efusi pleura
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
EFUSI PLEURA
I. DEFINISI
Efusi Pleura merupakan suatu kumpulan cairan pada
ruangan antara lapisan parietalis dan viseralis dari pleura.
Biasanya berisi cairan serosa, namun juga dapat
mengandung bahan lainnya. 1(Pradip R. Patel, 2005)
virtualcancercentre.com
Cairan (Pleura effusion) dapat berupa: 2
1. Cairan Transudat, terdiri atas cairan yang bening, biasanya ditemukan pada
kegagalan jantung, kagagalan ginjal yang akut atau kronik, keadaan
hipoproteinemia pada kegagalan fungsi hati, pemberian cairan infus yang
berlebihan.
2. Cairan eksudat, berisi cairan kekeruh-keruhan, paling sering ditemukan pada
infeksi tuberculosis, atau nanah (empiema) dan penyakit-penyakit kolagen (lupus
eritomatosis, rheumatoid artritis).
3. Cairan darah (Hematotoraks), dapat disebabkan trauma tertutup atau terbuka, infark
paru dan karsinoma paru.
4. Cairan getah bening; meskipun jarang terjadi tetapi dapat diakibatkan oleh
sumbatan aliran getah bening toraks, misalnya pada filiarisasi atau metastasis pada
kelenjar getah bening dari suatu keganasan.
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI PLEURA
Paru-paru terletak pada rongga dada.
Masing-masing paru berbentuk kerucut. Paru
kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam
tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri
1
dibagi oleh sebuah fisura ke dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 1995,
121).
Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum.
Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh
selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992, 104).
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua
lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan parietal menutupi
permukaan dalam dari dinding dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix paru.
Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan tersebut.
Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah bergerak satu ke
yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123). Cairan pleura diproduksi oleh pleura
parietalis dan diabsorbsi pleura visceralis, dimana cairan terbentuk dari filtrasi plasma
melalui endotel kapiler kemudian diabsorbsi oleh pembuluh limfe dan venula pleura.
Cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura parietalis dan selanjutnya keluar lagi dalam
jumlah yang sama melalui membran pleura visceralis via sistem limfatik dan vaskuler.
Pergerakan cairan dari pleura parietal ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya
perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid plasma. Cairan terbanyak
direabsorsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil direabsorbsi oleh sistem kapiler
pulmonal. Penyerapan cairan pada pleura visceralis dapat dipermudah dengan adanya
banyak mikrovili disekitar sel – sel mesotelial.
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura
karena biasanya hanya terdapat sekitar 1-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa
yang selalu bergerak secara teratur (Soeparman, 1990, 785). Setiap saat jumlah cairan
dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura, maka
kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara
langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum. Permukaan superior dari diafragma
dan permukaan lateral dari pleura parietalis disamping adanya keseimbangan antara
produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh karena itu ruang
pleura disebut sebagai ruang potensial. Karena ruang ini normalnya begitu sempit sehingga
bukan merupakan ruang fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).5
2
III. ETIOLOGI
Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di Negara berkembang termasuk
Indonesia adalah tuberkulosis paru. Selain TBC, keadaan lain juga menyebabkan efusi
pleura seperti pada penyakit autoimun systemic lupus erythematosus (SLE), perdarahan
(sering akibat trauma). Efusi pleura jarang pada keadaan rupture esophagus, penyakit
pancreas, abses intraabdomen, rheumatoid arthritis, sindroma Meig (asites, dan efusi
pleura karena adanya tumor ovarium). 3
IV. GEJALA KLINIK
Beberapa gejala disebabkan oleh penyakit yang mendasari. Pneumonia akan
menyebabkan demam, menggigil dan nyeri dada pleuritik. Efusi malignan dapat
mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala:
* Efusi luas : Sesak napas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang berisi
cairan, bunyi napas minimal atau tak terdengar ada pergeseran trakeal menjauhi tempat
yang sakit.
* Efusi ringan sampai sedang : dispnea bisa.
V. PATOFISIOLOGI
Di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan
oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya
tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10-20 %) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase
cairan di sini mencapai 1 liter seharinya.
Dalam keadaan normal hanya terdapat 1-20 ml cairan di dalam rongga pleura.
Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis
sebesar 9 cm H2O. Terkumpulnya cairan di rongga pleura (efusi pleura) terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorpsi terganggu, dimana akumulasi cairan pleura
dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita
hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan
atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan
negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).
3
Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatik tekanan osmotik koloid yang
menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga
mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali
atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
Infeksi tuberkulosis pleura biasanya disebabkan oleh efek primer sehingga
berkembang pleuritis eksudativa tuberkulosa. Pergeseran antara kedua pleura yang
meradang akan menyebabkan nyeri. Suhu badan mungkin hanya sub febris, kadang ada
demam.5
VI. DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara
pernafasan. Apabila cairan yang terakumulasi lebih dari 500 ml, biasanya akan
menunjukkan gejala klinis seperti penurunan pergerakan dada yang terkena efusi pada saat
inspirasi, pada pemeriksaan perkusi didapatkan dullness/pekak, auskultasi didapatkan
suara pernapasan menurun, dan vocal fremitus yang menurun. 3
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Dalam foto thoraks
terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang melengkung jika
jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang ditemukan. Untuk memastikan
dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan
memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-
787).
USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4
CT scan dada
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta
cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum mengungkapkan
sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan jaringan toraks lainnya.
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan
cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada
dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar
20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi
pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Analisa cairan pleura
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di
konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat
diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan
dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada
foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.
VII. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
A. Radiografi dada konvensional
Pada pemeriksaan foto thoraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa
perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya relatif radioopak
dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah dan selalu
mengisi angulus costofrenicus. Karena cairan mengisi ruang hemithoraks sehingga
jaringan paru akan terlihat mendorong ke arah sentral / hilus, dan kadang-kadang
mendorong mediastinum ke arah kontralateral (Gbr.4b).
Cairan bebas akan membentuk dua bentuk dasar, dan biasanya terlihat dalam
kombinasi dengan lainnya:
5
1) Biasanya cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di lateral dari pada yang di
medial dan juga berjalan ke dalam fissura, terutama ke ujung bawah fisura
obliqua. Efusi sangat beasar ke atas puncak paru Tepi yang halus antara
paru dan cairan (Meniskus sign) dapat dikenal pada film penetrasi yang
adekuat, asalkan paru yang mendasarinya teraerasi. Tepi halus ini selalu
harus di cari, karena bersifat diagnostik bagi patologi pleura. ( Gambar 1b ).
2) Kadang-kadang, sedikit cairan yang berjalan menaiki dinding dada,
kemudian cairan ini dikenal sebagai “efusi subpulmonalis” (Gambar 5 ).
Batas atas cairan ini sangat menyerupai bentuk diaphragma normal dan
karena bayangan diaphragma sejati dikabur oleh cairan, maka sangat sulit
atau bahkan tak mungkin mengatakan pada film berdiri standart (PA)
apakah itu cairan. Untuk membedakan bayangan basal paru yang
disebabkan oleh efusi pleura atau kolaps atau pemandatan paru maka dapat
dibuat film frontal pada pasien berbaring pada satu sisi (Dekubitus
lateralis). Jika cairan akan bergerak bebas, kemudian akan terletak
sepanjang dinding dada lateral yang rendah. Teknik ini sangat bermanfaat
bila efusi terutama atau seluruhnya subpulmonalis.
Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto thoraks tegak adalah 250-300
ml. Bila cairan kurang dari 250 ml (100-200 ml), dapat ditemukan pengisian cairan di
sinus costofrenicus posterior pada foto thoraks lateral tegak (Gambar 7). Cairan yang
kurang dari 100 ml (50-100 ml), dapat diperlihatkan dengan posisi dekubitus dan arah
sinar horisontal di mana cairan akan berkumpul di sisi samping bawah (Gambar 8a, 8b,
9).2,6
a. Posisi tegak posteroanterior (PA)
Pada tahap awal dengan pasien posisi tegak lurus, cairan akan cenderung untuk
terakumulasi pada posisi infrapulmonary jika rongga pleura tidak terdapat adhesi dan paru-
parunya sehat, sehingga membentuk efusi subpulmonary. Pada umumnya dapat setujui
bahwa gravitasi mungkin merupakan factor utama yang menentukan lokasi cairan. Hampir
bersamaan dengan akumulasi dari infrapulmonary, cairan pleura akan terlihat pada sulcus
costophrenic dan dapat terlihat pada awalnya sebagai perubahan letak medial dari sudut
costophrenic dan kemudian telihat gambaran diafragma yang tumpul.
6
A B
Figure 1 (A) Normal Thorax, (B): Free pleural effusion. Posteroanterior chest
radiograph demonstrates the meniscus sign (arrows) in a large free right pleural effusion
7
Gambar 2. Pada X-ray dada posisi tegak lurus : terlihat efusi pleura minimal dengan tanda
meniscus (Tanda panah) yang kecil pada sinus phrenicocostal.
www.sudamedica.com
Figure 3a. Massive pleura effusion dextra 3b. Massive pleura effusion sinistra
with mediastinal shift to right
8
http://www.joplink.net/prev/200603/16.html
Figure 4. Chest radiography on admission Figure 5. Loculated effusion in the .
showing bilateral pleural effusion. Minor fissure (arrow) The opacity is
smoothly marginated and biconvex.
b. Foto lateral tegak
Teknik Foto Lateral tegak adalah tempatkan bagian dada pasien sejajar dengan
garis tengah kaset. Tempatkan tangan ke atas dengan elbow fleksi serta kedua
antebrachi bersilang diletakkan di belakang kepala seperti bantalan dengan kedua
tangan memegang elbow. Usahakan pasien bernapas dan ekspirasi penuh untuk
memaksimalkan area paru-paru. 7
(a) (b)
9
Gambar 6a: Posisi pasien foto lateral tegak. 6b: Foto Lateral tegak normal
Gambar 7 Pleural effusion more evident on lateral view
c. Posisi Lateral Decubitus
radiografi dada lateral decubitus digunakan selama bertahun-tahun untuk mendiagnosis
efusi pleura yang sedikit. Posisi ini pertama dikemukakan pada hasil karya Rigler. Posisi
pasien selama pemeriksaan pada X-ray dada dengan posisi lateral dekubitus kiri. Setelah
bersandar selama 5 menit pada pinggang dalam posisi trendellenburg, maka sinar X-ray
yang sentral diarahkan pada dinding thorax lateral.
(a) (b)
Gambar 8a. Posisi Lateral dekubitus , 8b. Radiografi X-ray dada dengan posisi lateral
dekubitus kiri. Foto diambil pada saat ekspirasi yang menunjukkan dengan jelas adanya
lapisan cairan dengan ketebalan sekitar 5mm.
10
Gambar 9. Posisi lateral dekubitus kiri : terlihat lapisan cairan dengan ketebalan >1,5 cm
(sekitar 300 ml cairan pleura).
B. USG Thorax
Pada dekade terakhir ultrasonografi (US) dari rongga pleura menjadi metode utama
untuk mendemonstrasikan adanya efusi pleura yang sedikit. Kriteria US untuk
menentukan efusi pleura adalah : setidaknya zona anechogenic memiliki ketebalan 3mm
diantara pleura parietal dan visceral dan atau perubahan ketebalan lapisan cairan antara
ekspirasi dan inspirasi, dan juga perbedaan letak posisi pasien. Karena ultrasonografi
adalah metode utama maka sangatlah penting untuk melakukan pengukuran sonografi
dengan pemeriksaan tegak lurus terhadap dinding dada.
Membandingkan US dada dengan radiografi ekspirasi posisi lateral decubitus,
Kocijanjic menunjukkan bahwa keduanya terlihat sebagai metode yang efisien untuk
mendemonstrasikan adanya efusi pleura yang sedikit tetapi US dapat menilai ketebalan
dari lapisan cairan lebih akurat dibandingkan dengan radiografi.
Pada radiogram dada tegak lurus, hanya perubahan letak medial dari sudut
costophrenis dan adanya tanda meniscus yang kecil terdeteksi pada 40% pasien.
Metode pemeriksaan US dengan apa yang disebut sebagai “elbow position”.
Pemeriksaan ini dimulai dengan pasien diletakkan pada. posisi lateral decunitus selama 5
menit ( serupan dengan radiografi dada posisi lateral decubitus) kemudian pemeriksaan US
dilakukan dengan pasien bertumpu pada siku (gambar 10). Maneuver ini memungkinkan
kita untuk mendeteksi efusi subpulmonal yang sedikit, karena cairan cenderung akan
terakumulasi dalam pleura diaphragmatic pada posisi tegak lurus
11
Gambar 10. Diagram menunjukkan posisi siku dengan meletakaan transduser
selama pemeriksaan untuk melihat keadaan rongga pleura kanan.
Gambar 11. Sonogram pada
pasien dengan kanker paru lobus
kanan atas. Gambar
menunjukkan adanya akumulasi
cairan selama inspirasi (setebal 6
mm; berbentuk kurva,-gambar
kiri) dimana gambar tersebut lebih
jelas dibanding selama ekspirasi
( setebal 11 mm ; berbentuk kurva-
gambar kanan).
C. CT-SCAN
Pada CT scan, efusi pleura bebas Memberikan gambaran sebagai daerah putih
berbentuk bulan sabit di bagian tergantung dari hemithorax tersebut. Paru yang efusi
memiliki konfigurasi cekung ke atas karena paru-paru terdorong oleh cairan efusi.
Pemeriksaan CT sebagian besar dilakukan dalam posisi terlentang, cairan mulai
menumpuk posterior dalam sulkus kostofrenikus. Dengan efusi besar, cairan meluas ke
aspek apikal dan anterior dada dan kadang-kadang ke dalam celah itu. Sebuah pergeseran
12
dalam cairan dapat dilihat pada CT scan di bawah ini, dibandingkan dengan radiografi dari
pasien yang sama.8
Figure 12. shows a dependent area
with attenuation similar to that of
water and a curvilinear upper margin
(E). Mediastinal lymphadenopathy
can be seen in the middle and
posterior mediastinum (arrows)
Figure 13. CT-Scan dada menunjukkan loculated efusi pleura fissura major paru kiri
(tanda panah). Efusi loculated terletak di sepanjang jalur fisura dan berbentuk bulat
panjang, dengan margin runcing
VIII. PENATALAKSANAAN
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila
empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu
13
dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara
sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi
pengeluaran cairan yang adequate.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan
pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang
dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.
1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
3. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
4. Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),
menghilangkan dispnea.
5. Water seal drainage (WSD)
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan
segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
6. Antibiotika jika terdapat empiema.
7. Operatif.8
IX. DIAGNOSA BANDING
Atelektasis
Yaitu suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru kurang berkembang atau sama sekali
tidak berisi udara.
Perbedaan secara
gambaran radiologis:
14
www.chestxray.hpage.com
Gambar 14. Perselubungan totalis pada paru kanan.
Gambar A dan C: Terlihat Gambar massive efusi pleura (A) dan trachea (Garis
putus-putus) tampak terdorong ke arah paru yang sehat (C).
Gambar B dan D: Terlihat Gambar atelectasis total pada paru kanan dengan tanda
sela iga menyempit dan trachea (garis putus-putus) terlihat tertarik ke arah paru
yang sakit atau atelectasis (D) . 9
KESIMPULAN
Efusi Pleura merupakan suatu kumpulan cairan pada ruangan antara lapisan
parietalis dan viseralis dari pleura. 1(Pradip R. Patel, 2005). Biasanya berisi cairan serosa,
namun juga dapat mengandung bahan lainnya. Cairan (Pleura effusion) dapat berupa:
cairan transudat, cairan eksudat, cairan darah (Hematotoraks), cairan getah bening.
Pada pemeriksaan foto thoraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa
perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya relatif radioopak
dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah dan selalu
mengisi angulus costofrenicus. Karena cairan mengisi ruang hemithoraks sehingga
jaringan paru akan terlihat mendorong ke arah sentral / hilus, dan kadang-kadang
mendorong mediastinum ke arah kontralateral (Gbr.4b).
Cairan bebas akan membentuk dua bentuk dasar, dan biasanya terlihat dalam
kombinasi dengan lainnya:
1) Biasanya cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di lateral dari pada yang di
medial dan juga berjalan ke dalam fissura, terutama ke ujung bawah fisura
obliqua. Efusi sangat beasar ke atas puncak paru Tepi yang halus antara
15
paru dan cairan (Meniskus sign) dapat dikenal pada film penetrasi yang
adekuat, asalkan paru yang mendasarinya teraerasi.
2) Kadang-kadang, sedikit cairan yang berjalan menaiki dinding dada,
kemudian cairan ini dikenal sebagai “efusi subpulmonalis.
Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto thoraks tegak adalah 250-300
ml. Bila cairan kurang dari 250 ml (100-200 ml), dapat ditemukan pengisian cairan di
sinus costofrenicus posterior pada foto thoraks lateral tegak (Gambar 6). Cairan yang
kurang dari 100 ml (50-100 ml), dapat diperlihatkan dengan posisi dekubitus dan arah
sinar horisontal di mana cairan akan berkumpul di sisi samping bawah (Gambar 7a, 7b,
8).2,6
DAFTAR PUSTAKA
1. Patel, Pradip R. Radiologi. Edisi ke 2. Jakarta: Erlangga. 2007. Hal: 43
2. Rasad, Sjahriar. Radiologi diasnotik. Edisi Ke 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2005.
Hal: 116-119
3. Sutton, David. Textbook of radiology and Medical Imaging. Volume I. Fifth Edition.
New York: Curchill Livingstone Inc. 1994. p. 365-370
4. http://rofiqahmad.wordpress.com/ 5. http://my.opera.com/Arikza/blog/2010/03/27/efusi-pleura
6. Armstrong, Peter. Pembuatan Gambar Diagnostik. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1989. Hal: 44-45
7. http://emedicine.medscape.com/article/807375-overview
8. http://akper-askep.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-efusi-pleura.html
9. http://www.sudamedica.com/gallery/image_page.php?album_id=6&image_id=130
16
Referat
Pemeriksaaan Radiologis Efusi Pleura
Oleh :
17
Disusun Oleh:ESTHY PELAPELAPON
06-108
Pembimbing : dr. PHERENA Sp.Rad
KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGIPERIODE 4 MARET 2013 – 30MARET 2013
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTADAFTAR IS1
KATA PENGANTAR i
DEFINISI 1
ANATOMI DAN FISIOLOGI PLEURA 1
ETIOLOGI 3
GEJALA KLINIK 3
PATOFISIOLOGI 3
DIAGNOSIS 4
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS 5
PENATALAKSANAAN 13
DIAGNOSA BANDING 14
KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
18
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas refarat yang berjudul
“Pemeriksaan Radiologi Efusi Pleura ”.
Tugas refarat ini dibuat dengan tujuan selain sebagai salah satu tugas
kepaniteraan klinik bagian radiologi juga bertujuan agar para dokter muda
mengetahui pemeriksaan radiologi pada kasus efusi pleura.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan refarat ini, khususnya kepada dr. PHERENA Sp.Rad yang telah
berkenan membimbing dan menilai presentasi refarat ini.
Akhir kata saya mohon kritik dan saran yang membangun demi kemajuan
kita bersama, khususnya mengenai kasus “ Pemeriksaan Radiologi Pada Efusi
Pleura”.
19
i
Jakarta, Maret 2013
Penyusun
20
ii