draft fix analisis k3.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keselamatan kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam dunia industry
modern terutama bagi mereka yang berstandar internasional. Berdasarkan penelitian Calvin dan
Joseph (2006) dinyatakan bahwa sistem kerja di industri garmen mempunyai risiko keselamatan
kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja, meliputi kecelakaan pada jari tangan (terjepit),
terbakar, peledakan, dan lainnya. Menurut Cross (1998), risiko adalah kemungkinan suatu
kejadian yang akan menimbulkan dampak pada suatu objek. Risiko merupakan suatu ukuran
yang meliputi kemungkinan suatu kejadian dan akibat yang terjadi. ILO memperkirakan
kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaankecelakaan dan penyakit- penyakit akibat kerja
setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto
(GDP). Tingkat kecelakaan kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih
tinggi dibanding Negara-negara industri. Di negara-negara berkembang, kebanyakan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang-bidang pertanian, perikanan dan perkayuan,
pertambangan dan konstruksi.( ILO, 2004). Sektor tekstil Eropa dan Amerika merupakan
produsen terbesar yang memenuhi pangsa pasar dunia, dimana omset yang diperoleh lebih dari
EUR 200 miliar. Sektor 2 tekstil dan pakaian di Eropa dan Amerika berubah sebagai hasil dari
pengembangan teknologi dan kondisi ekonomi, dengan restrukturisasi usaha, modernisasi serta
beradaptasi dengan perubahan teknologi. Ada kecenderungan bergerak pada produksi massal
produk sederhana menuju produk yang lebih luas. Berbagai produk yang dihasilkan bernilai
tambah yang tinggi. Teknis dan industri khususnya produk subsector adalah wilayah di mana
produsen Eropa mampu memimpin pangsa pasar dunia. Perkembangan ini juga berdampak pada
kerja di sektor ini, dengan perubahan model kerja (misalnya subkontrak), dan sebagai hasil dari
teknik yang terlibat, dilakukan penilaian tentang bahaya dan risiko yang mungkin terjadi pada
pekerja yang terkena paparan bahan baku untuk mencegah terjadinya kecelakaan.(OSHA
Team.europa, 2007)
1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1.2 PROFIL PERUSAHAAN
1.2.1 Sejarah Perusahaan dan Kebijakan Perusahaan
PT Unitex Tbk menjadi perusahaan Go Public tanggal 12 Mei 1982 dan merupakan
perusahaan ke-11 yang memasuki Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 26 Maret 1997 Perseroan
telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya (BES) sebanyak 1.584.360 atau 43,20 %
dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh. Pada tahun 1995 PT Unitex Tbk
mendapatkan predikat hijau dari kementrian lingkungan hidup atas keberhasilanya dalam
mengelola lingkungan hidup. Pada tahun 2003 perusahaan telah berhasil mendapatkan sertifikasi
sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 sebagai tanda bahwa proses manajemen mutu yang ada
telah sesuai dengan standar internasional.
Lokasi kantor pemasaran dan pabrik PT Unitex Tbk terletak di jalan raya Tajur No.1
Desa Sindang Rasa Kecamatan Ciawi, Bogor Jawa Barat. Visi perusahaan dikenal secara
internasional sebagai perusahaan tekstil yang terintegrasi dimana memproduksi produk yang
berkualias tinggi. Misi perusahaan adalah meningkatkan nilai bagi stakeholders melaui operasi
yang efisien, meningkatkan kepuasan pelanggan dengan harga bersaing dan pelayanan tepat.
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, dalam menjalankan proses produksinya didukung
dengan kebijakan perusahaan yang di kenal dengan lima pilar penyangga, yaitu:
1. Mengutamakan keselamatan kerja
2. Produk yang bermutu tinggi dan konsisten
3. Pengiriman yang tepat waktu
4. Biaya yang rendah
5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia Dan dilandasi dengan tiga pondasi, yaitu:
Disiplin
5-R (Ringkas,Rapih, Resik, Rawat,Rajin)
Kerjasama
1.2.3 Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT Unitex Tbk
PT Unitex Tbk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
yang terdiri dari pemimpin dan pengurus akan dibantu oleh petugas K3 yang merupakan
karyawan pada perusahaan tersebut setelah di tunjuk oleh pemimpin perusahaan setelah diberi
pengetahuan dan pelatihan sehingga memiliki keahlian dibidang K3. Hal ini dalam rangka
mengarahkan dan mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang sehat, aman, produktif
2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan sejahtera. Adapun pelaksanaan penanggung jawab dari keselamatan dan kesehatan kerja di
lingkungan perusahaan adalah panitia pembina keselamatan kerja atau P2K3. Struktur organisasi
P2K3 PT Unitex Tbk terdiri dari direktur pabrik sebagai ketua yang dibantu oleh penasehat,
pengawas dan anggota komite. Pengawas memegang seluruh pekerjaan mengenai keselamatan
dan kesehatan kerja dalam pabrik dan bertanggung jawab terhadap direktur pabrik dan panitia
K3 lainya. Pengawas juga dapat menerima laporan mengenai kegiatan K3 di bagian masing-
masing. Penasehat dapat memberikan nasehat mengenai isi kegiatan keselamatan dan kesehatan
kerja dibantu oleh kepala seksi dan departemen. Peran serta dan juga partisipasi organisasi P2K3
sangat diharapkan dalam menciptakan dan melaksanakan usaha peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja ditempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan serta
penyakit akibat kerja, sehingga tercipta tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tercapainya sasaran tersebut akan sejalan dengan tujuan pembangunan untuk memperlakukan
manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya. Tujuan pelaksanaan K3 adalah agar tenaga kerja
yang berada ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat, agar sumber-sumber
produksi dapat digunakan secara efisien dan proses produksi berjalan dengan lancar tanpa ada
hambatan. Agar terdapat keseragaman dalam pelaksanaan maka P2K3 mempunyai tugas sebagai
berikut:
Mengetahui dan melaksanakan ketentuan pemakaian alat perlengkapan dan pelindung kerja di
setiap bagian.
