fakultas psikologi universitas negeri syarif...

96
HUBUNGAN ORIE.NTASI RELIGIUS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING (KESEJAHTERAA.N PSU<OL.OGIS) SKRIP SI Diajukan Untuk Mernenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Olell: IMA MAULANI ARBA'AH NIM:102070025909 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M

Upload: vuongxuyen

Post on 25-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

HUBUNGAN ORIE.NTASI RELIGIUS DENGAN

PSYCHOLOGICAL WELL BEING

(KESEJAHTERAA.N PSU<OL.OGIS)

SKRIP SI

Diajukan Untuk Mernenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Olell:

IMA MAULANI ARBA'AH

NIM:102070025909

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLA~Jl NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1428 H / 2007 M

Page 2: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

HUBUNGAN ORIENTASI RELIGIUS DENGAN

PSYCHOLOGICAL WELL BEING

(KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

IMA MAULANI ARBA'AH

NIM: 102070025909

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

. bdul Mujib

NIP. 150283344

F AKUL T AS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS !SLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATUllAH

JAKARTA

1428 H / 2007 M

Page 3: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Hubungan Antara Orientasi Religius dengan

Psychological Well Being (Keseja/1teraan Psikologis) telah diujikan.

dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Jakarta, 26 Februari 2007

Sidang Munaqasyah

Anggota

NIP. 150267280

Pembimbing I

M.Si.

gkap Anggota

Pembimbing II

D. ul Mujib NIP. 150283344

M.Si.

Page 4: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

"'Wafiai jiwajiwa yang tenang.

Xem6all{afi lieyaaa 'Tufianmu cfengan

fiati yang yuas Cagi cfiriafiai-Nya.

Malia masuli{afi lie aaCam

jamaafi fiam6a-fiam6a-Xu.

'IJan masuli{afi lie aaCam surga-Xu"

(QS . .Jl{-:fajr: 27-30)

