Transcript
  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    1/30

    WRAP UP

    SKENARIO 1

    URIN SEPERTI AIR CUCIAN DAGING

    BLOK GINJAL DAN SISTEM SALURAN KEMIH

    Kelompok A-12

    Ketua : M. Agsar Andriawan (1102011150)

    Sekretaris : Fatima Zahra (1102011101)

    Anggota : Ajeng Astrini Nur Kannia (1102010012)

    Amanda Azizha Hakim (1102010016)

    Ahmad Junaidi (1102011014)

    Arief Rahman (1102011044)

    Cattleya Ananda Vilda (1102011063)

    Erina Imronikha (1102011069)

    Laila Mayangsari (1102011139)

    Lindah Syafastuti (1102011141)

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

    2012 2013

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    2/30

    Urin Seperti Air Cucian Daging

    Seorang anak laki-laki, usia 8 tahun dibawa ibunya ke dokter karena air kencingnya berwarna

    kemerahan. Riwayat trauma sebelumnya disangkal. Penderita mengalami radang tenggorok 2

    minggu yang lalu, sudah berobat ke dokter dan dinyatakan sembuh.

    Pada pemeriksaan didapatkan bengkak pada kelopak mata dan didapatkan tekanan darah 130/90mmHg. Pemeriksaan urinalisis didapatkan proteinuria dan hematuria.

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    3/30

    Sasaran Belajar

    L.I 1 Mempelajari Anatomi Ginjal

    L.O 1.1 Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis ginjal

    L.O 1.2 Memahami dan menjelaskan anatomi mikroskopis ginjal

    L.I 2 Mempelajari Faal Ginjal

    L.O 2.1 Memahami dan menjelaskan pembentukan urin

    L.O 2.2 Memahami dan menjelaskan aspek biokimia

    L.O 2.3 Memahami dan menjelaskan keseimbangan cairan

    L.I 3 Mempelajari Glomerulonefritis

    L.O 3.1 Memahami dan menjelaskan definisi glomerulonefritis

    L.O 3.2 Memahami dan menjelaskan etiologi dan klasifikasi glomerulonefritis

    L.O 3.3 Memahami dan menjelaskan patofisiologi dan patogenesis glomerulonefritis

    L.O 3.4 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis glomerulonefritis

    L.O 3.5 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding glomerulonefritis

    L.O 3.6 Memahami dan menjelaskan tatalaksana glomerulonefritis

    L.O 3.7 Memahami dan menjelaskan komplikasi glomerulonefritis

    L.O 3.8 Memahami dan menjelaskan pencegahan glomerulonefritis

    L.O 3.9 Memahami dan menjelaskan proglomerulonefritisosis glomerulonephritis

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    4/30

    L.I 1 Mempelajari Anatomi Ginjal

    L.O 1.1 Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis ginjal

    Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang tanah, terdapat sepasang dan posisinya

    retroperitoneal. Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas pada dua costa terakhir yaitu

    costa 11 dan 12. Ukuran normal ginjal : 12x6x2 cm dengan berat 130 gram. Posisi ginjal kananlebih rendah daripada ginjal kiri karena ada hati yang mendesak ginjal kanan. Ginjal kanan

    terletak pada tepi atas vertebra thoracal 12 sampai tepi atas vertebra lumbal 4, sedangkan ginjal

    kiri terletak pada pertengahan vertebra thoracal 11 sampai pertengahan vertebra lumbal 3.

    Perbedaan panjang kedua ginjal adalah 1,5cm.

    Bagian-bagian ginjal antara lain: ektremitassuperior/polus cranial, extremitas inferior/polus caudalis,

    margo medialis (menuju ke belakang )dan margolateralis (menuju kedepan). Pada margo medialis terdapathilum renalis yang merupakan tempat keluar-masuknya

    ureter, arteri&vena renalis, nervus dan vasa limphatica.

    Pada bagian atas ginjal terdapat topi yang disebut

    grandula suprarenal. Ginjal kanan berbentuk pyramid

    dan kiri berbentuk bulan sabit.

    Ginjal dilapisi oleh capsula fibrosa yang berikatan

    longgar dengan jaringan dibawahnya yaitu fascies

    renalis. Fascies renalis terbagi dua yaitu: lamina anterior

    didepan dan lamina posterior dibelakang. Bagian kanandan kiri menyatu dengan fascies transversus abdominalis

    membentuk rongga yang dilapisi lemak disebut corpus adiposum. Lemak-lemak itu sendiri

    dibungkus oleh capsula adipose.

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    5/30

    Vaskularisasi Ginjal

    Ciri khas vascularisasi ginjal : Dalam vas afferens, mempunyai myoepitel (pada capsula bawmani) yang berfungsi sebagai

    otot kontraksi.

    Terdapat arterio venosa anastomosis Ada end artery yaitu pembuluh nadi yang buntu yang tidak mempunyai sambungan dengan

    kapiler.

    Persyarafan Ginjal

    N. Subcostalis XII N. Illiohypogastricus N. Illioinguinalis.

    L.O 1.2 Memahami dan menjelaskan anatomi mikroskopis ginjal

    GlomerulusGlomerulus adalah massa kapiler yang berbelit-belit terdapat sepanjang perjalanan arteriol,

    dengan sebuah arteriol aferen memasuki glomerulus dan sebuah arteriol eferen meninggalkanglomerulus. Epitel parietal, yaitu podosit, mengelilingi sekelompok kecil kapiler dan di antara

    ansa kapiler dekat arteriol aferen dan eferen terdapat tangkai dengan daerah bersisian dengan

    lamina basal kapiler yang tidak dilapisi endotel. Dalam daerah seperti itu terletak sel mesengial.

    Sel mesangial ini dapat berkerut jika dirangsang oleh angiotensin, dengan akibat berkurangnyaaliran darah dalam kapiler glomerulus. Selain itu, sel mesangial dianggap bersifat fagositik dan

    akan bermitosis untuk proliferasi pada beberapa penyakit ginjal. Berdekatan dengan glomerulus,

    sel-sel otot polos dalam tunika media arteriol aferen bersifat epiteloid. Intinya bulat dansitoplasmanya mengandung granula. Sel-sel ini adalah sel Juksta-glomerular (JG). Sel

    jukstaglomerular berespons terhadap peregangan di dinding arteriol afferen, suatu baroreseptor.

    Pada penurunan tekanan darah, sel jukstaglomerular melepaskan enzim renin. Makula densa,

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    6/30

    suatu bagian khusus tubulus kontortus distal yang terdapat di antara arteriol aferen dan eferen.

    Makula densa tidak mempunyai lamina basal. Makula densa berespons pada perubahan NaCl di

    filtrat glomerular.

    Gambar 1-6.

    Glomerulus: arteriaferen (AA), sel

    Juxtaglomerulus

    (JC), makula densa(MD), tanda panah

    menunjukkan

    granula yangmungkin merupakan

    renin yang

    dihasilkan oleh JC.

