endoftalmitis

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Endoftalmitis merupakan kejadian yang jarang namun merupakan komplikasi yang membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk setelah dilakukannya operasi mata yang merupakan faktor risiko masuknya mikroorganisme ke dalam mata. Mikroorganisme ini menyebabkan infeksi intraokuler yang disebut endoftalmitis (Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endoftalmitis: Clinical features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4 ) Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Ini biasanya ditandai dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau eksudat pada COA. Visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis penglihatan menjadi jelek pada pasien-pasien dengan endoftalmitis (Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endoftalmitis: Clinical features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4 ) Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal, maka penting untuk melakukan diagnosis sedini mungkin. Penelitian tentang endoftalmitis pada beberapa tahun terakhir telah 1

Upload: hakim-imd

Post on 30-Nov-2015

764 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

endoftalmitis

TRANSCRIPT

Page 1: Endoftalmitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Endoftalmitis merupakan kejadian yang jarang namun merupakan

komplikasi yang membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada

mata termasuk setelah dilakukannya operasi mata yang merupakan faktor risiko

masuknya mikroorganisme ke dalam mata. Mikroorganisme ini menyebabkan

infeksi intraokuler yang disebut endoftalmitis

(Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endoftalmitis:

Clinical features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4 )

Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Ini biasanya

ditandai dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau eksudat

pada COA. Visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis penglihatan

menjadi jelek pada pasien-pasien dengan endoftalmitis

(Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endoftalmitis:

Clinical features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4 )

Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal,

maka penting untuk melakukan diagnosis sedini mungkin. Penelitian tentang

endoftalmitis pada beberapa tahun terakhir telah menunjukkan beberapa cara

sebagai profilaksis yang terjadinya endoftalmitis. Berikut akan diuraikan lebih

jauh mengenai endoftalmitis

(Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endoftalmitis:

Clinical features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4 )

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan clinical science session ini adalah untuk mengetahui

definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinik,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, diagnosis banding,

tatalaksaana, komplikasi, dan prognosis dari endoftalmitis.

1.3. Batasan Masalah

1

Page 2: Endoftalmitis

Makalah ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi,

patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,

diagnosis, diagnosis banding, tatalaksaana, komplikasi, dan prognosis dari

endoftalmitis.

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari

berbagai literatur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Mata

Gambar 1. Anatomi mata

Sumber: T. Schlote et al. Pocket atlas of ophthalmology, 2006.

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu1:

a. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk

pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian

terdepan sklera disebut cornea yang bersifat transparan yang memudahkan

sinar masuk ke dalam bola mata.

2

Page 3: Endoftalmitis

b. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris,

badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan

otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot

dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot

dilatatur, sfingter iris dan otot siliar. Badan siliar yang terletak di belakang

iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan

melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan

sklera.

c. Lapisan ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan

mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis

membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan

pada saraf optik dan diteruskan ke otak.

2.2. Definisi Endoftalmitis

Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata yang

meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli

anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat

membentuk abses di dalam badan kaca.

(Ilyas S., Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta 2000, hal 175- 176)

2.3. Epidemiologi

Endoftalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua kasus

endoftalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien yang

dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi

sebagai mata kiri, mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk

mengarahkan aliran darah ke arteri karotid kanan. Sejak tahun 1980, infeksi

Candida dilaporkan pada pengguna narkoba suntik telah meningkat. Jumlah orang

yang beresiko mungkin meningkat karena penyebaran AIDS, sering menggunakan

3

Page 4: Endoftalmitis

obat imunosupresif, dan lebih banyak prosedur invasif (misalnya, transplantasi

sumsum tulang).

Sebagian besar kasus endoftalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah

operasi intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya infeksi,

endoftalmitis biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di

Amerika Serikat, endoftalmitis postcataract merupakan bentuk yang paling umum,

dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi menimbulkan komplikasi ini, yang telah

meningkat selama beberapa tahun terakhir. Walaupun ini adalah persentase kecil,

sejumlah besar operasi katarak yang dilakukan setiap tahun memungkinkan untuk

terjadinya infeksi ini lebih tinggi.

Post traumatic Endoftalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera

penetrasi okular. Insiden endoftalmitis dengan cedera yang menyebabkan

perforasi pada bola mata di pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan

daerah perkotaan. Keterlambatan dalam perbaikan luka tembus pada bola mata

berkorelasi dengan peningkatan resiko berkembangnya endoftalmitis. Kejadian

endoftalmitis yang disebabkan oleh benda asing intraokular adalah 7-31%.

