epilepsi makalah

32
1 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Farmakoterapi yang berjudul “EPILEPSY” ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi. saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi seluruh mahasiswa Farmasi bahkan masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Akhirnya besar harapan saya kiranya makalah ini dapat membantu teman-teman. Farmakoterapi - Epilepsy

Upload: sandry-oratmangun

Post on 31-Oct-2015

303 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

SAN

TRANSCRIPT

Page 1: EPILEPSI MAKALAH

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat-

Nya saya dapat menyelesaikan makalah Farmakoterapi yang berjudul “EPILEPSY” ini.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi.

saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini

memberikan informasi bagi seluruh mahasiswa Farmasi bahkan masyarakat dan bermanfaat

untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Akhirnya besar harapan saya kiranya

makalah ini dapat membantu teman-teman.

Manado, 17 April 2013

Penyusun

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 2: EPILEPSI MAKALAH

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................ 1

Daftar Isi ....................................................................................................................................... 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 3

1.2 Tujuan…………………………………………………………………………….……… 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etiologi ……………………………………….……………...…………………………... 5

2.2 Pengertian………………………………………………….…..…………………….…... 6

2.3 Patofisiologi ……………………………………………………………………...…….... 8

2.4 Gejala …………………………………………………...……………………………….. 9

2.5 Manifestasiklinik ……………………...………………………………………………....10

2.6 Diagnosis ………………………………………………………………………………...11

2.6.1 Diagnosis Banding ………………………………………………………………. 12

2.7 Penatalaksana/terapi …………………..…………………………………………………12

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 21

3.2 Saran ……………………………………………………………………………………..21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 22

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 3: EPILEPSI MAKALAH

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi otak

yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa gangguan, atau

kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan sistem otonom, serta bersifat

episodik. Defisit memori adalah masalah kognitif yang paling sering terjadi pada pederita

epilepsy.

Pada dasarnya setiap orang dapat mengalami epilepsi. Setiap orang memiliki otak dengan

ambang bangkitan masing-masing apakah lebih tahan atau kurang tahan terhadap munculnya

bangkitan. Selain itu penyebab epilepsy cukup beragam; cedera otak, keracunan, stroke, infeksi,

infestasi parasit, tumor otak. Epilepsy dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, umur

berapa saja, dan ras apa saja. Jumlah penderita epilepsy meliputi 1-2% dari populasi. Secara

umum diperoleh gambaran bahwa insidensi epilepsy menunjukkan pola bimodal: puncak

insidensi terdapat pda golongan anak dan usia lanjut.

Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik

dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure

pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure

walaupun sudah lepas dari narkotik.Di Inggris, satu orang diantara 131 orang mengidap epilepsi.

Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang baru lahir.

Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita, yaitu 1-3% penduduk

akan menderita epilepsi seumur hidup. Di Amerika Serikat, satu di antara 100 populasi (1%)

penduduk terserang epilepsi, dan kurang lebih 2,5 juta di antaranya telah menjalani pengobatan

pada lima tahun terakhir. Menurut World Health Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk

di seluruh dunia mengidap epilepsi (2004 Epilepsy.com).

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 4: EPILEPSI MAKALAH

4

1.2 TUJUAN

1. Apa yang dimaksud epilepsy ?

2. Sebutkan penyebab dari epilepsy ?

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 5: EPILEPSI MAKALAH

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etiologi

Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah

epilepsi idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi

pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam

klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua

tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan prognosis

yang baik dan yang buruk.

Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada

CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi

dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas.

Sementara itu, dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan.

Definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi

sebagai berikut:

Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan

pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang

Apabila defisit neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan

ulang adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu,

bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai

resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk terjadinya bangkitan

ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan.

Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan pertama.

Epilepsi dapat dibagi dalam tiga golongan utama antara lain:

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 6: EPILEPSI MAKALAH

6

1. Epilepsi Grand Mal

Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari

neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang

otak dan talamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.

2. Epilepsi Petit Mal

Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan

kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu serangan ini penderita

merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like),biasanya di daerah

kepala, terutama pengedipan mata.

