dream it . plan itfafaf

12
9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 1/12 MONDAY, JUNE 13, 2011 Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia Pendahuluan Penerapan perencanaan kota di dunia mempunyai sejarah yang panjang yang dapat dianalisis dari keberadaan kota‐kota tua yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Namun konsep perencanaan kota modern dimulai sejak abad ke‐19 saat terjadi Revolusi Industri dimana negara‐negara di Eropa mulai mengalami tekanan dan permasalahan seperti perumahan, udara, air, dll (Relph, 1987). Hingga abad ke‐20 mulai diperkenalkan berbagai macam bentuk kota dengan segala kelebihan dan kekurangan serta dampaknya terhadap lingkungan. Urban sprawl yang merupakan bentuk dasar terbangunnya kota, semakin hari semakin mendapat kritik kecaman dikarenakan oleh berbagai sisi negatif yang melatarbelakanginya dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi (Newman and Kenworthy, 1989). Pada tahun 1970, ide tentang keberlanjutan (sustainability) mulai menjadi topik penting dan aliran utama di setiap literatur perencanaan kota. Maka ide kota kompak (compact city) muncul dan dipandang lebih berkelanjutan dibanding urban sprawl dalam teori perencanaan kota. Dalam strategi pengembangan kota masa depan, keberlanjutan merupakan “elemen inti” dan solusi bagi urban sprawl. Berbagai pengertian tentang konsep urban sprawl yang pada intinya yaitu “…unplanned, uncontrolled, uncoordinated.”. Ciri‐ciri lain yaitu bukan fungsi campuran (mix of uses), tidak mempunyai batas lahan yang jelas, kepadatan rendah, berpola pita atau garis, menyebar, melompat, atau terisolasi dan sangat bergantung pada kendaraan. Ciri‐ciri seperti itu mendominasi kota‐kota di dunia 50 tahun yang lalu dan dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan budaya. Dampak dari urban sprawl yaitu pemborosan energi, mahalnya kebutuhan infrastruktur, kemacetan karena peningkatan lalulintas, segregasi sosial ekonomi, polusi udara, dll. SEARCH! Search LABELS! Jepang (1) Jogja (21) Korea (5) Kuliner (9) Lyrics (5) Solo (8) Tata Ruang (8) ARCHIVE! 2012 (1) 2011 (42) Jun (2) Tahapan Perkembangan Kota di Indonesia Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indones... May (1) Apr (13) Mar (6) Feb (7) Jan (13) ME! AULIA SABRINA GAYATRI SLEMAN, YOGYAKARTA, INDONESIA DREAM IT . PLAN IT . DO IT FIND A DREAM YOU CAN FOLLOW

Upload: fathy-urbany-burhanuddin

Post on 12-Apr-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

xzcfa

TRANSCRIPT

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 1/12

M O N D A Y , J U N E 1 3 , 2 0 1 1

Compact City : Surga atau Neraka PerkotaanIndonesia

PendahuluanPenerapan perencanaan kota di dunia mempunyai sejarahyang panjang yang dapat dianalisis dari keberadaan kota‐kotatua yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Namunkonsep perencanaan kota modern dimulai sejak abad ke‐19saat terjadi Revolusi Industri dimana negara‐negara di Eropamulai mengalami tekanan dan permasalahan sepertiperumahan, udara, air, dll (Relph, 1987). Hingga abad ke‐20mulai diperkenalkan berbagai macam bentuk kota dengansegala kelebihan dan kekurangan serta dampaknya terhadaplingkungan. Urban sprawl yang merupakan bentuk dasarterbangunnya kota, semakin hari semakin mendapat kritikkecaman dikarenakan oleh berbagai sisi negatif yangmelatarbelakanginya dalam aspek lingkungan, sosial danekonomi (Newman and Kenworthy, 1989). Pada tahun 1970,ide tentang keberlanjutan (sustainability) mulai menjaditopik penting dan aliran utama di setiap literaturperencanaan kota. Maka ide kota kompak (compact city)muncul dan dipandang lebih berkelanjutan dibanding urbansprawl dalam teori perencanaan kota.Dalam strategi pengembangan kota masa depan,keberlanjutan merupakan “elemen inti” dan solusi bagi urbansprawl. Berbagai pengertian tentang konsep urban sprawlyang pada intinya yaitu “…unplanned, uncontrolled,uncoordinated.”. Ciri‐ciri lain yaitu bukan fungsi campuran(mix of uses), tidak mempunyai batas lahan yang jelas,kepadatan rendah, berpola pita atau garis, menyebar,melompat, atau terisolasi dan sangat bergantung padakendaraan. Ciri‐ciri seperti itu mendominasi kota‐kota didunia 50 tahun yang lalu dan dipengaruhi oleh faktorekonomi dan budaya. Dampak dari urban sprawl yaitupemborosan energi, mahalnya kebutuhan infrastruktur,kemacetan karena peningkatan lalulintas, segregasi sosialekonomi, polusi udara, dll.

S E A R C H !

Search

L A B E L S !

Jepang (1)Jogja (21)Korea (5)Kuliner (9)Lyrics (5)Solo (8)Tata Ruang (8)

A R C H I V E !

► 2012 (1)

▼ 2011 (42)▼ Jun (2)TahapanPerkembangan Kotadi Indonesia

Compact City : Surgaatau NerakaPerkotaan Indones...

► May (1)

► Apr (13)

► Mar (6)

► Feb (7)

► Jan (13)

M E !

AUL IA SABRINA GAYATRI

SLEMAN, YOGYAKARTA,

INDONESIA

D R E A M I T . P L A N I T . D O I TF I N D A D R E A M Y O U C A N F O L L O W

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 2/12

Seperti yang telah disebutkan diatas, model kota kompaktelah menjadi solusi alternatif dari urban sprawl dimana kotakompak lebih menitikberatkan tentang intensifikasi kota,menciptakan batas pertumbuhan kota, pembangunan mixed‐use, dan memfokuskan pada transportasi publik dan urbandesign. Pada awal tahun 1990, kebijakan kota kompak secaraantusian diimplementasikan oleh berbagai negara. Khususnyadi Inggris dan seluruh Eropa menjadikan pembangunanberkelanjutan sebagai tujuan mereka. Namun pada saat itubanyak pula yang mengkritik bahwa model kota kompak tidakakan membawa keadaan kota kepada keberlanjutan karenaterdapat banyak keterbatasan dan kesulitan dalampengembangannya. Urban sprawl menjadi menarik padatingkat individual. Dimana sebuah survey di Amerikamenyatakan bahwa kebanyakan orang ingin mempunyairumah besar dengan halaman luas serta kendaraan yangbagus. Hal ini menjadi kontradiksi dimana  di satu sisimenciptakan peluang bagi pengembang properti dan layanannamun disisi lain menciptakan sprawl yang membuat daftarpermasalahan kota semakin panjang termasuk diantaranyakemacetan lalulintas, kurangnya lahan produktif, polusiudara dan mahalnya infrastruktur (Duany, 2000). Yangmenjadi kesulitan ialah kompleksitas dari “kota kompak”atau “smart growth”  dimana mengandung berbagai macamdefinisi, syarat sebagai solusi urban sprawl. Harus adadefinisi akurat tentang kota kompak sehingga dapat dianalisismanakah yang ya, mana yang bukan merupakan bentukkompak. Riset tentang kota kompak sangat dihambat olehkurangnya konsensus mengenai pengertian dan tidak adanyapengakuan indikator sebagai pengukuran (Burton, 2002).Sebagai hasilnya, sangatlah dibutuhkan untuk mengetahuimanakah yang merupakan kota kompak dan bagaimanakonsep ini berkembang secara internasional. Maka modelkota kompak tidak dapat langsung diterapkan begitu sajaterhadap sebuah kota namun harus dilakukan riset padatingkat individual maupun kolektif sehingga bisa sajamenciptakan variasi baru dalam model kota kompak.Pentingnya mengenal karakteristik wilayah untukmenciptakan kehidupan yang nyaman, terjangkau,berkelanjutan dalam aspek sosial‐budaya, lingkungan sertaekonomi.Tulisan ini akan memuat bagaimana urban sprawl terbentukhingga kepada kota kompak dan difokuskan kepada topikintensifikasi kota, contoh kota kompak di negara‐negaraEropa serta kemungkinannya untuk diterapkan di negaraberkembang khususnya Indonesia.

Urban sprawlSebelum Revolusi Industri yaitu pada akhir abad ke‐18,sebagian besar masyarakat hidup di daerah desa (rural area).Meskipun kota telah ada sejak ribuan tahun yang lalu namunjumlah manusia yang hidup di kota sangat kecil. HinggaRevolusi Industri terjadi dimana penemuan teknologi semakinmaju dan kegiatan industri menggantikan pertanian, mesin‐mesin ditemukan, inovasi di bidang kesehatan meningkat,urbanisasi sehingga terjadi ledakan jumlah pendudukkhususnya yang hidup di kota. Newman (2002)

Seeing is BelievingThailand: Day 5

I'm a studentat GadjahMadaUniversity,Department

of Architecture andPlanning, Urban PlanningProgramme

VIEW MY COMPLETE PROFILE

F O L L O W E R S !

Join this sitewith Google Friend Connect

Members (33)  More »

Already a member? Sign in

L I N K !

Aga Pasda PWK 09Arif Djuwarno PWK 09Budi Irawan PWK 09Candra Irfandita PWK 09Made Bhela PWK 09Melisa Ayulanda PWK 09Novia Valentina PWK 09Nur Azizah PWK 09Raisa Savitri PWK 09Rendy Adrian PWK 09Ria Roida PWK 09Zeindha Hamidi PWK 09

T W E E T S !

By: TwitterButton.com

A N O T H E R B L O G

B L O G S T A T !

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 3/12

mengkategorikan bentuk kota ke dalam 3 fase. Pertama, kotatradisional terbentuk dengan ciri‐ciri luasnya hanya kuranglebih 5 km jarak dari ujung ke ujung. Kota ini berkembanghanya pada jangkauan pejalan kaki. Kedua, saat dimanaditemukannya kereta dan trem yang menghubungkan satutempat dengan tempat lainnya dan memungkinkanpenyebaran tempat tinggal hingga mencapai 20‐30 kmtergantung kemampuan moda transportasi. Ketiga, saatdimana teknologi kendaraan seperti mobil dan busditemukan. Kemunculan kendaraan seperti ini yangmempengaruhi bentuk kota karena dapat mengembangkankota ke segala arah hingga mencapai 50 km dari pusat kota.Hal ini mengakibatkan kepadatan yang rendah karenamanusia menghindari pusat kota yang penuh polusi dankebisingan dari kegiatan industri. Hal tersebut wajar karenakota tidak lagi menyediakan tempat tinggal yang nyaman.Maka terbentuklah kota satelit atau suburban. Kemajuanteknologi transportasi memfasilitasi antara kota (tempatkerja) dengan suburb (tempat tinggal). 

Pemilihan lokasi hunian di piggiran kota dengan asumsi hargalahan yang lebih murah dan kondisi udara yang masih sehat.Penduduk yang semula menyewa rumah, dengan semakinmeningkat pendapatan sebagian penduduk memilih lokasitinggal di luar kota agar memiliki rumah tingal sendiri.Sebagian penduduk yang berpenghasilan rendah denganterpaksa menempati rumah tinggal yang sempit dan kumuh.Menurut Gillhan (2002), empat karakteristik urban sprawlyaitu pembangunan yang menyebar atau melompat,pembangunan area komersial yang memanjang, kepadatanrendah dan pengunaan tunggal. Urban sprawl adalahfenomena yang komplek. Satu lagi karakteristik yaitukurangnya public space.

KeberlanjutanKata berkelanjutan dapat diartikan sebagai polapembangunan manusia. Meadow dalam studinya, The Limitsto Growth (1972), memperkirakan bahwa akan terjadi kiamatdalam sistem global di abad ke‐21 jika pertumbuhan tetapdan konsumsi sumberdaya terus berjalan konstan sepertikeadaan sekarang tanpa intervensi. Langkah yang harusditempuh untuk menghindari atau paling tidakmemperlambat terjadinya kehancuran yaitu denganmengelola kehidupan dalam aspek lingkungan, ekonomi dan

I S I T G O O D E N O U G H ?

fabulous

good

bad

Jumlah suara hingga sekarang:7 Jajak pendapat ditutup 

   3 (42%)   4 (57%)

  0 (0%)

7 1 9 2 6

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 4/12

sosial secara berkelanjutan untuk kehidupan di masa yangakan datang.Pembangunan berkelanjutan dapat diartikan pula sebagaipembangunan yang mempu memenuhi kebutuhanmasyarakatnya masa kini tanpa mengabaikan kemampuangenerasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka (EkoBudiharjo). Maka harus ada pembangunan yang sinergis danberimbang dalam pemanfaatan sumberdaya, arah investasidan orientasi pembangunan.Dari segi lingkungan, dua permasalahan pada urban sprawladalah inefisiensi penggunaan lahan, serta tingkat polusiudara yang tinggi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnyabahwa urban sprawl sangat menarik pada tingkat individualseperti rumah mewah yang besar dan halaman yang luas,namun pada tingkat komunal hal tersebut sangat merusak.Dampaknya yaitu berkurangnya daya dukung lingkungan dankerusakan habitat alami flora dan fauna. Polusi udara yangterjadi juga menyebabkan global warming. Jika dulu sejakRevolusi Industri polusi disebabkan oleh kegiatan industri,namun sekarang lebih disebabkan oleh emisi kendaraanbermotor.Dalam segi ekonomi, urban sprawl sangat tidak efisienterutama dalam penyediaan infrastruktur oleh pemerintahlokal. Hal yang harus dibiayai seperti pembangunan jalan,serta sarana dan prasarana lain. Namun hal yang jelas bahwaurban sprawl sangat menguntungkan pengembang properti.Aspek sosial sangat sulit untuk diukur secara akurat. Sisinegatif yang dapat dilihat seperti: terbatasnya pilihan modatransportasi bagi kalangan miskin karena mahalnya hargakendaraan; munculnya ketakutan dan kegetiran masyarakatterhadap bahaya berlalulintas; bahaya paparan polusi yangmenyebabkan buruknya kesehatan; dll.Dibutuhkan 5 elemen dalam pengembangan kota danperencanaan wilayah agar keberlanjutan dapat terlaksana.1)    Penghematan penggunaan energi dan limbah buangan per

kapita.2)      Meminimalisir konversi lahan terutama lahan produksi

pangan.3)      Meminimalisir penggunaan material yang membahayakan

lingkungan.4)    Reboisasi atau reklamasi lahan‐lahan yang terbengkalai.5)      Melakukan penghijauan untuk mereduksi kebisingan dan

polusi.Wacana sustainability dalam desain kota dan arsitekturmerupakan isu lama yang sulit untuk terwujud. Hal itudisebabkan karena terlalu banyak aspek yang perludiperhatikan. Beberapa aspek fisik desain kota berkelanjutanadalah sebagai berikut.

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 5/12

Kota KompakTerdapat banyak definisi dari kota kompak. Burton (2000)dalam tulisannya menyatakan pendekatan kota kompakadalah meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatanpenduduk permukiman, mengintensifkan aktifitas ekonomi,sosial dan budaya perkotaan, dan memanipulasi ukuran kota,bentuk dan struktur perkotaan serta sistem permukiman.Pada awal tahun 1900, Uni Eropa telah mengembangkanmodel kota kompak sebagai bentuk kota yang palingberkelanjutan. Keunggulan dari kota kompak yaitu pertama,menghemat sumberdaya dan energi (lahan, transportasi,polusi, sampah), yang kedua pengkonsentrasian kegiatan dipusat kota untuk menghindari munculnya kota satelit disekitar pusat kota. Jelas mengapa negara‐negara majuseperti Uni Eropa sudah begitu memprioritaskan kepadapenghematan energi, perubahan sistem transportasi, dll.Karena di negara maju, biaya bukanlah menjadi kendala.Maka model kota kompak mudah untuk diwujudkan.Roychansyah (2005) menyebutkan 6 faktor penting sebagaiatribut kota kompak yaitu: pemadatan populasi,pengkonsentrasian kegiatan, intensifikasi transportasi publik,ukuran optimal kota, kesejahteraan sosial‐ekonomi danproses menuju kota kompak.

Keenam atribut tersebut merupakan satu kesatuan yang tidakdapat dipisahkan. Jika ada salah satu komponen tidakmemenuhi syarat maka suatu kota belum bisa dikatakansebagai kota kompak.Ciri kota kompak menurut Dantzig & Saaty (1978) paling tidakdapat dilihat dari 3 aspek yaitu bentuk ruang, karakteristik

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 6/12

ruang, dan fungsinya.

Menurut Eko Budiharjo prinsip‐prinsip kota hijau yaitupertama, tata guna lahan yang menghargai alam, menjagabadan air, topografi dan ruang terbuka. Kedua, orientasipada pejalan kaki (pedestrian) dengan pola lingkunganswasembada sehingga warga kota dapat berbelanja,berekreasi, bersekolah, bersosialisasi dengan berjalan kakisaja. Ketiga, pendayagunaan system transportasi umumterpadu dilandasi prinsip Transit Oriented Development,dengan menempatkan kawasan permukiman, perkantoran,perdagangan, dekat stasiun atau simpul transportasi.Keempat, memanfaatkan berbagai metode untukmemperlambat laju kendaraan agar jalan raya menjadi lebihaman dan nyaman, lazim disebut dengan traffic calming.Kelima, intensifikasi penggunaan lahan agar kota menjadikompak, dengan prinsip pusat‐pusat jamak, polisentris, ataumulticenter.Sebenarnya kota kompak merupakan konsep tradisional baginegara‐negara Eropa yang sudah diterapkan sejak abadpertengahan (wall cities). Indikasi umumnya yaitupembangunan yang intensif, terdapat pemisah antara lahanterbangun dengan non‐terbangun seperti benteng yangditerapkan pada zaman dahulu namun sekarang digunakangreen buffer atau sejenisnya, lalu ukuran kota yang dapatdijangkau dengan berjalan kaki. Dibalik kelebihan yangtertera diatas ada beberapa kelemahan dari kota kompakseperti: upaya pengurangan pergerakan horisontal justrumeningkatkan pergerakan vertikal seperti lift, eskalator yangtidak hemat energi; suhu panas yang ditimbulkan gedung‐gedung tinggi; daya dukung lingkungan yang menampungbeban berat akibat kepadatan yang dipaksakan; dll.

Kota Kompak dan Negara MajuKota‐kota di Jepang sudah mulai menerapkan kota kompakcontohnya Osaka dan Kyoto dimana keberadaan ruangterbuka sulit ditemui karena pemanfaatan yang intensif.Bentang lahan Jepang berupa perbukitan dan pegunungan,maka kota yang berada pada topografi datar yang sedikitjumlahnya begitu diintensifkan dan perbukitan digunakansebagai area konservasi. Hal ini yang dimaksudkan bahwa

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 7/12

kota didedikasikan sebagai pusat budidaya manusia agartidak mengorbankan kelestarian alam. Untuk transportasiJepang telah memiliki sistem subway yang berlapis‐lapis dibawah tanah.Di Australia dikenal istilah “konsolidasi” sebagai proses dariintensifikasi kota yang telah ada sejak lama. Keadaan kota‐kota di Australia sangat sprawl karena terkendala denganbentang alam. Namun seperti di Sydney dan Melboure telahmemiliki karakteristik walking‐city seperti negara‐negara diEropa.Di Amerika, istilah kota kompak jarang digunakan. Kota‐kotadi Amerika Utara menjadi kota‐kota yang paling tersebar didunia. Seperti Washington, Detroit, Denver, atau SanFranscisco mempunyai kepadatan penduduk rata‐rata hanya14 penduduk per hektar (Newman 1989). Di bandingkandengan negara‐negara di Eropa yang mempunyai kepadatan50 penduduk per hektar. Di Amerika lebih dikenal denganistilah Smart growth sebagai upaya kota berkelanjutan.

Smart growthSmart growth adalah teori perencanaan kota dan transportasiyang mengembangkan kota ke arah walkable‐city dankompak untuk menghindari sprawl. Istilah smarth growthlebih dikenal di Amerika Utara. Di Eropa dikenal dengan kotakompak. Konsepnya sama dan memiliki tujuan: menciptakankeunikan suatu tempat; memperluas jaringan transportasi,tempat kerja dan tempat tinggal; pemerataan pembangunan;preservasi terhadap kelestarian alam; dan kesehatan publik.Sepuluh prinsip dari smarth growth yaitu: fungsi lahancampuran, desain bangunan yang kompak; pilihan tempattinggal, menciptakan kota yang walkable; menciptakankekhasan suatu tempat; preservasi terhadap kelestarianalam; memperkuat dan mengembangkan masyarakat yangsudah ada; menyediakan berbagai pilihan moda transportasipublik; menciptakan pembangunan yang efisien dan efektif;serta selalu menggandeng stakeholder dalam masyarakatdalam menentukan pilihan.Elemen dari smart growth antara lain seperti lingkungan yangkompak, Transit‐Oriented Development, serta ramah bagipejalan kaki dan pengendara sepeda.

Kota Kompak dan Negara BerkembangLain halnya dengan negara‐negara berkembang dimanamasalah yang cukup kompleks belum lepas dari fokuspemerintah. Alih‐alih ingin mencapai keberlanjutan denganmembuat kota kompak, namun kondisi sangat tidakmemungkinkan. Tiga kendala yang menghalang negaraberkembang untuk mewujudkan kota kompak adalah jumlahpenduduk yang meningkat pesat dimana seharusnya syaratkondisi untuk membentuk kota kompak yaitu denganpertumbuhan penduduk yang lambat karena pembangunanakan terhambat jika pertumbuhan penduduk meningkatpesat.Perwujudan kota kompak bukanlah tahap demi tahap namunsuatu kota dikatakan kompak sampai seluruh komponendipenuhi dan itu akan membutuhkan biaya yang sangat besar.Ketiga, perlunya kepemimpinan yang kuat untuk

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 8/12

implementasi kebijakan. Karena pembangunan dilakukanuntuk kebaikan masyarakat dan masyarakatpun harus ikutmendukung terhadap pembangunan. Hal ini yang masih sulituntuk dilakukan di negara berkembang dimanamasyarakatnya belum menemukan kesadaran sepertikesadaran penghematan listrik, pengolahan sampah, dll.Butuh pendampingan yang kuat dari pemimpin. Kota kompaksepertinya cocok diaplikasikan di negara‐negara maju namunmungkin sulit untuk negara‐negara berkembang.  Kota mega di negara‐negara berkembang merupakan contohekstrim dari urban sprawl yang secara fisik sudah kompaknamun belum berkelanjutan. Gedung‐gedung hunianbertingkat sangat kontras keberadaannya denganpermukiman kumuh yang letaknya berdekatan. Ditambah lagimoda transportasi yang buruk serta kemacetan lalu lintas.Konsep keberlanjutan pada kota mega di negara berkembangsulit diwujudkan terkendala oleh kompleksitas masalah yangada.Formasi kota mega tidak terbentuk hanya dalam satu tahapsaja melainkan terbentuk dengan proses awal konsentrasipenduduk, lalu pengembangan inti kota yang kecil menjadisemakin besar. Kota mega sangat mudah terbentuk dinegara‐negara berkembang. Lalu pola kota seperti apa yangmampu menyelamatkan kota agar mencapai keberlanjutan?

Terdapat banyak macam pola kota seperti: struktur intipusat, struktur bintang, struktur satelit, struktur galaksi,struktur linear dan strukur multi kutub. Mana pola kota yangpaling berkelanjutan? Pola apa yang paling sedikitmengkonsumsi energi dan sedikit pula menghasilkan buangan?Konsumsi energi dan emisi dapat diukur dari footprint kotaseperti perjalanan ke tempat kerja, sekolah, layanan publik,perbelanjaan, dan perjalanan distribusi.  

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 9/12

Rumus untuk menghitung pola apa yang paling berkelanjutanyaitu menggunakan variabel seperti populasi, total produksi,tingkat lingkungan hidup, tingkat konsumsi sumberdaya dankualitas hidup maka akan didapatkan angka efisiensinya.

Sejarah Kota Kompak di IndonesiaSejarah memperlihatkan bahwa model kota kompak puntelah ada di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu. Padajaman kerajaan‐kerajaan di Jawa, pola ruang wilayahkerajaan sudah bisa dikatakan kompak. Adanya pemusatankegiatan, batas wilayah yang jelas (benteng), kepadatanpenduduk, fungsi campuran, dll. Dimana area di dalambenteng dikhususkan bagi keluarga kerajaan dan abdi dalem.Pola‐pola seperti ini tidak jauh berbeda dari pola ruangnegara Eropa pada abad pertengahan yang juga menganutsistim kerajaan. Pola kerajaan seperti itu berulang dibeberapa tempat di pulau Jawa seperti di Yogyakarta,Kotagede, Solo, Cirebon, dll. Pola yang khas yaitu bentengsebagai pemisah, terdapat alun‐alun, lalu pusat kegiatanyang mencakup pasar, tempat ibadah, pusat pemerintahan,dll.Kalau melihat seluruh kompleks Keraton Yogyakarta, maka akan jelasterlihat bahwa semua bagian di dalamnya membentuk suatu pola/tatananyang konsentris. Dalam tatanan ini kedudukan titik pusat sangat dominan,sebagai penjaga kestabilan keseluruhan tatanan.Pada keraton‐keraton Dinasti Mataram, keberadaan pusat ini diwujudkandalam bentuk Bangsal Purbayeksa/ Prabuyasa, yang berfungsi sebagaipersemayaman pusat kerajaan dan tempat tinggal resmi raja. Bangsal inidikelilingi oleh pelataran Kedaton, kemudian berturut‐turut adalahpelataran Kemagangan, Kemandungan, Siti Hinggil, dan Alun‐Alun padalingkup terluar.

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 10/12

Penerapan Kota Kompak di IndonesiaSangat terlihat bahwa Indonesia masih jauh daripengembangan ide kota kompak karena fokus pemerintahmasih kepada penanggulangan masalah‐masalah kemiskinan.Menerapkan model kota kompak di negara‐negaraberkembang khususnya Indonesia terlihat tidak akansederhana. melihat kondisi eksisting dan berbagaipermasalahan yang kompleks, perlu dilakukan riset dankajian lebih lanjut apakah pantas kota kompak dikembangkandi Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,model kota kompak bukanlah tahap demi tahap namun suatukota dikatakan kompak sampai seluruh komponen dipenuhidan itu akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal lainyang menghambat yaitu karakteristik sosial‐budayamasyarakat Indonesia yang belum tentu cocok denganpenerapan ide kota kompak. Identitas daerah dan kekhasantempat menjadi keharusan untuk dipertahankan.Kota Jakarta secara fisik dapat dikatakan kompak namunbelum berkelanjutan. Pembangunan secara horisontalmembuat wilayah kegiatan budidaya manusia semakinmelebar dan meluas sehingga dikenal dengan istilahsingkatan Jabodetabekjur. Padahal dulunya hanya dikenal

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 11/12

Jakarta saja atau Jabotabek. Perluasan ini dinilai sangattidak efisien, sangat boros energi dan menimbulkan emisiyang sangat besar. Keadaan transportasi publik yang tidakmemadai menimbulkan masalah kemacetan.Kebijakan kota kompak di Indonesia seharusnya diaplikasikansebagai strategi pembangunan kota untuk mengendalikanperluasan (pengembangan) kota akibat cepatnya lajupertumbuhan penduduk. Kebijakan kota kompak di Indonesiasebaiknya lebih ditekankan pencapaian kondisi keberlanjutanpada: penyediaan infrastruktur yang efisien; keseimbanganaktivitas perkotaan yang mempertimbangkan kolaborasidengan daerah rural sekitar; pertalian antara daerahperkotaan dan pedesaan; pencapaian kesetaraan / keadilansosial. Beberapa peluang dalam mewujudkan kota yanghemat energi dengan mengacu pada sustainable city adalahmemperbaiki dan membangun kota secara vertikal, sistemtransportasi massal, kota berinti ganda, tata bangunan danlingkungan hemat energi, dan ruang kota yang berorientasipejalan kaki.Hal yang dapat dilakukan pemerintah saat ini seharusnyadimulai dari kebijakan‐kebijakan dalam hal transportasidengan cara: penerapan road pricing system; pajakperparkiran; pajak kendaraan pribadi, penyediaan modatransportasi publik yang aman, nyaman, terjangkau; dll.Dalam hal lain seperti penyediaan sarana dan prasarana bagipejalan kaki dan pengguna sepeda, fungsi lahan/bangunancampuran, preservasi dan konservasi kelestarian alam,konservasi bangunan‐bangunan bersejarah, dll. Penerapankebijakan tersebut juga harus dilandasi hukum yang tegas.Yang tidak kalah penting yaitu pemerintah dalam mengambilpilihan atau tindakan harus mengikutsertakan masyarakat.Hal ini penting dan dikenal dengan Perencanaan Partisipatif.Tujuan dari perencanaan wilayah yaitu rasa damai,kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan. Setiap kotaadalah karya seni sosial yang mempunyai jati diri dankeunikan. Munculnya arus globalisasi sangat mengancamtatanan sosial‐budaya. Perencana harus dapat menangkalpengaruh negatif globalisasi dengan gerakan “glokalisasi”atau dengan perencanaan partisipatif yang mendayagunakanbenih‐benih alternatif dari kearifan lokal, budaya,sumberdaya dan keunikan lokal.

KesimpulanPenerapan model kompak yang berasal dari negara‐negaraEropa dinilai sebagai model kota yang paling berkelanjutandimana terjadi intensifikasi kegiatan, pemadatan penduduk,ukuran kota yang kecil dengan batas yang jelas, optimalisasitransportasi publik, kesejahteraan sosio‐ekonomi, dll. Hal inimerupakan satu kesatuan dan jika salah satu komponen tidakterpenuhi maka suatu kota tidak memenuhi syarat sebagaikota kompak. Hal ini tentu membutuhkan kesiapan dan danayang sangat besar untuk pengimplementasiannya bagi suatunegara. Dan belum tentu model kota kompak cocok untukditerapkan khususnya negara‐negara berkembang.Indonesia dirasa belum siap atau mungkin tidak cocok dalampenerapan ide kota kompak. Selain terkendala masalah‐masalah yang kompleks, nilai‐nilai budaya masyarakatnya

9/10/2015 dream it . plan it . do it: Compact City : Surga atau Neraka Perkotaan Indonesia

http://assweetasdream.blogspot.co.id/2011/06/compactcitysurgaatauneraka.html 12/12

Newer Post Older Post

masih dipegang teguh dan menjadikan karakteristik sendiribagi Indonesia. Namun fenomena urban sprawl tidak jugabermanfaat bagi Indonesia. Hal yang harus dilakukan yaitumeminimalisir sisi negatif dari urban sprawl.

SumberMike Jenks & Rod Burgess 2001: Compact Cities: SustainableUrban Forms forDeveloping CountriesGeorge B. Dantzig& Thomas L. Saaty 1974: Compact City : APlan for a LivableUrban EnvironmentSugandhy, Aca danRustam Hakim. 2007. Prinsip DasarKebijakan Pembangunan Berkelanjutan BerwawasanLingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.http://saniroy.wordpress.com/

Share  Tweet 0 0Like

POSTED BY AULIA SABRINA GAYATRI AT 12:34 AMLABELS: TATA RUANG

0  COMMENTS :

P OST  A  COMMENT

Sign out

  Notify me

Enter your comment...

Comment as:  Urbanisque (Google)

Publish   Preview

Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

 dream it . plan it . do it. Design by Pocket