ergonomic chapter iii-vii
DESCRIPTION
ergonomi di pbik gulaTRANSCRIPT
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum alam dan dapat
didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain/perancangan.1 Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di
rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibuthkan studi tentang sistem
dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan
tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi
disebut juga sebagai “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai
macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya : ahli anatomi, arsitektur,
perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerja, psikologi, dan
teknik industri.
Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah
untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan
mudah diterapkan (dimengeri dan digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat
tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/resiko dalam penggunaannya.
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya
disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja
Universitas Sumatera Utara
secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Hubungan antara manusia pekerja
dan mesin serta peralatan-peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai
hubungan yang unik karena interaksi antara hal-hal di atas yang membentuk
sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu,
salah satunya ilmu tentang tubuh manusia. Ilmu-ilmu terapan yang banyak
berhubungan dengan fungsi tubuh manusia adalah anatomi dan fisiologi. Selain
itu juga diperlukan pengetahuan dasar tentang sistem dan fungsi kerangka otot
dan dimensi tubuh manusia.
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontrak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun
setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
3.1.1. Keluhan Musculoskeletal
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
Universitas Sumatera Utara
sakit.3 Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang
lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen
dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan
keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996). Secara garis besar keluhan
otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan
dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah
otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Di antara keluhan otot skeletal
tersebut, yang banayk dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back
pain =LBP).
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena konstraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi
apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20 % dari kekuatan otot
maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20 %, maka peredaran darah
Universitas Sumatera Utara
ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya
tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang
menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.
Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal adalah :
1. Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangana otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering
dikeluhkan oleh pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan
tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan
menahan beban yang berat.
2. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus
seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dsb.
Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus menerus tanpa memperoleh kesempatan unutk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan
tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat. Semakin
jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula
resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada
Universitas Sumatera Utara
umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health
Administration (OSHA), tindakan ergonomik untuk mencegah adanya sumber
penyakit adalah melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat
kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan organisasi kerja). Langkah preventif
ini dimaksudkan untuk mengeleminir overexertion dan mencegah adanya sikap
kerja tidak alamiah.
1. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa
alternatif sebagai berikut :
a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini
jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.
b. Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang
aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur
penggunaan peralatan.
c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja,
sebagai contoh, memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang
kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran.
d. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko
sakit, misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.
Universitas Sumatera Utara
2. Rekayasa Manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai
berikut :
a. Pendidikan dan Pelatihan
Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami
lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan
penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan
terhadap resiko sakit akibat kerja.
b. Pengaturan Waktu Kerja dan Istirahat yang Seimbang
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan,
sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber
bahaya.
c. Pengawasan yang Intensif
Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara
lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.
3.1.2.PLIBEL : Suatu Metode Penilaian untuk Identifikasi Resiko Ergonomi
3.1.2.1.Latar Belakang
Swedish Work Environment Act menetapkan bahwa pemberi kerja harus
menyelidiki bahaya dalam pekerjaan, menyusun rencana tindakan dan
mengorganisir dan mengevaluasi modifikasi-modifikasi pekerjaan. Oleh sebab itu,
Universitas Sumatera Utara
hal ini juga menjadi perhatian untuk Inspektorat Tenaga Kerja Pemerintah untuk
mempelajari kondisi-kondisi dan perbaikan-perbaikan di dalam tempat kerja.
“Metode untuk mengidentifikasi faktor-faktor ketegangan musculoskeletal
yang dapat menyebabkan dampak yang merugikan” (PLIBEL) dirancang untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti itu. PLIBEL sudah digunakan di dalam
beberapa penelitian ergonomi dan sebagai suatu alat di bidang pendidikan.
PLIBEL sudah diperkenalkan ke berbagai bagian dari dunia dan diterjemahkan ke
dalam beberapa bahasa (Kemmlert, 1995, 1996a, 1996b, 1997).
PLIBEL merupakan suatu alat checklist yang sederhana untuk memeriksa
penyebab utama resiko musculoskeletal serta hubungannya dengan penilaian
tempat kerja. Aspek waktu, lingkungan dan organisasi juga turut menjadi
pertimbangan dalam metode ini sebagai faktor-faktor pengubah.
Checklist tersebut dirancang agar setiap item yang biasanya diperiksa pada
suatu penilaian tempat kerja terhadap resiko ergonomi akan tercatat dan
dihubungkan dengan lima bagian tubuh. Hanya karakteristik pekerjaan tertentu
yang digambarkan dan didokumentasikan seperti resiko ergonomi pada jurnal dan
buku teks yang terdaftar. Jika terdapat suatu pertanyaan yang tidak relevan
terhadap suatu daerah tubuh tertentu, dan/atau jika dokumentasi yang ada tidak
ditemukan di dalam literatur, hal tersebut ditunjukkan pada bidang abu-abu dalam
daftar dan tidak perlu dijawab.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Form PLIBEL
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai. 2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
cedera musculoskeletal
Bagian-bagian Tubuh
Leher,
Bahu,
Punggung
Bagian
Atas
Siku,
Lengan
Bawah,
dan
Tangan
Kaki Lutut
dan
Pinggul
Punggung
Bagian
Bawah
1: Apakah permukaan berjalan tidak seimbang, miring, tidak berpegas/ulet atau licin?
2: Apakah ruang terlalu terbatas untuk pergerakan kerja atau material kerja?
3: Apakah perkakas dan peralatan dirancang tidak sesuai untuk pekerja atau pekerjaan?
4: Apakah tinggi kerja tidak sesuai?
5: Apakah kursi kerja dirancang kurang baik atau tidak sesuai?
6: Jika pekerjaan dilakukan dengan berdiri, apakah tidak ada kemungkinan untuk duduk dan beristirahat?
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Universitas Sumatera Utara
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai. 2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
cedera musculoskeletal
Bagian-bagian Tubuh
Leher,
Bahu,
Punggung
Bagian
Atas
Siku,
Lengan
Bawah,
dan
Tangan
Kaki Lutut
dan
Pinggul
Punggung
Bagian
Bawah
7: Apakah kelelahan pada pijakan kaki terjadi?
8: Apakah kelelahan kaki pada saat bekerja terjadi? Seperti:...
a) Pijakan yang berulang pada bangku, langkah, dll.
b) Lompatan-lompatan yang berulang, berjongkok lama atau berlutut?
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal
Universitas Sumatera Utara
Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai. 2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
cedera musculoskeletal
Bagian-bagian Tubuh
Leher,
Bahu,
Punggung
Bagian
Atas
Siku,
Lengan
Bawah,
dan
Tangan
Kaki Lutut
dan
Pinggul
Punggung
Bagian
Bawah
c) Satu kaki digunakan lebih sering untuk menyokong tubuh?
9: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada saat punggung:
a) Agak bungkuk ke depan?
b) Sangat bungkuk ke depan?
c) Bengkok menyamping atau agak membelit?
d) Sangat membelit?
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.
Universitas Sumatera Utara
2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
cedera musculoskeletal
Bagian-bagian Tubuh
Leher,
Bahu,
Punggung
Bagian
Atas
Siku,
Lengan
Bawah,
dan
Tangan
Kaki Lutut
dan
Pinggul
Punggung
Bagian
Bawah
10: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada leher:
a) Bungkuk ke depan?
b) Bengkok menyamping atau agak membelit?
c) Sangat membelit?
d) Lurus ke belakang?
11: Apakah beban diangkat secara manual? Catatan faktor-faktor yang penting:
a) Periode pengangkatan yang berulang
b) Berat dari beban
c) Genggaman yang tidak alami pada beban
d) Lokasi yang tidak alami pada beban di awal atau akhir pengangkatan
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.
Universitas Sumatera Utara
2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
cedera musculoskeletal
Bagian-bagian Tubuh
Leher,
Bahu,
Punggung
Bagian
Atas
Siku,
Lengan
Bawah,
dan
Tangan
Kaki Lutut
dan
Pinggul
Punggung
Bagian
Bawah
e) Pengangkatan melebihi tinggi lengan bawah
f) Pengangkatan di bawah tinggi lutut
g) Pengangkatan di atas bahu
12: Apakah pekerjaan berulang, pengangkatan yang tidak nyaman, mendorong atau menarik beban terjadi?
13: Apakah pekerjaan terjadi pada saat salah satu lengan menjangkau ke depan atau ke samping tanpa sokongan?
14: Adakah terdapat pengulangan pada:
a) Gerakan-gerakan kerja yang serupa?
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai. 2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Universitas Sumatera Utara
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
cedera musculoskeletal
Bagian-bagian Tubuh
Leher,
Bahu,
Punggung
Bagian
Atas
Siku,
Lengan
Bawah,
dan
Tangan
Kaki Lutut
dan
Pinggul
Punggung
Bagian
Bawah
b) Gerakan-gerakan kerja yang serupa melebihi jarak jangkauan yang nyaman?
15: Apakah pekerjaan manual yang berulang terjadi? Faktor-faktor yang penting seperti:
a) Berat/beban dari material kerja atau perkakas
b) Genggaman yang tidak alami pada material kerja atau perkakas
16: Apakah ada tuntutan yang tinggi untuk kapasitas visual?
17: Apakah pengulangan kerja dengan lengan bawah dan tangan terjadi dengan:
a) Gerakan-gerakan membelit?
b) Gerakan-gerakan yang kuat?
c) Posisi tangan yang tidak nyaman?
d) Saklar atau papan tombol?