3. Epilepsi Fokal

Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regional setempat pada

korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak.

Epilepsi fokal disebabkan oleh lesi organik setempat atau adanya kelainan fungsional.

2.2 Pengertian

Epilepsi adalah suatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia karena terjadinya

aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak sehingga menyebabkan berbagai

reaksi pada tubuh manusia mulai dari bengong sesaat, kesemutan, gangguan kesadaran, kejang-

kejang dan atau kontraksi otot. Epilepsi atau yang sering kita sebut ayan atau sawan tidak

disebabkan atau dipicu oleh bakteri atau virus dan gejala epilepsi dapat diredam dengan bantuan

orang-orang yang ada disekitar penderita.

Penyakit epilepsi merupakan penyakit yang dapat terjadi pada siapa pun walaupun dari

garis keturunan tidak ada yang pernah mengalami epilepsi. Epilepsi tidak bisa menular ke orang

lain karena hanya merupakan gangguan otak yang tidak dipicu oleh suatu kuman virus dan

bakteri. Dengan pengobatan secara medis baik dokter maupun rumahsakit bisa membantu

penderita epilepsi untuk mengurangi serangan epilepsi maupun menyembuhkan secara penuh

epilepsi yang diderita seseorang.

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 7: EPILEPSI MAKALAH

7

Jenis-Jenis / Macam-Maca Tipe Penyakit Epilepsi :

A. Epilepsi Umum

1. Epilepsi Petit Mal

Epilepsi petit mal adalah epilepsi yang menyebabkan gangguan kesadaran secara tiba-

tiba, di mana seseorang menjadi seperti bengong tidak sadar tanpa reaksi apa-apa, dan setelah

beberapa saat bisa kembali normal melakukan aktivitas semula.

2. Epilelpsi Grand Mal

Epilepsi grand mal adalah epilepsi yang terjadi secara mendadak, di mana penderitanya

hilang kesadaran lalu kejang-kejang dengan napas berbunyi ngorok dan mengeluarkan buih/busa

dari mulut.

3. Epilepsi Myoklonik Juvenil

Epilepsi myoklonik Juvenil adalah epilepsi yang mengakibatkan terjadinya kontraksi

singkat pada satu atau beberapa otot mulai dari yang ringan tidak terlihat sampai yang

menyentak hebat seperti jatuh tiba-tiba, melemparkan benda yang dipegang tiba-tiba, dan lain

sebagainya.

B. Epilepsi Parsial (Sebagian)

1. Epilepsi Parsial Sederhana

Epilepsi parsial sederhana adalah epilepsi yang tidak disertai hilang kesadaran dengan

gejala kejang-kejang, rasa kesemutan atau rasa kebal di suatu tempat yang berlangsung dalam

hitungan menit atau jam.

2. Epilepsi Parsial Kompleks

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 8: EPILEPSI MAKALAH

8

Epilepsi parsial komplek adalah epilepsi yang disertai gangguan kesadaran yang dimulai

dengan gejala parsialis sederhana namun ditambah dengan halusinasi, terganggunya daya ingat,

seperti bermimpi, kosong pikiran, dan lain sebagainya. Epilepsi jenis ini bisa menyebabkan

penderita melamun, lari tanpa tujuan, berkata-kata sesuatu yang diulang-ulang, dan lain

sebagainya (otomatisme).

2.3 Patofisiologi

Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada

sinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang

disebabkan oleh adanya potensial membran sel. Potensial membran neuron bergantung pada

permeabilitas selektif membran neuron, yakni membran sel mudah dilalui oleh ion K dari ruang

ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalam sel

terdapat kosentrasi tinggi ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl, sedangkan keadaan

sebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion inilah yang

menimbulkan potensial membran. Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat

merubah atau mengganggu fungsi membaran neuron sehingga membran  mudah dilampaui oleh

ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra seluler.

Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik

berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar

neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu sifat khas serangan

epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. Di duga

inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptik. Selain itu juga sistem-sistem

inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas

muatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi

terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.

Ada dua jenis neurotransmiter, yakni neurotransmiter eksitasi yang memudahkan

depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmiter inhibisi yang menimbulkan

hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Diantara

neurotransmitter-neurotransmiter eksitasi dapat disebut glutamat, aspartat dan asetilkolin

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 9: EPILEPSI MAKALAH

9

sedangkan neurotransmiter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan

glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau

rangsang. Hal ini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologik apabila potensial aksi tiba di neuron.

Dalam keadaan istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam

keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membran neuron dan seluruh

sel akan melepas muatan listrik.

2.4 Gejala

A. Kejang Parsial Simplek

Adalah kejang yang disebabkan gangguan otak di salah satu sisi otak yang hanya terbatas

dibagian itu saja. Kejang yang terjadi tergantung bagian mana dari otak yang terkena. Jika bagian

tangan, maka hanya tangan yang akan mengalami sensasi gerakan abnormal.

B. Kejang Parsial Kompleks

hilangnya kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit. Penderita

menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan,

mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan

dan menolak bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan

penyembuhan total.

C. Kejang Konvulsif

Awalnya gangguan muatan listrik mengenai satu bagian otak kemudian menyebar ke

seluruh bagian otak yang lain.

D. Kejang Petit mal

Pasien hanya menatap, kelopak matanya bergetar, otot wajahnya berkedut-kedut selama

10-30 detik. Penderita tidak berespon terhadap lingkungannya. Biasanya kejang jenis ini dialami

pada masa kanak-kanak sebelum usia 5 tahun.

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 10: EPILEPSI MAKALAH

10

E. Status Epileptikus

Pasien mengalami kejang terus-menerus tanpa diselingi oleh pemulihan kesadaran atau

fase kelelahan oleh pasien. Pasien mengalami kejang terus menerus, kontraksi otot yang kuat

termasuk otot pernapasan sehingga biasanya menimbulkan gangguan pernapasan.

2.3 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan

penginderaan. Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi tergantung dari daerah otak fungsional

yang terlibat. Kejang :

manifestasi klinik dari aktivitas neuron yang berlebihan di dalam korteks serebral. kejadian

kejang yang terjadi berulang (kambuhan)

Kelainan gambaran EEG.

Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptoge

Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (aura dapat berupa

perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tidak enak, mendengar suara

gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya).

Napas terlihat sesak dan jantung berdebar.

Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat.

Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus atau

somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak normal seperti pada

keadaan normal.

Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang individu tidak

ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat.

Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara secara tiba- tiba

Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya menendang- menendang

Gigi geliginya terkancing

Hitam bola matanya berputar- putar

Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecil

2.6 Diagnosis

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 11: EPILEPSI MAKALAH

11

Evaluasi penderita dengan gejala yang bersifat paroksismal, terutama dengan faktor

penyebab yang tidak diketahui, memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat

menggali dan menemukan data yang relevan. Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan

pemeriksaan klinik dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan EEG dan radiologis.penderita atau

orang tuanya perlu diminta keterangannya tentang riwayat adanya epilepsi dikeluarganya.

Kemudian dilanjutkan dengan beberapa pemeriksaan antara lain:

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini menapis sebab-sebab terjadinya bangkitan dengan menggunakan umur

dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada usia lanjut auskultasi didaerah leher penting untuk

menditeksi penyakit vaskular. Pada anak-anak, dilihat dari pertumbuhan yang lambat, adenoma

sebasea (tuberous sclerosis), dan organomegali (srorage disease).

Elektro-ensefalograf

Pada epilepsi pola EEG dapat membantu untuk menentukan jenis dan lokasi bangkitan.

Gelombang epileptiform berasal dari cetusan paroksismal yang bersumber pada sekelompok

neuron yang mengalami depolarisasi secara sinkron. Gambaran epileptiform anatarcetusan yang

terekam EEG muncul dan berhenti secara mendadak, sering kali dengan morfologi yang khas.

Pemeriksaan pencitraan otak

MRI bertujuan untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Yang bermanfaat

untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri. Disamping itu juga dapat mengidentifikasi

kelainan pertumbuhan otak, tumor yang berukuran kecil, malformasi vaskular tertentu, dan

penyakit demielinisasi.

2.6.1 Diagnosis Banding

Kejadian paroksismal

Diagnosis banding untuk kejadian yang bersifat paroksismal meliputi sinkrop, migren,

TIA (TransientIschaemic Attack),paralisis periodik,gangguan gastrointestinal, gangguan gerak

dan breath holding spells. Diagnosis ini bersifat mendasar.

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 12: EPILEPSI MAKALAH

12

Epilepsi parsial sederhana

Diagnosis ini meliputi TIA, migren, hiperventilasi, tics, mioklonus, dan spasmus

hemifasialis. TIA dapat muncul dengan gejala sensorik yang dibedakan dengan epilepsi parsial

sederhana. Keduanya paroksimal, bangkitan dapat berupa kehilangan pandangan sejenak, dan

mengalami penderita lanjut usia.

Epilepsi parsial kompleks

Diagnosis banding ini berkaitan dengan tingkat kehilangan kesadaran, mulai dari drop

attacks sampai dengan pola prilaku yang rumit.secara umum diagnosis ini meliputi sinkrop,

migren, gangguan tidur, bangkitan non epileptik, narkolepsi, gangguan metabolik dan transient

global amnesia.

2.7 Penatalaksanaan/Terapi

Setelah diagnosa ditetapkan maka tindakan terapeutik diselenggarakan. Semua orang

yang menderita epilepsi, baik yang idiopatik maupun yang non-idiopatik, namun proses

patologik yang mendasarinya tidak bersifat progresif aktif seperti tumor serebri, harus mendapat

terapi medisinal. Obat pilihan utama untuk pemberantasan serangan epileptik jenis apapun,

selain petit mal, adalah luminal atau phenytoin.

Untuk menentukan dosis luminal harus diketahui umur penderita, jenis epilepsinya,

frekuensi serangan dan bila sudah diobati dokter lain. Dosis obat yang sedang digunakan. Untuk

anak-anak dosis luminal ialah 3-5 mg/kg/BB/hari, sedangkan orang dewasa tidak memerlukan

dosis sebanyak itu. Orang dewasa memerlukan 60 sampai 120 mg/hari. Dosis phenytoin (Dilatin,

Parke Davis) untuk anak-anak ialah 5 mg/kg/BB/hari dan untuk orang dewasa 5-15

mg/kg/BB/hari. Efek phenytoin 5 mg/kg/BB/hari (kira-kira 300 mg sehari) baru terlihat dalam

lima hari. Maka bila efek langsung hendak dicapai dosis 15 mg/kg/BB/hari (kira-kira 800

mg/hari) harus dipergunakan.

Efek antikonvulsan dapat dinilai pada ‘follow up’. Penderita dengan frekuensi serangan

umum 3 kali seminggu jauh lebih mudah diobati dibanding dengan penderita yang mempunyai

frekuensi 3 kali setahun. Pada kunjungan ‘follow up’ dapat dilaporkan hasil yang baik, yang

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 13: EPILEPSI MAKALAH

13

buruk atau yang tidak dapat dinilai baik atau buruk oleh karena frekuensi serangan sebelum dan

sewaktu menjalani terapi baru masih kira-kira sama. Bila frekuensinya berkurang secara

banding, dosis yang sedang dipergunakan perlu dinaikan sedikit. Bila frekuensinay tetap, tetapi

serangan epileptik dinilai oleh orangtua penderita atau penderita epileptik Jackson

motorik/sensorik/’march’ sebagai ‘enteng’ atau ‘jauh lebih ringan’, maka dosis yang digunakan

dapat dilanjutkan atau ditambah sedikit. Jika hasilnya buruk, dosis harus dinaikan atau ditambah

dengan antikonvulsan lain.

Keputusan memulai pengobatan dengan antiepilepsi dan pemilihan pengobatan

tergantung kepada frekuensi kejang, adanya gangguan secara neurologi, teridentifikasinya

sindrom epilepsy dan harapan terhadap anak kehidupannya. Untuk anak kebanyakan, epilepsy

dikontrol dengan pemberian antiepilepsi tunggal. Tujuan dari pengobatan adalah untuk

mencegah kejang berulang dengan memberikan dosis pengobatan yang efektif dari satu atau

lebih obat antiepilepsi. Penyesuaian dosis dengan hati-hati penting . dimulai dengan dosis rendah

dan dinaikkan secara bertahap sampai kejang terkontrol atau atau efek samping yang signifikan.

Pendekatan Umum Pendekatan umum terapi meliputi identifikasi tujuan, penilaian tipe

kejang dan frekuensi terjadinya kejang, pengembangan rencana perawatan dan rencana evaluasi

lanjutan. Selama fase penilaian, sangat kritis untuk menemukan diagnosis yang akurat terhadap

tipe kejang dan menentukan jenis obat epilepsi yang cocok. Karakteristik pasien seperti umur,

kondisi medis, kemampuan untuk menyelesaikan pengobatan, juga perlu ditelusuri karena hal

tersebut bisa mempengaruhi pemilihan obat atau membantu menerangkan alasan ketidakpatuhan

pasien untuk melanjutkan terapi, respon yang kurang terhadap pengobatan dan efek samping

yang tidak diharapkan. Jika keputusan telah dibuat untuk memulai terapi obat epilepsi, biasanya

monoterapi lebih disukai, dan biasanya 50% sampai 70% dari semua pasien epilepsi bisa

terkontrol dengan terapi suatu obat. Meski demikian, banyak juga pasien yang tidak bebas

kejang. Dari 35% pasien dengan control yang tidak memuaskan, 10% biasanya bisa dikontrol

dengan kombinasi 2 obat. Dari sisanya 25%, 20% nya tetap tidak terkontrol meskipun dengan

terapi kombinasi.

Penghentian Obat Antiepilepsi Terapi Obat Antiepilepsi untuk mengontrol kejang

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 14: EPILEPSI MAKALAH

14

kemungkinan bisa tidak diberikan seumur hidup. Polifarmasi bisa dikurangi dan beberapa pasien

bisa berhenti. Dalam pengurangan polifarmasi, obat yang kurang tepat untuk tipe kejang (atau

obat memberikan efek samping yang buruk) harus dihentikan penggunaannya. Dalam beberapa

kasus, pengurangan jumlah obat epilepsi yang diterima pasien bisa mengurangi efek samping

dan bisa meningkatkan kemampuan kognitif. Faktor-faktor yang bisa menghentikan pemakaian

obat antiepilepsi meliputi periode bebas kejang 2-4 tahun, control kejang komplek dalam onset 1

tahun, dan onset kejang setelah umur 2 tahun tetapi sebelum umur 35 tahun, dan pengujian

neurologi yang normal serta EEG9.

Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi pada kasus epilepsy mencakup diet, operasi dan stimulasi vagus nerve.

Stimulasi vagus nerve merupakan tindakan implantasi medis yang disetujui oleh FDA untuk

penggunaannya sebagai terapi penunjang dalam mengurangi frekuensi kejang pada dewasa dan

remaja dengan usia lebih dari 12 tahun dengan onset kejang parsial9.

Mekanisme kerja sebagai antikejang dari VNS belum diketahui pada manusia, tetapi studi pada

hewan mengindikasikan bahwa VNS mempunyai banyak aktivitas. Studi pada manusia

memperlihatkan bahwa VNS mengubah konsentrasi cairan serebrospinal terhadap penghambatan

dan stimulasi neurotransmitter dan aktivitas pada area spesifik otak yang mengatur aktivitas

kejang melalui peningkatan aliran darah9. Operasi merupakan terapi pilihan pada pasien tertentu

dengan epilepsy focal yang susah disembuhkan. Keberhasilan dilaporkan pada 80-90% terpilih

untuk operasi. Dapat terlihat bahwa pembedhan bisa mengurangi resiko kematian, tetapi juga

meningkatkan depresi dan kecemasan pada pasien epilepsi.

Terapi Farmakologi

Penanganan yang optimal terhadap epilepsi memerlukan terapi anti epilepsi yang

disesuaikan untuk masing-masing individu khususnya pada kelompok pasien tertentu (seperti

anak, wanita yang beresiko melahirkan dan orang tua). Terapi lebih diutamakan dengan satu

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 15: EPILEPSI MAKALAH

15

jenis obat berdasarkan pada tipe kejang dan resiko terjadinya efek samping obat9.

Obat-obat Antiepilepsi

1. Carbamazepine

Carbamazepin (CBZ) merupakan derivat iminostibene yang berhubungan dengan

antidepresan trisiklik yang digunakan untuk mengobati tonik klonik . Range teraupetik CBZ

yang diterima untuk pengobatan kejang adalah 4-12 mg/ml. ikatan protein plasma berbeda pada

masing-masing pasien hal ini karena CBZ terikat pada albumin dan α1-acid glycoprotein (AAG).

Pada pasien yang konsentrasinya normal ikatan proteinnya adalah 75-80%. AAG meningkat

pada pasien stress, penyakit seperti trauma, gagal jantung dan infark miokard. Pada pasien ini

ikatan proteinnya sampai 85-90%. Walaupun ikatan protein plasma CBZ tinggi tetapi sulit untuk

dilepaskan oleh obat lain2.

Farmakologi dan mekanisme kerja:

Mekanisme nyata Carbamazepine menakan kejang belum jelas, walaupun CBZ diyakini

dapat menghambat channel Na9.

Farmakokinetika:

Absorpsi CBZ dalam bentuk tablet lambat dan tidak teratur karena memiliki kelarutan

yang rendah. CBZ tidak melewati firs past metabolism. Makanan dapat meningkatkan

bioavailabilty dari obat. Bentuk suspense lebih cepat diabsorpsi dari pada bentuk tablet. CBZ

juga tersedia dalam bentuk tablet lepas lambat dan lepas control. CBZ lebih bersifat lipofil.

Lebih dari 98-99 % dari dosis CBZ yang diberikan dimetabolisme di hati, khususnya dengan

CYP3A4. Metabolit umum dari CBZ adalah carbamazepine-10,11-epokside yang mempunyai

aktivitas antikonvulsan pada hewan dan manusia. CBZ bersifat autoinduksi.

Efek Samping Obat:

Metabolit CBZ adalah karbamazepin-10,11-epoxide yang memiliki efek dan juga bersifat

toksik. Konsentrasi epoxide ini bisa lebih tinggi pada pasien dengan penginduksi enzim dan bisa

lebih rendah pada pasien dengan inhibitor enzim. Gejala yang berhubungan dengan efek samping

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 16: EPILEPSI MAKALAH

16

obat antara lain mual, muntah, letargi, dizziness, diplopia, unsteadiness, ataksia, dan

incoordination. Carbamazepin sendiri juga menginduksi enzim metabolisme hati2

Parameter monitor klinik yang harus diukur pada pasien ini adalah

efek samping yang berhubungan dengan konsentrasi

karena carbamazepin memiliki efek antidiuretik yang berhubungan dengan penurunan kadar

hormon antidiuretik, beberapa pasien mungkin mengalami hiponatrium selama penggunaan

terapi jangka panjang, dan konsentrasi serum natrium perlu di ukur secara periodic.

Efek samping hematologi dapat dibagai menjadi dua yaitu:

a. Leukopenia yang terjadi pada kebanyakan pasien yang tidak membutuhkan intervensi terapi

b. Efek hematologi yang berat dan membutuhkan terapi untuk dihentikan yaitu

trombositopenia, leukopenia (sel darah putih kurang dari 2500 cell/mm2) atau netrofil kurang

dari 1000 cel/mm2 atau anemia. Efek samping yang jarnag bisa menyebabkan anemia

aplastik, dan agranulositosis.

Obat menginduksi hepatitis juga pernah dilaporkan pada pasien yang menggunakan CBZ2.

2. Phenobarbital

Mekanisme kerja:

Menghentikan kejang dengan menurunkan eksitasi postsinaptik, kemungkinan melalui

respon stimulasi inhibitor GABAergic post sinaptik9. Efek antikonvulsi yang selektif terutama

diberikan oleh gugus 5-fenil. Barbiturate bekerja pada seluruh SSP, walaupun pada semua

tempat tidak sama kuatnya. Dosis nonanastesi terutama menekan respon pasca sinaps.

Penghambatan hanya terjadi pada sinaps GABA-nergik, walaupun demikian efek yang terjadi

mungkin tidak semuanya melalui GABA sebagai mediator. Barbiturat memperlihatkan beberapa

efek yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi sinaptik. Kapasitas barbiturate membantu

kerja GABA sebagian menyerupai benzodiazepine, namun pada dosis yang lebih tinggi bersifat

sebagai agonis GABA-nergik, sehingga pada dosis tinggi barbiturate dapat menimbulkan depresi

SSP yang berat7.

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 17: EPILEPSI MAKALAH

17

Phenobarbital meningkatkan ambang kejang dengan berinteraksi dengan reseptor GABA

untuk memfasilitasi fungsi saluran Cl- intrasel, menghambat saluran Ca yang mengaktivasi

tegangan tinggi. Beberapa aktivitas obat disebabkan oleh kemampuannya menghambat receptor

AMPA (amino-3-hydroxy-5-methylisoxazol-4-propionic acid) dan reseptor kainate8.

Efek samping fenobarbital yang umum adalah ataxia, sakit kepala, sedasi, konfusi, dan letargi,

nausea, irritabilitas dan hiperaktif, gangguan berpikir dan memori. Penggunaan jangka lama

mengakibatkan defisiensi asam folat dan efek samping yang jarang menyebabkan anemia

megaloblastik. Tujuan terapi antikejang ini adalah untuk mengurangi frekuensi kejang dan

meningkatkan kualitas hidup, dengan efek samping yang minimum. Parameter klinik yang harus

dimonitor pada pemakaian obat ini antara lain efek samping, gastrointestinal upset (mual,

muntah) ketika menggunakan obat ini. Reaksi idiosinkratik (sangat jarang) yaitu connective

tissue disorder, lesi kulit dan blood dyscrasia2.

Parameter farmakokinetik klinik dasar dari fenobarbital sebagai berikut :

Dieliminasikan terutama melalui (65-70%) melalui metabolisme hati menjadi metabolit

inaktif. Lebih kurang 30-35% fenobarbital dikeluarkan melalui urin dalam bentuk yang tidak

berubah . Ekresi renal terhadap unchanged fenobarbital tergantung kepada pH, pada pH basa

akan meningkatkan klirens ginjal.

Fenobarbital terikat dengan protein plasma sekitar 50%

Bioavailabilitas oral fenobarbital mencapai 100%2 Clearence rate (Cl) fenobarbital untuk

anak adalah 8 mL/jam/kg, volume distribusinya adalah 0.7 L/kg dan T1/2 nya adalah 60 jam

pada anak-anak. Fenobarbital merupakan penginduksi yang poten terhadap obat yang

dimetabolisme dihati yaitu enzim CYP1A2, CYP2C9, dan CYP3A4. Oleh karena itu perlu

diperhatikan interaksi obat yang mungkin muncul pada pasien yang menggunakan obat ini.

Berikut adalah obat-obat yang clearencenya meningkat karena pemakaian bersama dengan

fenobarbital yaitu karbamazepin, lamotigrin, asam valproat, siklosporin, nifedipin, diltiazem,

verapamil, kontrasepsi oral, antidepresan trisiklik, quinidin, teofilin dan warfarin2.

Toleransi terhadap barbiturate dapat terjadi secara farmakodinamik dan farmakokinetik.

Farmakodinamik lebih berperan dalam penurunan efek dan berlangsung lebih lama daripada

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 18: EPILEPSI MAKALAH

18

toleransi farmakokinetik. Toleransi terhadap efek sedasi dan hipnosis terjadi lebih segera dan

lebih kuat daripada efek antikonvulsinya. Penderita yang toleran terhadap barbiturat juga toleran

terhadap senyawa yang mendepresi SSP, seperti alcohol. Bahkan dapat juga terjadi toleransi

silang terhadap senyawa dengan efek farmakologi yang berbeda seperti opioid7.

