faktor-faktor yang mempengaruhi...
TRANSCRIPT
1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN
PERATURAN DAERAH NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM
PENGOLAHAN SAMPAH DI KELURAHAN TANJUNGUNGGAT KOTA
TANJUNGPINANG
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
J U M I A T I
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
2015
1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN
PERATURAN DAERAH NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM
PENGOLAHAN SAMPAH DI KELURAHAN TANJUNGUNGGAT KOTA
TANJUNGPINANG
JUMIATI
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
A B S T R A K
Kelurahan Tanjung Unggat menjadi satu-satunya kelurahan di Provinsi
Kepulauan Riau (Kepri) yang masuk dalam nominasi kelurahan terbersih yang
dinobatkan pada awal tahun 2014. Indikator penilaiannya meliputi pelayanan
kesehatan di kelurahan, sarana kebersihan, sanitasi di lingkungan kelurahan,
taman, dan penggunaan halaman untuk tanaman obat keluarga. Hal ini dievaluasi
setiap enam bulan sekali. Pemerintah kota bersama jajarannya akan mengevaluasi
setiap kecamatan dan kelurahan dari sisi pengelolaan kesehatan lingkungan.
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah mengetahui Pelaksanaan Peraturan
Daerah Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pengolahan Sampah Di Kelurahan
Tanjungunggat dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009
Tentang Sistem Pengolahan Sampah Di Kelurahan Tanjungunggat Pada
penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif yang
mana nantinya akan mengambarkan tentang pengelolaan sampah di Tanjung
Unggat. Dalam penelitian ini informan terdiri dari 5 orang. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif
kualitatif.
Dari hasil wawancara dengan para informan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan
sampah sudah baik hal ini dapat dilihat dari beberapa dimensi yang sudah
terlaksana dengan baik. Seperti yang dapat dipaparkan dibawah ini yaitu
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pengolahan
Sampah Di Kelurahan Tanjungunggat baik isi maupun tujuannya sudah sangat
jelas. Isi dari Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 Tentang
Sistem Pengolahan Sampah Di Kelurahan Tanjungunggat sudah jelas. Tujuan dari
UU ini adalah adalah untuk menyelamatkan masalah-masalah lingkungan
persampahan. Di Kelurahan Tanjungunggat hal ini sudah berjalan dengan baik.
Dukungan datang dari berbagai pihak mulai dari masyarakat, LSM bahkan
pemerintah yang menyediakan fasilitas agar Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun
2009 tentang pengelolaan sampah dapat tercapai.
Kata Kunci : Kebijakan, Pengelolaan Sampah, Pemerintah.
2
FACTORS AFFECTING THE IMPLEMENTATION OF REGULATION NUMBER
14 OF 2009 CONCERNING THE PROCESSING SYSTEM CITY GARBAGE IN
VILLAGES TANJUNGUNGGAT TANJUNGPINANG
JUMIATI
Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH
A B S T R A C T
The Village Tanjung Unggat be the only village in the province of Riau
Islands nominated in the cleanest village which was named in early 2014.
Indicators include the assessment of health services in the villages, sanitation,
environmental sanitation in villages, gardens, and use the page for medicinal
plants. It is evaluated every six months. The city government along with his team
will evaluate each district and village of the management of environmental health.
The purpose of this study is basically knowing Implementation Regional
Regulation No. 14 Year 2009 on Waste Processing System In Tanjungunggat
village and determine the factors that affect Factors Affecting Implementation of
Regional Regulation No. 14 of 2009 on Waste Management System in the Village
Tanjungunggat In this study author uses qualitative descriptive type of research
which will be a portrait of waste management in Cape Unggat. In this study
informants consisted of 5 people. Data analysis techniques used in this research is
descriptive qualitative data analysis techniques.
From interviews with the informants, it can be concluded that the
implementation of the Regional Regulation No. 14 of 2009 on waste management
is good this can be seen from several dimensions that are already performing
well. As can be described below, namely Implementation Regional Regulation No.
14 of 2009 on Waste Management System in the Village Tanjungunggat both the
content and objectives are very clear. The contents of the Implementation of the
Regional Regulation No. 14 Year 2009 on Waste Processing System In
Tanjungunggat village is clear. The purpose of this Act is to is to save the
environmental problems of waste. In the Village Tanjungunggat this has been
going well. The support comes from various parties including local communities,
NGOs and even the government that provides the facility to Regional Regulation
No. 14 of 2009 on waste management can be achieved.
