edisi juli 2009 (website)

28
Edisi Februari, 2010 Edisi Februari, 2010 Edisi Februari, 2010 Edisi Februari, 2010 Edisi Februari, 2010 1

Upload: vuanh

Post on 31-Dec-2016

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 11111

22222 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

War t a Konse r v a s i L ahan Ba sahWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan ataskerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan danKonservasi Alam (Ditjen. PHKA), Dephut dengan WetlandsInternational - Indonesia Programme (WI-IP), dalam rangkapengelolaan dan pelestarian sumberdaya lahan basah diIndonesia.

Penerbitan Warta Konservasi Lahan Basah ini dimaksudkanuntuk meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat akanmanfaat dan fungsi lahan basah, guna mendukung terwujudnyalahan basah lestari melalui pola-pola pengelolaan danpemanfaatan yang bijaksana serta berkelanjutan, bagikepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.

Pendapat dan isi yang terdapat dalam WKLB adalah semata-mata pendapat para penulis yang bersangkutan.

DEWAN REDAKSI:

Penasehat: Direktur Jenderal PHKA;Penanggung Jawab: Sekretaris Ditjen. PHKA dan Direktur Program WI-IP;Pemimpin Redaksi: I Nyoman N. Suryadiputra;Anggota Redaksi: Triana, Hutabarat, Juss Rustandi, Sofian Iskandar, dan Suwarno

Ucapan Terima Kasih dan UndanganSecara khusus redaksi mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berperan aktif dalamterselenggaranya majalah ini. Walaupun tanpa imbalan apapun, para penulisterus bersemangat berbagi informasi dan pengetahuannya demiperkembangan dunia pengetahuan dan pelestarian lingkungan khususnyalahan basah di republik tercinta ini.

Kami juga mengundang pihak-pihak lain atau siapapun yang berminat untukmenyumbangkan bahan-bahan berupa artikel, hasil pengamatan, kliping,gambar dan foto, untuk dimuat pada majalah ini. Tulisan diharapkan sudahdalam bentuk soft copy, diketik dengan huruf Arial 10 spasi 1,5 dan hendaknyatidak lebih dari 2 halaman A4 (sudah berikut foto-foto).

Semua bahan-bahan tersebut termasuk kritik/saran dapat dikirimkan kepada:Triana - Divisi Publikasi dan InformasiWetlands International - Indonesia ProgrammeJl. A. Yani No. 53 Bogor 16161, PO Box 254/BOO Bogor 16002tel: (0251) 831-2189; fax./tel.: (0251) 832-5755e-mail: [email protected]

Foto sampul muka:Penanaman mangrove bersamamasyarakat dan siswa-siswi SD,Serang Banten (Foto: Yus R.N.)

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 33333

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dari Redaksi

Fokus Lahan BasahPeringatan Hari Lahan Basah Sedunia, 2 Februari 2010, di Desa Sawah Luhur,Kec. Kasemen, Serang-Banten 4

Konservasi Lahan BasahAntisipasi Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekosistem Pesisir 6

Berita KegiatanLaporan Hasil WorkshopMitigasi dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim, Pemalang, 17 Februari 2010 8Pengolahan dan Pemasaran Udang Indonesia 10

Berita dari LapangPotensi Penggunaan Data Hyperspectral untuk Pemetaan Sebaran Jenis-Jenis Mangrove 16Hasil Kajian Baseline Data Desa Pantai Pemalang 18

Flora dan Fauna Lahan BasahMarero (Lumnitzera littoralis), Kayu Adat Orang Tamakuri 20Kuskus (Phalangeridae), Salah Satu Kekayaan Hayati di Taman Nasional LautTeluk Cendrawasih 22Sekelumit Perikehidupan Capung 24

Dokumentasi Perpustakaan 28

Tahukah Kita....... 28

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Daftar Isi

Sedikit pemberitahuan dari kami, bahwa edisi WKLB Vol 18 no. 1, Januari 2010, dirubah terbitannya menjadiFebruari 2010. Pertimbangan kami adalah agar event-event penting lahan basah seperti Peringatan HariLahan Basah Sedunia, yang jatuh pada Februari, informasi-informasinya dapat disajikan secara mutakhir.

Fokus kali ini terkait dengan komitmen dari negara-negara anggota Ramsar yang telah menyepakati untukmemperingati ‘World Wetlands Day (WWD)’ di negaranya masing-masing. Di Indonesia, kegiatan inidiselenggarakan dimana-mana oleh berbagai kalangan. Wetlands Internarional - IP (WI-IP), memilih lokasi diwilayah Pesisir Desa Sawah Luhur dan C.A. Pulau Dua, Serang-Banten. Inti kegiatan adalah penanamanbibit mangrove dan penyuluhan, dengan sasaran utama adalah masyarakat petani tambak dan siswa-siswi SD,selain juga dihadiri unsur-unsur dari Pemerintah Daerah, Media dan KSDA Serang. Simak ringkasanlaporannya pada kolom Fokus Lahan Basah.

Sesuai tema WWD kali ini yaitu ‘Pelestarian Lahan Basah-untuk Perubahan Iklim’, maka WKLB mencobamemuat beberapa artikel yang berkaitan dengan perubahan iklim. Seperti kita ketahui dan rasakan, perubahaniklim bukan hanya sekedar issue-issue belaka, tapi kita semua sudah merasakan dampak-dampak yang telahditimbulkannya. Lalu, bagaimana mengantisipasi dampak-dampak yang sudah nyata terjadi dan dampaklanjutannya? Simak jawabannya di lembar Konservasi Lahan Basah.

Penasaran akan berita-berita menarik lainnya? silahkan buka lembar demi lembar warta ini, mudah-mudahanapa yang dapat kami sajikan bisa menjadi tetesan-tetesan pengetahuan/pengalaman yang bermanfaat.

Selamat membaca

44444 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia2 Februari 2010di Desa Sawah Luhur, Kec. Kasemen, Serang-Banten6 Februari 2010

Oleh:Triana

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

LATAR BELAKANG

Konvensi Ramsar

Lahan basah adalah sumberkehidupan yang sangatvital bagi seluruh mahluk

hidup. Menyadari begitu besar manfaatdan fungsi lahan basah, beberapanegara-negara di dunia telahmenandatangani suatu kesepakatanuntuk melestarikan lahan basah dibumi ini. Kesepakatan yang dikenaldengan Konvensi Ramsar initepatnya terjadi pada tanggal 2Februari 1971 di kota Ramsar, Iran.Indonesia masuk menjadi anggotaKonvensi Ramsar pada tahun 1991dengan diterbitkannya Keppres 48 th1991 yang merupakan RatifikasiKonvensi Ramsar di Indonesia.

Konvensi pada awalnya lebih terfokuspada masalah burung air dan burungmigran, selanjutnya berkembangkepada kesadaran keutuhanlingkungan dan konservasi, termasukkeanekaragaman hayatinya, bahkankesadaran tersebut saat ini lebihbermulti fokus menyangkut seluruhaspek kehidupan manusia.

Pada tahun 1996, sebagai salah satuhasil pertemuan para anggotaKonvensi Ramsar, ditetapkan bahwatanggal 2 Februari adalah Hari LahanBasah Sedunia, yang diharapkanpara anggota memperingatinya dinegara masing-masing.

Kegiatan Wetlands International– Indonesia Programme (WI-IP)di Teluk Banten

Wetlands International - IndonesiaProgramme (WI-IP) memiliki sejarahsangat dekat dengan Teluk Bantenkhususnya Desa Sawah Luhur.Sejak tahun 1997, WI-IP telahmelakukan kegiatan yang diawalidengan penelitian burung air danekosistem pesisir Teluk Banten.Pasca berakhirnya kegiatanpenelitian tersebut pada tahun2001, kegiatan masih terusdilanjutkan hingga saat ini melaluikegiatan sensus burung air diCagar Alam Pulau Dua (CAPD),rehabilitasi kawasan pesisir,pemberdayaan masyarakat sertapendidikan lingkungan bagi siswa-siswi sekolah dasar dan menengah.

Keberadaan CAPD sangatlahpenting selain sebagai habitatburung dan ikan, juga sebagaibenteng pelindung bagi tambak danpemukiman yang berada dibelakangnya. Agar manfaat danfungsi CAPD dapat terus terjaga,maka peran aktif dan kesadaranmasyarakat di sekitarnya perluuntuk terus ditingkatkan. Berbagaiupaya menjaga keberadaan CAPDdan penghijauan Desa SawahLuhur telah dilakukan oleh WI-IPbersama kelompok masyarakatDesa Sawah Luhur, seperti

Kuntul kerbau Bubulcus ibis sedang berbiak(Foto: Ferry H.)

rehabilitasi ekosistem pesisir,perbaikan fasilitas CAPD danPendidikan Lingkungan.

Sejak Februari 2009 telah ditanamsekitar 60.000 bibit mangrove disekitar daerah penyangga dan didalam tambak-tambak. Untukpenghijauan desa telah ditanamsekitar 1.000 batang angsana disepanjang jalan Desa Sawah Luhur.Langkah penting lain dalammendukung keberlanjutan kegiatanadalah pendidikan lingkungan bagipara pelajar sekolah dasar danmenengah, diantaranya melaluipengajaran di kelas dan pembagianmateri-materi publikasi sepertikomik dan poster. Sementara untukmendukung penyediaan prasaranadi CAPD, WI-IP telah membuatempat buah papan himbauan danaturan masuk ke kawasan CAPD,dua unit tempat sampah di luarpintu masuk CAPD, dan sebuahmenara pengamatan.

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 55555

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

.....bersambung ke hal 13

PERINGATAN HARI LAHANBASAH SEDUNIA, 2 FEBRUARI2010, di Desa Sawah Luhur,Serang-Banten

Tema “CARING FOR WETLANDS -an answer to climate change”“Pelestarian Lahan Basah– untuk perubahan iklim”

Peringatan kali ini dilakukan didaerah pesisir Desa Sawah Luhur,Kec. Kasemen, Serang-Banten, padatanggal 6 Februari 2010, dengankegiatan utama penanamanmangrove di disepanjang pematangtambak dan alur sungai.Penanaman melibatkan tidak kurangdari 150 peserta yang mewakiliunsur-unsur Karang Taruna DesaLuhur, Kelompok Masyarakat PetaniTambak, 6 perwakilan SekolahDasar/Sederajat di sekitar DesaSawah Luhur, aparat Desa,perwakilan dari Seksi KonservasiWilayah I Serang, Bidang KSDA,Ditjen. PHKA, Dephut, staff WI-IP beserta keluarga, serta darimedia FORUM-NGO.

Diharapkan kegiatan peringatankali ini, dapat lebihmemberikan motivasi bagimasyarakat khususnya siswa-siswi sekolah dasar untuk lebihsadar dan mau menghijaukanpesisir mereka.

Dalam pesan singkatnya, KepalaDesa dan KSDA, mengharapkanagar hamparan sekitar 500 Hapesisir/tambak yang sudahmengalami kerusakan/gundul akibatpenebangan oleh masyarakat gunakebutuhan kayu bakar, bisa segeraterehabilitasi. Lebih jauh, kegiatanpemberdayaan masyarakat danpenghijauan yang sedangdilakukan WI-IP di sekitar daerahpenyangga CAPD akan berdampakpula bagi terjaganya ekosistem didalam kawasan CAPD.

Jumlah bibit bakau ditanam sekitar300 bibit. Kegiatan penanaman,secara simbolis diawali oleh KepalaDesa Sawah Luhur bersama-samadengan perwakilan dari SeksiKonservasi Wilayah I Serang danWI-IP. Selanjutnya penanamandilakukan oleh seluruh peserta.

Penanaman mangrove di sepanjangpematang tambak

Pendidikan lingkungan di Ponpes AlJauhariyah

Menara pengamatan di dalam kawasanCAPD

(Foto-foto : Ita Sualia)Penanaman bibit mangrove di sepanjang

tanggul sungai dan tambak (Foto: Yus R.N.)

66666 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

DEFINISI PERUBAHAN IKLIM

P erubahan Iklim (Climate Change) adalahberubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antaralain suhu dan distribusi curah hujan yang

berdampak luas terhadap berbagai sektor kehidupanmanusia (Kementrian Lingkungan Hidup, 2001).

Perubahan iklim mengakibatkan terjadinya perubahanbesaran dan distribusi komponen iklim dalam jangkawaktu yang panjang (inter centennial) yang dipengaruhioleh kegiatan manusia (anthropogenis).