Keuntungan:

Phenobarbital mempunyai farmakokinetika linear dimana jika dosis digandakan, maka

konsentrasi serum juga akan meningkat dua kali lipat. Obat tersedia dalam bentuk oral, solid,

oral liquid, IM, IV. Harga obat mudah dijangkau9.

Kerugian:

ESO yang sangat signifikan. Obat ini dapat menginduksi enzim dan berinteraksi dengan

banyak obat yang dimetabolisme oleh enzim Cytochrome P450. Phenobarbital mempunyai

waktu paruh yang panjang9.

3. Ethosuximide

Mekanisme kerja:

Menghambat enzim NHDPH –aldehyd reductase, inhibisi sistem Na K ATPase,

menurunkan aktivasi arus Na menghambat channel Ca2+ yang tergantung pada channel K+,

inhibisi arus Ca2+ tipe T9.

Farmakokinetik:

Metabolisme terjadi di hati melalui hidroksilasi, menghasilkan metabolit inaktif9.

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 19: EPILEPSI MAKALAH

19

Efek samping obat:

Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah mual dan muntah (lebih dari 40 %)

efek ini dapat diminimalisir dengan pemberian dosis yang lebih kecil dan frekuensi pemakaian

yang lebih sering. Efek samping lain meliputi mengantuk, lelah, lethargy, pusing, cegukan dan

sakit kepala. Efek yang jarang timbul adalah reaksi idiosinkratik, seperti ruam, lupus dan

kelainan darah9.

Keuntungan:

Obat ini sangat befektif pada pengobatan pilepsi tanpa kejang, mempunyai toleransi yang

baik dan mempunyai interaksi farmakokinetik9.

Kerugian:

Obat ini mempunyai efektifitas spektrum yang sempit9.

4. Felbamate

Mekanisme kerja:

Bekerja sebagai antagonis reseptor glisin pada reseptor N-methyl D-aspartat (NMDA).

Aksi ini menghambat inisiasi dan perkembangan kejang. Obat ini juga menghambat peningkatan

stimulasi NMDA/glycine pada Ca2+ intrasel9.

Farmakokinetik:

Absorbsi felbamate cepat dan baik. Absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan dan

antasid. 40-50 % dosis felbamate dimetabolisme melalui hidroksilasi dan konyugasi di hati.

Metabolisme dieksresikan melalui urin. Felbamate menggambarkan farmakokinetik linier9

Efek samping obat:

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 20: EPILEPSI MAKALAH

20

Anorexia, turunnya berat badan, insomnia, mual, sakit kepala. Anorexia dan turunnya

berat badan terjadi terutama pada anak-anak dan pasien dengan intake kalori yang sedikit9.

Keuntungan:

Felbamate mempunyai mekanisme kerja yang unik. Obat ini dapat digunakan untuk

pengobatan kejang atonik dan efektif pada pengobatan kejang parsial9.

Kerugian:

Penggunaan felbamate dibatasi pada pasien dengan anemia aplastik dan hepatotoksisitas

BAB III

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 21: EPILEPSI MAKALAH

21

PENUTUP & KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya

bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Bangkitan

dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal

dari sekolompok besar sel-sel otak, bersifat singkron dan berirama. Bangkitnya epilepsi terjadi

apabila proses eksitasi didalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi.

Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik

dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure

pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure

walaupun sudah lepas dari narkotik. Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan

otak dalam process kelahiran, luka kepala, strok, tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi mungkin

juga karena genetik, tapi epilepsi bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum

diketahui.

3.1 Saran

Disarankan kepada pembaca agar menghindari faktor resiko penyebab epilepsi karena

epilepsi dapat ditimbulkan karena kebiasaan yang salah.

DAFTAR PUSTAKA

Farmakoterapi - Epilepsy

Page 22: EPILEPSI MAKALAH

22

Harsono.2007.Epilepsi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Http//epilepsi.web.//www.google.co.id//2009

Http//Pengertian, Jenis/Macam, dan Pengobatan Penyakit Epilepsi.web.//

www.google.co.id //2010

Sidharta, Priguna M.D.,Ph. D.1999. Neurology klinis dalam praktek umum, Dian Rakyat, Jakarta.

Farmakoterapi - Epilepsy