etika murid dan guru dalam naskah...

110

Click here to load reader

Upload: danglien

Post on 03-Mar-2019

294 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

ETIKA MURID DAN GURU

DALAM NASKAH SEWAKA DARMA; PETI TIGA CIBURUY

GARUT

Skripsi

Diajukan ke Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Peryaratan

Meraih gelar Sarjana agama (S.Ag)

Oleh :

ASEP ASHLY NUGRAHA MARYONO

NIM : 1111033100027

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H./2018 M.

Page 2: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,
Page 3: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,
Page 4: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,
Page 5: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hanya Dia pemilik segala al-Hamdu yang senantiasa menebar Rahman dan

Rahimnya ke seluruh alam semesta. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah

limpahkan kepada Nabi yang telah menjadi panutan dan guru bagi seluruh alam.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu, baik ssecara langsung maupun secara tidak langsung dalam proses

penyelesaian Skripsi ini. Ucapan terimakasih, terutama dari penulis kepada;

1. Ibu Dra. Tien Rohmatin, M.A., selaku ketua Program Studi Aqidah dan

Filsafat Islam dan Bapak Dr. Abdul Hakim Wahid, M.A., Selaku

Sekretaris Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuludin,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Dr. Wiwi Siti Sajaroh M.A., Selaku Dosen Pembimbing, yang sudah

bersedia menjadi pembimbing, meluangkan waktu, dan dengan sabar

membimbing dan mengarahkan penulis, serta kritik dan koreksinya

sehinggpa penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Rosmaria Sjafariah Widjajanti, S.S., M.Si., Selaku Pembimbing

akademik yang juga sering memberikan nasihat dan masukan sehingga

memudahkan penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar, kususnya Program Studi AFI,

Staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, beserta jajaran civitas akademik,

yang telah membantu penulis dalam mengurus segala keperluan penulisan

ini.

Page 6: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

v

5. Bapak Dr. Ahmad Tjahja Nugraha, Bapak Djaka Badranaya S.E. M.Si.,

Bapak Eva Nugraha, M.A., yang tiada hentinya terus mengingatkan

penulis dan membantu kemudahan agar penulis segera menyelesaikan

studi di UIN Jakarta.

6. Terimakasih tak terhingga penulis haturkan bagi kedua orang tua, Ibu Nia

Kurniasih dan Bapak Nono Maryono, yang telah dengan sabar menunggui

anaknya untuk mendapatkan gelar sarjana. Paling utama, kerja keras yang

mereka lakukan demi anaknya sampai bisa seperti saat ini. Nasihat dan

perhatiannya tidak pernah berkurang sama sekali walau sudah lebih dari

sebelas tahun tidak tinggal di rumah tercinta. Atas berkat doa mereka juga

akhirnya penulis bisa menyelesaikan tulisan ini. Tak lupa kepada adik

tericinta, Niamillah M Ghani, Cecep M Rohmat, Aji Satria N, dan Putri

Ayu L yang menjadi pemacu semangat penulis dalam belajar dan

menuntut ilmu yang berkah.

7. Mas Abdullah Wong dan Mbak Naning, yang selama beberapa tahun telah

menjadi guru dan juga menjadi orang tua bagi penulis, mengingatkan,

memberikan tempat tinggal untuk belajar, dan mendoakan penulis

sehingga penulis bisa sampai pada tahap ini.

8. Sahabat-sahabat kosan cinta, kiayi Yayan Bunyamin, kang Adi Ridwan

Syam, Arip Nurahman, Irfan sanusi, Wandi Ruswandi, yang dari awal

masuk kuliah hingga sudah mau kadaluarsa, telah menjadi penyemangat,

penginspirasi dan menjadi bagian dari proses mencari ilmu di tanah

Ciputat ini.

Page 7: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

vi

9. Rekan-rekan Pengurus (2013-2014), (2014-2015) dan seluruh anggota

Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya Jakarta (HIMALAYA-JAKARTA)

yang telah menjadi saksi susah senangnya hidup di perantauan.

10. Megatari Gumilar yang tak henti-hentinya mengingatkan penulis agar

segera menyelesaikan studi, dan rekan-rekan Postar (Pojok Seni Tarbiyah),

Degung, Karawitan, dan yang lainna yang turut serta memberi semangat

agar supaya penulis bisa cepat menyelesaikan studi di UIN Jakarta.

11. Teman-Teman KKN Balas Budi 2017, atas kerjasama dan partisipasinya

sehingga penulis mendapatkan pengalaman yang berharga.

12. Fatimah Albatul Abidatunila, Karbelani, Muhammad Abu Bakar, teman

seperjuangan yang terus memberikan semangat dan bantuan agar penulis

bisa selesai bersama.

13. Keluarga Tresna Sundara, Panglayang Ka Bhuwana, dan Paras Bhuwana,

yang telah menjadi bagian keluarga dan mengajarkan penulis terutama

dalam masalah kebudayaan dan seni Tradisional Sunda dengan begitu

mendalam. Juga terus menyemangati agar menyelesaikan studi.

14. Teman-teman AF angkatan 2011 yang sudah menjadi bagian dari proses

perjalanan penulis hingga akhirnya bisa menyelesaikan tulisan ini.

Kepada semua pihak yang penulis tak bisa sebutkan satu persatu, baik secara

perorangan maupun secara institusi, yang telah membantu penulis. Kepada

semuanya saya ucapkan terimakasih, semoga Allah membalas segala amal baik

mereka. Amiin.

Ciputat, 27 Juli 2018

Asep Ashly Nugraha Maryono

Page 8: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

vii

ABSTRAK

Asep Ashly Nugraha M

Etika Guru dan Murid dalam Naskah Sewaka Daarma; Peti Tiga Ciburuy Garut

Naskah Sewaka Darma adalah sebuah naskah yang terdiri dari empat naskah

parallel dan tersimpan di dua tempat yang berbeda. Naskah Pertama disimpan di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Naskah kedua, ketiga, dan keempat

tersimpan di Kabuyutan Ciburuy, Garut. Baru dua naskah yang kemudian di

transliterasi dan diterjemahkan kedalam bahasa sunda, oleh Saleh Danasasmita

dkk yakni Sewaka Darma Naskah I yang tersimpan di PNRI, dan Undang Ahmad

Darsa, Naskah IV atau beliau tulis dalam judul bukunya “Sewaka Darma; Peti

Tiga Ciburuy, Garut” maksudnya peti tiga adalah di dalam peti ke tiga.

Sewaka Darma adalah sebuah Naskah yang berisi nasihat atau petuah bagi

siapa saja yang sedang belajar (menjadi seorang murid). Selain itu juga berisi

tentang ajaran perjalan spiritual manusia menuju kalepasan. Yakni terbebasnya

diri dari tubuh dan sifat-sifat duniawi, dari sakala, ke niskala dan sampai pada

jatiniskala.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etika murid terhadap sang guru

yang terdapat dalam Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut. Penelitian ini

menggunakan studi kepustakaan dengan menitikberatkan kajiannya pada analisis

isi (content analysis), penilitian ini juga diharapkan dapat memberikan

pemahaman bahwa etika/moral merupakan hal terpenting yang haruss dimiliki

seorang murid yang sedang belajar atau menuntut ilmu pada seorang guru.

Seorang murid dalam menggapai cita-citanya, tidak bisa mendapatkannya

dengan begitu saja. Perlu perjuangan, kerja keras, serta wajib hormat terhadap

guru dan bekerja untuk memperoleh kerelaan guru. Dengan melakukan berbagai

cara, seperti menjaga ucapan, tingkah laku, serta berssikap terpuji. Guru dalam

bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang

diperintahkannya, dan di tiru setiap apa yang dilakukannya. Oleh karena itu

seorang guru bukan hanya sebatas memiliki kecerdasan secara intelektual saja

melainkan memiliki tingkah laku yang menjadi ssuri tauladan (panutan) bagi

setiap muridnya.

Page 9: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Permasalahan.................................................................................... 13

1. Identifikasi maslah...................................................................... 13

2. Pembatasan Masalah................................................................... 14

3. Rumusan Masalah ................................................................ 14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 14

D. Kajian Pustaka ................................................................................. 15

E. Metode Penelitian ............................................................................ 16

1. Sumber Data ............................................................................... 16

2. Jenis Penelitian............................................................................ 18

3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 18

4. Teknik Analisa Data................................................................... 19

F. Sitematika Penulisan ..................................................................... 19

BAB II NASKAH SEWAKA DARMA SEBAGAI BAGIAN DARI NASKAH

SUNDA KUNO

A. Naskah Sunda Kuno....................................................................... 21

1. Asal Usul Naskah Naskah Sunda Kuno.................................... 21

2. Bahan dan Tujuan Penulisan Naskah Sunda Kuno.................. 24

B. Naskah Sewaka Darma Sebagai Naskah Sunda Kuno .................... 26

1. Sewaka Darma Sebagai Naskah Kuno .................................. 26

2. Nama Naskah dan Penyusunnya .............................................. 30

C. Latar Relegius Sewaka Darma........................................................ 31

1. Pencampuran Tradisi Budha dan Hindu .................................... 31

2. Percampuran Tradisi Siwa-Budha dan Tradisi Lokal ............... 35

D. Tahapan Transliterasi dan Rekonstruksi Naskah Sewaka Darma

Page 10: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

ix

Peti Tiga Ciburuy Garut .......…………………………………… 36

1. Transliterasi Naskah Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy, Garut 36

2. Rekonstruksi Naskah Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy, Garut 37

BAB III PERSOALAN ETIKA

A. Pengertian Etika ........................................................................... 40

B. Moral dan Agama ........................................................................... 42

C. Prinsip Etika Sunda........................................................................ 46

D. Etika Kepada Guru Dalam Naskah Sewaka Darma....................... 50

1. Pengertian dan Kedudukan Guru Dalam Naskah Sewaka Darma. 50

2. Pengertian dan Kedudukan Seorang Murid Dalam Naskah

Sewaka Darma ........................................................................ 52

BAB IV ETIKA SEORANG MURID KEPADA SANG GURU DALAM

NASKAH SEWAKA DARMA PETI TIGA CIBURUY GARUT

A. Ajaran Sang Guru Dalam Naskah Sewaka Darma.......................... 55

1. Bentuk Pengajaran Sang Guru ................................................. 55

2. Dasasila dalam Pancasaksi ..................................................... 56

B. Pandangan Manusia dan Dunia ...................................................... 58

1. Perihal Mengenai Fana dan Penderitaan .................................... 58

2. Perihal Mengenai Takdir ......................................................... 61

3. Perilah Mengenai Manusia ; Antara Jiwa dan Raga ................. 62

4. Bayu, Sabda, Hedap .................................................................. 63

C. Ajaran Moralitas Sewaka Darma .................................................... 64

1. Sikap Seorang Murid Terhadap Gurunya ................................. 64

2. Sikap Sang Guru Terhadap Muridnya .................................. 66

3. Persoalan Kosmologi: Konsep Dualisme Hidup Dari yang Fana

Menuju Moksa .......................................................................... 68

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan ...................................................................................... 68

b. Saran .............................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... ......... x

Page 11: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara antropologis Indonesia sangat kaya akan budaya dan kearifan lokal

yang dimilikinya, dari ujung timur sampai ujung barat Indonesia memiliki

beragam kebudayaan, kelokalan, dan juga falsafah kehidupannya. Secara

sosiologis Indonesia memiliki masyarakat yang beragam dan saling mengisi satu

sama lain. Bahkan dalam konteks Indonesia, masyarakatnya mau bergotong

royong dan saling membantu. Hal itu adalah sebagai bentuk dari wujud Bhineka

Tunggal Ika, Berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Keragaman budaya yang kaya

itu sebagai salah satu ciri bagaimana kehidupan masyarakat dalam suatu daerah

terbentuk. Oleh karenanya kebudayaan adalah salah satu unsur yang sangat

penting di dalam kehidupan, terutama kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh

karenanya kajian tentang kebudayaan harus terus dipromosikan dan dimaknai

sebagai salah satu kekuatan untuk menopang suatu peradaban yang berjalan

kearah yang lebih besar. Bahkan ada ungkapan “jika budaya sebuah Bangsa

terpelihara dengan baik maka baik pula lah bangsa itu, namun jika budayanya

rusak, maka rusak pula sebuah bangsa itu”. hal ini membuktikan memang

kebudayaan dan kearifan lokal harus menjadi fokus utama kajian-kajian dan

pembelajaran, agar kemudian tidak hilang.

Ketika kita belajar atau mengkaji tentang budaya, maka berarti kita juga

akan mengkaji bagaimana suatu kearifan lokal itu berlangsung. Misalnya saya

ambil contoh dalam konteks masarakat Sunda, banyak sekali tersimpan kearifan

lokal yang terkandung didalamnya dan secara turun temurun terus berkembang,

baik itu berkembang secara Lisan atau pun kearifan lokal secara tertulis yakni

Page 12: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

2

berupa naskah-naskah kuno yang masih tersimpan rapi. Kearifan lokal yang

kemudian menjadi sebuah tradisi yang berlangsung terus menerus terutama yang

sumbernya dari lisan memang banyak berkembang di Indonesia, tidak hanya ada

di dalam masyarakat Sunda, ada juga di dalam masyarakat Jawa, masyarakat

Bugis, masyarakat Dayak, masyarakat Batak atau yang lainnya di Indonesia juga

banyak berkembang dan bahkan diyakini dan dijadikan pedoman dalam menjalani

kehidupan pribadi, masyarakat atau kehidupan adat istiadatnya. Hal ini

menandakan bahwa tradisi lisan memang mengakar kuat dalam masyarakat

Indonesia, terutama di dalam masyarakat Sunda. Namun, bukan berarti hanya

kearifan lokal yang bersumber dari lisan semata yang kemudian dijadikan

pegangan dalam menjalani kehidupan, melainkan tradisi tulisan. Misalnya dalam

masyarakat bugis kita mengenal Naskah terpanjang di dunia yang tertulis, lebih

panjang dari kisah Mahabarata di India yakni naskahnyya orang Bugis I Laga

Ligo, atau dalam tradisi Jawa kita akan banyak menemukan naskah-naskah seperti

dalam cerita pewayangan, Mocopat, Serat Centhini, Serat Wedhatama, Serat

Wulangreh dan banyak lagi naskah tulisan dalam tradisi jawa yang tersimpan

rapih. Dalam masyarakat sunda kita juga mengenal naskah Bujangga Manik,

Naskah carita Parahiyangan, Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian,

Naskah Sewaka Darma, Naskah Amanat Galunggung dan banyak lagi yang

lainnya yang tersimpan dan terdokumentasikan di perpustakaan nasional atau di

kabuyutan-kabuyutan yang ada di tanah sunda.

Menjadi perhatian penulis terutama berkenaan dengan permasalahan

etika/moral dalam kehidupan masyarakat sunda. Kemudian muncul pertanyaan,

mengapa tradisi perilaku atau moral dan adat istiadat masih kuat mengakar, dan

Page 13: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

3

bahkan di beberapa tempat masih berlaku secara turun temurun dan bisa bertahan

sampai saat ini? Asumsi awal penulis boleh jadi karena peran dari seorang

sesepuh sebagai elit masyarakat dalam menjaga moral, adat istiadat dan tradisi

tersebut. Peran seorang sesepuh itu juga bisa sebagai seorang pembimbing (guru)

dalam membimbing masyarakatnya sesuai apa yang diajarkan para leluhurnya

baik itu secara lisan atau pun sesuai pedoman yang tertulis.

Secara geografis, Masyarakat Sunda adalah salah satu kelompok etnis atau

suku bangsa di Indonesia yang mendiami sebelah Barat pulau Jawa, yaitu daerah-

daeah yang sekarang dikenal dengan nama, Bandung, Sukabumi, Cianjur,

Tasikmalaya,Sumedang, Ciamis, Banjar, Kuningan, Cirebon, Banten yang

sekarang menjadi provinsi sendiri,1 Bekasi, Karawang, dan Bogor. Bahasa dan

penggunaan nama diri menjadi salah satu identitas kesundaan mereka yang paling

menonjol. Sedang dalam perspektif antropologi budaya, suku bangsa Sunda

adalah orang-orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa Sunda

beserta dialeknya sebagai bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari dan berasal atau

bertempat tinggal di Jawa Barat. Demikianlah, daerah Jawa Barat dikenal juga

dengan istilah Tanah Pasundan atau Tatar Sunda yang secara kultural

(penggunaan bahasa), masih terlihat dipakai di daerah Cilosari dan Citanduy yang

menjadi batas wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.2

Dalam konteks pemikiran di atas sering kali sebutan Urang Sunda (Orang

Sunda) adalah mereka yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai

orang Sunda. Dengan demikian sekurang-kurangnya ada dua kriteria bahwa

1 Banten sekarang menjadi provinsi sendiri sejak tahun 2000, lihat Nina Herlina Lubis,Banten Dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, dan Jawara (Jakarta: LP3S, 2003), hlm..233-237

2 Koentjaraningrat, Manusia dan kebudayaan Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1971), hlm.300

Page 14: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

4

seseorang atau sekelompok orang dikatakan sebagai orang Sunda. Pertama, aspek

genetik (keturunan) atau hubungan darah. Seseorang atau sekelompok orang bisa

disebut orang Sunda bila orang tuanya, baik dari pihak ayah atau pihak ibu

maupun keduanya adalah orang Sunda dan di manapun orang itu dilahirkan,

dibesarkan dan berada. Kedua, aspek lingkungan sosial budaya. Mereka akan

disebut orang Sunda jika lahir, tinggal dan dibesarkan di daerah Sunda serta

menggunakan dan menghayati norma-norma dan nilai-nilai budaya Sunda

walaupun kedua orang tuanya atau leluhurnya bukan orang Sunda.3

Berdasarkan uraian di atas maka bisa dirumuskan bahwa orang Sunda

mempunyai ciri-ciri di antaranya lahir dan besar atau berasal dari Tanah

Pasundan, bisa berbahasa Sunda dan menggunakan nama ciri khas Sunda4 serta

menghayati norma-norma dan nilai-nilai budaya Sunda. Selain itu, ciri-ciri

manusia Sunda bisa dilihat juga dari pandangan hidup mereka yang tergambar

dalam beberapa peribahasa atau ungkapan. Misalnya orang Sunda sangat terikat

dengan tanah kelahirannya, sejauh apa pun dia pergi atau merantau pasti akan

kembali ke tempat dia berasal seperti dalam peribahasa “Bengkung ngariung

bongkok ngaronyok jeung dulur di bali geusan ngajadi” (meskipun “bungkuk”

tetapi bersama saudara di kampung sendiri)5. Peribahasa lainnya yang

menandakan sifat orang Sunda, yaitu mengenai hubungan persaudaraan atau

hubungan darah yang diketahui dalam beberapa peribahasa di bawah ini antara

lain; “Buruk-buruk papan jati” (seburuk buruknya dia saudara kita, akuilah

3 Edi Suhardi Ekadjati, Kebudayaan Sunda Jilid 1 (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hlm 74 Di zaman modern seperti sekarang ini, tidak sedikit memang orang Sunda yang sudah

tidak menggunakan nama khas Sunda. Dan sebagai catatan, tidak semua orang yang bisaberbahasa Sunda walau mereke mengaku dirinya sebagai orang Sunda, karena bisa saja orangtersebut bukan berasal dari Sunda dan tidak memiliki garis keturunan sunda sama sekali serta tidakmenghayati nilai dan norma budaya Sunda.

5 Ajip Rosidi, Mencari Sosok Manusia Sunda, hlm. 216-217

Page 15: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

5

sebagai saudara), “Ari salaki atawa pamajikan mah aya urutna, tapi ari dulur mah

moal aya urutna” (boleh dikatakan suami atau istri itu ada bekasnya, tetapi yang

namanya saudara itu tidak akan pernah ada bekasnya). Dalam lingkungan

masyarakat Sunda ada peribahasa yang menggambarkan hal-hal yang negatif,

sehingga maksudnya mengingatkan agar orang Sunda menghindari hal-hal itu,

seperti tergambar dalam beberapa peribahasa berikut; “Asa Aing uyah Kidul”

(angkuh, sombong, merasa paling hebat, seperti garam dari laut Selatan yang lebih

asin dari garam asal laut lain), “Nyieun pucuk ti Girang” (membuat pangkal

permasalahan), “Kandel kulit beungeut” (tidak punya rasa malu), “Mipit teu amit

ngala teu mènta” (mengambil sesuatu atau memetik hasil tanaman tanpa meminta

izin dahulu kepada yang punya). Selain itu ada pula peribahasa yang menerangkan

kebaikan sehingga orang Sunda dianjurkan untuk melakukannya, seperti

peribahasa “Ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salogak, sareundeuk saigel,

sabobot sapihandèan, sabata sarimbagan” (selalu hidup rukun tidak pernah

bertengkar hanya karena silang pendapat), “Cikaracak ninggang batu, laun-laun

jadi legok” (segala sesuatu jika dikerjakan dengan sabar dan tekun, pasti akan ada

hasilnya), “Ngukur ka kujur nimbang ka awak” (harus tahu diri, sadar diri, jangan

melakukan halhal yang di luar kemampuan kita).6 Dalam konteks ini seorang

tokoh Sunda, Ajip Rosidi menegaskan, bahwa peribahasa itu mencerminkan

bangsa yang memilikinya atau menunjukkan kepribadian manusianya.7 Nilai-nilai

yang terkandung dalam peribahasa tersebut dapat diidentikkan dengan ciri-ciri

manusia Sunda sebagaimana yang penulis katakan di atas, terdapat dalam naskah

Sunda lama yaitu naskah Sanghyang Siksakandang Karesian (ajaran tentang hidup

6 Ajip Rosidi, Mencari Sosok Manusia Sunda, hlm. 2177 Ajip Rosidi, Mencari Sosok Manusia Sunda, hlm. 44

Page 16: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

6

arif berdasarkan darma),8 atau bisa kita temukan juga dalam Naskah Sewaka

Darma.

Memang, jika berbicara tentang naskah sunda yang ditemukan dan bahkan

terdokumentasikan rapi, baik itu tersimpan dalam komunitas adat atau

perpustakaan nasional RI, akan kita temukan beberapa naskah lain seperti Carita

Parahyangan, Naskah Amanat Galunggung, Naskah Munding Laya Dikusuma,

Naskah Carita Pantun, Naskah Sewaka Darma, Naskah Bujangga Manik, Naskah

Waruga Lemah dan banyak lagi yang ternyata memang ada hubungan keterkaitan

satu sama lain. Bahkan kalau kita telaah lebih lanjut, isi dan ajarannya lebih

banyak berkenaan dengan moral, atau akhlak, atau etika dalam kehidupan di

dunia. Lalu kemudian bagaimana hubungan antara manusia dengan sang Hyang

(Tuhan), hubungan manusia dengan alam semesta, dan hubungan manusia dengan

manusia dan hubungan manusia dengan makhluk lain selain manusia, baik itu

yang dzahir maupun yang ghaib.

Dalam Penelitian Skripsi ini, Penulis memang akan lebih spesifik

membahas tentang isi naskah Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut, dan

persoalan etika atau moral masyarakat Sunda. Secara umum ditelaah dari salah

satu naskah sunda kuno yang ada, dan bahkan sudah dilakukan beberapa

penelitian terhadap naskah tersebut oleh beberapa ahli. Karena banyak sekali

naskah yang ada dan terdokumentasikan, namun banyak juga yang belum di

transliterasi. Keseluruhannya selalu membahas tentang masalah kehidupan, juga

tentang etika, akan tetapi penulis hanya akan menelaah Isi dari naskah Sewaka

Darma Peti tiga Ciburuy Garut, yang mana memang ada beberapa kajian dan

8 Saleh Danasasmita, dkk. Sewaka Darma, Sanghyang Siksakandang Karesian, AmanatGalunggung: Transkripsi dan Terjemahan (Bandung: proyek pengkajian dan penelitiankebudayaan Sunda (Sundanologi), 1987), hlm. 6 dan 94-118

Page 17: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

7

penelitian yang sudah dilakukan terutama oleh Undang A. Darsa, Ajip Rosidi,

juga Shaleh Danasasmita mengenai Naskah Sunda Kuno Sewaka Darma ini

sebelumnya.

Menyoal tentang permasalahan etika, jika merujuk KBBI, ada tiga

pengertian etika yakni, pertama, Ilmu tentang apa yg baik dan apa yg buruk dan

tentang hak serta kewajiban moral, kedua, berarti kumpulan asas atau nilai yg

berkenaan dengan akhlak; ketiga, berarti asas perilaku yg menjadi pedoman.9 Jika

itu yang menjadi rujukan maka makna etika bisa menjadi pegangan bagi

seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya jika

orang berbicara tentang etika suku-suku Indian, etika agama Budha, etika Orang

Sunda, etika Protestan. Maka tidak dimaksudkan etika adalah ilmu. Melainkan

sebuah system nilai. Kemudian selanjutnya makna etika bisa diartikan sebagai

kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud dalam hal ini adalah kode etik.

kemudian barulah etika memiliki makna sebagai sebuah ilmu tentang yang baik

dan buruk. Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-

asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja

diterima dalam suatu masyarakat-seringkali tanpa disadari-menjadi bahan refleksi

bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika disini sama artinya dengan

filsafat moral.10

Sangat penting kemudian untuk memahami etika dan juga etiket. Memang

seringkali istilah kedua ini dicampuradukan bahkan memiliki arti yang sama,

padahal jelas berbeda. Etika dalam hal ini berarti moral, sedangkan etiket berarti

9 KBBI. (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen kebudayaan Nasional, 2008) Hlm. 39910 K.Bertens. ETIKA, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama1993), hlm. 6

Page 18: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

8

sopan santun.11 Memang sekilas seperti sama saja karena memang etika dan juga

etiket menyangkut perilaku manusia, baik etika dan etiket mengatur perilaku

manusia seara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan

dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau apa yang boleh

dilakukan. Namun, sebenarnya etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus

dilakukan manusia. Diantara cara yang mungkin, etiket menunjukan cara yang

tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan

tertentu. Misalnya, jika makan menggunakan tangan kanan. Dianggap melanggar

etiket jika kita makan dengan menggunakan tangan kiri kecuali kidal. Kemudian

etiket hanya berlaku dalam pergaulan, bila tidak ada orang lain hadir atau tidak

ada saksi mata maka etiket tidak berlaku. Lalu etiket bersifat relatif, misal

dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan tapi dalam kebudayaan lain bisa jadi

dianggap sopan. Intinya etiket lebih kepada memandang manusia sebagai lahiriah

saja. Tidak seperti etika, ia menyangkut manusia dari segi dalam. Bisa saja orang

tampil sebagai “musang berbulu ayam” dari luar tampak sopan dan halus, namun

dalamnya sangat busuk. Banyak penipu yang justru karena penampilannya yang

halus dan menawan sehingga sangat mudah meyakinkan orang. Etika memiliki

prinsip prinsip yang absolut (tidak relative) misalnya jangan mencuri, jangan

membunuh, jangan berbohong. Ketika ada saksi ataupun tidak ada saksi tetap hal

itu tidak dibenarkan untuk dilakukan.12 Penjelasan etika dan etiket ini kemudian

akan menjadi penting dalam pembahasan selanjutnya. Setidaknya ada gambaran

secara umum tentang etika itu seperti apa. Kemudian kita bisa bandingkan

bagaimana etika atau moral dalam tradisi masyarakat sunda. Pada pembahasan

11 K.Bertens. ETIKA, hlm 812 K.Bertens. ETIKA, hlm 8-10

Page 19: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

9

selanjutnya, saya akan lebih spesifik lagi membahas bagaimana perilaku

pembelajaran seorang Pembelajar/murid dalam naskah Sewaka Darma peti tiga

Ciburuy Garut.

Sebagai sebuah naskah kuno, Sewaka Darma adalah sebuah teks yang

termasuk teks pedagogis, yakni sebuah pengajaran yang dilakukan oleh sang guru

kepada murid tentang kehidupan dan apa yang layak untuk diperjuangkan dan

dihidupi. Sewaka Darma sebagai naskah Sunda yang mengisahkan seorang guru

dalam mendidik murid, yang sedang belajar tentang kehidupan dan bagaimana

seorang murid bersikap (laku) ketika menerima wejangan keagamaan dan moral

dari sang guru yang dinamakan Pandita, mahapandita, dewatakaki, atau sang

nugraha yang menyampaikan anugrah, juga petuah-petuah tentang nasib buruk

yang menunggunya apabila ia mengabaikan petunjuk-petunjuk itu.13

Sebagai sebuah naskah, Sewaka Darma merupakan naskah Sunda kuno

yang perlu mendapat beberapa catatan awal. Pertama, Sewaka Darma merupakan

naskah Sunda kuno yang diwariskan dalam sejarah dan terdiri atas 4 koropak

(naskah parallel). Naskah pertama disimpan di PNRI Jakarta.14 Naskah ke-2

menjadi bagian Naskah Ciburuy I. Naskah ke-3 berada dalam peti 2, dan naskah

ke-4 tersimpan dalam peti 3 koleksi kabuyutan Ciburuy, Garut.15 Perdebatan yang

bisa muncul adalah manakah naskah awal atau yang utama dari keempat naskah?

Alasan yang bisa kita gunakan adalah bahwa dengan adanya teks paralel, kajian

13 Undang A Darsa, Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut. 2012, Pusat Studi Sunda ,Bandung, hlm. 120

14 Naskah I sudah diterjemahkan oleh tim dan menjadi buku: Saleh Danasasmita,Ayatrohaedi, Tien Wartini, Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma, Sanghyang SiksakandangKaresian, Amanat Galunggung, Transkripsi dan Terjemahan (Bandung: Bagian Proyek Penelitiandan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan DepartemenPendidikan dan kebudayaan, 1987) 1-5

15 Naskah III dikerjakan oleh Undang A. Dasa dan pada 2012 diterbitkan dalam bukuSewaka Darma, Peti Tiga Ciburuy Garut terbitan Pusat Studi Sunda, Bandung.

Page 20: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

10

Sewaka Darma akan mempunyai pembanding untuk memahami isi teksnya.

