efektifitas antara kebijakan moneter dan kebijakan …

12
Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN 2302-0172 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 12 Pages pp. 85- 96 85 - Volume 2, No. 4, November 2014 EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : PENDEKATAN MODEL IS LM Safriadi 1 , Raja Masbar 2 , Sofyan Syahnur 3 1) Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Email : [email protected] Telp : 081360038427 Abstract: This study aims to see the effective policy was implemented between monetary policy and fiscal policy for the Indonesian economy. The data used are secondary data from the annual time series from 1984 to 2012. The research variables are estimated by the IS-LM model using Simultaneous Equation method and solved by Two Stage Least Square (TSLS). The policy will be more effective if it will be able to influence Gross Domestic Product or National Income bigger than other policy. The ability of the policy influence Gross Domestic Product shows by its multiplier. The research results show that monetary multiplier is 3.21, fiscal multiplier is 5.99 and the equilibrium occurs in a national income at 2,021,379.65 billions and an interest rate at 14.74 percent. The conclusion of this research states that, fiscal policy is more effective on influencing Indonesia National Income rather than monetary policy. Based on the IS-LM equilibrium value is obtained, it is seen that there is considerable scope for the government to increase national income, which the government must consistently maintain a stable interest rates and encouraging policies that can improve the real sector to offset the loose monetary policy, so that the economy can continue to grow and stability is maintained. Keywords : fiscal policy, monetary policy, IS-LM model, fiscal policy multiplier, monetary policy multiplier, simultaneous equation. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat kebijakan mana yang efektif dilaksanakan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal bagi perekonomian Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder time series tahunan dari tahun 1984-2012. Variabel penelitian diestimasi dengan Model ISLM dengan menggunakan Metode Persamaan Simultan dan diselesaikan dengan Two Stage Least Square (TSLS). Kebijakan dikatakan lebih efektif jika kebijakan tersebut mampu mempengaruhi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih tinggi dibandingkan kebijakan yang lain. Kemampuan kebijakan tersebut dalam mempengaruhi peningkatan PDB ditunjukkan oleh besaran multiplier dari kebijakan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa multiplier kebijakan moneter sebesar 3,21 dan multiplier kebijakan fiskal sebesar 5,99, sedangkan keseimbangan perekonomian Indonesia terjadi pada Pendapatan Nasional sebesar 2.021.379,65 miliar Rupiah dan tingkat bunga sebesar 14,74 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal akan lebih efektif dalam mempengaruhi Produk Domestik Bruto dibandingkan dengan kebijakan moneter. Berdasarkan nilai keseimbangan ISLM yang diperoleh, terlihat bahwa masih terdapat ruang bagi pemerintah untuk meningkatkan Pendapatan Nasional, dimana pemerintah harus konsisten menjaga tingkat bunga yang stabil dan mendorong kebijakan yang dapat meningkatkan sektor riil dengan diimbangi kebijakan moneter yang longgar, sehingga perekonomian dapat terus tumbuh dan stabilitas tetap terjaga. Kata Kunci : kebijakan fiskal, kebijakan moneter, model IS-LM, multiplier kebijakan fiskal, multiplier kebijakan moneter, persamaan simultan. PENDAHULUAN Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam bentuk peningkatan pendapatan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, siklus ekonomi merupakan fenomena ekonomi yang tidak dapat dihindarkan, berupa fase

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN 2302-0172

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 12 Pages pp. 85- 96

85 - Volume 2, No. 4, November 2014

EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL

TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA :

PENDEKATAN MODEL IS – LM

Safriadi1, Raja Masbar

2, Sofyan Syahnur

3

1) Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh

2,3) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala

Email : [email protected] Telp : 081360038427

Abstract: This study aims to see the effective policy was implemented between monetary policy and fiscal policy for the Indonesian economy. The data used are secondary data from the annual time series from 1984 to 2012. The research variables are estimated by the IS-LM model using Simultaneous Equation method and solved by Two Stage Least Square (TSLS). The policy will be more effective if it will be able to influence Gross Domestic Product or National Income bigger than other policy. The ability of the policy influence Gross Domestic Product shows by its multiplier. The research results show that monetary multiplier is 3.21, fiscal multiplier is 5.99 and the equilibrium occurs in a national income at 2,021,379.65 billions and an interest rate at 14.74 percent. The conclusion of this research states that, fiscal policy is more effective on influencing Indonesia National Income rather than monetary policy. Based on the IS-LM equilibrium value is obtained, it is seen that there is considerable scope for the government to increase national income, which the government must consistently maintain a stable interest rates and encouraging policies that can improve the real sector to offset the loose monetary policy, so that the economy can continue to grow and stability is maintained.

Keywords : fiscal policy, monetary policy, IS-LM model, fiscal policy multiplier, monetary policy

multiplier, simultaneous equation.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat kebijakan mana yang efektif dilaksanakan antara kebijakan

moneter dan kebijakan fiskal bagi perekonomian Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder

time series tahunan dari tahun 1984-2012. Variabel penelitian diestimasi dengan Model IS–LM dengan

menggunakan Metode Persamaan Simultan dan diselesaikan dengan Two Stage Least Square (TSLS).

Kebijakan dikatakan lebih efektif jika kebijakan tersebut mampu mempengaruhi peningkatan Produk

Domestik Bruto (PDB) lebih tinggi dibandingkan kebijakan yang lain. Kemampuan kebijakan tersebut

dalam mempengaruhi peningkatan PDB ditunjukkan oleh besaran multiplier dari kebijakan tersebut. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa multiplier kebijakan moneter sebesar 3,21 dan multiplier kebijakan fiskal

sebesar 5,99, sedangkan keseimbangan perekonomian Indonesia terjadi pada Pendapatan Nasional sebesar

2.021.379,65 miliar Rupiah dan tingkat bunga sebesar 14,74 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kebijakan fiskal akan lebih efektif dalam mempengaruhi Produk Domestik Bruto dibandingkan dengan

kebijakan moneter. Berdasarkan nilai keseimbangan IS–LM yang diperoleh, terlihat bahwa masih terdapat

ruang bagi pemerintah untuk meningkatkan Pendapatan Nasional, dimana pemerintah harus konsisten

menjaga tingkat bunga yang stabil dan mendorong kebijakan yang dapat meningkatkan sektor riil dengan

diimbangi kebijakan moneter yang longgar, sehingga perekonomian dapat terus tumbuh dan stabilitas tetap

terjaga.

Kata Kunci : kebijakan fiskal, kebijakan moneter, model IS-LM, multiplier kebijakan fiskal,

multiplier kebijakan moneter, persamaan simultan.

PENDAHULUAN

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya dalam bentuk

peningkatan pendapatan. Untuk mewujudkan tujuan

tersebut, siklus ekonomi merupakan fenomena

ekonomi yang tidak dapat dihindarkan, berupa fase

Page 2: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 4, November 2014 - 86

booming, kontraksi, normal maupun dalam keadaan

melesu (depressi). Untuk mengantisipasi fluktuasi

yang berlebihan pada siklus ekonomi, dikenal ada

dua kebijakan pemerintah yaitu kebijakan fiskal dan

kebijakan moneter.

Secara teoritis maupun empiris, kebijakan

moneter dan fiskal mempunyai peranan yang sangat

strategis dalam rangka stabilisasi perekonomian,

yaitu melalui penyeimbangan permintaan agregat

dan penawaran agregat. Walaupun kebijakan

moneter dan fiskal berdampak pada struktur dan

kondisi ekonomi yang berlainan, keduanya dapat

digunakan secara simultan untuk mencapai dua

sasaran stabilitas yang berlainan, misalnya

pencapaian keseimbangan internal (stabilitas harga)

dan keseimbangan eksternal (neraca pembayaran).

Dalam kondisi tersebut, kebijakan moneter dan

fiskal dapat dikelola atau dikoordinasikan

sedemikian rupa agar stimulus yang dihasilkan oleh

kedua kebijakan tersebut dapat diarahkan untuk

mempengaruhi perekonomian, dalam artian tidak

saling meniadakan atau bahkan menimbulkan

pengaruh yang berlebihan, sehingga dapat

mendukung pencapaian stabilitas harga dan

pencapaian neraca pembayaran yang sehat secara

bersama-sama.

Aplikasi kebijakan fiskal dan kebijakan

moneter dalam perkembangannya melahirkan suatu

campuran kebijakan (policy mix) yang kemudian

menyebabkan berkembangnya kajian–kajian tentang

koordinasi kebijakan fiskal dan moneter. Beberapa

kajian tentang koordinasi kebijakan tersebut

menemukan bahwa, dalam jangka panjang

kebijakan fiskal dan moneter tidak bertentangan satu

sama lain dalam mencapai pertumbuhan ekonomi.

Pada kondisi ini tidak diperlukan adanya koordinasi

kebijakan. Dalam jangka pendek, tidak adanya

koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan

moneter akan menyebabkan efektivitas kebijakan

menjadi berkurang.

Krisis ekonomi memberi pelajaran kepada

bangsa Indonesia bahwa beberapa indikator–

indikator ekonomi makro yang memuaskan belum

menjadi jaminan bahwa kondisi ekonomi Indonesia

memang kuat. Untuk mencapai tingkat

pertumbuhan dan kegiatan ekonomi seperti pada

masa sebelum krisis ekonomi pada akhir dekade

1990–an pilihan kebijakan ekonomi untuk

menstabilisasi perekonomian adalah kebijakan fiskal

dan moneter. Pada saat ekonomi dirasakan berjalan

terlalu lambat dari yang seharusnya ditandai dengan

rendahnya pertumbuhan dan tingginya tingkat

pengangguran, maka dengan kebijakan fiskal dan

moneter yang tepat diharapkan dapat mendorong

perekonomian tumbuh lebih cepat dan

pengangguran dapat ditekan. Sedangkan pada saat

perekonomian dianggap terlalu laju yang ditandai

dengan pertumbuhan yang tinggi dan tingkat inflasi

yang juga tinggi, kebijakan fiskal dan moneter

diharapkan dapat menekan dan mengarahkan

perekonomian agar terhindar dari dampak negatif.

