efek samping bbm terus berlanjut - perbanas.org · dari redaksi penerbit perhimpunan bank-bank...

26
Raden Pardede No.107 l Tahun XXX l Mei-Juni 2013 Efek Samping BBM Terus Berlanjut Eko Budiwiyono: Fokus Pasar Domestik Menimbang-Nimbang Bank Spesial Lezatnya Kurang Adil?

Upload: lemien

Post on 02-May-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Raden PardedeN

o.10

7 l T

ahun

XX

X l

Mei

-Jun

i 201

3

Efek Samping BBM Terus BerlanjutEko Budiwiyono:Fokus Pasar Domestik

Menimbang-Nimbang Bank SpesialLezatnya Kurang Adil?

Page 2: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

a

Segenap Pengurus PERBANAS

Mengucapkan

Selamat Hari RayaIdul Fitri

1 Syawal 1434 HMohon Maaf Lahir Batin

Page 3: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Dari Redaksi

PENERBITPerhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas)

PELINDUNGPengurus Pusat Perbanas

PEMIMPIN REDAKSIDanny Hartono, Wakil Sekretaris Jenderal Perbanas

WAKIL PEMIMPIN REDAKSIRita Mirasari, Ketua Bidang Humas Perbanas

REDAKTUR PELAKSANAEri Unanto

SIRKULASIWara Sri IndrianiAdrian Burhan

KONSULTANInfobank Communication

Redaksi menerima tulisan dari pihak luar. Panjang tulisan 3.000–6.500 karakter.

TARIF IKLANCoverDepan dalam dan belakang dalam/luar berwarna• 1 halaman: Rp5.000.000,00Isi• 1 halaman: Rp4.000.000,00• ½ halaman: Rp2.000.000,00

Probank menerima pemasangan iklan dalam bentuk laporan keuangan, display produk, dan suplemen profil perusahaan.

ALAMAT REDAKSI/IKLANGriya Perbanas Lantai 1Jalan Perbanas, Karet KuninganSetiabudi, Jakarta 12940Telepon: (021) 5255731,5223038Faksimile: (021) 5223037, 5223339

website: www.perbanas.orge-mail: [email protected]

IZIN PENERBITAN KHUSUS MENPEN No. 1882/SK/DITJEN PPG/STT/1993, 2 September 1993ISSN: 0854-4174

Juni Minggu Ketiga

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 1

Pada pertengahan 2013, publik Indonesia dihangatkan dengan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi oleh

pemerintah. Menurut rencana, harga premium dan solar masing-masing naik jadi Rp6.500 dan Rp5.500 per liter. Kebijakan yang kurang populis itu tentu saja menuai pandangan dan sorotan yang lumayan tajam. Pro dan kontra tentang hal itu pun menghiasi media massa belakangan ini.

Di kalangan akar rumput dan masyarakat golongan ekonomi lemah, kenaikan harga BBM bersubsidi diyakini bakal semakin menekan hajat hidup mereka. Terlebih, kondisi ekonomi global masih belum tentu dan belum tertangani secara tuntas oleh pemerintah negara-negara maju.

Akhir-akhir ini, sebagian anggota masyarakat republik ini sudah terteror oleh potensi kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako) dan transportasi umum. Teorinya, jika harga BBM bersubsidi naik, inflasi mafhumnya mengikuti kemudian, turut naik. Kondisi demikian tak urung membikin masyarakat resah dan gelisah, lalu berteriak.

Namun, tak semua anggota masyarakat menolak kebijakan pemerintah itu. Bagi mereka yang notabene berpendidikan tinggi dan berpenghasilan di atas rata-rata, kenaikan harga BBM bersubsidi merupakan upaya logis untuk menghemat kantong (anggaran) pemerintah demi kepentingan anak cucu kita di masa depan.

Mengenai penghematan anggaran dan pengeluaran pemerintah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia malah beropini lebih ekstrem. Dalam pandangan mereka, lebih baik subsidi BBM dihapus dari kertas kerja pemerintah, lalu dialihkan ke sektor-sektor produktif yang benar-benar tepat sasaran. Kebijakan subsidi BBM kerap dinilai tidak tepat sasaran karena justru lebih banyak dinikmati kaum menengah-atas, bukan rakyat kecil.

Jika melihat realitas dan kepentingan ekonomi bangsa ke depan, pemerintah tak akan menunda kenaikan harga BBM bersubsidi tahun ini. Memang, itu bukanlah pilihan yang gampang, tapi pemerintah harus berani melakukan sesuatu yang benar bagi masa depan republik ini. Pada titik ini, pemerintah perlu melakukan komunikasi dua arah dengan rakyatnya. Hakikatnya, pemerintah perlu menjelaskan bahwa pemangkasan subsidi BBM adalah solusi terbaik jika negara ini ingin lebih maju dan tak terbebani ongkos impor minyak dan gas (migas) serta subsidi yang semakin tinggi.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013, pemerintah menganggarkan subsidi BBM sebesar Rp193,8 triliun, tapi kemudian direvisi menjadi Rp209,9 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2013. Sementara, peningkatan impor migas dari waktu ke waktu tak bisa dibendung. Sekadar informasi, impor migas selama Januari-April 2013 mencapai US$15,11 miliar atau meningkat 3,21% dibandingkan dengan periode yang sama 2012 yang sebesar US$14,64 miliar.

Peningkatan impor migas tersebut tak pelak turut menyokong terjadinya defisit neraca perdagangan negeri ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melansir, neraca perdagangan Indonesia periode Januari-April 2013 mengalami defisit US$1,85 miliar. Total ekspor mencapai US$60,11 miliar, sedangkan impor US$61,96 miliar. Pada 17 Juni 2013, RUU APBN-P 2013 pun akhirnya disahkan menjadi UU APBN-P 2013 oleh DPR. Ini pertanda BBM bersubsidi pasti akan naik.

Untuk kepentingan jangka panjang, pemerintah harus menyadarkan rakyatnya bahwa negara tak bisa terus-menerus menyubsidi BBM dan mengimpor migas dengan nilai yang terus membengkak. Dus, penghematan BBM yang hebat juga harus dilakukan. Proses itu memang tak mudah, tapi harus ditempuh. Pemerintah pun perlu mengimbanginya dengan tata kelola negara yang lebih baik, transparan, dan prudent agar masyarakat tak merasa dizalimi dengan kebijakan-kebijakan yang ada, terutama berkaitan dengan kenaikan harga BBM bersubsidi. n

Page 4: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Daftar Isi

Dari Redaksi ......................................................................1

Perbanas UtamaMenghalau Teror BBM ......................................................3Kenaikan harga BBM subsidi menyumbang peningkatan inflasi secara permanen ke depan. Agar perekonomian tak guncang, pemerintah beserta pemangku otoritas lain perlu mengantisipasi via kebijakan dan strategi yang tepat dan terarah.

Ramainya Aksi Koreksi ....................................................6Mengekang Bunga Kredit?...............................................8

Trade Off Suku Bunga......................................................10

Sekilas BeritaIbex 2013:Langkah Awal Hadapi MEA 2015..................................11

Ibex 2013:Menyongsong MEA 2015................................................17Semua sektor industri, termasuk perbankan, terus menyiapkan diri menghadapi MEA 2015 dan integrasi sektor keuangan pada 2020. Ajang Ibex 2013 menakar sekaligus memberi gambaran kesiapan perbankan menuju era perdagangan bebas di kawasan ASEAN itu.

Setetes Darah untuk Sesama........................................24Sebanyak 110 kantong darah disumbangkan Perbanas Pekanbaru, Riau, kepada PMI. Melalui aksi itu, karyawan bank anggota Perbanas Pekanbaru tak perlu mencari darah pengganti jika mereka membutuhkan bantuan darah.

AktualitaLezatnya Kurang Adil?....................................................12Meski berpeluang meningkatkan pendapatan nonbunga, interkoneksi jaringan ATM juga mengandung rasa ketidakadilan bagi bank domestik. Integrasi jaringan ATM dinilai lebih menguntungkan bank asing.

ProfilEko BudiwiyonoFokus Pasar Domestik...............................................14Pada 2020, integrasi perbankan se-ASEAN akan mewujud. Peluang dan tantangan terhampar di depan. Opsi mengoptimalkan pasar domestik dinilai lebih baik dan realistis.

Liputan KhususDemi Daya Saing.........................................................18Persaingan industri perbankan diramal makin ketat menjelang integrasi keuangan ASEAN yang diawali sektor perbankan pada 2020. Agar kompetitif, pengembangan TIK secara tepat dan memadai mutlak dilakukan.

WacanaMenimbang-Nimbang Bank Spesial........................20Kendati diwarnai kontroversi, wacana pembentukan bank khusus terus bergulir dan direspons secara positif. Bank khusus diyakini membawa manfaat riil bagi sektor produktif.

KinerjaSiapa yang Lebih Compete?......................................22Sejumlah bank makin concern menata servisnya. Melalui strategi spesial di bidang pelayanan, mereka mampu menyalip kompetitornya tahun ini. Hasil survei sebuah lembaga riset mengabarkan pencapaian itu.

2 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013

Page 5: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Perbanas Utama

Pemerintah akhirnya memutuskan dan mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi pada 21 Juni 2013 lalu. Bensin premium menjadi Rp6.500 dan solar Rp5.500 per liter. Sebelumnya,

selama berbulan-bulan kenaikan harga BBM subsidi telah diwacanakan dan sempat menjadi konsumsi publik yang penuh ketidakpastian. Kondisi yang demikian itu tentu sangat mengganggu dunia usaha di negeri ini.

Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono, sempat berujar langsung mengenai ketidakpastian itu pada pembukaan “Indonesia Banking Expo (Ibex) 2013”, akhir Mei lalu. Saat itu, Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono, hadir dan membuka acara tersebut. Pada kesempatan itu, Sigit mengatakan, “Kami (para pelaku usaha di sektor perbankan) mendukung pemerintah untuk menaikkan harga BBM subsidi dan kami meminta hal itu segera dipastikan. Karena, ketidakpastian akan menyulitkan para pelaku usaha di sektor industri. Ketidakpastian bisa menjadi risiko yang besar”.

Menghalau Teror BBM Kenaikan harga BBM subsidi menyumbang peningkatan inflasi secara permanen ke depan. Agar perekonomian tak guncang, pemerintah beserta pemangku otoritas lain perlu mengantisipasi via kebijakan dan strategi yang tepat dan terarah.

Sigit juga menambahkan, kenaikan harga BBM subsidi tersebut mendorong peningkatan berbagai biaya produksi di sektor industri dan harga bahan pokok. Dus, kenaikan harga BBM juga dapat menyulut pembengkakan biaya perbankan. Nah, kenaikan harga di berbagai bidang tersebut ujungnya mempercepat laju inflasi di negeri ini.

Bank Indonesia (BI) memprediksi, tingkat inflasi hingga akhir 2013 secara year on year (yoy) berada di kisaran 7%-7,74%. Dalam hitungan bank sentral, kenaikan harga BBM

Dalam hitungan bank sentral, kenaikan harga BBM subsidi

menyumbang peningkatan inflasi sekitar 2,2%-2,4%.

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 3

Page 6: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Perbanas Utama

subsidi menyumbang peningkatan inflasi sekitar 2,2%-2,4%. Menurut Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo, laju inflasi bisa diredam hingga 7,2% jika penanganan dan koordinasi antarpemangku kebijakan dilakukan secara tepat. Jika sebaliknya, tingkat inflasi bisa mencapai 7,6% dan akan tembus 7,9% jika kebijakan dan koordinasi gagal diimplementasikan.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013, pemerintah mengasumsikan laju inflasi tahunan secara yoy sebesar 7,2% atau meningkat 2,3% dibandingkan dengan asumsi yang dicantumkan dalam APBN 2013 sebesar 4,9%. Hingga Mei 2013, menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi secara yoy sudah mencapai 5,47%.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Sasmito Hadi Wibowo, mengungkapkan, dampak kenaikan harga BBM subsidi hanya bakal berlangsung temporer, setidaknya selama tiga bulan ke depan. Dampak paling besar diperkirakan terjadi pada Juli dan akan surut pada bulan-bulan berikutnya. Setelah itu, masih menurut prediksi BPS, keadaan akan kembali normal.