Kedua, Sewaka Darma disusun untuk pembaca masyarakat umum (pada

zamannya). Hal ini bisa dilihat dari media yang digunakan yakni daun lontar. Dari

materi atau medianya, Sewaka Darma ditulis di atas daun lontar dengan cara

digores menggunakan péso pangot. Dengan mengacu pada penjelasan

sebelumnya, Sewaka Darma dibuat untuk kalangan non-kabuyutan atau

masyarakat umum. Hal ini juga sesuai dengan isinya yang diutarakan dalam

bentuk puisi berlarik seperti carita Sunda, atau carita Pantun. Kesesuaian ini

berlanjut pada bentuk aksara dan bahasa yang digunakan. Ketiga, Sewaka Darma

merupakan naskah yang dibuat pada masa kebudayaan Hindu-Budha masih

dihayati di Jawa Barat (khususnya). Dari bahasa dan aksaranya, Sewaka Darma

menggunakan aksara Sunda kuno. Menilik aksaranya, Sewaka Darma ditafsirkan

atau diperkirakan berasal dari abad ke-14 (seperti halnya Prasasti Astana Gede-

Kawali). Bagi Danasasmita, bentuk huruf Sewaka Darma mirip dengan huruf

yang digunakan dalam koropak (L) 410, yaitu Carita Ratu Pakuan. Sementara itu,

koprak 410 ini (diperkirakan) ditulis pada awal abad ke-18, dengan

mempertimbangkan naskah Carita Waruga Guru. Namun, menilik isinya, Sewaka

Darma (L. 408) jauh lebih tua dari abad ke-18, karena isinya penuh dengan nuansa

Hindu-Budha. Dengan demikian, naskah ini diperkirakan dibuat pada zaman

Sunda pra-Islam atau pada zaman pengaruh Hindu-Budha masa akhir sebelum

Islam di Tatar Sunda, yaitu di antara abad ke-15 hingga abad ke-16.16 Edi S.

Ekadjati menyatakan bahwa Sewaka Darma berasal dari tahun 1435 (Abad ke-15).

Keempat, Pengarang Sewaka Darma tidak menjelaskan identitas dirinya.

16 Undang A. Darsa, Sewaka Darma, Peti Tiga Ciburuy Garut (Bandung: Pusat StudiSunda, 2012), hlm,. 1-3

Page 21: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

11

Informasi yang didapatkan dari baris 66: “Atma (mi)lang sinurat ri(ng) mêrêga

payung beunang nu(m)pi[u], ti Gunung Kumbang pun, batur Ni Teja Puru

Ba(n)cana, tila(s) sandi ti Jě(ng)gi, pa(ng) wědar, beunang Buyut Ni Dawit pun”.

(Jiwa berkata ditulis di jalan pelindung hasil bertapa dari Gunung Kumbang,

pertapaan Ni Teja Puru Bancana, bekas utusan dari Jenggi, ajaran hasil susunan

Buyut Ni Dawit).

Pengarang Sewaka Darma menyebut dirinya sebagai Buyut Ni Dawit.

Buyut berarti cicit dan bukan gelar kehormatan untuk pertapa ulung. Jadi, besar

kemungkinan penyusunnya adalah cicit Ni Dawit, namun perihal nama aslinya

tidak diketahui. Kemungkinannya ialah, (a) pengarang naskah ini adalah seorang

perempuan dan pertapa karena (1) ia bertapa di Gunung Kumbang di pertapaan Ni

Teja Puru Bancana, (2) banyak menggunakan istilah khas perempuan, dan (3)

paham kelengkapan pakaian perempuan (bidadari dan bangsawan perempuan)

pada zamannya. (b) Sementara itu, penyusunan naskah dilakukan di pegunungan

atau sebuah tempat bernama Kuta Wawatan. Lokasinya sekarang belum diketahui,

tetapi diduga terletak di daerah Priangan timur sebab penulisnya mengenal nama

Kendan, Medang, dan Menir.17

Kelima, bentuk Sewaka Darma merupakan kawih (nasihat dan petuah)

tentang kebijakan, yaitu pengajaran guru kepada muridnya atau wiku atau pandita

ke calon pandita. Cara penyampaiannya adalah didaktis dan pengulangan-

pengulangan.18 Kelima hal di atas menjadi catatan yang membantu untuk melihat

naskah Sewaka Darma dalam menguraikan ajaran kebijaksanaannya yang bisa

17 Saleh Danasasmita, dkk. Sewaka Darma, Sanghyang Siksakandang Karesian, AmanatGalunggung: Transkripsi dan Terjemahan (Bandung: proyek pengkajian dan penelitiankebudayaan Sunda (Sundanologi), 1987), hlm. 1

18 Undang A. Darsa, Sewaka Darma, Peti Tiga Ciburuy Garut , hlm. 126

Page 22: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

12

dipilah dalam dua bagian besar. Paruh pertama berisi tokoh utama: Sang Sewaka

Darma sebagai murid yang menerima berbagai wejangan dan moral dari gurunya

(yang dinamakan pandita, mahapandita, dewatakaki, sang Nugraha). Sang

Sewaka Darma mendapatkan nasihat, petuah, dan petunjuk supaya dapat

menghindarkan diri dari segala godaan yang tidak sesuai dengan norma

kehidupan. Sang tokoh belajar membedakan perbuatan-perbuatan yang baik dan

yang tidak baik. Contoh tindakan tidak baik di dalamnya adalah berdusta,

membunuh, menuntut yang tidak berdosa, mengguna-gunai, dan sebagainya.

Tindakan baik, misalnya, adalah melakukan dasasila dan pancasaksi. Paruh kedua

Sewaka Darma melukiskan perjalanan moksa, yakni persiapan jiwa saat melepas

dunia fana dan akan masuk ke dunia yang baru, serta proses pencapaian

kesempurnaan (moksa): perjalanan sang jiwa (Atma) setelah keluar dari ‘penjara’

badan dan dunia fananya dan masuk ke alam baka untuk mencapai titik akhir

moksa. Kunci supaya manusia bisa sampai ke kaleupasan atau moksa, atau supaya

sang Atma membuka misteri dirinya sebagai roh murni, adalah bayu (tenaga),

sabda (ucapan), dan hedap (tekad). Kunci ini hanya berguna kalau hilang. Artinya,

pintu setiap tahap akan terbuka jika kuncinya hilang. Jika kuncinya dipergunakan,

sang Atma akan masuk dalam suatu level, tanpa akan kembali ke level lama.

Setelah berada di level baru, kunci akan hilang. Begitulah perjalanan sang Atma.

Pada akhirnya, sang Atma akan mencapai Jatiniskala (tempat sang Maha Sejati)

saat semua kunci (bayu, sabda, hedap) menghilang. Itulah moksa, ‘lepas

sempurna secara hakiki’.19 Dalam uraiannya, Sewaka Darma juga berisi

perjalanan menuju Hyang. Konsep Hyang adalah konsep asli Sunda. Artinya,

19 Undang A. Darsa, Sewaka Darma, Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm 126

Page 23: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

13

pandangan Siwaisme Budhisme bercampur dengan ‘unsur asli’ Sunda karenan

Hyang dibedakan dari Dewata, walaupun tempat dewa disebut juga kahiyangan.

Jika dilihat posisinya, Sewaka Darma (kropak 408) memposisikan Hyang sejajar

dengan Dewa. Hal ini menunjukkan bahwa anasir Hindu masih cukup kuat,

mengingat dalam kroprak 630 (Sanghyang Siksa Kandang Karesian, 1528 M)

konsep Hyang lebih tinggi dari dewa seperti dikatakan, “Dewata Bakti di Hyang”

(Dewata tunduk kepada hyang).20 Data ini menegaskan dinamika perjumpaan

antara tradisi lokal dan Hindu-Budha (pengaruh asing). Hasilnya adalah koalisi

tradisi lokal dengan konsep-konsep Hindu-Budha yang berisi ajaran mistis religio-

filosofis.21

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Kajian-kajian naskah sunda kuno memang banyak ditemui dalam sastra.

Di beberapa Universitas misalnya seperti Unpad, UPI Bandung, Unpar dan

beberapa Instansi pendidikan yang terdapat program Sastra Sunda. Padahal dalam

naskah-naskah itu, walaupun ditulis dalam bentuk sastra seperti Carita Pantun,

kisah-kisah atau petuah dalam bentuk prosa, namun justru isinya banyak

mengulas tentang falsafah, pandangan hidup, dan terutama masalah etika/moral

urang sunda. Permasalahannya sekarang orang sunda sendiri banyak yang salah

kaprah, tidak mengerti bahwa bukan hanya kata karuhun22 yang secara turun

temurun menjadi tradisi lisan saja, tapi urang sunda pada waktu itu sudah

mencatatkan tentang apa-apa yang mesti dilakukan. Nilai-nilai etika/moral yang

20 Saleh Danasasmita, dkk. Sewaka Darma, Sanghyang Siksakandang Karesian, AmanatGalunggung: Transkripsi dan Terjemahan (Bandung: proyek pengkajian dan penelitiankebudayaan Sunda (Sundanologi), 1987), hlm. 1-5.

21 Undang A. Darsa, Sewaka Darma, Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm. 119.22 leluhur

Page 24: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

14

diajarkan para karuhun kini sudah banyak ditinggalkan, apalagi oleh generasi

millennial. Dalam hal menunntut ilmu misalnya rasa hormat, santun, takjub,

nurut¸sama guru sudah tidak diindahkan. Lebih banyak karena guru dianggap

sebagai profesi. Bukan sebagai yang digugu dan ditiru.

2. Pembatasan Masalah

Penelitian ini sebenarnya ingin menggali apa itu Naskah Sewaka Dharma

peti tiga Ciburuy Garut, seperti apa Naskah Sundo Kuno Sewaka Dharma,

pandangan hidup masyarakat Sunda dan apa yang terdapat di dalamnya.

kemudian pada Bab selanjutnya saya akan membatasi tentang bagaimana

etika/moral dalam tradisi masyarakat sunda, sikap (etika) seorang murid terhadap

gurunya dalam menuntut ilmu dalam nskah Sewaka Darma, dan hal apa saja yang

menjadi kewajiban dan larangan yang harus dilakukan seorang murid.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan

jawabannya melalui pengumpulan dataddan bentuknya sesuai tingkat ekplanasi.23

Dalam hal ini, setelah mengidentifikasi dan membatasi masalah yang akan

dibahas oleh penulis, di rumuskan masalah-masalah yang ada. Bagaimana ajaran

sang guru dalam naskah Sewaka Darma ini? Lalu apa isi dari Naskah Sewaka

Darma ini? Dan Bagaimana sikap etika seorang murid terhadap guru dan sikap

seorang guru terhadap seorang murid dalam naskah Sewaka Darma ini?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan pertama, sebagai persyaratan akademis untuk

menyelesaikan studi Aidah Filsafat Islam di Univeritas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Kedua, untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap

23 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : CV, Alabeta, h. 56 atau lihat, AbdulMuthalib, Metode penelitian Pendidikan Islam, Banjarmasin : Antasari Press, h. 25

Page 25: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

15

kebudayaan atau kearifan lokal Nusantara serta mengajarkan kepada kita agar

hidup sesuai dengan aturan yang berlaku. Ketiga, untuk mengetahui Kitab sewaka

Dharma peti tiga Ciburuy Garut, sebagai salah satu naskah sunda kuno yang

masih ada. Selain menjelaskan tentang Sewaka Dharma, juga mengetahui

pandangan hidup orang sunda yang bersumber dari sebuah catatan sejarah (atau

bisa disebut sastra) yang biasanya hanya tahu secara lisan dan turun temurun.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini, dapat menambah khazanah

kepustakaan atau literatur di Indonesia, khususnya berkaitan dengan keearifan

lokal yang dimiliki masyarakat Sunda. Kemudiam supaya menjadi landasan para

pembelajar terutama seorang murid, pencari ilmu, bagaimana bersikap (etika)

terhadap sang guru. Di samping itu karya tulis ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi ilmiah kepada kajian falsafah, tasawuf dan kebudayaan di Nusantara.

Tentunya sebagai karya tulis akademik, penelittian ini diharapkan dapat memberi

manfaat yang bersifat teoritis maupun praktis.

D. Kajian Pustaka

Perilaku (Etika/moral) manusia Indonesia saat ini sudah mengalami

perkembangan dinamika yang mengarah pada kemerosotan akhlak. Hal ini terjadi

salah satunya karena masifnya kebudayaan asing berkembang dalam masyarakat

Indonesia. Nilai-nilai budaya, kearifan lokal (dalam hal ini masalah etika/moral

atau akhlak) semakin tergerus, sehingga sangat menghawatirkan untuk generasi

yang akan datang terutama yang tidak mengenal kebudayaan, tradisi lokal yang

dimiliki. Apalagi tradisi yang sifatnya lisan. Dari sekian banyak karya yang

membahas tentang falsafah, Pandangan hidup, juga mengenai etika/moral dan

naskah sunda Sewaka Darma peti tiga kabuyutan Ciburuy Garut, baik dalam

bentuk buku, jurnal, majalah, maupun skripsi, tesis, disertasi, penulis tidak

Page 26: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

16

menemukan tulisan yang secara spesifik membahas tentang etika hubungan Murid

terhadap sang guru dalam naskah Sewaka Darma ini. Walau demikian, kajian-

kajian atau penelitian-penelitian tentang naskah Sewaka Darma, memberikan

wawasan bagi penulis dalam menambah informasi dan pemahaman untuk

melengkapi kajian skripsi ini. Sejumlah tulisan yang penulis temukan diantaranya.

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Undang A Darsa dengan judul

“Sewaka Darma, peti Tiga Ciburuy Garut”. Penelitian ini adalah transkripsi dan

transliterasi naskah kuno dari Naskah asli yang masih menggunakan tulisan Sunda

kuno kedalam bahasa Indonesia.

Kedua, Transkripsi dan transliterasi “Sewaka Darma, Sanghyang

Siksakandang Karesian, Amanat Galunggung, Transkripsi dan Terjemahan.”

yang dilakukan oleh Danasasmita, Saleh & Ayatrohaei, Tien Wartini, Undang

Ahmad Darsa, 1987. Penelitian yang kemudian dijadikan buku ini berfokus pada

transkripsi dan terjemahan dari bahasa Sunda Kuno kedalam bahasa Indonesia,

dan bukan hanya fokus pada Naskah Sewaka Darma, melainkan Naskah Sang

Hyang Siksa Kandang Karesian dan Naskah Amanat Galunggung.24

Ketiga, “Keutamaan; Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma”. Dimana

tulisan ini fokus pada isi dan ajaran Naskah Sewaka Darma .25

E. Metode Penelitian

1. Sumber Data

Data Primer yakni data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti atau

petugas-petugasnya dari sumber pertamanya.26 Data Primer dapat berbentuk opini

24 Saleh Danasasmita, dkk. Sewaka Darma, Sanghyang Siksakandang Karesian, AmanatGalunggung: Transkripsi dan Terjemahan (Bandung: proyek pengkajian dan penelitiankebudayaan Sunda (Sundanologi), 1987), hlm.1

25 Yusuf Siswantara, dengan judul “Keutamaan; Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma”(Laporan Penelitian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas KatolikParahyangan, 2015).hlm.45

Page 27: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

17

subjek, yaitu pendapat narasumber baik secara individual atau kelompok dan hasil

observasi terhadap karakteristik benda (fisik), kejadian, kegiatan, atau hasil suatu

pengujian tertentu.27, atau karya langsung dari penulis yang akan diteliti.

Penelitian ini tergolong pada penelitian pustaka dan sepenuhnya bersifat

penelitian kepustakaan (Library Research). Yaitu menghimpun buku atau tulisan

yang ada hubungannya dengan tema skripsi ini. Sehingga bersifat kualitatif. Oleh

karena itu saya menggunakan telaah naskah sunda buhun Naskah Sewaka Darma

peti tiga Ciburuy Garut, yang sudah diterjemahkan dan dialih bahasakan dari

tulisan sunda kuno kedalam bahasa Indonesia. Oleh Undang A Darsa.

Sedangkan untuk sumber sekunder atau sumber lain yang ada

hubungannya dengan judul skripsi yakni, Penelitian yang dilakukan Saleh

Danasasmita, Ayatrohaedi, Tien Wartini, Undang Ahmad Darsa, “Sewaka Darma,

Sanghyang Siksakandang Karesian, Amanat Galunggung, Transkripsi dan

Terjemahan”. Penelitian yang dilakukan Yusuf Siswantara. S.S, M.Hum.

“Keutamaan; Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma”. “Sewaka Darma;

Pembelajaran Keutamaan Kehidupan dan Implikasi Pedagogisnyaí” oleh Yusuf

Siswantara dalam Jurnal Melintas. Selain sumber sekunder, juga ada beberapa

buku penunjang lain yang berhubungan dengan tema skripsi ang di bahas. Seperti

“Mencari Sosok Manusia Sunda” karya Ajip Rosidi, “Membaca Orang Sunda”

oleh Mamat Sasmita. “Masyarakat Sunda Budaya dan Problema” ditulis Drs. A.

Surjadi, M.A.28 “Sufisme Sunda; Hubungan Islam dan Budaya dalam Masyarakat

Sunda” ditulis oleh Dr. Asep Salahudin. “Etika” ditulis oleh Kies Bertens.

26 Sumardi Subrata, Metodologi Penelitian (Jakarta : Raja Gravindo persada,2000) hlm.84-85

27 Ruslan Rosady, Metodologi Penelitian ; Public Relation dan Komunikasi (Jakarta : RajaGravindo Persada.2010.Cet.ke-5.hlm.138

28 Lihat, A. Surjadi, Masyarakat Sunda Budaya dan Problema, (Bandung : Alumni, 1985)

Page 28: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

18

“Nyucruk Sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabu Siliwangi” ditulis oleh Saleh

Danasasmita. “Kekosongan ang Penuh; Sebuah Penafsiran atas Kosmologi

Sunda” oleh Sthepanus Junatan dalam Jurnal Melintas. “Pengantar Studi etika”

Franz Magnis Suseno. “Tatakrama di beberapa daerah di Indonesia” ditulis oleh

Ayatrohacdi, dkk, dan beberapa referensi lainnya yang mendukung dan berkaitan

dengan judul skripsi ini.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu dengan mendeskripsikan

secara terperinci terkait dengan masalah yang hendak diteliti kemudian

menganalisa setiap masalah untuk memperoleh pemahaman secara komprehensif.

Metode ini ditulis untuk memahami naskah Sewaka Darma.

3. Teknik pengumpulan data

Karena penelitian ini termasuk penelitian library research, maka teknik

pengumpulan data dilakuka di sebagian besar perpustakaan, baik perpustakaan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas

Ushuluddin UIN Jakarta, Perpustakaan nasional Republik Indonesia, juga dari

sumber referensi digital yang diakses ditempat tinggal penulis dan atau

mengunjungi beberapa tokoh seepuh sunda atau sejarawan dan budayawan sunda

untuk diskusi dan mengkaji referensi yang berkaitan dengan tema dan judul

skripsi ini. Semua buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini

dikumpulkan dan di klasifikasi berdasarkan relevansi terhadap pembahasan

penelitian ini. Setelah semua buku di klasifikasi maka langkah selanjutnya dibaca

ddan diteliti, dan pada akhirnya dimasukan pada pembahasan penelitian yang

diangkat.

Page 29: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

19

4. Teknik analisa Data

Karena analisis pada penelitian ini terfokus antar teks, maka sedikit

banyak digunakan berbagai metode, sebenarnya metode yang paling tepat untuk

membahas naskah ini dengan Filologi, hanya saja kemampuan penulis tidak

memadai untuk menggunakan filologi. Sehingga teks yang dikaji pun Naskah asli

yang sudah di transliterasi dan juga di rekonstruksi. Selain itu bisa juga

menggunakan metode hermenutik29. Dan atau Juga dengan kajian semantik30.

Teknik penulisan ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah tahun

2007 yang diterbitkan oleh penerbit CeQda, dan Pedoman Akademik Program

Strata 1 2011/2012, yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri

Syyarifhidayatullah Jakarta pada tahun 2011.

Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yakni BAB I sebagai pendahuluan, yang

akan membahas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

Dalam bagian ini akan di kemukakan bahwa etika/moral merupakan bagian dari

kearifan lokal masyarakat Sunda, terutama mengenai etika seorang murid dalam

Naskah Sewaka Darma. BAB II, dalam bab ini menjelaskan Naskah Sewaka

Darma sebagi bagian dari nakah sunda kuno, asal usul Naskah Sewaka Darma

,media atau bahan yang digunakan dalam menulis naskah ini, waktu dan siapa

29 Pengertian hermeneutic adalah metode yang digunakan untuk menafsirkan symbol yangberupa teks atau benda konkret untuk dicari arti dan maknanya. (Sudarto, Metodologi penelitianfilsafat, Jakarta; Grafindo Persada. 1997). hlm.59 atau lihat Mudjia Raharjo, Dasar-DasarHermeneutika; Antara Internasionalisme dan Gadameria (Yogyakarta; Ar Ruz Media, 2008) h.29.

30 Semantic adalah suatu studi dan analisa tentang makna-makna linguistic. Ilmu inimembahas tentang telaah makna, lambing-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna danhubungan makna satu dengan makna yang lainnya. Abd. Mu’in Salim, Metode Ilmu Tafssir(Yogyakarta; Teras, 2005). hlm. 77-78

Page 30: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

20

pengarangnya, latar religius naskah ini, Proses Transliterasi dan rekonstruksi

naskah. BAB III akan membahas tentang Etika secara umum, dari pengertian,

masalah moral dan agama, prinsip etika Sunda, dan etika seorang murid kepada

guru. Pada inti yakni Bab IV yakni etika seorang pencari ilmu/murid terhada

gurunya dalam naskah Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, ajaran sang guru,

konsep tentang Dasasila, dan pandnagan tentang Manusia dan Dunia seperti yang

termaktub dalam naskah, apakah itu tentang konsep fana dan penderitaan, tentang

konsep jiwa, tentang takdir, juga tentang bayu, sabda Hedap, dan kutipan naskah

Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy garut. Kemudian pada Bab V akan membahas

tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan yang sudah dijelaskan. Terutama

mengenai moralitas Naskah Sewaka Darma itu Sendiri dan juga etika Murid

terhada sang guru dalam menuntut ilmu dalam naskah Sewaka Darma. Tidak lupa

saran-saran dan rekomendasi yang bersifat konstruktif seputar etika masyarakat

Sunda pada umumnya serta khazanah kearifan lokal masyarakat sunda terutama

dalam naskah Sewaka Darma.

Page 31: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

21

BAB II

NASKAH SEWAKA DARMA SEBAGAI BAGIAN NASKAH KUNO

A. Naskah Sunda Kuno

1. Asal Usul Naskah Sunda Kuno

Naskah Sunda Kuno adalah Naskah atau Manuskrip dari masa kehidupan

sosial budaya Sunda mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu-Budha dari

India. Masa itu, dari abad ke-5 hingga abad ke-16 M meliputi kerajaan

Tarumanegara Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda. Namun, manuskrip Sunda

Kuno mungkin sekali bermula sejak abad ke-14 hingga awal abad ke-18M (Pleyte

1913; Atja 1970; Ekadjati 2003), karena sebelum abad ke-14 mungkin belum ada

tradisi penulisan manuskrip (masa itu baru ada tradisi tulis-baca berbentuk

prasasti) dan sampai awal abad ke-18 masih kekal tradisi tulis-baca pada daun

(lontar, nipah) dengan menggunakan aksara dan bahasa Sunda Kuno serta

berisikan cerita, catatan dan uraian tentang kebudayaan Sunda Pra-Islam.1

Naskah

Sunda Kuno adalah sebuah naskah sunda yang ditulis menggunakan aksara Sunda

Kuno, aksara Buda (gunung), cacarakan2 aksara sansakerta. Indikator bagaimana

sebuah naskah itu dikatakan sebagai Naskah Sunda Kuno yaitu pertama Aksara –

dalam hal ini aksara sunda kuno yang memili karakter mandiri yang bisa

dibedakan dengan jenis-jenis aksara dari daerah lain- dan kedua yakni bahasa.

Naskah Sunda Kuno ini, ketika diketemukan, sudah tidak lagi menjadi sebuah

tradisi atau karifan lokal yang masih hidup atau berjalan sebagaimana mestinya

1 Edi S Ekajati. “Pengetahuan Geografi Masyarakat Sunda Berdasarkan Manuskrip

Sunda Kuno dan Catatan Perjalanan Orang Portugis Jurnal” sari ed.25 ,2007. h. 23-24

2 https://su.wikipedia.org/wiki/Naskah_Sunda

Page 32: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

22

dalam masyarakat, kalaupun ada hanya sedikit tempat yang masih

mempertahankan kearifan lokalnya. Permasalahan utamanya karena memang

sedikit sekali masyarakat yang bisa membacanya, bahkan tak jarang dalam satu

kelompok masyarakat tidak bisa sama sekali membacanya. Naskahnya pun tidak

sebanyak naskah sunda baru atau sebanyak naskah jawa kuno. Dari segi

penyimpanannya, pun Naskah Sunda Kuno tersebar di beberapa tempat, baik

tersimpan di kabuyutan atau masyarakat ataupun di perpustakaan. Beberapa

lembaga yang menyimpan Naskah Sunda Kuno diantaranya, Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia (PNRI) di Jakarta, Perpustakaan Universitas Leiden

di Belanda, Bohleian Library di Inggris.3 Selain itu tersimpan di Museum Sri

Baduga (l.k. 125 naskah), Museum Cigugur, Museum Geusan Ulun, Kabuyutan

Ciburuy (l.k. 27 naskah)4 Selain kelembagaan diatas, juga disimpan dalam

Kabuyutan (daerah yang disucikan dalam tradisi masyarakat Sunda) Yaitu;

kabuyutan Ciburuy, Garut dan Kabuyutan Koleang, Jasinga-Bogor. Bahkan ada

naskah yang disimpan ditangan perorangan, baik itu di Bandung, ataupun juga di

Bogor.5 Sekitar abad ke-20, naskah sunda kuno tersebar di beberapa pihak yang

kemudian dikumpulkan, disatukan dan diberikan kepada Bataviaas Senootschap

van Kunsten en Wetenschappen (kini menadi PNRI) dan sudah menjadi koleksi di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Koleksi naskah-naskah yang

ada di Perputakaan Nasional Republik Indonesia tersimpan dengan sangat baik

dari dan dengan perawatan yang baik pula dan disimpan dalam museum nasional.

3 Edi S. Ekadjati , Naskah Sunda:Inventarisasi dan Pencatatan. (Bandung: UNPAD dan

Toyota Foundation,1988) 4 Edi S. Ekadjati , Naskah Sunda:Inventarisasi dan Pencatatan. (Bandung: UNPAD dan

Toyota Foundation, 1988) (dalam https://su.wikipedia.org/wiki/Naskah_Sunda) 5 Yusuf Siswantara, Keutamaan Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma.(Bandung

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masarakat Universitas Katolik Parahangan; 2015). h.

5

Page 33: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

23

Namun emang ada beberapa naskah sunda kuno yang tersimpan perorangan selain

tadi di kabuyutan-kabuyutan. Diantarana satu buah naskah pada bamboo milik Eti

Kusmiati Hadis dari daerah Mande Cianjur, dan dua buah naskah sunda kuno

milik abah Cahya di Antapani, bandung. Naskah-naskah ini mengalami dinamika

yang cukup alot terutama dalam pengorganisasian dan pengatalogan. Naskah

Sunda Kuno biasana disimpan dalam laci atau peti dan memiliki nomor koleksi,

hal ini dilakukan untuk mempermudah kita dalam pencarian.6 Pengumpulan

naskah-naskah sunda kuno ini tidak serta merta diambil begitu saja ketika

ditemukan, melainkan dengan ara pembelian lewat perantara, ada juga yang

diberikan dari bangsawan sunda Bupati Galuh ke-IV (1886-191) R.A.A

Kusumadiningrat7, kemudian juga pemberian dari R.A Wiranatakusumah IV

8

(1846-1874), kemudian pemberian Raden Saleh dari wilayah Garut. Selain itu

ada juga ang berasal dari Kabuyutan Ciburuy, Garut dan dari Jasinga, Bogor.

Kebanyakan naskah-naskah Sunda Kuno yang tersimpan di Museum,

Perpustakaan, dan kabuyutan-kabuyutan, digolongkan ke dalam naskah

keagamaan, karena memang banyak yang menguraikan tentang hakekat tertinggi,

kuasa alam semesta, tujuan akhir kehidupan, cara melakukan pemujaan dan

sebagainya. Oleh Karena itu layak jika para ahli filologi menggolongkan naskah

naskah tersebut sebagai naskah keagamaan

6 Penomeran dilakukan oleh Bataviaasch Senotshap Van Kusten en Wetenshappen),

sebelum berubah nama menjadi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 7 Raden Adipati Aria Kusumadiningrat merupakan Bupati Galuh ke II (1839-1886),

menjabat pada usia 25 tahun dan berkuasa selama 47 tahun, beliau dimakamkan di Gunung

Sirnayasa, Jambansari, Ciamis. 8 Raden Adipati Aria Wiranatakusumah IV atau Dalem Bintang (terlahir Raden Suria

Kartadiningrat) adalah Bupati Bandung sejak tahun 1846 hingga tahun 1874. Ia adalah putra

keempat dari Wiranatakusumah III, bupati sebelumnya yang meletakkan jabatan karena merasa

kesehatannya tidak memungkinkan lagi untuk meneruskan pemerintahan. Sebelum diangkat

menjadi Bupati Bandung, Raden Suryakarta Adiningrat memegang jabatan Kumetir Cianjur.