    Tanda bintangmerupakan nulcei

    dari sel-selendotelial arteriole

    aferen glomerulus

    Apparatus Juksta Glomerularis

    Apparatus juksta glomerularis berfungsi mengatur sekresi renin dan terletak di polus vascularis.

    Apparatus juksta glomerularis terdiri dari:

    Macula Densa

    Sel dinding tubulus distal yang berada dekat denganglomerulus berubah menjadi lebih tinggi dan tersusun lebih

    rapat. Fungsi: atur kecepatan filtrasi glomerulus

    Sel Juksta Glomerularis

    Merupakan perubahan sel otot polos tunika media dinding arteriol

    afferen menjadi sel sekretorik besar bergranula. Granula sel iniberisikan rennin

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    7/30

    Sel Polkissen/Lacis/Mesangial Extra Glomerularis

    a) Terdapat diantara makula densa, vas afferen dan vas efferentb) Bentuk gepeng, panjang, banyak prosesus sitoplasma halus dengan

    jalinan mesangial.

    c) Berasal dari mesenchyme, mempunyai kemampuan fagositosis

    Kapsul BowmanKapsul Bowman, pelebaran nefron yang dibatasi epitel, diinvaginasi oleh jumbai kapiler

    glomerulus sampai mendapatkan bentuk seperti cangkir yang berdinding ganda. Terdapat ronggaberupa celah yang sempit, rongga kapsula, di antara lapisan luar atau parietal (epitel selapis

    gepeng) dan lapisan dalam atau viseral (sel besar yaitu podosit) yang melekat erat pada jumbai

    kapiler. Podosit memiliki pedicle /foot processes. Di anatara pedikit terdapat flitration slit

    membrane. Sel endotelial kapiler memiliki fenstra pada sitoplasma. Berguna untuk hasil

    fenestrasi.

    Tubulus ProksimalTubulus proksimal di korteks ginjal mempunyai bagian berkelok-

    kelok (pars contortus) dan bagian yang lurus (pars rectus),sedangakan di medulla menjadi ansa henle segmen tebal pars

    descendens. Tubulus proksimal berfungsi untuk reabsorbsi.

    Semua glukosa, protein, dan asam amino, hampir semua

    karbohidrat dan 75-85% air di reabsorbsi disini. Dinding tubulusproksimal disusun oleh epitel selapis kuboid, sitoplasma bersifat

    asidofili, batas antar sel tidak jelas,terdapat mikrofili yang

    membentuk gambaran brush border.

    Tubulus DistalTubulus proksimal di korteks ginjal mempunyai bagian berkelok-

    kelok (pars contortus) dan bagian yang lurus (pars rectus),

    sedangakan di medulla menjadi ansa henle segmen tebal parsascendens. Tubulus kontortus distal lebih pendek dibandingkan

    dengan tubulus kontortus proksimal. Dinding tubulus dilapisi epitel

    selapis kuboid, sitoplasma bersifat basofilik, inti gelap, dan tidak

    ada brush border. Tubulus kontortus distal mengabsorpsi NaCl

    dengan air, meningkatkan volume dan tekanan darah.

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    8/30

    Ansa HenleSegmen tipis. Peralihan dari pars descendens yang tebal (tubulus proximal pars rekta) ke segmentipis biasanya mendadak, berselang beberapa sel dengan perubahan epitel kuboid dan torak

    rendah ke gepeng. Diameter luar segmen tipis hanya 12-15 m, dengan diameter lumen relatif

    besar, sedangkan tinggi epitel hanya 1-2 m.

    Segmen tebal. Pars descendens segmen tebal dindingnya mirip tubulus kontortus proksimal

    tetapi lebih kecil. Sedangkan, pars ascendens segmen tebal mirip dengan tubulus kontortus distal.

    Duktus KoligenDuktus koligen atau duktus eksretorius bukan

    merupakan bagian dari nefron. Setiap tubuluskontortus distal berhubungan dengan duktus koligens

    melalui sebuah cabang sampai duktus koligen yang

    pendek yang terdapat dalam berkas medular; terdapatbeberapa cabang seperti itu. Duktus koligen berjalan

    dalam berkas medula menuju medula. Di bagian

    medula yang lebih ke tengah, beberapa duktus

    koligens bersatu untuk membentuk duktus yang besaryang bermuara ke apeks papila. Saluran ini disebut

    duktus papilaris (Bellini) dengan diameter 100-200

    m atau lebih. Muara ke permukaan papila sangat

    besar, sangat banyak dan sangat rapat, sehinggapapila tampak seperti sebuah tapisan (area cribrosa).

    Sel-sel yang yang melapisi saluran ekskretorius ini

    bervariasi ukurannya, mulai dari kuboid rendah dibagian proximal sampai silindris tinggi di duktus

    papilaris utama. Batas sel teratur dengan sedikit

    interdigitasi dan umumnya sel tampak pucat denganbeberapa organel. Duktus koligen menyalurkan kemih

    dari nefron ke pelvis ureter dengan sedikit absorpsi

    air yang dipengaruhi oleh hormon anti-diuretik(ADH).

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    9/30

    L.I 2 Mempelajari Faal Ginjal

    L.O 2.1 Memahami dan menjelaskan pembentukan urin

    A. Filtrasi GlomerulusFiltrasi glomelural adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler glomerular, dan dalamtekanan tertentu kedalam kapsul bowman. Filtrasi ini dibantu oleh beberapa faktor :

    Membran kapiler glomerular lebih permeable dibanding kapiler lain dalam tubuh sehinggafiltrasi berjalan dengan sangat cepat.

    Tekanan darah dalam kapiler glomerular lebih tinggi dibandingkan tekanan darah dalamkapiler lain karena diameter arteriol aferen lebih besar dari diameter arteriol eferen.

    Faktor yang mempengaruhi filtrasi glomelural, yaitu :

    Kf = koefisien filtrasi = permeabilitas x luas permukaan filtrasi

    PKG = tekanan hidrostatik kapiler glomerulus

    PKpB = tekanan hidrostatik kapsula Bowman

    KpB = tekanan onkotik di kapsula Bowman = 0

    KG = tekanan onkotik kapiler glomerulus

    Keadaan normal Kf jarang berubah berubah dalam keadaan patologis. Dapat berubahkarena kontraksi atau relaksasi sel mesangial yang terdapat antara ansa-ansa kapiler

    glomerulus.

    LFG = Kfx (PKG+ KpB) (PKpB+ KG)

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    10/30

    Kontraksi mengurangi permukaan kapiler dan dilatasi menambah luas permukaan glomerulus Radang glomerulus dapat merusak glomerulus tidak berfungsi mengurangi luas

    permukaan filtrasi.

