drama 49
DESCRIPTION
drraama rakayatTRANSCRIPT
1
DARAH AWAL “49”
KARYA : SALIMY YUSUF
PENDUKUNG PERANAN :
1. AYAH ( Umur 50 Tahun )
...............................................................
2. IBU ( Umur 45 Tahun )
...............................................................
3. MARNI ( Umur 24 Tahun )
...............................................................
4. Tuan Husin ( Umur 30 Tahun )
...............................................................
5. Hasan ( Umur 25 Tahun )
...............................................................
6. Anak/Tati ( Umur ± 8 Tahun )
...............................................................
7. Bayi ( Umur 6 Tahun )
...............................................................
8. Tentara I ( Umur 30 Tahun )
...............................................................
9. Tentara II ( Umur 24 Tahun )
...............................................................
2
SINOPSIS CERITA
“ DARAH AWAL “49”
(Di ilhami dari Peristiwa berdarah 5 Januari 1949 Di Rengat)
Hari Rabu, tanggal 5 Januari 1949, Peristiwa Berdarah diluar
Prikemanusiaan, merupakan hari banjir darah dan air mata di Kota Rengat,
hari itu adalah pembantaian nyawa ± 3000 orang penduduk Rengat oleh
tentara belanda.
Dan hari itu pula yang mewarnai kisah di suatu keluarga kecil ini dengan
warna merah, .......... seorang yang tidak ingin tanah leluhurnya dijajah
oleh belanda, .................. karna itu ia merelakan putranya bergrilia pada
perjuangan Refolusi 1945.
Dikira panas tinggalkan petang, .................... kiranya hujan ditengah hari,
putra yang di harapkan olehnya gugur di medan juang. Mendengar hal itu
ia menjadi tidak sadarkan diri (stress) lalu mengurung dirinya dikamar.
Sang istri (Ibu) menjadi putus asa menghadapi hal itu dengan keadaan
kian hari kian bertambah mengganas karena hidup dalam keadaan miskin
dan bersakitan, seorang anak (Marni) dan dua orang cucu ikut menderita
pula oleh kepergian sang suami dari si marni yang tak tau rimbanya. Hal
semacam ini menjadi kesempatan baik oleh siorang kaya di kota itu (Husin
dan Hasan) untuk menambah pembendaharaan istri mudanya, dengan
3
dalih rayuan gombalnya ingin memberikan rumah sewa dan harta
kekayaan lainnya.
Rupanya perkara itu masih enggan tinggalkan malang itu, dengan tiba-
tiba meletus peristiwa berdarah 5 januari 1949 dikota itu, ......................
yang akhirnya mereka gugur satu persatu bersama dengan gugurnya
3000 penduduk Rengat sebagai korban agresi ke II di kota itu.
Sebelum berakhir kisah ini, sempat 2 orang republiken menyelamatkan
seorang bayi dan selembar bendera merah putih dari rumah keluarga kecil
itu untuk dibawa mengungsi meninggalkan kota, karena tak mungkin kota
itu dipertahankan oleh pejuang-pejuang kita, karena kota Rengat kala itu
ibarat kapal ditengahj lautan di hempas gelombang-gelombang yang
ganas.
Rengat, 04 Februari 1990
DARAH AWAL ‘49
KARYA : SALIMI YUSUF
SUASANA PENTAS
KETIKA LAYAR DIANGKAT ......... KELIHATAN RUANGAN RUMAH YANG
SEDERHANA SEKALI, DENGAN SEBUAH KAMAR DAN DIPAN UNTUK TEMPAT
BERISTIRAHAT, DISEBELAH DIPAN TERGANTUNG BUAYAN DARI KAIN
SARUNG, SUASANA MALAM MENCEKAM DISINARI LAMPU DINDING.
(DARI DALAM KAMAR SEORANG PEREMPUAN MENGGENDONG BAYI.... LALU
MENARUH BAYI ITU KEDALAM BUAYAN SERAYA BERNYANYI) .....................
IBU : Yarobana Yarobana a a
Yarobana Yarobana a a
Yarobana Fakirlama a a
Yaarkana Rohimin
Yaarkana Rohimin
Yaarkana Rohimin irlana
4
AYAH : (Dari dalam kerengkeng) ha....ha.......ha.....ha.......