Setelah menjadi bupati, ia digelari demikian sesuai dengan besluit Gouvernement No 3 ping 25

Agustus 1857

Page 34: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

24

2. Bahan dan Tujuan Penulisan Naskah Sunda Kuno

Dalam penulisan naskah Sunda Kuno ada beberapa media yang menjadi

bahan tulisannya. Keseluruhannya memang menggunakan media-media alam

seperti misalnya dari Batu, Daun Lontar, Daun Gebang (Nipah), Kalapa, Kawung,

Bambu, dan atau Daluwang (Kulit Tangkal Saeh). Naskah sunda Kuno yang

medianya dari daun lontar adalah naskah yang ditulis di atas daun Lontar.

Tulisanna diberi Carik9 dan ditulis dengan menggunakan peso pangot (pengutik)

dengan cara digoreskan. Naskah dari daun lontar ini bukanlah sebuah naskah yang

ditulis untuk kalangan elit (lain pikabuyuteun) melainkan bagi pembaca (atau

pendengar) sebagai sarana mempelajari dan memperoleh ilmu atau kebijaksanaan.

”Diturunkeun deui, sa(s)tra mun(ng)gu ring taal, dingaranna ta ya

carik, aya eta meunang utama, kenana lain pikabuyutaneun. Diturunkeun

deui, sa(s)tra mu(ng)gu ring gebang, dingaranan ta ya ceumeung, ini ma

ina pikabuyutaneun).

Diturunkan lagi, tulisan di atas daun lontar, dinamakan carik

(goresan), jika ada ittu akan mendapatkan keutamaan, karena bukan untuk

(disimpan) di Kabuyutan. Diturunkan lagi, tulisan di atas gebang,

dinamakan ceumeung (hitam), inilah yang disimpan untuk kabuyutan.

(Sang Hyang Sasana Maha Guru. L621. Lempir 14v).

Selain Naskah Sang Hyang Sasana Maha Guru, Naskah Sewaka Darma –

yang nanti akan menjadi fokus utama penulis dalam pembahasan skripsi ini- juga

ditulis menggunakan media Daun Lontar. Naskah tulisan Sanghyang Sasana

Maha Guru juga ada yang ditulis diatas daun gebang (Nipah).

Penulisan ini tidak menggunakan peso pangot melainkan diulas

ngagunakeun nyéré harupat atawa kalam nu dicelepkeun kana mangsi (ditulis

9 Goresan

Page 35: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

25

menggunakan lidi pohon aren atau kalam yang dicelupkaan kedalam tinta) hitam.

Naskah yang ditulis dengan media Nipah ini, hasil tulisannya disimpan atau

dipergunakan untuk keperluan kabuyutan. Dengan kata lain, naskah yang

meggunakan media nipah diperuntukkan bagi kabuyutan (pikabuyutaneun).10

Naskah Sunda Kuno dengan media bambu. Yakni naskah yang ditulis

diatas bilah-bilah bambu. Naskah Sunda Kuno yang menggunakan media bambu,

tidak sebanyak dengan yang ditulis menggunakan media daun lontar ataupun daun

gebang. Ada sekitar 3 buah naskah yang menggunakan media bambu ini dan

kebanyakan berisi teks ringkas yang berkaitan dengan keagamaan. Misalnya

naskah Kaleupasan11

.

Kebanyakan Naskah-naskah Sunda Kuno digolongkan ke dalam naskah

keagamaan, alasannya karena memang dalam naskah-naskah tersebut banyak

yang menguraikan tentang hakekat tertinggi, kuasa alam semesta, tujuan akhir

kehidupan, cara melakukan pemujaan, masalah moral, tentang fana, dan

bagaimana menjalani kehidupan dengan bijaksana sesuai apa yang diajarkan.

Kemudian selanjutnya, Naskah Sunda Kuno yang mengunakan media Daluwang

(kulit kayu), seperti tercatat, Daluwang kulit ning kayu (daluang kulit dari kayu,

teks Sanghyang Swawar Cinta. L 626, 9r). Naskah ini berasal dari masa yang

10

Yusuf Siswantara, Keutamaan Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma.(Bandung

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masarakat Universitas Katolik Parahangan; 2015) H.7 11

16 L 426b – Kaleupasan adalah sebuah Naskah dari bilah bambu dengan jumlah bilah

bambu 31 bilah. Setiap bilah bambu mengandung satu baris tulisan. Bentuk naskahnya menyerupai

tusuk konde dengan pinggiran elips tanpa sudut. Ukuran panjang 14 cm, dengan lebar sisi kanan

dan sisi kiri berlainan. Sisi kanan berukuran 9 mm, dan sisi kanan 5 mm. Dari 31 bilah bambu, 29

bilah mengandung tulisan dan 2 bilah kosong. Naskah ini beraksara Sunda Kuna dan berbahasa

Sunda Kuna. Kondisi naskah masih baik. Judul naskah pada label adalah 31 bilah bambu.

Pemberian Judul Kaleupasan (Moksa) dilakukan penyunting setelah mambaca isi dari naskah

tersebut yang isinya berupa ajaran kaleupasan bagi seorang pertapa.

Page 36: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

26

lebih muda, karena menggunakan bahasa Jawa (baru), dan sampai saat ini ada satu

naskah yang menggunakan media daluwang, yaitu Naskah Teks Waruga Guru.12

Memang media yang digunakan dalam Naskah Sunda Kuno beragam,

seperti dari Daluwang, Kalapa, kawung, Awi, dan Daun Gebang, dan juga daun

lontar, namun saya hanya memberikan penjelasan beberapa saja sebagai gambaran

awal tentang media yang digunakan dalam penulisan naskah sunda kuno.

Tujuan dari pembuatan naskah-naskah sunda kuno ini mempengaruhi isi

dari naskah-naskah itu. misalnya, naskah yang menggunakan media daun lontar

biasanya berbentuk puisi atau prosa yang pola metrumnya berkaitan dengan carita

pantun (tradisi lisan sunda dimasa lalu). Artinya tradisi lisan ini mulai direkam

dalam sebuah tulisan dan ditujukan kembali kepada masyarakat (non kabuyutan).

Konsekuensi lain, naskah yang di tulis dalam media daun lontar, sangat

dimungkinkan untuk dibacakan atau ditampilkan dalam pertunjukan (tradisi lisan)

carita pantun. Sedangkan naskah-naskah sunda kuno yang menggunakan media

Nipah atau Daun Gebang hampir semuanya berbentuk prosa didaktis dan berisi

risalah-rissalah atau ajaran keagamaan. Bahasa yang digunakan pun bahasa Jawa

Kuno. Bentuk ini tentunya tidak ditujukan kepada masyarakat umum, tetapi

ditujukan untuk masyarakat dilingkungan Kabuyutan.

B. Naskah Sewaka Darma Sebagai Naskah Sunda Kuno

1. Sewaka Darma Sebagai Naskah Kuno

12

Naskah ini sudah tidak ada lagi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Beberapa

naskah sudah hilang adalah KGB 75 (Waruga Guru), L410 (Ratu Pakuan), L 411 (Ratu Pakuan), L

419 (Kawih Paningkes) dan L 639 (serat Buana Pitu). Munawar Kholil dan aditia gunawan,

”Membuka Peti Naskah Sunda Kuno di Perpustakaan Nasional RI ; Upaya Rekatalogisasi.

Bandung : Yayasan Pusat Studi Sunda. H. 108 dalam Yusuf Siswantara. H.6

Page 37: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

27

Sebagai sebuah naskah sunda kuno, Penelaahan terhadap naskah ini

menghantarkan saya untuk melihat beberapa informasi awal tentang Naskah

Sewaka Darma ini. Yakni, Sewaka Darma merupakan Naskah Sunda Kuno yang

diwariskan dalam sejarah dan sampai saat ini terdiri dari empat naskah parallel.

Umunya naskah Sunda Kuno jarang (tidak) ditemukan lebih dari satu naskah/teks.

Naskah pertama disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI)

Jakarta.13

Naskah kedua menjadi bagian naskah Ciburuy I. naskah ketiga berada

dalam peti 2, dan naskah keempat tersimpan dalam peti 3 dalam koleksi

kabuyutan Ciburuy, Garut.14

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah manakah

naskah awal atau yang utama dari sekian banyak naskah? Menjadi positif untuk

kemudian menjadi alasan, adalah dengan adanya naskah yang paralel, maka

penelitian Sewaka Darma memiliki pembanding dalam memahami teksnya.

Naskah Sewaka Darma disusun dengan tujuan pembaca masyarakat umum

(pada zamannya). Hal ini bisa dari bahan atau media yang digunakan dalam

penulisan naskah ini, yakni terbuat dari daun lontar yang cara penulisannya

digores menggunakan peso pangot. Dengan mengacu pada penjelasan sebelumya,

Sewaka Darma diperuntukkan untuk kalangan non kabuyutan atau masyarakat

umum (pada masa itu). hal ini sesuai dengan isinya yang diutarakan dalam bentuk

puisi berlarik seperti Carita Sunda. Kesesuaian ini berlanjut pada bentuk aksara

dan bahasa yang digunakan.

13

Naskah I sudah diterjamahkan dan menjadi buku oleh tim, Saleh Danasasmita dan

Ayatrohaei, Tien Wartini, Undah Ahmad Darsa. !987. Sewaka Darma, Sanghyang Siksa Kandang

Karesian, Amanat Galunggung, Transkripsi dan Terjemahan. Bandung: BAgian Proyek Penelitian

dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, h.1-5 14

Naskah III dikerjakan oleh Undang Ahmad Darsa pada Tahun 2012 di terbitkan dalam

buku : Sewaka Darma, Peti Tiga Ciburuy Garut, Terbitan Pusat Studi Sunda. Bandung.

Page 38: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

28

Naskah Sewaka Darma merupakan naskah yang dibuat pada masa

kebudayaan Hindu-Budha dan masih dihayati di tanah pasundan (Jawa Barat)

khususnya. Dari segi bahasa dan aksara yang digunakan, naskah Sewaka Darma

menggunakan aksara Sunda Kuno. Menilik aksaranya, Sewaka Darma ditafsirkan

atau diperkirakan berasal atau di tulis pada abad ke 14 (seperti halnya Prasasti

Astana Gede-Kawali). Saleh Danasasmita, dkk menunjukkan hal yang sama

dengan mempertimbangkan isi naskah. Bagi Saleh Danasasmita, bentuk huruf

Sewaka Darma mirip dengan huruf yang digunakan dalam koropak 410 yakni

Carita Ratu Pakuan, dan (diperkirakan) ditulis pada awal abad ke-18, dengan

mempertimbangakan naskah carita Waruga Guru, namun menilik isi naskah

Sewaka Darma L.408 ternyata jauh lebih tua dari abad ke-18, karena isinya penuh

dengan nuanasa Hindu-Buddha dan tidak ada unsur Islam. Dengan demikian,

naskah ini diperkirakan dibuat pada zaman Sunda Pra Islam atau pada zaman

pengaruh Hindu-budha masa akhir dan sebelum islam muncul di Tatar Sunda,

yakni sekitar abad ke-15 M hingga abad ke-17 M.15

Dalam naskah Sewaka

Darma, tidak dijelaskan siapa identitas dirinya. Baik itu identitas sang guru

(Pandita, Mahapandita, Dewatakaki, atau sang Nugraha) atau juga sang Sewaka

Darma itu sendiri yang didalam naskah kerap kali disebut sebagai seorang murid.

Bentuk Sewaka Darma merupakan kawih (nasihat dan petuah) tentang

kebijaksanaan, yaitu suatu pengajaran dari sang guru kepada muridnya atau

wiku atau pandita ke calon pandita. Cara penyampaiannya adalah didaktis dan

pengulangan-pengulangan.16

15

Yusuf Siswantara. Sewaka Darma; Pembelajaran Keutamaan Kehidupan dan Implikasi

pedagogisnya. Dalam jurnal Melintas ed.32. 2016. H.49 16

Undang Ahmad Darsa. Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut. (Bandung; Pusat Studi

Sunda, 2012) H.126

Page 39: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

29

Beberapa hal di atas menjadi catatan awal untuk melihat naskah Sewaka

Darma dalam menjelaskan ajaran kebijaksanaannya yang bisa dipilah dalam dua

bagian besar. Pertama, isinya tentang tokoh utama: Sang Sewaka Darma sebagai

murid yang menerima berbagai wejangan dan moral dari gurunya (yang

dinamakan pandita, mahapandita, dewatakaki, sang Nugraha). Sang Sewaka

Darma mendapatkan nasihat supaya dapat terhindar dari segala godaan yang tidak

sesuai dengan norma kehidupan. Sang tokoh belajar membedakan perbuatan-

perbuatan yang baik dan yang tidak baik. Contoh tindakan tidak baik di dalamnya

adalah berdusta, membunuh, menuntut yang tidak berdosa, mengguna-gunai, dan

sebagainya. Tindakan baik, misalnya melakukan dasasila dalam Pancasaksi.17

Kedua, Naskah ini menggambarkan perjalanan moksa, yakni persiapan

jiwa saat ingin keluar dari dunia fana dan akan masuk ke dunia yang baru, serta

proses pencapaian kesempurnaan (moksa): perjalanan sang jiwa (Atma) setelah

keluar dari ‘penjara’ badan dan dunia fananya dan masuk ke alam baka untuk

mencapai titik akhir moksa. Kunci supaya manusia bisa sampai ke kaleupasan atau

moksa, atau supaya sang Atma membuka misteri dirinya sebagai roh murni, adalah

bayu (tenaga), sabda (ucapan), dan hedap (tekad). Kunci ini hanya berguna kalau

hilang. Artinya, pintu setiap tahap akan terbuka jika kuncinya hilang. Jika

kuncinya dipergunakan, sang Atma akan masuk dalam suatu level, tanpa akan

kembali ke level lama. Setelah berada di level baru, kunci akan hilang. Begitulah

perjalanan sang Atma. Pada akhirnya, sang Atma akan mencapai Jatiniskala

17

Yusuf Siswantara. Sewaka Darma; Pembelajaran Keutamaan Kehidupan dan Implikasi

pedagogisnya. Dalam jurnal Melintas ed.32. 2016. H.50

Page 40: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

30

(tempat sang Maha Sejati) saat semua kunci (bayu, sabda, hedap) menghilang.

Itulah moksa, ‘lepas sempurna secara hakiki”.18

Dalam uraiannya, Sewaka Darma juga berisi perjalanan menuju Hyang.

Konsep Hyang adalah konsep asli Sunda. Artinya, pandangan Siwaisme-

Budhisme bercampur dengan ‘unsur asli’ Sunda karenan hyang dibedakan dari

Dewata, walaupun tempat Dewa disebut juga kahiyangan. Jika dilihat posisinya,

Sewaka Darma (kropak 408) memposisikan Hyang sejajar dengan Dewa. Hal ini

menunjukkan bahwa anasir Hindu masih cukup kuat, mengingat dalam kroprak

630 (Sanghyang Siksa Kandang Karesian, 1528 M) konsep hyang lebih tinggi

dari dewa seperti dikatakan, “dewata bakti di hyang” (Dewata tunduk kepada

hyang). Data ini menegaskan dinamika perjumpaan antara tradisi lokal dan

Hindu-Budha (pengaruh asing). Hasilnya adalah koalisi tradisi lokal dengan

konsep-konsep Hindu-Budha yang berisi ajaran mistis religio-filosofis.19

2. Nama Naskah dan Penyusunnya

Naskah Sewaka Darma adalah sebuah naskah parallel dan tersimpan di

beberapa tempat. Naskah pertama, menjadi koleksi Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia di Jakarta. Kemudian naskah kedua, ketiga dan keempat

menjadi koleksi Kababuyutan Ciburuy, Garut. Dalam naskah pertama, jumlah

lembarannya ada 37 buah (74 halaman) namun yang ada tulisannya hanya 67

halaman, dan pade label yang dituliskan tertulis “Sewaka”. Setelah diteliti Oleh

pak Saleh Danasamita, dkk, isinya ternyata berisi ajaran, dimana ajarannya itu

tersurat disitu “Sang Sewaka Darma” yang berarti pengabdian atau kebaktian

18

Undang A Darsa. Nasskah Sewak Darma Peti Tiga Ciburuy Garut. h 119-126 19

Undang A Darsa. Naskah Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 119

Page 41: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

31

terhadap Darma.20

Pada halaman ke 66 dalam bukunya pak Saleh Danasasmita,

dkk, diterangkan bahwa naskah itu disusun oleh Buyut Ni Dawit. Bila kata buyut

artinya adalah cicit, yakni bukan gelar penghormatan untuk petapa ulung, tentu

penyusunnya ialah Buyut Ni Dawit tanpa diketahui nama aslinya siapa. Ada

petunjuk bahwa pengarangnya adalah seorang wanita, sebab ia melakukan

pertapaan di Gunung Kumbang tepatnya di pertapaan Ni Teja Puru Bancana. Lalu

kemudian ia pun asyik mengisahkan sebuah gisa (lesung) dengan istilah-istilah

khas untuk seorang wanita seperti dyangiran, dikayasan, dan dipesekkan.

Disamping itu, ia pun paham benar benar kelengkapan pakaian bidadari yang

tentu berada dalam khayalannya dari pakaian wanita bangsawan dalam jamannya.

Lalu pada akhir naskah tertulis Kuta Wawatan. Diduga, itu adalah sebuah tempat

atau kota tempat penulisan naskah Sewaka Darma ini, walaupun lokasinya belum

ditelusuri, namun dapat diduga terletak di daerah Priangan sebelah timur, karena

penulisnya masih mengenal nama Kendan, Medang, Menir, yang masing-masing

merupakan tempat kediaman Resi Guru Manikmaya, Kandiawan, dan

Wretikandayun.21

C. Latar Relegius Sewaka Darma

1. Percampuran Tradisi Budha dan Hindu

Teks Sewaka Darma mempunyai latar belakang kebudayaan India. Undang

S memberi catatan bahwa terjadi pembauran konsep Hindu dan Budha. Dalam

20

Saleh Danasasmita, dkk. Sewaka Darma, Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat

Galunggung, Transkripsi dan Terjemahan.1987 Bandung: BAgian Proyek Penelitian dan

Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. H, 1, 21

Saleh Danasasmita, dkk. Sewaka Darma, Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat

Galunggung, Transkripsi dan Terjemahan.1987. H, 1

Page 42: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

32

hal yang sama, Saleh Danasasmita menyatakan bahwa Sewaka Darma menjadi

penanda hadirnya aliran Budha-Tantrayana.22 Dari dua pakar ini, Tradisi Hindu

dan Tradisi Budha menjadi latar religius Sewaka Darma. Uraian tentang Hindu

dan Buddha diberi gambaran seperti berikut.23

a) Tradisi spiritual Buddha dapat ditelusuri dan ditelisik dalam

aliran Hinayana dan Mahayana yang rupanya merepresentasikan atau

menghadirkan tradisi Budhisme. Hinayana atau Kendaraan Kecil merupakan

praktik pencarian atau pencapaian nirvana demi dirinya sendiri. Pikiran dilatih

dan dikontrol dengan meditas ketenangan dan insight. Sementara itu, Mahayana

atau Kendaraan Besar merupakan jalan mencapai tujuan pada tahapan tertinggi,

nirvana, demi diri sendiri dan demi seluruh alam semesta. Dalam perkembangan

selanjutnya, muncullah Tantrayana. Aliran Tantrayana merupakan suatu mazhab

agama Budha, dimana secara umum merupakan bagian dari Buddha-Mahayana.

Mazhab yang berkembang di India, China, Tibet, Jepang, Korea, dan Asia

Tenggara hingga Amerika ini, memadukan puja-puji serta praktek meditasi yoga

cara serta metafisika Madhyamika.24

Ciri umumnya adalah membicarakan teori sekaligus melaksanakan dalam

prakteknya. Arahan utama Tantrayana adalah menghilangkan ‘karma negatif

dengan cara mengatur pikiran yang bersifat merusak melalui kontemplasi yang

baik, kuat, dan teratur. Mempraktekkan Tantrayana meliputi Tiga Latihan Lebih

22

Saleh Danasasmita, dkk. Sewaka Darma, Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat

Galunggung, Transkripsi dan Terjemahan.1987 Bandung: BAgian Proyek Penelitian dan

Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. H, 26-30 23

Undang A Darsa. Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 119 24

Yusuf Siswantara. Keutamaan Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma, 2015, Bandung;

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan, h. 15

Page 43: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

33

Tinggi, yaitu: 1) Latihan Perilaku yang lebih tinggi, 2) Latihan Meditasi yang

lebih tinggi, dan 3) Latihan Kebijaksanaan yang lebih tinggi.

Pertama, Latihan Perilaku merupakan fondasi dalam banyak aspek. Untuk

mempraktekkan latihan perilaku ini, orang harus menahan diri untuk tidak

melakukan sepuluh ketidakbajikan (tiga dari tubuh, empat dari ucapan, dan tiga

dari pikiran). Tiga Ketidakbajikan perihal tindakan adalah tindakan

menghilangkan nyawa, mencuri, dan berzinah. Empat ketidakbijakkan perihal

ucap adalah memberi nasihat (informasi/indikasi fisik) secara salah, pembicaraan

yang memecah belah, bicara kasar. Terakhir, Tiga kebijaksanaan pikiran meliputi

keinginan milik orang lain, keinginan menyusahan dan membahayakan, serta

keraguan akan ajaran buda (reinkarnasi, realitas kamra dan perlindunga pada Tiga

Mustika).

Kedua, Latihan Meditasi membantu kemantapan pikiran supaya pikiran

bisa mantap, tenang, dan tidak bergerak. Untuk itu, Lima Gangguan dihindari dan

Delapan Sikap Mental yang introspektif harus dilakukan. Tidak lupa, Sembilan

tahap konsentrasi. Lima Gangguan itu meliputi lupa akan meditas dan objeknya,

nafsu seksual, ketidak-mampuan, khayalan. Delapan Sikap Mental meliputi

melakukan meditasi dan tahu kelemahan, mempunyai tekad yang kuat, ketekunan

dan kegembiraan yang besar, mental dan fisik rileks, memiliki usaha benar dan

konsentrasi, sadar malas, siap siaga, tenang fisik dalam keadaan apapun.25

Sementara itu, Sembilan Tahap Konsentrasi meliputi, mantap pikiran ke

objek, usaha konsentrasi, menangkap gangguan konsentrasi, pertahankan

25

Yusuf Siswantara. Keutamaan Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma, 2015, Bandung;

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan, h. 16

Page 44: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

34

konsentrasi, memperkuat konsepsi, menghilangkan gangguan, konsentrasi penuh,

keseimbangan meditasi yang penuh.

Ketiga, latihan kebijaksanaan yang lebih tinggi. Latihan ini bisa berupa,

pemahaman tentang sifat ‘relatif’ dan kebijaksanaan untuk Mengetahui sifat

‘absolut’. Kebijaksanaan ini akan menghancurkan segala sifat kotor dari tindakan

dan moralitas, serta menghilangkan sifat jelek dari dunia ini. Ajaran yang penting

lainnya adalah Kasunyata. Kasunyata, sifat dari kekosongan adalah realitas

tertinggi dari suatu objek, material, dan fenomena. Shunyata tidak dipengaruhi

oleh apapun, baik itu Buddha, buah karma, dan ia selalu ada dan meliputi

semua alam. Maka, karena sifatnya, semua Darma adalah kosong. Maksudnya

‘kosong’ di sini adalah tidak terlukiskan; “tidak ada” maupun “tidak ada” karena

“ada” dan “tidak ada” hanyalah konsep dualisme. Sederhananya, Darma ada

dimana-mana sekaligus tidak ada dimana - mana. Dia Shunyata, artinya bersifat

absolut dan abadi. Tetapi, shunyata bukanlah lawan dari kekekalan maupun

kebebasan.26

b) Tradisi Spiritual Hindu bisa ditelisik dari ajaran Siwa Sidhanta,

dimana segala dewa merupakan penjelmaan Dewa Syiwa. Agama Hindu aliran

Syiwa menjadi agama mayoritas yang dihayati masarakat Sunda. Dalam aliran

ini, Syiwa yang merupakan salah satu dewa utama (Trimurti) mendapat posisi

lebih tinggi dan dipuja. Syiwa adalah dewa pelebur yang bertugas melebur atau

mengembalikan segala yang tidak diperlukan ke asalnya. Artinya, figur Syiwa

menyimbolkan hakekat alam semesta, yaitu kepada siapa alam semesta terarah

setelah pemusnahan. Segala yang dilahirkan harus dimusnahkan; segala yang

26

Konsep tradisi utama dalam ajaran budhisme

Page 45: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

35

dilahirkan harus dipisahkan dan dilenyapkan. Syiwa merupakan realitas tertinggi,

kesadaran tak terbatas, yang abadi, tanpa perubahan, tanpa wujud. Syiwa

menglingkupi segalanya dan berada di segala penjuru mata angin. Di timur, Ia

menjadi Iswara, di tenggara Ia menjadi Mahesora, di selatan, ia menjadi

Brahma, di Barat daya, ia menadi Rudra, di barat Ia menjadi Mahadewa, di barat

laut Ia menjadi Sangkara, di utara Ia menjadi Sambhu, di tengah Ia menjadi

Syiwa.

2. Percampuran Tradisi Siwa-Budha dan Tradisi Lokal

Percampuran tradisi Siwa-Budha masih berhubungan dengan tradisi lokal

atau keyakinan pribumi. Saleh Danasasmita menyimpulkan kaitan tersebut

berdasarkan dalam pembedaan hyang dan dewa. hal ini terjadi juga dalam

kropak 603 (Sangkhayang Siksa Kandang Karesian). Perbedaan terjadi dalam

kedudukan hyang dan dewa. Hal ini terlihat dari ungkapan “dewata bakti di

hyang (Dewata tunduk kepada hyang). Kedudukan dewata berada lebih rendah

dari pada hyang; berarti terjadi pergeseran posisi dan peran religius pada

zamannya. Pada saat kropah 603 ditulis tahun 1518 M, unsur Hindu tergeser

dan tergusur oleh unsur pribumi. Sebaliknya, selaras dengan kesimpulan Kosoh

S (dkk), unsur anasir Hindu masih kuat dan berakar dalam masyarakat, ketika

Sewaka Darma (kropak 408) disusun atau ditulis, yaitu kurang lebih abad ke-15

(1435). Unsur ini tetap ada, sampai terjadinya pergesaran politik, yaitu

penyerangan kerajaan Islam, Demak, ataupun Cirebon.27

27

Yusuf Siswantara, “Keutamaan Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma”.2015.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masarakat Universitas Katolik Parahangan; Bandung.

H.15-18

Page 46: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

36

D. Tahapan Transliterasi dan Rekonstruksi Naskah Sewaka Darma Peti

Tiga Ciburuy Garut

1. Transliterasi naskah Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy, Garut

Pada tahapan transliterasi, naskah yang memuat teks Sewaka Darma ini

belum disertai emendasi (perbaikan) dengan alasan sedapat mungkin untuk

mempertahankan bacaan apa adanya sebagaimana tertulis dalam aksara Sunda

Kuno pada naskah sumbernya. Pada intinya penulisan Naskah Sewaka Darma peti

tiga Ciburuy, Garut pada tahapan ini tidak banyak campur tangan peneliti. Hal ini

dimaksudkan agar pembaca sedapat mungkin mampu mengikuti bacaan teks

sebagaimana termuat di dalam naskah sumber. Proses transliterasi dilakukan

secara baris perbaris dari setiap lempir halaman naskah sumber. Tiap-tiap baris

diberi nomor urut dengan angka 1 sampai dengan 4 karena umumnya setiap

lempir halaman lontar memuat 4 baris. Cara seperti transliterasi seperti ini

dimaksudkan guna memudahkan rujukan kepada redaksi teks dalam naskah

sumbernya untuk dilakukan control ulang. Dengan demikian, dapat memberi

kemungkinan untuk bisa mengecek hasil transliterasi secara mudah pula diketahui

dan diperbaiki atau diganti. 28

Jumlah lempir halaman lontar naskah yang memuat

teks Sewaka Darma ini sebanyak 32 buah (64 halaman) dan pada setiap lempir

halamannya tidak tampak jelas penanda yang menunjukkan nomor halaman. Ke-

32 lempir halaman naskah tersebut dibagi ke dalam 4 (empat) kelompok

pendokumentasian. Yaitu, 3 (tiga) kelompok masing-masing terdiri atas (10)

lempir, dan satu kelompok terdiri atas 2 (dua) lempir. Keempat kelompok

28

Undang A Darsa, (Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy, Garut. 2012) Bandung: Yayasan

Pusat Studi Sunda, h. 29-30

Page 47: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

37

lempiran naskah ini masing-masing di potret dua kali seacara bolak balik atau

recto-verso (a-b) sehingga menjadi 8 (delapan) kali pendokumentasian.

Dalam proses pendokumentasian tersebut masing-masing diberi nomor

urut: 1a, 1b, 2a, 2b, 3a, 3b, 4a, 4b. kemudian dalam proses pentrasnliterasian, tiap-

tiap nomor itu dilengkapi lagi dengan penomoran 1 sampai 10 , kecuali nomor

pendokumentasian 4a dan 4b yang hanya terdiri atas 2(dua) lempir halaman.

Bahkan lempir halaman yang bernomor (4b-2) kosong. Dengan demikian

transliterasi naskah yang memuat teks Sewaka Darma ini berurutan mulai dari 1a-

1, 1a-2, 1a-3, 1a-4, 1a-5, 1a-6, 1a-7, 1a-8, 1a-9, 1a-10; kemudian 1b-1, 1b-2, 1b-3,

1b-4, 1b-5, 1b-6, 1b-7, 1b-8, 1b-9, 1b-10; diikuti 2a-1, 2a-, 2a-3, 2a-4, 2a-5, 2a-6,

2a-7, 2a-8, 2a-9, 2a-10; demikian selanjutnya sampai yang terakhir pada nomor

4a-2.29

(Sebagaimana tampak dalam lampiran).

2. Rekonstruksi naskah Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy, Garut

Pada tahap rekonstruksi ini, naskah yang memuat teks Sewaka Darma

disusun menjadi satu kesatuan isi yang bulat, jelas urutan dan paparan ceritanya.