Menggalakkan cara hidup sehat dirumah dan ditempat kerja.
Menciptakan suatu sistem untuk menetapkan karyawan yang bertangung jawab terhadap
keselamatan kerja.
Mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja melalui pembentukan suatu
sistem untuk merayakan dan memberikan pengahargaan kepada karyawan dari departemen
yang berjasa terhadap keselamatan kerja.
Memberikan bimbingan spesifik dan terarah kepada karyawan yang bekerja di bagian
pengangkutan dan gudang untuk mencegah kecelakaan sewaktu menjalankan kendaraan dan
pekerjaan bongkar muat.
Melanjutkan dan meningkatkan kegiatan dan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program K3 perusahaan yang secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Agenda tahunan
2. Rapat K3
3. Pengelolaan lingkungan kerja
4. Perawatan alat
5. KYT (Kiken Yochi Training)
6. Patrol bagian dan patrol malam
7. Evaluasi
8. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
9. Reward dan punishment
10. Ergomoni
11. Penangulangan kebakaran
12. SOP (Standar Operasional Prosedur)
13. Pelayanan kesehatan
14. Klinik perusahaan
15. Program bantuan pengobatan
16. Perawatan kesehatan
17. Jaminan sosial tenaga kerja(Jamsostek)
18. Pertolongan pertama pada kecelakaan(P3K) dan Gizi kerja
4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANALISIS RISIKO
2.1.1 PENGERTIAN RISIKO
Risiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian atau keuntungan. Juga, suatu takaran dari
potensi kerugian yang mempertimbangkan besarnya kerugian dan kemungkinan terjadinya.
(Bird.1996).
Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004, risiko adalah
kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dampak dari suatu
sasaran, risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus atau konsekuensi
yang dapat ditimbulkannya. Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu:
1. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan konsekuensi tinggi,
bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat efeknya. Penyebab risiko
keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada keselamatan manusia dan
pencegahan kecelakaan di tempat kerja.
2. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi rendah, dan
bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan
manusia.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara populasi, komunitas.
Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak yang ditimbulkan terhadap habitat
dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
5 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian properti terkait
dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi. Fokus risiko finansial lebih kepada
kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.
5. Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat terhadap kinerja organisasi
dan produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat terfokus pada penilaian dan persepsi
masyarakat.
2.2 MANAJEMEN RISIKO
Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999, manajemen risiko
adalah pemeliharaan, proses, dan struktur yang mengacu langsung pada pengetahuan efektif
terhadap kesempatan potensial dan efek yang merugikan.
Menurut Kolluru (1996), manajemen risiko merupakan sebuah proses evaluasi dan jika
dibutuhkan dapat digunakan untuk mengendalikan sumber paparan dan risiko. Manajemen risiko
adalah pendeskripsian sejumlah prosedur yang berhubungan dengan identifikasi risiko, penilaian
risiko, upaya pengendalian, dan peninjauan kembali hasil pengendalian.
Gambar 2.1
Tahapan Manajemen Resiko Menurut AS/NZS 4360:1999
6 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.2.2 Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat manajemen risiko menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004,
yaitu :
1. Memperkecil kemungkinan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan mengurangi efek yang
ditimbulkan dari kemungkinan tersebut.
2. Meningkatkan produktivitas kerja.
3. Membantu meningkatkan perencanaan kerja perusahaan yang efektif, lingkungan kerja,
produksi, dan mencapai performa perusahaan yang lebih baik.
4. Mendapat keuntungan dari segi ekonomi dan kemudahan untuk memenuhi target perusahaan
dan perlindungan aset.
5. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan.
2.3 PROSES MANAJEMEN RISIKO
2.3.1 Identifikasi Risiko
Sebelum identifikasi resiko terlebih dahulu dilakukan penentuan ruang lingkup
merupakan parameter dasar proses manajemen risiko. Ruang lingkup tersebut mencakup 3
komponen, yaitu ruang lingkup eksternal, internal, dan manajemen risiko di mana proses
manajemen risiko akan diterapkan (AS / NZS 4360 : 1999). Identifikasi risiko merupakan suatu
tahapan yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi hal-hal tertentu (hazard) dalam pekerjaan
yang dapat menyebabkan sebuah risiko terjadi (Kolluru, 1996). Menurut Australian Standard /
New Zealand Standard 4360 : 2004, identifikasi risiko adalah langkah dalam proses manajemen
risiko untuk mengidentifikasi apa penyebab atau kemungkinan terjadinya kegagalan dan
bagaimana skenario dari kegagalan tersebut terjadi.
Identifikasi risiko dimulai dengan melakukan identifikasi semua sumber bahaya pada
area konsekuensi atau dampak. Dalam melakukan sebuah identifikasi dibutuhkan metode yang
logis dan terstruktur untuk memastikan bahwa tidak ada area lain yang terlewatkan. Struktur
tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menanyakan pertanyaan dengan cara yang imajinatif
tentang apa yang mungkin terjadi dan bagaimana hal itu dapat terjadi (Cross, 1998).
Berdasarkan menurut PERMENAKER No: PER.05/ MEN/ 1996 standar tentang identifikasi
resiko, antara lain:
7 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Identifikasi kondisi yang ada dibandingkan dengan ketentuan pedoman ini.
Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan.
Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan standar K3.
Meninjau sebab dan akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi dan gangguan
serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan K3.
Beberapa contoh metode identifikasi tersebut, yaitu :
1. Preliminary Hazard Analysis (PHA)
Preliminary Hazard Analysis adalah suatu metode yang dilakukan sebagai analisis awal
(Budiono, 2003). Preliminary Hazard Analysis dilakukan jika tidak ada suatu informasi
mengenai sistem (Colling, 1990).