Perubahan iklim terjadi karena peningkatan konsentrasigas rumah kaca (GRK). Efek rumah kaca merupakanistilah yang biasa digunakan untuk menjelaskanmeningkatnya suhu udara di permukaan bumi danlapisan atmosfer bawah akibat terus meningkatnyakonsentrasi CO2 dan gas-gas rumah kacaanthropogenis lainnya di atmosfer (CH4, N2O, dll)

El-Nino dan La-Nina seperti kita ketahui bersamabukan fenomena perubahan iklim karena alami(natural) dan berulang dalam satu dasawarsa (inter-decadal).

INDONESIA DALAM PROSPEKTIF PERUBAHANIKLIM GLOBAL

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan ribuanpulau kecil dan berpenduduk besar. Indonesia sangatrentan (vulnerable) terhadap perubahan iklim dengandaya adaptasi yang masih rendah. Ekonominya masihtergantung pada ekspor minyak. Memiliki sumberenergi alternatif yang seharusnya sudah dikembangkandan memiliki kawasan hutan tropis yang sangat luas.Populasi jumlah penduduk mencapai 250 juta-an.

APAKAH PERUBAHAN IKLIM SUDAH TERJADIDI INDONESIA ?

Dampak secara global terhadap perubahan iklimdiantaranya adalah naiknya pemukaan air laut,terjadinya perubahan pola hujan dan naiknyatemperatur. Dampak perubahan iklim disajikandalam tabel berikut ini :

Dampak perubahan iklim terhadap sektorpertanian adalah

• Cuaca tidak menentu dan terjadi perubahanpola dan intensitas hujan

Antisipasi DampakPerubahan Iklim terhadapEkosistem Pesisir1

Oleh:Iwan Tri Cahyo Wibisono2 & Ita Sualia3

Sektor Dampak Perubahan Iklim

Kesehatan Mewabahnya penyakitmisal: malaria, demamberdarah

Pertanian Menurunnya luas lahan danproduktivitas tanaman

Kehutanan Perubahan tata guna danfungsi hutan

Sumber Daya Air Berkurangnya kuantitas dankualitas air

Pesisir Tenggelamnya pesisir danperubahan fungsi pesisir

Kenakeragaman Hayati Terjadinya kepunahanspecies dan kerusakanhabitat

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 77777

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

.....bersambung ke hal 12

• Dampak langsung : petanisering terkecoh oleh cuaca.Pola tanam yang dilakukanoleh petani yang biasanyadilakukan berdasarkan musim(musiman) seringkali meleset.

• Produktivitas panen menurunmengakibatkan terjadinyadefisit stok bahan pangansecara nasional.

Dampak terhadap sektor Hankamadalah

• Tenggelamnya pulau-pulauterluar yang dikhawatirkanakan memicu perubahanterritorial negara

• Perubahan territorial memicuketegangan dengan negara-negara tetangga.

PREDIKSI DAMPAKPERUBAHAN IKLIMTERHADAP PESISIR DI MASAMENDATANG

Pada tahun 2002, kabupaten yangmemiliki wilayah pesisir diIndonesia tercatat sebanyak 219kabupaten/kota (68%). Padatahun 2007, sekitar 24 pulau kecildi Indonesia sudah tergenangi(DKP & Bappenas, 2008).

Sebanyak 60% masyarakatIndonesia yang bertempat tinggaldi wilayah pesisir menjaditerancam oleh adanya perubahaniklim (Media Indonesia 28 April2009).

Perubahan temperatur telahmerubah pola arus laut danmeningkatkan frekuensi ancamandari lautan seperti air pasang

(rhob), badai dll.

Pada tahun 2030 sampai 2050,apabila kenaikan permukaan airlaut yang mencapai 1 cm setiaptahun terus terjadi akanmengakibatkan sekitar 2.000pulau di Indonesia. Dan padatahun 2100, sekitar 800 riburumah yang berada di pesisirharus dipindahkan dan sebanyak115 dari 18 ribu pulau diIndonesia akan tenggelam akibatnaiknya air laut. Di Bali, yangdiprediksi tenggelam adalah NusaPenida (Suara Karya, 28 maret200).

Beberapa pulau lain yangdiprediksi tenggelam adalahBangka Belitung di KepulauanRiau, Pulau Solor di NTT, PulauWetar, Obi dan Kai di malukuserta pulau Gag di Papua (Suarakarya 28 Maret 2009).

Diperkirakan tahun 2080, NusaDua akan terpisah dari pulau Balidan menjadi pulau sendiri. Ada

500 km2 lebih daerah pesisir Baliakan hilang. Sementara saat ini diTual sudah muncul penyakit dannyamuk berukuran besar ditengah lautan (Semiloka AdaptasiPerubahan Iklim di Kepulauan danPesisir, Sanur Bali 27-28 Oktober2009).

ANCAMAN PERUBAHAN IKLIMTERHADAP PANTURA

Berdasarkan skenario dan survey,perubahan iklim berdampak padakenaikan permukaan air laut diPantura antara 6-10 mm pertahun. Hitungan ini mengandungarti kota-kota di pesisir PanturaJawa seperti Pekalongantermasuk Pemalang dalam jangka100 tahun ke depan akantergenang air laut hingga sejauh2,1 km dari garis pantai, dan kotaSemarang akan mengalami halyang sama sejauh 3,2 km darigaris pantai (Sudibyakto, 2009).

Pesisir Ds. Karangsong, Indramayu

88888 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

WORKSHOPMitigasi dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim17 Februari 2010

Oleh:Eko Budi Priyanto*

LATAR BELAKANG

P emasanan global (globalwarming) saat ini menjadipembicaraan hampir di

seluruh kalangan masyarakat, baikdi tingkat daerah, nasional maupuninternasional. Dampak nyata yangditimbulkan akibat pemanasanglobal adalah terjadinya perubahaniklim (climate change). Ancamanserius yang ditimbulkan diantaranyaadalah naiknya permukaan air laut,naiknya rata-rata temperatur suhuudara dan terjadinya musimkemarau yang panjang.

Abrasi dan intrusi boleh jadimerupakan salah satu pertandadampak dari perubahan iklim.Abrasi di Kabupaten Pemalangterjadi karena kecenderunganmeningkatnya frekuensi gelombangpasang tahunan yangmenyebabkan pantai di beberapadesa pesisir tergerus sepanjangtahun sehingga terjadi pemundurangaris pantai ke arah darat. Abrasitersebut pada umumnya terjadi didesa yang pantainya terbuka dantidak ada tanaman sebagai jalurhijau. Selain abrasi, intrusi jugatelah terjadi di Pemalang hinggasejauh kurang lebih 4 km dari garispantai. Hal ini juga diperparahkarena ekploitasi air tanah yangberlebihan (penggunaan sumur-sumur pinggir pantai) menyebabkanintrusi makin meluas. Diperkirakanpada tahun 2013 jangkauan intrusidi Pemalang mencapai 7,2 km darigaris pantai.

Munculnya jenis penyakit padamusim tertentu akibat nyamukseperti malaria, chikunguya,demam berdarah, gatal-gataldiduga kuat merupakan salah satudampak dari perubahan iklim. DataBMG mencatat bahwa selama 10tahun terakhir telah terjadikenaikan suhu udara rata-ratasebesar 0,7°C. Tidak hanya darisisi bibit penyakit yang cepatberkembang, kenaikan suhu inijuga diikuti oleh rendahnya curahhujan sehingga menyebabkanbeberapa petani mengalami gagalpanen. Dampak yang lebih luasadalah produktivitas panganmenurun seiring denganmenurunnya kualitas tanah dan air.

Gejala perubahan iklim belumsecara penuh disadari dandipahami oleh beberapa SKPDPemalang untuk dapat dimasukkandalam rumusan kebijakan, strategidan program langkah antisipatif.Melihat beberapa hal tersebutmaka dipandang perlu untukmemasukkan rencana strategismitigasi dan adaptasi khususperubahan iklim dari kebijakanpemerintah daerah Pemalang.

WORKSHOP MITIGASI DANADAPTASI TERHADAPPERUBAHAN IKLIM

Workshop berjudul “Mitigasi &Adaptasi Terhadap PerubahanIklim”, telah dilakukan pada hari

Rabu tanggal 17 Februari 2010bertempat di Ruang PertemuanSasana Bhakti Praja Pemalang, Jl.Surohadikusumo No 1 KabupatenPemalang. Workshop ini digagasoleh Wetlands International -Indonesia Program bekerjasamadengan pihak PemerintahKabupaten Pemalang (dalam halini, Kantor Lingkungan HidupKabupaten Pemalang, dalamkerangka Proyek WetlandsLivelihood Project.

Peserta workshop sebanyak 62orang yang terdiri dari: SKPDterkait Pemalang (Bappeda, KantorLingkungan Hidup, Dinas Pertaniandan Kehutanan, Dinas Kelautandan Perikanan, Dinas PekerjaanUmum, Kantor Ketahanan Pangan

Suasana workshop (Foto: Umar)

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 99999

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Dinas Kesehatan, DinasPerhubungan Komunikasi danInformasi, Dinas Pariwisata danKebudayaan, Bagian Perekonomiandan Sumber Daya Alam, BagianTata Pemerintahan, Bagian Hukum);Kecamatan yang mempunyai desapantai; Perwakilan dari pemerintahdesa pantai; Jaringan KerjaKelompok Pesisir Pemalang; LSMLingkungan; Perwakilan kelompoktani/koperasi; Perwakilan darikalangan akademisi danpendidikan; Media masa.

Tujuan:

1. Menyampaikan informasi tentangpemanasan global dan dampakyang ditimbulkan pada pesisirIndonesia pada umumnya danpesisir Kabupaten Pemalangpada khususnya.

2. Menyampaikan hasil kajian bio-fisik-sosial ekonomi pesisirKabupaten Pemalang sebagaiindikasi adanya perubahan iklim

3. Mengembangkan kesepakatan-kesepakatan tentang strategi danprogram aksi untuk adaptasi danmitigasi perubahan iklim.

Workshop dibagi menjadi empat (4)materi bahasan: 1) Kondisilingkungan hidup Kab. Pemalang;2) Antisipasi dampak perubahaniklim terhadap ekosistem pesisir; 3)Hasil kajian baseline data pantaiPemalang; dan 4) Pengalamanproses pembentukan gugus kerja(Task force) perubahan iklim).

KESIMPULAN & REKOMENDASI

Worksop menghasilkan beberapakeseimpulan dan rekomendasi, sbb:

Kesimpulan

1 Segenap pihak yangberkepentingan yang hadirdalam workshop, menyadari

akan penting Upaya Mitigasi &Adaptasi Terhadap PerubahanIklim secara umum dan secarakhusus di KabupatenPemalang, secara terpadu danberkelanjutan.

2 Koordinasi antar instansi dilingkup pemerintah daerahdalam pengelolaan UpayaMitigasi & Adaptasi TerhadapPerubahan Iklim pentingdilakukan untuk mendukung haltersebut.

3 Sosialisasi mengenai Mitigasidan Adaptasi TerhadapPerubahan Iklim penting untukditingkatkan.

Rekomendasi

1 Koordinasi antar instansi dilingkup pemerintah daerahdalam upaya Mitigasi &Adaptasi Terhadap PerubahanIklim penting dilakukan untukmendukung hal tersebut.

2 Revitalisasi/restrukturisasikelembagaan KKMD, agardapat mengakomodasiberbagai stakeholder sertaberperan aktif dalam upayaMitigasi & Adaptasi TerhadapPerubahan Iklim secara umum,dan secara khusus di pesisirKabupaten Pemalang.

3 Revisi PERDA No. 13 tahun1999 tentang Kebijakan GreenBelt Kabupaten Pemalang dimasing-masing kawasanperlindungan setempat(mangrove, sempadan pantai,sempadan sungai), denganmemperhatikan sinergitaskebijakan “bottom-up”, kearifanlokal, peraturan daerah dankondisi sosio-ekonomimasyarakat setempat.

4 Upaya penertiban tambak diwilayah ’green-belt’ sertapenegasan masalah land-tenure.

5 Mendorong dan meningkatkanupaya adaptasi perubahan iklimdi wilayah pesisir denganpenanaman bakau/mangrove dijalur hijau.

6 Perlu adanya programpengembangan usahamasyarakat yang ramahlingkungan, untuk menghindariusaha-usaha yang berpotensimerusak lingkungan.

7 Upaya-upaya penyadaranlingkungan secara umum, dansecara khusus tentangperubahan iklim perlu untukdilakukan (kampanye lingkungan,pembuatan/penyebaran poster,leaflet, booklet, poster,pemutaran film/layar tancap, dsb)diberbagai level usia.

8 Menentukan skala prioritas dari16 desa pantai untukpenanganannya terutama padadesa yang memilki tingkat abrasitinggi. Desa-desa prioritas untukkegiatan rehabilitasi yaitu desadengan tingkat abrasi tinggiseperti desa Tasikrejo,Lawangrejo dan Nyamplungsari.

9 Monitoring dan evaluasiberkelanjutan pada setiapprogram.

10 Hasil workshop perlu tindaklanjut yang nyata dari berbagaipihak.

Mudah-mudahan pertemuan yangmencoba merumuskan kebijakandan upaya-upaya ke depan atasfenomena pemanasan globalkhususnya di Kab. Pemalang ini,yang juga didukung langkah-langkah nyata di lapangan sepertireboisasi dan reforestasi, sertakegiatan-kegiatan ramah lingkunganlainnya yang berkesinambungan,dapat mengurangi dampak daripemanasan global.

*[email protected]

1010101010 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Pengolahan dan Pemasaran

Udang Indonesia

Oleh :Muhammad ILMAN*

Ekspor udang ke negara-negara Eropa, Amerika, danJepang dari Indonesia

merupakan salah satu penggerakindustri perudangan nasional.Seiring dengan trend permintaanudang yang terus bertumbuh,konsumen juga semakin kritis danmenerapkan standard baru yangmenuntut agar udang yangdikonsumsi adalah udang yangaman untuk kesehatan, diproduksisecara ramah lingkungan danramah pada kehidupan socialekonomi masyarakat.

Pelaku produksi udang nasionaldituntut untuk bisa menyesuaikandengan trend kebutuhan konsumensaat ini. Hanya saja, isu ini sulitdirespon secara cepat ditingkatpetambak karena keterbatasaninformasi, modal financial, dankemampuan teknis. Salah satuinisiatif untuk menjembatani antarastandard baru yang mulaiditerapkan konsumen dan kapasitaspelaku perudangan nasional adalahmelalui program SustainableShrimp/Coastal Restoration andConservation in Indonesia (SSCRC)yang diinisiasi oleh IUCN-NL danWetlands International - IP. MelaluiSSCRC diharapkan akan berhasildiproduksi udang bersertifikat dalamjumlah yang memadai di pasarexport yang bisa menciptakandampak positif bagi kehidupansocial dan ekonomi masyarakatserta perbaikan kualitas lingkungan.

GAMBARAN UMUM

Indonesia adalah salah satunegara penghasil udang yangbesar di dunia dengan produksitahunan berkisar antara 300 – 400ribu ton. Sebagian besar udangyang dihasilkan dari kegiatanbudidaya maupun penangkapandipasarkan ke luar negeri terutamanegara-negara Eropa, Jepang, danAmerika. Oleh sebab itu, hinggatahun 2006 di seluruh wilayahIndonesia terdapat hampir 200perusahaan pengolahan udangyang biasanya juga berfungsisebagai eksportir udang. MenurutAdriadi, Ketua APCI SulawesiSelatan, hingga pertengahan tahun2000an industri pengolahan udangdi Indonesia memiliki kapasitasterpasang sekitar 500 ribu ton pertahun.

Secara umum, sebaran wilayahindustri pemrosesan udang diIndonesia bisa dibagi kedalam 5wilayah yaitu: (1) Sumatera; (2)Jawa Bali; (3) Sulawesi; (4)Kalimantan; dan (5) NusaTenggara, Maluku, dan Papua.Volume produksi dan jumlahperusahaan pengolahan udangpada setiap wilayah tersebutditunjukkan pada tabel berikut:

Wilayah Jawa-Bali merupakanlokasi yang memiliki paling banyakperusahaan pengolah/exportirdisusul kemudian wilayah

Kalimantan, Sumatera, danSulawesi. Untuk wilayah Jawasendiri, perusahaan-perusahaanpengolah sebetulnya terkonsentrasidi Jawa Timur, sedangkan diKalimantan terkonsentrasi diKalimantan Timur, dan untukSulawesi terkonsentrasi diSulawesi Selatan.

Sejak awal tahun 2009, jumlahperusahaan pengolahan udang diIndonesia yang masih beroperasitelah menurun drastis hinggakurang dari 50% dari jumlahsemula. Sebagai ilustrasi diwilayah Sulawesi Selatan padatahun 2006 terdapat 13perusahaan pengolahansedangkan saat ini hanya tersisa 6perusahaan (Dhiantani, 2009).Hal yang sama terjadi di wilayahJawa Timur dimana industripengolahan yang sebelumnyaberjumlah 35 (tahun 2006), yangmasih aktif hingga kini hanyasekitar 16 perusahaan.

Disamping jumlah perusahaanyang berkurang drastis, produksiyang dihasilkan oleh setiapperusahaan pun semakinberkurang sehingga hanya 30-50% dari kapasitas terpasang.Gambaran ini berbeda dengantrend volume produksi secaranasional dari tahun ke tahun justrumeningkat seperti yangdigambarkan dalam grafik berikut:

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 1111111111

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Grafik diatas menunjukkan bahwasecara nasional volume exportudang mengalami kenaikan sejaktahun tahun 1999 hingga tahun2008. Sebaliknya selama 10 tahunterakhir terdapat kecenderunganberkurangnya jumlah perusahaanpengolahan dan eksportir udangsecara nasional. Kontradiksi initerjadi karena kenaikan produksiudang sejak tahun 2004 sebetulnyaberasal dari lonjakan produksiVannamei yang hanya terjadididaerah tertentu terutama Lampungdan Jawa Timur. Udang vannameiini pun hanya dikelola oleh sejumlahkecil perusahaan pengolah sepertiPT Central Pertiwi Bahari (CPB) diLampung dan PT Bumi MenaraInternusa (BMI) di Jawa Timur.Sebaliknya, sebagian besarperusahaan diluar Jawa Timur danLampung yang mengandalkanbahan baku udang windu akhirnyaberhenti beroperasi karenaterjadinya penurunan produksisecara drastis sejak akhir 1990an.

VOLUME PRODUKSI

Saat ini, sebagian besar industrihanya bisa mengolah 3-5 tonudang perhari atau sekitar 1000 tonper tahun. Kondisi ini terutamadialami perusahaan pengolahanudang di daerah-daerah Sulawesidan Kalimantan yang lebih banyakbergantung pada pasokan udangmonodon. Sebagai ilustrasi, ekspor

udang wilayah Sulawesi sepanjangtahun 2009 adalah sekitar 6.000MT yang dihasilkan dari 6perusahaan sedang di wilayahTarakan Kalimantan Timur terdapat7 perusahaan dan memproduksisekitar 8.000 – 9.000 MT udang(Ilman et.al, 2009).

Hasil interview dengan beberapapengusaha industri pengolahanudang menunjukkan bahwaminimnya pasokan menjadipenyebab utama terhentinya lebihdari separuh industri pengolahanudang nasional.

RANTAI PEMASARAN

Hingga saat ini tidak terdapat dataresmi yang jelas mengenai luaslahan yang masih aktif beroperasidan teknologi pengelolaannya.Berdasarkan hasil pemantauanWIIP ke wilayah-wilayah Sumatera,Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi,diperkirakan sekitar 70 persenluasan pertambakan nasionaldikelola secara ekstensif (Ilmanet.al. 2009). Tambak-tambak iniumumnya tersebar disepanjangPesisir Timur Sumatera, PesisirUtara Jawa, Pesisir SulawesiSelatan, dan Pesisir TimurKalimantan.

Tambak-tambak dengan teknologiekstensive menghasilkan panendalam jumlah yang sangat kecil,antara 10 – 100 kg/ha/siklus.

Letaknya yang tersebar luas danterpencil menyebabkan munculnyarantai pemasaran yang panjangsebab hasil panen harus melewatiperantara (broker) untuk bisasampai ke perusahaan pengolah.Udang-udang hasil panen tersebutkemudian diolah di perusahaan-perusahaan pengolah yangumumnya terletak di sekitar kota-kota pelabuhan untuk selanjutnyadipasarkan secara lokal ataudiekspor ke luar negeri.

Petambak udang atau nelayankecil biasanya menjual seluruhudangnya ke pengumpul (broker)yang beroperasi di sekitar tambak.Kadang-kadang udang-udangkualitas rendah dijual langsungoleh petambak atau nelayan kepasar local. Petambak/nelayantipe ini jumlahnya dominan secaranasional, contohnya adalahpetambak/nelayan di sekitar CagarAlam Pulau Dua Banten.

Udang-udang yang dikumpulkanoleh broker kemudian dibawa keperusahaan-perusahaan pengolahudang. Broker juga bisa menjualudang-udang ke pasar tradisionaljika harga pasar lokal lebih bagusdibandingkan harga pasar eksportseperti yang sering terjadi di Aceh.Udang juga dijual ke pasar lokal jikakualitas udang dari petambak/nelayan sangat rendah sehinggatidak cocok untuk dijual ke exporter.Broker-broker udang yangberoperasi di wilayah-wilayahperbatasan seperti di pesisir UtaraKalimantan dan Riau juga biasanyamengirim langsung udang-udangnyake negara tetangga sepertiMalaysia dan Singapura.Perusahaan pengolah udang lokaldi perbatasan dengan Malaysia danSingapura juga biasa mengirimkanlangsung udangnya ke Malaysiaataupun Singapura menggunakanbak-bak pendingin biasa.

Dinamika volume dan nilai export udang nasional antara tahun 1999 - 2009

.....bersambung ke hal 14

1212121212 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

..... Sambungan dari halaman 7

Antisipasi Dampak Perubahan Iklim ...........

BAGAIMANA MENGURANGI DAMPAKPERUBAHAN IKLIM

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalamrangka mengurangi dampak perubahan iklim yaitu:

1. Mitigasi

Berbagai tindakan aktif yang dapat dilakukanuntuk mencegah terjadinya perubahan iklim/pemanasan global dan mengurangi dampakperubahan iklim/pemanasan global (penurunanemisi GRK, peningkatan penyerapan GRK, dll)

2. Adaptasi

Berbagai tindakan penyesuaian diri terhadapkejadian akibat terjadinya perubahan iklim/pemanasan global (kesehatan, kualitas udara,kualitas air, dsb).

Kegiatan yang dapat memperlambatPemanasan Global

• Mempertahankan keberadaan hutan danmendorong reforestasi

• Mengembangkan sumber energi alternatif

• Memperlambat jumlah penduduk

• Penggunaan energi yang lebih efisien

• Mendorong terwujudnya perjanjian/hukuminternational tentang Lingkungan Hidup

PERAN MANGROVE DALAM PERUBAHANIKLIM

Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjagakelembaban dan curah hujan kawasan tersebut,sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.Mangrove juga dapat menyerap emisi (CO2).Proses fotosintesis akan merubah CO2 menjadikarbon organik + melepas O2. Mangrove lebihberperan penyimpan karbon dibandingkandengan pelepas emisi karena laju dekomposisiyang rendah.

ADAPTASI SEKARANG UNTUK MENGURANGIBESARNYA KERUGIAN AKIBAT PERUBAHANIKLIM DI WILAYAH PESISIR

Upaya Non struktural(non-fisik)

• Pembuatan petaresiko

• Tata ruang

• Kebijakan

• Penerapan kebijakansempadan pantai

• Penyuluhan kepadapublik

• Mata pencaharianalternatif

Upaya struktural (fisik)

• Metode perlindunganalam (mangrove, hutanpantai, bukit pasir).

• Metode perlindunganbuatan (break water,tembok laut, rumahpanggung)

Kegiatan penghijauan pesisir dan penabatan kanal di lahangambut yang dilakukan WIIP, bagian dari upaya mengatasi

perubahan iklim

1Makalah yang disampaikan pada Workshop: Mitigasi danAdaptasi terhadap Perubahan Iklim, Pemalang, 17 Februari 2010

2-3 Staff Teknis Wetlands International - IP

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 1313131313

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

PELESTARIAN LAHAN BASAH –UNTUK PERUBAHAN IKLIM –

Perubahan iklim adalah salah satudampak negatif akibat kegiatanmanusia yang memacu meningkatnyakonsentrasi gas rumahkaca (GRK).Intergovernmental Panel on ClimateChange (IPCC), satu badan PBB,mengungkapkan bahwa 90% aktivitasmanusia selama 250 tahun terakhirinilah yang membuat planet kitasemakin panas. Sejak RevolusiIndustri, tingkat karbondioksidaberanjak naik mulai dari 290 ppmmenjadi 360 ppm dalam kurun waktu1850 hingga 2000. IPCC jugamenyimpulkan bahwa 90% gasrumah kaca yang dihasilkan manusia,seperti karbon dioksida, metana, dannitro oksida, khususnya selama 50tahun ini, telah secara drastismenaikkan suhu Bumi. PeningkatanGRK di atmosfir diperkirakan menjadipenyumbang munculnya cuacaekstrim, termasuk curah hujan yangekstrim, kekeringan yangberkepanjangan, suhu ekstrim danbadai.