Susunan redaksional teks tetap masih didasarkan pada urutan baris perbaris dan

lempir-perlempir halaman masing-masing naskah sumber. Namun demikian, pada

tahap rekontruksi ini hubungan teksnya sudah mulai terang dan bersambungan

satu sama lainnya. Undang A Darsa juga mengungkapkan bahwa hasil

rekonstruksi naskah yang memuat teks Sewaka Darma ini belum dipungtuasi

sebagaimana mestinya, dikarenakan ada beberapa kesulitan terutama ketika akan

menentukan status susunan kata-katanya atau kalimatnya, apakah itu kalimat

tunggal atau majemuk, kalimat berita atau kalimat tanya; kalimat langsung atau

29

Undang A Darsa. Sewaka Darma Peti tiga Ciburuy Garut. h. 30

Page 48: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

38

kalimat tak langsung. Walau demikian tanda-tanda beserta maknanya yang tertera

pada hasil proses rekonstruksi teks masih tetap sama seperti system penomoran

dan sistem ejaan sesuai persis dengan hasil transliterasi.

Berdasarkan Proses Transliterasi teks, susunan nomor urut lempir halaman

naskah yang memuat teks naskah Sewaka Darma Peti tiga Ciburuy, harus diawali

dengan redaksi pada lempir halaman 4a-2, kemudian susunan lempir halaman

berikutnya berturut-turut 1a-9, 1b-9, 1b-7, 1a-7, 2a-9, 2b-9, 3b-3, 3a-3, 1a-10, 1b-

10, 1b-3, 1a-3, 2b-10, 2a-10, 1b-4, 1a-4, 3a-4, 3b-4, 2b-1, 2a-1, 2a-3, 2b-3, 1a-2,

1b-4, 1a-4, 3a-4, 3b-4, 2b-1, 2a-1, 2a-3, 2b-3, 1a-2, 1b-2, 1b-5, 1a-5, 2a-5, 2b-5,

1a-6, 1b-6, 2b-6, 2a-6, 1b-8, 1a-8, 2b-, 2a-7, 1a-1, 1b-1, 2b-4, 2a-4, 3b-7, 3a-7,

3b-5, 3a-5, 3b-6, 3a-6, 3a-1, 3b-1, 3a-9, 3b-9, 2b-8, 2a-8, 4b-1, 4a-1, 3a-2, 3b-2,

2a-2, 2b-2, 3a-10, 3b-10, 3b-8, 3a-8. Berdasarkan urutan penyusunan tiap lempir

dan tiap halaman naskah yang memuat teks Sewaka Darma ini maka

rekonstruksinya sesuai halaman diatas.30

Sebagai sebuah naskah tutur yang berbentuk puisi sunda Kuno, Teks

Sewaka Darma berbicara mengenai pengajaran seorang guru kepada sang murid.

Pengajaran yang diberikan yakni mengenai, nilai-nilai kebajikan universal,

kepasrahan dalam menuntut ilmu, juga etika dalam belajar pada sang guru.

Setelah melalui tahap rekonstruksi, terlihat di awal pembukaan naskah Sewaka

Darma Peti Tiga Ciburuy Garut ini. Sang guru tidak hanya menekekankan untuk

belajar dan bisa dipelajari/dihayati sendiri melainkan juga harus diamalkan kepada

yang lain. Misalnya;

30

Undang A Darsa. Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, h.49-50

Page 49: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

39

“((4a-2) Ini kawih Panyaraman,

Pikawiheun ubar keueung,

Ngara (n)a pangreweg darma

Ngawangun rasa sorangan.

Nihan pitutur rahayu

Awakaneun sang sisyia,

Nu huning Sewaka Darma

Utun naking sumanger!

Kita sang Sewaka Darma

Mullah mo iyatna-iyatna,

Reungeu sabda sang pandita

Ingetkeun hayua lali,

Teher ngeunah-ngeunah rasa,

Urang nadahkeun talinga,

Ingetkeun na dasa (1a-9) sila,

Iseuskeun na pancycasaksi”)31

“Inilah kawih Panyaraman32

,

Untuk disenandungkan sebagai obat rasa takut,

Artinya peneguh darma

Guna membentuk keyakinan diri.

Inilah petuah kebajikan,

Untuk diamalkan seorang siswa

Yang paham Sewaka Darma33

,

Buyung anakku tetaplah setia,

Eungkau adalah pengabdi hukum.

Jangan sampai tak waspada

Dengarkan sabda pandita34

Ingat-ingat jangan sampai lupa

Lalu simak dalam perasaan terdalam

Mari kita pasang telinga

Ingatlah tentang dasasila35

,

Camkanlah dalam pancasaksi36

31

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy, Garut. 2012. Bandung:

Yayasan Pusat Studi Sunda 32

Kawih panyaraman dapat diartikan sebagai kawih nasihat atau nyanyian yang berisii

tuntunan. lihat Undang A Darsa, Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 71 33

Hukum-hukum pengabdian atau pengabdian terhadap hukum. lihat Undang A Darsa,

Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 71 34

Kaum endekiawan, orang bijak. Dalam naskah Sewaka Darma bisa berari seorang guru

bijak. lihat Undang A Darsa, Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 71 35

Dasasila adalah sepuluh larangan atau ajaran dari sang guru yang harus dilaksanakan oleh

sang murid. Lihat Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, h.71 36

Pancasaksi adalah bagian dari dasendra

Page 50: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

40

BAB III

PERSOALAN ETIKA

A. Pengertian Etika

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang

berarti adat istiadat (kebiasaan), perasaan batin, kecenderungan hati untuk

melakukan suatu perbuatan. Etika juga mengajarkan tentang keluhuran budi baik-

buruk. Banyak istilah yang menyangkut etika, dalam bentuk tunggal mempunyai

banyak arti, yaitu tempat tinggal yang biasa, kandang, kebiasaan, adat, watak,

perasaan, sikap, cara pikir. Dalam bentuk jamak kata ta-etha artinya kebiasaan,

arti ini menjadi bentuk dalam penjelasan etika yang oleh Aristoteles sudah dipakai

untuk menunjukan istilah etika. Jadi, jika dibatasi asal-usul kata ini, etika berarti

ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.1 Secara

Terminologis, etika berasal dari kata ehos (jamaknya; tha etha) dari bahasa

Yunani, yang berarti adat istiadat, atau kebiasaan. Dalam pengertian ini, etika

bekaitan dengan kebiasaan hidup yang baik tata cara hidup yang baik, baik

terhadap diri seseorang atau terhadap masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini

dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lainnya.2 Ada juga yang

mengartikan bahwa etika berasal dari bahasa lain yakni dari kata ethicus, yang

berarti kesusilaan atau moral, dalam pengertian sebagai suatu perbuatan atau

tingkah laku yang ada kaitannya dengan norma-norma sosial, baik yang sedang

berjalan maupun yang akan terjadi.3

De Vos mendefinisakan etika sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan

(moral). bagi seorang William Lillie etika yakni sebagai the normative science of

1 Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika (Jakarta: Rajawali Press, 1980), h.7

2 A. Sonny Keraf. Etika Lingkungan (Jakarta; Penerbit Buku Kompas,2006), cet.III, h. 2

3 Rosmaria Sjafariah, Etika (Jakarta : Lembaga Penelitian UIn Jakarta, 2008), h. 23

Page 51: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

41

the conduct of human being living in societies is a science which judge this

conduct to be right or wrong, to be good or bad. Sedangkan ethic, dalam bahasa

Inggris berarti system of moral principles. Istilah moral itu sendiri berasal dari

bahasa latin mos (jamak: mores), yang berarti juga kebiasaan dan adat.4 Etika

merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral. Etika bersifat abstrak dan

berkenaan dengan persoalan baik dan buruk, yang mana dapat disimpulkan bahwa

etika adalah: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan terutama

tentang hak dan kewajiban moral; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan

dengan akhlak; (3) nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan

atau masyarakat. Franz Magnies Suseno mengartikan etika sebagai usaha manusia

untuk memakai akal budi dan daya pikirannya untuk memecahkan masalah

bagaimana ia harus hidup apabila ia menjadi baik.5 Kemudian pengertian etika

menurut Sidi Gazalba yakni teori tentang tingkah laku perbuatan manusia

dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Lalu,

dari hasil analisis Kies Bertens, etika memiliki tiga posisi, yaitu sebagai (1) sistem

nilai, yakni nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang

atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, (2) kode etik, yakni

kumpulan asas atau nilai moral, dan (3) filsafat moral, yakni ilmu tentang yang

baik atau buruk. Dalam poin ini, akan ditemukan keterkaitan antara etika sebagai

sistem filsafat sekaligus artikulasi kebudayaan.6 Dalam tradisi nusantara, ada juga

4 Siti Syyamsiatun, Nihayatul Wafiroh, Filsafat, Etika, dan Kearifan Loka untuk Kontruksi

moral Kebangsaan, Terj. Dari Philosophy, Ethics and Lokal Wisdom in the Moral Construction of

the Nation, (Yogyakarta :Globethics.net and the Indonesian Consortium for Religious Studies

(ICRS), 2013), h. 18 5 M. Sastra Praja, Kamus Istilah Pendidikan Umum (Surabaya; Usaha Nasional,1981),

h.144 6 Kies Bertens, Etika, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.6

Page 52: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

42

istilah yang identik dengan etika yakni Susila (sansakerta), yang mana lebih

menunjukan kepada dasar-dasar, prinsip aturan hidup (sila) yang lebih baik (su).

Persoalan definisi etika memang banyak perbedaan. Misalnya dalam

tradisi filsafat seperti tokoh Aristoteles , baginya etika adalah Terminius Techicus

maksudnya yakni etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari

masalah perbuatan atau tindakan manuia. Atau istilah lain Manner and Costume

yakni pembahasan etika yang berkaitan dengan tatacara dan kebiasaan adat yang

melekat dalam kodrat manusia (in henrent in human nature) yang terikat dengan

pengertian baik dan buruk suatu tingkah laku perbuatan manusia.

Memang banyak sekali istilah atau definisi yang menjelaskan tentang apa

itu etika, atau bagaimana itu etika, samakah dengan moral atau akhlak atau

perilaku tentang baik dan buruk, system nilai, dan banak lagi definisi dan juga

tokoh yang yang tidak saya cantumkan. Dari beberapa pengertian diatas, justru

secara esensi hampir sama, yakni tentang moralitas, tentang ilmu yang

mengetahui baik dan buruk, tentang adat istiadat, tentang system nilai atau norma

dan juga tentang perbuatan atau laku manusia. Pada intinya etika tidak bisa

dilepaskan dari perilaku atau perbuatan manusia.

B. Moral dan Agama

Moral bisa diartikan sebagai istilah lain dari etika, maksudnya yakni

berkaitan dengan perbuatan manusia yang berkaitan dengan baik dan buruk.

Memang tidak semua perbuatan baik atau buruk tapi juga ada perbuatan netral

dari segi etis. Misalnya setiap mau masuk ke ruangan terkadang saya sering

mengucapkan salam dengan lantang, tapi juga tidak jarang mengucapkannya

Page 53: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

43

dalam hati. Perbuatan itu tidak mempunyai hubungan baik dan buruk dari segi

etika. Boleh saja saya mengucapkan salam dalam hati tidak harus lantang.

Mungkin memang sudah menjadi lazim dikalangan muslim kalau masuk ruangan

harus mengucap salam juga dengan lantang. Tapi mau diucapkana secara lantang

ataupun tidak, tidak lebih baik atau lebih buruk dari segi moral. berbeda jika dari

segi agama. Itupun bukan lebih baik atau lebih buruk, tapi lebih utama

dibandingkan tidak sama sekali. Bila kita sepakat jika pengertian baik dan buruk

adalah sesuatu yang umum, maka dengan kata lain, moralitas merupakan suatu

fenomena manusiawi yang universal.

Tapi bukan saja moralitas merupakan suatu dimensi nyata dalam hidup

setiap manusia, baik terhadap perorangan maupunpada tahap sosial, kita harus

juga bahwa moralitas hanya terdapat pada manusia dan tidak terdapat pada

makhluk lain. Misalnya makhluk yang paling dekat dengan manusia adalah

binatang. Karena itu dalam pembahasan filsafat dimasa lampau seringkali

diusahakan untuk menentukan kekhususan manusia dengan membandingkannya

dengan binatang. Banyak filusuf yang berpendapat bahwa manusia itu adalah

binatang-plus. Binatang dengan ditambah suatu perbedaan khas. Apakah

perbedaan itu? pertanyaan ini dijawab dengan cara berbeda oleh para filusuf.

Diantara jawaban-jawaban yang pernah diberikan, perbedaan khas itu dalah Rasio,

akal, atau bakat untuk menggunakan bahasa (lebih luas lagi, menggunakan

symbol), kesanggupan untuk tertawa, untuk membuat alat-alat dan seterusnya.

Namun harus ditambahkan satu hal lagi yakni manusia adalah binatang plus

karena memiliki kesadaran moral. Moralitas ini menjadi suatu ciri khas manusia

yang tidak dapat ditemukan pada makhluk dibawah tingkat manusia. Pada tahap

Page 54: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

44

binatang, tidak ada kesadaran baik dan buruk, tentang yang boleh dilakukan dan

tidak boleh dilakukan, tentang yang harus dilakukan atau yang tidak pantas

dilakukan.7

Mengenai keharusan ini ternyata ada dua macam keharusan. Yakni

keharusan yang secara alamiah, misalnya “sebuah pena yang dilepaskan dari

tangan harus jatuh kebawah” keharusan ini didasarkan hukum alam. Alam sudah

mengatur sedemikian rupa, sehingga pena yang tidak lagi dipegang tangan pasti

jatuh. Keharusan itu berjalan otomatis, tidak perlu ada instansi agar hal itu akan

terjadi. Karena hal itu akan terjadi dengan sendirinya. Lain halnya dengan

keharusan dengan kalimat “barang yang dipinjam harus dikembalikan”, “Pencuri

harus dihukum”. Keharusan yang kedua ini didasarkan atas suatu hukum lain

yakni suatu hukum moral. hukum moral tidak dijalankan dengan sendirinya.

Misal buku-buku yang dipinjam dari perpustakaan tidak otomatis akan kembali ke

perpustakaan dengan sendirinya. Hukum moral merupakan semacam imbauan

kepada kemauan manusia. Bola yang dilemparkan ke atas mau tidak mau akan

jatuh kebawah, dan kemauan disini tidak memainkan peranan. Tapi manusia harus

mau terlebih dahulu sebelum ia mengerjakan sesuatu. Dapat dikatakan hukum

moral mewajibkan manusia. Keharusan moral dengan kata lain adalah kewajiban.

Keharusan moral didasarkan pada kenyataan bahwa manusia mengatur tingkah

lakunya menurut kaidah-kaidah atau norma-norma. Norma-norma adalah hukum.

Namun manusia harus menaklukan diri sendiri pada norma-norma itu dan

manusia harus menerima dan menjalankannya. 8

7 Kies Bertens, Etika, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Jaya Utama, 2007), h. 12-13

8 Kies Bertens, Etika, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Jaya Utama, 2007), h. 14

Page 55: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

45

Lalu kemudian apa hubungannya dengan agama? Terlebih dahulu saya

ulas sedikit tentang agama, terlepas dari pengertian secara etimologi atau

terminologis, agama adalah sebuah ajaran yang diperuntukan manusia dari Tuhan,

sebagai petunjuk bagi umat dalam menjalani kehidupannya.9 Agama juga bisa

dipahamai penganutnya sebagai sistem sosial yang menekankan perlunya

individu-individu dalam masyarakat dikontrol oleh kesetiaan total terhadap

seperangkat kepercayaan dan nilai. Agama juga bisa dipahami sebagai sistem

perpaduan kepercayaan-kepercayaan dan praktik-praktik yang berhubungan

dengan hal-hal yang suci. Yaitu hal-hal yang terpisah dan terlarang –kepercayaan-

kepercayaan dan praktik-praktik yang menyatukan semua pengikutnya ke dalam

satu komunitas moral tunggal yang disebut umat.10

Dari sedikitnya dua penjelasan

diatas, Agama adalah sebuah Sistem atau juga sebuah lembaga yang diyakini oleh

manusia sebagai pedoman hidup, atau pegangan hidup, baik sebagai kontrol

sosial ataupun sebagai sistem –boleh jadi sistem yang absolut- yang membimbing

manusia pada perilaku perbuatan yang diyakini dan dianggapnya suci.

Hubungan antara moralitas dan agama yakni, agama sebagai sebuah norma

atau sebuah kontrol terhadap manusia untuk menjalankan keharusan moralnya.

Pada prinsipnya agama adalah moralitas itu sendiri. Agama mengajarkan prinsip-

prinsip moralitas kepada pengikutnya (terlepas apakah itu sebuah agama yang

diturunkan Tuhan melalui perantara nabi, atau sebuah aliran kepercayaan yang

turun temurun dalam suatu masyarakat). Tidak ada agama yang tidak mengajarkan

moralitas terhadap pengikutnya. Oleh karenanya agama menjadi sebuah pedoman

9 Agus Bustannudin, Agama dalam Kehidupan Manusia; pengantar antropologi agama

(Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2006), h. 33 10

Ridwan Lubis, Kerukunan Beragama Dalam Cita dan Fakta, (Jakarta; Pusat Kerukunan

Umat Beragama FKUB Sekjen Kemenag RI), h.1-2

Page 56: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

46

dan pemberi petunjuk bagi manusia menjalankan keharusan moralnya. Baik

terhadap makhluk selain manusia, terhadap sesama manusia, juga terhadap Tuhan,

dan keharusan moral itu dibatasi dan kontrol oleh agama.

C. Prinsip Etika Sunda

Jikalau mengacu pada pengertian etika pada pembahasan sebelumnya

seperti yang dikatakan K Bertens, setidaknya ada tiga pengertian mengenai etika,

yakni sebagai (1) sistem nilai, yakni nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi

pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya,

(2) kode etik, yakni kumpulan asas atau nilai moral, dan (3) filsafat moral, yakni

ilmu tentang yang baik atau buruk. Beranjak dari pengertian itulah etika sunda

bisa diartikan sebagai etikanya orang atau masyarakat sunda. Sistem nilai atau

norma yang dimiliki masyarakat sunda, yang termaktub dalam pandangan hidup

dan tradisi masyarakat sunda, baik itu tradisi lisan maupun tradisi tulisan.

Berbicara tentang moralitas, orang sunda seringkali mendapatkan

pengajaran tentang keharusan moral manusia sunda. Banyak sekali ajaran, mulai

dari ungkapan, peribahasa, carita pantun, bahkan ampai naskah sunda kuno yang

isinya tentang permasalahan etika atau moral. sebagai contoh sebuah ungkapan,

“Mipir bukit palasari, tanjakan maraga cinta. Sundana; apik ka ati,

nyaah ka tanaga, udaran cangreud tina beuheung, tina cangreud loba

biheung, jeung sasama silih papatahan silih pikaheman, nu matak sok pedar

jodo panjang duriat, jodo meunang jodo, jadi opat modalna kasukaan, jadi

kalimana”

Page 57: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

47

Menyimak teks yang ditulis oleh Hassan Mustafa ketika menafsir satu ayat

dari sebuah kitab suci memang menarik. Etik imperatif yang hendak disampaikan

adalah nilai penting manusia memiliki keinsyafan untuk menebar kasih kepada

sesama. Manusia tidak mungkin meraih damai dari langit kalau membuat angkara

di bumi. Teks tersebut merupakan sebuah ungkapan yang menyiratkan keharusan

bagaimana agama yang diyakininya memiliki korelasi positif dengan kesediaan

membangun kemanusiaan yang berporos pada ajegnya akhlak mulia. Agama

bukan sebagai ungkapan verbal dan keyakinan yang mengendap dalam sanubari,

tapi kebenarannya harus diturunkan dalam wujud tindakan positif.11

Dalam tradisi masyarakat sunda, prinsip-prinsip etika terkandung dalam

pandangan hidupnya yang tercermin baik itu dari tradisi lisan maupun tradisi

tulisan. Seperti halnya yang penulis kemukakan di awal bab pendahuluan, bahwa

tradisi itu bisa tercermin salah satunya dari peribahasa. Dari peribahas Setidaknya

pandangan hidup masyarakat sunda terkelmpokan kedalam lima hal.

a. Pandangan hidup manusia sebagai pribadi

b. Pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan masyarakat

c. Pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan alam

d. Pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan Tuhan atau Sang

Hyang

e. Pandangan hidup tentang manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah

dan kepuasan batiniah.

Kelima hal itu, juga merupakan prinsip moral/etika bagi masyarakat sunda.

Pertama, orang sunda berpandangan bahwa manusia harus punya tujuan hidup

11

Asep Salahudin, Sufisme Sunda; Hubungan islam dan Budaya dalam Masyarakat Sunda,

(Bandung; Nuansa, 2017), h.139

Page 58: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

48

yang baik, dan senantiasanya sadar bahwa dirinya hanya bagian kecil dari alam

semest. Sifat-sifat yang dianggap baik diantaranya harus sopan santun,

ssederhana, jujur, berani, teguh pendirian dalam kebenaran dan keadilan, baik

hati, bisa dipercaya, menghormati dan menghargai orang lain adil, berpikiran luas,

serta cinta tanah air.12

Setidaknya sifat-sifat itulah keharusan moral manusia

sebagai pribadi. Pun demikian keharusan moral ketika berhubungan dengan

masyarakat, untuk mendapatkan tujuan hidup sejahtera, hati tenang dan tenteram,

damai, merdeka, berkecukupan, maka keharusan moral yang dijalaninya yakni

taat terhadap ajaran-ajaran karuhun, saling menghormati, dan semangat bekerja

sama dalam masyarakat harus menjadi kewajiban jika ingin mencapai tujuan tadi.

kemudian ketika berhubungan dengan alam yang diyakini bahwa lingkungan alam

memberikan manfaat yang besar kepada manusia, tentunya perilaku moral yang

dilakukan adalah dengan menjaga, merawat dan memelihara kelestariannya

supaya tidak timbul malapetaka dan juga keesengsaraan. Dalam naskah sang

Hyang Siksa kandang Karesian, misalnya terdapat ungkapan, “makan sekadar

tidak lapar, minum sekadar tidak haus, berladang cukup untuk makan, dan lain-

lain” itu artinya berarti tidak boleh berlebihan. Orang sunda sangat dianjurkan

agar “siger tengah atau siniger tengah” yaitu tidak kekurangan tetapi juga tidak

kelebihan.13

Kemudian mengenai hubungan dengan Tuhan, ornag sunda, sejak Pra

Islam, telah percaya akan adanya Tuhan, dan peraya jikalau Tuhan itu Esa. Walau

pernah memeluk agama Hindu, tapi dewa-dewa hindu ditempatkan di bawah

Hyang Tunggal, Guriang Tunggal, atau Batara Tunggal. Tuhan mengetahui segala

12

Ajip Rosidi, Mencari Sosok manusia sunda, (Jakarta; Dunia Pustaka jaya, 2010), h,58 13

Ajip Rosidi, Mencari Sosok manusia sunda, (Jakarta; Dunia Pustaka jaya, 2010), h,59-60

Page 59: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

49

apa yang diperbuat makhluknya, oleh karenanya manusia wajib berbakti dan

mengabdi kepada Tuhannya.14

Semua ajaran yang diajarkan secara turun temurun

baik secara verbal atau melalui naskah yang ada, mengajarkan prinsip-prinsip

moralitas dalam kehidupan di dunia. Prinsip-prinsip itu adalah keharusan

moralitas manusia sebagai individu, bagian masyarakat, bagian dari alam dan juga

sebagai makhluk dari sang pencipta.

D. Etika Kepada Guru Dalam Naskah Sewaka Darma

a. Pengertian dan kedudukan Guru dalam Nasskah Sewaka Darma

Istilah guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang

memberikan pengajaran terhadap murid. Dalam bahasa inggris istilah ini dijumpai

dengan sebutan Teacher yang berarti pengajar.15

Dalam literatur sufi atau

tasawwuf, guru biasanya disebut Syekh, Pir (keduanya berarti orang yang lebih

tua), Mursyid (pembimbing), dan Murad (orang yang dicari oleh kehendak sang

murid), bertugas menuangkan anggur spiritual ke dalam cawan batin murid.

Dalam wacana sufisme, anggur sipiritual merupakan lambing api cinta ilahi dan

sekaligus cahaya pengetahuan yang mencerahkan dan makrifah.16

Dalam agama

Hindu, guru adalah symbol bagi suatu tempat suci yang di dalamnya berisi ilmu

(vidya) dan juga pembagi ilmu. Dalam agama Budha, guru adalah orang yang

memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran, bagi seorang murid seorang

guru, guru merupakan jelmaan dari Budha atau Bodhisattva.17

Dalam agama Sikh,

14

Ajip Rosidi, Mencari Sosok Manusia Sunda, h.60 15

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta; Gramedia, 1982),

h. 581 16

Seyyed Hossen Nasr, The Garden of Truth, terj. Yuliani Liputo (Bandung: Mizan, 2010)

h. 143 17

https://id.wikipedia.org/wiki/Guru

Page 60: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

50

guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun

posisinya lebih penting lagi dikarenakan salah satu inti ajaran agama Sikh adalah

kepercayaan terhadap ajaran sepuluh guru Sikh. Hanya ada sepuluh guru dalam

agama Sikh. Guru pertama, Guru Nanak Dev adalah pendiri agama ini.18

Dalam

tradisi masyarakat India, Cina, Mesir, Israel, guru adalah seroang imam atau nabi,

oleh karenanya, seorang guru sangat dihormati, bahkan sikap hormat itu melebihi

penghormatan mereka terhadap orang tuanya.

Dalam tradisi pesantren di Indonesia, guru adalah sosok kiayi, akang, atau

ustadz yang juga penghormatannya begitu besar. Bahkan apa yang diperintahkan

seorang kiayi terhadap kiayi seperti halnya titah raja pada bawahannya, yang

mana suatu keharusan dan kewajiban. Entah karena memang penghormatan yang

begitu besar atau karena ngalap berkah (supaya dapat keberkahan dari seluruh

aspek). Saya kira dalam tradisi peantren di Indonesia alasan keduanya sangatlah

logis, dan pada kenyataannya memang demikian.

Dalam tradisi falsafat dan teologi, sumber pengetahuan itu terdiri dari akal

dan wahyu. Akal yang hakikatnya sumber inspirasi bagi seorang manusia untuk

melakukan segala sesuatu. Dalam arti sempit akal itu sendiri adalah guru bagi

dirinya sendiri. Sedangkan wahyu dalam konteks teologis jelas sekali bukan

hanya sebagai sumber pengetahuan (informasi) juga sebagai pedoman bagi

manusia yang meyakini akan konsep wahyu.

Dalam hal ini guru yang dimaksud, bukan tentang akal, atau tentang

wahyu, melainkan seorang yang sudah mendapatkan ilmu (baik itu didapat secara

18

https://id.wikipedia.org/wiki/Guru

Page 61: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

51

huduri19

ataupun secara khusuli20

), pencerahan, atau pengalaman (empiris,

rasional, bahkan juga metafisis). Dalam tradisi tasawuf bahkan kerapkali muncul

istilah Mukasyafah, yakni terbuka (tersingkapnya segala sesuatu) dari seluruh

hijab yang menghalanginya. Dalam naskah yang sedang saya bahas, sosok guru

adalah seorang Pandita, seorang Mahapandita, Dewata Kaki, dan sang Nugraha

(yang menyampaikan anugrah).21

Kedudukan seorang guru dalam naskah, pertama sebagai seorang pandita,

yakni cendikiawan yang memiliki pengetahuan dan juga pengalaman yang luas.

Bahkan Undang A Darsa mengartikan sebagai orang yang bijak. Sebagaimana

yang terapat dalam naskah, yakni “hedap sabda Sang Pandita” yang diartikan

tekad ucap orang bijak.22

Sering juga dalam naskah tertuang kata “utun anaking”

dimana bagi penulis seolah-olah memang selain sebagai seorang guru, juga

memposisikan dirinya sebagai orang tua, kalau kembali ke pembahasan awal

bahwa sang guru adalah seorang wanita, orang tua disini bisa diartikan menjadi

sosok ibu. Dengan demikian kedudukan wanita pada maa itu juga memiliki

kedudukan yang tinggi (jika merujuk pada pengertian di atas). Menariknya,

pemanggilan kata anaking itu berulang-ulang disebutkan dalam naskah ini, dan

bisa dilihat dalam naskah Sewaka Darma tersebut. Kemudian sebagai seorang

guru pada masa itu, penulis meyakini bahwa apa yang dia ajarkan adalah apa yang

dia lakukan. Tidak semata-mata ia memberi petuah, nasihat kepada sang murid

jikalau dia tidak menjalankannya terlebih dahulu. Berbeda dengan guru pada masa

19

Ilmu Huduri bisa diartikan sebagai hadirnya suatu ilmu secara langsung dari sang

pemberi ilmu (dalam hal ini adalah Tuhan) 20

Ilmu Khusuli dalam hal ini bisa diartikan diterimanya ilmu melalui ssuatu prosess yang

tidak mudah. 21

Undang A Darsa, Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 120 22

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm.82

Page 62: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

52

sekarang. Kerap kali petuah dan nasihatnya bertolak belakang dengan apa yang

dia lakukan. Selain memang guru memiliki penyempitan makna, juga dipandang

hanya sebagai profesionalitas, artinya pekerjaan yang menghasilkan. Jadi, bagi

penulis, kedudukan seorang guru dalam naskah ini juga adalah sebagai sosok

teladan, panutan dan juga sosok yang agung (mulia) bagi muridnya. Bahkan

dalam naskah dikatakan “lamun aing di mohaan, aing ku dewatakaki? Kelek aing

sangkeh aing, aing nyokot tutung imang, sakaleumpang aing milu”23

kalau aku

disesatkan oleh tuan yang mulia? Kepitlah aku dan peluklah aku, aku turut ambil

bagian kemanapun berjalan, aku turut.24

Karena tinggi atau agungnya sosok sang

guru, sang murid pun akan setia dan ikut kemanapun sang guru pergi.

Kedudukan sang guru bagi murid adalah sangat tinggi dan sangat dihormati.

