falsafah perundangan islam

Upload: wanmohdalfaizee

Post on 05-Apr-2018

266 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    1/21

    1

    SYARIAT UMAT TERDAHULU ()

    1.0PENGERTIANApa yang dimaksudkan dengan syariat umat terdahulu atau orang sebelum kita ialah

    syariat yang telah ditetapkan dan diturunkan oleh Allah terhadap umat sebelum nabiMuhammad s.a.w, seperti : Nabi Ibrahim, Musa dan Isa. Antara lain, ia bermaksud

    segala ajaran yang diturunkan oleh Allah kepada para rasul sebelum umat Islam yang

    dinyatakan mengenainya dalam syariat Islam.1

    2.0 JENIS SYARIAT UMAT TERDAHULU

    2.1 PENDAHULUAN

    Pada dasarnya semua syariat Allah atau agama samawi membawa prinsip yang sama

    dan satu. Selaras dengan firman Allah2

    :

    Maksudnya : Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah

    diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa

    yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah

    agama [1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi

    orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik

    kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada

    (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

    [1340] Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., beriman

    kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala

    perintah dan larangan-Nya.

    Keadaan lain, sememangnya terdapat perbezaan cara ibadat antara syariat samawi

    dengan syariat samawi umat lain. Begitu juga masalah juz'iyyah, seperti : Peraturan

    1 Abdul Karim Zaidan. 1994.AlWajiz Fi Usul AlFiqh. Beirut: Muassasah al-Risalah. Cet.14. hlm. 263.2 al-Quran, As-Syura 42 : 13.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    2/21

    2

    zakat dan lainnya. Namun begitu, matlamat dan tauhidnya tetap sama, iaitu

    mengabdikan diri kepada Allah semata-mata.

    2.2 JENIS HUKUM UMAT TERDAHULU

    Berkaitan hukum syariat umat terdahulu serta pendirian syariat Islam mengenainyadapat dikembalikan kepada 3 jenis, iaitu1 :

    a) () Iaitu hukum yang disebutkan dalam Al-Qur'an atau dijelaskan oleh Rasulullah s.a.w

    melalui as-Sunnah serta terdapat dalil dalam syariat Islam yang mana ia dinasakhkan

    terhadap umat Islam atau ia hanya khusus untuk umat terdahulu. Justeru itu, hukum

    bentuk itu disepakati tentang ia tidak diamalkan. Contohnya : Pengharaman makan

    binatang berkuku, unta, itik dan kambing.

    Pertama : Sebagaimana firman Allah2

    :

    Maksudnya : Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang

    yang berkuku[517] dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak

    dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang

    di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami

    hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan Sesungguhnya Kami adalah

    Maha benar.

    [517] Yang dimaksud dengan binatang berkuku di sini ialah binatang-binatang yang

    jari-jarinya tidak terpisah antara satu dengan yang lain, seperti: unta, itik, angsa dan

    lain-lain. sebahagian ahli tafsir mengartikan dengan hewan yang berkuku satu

    seperti kuda, keledai dan lain-lain.

    1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm842.2 al-Quran, Al-Anam 06 : 146.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    3/21

    3

    Di mana hukum tersebut telah dinasakhkan daripada syariat terdahulu dengan firman

    Allah1:

    Maksudnya : Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan

    kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali

    kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena

    Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain

    Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak

    menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu

    Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

    Rumusannya, ayat tersebut menjelaskan tentang pengharaman sesuatu terhadap umat

    terdahulu dan ia tidak diharamkan terhadap umat Islam bahkan dihalalkan.

    Kedua : Sebagaimana hadis riwayat Jabir Bin Abdullah Al-Ansari, sabda Baginda :

    Maksudnya : Dihalalkan untuk (umatku) harta rampasan perang dan ia tidak

    dihalalkan untuk sesiapa pun sebelumku.

    Hadis tersebut menjelaskan harta rampasan perang tidak dihalalkan bagi umat

    terdahulu, namun ia dihalalkan untuk umat Islam.