Banyak yang tidak menyadaribahwa dengan hilangnya atauterdegradasinya lahan basah berartimengurangi resiliensi daerah pesisir(yang secara alami biasanya dibentengi oleh lahan basah)terhadap dampak perubahan iklimseperti badai dan gelombang tinggi.Peningkatan tinggi muka air lautdiprediksi akan menghancurkanbanyak lahan basah pesisir yangmemiliki keterbatasan terkaitdengan kemampuan adaptasinya,seperti mangrove yang terbatasioleh pematang di bagian hulu.

Kegiatan penanaman mangrovedalam acara peringatan Hari LahanBasah Sedunia tahun 2010 ini,adalah kegiatan simbolis ataskegiatan berkelanjutan WI-IPkhususnya di kawasan CAPD danwilayah pesisir Desa Sawah Luhur.Sejalan dengan target pemerintahRI untuk mengurangi emisi gasrumah kaca sebesar 26%, WI-IPtelah telah memulai program carbonoffset yang dalam hal ini termasukdalam usaha mitigasi/ adaptasi.

..... Sambungan dari halaman 5

Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia, ...........

(Foto: Yus R.N.)

Program ini merupakan kerjasamaantara WIIP dengan Accionaturayang dikembangkan di pesisir DesaSawah Luhur, Kota Serang, danakan berlangsung selama 15 tahundengan kegiatan utama penanamanmangrove di areal pertambakan.

Proyek ini diharapkan dapatmemberikan kontribusi 10,000 metricton CO2 equivalent selama periodeproyek 15 tahun melalui penanamansekurang-kurangnya 50,000 bibitmangrove di atas lahan tambakterlantar di Teluk Banten seluas 20hektar. Areal ini terletak di dekatCagar Alam Pulau Dua, propinsiBanten.

Semoga, kegiatan penanaman inidapat menjadi motivasi danpenyemangat bagi seluruh stakeholder untuk lebih bersungguh-sungguh menjaga dan melestarikanlingkungan pesisir, serta menjadilebih sadar untuk memanfaatkansumberdaya alam pesisir khususnyadi Desa Sawah Luhur secara bijakdan berkelanjutan.

1414141414 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Perusahaan-perusahaan pengolahudang yang terletak di dekat kota-kota pelabuhan biasanya jugasekaligus merupakan exporter.Sebagian perusahaan-perusahaanlocal tersebut mengekspor langsungudang produksinya ke Jepang,Amerika, Eropa, seperti PT.Sittomas Mulia Sakti (Sulawesi) danPT Samsurya (Kalimantan Timur.Perusahaan tipe ini mendominasijumlah perusahaan pengolah udangdi Indonesia. Sebagian perusahaanlocal tersebut seperti PT KemilauBintang Timur (Makassar) dan PT.Red Ribbon (Medan) hanyamengolah udang hingga pada tahaptertentu dan tidak melakukanexport. Udang-udang hasil olahanlocal tersebut dikirimkan kembali keperusahaan pengolah lanjutan yangsekaligus bertindak sebagaiexporter seperti SK. Food diSurabaya.

MEKANISME PENENTUANHARGA

Pasokan bahan baku udang yangsangat rendah dibandingkandengan kapasitas produksi,menyebabkan timbulnya persaingandiantara perusahaan pengolahdalam memperebutkan bahan baku.Hal ini menyebabkan penentuanharga udang pada periode awalmenurunnya produksi udang secaradrastis (awal tahun 2000) sangatdidominasi oleh pihak petambak.Perusahaan/eksportir tidak punyabanyak pilihan sehingga terpaksamelakukan pembelian udangdengan harga yang lebih mahaluntuk mengamankan pasokanbahan baku bagi industrinya.

Terkadang, harga bahan baku(udang) dan biaya pengolahaannyajustru menjadi lebih mahaldibandingkan dengan hargapenjualannya (export). Banyakperusahaan pengolah/exporterbahkan harus memberikan berbagaiinsentive tambahan sepertipinjaman modal bagi petambakyang bersedia mensuplai udangpada perusahaan tersebut.Persaingan untuk memperolehbahan baku yang berlangsungberlarut-larut inilah yangmenyebabkan banyak perusahaanpengolah/eksportir akhirnyamenghentikan usahanya terutamapada pertengahan tahun 2000an.

Perusahaan yang berhasilbertahan hingga saat inidiperkirakan kurang dari separuhdibandingkan jumlah pada tahun2005. Perusahaan tersebut adalahperusahaan yang bisamempertahankan ketersediaanpasokan bahan bakunya denganstrateginya masing-masing, sepertimampu membeli bahan baku(udang) dengan harga relatif tinggi,dan memperkuat hubungan sosialdengan petambak atau broker.

ISU PELABELAN PRODUK DANSERTIFIKASI MANAJEMEN

Posisi tawar perusahaan pengolahudang yang mengekspor udangnyamasih lemah dibandingkan denganpara buyer/importer terutamadalam hal penentuan kualitasproduk (keamanan pangan).Menurut hasil wawancara denganbeberapa eksportir di Surabaya,Makassar dan Kalimantan Timur,posisi eksporter yang paling lemah

adalah ketika berhadapan denganimportir Amerika disusul kemudianimporter Eropa. Peraturan danprosedur mengenai keamananpangan dan prosedur import,terutama importer Amerika,cenderung lebih kaku dibandingkandengan importir Jepang.

Beberapa perusahaan pengolahudang nasional telah berupaya kerasuntuk memperbaiki kualitaskeamanan pangan produksinya,antara lain dibuktikan dengandiraihnya sertifikat ACC (Amerika),Global GAP (Eropa), dan berbagaistandard manajemen mutu lainnya(ISO, HACCP, Green Card).Sayangnya, keberhasilan ini tidakmendapatkan apresiasi yangmemadai oleh buyer (terutamaAmerika dan Eropa). Hasilwawancara menunjukkan bahwaharga udang di pasar Amerikamaupun Eropa untuk udang yangtelah memiliki sertifikat maupunyang tidak memiliki sertifikat (sepertiACC) ternyata tidak berbeda.

Perusahaan-perusahaan pengolahudang (exporter) mengharapkanagar udang-udang yang diproduksisecara khusus melalui prosedurkeamanan pangan yang tinggi,proses produksi ramah lingkungandan mendorong kesejahteraan soialekonomi masyarakat lokal, sudahseharusnya memperoleh hargakhusus dari konsumen. Meskidemikian, selama proses wawancaradengan eksportir maupun petambak,belum ada yang bisamenyampaikan nilai/tambahan hargayang layak untuk udang produkkhusus tersebut. Gambaran yangmungkin bisa menjadi bahanpertimbangan adalah pengalamanpemberian insentif harga untuk

..... Sambungan dari halaman 11

Pengolahan dan Pemasaran Udang ...........

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 1515151515

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

udang yang dihasilkan tambakorganik di Sidoarjo Jawa Timur.Insentif yang diberikan pada saattersebut adalah berupa tambahanharga 1 US$ diatas harga rata-ratapasar untuk setiap kilogram udang.Keseluruhan insentif tersebutdiberikan oleh buyer kepadakelompok petambak sedangkanpihak perusahaan pengelola tidakmemperoleh insentif.

ORGANISASI PERUSAHAANPENGOLAH DAN PEMASARAN

Perusahaan-perusahaan pengolahikan dan udang nasional yangbiasanya juga merupakanperusahaan eksportir bergabungdalam suatu asosiasi independenyang bernama Asosiasi PengusahaColdstorage Indonesia (APCI).Asosiasi ini dibentuk pada tahun1970an menjadi wadah komunikasiinternal antar pengusaha maupunsebagai perwakilan pengusahadalam menjalin komunikasi denganpemerintah.

Dalam perjalanannya, keberadaanorganisasi APCI tidak begitu kuatdalam membina kerjasama antarpengusaha maupun menyuarakankepentingan pengusaha pengolahudang dalam pengembangankebijakan nasional. Hal ini terlihatdari lemahnya posisi tawar APCIdalam menghadapi pemerintahmaupun mitra mereka yaitu ShrimpClub Indonesia (SCI) dalammenentukan arah kebijakannasional. APCI sangat tidakberdaya untuk menghadapi isupaling krusial yaitu jaminanketersediaan bahan baku (udang).Akibatnya, secara internal setiapperusahaan terlibat persainganyang sangat ketat dalammemperebutkan bahan baku yangsangat langka.

Perusahaan-perusahaan berskalabesar dengan produksiudang lebih dari 50MT/hari seperti PT.CPB cenderung tidakdisukai oleh AsosiasiPetambak Udang(SCI) maupun anggotaAPCI lainnya yangberskala kecil(produksi 1- 10 MT/hari. Hal ini antaralain disebabkankarena adanyakecurigaan bahwaperusahaan besarterlibat dalam upayamerusak harga udang(bahan baku) ditingkat petambak baikdengan caramenaikkan harga maupun dengancara menurunkannya.

Kelemahan-kelemahan iniperlahan-lahan mulai dibenahisecara internal oleh asosiasi.Akhir tahun 2009 lalu APCI mulaidireorganisasi antara lain denganmembentuk kepengurusan dannama baru dari APCI menjadi AP5Iyaitu: Asosiasi PengusahaPengolahan Pemasaran ProduksiPerikanan Indonesia.

Upaya peningkatan produksi udangdi tingkat petambak adalah satu-satunya cara untuk dapatmenyelamatkan usaha perudangannasional yang terpuruk terutamaselama 10 tahun terakhir. Meskidemikian, penyelamatan usahaperudangan nasional tidak bolehterhenti hanya pada upayapeningkat produksi. Perbaikankualitas keamanan pangan,perbaikan lingkungan, danpenciptaan keadilan sosialharuslah juga menjadi persyaratanmutlak dalam pengembanganusaha perudangan nasional.

Kenyataan diatas menunjukkanbahwa Program SSCRC menjadisangat penting bagi usahaperudangan. Sejalan dengan haltersebut, tulisan ini diharapkandapat menjadi masukan yangbermanfaat bagi pengembanganSSCRC lebih lanjut.

Daftar Pustaka

Bank Indonesia. 2010. SistemInformasi Agroindustri BerorientasiEkspor.

Dhiantani, D. 2009. Peran NyataAPCI dalam peningkatan produksiudang, pendapatan, dankesejahteraan petani. Materipresentasi dalam workshopSSCRCR Bogor November 2009.Bogor.

Departemen Kelautan dan Perikanan(DKP), 2009. Indonesian FisheriesStatistics Index 2009. DKP danJICA. Jakarta.

*[email protected]

1616161616 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

KENDALA DALAM SURVEIMANGROVE

M angrove adalah salah satukomponen penting ekosistempesisir dunia yang menutupi

sekitar 75% garis pantai tropis.Mangrove berperan sangat penting,diantaranya melindungi pantai darigelombang dan badai, berperansebagai filter biologi terutama padadaerah polusi, penopang rantaimakanan perairan, dan sebagaipelindung juvenil organisme perairan.Pada beberapa kejadian tsunamiIndonesia, mangrove berperan dalammeredam gelombang dan melindungipemukiman di belakangnya.

Sangat disayangkan, saat ini kawasanmangrove secara umum mengalamipengurangan akibat konversi menjadikawasan pemukiman, industri danpertambakan. Menghadapi masalahini, organisasi-organisasi internasionaldan institusi-institusi pemerintah dibeberapa negara termasuk Indonesiatelah mengimplementasikan program-program pemetaan dan monitoringekosistem mangrove. Pemanfaatanteknologi penginderaan jauh dalampemetaan mangrove akan sangatmemberikan kemudahan dan efisiensidari segi waktu dan logistik.

APLIKASI PENGINDERAAN JAUHUNTUK PEMETAAN MANGROVE

Aplikasi penginderaan jauh dalampengelolaan mangrove terdiri atas tigakategori yaitu inventarisasisumberdaya, deteksi perubahan danpemilihan lokasi untuk budidayaperairan. Saat ini, aplikasi

Potensi Penggunaan Data HYPERSPECTRALuntuk Pemetaan Sebaran Jenis-Jenis Mangrove

Oleh:Thomas F. Pattiasina*

penginderaan jauh dalam pemetaanmangrove pada tingkat dasar sudahcukup mantap, namun pada tingkatanyang lebih jauh yaitu untuk pemetaanmangrove yang lebih detail sampai kepemetaan sebaran jenis mangrovemasih dalam tahap penelitian.

