faal pbl sk 1

19
LI 1. ANATOMI GINJAL, URETER LO 1.1 MAKRO Ginjal terletak retroperitonium di depan dua costae terakhir (11 dan 12) dan tiga otot besar (m. Transversus abdominalis, m. Quadratus lumborum, dan m. Psoas major) dengan berat sekitar 130gr. Ginjal berbentuk seperti kacang tanah yang dari luar mempunyai : 1. Ekstrimitas superior/ cranialis/ polus cranialis 2. Ekstrimitas inferior/ caudalis/ polus caudalis 3. Margo lateralis lebih kedepan 4. Margo Medialis lebih kebelakang, dimana terdapat hilum renalis. Alat-alat yang masuk dan keluar hilum renalis, diantaranya : a. Arteri dan Vena Renalis b. Nervus vasomotor simpatis c. Pembuluh getah bening d. Ureter. Ginjal kiri lebih tinggi dibanding dengan ginjal kanan sekitar setengah vertebrae, terletak mulai tepi atas VT 12 sampai VL 3, atau sekitar empat ruas vertebrae. Karena ginjal kiri lebih tinggi maka ginjal kiri terdapat dua costae yaitu, costae 11 dan 12, ginjal kanan hanya punya 1 costae yaitu, costae 12. Ginjal tidak sejajar dengan linea medialis posterior. Axisnya miring, yaitu cranio media ke cranio lateral. Ginjal diliputi oleh kapsula cribrosa tipis mengkilat, yang berkaitan longgar dengan jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal, disebut Fascia

Upload: airindya-bella

Post on 26-Sep-2015

234 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

abc

TRANSCRIPT

LI 1. ANATOMI GINJAL, URETER

LO 1.1 MAKRO

Ginjal terletak retroperitonium di depan dua costae terakhir (11 dan 12) dan tiga otot besar (m. Transversus abdominalis, m. Quadratus lumborum, dan m. Psoas major) dengan berat sekitar 130gr. Ginjal berbentuk seperti kacang tanah yang dari luar mempunyai :

1. Ekstrimitas superior/ cranialis/ polus cranialis

2. Ekstrimitas inferior/ caudalis/ polus caudalis

3. Margo lateralis lebih kedepan

4. Margo Medialis lebih kebelakang, dimana terdapat hilum renalis. Alat-alat yang masuk dan keluar hilum renalis, diantaranya :

a. Arteri dan Vena Renalis

b. Nervus vasomotor simpatis

c. Pembuluh getah bening

d. Ureter.

Ginjal kiri lebih tinggi dibanding dengan ginjal kanan sekitar setengah vertebrae, terletak mulai tepi atas VT 12 sampai VL 3, atau sekitar empat ruas vertebrae. Karena ginjal kiri lebih tinggi maka ginjal kiri terdapat dua costae yaitu, costae 11 dan 12, ginjal kanan hanya punya 1 costae yaitu, costae 12. Ginjal tidak sejajar dengan linea medialis posterior. Axisnya miring, yaitu cranio media ke cranio lateral.

Ginjal diliputi oleh kapsula cribrosa tipis mengkilat, yang berkaitan longgar dengan jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal, disebut Fascia Renalis. Ginjang juga mempunyai selubung yang langsung membungkus ginjal disebut Capsula Fibrosa, sedangkan yang membungkus lemak disebut capsula adiposa.

Pada panampang melintang ginjal terbagi dua bagian, yaitu :

1. Korteks (Pinggir).

2. Medulla (Tengah).

Vaskularisasi ginjal terbagi dua, yaitu :

1. Medulla : Dari Aorta Abdominalis bercabang menjadi a.Renalis dextra dan sinistra, masuk melalui hilum renalis menjadi a.Segmentalis (a.lobaris) a.interlobaris lalu menjadi a.arcuata lanjut menjadi a.interlobularis lalu a.afferen dan selanjutnya masuk ke bagian cortex renalis ke dalam glomerulus, dan terjadi filtrasi.

2. Cortex : a.afferen berhubungan dengan v.interlobularis, bermuara ke v.Arcuata bermuara ke v.Interlobaris bermuara ke v.Lobaris (v.Segmentalis) bermuara ke v.Renalis Dextra dan Sinistra selanjutnya ke Vena Cava Inferior.

Ciri Khusus vaskularisasi ginjal :

1. Unit dalam vas afferens, mempunyai myoepitel (pada capsula bowman) yang berfungsi sebagai otot untuk berkontraksi

2. Ada hubungan langsung antara arteri dengan vena disebut arterio venosa anastomosis.

3. Adanya END ARTERY yaitu, pembuluh nadi yang buntu yang tidak mempunyai sambungan dengan kapiler, sehingga kalau terjadi penutupan yang lama akan terjadi arteri degenerasi.

Inervasi :

Plexus sympaticus renalis

Serabut afferen melalui plexus renalis menuju medulla spinalis n.thoracalis X, XI, dan XII.

Pembuluh Lymphe :

Mengikuti v.Renalis melalui nl.aorta lateral, sekitar pangkal a.renalis.

LO 1.2 MIKRO

GINJAL

Korteks: Glomerulus (banyak), tub.kon.proksimal dan tub.con.distal

Medula: Duktus Coligens,Ductus Papillaris (bellini) dan Ansa Henle

Unit fungsional ginjal

1. Nephron

Corpus Malpighi / Renal Corpuscle

Capsula Bowman

Pars parietalis: epitel selapis gepeng. Berlanjut menjadi dinding tubulus proximal

Pars visceralis terdiri dari podocyte, melapisi endotel

Urinary space diantara kedua lapisan

Glomerulus

Gulungan kapiler, berasal dari percabangan arteriol afferen

dibungkus oleh capsula Bowman

keluar sebagai vas efferent

Sel-sel di glomerulus yang berperan dalam Glomelurar filtration barrier

a) Endothel

Type fenestrata

Sitoplasma melebar, tipis dan mempunyai fenestra

b) Membrana Basalis

Fusi antara membrana basalis podocyte dan endothel

Lamina rara interna

Lamina densa

Lamina rara externa

c) Podocyte

Sel epiteloid besar, tonjolan sitoplasma (foot processes) bercabang

Cabang sekunder (pedicle) menempel pada membrana basalis

Bersama sel endothel menyaring darah

d) Sel Mesangial intra glomerularis

Berasal dari sel jaringan mesenchyme

Pada matrix mesangial di antara kapiler glomerulus

Fagositosis benda asing, immune complex yang terjebak pada sel endothel / glomerular filtration barrier

Cabang sitoplasma sel mesangial dapat mencapai lumen kapiler, melalui sela sel endothel

Sel-sel yang berperan dalam sekresi renin

a) Macula densa

Bagian dari tubulus distal di cortex berjalan diantara vas afferen dan vas efferen dan menempel ke renal corpusclemenjadi lebih tinggi dan tersusun lebih rapat, disebut macula densa

b) Sel juxta glomerularis

Merupakan perubahan sel otot polos tunica media dinding arteriole afferen

Sel otot polos berubah menjadi sel sekretorik besar bergranula yang mengandung renin

c) Sel Polkisen (sel mesangial extra glomerularis)

Sel polkisen (bantal), lacis cells

Mengisi ruang antara vas afferen, makula densa dan vas efferen

Berasal dari mesenchyme, mempunyai kemampuan fagositosis

Berhubungan dengan sel mesangial intraglomerular

Tertanam didalam matrix mesangial

Tubulus

Tubulus contortus proximalis

epitel selapis kubis

batas2 sel sukar dilihat

Inti bulat, letak berjauhan

Sitoplasma asidofil (merah)

Mempunyai brush border

Fungsi: reabsorbsi glukosa, ion Na, Cl dan H2O

Ansa Henle

Ansa Henle Segmen Tipis

Mirip pembuluh kapiler darah, ttp

epitelnya lbh tebal, shg sitoplasma lbh

jelas terlihat

Dlm lumennya tdk tdp sel2 darah

Ansa Henle Segmen Tebal Pars Desendens

Mirip tub.kont.prox, ttp diameternya lbh

kecil dan dindingnya lbh tipis

selalu terpotong dlm berbagai potongan

Ansa Henle Segmen Tebal Pars Asenden

Mirip tub.kont.distal, ttp diameternya lbh

kecil dan dindingnya lbh tipis

selalu terpotong dlm berbagai potongan

epitel selapis kubis

batas2 sel lebih jelas

Inti bulat, letak agak berdekatan

Sitoplasma basofil (biru)

Tdk mempunyai brush border

Absorbsi ion Na dalam pengaruh aldosteron. Sekresi ion K

2. Ductus Coligens

Saluran pengumpul, menampung beberapa tubulus distal, bermuara sebagai ductus papillaris Bellini di papilla renis

Mirip tub.kont.distal

Batas2 sel epitel jelas

Sel lbh tinggi dan lbh pucat

URETER

Mucosa

Mucosa saluran urin sejak dari calyx minor, calyx major, ureter dan vesica urinaria dilapisi oleh epitel transitional, permukaan dapat menyesuaikan diri terhadap regangan, impermeable

Muscularis

Lapisan otot polos

Sebelah dalam: longitudinal, sebelah luar: circular

LI 2. FISIOLOGI GINJAL

LO 2.1 PEMBENTUKAN URIN

FILTRASI GLOMERULUS

Cairan yang difiltrasi glomerulus ke dalam kapsula bowman harus melewati tiga lapisan membrana glomerulus:

Dinding kapiler glomerulus

Membran basal

Lapisan dalam kapsula bowman

Secara kolektif, lapisan tersebut menahan eritrosit dan protein plasma tetapi membolehkan H2O dan zat terlarut ukuran molekul kecil lewat. Membran basal terbentuk dari kolagen dan glikoprotein. Glikoprotein ini bermuatan negatif sehingga menolak albumin dan protein plasma lain, yang juga bermuatan negatif. Sehingga, protein plasma hampir tidak terdapat pada filtrat. Rute yang dilewati bahan terfiltrasi berawal dari melalui pori kapiler, kemudian membrana basal aselular, akhirnya melewati celah filtrasi yang dibentuk sel podosit. Sebagian penyakit ginjal disebabkan gangguan muatan negatif di membran basal, yang menyebabkan glomerulus lebih permeabel meski ukuran pori kapiler tidak berubah.

Gambar 2.1 Tahap transpor transepitel

Filtrasi glomerulus dilakukan oleh gaya fisik pasif untuk mendorong sebagian plasma menembus lubang di membran glomerulus. Tiga gaya fisik dalam filtrasi glomerulus:

1. Tekanan darah kapiler glomerulus (55 mmHg)

Tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerulus. Tekanan kapiler glomerulus lebih tinggi dibandingkan di tempat lain, karena garis tengah arteriol aferen lebih besar daripada arteriol eferen. Selain itu, karena tingginya resistensi yang dihasilkan arteril eferen sehingga tekanan darah tidak memiliki kecendurungan untuk turun. Tekanan darah yang tinggi dan cenderung tidak turun ini yang mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsul Bowman dan merupakan gaya utama filtrasi glomerulus. Dua gaya lainnya, gaya onkotik dan gaya hidrostatik melawan filtrasi.

2. Tekanan osmotik kolid plasma (30 mmHg)

Protein plasma tidak dapat difiltrasi sehingga tetap berada di dalam kapiler. Hal ini menimbulkan konsentrasi H2O lebih tinggi di dalam kapsul Bowman. Timbul kecenderungan H2O berpindah melalui osmosis menuruni gradien konsentrasinya sendiri dari kapsul Bowman ke glomerulus melawan filtrasi.

3. Tekanan hidrostatik kapsula bowman (15 mmHg)

Tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus. Cenderung mendorong cairan ke glomerulus.

Gaya total yang mendorong filtrasi adalah 55mmHg, sedangkan dua gaya melawannya adalah 45mmHg. Perbedaan netto yang mendorong filtrasi (10mmHg) disebut tekanan filtrasi netto. Laju filtrasi sebenarnya, laju filtrasi glomerulus (LFG) selain bergantung pada tekanan filtrasi netto namun juga terhadap luas permukaan glomerulus dan tingkat permeabel membran glomerulus. Pada pria dihasilkan 180 liter filtrat glomerulus setiap hari untuk LFG rerata 125 ml/mnt. 160 liter filtrat perhari pada LFG rerata 115 ml/mnt pada wanita. Tekanan onkotik yang rendah dapat meningkatkan LFG, begitu pula sebaliknya pada pasien luka bakar luas dengan kurangnya protein plasma sehingga tekanan onkotik meningkat dan LFG turun. Perubahan tekanan hidrostatik kapsul bowman dapat terjadi pada pembendungan cairan akibat obstruksi saluran kemih atau prostat.

Jumlah aliran ke dalam glomerulus diatur oleh tekanan darah arteri sistemik rata-rata dan resistensi arteriol aferen. Terdapat dua mekanisme kontrol pengatur LFG, keduanya untuk penyesuaian aliran darah glomerulus dengan pengaturan jari-jari dan resistensi arteriol aferen. Mekanisme ini adalah

1. Mekanisme otoregulasi, untuk mencegah perubahan spontan LFG

Tekanan darah arteri akan berbanding lurus dengan tekanan kapiler glomerulus dan LFG selama faktor lain tidak berubah. Otoregulasi adalah mekanisme regulasi dari ginjal sendiri. Ginjal melakukannya dengan mengubah resistensi arteriol aferen pada berbagai keadaan tekanan arteri yang tinggi maupun rendah. Jika LFG meningkat akibat peningkatan tekanan arteri, arteriol aferen akan berkonstriksi untuk mengurangi aliran darah sehingga tekanan filtrasi netto dan LFG akan berkurang. Begitu pula sebaliknya. Terdapat dua mekanisme intrarenal yang ikut berperan:

a. Mekanisme miogenik, berespon inheren terhadap perubahan tekanan di dalam vaskular nefron untuk gerak otot polos yang dilakukan langsung oleh pembuluh darah

b. Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus, mendeteksi kadar garam di cairan yang mengalir melalui tubular nefron yang dilakukan oleh makula densa. Jika LFG meningkat maka cairan yang difiltrasi dan melalui tubulus distal akan lebih besar. Sehingga makula densa mendeteksi adanya peningkatan penyaluran garam ke tubulus, sel ini mengeluarkan adenosin dan menyebabkan arteriol aferen berkonstriksi. Begitupun sebaliknya.

2. Mekanisme kontrol simpatis ekstrinsik

LFG dapat dirubah secara sengaja meski tekanan arteri berada dalam kisaran otoregulasi oleh mekanisme ini. Kontrol ekstrinsik LFG dipengaruhi sinyal sistem saraf simpatis ke arteriol aferen, sedangkan parasimpatis tidak berpengaruh apapun pada ginjal.

Bagan 2.1 Refleks baroreseptor mempengaruhi LFG

REABSORBSI TUBULUS

Terdapat lima sawar terpisah yang harus dilewati suatu bahan yang akan direabsorpsi, tahap ini merupakan tahapan transpor transepitel

Tahap 1: dari cairan tubulus melewati membran luminal sel tubulus

Tahap 2: melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya

Tahap 3: bahan harus melewati membran basolateral sel tubulus ke cairan interstitial

Tahap 4: difusi melalui cairan interstitium

Tahap 5: menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah

Terdapat dua jenis reabsorbsi tubular. Pertama, reabsorpsi pasif yang mengikuti gradien elektrokimia atau osmotik. Kedua, reabsorpsi aktif yang melawan gradien elektrokimia.

Peran reabsorpsi natrium pada masing-masing segmen

Rebsorpsi natrium di tubulus proksimal, berperan dalam reabsorpsi glukosa, asam amino, H2O, Cl-, dan urea

Reabsorpsi natrium di pars ascendens ansa Henle, bersama dengan reabsorpsi Cl-, berperan penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan konsentrasi dan volume bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh untuk menghemat atau mengeluarkan H2O

Reabsorbsi natrium di tubulus distal dan koligens bervariasi dan berada di bawah kontrol hormon. Reabsorpsi ini sebagai kunci dalam mengatur vollume CES, yang penting dalam kontrol jangka panjang tekanan darah arteri, dan juga sebagaian berkaitan dengan sekresi K+ dan sekresi H+.

Transpor Na+ dari lumen tubulus ke sel tubulus terjadi secara pasif melalui saluran natrium, ketika akan berpindah dari sel tubulus ke ruang lateral cairan intrastitial natrium dikeluarkan secara aktif melalui pompa Na+-K+ basolateral. Setelah itu natrium akan menuruni konsentrasinya yang tinggi di interstitial menuju ke gradian konsentrasi rendah di plasma, proses ini berlangsung secara difusi pasif.

Sistem hormon yang paaling penting terlibat dalam regulasi Na+ adalah sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS). Sel granular aparatus jukstaglomerulat mengeluarkan suatu hormon enzimatik, renin ke dalam darah sebagai respon terhadap penurunan NaCl/Volume CES/tekanan darah. Fungsi ini sebagai peran tambahan terhadap peran makula densa dalam otoregulasi. Sel granular meningkatkan sekresi renin:

1. Sel granular sendiri sebagai baroreseptor intrarenal. Ketika mendeteksi penurunan tekanan darah arteriol aferen, sel granular mengeluarkan lebih banyak renin

2. Sel makula densa yang memberi sinyal jika terjadi penurunan NaCl melalui tubulus, sehingga memicu sel granular mengeluarkan banyak renin

3. Sel granular disarafi oleh sistem saraf simpatis. Ketika tekanan darah turun refleks baroreseptor meningkatkan aktivitas simpatis. Peningkatan ini merangsang sel granular mengeluarkan lebih banyak renin

Melalui proses yang melibatkan RAAS, peningkatan sekresi renin menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ oleh tubulus distal dan koligentes. Clorida secara pasif mengikuti Na. Manfaat akhir dari retensi garam adalah mendorong retensi H2O secara osmotis, yang membantu memulihkan volume plasma sehingga penting dalam kontrol jangja panjang tekanan darah.

Setelah dikeluarkan ke dalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk mengaktifkan protein plasma yang disintesis hati yaitu, angiotensinogen, menjadi angiotensin I. Setelah melewati sirkulasi paru, angiotensin I dirubah oleh angiotensin-converting enzyme (ACE) menjadi angiotensin II yang berperan merangsang sekresi hormon aldosteron. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh tubulus distal dan koligentes. Selain itu, angiotensin II juga merangsang rasa haus (meningkatkan asupan cairan) dan merangsang vasopresin (suatu hormon yang meningkatkan retensi H2O oleh ginjal), dimana keduanya berperan dalam menambah volume plasma dan meningkatkan tekanan arteri.

REABSORPSI GLUKOSA DAN ASAM AMINO

Glukosa dan asam amino dipindahkan dari tubulus ke plasma melalui transpor aktif sekunder. Dimana glukosa dan asam amino membutuhkan Na+ untuk melewati pembawa kotransporter khusus yang hanya terdapat di membran tubulus proksimal. Pada hakikatnya, glukosa dan asam amino mendapat tumpangan gratis dengan menggunakan energi yang telah digunakan dalam reabsorpsi Na+. Setelah diangkut ke dalam sel tubulus dari lumennya, glukosa dan asam amino akan berdifusi secara pasif menuruni gradien konsentrasi menembus membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke dalam plasma. Sebagai catatan, pembawa kotranspor glukosa tidak dapat membawa asam amino, begitu pula sebaliknya bekerja secara spesifik.

Laju reabsorpsi maksimal tercapai jika semua pembawa kotransporter yang spesifik untuk suatu bahan ditempati atau jenuh sehingga pembawa-pembawa tidak lagi menangani penumpang tambahan pada saat itu. Transpor maksimal ini disebut maksimum tubulus (Tm), meskipun pembawa Na+ dapat mengalami kejenuhan namun tubulus secara keseluruhan tidak memperlihatkan maksimum tubulus untuk Na+, karena aldosteron mendorong sintesis pembawa Na+-K+ yang lebih aktif di tubulus distal dan koligentes.

Tm untuk glukosa sekitar 375 mg/mnt; yaitu reabsorpsi dapat mencapai 375 mg glukosa per menit sebelum mencapat kemampuan transpor maksimal. Konsentrasi plasma dimana Tm suatu bahan tercapai dan bahan mulai muncul di urin disebut ambang ginjal. Pada Tm 375 mg/mnt dan LFG 125 ml/mnt, ambang ginjal untuk glukosa adalah 300 mg/ml. Hal ini karena glukosa sering diekskresikan sebelum ambang rerata ginjal, disebabkan oleh; (1)tidak semua nefron memiliki Tm yang sama sehingga sebagian nefron mungkin telah melampaui Tm mereka dan mengeksresikan glukosa, (2) efisiensi pembawa kotranspor glukosa mungkin tidak bekerja pada kapasitas maksimalnya pada nilai yang meningkat tetapi kurang dari nilai Tm.

Glukosa adalah bahan yang memiliki Tm tetapi tidak diatur oleh ginjal. Sedangkan fosfat, bahan dengan Tm yang diatur oleh ginjal. Ginjal tidak mengatur glukosa karena ginjal tidak mempertahankan glukosa pada konsentrasi plasma tertentu. Konsentrasi ini diatur oleh mekanisme endokrin dan hati, ginjal hanya mempertahankan berapapun konsentrasi glukosa yang ditetapkan. (ginjal hanya mengatur sesuai ambangnya tetapi ambangnya tidak sama dengan konsentrasi plasma normalnya seperti di reabsorpsi fosfat)

REABSORPSI FOSFAT

Fosfat adalah contoh bahan yang direabsorpsi secara aktif dan diatur ginjal. Ambang ginjal untuk ion-ion inorganik seperti fosfat dan kalsium sama dengan konsentrasi plasma normalnya. Pembawa transpor untuk elektrolit ini terletak di tubulus proksimal. Kelebihan fosfat yang masuk akan cepat dikeluarkan ke dalam urin karena mekanisme ginjal yang dapat memreabsorpsi fosfat setara dengan konsentrasi plasma. Reabsorpsi fosfat juga dibawah kontrol hormon yaitu paratiroid yang mengubah ambang ginjal untuk fosfat dan kalsium.

REABSORPSI KLORIDA

Ion muatan negatif ini direabsorpsi secara pasif menuruni gradien listrik akibat transpor aktif natrium yang bermuatan positif. Umumnya clorida mengalir di antara, bukan menembus sel tubulus. Reabsorpsinya bergantung laju reabsorpsi aktif Na.

REABSORPSI AIR

Air direabsorpsi secara pasif diseluruh panjang tubulis karena H2O secara osmotis mengikuti natrium. Pada reabsorbsi 80% di tubulus proksimal dan ansa henle tidak ada peran hormonal, sisanya 20% direabsorpsi di tubulus distal dan kolingentes di bawah pengaruh hormonal tergantung hidrasi tubuh. Selama direabsorpsi H2O melewati akuaporin atau saluran air yang terbentuk oleh protein-protein membran plasma spesifik di sel tubulus. Di bagian tubulus proksimal, saluran ini selalu terbuka sehingga permeabel air. Namun, di tubulus distal diatur hormon vasopresin sehingga reabsorpsinya berubah-ubah.

Akibat konsentrasi natrium di ruang lateral meningkat, mengakibatkan aliran pasif H2O dari lumen ke ruang lateral atau melalui tight-junction antar sel. Akumulasi cairan ini meningkatkan tekanan hidrostatik yang mendorong H2O keluar ruang lateral menuju interstitium dan akhirnya ke dalam kapiler peritubular. Protein plasma yang tidak terfiltrasi akan terangkut ke dalam kapiler peritubular sehingga menyebabkan tekanan onkotik di dalam kapiler yang menarik air secara pasif ke dalam plasma.

REABSORPSI UREA

Urea merupakan bentuk pecahan protein. Akibat reabsorpsi air yang banyak pada tubulus proksimal menyebabkan konsentrasi air lebih tinggi di dalam interstitial dibandingkan di tubulus. Hal ini membuat cairan di dalam tubulus menjadi lebih pekat, urea merukapan salah satu di dalam cairan tersebut. Hal ini membuat urea melakukan difusi pasif ke dalam plasma melalui interstitial pada akhir membran tubulus proksimal yang agak permiabel terhadap urea.

Produk seperti fenol dan kreatinin tidak direbsorbsi karena tidak dapat menembus dinding tubulus dan tidak dibawah kontrol fisiologik.

SEKRESI TUBULUS

Sekresi merupakan proses berkebalikan absorpsi, yaitu pemindahan sekret dari kapiler peritubular menuju tubulus. Bahan penting yang disekresi tubulus adalah ion hidrogen, ion kalium, serta anion dan kation organik.

Sekresi ion hidrogen penting dalam keseimbangan asam basa. Ketika cairan tubuh terlalu asam maka sekresi H+ meningkat, begitu pula sebaliknya. Sekresi ion ini dapat terjadi di tubulus proksimal, distal, koligentes.

Ion kalium secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan koligentes. Lokasi saluran K+ pasif berbeda-beda di setiap tubulus. Di tubulus distal dan koligentes, saluran K+ terkonsentrasi di membran luminal, menyediakan rute bagi K+ yang dipompa ke dalam sel untuk keluar ke dalam lumen (disekresi). Di segmen tubulus lainnya, saluran K+ terutama terletak di membran asolateral. Akibatnya, K+ yang dipompa ke dalam sel dari ruang lateral oleh pompa Na+-K+ mengalir balik ke ruang lateral melalui saluran-saluran ini. Sehingga daur ini memungkinkan pompa Na+-K+ terus-menerus melakukan reabsorpsi Na tanpa efek lokal netto pada K+.

Peningkatan ion kalium di plasma dapat merangsang korteks adrenal untuk merangsang aldosteron untuk meningkatkan sekresi kalium. Peningkatan K+ plasma secara langsung merangsang sekresi aldostero, sementara penurunan konsentrasi Na+ merangsang aldosteron melalui lajur kompleks RAAS. Karena itu, aldosteron dapat dirangsang oleh dua proses berbeda. Apapun perangsangnya, efek aldosteron selalu mendorong reabsorbsi Na+ dan sekresi K+. Karena itu sekresi K+, dapat secara tidak sengaja diakibatkan oleh deplesi Na+, penurunan volume CES, atau penurunan tekanan arteri yang sama sekali tidak berkaitan dengan keseimbangan K+.

Faktor lain yang dapat secara tidak sengaja mengubah tingkat sekresi K+ adalah status asam basa tubuh. Pompa basolateral di bagian distal nefron dapat mensekresikan K+ dan H+ untuk dipertukarkan dengan Na+ yang direabsorpsi. Dalam keadaan normal, ginjal cenderung mensekresikan K+ tetapi jika cairan tubuh terlalu asam dan sekresi H+ ditingkatkan sebagai tindakan kompensasi, maka sekresi K+ berkurang. Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi K+ yang tidak sesuai di cairan tubuh.

LO 2.2 PERAN GINJAL TERHADAP HOMEOSTASIS

Ginjal berperan dalam homeostasis melalui cara-cara spesifik berikut:

FUNGSI REGULASI

Ginjal mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar elektrolit CES, termasuk yang penting dalam mempertahankan eksitabilitas saraf dan otot

Ginjal membantu mempertahankan pH yang sesuai dengan membuang kelebihan H+ (asam) atau HCO3- (basa) di urin

Mempertahankan volume plasma yang sesuai, penting dalam regulasi jangka panjang tekanan darah arteri, dengan mengontrol keseimbangan garam tubuh. Volume CES, termasuk volume plasma, mencerminkan jumlah garam total di CES, karena Na+ dan anion penyertanya, Cl-, berperan dalam lebih dari 90% aktivitas osmotik (menahan air) CES.

Ginjal mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh, yang penting dalam memelihara osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) CES. Peran ini penting dalam mempertahankan stabilitas volume sel dengan menjaga air agar tidak berpindah secara osmosis masuk atau keluar sel sehingga sel tidak membengkak atau menciut.

FUNGSI EKSKRESI

Ginjal mengekskresi produk sisa metabolisme di urin. Jika dibiarkan di dalam tubuh maka bisa menjadi toksik

Ginjal juga mengeluarkan banyak senyawa asing yang masuk tubuh

FUNGSI HORMON

Ginjal menghasilkan eritropoietin, hormon yang menrangsang sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Efek ini berperan dalam homeostasis dengan membantu mempertahankan kandungan optimal O2 darah. Lebih dari 98% O2 di darah terikat hemoglobin di dalam sel darah merah

Ginjal juga menghasilkan renin, hormon yang memicu jalur RAAS untuk mengontrol reabsorpsi Na+ di tubulus ginjal, yang penting dalam pemelihataan jangka panjang volume plasma dan tekanan darah arteri

FUNGSI METABOLIT

Ginjal membantu mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya. Vitamin D esensial untuk menyerap Ca+ dari saluran cerna. Kalsium, sebaliknya, memiliki beragam fungsi homeostatik.

LI 3. SINDROMA NEFROTIK

LO 3.1 DEFINISI

LO 3.2 ETIOLOGI

LO 3.3 KLASIFIKASI

LO 3.4 PATOFISIOLOGI

LO 3.5 MANIFESTASI KLINIS

LO 3.6 DIAGNOSIS&DIAGNOSIS BANDING

LO 3.7 TATALAKSANA

LO 3.8 KOMPLIKASI

LO 3.9 PROGNOSIS

LO 3.10 PENCEGAHAN

LI 4. URIN DAN DARAH MENURUT PANDANGAN ISLAM

Thaharah () dalam bahasa Arab bermakna An-Nadhzafah (), yaitu kebersihan. Namun yang dimaksud disini tentu bukan semata kebersihan. Thaharah dalam istilah para ahli fiqih adalah:

mencuci anggota tubuh tertentu dengan cara tertentu.

mengangkat hadats dan menghilangkan najis.

Pengertian Thaharah

Thaharah atau bersuci menduduki masalah penting dalam Islam. Boleh dikatakan bahwa tanpa adanya thaharah, ibadah kita kepada Allah SWT tidak akan diterima. Sebab beberapa ibadah utama mensyaratkan thaharah secara mutlak. Tanpa thaharah, ibadah tidak sah. Bila ibadah tidak sah, maka tidak akan diterima Allah. Thaharah menduduki masalah penting dalam Islam.

Kita bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam pembagian yang besar.

1. Thaharah Hakiki

Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan badan, pakain dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thaharah secara hakiki adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seorang yang shalat dengan memakai pakaian yang ada noda darah atau air kencing, tidak sah shalatnya. Karena dia tidak terbebas dari ketidaksucian secara hakiki. Thaharah secara hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel, baik pada badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibadah ritual. Caranya bermacam-macam tergantung level kenajisannya. Bila najis itu ringan, cukup dengan memercikkan air saja, maka najis itu dianggap telah lenyap. Bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali dan salah satunya dengan tanah. Bila najis itu pertengahan, disucikan dengan cara mencucinya dengan air biasa, hingga hilang warna najisnya. Dan juga hilang bau najisnya. Dan juga hilang rasa najisnya.

2. Thaharah Hukmi

Thaharah secara hukmi maksudnya adalah sucinya kita dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar (kondisi janabah). Thaharah secara hukmi tidak terlihat kotornya secara pisik. Bahkan boleh jadi secara pisik tidak ada kotoran pada diri kita. Namun tidak adanya kotoran yang menempel pada diri kita, belum tentu dipandang bersih secara hukum. Bersih secara hukum adalah kesucian secara ritual. Seorang yang tertidur batal wudhu-nya, boleh jadi secara pisik tidak ada kotoran yang menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara berwudhu bila ingin melakukan ibadah ritual tertentu seperti shalat, thawaf dan lainnya. Demikian pula dengan orang yang keluar mani. Meski dia telah mencuci maninya dengan bersih, lalu mengganti bajunya dengan yang baru, dia tetap belum dikatakan suci dari hadats besar hingga selesai dari mandi janabah.

Najis (Najasah) menurut bahasa artinya adalah kotoran. Dan menurut Syara' artinya adalah sesuatu yang bisa mempengaruhi Sahnya Sholat. Seperti air kencing dan najis-najis lain sebagainya.

Najis itu dapat dibagi menjadi Tiga Bagian :

1. Najis Mughollazoh. ( )

Yaitu Najis yang berat. Yakni Najis yang timbul dari Najis Anjing dan Babi.

2. Najis Mukhofafah

Ialah najis yang ringan, seperti air kencing Anak Laki-laki yang usianya kurang dari dua tahun dan belum makan apa-apa, selain air Susu Ibunya.

Cara membersihkannya, cukup dengan memercikkan air bersih pada benda yang terkena Najis tersebut sampai bersih betul. Kita perhatikan Hadits dibawah ini :

"Barangsiapa yang terkena Air kencing Anak Wanita, harus dicuci. Dan jika terkena Air kencing Anak Laki-laki. Cukuplah dengan memercikkan Air pada nya". (H.R. Abu Daud dan An-Nasa'iy)

Tapi tidak untuk kencing anak perempuan, karena status kenajisannya sama dengan Najis Mutawassithah ( )

3. Najis Mutawassithah ( )

Ialah Najis yang sedang, yaitu kotoran Manusia atau Hewan, seperti Air kencing, Nanah, Darah, Bangkai, minuman keras; arak, anggur, tuak dan sebagainya(selain dari bangkai Ikan, Belalang, dan Mayat Manusia). Dan selain dari Najis yang lain selain yang tersebut dalam Najis ringan dan berat.

Hadist yang menerangkan tentang najisnya air kencing dan cara mensucikananya:

Dari Anas bin Malik radiyallahu anhu-, dia berkata, Pernah datang seorang arab Badui, lalu dia kencing di pojok masjid, kemudian orang-orang menghardiknya, dan Rasulullah menahan hardikan mereka. Ketika dia telah menyelesaikan kencingnya, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam- pun memerintahkan (untuk mengambil) seember air, lalu beliau siramkan ke tempat itu (Muttafaqun Alaihi)

Faedah Hadits

1. Air kencing (manusia) itu najis, dan wajib mensucikan tempat yang mengenainya baik itu badan, pakaian, wadah, tanah, atau selainnya.

2. Cara mensucikan air kencing yang ada di tanah adalah menyiramkannya dengan air, dan tidak disyaratkan memindahkan debu dari tempat itu baik sebelum menyiramnya maupun setelahnya. Hal serupa (penyuciannya) dengan air kencing adalah (penyucian) najis-najis lainnya, dengan syarat najis-najis tersebut tidak berbentuk padatan.

SUMBER:Sherwood, Lauralee. (2009) Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem Ed.6. Jakarta, EGC