(terbahak)
IBU : Hei......... Gila (Membentak)
AYAH : Jangan kau marah ....... Hemmm.... he.....he......he...
IBU : Lebih baik kau tidur...... sebelum kumat gilamu datang.
AYAH : Apa ......? Gila....... katakanlah aku ini gila..... dan bilang
pada orang-orang itu aku ini gila, karena itu satu alasan
yang membuat kau dan orang-orang kampung tidak mau
berbicara dengan aku. Tapi ........ kau dan orang-orang
itu ..... aku anggap lebih gila......
Dari orang-orang gila..... ha .... ha...... ha......
IBU : Tidak ada bicara lain yang harus kau ungkapkan selain dari
kata-kata gila itu...... bosan.
AYAH : tapi kau yang bilang aku gila, baik...... katakanlah aku ini
gila karena itu adalah hak mu untuk menuduh diriku ini.
Tapi aku juga punya hak untuk mengatakan kau..... lebih
gila dari pada orang-orang gila.... hahahahah.......
(terbahak)
IBU : Diaaaammmmmm.....................
AYAH : Jangan .............merajuk (haru) jika aku
mentertawakanmu................. kenapa pada saat-saat begini
kau baru sempat memuji tuhan dengan nyanyian itu ......
Yarobana yarobana (Menirukan lagu ibu lalu terbahak)
IBU : Diam kataku ................ gila (membentak)
AYAH : Apa ................. gila ............ ha.........ha.............ha................
Yarobana .................................... yarobana (menyanyi)
BAYI : (Suara tangis bayi)
IBU : Diam...... diam cucuku..............sssttttt.................
(PINTU DIKETUK ...........HASAN DAN HUSIN MASUK BERNYANYI MENIRUKAN
LAGU AYAH ................. SAMBIL MENGUCAPKAN SALAM)
Hasan : Assalamualaikum......
IBU : Alaikumsalam...................
Hasan & Husen : (Bernyanyi) Yarobana yarobana (Menirukan Lagu)
5
HUSIN : Paling merdu suara itu, sayup ........... sayuup terdengar
sampai dikejauhan............ bukankah begitu Hasan?
HASAN : Benar Bos.......
HUSIN : Jang Bos............. panggil aku Tuan.
HASAN : Baik Bos..... eh .......... tuan bos ........... salah lagi tuan.
IBU : Tuan Husin dan Hasan............... silahkan Tuan duduk.
HUSIN : Terimakasih.......... terimakasih, kepada hamba terdetak
mengatur langkah.......... terdetak hati merdu suara........
tapi kami ingin bertanya : suara pria ataukah wanita?
IBU : Beginilah nasip yang kami derita dari hari kehari Tuan,
sakit suami makin hari makin bertambah............... kadang-
kadang dia lupa dengan siapa dia berbicara.
HASAN : Ooohh...................... Jadi yang menyanyi tadi .............
suara situa bangka itu............
IBU : Benar, kenapa tuan?
HUSIN : Hasan................ terkecoh hamba................ saya sangka
suara merdu itu datang dari mulut manis simarni. Tapi
kemana dia?............. tidak kulihat dia malam ini, boleh
kami bertemu.
IBU : Dia menjemput anak tuanya mengaji di surau.
HUSEN : Sial, ................. Celaka 13, hasrat hati nak memeluk
gunung............... apa daya gunung meletus.
IBU : Maksud tuan..............?
HUSEN : He...........he..............he............... tidak..... tidak jadi.
IBU : Kami sudah mengerti maksud tuan itu?
HASAN : Syukur alhamdulillah, ..................... itulah yang kami
tunggu-tunggu.
HUSEN : Hei ................ hasan kau jangan sembarang tuduh dengan
maksudku...........
IBU : kalau tak ada berada masakkan tempua bersarang rendah.
Kalaulah tak ada yang tuan inginkan masakkan tuan
datang ketempat kami ini.
Husin & Hasan : Cocok........................ (Toss) ah....................... sedikit.
