drama 49

21
1 DARAH AWAL “49” KARYA : SALIMY YUSUF PENDUKUNG PERANAN : 1. AYAH ( Umur 50 Tahun ) ............................................... ................ 2. IBU ( Umur 45 Tahun ) ............................................... ................ 3. MARNI ( Umur 24 Tahun ) ............................................... ................ 4. Tuan Husin ( Umur 30 Tahun ) ............................................... ................ 5. Hasan ( Umur 25 Tahun ) ............................................... ................ 6. Anak/Tati ( Umur ± 8 Tahun ) ............................................... ................ 7. Bayi ( Umur 6 Tahun ) ............................................... ................

Upload: teguh-karya

Post on 20-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

drraama rakayat

TRANSCRIPT

Page 1: Drama 49

1

DARAH AWAL “49”

KARYA : SALIMY YUSUF

PENDUKUNG PERANAN :

1. AYAH ( Umur 50 Tahun )

...............................................................

2. IBU ( Umur 45 Tahun )

...............................................................

3. MARNI ( Umur 24 Tahun )

...............................................................

4. Tuan Husin ( Umur 30 Tahun )

...............................................................

5. Hasan ( Umur 25 Tahun )

...............................................................

6. Anak/Tati ( Umur ± 8 Tahun )

...............................................................

7. Bayi ( Umur 6 Tahun )

...............................................................

8. Tentara I ( Umur 30 Tahun )

...............................................................

9. Tentara II ( Umur 24 Tahun )

...............................................................

Page 2: Drama 49

2

SINOPSIS CERITA

“ DARAH AWAL “49”

(Di ilhami dari Peristiwa berdarah 5 Januari 1949 Di Rengat)

Hari Rabu, tanggal 5 Januari 1949, Peristiwa Berdarah diluar

Prikemanusiaan, merupakan hari banjir darah dan air mata di Kota Rengat,

hari itu adalah pembantaian nyawa ± 3000 orang penduduk Rengat oleh

tentara belanda.

Dan hari itu pula yang mewarnai kisah di suatu keluarga kecil ini dengan

warna merah, .......... seorang yang tidak ingin tanah leluhurnya dijajah

oleh belanda, .................. karna itu ia merelakan putranya bergrilia pada

perjuangan Refolusi 1945.

Dikira panas tinggalkan petang, .................... kiranya hujan ditengah hari,

putra yang di harapkan olehnya gugur di medan juang. Mendengar hal itu

ia menjadi tidak sadarkan diri (stress) lalu mengurung dirinya dikamar.

Sang istri (Ibu) menjadi putus asa menghadapi hal itu dengan keadaan

kian hari kian bertambah mengganas karena hidup dalam keadaan miskin

dan bersakitan, seorang anak (Marni) dan dua orang cucu ikut menderita

pula oleh kepergian sang suami dari si marni yang tak tau rimbanya. Hal

semacam ini menjadi kesempatan baik oleh siorang kaya di kota itu (Husin

dan Hasan) untuk menambah pembendaharaan istri mudanya, dengan

Page 3: Drama 49

3

dalih rayuan gombalnya ingin memberikan rumah sewa dan harta

kekayaan lainnya.

Rupanya perkara itu masih enggan tinggalkan malang itu, dengan tiba-

tiba meletus peristiwa berdarah 5 januari 1949 dikota itu, ......................

yang akhirnya mereka gugur satu persatu bersama dengan gugurnya

3000 penduduk Rengat sebagai korban agresi ke II di kota itu.

Sebelum berakhir kisah ini, sempat 2 orang republiken menyelamatkan

seorang bayi dan selembar bendera merah putih dari rumah keluarga kecil

itu untuk dibawa mengungsi meninggalkan kota, karena tak mungkin kota

itu dipertahankan oleh pejuang-pejuang kita, karena kota Rengat kala itu

ibarat kapal ditengahj lautan di hempas gelombang-gelombang yang

ganas.

Rengat, 04 Februari 1990

DARAH AWAL ‘49

KARYA : SALIMI YUSUF

SUASANA PENTAS

KETIKA LAYAR DIANGKAT ......... KELIHATAN RUANGAN RUMAH YANG

SEDERHANA SEKALI, DENGAN SEBUAH KAMAR DAN DIPAN UNTUK TEMPAT

BERISTIRAHAT, DISEBELAH DIPAN TERGANTUNG BUAYAN DARI KAIN

SARUNG, SUASANA MALAM MENCEKAM DISINARI LAMPU DINDING.

