edit revisi dit new.pdf

27
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan suatu benda yang berbentuk tiga dimensi, yang tersusun dari masa padat, cair dan gas yang terdapat di permukaan bumi. Tanah juga merupakan hasil pelapukan batuan. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan keberadaannya yaitu bahan induk, iklim, topografi, organisme, waktu, vegetasi, dan lain-lain. Untuk mendeskripsikan suatu tanah dapat dilihat dari sifatnya. Sifat tanah sendiri dapat digolongkan menjadi tiga kategori diantaranya sifat fisik, sifat kimia dan biologi tanah. dengan pengujian dari ketiga kategori tersebut akan diketahui ciri-ciri suatu tanah dan tingkat kesuburannnya. Dasar ilmu tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai dasar-dasar ilmu tanah yang didalamnya dipelajari mengenai struktur, tekstur, konsistensi, porositas tanah, faktor pembentuk tanah, berat isi dan berat jenis suatu tanah, proses terjadinya tanah, serta indikator tanah yang baik untuk lahan pertanian. Suatu tanah dikatakan sebagai tanah yang baik apabila drainase tanahnya baik dan tidak mengeras seusai dilakukan panen, segera menyerap air hujan dan tidak terjadi penggenangan air dipermukaan tanah, mampu menyimpan air selama musim kering, tahan terhadap erosi dan kemungkinan untuk kehilangan unsur hara kecil, menunjang kehidupan baik yang berada didalam tanah maupun di permukaan tanah. Upaya untuk mendapatkan tanah yang sehat dan baik untuk lahan pertanian yang dapat menghasilkan produksi tanaman yang tinggi, maka dapat dilakukan melalui pengolahan lahan secara praktis dengan cara mengoptimalkan proses-proses seperti yang dijumpai pada tanah alami. Dengan demikian, tanaman yang ditanam pada tanah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara baik sesuai yang diinginkan. Pada praktikum yang telah dilakukan di dusun Kekep, Kota Batu, telah dilakukan pengamatan sifat tanah mulai dari sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, sifat biologi tanah dan pedologi tanah. Kemudian dilakukan pengamatan mengenai penggunaan lahan tersebut, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah yang ada sehingga dapat diketahui tingkat kesuburan tanah, dan potensial lahan dalam pengolahan dan pemanfaatannya.

Upload: ahmad-muhidin

Post on 14-Aug-2015

239 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan suatu benda yang berbentuk tiga dimensi, yang tersusun dari

masa padat, cair dan gas yang terdapat di permukaan bumi. Tanah juga merupakan hasil

pelapukan batuan. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan keberadaannya

yaitu bahan induk, iklim, topografi, organisme, waktu, vegetasi, dan lain-lain. Untuk

mendeskripsikan suatu tanah dapat dilihat dari sifatnya. Sifat tanah sendiri dapat

digolongkan menjadi tiga kategori diantaranya sifat fisik, sifat kimia dan biologi tanah.

dengan pengujian dari ketiga kategori tersebut akan diketahui ciri-ciri suatu tanah dan

tingkat kesuburannnya.

Dasar ilmu tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai dasar-dasar

ilmu tanah yang didalamnya dipelajari mengenai struktur, tekstur, konsistensi, porositas

tanah, faktor pembentuk tanah, berat isi dan berat jenis suatu tanah, proses terjadinya

tanah, serta indikator tanah yang baik untuk lahan pertanian. Suatu tanah dikatakan

sebagai tanah yang baik apabila drainase tanahnya baik dan tidak mengeras seusai

dilakukan panen, segera menyerap air hujan dan tidak terjadi penggenangan air

dipermukaan tanah, mampu menyimpan air selama musim kering, tahan terhadap erosi

dan kemungkinan untuk kehilangan unsur hara kecil, menunjang kehidupan baik yang

berada didalam tanah maupun di permukaan tanah. Upaya untuk mendapatkan tanah yang

sehat dan baik untuk lahan pertanian yang dapat menghasilkan produksi tanaman yang

tinggi, maka dapat dilakukan melalui pengolahan lahan secara praktis dengan cara

mengoptimalkan proses-proses seperti yang dijumpai pada tanah alami. Dengan

demikian, tanaman yang ditanam pada tanah tersebut dapat tumbuh dan berkembang

secara baik sesuai yang diinginkan.

Pada praktikum yang telah dilakukan di dusun Kekep, Kota Batu, telah

dilakukan pengamatan sifat tanah mulai dari sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, sifat

biologi tanah dan pedologi tanah. Kemudian dilakukan pengamatan mengenai

penggunaan lahan tersebut, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah yang

ada sehingga dapat diketahui tingkat kesuburan tanah, dan potensial lahan dalam

pengolahan dan pemanfaatannya.

Page 2: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 2

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan laporan akhir praktikum lapang ini adalah sebagai

berikut.:

1. Mengetahui hubungan kondisi biofisik dan fisiografi terhadap tingkat biodiversitas

tanah.

2. Mengetahui hubungan pengelolaan dan penggunaan lahan terhadap tingkat kesuburan

tanah.

3. Untuk menganalisis hasil deskripsi dan klasifikasi profil tanah.

4. Mengetahui pengaruh sifat fisik, kimia, dan biologi serta morfologi tanah terhadap

bahaya erosi dan longsor.

Page 3: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 3

BAB II

METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan praktikum lapang Dasar Ilmu Tanah (DIT) dilaksanakan di dusun Kekep

Kota Batu, pada hari Minggu tanggal 16 Desember 2012.

2.2 Alat, Bahan dan Fungsi

1. Pos Pedologi

A. Alat Penggali

Sekop

Untuk menggali lubang penampang/profil tanah dengan membuat sisi

penampang tegak lurus ke bawah tergantung dari penampang profil yang

digunakan.

B. Deskripsi tanah

1. Pisau lapang

Untuk menarik garis atau menandai batas lapisan, perbedaan warna, mengambil

gumpalan tanah untuk melihat struktur, tekstur; gumpalan bahan kasar

(konkresi), selaput liat; mengiris perakaran, dan mengambil contoh tanah.

2. Buku munsell soil colour chart

Sebagai pedoman untuk menetapkan warna tanah dan semua gejala karatan

yang terdapat di dalam penampang.

3. Botol semprot berisi air

Sebagai pedoman untuk menetapkan warna tanah dan semua gejala karatan

yang terdapat di dalam penampang.

4. Meteran jahit

Untuk mengukur kedalamana horizon tanah.

5. Sabuk profil

Untuk dapat membedakan horizon yang satu dengan yang lainnya.

6. Form pengamatan

Untuk mencatat pengamatan yang diperoleh sebagai bahan untuk membuat

laporan.

7. Alat tulis

Untuk mencatat hasil pengamatan

8. Kamera

Untuk pengambilan dokumentasi/gambar hasil pengamatan penampang profil.

Page 4: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 4

2. Pos Biologi

1. Tali rafia, untuk membuat batasan frame yang akan diamati

2. Kayu kecil atau ranting, untuk membuat batasan frame yang akan diamati

3. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan

4. Frame, untuk menentukan vegetasi yang berada di lahan tersebut.

3. Pos Kimia

1. Indikator universal, untuk mengukur pH tanah

2. Fial film, untuk tempat tanah yang akan diuji.

3. Aquades, untuk larutan penentu PH.

4. Pos Fisika

1. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan dan penjelasan dari asisten

pendamping.

2. Klinometer alat yang digunakan untuk mengetahui kemiringan lereng.

2.3 Langkah-Langkah Deskripsi Tanah

1. POS PEDOLOGI

A. Horizon Tanah

Siapkan alat-alat yang akan digunakan (survey set)

Buat batas berdasarkan kenampakan perbedaan yang jelas

Lihat perbedaan warna dari singkapan tanah

Lihat dengan jarak dekat untuk membedakan warna

Buatlah garis antar warna yang berbeda dengan pisau

Setelah horizon ditentukan, Letakkan meteran tegak lurus bidang profil tanah

Pasang sabuk profil

Foto bidang profil yang diamati

Catat hasil dan diskripsi pada kartu profil tanah

Page 5: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 5

B. Kemantapan Agregat

C. Tekstur Tanah

D. Struktur Tanah

E. Warna Tanah

Ambil sampel tanah pada horizon yang paling bawah

Tetesi dengan air kemudian rasakan teksturnya

menggunakan ibu jari dan telunjuk

Rasakan apakah licin/halus/kasar

Tentukan tekstur

Ambil sampel tanah bagian atas dan bawah

Identifikasi struktur yang ada di atas tanah dan di bawah tanah

Klasifikasikan struktur tanah tersebut

Penentuan warna tanah didasarkan pada penarikan batas horizon

Ambil sampel masing-masing disetiap horizon

Cocokkan sampel pada Munsell Soil Color Chart

Catat hasil warna yang didapatkan

Gunakan pisau lapang untuk menusuk-nusuk bidang profil tanah

Rasakan perbedaan kepadatan antar horizon (keras/lunak,

sulit/mudah ditembus oleh ujung pisau)

Untuk mengetahui kemantapan agregat tanah, maka gunakan pijatan

dengan menggunakan jari. Apabila agregat tanah mudah pecah berarti

sampel tanah kurang mantap, sebaliknya apabila agregat sukar untuk pecah

maka tanah tersebut memiliki struktur yang mantap.

Page 6: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 6

F. Konsistensi Tanah

2. POS BIOLOGI

Ambil sampel tanah

Untuk konsistensi lembab langsung rasakan konsistensinya

Buat gulungan cincin (mudah patah/bisa dibuat gulungan)

Kelekatannya pada ibu jari dan telunjuk (licin/lekat)

Klasifikasikan konsistensi tersebut

Untuk Konsistensi basah beri sedikit air

Dan lakukan langkah yang sama seperti diatas

Siapkan alat dan bahan yang digunakan

Buat frame (tali rafia) 50x50 cm

Letakkan pada lokasi yang telah ditentukan

Amati jenis vegetasi yang ada dalam frame (tali rafia)

Hitung jumlah organisme dan vegetasi dan tulis dalam tabel

pengamatan.

Lakukan hal yang sama untuk pengamatan jumlah

seresah, makro organisme dan kascing

Page 7: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 7

3. POS KIMIA

A. pH Tanah

B. Defisiensi Unsur

Amati vegetasi yang ada pada lahan pengamatan

Identifikasi tanaman yang kekurangan unsur hara

Catat hasil pengamatan

Siapkan alat dan bahan

Ambil sedikit tanah

Masukkan ke dalam fialfilm

Masukkan larutan penentu pH ke dalam botol plastik yang berisi tanah

Jumlah larutan kira-kira sama dengan jumlah tanah berdasarkan isi

Tutup rapat fial film

Kocok sebanyak 20 kali

Biarkan hingga tanah mengendap dan cairan diatasnya bening

Celupkan ujung lakmus ke dalam cairan

Bandingkan warna kertas pH dengan deretan pada kotak

Baca beberapa pH larutan

Page 8: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 8

4. POS FISIKA

2.4 Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah adalah suatu cara pengelompokan tanah berdasarkan sifat dan

ciri tanah yang sama atau hampir sama, kemudian diberi nama agar mudah dikenal,

diingat, dipahami dan dibedakan dengan tanah-tanah lainnya. Tujuannya untuk

mempermudah mengetahui jenis tanah tersebut. Menurut klasifikasi sistem Soil

Taxonomi (USDA) ada 6 kategori, yaitu:

1. Order

Proses pembentukan tanah seperti yang ditunjukkan oleh ada tidaknya horison penciri

utama

2. Sub Order

Keseragaman genetik. Pembagian Order lebih lanjut berdasarkan atas ada tidaknya

sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, kelembaban tanah, bahan

induk , vegetasi, tingkat dekomposisi bahan organik.

3. Great Group

Pembagian Suborder lebih lanjut berdasarkan kesamaan susunan dan perkembangan

horison, kejenuhan basa, suhu dan kelembaban tanah, ada tidaknya lapisan-lapisan

penciri (plinthite, fragipan, duripan)

4. Sub group

Konsep dasar taksa untuk Great group dan sifat-sifat yang menunjukkan peralihan ke

lain Great group, Suborder dan Order, juga sifat-sifat peralihan ke bukan tanah

5. Family

Kelas ukuran butir rata-rata dari control section atau solum, kelas mineralogi dari

mineral dominan dalam solum, kelas suhu tanah (berdasarkan suhu rata-rata tahunan

tanah pada kedalaman 50 cm).

6. Series

Penyampaian materi erosi

Mahasiswa memahami tujuan kegiatan

Melakukan pengamatan di lapangan dan memahami bentuk-bentuk erosi

Mendiskusikan pencegahan dari fenomena erosi yang terjadi

Page 9: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 9

Jenis dan susunan horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, reaksi tanah, sifat-sifat

kimia dan mineralogi

Klasifikasi tanah dimulai dengan menentukan epipedon dan endopedon,

yaitu dengan melihat penciri utama dari profil tanah yang dideskripsikan.

1. Epipedon

Epipedon merupakan horizon permukaan, tetapi tidak sama dengan

horizon A. Mungkin lebih tipis dari horizon A, kemungkinan meliputi horizon B.

Klasifikasi epipedon menurut SOIL TAXONOMY, 1999 :

1. Mollik

Ketebalan : > 10 cm jika menumpang pada batuan keras

1/3 jika solum tidak tebal

25 cm jika jika solum tebal

Tidak keras sekalipun kering (gembur – agak teguh)

Warna gelap ( Value kurang dari 3, kroma kurang dari 3 pada kondisi

lembab. Dan value kurang dari 5 pada kondisi kering)

KB (kejenuhan basa) lebih besar 50%

Bahan Organik (BO) lebih besar 1%, tapi kurang dari 20% jika pasir,

atau kurang dari 30% jika lempung.

Struktur berkembang nyata

2. Antropik

Seperti molik

Kadar fosfat tinggi Karena pengolahan dan pemupukan (anthropos =

manusia).

3. Histik

horizon organic (histos=jaringan) umumnya di daerah gambut tebal > 1 kaki

(±30 cm)

Sering jenuh air.

4. Okrik

Warna lebih muda (ochros = pucat, warna muda)

Kadar BO lebih rendah

Lebih tipis dari molik, umbrik, anthropik atau histik

Keras dan pejal waktu kering.

5. Plagen

Page 10: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 10

Mengandung seresah, pupuk kandang dan sampah usaha tani tebal > 50

cm

pengaruh pengolahan tanah yang lama

(plaggen = sod = tanaman sisa-sisa rumput)

6. Umbrik

Warna tua (warna tua = molik)

Seperti molik, tetapi jenuh hydrogen (H=) sehingga nilai KB rendah

(<50%).

7. Melanik

Memiliki ketebalan 30 cm

Memiliki sifat tanah andik

C-Organik 6%

Warna gelap (value dan kroma 2 atau kurang pada kondisi lembab)

8. Folistik

Selalu jenuh air < 30 hari kumulatif dalam satu tahun normal

Horizon organik Kandungan C-Organik : 16% apabila mengandung 60%

liat, atau 8% apabila tidak mengandung liat, atau ditambah (persentase liat

dibagi 7,5)%, apabila mengandung liat > 60%.

2. Endopedon

Endopedon merupakan horizon bawah permukaan. Klasifikasi

endopedon menurut SOIL TAXONOMY, 1999.

1. Kambik

Struktur granuler, gumpal atau tiang, bercampur dengan yang masih

memperlihatkan struktur buatan indu

Mengandung mineral terlapukkan, termasuk alofan atau kaca volkan

(vitrik) (cambiare = menukar)

KTK (Kapasitas Tukar Kation) diatas 16%

Belum ada iluviasi (penimbunan) liat

Seskuioksida (terdiri dari senyawa-senyawa oksida dan hidroksida dari

Fe dan Al. Mineral seskuioksida termasuk senyawa yang sangat stabil.

Besi oksida berasal dari mineral fero-magnesia dari batuan beku atau

bahan metamorfik. pembentukan seskuioksida hanya terjadi pada

lingkungan yang rendah kandungan Si).

Page 11: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 11

Tidak tampak selaput liat pada gumpalan/butir tanah

Memiliki tekstur dari pasir, atau lebih halus lagi.

2. Agrik

Horison Iluvial

Akumulasi debu, liat dan humus secara nyata di bawah lapisan

Olah ≤ 15% vol tanah

3. Albik

Liat & oksida besi telah tercuci sehingga meninggalkan pasir dan debu

Warna muda ; value ≥ 4 (lembab) atau ≥ 5 (kering) → albus = albino

biasanya dibawah horizon spodik atau argilik.

4. Argilik

Horison iluviasi liat (Bt), Berselaput liat pada permukaan agregat tanah.

5. Kalsik

Mengandung CaCO3 15% dan tebal lebih dari 15cm

Horizon iluvial.

6. Natrik : Seperti argilik, tetapi:

Berstruktur prismatic dan tiang

BNa tertukar ≥ 15%

pH > 8,5.

7. Oksik

Penggumpalan besi oksida dan/atau Al oksida terhidrat,

Tebal 30 cm dan mengandung 15% liat,

Liat kaolinit (kisi 1:1) (oksik : oksida),

Tidak memiliki sifat horizon argilik.

8. Spodik

Berhorizon (iluviasi = B) dengan penggumpalan humus /seskuiosida,

Tersusun dari bahan spoik (85%).

9. Kandik : Seperti argilik, tetapi :

KTK (Kapasitas Tukar Kation) efektif < 16me/100gram liat,

Ketebalan minimum 18cm,

Tekstur pasir sangat halus atau yang lebih halus lagi.

10. Gipsik

Horison iluviasi dari senyawa gypsum

Ketebalan minimal 15 cm,

Page 12: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 12

Tidak ditemukannya sementasi,

Mengandung caso4 tinggi.

11. Sombrik

Berwarna gelap,

Terbentuk karena iluviasi humus tanpa Al dan Na,

KB (Kejenuhan Basa) dan KTK (Kapasitas Tukar Kation) rendah.

12. Salik

Horison yang banyak mengandung garam mudah larut, tebal 15 cm.

13. Placik :

Horison tipis (2-10mm),

Warna hitam sampai merah gelap,

Keras, tersementasi dengan Fe, MN dan BO.

14. Petrokalsik :

Horison iluviasi karbonat atau kalium karbonat,

Pemadasan senyawa karbonat.

15. Petrogipsik :

Horison iluviasi bahan gypsum

Pemadasan senyawa gypsum.

16. Glosik :

Degradasi horizon argilik, kandik atau natrik, dan memiliki ketebalan 5 cm

dengan karateristik. Sebagian bahan penyusun 15-85% hasil eluviasi bahan

albik. Sebagian bahan penyusun hasil iluviasi horizon argilik, kandik atau

natrik.

3. Ordo

Klasifikasi Ordo menurut SOIL TAXONOMY, 1999 :

Histosol : Kandungan bahan organik lebih dari 30% dan tebalnya lebih dari 40

cm.

Andisol : Tanah lain yang mempunyai lapisan dengan sifat andik setebal 35cm

atau lebih pada kedalaman kurang dari 60 cm.

Spodosol : Tanah lain yang memiliki horizon spodik pada kedalaman kurang

dari 2m.

Page 13: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 13

Oxisol : Tanah lain yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari

1,5m dan tidak memilaiki horizon argilik.

Vertisol : Tanah lain yang memiliki kandungan liat lebih dari 30% dari semua

horizon, bila kering pecah-pecah sampai kedalaman 50 cm,

strukturnya mebaji.

Aridisol : Tanah lain yang kering lebih dari 6 bulan setiap tahun dan tidak

mempunyai epipedon molik.

Ultisol : Tanah lain yang memiliki horizon argilik dengan KB (pH 8,2)

kurang dari 34% pada kedalaman 1,8 dari permukaan.

Mollisol : Tanah lain yang mempunyai epipedon molik dan KB (pH 7) seluruh

bagian solum tanah lebih dari 50%.

Alfisol : Tanah lain yang mempunyai horizon argilik dengan KB (pH 8,2)

lebih dari 35% pada kedalaman 1,8 dari permukaan.

Inceptisol : Tanah lain yang mempunyai epipedon umbrik, mollik atau plagen

atau mempunyai horizon kambik.

Entisol : Tanah lain (yang mempunyai epipedon ocrikatau histik, atau horizon

albik tetapi tidak punya horizon penciri lain).

Page 14: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 14

BAB III

KONDISI UMUM WILAYAH

3.1 Kondisi Biofisik

a. Land Use

Penggunaan lahan di dusun Kekep sebagian besar adalah digunakan sebagai

daerah lahan pertanian yang ditanami tanaman semusim, dengan tanaman yang

mendominasi yaitu tanaman sayur dan buah. Karena daerah tersebut terletak di dataran

tinggi,sehingga suhu di daerah tersebut mendukung pertumbuhan serta perkembangan

tanaman sayur dan buah. Tanaman sayur yang mendominasi pada lahan pertanian

tersebut adalah wortel, sedangkan buah yaitu jeruk. Selain tanaman sayur dan buah,

pada lahan yang diamati diterapkan penggunaan sisten tumpang sari, yaitu penanaman

tanaman jagung dan jahe yang difungsikan sebagai tanaman pagar.

b. Land Cover

Land cover di dusun Kekep secara garis besar di dominasi oleh tanaman

tahunan dan tanaman semusim. Tanaman tahunan adalah bambu dan pohon jeruk

sedangkan tanaman semusim adalah wortel, bunga krisan dan bunga songkok india,

dan rumput-rumputan yang difungsikan sebagai tanaman penutup tanah, serta jagung

dan jahe yang digunakan sebagai tanaman pagar. Keanekaragaman vegetasi yang

tumbuh di lahan menunjukkan bahwa tingkat penggunaan lahan sangat baik. Akan

tetapi tingkat kesuburan tanah masih kurang, hal ini ditunjukkan oleh hasil

pertumbuhan tanaman yang kurang baik, oleh karena itu dibutuhkan bahan organic

dan pupuk yang dapat membuat tanaman tumbuh dengan baik.

c. Tingkat pengolahan

Tingkat pengolahan di dusun Kekep tersebut dapat dikatakan kurang intensif,

karena tata lahan di daerah tersebut tidak dibuat terasering, sehingga potensi untuk

terjadinya erosi lebih besar. Bahaya ini didukung oleh faktor fisik lahan yang

mendukung terjadinya erosi apabila curah hujan meningkat sehingga tata lahan yang

di buat terah-teras sebenarnya baik untuk mengurangi potensi erosi didaerah tersebut.

3.2 Kondisi Fisiografis

Dari hasil pengamatan di dusun Kekep, Kota Batu, dapat diamati bahwa:

Kemiringan lereng : lebih dari 300

Relief/ topografi : landai

Page 15: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 15

Dari data kemiringan lereng dan relief di atas dapat diketahui bahwa relief yang landai

(tidak terlalu curam) dapat dijadikan sebagai lahan pertanian, namun tidak semaksimal di

lahan datar, sehingga perlu adanya pengolahan tanah yang intensif. Kondisi tempat yang

berbukit ini juga tidak memungkinkan adanya pemukiman.

Page 16: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 16

BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Deskripsi Lingkungan

Pada pengamatan lahan di pos fisika, sebagian besar lahannya digunakan untuk

pertanian dengan didominasi tanaman wortel dan jagung. Sebenarnya untuk lokasi ini

kurang cocok apabila digunakan sebagai lahan pertanian karena akan menyebabkan

pencucian unsur hara dan tingkat erosi yang tinggi. Hal tersebut diakibatkan oleh tingkat

kemiringan yang sangat curam, apabila turun hujan dengan jumlah yang sangat banyak,

akan mempercepat pencucian unsur hara dan lama kelamaan akan menyebabkan erosi,

sehingga tanaman yang ada diatas akan kekurangan unsur hara. Selain itu erosi juga

disebabkan tidak adanya pohon-pohon besar sebagai penopang.

4.2 Hasil Pengamatan Biodiversitas Tanah

Berdasarkan hasil fieldtrip dari dusun Kekep pada pos kedua yaitu pos biologi

dapat diketahui biodiversitas atau keragaman biologi yang meliputi keberagaman

vegetasi, seresah maupun makroorganisme pada tanah tersebut. Pada pengamatan

vegetasi dilakukan 2 kali pengamatan menggunakan petak contoh. Pada petak contoh

pertama diadakan pengamatan biodiversitas pada vegetasi. Terdapat tanaman wotel

berjumlah 17, tanaman semanggi berjumlah 1, dan rumput badotan berjumlah 2.

Sedangkan pada petak contoh kedua biodiversitas vegetasi ditemukan wortel bejumlah

11, dan rumput badotan berjumlah 2. Dapat diketahui bahwa tanaman wortel

mendominasi karena tanaman wortel tersebut merupakan tanaman budidaya sedangkan

rumput badotan dan semanggi adalah gulma.

Pengamatan biodiversitas yang kedua yaitu pengamatan pada seresah. Pada petak

contoh satu ditemukan daun bambu, ranting bambu, dan seresah dedaunan dengan jumlah

yang sedikit. Pada petak contoh dua tserasah yang ditemukan adalah ranting bambu dan

daun bambu yang berjumlah sedikit lebih banyak dari petak contoh satu. Seresah disini

berperan dalam pembentukan bahan organic tanah.

Pengamatan ketiga adalah pengamatan makroorganisme. Pada petak contoh satu

makroorganisme yang ditemukan antara lain semut yang bejumlah 5 ekor, kelabang 1

ekor, orong-orong 1 ekor, dan cacing 1 ekor. Pada petak contoh dua ditemukan

makroorganisme yaitu semut 3 ekor, cocopet 1 ekor dan laba-laba 1 ekor. Serangga yang

di temukan berperan sebagai hama maupun musuh alami. Hampir keseluruhan serangga

Page 17: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 17

yang ditemukan adalah berperan sebagai musuh alami, dan cacing berguna sebagai

decomposer.

4.3 Hasil Pengamatan Tingkat Kesuburan Tanah

Di pos kimia, kami menguji tingkat pH tanahnya. pH tanahnya netral dengan

tingkat pH 6,5 – 7. Meskipun pH nya netral, namun hasil pengamatan yang kami dapat

menunjukkan bahwa vegetasi yang terdapat di lahan tanaman semusim pada pos kimia

mengalami defisiensi unsur hara.

Vegetasi yang terdefisiensi adalah tanaman jagung dan tanaman jahe. Berdasarkan

pengamatan, tanaman jagung terlihat kerdil dan daunnya berwarna ungu-kemerahan.

Gejala-gejala tersebut menandakan bahwa tanaman jagung di pos kimia defisiensi

terhadap unsur fosfor (P). Sementara pada tanaman jahe, terjadinya defisiensi terhadap

unsur hara kalium (K) dimana berdasarkan pengamatan gejala-gejala yang dapat dilihat

pada tanaman jahe tersebut seperti daun yang mengerut namun tidak merata, adanya

bercak kuning kecoklatan pada tepi dan ujung daun.

Pertumbuhan tanaman yang baik, disebabkan tercukupinya unsur hara didalam

tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Dengan kata lain, dapat dikatakan

kecukupan akan unsure hara di dalam tanah pada lahan pos kimia adalah tidak cukup atau

sedikit, sehingga vegetasi yang tumbuh diatasnya pun tidak dapat tumbuh dengan

optimal.

4.4 Hasil Deskripsi dan Klasifikasi Profil Tanah atau Pedologi

Pada fieldtrip praktikum dasar ilmu tanah yang bertempat di Dusun Kekep,

diketahui jika tekstur tanah pada pos pedologi di titik dua adalah Liat sedangkan

strukturnya berupa Remahan. Dengan warna tanahnya 7,5 YR 2,5/2. Warna tanah gelap

karena mengandung cukup banyak bahan organik yang berasal dari daun-daun yang

rontok dari pohon bambu dan pohon lain yang ada di daerah itu. Pada konsistensi lembab

tanah tersebut lekat dan pada konsistensi basah tanah tersebut sangat gembur. Hal ini

menyebabkan tanah tersebut mempunyai porositas yang tinggi karena luas permukaannya

besar.

Page 18: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 18

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Fisik Tanah

Penggunaan lahan di dusun Kekep untuk lahan pertanian berpengaruh terhadap sifat fisik

tanah, seperti:

1. Struktur tanah

Kegiatan pengolahan tanah untuk lahan pertanian dengan tujuan

menghancurkan agregat tanah atau mengubah struktur tanah. Semua kerja pembajakan

mengubah struktur tanah. Penggunaan lahan di Dusun Kekep untuk lahan pertanian

bisa mempercepat terjadinya erosi, karena tanaman yang dibudidayakan disana adalah

tanaman semusim yang tajuknya tidak bisa melindungi tanah dari percikan air hujan

dan akar tanaman semusim tidak bisa menahan hanyutnya tanah oleh air hujan,

tanaman semusim tersebut contohnya wortel, bunga krisan, jagung, dan jahe. Selain

itu, erosi disana juga semakin cepat karena kemiringan lereng. Erosi ini bisa

menyebabkan terjadinya perubahan struktur tanah dan bisa menghanyutkan bahan

organik yang ada di permukaan tanah karena pencucian oleh air hujan .

Kegiatan pengolahan tanah untuk lahan pertanian dengan menggunakan

cangkul dapat menghancurkan agregat tanah atau mengubah struktur tanah. Semua

kerja pembajakan mengubah struktur tanah. Kegiatan pengangkatan, pemutaran, dan

pembalikan oleh bajak pembalik menyebabkan tanah berada dalam kondisi agregasi

dan lepas .Akan tetapi, stabilitas agregat tetap tidak berubah. Cangkul, cakram, dan

pemotongan menghancurkan beberapa diantara agregat tanah. Efek penggarapan

jangka panjang (beberapa minggu atau bulan) yang ditimbulkan oleh penghancuran

agregat tanah adalah tanah yang kurang teragregasi dan lebih padat. Lahan garapan

yang terbuka juga menderita gangguan agregat karena dampak curah hujan tanpa

adanya vegetasi penutup. (Foth , 1994)

Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih

aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan

tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk

memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.Pengaruh erosi

pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-

partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan

penampungan, serta perubahan profil tanah. (Rudiono, 2008)

Page 19: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 19

2. Porositas tanah

Penggarapan lahan mempunyai efek langsung dalam menggemburkan tanah,

meningkatkan aerasi tanah, namun jika dalam penggarapan jangka panjang bisa

menyebabkan terjadinya penurunan agregasi tanah dan tanah menjadi padat,

pemadatan ini membuat ruang pori total menjadi berkurang. Laju infiltrasi air akan

berkurang karena berkurangnya ruang pori total akibat penggunaan lahan menjadi

lahan pertanian tanaman semusim.

Bila hutan atau padang rumput digunakan untuk pertanian, terdapat penurunan

dalam agregasi tanah dan tanah menjadi padat . Pemadatan ini mendesak agregat dan

partikel tanah menjadi lebih mengumpul. Jelaslah bahwa volume total ruangan pori

berkurang dan kerapatan lindak meningkat. Pendesakan partikel-partikel menjadi lebih

berdekatan mengakibatkan penurunan dalam rata-rata ukuran pori. Beberapa ruangan

makropori menyusut ukurannya menjadi mikropori. Hasilnya adalah peningkatan

dalam volume ruangan mikropori. Untuk pasir, hal ini mungkin lebih baik karena

tanah dapat menahan lebih banyak air. Sebaliknya, peningkatan dalam ruangan

mikropori atau ruangan yang terisi air pada tanah yang bertekstur halus pada

umumnya merusak karena berkurangnya aerasi dan pergerakan air. Pengurangan pada

ruang pori total dengan pemadatan diakibatkan oleh pengurangan ruangan mikropori

yang lebih besar dari peningkatan ruangan mikropori. (Foth, 1994)

Laju infiltrasi (masuknya) air hujan dan perkolasinya dalam tanah dipengaruhi

oleh jenis tanaman yang tumbuh diatasnya sebagaimana dikemukakan Pereira cit. Lal

(1979), menunjukkan bahwa rapatnya perakaran tanaman ternyata mendorong laju

infiltrasi air hujan dan laju perkolasinya di dalam tanah. (Hanafiah, 2005)

5.2 Hubungan Kondisi Biofisik dan Fisiografi Terhadap Tingkat Biodiversitas Tanah

Fisiografis adalah deskripsi tentang genesis dan wilayah yang dipandang dari

faktor dan proses pembentukannya. Pengaruh penggunaan lahan pada lahan yang kami

amati berpengaruh terhadap kondisi biofisik dan fisiografi serta tingkat biodiversitas pada

tanah.

Pada sistem pertanian agroforestri seperti tanaman wortel, biodiversitas tanahnya

beragam, karena letak penanaman wortel ini di bawah pohon – pohon musiman, dimana

daun ataupun ranting pohon – pohon tersebut jatuh pada lahan penanaman wortel.

Sehingga lahan tersebut sebagian besar terdapat seresah – seresah yang jumlahnya

sedikit hingga sedang. Semakin banyak seresah, biodiversitas tanahnya akan semakin

Page 20: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 20

beragam. Hal ini terjadi karena pada lahan tersebut terdapat seresah – seresah yang

memungkinkan sebagai makanan dari biodiversitas tanah.

Berbeda dengan pertanian agroforestri tanaman musiman seperti jagung dan jahe

tidak terdapat seresah sama sekali, karena letak lahannya yang jauh dari pepohonan yang

menaungi, jadi kemungkinan terdapat seresah sangatlah kecil, biodiversitasnya pun tidak

seragam. Hal ini bisa terjadi karna 2 faktor, yaitu :

1. Kurangnya pemupukan

Pemupukan yang kurang dapat berpengaruh terhadap tingkat biodiversitas lahan, lahan

yang sering di pupuk biodiversitas lahannya semakin beragam karena pemupukan ini

bertujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah, dimana unsur hara tersebut

sebagian merupakan makanan bagi biodiversitas tanah.

2. Kekurangan pupuk organik

Kekurangan pupuk organik sangatlah berbahaya bagi tanaman, karena pemberian

pupuk anorganik saja dapat membuat tanaman sulit menyerap unsur hara. Kebanyakan

pupuk anorganik dapat membuat tanah menjadi tidak subur dan unsur haranya kurang.

Sehingga biodiversitas tanahnya pun juga berkurang atau bahkan tidak ada.

Pada lahan yang kami amati, sebagain besar tanamannya disemprot menggunakan

pestisida, hal ini sangat berpengaruh terhadap biodiversitas tanahnya, semakin sering

penggunaan pestisida maka semakin berkurang biodiversitas tanahnya. Hanya lahan –

lahan bagian atas yang dinaungi pohon – pohon yang biodiversitasnya beragam.

Karena selain menggunakan pestisida pada lahan tersebut masih bisa mendapat unsur

hara dari seresah-seresah pohon yang menaunginya, jadi biodiversitas tanahnya pun

masih beragam.

5.3 Hubungan Pengelolaan dan Penggunaan Lahan Terhadap Tingkat Kesuburan

Tanah

Pada praktikum lapang di Dusun Kekep pada post kimia di dapatkan dari hasil

pengamatan yang di lakukan pada lahan budidaya tanaman jagung kekurangan unsur

Phosporus (P) dan tanaman jahe kekurangan unsur hara Kalium (K).

Pada pengamatan kekurangan unsur P pada tanaman jagung dapat dilihat dari tepi

dan tulang daun terdapat warna merah ungu. Unsur P bagi tanaman berfungsi untuk

mempercepat pertumbuhan akar semai, memacu dan memperkuat pertumbuhan tanaman

dewasa pada umumnya dan meningkatkan produksi biji-bijian. Unsur hara P tersebut

merupakan bahan pembentuk inti sel, selain itu mempunyai peranan penting dalam

Page 21: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 21

pembelahan sel serta bagi perkembangan jaringan maristematik (Sutedjo dan

Kartasapoetra, 2010).

Pada pengamatan kekurangan unsur K pada tanaman jahe dapat dilihat dari daun-

daun berubah jadi keriting dan mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata.

Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning. Unsur K bagi tanaman

berfungsi mempercepat pembentukan zat Karbohidrat dalam tanaman, memperkokoh

tubuh tanaman, mempertinggi resistensi terhadap serangan hama/penyakit dan kekeringan

serta meningkatkan kualitas biji (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2010).

Lahan budidaya di Dusun Kekep masih dapat dikatakan subur, karena kekurangan

unsur P dan K tersebut hanya didapat pada sedikit tanaman saja, selain itu pH tanah yang

didapat baik untuk tumbuh kembang tanaman jagung dan jahe yaitu 6,0-7,0, pH tersebut

merupakan pH optimum untuk tumbuh kembang tanaman jagung dan jahe yang baik.

Akan tetapi kekurangan unsur P dan K tersebut harus di perhatikan karena kekurangan

unsur hara tersebut dapat mengakibatkan hambatan bagi pertumbuhan tanaman,

pengembangbiakan dan produktivitasnya. Selain itu tanaman memerlukan unsur P dalam

jumlah banyak yang terutama untuk membangun jaringan. Kekurang unsur hara P dan K

tersebut jika dilihat dari kondisi lahan ini dapat disimpulkan karena kemiringan tanah,

sehingga unsur-unsur hara tersebut terangkut oleh air permukaan. Selain itu (Sutedjo dan

Kartasapoetra, 2010) menyatakan bahwa unsur K mudah larut dan terbawa hanyut dan

mudah difiksasi dalam tanah.

Kapasitas tanah untuk menyediakan unsur-unsur hara tersebut

merupakan masalah edapologi, yang apabila dalam hal ini tidak mampu menyediakannya

maka dapat dilakukan pengelolahan tanah dengan menerapkan dengan pemberian pupuk,

baik pupuk organik, anorganik, kompos dan lainnya. Pemberian pupuk tersebut juga

harus diperhatikan, karena zat fosfat dan kalium sulit diserap akar tanaman. Untuk

pengelolaan tanah yang mempunyai kemiringan dapat dilakukan dengan pembuatan

bermacam-macam teras/sengkedan, penutup tanah dengan tanaman jenis ruput-rumputan

pada pematang tanah, penutupan dengan mulsa merupakan pencegahan terjadinya erosi

dan terkikisnya top soil yang mengandung unsur hara penting tersebut. Selain itu

mengatasi kekurangan unsur tersebut dapat ditambahkan dengan menyediakan sisa-sisa

tanaman dan jasad renik, abu tanaman sebagai sumber unsur hara P dan K.

Page 22: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 22

5.4 Analisis Data Hasil Deskripsi dan Klasifikasi Profil Tanah

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada lahan

pengamatan adalah daerah yang rawan akan erosi. Hal ini ditunjukkan dengan

kemiringan lahan yang curam pada daerah pengamatan, selain itu tanah yang ada pada

daerah tersebut merupakan tanah dengan struktur yang sangat gembur. Kemudian jenis

vegetasi juga mempengaruhi terjadinya erosi, jenis vegetasi yang dibudidayakan pada

daerah pengamatan adalah tanaman semusim sehingga akar pada tanaman tidak mampu

mengikat tanah dengan maksimal sehingga kemungkinan terjadi erosi besar.

Kemudian dengan menggunakan pola lahan yang tidak dibuat dengan cara

terasering maka apabila terjadi hujan yang sangat deras maka pencucian unsur hara akan

lebih cepat dan tanah juga lebih cepat untuk ikut terbawa oleh aliran air hujan.

Kemudian untuk klasifikasi profil tanah berdasarkan kekerasan

tanahnya ada 6 lapisan, dan berdasarkan warnanya ada empat. Berdasarkan kekerasan

tanahnya mulai dari lapisan paling atas yang sukar untuk ditusuk dengan pisau lapang,

kemudian lapisan selanjutnya lebih mudah untuk ditusuk dengan pisau lapang sampai

bagian tanah paling bawah yang diamati teksturnya semakin remah dan mudah untuk

dihancurkan. Kemudian berdasarkan pada warna tanahnya, tanah pada bagian paling atas

berwarna gelap, hal ini dikarenakan pada lapisan tanah bagian paling atas banyak

mengandung bahan organik. Dan pada lapisan tanah selanjutnya sampai paling bawah

warna tanah semakin terang, hal ini disebabkan karena adanya pencucian bahan organik.

5.5 Pengaruh Sifat Fisika, Kimia dan Biologi Serta Morfologi Tanah Terhadap Bahaya

Erosi dan Longsor

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada Dusun Kekep, dengan melakukan

pengamatan pada sifat fisik, kimia dan biologi tanah maka dapat disimpulkan, potensi

bahaya erosi dan longsor ada pada lokasi tersebut. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi

bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan

umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya

pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah

batuan. Faktor-faktor penyebab tanah longsor antara lain : hujan, lereng terjal, tanah yang

kurang padat dan tebal, jenis tata lahan, susut muka air danau atau bendungan,

pengikisan/erosi, adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung), penggundulan

hutan . Sedangkan erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke

tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka muka bumi.

Page 23: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 23

Tenaga pengangkut tersebut bisa berupa angin, air maupun gletser atau es yang mencair.

Erosi bisa terjadi di darat maupun di Pantai. (Anonymous, 2012)

Pada pengamatan yang dilakukan beberapa faktor di atas sebagian besar

mendukung adanya potensi longsor dan erosi pada lokasi tersebut, misalnya:

1. Sifat fisik tanah pada lokasi tersebut yaitu strukturnya remah menyumbang potensi

longsor dan erosi karena gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran,

dan ketahanan yang rendah sehingga apabila terjadi hujan struktur tanah tersebut

mudah terbawa oleh aliran air selain itu pada lokasi mempunyai tekstur tanah liat yang

sulit menyerap air sehingga ketika hujan deras air tidak segera menyerap. Hal tersebut

juga di pengaruhi oleh kecuraman lereng yang lebih dari 300

serta pengolahan tanah

yang tidak dibuat terasiring sehingga air mudah mengalir karena tidak adanya

penahan.

2. Sifat kimia tanah pada lokasi tersebut yang menyumbang potensi erosi maupun

longsor dapat dilihat dari adanya tanda pada daun jagung dan jahe yang kekurangan

unsur hara, tetapi tanda ini hanya di ketemukan pada sedikit tanaman saja sehingga

tidak dapat disimpulkan secara langsung dengan melihat tanda tersebut. Selain itu pH

tanah 6,0-7,0 pada lokasi menunjukkan mudah atau tidaknya unsur hara diserap oleh

tanaman. Pada pH tanah yang >5,5 dikatakan baik untuk perkembangan

mikroorganisme.

3. Pada sifat biologi tanah, dilihat dari vegetasi yang tumbuh pada lokasi memiliki

kemampuaan yang rendah untuk menahan laju erosi dan longsor yang berpotensi

tersebut karena tanaman yang di budidayakan adalah tanaman semusim sehingga

mempunya perakaran yang pendek untuk menahan jumlah air yang ada serta hutan

yang ada di sekitar lahan tersebut kurang membantu karena vegetasi tanaman kayu

yang tumbuh kurang yang banyak diketemukan pada hutan tersebut adalah vegetasi

bambu yang mempunyai perakaran yang sedikit. Selain itu serahan yang didapatkan

pada pengamatan dikatakan berjumlah sedang, sehingga mempunyai kandungan bahan

organik yang banyak. Bahan organik ini bermanfaat sebagai perekat antar struktur

tanah.

Dari beberapa faktor di atas dapat disimpulkan, pada lokasi pengamatan di Dusun

Kekep tersebut mempunyai potensi yang tinggi terhadap terjadinya erosi, dari awalnya

ketika hujan akan terjadi erosi percik yang kemudian terjadi potensi erosi alur karena

jenis tata lahan yang dibuat terasiring lalu akan terjadi erosi selokan yang

mengakibatkan terjadinya longsor.

Page 24: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 24

BAB VI

KESIMPULAN

Tanah merupakan faktor edafik yang merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan makhluk hidup yang ada diatasnya. Pada

oraktikum lapang yang telah dilaksanakan di dusun Kekep, kota Batu telah dilakukan

pengamatan terhadap sifat-sifat tanah, antara lain sifat biologi tanah, sifat kimia tanah, dan

sifat fissika tanah, serta melihat profil tanag dari singkapan tanah yang telah dibuat. Selain itu

juga dilakukan pengamatan terhadap pemanfaatan dan penggunaaan lahan yang ada pada

daerah tersebut.

Pengelolahan lahan dengan cara pembajakan dan pencangkulan akan menghancurkan

agregat, hal ini dapat meningkatkan aerasi tanah namun jika hal ini dilakukan dalam jangka

panjang akan menurunkan agregasi tanah dan tanah akan menjadi padat. Dan penanaman

tanaman semusim di dataran yang memiliki kemiringan cukup curam akan memperbesar

tingkat erosi pada lahan tersebut.

Lahan yang sering dipupuk akan menyebabkan biodiversitas lahannya semakin

beragam karena didalam pupuk yang diberikan mengandung berbagai jenis unsur hara. Lahan

yang baik untuk tanaman adalah lahan yang memiliki kandungan unsur hara yang cukup

untuk tanaman yang akan dibudidayakan. Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian pupuk

organik maupun anorganik. Tanah di daerah yang diamati merupakan tanah yang gembur

karena banyak sumber bahan organik yang berasal dari tanaman tahunan yang tumbuh

disekitar tanaman musiman, daun yang rontok dari tanama tahunan menjadi sumber bahan

organik tanah yang nantinya dimanfaatkan oleh tanaman semusim maupun tanaman yang lain

yang tumbuh pada lahan tersebut.

Daerah dengan kemiringan yang cukup curam yang ada ditempat yang kami amati

memiliki potensi erosi yang cukup besar dan juga karena lahan tersebut ditanami dengan

tanaman musiman yang tidak mampu menahan tanah tersebut, juga akar yang dimiliki oleh

tanaman semusim kurang mampu untuk mengikat tanah sehingga tanah akan lebih mudah

mengalami erosi. Selain itu struktur tanah yang berupa remahan juga membuat tanah lebih

mudah untuk terbawa air hujan ataupun angin, hal ini dikarenakan tanah remah tidak memiliki

gumpalan tanah atau agregat tanah yang mampu menahan tanah agar tidak mudah untuk

terbawa oleh air maupun angin.

Page 25: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 25

LAMPIRAN

POS BIOLOGI

Pengamatan biodiversitas dan seresah gambar orong-orong

Saat meletakkan meteran jahit lurus pada

bidang profil tanah untuk pengukuran horizon

Saat meletakkan sabuk profil pada singkapan

Saat pengukuran pH menggunakan indikator

universal

Gejala defisiensi pada tanaman jagung dan jahe

POS PEDOLOGI

POS KIMIA

Page 26: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 26

Gambar kelabang gambar cacing tanah

Gambar laba-laba

Page 27: EDIT REVISI DIT new.pdf

Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 27

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2012. http://soerya.surabaya.go.id/AuP/eDU.KONTEN/edukasi.net/Fenomena.

Alam/all.htm

Foth, D.H. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga: Jakarta

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers: Jakarta

Karsapoetra & Sutejo. 2010. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta : Jakarta.

Rudiono, 2008. Erosi, Dampaknya, dan Upaya Mengurangi Erosi. http://rudiono.multiply.co

m/journal/item/11?&item_id=11&view:replies=reverse&show_interstitial=1&u=%2Fjo

urnal%2Fitem. Diakses tanggal 23 Desember 2012.