Keywords: Policy, Waste Management, Government.
3
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN
PERATURAN DAERAH NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM
PENGOLAHAN SAMPAH DI KELURAHAN TANJUNGUNGGAT KOTA
TANJUNGPINANG
A. Latar Belakang
Pengelolaan lingkungan hidup di daerah diwujudkan melalui kebijakan
pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk
menciptakan pembangunan daerah berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup
harus didukung atas kerjasama yang erat serta memiliki komitmen yang kuat antar
lembaga/instansi yang berkaitan dengan sosial, kultur maupun kependudukan,
sehingga apa-apa saja kendala yang dihadapi dapat diatasi hal inilah yang
menjadi landasan dan tolak ukur keberhasilan pembangunan.
Sasaran kebijakan lingkungan hidup adalah merupakan perwujudan dari
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
berkelanjutan dan berkeadilan seiring dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat dalam lingkungan yang lebih baik dan sehat. Pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) merupakan standar yang tidak hanya
ditujukan bagi perlindungan lingkungan, melainkan juga bagi kebijaksanaan
pembangunan. Artinya, dalam penyediaan, penggunaan, peningkatan kemampuan
sumberdaya alam dan peningkatan taraf ekonomi, perlu menyadari pentingnya
pelestarian fungsi lingkungan hidup, kesamaan derajat antar generasi, kesadaran
terhadap hak dan kewajiban masyarakat, pencegahan terhadap pembangunan yang
merusak (destruktif) yang tidak bertanggungjawab terhadap lingkungan, serta
4
berkewajiban untuk turut serta dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan
pada setiap lapisan masyarakat.
Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan diwujudkan dengan sebuah kebijakan yang merupakan suatu
keputusan dalam upaya memecahkan suatu permasalahan yang melibatkan
banyak pihak dan sumberdaya yang tidak sedikit. Sehingga diperlukan suatu
pertimbangan yang serius dalam menentukan serta menetapkan suatu kebijakan-
kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup tergolong
pada kebijakan bagi kepentingan umum. Dengan demikian kepentingan seluruh
lapisan masyarakat akan ditentukan oleh kebijakan tersebut
Dampak pertambahan penduduk, menambah beban penambahan sampah
dari waktu kewaktu, melihat potensi permasalahan dikemudian hari, maka upaya
meminimalisir volume timbunan sampah dan pemanfaatan sampah cukup
diperlukan, melalui suatu pembinaan kemampuan masyarakat, dalam
pengelolahan sampah.Untuk meningkatkan sanitasi lingkungan dan kesehatan
masyarakat.
Definisi sampah, sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang No. 18
Tahun 2008, adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Yang termasuk jenis sampah adalah sampah rumah tangga (tidak
termasuk tinja), sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan
fasilitas lainnya serta sampah spesifik. Yang terakhir ini adalah sampah yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan
5
beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan,
sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan sampah yang timbul secara
tidak periodik.
Menurut Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang ditujukan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan
sampah sebagai sumber daya. Pengurangan sampah dapat dilakukan melalui
pembatasan timbulan sampah (reduce), pemanfaatan kembali sampah (reuse) dan
pendauran ulang sampah (recycle). Kegiatan penanganan sampah meliputi : 1)
pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah dan sifat sampah, 2) pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan
pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau
tempat pengolahan sampah terpadu, 3) pengangkutan dalam bentuk membawa
sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari
tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir, 4)
pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah, 5) pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Sementara
untuk pengelolaan sampah spesifik menjadi tanggung jawab Pemerintah yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pada Perda Kota Tanjungpinang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Ketertiban,
Kebersihan Dan Keindahan Lingkungan pada Pasal 5 sudah memaparkan tentang
6
kebersihan, dan pada pasal 8 tentang pengolahan sampah. Pelaksanaan
pengelolaan sampah meliputi pewadahan dan atau pemilahan, penyapuan dan
pengumpulan, pemindahan, pengolahan antara, pengangkatan, pengolahan akhir.
Pemerintah Daerah menyelenggarakan pengelolaan sampah meliputi pewadahan
dan atau pemilahan, penyapuan Jalan Umum, pengangkutan sampah dari TPS ke
TPA, pengaturan, penetapan dan penyediaan TPS dan TPA, pengolahan dan
pemanfaatan sampah. Sedangkan Menurut Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun
2009 menjelaskan tentang teknis pengolahan sampah bahwa Pengelolaan sampah
menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah Daerah dan masyarakat.
Kegiatan masyarakat dalam melaksanakan pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud meliputi pemeliharaan kebersihan dilingkungannya masing-masing,
baik secara pribadi maupun gotong royong;pemilahan sampah menurut jenisnya
dan penyediaan tempat sampah di secara tertutup dengan jumlah menurut
kebutuhan.
Pemerintah daerah bertanggungjawab dalam penyediaan dan pengaturan
Tempat Pembuangan Sampah Sementara, Tempat Pembuangan Sampah Akhir
serta sarana dan prasarana penanganan sampah. Salah satu kelurahan yang sudah
bekerja sama dengan Dinas Tata Kota, Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
adalah Kelurahan Tanjung Unggat. Kelurahan Tanjung Unggat memiliki Lokasi
Pengolahan Sampah menjadi Kompos (Rumah Kompos). Pembangunan Rumah
Kompos ini dilaksanakan oleh APBD dari kementrian Pekerjaan Umum Rumah
Kompos ini berkesinambungan dengan kegiatan Walikota Tanjungpinang
sebelumnya tentang Pengolahan Sampah Terpadu Oleh Masyarakat.
7
Kelurahan Tanjung Unggat menjadi satu-satunya kelurahan di Provinsi Kepulauan
Riau (Kepri) yang masuk dalam nominasi kelurahan terbersih yang dinobatkan
pada awal tahun 2014. Indikator penilaiannya meliputi pelayanan kesehatan di
kelurahan, sarana kebersihan, sanitasi di lingkungan kelurahan, taman, dan
penggunaan halaman untuk tanaman obat keluarga. Hal ini dievaluasi setiap enam
bulan sekali. Pemerintah kota bersama jajarannya akan mengevaluasi setiap
kecamatan dan kelurahan dari sisi pengelolaan kesehatan lingkungan. Kelurahan
ini terpilih untuk mewakili Kepri dalam Lomba Lingkungan Bersih dan Sehat
(LBS) yang digelar Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pusat
bersama lima kelurahan dari provinsi lainnya.
Kriteria Kelurahan bersih adalah Lingkungan yang bebas polusi, tersedia
air bersih, sanitasi lingkungan memadai, perumahan pemukiman sehat, yaitu :
Terpeliharanya kebersihan tempat-tempat umum dan institusi yang ada di
kelurahan, antara lain : pasar, tempat ibadah, perkantoran dan sekolah.
Terpeliharanya kebersihan lingkungan rumah : lantai rumah bersih, sampah tak
berserakan, saluran pembuangan air limbah terawat baik. Membuka jendela setiap
hari. Memiliki kecukupan akses air bersih (untuk minum, masak, mandi dan cuci)
dan sanitasi dasar. Mempunyai pola pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk
pemenuhan sanitasi dasar ( ada jamban, mandi cuci di tempat khusus )
Selain telah memiliki bank sampah, Kelurahan Tanjung Unggat memiliki
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Kelurahan ini juga memiliki kader
PKK yang militan dan cepat tanggap. RT/RW yang ada di kelurahan ini sangat
mendukung program kebersihan. Saat ini warga dan kader PKK sudah paham cara
8
pengelolaan sampah. Mana yang masih bisa dimanfaatkan dan mana yang harus
dihancurkan. Tanjung Unggat memang telah membuktikan diri dari awal.
Dalam input akan dinilai bagaimana kebijakan pemerintah setempat untuk
menangkap aspirasi masyarakatnya. Untuk proses, akan dilihat bagaimana proses
suatu daerah yang dulunya terkenal kumuh tapi sekarang menjadi tertata dan
bersih. Output, akan dilihat apakah masyarakat sekitar memperoleh manfaat dari
proses yang dilakukan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik
untuk memilih judul penelitian sebagai berikut : Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 Tentang
Sistem Pengolahan Sampah Di Kelurahan Tanjungunggat.
B. Landasan Teoritis
1. Pemerintahan
Pemerintah memiliki fungsi pengaturan (regulating) untuk mengatur seluruh
sektor dengan kebijakan-kebijakan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, dan peraturan lainnya. Maksud dari fungsi ini adalah agar stabilitas
negara terjaga, dan pertumbuhan negara sesuai yang diinginkan.