(DARI DALAM KAMAR SEORANG PEREMPUAN MENGGENDONG BAYI.... LALU

MENARUH BAYI ITU KEDALAM BUAYAN SERAYA BERNYANYI) .....................

IBU : Yarobana Yarobana a a

Yarobana Yarobana a a

Yarobana Fakirlama a a

Yaarkana Rohimin

Yaarkana Rohimin

Yaarkana Rohimin irlana

Page 4: Drama 49

4

AYAH : (Dari dalam kerengkeng) ha....ha.......ha.....ha.......

(terbahak)

IBU : Hei......... Gila (Membentak)

AYAH : Jangan kau marah ....... Hemmm.... he.....he......he...

IBU : Lebih baik kau tidur...... sebelum kumat gilamu datang.

AYAH : Apa ......? Gila....... katakanlah aku ini gila..... dan bilang

pada orang-orang itu aku ini gila, karena itu satu alasan

yang membuat kau dan orang-orang kampung tidak mau

berbicara dengan aku. Tapi ........ kau dan orang-orang

itu ..... aku anggap lebih gila......

Dari orang-orang gila..... ha .... ha...... ha......

IBU : Tidak ada bicara lain yang harus kau ungkapkan selain dari

kata-kata gila itu...... bosan.

AYAH : tapi kau yang bilang aku gila, baik...... katakanlah aku ini

gila karena itu adalah hak mu untuk menuduh diriku ini.

Tapi aku juga punya hak untuk mengatakan kau..... lebih

gila dari pada orang-orang gila.... hahahahah.......

(terbahak)

IBU : Diaaaammmmmm.....................

AYAH : Jangan .............merajuk (haru) jika aku

mentertawakanmu................. kenapa pada saat-saat begini

kau baru sempat memuji tuhan dengan nyanyian itu ......

Yarobana yarobana (Menirukan lagu ibu lalu terbahak)

IBU : Diam kataku ................ gila (membentak)

AYAH : Apa ................. gila ............ ha.........ha.............ha................

Yarobana .................................... yarobana (menyanyi)

BAYI : (Suara tangis bayi)

IBU : Diam...... diam cucuku..............sssttttt.................

(PINTU DIKETUK ...........HASAN DAN HUSIN MASUK BERNYANYI MENIRUKAN

LAGU AYAH ................. SAMBIL MENGUCAPKAN SALAM)

Hasan : Assalamualaikum......

IBU : Alaikumsalam...................

Hasan & Husen : (Bernyanyi) Yarobana yarobana (Menirukan Lagu)

Page 5: Drama 49

5

HUSIN : Paling merdu suara itu, sayup ........... sayuup terdengar

sampai dikejauhan............ bukankah begitu Hasan?

HASAN : Benar Bos.......

HUSIN : Jang Bos............. panggil aku Tuan.

HASAN : Baik Bos..... eh .......... tuan bos ........... salah lagi tuan.

IBU : Tuan Husin dan Hasan............... silahkan Tuan duduk.

HUSIN : Terimakasih.......... terimakasih, kepada hamba terdetak

mengatur langkah.......... terdetak hati merdu suara........

tapi kami ingin bertanya : suara pria ataukah wanita?

IBU : Beginilah nasip yang kami derita dari hari kehari Tuan,

sakit suami makin hari makin bertambah............... kadang-

kadang dia lupa dengan siapa dia berbicara.

HASAN : Ooohh...................... Jadi yang menyanyi tadi .............

suara situa bangka itu............

IBU : Benar, kenapa tuan?

HUSIN : Hasan................ terkecoh hamba................ saya sangka

suara merdu itu datang dari mulut manis simarni. Tapi

kemana dia?............. tidak kulihat dia malam ini, boleh

kami bertemu.

IBU : Dia menjemput anak tuanya mengaji di surau.

HUSEN : Sial, ................. Celaka 13, hasrat hati nak memeluk

gunung............... apa daya gunung meletus.

IBU : Maksud tuan..............?

HUSEN : He...........he..............he............... tidak..... tidak jadi.

IBU : Kami sudah mengerti maksud tuan itu?