    Berkaitan dengan jenis pertama itu, ulama sepakat mengatakan bahawa hukum

    tersebut tidak disyariatkan terhadap umat Islam. Dimana ia dikhususkan terhadap

    umat terdahulu.

    1 al-Quran, Al-Anam 06 : 145.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    4/21

    4

    b) (

    )

    Hukum yang dibawa oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah serta terdapat dalil dalam syariat

    Islam bahawa ia diwajibkan terhadap umat Islam sebagaimana diwajibkan terhadap

    umat sebelumnya. Iaitu hukum yang diakui oleh syariat Islam. Antara contohnya

    ialah1

    :

    Pertama : Berpuasa Ramadhan. Dimana ia diwajibkan terhadap umat terdahulu dan

    terhadap umat Islam sebagaimana nas Al-Qur'an2

    :

    Maksudnya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

    sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

    Kedua : Korban. Hal itu berpandukan kepada hadis yang menyatakan ia disyariatkan

    dalam Islam sebagaimana syariat nabi Ibrahim. Sebagaimana riwayat Zayd Bin

    Arqam, sabda Baginda3 :

    . : )(

    Maksudnya : Sahabat bertanya : Wahai Rasulullah s.a.w : Apa hal dengan korban

    ini? Jawab Rasulullah : Ini adalah sunnah bapa kamu Ibrahim.

    Berkorban itu merupakan sunnah nabi Ibrahim. Selaras dengan firman Allah4 :

    Maksudnya : Dan kami telah tebuskan anaknya itu dengan seekor binatang

    sembelihan yang besar.

    Sebagaimana hadis lain riwayat Ummu Bilal5

    :

    Maksudnya : Berkorbanlah kamu dengan biri-biri yang berusia dua tahun kerana ia

    adalah harus.

    1 Abdul Karim Zaidan. 1994.AlWajiz Fi Usul AlFiqh. Beirut: Muassasah al-Risalah. Cet.14. hlm. 263.2 al-Quran, Al-Baqarah 02 : 183.3 Sunan Ibnu Majah , KitabAl-Adahiy , Bab Thawab Al-Adhiyah , Bil 3118.4 Al-Quran, As-Shoffat 37 : 107.5 Sunan Ibnu Majah , KitabAl-Adahiy , Bab Thawab Al-Adhiyah , Bil 3130.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    5/21

    5

    Tentang jenis yang kedua itu juga sepakat dikalangan ulama ia juga disyariatkan

    terhadap umat Islam, menjadi hujah serta sumber perundangan sebagaimana nas

    syarak lain. Dimana ia diiktibarkan dalam syariat Islam dengan wajib diikuti dan

    beramal dengan kewajipannya serta disepakati menjadi hujah ) ( .

    c) (

    (

    Iaitu hukum yang tidak terdapat atau tidak dinyatakan mengenai pensyariatannya di

    dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jenis yang ketiga itu juga merupakan sepakat di

    kalangan ulama bahawa ia tidak menjadi syariat atau tidak disyariatkan terhadap umat

    Islam.1

    d) )

    (

    Hukum yang dibawa atau disebutkan oleh nas Al-Qur'an atau As-Sunnah dan tidak

    ada dalil menjelaskan nas tersebut terhadap pengekalan pensyariatan hukumnya atau

    tidak terhadap umat Islam. Contohnya ialah :

    Pertama : Sebagaimana firman Allah berkaitan Qisas dalam agama Yahudi2

    :

    Maksudnya : Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)

    bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung,

    telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya.

    Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi)

    penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang

    diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.

    Kedua : Sebagaimana firman Allah yang lain3 :

    1 Abdul Karim Zaidan. 1994.AlWajiz Fi Usul AlFiqh. Beirut: Muassasah al-Risalah. Cet.14. hlm. 264.2 Al-Quran, Al-Maidah 05 : 45.3 Al-Quran, Al-Maidah 05 : 32.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    6/21

    6

    Maksudnya : Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:

    Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh)

    orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-

    akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya[412]. dan Barangsiapa yang

    memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memeliharakehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka

    Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian

    banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam

    berbuat kerusakan dimuka bumi.