Seperti halnya yang dikemukakan diatas, yang paling utama adalah karena

memang seorang guru bukan hanya memiliki ilmu, wawasan, pengalaman yang

luas, tapi seluruh aspek kehidupan yang diajarkan telah melalui proses panjang

yang dilakukannya. Singkatnya, apa yang dia ajarkan pernah ia lakukan. Dan

memang begitulah karakter orang-orang bijak terutama pada masa itu.

b. Pengertian dan Kedudukan Murid dalam Naskah Sewaka Darma

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) murid artinya seorang (anak)

yang sedang berguru (Belajar, Sekolah). Dalam konteks agama, istilah murid lebih

ditekankan kepada seseorang yang mengikuti bimbingan seorang yang ia anggap

berilmu (dalam arti memliliki pengetahuan yang luas dan mendalam) dan

bijaksana. Dalam pengertian lain murid bisa diartikan sebagai pengikut. Misalnya

23

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm.87 24

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm.87

Page 63: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

53

dalam tradisi kristiani ada yang disebut sebagai murid 12. Yakni dua belas rasul

atau pengikut Yesus Kristus.

Dalam Tradisi islam di Nusantara, murid sama halnya dengan santri yakni

orang yang belajar agama islam, biasanya istilah santri digunakan dalam tradisi

pesantren. Walau demikian, santri ini juga disebutkan beberapa tokoh seperti C.C

Berg, Clifor Gertz, berasal dari bahasa sansakerta “shastri” yang bermakna

ilmuan Hindu yang pandai menulis, jikalau menggunakan bahassa modern

mungkin saja ada penyempitan atau bahkan peluassan makna. Dalam arti sempit

seorang pelajar yang belajar agama dalam suatu lembaga tertentu, dalam hal ini

adalah pesantren. Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti

suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah

bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam konteks keagamaan murid

digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan seorang

tokoh bijaksana25

dalam naskah yang sedang dikaji ini (Naskah Sewaka Darma,

Peti Tiga Ciburuy Garut), murid adalah Sisyia (siswa) yakni seorang yang harus

mengamalkan petuah sang guru. Dalam naskah disebutkan bahwa ”Nihan pitutur

rahayu, awakaneun sang sisyia” “Inilah petuah kebajikan untuk diamalkan

seorag siwa” siswa disini yakni siswa “nu huning Sewaka Darma” “yang

memahami Sewaka Darma”.26

Kedudukan seorang murid dalam naskah Sewaka Darma ini adalah sebagai

seorang yang yakin, setia, teguh, dan taat pada sang guru. Ketaatan, keetiaan, dan

keteguhan itu sudah terikrarkan dan dijanjikan terhadap sang guru ketika awal

25

https://id.wikipedia.org/wiki/Murid 26

Arti Sewaka Darma dalam hal ini bukan berarti naskah melainkan hukum-hukum

pengabdian atau pengabdian pada hukum. Lihat. Undang A Darsa. Sewaka Darma; Peti Tiga

Ciburuy Garut, h. 71

Page 64: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

54

mula sang murid ingin belajar. “anaking dara barang patingtiman, eta na carek

larangan”27

diartikan “Anaku, saat awal ikrar janji itulah pernyataan suci”.

Menarik bagi penulis kemudiannya adalah sang guru kerap kali menyebut

muridnya dengan kata anaking. Selain disebut ebagai sang sewaka darma, sang

guru banyak menyebutkan kata anaku. Bagi penulis hal itu memposisikan bahwa

sang murid bukan hanya diposisikan sebagai seorang murid semata, melainkan

juga seorang anak yang harus mendapatkan perhatian dan kasih saying, agar

senantiasa mencapai tujuan hidup yang sejati. Begitupun sang guru, diposisikan

sebagai sosok orang tua (dalam hal ini ibu). Jadi jelas disisi lain posisiya sebagai

murid dan guru, tapi disisi lain juga sebagai anak dan orang tua (ibu).

27

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm.88-89

Page 65: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

55

BAB IV

ETIKA SEORANG MURID KEPADA SANG GURU DALAM NASKAH

SEWAKA DARMA; PETI TIGA CIBURUY GARUT

A. Ajaran Sang Guru Dalam Naskah Sewaka Darma

1. Bentuk Pengajaran Sang Guru

Pada pembahasan sebelumnya, dalam Naskah Sewaka Darma; Peti Tiga

Ciburuy Garut ini, setelah melalui proses transliterasi dan lalu kemudian

direkonstruksi, dijelaskan sejak awal bahwa naskah ini adalah sebuah kawih1

nasihat sekaligus sebagai petuah tentang kebajikan. Hal yang menarik bagi penulis

adalah kata “ini kawih panyaraman pikawiheun uba keueung” “ini kawih

panyaraman untuk disenandungkan (nyanyikan) sebagai obat rasa takut.2” kata

kawih dalam hal ini menurut Pak Undang A Darsa artinya nyanyian. Dengan kata

lain dalam benak penulis, ada kemungkinan bentuk pengajaran yang dilakukan

seorang guru pada sang murid adalah dengan menyanyikannya. Lalu kemudian,

karya ini berbentuk sebuah prosa yang bersifat didaktis artinya bersifat mendidik.

Sama halnya dengan Pupuh3 dalam tradisi sunda atau mocopat dalam tradisi Jawa.

Kenapa hal ini menjadi menarik, alasannya adalah karena dalam naskah ini

(Sewaka Darma) tidak dijelaskan bagaimana cara sang guru menyampaikan

ajarannya. Apakah dalam bentuk ceramah, atau dalam bentuk nyanyian?

Kemudian selanjutanya hal ini menegaskan jika sang Guru atau sang murid yang

dimaksud dalam Sewaka Darma adalah seorang wanita sebagaimana dijelaskan

1 Kawih dalam tradisi sunda adalah Nyannyian. Dalam istilah karawitan seringkali disama

artikan dengan tembang. 2 Panyaraman disini adalah nasihat atau tuntunan. Lihat Undang A Darsa. Sewaka Darma;

Peti Tiga Ciburuy Garut, h.71 3 Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional nu tangtu pola (jumlah engang jeung

sora) kalimahna. Yakni bentuk puisi atau prosa yang bersifat lisan dan memiliki pola langgam

tertentu.

Page 66: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

56

pada bab sebelumnya. Karena dalam tradisi seni (karawitan) sunda, juru sekar,

atau juru kawih, kawih biasanya selalu dimainkan (nyanyikan) oleh seorang

perempuan. Hal ini tidak dibahas dalam bukunya pak Undang A Darsa, ataupun

dalam penelitiannya pak Saleh Danasasmita, dkk. Sehingga penulis berani

menganalisa dan menyimpulkan. Sehingga ada dua kemungkinan bentuk

pengajaran yang dilakukan. Pertama, adalah dinyanyikan tentunya dengan

langgam yang khas, yang kedua, adalah dalam bentuk ceramah. Walau demikian,

perlu penelitian lebih lanjut untuk bisa sampai simpulan yang benar-benar sulit

untuk dibantah.

2. Dasasila Dalam Pancasaksi

Dalam Naskah Sewaka Darma ini, sebagai seorang murid harus senantiasa

ingat dan mengamalkan tentang Dasasila (sepuluh larangan atau ajaran)4

kesepuluh itu jelas tertuang di dalam naskah.

“Ingetkeun na dasasila, iseuskeun na pancasaksi” (Ingatlah tentang

sepuluh ajaran dan larangan, Camkanlah dalam pancasaksi)5

“iyu ningkahkeun raga,mamolahakeun sarira, ngalengkahkeun suku

tangan, suku miang awak urang, lamun na salah upamana, eta matak

urang papa, leungeun lamun na salah cokot, eta matak urang papa,

ceuli lamun salah denge, eta matak urang papa, irung lamun urang

salah ambeu,eta matak urang papa, sungut lamun salah hakan, salah

inum, manguni salah na sabda, lamun na sabda tan tuhu, lamun lain

sabda jati, lamun hamo rahayu, lamun mo tiis ba(b)wana, eta nu

disangsalahkeun, nu mangka papa kalesa, sanyarah na angen-angen,

samilang pangeusi raga, nu dipiawak sarira, eta nu malut ngalalut, eta

nu ngindit ngarapig, nu maannan kana kawah, lamun salah di Kreti,

hala hedap hala tineung, hiri dengki disakalih, makean neluh ngaracun,

ngagunaan mijaheutan, sakoeh ning hedap dusta, mati-mati wangsa

sadu, ngajaar nu hanteu dosa, sineguh inyana dusta”6

4 Undang A Darsa, Sewaka Darma ; Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 71

5 Pancasaksi adalah bagian dari Dasendra

6 Undang A Darsa, Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut, h.71-73

Page 67: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

57

“Selain mempertunjukkan tubuh, menampilkan diri sendiri,

menggerakan kaki dan tangan, kaki ialah bagian badan kita, jika salah

dalam langkah, itu akan menyebabkan kita sengsara, tangan apabila kita

salah ambil, akan menyebabkan kita sengsara, telinga kalau kita salah

dengar, akan menyebabkan kita sengsara, mata kalau salah lihat, itu

akan menyebabkan kita sengsara, hidung apabila salah mencium, itu

akan menyebabkan kita sengsara, mulut bila salah makan juga minum,

apalagi slaah dalam ucapan, jika berucap tidak jujur, jika bukan ucapan

sebenarnya, kalaulah takkan menjadikan lebih baik, jika tidak

menyejukkan suasana, ucap itulah yang mesti dipersalahkan, yang

menyebabkan kesengsaraan dan noda, bersarang dalam angan-angan.

Seluruh anggota tubuh kita, yang membentuk diri kita, itulah penyebab

kita terjerat, itulah yang menyeret dengan paksa yang menjerumuskan

kedalam neraka, apabila salah dalam perilaku, buruk itikad dan buruk

pikiran, iri dengki kepada orang lain, sampai-sampai meneluh dan

meracuni, mengguna-gunai dna menyakiti hati, setiap yang mendorong

itikad jahat, apalagi benar-benar berdusta, membunuh golongan orang

budiman, menghakimi yang tak berdosa, itulah disebut kejahatan yang

sebenarnya”.7

Kemudian selanjutnya, sang guru memberi amanat, agar jangan sampai

meraih kesuksesan, semata-mata karena harta. Bagi sang guru, karena dari situlah

asalnya kesenangan yang merupakan pangkal dari penderitaan, awal dari

keburukan dan kebaikan, jembatan maut dan kehidupan, sumber kebahagiaan dan

kesengsaraan. Jika semua itu telah tercapai dan terpelihara dengan baik, maka

sang murid akan kembali pada perilaku yang benar. Pastilah memiliki kehendak

yang terpuji, itikad yang bening dan juga bersih. Disertai dengan penyucian jiwa,

penerang kegelapan dalam diri supaya terus mengalir dalam kehidupan.

7 Lihat bagian terjemahannya dalam Undang A Darsa, Sewaka Darma ; Peti Tiga Ciburu

Garut, h.71-73. Bisa juga dilihat di lampiran, halaman terakhir penulisan skripsi ini.

Page 68: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

58

B. Pandangan Tentang Manusia dan Tentang Dunia

1. Perihal Mengenai Fana dan Penderitaan

Konsep dunia yang digambarkan Sewaka Darma, adalah fana dan

sementara. Tidak ada yang abadi atau kekal dalam dunia ini, setiap waktu selalu

ada perubahan terhadap apa yang terjadi didalamnya. Segala apapun yang terjadi

didalamnya selalu mempunyai batas atau dibatasi. ”suka kabingannan duka,

waregkahinganan lapar,tanghi kahinganna turu, hirup kahinganna pati." Bahkan

kematian pun sudah melekat dalam kehidupan manusia. Ketika manusia sadar

bahwa dunia itu adalah fana, mereka akan mengalami bagimana itu suka, dan

bagaimana itu duka. Bagaimana lapar dan bagaimana kenyang, sakit dan sehat,

gembira dan sedih sekali, serta derita usia tua dan kematian.8 Dalam perjalanan

kehidupan, makhluk hidup, mengalami lahir, bertumbuh, berkembang biak,

kemudian tua dan lalu mati. Kesemuanya itu adalah sebuah penderitaan. Artinya

dunia ini bukan hanya fana, melainkan juga memiliki jalur-jalur garis yang

ditentukan, dalam hal ini penderitaan. Bagi Yusuf Siswantara, setidaknya ada tiga

hal yang diajarkan dalam Sewaka Darma. Pertama, ajaran praktis personal (sadar

tehadap dirinya sendiri dan kesatuan tubuh), kedua, ajaran praktis-inter personal

(maksudnya yakni perlakuan baik), serta ketiga, ajaran bendawi. (yakni

kewaspadaan dengan benda-duniawi)9.

Dari ketiga hal diatas, Sewaka Darma mengajarkan ajaran praktis

keseharian-personal. Misalnya, tentang sadar dan ingat, sang murid selalu

diingatkan untuk “mula mo iyatna-iyatna” (artinya jangan sampai tak waspada)

8 Yusuf Siswantara, Sewaka Darmma; Pembelajaran, Keutamaan Kehidupan dan Implikasi

Pedagogisnya. Dalam Jurnal melintas, 2016, Vol, 32 no, 1, (Bandung; Fakultas Filsafat Unpar) h.

51 9 Yusuf Siswantara, Sewaka Darmma; Pembelajaran, Keutamaan Kehidupan dan Implikasi

Pedagogisnya, h. 51

Page 69: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

59

“ingetkeun bayua lali, urang nadahkeun talingan, ingetkeun na dasasila.

“ingatlah jangan sampai lupa, kita pasang telinga, ingatlah tentang dasasila.

Kedua, kesatuan tubuh, dalam usahanya untuk waspada sang murid diberi

kesadaran tentang kesatuan tubuh, karena tubuh manusia merupakan kesatuan,

sehingga jika ada salah satu anggota tubuh yang salah, maka keseluruhannya akan

sengsara10

, apalagi seluruh anggota tubuh bisa menjadi penyebab penderitaan.

“ suku milang awak urang, lamun na salah umpamana, eta matak

urang papa, Leungeun mun geus salah denge, etea matak urang

papa, mata lamun salah jeueung, samilang pangesi raga, nu di

piawak sarira, eta anu malu ngalalaut, eta nungindit ngarapig, nu

maannan kana kawah”11

Selanjutnya, Sewaka Darma menekankan ajaran praktis keseharian-

interpersonal. Jika sebelumnya lebih menekankan pada diri dan anggota tubuh

sebagai sumber kesengsaraan, selanjutnya justru sang guru menekankan pada

muridnya suatu tindakan yang terarah terhadap orang lain.

“lamun salah di kreti, hala hedap bala tineung, hiri dengki di

sakalih, makean neluh ngaracun, ngagunaan mijaheuta sakoeh

ning head dusta, manguni insya dusta … sineguh inya na dusta.12

Dalam hal ini sang guru menegaskan setiap perbuatan jahat dan atau dosa

yang ssesungguhnya, adalah tindakan destruktif terhadap orang lain. Terutama

terhadap orang yang benar. Dalam hal ini sang guru menegaskan kembali untuk

senantiasa waspada dan mempelajari ajaran tentang dunia yang harus diingat

karena penuh dengan kesengsaraan atau derita. (mullah mo iyatna, Reungeu

Sabda Sang Nugraha).

10

Yusuf Siswantara, Sewaka Darmma; Pembelajaran, Keutamaan Kehidupan dan

Implikasi Pedagogisnya, h. 51 11

Undang A Darsa. Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 72-73 12

Lihat, Undan A Dasa, Sewaka Darma : Peti Tiga Ciburuy Garut, h.71-73

Page 70: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

60

Selain kedua hal diatas, ajaran yang ditekankan oleh sang guru selanjutnya

adalah, ajaran praktis-bendawi sang Sewaka Darma harus berhati-hati. Terutama

soal harta indrawi badaniah, karena itu sumber kebaikan dan keburukan, jembatan

maut dan kehidupan, sumber kebahagiaan dan kesengsaraan, maksudnya bisa

membawa orang ke arah positif atau negatif. Jika demikian, manusia harus bisa

mengolah diri. Pengolahan diri menuntut seorang murid untuk perilaku benar,

bening itikad; mampu menguasai dan mengendalikan hasrat diri. Maka, sang guru

mengatakan:

“Lamun karasa sakitu, Anggeus laksana rumaksa, Anggeus kakasikep

kagamel, Kapulih na tingkah jati, Katemu ambek rahayu. Hedap herang

mana linglang, Duluran kupuja nyapu, Caang radin di sarira, Pakeun

ngali di na jati”.

(Apabila terpikir semua itu, telah tercapai dan terpelihara, Telah terkuasai

dan terpegang, Kembali pada perilaku benar, Pasti bertemu hasrat terpuji.

Itikad bening juga jernih, Disertai dengan ibadah penyucian jiwa, Penerang

kegelapan pada diri, Agar terus mengalir dalam kehidupan.)13

Pengolahan diri dilakukan dengan menjaga pancagati (lima unsur ragawi:

panca indera), perilaku yang baik, hasrat yang terpuji, pikiran yang bening dan

jernih, penyucian hati dan jiwa; mengusahakan agar semua kebaikan tersebut

mengalir dalam kehidupan. Dengan kebersihan hati, pikiran, dan tindakan,

manusia bisa bersikap terhadap hal-hal duniawi dengan baik ke arah kebaikan

dan kesucian. Dalam rangka kebersihan unsur badani manusiawi, orang harus

terus menjaga kesadaran diri. Dalam hal ini, sang guru mengingatkan sang

murid supaya tidak tersesat dalam ajaran Wiku Lokika, pendeta yang ‘bekerja

demi keuntungan’ karena ajarannya yang bisa menyesatkan. Nasihat sang Guru

adalah mengikuti ajaran leluhur, yang sudah terbukti dalam tutur, sikap, dan

13

Undang A Darsa, Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 74

Page 71: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

61

perbuatan sebagai penuntun kehidupan. Kesadaran ini menjadi penting karena

manusia masih terikat dengan badan dan karena keterikatan ini manusia harus

tunduk dengan hukum alam, yaitu takdir manusia

2. Perihal Mengenai Takdir

Gagasan kefanaan dan penderitaan di atas menjadi penting bagi ajaran

tentang kehidupan. Dalam teks Sewaka Darma, digambarkan bahwa manusia

hidup dalam dunia yang sudah ditetapkan. Manusia cukup menerima dan

menjalani nasib hidupnya dengan penuh kesadaran. Tanpa kesadaran ini,

kehidupan terkesan dipaksakan padahal suratan kehidupan sudah ditetapkan

“Memang sulit bila dipaksa-paksakan, memang sakit kalau dikuat- kuatkan,

akan terasa berat jika diperintahkan, karena sudah suratan kita, tertimpa

oleh suka dan duka, tertimpa oleh lapar dan kenyang, oleh derita usia tua

dan kematian, mengikuti jalur yang telah digariskan, ukuran guratan

kehidupan”14

Gagasan takdir yang dimaksudkan di sini bukanlah jalan hidup, tetapi

kenyataan yang fana. Karena fisiknya, manusia akan mengalami sifat

badaninya: lapar-haus, suka-duka, lapar-kenyang, tua-mati. Akan tetapi, takdir

juga dimengerti dan digambarkan dalam analogi wayang di tangan Sang Pencipta.

Manusia bukanlah aktor otonom yang bisa berbuat seenaknya sendiri. Manusia

bukanlah Sang Penguasa ( mo ngeunah ngala ku maneh, ja urang lain wisesa

dan urang sambung dileumpangkeun)15

. Dalam hidupnya, manusia sudah diatur

oleh Sang Jiwa, sang Kuasa.16 Dalam arti lain, tindakan badan kasar ini

14

Undang A Darsa, Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 76 15

Undang A Darsa, Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 77 16

Mana leumpang dileumpangkeun, na leungeun dipangnyokotkeun, nu ceuli

dipangreungeukeun, nu mata dipangnyeueungkeun, na irung dipangngambeukeun, mana nyarek

dicarekkeun, lamun na pangjang nu ngudang (Kita berjalan karena ada yang melangkahkan,

tangan mengambil karena ada yang membantu mengambilkan, telinga pun mendengar sebab

ada yang membantu mendengarkan; mata pun melihat karena ada yang membantu penglihatan;

Page 72: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

62

diberdayakan atau digerakkan oleh kekuatan (sebagai yang halus). Digerakkan di

sini adalah kehidupan itu sendiri. Sewaka Darma menganalogikan kehidupan

dengan bangun (ngudang) atau sadar. Tanpa kesadaran, panggung langgeng waya

meneng (panggung tetap sepi), tinggal raga tak berharga (tubuh raga tidak

berharga). Kesadaran ini memberi kehidupan, berupa tenaga, sabda, dan pikiran.

Ketiganya: bayu-sabda-hedap (tenaga-sabda-pikiran) menjadi badan halus (inner)

yang menyempurnakan badan kasar.

Sebaliknya, tanpa kehadiran ketiganya, tubuh manusi hanyalah seonggok

daging tanpa kehidupan seperti digambarkan: lengit na kautama, hilang na

kapremanaan, aing ku sanghiang hirup (tinggal raga tak berharga, sirna dari

kemuliaan, sirna dari kewaspadaan, aku ditinggalkan oleh kehidupan suci). Takdir

ketidaksempurnaan diri manusia membuat manusia harus mengarahkan diri pada

kebenaran dan kesempurnaan.17

3. Perihal Mengenai Manusia; antara Jiwa dan Raga

Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Dalam pemahamannya, Sewaka

Darma menggambarkan bahwa jiwa menggerakan tubuh. Dalam hal ini tubuh

menjadi sisi pasif dan jiwa merupakan sisi aktif. Pemahaman sisi pasif dan sisi

aktif ini mempengaruhi pemahaman hidup manusia. Dari sisi eksternal, tubuh

bergerak dan bertindak (aktif) dan jiwa memberi daya kekuatan (pasif). Dari sisi

internal, jiwa menjadi daya penggerak dan inisiator dan tubuh menjadi sarana bagi

sang jiwa.

hidung pun mencium karena ada yang membantu mencium; niat hati berbicara karenaada yang

membantu berbicara); Sewaka Darma. Lihat Undang A Darsa, Sewaka Darma :Peti Tiga Ciburuy

Garut, h. 77-78 17

Yusuf Siswantara, Sewaka Darmma; Pembelajaran, Keutamaan Kehidupan dan

Implikasi Pedagogisnya, h. 54

Page 73: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

63

Dalam pandangan ini, hubungan atau keterkaitan badan dan jiwa tidak

hanya mengarahkan kita pada kesatuan tubuh dan jiwa. Artinya, apa yang terjadi

dengan badan akan berpengaruh terhadap jiwa. Kesatuan ini akan menjadi

jelas pada saat keterpisahan jiwa dan badan terjadi dalam kematian. Kematian

manusia mengisyaratkan keterpisahan jiwa dan badan. Jiwa akan meneruskan

perjalanannya, dan badan akan kembali ke asalnya, yaitu tanah. Dalam kematian

(jiwa terpisah dengan badan), apa yang akan terjadi dengan perjalanan jiwa (Sang

Atma) mempunyai hubungan dengan kehidupannya saat hidup (jiwa bersatu

dengan badan). Di sinilah, kita memahami konsep diri.

4. Bayu, Sabda, Hedap

Sewaka Darma menggambarkan Bayu, sabda, dan hedap (‘tenaga-kata-

pikiran’) sebagai bagian internal yang menghidupkan tubuh. Ketiganya disebut

‘tiga rahasia’ dalam Sewaka Darma. Bayu berarti tenaga, segala daya upaya

yang dirasakan dan teraba. Ia halus dan merasuk luas, lepas atau tak terbatas

ruang. Sementara itu, Sabda adalah kata yang terucap dan menamai segala

sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Karenanya, dikatakan

Undang, bahwa sabda mengisi seluruh jagat semesta. Sebagaimana bayu, sabda

tidak akan berkurang dan terus abadi. Selanjutnya, hedap adalah yang tidak

terbatas ruang dan waktu. Hedap terasa ketiga manusia mendengar dengan

telinga, mencium dengan hidung, atau meraba dengan kulit. Panca indera

menjadi pintu keluarnya hedap. Bayu, sabda, dan hedap mempunyai wujud

halus dan kasar. Wujud bayu terasa ketika dikeluarkan dan dimasukkan lewat

hidup, dirasakan oleh kulit; halusnya ketika bayu tidak bisa dipegang dan tidak

bisa digenggam. Sementara itu, sabda bisa didengar dan terucap; sifat halusnya

Page 74: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

64

sabda adalah karena tidak terlihat. Kasarnya hedap dapat digunakan untuk

melihat, mendengar, dan meraba; sementara sifat lembunya adalah tak berbekas

dan bersisa.18

Dengan demikian, Bayu, Sabda, Hedap menjadi daya kehidupan, serta

memberikan kesatuan tubuh yang rentan tersesat. Ketiganya menjadi kekuatan

hidup yang menggerakkan manusia. Artinya, pada saat terpisahnya tubuh dari

unsur-unsur kehidupan (bayu, sabda, hedap), tubuh tidak mempunyai arti lagi..19

Dan, kematian berarti terpisahnya Bayu, Sabda, dan Hedap dari tubuh.20 Tubuh

yang kehilangan daya menjadi mati, tetapi dengan terpisahnya unsur kehidupan,

jiwa dimurnikan; itulah sang Atma, atau sukma, atau roh murni.

C. Ajaran Moralitas Sewaka Darma

1. Sikap seorang murid terhadap gurunya

Dalam naskah ini seorang murid jelas harus memiliki kemauan dan

kemampuan untuk memahami apa yang diajarkan oleh sang guru. Seorang murid

harus memiliki etika yang baik dalam proses pembelajaran dengan sang guru.

Sikap hormat ssng murid itu ditunjukan dalam beberapa sikap diantaranya:

18

Undang A Darsa, Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 121 19

Lamun na heunteu nu ngudang, Lamun han(nu) teu nyarita, Panggung langgeng waya

meneng, Kari raga tanpa mula Leungit na kautamaan, Hilang na kapremanaan, Lamun anggeus

ditinggalkeun, Ku na bayu sabda hedap, Aing ku Sanghiang Hurip (Jika tidak ada yang

memanjakan, Kalau tidak ada yang menyadarkan, Panggung tetap dalam sepi, Tinggal raga tak

berharga, Sirna dari kematian, Sirna dari kewaspadaan, Bila sudah ditinggalkan, Oleh bay, sabda

hedap, Aku ditinggalkan oleh kehidupan suci); Sewaka Darma No. 134-140 20

Kingkila datang ka mangsa, kikingla bayu dek mabur, kingkila sabda dek mangkat,

Hedap nu mungkar ti raga. Nu dek ninggalkeun kahanan (Pertanda tiba waktunya, Pertanda

bayu akan lepas, Pertanda sabda mau berangkat, Hedap pergi dari jasad, Yang hendak

meninggalkan tempat); Sewaka Darma, No. 505-514

Page 75: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

65

a. “nyaur sang sewaka darma, umun teher manganjali, sumembah ka

sang Pandita”21

maksudnya seorang murid dalam hal ini sang sewaka

darma merapatkan kedua tangannya tanda penghormatan dan

penyembahan pada sang cendekia.

b. “aum nyana pretiaksa, satya malekas sabda “22

maksudnya yakni

Berikrar dan berjanji dihadapan sang guru akan menjalankan segala

petuah sang guru.

c. “kelek aing sangkeh aing, aing nyokot tutung imang, sakaleumpang

aing milu”23

dalam hal ini kemanapun gurunya melangkah, “aku turut

ambil bagian, ke mana pun berjalan, aku turut” jelas sikap setia harus

adalah yang harus dimiliki seorang murid.

d. “lempang mo kawurunganan, mo heubeul umadeng-adeng, tonggoy

kana pileumpahan, mop oho di pilaloan”24

maksudnya yakni yakin

bahwa ketika sudah berjalan tidak akan gagal, kemudian yang utama,

serong murid tidak boleh banyak berhenti, tekun dalam perjalanan

yang sedang ditempuh, dan tidka lupa pada jalan yang harus dilalui.

Intinya adalah tekun dan disiplin

e. “titikeun raja kusumah, na rasa di maka herang, nyieun manak

sakurungan, metu sabda manis arum, teher wulat manohana”25

dalam

hal ini seorang murid harus mengikuti “tradisi suci, lalu

membersihkan dan menjernihkan tekad, bertutur kata santun, dan

memandang pelajaran dengan gembira.

21

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm.86 22

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm.87 23

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm.87 24

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm.93 25

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm.94-95

Page 76: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

66

f. “lamun anggeus kaandelan, syiaku Sanghiang darma”26

jika

semuanya sudah yakin maka amalkanlah tentang anghyang Darma.

Pada intinya, seorang murid harus hormat (dengan ritual merapatkan telapak

tangan) terhadap sang guru, kemudian berikrar dan berjanji akan patuh dan taat,

selanjutnya setia terhadap sang guru (bahkan kemanapun sang guru pergi dia akan

ikut), yakin terhadap sang guru, tidak banyak berhenti, tetap teguh dan fokus pada

yang diberikan, tekun, disiplin, menikuti tradisi, bertutur kata santun, dan

memandang pelajaran dengan bahagia. Lalu Terakhir baru mengamalkannya.

Itulah yang harus dilakukan seorang murid dalam naskah Sewaka Darma, jika

sedang belajar pada sang guru.

2. Sikap sang guru terhadap muridnya

Dalam naskah Sewaka Darma guru adalah seorang pandita artinya cendikia

(memiliki) wawasan ilmu dan pengalaman yang luas. Juga sebagai sang Nugraha

yang menyampaikan anugrah. Disebut juga mahapandita, dewatakaki intinya

adalah menyampaikan nasihat-nasihat dan petuah-petuah tentang nasib buruk

yang akan menimpa sang murid jika ia mengabaikan nasihat dan petuah tersebut.

