efisiensi perbankan indonesia dalam menghadapi …digilib.unila.ac.id/26513/21/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
OLEH :
DIAN FAJARINI
(Skripsi)
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2017
EFISIENSI PERBANKAN INDONESIA DALAM MENGHADAPIASEAN BANKING INTEGRATION FRAMEWORK
ABSTRAK
EFISIENSI PERBANKAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI
ASEAN BANKING INTEGRATION FRAMEEWORK
Oleh
Dian Fajarini
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Efisiensi Teknis Perbankan
Indonesia dalam menghadapi ASEAN Banking Integration Framework. Periode penelitian
dimulai dari Q12011 sampai Q42015 yang melibatkan 15 Bank dengan asset terbesar di negara
ASEAN 5. Penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu pertama, efisiensi teknis perbankan negara
anggota ASEAN 5 akan diukur menggunakan Data Envelopment Analysis. Kedua skor efisiensi
perbankan Indonesia akan dibandingkan dengan perbankan negara ASEAN 5 lain dan terakhir
rasio keuangan perbankan Indonesia meliputi CAR, BOPO, LDR, NPL, NIM akan dibandingkan
dengan perbankan negara ASEAN 5. Pengukuran perbandingan dilakukan dengan menggunakan
uji t rata-rata tidak berpasangan yang bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan yang
signifikan antara tingkat efisiensi dan rasio keuangan perbankan Indonesia denggan negara
ASEAN 5.
Hasil penelitian metode CRTS dan VRTS dalam DEA menunjukkan bahwa efisiensi
perbankan negara anggota ASEAN sudah baik dengan banyaknya bank yang memiliki efisiensi
teknis sempurna. Hasil uji t rata-rata berpasangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara perbankan Indonesia dan ASEAN 5. tingkat efisiensi Indonesia lebih baik
dibandingkan Filipina untuk nilai efisiensi CRTS namun masih lebih rendah dibandingkan
Singapura, Malaysia dan Thailand. Hasil uji t rata-rata tidak berpasangan menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada beberapa rasio keuangan perbankan Indonesia dengan
negara ASEAN 5. Indonesia lebih baik apabila dibandingkan dengan Filipina pada keseluruhan
rasio keuangan sedangkan Indonesia lebih rendah pada rasio LDR apabila dibandingkan dengan
Singapura, Malaysia, Thailand tetapi lebih baik pada rasio CAR dan NPL. Pada penelitian ini
disimpulka bahwa Indonesia siap dalam menghadapi ASEAN Banking Integration Framework.
Kata Kunci : ABIF, BOPO, CAR, Data Envelopment Analysis, Efisiensi Teknis Perbankan
LDR, NIM, NPL.
ABSTRACT
INDONESIAN BANKING EFFICIENCY TO FACE
ASEAN BANKING INTEGRATION FRAMEWORK
By
Dian Fajarini
The purpose of this research is to analyze Indonesian Bank Technical Efficiency to face
ASEAN Banking Integration Framework. The research period is from Q12011 until Q42015 that
employs 15 Banks with the biggest asset in ASEAN 5 country. This research has three steps that
is first, technical efficiency of ASEAN 5 country will be measured by Data Envelopment
Analysis. Second, the efficiency score of Indonesian banking will be compared to other ASEAN
5 country and the last, financial ratio of Indonesian banking such as CAR, BOPO, LDR, NPL,
NIM will be compared to other ASEAN 5 country by using Independent Sample t-test.
The result of CRTS and VRTS method by DEA shows that banking efficiency in ASEAN
5 country is good because most of the banks have a perfect technical efficiency score in some
periods. Independent Sample t-test measure shows that there is a significance difference between
Indonesian and ASEAN 5 banks. Indonesian Bank Technical Efficiency is greater than Filipina
for CRTS efficiency score but lower comparing to Singapore, Malaysia, and Thailand. Moreover
Independent Sample t-test measure shows that there is a significance difference on some
financial ratio of Indonesian banking to ASEAN 5 banking. Indonesia is greater than Filipina in
all financial ratio while has a lower LDR comparing to Singapore, Malaysia, Thailand but greater
on CAR and NPL ratio. This research concludes that Indonesia ready to face ASEAN Banking
Integration Framework.
Keyword: ABIF, BOPO, CAR, DATA Envelopment Analysis, Banking Technical Efficiency,
LDR, NIM, NPL.
EFISIENSI PERBANKAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI
ASEAN BANKING INTEGRATION FRAMEWORK
OLEH :
DIAN FAJARINI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dian Fajarini lahir di Jakarta pada tanggal 25 April 1995,
merupakan anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Soedebyo dan
Ibu Warih Suprapti.
Penulis memulai pendidikan di TK Dwi Tunggal yang diselesaikan pada tahun
2000. Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh penulis di SD N 2 Sumberejo dan
tamat pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMP N
14 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2009. Selanjutnya mulai tahun 2009
sampai 2013 penulis menempuh pendidikan di SMA N 7 Bandar Lampung.
Selama SMP dan SMA, penulis aktif dalam ekstrakurikuler Bahasa Inggris dan
pernah menjabat sebagai Ketua English Club SMA N 7 Bandar Lampung.
Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswi Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis perguruan tinggi Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama masa
kuliah, penulis aktif di organisasi Economic English club dan pernah menjabat
sebagai Chief of Second Division periode 2015-2016. Selama masa kuliah penulis
pernah menjuarai beberapa lomba seperti Breaking adjudicator 6th Sumatran Idea
Debate tahun 2015, juara II dan juara III newscasting competition tahun 2015.
Selain itu penulis menjadi mahasiswi berprestasi II Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung tahun 2016.
Selain kegiatan perkuliahan penulis pernah menjadi tutor Toefl Training yang
diadakan oleh UPT Bahasa Universitas lampung tahun 2016 dan menjadi tutor
bahasa Inggris di bimbingan belajar Enourmous College tahun 2017. Penulis juga
aktif dalam kegiatan komunitas penerima beasiswa Bank Indonesia yang bergerak
pada kegiatan sosial atau dikenal sebagai Generasi Baru Indonesia dan menjabat
sebagai bendahara umum GenBi Komisariat Unila periode 2017 – 2018.
Pada tahun 2014, penulis mengikuti Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) kebeberapa
institusi yaitu Bursa Efek Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Badan
Perencana Pembangunan Nasional. Selanjutnya penulis mengikuti kegiatan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2016 di Desa Sri Busono, Kecamatan Way
Seputih, Lampung Tengah.
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
Kedua orang tuaku yang sangat kusayangi, Bapak Soedebyo dan Ibu Warih
Suprapti yang selalu menyayangi, menghibur, memberikan semangat dan
memelukku tiada henti setiap kali aku mengalami kesulitan. Terima kasih untuk
semua perjuangan yang bapak dan ibu berikan, untuk kesabaran, pengertian dan
kepercayaan yang begitu besar dalam mendukung semua pencapaianku.
Terimakasih kepada keluarga besar Kakek Sasi Adenan dan Eyang S.Siswo
Utomo atas dukungan dan semangat sedari kecil. Terima kasih juga kepada
adikku tercinta Abi Bagastiyo yang selalu menghibur, membatu dan
mendengarkan keluh kesahku.
Almamaterku tercinta, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Lampung.
MOTO
So which of favors of your Lord would you deny?
( QS: Ar-Rahman )
You’re never going to be 100% ready and it’s never going to be just the right
time, but that’s the point. It means that every moment is also the right moment. If
you want it, you just have to do it.
( Kat-ri)
The attributes of a great lady may still be found in the rule of the four S’s:
Sincerity, Simplicity, Sympathy, and Serenity
(Emily)
Everything you want is on the other side of fear
( Jack Canfield)
Choice is the first thing to start everything and I will play with the scenarios.
(Dian Fajarini)
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT.
Atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Efisiensi Perbankan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Banking Integration
Framework sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
Dalam proses penyelesaian skripsi, penulis mendapat bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H.Satria Bangsawan, S.E, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakulatas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas lampung.
4. Ibu Nurbetty Herlina Sitorus,S.E.,M.Si dan Ibu Emi maimunah, S.E.,M.Si.
selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan ilmu dan memberikan pengarahan serta saran dalam
penyusunan skripsi penulis.
5. Bapak Dr. Nairobi, S.E.,M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis.
6. Ibu Irma Febriana MK,S.E.,M.Si, Bapak Imam Awaluddin, S.E.,M.Si,
Bapak Dr. Yoke Muelgini, M.Sc. yang telah memberikan arahan dan
motivasi kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.
7. Bapak Dr. Saimul, S.E.,M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasehat yang bermaanfaat bagi penulis.
8. Seluruh Bapak Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama
proses perkuliahan hingga selesai.
9. Orang tuaku tercinta, Bapak Sodebyo dan Ibu Warih Suprapti atas semua
kasih sayang, doa dan perjuangannya serta tiada henti memberikan semangat
untukku.
10. Adikku tercinta, Abi Bagastiyo yang selalu menghibur dan mendengar keluh
kesahku. Terimakasih untuk semua motivasi dan kata penyemangat singkat
namun berarti.
11. Mbah kakung dan mbah putri, eyang kakung dan eyang putri terima kasih
untuk semua doa dan dukungan serta pertanyaan mengenai kapan wisuda,
terima kasih juga kepada om dan tante serta kakak-adik sepupu Ilum, Lia,
Ica, Adit, Tyas, Wafa, Ozi, Sema untuk semua kebersamaan dan
dukungannya.
12. Keluarga Desa Sri Busono, Bapak Trimanto dan keluarga serta warga Desa
Sri Busono yang telah memberikan pengalaman berharga bagi penulis.
13. Sahabat-sahabat tersayang dangduters, Anggun, Atika, Devi, Eka, Fadeli,
Filo, dan Vipin yang selalu mendengarkan curhat, mendukung dan
menemani penulis selama proses perkuliahan. Best friend always notice and
remember each other in spite of distance and life is never flat with you here.
14. Presidium EEC periode 2015-2015, Diah, Renita, Ane, Mila, Eka, Romu,
Akbar, Fajar, Ashep, Intan, Cynthia, Yohana, Azis, Sunu, Adit, Iqbal, Fiko
dan expert staff serta demisioner yang telah mengisi hari-hari penulis dan
kebersamaannya dalam menjalani progja. You guys are the best team. In
EEC we believe, In English we achieve.
15. Sahabat sedari kecil Tami dan sahabat dekat Makcik Ajeng, terima kasih
selalu mendengarkan curhat dan memotivasi penulis serta canda tawa selama
bersama.
16. Tiga pentol korek, Cahya dan Indra, terima kasih selalu mendengarkan keluh
kesah penulis, together through the up and down, through the silence and
laughter.
17. Debaters Robert, Feri, Elia, Silfi, Erik, Elisa, Maria dan EEC Squad Bella,
Fitri, Dita, Soraya, Cynthia, Anggi, Amel, Laila, Echi, Faisal, Yogis, Rifki,
Jefri, Marisi, dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Terima kasih untuk tawa dan canda bersama kalian.
18. Sahabat-sahabat SMA Winda, Ani, Rezty, Fitri, Sila, Wahyu, Irfan, Supri,
Agung,terima kasih dan semoga kita dapat mencapai impian masing-masing.
19. Teman-teman EP 2013, Siska, Tribun, Hana, Heru, Mody, Monic, Fajar,
Arif, Sion, Boby, Sandy, Kris, Yunita, Cynthia, Rani, Fani, Putri, Septi,
Sekar, Ike, Dea, Stevia, April, Yosi, Nures, Muthia, Riana, Bella, Maei,
Meydit, Nia, Happy dan teman-teman EP lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan selama proses
perkuliahan sampai selesai, serta kebersamaan dalam canda dan tawa.
20. Teman KKN, Cinkia yang membantu dalam proses penulisan skripsi penulis
serta teman KKN lain Manda, Nita, Ines, Budi, Mario. Terima kasih untuk
kebersamaan dalam menjalankan progja selama 40 hari.
21. Teman-teman GenBi Lita, Dery, Rahmi, Nabila, Tia, Kholis, Hery, Oim,
Rian, Kak Fauzi, Kak Zupika, Kak Septi, Kak Milna, Eno dan teman-teman
lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk dukungan
dan kebersamaannya.
22. Keluarga Enormous College yang telah memberikan kesempatan berharga
bagi penulis.
23. Kakak tingkat EP angkatan 2012 serta adik-adik EP 2014-2015 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu namun terima kasih atas dukungannya.
24. Staf FEB dan EP yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
25. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikan skripsi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan
yang telah diberikan, dan semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Bandar Lampung,
Penulis,
Dian Fajarini
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 13
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 13
E. Sistematika Penulisan ..................................................................... 14
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 15
A. Tinjauan Teoritis ............................................................................. 15
1. Efisiensi..................................................................................... 151.1 Definisi Efisiensi ................................................................. 151.2 Efisiensi Teknis Perbankan ................................................. 17
2. Rasio Keuangan Perbankan ........................................................ 22
3. Data Envelopment Analysis........................................................ 243.1 Model CCR ......................................................................... 263.2 Model BCC ......................................................................... 29
4. ASEAN....................................................................................... 304.1 ASEAN Banking Integration Framework ............................ 32
5. Perbankan Indonesia................................................................... 35
ii
B. Tinjauan Empiris............................................................................. 36
C. Kerangka Pemikiran........................................................................ 40
D. Hipotesis.......................................................................................... 43
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 44
A. Jenis dan Sumber Data................................................................... 44
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .................................... 44
C. Definisi Operasional Variabel........................................................ 45
D. Metode Analisis ............................................................................. 50
1. Metode Data Envelopment Analysis ........................................ 50
2. Uji t Rata-Rata tidak Berpasangan........................................... 52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 54
A. HASIL............................................................................................ 54
1. Efisiensi Perbankan Indonesia dan Negara Anggota ASEAN. 541.1 Tingkat Efisiensi Model CRTS.......................................... 541.2 Tingkat Efisiensi Model VRTS ......................................... 60
2. Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Indonesia dan NegaraAnggota ASEAN ..................................................................... 662.1 Perbedaan Efisiensi Perbankan Indonesia dan 4 Negara
ASEAN ............................................................................. 662.2 Perbedaan Efisiensi Indonesia dan Singapura ................... 672.3 Perbedaan Efisiensi Indonesia dan Malaysia ..................... 682.4 Perbedaan Efisiensi Indonesia dan Thailand ..................... 692.5 Perbedaan Efisiensi Indonesia dan Filipina ....................... 69
3. Perbedaan Rasio Keuangan Perbankan Indonesia dan NegaraASEAN 5 ................................................................................. 703.1 Perbedaan Rasio Keuangan Perbankan Indonesia dan 4
Negara anggota ASEAN ................................................... 713.2 Perbedaan Rasio Keuangan Indonesia dan Singapura ....... 743.3 Perbedaan Rasio Keuangan Indonesia dan Malaysia......... 773.4 Perbedaan Rasio Keuangan Indonesia dan Thailand ......... 813.5 Perbedaan Rasio Keuangan Indonesia dan FIlipina........... 84
B. PEMBAHASAN ............................................................................ 87
1. Efisiensi Perbankan Indonesia dan Negara Anggota ASEAN. 87
2. Tingkat Efisiensi Perbankan Indonesia dalam MenghadapiABIF ....................................................................................... 92
iii
3. Kinerja Rasio Keuangan Perbankan Indonesia dalamMenghadapi ABIF.................................................................... 95
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 101
A. SIMPULAN .................................................................................... 101
B. SARAN ........................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indikator Keuangan negara ASEAN 5 .............................................. 5
2. Indikator Keuangan negara ASEAN 5 .............................................. 6
3. Bank Terbesar di ASEAN berdasarkan Total Aset ........................... 7
4. Tinjauan Empiris ............................................................................... 36
5. Bank Terbesar di ASEAN ................................................................. 45
6. Variabel Penelitian, Simbol, Satuan Pengukuran, Sumber Data ....... 46
7. Tingkat Efisiensi Teknis Perbankan Indonesia dan ASEAN 5 (CRTS) 55
8. Tingkat Efisiensi Teknis Perbankan Indonesia dan ASEAN 5 (VRTS) 61
9. Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Indonesia dan 4 NegaraASEAN.............................................................................................. 66
10. Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Indonesia dan Singapura.... 67
11. Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Indonesia dan Malaysia ..... 68
12. Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Indonesia dan Thailand...... 69
13. Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Indonesia dan Filipina ....... 70
14. Perbedaan CAR Perbankan Indonesia dan 4 negara ASEAN ........... 71
15. Perbedaan BOPO Perbankan Indonesia dan 4 negara ASEAN......... 72
16. Perbedaan LDR Perbankan Indonesia dan 4 negara ASEAN ........... 72
17. Perbedaan NPL Perbankan Indonesia dan 4 negara ASEAN............ 73
18. Perbedaan NIM Perbankan Indonesia dan 4 negara ASEAN............ 74
19. Perbedaan CAR Perbankan Indonesia dan Singapura ....................... 74
20. Perbedaan BOPO Perbankan Indonesia dan Singapura..................... 75
21. Perbedaan LDR Perbankan Indonesia dan Singapura ....................... 75
22. Perbedaan NPL Perbankan Indonesia dan Singapura........................ 76
23. Perbedaan NIM Perbankan Indonesia dan Singapura ....................... 77
24. Perbedaan CAR Perbankan Indonesia dan Malaysia......................... 78
25. Perbedaan BOPO Perbankan Indonesia dan Malaysia ...................... 78
26. Perbedaan LDR Perbankan Indonesia dan Malaysia......................... 79
27. Perbedaan NPL Perbankan Indonesia dan Malaysia ......................... 79
28. Perbedaan NIM Perbankan Indonesia dan Malaysia ......................... 80
29. Perbedaan CAR Perbankan Indonesia dan Thailand ......................... 81
v
30. Perbedaan BOPO Perbankan Indonesia dan Thailand....................... 81
31. Perbedaan LDR Perbankan Indonesia dan Thailand ......................... 82
32. Perbedaan NPL Perbankan Indonesia dan Thailand.......................... 83
33. Perbedaan NIM Perbankan Indonesia dan Thailand ......................... 83
34. Perbedaan CAR Perbankan Indonesia dan Filipina........................... 84
35. Perbedaan BOPO Perbankan Indonesia dan Filipina ........................ 85
36. Perbedaan LDR Perbankan Indonesia dan Filipina ........................... 85
37. Perbedaan NPL Perbankan Indonesia dan Filipina ........................... 86
38. Perbedaan NIM Perbankan Indonesia dan Filipina ........................... 86
39. Karakteristik Efisiensi Perbankan model CRTS................................ 88
40. Karakteristik Efisiensi Perbankan model VRTS ............................... 89
41. Perbandingan rasio keuangan Perbankan Indonesia dan
Negara ASEAN ................................................................................. 96
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Implementasi ASEAN Economic Community dan FinancialIntegration ......................................................................................... 2
2. Pangsa Pasar Sektor Keuangan di Indonesia ..................................... 8
3. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 42
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Perbankan Negara Anggota ASEAN 5 ................................... L-1
2. Data Penelitian Variabel Input dan Variabel Output PerhitunganEfisiensi Periode 2011-2015............................................................ L-2
3. Data Penelitian Rasio Keuangan Perbankan Indonesia dan
ASEAN 5 ......................................................................................... L-16
4. Data Penelitian Uji t rata-rata tidak berpasangan (TE Perbankan
Indonesia dan ASEAN 5) ................................................................ L-24
5. Data Penelitian Uji t rata-rata tidak berpasangan (Rasio Keuangan
Perbankan Indonesia dan ASEAN 5) .............................................. L-30
6. Output Data Envelopment Analysis................................................. L-90
7. Hasil Uji t rata-rata tidak berpasangan TE Perbankan Indonesia
dan ASEAN 5 .................................................................................. L-93
8. Hasil Uji t rata-rata tidak berpasangan Rasio Keuangan Perbankan
Indonesia dan ASEAN 5.................................................................. L-99
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASEAN Economic Community telah dimulai sejak akhir tahun 2015, negara-
negara di ASEAN sepakat untuk saling terintegrasi dalam melaksanakan kegiatan
perekonomian. Pada ASEAN Economic Community Blueprint 2015 terdapat empat
pilar yang akan dijalankan yaitu (I) Single Market and Production Base, (II)
Competitive Economic Region, (III) Equitable Economic Development, (IV)
Integration into Global Economy. Keempat pilar tersebut beserta kegiatannya
tercantum dalam AEC Blueprint 2015.
Kegiatan yang tercantum pada AEC Blueprint 2015 akan menimbulkan
persaingan antar negara ASEAN dalam peningkatan perekonomian masing-
masing negara. Untuk menghadapi persaingan, Indonesia memiliki strategi
melalui peningkatan UMKM yaitu dengan meningkatkan produktivitas sumber
daya manusia, kemudahan berusaha, kemudahan akses permodalan, kemudahan
akses pasar, memperbaiki infrastruktur, logistik dan telekomunikasi, serta
diversifikasi pasar di dalam negeri dan luar negeri. (Pemetaan dan Strategi
Peningkatan Daya Saing UMKM dalam Menghadapi MEA 2015 dan Pasca MEA
2025 Bank Indonesia).
2
Selain peningkatan UMKM, Indonesia juga berusaha meningkatkan kualitas
sumber daya manusia untuk mendapat tenaga kerja yang mampu bersaing dengan
meningkatkan pelatihan kerja, penguatan kelembagaan sertifikasi, peningkatan
jejaring dengan industri baik untuk rekruitmen maupun penempatan,
pengembangan sumber daya pelatihan kerja dengan penyelenggaraan pelatihan
kerja, modul pelatihan, infrastruktur, fasilitas dan sarana, serta manajemen
pelatihan kerja secara tersistem, terstruktur dan terintegrasi (Kajian Dampak AEC
terhadap Sektor Industri dan Jasa serta Tenaga Kerja di Indonesia, 2014
Kementerian Keuangan Indonesia).
ASEAN Economic Community tidak hanya berhenti pada kegiatan yang sudah
tercatat dalam ASEAN Economic Community Blueprint 2015, selanjutnya para
pemimpin ASEAN mendiskusikan untuk dapat terintegrasi dalam kegiatan di
sektor keuangan terutama perbankan yang terlihat pada Gambar 1. Hal ini
dicetuskan dan disampaikan pada ASEAN Economic Community Blueprint 2025
sehingga kegiatan tersebut akan diimplementasikan pada tahun 2020 dengan
mempertimbangkan kesiapan setiap negara yang tergabung dalam ASEAN.
Sumber : Macroprudential Policy Department, Bank Indonesia
Gambar 1. Implementasi ASEAN Economic Community dan Financial Integration
3
Dalam ASEAN Economic Community Blueprint 2025 terdapat lima karakteristik
untuk saling terintegrasi yaitu; (I) Ekonomi yang terpadu dan kohesif, (II)
ASEAN yang kompetitif, Inovatif dan Dinamis, (III) Peningkatan konektivitas
dan Sektoral Kerjasama, (IV) Saling berorientasi dengan gigih, (V) Asean yang
mengglobal. Untuk mencapai ekonomi yang terpadu dan kohesif maka akan
diimplementasikan Financial Integration, Financial Inclusion, and Financial
Stability. (ASEAN Economic Community Blueprint 2025).
Implemantasi Financial Integration, Financial Inclusion, and Financial Stability
melalui sektor keuangan negara-negara di ASEAN yang akan saling terintegrasi,
hal ini menjadi bagian dalam ASEAN Banking Integration Framework (ABIF).
ABIF disusun oleh gugus tugas Pertemuan Menteri Keuangan ASEAN (AFMM)
dan Forum Gubernur Bank Sentral ASEAN (ACGM) yang diketuai oleh
Indonesia dan Malaysia. ABIF berfungsi sebagai kerangka kerja rumusan dan
rencana penguatan infrastruktur perbankan serta integrasi dan liberalisasi sektor
keuangan negara-negara Asia Tenggara.
Dalam kerangka kerja ABIF, perbankan di negara ASEAN yang memenuhi
kriteria pada konsep“Qualified Asean Banks or QABs dapat memiliki akses pasar
dan perluasan beroperasi di negara anggota ASEAN yang lain serta lebih fleksibel
untuk membuka cabang banknya di negara tersebut. ABIF menyadari bahwa
beberapa negara memiliki kesiapan yang lebih baik dibanding dengan negara lain
untuk membuka pasar domestiknya bagi bank asing karena hanya “Qualified
Asean Banks” yang dapat membuka cabang di negara lain. Oleh karena itu ABIF
memperhatikan kesiapan sektor keuangan masing-masing negara ASEAN dan
4
menginginkan negara anggota ASEAN saling membantu kesiapan negara ASEAN
lain untuk kelancaran kegiatan integrasi perbankan ASEAN melalui dukungan
pendidikan, pelatihan dan tenaga ahli.
Qualified Asean Banks merupakan status yang diberikan pada perbankan di
negara kawasan ASEAN yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana telah
disepakati bersama oleh ASEAN sehingga berhak menjalani operasi di seluruh
negara ASEAN. Persyaratan tersebut adalah Bank milik negara anggota ASEAN
yang kuat permodalannya, berdaya tahan tinggi, dikelola dengan baik dan
memenuhi ketentuan kehati-hatian sesuai standar internasional yang berlaku.
Prinsip dalam penyelenggaraan ABIF adalah azas resiprokal dimana akses pasar
dan fleksibilitas operasional harus saling menguntungkan dan dapat diterima oleh
negara yang bersepakat (Siaran Pers Bank Indonesia Sepakat Mendukung
Integrasi Perbankan ASEAN, 2015).
Integrasinya sektor keuangan dalam ABIF akan berlaku di setiap negara yang
tergabung dalam ASEAN. Dalam penelitian negara yang tergabung dalam
ASEAN dikelompokkan menjadi dua yaitu ASEAN 5 (as original members) dan
BCLMV (as newcomers). Negara yang masuk pada ASEAN 5 adalah Indonesia,
Singapura, Malaysia, Thailand dan Philipina (The road to ASEAN Financial
Integration oleh Asean Development Bank, 2013). Pada penelitian ini penulis akan
fokus pada negara yang tergabung dalam ASEAN 5. Negara pada ASEAN 5
memiliki kinerja perbankan yang saling berkompetisi.
Perbandingan kinerja keuangan antar negara ASEAN 5 dapat dilihat dari indikator
keuangan seperti rasio CAR, NPL, NIM, BOPO/CIR, LDR dan beberapa
5
indikator keuangan lain. Dalam rentang waktu tiga tahun yang ditunjukkan pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa suku bunga perbankan di Indonesia memiliki tingkat
yang lebih tinggi dibanding negara ASEAN yang lain. Apabila dilihat dari spread
suku bunga, Singapura memiliki angka yang lebih tinggi dibanding negara lain.
Hal ini disebabkan karena kecilnya tingkat suku bunga simpanan di Singapura.
Tabel 1. Indikator keuangan negara ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Philipina,
Thailand, Singapura.
Tahun Negara Policy
Rate
Inflation Deposit
Rate
Lending
Rate
Spread Sk
Bunga
2011 Indonesia
Malaysia
Philipina
Thailand
Singapore
6,00
3,00
4,00
3,25
3,79
3,20
4,80
3,80
5,25
6,93
2,91
3,39
2,28
0,17
12,40
4,92
6,66
5,38
6,91
5,47
2,00
3,28
3,10
6,75
2012 Indonesia
Malaysia
Philipina
Thailand
Singapore
5,75
3,00
3,50
2,75
4,30
1,60
3,20
3,00
4,53
5,95
2,98
3,16
2,80
0,14
11,80
4,79
5,68
5,38
7,10
5,85
1,81
2,52
2,58
6,96
2013 Indonesia
Malaysia
Philipina
Thailand
Singapore
7,50
3,00
3,50
2,25
8,38
2,10
3,00
2,20
2,39
6,64
2,95
3,27
2,54
0,15
11,66
4,61
5,77
5,38
6,96
5,22
1,67
2,49
2,84
6,81
Sumber. Muljawan, Dadang dkk, 2014.
