faktor ekologi nyamuk malaria di sdn belitung selatan 4 banjarmasin

53
FAKTOR EKOLOGIS NYAMUK MALARIA DI SDN BELITUNG SELATAN 4 BANJARMASIN TUGAS BESAR Dosen Pembimbing Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp.ST.Mkes Oleh : Erdina Lulu A.R H1E113024 Elly Iswahyuni H1E113223 Asmarika Wibawati H1E113230 Melida Rima Fatimah H1E112014 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK 1

Upload: erdina-lulu

Post on 15-Apr-2017

451 views

Category:

Environment


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

FAKTOR EKOLOGIS NYAMUK MALARIA

DI SDN BELITUNG SELATAN 4 BANJARMASIN

TUGAS BESAR

Dosen Pembimbing

Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp.ST.Mkes

Oleh :

Erdina Lulu A.R H1E113024

Elly Iswahyuni H1E113223

Asmarika Wibawati H1E113230

Melida Rima Fatimah H1E112014

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

BANJARBARU

2015

1

Page 2: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

FAKTOR EKOLOGIS NYAMUK MALARIA

DI SDN BELITUNG SELATAN 4 BANJARMASIN

TUGAS BESAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Kelulusan

Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan Kerja

Oleh :

Erdina Lulu A.R H1E113024

Elly Iswahyuni H1E113223

Asmarika Wibawati H1E113230

Melida Rima Fatimah H1E112014

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

BANJARBARU

2015

2

Page 3: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Tugas

Penelitian yang berjudul “Faktor Ekologis Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan

4 Banjarmasin” ini tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan Tugas Penelitian ini, penulis banyak mendapat tantangan

dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak. Kami mengucapkan

terima kasih kepada Ibu DR. Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp.ST.MKes selaku dosen

pengampu yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam pembuatan Tugas

Beaar ini. Serta dari teman sekelompok dengan mencari berbagai materi-materi yang

bisa dijadikan acuan. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu .

Penulis menyadari bahwa Tugas Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan

baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.Kritik yang membangun dari

pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan Tugas Besar selanjutnya.

Banjarbaru, November 2015

PENULIS

i

Page 4: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Tujuan Penelitian............................................................................................1

1.3 Manfaat Penelitian..........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3

2.1 Pengertian Penyakit Malaria...........................................................................3

2.2 Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia....................................3

2.3 Siklus Hidup Nyamuk Anopheles...................................................................4

2.4 Bionomik Nyamuk..........................................................................................6

2.5 Cara Penularan Penyakit Malaria....................................................................8

2.6 Vektor Malaria................................................................................................9

2.7 Cara Pengendalian Vektor............................................................................12

2.8 Pengamatan Faktor Ekologi Masing-Masing Stasiun...................................15

2.9 Program Yang Bisa Diterapkan Di Sekolah (Contoh Laskar Jentik)...........18

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................22

BAB IV PENUTUP....................................................................................................24

4.1 Kesimpulan...................................................................................................24

4.2 Saran.............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25

LAMPIRAN...................................................................................................................

ii

Page 5: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Malaria........................................................................................ 5

Gambar 2.2 Hubungan Tempat Kehidupan Nyamuk................................................. 6

Gambar 2.3 Alur Penularan Malaria Secara Alamiah................................................ 8

Gambar 2.4 Telur Nyamuk Anopheles...................................................................... 10

Gambar 2.5 Larva Nyamuk Anopheles...................................................................... 11

Gambar 2.6 Kepompong Nyamuk Anopheles........................................................... 11

Gambar 2.7 Nyamuk Anopheles Dewasa.................................................................. 12

iii

Page 6: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyamuk Anopheles merupakan salah satu vektor penyakit malaria,dimana

penyakit malaria termasuk penyakit endemis hampir sebagian besar wilayah

Indonesia.Unicef menyatakan sekitar 50% dari populasi Indonesia rawan terkena

malaria. Berdasarkan data ditjen PP & PL Depkes RI 2009 disebutkan bahwa dari

tahun 2006-2009 Kejadian Luar Biasa (KLB) selalu terjadi di pulau Kalimantan.

Sementara itu anak-anak usia 1-9 tahun termasuk kelompok yang paling rentan

malaria, didapatkan angka positif malaria yang cukup tinggi (1,9%) dibandingkan

kelompok lainnya (Riskesdas,2013).

Anak-anak usia sekolah paling rawan terhadap malaria.Disamping itu keadaan

sekolah yang banyak genangan air merupakan tempat potensial bagi perindukan

nyamuk. Lingkungan fisik dan biologi seperti suhu udara, kelembaban, intensitas

cahaya, arus air, tumbuh-tumbuhan air dan tumbuhan pelindung,serta ikan predator

juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan larva nyamuk dan

penyebarannya,sehingga akan mempengaruhi keseimbangan populasi nyamuk di

alam (Depkes RI,2001).

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan mengetahui kondisi

lingkungan, serta mengamati aspek ekologi.Data ini penting sebagai informasi dalam

upaya penanggulangan malaria.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui suhu tempat perindukan larva nyamuk vektor malaria di SDN

Belitung Selatan 4 Kota Banjarmasin.

2. Mengetahui pH tempat perindukan larva nyamuk vektor malaria di SDN

Belitung Selatan 4 Kota Banjarmasin.

1

Page 7: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

3. Mengetahui DO tempat perindukan larva nyamuk vektor malaria di SDN

Belitung Selatan 4 Kota Banjarmasin.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitiaan ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi di dalam

penanggulangan nyamuk vektor penyebab penyakit malaria.

2

Page 8: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyakit Malaria

Penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk anopheles dan menyerang

dalam bentuk infeksi akut ataupun kronis disebut dengan penyakit malaria.Oleh

nyamuk anopheles betina, protozoa genus plasmodium dalam bentuk aseksual masuk

melalui gigitan dan menginfeksi ke dalam tubuh manusia.Istilah malaria sendiri

diambil dari dua kata berbahasa italia yaitu mal berarti buruk dan area adalah udara

atau udara buruk karena masa lampau banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang

mengeluarkan bau busuk. Nama lain penyakit ini adalah demam roma, demam rawa,

demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Prabowo,

2004)

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 Malaria adalah suatu penyakit

infeksi yang disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup dan

berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan penyakit ini ditularkan melalui

gigitan nyamuk anopheles betina dari orang ke orang ataupun dari penderita kepada

orang yang sehat (Zulkarnain dan Setiawan, 2006).

