : Kitab Hadith-hadith tentang para nabi, Bab Tentang Bani Israel,
No. 3461.2 Hadith riwayat Ahmad, No 14631. (Bagi edisi 6 jilid, rujuk jilid 3, hlm. 338. Sanadnya dinilai
dhaif oleh Syeikh Syuaib Al-Arnauth.3 Hadith riwayat Al-Bukhari : Kitab Kesaksian, Bab Tidak perlu diminta orang musyrik sebarang
kesaksian atau lain-lain, No. 2685 dan 6929.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
19/21
19
Maksudnya : Wahai golongan yang beriman, bagaimanakah boleh kamu bertanya
Ahli Kitab tentang sesuatu sedangkan kitab kamu Allah turunkan ke atas nabinya
adalah berita-berita terkini tentang Allah yang segar dan belum tua.
Allah telah memberitahu kamu semua bahawa Ahli Kitab telah menukar kitab Allah
dan menulisnya dengan tangan-tangan mereka dan mengatakan ianya adalahdaripada Allah untuk mendapat ganjaran wang yang sedikit.
Tidakkah pengetahuan kamu tentang mereka cukup untuk menegah kamu ? Dan demi
Allah, tidak pernah pula ada diantara mereka yang bertanya kamu tentang apa yang
diturunkan kepada mereka.
5.1 PENDIRIAN ULAMA DALAM AL-ISRAILIYYAT
Berkenaan dengan berita al-Israiliyyat, para ulamak khususnya para mufassirin
terbahagi kepada empat pandangan :
1) Ada diantara mereka yang membawa berita al-Israiliyyat bersama sanad-sanadnya.
Mereka berpendapat dengan membawa sanad-sanadnya mereka terlepas daripada
tanggungjawab. Contohnya Ibnu Jarir at-Tabari.
2) Ada di antara mereka yang banyak membawa berita al-Israiliyyat, kebanyakannya
tanpa sand-sanadnya. Mereka ini ibarat pemungut kayu api di waktu malam.
Contohnya ialah Imam al-Baghawi dimana Imam Ibnu Taimiyyah telah berkata
berkenaan tafsirnya :
Sesungguhnya tafsir al-Baghawi adalah ringkasan daripada tafsir al-thalabi, Cuma
beliau (al-Baghawi) telah memeliharanya daripada hadith-hadith maudhu dan
pendapat-pendapat yang direka.
Ibnu Taimiyyah berkata tentang al-Thalabi pula :
Sesungguhnya dia adalah pemungut api di waktu malam. Dia akan menukilkan apa
sahaja yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir samada sahih, dhaif, atau maudhu.
3) Ada diantara mereka yang membawa berita-berita al-Israiliyyat dan menilai
sesetengahnya dengan menyifatkannya dhaif atau ditolak. Contohnya ialah Imam
Ibnu Kathir.
4) Ada diantara mereka yang bersungguh-sungguh menolak berita-berita al-Israiliyyat
dan tidak membawanya sebagai tafsir al-Quran langsung. Contohnya Syeikh
Muhammad Rasyid Redha.
6.0 PENUTUP
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
20/21
20
Kesimpulannya, jelaslah bahawa dalil-dalil daripada Syariat Umat Terdahulu dan
Israiliyyat ini merupakan dalil-dalil yang tidak boleh dijadikan hujah dalam
perundangan Islam. Bahkan, ianya ditolak oleh Al-Quran dan As-Sunnah kerana umat
Islam sama sekali tidak diperintahkan atau disyariatkan beramal dengan dalil-dalil ini
kecuali dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan kisah-kisah nabi serta umat
terdahulu selagi mana ianya tidak bercanggah dan masih belum dinasakhkan oleh Al-
Quran mahupun As-Sunnah. Oleh sebab itu, Syariat Umat Terdahulu (merangkumi
Israiliyyat ini) tidak termasuk dalam sumber perundangan Islam (Kaedah mengistibat
atau mengeluarkan hukum).
RUJUKAN
Al-Quran al-Karim.
-
8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam
21/21
21
Abdul Karim Zaidan. 1994.AlWajiz Fi Usul AlFiqh. Beirut: Muassasah al-Risalah.
Cet. 14.
Dr. Wahbah Az Zuhaily. 1986. Usul al Fiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr.
Cet.1.
Badran Abu Al-Aynayn Badran.t.t. Usul al-Fiqh Islami. Iskandariah: Muassasah Syabab
al-Jamiah.
Hamad Ubaid al-Kabisy. 1975. Usul al-Ahkam Wa Turuq al-Istinbat Fi Al-Tasyriq Al-
Islami. Baghdad: Dar al-Hurriyyah. Cet 1.
Dr. Wahbah Az Zuhaily. 2007. Al-Wajiz Fi Usul al Fiqh. Damsyiq: Dar al-Fikr.
Cet.12.
Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqar. 2008. Al-Waadhih Fi Usul Al-Fiqh Lil
Mubtadiin. Kaherah: Dar As-Salam. Cet 5.
Haitham Hilal. 2003.Mu3jam Mustholah Al-Usul. Beirut: Dar al-Jiil. Cet 1.
Syeikh Muhammad Bin Soleh Al-Uthaimin. 2007. Syarhu Usul Fi at-Tafsir. Mansurah-
Mesir: Dar al-Ghad al-Jadid. Cet 1.
Imam Az-Zabidi (Kitab Asal) - Zaki Al-Din Abdul Azim Al-Mundziri (Penterjemah).
2008.Ringkasan Sahih Al-Bukhari (Terjemahan). Mizan Pustaka Bandung Indonesia.
Rosmawati Ali. 2001. Perbahasan Usul Al-Ahkam. Pustaka Salam Sdn.Bhd. Edisi
Pertama.
Fadhlan Bin Mohd. Othman. 2005. Pengenalan Ringkas kepada Ilmu Usul At-Tafsir.
Perniagaan Jahabersa, Johor. Cet 1.