    (PKG- PKpB- KG) = tekanan filtrasi bersih

    Laju Filtrasi Glomerulus

    Laju filtrasi glomerular adalah jumlah filtrat yang terbentuk permenit pada semua nefron darikedua ginjal. Pada laki-laki, laju filtrasi ini sekitar 125 ml/menit atau 180 liter dalam 24 jam.

    Pada perempuan sekitar 110 ml/menit. Faktor yang mempengaruhi GFR (Glomerular Filtration

    Rate), yaitu :

    1) Tekanan filtrasi efektifGFR berbanding lurus dengan EFP dan perubahan tekanan yang terjadi akan mempengaruhi

    GFR. Derajat konstriksi arteriol aferen dan eferen menentukan aliran darah ginjal, dan jugatekanan hidrostatik glomerular.

    Konstriksi arteriol aferen menurunkan aliran darah dan mengurangi laju filtrasi glomerulus. Konstriksi arteriol eferen menyebabkan terjadinya tekanan darah tambahan dalam

    glomerulus dan meningkatkan GFR.

    2) Autoregulasi Ginjal Mekanisme autoregulasi intrinsic ginjal mencegah perubahan aliran darah ginjal dan GFR

    akibat variasi fisiologis rerata tekanan darah arteri. Autoregulasi seperti ini berlangsung pada

    rentang tekanan darah yang lebar (anatara 80 mmHg dan 180 mmHg).

    Jika rerata tekanan arteri darah meningkat,arteriol aferen berkonstriksi untuk menurunkanaliran darah ginjal dan mengurangi GFR. Jika rerata tekanan dara arteri menurun, terjadivasidilatasi arteriol aferen untuk meningkatkan GFR. Dengan demikian perubahan pada GFR

    dapat dicegah.

    Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan balik dari reseptor-reseptor peregang dalamdinding arteriol dan dari apparatus jukstaglomerular.

    Peningkatan tekanan arteri dapat sedikit meningkatkan GFR.3) Stimulasi SimpatisSuatu peningkatan implus simpatis, seperti yang terjadi pada saat stress, akan menyebabkan

    konstriksi arteriol aferen. Menurunkan aliran darah kedalam glomerulus, dan menyebabkan

    penurunan GFR.

    4) Obstruksi Aliran UrinariaOleh batu ginjal dan batu dalam ureter akan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam kapsul

    bowman dan menurunkan GFR.

    5) Kelaparan, Diet rendah protein, atau Penyakit lainAkan menurunkan tekanan osmotic koloid darah sehingga meningkatkan GFR.

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    11/30

    6) Berbagai penyakit ginjalDapat meningkatkan permeabilitas kapiler glomerular dan meningkatkan GFR.

    Komposisi Filtrat Glomerular, yaitu ;

    a) Filtrate dalam kapsul bowman identik dengan filtrat plasma dalam hal air dan zat terlarutdengan berat molekul rendah, seperti glukosa, klorida, natrium, kalium, fosfat, asamurat,

    urea, dan kreatinin.

    b) Sejumlah kecil albumin plasma dapat terfiltrasi, tetapi sebagian besar diabsorbsi kembali dansecara normal tidak tampak pada urine.

    c) Sel darah dan urine tidak difiltrasi. Penampakannya dalam urine menendakan suatuabnormalitas. Penampakan sel darah putih biasanya menendakan adanya infeksi bakteri pada

    traktus urinaria bagian bawah.

    B. Reabsorbsi TubulusSebagian besar filtrate (99%) secara selektif direabsorbsi dalam tubulus ginjal menalui difus paif

    gradient kimia atau listrik.

    Reabsorbsi Ion Natrium

    Ion-ion natrium ditranspor secara pasif melalui difus terfasilitasi (dengan carier) dari lumentubulus kontortus proksimal kedalam sel-sel epitel tubulus yang konsentrasi ion natriumnya

    lebih rendah.

    Ion-ion Natrium yang ditranspor secara aktif dengan pompa natrium-kalium, akan keluar darisel-sel epitel untuk masuk ke cairan interstitial didekat kapiler peritubular.

    Reabsobsi Ion Klor dan Ion Negatif Lain

    Karena ion natrium positif bergerak secara pasif dari cairan tubulus ke sel dan secara aktifdari sel ke cairan interstitial peritubular, akan terbentuk kesetimbangan listrik yang justru

    membantu pergerakan pasif ion-ion negative.

    Dengan demikian, ion klor dan bikarbonat negative secara pasif berdisfusi kedalam sel-selepitel dari lumen dan mengikuti pergerakan natrium yang keluar menuju cairan peritubular

    dan kapiler peritubular

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    12/30

    Reabsorbsi Glukosa, Fruktosa, dan Asam Amino

    Carrier glukosa dan asam amino sama dengan carrier ion natrium dan digerakan melaluikontranspor.

    Maksimum transport. Carrier pada membrane sel tubulus memiliki kapasitas reabsorsimaksimum untuk glokosa, berbagai jenis asam amino, dan beberapa zat terreabsorbsilainnya. Jumlah ini dinyatakan dalam maksimum transpor (transport maximum(Tm)).

    Maksimum transport untuk glukosa adalah jumlah maksimum yang ditranspor permenit,yaitu sekitar 200 mg glukosa/ 100 ml plasma. Jika kadar glukosa melebihi kadar tm nya,

    beearti melewati ambang plasma ginjal sehingga glukosa muncul di urin (glikosuria).

    Reabsorbsi Air

    Air bergerak bersama ion natrium melalui osmosis. Ion natrium berpindah dari area

    berkonsentrasi air tinggi didalam lumen tubulus kontortus proksimal ke area berkonsentrasi air

    rendah dalam cairan interstitial dan kapiler peritubular.

    Reabsorbsi Urea

    Seluruh urea yang terbentuk setiap hari difiltrasi oleh glomerulus. Sekitar 50% urea secara pasif

    direabsorbsi akibat gradient difusi yang terbentuk saat air direabsorbsi. Dengan demikian 50%

    urea yang difiltrasi akan diekskresi dalam urine.

    Reabsorbsi Ion Anorganik

    Seperti kalium, kalsium, fosfat, dan sulfat, serta sejumlah ion organic adalah melalui transport

    aktif.

    C. Mekanisme Sekresi TubularAdalah proses aktif yang menindahkan zat keluar dari darah dalam kapiler peritubular melewati

    sel-sel tubular menuju cairan tubular untuk dikeluarkan dalam urin. Zat-zat seperti ion hydrogen,kalium, dan ammonium, produk akhir metabolic kreatinin dan asam hipurat serta obat-obatan

    tertentu (penisilin) secara aktif disekresi kedalam tubulus. Ion hydrogen dan ammonium diganti

    dengan ion natrium dalam tubulus kontortus distal dan tubulus pengumpul. Sekresi tubular yangselektif terhadap ion hydrogen dan ammonium membantu dalam pengaturan pH plasma dan

    kesimbangan asam basa cairan tubuh. Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting

    untuk mengeluarkan zat-zat kimia asing yang tidak diinginkan.

    Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine adalah :

    Hormon ADH

    Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan

    keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    13/30

    posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan

    ekstrasel

    Aldosteron

    Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus

    ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,

    natrium, dan sistem angiotensin rennin

    ProstaglandinProstagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang,

    pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada

    ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal

    GukokortikoidHormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan

    volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium

    Renin

    Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis

    pada :1. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )

    2. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )

    3. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )4. Innervasi ginjal dihilangkan

    5. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )

    Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan

    mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya

    angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini

    efeknya menaikkan tekanan darah.

    Zat - zat diuretikBanyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi zat diuretik ini

    maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin bertambah.

    Suhu internal atau eksternal

    Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan mengurangi volume urin.

    Konsentrasi Darah

    Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah rendah.Reabsorpsi air di

    ginjal mengingkat, volume urin menurun.

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    14/30

    L.O 2.2 Memahami dan menjelaskan aspek biokimia

    Fungsi ginjal merupakan merupakan organ tubuh yang memiliki arti penting dalam tubuh:

    1. Berlangsungnya proses filtrasi darah didalam glomerulusDimana semua darah ikut tersaring kecuali benda-benda darah dan protein yang dalam keadaannormal tidak ada dalam urine.

    2. Mereabsorbsi komponen darah yang masih diperlukan tubuh ditubulus ginjalDan dikembalikan kedalam arah untuk didistribusikan kembali ke jaringan-jaringan yang masih

    memerlukan.

    3. Mengeluarkan zat-zat tertentuYang mungkin dapat membahayakan.

    Sifat Fisik Urine

    VolumeFaktor-faktor yang mempengaruhi volume urine ; suhu, jenis makanan dan minuman dan

    kondisi mental.

    Berat Jenis. Berat jenis urine bervariasi, terutama dipengaruhi oleh kepekatan urineseseorang. Normalnya, berat jenis dewasa berkisar anatara 1.031.030.

    PH. Normal PH urine seseorang berkisar antara 4,7 8,0 (rata-rata 6). Salah satu factor yangmempengaruhi adalah intake protein yang tinggi menyebabkan peningkatan keasaman urine.

    Warna. Normalnya, urine seseorang berwarna kuning amabar dan transparan, warna tersebutkarena adanya urokhrom dalam urine.

    Bau. Urine segar biasanya beraroma, dan bau ini biasanya sangat tergantung pada jenismakanan seseorang.

    Komponen Urine Normal

    Urea, menempati 50% zat padat total urine Nacl menempati 25% zat padat total urine Sulfat berasal terutama dari komponen asam amino yang mengandung belerang dari protein

    yaitu sistein dan metionin.

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    15/30

    Komponen Urine Abnormal

    ProteinDalam keadaan normal, urine mengandung tidak lebih dari 30-200mg protein , sehingga bila

    dilakukan test kwalitatif terhadap protein memberikan hasil yang negatif

    GlukosaDalam keadaan normal, tidak lebih dari 1 gram glukosa diekskresi kedalam urine selama 24jam, tetapi bila diekskresi lebih banyak sehingga test benedict kwalitatif hasinya positif.

    Benda ketonUrin normal mengandung benda keton dalam jumlah kecil. Bila jumlah meningkat dalamurine sehingga tea rothera hasilnya positif, keadaan normal ini dinamakan ketonuria.

    BilirubinMerupakan produk katabolisme heme, jumlahnya tidak terlalu besar didalam urine normal,

    tetapi bila perombakan sel darah merah meningkat didalam tubuh menyebabkan bilirubindalam urine meningkat bilirubinuria.

    DarahSel darah merah dan sel darah putih sangat terbatas sekali dijumpai dalam urine normal. Bila

    jumlah darah dalam urine cukup banyak, disebut hematuria.

    L.O 2.3 Memahami dan menjelaskan keseimbangan cairan

    Keseimbangan cairan tubuh dipertahankan melalui pengaturan volume CES & osmolaritas CES

    Volume CESmempertahankan tek. darah Mempertahankan keseimbangan garampengaturan jangka panjang volume CES Osmolaritas CES diatur ketatmencegah kembung / mengkerutnya sel-sel tubuh Mempertahankan keseimbangan airpenting untuk pengaturan osmolaritas CESKontrol volume CES penting dalam pengaturan tekanan darah jangka panjang, 2 usaha

    kompensasi untuk sementara tek. darahvol. CES kembali normal

    Refleks baroreseptor melalui sistem saraf otonom merubah cardiac output dan tahananperifer

    Pemindahan sementara cairan secara otomatis antara plasma & cairan interstisiil Membantu sementara mengembalikan tek. darah ke normalkemampuan terbatas

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    16/30

    L.I 3 Mempelajari Glomerulonefritis Akut

    L.O 3.1 Memahami dan menjelaskan definisi glomerulonefritis akut

    Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi dan proliferasi selglomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan mekanisme imunologis yang

    menimbulkan kelainan patologis glomerulus dengan mekanisme yang masih belum jelas. Pada

    anak kebanyakan kasus glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi, paling sering infeksistreptokokus beta hemolitikus grup A. Glomerulonefritis akut pasca infeksi streptokokus dapatterjadi secara epidemik atau sporadik, paling sering pada anak usia sekolah yang lebih muda,

    antara 5-8 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan anakperempuan 2 : 1.

    L.O 3.2 Memahami dan menjelaskan etiologi dan klasifikasi glomerulonefritis akut

    Timbulnya didahului infeksi ekstrarenal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit

    oleh kuman streptococcus beta haemolyticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. Antara infeksi

    bakteri dan timbulnya GN terdapat masa laten selama 10 hari. GN juga dapat disebabkan oleh

    sifilis, keracunan (timah hitam, tridion), amiloidosis, trombosis vena renalis, penyakit kolagen,purpura anafilaktoid, dan lupus eritematosis.

    Hubungan antara GN dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali oleh Lohlein padatahun 1907 dengan alasan bahwa :

    1. Timbulnya GN setelah terjadinya infeksi skarlatina.

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    17/30

    2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A.

    3. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum pasien.

    Pada anak GNAPS paling sering disebabkan oleh Streptococcus beta hemolyticus group A tipe

    nefritogenik. Tipe antigen protein M berkaitan erat dengan tipe nefritogenik. Serotipe

    streptokokus beta hemolitik yang paling sering dihubungkan dengan glomerulonefritis akut(GNA) yang didahului faringitis adalah tipe 12, tetapi kadang-kadang juga tipe 1,4 ,6 dan 25.

    Tipe 49 paling sering dijumpai pada glomerulonefritis yang didahului infeksi kulit / pioderma.

    Protein streptokokus galur nefritogenik yang merupakan antigen antara lain endostreptosin,antigen presorbing (PA-Ag), nephritic strain-associated protein (NSAP) yang dikenal sebagai

    streptokinase dan nephritic plasmin binding protein (NPBP).

    Klasifikasi

    1. DifusMengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering ditemui timbul akibat gagal ginjalkronik. Bentuk klinisnya ada 3 :

    Akut : Jenis gangguan yang klasik dan jinak, yang selalu diawali oleh infeksistroptococcus dan disertai endapan kompleks imun pada membrana basalis glomerulusdan perubahan proliferasif seluler.

    Sub akut : Bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat, ditandai dengan perubahan-perubahan proliferatif seluler nyata yang merusak glomerulus sehingga dapat

    mengakibatkan kematian akibat uremia.

    Kronik : Glomerulonefritis progresif lambat yang berjalan menuju perubahan sklerotikdan abliteratif pada glomerulus, ginjal mengisut dan kecil, kematian akibat uremia.

    2. FokalHanya sebagian glomerulus yang abnormal.

    3. LokalHanya sebagian rumbai glomerulus yang abnomral misalnya satu sampai kapiler.

    A. Congenital (herediter) Sindrom Alport

    Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis progresif familial yang

    sering disertai tuli syaraf dan kelainan mata seperti lentikonus anterior.Diperkirakan sindrom

    Alport merupakan penyebab dari 3% anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semuapasien yang mendapatkan cangkok ginjal.Dalam suatu penelitian terhadap anak dengan

    hematuria yang dilakukan pemeriksaan biopsy ginjal, 11% diantaranya menderita sindrom

    Alport.Gejala klinis yang utama adalah hematuria, umumnya berupa hematuria mikroskopik

    dengan eksaserbasi hematuria nyata timbul pada saat menderita infeksi saluran napas atas.Hilangnya pendengaran secara bilateral dari sensorineural, dan biasanya tidak terdeteksi pada

    saat lahir, umumnya baru tampak pada awal umur 10 tahunan. Sindrom Nefrotik Kongenital

    Sindrom nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir. Gejala proteinuria masif,sembab, hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi beberapa minggu sampai beberapa bulan

    kemudian

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    18/30

    B. Glomerulonefritis Primer Glomerulonefritis membranoproliferatif

    Suatu glomerulonfritis kronik yang tidak diketahui etiologinya dengan gejala yang tidak spesifik,

    bervariasi dari hematuria asimptomatik sampai glomerulonefritis progresif. 20-30% pasienmenunjukan hematuria mikroskopik dan proteinuria, 30% berikutnya menunjukan gejala

    glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata, sedangkan sisanya 40-45% menunjukan gejala-gejala sindrom nefrotik.Tidak jarang ditemukan 25-45% mempunyai riwayat infeksi saluranpernapasan bagian atas sehingga penyakit tersebut dikira glomeruloneritis akut pasca

    streptococcus atau nefropati IgA. Pada pemeriksaan mikroskopis tampak poliferasi sel mesengial

    dan infiltrasi sel leukosit.

    Glomerulonefritis membranosaSering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah pengobatan seperti preparat emas,

    penisilinamin, obat anti inflamasi non steroid. Glomerulopati membranosa paling sering

    dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik. Glomerulopati membranosa jarangdijumpai pada anak, didapat insiden 2-6% pada anak sengan sindrom nefrotik.Umur rata-rata

    pasien pada berbagai penelitian berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan awitanpada anak dengan umur kurang dari 1 tahun. Proteinuria didapatkan pada semua pasien. Pada

    pemeriksaam mikroskop imunofluoresen ditemukan deposit IgG dan komplemen C3 berbentukgranular pada kapiler glomerulus.

    Nefropati IgABiasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik, hipertensi,

    gagal ginjal kronik.Nefropati IA juga sering dijumpai pada kasus gangguan hepar, saluran cerna

    atau gangguan sendi.Gejala nefropati IgA asimptomatik dan terdiagnosis karena kebetulan

    ditemukan hematuria mikroskopik.Adanya episode hematuria makroskopik biasanya didahuluiinfeksi saluran napas atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya olahraga dan imunisasi.

    C. Glomerulonefritis SekunderGlomerulonefritis Sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis pascastreptococcus, dimana kuman penyebab tersering adalah streptococcus beta hemolyticus grup A

    yang nefritogenik terutama menyerang pada anak pada awal masa sekolah.Glomerulonfritis

    pasca streptococcus dating dengan keluhan hematuria nyata, kadang-kadang disertai sembabmata dan hipertensi.

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    19/30

    L.O 3.3 Memahami dan menjelaskan patofisiologi dan patogenesis glomerulonefritis akut

    Patogenesis

    Infeksi streptococcus hemolitikus grup A Ab langsung berikatan dengan Ag komponen glomerulus

    Antigen dari streptococcus kompleks Ag dan Ab

    Respon tubuh mengeluarkan antibodi

    Kompleks antigen antibodi di sirkulasi

    Aktivasi sistem komplemen

    Kompleks mengendap di subendotel dan mesangium pada glomerulus

    Aktivasi komplemen tetap berjalan Aktivasi sel inflamasi

    kerusakan glomerulus

    Secara garis besar terdapat dua mekanisme terjadinya glomerulonefritis yaitu:

    a. circulating immune complexb. terbentuknya deposit kompleks imun secara in situ.

    Pada kebanyakan kasus glomerulonefritis akut diawali dengan infeksi saluran napas atas yang

    disebabkan oleh streptococcus hemolitikus grup A yang memiliki antigen seperti protein M,

    neuraminidase, endostreptosin (preabsorbing antigen), protein kationik (cationic proteins),

    streptococcal pyogeni c exotoxin B, streptokinase, dan nephr itis associated plasmin receptor.Contoh neuraminidase yang dihasilkan oleh streptokokus akan mengubah IgG endogen menjadi

    autoantigen. Terbentuknya autoantibodi terhadap IgG yang telah berubah tersebut,

    mengakibatkan pembentukan komplek imun yang bersirkulasi, kemudian mengendap dalamginjalPada mekanisme yang kedua terjadi akibat antigen dari membran basal glomerulus sendiri

    atau substansi yang dari luar yang terjebak pada glomerulus.Kerusakan glomerulus akibat sistem komplemen dengan atau tanpa sel inflamasi. Kerusakan

    akibat proses inflamasi :Melibatkan :

    Sel inflamasi (PMN , monosit/makrofag dan trombosit) Molekul adesi Kemokin

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    20/30

    Endapan kompleks imun akan memicu proses inflamasi yang menyebabkan proliferasi sel.

    Proses inflamasi diawali dengan melekat dan bergulirnya sel inflamasi pada permukaan sel

    endotel. Proses ini dimediasi molekul adesi selektin. Sel endotel melepaskam molekul CD31 atauPECAM 1 (platelet endotelial cell adhesion molecule-1) yang merangsang aktivasi sel inflamasi.