2. Hazard and Operability Study (HAZOPS)
Hazard and Operability Study adalah suatu metode analisis yang lebih detail pada desain dan
operasi (Budiono, 2003). Hazard and Operability Study digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi proses yang berhubungan dengan safety dan bahaya pada lingkungan, serta
memproses masalah yang dapat berdampak pada efisisensi operasi (Kolluru, 1996).
3. Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)
Failure Modes and Effects Analysis adalah suatu metode analisis yang
mendalam sebagai akibat kegagalan peralatan dan pengaruhnya (Budiono, 2003). Failure Modes
and Effects Analysis secara sistematis menilai komponen dari suatu sistem tentang bagaimana
sistem tersebut dapat mengalami kegagalan, kemudian mengevaluasi efek yang terjadi dari
kegagalan tersebut dan tingkat bahaya yang dihasilkan akibat kegagalan sistem, serta bagaimana
kegagalan tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi (Colling, 1990).
4. Fault Tree Analysis (FTA)
Fault Tree Analysis adalah suatu model analisis desain, prosedur, dan kesalahan pada faktor
manusia (Budiono, 2003). Fault Tree Analysis dapat digunakan untuk memprediksi dan
mencegah terjadinya kecelakaan atau alat investigasi setelah terjadinya kecelakaan (Geotsch,
1996).
8 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
5. Job Safety Analysis (JSA)
Menurut Soeripto (1997), Job Safety Analysis adalah suatu cara yang digunakan untuk
memeriksa metode kerja dan menentukan bahaya yang sebelumnya telah diabaikan dalam
merencanakan pabrik atau gedung dan di dalam rancang bangun masin-mesin, alat-alat kerja,
material, lingkungan tempat kerja, dan proses kerja.
Terdapat 4 langkah dalam membuat Job Safety Analysis :
a. Memilih (menyeleksi) pekerjaan yang akan dianalisa. Pekerjaan tidak dapat dipilih secara
acak, pekerjaan dengan pengalaman kecelakaan terburuk seharusnya di analisis terlebih
dahulu. Dalam memilih pekerjaan untuk di analisis dan dalam menyusun tata cara analisis,
pengawasan utama yang harus diikuti adalah :
Banyaknya kecelakaan yang terjadi dalam sebuah pekerjaan.
Kecelakaan yang menghasilkan luka berat.
Kecelakaan yang menghasilkan luka cacat.
Pekerjaan baru dengan perubahan di dalam peralatan kerja atau proses.
b. Membagi pekerjaan ke dalam beberapa langkah atau kegiatan. Sebelum penelitian terhadap
bahaya dimulai, pekerjaan harus di bagi ke dalam beberapa langkah yang menggambarkan
apa yang telah selesai dikerjakan. Untuk menghindari 2 kesalahan umum, yaitu :
Membagi pekerjaan menjadi terlalu rinci yang seharusnya tidak perlu
menghasilkan sejumlah banyak langkah.
Membuat rincian kerja yang terlalu umum, sehingga langkah dasar tidak tertulis.
c. Melakukan identifikasi terhadap bahaya dan kecelakaan yang potensial.
d. Mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk menghilangkan bahaya dan mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan. Mengembangkan suatu prosedur kerja yang aman untuk:
Mencegah timbulnya kecelakaan.
Mencari data baru untuk melakukan pekerjaan itu.
Merubah kondisi fisik yang menimbulkan risiko.
Mehilangkan bahaya yang masih ada dan mengganti prosedur.
Mengurangi frekuensi melaksanakan tugas.
9 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Diberardinis (1999), beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan
menggunakan metode Job Safety Analysis adalah :
a. Pendekatan Job Safety Analysis sangat mudah dipahami dan tidak membutuhkan suatu tahapan
training, serta dapat dengan cepat disesuaikan dengan pandangan individu yang
berpengalaman.
b. Proses pada Job Safety Analysis dapat memberikan kesempatan pada individu untuk
mengenali atau memberikan pengetahuan mengenai operasi.
c. Hasil dari analisis dapat digunakan untuk dokumentasi yang dapat digunakan untuk melatih
pekerja baru.
d. Dokumentasi Job Safety Analysis juga dapat digunakan sebagai bahan audit.
Menurut Colling (1990), Job Safety Analysis berisikan beberapa informasi yang berkaitan
dengan suatu proses pekerjaan, yaitu :
a. Job (Pekerjaan), berisikan mengenai jenis pekerjaan yang dilakukan dalam unit produksi untuk
diidentifikasi risikonya.
b. Task (Rincian Kegiatan), berisikan penjelasan mengenai rincian kegiatan yang dilakukan
untuk masing-masing tahapan kegiatan yang dapat menggambarkan faktor-faktor terjadinya
dampak.
c. Hazard (Bahaya), untuk mengetahui jenis bahaya apa yang ditimbulkan dari kegiatan
pekerjaan.
d. Probability (Kemungkinan), berisikan tentang kemungkinan pekerja untuk terkena cidera dari
bahaya yang ditimbulkan oleh kegiatan pekerjaan.
e. Consequency (Konsekuensi), berisikan penjelasan mengenai dampak
10 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka berfikir
Kerangka konsep ini berdasarkan kepada teori tahapan manajemen risiko yang ditetapkan
Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis tingkat risiko pada proses pemintalan di departemen spinning bagian produksi PT
Unitex Tbk. Kerangka berpikir tersebut di gambarkan pada table 3.1. Peneliti ini dimulai dengan
melakukan wawancara dengan informan bersangkutan untuk menentukan batasan ruang lingkup
dan tahapan proses kerja yang ada di departemen spinning. Kemudian di lanjutkan dengan
identifikasi risiko pada setiap tahapan proses spinning. Setelah itu baru dilakukan analisis risiko
dengan menilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan berdasarkan standar yang ditetapkan
Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999. Selanjutnya mengevaluasi hasil
analisis tersebut dengan membandingkan estimasi nilai risiko dengan kriteria yang terdapat
dalam standar. Dari tahap tersebut di dapat kategori tingkat risiko dari setiap tahapan pekerjaan
di departemen spinning dan dilakukan kajian mendalam mengenai tingkat risiko kecelakaan
kerja secara kualitatif.
Gambar 3.1
11 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3.2 DEFINISI ISTILAH
3.2.1 Menentukan Ruang Lingkup
Merupakan sebuah proses penentuan ruang lingkup internal, ruang lingkup eksternal, dan
ruang lingkup manajemen risiko di mana proses manajemen risiko akan diterapkan (AS / NZS
4360 : 1999).
Cara ukur : Wawancara dan observasi.
Alat ukur : Pedoman wawancara, lembar observasi dan kamera
Hasil ukur : Struktur organisasi dan tahapan pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian
produksi PT Unitex Tbk Bogor Jawa Barat.
3.2.2 Identifikasi Risiko
Merupakan kegiatan dengan melakukan identifikasi terhadap setiap tahapan pekerjaan
dengan mencari risiko baik yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan dan yang pernah terjadi
kecelakaan, penyebab, dan upaya pengendalian yang telah dilakukan pada proses
pemintalan(spinning) di bagian produksi.(AS / NZS 4360 : 1999).
Cara Ukur : Wawancara dan observasi.
Alat ukur : Tabel identifikasi risiko Job Safety Analysis(JSA), lembar Observasi dan kamera
Hasil Ukur : Diketahuinya Risiko yang telah terjadi dan berpotensi terjadi kecelakaan, Penyebab,
dan Upaya Pengendalian yang telah dilakukan pada setiap tahapan pekerjaan proses
pemintalan(spinning) di bagian produksi
3.2.3 Analisis Risiko
Merupakan suatu proses ilmiah untuk menentukan tingkat konsekuensi, paparan, dan
kemungkinan dari risiko-risiko keselamatan kerja secara sistematik dengan menggunakan
informasi seberapa sering suatu kejadian dapat terjadi dan besarnya tingkat kerugian yang
dihasilkan, bertujuan untuk memisahkan risiko yang dapat diterima dan risiko yang memerlukan
penanganan yang terdapat di setiap tahapan pekerjaan proses pemintalan(spinning) di bagian
produksi. Pada penelitian ini analisis risiko yang dilakukan menggunakan metode semi
kuantitatif berdasarkan AS / NZS 4360 : 1999.
12 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3.3 IDENTIFIKASI RISIKO PADA TAHAPAN BLOWING DAN CARDING
BAGIAN PRODUKSI PEMINTALAN(SPINNING) PT UNITEX Tbk
Seksi Blowing dan Carding
`Tugas seksi ini merupakan proses dalam pembuatan benang, dimana bahan baku kapas
atau polyester dimasukkan dalam mesin Blowing untuk diuraikan gumpalangumpalan seratnya,
dibersihkan kotoran-kotorannya, dan diaduk sehingga terjadi pencampuran yang merata antara
beberapa jenis kapas. Dari proses ini dihasilkan “Lap” yang selanjutnya diproses dalam mesin
Carding dan menghasilkan "Sliver".
Hasil identifikasi risiko keselamatan kerja pada proses produksi Spinning dilakukan
dengan menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis) pada 2 tahapan tersebut yaitu :
3.3.1 Tahap Blowing
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pekerja di bagian ini, tahap proses
kerja blowing terdiri dari mencampur serat baik dari polyester atau campuran kapas dan kapas
murni. Kemudian membuka gumpalan serat dan membersihkan serat.
a. Proses blowing pada tahap membuka gumpalan serat padat, terdapat potensi bahaya yang akan
menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu tertimpa gumpalan serat padat, yang
mengakibatkan kaki luka/lebam karena tertimpa atau kejatuhan gumpalan serat padat yang
berukuran cukup besar, dengan gumpalan serat berbentuk kotak/persegi yang memiliki berat
kurang lebih 50 kg/ gumpalan serat. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh
perusahaan adalah Bekerja sesuai dengan SOP,menggunakan safety shoes dan bekeja hati-hati
b. Proses blowing pada tahap membersihkan serat di mesin blowing dan mengurai serat padat di
mesin Blowing , terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja
yaitu jari tangan terjepit mesin Blowing, yang mengakibatkan jari tangan terluka/ memar
karena terjepit mesin Blowing. Pada tahap ini tidak terdapat potensi risiko jari terputus, karena
gerak mesin searah atau parallel (ritasi ganda).
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP
dan bekeja hati-hati
c. Proses blowing pada tahap mencampur serat pada mesin Blowing dan mencampurnya agar
homogen, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu
telapak tangan terjepit mesin Blowing, yang mengakibatkan telapak tangan terluka/ memar
13 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
karena terjepit mesin Blowing. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan
adalah bekerja sesuai dengan SOP dan bekerja hati-hati
d. Proses blowing pada tahap memindahkan serat kapas yang telah digulung/sliver ke mesin
carding dengan menggunakan roli, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko
keselamatan kerja yaitu jari kaki remuk terlindas roli.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan safety shoes
dan bekeja hati-hati
e. Proses Blowing pada saat menyalakan dan mematikan mesin pada saat produksi sedang
berjalan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko tersengat listrik/ kesetrum karena
kondisi tangan dalam keadaan basah. Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan
lap kering di washtaffel dan bekerja sesuai dengan SOP.
