evaluasi kebijakan pembangunan sumber daya air … · berdasarkan penjelasan mengenai berbagai...

26
1 © 2005 Sjofjan Bakar Posted 2 Desember 2005 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor Dosen: Prof.Dr.Ir.Rudy C.Tarumingkeng EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR (IRIGASI) BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh: Sjofjan Bakar P.062040284 [email protected] I. PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan hidup pada sebagian besar negara berkembang, termasuk Indonesia seringkali menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Perkembangan kegiatan pembangunan yang tidak terkendali pada gilirannya menyebabkan persoalan pencemaran lingkungan hidup dan keberlanjutan sumber daya menjadi terancam. Hal ini antara lain disebabkan terlalu besarnya porsi kegiatan pembangunan dalam mencapai indikator-indikator

Upload: buianh

Post on 07-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

1

© 2005 Sjofjan Bakar Posted 2 Desember 2005 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor Dosen: Prof.Dr.Ir.Rudy C.Tarumingkeng

EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

SUMBER DAYA AIR (IRIGASI) BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP

Oleh:

Sjofjan Bakar P.062040284

[email protected]

I. PENDAHULUAN

Permasalahan lingkungan hidup pada sebagian besar negara

berkembang, termasuk Indonesia seringkali menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Perkembangan

kegiatan pembangunan yang tidak terkendali pada gilirannya

menyebabkan persoalan pencemaran lingkungan hidup dan keberlanjutan

sumber daya menjadi terancam. Hal ini antara lain disebabkan terlalu

besarnya porsi kegiatan pembangunan dalam mencapai indikator-indikator

Page 2: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

2

ekonomi dibandingkan parameter lingkungan hidup yang seringkali

terabaikan.

Kondisi tersebut sangat dirasakan dalam perjalanan kegiatan

pembangunan di Indonesia, termasuk dalam kegiatan pembangunan

sumber daya air Irigasi. Permasalahan yang ditemukan selama ini adalah

penggunaan sumberdaya air sektor irigasi masih belum optimal

memberikan input bagi kebutuhan air tanaman. Hal ini disebabkan antara

lain oleh fluktuasi ketersediaan air irigasi yang tidak sesuai dengan

kebutuhan tanaman baik dari segi ketepatan jumlah, waktu, dan kualitas.

Selain itu juga semakin tingginya tingkat pencemaran kualitas air oleh

limbah industri (Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2004: 1)

dan banyaknya pemanfaat air irigasi selain untuk sektor pertanian

menambah permasalahan berkaitan dengan kuantitas dan kualitas air

Irigasi (Siskel dan Hutapea, 1995: 10).

Kondisi demikian dijelaskan oleh Budhi Santoso (2005: 3) bahwa

potensi air tawar, khususnya di Pulau Jawa mencapai sebesar 4.5% dari

total nasional, sedangkan penduduk Pulau Jawa sendiri sebanyak 65%

dari total penduduk Indonesia. Ketersediaan air di Pulau Jawa mencapai

sebesar 1.750 m3/kapita/tahun (atau berada di bawah standar kecukupan

yaitu sebesar 2.000 m3/kapita/tahun). Apabila tidak ada upaya yang

serius, maka sampai tahun 2020 di Pulau Jawa hanya akan tersedia

sebesar 1.200 m3/kapita/tahun.

Page 3: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

3

Berdasarkan fenomena tersebut tentunya diperlukan pendekatan

kegiatan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Menurut

Sumarwoto (2003: 1), dalam perspektif tersebut lahirlah konsep eco-

development yang di Indonesia dikenal dengan pembangunan

berwawasan lingkungan. Artinya pembangunan diperlukan dan harus

dilaksanakan dengan tidak boleh merusak lingkungan hidup serta harus

berkelanjutan.

Dikemukakan pula oleh Sumarwoto bahwa dalam Laporan Komisi

Sedunia Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Komisi Brundtland)

berjudul “Hari Depan Kita Bersama” (our common future), konsep

pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang

berusaha memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi

kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Penjelasan tersebut mempunyai makna bahwa pembangunan harus selalu

memperhatikan kebutuhan dan kepentingan generasi pada masa

mendatang dengan cara tidak menghabiskan sumber daya yang tersedia

dan lingkungan yang rusak.

Secara umum pembangunan berkelanjutan bertumpu pada ekonomi,

lingkungan hidup, dan sosial budaya. Oleh karena itu pertumbuhan

ekonomi saja tidak cukup memenuhi syarat pembangunan berkelanjutan.