(Graham, R, 2006, Endopthalmitis Bacterial, www.Emedicine//emerg .2006htm )

(5. Trattler, W, 2006, Endopthalmitis Postoperatif,

www.Emedicine//emerg.2006htm)

2.4. Klasifikasi

Secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut :

(Bobrow JC, dkk, 2008. Lens and Cataract. Singapore : American Academy of

Ophtalmology)

(Graham, R, 2006, Endopthalmitis Bacterial, www.Emedicine//emerg .2006htm )

(Trattler, W, 2006, Endopthalmitis Postoperatif,

www.Emedicine//emerg.2006htm)

4

Page 5: Endoftalmitis

a. Endoftalmitis eksogen

Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari

lingkungan luar. Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi :

Endoftalmitis Post Operatif

Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan flora

normal pada kulit dan konjungtiva.

Endoftalmitis ini sering terjadi setelah operasi-operasi berikut ini : katarak,

implantasi IOL, glaukoma, keratoplasti, eksisi pterigium, pembedahan strabismus

parasintesis, pembedahan vitreus, dll.

(Bobrow JC, dkk, 2008. Lens and Cataract. Singapore : American Academy of

Ophtalmology)

Endoftalmitis Post Trauma

Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang

menimbulkan luka robek pada mata.

b. Endoftalmitis Endogen

Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah.

Endoftalmitis endogen beresiko terjadi pada :

Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit

jantung rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll

Invasif Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti hemodialisis,

pemasangan kateter, total parenteral nutrisi dll

5

Endoftalmitis

Eksogen

Post Operatif

Post trauma

Endogen

Fakoanafilaktik

Page 6: Endoftalmitis

Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection,

artritis, pyelonefritis, faringitis, pneumoni dll

Pada endoftalmitis endogen kuman penyebabnya sesuai dengan fokus

infeksinya seperti Streptococcus Sp (endokarditis), Stapylococcus aureus

(infeksi kulit) dan Bacillus (invasive prosedur). Sementara bakteri Gram

negatif misalnya Neisseria meningitidis, Neisseria gonorrhoe, H infuenzae

dan bakteri enterik seperti Escherichia colli dan Klebsiella.

c. Endoftalmitis Fakoanafilaktik

Merupakan suatu proses autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat

lensa yang tidak terletak di dalam kapsul (membrane basalis lensa). Pada

endoftalmitis fokoanafilaktik, lensa dianggap sebagai benda asing oleh tubuh,

sehingga terbentuk antibodi terhadap lensa yang menimbulkan reaksi antigen

antibodi.

2.5. Etiologi

(Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endoftalmitis:

Clinical features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4 )

(Graham, R, 2006, Endopthalmitis Bacterial, www.Emedicine//emerg .2006htm )

(Trattler, W, 2006, Endopthalmitis Postoperatif,

www.Emedicine//emerg.2006htm)

1. Bakteri – Post Operasi

a. Akut

Endoftalmitis terjadi 1-42 hari setelah operasi

Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus aureus

Bakteri gram negatif : Pseudomonas, Proteus, Escherichia coli

dan Miscellaneous ( Serratia, Klebsiella, Bacillus)

Streptococcus sp

b. Kronis

Endoftalmitis terjadi 6 minggu – 2 tahun setelah operasi

6

Page 7: Endoftalmitis

Stapylococcus epidermidis

Propionibacterium acnes

2. Bakteri – Post Trauma

Bacillus cereus

Staphylococcal sp

Streptococcal sp

3. Bakteri-Endogen

Streptococcus sp (pneumococcus, viridens)

Staphylococcal sp

4. Fungal Post Operatif

Volutella

Neurospora

Fusarium

Candida

5. Fungal Endogen

Candida

6. Fungal Trauma

Fusarium

Aspergilus

2.6. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan

ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Masuknya bakteri ke

dalam mata terjadi karena rusaknya rintangan-rintangan okular. Ini bisa

disebabkan oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan

dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama

infeksi. Penetrasi melalui kornea atau sklera mengakibatkan gangguan eksogen

pada mata. Jika masuknya lewat sistem vaskular, maka jalur endogen akan

terbentuk. Setelah bakteri-bakteri memperoleh jalan masuk ke dalam mata,

proliferasi akan berlangsung dengan cepat. Kerusakan jaringan intraokular dapat

juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan atau dari

mediator inflamasi dari respon kekebalan.