Tidak hanya di Indonesia, transmisi penyakit malaria diketahui juga

berlangsung di lebih dari 100 negara dibenua Afrika, Asia, Oceania, Amerika Latin,

Kepulauan Karibia dan Turki. Sekitar 1,6 milyar penduduk pada daerah ini selalu

berada dalam risiko terkena malaria. Tiap tahun terdapat 100 juta kasus dan

meninggal 1 juta didaerah Sahara Afrika. Bayi dan anak- anak adalah Sebagian besar

yang meninggal dunia, didaerah ini banyak terdapat P. malariae dan P. falciparum

(Zulkarnain dan Setiawan, 2006).

2.2 Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia

Penyakit malaria saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia.Kalimantan Selatan tercatat pernah menjadi daerah terjadinya kejadian luar

biasa, walaupun daerah tempat terjadinya berbeda-beda.Di daerah transmigrasi

3

Page 9: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis dan

tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi letusan

Kejadian Luar Biasa (KLB).

Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan

nyamuk anopheles betina.Berdasarkan survai unit kerja SPP (Serangga Penular

Penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 spesies nyamuk anopheles yang

tersebar diseluruh Indonesia. Dari spesies-spesies nyamuk tersebut ternyata ada 20

species yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada

20 spesies nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria.

Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan

ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:

1. Plasmodium Falciparum penyebab utama malaria tropika yang sering

menyebabkan malaria yang berat.

2. Plasmodium Vivax penyebab malaria tertina

3. Plasmodium malaria penyebab quartana

4. Plasmodium Ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena

umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.

(Hiswani, 2004)

Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari

satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection).

Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni

campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau

P.malirae.Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini

jarang terjadi, infeksi campuran ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka

penularannya. (Hiswani, 2004)

2.3 Siklus Hidup Nyamuk Anopheles

Semua serangga termasuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-

tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang

4

Page 10: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua

tingkatan kehidupan yaitu:

1. Tingkatan di dalam air

2. Tingkatan di luar tempat berair (darat/udara).

Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air. Tingkat kehidupan di

dalam air ialah: telur, jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada

didalam air, maka telurakan menetas dan keluar jentik.Jentik yang baru keluar dari

dalam telur masih sangat halus seperti jarum.Dalam pertumbuhannya jentik

anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali. (Hiswani,2004)

Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung

pada suhu, keadaan makanan serta spesies nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi

kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan.

Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup

waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan

jenis kelaminnya.

Setelah nyamuk bersentuhan langsung dengan udara, tidak lama kemudian

nyamuk terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan

hidupnya didarat atau udara.Dalam meneruskan keturunannya, nyamuk betina

kebanyakan hanya kawin satu kali selama hidupnya.Biasanya perkawinan terjadi

setelah 24-48 jam saat keluarnya dari kepompong.

Gambar 2.1 Siklus Malaria

5

Page 11: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

Menurut Garcia dkk (1996) apabila nyamuk yang terinfeksi plasmodium dari

penderita menggigit manusia yang sehat maka sporozoit yang terdapat dalam kelenjar

ludah nyamuk dimasukkan melalui luka tusuk. Dalam satu jam bentuk efektif ini

terbawa oleh darah menuju hati kemudian masuk ke sel parenkim hati dan mulai

perkembangan siklus preeritrosit atau ekso-eritrositik primer. Sporozoit akan menjadi

bulat atau lonjong dan mulai membelah dengan cepat. Hasil skizogoni tersebut adalah

merozoit eksoeritrosit dalam jumlah besar.

2.4 Bionomik Nyamuk

Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan,

umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang

mempengaruhi berupa lisan fisik (musim, kelembaban, angin, matahari, arus air),

lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan

bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami.

Jika ditinjau dari kehidupan nyamuk ada tiga macam tempat yang diperlukan

untuk kelangsungan hidupnya.Hubungan ketiga tempat tersebut dapat dilukiskan

dengan bagan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Hubungan Tempat Kehidupan Nyamuk

Agar menunjang program pemberantasan malaria, beberapa perilaku vector

yang berhubungan dengan ketiga tempat tersebut perlu untuk diketahui seperti terlihat

di bawah ini:

1. Perilaku Mencari Darah

6

Page 12: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:

a. Perilaku mencari darah dikatakan dengan waktu. Nyamuk Anopheles pada

umumnya aktif mencari darah pada waktu malam hari. Tiap spesies

nyamuk diketahui ternyata mempunyai sifat tertentu mengenai waktu

mencari darah.

b. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat. Terdapat dua golongan

nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah

dan endofagik yang lebih senang mencari darah di dalam rumah.

c. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan

macam darah yang disenangi,dapat dibedakan: antropofilik apabila lebih

senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang

menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan

tertentu.

d. Frekuensi menggigit, telah diketahui ternyata untuk mempertahankan dan

memperbanyak telurnya nyamuk betina hanya kawin satu kali selama

hidupnya. Nyamuk betina akan mencari darah, interval tersebut tergantung

pada spesies,dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembapan disebut

siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu 48-96 jam.

2. Perilaku Istirahat

Perilaku istirahat bagi nyamuk terbagi 2 macam yaitu: istirahat yang

sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat

sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Apabila

diteliti lebih lanjut ternyata perilaku istirahat juga memiliki perilaku yang

berbeda-beda.Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk ke dalam rumah

hanya untuk menghisap darah kemudian kembali keluar rumah dan hinggap

pada dinding untuk beristirahat.

3. Perilaku Berkembang Biak

Perilaku berkembang biak sangat bervariasi. Ada spesies yang senang pada

tempat terkena sinar matahari langsung dan ada yang senang pada tempat

yang teduh (Hiswani,2004).

