efusi pleura

28
EFUSI PLEURA I. DEFINISI Efusi Pleura merupakan suatu kumpulan cairan pada ruangan antara lapisan parietalis dan viseralis dari pleura. Biasanya berisi cairan serosa, namun juga dapat mengandung bahan lainnya. 1 (Pradip R. Patel, 2005) virtualcancercentre.com Cairan (Pleura effusion) dapat berupa: 2 1. Cairan Transudat, terdiri atas cairan yang bening, biasanya ditemukan pada kegagalan jantung, kagagalan ginjal yang akut atau kronik, keadaan hipoproteinemia pada kegagalan fungsi hati, pemberian cairan infus yang berlebihan. 2. Cairan eksudat, berisi cairan kekeruh-keruhan, paling sering ditemukan pada infeksi tuberculosis, atau nanah (empiema) dan penyakit-penyakit kolagen (lupus eritomatosis, rheumatoid artritis). 3. Cairan darah (Hematotoraks), dapat disebabkan trauma tertutup atau terbuka, infark paru dan karsinoma paru. 4. Cairan getah bening; meskipun jarang terjadi tetapi dapat diakibatkan oleh sumbatan aliran getah bening 1

Upload: resky-maynora

Post on 07-Dec-2014

161 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Efusi Pleura

EFUSI PLEURA

I. DEFINISI

Efusi Pleura merupakan suatu kumpulan cairan pada

ruangan antara lapisan parietalis dan viseralis dari pleura.

Biasanya berisi cairan serosa, namun juga dapat

mengandung bahan lainnya. 1(Pradip R. Patel, 2005)

virtualcancercentre.com

Cairan (Pleura effusion) dapat berupa: 2

1. Cairan Transudat, terdiri atas cairan yang bening, biasanya ditemukan pada

kegagalan jantung, kagagalan ginjal yang akut atau kronik, keadaan

hipoproteinemia pada kegagalan fungsi hati, pemberian cairan infus yang

berlebihan.

2. Cairan eksudat, berisi cairan kekeruh-keruhan, paling sering ditemukan pada

infeksi tuberculosis, atau nanah (empiema) dan penyakit-penyakit kolagen (lupus

eritomatosis, rheumatoid artritis).

3. Cairan darah (Hematotoraks), dapat disebabkan trauma tertutup atau terbuka, infark

paru dan karsinoma paru.

4. Cairan getah bening; meskipun jarang terjadi tetapi dapat diakibatkan oleh

sumbatan aliran getah bening toraks, misalnya pada filiarisasi atau metastasis pada

kelenjar getah bening dari suatu keganasan.

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI PLEURA

Paru-paru terletak pada rongga dada.

Masing-masing paru berbentuk kerucut. Paru

kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam

tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri

1

Page 2: Efusi Pleura

dibagi oleh sebuah fisura ke dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 1995,

121).

Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum.

Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh

selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992, 104).

Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua

lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan parietal menutupi

permukaan dalam dari dinding dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix paru.

Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan tersebut.

Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah bergerak satu ke

yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123). Cairan pleura diproduksi oleh pleura

parietalis dan diabsorbsi pleura visceralis, dimana cairan terbentuk dari filtrasi plasma

melalui endotel kapiler kemudian diabsorbsi oleh pembuluh limfe dan venula pleura.

Cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura parietalis dan selanjutnya keluar lagi dalam

jumlah yang sama melalui membran pleura visceralis via sistem limfatik dan vaskuler.

Pergerakan cairan dari pleura parietal ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya

perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid plasma. Cairan terbanyak

direabsorsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil direabsorbsi oleh sistem kapiler

pulmonal. Penyerapan cairan pada pleura visceralis dapat dipermudah dengan adanya

banyak mikrovili disekitar sel – sel mesotelial.

Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura

karena biasanya hanya terdapat sekitar 1-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa

yang selalu bergerak secara teratur (Soeparman, 1990, 785). Setiap saat jumlah cairan

dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura, maka

kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara

langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum. Permukaan superior dari diafragma

dan permukaan lateral dari pleura parietalis disamping adanya keseimbangan antara

produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh karena itu ruang

pleura disebut sebagai ruang potensial. Karena ruang ini normalnya begitu sempit sehingga

bukan merupakan ruang fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).5

2

Page 3: Efusi Pleura

III. ETIOLOGI

Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di Negara berkembang termasuk

Indonesia adalah tuberkulosis paru. Selain TBC, keadaan lain juga menyebabkan efusi

pleura seperti pada penyakit autoimun systemic lupus erythematosus (SLE), perdarahan

(sering akibat trauma). Efusi pleura jarang pada keadaan rupture esophagus, penyakit

pancreas, abses intraabdomen, rheumatoid arthritis, sindroma Meig (asites, dan efusi

pleura karena adanya tumor ovarium). 3

IV. GEJALA KLINIK

Beberapa gejala disebabkan oleh penyakit yang mendasari. Pneumonia akan

menyebabkan demam, menggigil dan nyeri dada pleuritik. Efusi malignan dapat

mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala:

* Efusi luas : Sesak napas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang berisi

cairan, bunyi napas minimal atau tak terdengar ada pergeseran trakeal menjauhi tempat

yang sakit.

* Efusi ringan sampai sedang : dispnea bisa.

V. PATOFISIOLOGI

Di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ml cairan yang cukup untuk

membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan

oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya

tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,

sebagian kecil lainnya (10-20 %) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase

cairan di sini mencapai 1 liter seharinya.

Dalam keadaan normal hanya terdapat 1-20 ml cairan di dalam rongga pleura.

Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis

sebesar 9 cm H2O. Terkumpulnya cairan di rongga pleura (efusi pleura) terjadi bila

keseimbangan antara produksi dan absorpsi terganggu, dimana akumulasi cairan pleura

dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita

hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan

atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan

negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).

3

Page 4: Efusi Pleura

Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai

peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatik tekanan osmotik koloid yang

menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar

langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga

mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali

atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.

Infeksi tuberkulosis pleura biasanya disebabkan oleh efek primer sehingga

berkembang pleuritis eksudativa tuberkulosa. Pergeseran antara kedua pleura yang

meradang akan menyebabkan nyeri. Suhu badan mungkin hanya sub febris, kadang ada

demam.5

VI. DIAGNOSIS

Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara

pernafasan. Apabila cairan yang terakumulasi lebih dari 500 ml, biasanya akan

menunjukkan gejala klinis seperti penurunan pergerakan dada yang terkena efusi pada saat

inspirasi, pada pemeriksaan perkusi didapatkan dullness/pekak, auskultasi didapatkan

suara pernapasan menurun, dan vocal fremitus yang menurun. 3

Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:

Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk

mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Dalam foto thoraks

terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang melengkung jika

jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang ditemukan. Untuk memastikan

dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan

memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-

787).

USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya

sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

4

Page 5: Efusi Pleura

CT scan dada

Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta

cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum mengungkapkan

sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan jaringan toraks lainnya.

Torakosentesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan

pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan

cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada

dibawah pengaruh pembiusan lokal). 

Biopsi

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan

biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar

20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi

pleura tetap tidak dapat ditentukan.

Analisa cairan pleura

Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di

konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat

diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan

dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada

foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.

VII. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

A. Radiografi dada konvensional

Pada pemeriksaan foto thoraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa

perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya relatif radioopak

dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah dan selalu

mengisi angulus costofrenicus. Karena cairan mengisi ruang hemithoraks sehingga

jaringan paru akan terlihat mendorong ke arah sentral / hilus, dan kadang-kadang

mendorong mediastinum ke arah kontralateral (Gbr.4b).

Cairan bebas akan membentuk dua bentuk dasar, dan biasanya terlihat dalam

kombinasi dengan lainnya:

5

Page 6: Efusi Pleura

1) Biasanya cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di lateral dari pada yang di

medial dan juga berjalan ke dalam fissura, terutama ke ujung bawah fisura

obliqua. Efusi sangat beasar ke atas puncak paru Tepi yang halus antara

paru dan cairan (Meniskus sign) dapat dikenal pada film penetrasi yang

adekuat, asalkan paru yang mendasarinya teraerasi. Tepi halus ini selalu

harus di cari, karena bersifat diagnostik bagi patologi pleura. ( Gambar 1b ).

2) Kadang-kadang, sedikit cairan yang berjalan menaiki dinding dada,

kemudian cairan ini dikenal sebagai “efusi subpulmonalis” (Gambar 5 ).

Batas atas cairan ini sangat menyerupai bentuk diaphragma normal dan

karena bayangan diaphragma sejati dikabur oleh cairan, maka sangat sulit

atau bahkan tak mungkin mengatakan pada film berdiri standart (PA)

apakah itu cairan. Untuk membedakan bayangan basal paru yang

disebabkan oleh efusi pleura atau kolaps atau pemandatan paru maka dapat

dibuat film frontal pada pasien berbaring pada satu sisi (Dekubitus

lateralis). Jika cairan akan bergerak bebas, kemudian akan terletak

sepanjang dinding dada lateral yang rendah. Teknik ini sangat bermanfaat

bila efusi terutama atau seluruhnya subpulmonalis.

Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto thoraks tegak adalah 250-300

ml. Bila cairan kurang dari 250 ml (100-200 ml), dapat ditemukan pengisian cairan di

sinus costofrenicus posterior pada foto thoraks lateral tegak (Gambar 7). Cairan yang

kurang dari 100 ml (50-100 ml), dapat diperlihatkan dengan posisi dekubitus dan arah

sinar horisontal di mana cairan akan berkumpul di sisi samping bawah (Gambar 8a, 8b,

9).2,6

a. Posisi tegak posteroanterior (PA)

Pada tahap awal dengan pasien posisi tegak lurus, cairan akan cenderung untuk

terakumulasi pada posisi infrapulmonary jika rongga pleura tidak terdapat adhesi dan paru-

parunya sehat, sehingga membentuk efusi subpulmonary. Pada umumnya dapat setujui

bahwa gravitasi mungkin merupakan factor utama yang menentukan lokasi cairan. Hampir

bersamaan dengan akumulasi dari infrapulmonary, cairan pleura akan terlihat pada sulcus

costophrenic dan dapat terlihat pada awalnya sebagai perubahan letak medial dari sudut

costophrenic dan kemudian telihat gambaran diafragma yang tumpul.

6

Page 7: Efusi Pleura

A B

Figure 1 (A) Normal Thorax, (B): Free pleural effusion. Posteroanterior chest

radiograph demonstrates the meniscus sign (arrows) in a large free right pleural effusion

7

Page 8: Efusi Pleura

Gambar 2. Pada X-ray dada posisi tegak lurus : terlihat efusi pleura minimal dengan tanda

meniscus (Tanda panah) yang kecil pada sinus phrenicocostal.

www.sudamedica.com

Figure 3a. Massive pleura effusion dextra 3b. Massive pleura effusion sinistra

with mediastinal shift to right

8

Page 9: Efusi Pleura

http://www.joplink.net/prev/200603/16.html

Figure 4. Chest radiography on admission Figure 5. Loculated effusion in the .

showing bilateral pleural effusion. Minor fissure (arrow) The opacity is

smoothly marginated and biconvex.

b. Foto lateral tegak

Teknik Foto Lateral tegak adalah tempatkan bagian dada pasien sejajar dengan

garis tengah kaset. Tempatkan tangan ke atas dengan elbow fleksi serta kedua

antebrachi bersilang diletakkan di belakang kepala seperti bantalan dengan kedua

tangan memegang elbow. Usahakan pasien bernapas dan ekspirasi penuh untuk

memaksimalkan area paru-paru. 7

(a) (b)

9

Page 10: Efusi Pleura

Gambar 6a: Posisi pasien foto lateral tegak. 6b: Foto Lateral tegak normal

Gambar 7 Pleural effusion more evident on lateral view

c. Posisi Lateral Decubitus

radiografi dada lateral decubitus digunakan selama bertahun-tahun untuk mendiagnosis

efusi pleura yang sedikit. Posisi ini pertama dikemukakan pada hasil karya Rigler. Posisi

pasien selama pemeriksaan pada X-ray dada dengan posisi lateral dekubitus kiri. Setelah

bersandar selama 5 menit pada pinggang dalam posisi trendellenburg, maka sinar X-ray

yang sentral diarahkan pada dinding thorax lateral.

(a) (b)

Gambar 8a. Posisi Lateral dekubitus , 8b. Radiografi X-ray dada dengan posisi lateral

dekubitus kiri. Foto diambil pada saat ekspirasi yang menunjukkan dengan jelas adanya

lapisan cairan dengan ketebalan sekitar 5mm.

10

Page 11: Efusi Pleura

Gambar 9. Posisi lateral dekubitus kiri : terlihat lapisan cairan dengan ketebalan >1,5 cm

(sekitar 300 ml cairan pleura).

B. USG Thorax

Pada dekade terakhir ultrasonografi (US) dari rongga pleura menjadi metode utama

untuk mendemonstrasikan adanya efusi pleura yang sedikit. Kriteria US untuk

menentukan efusi pleura adalah : setidaknya zona anechogenic memiliki ketebalan 3mm

diantara pleura parietal dan visceral dan atau perubahan ketebalan lapisan cairan antara

ekspirasi dan inspirasi, dan juga perbedaan letak posisi pasien. Karena ultrasonografi

adalah metode utama maka sangatlah penting untuk melakukan pengukuran sonografi

dengan pemeriksaan tegak lurus terhadap dinding dada.

Membandingkan US dada dengan radiografi ekspirasi posisi lateral decubitus,

Kocijanjic menunjukkan bahwa keduanya terlihat sebagai metode yang efisien untuk

mendemonstrasikan adanya efusi pleura yang sedikit tetapi US dapat menilai ketebalan

dari lapisan cairan lebih akurat dibandingkan dengan radiografi.

Pada radiogram dada tegak lurus, hanya perubahan letak medial dari sudut

costophrenis dan adanya tanda meniscus yang kecil terdeteksi pada 40% pasien.

Metode pemeriksaan US dengan apa yang disebut sebagai “elbow position”.

Pemeriksaan ini dimulai dengan pasien diletakkan pada. posisi lateral decunitus selama 5

menit ( serupan dengan radiografi dada posisi lateral decubitus) kemudian pemeriksaan US

dilakukan dengan pasien bertumpu pada siku (gambar 10). Maneuver ini memungkinkan

kita untuk mendeteksi efusi subpulmonal yang sedikit, karena cairan cenderung akan

terakumulasi dalam pleura diaphragmatic pada posisi tegak lurus

11

Page 12: Efusi Pleura

Gambar 10. Diagram menunjukkan posisi siku dengan meletakaan transduser

selama pemeriksaan untuk melihat keadaan rongga pleura kanan.

Gambar 11. Sonogram pada

pasien dengan kanker paru lobus

kanan atas. Gambar

menunjukkan adanya akumulasi

cairan selama inspirasi (setebal 6

mm; berbentuk kurva,-gambar

kiri) dimana gambar tersebut lebih

jelas dibanding selama ekspirasi

( setebal 11 mm ; berbentuk kurva-

gambar kanan).

C. CT-SCAN

Pada CT scan, efusi pleura bebas Memberikan gambaran sebagai daerah putih

berbentuk bulan sabit di bagian tergantung dari hemithorax tersebut. Paru yang efusi

memiliki konfigurasi cekung ke atas karena paru-paru terdorong oleh cairan efusi.

Pemeriksaan CT sebagian besar dilakukan dalam posisi terlentang, cairan mulai

menumpuk posterior dalam sulkus kostofrenikus. Dengan efusi besar, cairan meluas ke

aspek apikal dan anterior dada dan kadang-kadang ke dalam celah itu. Sebuah pergeseran

12

Page 13: Efusi Pleura

dalam cairan dapat dilihat pada CT scan di bawah ini, dibandingkan dengan radiografi dari

pasien yang sama.8

Figure 12. shows a dependent area

with attenuation similar to that of

water and a curvilinear upper margin

(E). Mediastinal lymphadenopathy

can be seen in the middle and

posterior mediastinum (arrows)

Figure 13. CT-Scan dada menunjukkan loculated efusi pleura fissura major paru kiri

(tanda panah). Efusi loculated terletak di sepanjang jalur fisura dan berbentuk bulat

panjang, dengan margin runcing

VIII. PENATALAKSANAAN

Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa

intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila

empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu

13

Page 14: Efusi Pleura

dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara

sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi

pengeluaran cairan yang adequate.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan

pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang

dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.

1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.

2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).

3. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.

4. Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),

menghilangkan dispnea.

5. Water seal drainage (WSD)

Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif

seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan

segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih

banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.

6. Antibiotika jika terdapat empiema.

7. Operatif.8

IX. DIAGNOSA BANDING

Atelektasis

Yaitu suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan

berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru kurang berkembang atau sama sekali

tidak berisi udara.

Perbedaan secara

gambaran radiologis:

14

Page 15: Efusi Pleura

www.chestxray.hpage.com

Gambar 14. Perselubungan totalis pada paru kanan.

Gambar A dan C: Terlihat Gambar massive efusi pleura (A) dan trachea (Garis

putus-putus) tampak terdorong ke arah paru yang sehat (C).

Gambar B dan D: Terlihat Gambar atelectasis total pada paru kanan dengan tanda

sela iga menyempit dan trachea (garis putus-putus) terlihat tertarik ke arah paru

yang sakit atau atelectasis (D) . 9

KESIMPULAN

Efusi Pleura merupakan suatu kumpulan cairan pada ruangan antara lapisan

parietalis dan viseralis dari pleura. 1(Pradip R. Patel, 2005). Biasanya berisi cairan serosa,

namun juga dapat mengandung bahan lainnya. Cairan (Pleura effusion) dapat berupa:

cairan transudat, cairan eksudat, cairan darah (Hematotoraks), cairan getah bening.

Pada pemeriksaan foto thoraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa

perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya relatif radioopak

dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah dan selalu

mengisi angulus costofrenicus. Karena cairan mengisi ruang hemithoraks sehingga

jaringan paru akan terlihat mendorong ke arah sentral / hilus, dan kadang-kadang

mendorong mediastinum ke arah kontralateral (Gbr.4b).

Cairan bebas akan membentuk dua bentuk dasar, dan biasanya terlihat dalam

kombinasi dengan lainnya:

1) Biasanya cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di lateral dari pada yang di

medial dan juga berjalan ke dalam fissura, terutama ke ujung bawah fisura

obliqua. Efusi sangat beasar ke atas puncak paru Tepi yang halus antara

15

Page 16: Efusi Pleura

paru dan cairan (Meniskus sign) dapat dikenal pada film penetrasi yang

adekuat, asalkan paru yang mendasarinya teraerasi.

2) Kadang-kadang, sedikit cairan yang berjalan menaiki dinding dada,

kemudian cairan ini dikenal sebagai “efusi subpulmonalis.

Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto thoraks tegak adalah 250-300

ml. Bila cairan kurang dari 250 ml (100-200 ml), dapat ditemukan pengisian cairan di

sinus costofrenicus posterior pada foto thoraks lateral tegak (Gambar 6). Cairan yang

kurang dari 100 ml (50-100 ml), dapat diperlihatkan dengan posisi dekubitus dan arah

sinar horisontal di mana cairan akan berkumpul di sisi samping bawah (Gambar 7a, 7b,

8).2,6

DAFTAR PUSTAKA

1. Patel, Pradip R. Radiologi. Edisi ke 2. Jakarta: Erlangga. 2007. Hal: 43

2. Rasad, Sjahriar. Radiologi diasnotik. Edisi Ke 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2005.

Hal: 116-119

3. Sutton, David. Textbook of radiology and Medical Imaging. Volume I. Fifth Edition.

New York: Curchill Livingstone Inc. 1994. p. 365-370

4. http://rofiqahmad.wordpress.com/ 5. http://my.opera.com/Arikza/blog/2010/03/27/efusi-pleura

6. Armstrong, Peter. Pembuatan Gambar Diagnostik. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 1989. Hal: 44-45

7. http://emedicine.medscape.com/article/807375-overview

8. http://akper-askep.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-efusi-pleura.html

9. http://www.sudamedica.com/gallery/image_page.php?album_id=6&image_id=130

16

Page 17: Efusi Pleura

Referat

Pemeriksaaan Radiologis Efusi Pleura

Oleh :

17

Page 18: Efusi Pleura

Disusun Oleh:ESTHY PELAPELAPON

06-108

Pembimbing : dr. PHERENA Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGIPERIODE 4 MARET 2013 – 30MARET 2013

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTADAFTAR IS1

KATA PENGANTAR i

DEFINISI 1

ANATOMI DAN FISIOLOGI PLEURA 1

ETIOLOGI 3

GEJALA KLINIK 3

PATOFISIOLOGI 3

DIAGNOSIS 4

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS 5

PENATALAKSANAAN 13

DIAGNOSA BANDING 14

KESIMPULAN 15

DAFTAR PUSTAKA 16

18

Page 19: Efusi Pleura

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas refarat yang berjudul

“Pemeriksaan Radiologi Efusi Pleura ”.

Tugas refarat ini dibuat dengan tujuan selain sebagai salah satu tugas

kepaniteraan klinik bagian radiologi juga bertujuan agar para dokter muda

mengetahui pemeriksaan radiologi pada kasus efusi pleura.

Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam

pembuatan refarat ini, khususnya kepada dr. PHERENA Sp.Rad yang telah

berkenan membimbing dan menilai presentasi refarat ini.

Akhir kata saya mohon kritik dan saran yang membangun demi kemajuan

kita bersama, khususnya mengenai kasus “ Pemeriksaan Radiologi Pada Efusi

Pleura”.

19

i

Page 20: Efusi Pleura

Jakarta, Maret 2013

Penyusun

20

ii