HASAN : Syukur alhamdulillah, ..................... itulah yang kami

tunggu-tunggu.

HUSEN : Hei ................ hasan kau jangan sembarang tuduh dengan

maksudku...........

IBU : kalau tak ada berada masakkan tempua bersarang rendah.

Kalaulah tak ada yang tuan inginkan masakkan tuan

datang ketempat kami ini.

Husin & Hasan : Cocok........................ (Toss) ah....................... sedikit.

Page 6: Drama 49

6

IBU : Kami tau...................... sudah 6 bulan sewa rumah ini

belum kami bayar.

HUSEN : Ya........................ itulah sebab kami sampai disini.

Bagaimana........................?

Bisa ibu bayar bukan?

IBU : Sedianya memang begitu, tapi apa tak boleh bertangguh

lagi,................... lihatlah keadaan kami seperti ini,

dan.................. tunggu lah hingga kapal bapak anak ini

berlabuh disini, tentu kami dapat mengangsur sewa rumah

ini.

HASAN : Berapa lama kami harus menunggu, 6 bulan apa itu bukan

lama dalam hitungan orang berdagang?

IBU : Aku menunggu laki simarni.................. kataku seperti

kalian................

HUSEN : Apa................? menunggu yang datang? ...................

(Terbahak)

IBU : Mengapa kalian tertawa? (membentak)

HASAN : Mengapa ibu marah dan bertanya kepada kami?

Ibu.................... ketahuilah yang ditunggu belum tentu

kembali yang menanti tercari-cari. Bak kata orang tua-tua

kita : Patah tumbuh hilang berganti” bukankan begitu tuan

husen.

HUSEN : Benar, dalam air dapat diukur, dalam kata siape nak tau,

lalu penjahit lalu pulalah klindan jadi kedatangan kami ni

untuk berunding............... bukan untuk ibu marah kepada

kami.

IBU : Berunding......................?

HASAN : Benar......................... dan ibu tak perlu membayar sewa

rumah, rumah inipun akan menjadi milik ibu. Tentu ada

syarat timbal balik.

IBU : Syarat timbal balik?

Hasan & Husen : Benar.............. (Gembira)

Page 7: Drama 49

7

IBU : Kami ne apelah tuan ......................, orang miskin, dan lagi

berpenyakitan. Tapi......................... orang kaya kan sudah

punya 4 istri bukan.

HUSEN : Benar.....benar.............benar bu, ................. tapi belum 5,

ya................. san.

HASAN : Betul Bos...................

HUSEN : Panggil aku tuan

HASAN : Ya.....................ya.................... tuan.

IBU : Baiklah orang kaya, Tentu saya harus berpaham dulu

dengan anak saya............ simarni itru harus ditempuh.

HUSEN : Baiklah kalau begitu, saya akan datang dilain hari, menanti

undangan itu, ............... kami permisi.

IBU : Jadi tuan tidak minum dulu

HUSEN : Usahkan minum ibu suguhkan. Hasan, ........... mari kita

pergi........... ingat waktu adalah uang............... kami

permisi. (Eksit)

IBU : Oh.......... tuhan, kapan derita ini berlalu kenapa hati ini

bagai rengkah palung laut, mata ini nanar, pudar, beku dan

layu.....

BAYI : (Menangis)

IBU : (Mengayun) Ssssssttttt.................. Yaarobana yaarobana a

a

Marni : (Muncul dengan menenteng lampu dan membimbing anak

kecil) (Suara pintu di ketuk)

IBU : Masuklah pintu tidak dikunci.

MARNI : Tidur ya sayang, .................. Hari telah malam, besok pagi-

pagi bangun kita bersama ke pasar.

ANAK : Ya....... bu, asalamualaikum (Eksit)

Ibu / Marni : Waalaikum salam

IBU : Marni. Tadi tuan husen dan hasan kemari.

MARNI : (Acuh) mau apa dia....................

IBU : Mau apa dia, duduklah dulu kita bicara

MARNI : (Mengayun Anak)

Page 8: Drama 49

8

IBU : Anakmu masuk angin, badannya agak panas mestinya kau

bawak ke dokter.

MARNI : Bu, .................. sedang membeli beras saja sudah

kepayahan, apalagi harus ke dokter.

IBU : Itulah sebabnya ibu mengajak kau bicara sebentar, supaya

dapat sedikit bernafas hidup ini, karena dari hari ke khari

hidup ini makin berat kita rasakan, sakit ayahmu makin

bertambah. Anak-anakmu kurang sehat, ............ dan kamu

mesti setiap pagi-pagi kepasar, .............. kadang-kadang

laku, kadang-kadang tidak (mengeluh) oh tuhan...............

MARNI : Ibu, .................... kita harus mensyukuri nikmat yang kita

terima dari tuhan,................ apakah yang seperti ini bukan

nikmat namanya..................?

IBU : Alah.................... nikmat........................ ibu...................

kadang-kadang jadi putus asa marni.

MARNI : Putus asa (Tandas)

IBU : Iya................. siwahap suamimu, ..................... katanya

tempat kita bergantung, sejak hamil 5 bulan dalam

kandunganmu hingga lahir kedunia ini dia tak kunjung

kembali,................... itukah suami tempat bergantung

sampai kapan kita harus menunggu suamimu.

MARNI : Ibu.............. sekarang musim banjir............... biasanya

kapal-kapal luar telah masuk ke pelabuhan, yah mungkin.

IBU : Ya, .................. mungkin si wahab suamimu sudah

tenggelam dengan kapalnya. (Tandas)

MARNI : (Terkejut) Ibu,..................... mengapa ibu bicara

begitu,.................. mengapa ibu sekejam itu

IBU : Ibu rasa.................. ibu tidak kejam, ibu ingin kau

bahagia.................... juga anak-anakmu............

ayah.............. aku dan kita seisi rumah ini..................

dengan jalan.......................

MARNI : Menduakan suamiku dengan orang kaya itu, maksud ibu.

Page 9: Drama 49

9

IBU : Maksud ibu,................... ingin kau, dan anak-anakmu

bahagia ibu bukan memaksa, ini bukan kehendak ibu, tapi

cobalah kau sedikit berfikir,...............nak .................. kita

orang-orang susah,..................... kita terdesak oleh hidup

yang makin hari kian menggarang.

MARNI : Maaf bu.................... cinta bukanlah barang dagangan yang

dapat dijual belikan. Bagiku cinta adalah ibarat air yang

terus mengalir,................... saling membutuhkan dengan

alam yang lain,.................. dan sangat susah untuk

dipisahkan.

IBU : Kau memang keras kepale, sama dengan ayahmu, lihat

ayahmu dia sekarang hanya tau menggurung diri dengan

buku-bukunya, kadang-kadang tidak tau akan dirinya.......

dan tenggelam berhari-hari didalam kamar itu. Apa yang

tidak enak, edan namanya.

AYAH : (Menyanyi) .............. doa dan restumu harapan abadi siang

malam rindu menanti.....

IBU : Kau lihat itu,................. apa kau terus membiarkan dia

dalam kegilaannya.

MARNI : Kita tidak bisa salhkan ayah............... aku bangga.

IBU : Apa yang kau banggakan dengan ayahmu yang seperti itu

marni.

MARNI : Ayahku setengah gila, karena kematian anak laki-lakinya.

Anaknya itu adalah abangku , dia gugur dimedan perang

karena mempertahankan hak azazi manusia dari tangan

penjajah itu..... bu.................. dia meninggalkan nama

harum untuk negara dan negeri ini.

IBU : Tapi akibatnya................ ayah jadi gile.

MARNI : Bu.................... ayah bukan gila.

IBU : Iya gila

MARNI : Bukan

IBU : Gila kataku............. kau memang keras kepala.

BAYI : (Menangis)

Page 10: Drama 49

10

MARNI : (Mengambil bayi itu lalu menggendongnya) (Diam ya

sayang,.............. sudah lah bu, lebih baik ibu tidur duluan

besok bangunkan saya, pagi-pagi saya mau kepasar (Ibu

Eksit) (Kemudian memasukkan anaknya kembali kedalam

buayan, dan mengambil air putih lalu meletakkan didepan

pintu kamar ayahnya)

MARNI : Ayah, masih membaca juga, tidurlah ayah, hari telah larut

malam.

(Kemudian duduk dikursi sambil mengayun dan tertidur)

LAGU : Fatwa Pujangga

Bismillah 117-DM+?

AYAH : (Nyanyi) Tak kan lari gunung dikejar, usah hati cemas

berdebar walaupun jauh nian perjalanan

la....la.....la...........la

(Terbahak)..................Tertidur ia mendengar lagu

perjuangan itu ( Sambil minum)

ha...........ha.............ha...............

(Haru) tapi.................. dia bukan tidur,..................... ia

sudah mati,.................. ia sudah mati,...................

setan................... kenapa kau bunuh dia,...................

sampai hati kau.................. sudah abangnya kau bunuh,

kemudian adiknya, awas kau.................. tunggu disuatu

saat aku membalas sakit hatiku,..................

penjilat..................... kenapa kau bunuh putra-

putraku.............. kau, tak kan bisa memiliki pusakaku ini

(sambil mengangkat peti) aku akan pertahankan sampai

titik darah yang terakhir, itu dia datang lagi..................

harus ku sembunyikan peti ini, jangan................. jangan

dobrak peti itu,.............. jangan ..................

jangan................. jaaaaaaaaangaaaaaaaannnnn......

MARNI : (Bayi menangis dan terkejut) diam nak............. diam

sayang......... (melihat kamar ayahnya) ya allah, ya

tuhanku........... sembuhkanlah penyakit ayahku.

Page 11: Drama 49

11

IBU : (Keluar membawa sapu) sudah bangun kau marni, diaman

kau tidur

MARNI : Tertidur dibangku panjang itu bu, tati mana bu.....

sudahkah ia bangun, apakah ia ikut kepasar.

IBU : Iya katanya,................. dia sedang sholat bersiap lah kau,

tinggalkan dulu anakmu, diakan masih tidur (Marni Eksit)

(Ibu lalu menyapu)

MARNI : Bu, saya prgi dulu, titp sikecil, tati........... cepat nak,.........

nanti kita kesiangan.

TATI : Ia bu, tati pergi ya nek

IBU : Iya,............. hati-hati dijalan, marni kalau ada lebih uangmu

nanti, belikan obat ayahmu

MARNI : Iya bu, (Eksit)

IBU : Pak,................. pak............... bangunlah hari sudah siang

AYAH : (Perlahan bangun dengan pandangan tajam)

IBU : (Menyuguhkan kopi) minumlah pak,.............. mumpung

masih hangat.

AYAH : (Menerima Kopi) Kau,............. mau meracuni aku..............

penghianat, rupanya kau akan membunuh aku, tidak puas

kau telah membunuh putra-putraku....... jangan..............

(mengharap) jangan bunuh aku,.............. tidak

jangan..................... kau ambil pusaka anakku itu..............

kau tidak ada hak,................ nyatanya kau penjilat..........

kau penjajah,.................. tidak................... tidak

jangan.................. jangan.......................

IBU : Pak,.................. aku istrimu bawalah mengucap pak, ya

alloh..............., mengapa tidak kau cabut saja nyawaku

(Menangis)

AYAH : Jangan................... jangan cabut nyawaku

Bach Sound

(Tiba-tiba iringan pesawat beraksi diatas kota Rengat, kemudian menurunkan pasukan tentara payung, mengebom dan menembaki

penduduk yang tidak berdosa,...... mula-mula dipinggiran kota sekip hulu

Page 12: Drama 49

12

dan sekip hilir, kemudian bergerak didaerah kota dan sungai indragiri,........... lalu menjatuhkan tentara payung mayat-mayat

bergelimpangan dijalan-jalan raya,............ didalam selokan parit............, dan ,................. sungai indragiri kala itu banjir Rengat,.......................

benar-benar banjir akan air dan darah, penduduk Rengat ± 3000 orang menjadi korban, dalam pada itu tak ayal lagi keluarga kecil ini mati satu

persatu sebagai korban agresi kedua 5 januari 1949 di Kota Rengat)

IBU : (Heran mendengar suara pesawat)

Apa yang terjadi,............. (Panik) pak,............ pak,...............

pesawat terbang pak,................ apa mungkin perang lagi,

tapi katanya kita sudah merdeka (Ibu tertembak) ya

allah,.............. oh,.............. aku kena tembak,..............

pak,........... aku kena tembak,.......... kenapa kau diam,

apalagi yang baca itu,.............. anak kita pak,............. cucu

kita pak,............. (akan menggapai buaian) lalu gugur).

AYAH : (Ayah hanya diam berdiri diambang pintu kamar)

(Hasan dan Husen masuk berpapahan)

HUSEN : Asalamualaikum,............... (Hasan Tersungkur kena

tembak) diluar ada bahaya,........... aku datang menepati

janjiku bu,.......... ibu kwn tembak jug,............ Oh,............

kenapa bapak diam saja,............... mana marni,...........

mana yang lainnya (Tertembak) Akh,.......... aku kena

tembak juga,............. bu,............... mana janjimu

(menyanyi) Yaarabanaa,......... Yaarabana..........

Yarabannaa.,,,,,,,,,,,,,,,, akh (gugur)

MARNI : (Menggendong tati yang tertembak) Ibu,.............. tati kena

tembak bu,........... oh,................ ibu,..................

ibu,................. ibu telah mati,........... kenapa kau

tinggalkan kami,............ ya allah,............ ayah,............. apa

yang telah terjadi,................ ayah,........... mengapa ayah

diam dan kaku. (menangis) (mendekati ayunan)

anakku,................ kau tidak apa-apa nak,........... kau

selamat,............. (tertembak) anakku,............ ya

allah,............ (suara bayi menangis)

Page 13: Drama 49

13

AYAH : (Sadar dari lamunan mendengar suara bayi) ya,.............

tuhan perang lagi,.................. (mengambilk kotak) dan

(mengambil bayi dalam ayunan)

Tidak................. kau masih hidup bersamaku (lalu melihat

yang tergeletak mati) hei............... orang-orang celaka, apa

yang kau inginkan dari kami,.......... ambilah

istriku,.............. ambilah anakku,............. dan kalau perlu

nyawaku,.................. tapi jangan kau harap untuk

mengambil peti ini. (Pintu diketuk) oh,............ itu dia

datang,............... mana, mana,................ senjataku

(mencari........... dan mengambil kampak) ini..................

rasakan

TENTARA I : (Menangkis serangan) sabar pak,...................... kami

Orang-orang Republikan ingin membawa bapak sekeluarga

ke pengungsi, kita tinggalkan tempat ini,............... mari pak

ikut kami.

AYAH : Tidak,............. jangan kau paksa aku, aku tak ingin

memberikan semua ini padamu, karena ini adalah satu-

satunya milik bangsaku. Silahkan tinggalkan tempat ini

TENTARA II : Pak,................ kami orang baik-baik mari kita tinggalkan

tempat ini, karena kota ini telah bersimbah darah, tak

mungkin lagi kami pertahankan.

AYAH : Tidak,............ aku berkata tidak,............. kalaulah rumah ini

diibaratkan kapal,........... maka akulah nahkodanya dan

kalau kapal itu tenggelam, aku harus tenggelam bersama

kapalku, dan ,........... jangan kau paksa aku walaupun

dibawah ancaman senjatamu,.......... (tertembak)

ahaccccc,........... yah,............ bunuhlah aku,........ aku

takkan menyerah (jatuh bangkit) aku takkan

menyerah,...............

TENTARA I : Mari pak, tinggalkan tempat ini,........... bapak tertembak.

AYAH : Ya,............... aku tertembak,............. tapi aku takkan

menyerah,............. aku takkan menyerah. Wahai pejuang

Page 14: Drama 49

14

tolonglah selamatkan cucuku dan juga benda ini

(Menyerahkan bayi dan kotak) cepat pergilah dari

sini,............ cucuku kelak kau dewasa nanti jadilah orang-

orang yang berguna bagi agama dan negeri ini.

TENTARA II : (Mengambil kotak dan bayi dari tangan tentara I)

Mari Jono kita pergi, tak ada waktu lagi.

TENTARA I : (Ketika mau pergi tertembak) Akh............ aku kena,

cepatlah pergi,............ selamatkan anak itu dan bendera

ini,....... selamat berjuang,............ MERDEKA

TENTARA II : MERDEKA,..............

(Menatap mayat dan pergi )

Bach Sound

Lagu 5 Januari 1949

(Ayah dan Pejuang/Tentara I saling menggapai tangan dan akhirnya berpelukan).............. MERDEKA,.................. Perlahan lagu 5 Januari

berakhir............................

S e l e s a i

Rengat, Tepi Sungai Indragiri

04 Februari 1990

Penulis Cerita

SALYMY YUSUF

DIKETIK OLEH : MAILISWIN YULKA

Page 15: Drama 49

15