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Skor Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal
Universitas Sumatera Utara
Leher,
Bahu,
Punggung
Bagian
Atas
Siku,
Lengan
Bawah,
dan
Tangan
Kaki Lutut
dan
Pinggul
Punggung
Bagian
Bawah
Jumlah
Persentase
Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi
18: Apakah tidak ada kemungkinan untuk
istirahat dan berhenti?
19: Apakah tidak ada kemungkinan untuk
memilih pesanan dan jenis pekerjaan atau
langkah pekerjaan?
20: Apakah pekerjaan dilakukan di bawah
waktu pesanan atau stres psikologi?
21: Dapatkah pekerjaan memiliki situasi yang
tidak biasa atau diharapkan?
22. Di bawah ini apakah terjadi:
a) Dingin
b) Panas
c) Aliran udara
d) Bising
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi
e) Masalah kondisi visual
Universitas Sumatera Utara
f) Hentakan, goncangan, atau getaran
Skor Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi
Jumlah
Persentase
3.1.2.2.Prosedur
Penilaian tempat kerja dengan menggunakan PLIBEL dimulai dengan
wawancara pengantar dengan karyawan atau dengan suatu pengamatan
pendahuluan. Penilaian berfokus pada bagian dari pekerjaan yang mewakili,
tugas-tugas yang dilaksanakan paling banyak dari waktu kerja, dan tugas-tugas
yang dianggap pekerja dan peneliti sebagai pekerjaan yang terutama sekali
menyebabkan ketegangan sistem musculoskeletal. Dengan demikian form
PLIBEL mungkin harus diisi oleh masing-masing karyawan. Penilaian tersebut
harus dihubungkan dengan kapasitas setiap individu yang diamati. Cara-cara yang
tidak biasa dan bersifat pribadi juga direkam.
Ketika suatu resiko ergonomi diamati, bidang yang dinomori pada form
tersebut dicentang atau catatan pendek dibuat. Di dalam laporan akhir, tafsiran
jawaban disusun berdasarkan kepentingan, kutipan-kutipan dari daftar resiko
ergonomi dapat digunakan. Perubahan faktor waktu, organisasi atau lingkungan
juga turut menjadi pertimbangan.
Biasanya PLIBEL digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko
yang merugikan musculoskeletal pada suatu daerah tubuh tertentu, dan hanya
pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk daerah tubuh yang perlu dijawab.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menggunakan PLIBEL, pertama-tama menempatkan daerah tubuh
yang cedera, lalu ikuti bidang putih di sebelah kanan dan periksa faktor resiko
yang diamati untuk tugas pekerjaan. Penilaian dilanjutkan lebih sulit, karena
memerlukan pertimbangan pertanyaan-pertanyaan a sampai f . Hal ini dapat
meningkatkan mutu atau menyederhanakan masalah. Tambahan penjelasan
mengenai resiko tidak disebutkan dalam daftar, tetapi tetap dicatat.
Sebagai contoh, tidak ada kriteria durasi untuk catatan PLIBEL, dengan
demikian baik kejadian yang berlangsung singkat atau kejadian yang jarang juga
dapat dicatat. Sebenarnya, tujuan dari wawancara dengan pekerja pada
pengamatan pendahuluan adalah untuk membuat beberapa aspek dari tugas yang
diberikan.
Analisis dari kemungkinan terjadi resiko ergonomi dilaksanakan di tempat
kerja, dan hanya informasi tentang resiko yang relevan dari penilaian saja yang
dipertimbangkan. Persoalan-persoalan yang diidentifikasi sebagai resiko diubah
berdasarkan kepentingan. Kesimpulan dari laporan memberikan suatu gambaran
mengenai kondisi kerja secara ergonomi.
3.1.2.3.Keuntungan
Metode PLIBEL adalah suatu metode penilaian yang umum dan tidak
dimaksudkan untuk pekerjaan tertentu. PLIBEL mengamati bagian tubuh maupun
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan dari tubuh dan meringkas identifikasi resiko ergonomi yang terjadi
dalam beberapa kalimat.
PLIBEL adalah suatu metode investigasi awal untuk peninjau tempat kerja
dalam mengidentifikasi resiko ergonomi, dan dapat juga dilampirkan dengan
pengukuran yang lain seperti beban dan waktu atau pengamatan dari penelitian
yang lain.
Meski dicoba untuk menambahkan item dalam checklist, untuk
memperoleh suatu ukuran kuantitatif dan sederhana dari kondisi ergonomi setelah
penilaian tempat kerja, PLIBEL tidak harus dimodifikasi atau digunakan dengan
cara ini. Resiko-resiko ergonomi yang berbeda tidak mempunyai pengaruh yang
sama pada cedera yang dialami pekerja, dan permasalahan tertentu dapat muncul
dengan lebih banyak faktor resiko di dalam checklist.
3.1.2.3.Kerugian
Metode PLIBEL adalah suatu metode penilaian yang umum dan tidak
dimaksudkan untuk setiap pekerjaan tertentu. Banyak metode lainnya
dimaksudkan untuk pekerjaan tertentu atau bagian tubuh tertentu dan dapat
mencatat jawaban yang lebih rinci. Jika perlu, metode-metode yang lebih spesifik
ini dapat dengan mudah digunakan untuk melengkapi PLIBEL.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1. Contoh Posisi Kerja yang Menyebabkan Resiko Ergonomi yang
Dianalisis Menggunakan PLIBEL
3.1.2.4.Standar dan Regulasi
PLIBEL dirancang untuk memenuhi kebutuhan tentang suatu metode
praktis dan standar untuk mengidentifikasi resiko-resiko ergonomi dan untuk
suatu penilaian pendahuluan atas faktor-faktor resiko. Suatu alat pemeriksaan
ergonomi, untuk penilaian atas kondisi-kondisi yang ergonomi di tempat kerja,
sudah diusulkan sebagai suatu instrumen yang layak oleh peneliti-peneliti lain.
Lebih dari itu, PLIBEL cukup berharga untuk memiliki suatu metode
penilaian yang sistematis ketika melakukan tindak lanjut dan ketika menganalisis
bagaimana intervensi setelah terjadi cedera musculoskeletal bisa dibuat lebih
efektif.
PLIBEL mengikuti standar dan peraturan-peraturan saat ini, dan meskipun
merupakan suatu yang cukup jelas, metoda penilaian subjektif, terdaftar hanya
pada suatu tingkatan dikotom, PLIBEL memerlukan suatu pemahaman ergonomi
Universitas Sumatera Utara
yang kuat. Untuk menggunakan metode ini dengan mahir, praktek tertentu sangat
dianjurkan.
3.1.2.5.Pelatihan Terdekat dan Waktu Aplikasi
Mengidentifikasi suatu situasi yang tidak alami bukanlah suatu hal yang
sulit, maupun apakah itu sulit untuk menemukan situasi seperti itu dengan bantuan
dari checklist. PLIBEL cukup cepat untuk digunakan dan mudah untuk dipahami,
dan para pemakai akan menjadi terbiasa dengan alat ini dalam beberapa jam.
Bagaimanapun, meski PLIBEL adalah suatu metode penilaian subjektif yang
cukup jelas yang membuat penilaian-penilaian dikotom tentang resiko, PLIBEL
memerlukan suatu pemahaman ergonomi yang kuat, dan keahlian penggunaan
dari metode-metode yang praktis.
3.1.2.6.Realibilitas dan Validitas
Suatu studi realibilitas dan validitas dari metode sudah dilaksanakan
menurut Carmines dan Zeller (1979). Hal tersebut diuji (Kemmlert, 1995) untuk:
− Membangun validitas
− Kriteria validitas
− Realibilitas
− Aplikabilitas
Apakah isi dari PLIBEL dan himpunan dari materi konsisten dengan perkiraan
teoritis yang diperoleh?
Universitas Sumatera Utara
Dapatkah kejadian dari kriteria (resiko ergonomi) telah valid oleh perbandingan
metode yang lain?
Apakah hasil dari para pemakai yang berbeda dari metode PLIBEL konsisten
ketika mengamati situasi kerja yang sama?
Bagaimana metode itu digunakan? Apakah merupakan pengalaman?
PLIBEL sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa
Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol (Serratos-Pérez dan Kemmlert, 1998), dan
Yunani (Serratos-Pérez dan Kemmlert, 1998).
Penemuan-penemuan penelitian sudah menyediakan suatu dasar untuk
perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan, untuk diskusi permasalahan
ergonomi, dan untuk pendidikan. Lebih dari itu, PLIBEL sudah digunakan untuk
pendidikan ergonomi baik dalam industri maupun di dalam sistem pendidikan
Swedia.
3.1.3.Standard Nordic Questioner (SNQ)
Melalui standart nordic questioner dapat diketahui bagian-bagian otot
yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman
(agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett,1992)
Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh (NBM), maka dapat
diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.
Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas
yang tinggi. Untuk menekan bias yang mungkin terjadi, maka sebaiknya
Universitas Sumatera Utara
pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivita kerja (pre and
post test).
Dari uraian tentang berbagai metode untuk mengukur dan mengenali
sumber keluhan otot skeletal tersebut di atas, terlihat bahwa masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, sebelum memilih dan
menetapkan metode yang akan digunakan,hendaknya dikaji terlebih dahulu
karakteristik dari aktivitas kerja yang diukur, selanjutnya barulah ditetapkan
metode yang cocok untuk kondisi dan karakteristik aktivitas kerja yang ada.
