faktor pendukung dan faktor penghambat …
TRANSCRIPT
i
FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBATKEBERHASILAN PENYULUH PERTANIAN DALAM
MENGEMBANGKAN KOMODITI SEMANGKA( Studi Kasus di Kelurahan Bontolebang
Kecamatan Galesong UtaraKabupaten Takalar)
MARNIATI105 9600 444 10
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2014
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Penulis Panjatkan Puji Syukur Ke Hadirat Allah Subhanahu
Wataala Oleh Karena Dengan Rahmat Dan Hidayahnya Sehingga Penulis Dapat
Menyelesaikan Proposal Penelitian Ini Dengan Baik.
Dalam Penyusunan Proposal Penelitian Ini Penulis Menyadari Bahwa Tidak Akan
Tersusun Denganbaik Tanpa Bantuan Dari Berbagai Pihak.
Akhirnya, Semoga Allah Subhanahu Wataala Memberikan Yang Terbaik
Kepada Kita Semua. Amin.
Makassar, Mei 2014
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... … 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................... 3
1.4. Kegunaan Penelitian..................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5
2.1. Pengertian Penyuluh Pertanian..................................................... 5
2.2. Peranan Penyuluh Pertanian ......................................................... 10
2.3. Sejarah Singkat Tanaman Semangka ............................................ 14
2.4.Faktor-Faktor Penghambat Keberhasilan Penyuluh Pertanian....... 15
2.5.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penyuluh
Pertanian.......................................................................................... 16
2.6. Kerangka Pikir.............................................................................. 17
III. METODE PENELITIAN................................................................... 18
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian ..................................................... 18
3.2. Populasi Dan Sampel.................................................................... 18
3.3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 18
vii
3.4. Jenis Data ..................................................................................... 19
3.5. Metode Analisa Data .................................................................... 19
3.6 Defenisi Oprasional ……………………………………………... 20
DAFTAR PUSTAKA
KUISIONER PENELITIAN
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian
Indonesia saat ini, terutama perekonomian rakyat karena harus memenuhi
kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Peningkatan
produksi pangan terutama dimaksudkan untuk penyediaan pangan yang
mempunyai arti penting dalam mempertinggi taraf hidup, kecerdasan dan
kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai maksud tersebut, peningkatan
produksi pangan tidak hanya bertumpu pada pangan pokok, tetapi peningkatan
produksi tanaman hortikultura khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan
mendapat perhatian yang sama untuk dikembangkan (Sokartawi, 1999).
Upaya pembangunan yang dilaksanakan di negara-negara dunia ketiga
termasuk di Indonesia masih menitikberatkan pada pembangunan sektor
pertanian. Mosher (1998) menyebutkan bahwa salah satu tugas pokok di dalam
pembangunan pertanian adalah menemukan cara berusaha tani yang dapat
dipraktekkan dengan efektif oleh petani yang mempunyai kemampuan rendah,
asal saja mereka mau belajar sedikit dan mengembangkan keterampilan yang
lebih baik. Pengetahuan dan keterampilan petani harus terus meningkat dan
berubah agar pembangunan pertanian dapat terlaksana. Petani mengembangkan
sikap baru yang berbeda terhadap pertanian,terhadap alam sekitar dan terhadap
diri mereka sendiri. Dengan hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi
dan mempertinggi rasa percaya diri.Salah satu komoditas unggulan di Sulsel
2
adalah buah semangka (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Sulawesi Selatan, 2013).
Semangka merupakan komoditas unggulan pertama di kelurahan
bontolebang dan sebagai sumber pendapatan keluarga yang cukup menjanjikan,
Semangka (Citrullus vulgaris schard) merupakan salah satu komoditas
hortikultura dari famili Cucurbitaceae (labu-labuan) yang mempunyai nilai
ekonomi cukup tinggi. Dan buahnya yang sangat digemari masyarakat
indonesiakarenarasanya yang manis, renyah dan kandungan airnya yang banyak
(Prajnanta, 2004).
Potensi dan luas lahan yang belum dimanfaatkan untuk tanaman semangka
di Sulawesi Selatan masih cukup luas yaitu masing-masing 15.715 ha dan 16.920
ha ( Kantor Balai Penyuluhan Pertanian Galesong Utara, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
hortikultura kabupaten Takalar dan Dirjen Pertanian Tanaman Pangan diperoleh
data produksi buah semangka di Kabupaten Takalar mengalami kenaikan rata-rata
dari 8 ton/ha pada musim tanam 2010 meningkat menjadi 15 ton/Ha pada musim
tanam 2010-2012 dan pada musim tanam 2012 menjadi 20 ton/ha, (Kantor Balai
Penyuluh Pertanian Galesong Utara, 2013).
Luas areal pertanaman semangka di Kelurahan Bontolebang adalah 245
hektar yang didukung dengan iklim yang cocok untuk pertanaman semangka.
Oleh karena itu Kabupaten Takalar dikenal sebagai daerah sentra produksi
semangka. Umumnya petani semangka di Kabupaten Takalar menanam semangka
sesudah menanam padi atau palawija untuk memanfaatkan kelembaban tanah
3
yang masih ada selama musim hujan, (Kantor Balai Penyuluh Pertanian Galesong
Utara, 2013).
Kendala yang di hadapi oleh penyuluh Pertanian di Kelurahan
Bontolebang, yaitu Petani sangat susah untuk di kumpulkan dalam suatu kegiatan
ataupun penyuluhan. Kemudian ketua kelompok Tani kurang menguasai para
anggotanya dalam suatu kegiatan peyuluhan Pertanian (Balai Penyuluhan
Pertanian Galesong Utara 2013).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan,
yakni Faktor apa yang mendukung dan penghambat keberhasilan penyuluh
pertanian dalam budidaya tanaman semangka di Kelurahan Bontolebang
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung
dan faktor penhambat keberhasilan penyuluh pertanian dalam budidaya semangka
di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, agar dapat memahami lebih jauh tentang faktor penhambat dan
faktor pendukung keberhasilan penyuluh pertanian dalam budidaya semangka.