Sejauh ini sudah ada beberapaaplikasi penginderaan jauh baikmenggunakan wahana pesawat udaramaupun satelit yang digunakan untukpemetaan dan monitoring mangrove.Beberapa contoh diantaranya kamerafoto sinar tampak maupun inframerah, rekaman video, multispektral,radar, dan hyperspectral. DiIndonesia, pemetaan dan monitoringmangrove saat ini umumnyamenggunakan aplikasi multispektralseperti citra Landsat TM, LandsatETM+, dan SPOT XS karenabiayanya yang relatif murah. Namundemikian karena keterbatasanresolusi spektral, pemetaan mangrovebelum dapat dilakukan sampai detailyaitu sampai ke tingkat jenismenggunakan data-data tersebut..

Diantara aplikasi-aplikasipenginderaan jauh yang ada,teknologi hyperspectral yangmemungkinkan untuk digunakandalam pemetaan mangrove sampaike tingkat jenis. Hal ini disebabkankarena sensor hyperspectral dapatdigunakan untuk mendiskriminasitampakan di permukaan bumiberdasarkan karakteristik penyerapandan pantulan radiasi elektromagnetikpada interval panjang gelombangyang sempit, dibandingkan dengansensor multispektral yangkonvensional.

Teknologi hyperspectral yang jugadikenal dengan dengan ImagingSpectrometer merupakan kelanjutandari teknologi multispectral.Hyperspectral merupakan paradigmabaru dalam dunia penginderaan jauh.Pada beberapa dekade sebelumnya,teknologi hyperspectral hanya dikenaldi kalangan pakar dan peneliti.Namun dengan munculnya sistemairborne hyperspectral yangkomersial, kini teknologi ini semakindikenal oleh kalangan luas.

Hingga saat ini telah banyak sensorhyperspectral yang dikembangkandan digunakan untuk berbagaikeperluan, diantaranya adalah:Airborne Hyperspectral Scanner(AHS), Airborne Visible InfraRedImaging Spectrometer (AVIRIS),Airborne Hyperspectral ImagingSystem (AHI), Airborne ImagingSpectrometer (AISA), TheHyperspectral Digital ImageryCollection Experiment (HYDICE),Hyperspectral Scanners (HyMap),dan HYPERION, sensorhyperspectral pertama yangmengorbit bumi dan diluncurkan padabulan November, 2000.

PENGGUNAAN DATAHYPERSPECTRAL UNTUK STUDIVEGETASI

Data hyperspectral adalah suatubentuk dari perekaman spektrumelektromagnetik yang terdiri dari 100saluran atau lebih yang meliputispektrum sinar tampak, inframerahdekat, inframerah menengah daninframerah termal. Lebar tiap saluran(bandwidth) 10 nanometer (10-9 m)

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 1717171717

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

atau lebih kecil. Bandingkan denganinterval saluran sinar tampak merahpada sensor Lansat ETM+ selebar 60nanometer atau saluran infra merahdekatnya sekitar 140 nanometer.Dengan interval saluran/kanal yang lebihsempit dan jumlah yang lebih banyak,sensor hyperspectral dapat digunakanuntuk melakukan pemisahan, klasifikasidan identifikasi objek di muka bumisebagaimana objek aslinya.

Teknologi hyperspectral sebenarnyatelah berhasil dikembangkan untukmendukung penelitian-penelitianvegetasi di permukaan bumi (Schmidtand Skidmore, 2003; Schuerger et al.,2003; Zarco-Tejada et al., 2004). Hal inidimungkinkan karena data hyperspectralberisi informasi yang terkait denganmateri-materi biokimia tumbuhan.Penelitian tentang kualitas dan kuantitastumbuhan, dinamika vegetasi danaspek-aspek ekologi tumbuhan telahdilakukan oleh para ahli denganmenggunakan data hyperspectral. Halyang paling penting adalah adanyapenelitian-penelitian tentang potensipemanfaatan data hyperspectral iniuntuk mendikriminasi dan memetakantumbuhan sampai ke tingkat jenis.

Gambar berikut ini adalah salah satucontoh penggunaan citra hyperspectralHymap (milik Integrated Spectronics,Australia) untuk mendeteksi dampakkegiatan konstruksi di Pelabuhan PortHedland, Australia terhadap ekosistemmangrove di sekitarnya. Mangroveyang terkena dampak tutupan debudiwarnai kuning/magenta, sedangkanmangrove yang bebas debuditunjukkan dengan warna hijau.

DATA HYPERSPECTRAL UNTUKPEMETAAN SEBARAN JENIS-JENIS MANGROVE

Penelitian-penelitian tentang potensidan kemungkinan penggunaan datahyperspectral untuk memetakansebaran vegetasi mangrove sampaike tingkat jenis saat ini sedanggencar-gencarnya dilakukan. Demurodan Chisholm (2003) telahmenggunakan data hyperspectral darisensor HYPERION (USGS EROSData Center, USA) yang meliputi 220saluran spectral di antara 400 nm dan2500 nm untuk mendiskriminasikandelapan kelas mangrove di Australia.Hal serupa dilakukan oleh Hirano dkk(2000) yang menggunakan data darisensor AVIRIS yaitu sensor denganbandwidth 9,6 nm yang berkisarantara panjang gelombang 400 nmdan 2450 nm untuk memetakansebaran mangrove di Florida.

Gambar: Citra Hymap Pelabuhan Port Hedland,Australia (sumber: www.csiro.au)

Tantangan saat ini adalah mencobadengan data hasil perekaman sensorhyperspectral dengan wahana satelitmaupun pesawat udara. Hal initidaklah mudah karena banyak faktoryang akan berpengaruh dan perlumendapat perhatian seperti fluktuasidari energi sinar matahari, kondisiatmosfir harian, aksesibilitas, efekdari formasi-formasi kanopi, efekpergantian musim dan perbedaanantara energi lampu yang digunakandi laboratorium dengan energimatahari. Diharapkan agar penelitian-penelitian yang dilakukan dapatmemberikan hasil yang diharapkandan dapat menjawab permasalahan-permasalahan di atas, sehingga akansemakin mempermudah pekerjaanpemetaan mangrove dan mendukungupaya pengelolaan ekosistemmangrove di Indonesia ke depan.

PUSTAKA

Demuro, M., Chisholm, L., 2003.Assessment of Hyperion for characterizingmangrove communities.

Hirano, A., Madden, M., Welch, R., 2003.Hyperspectral image data for mappingwetland vegetation.

Schmidt, K.S., Skidmore, A.K., 2003.Spectral discrimination of vegetation typesin a coastal wetland.

Schuerger, A.C., et al. 2003. Comparisonof two hyperspectral imaging and two laser-induced fluorescence instruments for thedetection of zinc stress and chlorophyllconcentration in bahia grass (Paspalumnotatum Flugge.).

Vaiphasa C., Ongsomwang S., VaiphasaT., Skidmore A. K. 2005. Tropicalmangrove species discrimination usinghyperspectral data: A laboratory study.Estuarine, Coastal and Shelf Science.

Zarco-Tejada P.J., Miller, J.R., Morales, A.,Berjón, A., Agüera, J., 2004. Hyperspectralindices and model simulation forchlorophyll estimation in open-canopy treecrops.

* Staf Pengajar Jurusan Perikanan FPPKUniv. Negeri Papua (UNIPA) Manokwari

Email: [email protected]

Walaupun masih dalam skalapenelitian laboratorium, denganmempelajari karakteristik spektraldari jenis-jenis mangrove yangberbeda-beda, Vaipasha dkk (2005)telah membuktikan bahwahyperspectral data sesungguhnyadapat digunakan untuk membedakanmangrove sampai pada tingkat jenis.

Gambar: Sensor HYPERION (atas) danSatelite EO 1 yang memuat sensor

HYPERION (bawah)

1818181818 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Hasil KajianBASELINE DataDesa PantaiPemalang

Oleh:Ir. Gianto*

W ilayah pesisir KabupatenPemalang mempunyaipotensi yang tak ternilai

harganya bagi masyarakat. Perairanpantai tidak saja merupakan sumberpangan yang produktif, tetapi jugasebagai gudang mineral, alurpelayaran, tempat rekreasi dan jugasebagai tangki pencerna bahanbuangan hasil kegiatan manusia.Besarnya sumber alam yangterkandung didalamnya hayatimaupun non-hayati serta anekakegunaan yang bersifat gandamerupakan bukti yang tidak dapatdisangkal, bahkan menjadi tumpuanharapan masyarakat dalam usahamemenuhi kebutuhan pangan yangterus menerus meningkat.

Kabupaten Pemalang mempunyaipanjang pantai kurang lebih 34,6Km terbentang dari wilayah palingTimur yaitu Desa TasikrejoKecamatan Ulujami sampai wilayahpaling Barat pantai DesaLawangrejo Kecamatan Pemalang.Di sepanjang pesisir pantai terdapatbanyak kawasan pertambakan dantanaman mangrove atau hutanmangrove untuk perlindunganmenanggulangi abrasi air laut.

Hutan mangrove merupakanekosistem yang sangat unik bagiekosistem daratan. Hutan mangrovemerupakan akhir dari seluruhproses kegiatan di daratan,

sedangkan bagi ekosistem lautanekosistem hutan mangrovemerupakan awal proses kegiatanekosistem lautan. Karena posisinyadi tengah ekosistem besar daratandan lautan, maka hutan mangroveakan mendapat tekanan baik dariekosistem daratan maupunekosistem laut. Oleh karena itulahkelestarian ekosistem ini sangatmudah terancam.

Keseriusan Instansi Pemerintahdalam menyelamatkan danmelestarikan hutan mangrovesalah satunya adanya programGerakan Nasional RehabilitasiHutan dan Lahan atau sering disingkat GNRHL / Gerhan dankegiatan penghijauan yang lainnya.Namun keberhasilan rehabilitasimangrove masih sangat belummemuaskan. Kekurang berhasilandalam rehabilitasi hutan mangrovedisebabkan beberapa hal,diantaranya faktor yang sangatpenting adalah posisi dankeberadaan masyarakat dalamrehabilitasi mangrove. Oleh karenaitu perlu dilakukan upayarehabilitasi yang partisipatif,berbasis masyarakat denganmendasarkan pendekatan lokal

dan kearifan tradisional sertamelakukan langkah-langkah yangsistematis dan terkoordinatif agargerakan rehabilitasi mangrove lebihmeningkat baik kualitas maupunkuantitasnya.

Permasalahan yang muncul di pesisirKabupaten Pemalang saat ini adalahkemungkinan telah terjadinya intrusiair laut, musim yang sudah berubah,timbulnya beberapa penyakit yangada dikalangan masyarakat,penurunan hasil pertambakan danterjadinya abrasi air laut yang cukupparah serta datangnya rhob besaryang yang sering terjadi.

SURVEI DAN ANALISA

Pengambilan data dilakukan padaresponden sebanyak 160 orang, laki-laki sebanyak 141 orang (88 %) danperempuan 19 orang (12 %).Responden laki-laki lebihmendominasi dikarenakan laki-lakilebih banyak ditemui dan berinteraksidi lapangan serta mengetahuitentang kondisi lingkungannya. Laki-laki menjadi tulang punggung dantumpuan hidup bagi keluarga.

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 1919191919

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Jumlah anak responden lebihbanyak laki-lakinya yaitu sebanyak271 orang ( 51 %) daripada anakperempuan sebanyak 259 orang(49 %). Rata-rata respondenmempunyai jumlah anak perkeluarga sebanyak 3 orang. Anaklaki-laki di daerah pesisir lebihbanyak dibandingkan dengan anakperempuannya.

Mata pencaharian respondenterbanyak adalah sebagai petanisebanyak 118 orang (73,75%)yang terdiri dari petani sawah dantambak, sedangkan yang palingsedikit adalah sebagai nelayansebanyak 8 orang (5%). Usahanelayan dianggap memerlukanbiaya usaha nelayan terlalu besar/mahal dan mempunyai resiko yangsangat tinggi.

Rata-rata pendapatan masyarakatdesa pantai Pemalang relatifrendah karena masih beradakurang dari Rp 1.000.000.Penghasilan paling tinggi adalahpegawai disusul kemudian petani,pedagang dan nelayan.

Kepemilikan lahan tambakmayarakat desa pantai rata-ratahanya 1,01 ha dan lahanpersawahan seluas 0,8 ha. Lahantambak saat ini digunakan untukusaha budidaya ikan (bandeng danudang) dan untuk usaha budidayarumput laut (di Desa Pesantren).Rata-rata produksi usaha tambakmasih rendah di bawah idealkarena pengelolaan tambakdilakukan secara tradisional atausemi intensif. Sedangkan lahanpersawahan sebagian besardikelola untuk usaha tanaman padidengan masa tanam 2 (dua) kalidalam setahun dengan sistempengairan setengah teknis dantadah hujan dalam arti penanamanpadi dilakukan pada saat musimpenghujan dimana air dalamkeadaan tidak asin.

Rata-rata jarak rumah respondenke pantai sejauh 1,99 km, kesungai sejauh 0,6 km dan ketambak sejauh 1,6 km. Jarakrumah yang terlalu dekat denganpantai mempunyai resiko yangtinggi terkena banjir/rhob demikianjuga air sumur dangkal sudahterasa asin.

PENDUKUNG BANJIR/RHOB

Berdasarkan informasi responden,pada tahun 1988 telah terjadibanjir besar yang disebabkan olehjebolnya bendungan Sokawati danluapan air sungai mencapaiketinggian rata-rata 1,26 meter.Banjir ini mengakibatkan rumah,sawah, tambak terendam dansebagian kecil jalan menjadi rusakserta mengakibatkan korban jiwa didesa Kendaldoyong.

Sedangkan banjir rutin (rhob) yangcukup besar terjadi rata-rata 4 kalidalam setahun yang biasanyaterjadi dua bulan sebelum musimpenghujan dan dua bulan sesudahmusim penghujan. Rhob besar inimencapai ketinggian rata-rata 0,97m yang mengakibatkan rusaknyaareal pertambakan terutamatanggul-tanggul yang jebol/rusak,tapi rhob ini tidak sampai merusakrumah atau jalan desa. Rhobterjadi karena air laut pasang/naikke daratan tanpa adanyapenghambat/tidak adanyamangrove (jalur hijau) yangmemadai karena mangrovesebelumnya banyak yang ditebanguntuk dikonversi menjadi tambak.Terdapat kecenderunganpeningkatan besarnya Rhob pada5 tahun terakhir ini.

Perbaikan lingkungan dengan caramelakukan penanaman mangrove,tanaman pantai dan tanamanlainnya telah dilakukan olehbeberapa instansi maupun LSM

seperti Dinas Kelautan danPerikanan, Dinas Pertanian danKehutanan dan Kantor LingkunganHidup Kabupaten Pemalang.

PENDUKUNG INTRUSI

Intrusi adalah perembesan air lautke daratan. Intrusi ini sangatmempengaruhi kondisi dan kualitasair sumur di dalam tanah. Hasilsurvey dilapangan menunjukkanbahwa penggunaan air minum olehmasyarakat dari air PDAM adalahsebanyak 23,13 % hanya berada didesa Lawangrejo, Sugihwaras,Widuri dan Danasari. Sedangkanyang menggunakan sumur artesismencapai 65,63%, tersebar didaerah Asemdoyong,Nyamplungsari, Klareyan,Kendarejo, Pesantren, Mojo,Limbangan, Ketapang, Blendung,Kertosari, Kaliprahu dan Tasikrejo.

Kedalaman sumur artesis yangmencapai lebih dari 100 m menjaditumpuan dari sebagian masyarakatpesisir karena airnya jerih dan tidakpernah mengalami kering.Sedangkan yang menggunakansumur dangkal dalam memenuhikebutuhan air minum sehari-harihanya sebesar 3,12 % dan sisanyaadalah 8,12 % menggunakan dariair isi ulang.

Kondisi air sumur dangkal rata-ratasedalam 10 m dan dari segirasanya sebesar 90 % menyatakanasin sedangkan sisanya merasakantawar sebesar 10 %. Menurutinformasi masyarakat mengatakanbahwa air sumur tidak pernahkering (52,5 %), air sumur kadang-kadang kering 41,25 % dan yangmengatakan air sering kering hanya6,25 %. Air sumur kering terjadipada saat musim kemarau yaitupada bulan Juni-Agustus.

.....bersambung ke hal 26

2020202020 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

MARERO (Lumnitzera littoralis)Kayu Adat Orang TAMAKURI

Oleh:Elieser V. Sirami*

Tamakuri adalah salahsatu etnik yang menempatipesisir utara provinsi Papua,

tepatnya bagian paling Timurdataran Waropen. Berdasarkansebaran sosial budaya, orangTamakuri tergolong orang WaropenRonari. Kampung Mitiwi yangditempati orang Tamakuri terletak ditepi sungai Kowerai. Secaraadministratif kampung Mitiwimerupakan bagian dari wilayahkabupaten pemekaran MamberamoRaya. Bahasa yang dituturkan etnikTamakuri adalah bahasawarembori.

Wilayah hutan kampung Tamakurididominasi oleh vegetasi mangrove,rawa dan hutan pegunungandataran rendah. Daerah berhutan inimembentang ke arah timur sampaiberbatasan dengan wilayah orangTeba di sebelah barat muara sungaiMamberamo. Ke selatan mulai darimuara Yaimena dan mengikuti alursungai Kowerai hingga berbatasandengan dua telaga besar yaitutelaga Yandoi dan Warare.

Terdapat empat klan (keret) besaryang memiliki hak ulayat ataswilayah hutan di kampungTamakuri. Klan Femake danBatawasa adalah dua klan yangmempunyai hak atas wilayah hutanmangrove. Sedangkan klenDomake dan Takuri menguasaiwilayah hutan rawa hingga daerahtelaga sampai perbatasan kampungBagusa di sebalah barat DAS

Lumnitzera littoralis (Foto:Elieser V. Sirami)

Mamberamo. Sekalipun adabatasan wilayah ulayat darimasing-masing klan, namun tidakada larangan bagi suatu klan untukmemanfaatkan hasil hutan dalamwilayah ulayat klan lain. Kondisi initerjadi karena hubungankekerabatan di antara orangTamukuri sudah sangat kuatberlangsung sangat lama.

Masyarakat Tamakuri tergolongmasyarakat desa hutan yangmemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari meramu hasil hutan secaratradisional. Taraf hidup mereka punmasih sangat rendah. Bentuk-bentuk pemanfaatan hasil hutanmangrove yang mereka lakukanumumnya sama dengan suku-sukupesisir lainnya di Papua, yaitusebagai sumber bahan bangunan,pangan, obat-obatan, bahanpenghara perkakas, dan upacara-upacara adat. Hutan mangrove jugadigunakan sebagai tapal bataswilayah ulayat dari tiap klan.

BAHAN BANGUNAN NOMORSATU

Interaksi yang sangat lama denganlingkungan hutan mengrove, telahmenciptakan kearifan lokalmasyarakat Tamakuri terhadapjenis-jenis mangrove yang seringmereka manfaatkan. Salah satujenis yang bernilai guna tinggisebagai bahan bangunan adalahkayu Marero atau Lumnitzeralittoralis. Oleh orang waropen yangbermukim di sebelah barat pesisirwaropen, marero dikenal dengannama kayu manderi. Jenis inimerupakan bahan bangunan nomorsatu dibanding jenis-jenis mangroveyang lain. Keunggulan kayu marero(L. littoralis) adalah tidak dapatdirusak oleh organisme perusakseperti cacing kayu. Walaupunterendam air ratusan tahun kayu iniakan tetap kuat dan masih dapatdigunakan hingga tujuh generasi,asalkan terlindung dari cahayamatahari langsung dan hujan.

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 2121212121

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

Ketika hendak mendirikan sebuahbangunan, terlebih dahulu dihitungjumlah, panjang dan diameter kayumarero yang dibutuhkan sesuaibagian-bagian bangunan. Bilaakan digunakan sebagai tiangrumah biasanya ukuran diameteryang dipilih adalah 10-25 cm.Sebagai koseng dipilih kayudengan diameter 10-15 cm.Sedangkan untuk penyangga atap,ukuran diameternya berkisarantara 5-7 cm, selain itu digunakanjuga sebagai kayu penyanggayang ditempatkan di atas tungkumasak untuk menaruh kayu bakardan mengasar ikan dan daginghasil buruan.

Pohon yang akan ditebang adalahpohon yang pucuk atau salah satucabangnya tidak cacat (patah).Jika salah satu pucuk ataucabangnya patah maka akanterdapat gerowong pada bagiandalam pohon sehingga pohontersebut tidak layak dijadikanbahan bangunan. Pohon yangakan dijadikan bahan bangunantidak perlu berada pada fasemasak tebang atau sudah tua.Pada umur berapa pun dapatdigunakan sebagai bahanbangunan asalkan sesuai denganukuran diameter yang dibutuhkan.Karena cara pengambilan yangdemikian maka perhitungan akankebutuhan bangunan harusdilakukan setepat mungkin agardalam pengambilan kelestariannyatetap terjaga dan stok tetaptersedia dalam kelas-kelasdiamater yang sudah biasadigunakan pada tiap bagianbangunan.

Kayu yang sudah diambil dikupasbagian kulitnya kemudian dijemurselama kurang lebih 1-4 mingguuntuk mengurangi kadar air.Setelah itu barulah digunakanuntuk mendirikan rumah.

Perlakuan lain yang juga dilakukanadalah dengan perendaman dalamair. Perendaman ini dilakukan bilakayu-kayu tersebut akan dibentukmanjadi paralatan lain sepertidayung dan alo-alo papeda(sejenis senduk untuk membuatpapeda). Tujuannya adalah agarkayu tetap dalam kondisi tidakterlalu keras sehingga mudahdibentuk. Menurut mereka jikadibiarkan tanpa direndam (tetapkering) kayu ini sangat keras danakan menyulitkan pada saatdibentuk.

TANDA KASIH SAYANG

Bila seorang pria meninggal duniasetelah mendirikan rumah darikayu marero, tiang-tiangpenyangga rumah yangditinggalkan akan diambil olehanak-anak atau dibagikan kepadasaudara-saudaranya untukmembangun rumah mereka.Mengambil atau membagikantiang-tiang rumah kepada anak-anak atau saudara-saudaraalmarhum merupakan tanda kasihsayang dari mereka kepada orangyang telah mendirikan rumah.Kebiasaan ini hanya dilakukanapabila jenis kayu yang digunakan

sebagai tiang rumah adalah kayumarero (Lumnitzera littoralis). Bilarumah yang ditinggalkan dibangundengan jenis kayu lain, ritual initidak dilakukan. Daya tahannyaterhadap kerusakan adalah alasanmengapa kayu ini dijadikan tandakasih sayang. Selama kayu inimasih tetap berdiri menyanggarumah tinggal mereka, makaselama itu pula kenangan darisang mendiang tetap hidup ditengah-tengah orang yangdikasihinya. Karena kualitas dannilai budaya kayu marero, makasampai saat ini orang Tamakurimenganggap jenis mangrove inisebagai kayu adat mereka.

Perlu dilakukan penelitian yanglebih akurat mengenai katahananjenis kayu marero (L. littoralis)terutama terhadap seranganorganisme perusak kayu dan dayatahannya di dalam air setelahdijemur selama 1-4 minggu.

*Staf PengajarJurusan Manajemen Hutan

Fakultas KehutananUniversitas Negeri Papua

E-mail: [email protected]

Mitiwi. Kampung orang Tamakuri di tepi sungai Kowerai (Foto: Elieser V. Sirami)

2222222222 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

KUSKUS (Phalangeridae)Salah Satu Kekayaan Hayati di Taman Nasional LautTeluk Cendrawasih

Oleh:Freddy Pattiselanno*

Taman Nasional Laut TelukCenderawasih (TNLTC)terletak pada koordinat

1o43’LS – 3o22’LS dan 134o06’BT –135o10’BT ditetapkan sebagai satu-satunya kawasan konservasi lautdi Papua, melalui Surat KeputusanMenteri Kehutanan No. 472/Kpts-II/1993 tanggal 2 September 1993.Dari luasan 1.453.500 ha, daratanpada pulau-pulau di dalamkawasan sekitar TNLTC kuranglebih 55.800ha.

Sebagai taman nasional laut,sebagian besar potensi biologiyang ada merupakankeanekaragaman sumber dayapessir. Walau demikian, kekayaanfauna daratan (terrestrial fauna)memiliki prospektif secara ekologissebagai penyebar tanaman dieksosistem hutan hujan tropismaupun sumber protein hewanibagi masyarakat sekitar. Salahsatu potensi yang terdapat didesa-desa di sepanjang pesisirpantai dalam kawasan ini diketahuimerupakan habitat asli dari jenissatwa yang dilindungi termasukkuskus (Phalangeridae)

SISTEMATIKA ZOOLOGY DANPENYEBARAN KUSKUS

Kuskus adalah jenis hewanberkantung yang termasuk dalamfamili Phalangeridae yang menurutPetcoz (1994) dilukiskan sebagai

satwa yang agak besar dan kokohdengan panjang tubuh seukuranternak babi berumur dua bulan.Lebih lanjut dijelaskan bahwakantung pada hewan betinaberkembang dengan baik,membuka ke depan danmempunyai empat buah putingsusu. Menzies (1991)mendeskripsikan kuskus memilikikepala bundar, mempunyai buluseperti wool dan bersifat soliter,arboreal dan nocturnal. Sedangkanmenurut Flannery (1994) kuskus(Phalanger) adalah jenis arborealherbivora besar (biasanyamencapai bobot badan lebih daridua kilogram) dan memanfaatkanjenis daun-daunan, buah, bungadan kulit pohon sebagai sumberpakannya.

Menurut Petocz (1994), mamaliadarat di Papua terdiri atas tigasub-klas yaitu Prototheria (petelur),Marsupilia (berkantung) danEutheria (berplasenta). Marsupiliadikategorikan lagi ke dalam duaordo yaitu Polyprotodonta yangbersifat karnivor dan yang bersifatherbivor. Kuskus merupakan salahsatu dari lima famili yang tergolongdalam ordo Diprotodonta yaitufamili Phalangeridae (Menzies,1991).

Penyeberan jenis kuskus kelabu(Phalanger) sangat luas di seluruhhutan hujan dataran rendah Papuasampai dengan ketinggian 1500mdi atas permukaan laut meliputi

daerah Yapen, Biak, Supiori sampaike Teluk Cenderawasih, sedangkankuskus berbintik menyebar disebelah utara Papua terutamasekitar Gunung Cyclop (Petocz,1994).

JENIS KUSKUS YANGTERDAPAT DI SEKITARKAWASAN TNLTC

Di kawasan sekitar TNLTC,berdasarkan deskripsi morfologidiketahui bahwa di lokasi penelitianterdapat dua jenis kuskus masing-masing Kuskus coklat biasa/Kuskus timur (Phalanger orientalis)dan Kuskus totol biasa (Spilocuscusmaculatus) (Gambar 2). Jikaditelusuri berdasarkan hasilpenelitian yang pernah dilakukan dipulau New Guinea, penyebaran P.orientalis di Irian Jaya (Papua) yaitudi Pulau Japen, Biak-Supiori dan disekitar Teluk Cenderawasih (Petocz,1994). Sedangkan menurutFlannery (1994). Sedangkan S.maculatus merupakan jenis yangdiintroduksi ke Papua dan saat inimenyebar hampir di seluruh Papua(Flannery, 1994). Kuskus tergolongpada satwa yang terancam punah(endangered) dan menujukepunahan (vulnerable) dan padasaat ini sebagian besar dari FamiliPhalangeridae secara hukumdilindungi dan tercantum dalamAppendix II Konvensi CITES(Anonimous, 1996).

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 2323232323

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

.....bersambung ke hal 27

P. orientalis mempunyai tandayang sangat khas dan olehmasyarakat setempat dapatdibedakan secara langsung yaitugaris dorsal tengah yang geleapmemanjang dari dari bagian dahisampai ekor dan bagian distal ekortidak mempunyai bulu. Walaupunwarna bulu tubuh bervariasi tetapiumumnya jenis yang dijumpai dilokasi penelitian memiliki warnacoklat kegelapan. Selain itu jugasalah satu penciri species iniadalah warna bulu bagian bawahtubuh termasuk dada berwarnaputih sampai kekuningan.

Menurut Petocz (1994) P. orientalismempunyai wilayah penyebaranyang luas di seluruh hutan hujandataran rendah Papua mulai daripermukaan laut sampai pada

ketinggian tempat 1500m. Halmana sejalan dengan pernyataanFlannery (1994) yang menjelaskanbahwa species ini sangat umumdan penyebarannya luas karenaditemukan menempati arealperkebunan yang dekat denganpemukiman manusia.

Selanjutnya menurut Flannery(1994), warna bulu kuskus jantanbiasanya abu-abu sampai abu-abukeputihan dan betina berwarnamerah kecoklatan. Yangmembedakannya dengan specieslain yaitu garis gelap yangmemanjang dari kepala sampai kebagian belakang. Sedankanmenurut Petocz (1994) warna bulupada species ini sangat berragam,mempunyai telinga yang pendektetapi menonjol jika dibanding jeniskuskus lainnya.

S. maculatus mempunyai cirikhusus yang digunakan olehmasyarakat sebagai dasar untukidentifikasi yaitu bobot badan yanglebih besar dibanding species laindengan totol pada bulu yangwarnanya bervariasi. Bulunyaseperti wol dengan variasi warnayang tinggi kuning gading, coklatmuda bahkan kelabu kecoklatan.

Menurut Petocz (1994) S.maculatus sama sekali tidakmempunyai sedikitpun garis dorsaldan telinganya hampir seluruhnyatertutup oleh bulu. Terkadangcorak totol sama sekali bisa tidakditemukan. Flannery (1994)menjelaskan bahwa variasi warnabulu yang sangat ekstrimditemukan pada species ini mulaidari putih, kuning, kelabu sampaikecoklatan.

PERBURUAN KUSKUS OLEHMASYARAKAT

Perburuan satwa dilakukan untuktujuan yang beragam, dan didaerah tertentu ketika aksesterhadap sumber protein hewaniasal ternak terbatas makapemanfaatan satwa untuk tujuandikonsumsi menjadi sangatdominant. Sebagian besarresponden memanfaatkan kuskusuntuk tujuan dikonsumsi, ataudengan kata lain aspek ketahananpangan menjadi penting bagimasyarakat di Kampung Arui.Penelitian Farida, dkk (2001)menunjukan bahwa pemanfaatankuskus untuk dikonsumsi jugadilakukan oleh masyarakat di TimorBarat, Nusa Tenggara Timur.Kondisi ini sejalan denganpernyataan Pattiselanno (2004)bahwa pemanfaatan satwa untukdikonsumsi memberikan kontribusiyang signifikan terhadap

Gambar 1. Jenis kuskus yang ditemukan di lokasi penelitian:Phalanger orientalis (atas) dan Spilocuscus maculatus (bawah)

2424242424 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

Sekelumit PerikehidupanCAPUNG

Oleh:Pudji Aswari*

Capung (Odonata) adalahbangsa serangga yangmemerlukan habitat

perairan untuk kelangsunganhidupnya. Di alam capungberperan penting yaitu sebagaipemangsa dan indikatorlingkungan perairan. Denganmelalui proses metamorfosissederhana, telur yang diletakkanoleh capung dewasa akanberkembang menjadi nimfa yangakhirnya menjadi dewasa. Padatahapan nimfa inilah capungmenghuni habitat perairan. Secarafisik habitat perairan tempatberkembangnya nimfa, dapatberupa air yang tidak mengalirdan air yang mengalir. Air yangtidak mengalir dapat berupadanau, kolam, kubangan, atautampungan air hujan, sedangkanair mengalir berupa sungai besar,sungai kecil, selokan, ataupunsaluran irigasi.

Sesuai dengan kelompoknya,nimfa capung ada yang dapatditemukan pada akar tumbuhansepanjang tepi sungai, padavegetasi yang ada padapermukaan air, pada permukaanlumpur atau pasir di dasarperairan, di antara serasah, disela-sela lumpur, permukaan batuatau kayu yang ada di perairantersebut. Terdapat perbedaanbentuk nimfa antara satu sukudengan suku yang lainnya yangmerupakan bentuk adaptasidengan habitat yang spesifik.Nimfa capung yang termasuk

suku Gomphidae memiliki bentuktubuh gemuk dan pipih sertatertutup oleh rambut-rambut(setae) dan berkaki panjang.Rambut-rambut pada tubuhnya inimembuatnya cocok hidup diantara endapan-endapan atausedimen. Lumpur akan menempelpada rambut-rambut yangmenutupi tubuhnya sehinggaterlindung dari pemangsa. Kaki-kakinya yang panjang berfungsiuntuk menahan agar tubuhnyatidak terperosok ke dasarperairan. Nimfa capung darisuku Calopterygidae hidup direrumputan yang menggayut ditepian sungai. Tubuhnya panjangberwarna kuning berkamuflasedengan rumput yang hampirmengering, sehingga tidak mudahdilihat oleh pemangsanya. Dalamperkembangannya, nimfa capungmengalami 10-12 kali prosespergantian kulit (instar). Setiapinstar memerlukan waktu berkisar3 hari – 6 bulan, tergantungjenisnya. Stadium nimfa yangsudah siap menjadi dewasa akanmerangkak keluar dari air,biasanya diam pada batu atautanaman yang ada di sekitarperairan. Di tempat inilah nimfainstar terakhir akan berubahmenjadi capung dewasa.

Pada awalnya capung dewasatubuhnya masih lunak, berwarnapucat serta belum kelihatan aktif.Dalam hidupnya capung dewasamelalui dua tahapan, yaitu masaprareproduksi dan masa

reproduksi. Masa prareproduksiberlangsung sejak muncul dewasadan mampu untuk terbang hinggamasa sebelum masak seksual,sedangkan masa reproduksiadalah waktu di mana capungdewasa siap berkembang biak.Pada masa prareproduksi capungbiasanya terbang menjauhi habitatawal dia muncul (kolam, danauatau sungai). Capung betinabiasanya terbang lebih jauhdibanding capung jantan yangmasih relatif dekat dengan habitatperairan. Hal ini disesuaikandengan tugas capung jantandalam menjaga daerahteritorialnya, untuk regenerasiberikutnya. Sambil menunggukembalinya capung betina yangsudah memasuki masareproduksi, capung jantanmelakukan aktivitas antara lainberupa gerakan terbang naikturun di atas permukaan air,bercengkerama dengan jantansejenis (Gb. 1), atau memburujantan jenis lain yang melintasmelewati teritorialnya.

Capung purba (anak bangsaAnisoptera) yang terbangnya kuatbisa sampai ke hutan, sedangkancapung jarum (anak bangsaZygoptera) yang terbangnya tidaksekuat capung Anisoptera, baikjantan maupun betinanya masihtetap tinggal di lingkungan air.Jenis-jenis capung jarum iniumumnya kita jumpai pada habitatsungai sehingga bisa dikatakansebagai capung sungai. Dari

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 2525252525

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

aktivitas terbang inilah capungdewasa dapat dibedakan dalamdua tipe, yaitu tipe terbang dantipe hinggap. Capung tipe terbangadalah capung yang aktif terbang.Aktivitas terbangnya bisa jauh darikolam atau sungai, atau hanyasebatas di sekitarnya baik padasaat mencari makan maupunmencari pasangannya, contohnyaOrthetrum pruinosum (Gb. 2).Capung tipe hinggapmenghabiskan sebagian besarwaktunya untuk hinggap, sekali-kali terbang hanya pada saatmenangkap mangsanya, ataumempertahankan teritorialnya darigangguan capung jenis lain. Olehkarena itu capung ini mudahditangkap. Beberapa contohcapung jarum yang hidup disungai adalah Heliocyphafenestrata, Neurobasis chinensis,Vestalis luctuosa, dan Euphaeavariegata. Jenis Heliocyphafenestrata (Gb. 3), Neurobasischinensis dan Orthetrumpruinosum menyukai hinggappada batu, yang ada di bagiantepi maupun tengah sungai,sedangkan Vestalis luctuosa (Gb.4) dan Euphaea variegatamenyukai hinggap pada rantingtanaman tepi sungai yang tidakterlalu tinggi dan ternaungi.Neurobasis chinensis hanya dapatdijumpai pada ruas sungai yangterbuka dan banyak terkena sinarmatahari di lokasi tertentu saja,sehingga dikatakan distribusinyalokal. Sungai dan habitatsekitarnya sangat menentukankehidupan capung yang tentunyabermanfaat juga bagi manusia,oleh karena itu habitat perairanperlu dijaga kelestariannya.

* Laboratorium Entomologi, BidangZoologi (Museum Zoologi Bogor),

Puslit Biologi – LIPI, Widyasatwaloka,Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46,

Cibinong 16911E-mail: [email protected]

Gambar 1. Capung jarum Coeliccia membranipesjantan bercengkerama (Foto: Giyanto)

Gambar 2. Capung purba Orthetrum pruinosumyang baru tertangkap sebagai tambahan koleksi

laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi (MuseumZoologi Bogor), Puslit Biologi-LIPI (Foto: Giyanto)

(a) (b)

Gambar 3. Capung jarum Heliocypha fenestrata jantan (a) danbetina (b) (Foto: Giyanto)

(a) (b)

Gambar 4. Capung jarum Vestalis luctuosa jantan (a) danbetina (b) (Foto: Giyanto)

2626262626 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

Intrusi air laut di wilayah pesisirKabupaten Pemalang berdasarkanhasil survey diperkirakan mencapai2,53 Km ke arah daratan, salah satupenyebabnya adalah belum adanyajalur hijau yang ideal di setiap desapantai dan banyaknya penebangantanaman mangrove untukpembuatan areal tambak danperuntukan lainnya. Kondisi airsumur yang terasa asin sudahberlangsung lama lebih dari 10tahun yang lalu. Air sumur dangkalyang dapat dimanfaatkan olehmasyarakat untuk memenuhikebutuhan air minum masyarakathanya sebesar 3,12%.