3.2. Postur Kerja
Pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat
membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur
kerja berdiri, duduk maupun postur kerja lainnya. Pada beberapa jenis pekerjaan
terdapat postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang
lama. Hal ini akan mengakibatkan keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk
bahkan cacat tubuh. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan
dengan postur tubuh saat bekerja :
a. Semaksimal mungkin mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan
postur membungkun dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam
jangka waktu yang lama.
b. Operator seharusnya tidak menggunakan jangkauan maksimum. Pengaturan
postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa alasan untuk melakukan pengukuran kerja operator, antara
lain :
a. Menentukan apakah postur kerja yang ada sekarang dapat diterima dari segi
kesehatan.
b. Membangun suatu dasar untuk mengevaluasi efektivitas perlakuan yang
diberikan.
c. Mengidentifikasi atribut-atribut pekerjaan yang berhubungan dengan postur
kerja yang buruk.
d. Evaluasi efektivitas perlakuan dengan membandingkannya dengan landasan
dasar yang tealah dibangun.
Hambatan dalam melakukan pengukuran postur kerja antara lain :
a. Pengukuran postur kerja memerlukan perekaman posisi sendi-sendi tubuh
secara simultan.
b. Sudut – sudut sendi dan posisi tubuh dapat berubah dengan cepat.
c. Ukuran tubuh mempengaruhi postur kerja seseorang.
d. Perlu dilakukan pengumpulan data postur dan data pekerjaan pada saat
bersamaan.
e. Patokan untuk membedakan postur yang dapat diterima atau yang tidak dapat
diterima sangat sedikit.
f. Pengumpulan data sangat memakan waktu.
Universitas Sumatera Utara
3.2.1. REBA
Metode pengukuran postur kerja yang digunakan pada penelitian ini
adalah REBA (Rapid Entire Body Assessment). REBA (Rapid Entire Body
Assessment) merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor risiko
gangguan tubuh keseluruhan. Untuk masing-masing tugas, dinilai faktor postur
tubuh dengan penilaian pada masing-masing grup yang terdiri atas 2 grup yaitu:
1. Grup A yang terdiri dari postur tubuh kiri dan kanan dari batang tubuh (trunk),
leher (neck), dan kaki (legs).
2. Grup B yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper
arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist).
Pada masing-masing grup diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu
pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan coupling.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA.
Grup A:
a. Batang tubuh (trunk)
Gambar 3.2. Postur Batang Tubuh REBA
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2. Skor Batang Tubuh REBA
Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1
+1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk
0-200 (ke depan dan belakang) 2 <-200 atau 20-600 3 >600 4
b. Leher (neck)
Gambar 3.3. Postur Leher REBA
Tabel 3.3. Skor Leher REBA
Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-200 1 +1 jika leher berputar/bengkok
>200-ekstensi 2
c. Kaki (legs)
Gambar 3.4. Postur Kaki REBA
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4.Skor Kaki REBA
Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi normal/seimbang
(berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-600
+2 jika lutut >600 Bertumpu pada satu kaki lurus 2
d. Beban (load)
Tabel 3.5. Skor Beban REBA
Pergerakan Skor Skor Pergerakan
<5 kg 0
+1 jika kekuatan cepat 5-10 kg 1
>10 kg 2
Grup B:
a. Lengan atas (upper arm)
Gambar 3.5. Postur Lengan Atas REBA
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.6. Skor Lengan Atas REBA
Pergerakan Skor Skor Perubahan
200 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik
+1 jika lengan berputar/bengkok
-1 miring, menyangga berat lengan
>200 (ke belakang) atau 20-450 2
45-900 3
>900 4
b. Lengan bawah (lower arm)
Gambar 3.6. Postur Lengan Bawah REBA
Tabel 3.7. Skor Lengan Bawah REBA
Pergerakan Skor
60-1000 1
<600 atau >1000 2
c. Pergelangan tangan (wrist)
Gambar 3.7. Postur Pergelangan Tangan REBA
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.8. Skor Pergelangan Tangan REBA
Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-150 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan putaran
menjauhi sisi tengah >150 (ke atas dan bawah) 2
d. Coupling
Tabel 3.9. Coupling
Coupling Skor Keterangan
Baik 0 Kekuatan pegangan baik
Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling
cocok dengan bagian tubuh
Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun
mungkin
Tidak dapat
diterima 3
Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak
ada pegangan atau kopling tidak sesuai
dengan bagian tubuh
Tabel 3.10. Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam
Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang
Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat
pada postur (tidak stabil)
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan level tindakan REBA, kita membutuhkan tambahan
data apakah akan menggunakan tubuh bagian kiri atau kanan. Berikut ini nilai
level tindakan REBA.
Tabel 3.11. Nilai Level Tindakan REBA
Skor REBA Level Risiko Level Tindakan Tindakan
1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan
2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan
4-7 Sedang 2 Perlu
8-10 Tinggi 3 Segera
11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga
3.3. Anthropometri
Perubahan waktu secara perlahan-lahan telah merubah manusia dari
keadaan primitif/tradisional menjadi manusia yang berbudaya/modern. Manusia
berusaha mengadaptasikan dirinya menurut situasi dan kondisi lingkungannya.
Hal ini terlihat pada perubahan rancangan peralatan yang dipergunakan manusia
untuk mempermudah pekerjaannya. Tujuan pokok manusia untuk selalu
mengadakan perubahan rancangan peralatan yang dipakai adalah untuk
memudahkan dan memberi kenyamanan dalam operasi penggunaannya. Dalam
sistem kerja, manusia berperan sentral yaitu: sebagai perencana, perancang,
pelaksana, pengendali, dan pengevaluasi sistem kerja yang bekerja secara
keseluruhan agar diperoleh hasil kerja yang baik. Ilmu yang mempelajari manusia
beserta perilakunya di dalam sistem kerja disebut Ergonomi.
Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasarkan sekedar common
sense (dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar, jika
Universitas Sumatera Utara
sekiranya suatu keuntungan yang besar bisa didapatkan hanya dengan sekedar
penerapan suatu prinsip yang sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus
dimana ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses
desain, akan tetapi masih banyak ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia.
Karakteristik fungsional dari manusia seperti kemampuan penginderaan, waktu
respon/tanggapan, daya ingat, posisi optimum tangan dan kaki untuk efisiensi
kerja otot, dan lain-lain merupakan suatu hal yang belum sepenuhnya dipahami
oleh masyarakat awam. Agar diperoleh suatu perancangan pekerjaan maupun
produk yang optimum bisa dilakukan dengan trial and error.
Di dalam ergonomi terdapat dua cabang ilmu yang mempunyai sasaran
penyelidikan tentang manusia, yaitu Biomekanika dan Anthropometri.
Biomekanika adalah aplikasi ilmu mekanika teknik untuk analisis sistem
kerangka-otot-manusia yang mempelajari manusia dari segi kemampuannya
seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan ketelitian. Sedangkan Anthropometri
menyelidiki manusia dari segi keadaan dan ciri-ciri fisiknya seperti dimensi linier,
volume, dan berat.
Anthropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah
satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh
manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk
penanganan masalah desain. Penerapan data anthropometri akan dapat dilakukan
jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya dari suatu
distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean
(rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya
sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah
sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama
dengan atau lebih rendah dari 5 persentil.
Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah sebagai berikut:
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai dengan kira-
kira umur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian ukuran
tubuh manusia akan berkurang setelah umur 60 tahun.
2. Jenis kelamin
Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada
dan pinggul. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada
wanita. Oleh karenanya data anthropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut
selalu disajikan secara terpisah.
3. Suku bangsa (Ethnic Variability)
Variasi akan terjadi karena pengaruh etnis. Meningkatnya jumlah migrasi dari
satu negara ke negara lain akan mempengaruhi anthropometri secara nasional.
4. Jenis Pekerjaan
Aktivitas manusia sehari-hari menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia.
Misalnya buruh dermaga atau pelabuhan harus mempunyai postur tubuh yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.
Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
Universitas Sumatera Utara
5. Pakaian
Karena terjadi perbedaan musim, pada musim dingin orang memakai pakaian
yang lebih tebal dan ukuran yang relatif lebih besar.
6. Faktor kehamilan pada wanita
Terjadi perbedaan dimensi tubuh yang signifikan antara wanita hamil dan tidak
hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan produk (APP) dan
analisis perancangan kerja (APK).
7. Cacat tubuh secara fisik
Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan
diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk
para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta
merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di
dalam pelayanan untuk masyarakat.
Postur yang baik merupakan kebutuhan dasar dalam merancang ruang
kerja. Gambar 3.8. menunjukkan sebuah kerangka kerja untuk kharakteristik
postur kerja, yang mengutamakan aturan 3(tiga) variabel dan utnuk lebih jelasnya
dapat juga dilhat pada Tabel 3.11. Kerangka kerja ini menekankan bahwa
merancang ergonomik pada sebuah parabot sangat dibutuhkan.
Tugas Pekerjaan
Postur Kerja
Perancangan Tempat Kerja Faktor-faktor Individu
Gambar 3.8. Segitiga Postural
Universitas Sumatera Utara
Postur kerja seseorang dihasilkan dari tugas pekerjaan, perancangan
tempat kerja dari karakteristik individu seperti ukuran tubuh, bentuk dan
pandangan. Pertimbangan untuk semua komponen dibutuhkan analisis postur dan
perancangan tempat kerja.