6
IBU : Kami tau...................... sudah 6 bulan sewa rumah ini
belum kami bayar.
HUSEN : Ya........................ itulah sebab kami sampai disini.
Bagaimana........................?
Bisa ibu bayar bukan?
IBU : Sedianya memang begitu, tapi apa tak boleh bertangguh
lagi,................... lihatlah keadaan kami seperti ini,
dan.................. tunggu lah hingga kapal bapak anak ini
berlabuh disini, tentu kami dapat mengangsur sewa rumah
ini.
HASAN : Berapa lama kami harus menunggu, 6 bulan apa itu bukan
lama dalam hitungan orang berdagang?
IBU : Aku menunggu laki simarni.................. kataku seperti
kalian................
HUSEN : Apa................? menunggu yang datang? ...................
(Terbahak)
IBU : Mengapa kalian tertawa? (membentak)
HASAN : Mengapa ibu marah dan bertanya kepada kami?
Ibu.................... ketahuilah yang ditunggu belum tentu
kembali yang menanti tercari-cari. Bak kata orang tua-tua
kita : Patah tumbuh hilang berganti” bukankan begitu tuan
husen.
HUSEN : Benar, dalam air dapat diukur, dalam kata siape nak tau,
lalu penjahit lalu pulalah klindan jadi kedatangan kami ni
untuk berunding............... bukan untuk ibu marah kepada
kami.
IBU : Berunding......................?
HASAN : Benar......................... dan ibu tak perlu membayar sewa
rumah, rumah inipun akan menjadi milik ibu. Tentu ada
syarat timbal balik.
IBU : Syarat timbal balik?
Hasan & Husen : Benar.............. (Gembira)
7
IBU : Kami ne apelah tuan ......................, orang miskin, dan lagi
berpenyakitan. Tapi......................... orang kaya kan sudah
punya 4 istri bukan.
HUSEN : Benar.....benar.............benar bu, ................. tapi belum 5,
ya................. san.
HASAN : Betul Bos...................
HUSEN : Panggil aku tuan
HASAN : Ya.....................ya.................... tuan.
IBU : Baiklah orang kaya, Tentu saya harus berpaham dulu
dengan anak saya............ simarni itru harus ditempuh.
HUSEN : Baiklah kalau begitu, saya akan datang dilain hari, menanti
undangan itu, ............... kami permisi.
IBU : Jadi tuan tidak minum dulu
HUSEN : Usahkan minum ibu suguhkan. Hasan, ........... mari kita
pergi........... ingat waktu adalah uang............... kami
permisi. (Eksit)
IBU : Oh.......... tuhan, kapan derita ini berlalu kenapa hati ini
bagai rengkah palung laut, mata ini nanar, pudar, beku dan
layu.....
BAYI : (Menangis)
IBU : (Mengayun) Ssssssttttt.................. Yaarobana yaarobana a
a
Marni : (Muncul dengan menenteng lampu dan membimbing anak
kecil) (Suara pintu di ketuk)
IBU : Masuklah pintu tidak dikunci.
MARNI : Tidur ya sayang, .................. Hari telah malam, besok pagi-
pagi bangun kita bersama ke pasar.
ANAK : Ya....... bu, asalamualaikum (Eksit)
Ibu / Marni : Waalaikum salam
IBU : Marni. Tadi tuan husen dan hasan kemari.
MARNI : (Acuh) mau apa dia....................
IBU : Mau apa dia, duduklah dulu kita bicara
MARNI : (Mengayun Anak)
8
IBU : Anakmu masuk angin, badannya agak panas mestinya kau
bawak ke dokter.
MARNI : Bu, .................. sedang membeli beras saja sudah
kepayahan, apalagi harus ke dokter.
IBU : Itulah sebabnya ibu mengajak kau bicara sebentar, supaya
dapat sedikit bernafas hidup ini, karena dari hari ke khari
hidup ini makin berat kita rasakan, sakit ayahmu makin
bertambah. Anak-anakmu kurang sehat, ............ dan kamu
mesti setiap pagi-pagi kepasar, .............. kadang-kadang
laku, kadang-kadang tidak (mengeluh) oh tuhan...............
MARNI : Ibu, .................... kita harus mensyukuri nikmat yang kita
terima dari tuhan,................ apakah yang seperti ini bukan
nikmat namanya..................?
IBU : Alah.................... nikmat........................ ibu...................
kadang-kadang jadi putus asa marni.
MARNI : Putus asa (Tandas)
IBU : Iya................. siwahap suamimu, ..................... katanya
tempat kita bergantung, sejak hamil 5 bulan dalam
kandunganmu hingga lahir kedunia ini dia tak kunjung
kembali,................... itukah suami tempat bergantung
sampai kapan kita harus menunggu suamimu.
MARNI : Ibu.............. sekarang musim banjir............... biasanya
kapal-kapal luar telah masuk ke pelabuhan, yah mungkin.
IBU : Ya, .................. mungkin si wahab suamimu sudah
tenggelam dengan kapalnya. (Tandas)
MARNI : (Terkejut) Ibu,..................... mengapa ibu bicara
begitu,.................. mengapa ibu sekejam itu
IBU : Ibu rasa.................. ibu tidak kejam, ibu ingin kau
bahagia.................... juga anak-anakmu............
ayah.............. aku dan kita seisi rumah ini..................
dengan jalan.......................
MARNI : Menduakan suamiku dengan orang kaya itu, maksud ibu.
9
IBU : Maksud ibu,................... ingin kau, dan anak-anakmu
bahagia ibu bukan memaksa, ini bukan kehendak ibu, tapi
cobalah kau sedikit berfikir,...............nak .................. kita
orang-orang susah,..................... kita terdesak oleh hidup
yang makin hari kian menggarang.
MARNI : Maaf bu.................... cinta bukanlah barang dagangan yang
dapat dijual belikan. Bagiku cinta adalah ibarat air yang
terus mengalir,................... saling membutuhkan dengan
alam yang lain,.................. dan sangat susah untuk
dipisahkan.
IBU : Kau memang keras kepale, sama dengan ayahmu, lihat
ayahmu dia sekarang hanya tau menggurung diri dengan
buku-bukunya, kadang-kadang tidak tau akan dirinya.......
dan tenggelam berhari-hari didalam kamar itu. Apa yang
tidak enak, edan namanya.
AYAH : (Menyanyi) .............. doa dan restumu harapan abadi siang
malam rindu menanti.....
IBU : Kau lihat itu,................. apa kau terus membiarkan dia
dalam kegilaannya.
MARNI : Kita tidak bisa salhkan ayah............... aku bangga.
IBU : Apa yang kau banggakan dengan ayahmu yang seperti itu
marni.
MARNI : Ayahku setengah gila, karena kematian anak laki-lakinya.
Anaknya itu adalah abangku , dia gugur dimedan perang
karena mempertahankan hak azazi manusia dari tangan
penjajah itu..... bu.................. dia meninggalkan nama
harum untuk negara dan negeri ini.
IBU : Tapi akibatnya................ ayah jadi gile.
MARNI : Bu.................... ayah bukan gila.
IBU : Iya gila
MARNI : Bukan
IBU : Gila kataku............. kau memang keras kepala.
BAYI : (Menangis)
10
MARNI : (Mengambil bayi itu lalu menggendongnya) (Diam ya
sayang,.............. sudah lah bu, lebih baik ibu tidur duluan
besok bangunkan saya, pagi-pagi saya mau kepasar (Ibu
Eksit) (Kemudian memasukkan anaknya kembali kedalam
buayan, dan mengambil air putih lalu meletakkan didepan
pintu kamar ayahnya)
MARNI : Ayah, masih membaca juga, tidurlah ayah, hari telah larut
malam.
(Kemudian duduk dikursi sambil mengayun dan tertidur)
LAGU : Fatwa Pujangga
Bismillah 117-DM+?
AYAH : (Nyanyi) Tak kan lari gunung dikejar, usah hati cemas
berdebar walaupun jauh nian perjalanan
la....la.....la...........la
(Terbahak)..................Tertidur ia mendengar lagu
perjuangan itu ( Sambil minum)
ha...........ha.............ha...............
(Haru) tapi.................. dia bukan tidur,..................... ia
sudah mati,.................. ia sudah mati,...................
setan................... kenapa kau bunuh dia,...................
sampai hati kau.................. sudah abangnya kau bunuh,
kemudian adiknya, awas kau.................. tunggu disuatu
saat aku membalas sakit hatiku,..................
penjilat..................... kenapa kau bunuh putra-
putraku.............. kau, tak kan bisa memiliki pusakaku ini
(sambil mengangkat peti) aku akan pertahankan sampai
titik darah yang terakhir, itu dia datang lagi..................
harus ku sembunyikan peti ini, jangan................. jangan
dobrak peti itu,.............. jangan ..................
jangan................. jaaaaaaaaangaaaaaaaannnnn......
MARNI : (Bayi menangis dan terkejut) diam nak............. diam
sayang......... (melihat kamar ayahnya) ya allah, ya
tuhanku........... sembuhkanlah penyakit ayahku.
11
IBU : (Keluar membawa sapu) sudah bangun kau marni, diaman
kau tidur
MARNI : Tertidur dibangku panjang itu bu, tati mana bu.....
sudahkah ia bangun, apakah ia ikut kepasar.
IBU : Iya katanya,................. dia sedang sholat bersiap lah kau,
tinggalkan dulu anakmu, diakan masih tidur (Marni Eksit)
(Ibu lalu menyapu)
MARNI : Bu, saya prgi dulu, titp sikecil, tati........... cepat nak,.........
nanti kita kesiangan.
TATI : Ia bu, tati pergi ya nek
IBU : Iya,............. hati-hati dijalan, marni kalau ada lebih uangmu
nanti, belikan obat ayahmu
MARNI : Iya bu, (Eksit)
IBU : Pak,................. pak............... bangunlah hari sudah siang
AYAH : (Perlahan bangun dengan pandangan tajam)
IBU : (Menyuguhkan kopi) minumlah pak,.............. mumpung
masih hangat.
AYAH : (Menerima Kopi) Kau,............. mau meracuni aku..............
penghianat, rupanya kau akan membunuh aku, tidak puas
kau telah membunuh putra-putraku....... jangan..............
(mengharap) jangan bunuh aku,.............. tidak
jangan..................... kau ambil pusaka anakku itu..............
kau tidak ada hak,................ nyatanya kau penjilat..........
kau penjajah,.................. tidak................... tidak
jangan.................. jangan.......................
IBU : Pak,.................. aku istrimu bawalah mengucap pak, ya
alloh..............., mengapa tidak kau cabut saja nyawaku
(Menangis)
AYAH : Jangan................... jangan cabut nyawaku
Bach Sound
(Tiba-tiba iringan pesawat beraksi diatas kota Rengat, kemudian menurunkan pasukan tentara payung, mengebom dan menembaki
penduduk yang tidak berdosa,...... mula-mula dipinggiran kota sekip hulu
12
dan sekip hilir, kemudian bergerak didaerah kota dan sungai indragiri,........... lalu menjatuhkan tentara payung mayat-mayat
bergelimpangan dijalan-jalan raya,............ didalam selokan parit............, dan ,................. sungai indragiri kala itu banjir Rengat,.......................
benar-benar banjir akan air dan darah, penduduk Rengat ± 3000 orang menjadi korban, dalam pada itu tak ayal lagi keluarga kecil ini mati satu
persatu sebagai korban agresi kedua 5 januari 1949 di Kota Rengat)
IBU : (Heran mendengar suara pesawat)
Apa yang terjadi,............. (Panik) pak,............ pak,...............
pesawat terbang pak,................ apa mungkin perang lagi,
tapi katanya kita sudah merdeka (Ibu tertembak) ya
allah,.............. oh,.............. aku kena tembak,..............
pak,........... aku kena tembak,.......... kenapa kau diam,
apalagi yang baca itu,.............. anak kita pak,............. cucu
kita pak,............. (akan menggapai buaian) lalu gugur).
AYAH : (Ayah hanya diam berdiri diambang pintu kamar)
(Hasan dan Husen masuk berpapahan)
HUSEN : Asalamualaikum,............... (Hasan Tersungkur kena
tembak) diluar ada bahaya,........... aku datang menepati
janjiku bu,.......... ibu kwn tembak jug,............ Oh,............
kenapa bapak diam saja,............... mana marni,...........
mana yang lainnya (Tertembak) Akh,.......... aku kena
tembak juga,............. bu,............... mana janjimu
(menyanyi) Yaarabanaa,......... Yaarabana..........
Yarabannaa.,,,,,,,,,,,,,,,, akh (gugur)
MARNI : (Menggendong tati yang tertembak) Ibu,.............. tati kena
tembak bu,........... oh,................ ibu,..................
ibu,................. ibu telah mati,........... kenapa kau
tinggalkan kami,............ ya allah,............ ayah,............. apa
yang telah terjadi,................ ayah,........... mengapa ayah
diam dan kaku. (menangis) (mendekati ayunan)
anakku,................ kau tidak apa-apa nak,........... kau
selamat,............. (tertembak) anakku,............ ya
allah,............ (suara bayi menangis)
13
AYAH : (Sadar dari lamunan mendengar suara bayi) ya,.............
tuhan perang lagi,.................. (mengambilk kotak) dan
(mengambil bayi dalam ayunan)
Tidak................. kau masih hidup bersamaku (lalu melihat
yang tergeletak mati) hei............... orang-orang celaka, apa
yang kau inginkan dari kami,.......... ambilah
istriku,.............. ambilah anakku,............. dan kalau perlu
nyawaku,.................. tapi jangan kau harap untuk
mengambil peti ini. (Pintu diketuk) oh,............ itu dia
datang,............... mana, mana,................ senjataku
(mencari........... dan mengambil kampak) ini..................
rasakan
TENTARA I : (Menangkis serangan) sabar pak,...................... kami
Orang-orang Republikan ingin membawa bapak sekeluarga
ke pengungsi, kita tinggalkan tempat ini,............... mari pak
ikut kami.
AYAH : Tidak,............. jangan kau paksa aku, aku tak ingin
memberikan semua ini padamu, karena ini adalah satu-
satunya milik bangsaku. Silahkan tinggalkan tempat ini
TENTARA II : Pak,................ kami orang baik-baik mari kita tinggalkan
tempat ini, karena kota ini telah bersimbah darah, tak
mungkin lagi kami pertahankan.
AYAH : Tidak,............ aku berkata tidak,............. kalaulah rumah ini
diibaratkan kapal,........... maka akulah nahkodanya dan
kalau kapal itu tenggelam, aku harus tenggelam bersama
kapalku, dan ,........... jangan kau paksa aku walaupun
dibawah ancaman senjatamu,.......... (tertembak)
ahaccccc,........... yah,............ bunuhlah aku,........ aku
takkan menyerah (jatuh bangkit) aku takkan
menyerah,...............
TENTARA I : Mari pak, tinggalkan tempat ini,........... bapak tertembak.
AYAH : Ya,............... aku tertembak,............. tapi aku takkan
menyerah,............. aku takkan menyerah. Wahai pejuang
14
tolonglah selamatkan cucuku dan juga benda ini
(Menyerahkan bayi dan kotak) cepat pergilah dari
sini,............ cucuku kelak kau dewasa nanti jadilah orang-
orang yang berguna bagi agama dan negeri ini.
TENTARA II : (Mengambil kotak dan bayi dari tangan tentara I)
Mari Jono kita pergi, tak ada waktu lagi.
TENTARA I : (Ketika mau pergi tertembak) Akh............ aku kena,
cepatlah pergi,............ selamatkan anak itu dan bendera
ini,....... selamat berjuang,............ MERDEKA
TENTARA II : MERDEKA,..............
(Menatap mayat dan pergi )
Bach Sound
Lagu 5 Januari 1949
(Ayah dan Pejuang/Tentara I saling menggapai tangan dan akhirnya berpelukan).............. MERDEKA,.................. Perlahan lagu 5 Januari
berakhir............................
S e l e s a i
Rengat, Tepi Sungai Indragiri
04 Februari 1990
Penulis Cerita
SALYMY YUSUF
DIKETIK OLEH : MAILISWIN YULKA
15