Lahirnya pemerintahan pada awalnya adalah untuk menjaga suatu sistem
ketertiban di dalam masyasrakat, sehingga masyarakat tersebut bisa menjalankan
kehidupan secara wajar. Seiring dengan perkembangan masyarakat modern yang
ditandai dengan meningkatnya kebutuhan, peran pemerintah kemudian berubah
menjadi melayani masyarakat. Pemerintah modern, dengan kata lain pada
hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah tidaklah diadakan
untuk melayani diri sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan
9
kondisi yang memungkinkan setiap anggota mengembangkan kemampuan dan
kreatifitasnya demi mencapai kemajuan bersama (Rasyid, 2000 : 13).
Osborne dan Gaebler (terjemahan Rasyid, 2000 : 192) bahkan menyatakan
bahwa pemerintah yang demokratis lahir untuk melayani warganya dan karena
itulah tugas pemerintah adalah mencari cara untuk menyenangkan warganya.
Dengan demikian lahirnya pemerintahan memberikan pemahaman bahwa
kehadiran suatu pemerintahan merupakan manifestasi dari kehendak masyarakat
yang bertujuan untuk berbuat baik bagi kepentingan masyarakat, bahkan Van
Poelje (dalam hamdi, 1999 : 52) menegaskan bahwa pemerintahan dapat
dipandang sebagai suatu ilmu yaitu yang mengajarkan bagaimana cara terbaik
dalam mengarahkan dan memimpin pelayanan umum.
Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur daerahnya sendiri dengan
membuat sebuat peraturan maupun kebijakan untuk masyarakatnya. Bahwa dalam
penanganan masalah persampahan dan segala dampaknya bagi masyarakat harus
dilakukan secara terencana, terarah dan sistematis dengan pengelolaan yang baik
agar terhindar dari pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan, bahwa dalam
rangka usaha Pemerintah Daerah menjamin dan meningkatkan pelayanan
kebersihan kota serta peningkatan peran aktif seluruh lapisan masyarakat dan
penyehatan lingkungan pemukiman yang berkelanjutan, perlu dilakukan
pengembangan sistem pengelolaan sampah yang ramah lingkungan pemerintah
daerah Kota Tanjungpinang membuat Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009
tentang pengolahan sampah di wilayah Kota Tanjungpinang.
10
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Implentasi kebijakan
Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno 2007:146) mengatakan bahwa :
“implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-
individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan
kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk
mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam
kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk
mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-
keputusan kebijakan”.
Edwards III berpendapat dalam model implementasi kebijakannya bahwa
keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh faktor, oleh karena itu
ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan,
seperti yang dijelaskan oleh Edwards III (Subarsono 2008 : 90 ) yaitu :
1. Komunikasi
Keberhasilan Implementasi Kebijakan mensyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan
sasaarn kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target
group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.
2. Sumber Daya
Sumber daya dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi
implementor dan sumber daya financial, sumber daya adalah factor
penting untuk mengimplementasi kebijakan agar efektif.
11
3. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,
seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis
4. Struktur Birokrasi
Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara
keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Kerja sama yang baik dalam
birokrasi dan struktur yang kondusif akan membuat pelaksanaan kebijakan
efektif.
Konsep dari Van Meter Van Horn (dalam agustino:2006:142)
1. Ukuran Kebijakan. Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat
keberhasilannya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis
dengan sosio kultur yang mengada dilevel pelaksana kebijakan. Ketika
ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan
dilevel warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik
hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.
2. Sumber daya. Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat
tergantung pada kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.
Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam menentukan suatu
keberhasilan proses implementasi, tetapi diluar sumber daya manusia
sumber daya lainnya juga perlu diperhitungkan seperti finansial dan
waktu.
12
3. Karakteristik Sikap Pelaksana. Pusat perhatian pada agen pelaksana
meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang terlibat dalam
pengimplementasian kebijakan publik.
4. Sikap/ Kecendrungan para Pelaksana. Sikap penerimaan atau penolakan
dari agen pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau
tidaknya implementasi kebijakan publik.
5. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana. Koordinasi
merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik.
Semakin baik koordinasi maka kesalahan akan semakin kecil.
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik Lingkungan sosial, ekonomi dan
politik yang tidak kondusif dapat menjadi kegagalan kinerja implementasi
kebijakan. Karena itu upaya mengimplementasikan kebijakan harus pula
memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eskternal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa agar kebijakan itu berhasil
dalam pencapaian tujuannya, maka serangkaian usaha perlu dilakukan
diantaranya perlu dikomunikasikan secara terbuka, jelas, dan transparan
kepada sasaran. Perlunya sumber daya yang berkualitas untuk pelaksanaannya
dan perlunya dirampungkan struktur pelaksana kebijakan.