4
2. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.
3. Bagi petani, dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam tingkat keberhasilan penyuluh pertanian Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian adalah sebagai komunikator dalam sebuah
penyuluhan adalah orang yang tugasnya menyampaikan pesan, apakah itu pesan
pembangunan dalam arti yang lebih umum ataupun pesan yang sifatnya pribadi
untuk mengubah perilaku petani. Tugas komunikator adalah berkomunikasi
kepada komunikan. Yuhana,ida, (2008) menyatakan terdapat paling tidak empat
faktor yang ada pada sumber yang dapat meningkatkan ketepatan komunikasi,
yaitu: keterampilan berkomunikasi, sikap mental, tingkat pengetahuan, dan posisi
dalam sistem social budaya.
Pengertian penyuluhan, menurut Suhardiyono (2002) adalah merupakan
pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya dimana kegiatan dalam
ahli pengetahuan dan keterampilan dari penyuluh lapangan kepada petani dan
keluarganya berlangsung melalui proses belajar mengajar. Beberapa ahli
penyuluhan menyatakan bahwa sasaran penyuluhan yang utama adalah
penyebaran informasi yang bermanfaat dan praktis bagi masyarakat petani di
pedesaan dan kehidupan pertaniannya, melalui pelaksanaan penelitian ilmiah dan
percobaan di lapang yang diperlukan untuk menyempurnakan pelaksanaan suatu
jenis kegiatan serta pertukaran informasi dan pengalaman diantara petani untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka.
Penyuluh pertanian didefinisikan sebagai pendidikan non formal yang
ditujukan kepada petani dan keluarganya dengan tujuan jangka pendek untuk
mengubah perilaku termasuk sikap, keterampilan dan pengetahuan ke arah yang
6
lebih baik, serta tujuan jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia (Entang, 1993).
Menurut Hawkins (1999), Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang
untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu
sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.
Pendidikan penyuluhan adalah ilmu yang berorientasi keputusan tetapi juga
berlaku pada ilmu sosial berorientasi pada kesimpulan. Ilmu ini mendukung
keputusan strategi yang harus diambil dalam organisasi penyuluhan. Penyuluhan
juga dapat menjadi sarana kebijaksanaan yang efektif untuk mendorong
pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya
karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Sebagai sarana kebijakan, hanya
jika sejalan dengan kepentingan pemerintah atau organisasi yang mendanai jasa
penyuluhan guna mencapai tujuan petani.
Menurut Jabal (2003), Penyuluhan pertanian merupakan ilmu terapan yang
secara khusus mempelajari teori, prosedur dan cara yang dapat digunakan untuk
menyampaikan teknologi baru kepada petani melalui proses pendidikan sehingga
petani mengerti, menerima dan menggunakan teknologi baru untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi.
Penyuluhan pertanian juga dapat dipandang sebagai pendidikan di luar
sekolah yang berfungsi untuk menyebarluaskan pengetahuan dan teknologi
pertanian kepada petani atau nelayan beserta keluarganya dengan tujuan agar
mereka mampu, sanggup dan berswasembada untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan dalam usahataninya sehingga hidupnya dapat lebih sejahtera
(Soedarmanto, 1992).
7
Pernyataan di atas akan lebih dijelaskan dalam Badan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pertanian (2001) yang menuliskan bahwa penyuluhan
pertanian adalah sistem pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya.
Ciri pendidikan non formal tersebut adalah : tidak ada paksaan untuk belajar;
materi pendidikan didasarkan atas kebutuhan petani; dan dilaksanakan dengan
prinsip dari, oleh, dan untuk petani. Dengan demikian penyuluhan pertanian
adalah upaya untuk menciptakan iklim yang kondusif guna membantu petani dan
keluarganya, agar mereka berkembang menjadi dinamis dan berkemampuan untuk
memperbaiki kehidupannya, sehingga mampu menolong diri mereka sendiri.
Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah di bidang
pertanian untuk petani dan keluarganya, agar kemampuannya dalam memperbaiki
kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri akan berkembang,
sehingga dapat meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan pertanian
(Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 2001).
Selain itu, definisi penyuluhan Pertanian menurut Mardikanto (1998) dapat
diartikan sebagai proses penyebaran informasi yang berkaitan dengan upaya
perbaikan cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan
produktifitas, pendapatan petani dan perbaikan kesejahteraan keluarga yang
diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian.
Pertemuan antara penyuluh lapangan dengan anggota-anggota kelompok
inilah terletak inti kegiatan penyuluhan, karena pada pertemuan ini berlangsung
alih pengetahuan dan ketrampilan dari penyuluh lapangan kepada anggota
kelompok tani. Di samping itu, pada kesempatan tersebut anjuran penyuluh
8
lapangan ditentukan apakah diterima atau ditolak oleh kelompok tani
(Soedarmanto, 1992).
Kegiatan penyuluhan bisa menjadi sarana kebijaksanaaan yang efektif
untuk mendorong pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu
mencapai tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Sebagai
sarana kebijakan hanya jika sejalan dengan kepentingan pemerintah atau
organisasi yang mendanai jasa penyuluhan guna mencapai tujuan petani tersebut.
Lebih dari 500.000 agen penyuluhan pertanian harus memainkan peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan kompetensi petani.
Mereka juga diharapkan memainkan peranan baru, seperti memperkenalkan
pertanian yang berkelanjutan yang menuntut ketrampilan. Kebanyakan agen
penyuluhan bernaung dibawah organisasi resmi seperti departemen (pemerintah),
perguruan tinggi, atau perusahaan komersil lainnya. Keberhasilan yang diperoleh
dari struktur organisasi dan gaya kepemimpinan yang disepakati bersama ternyata
sangat mempengaruhi efektifitas penyuluhan.