iv

~~Utt

~ ~

~~~

4B~~ SdJat~

Page 5: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

ABSTRAKSI

(C) Ima Maulani Arba'ah

(A) F akultas Psikologi (B) F ebruari 2007

(D) Hubungan A ntara 0 rientasi R eligius d engan Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologis)

(E) x + 80 halaman (F) Selama menjalani hidup, setiap individu memiliki pengalaman­

pengalaman, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, yang selanjutnya akan menyebabk.om kebahagiaan atau ketidakbahagiaan. Walaupun sumbarnya berbeda-beda, namun setiap individu berusaha mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Salah satu indikasi kunci dari perasaan bahagia adalah kesejahteraan psikis atau psychological well-being. Jiwa yang sejahtera menggambarkan seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi psikologisnya. Peneliti psychological well-being, Ryff (1995) menyatakan, seseorang yang jiwanya sejahtera apabila ia tidak sekadar bebas dari tekanan atau masalah mental yang lain. Lebih dari itu, ia juga memiliki penilaian positif terhadap dirinya dan mampu bertindak secara otonomi, serta tidak mudah nanyut oleh pengaruh lingkungan. Tentu saja orang tersebut memiliki hubungan yang positif dengan orang lain, menyadari bahwa hidupnya bermakna dan bertujuan. la merasakan dirinya tetap berkembang dnn bertumbuh, serta mampu menguasai ingkungannya. Salah satu aspek yang diasumsikan memberi nilai pada kesejahteraan psikis seseorang adalah agama atau religi. Cara pandang terhadap agama atau dalam tataran ilmu psikologi dikenal dengan istilah orientasi religius tidaklah sama pada setiap individu. Sebagian menganggap agama sebagai penggerak utama dalam segala aspek kehidupannya, sebagian lagi menggunakan agama hanya sebagai alat untuk memenuhi dorongan sosialnya, bahkan sebagian lainnya memilih untuk tidak melibatkan diri dengan agama. Masing­masing orientasi religius ini memberi nilai tersendiri terhadap kondisi psikologis individu, Karena itu, dapat diasumsikan bahwa orientasi religius seseorang memiliki dampak terhadap psychological well being.

Penelitian ini beriujuan untuk menemul<an hubungan yang signifikan antara orientasi religius dengan psyd1ological well being.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Penelitian dilaksanakan di Universitas Islam N egeri ( UIN) S yarif H idayatullah Jakarta d engan j umlah s ampel

v

Page 6: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

sebanyak 30 orang yang berstatus sebagai mahasiswa S 1, yang diambil dengan teknik incident· sampling (sampel kebetulan). lnstrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala model Likert. Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik yang meliputi korelasi Pearson untuk menguji validitas item, Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data, dan regresi linear sederhana untuk pengujian hipotesis penelitian.

Jumlah item valid untuk skala orientasi religius sebanyak 38 item. Reliabilitas skala orientasi religius adalah 0.9130. Sedangkan jumlah item valid untuk skala psychological well being sebanyak 54 item. Reliabilitas skala psychological well being adalah 0.9483. Berdasarkan analisis regresi linear sederhana, diperoleh hasil r hitung (0,690 ) > r tabel

(0,361 ). Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara orientasi religius dengan psychological well being

(G) Bahan Bacaan: 31 (1967 -2006)

vi

Page 7: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Orientasi Religius Dengan Psychological Well Being". Salawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnyc: hidup di bawah naungan Islam

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah dan Pembimbing Akademik, lbu Ora. Hj Netty Hartati, M. Si, yang telah banyak memberikan pengarahan dan perhatian kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

2. lbu Ora. Zahrotun Nihayah, M. Si, alas segala bimbingan, saran dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Abdul Mujib, yang senantiasa memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Pembimbing seminar skripsi, Bapak Ors. Abdul Rahman Saleh, M.Si, yang tidak pernah bosan untuk menyumbangkan pendapatnya, memberikan saran yang membangun, motivasi, sehingga penulis dapat mengatasi kendala dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para Dasen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmu kepada penulis.

6. Seluruh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini

7. Yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, Mamah, Bapak, dan suami tercinta yang tak pernah putus memberikan dorongan, doa, cinta dan kasih tak bersyaratnya kepada penulis.

8. Seluruh keluarga, a Imam & t Nunun, a Ahrul & t Mira, a Tsalis & t Neviy, d Nisa, Haifa, Hunafa, Elhamd, dan Najla, cinta dan dukungan kalian semua selalu mengobarkan semangat penulis.

9. Seluruh sahabat di Fakultas Psikolog angkatan 2002, alas persahabatan dan dukungan yang telah kalian berikan.

10. Sahabat terdekat (Nita, Liza, Dwi, Yanti, Ria, Yuyun, Kiki, Lika, Mamay, Babay), atas segala motivasi yang tiada henti dan waktu yang disediakan untuk berbagi di setiap kesempatan.

vii

Page 8: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

11. Mbah Hell (Rental Orion) yang selalu siap membantu mengedit skripsi ini.

Semoga Allah memberikan paha1a yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan.

Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait. Untuk kesempurnaan karya ini, penulis harapkan saran dan kritiknya.

Jakarta, 19 Februari 2007

Penulis

viii

Page 9: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISi

MOTTO.................................................................................................... iv

ABSTRAKSI .. . . . .. .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . .. .. . . . .. .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . v

KATA PENGANTAR................................................................................ vi

DAFT AR ISi . .. . .. .. .. .. .... .. .... .... .. .. .. .. .. . .. .. .... .... .. .. .. .. .. .... .. ...... .. .. ... .. .. .. .. .. .. .. vii

DAFT AR T ABEL...................................................................................... viii

DAFT AR GAMBAR .. ...... .. ....................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................. 1

1.2 ldentifikasi Masalah.............. .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . 10

1.3 Batasan Masalah Penelitian............................................ 11

1.4 Perumusan Masalah Penelitian....................................... 12

1.5 Tujuan Penelitian ............................................................ 12

1.6 Manfaat Penelitian........................................................... 12

1. 7 Sistematil<a Penulisan............ .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .... .. . 13

BAB 2 KAJIAN PUST AKA

2.1 Orientasi Religius ............................................................ 15

2.1.1. Pengertian Orientasi Religius ............................... 15

2.1.2. Dimensi Orientasi Religius.................................... 17

2.1.3. Aspek-aspel< Orientasi Religius............................ 21

ix

Page 10: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

2.2 Psychological Well Being ................................................ 23

2.2.1. Definisi Psychological Well Being......................... 23

2.2.2. Dimensi Psychological Well Being........................ 26

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well

Being.................................................................... 29

2.3 Hubungan Antara Orientasi Religius dengan Psychological

Well Being...................... ................................................ 30

2.4 Hipotesis ......................................................................... 33

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jen is Penelitian ................... .. .... .. .. .... ....... .. .. ........ .. .. ... .. .. 34

3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ..................... 34

3.1.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabel .......... 35

3.2 Pengambilan Sampel ...................................................... 38

3.2. 1. Populasi ............................................................... 38

3.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel............ 38

3.3 Teknik Pengumpulan Data.............................................. 39

3.3. 1. Metode dan lnstrumen Penelitian ......................... 39

3.3.2. Hasil Uji Caba lnstrumen Penelitian .................... 42

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisa Data............................. 45

3.5 Prosedur Penelitian ......................................................... 47

3.5.1. Tahap Persiapan ................................................. 47

3.5.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................ 48

x

Page 11: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Um um Respond en ........................... ............. 49

4.1.1. Gambaran Umum Berdasarkan Jenis Kelamin..... 49

4.1.2. Gambaran Umum Berdasarkan Usia.................... 50

4.1.3. Gambaran Umum Berdasarkan Fakultas ............. 50

4.1.4. Gambaran Umum Berdasarkan Semester........... 51

4.2 Uji Persyaratan................................................................ 52

4.2.1. Uji Normalitas ....................................................... 52

4.2.2. Uji Homogenitas ...... .. .... .. .. .. .. .. ...... ....................... 55

4.2.3. Uji Linearitas......................................................... 57

4.3 Hasil Uji Hipotesis ...................... ............................... ...... 58

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5.1 Kesimpulan ..................................... ................................ 63

5.2 Diskusi................................. ............................................ 63

5.3 Saran............................................................................... 67

DAFT AR PUST AKA

LAMPI RAN

xi

Page 12: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Tabel 3.4

Tabel 3.5

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

DAFT AR T ABEL Blue Print skala Orientasi Religius ....................................... .

Blue Print Skala Psycho/ogic3/ Well Being ......................... ..

Kategori Jawaban Skala Like rt ............................................ .

Blue Print Revisi Skala Orientasi Religius ............................ .

Blue Print Revisi Skala Psychological Well Being ................ .

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............. .

Distribusi Responden Berdasarkan Usia ............................. .

Distribusi Responden Berdasarkan Fakultas ....................... .

Distribusi Responden Berdasarkan Semester ..................... .

40

41

42

43

44

49

50

51

52

Tabel 4.5 Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov ...................................... 53

Tabel 4.6 Uji Homogenitas ................................................................... 56

Tabel 4.7 Nilai Uji Linearitas ................................................................. 57

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif ................................................................. 58

Tabel 4.9 Nilai koefisien korelasi. ......................................................... 59

Tabel 4.10 Nilai R Square (koefisien determinasi).................................. 59

Tabel 4.11 Nilai uji F ............................................................................... 60

Tabel 4.12 Persamaan regresi sederhana.............................................. 61

Tabel 4.13 Nilai Uji t................................................................................ 61

xii

Page 13: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 2 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 3 Hasil Uji Linearitas

Lampiran 4 Hasil Uji Homogenitas

Lampiran 5 Hasil Uji Analisis Regresi Sederhana

Lampiran 6 lnstrumen Penelitian

XIV

Page 14: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

lntegrasi antara agama dan psikologi dirnulai ketika munculnya bidang kajian

baru dalam ilmu psikologi yaitu psikologi agama. William James adalah

seorang tokoh yang dapat dianggap sebagai bapak psikologi agama.

Bukunya yang berjudul The Varieties of Religious Eksperience, merupakan

buku pertama yang membahas mengenai pengalaman beragama individu

secara mendalam dan komprehensif. James berpendapat bahwa agama

mempunyai peranan sentral dalam menentukan perilaku manusia. Menurut

James, dorongan beragama pada manusia sama menariknya dengan

dorongan-dorongan lainnya. (James, 1958, dalam Jalaluddin, 2005).

Lahirnya karya William James berhasil memicu semangat dari banyak ahli

psikologi untuk terus meneliti agama melalui pendekatan psikologi, sehingga

setelah itu lahirlah berbagai buku dan jurnal yang memuat berbagai hasil

penelitian mengenai psikologi agama. Penelitian yang banyak dilakukan

adalah mengenai efek agama pada kesehatan mental. Seperti hasil penelitian

Koenig pada tahun 1997 (dalam Jalaluddin, 2002) menemukan bahwa

sejumlah besar penduduk Amerika, yaitu sekitar 20-40% mengatakan bahwa

1

Page 15: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

agama merupakan salah satu faktor penling yang membantu mereka

mengatasi situasi hidup yang penuh stress.

2

Salah satu aspek yang dikaji oleh psikologi agama sebagai hasil dari

perkembangannya adalah masalah orientasi beragama atau religious

orientation. Allport adalah tokoh yang pertama-tama mengenalkan konsep ini,

melalui sebuah penelitian yang dilakukan bersama rekannya Ross mengenai

pengaruh orientasi religius terhadap prejudice. Hasil penelitian Allport

menarik kalangan ilmiah lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai bagaimana

pengaruh orientasi religius pada perilaku manusia.

Menurut Allport & Ross (1967), orientasi religius merupakan sistem cara

pandang individu mengenai kedudukan agama dalam hidupnya. Yakni

bagaimana agama berperan dalam kehidupan seseorang. Lebih lanjut, Allport

membagi orientasi religius ke dalam dua jenis, yaitu orientasi religius intrinsik

dan orientasi religius ekstrinsik. Seseorang dikatakan memiliki orientasi

religius intrinsik apabila ia menjadikan agama sebagi motif utama dan

penggerak kehidupannya, sehingga segala aspek yang ia lakukan didasarkan

pada agama yang ia anut. Sedangkan seseorang dikatakan memiliki

orientasi religius ekstrinsik apabila ia memperlakukan agama bukan sebagai

motif utama, melainkan sebagai sarana L'ntuk memenuhi kebutuhan lain,

misalnya status sosial, keamanan, dan kenyamanan.

Page 16: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

3

Untuk mengukur orientasi religius seseorang, Allport memelopori pembuatan

skala orientasi religius. Skc.la ini dirancang untuk melakukan assesmen

dengan mengukur orientasi religius. Skala ini menghasilkan suatu ukuran

kontinum dari orang yang berorientasi re1igius ekstrinsik hingga yang intrinsik

(Allport, 1956; Allport & Ross, 1967, dalam Wulf, 1997). Namun, dalam

perkembangan selanjutnya, ukuran yang dikembangkan oleh Allport tersebut

menghasilkan dua tipe orientasi religius lain yaitu tipe non religius dan tipe

indiscriminately pro-religius. Seseorang dikatakan memiliki tipe orientasi non

religius, apabila skor yang ia peroleh dari skala orientasi religius Allport

rendah pada kedua dimensi baik dimensi intrinsik maupun dimensi elstrinsik.

Sedangkan tipe indiscriminately pro-religws ditunjukkan bagi orang yang

memiliki skor tinggi pada kedua dimensi, yaitu dimensi intrinsik dan ekstrinsik

(Herek, 1987).

Berdasarkan temuan di alas, dapat dikatakan bahwa seseorang tidak hanya

dapat memiliki orientasi religius yang tinggi pada dimensi intrinsik dan

ekstrinsik saja. Seseorang dapat memiliki orientasi religius yang rendah pada

dimensi intrinsik dan ekstrinsik, dan dapat pula tinggi pada kedua dimensi itu.

Seseorang dapat berusaha mengamalkan agamanya dengan sungguh­

sungguh, namun tanpa disadarinya pada saat yang sama ia dapat

memanfaatkan agama untuk keuntungannya. Hal ini dapat menyebabkan

Page 17: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

seseorang memiliki orientasi religius yang tinggi pada dimensi intrinsik dan

ekstrinsik.

Selain itu, seseorang dapat pula menganggap nilai-nilai luhur agamanya

bukanlah suatu yang sangat penting, hanya ritual dan ia pun tidak berusaha

menggunakan agama untuk keuntungannya. Bisa saja ia merasa bahwa

agama tidak menawarkan keuntungan pribadi bagi dirinya. Hal ini dapat

menyebabkan seseorang berorientasi rendah pada dimensi intrinsik dan

ekstrinsik.

Berkaitan dengan beberapa tipe orientasi religius yang muncul, Nurcholis

Madjid (1997) mengemukakan bahwa tidak jarang tingkah laku yang

tampaknya bersifat religius, setelah dianalisa lebih mendalam ternyata

mempunyai motif hal-hal yang mungkin justru bertentangan dengan nilai-nilai

keagamaan, misalnya bermotifkan kedudukan, kekayaan, kekuasaan,

kesukuan. kedaerahan, dan berbagai 'vested interest' yang lain.

Fenomena yang dapat dijadikan contoh mengenai pernyataan diatas, mudah

ditemui di masyarakat kita. Bukan lagi sebuah rahasia, bila seorang calon

pejabat yang membagi-bagikan sembako pada orang miskin bukan murni

untuk menolong, tapi menarik simpati dan dukungan. Atau seseorang rajin

4

Page 18: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

pergi ke sebuah pengajian dan tempat ibadah agar dipandang sebagi orang

yang religius.

Perbedaan antara kedua jenis orientasi religius yang dikemukakan oleh

Allport akan menimbulkan dampak yang berbeda bagi individu yang

menganutnya, baik dari segi sikap ataupun perilaku. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Allport & Ross (1967), individu yang memiliki orientasi

religius intrinsik mempunyai sikap yang lebih toleran, menghargai kelompok

minoritas, dan kurang prejudice dibandingkan dengan individu yang memiliki

orientasi religius ekstrinsik.

Selanjutnya, hasil penelitian Batson & Rebecca (1981) menunjukkan, pada

individu yang berorientasi religius intrinsik tampak perilaku menolong yang

dilandasi oleh kebutuhan internal untuk r.ienolong, bukan oleh ekspresi yang

dinyatakan oleh orang yang membutuhkan pertolongan. Selain itu, kedua

jenis orientasi religius dimungkinkan pula berdampak pada kondisi psikologis

individu yang bersangkutan.

Efek psikologis yang dirasakan oleh seorang calon pejabat yang membagi­

bagikan sembako untuk mendapat simpati dan dukungan, tentu akan

berbeda dengan efek psikologis yang dirasakan oleh orang yang dengan

tulus memberikan pertolongan tanpa motif apapun. Galon pejabat tersebut

5

Page 19: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

akan merasakan kepuasan bila tujuan dari perilakunya yaitu mendapat

dukungan dan simpati tercapai, dan jika tidak tercapai ia merasa tidak puas,

atau bahkan menyesali perbuatannya yang dianggap sia-sia dan hanya

mengahambur-hamburkan materi saja. Sedangkan orang yang menolong

dengan tulus akan merasa bahagia tepat pada saat ia memberikan

pertolongan, terlepas ia mendapat keuntungan atau tidak atas perbuatannya.

Lebih lanjut mengenai kaitan antara kondisi psikologis individu dengan

orientasi religius ini memerlukan pembahasan yang lebih mendalam, karena

seperti diketahui, unsur psikologis pada individu merupakan sesuatu bersifat

kompleks dan melibatkan banyak aspek. Seseorang dikatakan baik (well)

secara psikologis, tidak hanya karena ia 111erasa puas atau bahagia, dan

terbebas dari gangguan-gangguan kejiwaan, tetapi berbagai aspek psikologis

lainnya harus terpenuhi. Dan untuk mengukurnya, diperlukan sebuah konsep

yang komprehensif. Salah satunya adalah menggunakan konsep

psychological well being.

Mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia yang tepat untuk istilah

psychological well being tidaklah mudah, karena istilah psychological well

being sendiri mencakup beberapa aspek psikologis yang beragam. Namun

beberapa peneliti di Indonesia memadankan istilah psychological well being

dengan kesejahteraan psikologis, di antaranya Magdalena S. Halim dan

6

Page 20: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Wahyu Dwi Atmoko (2005) dala.m penelitiannya yang menghubungkan

kecemasan HIV/AIDS pada waria yang menjadi PSK dengan psychological

well being.

7

Dalam bahasa aslinya pun, istilah psychological well being didefinisikan

dengan beragam. Bila kita dapat dengan mudah mengartikan sejahtera fisik,

yaitu terbebasnya seseorang dari penyakit fisik, tidak demikian halnya

dengan kesejahteraan psikologis. Hal ini sulit didefinisikan karena banyaknya

faktor yang terlibat di dalamnya. Para penellili selama ini mengartikan

psychological well being sebagai suatu konsep yang terdiri dari kebahagiaan

sebagai komponen afektif, dan kepuasan hidup sebagai komponen kognitif.

Di antaranya definisi yang dikemukakan oleh Bradburn (1969 dalam Ryff,

1989) dan Neugarten, Havighurst, dan Tobin (1961, dalam Ryff, 1989).

Dengan demikian, pengukururan mengenai psychological well being

dilakukan dengan dengan mengukur indil<ator-indikator dari kebahagiaan dan

kepuasan hidup. Namun pada akhirnya, rengertian tersebut kembali

dipertanyakan karena tidak didasari oleh landasan teori yang kuat dan belum

menampilkan ciri-ciri penting dari psychological well being (Ryff, 1995).

Menurut Ryff (1989), seseorang dikatakan memiliki psychological well being

yang tinggi tidal< sekedar bebas dari indikator kesehatan mental negatif,

tetapi lebih pada kemampuan untuk dapat merealisasikan potensi yang

Page 21: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

8

terdapat pada diri seseorang secara optimal. Selanjutnya, Ryff (1989)

mengajukan konsep psychological well being yang mengacu pada teori

positive psychological functioning, teori kesehatan mental, dan teori psikologi

perkembangan. la berpendapat bahwa individu dapat dikatakan memiliki

psychological well being apabila ia mampu menerima dirinya, mampu

menjalin hubungan dengan individu lain, memiliki kemandirian, mampu

menguasai lingkungan kehidupannya, memiliki tujuan hidup, dan berupaya

menjadi individu yang terus berkembang. Maka, untuk dikatakan mempunyai

kondisi psikologis yang well, kesemua dimensi yang ada dalam psychological

well being harus terintegrasi dalam diri individu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa mencapai kebahagiaan dan kepuasan

merupakan dambaan setiap orang. Terlepas dengan cara apa ia

memperolehnya. Namun, bagi individu yang mengenal agama, kebahagiaan

dan kepuasan yang ingin dicapai bukan kebahagiaan semu, melainkan

kebahgiaan hakiki. Agama mengajarkan, untuk mencapai kebahagiaan dan

kepuasan yang hakiki, seseorang dituntut untuk taat dan patuh pada

keseluruhan ajarannya tanpa terkecuali, atau dalam Islam dikenal dengan

istilah kaffah. Walaupun konsep ini telah jelas, bahkan pada semua agama,

namun pada prakteknya tidak semua individu mampu melaksanakannya.

Salah satunya dimungkinkan berkaitan dengan orientasi religius yang ia

miliki. Seseorang dengan orientasi religius intrinsik, dimana ia menjadikan

Page 22: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

9

agama sebagai master motive dalam kehidupannya akan berusaha mencapai

kebahagiaan hakiki sebagaimana diajarkan oleh ajaran agamanya.

Sedangkan pada individu yang berorientasi religius ekstrinsik, dimana agama

hanya dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan pribadi, maka

kebahagiaan yang ia peroleh mungkin bersifat semu belaka.

Penelitian mengenai psycl10logical well being sendiri, selama ini lebih banyak

dilakukan di negara-negara maju seperti Amerika. Terna penelitian umumnya

mengaitkan psychological well being dengan gender, usia, masalah

demografi, dan kondisi fisik individu, misalnya penderita kanker atau penyakit

tertentu lainnya. Di Indonesia sendiri, belum banyak akademisi psikologi yang

melal<ukan penelitian mengenai psychological well being. Diantara yang

pernah dilakukan, yakni oleh mahasisiwa psikologi UI yang mengaitkan

psychological well being dengan kepuasan pernikahan pada istri bekerja,

psychological well being dengan status lajang pada pria dan wanita usia 30-

40 tahun, dan gambaran psychological well being pada usia lanjut berkenaan

dengan tempat tinggal mereka, di panti jompo atau di rumah.

Sedangkan penelitian mengenai well being kaitannya dengan masalah

keberagamaan, sebelumnya banyak dilakukan di Amerika dan Erofa yang

memiliki latar budaya individualistis, dengan menggunakan orang-orang

beragama Kristen, Katolik dan Yahudi sebagai subjek penelitian. Salah

Page 23: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

10

satunya dilakukan oleh Rachel J, Richter pada tahun 2000, yaitu mengaitkan

psychological well being dengan Christian Spiritual Well Being. Di Indonesia,

penelitian serupa pernah dilakukan, tetapi dengan subjek yang berbeda yakni

masyarakat beragama Hindu di Bali. Namun, dari keseluruhan penelitian

mengenai psychological well being yang pernah ada di Indonesia, belum ada

yang secara spesifik menghubungkannya dengan orientasi religius, terutama

dengan subjek penelitian beragama Islam. Penelitian ini penting dilakukan

untuk mengetahui aspek well being mana yang paling berperan pada

masyarakat timur khususnya yang beragama Islam, berkaitan dengan

orientasi religius yang mereka miliki.

1.2. ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yar.g telah dikemukakan di alas, maka

beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan antara orientasi religius dengan psychological

well being?

2. Bagaimana arah hubungan orientasi religius dengan psychological well

being?

Page 24: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

1.3. Batasan Masalah Penelitian

Untuk mendapatkan hasil penelitian yanb spesifik, maka peneliti perlu

membatasi permasalahan dalam penelitian, yaitu:

11

1. Orientasi religius adalah sistem cara pandang individu mengenai

kedudukan agama dalam hidupnya, yang menentukan juga bentuk relasi

individu dengan agamanya. Orientasi religius memiliki dua dimensi, yaitu

dimensi ekstrinsik dan dimensi intrinsik. Dalam perkembangannya dua

dimensi orientasi religius ini berkembang sehingga menghasilkan empat

tipe orientasi religius yaitu orientasi religius ekstrinsik, orientasi religius

intrinsik, non religius dan indiscriminately pro religius. Penelitian ini

membatasi pada dua tipe orientasi religius yaitu orientasi religius

ekstrinsik dan orientasi religius intrinsik. Adapun orientasi religius intrinsik

adalah cara beragama yang memperhatikan komitmen terhadap agama

dan memperlakukan komitmen tersebut dengan sungguh-sungguh

sebagai tujuan akhir, dan ketaatan beragama sebagai motif utama dalam

hidup. Sedangkan orientasi religius ekstrinsik adalah cara beragama

dimana seseorang mempunyai kecendeungan besar menggunakan (use)

keberagamaannya untuk mencapai tujuan pribadi mereka, sifatnya selalu

memperalat (instrumental) dan mengambil manfaat (utilitarian). Mereka

menggunakan keberagamaannya untuk memenuhi kebutuhan lain seperti

Page 25: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

13

1. Manfaat teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wacana

keilmuan psikologi, khususnya mengenai orientasi religius dalam

kaitannya dengan psychological well being.

2. Manfaat praktis, berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan:

a. lndividu dapat menentukan orientasi religius yang tepat dalam

kehidupannya.

b. lndividu mengetahui konsekuensi yang didapatkan berdasarkan

orientasi religius yang mereka miliki.

c. lndividu tertarik untuk memperkuat aspek-aspek psychological well

being pada dirinya.

1. 7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

BAB 1: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, permasalahan

penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, sistematika penulisan.

BAB 2 : Kajian Pustaka, meliputi orientasi religius, psychological well being,

kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian ..

Page 26: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

BAB 3 : Metodologi Penelitian, meliputi pendekatan dan metode penelitian,

populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik

pengumpulan data, metode pengolahan data.

BAB 4 : Hasil Penelitian, meliputi gambaran umum responden, hubungan

antara orientasi religius dengan psychological well being.

BAB 5 : Kesimpulan, diskusi, dan saran.

14

Page 27: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

BAB2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Orientasi Religius

Perkembangan konsep orientasi religius berawal dari ketertarikan ilmu

psikologi dalam mengamati dampak agama terhadap tingkah laku manusia.

Allport dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan konsep

orientasi religius, yaitu melalui penelitiannya mengenai pengaruh orientasi

religius terhadap prejudice. Hasil penelitian inilah yang menarik kalangan

ilmiah lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh agama terhadap

tingkah laku manusia. Sampai saat ini, konsep orientasi religius Allport

menjadi referensi utama dalam studi penelitian mengenai orientasi religius.

2.1.1. Pengertian Orientasi Religius

Yang dimaksud orientasi religius adalah '1he way in which a person practice

or lives out his religious beliefs and values (Batson & Ventis, 1982, dalam

Earnshaw, 2000). Maksudnya, cara seseorang untuk mewujudnyatakan

kepercayaan keagamaan dan nilai-nilai yang dianutnya. Seseorang dapat

memilih untuk sungguh-sungguh mengamalkan ajaran agamanya, atau

melaksanakan ajaran agamanya hanya untuk mendapatkan keuntungan

pribadi.

15

Page 28: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

16

Orientasi religius dalam pandangan Allport&Ross (1967) didefinisikan

sebagai "the extent to which a person lives out his/her religious beliefs".

Maksudnya, tingkat seseorang mewujudnyatakan kepercayaan

keagamaannya. Konsep ini menjelaskan sebagai apa agama berperan

dalam kehidupan seseorang. Dan menurut Wulf (1997), cara pandang

individu terhadap agama akan mempengaruhi tingkah laku individu dalam hal

menafsirkan ajaran agama dan menjalankan apa yang dianggapnya sebagai

perintah agama.

Batson (1991) mengemukakan bahwa terclapat clua macam tujuan seseorang

beragama. Sebagian menganggap agama sebagai tujuan akhir (an end in

self), sehingga komitmen terhaclap agama clipikirkan secara seksama clan

dan cliperlakukan clengan sungguh-sungguh, clan sebagian lainnya

menggunakan agama sebagai alat untuk mencapai tujuan yang berpusat

pacla diri sendiri.

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, clapat disimpulkan bahwa yang

climaksucl clengan orientasi religius adalah cara seseorang memanclang

peran agama clalam kehiclupannya, apaKah ia menjaclikan agama sebagai

motif utama yang menjacli dasar motif lainnya, ataukah ia memanclang agama

hanya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat pribacli.

Page 29: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

17

2.1.2. Dimensi Orientasi Religius

Lebih lanjut mengenai orientasi religius, Allport (1967) membaginya menjadi

dua, yaitu orientasi religius intrinsik dan orientasi religius ekstrinsik.

Pembagian ini didasarkan pada aspek motivasional atau kebutuhan yang

mendasari perilaku keagamaan seseorang.

"Some people have a religious orientation that is primarily extrinsic, a se/f­

serving, instrumental approach confirming to social convention others, in

contrast, have intrinsic religious orientation, religion provides them with a

meaning endowing framework in terms of which al/ life is understood (Allport,

dalam Herek, 1987, h. 35).

Maksudnya, sebagian orang memiliki orientasi religius yang ekstrinsik,

bersifat melayani diri sendiri, menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan sosial

lainnya, dan sebaliknya, orientasi religius intrinsik, dimana agama dijadikan

sebagai dasar bagi kebermaknaan hidupnya.

2.1.2.1. Orientasi Religius lntrinsik

Allport & Ross (1967) mengemukakan pendapat mengenai individu yang

memiliki orientasi religius ekstrinsik:

"Who find their master motive in religion. Others needs, strong as they may

be, are regarded as of Jess ultimate significance. And they are, so far as

Page 30: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

18

possible brought into harmony with the religious beliefs and prescription,

having embrace a creed the individual endeavors to internalize it and follow it

fully. It is in this sense that he lives his religion".

Maksudnya, seseorang yang menemukan kebutuhan utamanya dalam

agama. Kebutuhan lain, sekuat apapun itu, akan dikesampingkan dalam

pemenuhannya. Dan mereka sejauh mungkin akan terbawa ke dalam

keselarasan antara kepercayaan dan petunjuk agama, memeluk

kepercayaannya dan berusaha menginternalisasikannya dan mengikutinya

secara keseluruhan. Dengan kata lain mereka menghidupkan agamanya.

Orientasi religius intrinsik merupakan cara beragama yang memperhatikan

komitmen terhadap agama dan memperlakukan komitmen tersebut dengan

sungguh-sungguh sebagai tujuan akhir, dan ketaatan beragama sebagai

motif utama dalam hidup. Cara beragama ini juga memberikan makna pada

ritual-ritual keagamaan yang dilakukan, berusaha sungguh-sungguh

menghayati ajaran agama dan mengikutinya secara penuh, dan berupaya

sejauh mungkin agar hidup sejalan dengan agamanya, dan meletakkan

kepentingan pribadi di bawah nilai yang ada pada agamanya.

Page 31: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

20

Maksudnya, menggunakan agama untuk berbagai kepentingan, untuk

memperoleh keamanan, mengatasi kebingungan, memperoleh perlindungan,

status dan pembenaran diri. Mempermudah keyakinan yang dipeluknya atau

memilih-milih bagian yang lebih sesuai dengan kebutuhan utamanya. Dalam

istilah teologi, mereka yang berorientasi reJigius ekstrinsik adalah mereka

menghadap Tuhan, tanpa menjauh dari kepentingan dirinya sendiri.

Wulf (1991) berpendapat, individu yang berorientasi religius ekstrinsik

menganut ajaran agama secara lemah. Jika pelaksanaan ajaran agama

menghambat kebutuhan lainnya yang lebih penting, maka mereka cenderung

meninggalkan agamanya. Mereka tidak benar-benar menaati seluruh

keyakinan agamanya, tetapi hanya beberapa aspek yang mendatangkan

keuntungan.

2.1.3. Aspek-aspek Orientasi Religius

Definisi yang dikemukakan Allport tentang orientasi religius dalam berbagai

karyanya, bukanlah merupakan sebuah ide tunggal. Allport telah

memperkenalkan sejumlah variabel yang secara konseptual terpisah, namun

berhubungan satu sama lain. Berdasarkan penafsiran Hunt & King (1969)

ditemukan beberapa aspek yang berkaitan dengan masing-masing orientasi

religius. Adapun aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:

Page 32: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

21

1. Personal vs lnstitusional

Pada individu dengan orientasi religius intrinsik, cenderung membatinkan

nilai-nilai ajaran agama secara personal, sebagai hal yang vital dan berupaya

mengusahakan tingkat penghayatan yang lebih mendalam. Sedangkan pada

individu dengan orientasi religius ekstrinsik, penghayatan agama hanya

bersifat institusional atau dalam konteks kelembagaan saja.

2. Unselfish vs Selfish

lndividu dengan orientasi religius intrinsik berusaha mentransendensikan

kebutuhan-kebutuhan diri sendiri. Sedangkan pada individu dengan orientasi

religius ekstrinsik, pemenuhan kebutuhannya erorientasi pada pemuasan diri

dan kepentingan pribadi.

3. lntegrasi vs Disintegrasi

Pada individu dengan orientasi religius intrinsik, makna-mal,na religius

terintegrasi dalam seluruh pandangan hidupnya. Sedangkan pada individu

dengan orientasi religius ekstrinsik, makna-makna religius tidak

terintegrasikan dalam keseluruhan pandangan hidupnya.

4. Kualitas keimanan

lndividu dengan orientasi religius intrinsik beriman dengan sungguh-sungguh

dan menerima keyakinan agama secara penuh tanpa syarat. Sedangkan

pada individu dengan orientasi religius ekstrinsik, keimanan dan keyakinan

terhadap ajaran a(Jama dihayati secara dangkal dan tidak secara penuh.

Page 33: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

5. Pokok vs Instrumental

Pada individu dengan orientasi religius intrinsik, agama dijadikan tujuan

pokok dan akhir. Sedangkan pada individu dengan orientasi religius

ekstrinsik, agama hanya dijadikan ala! (instrumen) pemenuhan

kebutuhannya.

6. Asosiasional vs Komunal

Keterlibatan religius pada individu yang berorientasi religius intrinsik

dilakukan demi pencarian nilai-nilai religi yang mendalam. Sedangkan pada

individu yang berorientasi religius ekstrinsik, keterlibatan religius dilakukan

demi sosiabilitas dan status.

7. Keteratutan penjagaan perkembangan iman

22

Pada individu dengan orientasi religius intrinsik, penjagaan keimanan

dilakukan secara konsisten dan teratur. Sedangkan pada individu dengan

orientasi religius ekstrinsik, perhatian terhadap penjagaan keimanan bersifat

periferal.

2.2 Psychological Well Being

Secara umum, ilmu psikologi terlalu menekankan pada hal negatif individu,

seperti ketidakbahagiaan atau penderitaan daripada sebab dan konsekuensi

fungsi positif (positive functioning) yang ada pada diri individu (Diener, 1984

dalam Ryff, 1989). Studi mengenai psychological well being merupakan

Page 34: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

23

usaha untuk melihat manusia sebagai makhluk humanis yang mampu

mengontrol dirinya sendiri dan memiliki potensi-potensi positif dalam dirinya.

2.2.1. Definisi Psychological Well Being

Definisi psychological well being yang dikemukakan para ahli belum

mencapai satu kata sepakat. Definisi yang muncul bersifat tumpang tindih

antar satu dengan lain, tanpa ada kesamaan di antaranya. Adapun definisi

yang beredar selama ini ada dua. Definisi pertama berdasarkan pendapat

dari Bradburn (1969, dalam Ryff, 1989). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Bradburn untuk meneliti perubahan sosial pada level makro

(perubahan yang terjadi akibat tekanan politik, urbanisasi, pekerjaan dan

pendidikan), serta rujukan Bradburn pada buku terkenal karangan Aristotle,

Nicomachean Ethics, ia menerjemahkan psychological well being menjadi

happiness (kebahagiaan). Dalam Nicomachean Ethics dijelaskan bahwa

tujuan tertinggi yang ingin diraih individu adalah kebahagiaan. Kebahgiaan

berdasarkan pendapat Bradburn berarti adanya keseimbangan antara afek

positif dan afek negatif.

Pendapat Bradburn ini ditentang oleh Waterman (1984, dalam Ryff, 1989).

Waterman merujuk pada kata yang sama dengan yang digunakan Bradburn

dari buku Nicomachean Ethics, "Eudaimonia", menerjemahkannya menjadi

usaha individu untuk memberikan arti dan arah dalam kehidupannya. Atau

Page 35: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

pengalaman-pengalaman hidupnya. Evaluasi terhadap pengalaman akan

dapat menyebabkan seseorang menjadi pasrah terhadap keadaan yang

membuat psychological well being-nya menjadi rendah, atau berusaha

memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat psychological well

being-nya menjadi meningkat. Sehingga, lndividu dengan psychological well

being berarti tidak hanya individu yang terbebas dari hal-hal yang menjadi

indikator mental negatif, akan tetapi mengetahui potensi-potensi positif yang

ada pada dirinya.

Ryff (1989) mengajukan konsep psychological well being yang mengacu

pada teori positive psychological functioning, teori kesehatan mental, dan

teori psikologi perkembangan. la berpendapat bahwa individu dapat

dikatakan memiliki psychological well being apabila ia mampu menerima

dirinya, mampu menjalin hubungan dengan individu Jain, memiliki

kemandirian, mampu menguasai lingkungan kehidupannya, memiliki tujuan

hidup, dan berupaya menjadi individu yang terus berkembang.

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa psychological

well being adalah adalah kondisi psikologis ideal yang dapat dicapai

seseorang berdasarkan hasil evaluasi terhadap pengalaman-pengalaman

hidupnya, yang terwujud dalam keenam dimensi yaitu kemandirian,

menguasai lingkungan, menjadi pribadi yang berkembang, merniliki

Page 36: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

hubungan positif dengan orang lain, rnerniliki tujuan hidup, dan penerirnaan

diri yang baik.

2.2.2. Dimensi Psychological Well Being

26

Dirnensi-dirnensi psychological well being yang dikemukakan oleh Ryff (1989)

rnengacu pada teori positive psychological functioning (Maslow, Rogers,

Jung, dan Allport), teori perkernbangan (Erikson, Buhler, dan Neugarten), dan

teori kesehatan mental (Jahoda). Adapun keenam dirnensi psychological well

being yang dikernukakan Ryff (1989) adalah:

1. Autonomy (kernandirian)

lndividu rnarnpu mengarahkan dirinya (Self determination), mampu

rneregulasi perilakunya berdasarkan tuntunan dari dalarn dirinya, marnpu

melakukan evaluasi berdasarkan standar pribadi, dan merasa bebas

untuk melakukan keinginannya tanpa takut rnenentang norrna-norrna yang

berkernbang.

2. Environmental Mastery (penguasaan lingkungan)

lndividu rnarnpu rnernilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai

dengan kondisi dirinya, berpartisipasi secara aktif dalam aktivitas

lingkungan, marnpu rnernanipulasi dan rnengontrol lingkungan, mengubah

lingkungan secara kreatif rnelalui akti•;itas fisik dan mental, dan mampu

rnengambil peluang dan kesernpatan-kesempatan yang disediakan oleh

lingkungan.

Page 37: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

3. Personal growth (pengembangan pribadi)

lndividu senantiasa mengembangkan potensi dirinya, terbuka terhadap

pengalaman baru, terus tumbuh dan menentang tantangan-tantangan

yang dihadapi atau tugas-tugas perkembangan dalam berbagai tahapan

kehidupannya.

27

lndividu yang memiliki pribadi yang berkembang berarti menyadari

potensinya, memiliki kemampuan untuk berkembang secara

berkelanjutan, melihat kemajuan diri dan tingkah laku dari waktu ke waktu,

berubah dengan cara yang efektif untuk menjadi lebih baik, dan terbuka

pada pengalaman-pengalaman baru.

4. Positive relation with others (menjalin hubungan baik dengan orang lain)

lndividu mampu merasakan kehangatan dan rasa percaya kepada

individu lain. Dalam perspektif perkembangan, selain mampu menjalin

hubungan hangat dengan orang lain (intimacy), juga mampu membimbing

dan mengarahkan individu yang lain (generativity).

lndividu dengan kemampuan menjalin hubungan dengan individu lain

berarti memiliki kemampuan untuk mencintai dan membina hubungan

interpersonal yang dibangun atas dasar saling percaya, memiliki perasaan

yang kuat akan empati terhadap sesama, memiliki persahabatan yang

yang dalam, dan identifikasi yang baik dengan orang lain.

Page 38: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

28

5. Purpose in life (tujuan hidup)

lndividu yakin dan memahami akan adanya makna dan tujuan yang jelas

dari kehidupan yang dijalaninya, baik pada masa kini maupun masa

lampau. Tujuan hidup dapat diperoleh melalui pengikatan diri pada nilai­

nilai tertentu, perenungan dan kontemplasi diri, atau pada penghayatan

kehidupan beragama.

6. Self Acceptance (penerimaan diri)

Merupakan gambaran sentral dari kesehatan mental, dan sebagai

karakteristik dari aktualisasi diri, dan kematangan. lndividu dengan

penerimaan diri berarti memiliki sikap positif terhadap diri sendiri,

memahami dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan

buruk, dan menilai positif kehidupan yang sedang dan telah dijalaninya.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well Being

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai psyc/Jologica/ well being

diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi psychological

well being, yaitu:

1. Faktor kepribadian

Para ahli berpendapat bahwa variabel kepribadian merupakan komponen

dari psychological well being. Hal ini ditunjukkan salah satunya dari

penelitian yang dilakukan oleh Costa dan McCrae pada tahun 1980 yang

menyimpulkan bahwa kepribadian extroversion dan neurotis berhubungan

Page 39: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

30

Walaupun yang menjadi sumber kebahagiaan pada individu berbeda-beda,

namun tidak dapat dipungkiri bahwa semua individu berusaha untuk

mencapainya. Kebahagiaan merupakan hal yang bersifat abstrak, dan

terletak di dalam jiwa, yang pada sebagian orang seperti halnya emosi

lainnya, dapat muncul ke permukaan dan terindikasi dalam beberapa perilaku

nyata. Salah satu indikasi kunci dari perasaan bahagia adalah kesejahteraan

psikologis atau psychological we/I-being.

Jiwa yang sejahtera menggambarkan seberapa positif seseorang menghayati

dan menjalani fungsi-fungsi psikologisnya. Peneliti psychological

well-being, Ryff (1995) menyatakan, seseorang yang jiwanya sejahtera

apabila ia tidak sekadar bebas dari tekanan atau masalah mental yang lain.

Lebih dari itu, ia juga memiliki penilaian positif terhadap dirinya dan

mampu bertindak secara otonomi, serta tidak mudah hanyut oleh pengaruh

lingkungan. Tentu saja orang tersebut memiliki hubungan yang positif

dengan orang lain, menyadari bahwa hidupnya bermakna dan bertujuan. la

merasakan dirinya tetap berkembang dan bertumbuh, serta mampu

menguasai lingkungannya.

Salah satu aspek yang diasumsikan memberi nilai pada kesejahteraan

psikologis seseorang adalah agama atau religi. Agama tidak dapat lepas dari

kehiclupan setiap individu. Kepercayaan dan ketaatan terhadap ajaran Tuhan,

Page 40: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

diakui oleh penganutnya dapat menimbulkan kebahagiaan jiwa tersendiri,

yang berbeda dengan kebahagiaan yang timbul karena aspek materi

misalnya kekayaan. Kebahagiaan yang berkaitan dengan masalah spiritual

diakui sebagai kebahagiaan yang bersifat hakiki.

31

Terlepas dari itu, cara pandang terhadap agama atau dalam tataran ilmu

psikologi dikenal dengan istilah orientasi religius tidaklah sama pada setiap

individu. Sebagian menganggap agama sebagai penggerak utama dalam

segala aspek kehidupannya, sebagian lagi menggunakan agama sebagai alat

untuk memenuhi dorongan sosialnya, bahkan sebagian lainnya memilih untuk

tidak melibatkan diri dengan agama. Masing-masing orientasi religius ini

memberi nilai tersendiri terhadap kondisi psikologis individu, Karena itu, dapat

diasumsikan bahwa orientasi religius seseorang memiliki dampak terhadap

psychological well being.

Hubungan antara orientasi religius dengan psychological! well being

tergambar dalam kerangka berpikir berikut ini:

Page 41: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

32

Hubungan Antara Orientasi Religius dengan Psychological Well Being

lntrinsik

Orientasi Religius

Ekstrinsik

Psychological Well Being:

Self Acceptance

Positive relation with others

Autonomy

Environmental Mastery

Purpose in life

Personal growth

Page 42: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

33

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian di alas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah:

H1 : Ada hubungan yang signifikan antara orientasi religius dengan

psychological well being.

H0 Tidak ada hubungan yang signifikan antara orientasi religius dengan

psychological well being.

Page 43: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan l(uantitatif. Pendekatan penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang informasinya atau data-datanya dikelola

dengan statistik. Hipotesis pada penelitian diuji dengan menggunakan teknik­

teknik statistik (Kountur. 2004 ). Menu rut Azwar (2005) penelitian dengan

pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

atau angka yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya.

pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka

pengujian hipotesis) dan menyadarl<an kesimpulan hasilnya pada suatu

probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan pendekatan

kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompol< atau signifikansi

hubungan antar variabel yang diteliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif dengan

jenis penelitian Korelasional. Menurut Gay (dalam Sevilla, et al .. 199~~)

metode Deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam

rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut

34

Page 44: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

35

keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.

Sedangkan penelitian Korelasional adala<i penelitian yang dirancang untuk

menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu

populasi (Sevilla, et al., 1993). Menurut Azwar (2005), penelitian korelasional

adalah penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu

variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain

berdasarkan koefisien korelasi. Dengan penelitian korelasional, pengukuran

terhadap beberapa variabel serta saling hubungan diantara variabel-variabel

tersebut dapat dilakukan serentak dalam kondisi yang realistik. Studi

korelasional memu:igkinkan peneliti untuk memperoleh informasi mengenai

taraf hubungan yang terjadi, bukan hanyc; mengenai ada tidaknya efek

variabel satu terhadap variabel yang lain.

3.1.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabel

Menu rut Kerlinger (2004 ), variabel adalah konstruk atau sifat yang diteliti.

Variabel terbagi ke dalam dua macam, yaitu variabel bebas (independent

variable) dan variabel terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini, yang

merupakan variabel bebas adalah orientasi religius, sedangkan yang

merupakan variabel terikat adalah psychological well being.

Page 45: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

36

1. Definisi operasional variable .orientasi religius adalah skor yang diperoleh

dari skala orientasi religius. Variabel orientasi religius terdiri dari dua sub­

variabel, yaitu:

a. Orientasi religius intrinsik adalah seseorang yang menginternalisasikan

seluruh keyakinan agamanya dalam perilaku sehari-hari, mengarahkan

seluruh sendi-sendi kehidupannya oleh nilai agama, memiliki

komitmen yang tinggi terhadap keimanan, menyesuaikan perilaku dan

motive personalnya dengan ajaran agamanya, bersikap matang dan

toleran dalam berhubungan dengan orang lain, dan menjungjung tinggi

nilai-nilai keagamaannya dan menempatkannya sebagai master

motive dalam menjalani kehidupannya.

b. Orientasi religius ekstrinsik adalah seseorang yang keyakinan

agamanya tidak terinternalisasi secara penuh dan hanya dipandang

sebagai alat pemuas kebutuhan lain yang dianggap lebih penting dan

media untuk mendapatkan kepentingan pribadi, tidak memiliki

komitmen yang jelas terhadap keimanan, menyesuaikan keyakinan

dan praktek agama dengan kepuasan dan motive personal, kurang

matang dan intoleran dalam berhubungan dengan orang lain.

2. Definisi operasional varibel psychological well being adalah skor yang

diperoleh dari skala Psychological Well Being. Variabel Psychological Well

Being terdiri dari e11am sub-variabel, yaitu:

Page 46: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

a. Psychological Well Being aspek autonomy (otonomi) terkait dengan

kemandirian individu dalam menja~ani kehidupannya.

37

b. Psychological Well Being aspek environmental mastery (penguasaan

lingkungan) yang meliputi kemampuan individu untuk memilih dan

menciptakan lingkungan yang sesuai dengan nilai dan kebutuhan

dirinya.

c. Psychological Well Being aspek personal growth (pengembangan

pribadi), meliputi kemampuan untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi dirinya secara berkesinambungan.

d. Psychological Well Being aspek positive relations with others

(hubungan positif dengan orang lain) yang terkait dengan kemampuan

seseorang untuk menjalani hubungan antar pribadi yang hangat,

memuaskan, salaing mempercayai, serta terdapat hubungan saling

memberi dan menerima.

e. Psychological Well Being aspek p1.;1pose in life (tujuan hidup) meliputi

keyakinan-keyakinan yang memberikan kepuasan bahwa terdapat

tujuan dan makna dalam hidupnya, baik pada masa lalu maupun yang

sedang dijalaninya kini

f. Psychological Well Being aspek self acceptance (penerimaan diri)

adalah sikap positif seseorang terhadap dirinya, terkait dengan masa

kini maupun masa lalu hidupnya.

Page 47: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

3.2. Pengambilan Samp~I

3.2.1. Populasi

38

Populasi adalah kelompok yang dijadikan sasaran generalisasi oleh peneliti

(Gay, 1976 dalam Sevilla, et.al., 1993). Sebagai suatu populasi, kelompok

subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karnkteristik-karakteristik bersama yang

membedakannya dari kelompok subjek yang lain (Azwar, 2005). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Pemilihan mahasiswa sebagai objek penelitian dikarenakan mahasiswa

dinilai sebagai salah satu kalangan yang telah memiliki pandangan mengenai

orientasi religius yang cukup stabil. Usia minimal untuk menjadi mahasiswa

berada pada rentang usia remaja akhir. Pada rentang usia ini, umumnya

seseorang telah berada pada satu titik awal menuju kedewasaan, termasuk

kedewasaannya untuk menentukan orientasi religius yang sesuai dengan

dirinya. Pemilihan mahasiswa UIN Syarif hidayatullah Jakarta dinilai tepat

untuk mewakili komunitas muslim sesuai dengan sasaran penelitian ini.

3.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Ferguson sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang

ditarik dari populasi (dalam Sevilla, et al., 1993). Menurut Guilford dan

Page 48: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

39

Fruchter (1978) data penelitian dapat dianalisa secara statistik jika suatu

distribusi frekuensi mendekati kurva normal dan jumlah subjek minimal 30

orang. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti mengambil sampel

minimal 30 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik incident sampling

(sampel kebetulan), dimana peneliti tidak secara khusus mempertimbangkan

siapa yang akan dijadikan responden dalam penelitiannya serta bagaimana

cara mengambilnya. Peneliti hanya mengambil sebagian dari populasi

sekenanya saja (Arikunto, 2003), yaitu 30 orang mahasiswa UIN syarif

Hidayatullah yang paling mudah dijumpai.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Metode dan lnstrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah self report dalam

bentuk kuisioner. Menu rut Feldman (1992) metode self report merupakan

metode menanyakan seseorang mengenai contoh tingkah lakunya. Metode

self report dengan kuisioner ini digunakan karena dinilai mampu menampikan

contoh tingkah laku yang akan diteliti. Selain itu, subjek terbantu untuk sejujur

mungkin menampilkan contoh tingkah lakunya, karena identitasnya tidak

diketahui oleh peneliti. Namun, metode ini memiliki l<ekurangan ketika

Page 49: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

40

jawaban yang diberikan oleh subjek kurang mendalam, dan tidak dapat

dilakukan probe lebih lanjut oleh peneliti.

lnstrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Skala Orientasi Religius

Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek oreintasi religius yang

dikemukakan oleh Hunt & King (1969) yang merujuk pada konsep orientasi

religius Allport. Adapun rincian butir item ~erdapat dalam blue print berikut ini:

Tabel 3.1

Blue Print skala Orientasi Religius

Item No. lndikator ···-----·· Jumlah

Fav. Unfav f--·

1. Personal vs

9*, 29*, 35* 1 O*, 30*, 36* 6 I I nstitusional -· ···-------·-- --.------·-----------·--- - .... -- --1

2. Unselfish vs

13*, 49* 14*, 50* 4 Selfish --··-· ·---·

3. lntegrasi vs 7*. 27*, 31 *, 8, 28, 32,

12 Disintegrasi 39*, 43*, 47* 40, 44*, 48*

4. Kualitas

1*,3,15*, 2*, 4*, 16* 6 keimanan '

5. Pokok vs 5*,11*,23 6*,12*,24* 6 Instrumental

6. Asosiasional vs 17*, 19*, 21*, 18, 20, 22*,

10 Komunal 41, 45* 42,46

Keteratu ran

7. penjagaan

25*, 33*, 37* 26*, 34, 38* 6 perkembangan iman

Total 25 25 50

-* Item valid pada level 0,01 dan 0,05

Page 50: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

41

2. The Scales of Psychological Well Being dari Ryff (1989)

lnstrumen ini terdiri dari 84 item untuk mengukur 6 dimensi dari psychological

well being, dimana masing-masing dimensi memiliki 14 item pernyataan.

Keenam dimensi ini dapat dioperasionalkan ke dalam tinggi rendahnya skor

yang diperoleh individu pada dimensi yang diukur. Skar tinggi bermakna

positif dan sl<or rendah bermakna negatif. Disamping sl<or total untuk tiap-tiap

dimensi, alat ini juga memungkinkan diperolehnya satu total sl<or akhir yang

merupal<an penjumlahan dari sl<or masing-masing dimensi yang al<an

menggambarl<an psychological well being subjel< secara umum. Adapun

rincian butir pernyataan terdapat dalam blue print beril<ut:

Tabel 3.2

Blue Print Skala Psychological Well Being

No. lndikator Item

Jumlah Fav. Unfav.

1. Autonomy 1*,3*,5,7,9,11 *.13 2*,4,6,8, 10, 12, 14 14

2. Environmental 15*,17,19,21*, 16*, 18* ,20*,22*,

14 Mastery 23*,25,27* 24*, 26,28

3. Personal Growth 29,31*,33*,35* 30* ,32* ,34,36*,

14 37* ,39* ,41 * 38* ,40* ,42*

4. Positive Relations 43,45*,47*,49* 44*,46*,48*,50*,

1:_/ with Others 51* 53* 55* 52, 54*,56* ... ' ' ---

5. Purpose in Life 57* ,59* ,6·1 *' 58,60*,62*,64*, 14

63* ,65,67' ,69 66*,68,70*

6. Self Acceptance 71,73*,75*,77* 72,74*,76,78, 14 79*,81,83 80*,82*,84

JUMLAH 42 42 84 * I tern valid pad a level 0, 01 dan 0, 05

Page 51: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

42

lnstrumen yang disusun oleh Ryff ini memiliki 6 kategori jawaban yang

bersifat kontinum, mulai dari sangat tidak setuju, tidak setuju, agak tidak

setuju, agak setuju, setuju dan sangat setuju. Namun untuk kepentingan

penelitian ini, peneliti hanya menggunakgn empat kategori jawaban dengan

bobot masing-masing jawaban sebagai herikut:

Tabel 3.3

Kategori Jawaban Skala Model Likert

JAWABAN FAVOURABLE(+) UNFAVOURABLE(-)

SS ' 4 1

s 3 2 .'ll

TS 2 3

STS 1 4 ·.

3.3.2. Hasil Uji Coba lnstrumer. Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian sebenarnya, peneliti melakukan pengujian

validitas dan reliabilitas alat (try out) terhadap instrumen penelitian, dengan

menggunakan sampel yang tidak sesungguhnya, tetapi memiliki karakteristik \

yang sama dengan sampel penelitian.

1. lnstrumen Orientasi Religius

Uji coba terhadap 50 item dari 'instrumen orientasi religius menghasilkan 38

item valid baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1 %.

Page 52: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

43

Sedangkan 12 item lainnya tidak valid. Seluruh item valid digunakan sebagai

alat ukur penelitian. Adapun nomor-nomor item valid yang digunakan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4

Blue Print Revisi Skala Orientasi Religius

Item Jumlah I No. lndikator

Unfav Fav. -----1 ·-··- ----~ -··· -·-·-- -~·-··-·

""" ________ 1.

Personal vs 9, 29, 35 10,30, 36

I nstitusional 6 I I

2. Unselfish vs

13,49 14, 50 4 I

Selfish I ...

I 3.

lntegrasi vs 7,27,31,39, 44,48 8 Disintegrasi 43,47 i

!

4. Kualitas

1, 15, 2,4, 16 5 I keimanan

5. Pokok vs

5, 11 6, 12,24 5 1 Instrumental I

.

6. Asosiasional vs

17, 19, 21, 45 22 5 Komunal Keteraturan

7. penjagaan 25,33, 37 26, 38 5 perkembangan iman

Total 22 16 38

------· . ···---- ~--·----- ··--- --·-

Uji reliabilitas skala orientasi religius dilakukan dengan menggunakan Alpha

Cronbach. Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien sebesar 0,9130.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini reliabel

Page 53: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

45 I . ! E 1"[\ :i( "'Mil lJff.l M ;~ 1 rnN SYilfilF ll>iJilWW..JLUm J/ilU\RTJ\

Uji reliabilitas skala orientasi religius dilakukan dengan menggunakan Alpha

Cronbach. Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien sebesar 0,9483.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini reliabel

untuk digunakan, karena menurut Singarimbun dan Effendi (2006), suatu

kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,60.

3.4 Teknik Pengolahan Dan Analisa Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik, yaitu:

1. Statistik Deskriptif

Digunakan untuk mengolah gambaran umum responden. Analisis

deskriptif memberikan informasi mengenai sekumpulan data dan

mendapatkan gagasan untuk keperluan analisis selanjutnya dengan

mencari Mean, Modus dan Mediannya.

2. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana yang digunakan

mampu mengukur apa yang ingin diukur (Kerlinger, 1998). Validitas suatu

butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output SPSS 11,0. Validitas butir

pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation pada

masing-masing butir pernyataan.

Page 54: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

46

3. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keajegan, stabilitas, dan

konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur apa yang diukur (Kerlinger,

1998). Reliabilitas suatu konstruk veriabel dikatakan baik jika memiliki nilai

Cronbach's alpha> dari 0.60.

Menghitung reliabilitas digunakan analisa Cronbach's Alpha (Azwar,

2003), dengan rumus:

a = [-k ][1 - L.Sj'_J k-1 Sx'

a : Reliabilitas alpha

k : Jumlah belahan tes

Sj : Varian belahan j; j 1,2 ....... k

Sx : Varian sko1ies

4. Analisis Regresi

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan analisa statistik

parametrik yaitu analisis regresi. Analisis regresi linier sering digunakan

untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Selain itu juga analisis

regresi bertujuan untuk :

a. Mengukur kekuatan hubungan di;mtara variabel-variabel yang

terdaftar sebagai prediktor.

Page 55: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1. Tahap Persiapan

48

Pada tahap ini dilakukan penentuan varibel penelitian, perumusan masalah,

dan pelaksanaan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan

teori yang tepat mengenai variabel penelitian. Selanjutnya dilakukan

penyusunan instrumen penelitian dan dilalukan uji coba instrumen (try out)

untuk menghasilkan instrumen yang valid dan reliabel.

3.5.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini peneliti mulai melakukan penelitian dengan meyebarkan

instrumen kepada sampel yang telah ditentukan. Data yang diperoleh

kemudian dianalisa dan diolah sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan

yang disusun dalam laporan penelitian.

Page 56: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

BAB4

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Responden

Berikut ini akan diuraikan gambaran umum responden penelitian berdasarkan

jenis kelamin, usia, fakultas, dan semester.

4.1.1 Gambaran Umum Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, responden penelitian yang berjumlah 30 orang

dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

-- -Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-Jaki 14 Orang 46.67% I I

Perempuan 16 Orang 53.33%

Total 30 100%

Tabel di alas diketahui bahwa responden dalam penelitian ini 16 orang

(53.3%) berjenis kelamin perempuan, dan sisanya yaitu 14 orang (46.67%),

berjenis kelamin lak-laki.

49

Page 57: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

51

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Falcultas

Fakultas Frekuensi Persentase (%)

Tarbiyah 11 Orang 36.67%

Dakwah 10 Orang 33.33%

Syariah 5 Orang 16.67% Psikologi 2 Orang 6.67%

FEIS 1 Ornng 3.33%

Ad ab 1 Orang 3.33%

Total 30 100%

Berdasarkan label di alas, responden berasal dari beberapa fakultas yang

berbeda, yaitu fakultas Tarbiyah sebanyak 11 orang (36.67%), fakultas

Dakwah sebanyakl 10 orang (33.3%), fakultas Syariah sebanyak 5 orang

(16.67%), fakultas Psikologi sebanyak 2 orang (6.67%), FEIS sebanyak 1

orang (3.33%), dan fakultas Adab sebanyak 1 orang (3.33%).

4.1.4 Gambaran Umum Berdasarkan Semester

Berdasarkan semester, responden penelitian yang berjumlah 30 orang dapat

digambarkan sebagai berikut:

Page 58: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Gambar 1

Scatterplot Orientasi Religius

Normal Q-Q Plot of Orientasi Religius H0~---------------,,---::0

160

'" • MO ~ > 1il

fj '" z n

'" • u ii

"' w

'" "' "' Observed Value

" -., u"

''°

"'

150 '"

Gambar di atas memperlihatkan bahwa sebaran data variabel orientasi

religius berada di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan alas. Dengan

demikian, data tersebut dapat dikatakan normal.

54

Sedangkan hasil uji normalitas pada skala psychological well being diperoleh

angka probabilitas sebesar 0.804 dengan taraf signifikansi alpha 5%.

Dengan demikian diketahui bahwa nilai probabilitas 0,964 > 0,05, dengan

mean sebesar 140.30 dan standar deviasi (SD) sebesar 13.84, maka dapat

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini juga terlihat dari gambar

diagram scatterplot keluaran SPSS versi 11.0.

Page 59: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

55

Gambar 2

Scatterplot Psychological Well Being

Normal Q-Q Plot of Psy Well Being

200

~ 180

~ ;;; E ~ 160

200 220

Observed Value

Gambar di atas memperlihatkan bahwa ;:ebaran data variabel psychological

well being berada di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas. Dengan

demikian, data tersebut dapat dikatakan normal.

4.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dig:.makan untuk mengetahui variabilitas mean dari data

dalam suatu kelompok. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan

clengan menggunakan rumus One-Way /\nova. Adapun hipotesis yang dapat

diajukan adalah :

Ho = Varians data bersifat homogen

1-1 1 = Varians data bersifat tidak homogen

Page 60: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

56

Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan probabilitas,

yaitu apabila probabilitas > 0,05, maka Ho diterima. Sedangkan, apabila

probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.

Hasil uji homogenitas dengan menggunakan rumus One-Way Anova dapat

dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.6

Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic rlf1 df2 Sia.

Psy Well Being 1.351 1 28 .255

Orientasi Religius .574 1 28 .455

Tabel di atas mernperlihatkan hasil uji homogenitas data pada skala orientasi

religius diperoleh angka probabilitas sebesar 0.455 dengan menggunakan

taraf signifikansi alpha 5%, maka diketahui bahwa nilai probabilitas 0,455 >

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang berarti varians data

bersifat homogen.

Hasil uji homogenitas data pada ska la psychological well being diperoleh

angka probabilitas sebesar 0.255 dengan menggunakan taraf signifikansi

alpha 5%, maka diketahui bahwa nilai probabilitas 0,255 > 0,05 sehingga

Page 61: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang berarti varians data bersifat

homogen.

4.2.3 Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi berbentuk

linear atau tidak. Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah :

Ho = Model regresi mengikuti model linier

H1 = Model regresi tidak mengikuti model linier

57

Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan probabilitas,

yaitu apabila probabilitas > 0,05, maka Ho diterima. Sedangkan, apabila

probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.

Berdasarkan hasil uji linearitas yang dilakukan dengan menggunakan

program SPSS versi 11.0 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7

Nilai Uji Linearitas

N F hitung Sig

30 0.67 0.78

Page 62: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

58

Dari tabel nilai uji linearitas menunjukan bahwa nilai probabilitas orientasi

religius dan psychological well being adalah 0,78. Nilai probabilitas tersebut

(0,78) > 0,05, sehingga Ho diterima. Hal ini berarti data-data yang digunakan

untuk menentukan model regresi mengikuti bentuk linear.

4.3 Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan perhitungan analisa regresi linier sederhana yang dilakukan

dengan menggunakan program SPSS versi 11.0 diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.8

Staistil< Deskriptif

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Psy well being 179.8000 18.90338 30 Orientasi Religius 140.3000 13.84184 30

Dari label statistik deskriptif di atas diketahui bahwa mean dari variabel

orientasi religius adalah 140.30, dengan standar deviasi sebesar 13.84.

S2dangkan mean dari variabel psycho1ogical well being adalah 179.80,

dengan standar deviasi sebesar 18.90.

Page 63: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

59

Tabel 4.9

Nilai koefisien korelasi

Variabel N r hitung r label 5%

Orientasi Religius 30 0.690 0.361

Psycological Well Being 30 0.690 0.361

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dapat diketahui bahwa nilai korelasi (r hitung)

antara orientasi religius dengan psychological well being menunjukkan angka

sebesar 0.690. Dengan demikian nilai (r hitung) > nilai (r tabel) pada taraf

signifikansi 5% (0,361 ). Hal ini berarti Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu ada

hubungan antara orientasi religius dengan psychological well being. Artinya

variabel bebas (orientasi religius) berpengaruh terhadap variabel terikat

(psychological well being). Angka koefisien korelasi bertanda positif ( +)

menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat

searah, artinya peningkatan orientasi religius akan diikuti oleh peningkatan

psychological well being.

Tabel 4.10

Nilai R Square (koefisien determinasi)

N R R Square

30 0.690 0.476

Page 64: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Sedangkan pad a ta be I 4.1 O menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi

(R Square) sebesar 0.476. Artinya bahwa orientasi religius berpengaruh

terhadap psychological well being sebesar 4 7 .6 %, sedangkan sisanya

60

sebesar 52.4 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui dan tidak

termasuk dalam analisis regresi ini.

Tabel 4.11

Nilai uji F

1_N--;e--D_f 1--+-~ hitung _ F tabel 5%

30 1 ~~25.464 4.196

Uji F digunakan untuk menguji apakah model persamaan Y' = a + bX yang

diajukan dapat diterima atau tidak. Caranya adalah dengan membandingkan

F hitung tersebut dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel, maka model di atas

dapat diterima.

Berdasarkan label di atas, diketahui bahwa F hitung (25.464) > F tabel

(4.169), maka model yang digunakan sudah tepat. Jadi kesimpulan yang

dapat diambil secara simultan adalah kedua variabel bebas memiliki nilai

signifikan dan berpengaruh terhadap variabel terikat.

Page 65: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

61

Tabel 4.12

Persamaan regresi sederhana

Unstandardized

Variabel N Cooeficients Std.error

B

Konstanta 47.569 26.327

Orientasi religius 30 0.942 0.187

Persamaan:

Y' = 47.569 + 0.942X

Untuk penyusunan persamaan regresi dari data penelitian ini dapat

menggunakan nilai-nilai dari kolom B, yaitu kolom Unstandardized

Coefficients. Dari kolom Bini diperoleh nilai Constans = 47.569, sedangkan

untuk nilai koefisien variabel orientasi relligius = 0.942. Dari nilai-nilai

koefisien variabel tersebut, persamaan regresi yang dapat disusun adalah :

Y' = 47.569 + 0.942X. Dengan persamasn ini, dapat diprediksi bahwa

psychologicaal well being akan berubah sebesar 0,942 untuk setiap unit

perubahan yang terjadi pada orientasi religius.

Tabel 4.13

Nilai Uji t

Variabel N t hitung Df (n·k) t tabel

5% --

1

Orientasi Religius 30 5.046 28 2.048

Page 66: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

62

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki keberartian

terhadap persamaan regresi yang disusun atau untuk menguji signifikansi

konslanla dari seliap variabel independen. Adapun hipolesis yang dapat

diajukan adalah :

Ho = Pengaruh variabel bebas dengan variabel dependen lidak signifikan

(tidak nyata)

H1 = Variabel bebas berpengaruh signifikan (nyata) lerhadap variabel

dependen

Jika t hitung > l label, maka Ho ditolak. Tetapi jika t hitung < t tabel maka Ho

dilerima.

Berdasarkan tabel di alas dikelahui bahwa l hilung (5.046) > t label (2.048).

Artinya Ho dilolak dan H1 dilerima. Hal ini berarti variabel orienlasi religius

secara signifikan berpengaruh lerhadap psychological well being.

Page 67: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil uji hipotesis dengan menggunakan regresi linier sederhana menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara orientasi religius dengan

psychological well being. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi

(r hitung} lebih besar dari pada nilai r tabel (0.690 > 0.361) pada taraf

signifikansi 5%, yang menyebabkan Ho ditolak dan H1 diterima. Angka

koefisien korelasi bertanda positif ( +) menunjukkan bahwa hubungan antara

kedua variabel tersebut bersifat searah, artinya peningkatan satu variabel

akan diikuti oleh peningkatan variabel lain.

5.2 Diskusi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara orientasi religius

dengan psychological well being. Adapun hasil penelitian menyatakan bahwa

orientasi religius berhubungan secara signifikan dengan psychological well

being. Artinya, tingkat psychological well being seseorang berkaitan erat

orientasi religius yang dimiliki oleh orang tersebut.

63

Page 68: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

64

Hasil penelitian ini sejalan denga.n hasil penelitian lain yang memiliki tema

besar yang sama yaitu bertujuan melihat korelasi antara religius atau aspek

spiritual individu dengan psychological well being. Di antaranya penelitian

yang pernah dilakukan oleh Tisdale dkk. (1997) yang menemukan adanya

korelasi antara spiritualitas yang tinggi dengan psychological well being.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pandangan seseorang mengenai

Tuhan (God Image) adalah salah satu variabel kuat yang dapat

mempengaruhi psychological well being seseorang. Hal ini mendukung teori

yang mengatakan bahwa: " .... that a spiritual approach to life fosters well­

being" (Tloczynski, et. al., 1997).

Selain bertujuan mengetahui hubungan antara orientasi religius dengan

psychological well being, penelitian ini juga dapat digunakan untuk

mengetahui hubungan dimensi orientasi religius dengan dimensi

psychological well being. Hasil yang diperoleh menunjukl<an adanya korelasi

positif antara orientasi religius intrinsik dengan psychological well being. Hal

ini dibuktikan dengan besarnya r hitung untul< masing-masing dimensi

psychological well being dengan orientasi religius intrinsik lebih besar

daripada r label (0.361 ), yaitu korelasi antara dimensi autonomy dengan

orientasi religius intrinsik adalah 0.438, korelasi antara dimensi environmental

mastery dengan orientasi religius intrinsik adalah 0.475, korelasi antara

dimensi personal growth dengan orientasi religius adalah 0.712, korelasi

Page 69: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

65

antara dimensi positive relation with others dengan orientasi religius intrinsik

adalah 0.595, korelasi antara dimensi purpose in life dengan orientasi religius

intrinsik adalah 0.680, dan korelasi antara dimensi self acceptance dengan

orientasi religius intrinsik adalah 0.436.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa orientasi religius intrinsik

berkorelasi positif dengan enam dimensi dalam psychological well being.

Artinya, orientasi seseorang yang bersifat intrinsik terhadap agama, dimana

ia akan mengamalkan ajaran agamanya secara penuh, dapat

mengantarkannya untuk memiliki keenam dimensi psychological well being

terse but.

Hasil ini juga memperkuat penelitian serupa yang dilakukan oleh Christoper

Alan Lewis dkk. (2003) di lnggris yang menemukan adanya hubungan yang

signifikan antara orientasi religius intrinsik dengan kebahagiaan dan juga

psychological well being. Dalam kesimpulannya, Christoper Alan Lewis

menyatakan bahwa orientasi religius intrinsik membuat individu terlibat

secara sempurna dengan agama yang dianutnya, dimana agama dinilai

dapat menolong individu untuk memberikan respon positif terhadap

kehidupan yang dijalaninya. Karenanya, keterlibatan yang mendalam

terhadap agama dapat mengantarkan seseorang pada kebahagiaan dan

psychological well being.

Page 70: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

67

Berdasarkan penjabaran di atas .. maka dapat dikemukakan mengapa

orientasi religius memiliki korelasi positif dengan psychological well being. Hal

ini juga berarti peningkatan orientasi religius akan diikuti oleh peningkatan

psychological well being seseorang, sehingga semakin intrinsik orientasi

religius seseorang, maka akan semakin tinggi pula psychological well being

yang ia miliki.

5.3 Saran

Berdasar hasil penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

5.3.1 Saran Praktis

Bagi individu disarankan agar memiliki komitmen yang tinggi terhadap agama

atau memiliki orientasi religius intrinsik, kcirena hasil penelitian ini

menunjukkan adanya hubungan positif antara orientasi religius intrinsik

dengan keenam aspek dalam psychological well being. Artinya, untuk

memperoleh tingkat psychological well being yang tinggi salah satunya dapat

dipengaruhi oleh orientasi religius.

Page 71: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

5.3.2 Saran Teoritis

1. Dibandingkan dengan penelitian mengenai masalah psikologis lainnya,

penelitian mengenai psychological well being masih jarang dilakukan di

Indonesia, karenanya bagi mahasiswa psikologi, diharapkan terus

melakukan penelitian mengenai psychological well being.

2. Bagi peneliti lain, hendaknya memasukkan variabel-variabel lain di luar

variabel yang ada dalam penelitian ini, agar diperoleh hasil yang lebih

jelas dan komprehensif mengenai faktor-faktor yang mempenaruhi

psychological well being, misalnya toleransi, menghargai minoritas,

prejudice, pola asuh, tempat tinggal, usia, dan tingkat pendidikan.

68

3. Literatur mengenai psychological well being masih sangat sulit didapatkan

di Indonesia, sehingga diharapkan para pakar psikologi Indonesia

memasukkan pembahasan ini dalam karya-karya yang dibuatnya.

4. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif.

Disarankan kepada peneliti berikutnya untuk menggunakan metode lain

baik itu metode kualitatif atau gabungan metode kualitatif dan kuantitatif,

agar didapatkan hasil yang lebih mendalam.

Page 72: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

DAFTAR PUSTAKA

Allport, Gordon W. & Ross, S. Michael.1867. Personal Religious Orientation and Prejudice. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 4.

Andrews, F.M. & Robinson, J. P. 1991. Measures of Subjective Well Being. In J.P. Robinson, P. Shaver, and L. Wrightsman (Eds.). Measures of Social Psychological Attitudes. San Diego: Academic Press.

Argyle, Michael. 2000. Psychology and Religion. An Introduction. New York: Taylor and Francis Group.

Batson, C. Daniel & Gray, Rebecca A. 1981. Religious Orientation and Helping Behavior: Responding to One's Own or to The Victims's Need? Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 3.

Batson, C.D. & P. A Schoenrade. 1991. Measuring Religion as Quest: Validity Concerns. Journal for The Scientific Study of Religion, Vol. 30.

Earnshow, E. L. 2000. Religious Orientation and Meaning Life. Retrieved from www. infm. ulst.ac. uk/-chris/50 .pdf.

Feldman, R.S. 1992. Elements of Psychology. New York: McGraw-Hill.

Francis, L. J., & Robbins, M. (2000). Religion and happiness: a study in empirical theology. Transpersonal Psychology Review, 4, 17-22.

Fuad, N. 1998. Keagamaan Mahasiswi Muslim Berjilbab dengan Muslim Yang Tidak Berjilbab. Jurnal Pemikiran dan Pene!itian Psikologi. Psikologika.

Guilford, J. P. & Fruchter, B. 1978. Fundamental Statistics inPsychology and Education. 6th Ed. New York: McGraw-Hill.

Herek, G. M. 1987. Religious Orientation & Prejudice: A Comparison of Racial and Sexual Attitudes. Retrieved from www.psychology.ucdavis.edu/rainbow/html/pspb87.pdf.

Kerlinger, Fred N. 2004. Azas-azas Penelitian Behavioral. (Terj.) Jogjakarta: Gajah Mada University Press.

69

Page 73: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

70

King, M. B., & Hunt, R. A. 1969. Measuring The Religious Variables: Amended Findings. Journal for the Scientific Study of Religion. Vol. 8.

Kountur, R. (2004 ). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM.

Lewis, C.A, et all. 2003. Religious orientation, religious coping and happiness among UK adults. Retrieved from http://www.infm.ulst.ac. uk/-chris/100. pdf

Magdalena, S.H., Wahyu, D.A. 2005. Hubungan Antara Kecemasan Akan HIV/AIDS dan Psychological Well Being Pada Waria yang Menjadi Pekerja Seks Komersial. Jumal Psilrologi. Vol. 15.

Nielsen, M.E. 2001. Religion and Happiness. Retrieved from http://www.amazon.com/exec/obidos/asin/0415189071 /nielsonpsycholo

Nurcholis, M. 1997. Masyarakat Religius. Jakarta: Paramadina.

Nurgiyantoro, B. (2000). Statistik Terapan Untuk Penelitian I/mu-I/mu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ryff, C.D. 1989. Happiness Is Everything, or It Is? Exploration on The Meaning of Psychological Well Being. Journal of Personality and Social. Psychology, Vol. 57.

Ryff, C.D. & Keyes, L.M. ·J 995. The Structure of Psychological Well Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 69.

Sevilla, et al., 1993 Sevilla, et al. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Ul-Press.

Singarimbun,M & S.Effendi (2006). Metodologi Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Sudjana, M., A. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suharsimi, A. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi, A. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Page 74: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

71

Syaifudin, A. (2003). Penyusunan Skala Psikilogi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ·

Syaifudin, A. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tloczynski, J., Knoll, C., & Fitch, A. 1997. The relationship among spirituality, religious ideology, and personality. Journal of Psychology and Theology. Vol. 25.

Wahana Komputer. Tim Penelitian dan Pengembangan. (2006). Menguasai SPSS 13 untuk statisti/c Jakarta: Salemba lnfotek.

Wulf, D.M. 1997. Psychology of Religion. Classic & Contemporary. 2nd Ed. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Page 75: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlations Correlations

TOTALX VAR00009 TOTALX VAR00010 TOTALX Pearson Correlation 1 ,530* TOTALX Pearson Correlation 1 .512'

S!g. (2-tailed) .003 Sig. (2-tailed) .004 N 30 30 N 30 30

VAR00009 Pearson Correlation .530' 1 VAR00010 Pearson Correlation .512' 1

Sig, (2-tailed) .003 Sig. (2-tailed) .004 N 30 30 N 30 30

*". Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). u. Correlation is significant at the 0.01 level {2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALX VAR00011 TOTALX Pearson Correlation 1 .745*

TOTALX VAR00012 TOTALX Pearson Correlation 1 -.375'

Sig. (2-tai!ed) 000 Sig. (2-tai!ed) 041

N 30 30 N 30 30

VAR00011 Pearson Correlatlon .745' 1 VAR00012 Pearson Correlation -.375* 1

Sig (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .041

N 30 30 N 30 30

.. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *.Correlation is significant at the 0.05 level (2·tailed) .

Correlations Correlations

TOTALX VAR00013 TOTALX VAR00014 TOTALX Pearson Correlation 1 .623' TOTALX Pearson Correlation 1 .392'

Sig. (2-tailed) .000 Sig. {2-tailod) 032 N 30 30 N 30 30

VAR00013 Pearson Correlation .623· 1 VAR00014 Pearson Correlation .392* 1

Sig (2-tailed) .000 Sig (2-tailed) .032

N 30 30 N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level {2-tailed). •. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tai!ed).

Correlations Correlations

-TOTALX VAR00015 TOTALX VAR00016

TOTALX Pearson Correlation 1 .559' TOTALX Pearson Correlation 1 .401' Sig. (2-tailed) .001 Sig. (2-tailed) .028 N 30 30 N 30 30

VAR00015 Pearson Correlation 559' 1 VAR00016 Pearson Correlation 401· 1 Sig. (2-tailed) .001 Sig. (2-tailed) 028 .

N 30 30 N 30 30

•• Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). • Correlation is significant at the 0.05 !eve! (2-tailed).

Page 76: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlations Correlations

TOTALX VAR00009 TOTALX VAR00010 TOTALX Pearson Correlation 1 ,s30· TOTALX Pearson Correlation 1 .512·

Sig. (2-tai!ed) .003 Sig. (2-taited) .004

N 30 30 N 30 30 VAR00009 Pearson Correlation .530' 1 VAR00010 Pearson Correlation . 512· 1

Sig. (2-tailed) .003 Sig. (2-tailed) .004 N 30 30 N 30 30

··.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). ••.Correlation is significant at the 0.01 !eve! (2-taiJed}.

Correlations Correlations

TOTALX VAR00011 TOTALX VAR00012

TOTALX Pearson Correlation 1 .745. TOTALX Pearson Correlation 1 -.375•

Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tai!ed} .041

N 30 30 N 30 30

VAR00011 Pearson Correlation .745• 1 VAR00012 Pearson Correlation -.375• 1

Sig (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .041

N 30 30 N 30 30

•• Correlation is significant at the 0.01 level (2-tai!ed). *.Correlation is significant al the 0.05 level {2-tailed).

Corretatlons Correlations

TOTALX VAR00013 TOTALX Vfl.R00014 TOTALX Pearson Correlation 1 .623" TOTALX Pearson Correlation 1 .392'

Sig. (2-tailed) 000 Sig. (2·tailed} 032 N 30 30 N 30 30

VAR00013 Pearson Correlation 623" 1 VAR00014 Pearson Correlation 392· , Sig (2-tailed) .000 Sig (2-tai!ed) 032 N 30 30 N 30 30

•·. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). '. Correlation is significant at the 0.05 level (2·tai!ed).

Correlations Correlations

TOTALX VAR00015 TOTALX VAR00016 TOTALX Pearson Correlation 1 .559* TOTALX Pearson Correlation 1 .401'

Sig. (2-tailed) .001 Sig. (2-tai!ed) .028 N 30 30 N 30 30

VAR00015 Pearson Correlation 559" 1 VAR00016 Pearson Correlation 401· 1 Sig. (2-tai!ed) .001 . Sig. (2-tailed) 028 N 30 30 N 30 30

.. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). '.Correlation 1s significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 77: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlations Correlatlons

TOTALX VAR00017 TOTALX VAR00018

TOTALX Pearson Correlation 1 .483' TOTALX Pearson Correlation 1 .087

Sig_ {2-tai1ed) .007 Sig. (2-taifed) 648

N 30 30 N 30 30

VAR00017 Pearson Correlation .483' 1 VAR00018 Pearson Correlation .087 1

Sig (2-tailed) .007 Sig. (2-tai!ed) .648

N 30 30 N 30 30

•• Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALX VAR00019 TOTALX VAR00020

TOTALX Pearson Corrnla!!on 1 A07• TOTALX Pearson Correlation 1 .281

Sig. {2·tai!ed) 026 Sig. (2-tailed) .133

N 30 30 N 30 30

VAR00019 Pearson Correlation .407• 1 VAR00020 Pearson Correlation .281 1 Sig. (2-tailed) .026 Sig (2-lailed) 133 N 30 30 N 30 30

' Correlation is significant at the 0.05 level (2-tai!ed).

Correlations Correlalfons

TOTALX VAR00021 TOTALX VAR00022 TOTALX Pearson Correlation 1 .377' TOTALX Pearson Correlation 1 559'

Sig. (2-tailed) 040 Sig. {2-tai!ed) 001 N 30 30 N 30 30

VAR00021 Pearson Correlation .377' 1 VAR00022 Pearson Correlation .559 .. 1 Sig. {2-tailed) .040 Sig. (2-taited) .001 N 30 30 N 30 30

' Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). •• Correlation is significant at the 0.01 level (2-talled)

Correlations Correlations

TOTALX VAR00023 TOTALX Pearson Correlatio 1 .346

Sig. (2-tailed) .061

TOTALX VAR00024 TOTALX Pearson Correlation 1 .387•

Sig (2-tailed) .035 N 30 30

N 30 30 VAR00024 Pearson Correlation 387* 1 -VAR00023 Pearson Corre!atio 346 1 Sig {2-tailed) 035

Sig. (2-tailed) .061 N 30 30

N 30 30 • Correlation is significant at the 0.05 !eve! (2-tailed).

Correlations

TOTALX VAR00025 TOTALX Pearson Correlation 1 .510·

Sig {2-tai!ed) 004

N 30 30

VAR00025 Pearson Correlation .510' 1

Sig (2-ta!led) .004

N 30 30

° Correlation is significant at the 0.01 revel {2-tailed).

Page 78: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlations Correlations

TOTALX VAR00026 TOTALX VAR00027

TOTALX Pearson Correlation 1 .679" TOTALX Pearson Correlation 1 .663"

Sig. (2-ta\led) .000 Sig. (2-lailed) .000

N 30 30 N 30 30

VAR00026 Pearson Correlali :in .679. 1 VAR00027 Pearson Correlation .663"" 1

Sig. {2-tailed) .000 Sig {2-tailed) .000

N 30 30 N 30 30

•• Correlation is sigmficanl at the 0.01 level (2-tailed). •• Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALX VAR00028 TOTALX VAR00029 TOTALX Pearson Correlation 1 .286 TOTALX Pearson Correlation 1 .s·12·

Sig. (2·tailed) 125 Sig. (2·tailed) 004

N 30 30 N 30 30 VAR00028 Pearson Correlation 286 1 VAR00029 Pearson Correlation 512' 1

Sig (2-tailed) 125 Sig. (2-tailed) .004

N 30 30 N 30 30

**.Correlation is significant at the 0.01 level (2·tailed).

Correlations Correlations

TOTALX VAR00030 TOTALX VAR00031 TOTALX Pearson Correlation 1 .713' TOTALX Pearson Correlation 1 382'

Sig (2-tailed) 000 Sig. (2-tailed) 037

N 30 30 N 30 30

VAR00030 Pearson Correlation 713' 1 VAR00031 Pearson Correlation .382' 1

Sig (2-tailed} 000 Sig. (2-tailed) .037 .

N 30 :10 N 30 '."10

" Correlation 1s significant at the 0.01 level (2-tailed). • · Correla\!on 1s significant at the 0.05 level (2·ta1led)

Page 79: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlations Correlations

TOTALX VAR00032 TOTALX VAR00033 . TOTALX Pearson Correlation 1 .351 TOTALX Pearson Corretat1on 1 .552'

Slg. {2-lailed) .057 Sig. (2-tai!ed) .002

N 30 30 N 30 30 VAR00032 Pearson Corre!a\lon .351 1 VAR00033 Pearson Correlation .552' 1

Sig. (2-lailed) .057 Sig. (2-tailed) .002 N 30 30 N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

TOTALX VAR00034 TOTALX Pearson Correlation 1 .137

Sig. {2-tailed) .471 N 30 30

VAR00034 Pearson Correlation .137 1 Sig. (2-tailed) .471

N 30 30

Correlations Correlations

TOTALX VAR00035 TOTALX VAR00036 l OTALX Pearson Correlation 1 .451' TOTALX Pearson Correlation 1 751·

Sig (2-tailed) .012 Sig. (2-taited) 000 N 30 30 N 30 30

VAR00035 Pearson Correlation .451* 1 VAR00036 Pearson Correlation . 751~ 1 Sig (2-tai!ed) 012 Sig. (2-taHed) 000 N 30 30 N 30 30

• Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ·•.Correlation is significant at the 0.01 level {2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALX VAR00037 TOTALX VAR00038 TOTALX Pearson Correlatton 1 .415' TOTALX Pearson Correlation 1 533•

Sig. (2-tailed) .023 Sig. (2-tailed) 002

N 30 30 N 30 30

VAR00037 Pearson Correlation 415' 1 VAR00038 Pearson Correlation .533" 1 Sig. (2-tailed) 023 Sig. (2·tai!ed) .002 N 30 30 N 30 30

'. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). " Correlation is significant at U1e 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALX VAR00039 TOTALX VAR00040 IOTALX Pearson Correlation 1 .470' TOTALX Pearson Correlation 1 173

Sig. (2-tailed) .009 Sig. (2-tailed) 360 N 30 30 N 30 30

VAR00039 Pearson Correlalion 470' 1 VAR00040 Pearson Correlation 173 1 Sig. (2-tailed} .009 Sig. (2-tailed) .360

N 30 30 N 30 30

••. Correlation is significant al the 0.01 level (2-tai!ed).

Page 80: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlatlons Correlations

TOTALX VAR00041 TOTALX VAR00042

TOTALX Pearson Correlation 1 .127 TOTALX Pearson Correlation 1 .309

Sig. (2·tal!ed) .503 Sig. (2-tailed) .097

N 30 30 N 30 30 VAR00041 Pearson Corre!atlon .127 1 VAR00042 Pearson Correlation .309 1

Sig. (2-talled) .503 Sig. (2-tailed) .097 N 30 30 N 30 30

Correlations Correlations

TOTALX VAR00043 TOTALX VAR00044 TOTALX Pearson Correlation 1 .523" TOTALX Pearson Correlation 1 490'

Sig. (2-tai!ed) .003 Sig. (2-tailed) .006

N 30 30 N 30 30 VAR00043 Pearson Correlation .523" 1 VAR00044 Pearson Correlation 490" 1

Sig. (2-tailed) .003 Sig. (2·tailed) .006 N 30 30 N 30 30

•· Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). ••. Correlation ls significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALX VAR00045 TOTALX VAR00046 TOTALX Pearson Correlation 1 .387" TOTALX Pearson Correlation 1 217

Sig. (2-tai!ed) 035 Sig. (2-tailed) 249 N 30 30 N 30 30

VAR00045 Pearson Correlation 387' 1 VAR00046 Pearson Correlation 217 1 Sig. (2-tailed} .035 Sig. (2-tailed) 249 . N 30 30 N 30 30

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed}.

Correlations Correlations

--TOTALX VAR00047 TOTALX VAR00048

TOTALX Pearson Correlation 1 .463" TOTALX Pearson Correlation 1 .368" Sig. (2-talled) .010 Sig. (2-tailed) .046 N 30 30 N 30 30

VAR00047 Pearson Correlation 463* 1 VAR00048 Pearson Correlation .368. 1 Sig (2-taifed) 010 Sig. (2-tailed) .046 N 30 30 N 30 30

• Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed). •. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALX VAR00049 TOTALX VAR00050 TOTALX Pearson Correlation 1 .362. TOTALX Pearson Correlation 1 so1·

Sig. (2-tailed) .049 Sig. {2·tai!ed) 005 N 30 30 N 30 30

VAR00049 Pearson Correlat!on 362' 1 VAROOOSO Pearson Correlation .501" 1 Sig. (2-tailed) .049 Sig. (2-taited) .005

N 30 30 N 30 30

•. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ''. Correlation is significant at the 0.01 level {2-tailed).

Page 81: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Reliability ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis

R E L I A B I L I T Y

Item-total Statistics

Alpha

i. 1. l Le~ m

VAROOOOl .9099 VAR00002 .9114 VAR00004 .9125 VAR00005 .9093 VAR00006 .9076 VAR00007 .9109 VAR00009 .9098 VAR00010 .9109 VAROOOll . 9077 VAR00012 . 9201 VAF\00013 . 9092 VAR000l4 . c\133 Vfl.R00015 .9091 VAR00016 .9125 VAR00017 .9105 VAR00019 . 9116

Scale Mean

if TtP.m

Deleted

121.4000

120.8667

121.3000

120.7667

121. 5333

120.9333

121.2667

121.1333

121.1333

123.2000

121. 2.313

Pl. 5667

121.0667

121.1667

120. 9667

120. 7000

ANALYSIS

Scale Variance

.i f It em

S C A L E

Corrected Item-

(A L P H A)

Squared

Total Multiple

Deleted Correlation Correlation

141.6276 . 5218

143.0851 .3991

143.4586 .3335

142.5989 .6437

137.7747 . 6715

144.2023 . 4 531

139.4437 .5201

140.1195 . 4 578

139.3609 .7160

155.6138 -. 4104

HO. 32.30 . 5718

144.8747 . 2 684

140.2023 . 5836

144.6954 .3103

143.6195 .5007

145.6655 . 397 8

Page 82: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

VAR00021 120.8333 145.7299 .3390

.9120 VAR00022 121.3000 141.9414 . 4 938

.9103 VAR00024 121.2000 142.0276 .2993

.9142 VAR00025 121.2000 141. 7517 . 5680

.9095 VAR00026 121.2333 139.3575 . 6922

.9079 VAR00027 121.1000 139.5414 .5454

.9094 VAR00029 121.3333 141.3333 .5051

.9101 VAR00030 121.0667 139.5816 . 6238

.9085 VAR00031 121.4667 1'12.6713 .3809

. 9118 VAR00033 121.4333 142.1161 .5700 • (jCJ !) ()

VAR00035 121.1667 143.1782 .4521

.9108 VAR00036 121. 0000 141.2414 .7033

.9085 VAR00037 121.0667 143.1678 . 4 820

.9105 VAR00038 121.2667 143.2368 .4885

.9105 VAR00039 120.6667 144.5057 . 4 502

.9110 VAR00043 121. 0000 140.9655 .5285

.9098 VAR00044 121. 8667 139.3609 . 4 650

.9109 VAR00045 120.8333 143.9368 . 3489

. 9121 V1;R0004 7 120.8667 142.7402 .4210

. 91i2 VAR00048 121.0667 143.5816 .3146

. 9128 VAROOIJ,19 120.9333 10. 7885 .3505

.9121 VAROOO:OO 121.1333 143.5678 .3774

.9117

R E L 1 A G I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E (A L P H l1i

Reliability Coefficients 38 items

Alpha . 9130 Standardized item alpha .9179

Page 83: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

VALIDITAS PSYCHOLOG~CAL WELL BEING

Correlations Correlations

VAR00001 TOTALY TOTALY VAR00002 VAR00001 Pearson Correlation 1 .408. TOT ALY Pearson Correlation 1 -.369~

Sig. (2-tailed) .025 Sig (2-tailed) .045

N 30 30 N 30 30

TOTALY Pearson Correlation .408' 1 VAR00002 Pearson Correlation -.369• 1

Sig. (2-tai!ed) .025 Sig. (2-taHed} .045

N 30 30 N 30 30

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlation is significant at the 0.05 level (2-tai!ed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00003 TOTALY VAR00004 TOT ALY Pearson Correlation 1 .494' TOT/\LY Pearson Correlation 1 .331

Sig. (2-tailed) .006 Sig. {2-tailed) 074 N 30 30 N 30 30

VAR00003 Pearson Correlation 494• 1 VARIJ0004 Pearson Correlation .·331 1 Sig. (2-tailed} .006 Sig. (2-tai!ed) .074 N 30 30 N 30 30 -

Correlation is significant at tile 0.01 level (2-ta1Jed).

Correlations Correlations

TOTALY VAROOOOS TOTALY VAR00006 TOT ALY Pearson Correlation 1 .086 TOTALY Pearson Correlation 1 .352

Sig. {2-ta!led) .650 Sig. (2-tailed) .057

N 30 30 N 30 30 VAROOOOS Pearson Correlation .086 1 VAR00006 Pearson Correlation .352 1

Sig. (2-tailed) .650 Sig. (2-tai!ed) 057 N 30 30 N 30 30

Correlntions Correlations

TOTALY VAR00007 TOTALY VAR00008 TOT ALY Pearson Correlation 1 .057 TOT ALY Pearson Correlation 1 .084

Sig. (2-taited) .767 Sig. (2-taited} .659

N 30 30 N 30 30

VAR00007 Pearson Correlation .057 1 VAR00008 Pearson Correlation .084 1

Sig. {2-tailed) .767 Sig, (2-tai!ed) .659 N 30 30 N 30 30

Correlations Correlations

TOT ALY VAR00009 TOTALY VAR00010 TOTALY Pearson Correlation 1 .324 TOT ALY Pearson Correlation 1 .282

Sig. {2-toiled) ,081 Sig. (2-tai!ed) '131 N 30 30 N 30 30

VAR00009 Pearson Correlation .324 1 VAR00010 Pearson Correlation .282 1 Sig, (2-tailed) .081 Sig. (2-tailed) .131 N 30 30 N 30 30

Page 84: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlations Correlations

TOTALY VAR00011 TOT ALY VAR00012

TOT ALY Pearson Correlation 1 ,643• TOT.ti.LY Pearson Correlation 1 .237

Sig. (2-tailed} .000 Sig. (2-tailed) .208

N 30 ' 30 N 30 30

VAR00011 Pearson Correlation .643. 1 VAR00012 Pearson Correlation .237 1

Sig. {2-tailed) .000 Sig. {2-talled) .208

N 30 30 N 30 30

••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00013 TOTALY VAR00014 TOTALY Pearson Correlation 1 .088 TOTALY Pearson Correlation 1 .063

Sig. (2-tai!ed) .643 Sig. (2-tailed) .741

N 30 30 N 30 30

VAR00013 Pearson Correlation .088 1 VAR00014 Pearson Correlation .063 1

Sig. (2-tai!ed} .643 Sig. (2-taiJed) 741

N 30 30 N 30 30

Correlations Correlations

TOTALY VAR00015 TOT ALY VAR00016 TOT ALY Pearson Correlation 1 .484' TOT/\LY Pearson Correlation 1 606'

Sig. {2-tai!ed) .007 Sig. (2-tailed) 000 N 30 30 N 30 30

VAR00015 Pearson Correlation .484. 1 VAR00016 Pearson Correlation .606' 1 Sig (2-tai!ed) .007 Sig (2-tailed) .000 N 30 30 N 30 30

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00017 TOTALY VAR00018 TOT ALY Pearson Correlation 1 .236 TOT ALY Pearson Correlation 1 455•

Sig. (2-!ailed) 208 Sig. (2-talled) .010 N 30 30 N 30 30

V/\1~00017 Pearson Correlation 236 1 VAR00018 Pearson Correlation 465. 1 Sig. (2-!ai!ed) .208 Sig. (2-tailed) 010 N 30 30 N 30 30

Correlation is significant al the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00019 TOTALY VAR00020 fOTALY Pearson Correlation 1 .240 ro-rALY Pearson Correlation 1 422·

Sig. (2·tailed) .201 Sig. (2-taifed) 020 N 30 30 N 30 30

VAR00019 Pearson Correlation .240 1 VAR00020 Pearson Correlation .422· 1 Sig. (2-taited) .201 Sig. (2-tailed) 020 N 30 30 N 30 30

• Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 85: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlations Correlations

TOT ALY VAR00021 TOTALY VAR00022

TOTALY Pearson Correlation 1 .570" TOT.i\LY Pearson Correlation 1 .400·

Sig. (2-tai!ed) ,001 Sig. (2-taifed) .029

N 30 30 N 30 30

VAR00021 Pearson Correlation .570" 1 VAR00022 Pearson Correlation .400" 1

Sig. (2-tailed) .001 Sig. {2-tailed) .029

N 30 30 N 30 30

**.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00023 TOT ALY VAR00024 TOT ALY Pearson Correlation 1 .451* TOTALY Pearson Correlation 1 .431*

Slg. (2-tailed) .012 Sig. {2-tailed) ,017

N 30 30 N 30 30

VAR00023 Pearson Correlation .451" 1 VAR00024 Pearson Correlation 431* 1 Sig. (2·tai!ed) 012 Sig. (2-tai!ed) .017

N 30 30 N 30 30

• Correlation is significant at the 0.05 level (2·tailed). • Correlation is significant at the 0.05 level {2-tailed).

Correlations Correlations

TOT ALY VAR00025 TOT ALY VAR00026 TOTALY Pearson Corrolntion 1 .244 TOTALY Peorson Corrolat1on I 143

Sig. (2-tailed) 194 Sig. {2-tailed) 451 N 30 30 N 30 30

VAR00025 Pearson Correlation .244 1 VARV002G Pearson Correlation 143 I Sig (2-tailed) 194 Sig {2-tailed) 451 N 30 30 N 30 30

Correlations Correlations

TOT ALY VAR00027 TOTALY VAR00028 TOT ALY Pearson Correlation 1 .795" TOTA.LY Pearson Correlation 1 .348

Sig. (2-tailed) .000 Sig. {2-tailed) 059 N 30 30 N 30 30

VAR00027 Pearson Correlation .795" 1 VAR00028 Pearson Correlation 348 1 Sig. (2-tai!ed) 000 Sig. {2·tailed) .059 N 30 30 N 30 30

•• Correlation is significant at the 0.01 !evel (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00029 TOTALY VAR00030 TOT ALY Pearson Correlation 1 .275 TOTALY Pear~on Correlation 1 .699*

Sig. (2-tai!ed) .141 Sig. (2-tai!ed) .000

N 30 30 N 30 30 VAR00029 Pearson Correlation .275 1 VAR00030 Pearson Correlation 699" 1

Sig. (2-tailed) 141 Sig. (2-tailed) 000

N 30 30 N 30 30

••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-talled).

Page 86: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlations Correlations

TOTALY VAR00031 TOTALY VAR00032 TOT ALY Pearson Correlation 1 .519" TOT ALY Pe1:1rson Corre!at1on 1 ,718"

Sig. (2·1ailed) 003 Sig. {2-tailed) .000

N 30 30 N 30 30 VAR00031 Pearson Correlation .519' 1 VAR00032 Pearson Corre!ation .718*' 1

Sig. (2-tailed) .003 Sig. {2-talled) .ODD N 30 30 N 30 30

••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). •• Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed}.

Correlations Correlations

TOTALY VAR00033 VAR00034 TOT ALY TOT ALY Pearson Correlation 1 .534' VAR00034 Pearson Correlation 1 ·.299

Sig. (2-tailed) .002 Sig. (2*tai!ed) .108 N 30 30 N 30 30

VAR00033 Pearson Correlation .534' 1 TOT ALY Pearson Correlation ·.299 1

Sig. (2-tai!ed) .002 Sig. {2-tailed) .108

N 30 30 N 30 30

••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOT ALY VAR00035 TOTALY VAR00036 TOT ALY Pearson Correlation 1 .403" TOT ALY Pearson Correlation 1 .11s·

Sig. {2·ta!led) .027 Sig. (2~tailed) DOD N 30 30 N 30 30

VAR00035 Pearson Correlation 403• 1 VAR00036 Pearson Correlation .715' 1 Sig (2-tailed) .027 Sig (2*tailed} DOD N 30 30 N 30 30

' Correlation is significant at the 0.05 level (2·tailed). •• Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOT ALY VAR00037 TOT ALY VAR00038 TOT ALY Pearson Correlation 1 .394' TOT ALY Pearson Correlation 1 _744•

Sig. (2-tailed) .031 Sig. (2-tailed) .000

N 30 30 N 30 30 VAR00037 Pearson Correlation 394• 1 VAR00038 Pearson Correlation 744• 1

Sig. (2-tai!ed) 031 Sig (2Aailed) ODD N 30 30 N 30 30

'. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). •• Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOT ALY VARDDD39 TOTALY VAR00040 TOT ALY Pearson Correlatton 1 . 371 • TOT ALY Pearson Correlation 1 .366 •

Sig. (2-tailed) .044 Sig. (2-tai!ed) .047

N 30 30 N 30 30 VAR00039 Pearson Correlation 371' 1 VAR00040 Pearson Correlation .366. ' Sig. {2-tailed) .044 Sig. {2-tailed) .047

N 30 30 N 30 30

' Correlation is significant ot the 0.05 level {2-tailed). ' Correla!ion is signific<int at the 0.05 level (2-lailed)

Page 87: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlations Correlations

TOTALY VAR00041 TOT ALY VAR00042 TOT ALY Pearson Correlation 1 .651· TOT ALY Pearson Correlation 1 .644.

Sig. {2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000

N 30 30 N 30 30

VAR00041 Pearson Correlation .651* 1 VAR00042 Pearson Correlation 544• 1 Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-talled) .000

N 30 30 N 30 30

·•. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 0

· Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOT ALY VAR00043 TOTALY VAR00044 TOT ALY Pearson Correlation 1 .276 TOT ALY Pearson Correlation 1 .396"

Sig. (2·1ailed) .140 Sig. (2-tailed) .030

N 30 30 N 30 30 VAR00043 Pearson Correlation .276 1 VAR00044 Pearson Correlation .396. 1

Sig. (2·tailed} .140 Sig. (2-tailed) .o3o N 30 30 N 30 30

•. Correlation is significant at the 0.05 level {2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00045 TOTALY VAR00046 TOT ALY Pearson Correlation 1 .634. T01ALY Pearson Correlation 1 s27·

. Sig. {2-tai!ed) 000 Sig. (2·tailed) 003 N 30 30 N 30 30

VAR00045 Pearson Correlation .634. 1 VAR00046 Pearson Correlation .s21· 1 Sig. (2-tai!ed) .000 Sig. (2-tailed) .003 N 30 30 N 30 30

•• Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). •• Correlation is significant at the 0.01 level (2-tai!ed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00047 TOTALY VAR00048 TOT ALY Pearson Correlation 1 .sss· TOT ALY Pearson Correlation 1 .644'

Sig. (2-tailed) .001 Sig. (2·1ailed) .000 N 30 30 N 30 30

VAR00047 Pearson Correlation SSS- 1 VAR00048 Pearson Correlation 544•· 1 Sig. (2-tai!ed) .001 Sig. (2~tailed} 000 N 30 30 N 30 30 -

••. Correlation is significant al the 0.01 level (2-tailed). •• Correlation is significant at the 0.01 !eve! (2-tai!ed).

Correlations

VARfl0049 TOT ALY VAR00049 Pearson Correlation 1 ,846'

Sig. (2-tailed) 000 N 30 30

TOTALY Pearson Correlation .846' 1 Sig. (2·1ailed) .000

N 30 30

•• Correlation is significant at the 0.01 !eve! (2-ta1led).

Page 88: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlations Correlations

TOTALY VARDOD50 TOTALY VAR00051 TOTALY Pearson Correlation 1 .371" TOTALY Pearson Correlation 1 .405"

Sig. (2·tailed) .043 Sig. {2-taired) .026

N 30 30 N 30 30

VAR00050 Pearson Correlation .371" 1 VAR00051 Pearson Correlation .405" 1 Sig. (2·tai!ed) .043 Sig. (2-tailed) .026

N 30 30 N 30 30

• Correlation is significant al the 0,05 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level {2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00052 TOTALY VAR00053 TOTALY Pearson Correlation 1 .095 TuTALY Pearson Correlation 1 .611"

Sig. (2-tailed} .617 Sig. (2-tailed) .000

N 30 30 N 30 30

VAR00052 Pearson Correlation .095 1 VAR00053 Pearson Correlation .611' 1 Sig, (2·tailed) 617 Sig. (2-tai!ed) ODO N 30 30 N 30 30

•• Correlation is significant at the 0.01 level (2·tai!ed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00054 TOTALY VAROOOSS TOT ALY Pearson Correlation 1 .746" TOTALY Pearson Correlation 1 492'

Sig. (2-tai!ed) .000 Sig_ {2-tailed) 006

N 30 30 N 30 30

VAR00054 Pearson Correlation .746. 1 VAR00055 Pearson Correlation 492' 1

Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) 006

N 30 30 N 30 30

" Correlation is significant al the 0.01 level (2-tailed}. ". Correlation is significant at the 0.01 level (2·ta1led).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00056 TOTALY VAR00057 TOT ALY Pearson Correlation 1 .488" TOT•LY Pearson Correlation 1 .419'

Sig. (2·tailed) 006 Sig. (2-taHed} 021 N 30 30 N 30 30

VAR00056 Pearson Correlation .488" 1 VARJ0057 Pearson Correlation .419" ' Sig (2-tailed) 006 Sig. (2-tailed) 021 N 30 30 N 30 30

•· Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOT ALY VAR00058 TOT ALY VAR00059 TOT ALY Pearson Correlation 1 .348 TOT ALY Pearson Correlation 1 481"

Sig. (2-tailed) .059 Sig. (2-tai!ed) .007

N 30 30 N 30 30 VAR00058 Pearson Correlation 348 1 VAR00059 Pearson Correlation 481' 1

Sig. (2-tailed) .059 Sig. (2-tailed) .007

N 30 30 N 30 30

''. Correlation is significant at the 0.01 level {2-tailed).

Page 89: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Correlations Correlations

TOTALY VAR00060 TOTALY VAR00061 TOT ALY Pearson Correlahon 1 . 543" TOTALY Pearson Correlation 1 .640 •

Sig. (2-tailed) .002 Sig. (2-tailed) .000 N 30 30 N 30 30

VAR00060 Pearson Correlation 543• 1 VAR00061 Pearson Correlation .640" 1 Sig. (2-tai!ed) .002 Sig. (2-tailed) .000 N 30 30 N 30 30

" Correlation is significant at the 0.01 level (2-talled). "'. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00062 TOTALY VAR00063 TOT ALY Pearson Correlation 1 .484" TOTALY Pearson Correlation 1 .617'

Sig. (2-tai!ed) .007 Sig. (2-taHed) .000 N 30 30 N 30 30

VAR00062 Pearson Correlation .484~ 1 VAR00063 Pearson Correlation 617~ 1 Sig. (2-tailed} .007 Sig. (2-tai!ed) .000

N 30 30 N 30 30

•• Correlatlon is significant at tho 0.01 level (2-lailed). ... Correlation is s1gnificant at the 0.01 level (2·tailed).

Correlations Correlations

TOTALY VAR00064 TOTALY VAR00065 TOT ALY Pearson Correlation 1 ,641• TOT ALY Pearson Correlation 1 .200

Sig. (2-taiJed) .000 Sig. (2·1ai1ed) .288 N 30 30 N 30 30

VAROOOG4 Pearson Correlation 641"' 1 VAROOOG5 Pearson Correlation .200 1 Sig. (2-tailed} 000 Sig (2-!ai!ed) .288 N 30 30 N 30 30

•• Correlation is significant at the 0.01 level (2-tai!ed).

Correlations Correlations

TOT ALY VAROOOGG TOT ALY VAROOOG7 TOT ALY Pearson Correlation 1 .597" TOT ALY Pearson Corre!at1on 1 .401*

Sig. {2-tailed) 000 Sig. (2~tailed) 028 N 30 30 N 30 30

VAROOOGG Pearson Correlation 507' 1 VAH00067 Peurson Corrolnlion 401" 1 Sig (2-tai!ed) 000 Sig. (2-tailed) .028 N 30 30 N 30 30

.. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) .

Correlations Correlations

TOTALY VAR00068 TOTALY VAR00069 TOT ALY Pearson Correlation 1 ·.118 TOTALY Pearson Correlation 1 .046

Sig. (2-tailed} .534 Sig. {2·1ailed) 811

N 30 30 N 30 30 VAR00068 Pearson Correlation ·.118 1 VARU0069 Pearson Correlation 046 I

Sig (2-tai!ed) 534 Sig (2-tailed) 811 N 30 30 N 30 30

Page 90: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

VAR00040 163.0667 344. 2023 .3289

.9482 VAR00041 162.1667 340.4195 .6445

. 94 68 VT\R000,12 162.8667 339.;3609 .6343

.9467 VAR00044 162.8333 341.6609 .3718

. 94R1 VAR00045 162.4333 338.8747 . 6802

.9466 VAR00046 162.6000 338.6621 .5615

.9470 VAR00047 162.5000 337. 7759 .5733

.9469 VAR00048 162.9000 332.2310 . 6606

. 94 63 VAR00049 162.5667 329.2885 .8666

.9452 VAR00050 163.4333 345.9782 . 3372

. 94 81 VAR00051 162.9333 343.4437 .3710

.9480 VAR00053 162.5333 338.1885 .6668

.9465 VAR00054 162. 7333 332. 9609 .7480

.9459 VAR0005'.) 162.6333 341.9644 .5301

. 94 72 VAR00056 163.2333 338.9437 . 4 936

.9474 VT\R(l0()f)7 1 6;J. ':iOOO 30.4310 • tJ 221

. 94 77 VAR00059 162. 6667 34 5. 126<1 .3909 • 0'17 H

Vl'.ROOO 60 162.9333 341.4437 . 4 8 97

.9474 VAR0006l 162.7333 338.3402 . 5418 . 1)11-; l

VAROOOb?. ](iJ.1000 .l41.fll72 .48<1/

. 94 '/ 4

Page 91: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

R s L I A B I L I T y A N A L y s I s s c A L E (A L p H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared

IUpha if Item if Item Total Multiple

if Item Deleted Deleted Correlation Correlation

Deleted

VAR00063 162.6000 338.5931 .5642 . 94 70 VAR00064 163.0333 341.5506 .5913 . 94 70 VAR00066 162.6000 335.8345 .5902 . 94 68 VAROOOG7 l G;'. 8000 340.0276 .4417 .9477 VAR00070 163.1000 325.54U .8361 .9451 VAR00073 162.6000 335.4897 .6893 . 94 63 VAR00074 164. 2000 365. 4759 -.5353 . 952() '/l\R00075 162.5333 339.4989 . 4 7 81 . 94 7 4 'Jl\.R00077 162.3667 341.7575 .6070 .9470 VAR00079 162.7333 345.5126 .3218 . 94 82 Vl\.ROOOSO 163.2000 342.8552 .5076 . 9n3 VAR00082 162.5667 340.1161 . 4 611 . 94 7 5

Alpha = . 94 8 3 Standardized item alpha .9500

Page 92: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

ran 3

lot Orientasi Religius dan Psychological Well Being

160

150

~ 140

~ ro E 130 0 z ~ 120

ill.

Normal Q-Q Plot of Orie11tasi Religius

' / /

J:j 110_,__ ______ ~--~------------' 110 120 130 140 150 160 170

Observed Value

Normal Q-Q Plot of Psy Well Being

'

140 160 180 200 220

Observed Value

Page 93: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

ran 4

1earity

s Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Psy Well Being •

30 100.0% 0 .0% 30 Orientasi Religius

Report

Psv Well Beina

Orientasi Relioius Mean N Std. Deviation 113.00 143.5000 2 3.53553 118.00 172.0000 1 125.00 184.5000 2 20.50610 126.00 153.0000 1 129.00 160.0000 1 134.00 175.5000 2 34.64823 136.00 178.0000 1 137.00 169.0000 1 138.00 171.0000 1 139.00 190.0000 2 5.65685 140.00 180.3333 3 4.61880 142.00 177.0000 2 5.65685 145.00 182.0000 1 146.00 176.0000 1 149.00 191.5000 2 4.94975 151.00 180.0000 1 156.00 169.0000 1 159.00 191.5000 2 21.92031 160.00 211.0000 1 161.00 210.0000 1 164.00 215.0000 1 Total 179.8000 30 18.90338

ANOVATable

Sum of Sou ares df Mean Sauare

I • Between (Combined) 8117.633 20 405.882 ius Groups Linearity 4935.672 1 4935.672

Deviation from Linearity 3181.961 19 167.472 Within Groups 2245.167 9 249.463 Total 10362.800 29

Measures of Association

R R Sauared Eta Eta Sauared Psy Well Being •

.690 .476 .885 .783 Orientasi Religius

Percent

100.0%

--·-F Sia. 1.627 .229

19.785 .002

.671 .778

--

Page 94: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

Sum of Model Sauares df Mean Square F Sia. 1 Regression 4935.672 1 4935.672 25.464 .ooo•

Residual 5427. 128 28 193.826 Total 10362.800 29

a. Predictors: (Constant), Orientasi Religius

b. Dependent Variable: Psy well being

Coefficient!>

Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients 0/o Corfidence Interval for Correlations :;ollinearit Statistics

B Std. Error Beta t Sia. ower Round Inner Bound era-order Partial Part Tolerance VIF ant) 47.568 26.327 1.807 .082 -6.361 101.496 ~Si Religi .942 '187 .690 5.046 .000 .560 1.325 .690 .690 .690 1.000 1.000

lt Variable: Psy well being

Coefficient Correlation$'

Orientasi Model R~~ 1 Correlations Orientasi Religius 1.000

Covariances Orientasi Religius .035

a. Dependent Variable: Psy well being

Collinearity Diagnostic$

Variance Prooortions Condition Orientasi

Model Di1nension Eiaenvalue Index (Constant) Reliqius 1 1 1.995 1.000 .00 .00

2 .005 20.667 1.00 1.00

a. Dependent Variable: Psy well being

Residuals Statistics"

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 154.0698 202.1372 179.8000 13.04590 30 Std. Predicted Value -1.972 1.712 .000 1.000 30 Standard Error of

2.54244 5.69733 3.45558 1.00723 30 Predicted Value

Adjusted Predicted Value 155.6931 200. 1396 179.7957 12.88729 30 Residual -25.5972 33.6202 .0000 13.68000 30 Std. Residual -1.839 2.415 .000 .983 30 Stud. Residual -1.914 2.511 .000 1.021 30 Deleted Residual -27.7535 36.3644 .0043 14.79198 30 stud. Deleted Residual -2.017 2.802 .007 1.065 30 Mahal. Distance .000 3.890 .967 1. 180 30 Cook's Distance .000 .257 .041 .059 30 Centered Leverage Value .000 '134 .033 .041 30

a. Dependent Variable: Psy well being

Page 95: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

rts Histog1·a1n

Dependent Variable: Psy well being

S1d. Dov• .911

Mann• a.oo

~-""""'""' N,. JO.OJ .1.00 o.oo 1.00 :too

·1.50 -.50 .50 1.50 2.50

Regression Standardized Residual

, 00

75

.0 50 e a. E " ()

25 u

"' u "' 0. ,jj 000

000

Scatterplot

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Psy well being

p

CT

o a,,D.r::{6'·~, r::i

r.::lq_,./'

,:;::1·6,,/'

25

Observed Cum Prob

" 1-•l•••

50 75 100

Scatterplot

gi Dependent Variable: Psy well being Dependent Variable: Psy well being 0 ~ 2.-~~~~~~~~~~~~~~~--~~~~~~

0 0 0

0 "

" IT' " 0

Regression Standardized Predicted Value

iran 6

-~ ¥ a.

" "' ·" ~ ro

" c ro iii c

0

·1

0 '2j-200

~

0

0 0

0

" 0 0

0

0

0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0 0

0

0

~ -3-1-~~~~~~~~~~~-~~~~~~~~~~-I 140 160 180 200 220

Psy well being

Page 96: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SYARIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28551/1/IMA... · seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi

e1si Antar Dimensi Variabel Orientasi Religius dengan Variabel Psychological Well

elations Descriptive Statistics

Mean Std. ;)eviatlon N otonomi 12.4333 1.47819 30 peng.llngkungan 26.3667 3.62447 30 pengem.pribadi 38.5333 4.66634 30 hub + dg orang fain 37.0667 5.48938 30 lujuan hJdup 30.6000 4.24751 30 penerimaan diri 20.8667 2.33021 30 OR lntrlnsik 74.9000 7.69393 30 OR Ekstrinslk 49.5667 5.79348 30

Correlations

otonomi peng.llng pengem. hub + dg penerimaan/ I kunoan oribadi oranQ lain tujuan hidup diri OR lntrinsik OR Ekstrinsll-;

Pearson Correlation .388' .330 .392' .484' .188 .438' I 200 Sig. (2-tailed) .034 .075 .032 .007 .321 .016 290

N 30 30 30 30 30 30 30 / 30 --Pe:1rson c'OITeiation . .3ea• 1 .797" -·--.G--1-r-·1----.1-2_2_·,__----.-s-12-·4• ------.4-75-:-i~--·------·25:1--

' Sig (2-lailed) .034 .ODO .IJOO .000 .004 .008 i .175

N 30+ _____ 30~ ___ 30~ ____ 3_0-f-___ 3_0-+--- 30 30Ho0 Pearson Correlation .330 .797' 1 .813" .851' .638' .712' .390' Sig. (2-lailed) .075 .ODO .000 .000 .000 .ODO .033

N 30 30 30 30 30 30 ~ 30 l Pearson Correlation .392• .671H .813* 1 .748* .672*' 595*•' 273

.144

N 30 30 30 30 30 30 30 -~P-ea-r--s-on-cC-o_n.~el~a~:io-r1--t---.4~8~47"+---_~7722~.4.---.~8~571'-t----.~7478~.+-------1,--t------,7~2~6~ .. +---~.6~8~0'

30 .437.

Sig. (2-tailed) .032 .000 .ODO .000 .000 .001 ~I

Sig. (2-tailed) .007 000 .000 .000 .ODO .oo3o0

j .016 N 30 30 30 30 30 30 30 Pearson Correlation .188 -.5-1-2~' t---.~6738~.+--.6-7-2-.+----.-7-26-.. +-----1-+---.4-3-6'-ll_--·--.-.;:W-

Sig. (2-tailed) .321 .004 .000 .DOD .ODO .016 I .023 N 30 30 30 30 30 30 30 I 30 Pearson cOrrelation ----.4"3~87' t---.~4~7~5.4---. 7-1"2~.+---~.5~9~5""+----.6~8~0~.+------.4-3~6-.+--------1-+1 ·----. s·-.-2-1 ..

Sig. (2-lallod) .016 .000 .DOD .001 .000 .016 000

--~-,-,;1-(son·r.or-,.c-1a-ur)ri- --26-6- --.2·_-~-~-+--_-3-~-~-.-1---_·2-.~-~-+---_-4-~~-.-1------.4-~-~-.+----.6-~-~-•• ~i---··21 Sig. (2-lalled) .290 .175 033 .144 .016 .023 .ODO / __ I N 30 30 30 30 30 30 30 ~

ignificant at H·1e 0.05 level (2-tailed).

sig;11ficant at the 0.01 level (2-tailed).