7

Page 13: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

2.5 Cara Penularan Penyakit Malaria

Ada dua cara penularan malaria yaitu melalui cara alamiah dan non alamiah.

Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang

mengandung parasit malaria (Prabowo, 2004). Nyamuk tersebut mengeluarkan

sporosit yang akan masuk ke peredaran darah tubuh manusia sampai sel–sel hati

manusia pada saat menggigit. Dalam kisaran waktu satu sampai dua minggu setelah

digigit nyamuk, parasit kembali masuk ke dalam darah dan mulai menyerang sel

darah merah dan mulai memakan hemoglobin yang membawa oksigen dalam

darah.Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini menyebabkan

timbulnya gejala demam disertai menggigil dan menyebabkan anemia (Depkes,

2003).

Apabila nyamuk Anopheles betina menggigit orang sehat, maka parasit itu akan

dipindahkan ke tubuh orang sehat dan menjadi sakit. Seorang yang sakit dapat

menulari 25 orang sehat sekitarnya dalam waktu musim penularan (3 bulan di mana

jumlah nyamuk meningkat) (Depkes, 2003).

Gambar 2.3 Alur penularan malaria secara alamiah

Penularan non-alamiah dapat terjadi jika bukan melalui gigitan nyamuk

anopheles. Beberapa penularan malaria secara non alamiah antara lain, yaitu: malaria

bawaan (Kongenital) adalah malaria pada bayi baru lahir, ditularkan oleh sang ibu

bayi yang sedang menderita malaria. Penularannya terjadi karena adanya kelainan

8

Page 14: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

pada sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada

penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Gejala malaria pada bayi yang baru lahir

adalah demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga bayi sering menangis dan

rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan atau minum, serta pada

kulit bayi akan menguning. Keadaan ini dibedakan dengan infeksi kongenital

lainnya.Pembuktian dapat dilakukan dengan deteksi parasit malaria pada darah

bayi.Transfusion malaria bisa jugaterinfeksi oleh penyakit malaria yang ditularkan

melalui transfusi darah dari pendonor darah yang sudah terinfeksi malaria, pemakaian

jarum suntik secara bersama-sama pada pecandu narkoba atau melalui transplantasi

organ (Prabowo, 2004).

2.6 Vektor Malaria

Menurut Ikrayama (2007) dalam White GB (1989) menyatakan bahwa

penularan malaria dapat ditularkan melalui nyamuk Anopheles betina genus

Plasmodium, spesies Anopheles (aconitus, sundaicus, balabacensis, vagus, dan lain-

lain).Tidak kurang dari 3.500 jumlah spesies nyamuk yang dapat ditemukan di

dunia.Sedangkan untuk Anopheles telah ditemukan 400 spesies, 80 spesies

diantaranya terbukti sebagai vektor malaria.

Menurut Ikrayama (2007) dalam Laihad (2000) bahwa semua vektor hidup

sesuai dengan kondisi ekologi setempat antara lain ada nyamuk yang hidup di air

payau pada tingkat salinitas tertentu (An. sundaicus, An.subpictus), ada yang hidup

di sawah (An.aconitus), air bersih dipegunungan (An. maculatus), genangan air yang

terkena sinar matahari (An. punctulatus, An. farauti). Semua nyamuk, khususnya

Anopheles mempunyai empat tahap dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva,

kepompong dan nyamuk dewasa. Telur, larva dan kepompong berada dalam air

selama 5-14 hari. Vektor penyebab malaria adalah nyamuk anopheles dewasa.

Nyamuk betina dapat bertahan hidup selama sebulan. Siklus nyamuk Anopheles

sebagai berikut:

9

Page 15: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

1. Telur

Nyamuk betina sekali bertelur telurnya bisa sebanyak 50-200 butir dalam sekali

bertelur. Telur-telur tersebut diletakkan di dalam air dan mengapung di tepi air. Telur

tersebut tidak dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2-3 hari akan menetas

menjadi larva (ikrayama, 2007 dalam CDC, 2004)

Gambar 2.4 Telur nyamuk Anopheles

2. Larva

Larva nyamuk memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk mencari

makan, sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum memiliki kaki.Dalam

perbedaan nyamuk lainnya, larva Anophelestidak mempunyai saluran pernafasan dan

untuk posisi badan mereka sendiri sejajar dipermukaan air (Ikrayama, 2007).Larva

harus berada di permukaan pada saat bernafas dengan lubang angin pada

perut.Kebanyakan larva memerlukan makan pada alga, bakteri, dan mikroorganisme

lainnya di permukaan. Ketika terganggu Mereka hanya menyelam di bawah

permukaan saja. Larva berenang tiap tersentak pada seluruh badan atau bergerak terus

dengan mulut (Ikrayama, 2007). Larva berkembang melalui 4 tahap atau stadium,

setelah larva mengalami metamorfisis menjadi kepompong. Disetiap akhir stadium

larva berganti kulit, larva mengeluarkan exokeleton atau kulit ke pertumbuhan lebih

lanjut (ikrayama, 2007).

Habitat Larva ditemukan di daerah yang luas tetapi kebanyakan spesies lebih

suka di air bersih. Larva pada nyamuk Anopheles ditemukan di air bersih atau air

payau yang memiliki kadar garam, rawa bakau, di sawah, selokan yang ditumbuhi

rumput, pinggir sungai dan kali, dan genangan air hujan. Banyak spesies lebih suka

hidup di habitat dengan tumbuhan. Habitat lainnya lebih suka sendiri.Beberapa jenis

10

Page 16: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

lebih suka di alam terbuka, genangan air yang terkena sinar matahari (Ikrayama,

2007).

Gambar 2.5 Larva nyamuk Anopheles

3. Kepompong

Kepompong dapat ditemukan di dalam air dan tidak memerlukan makanan

tetapi hanya memerlukan udara.Saat masih berbentuk kepompong, sulit dibedakan

antara jantan dan betina.Biasanya kepompong menetas dalam 1-2 hari untuk menjadi

nyamuk dan pada umumnya nyamuk jantan lebih dulu menetas daripada nyamuk

betina (Ikrayama, 2007).

Lamanya dari telur berubah menjadi nyamuk dewasa bervariasi tergantung

spesiesnya dan dipengaruhi oleh panasnya suhu.Nyamuk bisa berkembang dari telur

ke nyamuk dewasa paling sedikit membutuhkan waktu 10-14 hari (Ikrayama, 2007

dalam Depkes 1987).

Gambar 2.6 Kepompong nyamuk Anopheles

4. Nyamuk dewasa

Semua nyamuk Anopheles dewasa memiliki tubuh yang kecil dengan 3 bagian:

kepala, torak dan abdomen (perut). Kepala nyamuk berfungsi untuk memperoleh

informasi dan untuk makan.Pada kepala terdapat mata dan sepasang antena. Antena

11

Page 17: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

nyamuk sangat penting untuk mendeteksi bau host dari tempat perindukan dimana

nyamuk betina meletakkan telurnya. Kepalanya juga dapat diperpanjang, maju ke

depan hidung yang berguna untuk makan dan 2 pancaindra. Thorak berfungsi sebagai

penggerak.Tiga pasang kaki dan sebuah kaki menyatu dengan sayap.Di dalam perut

berfungsi untuk pencernaan makanan dan mengembangkan telur.Bagian badannya

beperan mengembang agak besar saat nyamuk betina menghisap darah.Darah tersebut

lalu dicerna tiap waktu untuk membantu memberikan sumber protein pada produksi

telurnya, dimana mengisi perutnya perlahan-lahan (Ikrayama, 2007).

Ciri fisik nyamuk Anopheles dapat dibedakan dari nyamuk lainnya, dimana ciri

fisik nyamuk anopheles adalah hidungnya lebih panjang dan adanya sisik hitam dan

putih pada sayapnya.Nyamuk Anopheles dapat juga dibedakan dari posisi

beristirahatnya yang khas: jantan dan betina lebih suka beristirahat dengan posisi

perut berada diudara dari pada sejajar dengan permukaan (Ikrayama, 2007).

Gambar 2.7 Nyamuk Anopheles dewasa

2.7 Cara Pengendalian Vektor

Tingkat penularan malaria dapat berbeda tergantung faktor setempat seperti

pola curah air hujan (nyamuk berkembang biak pada lokasi basah). Kedekatan antara

lokasi perkembang biakkan nyamuk dengan manusia serta jenis nyamuk diwilayah

tersebut. Beberapa daerah angka kasus yang cenderung tetap sepanjang tahun, negara

12

Page 18: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

tersebut digolongkan sebagai endemis malaria, di daerah lain ada musim malaria

yang biasanya berhubungan dengan musim hujan (WHO report, 2010).

Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui

program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini,

pengobatan cepat dan tepat, surveilans, dan pengendalian vektor yang kesemuanya

ditunjukan untuk memutus mata rantai penularan malaria. Indikator keberhasilan

Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2010-2014 adalah menurunkan

angka kesakitan malaria dan kematian penyakit malaria, pada tahun 2015 menjadi 1

per 1000 penduduk dari baseline tahun 1990 sebesar 4,7 per 1000 peduduk. Indikator

lain yang perlu diperhatikan adalah target MDGs yaitu angka kematian malaria.

Upaya pengendalian malaria dan pencegahan malaria dapat dilakukan yaitu:

a) Pemakaian Kelambu

Pemakaian kelambu adalah salah satu dari upaya pencegahan penularan

penyakit malaria.Melalui bantuan Global Fund (GF) komponen malaria ronde 1 dan 6

telah dibagikan kelambu berinsektisida ke 16 provinsi. Kelambu dibagikan terbanyak

di Provinsi Nusa Tengara Timur (NTT), sedangkan di Sumatra Barat tidak ada

laporan, cakupan kelambu berinsektisida yang dibagikan kepada penduduk yang

berisiko malaria terbanyak pada tahun 2007 adalah Timor Leste (25,54%), tahun

2008 dan 2009 adalah Srilangka (23,21% dan 40,39%)(Ikrayama, 2007).

b) Pengendalian Vektor

Untuk meminimalkan penularan malaria maka dilakukan upaya pengendalian

terhadap Anopheles sp sebagai nyamuk penular malaria. Beberapa upaya

pengendalian vektor yang dilakukan misalnya terhadap jentik dilakukan larviciding

(tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi, menggunakan

insektisida), biological control (menggunakan ikan pemakan jentik), manajemen

lingkungan dan lain-lain (Ikrayama, 2007).

c) Diagnosis dan Pengobatan

Selain pencegahan, diagnosis dan pengobatan malaria juga merupakan upaya

pengendalian malaria yang penting. Pemeriksaan Sedian Darah (SD) untuk diagnosis

13

Page 19: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

malaria, untuk pemeriksaan sedian darah dari tahun 2008 sampai tahun 2010 terjadi

peningkatan penderita malaria klinis yang diperiksa sedian darahnya.

Pemberantasan malaria dilakukan oleh pemberantasan vektor penyebab malaria

dan dilanjutkan dengan melakukan pengobatan kepada mereka yang diduga

menderita malaria.Pengobatan diberikan kepada mereka yang terbukti positif secara

laboratorium.Dalam hal pemberantasan malaria, selain dengan pengobatan langsung

juga sering dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah dan lingkungan disekitar

rumah dengan racun serangga untuk membunuh nyamuk dewasa dan larva

nyamuk.Tindakan pemberantasan secara kimiawi dan hayati dapat digunakan untuk

membunuh larva nyamuk Anopheles.(Ikrayama, 2007).

d) Pemberantasan Secara Kimiawi

Pemberantasan nyamuk Anopheles secara kimiawi dapat dilakukan dilakukan

dengan menggunakan larvasida, yaitu zat kimia yang dapat membunuh larva nyamuk,

yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah solar, minyak tanah, parisgrees,

temephos, fention, dan altosid. Selain zat-zat kimia yang disebutkan di atas, dapat jua

digunakan herbisida, yaitu zat kimia yang mematikan tumbuh-tumbuhan air sebagai

tempat berlindung larva nyamuk (Dyah ayu widiasih, 2012).

e) Pemberantasan Secara Hayati

Pemberantasan larva nyamuk Anopheles secara hayati dilakukan dengan

menggunakan beberapa agen biologis, seperti predator, misalnya pemakan jentik

(clarviyorous fish) seperti gabusia dan panchax (ikan kepala timah).Pencegahan

penyakit malaria juga dilakukan dengan cara pengelolaan lingkungan hidup yaitu

dengan mengubah lingkungan sehingga larva nyamuk tidak mungkin hidup dan

berkembang. Kegiatan ini berupa penimbunan tempat perindukan nyamuk,

pengeringan dn pembuatan dam. Selain itu, kegiatan lain mencakup pengubahan

kadar garam, pembersihan air atau perlu dilakukan.

Di antara cara pemberantasan nyamuk seperti yang sudah diuraikan

sebelumnya, pencegahan secara kimiawi adalah tindakan yang paling umum di

Indonesia, misalkan penggunaan solar dan minyak tanah yang dicampur spreading

agent, yaitu zat kimia yang dapat mempercepat penyebaran bahan aktif yang

14

Page 20: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

digunakan, terbukti sangat efektif. Penggunaan minyak solar untuk antilarva di

Indonesia pertama dilakukan di bali pada tahun 1974, kemudian 1975 cara tersebut

juga diterapkan di daerah jawa Timur dan Jawa Barat. Untuk menentukan metode

pemberantasan yang tepat guna, perlu diketahui dengan pasti musim penularan yang

tepat perlu didukung oleh data entomologi yang baik dan benar dan metode yang

dipilih harus sesuai dengan perilaku vektor yang menjadi sasaran (Dyah ayu widiasih,

2012).

Tindakan pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan veksinasi.Vaksin yang

ditunjukan untuk mengimunasi manusia juga dapat digunakan pada hewan.Tidak

dilakukan percobaan untuk pengembangan vaksin rekombinan protein merozoit dari

P. vivax, tetapi masih belum berhasil.Pasien yang positif malaria dapat diberikan

antimalarial, seperti kloroquin.Jenis obat yang tersedia dapat disesuaikan dengan

efeknya.Chinin dan kloroquin merupakan obat yang dapat menghambat schizon dan

pentaquine serta efektif terhadap parasite pada fase gamet dan berada di jaringan

(Dyah ayu widiasih, 2012).

2.8 Pengamatan Faktor Ekologi Masing-Masing Stasiun

Penyebaran tempat berkembang biakAnopheles spp. hampir merata di seluruh

tipe perairan, tidak hanya di laguna, tapi juga persawahan, tambak, dan lain-lain.

Secara geografis lokasi penelitian merupakan daerah pantai dengan spesies Anopheles

yang paling banyak dijumpai adalah An. vagus dan An. subpictus.Hasil serupa juga

dilaporkan dari beberapa kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat.Kepadatan

jentik menjadi indikator bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang kondusif

untuk perkembangbiakan Anopheles spp.

Jentik nyamuk An. subpictus yang dapat bertahan hidup di air tawar dan payau

terutama pada musim hujan, sering di jumpai di kubangan kerbau, saluran air dan

sawah. Berdasarkan Atlas vektor penyakit di Indonesia, jentik An. subpictus sering

dijumpai di kubangan kerbau, saluran air, kolam ikan, tempat semen, saluran air di

kebun, talang air dan kadang ditemukan di sawah, parit sumur, tepi danau yang

berumput, dan sungai.

15

Page 21: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

Jentik An. subpictus biasanya ditemukan bersama-sama dengan An. sundaicus

serta tumbuh optimal pada air payau dengan kadar garam antara 12-18 ppm dan tidak

berkembang biak pada kadar garam 40 ppm ke atas. Jentik An. subpictus lebih toleran

terhadap kadar garam sehingga dapat ditemukan di tempat yang mendekati tawar atau

juga di tempat yang kadar garamnya cukup tinggi (Mading dan Kazwaini,2014).

Habitat perkembangbiakan yang terpapar sinar matahari langsung dapat

menyebabkan peningkatan suhu air. Suhu air dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan

paparan sinar matahari pada habitat perkembangbiakan Anopheles spp.Derajat suhu

mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air yang penting bagi kelangsungan

hidup jentik. Semakin tinggi suhu maka semakin rendah kelarutan oksigen. Pada suhu

yang ekstrim jentik Anopheles spp. tidak dapat berkembang biak bahkan akan

mengalami kematian. Rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah

25°C-27°C. Chwatt menyatakan suhu udara optimum bagi kehidupan nyamuk

berkisar antara 25°C-30°C,serta pertumbuhan akan berhenti sama sekali bila suhu

kurang dari 10°C atau lebih dari 40°C.

Menurut kesukaan terhadap sinar matahari, ada tiga kelompok Anopheles spp.

dalam menentukan tempat perkembang-biakannya. Terdapat jenis Anopheles spp.

yang menyukai tempat perkembangbiakannya terkena langsung sinar matahari (An.

maculatus dan An. subpictus); jenis nyamuk Anopheles spp. yang tidak menyukai

tempat perkembangbiakannya terkena sinar matahari secara langsung (An. umbrosus

dan An. leucosphyrus; dan jenis nyamuk Anopheles spp. yang menyukai tempat

perkembangbiakannya terkena atau tidak terkena secara langsung sinar matahari (An.

barbirostris, An. culicifacies, An. albimanus, dan An. stephensi) (Mading dan

Kazwaini,2014).

Lingkungan biologi dapat mem-pengaruhi populasi jentik maupun nyamuk

dewasa.Faktor biologi yang berperan dalam kehidupan nyamuk Anopheles spp.

adalah faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal terdiri dari kepadatan, jenis,

umur nyamuk, dan kerentanan vektor terhadap Plasmodium spp. Adapun faktor

eksternal terdiri dari keberadaan vegetasi, makanan jentik, dan predator.

16

Page 22: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

Keberadaan vegetasi dapat menyebabkan peningkatan kepadatan jentik karena

menyediakan tempat bersembunyi dan makanan sehingga jentik dapat bertahan

hidup.Hasil penelitian Rahayu menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

keberadaan vegetasi dengan densitas larva.Tumbuh-tumbuhan seperti lumut,

dedaunan, dan pohon bakau mempengaruhi kehidupan jentik nyamuk.Dapat pula

menjadi pelindung jentik atau menaungi habitat agar tidak terkena langsung sinar

matahari yang dapat menyebabkan peningkatan suhu air serta gangguan predator

yang dapat mengurangi jumlah populasi larva nyamuk di habitat perkembangbiakan.

Beberapa jenis predator yang dijumpai di habitat perkembangbiakan, yaitu

berudu, ikan, dan udang. Menurut penelitian Zulfahrudin, ikan nila yang masih muda

merupakan predator yang efektif dalam pengendalian vektor malaria dengan cara

penebaran di laguna sebagai predator jentik.Hal ini sejalan dengan penelitian

Setyaningrum,.etal yang menyatakan keberadaan ikan pada habitat

perkembangbiakan mempengaruhi kepadatan jentik nyamuk, semakin banyak ikan

maka kepadatan jentik semakin kecil demikian pula sebaliknya.Adapun untuk berudu

belum dapat dikategorikan sebagai predator karena tipe mulutnya lebih sesuai untuk

memakan alga daripada benda lain. Dengan demikian, berudu tidak dapat dikatakan

sebagai pengendali biologi bagi jentik nyamuk(Mading dan Kazwaini,2014).

Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi kehidupan nyamuk diantaranya

adalah faktor suhu udara.Nyamuk termasuk hewan berdarah dingin (cold blooded

animal) atau poikilothermicyaitu suhu tubuhnya bervariasi dipengaruhi langsung oleh

suhu lingkungannya atau dapat disesuaikan tetapi pada rentang yang sempit.

Temperatur berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan (development)

serta kematian serangga.

Kelembaban udara (humidity) berpengaruh pada metabolisme di dalam tubuh

nyamuk. Demikian juga lamanya waktu perkembangan nyamuk dan waktu penetasan

telur, karena semakin tinggi kelembaban, telur akan semakin cepat menetas. Waktu

peletakkan telur pun meningkat bila keadaan kelembaban udara juga meningkat.

Selain itu, kelembaban juga berpengaruh terhadap tingkat aktivitas nyamuk.

Pada kisaran kelembaban tertentu, aktivitas nyamuk ada yang kurang aktif dan ada

17

Page 23: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

yang lebih aktif.Kelembaban udara juga mempengaruhi umur nyamuk. Pada

kelembaban udara <60% umur nyamuk akan menjadi pendek, nyamuk akan cepat

payah, kering dan cepat mati.Kelembaban udara juga mempengaruhi umur nyamuk.

Pada kelembaban udara <60% umur nyamuk akan menjadi pendek, nyamuk akan

cepat payah, kering dan cepat mati(Mading dan Kazwaini,2014).

2.9 Program Yang Bisa Diterapkan Di Sekolah (Contoh Laskar Jentik)

Laskar Jentik adalah sebutan bagi anak-anak sekolah yang menjadi pasukan

pemantau jentik dan merupakan salah satu program pemberantasan penyakit malaria

berbasis masyarakat sekolah yang didukung oleh UNICEF di Provinsi NTT. 

Program Laskar Jentik sudah dilaksanakan di tiga kabupaten: Sikka, Timor

Tengah Selatan dan Sumba Barat Daya.Laskar Jentik diinisiasi pertama kali di Sikka

oleh Yayasan Sosial Pembangunan Masyarakat (YASPEM) yang bekerjasama

dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka dan UNICEF.Ada tiga komponen utama

yaitu pencarian penderita dan pengobatan yang tepat, pengendalian vektor/nyamuk

dan program pencegahan malaria melalui partisipasi masyarakat.

Laskar  Jentikmerupakan salah satu upaya peningkatan partisipasi masyarakat

dengan mengedepankan partisipasi anak, terutama anak sekolah. Program

pemberantasan sarang nyamuk berbasis masyarakat sekolah ini terintegrasi dalam

kurikulum sekolah dan juga kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Filosofi dasar dari

pendekatan Laskar Jentik adalah “Belajar dan bertindak bersama. Sekolahku dan

rumahku bebas jentik”. Dengan pemahaman bahwa dunia anak-anak adalah dunia

bermain, maka untuk meningkatkan partisipasi anak dalam program pemberantasan

malaria adalah dengan cara belajar sambil bermain. Laskar Jentik juga merupakan

salah satu contoh praktek cerdas yang sudah terbukti bisa melibatkan partisipasi

berbagai elemen masyarakat yaitu anak sekolah, Dasa Wisma dan anggota TNI.

Sedangkan di kota semarang Pemberdayaan siswa sekolah dasar menjadi

Siswa Pemantau Jentik(Wamantik) mulai dicetuskan sejak tahun 2004 oleh

pemerintah. Siswa Pemantau Jentik (Wamantik) adalah pemberdayaan siswa sekolah

dasar untuk menjadi juru pemantau jentik. Siswa berasal dari sekolah tersebut dengan

18

Page 24: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

kisaran umur 9-12 tahun, yang lebih tepatnya siswa kelas 5 SD. Siswa yang telah

mampu membaca dan memahami apa yang mereka baca, lihat, dan dengar. Mereka

memantau jentik di lingkungan sekolah.Kegiatan atau tugas siswa pemantau jentik

dilakukan secara kelompok bergilir berdasarkan kelompok piket kebersihan kelas.

Merujuk dari Departemen Kesehatan RI tahun 2006 mengenai tugasJumantik,

maka tugas dari siswa pemantau jentik adalah sebagai berikut:

a. Membuat analisis tempat-tempat perindukan atau tempat-tempat

perkembangbiakan nyamuk yang ada di sekitar sekolah, misal bak mandi,

pot, vas bunga yang terisi air, kaleng dan botol bekas, tempayan, tempat

sampah,dan lain sebagainya.

b. Memantau jentik secara rutin, yaitu dua kali dalam seminggu

c. Mencatat hasil pemantauan jentik di kartu pemantauan jentik

d. Melaporkan hasil pemantauan jentik kepada supervisor wamantik, yaitu

gurukelas 5

e. Menuliskan hasil pemantauan jentik pada papan pengumuman

keberadaanjentik.

Menurut Depkes RI 2006, cara pemantauan jentik oleh jumantikadalah:

1. Memeriksa bak mandi/WC, tempayan, drum, dan tempat-tempat

penampunganair lainnya.

2. Jika jentik tidak tampak, ditunggu ± 0,5-1 menit, jika ada jentik maka

akanmuncul ke permukaan untuk bernafas.

3. Di tempat gelap menggunakan senter atau baterai.

4. Memeriksa vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng, plastik,

banbekas, dan lain-lain.

5. Tempat-tempat lain yang perlu diperiksa oleh Jumantik antara lain

talang/saluran air yang rusak/tidak lancar, lubang-lubang pada

potonganbambu, pohon, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan air

tergenang seperti di rumah-rumah kosong, pemakaman, dan lain-lain.

19

Page 25: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

Merujuk dari Depkes RI tahun 2006 mengenai cara mencatat danmelaporkan

hasil pemeriksaan jentik, cara pencatatan dan pelaporan hasilpemantauan jentik oleh

wamantik adalah sebagai berikut:

a. Menuliskan nama sekolah dan kecamatan sekolah berada.

b. Menuliskan nama penjaga sekolah atau petugas kebersihan sekolah.

c. Menuliskan tanggal, bulan, dan tahun melaksanakan pemantauan jentik.

d. Menuliskan nama wamantik yang bertugas dan kelas.

e. Bila ditemukan jentik, maka jumlah tempat penampungan air yang positif

jentik ditulis pada kolom JML+, dan apabila tidak ditemukan tulislah

jumlahtempat penampungan air yang tidak ditemukan jentik di kolom

JML –

f. Pencatatan dilakukan pada kartu pemantauan jentik yang disediakan.

g. Satu lembar kartu digunakan untuk sekali melakukan kegiatan

pemantauan Jentik.

h. Melaporkan dan menyerahkan hasil pemantauan jentik kepada supervisor

Wamantik.

i. Menuliskan hasil pemantauan jentik pada papan pengumuman keberadaan

jentik.

Penyelenggaraan pelatihan jumantik terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap persiapan

latihan, tahap pelaksanaan latihan, dan evaluasi latihan.Tahap persiapan terdiri dari

menyiapkan kerangka acuan latihan, menyusun jadwal latihan, rencana biaya dan

pertanggungjawabannya, mengirim undangan kepada para peserta, dan mempelajari

modul latihan (Depkes RI, 2006: 1-3).

Tahap pelaksanaan latihan terdiri dari menyiapkan alat peraga dan bahan

latihan, menyiapkan ruangan dan pengaturan tempat duduk (tempat duduk peserta

dalam bentuk setengah lingkaran atau tapal kuda), pengaturan waktu penyampaian

materi (waktu yang dibutuhkan adalah 45 menit untuk 15 menit penjelasan, 15 menit

peragaan, dan 15 menit tanya jawab). Tahap evaluasi terdiri dari menyiapkan

instrumen evaluasi, menjelaskan maksud dan tujuan evaluasi (bukan untuk menguji

20

Page 26: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

jumantik), melaksanakan evaluasi, mengolah dan analisishasil pretest dan postest,

memberikan penilaian masing-masing peserta, menghitung nilai rata-rata,

membandingkan nilai rata-rata antar pretest dan postest (Depkes RI, 2006: 1-3).

21

Page 27: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian Dari Endah setyaningrum,dkk (2008) tentang studi

ekologi perindukan nyamuk vector malaria, faktor biotik dan abiotik yang

mendukung kehidupan larva nyamuk vektor malaria adalah suhu, pH, salinitas,

kedalaman, dasar air, warna air, kecerahan, DO, kepadatan larva, kelembaban udara,

tumbuhan dan hewan air yang berada disekitar perindukan.Namun karena

keterbatasaan fasilitas dan minimnya waktu, kami hanya meneliti suhu, pH, dan DO.

Tempat penelitian dilaksanakan di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin pada

hari Sabtu, 17 Oktober 2015. Dikarenakan kota Banjarmasin merupakan daerah hilir

yang banyak akan rawa dan genangan air, selain itu anak-anak usia sekolah lebih

rentan terkena penyakit malaria sehingga menjadi tempat yang ideal bagi

berkembangnya vektor penyakit seperti nyamuk.

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan survai

pendahuluan.Survai ini dilakukan untuk menentukan tempat-tempat perindukan larva

nyamuk Anopheles sp. Yang selanjutnya disebut stasiun pengamatan. Stasiun

pengamatan 1 air genangan dengan kondisi air diam yang memiliki panjang 5 m dan

lebar 50 cm . Stasiun pengamatan 2 berupa selokan dengan panjang 10 m dan lebar

30 cm. sedangkan stasiun 3 berupa rawa dengan air tergenang dengan panjang 300 m

dan lebar 5 m. dari pengukuran didapat hasil suhu stasiun 1 (25°C), stasiun 2 (26°C),

dan stasiun 3 (23°C). Berdasarkan hasil penelitian menurut Hoedojo (1993) suhu

optimum untuk tempat perindukan nyamuk berkisar antara 20-28°C, hal tersebut

sesuai dengan penelitian suhu yang kami lakukan dengan menggunakan

termometer.Namun menurut Raharjo, dkk. (2003) suhu di sekitar tempat perindukan

nyamuk Anopheles sp. pada musim kemarau dapat mencapai 31,1-36,7 hal tersebut

tidak sesuai dengan hasil penelitian kami dikarenakan stasiun pengambilan sampel

rata-rata tertutupi bangunan dan tumbuhan. Penelitian kami menunjukan suhu di

22

Page 28: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

stasiun 2 (selokan) lebih tinggi dibandingkan suhu di stasiun lain, dikarenakan

keberadaan tempatnya yang kurang terlindungi tumbuhan dan bangunan.

Selain suhu, didapatkan hasil pengukuran pH dengan menggunakan alat ph

meter yaitu di stasiun 1 (7,1), satasiun 2 (7,2), dan distasiun 3 (7,4). Hal ini sesuai

dengan pendapat Effendi (2003), bahwa sebagaian besar biota akuatik mempunyai

nilai pH antara7-8,5. Raharjo dkk. (2003) juga menyatakan bahwa pH tempat

perindukan nyamuk Anopheles pada musim kemarau berkisar antara 6,8-8,6.Hal ini

menunjukan bahwa pH ketiga stasiun di sekitar sekolah sangat mendukung untuk

tempat perindukan nyamuk.

Berdasarkan hasil pengukuran DO (Oksigen terlarut) pada uji Lab didapat

sampel stasiun 1 (2,3 mg/L), sampel stasiun 2 (1,2 mg/L) dan sampel stasiun 3 (5,8

mg/L).Dari hasil tersebut diketahui pada stasiun 2, sampel menunjukan DO yang

paling rendah dikarenakan kondisi stasiun 2 yang paling tinggi intensitas cahayanya

dibanding stasiun yang lain. Peningkatan suhu akibat intensitas cahaya juga dapat

mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut.Sedangkan pada stasiun 3, sampel

menunjukan DO paling tinggi, hal tersebut menunjukan proses fotosintesis pada

stasiun 3 berjalan paling baik selain itu juga stasiun 3 memiliki suhu yang paling

rendah dibanding stasiun lain. Dari ketiga sampel tersebut yang memenuhi kondisi

cocok tempat perindukan nyamuk sesuai dengan penelitian Setyaningrum yang

menyatakan DO berkisar antara 5-6,4 mg/L adalah stasiun 3, sedangkan stasiun 1 dan

2 tidak memenuhi. Hasil pada uji lab ini mungkin kurang akurat diakibatkan jarak

antara pengambilan sampel dan tempat pengujian sampel yang memakan waktu

selain itu juga dikarenakan kendala waktu pembawaan sampel.

23

Page 29: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil pengukuran suhu perindukan larva nyamuk vektor malaria pada stasiun

1, stasiun 2, dan stasiun 3 di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin yaitu 25°C,

26°C, dan 23°C.

2. Hasil pengukuran pH perindukan larva nyamuk vektor malaria pada stasiun

1,stasiun 2,dan stasiun 3 SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin yaitu 7,1; 7,2

dan 7,4.

3. Hasil pengukuran DO perindukan larva nyamuk vektor malaria pada stasiun 1,

stasiun 2, dan stasiun 3 SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin yaitu 2,3 mg/L;

1,2 mg/L dan 5,8 mg/L.

4.2 Saran

Adapun saran untuk penelitian ini adalah hendaknya pihak pemerintah dan

instansi pendidikan terkait mengadakan upaya pengendalian vektor malaria atau

mengadakan program pencegahan malaria melalui partisispasi masyarakat dengan

mengedepankan partisipasi anak sekolah.

24

Page 30: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, dewi wayan ni dan Ruben wadu willa. 2013. Fauna Yang Hidup Bersama

Larva Anopheles Pada Habitat Larva Anopheles Di Kabupaten Sumba Barat

Daya.

Babba, Ikrayama. 2007. Faktor-faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian

Malaria.Semarang : Universitas Diponegoro.

Depkes RI, 2006, Modul Latihan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD),

Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, 2006, Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN

DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik), Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, 2006, Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah

Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik), Depkes RI, Jakarta.

Garcia, LS dan Bruckner DA (1996); Diagnostik Parasitologi Kedokteran; Penerbit

Buku Kedokteran; EGC; Jakarta.)

Hiswani,2004, Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara

Mading Majematang, Kazwaini Muhammad. Ekologi Anopheles Spp. Di Kabupaten

Lombok Tengah.NTT: Loka Litbang P2B2 Waikabubak;2014

25

Page 31: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

Setyaningrum E, Rosa E, Murwani S, Andananta K. Studi Ekologi Perindukan

Nyamuk Vektor Malaria Di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa Lampung

Selatan. Prosiding Seminar Hasil dan Pengabdian Kepada Masyarakat Karya

Peneliti Universitas Lampung. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

26

Page 32: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

LAMPIRAN

Gambar Lokasi Stasiun 1

Gambar Lokasi Stasiun 2

Page 33: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

Gambar Lokasi Stasiun 3

Gambar Foto Bersama Kepala Sekolah dan Guru

Page 34: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

Gambar hasil uji DO

Page 35: Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin

SOAL-SOAL

Soal Studi Kasus

Anda melakukan penelitian pada sekolah dasar yang berada di Kabupaten X

yang memiliki 180 orang murid. Diketahui bahwa wilayahnya terdapat pada dataran

rendah. Selain itu disekitar sekolah terdapat banyak rawa pasang surut yang

difungsikan sebagai sawah dan pemukiman oleh masyarakat. Di sekitar sekolah yang

dikelilingi rawa banyak ditemui tumbuhan seperti akar wangi, zodia, dan banyak

eceng gondok. Berdasarkan pengamatan di lapangan peneliti melihat jumlah populasi

ikan di daerah rawa masih dapat ditemui akan tetapi populasinya sedikit.

Jawablah pertanyaan 1-5 dibawah ini berdasarkan studi kasus diatas

1. Yang bisa menjadi faktor risiko lingkungan yang mempengaruhi penyakit

malaria yang dapat anda analisis berdasarkan studi kasus pada sekolah dasar

diatas adalah?

2. Apakah ada hubungan eceng gondok terhadap keberadaan vektor nyamuk?

Jelaskan!

3. Sebutkan spesies vektor malaria yang hidup di daerah sawah!

4. Yang merupakan faktor ekologis nyamuk malaria dari variabel pada soal yang

dapat diteliti adalah?

5. Sebagai mahasiswa teknik lingkungan, pengendalian apakah yang dapat

direkomendasikan di sekolah yang tersebut?