Indikator kinerja keuangan lain dapat dilihat dari Tabel 2. Dari aspek
profitabilitas, rasio ROA, ROE dan NIM Indonesia dinilai lebih baik
dibandingkan dengan negara ASEAN 5 yang lain dan didukung dengan rasio NPL
yang relatif rendah. Dari aspek permodalan besaran CAR perbankan Indonesia
dinilai cukup berimbang dibanding dengan negara lain walaupun bukan yang
tertinggi. Dari aspek efisiensi, rasio CIR Indonesia memiliki kinerja yang lebih
rendah disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia.
6
Tabel 2. Indikator keuangan negara ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Philipina,
Thailand, Singapura.
Tahun Negara NPL
(%)
ROA
(%)
ROE
(%)
NIM
(%)
CIR
(%)
CAR
(%)
2011 Indonesia
Malaysia
Philipina
Thailand
Singapore
2,10
2,70
2,60
2,90
1,10
3,03
1,50
1,60
1,20
1,00
20,30
16,80
15,00
10,90
9,21
5,91
5,60
3,65
2,17
1,72
67,95
57,83
59,32
55,22
59,19
16,05
17,70
17,10
14,90
16,00
2012 Indonesia
Malaysia
Philipina
Thailand
Singapore
1,80
2,00
2,20
2,40
1,00
3,11
1,60
1,80
1,20
1,10
21,00
17,30
15,80
11,60
11,00
5,49
2,85
2,30
2,14
1,75
63,06
59,10
60,77
59,55
55,05
15,60
17,60
17,80
16,30
18,10
2013 Indonesia
Malaysia
Philipina
Thailand
Singapore
1,70
2,00
3,00
2,30
0,90
3,08
1,50
2,20
1,40
1,00
19,80
15,60
20,00
12,60
11,00
4,89
2,41
3,26
2,18
1,58
63,28
55,15
60,27
56,35
57,77
16,36
14,70
18,50
15,60
16,90
Sumber. Muljawan, Dadang dkk, 2014.
Indonesia sepakat untuk mendukung integrasi perbankan ASEAN pada tanggal 31
Desember 2014 yang diwakili oleh Bank Indonesia untuk memberikan
persetujuan terhadap ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) guidelines
yang menjadi panduan kerangka operasional bagi negara ASEAN dalam
mengimplementasikan prinsip dan proses integrasi perbankan di bawah kerangka
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) oleh karena itu Indonesia perlu bersiap diri
dan menilai diri apakah perbankan Indonesia mampu mendapatkan pasar di
negara ASEAN lain. Banyak yang berpendapat bahwa Indonesia masih belum
mampu, namun banyak juga yang berpendapat bahwa sektor perbankan di
Indonesia cukup efisien untuk dapat masuk dalam kategori “QABs”. Pada tabel 1
ditunjukkan data peringkat 20 bank terbesar di ASEAN berdasarkan jumlah asset
yang dikutip melalui Forbes. Dalam peringkat tersebut terdapat tiga bank dari
Indonesia yang berada di peringkat 11 yaitu Bank Mandiri, peringkat 12 yaitu
7
Bank Rakyat Indonesia, Peringkat 14 Bank Central Asia dan peringkat 15 Bank
Negara Indonesia.
Tabel 3. Bank Terbesar di ASEAN berdasarkan Total Aset tahun 2016
Rank Bank Negara Total assets
(US$ billion)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
DBS Bank
OCBC Bank
United Overseas Bank
Maybank
CIMB
Public Bank Berhad
Bangkok Bank
Siam Commercial Bank
Krung Thai Bank
Kasikornbank
Bank Mandiri
Bank Rakyat Indonesia
RHB Bank
Bank Central Asia
Bank Negara Indonesia
Bank for Investment and Development of Vietnam
Metropolitan Bank and Trust Company
Vietinbank
Bank of the Philippine Islands
AmBank
Singapore
Singapore
Singapore
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Thailand
Thailand
Thailand
Thailand
Indonesia
Indonesia
Malaysia
Indonesia
Indonesia
Vietnam
Philippines
Vietnam
Philippines
Malaysia
322.8
275.1
222.8
165.0
107.7
95.4
83.6
81.4
81.0
75.1
66.0
63.7
53.7
43.1
38.4
37.8
37.5
34.7
32.2
31.6
Sumber. Forbes, 2016
Dalam siaran pers Bank Indonesia dikatakan bahwa dampak positif ABIF bagi
Indonesia adalah adanya peluang dan potensi bagi perbankan dan pelaku bisnis
Indonesia untuk melakukan ekspansi ke pasar ASEAN dengan diberlakukannya
azas resiprokal dan disepakati untuk mengurangi kesenjangan dalam akses pasar
dan fleksibilitas operasional sehingga perbankan Indonesia akan mendapat akses
pasar dan kegiatan usaha yang lebih luas di kawasan ASEAN dimana QAB asal
Indonesia akan diperlakukan sama dengan bank lokal di negara tersebut. Untuk itu
Indonesia juga harus mengantisipasi ABIF dengan memperkuat permodalan,
kualitas SDM, dan efisiensi untuk dapat bersaing di tingkat regional maupun
global.
8
Perbankan
BPR
Asuransi
Dana Pensiun
Perusahaan Pembiayaan
Perusahaan Penjaminan
Pegadaian
Saat ini perbankan di Indonesia memiliki pangsa pasar yang mendominasi
dibandingkan sektor keuangan lain di Indonesia. Dalam gambar tersebut dapat
dilihat bahwa sektor perbankan memiliki pangsa pasar sebesar 78,6 persen di
Indonesia seperti yang ditunjukkan pada gambar 2, angka ini sangat mendominasi
dibanding sektor keuangan lain.
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 2. Pangsa Pasar Sektor Keuangan di Indonesia
Sektor perbankan memiliki fungsi yang mampu memberi pelayanan pada
bekerjanya sektor riil dalam kegiatan investasi, produksi, distribusi maupun
konsumsi. Kegiatan penyaluran dana yang dilakukan oleh bank akan
meningkatkan kegiatan perekonomian melalui mudahnya akses modal bagi
kegiatan produksi. Kemudahan akses modal ini akan mendukung perusahaan
maupun sektor UMKM yang akan meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan
ekonomi. Oleh karena itu kegiatan perbankan di Indonesia akan mempengaruhi
kegiatan perekonomian di Indonesia.
Krisis ekonomi global tahun 1998 yang menyebabkan perekonomian Indonesia
terguncang merupakan akibat dari kinerja perbankan Indonesia masih kurang
78,6
%
1,2%
10,5% 2,6%
6,4%
0,1%
0,5%
9
sehat karena berperilaku berlebihan dalam mencari keuntungan tanpa
memperhatikan tingkat kehati-hatian. Kegiatan perbankan mengalami kejatuhan
dan beberapa kegiatan perekonomian harus terhenti akibat lesunya kegiatan
perbankan. Selain itu rupiah terdepresiasi yang diikuti oleh kenaikan suku bunga
sebagai upaya menstabilkan harga dan nilai tukar rupiah sehingga terjadi
peningkatan kredit bermasalah, bank terpaksa menanggung marjin bunga bersih
negatif karena peningkatan suku bunga tabungan lebih cepat dibanding suku
bunga pinjaman. Situasi ini membuat bank kekurangan modal yang pada akhirnya
mengganggu fungsi intermediasi bank pada kegiatan sektor riil.
Krisis Amerika di tahun 2008 memiliki dampak yang berbeda dan lebih baik bagi
Indonesia dibanding pada krisis 1998. Pada saat itu Indonesia mampu bertahan
dari dampak krisis karena didukung oleh kinerja perbankan yang lebih baik dan
lebih tahan terhadap guncangan ekonomi sehingga sektor perbankan masih dapat
mendukung kegiatan perekonomian.
Pada tahun 2015, kinerja industri perbankan mengalami sedikit perlambatan
seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik, meskipun kinerja
intermediasi melambat, industri perbankan masih mampu menjaga
profitabilitasnya untuk tumbuh positif. Pertumbuhan kredit pada tahun 2015
melambat menjadi 10,4 persen dari 11,6 persen pada tahun 2014. Akibat
perlambatan tersebut rasio ROA dan NIM mengalami penurunan. Selain itu di
tengah berbagai tekanan, ketahanan perbankan nasional masih cukup kuat yang
tercermin dari rasio permodalan CAR yang meningkat menjadi 21,2 persen di
tahun 2015 dimana sebelumnya pada tahun 2014 sebesar 19,5 persen. Risiko
10
kredit masih tercatat pada tingkat yang rendah dengan rasio NPL sebesar 2,5
persen, angka ini meningkat dari tahun 2014 yaitu sebesar 2.2 persen. Kondisi ini
mendorong perbankan lebih berhati-hati dalam menghadapi perlambatan ekonomi
yang terjadi dengan menjaga kemampuannya menyerap resiko. (Bank Indonesia,
2015).
Kinerja kegiatan perbankan di Indonesia harus dievaluasi agar tetap stabil dan
terus mengalami peningkatan. Evaluasi kinerja perbankan tidak hanya untuk
menjaga kestabilan perbankan yang akan berdampak pada perekonomian tetapi
juga sebagai acuan untuk mengukur kesiapan Indonesia, apakah mampu
memenuhi kriteria QABs dan bersaing secara global dalam integrasi perbankan
ASEAN yang akan diimplementasi pada tahun 2020 dan sudah mulai dikaji serta
disetujui oleh Indonesia sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya
sehingga kelangsungan operasional sektor perbankan Indonesia akan bergantung
pada kemampuan setiap institusi perbankan dalam mempertahankan daya saing
yang tinggi.
Selain pangsa pasar perbankan yang mendominasi di sektor keuangan Indonesia
dan perlu dijaga kestabilannya, hal penting lainnya yang perlu diketahui dan
diperhatikan adalah tingkat persaingan perbankan Indonesia terhadap bank-bank
negara anggota ASEAN. Saat ini dunia perbankan di Indonesia sudah mulai
didominasi oleh bank asing dari negara anggota ASEAN yang kepemilikannya (I)
sebagai kantor cabang (Branch), (II) sebagai anak perusahaan (subsidiary) baik
melalui joint venture dengan bank domestik (bank campuran) atau melalui
merger dan akuisisi pada bank domestik (program divestasi) dan (III) sebagai
11
kantor perwakilan (Representative Office). Hal ini memperlihatkan bahwa
sebelum kerangka kerja ABIF diimplementasi, bank negara ASEAN sudah mulai
bisa masuk ke pasar Indonesia. Dalam lampiran 1 ditunjukkan data pangsa pasar
perbankan negara ASEAN.
Dibukanya kesempatan bagi bank asing dan bank campuran untuk beroperasi di
Indonesia adalah kebutuhan akan modal asing, mendorong perkembangan bank
serta perekonomian nasional dengan adanya capital inflows untuk ekonomi
domestik, memperkenalkan produk perbankan yang lebih bervariasi namun
perbankan Indonesia masih sedikit yang bisa masuk ke pasar negara anggota
ASEAN. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah penyebab perbankan Indonesia
sulit menembus pasar asing sedangkan terlihat mudah untuk menerima bank asing
dan campuran yang dibuktikan dari perbedaan jumlah keberadaan bank asing di
Indonesia dan perbankan Indonesia di negara ASEAN. Apakah ini disebabkan
karena Indonesia belum mampu bersaing secara global.
Untuk itu agar dapat mengetahui kinerja perbankan di Indonesia sebagai
keberlangsungan perbankan dan bertahan dalam persaingan global, maka kita
perlu mengevaluasi kinerja perbankan. Pengevaluasian ini dapat dilakukan dengan
mengukur efisiensi masing-masing perbankan di Indonesia dan beberapa negara
anggota ASEAN. Hal ini sesuai dengan kriteria Qualified ASEAN Banks yang
kedua yaitu efisiensi bank.
Menurut Muazaroh et al (2012) efisiensi didefinisikan sebagai kemampuan
organisasi untuk memaksimalkan output dengan menggunakan input tertentu atau
menggunakan input secara minimal untuk menghasilkan output tertentu.
12
Selanjutnya Siudek (2008) menyatakan bahwa pengukuran efisiensi perusahaan,
khususnya perbankan dapat difokuskan pada dua pendekatan alternatif yaitu
efisensi operasional (technical efficiency) dan analisis efisiensi scale and scope.
Berdasakan latar belakang diatas, untuk melihat kesiapan Indonesia dalam
menghadapi ASEAN Banking Integration Framework, perlu dikaji secara
mendalam mengenai efisiensi perbankan di Indonesia, efisiensi perbankan negara
anggota ASEAN, membandingkan tingkat efisiensi perbankan di Indonesia dan
negara anggota ASEAN, membandingkan kinerja perbankan melalui rasio
keuangan meliputi CAR, BOPO, NIM, NPL, LDR. Sehingga penulis mengambil
judul penelitian “EFISIENSI PERBANKAN INDONESIA DALAM
MENGHADAPI ASEAN BANKING INTEGRATION FRAMEWORK.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diangkat dalam
penulisan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat efisiensi perbankan di Indonesia dan negara anggota
ASEAN 5?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi perbankan
di Indonesia dan perbankan negara ASEAN 5?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja rasio keuangan
perbankan di Indonesia dan perbankan negara ASEAN 5?
13
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana tingkat efisiensi perbankan di
Indonesia dan negara anggota ASEAN 5.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara tingkat efisiensi perbankan di Indonesia dan negara anggota
ASEAN 5.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja rasio keuangan perbankan di Indonesia dan negara
anggota ASEAN 5.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Penelitian ini bermanfaat untuk penulis sebagai bentuk pengaplikasian ilmu
yang telah diterima selama proses perkuliahan.
3. Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana mempelajari efisiensi perbankan dan
mengetahui kesiapan Indonesia yang saat ini sedang menyiapkan diri untuk
implementasi kerangka kerja ABIF di tahun 2020.
4. Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya terutama
bagi penulis yang memiliki topik tentang efisiensi perbankan Indonesia dan
negara anggota ASEAN serta mengenai kerangka kerja ASEAN Banking
Integration Framework.
14
E. Sistematika Penulisan
BAB 1 : Pendahuluan. Terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka. Terdiri dari Tinjauan Teoritis dan Tinjauan
Empiris, Kerangka Pemikiran, Hipotesis
BAB III : Metode Penelitian. Terdiri dari Jenis dan Sumber Data, Sampel
Penelitian, Variabel Penelitian, Metode Analisis.
BAB IV : Hasil dan Pembahasan. Terdiri dari uji Data Envelopment
Analysis, uji t Rata-Rata tidak Berpasangan.
BAB V : Simpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Efisiensi
1.1 Definisi Efisiensi
Efisiensi adalah tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam penyelenggaraan
produksinya dengan menggunakan faktor produksi yang ditentukan oleh
perusahaan tersebut dengan kata lain menggunakan input untuk menghasilkan
suatu output tertentu dalam proses produksi.
Sebuah perusahaan akan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan
output maksimal dengan penggunaan input yang minimum atau dapat
menghasilkan output yang lebih besar dibanding perusahaan lain dengan
penggunaan input yang sama besar dengan perusahaan lain. Hal ini sejalan
dengan pendapat Pernomo dan Darmawan (2000), suatu perusahaan dapat
dikatakan efisien apabila: (1) Mempergunakan jumlah unit input yang lebih
sedikit dibandingkan jumlah unit input yang dipergunakan oleh perusahaan
lain dengan menghasilkan jumlah output yang sama, (2) Menggunakan jumlah
unit input yang sama, tetapi dapat menghasilkan jumlah output yang lebih
besar. Rina Sari (2013) menyatakan bahwa Efisiensi adalah perbandingan
terbaik antara suatu kegiatan dengan hasilnya. Menurut definisi ini, efisiensi
16
terdiri atas 2 unsur yaitu kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut. Efisiensi
sendiri adalah apabila kita memasukkan suatu input tertentu maka akan
menghasilkan output yang hasilnya sama dengan satu. Selanjutnya menurut
Hadad dalam Rina (2013) Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja
yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh
kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal
dengan input yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan.
Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi
bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input
yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat
output tertentu.
Pada umumnya, menurut Kurnia (2004) dalam (Dadang Mulyawan dkk 2014),
efisiensi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti efisiensi skala (scale
efficiency), efisiensi cakupan (scope efficiency), efisiensi operasional
(technical efficiency), dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Kemudian
teori ekonomi telah menjabarkan tiga jenis efisiensi pada perusahaan, di
antaranya adalah efisiensi alokasi, operasional, dan ekonomis. Efisiensi
alokasi mengacu pada pilihan kombinasi input yang konsisten dengan harga
relatif faktor produksi. Lovell (1993) mengungkapkan bahwa efisiensi alokasi
sangat terkait dengan kondisi makroekonomi.Efisiensi operasional juga dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu efisiensi skala (scale efficiency) dan efisiensi
operasional murni (pure technical efficiency).
17
Pure technical efficiency mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk
menghindari pemborosan dengan memproduksi output yang banyak selama
penggunaan input memungkinkan atau dengan menggunakan sedikit input
selama produksi output memungkinkan. Sedangkan scale efficiency mengacu
pada kemampuan perusahaan untuk bekerja pada skala yang optimal. Efisiensi
ekonomi ini adalah melalui efisiensi biaya yang mengukur seberapa jauh biaya
perusahaan menyimpang dari biaya maksimal perusahaan untuk menghasilkan
tingkat output maksimal.
1.2 Efisiensi Teknis Perbankan
Efisiensi perbankan yang diukur dengan efisiensi skala adalah ketika bank
mampu beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale).
Efisiensi perbankan yang diukur dengan Efisiensi alokasi akan tercapai ketika
bank mampu menentukan berbagai output yang memaksimumkan keuntungan,
sedangkan efisiensi teknik menyatakan hubungan antara input dengan output
dalam suatu proses produksi. Suatu proses produksi dikatakan efisien apabila
pada penggunaan sejumlah input tertentu dapat dihasilkan output yang
maksimum atau untuk menghasilkan sejumlah output tertentu digunakan input
yang paling minimum (Dadang Mulyawan, 2014).
Menurut Rogowski (1998a) dalam Siudek (2008), pengukuran efisiensi
perusahaan, khususnya perbankan, dapat difokuskan pada dua pendekatan
alternatif, yaitu analisis efisiensi operasional (technical efficiency) dan analisis
efisiensi scale and scope. Efisiensi teknis sering digunakan dalam mengukur
efisiensi perbankan karena kemampuan menghasilkan output yang maksimal
18
dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Hal ini
sejalan dengan efisiensi teknis yang menyatakan hubungan antara input
dengan output yang digunakan oleh perbankan sebagai industri yang memiliki
peranan sebagai lembaga intermediasi dimana menghimpun dana dan
menyalurkan dana kepada masyarakat.
Menurut Kurnia (2004), pengukuran efisiensi perbankan ada dua pendekatan
yaitu pendekatan produksi dan intermediasi. Dalam pendekatan produksi,
bank ditempatkan sebagai unit kegiatan ekonomi yang melakukan usaha
menghasilkan output berupa jasa simpanan kepada nasabah penyimpan
maupun jasa pinjaman kepada nasabah peminjam dengan menggunakan
seluruh input yang dikuasainya. Sedangkan dalam pendekatan intermediasi,
bank ditempatkan sebagai unit kegiatan ekonomi yang melakukan
transformasi berbagai bentuk dana yang dihimpun ke dalam berbagai bentuk
pinjaman.
Dalam pendekatan produksi simpanan diperlakukan sebagai output, karena
simpanan merupakan jasa yang dihasilkan (diproduksi) melalui kegiatan bank.
Sedangkan dalam pendekatan intermediasi simpanan ditempatkan sebagai
input karena dari simpanan yang dihimpun, bank akan mentransformasikannya
ke dalam berbagai bentuk aset yang menghasilkan, terutama pinjaman yang
diberikan. Selanjutnya Berger dan Humphrey (1997) menyatakan bahwa
pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk
mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karena karakteristik
lembaga keuangan sebagai financial intermediation.
19
Pengukuran efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode parametrik dan metode nonparametrik. Metode parametrik terdiri dari
tiga jenis yaitu Stochastic Frontier Analysis (SFA), Think Frontier Approach
(TFA) dan Distribution-Free-Approach (DFA). Pendekatan non parametrik
dengan program linier menggunakan pendekatan yang tidak stokastik dan
cenderung mengkombinasikan gangguan dan ketidakefisienan. Hal ini
dibangun berdasarkan penemuan dan observasi dari populasi dan
mengevaluasi efisiensi relatif terhadap unit-unit yang diobservasi. Pendekatan
ini dikenal sebagai Data Envelopment Analysis (DEA). (Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, Vol 18 no 2, Okt 2015).
Molyneux & Iqbal , n.d dalam Tadele (2016) menyatakan bahwa pendekatan
analisis efisiensi bank dibagi menjadi dua yaitu pendekatan parametrik dan
non-parametrik, pendekatan parametrik membutuhkan asumsi tentang bentuk
khusus dari fungsi biaya atau keuntungan yang diperkirakan dan distribusi
efisiensi sedangkan pendekatan non-parametrik tidak memerlukan spesifikasi
seperti bentuk fungsional.
Untuk mengukur efisiensi teknis perbankan pada penelitian ini digunakan
Data envelopment analysis yang melibatkan variabel input dan output untuk
mengukur efisiensi teknis dengan menggunakan pendekatan intermediasi yaitu
variabel input: (1) Aktiva tetap, (2) Biaya operasional, (3) Dana pihak ketiga;
Variabel output : (1) Kredit yang diberikan, (2) Pendapatan bunga, (3)
Pendapatan non bunga.
20
1.2.1 Variabel Input
Variabel input merupakan sejumlah faktor produksi yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan produksi dengan menghasilkan output tertentu.
a. Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.16)
b. Biaya operasional
Biaya operasional adalah biaya yang berhubungan dengan kegiatan bank
meliputi biaya pegawai, beban bunga dan lain-lain.
c. Dana Pihak Ketiga
Sumber pendaanaan bank terbagi menjadi tiga yaitu dana yang
bersumber dari bank itu sendiri, dana yang berasal dari masyarakat luas,
dan dana yang bersumber dari lembaga lain. Dana pihak ketiga
merupakan sumber dana yang berasal dari masyarakat lain. Pada Kasmir
(2001), dijelaskan bahwa dana pihak ketiga merupakan sumber
pendanaan terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana
ini. Pencairan dana melalui pihak ketiga dinilai relatif paling mudah
dibanding pencarian dana melalui sumber lain dengan melakukan strategi
21
pemberian bunga yang relatif lebih tinggi dan memberikan fasilitas
pelayanan yang baik lainnya serta dana yang tersebar di masyarakat tidak
terbatas. Hanya saja biaya atas dumber dana ini relatif lebih mahal
dibandingkan sumber dana lain seperti biaya bunga dan biaya promosi.
Sumber dana pihak ketiga dapat diperoleh dari simpanan giro, simpanan
tabungan dan simpanan deposito. Pembagian jenis simpanan
dimaksudkan agar penyimpan mempunyai pilihan sesuai dengan
kebutuhannya.
1.2.2 Variabel Output
Variabel output adalah sejumlah hasil dari proses produksi atas sejumlah
input yang digunakan.
a. Kredit yang diberikan
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu,berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihaklain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktutertentu dengan pemberian
bunga. (Undang-Undang Perbankan No 10, 1998)
b. Pendapatan bunga
Pendapatan operasional bunga adalah pendapatan bunga dalam rupiah
dan valuta asing daripenanaman yang dilakukan oleh bank baik kepada
penduduk maupun bukan penduduk.
22
c. Pendapatan non bunga
Pendapatan operasional non bunga adalah semua pendapatan dalam
rupiah dan valutaasing yang diperoleh dari kegiatan yang lazim sebagai
usaha bank di luar bunga, misalnyapeningkatan nilai wajar surat berharga
atau kredit, keuntungan penjualan surat berhargaatau kredit dan
keuntungan transaksi derivatif.
2. Rasio Keuangan Perbankan
Bahtiar Usman dalam Prasnanugraha (2007) mendefinisikan bahwa analisis
rasio keuangan dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan
finansial dan posisi finansial perusahaan. Analisis rasio keuangan berguna
sebagai analisis internal bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil
finansial yang telah dicapai untuk menjadi acuan dalam perencanaan yang akan
datang dan juga sebagai analisis intern bagi kreditor dan investor untuk
menentukan kebijakan kredit dan penanaman modal suatu perusahaan.
2.1 Capital Adequacy Racio (CAR)
CAR adalah rasio yang menunjukkan sampai sejauh mana kemampuan
permodalan suatu bank untuk menyerap risiko kegagalan kredit yang mungkin
terjadi. Dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan mampu
berkembang serta bersaing secara nasional maupun internasional, maka bank
perlu meningkatkan kemampuan untuk menyerap risiko yang disebabkan oleh
kondisi krisis dan/atau pertumbuhan kredit perbankan yang berlebihan. Untuk
meningkatkan kemampuan bank menyerap risiko, diperlukan peningkatan
23
kualitas dan kuantitas permodalan bank sesuai dengan standar internasional
bahwa peningkatan kualitas modal dilakukan melalui penyesuaian persyaratan
komponen dan instrumen modal. CAR menunjukkan seberapa efisien
perbankan mengelola permodalannya dalam menyerap resiko.
2.2 BOPO
BOPO atau Cost to Income Ratio merupakan rasio yang menunjukkan besaran
perbandingan antara beban atau biaya operasional terhadap pendapatan
operasional (Riyadi, 2004). Biaya yang dikeluarkan oleh bank meliputi biaya
bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja, dan biaya oprasional lainnya.
Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan
yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan
operasional lainnya. Rasio ini menunjukkan seberapa baik perbankan
mengelola keuangannya dalam membiayai kegiatan operasional untuk
mendapat pendapatan maksimal. Rasio BOPO menunjukkan seberapa efisien
perbankan mengelola pembiayaannya
2.3 Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga
dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain,
terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam
Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar bank. Agus Suyono dalam
Prasnanugraha (2007) mendefinisikan bahwa LDR merupakan rasio yang
mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus
dipenuhi. Kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi pada saat
24
adanya kewajiban kliring, dimana pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancer
yang dimiliki perusahaan. LDR menunjukkan seberapa efisien perbankan
melakukan fungsi intermediasi.
2.4 Net Performing Loan
NPL atau kredit bermasalah adalah rasio yang menunjukkan kualitas aset Bank
umum diukur secara NPL Gross dan NPL Netto. Penanganan terhadap kredit
macet adalah mengupayakan kredit macet tersebut dapat kembali terutama
dengan jaminan eksekusi yang ada. Kredit yang dilihat mengarah pada NPL
maka akan lebih diperhatikan agar tidak menjadi lebih buruk dan
mendatangkan kerugian yang lebih besar. Hal ini menunjukkan seberapa baik
perbankan mengelola resiko kegiatan intermediasi perbankan. Rasio NPL
menunjukkan seberapa efisien perbankan mengelola resikonya.
2.5 Net Interest Margin
NIM (Net Interest Margin) merupakan perbandingan antara pendapatan bunga
bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Aktiva produktif yang
diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga.
3. Data Envelopment Analysis
Data Envelopment Analysis diperkenalkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes,
1978 yang disebut sebagai model CCR. Dalam penelitiannya, Charnes, Cooper
dan Rhodes mendeskripsikan bahwa DEA adalah model program matematika
yang diaplikasikan untuk mengobservasi data untuk mengukur hubungan pada
proses produksi yang melibatkan input dan output di suatu perusahaan. Data
25
tersebut akan diolah untuk menunjukkan tingkat efisiensi dari suatu perusahaan
dalam mengelola inputnya untuk menghasilkan sejumlah output.
Pada dasarnya prinsip kerja DEA adalah membandingkan data input dan output
dari suatu organisasi data (Decision Making Unit, DMU). Dengan model CCR,
diasumsikan Constant Return to Scale (CRS). Kemudian model CCR
dikembangkan oleh Banker (1984) menjadi model Banker, Charnes, Cooper
(BCC). Dalam model ini asumsi CRS dilonggarkan dengan pengkarakteristikan
DMU menjadi Variabel Return to Scale (VRS) untuk pengukuran efisiensi.
DEA mengukur efisiensi teknis untuk semua unit. Skor yang ada merupakan
nilai relatif untuk semua unit yang diukur,bergantung pada tingkat efisiensi
dari unit lainnya di dalam sampel. Tingkat efisiensi dianggap tidak negatif dan
nilainya antara 0 sampai 1, dimana 1 menunjukkan tingkat efisiensi yang
sempurna. Kemudian DMU yang memiliki nilai satu digunakan dalam
membuat envelope untuk frontier efisiensi. DMU lainnya yang ada di dalam
envelope menunjukkan tingkat inefisiensi.
DEA membangun batas produksi sebagai perwujudan “best practice” unit-unit
analisis yang diteliti. Keuntungan penting dari penggunaan pendekatan DEA
adalah bahwa titik-titik diidentifikasikan sebagai “terletak pada batas produksi”
yang memuat hubungan nyata kombinasi input/output yang digunakan oleh
industri. Untuk mengidentifikasi batas produksi dilakukan dengan
mengidentifikasi seluruh kombinasi input dan output yang feasible
berdasarkan inisial set kombinasi penelitian (data) atau disebut sebagai
“teknologi produksi”. Batas produksi ini dibentuk sebagai minimal
26
“envelopment” dari titik-titik yang feasible dan dapat dikatakan “best
practice” industri. DEA tidak secara eksplisit membangun “envelopment”
tersebut tetapi DEA menciptakan masalah optimasi yaitu dengan
menggerakkan sistem sejauh mana efisiensi dapat ditingkatkan ke arah batas
produksi tanpa meninggalkan feasible set (gabungan input-output yang
feasible), Kemungkinannya adalah:
- Jika sistem masih memungkinkan untuk ditingkatkan efisiensinya (tanpa
meninggalkan feasible set) maka sistem tersebut dikatakan tidak efisien.
- Jika sistem tidak mungkin lagi ditingkatkan efisiensinya tanpa
meninggalkan feasible set maka sistem dianggap telah efisien karena telah
berada di batas produksi.
Dalam Emi (2012) tingkat efisiensi teknis yang diukur oleh DEA dibagi
menjadi empat kriteria:
TE = 1 = Perfectly Efficiency
0,8 ≤ TE ≤ 1 = Efisiensi baik
0,4992 ≤ TE ≤ 1 = Efisiensi cukup baik
TE ≤ 0,4992 = Efisiensi rendah
3.1 Model Charnes, Cooper, Rhodes (CCR)
Model Charnes, Cooper, Rhodes pertama kali diperkenalkan pada tahun 1978
dengan asumsi Constant Return to Scale (CRS). Untuk DMU, dibentuk input
dan output bayangan yang terbentuk dari bobot (vi) dan (ur), yaitu:
Input bayangan = v1x10 + ……. + vm xm0
Output bayangan = u1y10 + ……. + us ys0
27
Kemudian dicoba menentukan bobot menggunakan program linier dengan
memaksimalkan ratio output bayangan dibagi input bayangan. Anggap terdapat
M input dan S output, sehingga terdapat sekumpulan data input dan output
untuk tiap DMUj sebagai (xij, x2j, ……. xMj) dan (y1j, y2j, ….. ysj). Maka
dengan data yang tersedia untuk menghitung efisiensi DMUj, untuk
memecahkan persoalan program fraksionalnya akan diperoleh nilai bobot input
(vm) dimana m = 1,2, ….. M dan bobot output (us) dengan s = 1,2,….S sebagai
variabel, berikut ini:
Maks
Kendala
( )
Faktor kendala pertama artinya nahwa rasio output bayangan dan input
bayangan tidak boleh lebih dari 1 untuk setiap DMU. Tujuannya untuk
memperoleh bobot (vm) dan (us) yang memaksimalkan rasio DMUo. Kendala
kedua berhubungan dengan kendala non negatif.
Dari persamaan linier fraksional di atas maka program liniernya adalah :
Maks
Kendala
( )
28
3.1.1 Model Orientasi Input CCR
Berdasarkan matrik (X,Y), model CCR diformulasikan dengan masalah
program linier dimana vektor baris v untuk input dan vektor baris u untuk
output. Permasalahan program linier adalah:
Maks : uy0
Kendala : vx0 = 1
-vX + uY ≤ 0
v, u ≥ 0
Dual program dari model tersebut jika diekspresikan dengan variabel riil
Dan non negatif vektor λ = (λ1, …. λn)T
menjadi :
Min
Kendala
Yλ ≥
λ ≥ 0
3.1.2 Model Orientasi Output CCR
Tujuan dari model orientasi output adalah memaksimalkan output dengan
sejumlah input yang tersedia, maka digunakan pendekatan orientasi
output. Modelnya adalah sebagai berikut :
Maksimumkan : ŋ
Kendala : xo - Xµ ≥ 0
ŋyo - Yµ ≤ 0
µ ≥ 0
29
3.2 Model Banker, Charnes, dan Cooper (BCC)
Model ini diperkenalkan oleh Banker, Charnes, Cooper pada tahun 1984 dan
dikenal sebagai model BCC.Model ini merupakan perluasan dari model CCR
dengan asumsi Variabel Return to Scale (VRTS). Model BCC memiliki
jangkauan batas produksi berbentuk selubung konveks DMU yang ada. Batas
produksi memiliki karakteristik piece wise linier dan cekung yang
menunjukkan karaakteristik variabel return to scale dengan terdiri dari
increasing return to scale dan decreasing return to scale.
3.2.1 Model orientasi input BCC
Model orientasi input BCC mengevaluasi efisiensi DMUo (o=1, …., n)
melalui pemecahan persoalan program linier sebagai berikut :
Min B
Kendala B xo– Xλ ≥ 0
Yλ ≥ yo
eλ = 1
λ ≥ 0
dimana B adalah bilangan skalar.
3.2.2 Model Orientasi Output – BCC
Model orientasi output BCC adalah sebagai berikut:
Maksimumkan : ŋB
Kendala : ŋB yo – Yλ ≤ 0
Xλ ≤ xo
30
eλ = 1
λ ≥ 0
4. ASEAN
ASEAN atau Association of Southeast Asian Nations merupakan badan
organisasi internasional yang anggotanya merupakan negara-negara yang
berada di kawasan regional Asia Tenggara. Organisasi ini berdiri pada tanggal
8 Agustus 1967 dan dicetuskan oleh lima negara yaitu Indonesia, Malaysia,
Singapura, Thailand, dan Filiphina, kemudian beberapa negara lain mulai
bergabung hingga saat ini terdapat 10 negara yang tergabung dalam organisasi
ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, Brunei
Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN sebelumnya pernah dijajah oleh
bangsa eropa hingga akhirnya mendapatkan kemerdekaan oleh karena itu awal
berdiri ASEAN adalah karena merasa memiliki nasib pernah dijajah dan ingin
bersama mencapai kesejahteraan. Indonesia memiliki visi untuk
berkembangnya Asia Tenggara dengan menjadi wilayah yang bisa berdiri
sendiri, dapat melindungi diri untuk melawan pengaruh negatif dari luar maka
akan lebih baik apabila negara yang ada dalam satu wilayah dapat bekerja sama
satu sama lain untuk meningkatkan sumber daya alam dan sumber daya
manusia.
Bangsa dan rakyat Asia Tenggara harus berkumpul untuk membentuk
perspektif dan kerangka kerja baru untuk wilayah Asia Tenggara, hal ini
penting untuk menciptakan kesadaran yang mendalam bahwa negara tidak bisa
31
bertahan hidup selama terisolasi kecuali membuktikan dengan perbuatan
bahwa Asia Tenggara terikat oleh persahabatan dan dijiwai dengan cita-cita
untuk membentuk nasib sendiri dan dengan ASEAN kita dapat mengambil
langkah yang tegas dan berani (Tun Abdul Razak). Maka dapat diketahui
bahwa ASEAN dibentuk untuk bersama-sama mencapai kesejahteraan (ASEAN
History).
Dalam deklarasi ASEAN, salah satu tujuan didirikannya ASEAN adalah
dinyatakan bahwa negara-negara di ASEAN akan bekerja sama dan
berkolaborasi untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian sebagai bentuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dan mampu berdiri sendiri serta bertahan
dari pengaruh global. (Deklarasi ASEAN). Pencapaian guna mempercepat
pertumbuhan ekonomi terus dikaji oleh organisasi ASEAN dengan melibatkan
musyawarah dan persetujuan setiap negaranya.
Pada ASEAN summit ke 9 di tahun 2003, pemimpin ASEAN menyatakan
bahwa ASEAN community perlu didirikan. Kemudian pada ASEAN summit ke
12 di tahun 2007, pimpinan ASEAN menyatakan kesungguhan komitmen
mereka untuk mempercepat pendirian ASEAN community pada tahun 2015
dan menandatangani Cebu Declaration on the Acceleration of the
Establishment of an ASEAN community by 2015. ASEAN community terdiri
dari tiga pilar yaitu ASEAN Political-Security Community, ASEAN Economic
Community, dan ASEAN Socio-Cultural Community. Setiap pilar memiliki
cetakan biru tersendiri. Untuk itu ASEAN Economic Community Blueprint
32
menjadi acuan bagi negara-negara ASEAN untuk bersama-sama membangun
ekonominya.
4.1 ASEAN Banking Integration Framework.
ASEAN Banking Integration Framework merupakan kerangka kerja dari
ASEAN Economic Community 2015 yang nantinya kerangka kerja ini akan
diimplementasi pada tahun 2020 sebagai bentuk terintegrasinya sektor
keuangan yaitu perbankan di negara-negara anggota ASEAN. ABIF adalah
inisiatif ASEAN yang bertujuan untuk menciptakan mekanisme integrasi dan
mempercepat integrasi perbankan melalui pemberian akses pasar (market
access) dan keleluasaan beroperasi (operational flexibility) di negara anggota
ASEAN dengan tetap memperhatikan pemenuhan persyaratan prudensial yang
berlaku di masing-masing negara ASEAN.
Guidelines ABIF telah disepakati pada akhir 2014. Dokumen tersebut menjadi
panduan bagi negara-negara ASEAN untuk melakukan perjanjian bilateral
terkait bank yang akan hadir di pasar perbankan ASEAN. Di dalam Guidelines
ABIF diatur mengenai prinsip-prinsip integrasi yang harus diacu serta tahapan
yang akan dilalui dalam proses integrasi tersebut. (Booklet Perbankan
Indonesia 2016). Bank yang dapat membuka pasar di negara anggota ASEAN
adalah bank yang masuk criteria Qualified ASEAN Bank, dimana kriterianya
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki track record yang baik, antara lain ditunjukkan melalui market
share yang besar.
b. Mempunyai modal yang cukup dan sehat secara finansial.
33
c. Mempunyai tata kelola yang baik.
d. Didukung oleh otoritas home country untuk menjadi QAB.
Menurut Macroprudential Policy Department dari Bank Indonesia, Kekuatan
dari ASEAN Banking Integration Framework adalah:
a. Merupakan adopsi dari prinsip Voluntary Most Favor Nation yaitu adopsi
ini membuka kesempatan bagi satu negara untuk memberikan konsesi
khusus hanya untuk negara tertentu.
b. Reciprocal Arrangement, yaitu pengaturan timbal balik, konsesi akan
dinegoisasikan antara dua atau lebih negara anggota ASEAN untuk
mencapai level yang bermanfaat dan diterima bagi kedua belah pihak
negara yang bersangkutan.
c. Qualified ASEAN Banks akan diperlakukan sama dengan bank domestik
yang ada di negara tersebut.
Selain dari kekuatan yang dimiliki, Indonesia juga akan dihadapkan dengan
beberapa kelemahan dan hambatan ketika mengimplementasi ABIF. Menurut
Rismawati dalam “Menghadapi Qualified ASEAN Bank, Indonesia:
Berekspansi atau bertahan di dalam negeri” menuliskan analisi SWOT terkait
ABIF bagi Indonesia.
1. Strength
a. Perbankan Indonesia memiliki jaringan yang luas sehingga dapat
mencapai/ melayani masyarakat yang lebih luas.
b. Perbankan nasional memiliki brand yang lebih dikenal oleh masyarakat
dibandingkan dengan bank-bank asing.
34
c. Perbankan Indonesia memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih
baik terhadap pasar nasional dan karakteristik masyarakat.
2. Weaknesses
a. Variasi serta kualitas produk dan jasa perbankan Indonesia perlu
ditingkatkan.
b. Kualitas IT dan SDM perlu ditingkatkan.
c. Permodalan perlu ditingkatkan.
d. Perbankan Indonesia relatif kurang efisien dibandingkan negara lain.
3. Opportunities
a. Membuka kesempatan bagi tenaga kerja Indonesia untuk menjadi pegawai
QAB
b. Mendorong perbankan untuk meningkatkan kualitas produk dan jasa, serta
menngkatkan kapasitas IT dan SDM.
c. Mendorong perbankan untuk melakukan konsolidasi agar dapat
meningkatkan permodalan, asset dan efisiensi
d. Dapat meningkatkan daya saing karena perbankan pasti akan selalu
berusaha untuk survive dalam menghadapi persaingan.
4. Threats
Persaingan yang meningkat dapat menurunkan pangsa pasar dan kinerja
profitabilitas perbankan Indonesia.
35
a. Nasabah/masyarakat dapat beralih dari bank nasional ke QAB antara lain
karena kualitas/variasi produk/layanan QAB yang lebih baik serta suku
bunga yang ditawarkan lebih bersaing.
5. Perbankan Indonesia
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanankan
usahanya. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dana
dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional untuk peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk lainnya. Bank terdiri dari dua jenis yaitu bank konvensional
dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya secara konvensional yang meliputi Bank Umum Konvensional dan
Bank Pengkreditan Rakyat. Sedangkan Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah (Booklet
Perbankan Indonesia, 2016)
36
B. Tinjauan Empiris
Tabel 4. Tinjauan Empiris
No Penulis / Judul /
Tahun
Tujuan Variabel / Metode
Analisis
Hasil dan Kesimpulan
1 Astoeti Wahjoe
Widiarti,
Hermanto
Siregar, Trias
Andati / The
Determinants of
Bank’s Efficiency
In Indonesia /
2015
Mengukur
efisiensi
perbankan
menggunakan
pendekatan
intermediasi dan
data
envelopment
analysis pada
108 bank
konvensional
selama periode
2012Q1 –
2014Q2.
Variabel:
Aktiva tetap, Beban
tenaga kerja, DPK,
Jumlah kredit,
Pendapatan
operasional bunga,
pendapatan non
operasional bunga,
Size, Type, NPL,
CAR, LDR, BOPO,
Deposito, NIM,
GCG
Metode:
Data Envelopment
Analysis (DEA),
Regresi OLS
Bank umum konvensional
pada periode penelitian
belum sepenuhnya efisien.
Pada Q4.2012, bank yang
memiliki nilai efisiensi 1
sebanyak 1 bank (BUSN
devisa) dan hanya 6 bank
yang memiliki nilai
efisiensi 0,76-0,99
sedangkan lainnya yaitu
101 bank memiliki nilai
efisiensi di bawah 0,75.
Faktor internal yang
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
efisiensi yang diukur
dengan DEA adalah NPL,
LDR, CER dan komposisi
deposito terhadap DPK,
Rasio BOPO berpengaruh
negatif tetapi tidak
signifikan. sedangkan yang
berpengaruh positif adalah
CAR dan NIM. Faktor
internal yang tidak
berpengaruh terhadap
efisiensi adalah nilai GCG.
2 Dadang
Muljawan, Januar
Hafidz, Rieska
Indah Astuti, Rini
Oktapiani /
Faktor-Faktor
Penentu Efisiensi
Perbankan
Indonesia Serta
Dampaknya
Terhadap
Perhitungan Suku
Bunga Kredit /
2014
Mempelajari
faktor-faktor
yang dominan
memengaruhi
tingkat efisiensi
operasional
bank, terutama
faktor suku
bunga. Jenis
suku bunga
yang dikaji
adalah suku
bunga dana
pihak ketiga dan
suku bunga
kredit.
Variabel:
Beban bunga, Dana
pihak ketiga,
Kredit, Pendapatan
operasional non
kredit, GDP,
Inflasi, PUAB,
MCAP, Market
share, Asset, CAP,
ROA, LDR, NIM,
Overhead cost,
NPL, LOAN,
dummy variabel
status bank
Metode:
Data Envelopment
Analysis (DEA),
Regresi OLS
Berdasarkan penelitian,
variabel GDP, Inflasi,
PUAB, Market Share,
CAP, ROA, LDR, NIM,
Overhead Cost, Loan
berpengaruh positif
terhadap efisiensi teknis
perbankan. Sedangkan
MCAP, NPL berpengaruh
negatif terhadap efisiensi
teknis perbankan.
37
Sambungan Tabel 4
No Penulis / Judul
/ Tahun
Tujuan Variabel / Alat
Analisis
Hasil dan Kesimpulan
3 Emi Maimunah
/
Determinan
Efisiensi Teknis
Pada Keripik
Pisang Di Kota
Bandar
Lampung /
2012
Menghitung
besarnya efisiensi
teknis masing-
masing usaha
pada industri
keripik pisang di
kota Bandar
Lampung dan
menguji faktor-
faktor yang
memengaruhi
efisiensi teknis
pada industri
keripik pisang di
Kota Bandar
Lampung.
Variabel:
Value added, Modal,
Tenaga Kerja, Bahan
Baku, Umur Usaha,
Rata-rata upah,
Lingkungan Usaha
Metode:
Data Envelopment
Analysis (DEA),
Regresi OLS
Tingkat efiensi teknis
pada industri keripik
pisang di Kota Bandar
Lampung masih relatif
rendah.
Variabel yang
berpengaruh secara
positif terhadap efisiensi
teknis baik dengan
menggunakan metode
CRTS maupun VRTS
adalah variabel umur
usaha, rata-rata upah
karyawan sedangkan
variabel lingkungan tidak
berpengaruh baik metode
CRTS dan VRTS.
4 Maria Monica
Wihardja /
Financial
Integration
Challenges in
ASEAN beyond
2015/ 2013
Mendiskusikan
integrasi sektor
perbankan dan
mengkaji strategi
kebijakan moneter
dari negara.
Analisis Deskriptif Dengan
pengimplementasian
standar peraturan
perbankan yang global,
ABIF dapat memastikan
bahwa ASEAN akan
lebih konservatif . Setiap
negara perlu menyiapkan
diri dan perlu
pengharmonisan
peraturan perbankan.
5 Roberta B.
Staub, Gerldo
Souza,
Benjamin M.
Tabak /
Evolution of
Bank Efficiency
in Brazil: A
DEA Approach
/ 2009
Menginvestigasi
efisiensi biaya,
teknik dan alokasi
pada perbankan
Brazilia periode
2000 – 2007.
Variabel :
Investasi, total loans
net of provision
loans, deposito, biaya
bunga, operational
expenses net of
personnel expenses,
biaya pekerja, NPL,
market share, ekuitas,
aktifitas bank, bank
size, kepemilikan
bank.
Metode :
Data Envelopment
Analysis (DEA),
Regresi Panel Data
Dengan menggunakan
DEA efisiensi alokasi
selalu lebih baik
dibandingkan efisiensi
teknik pada periode Juni
2000 – Des 2002. Tahun
2003 – 2007 efisiensi
teknik lebih baik
dibanding alokasi. NPL
memiliki ppengaruh
negatif terhadap seluruh
tingkat efisiensi.
Aktifitas bank, size,
kepemilikan bank
berpengaruh terhadap
efisiensi alokasi.
38
Sambungan Tabel 4
No Penulis / Judul /
Tahun
Tujuan Variabel / Alat
Analisis
Hasil dan
Kesimpulan
6 Andries, Marius
Alin / The
Determinants of
Bank Efficiency
and Productivity
Growth in the
Central and
Eastern European
Banking system /
2010
Menguji efisiensi
dan
determinannya
pada bank di
negara Eropa
Tengah dan Timur
tahun 2004-2008.
Variabel :
Deposito, dana lain,
ekuitas, pekerja,
kredit, investasi
keuangan,TA,
TABS, ROE, ROA,
GDP, IR, ASO,
AFO, NPL, DC, FP,
RR, IMR, DR, LR.
Metode :
DEA, Regresi OLS
Rata-rata efisiensi
bank pada negara
Eropa Tengah dan
Timur meningkat pada
periode pengamatan.
Variabel TA, TABS,
size, IR, ASO, AFO,
DR, LR
mempengaruhi tingkat
efisiensi.
7 Theirno Amadou
Barry, Santos Jose
Dacanay, Laetitia
Lapetit, Amine
Tarazi / Ownership
Structure and Bank
Efficiency in The
Asia Pacific
Region / 2008
Menghitung
efisiensi teknik
bank pada enam
negara
(Hongkong,
Indonesia, South
Korea, Malaysia,
Philipina,
Thailand) periode
1999 – 2004
dengan
menggunakan
DEA.
Menginvestigasi
hubungan antara
struktur
kepemilikan dan
faktor efisiensi
seperti size, risk,
kondisi ekonomi.
Variabel :
Biaya personel,
biaya bunga, biaya
operasi lain, net
loans, total
securities, other
earning assets
Metode
Data Envelopment
Analysis - VRS -
Input and output
oriented -
Intermediation
approach
Indonesia dan
Philipina memiliki
tingkat efisiensi yag
rendah, Korea selatan
memiliki tingkat
efisiensi yang tertinggi
pada model 1 dan
Thailand memiliki
tingkat efisiensi
tertinggi pada model 2.
8 Tadele Tesfay /
Determinants of
Commercial Banks
Effiency: Evidence
from Selected
Commercial Banks
of Ethiopia / 2016
Untuk
mengidentifikasi
faktor-faktor yang
memengaruhi
efisiensi bank
komersial di
Ethipia dengan
menggunakan
DEA
Variabel :
Deposito, likuiditas,
loan quality,
expense,
profitability, size,
diversification.
Metode :
Data Envelopment
Analysis - CRS -
Output Oriented -
Financial
Intermediation,
Regresi Model Tobit
Deposito dan likuiditas
berpengaruh terhadap
meningkatnya tingkat
efisiensi bank
sedangkan loan
quality, expense, size,
diversification tidak
berpengaruh terhadap
tingkat efisiensi bank.
39
No Penulis / Judul /
Tahun
Tujuan Variabel / Alat
Analisis
Hasil dan
Kesimpulan
9 Anggun Wahyuni /
Analisis
perbandingan
kinerja keuangan
perbankan ASEAN
(Studi pada Bank
Umum Indonesia,
Thailand, Filipina
tahun 2011 -2014) /
2016
Mengetahui
perbedaan
kinerja
keuangan antara
industry
perbankan
Indonesia
dengan negara
ASEAN lainnya
menggunakan
indikator RGEC.
Variabel :
NPL, ROA, LDR,
NIM, CAR
Metode :
Uji Parametrik
one way Anova
Rasio NPL, ROA,
LDR, dan NIM
memiliki perbedaan
yang signifikan dengan
perbankan negara
ASEAN lain
sedangkan CAR tidak.
Rata-rata rasio
keuangan perbankan
Indonesia lebih baik
dibandingkan dengan
rata-rata tiga negara
ASEAN lain. 10 Yeni Rahmawati,
Zuliani Dalimunthe
/ Perbandingan
rasio profitabilitas,
efisiensi, likuiditas
dan resiko pada
bank syariah dan
bank konvensional
di Indonesia / 2013
Untuk
membandingkan
profitabilitas,
efisiensi,
likuiditas dan
risiko antara bank
syariah yang
berbasis profit-
loss-sharing dan
bank
konvensional
yang berbasis
bunga di
Indonesia dengan
menggunakan 18
rasio keuangan.
.
Variabel :
ROA, ROE, PM,
RETA, ROD, NOM,
OEA, OIA, OER,
ATO, NIM, NNIM,
CTA, CTD, DTA,
EM, ETD, TLE.
Metode
Uji t rata-rata tidak
berpasangan dan uji
Matt Whitney.
Profitabilitas bank
konvensional lebih
baik dibandingkan
bank syariah
sedangkan efisiensi,
likuiditas dan risiko
antara bank syariah
dan bank konvensional
relatif sama.
11 Issam Tlemsani,
Huda Al Suwadi /
Comparative
Analysis of Islamic
and Conventional
Banks in the UAE
during the
Financial Crisis /
2016
Menganalisis
kinerja dari bank
syariah dan bank
konvensional di
UAE selama
krisis keuangan.
Variabel :
LDR, cash and
portfolio investment
to deposits, loan to
total asset, ROA,
ROE, earning per
share.
Krisis keuangan
memberikan dampak
terhadap sistem
perbankan tetapi bank
syariah menunjukkan
kinerja yang lebih baik
khususnya di UAE.
Tidak ada perbedaan
yang signifikan antara
bank syariah dan bank
konvensional pada
rasio ROA.
40
C. Kerangka Pemikiran
Perbankan di Indonesia memiliki pangsa pasar yang dominan dibandingkan sektor
keuangan lain di Indonesia, sekitar 78,6 persen sektor keuangan dipegang oleh
aktifitas perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perbankan berpengaruh
dalam aktifitas perekonomian di Indonesia. Oleh karena itu keberhasilan dan
keberlangsungan kinerja perbankan selalu dievaluasi guna menjaga kestabilan
kinerjanya.
Selain itu saat ini perbankan asing dari negara anggota ASEAN sudah banyak
membuka pasarnya di Indonesia. Kemudian terkait dengan implementasi integrasi
ekonomi ASEAN yang tertuang pada ASEAN Economic Community yang salah
satu kerangka kerjanya adalah ASEAN Banking Integration Framework atau
terintegrasinya bank-bank di negara anggota ASEAN, maka peluang untuk
membuka pasar di sektor perbankan pada negara-negara ASEAN akan menjadi
lebih mudah dan lebih fleksibel karena diperlakukan sebagaimana bank domestik.
Ini menjadi hal penting bagi Indonesia dimana aktifitas perbankan Indonesia tidak
hanya bagaimana menjaga kestabilan kinerjanya yang akan mempengaruhi
aktifitas ekonomi tetapi juga bagaimana meningkatkan kinerjanya sebagai bentuk
mampu bersaing secara global untuk masuk ke pasar negara anggota ASEAN di
sektor perbankan.
Kinerja perbankan dapat diukur dengan melihat efisiensi perbankan tersebut.
Efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan mengukur efisiensi operasional
ataupun (technical efficiency) dimana menyatakan hubungan antara input dengan
output dalam suatu proses produksi. Suatu proses produksi dikatakan efisien
41
apabila pada penggunaan sejumlah input tertentu dapat menghasilkan output yang
maksimum atau untuk menghasilkan sejumlah output tertentu dengan input yang
paling minimum.
Bank merupakan lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari masyarakat
yang kelebihan dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang kekurangan
dana guna mendukung aktifitas perekonomian dan memperoleh laba maka
variabel input dan ouput yang akan digunakan adalah berdasarkan pendekatan
intermediasi yaitu variabel input : (1) Aktiva tetap, (2) Biaya operasional, (3)
Dana pihak ketiga; variabel ouput : (1) Kredit yang diberikan, (2) Pendapatan
bunga, (3) Pendapatan non bunga.
Untuk itu penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) Pengukuran tingkat
efisiensi perbankan Indonesia dan negara anggota ASEAN, (2) Pengukuran
signifikan perbedaan tingkat efisiensi perbankan Indonesia dan negara anggota
ASEAN, (3) Pengukuran signifikan perbedaan rasio keuangan bank yaitu CAR,
BOPO, LDR, NPL, NIM perbankan Indonesia dan negara ASEAN 5. Dengan
demikian dapat dirumuskan dalam kerangka pikir penelitian sebagai berikut.
42
Adaptasi dari Astoeti Wahjoe Widiarti, Hermanto Siregar, Trias Andati. 2015
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Input :
1.Aktiva tetap 2.Beban
operasional 3.Dana pihak
ketiga
Output : 1.Kredit yang
diberikan 2.Pendapatan
bunga 3.Pendapatan
operasional
non bunga
Pendekatan Intermediasi
Data Envelopment Analysis
(CRTS dan VRTS)
Efisiensi Teknis
Perbankan Indonesia
esia
Efisiensi Teknis
Perbankan Negara
ASEAN
Perbedaan Tingkat Efisiensi
Perbankan Indonesia dan
Negara Anggota ASEAN
Uji t Rata-rata tidak
berpasangan
Rasio Keuangan
Perbankan Indonesia
1. CAR
2. BOPO
3. LDR
4. NPL
5. NIM
Rasio Keuangan Perbankan
Negara ASEAN 5
1. CAR
2. BOPO
3. LDR
4. NPL
5. NIM
Perbedaan Rasio Keuangan
Perbankan Indonesia dan
Negara Anggota ASEAN
Uji t Rata-rata
tidak berpasangan
43
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan, maka dapat diperoleh hipotesis sebagai
berikut:
1. Diduga tingkat efisiensi teknis perbankan Indonesia dan perbankan negara
anggota ASEAN adalah perfectly efficient atau sama dengan satu.
2. Diduga terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi perbankan
Indonesia dan perbankan negara anggota ASEAN 5.
3. Diduga terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan perbankan
Indonesia dan perbankan negara anggota ASEAN 5.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat
kuantitatif. Data sekunder yang digunakan adalah data panel atau data runtun
waktu silang (crossectional time series) yang melibatkan beberapa bank untuk
dijadikan sampel penelitian.
Sumber data berasal dari laporan keuangan masing-masing bank di Indonesia,
Singapura, Malaysia, Thailand, Philipina yang diambil dari situs resmi masing-
masing bank, booklet perbankan Indonesia oleh BI dan OJK, statistik perbankan
Indonesia pada periode 2011 – 2015 dengan menggunakan data kuartal.
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini meliputi bank konvensional di Indonesia, Singapura,
Malaysia, Thailand, Philipina atau disebut ASEAN 5 yang tercatat di masing-
masing Bursa Efek negaranya selama periode 2011-2015. Teknik pengambilan
sampel adalah secara purposive sampling Kriteria dari pemilihan sampel adalah
sebagai berikut:
1. Bank konvensional yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia, Bursa Efek
Singapura, Bursa Efek Malaysia, Bursa Efek Thailand, Bursa Efek
Philipina.
45
2. Bank konvensional dari Indonesia, singapura, Malaysia, Thailand dan
Philipina yang tercatat memiliki asset terbesar menurut Asean
Development Bank yang meliputi tiga bank di masing-masing negara.
3. Bank konvensional dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan
Philipina yang mempublikasikan laporan Keuangannya dari Kuartal 1
2011 sampai kuartal 4 2015.
Data bank terbesar pada negara Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand.
Philipina berdasarkan total asset yang diperoleh dari Asean Development Bank.
Tabel 5. Bank Terbesar di ASEAN.
No Bank Negara
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
DBS Bank
OCBC Bank
United Overseas Bank
Maybank
CIMB
Public Bank Berhad
Bangkok Bank
Siam Commercial Bank
Krung Thai Bank
Bank Mandiri
Bank Rakyat Indonesia
Bank Central Asia
Metropolitan Bank and Trust Company
Bank of the Philippine Islands
Bdo Unibank Inc
Singapura
Singapura
Singapura
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Thailand
Thailand
Thailand
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Philipina
Philipina
Philipina
Sumber. Asian Development Bank, 44th IAFEI World Congress; Global Recovery Amidst
Reforms, 2014.
C. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel input dan tiga variabel output yang
digunakan untuk pengukuran efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis
(DEA). Variabel input meliputi :(1) Aktiva tetap, (2) Biaya operasional, (3) Dana
pihak ketiga; Variabel output : (1) Kredit yang diberikan, (2) Pendapatan bunga,
46
(3) Pendapatan non bunga. Pengukuran signifikan perbedaan efisiensi dengan
menggunakan skor efisiensi dari DEA. Selanjutnya untuk pengukuran signifikan
perbedaan rasio keuangan perbankan menggunakan rasio CAR, BOPO, LDR,
NPL, NIM. Untuk memperjelas pemahaman terhadap variabel yang akan
dianalisis maka perlu dirumuskan sebagai berikut.
Tabel 6. Variabel Penelitian, Simbol, Satuan Pengukuran, Sumber Data.
Variabel Simbol Satuan
Pengukuran
Sumber Data
Aktiva tetap
Beban operasional
Dana pihak ketiga
Kredit yang
diberikan
Pendapatan bunga
Pendapatan non
bunga
CAR
BOPO
LDR
NPL
NIM
Tingkat efisiensi
teknis
AT
BO
DPK
K
PB
PNB
CAR
BOPO
LDR
NPL
NIM
TE
USD
USD
USD
USD
USD
USD
persen
persen
persen
persen
persen
persen
Laporan keuangan dari situs resmi
masing-masing bank
Laporan keuangan dari situs resmi
masing-masing bank
Laporan keuangan dari situs resmi
masing-masing bank
Laporan keuangan dari situs resmi
masing-masing bank
Laporan keuangan dari situs resmi
masing-masing bank
Laporan keuangan dari situs resmi
masing-masing bank
Laporan keuangan dari situs resmi
masing-masing bank konvensional
Indonesia
Laporan keuangan dari situs resmi
masing-masing bank konvensional
Indonesia
Laporan keuangan dari situs resmi
masing-masing bank konvensional
Indonesia
Laporan keuangan dari situs resmi
masing-masing bank konvensional
Indonesia
Laporan keuangan dari situs resmi
masing-masing bank konvensional
Indonesia
Output uji efisiensi melalui Data
Envelopment Analysis (DEA)
47
Batasan atau definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun. Aktiva tetap dalam penelitian ini adalah Aktiva tetap masin-
masing bank pada kuartal 1 2011 sampai kuartal 4 2015. Data diperoleh dari
laporan keuangan masing-masing bank di Indonesia, Singapura, Malaysia,
Thailand, Philipina yang diakses melalui situs resmi bank dan disamakan nilai
mata uangnya terhadap USD.
2. Biaya operasional adalah biaya yang berhubungan dengan kegiatan bank
meliputi biaya pegawai, beban bunga dan lain-lain. Biaya Operasional dalam
penelitian ini adalah biaya operasional masin-masing bank pada kuartal 1 2011
sampai kuartal 4 2015. Data diperoleh dari laporan keuangan masing-masing
bank di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Philipina yang diakses
melalui situs resmi bank dan disamakan nilai mata uangnya terhadap USD.
3. Dana pihak ketiga terdiri dari giro, tabungan dan deposito yaitu simpanan uang
masyarakat yang dihimpun bank. DPK dalam penelitian ini adalah DPK
masing-masing bank pada kuartal 1 2011 sampai kuartal 4 2015. Data
diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank di Indonesia, Singapura,
Malaysia, Thailand, Philipina yang diakses melalui situs resmi bank dan
disamakan nilai mata uangnya terhadap USD.
4. Kredit (K) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
48
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit
dalam penelitian ini adalah kredit masing-masing bank pada kuartal 1 2011
sampai kuartal 4 2015. Data diperoleh dari laporan keuangan masing-masing
bank di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Philipina yang diakses
melalui situs resmi bank dan disamakan nilai mata uangnya terhadap USD.
5. Pendapatan bunga adalah pendapatan bunga dalam rupiah dan valuta asing dari
penanaman yang dilakukan oleh bank baik kepada penduduk maupun bukan
penduduk. Pendapatan bunga dalam penelitian ini adalah pendapatan bunga
masing-masing bank pada kuartal 1 2011 sampai kuartal 4 2015. Data
diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank di Indonesia, Singapura,
Malaysia, Thailand, Philipina yang diakses melalui situs resmi bank dan
disamakan nilai mata uangnya terhadap USD.
6. Pendapatan non bunga adalah semua pendapatan dalam rupiah dan valuta asing
yang diperoleh dari kegiatan yang lazim sebagai usaha bank di luar bunga,
misalnya peningkatan nilai wajar surat berharga atau kredit, keuntungan
penjualan surat berhargaatau kredit dan keuntungan transaksi derivatif.
Pendapatan non bunga dalam penelitian ini adalah pendapatan non bunga
masing-masing bank pada kuartal 1 2011 sampai kuartal 4 2015. Data
diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank di Indonesia, Singapura,
Malaysia, Thailand, Philipina yang diakses melalui situs resmi bank dan
disamakan nilai mata uangnya terhadap USD.
7. Capital Adequacy Racio (CAR) adalah rasio yang menunjukkan sampai sejauh
mana kemampuan permodalan suatu bank untuk menyerap risiko kegagalan
49
kredit yang mungkin terjadi. CAR memiliki hubungan positif ataupun negatif
dengan tingkat efisiensi. CAR dalam penelitian ini adalah CAR masing-masing
bank konvensional Indonesia pada kuartal 1 2011 sampai kuartal 4 2015. Data
diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank di Indonesia.
8. BOPO atau operational efficiency ratio merupakan rasio yang menunjukkan
besaran perbandingan antara beban atau biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. BOPO memiliki hubungan negatif dengan tingkat efisiensi. BOPO
dalam penelitian ini adalah BOPO masing-masing bank konvensional
Indonesia pada kuartal 1 2011 sampai kuartal 4 2015. Data diperoleh dari
laporan keuangan masing-masing bank di Indonesia.
9. Loan to Deposit Ratio adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga
dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain,
terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam
Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar bank. LDR memiliki
hubungan positif dengan tingkat efisiensi. LDR dalam penelitian ini adalah
LDR masing-masing bank konvensional Indonesia pada kuartal 1 2011 sampai
kuartal 4 2015. Data diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank di
Indonesia.
10. Net Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah adalah rasio yang
menunjukkan kualitas aset Bank umum diukur secara NPL Gross dan NPL
Netto. NPL memiliki hubungan positif ataupun negatif dengan tingkat
efisiensi. NPL dalam penelitian ini adalah NPL masing-masing bank
konvensional Indonesia pada kuartal 1 2011 sampai kuartal 4 2015. Data
diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank di Indonesia.
50
11. Net Interest Margin merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih
terhadap rata-rata aktiva produktif. NIM memiliki hubungan negatif dengan
tingkat efisiensi. NIM dalam penelitian ini adalah NIM masing - masing bank
konvensional Indonesia pada kuartal 1 2011 sampai kuartal 4 2015. Data
diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank di Indonesia.
D. Metode Analisis
Penelitian ini melibatkan analisis deskriptif dan komparatif. Pertama analisis
deskriptif menggunakan Data Envelopment Analysis untuk melihat tingkat
efisiensi masing-masing perbankan. Kedua analisis komparatif menggunakan uji t
rata-rata tidak berpasangan untuk menunjukkan apakah ada perbedaan tingkat
efisiensi yang signifikan pada bank-bank tersebut. Analisis komparatif selanjutnya
juga menggunakan uji t rata-rata tidak berpasangan untuk menunjukkan apakah
ada perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan perbankan Indonesia dan
ASEAN 5 meliputi CAR, BOPO, LDR, NPL, NIM. Penelitian ini menggunakan
alat analisis berupa software computer program Data Envelopment Analysis dan
SPSS 22.
1. Metode Data Enveloment Analysis
Data Envelopment Analysis digunakan untuk melakukan analisis deskriptif
pada rumusan masalah yang pertama yaitu melihat tingkat efisiensi perbankan
di negara ASEAN 5. DEA merupakan pendekatan nonparametrik yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan. DEA menggunakan
dua model yaitu: pertama, model Charnes, Cooper, Rhodes (CCR) - constant
return to scale (CRTS). Dalam model ini diasumsikan bahwa estimasi nilai
51
efisiensi menggunakan DEA dalam kondisi DMU khususnya perbankan
beroperasi pada skala optimal. Kendala yang dihadapi oleh asumsi ini adalah
pada kondisi imperfect competititon, ketika terdapat keterbatasan pendanaan
dan hal lain yang menyebabkan DMU tidak beroperasi secara optimal. Model
kedua adalah Banker, Charnes, Cooper (BCC) - variable return to scale
(VRTS). Model ini dikembangkan untuk mengatasi kendala pada model
pertama dimana perusahaan tidak selalu beroperasi secara optimal.
Pendekatan yang digunakan dalam DEA adalah input oriented dan output
oriented. Pada input oriented bertujuan mengurangi jumlah input untuk
menghasilkan tingkat output tertentu. Pada output oriented bertujuan
memaksimalkan tingkat output pada tingkat input yang diberikan. Nilai tingkat
efisiensi pada DEA adalah 0 sampai 1. Nilai 1 menunjukkan perfectly
efficiency.
Dalam Emi (2012) tingkat efisiensi teknis yang diukur oleh DEA dibagi
menjadi empat kriteria.
TE = 1 = Perfectly Efficiency
0,8 ≤ TE ≤ 1 = Efisiensi baik
0,4992 ≤ TE ≤ 1 = Efisiensi cukup baik
TE ≤ 0,4992 = Efisiensi rendah
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran efisiensi dengan model CRTS dan
VRTS yang berorientasi input. Input oriented bertujuan mengurangi input
untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Theirno et al (2008) perbankan
diasumsikan memiliki peran utama untuk menyalurkan dana antara depositor
52
dan kreditor dengan input yang sedikit yaitu biaya maka input oriented tepat
digunakan. Selain itu bank merupakan lembaga intermediasi maka penentuan
variabel input dan output didasarkan pada pendekatan intermediasi. Variabel
input terdiri dari asset tetap, beban operasional, dana pihak ketiga. Variabel
output terdiri dari kredit, pendapatan bunga dan pendapatan non bunga. Data
penelitian variabel input dan variabel output dapat dilihat pada lampiran 2.