C. Hasil Penelitian
1. Ukuran kebijakan
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh beberapa informan diatas maka
dapat dianalisa bahwa secara keseluruhan isi dan tujuan dari Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pengolahan Sampah Di
13
Kelurahan Tanjungunggat sudah jelas. Hal ini didukung dari pernyataan para
iforman bahwa sebagian masyasudahrakat mengetahui serta memahami Perda
tersebut. Hanya saja memang Perda ini belum memiliki kebijakan turunan yang
dibuat khusus oleh pihak kelurahan. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan,
membutuhkan adanya pemahaman standart dan tujuan kebijakan dari masing-
masing individu yang bertanggung jawab melaksanakannya. Oleh karena itu
standard dan tujuan kebijakan harus dikomunikasikan dengan jelas agar tidak
menimbulkan distorsi implementasi.
2. Sumber daya
Seperti yang diungkap kepada informan yang mengatakan semua sudah
memberikan dukungannya terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14
Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah. Karena bagi sebagian masyarakat
pengolahan sampah yang baik adalah salah satu hal yang penting. Karena jika
sampah tidak dapat diolah dengan baik maka akan menimbulkan permasalahan
baru. Baik pemerintah maupun LSM juga masyarakat diharapkan mau
mendukung adanya Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan
sampah. Di Kelurahan Tanjungunggat hal ini sudah berjalan dengan baik.
Dukungan datang dari berbagai pihak mulai dari masyarakat, LSM bahkan
pemerintah yang menyediakan fasilitas agar Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun
2009 tentang pengelolaan sampah dapat tercapai.
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada seluruh Informan maka dapat
dianalisa bahwa sarana dan prasarana sudah cukup memadai yang di siapkan oleh
pihak Kelurahan untuk mendukung Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009
14
tentang pengelolaan sampah. Ada beberapa sarana dan prasarana yang disipakan
namun perlu penambahan agar dapat lebih dioptimalkan pengolahannya di
Kelurahan Tanjung Unggat. Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi
organisasi formal dan organisasi informal yang terlibat dalam
pengimplementasian kebijakan publik.
3. Kecendrungan sikap pelaksana
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh dua informan diatas dapat dianlisa
bahwa pegawai sebagai implementor seharusnya dapat memahami memahami
Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Baik secara kualitas yaitu
pegawai memahami isi dari UU Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang
pengelolaan sampah, maupun kuantitas yaitu jumlah pegawai yang menjadi
implementor dari Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan
sampah. Sumberdaya manusia yang tidak memadahi (jumlah dan kemampuan)
berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka
tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana
kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan skill/kemampuan
para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu perlu adanya manajemen
SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program pengelolaan
lingkungan hidup tersebut.
4. Komunikasi antar organisasi
Adanya komunikasi antar organisasi yang terlibat dalam menjalankan Perda
Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah yaitu dengan membagi
15
kewenangan dan tanggungjawab masing-masing pihak. adanya pembagian tugas
yang jelas antara instansi yang terkaiti dalam melaksanakan kebijakan tersebut.
Jika pembagian tugas dalam pelaksanaan kebijakan sudah ditetapkan maka para
implementor akan dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencapai
keberhasilan dari kebijakan tersebut.
5. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik
Dari hasil wawancara dengan informan maka dapat di ambil kesimpulan
bahwa Kelurahan Tanjungunggat yang merupakan salah satu wilayah yang
menjadi sasaran pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang
pengelolaan sampah sudah sangat menerima adanyab perda ini. Peraturan Daerah
Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah dijalankan disini untuk
menjadikan Kelurahan Tanjungunggat tidak lagi sebagai kelurahan terkumuh
tetapi mampun menjadikan kelurahan ini menjadi kelurahan yang dapat di contoh
atau diteladani oleh kelurahan lainnya. Dengan pengolahan sampah yang benar
juga akan meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya di Kelurahan
Tanjungunggat.
D. Penutup
1. Kesimpulan
Dari hasil wawancara dengan para informan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan
sampah sudah baik dan tertata rapi hal ini dapat dilihat dari beberapa dimensi
yang sudah terlaksana dengan baik. Seperti yang dapat dipaparkan dibawah ini
yaitu:
16
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem
Pengolahan Sampah Di Kelurahan Tanjungunggat baik isi maupun tujuannya
sudah sangat jelas. Isi dari Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009
Tentang Sistem Pengolahan Sampah Di Kelurahan Tanjungunggat sudah jelas.
Tujuan dari UU ini adalah adalah untuk menyelamatkan masalah-masalah
lingkungan persampahan. Di Kelurahan Tanjungunggat hal ini sudah berjalan
dengan baik. Dukungan datang dari berbagai pihak mulai dari masyarakat, LSM
bahkan pemerintah yang menyediakan fasilitas agar Peraturan Daerah Nomor 14
Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah dapat tercapai.
Selama ini pemerintah maupun pihak kelurahan sudah menjalankan Peraturan
Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah tersebut dengan baik.
Beberapa pegawai khusus di berikan tugas untuk menjalankan Peraturan Daerah
Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah ini. Adanya komunikasi antar
organisasi yang terlibat dalam menjalankan Perda Nomor 14 Tahun 2009 tentang
pengelolaan sampah yaitu dengan membagi kewenangan dan tanggungjawab
masing-masing pihak. adanya pembagian tugas yang jelas antara instansi yang
terkaiti dalam melaksanakan kebijakan tersebut. Jika pembagian tugas dalam
pelaksanaan kebijakan sudah ditetapkan maka para implementor akan dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan dari kebijakan
tersebut.
Kelurahan Tanjungunggat yang merupakan salah satu wilayah yang menjadi
sasaran pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan
sampah sudah sangat menerima adanyab perda ini. Peraturan Daerah Nomor 14
17
Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah dijalankan disini untuk menjadikan
Kelurahan Tanjungunggat tidak lagi sebagai kelurahan terkumuh tetapi mampun
menjadikan kelurahan ini menjadi kelurahan yang dapat di contoh atau diteladani
oleh kelurahan lainnya. Dengan pengolahan sampah yang benar juga akan
meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya di Keluraha Tanjungunggat.
Namun masih ada yang harus diperhatikan yaitu sarana dan prasarana yang di
siapkan oleh pihak Kelurahan untuk mendukung Peraturan Daerah Nomor 14
Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah masih perlu ditambah. Ada beberapa
sarana dan prasarana yang disipakan namun perlu penambahan agar dapat lebih
dioptimalkan pengolahannya di Kelurahan Tanjung Unggat.
2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah harus lebih sering datang kelapangan untuk meninjau
pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan
sampah agar dapat diketahui apa saja yang menjadi faktor penghambat
dalam pelaksaan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang
pengelolaan sampah khususnya di Kelurahan Tanjung Unggat
2. Harus ada sarana dan prasarana yang lengkap dalam melaksanakan
Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah agar
dapat lebih optimal
18
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo, 2005, Politik dan Otonomi Daerah, Untirta Press : Jakarta
Antar, Venus. (2004). Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengekfektifkan kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama
Media.
Ardial. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta : PT.Indeks
Budioarjo, Miriam. 2003. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Yayasan Obor
Indonoesia
Dennis F. 2002. Etika Politik Pejabat Negara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Diamond, Larry, 2003, Developing Democracy Toward Consolidation, IRE Press:
Yogyakarta
Firmanzah.2007.Marketing Politi. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia
Hafid Cangara. 2009. Komunikasi politik (Konsep, teori dan strategi). Jakarta : Pt
Rajawali
Ibrahim, Herman dan Faisal Siagian, 1999, Kampanye Tanpa Kekerasan, Penerbit
Biro Humas Depdagri : Jakarta
Marbun, BN, 2003, Kamus Politik, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda
Karya
Nimmo, Dan. 2001. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Setiyono, Budi dan RTS Masli, 2008, Iklan dan Politik: Menjaring Suara Dalam
Pemilihan Umum, AdGoal Com : Jakarta
Silih Agung Wasesa. 2011.Political Branding dan Public Relation. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : CV. Alfabeta
Sumarno AP, 1993. Dimensi-dimensi Komunikasi Politik, Citraaditya Bakti,
Bandung.
19
Supono, Sapto, Peranan Pemerintah Dalam Pilkada dan Potensi Permasalahan
Pilkada, dalam Seminar Nasional Dilema-dilema Pilkada Langsung, 2005,
Puskodak Undip : Semarang,
Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Perundang-undangan :
Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) N0. 35 Tahun 2004 Tentang
Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum
Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Pencalonan
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah