Transcript
Page 1: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB

menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Kuman Tuberkulosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan

terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan

Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat

bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh

kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau

bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan

Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar

selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam

saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui

pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya,

melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran

langsung kebagian-nagian tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman

yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,

makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak

terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection =

ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan berfariasi antara 1 ? 2 %. Pada daerah

dengan ARTI sebesar 1 %, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 (sepuluh)

orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi

penderita TB, hanya 10 % dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari

keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1 %,

maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis

setiap tahun, dimana 50 % penderita adalah BTA positif. Faktor yang mempengaruhi

kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah;

diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.

1

Page 2: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

Infeksi primer TBC terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan

kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati

sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus

dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak

dengan cara pembelahan diri di Paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru,

saluran linfe akan membawa kuma TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini

disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai

pembentukan kompleks primer adalah 4 ? 6 minggu. Adanya infeksi dapat

dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi

positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan

besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya

tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun

demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant

(tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan

perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan

menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai

terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

B. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat memngetahui dan

memahami tentang konsep penyakit TBC yang meliputi:

Pengertian dari TBC

Etiolgi

Patofisiologi

Manifestasi Klinis

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan Medis, serta

Dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada

klien dengan penyakit TBC.

C. Permasalahan

Berdasarkan tujuan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam

makalah ini yaitu mengenai pengertian dari penyakit TBC, etiologi, patofisiologi,

2

Page 3: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis serta asuhan

keperawatan yang akan diberikan kepada klien dengan masalah TBC.

3

Page 4: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1 . P e n g e r t i a n

Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium

tuberkulosissistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan

lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif

Mansjoer, 2000)

Tube rcu lo s i s (TB) ada l ah penyak i t i n f eks iu s yang t e ru t ama

menye rang  parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh

lainnya, terutamameninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda,

2001)

2. Etiologi

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil

mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang

dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri

atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam

dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin

(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada

dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan

menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini

menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan

oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada

bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit

tuberkulosis.

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan.

Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas

(droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya

menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks

(ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya

sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer,

peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil

mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun.

4

Page 5: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan

jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh

terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.

3. Patofisiologi

Port de’ entri kuman microbaterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,

saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis

terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung

kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri

dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran

hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada

dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian

atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit

polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak

membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh

makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala

pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga

tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus

difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah

bening menuju ke kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi

mcajadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel

epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10

sampai 20 hari.

4. Matifestasi Klinis

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang

mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala

umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak

jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala

respiratorik dan gejala sistemik:

1. Gejala respiratorik, meliputi:

a. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering

5

Page 6: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur

darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

b. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau

bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.

Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah

tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

c. Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-

hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

d. Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul

apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2. Gejala sistemik, meliputi:

a. Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam

hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang

serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

b. Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan

serta malaise.

Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi

penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga

timbul menyerupai gejala pneumonia.

Gejala klinis Haemoptoe:

Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara

membedakan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Batuk darah

a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

b. Darah berbuih bercampur udara

c. Darah segar berwarna merah muda

d. Darah bersifat alkalis\

e. Anemia kadang-kadang terjadi

6

Page 7: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

f. Benzidin test negatif

2. Muntah darah

a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual

b. Darah bercampur sisa makanan

c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung

d. Darah bersifat asam

e. Anemia seriang terjadi

f. Benzidin test positif

3. Epistaksis

a. Darah menetes dari hidung

b. Batuk pelan kadang keluar

c. Darah berwarna merah segar

d. Darah bersifat alkalis

e. Anemia jarang terjadi

5. Pemeriksaan Penunjang

Test Diagnostik

Foto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiology

standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik,

tomogram dan lain-lain.

Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain :

a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.

b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)

c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru

d. Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu

e. Bayangan bilier

Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) ; Ditemukannya kuman micobakterium

TBC dari dahak penderita memastikan diagnosis tuberculosis paru.

Pemeriksaan biasanya lebih sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis).

Pengambilan dahak yang benar sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-

baiknya. Pada pemeriksaan pertama. sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji

resistensi harus dilakukan apabila ada dugaan resistensi terhadap pengobatan.

7

Page 8: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn

pemberantasan TBC paru di Indonesia.

6. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga

mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta

memutuskan mata rantai penularan.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)

dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama

dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi

WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang

jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +

Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu

berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan

bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu

perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly

Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh

WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:

1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam

penanggulangan TB.

2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung

sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan

kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.

3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan

langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan

pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.

4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.

5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis

paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut :

8

Page 9: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

1. Riwayat PerjalananPenyakit

a. Pola aktivitas dan istirahat

Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit

tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.

Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut;

infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.

b. Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.

Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

c. Respirasi

Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid

kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi

basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim

paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi

pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal

(penyebaran bronkogenik).

d. Rasa nyaman/nyeri

Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa

timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

e. Integritas ego

Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada

harapan.

Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2. Riwayat Penyakit Sebelumnya:

a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.

b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh.

c. Pernah berobat tetapi tidak teratur.

d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.

9

Page 10: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

e. Daya tahan tubuh yang menurun.

f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

3. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:

a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.

b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum.

c. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.

d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

4. Riwayat Sosial Ekonomi:

a. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah

penghasilan.

b. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas,

menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan

dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang

banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus

harapan.

5. Faktor Pendukung:

a. Riwayat lingkungan.

b. Pola hidup.

Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.

c. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,

pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

6. Pemeriksaan Diagnostik:

a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.

b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72

jam).

c. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak

gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas

bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat

dengan densitas tinggi.

d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB

paru.

10

Page 11: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).

f. Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis paru

adalah sebagai berikut:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau

sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan

permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret

yang kental, Edema bronchial.

3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan

tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan

jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh

lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:

Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia,

Penurunan kemampuan finansial.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan

dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi

yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif

4. Rencana Keperawatan

Adapun rencana keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis

keperawatan yang telah dirumuskan sebagai berikut:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.

Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi dalam

program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan

melakukan tindakan tepat.

Intervensi:

a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan

penggunaan otot aksesori.

11

Page 12: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

Rasional: Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi

secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan

dan kerja pernapasan meningkat.

b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter,

jumlah sputum, adanya hemoptisis.

Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru

atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.

c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan

napas dalam.

Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis

dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.

Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu

mengeluarkan sekret.

e. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.

Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan

f. Lembabkan udara/oksigen inspirasi.

Rasional: Mencegah pengeringan membran mukosa.

g. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.

Rasional: Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial,

berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas.

h. Bantu inkubasi darurat bila perlu.

Rasional: Diperlukan pada kasus jarang bronkogenik. dengan edema laring atau

perdarahan paru akut.

2. Gangguan pertukaran gas

Tujuan: Melaporkan tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi

dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari

gejala distress pernapasan.

Intervensi:

a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi,

keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.

12

Page 13: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

Rasional: Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-

pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis,

pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.

b. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan

warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku.

Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.

c. Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan,

terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.

Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan

napas.

d. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan.

Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.

e. Monitor GDA.

Rasional: Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya PaC02

menunjukkan perlunya penanganan yang lebih. adekuat atau perubahan terapi.

f. Berikan oksigen sesuai indikasi.

Rasional: Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan

penurunan permukaan alveolar paru.

3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi

Tujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran

infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan

lingkungan yang. aman.

Intervensi

a. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui

bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko

infeksi melalui batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi.

Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan

untuk mencegah komplikasi.

b. Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga,

teman, orang dalam satu perkumpulan.

Rasional: Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk mencegah

penyebaran infeksi.

c. Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan

yang tertutup jika batuk.

13

Page 14: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

Rasional: Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.

d. Gunakan masker setiap melakukan tindakan.

Rasional: Mengurangi risilio penyebaran infeksi.

e. Monitor temperatur.

Rasional: Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.

f. Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru,

seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat

penekan imun/ kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker.

Rasional: Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu pasien untuk mengubah

gaya hidup dan menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk.

g. Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani.

Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi

jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

h. Pemberian terapi INH, etambutol, Rifampisin.

Rasional: INH adalah obat pilihan bagi penyakit Tuberkulosis primer

dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan

Rifampisin selama 9 bulan dan Etambutol untuk 2 bulan pertama.

i. Pemberian terapi Pyrazinamid (PZA)/Aldinamide, para-amino salisik (PAS),

sikloserin, streptomisin.

Rasional: Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.

j. Monitor sputum BTA

Rasional: Untuk mengawasi keefektifan obat dan efeknya serta respon pasien

terhadap terapi.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan: Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai

laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola hidup

untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi:

a. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa

mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.

Rasional: berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat.

b. Kaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai.

14

Page 15: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

Rasional: Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet

pasien.

c. Monitor intake dan output secara periodik.

Rasional: Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.

d. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan

medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).

Rasional: Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah

untuk meningkatkan intake nutrisi.

e. Anjurkan bedrest.

Rasional: Membantu menghemat energi khusus saat demam terjadi peningkatan

metabolik.

f. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.

Rasional: Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan

yang dapat merangsang muntah.

g. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat.

Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.

h. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.

Rasional: Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet dengan nutrisi adekuat unruk

kebutuhan metabolik dan diet.

i. Konsul dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah

makan.

Rasional: Membantu menurunkan insiden mual dan muntah karena efek samping

obat.

j. Awasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin).

Rasional: Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program terapi.

k. Berikan antipiretik tepat.

Rasional: Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsurnsi kalori.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan.

Tujuan: Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan

pengobatan. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki

kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru.

Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi. Menerima perawatan

kesehatan adekuat.

15

Page 16: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

Intervensi

a. Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan,

tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya.

Rasional: Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik.

Keberhasilan tergantung pada kemarnpuan pasien.

b. Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis,

nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.

Rasional: Indikasi perkembangan penyakit atau efek samping obat yang

membutuhkan evaluasi secepatnya.

c. Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake

cairan yang adekuat.

Rasional: Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan

membantu mengencerkan dahak.

d. Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum

obat.

Rasional: Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien.

e. jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi

dalam jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis

dengan obat lain.

Rasional: Meningkatkan partisipasi pasien mematuhi aturan terapi dan mencegah

putus obat.

f. jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan

penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah

Rasional: Mencegah keraguan terhadap pengobatan sehingga mampu menjalani

terapi.

g. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH.

Rasional: Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya hepatitis

h. Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol.

Rasional: Efek samping etambutol: menurunkan visus, kurang mampu melihat warna

hijau.

i. Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan. Jangan

menyangkal.

Rasional: Menurunkan kecemasan. Penyangkalan dapat memperburuk mekanisme

koping.

16

Page 17: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

j. Berikan gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap penyakitnya misalnya:

bekerja di pengecoran logam, pertambangan, pengecatan.

Rasional: Debu silikon beresiko keracunan silikon yang mengganggu fungsi

paru/bronkus.

k. Anjurkan untuk berhenti merokok.

Rasional: Merokok tidak menstimulasi kambuhnya Tuberkulosis; tapi gangguan

pernapasan/ bronchitis.

l. Review tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi.

Rasional: Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan/ kambuh

kembali. Komplikasi Tuberkulosis: formasi abses, empisema, pneumotorak, fibrosis,

efusi pleura, empierna, bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal (GD,

fistula bronkopleural, Tuberkulosis laring, dan penularan kuman.

17

Page 18: Tb paru AKPER PEMKAB MUNA

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium

tuberkulosissistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan

lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif

Mansjoer, 2000)

Tube rcu lo s i s (TB) ada l ah penyak i t i n f eks iu s yang t e ru t ama

menye rang  parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh

lainnya, terutamameninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda,

2001)

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil

mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang

dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri

atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam

dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan

sasarannya. Kami selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritik dari semua

pihak yang sama-sama bertujuan membangun makalah ini demi perbaikan dan

penyempurnaan dalam pembuatan makalah kami ke depannya.

18


Top Related