Tabel 3.12. Contoh Faktor-faktor yang Mempengaruhi Postur Kerja
No. Faktor Contoh
1. Karakteristik Pengguna Umum, Anthropometri, Berat Badan
Olah Raga
Pergerakan Sendi (Arah Gerakan)
Masalah Kerangka Otot
Luka Lama atau Ilmu Bedah
Pandangan, Ketangkasan, Kegemukan
2. Tugas Pekerjaan Tugas Penglihatan
Kebutuhan Manual (Kekuatan Posisi)
Perputaran Waktu, Periode Istirahat
Langkah Kerja
3. Perancangan Tempat Kerja Dimensi Duduk
Dimensi Permukaan Kerja
Rancangan Duduk
Dimensi Ruang Kerja (kepala, kaki,
betis), Privasi
Kualitas dan Tingkat Iluminasi
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap operator yang bekerja pada bagian boiler
di PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Sei Semayang yang memproduksi
gula. Pabrik Gula Sei Semayang berlokasi di Jl. Medan – Binjai Km. 12,5.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Januari
2010.
4.2. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci
aktifitas dan pekerjaan manusia dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan
rekomondasi – rekomondasi untuk keperluan masa yang akan datang.
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah hanya operator yang bekerja pada
bagian boiler di Pabrik Gula Sei Semayang.
Universitas Sumatera Utara
4.5. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri dari :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian
secara langsung di lapangan. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Wawancara pengantar dengan operator pada bagian boiler dan melakukan
pengamatan pendahuluan menggunakan Nordic Body Map.
b. Data-data elemen kegiatan operator pada bagian boiler.
c. Data Atropometri.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur dan
referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Studi literatur ini
juga bermanfaat sebagai landasan logika berpikir dalam menyelesaikan
masalah secara ilmiah. Selain itu juga data yang diperoleh dari perusahaan,
yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan, serta organisasi dan
manajemen serta data antropometri sekunder.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
pengumpulan data di lapangan. Instrumen penelitian yang dipergunakan di dalam
penelitian ini adalah :
1. Kamera Digital
Universitas Sumatera Utara
Berfungsi untuk memfoto sikap kerja para operator yang ada di bagian boiler.
2. Alat Tulis
Berfungsi untuk mencatat data – data yang diperlukan dalam pengolahan
data, seperti data fase kerja, beban kerja.
3. Kuisioner Standard Nordic Questionaire
Berfungsi untuk mengidentifikasi postur yang mengalami keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs)
4. Form isian PLIBEL untuk mengidentifikasi faktor-faktor ketegangan
musculoskeletal yang dapat menyebabkan dampak yang merugikan.
5. Human Body Martin untuk mengukur data antropometri.
4.6. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan di
lapangan untuk dapat melaksanakan penelitian yang telah direncanakan. langkah-
langkah yang ditempuh di dalam melaksanakan penelitian di lapangan adalah
sebagai berikut :
a. Melaksanakan studi literatur.
b. Melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
c. Mengidentifikasi permasalahan dan tujuan.
d. Mengidentifikasi keluhan musculoskeletal dengan menggunakan Standard
Nordic Questioner/SNQ.
e. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan ketegangan
musculoskeletal dengan menggunakan PLIBEL.
Universitas Sumatera Utara
f. Mengidentifikasi elemen-elemen kegiatan operator pada bagian boiler.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Block Diagram
prosedur penelitian pada Gambar 4.1. di bawah ini.
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Sasaran
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Gambar 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian
Universitas Sumatera Utara
4.7. Kerangka Pemecahan Masalah
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut :
Identifikasi Faktor-Faktor Ketegangan
Musculoskeletal
Identifikasi Keluhan MSDs (Musculoskeletal
Disorder)
Identifikasi Postur Kerja
Analisis Pembahasan Hasil
Kesimpulan
Saran
Alat : PLIBEL
Alat : SNQ
Alat : REBA
Gambar 4.2. Blok Diagram Kerangka Pemecahan Masalah
4.8. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan, kemudian diolah agar dapat digunakan
didalam penelitian. Pengolahan data dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur
dengan tahapan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Mengidentifikasi faktor-faktor ketegangan musculoskeletal dengan
menggunakan form PLIBEL.
b. Menentukan bagian tubuh yang mengalami keluhan Musculoskeletal
Disorder (MSDs) dengan menggunakan Standard Nordic Questioner (SNQ).
c. Mengidentifikasi postur kerja dengan menggunakan metode REBA.
4.9. Analisa Data
Di dalam tahapan ini akan dilakukan penganalisaan terhadap hasil
pengolahan data. Analisis dilakukan
1. Analisis keluhan MSDs.
2. Analisis beban kerja fisik.
3. Analisis pengaruh lingkungan fisik terhadap beban kerja.
4. Perbaikan alat bantu.
5. Perbaikan metode kerja berdasarkan alat bantu.
4.10. Kesimpulan dan Saran
Pada proses analisis data yang tealah dilakukan akan diperoleh kesimpulan
berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian yang harus
dicapai. Berdasarkan kesimpulan, maka diuraikan saran lebih lanjut yang
bermanfaat bagi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan dan memberikan
kuisioner kepada operator bagian boiler, dari pengumpulan data didapatkan data
sebagai berikut :
5.1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Form Isian PLIBEL
Di bawah ini dapat dilihat hasil dari data form isian PLIBEL untuk dapat
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketegangan musculoskeletal.
Tabel 5.1. Form PLIBEL
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai. 2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko cedera musculoskeletal
Bagian-bagian Tubuh
Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas
Siku, Lengan Bawah, dan Tangan
Kaki Lutut dan Pinggul
Punggung Bagian Bawah
Tabel 5.1. Form PLIBEL (Lanjutan)
1: Apakah permukaan berjalan tidak seimbang, miring, tidak berpegas/ulet atau licin?
X X X
2: Apakah ruang terlalu terbatas untuk pergerakan kerja atau material kerja?
X X X X X
3: Apakah perkakas dan peralatan dirancang X V X X X
Universitas Sumatera Utara
tidak sesuai untuk pekerja atau pekerjaan? 4: Apakah tinggi kerja tidak sesuai?
X X
5: Apakah kursi kerja dirancang kurang baik atau tidak sesuai?
X X
6: Jika pekerjaan dilakukan dengan berdiri, apakah tidak ada kemungkinan untuk duduk dan beristirahat?
V V X
7: Apakah kelelahan pada pijakan kaki terjadi?
X X
8: Apakah kelelahan kaki pada saat bekerja terjadi? Seperti:...
a) Pijakan yang berulang pada bangku, langkah, dll.
X X X
b) Lompatan-lompatan yang berulang, berjongkok lama atau berlutut?
X X X
c) Satu kaki digunakan lebih sering untuk menyokong tubuh?
V V V
9: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada saat punggung:
a) Agak bungkuk ke depan?
V V
b) Sangat bungkuk ke depan?
V V
c) Bengkok menyamping atau agak membelit?
X X
Tabel 5.1. Form PLIBEL (Lanjutan)
10: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada leher:
a) Bungkuk ke depan?
V
b) Bengkok menyamping atau agak membelit?
X
c) Sangat membelit?
X
d) Lurus ke belakang?
X
11: Apakah beban diangkat secara manual?
Universitas Sumatera Utara
Catatan faktor-faktor yang penting: a) Periode pengangkatan yang berulang
X X
b) Berat dari beban
X X
c) Genggaman yang tidak alami pada beban
X X
d) Lokasi yang tidak alami pada beban di awal atau akhir pengangkatan
X X
e) Pengangkatan melebihi tinggi lengan bawah
V X
f) Pengangkatan di bawah tinggi lutut
X X
g) Pengangkatan di atas bahu
X X
12: Apakah pekerjaan berulang, pengangkatan yang tidak nyaman, mendorong atau menarik beban terjadi?
V V X
13: Apakah pekerjaan terjadi pada saat salah satu lengan menjangkau ke depan atau ke samping tanpa sokongan?
V
14: Adakah terdapat pengulangan pada:
a) Gerakan-gerakan kerja yang serupa?
V V
b) Gerakan-gerakan kerja yang serupa melebihi jarak jangkauan yang nyaman?
V V
15: Apakah pekerjaan manual yang berulang terjadi? Faktor-faktor yang penting seperti:
Tabel 5.1. Form PLIBEL (Lanjutan)
a) Berat/beban dari material kerja atau perkakas
X V
b) Genggaman yang tidak alami pada material kerja atau perkakas
X X
16: Apakah ada tuntutan yang tinggi untuk kapasitas visual?
V
17: Apakah pengulangan kerja dengan lengan bawah dan tangan terjadi dengan:
a) Gerakan-gerakan membelit?
X
Universitas Sumatera Utara
b) Gerakan-gerakan yang kuat?
V
c) Posisi tangan yang tidak nyaman?
X
d) Saklar atau papan tombol?
X
Skor Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal
Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas
Siku, Lengan Bawah, dan Tangan
Kaki Lutut dan Pinggul
Punggung Bagian Bawah
Jumlah 9 6 2 2 3 Persentase 25 % 16,67 % 5,56 % 5,56 % 8,33 %
Tabel 5.2. Form PLIBEL Pada Pengamatan di Stasiun Gudang Ampas
Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi 18: Apakah tidak ada kemungkinan untuk istirahat dan berhenti?
X
19: Apakah tidak ada kemungkinan untuk memilih pesanan dan jenis pekerjaan atau langkah pekerjaan?
X
20: Apakah pekerjaan dilakukan di bawah waktu pesanan atau stres psikologi?
X
21: Dapatkah pekerjaan memiliki situasi yang tidak biasa atau diharapkan?
V
22. Di bawah ini apakah terjadi: a) Dingin X b) Panas V c) Aliran udara X d) Bising X e) Masalah kondisi visual X f) Hentakan, goncangan, atau getaran X
Universitas Sumatera Utara
Skor Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi Jumlah 2 Persentase 20 %
Tabel 5.2. Form PLIBEL Pada Pengamatan di Stasiun Dapur Boiler
(Lanjutan)
Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi 18: Apakah tidak ada kemungkinan untuk istirahat dan berhenti?
X
19: Apakah tidak ada kemungkinan untuk memilih pesanan dan jenis pekerjaan atau langkah pekerjaan?
X
20: Apakah pekerjaan dilakukan di bawah waktu pesanan atau stres psikologi?
X
21: Dapatkah pekerjaan memiliki situasi yang tidak biasa atau diharapkan?
V
22. Di bawah ini apakah terjadi: a) Dingin X b) Panas V c) Aliran udara V d) Bising V e) Masalah kondisi visual V f) Hentakan, goncangan, atau getaran V
Skor Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi Jumlah 6 Persentase 60 %
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Form PLIBEL Pada Pengamatan di Stasiun Pengontrolan/Control
Panel (Lanjutan)
Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi 18: Apakah tidak ada kemungkinan untuk istirahat dan berhenti?
X
19: Apakah tidak ada kemungkinan untuk memilih pesanan dan jenis pekerjaan atau langkah pekerjaan?
X
20: Apakah pekerjaan dilakukan di bawah waktu pesanan atau stres psikologi?
X
21: Dapatkah pekerjaan memiliki situasi yang tidak biasa atau diharapkan?
V
22. Di bawah ini apakah terjadi: a) Dingin X b) Panas X c) Aliran udara X d) Bising X e) Masalah kondisi visual V f) Hentakan, goncangan, atau getaran X
Skor Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi Jumlah 2 Persentase 20 %
5.2. Pengumpulan dan Pengolahan Data Standard Nordic Questioner
Penyebaran kuisioner SNQ ini dilakukan hanya pada operator bagian
boiler di setiap stasiun kerja yang ada. Pada bagian boiler terdapat tiga stasiun
kerja yang terdiri dari, stasiun gudang ampas, stasiun dapur boiler, stasiun
pengawasan/control panel. Di bawah ini dapat dilihat tabel Standard Nordic
Questioner yang digunakan di dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Standard Nordic Questioner
No Jenis Keluhan TINGKAT KELUHAN
Tidak Sakit
Agak Sakit Sakit Sangat
Sakit 0 Sakit kaku di leher
bagian atas
1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah
2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah
kiri
13 Sakit pada lengan bawah kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan
16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan
kaki kiri
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan
Dari kuisioner Standard Nordic diperoleh hasil rekapitulasi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Keterangan Dari No Item/Bagian Tubuh Pada Rekapitulasi
Kuisioner Standard Nordic
No Bagian Tubuh 0 Leher bagian atas 1 Leher bagian bawah 2 Bahu kiri 3 Bahu kanan 4 Lengan atas kiri 5 Pinggang 6 Lengan atas kanan 7 Punggung 8 Bokong 9 Pantat 10 Siku kiri 11 Siku kanan 12 Lengan bawah kiri 13 Lengan bawah kanan 14 Pergelangan tangan kiri 15 Pergelangan tangan kanan 16 Tangan kiri 17 Tangan kanan 18 Paha kiri 19 Paha kanan 20 Lutut kiri 21 Lutut kanan 22 Betis kiri 23 Betis kanan 24 Pergelangan kaki kiri 25 Pergelangan kaki kanan 26 Kaki kiri 27 Kaki kanan
Dari hasil rekapitulasi dari Standard Nordic Questioner dapat diketahui
bahwa keluhan musculoskeletal (MSDs) terbesar dialami pada operator bagian
dapur boiler.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Postur Kerja Dengan Menggunakan
Metode REBA.
Data-data yang diperlukan dalam pengolahan postur kerja adalah data
setiap elemen-elemen kerja operator pada bagian boiler,dimana stasiun yang
terpilih berdasarkan identifikasi menggunakan Standard Nordic Questioner
adalah stasiun dapur boiler.
5.3.1.Identifikasi Elemen-Elemen Kerja Pada Stasiun Dapur Boiler yang
Dikerjakan Secara Manual
Elemen-elemen kerja pada stasiun dapur boiler yang dikerjakan secara
manual antara lain adalah :
1. Pengontrolan pengapian/pembakaran pada dapur boiler.
2. Perataan bahan bakar pada tungku dapur boiler.
3. Mengatur bahan bakar ampas ke dapur boiler.
4. Membuka keran blow down yang berada di lower drum.
5. Pembersihan pipa luar pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler.
5.3.2. Identifikasi Postur Kerja Operator Pada Stasiun Kerja Dapur Boiler
Identifikasi postur kerja operator dilakukan dengan cara mengamati secara
langsung postur kerja operator pada saat melakukan kegiatan – kegiatan di dalam
fase – fase dari operasi pada bagian boiler di Pabrik Gula Sei Semayang
Perkebunan Nusantara II. Postur kerja dari operator pada bagian boiler pada saat
melakukan kegiatan operasinya dapat dilihat pada gambar – gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1. Pengontrolan Pengapian/Pembakaran pada Dapur Boiler
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2. Perataan Bahan Bakar pada Tungku Dapur Boiler
Gambar 5.3. Mengatur Bahan Bakar Ampas ke Dapur Boiler
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.4.Membuka Keran Blow Down yang Berada di Lower Drum
Gambar 5.5. Pembersihan Pipa Luar Dengan Cara Mengoperasikan
Soot Boiler
Universitas Sumatera Utara
5.3.3. Penilaian Postur Kerja Operator Dengan Menggunakan Metode REBA
1. Pengontrolan pengapian/pembakaran pada dapur boiler.
Gambar 5.6. Pengontrolan Pengapian/Pembakaran Pada Dapur Boiler
Dari gambar yang diamati maka dapat dilakukan penilaian postur kerja
berdasarkan metode REBA sebagai berikut :
Grup A :
a. Batang Tubuh (Trunk)
Tabel 1. Skor batang tubuh (Truck) Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-20°
(ke depan maupun ke belakang)
2
b. Leher (Neck)
Tabel 2. Skor Leher (neck) Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-20° 1
Universitas Sumatera Utara
c. Kaki (Legs)
Tabel 3. Skor Kaki (legs) Pergerakan Skor Skor Perubahan
Bertumpu pada satu kaki lurus 2 +2
d. Beban (Load)
Tabel 4. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan
< 5 kg 0
Group B : a. Lengan Atas (Upper arm)
Tabel 5. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
45-90º 3
b. Lengan Bawah (Lower arm)
Tabel 6. Skor Lengan Bawah (Lower arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
<60 atau >100º 2
c. Pergelangan Tangan (Wrist)
Tabel 7. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-15º 1
d. Coupling
Tabel 8. Coupling Coupling Skor Skor Perubahan
Baik 0 Kekuatan pegangan baik
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur Statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam
Pengaruh otot = 1
TABEL A Trunk
1 2 3 4 5
Neck Legs
1
1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 3
2
1 1 3 4 5 6
2 2 4 5 6 7
3 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9
3
1 3 4 5 6 7
2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
4 6 7 8 9 9
Universitas Sumatera Utara
TABEL B
Upper Arm
1 2 3 4 5 6
Lower Arm Wrist
1
1 1 1 3 4 5 7
2 2 2 4 5 7 8
3 3 3 5 5 8 8
2
1 1 2 4 5 7 8
2 2 3 5 5 8 9
3 3 4 5 7 8 9
TABEL C
SCORE A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
SCORE B
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 5 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Universitas Sumatera Utara
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Tabel 10. Skor Aktivitas Posisi Statis Pengulangan Ketidakstabilan
+1 +1 +1
Nilai Reba = 3 + 1 + 2 = 5
Tabel Nilai Level Tindakan REBA Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
4-7 Sedang 2 Perlu
2. Perataan bahan bakar pada tungku dapur boiler
Gambar 5.7.Perataan Bahan Bakar Pada Tungku Dapur Boiler
Grup A :
a. Batang Tubuh (Trunk)
Tabel 1. Skor batang tubuh (Truck) Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-20°
(ke depan maupun ke belakang)
2
Universitas Sumatera Utara
b. Leher (Neck)
Tabel 2. Skor Leher (neck) Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-20° 1
c. Kaki (Legs)
Tabel 3. Skor Kaki (legs) Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi Normal 1 +1 jika lutut antara 30-60°
d. Beban (Load)
Tabel 4. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan
< 5 kg 0
Group B : e. Lengan Atas (Upper arm)
Tabel 5. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
45-90º 3
f. Lengan Bawah (Lower arm)
Tabel 6. Skor Lengan Bawah (Lower arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
60-100º 1
g. Pergelangan Tangan (Wrist)
Tabel 7. Skor Pergelangan Tangan (Wrist)
Universitas Sumatera Utara
Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-15º 1
h. Coupling
Tabel 8. Coupling Coupling Skor Skor Perubahan
Baik 0 Kekuatan pegangan baik
Tabel 9. Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur Statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam
Pengaruh otot = 1
TABEL A Trunk
1 2 3 4 5
Neck Legs
1
1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 3
2
1 1 3 4 5 6
2 2 4 5 6 7
3 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9
1 3 4 5 6 7
2 3 5 6 7 8
Universitas Sumatera Utara
3
3 5 6 7 8 9
4 6 7 8 9 9
TABEL B
Upper Arm
1 2 3 4 5 6
Lower Arm Wrist
1
1 1 1 3 4 5 7
2 2 2 4 5 7 8
3 3 3 5 5 8 8
2
1 1 2 4 5 7 8
2 2 3 5 5 8 9
3 3 4 5 7 8 9
TABEL C SCORE A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
SCORE B
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 5 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Universitas Sumatera Utara
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Tabel 10. Skor Aktivitas Posisi Statis Pengulangan Ketidakstabilan
+1 +1 +1
Nilai Reba = 2 + 1 + 1 = 4
Tabel Nilai Level Tindakan REBA Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
4-7 Sedang 2 Perlu
3. Mengatur bahan bakar ampas ke dapur boiler
Gambar.5.8.Pengaturan Bahan Bakar Ampas ke Dapur Boiler
Universitas Sumatera Utara
Grup A :
a. Batang Tubuh (Trunk)
Tabel 1. Skor batang tubuh (Truck) Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-20°
(ke depan maupun ke belakang)
2
b. Leher (Neck)
Tabel 2. Skor Leher (neck) Pergerakan Skor Skor Perubahan
>20°-ekstensi 2
c. Kaki (Legs)
Tabel 3. Skor Kaki (legs) Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi Normal 1
d. Beban (Load)
Tabel 4. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan
< 5 kg 0
Group B : e. Lengan Atas (Upper arm)
Tabel 5. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
Universitas Sumatera Utara
>90° 4
f. Lengan Bawah (Lower arm)
Tabel 6. Skor Lengan Bawah (Lower arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
<60° atau >100º 2
g. Pergelangan Tangan (Wrist)
Tabel 7. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) Pergerakan Skor Skor Perubahan
>15º (ke atas maupun ke bawah)
2
h. Coupling
Tabel 8. Coupling Coupling Skor Skor Perubahan
Baik 0 Kekuatan pegangan baik
Tabel 9. Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur Statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam
Pengaruh otot = 1
Universitas Sumatera Utara
TABEL A
Trunk
1 2 3 4 5
Neck Legs
1
1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 3
2
1 1 3 4 5 6
2 2 4 5 6 7
3 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9
3
1 3 4 5 6 7
2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
4 6 7 8 9 9
TABEL B
Upper Arm
1 2 3 4 5 6
Lower Arm Wrist
1
1 1 1 3 4 5 7
2 2 2 4 5 7 8
Universitas Sumatera Utara
3 3 3 5 5 8 8
2
1 1 2 4 5 7 8
2 2 3 5 5 8 9
3 3 4 5 7 8 9
TABEL C SCORE A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
SCORE B
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 5 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Tabel 10. Skor Aktivitas Posisi Statis Pengulangan Ketidakstabilan
+1 +1 +1
Nilai Reba = 4 + 1 = 5
Tabel Nilai Level Tindakan REBA
Universitas Sumatera Utara
Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
4-7 Sedang 2 Perlu
4. Membuka keran blow down yang berada di lower drum
Gambar 5.9. Membuka Keran Blow Down yang Berada di Lower Drum
Grup A :
a. Batang Tubuh (Trunk)
Tabel 1. Skor batang tubuh (Truck) Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-20°
(ke depan maupun ke belakang)
2 +1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk
b. Leher (Neck)
Tabel 2. Skor Leher (neck) Pergerakan Skor Skor Perubahan
0-20° 1
Universitas Sumatera Utara
c. Kaki (Legs)
Tabel 3. Skor Kaki (legs) Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi Normal 1
d. Beban (Load)
Tabel 4. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan
< 5 kg 0
Group B : e. Lengan Atas (Upper arm)
Tabel 5. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
>20° (kebelakang) atau 20-45°
2
f. Lengan Bawah (Lower arm)
Tabel 6. Skor Lengan Bawah (Lower arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
60° -100º 1
g. Pergelangan Tangan (Wrist)
Tabel 7. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) Pergerakan Skor Skor Perubahan
>15º (ke atas maupun ke bawah)
2
h. Coupling
Tabel 8. Coupling
Universitas Sumatera Utara
Coupling Skor Skor Perubahan
Baik 0 Kekuatan pegangan baik
Tabel 9. Skor Aktivitas Aktivitas Skor Keterangan
Postur Statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam
Pengaruh otot = 1
TABEL A
Trunk
1 2 3 4 5
Neck Legs
1
1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 3
2
1 1 3 4 5 6
2 2 4 5 6 7
3 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9
1 3 4 5 6 7
2 3 5 6 7 8
Universitas Sumatera Utara
3
3 5 6 7 8 9
4 6 7 8 9 9
TABEL B
Upper Arm
1 2 3 4 5 6
Lower Arm Wrist
1
1 1 1 3 4 5 7
2 2 2 4 5 7 8
3 3 3 5 5 8 8
2
1 1 2 4 5 7 8
2 2 3 5 5 8 9
3 3 4 5 7 8 9
TABEL C SCORE A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
Universitas Sumatera Utara
SCORE B
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 5 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Tabel 10. Skor Aktivitas Posisi Statis Pengulangan Ketidakstabilan
+1 +1 +1
Nilai Reba = 2 +1+1 = 4
Tabel Nilai Level Tindakan REBA Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
4-7 Sedang 2 Perlu
5. Pembersihan pipa luar pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.10.Pembersihan Pipa Luar Pada Boiler Dengan Cara
Mengoperasikan Soot Boiler
Grup A :
a. Batang Tubuh (Trunk)
Tabel 1. Skor batang tubuh (Truck) Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi Normal (tegak lurus) 1
b. Leher (Neck)
Tabel 2. Skor Leher (neck) Pergerakan Skor Skor Perubahan
>20°-ekstensi 2
c. Kaki (Legs)
Tabel 3. Skor Kaki (legs) Pergerakan Skor Skor Perubahan
Bertumpu pada satu kaki lurus 2
d. Beban (Load)
Tabel 4. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan
< 5 kg 0
Group B : e. Lengan Atas (Upper arm)
Tabel 5. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
>90° 2 + 1 jika bahu naik
Universitas Sumatera Utara
f. Lengan Bawah (Lower arm)
Tabel 6. Skor Lengan Bawah (Lower arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan
<60° atau >100º 2
g. Pergelangan Tangan (Wrist)
Tabel 7. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) Pergerakan Skor Skor Perubahan
>15º (ke atas maupun ke bawah)
2
h. Coupling
Tabel 8. Coupling Coupling Skor Skor Perubahan
Baik 0 Kekuatan pegangan baik
Tabel 9. Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur Statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam
Pengaruh otot = 1
TABEL A Trunk
1 2 3 4 5
Neck Legs
1
1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
Universitas Sumatera Utara
4 4 5 6 7 3
2
1 1 3 4 5 6
2 2 4 5 6 7
3 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9
3
1 3 4 5 6 7
2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
4 6 7 8 9 9
TABEL B
Upper Arm
1 2 3 4 5 6
Lower Arm Wrist
1
1 1 1 3 4 5 7
2 2 2 4 5 7 8
3 3 3 5 5 8 8
2
1 1 2 4 5 7 8
2 2 3 5 5 8 9
3 3 4 5 7 8 9
TABEL C
SCORE A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
Universitas Sumatera Utara
SCORE B
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 5 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Tabel 10. Skor Aktivitas Posisi Statis Pengulangan Ketidakstabilan
+1 +1 +1
Nilai Reba = 2 +1+1 = 4
Tabel Nilai Level Tindakan REBA Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
4-7 Sedang 2 Perlu
Berdasarkan hasil penilaian postur kerja, diperoleh bahwasanya kegiatan
yang ada pada bagian dapur boiler mengalami level resiko sedang dan perlu
dilakukan perbaikan pada postur kerjanya. untuk memperbaiki postur kerja
operator, maka diperlukan fasilitas kerja dimana fasilitas kerja yang dibutuhkan
adalah alat bantu berupa tuas yang akan digunakan untuk membantu kegiatan
dalam pengaturan bahan bakar ampas yang masuk ke dapur boiler dan kegiatan
pembersihan pipa luar boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler. Adapun
Universitas Sumatera Utara
fungsi dari alat bantu ini adalah digunakan untuk meringankan beban,
mempermudah suatu pekerjaan pada stasiun dapur boiler.
Berdasarkan fasilitas kerja yang telah diusulkan untuk memperbaiki
postur kerja, maka diperoleh dimensi tubuh yang sesuai dengan perancangan
fasilitas kerjanya yaitu dimesnsi tubuh berupa tinggi siku berdiri dan lebar tangan
yang dapat dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini.
Tabel 5.6. Data Dimensi Tubuh Operator
No TSB (cm)
LT (cm)
1 107 7,13 2 106 7,35 3 109 7,50 4 105 6,87 5 102 6,20 6 109 7,42 7 108 7,00 8 112 6,83 9 115 6,87 10 113 7,35 11 105 6,50 12 106 7,01 13 105 7,13 14 105 7,47 15 105 6,70 16 105 7,10 17 106 6,93 18 105 7,50 19 108 7,30 20 110 6,84 21 116 6,80 22 115 7,02 23 120 7,07
Universitas Sumatera Utara
24 112 6,73 25 115 7,30 26 115 7,00 27 112 7,63 28 114 6,81 29 115 7,13 30 116 7,50
Selanjutnya dilakukan pengolahan data dimensi tubuh untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan pada perancangan fasilitas. Adapun tahapan pengolahan datanya
adalah sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata
nX
nXXX
X nn ∑=+++=
....21
Dimana : n = banyaknya pengamatan
ΣXn = total n pengamatan
X = X rata-rata
Contoh :
Nilai rata-rata untuk data TSB adalah :
30
116...106107 +++=X = 109,87
2. Nilai standar deviasi
Untuk menentuan nilai standar deviasi pada masing-masing pengukuran
dapat ditentukan dengan rumus seperti di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
σ = 1
)( 2
−
−∑n
XXi = 4,70
3. Nilai maksimum dan minimum
Nilai maksimum dan minimum adalah nilai terbesar dan terkecil pada data
hasil pengukuran setelah data tersebut diurutkan.
contoh : Nilai maksimum = 120, Nilai minimum = 102
4. Uji Keseragaman Data
Kemudian dilakukan pengujian keseragaman data. Uji keseragaman data
digunakan untuk pengendalian proses bagian data yang ditolak atau tidak seragam
karena tidak memenuhi spesifikasi. Apabila dalam satu pengukuran terdapat satu
jenis atau lebih data yang tidak seragam maka data tersebut akan langsung ditolak
dan dilakukan revisi data yang tidak seragam dengan cara membuang data yang
out of control tersebut dan melakukan perhitungan kembali. Pada percobaan ini
digunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%.