Pertanian telah berkembang melalui penyerapan sejumlah besar
pembaharuan yang telah berhasil meningkatkan taraf hidup petani. Dalam hal ini
penyuluhan pertanian berperan mempercepat irama penyerapan pembaharuan oleh
masyarakat pedesaan. Lebih singkat jangka waktu penemuan suatu pembaharuan
pertanian serta penerapannya dalam situasi nyata, semakin cepat pula jalan
membangun pertanian. Hal ini berlaku bagi petani perorangan, kelompok maupun
seluruh bangsa.
Para petani yang mengelola usahataninya sangat mengharapkan adanya
perubahan-perubahan dalam tingkat kesejahteraan hidupnya. Salah satu usaha
9
pemerintah dalam hal ini melalui usaha Penyuluhan Pertanian dalam
menyampaikan harapan pada petani dalam meningkatkan produksi usahataninya
yaitu melakukan penyuluhan pertanian agar terjadi perubahan-perubahan yang
positif dalam pengelolaan usahatani mereka.
Aktif menyelenggarakan penyuluhan-penyuluhan teknologi baru yang
sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan pertanian. Peningkatan
produksi usahatani hanya bisa dicapai kalau para petani mau dan mampu
menerapkan teknologi baru yang akan menguntungkan mereka (Kartasapoetra,
1997).
Kegiatan penyuluhan banyak melibatkan pertimbangan nilai. Tidak jarang
penyuluh dihadapkan pada keharusan memberi informasi tidak saja demi
kepentingan petani sendiri tetapi juga untuk kepentingan masyarakatnya.
Penyuluh diharapkan mempunyai wawasan yang luas tentang dunia sekelilingnya
sehingga dapat menafsirkan rangsangan dan pesan-pesan yang diterima.
Penyuluhan dapat membantu petani menganalisis situasi yang sedang berkembang
agar mereka selalu siap untuk memberikan peringatan kepada petani secara “tepat
waktu” mengenai hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi dengan
pemberian satu atau beberapa aspek permasalahan, petani akan mampu
memecahkan masalahnya, bahkan kadang-kadang cukup dengan hanya penjelasan
masalah analisis yang sistematis. Penyuluh seharusnya menganalisis terlebih
dahulu keadaan petani sebelum memutuskan untuk membantunya.
10
2.2 Peranan Penyuluh Pertanian
Penyuluh bukan berperan untuk “mengajar“ petani dan keluarganya,
melainkan “mengajak“ mereka untuk melibatkan diri dalam suatu proses
pendidikan nonformal. Penyuluh menyatu dengan petani dan keluarganya sebagai
prasyarat terjadinya suatu interaksi yang dialogis, seimbang dan langsung,
(Anonim, 2001).
Lionberger (1999), menyatakan sehubungan dengan fungsi pengintegrasian
antara masalah yang dirasakan oleh penyuluh dengan apa yang juga dirasakan
oleh petani sasarannya, para penyuluh perlu memahami peubah-peubah yang
mungkin menyebabkan keragaman tentang peran bantuan bagi masyarakat
melalui mana mereka harus bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan.
Sehubungan dengan peran yang menjadi kewajiban dan tanggungjawab
setiap penyuluh, Kurt Levin dalam Mardikanto (1996) mengenalkan tiga macam
peran yang terdiri atas kegiatan-kegiatan :
a. Pencairan diri dengan masyarakat sasaran.
b. Menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan.
c.Pemantapan hubungan dengan masyarakat sasaran.
Fungsi-fungsi petugas penyuluhan adalah membantu petani menyadari
adanya berbagai kemungkinan-kemungkinan baik yang diperoleh oleh masyarakat
setempat ataupun yang sudah diperoleh dari suatu balai penelitian. Dalam tahap-
tahap pertama dari pembangunan, maka peranan petugas penyuluhan sebagai
pendorong para petani sangat penting (Hadisapoetro, 1993).
11
Berdasarkan pernyataan dalam Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Pertanian (2001), peran yang perlu diperhatikan oleh penyuluh pertanian dalam
penyuluhan pertanian, antara lain :
a. Bertindak lebih sebagai pemandu dan pendorong.
b. Lebih memperhatikan aspek-aspek nonteknis.
c. Menyeimbangkan distribusi kekuasaan untuk menghindari dominasi yang
dapat menghambat keterlibatan petani.
d. Mendorong petani untuk belajar dari pengalaman dan penemuan mereka
sendiri.
Suhardiyono (2002) menyatakan bahwa penyuluhan merupakan proses interaksi
antara 3 komponen pokok, yaitu adanya program/proyek, penyuluh lapangan dan
petani, yang mana prosesnya dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Proses pertama, dikenal adanya kesenjangan pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk meningkatkan produktifitas usahatani antara petani dan
proyek/program pembangunan pertanian.
b. Proses kedua, program/proyek mengumpulkan informasi dari lembaga
penelitian untuk paket-paket bantuan kepada petani dalam rangka
meningkatkan usahatani mereka.
c. Proses ketiga, merupakan proses penyampaian paket teknologi yang telah
dirumuskan kepada penyuluh-penyuluh lapangan melalui latihan maupun
kursus, sehingga para penyuluh akan memiliki pengetahuan dan ketrampilan
yang memadai untuk melaksanakan alih dan pengetahuan.
d. Proses keempat, adalah proses penyampaian paket teknologi dari penyuluh
lapangan kepada petani melalui kelompok-kelompok tani.
12
e. Proses kelima, yaitu proses umpan balik tentang hasil penerapan paket-paket
teknologi yang dilakukan petani.
Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberikan
dorongan kepada petani agar mau mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara
hidup yang lebih sesuai dengan perkembangan jaman, perkembangan teknologi
pertanian yang lebih maju.
Seorang penyuluh membantu para petani didalam usaha mereka
meningkatkan produksi dan mutu produksinya guna meningkatkan kesejahteraan
mereka. Oleh karena itu para penyuluh memiliki peran antara lain sebagai
pembimbing, organisator dan dinamisator, pelatih teknisi, dan jembatan petani
dengan lembaga penelitian dibidang pertanian sebagai berikut:
1. Penyuluh Sebagai Pembimbing Petani.
Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru bagi petani dalam
pendidikan non formal, penyuluh memiliki gagasan yang tinggi untuk mengatasi
hambatan dalam pembangunan pertanian yang berasal dari petani maupun
keluarganya. Seorang penyuluh harus mengenal baik sistem usahatani, bersimpati
terhadap kehidupan petani serta pengambilan keputusan yang dilakukan petani,
baik secara teori maupun praktek. Penyuluh harus mampu memberikan praktek
demontrasi tentang suatu cara atau metode budidaya suatu tanaman, membantu
petani menempatkan atau menggunakan sarana produksi pertanian dan peralatan
yang sesuai. Penyuluh harus mampu memberikan bimbingan kepada petani
tentang sumber dana kredit yang dapat digunakan untuk mengembangkan
usahatani mereka dan mengikuti perkembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan
petani yang berasal dari instansi-instansi terkait.
13
2. Penyuluh Sebagai Organisator dan Dinamisator
Dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan para penyuluh lapangan
tidak mungkin mampu untuk melakukan kunjungan ke masing-masing petani
sehingga petani harus diajak untuk membentuk suatu kelompok-kelompok tani
dan mengembangkan menjadi suatu lembaga ekonomi dan sosial yang memiliki
peran dalam mengembangkan masyarakat sekitarnya. Dalam membentuk dan
mengembangan kelompok tani, penyuluh sebagai dinamisator dan organisator.
3. Penyuluh Sebagai Teknisi
Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis yang
baik karena pada suatu saat akan diminta petani memberikan saran maupun
demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis. Tanpa adanya pengetahuan
dan ketrampilan teknis yang baik maka akan sulit untuk memberikan pelayanan
jasa konsultan yang diminta petani.
4. Penyuluh Sebagai Motivator
Motivasi adalah faktor pendorong yang terdapat pada diri manusia yang
menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan sikap atau prilaku manusia.
Motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai kekuatan yang berbeda-
beda. Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh motif
tertentu, tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa (Suhardiyono, 2002).
Hawkins, (1999), menyatakan peranan utama penyuluhan dibanyak negara
dahulu dipandang sebagai alih teknologi dari peneliti ke petani. Sekarang peranan
penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil
keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan dengan cara
14
menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing-
masing pilihan itu.
2.3 Faktor-faktor penghambat penyuluh pertanian
Faktor-faktor penghambat komunikasi tersebut dapat di kelompokkan
kedalam empat masalah utama, dikemukakan oleh (Djoko Purwanto,
2009),mencakup :
1. Masalah dalam mengembangkan pesan,sebab dalam proses komunikasi tidak
hanya sekedar berbicara saja, tapi pesan itu dapat disampaikan baik secara
langsung maupun tidak langsun.bila perubahan perilaku sebagai bagian dari
tujuan penyuluhan belum tercapai, jangan hanya sasaran yang dipersalahkan.
Jangan-jangan masalahnya justru dari komunikator yaitu penyuluhh sebagai
pembawa pesan. Apa penyebabnya apakah karena ketidak siapan materi yang
akan disampaikan, ataukah karena prasarana yang tidak memadai, bisa pula
terjadi karena gangguan dalam proses penyampaianya. (Djoko Purwanto,
2009).
2. Masalah dalam menyampaikan pesan, sebagai penyuluh yang memiliki peran
sebagai pemberi informasi dalam bentuk simbol-simbol, sebaikya
menggunakan simbol-simbol yang memiliki makna yang sama dengan subjek
penyuluh. Pengetahuan akan simbol-simbol yang akan sering digunakan oleh
petani akan sangat membantu penyuluh dalam menyampaikan pesan
penyuluh. Dengan kata lain penyuluh dengan menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti petani akan sangat membantu petani dalam menangkap
15
pesan penyuluh.cara lain adalah dengan menggunakan sumber daya lokal
untuk menjelaskan suatu hal atau dengan menggunakan ilustrasi yang mudah
dipahami petani (Djoko Purwanto,2009).
3. Masalah dalam menerima pesan,dengan demikian komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan,dengan kata lain jika komunikan
tidak mengerti pesan yang diterimanya maka komunikasi tidak terjadi (Djoko
Purwanto,2009).
4. Masalah dalam menafsirkan pesan,melalui proses komunikasi,sikap dan
perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak
lain.Akan tetapi,komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan atau dapat dimengerti oleh penerima pesan
tersebut (DjokoPurwanto,2009).
Menghindari ini semua,dalam penyuluh pertanian perlu dilakukan
perencanaan terlebih dahulu, sehingga proses penyuluh pertanian untuk membantu
petani mencapai tujuannya dapat terlaksana dengan baik, dengan menghilangkan
faktor penghambat yang kemungkinan besar dapat terjadi dalam
komunikasi.tampak peran komunikasi amat besar dalam kegiatan penyuluh, yang
akan mempengaruhi dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasinya.
Penyuluh sebagai komunikator yaitu menyampaikan pesan, sedangkan sasaran
dalam hal ini disebut komunikan sangat dipengaruhi oleh latar belakangnya, baik
secara individu maupun secara kelompok
16
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluh pertanian
Mardiansyah mengatakan proses penyuluh pertanian memegang peran
penting terhadap keberhasilan pembangunan sektor pertanian. Proses penyuluhan
dengan para penyuluhnya merupakan penghubung yang bersifat dua arah antara
pengetahuan yang di butuhkan petani dengan pengalaman baru yang terjadi
dipihak para ahli dan kondisi nyata yang dialami petani. Sehingga penyuluhan
pertanian akan dapat terselenggara dengan produktif, efektif dan efesien apabila
didukun oleh para penyuluh pertanian yang menguasai materi, metode, teknik,
organisasi, instrument-instrumen dan manajmen penyuluh pertanian. Selain itu,
faktor yg mempengaruhi keberhasilan penyuluh diaindonesia adalah:
1. keadan Lingkungan fisik,yang mencangkup jenis tanah dan kesuburannya dan
iklim yang mendukung.(Totok Mardikanto,1996).