    Reaksi ini menimbulkan peningkatan pengeluaran adesi integrin (reseptor di permukaan sel)

    pada sel inflamasi dan semakin eratnya penempelan sel inflamasi dengan sel endotel. Perlekatanini dimediasi oleh VLA-4 (vascullar cell adhesion) dan VCAM-1 (vascular cell adhesiommolecule-1). Proses selanjutnya yaitu migrasi sel inflamsi melalui celah antar sel. Sel inflamasi

    keluar dengan efek kemotaktik yritu perpindahan dari pembuluh darah ke jaringan.

    Kerusakan akibat sistem komplemen :

    Pada glomerulonefritis komplemen berperan mencegah masuknya Ag dan dapat pula

    menginduksi reaksi inflamasi. Endapan kompleks imun sub epitel akan mengaktivasi jalur klasik

    dan menghasilkan membrana attack complex. Kerusakan glomerulonefritis terjadi akibatterbentuknya fragmen komplemen aktif. Fragmen komplemen C3a, C4a,C5abersifat

    anafiloktasin yang menyebakan permeabilitas kapiler meningkat dan C5a memounyai efek

    kemotaktik terhadap leukosit.

    Mediator inflamasi pada kerusakan glomerulus :

    Netrofil mengeluarkan enzim lisosom dan protease yang menyebabkan kerusakan.

    Granul spesifik yang membentuk laktoferin membentuk oksigen radikal.

    L.O 3.4 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis glomerulonefritis akut

    Kasus klasik atau tipikal diawali dengan infeksi saluran napas atas dengan nyeri tenggorok dua

    minggu mendahului timbulnya sembab. Periode laten ratarata 10 atau 21 hari setelah infeksi

    tenggorok atau kulit. Hematuria dapat timbul berupa gross hematuriamaupun mikroskopik.Variasi lain yang tidak spesifik bisa dijumpai seperti demam, malaise, nyeri, nafsu makan

    menurun, nyeri kepala, atau lesu. Pada pemeriksaan fisis dijumpai hipertensi pada hampir semua

    pasien GNAPS, biasanya ringan atau sedang. Hipertensi pada GNAPS dapat mendadak tinggi

    selama 3-5 hari. Setelah itu tekanan darah menurun perlahan-lahan dalam waktu 1-2 minggu.

    Edema bisa berupa wajah sembab, edem pretibial atau berupa gambaran sindrom nefrotik. Asites

    dijumpai pada sekitar 35% pasien dengan edem. Bendungan sirkulasi secara klinis bisa nyata

    dengan takipne dan dispne. Gejala gejala tersebut dapat disertai oliguria sampai anuria karena

    penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    21/30

    L.O 3.5 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding glomerulonefritis

    akut

    Anamnesis

    Apakah ada riwayat glomerulonefritis dalam keluarga pasien? Apakah pasien dalam riwayat sebelumnya pernah mengalami infeksi bakteri, khususnya

    streptococcus?

    Apakah sebelumnya pasien pernah mengkonsumsi OAINS, preparat emas, heroin,ataupun imunosupresif?

    Apakah pasien sedang menderita kasus-kasus keganasan, seperti karsinoma paru,gastrointestinal, ginjal, ataupun limfoma?

    Apakah pasien pernah mengalami penyakit multisistem? Apakah terdapat edema tungkai atau pun kelopak mata?

    (IPD-UI)

    Pemeriksaan Fisik

    Pada pasien glomerulonefritis akut sangat dianjurkan untuk melakukan pengukuran berat dan

    tinggi badan, tekanan darah, adanya sembab atau asites. Melakukan pemeriksaan kemungkinanadanya penyakit sistemik yang berhubungan dengan kelainan ginjal seperti atritis, ruam kulit,

    gangguan kardiovaskular, paru dan system syaraf pusat.

    Selama fase akut terdapat vasokonstriksi arteriola glomerulus yang mengakibatkan tekanan

    filtrasi menjadi kurang dan karena hal ini kecepatan filtrasi glomerulus juga berkurang. Filtrasi

    air, garam, ureum dan zat-zat lainnya berkurang dan sebagai akibatnya kadar ureum dan

    kreatinin dalam darah meningkat. Fungsi tubulus relative kurang terganggu, ion natrium dan air

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    22/30

    diresorbsi kembali sehingga diuresis berkurang (timbul oliguria dan anuria) dan ekskresi natrium

    juga berkurang. Ureum diresorbsi kembali lebih dari pada biasanya, sehingga terjadi insufiensi

    ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hidrema dan asidosis metabolik.

    (Price et.al, 1995; IKA-UI, 1997; IPD-UI, 2007; Donna J.Lager, 2009).

    Pemeriksaan Laboratorium

    a. ImunologiKomplomen hemolitik total serum (total hemolytic comploment) dan C3 rendah pada hampir

    semua pasien dalam minggu pertama, tetapi C4 normal atau hanya menurun sedikit, sedangkan

    kadar properdin menurun pada 50% pasien. Keadaan tersebut menunjukkan aktivasi jalur

    alternatif komplomen.

    Penurunan C3 sangat mencolok pada pasien glomerulonefritis akut pascastreptokokus dengankadar antara 20-40 mg/dl (harga normal 50-140 mg.dl). Penurunan C3 tidak berhubungan

    dengann parahnya penyakit dan kesembuhan. Kadar komplomen akan mencapai kadar normal

    kembali dalam waktu 6-8 minggu. Pengamatan itu memastikan diagnosa, karena pada

    glomerulonefritis yang lain yang juga menunjukkan penuruanan kadar C3, ternyata berlangsung

    lebih lama.

    b. UrinalisaUrinalisa menunjukkan adanya proteinuria (+1 sampai +4), hematuria makroskopik ditemukan

    hampir pada 50% penderita, kelainan sedimen urine dengan eritrosit disformik, leukosituria serta

    torak selulet, granular, eritrosit (++), albumin (+), silinder lekosit (+) dan lain-lain.

    c. Fungsi GinjalKadang-kadang kadar ureum dan kreatinin serum meningkat dengan tanda gagal ginjal seperti

    hiperkalemia, asidosis, hiperfosfatemia dan hipokalsemia. Kadang-kadang tampak adanya

    proteinuria masif dengan gejala sindroma nefrotik.

    d. Tes serologiBeberapa uji serologis terhadap antigen sterptokokus dapat dipakai untuk membuktikan adanya

    infeksi, antara lain antisterptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase B. Skrining

    antisterptozim cukup bermanfaat oleh karena mampu mengukur antibodi terhadap beberapa

    antigen sterptokokus. Titer anti sterptolisin O mungkin meningkat pada 75-80% pasien dengan

    GNAPS dengan faringitis. Streptokokus grup A menghasilkan enzim streptolisin O yang dapat

    merusak sel darah merah. Oleh karena streptolisin O bersifat antigenik, maka tubuh

    memproduksi antistreptolisin O yang merupakan antibodi netralisasi. Antibodi ASO akan

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    23/30

    terdapat dalam darah satu minggu hingga dua bulan setelah awitan infeksi. Titer ASO yang

    tinggi tidak spesifik terhadap setiap penyakit infeksi streptokokus.

    Pemeri ksaan Patologi Anatomi

    Makroskopis ginjal tampak agak membesar, pucat dan terdapat titik-titik perdarahan padakorteks.

    Mikroskopis tampak hampir semua glomerulus terkena, sehingga dapat disebut glomerulonefritis

    difus.

    Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang keras sehingga mengakibatkan lumen kapiler

    dan ruang simpai Bowman menutup. Di samping itu terdapat pula infiltrasi sel epitel kapsul,

    infiltrasi sel polimorfonukleus dan monosit. Pada pemeriksaan mikroskop elektron akan tampak

    membrana basalis menebal tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di subepitelium yang

    mungkin dibentuk oleh globulin-gama, komplemen dan antigen Streptococcus.

    Histopatologi gelomerulonefritis dengan mikroskop cahaya pembesaran 20x

    Keterangan Gambar:

    Gambar diambil dengan menggunakan mikroskop cahaya (hematosylin dan eosin dengan

    pembesaran 25x). Gambar menunjukkan pembearan glomerular yang membuat pembesaran

    ruang urinary dan hiperselluler. Hiperselluler terjadi karnea proliferasi dari sel endogen daninfiltasi lekosit PMN.

    Histopatologi glomerulonefritis dengan mikroskop cahaya pembesaran 40x

    http://yumizone.files.wordpress.com/2009/07/ginjal-10.jpghttp://yumizone.files.wordpress.com/2009/07/ginjal-9.jpghttp://yumizone.files.wordpress.com/2009/07/ginjal-10.jpghttp://yumizone.files.wordpress.com/2009/07/ginjal-9.jpg
  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    24/30

    Histopatologi glomerulonefritis dengan mikroskop elektron

    Keterangan Gambar:

    Gambar diambil dengan menggunakan mikroskop electron. Gambar menunjukjan proliferadi dari

    sel endothel dan sel mesangial juga infiltrasi lekosit yang bergabung dnegan deposit electron di

    subephitelia.(lihat tanda panah)

    Histopatologi glomerulonefritis dengan immunofluoresensi

    Keterangan Gambar:

    Gambar diambil dengan menggunakan mikroskop immunofluoresensi dengan pembesaran 25x.

    Gambar menunjukkan adanya deposit immunoglobulin G (IgG) sepanjang membran basalis dan

    mesangium dengan gambaran starry sky appearence.

    (Price et.al, 1995)

    Pemeri ksaan Lain-lain

    USG ginjal Biopsi, tidak diperlukan apabila ukuran ginjal < 9 cm(IPD-UI, 2007)

    http://yumizone.files.wordpress.com/2009/07/ginjal-12.jpghttp://yumizone.files.wordpress.com/2009/07/ginjal-11.jpghttp://yumizone.files.wordpress.com/2009/07/ginjal-12.jpghttp://yumizone.files.wordpress.com/2009/07/ginjal-11.jpg
  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    25/30

    Diagnosis Banding

    a) MPGNGlomerulonefritis Mesangiocapillary atau membranoproliferatif (MPGN) mungkin memiliki

    penyajian yang hampir identik dengan glomerulonefritis akut poststreptococcal. Manifestasi awalseringkali lebih serius pada orang dengan MPGN dibandingkan pada mereka dengan nefropati

    IgA, fungsi ginjal berkurang secara nyata (yaitu, ketinggian besar kreatinin serum)

    b) Berger disease( IgA nefropati)Berger disease atau IgA nefropati biasanya muncul sebagai sebuah episode dari gross hematuria

    yang terjadi selama tahap awal penyakit pernapasan, tidak ada periode laten terjadi, dan

    hipertensi atau edema jarang terjadi.Episode berulang gross hematuria, terkait dengan penyakit

    pernapasan, diikuti dengan hematuria mikroskopis gigih, sangat sugestif nefropati

    IgA. Sebaliknya, glomerulonefritis akut poststreptococcal biasanya tidak kambuh, dan episode

    kedua jarang terjadi.

    c) IgA associated glomerulonephritis (Henoch-Schnlein purpura nephritis)Dalam kasus atipikal ditemukan banyak kesamaan denga APSGN. Semua manifestasi klinis

    APSGN telah dilaporkan pada orang dengan Henoch Schonlein-nefritis purpura, meskipun

    hipertensi dan edema yang signifikan ditemukan kurang umum pada individu dengan Henoch

    Schonlein purpura-dibandingkan pada mereka dengan APSGN. Selain itu, bukti dari penyakit

    streptokokus sebelumnya biasanya kurang pada individu dengan Henoch Schonlein-nefritis

    purpura, dan nilai-nilai komplemen (C3 dan / atau C4) biasanya normal.

    Diagnosis Clinical Manifestations

    Poststreptococcal glomerulonephritis Microscopic or gross hematuria, proteinuria, hypertension, and edema

    Hemolytic-uremic syndrome Microscopic hematuria, hypertension, gastroenteritis (bloody diarrhea),

    oliguria, and petechiae

    Henoch-Schnlein purpura nephritis Microscopic hematuria, palpable purpura, abdominal pain, tender

    subcutaneous edema, arthralgias sometimes present

    Immunoglobulin A nephropathy Microscopic hematuria proteinuria; intermittent gross hematuria with

    viral infections

    Systemic lupus erythematosus Gross hematuria microscopic, rash (malar, discoid, vasculitic) andarthralgias or arthritis

    Alport syndrome Microscopic or gross hematuria, sensorineural hearing loss, family history

    of renal failure, cataracts

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    26/30

    L.O 3.6 Memahami dan menjelaskan tatalaksana glomerulonefritis akut

    Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus.

    Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlak selama 6-8 mingguuntuk memberi kesempatan pada ginjal untuk sembuh. Tetapi penyelidikan terakhirmenunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya penyakit

    tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.

    Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi beratnyaglomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin

    masih ada. Pemberian penisilin ini dianjurkan hanya untuk 10 hari, sedangkan pemberian

    profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan

    karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis seorang anak dapat terinfeksi lagi

    dengan kuman nefritogen lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil sekali. Pemberian

    penisilin dapat dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10 hari.

    Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi3 dosis.

    Makanan. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendahgaram (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan

    biasa bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD

    dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan

    dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi

    dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.

    Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa untukmenenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala

    serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07

    mg/kgbb secara intramuskular. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian, maka selanjutnya

    reserpin diberikan peroral dengan dosis rumat, 0,03 mg/kgbb/hari. Magnesium sulfat

    parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek toksis.

    Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darahdengan beberapa cara misalnya dialisis pertonium, hemodialisis, bilasan lambung dan usus

    (tindakan ini kurang efektif, tranfusi tukar). Bila prosedur di atas tidak dapat dilakukan oleh

    karena kesulitan teknis, maka pengeluaran darah vena pun dapat dikerjakan dan adakalanya

    menolong juga.

    Diuretik dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir ini pemberianfurosemid (Lasix) secara intravena (1 mg/kgbb/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk

    pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus (Repetto dkk, 1972).

    Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativa dan oksigen.

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    27/30

    Imunosupresan

    KortikosteroidSebagai obat tunggal/ dalam kombinasi dengan imunosupresan lain untuk mencegah reaksi

    penolakan transplantasi dan untuk mengatasi penyakit autoimun.

    Mekanisme kerja : menurunkan jumlah limfosit secara cepat bila diberikan dosis besar. Setelah

    24 jam diberikan jumlah limfosit dalam sirkulasi biasanya kembali ke nilai sebelumnya serta

    menghambat proliferasi sel limfosit T, imunitas seluler dan ekspresi gen yang menyandi berbagai

    sitokin.

    Penggunaan klinik : Mencegah penolakan transplantasi ginjal, untuk mengurangi reaksi alergi

    yang biasa timbul pada pemberian antibodi monoklonal/ antibodi antilimfosik.

    Efek samping : Meningkatkan resiko infeksi, ulkus lambung, hiperglikemia, osteoporosis.

    SiklosporinAbsorpsi oral lambat dan tidak lengkap dengan bioavailabilitas 20-50%. Pemberian per oral,kadar puncak tercapai setelah 1,3 sampai 4 jam. Adanya makanan berlemak sangat mengurangi

    absorpsi siklosporin kapsul lunak

    Penggunaan klinik : Transplantasi ginjal, jantung, hati, SSTL, paru, pankreas. Pemberian oral

    dimulai 4-24 jam sebelum transplantasi dengan dosis 15mg/kgBB, satu kali sehari dandilanjutkan 1-2 minggu pascatransplantasi. Selanjutnya dosis diturunkan tiap minggu sampai

    mencapai dosis 3-10mg/kgBB

    Efek samping : Hipertensi, hepatotoksisitas, nerotoksisitas, hirsutisme, hiperplasia gingtiva,

    toksisitas gastrointestinal.

    TakrolimusPenggunaan klinis : transplantasi hati, ginjal, jantung.

    Efek samping : Nefrotoksisitas, SSP (sakit kepala, tremor, insomnia), mual, diare, hipertensi,

    hiperkalemia, hipomagnesemia, hiperglikemia

    SirolimusMekanisme kerja : Tidak menghambat produksi interleukin oleh sel CD4, menghambat respon

    CD4 terhadap sitokin, menghambat proliferasi sel B dan produksi immunoglobulin, menghambat

    respon sel mononuklear terhadap rangsangan colony stimulating factor

    Penggunaan klinik : mencegah penolakan transplantasi

    Efek samping : trombositopenia, hepatotoksisitas, diare, hipertrigliseridemia, sakit kepala.

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    28/30

    L.O 3.7 Memahami dan menjelaskan komplikasi glomerulonefritis akut

    Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia akibat berkurangnyafiltrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia,

    hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada

    anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.

    Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejalaberupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme

    pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.

    Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung danmeningginya tekanand arah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan

    juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi

    gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.

    Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yangmenurun.

    (Price et.al, 1995; IKA-UI, 1997; IPD-UI, 2007; Donna J.Lager, 2009)

    L.O 3.8 Memahami dan menjelaskan pencegahan glomerulonefritis akut

    Pencegahan primer

    Pencegahan sebelum terinfeksi kuman streptococcus yaitu dengan tidak kontak secara inhalasi

    dengan penderita yang sudah terinfeksi, menjaga pola makan dengan tidak jajan sembarangan.

    Pencegahan sekunder

    Pencegahan pasien yang sudah terinfeksi tetapi belum timbul gejala klinis yaitu dengan

    pengobatan antibiotik untuk kuman streptococcus yaitu benzatine penisilin.

    Pencegahan tersier

    Pencegahan untuk menghindari komplikasi yaitu memakai pengobatan simptomatik

    glomerulonefritis.

    L.O 3.9 Memahami dan menjelaskan prognosis glomerulonefritis akut

    Sebagian besar pasien akan sembuh, tetapi 5% diantaranya mengalami perjalanan penyakit yang

    memburuk dengan cepat. Diuresis akan menjadi normal kembali pada hari ke 7-10 setelah awal

    penyakit dengan menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah menjadi normal

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    29/30

    kembali. Fungsi ginjal(ureum dan kreatinin) membaik dalam 1 minggu dan menjadi normal

    dalam waktu 3-4 minggu.

    Gejala fisis menghilang dalam minggu ke 2 atau ke 3, kimia darah menjadi normal pada minggu

    ke 2 dan hematuria mikroskopik atau makroskopik dapat menetap selama 4-6 minggu. LED

    meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan, protein sedikit dalam urine dan dapat menetap untukbeberapa bulan.

    Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi akut selama fase penyembuhan, tetapi

    umumnya tidak mengubah proses penyakitnya. Penderita yang tetap menunjukkan kelainan urine

    selama 1 tahun dianggap menderita penyakit glomerulonefritis kronik, walaupun dapat terjadi

    penyembuhan sempurna. LED digunakan untuk mengukur progresivitas penyakit ini, karena

    umumnya tetap tinggi pada kasus-kasus yang menjadi kronis. Diperkirakan 95 % akan sembuh

    sempurna, 2% meninggal selama fase akut dari penyakit ini dan 2% menjadi glomerulonefritis

    kronis.

    (IPD-UI, 2007; IKA-UI, 1997)

  • 8/14/2019 WRAP UP SK1 GINJAL.docx

    30/30

    Daftar Pustaka

    Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC

    Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta: EGC

    Gartner, Leslie P. & James L. Hiatt. 2007. Color Atlas of Histology, Fourth Edition. Baltimore,

    Maryland: Lippincott Williams & Wilkins

    Idrus, Alwi dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan

    IPD FKUI

    Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi, Edisi V. Jakarta: EGC

    Mayo Clinic Staff. 2009. Glomerulonephritis .

    http://www.mayoclinic.com/health/glomerulonephritis/DS00503

    Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Volume 2 Edisi 6.

    Jakarta: EGC

    Putz, Reinhard & Reinhard Pabst. 2006.Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 2 Edisi 22.Jakarta:

    EGC

    Robbins, Stanley L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Volume 2 Edisi 7. Jakarta: EGC

    Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 2. Jakarta: EGC

    Sloane, Ethel. 2003.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

    Snell, Richard S. 2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC

    Syam, Edward & Inmar Raden. 2009. Bahan Kuliah Anatomi Sistem Urinarius. Jakarta: FK YARSI


Top Related