14 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
15 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3.3.2 Tahap Carding
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sub-departemen dan pekerja di
bagian ini, dapat diketahui bahwa tahap proses kerja Carding adalah membersihkan serat,
memisahkan serat pendek dan membentuk sliver.
a. Proses Carding pada tahap merangkap sliver dan meletakkan dalam mesin untuk di gabung
dengan sliver yang lain, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan
kerja yaitu jari terluka atau remuk terjepit double silinder yang berputar berlawanan arah pada
mesin Carding.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP
dan bekeja hati-hati
b. Proses Carding pada tahap memisahkan serat pendek dan panjang serta membersihkan serat di
mesin Carding , terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja
yaitu jari tangan tergores putaran sisir mesin Carding.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP
dan bekeja hati-hati
c. Proses Carding pada tahap memindahkan sliver ke mesin pre drawing dengan roli, terdapat
potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu jari kaki luka /lebam
tertimpa sliver dan jari kaki luka/remuk terlindas roli.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan safety shoes
dan mengatur jarak aman.
d. Proses Carding pada saat menyalakan dan mematikan mesin pada saat produksi sedang
berjalan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko tersengat listrik/ kesetrum karena
kondisi tangan dalam keadaan basah.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan lap kering di washtaffel dan bekerja
sesuai dengan SOP
16 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
17 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3.4 ANALISIS RISIKO PADA TAHAPAN BLOWING DAN CARDING
Setelah dilakukan identifikasi risiko, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis risiko
dari setiap tahapan pekerjaan proses spinning. Analisis risiko dalam penelitian ini menggunakan
metode analisis semi kuantitatif berdasarkan AS / NZS 4360 : 1999.
3.4.1 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap blowing
a. Membuka gumpalan serat padat
1. Tertimpa gumpalan serat padat
Pada saat membuka gumpalan serat padat, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini
adalah jari kaki terluka atau lebam akibat tertimpa gumpalan serat padat yang memiliki berat
kurang lebih 50 kg, namun permukaannya tidak tajam, sehingga nilai konsekuensi 1 dengan
kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan
dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Untuk tingkat
pemaparan dilakukan sekali dalam sehari yaitu dengan nilai paparan 6 dengan kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika
pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan
kategor unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh
dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai
tingkat risiko 18 dengan kategori Acceptable.
b. Membersihkan serat di mesin blowing
1. Jari tangan terjepit mesin blowing
Pada saat membersihkan serat di mesin blowing, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap
ini adalah jari tangan terjepit atau jari memar akibat terjepit antara roller pencampur di mesin
blowing yang memiliki nilai konsekuensi 1 dengan kategori Noticeable, karena pada risiko
tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil
dengan efek yang juga setempat. Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap
hari dengan nilai paparan 10 dan termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan
standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut,
maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi,
paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 30 dengan kategori Priority 3.
18 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c. Memindahkan serat kapas yang telah digulung/sliver ke mesin carding
1. Kaki terlindas roli
Pada saat memindahkan serat kapas yang telah digulung/sliver ke mesin carding dengan
menggunakan roli, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas
roli yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko tersebut
terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat
pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika
pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan
kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh
dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai
tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
d. Menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi, risiko yang berpotensi
terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum karena tangan basah oleh keringan/air
yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi
luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat
pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah terjadi
meskipun terpapar bertahun-tahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 0.5 dengan kategori Conceivable.
Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan
nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan
kategori Acceptable.
19 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tabel 3.4.1
Hasil analisis pada tahap blowing di departemen spinning PT. Unitex Tbk
Tahun 2010
Sumber : Hasil Observasi dan wawancara dengan supervisor dan operator Dept. Spinning
PT.Unitex Tbk. 2010
20 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3.4.2 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap carding
a. Merangkap sliver
1. Jari tangan terjepit mesin Carding
Pada saat merangkap sliver di mesin Carding, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini
adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin Carding yang memiliki nilai konsekuensi 5
(important), karena pada risiko tersebut membutuhkan penanganan medis. Untuk tingkat
pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika
pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan
kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh
dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai
tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
b. Memisahkan dan membersihkan serat
1. Jari tangan tergores
Pada saat memisahkan dan membersihkan serat di mesin Carding, risiko yang berpotensi terjadi
pada tahap ini adalah jari tangan tergores karena gesekan silinder mesin Carding yang memiliki
nilai konsekuensi 1 dengan kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan,
memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga
setempat. Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari dengan nilai
paparan 10 dan termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan
standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut,
maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi,
paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 30 dengan kategori Priority 3.
c. Mengirim sliver ke mesin pre drawing
1. Kaki terlindas roli
Pada saat mengirim sliver ke mesin pre drawing dengan menggunakan roli, risiko yang
berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas roli yang memiliki nilai
konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh
penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali
dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk
21 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan
dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori unusual. Dari ketiga hal
tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai
konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan
kategori Substansial.
d. Menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin Carding ketika beroperasi, risiko yang berpotensi
terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum karena tangan basah oleh keringat/air
yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi
luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat
pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori
Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah terjadi
meskipun terpapar bertahun-tahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi
peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 0.5 dengan kategori Conceivable.
Dari ketiga hal tersebut, maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan
nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan
kategori Acceptable.
22 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tabel 3.4.2
Hasil analisis risiko pada tahap carding di departemen spinning PT.Unitex Tbk
Tahun 2010
23 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Hasil Identifikasi Risiko Pada Setiap Tahapan Pekerjaan Proses
Pemintalan/ Spinning di Departemen Spinning Bagian Produksi PT Unitex Tbk
Hasil identifikasi risiko keselamatan di lakukan dengan menggunakan data primer berupa
wawancara dan observasi kepada supervisor departemen, operator mesin di bagian
pemintalan/spinning, P2K3 departemen spinning dan petugas klinik perusahaan(dokter
perusahaan). Di dapatkan hasil bahwa 2 tahapan proses kerja yang ada di departemen spinning
adalah blowing, carding,. Dari risiko keselamatan yang telah di identifikasi, risiko keselamatan
yang terdapat pada departemen spinning PT Unitex Tbk ini berdasarkan kelompok bahaya
keselamatan (safety hazard) yang dibedakan menjadi :
1. Bahaya mekanik(mechanical hazard) yaitu, jari tangan terjepit mesin, jari tangan tergores
benang, jari tangan terjepit atau jari memar terjepit silinder mesin, kaki terlindas roli, terjepit
mesin ring spinning atau tergores dan luka jari atau remuk, jari tangan tergores atau lecet
terkenan mesin gulung simplex frame, jari kaki luka atau lebam tertimpa sliver, jari kaki luka
atau remuk terlindas roli, luka gores tergesek gigi-gigi mesin, atau memar atau luka lebam dan
lain-lain. Bahaya - bahaya ini diakibatkan oleh benda-benda atau mesin serta proses yang
bergerak.