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter

merupakan bagian integral dari kebijakan

makroekonomi yang memiliki target yang harus

dicapai baik dalam jangka pendek dan jangka

panjang. Sudah lama terjadi perdebatan antara

kebijakan fiskal dan moneter. Di satu sisi, kebijakan

moneter diarahkan pada pencapaian target menjaga

stabilitas tingkat harga. Sementara itu disisi lain

kebijakan fiskal ditetapkan untuk mencapai

Page 3: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

87 - Volume 2, No. 4, November 2014

pertumbuhan ekonomi. Hal ini kemudian yang

menyebabkan munculnnya trade-off antara

pencapaian stabilitas harga dan pertumbuhan

ekonomi terutama dalam jangka pendek. Kebijakan

defisit fiskal yang tinggi dapat menyebabkan

kenaikan tingkat inflasi, sebaliknya perekonomian

dengan tingkat inflasi yang tinggi juga memberikan

dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi.

Perkembangan perekonomian yang semakin

dinamis dan terintegrasi dengan perekonomian

dunia memberikan implikasi penting bagi para

pelaku ekonomi terutama dalam pengambilan

kebijakan makroekonomi. Pengelolaan kebijakan

fiskal dan moneter melalui koordinasi yang baik

akan memberikan sinyal positif bagi pasar dan

menjaga stabilitas makroekonomi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan teknik analisa

model Persamaan Simultan. Selanjutnya dari hasil

estimasi persamaan dibuat model persamaan kurva

IS dan kurva LM sebagai dasar untuk menentukan

efektivitas antara kebijakan fiskal dan kebijakan

moneter di Indonesia, yang nantinya kita akan bisa

melihat kebijakan manakah yang mempunyai peran

besar dalam kasus perekonomian di Indonesia.

Berdasarkan variabel yang telah disusun dalam

penelitian ini, maka dibuat model persamaan

sebagai berikut:

Persamaan Struktural:

Ct = β1 + α1Ydt + α2Ct-1 + et1 ............... (1)

It = β2 + α3Yt +α4it + α5It-1 + et2 .......... (2)

Mt = β3 + α6Yt + α7 Kurst + α8Mt-1 + et3

...................................................... (3)

Mdt = β4 + α9Yt + α10it + et4 ................... (4)

Variabel Eksogen:

Gt = G0 ................................................. (5)

Xt = X0 ................................................. (6)

Mst = Ms0 ............................................ (7)

Persamaan Identitas:

Yt = Ct + It + Gt + Xt – Mt ................. (8)

Mst = Mdt .............................................. (9)

Dimana:

Yt = Produk domestik bruto (PDB)

Ydt = Disposible income

Ct = Konsumsi

Ct-1 = Konsumsi sebelumnya

It = Investasi

It-1 = Investasi sebelumnya

Gt = Pengeluaran pemerintah

Xt = Ekspor

Mt = Impor

Mt-1 = Impor sebelumnya

it = Tingkat bunga (Interest Rate)

Kurst = Nilai Tukar

Pada model persamaan simultan, dalam Hal

persamaan tersebut diidentifikasi, jumlah dari

predeterminded yang dikeluarkan dari persamaan

tidak boleh lebih sedikit dari jumlah variabel

endogen yang dimasukkan dalam persamaan

dikurangi dengan 1, yaitu :

K – k ≥ m − 1 ........................... (10)

Dimana :

M : Jumlah variabel endogen dalam model.

m : Jumlah variabel endogen dalam persamaan

yang diberikan.

K : Predeterminded variable dalam model.

k : Predeterminded variable dalam persamaan

yang diberikan.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan

persamaan simultan adalah :

1. Jika K −κ = m −1 , maka persamaan tersebut

just identified, persamaan just identified

diselesaikan dengan Indirect Least Square (ILS)

2. Jika K −κ > m −1 , maka persamaan tersebut

Page 4: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 4, November 2014 - 88

over identified, persamaan over identified

diselesaikan dengan Two Stage Least Square

(2SLS).

3. Jika K −κ < m −1 maka persamaan tersebut

unidentified atau tidak dapat diidentifikasi.

Metode 2SLS digunakan untuk model regresi

persamaan simultan yang mengandung persamaan-

persamaan yang over identified. Meskipun demikian,

2SLS juga bisa digunakan untuk mnyelesaikan

persamaan yang identified. Metode ini

dikembangkan oleh Henri Theil dan Robert

Basmann (Gujarati, 2012).