7

Page 8: Endoftalmitis

(Ilyas S., Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta 2000, hal 175- 176. )

Vitreus bertindak sebagai media yang sangat bagus bagi pertumbuhan

bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan endoftalmitis adalah stafilokokus,

streptokokus, pneumokokus, pseudomonas dan bacillus cereus. Bakteri, sebagai

benda asing, memicu suatu respons inflamasi. Masuknya produk-produk

inflamasi menyebabkan tingginya kerusakan pada rintangan okular-darah dan

peningkatan rekrutmen sel inflamasi.

(Wijaya. N., et al, Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6, 1993, hal 149-150. )

Kerusakan pada mata terjadi akibat rusaknya sel-sel inflamasi yang

melepaskan enzim-enzim proteilitik serta racun-racun yang dihasilkan oleh

bakteri-bakteri. Kerusakan terjadi di semua level jaringan yang berhubungan

dengan sel-sel inflamasi dan racun-racun.

(Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya

Medika)

Endoftalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa,

iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan

okular, mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu,

peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi

yang mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen

(Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya

Medika)

(Hanscom TA. Postoperative edophthalmitis. Clin Infect Dis 2004; 38:4:542-6.)

2.7. Manifestasi Klinik

Gejala dari endoftalmitis adalah:

(Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya

Medika)

(Ilyas S., Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta 2000, hal 175- 176. )

Severe ocular pain

Mata merah

8

Page 9: Endoftalmitis

Lakrimasi

Penurunan visus

Fotofobia

Sedangkan tanda dari endoftalmitis adalah:

(Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya

Medika)

(Ilyas S., Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta 2000, hal 175- 176. )

Kelopak mata bengkak dan eritema

Konjungtiva tampak chemosis

Kornea edema, keruh, tampak infiltrate

Hipopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di ruang anterior)

Hipopion adalah terdapatnya nanah dalam bilik mata depan bagian bawah atau

nanah dalam gelembung di bagian terendah. Hipopion ini terbentuk pada penyakit

radang kornea, iris dan badan siliar akibat dari sel radang yang masuk ke dalam

bilik mata depan. Bila sudah terlihat hipopion berarti keadaan sudah lanjut

sehingga prognosisnya buruk.

Iris oedem dan keruh

Pupil tampak yellow reflex

Eksudat pada vitreus

TIO meningkat atau menurun

Manifestasi klinis dari endoftalmitis dapat digunakan untuk membedakan

etiologi dari endoftalmitis, yaitu :

1. Bakteri

Onset cepat ( 1-7 hari post operatif)

Nyeri, mata merah dan kemosis

Edem palpebra dan spasme otot palpebra

Visus menurun dengan cepat

Hipopion

Diffuse Glaukoma

2. Fungi

Onset terlambat (8-14 hari atau lebih)

9

Page 10: Endoftalmitis

Sedikit nyeri dan merah

Transient hipopion

Lesi satelit

Puff ball opacities pada vitreus

Visus tidak begitu menurun

Gambar 1. Gambaran klinis endoftalmitis

2.8. Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis

Pada pemeriksaan luar mata, funduskopi dan slit lamp dapat ditemukan :

(Egan DC, dkk, 2007 Endoftalmitis. Diakses dari www.emedicine.com )

Palpebra udem dan eritema

Injeksi konjungtiva dan silier

Hipopion

Vitreitis

Kemosis

Red reflex berkurang atau hilang

Proptosis

Papilitis

Leukokoria

Udem kornea

Keratitis

Gambaran flare pada COA

10

Page 11: Endoftalmitis

Uveitis

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien endoftalmitis

adalah:

(Graham, R, 2006, Endopthalmitis Bacterial, www.Emedicine//emerg .2006htm )

(Trattler, W, 2006, Endopthalmitis Postoperatif,

www.Emedicine//emerg.2006htm)

a. Laboratorium

Melakukan kultur dan sensitivitas terhadap sampel-sampel aqueous dan sampel

vitreus untuk menentukan jenis organisme dan sensitivitas antibiotik. Yaitu

dengan aspirasi 0,5 – 1 ml korpus vitreus dengan anestesi lokal melalui sklerotomi

pars plana dengan menggunakan jarum 20-23, kemudian aspirat diperiksa secara

mikroskopis.

Jika bakteri-bakteri endoftalmitis endogen dicurigai, penanganan yang

sistemik atas sumber tersebut perlu dilakukan. Penanganan ini meliputi hal-hal

berikut ini:

Kultur darah

Kultur sputum

Kultur urin

b. Studi Pencitraan

B-scan ultrasound

Ini adalah pemeriksaan dengan melakukan ultrasound terhadap kutub posterior

jika pandangan fundus buruk. Biasanya, penebalan korodial dan gema-gema

ultrasound dalam vitreus anterior dan posterior akan membantu diagnosis.

Ultrasound juga penting untuk menyediakan landasan pijak sebelum intervensi

intraocular dan untuk menilai tampak vitreus posterior dan daerah-daerah traksi

yang mungkin. Retina yang robek jarang terlihat bersama-sama dengan

endoftalmitis.

11

Page 12: Endoftalmitis

Gambar 2. B.Scan Endoftalmitis

CT scan

Jarang dilakukan kecuali terjadi trauma. Penebalan sclera dan jaringan-jaringan

uveal yang berhubungan dengan berbagai tingkatan densitas yang tinggi dalam

vitreus dan struktur-struktur jaringan lunak periokular mungkin terlihat.

Penegakan diagnosis???

2.9. Diagnosis Banding

Endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit untuk

dibedakan dengan peradangan intraocular lainnya. Peradangan berlebihan tanpa

endopthalmitis sering ditemui pasca operasi yang rumit, uveitis yang sudah ada

sebelumnya dan keratitis, diabetes, terapi glaukoma, dan bedah sebelumnya. Toxic

anterior segment syndrome (TASS) juga termasuk dalam diagnosis diferensial

endoftalmitis. TASS disebabkan oleh pengenalan substansi zat beracun selama

operasi yang umumnya disebabkan oleh instrumen, cairan, atau lensa intraokular.

Keratitis dan infeksi pasca operasi sering disertai dengan hipopion tanpa infeksi

intraokular. lt ini penting untuk menghindari memperkenalkan infeksi eksternal

(seperti dalam kasus keratitis bakteri) ke mata dengan melakukan paracentesis

yang tidak perlu. Sel tumor dari limfoma mungkin menumpuk di vitreous, atau sel

retinoblastoma dapat terakumulasi di ruang depan, simulasi peradangan

intraocular. Pada retinoblastoma intraokular biopsi merupakan kontraindikasi.

karakteristik yang paling membantu untuk membedakan endoftalmitis yang benar

adalah bahwa vitritis ini progresif dan keluar dari proporsi lain temuan segmen

12

Page 13: Endoftalmitis

anterior. Jika ragu, dokter harus menangani kondisi ini sebagai suatu proses

infeksi

Smith MA, Sorenson JA, D'Aversa G, Mandelbaum S, Udell I, Harrison W. Treatment of

experimental methicillin-resistant Staphylococcus epidermidis endoftalmitis with

intravitreal vancomycin and intravitreal dexamethasone.J Infect Dis 1997; 175(2):462-6.

2.10. Tatalaksana

Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endoftalmitis. Hasil akhir

ini sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat waktu.

Tujuan dari terapi endoftalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi

kerusakan jaringan dari produk bakteri dan peradangan, dan mempertahankan

penglihatan. Dalam kebanyakan kasus terapi yang diberikan adalah antimikroba

intravitreal, periokular, dan topikal. sedangkan dalam kasus yang parah, dilakukan

vitrectomy. antibiotik di endoftalmitis

Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistance: Are

ophtalmologists the villains ? The heroes? Am J Ophtalmol 2001; 131:3:371-6.

(Dafpus untuk farmako beluuuum!!!)

2.10.1. Nonfarmakologi

Perlu dijelaskan bahwa:

1. Penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk yang  mengancam

bola  mata dan nyawa apabila tidak tertangani.

2. Penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya, sehingga perlu dilakukan

pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda inflamasi pada mata

seperti mata merah, bengkak, turunnya tajam penglihatan, kotoran pada mata

untuk segera untuk diperiksakan ke dokter mata.

3. Penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan yang ketat baik

secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi

hiperglikemia akan meningkatkan resiko terjadinya bakteriemi yang dapat

menyerang mata satunya, atau bahkan dapat berakibat fatal  jika menyebar ke

otak.

13

Page 14: Endoftalmitis

4. Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang

memungkinkan menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.

2.10.2. Farmakologi

1. Antibiotik

Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua

kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis. Antibiotik yang dapat

diberikan adalah:

a. Vancomycin (Vancocin, Vancoled, Lyphocin)

Antibiotik yang ampuh untuk melawan organisme-organisme gram-positive dan

efektif untuk melawan spesies Enterococcus. Diindikasikan untuk para pasien

yang tidak bisa mendapat atau gagal merespons penisilin-penisilin serta

cephalosporins dan yang mengalami infeksi dengan staphylococci yang resisten.

b. Ceftazidime (Ceptaz, Fortaz, Tazicef, Tazidime)

Pilihan utama untuk mengatasi intravitreal gram-negative. Cephalosporin generasi

ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; kurang ampuh melawan

organisme-organisme gram-positif; lebih efektif melawan organisme-organisme

yang kebal. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengikat satu atau lebih

protein pengikat penisilin.