    [411] Yakni: membunuh orang bukan karena qishaash.

    [412] Hukum ini bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia

    seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu adalah sebagai

    membunuh manusia seluruhnya, karena orang seorang itu adalah anggotamasyarakat dan karena membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya.

    [413] Ialah: sesudah kedatangan Rasul membawa keterangan yang nyata.

    Pengkhabaran mengenainya adalah berkaitan hukum yang disyariatkan untuk Bani

    Israel dalam kitab Taurat.

    Ketiga : Firman Allah berkaitan pembahagian air diantara nabi Soleh dengan

    kaumnya1 :

    Maksudnya : Dan beritakanlah kepada mereka bahwa Sesungguhnya air itu terbagi

    antara mereka (dengan unta betina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang

    punya giliran)[1436]

    1 Al-Quran, Al-Qamar 54 : 28.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    7/21

    7

    [1436] Unta betina ini sebagai mukjizat Nabi saleh a.s.

    Sebenarnya jenis yang keempat itulah yang menjadi perselisihan ulama ) ( tentang kehujahannya.

    3.0 KEHUJAHAN SYARIAT UMAT TERDAHULU ()

    Sebagaimana maklum, telah sepakat dikalangan ulama bahawa skop akidah tidak ada

    nasakh untuk semua syariat, seperti : Beriman. Ruang yang diperselisihkan ialah

    selain akidah, khasnya hukum jenis keempat diatas. Iaitu yang dibawa nas Al-Qur'an

    atau As-Sunnah berkaitan syariat umat terdahulu yang tiada dalil menjelaskannya

    samaada dikekalkan atau sebaliknya terhadap umat Islam. Perselisihan ulama

    mengenainya, iaitu :

    3.1 ULAMA MENERIMA SEBAGAI HUJAH

    Sememangnya terdapat syariat umat terdahulu yang terus dikekalkan, seperti : Qisas.Hukumnya tercatat dalam kitab Taurat dan masih tetap berlaku dalam syariat

    Muhammad s.a.w. Konteks tersebut, syariat sebelum Islam menjadi syariat untuk

    umat Islam selagi tidak bercanggah dengan syariat Islam dan Al-Qur'an serta As-

    Sunnah tidak membatalkannya. Jumhur ulama mazhab Hanafi, Maliki, sebahagian

    ulama Syafie, Hanbali dan ulama Usul Mutakallimin berpendapat bahawa ia menjadi

    syariat untuk umat Islam yang melazimkan mereka mengikuti dan beramal

    dengannya.1

    3.2 DALIL ULAMA MENERIMA

    Justeru itu ulama yang menerima kehujahannya dengan membawa alasan, antaranya

    ialah :

    3.2.1 Ia merupakan syariat yang diturunkan oleh Allah serta tiada dalil yang

    menasakhkannya bahkan terdapat nas menegaskan agar mengikuti nabi-nabi

    terdahulu. Antaranya ialah :

    a) Sebagaimana firman Allah2 :

    1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm843.2 Al-Quran, Al-Anaam 06 : 90.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    8/21

    8

    Maksudnya : Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah,

    Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu

    dalam menyampaikan (Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan

    untuk seluruh ummat.

    b) Sebagaimana firman Allah1 :

    Maksudnya : Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah

    agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah Dia Termasuk orang-orang

    yang mempersekutukan tuhan.

    Kedua-dua ayat tersebut antara dalil yang jelas bagi golongan tersebut. Dimana

    ayat pertama menyuruh supaya mengikuti petunjuk)( berkaitan iman juga

    merangkumi seluruh syariat. Manakala ayat kedua pula menyuruh mengikuti

    agama atau millah nabi Ibrahim ) ( . Kaedah asal setiap suruhan adalahwajib ) ( .

    c) Sebagaimana firman Allah yang lain2

    :

    Maksudnya : Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah

    diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu danapa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu:

    Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.

    Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.

    1 Al-Quran, An-Nahl 16 : 123.2 Al-Quran, As-Syura 42 : 13.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    9/21

    9

    Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi

    petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

    [1340] Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., beriman

    kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati

    segala perintah dan larangan-Nya.

    Ayat tersebut menunjukkan wajib mengikuti syariat nabi Nuh, kerana perkataan

    Ad-Din)( berkaitan apa yang dianuti tentang iman dan syariat.

    3.2.2 Berdasarkan dalil firman Allah1 :

    Maksudnya : Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)

    bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan

    hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada

    kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak

    itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara

    menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang

    zalim.

    Ulama yang menerima kehujahan mengesahkan ayat tersebut merupakan

    sebahagian daripada syariat Islam. Antara lain, hujah mereka ialah dalam Fiqh

    terdapat bidang khusus membahaskan berkaitan Qisas tentang jiwa, anggota juga

    luka. Untuk itu, ia membuktikan hukum tersebut sabit dan disyariatkan terhadap

    1 Al-Quran, Al-Maidah 05 : 45.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    10/21

    10

    umat Islam tanpa ragu-ragu lagi sebagaimana yang disahkan oleh Ibnu Qudamah

    dan Ibnu Kathir.1

    3.2.3 Mereka berhujah dengan berdasarkan dalil wajib ganti atau qada' sembahyang

    (( . Sebagaimana hadis daripada Anas Bin Malik, Baginda

    bersabda2

    :

    Maksudnya : Sesiapa yang tertidur atau lupa mendirikan sembahyang, hendaklah

    ia bersembahyang apabila mengingatinya.

    Selepas itu, Baginda membaca firman Allah3

    :

    Maksudnya : Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)

    selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.

    Ayat tersebut khitabnya kepada nabi Musa. Justeru itu, kiranya tidak disuruh

    supaya mengikuti syariat umat terdahulu, sudah tentu tidak ada faedahnya

    membaca ayat tersebut ketika itu. Antara lain juga, Baginda pernah merujuk kitab

    Taurat ketika merejam Yahudi berzina.

    3.2.4 Imam Abu Hanifah berpendapat : Orang Islam dibunuh balas jika ia membunuh

    kafirzimmi dengan bersandarkan dalil umum firman Allah4

    :

    1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm844.2 Sohih Muslim , Kitab : al-Masajid wa Mawadi' As-Solah , Bab : Qada' As-Solah Al-Fa'itah , Bil1103.3 Al-Quran, Taha 20 : 14.4Al-Quran, Al-Maidah 05 : 45.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    11/21

    11

    Maksudnya : Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)

    bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan

    hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada

    kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak

    itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara

    menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang

    zalim.

    Dimana menurut pendapat Abu Hanifah : Ganti nama, dalamnya )( ayattersebut dirujuk kepada kitab Taurat.

    3.2.5 Seterusnya ulama mazhab Maliki, Hanbali dan As-Syafie menetapkan hukum

    harus al-Ji'alah )( iaitu upah mengupah atau pemberian. Hal itu berdasarkanfirman Allah

    1:

    Maksudnya : Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan

    siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat)

    beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".2

    Ayat tersebut khitabnya serta berlakunya berkaitan dengan umat zaman nabi

    Yusuf. Namun ia diamalkan dalam syariat Islam.

    Oleh itu, ulama yang berpendapat syariat sebelum umat Islam dapat dijadikansyariat terhadap umat Islam dengan syarat syariat Islam tidak menasakhkannya

    syariat sebelumnya. Kerana syariat Islam hanya menasakhkan apa-apa yang tidak

    selaras dan tidak sesuai lagi dengan masa serta keadaan juga tempat daripada

    syariat umat terdahulu. Sedangkan yang tidak bercanggah terus dikekalkan.