Untuk menguji keseragaman data digunakan peta kontrol dengan
persamaan berikut : σ2+= XBKA σ2−= XBKB
Jika X min > BKB dan Xmax < BKA maka Data Seragam
Jika X min < BKB dan Xmax > BKA maka Data Tidak Seragam
Contoh :
Hasil uji keseragaman data adalah :
Universitas Sumatera Utara
)7,4(287,1092 +=+= σXBKA = 119,26 cm
)7,4(287,1092 −=−= σXBKB = 100,48 cm
5. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisis jumlah pengukuran
apakah sudah representatif, dimana tujuannya untuk membuktikan bahwa data
sampel yang diambil sudah mewakili populasi.
Untuk uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat
keyakinan 95% digunakan persamaan :
( )
22240
'
−=
∑∑ ∑
XXXN
N
Jika, N’<N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan
N`>N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan.
Kesimpulan: N’ = 2,61< Ndata = 30
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan telah mencukupi untuk
dilakukan perancangan produk.
Untuk mengetahui hasil perhitungan pada data yang lainya dapat dilihat
pada Tabel 5.7.berikut ini.
Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Data Dimensi Tubuh
No TSB (cm)
LT (cm)
1 107 7,13 2 106 7,35 3 109 7,5 4 105 6,87
Universitas Sumatera Utara
5 102 6,2 6 109 7,42 7 108 7 8 112 6,83 9 115 6,87 10 113 7,35 11 105 6,5 12 106 7,01 13 105 7,13 14 105 7,47 15 105 6,7 16 105 7,1 17 106 6,93 18 105 7,5
Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Data Dimensi Tubuh (Lanjutan)
No TSB (cm)
LT (cm)
19 108 7,3 20 110 6,84 21 116 6,8 22 115 7,02 23 120 7,07 24 112 6,73 25 115 7,3 26 115 7 27 112 7,63 28 114 6,81 29 115 7,13 30 116 7,5
Jumlah 3296,00 211,99 Rata-rata 109,87 7,07 X max 120,00 7,63 X min 102,00 6,20 Std. Deviasi 4,70 0,33 BKA 119,26 7,72 BKB 100,48 6,41 Ket. Seragam Seragam N 30,00 30,00 N' 2,61 3,08 Ket. Cukup Cukup
6. Uji Kenormalan Data dengan Chi-Square
Universitas Sumatera Utara
Salah satu syarat penggunaan data antropometri yang akan diaplikasikan
pada perancangan fasilitas untuk populasi tertentu adalah data harus berdistribusi
normal, sehingga perlu dilakukan uji normalitas. Pada penelitian ini pengujian
kenormalan data dilakukan dengan metode Chi-Square menggunakan software
SPSS 17.0 for windows. Metode Chi-Square digunakan karena data antropometri
yang digunakan adalah data parametrik yang dapat diketahui nilai
parameter/statistik data (rata-rata, standar deviasi, dan sebagainya), merupakan
data kontiniu (hasil pengukuran), dan ukuran sampel memenuhi (30 sampel)
sehingga metode Chi-Square dapat digunakan untuk melakukan uji kenormalan
data. Hasil seluruh pengujian dinyatakan normal karena chi kuadrat (X2) hitung <
chi kuadrat (X2) tabel. Pengujian kenormalan data dapat dilihat pada lampiran dan
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini.
Tabel 5.8. Uji Kenormalan Data dengan Chi-Square
No Dimensi Chi kuadrat (X2) hitung Keterangan
1 TSB 17,67 Normal 2 LT 6,667 Normal
7. Penetapan Prinsip Perancangan
Data antropometri digunakan sebagai data untuk perancangan fasilitas
kerja. Tiga prinsip antropometri yang digunakan dalam perancangan suatu produk
adalah :
1. Prinsip penggunaan data antropometri yang ekstrem
2. Prinsip penggunaan data antropometri rata-rata
3. Prinsip penggunaan data antropometri yang dapat disesuaikan.
Universitas Sumatera Utara
Adapun penetapan prinsip perancangan yang disunakan untuk penetapan data
antropometri yang akan digunakan dalan perancangan fasilitas kerja adalah dapat
dilihat pada Tabel 5.9 berikut ini.
Tabel 5.9. Penetapan Ukuran yang Digunakan Untuk Perancangan Fasilitas
No Dimensi yang Digunakan
Prinsip Perancangan yang digunakan
Data yang Digunakan (cm)
1 TSB Ekstrim kecil 102 2 LT Ekstrim besar 7,63 ≈ 8
5.4. Data Suhu Ruangan Dan Denyut Nadi Operator
Data suhu ruangan dan denyut nadi operator diukur dalam waktu yang
bersamaan. Adapun data suhu ruangan dan denyut nadi operator dapat dilihat pada
Tabel 5.10 berikut ini.
Tabel 5.10. Data Suhu Ruangan dan Denyut Nadi operator
No Stasiun Suhu
ruangan (0C)
Operator Denyut
nadi (dpm)
Usia Jenis kelamin
1 Gudang Ampas 30,2 1 113 46 Laki-Laki 2 118 40 Laki-Laki
2 Dapur Boiler 38,7 1 127 27 Laki-laki 2 127 28 Laki-laki 3 125 30 Laki-laki
3 Pengawasan/Contol Panel 28,5 1 95 37 Laki-laki 2 90 39 Laki-laki
5.5. Penilaian Beban Kerja Fisik Berdasarkan Denyut Nadi Operator
Penilaian beban kerja fisik dapat ditinjau dari konsumsi energi yang
dikeluarkan. Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk
hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Y = 1,0841 – 0,229038 X + 4,71733x10-4 X2
Dimana:
Y = Energi (kcal/menit)
X = Denyut Jantung (denyut/menit)
Untuk penilaian beban kerja berdasarkan enegi yang dikeluarkan adalah sebagai
berikut:
Beban kerja ringan : 100 – 200 Kilo kalori/jam
Beban kerja sedang : > 200 – 350 Kilo kalori/jam
Beban kerja berat : > 350 – 500 Kilo kalori/jam
Sebagai contoh, untuk operator pada stasiun gudang ampas:
X = 113 dpm
Y = 1,0841 – 0,229038 (113) – 4.71733x10-4 (113)2
Y = 4,52 kkal/menit
Y = 271,17 kkal/jam
Termasuk pada beban kerja ringan
Untuk hasil perhitungan beban kerja operator lainnya dapat dilihat pada
Tabel 5.11 berikut ini.
Tabel 5.11. Beban Kerja yang Dialami Operator
Stasiun Operator Denyut Nadi
(dpm)
Y (kkal/menit)
Y (kkal/jam)
Beban Kerja
Gudang Ampas 1 113 4,52 271,17 Sedang 2 118 4,95 296,99 Sedang
Dapur Boiler 1 127 5,78 347,03 Sedang 2 127 5,78 347,03 Sedang 3 125 5,59 335,52 Sedang
Pengawasan/Control Panel
1 95 3,17 189,94 Ringan 2 90 2,84 170,63 Ringan
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Keluhan Musculoskeletal (MSDs) Pada Operator Bagian Boiler
Berdasarkan dari hasil pengamatan dengan menggunakan PLIBEL maka
didapatkan stasiun kerja yang paling banyak mengalami keluhan Musculoskeletal
(MSDs) yaitu pada stasiun dapur boiler, sedangkan berdasarkan penilaian dengan
menggunakan Standard Nordic Questioner didapatkan stasiun kerja yang paling
banyak mengalami keluhan musculoskeletal yaitu stasiun kerja dapur boiler.
Keluhan-keluhan yang dialami oleh operator berdasarkan pengamatan
menggunakan PLIBEL dengan persentase yang paling besar adalah bagian
leher,bahu,punggung bagian atas sebesar 25 %, kemudian bagian siku, lengan
bawah, dan tangan sebesar 16,67 % dan bagian tubuh lainnya seperti
kaki,lutut,pinggul besar sebesar 5,56 %. Keluhan-keluhan yang didapat
berdasarkan pengamatan dengan menggunakan SNQ adalah terdapat pada bagian
leher, lengan, punggung, tangan, dan kaki.
Universitas Sumatera Utara
Pada stasiun kerja yang terpilih yaitu stasiun dapur boiler terdapat lima
elemen kerja, dimana dari kelima elemen kerja tersebut didapat dua elemen kerja
yang perlu diperbaiki berdasarkan penilaian postur kerja REBA. Elemen kerja
tersebut adalah elemen kerja pada saat pengaturan bahan bakar ke dapur boiler
dan pembersihan pipa luar pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler.