2. Keadaan pribadi sasaran,yang terutama tergantung kepada motifasinya untuk
melakukan perubahan.Sasaran penyuluhan adalah manusia yang memiliki:
kebutuhan,keingin,harapan,serta perasaan-perasaan tentang adanya tekanan-
tekanan maupun dorongan-dorongan tertentu yang tidak selalu sama pada
seseorang dengan orang yang lainya.Karena itu,efektifitas penyuluhan akan
sangat ditentukan oleh kedaan yang dirasakan oleh sasaran untuk melakukan
perubahan-perubahan.(Totok Mardikanto,1996).
3. Keadaan social budaya masyarakat,kebudayaan dapat diartikan sebagai pola
perilaku yang dipelajari,dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat (baik
oleh setiap individu maupun oleh kelompok-kelompok sosial yang ada) dan
diteruskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi.Kebudayaan tidak
17
hanya mencangkup kepercayaan,kebiasaan,danmoral,tetapi juga
sikap,perbuatan,pikiran-pikiran,kemampuan,adat istiadat,tata
nilai,motivasi,maupun kesenian-kesenian yang di miliki oleh masyarakat
yang bersangkutan.(Totok Mardikanto, 1996).
4. Keadaan dan macam aktifitas kelembagaan yang tersedia sekaligus dapat
menunjang keadaan penyuluh (Setiana, 2005)
2.5. Tanaman Semangka
Semangka (Citrullus vulgaris schard) merupakan salah satu komoditas
hortikultura dari famili Cucurbitaceae (labu-labuan) yang mempunyai nilai
ekonomi cukup tinggi. Dan buahnya yang sangat digemari masyarakat indonesia
karena rasanya yang manis, renyah dan kandungan airnya yang banyak (Prajnanta,
2004).
Menurut asal-usulnya, tanaman semangka konon berasal dari gurun
Kalahari di Afrika, kemudian menyebar ke segala penjuru dunia, mulai dari
Jepang, Cina, Taiwan, Thailand, India, Belanda, bahkan ke Amerika. Semangka
biasa di panen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat jus (Prajnanta, F. 2004).
Terdapat puluhan varietas/jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi
hanya beberapa jenis yang diminati para petani/konsumen. Di Indonesia varietas
yang cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka Lokal
(Semangka hitam dari Pasuruan, Semangka Batu Sengkaling dan Semangka
Bojonegoro) dan Semangka Hibrida Impor (dari hasil silangan Hibridasi) yang
mempunyai keunggulan tersendiri. Semangka tersebut diklasifikasikan menurut
benih murni negara asalnya (Samadi, B. 1996).
18
Budidaya tanaman semangka di Indonesia masih terbatas untuk memenuhi
pasaran dalam negeri. Padahal terbuka peluang yang sangat luas bahwa semangka
dapat diekspor ke luar negeri, sebab kondisi alam Indonesia sesungguhnya lebih
menguntungkan daripada kondisi alam negara produsen lain di pasaran
Internasional. Permintaan pasar dunia akan semangka mencapai 1.506.000 ton.
Sampai saat ini Indonesia mendapat peluang ekspor semangka cukup besar yaitu
1.144 ton per tahun (Anonim, 200
19
2.6. Kerangka fikir
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Faktor pendukung keberhasilanpenyuluh pertanian
1.Keadaan linkungan fisik2.Keadaan pribadi sasaran3.Keadaan sosial budayamasyarakat4.Keadaan dan macam aktifitaskelembagaan yang tersedia
Faktor penghambat keberhasilanpenyuluh pertanian
1.Masalah dalam mengembankanpesan2.Masalah dalam menyampaikanpesan3.Masalah dalam menerimapesan4.Masalah dalam menafsirkanpesan
Penyuluh Pertanian
Peranan Penyuluh Pertanian
Budidaya Tanaman Semangka
proses penyuluh
20
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Bontolebang Kecamatan
Galesong Utara Kabupaten Takalar. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan
yaitu bulan Juni sampai dengan Juli 2014.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Penelitian ini berada di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar unit penyuluhan pertanian dengan populasi penyuluh pertanian
sebanyak 2 orang penyuluh di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil secara
keseluruhan populasi atau dengan cara sensus, maka sampel yang dapat diperoleh
yakni 2 orang penyuluh.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini teknik pengambilan data dilakukan dalam pengambilan data
primer. Adapun cara pengambilan data sebagai berikut:
a. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Adapun
objek yang diteliti adalah penyuluh .
b. Interview, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara
responden, sehingga antara peneliti dengan responden dapat berkomunikasi
secara langsung. Adapun para respondennya adalah penyuluh pertanian.
21
C .Daftar pertanyaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyusun
daftar pertanyaan yang harus dijawab responden, disusun secara sistematis
sehingga dapat berfungsi sebagai interview schedule dalam penelitian.
3.4 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan mengadakan tanya jawab langsung
dengan menyebar daftar pertanyaan atau kuisioner di wilayah penelitian Data
sekunder diperoleh dari kantor kecamatan dan kantor desa serta instansi terkait
maupun aparat pemerintah .
3.5. Metode Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
deskriptif yaitu metode untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai
data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan. Setelah data-data dapat
dikumpulkan dan diolah secara sistematis, maka langkah berikutnya sebagai tahap
yang sangat penting adalah bagaimana data-data dianalisis sehingga dapat
mewujudkan suatu jawaban yang dikehendaki dalam penelitian tersebut.
3.6. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini didefenisikan sebagai berikut:
1. Factor pendukung adalah penyebab keberhasilan program penyuluh pertanian
dalam mengembangkan komoditi semaka di kelurahan bontolebang.
22
2. Faktor Penghambat adalah faktor mempengaruhi Keberhasilan Penyuluh
Pertanian Dalam Mengembangkan Komoditi Semangka kerurahan
bontolebang.