Dalam naskah sewaka darma ini sikap seorang guru diantaranya;

a. Menjadi seorang bijak dan arif, selain berwawasan (ilmu dan

pengalaman) yang luas.

b. Tidak meminta-minta atau mengemis pada orang lain, sebagaimana

yang diajarkan pada ang murid “mullah sia kabawakeun, ku warah

26

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm.95

Page 77: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

67

Wiku Loka sesedan sasaktian”27

pada intinya jagan sampai ikut

terbawa ajaran Wiku Loka (Undang mengartikan pendeta pertapa

peminta-minta), seolah-olah mereka sempurna dan unggul.

c. Jujur, bertutur yang baik (bahkan sejuk) “saur sahingan ning tuhu,

sabda sahingan ning byakta, byakta oman karasa, panas tiis tutur

lupa”28

maksudnya jika berkata harus jujur, berucap harus yang nyata,

dan terbukti ucapan jika terasa panas sejuk dalam mendengarkan hasil

pembicaraan.

d. Mengasihi, bahkan dalam hal tertentu sang murid sering disebut “Utun

Anaking” sikap kasih ini memposisikannya bukan hanya sebagai guru

yang memberikan ilmu, tapi sebagai sosok orang tua yang mengayomi

dan menyayangi anaknya.

Sebagai seorang guru pada masa itu, ada ketidak percayaan penulis jika apa

yang dia ajarkan berbeda dengan yang dilakukan. Penulis sangat meyakini,

kualitas guru pada masa itu sangat jauh berbeda dengan kualitas guru pada masa

sekarang. Sehingga jika guru mengajarkan bertutur sopan santun, jujur, apa

adanya terhadap sang murid, hal demikian telah pertama dilakukannya sebelum

disampaikanya kepada sang murid, karena ini adalah buah dari perjalanan yang

sangat panjang menjadi seornag bijak. Pada intinya sikap seorang guru selain

yang disebutkan diatas, juga tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan murid

terhadap sang guru. disinilah setidaknya perbedaan ilmu perspektif lokal dengan

ilmu dalam perspektif barat. Dalam tradisi lokal, ilmu mencakup laku (perilaku,

dan ritual-ritual yang dijalankan dalma mendapatkan ilmu).

27

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm.80 28

Undang Ahmad Darsa, Sewaka Darma Peti Tiga Ciburuy Garut, hlm

Page 78: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

68

3. Persoalan Kosmologi: konsep dualisme hidup dari yang fana menuju

moksa.

Sewaka Darma menggambarkan suatu kosmologi Sunda. Tentunya,

kosmologi di sini tidak bisa dimengerti dalam konteks pengetahuan barat, yaitu

pengetahuan alam semesta dengan pengaturan serba jelas dan eksakta.

Kosmologi Sunda mempunyai ciri khasnya sendiri sebagaimana akan kita lihat.

Perjalanan Sang Atma berakhir di Jatiniskala sebagai tujuan akhir perjalanan

sang Atma, dunia maha gaib, tempat zat Yang Yang Pencipta. Jatiniskala ini

merupakan suatu dunia tempat pembuat batas tanpa terkena batas. Dalam

kosmologi Sunda, belajar dari Naskah Sunda Kuna yaitu “Jatiraga”, kosmologi

Sunda ini merupakan perpaduan antara Sunda asli (hyang) dengan Budhisme

(moksa) dan Hinduisme (dewa-dewi).29

Dalam kosmologinya, Naskah Jatiraga menjelaskan bahwa orang Sunda

memandang dunia dan alam semesta ini dalam tiga tatanan alam, yaitu sakala

“Dunia nyata”, niskala “dunia gaib”, dan jatiniskala “kemahagaiban sejati”.30

Pertama, Dunia Sakala adalah dunia nyata sebagaimana kita saat ini.

Dunia ini diisi atau ditempati oleh makhluk hidup: manusia, hewan, dan

tumbuhan. Mereka (yang hidup di alam sakala) ini terdiri dari dua unsur: badan

fisik dan badan non-fisik (rohani). Mereka bisa dilihat, dirasa, dan diraba secara

fisik. Dalam peristiwa kematian, badan non-fisik akan lepas atau keluar dari

badan fisik untuk kemudian masuk dalam dunia lain, yaitu niskala.

Kedua, Dunia Niskala adalah dunia gaib atau roh sebagaimana kita

pahami. Dunia ini diisi atau ditempati oleh makhluk gaib: roh manusia, dewa-

dewi, hantu (istilah awamnya), syanu (roh netral). Jika dalam Sewaka Darma

disebutkan tiga unsur dalam manusia yaitu bayu-sabda-hedap, maka bisa

jadi, yang dimaksudkan adalah syaku atau roh netral (syanu) yang bergabung

dengan bayu-sabda-hedap. Jika roh netral (syanu) ini bergabung dengan

unsur badan-fisik, maka terciptalah gabungan antara anasir fisik dan non-

29

Yusuf Siswantara, Keutamaan; Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma, 2015,

(Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik

Parahyangan), h. 50 30

Yusuf Siswantara, Keutamaan; Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma, h. 50

Page 79: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

69

fisik (rohaniah) sehingga menjelma menjadi makhluk hidup di dunia sakala,

entah sebagai manusia (jelmaan paling sempurna), hewan, atau tumbuhan.

Sebagai perwujudan paling sempurna, manusia mempunyai ‘kewajiban’

untuk berbuat baik. Kebaikan akan menghantar roh manusia (syaku) kepada

kesempurnaan tetapi kejahatan akan membawa manusia kepada ketidak-

sempurnaan.

Pada akhir hidupnya, makhluk akan dipisahkan dari bayu-sabda-hedap dan

menjadi roh. Roh akan terarah pada kesempurnaan dan akhirnya menjadi

sempurna atau moksa. Sementara itu, keburukan akan menghantar roh manusia

untuk disucikan kembali dalam kawah (neraka) dan harus mengalami reinkarnasi

ke bentuk yang sesuai dengan perbuatannya yang buruk; bisa berbentuk raksasa.

Ketiga, Dunia Jatiniskala adalah dunia maha gaib nan sempurna tempat

zat Yang Maha Tunggal, sang Hyang Manon, Yang Maha Pencipta, Si Ijunajati

Nistemen, pencipta batas tetapi tak terkena batas. Dunia ada dalam zatnya.

Dalam perjalanan ke kesempurnaan, dunia jati niskala ini menjadi tujuan

akhir dari pengembaraan manusia. Tentang hal ini, Sewaka Darma menjelaskan

tahap-tahapnya dengan cukup rinci. Di gerbang kematian, (roh) manusia akan

meninggalkan jasad atau badannya. Syaku (Roh netral yang bergabung

dengan sabda-hedap-bayu) ini akan berjalan dan memulai pengembaraannya di

dunia niskala (alam gaib).

Di sinilah, sang Atma memasuki tahap-tahap alam. Mulai dari sang Yama

(penjaga Negara), sang Atma melewati lisan langit dengan berbagai ilustrasi dan

deskripsi bebungaan dan pepohonan. Tibalah sang Atma di tempat penyucian,

dibersihkan, dan disiapkan. Setelah dirasa cukup, sang Atma diingatkan untuk

melepas keindahan duniawi seperti di dunia sakala supaya ringan dan damai,

terlepas bebas dari ketidak-sempurnaan. Tingkat-tingkat sorga atau khayangan

dilalui sang Atma. Setiap tahap ditempati oleh dewa- dewi sebagai

penghuninya. Karena memang bukan tempatnya, sang Atma tidak boleh

berhenti dalam tiap-tiap tingkat. Sang Atma harus terus berjalan menunju tempat

Page 80: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

70

yang semestinya menjadi tempatnya. Ia diundang untuk sampai tangga emas dan

tiba di Bumi Kencana.31

Di sanalah ia disambut oleh Sang Hyang Maha Kuasa:

“Anaking Sanghiang Atma, mana cunduk mara dareyuk, mana dating mara

diundang, nu tuhu teher laksana, ageing teher herang tinueng. Mana cunduk

ka puhun, mana na dating ka tangkal, mana na nepi ka jati, mana na deuheus

ka anggeus, dating ka ambu ka ayah”

“Anakku Sanghiyang Atma, makanya tiba silahkan pada duduk, makanya

datang memang diundang, yang setia juga rupawan, terhormat lagi pula jernih

pikir. Maka, kini, tiba kepada leluhur, maka kini datiag kepada nenek

moyang, maka kini sampai ke asal, maka kini sampai ke tuntas, datang

kepada ibu dan bapak”32

Terhadap sambutan itu, sang Atma hanya merasakan suasana kedamaian,

sebagaimana digambarkan berikut ini: suka tan pabalik duka, wareg tan pabalik

lapar, moksa leupas tan pabalik wulut (‘suka tanpa kembali duka, kenyang tanpa

kembali lapar, lepas sempurna tana Nampak kembali’). Akhirnya, perjalana

masuk ke dunia ketiga: Jatiniskala. Sang Atma mencapai moksa dalam batas di

ambang dunia Jatiniskala, tetapi tidak akan masuk ke dalam Jatiniskala itu

(Mentog di Jatiniskala), saat sang Atma akan melepaskan bayu-sabda-hedap.

Kosmologi di atas digambarkan selayaknya jagad besar, alam semesta.

Lapis-lapis dunia pun digambarkan dengan piramida, Penangkapan ini

dipertegas dalam penjelasan Sewaka Darma dalam perjalanan sang Atma,

dari darat-Bumi menuju ke udara-langit, bahkan langit terluar dan mentog di

Jatiniskala (tempat sang Pencipta). Atau, dengan kata lain, pengembaraan

sang Atma di alam niskala kiranya menjadi perjalanan ‘keluar jagad’. Yang

menarik di sini sehubungan dengan kosmologi Sunda dan juga perjalanan sang

Atma dalam Sewaka Darma adalah paradoksalnya (lebih tepatnya, pembalikan

arah). Perjalanan kosmologis sang Atma bukanlah perjalanan keluar, ke alam

semesta nan tidak terkira luasnya. Sebaliknya, pengembaraan itu adalah

perjalanan kedalam diri sang Atma sendiri. Dalam perjalanan itu, sang Atma

31

Yusuf Siswantara, Keutamaan; Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma, h. 50-51 32

Undang A Darsa, Sewaka Darma ;Peti Tiga Ciburuy Garut, h. 113

Page 81: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

71

membuka selapis demi selapis misteri dirinya sendiri. Kunci misteri ini adalah

bayu-sabda-hedap. Pada saat menempati suatu lapis, sang Atma bisa memasuki

lapis berikutnya jika ia pempunyai kunci pembukanya. Anehnya, kunci itu

hanya bisa berfungsi dan pintu gerbang terbuka jika kunci itu hilang. Dengan

hilangnya kunci, terbukalah lapis misteri, sang Atma masuk ke dalamnya. Sampai

di sini, menjadi pertanyaan adalah mengapa harus hilang? Dalam nalar, sesuatu

yang hilang tidak bisa berfungsi; atau, sesuatu bisa berfungsi kalau ia ada. Dalam

perjalanaan sang Atma, terjadi paradoksal: sesuatu berfungsi pada saat ia

hilang. Artinya, lepas. Sang Atma melepas kelekatan-ketekatan. Lapis (bayu-

sabda-hedap) dilepaskan dari diri Atma.

Dalam pelepasan lapis-lapis itu, sang Atma semakin menyadari inti

sejatinya dirinya sebagai roh murni yan teramat halus. Pada saat sampai pada

inti sejati dirinya, sang Atma lepas bebas, habis tertiup, moksa. Kosong. Inilah

gambaran kesempurnaan Jatinistemen sebagaimana digambarkan dalam

Jatiraga:

“Inya sida Jatinistmen, Ya sida tan hana paran, Sida mwaksah tan hana

tuduhan, Sira ta manggih tan parupa ,Tan Hyang tan abayu, Tan asabda tan

ahdap Tan atutur tan aswarga, Tan amwaksah tan alepas, Tan hyang tan

dewata, Tan warna tan darma. Apan sekar nala sadakala, Tan katemu

inajyan, Tan katemu inangen-angen”33

Moksa adalah keadaan yang lepas dari segala keterikatan atau sang Atma

sudah hilang keterikatannya dengan ‘ketidaksempurnaan’ hidup. Dalam Jatiraga,

dijelaskan lebih lanjut bahwa moksa bukanlah tidak ada atau tiada sebab ‘tiada

tiadaku sendiri’. Keadaan sempurna merupakan perjalanan sang Atma sampai

pada situasi ‘habis tertiup angin’ (kosong) tetapi sekaligus karena kosong, ia

berada dimanapun34

.

33

Yusuf Siswantara, Keutamaan; Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma, h.53 34

Yusuf Siswantara, Keutamaan; Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma, h.54

Page 82: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

72

Kekosongan bukanlah tidak ada, kekosongan di sini seumpama warna putih,

dimana tidak ada warna apapun ; hanya putih. Tetapi putih di sini bukanlah tanpa

warna; sebaliknya, putih berarti semua warna. Demikianlah kosong bukanlah

yang tidak ada sebab kosong adalah segalanya. Tidak dimanapun adalah ada

dimanapun. Konsekuensinya, perjalanan sang Atma adalah perjalanan ke dalam

inti jati diri, dimana pada ada titik akhir perjalanannya tersadarkan bahwa sang

Atma juga sekaligus melakukan gerak ke luar dan menjadi segalanya.

Page 83: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Naskah Sewaka Darma ini adalah sebuah Naskah yang berisi nasihat-

nasihat dan petuah terutama untuk para pembelajar supaya tujuan yang hakiki

tercapai. Terutama yaitu mencapai Moksa. Ada banyak hal yang harus dilakukan

dan juga dilakukan seorang murid ketika sedang belajar kepada sang guru

(Pandita, Mahapandita, sang Nugraha , dewata kaki). Terutamanya adalah harus

selalu ingat sepuluh ajaran dan larangan (Dasasila dalam Panycasaksi), yakni

tentang alat indera kita. Lalu juga harus ingat seperti perilaku, itikad, pikiran yang

buruk, membunuh, menuntut yang tidak berdosa, berdusta, iri, dengki, meracuni,

mengguna-gunai, yang merupakan kejahatan sesungguhnya.

Sikap yang harus dimiliki seorang murid yaitu, seorang murid harus hormat

(dengan ritual merapatkan telapak tangan) terhadap sang guru, kemudian berikrar

dan berjanji akan patuh dan taat, selanjutnya setia terhadap sang guru (bahkan

kemanapun sang guru pergi dia akan ikuti), yakin terhadap sang guru, tidak

banyak berhenti, tetap teguh dan fokus pada yang diberikan, tekun, disiplin,

menikuti tradisi, bertutur kata santun, dan memandang pelajaran dengan bahagia,

lalu terakhir baru mengamalkannya. Itulah yang harus dilakukan seorang murid

dalam naskah Sewaka Darma, jika sedang belajar pada sang guru.

Begitupun sikap seorang guru pada muridnnya, selain penuh kaih sayang,

bijak, jujur dalam berkata, juga pada intinya apa yang diajarkan pada muridnya

adalah apa yang dia lakukan. Tentunya sebagai seorang guru, berarti juga menjadi

seorang teladan bagi muridnya. Bukan hanya wawasan, keilmuan (pengalaman)

Page 84: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

74

yang dimiliki akan tetapi juga bentuk laku (praktis) dari wawasan itu yang

dimiliki seorang guru pada masa itu.

Kemudian, selain tentang aturan dan larangan, tentang sikap dan perilaku

murid dan guru, naskah ini juga berisi tentang pengetahuan yang benar atau

disebut juga pengetahuan tertinggi, yakni terbebasnya diri dari jasad atau hal yang

bersifat duniawi yang kemudian dengan Bayu, Sabda, dan hedap, bisa membuka

kunci untuk menemukan hakikat Darma oleh Sang Sewaka Darma (murid atau

pengabdi hukum). Intinya adalah ajaran yang berupa tuntutan hakikat hukum-

hukumpengabdian hidup di alam sakala, sampai kea lam niskala hingga totog di

jatiniskala baik melalui monolog ataupun berupa dialog. Namun tidak ada

keterangan tentang kapan, dimana, dan oleh siapa tulisan ini dibuat. Kecuali

asumsi dari para filolog yang meneliti naskah Sewaka Darma ini.

B. Saran

Penulis berharap Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

penulis sendiri, dan umumnya bagi para pembaca. Selain dari itu dengan adanya

karya ini, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pentingnya mengkaji

kearifan lokal nusantara, juga tentang pentingnya etika ketika sedang menuntut

ilmu. Terutama etika, sikap hormat kepada guru.

Mengingat khazanah kekayaan intelektual, kearifan lokal, dan juga

kebudayaan di Indonesia menarik dan perlu untuk dikaji, terutama karya-karya

yang sudah berusia berabad-abad, semisal Naskah Sewaka Darma. Karya ini

memberikan pengetahuan mengenai ajaran moral dan pandangan manusia

khususnya masyarakat Sunda, sebelum islam berkembang di tanah pasundan.

Page 85: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

75

Namun demikian, prinsispnya tidak jauh beda dengan konsep etika/moral dalam

islam.

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, terlepas dari

keterbatasan yang dimiliki, hasil penelitian ini diharapkan mempunyai implikasi

yang luass untuk penelitian selanjutnya dengan topik pembahasan yang serupa.

Kritik dan saran dari pembaca sangat diarapkan demi kesempurnaan penulisan

penelitian ini dikemudian hari.

Page 86: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

76

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kies, ETIKA, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993

Bustannudin, Agus. Agama dalam Kehidupan Manusia; pengantar antropologi

agama Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2006

Charris Zubair, Achmad. Kuliah Etika, Jakarta: Rajawali Press, 1980

Danasasmita, Saleh, dkk. Sewaka Darma, Sanghyang Siksakandang

Karesian, Amanat Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan

Bandung: proyek pengkajian dan penelitian kebudayaan Sunda

(Sundanologi), 1987

Danasasmita Saleh, Nyucruk Sajarah Pakuan Pajajaran jeung PrabuSiliwangi, Bandung : Kiblat, 2003

Darsa, Undang Ahmad, Sewaka Darma; Peti Tiga Ciburuy Garut. Bandung :

Pusat Studi Sunda. 2012

Herlina Lubis, Nina, Banten Dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, danJawara, Jakarta: LP3S, 2003

Koentjaraningrat, Manusia dan kebudayaan Indonesia, Jakarta: Djambatan,1971

Kholil, Munawar dan aditia gunawan, ”Membuka Peti Naskah Sunda Kuno di

Perpustakaan Nasional RI ; Upaya Rekatalogisasi. Bandung :

Yayasan Pusat Studi Sunda.

Keraf, A Sonny, Etika Lingkungan, Jakarta; Penerbit Buku Kompas,2006

Lubis, Ridwan, Kerukunan Beragama Dalam Cita dan Fakta, (Jakarta; Pusat

Kerukunan Umat Beragama FKUB Sekjen Kemenag RI

Page 87: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

77

Mahsun, Metde Penelitian Bahasa, Jakarta : PT Raja Grafindo, 2003

Mudjia Raharjo, Dasar-Dasar Hermeneutika; Antara Internasionalisme dan

Gadameria, Yogyakarta; Ar Ruz Media, 2008

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed. III, Yogyakarta : Rake

ssarasin, 1998

Muthalib, Abdul, Metode penelitian Pendidikan Islam, Banjarmasin : Antasari

Press, 2008

Ruslan, Rosady, Metodologi Penelitian ; Public Relation dan Komunikasi

(Jakarta : Raja Gravindo Persada. 2010

Rosidi, Ajip, Mencari Sosok manusia sunda, Jakarta; Dunia Pustaka jaya, 2010

Salim, Abd. Mu’in, Metode Ilmu Tafssir, Yogyakarta; Teras, 2005

Shadily, Hasan dan John M.Echols, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta;Gramedia, 1982

Siswantara, Yusuf, Keutamaan; Kritik Teks Atas Naskah Sewaka Darma

(Laporan Penelitian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Universitas Katolik Parahyangan, 2015)

----------------------- Sewaka Darma; Pembelajaran Keutamaan Kehidupan dan

Implikasi pedagogisnya. Jurnal Melintas ed.32. 2016

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : CV, Alabeta, 2009

Sumardi, Subrata, Metodologi Penelitian (Jakarta : Raja Gravindo persada,2000)

Sudarto, Metodologi penelitian filsafat, Jakarta; Grafindo Persada. 1997

Sjafariah, Rosmaria, Etika, Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2008

Page 88: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

78

Syamsiatun, Siti dan Nihayatul Wafiroh, Filsafat, Etika, dan Kearifan Loka

untuk Kontruksi moral Kebangsaan, Terj. Dari Philosophy, Ethics

and Lokal Wisdom in the Moral Construction of the Nation,

(Yogyakarta :Globethics.net and the Indonesian Consortium for

Religious Studies (ICRS), 2013

Tim penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat BahasaDepartemen kebudayaan Nasional, 2008

Praja, M sastra, Kamus Istilah Pendidikan Umum, Surabaya; UsahaNasional,1981

Salahudin,Asep, Sufisme Sunda; Hubungan islam dan Budaya dalamMasyarakat Sunda, Bandung; Nuansa, 2017

Sudarto, Metodologi penelitian filsafat, Jakarta; Grafindo Persada. 1997

Surjadi, A , Masyarakat Sunda Budaa dan Problema. Bandung : PenerbitAlmuni. 1985

Suhardi Ekadjati, Edi, Kebudayaan Sunda Jilid 1 Jakarta: Pustaka Jaya, 1995

-------------------------- Naskah Sunda:Inventarisasi dan Pencatatan. Bandung:

UNPAD dan Toyota Foundation,1988

------------------------- Ekajati, Edi S, Pengetahuan Geografi Masyarakat Snda

Berdasarkan Manuskrip Sunda Kuno dan Catatan Perjalanan Orang

Portugis, 2007. SARI: Jurnal Alam dan Tamadun Melayu ed. 25

Usman, Syafaruddin, Wayang ; Kepribadian Luhur Jawa, Jakarta : Cakrawala,

2010

Referensi media elektronik:

https://id.wikipedia.org/wiki/Guru diakses tanggal 26 Juli 2018https://su.wikipedia.org/wiki/Murid diakses pada tanggal 26 Juli 2018

Page 89: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

78

Lampiran 1

LAMPIRAN: Transliterasi dan Terjemahan Naskah Sewaka Darma (Naskah IV)(4a-2) Ini kawih panyaramanPikawiheun ubar keueung,Ngara(n)a pangwereg darmangawangun rasa sorangan.

5. Nihan pitutur rahayu,Awakneun sang sisyiaNu huning sewaka darma.Utun naking sumanger!Kita Sang Sewaka Darma,

10. Mulah mo iyatna-yatnaii,reungeu sabda sang panditaIngetkeun sabda sang panditaingetkeun hayua lali,teher ngeunah-ngunah rasa.Urang nadahkeun talinga,

15. ingetkeun na dasa (1a-9) sila,Iseueuskeun nupanycsaksi,Iyu ningkahkeun raga,Mamolahakeun sarira,Ngalengkahkeun suku tangan.

20. Suku milang awak urang,Lamun na salah upana,Eta matak urang papa,Leungeun lamun na salah cokot,Eta matak urang papa,

25. Ceuli lamun salah denge,Eta matak urang papaMata lamun salah jeueung,Eta matak urang papaIrung lamun salah ambeu,

30. eta matak (1b-9) urang papa.Sungut lamun salah, hakan salah inumManguni salah na sabda,Lamun na sabda tan tuhu,Lamun lain sabda jati,

35. Lamun hamo rahayu,Lamun mo tiis ba [b]warna,Eta nu disangsalahkeun,Nu mangka papa kalesa,Sanyarah na angen-angen.40. Samilang pangeusi raga,Nu dipiawak sarira,Eta nu malut ngalalut,Eta nu ngindit ngarapig,

1. Inilah Kawih Panyaramanxiii

Untuk disenandungkanSebagai obat rasa takut,Artinya peneguh darma,Guna membentuk keyakinan diri.

Inilah petuah kebajikan,Untuk diamalkan seorang siswa,Yang paham Sewaka Darma xiv.Buyung anakku tetaplah setia!Engkau adalah pengabdi hukum,

Jangan sampai tak waspada,Dengarkan sabda panditaxv,Ingat-ingat jangan sampai lupa,Lalu simak dalam perasaan terdalam.Mari kita pasang telinga,

Ingatlah tentang dasasilaxvi,Camkanlah dalam pancasaksixvii,Selain mempertunjukkan tubuh,Menampilkan diri sendiriMenggerakkan kaki dan tangan.

Kaki ialah bagian badan kita,Jika salah dalam langkahItu akan menyebabkan kita sengsara.Tangan apabila salah ambil,Itu akan menyebabkan kita sengsara.

Telinga kalau salah dengar,Itu akan menyebabkan kita sengsara.Mata kalau salah lihat,Itu akan menyebabkan kita sengsara.Hidung kalau salah cium,

Itu akan menyebabkan kita sengsara.Mulut bila salah makan salah minum,Apalagi salah dalam ucapan,Jika dalam berucap tidak jujur,Jika bukan ucapan sebenarnya,

Kalaulah takan menjadi baik,Jika tidak menyejukkan suasana,Ucap itulah yang mesti dipersalahkan,Yang mengakibatkan kesengsaraan-noda,Bersarang dalam angan-angan.Seluruh anggota tubuh, Yangmembentuk diri kita, Itulahpenyebab kita terjerat,Itulah yang menyeretxviii,

Page 90: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

79

Nu ma (1b-7)annan kana kawah.

45. lamun salah di kreti,Hala hedap hala tineung,Hiri dengki di sakalih,Makean neluh ngaracun,Ngagunaan mijaheutan,

50. Sakoeh ning hedap dusta,Manguni inya dusta,Mati-mati wangsa sadu,Ngajaar nu hanteu dosa,Sineguh inya na dusta.

55. Mulah mo iyatna-yatnaiii

Utan sang Sewaka Darma,Wulikan na siksa guru,Dina guru talapakan,Dina jagat upra (1a-7)drawa,

60. cadusaktiiv sang pandita.Utan anaking sumanger!Mulah sia jajamuga,Kena eta na drebya,Ke(na) ti inya sangkana,

65. sangkan suka saka duka,Mula hala lawan hayu,Uit pati lawan hurip,Tangkal sorga lawan papa.Lamun karasa sakitu,

70. anggeus laksana rumaksa,Anggeus kakasikep kagamel,Kapulih na tingkah jati,Katemu ambek rahayu.Hedap herang mana linglang,

75. duluran (2a-9) ku puja nyapu,caang radin di sarira,Pakeun ngali div na jati. Aumnyana pretiaksa! Nyangkupsabda Sang Pandita,

80. Nanggapan tang Sang Nugraha,Tuluykeun mulah kapalang,Kasih batara di ngaing,Sajati aing ayeuna,Akuasakeun ragaing,

85. sakageuing Sang Pandita,Kamu nurut sakapaningkahkeun.Aum Sang Sisyia Darma!Reungeu sa (2b-9)bda!Sang Nugraha, Utan anaking sumanger,

Yang menjerumuskan ke dalam neraka.

Apabila salah dalam perilaku,Buruk itikad dan buruk pikiran,Iri dengki kepada orang lain,Sampai-sampai meneluh dan meracuni,mengguna-gunai dan menyakiti hati,

Setiap yang mendorong itikad jahat,Apalagi benar-benar berdusta,Membunuh golongan orang budiman,Menghakimi yuang tak berdosa,Itulah yang disebut kejahatan sebenarnya.

Waspadalah selalu! Buyungpengabdi hukum, Pelajarailahdalam ajaran guru, Dalamrisalah tulisan guru, Dalamdunia yang penuh derita,

Kebijakan dan kepandaian kaum cendikia.Buyung anakku hendaklah teguh!Jangan sampai engkau sukses,Jika itu semata-mata karena harta,Sebab dari situlah asalnya,

Sumberkesenangan dan pangkal derita,Awal keburukan dan kebaikan,Jembatan maut dan kehidupan,Sumber kebahagiaan dan kesengsaraan.Apabila terpikir semua itu,

Telah tercapai dan terpelihara,Telah terkuasai dan terpegang,Kembali pada perilaku benar,Pasti bertemu hasrat terpuji.Itikad bening juga jernih.

Disertai dengan ibadah penyucian jiwa,Penerang kegelapan pada diri,Agar terus mengalirxix dalam kehidupan.Semogalah demikian kiranya!Menangkap seruan orang bijak,

Menyimak petuah sang pengasih,Lanjutkan jangan tanggung,Kasih sayang bataraxx padaku.Sesungguhnya sifatku sekarang,Berani menjaminkan tingkah laku,

Setiap peringatan orang cendikia,Aku taati segala yang mesti dilakukan.Semogalah sukses yang mempelajari darma!Dengarkan petuah yang penuh anugerah!Buyung anakku, tetaplah teguh,

Page 91: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

80

90. mulah mo iyatna-yatnavi,Inya aing inya sia,Teu luput papa kalesa,Reujeung manggih panycagati,Keuna ku na kawah kanycah,

95. kena kumaha ku geuing.Hese soteh dipeupeujeuh,Sakit soteh ditangankeun,Beurateun dikawasakeun,Ja anggeus duum urang,

100. keuna ku na suka duka,Keuna ku (3b-3) na lapar wareg,Ku lara tuha pati,Nurut beunang ngaheuleutan,Ukuran salaka hurip,

105. mo ngeunah ngala ku maneh,Ja urang lain wisesa,Urang sambung dileumpangkeun.Utan anaking sumanger!Kita sang Sewaka Darma.

110. Aing nyandigakeun maneh,Awaking ayeuna ini.Aing upama na waya,Rampes beunang nu ngreti,Dijieunan suku tangan,

115. ditangtu panon pangreungeu,Geus ma urang (3a-3) di kudangkeun,Sakageuing nu nyarita.Mana leumpang dileumpangkeun,Na lengeun dipangnyokotkeun,

120. na ceuli dipangreungeukeun,

Na mata dipangnyeueungkeun,

Na irung dipangngambeukeun,

Mana nyarek dicarekkeun,

Lamun na pangjang nu ngudang.

125. Sakitu eta kumedap,Kitu keh awaking ini,Hanteu palaing deung bepeng,Na pagung inya bwana,Gegewang inya pretiwi,

130. Na kelir Sangkiang Taya,Da (1a-10) mar aditya wulan.

Janganlah tidak waspada,Baik aku maupun engkau,Tidak luput dari kesengsaraan dan dosa,Serta menemukan pancagatixxi,Terancam terseret ke neraka,

Karena bergantung pada kesadaran.Memang sulit bila dipaksa-paksakan,Memang sakit kalau dikuat-kuatkan,Akan terasa berat jika diperintahkan,Karena sudah suratan kita,

Tertimpa oleh suka dan duka,Tertimpa oleh lapar dan kenyang,Oleh derita usia tua dan kematian,Mengikuti jalur yang telah digariskan,ukuran guratan kehidupan,

Tak bisa seenaknya ngambil sendiri,Karena kita bukan Yang Kuasa,Kita hanya sekedadr digerakkan.Buyung anakku tetaplah setia!Engkau adalah pengabdi hukum.

Aku mengupamakan diri sendiri,Pada diriku sekarang ini.Andai pun aku ini ada,Disempurnakan oleh maha Pencipta,Diperlengkapi kaki dan tangan,

Ditentukan penglihatan dan pendengaran,Terlebih lagi kita dimanjakan,Setiap kesadaran yang berbicara.Kita berjalan karena ada yang melangkahkan,Tangan mengambil karena ada yang membantumengambilkan,

Telinga pun mendengar,sebab ada yang membantu pendengaran,Mata pun melihatkarena ada yang membantu penglihatan,Hidung pun menciumkarena ada yang membantu penciuman,Niat hati bicarakarena ada yang membantu bicara,Jika selama ada yang memanjakan.

Itulah yang mesti dicamkan.Begitulah diriku ini,Tidak berarti menentang ketentuan,Pada sumber sinar jagat raya,Pemberi terang pada bumi,

Pada penyekat ruang hampa,Lampunya matahari dan bulan.

Page 92: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

81

Lamun na heunteu nu ngudang,Olamun han[nu] teu nyarita,panggungvii langgeng waya meneng,

135. kari raga tanpa mule,Leungit na kautamaan,Hilang na kapremanaan,Lamun anggeus ditingggalkeun,Ku na bayu sabda hedap,

140. Aing ku Sanghiang Hurip.Kitu keh mana ing nyarek,Mana batari nyaram(an),Mumul dina salah tineung,Mumul dina salah twah,

145. mumul dina salah budi,Mumul (1b-10) di nu salah heuyeuk,Mumul di nu salah tinycak,Mumul di nu salah hedap,Mumul di nu salah tineung,

150. mumul di nu salah rasa,Salah dipirasea.Utan anaking sumanger!Kita Sang Sewaka Darma,Mulah mo iyatna-yatna,

155. kena mo hurip salama.Suku kahingngannan duka,Wareg kahinganan lapar,Tanghi kahinganan turu,Hurip kahinganan pati,

160. (1b-3) sorga kahinganan papa,Jati acan rasa tunggal,Keuna kana dadu warna,Kahanan lara wisaya,Ja urang rumaket niba,

165. mana na kahanan papa,Eukeur ngeueum dina kawah,Nguni-nguni satupuk.Utan anaking sumanger!Kita sang Sewaka Darma,

170. mulah sia kabawakeun,Kuwarah Wiku Lokika,Sesedaan sasaktian,Nujah pati nujah hurip,Milangan (1a-3) para dewata,

175. nata-nata kasorgaan,Kahiangan kaleupassen,Aya teoh aya luhur,Hidepna dihangkarakeun,

Jika tiada yang memanjakan,Kalau tak ada yang menyadadrkan,Panggung tetap dalam sepi,

Tinggal raga tak berharga,Sirna dari kemuliaanSirna dadri kewaspadaaan,Bila sudah ditinggalkan,Oleh bayu sabda hedapxxii

Aku ditinggalkan oleh kehidupan suci.Itulah sebabnya aku berkata,Makanya leluhur memberi nasihat,Tak mau jika terjadi salah kenang,Tak ingin jika terjadi salah perilaku,

Tak ingin jika terjadi salah pikir,Tak mau ada yang salah urus,Tak mau ada yang salah tindak,Tak mau ada yang salah tekad,Tidak mau ada yang salah kenang,

Tak mau ada yang salah rasa,Salah pada yang mesti dirahasiakan.Buyung anakku tetaplah teguh!Engkau sebagai pengabdi hukum,Jangan sekali-sekali tak waspada,

Karena tak akan hidup abadi.Suka dibatasi duka,Kenyang dibatasi lapar,Terjaga dibatasi kantuk,Hidup dibatasi mati,

Bahagia dibatasi derita,Kodrat belum terasa bersatu,Mengena pada jantung hati,Tempat derita duniawi,Karena diri mendekati kejatuhan,

Apalagi dalam tempat kenistaan,Untuk kelak berendam dalam neraka,Lebih-lebih bersifat tamak.Buyung anakku tetaplah setia!Engkau sebagai pengabdi hukum,

Janganlah engkau terbawa-bawa,Oleh ajaran Wiku lokikaxxiii,Seolah-olah sempurna dan unggul,Menunjuk jalan kematian dan kehidupanNyebut-nyebut para leluhur,

Bicara urusan kesenangan,Alam keindahan dan kebebasan jiwa,Ada yang rendah juga ada yang tinggi,Berperilaku nyombongkan diri

Page 93: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

82

Aku sorga aku moksah,

180. deh nyeueung maneh wisesa,Dipajar pangruat mala,Pakeun mademan na kawah.Carekna Wiku Lokika,Na kawah dipajar jauh.

185. Kena eta hamo kitu.Saur Sang Sida Karuhun,Talatah sang Sida Sukma,Carek (2b-10) nusia ti heula,Ma[ta]na latah[h]an aing,

190. hamo nyarekeun na baruk.Saur sahingan ning tuhu,Sabda sahingan ning byakta.Bayakta oman karasa,Panas tiis tutur lupa,

195. sabda hala lawan hayu,Ambek sumik lawan herang,Na adua lawan tuhu,Nu maka ngajadi kawah.Bayu lamun salah metu,

200. pinakaviii banyu na kawah.Sabda lamun na hala,(2a-10) pinnakaix panas ning kawah.Hidep lamun salah tineung,Salah dipiangen-angen,

205. manguni lamun kroda,Pinaka apuy ning kawah.Kitu keh aing magahan.Utan anaking sumanger!Kita Sang Sewaka Darma,

210. mulah mo iyatna-yatna,Reungeu Sang Nugraha,Mangka ngeurasa sia,Hedap sabda sang Pandita.Aing mijil warah jati,

215. magaha na pigunaeun,Sinengguh guna pandita,Ngawakan na ka (1b_4) tunggulan,Tingkah tunggal sabda tunggal,Hedap tunggal rasa tunggal.

220. Sakitu piraseuna,Pakeun mreuseda maneh.Lamun mo timu sakitu,Lamun mo kararasaakeun,Lun keudeu rumaket nang inya.

Mengaku senang dan mengaku bebas,

Berniat menyatakan diri kuasa,Dikatakan sebagai penebus noda,Untuk memadamkan nerakaMenurut Wiku Lokika,Bahwa neraka dianggap jauh.

Padahal sesungguhnya tidak begitu.Kabar para leluhur sempurna,Amanat para mendiang sempurna,Nasihat mereka yang terdahulu,Makanya mengamanati aku,

Tak mungkin berkata yang meragukan.Berbicara harus yang jujur,Berucap harus yang nyata.Terbuktinya ucapan jika terasa,Panas sejuk bicara lupa,

Perkataan buruk dan baik,Pikiran kacau dan jernih,Dalam ingkar dan setia,Yang dapat menjadikan neraka.Tenaga bila dikerahkan secara salah,

Ibarat air neraka.Ucap pun kalaulah buruk,Ibarat panasnya neraka.Ikatad bila salah yang diingat,Salah yang dijadikan angan-angan,

Lebih-lebih kalau marah,Ibarat api neraka.Begitulah aku memberi nasihat.Buyung anakku tetaplah teguh!Engkau sebagai pengabdi hukum

Janganlah tidak waspada,Dengarkan petuah penyampai anugerah,Hendaklah memegang teguh rahasia,Tekad ucap orang bijak.Aku sampaikan ajaran sesungguhnya,

Nasihat yang pasti bermanfaat,Disebut keunggulan pendeta,Yang mengamalkan kebersatuan,Tingkah dan ucap harus menyatu,Tekad dan rasa harus menyatu.

Begitulah rahasianya,Untuk menyucikan diri.Bila tak mampu menemukannya,Kalau tak akan terhayati,Mungkin terpaksa merapat padanya.

Page 94: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

83

225. na naha kalingan[a]inya?Lamuna tingkah adua.Ngalalar na pretiwi,Sarua dina buana.Beurang kapilis ku wengi,

330. caang kapurug ku hujan.Lamun (1a-4) sabda hamo teteg,Inya dipajar adua.Hedap lamun reyea tineung,Salah jeueung salah denge,

235. eta nu maka prelaya,Mo wenang disengguh tunggal,Eta kahanan papa sagala,Meujeuh ngeueum dina kawah.Sakilang dipajar papa,

240. aya turutaneunana.bratax dina bwana.Buana basa na beurang,Buana basa na mo urug,Kaya tan kailis angin,

245. cai basa na mo caah.Lamun laut eurkeu teduh,Ba(3a-4)sa na herang salama.Lamun bulan ngagantaran,Poe eukeur madan sirah.

250. Lamun langita na kataga,Hanteu kawaranan mega,Lilang henang nirawaranSakitu na awakaneun,Eta talatahing bawa.

255. Utung Sang Sewaka Darma,Mulah mo iyatna-yatna,Mulah sia rea paksa,Dek rea karaketikan,Manguni rea weweka,

260. Salah paksa salah ajap,Manguni aku-akuan.Eta tambeuh tanbeuh mala,(3b-4) eta jadi pek mongkleng,Eta jadi rebet peteng,

265. na mangka mo nemu jalan,Nu mangka sasab kasarung,Kapepetan angen-angen,Rea teuing dipitineung,Jadi cipta makambangan.

270. Rasa lamun kaiwuhan,Nya na lamun kaheureutan,

Mengapa terhalang begittu?Seandainya berperilaku ingkar.Berjalan lewat di bumi,Samar di alam dunia.Siang terbalut malam,

Terang diterjang hujan.Kalau ucap tidak teguh,Itulah yang disebut ingkar.Tekad kalau banyak yang dikenang,Salah lihat salah dengar,

Itulah yang membawa kehancuran,Tidak bisa dianggap tunggal,Itulah tempat segala penderitaan,Layak berendam dalam neraka.Meskipun dikatakan hina,

Ada yang bisa dituru orang,Beramal saleh di buana.Ibarat buana pada siang hari,Buana katanya tak akan rubuh,pepohonan tak tergoyang angin,

Aingin pun tak akan banjir.Bila laut sedang tenang,Keadaannya jernih selalu.Kalau bulan makin terang,Matahari tepat memancar kepalaxxiv,

Kalau langit di musim kemarau,Tidak terhalangi awan,Jernih bening tanpa aling-aling.Itulah yang harus diamalkan,Peganglah amanatku itu.

Buyung pengabdi hukum,Jangalah tidak waspada,Janganlah anda banyak usul,Banyak tanya ini dan itu,Apalagi banyak komentar,

Salah pengertian salah maksud,Apalagi merasa diri pandai.Itu akan semakin hina,Itu menjadi gelap gulita,Lalu jadi penghalang kegelapan,

Akibatnya takkan menemui jalan,Yang akan membawa sesat,Tersumbatnya angan-angan,Terlalu banyak yang dikenang,Membuat pikiran melayang.

Perasaan jika galau,Apalagi bila dalam keadaan sumpek,

Page 95: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

84

Tuluy jadi cipta wurung,Burung w[r]eruh burung minget,Ja barang gawe rahayu,

275. ja rea teuing kahayang,Rea nu dipikatresna,Mo nyorang kasorang tineungxi.Rindu.Lamun mo (2b-1) nangankeun maneh,Meuyeutan mulah tresna,

280. mademan lara wisaya,Ngalaan kala muraka,Ngalebur duduh timburu,Nguni nguni lulut-asih.Ti inya jalan tersna

285. tresna bala sorangan,Hamo beunang dipapasahkeun,lamun mo dipeupeureumkeun,twah na lara ja pati,Mana beuteung manggih lara.

290. Sakitu geuinging haat,Sugan sia samangsara,Anaking mulah mo iyatna-ynjatnaKita Sang Sewaka Darma.

295. Nyaur Sang Sewaka DaarmaUmun teher manganjali,Sumembah ka sSang Pandita:„Aum nyana pretiaksa, satya malekassabda‟

300. nembalan sabda Nugraha.„Nya puhun betan kumaha,Awaking ayeuna ini?Warah aing sasakali,Aing ku Dewatakaki,

305. pamoha candasa mala,Pangruat dasakalesa,Ngalebur duduh timburu,ngaleungitkeun panyca ga(n)ti.Ma maja li ririaomg.

310 lamun aing dimohaan,Aing ku dewatakaki?Kelek aing sangkeh aing,Aing nyokot tutung imang,Sakaleumpang aing milu,

315. aing mumul ditinggalkeun,

Lalu menjadi pikiran sia-sia,Rusak pengetahuan, gagal ingatan,Sebab berbuat kebajikan,

Sebab terlalu banyak keinginan,Banyak yang dirindukan,Takkan mengalami rasa

Kalau tidak tanggung jawab sendiri,Yakinkan tak usah rindu,

Memadamkan penderitaan nafsu,Melepaskan kejahatan amarah,Melebur tuduhan dan cemburu,Lebih-lebih luluh kasih.Dari situlah asal kerinduan.

Kerinduan membuntuti sendiri,Tak mungkin bisa dibinasakan,Kalau tidak dilupakan,perilaku dalam derita karena maut,Sehingga terus didera sengsara

Sekianlah nasihat kasih sayangku,Jangan sampai kau sengsara.Anakku mestilah sangat waspada!Buyung anakku tetaplah teguh,Engkau adalah pengabdi hukum.

Pengabdi hukum berkata,merapat telapak tangan tanda menghormatMenyembah pada sang cendikia:Semogalah demikian kiranyaBerjanji menjalankan petuah

Menjawab sang pengasih.Ya tuan mesti bagaimanakah,diriku sekarang ini?Didiklah aku sekalian,oleh pertapa mulia,

Penghancur pikiran kotor,Penghapus dasakalesa70

Melebur tuduhan cemburu,melenyapkan pancagatiBagaimana keadaanku ini,

Kalau aku disesatkan,oleh tuan yang mulia?Kepitlah aku dan peluklah aku,Aku turut ambil bagian,kemana pun berjalan aku turut,

Aku enggan ditinggalkan,

Page 96: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

85

meungpeung aya na ngajayak,Nu magahan pileumpangeun‟„Nyang puhu kita kumuha,Aing (lamun ha) mo reujeung,

320. suganing kapalikatan,Rea geusan lolita.Lamuning ninggalkeun maneh,Anggeus hamo nyorangan,Ngawasakeun na banycana,

325. hanteu burung katindihan,Lamun sumur kalidetan,Na talaga kahujanan,Mo kasorang lokat mala‟.„Nya puhun ma ing keudeu deh milu,

330. ngahiras di teja hibar, malar kacaanganana,Suganing kasarieupan,Ku warah Maha Pandita‟.„Nyang puhun,

335. kenaing di rasa palay,Manggih lara sadakala.”Meta saur sang Pandita,Nelabalan sabda sanghiang:“Anakaing dara barang patingtiman,

340. eta na carek larangan,Sugan hamo kaawakan,Dek niru tingkah pandita,Dek nurut ka lalakuan,Sugan aram katanganan,

345. aram betah kasangsara,Aram a lot kapanasan,Aram bedas katiisan,Kena rusit na sorangeun,Kena rea na hadangan.

350. Di jalan ditangga-tangga,Unggal samapangUnggal dora.Na musuh lain lanycanneung,Na dijalan hanteu pegatna.Lamun hamo a lot wani,355. hanggat jalan pulang deui!Lamun hamo tetel andel,Lamun mo tuha barani,eleh ku kerak sagala,Na musuh lain lanycaneun,

360. lamun mo digeugeuing keun.mangka temukeun kirana,

mumpung ada yang perduli,penunjuk arah yang mesti dilalui„Ya Tuan bagiamanakah aku,bila aku tak mungkin bersama,

Barangkali terkena jabakan,Banyak tempat ketamakan,Jika aku tak turut serta,Sudah tentu dengan sendriinya,Menyerahkan kepada bencana,

Sudah pasti tertimpa itu,Jikalau sumur tersumbat,Sebab telaga terkena hujan,Takkan mengalami Pembersihan noda”.“Ya tuan aku terpaksa akan ikut,

Rela kerja pada sinar membara,Mengharap berkah cahayanya,Barangkali aku terbawa baiknya,Atas petunjuk pendeta yang mulia”.“Ya Tuhan,

sebab aku tengah kelelahan,selalu menemukan derita.”Muncul seruan orang bijak,Menjawab pertanyaan murd:“Anakku saat awal ikrar janji,

340. itulah pernyataan suci,Khawatir tak terkuasai,Akan meniru perilaku pendeta,Akan mengikuti perjalanannya,Kuhawatir tak teratasi,

Belum tentu tahan tertimpa derita,Belum tentu tangguh kepanasan,Belum tentu kuat kedinginan,Begitu sulit jalan yang akan ditempuh,Sebab terlalu banyak rintangan.

Jalannya bertingkat-tingkat,Tiap simpangan adagerbanya.Apalagi musuh bukan tandingan,Diperjalanan tiada putusnya.Jika tak yakin penuh kebeneranian,Segeralah pergi pulang lagi!Apabila tidak yakin pendirian,Kalau tidak matang keberanian,Oleh teriakan pun kalah,Sebab musuh bukan tandingan,

Kalau tidak disadarkan.Makanya cari caranya,

Page 97: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

86

pakeun mademan na musuh,pakeun hamo kawaranan.sarba bistri hamo nepi.

365. na sanyjata hama datang.Nu ngahadang teka ngidal,Nu tunggu sapamagahan,Nu didora mere jalan.”“Nya puhun kutan kumaha,

370. geuinging ayeuna ini,Na saur anggeus kaduhung,Na carek anggeus ti heula.Lamuning hamo laksana,Teka udur kaguguran,

375 takut ku baruk sagala,Sarua kawurunganana,Teu ari na kalihasan,Peupeujeuh nangankeun maneh.Utun anaking sumanger,

380. kita Sang Sewakka Darma!Lamun kitu carek sia,Lamun karasa na tita,Lamun daek kaperaan,Nam-nam tuturkeun aing!

385. Jeueung geuing aing leumpang,Turut leukahing ku sia,Teher nu iyatna-yatna.Mulah dek rea soreang,Sugan kabawa ku jeueung,

390. sugan kabawa kudenge.Pageuhan hidep ngumbara,Panjara na rasa ngenycar.Keukeupan sanghiang Darma,Hedap na kunci murukati,

395. rasa na kunyci premara,Pageuhan kunyci rasea.Panas (teui) tan disengguh panas,Atis tan disengguh a(2a-5)tis,Hala diala rahayu,

400. lara mo dirarasakeunSarua diala ngeunah.Pegetkeun mullah tresna.Urang ninggalkeun kahanan.Mula dipulangan deui,

405 tuluy moksah sasakali,Moksah hakan mosah inum.Rabi tan diaku rabi,Anak tan diaku anak,

Untuk menumpas musuh,Agar tidak penasaran.Berbagai aji mantra takkan sampai,

Senjata pun takkan mempan.Yang menghadapi di sebelah kiri,Yang menunggu taat arahan,Yang di gerbang memberi jalan.”“Ya tuan bagaimanakah seharusnya,

Sikapku sekarang ini,sebab terlanjur berikrar,Juga telah berkata duluan.Bila aku tak mungkin berhasil,Hingga sakit keguguran,

Gentar oleh berbagai dugaan,Sama saja tertimpa kegagalan,Percuma karena keterpaksaan,Mesti mempertahankan diri.”Buyung anakku tetaplah teguh,

Engkau adalah pengabdi hukum!Bila demikian kata hatimu,Jika telah yakin dalam hasrat,Kalau mau disepakati,Segeralah berjalan ikuti aku!

Perhatikan caraku berjalan,Ikuti langkahku olehmu,Lal hendaknlah berhati-hati,Jangan banyak yang dibayangkan.Kalau terpengaruh penglihatan,

Khawatir terpengaruh pendengaran.Perteguh tekad mengembara,Penjara pun anggapalah lepas.Pegang teguh sanghyang Darma,Tekad adalah kunci lahirah.

Rasa adalah kunci kewaspadaan,Perkuat kunci rahasia.Panas tidak dianggap panas,Dingin tidak disebut dingin,Buruk diambil baiknya,

Derita jangan dirasakan, Semuadiambil hikmahnya. Putuskanjangan merasa saying, Mari kitatinggalkan jasad, Jangan dihunikembali,

Lalu lepas sekaligus,Lepas makan lepas minum.Istri tidak dianggap istri,Anak tak diakui anak,

Page 98: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

87

mangunixii suka wahye.

410. kilang kadang kilang patih,Ki simbut kilang cawet,Mullah sia karaketan.Anggeus karasa sakitu,Husir kena kaleupaseun,

415. nir tresna nir sangsaya,Tita awak tita raga.Anggeus kasikep sakitu,Ngadongkap ka kahiangan,Pilala kingkila ageung,

420. jeueung na kapremanaan.Lamun nu dating ka masa,Dngahusir ka sandi pati,Ukuran salaka hurip.Harita nu iyatna-yatna,

425. eta na preuhin ageung,Harita na tangan keuneun,Nu dipajarkeun hadangan.Mullah geder mullah reuwas,Mullah adah mullah anaking.

430 eta nu dipajar dora,Ulah ma dipihedapeun,Pageuhan hidep sakedah.Nu dipajar pasampangan,na jalan tujuh patangtung.

435. sampangna maregat lima,Jalan sarua ageungna.nya di nu iyatna-yatnamullah dek ngenyca ngatuhumalah heubeul samoreang.

440. turut laku adityia,Leumpang mo kawurunganan,Mo heubeul umadeng-adeng,Tonggoy kana pileumpanganMo poho di pilaloan,

445. mo lipi dina husireun,Mawa na tineung sorangan,Nuluykeun kalakuan.Teher hibar dilah sia,Kilang kapindinngan mega,

450. kiang kapindingan bukit,Sangkilang kaheurinan,Hanteu kaalang-aangan.Keudeu sya murug munycar,Hibar saluar bwana.

Apalagi kenikmatan jasmani,

Meski saudara atau hamba sahaya,Meski selimut maupun cawat,Janganlah engkau terlekati.Setelah terpikir semua itu,datangi kelak kelepasan jiwa,

Tanpa kerinduan tanpa kegelisahan,Kenangan badan kenangan jasad.Setelah paham semua itu,datanglah ke kahyangan,Lintasilah isyarat besar,

Tatap dalam kewaspadaan.Bila yang sudah tiba waktunya,Menuju ke ambang maut,Ukuran guratan hidup.Saat itu hendaklah waspada.

Itulah tujuan utama,Saat itu ada yang mesti diatasi,Yang dinamakan rintangan.Jangan gentar jalan terkejut,Janganlah heran anakku.

Adapun yang disebut gerbang,Janganlah dijadikan pikiran,Teguhkan rasa sejenak.Yang disebut persimpangan,Adalah jalan tujuh mendaki,

Simpangannya bercabang lima,Jalan yang sama lebarnya.Bagi mereka yang waspada,Jangan ke kiri atau ke kanan,Jangan terlalu lama membayangkan.

Tiru perilaku matahari,Berjalan tak mungkin gagal,Tidak terlalu sering berhenti,Tekun di jalur yang sedang ditempuh,Tidak lupa pada jalan yang haurs dilalui,

Tak akan lupa pada tujuan,berbekal kenangan pribadi,melanjutkan perilaku.Lalu semarak sinar cahayannya,Meski terhalangi awan,

Meski terhalang gunung,Walaupun dipenuhsesaki,Tidak terhalang-halangi.Dia memaksa bersinar memancar,Menerangi jagat aya.

Page 99: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

88

455. picarek teher diturutan,Tapa hiang aditya,Nu tuhu dikagunaan,Sakitu na paksa jati.Eta talatahing bawa,

460. Utun Sang Sewaka Darma.Nyaur Sang Sewa Sogata,Nyakup sabda sang Pandita,Nembalan dwata kaki,Umun laying sambahiang,

465. titikeun raja kusumah,Na rasa dim aka herang,Nyieun manak sakurungan,Metu sabda manis arum,Teher wulat manohana,

470. na raga suci pawitra,Geus jadi panyca dwata.“Nyang puhun ageus katemu,Angeus kasikep kagemel,Anggeus karasa kaprisa,

475. anggeus kawulih katungtik,Anggeus nyerep kaandelan,Syiaku Sang Hyang Darma,Anggeus kapiawak sarira,Talatah Dewa Sanghulun,

480. ku kami dipasisya,Eukeur disuhun disembah,Sabda di kabuyutan,Carek dipirahasea.Carek Dewata Sanghulun.

485. “Anaking Sewa Sogata,Lamun anggeus kaandelan,Syiaku Sanghiang Darma,Anggeus dipihakanan dewata,Katemu rasa dewata.

490. anakking Sewaka Darma,Anggeus beuteung manggih lara,Diri tin a panycagati,Poocan dasa kalesa,tinggalkeun ulah dibawa,

495. lesokeun na dasamala,Mullah dipulangan deui,Lumpakeun babahan ageung,Tinuangkeun na pileumpangeun,Sugan kasamar na jalan.

500. Anaking Sewaka Darma,Mullah mo iyatna-yatna,

Nasihat lalu ikuti,Ketaatan perilaku matahari,Yang setia pada tugasnya,Begitulah isi perintah sejati.Bawalah amanahku itu,

Buyung pengabdi hokum.Berkata sang pengabdi buda,Menangkap seruan orang bijak,Menjawab pertapa muliaBersembah salam penghormatan,

Mengikuti tradisi suci, Dan tekaddibuat jernih, Menunjukkan suasanakekeluargaan. Bertutur kata dengansantun,Lalu memandang dengan gembira.

Dalam wujud kekuatan suci,Sudah menjelama paca dewata:„Ya tuan sudah ditemukan,Sudah terkuasai dan terpahami,Sudah terasa dan termaklumi,

Sudah paham dan mengerti, Sudahmeresap dalam keyakinan, Yangmengakui Sanghyang Darma,Sudah teralami sendiri,Amanat Dewata Sanghulun,

Olehku dijadikan murid,Tengah dijungjung di sembah,Seruan akan dikeramatkan,Ucapan akan dirahasiakanBerkata Dewata Sanghulun:

“Anakku Sewa Sogata, Bilasudah merasa yakin, AmalkanlahSanghiyang Darma, Setelahbeada di tempat leluhur,Bertemu rasa dewata.

Anakku pengabdi hokum,Tuntaslah sudah nemu derita,Lepas dari pancagati,Lenyapkan dasakalesa,Tinggalkan jangan dibawa,

Lepaskan dari dasamala,Jangan diulangi lagi,Lupakan perbekalan banyak,Bayangkan arah yang akan dilaluiJangan sampai keliru di perjalanan.

Anakku pengabdi hokum,Jangan sekali kali tidak waspada,

Page 100: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

89

Ayeuna dating ka mangsa,Katemu na sandi pati,Tanga ka salaka hurip.

505. Kajeueung kingkila ageung,Awas ka pramanaan,Kadenge antag-antaggan,Kingkila dating ka mangsaKikingla bayu dek mabur,

510. kingkila sabda dek mangkat,Hedap nu mungkar ti raga.Nu dek ninggalkeun kahanan.Jalan anggeus dicaangan,Dora anggeus dibukakeun,

515. ulang salah geuing bijal,sorang na dora larangan.Samecat Sanghiang Atma,Sadiri na ti kurungan,Lungnga Sanghiang Premana.

520. mangkatna sarira ageung,Diri na aci wisesa,Tuluy nemu jalan caang,Hanteu kaalang-alangan.Lurnyay bitan omas pindah,

525. ngiceup bitan haripepet,Bitan kunang-kunang leumpang,Bitan katumbiri jadi,Bitan kuwung-kuwung metu,Bitan bulan ngagartaran,

530. bitan poe sabijilana,Hanteu kalang-ngalangan,Keudeu syia murug munycar,Hibar salu buana.Na musuh anggeus kalarung.

535. kaliwat na kapapaan,Kaleumpangan sarba baya,Kawah anggeus kaleumpangan,Batu kacakup kalarung,Kaliwat sareanana.

540. Sang Yama teka sumembah,Nyeueung Sang Atma ngalalar,Katon sakti deung nyembawa.Sang Dorakala magahan,Jalan kana kasorgaan,

545. nuduhkeun ka Kahiangan.Nemu jalan gede bongbong,Tuluy nyorang beunang nyapu,Tapak sapu beres keeneh,

Sekarang tiba saatnya,Bertemu di ambang maut,Tiba pada kehidupan sesungguhnya.

Terlihat ada pertana besar,Jelas pada perbatasan,Terdengar bertalu-talu,Pertana tiba waktunya,Pertanda bayu akan lepas,

Pertanda sabda mau berangkat,Hedap pergi dari jasad,Yang hendak meninggalkan tempat.Jalan sudah diterangi,Gerbang sudah dibukakan,

Sadarlah jangan salah keluar,Lewati gerbang kesucian.Selepas Sanghyang Atma,Sekepergiannya dari jasad,Berjalanlah Sanghyang Permana,

Ke luar dari raga kasar, Pergisebagai sukma kuasa, Lalumenemukan jalan terang.Tiada aral melintang.Berkilau bagaikan emas pindah,

Berkedip bakaikan binatang malam,Bagaikan kunang-kunang terbang,Bagaikan pelangi muncul,Seperti bianglala keluar,Seperti bulan mulai membesar,

Bagaikan matahari terbitTiada yang menghalangi,Tetap memancarkan sinarMenerangi jagat raya,Lalu musuh telah terlampaui

Terhindar dari penderitaanTerjelajahi berbagai bahaya,Neraka telah terjelajahi,Batu berdempet terlangkaui,terlewati keseluruhannya.

Sang Yamaxxv tiba-tiba menyembah,Melihat Sang Atma berlalu,Tampak sakti serta tangguh.Sang Dorakala member tahu,Perjalanan kea lam sorga,

Menunjukkan jalan ke Kahyangan/Menemukan jalan besar tanpa hambatan,Lalu menempuh yang telah disapu,Jejak sapu masih rapi,

Page 101: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

90

Barentik marat nimurkeun,

550. maku pupus ku tikukur,Maku saar ku titiran,Saruratna tapak jalak.Beuteung bogoh ku sakitu,Bogoh kun a tatanyjeuran,

555. handing bang hanjuang paray,Handing bang deungHanding hitenHanding bang wiru hateubun,Handing bang deung handing lurngsir,Handing bang deung handing bina.

560. Tajur pinang pumarasi,Banyjuang sasipat mata,Handeuleum salaput beuheung,Katomas deung kayu puri,Wera tumpang deung manyara,

565 tatali wera waduri,Kembang susun kembang menur,Kembang patah cumaretan,Kembang bunga paladarah,Puspa lebang puspa gading,

570. malati kembang domdoman,Kembang tanyjung warawangi,Di peuntas syang sorangangan.Ti sisi areuy januri,Centam kadi wayang wayang.

575. Na kembang malati wangi,Siang kembang kiri kanan,Na kembang windu wangsana,Kembang galang deung kasturi,Kombala tang soka larangngan,

580. jayanti saruni Keling,Srikacuk deung hurung panut.Iri iri jagat sari,Diselang deung kembang kaca,Karamye geulang gading,

585. ngaran kembangannana.Sugan sia hamo nyaho,Eboh ta aing magahan,Nu ruum dipicucudukNu rampes dipicaceneng,

590 ku nu geulis undahagi,nu eucip di kareteya,kitu ku geuingin reueus,nu making jeujeueungeun,kun a warna kembangan,

lengkung ke barat ke timur,

Rasa terhibur oleh suara terkukur,Terasa segar oeh suara perkutut,Tersamar oleh jejak burung jalak.Setelah senang dengan semua itu,tertarik akan tanam-tanamanpun,

handongxxvi merah hanjuang paray,handing merah danhanding intan,handing merah berlipat rindang,handing merah dan suterahanding merah dan handing indah.

Kebun pinang pumarasi,Janjuang segaris mataHandeuleum setinggi leher,Kotamas dan pohon puri,Wera tumpang dan lantana.

Bersambung wera widuri,Bunga susun bunga menur,Bunga patah warna-warni,Kembang bunga paladarah,Puspa lembah puspa kemuning,

Melati bunga domdoman,Bunga tanjung werawangi,Di seberang memerah sendirian.Di pinggir rambat januri,Cemerlang bagaikan baying-bayang.

Lalu bunga melati wangi,Memerah bunga di kiri dan kanan.Lalu bunga windu wangsanaBunga galang dan kesturi,Kombala soka larangan,

Jayanti seruni Keling,Srikacuk dengan nya lenteraSilih berganti pertamanan bungaDisekeliling dengan bunga kaca,Diperindah bayam kemuning.

Nama macam-macam bunga.Jangan sampai kau tak tahubailah kuberi tahuYang harum dipasang di sanggul,Yang indah disambung-sambung

Oleh yang cantik semampaiYang lantip bertingkah lakuKarena itu aku merasa banggaYang membuatku terkenang kenangOleh aneka macam bunga

Page 102: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

91

595. siang na hadong rajuna,Tatali deung handing paray,Singgugu handongja ilem,Kembang teuleung bunga ladepu,Wera tumpang wera lanycar.600. padma kembang kacuk,Padma putih mandakakaki,Pacar Keling pacar Galuh,Kasumba deung pakurata,Bajra deung kembang jamaka,

605. kaluki saruni Keling,Kembang Cina januraya,Rumang kembang puspa lebang,Jayanti saruni Keling,Siang kembang sokalarang,

610. murug kembang hurung panyjut,Carentam sekar dewataSiang kembang puspa lembang.Na sekar windu wangsana,Nu ruum dipicucunduk

615. nu dalit dipisusumping,Kembang dina kasorgaanAnggeus nata kekembangan,Nemu labur ngurung jalan,

Tihang diranycang ku hinten.

620. N taman tonggoheunana,Caina canembrang herang,Kaliung ku kekembangan,Murug munycar sekar warna.Teka siang brenang siang.

625. ung-ungna sore ning kumbang,Nyeuseupan sari ning kembang.Nyeuruan engang teuwuan,Odeng teuweul deung sireupeun,Paksisari jagatmadi,

630. ngeuik sada titilari,Sada kumbang tarawangsa,Sada calintuh di laut,Sorana sahiji-hiji.Gola-gola situ mungkal,

635. patali patalumbukan.Lemah datar dilalaca,Aya lebak dicukungan,Melereng dipasigaran,Sumaray ditatanggaan.

640. Lunteu biji kekembangan,

Memerahnya handong rajunaxxvii

Bersambung dengan handong paray,Singugu dan handong nilam,Bunga teleng bunga ladepu,Wera tumpang wera lancar,Teratai dan bunga kacuk,Teratai putih mandakaki,Pacar Keling pacar Galah,Kesumba dan parkurata,Bunga bulan dan bunga jamaka

Anyelir seruni Keling,Kembang Cina janaraya,Semerbak bunga puspa lebang,Jayanti seruni KelingBunga sokalarang memerah.

Kemilau bunga hurang panjut,Warna-warni sekar dewataSemarah bunga puspa lembang,lalu bunga windu wangsana,yang harum dipasang di sanggul

yang serasi dibuat susumping,bunga dalam alam kasorgaan.Setelah nyebut aneka bunga,Menemukan bangunan,Mengelilingi jalan,tiang ditaburi jalan.

Di taman sebelah atas, airnyabegitu jernih, Dikelilingiberbagai bunga, Semarakbunga warna-warni,Hingga cerah bernuansa kemerahan.

Bergaungnya suara kumbang,Mengisap sari pati bunga,Lebah engang dan tawon,Odeng teuweul dan sereupeun,Burung kembang jagatmadi,

Menyayat suara peninggalan bumiSuara kumbang tarawangsaSuara calintuh di lautItulah masing-masing suaranya.Batas pematang telaga batu,

Berait saling menindihTanah pedataran diberi batasAda ngarai dipasangi jembatan,Tanah miring dipasangi titianTanah berbukit dibuat tangga-tangga.

Bermekaran kuntum bunga,

Page 103: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

92

Diawuran kem(bang)ura,bau burat turut tawang.Jalan kana kasorgaan,Ruum bungnung gandawangi.

645. haseup dupa mribuk arum.Jalan kana kasorgaan.Datang ka cipamoocan.Di nya geusan na disungsung.Disungsung diparibuksa,

650. dipaksa diparepehan,Diangiran dimandian,Dikasayan dipesekkan,Dialaan raja tamah,Dipoocan dasamala.

655. Rea nu ngalalar kawah,Suga kabawa ku jeueungna,

Sugan kabawa ku denge,Sugan geder sugan reuwasSaangges sia nu mandi

660. nuus dina ranyjang gading,Teher ngahaseuman tanggay,Dipangku sasurung lambur,Ku ambu inya na kasih,Nu kasih di sabuana,

665. di nu magawe rahayu,Nu seudahan marepehan,Titahan ta Kahiangan.Lambur ta ditahang beusi,Diteer ku purasani,670. dipamikul ku malela,Dilayeusan teja putih.Diwela tambaga sukla,Diturub ku pirak apu,Ditumpang miru karanycang,

675. dililinggaan ku manik,Diukir ditiru kembangDireka-reka kanycana,Dikikitiran ku mirahDigaleweran ku lungsur,

680. dikikitiran ku omas,Dikasangan laka Keling,Merak ngigel di punycakna,Ka luhur naga walayaut,Diteoh naga pareungteung

685. disarean ku panamar,Dijeujeutana omas ngora,Diwatonan omas kolot.

Ditaburi bunga beruntai,Harum parfum memenuhi udara,Perjalanan ke alam sorgaHarum membumbung bau mewangi.

Asap dupa semerbak harum,Perjalanan ke alam sorga.Tiba di ari pensucian,Di situ tempat penjemputan,Dijemput diperjamukan.

Dipaksa dibuat tenteramDikeramasi dimandikan,Digosoki dibersihkan,Dicopoti nafsu dan kebodohan diri,Disucikan dari dasa mala.

Banyak yang melwati neraka,Ternyata tidak terpengaruh pengelihatannyaTernyata tidak terpengaruh pendengaran,Tertanya tidak gentar maupun terkejut.Setalah dia selesai mandi,

Mengerikan badan di ranjang keemasan,Lalu mengasami kuku,Dipangku ke lantai bangunan,Oleh ibunda nan penuh kasih,Yang terkasih di buana,

Pada yang berbuat kebaikan,Yang sempurna menenteramkan,Perintah dari Kahyangan.Bangunnya bertiang besiBerbalok-lintang besi berani,

Berbalok-sokong besi baja,Berkaso-kaso teja putih,Berlisplang tembaga terang,Dibumbungi perak kapur,Bertumpu pagoda berlubang,

Ditiangpancangi permata,Diukir bermotif bunga,Dihiasi lempengan emas,Ditaburi permata permata mirah,Dirumbai-rumbai kain sutera,

Ditaburi lempengan emasDipasangi gorden merah Keling,Merak menari di puncaknya,Ke atas naga berlari,Ke bawah naga bergantung,

Berlantaikan dengan marmer,Dipadu dengan emas muda,Diberi panel emas tua.

Page 104: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

93

Eunteung omas unggal saka,Ditatapakan cuniga,

690. dibalay ku dingku peuntas,Diselang ku segeng sipat,Dipipinggir teurus tali.Sanggeus unggah ka lambur,Tumpak di palangka omas,

695. deuuk di kasur majeti,Ruum beunangna ngahanyceng,Kapur barus dina cupuBunga resa dina juhar,Bura wangi dina sabun,

700. candu dina unggeb gading,mahabara ti candana.paminyakan kaca cinaeusina lenga wangsana,minyak watu kana hulu.

705. Minyak tiis kana halis,Minyak haneut kana beungeut,Minyak pahat kana awak,Minyak banggor kana tonggong,Minyak pecu kana suku,

710. Sang Atma dihias oman,Eta beunanging ngahanyceng,Boeh na rampes sagala.Gera salin papakean,Cawet wayang simbut sinyjang,

715. disabut jamartali,Katel deung keris malela,Misaraka jati rupa,Anggeus salin papakean.Rampes banang babasahan,

720. titip linyi greungsik leutik,Dahdar lesang leis damis,Duga herang maratsan,Hajeng pantes lituhayu,Mahardika hanteuBabandinganana.

725. Anggeus pulang jati rupa,Dfatang pwah wedadara,Deungeun pwah wedadari,Satapih giringsing wayang,Sakarembong lungsir,Keling dadu warna,

730. Beunang nalepuk ku omas.Sasubang larap kumambang,Beusi lurung lenang kanycana,

Cermin emas setiap tiang,alas tiang coran baja,

Dihampari dingku seberang,Dikombinasi dengan segeng lurus,Bertepikan rumbai tembus.Setelah naik bangunan,Duduk di kursi emas,

Duduk di kasur Majeti,Harum dari hasil penataan,Kamper ada dalam cepuk,Bunga resa di pelaminan,Bedak wangi dalam kotak berhias,

Candu dalam buli-buli keemasan,Semerbak harum cendana.Tempat minyak botol Cina,berisi minyak angsana,Minyak wijen untuk kepala,

Minyak dingn untuk alis,Menyak angin untuk wajah,Minyak sepat untuk badan,Minyak poko untuk punggung,Minya pecu untuk kaki.

Sang Atma segera dirias,Setelah kutata rapi,Helaian kain serba indah.Segeralah berganti pakaian,cawat wayang selimut kain,

Diberi sabuk jamartali,Perisai dan keris baja,Menyerupai rupa sejati.Setelah berganti pakaian,Serasi dandanannya,

Singset padat berkulit lembut,Tampak licin berpipi mulus,Berpostur tegap semampai,Gagah pantas serta indah,Bebas tidak adaBandingannya.

Sudah kembali ke rupa sejatiDatang para bidadara,Dengan para bidadari,Berkain kemerahan motif wayang,Berselendang suteraKeling merah muda,

Berajutkan benang emas.Bersubang kilat mengambang,Besi lurus kemilau keemasan,

Page 105: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

94

Urey beunang ngikiceupan,Sagelung suta gepapan,

735. sakapuru iket baluk,Sapara kenyca katuhu,Diutuas seda malaka.Jariji pihuh ku ali,Ali cingcin ratna manik,

740. Premata mirah sagala,Ngaranna si maha miteung.Sakang kalung anak madur,Pahi nanggeuy jurung omas,Teherna mawa aisan,

745. seoh reujeung majar cunduk.Sang Atma deudueuukanan,Ka dini aing ngalahun.Nyoreang Dewa Sanghulun.“Anaking Sangg Atma,

750. mulah tadi teuing eureun,Sugan nu kamalinaan,Suga kabawa ku jeueung,Sugan kabawa ku denge.Sanembal Sanghiang Atma:

755. “Samapun uilan lamuning daek,Ja nyaho inya naraka,Jeung ngogotresna keneh.”Nu nyarek hanteu didenge,Nu migi teu dipitineung,

760. tonggoy kana pileumpangeun,Mo lipi dina husireun,Mawa na tineung sorangan.Malik kana katungbiri,Tuluy kana kuwung-kuwung,

765. ngalalar ka teja mentrang,Nojarkeun bayu pretiwi,Ngagapay taraje omas.Datang ka wekasning sabda,Dina sunyia lawan taya,

770. heuleut beurang heuleut peuting.Datang ka banua meukah,Ngadongkap ka Caturloka,Luput ti pada buana.Datang kana manarawang,

775. katenjo para dewata,Gunung Kedang Medang Meninr,Kalungguhan para dewa.Ti timur Batara Isora,Husireun nu ngawerati.

Bergetar berkedip-kedipanBersanggul surai dikais,

Berbalutkan blangkon baluk,Berimbang kiri dan kanan,Diikat pewarna merah.Jarimanis penuh cincin,Cincin bermata manikam,

Permata merah delima,Namanya si Maha Miteung.Berkalung anak madur,Sambil menating lempengan emas,Kemudian membawa gendongan,

Gemuruh bersama yang tiba.Sang Atma segeralah duduk,Ke sini mari kupangku.Dewata sanghulun menatap.“Anakku Sanghiang Atma,

Jangan terlalu lama berhenti,Agar tidak ketelanjuran,Agar tidak terpengaruh penglihatan,Jangan sampai terpengaruh pendengaran.”Menjawab Sanghiang Atma:

“Maafkan kalaupun suka,Memang tahu betul tentang neraka,Dan masih merasa rindu.”Yang melarang tak didengar,Yang mencegah ttak dihiraukan,

Tekun pada jalan yang akan ditempuh,Tak akan mnyimpang dari tujuan,Yakin akan pendapat sendiri.Berbalik ke arah pelangi,Terus menuju bainglala,

Melewati sinar terang,Melangkahi ibu pertiwi,Menggapai tangga emas.Tiba di kesirnaan suara,Pada kesunyian dan kehampaan,

Batas antara siang dan malam.Tiba di alam Meukah,sampailah ke Caturloikaxxviii

lepas dari dunia mana puntiba di tempat yang terang benderang,

terlihat para leluhur,xxix

Gunung Kendang Medang dan Menirxxx

Tempat tinggal para leluhur.Di timur Batara Isora,Tujuan yang lulus tapa.

Page 106: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

95

780. Ti kaler Batara Wisnu,Husireun nu rampes twah,Ti barat Batara Siwah,KaleupassanNusia purusa pati,

785. di nya kasorgaanana.Ti kidul Beutara Brahma,Nu nungguan kapapaan,Ngageugeuh Sanghiang Kawah,Nu purah mahala jalama,

790. nusia amanggawe hala,Mo burung katimu hala,Ja inya nu dipitingeung.Di tengah Hiang Madewa.

795. guna mangkretinyia,Mo burung katamu hayu,Ja inya nu dipitineung.Diri tina manarawang,Datang ka teras madongkap,

800. eureun da kalang kareupat,Ngahursir Sang hiang Lengis,Eta geusan Manondari,Deungeun Deuwi Nyanawati,Deungeun Pwah Nilasita,

805. eta paeh newek maneh,Ngabelaan sang Srugiwa,Dipanah ku laksamana,Samardi bina bali,Di nya kasorgaanana.

810. watek sia apan bela,Mo nyieun palaksana,Paeh laki dibelaan.Liwat saundak ti inya,Ngaranna na Sangkanherang,

815. eta geusan Sang Sri Dewi Pretiwi,Ngegeugeu manik sinelot,Buket dina kageureusan,Cangcingan hamo sarahan,Hamo susut hamo pundang,

820. mo purik hamo garising,Hamo nanggahan akasa,Nyaho di maneh pretiwi,Di nya kasorgaanana.Lewat saundak ti inya,

Di utara Batara Wisnu,Tujuan yang sempurna perbuatannya.Di barat Batara Siwah,Tempat melepasmanusia berani mati,

Di situlah sorga kediamannya.Di selatan Batara Brahma,Yang menunggu kesengsaraan,Para penghuni Neraka,Yang bertugas menyiksa orang

Manusia yang berbuat buruk,Tak urung mendapat celaka,Karena hal itu yang diingatnya.Di tempat Hyang Madewa,Tujuan yang suka beramal baik,

Mengamalkan pekertinya,Tak urung mendapat kebahagiaan,Karena tepat yang dipikirkan.Pergi dari tempat benderang,Sampai ke tepi kedatangan,

Berhenti di perbatasan yang empat,Menuju Sanghyang Lengis,Itulah tempat Manondari,Dengan Dewi Nyanawati,Bersama Pwah Nilasita,

Mereka mati menikam diri sendiri,Membela sang Srugiwa,Dipanah oleh laksamana, samar pada perbedaan kembali,Di situlah kebahagiaannya.

Sifat dia memang pembela,Tidak mau berbuat ingkar,Membela kematian suami.Lewat setingkat dari situ,Namanya ialah sumber kejernihan,

Itulah kediaman Sri Dewi Pratiwi,xxxi

Menggenggam permata terkunci,Teguh dalam hal pertanian,Terampil tak pernah ngeluh,Tidak menggerutu tidak pundungan,

Tidak rewel tidak akan uring-uringan,Tak akan mendongak ke langit,Tahu diri tentang kesucian,Di situlah sorga kediamannya.Lewat wetingkat dari situ,

Page 107: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

96

825. datang ka Saridewata,Geusan na Wirumananggay,Dengeun Pwah Lakkawati,Deung Pwah Sekardewata,Deung nu bagalna deung larang,

830. nu watek titiagian,Papada paeh cawena,Meuyet maneh mo lakian,Na hanteu disangrahakeun,Hanteu nu dipikatresna,

835. di nya kasorgaanana.Liwat saundak ti inya,Datang ka Wekasning Caang,Ngaranna Rahinasada,Dina beurang sadakala,

840. geusan na tiagi sakti,Geusan na tiaga seda,Di nya kasorgaanana.Liwat saundak ti inya,Datang kana Bungawari,

845. geusan Pwah Sanghiang Sri,Deungeun Pwah Kamadeuwi,Deung Dayang Terusnawati,Deung Pwah Naga Nagini,Deungeun Pwah Somaadeuwi,

850. eta dewata na bulan,Pangeusi na kasorgaan,Hujung gaganarawati,Tajak barata kamoksahan,Ngaranna Punycak Akasa.

860. Eta nu leuwih ti leuwihTi nu papada ngahanan.Hanteu liwat ti sakitu,Nanyjak Sang Atma ka inya.Datang ka bumi kanycana.

865. nu makian ngareungeuheun,Na nu maka ingjeujeueungeun,Teka rumang brenangsiang,

Kadi sekar pamajaan, Batanibun kapoyanan, Batanmanik inisuhn. Datang kabyumi kanycana, Kikisbeusi tihang omas,

875. murug munycar manghhang siang,Kulinyar tan kapapademan,Nyorang imah batan kaca,

Sampai ke Saridewata,Kediaman Wiru Mananggay,Dengan Pwah Lakawati,Dan Pwah Sekar Dewata,Serta yang menjaga asal kesucian,

Yang meniru pertapa wanita, Sama-sama mati perawan, Memantapkandirinya tak bersuami, Kiarenabertepuk sebelah tangan, Tak adayang merindukan,

Di situlah sorga kediamannya.Lewat setingkat dari situ,Sampai ke sumber cahaya terang,Namanya Rahinasada,Hari siang selamanya,

Tempat tinggal tiagi sakti,Kediaman pertapa sempurnaDi situlah sorga kediamananya,Lewat setingkat dari situ,tibalah ke Buungawari,

Kediaman Pwah Sanghyang Sri,Dengan Pwah KamadewaDan Dayang terusnawati,Dan Pwah Naga Nagini,Dengan Pwah Somadewi,

Itulah dewata di bulan, Parapenghuni alam surga,Penghujung langit terluar,Lereng tuntas kebebasanNamanya Puncak Angkasa.

Itulah yang lebih sagala-galanya,Dari yang sama-sama menghuni.Tiada (tingkatan) lebih dari tiu,Sang Atma mendaki ke sana.Sampai ke Bumi Kancana,

Yang membuatku terperangah,Itu yang membuatkuTerkenang selalu,Hingga gemerlap cahaya kemilau,

Seperti bunga pemikat asmara,Bagaikan embun tersinari,Bagaikan permata direndam air.Datang ke Bumi Kancana,Berpagar besi bertiang emas,

Semarak sinar memancar kemerahan,Menyala-nyala tak terpadamkan,Memasukirumah bagaikan kaca,

Page 108: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

97

Na lemah sarasa eunteung,Ditapak sarasa ngenyclong.

880. Saur Sang Maha Wisesa:“Anaking Sanghiang Atma,Mana cunduk mara dareyuk,Mana datang mara diundang,Nu tuhu teher laksana,

885. ageung teher herang tineung.”Mana na datang ka tangkal,Mana na cunduk ka puhun,Mana na nepi kajati,Mana na deuheus ka anggeus,

890. datang a ambu ka ayah.Suka tan pabalik duka,Wareg tan pabalik lampar,Hurip tan pabalik pati,Sorga tan pabalik papa,

895. Nohan tan pabalik wogan,Hala tan balik hayu.Totog ka jati niskala,Laput ti para Dewata, lLeupas ti Hiang Tanhana,

900. kana lenyep acingtia,Kana rehe tan padenge,Kana lenyep tan pawastu,Nu lengis tan pakahanana,Tina ganal hanteu pasat.

905. deung alit hanteu patepi,Deung anggeus hante padeukeut,Hanteu deungeuna di candung,Teka hanteu barayana,

Hanteu deungeuna sarua.

910. Sakitu lekas Sang Wiku,Nu dipajarkeun pandita,Mo kapapa caang di jalan,Mo kahalangan boianbg,sinengguh guna pandita.

915. Sakitu talatah aing,Sakitu tapa nu rea,Inya becet inya gede,Inya lanang inya wadon,Inya tuha inya rarey,

920. inya kolot inya kacing,Ngadu bener deung laksana,Langgeng saukur rahayu.Inya Sunda nya Jawa,

Tanahnya pun seperti cerminDiinjak serasa tembus pandang.

Yang Maha Kuasa berkata:“Anakku Sanghyang Atma,Makanya tiba silakan pada duduk,Makanya datang memang diundang,Yang setia juga rupawan,

Terhormat lagi pula jernih pikir.”Maka kini datang kepada nenek moyang,Maka kini tiba kepada leluhur,Maka kini sampai ke asal,Maka kini sampai ke tunas,

Datang kepada ibu dan ayah,Suka tanpa kembali duka,Kenyang tanpa kembali lapar,Hidup tanpa kembali maut,Bahagia tanpa kembali derita,

Pasti tanpa kembali kebetulan,Buruk tanpa kebmbali baik.Mentok di jatiniskala,xxxii

Terhindak dari para leluhur,Lepas dari yang Nirwujud,

Pada ksirnaan yang tak terpikirkan,Pada keheningan tanpa kedengaran,Pada kesirnaan tanpa wujud,yang halus tampa kurangngan,Dari kasar tak terjerat,

Dengan yang halus tak bersua,Dengan tuntas tak berdekatan,Tak dibuat suka dimadu,Hilang hilang,Marabahayanya,Tidak sama dengan yang lain.

Bigtulah penjelasan Sang Wiku,Yang dinyatakan sebagai pendeta,Tak akan tercela terlihat di jalan,Tak akan terhalangi kurungan,Itulah keunggulan pendeta.

Demikianlah amanatku,Begitulah tapa orang kebanyakanDalam keadaan gaduh juga banyakBaik alki-laki maupun perempuan,Baik tua maupun muda.

Baik orang tua maupun anak-anak,Bertaruh kebenaran dan perbuatan,Kekal sepanjang kebaikan.Baik Sunda maupun Jawa,

Page 109: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

98

Manguni pertapa Baluk,,

925. sanyarah pupuasaan,Mulah dipajar palain,Lamun bener rampes tapa.Anak bagal tiagi,Pahi deungeusn hiang buyut,

930. nu huning ma sia dek sorga.Hayang manglaju natapa,Turutan Sanghiang Atma,Nu bener sehat langsana,Ftustu di saur sang guru,

935. pageuh di carek nu kolot,Laksana di Sang Pandita,Punaga ing Hiang.Hyang.

Apalagi pertapa Baluk,

Syariat tentang berpuasa,Jangalah dianggap berbeda,Jika benar ingin sempurna bertapa.Anakku bibit biarawan,Bersama dengan para leluhur,

Yang pasti engkau akan bahagia.Jika ingin melaksanakan bertapa,Tirulah sanghyang Atma,

Yang benar dan juga tercapai,Setia pada amant guru,

Teguh pada nasihat orang ,Berperilaku seperti pendeta.Nazar-janjiku kepada.

i Terjemahan dan saduran diambil dari sumber: Darsa, Undang A, SEWAKA DARMAPeti Tiga Ciburuy Garut, Pusat Studi Sunda, 2012.ii Iyna-ynaiii Iyna-ynanat.iv Cadusakti terdiri atas wibhusakti (kesadaran menyusup, tetapi tak disusupi),prabhusakti (kesadaran mengendalikan, tetapi tak dikendalikan), Jnanasakti(kesadaran mengetahui, tetapi tak diketahui), dan kriyasakti (kesadaranmengerjakan, tetapi tak dikerjakan). Sakti itu sendiri artinya ‘mengetahui semuamengerjakan semua’; ‘kesadaran’ adalah unsur halus abadi, tahu tak kena lupa,selalu tenang yang disebut cettana, kebalikan dari acettana atau dikenal denganistilah maya. Pertemuan cettana dan acettana (maya) menyebutkan adanya‘kenyataan (tattwa)’.v Ngaleudeu.vi Iyna-nyatvii Panggang.viii Pidahka.ix pindahkax Brita.xi Tinang.xii Kahanan artinya tempat tinggal, dalam hal ini artinya badan, raga atau jasad.xiii Dapat diartikan sebagai ‘kawih nasehat atau nyanyian yang berisi tuntunan’.xiv Hukum-hukum pengabdian atau pengabdian terhadap hukum.xv Kaum cendikia, orang bijak.xvi Dasasila = 10 larangan atau ajaran.xvii Pancasaksi adalah bagian dari dasendria.xviii Ngindit = mengangkat, menyeret; ngarampid = membawa seluruhnya.xix Ngali di sini dari kata kali = sungai, aliran, terusan

Page 110: ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40849...bahasa sunda adalah Anu kudu digugu jeung ditiru digugu setiap apa yang diperintahkannya,

99

xx Batara (Sanskerta “BHATR”) berarti ‘pelindung (Lanman, 1955: 204), juga sebagaisebutan bagi para mendiang raja atau petinggi karena mereka adalah pelindungrakyat.xxi Lima unsur ragawi: akasa (Ether, udara), bayu (angin, gas), teja (sinar, cahaya, api),apah (zat air), dan pertiwi (zat padat, tanah).xxii ‘tenaga, kekuatan atau daya hidup; ucap; tekad. (Kehendak, Pikiran, Tindakan).xxiii Pendeta pertama peminta-mintaxxiv Madan sirah sebenarnya berarti ‘menyamai kepala’. Dalam hal ini berarti angkatanggal yang makin naik (besar).xxv Sebagai penjaga pintu neraka dalam mitos Hindu Budhisxxvi Sejenis ikan sungai.xxvii metatesis dari kata arjunaxxviii Empat tempat dewa pelindung duna dalam mitos.xxix Kata ‘dewata’ dan ‘batara’ dapat juga berarti ‘raja yang telah wafat’.xxx Kendang, Medang, dan Menir adalah nama tempat, lihat Carita Parahiyangan(naskah abad XVI)xxxi Tokoh “Sri” penghuni kesorgaan Sangkan Herang inilah yang biasa dikenal dalammitos lokal Sunda dengan sebutan Nyi Pohaci Sanghiyang Sri’.xxxii DI sini sang atma tidak tembus masuk ke Alam Jatiniskala ‘kemahagaiban sejati;/Dalam kosmologi Sundah Jagat terbagi menjadi: sakala ‘alam dunia’, niskala ‘alamgaib, jatiniskala ‘alam maha gaib sejati’. Alam terkhir hanya tersedia bagi DzatTunggal Maha Kuasa sebagai pencipta batas dan tidak terkena batas. Kata totogmesti diartikan ‘ujung jalan buntu, tidak ada jalan untuk lewat.