efektivitas penyuluhan metode sekolah...

116
EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH LAPANG TERHADAP PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BUDIDAYA ANGGREK TANAH (TERESTRIAL) DI KOTA TANGERANG SELATAN Hendrik Hexa Yoga NIM: 1110092000078 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: truongdien

Post on 07-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE

SEKOLAH LAPANG TERHADAP PENERAPAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BUDIDAYA ANGGREK TANAH (TERESTRIAL)

DI KOTA TANGERANG SELATAN

Hendrik Hexa Yoga

NIM: 1110092000078

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

i

EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE

SEKOLAH LAPANG TERHADAP PENERAPAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BUDIDAYA ANGGREK TANAH (TERESTRIAL)

DI KOTA TANGERANG SELATAN

Hendrik Hexa Yoga

NIM: 1110092000078

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada

Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015

Page 3: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

i

Page 4: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Maret 2015

Hendrik Hexa Yoga

Page 5: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hendrik Hexa Yoga

Tempat, Tanggal Lahir : Pringsewu, Lampung Selatan, 23 Januari 1989

Alamat : Jl. Raya Bogor KM 46 No 20 RT 01 RW 11,

Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

No. HP : 088808799703

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1995 – 2001 : SDN Ciriung 1

2002 – 2005 : Madrasah Tsanawiyah Al-Zaytun

2005 – 2008 : Madrasah Aliyah Al-Zaytun

2010 – 2015 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

Pengalaman Kerja

2010 : Magang Umum di Balai Besar Pengembangan

Budidaya Air Tawar Sukabumi.

2013 : Praktek Kerja Lapang di PT Momenta

Agrikultura, Kebun Cika-02 Lembang, Jawa Barat

Pengalaman Organisasi

2011-2014 : Volunteer/ Relawan di Leading and Empowering

Adverse People (LEAP) INDONESIA

bidang sosial pendidikan

Page 6: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

atas rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektifitas Metode Penyuluhan Sekolah

Lapang Terhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya

Anggrek Tanah di Kota Tangerang Selatan”. Shalawat beriring salam selalu

tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah

menyampaikan ajaran Islam sebagai penyejuk hati dan penyelamat umat manusia

dari belenggu kebodohan.

Penulis banyak mendapatkan bantuan, baik berupa materil dan moral yang

sangat berarti dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu

pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Mama dan Alm. Bapak, kedua orang tua saya tercinta yang selama ini tidak

pernah berhenti memberikan kasih sayang, do’a, semangat, motivasi serta

segala upaya dalam memberikan dukungan kepada penulis.

2. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

3. Ibu Dr. Elpawati, MP, selaku ketua program studi Agribisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Akhmad Mahbubi, SP, MM, selaku sekretaris program studi

Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

v

5. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku dosen

pembimbing yang telah selalu meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, masukan, solusi dan dukungan kepada penulis selama proses

pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.

6. Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati, dan Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku

dosen penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran yang

bermanfaat demi kesempurnaan penulisan skripsi.

7. Seluruh dosen Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat

disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan

pelajaran dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.

8. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan yang telah

berkenan memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini.

9. Sahabat seperjuangan: Adrian, Adit, Alam, Andika, Arif, Fahmi, Ilham,

Ichsan, Riki Purbaya, Ricky Ade, Sofyanto, Tirto, Reza, atas semangat dan

informasi selama penelitian hingga penulisan skripsi serta sebagai teman

diskusi.

10. Teman seperjuangan: Inayatullah, Dwi Indah dan Elly atas massa-massa yang

dilalui bersama selama bimbingan skripsi.

11. Teman-teman Agribisnis angkatan 2010 yang telah banyak membantu saya

melewati masa-masa perkuliahan.

Page 8: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

vi

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini mungkin masih jauh dari

sempurna. Walaupun demikian, penulis mengharapkan semoga penelitian ini

dapat bermanfaat dan memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak.

Ciputat, April 2015

Penulis

Page 9: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

vii

RINGKASAN

HENDRIK HEXA YOGA, Efektivitas Penyuluhan Metode Sekolah Lapang

Terhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur Budidaya Anggrek Tanah

(Terestrial) di Kota Tangerang Selatan. Di bawah bimbingan Ujang Maman dan

Junaidi.

Anggrek merupakan salah satu tanaman florikultura yang tersebar luas

diseluruh dunia. Tanaman ini populer karena memiliki keindahan dengan berbagai

bentuk dan warna. Jenis anggrek yang banyak digunakan sebagai bunga potong

adalah anggrek tanah (terestrial), karena memiliki tangkai bunga yang panjang

dan kokoh, jumlah kuntum bunga banyak, bentuk dan warna bunga menarik, serta

tahan lama. Untuk memenuhi tuntutan konsumen domestik maupun global akan

produk yang aman, bermutu dan ramah lingkungan maka Good Agricultural

Practicies (GAP) atau budidaya yang baik dan benar menurut Standar

Operasional Procedur (SOP) merupakan hal yang perlu dilakukan.

Sekolah Lapang GAP-SOP tanaman florikultura merupakan salah satu

metode belajar dengan pendekatan orang dewasa dalam meningkatkan

pengetahuan, kemampuan ,dan keterampilan petani dalam menerapkan prinsip-

prinsip GAP tanaman florikultura melalui pola pembelajaran lewat pengalaman,

dengan menggunakan lahan sebagai tempat belajar, memantau secara teratur

setiap minggu atau dua minggu sepanjang musim tanam, mengkaji dan

membahasnya sehingga petani menjadi ahli dan dapat mengambil keputusannya

sendiri. Oleh karena itu diharapkan Sekolah Lapang dapat menjadi metode

penyuluhan yang efektif dalam rangka menyampaikan materi SOP budidaya

anggrek tanah kepada petani anggrek di Kota Tangerang Selatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui karakteristik petani

anggrek di Kota Tangerang Selatan. 2) Mengetahui hubungan karakteristik petani

anggrek dengan pengetahuan petani anggrek mengenai SOP budidaya anggrek di

Kota Tangerang Selatan. 3) Mengetahui hubungan karakteristik petani anggrek

dengan penerapan SOP budidaya anggrek tanah oleh petani di Kota Tangerang

Selatan. 4) Mengetahui hubungan pengetahuan petani anggrek yang mengikuti

Sekolah Lapang dengan penerapan SOP budidaya anggrek di Kota Tangerang

Selatan.

Penelitian dilakukan di Kota Tangerang Selatan. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangan bahwa Kota

Tangerang Selatan merupakan sentra tanaman anggrek di Provinsi Banten.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden. Data sekunder

didapatkan dari buku-buku, jurnal, dan laporan yang terkait dengan penelitian ini.

Responden adalah petani anggrek tanah yang berada di Kota Tangerang Selatan.

Data yang diperoleh diolah secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan

bantuan aplikasi komputer, yaitu SPSS 21.0.

Page 10: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

viii

Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara

pengetahuan petani anggrek yang mengikuti Sekolah Lapang dengan penerapan

standar oprasional prosedur budidaya anggrek di Kota Tangerang Selatan adalah

dengan menggunakan uji Chi Square (X2).

Karakteristik petani di Kota Tangerang Selatan beragam, mulai dari umur

petani yang terbanyak berada pada kelompok umur sedang (41-57 tahun),

pendidikan petani yang terbanyak berada pada kelompok pendidikan rendah

(tidak sekolah-SD), dan pengalaman petani yang terbanyak berada pada kelompok

pengalaman rendah (1-13 tahun).

Pengetahuan petani mengenai SOP budidaya anggrek tanah menunjukan

hasil yang berada pada kriteria tinggi, dari 42 petani responden terdapat 7 petani

yang memiliki skor pengetahuan rendah, 9 petani yang memiliki skor

pengetahuan sedang dan 26 petani yang memiliki skor pengetahuan tinggi. Tidak

terdapat hubungan antara karakteristik petani dengan pengetahuan petani

mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Penerapan petani terhadap SOP budidaya anggrek tanah menunjukan hasil

yang berada pada kriteria sedang, dari 42 petani responden terdapat 11 petani

yang memiliki skor penerapan rendah dan 17 petani yang memiliki skor

penerapan sedang, dan 14 petani yang memiliki skor penerapan tinggi. Tidak

terdapat hubungan antara karakteristik petani dengan penerapan petani SOP

budidaya anggrek tanah oleh petani.

Berdasarkan analisis X2 antara pengetahuan petani dengan penerapan SOP

budidaya anggrek tanah oleh petani diperoleh hasil X2

hitung sebesar 14,273 dan

nilai P sebesar 0,006. Hasil tersebut menunjukan terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan penerapan SOP budidaya anggrek tanah karena nilai X2

hitung lebih besar dari nilai X2

Tabel (14,273 > 9,488) dan nilai P lebih kecil dari

nilai batas kritis (0,006 < 0,05). Pengetahuan berhubungan nyata dengan tingkat

penerapan petani, semakin tinggi tingkat pengetahuan petani maka semakin tinggi

tingkat penerapan SOP budidaya anggrek tanah oleh petani. Tingkat efektifitas

penyuluhan metode Sekolah Lapang berada pada kriteria sedang (cukup efektif).

Page 11: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Efektivitas Penyuluhan .................................................. 8

2.2 Metode Penyuluhan Pertanian ....................................................... 10

2.3 Komunikasi Interpersonal .............................................................. 11

2.4 Adopsi Inovasi ............................................................................... 13

2.5 Sekolah Lapang .............................................................................. 21

2.6 Sekolah Lapang Good Agrikultural Practicies (SL-GAP) ............. 23

2.7 Standar Operasional Prosedur Budidaya Anggrek Tanah ............. 25

2.7.1 Penetapan lokasi ................................................................... 27

2.7.2 Penyiapan Lahan .................................................................. 27

2.7.3 Penyiapan Bedengan ............................................................ 27

2.7.4 Pemasangan Penyangga ....................................................... 28

2.7.5 Penyiapan Media Tanam ...................................................... 28

2.7.6 Penyiapan Benih Bermutu .................................................... 28

2.7.7 Penanaman ............................................................................ 29

2.7.8 Pengairan .............................................................................. 29

2.7.9 Pemupukan ........................................................................... 29

2.7.10 Penyulaman ........................................................................ 30

2.7.11 Sanitasi Kebun ................................................................... 30

2.7.12 Perlindungan Tanaman ...................................................... 30

2.7.13 Panen .................................................................................. 31

2.7.14 Peremajaan Tanaman ......................................................... 31

Page 12: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

x

2.7.15 Pascapanen ......................................................................... 31

2.7.16 Pencatatan .......................................................................... 32

2.8 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 32

2.9 Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 36

3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 36

3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 37

3.4 Teknik Penarikan Sampel ............................................................ 37

3.5 Instrumen Penelitian .................................................................... 39

3.6 Uji Validitas dan Reabilitas ......................................................... 40

3.6.1 Uji Validitas ....................................................................... 40

3.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................... 41

3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................ 42

3.7.1 Pengolahan Data ................................................................ 42

3.7.2 Analisis Data ...................................................................... 44

3.8 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 46

3.9 Definisi Operasional .................................................................... 46

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Sejarah Kota Tangerang Selatan ................................................. 48

4.2 Geografis Kota Tangerang Selatan .............................................. 49

4.3 Kondisi Sumberdaya Manusia ..................................................... 50

4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 50

4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ........... 51

4.4 Kelompok Tani Anggrek di Kota Tangerang Selatan ................. 51

4.5 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tangerang Selatan ........ 52

4.6 Program Penyuluhan di Kota Tangerang Selatan ........................ 53

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Petani ........................................................................ 55

5.1.1 Umur Petani .......................................................................... 55

5.1.2 Tingkat Pendidikan Petani .................................................... 56

5.1.3 Pengalaman Petani ............................................................... 57

Page 13: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

xi

5.2 Pengetahuan Petani Mengenai SOP Budidaya Anggrek Tanah .... 58

5.3 Hubungan Karakteristik Petani dengan Pengetahuan

Mengenai SOP Budidaya Anggrek Tanah ..................................... 60

5.3.1 Hubungan Umur dengan Pengetahuan SOP Budidaya

Anggrek Tanah ..................................................................... 60

5.3.2 Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan SOP

Budidaya Anggrek Tanah ..................................................... 62

5.3.3 Hubungan Pengalaman dengan Pengetahuan SOP

Budidaya Anggrek Tanah ..................................................... 64

5.4 Penerapan SOP Budidaya Anggrek Tanah Oleh Petani .................... 66

5.5 Hubungan Karakteristik Petani dengan Penerapan

SOP Budidaya Anggrek Tanah Oleh Petani ...................................... 69

5.5.1 Hubungan Umur dengan Penerapan SOP Budidaya

Anggrek Tanah ...................................................................... 69

5.5.2 Hubungan Pendidikan dengan Penerapan SOP Budidaya

Anggrek Tanah ...................................................................... 71

5.5.3 Hubungan Pengalaman dengan Penerapan SOP Budidaya

Anggrek Tanah ...................................................................... 73

5.6 Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan SOP Budidaya

Anggrek Tanah ................................................................................. 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .................................................................................. 79

6.2 Saran ............................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 81

LAMPIRAN ........................................................................................................ 83

Page 14: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

xii

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Produksi Lima Tanaman Hias Terbesar di Indonesia Tahun 2012 ................. 1

2. Lima Provinsi Penghasil Tanaman Anggrek Terbesar di Indonesia

Tahun 2012 ..................................................................................................... 2

3. Permintaan Bunga Potong Anggrek di Kota Tangerang Selatan .................... 2

4. Perbedaan antara media massa dan komunikasi interpersonal ..................... 12

5. Besaran Sampel dari Setiap Kelompok Tani ................................................ 39

6. Struktur Kuesioner Karakteristik, Pengetahuan, dan Penerapan Mengenai SOP

Budidaya Anggrek Tanah ............................................................................. 43

7. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................................... 50

8. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur...................................................... 51

9. Kelompok Tani Anggrek Tanah Kota Tangerang Selatan ............................ 52

10. PDRB Kota Tangerang Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha ............................................................................. 53

11. Distribusi Petani Berdasarkan Umur ............................................................. 56

12. Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................................... 56

13. Distribusi Petani Berdasarkan Pengalaman .................................................. 57

14. Distribusi Petani Menurut Pengetahuan Mengenai SOP Budidaya

Anggrek Tanah .............................................................................................. 59

15. Distribusi Respoden Menurut Umur dan Pengetahuan ................................. 61

16. Distribusi Respoden Menurut Pendidikan dan Pengetahuan ........................ 63

17. Distribusi Respoden Menurut Pengalaman dan Pengetahuan ....................... 65

18. Distribusi Petani Menurut Penerapan SOP Budidaya Anggrek Tanah ......... 68

Page 15: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

xiii

19. Distribusi Respoden Menurut Umur dan Penerapan ..................................... 70

20. Distribusi Respoden Menurut Pendidikan dan Penerapan ............................ 72

21. Distribusi Respoden Menurut Pengalaman dan Penerapan .......................... 74

22. Distribusi Respoden Menurut Pengetahuan dan Penerapan .......................... 76

Page 16: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 35

Page 17: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Kuesioner Penelitian ..................................................................................... 84

2. Tabulasi Data Pengetahuan Petani Mengenai SOP Budidaya Anggrek

Tanah ............................................................................................................. 88

3. Hasil Uji Tingkat Validitas Instrumen Penelitian Mengenai

Pengetahuan Petani ....................................................................................... 89

4. Hasil Uji Tingkat Reliabilitas Instrumen Penelitian Mengenai

Pengetahuan Petani Menggunakan SPSS 21................................................. 89

5. Tabulasi Data Penerapan SOP Budidaya Anggrek Tanah Oleh Petani ........ 90

6. Hasil Uji Tingkat Validitas Instrumen Penelitian Mengenai

Penerapan SOP Budidaya Anggrek Tanah Oleh Petani ................................ 92

7. Hasil Uji Tingkat Reliabilitas Instrumen Penelitian Mengenai

Penerapan Petani Menggunakan SPSS 21 .................................................... 93

8. Hasil Tabulasi Silang Antara Karakteristik Petani Dengan Pengetahuan

Petani Mengenai SOP Budidaya Anggrek Tanah Menggunakan SPSS 21 .. 93

9. Hasil Tabulasi Silang Antara Karakteristik Petani Dengan Penerapan

SOP Budidaya Anggrek Tanah Oleh Petani Menggunakan SPSS 21 .......... 96

10. Hasil Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Petani dengan Penerapan

SOP Budidaya Anggrek Tanah ..................................................................... 99

Page 18: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggrek merupakan salah satu tanaman florikultura yang tersebar luas

diseluruh dunia. Tanaman ini populer karena memiliki keindahan dengan berbagai

bentuk dan warna. Anggrek termasuk famili Orchidaceae, suatu famili yang

sangat besar dan sangat bervariasi yang memiliki sekitar 800 genus dan tidak

kurang dari 30.000 spesies (Gunawan, 2008:5).

Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang diproduksi di Indonesia.

Pada tahun 2012 anggrek menempati urutan ke empat tanaman hias yang paling

banyak di produksi di Indonesia setelah krisan, sedap malam, dan mawar.

Produksi lima tanaman hias terbesar di Indonesia pada tahun 2012 dapat dilihat

pada Tabel 1 (Badan Pusat Statistik, 2014:1)

Tabel 1. Produksi Lima Tanaman Hias Terbesar di Indonesia Tahun 2012

No Tanaman Produksi Satuan

1 Krisan 397.651.571 Tangkai

2 Sedap malam 101.197.847 Tangkai

3 Mawar 68.624.998 Tangkai

4 Anggrek 20.727.891 Tangkai

5 Gerbera 9.854.787 Tangkai

Sumber: Badan Pusat Statistik (2014:1)

Provinsi Banten pada tahun 2012 merupakan Provinsi kedua terbesar

penghasil tanaman anggrek setelah Provinsi Jawa Barat. Lima provinsi produsen

tanaman anggrek terbesar di Indonesia pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2

(Badan Pusat Statistik, 2014:1).

Page 19: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

2

Tabel 2. Lima Provinsi Produsen Tanaman Anggrek Terbesar di Indonesia

Tahun 2012

No Provinsi Produksi Satuan

1 Jawa Barat 7.626.316 Tangkai

2 Banten 5.628.179 Tangkai

3 Jawa Timur 2.483.618 Tangkai

4 Jawa Tengah 1.242.982 Tangkai

5 Bali 1.236.218 Tangkai Sumber: Badan Pusat Statistik (2014:1)

Sedangkan pada tahun 2012 Kota Tangerang Selatan merupakan daerah

penghasil tanaman anggrek terbesar di Provinsi Banten dengan total produksi

sebesar 5.055.577 tangkai atau 89,82% dari total produksi di Provinsi Banten

(Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2014:1).

Untuk memenuhi tuntutan konsumen domestik maupun global akan produk

yang aman, bermutu dan ramah lingkungan maka cara budidaya yang baik dan

benar merupakan hal yang perlu dilakukan. Permintaan bunga potong anggrek di

Kota Tangerang Selatan mengalamai trend yang terus meningkat, pada tahun

2012 permintaan akan bunga potong anggrek sebesar 5,5 juta tangkai, pada tahun

2013 naik menjadi 6 juta tangkai (0,92%) sedangkan pada tahun 2013 meningkat

lagi menjadi 7 juta tangkai (0,85%). Permintaan bunga potong anggrek di Kota

Tangerang Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Permintaan Bunga Potong Anggrek di Kota Tangerang Selatan

No Tahun Permintaan Satuan

1 2012 5.500.000 Tangkai

2 2013 6.000.000 Tangkai

3 2014 7.000.000 Tangkai Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan (2014:1)

Page 20: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

3

Jika trend permintaan akan bunga anggrek yang terus meningkat tetapi tidak

diikuti dengan peningkatan produksi yang seimbang maka akan menimbulkan

kesenjangan antara permintaan dengan penawaran.

Dengan demikian diperlukan upaya peningkatan kemampuan, ketrampilan

dan perubahan pemahaman dan sikap petugas maupun produsen florikultura

dalam usaha budidaya tanaman florikultura yang baik dan benar sesuai dengan

SOP yang sudah disusun (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011:29).

Penerapan Good Agricultural Practicies (GAP) atau cara budidaya yang

baik dan benar dalam budidaya tanaman florikultura dimaksudkan untuk

memperbaiki proses produksi menjadi ramah lingkungan, meningkatkan kualitas

produk sesuai standar, memungkinkan penelusuran semua aktivitas produksi dan

dapat dilacak kembali jika terjadi masalah atau keluhan dari konsumen, serta

meningkatkan daya saing dalam memasuki pasar global. Untuk itu penerapan

GAP-SOP mutlak dilakukan oleh petani tanaman florikultura dengan

pendampingan secara intensif oleh para pemandu lapang (Direktorat Jenderal

Hortikultura 2011:29).

Dalam rangka meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan perubahan

pemahaman dan sikap dari produsen florikultura maka dilakukan kegiatan

penyuluhan. Akan tetapi dalam kegiatan penyuluhan di Kota Tangerang Selatan

ada kendala-kendala yang dihadapi, diantaranya: (1) Tingkat pengetahuan petani

relatif rendah yang disebabkan adanya petani yang tidak bisa baca tulis, (2) Petani

lebih memilih pestisida kimia dibandingkan dengan pestisida organik karena

pestisida kimia lebih cepat terlihat hasilnya, (3) Kualitas bunga anggrek yang

Page 21: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

4

dihasilkan masih ada yang tidak sesuai standar, (4) Petani relatif malas mencatat

aktivitas produksinya sehingga tidak dapat dilacak kembali jika terjadi masalah

atau keluhan dari konsumen, (5) Motivasi petani dalam menghadiri penyuluhan

relatif masih rendah, (6) Sumberdaya yang dimiliki petani seperti lahan dan

permodalan relatif kecil, (7) Wawasan petani akan akses yang dapat mendukung

usahataninya relatif rendah. Kendala-kendala tersebut bisa terjadi dikarenakan

keragaman diantara petani. Oleh sebab itu diperlukan suatu metode penyuluhan

yang dapat mengatasi kendala-kendala tersebut.

Sekolah Lapang GAP-SOP Tanaman Florikultura merupakan salah satu

metode belajar dengan pendekatan orang dewasa dalam meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani dalam menerapkan prinsip-

prinsip GAP Tanaman Florikultura melalui pola pembelajaran lewat pengalaman,

dengan menggunakan lahan sebagai tempat belajar, memantau secara teratur

setiap minggu atau dua minggu sepanjang musim tanam, mengkaji dan

membahasnya sehingga petani menjadi ahli dan dapat mengambil keputusannya

sendiri (Direktorat Jenderal Hortikultura 2011:30).

Sekolah Lapang sudah dipakai sebagai metode penyuluhan pertanian di

Kota Tangerang Selatan sejak tahun 2010. Terdapat tiga jenis Sekolah Lapang

yang telah dilaksanakan yaitu Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu

(SL-PTT), Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tanaman (SL-PHT), Sekolah

Lapang Standar Operasional Prosedur (SL-GAP/SOP).

Pada tahun 2010 dilaksanakan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu (SL-PTT) kepada kelompok tani dengan komoditas padi dan jagung.

Page 22: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

5

Sedangkan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tanaman (SL-PHT) dan Sekolah

Lapang Standar Operasional Prosedur (SL-GAP/SOP) baru dilaksanakan pada

tahun 2011. Setelah itu Sekolah Lapang rutin diadakan setiap tahunnya sampai

pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 tidak ada program penyuluhan

Sekolah Lapang yang dilakukan.

Selama diadakan program penyuluhan Sekolah Lapang ada beberapa

kendala yang dihadapi, diantaranya: (1) Sekolah Lapang bergantung pada dana

anggaran, jika tidak ada anggaran maka tidak ada program penyuluhan Sekolah

Lapang seperti pada tahun 2014, (2) Penentuan waktu Sekolah Lapang agak sulit

karena harus berdasarkan keputusan bersama, (3) Pengetahuan awal petani relatif

rendah, (4) Tingkat kehadiran petani belum optimal, ada petani yang tidak

menghadiri seluruh pertemuan dari awal hingga akhir.

Sekolah Lapang sebagai metode penyuluhan pertanian termutakhir

diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala tersebut sehingga pada akhirnya

petani memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai inovasi yang disuluhkan serta

petani mau mengadopsi inovasi tersebut serta mampu menerapkannya dengan

baik dan benar.

Berdasarkan masalah tersebut peneliti melakukan penelitian mengenai:

“Efektivitas Penyuluhan Metode Sekolah Lapang Terhadap Penerapan

Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Anggrek Tanah (Terestrial)

di Kota Tangerang Selatan”

Page 23: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

6

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan

permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik petani anggrek di Kota Tangerang Selatan?

2. Bagaimana hubungan karakteristik petani dengan pengetahuan petani anggrek

mengenai Standar Oprasional Prosedur budidaya anggrek di Kota Tangerang

Selatan?

3. Bagaimana hubungan karakteristik petani dengan penerapan Standar

Oprasional Prosedur budidaya anggrek oleh petani di Kota Tangerang

Selatan?

4. Bagaimana hubungan pengetahuan petani anggrek yang mengikuti Sekolah

Lapang dengan penerapan Standar Oprasional Prosedur budidaya anggrek di

Kota Tangerang Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui karakteristik petani anggrek di Kota Tangerang Selatan.

2. Mengetahui hubungan karakteristik petani dengan pengetahuan petani

anggrek mengenai standar oprasional prosedur budidaya anggrek di Kota

Tangerang Selatan.

3. Mengetahui hubungan karakteristik petani dengan penerapan Standar

Oprasional Prosedur budidaya anggrek oleh petani di Kota Tangerang

Selatan.

Page 24: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

7

4. Mengetahui hubungan pengetahuan petani anggrek yang mengikuti Sekolah

Lapang dengan penerapan standar oprasional prosedur budidaya anggrek di

Kota Tangerang Selatan.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan

bagi instansi terkait guna meningkatkan mutu penyuluhan pertanian.

2. Penyusun

Penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran dalam penerapan antara

teori dan praktek yang dilakukan dalam suatu karya ilmiah.

3. Pembaca

Dapat memberikan manfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan sebagai

bahan referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya.

Page 25: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Efektifitas Penyuluhan

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran

yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.

Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah

ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Emerson yang dikutip Handayaningrat

(1994:16) yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti

tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.” Sedangkan Hidayat (1986)

menjelaskan bahwa :“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa

jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar

persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”. Tingkat efektivitas

dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan

dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan

dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak

tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif

(Rihadini,2012:12).

Efektifitas dan efisiensi mungkin tidak berhubungan. Suatu organisasi

efisien tetapi tidak mampu mencapai tujuannya, dan suatu organisasi tidak efisien

tetapi efektif mencapai tujuannya. Tujuan pada umumnya disebut output, dengan

demikian efektifitas adalah kecepatan mencapai tujuan. Efektifitas berbicara

bagaimana mencapai output secepat mungkin, dan efisiensi berbicara bagaimana

Page 26: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

9

menggunakan input sekecil mungkin untuk menghasilkan output (Darsono,

2011:196).

Van Den Ban dan Hawkins (1999:25) mengartikan penyuluhan sebagai

keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar

dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa

membuat keputusan yang benar. Soekartawi (1988:6) mengartikan penyuluhan

pertanian adalah sistem pendidikan diluar sekolah (informal) yang diberikan

kepada petani dan keluarganya dengan maksud agar mereka mampu

meningkatkan kesejahteraan keluarganya sendiri atau bila dimungkinkan mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekelilingnya. Menurut Slamet dan

Mardikanto (1993), tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan adalah terjadinya

perubahan perilaku sasarannya. Hal ini merupakan perwujudan dari :

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diamati secara langsung maupun

tidak langsung dengan indera manusia.

Berdasarkan pengertian-pengertian efektifitas dan penyuluhan diatas maka

efektifitas penyuluhan adalah tercapainya tujuan penyuluhan yaitu perubahan

pengetahuan, sikap dan keterampilan petani agar petani mampu membuat

keputusan yang benar mengenai masalah usahataninya sehingga petani mampu

meningkatkan kesejahteraan keluarganya sendiri atau bila dimungkinkan mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekelilingnya.

Page 27: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

10

2.2 Metode Penyuluhan Pertanian

Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai suatu cara

penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh

penyuluh pertanian kepada petani dan anggota keluarganya agar bisa dan

membiasakan diri menggunakan teknologi baru. Pilihan agen penyuluhan

terhadap suatu metode tergantung pada tujuan khusus dan situasi kerjanya (Van

den Ban dan Hawkins, 1999:150).

Bentuk metode penyuluhan menurut Van den Ban dan Hawkins (1999,149-

178) adalah:

a) Metode media massa atau metode pendekatan massal. Sesuai dengan

namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang

cukup banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini

cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan

keingintahuan semata. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima

pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media

massa sehingga pesan yang diampaikan mengalami distorsi (Van den Ban

dan Hawkins, 1999:150). Termasuk dalam metode pendekatan massal

antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film,

penyebaran leaflet, folder atau poster, surat kabar, dan lain sebagainya.

b) Metode penyuluhan kelompok lebih menguntungkan dari media massa,

karena umpan balik yang lebih baik yang memungkinkan pengurangan

salah pengertian yang bisa berkembang antara penyuluh dan petani. Biaya

per kapita penggunaan metode kelompok cenderung lebih tinggi daripada

Page 28: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

11

media massa. Metode kelompok sering mencapai bagian tertentu dari

kelompok sasaran, karena hanya petani yang betul-betul berminat pada

penyuluhan yang datang ke pertemuan. Termasuk dalam metode

kelompok antara lain adalah ceramah, demonstrasi, widyakarya, dan

Sekolah Lapang (Van den Ban dan Hawkins, 1999:165)

c) Metode penyuluhan individu atau metode pendekatan perorangan pada

hakikatnya adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya,

namun karena berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini

jarang diterapkan pada program-program penyuluhan yang membutuhkan

waktu yang relatif cepat. Termasuk dalam metode pendekatan perorangan

atau personal approach, antara lain: kunjungan rumah, kunjungan ke

lokasi atau lahan usaha tani, surat menyurat, hubungan telepon, kontak

informal, magang, dan lain sebagainya (Van den Ban dan Hawkins,

1999:178).

2.3 Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah suatu proses penyampaian informasi dari

seseorang kepada orang lain, komunikasi ini pada umum dilakukan secara tatap

muka. Di perdesaan komunikasi ini sering dilakukan oleh penyuluh maupun

petani dalam kelompoknya baik dalam bentuk pertemuan kelompok maupun

dalam difusi inovasi kepada kelompok-kelompok yang lain. Perbedaan

karakteristik antara komunikasi media massa dan komunikasi interpersonal dapat

dilihat pada Tabel 4.

Page 29: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

12

Tabel 4. Perbedaan Karakteristik Antara Komunikasi Media Massa dan Komunikasi

Interpersonal

No Karakteristik Komunikasi

Interpersonal

Komunikasi

Media Massa

1 Arus pesan Arus pesan cenderung dua

arah

Arus pesan

cenderung searah

2 Konteks komunikasi Saling berhadapan Ditempatkan

3 Banyaknya umpan balik yang siap Tinggi Rendah

4 Kemampuan untuk menguasai proses

seleksi (akses seleksi)

Tinggi Rendah

5 Kecepatan penyampaian pesan pada

pembaca / pemirsa yang banyak

Relatif lambat Relatif cepat

6 Kemungkinan untuk menyesuaikan

pesan pada pembaca / pemirsa

Besar Kecil

7 Biaya per orang yang bisa dijangkau Tinggi Rendah

8 Kemungkinan diabaikan oleh

pembaca/pemirsa

Rendah Tinggi

9 Pesan yang sama bagi semua penerima

pesan

Tidak Ya

10 Siapa yang memberi informasi Setiap orang Pakar /penguasa

11 Dampak yang mungkin terjadi Pembentukan dan

perubahan sikap

Perubahan

pengetahuan

Sumber: Rogers dan Shoemaker dalam AW van Den Ban (1999:164)

Berdasarkan perbandingan antara komunikasi interpersonal dengan

komunikasi media massa, komunikasi interpersonal akan menimbulkan dampak

pembentukan dan perubahan sikap, sedangkan komunikasi media massa hanya

akan menimbulkan dampak perubahan pengetahuan saja.

Page 30: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

13

2.4 Adopsi Inovasi

Inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dianggap sebagai

sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir

(AW van den Ban 1999:122).

Inovasi menurut UU No.18 tahun 2002 adalah kegiatan penelitian,

pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan

penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru

untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam

produk atau proses produksi.

Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal

ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarnya adalah menyangkut

proses pengambilan keputusan, dimana dalam proses ini banyak faktor yang

mempengaruhinya.

Rogers dan Shoemaker (1983:99) memberikan definisi tentang proses

pengambilan keputusan untuk melakukan adopsi inovasi, seperti berikut:

... the mental process of an innovation to a decision to adopt or to reject

and to confirmation of this decision...

Mengikuti definisi yang diberikan oleh Rogers dan Shoemaker tersebut,

maka ada beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan dalam proses adopsi

inovasi, yaitu: (a) adanya sikap mental untuk melakukan adopsi inovasi, dan (b)

adanya konfirmasi dari keputusan yang diambil.

Page 31: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

14

Dari definisi diatas, tampak bahwa dalam proses adopsi inovasi diperlukan

adanya komitmen yang terikat dan perlu dijaga konsistensinya yang didasarkan

atas kemampuan yang dimiliki oleh calon adopter.

Menurut Rogers (1983:99) proses pengambilan keputusan inovasi adalah

proses mental dimana seseorang berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu

inovasi dengan membentuk suatu sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan

untuk menolak atau menerima, melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan

terhadap keputusan inovasi.

Tahapan dalam proses adopsi inovasi yaitu :

1. Tahap Kesadaran

Tahap seseorang tahu dan sadar terdapat suatu inovasi sehingga muncul

adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut.

2. Tahap Keinginan

Tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap

inovasi yang telah diketahuinya tersebut sehingga ia mulai tertarik pada hal

tersebut.

3. Tahap Evaluasi

Tahap seseorang membuat putusan apakah ia menolak atau menerima inovasi

yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai mengevaluasi.

4. Tahap Mencoba

Tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya sehingga ia

mulai mencoba suatu perilaku yang baru.

Page 32: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

15

5. Tahap Adopsi

Tahap seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang

diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku baru tersebut.

Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti segera

setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai

akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu, Rogers

(1993:163-184) merevisi kembali teorinya tentang keputusan tentang inovasi

yaitu: Pengetahuan, persuasi, keputusan, pelaksanaan, dan konfirmasi.

1. Tahap pengetahuan.

Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru.

Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui

berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media

cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini

juga dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan,

yaitu: (1) Karakteristik sosial-ekonomi, (2) Nilai-nilai pribadi dan (3) Pola

komunikasi.

2. Tahap persuasi

Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari

informasi/detail mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak

dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan

dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: (1) Kelebihan inovasi, (2)

Tingkat keserasian, (3) Kompleksitas, (4) Dapat dicoba dan (5) Dapat dilihat.

Page 33: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

16

3. Tahap pengambilan keputusan.

Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang

keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah

akan mengadopsi atau menolak inovasi.

4. Tahap implementasi.

Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat

mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu.

5. Tahap konfirmasi.

Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari

pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang

kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi

setelah melakukan evaluasi.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan suatu proses adopsi inovasi menurut

Soekartawi (1988:62-64) adalah:

1. Keunggulan relatif

Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih

baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari

beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise sosial, kenyamanan, kepuasan

dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi,

semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.

2. Kompatibilitas

Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten

dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan

Page 34: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

17

pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak

sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat

diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai.

3. Kerumitan

Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit

untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan

mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang

sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka

semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.

4. Kemampuan diuji cobakan

Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat

diuji-coba pada batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam

kondisi sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat

dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan

keunggulannya.

5. Kemampuan diamati

Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat

terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu

inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut

mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif;

kesesuaian; kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati

serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi

tersebut dapat diadopsi.

Page 35: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

18

Penerimaan terhadap suatu inovasi oleh suatu masyarakat tidak terjadi

secara serempak. Ada anggota masyarakat yang memang sejak lama telah menanti

datangnya inovasi karena sadar akan kebutuhannya. Ada anggota masyarakat

yang melihat dulu kiri-kanannya dan setelah yakin benar akan keuntungan-

keuntungan tertentu yang bakal diperoleh, baru mau menerima inovasi yang

dimaksud. Namun ada pula anggota masyarakat yang sampai akhir tetap tidak

mau menerima suatu inovasi.

Cepat tidaknya proses difusi dan adopsi inovasi, akhirnya juga sangat

tergantung dari faktor intern dari adopter itu sendiri. Latar belakang sosial,

ekonomi, budaya ataupun politik sangat mempengaruhi cepat atau tidaknya proses

difusi dan adopsi inovasi itu sendiri. Beberapa hal penting lain yang

mempengaruhi adopsi inovasi menurut Soekartawi (1988:70-72) adalah:

1. Umur

Semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa

yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha

untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka

masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.

2. Pendidikan

Mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam

melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang

berpendidikan rendah, mereka agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi

dengan cepat.

Page 36: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

19

3. Keberanian Mengambil Risiko

Biasanya kebanyakan petani kecil mempunyai sifat menolak risiko. Mereka

berani mengambil risiko jika adopsi inovasi itu benar-benar telah mereka

yakini.

4. Pola Hubungan

Biasanya petani yang berada dalam pola hubungan yang kosmopolitas

mereka lebih cepat melakukan adopsi inovasi dibanding mereka yang berada

dalam pola hubungan lokalitas.

5. Sikap Terhadap Perubahan

Kebanyakan petani kecil agak lamban dalam mengubah sikapnya karena

sumberdaya lahan terbatas sekali sehingga mereka agak sulit untuk mengubah

sikapnya untuk adopsi inovasi.

6. Motivasi Berkarya

Motivasi untuk berkarya sangat penting dan untuk menumbuhkan motivasi

tidaklah mudah, khususnya bagi petani dengan segala keterbatasan yang

dimiliki.

7. Aspirasi

Faktor aspirasi perlu ditumbuhkan bagi calon adopter karena jika tidak maka

adopsi inovasi tersebut sulit untuk dilakukan.

8. Fatalisme

Jalannya proses adopsi inovasi akan berjalan lebih lambat jika adopsi inovasi

itu menyebabkan risiko yang tinggi.

Page 37: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

20

9. Sistem Kepercayaan Tertentu

Makin tertutup suatu sistem sosial dalam masyarakat terhadap sentuhan luar

maka makin sulit pula anggota masyarakatnya untuk melakukan adopsi

inovasi.

10. Karakteristik Psikologi

Karakteristik psikologi dari calon adopter menentukan cepat tidaknya suatu

adopsi inovasi. Jika mendukung maka proses adopsi inovasi itu akan berjalan

lebih cepat.

Rogers (1983:247-250) menjelaskan dalam menerima suatu inovasi ada

beberapa tipologi penerima adopsi yang ideal yaitu :

1. Inovator

Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru.

Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memiliki gaya hidup dinamis

di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.

2. Pengguna awal

Kategori adopter ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori

lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi.

3. Mayoritas awal

Kategori pengadopsi seperti ini akan berkompromi secara hati-hati sebelum

membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun

waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting untuk

menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak

digunakan atau cukup bermanfaat.

Page 38: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

21

4. Mayoritas akhir

Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi.

Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi

inovasi sebelum mereka mengambil keputusan.

5. Lamban

Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi.

Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Saat

kelompok ini mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh

mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.

2.5 Sekolah Lapang

Sekolah lapang adalah suatu metode belajar dengan pendekatan orang

dewasa (experential learning cycle) untuk menghasilkan tanaman sehat dengan

produktivitas optimal dengan proses yang tidak membahayakan pekerja

(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012:30)

Sekolah Lapang adalah sekolah tanpa dinding, tanpa pemisah dan pembatas,

terbuka dan bersifat tidak formal dengan metode pendekatan Pendidikan Orang

Dewasa (POD) guna mengembangkan dan memberdayakan petani/kelompok tani

melalui sistem pembelajaran berdasarkan pengalaman dalam melaksanakan

kegiatan bidang pertanian (Pusat Penyuluhan Kehutanan 2012:3).

Metode Penyuluhan Sekolah Lapang yang dikenal pertama kali pada tahun

1989, telah memberikan warna baru pada dunia penyuluhan pertanian. Sekolah

Lapang telah menghasilkan perubahan yang luar biasa dalam meningkatkan

Page 39: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

22

kapasitas dan partisipasi petani khususnya dalam pengendalian hama terpadu.

Sekolah Lapang sebagai salah satu metode penyuluhan atau pembelajaran dan

pendidikan petani memiliki ciri khusus, prinsip, azas, tahapan yang

membedakannya dengan metode penyuluhan dan pembelajaran lainnya. Hasil

akhir yang diharapkan dari kegiatan Sekolah Lapang ialah menghasilkan petani

yang sadar lingkungan, kritis dan mandiri dalam mengembangkan usahatani

secara berkelanjutan (Kementrian Kehutanan 2012:4).

Menurut FAO (Food and Agriculture Organization,2014:1) “A farmer field

school is a school without walls. A group of farmers gets together in one of their

own fields to learn about their crops and things that affect them. They learn how

to farm better by observing, analysing and trying out new ideas on their own

fields”. FAO menjelaskan sekolah lapang sebagai sekolah tanpa dinding, dengan

sekelompok petani belajar bagaimana bertani yang lebih baik dengan mengamati,

menganalisis dan mencoba ide-ide baru di bidangnya masing-masing.

FAO telah mempromosikan sekolah lapangan sebagai pendekatan inovatif

untuk pendidikan orang dewasa yang pertama kali dikembangkan di Asia

Tenggara untuk pengendalian hama dan untuk meningkatkan pengelolaan lahan

dan air di Afrika. Tidak seperti pendekatan tradisional untuk penyuluh pertanian,

yang mengandalkan penyuluh memberikan saran kepada para petani, sekolah

lapangan petani memungkinkan kelompok tani untuk mengetahui jawaban untuk

diri mereka sendiri. Itu berarti petani dapat mengembangkan solusi untuk masalah

mereka sendiri.

Page 40: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

23

2.6 Sekolah Lapang Good Agricultural Practices

SL GAP-SOP Tanaman Florikultura merupakan salah satu metode belajar

dengan pendekatan orang dewasa dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan

dan keterampilan petani dalam menerapkan prinsip-prinsip GAP Tanaman

Florikultura melalui pola pembelajaran lewat pengalaman, dengan menggunakan

lahan sebagai tempat belajar, memantau secara teratur setiap minggu atau dua

minggu sepanjang musim tanam, mengkaji dan membahasnya sehingga petani

menjadi ahli dan dapat mengambil keputusannya sendiri (Direktorat Jenderal

Hortikultura, 2012:30).

Pelaksanaan kegiatan sekolah lapang GAP dimulai dari pembuatan

pedoman SOP, penyusunan panduan SL, workshop bagi Pemandu Lapang (PL1,

PL2), perbanyakan materi SL yang dilaksanakan oleh Provinsi dan Kabupaten,

serta pelaksanaan SL di Kabupaten/Kota.

Tujuan SL GAP-SOP menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2012:30)

adalah :

1. Meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan petugas dan petani

dalam penerapan GAP (budidaya florikultura yang baik dan benar) melalui

pola pembelajaran lewat pengalaman di lapang.

2. Mempercepat proses kemandirian dan peran aktif petani dalam mengambil

keputusan sehingga menjadi ahli dalam mengatasi permasalahan dalam usaha

florikultura.

Page 41: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

24

3. Meningkatkan kompetensi dan pengembangan sikap petani sebagai pelaku

usaha yang berorientasi kepada profitabilitas namun tetap memiliki kesadaran

dalam upaya pelestarian alam secara berkelanjutan.

Sasaran SL GAP menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2012:31) adalah :

1. Pemahaman dan keterampilan petugas dan petani dalam penerapan GAP

meningkat dengan terlaksananya kegiatan SL GAP untuk 9 komoditas

florikultura (krisan, mawar, heliconia, sedap malam, anggrek, leatherleaf,

melati, Raphis exelsa dan sanseivieria) dari 18 Propinsi di 45

Kabupaten/Kota.

2. Petani paham dan terampil dalam mengambil keputusan dalam mengatasi

permasalahan budidaya florikultura.

3. Petani menjadi sadar dalam upaya pelestarian alam/lingkungan.

Metode pelaksanaan Kegiatan SL GAP-SOP menurut Direktorat Jenderal

Hortikultura (2012:34) sebagai berikut:

1. Kegiatan diawali dengan proses identifikasi dan penetapan calon petani/calon

lokasi (CP/CL) oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang selanjutnya akan

ditetapkan melalui SK Bupati/Walikota atau Dinas Pertanian yang ditunjuk.

2. Peserta SL GAP-SOP adalah: (1) Petani tanaman florikultura yang akan

menerapkan GAP-SOP; (2) Bisa baca tulis; (3) berumur 18–50 tahun; (4)

Jumlah peserta 15–25 orang; (5) Sanggup mengikuti dari awal hingga akhir;

dan (6) Mampu bekerja secara kelompok.

Page 42: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

25

3. Pelaksanaan kegiatan SL GAP-SOP berlangsung secara periodik (mingguan

atau dua mingguan) ataupun periode tertentu/sesuai fenologi tanaman

(sebanyak 13–20 kali pertemuan).

4. Materi/kurikulum yang dibahas selama kegiatan berlangsung terdiri dari : (1)

Test balot box (test awal dan test akhir); (2) Materi pokok yang terdiri dari

pengamatan control point tahapan GAP-SOP, pembahasan control point,

penggambaran hasil pengamatan dan hasil diskusi sub kelompok, presentasi

pleno dan pengambilan keputusan/kesepakatan, pencatatan; (3) Pengamatan

agroekosistem petak studi; dan (4) Topik khusus sesuai dengan kebutuhan.

2.7 Standar Operasional Prosedur Budidaya Anggrek Tanah

Anggrek termasuk famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar dan

sangat bervariasi yang memiliki sekitar 800 genus dan tidak kurang dari 30.000

spesies (Gunawan, 2008:5).

Anggrek Terrestria atau anggrek tanah hidup di tanah dengan akar-akarnya

didalam tanah. Akar-akar ini disebut akar tanah yang biasanya tebal berdaging,

keluar dari bonggol tanaman. Walaupun disebut anggrek tanah, namun dalam

pembudidayaan, mereka lebih menyukai tanah yang berhumus seperti keadaan

tempat tumbuh dialam bebas. (Gunadi,1985:22).

Anggrek Semi Terristria adalah tipe anggrek yang hidup atau biasa ditanam

diatas tanah dan juga dinamakan anggrek tanah. Sepanjang batang anggrek-

anggrek ini banyak tumbuh akar udara, dan akar yang tumbuh dekat tanah akan

masuk ke lapisan permukaan tanah atau melata saja dipermukaan tanah. Dalam

Page 43: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

26

pembudidayaan, anggrek ini dapat ditanam dalam bak panjang atau parit buatan

yang diisi batu-batu, pecahan genteng (Gunadi,1985:23).

Anggrek Terrestria dan Semi Terrestria biasa dengan kebasahan atau

suasana lembab, maka mereka menyukai air sepanjang tahun dengan tingkat

kelembaban yang tinggi. Cara budidaya anggrek tanah berbeda dengan anggrek

penumpang yang biasanya menumpang di pepohonan dengan suasana basah atau

kering menurut musim. (Gunadi,1985:24).

Menurut Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura (2011:3) bahwa

SOP budidaya anggrek tanah adalah pedoman dalam melaksanakan budidaya

termasuk panen dan pascapanen yang baik dan benar sehingga meningkatkan

kualitas, keamanan produk, lingkungan serta petani. Ruang lingkup SOP budidaya

anggrek tanah meliputi: (1) Penetapan lokasi (2) Penyiapan lahan (3) Penyiapan

bedengan (4) Pemasangan penopang (5) Penyiapan benih bermutu (6) Penanaman

(7) Penyiapan media tanam (8) Pengairan (9) Pemupukan (10) Penyulaman (11)

Sanitasi kebun (12) Perlindungan tanaman (13) Panen (14) Peremajaan tanaman

(15) Pasca panen (16) Pencatatan.

Berikut ini cara budidaya anggrek tanah yang dikumpulkan dari beberapa

sumber dan disesuaikan dengan lingkup SOP budidaya anggrek tanah mulai dari

penetapan lokasi, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, sampai dengan panen

dan pascapanen bunga potong anggrek.

Page 44: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

27

2.7.1 Penetapan Lokasi

Menyediakan lokasi sebagai lahan usaha, sesuai dengan persyaratan

pertumbuhan tumbuh tanaman. Anggrek terrestrial yaitu anggrek yang tumbuh di

tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung 70-100 % dengan suhu siang

berkisar antara 19-38 oC dan suhu malam berkisar 18-21

oC.

Angin dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman anggrek. Ketinggian yang cocok bagi budidaya tanaman anggrek yaitu

pada ketinggian 0-650 m dpl. Tanaman anggrek cocok ditanam pada daerah

dengan kelembaban udara disiang hari 65-70 % (Istiati,2009:6).

2.7.2 Penyiapan Lahan

Pada saat penyiapan lahan hal-hal yang perlu dilakukan meliputi

pembersihan lahan, pembuatan saluran drainase, pembuatan instalasi air, dan

pembuatan terasering (bila perlu).

Lahan perlu dibersihkan dari tumbuhan liar (gulma) agar tidak mengganggu

pertumbuhan tanaman anggrek. Agar lahan tidak becek maka perlu dibuat saluran

drainase dengan ukuran tinggi 30 cm x lebar 40 cm x panjang sesuai ukuran

lahan. Untuk memenuhi kebutuhan air tanaman anggrek maka pada saat

penyiapan lahan perlu dibuat instalasi air seperti sumur, pompa air, dan selang

untuk menjangkau seluruh bagian kebun.

2.7.3 Penyiapan Bedengan

Media tanam dalam tanah dengan sistim bak-bak tanam. Bak terbuat dari

batu bata merah panjang 2 m lebar 40 cm dan tinggi bak 2 lapis batu bata merah.

Pembuatan bak diatas tanah untuk menghindari dari kebecekan, dengan cara tanah

Page 45: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

28

digali sedalam 10-20 cm kemudian diberi batu bata ukuran 40 cm x 2 m dan jarak

antara pembatas dengan yang lain 3 cm (Istiati,2009:13).

2.7.4 Pemasangan Penyangga

Tiang penyangga dibuat 4 buah yang ditancapkan kedalam tanah dengan

ketinggian masing-masing 1,5 m. Antara tiang satu dangan tiang lainnya

dihubungkan dengan kayu sehingga keempat tiang tersebut menjadi satu

rangkaian (Istiati,2009:14).

2.7.5 Penyiapan Media Tanam

Media tanam untuk anggrek Terrestria adalah pupuk kompos, sekam, pupuk

kandang, dan serat pakis. Sedangkan media tanam untuk anggrek semi terrestria

adalah pecahan genteng yang agak besar, pupuk kandang, sekam, dan serutan

kayu (Istiati,2009:6).

Media tumbuh untuk anggrek tanah merupakan campuran dengan

perbandingan yang sama, terdiri dari serutan kayu, kompos, pupuk kandang yang

sudah matang. Setelah dicampur merata, media ini diisikan kedalam bedengan

dengan terlebih dahulu dasar bedengan diberi lapisan yang porous dari pecahan

genting atau batu bata setebal 5-10 cm tergantung pada ketinggian bedengannya

(Gunawan, 2008:32).

2.7.6 Penyiapan Benih Bermutu

Bibit anggrek yang baik, sehat, dan unggul mempunyai beberapa ciri, yaitu:

bentuk batang kuat, pertumbuhan pesat, daun subur, bunga lebat dan indah

(Istiati,2009:9).

Page 46: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

29

2.7.7 Penanaman

Anggrek tanah dapat ditanam dalam bak kayu panjang atau dibedengan

tanah yang telah diberi pembatas dua baris genting yang diletakan dengan posisi

berdiri. Lebar bedengan kira-kira 30 cm (Gunawan, 2008:31).

Cara menanam anggrek tanah yang monopodial ditempatkan dibedengan

kemudian diikatkan pada bambu penopang dengan tali. jarak antar tanaman

tergantung pada jenisnya. Pedoman untuk mengatur jarak antar tanaman ini

adalah daun dari dua tanaman tidak saling menutupi, tetapi hanya bersinggungan

(Gunawan, 2008:32).

2.7.8 Pengairan

Sumber air untuk tanaman anggrek dapat berasal dari air ledeng, air sumur,

air hujan, air sungai. Yang perlu diperhatikan adalah pH air yang baik yaitu

sekitar 5,6-6 dan air yang baik untuk penyiraman adalah air yang steril yang tidak

mengandung bakteri/jamur yang bisa mengganggu tanaman anggrek

(Istiati,2009:17).

Cara pemberian air yang baik adalah melalui nozzle penyemprot. Dengan

alat ini, butiran air dapat diatur yang halus sehingga tidak menghanyutkan media

tumbuh atau merusak bunga dan batang. Air disemprotkan ke media, batang, dan

daun tanaman hingga basah (Gunawan, 2008:40).

2.7.9 Pemupukan

Pupuk kandang yang biasanya digunakan adalah kotoran ayam. Cara

pemberian pupuk kandang adalah dengan menaburkan disekitar tanaman.

Sedangkan pupuk cair diberikan dengan cara disemprotkan keseluruh bagian

Page 47: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

30

tanaman anggrek. Pemupukan tanaman anggrek lebih baik dilakukan pada waktu

pagi hari atau sore hari pada sekitar pukul 05.00 sore (Istiati,2009:17).

Pupuk majemuk untuk anggrek dianjurkan yang mengandung 10% N, 4% P,

6% K. Pupuk umumnya diberikan dalam bentuk larutan, jumlahnya 1 g / 10 liter

air dan digunakan untuk penyiraman seminggu sekali. Selain melalui akar,

tanaman anggrek juga menyerap hara melalui daun. Dengan demikian,

pemupukan dapat diberikan melalui daun. (Gunawan, 2008:37).

2.7.10 Penyulaman

Kegiatan penyulaman dilakukan seawal mungkin dengan cara mengganti

bibit yang mati dengan bibit yang baru. Penyulaman dilakukan sampai tanaman

berumur 1-2 bulan agar pertumbuhan tanaman asli dengan tanaman sulaman tidak

berbeda jauh.

2.7.11 Sanitasi Kebun

Kebersihan kebun anggrek harus senantiasa diperhatikan. Sedapat

mungkin dihindarkan tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh disekeliling

tanaman karna dapat menjadi sarang bagi hama maupun penyakit. Setelah dicabut

sebaiknya tanaman pengganggu (gulma) dibakar, jangan di tumpuk (Gunawan,

2008:56).

2.7.12 Perlindungan Tanaman

Hindarkan pemberian air yang berlebihan, terutama dimusim hujan. Ganti

media tumbuh secara berkala. Semprotkan fungisida dan insektisida satu bulan

sekali, tanpa menunggu serangan menghebat. Jangan selalu memakai satu jenis

insektisida terus menerus karna dapat menimbulkan kekebalan. Sebaiknya

Page 48: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

31

semprotkan pestisida pada pagi hari. Potonglah bagian-bagian yang sakit dengan

pisau steril (Gunawan, 2008:57).

Waktu penyemprotan pestisida, obat-obatan sebaiknya dilakukan pada

pagi hari dan sore hari sekitar pukul 05.00 sore. Penyemprotan bagi tanaman

anggrek sehat dilakukan rutin kurang lebih 3 bulan sekali sedangkan untuk

tanaman anggrek yang terserang hama perlu dilakukan penyemprotan seminggu

sekali (Istiati,2009:19).

2.7.13 Panen

Umumnya tanaman anggrek dewasa berbunga setelah 1-2 bulan ditanam.

Tangkai bunga yang dihasilkan sekitar 2 tangkai dengan jumlah kuntum sebanyak

20-25 kuntum pertangkai. Pemotongan dilakukan pada jarak 2 cm dari pangkal

tangkai bunga dengan menggunakan alat potong yang bersih. Untuk bunga potong

dipilih tangkai yang kuntumnya paling banyak sudah mekar (kuncup tersisa 1-3

kuntum).

2.7.14 Peremajaan Tanaman

Cara perbanyakan untuk anggrek Terestrial adalah dengan cara stek. Cara

perbanyakan dilakukan dengan memotong bagian batang yang masih hidup.

Panjang stek dianjurkan antara 30-50 cm (Gunawan, 2008:75).

2.7.15 Pasca Panen

Bunga dipilih yang bagus, tidak terkena penyakit ataupun luka.

Selanjutnya bunga dikelompokan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan tingkat

kesegaran atau ukuran bunga (Istiati,2009).

Page 49: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

32

Agar bunga tetap segar perlu adanya pengawetan dengan tujuan agar

penurunan mutu lebih lambat. Usaha pengawetan bunga dilakukan dengan cara

penempatan bunga dalam larutan pengawet atau air hangat (38-43 derajat C)

selama 2 jam (Istiati,2009:32).

2.7.16 Pencatatan

Mencatat setiap tindakan dan perlakuan pada masing-masing aktivitas

produksi, mulai dari kondisi lingkungan, penetapan lokasi, produksi, panen

sampai pasca panen agar dapat dapat ditelusuri tingkat kebenarannya.

2.8 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini, awalnya peneliti memperoleh rujukan dari penelitian

yang dilakukan oleh Budianto (2013) dalam penelitiannya yang berjudul

“Efektifitas Penyuluhan Metode DEMFARM Terhadap Penerapan Teknologi

Sistem Tanam Jajar Legowo di Kabupaten Bekasi” menganalisis karakteristik

individu petani dengan tingkat adopsi teknologi. Dalam hal ini karakteristik

individu petani terdiri dari usia petani, pendidikan petani, pengalaman petani, luas

lahan dan kepemilikan lahan.

Sedangkan tingkat adopsi teknologi terdiri dari pengolahan tanah, sistem

tanam, jumlah benih/lubang, jumlah benih/ha, umur bibit, dosis pupuk,

pengelolaan air, bahan organik, panen dan pasca panen. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode chi square dengan hasil penelitian adalah karakteristik

petani di Desa Sukahurip sangat berbeda mulai dari umur petani, pendidikan,

pengalaman, luas lahan hingga kepemilikan lahan.

Page 50: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

33

Pengetahuan, persepsi dan penerapan petani terhadap sistem tanam jajar

legowo menunjukan hasil masing-masing pengetahuan, persepsi dan penerapan

petani berada pada kriteria tinggi, sehingga penyuluhan metode DEMFARM

kepada petani di Desa Sukahurip dapat dikatakan efektif. Tidak terdapat

hubungan antara persepsi petani di Desa Sukahurip dengan pengetahuan sistem

tanam jajar legowo dan persepsi dengan penerapan sistem tanam jajar legowo.

Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan petani di Desa Sukahurip dengan

penerapan sistem tanam jajar legowo.

2.9 Kerangka Pemikiran Konseptual

Balai Penyuluhan Pertanian merupakan suatu kelembagaan pemerintah

dibawah Departemen Pertanian yang memfokuskan aktifitasnya pada

terlaksanannya program kementrian yang terkait. Penelitian memfokuskan pada

pembahasan mengenai efektifitas penyuluhan pertanian metode sekolah lapang

terhadap penerapan standar operasional prosedur budidaya anggrek di Kecamatan

Pamulang.

Fokus kegiatan penelitian ini yaitu bagaimana tingkat pengetahuan petani

anggrek mengenai standar oprasional prosedur budidaya anggrek, seberapa tinggi

tingkat penerapan petani anggrek mengenai standar oprasional prosedur budidaya

anggrek. Adapun penelitian mengenai karakteristik petani, peneliti memberikan

batasan dalam hal usia petani, pendidikan petani, dan pengalaman petani.

Kemudian dilakukan analisis mengenai hubungan antara pengetahuan petani

dan penerapan petani. Data tersebut diperoleh melalui penyebaran kuesioner

Page 51: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

34

kepada petani dan kelompok tani yang ada dibawah bimbingan Dinas Pertanian

dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan.

Page 52: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

35

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Keterangan: = Analisis Chi Square

= Analisis Deskriptif

Pengetahuan

Penerapan

SOP Budidaya Anggrek

1. Penetapan lokasi

2. Penyiapan lahan

3. Penyiapan bedengan

4. Pemasangan penopang

5. Penyiapan benih bermutu

6. Penanaman

7. Penyiapan media tanam

8. Pengairan

9. Pemupukan

10. Penyulaman

11. Sanitasi kebun

12. Perlindungan tanaman

13. Panen

14. Peremajaan tanaman

15. Pasca panen

16. Pencatatan

Karakteristik Petani

1. Umur

2. Pendidikan

3. Pengalaman

Petani Penyuluhan

Rendah

Efektivitas

Sedang

Program Penyuluhan Pertanian

Metode Sekolah Lapang

Tinggi

Tidak Efektif

Page 53: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

36

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja, yaitu di Kota

Tangerang Selatan. Alasan memilih Kota Tangerang Selatan karena Kota

Tangerang Selatan merupakan sentra produksi tanaman anggrek tanah di Provinsi

Banten, sedangkan Provinsi Banten merupakan Provinsi penghasil bunga potong

anggrek terbesar kedua setelah Provinsi Jawa Barat.

Selain itu Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan

sudah melakukan penyuluhan mengenai SOP budidaya anggrek tanah melalui

Sekolah Lapang kepada kelompok tani anggrek di Kota tangerang Selatan.

Penelitian ini dimulai sejak bulan November 2014 sampai dengan bulan Februari

2015.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti

langsung dari sumbernya melalui penyebaran kuesioner dan wawancara langsung,

meliputi karakteristik petani anggrek, tingkat pengetahuan petani anggrek

mengenai SOP budidaya anggrek, dan tingkat penerapan SOP budidaya anggrek

oleh petani. Karakteristik petani anggrek terdiri dari umur petani, tingkat

pendidikan, dan lama berusahatani. Data sekunder merupakan data yang

dikumpulkan peneliti dari semua sumber yang sudah ada dalam artian peneliti

Page 54: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

37

sebagai tangan kedua, data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-

buku, jurnal, laporan dan literatur yang terkait dengan penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner dan

wawancara.

1. Melalui penyebaran kuesioner secara pribadi, yang daftar pertanyaannya

sudah ditulis dan disusun sebelumnya secara rinci dan sudah disediakan

pilihan jawabannya.

2. Wawancara langsung yang daftar pertanyaanya sudah disiapkan

sebelumnya.

3. Studi dokumentasi dengan melihat dan menganalisis dokumen-dokumen

yang terkait dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Penarikan Sampel

Populasi petani anggrek tanah di Kota Tangerang Selatan adalah 72 petani

yang tersebar di tujuh kelompok tani anggrek tanah yang berada di dua kecamatan

yaitu, Kecamatan Pamulang dan Kecamatan Serpong. Dalam penelitian ini rumus

yang digunakan untuk menentukan besaran sampel, yaitu Rumus Slovin dalam

Riduwan (2005:65)

n = Besaran Sampel

N = Besaran Populasi

Page 55: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

38

d = Nilai presisi 90% atau sig. = 0,01.

Dengan menggunakan rumus Slovin dengan nilai kritis sebesar 10%

didapatkan besaran sampel adalah 42 petani. Sampel tersebut akan diambil dari

tujuh kelompok tani yang memiliki jumlah anggota yang berbeda-beda. Dibawah

ini adalah perhitungan untuk menentukan besaran sampel dari setiap kelompok

tani dengan populasi seluruhnya 72 orang.

Sampel dari kelompok Bulak Makmur = 17/72 x 42 = 9,91 = 10

Sampel dari kelompok Bulak Jaya = 9/72 x 42 = 5,25 = 5

Sampel dari kelompok Bulak Hijau = 10/72 x 42 = 5,83 = 6

Sampel dari kelompok Parakan Jaya = 15/72 x 42 = 8,74 = 9

Sampel dari kelompok Parakan Asri = 10/72 x 42 = 5,83 = 6

Sampel dari kelompok Berdikari = 7/72 x 42 = 4,08 = 4

Sampel dari kelompok Bina Tani = 4/72 x 42 = 2,33 = 2

Pembulatan dilakukan mengingat jumlah orang memiliki ciri variabel

diskret. Sampel dari setiap kelompok ditentukan dengan bantuan teknik

penarikan sampel acak sederhana dengan cara memasukan nama-nama anggota

kelompok tani kedalam sebuah kotak lalu diambil secara acak.

Tabel 5. Besaran Sampel dari Setiap Kelompok Tani

No Kelompok Tani Jumlah Anggota Jumlah Sampel

1 Bulak Makmur 17 10

2 Bulak Jaya 9 5

3 Bulak Hijau 10 6

4 Parakan Jaya 15 9

5 Parakan Asri 10 6

6 Berdikari 7 4

7 Bina Tani 4 2

Jumlah 72 42 Sumber : Data jumlah responden diolah

Page 56: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

39

3.5 Instrumen Penelitian

Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner. Terdapat 3 kuesioner yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu kuesioner untuk mengukur karakteristik petani yang terdiri dari umur,

pendidikan, dan pengalaman petani mengacu pada Budianto (2013:82) diberi kode

(A). Kuesioner untuk mengukur pengetahuan petani mengenai SOP budidaya

anggrek tanah mengacu pada SOP budidaya anggrek tanah yang telah disusun

oleh Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura (2011). Kuesioner untuk

mengukur pengetahuan petani mengenai SOP budidaya anggrek tanah terdiri dari

16 pertanyaan tertutup yang diberi 3 pilihan jawaban, diberi kode (B). Kuesioner

untuk mengukur penerapan SOP budidaya anggrek tanah oleh petani mengacu

pada SOP budidaya anggrek tanah yang telah disusun oleh Direktorat Budidaya

dan Pasca Panen Florikultura (2011). Kuesioner untuk mengukur penerapan SOP

budidaya anggrek tanah oleh petani terdiri dari 28 pertanyaan tertutup yang diberi

2 pilihan (Ya atau Tidak) diberi kode (C).

Kuesioner yang telah disusun lalu disebarkan kepada petani responden

sesuai dengan Tabel 5. Teknik mengumpulan data dengan kuesioner dilakukan

dengan cara peneliti menanyakan pertanyaan yang ada pada kuesioner kepada

petani, kemudian petani menjawab pertanyaan peneliti, lalu peneliti menuliskan

jawaban petani pada lembar kuesioner.

Page 57: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

40

3.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen

penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara

mengkorelasi setiap skor variabel jawaban responden dengan total skor masing-

masing variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada

taraf siginifikan 0,05 dan 0,01 (Sugiyono, 2009:172).

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur.

Untuk menguji tingkat validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan

uji korelasi Product Moment Pearson (Sugiyono, 2009:172) :

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ] [ ∑ ∑ ]

Keterangan :

x : Variabel independen

y : Variabel dependen

n : Banyak sampel

Instrumen dianggap valid apabila nilai rhitung lebih besar daripada nilai r

Tabel. Nilai rTabel didapatkan dengan cara melihat Tabel nilai-nilai r Product

Moment, karena dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak 42 responden dan

menggunakan taraf signifikansi 5 % maka nilai rTabel adalah 0,304.

Page 58: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

41

3.6.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas ialah ukuran konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang

sama pada kesempatan yang berbeda, yang ide pokoknya adalah sejauh mana

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Instrumen yang reliabel adalah

instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,

akan menghasilkan data yang sama. Untuk menguji tingkat reliabilitas instrumen

dalam penelitian ini digunakan uji alpha croncbach.

Rumus alpha croncbach (Arikunto, 2009:171) :

2

2

11 11 t

b

Vk

kr

Dimana :

r11 = Reliabilitas instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan

2

b = Jumlah varians butir

2

tV = Varians total

Instrumen dianggap reliabel jika koefisien alpha croncbach lebih besar dari

r Tabel. Nilai rTabel didapatkan dengan cara melihat Tabel nilai-nilai r Product

Moment, karena dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak 42 responden dan

menggunakan taraf signifikansi 5 % maka nilai rTabel adalah 0,304.

Page 59: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

42

3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner diolah agar

memudahkan dalam tahap analisis data. Jawaban dari kuesioner B dan C

ditabulasikan kedalam Tabel, jika jawaban benar maka diberi nilai 1 dan jika

jawaban salah maka diberi nilai 0. Untuk Kuesioner C jika jawaban Ya diberi nilai

1 dan jika jawaban Tidak maka diberi nilai 0.

Setelah diberi skor atau nilai lalu dihitung rentang skor dengan cara skor

tertinggi dikurang skor terendah. Langkah berikutnya adalah menentukan interval

kelas dengan cara rentang skor dibagi jumlah kelas yaitu 3 karena menggunakan 3

skala.

Setelah diketahui interval kelasnya lalu dibuat Tabel distribusi dari masing-

masing variabel yaitu Tabel distribusi mengenai karakteristik responden yang

terdiri dari umur, pendidikan, dan pengalaman, Tabel distribusi mengenai

pengetahuan petani dan Tabel distribusi mengenai penerapan petani. Teknik

pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Pemeriksaan Data

Merupakan proses memeriksa data yang telah dikumpulkan apakah telah

sesuai dengan tujuan penelitian.

b) Skoring dan Tabulasi

Merupakan kegiatan mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

Page 60: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

43

Tabel 6. Struktur Kuesioner Karakteristik, Pengetahuan, dan Penerapan Mengenai

SOP Budidaya Anggrek Tanah

No Variabel Indikator Pengukuran Kode

Kuesioner

1 Umur Usia petani dari lahir sampai

pada saat penelitian

Tahun A

2 Pendidikan Massa pendidikan formal yang

diikuti oleh petani

Tahun A

3 Pengalaman Massa usahatani anggrek yang

telah dilakukan petani

Tahun A

4 Pengetahuan Petani mengetahui SOP budidaya

anggrek tanah yang terdiri dari:

(1) Penetapan lokasi

(2) Penyiapan lahan

(3) Penyiapan bedengan

(4) Pemasangan penyangga

(5) Penyiapan media tanam

(6) Penyiapan benih bermutu

(7) Penanaman

(8) Pengairan

(9) Pemupukan

(10) Penyulaman

(11) Sanitasi kebun

(12) Perlindungan tanaman

(13) Panen

(14) Peremajaan tanaman

(15) Pascapanen

(16) Pencatatan.

Skala:Ordinal

Nilai

kebenaran:

Benar = 1

Salah = 0

B

5 Penerapan Petani menerapkan SOP

budidaya anggrek seperti yang

telah disebutkan diatas

Skala:Nominal

Nilai

kebenaran:

Ya = 1

Tidak = 0

C

c) Memasukan Data

Merupakan kegiatan memasukan data yang telah ditabulasikan ke dalam

program SPSS 21.

d) Pembersihan Data

Merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk melihat apakah data sudah

lengkap dan benar.

Page 61: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

44

3.7.2 Analisis Data

3.7.2.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran umum terhadap data

hasil penelitian. Data umur, pendidikan, pengalaman, pengetahuan dan penerapan

disajikan dalam bentuk Tabel distribusi frekuensi dengan nilai presentase.

Keterangan:

X = nilai presentase

n = nilai yang diperoleh dari tiap kelompok

N = jumlah responden

3.7.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan. Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

(1) hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat pengetahuan petani

mengenai SOP budidaya anggrek tanah, (2) hubungan antara karakteristik petani

dengan tingkat penerapan SOP budidaya anggrek tanah oleh petani dan, (3)

hubungan antara tingkat pengetahuan petani yang telah mengikuti Sekolah

Lapang dengan tingkat penerapan SOP budidaya anggrek tanah oleh petani. Uji

statistik yang digunakan adalah chi square. Uji chi square digunakan untuk

menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana

datanya berbentuk kategorik.

Page 62: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

45

Langkah-langkah uji x2 untuk k sampel independen (Siegel, :222)

1. Frekuensi-frekuensi observasi disusun dalam suatu Tabel kontingensi k x

r, dengan menggunakan k kolom untuk kelompok-kelompoknya.

2. Mentukan frekuensi yang diharapkan dibawah H0 untuk tiap-tiap sel dan

membagi hasil kali dengan N.

3. Menghitung x2 dengan rumus:

k

i i

ii

e

eo

1

22 )(

x2

: nilai chi square

oi : frekuensi yang diobservasi

ei : frekuensi ekspektasi

db = (k-1) (r-1)

4. Menentukan signifikansi harga observasi x2 dengan memakai Tabel C

sebagai acuan. Jika x2

hitung sama dengan atau lebih besar dari x2

tabel,

maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Uji chi square dalam penelitian ini menggunakan alat bantu Software SPSS

21 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menjalankan SPSS lalu menginput data (baris, kolom, perhitungan) pada

Variabel View dan Data View.

2. Memilih variabel perhitungan sebagai Weight Cases

3. Mengklik Analyze-Descriptive Statistic-Crosstabs dan memasukkan

variabel baris ke Row, dan variabel kolom ke Column.

4. Mengklik button Statistic dan checklist chi-square lalu mengklik ok.

Page 63: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

46

3.8 Hipotesis Penelitian

1. Hubungan karakteristik petani dengan pengetahuan petani

H0 = variabel karakteristik petani tidak memiliki hubungan dengan

pengetahuan petani

H1 = variabel karakteristik petani memiliki hubungan dengan pengetahuan

petani

2. Hubungan karakteristik petani dengan penerapan petani

H0 = variabel karakteristik petani tidak memiliki hubungan dengan

penerapan petani

H1 = variabel karakteristik petani memiliki hubungan dengan penerapan

petani

3. Hubungan pengetahuan petani dengan penerapan petani

H0 = variabel pengetahuan petani tidak memiliki hubungan dengan

penerapan petani

H1 = variabel pengetahuan petani memiliki hubungan dengan penerapan

petani

3.9 Definisi Operasional

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Efektivitas adalah tercapainya pengetahuan dan penerapan SOP budidaya

anggrek tanah oleh petani.

2. Pengetahuan adalah skor pengetahuan petani mengenai SOP budidaya

anggrek tanah.

Page 64: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

47

3. Penerapan adalah skor penerapan petani terhadap SOP budidaya anggrek

tanah.

4. Umur petani adalah usia petani yang dihitung dalam satuan tahun.

5. Pendidikan petani adalah pendidikan formal yang diikuti oleh petani

berdasarkan satuan tahun.

6. Pengalaman petani adalah lamanya petani melakukan kegiatan bertani dalam

satuan tahun.

Page 65: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

48

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Sejarah Kota Tangerang Selatan

Provinsi Banten yang memiliki luas wilayah ± 9.662,92 km² dengan

penduduk pada tahun 2007 berjumlah 9.245.075 jiwa, terdiri atas empat

kabupaten dan tiga kota, perlu memacu peningkatan penyelenggaraan

pemerintahan daerah dalam rangka memperkukuh Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Kabupaten Tangerang yang mempunyai luas wilayah ± 1.159,05 km²

dengan penduduk pada tahun 2007 berjumlah 3.315.584 jiwa, terdiri atas 36

kecamatan. Kabupaten tersebut memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk

mendukung peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan luas

wilayah dan besarnya jumlah penduduk tersebut, pelaksanaan pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat belum sepenuhnya terjangkau. Kondisi demikian

perlu diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui

pembentukan daerah otonom baru sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan

guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut Pemerintah telah melakukan pengkajian secara

mendalam dan menyeluruh mengenai kelayakan pembentukan daerah dan

berkesimpulan bahwa perlu dibentuk Kota Tangerang Selatan. Pembentukan Kota

Tangerang Selatan yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, terdiri

atas tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara,

Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur,

Page 66: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

49

Kecamatan Pamulang, dan Kecamatan Setu. Kota Tangerang Selatan memiliki

luas wilayah keseluruhan ± 147,19 km² dengan penduduk pada tahun 2007

berjumlah ± 918.783 jiwa (Kota Tangerang Selatan Tahun 2014:1).

4.2 Geografis Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten . Batas

wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang

Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok

Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

Secara administratif Kota Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan,

49 kelurahan dan lima desa dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau 14.719 Ha.

Sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah

dan memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0 –

3% sedangkan ketinggian wilayah antara 0 – 25 m dpl. Kondisi geologi Kota

Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan

lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Jenis batuan ini mempunyai

tingkat kemudahan dikerjakan atau workability yang baik sampai sedang, unsur

ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu wilayah Kota Tangerang

Selatan masih cukup layak untuk kegiatan perkotaan.

Keadaan iklim didasarkan pada penelitian di Stasiun Geofisika Klas I

Tangerang pada tahun 2010, yaitu berupa data temperatur (suhu) udara,

Page 67: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

50

kelembaban udara dan intensitas matahari, curah hujan dan rata-rata kecepatan

angin. Temperatur udara berada disekitar 23,4°C – 34,2°C dengan temperatur

udara minimum berada di bulan Oktober sebesar 23,4°C dan temperatur udara

maksimum di bulan Februari yaitu sebesar 34,2°C. Rata-rata kelembaban udara

adalah 80,0% sedangkan intensitas matahari adalah 49,0%. Keadaan curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 264,4 mm, sedangkan rata-rata curah

hujan dalam setahun adalah 154,9 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember

dengan hari hujan sebanyak 19 hari. (Kota Tangerang Selatan Tahun 2014).

4.3 Kondisi Sumberdaya Manusia

4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2013 adalah 1.443.403

jiwa, terdiri dari 727.802 laki-laki dan 715.601 perempuan. Hal tersebut

menunjukan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak jumlahnya

dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Penduduk berdasarkan jenis

kelamin dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase (%)

1 Laki-laki 727.802 50,42%

2 Perempuan 715.601 49,58%

Jumlah 1.443.403 100,00% Sumber : Badan Pusat Statistik (2013:1)

Banyaknya penduduk yang berjenis kelamin laki-laki akan menunjang

tersedianya tenaga kerja untuk pelaksanaan kegiatan agribisnis. Karena pada

umumnya sektor pertanian membutuhkan tenaga kerja laki-laki agar pekerjaanya

menjadi efektif dan efisien.

Page 68: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

51

4.3.2 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Penduduk berdasarkan umur dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu,

0-4 tahun, 5-19 tahun, 20-59 tahun, >60 tahun. Penduduk berdasarkan kelompok

umur dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-4 71.177 68.199 139.376

2 5-19 177.610 175.174 352.784

3 20-59 445.927 440.069 885.996

4 >60 33.088 32.159 65.247

Jumlah

1.443.403 Sumber : Badan Pusat Statistik (2013:1)

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kota Tangerang Selatan

yang berada pada kelompok umur 0-4 tahun berjumlah 139.376 jiwa yang terdiri

dari 71.177 laki-laki dan 68.199 perempuan. Pada kelompok umur 5-19 tahun

terdapat 352.784 jiwa yang terdiri dari 177.610 laki-laki dan 175.174 perempuan.

Pada kelompok umur 20-59 tahun terdapat 885.996 jiwa yang terdiri dari 445.927

laki-laki dan 440.069 perempuan. Sedangkan pada kelompok umur >60 terdapat

65.247 jiwa yang tersiri dari 33.088 laki-laki dan 32.159 perempuan.

4.4 Kelompok Tani Anggrek di Kota Tangerang Selatan

Kelompok tani anggrek di Kota Tangerang Selatan terbentuk berdasarkan

kesamaan tempat tinggal, jenis usahatani, kesamaan kepentingan, dan hubungan

kekerabatan yang ada. Secara rinci jumlah kelompok tani anggrek di Kota

Tangerang Selatan disajikan pada Tabel 9 (Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kota Tangerang Selatan).

Page 69: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

52

Tabel 9. Kelompok Tani Anggrek Tanah Kota Tangerang Selatan

No Kelompok Tani Jumlah Anggota

1 Bulak Makmur 17

2 Bulak Jaya 9

3 Bulak Hijau 10

4 Parakan Jaya 15

5 Parakan Asri 10

6 Berdikari 7

7 Bina Tani 4

Jumlah 72 Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan (2013:1)

Dari Tabel diatas dapat dilihat terdapat tujuh kelompok tani anggrek

dengan jumlah anggota sebanyak 72 petani. Seluruh kelompok tani tersebut telah

mengikuti Sekolah Lapang yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013.

4.5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kegiatan ekonomi suatu daerah secara umum dapat digambarkan melalui

kemampuan daerah tersebut menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan bagi

kebutuhan hidup masyarakat digambarkan dengan PDRB. Pengukuran Produk

Domestik Regional Bruto dapat dinyatakan sebagai PDRB atas dasar harga

berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB Kota Tangerang Selatan atas

dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 10

(Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2014:55).

Peranan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kota Tangerang

Selatan dalam tiga tahun terakhir ini menunjukan trend kontribusi yang semakin

menurun. Pada tahun 2011 kontribusi sektor pertanian sebesar 0,86 %, pada tahun

2012 kontribusi sektor pertanian sebesar 0,81%, pada tahun 2013 kontribusi

Page 70: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

53

sektor pertanian sebesar 0,78% (Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan,

2014:64)

Tabel 10. Produk Domestik Regional Bruto Kota Tangerang Selatan Atas Dasar

Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

No Lapangan Usaha Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

1 Pertanian,Peternakan,Perkebunan

dan Perikanan 55.943,62 57.189,61 58.479,58

2 Pertambangan dan Penggalian 1.525,67 1.606,69 1.688,47

3 Industri Pengolahan 923.836,76 951.367,10 982.381,66

4 Listrik,Gas, dan Air Bersih 225.001,13 243.910,80 262.186,39

5 Bangunan 446.133,32 491.103,56 541.048,79

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.969.751,06 2.172.146,91 2.401.796,17

7 Pengangkutan dan Komunikasi 670.533,57 740.730,15 819.602,08

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 668.843,01 722.587,58 782.504.86

9 Jasa-Jasa 862.265,20 922.798,41 988.479,95

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan (2014:84-85)

4.6 Program Penyuluhan

Sekolah Lapang sudah dipakai sebagai metode penyuluhan pertanian di

Kota Tangerang Selatan sejak tahun 2010. Terdapat tiga jenis Sekolah Lapang

yang telah dilaksanakan yaitu Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu

(SL-PTT), Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tanaman (SL-PHT), Sekolah

Lapang Standar Operasional Prosedur (SL-GAP/SOP). Pada tahun 2010

dilaksanakan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) kepada

kelompok tani dengan komoditas padi dan jagung. Sedangkan Sekolah Lapang

Pengendalian Hama Tanaman (SL-PHT) dan Sekolah Lapang Standar

Operasional Prosedur (SL-GAP/SOP) baru dilaksanakan pada tahun 2011.

Page 71: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

54

Pelaksanaan Sekolah Lapang SOP budidaya anggrek tanah dilakukan 3 tahun

berturut-turut yaitu:

1. Sekolah Lapang Standar Operasional Prosedur (SL-GAP/SOP) dilaksanakan

pada tahun 2011 di Kelurahan Benda Baru. Peserta yang mengikuti SL-

GAP/SOP terdapat 3 yaitu Kelompok Tani Parakan Jaya, Parakan Asri, dan

Berdikari.

2. Pada tahun 2012 Sekolah Lapang Standar Operasional Prosedur dilaksanakan

di Kelurahan Pondok Benda dengan 3 kelompok tani anggrek yang menjadi

peserta adalah Kelompok Tani Bulak Jaya, Bulak Makmur dan Bulak Hijau.

3. Pada tahun 2013 peserta yang mengikuti Sekolah Lapang Standar

Operasional Prosedur adalah Kelompok Tani Bina Tani. Sedangkan pada

tahun 2014 tidak ada program penyuluhan Sekolah Lapang yang dilakukan.

Page 72: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

55

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Petani

Petani anggrek yang berada di Kota Tangerang Selatan umumnya memiliki

pekerjaan lain selain sebagai petani anggrek tanah. Dalam hal kepemilikan lahan

mayoritas dimiliki oleh petani sendiri, dengan luas lahan yang diusahakan

mayoritas relatif sempit.

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 42 petani yang telah

mengikuti Sekolah Lapang pada tahun 2011 sampai dengan 2013 mengenai SOP

budidaya anggrek tanah yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kota Tangerang Selatan. Karakteristik petani yang akan diteliti adalah

umur petani, tingkat pendidikan petani dan pengalaman petani.

5.1.1 Umur Petani

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada petani responden didapatkan data

umur petani anggrek tanah di Kota Tangerang Selatan beragam. Umur petani

responden yang termuda adalah 24 tahun sedangkan umur petani responden yang

paling tua adalah 75 tahun. Rentang umur diperoleh dari perhitungan 75-24=51,

maka interval masing-masing kelas adalah 51/3=17 tahun. Frekuensi masing-

masing kelas tercantum pada Tabel 11.

Umur petani dikelompokan menjadi tiga yaitu: kelompok umur 24-40 tahun

terdapat 11 petani responden (26,19%), kelompok umur 41-57 tahun terdapat 21

petani responden (50%) dan kelompok umur 58-75 tahun terdapat 10 petani

Page 73: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

56

responden (23,81%). Mayoritas petani berada pada kelompok umur 41-57 tahun

dimana kelompok tersebut termasuk kedalam kelompok umur sedang.

Tabel 11. Distribusi Petani Berdasarkan Umur

No Umur Petani Jumlah Orang Presentase

1 24-40 Tahun 11 26,19%

2 41-57 Tahun 21 50,00%

3 58-75 Tahun 10 23,81%

Total 42 100% Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian

5.1.2 Tingkat Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan petani dihitung dari berapa lama petani mengikuti

pendidikan formal dan dihitung dalam satuan tahun. Tingkat pendidikan petani

yang terendah adalah tidak sekolah dan tingkat pendidikan petani yang tertinggi

adalah Perguruan Tinggi. Distribusi petani berdasarkan tingkat pendidikan

tercantum pada Tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Petani Jumlah Orang Presentase

1 Tidak sekolah-SD 25 59,52%

2 SMP-SMA 13 30,95%

3 Perguruan Tinggi 4 9,52%

Total 42 100% Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian

Tingkat pendidikan petani dikelompokan menjadi tiga yaitu: kelompok

tidak sekolah sampai dengan SD terdapat 25 petani responden (59,52%),

kelompok SMP-SMA terdapat 13 petani responden (30,95%) dan kelompok

Perguruan Tinggi terdapat 4 petani responden (9,52%).

Mayoritas petani responden memiliki tingkat pendidikan rendah. Hal

tersebut dapat dilihat dari banyaknya petani responden yang termasuk kedalam

Page 74: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

57

kelompok tingkat pendidikan tidak sekolah sampai dengan SD, yaitu sebanyak 25

petani responden (59,52%).

5.1.3 Pengalaman Petani

Pengalaman petani dihitung dari seberapa lama petani melakukan usahatani

anggrek tanah dan dihitung dalam satuan tahun. Pengalaman petani yang terendah

adalah 1 tahun dan pengalaman petani yang tertinggi adalah 39 tahun. Rentang

pengalaman diperoleh dari perhitungan 39-1=38, maka interval masing-masing

kelas adalah 38/3=13 tahun. Frekuensi masing-masing kelas tercantum pada Tabel

13.

Tabel 13. Distribusi Petani Berdasarkan Pengalaman

No Pengalaman Petani Jumlah Orang Presentase

1 1-13 Tahun 17 40,48%

2 14-26 Tahun 15 35,71%

3 27-39 Tahun 10 23,81%

Total 42 100% Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian

Pengalaman petani dikelompokan menjadi tiga yaitu: kelompok petani

dengan pengalaman 1-13 tahun terdapat 17 petani responden (40,48%), kelompok

petani dengan pengalaman 14-26 tahun terdapat 15 petani responden (35,71%),

dan kelompok petani dengan pengalaman 27-39 tahun terdapat 10 petani

responden (23,81%). Mayoritas pengalaman petani berada pada kelompok

pengalaman 1-13 tahun dimana kelompok tersebut berada pada kelompok

pengalaman rendah.

Karakteristik petani responden beragam mulai dari umur petani yang

mayoritas berada pada kelompok umur sedang, pendidikan petani yang mayoritas

Page 75: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

58

berada pada kelompok pendidikan rendah dan pengalaman petani yang mayoritas

berada pada kelompok pengalaman rendah.

5.2 Pengetahuan Petani Mengenai SOP Budidaya Anggrek Tanah

Untuk mengukur tingkat pengetahuan petani, peneliti menggunakan

kuesioner dengan mengambil rujukan dari materi penyuluhan yang telah

disuluhkan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan

kepada kelompok tani anggrek tanah dengan menggunakan metode penyuluhan

Sekolah Lapang, mengenai SOP budidaya anggrek tanah yang terdiri dari

penetapan lokasi, penyiapan lahan, penyiapan bedengan, pemasangan penyangga,

penyiapan media tanam, penyiapan benih bermutu, penanaman, pengairan,

pemupukan, penyulaman, sanitasi kebun, perlindungan tanaman, panen,

peremajaan tanaman, pascapanen, pencatatan. Hal tersebut untuk mengukur

seberapa jauh pengetahuan petani mengenai materi yang telah diberikan oleh

penyuluh.

Berdasarkan Lampiran 2 skor pengetahuan petani mengenai SOP budidaya

anggrek tanah yang terendah adalah 7 dan yang tertinggi adalah 16. Rentang

pengetahuan diperoleh dari perhitungan (16-7)+1=10, maka interval masing-

masing kelas adalah 10/3=3. Frekuensi masing-masing kelas tercantum pada

Tabel 14.

Page 76: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

59

Tabel 14. Distribusi Petani Menurut Pengetahuan Mengenai SOP Budidaya

Anggrek Tanah

No Pengetahuan Petani Skor Pengetahuan Jumlah Orang Presentase

1 Rendah 7-9 7 16,67%

2 Sedang 10-12 9 21,43%

3 Tinggi ≥13 26 61,90%

Total 16 42 100%

Sumber: Data Hasil Olahan Penelitian

Tingkat pengetahuan petani mengenai SOP budidaya anggrek tanah

dikelompokan menjadi tiga yaitu: kelompok petani dengan pengetahuan rendah

yang memiliki skor pengetahuan antara 7-9 terdapat 7 orang petani responden

(16,67%), kelompok petani dengan pengetahuan sedang yang memiliki skor

pengetahuan antara 10-12 terdapat 9 petani responden (21,43%), dan kelompok

petani dengan pengetahuan tinggi yang memiliki skor pengetahuan ≥13 terdapat

26 petani responden (61,90%).

Mayoritas petani memiliki skor pengetahuan yang tinggi, dari 42 petani

responden sebanyak 26 petani (61,90%) termasuk ke dalam kelompok dengan

tingkat pengetahuan tinggi mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Melihat banyaknya petani responden yang memiliki skor pengetahuan

yang tinggi mengenai SOP budidaya anggrek tanah, maka Sekolah Lapang dapat

dikatakan efektif sebagai metode penyuluhan yang digunakan untuk

menyampaikan materi SOP budidaya anggrek tanah kepada petani.

Page 77: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

60

5.3 Hubungan Karakteristik Petani dengan Pengetahuan Mengenai SOP

Budidaya Anggrek Tanah

Karakteristik petani dan pengetahuan petani mengenai SOP budidaya

anggrek tanah didapat melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner yang baik dan

benar harus melalui tahap uji validitas dan reliabilitas intrumen terlebih dahulu.

Dari hasil uji validitas pada Lampiran 3 didapatkan 16 item dari 16 item

pertanyaan mengenai pengetahuan petani memiliki nilai rhitung lebih besar dari

nilai rtabel (0,304), maka semua item pertanyaan mengenai pengetahuan petani

dinyatakan valid dan bisa dijadikan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian

ini.

Dari hasil uji reliabilitas pada Lampiran 4 didapatkan nilai alpha croncbach

hasil penelitian sebesar 0,566, karena koefisien alpha croncbach lebih besar dari

rtabel (0,566 > 0,304) maka instrumen pertanyaan mengenai pengetahuan petani

dianggap reliabel atau terpercaya sebagai alat pengumpul data dalam penelitian

ini.

5.3.1 Hubungan Umur dengan Pengetahuan SOP Budidaya Anggrek Tanah

Berdasarkan distribusi umur pada Tabel 11 dan distribusi pengetahuan pada

Tabel 14, dibuat tabulasi silang 3 kategori sebagaimana tercantum pada Tabel 15.

Pada kelompok umur 24-40 terdapat 2 petani responden yang termasuk kedalam

kelompok dengan pengetahuan yang rendah, 1 petani responden yang termasuk

kedalam kelompok dengan pengetahuan yang sedang dan 8 petani responden yang

termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan tinggi mengenai SOP budidaya

anggrek tanah.

Page 78: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

61

Pada kelompok umur 41-57 terdapat 3 petani responden yang termasuk

kedalam kelompok dengan pengetahuan yang rendah, 5 petani responden yang

termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang sedang dan 13 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan tinggi

mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Pada kelompok umur 58-75 terdapat 2 petani responden yang termasuk

kedalam kelompok dengan pengetahuan yang rendah, 3 petani responden yang

termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang sedang dan 5 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan tinggi

mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Tabel 15. Distribusi Respoden Menurut Umur dan Pengetahuan

No Umur Petani

Pengetahuan Petani

Total Rendah Sedang Tinggi

7-9 10-12 >13

1 24-40 Tahun 2 1 8 11

2 41-57 Tahun 3 5 13 21

3 58-75 Tahun 2 3 5 10

Total 7 9 26 42

X2 = 1,770, P-value = 0,778

Petani yang memiliki pengetahuan tinggi didominasi oleh petani pada

kelompok umur sedang (41-57 tahun). Oleh karena itu kelompok umur sedang

merupakan kelompok umur yang paling cocok untuk dijadikan sasaran

penyuluhan dalam rangka membentuk pengetahuan mengenai suatu inovasi.

Hasil uji X2

menunjukan nilai X2 hitung sebesar 1,770 dengan nilai P

sebesar 0,778. Karena nilai P lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat hubungan

Page 79: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

62

yang signifikan antara umur petani dengan pengetahuan petani mengenai SOP

Budidaya anggrek tanah.

Umur petani yang beragam tidak berhubungan dengan pengetahuan petani

karena pengetahuan petani relatif seragam berada pada kriteria tinggi. Sehingga

Sekolah Lapang dapat mengatasi keberagaman umur petani sehingga dapat

membentuk keseragaman pengetahuan mengenai SOP budidaya anggrek tanah

yang berada pada kriteria tinggi.

Terdapat 11 petani responden yang berada pada kelompok umur 24-40

tahun yang terdiri dari 2 petani yang memiliki pengetahuan rendah, 1 petani yang

memiliki pengetahuan sedang, dan 8 petani yang memiliki pengetahuan tinggi.

Semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang

belum mereka ketahui, sehingga ketika petani muda diberikan pengetahuan

mengenai SOP budidaya anggrek tanah mereka cenderung lebih semangat untuk

menerima materi yang diberikan.

5.3.2 Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan SOP Budidaya Anggrek

Tanah

Berdasarkan distribusi pendidikan pada Tabel 12 dan distribusi pengetahuan

pada Tabel 14, dibuat tabulasi silang 3 kategori sebagaimana tercantum pada

Tabel 16. Pada kelompok pendidikan tidak sekolah - SD terdapat 3 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang rendah, 7

petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang

sedang dan 15 petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan

pengetahuan tinggi mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Page 80: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

63

Pada kelompok tingkat pendidikan SMP-SMA terdapat 4 petani responden

yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang rendah, 1 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang sedang

dan 8 petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan

tinggi mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Pada kelompok tingkat pendidikan Perguruan Tinggi tidak ada petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang rendah,

terdapat 1 petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan

pengetahuan yang sedang dan 3 petani responden yang termasuk kedalam

kelompok dengan pengetahuan tinggi mengenai SOP budidaya anggrek tanah

Tabel 16. Distribusi Respoden Menurut Pendidikan dan Pengetahuan Mengenai

SOP Budidaya Anggrek Tanah

No Pendidikan Petani

Pengetahuan Petani

Total Rendah Sedang Tinggi

7-9 10-12 >13

1 Tidak sekolah-SD 3 7 15 25

2 SMP-SMA 4 1 8 13

3 Perguruan Tinggi 0 1 3 4

Total 7 9 26 42

X2 = 4,343, P-value = 0,362

Petani yang memiliki pengetahuan tinggi didominasi oleh petani pada

kelompok pendidikan rendah (tidak sekolah-SD). Hal tersebut dikarenakan

mayoritas pendidikan petani responden berada pada kriteria rendah, sebanyak 25

petani dari 42 petani memiliki pendidikan rendah.

Hasil uji X2

menunjukan nilai X2 hitung sebesar 4,343 dengan nilai P

sebesar 0,362. Karena nilai P lebih besar dari batas kritis (0,362 > 0,05) maka

Page 81: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

64

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan petani dengan

pengetahuan petani mengenai SOP Budidaya anggrek tanah.

Tingkat pendidikan petani yang beragam tidak berhubungan dengan

pengetahuan petani karena pengetahuan petani relatif seragam berada pada kriteria

tinggi. Sehingga Sekolah Lapang dapat mengatasi keberagaman tingkat

pendidikan petani sehingga dapat membentuk keseragaman pengetahuan

mengenai SOP budidaya anggrek tanah yang berada pada kriteria tinggi.

Terdapat 4 petani yang termasuk kelompok tingkat pendidikan Perguruan

Tinggi. Pada kelompok tingkat pendidikan tinggi tidak terdapat petani dengan

pengetahuan rendah, hanya terdapat 1 petani yang memiliki tingkat pengetahuan

sedang, dan 3 petani yang memiliki pengetahuan tinggi. Mereka yang

berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam menerima pesan-pesan yang

disampaikan. Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan

mengenai teknologi pertanian baru.

5.3.3 Hubungan Pengalaman dengan Pengetahuan SOP Budidaya Anggrek

Tanah

Berdasarkan distribusi pengalaman pada Tabel 13 dan distribusi

pengetahuan pada Tabel 14, dibuat tabulasi silang 3 kategori sebagaimana

tercantum pada Tabel 17. Pada kelompok pengalaman 1-13 terdapat 2 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang rendah, 5

petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang

sedang dan 10 petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan

pengetahuan tinggi mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Page 82: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

65

Pada kelompok pengalaman 14-26 terdapat 4 petani responden yang

termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang rendah, 2 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang sedang

dan 9 petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan

tinggi mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Pada kelompok pengalaman 26-39 terdapat 1 petani responden yang

termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang rendah, 2 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang sedang

dan 7 petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan

tinggi mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Tabel 17. Distribusi Respoden Menurut Pengalaman dan Pengetahuan

No Pengalaman Petani

Pengetahuan Petani

Total Rendah Sedang Tinggi

7-9 10-12 ≥13

1 1-13 Tahun 2 5 10 17

2 14-26 Tahun 4 2 9 15

3 27-39 Tahun 1 2 7 10

Total 7 9 26 42

X2

= 2,526, P-value = 0,640

Petani yang memiliki pengetahuan tinggi didominasi oleh petani pada

kelompok pengalaman rendah (1-13 tahun). Hal tersebut dikarenakan mayoritas

pengalaman petani responden berada pada kriteria rendah, sebanyak 17 petani dari

42 petani memiliki pengalaman rendah.

Hasil uji X2

menunjukan X2

hitung sebesar 2,526 dengan nilai P sebesar

0,640. Karena nilai P lebih besar dari batas kritis (0,640 > 0,05) maka tidak

Page 83: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

66

terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman petani dengan pengetahuan

petani mengenai SOP Budidaya anggrek tanah.

Pengalaman petani yang beragam tidak berhubungan dengan pengetahuan

petani karena pengetahuan petani relatif seragam berada pada kriteria tinggi.

Sehingga Sekolah Lapang dapat mengatasi keberagaman pengalaman petani

sehingga dapat membentuk keseragaman pengetahuan mengenai SOP budidaya

anggrek tanah yang berada pada kriteria tinggi.

Terdapat 10 petani yang termasuk pada kelompok pengalaman antara 27-

39 tahun. Hanya terdapat 1 petani yang memiliki tingkat pengetahuan rendah, 2

petani yang memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 7 petani yang memiliki

tingkat pengetahuan tinggi. Semakin lama pengalaman petani dalam menjalankan

usahatani anggrek tanah maka diharapkan semakin tinggi pengetahuan mengenai

SOP budidaya anggrek tanah.

Tidak terdapat hubungan antara karakteristik petani mulai dari umur,

pendidikan, dan pengalaman dengan pengetahuan petani mengenai SOP budidaya

anggrek tanah.

5.4 Penerapan SOP Budidaya Anggrek Tanah Oleh Petani

Untuk mengukur penerapan SOP budidaya anggrek tanah oleh petani,

peneliti merujuk ke materi penyuluhan yang telah diberikan kepada petani oleh

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan, diantaranya:

Memeriksa sumber dan ketersediaan air, menanyakan riwayat penggunaan lahan,

membersihkan lahan dari tumbuhan liar, membuat installasi air, membuat

Page 84: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

67

bedengan yang sisi-sisinya terbuat dari genteng, membuat penyangga dari bambu,

menambahkan media tanam yang sudah matang ke dalam bedengan, memeilih

bibit anggrek yang sehat dan bebas hama dan penyakit dengan panjang 80-100cm,

mengikat bibit anggrek satu persatu pada penyangga dengan menggunakan tali

bambu, menyiram pada waktu pagi atau sore hari, memeriksa kelembaban media

tanam sebelum menyiram, menyemprotkan obat keseluruh bagian tanaman setiap

satu minggu sekali, menyulam jika ada bibit yang mati, membuang tanaman

anggrek yang mati, membakar tumbuhan liar yang telah dicabut, memisahkan

tanaman yang terserang hama penyakit, memanen bunga pada pagi atau sore hari,

memanen bunga dengan hati-hati, melakukan peremajaan tanaman yang sudah

sangat tinggi, menaruh bunga yang hanis dipanen ditempat yang teduh, menaruh

bunga pada wadah yang bersih yang sudah berisi air secukupnya, menyimpan

buku catatan harian tentang usahatani anggrek. Hal tersebut untuk mengukur

seberapa jauh penerapan SOP budidaya anggrek tanah oleh petani yang telah

diberikan oleh penyuluh.

Berdasarkan Lampiran 3 skor pengetahuan petani mengenai SOP budidaya

anggrek tanah yang terendah adalah 14 dan yang tertinggi adalah 28. Rentang

penerapan diperoleh dari perhitungan (28-14)+1=15, maka interval masing-

masing kelas adalah 15/3=5. Frekuensi masing-masing kelas tercantum pada

Tabel 18.

Page 85: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

68

Tabel 18. Distribusi Petani Menurut Penerapan SOP Budidaya Anggrek Tanah

No Penerapan Petani Skor Penerapan Jumlah Orang Presentase

1 Rendah 14-18 11 26%

2 Sedang 19-23 17 40,48%

3 Tinggi 24-28 14 33,33%

Total 28 42 100% Sumber: Data Hasil Olahan Penelitian

Tingkat penerapan SOP budidaya anggrek tanah oleh petani dikelompokan

menjadi tiga yaitu: kelompok petani dengan penerapan rendah yang memiliki skor

penerapan antara 14-18 terdapat 11 orang petani responden (26%), kelompok

petani dengan penerapan sedang yang memiliki skor penerapan antara 19-23

terdapat 17 petani responden (40,48%), dan kelompok petani dengan penerapan

tinggi yang memiliki skor penerapan 24-28 terdapat 14 petani responden

(33,33%).

Mayoritas petani memiliki skor penerapan yang sedang, dari 42 petani

responden sebanyak 17 petani (40,48%) termasuk ke dalam kelompok dengan

tingkat penerapan sedang mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Melihat banyaknya petani responden yang memiliki skor penerapan yang

sedang dan tinggi mengenai SOP budidaya anggrek tanah, maka Sekolah Lapang

dapat dikatakan efektif sebagai metode penyuluhan yang digunakan untuk

menyampaikan materi SOP budidaya anggrek tanah kepada petani. Karena

Sekolah Lapang berhasil membuat petani melakukan perubahan dalam cara

budidayanya sehingga petani mau dan mampu menerapkan SOP budidaya

anggrek tanah.

Page 86: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

69

5.5 Hubungan Karakteristik Petani dengan Penerapan SOP Budidaya

Anggrek Tanah

Karakteristik petani dan penerapan petani terhadap SOP budidaya anggrek

tanah didapat melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner yang baik dan benar harus

melalui tahap uji validitas dan reliabilitas intrumen terlebih dahulu.

Dari hasil uji validitas pada Lampiran 6 didapatkan 28 item dari 28 item

pertanyaan mengenai penerapan petani memiliki nilai rhitung lebih besar dari nilai

rtabel (0,304), dapat disimpulkan bahwa semua item angket tersebut dinyatakan

valid dan bisa dijadikan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

Dari hasil uji reliabilitas pada Lampiran 7 didapatkan nilai alpha croncbach

hasil penelitian sebesar 0,752. Karena nilai alpha croncbach hasil penelitian lebih

besar dari nilai rtabel (0,752 > 0,304) maka instrumen yang dipakai dalam

penelitian ini reliabel atau terpercaya sebagai alat pengumpul data dalam

penelitian ini.

5.5.1 Hubungan Umur dengan Penerapan SOP Budidaya Anggrek Tanah

Berdasarkan distribusi umur pada Tabel 11 dan distribusi penerapan pada

Tabel 18, dibuat tabulasi silang 3 kategori sebagaimana tercantum pada Tabel 19.

Pada kelompok umur 24-40 terdapat 4 petani responden yang termasuk kedalam

kelompok dengan penerapan yang rendah, 4 petani responden yang termasuk

kedalam kelompok dengan penerapan yang sedang dan 3 petani responden yang

termasuk kedalam kelompok dengan penerapan tinggi mengenai SOP budidaya

anggrek tanah.

Page 87: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

70

Pada kelompok umur 41-57 terdapat 3 petani responden yang termasuk

kedalam kelompok dengan penerapan yang rendah, 9 petani responden yang

termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang sedang dan 9 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan tinggi mengenai

SOP budidaya anggrek tanah.

Pada kelompok umur 58-75 terdapat 4 petani responden yang termasuk

kedalam kelompok dengan penerapan yang rendah, 4 petani responden yang

termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang sedang dan 2 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan tinggi mengenai

SOP budidaya anggrek tanah.

Tabel 19. Distribusi Respoden Menurut Umur dan Penerapan

No Umur Petani

Penerapan Petani

Total Rendah Sedang Tinggi

14-18 19-23 24-18

1 24-40 Tahun 4 4 3 11

2 41-57 Tahun 3 9 9 21

3 58-75 Tahun 4 4 2 10

Total 11 17 14 42

X2 = 3,601, P-value = 0,463

Petani yang memiliki penerapan tinggi didominasi oleh petani pada

kelompok umur sedang (41-57 tahun). Oleh karena itu kelompok umur sedang

merupakan kelompok umur yang diandalkan untuk keberlanjutan SOP budidaya

anggrek tanah.

Hasil uji X2

antara umur petani dengan penerapan SOP budidaya anggrek

tanah diperoleh hasil X2

hitung sebesar 3,601 dan nilai P sebesar 0,463. Hasil

tersebut menunjukan tidak terdapat hubungan antara umur dengan penerapan SOP

Page 88: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

71

budidaya anggrek tanah karena nilai P lebih besar dari nilai batas kritis (0,463 >

0,05).

Umur yang beragam tidak berhubungan dengan penerapan petani karena

penerapan petani relatif seragam berada pada kriteria sedang. Sehingga Sekolah

Lapang dapat mengatasi keberagaman umur petani sehingga dapat membentuk

keseragaman penerapan mengenai SOP budidaya anggrek tanah yang berada pada

kriteria sedang.

Semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa

yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk

lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum

berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut. Petani-petani muda yang ingin

membuat perubahan dalam pertaniannya tidak selalu dalam posisi untuk

melaksanakannya disebabkan karena batasan yang mereka milik misalnya

terbatasnya modal yang dimiliki.

5.5.2 Hubungan Pendidikan dengan Penerapan SOP Budidaya Anggrek

Tanah

Berdasarkan distribusi pendidikan pada Tabel 12 dan distribusi penerapan

pada Tabel 18, dibuat tabulasi silang 3 kategori sebagaimana tercantum pada

Tabel 20. Pada kelompok pendidikan tidak sekolah - SD terdapat 6 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang rendah, 10

petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang

sedang dan 9 petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan

penerapan tinggi mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Page 89: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

72

Pada kelompok tingkat pendidikan SMP-SMA terdapat 3 petani responden

yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang rendah, 6 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang sedang dan

4 petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan tinggi

mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Pada kelompok tingkat pendidikan Perguruan Tinggi terdapat 2 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan pengetahuan yang rendah,

terdapat 1 petani responden yang termasuk kedalam kelompok dengan

pengetahuan yang sedang dan 1 petani responden yang termasuk kedalam

kelompok dengan pengetahuan tinggi mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

Tabel 20. Distribusi Respoden Menurut Pendidikan dan Penerapan

No Pendidikan Petani

Penerapan Petani

Total Rendah Sedang Tinggi

14-18 19-23 24-18

1 Tidak sekolah-SD 6 10 9 25

2 SMP-SMA 3 6 4 13

3 Perguruan Tinggi 2 1 1 4

Total 11 17 14 42

X2 = 1,464, P-value = 0,833

Petani yang memiliki penerapan rendah didominasi oleh petani pada

kelompok pendidikan rendah (tidak sekolah-SD). Hal tersebut dikarenakan

mayoritas pendidikan petani responden berada pada kriteria rendah, sebanyak 25

petani dari 42 petani memiliki pendidikan rendah.

Hasil uji X2 antara pendidikan dengan penerapan SOP budidaya anggrek

tanah diperoleh hasil X2

hitung sebesar 1,464 dengan nilai P sebesar 0,833. Hasil

Page 90: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

73

tersebut menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan

dengan penerapan SOP budidaya anggrek tanah.

Tingkat pendidikan yang beragam tidak berhubungan dengan penerapan

petani karena penerapan petani relatif seragam berada pada kriteria sedang.

Sehingga Sekolah Lapang dapat mengatasi keberagaman tingkat pendidikan

petani sehingga dapat membentuk keseragaman penerapan mengenai SOP

budidaya anggrek tanah yang berada pada kriteria sedang.

Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan

adopsi inovasi. Terdapat 13 petani responden yang berada pada kelompok

pendidikan antara SMP-SMA, dan hanya 3 petani responden yang memiliki

tingkat penerapan rendah. Sedangkan 6 petani responden memiliki tingkat

penerapan yang tinggi dan 4 petani responden yang memiliki tingkat penerapan

yang tinggi.

5.5.3 Hubungan Pengalaman dengan Penerapan SOP Budidaya Anggrek

Tanah

Berdasarkan distribusi pengalaman pada Tabel 13 dan distribusi penerapan

pada Tabel 18, dibuat tabulasi silang 3 kategori sebagaimana tercantum pada

Tabel 21. Pada kelompok pengalaman 1-13 terdapat 2 petani responden yang

termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang rendah, 8 petani responden

yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang sedang dan 7 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan tinggi mengenai

SOP budidaya anggrek tanah.

Page 91: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

74

Pada kelompok pengalaman 14-26 terdapat 5 petani responden yang

termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang rendah, 6 petani responden

yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang sedang dan 4 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan tinggi mengenai

SOP budidaya anggrek tanah.

Pada kelompok pengalaman 26-39 terdapat 4 petani responden yang

termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang rendah, 3 petani responden

yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan yang sedang dan 3 petani

responden yang termasuk kedalam kelompok dengan penerapan tinggi mengenai

SOP budidaya anggrek tanah.

Tabel 21. Distribusi Respoden Menurut Pengalaman dan Penerapan

No Pengalaman Petani

Penerapan Petani

Total Rendah Sedang Tinggi

14-18 19-23 24-18

1 1-13 Tahun 2 8 7 17

2 14-26 Tahun 5 6 4 15

3 27-39 Tahun 4 3 3 10

Total 11 17 14 42 X

2 = 3,372, P-value = 0,498

Petani yang memiliki penerapan sedang didominasi oleh petani pada

kelompok pengalaman rendah (1-13 tahun). Hal tersebut dikarenakan mayoritas

pengalaman petani responden berada pada kriteria rendah, sebanyak 17 petani dari

42 petani memiliki pengalaman rendah.

Hasil uji X2 antara pengalaman dengan penerapan SOP budidaya anggrek

tanah diperoleh hasil X2

sebesar 3,372 dan nilai P sebesar 0,498. Hasil tersebut

menunjukan tidak terdapat hubungan antara pengalaman dengan penerapan SOP

Page 92: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

75

budidaya anggrek tanah karena nilai P lebih besar dari nilai batas kritis (0,498 >

0,05).

Pengalaman petani yang beragam tidak berhubungan dengan penerapan

petani karena penerapan petani relatif seragam berada pada kriteria sedang.

Sehingga Sekolah Lapang dapat mengatasi keberagaman pengalaman petani

sehingga dapat membentuk keseragaman penerapan mengenai SOP budidaya

anggrek tanah yang berada pada kriteria sedang.

Petani yang memiliki penerapan sedang lebih banyak terdapat pada pada

kategori pengalaman antara 1 sampai dengan 13 tahun. Petani dengan pengalaman

yang lebih lama cenderung sudah nyaman dengan cara budidaya yang selama ini

dilakukan, mereka merasa budidaya secara konvensional lebih baik dibanding

dengan menerapkan sistem budidaya baru, padahal mereka belum mencoba. Hal

tersebut dikarenakan petani akan melihat terlebih dahulu keuntungan dan kerugian

suatu inovasi sebelum memutuskan akan menerima atau menolak suatu inovasi.

Untuk petani dengan pengalaman yang lebih sedikit akan lebih mudah untuk

menerapkan suatu inovasi, hal tersebut dikarenakan mereka belum memiliki

pengalaman yang banyak dan masih membutuhkan informasi-informasi baru agar

usahataninya semakin berkembang.

Tidak terdapat hubungan antara karakteristik petani mulai dari umur,

pendidikan, dan pengalaman dengan penerapan SOP budidaya anggrek tanah oleh

petani.

Page 93: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

76

5.6 Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan SOP Budidaya Anggrek

Tanah

Berdasarkan distribusi pengetahuan pada Tabel 14 dan distribusi penerapan

pada Tabel 18, dibuat tabulasi silang 3 kategori sebagaimana tercantum pada

Tabel 22. Pada kelompok pengetahuan rendah terdapat 7 petani yang memiliki

penerapan sedang dan tidak ada petani yang memiliki penerapan rendah dan

tinggi.

Pada kelompok pengetahuan sedang terdapat 3 petani yang memiliki

penerapan rendah, 4 petani yang memiliki penerapan sedang dan 2 petani yang

memiliki penerapan tinggi.

Pada kelompok pengetahuan tinggi terdapat 8 petani yang memiliki

penerapan rendah, 6 petani yang memiliki penerapan sedang dan 12 petani yang

memiliki penerapan tinggi.

Tabel 22. Distribusi Respoden Menurut Pengetahuan dan Penerapan

No Pengetahuan Petani

Penerapan Petani

Total Rendah Sedang Tinggi

14-18 19-23 24-18

1 Rendah 0 7 0 7

2 Sedang 3 4 2 9

3 Tinggi 8 6 12 26

Jumlah 11 17 14 42 X

2 = 14,273, P-value = 0,006

Berdasarkan irisan antara pengetahuan sedang dan tinggi degan penerapan

sedang dan tinggi didapatkan dari penjumlahan 4+2+6+12= 24 petani (57%) dari

42 petani responden yang memiliki pengetahuan dan penerapan sedang dan tinggi

mengenai SOP budidaya anggrek tanah. Pada umumnya efektifitas tinggi jika

Page 94: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

77

memiliki presentase 70% keatas, sedangkan pada penelitian ini efektifitasnya

hanya 57%. Hal tersebut menjadikan penyuluhan metode Sekolah Lapang

memiliki efektifitas yang sedang sebagai metode penyuluhan untuk

menyampaikan materi SOP budidaya anggrek tanah di Kota Tangerang Selatan.

Berdasarkan analisis X2 antara pengetahuan dengan penerapan SOP

budidaya anggrek tanah diperoleh hasil X2

hitung sebesar 14,273 dan nilai P

sebesar 0,006. Hasil tersebut menunjukan terdapat hubungan antara pengetahuan

petani dengan penerapan SOP budidaya anggrek tanah oleh petani karena nilai X2

hitung lebih besar dari nilai X2

Tabel (14,273 < 9,488) dan nilai P lebih kecil dari

nilai batas kritis (0,006 > 0,05).

Pengetahuan petani berhubungan nyata dengan tingkat penerapan petani.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan petani mengenai SOP budidaya anggrek

tanah maka semakin tinggi tingkat penerapan SOP budidaya anggrek tanah oleh

petani. Hal tersebut sejalan dengan teori tahapan adopsi inovasi menurut Rogers

dalam AW. van den Ban (1999:124) adalah (1) tahap pengetahuan (2) tahap

pengimbauan (3) tahap implementasi (4) tahap konfirmasi. Tahap pengetahuan

merupakan tahapan pertama sebelum seseorang memutuskan apakah akan

menolak atau menerima suatu inovasi.

Banyaknya petani responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi pada kategori penerapan tinggi dikarenakan Sekolah Lapang dapat

membentuk petani responden yang memiliki karakteristik beragam sehingga

memiliki pengetahuan yang seragam pada kategori tinggi mengenai SOP

budidaya anggrek tanah.

Page 95: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

78

Penerapan petani responden berada pada kriteria sedang hal tersebut

dikarenakan inovasi atau SOP budidaya anggrek tanah tidak banyak berbeda

dengan kebiasaan petani dalam membudidayakan anggrek tanah sebelumnya,

sehingga petani hanya melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap inovasi atau

SOP budidaya anggrek tanah tersebut tanpa merubah kebiasaan petani secara

frontal.

Melihat tingkat pengetahuan petani mengenai SOP budidaya anggrek

tanah relatif berada pada kriteria tinggi dan tingkat penerapan SOP budidaya

anggrek tanah oleh petani berada pada kriteria sedang maka dapat disimpulkan

bahwa Sekolah Lapang dapat dikatakan memiliki efektivitas sedang sebagai

metode penyuluhan materi SOP budidaya anggrek tanah di Kota Tangerang

Selatan.

Page 96: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

79

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dan pembahasan pada penelitian ini maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Karakteristik petani di Kota Tangerang Selatan beragam, mulai dari umur

petani yang terbanyak berada pada kelompok umur sedang (41-57 tahun),

pendidikan petani yang terbanyak berada pada kelompok pendidikan rendah

(tidak sekolah-SD), dan pengalaman petani yang terbanyak berada pada

kelompok pengalaman rendah (1-13 tahun).

2. Pengetahuan petani mengenai SOP budidaya anggrek tanah menunjukan hasil

yang berada pada kriteria tinggi. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik

petani dengan pengetahuan petani mengenai SOP budidaya anggrek tanah.

3. Penerapan petani terhadap SOP budidaya anggrek tanah menunjukan hasil

yang berada pada kriteria sedang, Tidak terdapat hubungan antara

karakteristik petani dengan penerapan petani SOP budidaya anggrek tanah

oleh petani.

4. Terdapat hubungan antara pengetahuan petani yang mengikuti Sekolah

Lapang dengan penerapan SOP budidaya anggrek tanah di Kota Tangerang

Selatan. Tingkat efektifitas penyuluhan metode Sekolah Lapang berada pada

kriteria sedang (cukup efektif).

Page 97: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

80

6.2 Saran

1. Rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani anggrek tanah di Kota

Tanggerang Selatan relatif sempit. Disarankan kepada Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan untuk selalu memberikan

penyuluhan mengenai teknologi pertanian yang dapat berguna bagi petani

yang memiliki lahan sempit.

2. Tingkat pengetahuan dan penerapan petani terhadap SOP budidaya anggrek

tanah relatif tinggi. Hal tersebut tidak terlepas dari peran Sekolah Lapang

yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota

Tangerang Selatan dalam rangka menyuluhkan SOP budidaya anggrek

tanah kepada petani. Oleh karena itu sebaiknya Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan menggunakan Sekolah Lapang

sebagai metode penyuluhan untuk materi-materi yang lain karena sudah

terbukti efektif untuk dilaksanakan di Kota Tangerang Selatan.

Page 98: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

81

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara,

2009.

A.W. van den Ban dan H.S. Hawkins. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:

Kanisius, 1999.

Badan Pusat Statistik. Data Produksi Hortikultura. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

2014.

Badan Pusat Statistik. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin. Jakarta: Badan

Pusat Statistik. 2013.

Badan Pusat Statistik. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur. Jakarta: Badan

Pusat Statistik. 2013.

Badan Pusat Statistik. Data Produsen Tanaman Anggrek di Indonesia. Jakarta:

Badan Pusat Statistik, 2014.

Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. PDRB Menurut Lapangan Usaha

Kota Tangerang Selatan 2011-2013. Kota Tangerang Selatan: Badan Pusat

Statistik Kota Tangerang Selatan, 2014.

Budianto, Ari Sepra. “Efektifitas Penyuluhan Metode DEMFARM Terhadap

Penerapan Teknologi Sistem Tanam Jajar Legowo di Kabupaten Bekasi.”

[Skripsi] S1 Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2013.

Darsono, Siswandoko. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga,

2011.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan. Data Produksi

dan Kelompok Tani Anggrek Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan:

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, 2012.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan. Data

Permintaan Bunga Potong Anggrek di Kota Tangerang Selatan. Tangerang

Selatan: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, . 2012.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Standar Operasional Prosedur

Budidaya Bunga Potong Anggrek Terestrial. Jakarta: Kementrian Pertanian,

2012.

Page 99: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

82

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Petunjuk Lapangan SL

GAP/SOP Budidaya Bunga Potong Anggrek Terestrial. Jakarta: Kementrian

Pertanian, 2011.

Direktorat Jenderal Hortikultura. Pedoman Teknis Pelaksanaan Pengembangan

Hortikultura. Jakarta: Kementrian Pertanian, 2011.

FAO “Farmer Field School” Artikel diakses pada 6 Oktober 2014 dari

http://www.fao.org/nr/land/sustainable-land-management/farmer-field-

school/en/

Gunawan, Livy Winata. Budidaya Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya, 2008.

Gunadi Tom. Kenal Anggrek. Bandung: CV. Angkasa, 1985.

Handayaningrat, Soewarno. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.

Jakarta: Gunung Agung, 1994.

Hidayat. Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press,1986.

Istiati. Terampil Budidaya Anggrek. Klaten: CV. Sahabat, 2009.

Kota Tangerang Selatan. Sejarah Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan:

Pemerintahan Kota Tangerang Selatan, 2014.

Mardikanto, T. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret

University Press, 1993.

Pusat Penyuluhan Kehutanan. Materi Penyuluhan Kehutanan. Jakarta:

Kementrian Kehutanan, 2012.

Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula.

Bandung : Alfabeta, 2005.

Rihadini, Mustika. Efektifitas Pelaksanaan PNPM MP SPP di Kecamatan

Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Makassar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin

[Skripsi], 2011.

Soekartawi. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia: UI

Press, 1988.

Siegel, Sidney. Statistik Nonparametrik. Jakarta: PT Gramedia, 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta, 2009.

Page 100: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

83

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

EFEKTIVITAS SEKOLAH LAPANG TERHADAP PENERAPAN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR BUDIDAYA ANGGREK TANAH

DI KOTA TANGERANG SELATAN

Oleh : Hendrik Hexa Yoga (1110092000078)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya

kepada kita semua. Perkenalkanlah saya selaku mahasiswa meminta bantuan untuk

mengisi kuesioner di bawah ini. Kuesioner ini merupakan alat bantu dalam penelitian

skripsi saya. Sekecil apapun informasi yang diberikan akan sangat besar artinya bagi

kelancaran penelitian skripsi saya ini. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan

terimakasih.

A. Karakteristik Petani

1. Nama : ..............................................

2. Umur : ..............................................Tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Status Lahan :

a. Milik sendiri

b. Sewa

c. Bagi hasil

d. Garapan

5. Luas Lahan : ...............................................M2

6. Jumlah Pohon : ...............................................Pohon

7. Nama Kelompok Tani : ...................................

8. Pendidikan Terakhir :

a. Tidak sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Perguruan Tinggi

9. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu melakukan usahatani anggrek? ..............Tahun

10. Berapa lama jarak panen bunga anggrek? ................Minggu Sekali

11. Berapa tangkai bunga anggrek yang dihasilkan setiap panen? ..............Tangkai

12. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Stadar Operasional Prosedur budidaya anggrek

tanah?

a. Ya

b. Tidak

13. Jika Ya, dari mana Bapak/Ibu mendapatkan informasi mengenai Standar

Operasional Prosedur (SOP) budidaya anggrek tanah?

a. Petani

b. Penyuluh

c. Majalah

d. Koran

e. Lainnya....................

Page 101: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

84

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian (Lanjutan)

B. Pengetahuan Petani Mengenai Standar Operasional Prosedur

Budidaya Anggrek Tanah

1. Menurut Bapak/Ibu lokasi yang sesuai untuk budidaya anggrek tanah

adalah?

a. Lokasi yang mendapat cahaya matahari langsung

b. Lokasi yang tidak mendapat cahaya matahari langsung

c. Lokasi yang tidak mendapat cahaya matahari sama sekali

2. Menurut Bapak/Ibu untuk apa saluran pembuangan air dilahan anggrek

dibuat?

a. Agar lahan subur

b. Agar lahan bebas hama penyakit

c. Agar lahan tidak banjir

3. Berapa jarak antar bedengan?

a. ± 150 cm

b. ± 80 cm

c. ± 200 cm

4. Berapa tinggi tiang penyangga tanaman anggrek?

a. 0,5-1,0 m

b. 1,5-2,0 m

c. 3,0-4,0 m

5. Menurut Bapak/Ibu media tanam apa yang digunakan untuk menanam

anggrek tanah?

a. Arang

b. Sekam bakar

c. Sabut kelapa

6. Bibit sebaiknya diambil dari indukan yang sudah mencapai tinggi sekitar?

a. 1 m

b. 1,5 m

c. 2 m

7. Berapa baris tanaman anggrek sebaiknya dalam satu bedengan?

a. Satu baris

b. Dua baris

c. Tiga baris

8. Menurut Bapak/Ibu penyiraman sebaiknya menggunakan alat apa?

a. Gayung

b. Ember

c. Selang yang dihubungkan ke pompa air

9. Jenis pupuk kandang apa yang dianjurkan untuk pemupukan anggrek?

a. Kotoran kambing yang sudah matang

b. Kotoran ayam yang sudah matang

c. Kotoran sapi yang sudah matang

10. Pada umur berapa penyulaman dilakukan?

a. 1-2 bulan setelah tanam

b. 2-3 bulan setelah tanam

c. 3-4 bulan setelah tanam

Page 102: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

85

11. Kapan pembersihan tumbuhan liar (rumput) pada lahan anggrek

dilakukan?

a. Sesuai dengan keadaan pertumbuhan tumbuhan liar (rumput)

b. 2 bulan sekali

c. 3 bulan sekali

12. Menurut Bapak/Ibu apa yang dilakukan jika tanaman anggrek terserang

hama dan penyakit?

a. Langsung dikendalikan dengan menggunakan pestisida

b. Membiarkan saja tanaman yang terserang hama dan penyakit

c. Mengendalikan secara alami terlebih dahulu

13. Untuk memotong tangkai bunga anggrek pada saat panen sebaiknya

menggunakan alat?

a. Gunting

b. Pisau

c. Cutter

14. Berapa panjang ujung batang yang dipotong pada saat peremajaan

tanaman?

a. 150-200 cm

b. 100-150 cm

c. 60-100 cm

15. Menurut Bapak/Ibu berapa tangkai bunga dalam setiap satu ikat

sebaiknya?

a. 50 atau 100 tangkai bunga

b. 100 atau 150 tangkai bunga

c. 150 atau 200 tangkai bunga

16. Kapan saja pencatatan dilakukan?

a. Setiap satu bulan sekali

b. Setiap satu minggu sekali

c. Setiap kegiatan yang dilakukan setiap hari

Page 103: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

86

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian (Lanjutan)

C. Penerapan Petani Terhadap Standar Operasional Prosedur Budidaya

Anggrek Tanah

No Pertanyaan Nilai

1 Sebelum menentukan lokasi lahan anggrek, apakah Bapak/Ibu

memeriksa sumber dan ketersediaan air?

Ya

Tidak

2 Sebelum menentukan lokasi lahan anggrek, apakah Bapak/Ibu

menanyakan riwayat penggunaan lahan kepada penduduk

sekitar lahan?

Ya

Tidak

3 Pada saat penyiapan lahan apakah Bapak/Ibu membersihkan

lahan dari tumbuhan liar?

Ya

Tidak

4 Pada saat penyiapan lahan apakah Bapak/Ibu membuat instalasi

air untuk menyiram tanaman anggrek?

Ya

Tidak

5 Sebelum penanaman apakah Bapak/ibu membuat bedengan? Ya

Tidak

6 Jika ya, apakah sisi-sisi bedengan terbuat dari batu bata atau

genteng?

Ya

Tidak

7 Apakah Bapak/Ibu memasang tiang penyangga pada bedengan

tersebut?

Ya

Tidak

8 Jika ya, apakah tiang penyangga tersebut terbuat dari bambu? Ya

Tidak

9 Apakah Bapak/Ibu menambahkan media tanam ke dalam

bedengan tersebut?

Ya

Tidak

10 Jika ya, apakah media tanam yang di tambahkan sudah dalam

kondisi matang?

Ya

Tidak

11 Sebelum penanaman apakah Bapak/ibu memilih bibit anggrek

yang sehat dan bebas hama dan penyakit?

Ya

Tidak

12 Jika ya, apakah bibit anggrek yang dipilih memiliki panjang

sekitar 80-100 cm?

Ya

Tidak

13 Pada saat penanaman apakah Bapak/Ibu mengikat bibit anggrek

satu persatu pada penyangga dengan menggunakan tali?

Ya

Tidak

14 Jika ya, apakah tali yang digunakan untuk mengikat terbuat

dari bambu?

Ya

Tidak

15 Apakah Bapak/Ibu melakukan penyiraman di pagi atau sore

hari?

Ya

Tidak

16 Apakah Bapak/Ibu memeriksa terlebih dahulu kelembaban

media tanam sebelum melakukan penyiraman?

Ya

Tidak

17 Apakah Bapak/Ibu menyemprotkan larutan pupuk ke seluruh

bagian tanaman anggrek?

Ya

Tidak

18 Apakah Bapak/Ibu menyemprotkan larutan pupuk setiap satu

minggu sekali?

Ya

Tidak

19 Apakah Bapak/Ibu melakukan penyulaman jika ada bibit

anggrek yang mati setelah penanaman?

Ya

Tidak

20 Apakah Bapak/Ibu mencabut atau membuang tanaman anggrek Ya

Page 104: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

87

yang mati? Tidak

21 Apakah Bapak/Ibu membakar tumbuhan liar (rumput) yang

telah dicabut?

Ya

Tidak

22 Jika tanaman terserang hama dan penyakit apakah Bapak/Ibu

memisahkan tanaman tersebut dari tanaman yang sehat?

Ya

Tidak

23 Apakah Bapak/Ibu memanen bunga anggrek pada pagi atau

sore hari?

Ya

Tidak

24 Apakah Bapak/Ibu memanen bunga anggrek dengan hati-hati

sehingga bunga dan tanaman tidak mengalami kerusakan?

Ya

Tidak

25 Apakah Bapak/Ibu melakukan peremajaan tanaman anggrek

dengan cara memotong bagian atas tanaman yang sudah sangat

tinggi untuk kemudian ditanam kembali?

Ya

Tidak

26 Setelah panen apakah Bapak/Ibu mengumpulkan dan

meletakan bunga anggrek pada tempat yang teduh atau tidak

terkena sinar matahari langsung?

Ya

Tidak

27 Setelah dipanen apakah Bapak/Ibu menaruh bunga pada wadah

yang bersih yang sudah berisi air secukupnya dengan posisi

berdiri, sehingga ujung tangkai bunga terendam air?

Ya

Tidak

28 Apakah Bapak/Ibu menyimpan buku catatan harian? Ya

Tidak

Page 105: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

88

Lampiran 2. Tabulasi Data Pengetahuan Petani Mengenai SOP Budidaya Anggrek Tanah

No Skor Pengetahuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Jumlah

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 13

2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 14

3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 13

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 12

5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 14

6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14

7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 14

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 13

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14

12 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 13

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 14

14 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14

15 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 12

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15

17 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14

18 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15

20 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13

21 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 12

22 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 10

23 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 12

24 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 8

25 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 8

26 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 9

27 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 12

28 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 7

29 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 9

30 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 8

31 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 9

32 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 10

33 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12

34 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13

35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15

36 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14

37 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

38 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12

39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

40 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 13

41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 14

42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 14

Total Skor 526

Ket: 0 = Salah, 1 = Benar

Page 106: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

89

Lampiran 3. Hasil Uji Tingkat Validitas Instrumen Penelitian Mengenai

Pengetahuan Petani

Pertanyaan Pearson Correlations Validitas

item_1 0,421 Valid

item_2 0,349 Valid

item_3 0,428 Valid

item_4 0,331 Valid

item_5 0,353 Valid

item_6 0,421 Valid

item_7 0,393 Valid

item_8 0,393 Valid

item_9 0,423 Valid

item_10 0,390 Valid

item_11 0,343 Valid

item_12 0,421 Valid

item_13 0,352 Valid

item_14 0,325 Valid

item_15 0,309 Valid

item_16 0,343 Valid

total_skor 1

Ket: Signifikansi 5%, rTabel = 0,304

Lampiran 4. Hasil Uji Tingkat Reliabilitas Instrumen Penelitian Mengenai

Pengetahuan Petani Menggunakan SPSS 21

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,566 16

Page 107: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

90

Lampiran 5. Tabulasi Data Penerapan SOP Budidaya Anggrek Tanah Oleh Petani

No Skor Penerapan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jumlah

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 24

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 27

4 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26

5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27

6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 26

7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 24

8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 24

9 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 18

10 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 14

11 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 20

12 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 19

13 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 14

14 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 13

15 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 19

16 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 12

17 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 15

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 18

19 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 20

20 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 21

21 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 19

22 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 21

Page 108: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

91

23 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 21

24 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 21

25 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 19

26 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 19

27 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 15

28 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 19

29 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 20

30 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 21

31 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19

32 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 16

33 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 17

34 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 16

35 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 22

36 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 24

37 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 26

38 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24

39 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 22

40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 26

41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 25

42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 27 Ket: 0 = Tidak, 1 = Ya

Page 109: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

92

Lampiran 6. Hasil Uji Tingkat Validitas Instrumen Penelitian Mengenai

Penerapan SOP Budidaya Anggrek Tanah Oleh Petani

Pertanyaan Pearson Correlations Validitas

item_1 0,351 Valid

item_2 0,355 Valid

item_3 0,306 Valid

item_4 0,365 Valid

item_5 0,376 Valid

item_6 0,365 Valid

item_7 0,337 Valid

item_8 0,341 Valid

item_9 0,311 Valid

item_10 0,381 Valid

item_11 0,337 Valid

item_12 0,335 Valid

item_13 0,337 Valid

item_14 0,395 Valid

item_15 0,305 Valid

item_16 0,380 Valid

item_17 0,313 Valid

item_18 0,342 Valid

item_19 0,342 Valid

item_20 0,367 Valid

item_21 0,388 Valid

item_22 0,378 Valid

item_23 0,347 Valid

item_24 0,326 Valid

item_25 0,317 Valid

item_26 0,352 Valid

item_27 0,365 Valid

item_28 0,411 Valid

item_29 0,352 Valid

item_30 0,367 Valid

total_skor 1

Ket: Signifikansi 5 %, rTabel = 0,304

Page 110: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

93

Lampiran 7. Hasil Uji Tingkat Reliabilitas Instrumen Penelitian Mengenai

Penerapan Petani Menggunakan SPSS 21

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,752 30

Lampiran 8. Hasil Tabulasi Silang Antara Karakteristik Petani Dengan

Pengetahuan Petani Mengenai SOP Budidaya Anggrek Tanah

Menggunakan SPSS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur * Pengetahuan 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Umur * Pengetahuan Crosstabulation

Count

Pengetahuan Total

Rendah Sedang Tinggi

Umur

24-40 2 1 8 11

41-57 3 5 13 21

58-75 2 3 5 10

Total 7 9 26 42

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1,770a 4 ,778

Likelihood Ratio 1,952 4 ,745

Linear-by-Linear Association ,520 1 ,471

N of Valid Cases 42

Signifikansi = 5%,

RTabel = 9,488

Page 111: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

94

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat Pendidikan *

Pengetahuan

42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Tingkat Pendidikan * Pengetahuan Crosstabulation

Count

Pengetahuan Total

Rendah Sedang Tinggi

Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah-SD 3 7 15 25

SMP-SMA 4 1 8 13

Perguruan Tinggi 0 1 3 4

Total 7 9 26 42

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4,343a 4 ,362

Likelihood Ratio 5,057 4 ,282

Linear-by-Linear Association ,023 1 ,880

N of Valid Cases 42

Signifikansi = 5%,

RTabel = 9,488

Page 112: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

95

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Lama Berusahatani *

Pengetahuan

42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Lama Berusahatani * Pengetahuan Crosstabulation

Count

Pengetahuan Total

Rendah Sedang Tinggi

Lama Berusahatani

1-13 2 5 10 17

14-26 4 2 9 15

27-39 1 2 7 10

Total 7 9 26 42

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2,526a 4 ,640

Likelihood Ratio 2,475 4 ,649

Linear-by-Linear Association ,089 1 ,766

N of Valid Cases 42

Signifikansi = 5%,

RTabel = 9,488

Page 113: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

96

Lampiran 9. Hasil Tabulasi Silang Antara Karakteristik Petani Dengan Penerapan

SOP Budidaya Anggrek Tanah Menggunakan SPSS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur * Penerapan 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Umur * Penerapan Crosstabulation

Count

Penerapan Total

Rendah Sedang Tinggi

Umur

24-40 4 4 3 11

41-57 3 9 9 21

58-75 4 4 2 10

Total 11 17 14 42

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3,601a 4 ,463

Likelihood Ratio 3,730 4 ,444

Linear-by-Linear Association ,068 1 ,794

N of Valid Cases 42

Signifikansi = 5%,

RTabel = 9,488

Page 114: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

97

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat Pendidikan *

Penerapan

42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Tingkat Pendidikan * Penerapan Crosstabulation

Count

Penerapan Total

Rendah Sedang Tinggi

Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah-SD 6 10 9 25

SMP-SMA 3 6 4 13

Perguruan Tinggi 2 1 1 4

Total 11 17 14 42

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1,464a 4 ,833

Likelihood Ratio 1,323 4 ,857

Linear-by-Linear Association ,559 1 ,455

N of Valid Cases 42

Signifikansi = 5%,

RTabel = 9,488

Page 115: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

98

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Lama Berusahatani *

Penerapan

42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Lama Berusahatani * Penerapan Crosstabulation

Count

Penerapan Total

Rendah Sedang Tinggi

Lama Berusahatani

1-13 2 8 7 17

14-26 5 6 4 15

27-39 4 3 3 10

Total 11 17 14 42

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3,372a 4 ,498

Likelihood Ratio 3,611 4 ,461

Linear-by-Linear Association 1,937 1 ,164

N of Valid Cases 42

Signifikansi = 5%,

RTabel = 9,488

Page 116: EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE SEKOLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29045/3/HENDRIK... · atau merupakan hasil jiplakan dari ... penyuluhan yang efektif dalam

99

Lampiran 10.Hasil Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Petani Dengan Penerapan

SOP Budidaya Anggrek Tanah Menggunakan SPSS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * Penerapan 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Pengetahuan * Penerapan Crosstabulation

Count

Penerapan Total

Rendah Sedang Tinggi

Pengetahuan

Rendah 0 7 0 7

Sedang 3 4 2 9

Tinggi 8 6 12 26

Total 11 17 14 42

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 14,273a 4 ,006

Likelihood Ratio 16,881 4 ,002

Linear-by-Linear Association ,473 1 ,491

N of Valid Cases 42

Signifikansi = 5%,

RTabel = 9,488