Download - skripsi marini

Transcript

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE DEMOSNTRASI DAN METODE KONVENSIONAL PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA DI KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 1 SIBORONGBORONG T.A 2007/2008 Maarini Sri Menda (NIM 0310311270) ABSTRAK Rendahnya mutu pendidikan terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang dilakukan guru belum efektif dan efesien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode demostrasi dan metode konvensional pada materi pokok zat dan wujudnya semester I SMP Negeri 1 Siborongborong Tahun Ajaran 2007/2008. Jenis penelitian ini adalah eksperrimen, dengan populasi seluruh kelas VII SMP Negeri 1 Siborongborong Tahun Ajaran 2007/2008. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak. Kelas Eksperimen adalah Kelas VII1 berjumlah 37 siswa dan kelas VII3 yang berjumlah 39 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan empat option yang sebelumnya telah diuji untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. Untuk menguji hipotesis digunakan uji rata-rata atau uji dua piha, hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada kelas eksperimen sebelum diterapkan metode demonstrasi adalah 41,351 dan nilai rata-rata kelas kontrol sebelum diterapkan metode konvensional adalah 40,103. Dan nilai rata-rata hasil belajar sisw setelah diterapkan metode demonstrasi adalah 68,78 dan standard deviasinya 10,166 sedangkan nilai rata-rata siswa dengan menerapkan metode konvensional adalah 58,460 dan standard deviasinya 10,076. Kedua kelas menunjukkan berrdistribusi normal dan varians kedua kelas homogen. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t diperoleh thitung (4,456) > ttabel (1,985). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode demonstrasi dan siswa yang diajar dengan metode konvensional pada materi pokok zat dan wujudnya di kelas VII smester I SMP Negeri 1 Siborongborong Tahun Ajaran 2007/2008.

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu cara untuk membenahi dan meningkatkan kemampuan berpikir seseorang. Namun, pendidikan tak hanya dimaskudkan untk mengembangkan pribadi semata melainkan juga sebagai akar pembangunan bangsa. Oleh karena itu, berbagai carapun ditempuh demi mendapatkan ilmu pengetahuan baik di lemabaga formal ataupun informal. Seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka peran fisika atau pengeahuan lainnya menjadi sangat penting dan mendapat perhatian dari pemerintah. Banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kulaitas hasil belajar. Namun kenyataan di lapangan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah indikasinya dapat dilihat dari kemampuan lulusan berdasarkan hasil ujian. Dari data Dinas Pendidikan Sumatera Utara tentang hasil UAN siswa pada tahun ajaran 2003/2004 menunjukkan bahwa rata-rata UAN IPA siswa tingkat SMP adalah 4,85. Nilai termasuk rendah bila bandingkan dengan nilai Bahasa Indonesia 5,49; Matematika 5,34; dan Bahasa Inggris 5,24(http:///www.puspendik.com) Hal ini meruapakan tantangan bagi seorang guru sebagai tenaga pendidik dalam melakukan pembelajaran di kelas. Dewasa ini, rendahnya minat siswa dalam mempelajari eksakta, khususnya pelajaran fisika merupakan fenomena yang jelas bagi guru fisika. Siswa tidak tertarik atau benci fisika biasanya kurang berminat untuk belajar fisika dan kurang memperhatikan penjelasan guru mengenai pengertian fisika yang baru. Mereka juga tidak mau mempelajari sendiri buku-buku fisika dengan sungguh-sungguh. Akibatnya mereka akan lebih mudah salah menagkap konsep fisika. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dibedakan beberapa faktor antara lain penggunaan metode pengajaran yang kurang tepat, media yang digunakan kurang sesuai, kurangnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran khususnya pelajaran fisika. Selain itu pengaruh lingkungan sekitar dan peranann orang tua dalam proses pembelajaran di sekolah juga merupakan suatu faktor penyebab redahnya nilai siswa. Untuk mewujudkan pendidikan yang berhasil haruslah didukung oleh sara, prasarana dan fasilitas belajar yang memadai. Disamping itu juga guru sangat berperan aktif