Syarat lain yang harus dipenuhi adalah pembangunan itu harus

berwawasan lingkungan atau ramah lingkungan hidup. Dalam konteks

Page 4: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

4

tersebut, Pemerintah Indonesia sudah menetapkan suatu kebijakan yang

mengatur lingkungan hidup melalui Undang-Undang No. 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kebijakan lingkungan hidup tersebut merupakan salah satu langkah

preverentif Pemerintah dalam mengendalikan dan mengarahkan

pembangunan yang berwawasan lingkungan. Mengingat kegiatan

pembangunan merupakan salah satu upaya dalam mengoptimalisasi

sumber daya, maka pada tingkat penyelenggaraannya dilakukan secara

berkelanjutan. Demikian pula halnya dengan pembangunan sumber daya

air Irigasi merupakan unsur lingkungan hidup yang perlu dikelola secara

oprimal dalam rangka dalam pencapaian perubahan pelaksanaan kegiatan

pembangunan yang ramah lingkungan hidup dan berorientasi pada

kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

II. PERKEMBANGAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR IRIGASI

Pembangunan dan pengembangan sumber daya air irigasi mulai

diselenggarakan secara nyata pada periode tahun 1965 – 1985.

Penyelenggaraan kegiatan pembangunan dan pengembangan irigasi

tersebut menghasilkan peningkatan luas lahan beririgasi dari 1,5 juta ha

menjadi 5 juta ha, dan menciptakan swasembada pada tahun 1984.

Instrumen kebijakan yang mendukung hal tersebut ditetapkan oleh

Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982 tentang

Page 5: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

5

Irigasi sebagai turunan dari Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang

Pengairan.

Sejalan dengan perkembangannya, kemudian terdapat

permasalahan dimana pembiayaan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan

(O&P) jaringan irigasi tidak lagi dapat ditanggulangi oleh Pemerintah

sebagai akibat dari menurunnya harga minyak dunia, sehingga dibutuhkan

pengelolaan sumber daya air irigasi secara lebih efektif dan efisien.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka pada tahun 1987 ditetapkan suatu

kebijakan mengenai operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, yang pada

akhirnya menjadi dasar dari beberapa proyek-proyek besar yang dibiayai

dari pinjaman Bank Dunia, ADB, dan donor-donor lainnya.

Perubahan yang cukup tajam dirasakan sejak krisis moneter pada

tahun 1997 dimana Pemerintah Indonesia mengalami kesulitan dalam

perekonomian nasional. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah

telah memulai suatu program besar untuk reformasi kelembagaan,

dengan tujuan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan serta

pemerintahan yang lebih efektif, efisien dan dapat dipertanggung-

jawabkan.

Pemantapan kelembagaan menjadi salah satu agenda utama

reformasi kebijakan termasuk dalam bidang pengelolaan irigasi.

Reformasi kelembagaan pengelolaan irigais tidak hanya dilakukan pada

tingkat pemerintahan melainkan juga pada kelembagaan masyarakat.

Fokus utamanya adalah meningkatkan peran para penerima manfaat

Page 6: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

6

(masyarakat petani dan pengguna lainnya), dan merubah peran

kelembagaan pemerintah dari “provider” barang/jasa dan prasarana

menjadi “enabler” bagi masyarakat dalam rangka mobilisasi sumber daya

dan kemampuannya untuk memecahkan berbagai permasalahan yang

dihadapi dalam pembangunan sumberdaya irigasi.

Demikian pula halnya dalam bidang pengelolaan irigasi, sebuah

kebijakan telah dicanangkan dan dirumuskan melalui konsultasi publik

secara luas dan melibatkan berbagai pihak baik di kalangan pemerintah

maupun unsur non pemerintah, termasuk universitas dan Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM). Kebijakan pembangunan sumber daya air

Irigasi diupayakan oleh upaya Pemerintah melalui pembaharuan kebijakan

pembangunan bidang irigasi melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 3

Tahun 1999 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Pengelolaan Irigasi

(PKPI). Kebijakan tersebut merupakan sikap reformatif Pemerintah

Republik Indonesia dalam mengantisipasi perubahan di bidang keirigasian

di masa depan.

Secara umum PKPI tersebut meliputi 5 (lima) butir pokok kebijakan

sebagai berikut:

(1) Pengaturan kembali tugas dan tanggung jawab lembaga

pengelola irigasi.

(2) Pemberdayaan masyarakat petani pengelola air melalui

pengembangan kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

(P3A).

Page 7: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

7

(3) Pengaturan Penyerahan kewenangan Pengelolaan Irigasi (PPI)

secara bertahap dari Pemerintah kepada Perkumpulan Petani

Pemakai Air (P3A).

(4) Pengaturan kembali pembiayaan pengelolaan irigasi.

(5) Menjaga keberlanjutan sistem irigasi dan pencegahan alih fungsi

lahan beririgasi.

Butir-butir kebijakan di atas satu sama lain saling terkait, yang

didalamnya antara lain bermuatan upaya peningkatan kapasitas aparatur

pemerintah dan partisipasi masyarakat petani melalui organisasi

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam pengelolaan irigasi.

Hubungan yang baik antara pemerintah dan masyarakat petani serta

upaya penguatan kemampuan kelembagaannya dalam rangka

pelaksanaan kebijakan pengelolaan irigasi pada gilirannya diharapkan

dapat menjaga keberlanjutan fungsi jaringan irigasi dalam mendukung

prouktivitas usaha pertanian.

Mengingat sedemikian kuatnya arus reformasi pengelolaan irigasi

secara partisipatif, maka Pemerintah menetapkan suatu kebijakan melalui

Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2001 Tentang Irigasi. Kebijakan

tersebut ditetapkan untuk menggantikan Peraturan Pemerintah No. 23

Tahun 1982 tentang Irigasi yang sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan

reformasi. Untuk mendukung implementasi kebijakan tersebut, kemudian

ditetapkan beberapa keputusan Menteri Terkait, yaitu sebagai berikut :

Page 8: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

8

● Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

529/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penyerahan Kewenangan

Pengelolaan Irigasi Kepada Perkumpulan Petani Pemakai Air.

● Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2001 tentang

Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air.

● Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2003 tentang

Pedoman Pengaturan Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab

Lembaga Pengelola Irigasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.

● Keputusan Menteri Keuangan No. 298KMK.02/2003 tentang

Pedoman Penyediaan Dana Pengelolaan Irigasi Kabupaten/Kota.

Pelaksanaan kebijakan pengelolaan irigasi tersebut tentunya harus

dapat memberikan pengaruh terhadap sasaran baik pada tingkat

pemerintah maupun masyarakat petani pemakai air. Hal senada

dikemukakan oleh William Walters seperti yang dikutip oleh Jones (1996:

295) bahwa “masalah yang penting dalam implementasi kebijakan publik

adalah hal memindahkan suatu keputusan ke dalam kegiatan atau

pengoperasian dengan cara tertentu. Cara tersebut adalah bahwa apa

yang dilakukan memiliki kemiripan nalar dengan keputusan tersebut serta

berfungsi dengan baik di dalam lingkup lembaganya”.

Dalam proses implementasi kebijakannya, PP 77/2001 tentang

Irigasi tersebut mengalami polemik di kalangan masyarakat ketika

Pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang

Page 9: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

9

Sumber Daya Air. Materi kebijakan tersebut sebagian diantaranya

bertentangan dengan materi yang terdapat dalam PP 77/2001 khususnya

yang berkaitan dengan kewenangan pengelolaan irigasi. Untuk

mengantisipasi hal tersebut, maka dirumuskan suatu kesepakatan

bersama antara Bappenas, Departemen Dalam Negeri, Departemen

Kimpraswil (sekarang Departemen PU), dan Departemen Pertanian. Inti

dari kesepakatan tersebut adalah implementasi kebijakan PP 77/2001

masih tetap berjalan sepanjang materinya tidak bertentangan dengan UU

7/2004.

Mengingat UU 7/2004 sudah ditetapkan secara hukum oleh

Mahkamah Konstitusi untuk tetap menjadi produk kebijakan publik, maka

diperlukan penyesuaian materi yang terdapat dalam PP 77/2001 dan

produk kebijakan pelaksanaannya. Perkembangan yang terjadi saat ini

sudah disusun Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) maupun

Peraturan Menteri terkait dalam Pengembangan Pengelolaan Sistem

Irigasi Partisipatif. Status terakhir, RPP dan Peraturan Menteri terkait

tersebut sedang dalam proses untuk penetapannya sebagai produk

kebijakan Pemerintah Indonesia dalam reformasi kebijakan pengelolaan

irigasi pada masa mendatang. Secara umum perkembangan kebijakan

pembangunan sumber daya air irigasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 10: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

10

UU 11 TAHUN 1974 TENTANG

PENGAIRAN

● KepMen Kimpraswil No. 529/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penyerahan Kewenangan Pengelolaan Irigasi Kepada Perkumpulan Petani Pemakai Air.

● KepMenDagri No. 50 Tahun 2001 tentang Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air.

● KepMenDagri No. 22 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengaturan Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Lembaga Pengelola Irigasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.

● KepMenKeu No. 298KMK.02/2003 tentang Pedoman Penyediaan Dana Pengelolaan Irigasi Kabupaten/Kota

PP 23 TAHUN 1982 TENTANG

IRIGASI

INPRES 3 TAHUN 1999

TENTANG

PP 77 TAHUN 2001 TENTANG

IRIGASI

UU 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER

DAYA AIRRPP IRIGASI (2005)

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TERKAIT (2005) : ● Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif. ● Pedoman Pengaturan Wewenang, Hak, Dan Tanggung Jawab

Lembaga Pengelola Irigasi ● Pedoman Pembiayaan Pengelolaan Irigasi ● Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air. ● Pedoman Pembentukan Komisi Irigasi Dan Penyelenggaraan Forum

Koordinasi Antarkomisi Irigasi Dan Forum Koordinasi Daerah Irigasi

Gambar 1. Perkembangan Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Air Irigasi

Page 11: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

11

III. EVALUASI KEBIJAKAN

Secara konseptual, pengertian kebijakan diberi penjelasan yang

berbeda-beda sesuai sudut pandang dan disiplin ilmu tertentu.

Sebagaimana yang dikutip oleh Islamy (1997: 15-16), Lasswell dan

Kaplan memberikan pengertian kebijakan sebagai “a projected program of

goals, values and practices” (suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai

dan praktek-praktek yang terarah). Pengertian kebijakan sebagaimana

yang dikemukakan oleh Anderson adalah “a purposive course of action

followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of

concern” (serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang

diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku

guna memecahkan suatu masalah tertentu).

Kebijakan merupakan suatu taktik dan stratregi yang diarahkan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, suatu kebijakan dapat

memuat 3 (tiga) elemen penting, yaitu sebagai berikut:

(1) Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai;

(2) Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang

diinginkan; dan

(3) Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara

nyata dari taktik atau strategi tersebut.

Seperti halnya dengan pengertian kebijakan, definisi yang

menjelaskan tentang kebijakan publik dari berbagai disiplin ilmu juga

Page 12: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

12

cukup banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut pandangan Dye

(1995) kebijakan publik dapat dipahami sebagai apa saja yang dilakukan

dan tidak dilakukan oleh pemerintah. Dalam konteks tersebut, pengertian

kebijakan merupakan upaya untuk memahami dan mengartikan:

(1) apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh Pemerintah mengenai

suatu masalah;

(2) apa yang menyebabkan atau yang mempengaruhinya;

(3) apa pengaruh serta dampak dari kebijakan publik tersebut.

Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah

dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997: 20-

21) menyimpulkan secara sederhana terhadap pengertian kebijakan

publik sebagai serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan

atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau

berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.

Pengertian kebijakan publik tersebut mempunyai beberapa implikasi

sebagai berikut:

(1) Kebijakan publik dalam bentuk perdananya berupa penetapan

tindakan-tindakan pemerintah;

(2) Kebijakan publik tidak cukup hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan

dalam bentuknya yang nyata;

(3) Kebijakan publik baik untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan

sesuatu itu mempunyai dan dilandasi dengan maksud dan tujuan

tertentu; dan

(4) Kebijakan publik harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh

anggota masyarakat.

Page 13: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

13

Analisis kebijakan publik selain merupakan metode untuk

memahami apa dan bagaimana suatu kebijakan terjadi, juga menyediakan

alat yang bermanfaat bagi praktisi yang terlibat dalam proses perumusan

kebijakan (Kartasasmita, 1995: 1). Analisis kebijakan itu sendiri menurut

Lasswell sebagaimana yang dikutip Dunn (1994) merupakan aktivitas

menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan

kebijakan. Lebih jauh, Dunn (1994) memberikan pengertian analisis

kebijakan sebagai upaya untuk menghasilkan dan mentransformasikan

informasi yang dibutuhkan untuk suatu kebijakan, dengan menggunakan

berbagai metode penelitian dan pembahasan dalam suatu kondisi tertentu

untuk menyelesaikan suatu masalah.

Analisis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan informasi

dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai tiga macam

pertanyaan, yaitu: (1) nilai yang pencapaiannya merupakan tolak ukur

utama untuk melihat apakah masalah telah teratasi; (2) fakta yang

keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-

nilai; dan (3) tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan

pencapaian nilai-nilai.

Analisis kebijakan publik lebih banyak memberi perhatian kepada

teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi

kebijakan, dalam kaitannya dengan masukan, keluaran, hasil,

pengorbanan dan lain sebagainya, yang berkaitan dengan kebijakan

publik, dan bukan kepada substansi dari kebijakan itu sendiri (Waldo,

Page 14: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

14

1992). Menurut Tjokroamidjojo, pembentukan kebijakan publik dapat

meliputi 7 (tujuh) tahapan (Sunggono, 1994: 57), yaitu sebagai berikut:

(1) policy germination, tahap penyusunan konsep pertama dari suatu

kebijakan;

(2) policy recommendation, tahap rekomendasi mengenai suatu

kebijakan;

(3) policy analysis, tahap analisis kebijakan, dimana berbagai informasi

dan penelaahan dilakukan terhadap adanya suatu rekomendasi

kebijakan, yang biasanya juga mempertimbangkan berbagai alternatif

implikasi pelaksanaannya;

(4) policy formulation, tahap formulai atau perumusan kebijakan;

(5) policy decision, tahap pengambilan keputusan atau persetujuan formal

terhadap suatu kebijakan, yang biasanya hal ini kemudian disahkan

dalam bentuk peraturan perundang-undangan;

(6) policy implementation, tahap pelaksanaan kebijakan; dan

(7) policy evaluation, tahap evaluasi atau penilaian pelaksanaan

kebijakan.

Demikian pula halnya dengan analisis kebijakan pembangunan

sumberdaya air irigasi perhatiannya ditujukan terhadap teknik yang dapat

digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kebijakan. Dalam

mengevaluasi kebijakan pembangunan sumberdaya air irigasi antara lain

perlu dilihat dari penilaiannya terhadap pelaksanaan kebijakan itu sendiri.

Berdasarkan pengalaman pembelajaran dari implementasi kebijakan

pembangunan sumber daya air irigasi sebagaimana yang telah diuraikan

sebelumnya tedapat beberapa keberhasilan dan kegagalan yang

ditemukan pada tingkat implementasi kebijakannya. Salah satu

Page 15: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

15

keberhasilan yang mencolok adalah mulai diwujudkannya pendekatan

partisipatif dalam penyelenggaraan kegiatan pengembangan dan

pengelolaan irigasi. Masyarakat pengguna air irigasi, khususnya

masyarakat petani pemakai air diberikan peluang yang cukup besar dalam

setiap pengambilan keputusan pengelolaan irigasi sesuai kewenangannya.

Selain itu juga terdapat perubahan paradigma dari sentralistik menuju

desentralisasi yang didukung oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah.

Selain keberhasilan yang dicapai terdapat pula beberapa kegagalan

yang terlihat dari indikasi-indikasi sebagai berikut :

● Kegagalan Pasar. Pasar implementasi kebijakan pembangunan

sumberdaya air irigasi adalah seluruh pelaku lembaga pengelola

irigasi yang terkait dengan pengelolaan irigasi. Selama ini terjadi

deviasi pada tingkat sasaran dimana pengaturan kelembagaan

pengelolaan irigasi masih terlihat tumpah tindih. Hal ini berkaitan

dengan pembagian peran (role sharing) antara lembaga pengelola

irigasi yang masih belum jelas. Indikasinya antara lain terlihat dari

penguatan kelembagaan pengelola irigasi pada tingkat masyarakat

petani yang seringkali tumpang tindih diantara Dinas Pemerintah

Daerah (Satuan Kerja Perangkat Daerah) baik Dinas Pertanian

maupun Dinas Pengairan (atau sejenisnya). Selain itu juga

pemahaman masyarakat petani pemakai air terhadap perkembangan

kebijakan pembangunan sumber daya air irigasi masih belum tercapai

Page 16: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

16

secara menyeluruh. Hal ini disebabkan sosialisasi kebijakan masih

terkonsentrasi pada tingkat ”elit petani” (pengurus P3A/GP3A/IP3A),

dan belum sampai sebarannya pada tingkat masyarakat petani.

Kondisi demikian menyebabkan hanya sebagian besar pengurus yang

mempunyai akses informasi terhadap perkembangan kebijakan yang

terjadi selama ini.

● Kelembagaan Tingkat Pemerintah Daerah. Sejalan dengan era

otonomi daerah, cukup banyak terjadi kewenangan atau peran Kepala

Daerah tidak sejalan dengan kebutuhan pencapaian kinerja

pembangunan sumber daya air. Hal ini terlihat dari penempatan

personel (aparatur pemerintah) dalam menduduki jabatan struktural

seringkali tidak mengindahkan ”backround” keahlian dan pendidikan

yang sesuai dengan bidangnya. Selain itu juga cukup banyak

ditemukan petugas Juru/Mantri Pengairan yang ditarik dari lokasi

daerah irigasi ke struktural yang ada dalam dinas sebagai staf.

Kondisi demikian menyebabkan komunikasi dalam bidang

pengelolaan irigasi kurang terwujud dengan baik antara masyarakat

petani dengan Pemerintah Daerah.

● Kelembagaan Tingkat Petani (P3A/GP3A/IP3A). Penguatan

kelembagaan masyarakat petani (P3A/GP3A/IP3A) dalam

pengelolaan irigasi juga terlihat masih berjalan kurang optimal.

Pemberdayaan masyarakat petani pemakai air masih berjalan

pendekatan lama, dan kurang memperhatikan aspirasi, partisipasi dan

Page 17: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

17

kebutuhan setempat. Mekanisme seperti tersebut memungkinan

pencapaian kinerja program kurang sejalan dengan amanah reformasi.

Selain itu juga, pemberdayaan masyarakat petani seringkali berjalan

tanpa arah yang jelas, sehingga pencapaian tujuan akhir berupa

kemandiarian petani dalam pengelolaan irigasi belum tercapai secara

optimal.

IV. ALTERNATIF SOLUSI: KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR IRIGASI BERWAWASAN LINGKUNGAN

Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 7

Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, khususnya Pasal 2, Pasal 3 dan

Pasal 4 bahwa pengelolaan sumberdaya air, termasuk sumber daya air

irigasi haruslah didasarkan pada asas kelestarian, kesiembangan,

kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian

serta transparansi dan akuntablitas (Pasal 2). Pada tingkat

pengelolaannya harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan sumberdaya

air irigasi yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

(Pasal 3). Selain itu juga pengelolaan sumberdaya air harus mempunyai

fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi yang diselenggarakan dan

diwujudkan secara selaras (Pasal 4).

Tujuan pencapaian kesejahteraan masyarakat dari upaya

pengelolaan sumberdaya air juga dikemukakan oleh Budi Wignyosukarto

(2005: 2) bahwa pengelolaan sumberdaya air tidak lepas dari

Page 18: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

18

permasalahan ketersediaan air dan kebutuhan terhadap air yang perlu

dikelola secara terpadu (Gambar 2).

Dalam konteks pembangunan sumber daya air irigasi, defisit

ketersediaan air sangat berpengaruh terhadap kebutuhan air sektor irigasi.

Sekarang ini, ketersediaan air irigasi tidak hanya dimanfaatkan oleh

kepentingan produktivitas pertanian an sich, melainkan juga untuk

kebutuhan lainnya (sektor rumah tangga dan industri). Kondisi demikian

menuntut pengelolaan irigasi dilaksanakan secara lebih baik lagi untuk

mengantisipasi kemungkinan konflik kepentingan alokasi air irigasi yang

akan terjadi pada masa mendatang.

Secara khusus kebutuhan air irigasi untuk kepentingan pertanian

tidak hanya sekedar peningkatan produktivitas saja, melainkan juga

diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat petani dan

upaya pengembangan diversifikasi pola tanam. Secara umum,

KE

TE

RSE

DIA

AN

AIR

SIKLUS HIDROLOGI

YANG DINAMIS (ketidakpastian)

PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

TERPADU (prioritas kebutuhan pembagian alokasi,

konservasi dan pengendalian pencemaran)

KE

TE

RSE

DIA

AN

AIR

Rumah tangga, irigasi, ekosistem

air, industri, tenaga listruk, air kemasan, pariwisata, transportasi

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Gambar 2. Pengelolaan Sumberdaya Air

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

Page 19: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

19

kepentingan air irigasi untuk usaha pertanian dapat digambarkan sebagai

berikut (Gambar 3).

Berdasarkan skema kepentingan air irigasi untuk sektor pertanian

tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa potensi sumberdaya air irigasi

memberikan peluang tidak hanya pada kesejahteraan masyarakat petani

saja melainkan juga dapat membuka lapangan kerja dan memberikan

kontribusi positif terhadap ketahanan pangan. Dengan demikian potensi

Kesempatan lapangan kerja

Ketahanan Pangan

Kesejahteraan Petani

Usaha Pertanian

Ketersediaan air irigasi

Ketersediaan Sumberdaya air

(DAS/SUBDAS)

Gambar 3. Kepentingan Irigasi Untuk Sektor Pertanian Secara Umum

KELESTARIAN LINGKUNGAN

HIDUP

KELESTARIAN LINGKUNGAN

HIDUP

KEBERLANJUTAN KEMANFAATAN

Page 20: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

20

sumberdaya air irigasi mempunyai peran yang sangat penting dalam

pencapaian kesejahteraan masyarakay, khususnya masyarakat petani

yang sebagian besar tinggal di perdesaan dengan mata pencaharian di

sektor pertanian.

Untuk menunjang pencapaian tujuan kesejahteraan masyarakat

tersebut diperlukan reorientasi kebijakan pasar melalui sosialisasi yang

berjenjang dan penguatan kelembagaan baik di tingkat Pemerintah

Daerah maupun masyarakat petani secara terpadu. Pengembangan

sosialisasi dapat diwujudkan melalui model pada Gambar 4, Gambar 5,

dan Gambar 6 sebagai berikut.

Gambar 4. Sosialisasi Kebijakan Berjenjang

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR IRIGASI

SOSIALISASI

APARATUR PEMERINTAH ANGGOTA DEWAN (DPRD)

PENGURUS ORGANISASI P3A/GP3A/IP3A

MASYARAKAT PETANI PEMAKAI AIR IRIGASI

Page 21: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

21

SATUAN KERJA PERANGKAT DINAS (SKPD)

KOMISI IRIGASI

DEWAN SUMBER DAYA AIR

KELOMPOK PENDAMPING LAPANGAN (KPL) : ● JURU/MANTRI PENGAIRAN

● PPL ● KECAMATAN

● DESA

MASYARAKAT PETANI PEMAKAI AIR (P3A/GP3A/IP3A) PADA SUATU DAERAH IRIGASI

Gambar 5. Komunikasi dan Koordinasi Pembangunan Sumber Daya Air Irigasi antara Lembaga Pengelola Irigasi

Page 22: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

22

PENGAMBILAN PENGAMBILAN KEPUTUSANKEPUTUSAN

PERSENTASE IPI

PERSENTASE IPI

TERKUMPUL

TERKUMPUL

USAHA EKONOMI

USAHA EKONOMI

PRODUKTIF

PRODUKTIF

(inc. USAHA TANI)

(inc. USAHA TANI)

‘‘SHARING’ O&P

SHARING’ O&P

(SEK./PRIM.)

(SEK./PRIM.)

KEGIATAN O

&P (R?)

KEGIATAN O

&P (R?)

(PELA

YANAN

(PELA

YANAN

KEBUTUHAN

KEBUTUHAN

ANGGOTA)

ANGGOTA)

•• PUBLIC AWARENESS (SOSIALISASI, DLL.)PUBLIC AWARENESS (SOSIALISASI, DLL.)

•• PEMBENTUKANPEMBENTUKAN

•• PENGEMBANGANPENGEMBANGAN

•• PELATIHANPELATIHAN

•• PENDAMPINGANPENDAMPINGAN

•• FASILITASI BANTUAN STIMULANFASILITASI BANTUAN STIMULAN

•• DLL.DLL.

Internal (kemampuan

dan kemauan)

Eksternal(support

regulasi dan kebijakan)

PENGAMBILAN PENGAMBILAN KEPUTUSANKEPUTUSAN

PERSENTASE IPI

PERSENTASE IPI

TERKUMPUL

TERKUMPUL

USAHA EKONOMI

USAHA EKONOMI

PRODUKTIF

PRODUKTIF

(inc. USAHA TANI)

(inc. USAHA TANI)

‘‘SHARING’ O&P

SHARING’ O&P

(SEK./PRIM.)

(SEK./PRIM.)

KEGIATAN O

&P (R?)

KEGIATAN O

&P (R?)

(PELA

YANAN

(PELA

YANAN

KEBUTUHAN

KEBUTUHAN

ANGGOTA)

ANGGOTA)

•• PUBLIC AWARENESS (SOSIALISASI, DLL.)PUBLIC AWARENESS (SOSIALISASI, DLL.)

•• PEMBENTUKANPEMBENTUKAN

•• PENGEMBANGANPENGEMBANGAN

•• PELATIHANPELATIHAN

•• PENDAMPINGANPENDAMPINGAN

•• FASILITASI BANTUAN STIMULANFASILITASI BANTUAN STIMULAN

•• DLL.DLL.

Internal (kemampuan

dan kemauan)

Eksternal(support

regulasi dan kebijakan)

Gambar 6. Model Pemberayaan P3A/GP3A/IP3A

Page 23: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

23

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

● Pembangunan sumberdaya air irigasi sangat tergantung pada

ketersediaan air dan kebutuhan pemanfaatan air oleh berbagai sektor

atau pemanfaat air dengan daya dukung lingkungan kebijakan yang

kondusif.

● Sumberdaya air irigasi mempunyai kemanfaatan sedikitnya dalam

meningkatkan intensitas tanam, produktivitas hasil usahatani,

diversifikasi pola tanam dan peningkatan pendapatan petani.

● Potensi sumberdaya air irigasi mempunyai peluang peningkatan

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat petani di perdesaan yang

sebagian besar mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian.

● Kebijakan pembangunan sumber daya air irigasi dalam pencapaian

tingkat kesejahteraan masyarakat diupayakan dengan memperhatikan

kelestarian lingkungan hidup.

● Perwujudan pembangunan sumber daya air irigasi yang berwawasan

llingkungan perlu diwujudkan melalui daya dukung kebijakan pasar

yang jelas dan penguatan kelembagaan aparatur pemerintah dan

masyarakat petani pemakai air (P3A/GP3A/IP3A).

Page 24: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

24

5.2. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan tersebut, maka dapat disarankan

beberapa hal sebagai berikut :

● Pembangunan sumberdaya air irigasi perlu ditunjang melalui upaya

mempertahankan ketersediaan dan kualitas air yang dilakukan dengan

program konservasi lahan dan air di daerah tangkapan air,

pencegahan pencemaran air dan menjaga kerusakan hutan serta

pengembangan hutan yang lestari.

● Perlu adanya pengelolaan sumberdaya air irigasi secara lebih baik

dengan melibatkan partisipasi masyarakat petani pemakai secara lebih

aktif dalam setiap pengambilan keputusan pengelolaan irigasi dalam

menunjang intensitas tanam, produktivitas hasil usahatani, diversifikasi

pola tanam dan peningkatan pendapatan petani.

● Perlu adanya reorientasi kebijakan pasar yang jelas dan

berkesinambungan, serta dukungan penguatan kelembagaan pada

tingkat aparatur Pemerintah Daerah dan masyarakat petani pemakai

air (P3A/GP3A/IP3A).

● Perlu adanya kebijakan yang mengatur pengelolaan sumberdaya air

irigasi melalui penetapan Peraturan Pemerintah tentang Irigasi dan

pedoman pelaksanaan kebijakan pembangunan sumber daya air

irigasi yang ramah lingkungan hidup dan menunjang kesejahteraan

masayarakat secara berkelanjutan.

Page 25: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

25

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sunggono. 1994. Hukum dan Kebijaksanaan Publik. Sinar Grafika, Jakarta.

Budhi Santoso. 2005. Journalist Workshop on Water Policy Issues in Indonesia. Paper disampaikan dalam Workshop dengan Asian Development Bank.

Budhi Wignyosukarto. 2005. Air dan Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Charles O. Jones. 1996. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy). PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Direktorat Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Lahan. 2004. Kebijakan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Untuk Kelestarian Hutan dan Lahan Serta Penataan Ruang Wilayah. Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan, Jakarta.

Ginandjar Kartasasmita. 1995. Kebijaksanaan Publik Dalam Pembangunan: Sebuah Tinjauan Mengenai Lingkungan Kebijakasanaan (Policy Environment). LAN Universitas Padjadjaran, Bandung.Waldo, 1992).

Irfan M. Islamy. 1997. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Bumi Aksara, Jakarta.

Otto Sumarwoto. 2003. Dualisme Propenas dan Agenda 21. Harian Kompas, PT Gramedia, Jakarta.

Suzzane E. Siskel dan S.R. Hutapea. 1995. Irigasi di Indonesia: Peran Masyarakat dan Penelitian. LP3ES, Jakarta.

Thomas R. Dye. 1995. Understanding Public Policy. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

William N Dunn. 1994. Analisis Kebijakan Publik. PT Handika Offset, Yogyakarta.

Dokumen Peraturan Perundangan: ● Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.

● Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982 tentang Irigasi.

Page 26: EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR … · Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai definisi yang telah dikemukakan menyangkut pengertian kebijakan publik, Islami (1997:

26

● Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

● Instruksi Presiden (Inpres) No. 3 Tahun 1999 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Pengelolaan Irigasi (PKPI).

● Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2001 Tentang Irigasi.

● Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 529/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penyerahan Kewenangan Pengelolaan Irigasi Kepada Perkumpulan Petani Pemakai Air.

● Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2001 tentang Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air.

● Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengaturan Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Lembaga Pengelola Irigasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.

● Keputusan Menteri Keuangan No. 298KMK.02/2003 tentang Pedoman Penyediaan Dana Pengelolaan Irigasi Kabupaten/Kota.

● Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air.

● Undang Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.