Sementara itu, Mulya Effendi Siregar, Asisten Deputi Gubernur BI, berpandangan, kenaikan harga BBM pada dinamikanya berpotensi mengoreksi pertumbuhan ekonomi nasional. Dia menambahkan, dampak langsung yang mesti diperhatikan pelaku usaha di sektor perbankan ialah terkait dengan kemampuan bayar nasabah (debitor). Jika tak dikelola dan diantisipasi dengan tepat bisa meningkatkan risiko kredit bermasalah (non performing loan atau NPL).

Walau ekonomi nasional diperkirakan mengalami koreksi, laju pertumbuhan ekonomi sesungguhnya masih bisa dijaga dengan baik. Untuk itu, Aviliani, pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), menyarankan pemerintah mendorong pertumbuhan di sektor investasi. Upaya itu diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah menurunnya tingkat konsumsi domestik. Jadi, pemerintah harus terus berupaya menciptakan kebijakan-kebijakan yang diarahkan untuk mendorong iklim investasi di Indonesia.

Selain itu, pemerintah harus mampu menjaga ketahanan pangan agar harga bahan-bahan pokok tidak melonjak tinggi. Dengan demikian, stabilisasi harga bisa dilakukan. Pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah sebesar 6,3%-

6,8% pun dapat terealisasi ke depan. Sebagai informasi, melihat kondisi mutakhir di republik ini, Bank Dunia memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 sebesar 6,2%, sedangkan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank atau ADB) sebesar 6,4%. Untuk menekan lonjakan inflasi, salah satunya, pemerintah harus melakukan pembenahan terhadap jalur distribusi bahan-bahan pokok agar traffic-nya menjadi lebih mudah dan lancar. Dengan demikian, kenaikan harga bisa terpantau dan ditekan.

Kebijakan Bank SentralMeningkatnya laju inflasi telah

direspons BI sebelumnya dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate dan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) sebesar 25 basis poin atau BI Rate menjadi 6% dan Fasbi

4,25%. Kenaikan tersebut diumumkan pada saat Rapat Dewan Gubernur BI pertengahan Juni lalu. Memang saat itu harga BBM subsidi belum diumumkan naik, tetapi sinyalemen kenaikan sudah sangat kuat.

Melihat proyeksi laju inflasi yang meningkat

pascapengumuman kenaikan harga BBM subsidi, beberapa pengamat memprediksi ada kemungkinan BI akan kembali menaikkan BI Rate dan Fasbi pada bulan-bulan mendatang. Ekonom dan analis Bank Negara Indonesia (BNI), Ryan Kiryanto, menyatakan, ada peluang bagi BI untuk kembali menaikkan BI Rate dan Fasbi sebesar 25 basis poin pada Juli nanti.

Hal senada diungkapkan Sri Adiningsih, ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Menurutnya, peningkatan BI Rate dan Fasbi pada pertengahan Juni lalu merupakan respons bank sentral atas potensi kenaikan inflasi. Namun, saat itu proyeksi nilai inflasi belum menunjukkan angka yang sebenarnya karena kenaikan harga BBM subsidi belum diumumkan secara resmi oleh pemerintah. Melihat perkembangan ke depan, sambung Sri, peluang BI untuk menaikkan kembali BI Rate dan Fasbi sangat terbuka.

Di bidang stabilisasi moneter, bauran kebijakan yang ditempuh BI secara efektif diharapkan mampu menguatkan kembali rupiah yang terpuruk dan di lain sisi dapat mengendalikan inflasi serta yang tak kalah penting ialah bisa mengembalikan tingkat kepercayaan pasar.

Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo, menyatakan bauran kebijakan yang ditempuh BI merupakan respons peningkatan ekspektasi inflasi sekaligus upaya memelihara kestabilan makro-ekonomi dan stabilitas sistem keuangan di

Dampak langsung yang mesti diperhatikan pelaku usaha di sektor

perbankan ialah terkait dengan kemampuan bayar nasabah (debitor).

4 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013

Page 7: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Jurus Eksis Multifinance

Respons terhadap kenaikan harga BBM subsidi memang beragam. Menurut sejumlah pelaku usaha di sektor pembiayaan sepeda motor, kenaikan harga BBM justru diprediksi akan mendorong pertumbuhan bisnis. Itu karena ada potensi pergeseran need nasabah, yakni dari pembelian mobil beralih ke sepeda motor. Hal tersebut diakui oleh Direktur Utama PT Adira Multi Finance Tbk, Willy S. Dharma. Menurutnya, kenaikan harga BBM subsidi tidak akan memengaruhi pembiayaan sepeda motor. Malah, dia memprediksi pembiayaan sepeda motor akan mengalami pertumbuhan.

Sebaliknya, bagi pelaku usaha pembiayaan mobil, kenaikan harga BBM subsidi berpotensi memperlambat laju bisnis pembiayaan. Direktur Utama BCA Finance, Roni Haslim, mengungkapkan, kebijakan harga BBM akan berdampak terhadap laju pertumbuhan pembiayaan roda empat. Kendati demikian, beberapa waktu mendatang, pelaku usaha di bidang pembiayaan, khususnya yang bergerak di pembiayaan mobil, akan bisa melakukan recovery.

Namun, bagi perusahaan pembiayaan mobil untuk segmen menengah ke atas, kenaikan harga BBM

bersubisidi justru tidak terlalu berpengaruh. Hal tersebut diakui Alexander, Presiden Direktur PT BII Finance Center. Menurutnya, konsumen pada segmen tersebut memiliki daya beli yang berbeda dengan kelas menengah ke bawah yang notabene cukup resistan dengan harga BBM subsidi.

Alexander pun berpendapat, segmentasi menengah ke atas sejatinya bisa menjadi alternatif perusahaan pembiayaan untuk melakukan switching bisnis. Apalagi, potensi pasarnya masih sangat besar. Dari total penjualan mobil menengah ke atas, potensi atau porsi yang bisa dibiayai perusahaan pembiayaan sebesar 40%-50%. Kendati demikian, switching bisnis tidak mudah dilakukan begitu saja. Selain harus bisa meyakinkan shareholders untuk beralih, mesti memiliki pengetahuan pasar yang baik. “Mereka juga harus kuat di pricing,” ujarnya.

Selain switching, sebenarnya ada alternatif bisnis lain bagi pelaku usaha di segmen pembiayaan mobil menengah ke bawah, yakni beralih ke bisnis refinancing. “Biasanya, mereka yang fokus membiayai menengah ke bawah alternatifnya akan bermain di refinancing,” ungkapnya.

tengah ketidakpastian ekonomi global. Agus menjelaskan, kondisi saat ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Sekarang, ada situasi yang mesti diwaspadai, yaitu kondisi transaksi berjalan yang defisit, fiskal yang defisit, investor yang khawatir, dan lonjakan inflasi.

BI menyadari, kenaikan BI Rate dan Fasbi akan berdampak terhadap industri perbankan. Karena itu, hingga saat ini BI terus memantau kemungkinan dampak yang bakal terjadi terhadap perbankan. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur BI, menyampaikan bahwa sejauh ini dari sisi likuiditas, perbankan memiliki rasio kecukupan modal yang memadai dan cukup kuat untuk proses intermediasi. Namun, pada beberapa bank pertumbuhan kredit berlangsung lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

Nah, terkait dengan kecenderungan ekonomi ke depan, bank-bank akan melakukan berbagai respons sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan bisnis masing-masing. Langkah yang biasa dilakukan ialah menyesuaikan suku bunga, baik suku bunga kredit maupun simpanan, menaikkan keduanya, atau sama sekali tidak menaikkan suku bunga keduanya.n

Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo, menyatakan bauran kebijakan yang ditempuh BI merupakan respons terhadap peningkatan ekspektasi inflasi sekaligus upaya memelihara kestabilan makro-

ekonomi dan stabilitas sistem keuangan

Antrian di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum; bersifat temporer

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 5

Page 8: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Perbanas Utama

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang ditetapkan pemerintah pada 21 Juni 2013 diyakini mendorong lonjakan inflasi di dalam negeri. Walau dampaknya berlaku temporer,

peningkatan inflasi tersebut akan memengaruhi perekonomian nasional sepanjang paruh kedua tahun ini.

Menurut data Bank Indonesia (BI), tingkat inflasi hingga akhir 2013 secara year on year (yoy) diproyeksikan berada di angka 7% hingga 7,74%. Sedangkan, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013, pemerintah memberikan asumsi laju inflasi tahunan (yoy) sebesar 7,2%, meningkat ketimbang asumsi yang dicantumkan dalam APBN 2013 yang sebesar 4,9%. Hingga Mei lalu, berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi secara yoy sudah mencapai 5,47%.

Kondisi itu diyakini akan memengaruhi kegiatan bisnis para pelaku usaha di sektor industri, termasuk perbankan. Selain lonjakan inflasi, industri perbankan dihadapkan pada peningkatan suku bunga acuan BI Rate—BI Rate dan Fasilitas

Ramainya Aksi Koreksi Memasuki paruh kedua 2013, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melemah akibat inflasi yang didorong oleh kenaikan harga BBM bersubsidi. Bagaimana laju bisnis perbankan?

Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) naik sebesar 25 bps, masing-masing menjadi 6% dan 4,25%. Bank sentral menaikkan BI Rate sebagai upaya merespons ekspektasi adanya peningkatan inflasi.

Menurut Aviliani, pengamat ekonomi, suku bunga kredit perbankan tidak akan secara otomatis mengalami peningkatan, mengikuti kenaikan BI Rate. Sebab, ada masa kontrak yang diberikan bank terhadap debitor. Karena itu, kenaikan suku bunga kredit tidak bisa serta-merta dilakukan oleh bank.

Aviliani menilai, dampak kenaikan BI Rate sebesar 25 bps tak akan berpengaruh besar terhadap bisnis perbankan. Namun, jika kenaikannya lebih dari angka tersebut, dampaknya bisa jadi lebih besar, mengingat masih ada potensi BI menaikkan BI Rate dalam waktu dekat. Karena itu, Aviliani mengimbau agar bank sentral tidak menaikkan kembali suku bunga acuan tersebut.

Sejauh ini memang ada prediksi terkait dengan kenaikan BI Rate pada waktu mendatang karena adanya potensi dan ekspektasi lonjakan inflasi dari prediksi sebelumnya—yakni,

6 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013

Page 9: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

ketika BI menaikkan BI Rate dan Fasbi sebesar 25 bps pada pertengahan Juni lalu. Hal itu diungkapkan Mirza Adityaswara, Ketua Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Mirza memprediksi, suku bunga acuan BI atau BI Rate masih akan naik sebelum akhir 2013. BI Rate diperkirakan naik menjadi 6,25% dengan asumsi angka inflasi pada 2013 secara yoy mencapai 8,1%.

Meski begitu, kemungkinan kenaikan BI Rate tidak akan terealisasi jika pasar bisa merespons secara positif suku bunga acuan yang ada sekarang. Intinya, jika tak ada gejolak atau kondisi pasar sudah stabil, BI Rate bisa jadi tidak naik.

Melihat kecenderungan belakangan ini, Halim Alamsyah, Deputi Gubernur BI, menyatakan bahwa ada tren bagi sebagian bank untuk menaikkan suku bunga, tapi ada juga yang akan tetap mempertahankannya. Sejauh ini, BI melihat kemampuan perbankan nasional masih sangat bagus dan rasio kecukupan modalnya masih mampu menyerap risiko kredit serta risiko pasar dengan cukup baik. Namun, ada kemungkinan sebagian bank akan mengalami tekanan karena meningkatnya beban biaya operasional.

Sebagai informasi, hingga posisi April 2013, kinerja industri perbankan masih sangat baik dan solid. Hal itu tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR) yang mencapai 18,6% dan rendahnya rasio kredit bermasalah (non performing loan atau NPL) gross yang sebesar 1,96%. Sementara, pertumbuhan kredit melambat menjadi 21,9% (yoy) sejalan dengan tingkat kompetisi yang mengetat dan perlambatan ekonomi domestik. Namun, kredit modal kerja dan kredit investasi masih tumbuh cukup tinggi, yakni masing-masing 23,0% dan 23,7%. Sedangkan, kredit konsumsi tumbuh 18,8%.