KAJIAN PUSTAKA

Efektivitas Kebijakan Fiskal dan Moneter

Dalam dunia nyata, pilihan kebijakan mana

yang lebih tepat antara kebijakan fiskal dan

kebijakan moneter senantiasa terus menjadi bahan

perdebatan klasik. Bersamaan dengan itu telah

dilakukan penelitian-penelitian dalam rangka

memilih kebijakan yang lebih efektif, namun

penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan yang

berbeda untuk masing-masing negara dan waktu

penelitian. Sampai sekarang perdebatan tersebut

terus berlangsung, perbedaan mazhab pemikiran

menghasilkan solusi yang berbeda.

1) Pandangan Kaum Klasik Terhadap Kebijakan

Fiskal dan Moneter

Menurut ekonom klasik permintaan uang tidak

ditentukan oleh tingkat suku bunga tetapi ditentukan

oleh permintaan masyarakat akan uang untuk

membiayai transaksi. Menurut ekonom klasik uang

tidak digunakan untuk spekulasi dan oleh sebab itu

permintaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga.

Sedangkan kebijakan fiskal hanya menaikkan

suku bunga dan tidak menimbulkan sesuatu

perubahan terhadap pendapatan nasional. Kenaikan

pendapatan nasional yang tidak menimbulkan

kenaikan terhadap pendapatan nasional tersebut

disebut crowding out yaitu suatu proses dalam

perekonomian di mana kenaikan pengeluaran

pemerintah diikuti dengan kemerosotan investasi

oleh swasta. Kemerosotan investasi swasta tersebut

diakibatkan oleh kenaikan suku bunga. Dalam

kondisi full crowding out pengeluaran agregat (AE)

tidak mengalami perubahan karena meskipun G

meningkat disisi lain I menjadi berkurang.

2) Pandangan Keynesian Terhadap Kebijakan

Fiskal Dan Moneter

Keynesian lebih menekankan kebijakan fiskal

untuk mempengaruhi kegiatan perekonomian.

Keynesian setuju ada kaitan antara uang beredar

dengan aktivitas perekonomian, tetapi menolak

pendapat monetaris yang mengatakan uang beredar

sebagai penyebab utama berfluktuasinya kegiatan

perekonomian. Pemikiran Keynesian berdasar pada:

(a). Sensitivitas permintaan uang untuk spekulasi,

dimana perubahan suku bunga akan

menimbulkan perubahan yang besar terhadap

permintaan uang untuk spekulasi (dan

berpengaruh terhadap permintaan uang secara

keseluruhan). Secara grafik hal ini berarti kurva

permintaan uang akan elastis/landai dan kurva

LM juga akan menjadi elastis/landai.

(b). Sensitivitas kurva MEI (Marginal Efficiency of

Investment), dimana investasi oleh pihak swasta

ditentukan oleh faktor-faktor: suku bunga, tingkat

pengembalian modal, kemajuan teknologi dan

Page 5: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

89 - Volume 2, No. 4, November 2014

ramalan mengenai ekonomi masa datang dan

tingkat pendapatan nasional. Oleh karena investasi

bergantung kepada banyak faktor maka kurva

MEI yang menggambarkan keinginan untuk

investasi pada berbagai tingkat suku bunga adalah

tidak elastis atau curam.

Menurut Keynesian karena kurva IS

curam dan kurva LM landai maka kebijakan

fiskal relatif lebih efektif karena pertambahan

pendapatan nasional cukup besar dan kenaikan

suku bunga relatif kecil.

3) Pandangan Monetaris Terhadap

Kebijakan Fiskal Dan Moneter

Menurut moneteris kebijakan yang paling tepat

untuk menstabilkan perekonomian adalah kebijakan

moneter. Mereka percaya kebijakan moneter

mempunyai dampak langsung terhadap kegiatan

perekonomian. Pendapat ini didasarkan pada

pemikiran bahwa permintaan uang untuk spekulasi

adalah tidak penting, menurut mereka uang terutama

untuk membiayai transaksi.

Berdasarkan pendapat moneteris permintaan

uang adalah tidak sensitif terhadap perubahan suku

bunga, berarti permintaan uang tidak elastis dan

bentuk kurva LM curam. Kurva permintaan uang

yang tidak elastis akan menyebabkan kurva LM

juga tidak elastis. Selain itu kaum moneteris

berpendapat suku bunga merupakan penentu utama

tingkat investasi yang akan dilakukan oleh pihak

swasta. Dengan demikian pengeluaran ini sangat

sensitif terhadap perubahan-perubahan suku bunga

dan sifat ini secara grafis digambarkan kurva MEI

yang landai, karena kurva MEI landai maka kurva

IS juga landai.

HASIL PEMBAHASAN

Perkembangan Sektor Riil

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat

dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi domestik

(C). Sebagaimana terlihat pada Gambar 1, tingkat

konsumsi masyarakat terhadap PDB terus

meningkat dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun

1998 yang sempat menurun karena terjadi krisis

ekonomi. Sepanjang tahun 1984 sampai 2012

tingkat konsumsi masyarakat Indonesia dalam

mempengaruhi PDB adalah sebesar 47,2 persen.

Kontribusi pertumbuhan investasi terhadap

PDB sebesar rata–rata 30,4 persen, masih jauh dari

yang diharapkan. Karena investasi merupakan

komponen penting dalam menentukan prospek

ekonomi jangka panjang, peran investasi diharapkan

meningkat di masa mendatang..

Selanjutnya pengeluaran pemerintah setiap

tahunnya terus meningkat, akan tetapi rasionya

terhadap PDB senantiasa berfluktuasi dari tahun ke

tahun, dan kalau dirata–ratakan tingkat pengeluaran

pemerintah Indonesia dalam mempengaruhi PDB

adalah sebesar 20,2 persen. Ketika faktor–faktor lain

cenderung menurun perannya dalam perekonomian,

maka peran pemerintah yang harus meningkatkan

kinerja perekonomian tersebut dengan

meningkatkan pengeluaran belanja.

Page 6: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 4, November 2014 - 90

Gambar 1. Perkembangan Sektor Rill Indonesia Tahun 1984–2012.

Perkembangan Sektor Moneter

Sektor keuangan yang menjadi variabel dalam

penelitian meliputi: jumlah uang beredar (Ms),

jumlah permintaan uang (Md), tingkat suku bunga

(i) dan kurs Rupiah terhadap US Dolar (kurs).

Permintaan uang riil yang dipakai dalam penelitian

ini adalah permintaan atas saldo riil uang kartal dan

uang giral (M1). Karena permintaan uang

diasumsikan sama dengan penawaran uang, maka

jumlah permintaan uang (M1) menunjukkan tren

yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Indikator sektor keuangan yang lain adalah

nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika (Kurs).

Kurs dari tahun 1984 terus mengalami depresiasi

hingga puncaknya saat krisis ekonomi tahun 1998,

rupiah melemah sampai 244 persen. Pasca Krisis

ekonomi Tahun 1998 Kurs mengalami

perkembangan yang fluktuatif, dimana sempat

terapresiasi sebesar 21 persen pada tahun 1999,

namun kembali terdepresiasi lagi sampai 28 persen

pada tahun 2001, yang selanjutnya sampai dengan

sekarang perkembangan Kurs Rupiah terhadap

Dollar Amerika mengalami tren naik turun.

Indikator sektor keuangan selanjutnya yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku

bunga (SBI). Perkembangan suku bunga deposito

tiga bulan di Indonesia selama tahun 1984 sampai

dengan 2012 yang menunjukkan angka berfluktuasi

dari tahun ke tahun. Tingkat suku bunga tertinggi

adalah sebesar 25 % pada tahun 1999, serta yang

terendah ada pada tahun 2012 dengan tingkat suku

bunga sebesar 5,77 persen. Namun kalau dirata–

ratakan tingkat suku bunga di Indonesia selama

kurun waktu 1984–2012 adalah sebesar 14,63

persen.

Hasil Uji Stasionaritas

Untuk menghindari regresi lancung, peneliti

melakukan pengujian sifat data dengan

menggunakan uji akar–akar unit (unit roots test).

Pengujian akar–akar unit yang dipergunakan pada

penelitian ini adalah uji Philips–Perron (PP), adapun

hasil uji Philips–Perron (PP) untuk data series

selama tahun 1984–2012 ditunjukkan oleh hasil

yang dapat dilihat pada tabel 1.

Berdasarkan tabel 1 diatas terlihat bahwa hasil

Mil

ya

r (R

p)

Tahun

PDB (Y)

C

I

X

M

G

Page 7: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

91 - Volume 2, No. 4, November 2014

uji pada tingkat level belum ada data yang stasioner,

ditunjukkan dengan hasil tes masih belum lebih

negatif dari nilai kritis Mac Kinnon. Karena belum

ada data yang stasioner pada tingkat level, maka

kemudian diuji kembali pada tingkat difference.

Tabel 1. Hasil Uji Stasionaritas

No Variabel Nilai Philips-Perron (PP)

Ket. Level Differensi 1 Differensi 2

1 Produk Domestik Bruto (Y) 2,323 -5,290***

-24,199***

Signifikan

pada level ***

1% **

5% * 10%

2 Konsumsi (C) 0,751 -5,824***

-20,497***

3 Investasi (I) 4,930 -5,290***

-22,549***

4 Impor (M) 0,507 -6,874***

-22,336***

5 Permintaan Uang (Md) 13,418 -3,066 -13,339***

6 Nilai Tukar (Kurs) -2,340 -6,523***

-28,308***

7 Tingkat Bunga (i) -2,839 -12,082***

-13,671***

Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada first

difference, semua variabel sudah menghasilkan nilai

tes sangat signifikan dengan tingkat kesalahan 1

persen, kecuali variabel permintaan uang (Md) yang

nilai tesnya belum lebih negatif dari nilai kritis Mac

Kinnon. Sehingga diuji lagi pada second differences,

dan hasil pengujian menunjukkan bahwa semua

variabel sudah stasioner.

Identifikasi Persamaan Simultan

Sesuai dengan kriteria identifikasi persamaan

simultan, identifikasi persamaan simultan dalam

penelitian ini seperti terlihat pada tabel. 2.

Tabel 2. Identifikasi Persamaan Simultan

Persamaan K k M (K-k) (m-1) Identifikasi

Konsumsi 6 1 2 5 1 Overidentified

Investasi 6 2 2 4 1 Overidentified

Impor 6 2 2 4 1 Overidentified

Permintaan Uang 6 1 2 5 1 Overidentified

Persamaan simultan dalam penelitian ini

adalah overidentified. Persamaan overidentified

diselesaikan dengan Two stage least squared (TSLS).

TSLS merupakan metode persamaan tunggal

dengan adanya korelasi antara variabel-variabel

gangguan dan variabel-variabel bebas, sehingga

teknik OLS diterapkan pada persamaan struktural

secara terpisah, sehingga bias simultan dapat

dihilangkan.

Hasil Regresi Persamaan Simultan

Hasil regresi persamaan simultan dengan

metode TSLS menggunakan program eviews 7

adalah sebagai berikut :

1. Persamaan Konsumsi

Ct = -24517,18 + 0,545Ydt + 0,111Ct-1 ........................................................... (11)

2. Persamaan Investasi

It = 188811,3 + 0,33Yt – 12104,98 it –

0,16It-1 ............................ (12)

3. Persamaan Impor

Mt = 18265,12 + 0,015Yt – 1,048Kurst + 0,211Mt-1 .......................... (13)

Page 8: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 4, November 2014 - 92

4. Persamaan Permintaan Uang

Mdt = 434233,3 + 0,05Yt – 22599,1(it)

.............................................. (14)

Tranformasi Persamaan.

Dalam mengestimasi model persamaan untuk

mendapatkan nilai masing-masing persamaan,

diasumsikan nilai tahun sebelumnya (t-1) adalah

nilai rata–rata yang dihitung dari 1984 sampai

dengan tahun 2012. Nilai Yt dan it adalah nilai

keseimbangan yang hendak dicari. Berdasarkan

asumsi–asumsi tersebut maka hasil dari

transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Persamaan Konsumsi

Berdasarkan hasil pers. (11) maka nilai C dapat

di hitung, serta hasilnya sebagai berikut :

Ct = 0,545 (Yt) – 39.916,52 ....... (15)

2. Persamaan Investasi

Berdasarkan hasil pers. (12) maka nilai I

dapat di hitung, serta hasilnya sebagai

berikut :

It = 92.637,63 + 0,33(Yt) – 12104,98(it) ......................................................... (16)

3. Persamaan Impor

Berdasarkan hasil pers. (13) maka nilai M

dapat di hitung, serta hasilnya sebagai berikut :

Mt = 23.272,89 + 0.015 (Yt) ....... (17)

4. Persamaan Permintaan Uang

Berdasarkan hasil pers. (14) maka nilai Md

dapat di hitung, serta hasilnya sebagai berikut :

Mdt = 434233,3 + 0,05Yt – 22599,1(it)

.............................................. (18)

5. Pengeluaran Pemerintah

Nilai pengeluaran pemerintah (G) diasumsikan

eksogen, G=G0 dan nilainya adalah rata–rata

pengeluaran pemerintah selama masa

penelitian yaitu sebesar : 365010,28.

G0

= 365010,28 ........................ (19)

6. Ekspor

Nilai ekspor (X) diasumsikan eksogen, X=X0

dan nilainya adalah rata–rata ekspor selama

masa penelitian yaitu sebesar : 66962,07.

X0

= 66962,07 .......................... (20)

7. Penawaran Uang

Nilai penawaran uang (Ms) diasumsikan

eksogen, Ms=Ms0 dan nilainya adalah rata–

rata penawaran uang selama masa penelitian

yaitu sebesar : 202076,79.

Ms0

= 202076,79 ...................... (21)

Perhitungan Persamaan Keseimbangan

Pasar Barang (Kurva IS)

Berdasarkan hasil estimasi yang telah

dilakukan maka persamaan keseimbangan

pasar barang (kurva IS) dapat dihitung sebagai

berikut : Y= C + I + G + X – M. Sehingga

diperoleh :

0,14 (Yt) = 461.420,55 –12.104,98 (it)

Yt = 3.295.861,07–86.464,14 (it) .... (22)

it = 38,12 – 0,0000116 (Yt) ........... (23)

Dari pers. (22) dan (23) dapat disimpulkan

bahwa, apabila tingkat suku bunga (i) = 0 maka

pendapatan nasional (Y) = 3.295.861,07 milyar

rupiah, sedangkan bila pendapatan nasional (Y) = 0

maka tingkat suku bunga (i) = 38,12 persen. Selain

itu juga dapat diketahui besaran multiplier C, I, G

dan X adalah α = 1/0,14 = 7,14. Sedangkan besaran

multiplier M adalah –α = - 7,14.

Perhitungan Persamaan Keseimbangan

Pasar Uang (Kurva LM)

Kurva LM dibentuk dari perpotongan pers.

(21) dengan pers. (18). Berdasarkan hasil

Page 9: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

93 - Volume 2, No. 4, November 2014

perhitungan yang telah dilakukan maka

persamaan kurva LM dapat dihitung sebagai

berikut : Ms0 = Md, sehingga diperoleh :

0.05 (Yt) = – 232.156,51 +22.599,1 (it)

Yt = 451.982 (it) – 4.643.130,2 ......... (24)

it = 0,00000221 (Yt) + 10,27 ............ (25)

Dari pers. (24) dan (25) dapat disimpulkan

bahwa, apabila tingkat suku bunga (i) = 0 maka

pendapatan nasional (Y) = -4.643.130,2 milyar

rupiah, sedangkan bila pendapatan nasional (Y) = 0

maka tingkat suku bunga (i) = 10,27 persen.

Perhitungan Keseimbangan Pasar Barang

dengan Pasar Uang

Berdasarkan hasil pers. (22) dan Pers. (24)

maka dapat dihitung keseimbangan pendapatan

nasional dan tingkat suku bunga yang

menghubungkan antara pasar barang dengan

pasar uang adalah sebagai berikut : IS = LM,

dengan hasil i = 14,74.

Apabila diketahui tingkat bunga 14,74 %

maka Y keseimbangan sebesar =

2.021.379,65.

Secara grafis keseimbangan kurva IS–LM

adalah sebagaimana digambarkan pada Gambar 2

berikut :

Gambar 2. Kurva Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang

Multiplier Kebijakan Fiskal

Angka multiplier kebijakan fiskal (Mkf)

dapat dihitung :

Mkf = hα

ℎ:𝑘𝑏α

Mkf = (22599,1)(7,14)

22599,1:*(0,05)(12104,98)(7,14)+

Mkf = 5,99

Hasil ini berarti apabila pengeluaran

pemerintah ditambah satu satuan maka PDB

akan meningkat sebesar 5,99 kali penambahan

jumlah pengeluaran pemerintah dengan asumsi

tidak ada perubahan kebijakan moneter.

Multiplier Kebijakan Moneter

Angka multiplier kebijakan moneter

(Mkm) dapat dihitung :

Mkm = bα

ℎ:𝑘𝑏α

Mkm = (12104,98)(7,14)

22599,1:*(0,05)(12104,98 )(7,14)+

02468

1012141618202224262830

Tin

gkat

Su

ku B

un

ga (

i) P

ers

en

Pendapatan Nasional (Y)

(Triliun Rupiah)

KURVA IS

KURVA LM

Page 10: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 4, November 2014 - 94

Mkm = 3,21

Hasil ini berarti apabila jumlah uang yang

beredar ditambah satu satuan maka PDB akan

meningkat sebesar 3,21 kali penambahan

jumlah uang beredar, dengan asumsi tidak ada

perubahan kebijakan fiskal.

Simulasi Kebijakan

Simulasi kebijakan bertujuan untuk mengukur

seberapa besar perubahan nilai variabel

endogen apabila variabel eksogen didalam

model diubah. Hasil simulasi perubahan

variabel eksogen dalam persentase (%) terhadap

nilai pendapatan nasional dan tingkat bunga,

sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Simulasi Kebijakan

Varia

bel

Nilai

Awal Naik 10%

Turun

10%

Hasil Persentase Ket

Ye ie Ye ie

Pengel

uaran

Pemeri

ntah

365,010.28

401,511.31

2,239,865.90 15.23 10.81 3.31 Dengan

asumsi

variabel

lain tetap

328,509.25 1,802,156.45 14.26 (10.85) (3.26)

Ekspor 66,962.07

73,658.28

2,061,160.63 14.83 1.97 0.63 Dengan

asumsi

variabel

lain tetap

60,265.86 1,980,861.71 14.66 (2.00) (0.57)

Penaw

aran

Uang

202,076.79

222,284.47

2,085,910.50 13.99 3.19 (5.06) Dengan

asumsi

variabel

lain tetap

181,869.11 1,956,111.84 15.49 (3.23) 5.12

Peneri

maan

Pajak

240,988.65

265,087.52

1,942,262.37 14.57 (3.91) (1.15) Dengan

asumsi

variabel

lain tetap

216,889.79 2,099,759.96 14.92 3.88 1.21

Page 11: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 4, November 2014 - 96

Analisis Efektivitas Antara Kebijakan Fiskal

dan Kebijakan Moneter

Multiplier kebijakan fiskal lebih besar

daripada multiplier kebijakan moneter, maka

kebijakan fiskal lebih efektif didalam

mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi

atau peningkatan PDB. Dengan penambahan

pengeluaran yang sama kebijakan fiskal akan

meningkatkan PDB sebesar 5,99 kali nilai

perubahan, sedangkan kebijakan moneter akan

menambah PDB sebesar 3,21 kali nilai perubahan,

dengan asumsi variabel-variabel yang lain tetap.

Atau dapat dilihat juga dari bentuk kurva

keseimbangan pasar barang dan pasar uang (IS–

LM), dimana kurva IS lebih curam daripada

kurva LM sebagaimana di jelaskan oleh Froyen

(2002:171), “Kebijakan Fiskal lebih efektif

daripada kebijakan moneter apabila : Kurva IS

lebih curam daripada kurva LM. Dalam kondisi

tersebut kebijakan fiskal relatif lebih efektif

karena dengan adanya peningkatan pengeluaran

pemerintah akan menggeser kurva IS ke sebelah

kanan sehingga terjadi pertambahan pendapatan

nasional yang cukup besar dengan adanya

kenaikan suku bunga relatif kecil”.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Keseimbangan Pendapatan Nasional

Indonesia berada pada angka 2.021.379,65

miliar Rupiah atau 2.021,38 trilliun Rupiah

dengan tingkat bunga sebesar 14,74 %.

2. Hasil Penelitian diperoleh angka multiplier

kebijakan fiskal (Mkf) sebesar = 5,99, dan

angka multiplier kebijakan moneter (Mkm)

sebesar = 3,21.

3. Berdasarkan bentuk kurva keseimbangan IS–

LM dimana kurva IS lebih Curam dan kurva

LM lebih landai, serta angka Mkf lebih besar

dari angka Mkm, dapat disimpulkan yang

bahwa kebijakan fiskal akan lebih efektif

diterapkan daripada kebijakan moneter dalam

mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi

Indonesia.

Saran

1. Berdasarkan nilai keseimbangan IS–LM yang

diperoleh, terlihat bahwa masih terdapat

ruang bagi pemerintah untuk meningkatkan

Pendapatan Nasional, dimana pemerintah

harus konsisten menjaga tingkat bunga yang

stabil dan mendorong kebijakan yang dapat

meningkatkan sektor riil, sehingga

perekonomian dapat terus tumbuh dan

stabilitas tetap terjaga;

2. Dengan diketahuinya nilai Mkf dan Mkm,

maka pemerintah dapat melakukan simulasi

untuk memilih kebijakan apa yang lebih tepat

digunakan di Indonesia antara kebijakan

fiskal dan moneter;

3. Pemerintah disarankan terus aktif

menjalankan kebijakan APBN yang

ekspansif, namun disisi lain harus diimbangi

kebijakan moneter yang longgar agar

perekonomian dapat tumbuh dengan stabil.

Page 12: EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN …

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

97 - Volume 2, No. 4, November 2014

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah S.I. 1990. Model Makro Ekonomi

Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia, Jakarta.

Abdur R. 2009, Analisis Efektivitas Kebijakan

Fiskal Dan Moneter Terhadap Produk

Domestik Bruto Indonesia, Tesis USU,

tidak dipublikasikan.

Albatel, H, Abdullah, 2003, Government Activity and

Policy and Economic Development in Saudi

Arabia, Journal of Economics and

Administrative Sciences.

Ali W. 2002. Kebijakan Fiskal Dan Moneter Di

Indonesia: Perbandingan Efektivitas, Jurnal

Ekobis, vol.1, No. 2, Agustus 2002

Aliman. 2004. Analisis Efektivitas Penerapan

Kebijakan Moneter dan Fiskal Dalam

Perekonomian Indonesia, Jurnal Ekonomi

dan Manajemen, Vol 4 No.1, Januari 2004,

Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).

Almizan U. dan Yasin, A. 2004, Issu-issu Kebijakan

Fiskal Kontemporer: Suatu Survei Literatur,

Jurnal Keuangan dan Moneter, Vol 7 N0.1

Th.2004, Jakarta.

Amril A. 2002. Peranan Kebijakan Moneter Dalam

Pembangunan Ekonomi Nasional, Jurnal

Ekonomi Dan Studi Pembangunan, Vol.3

Nomor 1, April 2002, Yogyakarta.

Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan

Indonesia, berbagai edisi, Jakarta.

Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi,

Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Departemen Keuangan RI, Nota Keuangan dan

Rancangan Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Negara, berbagai edisi, Jakarta.

Dornbusch, Rudiger, Fischer Stanley, 2001,

Macroeconomics, eighth Edition, Mc Graw

Hill, New York

Froyen, R. T, 2002. Macroeconomics Theories and

Policies, seventh edition, Pearson Education,

New Jersey.

Giavazzi, F. 2003. Inflation Targeting and The

Fiscal Policy Regime : The Experience in

Brazil, Bank of England Quarterly Bulletin

Goeltom, M. S. 1999. Perubahan Perspektif dalam

Mencari Kebijakan Moneter: Kasus

Indonesia, Analisis CSIS, Tahun

XXVIII/1999 No.4

Gujarati, D. 2012. Dasar – Dasar Ekonometrika,

(terjemahan) edisi kelima, Penerbit Salemba

Empat, Jakarta.