2. Uji t Rata-Rata Tidak Berpasangan
Uji t rata-rata tidak berpasangan atau independent samples t test digunakan
untuk menguji rata-rata antara dua kelompok data yang independen.
Perumusan hipotesisnya adalah :
(1) Ho : µ1 - µ2 ≤ 0
Ha : µ1 - µ2 > 0 (ada perbedaan, µ1 > µ2)
(2) Ho : µ1 - µ2 ≥ 0
Ha : µ1 - µ2 < 0 (ada perbedaan, µ1 < µ2)
(3) Ho : µ1 - µ2 = 0
Ha : µ1 - µ2 ≠ 0 (µ1 tidak sama dengan µ2, atau µ1 berbeda dengan µ2).
Kriteria pengujian :
Jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima
Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak.
Sebelum melakukan uji t rata-rata tidak berpasangan, uji F (uji homogenitas/uji
Lavenes’s dilakukan terlebih dahulu. Artinya jika varian sama maka uji t
menggunakan nilai “Equal Variance Assumed” (diasumsikan varian sama) dan
53
jika varian berbeda menggunakan nilai “Equal Variance Not Assumed”
(diasumsikan varian berbeda)
Hipotesis uji homogenitas
Ho : Data rata-rata sampel tidak berpasangan memiliki varian yang sama
Ha : Data rata-rata sampel tidak berpasangan tidak memiliki varian yang sama
Kriteria pengujian berdasarkan signifikansi :
Jika signifikansi > 0.05 maka Ho diterima
Jika signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak
Pada penelitian ini uji t rata-rata tidak berpasangan digunakan untuk melihat
apakah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat efisiensi perbankan
Indonesia dan non Indonesia, data rata-rata tingkat efisiensi perbankan dapat
dilihat pada lampiran 4. Selanjutnya uji t rata-rata tidak berpasangan digunakan
untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan
perbankan Indonesia dan Non Indonesia, rasio keuangan meliputi CAR,
BOPO, LDR, NPL, dan NIM dan data rata-rata rasio keuangan dapat dilihat
pada lampiran 5.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah pada bab sebelumnya maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi teknis perbankan menggunakan DEA
yang melibatkan 15 bank dengan asset terbesar di negara Singapura,
Malaysia, Thailand, Indonesia dan Filipina pada periode pengamatan 2011 –
2015 dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi perbankan Indonesia dan
perbankan negara anggota ASEAN tidak seluruhnya mencapai tingkat
efisiensi perfectly efficiency atau sama dengan satu.
2. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata tidak berpasangan dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi perbankan
Indonesia dan non Indonesia baik efisiensi metode CRTS maupun VRTS.
Tingkat efisiensi Indonesia tidak memiliki perbedaan yang signifikan apabila
dibandingkan dengan Filipina pada metode CRTS. Perbedaan tingkat efisiensi
tersebut masih menunjukkan bahwa Indonesia masih kurang siap
dibandingkan negara lain dalam menghadapi ABIF.
3. Berdasarkan hasil uji t rata-rata tidak berpasangan pada rasio keuangan
perbankan Indonesia dan ASEAN dapat disimpulkan bahwa Indonesia
102
memiliki rasio CAR, BOPO, NPL, dan NIM yang relatif berimbang
dibandingkan perbankan negara anggota ASEAN lain. Namun Indonesia
memiliki rasio LDR yang lebih rendah dibandingkan negara ASEAN lain
kecuali Filiina. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan Indonesia yang kuat
dan pengelolaan resiko yang baik dapat menjadi indikator bahwa Indonesia
siap menghadapi ABIF.
103
B. SARAN
Saran yang diajukan oleh penulis untuk perbaikan penelitian selanjutnya adalah:
1. Untuk menghadapi ASEAN Banking Integration Framework yang akan
diimplementasi pada tahun 2020 maka perbankan Indonesia dan perbankan di
negara ASEAN harus terus menjaga dan meningkatkan efisiensinya dengan
menentukan tingkat input dan output yang tepat dan memperhatikan rasio
faktor internal bank yang mempengaruhi efisiensi perbankan.
2. Terdapatnya perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi perbankan
dengan perbankan negara anggota ASEAN mengindikasikan bahwa Indonesia
perlu mempersiapkan diri lebih baik lagi untuk meningkatkan efisiensi
perbankannya sehingga dapat bersaing dan mendapat status Qualified Asean
Banks. Indonesia dapat menjadikan perbankan negara anggota ASEAN
sebagai acuan dalam menentukan input outputnya untuk meningkatkan
efisiensi.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio CAR, BOPO, LDR, NPL, dan
NIM dimana Indonesia memiliki rasio CAR dan NPL yang lebih baik namun
memiliki rasio LDR yang lebih rendah menunjukkan bahwa Indonesia siap
menghadapi ABIF dengan kemampuan permodalan yang baik untuk menyerap
resiko. Hanya saja Indonesia perlu lebih optimal menggunakan modal tersebut
untuk meningkatkan fungsi intermediasi agar bersaing dengan negara lain
yang ditunjukkan dari rasio LDR. Indonesia masih bisa menambah resikonya
sehingga Indonesia perlu menambah total kredit yang disalurkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ajith and Ranasinghe. 2011. “Use of DEA for Measure Efficiens of Human
Capital Formation Evidence From a Public University in Sri Langka”.
First Postgraduate Symposium.
Andries, Marius Ali. 2010. “The Determinants of Bank Efficiency and
Productivity Growth in the Central and Eastern European Banking
System”. Alexandra Ioan Unversity of Lasi, Romania.
Wahyuni, Anggun. 2016. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
ASEAN (Studi Pada Bank Umum Indonesia, Thailand dan Filipina tahun
2011-2014)”. Skripsi. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jakarta.
Amadou, Thierno Barry; Santos Jose; Dacanay; Laetitia Lapetit; Amine Tarazi.
2013. “Ownership Structure and Bank Efficiency in the Asia Pacific
Region”.
A Blueprint for Growth, Asean Economic Community. 2015.” Progress and Key
Achievements”. Diakses melalui www.asean.org
Asian Development Bank. 2014. 44th
IAFEI World Congress.”Global Recovery
Amidst Reforms”. Diakses melalui www.adb.org
ASEAN Economic Blueprint Final .2025. Diakses melalui www.asean.org
ASEAN Economic Community Blueprint .2015. Diakses melalui www.asean.org
Bank Indonesia. 2015. Laporan Perekonomian Indonesia. “Perekonomian
Domestik 2015”.
Banker, R.D., A. Charnes, and W.W Cooper. 1984. “Some models for Estimating
Technical and Scale Inefficient in Data Envelopment Analysis.
Management Science”. Vol 30 No.9 1984.
Berger, A De Young and Udell, GF. 2000. Globalization of Financial Institutions.
“Evidence from Cross Border Banking Performance. Working Paper
Series”. WP 99 25. Federal Reserve Bank of Chicago.
Charnes, A., W.W. Cooper, E. Rhodes. 1978. “Measuring The Efficiency of
Decision Making Units”. European Journal of Operational Research 2
(1978) 429 – 444.
Departemen Pengembanan UMKM Bank Indonesia. 2016. “Pemetaan dan
Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM dalam Menghadapi MEA 2015
dan Pasca MEA 2025”.
Dewi, Krisna Ayu Kadek et al. 2014. “Pengaruh CAR, LDR, dan BOPO terhadap
ROA pada Bank Umum yang Terdaftar di BEI tahun 2008 – 2012”. Jurnal
S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha. Vol 2 No.1 thn 2014.
Fathony, Moch. 2012. “Estimasi dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Efisiensi
Bank Domestik dan Asing di Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Perbankan,
Vol.16, No.2 Mei 2012. hlm 223 – 237.
Ghazali, Imam. 2014. “An Efficiency Determinant of Banking Industry in
Indonesia”. ISSN Vol 5. No.3 thn 2014
Gujarati, Damodar. 2011.”Econometrics by Example”. UK. Palgrave Macmillan.
Hadad, Muliaman D., WimbohSantoso., Dwiyapoetra S Bosar., ItaRulina., Wini
Purwanti., Ricky Satria (2004). “Fungsi Intermediasi Bank Asing dalam
Mendorong Pemulihan Sektor Riil di Indonesia”.
Hafidz, Januar.,Rieska Indah Astuti. 2013. “Tingkat Persaingan dan Efisiensi
Intermediasi Perbankan Indonesia”.
History of ASEAN and ASEAN Overview diakses melalui www.asean.org
Suvita, Jha; Xiaofeng, Hui. (2012).”A Comparisosn of Financial Performance of
Commercial Bank: A Case Study of Nepal”. African Journal of Business
Management Vol. 6 (25), pp. 7601 – 7611.
Kementrian Keuangan Indonesia. 2014. “Laporan Dampak Asean Economic
Community terhadap Sektor Industri dan Jasa serta Tenaga Kerja di
Indonesia”.
Kumar, Nand; Archana Singh. 2015. IOSR . Journal of Business and
Management. “Measuring Technical and Scale Efficiency of Banks in
India Using DEA”.
Macroprudential Policy Department. Bank Indonesia. 2016. “Advances and
Challenges in Regional Integration”.
Maimunah, Emi. 2012. “Determinan Efisiensi Teknis Pada Industri Keripik
Pisang di Kota Bandar Lampung”. Tesis. Magister Ilmu Ekonomi.
Universitas Padjajaran.
Murthy, Rama Sree. 2013.”Logit Research Approach to Rating Banks Using
Financia Ratios: A study of Gulf Cooperation Council Banks”.
Interntional Journal and Research. Vol, 4, No. 4 thn 2013.
Muljawan, Dadang.,JanuarHafidz., Rieska Indah Astuti., Rini Oktapiani. 2014.
“Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia serta Dampaknya
Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit”.
Mawardi, Wisnu. 2004. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Keuangan Bank Umum di Indonesia”. Tesis. Program Studi Magister
Manajemen. Universitas Diponegoro.
Masita, Gracia. “Determinan Efisiensi Perbankan di Indonesia berdasarkan Data
Envelopment Analysis”.
McDonald, J. 2009. “Using Least Squares and Tobit in Second Stage DEA
Efficiency Analysis”. European Journal of Operational Research.
197,792-798
Noor, Mohamad Akbar; Achmad, Hayati Noor. 2012. “The Determinants of
World Islamic Banks Efficiency: Does Country Income Level have an
Impact?”. Journal of Islamics Economics, Banking and Finance, Vol 8 No
2, Apr – Jun 2012.
Perwaningtyas, Gloria Anindya. 2014. “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Efiesiensi Bank di Indonesia periode 2008-2012”. Skripsi. Program
Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Prasnanugraha, Ponttie. 2007. “Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan
Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia”. Tesis. Program studi
Magister Sains Akuntansi. Universitas Diponegoro.
Priyatno, Dwi. 2012. Cara Kilat Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta. C.V
Andi Offset.
Pujianti, Ria. 2016. “Analisis Struktur Pasar Perbankan dan Stabilitas Perbankan
di Indonesia”. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Universitas
Lampung
Purwoko, Didik; Sudiyatdo, Bambang.2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Bank (Studi Empiris Pada Industri Perbankan di BEI”. Jurnal
Bisnis dan Ekonomi. Vol.2 No.1. pp 25-39.
Rahmawati, Yeni; Zulian Dalimunthe. 2013. “Perbandingan Rasio Profitabilitas,
Efisiensi, Likuiditas, dan Risiko pada Bank Syariah dan Bank
Konvensional di Indonesia”.
Rindhatmono, Ferdi. 2005. “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Profitabilitas Bank Pasca Merger di Indonesia”. Tesis. Program Studi
Magister Manajemen. Universitas Diponegoro.
Rismawati. “Menghadapi Qualified ASEAN Bank, Indonesia: Berekspansi atau
Bertahan di dalam Negeri”.
Sasongko, Danang Sigit. 2011. “Pengaruh CAR, BOPO, NIM, NPL, dan LDR
terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan”. Skripsi. Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret.
Sholeh. 2013. “Persiapan Indonesia dalam Menghadapi AEC (Asean Economic
Community 2015)”.
Siaran Pers Bank Indonesia dan OJK (2014). “Indonesia Sepakat Mendukung
Integrasi Perbankan ASEAN”.
Soetanto, Vanina Tessa; Ricky. 2011.”Technical Efficiency of Indonesian
Commercial Banks: An Application of Two-Stage DEA”. Jurnal
Manajemen dan Kewirusahaan Vol.13 No 2, September 2011. Pp 107-116
Staub, Roberta B. 2009. “Evolution of Bank Efficiency in Brazil: A DEA
Approach”
Tesfay, Tadele. 2016. “Determinants of Commercial Banks Effciency: Evidence
from Selected Bank of Ethiopia”. International Journal of Scientific
Research Publication. Vol 6, Issue 5, May 2016.
Tlemsani, Issam; Huda Al Suwaidi. 2016. “Comparative Analysis of Islamic and
Conventional Banks in the UAE during the Financial Crisis”. Asian
Economic and Financial Review, 2016. 6(6): 298-309.
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta.
UPP STIM YKPN
Widiarti, Astoeti Wahjoe; Hermanto Siregar; TriasAndati. 2015. “The
Determinants of Bank’s Efficiency in Indonesia”. Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2015.
Wahab.2015. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Bank Umum
Syariah di Indonesia dengan Pendekatan Two Stage Frontier Approach”.
Vol VI Ed 2, Oktober 2015.
Wihardja, Maria Monica. 2013. “Financial Integration Challenges in ASEAN
beyond 2015”. Eria Discussion Paper Series. ERIA-DP-013-27
Xue, M.Harker P. 1999. “Overcoming the Inherent Dependency of DEA Efficiency
Scores: A Bootstrap Approach”. Working Paper. Financial Institution
Center. The Wharton School, University of Pennsylvania.
Yusri. 2013. Statistika Sosial Aplikasi dan Interpretasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.