PERSAWAHAN/PERKEBUNAN

Lahan sawah di pesisir pantai Kab.Pemalang sebagian besar dikelolauntuk usaha tanaman padi denganmasa tanam 2 (dua) kali dalamsetahun dengan sistem pengairansetengah teknis dan tadah hujandalam arti penanaman padidilakukan pada saat musimpenghujan dimana kondisi air dalamkeadaan tidak asin. Sebanyak 66 %masyarakat mengganggap bahwahasil dari usaha sawah telah mampumemenuhi kebutuhan kehidupansehari-hari. Pupuk yang digunakanumumnya Urea dan TSP.

Akibat dampak perubahan iklim,terjadi perubahan pola tanam padi.Dahulu petani sawah memulaimenanam pada bulan Oktober-Maret namun saat ini susahditentukan bulannya karenamusimnya sudah mengalamipergeseran waktu.

KESEHATAN

Sehubungan dengan kesehatanberdasarkan hasil surveykecenderungan dan ranking tertinggi

penyakit yang muncul adalah flu,pilek, batuk dan panas terjadi padaanak-anak disebabkan karenakeadaan cuaca di wilayah pesisirsangat panas. Penyakit yangdianggap paling sering olehmasyarakat adalah sakit panas.

Berdasarkan informasi darimasyarakat, penyakit yangdiakibatkan oleh nyamuk sebanyak31,88 % terdiri dari penyakit demamberdarah dan Chikungunya. Kualitasair yang menurun jugamengakibatkan timbulnya penyakitkulit (kutil/catak dan gatal).Sebanyak 46,88 % masyarakatmengangap bahwa penurunankualitas air meyebabkan timbulnyapenyakit tersebut. Berdasarkaninformasi yang ada bahwamasyarakat bila terkena penyakit 95% mereka membawa ke puskesmasterdekat dan sisanya hanya sebesar5 % berobat ke Dokter.

Dalam hal pembuangan sampahtingkat kesadaran masyarakatsudah cukup tinggi yaitu sebanyak81,9 % masyarakat membuangsampah di rumah dan dibakar,sebanyak 13,1% membuangsampah di lubang dan ditimbundan hanya 5 % membuangsampahnya di sungai terdekat.

Kebutuhan pangan seperti nasi,sayur dan buah sebanyak 89,3 %masyarakat menyatakan masihdapat memenuhi kebutuhanhidupnya untuk nasi, sayursedangkan 10,7% mengatakankekurangan terutama untukkebutuhan buah-buahan.

GREEN BELT

Pada era 10 – 20 tahun yang lalu,sebanyak 60 % masyarakat pantaimenganggap kondisi pantainyamasih hijau dibandingkan dengan

saat ini yang sudah berubah menjadigersang walupun sudah ada upayapenghijauan kembali baik olehmasyarakat dan pemerintah.

Sebanyak 94,4 % masyarakatmenyatakan konversi mangrovemenjadi peruntukkan lain menjadipenyebab angin laut lebih kencangmenerjang daratan yang menyebabkanlahan panas dan gersang.

Menurut informasi yang diperoleh dariresponden sebanyak 52,5%menghendaki adanya jalur hijau yangideal selebar 100 m. Hal ini mengingatarti pentingnya jalur hijau sebagaipencegah abrasi, intrusi, pelindungangin dan peneduh.

Kesadaran masyarakat Pemalangtentang arti dan manfaat jalur hijausudah cukup baik. Hal ini bisa dilihatdari kemampuan masyarakat dalamhal rehabilitasi mulai dari teknispembibitan dan penanaman yangsudah banyak dilakukan olehmasyarakat pesisir yang tergabungdalam kelompok tani penghijauan, baikyang bekerjasama dengan pemerintahmaupun LSM dan swadayamasyarakat secara murni.

SUHU UDARA RATA-RATA

Berdasarkan data yang diperoleh dariBMG Tegal, diprediksi terjadipeningkatan suhu udara rata-rataselama 10 tahun terakhir sebesar0,71°C dengan peningkatan sepertiterlihat dalam grafik di bawah ini.

..... Sambungan dari halaman 19

Hasil Kajian BASELINE Data Desa Pantai Pemalang ........

26.6

26.8

27

27.2

27.4

27.6

27.8

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tahun

Suhu

*LSM Yayasan Sahabat Alam Indonesia

Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010Edisi Februari, 2010 2727272727

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

..... Sambungan dari halaman 23

KUSKUS (Phalangeridae) ........

pemenuhan konsumsi proteinhewani masyarakat di daerahpedalaman Papua. Dalam skalayang lebih luas, Prescot-Allen danPrescot-Allen (1982) menyetakanbahwa sedikitnya ada 62 negara didunia yang penduduknyamemanfaatkan satwa sebagaisumber protein hewani.

Pemanfaatan dalam bentuk lainyaitu untuk tujuan komersial jugadilakukan oleh sebagian kecilresponden disamping untukdikonsumsi (Gambar 2). Kegiatanperburuan biasanya dilakukansetelah ada pesanan ataupermintaan hewan hidup dari kotaNabire. Hasil buruan selanjutnyaaka dibawa ke Nabire dimanatransaksi jual beli akan dilakukandi sana. Harga jual seekor kuskushidup biasanya bervariasi antaraRp. 100.000 sampai dengan Rp.200.000. Hasil penelitian Sinery(2006) menunjukan bahwa hargajual seekor kuskus hidup diManokwari berkisar antra Rp.100.000 sampai dengan Rp.200.000, sedangkan harga jual

seekor kuskus di Biak tergantungpada ukuran besar kecilnya tubuhyaitu sekitar Rp. 30.000 sampaidengan Rp. 50.000. Farida, dkk(2001) melaporkan bahwa di NusaTenggara Timur kuskus hidup ataumati dijual di pasar tradisonalseharga Rp. 15.000 sampaidengan Rp. 25.000 per ekor.

Dari salah satu desa sample didalam kawasan TNLTC yaitu didesa Arui kombinasi peralatanberburu kuskus yang digunakanoleh responden ditunjukkan sepertipada Gambar 3.

Penggunaan alat buru dalamkegiatan perburuan kuskus di desaArui cukup bervariasi, terdiri dariperalatan yang sangat sederhanasampai modern. Parang dantombak (kalawai) relatif lebihbanyak digunakan untuk berburudibandingkan peralatan lain.Walaupun demikian terlihatpenggunaan alat buru modern(senjata) dalam aktivitas perburuankuskus di desa Arui. MenurutPeres (2000) serta Redford dan

Robinson (1987) masyarakat diwilayah hutan tropis lainnya jugamulai mengadopsi teknikperburuan modern denganmenggunakan senjata api. Imangdkk. (2002) menyatakan bahwapengaruh dari luar danmodernisasi ikut mempengaruhicara berburu dan peralatan buruyang digunakan dan berdampakterhadap hasil buruan dankeberadaan satwa buruan di lokasiberburu.

Dilihat dari potensi danpemanfaatannya oleh masyarakatsudah waktunya masyarakatbelajar untuk melakukan budidayakuskus sebagai sumber proteinhewani keluarga khususnya didaearah yang akses terhadapsumber protein hewani introduksiterbatas. Namun demikian polapemanfaatan yang berkelanjutanperlu juga mendapat perhatiansemua pihak di dalam dan sekitarkawasan TNLTC.

*Laboratorium Produksi TernakFakultas Peternakan Perikanan dan

Ilmu KelautanUniversitas Negeri Papua Manokwari

Email: [email protected] 2. Pemburu dengan kuskus hasil buruan

Gambar 3. Jenis peralatan yang digunakan dalamberburu kuskus.

2828282828 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dokumentasi Perpustakaan

Angelsen, A. 2009. RealisingREDD+National Strategy and Policyoptions. CIFOR, xxiv + 359.

Diposaptono, S., Budiman Nad {et.al}.2009. Menyiasati Perubahan Iklim diWilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil,Penerbit Buku Ilmiah Populer.

Murharjanti, P., F. Ivalerina, G.B.Indarto. 2009. Menuju Peradilan ProLingkungan. ICEL. vii + 63.

Rahmadani, F. dan Z. Pador.2009. Menyatukan Asa,memperkuat Tindakan monitoringkasus Kejahatan Kehutanan danEvaluasi Pelaksanan InstruksiPresiden No.4 tahun 2005 diProvinsi Jambi, Institut HukumSumberdaya Alam (IHSA).

Santoso, T. 2009. Buku panduanEksaminasi Publik Atas PutusanPengadilan, Partnership Kemitraandan ICEL. v + 90.

Wei, D.L.Z., A. Bloem, S. Delanyand {et.al}. 2009. Status ofwaterbirds in Asia: Results of theAsian Waterbird Census: 1987-2007.Wetlands International.

Hasudungan, F. dan Lili M. 2009.Kajian Bio-Fisik Lahan Gambut(Luas, Ketebalan, Topografi,

Biodiversity, Vegetasidan Stok karbon) diLokasi Kerja PT.Persada dinamikaLestari. WI-IP,Bogor.

Lubis, I.R. danD. Sutaryo.2009. kajian

Potensi SitusRamsar dan Nilai

Percontohan di ke-16 lokasi ProyekGreen Coast fase II. Di PropinsiAceh dan Pulau Nias (LaporanTeknis). WI-IP. i + 22.

Planet bumi menyimpan metana dalam jumlah besar??..dengan emisi rumah kaca 72 kali lebih buruk dari CO2..

Tahukah Kita

Muslihat, L., DipaR., Ferry H. danIwan T.C.W. 2009.RapidAssessmentSurvey LokasiKerja PT PersadaDinamika Lestaridi KabupatenHulu SungaiUtara KalimantanSelatan. WI-IP, Bogor.

Sutaryo, D. 2009. Laporan JejakPendapat Melalui Angket danWebsite Terkait PerdaganganKarbon. W-IP. v + 15.

Wetlands International-IP. 2009.Report On Land Cover Assessment(Including Information on the CurrentStatus of Forest, Ground Cover,Rehabilitation and Canal Blocking inBlock A North EMRP). WI-IP. viii +74.

Planet bumi menyimpan metana beku dalam jumlah yang sangat besar yang disebut dengan methanehydrates atau methane clathrates. Metana beku banyak ditemukan di kutub utara dan kutub selatan. Bila esmencair, maka kedua gas rumah kaca ini akan dilepaskan ke atmosfer. Jumlahnya tidak main-main! Lapisanes Kutub Utara mengandung 2 kali lipat jumlah karbon yang ada di atmosfer. Penelitian dua puluh lebihilmuwan lingkungan yang dikepalai oleh Profesor Ted Schuur dari University of Florida yang dimuat dalamjurnal Bioscience edisi September 2008 menunjukkan bahwa 1.672 miliar metrik ton karbon terkurung dibawah lapisan es dan jumlah ini dua kali lipat dari 780 miliar ton karbon yang ada di atmosfer saat ini(sumber: Ekathimerini). Para ilmuwan juga memperkirakan bahwa Antartika menyimpan kurang lebih 1.500miliar ton metana beku, dan gas ini dilepaskan sedikit demi sedikit ke atmosfer seiring dengan semakinbanyaknya bagian-bagian es di antartika yang runtuh.

Pemanasan global membuat suhu es di kutub utara dan kutub selatan menjadi semakin panas, sehinggametana beku yang tersimpan dalam lapisan es di kedua kutub tersebut juga ikut terlepaskan ke atmosfer.Dapat dibayangkan betapa mengerikannya keadaan ini: Bila Antartika kehilangan seluruh lapisan esnya, maka1.500 miliar ton metana tersebut akan terlepas ke atmosfer! Ini belum termasuk metana beku yang tersimpandi dasar laut yang juga terancam mencair karena makin panasnya suhu lautan akibat pemanasan global.

Sebagaimana kita ketahui, metana memiliki emisi gas rumah kaca 72 kali lebih buruk dari CO2. Lebih banyakmetana yang terlepas ke atmosfer berarti makin parah pula pemanasan global yang kita alami. Sudah saatnyakita sebagai penduduk dunia melakukan tindakan nyata untuk menghentikan semua proses yang mengarahpada kehancuran ini.

(sumber: http://www.perubahaniklim.net)