Perbaikan yang dilakukan adalah dengan cara penambahan fasilitas kerja untuk
kedua kegiatan tersebut, sedangkan identifikasi berdasarkan PLIBEL dapat
diketahui bagian tubuh yang meyebabkan keluhan musculuskeletal diantaranya
adalah bagian leher,bahu,punggung bagian atas sebesar 25 %, bagian siku, lengan
bawah, dan tangan sebesar 16,67 %, bagian kaki,lutut, dan pinggul sebesar 5,56 %
sedangkan untuk bagian punggung bagian bawah sebesar 8,33 %. Untuk
identifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan lingkungan/organisasi
didapatkan stasiun kerja yang paling mempunyai pengaruh besar terhadap
lingkungan/organisasi yaitu stasiun kerja dapur boiler sebesar 60%.
6.2. Analisis Kelelahan Fisik Operator Bagian Boiler Berdasarkan Kegiatan
Fisiologi
Berdasarkan pengumpulan denyut nadi yang dilakukan secara bersama-
sama terhadap ketujuh orang operator didapat jumlah kebutuhan kalori dari
masing-masing operator tersebut. Dari perhitungan jumlah kalori setiap operator
diketahui bahwa beban kerja yang dialami oleh operator tersebut masih termasuk
dalam beban kerja sedang. Kebutuhan kalori kerja sangat ditentukan dengan jenis
aktivitas kerja yang dilakukan atau berat ringannya pekerjaan. Selain berat
Universitas Sumatera Utara
ringannya pekerjaan itu sendiri,juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat
bekerja,cara dan sikap kerja serta stasiun kerja yang digunakan selama bekerja.
Berdasarkan penilaian PLIBEL diketahui stasiun kerja dapur boiler mempunyai
pengaruh besar terhadap lingkungan/organisasi sebesar 60 %. Salah satu faktor
lingkungan yang mempengaruhi kebutuhan kalori operator adalah temperatur di
lingkungan dapur boiler dengan suhu ruangan 38,7° Celcius.
6.3. Perbaikan Postur Kerja dan Fasilitas Kerja
Dari penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA dapat
dilihat elemen-elemen kerja yang perlu dilakukan perbaikan terhadap postur kerja
operator. Perbaikan ini dilakukan dengan cara menambah fasilitas kerja operator
untuk kegiatan pengaturan bahan bakar dan pembersihan pipa luar boiler. Data
antropometri yang diperlukan untuk membuat fasilitas kerja ini adalah Tinggi
Siku Berdiri (TSB) dan Lebar Tangan (LT) dimana fasilitas kerja yang akan
dibuat adalah berupa tuas penggulung yang berfungsi untuk mempermudah
pekerjaan operator dalam menarik beban kerja sehingga keluhan musculoskeletal
dapat berkurang. Gambar tuas penggulung dapat dilihat pada Gambar 6.1. berikut
ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.1. Tuas Penggulung Dua Dimensi
6.4. Perancangan Metode Kerja Usulan Berdasarkan Fasilitas Kerja Usulan
Setelah dilakukan perancangan alat bantu kerja operator berupa tuas
penggulung, dapat dilihat perbedaan postur kerja operator dalam melakukan
pekerjaan sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan metode kerja. Sebelum
dilakukan perbaikan metode kerja operator saat melakukan pekerjaan dengan cara
menarik beban dengan jarak 5 meter dengan posisi batang tubuh sedikit
membungkuk, lengan atas membentuk sudut lebih dari 45 derajat dan leher
menyungak ke atas. Setelah dilakukan perbaikan metode kerja operator bekerja
dengan sikap kerja posisi batang tubuh normal (tegak lurus), kaki dalam keadaan
lurus,lengan atas membentuk sudut 45 derajat, pekerja melakukan dengan sikap
kerja yang normal dengan demikian keluhan musculoskeletal dapat berkurang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar postur kerja operator sebelum dan sesudah diperbaiki dapat dilihat pada
Gambar 6.2. dan Gambar 6.3. berikut ini.
Gambar 6.2. Postur Kerja Operator Sebelum Dilakukan Perbaikan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.3. Postur Kerja Operator Setelah Dilakukan Perbaikan
Universitas Sumatera Utara
6.5. Perancangan Standard Operation Procedure /SOP berdasarkan Metode
Kerja Usulan
Berikut ini adalah Standard Operation Procedure /SOP metode kerja
kegiatan yang ada pada bagian boiler dapat dilihat pada Gambar 6.4. dan
Standard Operation Procedure /SOP berdasarkan Metode Kerja Usulan dapat
dilihat pada Gambar 6.5. berikut ini.
Operator memasukkan bahan bakar berupa ampas tebu dari gudang ampas
Dapur boiler dihidupkan untuk melakukan pembakaran
Dilakukan pembakaran di dapur boiler
Operator pada bagian dapur boiler melakukan pengontrolan pengapian/pembakaran
Operator meratakan bahan bakar yang ada
Operator melakukan pemeriksaaan uap air dari control panel yang ada di ruang pengawasan
Operator mengatur penambahan bakar bakar untuk dilakukan pembakaran
Membuka keran blow down yang berada di lower drum
Mengoperasikan soot blowing untuk pembersihan pipa luar
Mengeruk abu sisa pembakaran
Pembersihan keseluruhan boiler
Gambar 6.4. Standard Operation Procedure /SOP
Universitas Sumatera Utara
Mengoperasikan soot blowing untuk pembersihan pipa luar
Operator Menarik Tuas Penggulung
Pipa Luar Terbuka
Abu sisa Pembakaran Keluar
Operator Menarik Tuas Penggulung
Pipa Luar Tertutup
Gambar 6.5. Standard Operation Procedure /SOP Berdasarkan Metode Kerja
Usulan
Universitas Sumatera Utara
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bagian boiler di Pabrik Gula Sei
Semayang PTPN.II Medan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1. Identifikasi metode PLIBEL menunjukkan bahwa stasiun kerja yang paling
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan/organisasi adalah stasiun kerja
dapur boiler sebesar 60 %, selain itu juga dapat dilihat bagian tubuh yang
paling banyak menyebabkan ketengangan musculoskeletal adalah bagian
leher,bahu,punggung bagian atas sebesar 25 % dan siku,lengan bawah,tangan
sebesar 16,67 % serta punggung bagian bawah sebesar 8,33%.
2. Berdasarkan dari hasil identifikasi Standard Nordic Questioner (SNQ) dapat
diketahui stasiun kerja yang paling banyak mengalami keluhan
musculoskeletal adalah stasiun kerja dapur boiler dan keluhan terbesar
terdapat pada bagian leher,lengan,punggung,tangan, dan kaki.
3. Dari penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA diketahui
elemen yang membutuhkan perbaikan fasilitas kerja yaitu pada elemen kerja
pada saat pengaturan bahan bakar ke dapur boiler dan pembersihan pipa luar
pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler.
4. Berdasarkan postur kerja yang diperbaiki maka dirancang fasilitas kerja
berupa tuas penggulung..
Universitas Sumatera Utara
5. Metode kerja usulan berdasarkan fasilitas kerja usulan adalah dengan sikap
kerja posisi batang tubuh normal (tegak lurus), kaki dalam keadaan
lurus,lengan atas membentuk sudut 45 derajat, pekerja melakukan dengan
sikap kerja yang normal dengan demikian keluhan musculoskeletal dapat
berkurang.
6. Perancangan Standard Operation Procedure /SOP berdasarkan metode kerja
usulan adalah sebagai berikut :
a. Operator memasukkan bahan bakar berupa ampas tebu dari gudang
ampas.
b. Dapur boiler dihidupkan untuk melakukan pembakaran.
c. Dilakukan pemabakaran di dapur boiler.
d. Operator pada bagian dapur boiler melakukan pengontrolan
pengapian/pembakaran.
e. Operator meratakan bahan bakar yang ada.
f. Operator melakukan pemeriksaan uap air dari control panel yang ada di
ruang pengawasan.
g. Operator mengatur penambahan bahan bakar untuk dilakukan
pembakaran dengan menggunakan tuas penggulung.
h. Membuka keran blow down yang berada di lower drum.
i. Mengoperasikan soot blowing untuk pemeriksaan pipa luar dengan
menggunakan tuas penggulung.
j. Mengeruk abu sisa pembakaran.
k. Pembersihan keseluruhan boiler.
Universitas Sumatera Utara
7.2. Saran
Untuk memberikan manfaat bagi Pabrik Gula Sei Semayang PTPN.II
Medan dan untuk penelitian sejenis di mas depan, ada beberapa saran yang dapat
diberikan.
1. Pabrik Gula Sei Semayang PTPN.II Medan khususnya pada bagian boiler
perlu melakukan perancangan Standard Operation Procedure yang baru
sesuai dengan fasilita kerja usulan.
2. Pihak perusahaan hendaknya melakukan perbaikan sistem kerja dengan
merancang alat bantu sehingga dapat menciptakan suatu lingkungan kerja
yang efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien.
3. Pada penelitian postur kerja di masa depan, sebaiknya operator yang menjadi
objek pengamatan hanya 1 orang.
4. Untuk lebih menunjukkan ketepatan penilaian postur kerja dengan metode –
metode penilaian yang ada, analisis sebaiknya mempertimbangkan juga
adanya pengaruh lamanya durasi kerja yang dilakukan, dan bila perlu
dilakukan analisis tambahan untuk mengetahui besarnya gaya otot yang
dikeluarkan dengan menggunakan prinsip – prinsip biomekanika kerja.
Universitas Sumatera Utara