3. Peranan penyuluh adalah sejauh mana penyuluh pertanian menerapkan dan
melaksanakan kegiatan penyuluhan untuk mengembangkan kemampuan petani
dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga
mampu bertani lebih baik, berusahatani lebih menguntungkan serta membina
kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera
23
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
Kondisi geografis Kelurahan Bontolebang yang berada pada kecamatan
Galesong Utara kabupaten Takalar dan sebagai wilayah ibu kota kecamatan. Jarak
dari ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten ± 30 km dan jika menggunakan
kendaraan bermotor ke ibu kota kabupaten ± 60 menit. Luas wilayah Kelurahan
Bontolebang kurang lebih 364 Ha dengan batas wilayah sebagai;
- Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Bontolanra
- Sebelah Timur berbatas dengan dengan Kabupaten Gowa
- Sebelah Selatan berbatas dengan kelurahan Tamasaju
- Sebelah Barat berbatas dengan kelurahan Tamalate
Tabel 02. Secara adminitrasi Kelurahan Bontolebang terdiri dari delapanLingkungan.
No Uraian Jenis Kelamin Jumlah/orang
Persentase %L P
1. Lingkungan Bontopajja 314 336 650 12,942. Lingkungan Tabaringan 486 505 991 19,733. Lingkungan Kampung Parang 324 341 665 13,244. Lingkungan bontolebang II 155 167 322 6,415. Lingkungan Kampong Tala 269 264 533 10,616. Lingkungan Bontomajannang 377 410 787 15,677. Lingkungan Jamarang 229 199 428 8,538. Lingkungan Bontolebang I 314 332 646 12,87
Jumlah 2.468 2.554 5.022 100Sumber : Kantor Kelurahan Bontolebang, 2014
Tabel 02 terlihat bahwa jumlah penduduk keseluruhan menurut
administrasi yaitu 5022 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.468 jiwa dan perempuan
2.554 jiwa.
24
4.2 Potensi sumber Daya Alam
Tabel 03. Luas Wilayah Desa/Kelurahan Menurut PenggunaannyaNo Penggunaan Luas (Ha)
1 Untuk bangunana. Perkantoran
b. Sekolah
c. Tempat peribadatan
d. Kuburan
e. Jalan
f. Sawah
10
3
12
2
72
23
. Jumlah 122Sumber : Kantor Kelurahan Bontolebang, 2014
Tabel 03 terlihat bahwa luas wilayah desa/kelurahan bontolebang menurut
penggunaannya untuk bangunan terdapat pengkantoran yang luasnya 10 ha,
sekolah 3 ha, tempat peribadatan 12 ha, kuburan 2 ha, jalan 72 ha, sawah 23 ha.
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu ditambah dan dibenahi.
4.3 Potensi Sumber Daya Manusia
Tabel 04. Potensi Kependudukan Kelurahan BontolebangNo Uraian Jumlah(Orang) Persentase (%)
12
Laki – lakiPerempuan
2,4572,565
48,9351,07
Total 5,022 100,00Sumber : Kantor BPS Kabupaten Takalar 2014
Tabel 04 terlihat bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Bontolebang
adalah sebanyak 5,022 jiwa, dimana terdapat 2,457 jiwa yang berjenis kelamin
laki-laki dan 2,565 jiwa yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki.
25
4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Penyebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tampak beragam
mulai dari penduduk yang buta aksara hingga penduduk yang bergelar sarjana.
Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan
Bontolebang dapat dilihat pada tabel 05:
Tabel 05. Potensi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.No Uraian Jumlah (org) Persentase %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
TK
Buta aksara
Belum sekolah
Belum tamat SD
SD
SMP
SMA
D3
S1
S2
142
1,192
313
554
1,104
768
709
162
74
4
2,82
23,73
6,23
11,03
21,98
15,29
14,13
3,23
1,48
0,08
Jumlah 5022 100.00
Sumber : Kantor Kelurahan Bontolebang, 2014
Bedasarkan tabel 05 terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di
Kelurahan Bontolebang tergolong sangat rendah, dimana terdapat 142 orang TK,
1,192orang Buta aksara 313 belum sekolah, 554 orang belum tamat SD, 1,104
orang tamat SD, 768 orang tamat SMP, 709 orang tamat SMA, 162 orang tamat
akademik D3, 74 orang Strata Satu dan 4 orang Strata Dua. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Bontolebang tergolong sangat rendah
yakni rata-rata hanya tamat sekolah dasar.
26
4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Penyebaran pendudduk berdasarkan mata pencaharian terbagi atas 5 yaitu
petani, pedagang kecil, PNS, Buruh, Jasa, Pengusaha, Karyawan, Nelayan,
Tukang . Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut mata
pencahariannya dapat dilihat pada tabel 06:
Tabel 06. Potensi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.No Uraian Jumlah (Orang) Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Petani
Jasa
Buruh
Pedagang kecil
PNS
Tukang
Pengusaha
Nelayan
Karyawan
Lain-lain
465
47
192
337
82
192
18
122
55
3512
9.25
0,94
3,84
6,74
1,64
3,84
0,36
2,44
0,10
70,23
Total 5022 100
Sumber : Kantor Kelurahan Bontolebang 2014
Berdasarkan tabel 06 terlihat bahwa jumlah penduduk Kelurahan
Bontolebang yang mata pencahariannya sebagai petani sebanyak 465 orang. Hal
ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu bahwa masyarakat adalah
petani dan juga minimya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak
punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan lain selain menjadi petani.
27
4.4 Sarana dan Prasaran
Sarana dan prasarana yang tersedia di Kelurahan Bontolebang Kecamatan
Galesong Utara bisa dikatakan cukup memadai, dimana jenis sarana dan Prasarana
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 07. Sarana dan Prasarana Kelurahan Bontolebang.No Jenis Jumlah (buah)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kantor Lurah
Kantor Pertanian
Kantor Polsek
Masjid
Kantor Kecamatan
Puskesmas
Kantor Danramil
Kantor Depag (KUA)
Kantor Dikjar
Lapangan Sepak Bola
Rumah Jabatan Lurah
Balai Pertemuan
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
Sumber : Kantor Kelurahan Bontolebang, 2014
Berdasarkan tabel 07 terlihat bahwa sarana dan prasarana Keluruhan
Bontolebang belum memadai masih perlu tambahan, dimana terdapat kantor lurah
1 buah, kantor pertanian 1 buah, kantor polsek 1 buah, mesjid 8 buah, kantor
kecamatan 1 buah, puskesmas 1 buah, kantor danramil 1 buah, kantor depag
(KUA) 1 buah, kantor dikjar 1 buah, lapangan sepak bola 1 buah, rumah jabatan
lurah 1 buah, dan balai pertemuan 1 buah.
28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Identitas responden yang diuraikan dalam pembahasan berikut
menggambarkan berbagai aspek keadaan yang diduga memiliki hubungan antara
karakteristik penyuluh dengan pola komunikasi pelaku agribisnis dalam budiaya
tanaman semangka di kelurahan bontolebang kecamatan galesong utara kabupaten
takalar.
5.2. Peranan Penyuluh PertanianPenyuluh pertanian perlu merencanakan beberapa hal yang dapat
membantu petani dalam membentuk pendapat yang sehat dan mengambil
keputusan yang efektif serta dapat meningkatkan produktivitas kelompok tani
yang ada di kelurahan bontolebang.
1. Penyuluh Sebagai Pembimbing Petani.
Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru bagi petani dalam
pendidikan non formal, penyuluh memiliki gagasan yang tinggi untuk mengatasi
hambatan dalam pembangunan pertanian yang berasal dari petani maupun
keluarganya. Seorang penyuluh harus mengenal baik sistem usahatani, bersimpati
terhadap kehidupan petani serta pengambilan keputusan yang dilakukan petani,
baik secara teori maupun praktek. Penyuluh harus mampu memberikan praktek
demontrasi tentang suatu cara atau metode budidaya suatu tanaman, membantu
petani menempatkan atau menggunakan sarana produksi pertanian dan peralatan
yang sesuai. Penyuluh harus mampu memberikan bimbingan kepada petani
tentang sumber dana kredit yang dapat digunakan untuk mengembangkan
29
usahatani mereka dan mengikuti perkembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan
petani yang berasal dari instansi-instansi terkait.
2. Penyuluh Sebagai Organisator dan Dinamisator
Dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan para penyuluh lapangan tidak
mungkin mampu untuk melakukan kunjungan ke masing-masing petani sehingga
petani harus diajak untuk membentuk suatu kelompok-kelompok tani dan
mengembangkan menjadi suatu lembaga ekonomi dan sosial yang memiliki peran
dalam mengembangkan masyarakat sekitarnya. Dalam membentuk dan
mengembangan kelompok tani, penyuluh sebagai dinamisator dan organisator.
3. Penyuluh Sebagai Teknisi
Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis yang
baik karena pada suatu saat akan diminta petani memberikan saran maupun
demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis. Tanpa adanya pengetahuan
dan ketrampilan teknis yang baik maka akan sulit untuk memberikan pelayanan
jasa konsultan yang diminta petani.
4. Penyuluh Sebagai Motivator
Motivasi adalah faktor pendorong yang terdapat pada diri manusia yang
menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan sikap atau prilaku manusia.
Motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai kekuatan yang berbeda-
beda. Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh motif
tertentu, tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa (Suhardiyono, 2002).
Hawkins (1999) menyatakan peranan utama penyuluhan dibanyak negara
dahulu dipandang sebagai alih teknologi dari peneliti ke petani. Sekarang peranan
penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil
30
keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan dengan cara
menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing-
masing pilihan itu.
5.3 faktor penghambat keberhasilan penyulu pertanian
Keberhasilan pembagunan pertanian ditentukan oleh peran serta petani dan
penyuluh dalam melaksanakan kegiatan usaha tani, peran serta petani dan
penyuluh pertanian dapat ditingkatkan melalui kegiatan penyuluh pertanian,
sehingga kegiatan usaha dapat di arahkan ,selain untuk meningkatkan kemampuan
petani itu sendiri.
Kegiatan penyuluh pertanian yang ada di kelurahan bontolebang
kecamatan galesong utara kabupaten takalar. Terdapat beberapa faktor yang
menghambat keberhasilan peyuluh pertanian.
1. Masalah dalam mengembangkan pesan,sebab dalam proses komunikasi tidak
hanya sekedar berbicara saja, tapi pesan itu dapat disampaikan baik secara
langsung maupun tidak langsun.bila perubahan perilaku sebagai bagian dari
tujuan penyuluhan belum tercapai, jangan hanya sasaran yang dipersalahkan.
Jangan-jangan masalahnya justru dari komunikator yaitu penyuluhh sebagai
pembawa pesan. Apa penyebabnya apakah karena ketidak siapan materi yang
akan disampaikan, ataukah karena prasarana yang tidak memadai, bisa pula
terjadi karena gangguan dalam proses penyampaianya.
2. Masalah dalam menyampaikan pesan, sebagai penyuluh yang memiliki peran
sebagai pemberi informasi dalam bentuk simbol-simbol, sebaikya
menggunakan simbol-simbol yang memiliki makna yang sama dengan subjek
31
penyuluh. Pengetahuan akan simbol-simbol yang akan sering digunakan oleh
petani akan sangat membantu penyuluh dalam menyampaikan pesan
penyuluh. Dengan kata lain penyuluh dengan menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti petani akan sangat membantu petani dalam menangkap
pesan penyuluh.cara lain adalah dengan menggunakan sumber daya lokal
untuk menjelaskan suatu hal atau dengan menggunakan ilustrasi yang mudah
dipahami petani
3. Masalah dalam menerima pesan,dengan demikian komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan,dengan kata lain jika komunikan
tidak mengerti pesan yang diterimanya maka komunikasi tidak terjadi
4. Masalah dalam menafsirkan pesan,melalui proses komunikasi,sikap dan
perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak
lain.Akan tetapi,komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan atau dapat dimengerti oleh penerima pesan
tersebut
Menghindari ini semua,dalam penyuluh pertanian perlu dilakukan
perencanaan terlebih dahulu, sehingga proses penyuluh pertanian untuk membantu
petani mencapai tujuannya dapat terlaksana dengan baik, dengan menghilangkan
faktor penghambat yang kemungkinan besar dapat terjadi dalam
komunikasi.tampak peran komunikasi amat besar dalam kegiatan penyuluh, yang
akan mempengaruhi dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasinya.
32
Penyuluh sebagai komunikator yaitu menyampaikan pesan, sedangkan sasaran
dalam hal ini disebut komunikan sangat dipengaruhi oleh latar belakangnya, baik
secara individu maupun secara kelompok
5.3. Faktor Pendukung Keberhasilan Penyuluh pertanian
Kedudukan dan peran penyuluh pertanian yang sangat strategis sesuai
dengan mandatnya sebagai peyelenggara pendidikan luar sekolah (non-formal)
bagi petani, semakin dituntut berbenah diri meningkatkan kemampuanya sebagai
tenaga professional dibidangnya.
Agar pembagunan pertanian dapat mencapai sasaran, penyuluh pertanian
sebagai ujung tombak harus dapat menentukan kebijaksanaan pemerintah pusat
dan daerah dengan kepentingan dan keinginan petani.
Ada beberapa factor pendukung keberhasilan suatu program pertanian adalah :
Mardiansyah mengatakan proses penyuluh pertanian memegang peran
penting terhadap keberhasilan pembangunan sektor pertanian. Proses penyuluhan
dengan para penyuluhnya merupakan penghubung yang bersifat dua arah antara
pengetahuan yang di butuhkan petani dengan pengalaman baru yang terjadi
dipihak para ahli dan kondisi nyata yang dialami petani. Sehingga penyuluhan
pertanian akan dapat terselenggara dengan produktif, efektif dan efesien apabila
didukun oleh para penyuluh pertanian yang menguasai materi, metode, teknik,
organisasi, instrument-instrumen dan manajmen penyuluh pertanian. Selain itu,
faktor yg mempengaruhi keberhasilan penyuluh diaindonesia adalah:
5. keadan Lingkungan fisik,yang mencangkup jenis tanah dan kesuburannya dan
iklim yang mendukung.
33
6. Keadaan pribadi sasaran,yang terutama tergantung kepada motifasinya untuk
melakukan perubahan.Sasaran penyuluhan adalah manusia yang memiliki:
kebutuhan,keingin,harapan,serta perasaan-perasaan tentang adanya tekanan-
tekanan maupun dorongan-dorongan tertentu yang tidak selalu sama pada
seseorang dengan orang yang lainya.Karena itu,efektifitas penyuluhan akan
sangat ditentukan oleh kedaan yang dirasakan oleh sasaran untuk melakukan
perubahan-perubahan
7. Keadaan social budaya masyarakat,kebudayaan dapat diartikan sebagai pola
perilaku yang dipelajari,dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat (baik
oleh setiap individu maupun oleh kelompok-kelompok sosial yang ada) dan
diteruskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi.Kebudayaan tidak
hanya mencangkup kepercayaan,kebiasaan,danmoral,tetapi juga sikap,
perbuatan,pikiran-pikiran,kemampuan,adat istiadat,tata nilai,motivasi,maupun
kesenian-kesenian yang di miliki oleh masyarakat yang bersangkutan
8. Keadaan dan macam aktifitas kelembagaan yang tersedia sekaligus dapat
menunjang keadaan penyuluh
34
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan, bahwa ada beberapa
factor penghambat dan factor pendunkung keberhasilan penyuluh pertanian di
Kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
Faktor pendukung Keadaan linkungan fisik, Keadaan pribadi sasaran, Keadaan
sosial budaya masyarakat. Keadaan dan macam aktifitas kelembagaan yang
tersedia dan foktor penghambat keberhasilan peyuluh pertanian adalah :masalah
dalam mengembankan pesan, masalah dalam meyampaikan pesan, masalah dalam
menerima pesan, masalah dalam menafsirkan pesan.
6.2 Saran
1. Penyuluh pertanian hendaknya lebih banyak belajar dari pengalaman petani
yang berhasil, sebab masih banyak para penyuluh yang kurang menyadari
bahwa petani sekarang lebih kreatif, inovatif dan terpelajar
2. Sebaiknya pemerintah terkait memberikan pelatihan yang maksimal kepada
penyuluh pertanian.
35
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Statistik dalam Angka Kabupaten Takalar. Aneka Persada.Makassar
Entang. 1993. Penyuluhan Pertanian. Alumni : Bandung.
Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Hadisapoetro, S. 1993. Pembangunan Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.
Jabal, R. 2003. Teori Penyuluhan Pertanian. Agromedia Lestari. Bogor
Kartosapoetro, A.G. 1996. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bina Aksara. Jakarta.
Lionberger, H.F. dan Paul H.G. 1999. Strategi Komunikasi : Pedoman BagiPenyuluh Pertanian. Terjemahan : Totok Mardikanto. UNS Press.Surakarta.
Mardikanto, Totok 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. UNS Press.Surakarta.
Prajnanta, F. 1996. Agribisinis Semangka Non-biji. Penebar Swadaya. Jakarta.
_________. 1999. Kiat Sukses Bertanam Semangka Berbiji. Penebar Swadaya.Jakarta.
Siegel. 1997. Statistik Non Parametrik. Gramedia Utama. Jakarta.
Samadi, B. 1996. Semangka Tanpa Biji. Kanisius.Yogyakarta.
Suhardiyono, L. 2002. Penyuluhan : Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga.Jakarta.
Soedarmanto, 2002. Penyuluhan Pertanian Partisipatif. Rineka Cipta. Jakarta.