Dari catatan kinerja tersebut, BI memandang tingkat pertumbuhan kredit perbankan masih cukup konsisten dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Ke depan, BI meyakini stabilitas sistem keuangan akan tetap terjaga dengan moderasi fungsi intermediasi perbankan seiring dengan perlambatan kinerja perekonomian nasional.

Perbankan nasional memang telah memproyeksikan bahwa BI akan merespons ekspektasi lonjakan inflasi dengan menaikkan BI Rate. Juniman, Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII), mengatakan, tren suku bunga

rendah akan berakhir pada tahun ini. Menurutnya, hal itu akan berimbas pada perlambatan ekonomi nasional. Juniman memperkirakan, pertumbuhan ekonomi hanya akan sebesar 5,8%-6,1% dan pertumbuhan kredit perbankan hanya akan sebesar 20% atau mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang berada di angka 23%.

Sementara, menurut Sigit Pramono, Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas), perbankan tidak akan serta-merta menaikkan suku bunga dana maupun kredit, meski suku bunga BI Rate naik. Karena, selain faktor suku bunga acuan, ada faktor lain yang juga menjadi penentu, yakni persaingan antarbank. Daripada ditinggalkan nasabahnya, bisa jadi

bank lebih memilih tidak menaikkan suku bunga. Selain itu, kenaikan BI Rate sangat wajar dan merupakan sinyal dari pemangku kebijakan untuk menjawab ekspektasi lonjakan inflasi.

Terkait dengan kenaikan harga BBM bersubsidi yang notabene mendorong lonjakan inflasi, Sigit menilai, kondisi itu akan berdampak pada industri perbankan nasional. Lonjakan inflasi akan mendorong peningkatan biaya operasional bank. Namun, hitungan secara pastinya belum ada, termasuk kemungkinan adanya koreksi terhadap penyaluran kredit dan rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan.

Melihat kondisi ekonomi yang ada, sekali lagi Sigit meyakini bahwa (untuk beberapa waktu mendatang) bank akan memilih untuk tidak menaikkan suku bunga kredit. Sebaliknya, bank justru akan lebih

memilih mengorbankan keuntungan (margin), sehingga beban nasabah tidak bertambah.

Dengan kondisi dan situasi yang berkembang akhir-akhir ini, bank sentral berpendapat, hingga akhir tahun ini akan ada koreksi kinerja perbankan nasional. Selain didorong oleh gejolak ekonomi global, koreksi tersebut didorong oleh dampak lanjutan kenaikan BBM bersubsidi yang berkontribusi pada peningkatan laju inflasi.

Sekadar catatan, pada akhir April lalu, BI melakukan revisi pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK), dan rasio kredit bermasalah perbankan. Kredit diproyeksikan tumbuh sekitar 21,7%-23,6% dari proyeksi sebelumnya 22,5%-24,3%, pertumbuhan DPK direvisi menjadi 17%-17,9% dari proyeksi sebelumnya 17,5%-18,5%, dan rasio kredit bermasalah perbankan nasional direvisi menjadi 1,6%-2,1% dari proyeksi sebelumnya 1,5%-2%.n

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 7

Page 10: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Perbanas Utama

Harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, baik jenis solar maupun premium, akhirnya naik pada akhir Juni 2013 masing-masing sebesar Rp1.000 dan Rp2.000 per liter. Penaikan harga BBM

awalnya memang sempat menuai kontroversi, termasuk protes keras dari sebagian masyarakat dan mahasiswa yang berujung bentrok dengan aparat keamanan di sejumlah daerah. Namun, begitu harga BBM naik, nyaris tak terjadi guncangan berlebihan seperti yang dikhawatirkan sebelumnya.

Kendati secara sosial tidak terjadi imbas besar pascakenaikan harga BBM, secara ekonomi terjadi kenaikan harga-harga barang. Walau hanya dirasakan seminggu sepanjang Juni, dampak kenaikan harga BBM terhadap harga barang secara umum yang terefleksi melalui laju inflasi belakangan mulai terlihat.

Berdasarkan angka inflasi yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi pada Juni 2013 mencapai 1,03%. Sebagai perbandingan, angka tersebut memang masih belum

Mengekang Bunga Kredit?Pemerintah akhirnya memutuskan harga BBM bersubsidi naik. Pelaku usaha di sektor riil berharap perbankan masih dapat mengerem laju suku bunga pinjamannya.

Kenaikan harga BBM bersubsidi masih akan berpengaruh terhadap

pembentukan laju inflasi pada bulan-bulan mendatang.

Apalagi, efektivitas pengaruh kenaikan harga BBM

terhadap laju inflasi pada Juni 2013 baru terasa satu minggu terakhir pada bulan tersebut.

8 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013

Page 11: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

menyamai laju inflasi pada Juni 2008 yang sebesar 2,46% dan saat itu pemerintah juga mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun, menurut BPS, kontribusi laju inflasi pada Juni 2013 tersebut cukup besar. Data BPS menunjukkan, secara akumulatif laju inflasi yang terbentuk dari Januari hingga Juni 2013 telah mencapai 3,35%.

Kepala BPS, Suryamin, memperkirakan, kenaikan harga BBM bersubsidi masih akan berpengaruh terhadap pembentukan laju inflasi pada bulan-bulan mendatang. Apalagi, efektivitas pengaruh kenaikan harga BBM terhadap laju inflasi pada Juni 2013 baru terasa satu minggu terakhir pada bulan tersebut. “Kami menduga pengaruh kenaikan (harga) BBM kemarin belum penuh karena kenaikannya juga baru tanggal 22 Juni 2013. Memang belum terlalu tinggi, tapi sudah di atas 1%,” jelas Suryamin.

Kenaikan harga BBM memang berdampak cukup luas terhadap harga barang dan jasa di pasaran. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) terlihat sangat berhati-hati menyikapi kenaikan harga BBM tersebut. Kadin menilai, harga barang-barang di pasaran telah lebih dulu mengalami kenaikan sebelum pengumuman kenaikan harga BBM itu sendiri.

Menyikapi fenomena tersebut, Ketua Umum Kadin, Suryo B. Sulisto, mengimbau agar alasan kenaikan harga BBM tak dijadikan momentum oleh pengusaha untuk menaikkan harga secara berlebihan. Kalaupun harus melakukan penyesuaian harga, para pengusaha diminta benar-benar memperhitungkannya secara matang.

Kenaikan harga barang tersebut memang sulit dihindari. Menurut pihak Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), para pelaku usaha merasa kesulitan dalam merespons kebijakan pemerintah tersebut. Momentum kenaikan harga BBM bersubsidi dinilai Apindo tidak tepat. Kebijakan tersebut diambil menjelang tahun politik dan ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sedang terdepresiasi. Ditambah lagi adanya tekanan dari kalangan serikat pekerja kepada para pengusaha untuk menaikkan upah minimum provinsi (UMP).

Walaupun para pengusaha berkomitmen untuk menetralisasi harga sewajar mungkin, Apindo tidak menggaransi dapat mengontrol bahan-bahan segar, seperti sayur mayur. Apalagi pengusaha tengah merasakan lonjakan biaya logistik (pengiriman barang-barang menjelang puasa dan Lebaran) yang cukup tinggi.

Selain berupaya menetralisasi harga di pasaran, para pelaku usaha berharap ada dukungan dari sektor perbankan untuk menyikapi secara bijak kenaikan harga BBM. Ini penting mengingat kenaikan harga BBM tak sekadar berdampak terhadap kenaikan harga barang dan jasa. Di balik itu, laju inflasi yang terjadi diyakini akan menyulut kenaikan suku bunga kredit. Apalagi, tren inflasi bulanan yang cukup tinggi masih akan membayangi perekonomian dalam beberapa waktu ke depan. Peluang suku bunga pinjaman bakal naik masih cukup terbuka lebar.

Para pelaku pasar, termasuk Kadin, melihat bahwa instrumen suku bunga tampaknya akan dipakai Bank Indonesia (BI) untuk menjaga laju inflasi agar dapat tetap dikendalikan. Dengan naiknya suku

bunga acuan, kemungkinan besar terjadi penyesuaian suku bunga bank sehingga suku bunga kredit secara otomatis juga turut merangkak naik.

Sejauh ini antisipasi kenaikan harga BBM untuk menjaga laju inflasi sudah dilakukan BI melalui kenaikan suku bunga acuan, BI Rate, yang disampaikan pada Rapat Dewan Gubernur BI, medio Juni lalu, sebesar 25 basis points (bps), naik dari 5,75% menjadi 6%. BI Rate tersebut diyakini sebagian pengamat masih akan bergerak naik, setidaknya sekitar 25 bps lagi untuk mengimbangi laju inflasi yang terbentuk. Pasalnya, laju inflasi saat ini masih belum riil.

Melihat kemungkinan bakal naiknya suku bunga kredit perbankan, Kadin berharap perbankan tak tergesa-gesa merespons kenaikan BI Rate. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang UKM dan Koperasi, Erwin Aksa, meminta

perbankan tak serta-merta menaikkan suku bunga kredit, khususnya kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). “Dunia usaha berharap perbankan tidak terburu-buru menaikkan suku bunga kredit usaha kecil dan menengah mengikuti kenaikan bunga acuan Bank Indonesia, BI Rate,” ungkapnya.

Erwin berharap, perbankan dapat lebih bijak dalam mendukung sektor UMKM yang tengah kesulitan. Pasalnya, kenaikan harga BBM dan inflasi dipastikan akan mengurangi daya saing para pelaku UMKM. Di samping itu, BI selaku regulator perbankan diminta dapat mendorong persaingan pada segmen kredit UMKM di perbankan seperti halnya pada kredit konsumsi agar suku bunga kredit UMKM makin kompetitif. Sejauh ini, dia menilai, persaingan suku bunga kredit UMKM masih belum terlihat secara nyata. n

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 9

Page 12: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Perbanas Utama

Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terhadap kenaikan harga barang-barang dan jasa

mulai terlihat. Indikasinya, laju inflasi mencapai 1,03% Juni lalu. Laju inflasi tersebut diasumsikan bakal terus meningkat dalam beberapa bulan mendatang.

Bank Indonesia (BI) selaku regulator perbankan, moneter, dan sistem pembayaran, yang memiliki tujuan tunggal untuk menjaga inflasi, tentu tak akan membiarkan inflasi bergerak ke level yang sangat tinggi. Instrumen suku bunga pun “dimainkan” agar laju inflasi terkendali sesuai dengan ekspektasi.

Langkah BI merespons kenaikan harga BBM tersebut dapat dilihat dari kenaikan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) di level 6% dengan suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility masing-masing sebesar 4,25% dan 6,75%. Di lain sisi, kebijakan itu sekaligus sebagai “tameng” nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus mengalami pelemahan beberapa waktu terakhir.

Dalam spektrum yang lebih luas, upaya tersebut merupakan bagian dari bauran kebijakan BI untuk merespons meningkatnya ekspektasi inflasi serta memelihara stabilitas makro-ekonomi dan sistem keuangan di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Kenaikan BI Rate diumumkan BI sebelum Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan angka resmi laju inflasi yang terbentuk pada Juni lalu. BI berkeyakinan, kenaikan harga BBM bersubsidi yang bersifat temporer akan berpengaruh (selama tiga bulan), yang—diperkirakan—memuncak pada Juli tahun ini.

Jika hal itu benar adanya, secara otomatis BI memiliki keyakinan bahwa pengaruh terbesar kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi memang akan terjadi pada Juli. Hal tersebut mengindikasikan bahwa suku bunga acuan BI Rate masih akan terus naik pada level yang diyakini mampu meredam kenaikan inflasi.

Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetiantono, mengungkapkan, BI sebaiknya menaikkan lagi BI Rate yang sekarang berada pada posisi 6% menjadi 6,25%

Trade Off Suku BungaKenaikan suku bunga pinjaman susah ditampik perbankan. Perlambatan pertumbuhan kredit pun bisa benar-benar terjadi. Namun, pelaku perbankan optimistis kredit tetap tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi.

(naik 25 bps). Kenaikan BI Rate diyakini bisa membantu para pelaku bisnis perbankan dalam menghadapi tekanan akibat kenaikan inflasi. Pasalnya, laju inflasi yang tinggi mengakibatkan bank kesulitan membendung arus dana keluar. Dengan kata lain, akan banyak orang yang menarik dananya dari bank untuk dikonversikan ke dolar, pasar modal, atau instrumen investasi lainnya.

Jika bank benar-benar kewalahan membendung dana keluar, ada potensi sejumlah bank akan menaikkan bunga depositonya. Hal itu akan berakibat pada meningkatnya cost of fund perbankan, dan dalam jangka panjang akan melemahkan daya saing. Di lain sisi, ketika ada potensi kenaikan suku bunga pinjaman, kondisi itu akan memicu pelemahan pertumbuhan kredit perbankan.

Kendati demikian, Tony optimistis, perlambatan pertumbuhan kredit tak akan terlalu besar. Dalam asumsinya, kredit industri perbankan masih mampu tumbuh sekitar 19%-20%. “Angka ini (pertumbuhan kredit) ekuivalen dengan pertumbuhan ekonomi, yakni antara 5,9% sampai dengan 6,0%,” ujarnya.

Potensi kenaikan suku bunga kredit ke depan memang tak bisa ditampik para pelaku bisnis bank. Pihak Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) mengungkapkan, berdasarkan pengalaman sebelumnya, kenaikan BI Rate biasanya akan diikuti dengan kenaikan suku bunga perbankan. “Seberapa cepat proses penyesuaian kenaikan suku bunga itu? Nah, itu tergantung pada masing-masing individu bank. Jadi, pasti ada pengaruhnya,” tandas Eko Budiwiyono, Ketua Umum Asbanda.

Meski pertumbuhan kredit berpotensi melambat, dengan kondisi pertumbuhan ekonomi nasional yang sedang baik saat ini, Eko Budiwiyono yakin, perbankan dapat menetralisasi perlambatan pertumbuhan tersebut. Hanya, bank perlu mengantisipasi kenaikan undisbursed loan (kredit yang tak terserap) dan peningkatan kredit bermasalah. Itu bisa dipahami, mengingat kenaikan inflasi dan suku bunga perbankan bisa memicu penurunan daya beli masyarakat, yang berujung pada berkurangnya kemampuan debitor membayar cicilan kredit. n

10 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013

Page 13: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 11

Pada 23-25 Mei 2013, Perbanas menggelar “Indonesia Banking Expo (Ibex)” di Assembly Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. Acara yang dibuka oleh Boediono, Wakil Presiden Republik Indonesia,

tersebut mengambil tema “Penguatan Struktur Perbankan Nasional untuk Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”. Makin dekatnya pem-berlakuan MEA, mendorong semua pihak untuk bersiap diri, termasuk sektor perbankan. Dalam acara tersebut digelar semi-nar, Expert Panel Discusion, pameran, dan Banker's Perfor­mance Contest. Diharapkan, melalui Ibex 2013, perbankan sebagai lembaga intermediary dapat mengonsolidasikan diri. n

Ibex 2013: Langkah Awal Hadapi MEA 2015

Sekilas Berita

Page 14: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Aktualita

Pada Juli tahun ini, semua nasabah bank dapat melakukan transaksi pengiriman dana melalui anjungan tunai mandiri atau automatic teller machine (ATM) dari dan ke semua bank. Nasabah tidak lagi

akan dibatasi dalam mengirim uang hanya pada satu jaringan principal atau pengelola jaringan ATM. Seperti diketahui, di Indonesia ada tiga principal pengelola jaringan ATM, yakni PT Artajasa Pembayaran Elektronis (ATM Bersama), PT Rintis Sejahtera (ATM Prima), dan PT Alto Network (ALTO).

Dimungkinkannya pengiriman dana antarbank melalui dan ke bank mana pun ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman dalam rangka interkoneksi layanan ATM tiga principal pengelola jaringan ATM tersebut pada awal Mei lalu. Ada beberapa hal positif yang diyakini terjadi akibat kerja sama tersebut. Hal positif yang dimaksud di antaranya berkurangnya jumlah uang beredar, meningkatnya jumlah transaksi nontunai, mendorong efisiensi dan meningkatkan daya saing perbankan, meningkatkan fee based income di

Lezatnya Kurang Adil?Meski berpeluang meningkatkan pendapatan nonbunga, interkoneksi jaringan ATM juga mengandung rasa ketidakadilan bagi bank domestik. Integrasi jaringan ATM dinilai lebih menguntungkan bank asing?

semua bank, serta membuat nasabah lebih nyaman karena cukup hanya memiliki satu kartu untuk dapat bertansaksi apa pun dan di bank mana pun. Adapun biaya jasa transfer dana antarbank dengan operator ATM yang berbeda itu hanya sebesar Rp5.000 per transaksi.

Di lain sisi, para pengelola ATM sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka lakukan mengaku tak akan mengalami penurunan pendapatan, walaupun ada

pengurangan biaya transfer. Hal ini bisa dipahami karena potensi volume transaksi yang diperkirakan akan makin meningkat diyakini dapat menutupi pendapatan yang mereka harapkan. Porsi terbesar dari biaya transaksi pengiriman dana tersebut dialokasikan untuk biaya pengelolaan ATM, sisanya untuk biaya transaksi. Namun, para operator layanan ATM tersebut berharap ada dukungan bank dalam melakukan penyesuaian sistem operasional, termasuk sosialisasinya.

Direktur Utama PT Artajasa Pembayaran Elektronis, Arya Damar, optimistis volume transaksi yang dihasilkan integrasi ketiga operator pengelola jaringan ATM perbankan tersebut akan meningkat signifikan. Dia mengungkapkan, besarnya volume yang dihasilkan melalui integrasi tersebut pada akhirnya akan menutup biaya transfer yang berkurang dari nasabah. Yang pasti, para operator pengelola ATM optimistis bahwa upaya integrasi yang bertujuan memberi layanan terbaik kepada nasabah bakal berdampak positif terhadap peningkatan layanan transfer dana.

12 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013

Page 15: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Ronald Waas; meningkat hingga 25%

Hal tersebut didukung dengan data dari Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan bahwa sepanjang tiga tahun terakhir (periode 2010-2012) terjadi peningkatan signifikan pada transfer dana antarbank, yakni tumbuh rata-rata 50% setiap tahunnya. Sampai dengan April 2013, volume transaksi antarbank untuk kartu debit dan ATM mencapai 84,63 juta transaksi dengan nominal sebesar Rp136,73 triliun.

Sementara itu, total transaksi ATM dan debit sepanjang April 2013 sebanyak 283,160 juta transaksi dengan nilai Rp306,130 triliun. Setiap hari terjadi sebanyak 8,7 juta volume transaksi di ATM dan debit yang secara nominal mencapai Rp9,45 triliun. Peningkatan volume transaksi tersebut diyakni akan memicu penurunan tarif transaksi.

Data BI tersebut juga didukung dengan data transfer dana antarbank pada tiga operator pengelola jaringan ATM. Pihak Artajasa Pembayaran Elektronis (ATM Bersama) yang mengelola ATM Bersama untuk 83 institusi, baik bank maupun nonbank yang terkoneksi dengan 47.000 ATM, menyatakan, pangsa transfer dana antarbank mencapai 70% dari total nominal transaksi sepanjang kuartal pertama 2013.

Di pihak lain, PT Rintis Sejahtera pengelola ATM Prima dengan anggota 52 bank dan memiliki 50.000 ATM menyebutkan, hingga kuartal pertama 2013, kontribusi transfer dana antarbank mencapai 86% terhadap total nominal transaksi. Dus, PT Alto Network, pengelola jaringan ATM Alto, yang terkoneksi dengan 8.900 ATM dari 20 bank, melansir bahwa pada kuartal pertama 2013 kontribusi transfer dana antarbank secara nominal pangsanya mencapai 74%.

Sebenarnya, jika ditilik lebih jauh, proses interkoneksi jaringan ATM telah dimulai sejak awal 2010. Hanya saja, rumitnya proses dan prosedur serta tantangan mencapai kata sepakat antaroperator pengelola jaringan ATM membuat kesepakatan mewujudkan interkoneksi sistem antarjaringan ATM baru terlaksana Juli 2013.

Deputi Gubernur BI, Ronald Waas, memperkirakan, setelah interkoneksi dilakukan, transaksi nontunai melalui ATM dapat meningkat hingga 25%. Peningkatan itu terutama akan berasal dari transfer dana antarbank. “Dengan jumlah transaksi yang bertambah, pendapatan bank dari nonbunga akan meningkat. Belum dihitung, tetapi potensi itu ada,” ujar Ronald.

Tren berbagi “kue” fee based income kalau dilihat tak hanya terjadi pada ATM dan kartu debit. Pada jaringan electronic money (e­money), dua penguasa terbesar e­money, masing-masing untuk transaksi parkir yang dikuasai oleh Bank Central Asia (BCA) melalui BCA Flazz dan jaringan e­money transaksi tol yang dikuasai Bank Mandiri dengan Mandiri e-Toll Card, diminta untuk membagi “kuenya” ke bank-bank lain.

Namun, mengingat kedua bank tersebut terikat perjanjian secara eksklusif dengan masing-masing vendor, yakni Jasa Marga untuk tol dan Secure Parking untuk layanan perparkiran, untuk sementara waktu rencana pembagian “kue” e­money itu masih tertutup kerannya.

Bank Asing Untung?Sejumlah bank menyambut positif upaya

pengintegrasian layanan jaringan ATM antarbank yang memungkinkan layanan transfer dana antarbank jadi lebih mudah dan lebih murah. Salah satu dukungan positif datang dari pihak Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulawesi Selatan-Sulawesi Barat (Bank Sulselbar).

Menurut Direktur Utama Bank Sulselbar, Ellong Tjandra, BPD mendukung rencana BI dalam penerapan national payment

gateway (NPG) sebagai langkah integrasi jaringan yang dapat memudahkan nasabah bertransaksi dan meningkatkan efisiensi

perbankan. Apalagi, kebutuhan nasabah bertransaksi keuangan di daerah kini makin pesat dan menguntungkan bank daerah dalam mendongkrak kenaikan fee based income.

Dukungan positif juga dikemukakan oleh Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja. Dia berpandangan, bank-bank yang tergabung dalam jaringan ATM maupun debit kelak akan membawa manfaat positif bagi perekonomian nasional. “Jika seluruh pengelola jaringan ATM atau debit dapat digabungkan, efisiensi maupun efektivitas penggunaan jaringan dapat tercipta secara signifikan,” ungkapnya.

Kendati demikian, dengan dibukanya transaksi dana antarbank secara penuh tanpa memilah apakah itu untuk bank nasional atau bank asing dan tanpa menakar jumlah ATM yang dimiliki masing-masing bank, pada akhirnya memicu semacam “kecemburuan” dari bank nasional. Menurut Jahja, kebijakan pengintegrasian ATM dianggap lebih menguntungkan bank asing yang umumnya memiliki jumlah ATM lebih sedikit tetapi diikutsertakan dalam pengitegrasian tersebut tanpa modal. Apalagi, di luar negeri, ketika bank-bank lokal di Tanah Air akan membuka ATM, bank-bank asal Indonesia harus lebih dulu melewati persyaratan sangat ketat dengan biaya yang jauh lebih tinggi daripada bank lokal di sana.

Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin, menegaskan, Indonesia terlalu ramah terhadap ekspansi bank asing, tetapi negara di luar negeri seperti Malaysia dan Singapura memberikan batasan yang ketat. Di Singapura, misal, interkoneksi yang dilakukan seolah tertutup bagi bank Indonesia. Sedangkan, di Malaysia tarif yang dikenakan berbeda antara bank asing dan bank lokal Malaysia.

Dus, selisih tarifnya bisa berbeda tiga sampai dengan lima kali lipat antara bank lokal dan bank asing. Entah itu dalam bentuk joining fee, annual fee, entah biaya transaksi. “Jadi, ada yang tidak adil karena di sini terbuka untuk semua bank, namun di sana tidak dibuka,” cetusnya.n

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 13

Page 16: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Profil

Gaung pengintegrasian pasar ASEAN makin dekat. Hal itu menjadi penanda bagi pelaku sektor riil dan sektor keuangan untuk bersiap dan berbenah diri. Pada 2015, komunitas Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) akan mewujud sesuai dengan kesepakatan masing-masing negara anggota ASEAN. Integrasi tersebut dimulai dengan sektor riil dan dilanjutkan dengan sektor keuangan yang diawali sektor perbankan pada 2020. Oleh banyak pihak, peluang dan potensi menggarap pasar di kawasan regional dianggap sangat besar. Di lain sisi, ada penilaian, pasar di dalam negeri juga tak kalah menarik. Dengan demikian, ada opsi yang harus diprioritaskan.

Wakil Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas), Eko Budiwiyono, mengungkapkan, menggarap pasar di negara ASEAN lainnya bukan perkara mudah. Itu sebabnya, dia berpendapat akan banyak bank di Indonesia yang—sejak sekarang—mempersiapkan diri untuk lebih fokus mengembangkan pasar domestik ketimbang berekspansi ke negara-negara anggota ASEAN lainnya. Selain MEA, tantangan lain yang akan dihadapi perbankan nasional yaitu masa pengalihan fungsi dan wewenang pengaturan dan pengawasan perbankan dari Bank Indonesia (BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kendati demikian, mantan Direktur Utama PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) ini optimistis, proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab dari BI ke OJK tersebut akan berjalan dengan lancar.

Pada sebuah kesempatan, awal Juni lalu, selain membagi pandangannya seputar MEA dan tantangan perbankan di Tanah Air ke depan, Eko Budiwiyono yang kini dipercaya sebagai Direktur Utama Bank DKI membagi kisah sukses pencapaian kinerja ciamik bank yang dipimpinnya itu hingga paruh 2013 ini. Terus merapatkan barisan dan membangun kerja sama dengan bank pembangunan daerah (BPD) lain di Indonesia untuk menggenjot pembiayaan sektor prioritas merupakan upaya konkret yang ditempuhnya selama ini. Selengkapnya, simak bincang-bincang Probank dengan peraih strata dua (S2) dari Saint Louis University, Amerika Serikat (AS), ini. Nukilannya:

Eko Budiwiyono

Fokus Pasar DomestikPada 2020, integrasi perbankan se-ASEAN akan mewujud. Peluang dan tantangan terhampar di depan. Opsi mengoptimalkan pasar domestik dinilai lebih baik dan realistis.

Deadline MEA makin dekat. Bagaimana Perbanas mengingatkan anggotanya menghadapi integrasi pasar ASEAN itu?

Kita sebenarnya belum banyak mempersiapkan diri mengenai kehadiran pasar tunggal ASEAN. Ini yang betul-betul diingatkan. Kalau bicara kondisi bank-bank di Indonesia dibandingkan dengan bank-bank khususnya di ASEAN, ada gap yang agak jauh. Coba lihat saja, bank-bank terbesar di ASEAN dibandingkan dengan bank terbesar di Indonesia, Bank Mandiri, yang asetnya sekitar Rp600 triliun, itu hanya peringkat 6 atau 8 di ASEAN.

Saya sebenarnya agak worry juga. Terutama soal kapabilitas bankir-bankir kita menghadapi serbuan bankir-bankir asing di ASEAN. Perbanas dalam banyak hal, termasuk saya juga dalam kapasitas sebagai Ketua Asbanda (Asosiasi Bank Pembangunan Daerah), concern mempersiapkan diri menghadapi pasar ASEAN. Ini sudah dimulai dengan berbagai edukasi dan seminar.

Dari sisi Perbanas, kita (memang) harus terus mengingatkan. Apakah menyangkut modal, sumber daya manusia (SDM), serta aspek-aspek lainnya yaitu kompetensi di bidang perbankan. Demikian juga dengan variasi servis, produk, dan sebagainya. Kreativitas perbankan nasional dituntut dapat bersaing dengan bank-bank lain yang sudah punya nama di ASEAN. Waktunya tidak lama lagi, movement goods dan services jadi terbuka.

Tantangan terbesar?Secara nasional harus punya blue print. Perbankan mau

dibawa ke mana? Pilar apa yang harus diperkuat agar kita bisa bersaing dengan bank-bank di ASEAN yang sudah kuat. API (Arsitektur Perbankan Indonesia) mungkin perlu dipertajam lagi (agar) memiliki arah yang pasti dan jelas,bagaimana kita mau membawa industri perbankan kita pada masa depan.

Makanya, Perbanas memiliki usulan Blue Print Perbankan Indonesia ke depan. Ini penting sekali. Jangan sampai kita jadi penonton di negeri sendiri dan bukan menjadi pemain. Kita menghadapi suatu era keterbukaan. Menurut hemat saya,

14 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013

Page 17: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

(kondisi kepemilikan saham perbankan di Tanah Air) terlalu liberal. Bayangkan, kepemilikan bank oleh asing di Indonesia bisa sampai 99%. (Sementara), di Malaysia, Singapura, mereka tak seberani Indonesia. Jadi, (kebijakan) harus ditinjau kembali.

Kemudian, jangkauan akses. Perbankan asing sebegitu bebasnya, sampai pelosok-pelosok. Dari Singapura, mereka bisa branchless di Surabaya. Tak perlu buka cabang, mereka bisa beroperasi di Surabaya, terutama yang wealth management. RM­RM (risk manager) dari Singapura (banyak yang) “bergentayangan”. Akses (bank asing) begitu bebas (di Indonesia) hingga masuk pengusaha-pengusaha.

Kita (Perbanas) menyampaikan ke pemerintah, (kepemilikan) asing itu sudah cukup besar (46%). Itu memungkinkan mereka punya akses yang cukup leluasa. Itu harus jadi perhatian kita. Apakah kita akan membiarkan semuanya diakses oleh asing. Kemudian, kita juga harus introspeksi bagaimana kualitas SDM kita di bidang perbankan. Apakah kita sudah mempersiapkan diri dengan baik.

Strategi mengatasi tantangan tersebut?Indonesia dinilai sebagai pasar yang sangat potensial.

Punya keunggulan demografi, area yang sangat luas, pertumbuhan ekonomi stabil dan tinggi pada kisaran 6,2%, dan penduduk yang belum dijamah perbankan juga sangat besar sekitar 50%. Beda jika bank dari Indonesia masuk negara-negara ASEAN lain, seperti Singapura, Malaysia. Pasar mereka berapa, sih? Mereka pun menerapkan proteksi yang cukup kuat. Treatment­nya jomplang (tidak seimbang). Itu juga yang harus jadi perhatian regulator supaya bank-bank kita bisa berkembang dan jadi pemain di negeri sendiri.

Kita harus introspeksi dan meningkatkan kompetensi bankir kita agar tidak kalah dari bankir asing. Itu harus disertai policy agar kompetensi bankir nasional diakui dan semua bank yang beroperasi di Indonesia memiliki komitmen kuat membangun Indonesia. Posisi-posisi yang selama ini dipegang orang-orang Indonesia dapat dipersyaratkan untuk tetap dipegang orang-orang Indonesia. Termasuk level direksi ke bawah, harus ada policy-nya, karena posisi-posisi itu sangat mungkin dipegang orang Indonesia. Selain untuk melindungi bankir kita, itu sebagai komitmen untuk pembangunan nasional, khususnya di bidang sumber daya manusia.

Mana yang lebih penting sebenarnya, memperkuat posisi perbankan di dalam negeri atau ekspansi ke luar negeri?

Berdasarkan pengalaman saya, tak mudah masuk di pasar keuangan luar negeri (LN). Berapa besar size kita di sana, kecil sekali. Kalaupun kita mendapat nasabah lokal di sana, biasanya nasabah yang ditolak bank lokal. Jadi, grade yang “KW-KW” (kualitas dua dan seterusnya). Jadi, mengapa tidak menggarap pasar sendiri secara optimal. Pasar kita besar sekali dan masih membutuhkan pembangunan infrastruktur yang banyak. Sekarang yang harus dilakukan yaitu orientasi mengembangkan pasar domestik. Untuk itu, harus diikuti regulasi yang membuat lingkungan kita jadi kondusif untuk pengembangan pasar domestik. Kalau mau keluar, itu hanya untuk menambah pengalaman dan mem-plot nama kita di market bahwa di negara tersebut ada nama Indonesia. Tapi,

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 15

Page 18: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Profil

jika secara bisnis,(ekspansi) tidak terlalu menguntungkan. Selain MEA, pengalihan pengaturan dan pengawasan

bank dari BI ke OJK kabarnya masih menjadi tantangan tersendiri. Menurut Anda?

Bagi pelaku perbankan, yang diharapkan ada transisi smooth dari BI ke OJK. Itu yang harus diupayakan dan tidak ada gap, baik dari regulasinya maupun supervisinya. Itu yang kita harapkan, supaya tidak ada guncangan.

Saya pikir dengan Gubernur BI yang sekarang, Agus D.W. Martowardojo, beliau waktu jadi Menteri Keuangan adalah yang membidangi OJK. Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad, itu juga dari BI. Saya melihat ada hubungan yang baik sekali antara Lapangan Banteng (Kementerian Keuangan) dan Thamrin (BI) yang saling melengkapi. Mereka memiliki pandangan yang sama untuk bagaimana mengembangkan industri keuangan di bidang mikro maupun makroprudensial.

Ekspektasi perihal premi yang kelak dikenakan OJK?Sebetulnya dalam hal premi tidak perlu kesepakatan karena

itu wewenang regulator. Kita hanya mengimbau agar biayanya nanti tidak terlalu memberatkan. Saya dulu juga mengusulkan agar biaya premi LPS dengan OJK dijadikan satu. Apalagi dasar pemungutan biaya untuk OJK lebih luas karena didasarkan pada aset. Kalau LPS hanya berdasarkan DPK (dana pihak ketiga). Apa tidak bisa digabungkan? Tapi, memang, undang-undangnya dipisah. Sebenarnya tujuan keduanya (LPS dan OJK) sama, yakni agar industri perbankan sehat dan menjaga kepercayaan masyarakat. Satunya (OJK) dalam skim supervisi, satunya lagi dalam skim asuransi (perlindungan).

Dengan perkembangan ekonomi mutakhir belakangan, bagaimana kinerja keuangan Bank DKI hingga pertengahan 2013?

Hingga sekarang (medio Juni 2013), aset Bank DKI Rp28,4 triliun, naik dari posisi Desember 2012 yang sebesar Rp26,6

triliun. Laba sampai dengan Juni mencapai Rp368 miliar, pertumbuhan year on year hampir 50%. NPL (non performing loans) gross per akhir April itu 3,16%; CAR (capital adequacy ratio) 15,43%, NIM (net interest margin) 5,79%, rasio BO/PO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional) 70,69%, LDR (loan to deposit ratio) 72,98%, ROE (return on equity) 33,8%, dan ROA (return on asset) 3,29%.

Apa yang menjadi tantangan berat di Bank DKI?Semester pertama, kami (menghadapi) soal permodalan.

Modal kami masih rendah, tapi kami sudah dapat tambahan modal sehingga CAR sudah ada di posisi 15,43%. Tantangannya bagaimana meningkatkan ketahanan kelembagaan, terutama dari sisi permodalan; meningkatkan kompetensi human capital; upaya men-deliver good business result; mengembangkan intermediasi secara merata di semua segmen (karena pada segmen produktif, BPD umumnya kurang); dan mengembangkan teknologi informasi (TI) yang memadai.

Salah satu yang kami upayakan sekarang yaitu memperkuat pembiayaan mikro. Bank DKI salah satu pemegang sahamnya adalah PD Pasar Jaya yang memiliki pasar di seantero Jakarta. Ini potensi dan kami ingin memberdayakan potensi tersebut, khususnya untuk memperluas segmen kredit produktif. (Sebagai informasi), Bank DKI sudah memiliki divisi mikro dan kami mulai bergerak pada pembiayaan mikro.

Apa yang ditempuh Bank DKI untuk memperkuat modalnya?

Kami memang mengupayakan penambahan modal. Kami upayakan dari pemegang saham ada tambahan Rp1 triliun dan kami juga akan go public. Jika disetujui, rencananya semester kedua 2013. Kami berharap ada tambahan modal dari go public sebesar Rp1,5 triliun. Sehingga, dengan tambahan modal tersebut (modal yang sekarang sudah Rp2,6 triliun), diharapkan kami bisa naik ke kelompok BUKU (bank umum kegiatan usaha) tiga pada 2016 mendatang.n

Teori Memanusiakan Manusia

“Ojo dumeh, Gusti Allah ora sare” menjadi filosofi hidup yang dipegang Eko Budiwiyono, baik dalam menjalani kehidupan keluarga maupun dalam pekerjaan yang dilakoninya sehari-hari. Jangan “mentang-mentang” karena Allah tidak tidur”. Demikian prinsip hidup yang sejak dulu selalu dipesankan orang tuanya kepada salah satu anggota board of founder CWMA ini.

Pria yang berharap meraih gelar profesor tersebut yakin, sikap “mentang-mentang” sangat tidak menguntungkan. “Kalau jadi orang begitu, kalau jatuh, sakitnya luar biasa,” terang doktor ilmu studi kebijakan publik Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut. Hal sebaliknya akan dirasakan jika seseorang tidak bersikap “mentang-mentang” dan semena-mena, yaitu ketika jatuh akan banyak orang yang membantu. Sikap dan prinsip tersebut sangat dirasakan manfaatnya ketika Eko Budiwiyono merasa sedang “di bawah”.

Dengan memegang prinsip tersebut, selain banyak membantu ketika di tengah kesulitan juga sangat bermanfaat memotivasi bawahan sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan yang dipimpinnya. Pengalaman tersebut dia rasakan baik ketika di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Exco Nusantara Indonesia maupun di PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Tbk.

Dengan prinsip hidup seperti itu, selaku pemimpin, dosen magister manajemen UGM ini mengaku lebih senang menggunakan teori Y ketimbang teori X (dikenalkan Douglas McGregor pada 1960). ”(Teori Y dipilih) karena cenderung memanusiakan orang. (Karena itu), saya tidak menggunakan teori X yang cenderung memandang manusia sebagai faktor produksi,” tandasnya.

16 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013

Page 19: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 17

Meski baru diberlakukan pada 2020 untuk integrasi sektor keuangan yang diawali dengan sektor perbankan, perbankan nasional sudah melakukan berbagai persiapan untuk

menyongsong liberalisasi sektor keuangan dan perbankan tersebut. Sebagai lembaga pembiayaan yang terkait dengan sektor riil, kesiapan sektor perbankan merupakan keharusan yang tak bisa ditawar.

Sehubungan dengan itu, ajang “Indonesia Banking Expo (Ibex) 2013” digelar untuk membuka wawasan pelaku industri perbankan, regulator, dan masyarakat luas atas kesiapan industri perbankan menghadapi MEA 2015 dan integrasi sektor keuangan 2020. Acara yang dilaksanakan pada 23-25 Mei 2013 di Assembly Hall Jakarta Convention Center tersebut dibuka oleh Wakil Presiden Boediono.

Dengan tema “Penguatan Struktur Perbankan Nasional untuk Meningkatkan Daya Saing Menghadapi Era MEA”, Ibex 2013 melibatkan berbagai sektor yang terkait dengan industri perbankan. Melalui acara tersebut, kita dapat melihat sejauh mana komitmen perbankan dalam mendukung dan menggerakkan perekonomian bangsa melalui produk dan layanan yang disediakan untuk mengakomodasi kebutuhan sektor perdagangan dan investasi.

Sepanjang Ibex 2013 berlangsung, pengunjung yang berasal dari kalangan perbankan, pengusaha, dan masyarakat

Ibex 2013:

Menyongsong MEA 2015

umum dapat menikmati dan mengikuti berbagai acara, seperti pameran, seminar, Expert Panel Discusion, dan Banker’s Performance Contest.

Yang menarik, pembicara yang hadir dalam seminar dan Expert Panel Discusion berasal dari pelaku industri perbankan, regulator, dan pengusaha. Tema seminar umumnya berkisar tentang kesiapan elemen perbankan, seperti bank umum, bank pembangunan daerah (BPD), sumber daya manusia (SDM), dan teknologi informasi (TI) dalam menghadapi MEA.

Selain seminar dan talkshow, pengunjung dapat menikmati bakat-bakat seni karyawan bank yang diperlombakan dalam Banker’s Performance Contest. Pengunjung yang hadir juga dapat melihat pameran yang diikuti oleh 15 bank dan 15 institusi nonbank di Assembly Hall serta 36 institusi nonbank di Lower Lobby.

Beberapa stan di Lower Lobby memperlihatkan produk-produk dari pengusaha yang menjadi binaan beberapa bank di Indonesia. Meski hanya digelar tiga hari, Ibex 2013 yang dikunjungi sebanyak 2.472 pengunjung ini ternyata mampu memberi gambaran sekaligus mengingatkan sektor industri yang lain bahwa MEA sudah di depan mata. Karena itu, seluruh elemen ekonomi bangsa ini harus menyiapkan diri sebaik mungkin agar bisa berperan aktif dalam liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan ASEAN itu. n

Semua sektor industri, termasuk perbankan, terus menyiapkan diri menghadapi MEA 2015 dan integrasi sektor keuangan pada 2020. Ajang Ibex 2013 menakar sekaligus memberi gambaran kesiapan perbankan menuju era perdagangan bebas di kawasan ASEAN itu.

Sekilas Berita

Page 20: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Liputan Khusus

18 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013

Saat pembukaan “Indonesia Banking Expo (Ibex) 2013”,

Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono, mengatakan bahwa pasar bebas kawasan Asia Tenggara atau yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah suatu keniscayaan. “Mengenai MEA memang waktunya sudah sangat dekat. Karena sudah menjadi kesepakatan bersama, maka kita harus menyiapkan dan memaksimalkan peluang dalam konteks tersebut,” terang Boediono.

Menurut Boediono, ada dua kemungkinan atau peluang terkait dengan MEA. Satu, menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dua, melakukan ekspansi atau merambah pasar baru di negara lain. Peluang pertama tentu saja menjadi prioritas utama, mengingat pasar domestik potensinya masih sangat besar. Belajar dari Siprus yang industri keuangan dan perbankannya dikuasai asing, kondisi tersebut malah membuat Siprus gampang guncang ekonominya. “Jadi, kemampuan perbankan nasional bagi perekonomian nasional sangat penting,” ungkap Boediono.

Untuk itu, segenap stakeholders perbankan nasional, termasuk pemerintah dan regulator, perlu terus melakukan persiapan. Upaya penguatan yang penting dan kini tengah dilakukan yaitu terkait dengan permodalan serta peningkatan daya saing (competitiveness), termasuk pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pengembangan TIK dinilai penting bagi perbankan untuk meningkatkan daya saing di tengah persaingan yang makin ketat.

Demi Daya SaingPersaingan industri perbankan diramal makin ketat menjelang integrasi keuangan ASEAN yang diawali sektor perbankan pada 2020. Agar kompetitif, pengembangan TIK secara tepat dan memadai mutlak dilakukan.

Melalui pengembangan TIK yang tepat dan berkesinambungan, bank bisa meningkatkan efisiensi dan ketepatan delivery channel dalam menyasar setiap segmen nasabah yang diinginkan melalui customer information file (CIF). Pengembangan TIK juga dapat menjadi pendorong bagi inovasi produk dan jasa perbankan. Pandangan itu

Melalui pengembangan TIK yang tepat dan berkesinambungan, bank bisa

meningkatkan efisiensi dan ketepatan delivery channel dalam menyasar setiap

segmen nasabah yang diinginkan melalui customer information file (CIF).

Page 21: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 19

disampaikan Sukarelawati Permana, Analis Senior Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI), pada sebuah seminar yang menjadi rangkaian acara IBEX 2013, Mei lalu.

Seperti kita ketahui bersama, melalui layanan bank berbasis elektronik, nasabah dapat mengakses produk dan jasa perbankan dengan menggunakan berbagai media elektronik, seperti automatic teller machine (ATM), internet banking, telephone banking, dan mobile banking. Melalui layanan elektronik itu, bank dapat menyediakan layanan kepada nasabah secara lebih efektif dan efisien dengan biaya yang lebih rendah.

Jika melihat peluang dan pasar ke depan, potensi pengembangan TIK perbankan nasional masih sangat luas. Ini bisa dilihat melalui rasio ATM dan kantor cabang berbanding dengan jumlah penduduk negeri ini. Menurut data BI, rasio kantor cabang per 100.000 penduduk hanya 2,3. Berbeda jauh dengan negara tetangga, seperti Filipina sebesar 7,7, Singapura sebesar 10,3, dan Malaysia sebesar 10,9. Sedangkan, rasio jumlah ATM per 100.000 penduduk sebesar 0,5. Sangat jauh dengan Filipina yang mencapai 14,9, Malaysia 56,2, dan Singapura 58,6.

Potensi pengembangan layanan perbankan melalui telepon seluler (ponsel) juga dinilai sangat besar. Menurut data yang dirilis Telco pada Desember 2012, jumlah pengguna ponsel sebanyak 240 juta dan 305 juta nomor ponsel yang aktif. Terkait dengan potensi itu, BI pun merilis kebijakan branchless banking. Upaya itu dilakukan dalam rangka financial inclusion.

Tahap awal pengembangan inovasi financial inclusion memang perlu investasi yang cukup besar. Tingginya biaya investasi ini mengakibatkan penerapan financial inclusion pada awal periode tak cukup menguntungkan sebelum volume transaksi mencapai volume tertentu. Selain itu, pengembangan branchless banking harus dilakukan secara tepat sesuai dengan keinginan serta kebiasaan masyarakat agar dapat dengan mudah menjangkau masyarakat luas. Untuk itu, dibutuhkan komitmen dari segenap stakeholders guna mencapai efektivitas inovasi TI dalam mendukung perbankan mencapai financial inclusion.

Sementara itu, terkait dengan sistem pembayaran, pelaku usaha yang tergabung dalam Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) hingga saat ini terus melakukan pengembangan. Sistem pembayaran merupakan salah satu bagian penting dalam infrastruktur industri keuangan. Karena itu, Ketua Komisi V ASPI, Jeffrey Cheung, mengungkapkan,

pengembangan yang berkesinambungan harus terus dilakukan. Jika tidak, hal itu akan menurunkan tingkat daya saing. Di lain sisi, cost jadi kian mahal. Hal tersebut bisa mendorong terjadinya perlambatan produksi dan jalur distribusi.

Seperti halnya infrastruktur di bidang lain, pengembangan sistem pembayaran ke depan memiliki tantangan visi yang jelas. Karenanya, diperlukan kerja sama lintas industri yang solid dan pemahaman (persepsi) yang sejalan mengenai biaya investasi jangka panjang yang notabene cukup besar secara nominal. Segenap pihak, baik pelaku usaha maupun pemangku kebijakan di bidang sistem pembayaran, penting untuk membangun sinergi yang apik ke depan.

Kini, berbagai persiapan dilakukan ASPI. Persiapan yang dimaksud antara lain melakukan standardisasi kartu ATM/debit yang dikenal dalam National Standard Implementation Chip Card Specification (NSICCS), standardisasi uang elektronik (electronic money/e-money), serta penyusunan dan penyiapan National Payment Gateway (NPG). Upaya ASPI tersebut bertujuan agar standardisasi yang digunakan perbankan nasional tidak berbeda-beda, bisa meningkatkan keamanan, dan memudahkan transaksi.

Terkait dengan MEA, ASPI pun membantu penyusunan blue print Sistem Pembayaran Nasional, yang terbagi dalam tiga kerangka kerja, yakni jangka pendek (2012-2013), jangka menengah (2014-2015), dan jangka panjang (setelah 2015). Untuk jangka pendek, telah distandardisasi ISO 20022, tranparansi untuk konsumen, dan interoperabilitas. Untuk jangka menengah, tengah disiapkan ASEAN Payment Network (APN), serta settlement dan penggunaan mata uang lokal untuk ASEAN 5. Untuk jangka panjang, akan disiapkan dan dikaji

kemungkinan pengembangan linkages antara berbagai sistem (same­day settlement, Continuous Link Settlement, dan linkage antara ACH (automated clearing house).

Agar lebih komprehensif, pengembangan sistem pembayaran tidak hanya dilakukan di industri perbankan, tapi juga di industri telekomunikasi dan internet, misal layanan kirim uang dan virtual money yang dikembangkan industri telekomunikasi dan layanan e-commerce yang dikembangkan Amazon dan eBay PayPal. Karena itu, kolaborasi yang ditempuh dalam beberapa tahun mendatang mesti dilakukan lintas industri dan dilandasi spirit bersama untuk melahirkan efisiensi dan efektivitas bagi dunia usaha di Tanah Air dalam menghadapi era perdagangan bebas ASEAN. n

Tahap awal pengembangan inovasi

financial inclusion memang perlu investasi

yang cukup besar. Tingginya biaya investasi

ini mengakibatkan penerapan financial inclusion pada awal periode tak cukup

menguntungkan sebelum volume transaksi mencapai volume

tertentu.

Page 22: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Wacana

Belakangan, ide pembentukan bank khusus santer dibicarakan kalangan perbankan. Kendati industri perbankan di Tanah Air secara struktur disebut telah memiliki struktur bank khusus, masih terdapat

sejumlah tantangan sebelum bank khusus secara legal terbentuk dan diakui keberadaannya. Di antaranya, soal regulasi dan indikator penilaian bank khusus dibandingkan dengan bank umum.

Berbagai pihak menilai, pembentukan bank khusus akan memberi banyak manfaat, khususnya bagi masyarakat. Salah satunya adalah pemerataan pembiayaan. Melalui bank khusus, pemerataan pembiayaan ke sektor-sektor yang selama ini dianggap belum optimal diyakini dapat lebih optimum nantinya.

Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas), Sigit Pramono, mengungkapkan, universal banking merupakan tren yang berkembang di industri perbankan saat ini. Salah satu tandanya, perbankan mulai berperan seperti broker di pasar modal, bertindak selaku perusahaan asuransi dan/ataupun jasa keuangan lainnya.

Padahal, pembiayaan seharusnya menjadi fokus utama bank dalam menjalankan fungsi intermediasi. Dari sudut pandang ini, pembentukan bank khusus dinilai akan lebih bermanfaat dan mendukung fungsi intermediasi. “Keberadaan bank khusus diperlukan. Sebab, faktanya, pembiayaan terhadap sektor-sektor ekonomi penting masih rendah. Pembiayaan sektor pertanian, peternakan, kelautan, dan perikanan terus-menerus rendah, hanya 8% dalam 10 tahun,” ujar Sigit.

Malah, imbuhnya, sektor utama yang menunjang pertumbuhan ekonomi nasional nyaris tak banyak didukung perbankan. Sebut saja sektor konstruksi yang hanya mengambil porsi pembiayaan 3%-5%; listrik, gas, dan air bersih sekitar 1%-3%; serta pengangkutan dan komunikasi yang mendapat kontribusi pembiayaan dari perbankan hanya sekitar 4%-7%.

Selain itu, Perbanas mencatat, pembiayaan lebih banyak terfokus di wilayah perkotaan, khususnya di kota besar seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Jawa, yang mengambil porsi pembiayaan 72%. Untuk Aceh dan Sumatra, baru sekitar 16%. Sementara, Maluku dan Papua hanya 0%-1%. Dengan demikian, keberadaan bank khusus dalam “kacamata”

Menimbang-Nimbang Bank Spesial Kendati diwarnai kontroversi, wacana pembentukan bank khusus terus bergulir dan direspons secara positif. Bank khusus diyakini membawa manfaat riil bagi sektor produktif.

Perbanas sangat diperlukan demi pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Saat ini, upaya pembentukan bank khusus memang tengah dikaji regulator. Baik oleh Bank Indonesia (BI) yang masih mengemban amanat selaku regulator perbankan hingga akhir 2013 maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan mengambil alih peran pengaturan dan pengawasan bank awal tahun depan.

20 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013

Page 23: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Direktur Eksekutif Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan (DPNP) BI, Mulya E. Siregar, mengungkapkan, BI sedang mengkaji pembentukan bank khusus dan tak keberatan dengan ide tersebut. Hanya saja, hal itu harus lebih dulu dilegalkan dalam undang-undang (UU) perbankan yang masih dalam tahap revisi. Namun, Mulya mewanti-wanti soal adanya tantangan tersendiri yang harus dipecahkan sebelum bank khusus diterapkan di Indonesia.

Salah satunya, jika bank khusus dibuat secara sektoral dan kemudian sektor itu mengalami kebangkrutan, hal tersebut akan berdampak besar terhadap sektor dimaksud. Berbeda dengan bank umum yang masih bisa menyiasatinya melalui pembiayaan ke sektor lain yang sedang naik daun. “Jadi, ketika kita persiapkan bagaimana sebetulnya mitigasi risikonya, concideration risk yang dihadapi oleh bank fokus (khusus) itu karena dia hanya bergerak dalam satu sektor,” tandasnya.

BI sebenarnya memiliki empat skenario dalam pembiayaan melalui jalur khusus, yang dua di antaranya dapat dilakukan oleh bank khusus, terutama bank khusus untuk pembiayaan infrastruktur. Melalui bank khusus, opsi yang dapat diambil adalah dengan mendirikan bank baru (opsi pertama) serta penugasan khusus kepada bank milik pemerintah (opsi kedua). Sementara, untuk jalur nonbank, langkah yang dapat diambil adalah dengan memperkuat lembaga pembiayaan infrastruktur yang telah ada (opsi ketiga) atau memperluas fungsi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau LPEI (opsi keempat).

Jika opsi pertama yang dipilih, dalam jangka panjang keberadaan bank khusus dinilai bisa lebih sustain, memiliki dasar hukum kuat, serta memiliki kewenangan mencari sumber dana yang lebih luas. Hanya, memang, butuh modal awal lebih besar, mengingat ada risiko konsentrasi pembiayaan dan proses pembentukannya lebih lama.

Sementara, pada opsi kedua, pembentukan bank khusus akan lebih cepat diimplementasikan dan tak perlu landasan hukum baru. Juga, tak mengganggu target pasar dan bisnis model yang sudah berjalan pada bank dimaksud. Namun, opsi tersebut memerlukan pengelolaan manajemen risiko yang lebih andal karena tetap mengandung risiko konsentrasi pembiayaan.

Ide dan wacana pembentukan bank khusus ternyata mendapat perhatian yang cukup serius dari sektor riil. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga mendorong pemerintah agar membentuk bank khusus untuk membiayai kredit infrastruktur. Menurut Ketua Komite Tetap Sarana dan Prasarana Kadin, Bambang Soeroso, pembentukan bank khusus diperlukan guna mendorong pertumbuhan infrastruktur di Tanah Air. Apalagi, Indonesia dinilai tertinggal dalam pembiayaan infrastruktur.

Kadin menilai, pembentukan bank khusus infrastruktur dapat dilakukan melalui penugasan kepada salah satu bank

badan usaha milik negara (BUMN) yang sudah ada. Atau, bisa juga dengan membentuk bank BUMN baru. “Pembentukan bank ini (bank khusus infrastruktur) mempunyai fungsi strategis,” tegas Bambang.

Sukses Bank KhususUntuk mengonstruksi bank khusus, kita bisa belajar dari

apa yang ditempuh China. Boleh dibilang, Negeri Tirai Bambu itu dapat menjadi salah satu benchmarking pembentukan bank khusus di negeri ini. Negara berpenduduk terbesar di dunia yang jadi salah satu kekuatan ekonomi dunia itu dinilai sukses mengoptimalkan peran pembiayaan bank khusus guna memajukan perekonomiannya.

Di China, sektor-sektor utama pendukung perekonomian, seperti pertanian dan konstruksi, mendapat perhatian khusus pemerintah negara itu. Untuk itu, China pun mendirikan bank khusus (policy bank dan state owned banks), sehingga kebijakan ekonomi makro (moneter dan fiskal) dapat ditransmisikan secara merata ke semua sektor. Keberadaan bank khusus di China juga membuat dana tak hanya terkonsentrasi di sektor keuangan, tapi juga dapat dialokasikan secara proporsional ke sektor riil. Sedangkan, sektor

keuangan nonbank tetap diberikan porsi tersendiri di antara bank-bank khusus sesuai dengan kebutuhan perekonomian masyarakat.

Selain China, ada Thailand dan Vietnam yang dinilai sukses menjalankan bank khusus, yakni bank khusus pertanian. Menurut pengamat ekonomi, Bustanul Arifin, kemajuan pertanian—yang menopang perekononomian—di Thailand dan Vietnam dewasa ini karena kedua negara itu memiliki bank khusus pertanian. Namun, kedua negara tersebut dinilai “menyontek” model bank khusus yang dulu pernah diterapkan Indonesia.

Tanpa bermaksud untuk memaksakan kehendak, keberadaan bank khusus, apa pun bentuknya, memang diperlukan, baik demi pemerataan pembiayaan dan pembangunan ekonomi maupun untuk persiapan pengintegrasian sektor perbankan se-ASEAN pada 2020 mendatang. “Sebetulnya (bank di Indonesia) lebih lengkap. Baik (dari sisi) pelajaran maupun modal sudah cukup (untuk membentuk bank pertanian). Yang dikhawatirkan, praktik-praktik manajemen yang selama ini untuk penyaluran (pembiayaan) masih banyak yang bermasalah,” ujar Bustanul.

Nah, yang penting untuk dicatat dan dieksekusi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal pembentukan bank khusus adalah regulasi yang tegas dan kajian yang mendalam. Jangan sampai keberadaan bank khusus bernasib sama dengan bank-bank khusus yang karena alasan tertentu malah “disuntik mati” oleh pemerintah, seperti yang dialami Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) pada masa lalu. n

BI sebenarnya memiliki empat skenario dalam pembiayaan

melalui jalur khusus, yang dua di antaranya dapat dilakukan oleh

bank khusus, terutama bank khusus untuk pembiayaan

infrastruktur.

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 21

Page 24: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Kinerja

Dewasa ini, memberi pelayanan terbaik kepada pelanggan sudah jadi “menu utama” hampir semua korporasi bisnis di berbagai industri. Bukan hal aneh jika kemudian

pelayanan terbaik itu muncul sebagai senjata pamungkas untuk memenangi persaingan bisnis yang kian ketat. Karena itu, perusahaan umumnya getol melakukan pengembangan dan perubahan pelayanannya.

Hal yang demikian itu terjadi di industri perbankan nasional. Sekadar contoh, jika kita sekarang masuk ke banking hall sebuah bank, kita akan menjumpai suasana yang berbeda ketimbang beberapa tahun lalu. Salah satu pemandangan yang mungkin lumrah ketika itu yaitu pembawaan petugas sekuriti yang cenderung kaku dan kurang murah senyum. Maklum, tugas mereka memang identik dengan ketertiban dan pengamanan kantor bank bersangkutan, bukan melakukan tugas-tugas ringan lainnya.

Kini, pemandangan itu hampir semuanya berubah. Petugas sekuriti yang kita temui sekarang cenderung lebih bersahabat dan hangat. Mereka sudah dibekali teknik melayani nasabah. Sehingga, selain lebih luwes, mereka lebih percaya diri ketika berhadapan dengan tipe nasabah yang beragam.

Yang menarik dan sudah jadi pemahaman umum, sejauh pengamatan Probank, mereka umumnya bukan karyawan tetap, melainkan tenaga outsourcing. Itu artinya, bukan hal sulit bagi bank bila menginginkan petugas sekuriti, misalnya, yang memiliki standar pelayanan sesuai dengan kehendak pihak bank. Pihak bank tinggal mengajukan persyaratan khusus kepada perusahaan penyedia tenaga outsourcing.

Demi memenuhi kebutuhan itu, pihak supplier tenaga outsourcing biasanya mempunyai standar tersendiri bila menempatkan orangnya di sebuah bank. Untuk memberikan nilai lebih, beberapa di antara tenaga outsourcing—untuk sekuriti—bahkan lulusan setingkat akademi. Dari segi penggajian, standar mereka pun di atas tenaga keamanan biasa. Konsekuensinya, bank harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya operasionalnya.

Dalam kondisi seperti sekarang, bank sudah tak segan lagi menggeber pelayanannya untuk memenangkan persaingan. Ketika produk yang ditawarkan satu bank dengan bank lainnya seperti tak ada bedanya, kreativitas dalam mengemas pelayanan memang diperlukan.

Siapa yang Lebih Compete? Sejumlah bank makin concern menata servisnya. Melalui strategi spesial di bidang pelayanan, mereka mampu menyalip kompetitornya tahun ini. Hasil survei sebuah lembaga riset mengabarkan pencapaian itu.

Bahkan, saking bagusnya bank dalam menawarkan pelayanan, menurut Blasius Haryanto, pengamat perbankan, pelayanan di industri perbankan kini sudah melampaui harapan nasabah. Sekarang, bank-bank sudah mampu memberikan emotional touch kepada nasabahnya. Namun, tak berhenti sampai di situ, industri perbankan tetap harus mengembangkan konsep pelayanannya agar lebih kompetitif.

Dalam iklim kompetisi yang ketat, peran lembaga riset yang menyurvei pelayanan perbankan ternyata punya andil yang tak bisa dipandang sebelah mata. Dari hasil riset, bank bisa mengintip posisi layanannya dibandingkan dengan bank pesaingnya. Salah satu lembaga riset yang secara konsisten menyurvei pelayanan perbankan adalah Marketing Research Indonesia (MRI). Terakhir, MRI meriset pelayanan perbankan sepanjang semester kedua 2012 hingga kuartal pertama 2013 dengan mengambil sampel bank umum, bank syariah (bank umum syariah atau BUS dan unit usaha syariah atau UUS), serta bank pembangunan daerah (BPD).

Bank umum diwakili 4 bank pemerintah, 21 bank swasta dengan aset terbesar, dan 3 bank asing yang aktif di retail banking. Dua bank, yakni Bank Commonwealth dan Bank Jabar Banten (Bank BJB), untuk pertama kalinya ikut serta dalam riset kali ini. Untuk BPD dan bank syariah, MRI menyertakan 16 BPD dan 16 bank syariah (BUS dan UUS). Dibandingkan dengan hasil survei periode sebelumnya, kali ini

22 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013

Page 25: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

terjadi pergeseran posisi bank-bank yang disurvei. Beberapa bank tampaknya mulai berbenah diri untuk meningkatkan pelayanannya.

Di kelompok bank umum konvensional, misalnya, Bank Negara Indonesia (BNI) berhasil menduduki peringkat kedua. Padahal, dalam survei periode 2011–2012, bank pemerintah ini harus puas berada di urutan keempat. Kegerahan BNI terhadap hasil survei sebelumnya membuahkan hasil. BNI sukses menggeser PermataBank dan Bank Internasional Indonesia (BII) yang tahun lalu berada di posisi kedua dan ketiga. Namun, pada survei kali ini, BNI belum mampu menggeser Bank Mandiri yang duduk di peringkat pertama.

Dalam setahun terakhir, BNI memang sukses meningkatkan semua aspek pelayanan yang disurvei MRI. Bahkan, untuk aspek kenyamanan ruangan, BNI berhasil menduduki posisi puncak. Padahal, tahun sebelumnya, aspek kenyamanan ruangan bank yang dikomandani Gatot M. Suwondo ini tak masuk dalam jajaran 10 besar.

Selama dua periode survei, yakni 2011–2012 dan 2012–2013, MRI mengambil kota sampel yang berbeda. Pada periode 2011–2012, kota-kota yang disurvei adalah Jakarta, Medan, Semarang, dan Cirebon. Sedangkan, untuk survei yang terakhir, MRI mengambil sampel di Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung, dan Solo. Dengan asumsi bahwa semua bank menerapkan model pelayanan yang sama untuk semua kantor cabangnya, survei dua periode itu cukup menggambarkan effort bank dalam meningkatkan layanannya.

Survei Bank Syariah dan BPDBagaimana dengan pelayanan bank syariah dan BPD?

Dalam survei 2012–2013, ada metode yang sedikit berbeda untuk kelompok bank syariah. Jika pada periode sebelumnya MRI tidak memisahkan hasil survei antara BUS dan UUS, dalam survei 2012–2013 kedua kelompok bank syariah ini di-pisahkan. Pengelompokan itu menunjukkan hasil yang lebih akurat karena model pelayanan dua kelompok tersebut pasti ber beda. Dalam model pelayanannya, UUS masih menerapkan standar kualitas bank induknya yang sudah mapan. Survei ter-akhir menunjukkan, PermataBank Syariah masih menduduki posisi teratas untuk kelompok UUS.

Bila UUS masih menggunakan standar pelayanan bank induknya, BUS banyak mengalami perubahan dalam paradigma pelayanan. Bank Muamalat yang dalam survei

2012–2013 bertengger di posisi teratas untuk kelompok BUS memiliki dimensi pelayanan yang makin modern. Perluasan jaringan automatic teller machine (ATM) merupakan salah satu strategi yang ditempuh Bank Muamalat untuk memuaskan nasabahnya.

Dinamika pelayanan pun terjadi di BPD. Dalam survei 2012–2013, banyak pemain baru yang masuk jajaran 10 besar. Bank NTT, Bank Kalbar, dan Bank Sulut adalah tiga BPD yang masuk dalam kelompok 10 besar dalam survei terakhir. Yang cukup mengejutkan adalah Bank DKI. Jika dalam survei 2011–2012 Bank DKI berada di posisi keempat, tahun ini berhasil naik ke peringkat kedua.

Untuk urusan pelayanan, Bank DKI memang tak tanggung-tanggung. Salah satunya, dengan memberi sweetener bagi divisi yang unggul dalam event culture fair yang digelar secara rutin. Praktiknya, Bank DKI mengirim peraih juara pertama dan kedua ke luar negeri. “Untuk studi banding service excellence di negara tersebut,” ujar Eko Budiwiyono, Direktur Utama Bank DKI.

Pelayanan prima memang tak bisa lepas dari sumber daya manusia (SDM). Salah satu kunci penerapan pelayanan adalah pemahaman SDM

akan pentingnya service excellence. Untuk membumikan service excellence, semua SDM, baik yang baru, masih bekerja, ataupun sudah meninggalkan bank tempatnya bekerja, bisa menjadi objek pengembangan layanan.

Menurut Blasius, SDM yang baru harus diinduksi tentang pentingnya service excellence. SDM yang masih eksis bisa dilibatkan dalam mengembangkan pelayanan prima. Sedangkan, SDM yang sudah keluar bisa menyampaikan ke pihak luar tentang pelayanan prima bank tempat dia bekerja sebelumnya. Itu menjadi tantangan perbankan untuk mengelola SDM-nya dengan baik dan dinilai sebagai investasi ke depan.

Di lain sisi, agar lebih komprehensif dan menjangkau need pelayanan masa depan, lembaga riset dituntut untuk selalu mengembangkan dan memutakhirkan metodologi riset penelitiannya. Di level pelayanan perbankan yang hampir seragam dewasa ini, metodologi yang semakin baik dapat meng hasilkan survei yang lebih akurat.

Dengan begitu, harapannya, pelayanan perbankan bisa memberi warna dan dinamika tersendiri bagi nasabah serta publik perbankan di Tanah Air. Harapan itu muncul, mengingat pelayanan perbankan—menurut hasil analisis sebuah lembaga riset yang cukup ternama di negeri ini—bakal relatif stagnan dalam beberapa tahun ke depan.n

YANG TERBAIK DI PELAYANANNO. BANK UMUM PERIODE 2011-2012 PERINGKAT 2012-20131 Bank Mandiri 88.47 1 91.372 BNI 82.18 4 89.863 PermataBank 84.12 2 87.814 Bank BRI 81.91 5 85.945 Bank Danamon 77.95 8 82.96 NO. BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2011-2012 PERINGKAT 2012-20131 Bank Muamalat 84.23 3 85.912 Bank Syariah Mandiri 82.07 7 82.723 BCA Syariah 82.92 4 79.714 BNI Syariah 76.75 9 77.345 BRI Syariah 82.54 6 75.51

NO. UNIT USAHA SYARIAH PERIODE 2011-2012 PERINGKAT 2012-20131 PermataBank Syariah 89.47 1 84.12 CIMB Niaga Syariah 82.92 5 78.883 BII Syariah 87.08 2 78.634 Danamon Syariah - - 76.125 BTN Syariah 76.73 10 74.29

NO. BPD PERIODE 2011-2012 PERINGKAT 2012-20131 Bank NTB 89.45 1 89.592 Bank DKI 80.7 4 83.983 Bank Kalsel 84.28 2 83.344 Bank NTT - - 73.515 Bank Kalbar - - 71.92Keterangan:- Pada 2011 - 2012 bank syarian belum dikelompokkan menjadi BUS dan UUS;- Disusun berdasarkan hasil survei pada 2012 - 2013.

Sumber : MRI, diolah kembali oleh Biro Riset Infobank.

No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013 l PROBANK 23

Page 26: Efek Samping BBM Terus Berlanjut - perbanas.org · Dari Redaksi PENERBIT Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) PELINDUNG Pengurus Pusat Perbanas PEMIMPIN REDAKSI Danny Hartono,

Sekilas Berita

Kegiatan donor darah yang dilakukan Perbanas Pekanbaru, Riau, menjadi bukti bahwa pelaku bisnis perbankan tak melulu berpikir soal keuntungan bisnis semata. Di tengah kondisi

ekonomi global yang belum menentu, mereka masih menyempatkan diri untuk berbagi kepada pihak-pihak yang membutuhkan melalui kegiatan donor darah tersebut.

Pada 24 Mei 2013, karyawan-karyawan yang berasal dari 32 bank anggota Perbanas Pekanbaru menggelar donor darah. Kegiatan yang diselenggarakan di Kantor Cabang Utama PaninBank Pekanbaru ini mendapat respons positif sejumlah pihak, termasuk karyawan bank dan rekanan mereka. Alhasil, dari kegiatan tersebut, Perbanas Pekanbaru berhasil menyumbangkan 110 kantong darah kepada Palang Merah Indonesia (PMI).

Setetes Darah untuk SesamaSebanyak 110 kantong darah disumbangkan Perbanas Pekanbaru, Riau, kepada PMI. Melalui aksi itu, karyawan bank anggota Perbanas Pekanbaru tak perlu mencari darah pengganti jika mereka membutuhkan bantuan darah.

Aksi donor darah ini dinilai memberikan dampak positif bagi karyawan bank anggota Perbanas Pekanbaru. Praktiknya, jika donor darah tersebut berjalan secara rutin, nantinya karyawan bank anggota Perbanas Pekanbaru tak perlu lagi mencari darah pengganti ketika mereka membutuhkannya. Melalui surat rekomendasi dari Perbanas, karyawan bank bersangkutan bebas dari kewajiban menyedikan darah pengganti. Menurut Dewan Penasihat Perbanas Pekanbaru, Harry Panjaitan, aksi sosial donor darah tersebut rencananya dilaksanakan dua kali setahun.

Selain donor darah, kepedulian Perbanas Pekanbaru terhadap kehidupan sosial masyarakat diwujudkan melalui sejumlah aktivitas lain, yaitu sepeda santai, menanam pohon, dan mengunjungi panti asuhan. Kegiatan-kegitan sosial tersebut diharapkan dapat mendukung bisnis perbankan sekaligus membangun kehidupan sosial masyarakat Riau menjadi lebih baik. n

24 PROBANK l No. 107 Tahun XXX Mei-Juni 2013