supaya siswa dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh. Menurut Nurhadi (2004:55) menyatakan bahwa, Guru dalam proses belajar mengajar, harus lebih memperhatikan apa yang disukai siswa, yang tidak disukai siswa, yang membantu siswa belajar dan yang menghambat siswa belajar, yang membuat siswa menagkap bahan atau tidak. Guru juga perlu memperhatikan siswa lebih maju. Metode dan media yang digunakan guru sangat berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Beberapa manfaat yang diambil dari adanya metode dan media yang bervariasi adalah pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh siswa, tujuan pengajaran dapat tercapai, metode pengajaran tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan, siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, memerankan, mendemonstrasikan dan lain sebagainya. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangatlah penting. Bagaimana guru dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik. Djamara (2005:239) mengemukakan bahwa: Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan guru untuk menunjukkan dan memperlihatkan suatu proses. Seperti halnya dalam materi pokok zat dan wujud zat agar konsep zat dan wujud zat dapat dipahami siswa serta bertahan dalam ingatannya, maka perlu alternatif pembelajaran dimana guru memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu objek. Sehingga siswa dapat melihat secara langsung maupun melibatkan siswa untuk menemukan sendiri konsep dan prinsip yang ada dengan bimbingan guru. Selama ini guru hanya menggunakan metode konvensional dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa merasa bosan ketika mengikuti pelajaran. Metode konvensional adalah penyampaian informasi mengenai bahan pelajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru. Dalam kegiatan belajar mengajar guru menerangkan sementara siswa hanya mendengarkan dan menyalin. Siswa hanya diberi teori tanpa ada kesempatan bagi siswa untuk melibatkan diri dalam menemukan atau membuktikan teori dan konsep secara nyata. Akibatnya baik pemahaman siswa tentang teori-teori dan konsep-konsep fisika maupun aktivitas siswa sangat rendah. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2006) menyatakan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 56,87%. Sedangkan yang

dilakukan oleh Darma (2006) Nilai rata-rata hasil belajar sistem yang menggunakan metode demonstrasi 7,5 sedangkan metode konvensional 5,6. Dari uraian di atas, penulis ingin meneliti tentang Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Demonstrasi dan Metode Konvensional Pada Materi Pokok Zat dan Wujudnya di Kelas VII Semester I SMP Negeri 1 Siborong-borong Tahun Ajaran 2007/2008.

1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang diatas, maka masalah-masalah yang diidentifikasi adalah: 1. Rendahnya minat belajar siswa, 2. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang sesuai, 3. Hasil belajar siswa yang rendah

1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian akan dibatasi pada: 1. Metode mengajar yang digunakan adalah metode demonstrasi dan metode konvensional. 2. Penelitian ini dilakukan di kelas VII SMP Negeri 1 Siborng-borong. 3. Materi pokok yang diteliti selama penelitian adalah Zat dan Wujudnya. 1.4 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1. Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi pokok Zat dan Wujudnya di kelas VII Semester I SMP Negeri 1 Siborongborong Tahun Ajaran 2007/2008.

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan menggunakan metode konvensional pada materi pokok Zat dan Wujudnya di kelas VII Semester I SMP Negeri Siborongborong Tahun Ajaran 2007/2008. 3. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa dengan diajarkan dengan Metode Demonstrasi dan Metode Konvensional pada materi pokok Zat dan Wujudnya di kelas VII Semester I SMP Negeri 1 Siborong-borong Tahun Ajaran 2007/2008. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan Metode Demonstrasi pada materi pokok Zat dan Wujudnya di Kelas VII Smester I SMP Siborong-borong Tahun Ajaran 2007/2008. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan Metode Konvensional pada materi pokok Zat dan Wujudnya di Kelas VII Semeseter I SMP Negeri 1 Siborong-borong Tahun Ajaran 2007/2008 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan Metode Demonstrasi dan Metode Konvensional pada materi pokok Zat dan Wujudnya di kelas VII Semester I SMP Negeri 1 Siborong-borong Tahun Ajaran 2007/2008. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Sebagai bahan masukan bagi penulis sebagai calon guru untuk diterapkan nantinya di lapangan, 2. Sebagai bahan masukan bagi guru fisika untuk memilih metode mengajar yang lebih baik dan tepat dalam mengajarkan materi pokok Zat dan Wujudnya, 3. Untuk mengetahui kecenderungan kesulitan siswa dan mencari jalan keluar dengan merancang kegiatan belajar mengajar yang tepat agar tercapai tujuan belajar. BAB II TIJAUAN PUSTAKA Negeri 1

2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang aktif, dalam bentuk melihat, mengamati, memikirkan dan memahami suatu yang dipelajari. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar seseorang dengan lingkungannya atau sumber-sumber belajar. Dengan belajar akan diperoleh perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, pengetahuan dan pemahaman. Pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slameto (2003:2) mengatakan bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hamalik ( 2001:7) menyatakan bahwa Belajar adalah pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru karena pengalaman dan latihan. Selanjutnya Gagne (dalam Sagala, 2005:17) menyatakan bahwa Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Belajar bertujuan mengadakan perubahan-perubahan yang lebih baik. Perubahan tidak hanya mencakup perubahan ilmu akan tetapi dapat berupa kecakapan, keterampilan, sikap, minat dan penyesuain diri. Belajar dapat dikatakan sebagai upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, mendengar, mengamati, meniru, dan lain sebagainya. Dengan kata lain belajar sebagai kegiatan psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam belajar perlu ada proses internalisasi sehingga akan menyangkut ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Dengan demikian inti dari belajar dilihat dari psikologi adalah adanya perubahan kematangan bagi anak didik sebagai akibat belajar sedangkan dilihat daari proses adalah interaksi antara peserta didik dengan pendidik sebagai proses pembelajaran. Perubahan

kematangan sebagai akibat dari adanya proses pembelajaran, dan berdampak pada perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan. 2.1.2 Hasil Belajar Prestasi belajar serign diartikan orang dengan hasil yang dicapai dari perbuatan belajar atau nilai yang diperoleh dari belajar. Sedangkan belajar adalah sesuatu perubahan tingkah laku yang terjadi di dalam diri seseorang. Untuk mengetahui seseorang telah mengalami proses belajar atau belum tidaklah mudah sebab proses belajar merupakan masalah yang sangat kompleks sifatnya. Terjadinya proses belajar karena adanya bermacam-macam simulasi yang datang dari lingkungan belajar siswa, sehingga individu akan berinteraksi dengan lingkungannya. Simulasi yang berasal dari lingkungan disebut kondisi eksternal yang memungkinkan siswa belajar sesuatu. Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang diperolehnya di dalam suatu proses belajar melalui evaluasi Menurut Hamalik(2005:145) menyatakan bahwa Evaluasi adalah mengamti hasil belajar siswa dan berupaya menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar. Dalam proses belajar akan menyebabkan perubahan pada diri sendiri terhadap sesuatu keadaan yang lebih baik yang mengacu kepada tingkat keberhasilan belajar yang diorientasikan pada hasil belajar yang diperoleh. Hasil belajar yang dicapai seseorang dapat diketahui apabila diadakan pengkuran dari pengetahuan seseorang, untuk mengukur sampai dimana tingkat pengetahuan seseorang harus ada pengkuran tertentu yang fungsinya untuk mengukur hasil belajar siswa. Alat atau prosedur yang digunakan dinamakan tes. Tes dapat berbentuk tugas yang harus dilaksanakan dan dapat pula berupa pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar. Skor yang diperoleh siswa mencerminkan adanya tingkat kemampuan. Sudjana (1987:33) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah penilaian dari hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu. Hasil yang dicapai seseorang tersebut akan menentukan kedudukan dan keberhasilan apakah berprestasi tinggi atau rendah. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai sejumlah tingkat perkembnagan yang dicapai oleh siswa yang mengadakan tingkat perkembangan yang dicapai oleh siswa yang mengadakan perubahan keterampilan, nilai-nilai, sikap dan interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian hasil belajar adalah suatu penilaian dari hasil usaha yang dicapai seseorang

dari suatu kegiatan yang dilakukan dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf.

2.1.3 Metode Mengajar Dalam proses belajar mengajar, untuk dapat mencapai tujuan pengajaran maka guru harus dapat menggunakan atau memilih metode mengajar yagn sesuai dengan kondisi siswa dan kemapuan guru yang bersangkutan. Metode mengajar adalah cara yang diginakan guru dalam mengajar salah satu topik teori peljaran dengan memusatkan pada keseluruhan proses belajar untuk mencapai tujuan. Menurut Roestiyah(2001:1) menyatkan bahwa Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru. Dengan kata lain metode mengajar ialah sebagai cara penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik sehingga belajar dapat tercapai. Begitu pentingnya metode dalam proses belajar mengajar maka seorang guru harus dapat memahami metode yang akan digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat menimbulkan aktivitas pada siswa, menumbuhkan semangat untuk menguasai pelajran sehingga proses pembelajaran yang berlangsung mencapaitujuan pengajaran. Pemilihan metode mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tujuan yang akan dicapai, materi yang akan disajikan, alat yang tersedia, kemampuan guru menggunakan metode tersebut, serta situasi dan kondisi yang ada. Ada beberapa metode mengajar yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar agar tujuan pengajran dapat tercapai secara optimal diantaranya adalah : metode ceramah, tanya jawab, eksperimen, diskusi, kelompok demonstrasi dan discovery. Utnuk itu seorang guru harus menguasai berbagai metode mengajar dan dapat mengaplikasikannya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. 2.1.4 Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memeragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan lisan. Dengan

metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih terkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Menurut Hasibuan(2006:29) mengemukakan metode demonstrasi adalah metode mengajar yang digunakan guru untuk memperlihatkan kepada siswa suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Alasan digunakannya metode demonstrasi sebagai berikut : (1) tidak semua topik dapat diterangkan melalui penjelasan; (2) sifat pelajaran yang menuntut diperagakan; (3) memudahkan mengajarkan suatu kerja atau prosedur. Sedangkan Roestiyah (2001: 83) menyatakan bahwa Teknik lain yang hampir sama dengan eksperimen ialah demonstrasi. Tetapi siswa tidak melakukan percobaan, hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh guru. Jadi, demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses, sehingga seluruh siswa dapat kelas dapat melihat, mengamati, mendengar proses yang dipertunjukkan olehh guru tersebut. Adapun penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu, cara membuat sesuattu, mengamti bagian-bagian dari sesuatu benda atau alat. Bila siswaa melakukan sendiri demonstrasi tersebut, maka siswa akan mengerti cara-cara penggunaan suatu alat sehingga siswa akan memilih serta membandingkan cara yang terbaik, juga siswa akan mengetahui kebenaran dari suatu teori di dalam praktek. Bila melakukan demonstrasi agar bisa berjalan efektif, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Guru harus menyusun rumusan tujuan intruksional, agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa yang belajar. b. Mempertimbangkan baik-baik apakah pilihan teknik anda mmapu menjamin tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan. c. Mengamati apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi yang berhasil. d. e. Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan. Mempersipkan waktu yang cukup, sehingga guru dapat memberikan keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya.

f.Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya. g. Guru perlu mengadakan evaluasi, apakah demonstrasi yang anda lakukan berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang. Penggunaan metode demonstrasi sangat menunjang proses interaksi belajar-mengajar di kelas. Metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: a. Kelebihan Metode Demonstrasi 1. Dapat membuat pengajaran lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme(pemahaman secara kata-kata atau kalimat) 2. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari 3. Proses pengajaran lebih menarik 4. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukan sendiri. b. Kekurangan Metode Demonstrasi 1. Metode ini memerlukan ketereampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif. 2. Fasilitas seperrti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik 3. Metode demonstrasi menuntut perlatan yang ukurannya memungkinkan siswa dapat mengamatinya secara tepat. 2.1.5 Metode Konvensional Dalam penyajian materi pelajaran biasanya seorang guru selalu berusaha membuat siswa didiknya dapat memahami dan mengerti setiap materi yang diberikan.Akan tetapi keaktifan guru terhadap pemilihan metode yang digunakan juga akan dapat menunjukkan tingkat proses belajar mengajar dan keberhasilan hasil belajar yang dicapai. Dalam proses belajar mengajar yang selama ini berlangsung di setiap kelas guru lebih dominan menggunakan metode yang biasa, dimana dominasi guru sebagai pemberi

pembelajaran lebih banyak sehingga menciptakan situaswi dan kondisi komunikasi yang searah. Metode inilah yang lebih dikenal dengan sebutan mnetode konvensional. Menurut Roestiyah ( 2001: 137) menyatakan bahwa Metode konvensional merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Menurut Hasibuan (2006: 13) menjelaskan bahwa Metode konvensional adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan dan penyampaian informasi ekonomis dan efektif. Sejak dulu pengajar dalam usaha menularkan pengetahuannnya kepada siswa disampaikan secara lisan. Pada metode konvensional ini siswa belajar dengan lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tuga guru jika guru memberikan latihan soalsoal kepada siswa. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa dominasi guru dalam proses belajar mengajar sangat besar dan dengan cara otomatis peran guru akan mempengaruhi keberhasilan yang dicapai oleh siswa. Walaupun metode ini kelihatannya sangat kurang menguntungkan bagi siswa tetapi bila ditinjau lebih jauh ternyata metode ini memiliki keuntungan diantaranya adalah : 1. Guru dapat memberikan tekanan pada hal-hal tertentu misalnya rumus atau konsep yang dianggap penting 2. Guru mudah mengawaasi ketertiban siswa dalam mendengarkan pelajran 3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar 4. Dapat menyelesaikan materi pelajaran dengan cepat 5. Mudah mempersipakna dan melaksanakannya 6. Dapat menutupi kekurangan karena ketidaktersediaan buku pelajran atau alat bantu sehingga tidak terhambat dilaksanakaannya pelajaran dan penjelasan. Selain itu keuntungan metode ini, ada beberapa kelemahna-kelemahan yang daspat diperhatikan antara lain: 1. Sulit menampung perbedaan individu diantara siswa

2. Menuntut konsentrasi siswa secara terus menerus daslam mengikuti pelajaran 3. Pelajaran monoton sehingga membosankan dan membuat siswa pasif karena kurangnya kesempatan yang diberikan. 4. Guru sulit menyimpulkan bahwa siswanya sudah mengerti atau belum 5. Pengetahuan dan kemampuan siswa hanya sebatas pengetahuan yang diberikan oleh guru 6. Siswa umumnya pasif karena asyik mendengarkan dan mencatat

2.1.6 Materi Pelajaran A. Massa Jenis Untuk berbagai zat yang sejenis, massa dan volumnya bisa berbeda tetapi hasil bagi massa dan volumnya selalu tetap. Hasil bagi massa dan volum suatu zat disebut massa jenis.

, ditulis dengan m = massa (kg) V= volum (m3) = massas jenis(kg/m3)

1

Besaran-besarannya yaitu massa, suhu merupakan besaran pokok, sedangkan volum dan massa jenis merupakan besaran turunan. Massa jenis suatu zat tidak tergantung pada massa atau volume zat tersebut. Berapapun volume atau massa suatu zat, massa jenis untuk zat tersebut selalu tetap.

Tabel 2.1 Massa Jenis Beberapa Zat Nama Zat Air Alkohol Gliserin Dalam kg/m3 1000 800 1260 Dalam g/m3 1 0,8 1,26

Raksa Besi Tembaga Aluminium Emas Perak Platina Seng Es Udara

13600 7900 8930 2700 19300 10500 21450 7140 920 1,3

13,6 7,9 8,93 2,7 19,3 10,5 21,45 7,14 0,92 0,0013

B. Wujud Zat Semua benda terdiri atas zat atau materi. Walaupun zat-zat penyusun benda itu berlainan zat atau wujudnya,tetapi ada sifat yang sama pada zat itu, yaitu semua menempati ruang dan memiliki massa. Zat-zat dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud yang berbeda yaitu zat padat,cair, dan gas. Setiap benda terdiri atas zat dan memiliku energi. Perubahan-perubahan pada zat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : perubahan fisika dan perbuahan kimia. 1. Perubahan fisika Perubahan zat yang tidak disertai dengan trbentuknya zat lain jenis baru disebut perubahan fisika. Contoh : air menjadi uap air dan air menjadi es. 2. Perubahan Kimia Perubahan zat disertai terbentuknya zat lain jenis baru disebut perubahan kimia, Contoh nya.: pembakaran kertas menimbulakan nyala api. Asap dan debu. C. Partikel Zat Zat terdiri atas bagian-bagian yang sangat kecil yang disebut pertikel. Partikelpartikel zat berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Walaupun demikan,susunan dan sifat partikel sangat menentukan wujud suatu zat, apakah berwujud padat,cair,gas. Setiap wujud zat tersusun atas pertikel-partikel yang mempunyai jarak dan kebebasan gerak yang berbeda-beda. Sifat-sifat partikel zat adalah:

1. Partikel tidak diam, tetapi selalu bergerak atau bergetar. 2. Diantara satu partikel-pertikel dengan partikel yang lain terdapat gaya tarik-menarik 3.Diantar satu partikel-partikel dengan partikel yang lain terdapat ruang antar partikel yang disebut pori-pori. Zat padat mempunyai sifat volum dan bentuk yang selalu tetap,karena gerakan partikel nya tidak bebas, partikelnya sangat berdekatan dan tersusuan secara teratur ,gaya tarikmenarik antar partikelnya sangat kuat, serta ruang antar partikelnya sempit. Zat cair mempunyai sifat bentukya tidak tetap tetapi volumnya tetap,disebabkan karena gerakan partikelnya agak bebas, letak partikelnya agak renggang, gaya tarik-menarik antar partikelnya agak besar, Zat gas mempunyai sifat bentuk dan volumenya berubah-ubah disebabkan karena gerakan partikelnya sangat berjauhan dan tidak teratur, gaya tarik-menarik antar partikelnya sangat lemah,dan ruang antar partikelnya sangat besar

Tabel 2.2 Sifat-sifat zat cair, padat, dan gas. Sifat-sifat Zat Volum Zat Bentuk Zat Jarak partikel Gerak partikel Gaya ikat Padat Tetap Tetap Rapat,teratur Terbatas tempatnya Kuat Cair Tetap Berubah-ubah Rapat tidak teratur pada Besar, sebatas tempatnya Lemah Gas Berubah-ubah Berubah-ubah Sangat renggang Sangat besar Hampir tidak ada

D. Gaya Kohesi dan Gaya Adhesi Diantara partikel-partikel zat selalu ada gaya tarik menarik,baik gaya tarik-menarik antara partikel yang sejenis ataupun yang tidak sejenis. Gaya tarik menarik antara partikel ang sejenis disebut gaya kohesi. Misalnya, gaya tarik menarik antar partikel air yang terdapat dalam sebuah gelas. Sedangkan gaya tarik menarik antar partikel zat tidak sejenis disebut adhesi . Contohnya, gaya tarik menarik antar partikel air dan partikel gelas.

Kelengkungan permukaan zat cair dalam sebuah tabung reaksi disebut meniskus. Ada dua macam meniskus yaitu meniskus cembung dan meniskus cekung.1. Meniskus Cembung

Tuangkan air ke dalam gelas yang diolwsi dengan minyak,akan tampak air tidak bias membasahi gelas dan permukaan air di dalam gelas akan menjadi cembung, Demikian juga bila air raksa dituangkan ke dalam gelas (tanpa diolesi minyak),akan diperoleh meniskus cembung. Hal ini terjadi karena gaya adhesi.2. Meniskus Cekung

Bila air dituangkan ke dalam sebuah gelas yang bersih,air tersebut akan membahasi dinding gelas. Permukaan air di dalam gelas cekung. Pada peristiwa ini gaya kohesi lebih kecil dibandingkan dengan gaya adhesi.

E. Kapilaritas Pipa kapiler adalah pipa yang mempunyai luas penampang atau lubang yang sangat kecil. Bila pipa tersebut dicelupkan kedalam air, air akan masuk kedalam pipa. Makin kecil lubang pipa semakin tinggi air naik di dalam pipa. Makin besar lubang pipa kapiler, makin rendah turunnya zat cair dalam pipa kapiler. Peristiwa naik turunnya zat cair dalam pipa kapiler disebut kapilaritas. Apakah penyebab kapilaritas? Penyebabnya tentu saja kohesi dan adhesi. Air naik dalam pipa karena adhesi lebih besar dari kohesi,sedangkan raksa turun dalam pipa kapiler karena kohesi lebih besar daripada adhesi. F. Klasifikasi Zat a. Unsur Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat dibagi-bagi dengan zat yang lain dengan reaksi kimia biasa. Para ilmuwan mengemukakan bahwa benda-benda di ala mini tersusun dari berbagai unsure. Kira-kira 98,5% massa bumi terdiri atas delapan unsure yaitu oksigen, silikon, aluminium, besi, kalsium, natrium, kalium, dan magnesium. b. Senyawa

Senyawa adalah zat yang tersusun atas dua macam unsur atau lebih yang bergabung melalui reaksi kimia sehingga terbentuk zat yang jenisnya baru. Pada senyawa tidak ada unsur-unsur pembentukan lagi. Contoh senyawa adalah air. Air adalah senyawa yang terbuat dari oksigen (O) dan hidrogen (H). c. Campuran Campuran adalah zat yang tersusun atas dua atau lebih zar yang tidak membentuk zat yang jenisnya baru oleh karena masing-masing zat peyunsuang nya masih memiliki sifat aslinya. Contoh campuran ialah campuran air dengan gula, jika air dan gula dicampurkan maka akan diperoleh yang rasanya masnis, hal ini menunjukkan di dalam air itu masih terdapat sifatsifat gula. d. Larutan Campuran yang homogen atau yang serba sama disebut larutan. Semua zat bersifat homogen. 2.2 Kerangka Konseptual Tugas utama guru dalam menciptakan suasana belajar dengan baik dan sungguh-sungguh, Bahkan dapat dikatakan gurulah penentu awal dari hasil belajar siswa. Hal ini dikatakan karena dalam prakteknya guru harus dapat melihat adanya perbedaan setiap siswa yang diajar, dimana pada setiap siswa terdapat intelegensi dan minta belajar. Untuk dapat membangkitkan minat atau motivasi belajar siswa, guru harus menggunakan metode-metode yang tepat. Dalam penilitian ini penulis menggunakan dua metode pengajaran yaitu metode demonstrasi dan metode konvensional. Dalam pengajaran menggunakan metode demonstrasi guru memberikan

kesempatan yang besar kepada siswa memberi ide, tanggapan, pemikiran dari hasil demonstrai benda konkrit yang disajikan guru. Metode demonstrasi merupakan salah satu metode mengajar yang sangat efektif menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan karena dalam metode demonstrasi siswa dilibatkan langsung melihat sendiri tentang konsep atau pokok bahasan yang sedang dibahas sekaligus siswa mengamati dan menarik kesempatan terhadap materi yang didemonstrasikan. Dalam hal ini guru dapat melihat keaktifan siswa satu per satu, serta dapat dengan mudah

melihat karakteristik atau sikap siswa dalam melihat atau mengamati demonstrais yang sedang dilaksanakan. Sedangkan metode konvensional adalah suatu cara penyampaian informasi dengan lisan kepada sejumlah pendengar, kegiatan ini berpusat pada penceramah dan komunikasi yang terjadi searah. Pada metode ini aktivitas ditekankan pada guru,sedangkan siswa mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok-pokok yang penting dikemukakan oleh guru. Dalam hal ini siswa pasif dalam proses belajar dan tidak mendapat pengalaman belajar. 2.3. Hipotesis Penelitian Hipotesis atau anggapan sementara dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis Alternatif (Ha ) Ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode Demonstrasi dan metode Konvensional pada meteri pokok Zat dan Wujudnta dikelas VII semester I SLTP Negeri 1 Siborong-borong Tahun Ajaran 2007/2008. 2. Hipotesis Nol (H0 ) Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode Demonstrasi dan metode Konvensional pada meteri pokok Zat dan Wujudnya dikelas VII semester I SLTP Negeri 1 Siborong-borong.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Siborong-borong Tahun Ajaran 2007/2008. 3.1.2. Waktu Penelitian Peneltian ini akan dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran 2007/2008 pada materi pokok Zat dan Wujudnya.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Siborong-Borong Tahun Ajaran 2007/2008. Jumlah seluruh siswa 240 orang yang tersebar dalam 7 kelas.