c. Amikacin (Amikin)

Pilihan kedua bagi injeksi intravitreal untuk mengatasi gram-negative. Untuk

melawan infeksi-infeksi bakteri gram negatif yang kebal terhadap gentamicin dan

tobramycin. Efektif melawan Pseudomonas aeruginosa.

d. Ciprofloxacin (Cipro, Ciloxan)

Cara pemberian antibiotik adalah:

a. Intravitreal antibiotik

Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg

dalam 0.1ml

Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam

0.1 ml

14

Page 15: Endoftalmitis

Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg

dalam 0.1 ml

b. Antibiotik topikal

Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan

Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)

c. Antibiotik sistemik (jarang).

Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3hari, diikuti 500 mg oral BD

selama 6-7 hari, atau

Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam

2. Anti fungal

Pilihan antifungal yang digunakan adalah Amphotericin B, Voriconazole,

Ketokonazole, Fluconazole, dan Itraconazole.

3. Terapi steroid

Memiliki sifat-sifat anti-inflamasi. Obat-obat kortikosteroid mengubah respons

kekebalan tubuh terhadap stimulus-stimulus yang berbeda. Pemberian steroid

dimulai setelah 12-24 jam pemberian antibiotik intensif.

a. Prednisolone acetate (Pred Forte)

Mengobati inflamasi-inflamasi akut setelah operasi mata atau jenis gangguan-

gangguan pada mata lainnya. Mengurangi inflamasi dan neovaskularisasi kornea.

Menghambat migrasi leukosit-leukosit polymorphonuclear dan menghentikan

kebocoran pembuluh kapiler. Dalam kasus infeksi-infeksi bakteri, penggunaan

berbarengan obat-obat anti-infeksi dilakukan; jika tanda-tanda dan gejala tidak

membaik setelah 2 hari, periksa kembali pasien.

b. Dexamethasone (Ocu-Dex)

Untuk bermacam-macam penyakit alergi dan inflamasi. Mengurangi peradangan

dengan cara menghambat perpindahan leukosit-leukosit polymorphonuclear dan

mengurangi kebocoran (permeabilitas) pembuluh kapiler. Opsional; data klinis

masih bertentangan mengenai manfaatnya.

Cara pemberian:

• Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml

15

Page 16: Endoftalmitis

• Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 – 7 hari

• Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan

50 mg, 40 mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.

3. Terapi suportif

Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2%

2 – 3 hari sekali. Mengurangi ciliary spasm yang bisa menyebabkan nyeri.

Agen-agen sikloplegik (cycloplegic) juga adalah mydriatic, dan praktisi harus

memastikan bahwa pasien tidak menderita glukoma. Pengobatan ini bisa

memicu serangan angle-closure yang akut.

Obat-obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan tekanan

intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari

4. Operatif

Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah

debridemen rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi,

dan zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus

membran vitreous yang dapat menyebabkan ablasio retina, dan membantu

pemulihan penglihatan. Endophthalmitis vitrectomy Study (EVS) menunjukkan

bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi postcataract dan lebih baik

dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga memainkan peran penting dalam

pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa.

(Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, PeperkampE, Veckeneer M et al.

Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative

endophthalmitis:a prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp

Ophthalmol.2005;243(12):1200-5)

2.10.3. Pencegahan

1. Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum operasi

(blepharitis, kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yg aktif)

2. Persiapan operasi, termasuk :

Pov. Iodine 5-10%

16

Page 17: Endoftalmitis

Sarung tangan steril

Profilaksis topikal / perikoular antibiotik

Profilaksis intravitreal (pada kasus – kasus trauma)

(dafpus???)

2.11. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga lapisan

mata (retina, koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan

panoftalmitis. Panoftalmitis merupakan peradangan pada seluruh bola mata

termasuk sklera dan kapsula tenon. Selain itu, bisa mengakibatkan penurunan

visus, kebutaan dan rusaknya struktur bola mata. Bila terjadi komplikasi, perlu

dilakukan enukleasi1,9.

2.12. Prognosis

Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung Durasi dari endoftalmitis, jangka

waktu infeksi sampai penatalaksanaan, Virulensi bakteri dan Keparahan dari

trauma. Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat

mampu meningkatkan angka kesembuhan endoftalmi.

(Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, PeperkampE, Veckeneer M et al.

Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative

endophthalmitis:a prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp

Ophthalmol.2005;243(12):1200-5)

BAB III

KESIMPULAN

Haaaah.. Bab 3 apa yak??belum tau bul

17