    3.3 ULAMA MENOLAK SEBAGAI HUJAH

    Mereka yang berpendapat demikian ialah mazhab Asya'irah, Muktazilah, Syiah,

    segolongan ulama As-Syafie, Imam Ahmad, al-Ghazzali, Al-Amidi, Fakhruddin Ar-

    Razi, Ibnu Hazam juga mazhab Az-Zahiri. Yang mana syariat umat terdahulu tidak

    1 Badran Abu Al-Aynayn Badran.t.t. Usul al-Fiqh Islami. Iskandariah: Muassasah Syabab al-Jamiah. hlm 234-237.2 Al-Quran, Yusuf 12 : 72.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    12/21

    12

    menjadi hujah, tidak menjadi syariat kepada umat Islam dan tidak wajib terhadap

    kaum muslimin mengikutinya, kecualilah terdapat pengesahan syariat Islam.1

    3.4 DALIL ULAMA MENOLAK ()

    Ulama tersebut menolak dalil atau hujah ulama yang menerima dengan alasan merekaiaitu :

    a) Berkaitan Surah al-An'am ayat 90 yang dijadikan dasar hujah mereka yangmenerima kehujahan syariat umat terdahulu, yang mana sebenarnya ayat tersebut

    bukan menunjukkan maksud syariat atau hukum, namun ia menunjukkan

    mengikuti atau membawa maksud pertunjuk yang ada padanya, iaitu Tauhid.

    b) Tentang nas Al-Qur'an berikutnya yang dijadikan hujah golongan menerimakehujahan juga, iaitu Surah As-Syuura ayat 13, sebenarnya apa yang

    dimaksudkan dengan Ad-Din)( itu adalah ajaran Tauhid juga, bukan syariat.

    2

    c) Berdasarkan firman Allah3 :

    Maksudnya : Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa

    kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan

    sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka

    putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu

    1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm843.2 Hamad Ubaid al-Kabisy. 1975. Usul al-Ahkam Wa Turuq al-Istinbat Fi Al-Tasyriq Al-Islami.Baghdad: Dar al-Hurriyyah. Cet 1. hlm 160162.3 Al-Quran, Al-Ma'idah 05 : 48.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    13/21

    13

    mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang

    kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan

    yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat

    (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka

    berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu

    semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

    [421] Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-

    ayat yang diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya.

    [422] Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.

    Dalil ayat tersebut membuktikan Allah menjadikan bagi setiap umat itu syariat

    tersendiri. Justeru itu diantara mereka tidak dituntut mengikuti syariat umat lain.1

    d) Syariat nabi Muhammad s.a.w atau Islam menjadi saksi atas tetap berlakunya atautidaknya syariat-syariat umat terdahulu. Sebagaimana firman Allah2 :

    Maksudnya : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat

    yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan

    agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak

    menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami

    mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.

    dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang

    yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

    1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm846.2 Al-Quran, Al-Baqarah 02 : 143.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    14/21

    14

    [95] Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi

    saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun

    di akhirat.

    e) Dijelaskan bahawa nabi sebelum Muhammad s.a.w diutuskan khusus untuk kaumdan umat mereka, sedangkan nabi Muhammad s.a.w diutuskan untuk seluruhnya.Sebagaimana sabda Baginda, bermaksud : Setiap nabi diutus khusus untuk

    kaumnya, sedangkan daku diutuskan untuk seluruh umat manusia.

    Hal itu antara lain kerana asal dalam syariat umat terdahulu bersifat khusus,

    sebaliknya syariat Islam adalah umum dan menasakhkan syariat terdahulu.

    f) Baginda Rasulullah s.a.w ketika mana mengutuskan Mu'az Bin Jabal ke Yamansebagai qadi, Baginda telah menemuduga beliau berkenaan dasar atau dalil

    hukum yang akan digunakan. Mu'az menjawab : Beliau akan menggunakan Al-

    Qur'an, As-Sunnah dan ijtihad beliau. Justeru itu, Baginda mengakuinya tanpamemberi petunjuk agar mengambil syariat umat terdahulu. Sekiranya itu

    diperlukan dan dituntut, sudah tentu Baginda menyebutkannya kepada Mu'az.1

    4.0 BERPEGANG DENGAN KITAB TERDAHULU

    Berkaitan perkara tersebut, jumhur ulama sepakat mengatakan bahawa hukum

    berpegang dengan kitab sebelum Islam, seperti : Taurat, Zabur dan Injil tidak

    diharuskan sama sekali. Di antara hujah dan alasannya ialah :

    a) Kerana mereka telah melakukan penyelewengan dan pengubahan terhadap kitab-kitab tersebut. Selaras dengan firman Allah

    2:

    1 Dr. Wahbah AzZuhaily. 1986. Usul alFiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr. Cet.1. hlm846.

    2 Al-Quran, An-Nisa' 04 : 46.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    15/21

    15

    Maksudnya : Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah Perkataan dari tempat-

    tempatnya[302]. mereka berkata : "Kami mendengar", tetapi Kami tidak mau

    menurutinya[303]. dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamusebenarnya tidak mendengar apa-apa[304]. dan (mereka mengatakan) :

    "Raa'ina"[305], dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya

    mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan

    perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi

    Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali

    iman yang sangat tipis.

    [302] Maksudnya: mengubah arti kata-kata, tempat atau menambah dan

    mengurangi.

    [303] Maksudnya mereka mengatakan : Kami mendengar, sedang hati mereka

    mengatakan: Kami tidak mau menuruti.

    [304] Maksudnya mereka mengatakan: dengarlah, tetapi hati mereka mengatakan:

    Mudah-mudahan kamu tidak dapat mendengarkan (tuli).

    [305] Raa 'ina berarti: sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. di kala Para

    sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata

    ini dengan digumam seakan-akan menyebut Raa'ina Padahal yang mereka katakan

    ialah Ru'uunah yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada

    Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar

    Perkataan Raa'ina dengan Unzhurna yang juga sama artinya dengan Raa'ina.

    Apa yang dimaksudkan dengan pengubahan itu ialah termasuk menambah dan

    mengurangkannya atau memindahkannya daripada tempat asal.

    b) Sebagaimana firman Allah yang lain1 :

    1 Al-Quran, Al-Ma'idah 05 : 14.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    16/21

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    17/21

    17

    anak yang akan dilahirkan nanti menjadi juling.1

    Kemudian turun ayat (al-

    Baqarah 2 : 223)

    Maksudnya : Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam,

    Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu

    kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah

    kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah

    kabar gembira orang-orang yang beriman.

    3) Berita yang tidak diiktiraf dan tidak pula ditolak oleh Islam. Hukumnya adalah

    ditangguhkan berdasarkan kepada hadith daripada Abu Hurairah :

    :(( :

    ))2

    Maksudnya : Dahulu Ahli Kiab membaca at-Taurat dalam bahasa Ibraniyyah danmentafsirkannya dalam bahasa Arab untuk orang Islam. Lalu Rasulullah s.a.w

    bersabda: 46. Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan

    cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka[1154],

    dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada

    Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan

    Kami hanya kepada-Nya berserah diri". (al-Ankabut 29 : 46)

    1 Hadith riwayat al-Bukhari : Kitab Tafsir, Bab (Isteri-Isteri kamu adalah ladang kamu, maka

    datangilah ladang kamu sebagaimana yang kamu sukai), No 4528, dan Muslim : Kitab

    Perkahwinan, Bab kebenaran untuk beretubuh dengan Isteri di farajnya dari arah hadapan

    ataupun belakang dengan menghindari lubang dubur, No. 1435.

    Catatan : Yang dimaksudkan sebagai bohong da batil adalah dakwaan orang Yahudi bahawa jika

    seseorang itu menyetubuhi isterinya dengan cara-cara tertentu ia akan mengakibatkan kecacatan

    sekian-sekian. Adapun bersetubuh melalui dubur isteri, maka ia memang dilarang dalam Islam

    berdasarkan dalil As-Sunnah dan Ijma.2Hadith riwayat Al-Bukhari : Kitab Tafsir, Bab (Katakanlah Kami beriman dengan Allah dan

    dengan apa yang diturunkan kepada kami..), No. 4485.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    18/21

    18

    [1154] Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim Ialah: orang-orang yang

    setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan

    dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap

    menyatakan permusuhan.

    Akan tetapi, membincangkan berita jenis ini tidak mengapa jika tidak ditakutimembawa keburukan berdasarkan sabda Baginda s.a.w :

    .

    1

    Maksudnya : Sampaikanlah daripadaku satu ayat, ceritalah daripada Ahli Kitab

    tanpa keberatan. Sesiapa yang menipu ke atasku secara sengaja, hendaklah dia

    sediakan tempat duduknya di dalam neraka.

    Kebanyakan berita-berita yang diriwayatkan daripada mereka tidak mempunyai

    faedah dalam agama. Contohnya ialah warna anjing Ashab al-Kahfi dan sebagainya.

    Berkenaan dengan pertanyaan kepada Ahli Kitab tentang urusan agama, hukumnya

    adalah haram berdasarkan hadith daripada Jabir Bin Abdullah, bahawa diriwayatkan

    Rasulullah s.a.w bersabda :

    .2

    Maksudnya : Jangan tanya Ahli Kitab berkenaan sesuatupun. Sesungguhnya mereka

    tidak dapat memberi hidayah kepada kamu dan mereka telah sesat. Justeru,

    kemungkinannya ialah kamu membenarkan yang batil atau mendustakan yang benar

    (akibat daripada bertanya kepada Ahli Kitab). Sesungguhnya jika Musa hidup

    diantara kamu, tidak halal baginya kecuali mengikut aku.

    Abdullah Bin Abbas berkata :

    :

    . 3

    1Hadith riwayat Al-Bukhari : Kitab Hadith-hadith tentang para nabi, Bab Tentang Bani Israel,

    No. 3461.2 Hadith riwayat Ahmad, No 14631. (Bagi edisi 6 jilid, rujuk jilid 3, hlm. 338. Sanadnya dinilai

    dhaif oleh Syeikh Syuaib Al-Arnauth.3 Hadith riwayat Al-Bukhari : Kitab Kesaksian, Bab Tidak perlu diminta orang musyrik sebarang

    kesaksian atau lain-lain, No. 2685 dan 6929.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    19/21

    19

    Maksudnya : Wahai golongan yang beriman, bagaimanakah boleh kamu bertanya

    Ahli Kitab tentang sesuatu sedangkan kitab kamu Allah turunkan ke atas nabinya

    adalah berita-berita terkini tentang Allah yang segar dan belum tua.

    Allah telah memberitahu kamu semua bahawa Ahli Kitab telah menukar kitab Allah

    dan menulisnya dengan tangan-tangan mereka dan mengatakan ianya adalahdaripada Allah untuk mendapat ganjaran wang yang sedikit.

    Tidakkah pengetahuan kamu tentang mereka cukup untuk menegah kamu ? Dan demi

    Allah, tidak pernah pula ada diantara mereka yang bertanya kamu tentang apa yang

    diturunkan kepada mereka.

    5.1 PENDIRIAN ULAMA DALAM AL-ISRAILIYYAT

    Berkenaan dengan berita al-Israiliyyat, para ulamak khususnya para mufassirin

    terbahagi kepada empat pandangan :

    1) Ada diantara mereka yang membawa berita al-Israiliyyat bersama sanad-sanadnya.

    Mereka berpendapat dengan membawa sanad-sanadnya mereka terlepas daripada

    tanggungjawab. Contohnya Ibnu Jarir at-Tabari.

    2) Ada di antara mereka yang banyak membawa berita al-Israiliyyat, kebanyakannya

    tanpa sand-sanadnya. Mereka ini ibarat pemungut kayu api di waktu malam.

    Contohnya ialah Imam al-Baghawi dimana Imam Ibnu Taimiyyah telah berkata

    berkenaan tafsirnya :

    Sesungguhnya tafsir al-Baghawi adalah ringkasan daripada tafsir al-thalabi, Cuma

    beliau (al-Baghawi) telah memeliharanya daripada hadith-hadith maudhu dan

    pendapat-pendapat yang direka.

    Ibnu Taimiyyah berkata tentang al-Thalabi pula :

    Sesungguhnya dia adalah pemungut api di waktu malam. Dia akan menukilkan apa

    sahaja yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir samada sahih, dhaif, atau maudhu.

    3) Ada diantara mereka yang membawa berita-berita al-Israiliyyat dan menilai

    sesetengahnya dengan menyifatkannya dhaif atau ditolak. Contohnya ialah Imam

    Ibnu Kathir.

    4) Ada diantara mereka yang bersungguh-sungguh menolak berita-berita al-Israiliyyat

    dan tidak membawanya sebagai tafsir al-Quran langsung. Contohnya Syeikh

    Muhammad Rasyid Redha.

    6.0 PENUTUP

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    20/21

    20

    Kesimpulannya, jelaslah bahawa dalil-dalil daripada Syariat Umat Terdahulu dan

    Israiliyyat ini merupakan dalil-dalil yang tidak boleh dijadikan hujah dalam

    perundangan Islam. Bahkan, ianya ditolak oleh Al-Quran dan As-Sunnah kerana umat

    Islam sama sekali tidak diperintahkan atau disyariatkan beramal dengan dalil-dalil ini

    kecuali dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan kisah-kisah nabi serta umat

    terdahulu selagi mana ianya tidak bercanggah dan masih belum dinasakhkan oleh Al-

    Quran mahupun As-Sunnah. Oleh sebab itu, Syariat Umat Terdahulu (merangkumi

    Israiliyyat ini) tidak termasuk dalam sumber perundangan Islam (Kaedah mengistibat

    atau mengeluarkan hukum).

    RUJUKAN

    Al-Quran al-Karim.

  • 8/2/2019 Falsafah Perundangan Islam

    21/21

    21

    Abdul Karim Zaidan. 1994.AlWajiz Fi Usul AlFiqh. Beirut: Muassasah al-Risalah.

    Cet. 14.

    Dr. Wahbah Az Zuhaily. 1986. Usul al Fiqh Islami. Juz 2. Damsyiq: Dar al-Fikr.

    Cet.1.

    Badran Abu Al-Aynayn Badran.t.t. Usul al-Fiqh Islami. Iskandariah: Muassasah Syabab

    al-Jamiah.

    Hamad Ubaid al-Kabisy. 1975. Usul al-Ahkam Wa Turuq al-Istinbat Fi Al-Tasyriq Al-

    Islami. Baghdad: Dar al-Hurriyyah. Cet 1.

    Dr. Wahbah Az Zuhaily. 2007. Al-Wajiz Fi Usul al Fiqh. Damsyiq: Dar al-Fikr.

    Cet.12.

    Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqar. 2008. Al-Waadhih Fi Usul Al-Fiqh Lil

    Mubtadiin. Kaherah: Dar As-Salam. Cet 5.

    Haitham Hilal. 2003.Mu3jam Mustholah Al-Usul. Beirut: Dar al-Jiil. Cet 1.

    Syeikh Muhammad Bin Soleh Al-Uthaimin. 2007. Syarhu Usul Fi at-Tafsir. Mansurah-

    Mesir: Dar al-Ghad al-Jadid. Cet 1.

    Imam Az-Zabidi (Kitab Asal) - Zaki Al-Din Abdul Azim Al-Mundziri (Penterjemah).

    2008.Ringkasan Sahih Al-Bukhari (Terjemahan). Mizan Pustaka Bandung Indonesia.

    Rosmawati Ali. 2001. Perbahasan Usul Al-Ahkam. Pustaka Salam Sdn.Bhd. Edisi

    Pertama.

    Fadhlan Bin Mohd. Othman. 2005. Pengenalan Ringkas kepada Ilmu Usul At-Tafsir.

    Perniagaan Jahabersa, Johor. Cet 1.