2. Bahaya elektrik(electrical hazard) yaitu: terkena aliran listrik (kesetrum). Bahaya ini berasal
dari arus listrik yang digunakan pada mesin pemintal.
6.3 Pembahasan Hasil Analisis Risiko Pada Setiap Tahapan Pekerjaan Proses Pemintalan/
Spinning di Departemen Spinning Bagian Produksi PT Unitex Tbk
6.3.1 Tahap blowing
a. Membuka gumpalan serat padat
1. Tertimpa gumpalan serat padat Pada tahap awal membuka gumpalan serat, pekerja berisiko
jari kakinya terluka atau lebam akibat tertimpa gumpalan serat padat yang memiliki berat kurang
lebih 50 kg dari satu gulung berat serat tersebut. Namun, serat tersebut memiliki permukaan yang
rata dan sedikit licin, sehingga jika gulungan tersebut menimpa pekerja maka hanya dapat
24 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
meyebabkan luka lebam tanpa perdarahan. Oleh karena itu tahap ini termasuk dalam
konsekuensi dengan kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar
atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat.
Tingkat pemaparan pada kegiatan ini termasuk dalam kategori Frequently karena hanya
dilakukan sekali dalam sehari, karena dalam satu hari waktu produksi, penguraian dilakukan
sekali sehari sesuai dengan target harian produksi. Sedangkan untuk kemungkinan terjadinya
risiko ini, termasuk dalam kategori unusuall yaitu mungkin terjadi tapi jarang, hal tersebut
karena pekerja yang sudah cukup terlatih untuk melakukan kegiatan penguraian dan mampu
mengatur kapasitas berat gumpalan serat yang akan diurai , dan jika hal tersebut masih terjadi
umumnya disebabkan karena kelalaian pekerja atau tidak konsentrasi. Dari ketiga analisis
tersebut, maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori Acceptable yaitu intensitas yang
menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin agar risiko tidak timbul atau terjadi lagi.
Dari pembahasan diatas, faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko adalah handling
material kapas dan penyimpanannya yang mungkin kurang tepat, apalagi bentuk material yang
licin dan cukup berat. Menurut Mangkunegara (2002), bahwa indikator penyebab keselamatan
kerja adalah Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi: Penyusunan dan penyimpanan
barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya, ruang kerja yang
terlalu padat dan sesak dan pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
Meskipun hanya dilakukan sekali dalam sehari, namun hal tersebut akan menimbulkan dampak
serius jika perkerja telah melakukan pekerjaan tersebut bertahun-tahun
b. Membersihkan serat di mesin blowing
1. Jari tangan terjepit mesin blowing
Pada tahap kedua proses blowing, yaitu pada saat membersihkan serat di mesin blowing,
risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari tangan terjepit atau jari memar akibat
terjepit antara roller pencampur di mesin blowing yang sedang berputar paralel, sehingga
risiko ini termasuk dalam kategori konsekuensi Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi
luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek
yang juga setempat. Tingkat pemaparan dari risiko tersebut terjadi secara terus - menerus
setiap hari sehingga termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, risiko tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mengikuti standar
25 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kerja atau SOP yang ditetapkan setiap proses kerja yang sedang dikerjakanya, sehingga
termasuk dalam kategori unusual. Dari ketiga analisis tersebut, maka tingkat risikonya
termasuk dalam kategory Priority 3, yaitu risiko atau penyebabnya perlu diawasi dan
diperhatikan secara berkesinambungan agar risiko atau hal-hal yang menyebabkan risiko
tersebut bisa terjadi dapat di kendalikan sesuai dengan prosedur kerja dan standar keamanan
bagi pekerjanya.
Menurut Suardi (2005), dalam melakukan langkah-langkah untuk mengatasi risiko saat membersihkan
serat di mesin blowing, dibutuhkan suatu skala prioritas yang dapat membantu dalam pemilihan
pengendalian salah satu pengendalian yang mungkin dapat di lakukan diantaranya adalah pengendalian
administrasi, dalam tahap ini menggunakan prosedur, standar operasi kerja, atau panduan sebagai langkah
untuk mengurangi risiko. Akan tetapi banyak kasus yang ada, pengendalian administrasi tetap
membutuhkan sarana pengendalian risiko lainnya. Oleh karena itu, dari tingkat risiko dalam tahap ini
penerapan prosedur kerja dan stansar kerja yang tergolong dalam pengendalian administratif dinilai
mampu menanggulangi risiko dalam tahap ini.
c. Memindahkan serat kapas yang telah digulung/sliver ke mesin carding
1. Kaki terlindas roli
Pada proses ketiga dalam tahap Blowing, yaitu pada saat memindahkan serat kapas yang
telah digulung menjadi bentuk sliver ke mesin carding dengan menggunakan roli dengan
maksimal kapasitas 250 kg, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka atau
remuk terlindas roli yang digolongkan dalam kategori important, karena pada risiko tersebut
terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan, namun harus
tetap diperhatikan karena jika keterpaparanya terus meningkat dari waktu ke waktu, hal itu bisa
menjadi masalah serius atau bahkan bisa meningkat ke kategori yang lebih serius. Tingkat
pemaparan pada proses ini terjadi sekali dalam sehari sehingga termasuk dalam kategori
Frequently,hal tersebut terjadi karena sliver yang dihasilkan perharinya di sesuaikan dengan
kapasitas produksi dalam satu hari. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut
mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mengikuti standar kerja yang aman atau komunikasi
dengan pekerja lain kurang optimal, sehingga kegiatan pemindahan sliver hanya dilakukan
sendiri yang kemudian berdampak pada ketidakmampuan dalam melakukan pekerjaan secara
baik dan benar. Dalam hal ini, risiko tersebut termasuk dalam kategori unusual. Dari ketiga
26 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
analisis tersebut, maka tingkat risikonya yang mungkin terjadi dalam proses ini tergolong dalam
kategori Substansial yaitu mengharuskan adanya perbaikan secara teknis untuk mengurangi
potensi terjadinya risiko yang bisa menyebabkan kerugian baik bagi perusahaan dan pekerja pada
khususnya. Selain itu, peningkatan komunikasi antar pekerja sehingga tercipta hubungan kerja
yang baik memungkinkan untuk menciptakan suasana kerja yang produktif sehingga diharapkan
dapat mengurangi risiko kejadian kecelakaan dimana pekerjaan dapat dilakukan secara bersama-
sama dengan pekerja lain atau bekerja dalam tim, terutama pekerjaan memindahkan sliver yang
relatif cukup berat. Menurut Agustina(2009) hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya
terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja di setiap
jenis pekerjaan.
d. Menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Proses ke empat dalam tahap blowing ini adalah pada saat menyalakan dan mematikan
mesin ketika beroperasi, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/
kesetrum karena tangan basah oleh keringan/air yang masuk dalam kategori important, karena
pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan, hal itu terjadi karena aliran listrik yang digunakan untuk mesin ini cukup besar.
Tingkat pemaparan pada proses ini terjadi sekali dalam sehari dan termasuk dalam kategori
Frequently , dimana mesin akan dinyalakan pada saat pekerjaan dimulai, yaitu pukul 08.00 pagi
dan dimatikan pada shift terakhir sesuai dengan jadwal shift setiap operator mesin. Sedangkan
untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahun-
tahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang
ada, sehingga termasuk dalam kategori Conceivable. Maka tingkat risikonya tergolong dalam
kategori Acceptable intensitas yang menimbulkan risiko tersebut dikurangi seminimal mungkin,
apalagi jika pekerja aware dan care terhadap kondisi lingkungan dan fisiknya sendiri, sehinga
hal tersebut dapat dihindari. Dari pembahasan di atas, risiko yang mungkin dan berpotensi terjadi
pada keempat tahap dalam proses blowing yang pertama adalah jari kaki terluka atau lebam
karena kelalaian pekerja dan tidak konsentrasi. Menurut menurut Lucas & Wilson (1989) tidak
konsentrasi dan lalai dalam bekerja merupakan gejala dari stress kerja yang tergolong dalam
gejala intelektual diantaranya susah konsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran
27 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kacau, daya ingat menurun, melamun, produktivitas atau prestasi kerja menurun, dan mutu kerja
rendah. Oleh karena itu, tidak adanya konsentrasi kerja dapat memicu terjadinya risiko yang
berakibat pada kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja yang berdampak pada produktifitas
kerja itu sendiri. Risiko yang berpotensi terjadi pada tahap blowing yaitu jari tangan terjepit atau
jari memar akibat terjepit antara roller , hal itu bisa terjadi jika pekerja tidak mengikuti standar
kerja (SOP) yang ada karena merasa sudah biasa melakukan sehingga dapat meningkatkan
potensi terjadinya risiko dalam proses tersebut. Tidak mengikuti SOP ini umumnya juga terjadi
pada saat memindahkan sliver.
Menurut Miner(1994) hal tersebut tergolong dalam unsafe behavior dimana hal tersebut
merupakan tipe prilaku yang mengarah pada kecelakaan. Demikian pula dengan hasil wawancara
dengan pekerja pada tahap blowing umumnya pekerja berpendapat bahwa ia sudah merasa ahli
dan terbiasa melakukan pekerjaan tersebut dan belum pernah mengalami kecelakaan. Pekerja
berpendapat bahwa selama ini bekerja dengan caranya sendiri(unsafe) tidak terjadi apa-apa,
mengapa harus berubah. Pertanyaan tersebut mungkin benar namun tentu saja hal ini merupakan
potensi besar untuk terjadinya kecelakaan kerja. Peningkatan disiplin dan komunikasi kerja di
rasa cocok untuk mengendalikan hal tersebut di atas supaya dapat mengurangi potensi risiko
yang ada diproses blowing dengan kedua masalah yang dominan tersebut.
6.3.2 Tahap Carding
a. Merangkap sliver
1. Jari tangan terjepit mesin Carding
Proses pertama pada tahap Carding yaitu pada saat merangkap sliver di mesin Carding,
risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin
Carding dengan konsekuensi important, karena pada saat membetulkan kerataan serat yang akan
di bentuk sliver menggunakan tangan tanpa pelindung dan mesin masih berjalan, jadi jika risiko
tersebut terjadi membutuhkan penanganan medis. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam
sehari karena umumnya memeperbaiki kerataan benang tersebut dilakukan ketika sliver baru
masuk ke dalam mesin, dan dalam proses ini sliver hanya sekali diganti, dengan demikian maka
tingkat pemaparanya termasuk dalam kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat
kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan
standar kerja yang ada, sehingga termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian, tingkat
28 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
risiko dalam tahap ini termasuk dalam kategori Substansial yaitu mengharuskan adanya
perbaikan secara teknis untuk mengendalikan potensi terjadinya risiko yang lebih tinggi. Potensi
risiko pertama yang muncul pada saat merangkap sliver di proses carding adalah luka jari atau remuk
akibat terjepit mesin carding karena saat menggunakan tangan tanpa pelindung. Menurut Miner(1994) hal
ini termasuk dalam unsafe behavior dimana pekerja melakukan pekerjaan namun dengan menyingkirkan
alat-alat keselamatan yang pada proses ini memerlukan sarung tangan atau gloves untuk mencegah
timbulnya risiko terjepit.
b. Memisahkan dan membersihkan serat
1. Jari tangan tergores
Proses kedua pada tahap Carding adalah pada proses memisahkan dan membersihkan serat di
mesin Carding, risiko yang berpotensi terjadi pada tahapini adalah jari tangan tergores karena
gesekan silinder mesin Carding, karena biasanya saat menarik serat pendek yang tersangkut,
mesin Carding tidak dimatikan, jika pekerja tidak konsentrasi atau hati-hati jari tangan bisa
tergesek putaran silinder ,sehingga konsekuensi dalam proses ini termasuk dalam kategori
Noticeable, karena pada risiko dari proses tersebut hanya terjadi luka ringan, memar atau
penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat karena
silindernya berukuran kecil dengan diameter kurang lebih 5 sampai 10 cm. Tingkat pemaparan
pada proses ini terjadi secara terus -menerus setiap hari, karena selama sliver belum habis
pekerjaan pemisahan ini dilakukan terus menerus sampai sliver habis, dengan demikian paparan
termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut
mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga
termasuk dalam kategori unusual. Dari analisa tersebut maka tingkat risikonya termasuk dalam
kategori Priority 3 yaitu perlunya pengawasan dan diperhatikan secara berkesinambungan agar
risiko tersebut dapat dikendalikan dan di cegah sedemikian mungkin agar tidak terjadi. Dalam
proses kerja ini, risiko yang berpotensi terjadi disebabkan karena kondisi pekerja yag berkerja pada mesin
yang berpitar sentral dan tidak dapat dimatikan ketika ada proses perbaikan serat, namun juga tidak
memakai alat pelindung saat bekerja.
Menurut Miner(1994) hal ini termasuk dalam unsafe behavior dimana pekerja melakukan
pekerjaan namun dengan menyingkirkan alat-alat keselamatan yang pada proses ini memerlukan sarung
tangan atau gloves untuk mencegah timbulnya risiko terjepit.
29 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN
1. Hasil identifikasi risiko keselamatan kerja yang terdapat pada proses spinning di bagian
produksi PT Unitex Tbk, yaitu : jari tangan terjepit mesin, jari kaki terlindas roli, tangan
tergores mesin, terkena aliran listrik, jari tangan tergores benang.
2. Konsekuensi risiko keselamatan kerja pada proses spinning yang terbesar adalah disaster yaitu
saat penguapan di mesin heat setter. Kemudian terkecil adalah Noticeable yaitu luka gores di
jari tangan, Paparan risiko keselamatan kerja pada proses spinning yang paling sering terjadi
yaitu tergores benang, terjepit mesin, terlindah roli dan tersengat listrik. Kemungkinan risiko
keselamatan kerja pada proses spinning yang tidak biasa terjadi tetapi mungkin yaitu Jari kaki
remuk terlindas roli, Jari tangan tergores atau lecet terkenan mesin, Jari tangan tergores
benang/serat.
4. Evaluasi risiko keselamatan kerja pada proses spinning adalah melakukan safety talk sebelum
memulai pekerjaan, mengatur jarak aman dengan mesin, menjaga roli agar selalu dalam jalur
lintasan, menjaga housekeeping lingkungan kerja, warning sign untuk menunjukkan adanya
bahaya listrik dan menjaga proses kerja dalam keadaan aman.
5. Tingkat risiko keselamatan kerja pada proses spinning di bagian produksi PT Unitex Tbk,
yaitu :
Very high (sangat tinggi) yaitu risiko peledakan pada heat setter/pengupan dengan
bejana tekan.
Substansial (penting) yaitu luka jari tangan atau kaki karena terlindas, terjepit mesin,
tertimpa, tergesek benda, bahan atau mesin yang ada di dept spinning.
Priority 3 (prioritas 3) yaitu tersengat listrik/ kesetrum, luka gores di jari akibat kontak
dengan gerigi mesin, benang yang berputar dll.
Acceptable (diterima) yaitu jari kaki terluka / lebam tertimpa gumpalan .
30 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
7.2 SARAN
1. Perusahaan perlu melakukan identifikasi dan penilaian risiko keselamatan kerja di masing-
masing tahapan yang ada pada proses spinning di bagian produksi PT Unitex Tbk, sehingga
perusahaan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Untuk meminimalisir risiko pada masing-masing tahapan proses kerja spinning perlu
dilakukan upaya pengendalian, yaitu dengan cara :
Engineering Control( House keeping, pengecekan listrik, mengatur jarak aman)
Administrative Control (bekerja sesuai SOP, safety talk, komunikasi antar pekerja dan
warning sign)
Alat Pelindung Diri/APD(Memakai sarung tangan/gloves, menggunakan safety shoes,
menggunakan face shield (saat proses penguapan)
31 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
DAFTAR PUSTAKA
www.docstoc.com /Skripsi wiwin-analisis risiko keselamatan kerja pada proses pemintalan
(spinning) di bagian produksi PT.Unitex Tbk tahun 2010
Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999. Risk Management Guidelines. Sydney
1999
Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004. Risk Management Guidelines. Sydney
2004
Kolluru, Rao V, et al. Risk assessment and Management Handbook. New York : Mc Graw Hill
Inc, 1996.
Geotsch, David. “Occupational Safety and Health : In Manager”, Second Edition, 1996.
Diberardinis, Louis J. “Handbook of Occupational Safety and Health Second Edition”.
John Wiley & Sons Inc, 1999.
www.deperindag.go.id /Industri-pemintalan
32 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja