fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user EFEKTIVITAS METO HASIL BELAJAR MENGANAL TERHADAP KELAS T I FAKULTAS KE UNIV i ODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT P R GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASA LISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Disusun Oleh : Innastiti Listalining Rahayu K 5405023 EGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN VERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 PADA AR

Upload: danghanh

Post on 12-Jan-2017

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN

HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA

MENGANALISI

TERHADAP KEHIDUPAN

KELAS

TAHUN AJARAN 2009/2010

Innastiti Listalining Rahayu

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

i

METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA

HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR

MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA

TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA

KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2009/2010

Skripsi

Disusun Oleh :

Innastiti Listalining Rahayu

K 5405023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

PADA

KOMPETENSI DASAR

Page 2: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA

HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR

MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA

TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA

KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh :

Innastiti Listalining Rahayu

K 5405023

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Innastiti Listalining Rahayu, K5405023. “EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010”. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Februari 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD, TGT, dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (2) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan metode pembelajaran TGT pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (3) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (4) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran TGT dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Sampel diambil dengan teknik sampling acak sederhana. Sampel yang terpilih adalah Kelas X-1, Kelas X-3, dan Kelas X-5. Teknik pengumpulan data hasil belajar siswa menggunakan teknik tes dalam bentuk tes obyektif pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Kovarian.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD, TGT, dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (2) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (3) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih efektiv daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (4) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih efektiv daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

Page 6: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Innastiti Listalining Rahayu, K5405023. “THE EFFECTIVENESS OF STAD AND TGT LEARNING METHOD AGAINST GEOGRAPHIC LEARNING RESULT ON BASIC COMPETENCY OF HYDROSPHERE ANALYSING AND IMPACT TO THE LIFE IN THE EARTH FOR CLASS X STUDENTS AT STATE SENIOR HIGH SCHOOL 2 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR OF 2009/2010”. Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. February 2011. The aims of this research was to know : (1) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method, TGT, and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (2) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method and TGT learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (3) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (4) The difference of Geographic learning result between using TGT learning method and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. This research used an experimental research method. The population was all student of Class X at State Senior High School 2 Surakarta in academic year of 2009/2010. Sampels were taken by simple random sampling technique. The selected samples were Class X-1, Class X-3, and Class X-5. Data collection techniques of the students result learning used test technique s in the form of multiple choice objective test. The data was analysed by Covarian Analyse (Ancova). The result of this research showed : (1) There were difference in Geographic learning result between using STAD learning method, TGT learning method, and Lecture Question Answer learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (2) Geographic learning result with tht STAD learning method was as effective as TGT learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (3) Geographic learning result with STAD learning method was more effective than Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (4) Geographic learning result with TGT learning method was more effective than Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta.

Page 7: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian

untuknya. (Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Belajar bagaimana cara belajar adalah keahlian terpenting dalam hidup. (Anonymous)

"Di tiap jengkal kehidupan, sang hujan memang harus tercurahkan. Kadang hari-hari memang harus dilalui dalam selingkup awan kelabu dan kedukaan,

tetapi jangan menjadi pohon kaku yang mudah patah. Jadilah bambu yang mampu bertahan, melengkung melawan terpaan angin.

(Anonymous)

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.

(Abu Bakar Sibli)

Page 8: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Sebentuk karya kecil ini dipersembahkan kepada :

Bapak & mama tercinta, orang tua terhebatku,

Terima kasih tak terkira atas do’a dan kesabarannya yang tiada bertepi.

Malaikatku...Abdi Eka Wicaksono.

Mas Harso.

Bang Edy Wibowo,beribu terima kasih atas bantuan dan motivasinya.

Sahabat terbaik sepanjang masa...Geografi Brotherhood ’05,

Terima kasih atas persaudaraan hangat yang tercipta...

Almamater yang kubanggakan.

Page 9: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Efektivitas Metode Pembelajaran STAD dan TGT pada

Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan

Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMA Negeri 2

Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010” sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Program S1 Pendidikan Geografi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan

penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan memberikan

ijin dan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Geografi, khususnya dalam penyususan skripsi ini.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang

telah memberikan ijin untuk penelitian.

3. Drs. Partoso Hadi, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan ijin, dukungan, serta petunjuk bagi penulis dalam meyelesaikan

skripsi ini.

4. Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

yang telah begitu sabar memberikan motivasi, saran, dan pembelajaran hidup

yang tidak mungkin akan penulis lupakan selamanya. Semoga penulis mampu

meneladani beliau.

Page 10: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

5. Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si, selaku pembimbing pertama yang telah begitu

sabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan

bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Dr. Sarwono, M.Pd, selaku pembimbing kedua yang telah begitu sabar

memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan bagi

penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Pipit Wijayanti, S.Si, M.Sc selaku Pembimbing Akademik yang begitu sabar

telah memberikan pengarahan maupun motivasi kepada penulis selama belajar

di UNS.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS yang

telah memberi limpahan ilmu selama penulis belajar di UNS.

9. Drs. Sukardjo, MA, selaku Kepala SMA Negeri 2 Surakarta yang telah

memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

10. Agus Sugiarto, S.Pd, selaku Guru Geografi SMA Negeri 2 Surakarta atas

beribu bantuan, arahan dan masukannya selama pengambilan data.

11. Siswa – siswi SMA Negeri 2 Surakarta atas kerjasama yang telah diberikan

saat pengambilan data.

12. Petugas Perpustakaan Prodi Pendidikan Geografi, Perpustakaan FKIP UNS,

Perpustakaan Pusat UNS, terima kasih atas segala bantuan yang diberikan.

13. Keluarga kecilku di Solo : Arum Wulandhanie, Monik Arumi, Nova

Prahastowati, Rahmi Alfiyanti NK, Widi Astuti, Oktaviyani Dwi Lestari,

terima kasih tak terkira atas segala warna dan kenangan indah yang tak

terlupakan.

14. Kakak – kakak dan adik-adik Geografi angkatan 2003, 2004, 2006, 2007, dan

2008. Terima kasih atas indahnya kebersamaan dan besarnya segala bantuan

yang diberikan. Semoga Allah swt selalu memberikan kemudahan kepada

kalian.

15. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu

kelancaran penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan

dari Allah SWT. Karya ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

Page 11: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya,

semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya

pendidikan Geografi.

Surakarta, Februari 2011

Penulis

Page 12: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ......................................................................................................... i

PENGAJUAN .............................................................................................. ii

PERSETUJUAN.......................................................................................... iii

PENGESAHAN…………………………………………………………… iv

ABSTRAK ................................................................................................... v

MOTTO ....................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN........................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL........................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi

DAFTAR PETA…………………………………………………………... xix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xx

BAB I. PENDAHULUAN............... .............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah......... ...................................................... 1

B. Identifikasi Masalah..... ................................................................. 6

C. Pembatasan Masalah...... ............................................................... 6

D. Perumusan Masalah ...................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian...... ..................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian... ...................................................................... 8

BAB II. LANDASAN TEORI...... ............................................................. 10

A. Tinjauan Pustaka............................................................................ 10

1. Metode Pembelajaran................................................................. 10

2. Materi Pembelajaran ................................................................ 34

3. Hasil Belajar ............................................................................. 34

B. Penelitian yang Relevan ...................................................... ....... 38

C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 43

D. Hipotesis Penelitian...................................................................... 45

Page 13: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN................................................... 47

A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 47

1. Tempat Penelitian................................................................... 47

2. Waktu Penelitian..................................................................... 47

B. Populasi dan Sampel.................................................................. 47

C. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 48

1. Variabel Penelitian................................................................ 48

2. Teknik Pengumpulan Data................................................... 49

3. Instrumen Penelitian.............................................................. 50

D. Rancangan Penelitian................................................................ 58

E. Teknik Analisis Data................................................................. 60

1. Uji Prasyarat Analisis............................................................ 60

2. Pengujian Hipotesis............................................................... 60

BAB IV. HASIL PENELITIAN.................................................................. 64

A. Deskripsi Lokasi…………………………………………........ 64

B. Pembelajaran dengan Metode STAD………………………… 69

C. Pembelajaran dengan Metode TGT…………………………… 81

D. Pembelajaran dengan Metode Ceramah Tanya Jawab………… 94

E. Hasil Penelitian ……………………………………………....... 106

1. Deskripsi Data………………………………………………. 106

2. Analisis Hasil Penelitian……………………………………. 111

F. Pembahasan Hasil Penelitian..................................................... 117

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN…………………… 125

A. Kesimpulan……………………………………………………... 125

B. Implikasi………………………………………………………… 125

1. Implikasi Teoritis……………………………………………. 126

2. Implikasi Praktis…………………………………………….. 126

C. Saran…………………………………………………………….. 127

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ ... 128

LAMPIRAN

Page 14: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Skor Kemajuan Individual…………………………………………. 20

Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian yang Relevan…………………………….. 40

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian………………………………………… 47

Tabel 3.2 Kisi – kisi Soal Instrumen Penelitian……………………………… 51

Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Pretest………………….. 52

Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Posttest …………………53

Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Pretest……………….. 54

Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Posttest………………. 54

Tabel 3.7 Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Pretest…………… 55

Tabel 3.8 Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Posttest………….. 56

Tabel 3.9 Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Pretes………….... 57

Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest………….. 57

Tabel 3.11 Rancangan Penelitian……………………………………………... 59

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Surakarta………………….. 65

Tabel 4.2 Rancangan Pembelajaran Kelompok STAD……………………… 69

Tabel 4.3 Rancangan Pembelajaran Kelompok TGT………………………… 82

Tabel 4.4 Rancangan Pembelajaran Kelompok Ceramah Tanya Jawab………. 94

Tabel 4.5 Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok STAD..................... 107

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok STAD.. 107

Tabel 4.7 Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok TGT......................... 108

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok TGT..... 108

Tabel 4.9 Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok Ceramah Tanya

Jawab............................................................................................... 109

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok CTJ...... 110

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas........................................................................ 111

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pretest……………………….112

Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Posttest………………………112

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Analisis Kovarian............................................... 113

Page 15: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Tabel 4.15 Rangkuman Jumlah dan Rata-rata Hitung…………………………114

Tabel 4.16 Rangkuman Keputusan Uji……………………………………….. 114

Page 16: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ………………… 21

Gambar 2.2 Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT............................... 25

Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran....................................................... 45

Gambar 4.1 Histogram nilai pretest dan posttest kelompok STAD.............. 107

Gambar 4.2 Histogram nilai pretest dan posttest kelompok TGT ………… 109

Gambar 4.3 Histogram nilai pretest dan posttest kelompok Ceramah Tanya

Jawab…………………………………………………………. 110

Gambar 6.1 Siklus Hidrologi Kecil……………………………………….. 208

Gambar 6.2 Siklus Hidrologi Sedang…………………………………….. 208

Gambar 6.3 Siklus Hidrologi Panjang……………………………………. 209

Gambar 6.4 Proses Evaporasi…………………………………………….. 210

Gambar 6.5 Proses Transpirasi……………………………………………. 211

Gambar 6.6 Evapotranspirasi……………………………………………… 212

Gambar 6.7 Kondensasi…………………………………………………… 212

Gambar 6.8 Tiupan Angin Kencang……………………………………… 213

Gambar 6.9 Awan……………………………………………………….... 214

Gambar 6.10 Hujan Konvektif……………………………………………. 216

Gambar 6.11 Hujan Frontal………………………………………………… 216

Gambar 6.12 Hujan Orografik……………………………………………… 217

Gambar 6.13 Infiltrasi……………………………………………………… 218

Gambar 6.14 Run off ……………………………………………………….. 218

Gambar 6.15 Perkolasi……………………………………………………… 219

Gambar 6.16 Puncak Kubah yang Tererosi…………………………………. 220

Gambar 6.17 Puncak Antiklinal yang Tererosi……………………………… 221

Gambar 6.18 Dataran Pesisir………………………………………………... 221

Gambar 6.19 Pola Aliran Dendritik………………………………………… 222

Gambar 6.20 Kenampakan Sungai Berpola Dendritik……………………... 222

Gambar 6.21 Pola Aliran Trellis……………………………………………. 223

Gambar 6.22 Kenampakan Sungai Berpola Trellis di North Dakota……….. 223

Page 17: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Gambar 6.23 Pola Aliran Radial Sentrifugal………………………………. 224

Gambar 6.24 Gunung Merapi………………………………………………. 224

Gambar 6.25 Pola Aliran Radial Sentripetal……………………………….. 224

Gambar 6.26 Danau Singkarak……………………………………………… 225

Gambar 6.27 Pola Aliran Anullar………………………………………….. 225

Gambar 6.28 Kenampakan Sebuah Dome di Manicouagan, Kanada……… 225

Gambar 6.29 Pola Aliran Rectangular…………………………………….. 226

Gambar 6.30 Sungai Luk Ulo, Kebumen………………………………….. 226

Gambar 6.31 Sungai Influent………………………………………………. 227

Gambar 6.32 Sungai Effluent………………………………………………. 227

Gambar 6.33 Sungai Intermitten…………………………………………… 228

Gambar 6.34 Meander Sungai……………………………………………... 228

Gambar 6.35 Delta Sungai Nil…………………………………………….. 229

Gambar 6.36 Danau Great Salt……………………………………………. 230

Gambar 6.37 Danau Laut Tawar………………………………………….. 231

Gambar 6.38 Danau Obruk Gol…………………………………………… 231

Gambar 6.39 Danau Lembah Gletser……………………………………… 232

Gambar 6.40 Danau Vulkanik……………………………………………... 232

Gambar 6.41 Danau Karst………………………………………………….. 233

Gambar 6.42 Waduk Gajahmungkur……………………………………….. 234

Gambar 6.43 Proses Terbentuknya Danau Tapal Kuda……………………. 234

Gambar 6.44 Danau Tapal Kuda…………………………………………… 235

Gambar 6.45 Rawa yang Airnya Selalu Tergenang………………………… 236

Gambar 6.46 Ekositem Rawa yang Airnya Tidak Selalu Tergenang………. 236

Gambar 6.47 Rawa Gambut………………………………………………... 237

Gambar 6.48 Rawa Air Tawar……………………………………………… 238

Gambar 6.49 Daerah Aliran Sungai………………………………………… 239

Gambar 6.50 Penampang Daerah Aliran Sungai…………………………… 240

Gambar 6.51 DAS Bulu Radial...................................................................... 241

Gambar 6.52 DAS Berbentuk Paralel............................................................. 242

Gambar 6.53 DAS Berbentuk Bulu Burung................................................... 242

Page 18: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Gambar 6.54 Groundwater…………………………………………………. 243

Gambar 6.55 Air Tanah……………………………………………………… 243

Gambar 6.56 Banjir......................................................................................... 244

Gambar 6.57 Shore…………………………………………………………. 246

Gambar 6.58 Apungan Tepi Laut Membentuk Bura (Spit) pada Teluk……. 247

Gambar 6.59 Tombolo……………………………………………………… 247

Gambar 6.60 Permukiman di Timur Cilacap……………………………….. 248

Gambar 6.61 Batas-batas Fisik Wilayah Pesisir…………………………….. 249

Gambar 6.62 Klasifikasi Laut Berdasarkan Zonasinya…………………….. 249

Gambar 6.63 Laut Pertengahan di Indonesia………………………………. 250

Gambar 6.64 Laut Hitam…………………………………………………… 250

Gambar 6.65 Laut Jepang…………………………………………………… 251

Gambar 6.66 Laut Arafuru………………………………………………….. 251

Gambar 6.67 Palung Mariana……………………………………………….. 252

Gambar 6.68 Pantai Utara Jawa…………………………………………….. 252

Gambar 6.69 ZEE dan Zona Laut Territorial Indonesia…………………… 253

Gambar 6.70 Relief Dasar Laut…………………………………………….. 255

Gambar 6.71 Gelombang Laut……………………………………………… 257

Gambar 6.72 Apabila Gelombang Laut Mengenai Dasar Laut yang Dangkal,

Terjadilah Empasan Gelombang…………………………….. 258

Gambar 6.73 Swash dan Back Wash………………………………………… 258

Gambar 6.74 Apungan Arus Membujur Tepi Laut…………………………. 259

Gambar 6.75 Biasan Gelombang Sepanjang Pantai Berteluk………………. 260

Gambar 6.76 Biasan Gelombang pada Garis Tepi Laut yang Lurus……….. 260

Gambar 6.77 Pasang Purnama dan Pasang Perbani…………………………. 261

Page 19: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

DAFTAR PETA

halaman

Peta 1 Citra Lokasi SMA negeri 2 Surakarta Tahun 2010 .......................... …. 67

Peta 2 Lokasi SMA Negeri 2 Surakarta Tahun 2010………………………… 68

Page 20: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Silabus ................................................................................... 131

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen .. 134

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen 2..158

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ...... 184

Lampiran 5 Materi dan Media Pembelajaran Hidrosfer Kelas X SMA .... 207

Lampiran 6 Kisi – kisi Soal Pretest .......................................................... 264

Lampiran 7 Soal Pretest ........................................................................... 265

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Pretest .................................................. 272

Lampiran 9 Kisi – kisi Soal Posttest ......................................................... 273

Lampiran 10 Soal Posttest .......................................................................... 274

Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Posttest ................................................. 282

Lampiran 12 Lembar Jawaban .................................................................... 283

Lampiran 13 Soal Kuis ............................................................................... 284

Lampiran 14 Kunci Jawaban Soal Kuis ...................................................... 293

Lampiran 15 Soal Diskusi ........................................................................... 294

Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Diskusi ................................................ 299

Lampiran 17 Aturan Permainan Roda Impian ........................................... 306

Lampiran 18 Soal Permainan Roda Impian ............................................... 307

Lampiran 19 Kunci Jawaban Soal Permainan Roda Impian....................... 316

Lampiran 20 Daftar Nilai Individu Kelas STAD ........................................ 326

Lampiran 21 Daftar Nilai Kelompok Kelas STAD……………………….. 327

Lampiran 22 Daftar Nilai Individu Kelas TGT .......................................... 330

Lampiran 23 Daftar Nilai Kelompok Kelas TGT ....................................... 331

Lampiran 24 Daftar Nilai Individu Kelas CTJ ............................................ 333

Lampiran 25 Uji Validitas Item Soal Pretest Tahap I ................................ 334

Lampiran 26 Uji Validitas Item Soal Posttest Tahap I ............................... 336

Lampiran 27 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda, dan Tingkat

Kesukaran Item Soal Pretest ................................................. 338

Page 21: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

Lampiran 28 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda, dan Tingkat

Kesukaran Item Soal Posttest……………………………… 340

Lampiran 29 Contoh Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda,

dan Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest ............................ 342

Lampiran 30 Data Induk Penelitian ............................................................ 350

Lampiran 31 Uji Normalitas ....................................................................... 351

Lampiran 32 Uji Homogenitas Varians Pretest antara Kelompok TGT,

Kelompok STAD dan Kelompok Kontrol ............................. 357

Lampiran 33 Uji Homogenitas Varians Posttest antara Kelompok TGT,

Kelompok STAD dan Kelompok Kontrol ............................. 360

Lampiran 34 Tabel Kerja Perhitungan Analisis Kovarian ......................... 363

Lampiran 35 Uji Hipotesis dengan Analisis Kovarian ............................... 364

Lampiran 36 Uji Lanjut Pasca Analisis Kovarian ...................................... 369

Lampiran 37 Daftar Kelompok ................................................................... 372

Lampiran 38 Lembar Skor Kuis STAD ...................................................... 374

Lampiran 39 Lembar Rangkuman Tim STAD ........................................... 376

Lampiran 40 Skor Individu dalam Turnamen TGT .................................... 379

Lampiran 41 Rekap Poin Kelompok TGT .................................................. 381

Lampiran 42 Daftar Kehadiran Siswa ......................................................... 384

Lampiran 43 Contoh Perhitungan Nilai Tes……………………………… 387

Lampiran 44 Perijinan ................................................................................. 388

Page 22: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Opini yang berkembang dalam dunia pendidikan kita saat ini, yaitu

berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan, baik pada lingkup pendidikan

dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Salah satunya adalah dengan

diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diharapkan

dapat mengantisipasi dan memberikan solusi terhadap rendahnya mutu pendidikan

di Indonesia. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses

pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi

tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan utama KTSP adalah memandirikan

dan memberdayakan sekolah dalam pengembangan kompetensi yang akan

disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan lingkungan. KTSP memberi

peluang bagi kepala sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan

improvisasi di sekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran,

manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan

profesionalisme yang dimiliki. Dengan demikian, pada KTSP ini guru diberi

kesempatan untuk mengembangkan indikator pembelajarannya sendiri sehingga

guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih serta

mengembangkan metode dan media pembelajaran yang akan diberikan di sekolah.

Metode dan media yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat

kemampuan masing – masing sekolah. Dengan kurikulum ini, maka guru sebagai

pendidik harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat bagi peserta

didiknya karena merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi

keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Penerapan metode mengajar yang

bervariasi dan efektif merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar

siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Selanjutnya diharapkan

dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar sekaligus sebagai indikator

peningkatan kualitas pendidikan.

Page 23: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 2 Surakarta termasuk dalam

salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh sebagian besar siswa karena

bersifat hafalan. Pelajaran Geografi acap kali dianggap membosankan sehingga

siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsep – konsep pada

materi tersebut. Proses pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru (teacher

centre), transfer pengetahuan maupun pola interaksi hanya berlangsung satu arah,

dan guru kurang membekali siswa dengan kecakapan berpikir spasial yang

merupakan esensi penting dalam pembelajaran geografi. Hal tersebut membuat

siswa menjadi pasif, memiliki kecakapan spasial yang rendah, kurang merangsang

siswa untuk belajar mandiri, serta tidak mampu melejitkan potensi dan

kemampuan yang ada pada diri mereka. Metode ini kurang tepat dan efektif untuk

diterapkan dalam pengembangan KTSP karena disini guru hanya memberi

penjelasan kepada siswa tanpa memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap

konsep yang diberikan, sehingga tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara

optimal. Ketepatan dalam menggunakan metode mengajar yang dilakukan oleh

guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap mata

pelajaran yang diberikan, juga terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan

mudah menerima materi yang diberikan oleh guru apabila metode mengajar yang

digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan pengajarannya.

Faktor permasalahan yang tidak kalah penting adalah kurang optimalnya

pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multimedia yang telah

disediakan pihak SMA Negeri 2 Surakarta. Media ini sangat penting dalam

menunjang penanaman kecakapan berpikir spasial siswa dalam pembelajaran

geografi. Seharusnya dengan memanfaatkan fasilitas tersebut dan ditunjang

dengan metode pembelajaran yang tepat, guru mampu mengemas materi geografi

ke dalam sebuah proses pembelajaran yang menarik dan mampu meningkatkan

motivasi serta minat siswa, sehingga berpengaruh positif terhadap kecakapan

berpikir spasial dan hasil belajar siswa.

Esensi geografi yang memandang obyek dan fenomena secara spasial

mengharuskan guru untuk menguasai materi pembelajaran dari sudut pandang

spasial pula. Maksudnya adalah guru geografi diharapkan memiliki intelegensi

Page 24: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3 spasial yang diimplementasikan dalam ketrampilan spasial. Intelegensi spasial

inilah yang ikut memberikan saham kepada pengembangan kemampuan berfikir

peserta didik. (http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id).

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut diharapkan para guru di

sekolah tersebut mampu menyajikan materi-materi Geografi dengan lebih

menarik, kreatif, inovatif serta mampu menumbuhkan motivasi siswa untuk

mempelajarinya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai kemampuan dalam

mengembangkan metode pengajaran dan pemanfaatan media pembelajaran

seoptimal mungkin sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan adanya

media, bahan belajar yang abstrak dapat dikongkritkan, bahan belajar yang tidak

menarik manjadi lebih menarik.

Berdasarkan kenyataan di atas, sistem pembelajaran khususnya di SMA

Negeri 2 Surakarta harus diubah menuju suatu kreativitas pembelajaran yang lebih

inovatif dan menarik serta mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap

suatu konsep secara maksimal sesuai dengan KTSP. Hal tersebut karena

pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk

siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu

peserta didik melakukan kegiatan belajar, tidak hanya sekedar transfer

pengetahuan dari guru ke murid, sebab keduanya kini bersama-sama dalam

suasana dialogis menjawab pertanyaan dunia sekelilingnya. Untuk membantu

mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan suatu tindakan pada materi

pembelajaran yang bersangkutan, yaitu pemanfaatan media pembelajaran, strategi,

pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil yang efektif. Metode

mengajar yang baik adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan

disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan

pengajarannya. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya kritis dalam menentukan

metode mengajar yang efektif untuk digunakan pada pokok bahasan tertentu. Di

SMA Negeri 2 Surakarta, siswa cenderung belajar sendiri (perseorangan) sebagai

akibat proses pembelajaran yang berlangsung satu arah antara guru dan murid,

sehingga pembelajaran pun menjadi kurang efektif dan siswa kurang aktif. Untuk

itu, diperlukan sebuah revolusi dalam pengajaran di kelas menuju sebuah proses

Page 25: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4 pembelajaran yang efektif, salah satunya yaitu melalui pembelajaran kooperatif

(cooperative learning).

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin,

2005: 4). Di dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling

membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam

pemahaman masing-masing. Model ini tidak hanya unggul dalam membantu

siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, membantu teman, dan

meningkatkan rasa harga diri. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif

pada proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas

interaksi dan komunikasi yang berkualitas, juga dapat memotivasi siswa untuk

meningkatkan hasil belajarnya.

Student Team-Acheivement Division (STAD) dan Teams Games-

Tournament (TGT) merupakan dua jenis metode di antara sekian banyak metode

dalam cooperative learning. STAD menekankan pada adanya aktivitas dan

interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD terdiri

atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim (kelompok), kuis, skor

kemajuan individual dan rekognisi tim (Slavin, 2005: 143). TGT secara umum

hampir sama dengan STAD, satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah

STAD menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran, sementara

TGT menggunakan game-game akademik. Sistem permainan dalam TGT yang

dipakai pada penelitian ini adalah Roda Impian (Wheel of Fortune). Permainan

merupakan cara belajar anak yang efektif, sebab anak akan bertambah

pengetahuan dan pengalamannya. Melalui bermain, anak memperoleh pelajaran

yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan fisik (Andang

Ismail, 2006: 23). Dengan adanya permainan diharapkan siswa dapat tertarik dan

tidak bosan dalam belajar Geografi serta dapat mengarahkan siswa dalam suasana

Page 26: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5 kerja sama sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan bermain, anak

secara tidak langsung akan mengikuti peraturan, tata tertib, dan disiplin yang

tinggi.

Kompetensi dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi” merupakan salah satu materi yang disuguhkan pada

pelajaran Geografi. Materi ini diberikan sebagai materi terakhir Geografi di kelas

X. Materi ini dipilih dalam penelitian karena materi ini membutuhkan daya

hafalan dan pemahaman yang cukup tinggi mengenai materi siklus hidrologi,

jenis-jenis perairan darat, dan perairan laut. Selain itu, materi ini mempunyai

peranan yang penting, dimana materi ini saling berkaitan dengan materi-materi

yang telah dipelajari sebelumnya dari awal semester, sehingga diharapkan siswa

akan mampu mengaitkan materi Hidrosfer dengan materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

Penelitian Snider (1986) yang dilakukan pada siswa Grade – 9 untuk

mata pelajaran Geografi di Amerika menemukan, bahwa penggunaan model

cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi belajar siswa dengan

perbedaan hamper 25% dengan kemajuan yang dicapai oleh siswa yang diajar

dengan menggunakan system kompetisi. (Solihatin dan Raharjo, 2007 : 13).

Metode pembelajaran STAD dan TGT sangat cocok digunakan untuk

materi yang sarat akan konsep – konsep, sehingga materi pada kompetensi dasar

ini sesuai dengan karakteristik pada metode pembelajaran tersebut. Dengan

melakukan diskusi, siswa dapat bertukar pikiran dan saling membantu satu sama

lainnya mengenai konsep materi yang dianggap sulit. Dengan metode ini semua

siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menyumbangkan yang terbaik

untuk kelompoknya, sehingga semua anggota kelompok dituntut untuk benar -

benar memahami materi yang dipelajari. Metode TGT dan STAD menuntut siswa

untuk berdiskusi dengan sungguh-sungguh, tidak hanya mengandalkan pada siswa

yang pandai karena mereka akan mengahadapi kuis dan kompetisi pada saat

permainan. Penggunaan metode pembelajaran dalam suasana kerjasama dan

permainan pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya

terhadap Kehidupan di Muka Bumi ini diharapkan efektif dalam meningkatkan

Page 27: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6 motivasi, minat, dan keaktifan, sehingga berimbas positif terhadap hasil belajar

siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk

mengadakan suatu penelitian yang akan menguraikan efektivitas metode

pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan Teams Games-

Tournament (TGT) pada hasil belajar Geografi pada kompetensi dasar

”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”

siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap membosankan

sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsep-

konsep pada materi tersebut yang bersifat hafalan

2. Kurang tepat dan efektifnya metode pembelajaran yang disampaikan guru

karena proses pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru (teacher centre),

transfer pengetahuan maupun pola interaksi hanya berlangsung satu arah, dan

guru kurang membekali siswa dengan kecakapan berpikir spasial

3. Siswa cenderung belajar sendiri (perseorangan) sebagai akibat proses

pembelajaran yang berlangsung satu arah antara guru dan murid

4. Mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 2 Surakarta kurang diminati oleh

sebagian besar siswa, salah satunya akibat kurangnya metode pembelajaran

dalam suasana kerjasama dan permainan seperti dalam pembelajaran STAD

dan TGT

5. Kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang

multimedia yang tersedia di SMA Negeri 2 Surakarta.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka perlu diadakan

pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi

Page 28: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7 masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada efektivitas metode

pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan Team-Games-

Tournament (TGT) pada hasil belajar Geografi pada kompetensi dasar

”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”

siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan

metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD), Team-

Games-Tournament (TGT), dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab

pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan

metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode

pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) pada kompetensi dasar

”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”

siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan

metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode

pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis

Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X

SMA Negeri 2 Surakarta?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan

metode pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) dan metode

pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis

Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X

SMA Negeri 2 Surakarta?

Page 29: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan

metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD), Team-

Games-Tournament (TGT), dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar

”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”

siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan

metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode

pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) pada kompetensi dasar

”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”

siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan

metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode

pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis

Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X

SMA Negeri 2 Surakarta.

4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan

metode pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) dan metode

pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis

Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X

SMA Negeri 2 Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori

tentang metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD)

dan Team-Games-Tournament (TGT) yang dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa.

Page 30: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran kepada guru dan siswa, bahwa metode pembelajaran

kooperatif Student Team-Achievement Division (STAD) dan Team-Games-

Tournament (TGT) dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

b. Guru mendapat referensi baru berupa metode pembelajaran kooperatif

yang sesuai sehingga dapat membuat suasana belajar menjadi lebih

bervariasi dan tidak membosankan. Di sisi lain dapat meningkatkan

keaktifan siswa dalam belajar.

c. Memberi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan

dan peningkatan proses pembelajaran.

Page 31: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Metode Pembelajaran

Guru harus memiliki strategi di dalam proses belajar - mengajar agar

siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang

diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus dapat

menguasai teknik-teknik penyajian, atau yang biasa disebut metode

pembelajaran.

Sumantri dan Johar Permana (2001: 114) mengemukakan bahwa

“Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi

pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran

proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan”, dan

menurut Surakhmad (1990: 96) “Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya

merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan”.

Metode pembelajaran menurut Roestiyah (2008: 1) yaitu “Suatu

pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru (instruktur)

atau dapat juga dikatakan teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar

atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran

tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan siswa dengan baik”. Metode

pembelajaran dapat disebut juga metode mengajar.

Istilah pembelajaran menurut Purwadarminta dalam Gino dkk (1993:

30) sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai arti cara

(perbuatan) mengajar atau mengajarkan.

Alvin W. Howard dalam Roestiyah (1989: 16) menyatakan bahwa

“Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing

seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan,

tingkah laku, cita-cita, penghargaan, dan pengetahuan.

Usman (1995: 6) mengemukakan “Mengajar pada prinsipnya

membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar atau mengandung

Page 32: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11 pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan

dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang

menimbulkan proses belajar”. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru

dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan

juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas

maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang kegiatan belajar-mengajar.

Aunurrahman (2009: 34) menjelaskan bahwa “Mengajar merupakan

suatu keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu

mendorong siswa untuk belajar”. Pembelajaran sebagai suatu sistem yang

bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian

peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan

mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik,

menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang

sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang

memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan

eksistensi sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap,

kebiasaan dan tingkah laku yang baik.

Kesimpulan berdasarkan beberapa pendapat di atas, yaitu bahwa

metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam pembelajaran

agar materi pelajaran dapat dipahami dan dimengerti siswa dengan baik

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Semakin baik metode itu, maka

semakin efektif pula pencapaian tujuannya. Dengan memiliki pengertian secara

umum mengenai sifat berbagai metode mengajar, baik mengenai kebaikan-

kebaikannya maupun mengenai kelemahan-kelemahannya, seorang guru akan

lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi

khusus yang dihadapinya. Metode pembelajaran dibuat sebagai suatu

perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di

kelas atau tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran,

serta mengarahkan kita didalam mendesain pembelajaran.

Page 33: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Margono (1995 : 8) mengemukakan bahwa agar dapat menentukan

metode mengajar yang baik dan efisien, maka perlu mempertimbangkan

beberapa hal, yaitu : ”(1) Tujuan pengajaran. Berisi tentang perumusan pola

tingkah laku yang berupa kemampuan, keterampilan serta sikap yang diharapkan

dapat dimiliki setelah kegiatan belajar selesai. Tujuan ini sangat menentukan

pemilihan metode yang tepat. Makin terperinci suatu tujuan pengajaran, maka

akan semakin mudah didalam menentukan metode yang tepat untuk digunakan.

(2) Materi Pelajaran. Tiap bidang studi memiliki isi serta struktur yang berbeda.

Sebagai contoh materi-materi atau pokok bahasan didalam mata pelajaran IPS

akan sangat berbeda dengan materi-materi serta pokok bahasan dalam pelajaran

IPA. Hal ini akan memberikan corak yang khusus dengan metode pembelajaran

yang digunakan. (3) Siswa. Perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas,

perbedaan kemampuan belajar siswa, tingkat perkembangan, perbedaan

kesempatan kecepatan serta berbagai cara belajar siswa. (4) Guru. Guru

hendaknya memiliki kemampuan profesional, kepribadian, serta teknik mengajar

yang digunakan. (5) Fasilitas. Perlu juga untuk mempertimbangkan ketersediaan

alat, media, ruangan dan penggunaan waktu yang dimiliki oleh siswa”.

Perpaduan pengaruh faktor-faktor itulah yang menjadi pertimbangan

utama untuk menentukan metode mana yang paling baik untuk secara optimal

berpengaruh atas dan terhadap faktor-faktor tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode

pembelajaran. Efektivitas berasal dari bahasa Inggris “efectifity” (kata sifat) yang

berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya, dapat membawa hasil,

berhasil guna). (Peter Salim dan Yani Salim, 1991: 376). Dengan demikian,

efektivitas berarti ada efeknya (pengaruh, akibatnya) yang menunjukkan

keberhasilan dari segi tercapai atau tidaknya suatu sasaran yang telah ditetapkan.

Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi

antarsiswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode

yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan, sedangkan metode

pembelajaran yang efektif adalah metode yang memanfaatkan semua potensi

Page 34: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13 untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas metode

pembelajaran dapat ditinjau dari hasil belajar yang diperoleh setelah proses

belajar mengajar. Hasil yang mendekati sasaran berarti makin tinggi

efektivitasnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar yang

efektif yaitu metode mengajar yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar

siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini

digunakan metode STAD dan TGT sebagai alternatif metode yang diharapkan

efektif dalam melaksanakan pengajaran Geografi.

Stufflebeam (1974) dalam Tayibnafis (2000:3) mengemukakan bahwa

untuk mengetahui efektivitas suatu program, perlu dilakukan penilaian terhadap

manfaat atau daya guna program tersebut. Penilaian terhadap manfaat atau daya

guna disebut juga dengan evaluasi. Dalam menilai efektivitas suatu program,

terdapat berbagai pendekatan evaluasi, salah satunya yaitu dengan pendekatan

eksperimental (experimental approach). Pendekatan ini berasal dari kontrol

eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuannya

untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu

program tertentu dengan mengontrol sabanyak-banyaknya faktor dan

mengisolasi pengaruh program. (http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-

efektivitas-pembelajaran.html).

Selain melalui pendekatan eksperimental, Suryosubroto (1997:36)

mengemukakan bahwa efektifvitas guru mengajar dapat dilihat dari keberhasilan

siswa dalam menguasai apa yang diajarkan guru itu. Adapun indikator yang

dapat dilihat untuk menentukan apakah pembelajaran itu berhasil atau tidak

dapat dilihat dari dua segi yaitu: a) Mengajar guru, menyangkut sejauh mana

tujuan pembelajaran yang direncanakan tercapai. b) Belajar murid,

mengungkapkan sejauh mana tujuan pembelajaran yang ingin tercapai melalui

kegiatan belajar mengajar atau yang sering disebut dengan ketuntasan belajar

dilakukan dengan tes evaluasi.

Mengacu pada pernyataan di atas, efektivitas pembelajaran dalam

penelitian ini diukur selain menggunakan pendekatan ketuntasan belajar

Page 35: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14 (Kriteria Ketuntasan Minimal), juga menggunaan pendekatan eksperimen, yaitu

dengan membandingkan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Sebelum perlakuan diberikan, kedua kelompok tersebut diberi

pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian setelah itu siswa

mengikuti pembelajaran pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan

Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi dengan metode pembelajaran

yang berbeda. Pada kelompok kontrol, siswa diajar menggunakan metode

pembelajaran Ceramah Tanya Jawab, kelompok eksperimen 1 menggunakan

metode pembelajaran STAD, dan kelompok eksperimen 2 menggunakan metode

pembelajaran TGT. Setelah selesai mengikuti pembelajaran, masing-masing

siswa mengikuti posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kompetensi

dasar tersebut.

Hasil nilai pretest dan posttest dari kedua kelompok tersebut kemudian

dibandingkan. Dengan memperhatikan perbedaan hasil belajar antara kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen maka dapat diketahui efektivitas perlakuan

metode pembelajaran tersebut. Perlakuan akan dikatakan efektif jika hasil belajar

kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol dan nilai rata-rata

pada kelompok eksperimen mencapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan

oleh pihak sekolah.

a. Metode Pembelajaran Student Teams - Achievement Divisions

Lie (2004: 22) meyebutkan bahwa pada dasarnya ada tiga model

pembelajaran, yaitu model kompetisi, model individual, dan model kooperatif.

Di antara ketiga model pembelajaran tesebut yang sekarang sedang

memasyarakat untuk diterapkan adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif adalah belajar kelompok atau belajar dalam team. Sedangkan

Slavin (2008: 4) mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada

berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam

mempelajari materi pelajaran”. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa

diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi

Page 36: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15 untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup

kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan

bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan

kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota

lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk

mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang

terdiri atas 4-6 orang. (Johnson dalam Isjoni, 2007: 15-16).

Lebih lanjut, Djahiri K dalam Isjoni (2007 : 19) menyebutkan

“Cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang

menuntut diterapkannya pendekatan belajar siswa yang sentris, humanistik, dan

demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan

belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu

membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau sekolah. Lingkungan

belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri

siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi, cooperative

learning dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang

terarah, terpadu, efektif, dan efisien ke arah mencari atau mengkaji sesuatu

melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai

proses dan hasil belajar yang produktif (survive)”.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat

elemen - elemen yang saling terkait. Lie dalam Sugiyanto (2009: 40-42)

mengemukakan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut : “(1)

Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru

menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan.

Hubungan saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling

ketergantungan positif. (2) Interaksi tatap muka. Interaksi tatap muka akan

memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat

berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu

sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. (3)

Akuntabilitas individual. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya

Page 37: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16 dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan

siswa terhadap materi pelajaran secara individual, selanjutnya disampaikan oleh

guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota

kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena

itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan

kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua

anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas

individual. (4) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Keterampilan

sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan

bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak

mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam

menjalin hubungan antarpribadi (interpersonal relationship) tidak hanya

diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin

hubungan antarpribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama

siswa”.

Slavin dalam Isjoni (2007: 21-22) mengemukakan tiga konsep sentral

yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu: “(1) Penghargaan

kelompok. Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok

untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh

jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan

kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok

dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung, saling

membantu, dan saling peduli. (2) Pertanggungjawaban individu. Keberhasilan

kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.

Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok

yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara

individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas -

tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. (3)

Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Pembelajaran kooperatif

menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan

Page 38: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17 peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan

menggunakan metode scoring ini, setiap siswa baik yang berprestasi rendah,

sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan

melakukan yang terbaik bagi kelompoknya”.

Sugiyanto (2009: 43-44) mengemukakan adanya nilai pembelajaran

kooperatif, di antaranya adalah : “(1) Meningkatkan kepekaan dan

kesetiakawanan sosial. (2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai

sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. (3)

Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. (4) Memungkinkan

terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. (5)

Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. (6) Membangun

persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. (7) Berbagai

ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling

membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. (8) Meningkatkan rasa saling

percaya kepada sesama manusia. (9) Meningkatkan kemampuan memandang

masalah dan situasi dari berbagai perspektif. (10) Meningkatkan kesediaan

menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. (11) Meningkatkan

kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin,

normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas”.

Jarolimek dan Parker dalam Isjoni (2007 : 25) mengemukakan bahwa

“Kelemahan pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) Guru harus mempersiapkan

pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga,

pemikiran, dan waktu. (2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar,

maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. (3)

Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik

permasalahan yang sedang dibahas meluas, sehingga banyak yang tidak sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan. (4) Saat diskusi kelas, terkadang

didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif”.

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh

Robert E. Slavin yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa

Page 39: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18 untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Jadi, tekanan utama metode

ini adalah keberhasilan target kelompok dengan asumsi bahwa target hanya

dapat dicapai jika setiap anggota tim berusaha menguasai subyek yang

menjadi bahasan. STAD ini merupakan salah satu metode pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode yang paling baik

untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

Armstrong (2008) mengemukakan “STAD has been described as the

simplest of a group of cooperative learning techniques referred to as STudent

Team Learning Methods. In the STAD approach students are assigned to four or

five member teams reflecting a heterogeneous grouping of high, average, and

low achieveing students of diverse ethnic backgrounds and different genders.

Each week, the teacher introduces new material through a lecture, class

discussion, or some form of a teacher presentation. Team members then

collaborate on worksheets designed to expand and reinforce the material taught

by the teacher”.

Ada tiga konsep dalam metode pembelajaran ini, yaitu : Pertama,

penghargaan terhadap tim, hal ini dapat diperoleh jika tim berhasil memperoleh

poin tertinggi dalam periode tertentu. Kedua, pertanggungjawaban individu yang

mengacu pada fakta bahwa siklus tim sangat tergantung pada peran masing -

masing individu pendukungnya. Untuk setiap anggota tim harus mampu dan

bersedia menjadi tutor bagi rekannya agar siap menghadapi soal atau kuis yang

diberikan. Ketiga, adanya kesempatan yang sama untuk sukses. Kesempatan

yang sama untuk sukses berarti bahwa apa yang diberikan anggota tim

merupakan perbaikan kesalahan yang pernah dibuat. Anggota yang semula

mendapat nilai kuis rendah harus berusaha mencapai nilai rata - rata.

Siswa yang terlibat dalam pembelajaran STAD dibagi dalam tim belajar

yang terdiri atas 4-5 orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis

kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa

bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah

menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai

Page 40: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19 materi secara sendiri-sendiri, saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling

membantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan skor pencapaian mereka

sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan

tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai

sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan

tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau

penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan termasuk presentasi yang

disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode

kelas. (Slavin, 2008: 11-12).

Slavin (2008: 143-146) mengemukakan bahwa metode pembelajaran

STAD terdiri atas lima komponen utama. Komponen yang pertama adalah

presentasi kelas. Materi pokok dalam STAD adalah pengenalan awal dalam

presentasi kelas. Presentasi kelas dapat dilakukan melalui pengajaran secara

langsung atau pengajaran diskusi dengan guru, tetapi dapat juga presentasi

menggunakan audio visual. Prasentasi kelas dalam STAD berbeda dengan

pengajaran pada umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal

pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam

kelompok. Dengan demikian, siswa dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam

memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena

hal tersebut juga akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya

juga akan mempengaruhi skor dari tim mereka.

Komponen yang kedua dalam STAD adalah tim atau kelompok. Tim

atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa mempunyai karakteristik yang

berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin,

maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota

tim telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan

anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat

mengerjakan dengan baik. Setelah guru mempresentasikan materi, anggota tim

secara bersama-sama mempelajari lembar kerja atau materi lain yang diberikan

guru. Dalam hal ini, siswa mendiskusikan masalah atau kesulitan yang ada,

membandingkan jawaban dari masing-masing anggota tim dan membetulkan

Page 41: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20 kesalahan konsep dari anggota tim. Tim merupakan hal penting yang harus

ditonjolkan dalam STAD. Dalam setiap langkah, titik beratnya adalah membuat

anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan

yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

Komponen yang ketiga dalam pembelajaran STAD adalah kuis. Setelah

satu atau dua kali pertemuan guru mempresentasikan materi di kelas dan setelah

satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi kuis

secara individual. Siswa tidak diperbolehkan saling membantu dalam

mengerjakan kuis. Jadi, setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam

menguasai materi pelajaran yang diberikan.

Komponen yang keempat adalah skor kemajuan individual. Gagasan di

balik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa

tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan

memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat

memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor

ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha

mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor ”awal”, yang diperoleh dari nilai

kinerja siswa tersebut sebelumnya. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin

untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan

dengan skor awal mereka. Perhitungan skor kemajuan individual dapat dilihat

pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Skor Kemajuan Individual

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10 - 1 poin dibawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

Sumber : Slavin (2008 : 159)

Komponen yang kelima dalam pembelajaran STAD adalah rekognisi

tim atau penghargaan tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk

Page 42: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21 penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Skor tim siswa akan digunakan untuk menentukan tingkat pemahaman siswa.

Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe STAD ditunjukkan pada

Gambar 2.1 sebagai berikut :

Sumber : Slavin (2008 : 143)

Gambar 2.1. Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Metode pembelajaran STAD memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut :

(1) Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan aturan tertentu

sehingga kemampuan dan perkembangan siswa dapat terpantau dan tergali

dengan baik, (2) Adanya penghargaan individu maupun kelompok akan mampu

memotivasi belajar siswa, baik secara individu maupun kelompok, (3)

Terciptanya suasana kompetitif untuk menghasilkan yang terbaik antara siswa

dalam kelompok maupun antarkelompok dalam kelas, sehingga kegiatan belajar

mengajar lebih hidup, (4) Transfer atau perpindahan ilmu tidak hanya terjadi

dari guru atau buku ke siswa melainkan juga terjadi antarsiswa, (5) Siswa

Pembentukan kelompok secara heterogen (beranggotakan 4-6 orang)

Kegiatan Kelompok (belajar kelompok dan mengerjakan soal kelompok)

Presentasi Kelas (guru menyampaikan materi pelajaran)

Kuis oleh masing-masing individu

Skoring individual dan kelompok

Penghargaan kelompok

Page 43: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22 mendapat kemudahan dalam memahami materi, (6) Siswa bekerjasama dalam

mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma dalam belajar

kelompok, (7) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat siswa lain dalam

kelompoknya untuk sama - sama berhasil, (8) Siswa aktif berperan sebagai tutor

sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompoknya, (9) Terjadi interaksi

antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai

berikut: (1) Pekerjaan administratif guru menjadi lebih banyak, (2) Waktu

kegiatan belajar mengajar sedikit banyak akan terkurangi, karena untuk

menyusun tempat duduk kelompok, (3) Konstribusi dari siswa yang berprestasi

rendah menjadi kurang, (4) Siswa yang berprestasi tinggi akan mengarah pada

kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan, (5) Apabila ada

siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya maka siswa akan kurang

dapat bekerja sama dalam memahami materi maupun penyelesaian tugas, (6)

Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar

kelompok, (7) Apabila ada siswa yang malas maka usaha kelompok untuk

mendapatkan penghargaan akan terlambat.

b. Metode Pembelajaran Team - Games - Tournament

Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan

Keith Edward. Metode TGT merupakan metode pembelajaran pertama dari John

Hopkins. (Slavin, 2008:13). Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama

antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam

pembelajaran ini terdapat penggunaan teknik permainan. Permainan ini

mengandung persaingan menurut aturan - aturan yang telah ditentukan. Dalam

permainan diharapkan tiap-tiap kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan

keterampilannya untuk bersaing agar memperoleh suatu kemenangan.

Menggunakan TGT di kelas membantu guru untuk meningkatkan pemahaman

dan motivasi di antara murid-murid, yang diharapkan menghasilkan peningkatan

motivasi dan prestasi jangka panjang.

Page 44: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

van Wyk (2010) mengemukakan bahwa “TGT uses the same teacher

presentations and team work as in STAD, but replaces the quizzes with weekly

tournaments, in which students play academic games with members of other

teams to contribute points to their team scores. Student playthe games at three-

person “tournament tables” with others with similar past records in

mathematics. A “bumping” procedure keeps the games fair”. Metode

pembelajaran TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi

menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan

permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri

untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan

masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam

game, teman yang lain tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi

tanggung jawab individual.

Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan

dengan metode STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi

tetapi menggantikan kuis dengan turnamen dimana siswa memainkan game

akademik dengan anggota lain untuk meyumbangkan poin bagi skor timnya.

(Slavin, 2008: 13). Beberapa keuntungan dari teknik permainan dalam situasi

belajar kelompok, yakni bermanfaat khususnya untuk mengajarkan aspek-aspek

kognitif tingkat tinggi seperti analisis, dengan adanya persaingan untuk

mendapatkan kemenangan maka akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi

siswa, dan dengan teknik permainan ini terbentuk suatu situasi belajar yang

menyenangkan yang tentu saja sangat mempengaruhi tingkat konsentrasi,

kecepatan menyerap materi pelajaran, jumlah pelajaran dan kematangan

pemahamannya.

Terdapat lima komponen dalam pelaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT. (Slavin, 2008 :161). Komponen pertama adalah presentasi

kelas atau pengamatan langsung. Presentasi kelas digunakan guru untuk

memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi

ataupun presentasi audiovisual. Guru membagi kelompok siswa serta

menyebutkan konsep-konsep yang harus dipelajari, memberikan cerita singkat

Page 45: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24 untuk pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan dalam kehidupan

sehari-hari. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa

presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara

ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi

perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat

membantu mereka menjawab soal – soal pada saat kompetisi dalam permainan.

Komponen kedua dalam pembelajaran TGT adalah belajar tim. Tim

terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam

hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini

adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih

khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk dapat menjawab

soal pada saat permainan dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya,

tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau meteri lainnya.

Pembelajaran tim sering melibatkan pembahasan permasalahan bersama,

membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila

anggota tim ada yang membuat kesalahan. Pada metode TGT ini, poin penting

yang perlu ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik

untuk membantu tiap anggotanya.

Komponen ketiga adalah permainan. Permainan disusun untuk menguji

pengetahuan yang dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan -

pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan lain.

Permainan dalam pembelajaran koopertaif metode TGT dapat berupa permainan

yang mudah dan banyak dikenal. Dalam penelitian ini permainan yang

digunakan adalah Roda Impian (Wheel of Fortune).

Komponen keempat dalam pembelajaran TGT adalah pertandingan atau

turnamen. Tournament adalah sebuah struktur dimana permainan berlangsung.

Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru

memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok

terhadap lembar kegiatan. Dalam tournament masing-masing siswa mewakili

tim yang berbeda. Kompetisi yang seimbang ini memungkinkan para siswa dari

semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor

Page 46: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25 tim mereka, jika mereka melakukan yang terbaik. Setelah tournament selesai

maka dilakukan penilaian.

Komponen terakhir dalam pembelajaran TGT adalah penghargaan tim.

Gunakan imajinasi, kreativitas, dan variasikan penghargaan dari waktu ke

waktu. Hal yang lebih penting adalah dapat menyenangkan para siswa atas

prestasi yang mereka buat daripada sekedar memberikan hadiah besar.

Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe TGT ditunjukkan pada

Gambar 2.2 berikut ini :

Sumber : Slavin (2008 : 166).

Gambar 2.2. Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, meskipun proses belajar

mengajar dilakukan secara berkelompok, akan tetapi prestasi belajar yang diukur

adalah prestasi belajar individu. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat

belajar dengan sungguh-sungguh karena terpacu untuk lebih siap belajar

khususnya belajar materi Geografi, tanpa ada rasa takut untuk mempelajarinya.

Pembentukan kelompok secara heterogen (beranggotakan 4-6 orang)

Kegiatan Kelompok (belajar kelompok dan diskusi kelompok)

Presentasi Kelas (guru menyampaikan materi pelajaran)

Game oleh masing-masing kelompok

Turnamen tim

Penghargaan tim

Page 47: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26 Peran guru dalam metode TGT ini hanya bertindak sebagai fasilitator yang

memantau kegiatan masing-masing kelompok.

Metode pembelajaran TGT memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut : (1)

Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, (2) mendidik siswa

untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, (3) meningkatkan kebaikan budi,

kepekaan dan toleransi, (4) dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi

secara mendalam, (5) proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari

siswa, (6) pemahaman peserta didik akan bertambah dengan adanya permainan

(tournament) pada saat proses pembelajaran, (7) aktivitas belajar dengan

permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT

memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks, (8) pendekatan teknik mengajar

belajar sambil bermain mampu menarik minat murid untuk mengembangkan diri

mereka, (9) adanya turnamen akan meningkatkan motivasi belajar siswa untuk

menjadi yang terbaik.

Kelemahan metode TGT adalah sebagai berikut: (1) Waktu yang

dihabiskan untuk diskusi dan turnamen cukup banyak, sehingga kadang kala

melewati waktu yang sudah ditetapkan, (2) suasana permainan dan turnamen

membuat kelas menjadi gaduh.

De Vries et al. (1980) dalam van Wyk (2010) mengemukakan “…TGT

is the most appropriate for teaching welldefined objectives with single right

answers, such as mathematical computations and applications, language usage

and mechanics, geography and map skills, and science concepts”.

Permainan merupakan salah satu cara belajar yang paling efektiv, yaitu

dengan bermain dalam kegiatan belajar mengajarnya, atau yang biasa disebut

sebagai permainan edukatif. Permainan edukatif menurut Andang Ismail (2006:

119) adalah “Suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan

cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik”. Dalam permainan, siswa

dapat meningkatkan penalaran, memahami keberadaan di lingkungan teman

sebaya, membentuk daya imajinasi dengan dunia sesungguhnya, mengikuti

peraturan, tata tertib, dan disiplin yang tinggi. Perkembangan bermain sebagai

Page 48: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27 cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur,

kemampuan dan minat anak didik yang secara berangsur-angsur dikembangkan

konsep “bermain sambil belajar”. Bermain sebagai bentuk kegiatan belajar

adalah bermain yang kreatif, menyenangkan, dan bersifat mendidik.

Ismail (2006: 150) mengemukakan fungsi dari permainan edukatif,

yaitu: “(1) Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak melalui proses

pembelajaran bermain sambil belajar. (2) Merangsang pengembangan daya pikir,

daya cipta, dan bahasa, agar dapat menumbuhkan sikap, mental, serta akhlak

yang baik. (3) Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan rasa

aman, dan menyenangkan. (4) Meningkatkan kualitas pembelajaran anak-anak.

Aktivitas bermain dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan

kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian “menang - kalah” (games).

Bermain sebagai games, kesenangan dan kepuasan yang diperoleh seseorang

harus melibatkan kehadiran orang lain. Tanpa hadirnya pihak kedua (sebagai

lawan), maka games tidak akan terjadi, sebab games hanya akan berlaku jika ada

unsur sportivitas, aturan, dan menang - kalah. Artinya, seseorang akan

memperoleh kesenangan dan kepuasan setelah mampu mengungguli atau

menaklukkan pihak lawan. Dengan demikian, bermain sebagai games

merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dalam rangka memperoleh

kesenangan dan kepuasan setelah mengungguli kemampuan lawan mainnya.

(Ismail, 2006: 15-16).

Pentingnya bermain bagi perkembangan kepribadian siswa telah diakui

kebenarannya secara universal. Bermain merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia dewasa maupun anak-anak. Kesempatan bermain akan memberikan

kegembiraan serta kepuasan emosional tersendiri karena bermain merupakan

kegiatan spontan dan kreatif, yang dengannya seseorang dapat menemukan

ekpresi diri secara sepenuhnya. Sederet Ahli Filsafat seperti Plato dan

Aristoteles, serta Ahli Pendidikan seperti Comenius, Rouseau, Pestalozi,

Froebel, al-Ghazali, dan Avicenna menekankan betapa pentingnya permainan

bagi seorang anak, berapa pun tingkat usianya. Bagi mereka, bermain dipandang

sebagai kegiatan alamiah dalam mendapatkan pengalaman-pengalaman, alat

Page 49: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28 menemukan kreativitas, serta sarana untuk mengembangkan kecerdasan. Unsur-

unsur afeksi, kognisi, maupun psikomotor yang terdapat dalam diri mereka

sudah selayaknya terbiasa diaktifkan demi mendapatkan kecerdasan yang

berkualitas. Melalui permainanlah ketiga unsur pokok pendukung intelektualitas

siswa dapat lebih mudah ditangkap, karena permainan merupakan sarana belajar

yang paling efektif dan menyenangkan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

jika kemudian lahir berbagai metode pembelajaran yang membawa siswa kepada

suasana belajar yang menyenangkan dan mengasyikan, tidak menghadapkan

mereka kepada suasana belajar yang menjemukan.

Permainan mempunyai peranan penting dalam pembinaan pribadi

siswa. Selain itu, melalui permainan akan mengarahkan mereka pada suatu

aktivitas yang membantu untuk mencapai perkembangan utuh, baik fisik,

intelektual, sosial, moral, dan emosional.

Zulkifli L (2001) dalam Ismail (2006 : 18-19) mengemukakan manfaat

permainan, yaitu : “(1) Sarana untuk membawa anak ke alam bermasyarakat.

Dalam suasana permainan mereka saling mengenal, saling menghargai satu

dengan lainnya, dan dengan perlahan-lahan tumbuhlah rasa kebersamaan yang

menjadi landasan bagi pembentukan perasaan sosial. (2) Untuk mengenal

kekuatan sendiri. Anak-anak yang sudah terbiasa melakukan permainan dapat

mengenal kedudukannya di kalangan teman-temannya. (3) Untuk memperoleh

kesempatan mengembangkan fantasi dan menyalurkan kecenderungan

pembawaannya. (4) Dapat melatih untuk menempa emosi. Ketika melakukan

permainan, mereka mengalami bermacam-macam perasaan. Ada anak yang

dapat menikmati suasana permainan itu, namun sebaliknya, ada anak lain yang

merasa kecewa. (5) Untuk memperoleh kegembiraan, kesenangan, dan kepuasan.

Suasana kegembiraan dalam permainan dapat menjauhkan diri dari perasaan

rendah, misalnya perasaan dengki, rasa iri hati, dan sebagainya. (6) Melatih diri

untuk menaati peraturan yang berlaku. Mereka menaati peraturan yang berlaku

dengan penuh kejujuran untuk menjaga agar tingkat permainan tetap tinggi”.

Saat ini, materi ajar untuk pembelajaran Geografi telah dikemas ke

dalam berbagai bentuk media, misalnya media permainan (teka-teki, simulasi,

Page 50: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29 permainan papan dan lain-lain), media cetak, rekaman audio visual, software

komputer, dan lain sebagainya. Roda Impian yang dipakai dalam penelitian ini

pada umumnya ditampilkan dalam sebuah papan kayu yang dapat diputar,

berbentuk bulat yang dilengkapi angka – angka pada sekelilingnya. Namun

demikian, khusus dalam penelitian ini, permaianan Roda Impian disajikan

dengan media komputer berupa program Macromedia Flash Player 7.

Macromedia Flash merupakan suatu sofware paling populer saat ini dalam hal

animasi (khususnya di web) yang dapat mewujudkan imajinasi dan daya khayal

manusia yang tiada batas. Tampilan Roda Impian dengan media komputer

diharapkan dapat meningkatkan minat dan antusiasme siswa pada saat proses

pembelajaran sedang berlangsung.

Roda Impian merupakan sarana permainan berupa suatu roda bernomor

yang dimainkan dengan cara diputar. Setelah diputar, roda akan berhenti pada

nomor tertentu yang tepat ditunjuk oleh jarum. Nomor yang ditunjuk oleh jarum

tersebut mengandung pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Di dalam setiap

nomor terkandung pertanyaan yang berbeda – beda.

Bermain Roda Impian seperti sedang mengikuti acara kuis berhadiah,

sehingga pada saat permainan berlangsung, suasana diusahakan kondusif dan

semenarik mungkin. Dalam permainan ini tidak ada bantuan huruf atau kisi-kisi

jawaban, sehingga siswa harus menguasai materi pelajaran seutuhnya. Agar

dapat menjawab dengan benar, diperlukan koordinasi dan kerja sama pada saat

belajar tim karena kontribusi individu sangat menentukan keberhasilan tim.

Penguasaan materi pelajaran dan kreativitas siswa merupakan modal untuk

bertanding. Dengan penguasaan materi yang luas, siswa dapat menjawab

pertanyaan dengan mudah sedangkan siswa kreatif memungkinkan untuk

menjawab soal yang berupa pertanyaan analisis. Adanya suasana yang menarik

atau menyenangkan menyebabkan para siswa bersemangat dan memacu mereka

untuk melakukan yang terbaik.

Jenis permainan Roda Impian termasuk kedalam jenis permainan yang

jarang ditemui dan belum banyak dimainkan oleh siswa. Dengan demikian,

Roda Impian dapat dikategorikan sebagai jenis permainan yang baru, sehingga

Page 51: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30 akan meningkatkan ketertarikan siswa untuk memainkannya. Adanya permainan

yang lebih menarik dapat memberikan semangat baru bagi siswa untuk belajar

ditambah pula seolah-olah siswa sedang mengikuti suatu kuis berhadiah.

Permainan Roda Impian mempunyai variasi soal yang lebih banyak,

sehingga siswa akan terlatih mengerjakan berbagai tipe soal. Di dalam materi

Hidrosfer, siswa dikenalkan dengan istilah – istilah baru kaitannya dengan bahan

siklus hidrologi, perairan darat dan perairan laut, sehingga jika siswa lebih

banyak berlatih maka siswa akan lebih mudah menguasai materi.

Berdasar karakteristik di atas, permainan Roda Impian dapat menambah

motivasi belajar dan lebih mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran,

karena permainan ini lebih banyak melatih pengetahuan dan keberanian

berpendapat dengan jalan mengerjakan berbagai variasi soal. Dalam permainan

ini, jumlah soal lebih banyak dan dalam menjawab ada batasan waktu sehingga

siswa dilatih untuk berpikir cepat, tepat dan kreatif, misalnya dengan

menggunakan cara-cara tertentu dalam menghafal dan memahami istilah –

istilah dalam materi Hidrosfer agar menghemat waktu.

Dengan bermain Roda Impian diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman dan minat belajar siswa akan materi pokok Hidrosfer. Belajar

sambil bermain memberi peluang kepada siswa untuk belajar dalam suasana

bebas, menggembirakan dan bermakna. Bagaimana pun, bermain itu bukanlah

bermain yang bebas tanpa rancangan, tetapi bermain yang terstruktur, fleksibel

dan memenuhi keperluan kognitif, psikomotor dan afektif siswa. Belajar sambil

bermain tidak selalu berakibat buruk pada hasil belajar siswa karena penyajian

materi melibatkan siswa agar aktif dalam belajar dan bermain bersama

kelompoknya sehingga memberikan kontribusi pada peningkatan motivasi siswa

untuk belajar dan berprestasi.

c. Metode Pembelajaran Ceramah Tanya Jawab

“Metode Ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara

memberikan penjelasan-penjelasan secara lisan kepada peserta didik.

Penggunaaan metode ceramah sangat tergantung kepada kemampuan guru,

Page 52: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31 karena gurulah yang berperan penuh dalam metode ceramah”. (Sumantri,

Mulyani dan Johar Permana, 2001: 116 ).

Metode Ceramah menurut Hasibuan dan Moedjiono (1988: 13) adalah

“Cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan”. Metode ceramah

dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk

menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan

literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman

siswa.

Pengajaran menggunakan metode Ceramah mengandung unsur paksaan

pada siswa. Dalam hal, ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta

mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru. Padahal dalam diri siswa

terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak

disamping menerima informasi dari guru. Meskipun demikian, penggunaan

metode ceramah masih mutlak diperlukan dengan mempertimbangkan aspek

tujuan pengajaran, serta fasilitas yang tersedia di sekolah.

Ceramah sebagai metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan metode Ceramah menurut Gulo (2002 : 138), yaitu : “(1)

Hemat dalam menggunakan waktu dan alat, (2) mampu membangkitkan minat

dan antusias siswa, (3) membantu siswa untuk membangkitkan kemampuan

mendengarnya, (4) merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari

berbagai sumber, (5) mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah

diketahui oleh siswa”.

Kekurangan metode Ceramah menurut Sumantri, Mulyani dan Johar

Permana (2001: 119) adalah sebagai berikut : “(1) Dapat menimbulkan

kejenuhan kepada peserta didik apalagi bila guru kurang dapat

mengorganisasikannya, (2) menimbulkan verbalisme pada peserta didik, (3)

materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru, (4) merugikan peserta didik

yang lemah dalam ketrampilan mendengarkan, (5) menjejali peserta didik

dengan konsep yang belum tentu diingat terus, (6) informasi yang disampaikan

mudah usang dan ketinggalan jaman, (7) tidak merangsang perkembangan

Page 53: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32 kreativitas peserta didik, (8) Terjadi proses satu arah dari guru kepada peserta

didik.

Untuk meningkatkan keefektivan pengajaran dengan metode ceramah,

maka di dalam penelitian ini juga menggunakan metode Tanya Jawab sebagai

variasi metode ceramah. Metode Ceramah Tanya Jawab digunakan dengan

memanfaatkan keunggulan dan mengatasi kekurangan – kekurangan metode

ceramah.

Metode Tanya Jawab menurut Sumantri, Mulyani dan Johar Permana

(2001: 120) adalah “Cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar

melalui interaksi dua arah atau two way traffics dari guru ke peserta didik atau

dari peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui

jawaban lisan guru atau peserta didik”.

Metode pembelajaran Tanya Jawab adalah suatu cara mengelola

pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan

siswa memahami materi tersebut. Metode ini akan menjadi efektif bila materi

yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi

tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup

(pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka

(pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara

yang menarik.

Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom dalam Savin (2008:

16-18), antara lain: “(1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge

question), yaitu pertanyaan yang hanya mengaharapkan jawaban yang sifatnya

hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang dipelajarinya, (2) Pertanyaan

pemahaman (comprehention question), yaitu pertanyaan yang menuntut siswa

untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi – informasi

yang pernah diterimanya dengan kata – kata sendiri atau menginterpretasikan

atau membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan

membandingkan atau membeda – bedakan, 3) Pertanyaan penerapan

(application question), yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi

jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan dan informasi yang

Page 54: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33 pernah diterima, 4) Pertanyaan analisis (analysis question), yaitu pertanyaan

yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan cara mengidentifikasi

motif masalah yang ditampilkan, mencari bukti – bukti atau kejadian yang

menunjang suatu kesimpulan atau generalisasi dan menarik kesimpulan

berdasarkan informasi yang ada atau membuat generalisasi dari atau berdasarkan

informasi yang ada, 5) Pertanyaan sintesis (synthesis question), yaitu pertanyaan

yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa

untuk mengembangkan potensi dan daya kreasinya, 6) Pertanyaan evaluasi

(evaluation question), yaitu pertanyaan yang menghendaki siswa untuk

menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap

suatu issue yang ditampilkan.

Metode Tanya Jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.

Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam

mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam

mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab

pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan

penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih

efektiv dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa

ditugasi membaca materi yang akan dibahas.

Dalam metode ini, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa

menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam proses

tanya jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan

menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada

siswa atau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat

menjawab pertanyaan itu. Dengan metode Tanya Jawab tidak hanya terjadi

interaksi dua arah tetapi juga banyak arah

Hasibuan dan Moedjiono (1988: 14) mengemukakan bahwa “bertanya

di dalam proses belajar mengajar memegang peranan penting sebab pertanyaan

yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan : (1) Meningkatkan

partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (2) Membangkitkan minat

dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan, (3)

Page 55: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34 Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri

adalah bertanya, (4) Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang

baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik, (5)

Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas”.

Sumantri, Mulyani dan Johar Permana (2001: 122) mengemukakan

"Kekurangan metode Tanya Jawab, yaitu : (1) Pada kelas besar pertanyaan tidak

dapat disebarkan kepada seluruh peserta didik, sehingga peserta didik tidak

memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab maupun bertanya, (2) Peserta

didik yang tidak aktif tidak mempertahankan bahkan tidak terlibat secara mental,

(3) Menimbulkan rasa gugup pada peserta didik yang tidak memiliki keberanian

menjawab dan bertanya (kemampuan lisan), (4) Dapat membuang waktu bila

peserta didik tidak responsif terhadap pertanyaan”.

2. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran Geografi yang diajarkan dalam penelitian ini

adalah pada Kompetensi Dasar “menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap

kehidupan di muka bumi”. Materi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5

halaman 158 - 214. Indikator yang harus dicapai siswa setelah mengikuti

pembelajaran ini adalah sebagai berikut : (a) Menjelaskan siklus hidrologi, (b)

Menentukan jenis air tanah, (c) Mengklasifikasi jenis-jenis danau, (d)

Mendeskripsikan manfaat rawa, (e) Mengklasifikasi ciri sungai dan jenis pola

aliran sungai, (f) Menganalisis faktor penyebab kerusakan, serta upaya

pelestarian Daerah Aliran Sungai, (g) Menjelaskan perbedaan pesisir dan pantai,

(h) Mengklasifikasi jenis-jenis laut, (i) Mengidentifikasi morfologi laut, (j)

Menjelaskan gerakan air laut, (k) Mengidentifikasi kualitas air laut di Indonesia,

(m) Menjelaskan manfaat perairan laut.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (2008: 22) adalah “Kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”

Page 56: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35 dan menurut Hasibuan dan Moedjiono (1988: 3-4) “Hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.”

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku

dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun

ketrampilan motorik dan di sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dari

penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. (Sukmadinata, 2003:

102).

Masidjo (1995: 25) mengemukakan bahwa ”Hasil belajar merupakan

hasil akhir yang dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program studi

yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, bisa dinyatakan

dengan nilai-nilai yang diperoleh melalui tes formatif. Tes formatif diperoleh

melalui ujian formatif yang memuat sebagian bahan pelajaran untuk mencapai

sebagian bidang hasil belajar. Bidang hasil belajar dalam penilaian tes formatif

itu misalnya adalah ulangan harian, tes sisipan 1, tes sisipan 2, yang isinya

merupakan sebagian dari bahan pelajaran”.

Kesimpulan dari pendapat di atas, yaitu bahwa hasil belajar adalah hasil

yang menunjukkan penguasaan siswa akan materi pelajaran yang ditempuhnya.

Hasil belajar siswa tidak akan tampak jika siswa belum melakukan suatu usaha

yang diperoleh melalui aktivitas belajar.

Belajar memegang peranan yang sangat penting dalam proses

pengajaran. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu

hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas yaitu

mengalami. Belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir

manusia telah memulai usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan

mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, para ahli berusaha menjelaskan

pengertian belajar menurut sudut pandang yang berbeda-beda, walaupun

demikian terdapat juga persamaan dalam definisi-definisi tersebut.

Lester D Crow dan Alice Crow dalam Roestiyah (1989: 141)

mengemukakan bahwa “Belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan,

Page 57: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36 pengetahuan, dan sikap”. Jadi, seseorang dikatakan belajar jika ada perubahan

dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar dalam

hal ini merupakan suatu proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi

selama murid menjalani pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Hal

yang perlu kita perhatikan adalah pola perubahan pada pengetahuan selama

pengalaman belajar itu berlangsung.

Burton dalam Aunurrahman (2009: 35) menyebutkan bahwa “Belajar

adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara

individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka

mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.

Sukmadinata (2003: 155-156) mengemukakan beberapa definisi belajar

dari para ahli, antara lain :

Witherington (1952: 165): “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Hilgard (1962: 252): “Belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”. Di Vesta and Thompson (1970: 112): “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.

Wragg dalam Aunurrahman (2009: 36) mengemukakan bahwa

“Terdapat ciri umum dalam kegiatan belajar, yaitu: (1) Belajar menunjukkan

suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja, (2) Belajar

merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungannya dalam hal

ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu

memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah

diperoleh atau ditemukan sebelumnya, akan tetapi menimbulkan perhatian

kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. (3)

Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku”.

Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat di atas

yaitu, bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu

dalam perubahan tingkah laku, baik melalui latihan dan pengalaman yang

Page 58: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37 menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh

tujuan tertentu.

Hasil belajar siswa diukur melalui tes sehingga dapat ketahui

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut Rakhmat dan Didi

Suherdi (2001: 56) “Tes hasil belajar adalah alat atau prosedur sistematik untuk

mengukur hasil belajar siswa”.

Tes hasil belajar adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang

dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas, yang dilakukan

secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan

nilai. Kemampuan atau kecakapan aktual yang dimiliki siswa inilah yang

dilaporkan oleh suatu tes hasil belajar, dengan demikian fungsi utama tes hasil

belajar adalah mengukur keberhasilan belajar siswa dan sekaligus pula

mengukur keberhasilan guru dalam mengajar suatu mata pelajaran.

(Masidjo,1995: 39-40).

Sudijono (2005: 67) menyatakan bahwa “Tes dalam dunia evaluasi

pendidikan adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu

ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang

berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan -

pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan)

oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran

tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi

testee”.

Menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana (2008: 22) ”Dalam sistem

pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun

tujuan instruksional pengklasifikasian hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah

yaitu ranah kognitif, afektif dan rahah psikomotorik”.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesia dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan

keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Page 59: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu

penerimaan, jawaban atau refleksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah

psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilam dan kemampuan

bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu : (a) gerak reflek, (b)

keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau

ketepatan, (e) gerakan keterampilam kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan

interpretatif .

Ketiga ranah tersebut menjadi aspek penilain hasil belajar. Di antara

ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di

sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan.

B. Penelitian yang Relevan

Berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis :

Nuswantoro (2008) melakukan penelitian tentang “Efektivitas Metode

Pembelajaran Student Teams Achievement and Division, Group Investigation,

Ceramah Tanya Jawab terhadap Prestasi Belajar IPS Geografi Siswa SMP

Negeri I Cepogo Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009”. Penelitian menggunakan

metode penelitian eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa

kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali tahun ajaran 2008/2009. Sampel yang

terpilih adalah kelas VIIA, B, dan C. Teknik pengumpulan data menggunakan

metode tes dengan jenis tes obyektif. Teknik analisis data dengan menggunakan

anava 1 jalan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan : (1) Terdapat perbedaan

yang signifikan antara metode pembelajaran STAD, metode pembelajaran GI

dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab terhadap prestasi belajar IPS

Geografi siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs >Ftab

(F0,05);(2: 111) yaitu 50,406 > 3,08 ; (2) Penggunaan metode Gi lebih efektif dari

pada metode STAD dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar

siswa kelas VII SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 9,55 > Ftab

(F0,05);(1: 74) = 3,94; (3) Penggunaan metode STAD lebih efektif dari metode

Ceramah Tanya Jawab dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi

Page 60: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39 belajar siswa SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1:

74) = 3,94; (4) Penggunaan metode GI lebih efektif dari metode Ceramah Tanya

Jawab dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa SMP N

I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1: 74) = 3,94.

Sularmi (2007) melakukan penelitian tentang “Efektivitas Pembelajaran

Kooperatif Student Teams Achievement and Division (STAD) terhadap Hasil

Belajar Siswa Kompetensi Dasar Menyimpulkan Hakikat Geografi (Eksperimen

di Kelas X SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007)”. Penelitian

tersebut menggunakan metode eksperimentasi. Populasi penelitian adalah siswa

kelas X-E dan X-G SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2006/2007. Sampel

diambil dengan teknik random sampling sederhana 2 kelas dari 8 kelas. Kelas

eksperimen ditetapkan pada kelas X-E sedangkan untuk kelas control ditetapkan

pada kelas X-G masing-masing sejumlah 40 siswa. Teknik pengumpulan data

menggunakan teknik tes dengan jenis soal obyektif. Analisis data yang

digunakan adalah Analisis Kovarian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD lebih efektif dibandingkan

metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar siswa kompetensi dasar

menyimpulkan hakikat Geografi yang ditunjukkan dengan harga tobs > ttab = 51 >

3,97 pada taraf signifikansi 5%.

Kusumawati (2009) melakukan penelitian tentang “Penggunaan Metode

Pembelajaran Teams Games Tournament Disertai Media Gambar Cetak sebagai

Upaya dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Geografi pada

Kompetensi Dasar Atmosfer Bagi Siswa Kelas X di SMA N 2 Sukoharjo tahun

Ajaran 2008/2009”. Penelitian tersebut adalah penelitian tindakan kelas (PTK)

yang dilakukan di SMA N 2 Sukoharjo dengan obyek penelitian siswa kelas X7

dengan jumlah siswa 42 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,

tes, dan analisis dokumen. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa yang diajar

dengan metode TGT yang disertai media gambar cetak mengalami peningkatan

dari siklus 1 menuju siklus 2 pada kompetensi dasar atmosfer, dimana keaktifan

Page 61: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40 mengalami peningkatan sebesar 2,38% dan hasil belajar mengalami peningkatan

sebesar 7,03%.

Perbandingan penelitian yang relevan dapat dilihat pada Tabel 2

sebagai berikut :

Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian yang Relevan

No Penulis Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Agung

Nuswantoro (2008)

“Efektivitas Metode Pembelajaran Student Teams Achievement and Division, Group Investigation, Ceramah Tanya Jawab terhadap Prestasi Belajar IPS Geografi Siswa SMP Negeri I Cepogo Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009” (Tesis)

Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali tahun ajaran 2008/2009. Sampel yang terpilih adalah kelas VIIA, B, dan C. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dengan jenis tes obyektif. Teknik analisis data dengan menggunakan anava 1 jalan.

(1)Terdapat perbedaan yang signifikan antara metode pembelajaran STAD, metode pembelajaran GI dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab (CTJ) terhadap prestasi belajar IPS Geografi siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs >Ftab (F0,05);(2: 111) yaitu 50,406 > 3,08 ; (2) Penggunaan metode Gi lebih efektif dari pada metode STAD dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa kelas VII SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 9,55 > Ftab (F0,05);(1: 74) = 3,94; (3) Penggunaan metode STAD lebih efektif dari metode CTJ dalam

Page 62: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1:

74) = 3,94; (4) Penggunaan metode GI lebih efektif dari metode CTJ dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1:

74) = 3,94. 2. Sularmi

(2007) “Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement and Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Menyimpulkan Hakikat Geografi (Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007” (skripsi).

Penelitian menggunakan metode eksperimentasi. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2006/2007. Sampel diambil dengan teknik random sampling sederhana 2 kelas dari 8 kelas. Kelas eksperimen ditetapkan pada kelas X.E dan kelas kontrol ditetapkan pada kelas X.G. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dengan jenis soal obyektif. Analisis data yang digunakan adalah Anakova.

Penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD lebih efektif dibandingkan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar siswa kompetensi dasar menyimpulkan hakikat Geografi yang ditunjukkan dengan harga tobs > ttab = 51 > 3,97 pada taraf signifikansi 5%.

Page 63: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

3. Indah Kusumawati (2009)

“Penggunaan Metode Pembelajaran Teams games Tournament Disertai Media Gambar Cetak sebagai Upaya dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Atmosfer Bagi Siswa Kelas X di SMA N 2 Sukoharjo tahun Ajaran 2008/2009” (Skripsi).

Penelitian tersebut adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SMA N 2 Sukoharjo, dengan obyek penelitian siswa kelas X.7 dengan jumlah siswa 42 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes, dan analisis dokumen. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus.

Keaktifan dan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode TGT yang disertai media gambar cetak mengalami peningkatan dari siklus 1 menuju siklus 2 pada kompetensi dasar atmosfer, dimana keaktifan mengalami peningkatan sebesar 2,38% dan hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 7,03%.

4. Innastiti L.R (2010)

“Efektivitas Metode Pembelajaran STAD dan TGT pada Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMA N 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”

Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa Kelas X SMA N 2 Surakarta. Pemilihan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan sampel siswa Kelas X-5 sebagai kelas eksperimen 1, Kelas X-1sebagai kelas eksperimen 2 dan Kelas X-3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dengan metode tes. Teknik analisis data memakai Anakova.

Page 64: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

C. Kerangka Pemikiran

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Hal tersebut berarti bahwa berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana

proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Keberhasilan dalam

belajar dapat diketahui dari suatu alat ukur yang berupa tes maupun non tes, alat

ukur ini mengetahui seberapa jauh siswa mampu menguasai konsep pelajaran

yang telah diterimanya.

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor,

di antaranya adalah penggunaan metode mengajar. Metode mengajar yang baik

merupakan metode yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan, kondisi

siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya sehingga bisa dilihat

apakah metode yang diterapkan efektif. Dengan demikian, perlu kiranya

dilaksanakan suatu metode yang dapat melibatkan siswa di dalam poses belajar

mengajar dan sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat

berinteraksi dengan siswa yang lain di dalam sebuah kelompok, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan konsep materi serta dapat

menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dengan

adanya metode pembelajaran yang cocok dengan kondisi siswa maupun sekolah,

diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar siswa.

Materi hidrosfer merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran

geografi bagi siswa kelas X. Pada materi ini memuat konsep-konsep yang

dianggap sulit oleh sebagian besar siswa SMA. Selain dituntut untuk menghafal,

siswa juga dituntut untuk memahami konsep materi yang umumnya bersifat

abstrak. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode dan media ajar yang dapat

mempermudah cara belajar siswa. Dalam penelitian ini metode pembelajaran

yang dipakai adalah metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams

Achievement Divisions) dan TGT (Teams Games Tournament) dengan

menggunakan permainan Roda Impian.

Metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement

Division) merupakan metode dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok

Page 65: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44 kecil dengan aturan tertentu sehingga kemampuan dan perkembangan siswa

dapat terpantau dan tergali dengan baik. Siswa aktif berperan sebagai tutor

sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompoknya. Pendidik hanya

berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar, serta

mampu menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta

didiknya. Adanya penghargaan kelompok diharapkan akan mampu untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat diduga bahwa metode

pembelajaran STAD lebih efektif dibandingkan dengan metode Ceramah Tanya

Jawab. Pembelajaran dengan metode Ceramah Tanya Jawab memang

memungkinkan terjadi interaksi dua arah antara guru dengan siswa. Namun

demikian, pada kelas besar pertanyaan tidak dapat disebarkan kepada seluruh

siswa, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab

maupun bertanya. Metode Ceramah Tanya Jawab menimbulkan rasa gugup pada

peserta didik yang tidak memiliki keberanian menjawab dan bertanya, sehingga

kelas hanya didominasi oleh siswa yang pandai menjawab dan bertanya saja.

Selain itu, metode ini dapat membuang waktu bila siswa tidak responsif terhadap

pertanyaan guru.

Metode pembelajaran kooperatif TGT (Teams Games Tournament)

yang akan diterapkan diharapkan mampu mendorong siswa untuk lebih aktif

dalam setiap kelompok, saling bekerja sama, bermain dan bertanding

antarkelompok serta dapat saling berpacu untuk memperoleh prestasi yang tinggi

dan dapat memperkecil perbedaan yang ada pada diri siswa dalam proses

pemahaman materi pelajaran. Dengan metode TGT (Teams Games Tournament)

diharapkan dapat merangsang siswa untuk lebih siap belajar geografi tanpa ada

rasa takut untuk mempelajarinya dan bahkan akan mendorong siswa untuk

mempelajari ilmu geografi lebih dalam lagi. Roda Impian yang digunakan dalam

metode TGT (Teams Games Tournament) dimaksudkan selain ada unsur

permainannya juga ada unsur pendidikannya. Roda Impian merupakan

permainan yang jarang ditemui di masyarakat. Biasanya permainan ini

digunakan pada acara kuis dan di tempat hiburan. Oleh karena itu, siswa menjadi

penasaran dan tertarik untuk ikut dalam permainan. Bermain Roda Impian

Page 66: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45 diperlukan persiapan yang cukup, baik materi maupun mental. Untuk itu,

diharapkan semua siswa belajar lebih giat untuk menguasai materi Hidrosfer.

Dalam permainan ini tidak ada faktor keberuntungan, sehingga untuk menjadi

pemenang dalam turnamen, siswa dalam satu tim harus dapat menjawab

pertanyaan sebanyak-banyaknya dengan benar. Sistem permainan dan kompetisi

pada metode pembelajaran TGT sangat cocok diterapkan pada tingkat usia

remaja seperti siswa SMA, sehingga menjadikan mereka lebih aktif dan lebih

antusias saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat diduga bahwa

pembelajaran dengan menggunakan metode TGT (Teams Games Tournament)

dengan media Roda Impian lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang

melalui proses pembelajaran dengan menggunakan metode STAD (Student

Teams Achievement Divisions) maupun metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab. Hal tersebut karena adanya unsur permainan yang menjadikan siswa

lebih termotivasi untuk belajar dan berkompetisi dalam suasana rileks.

Untuk memperjelas hubungan metode pembelajaran dengan hasil

belajar siswa ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran sebagai berikut:

Keterangan :

= Lebih Baik.

Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan masih

bersifat teoritis. (Sukardi, 2008: 41).

Kelompok Eksperimen 1 Kelompok Eksperimen 2 Kelompok Kontrol

Metode STAD Metode TGT Metode Ceramah

Tanya Jawab

Page 67: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan hasil belajar Geografi yang menggunakan metode

pembelajaran STAD, metode TGT, dan metode Ceramah Tanya Jawab pada

Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

2. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada

hasil belajar Geografi dengan metode STAD pada Kompetensi Dasar

“Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka

Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

3. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih baik

daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada

Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

4. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada

hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada

Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

Page 68: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang dilaksanakan untuk kegiatan penelitian ini selama empat

belas bulan di tahun 2010 sampai tahun 2011. Adapun jadwal pelaksanaan

penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini :

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Jadwal Kegiatan Jan 2010

Feb – Mar 2010

Apr 2010 Mei 2010

Jun – Ags 2010

Sept 2010 – Feb 2011

Persiapan Penyusunan proposal

Penyusunan Instrumen Penelitian

Pengumpulan data

Analisis data Penulisan laporan

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini, yang merupakan kelompok besar yang

memiliki karakteristik umum yang sama yang menjadi sasaran penelitian adalah

seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010, yaitu

sebanyak 345 siswa. Populasi tersebut terbagi ke dalam sepuluh kelas, yaitu siswa

Kelas X-1, siswa Kelas X-2, siswa Kelas X-3, siswa Kelas X-4, siswa Kelas X-5,

siswa Kelas X-6, siswa Kelas X-7, siswa Kelas X-8, siswa Kelas X-9, dan siswa

Kelas X-10.

Penentuan sampel yang merupakan kelompok kecil individu yang

dilibatkan secara langsung dalam penelitian ini digunakan teknik simple random

Page 69: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48 sampling. Teknik tersebut memungkinkan semua anggota populasi mempunyai

kesempatan yang sama dan independen untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengundi kesepuluh kelas yang

menjadi anggota populasi. Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan tiga

kali pengambilan. Nomor undian yang pertama keluar ditetapkan sebagai

kelompok eksperimen I, nomor undian yang keluar kedua ditetapkan sebagai

kelompok eksperimen II, dan nomor undian yang keluar berikutnya ditetapkan

sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan undian, terpilihlah siswa Kelas X-5

sebagai kelompok eksperimen 1 diberi pembelajaran dengan metode STAD, siswa

Kelas X-1 sebagai kelompok eksperimen 2 diberi pembelajaran dengan metode

TGT, dan siswa Kelas X-3 sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran

Ceramah Tanya Jawab.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yang merupakan sesuatu, konsep, gejala

yang menjadi fokus atau sasaran penelitian, diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Variabel Bebas

Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yang berfungsi untuk

mempengaruhi variabel yang lainnya adalah metode pembelajaran yang meliputi

metode pembelajaran STAD, TGT, dan Ceramah Tanya Jawab. Ketiga variabel

tersebut secara bebas berpengaruh terhadap variabel hasil belajar siswa.

1) Metode STAD

a) Definisi Operasional: Pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh

siswa tanpa harus ada perbedaan status, siswa duduk bersama dalam

kelompok yang beranggotakan empat atau lima orang untuk saling

membantu satu sama lainnya sebagai tutor sebaya dengan tujuan untuk

menguasai materi Geografi pada Kompetensi Dasar “Menganalisis

Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”.

b) Skala Pengukuran : Nominal.

Page 70: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

c) Indikator : Proses pembelajaran sesuai dengan metode mengajar yang

ditetapkan.

2) Metode TGT

a) Definisi Operasional : Pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh

siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai

tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan turnamen akademik.

b) Skala Pengukuran : Nominal.

c) Indikator : Proses pembelajaran sesuai dengan metode mengajar yang

ditetapkan.

3) Metode Ceramah Tanya Jawab

a) Definisi Operasional : Penyajian pelajaran oleh guru dengan cara

memberikan penjelasan – penjelasan secara lisan disertai pertanyaan –

pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi yang diberikan.

b) Skala Pengukuran : Nominal.

c) Indikator : Proses pembelajaran sesuai dengan metode mengajar yang

ditetapkan.

b. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini sebagai variabel terikatnya adalah hasil belajar

siswa pada kompetensi dasar “menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap

kehidupan di muka bumi”. Variabel tersebut dipengaruhi oleh ketiga metode

pembelajaran.

1) Definisi Operasional : Skor yang menunjukkan penguasaan siswa akan

materi pelajaran Geografi pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer

dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”.

2) Skala Pengukuran : Interval.

3) Indikator : Hasil belajar geografi setelah berlangsungnya proses belajar

mengajar.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Pada

penelitian ini, metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang nilai

Page 71: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50 kemampuan awal (pretest) dan posttest hasil belajar geografi gaya kognitif siswa

pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi di SMA Negeri 2 Surakarta.

Tes awal atau yang sering dikenal dengan istilah pretest ini dilaksanakan

dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang

akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Sementara itu, tes akhir atau

posttest dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi

pelajaran pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya

terhadap Kehidupan di Muka Bumi yang tergolong penting sudah dapat dikuasai

dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Fungsi posttest adalah untuk

menilai kemampuan murid mengenai materi pelajaran sesudah pengajaran

pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi dan sebagai bahan acuan untuk melakukan

perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi

yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data adalah soal tes yang

berjenis tes formatif untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai bahan

pelajaran setelah mengikuti suatu program instruksional tertentu, dalam hal ini

adalah penguasaan pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan

Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi.

Sebelum soal tes dibuat, terlebih dahulu direncanakan kisi-kisi soal

terhadap jenjang ranah kognitif siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis

Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. Indikator materi

pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut : (1) Menjelaskan siklus hidrologi,

(2) Mendeskripsikan air tanah, (3) Mengklasifikasi jenis-jenis danau, (4)

Mendeskripsikan manfaat rawa, (5) Mengklasifikasi ciri sungai dan jenis pola

aliran sungai, (6) Menganalisis faktor penyebab kerusakan, serta upaya pelestarian

Daerah Aliran Sungai, (7) Menjelaskan perbedaan pesisir dan pantai, (8)

Mengklasifikasi jenis-jenis laut, (9) Mengidentifikasi morfologi laut, (10)

Page 72: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51 Menjelaskan gerakan air laut, (11) Mengidentifikasi kualitas air laut di Indonesia,

(12) Menjelaskan manfaat perairan laut. Materi selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 5.

Kisi-kisi soal instrumen penelitian selengkapknya dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 3.2. Kisi – kisi Soal Instrumen Penelitian

Indikator Aspek Kognitif Jumlah C1 C2 C3

1. 1 3 2 3 2. - 5 4 2 3. 6, 7, 30 8 - 4 4. 10 - 9 2 5. 11 13, 14 12 4 6. - 17 15, 16 3 7. 24 - - 1 8. - 18 19 2 9. - 20, 21 - 2 10. 23, 25 - 22 3 11. 28 - 26, 27 3 12. 29 - - 1

Jumlah 30

Bentuk soal yang digunakan adalah tes obyektif pilihan ganda atau

multiple-choice test. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sama

untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Cara menilai tes dilakukan

dengan rumus Percentages correction, dimana hasil yang dicapai setiap siswa

dihitung dari persentase jawaban yang benar. (Purwanto, 2006: 112). Contoh

perhitungan nilai tes dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 43.

Sebelum soal tes diberikan kepada subyek penelitian, terlebih dahulu soal

ini diujicobakan kepada para siswa di luar subyek penelitian. Tujuannya adalah

untuk mengetahui apakah alat ukur ini layak dipakai sebagai alat pengumpul data,

sehingga perlu dilakukan uji instrumen tersebut dengan menganalisis validitas,

reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran item soal. Uji coba dilakukan pada

siswa di luar sampel penelitian, yaitu siswa Kelas X-2 SMA Negeri 2 Surakarta.

Page 73: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

a. Validitas

Data evaluasi yang baik dan sesuai dengan kenyataannya disebut data

valid. Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Jika pernyataan tersebut dibalik, instrumen evaluasi

dituntut untuk valid karena diinginkan diperoleh data yang valid. Dengan kata

lain, instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari

kegiatan evaluasi valid. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila mengukur apa

yang hendak diukur. Validitas item soal dihitung menggunakan rumus korelasi

product moment dari Karl Pearson. Berikut ini disajikan ringkasan hasil uji

validitas item soal pretest dan posttest:

Tabel 3.3. Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Pretest

No. rxy rtabel Ket. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.

0,473 0,427 0,599 0,625 0,602 0,534 0,477 0,568 0,488 0,392 0,615 0,592 0,546 0,546 0,63

0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Uji validitas butir soal pretest dilakukan sebanyak dua tahap. Tahap

pertama pengujian validitas diperoleh bahwa dari 35 soal pretest yang dibuat,

diperoleh 30 butir soal yang valid dan 5 butir soal yang tidak valid yaitu soal

nomor 1, 16, 18, 21, dan 35. Ketigapuluh butir soal yang valid tersebut kemudian

diuji validitasnya pada tahap kedua dan diperoleh hasil bahwa ketigapuluh butir

soal tersebut valid semuanya, sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas pada

No. rxy rtabel Ket. 19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

0,492 0,737 0,445 0,373 0,421 0,462 0,553 0,489 0,379 0,457 0,367 0,453 0,613 0,517 0,445

0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Page 74: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53 tahap ketiga. Dengan demikian, 30 butir soal yang valid tersebut dapat digunakan

untuk penelitian. Item soal dikatakan valid apabila harga rxy lebih besar dari rtabel

pada taraf signifikansi (α) = 5%. Perhitungan butir soal nomor 4 diperoleh rxy

sebesar 0,599 sedangkan harga rtabel pada N = 30 dengan taraf signifikansi 5%

sebesar 0,328, karena rxy> rtabel atau 0,599 > 0,328 maka dapat disimpulkan bahwa

butir soal nomor 4 dinyatakan valid. Hasil uji validitas item soal pretest

selengkapnya disajikan pada Lampiran 27.

Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Posttest

Uji validitas butir soal posttest dilakukan sebanyak dua tahap. Tahap

pertama pengujian validitas diperoleh bahwa dari 35 soal posttest yang dibuat

diperoleh 30 butir soal yang valid dan 5 butir soal yang tidak valid, yaitu soal

nomor 1, 16, 18, 21, dan 35. Dengan demikian, 30 butir soal yang valid dapat

digunakan untuk penelitian, sedangkan 5 butir soal yang tidak valid tidak

digunakan dalam penelitian. Perhitungan butir soal nomor 3 diperoleh rxy sebesar

0,591 sedangkan harga rtabel pada N = 30 dengan taraf signifikansi 5% sebesar

0,328, karena rxy > rtabel atau 0,591 > 0,328 maka dapat disimpulkan bahwa butir

No. rxy rtabel Ket. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.

0,534 0,591 0,406 0,401 0,34 0,454 0,47 0,433 0,471 0,42 0,658 0,484 0,703 0,461 0,356

0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

No. rxy rtabel Ket. 19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

0,347 0,619 0,428 0,364 0,456 0,473 0,409 0,398 0,351 0,416 0,374 0,36 0,518 0,461 0,452

0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Page 75: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54 soal nomor 3 dinyatakan valid. Hasil uji validitas item soal posttest selengkapnya

disajikan pada Lampiran 28.

b. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Tes dikatakan

memiliki kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang

tetap. Reliabilitas merupakan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek

yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada

waktu yang sama. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg

memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Untuk menghitung koefisien

reliabilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus Kuder-Richardson (KR 20).

Tabel 3.5. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Pretest

Instrumen Penelitian Jumlah Soal Keputusan

Uji Reliabilitas Kriteria

Uji Reliabilitas Soal Pretest 30 0,906 Tinggi

Dari 30 butir soal pretest yang valid dilakukan uji reliabilitas

dengan menggunakan rumus KR-20, dan diperoleh hasil perhitungan (r hitung > r

tabel) r11 = 0,906 > 0,328, yang berarti tes tersebut reliabel atau dapat dipercaya.

Berdasarkan kriteria indeks reliabilitas, tes tersebut mempunyai reliabilitas yang

tinggi. Perhitungan uji reliabilitas item soal pretest selengkapnya disajikan pada

Lampiran 27.

Tabel 3.6. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Posttest

Instrumen Penelitian Jumlah Soal Keputusan

Uji Reliabilitas Kriteria

Uji Reliabilitas Soal Posttest 30 0,872 Tinggi

Hasil uji reliabilitas pada tabel di atas dapat diketahui bahwa instrumen

penelitian untuk item soal posttest adalah reliabel. Hasil uji reliabilitas pada tabel

di atas diperoleh rhitung sebesar 0,872 sehingga dapat disimpulkan bahwa

instrumen penelitian dinyatakan reliabel dengan kriteria reliabilitas tinggi, yaitu

antara 0,71 sampai dengan 0,90. Perhitungan reliabilitas soal posttest

selengkapnya disajikan pada Lampiran 28.

Page 76: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

c. Daya Pembeda Item Soal

Daya pembeda item soal merupakan kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang

berkemampuan rendah (kurang pandai). Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda disebut ”indeks diskriminasi”.

Tabel 3.7. Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Pretest

Hasil pengujian daya beda item soal pretest menunjukkan sebesar 4 soal

(13,3%) memiliki daya beda yang lebih membedakan, 9 soal (30%) cukup

membedakan, dan 17 soal (56,7%) soal memiliki daya beda yang kurang,

sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal pretest memiliki

kriteria daya beda yang kurang.

No. Daya Beda Keterangan

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.

0,333 0,333 0,556 0,667 0,444 0,444 0,333 0,500 0,333 0,389 0,500 0,611 0,389 0,500 0,611

Kurang Kurang Cukup Lebih Cukup Cukup Kurang Cukup Kurang Kurang Cukup Lebih

Kurang Cukup Lebih

No. Daya Beda Keterangan

19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

0,444 0,722 0,333 0,333 0,333 0,278 0,556 0,389 0,333 0,389 0,389 0,333 0,389 0,444 0,333

Cukup Lebih

Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang

Page 77: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56 Tabel 3.8. Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Posttest

No. Daya Beda Keterangan 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.

0,389 0,611 0,389 0,222 0,389 0,333 0,444 0,278 0,556 0,333 0,611 0,389 0,667 0,444 0,278

Kurang Lebih

Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Cukup Kurang Lebih

Kurang Lebih Cukup Kurang

Hasil pengujian daya beda item soal posttest menunjukkan sebesar 4 soal

(13,3%) memiliki daya beda yang lebih membedakan, 4 soal (13,3%) cukup

membedakan, dan 22 soal (73,4%) soal memiliki daya beda yang kurang,

sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal - soal tes memiliki

kriteria daya beda yang kurang. Perhitungan uji daya beda item soal posttest

dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28.

d. Taraf Kesukaran Item Soal

Tingkat kesukaran item soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran

(difficulty index), yaitu menunjukkan sukar mudahnya suatu soal.

Hasil pengujian terhadap tingkat kesukaran item soal pretest

menunjukkan sebesar 8 soal (26,7%) mudah, 17 soal (56,7%) sedang, 5 soal

(16,6%) sukar, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal tes

tergolong sedang. Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran soal pretesecara

keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.9. Perhitungan tingkat kesukaran item soal

pretest dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.

No. Daya Beda Keterangan 19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

0,278 0,778 0,222 0,222 0,500 0,389 0,333 0,278 0,333 0,278 0,278 0,222 0,278 0,333 0,278

Kurang Lebih

Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang

Page 78: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57 Tabel 3.9. Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Pretest

Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest

No. Tingkat Kesukaran

Keterangan

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.

0,528 0,583 0,583 0,500 0,417 0,444 0,556 0,417 0,444 0,556 0,583 0,528 0,556 0,611 0,750

Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah

No. Tingkat Kesukaran

Keterangan

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.

0,556 0,778 0,611 0,556 0,556 0,333 0,500 0,528 0,722 0,750 0,583 0,583 0,583 0,583 0,583

Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sukar

Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

No. Tingkat Kesukaran

Keterangan

19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

0,500 0,583 0,611 0,444 0,556 0,361 0,611 0,417 0,500 0,250 0,417 0,611 0,250 0,389 0,611

Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar Mudah Sedang Sedang Sukar

Sedang Mudah Sukar Sukar Mudah

No. Tingkat Kesukaran

Keterangan

19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

0,583 0,556 0,556 0,556 0,583 0,583 0,500 0,583 0,611 0,417 0,417 0,500 0,472 0,556 0,472

Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

Page 79: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Hasil pengujian terhadap tingkat kesukaran item soal posttest

menunjukkan sebesar 3 soal (10%) tergolong mudah dan 27 soal (90%) tergolong

sedang, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal tes

tergolong sedang. Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran soal posttest secara

keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.10. Perhitungan tingkat kesukaran item

soal posttest dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28.

D. Rancangan Penelitian

Di dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen.

Keunggulan penelitian ekperimen adalah dapat menentukan apakah hubungan

yang ada merupakan hubungan sebab akibat, sedangkan pada penelitian

korelasional hanya dapat menunjukkan hubungan, bukan sebab-akibat. Penelitian

eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di dalam

melakukan kontrol terhadap kondisi. (Zuriah, 2005: 57-58).

Dalam penelitian eksperimen terdapat dua kelompok, yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan

pengaruh atau treatment tertentu, sedangkan pada kelompok kontrol tidak

diberikan. (Zuriah, 2005: 60).

Jenis desain eksperimen yang digunakan adalah Nonrandomized Control

Group Pretest-Posttest Design (desain prates-pascates kelompok kontrol tanpa

acak) yang dapat dilihat pada Tabel 3.11. Desain tersebut termasuk dalam desain

eksperimen semu, yaitu desain eksperimen yang tidak memungkinkan melakukan

penempatan subyek secara acak, baik karena kelompok kontrol atau komparasi

tidak ada, tidak memuaskan atau terlalu mahal. Dengan demikian, dalam desain

ini peneliti memilih dua atau lebih kelompok subyek yang sudah ada kemudian

memberikan perlakuan eksperimental. Eksperimen dilakukan di suatu kelas

tertentu dengan siswa yang telah ada atau sebagaimana adanya. Peneliti tidak

mungkin mengubah kelas siswa dalam menentukan subyek untuk kelompok -

kelompok eksperimen. Peneliti memilih dua atau lebih kelompok subyek yang

sudah ada kemudian memberikan perlakuan eksperimental.

Page 80: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Siswa pada awal kegiatan penelitian dikenakan test awal (pretest) untuk

mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian siswa diberi perlakuan dengan

menggunakan metode STAD untuk kelompok eksperimen 1, sedangkan kelompok

eksperimen 2 menggunakan metode TGT. Kelompok kontrol dikenakan metode

pembelajaran Ceramah Tanya Jawab. Pada akhir penelitian, siswa dikenakan tes

akhir (posttest). Hasil kedua tes tersebut dipakai sebagai data penelitian untuk

kemudian diolah dan dibandingkan hasilnya dengan analisis statistik.

Tabel 3.11. Rancangan Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen 1 (Metode STAD)

Eksperimen 2 (Metode TGT)

Kontrol (Metode Ceramah Tanya Jawab)

Y1

Y1

Y1

X1

X2

-

Y2

Y2

Y2

(Sukardi, 2008: 186)

Keterangan :

Tabel di atas merupakan bagan Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest

Design (desain prates-pascates kelompok kontrol tanpa acak).

Y1 = hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan Hidrosfer sebelum diberi

perlakuan

Y2 = hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan Hidrosfer setelah diberi

perlakuan

X1 = perlakuan dengan metode STAD

X2 = perlakuan dengan metode TGT

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan ini adalah :

1. Memberikan pretest Y1 pada kelompok eksperimen dan kontrol untuk

mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum obyek diberi perlakuan.

2. Memberikan perlakuan X1 berupa penggunaan metode STAD pada kelompok

eksperimen 1 dan perlakuan X2 berupa penggunaan metode TGT pada

kelompok eksperimen 2.

3. Memberikan posttest Y2 pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok

eksperimen 2 untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi

perlakuan X1 dan X2.

Page 81: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60 4. Memberikan posttest Y2 pada kelompok kontrol.

5. Membandingkan hasil pretest dan posttest ketiga kelompok dengan Analisis

Kovarian.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah sampel penelitian, yaitu siswa Kelas X-1 yang

diajar dengan menggunakan metode pembelajaran TGT (kelompok eksperimen 2),

siswa Kelas X-3 yang diajar menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab (kelompok kontrol) dan siswa Kelas X-5 yang diajar menggunakan metode

pembelajaran STAD (kelompok eksperimen 1) ini berasal dari populasi yang

terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas menggunakan uji

Lilliefors.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel

berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians antara

kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen dilakukan dengan menggunakan Chi

Kuadrat dengan rumus Uji Bartlett pada taraf signifikansi 5 %.

2. Pengujian Hipotesis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Kovarian. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menguji perbedaan antara

kelompok-kelompok eksperimen pada variabel terikat setelah diperoleh perbedaan

awal antarkelompok dari pengukuran pra uji (Subana dan Sudrajat, 2003: 109).

Dengan Analisis Kovarian, perbedaan awal antarkelompok subyek yang tidak

mungkin ditekan dengan penempatan acak dapat terdeteksi, sehingga peneliti

tidak perlu melakukan ”matching”, yaitu mengusahakan penyeimbangan antara

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol kemudian diberi perlakuan yang berbeda, sehingga akan diketahui

Page 82: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61 efektif tidaknya perlakuan tersebut dengan melihat perbedaan hasil belajar. Kelompok

eksperimen 1 diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran STAD,

kelompok eksperimen 2 diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran

TGT, dan kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab.

Pengujian hipotesis menggunakan Anakova diuraikan sebagai berikut :

a. Pengujian Hipotesis 1

Hipotesis statistik dalam pengujian menggunakan Anakova adalah

sebagai berikut :

H0 = µ1 = µ2 = µ3 = Tidak terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode

belajar yaitu STAD, TGT dan Ceramah Tanya Jawab memberikan rata-rata

hasil belajar yang sama).

H1 = Terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode belajar yaitu STAD,

TGT dan Ceramah Tanya Jawab paling sedikit memberikan 1 rataan hasil

belajar yang tidak sama).

H0 ditolak jika Fo > Ftabel.

Jika H0 ditolak maka diperoleh kesimpulan bahwa paling sedikit terdapat

satu rerata yang berbeda dengan rerata lainnya terhadap hasil belajar siswa.

Artinya, terdapat perbedaan hasil belajar geografi yang menggunakan metode

pembelajaran STAD, TGT, dan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi

Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka

Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Untuk mengetahui lebih lanjut

harga Beda Rata-rata yang masih Signifikan atau BRS, maka harga rata – rata itu

harus disesuaikan menurut harga koefisien kovariabelnya. Pengujian pasca

Analisis Kovarian menggunakan BRS adalah sebagai berikut :

b. Pengujian Hipotesis 2

Hipotesis statistik pasca analisis kovarian adalah sebagai berikut :

H0 = µ1 - µ2 髈 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran

STAD dan TGT tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).

H1 = µ1 - µ2 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran

STAD dan TGT menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).

Page 83: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62 H0 ditolak jika Fhitung > BRS.

Jika H0 ditolak maka berarti dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar

geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan TGT menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan. Artinya hasil belajar geografi yang

menggunakan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar

geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar

Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi

siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

c. Pengujian Hipotesis 3

Hipotesis statistik pasca analisis kovarian adalah sebagai berikut :

H0 = µ1 - µ3 髈 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran

STAD dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan).

H1 = µ1 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran

STAD dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan).

H0 ditolak jika Fhitung > BRS.

Jika H0 ditolak maka berarti dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar

geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan Ceramah Tanya

Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Artinya hasil belajar

geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD lebih baik daripada

hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

d. Pengujian Hipotesis 4

Hipotesis statistik pasca analisis kovarian adalah sebagai berikut :

H0 = µ2 - µ3 髈 BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT

dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan).

Page 84: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63 H1 = µ2 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT

dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan).

H0 ditolak jika Fhitung > BRS.

Jika H0 ditolak maka berarti dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar

geografi yang menggunakan metode pembelajaran TGT dan Ceramah Tanya

Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Artinya hasil belajar

geografi yang menggunakan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil

belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab

pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

Page 85: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 64

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Negeri 2 Surakarta terletak pada 07°33’27 ” LS dan 110°49’ 48”

BT dengan alamat di Jalan Monginsidi 40 Margoyodan, Kecamatan Banjarsari,

dan berdampingan dengan SMA Negeri 1 Surakarta. Margoyudan ini dikenal

dengan lingkungan pendidikan karena selain SMA Negeri 2 Surakarta, terdapat

beberapa sekolah lainnya seperti SMK Kristen, SMP Warga Surakarta, SMA

Warga Surakarta, SMA Kristen Monginsidi, SMA Widya Pratama, IAKS (Institut

Agama Kristen Surakarta), SMIT Tunas Pembangunan, SMA Kristen 1 Surakarta,

SMP Negeri 4 Surakarta, dan ASKI.

Dilihat dari kondisi lingkungan di sekitar SMA Negeri 2 Surakarta yang

juga merupakan tempat kegiatan belajar mengajar, maka dapat dikatakan keadaan

lingkungan belajar siswa cukup kondusif untuk belajar. Selain itu, lokasi sekolah

yang strategis menjadikannya mudah dalam aksesibilitasnya. Lokasi SMA Negeri

2 Surakarta terletak di tepi jalan raya, namun demikian bangunan sekolah yang

agak masuk dan tertutup menjadikan proses belajar mengajar cukup nyaman.

Dengan demikian, proses kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar tanpa

terganggu dengan kebisingan di jalan raya.

SMA Negeri 2 Surakarta pada tahun ajaran 2009/2010 mempunyai 994

siswa. Siswa kelas X terdiri dari 345 siswa, kelas XI terdiri dari 321 siswa yaitu

101 siswa kelas IPA, dan 220 siswa kelas IPS. Kelas XII terdiri dari 328 siswa

yaitu 111 siswa kelas IPA dan 217 siswa kelas IPS.

Sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Negeri 2 Surakarta sebagai

penunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar secara umum cukup lengkap

yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 86: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65 Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Surakarta

No Jenis Ruang Jumlah Luas (m2)

1. Ruang Kelas 31 2632

2. Laboratorium Fisika 1 99

3. Laboratorium Kimia 1 99

4. Laboratorium Biologi 1 102

5. Laboratorium Bahasa 1 93

6. Laboratorium Komputer 2 192

7. Ruang Perpustakaan 1 324

8. Ruang UKS 1 14

9. Aula Serbaguna 1 72

10. Koperasi Toko 1 20

11. Ruang BK 1 85

12. Ruang Tata Usaha 1 68

13. Ruang Kepala Sekolah 1 24

14. Ruang Wakasek 1 24

15. Ruang OSIS 1 9

16. Ruang Ibadah/ Masjid 1 154

17. Gudang 1 72

18. Rumah Penjaga Sekolah 2 74

19. Kamar Mandi/ WC Guru 2 tempat 24

20. Kamar Mandi/ WC Siswa 3 tempat 99

21. Kantin 3 81

Sarana dan prasarana yang tersedia di SMA Negeri 2 Surakarta tersebut

ditujukan untuk mendukung dan memperlancar proses kegiatan belajar dan

mengajar, sehingga diharapkan dapat ikut meningkatkan kualitas mutu akademik.

Namun demikian, patut disayangkan karena guru di SMA Negeri 2 Surakarta

Page 87: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66 belum secara optimal memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pihak sekolah.

Salah satunya yaitu kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran

elektronik di ruang multimedia/ruang komputer. Seharusnya, dengan adanya

fasilitas tersebut guru mampu mengembangkan proses pembelajaran menjadi

lebih inovatif, yaitu dengan menampilkan media pembelajaran yang mampu

mengkongkritkan materi pembelajaran khususnya mengenai materi pelajaran

geografi yang dirasa abstrak bagi peserta didik dengan dipadu metode

pembelajaran yang menarik, fariatif, dan efektif terhadap hasil belajar geografi

peserta didik.

Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada peta berikut ini :

Page 88: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Page 89: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Page 90: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

B. Pembelajaran dengan Metode STAD

Pembelajaran dengan metode STAD diberikan pada kelompok

eksperimen 1 yaitu Kelas X-5 SMA Negei 2 Surakarta dan dilakukan selama 5

pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk pretest, tiga kali pemberian

materi pembelajaran dan pertemuan terakhir digunakan untuk posttest. Adapun

rancangan pembelajaran dalam penggunaan metode STAD dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Table 4.2. Rancangan Pembelajaran Kelompok STAD

Pertemuan Kedua

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan

1. 2. 3. 4.

Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen, dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Memberikan penjelasan mengenai metode pembelajaran STAD yang akan digunakan dalam belajar Geografi. Mengelompokkan siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Apersepsi: Menayangkan gambar sungai dan laut (Media: gambar 2 dimensi sungai dan laut. Sumber: internet). Guru menunjuk salah satu siswa untuk mengungkapkan manfaat air, dan mengapa air di bumi yang selalu digunakan cenderung tetap ?

Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Memperhatikan. Mendengarkan daftar kelompoknya. Mengamati gambar sungai dan laut.

Menjawab pertanyaan tentang manfaat air dan menjelaskan mengapa air di bumi cenderung tetap.

1’

3’

1’

2’

Page 91: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70 Kegiatan Inti

1. 2. 3. 4. 5.

Guru menampilkan media animasi tentang siklus hidrologi dan mendorong siswa untuk mengurutkan proses-proses yang terjadi di dalamnya (media: animasi siklus hidrologi panjang, sedang, pendek. Sumber: internet). Guru satu-persatu menampilkan media tentang proses-proses meteorologis dan klimatologis yang menyebabakan terjadinya siklus hidrologi, meliputi: evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. (media: gambar 2 dimensi evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. Sumber: internet). Meminta siswa secara acak untuk mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan. Menampilkan gambar ilustrasi lapisan air tanah (Media: gambar 2 dimensi lapisan air tanah. Sumber: internet). Menanyakan pengertian air tanah menurut pendapat siswa secara acak dengan mengarahkan kata kuncinya, kemudian bersama-sama menyimpulkan pengertian air tanah. Menjelaskan lapisan-lapisan air tanah. Menjelaskan lapisan permeable dan impermeable, kemudian menanyakan secara acak kepada siswa bagaimana konsekuensi dari adanya lapisan tersebut. Menanyakan kepada siswa apakah pernah berkunjung ke suatu danau?

Mengamati animasi siklus hirologi, kemudian bersama-sama mengurutkan proses yang berlangsung di dalamnya. Mengamati satu persatu gambar yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan (misalnya mengidentifikasi pengertian dari gambar evaporasi. Mengemukakan pendapatnya tentang air tanah berdasarkan kata kunci. Mengamati lapisan-lapisan tanah dan menjelaskan konsekuensi/akibat dari lapisan tersebut. Menjawab pernah/belum pernah

3’

7’

1’

2’

1’

Page 92: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71 6. 7. 8. 9.

Menampilkan gambar danau, kemudian mengidentifikasi pengertian danau berdasarkan gambar yang ditampilkan. (Media: gambar citr danau Toba. Sumber: google-earth). Menerangkan jenis danau berdasarkan macam airnya, yaitu danau air asin dan danau air tawar. Mengarahkan siswa untuk menyebutkan perbedaan antara kedua jenis danau. Menampilkan contoh danau Great Salt dan danau Laut Tawar (Media: gambar 2 dimensi danau Great Salt dan danau Laut Tawar. Sumber: internet). Meminta siswa untuk menyebutkan contoh yang lain. Menerangkan jenis danau menurut terjadinya, meliputi: a. Danau tektonik

Guru menampilkan contoh gambar danau tektonik (Media: gambar 2 dimensi danau Obruk Gol di Turkishtan. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

b. Danau lembah gletser Guru menampilkan contoh gambar danau lembah gletser (Media: gambar 2 dimensi danau lembah gletser. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

c. Danau vulkanis Guru menampilkan contoh gambar danau vulkanis (Media: gambar 2 dimensi dan tampilan dalam google-earth danau Toba. Sumber: internet, google-earth). Siswa diminta

berkunjung ke suatu danau. Memperhatikan gambar danau, kemudian mngudentifikasi pengertiannya. Menyebutkan perbedaan antara danau air asin dan danau air tawar. Memperhatikan gambar Great Salt dan danau Laut Tawar, lalu menyebutkan contoh lain yang mereka ketahui. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tektonik yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau lembah gletser yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau vulkanis yang ditampilkan.

1’

2’

1’

1’

1’

1’

Page 93: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72 10.

mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

d. Danau karst/danau dolina Guru menampilkan contoh gambar danau karst (Media: gambar 2 dimensi danau karst. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

e. Danau terbendung Guru menampilkan contoh gambar danau terbendung (Media: gambar 2 dimensi waduk Gajahmungkur. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

f. Danau tapal kuda (oxbow lake) Guru menampilkan contoh gambar danau tapal kuda (Media: diagram blok dan gambar 2 dimensi danau tapal kuda. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

Guru menampilkan gambar rawa (Media: gambar 2 dimensi dan gambar citra rawa. Sumber: internet dan google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian rawa berdasarkan gambar yang ditampilkan, termasuk keberadaan dan ciri-cirinya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan. Menjelaskan jenis rawa berdasarkan genangan airnya: a. Rawa yang airnya selalu tergenang.

Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa yang airnya selalu tergenang. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.

Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau karst yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar waduk Gajahmungkur yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tapal kuda yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian, ciri, serta pengaruh rawa terhadap kehidupan. Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya selalu tergenang terhadap kehidupan.

1’

1’

1’

3’

2’

Page 94: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73 11.

12.

13.

14.

b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya tidak selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.

Menjelaskan ekosistem rawa: a. Rawa air tawar

Guru menampilkan contoh gambar rawa air tawar (Media: gambar 2 dimensi rawa air tawar. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan batuan kata kunci dari guru.

b. Rawa gambut Guru menampilkan contoh gambar rawa gambut (Media: gambar 2 dimensi rawa gambut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan bantuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar.

Meminta siswa untuk mempelajari materi lebih mendalam dengan kelompoknya, serta memberikan bahan diskusi Meminta siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi. Memberi kuis.

Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya tidak selalu tergenang terhadap kehidupan. Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan bantuan kata kunci dari guru. Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan bantuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar. Belajar dalam kelompok, berdiskusi untuk menjawab soal. Mengumpulkan hasil diskusi. Mengerjakan kuis.

2’

3’

3’

30’

1’

10’ Kegiatan Penutup

1. 2.

Guru memberikan kesimpulan materi. Mengucapkan salam penutup.

Memperhatikan. Menjawab salam.

4’ 1’

Page 95: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74 Pertemuan Ketiga

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan

1. 2.

Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: me-review pelajaran minggu lalu, yaitu dengan menanyakan secara acak kepada siswa tentang siklus hidrologi pendek, sedang dan panjang, serta unsur-unsur utama siklus hidrologi.

Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.

1’

4’

Kegiatan Inti 1.

2.

Guru menampilkan gambar sungai, kemudian meminta siswa untuk mengidentifikasi pengertiannya berdasarkan gambar (Media: gambar 2 dimensi sungai. Sumber: internet). Menjelaskan jenis-jenis sungai, yang meliputi:

a. Sungai berdasarkan tipe genetiknya. Guru menampilkan gambar sungai-sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi (Media: gambar 2 dimensi puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi . Sumber: Lobeck). · Siswa diminta mengamati sungai

consequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

subsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

Memperhatikan gambar sungai, kemudian mengidentifikasi pengertian sungai.. Memperhatikan gambar sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi. Mengidentifikasi pengertian sungai consequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai subsequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai

1’

2’

2’

2’

Page 96: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

obsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

resequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

insequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru.

b. Sungai berdasarkan pola aliran. · Dendritik

Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran dendritik. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Trellis

Guru menampilkan gambar pola aliran trellis (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran trellis. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran trellis. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai.

obsequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai resequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai insequent dengan bantuan kata kunci. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran dendritik. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran trellis.

2’

2’

2’

2’

Page 97: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Sumber: google-earth). · Radial

Guru menampilkan gambar pola aliran radial (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran radial. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran radial. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Annular

Guru menampilkan gambar pola aliran annular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran annular. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran annular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Rectangular

Guru menampilkan gambar pola aliran rectangular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran Rectangular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth).

Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran radial. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran annular. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran rectangular.

2’

2’

2’

Page 98: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

3.

4.

5.

c. Sungai berdasarkan debitnya. · Influent

Guru menampilkan gambar sungai influent (Media: gambar 2 dimensi sungai influent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. · Intermitten

Guru menampilkan gambar sungai intermitten (Media: gambar 2 dimensi sungai intermitten. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. · Effluent

Guru menampilkan gambar sungai effluent (Media: gambar 2 dimensi sungai effluent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent.

Guru menanyakan tipe sungai Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Guru menampilkan gambar meander sungai (Media: gambar citra meander sungai. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Guru menampilkan gambar delta (Media: gambar citra delta. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, macam-macam delta dan dampaknya bagi kehidupan.

Melalui gambar, siswa mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent. Menjawab tipe Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Melalui gambar meander, siswa mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Melalui gambar delta, siswa mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan.

2’

2’

2’

1’

3’

3’

Page 99: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

6.

7.

8.

9.

10. 11. 12.

Guru menampilkan gambar Daerah Aliran Sungai (Media: gambar 2 dimensi DAS. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian DAS. Menjelaskan bentuk-bentuk DAS: · Bentuk bulu burung.

Guru menampilkan gambar DAS bentuk bulu burung (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk bulu burung. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.

· Bentuk radial Guru menampilkan gambar DAS bentuk radial (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk radial. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.

· Bentuk parallel Guru menampilkan gambar DAS bentuk parallel (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk parallel. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.

Memberikan bahan diskusi kelompok, siawa diminta duduk dengan kelompokknya. Meminta siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi. Bersama-sama membahas jawaban. Kuis individual. Mengumumkan bahwa waktu mengerjakan kuis telah habis.

Mengidentifikasi pengertian DAS berdasarkan gambar. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS bulu burung. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS radial. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS parallel. Diskusi kelompok. Mengumpulkan hasil diskusi. Membahas hasil jawaban. Mengerjakan kuis. Mengumpulkan lembar jawab.

2’

1’

1’

1’

30’

1’

3’

10’ 1’

Kegiatan Penutup 1. Mengucapkan salam penutup. Menjawab salam. 1’

Page 100: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79 Pertemuan Keempat

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan

1. 2.

Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: bertanya kepada siswa apakah pernah pergi ke pantai? Menanyakan perbedaan antara pesisir dan pantai.

Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.

2’

4’

Kegiatan Inti 1. 2.

Menampilkan gambar bagian-bagian dari wilayah pantai (Media: diagram blok bagian-bagian dari wilayah pantai. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar tersebut untuk kemudian ditafsirkan pengertian dari pantai dan pesisir. Menjelaskan klasifikasi laut: · Laut berdasarkan kedalamannya.

Menampilkan gambar wilayah laut berdasarkan kedalamannya (Media: gambar 2 dimensi pembagian zonasi laut berdasarkan kedalamannya. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar dan menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. · Laut berdasarkan letaknya

Menampilkan gambar laut Hitam (Media: gambar citra laut Hitam. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Menampilkan gambar laut Karibia (Media: gambar citra laut Karibia. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di

Mengidentifikasi gambar untuk menafsirkan pengertian pantai dan pesisir. Mengidentifikasi gambar untuk menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. Mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di

3’

3’

2’

2’

Page 101: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80 3. 4. 5.

sekelilingnya. · Laut berdasarkan proses terjadinya

Menampilkan gambar laut Jawa (Media: gambar citra laut Jawa. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut transgresi. Menampilkan gambar laut Jepang (Media: gambar citra laut Jepang. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jepang merupakan laut ingresi. · Berdasarkan Hukum Laut Internasional

Menampilkan gambar peta Indonesia (Media: peta Indonesia. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Menampilkan gambar morfologi laut (Media: gambar 2 dimensi morfologi laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Menampilkan gambar arus laut (Media: gambar 2 dimensi arus laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi: · Arus laut berdasarkan letaknya · Arus laut berdasarkan suhu · Arus laut berdasarkan terjadinya arus.

Menampilkan gambar gelombang laut (Media: gambar 2 dimensi gelombang laut. Sumber: internet). Menanyakan penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia.

sekelilingnya. Mendengarkan penjelasan dan mengamati gambar Laut Jawa dan Laut Jepang. Mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Memperhatikan gambar arus laut, lalu siswa mengidentifikasi arus laut berdasarkan letak, suhu, dan berdasarkan terjadinya arus. Mengidentifikasi penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan

2’

2’

5’

5’

2’

Page 102: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81 6. 7. 8. 9.

10.

11.

12.

Menampilkan gambar pasang surut air laut (Media: gambar 2 dimensi pasang purnama dan pasang perbani). Siswa diminta mengidentifikasi penyebab dari terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Guru menjelaskan bahwa kualitas air laut dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, dan salinitas air laut. Siswa diminta menjelaskan pengaruh dari ketiga faktor tersebut terhadap kualitas air laut. Memberikan bahan diskusi kelompok. Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawab diskusi kelompok. Bersama-sama membahas jawaban. Guru memberikan kuis kepada individu terkait dengan materi yang baru diberikan. Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawab.

manusia. Mengidentifikasi penyebab terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Menjelaskan pengaruh dari faktor suhu, kecerahan, dan salinitas air laut terhadap kualitas air laut. Diskusi kelompok. Mengumpulkan lembar jawab. Membahas jawaban. Mengerjakan soal. Mengumpulkan lembar jawab.

3’

5’

25’ 1’

4’

15’

1’

Kegiatan Penutup 1. 2. 3.

Memberi kesempatan siswa bertanya mengenai materi yang belum dimengerti. Memberi tahu bahwa minggu depan akan diadakan uji kompetensi materi hidrosfer, sehingga diharapkan agar siswa belajar. Mengucapkan salam penutup

Bertanya jika belum jelas. Memperhatikan. Menjawab salam.

2’

1’

1’

C. Pembelajaran dengan Metode TGT

Pembelajaran dengan metode TGT diberikan pada kelompok eksperimen

2 yaitu Kelas X-I SMA Negei 2 Surakarta dan dilakukan selama 5 pertemuan.

Pertemuan pertama digunakan untuk pretest, dua kali pemberian materi

pembelajaran, satu kali pelaksanaan permainan dan turnamen, pertemuan terakhir

digunakan untuk posttest. Adapun rancangan pembelajaran dalam penggunaan

metode TGT dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 103: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82 Tabel 4.3. Rancangan Pembelajaran Kelompok TGT

Pertemuan Kedua

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan

1. 2. 3. 4.

Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen, dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Memberikan penjelasan mengenai metode pembelajaran TGT yang akan digunakan dalam belajar Geografi. Mengelompokkan siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Apersepsi: Menayangkan gambar sungai dan laut (Media: gambar 2 dimensi sungai dan laut dengan power point. Sumber: internet). Guru menunjuk salah satu siswa untuk mengungkapkan manfaat air, dan mengapa air di bumi yang selalu digunakan cenderung tetap ?

Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Memperhatikan penjelasan pembelajaran dengan metode TGT. Mendengarkan daftar kelompoknya. Mengamati gambar sungai dan laut. Menjawab pertanyaan tentang manfaat air dan menjelaskan mengapa air di bumi cenderung tetap.

1’

2’

1’

2’

Kegiatan Inti 1. 2.

Guru menampilkan media animasi tentang siklus hidrologi dan mendorong siswa untuk mengurutkan proses-proses yang terjadi di dalamnya (media: animasi siklus hidrologi panjang, sedang, pendek. Sumber: internet). Guru satu-persatu menampilkan media tentang proses-proses meteorologis dan klimatologis yang menyebabakan terjadinya siklus hidrologi, meliputi: evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. (media: gambar 2 dimensi evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi,

Mengamati animasi siklus hirologi, kemudian bersama-sama mengurutkan proses yang berlangsung di dalamnya. Mengamati satu persatu gambar yang ditampilkan.

3’

Page 104: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

3. 4. 5. 6. 7. 8.

kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. Sumber: internet). Meminta siswa secara acak untuk mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan. Menampilkan gambar ilustrasi lapisan air tanah (Media: gambar 2 dimensi lapisan air tanah. Sumber: internet). Menanyakan pengertian air tanah menurut pendapat siswa secara acak dengan mengarahkan kata kuncinya, kemudian bersama-sama menyimpulkan pengertian air tanah. Menjelaskan lapisan-lapisan air tanah. Menjelaskan lapisan permeable dan impermeable, kemudian menanyakan secara acak kepada siswa bagaimana konsekuensi dari adanya lapisan tersebut. Menanyakan kepada siswa apakah pernah berkunjung ke suatu danau? Menampilkan gambar danau, kemudian mengidentifikasi pengertian danau berdasarkan gambar yang ditampilkan. (Media: gambar danau Toba dalam google-earth). Menerangkan jenis danau berdasarkan macam airnya, yaitu danau air asin dan danau air tawar. Mengarahkan siswa untuk menyebutkan perbedaan antara kedua jenis danau. Menampilkan contoh danau Great Salt dan danau Laut Tawar (Media: gambar 2 dimensi danau Great Salt dan danau Laut

Mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan (misalnya mengidentifikasi pengertian dari gambar evaporasi). Mengemukakan pendapatnya tentang air tanah berdasarkan kata kunci dari guru. Mengamati lapisan-lapisan tanah dan menjelaskan konsekuensi/akibat dari lapisan tersebut. Menjawab pernah/belum pernah berkunjung ke suatu danau. Memperhatikan gambar danau, kemudian mngidentifikasi pengertiannya. Menyebutkan perbedaan antara danau asin dan danau air tawar. Memperhatikan gambar Great Salt dan danau Laut

5’

1’

2’

1’

1’

1’

1’

Page 105: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

9.

Tawar. Sumber: internet). Meminta siswa untuk menyebutkan contoh yang lain. Menerangkan jenis danau menurut terjadinya, meliputi: a. Danau tektonik

Guru menampilkan contoh gambar danau tektonik (Media: gambar 2 dimensi danau Obruk Gol di Turkishtan. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

b. Danau lembah gletser Guru menampilkan contoh gambar danau lembah gletser (Media: gambar 2 dimensi danau lembah gletser. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

c. Danau vulkanis Guru menampilkan contoh gambar danau vulkanis (Media: gambar 2 dimensi dan tampilan dalam google-earth danau Toba. Sumber: internet, google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

d. Danau karst/danau dolina Guru menampilkan contoh gambar danau karst (Media: gambar 2 dimensi danau karst. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

e. Danau terbendung Guru menampilkan contoh gambar danau terbendung (Media: gambar 2 dimensi waduk Gajahmungkur. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau

Tawar, lalu menyebutkan contoh lain yang mereka ketahui. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tektonik yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau lembah gletser yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau vulkanis yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau karst yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar waduk Gajahmungkur yang

1’

1’

1’

1’

1’

Page 106: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

10. 11. 12.

tersebut menurut terjadinya. f. Danau tapal kuda (oxbow lake)

Guru menampilkan contoh gambar danau tapal kuda (Media: diagram blok dan gambar 2 dimensi danau tapal kuda. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

Guru menampilkan gambar rawa (Media: gambar 2 dimensi dan google-earth rawa. Sumber: internet dan google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian rawa berdasarkan gambar yang ditampilkan, ciri-cirinya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan. Menjelaskan jenis rawa berdasarkan genangan airnya: a. Rawa yang airnya selalu tergenang.

Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.

b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.

Menjelaskan ekosistem rawa: a. Rawa air tawar

Guru menampilkan contoh gambar rawa air tawar (Media: gambar 2 dimensi rawa air tawar. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan batuan kata kunci dari

ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tapal kuda yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian, ciri, serta pengaruh rawa terhadap kehidupan. Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya selalu tergenang terhadap kehidupan. Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya tidak selalu tergenang terhadap kehidupan. Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan batuan kata kunci dari guru.

2’

2’

1’

1’

1’

Page 107: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

13.

guru. b. Rawa gambut

Guru menampilkan contoh gambar rawa gambut (Media: gambar 2 dimensi rawa gambut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan batuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar.

Guru menampilkan gambar sungai, kemudian meminta siswa untuk mengidentifikasi pengertiannya berdasarkan gambar (Media: gambar 2 dimensi sungai. Sumber: internet). Menjelaskan jenis-jenis sungai, yang meliputi: a. Sungai berdasarkan tipe genetiknya.

Guru menampilkan gambar sungai-sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi (Media: gambar 2 dimensi puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi. Sumber: Lobeck). · Siswa diminta mengamati sungai

consequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

subsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

obsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi

Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan batuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar. Memperhatikan gambar sungai, kemudian mengidentifikasi pengertian sungai. Memperhatikan gambar sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi. Mengidentifikasi pengertian sungai consequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai subsequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai obsequent dengan

2’

1’

1’

1’

1’

Page 108: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

resequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

insequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru.

b. Sungai berdasarkan pola aliran. · Dendritik

Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran dendritik. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Trellis

Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran trellis. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran trellis. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Radial

bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai resequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai insequent dengan bantuan kata kunci. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran dendritik. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran trellis.

1’

1’

1’

1’

Page 109: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran radial. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran radial. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Annular

Guru menampilkan gambar pola aliran annular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran annular. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran annular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Rectangular

Guru menampilkan gambar pola aliran rectangular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran Rectangular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth).

c. Sungai berdasarkan debitnya. · Influent

Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran radial. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran annular. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran rectangular.

1’

1’

1’

Page 110: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

14. 15. 16.

Guru menampilkan gambar sungai influent (Media: gambar 2 dimensi sungai influent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. · Intermitten

Guru menampilkan gambar sungai intermitten (Media: gambar 2 dimensi sungai intermitten. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. · Effluent

Guru menampilkan gambar sungai effluent (Media: gambar 2 dimensi sungai effluent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent.

Guru menanyakan tipe sungai Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Guru menampilkan gambar meander sungai (Media: gambar citra meander sungai. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Guru menampilkan gambar delta (Media: gambar citra delta. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, bentuk-bentuk, dan dampaknya bagi kehidupan. Guru menampilkan gambar Daerah Aliran Sungai (Media: gambar 2 dimensi DAS.

Melalui gambar, siswa mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent. Menjawab tipe Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Melalui gambar meander, siswa mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Melalui gambar delta, siswa mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, bentuk-bentuk, dan dampaknya bagi kehidupan. Mengidentifikasi pengertian DAS

2’

2’

2’

1’

3’

3’

1’

Page 111: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

17. 18. 19. 20.

Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian DAS. Menjelaskan bentuk-bentuk DAS: · Bentuk bulu burung.

Guru menampilkan gambar DAS bentuk bulu burung (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk bulu burung. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.

· Bentuk radial Guru menampilkan gambar DAS bentuk radial (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk radial. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.

· Bentuk parallel Guru menampilkan gambar DAS bentuk parallel (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk parallel. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.

Meminta siswa untuk mempelajari materi lebih mendalam dengan kelompoknya, serta memberikan bahan diskusi. Meminta siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi. Bersama-sama membahas jawaban diskusi.

berdasarkan gambar. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS bulu burung. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS radial. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS parallel. Belajar dan diskusi kelompok. Mengumpulkan hasil diskusi. Membahas hasil jawaban.

1’

1’

1’

20’

1’

4’

Kegiatan Penutup 1. 2.

Guru memberikan kesimpulan materi. Mengucapkan salam penutup.

Memperhatikan. Menjawab salam.

1’ 1’

Page 112: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Pertemuan Ketiga

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan

1. 2.

Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: bertanya kepada siswa apakah pernah pergi ke pantai? Menanyakan perbedaan antara pesisir dan pantai.

Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.

2’

5’

Kegiatan Inti 1. 2.

Menampilkan gambar bagian-bagian dari wilayah pantai (Media: diagram blok bagian-bagian dari wilayah pantai. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar tersebut untuk kemudian ditafsirkan pengertian dari pantai dan pesisir. Menjelaskan klasifikasi laut: · Laut berdasarkan kedalamannya.

Menampilkan gambar wilayah laut berdasarkan kedalamannya (Media: gambar 2 dimensi pembagian zonasi laut berdasarkan kedalamannya. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar dan menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. · Laut berdasarkan letaknya

Menampilkan gambar laut Hitam (Media: gambar citra laut Hitam. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Menampilkan gambar laut Karibia (Media: gambar citra laut Karibia. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut

Mengidentifikasi gambar untuk menafsirkan pengertian pantai dan pesisir. Mengidentifikasi gambar untuk menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. Mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di

3’

4’

2’

2’

Page 113: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92 3. 4. 5. 6.

Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. · Laut berdasarkan proses terjadinya

Menampilkan gambar laut Jawa (Media: gambar citra laut Jawa. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut transgresi. Menampilkan gambar laut Jepang (Media: gambar citra laut Jepang. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut ingresi. · Berdasarkan Hukum Laut Internasional

Menampilkan gambar peta Indonesia (Media: peta Indonesia. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Menampilkan gambar morfologi laut (Media: gambar 2 dimensi morfologi laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Menampilkan gambar arus laut (Media: gambar 2 dimensi arus laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi: · Arus laut berdasarkan letaknya · Arus laut berdasarkan suhu · Arus laut berdasarkan terjadinya arus.

Menampilkan gambar gelombang laut (Media: gambar 2 dimensi gelombang laut. Sumber: internet). Menanyakan penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia. Menampilkan gambar pasang surut air laut (Media: gambar 2 dimensi pasang purnama

sekelilingnya. Mendengarkan penjelasan dan mengamati gambar Laut Jawa dan Laut Jepang. Mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Memperhatikan gambar arus laut, lalu siswa mengidentifikasi arus laut berdasarkan letak, suhu, dan berdasarkan terjadinya arus. Mengidentifikasi penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia. Mengidentifikasi penyebab dari

3’

5’

5’

5’

5’

5’

Page 114: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93 7. 8. 9.

10.

dan pasang perbani). Siswa diminta mengidentifikasi penyebab dari terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Guru menjelaskan bahwa kualitas air laut dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, dan salinitas air laut. Siswa diminta menjelaskan pengaruh dari ketiga faktor tersebut terhadap kualitas air laut. Guru memberikan bahan diskusi kelompok Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawab diskusi kelompok. Meminta perwakilan dari kelompok untuk presentasi, sementara kelompok lain bertugas menanggapi.

terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Menjelaskan pengaruh dari faktor suhu, kecerahan, dan salinitas air laut terhadap kualitas air laut. Diskusi kelompok. Mengumpulkan lembar jawab. Presentasi dan menanggapi

5’

30’ 1’

10’

Kegiatan Penutup

1. 2. 3.

Memberi kesempatan siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti. Memberi tahu bahwa minggu depan akan diadakan uji kompetensi materi hidrosfer, sehingga diharapkan agar siswa belajar. Mengucapkan salam penutup

Bertanya jika belum jelas. Memperhatikan. Menjawab salam.

5’

2’

1’

Pertemuan Keempat

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan

1. 2.

Membuka dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa menerima pelajaran. Meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya.

Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Duduk menyesuaikan kelompoknya.

2’

3’

Page 115: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Kegiatan Inti

1. 2. 3.

Memberikan penjelasan mengenai aturan permainan roda impian. Mengawasi jalannya permainan (permainan dilakukan 2 sesi). Menghentikan permainan dan pengumumkan pemenang permainan sementara.

Mendengarkan dan memperhatikan. Bermain sambil belajar. Permainan selesai.

5’

70’

5’

Kegiatan Penutup 1. 2.

Memberi tahu bahwa minggu depan akan diadakan posttest, sehingga diharapkan agar siswa belajar dan mempersiapkannya. Menutup pelajaran

Memperhatikan Mengucapkan salam penutup.

3’

2’

D. Pembelajaran dengan Metode Ceramah Tanya Jawab

Pembelajaran dengan metode Ceramah Tanya Jawab diberikan pada

kelompok kontrol yaitu Kelas X-3 SMA Negei 2 Surakarta dan dilakukan selama

5 pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk pretest, tiga kali pemberian

materi pembelajaran dan pertemuan terakhir digunakan untuk posttest. Adapun

rancangan pembelajaran dalam penggunaan metode Ceramah tanya Jawab dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4. Rancangan Pembelajaran Kelompok Ceramah tanya Jawab

Pertemuan Kedua

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan

1. 2. 3.

Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen, dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Memberikan penjelasan mengenai metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab yang akan digunakan dalam belajar Geografi. Apersepsi: Menayangkan gambar sungai dan laut (Media: gambar 2 dimensi sungai dan laut. Sumber: internet). Guru menunjuk salah satu siswa untuk mengungkapkan manfaat air, dan mengapa

Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Memperhatikan. Mengamati gambar sungai dan laut.

Menjawab pertanyaan tentang

2’

3’

4’

Page 116: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

air di bumi yang selalu digunakan cenderung tetap ?

manfaat air dan menjelaskan mengapa air di bumi cenderung tetap.

Kegiatan Inti 1. 2. 3. 4.

Guru menampilkan media animasi tentang siklus hidrologi dan mendorong siswa untuk mengurutkan proses-proses yang terjadi di dalamnya (media: animasi siklus hidrologi panjang, sedang, pendek. Sumber: internet). Guru satu-persatu menampilkan media tentang proses-proses meteorologis dan klimatologis yang menyebabakan terjadinya siklus hidrologi, meliputi: evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. (media: gambar 2 dimensi evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. Sumber: internet). Meminta siswa secara acak untuk mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan. Menampilkan gambar ilustrasi lapisan air tanah (Media: gambar 2 dimensi lapisan air tanah. Sumber: internet). Menanyakan pengertian air tanah menurut pendapat siswa secara acak dengan mengarahkan kata kuncinya, kemudian bersama-sama menyimpulkan pengertian air tanah. Menjelaskan lapisan-lapisan air tanah. Menjelaskan lapisan permeable dan

Mengamati animasi siklus hirologi, kemudian bersama-sama mengurutkan proses yang berlangsung di dalamnya. Mengamati satu persatu gambar yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian dari gambar yang ditampilkan (misalnya mengidentifikasi pengertian dari gambar evaporasi. Mengemukakan pendapatnya tentang air tanah berdasarkan kata kunci. Mengamati lapisan-lapisan tanah dan

10’

15’

5’

5’

Page 117: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96 5. 6. 7. 8. 9.

impermeable, kemudian menanyakan secara acak kepada siswa bagaimana konsekuensi dari adanya lapisan tersebut. Menanyakan kepada siswa apakah pernah berkunjung ke suatu danau? Menampilkan gambar danau, kemudian mengidentifikasi pengertian danau berdasarkan gambar yang ditampilkan. (Media: gambar citra danau Toba. Sumber: google-earth). Menerangkan jenis danau berdasarkan macam airnya, yaitu danau air asin dan danau air tawar. Mengarahkan siswa untuk menyebutkan perbedaan antara kedua jenis danau. Menampilkan contoh danau Great Salt dan danau Laut Tawar (Media: gambar 2 dimensi danau Great Salt dan danau Laut Tawar. Sumber: internet). Meminta siswa untuk menyebutkan contoh yang lain. Menerangkan jenis danau menurut terjadinya, meliputi: a. Danau tektonik

Guru menampilkan contoh gambar danau tektonik (Media: gambar 2 dimensi danau Obruk Gol di Turkishtan. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

b. Danau lembah gletser Guru menampilkan contoh gambar danau lembah gletser (Media: gambar 2 dimensi danau lembah gletser. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

menjelaskan konsekuensi/akibat dari lapisan tersebut Menjawab pernah/belum pernah berkunjung ke suatu danau. Memperhatikan gambar danau, kemudian mengidentifikasi pengertiannya. Menyebutkan perbedaan antara danau asin dan danau air tawar. Memperhatikan gambar Great Salt dan danau Laut Tawar, lalu menyebutkan contoh lain yang mereka ketahui. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tektonik yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau lembah gletser yang ditampilkan.

1’

2’

4’

2’

3’

3’

Page 118: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97 10.

c. Danau vulkanis Guru menampilkan contoh gambar danau vulkanis (Media: gambar 2 dimensi dan tampilan dalam google-earth danau Toba. Sumber: internet, google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

d. Danau karst/danau dolina Guru menampilkan contoh gambar danau karst (Media: gambar 2 dimensi danau karst. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

e. Danau terbendung Guru menampilkan contoh gambar danau terbendung (Media: gambar 2 dimensi waduk Gajahmungkur. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

f. Danau tapal kuda (oxbow lake) Guru menampilkan contoh gambar danau tapal kuda (Media: diagram blok dan gambar 2 dimensi danau tapal kuda. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya.

Guru menampilkan gambar rawa (Media: gambar 2 dimensi dan gambar citra rawa. Sumber: internet dan google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian rawa berdasarkan gambar yang ditampilkan, termasuk keberadaan dan ciri-cirinya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan. Menjelaskan jenis rawa berdasarkan genangan airnya: a. Rawa yang airnya selalu tergenang.

Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa yang airnya selalu

Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau vulkanis yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau karst yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar waduk Gajahmungkur yang ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tapal kuda yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian, ciri, serta pengaruh rawa terhadap kehidupan. Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya selalu

3’

3’

3’

3’

5’

2’

Page 119: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98 11.

tergenang. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.

b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya tidak selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan.

Menjelaskan ekosistem rawa: a. Rawa air tawar

Guru menampilkan contoh gambar rawa air tawar (Media: gambar 2 dimensi rawa air tawar. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan batuan kata kunci dari guru.

b. Rawa gambut Guru menampilkan contoh gambar rawa gambut (Media: gambar 2 dimensi rawa gambut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan bantuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar.

tergenang terhadap kehidupan. Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya tidak selalu tergenang terhadap kehidupan. Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan bantuan kata kunci dari guru. Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan bantuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar.

2’

2’

2’

Kegiatan Penutup

1. 2. 3.

Guru memberikan kesimpulan materi. Memberikan tugas pekerjaan rumah. Mengucapkan salam penutup.

Memperhatikan. Mencatat soal. Menjawab salam.

3’ 2’ 1’

Page 120: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99 Pertemuan Ketiga

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan

1. 2.

Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: me-review pelajaran minggu lalu, yaitu dengan menanyakan secara acak kepada siswa tentang siklus hidrologi pendek, sedang dan panjang, serta unsur-unsur utama siklus hidrologi.

Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.

2’

5’

Kegiatan Inti 1.

2.

Guru menampilkan gambar sungai, kemudian meminta siswa untuk mengidentifikasi pengertiannya berdasarkan gambar (Media: gambar 2 dimensi sungai. Sumber: internet). Menjelaskan jenis-jenis sungai, yang meliputi: a. Sungai berdasarkan tipe genetiknya.

Guru menampilkan gambar sungai-sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi (Media: gambar 2 dimensi puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi . Sumber: Lobeck). · Siswa diminta mengamati sungai

consequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

subsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

obsequent pada ketiga gambar, lalu guru

Memperhatikan gambar sungai, kemudian mengidentifikasi pengertian sungai.. Memperhatikan gambar sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi. Mengidentifikasi pengertian sungai consequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai subsequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai obsequent dengan

5’

4’

4’

4’

4’

Page 121: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

resequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai

insequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru.

b. Sungai berdasarkan pola aliran. · Dendritik

Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran dendritik. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Trellis

Guru menampilkan gambar pola aliran trellis (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran trellis. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran trellis. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Radial

Guru menampilkan gambar pola aliran

bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai resequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai insequent dengan bantuan kata kunci. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran dendritik. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran trellis. Memperhatikan penjelasan guru,

4’

4’

4’

4’

4’

Page 122: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

radial (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran radial. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran radial. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Annular

Guru menampilkan gambar pola aliran annular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran annular. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran annular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Rectangular

Guru menampilkan gambar pola aliran rectangular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran Rectangular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth).

c. Sungai berdasarkan debitnya. · Influent

Guru menampilkan gambar sungai influent (Media: gambar 2 dimensi sungai influent. Sumber: Asdak).

lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran radial. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran annular. Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran rectangular. Melalui gambar, siswa mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan

4’

3’

3’

Page 123: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

3.

4.

5.

6.

Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. · Intermitten

Guru menampilkan gambar sungai intermitten (Media: gambar 2 dimensi sungai intermitten. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. · Effluent

Guru menampilkan gambar sungai effluent (Media: gambar 2 dimensi sungai effluent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent.

Guru menanyakan tipe sungai Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Guru menampilkan gambar meander sungai (Media: gambar citra meander sungai. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Guru menampilkan gambar delta (Media: gambar citra delta. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, macam-macam delta dan dampaknya bagi kehidupan. Guru menampilkan gambar Daerah Aliran Sungai (Media: gambar 2 dimensi DAS. Sumber: internet).

contoh sungai influent. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent. Menjawab tipe Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Melalui gambar meander, siswa mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Melalui gambar delta, siswa mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Mengidentifikasi pengertian DAS berdasarkan

3’

3’

2’

4’

7’

4’

Page 124: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

7.

Siswa diminta mengidentifikasi pengertian DAS. Menjelaskan bentuk-bentuk DAS: · Bentuk bulu burung.

Guru menampilkan gambar DAS bentuk bulu burung (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk bulu burung. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.

· Bentuk radial Guru menampilkan gambar DAS bentuk radial (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk radial. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.

· Bentuk parallel Guru menampilkan gambar DAS bentuk parallel (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk parallel. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut.

gambar. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS bulu burung. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS radial. Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS parallel.

2’

2’

2’

Kegiatan Penutup 1. 2. 3.

Memberikan kesimpulan materi Memberikan tugas pekerjaan rumah. Mengucapkan salam penutup.

Memperhatikan. Mencatat soal PR. Menjawab salam.

3’ 2’ 1’

Pertemuan Keempat

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan

1. 2.

Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: bertanya kepada siswa apakah pernah pergi ke pantai? Menanyakan perbedaan antara pesisir dan pantai.

Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.

2’

5’

Page 125: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Kegiatan Inti 1. 2.

Menampilkan gambar bagian-bagian dari wilayah pantai (Media: diagram blok bagian-bagian wilayah pantai. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar tersebut untuk kemudian ditafsirkan pengertian dari pantai dan pesisir. Menjelaskan klasifikasi laut: · Laut berdasarkan kedalamannya.

Menampilkan gambar wilayah laut berdasarkan kedalamannya (Media: gambar 2 dimensi pembagian zonasi laut berdasarkan kedalamannya. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar dan menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. · Laut berdasarkan letaknya

Menampilkan gambar laut Hitam (Media: gambar citra laut Hitam. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Menampilkan gambar laut Karibia (Media: gambar citra laut Karibia. Sumber: google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. · Laut berdasarkan proses terjadinya

Menampilkan gambar laut Jawa (Media: gambar citra laut Jawa. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut transgresi. Menampilkan gambar laut Jepang (Media: gambar citra laut Jepang. Sumber: google-earth). Menjelaskan bahwa laut Jepang merupakan laut ingresi.

Mengidentifikasi gambar untuk menafsirkan pengertian pantai dan pesisir. Mengidentifikasi gambar untuk menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. Mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Mendengarkan penjelasan dan mengamati gambar Laut Jawa dan Laut Jepang.

5’

5’

3’

3’

6’

Page 126: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105 3. 4. 5. 6. 7.

· Berdasarkan Hukum Laut Internasional Menampilkan gambar peta Indonesia (Media: peta Indonesia. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Menampilkan gambar morfologi laut (Media: gambar 2 dimensi morfologi laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Menampilkan gambar arus laut (Media: gambar 2 dimensi arus laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi: · Arus laut berdasarkan letaknya · Arus laut berdasarkan suhu · Arus laut berdasarkan terjadinya arus.

Menampilkan gambar gelombang laut (Media: gambar 2 dimensi gelombang laut. Sumber: internet). Menanyakan penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia. Menampilkan gambar pasang surut air laut (Media: gambar 2 dimensi pasang purnama dan pasang perbani). Siswa diminta mengidentifikasi penyebab dari terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Guru menjelaskan bahwa kualitas air laut dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, dan salinitas air laut. Siswa diminta

Mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Memperhatikan gambar arus laut, lalu siswa mengidentifikasi arus laut berdasarkan letak, suhu, dan berdasarkan terjadinya arus. Mengidentifikasi penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia. Mengidentifikasi penyebab terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Menjelaskan pengaruh dari faktor suhu,

10’

7’

10’

6’

6’

10’

Page 127: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

menjelaskan pengaruh dari ketiga faktor tersebut terhadap kualitas air laut.

kecerahan, dan salinitas air laut terhadap kualitas air laut.

Kegiatan Penutup 1. 2. 3. 4. 5.

Memberikan kesimpulan materi. Memberi kesempatan siswa bertanya mengenai materi yang belum dimengerti. Memberi tugas PR. Memberi tahu bahwa minggu depan akan diadakan uji kompetensi materi hidrosfer, sehingga diharapkan agar siswa belajar. Mengucapkan salam penutup.

Memperhatikan Bertanya jika belum jelas. Mencatat soal. Memperhatikan. Menjawab salam.

3’ 4’

3’

1’

1’

E. Hasil Penelitian

Penelitian ini melibatkan 104 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas X-1,

36 siswa kelas X-3, dan 36 siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Surakarta tahun

pelajaran 2009/2010. Kelas X-5 sebagai kelas eksperimen 1 diberi pembelajaran

dengan metode STAD, kelas X-1 sebagai kelas eksperimen 2 diberi pembelajaran

dengan metode TGT, dan kelas X-3 sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran

Ceramah Tanya Jawab. Selanjutnya dilakukan pengukuran menggunakan tes

kognitif sebanyak 30 soal dari pokok bahasan Hidrosfer. Jumlah item soal tes

yang diberikan sebagai pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan

eksperimen adalah sama. Item soal untuk pretest dan posttest tidak dibuat dengan

sama persis, namun identik. Berikut ini disajikan deskripsi data penelitian dari

masing-masing variabel.

1. Deskripsi Data

a. Diskripsi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Ekperimen dengan Metode

Pembelajaran STAD

Deskripsi statistik nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen dengan

metode STAD disajikan pada Tabel 4.5 berikut:

Page 128: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.5. Data Statistik Pretest

Metode STAD N Pretest 36 Posttest 36

Distribusi frekuensi

dengan metode pembelajaran STAD disajikan pada

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Nilai

Interval Nilai

Frekuensi

Pretest Posttest

≤ 40 0

41 – 55 1

56 – 70 24

71 – 85 10

86 – 100 1

Jumlah 36

Tabel distribusi frekuensi

Gambar 4.1. berikut ini :

Gambar 4.1. Histogram

Nilai terendah yang dicapai siswa

50 dan nilai tertingginya 87 dengan modus terdapat pada

0

5

10

15

20

25

≤ 40 41 -

0 10

Frek

uens

i

Histogram Nilai

Pretest dan Posttest Kelompok STAD

Mean SD Nilai Min Nilai68,69 7,75 50 8776,64 9,68 60 93

frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen

pembelajaran STAD disajikan pada Tabel 4.6 sebagai berikut:

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok STAD

Frekuensi Persentase Huruf Keterangan

Posttest Pretest Posttest

0 0 0 E Sangat Kurang0 2,8 0 D Kurang12 66,7 33,3 C Cukup16 27,7 44,5 B Baik8 2,8 22,2 A Baik Sekali36 100 100

frekuensi di atas dapat diperjelas dengan histogram pada

Histogram nilai pretest dan posttest kelompok STAD

yang dicapai siswa pada pretest kelompok STAD

50 dan nilai tertingginya 87 dengan modus terdapat pada rentang nilai

- 55 56 - 70 71 - 85 86 - 100

1

24

10

10

1216

8

Interval Nilai

Frekuensi Pretest

Frekuensi Posttest

Histogram Nilai Pretest dan Posttest Kelompok STAD

107

Nilai Max 87 93

eksperimen

sebagai berikut:

STAD

Keterangan

Sangat Kurang Kurang Cukup Baik

Baik Sekali

histogram pada

STAD

STAD adalah

nilai 56 - 70

Frekuensi Pretest

Frekuensi Posttest

Page 129: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108 sebanyak 24 siswa. Nilai terendah yang dicapai siswa pada posttest kelompok

STAD adalah 60 dan nilai tertingginya 93 dengan modus terdapat pada rentang

nilai 71 - 85 sebanyak 16 siswa. Hasil rata-rata nilai pretest adalah 68,69 dan

terjadi kenaikan pada rata-rata nilai posttest setelah siswa diberi perlakuan dengan

metode pembelajaran STAD menjadi 76,64.

b. Diskripsi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Ekperimen dengan Metode

Pembelajaran TGT

Diskripsi statistik nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen dengan

metode STAD disajikan pada Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7. Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok TGT

Metode TGT N Mean SD Nilai Min Nilai Max Pretest 32 70,94 6,46 60 80 Posttest 32 77,06 9,48 63 97

Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen

dengan metode pembelajaran TGT disajikan pada Tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok TGT

Interval Nilai

Frekuensi Persentase Huruf Keterangan

Pretest Posttest Pretest Posttest

≤ 40 0 0 0 0 E Sangat Kurang

41 – 55 0 0 0 0 D Kurang

56 – 70 17 11 53,1 34,4 C Cukup

71 – 85 15 14 46,9 43,7 B Baik

86 – 100 0 7 0 21,9 A Baik Sekali

Jumlah 32 32 100 100

Tabel distribusi frekuensi di atas dapat diperjelas dengan histogram pada

Gambar 4.2 berikut ini :

Page 130: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.2. Histogram

Nilai terendah yang dicapai siswa

dan nilai tertinggi yang dicapai adalah

nilai 56 - 70 sebanyak 17

kelompok STAD adalah 63

97 dengan modus terdapat pada

rata-rata nilai pretest adalah

pembelajaran dengan metode TGT

menjadi 77,06.

c. Diskripsi Statistik Nilai

Metode Pembelajaran

Diskripsi statistik

metode Ceramah Tanya Jawab

Tabel 4.9. Data Statistik Pretest

Metode CTJ N Pretest 36 Posttest 36

Distribusi frekuensi

pada Tabel 4.10 sebagai berikut:

0

5

10

15

20

≤ 40 41

0 00Frek

uens

i

Histogram Nilai

Histogram nilai pretest dan posttest kelompok TGT

yang dicapai siswa pada pretest kelompok TGT adalah

yang dicapai adalah 80 dengan modus terdapat pada

siswa. Nilai terendah yang dicapai siswa pada

3 dan nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa adalah

dengan modus terdapat pada rentang nilai 71 - 85 sebanyak 14 siswa. Hasil

adalah 70,94 dan setelah siswa diberi perlakuan

engan metode TGT terjadi kenaikan rata-rata nilai posttest

Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dengan

Ceramah Tanya Jawab

statistik nilai pretest dan posttest kelompok kontrol

Ceramah Tanya Jawab disajikan pada Tabel 4.9 berikut:

Pretest dan Posttest Kelompok Ceramah Tanya Jawab

Mean SD Nilai Min Nilai69,53 5,9 53 8072,56 8,88 60 90

frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok kontrol

sebagai berikut:

41 - 55 56 - 70 71 - 85 86 - 100

0

1715

00

1114

7

Interval Nilai

Frekuensi Pretest

Frekuensi Posttest

Histogram Nilai Pretest dan Posttest Kelompok TGT

109

TGT

adalah 60

dengan modus terdapat pada rentang

pada posttest

yang berhasil dicapai siswa adalah

siswa. Hasil

setelah siswa diberi perlakuan

posttest, yaitu

dengan

kontrol dengan

Ceramah Tanya Jawab

Nilai Max 80 90

disajikan

Frekuensi Pretest

Frekuensi Posttest

Page 131: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Nilai

Interval Nilai

Frekuensi

Pretest Posttest

≤ 40 0

41 – 55 1

56 – 70 28

71 – 85 7

86 – 100 0

Jumlah 36

Berikut disajikan histogram

Gambar 4.3. Histogram nilai

Nilai terendah yang dicapai siswa

Jawab adalah 53 dan nilai tertinggi

pada nilai 56 - 70 sebanyak 2

Ceramah Tanya Jawab adalah 60 dan nilai tertingg

adalah 90 dengan modus terdapat pada

Hasil rata-rata nilai pretest

0

5

10

15

20

25

30

≤ 40 41 -

0 10

Frek

uens

i

Histogram Nilai Pretest

. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok CTJ

Frekuensi Persentase Huruf Keterangan

Posttest Pretest Posttest

0 0 0 E Sangat Kurang0 2,8 0 D Kurang23 77,8 63,9 C Cukup11 19,4 30,6 B Baik2 0 5,5 A Baik Sekali36 100 100

disajikan histogram berdasarkan distribusi frekuensi di atas :

nilai pretest dan posttest kelompok Ceramah Tanya Jawab

yang dicapai siswa pada pretest kelompok Ceramah Tanya

adalah 53 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 80 dengan modus terdapat

sebanyak 28 siswa. Nilai terendah pada posttest kel

Ceramah Tanya Jawab adalah 60 dan nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa

90 dengan modus terdapat pada rentang nilai 56 - 70 sebanyak 23

adalah 69,53 dan rata-rata nilai posttest adalah 72,56.

- 55 56 - 70 71 - 85 86 - 100

28

7

00

23

11

2

Interval Nilai

Frekuensi Pretest

Frekuensi Posttest

Pretest dan Posttest Kelompok Ceramah Tanya Jawab

110

CTJ

Keterangan

Sangat Kurang Kurang Cukup Baik

Baik Sekali

distribusi frekuensi di atas :

Ceramah Tanya Jawab

Ceramah Tanya

80 dengan modus terdapat

kelompok

yang berhasil dicapai siswa

23 siswa.

adalah 72,56.

Frekuensi Pretest

Frekuensi Posttest

Kelompok Ceramah Tanya Jawab

Page 132: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

2. Analisis Hasil Penelitian

a. Uji Persyaratan Analisis

Sebelum melaksanakan Analisis Kovarian untuk menguji hipotesis

penelitian, perlu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas

dan uji homogenitas. Data yang digunakan dalam uji persyaratan analisis adalah

nilai pretest dan posttest.

1) Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi

yang normal atau tidak. Metode yang digunakan untuk menguji adalah metode

Liliefors. Hasil uji normalitas dengan taraf signifikansi 0,05 pada masing-masing

kelas dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan selengkapnya disajikan pada Lampiran 31.

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas

No. Kelompok Siswa Jumlah Sampel

Harga L Kesimpulan Berdistribusi Hitung Tabel

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pretest Kelompok CTJ (Kelompok Kontrol) Pretest Kelompok STAD (Kelompok Eksperimen1) Pretest Kelompok TGT (Kelompok Eksperimen 2) Posttest Kelompok CTJ (Kelompok Kontrol) Posttest Kelompok STAD (Kelompok Eksperimen1) Posttest Kelompok TGT (Kelompok Eksperimen 2)

36

36

32

36

36

32

0,1071 0,1360 0,1094 0,1343 0,1202 0,1157

0,1477 0,1477 0,1566 0,1477 0,1477 0,1566

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal bila Lmaks < Ltabel.

Harga Lmaks pada masing-masing kelas dari tabel di atas lebih kecil dari Ltabel

sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian yang

terdiri dari Kelompok STAD, Kelompok TGT, dan Kelompok Ceramah Tanya

Jawab berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Page 133: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112 2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas terhadap data pretest dan posttest untuk setiap

kelompok menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikan 5%. Rangkuman hasil

uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan 4.13.

Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pretest

Kelompok χ2hitung χ 2tabel Hasil

Kontrol (CTJ) Eksperimen 1 (STAD) Eksperimen 2 (TGT)

3,1145 5,99 Homogen

Tabel 4.13. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Posttest

Kelompok χ 2 hitung χ 2tabel Hasil

Kontrol (CTJ) Eksperimen 1 (STAD) Eksperimen 2 (TGT)

3,466 5,99 Homogen

Sampel berasal dari populasi yang homogen bila χ 2

hitung < χ 2tabel. Dari

Tabel 4.9 dan 4.10 terlihat bahwa harga χ 2hitung lebih kecil dari harga χ 2

tabel.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian yang terdiri

dari Kelompok STAD, Kelompok TGT, dan Kelompok Ceramah Tanya Jawab

berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 32 dan Lampiran 33.

b. Pengujian Hipotesis

1) Pengujian Hipotesis 1

Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian

hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan Analisis Kovarian

(Anakova). Perhitungan secara lengkap disajikan pada Lampiran 34, sedangkan

hasil Analisis Kovarian dirangkum dalam Tabel 4.14 berikut ini :

Page 134: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113 Tabel 4.14. Rangkuman Hasil Analisis Kovarian

Sumber Variansi db JK MK Fo Ft

Antar (A) 2 1163,134 581,567 6,681 3,090

Dalam (d) 100 8704,503 87,045 - -

Total (T) 102 - - - -

Hipotesis statistik untuk perhitungan Anakova adalah sebagai berikut:

H0 = µ1 = µ2 = µ3 = Tidak terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode

belajar yaitu STAD, TGT dan Ceramah Tanya Jawab memberikan rata-rata

hasil belajar yang sama).

H1 = Terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode belajar yaitu STAD,

TGT dan Ceramah Tanya Jawab paling sedikit memberikan 1 rataan hasil

belajar yang tidak sama).

H0 ditolak jika Fo > Ftabel.

Perhitungan Analisis Kovarian terhadap hasil belajar Geografi siswa

pada kompetensi dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi” diperoleh hasil Fo > Ftabel (6,681 > 3,090), hal tersebut

berarti H0 ditolak. Kesimpulan yang dapat ditarik dari perhitungan tersebut adalah

bahwa terdapat perbedaan skor yang signifikan terhadap hasil belajar Geografi

antara ketiga metode pembelajaran. Hal ini berarti sejalan dengan hipotesis yang

menyebutkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Geografi yang menggunakan

metode pembelajaran STAD, metode TGT, dan metode Ceramah Tanya Jawab

pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

2) Pengujian Hipotesis 2

Hasil Analisis Kovarian di atas hanya mengetahui bahwa perlakuan-

perlakuan yang diteliti memberikan pengaruh yang berbeda. Namun, peneliti

belum dapat mengetahui manakah perlakuan-perlakukan itu yang secara

signifikan berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji

lanjut dengan mencari harga Beda Rata-rata yang masih Signifikan atau BRS.

Page 135: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Hasil perhitungan BRS selengkapnya terdapat dalam Lampiran 36 dan

rangkuman hasil uji lanjut pasca Analisis Kovarian hasil belajar geografi disajikan

dalam Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Rangkuman Jumlah dan Rata-rata Hitung

Metode X MX Y MY MA

A1 (N1 = 32) 2270 70,94 2466 77,06 76,77

A2 (N2 = 36) 2473 68,69 2759 76,64 76,62

A3 (N2 = 36) 2384 66,22 2490 69,17 69,45

Total (N = 104) 7127 68,53 77,15 74,18 -

Keterangan :

A1 = Metode Pembelajaran TGT

A2 = Metode Pembelajaran STAD

A3 = Metode Pembelajaran Ceramah Tanya Jawab

Tabel 4.16. Rangkuman Keputusan Uji

Perbandingan Gainscore BRS Keputusan

MA1 - MA2 0,15 4,00 Tidak Signifikan

MA1 - MA3 7,32 4,00 Signifikan

MA2 - MA3 7,17 4,00 Signifikan

Keterangan :

MA1 = Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran TGT

MA2 = Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran STAD

MA3 = Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab

Hipotesis statistik pasca Analisis Kovarian adalah sebagai berikut :

H0 = µ1 - µ2 楸 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran

STAD dan TGT tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).

H1 = µ1 - µ2 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran

STAD dan TGT menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).

H0 ditolak jika Fhitung > BRS.

Page 136: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran TGT adalah 76,77

sementara rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran STAD adalah 76,62.

Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa beda rata-rata hasil belajar antara A1

(metode pembelajaran TGT) dan A2 (metode pembelajaran STAD), yaitu 0,15

adalah jauh lebih kecil dibandingkan BRS (yaitu 4,00). Dengan demikian H0

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar pada kelompok

TGT dan kelompok STAD tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

Hal tersebut berarti hasil belajar geografi yang menggunakan metode

pembelajaran STAD sama baiknya dengan hasil belajar Geografi yang

menggunakan metode pembelajaran TGT. Hal tersebut tidak sejalan dengan

hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu bahwa hasil belajar Geografi dengan

metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan

metode STAD pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya

terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

3) Pengujian Hipotesis 3

Hipotesis statistik pasca Analisis Kovarian adalah sebagai berikut :

H0 = µ1 - µ3 楸 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran

STAD dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan).

H1 = µ1 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran

STAD dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan).

H0 ditolak jika Fhitung > BRS.

Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran STAD adalah 76,62

sementara rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab

adalah 69,45. Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa beda rata-rata antara A2

(metode pembelajaran STAD) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab), yaitu 7,17 adalah jauh lebih besar dibandingkan BRS (yaitu 4,00).

Dengan demikian H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil

belajar pada kelompok STAD dan kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan

Page 137: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116 adanya perbedaan yang signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi

dengan metode pembelajaran STAD lebih baik daripada hasil belajar Geografi

dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis

Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X

SMA Negeri 2 Surakarta dan sejalan dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti.

4) Pengujian Hipotesis 4

Hipotesis statistik pasca Analisis Kovarian adalah sebagai berikut :

H0 = µ2 - µ3 楸 BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT

dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan).

H1 = µ2 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT

dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan).

H0 ditolak jika Fhitung > BRS.

Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran TGT adalah 76,77

sementara rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab

adalah 69,45. Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa beda rata-rata antara A1

(metode pembelajaran TGT) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab), yaitu 7,32 adalah jauh lebih besar dibandingkan BRS (yaitu 4,00).

Dengan demikian H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil

belajar pada kelompok TGT dan kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi

dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi

dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis

Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X

SMA Negeri 2 Surakarta dan sejalan dengan hipotesis yang diajukan peneliti.

Page 138: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

F. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hipotesis Pertama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

hasil belajar Geografi yang menggunakan metode pembelajaran Student Team

Achievement Divisions (STAD), metode pembelajaran Teams-Games-

Tournaments (TGT), dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab (CTJ)

pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran

2009/2010. Pengujian Anakova menunjukkan hasil Fo = 6,681 lebih besar dari

Ftabel =3,090; sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal

ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar geografi yang menggunakan metode

pembelajaran STAD, metode pembelajaran TGT, dan metode pembelajaran

Ceramah Tanya Jawab. Selanjutnya, untuk mengetahui rerata mana yang lebih

baik atau pengaruh mana yang lebih besar dari ketiga metode pembelajaran

tersebut, dilakukan uji lanjut dengan mencari harga Beda Rata-rata yang masih

Signifikan atau BRS.

2. Hipotesis Kedua

Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata Kelas X-3 SMA Negeri

2 Surakarta yang diajar menggunakan metode pembelajaran STAD adalah 76,64

sedangkan nilai rata-rata Kelas X-1 SMA Negeri 2 Surakarta yang diajar

menggunakan metode pembelajaran TGT adalah 77,06. Hal ini berarti rerata nilai

posttest siswa pada kelompok eksperimen TGT lebih tinggi daripada hasil belajar

siswa pada kelompok eksperimen STAD. Namun demikian, hasil uji pasca

analisis kovarian menggunakan uji BRS menunjukkan bahwa beda rata-rata

(gainscore) antara A1 (metode pembelajaran TGT) dan A2 (metode pembelajaran

STAD), yaitu sebesar 0,15 adalah jauh lebih kecil dibandingkan harga BRS (yaitu

sebesar 4,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelompok

TGT dan kelompok STAD tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

Hal tersebut berarti hasil belajar geografi dengan metode pembelajaran TGT sama

baiknya dengan hasil belajar geografi dengan metode pembelajaran STAD pada

kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di

Page 139: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118 Muka Bumi siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.

Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedua metode pembelajaran tersebut

sama efektifnya dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa pada materi

Hidrosfer. Keefektivan kedua metode tersebut juga dapat terlihat dari nilai rata-

rata posttest siswa yang diajar dengan metode pembelajaran STAD dan TGT

tersebut yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan pihak sekolah, yaitu 7,00. Dalam hal ini, nilai rata-rata posttest siswa

yang diajar dengan metode pembelajaran STAD dan TGT lebih tinggi dari standar

KKM. Hal ini berarti tidak sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa

hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil

belajar Geografi dengan metode STAD pada Kompetensi Dasar Menganalisis

Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X

SMA Negeri 2 Surakarta.

Kesamaan pengaruh pada hasil belajar Geografi tersebut karena langkah-

langkah pembelajaran pada metode pembelajaran TGT dan STAD hampir sama.

Perbedaanya hanya terletak pada sistem evaluasi, dimana pada metode STAD

menggunakan sistem kuis, sedangkan pada metode TGT menggunakan turnamen

akademik. Adanya games dan turnamen pada pembelajaran TGT yang semula

diharapkan dapat lebih menarik minat para siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2

Surakarta ternyata tidak memberikan hasil belajar yang lebih baik apabila

dibandingkan dengan hasil belajar siswa Kelas X-3 yang menggunakan metode

pembelajaran STAD. Menurut beberapa penelitian yang dikembangkan oleh

Universitas John Hopkins dalam Slavin (1995), pembelajaran dengan metode

TGT dan metode STAD memberikan efek yang serupa terhadap prestasi belajar

siswa.

Siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta sedang berada dalam tahap

perkembangan usia remaja. Masa - masa tersebut merupakan masa dimana para

remaja seringkali bermain, membuat sebuah kelompok atau komunitas sendiri,

saling sharing dengan teman sebaya, dan berkompetisi dalam hal - hal tertentu.

Dengan menilik kondisi siswa yang demikian tersebut, maka metode STAD dan

TGT sangat sesuai untuk diterapkan pada saat pembelajaran di sekolah. Kedua

Page 140: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119 metode tersebut menawarkan pembelajaran yang menarik, terbukti pada saat

penelitian di lapangan, peneliti menemukan siswa yang lebih aktif, lebih antusias,

dan jauh dari kesan tegang selama proses pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran dengan metode STAD menjadikan materi yang terlihat sulit

menjadi menarik untuk dipelajari dan dipecahkan bersama. Setiap anggota

kelompok memiliki tanggungjawab untuk memastikan bahwa teman satu

kelompok mereka menguasai materi yang sedang dipelajari. Di sinilah suasana

kebersamaan kelompok sedang tercipta. Mereka menyadari bahwa skor kuis

mereka nanti sangat menentukan keberhasilan tim, sehingga memotivasi

kelompoknya untuk menjadi tim yang terbaik. Hal tersebut juga tercermin dalam

pembelajaran TGT yang menampilkan permainan Roda Impian yang ringan dan

menarik, sehingga mampu memunculkan suasana kegembiraan dan

menghilangkan kejenuhan. Tanpa disadari, semua komponen kelas sedang

berkompetisi dalam suasana permainan. Metode pembelajaran STAD dan TGT

juga mampu memberikan suasana dan gaya belajar yang lebih inovatif dari cara

belajar konvensional yang hanya berpusat pada guru dan buku teks, serta mampu

menghilangkan kesan menggurui pada siswa. Kedua metode pembelajaran

tersebut merupakan metode yang dapat dikategorikan baru bagi siswa kelas X

SMA Negeri 2 Surakarta. Pada umumnya guru hanya terpaku pada metode

pembelajaran ceramah dan sedikit Tanya jawab. Guru kurang melakukan inovasi

terhadap proses pembelajaran di kelas, akibatnya siswa menjadi antusias ketika

pembelajaran disuguhkan dalam suasana belajar kelompok dan permainan.

Meskipun metode pembelajaran STAD dan TGT terbukti berpengaruh positif

terhadap hasil belajar siswa, namun pada kenyataannya di lapangan, peneliti

menemui sedikit kesulitan. Salah satunya, yaitu bahwa waktu yang dihabiskan

untuk diskusi dan turnamen cukup banyak, sehingga kadang kala melewati waktu

yang sudah ditetapkan. Di samping itu, tanpa kontrol dan pengaturan yang baik,

suasana diskusi, permainan dan turnamen akan membuat kelas menjadi gaduh dan

sulit dikendalikan. Hal tersebut tentunya menjadi bahan evaluasi bagi guru untuk

mengatasi kekurangan penerapan kedua metode pembelajaran, serta

mengupayakan proses pembelajaran tersebut menjadi lebih baik lagi.

Page 141: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

3. Hipotesis Ketiga

Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa Kelas X-5 SMA

Negeri 2 Surakarta yang diajar dengan metode STAD adalah 76,64; sedangkan

nilai rata-rata posttest siswa Kelas X-3 yang diajar dengan metode Ceramah

Tanya Jawab adalah 69,17. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada

kelompok eksperimen STAD lebih tinggi daripada hasil belajar siswa pada

kelompok Ceramah Tanya Jawab. Setelah dilakukan uji lanjut pasca Anakova

menggunakan BRS dapat diketahui bahwa beda rata-rata (gainscore) antara A2

(metode pembelajaran STAD) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab), yaitu 7,13 adalah lebih besar dibandingkan harga BRS (yaitu 4,00),

sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelompok STAD dan

kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi dengan metode

pembelajaran STAD lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode

Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan

Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2

Surakarta. Dari kesimpulan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa metode

pembelajaran STAD lebih efektif daripada metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa pada materi Hidrosfer.

Keefektivan metode STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa tersebut juga

dapat terlihat dari nilai rata-rata posttest siswa yang telah memenuhi Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pihak sekolah, yaitu 7,00 sedangkan

nilai rata-rata posttest siswa yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab

belum memenuhi KKM (di bawah standar KKM). Hal ini berarti sesuai dengan

hipotesis yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode

pembelajaran STAD lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode

Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan

Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2

Surakarta.

Metode STAD lebih efektif daripada metode Ceramah Tanya Jawab

karena merupakan metode STAD merupakan metode pembelajaran yang

Page 142: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121 melibatkan keaktifan siswa melalui suatu kegiatan diskusi. Di dalam forum

diskusi tersebut, setiap anggota kelompok ditugaskan untuk belajar bersama,

saling membantu dan saling memberikan motivasi untuk menguasai konsep

materi pembelajaran yang diberikan, demi kemajuan kelompok mereka. Setiap

anggota kelompok harus mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan

bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan dalam belajar (peran tutor

sebaya), dengan demikian akan tercipta ketergantungan positif antaranggota

kelompok. Siswa yang memiliki kemampuan rendah akan termotivasi oleh teman-

teman yang memiliki kemampuan lebih baik. Selain itu, dengan adanya

pembelajaran secara berkelompok akan mampu meningkatkan rasa percaya diri

siswa terhadap tugas-tugas dan materi yang dikuasai, motivasi belajar menjadi

lebih baik, dan akibatnya mampu meningkatkan hasil belajar. Proses

pembelajaran tersebut tidak dijumpai pada pembelajaran dengan metode Ceramah

Tanya Jawab. Siswa yang diajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab kurang berinteraksi dan bekerjasama untuk membelajarkan antara siswa

yang satu dengan yang lain. Hal ini yang menjadikan salah satu alasan mengapa

proses pembelajaran dengan menggunakan metode STAD lebih efektif daripada

metode Ceramah Tanya Jawab. Selain itu, jumlah siswa yang banyak

menyebabkan pertanyaan tidak dapat disebarkan kepada seluruh peserta didik,

sehingga peserta didik tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab

maupun bertanya. Peserta didik yang tidak aktif tidak akan mempertahankan

bahkan tidak terlibat secara mental. Akibatnya justru akan menurunkan minat dan

rasa ingin tahu siswa tersebut terhadap masalah yang sedang dibicarakan Masalah

lain akan muncul ketika tanya - jawab menyimpang dari pokok persoalan yang

sedang diajarkan. Hal tersebut hanya akan memancing kegaduhan, sehingga

proses pembelajaran menjadi tidak kondusif.

Hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode pembelajaran

STAD dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab telah dilakukan oleh

Agung Nuswantoro (2008). Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa

penggunaan metode pembelajaran STAD lebih efektif daripada metode

Page 143: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122 pembelajaran Ceramah Tanya Jawab terhadap prestasi belajar siswa. Hasil ini

berarti sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.

4. Hipotesis Keempat

Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa Kelas X-1 SMA

Negeri 2 Surakarta yang diajar dengan metode TGT adalah 77,06 sedangkan nilai

rata-rata posttest Kelas X-3 yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab

adalah 69,17. Hal ini berarti hasil belajar geografi siswa yang diajar dengan

metode TGT lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan

metode Ceramah Tanya Jawab. Setelah dilakukan uji lanjut pasca Anakova

menggunakan BRS dapat diketahui bahwa beda rata-rata (gainscore) antara A1

(metode pembelajaran TGT) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab), yaitu 7,32 adalah lebih besar dibandingkan harga BRS (yaitu 4,00),

sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelompok TGT dan

kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan. Kesimpulannya, hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran

TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya

Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Dari

kesimpulan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa metode pembelajaran TGT

lebih efektif daripada metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab dalam

meningkatkan hasil belajar Geografi siswa pada materi Hidrosfer. Keefektivan

metode TGT dalam meningkatkan hasil belajar siswa tersebut juga dapat terlihat

dari nilai rata-rata posttest siswa yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditetapkan pihak sekolah, yaitu 7,00 sedangkan nilai rata-

rata posttest siswa yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab belum

memenuhi KKM (di bawah standar KKM). Hal ini berarti sejalani dengan

hipotesis yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode

pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode

Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan

Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2

Surakarta.

Page 144: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Metode pembelajaran TGT memiliki kelebihan, dimana metode ini

memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih mengaktualisasikan diri,

sehingga siswa merasa lebih dihargai. Terlebih, dengan sistem turnamen, siswa

menjadi termotivasi untuk memenangkan setiap turnamen. Aktivitas belajar

dengan permainan yang dirancang dalam metode pembelajaran TGT

memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan

tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Selain itu,

metode ini mampu meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang

mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan,

sehingga mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Pertandingan

atau turnamen membuat siswa lebih bersemangat untuk belajar Geografi,

karena adanya persaingan antarkelompok membuat mereka termotivasi untuk

memenangkan pertandingan, sehingga setiap siswa akan berusaha dengan

sungguh-sungguh untuk mempelajari materi yang disampaikan pada saat

proses belajar - mengajar berlangsung. Dalam permainan Roda Impian tidak ada

bantuan huruf atau kisi-kisi jawaban, sehingga siswa harus menguasai materi

hidrosfer seutuhnya. Agar dapat menjawab dengan benar, diperlukan koordinasi

dan kerja sama pada saat belajar tim karena kontribusi individu sangat

menentukan keberhasilan tim. Penguasaan materi pelajaran merupakan modal

untuk bertanding. Dengan penguasaan materi yang luas, siswa dapat menjawab

pertanyaan dengan mudah. Hal inilah yang secara tidak langsung menimbulkan

ketergantungan positif antaranggota dalam kelompok, yaitu saling ketergantungan

bahan atau sumber materi pelajaran, saling ketergantungan menyelesaikan tugas,

saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah, dan saling

ketergantungan mencapai tujuan, demi keberhasilan kelompoknya.

Proses pembelajaran yang berlangsung seperti di atas menjadikan metode

TGT lebih efektif daripada metode Ceramah Tanya Jawab. Pembelajaran dengan

metode Ceramah Tanya Jawab pada Kelas X-3 yang diajar dengan metode

Ceramah Tanya Jawab kurang menarik bagi siswa serta membuang waktu bila

peserta didik tidak responsive terhadap pertanyaan. Hal tersebut dapat ditunjukkan

dari banyaknya siswa yang masih bercanda saat kegiatan pembelajaran sedang

Page 145: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124 berlangsung dan suasana kelas menjadi tidak kondusif, oleh karena itu perhatian

siswa akan materi pembelajaran menjadi kurang sehingga hasil belajar siswa

kurang maksimal. Selain itu, akibat kurang terbiasa, metode pembelajaran ini

menimbulkan rasa gugup pada peserta didik yang tidak memiliki keberanian

menjawab dan bertanya (kemampuan lisan). Akibatnya siswa menjadi tertekan

dan tidak memiliki minat terhadap kegiatan pembelajaran.

Hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode pembelajaran

TGT telah dilakukan oleh Indah Kusumawati (2009 : 106) diperoleh hasil bahwa

metode pembelajaran TGT dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Hal ini berarti sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Page 146: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode

pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD), Team-Games-

Tournament (TGT), dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar

”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”

siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

2. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT sama efektivnya

dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD pada

Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap

Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

3. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih efektiv

daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya

terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

4. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih efektiv

daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya

terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

B. Implikasi

Implikasi merupakan suatu dampak yang ditimbulkan dari hasi

penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, penulis akan menyampaikan implikasi

yang bermanfaat secara teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan

hasil belajar Geografi :

Page 147: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

1. Implikasi Teoritis

Dari kesimpulan telah dinyatakan bahwa hasil belajar Geografi dengan

metode pembelajaran TGT sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan

metode pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan

Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2

Surakarta. Kelompok siswa yang diajar dengan metode TGT sama baiknya

dengan hasil belajar Geografi kelompok siswa yang diajar dengan model

STAD. Kedua metode tersebut sama – sama memberikan hasil yang positif pada

hasil belajar siswa. Struktur dari kedua metode tersebut sama-sama dapat

meningkatkan motivasi, keaktifan dan hasil belajar siswa, sehingga hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pembelajaran Geografi pada

kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di

Muka Bumi serta dapat menambah pengetahuan sebagai dasar pengembangan

metode pembelajaran STAD dan TGT dalam penelitian selanjutnya.

2. Implikasi Praktis

Kesimpulan menunjukkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode

pembelajaran TGT sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode

pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan

Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2

Surakarta, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi

pendidik dalam upaya peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa pada materi

tersebut. Pengajaran dengan metode STAD dan TGT dapat dijadikan sebagai

suatu pertimbangan bagi guru sebagai alternatif untuk menyampaikan materi

pelajaran kepada siswa khususnya pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer

dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. Hal tersebut terutama

karena kedua metode pembelajaran dapat lebih meningkatkan motivasi,

keaktifan, dan aktivitas belajar siswa. Dengan kata lain, metode pembelajaran

TGT dan STAD dapat menjadi pembelajaran alternatif yang efektif dalam rangka

peningkatan hasil belajar siswa.

Page 148: fakultas keguruan universitas s ultas keguruan dan ilmu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

C. Saran

Dalam rangka turut mengembangkan pemikiran yang berkenaan dengan

peningkatan hasil belajar geografi dan berdasarkan kesimpulan serta implikasi

penelitian di atas, maka dapat dirumuskan saran sebagai berikut :

1. Guru sebagai fasilitator proses pembelajaran geografi hendaknya melakukan

variasi terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Salah satu alternatifnya

dengan menggunakan metode pembelajaran STAD atau TGT yang telah

terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar geografi siswa pada

kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan

di Muka Bumi.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran geografi menggunakan metode STAD dan

TGT hendaknya guru mempersiapkan proses pembelajaran tersebut secara

matang, karena banyak sekali instrumen pembelajaran yang harus dipersiapkan

agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan efektif.

3. Pihak sekolah sebaiknya melakukan langkah – langkah peningkatan mutu

siswa di bidang geografi, di antaranya dengan penambahan fasilitas penunjang

pembelajaran geografi dengan menggunakan metode STAD dan TGT sehingga

mempermudah siswa dalam pemahaman kompetensi yang dipelajari.