3.2.2. Sampel Sampel dalam penelitan ini menggunakan 2 kelas yang dipilih secara acak, artinya setiap kelas mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Sehingga terpilih 2kleas yaitu kelas VII1 pengajaran metode demonstrasi dan VII2 pengajran metode konvensional. 3.3. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu:1. Variabel bebas adalah metode demonstrasi dan metode konvensional . 2. Variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada materi pokok Zat dan

Wujudnya. 3.4. Jenis dan Desain Penelitian 3.4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitan eksperimen yaitu mengelompokkan sampel penelitian menjadi dua kelompok masing-masing sebagai kelas eksperimen ditetapkan metode demostrasi dan kelas kontrol ditetapkan metode konvensional. Penelitian ini bertujuan

untuk menemukan informasi tentang perbedan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi dan metode konvensional pada materi pokok zat dan wujudnya. 3.4.2. Desain Penelitian Dalam Penelitian ini dilaksanakan perlakukan berbeda antara dua kelompok. Dengan demikian desain penelitiannya seperti pada table dibawah ini : Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelas Kontrol Eksperimen Pre Test T1 T1 Perlakuan X1 X2 Post Test T2 T2

Keterangan

: T1 = pre test T2 = post test X1 = Diberikan perlakuan dengan metode konvensional X2 = Diberikan perlakuan dengan metode demonstrasi

3.5. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dilakukan dalam 3 tahap yaitu: a. Melakukan Pre Test Sebelum mengadakan pengajran terlebih dahaulu dilakukan pre test pada kelas yang akan dijadikan sampe. Tujuan pelaksaan test ini adalag untuk memperoleh kesetaraan kemampuan awal dan untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan suswa pada materi zat dan wjudnya.

b. Melakukan perlakuan pengajran terhadap kedua kelas Pengajaran fisikan dengan metode demonstrasi,sedangkan pada kelas lainnya adalah pengajran fisikan dengan metode konvensional c. Melakukan Post Test Setelah materi kalor selesai diajarkan maka dilaksanakan pots test dengan tujuan untuk mengetahui sampai dimana pengatuhan siswa memahami materi yang telah diajarkan,serta hasil pot test tersebut digunakan sebagai data dalam pengujian hipotesis. 3.6. Teknik Pengumpalan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,digunakan test sebagai alat pengumpul data sebanyak 20 item. Test yang digunakan adalah berbentuk pilihan berganda yang terdiri dari 4 option yaitu (a,b,c,d) salah satu option merupakan kunci jawaban sedangkan tiga option sebagai distraktor. Tes ini diberikan sebanyak dua kali,yaitu pre test dan pos test. Tabel 3.2 Kisi-kisi test No. Sub Pokok bahasan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Wujud zat Massa Jenis Teori partikel zat Kohesi dan adhesi Klasifikasi zat Jumlah C1 1,2 11 8,14 3,4 7 C2 5,15 9,16 19 5 Indikator C3 6,7,10,17 20 13 4 1 12 1 12 C4 C5 C6 2 5 3 6 3 20 Jumlah Soal

C1= pengetahuan C2= pemahaman C3= Aplikasi a. Validitas Tes

C4= Analisis C5 = Sintesis C6 = Evaluasi

Suatu tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria. Tehnik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran tersebut adalah tehnik korelasi product moment yaitu :

(Arikunto, 2005:171) Keterangan: rxy = koefisien korelasi N= Sampel X = jumlah skor item Y = jumlah skor total XY = hasil kali skor X dengan Y untuk setipa respoden Untuk menentukan tingkat validitas tes digunakan kriteria di bawah ini : : validitas sangat tinggi : validitas tinggi : validitas cukup : validitas rendah : validitas sangat rendah Untuk menafsirkan keberartian harga veliditas tipa item maka harga tersebut dikonsultasikan ke dalam tabel harga r product moment, dengan kriteria jika r hitung > r tabel maka korelsi tersebut valid. b. Reabilitas Tes Reabilitas tes berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberik hasil yang tetap. Untuk mengetahui reabilitas tes digunakan rumus Kuder Richardson 20 atau yang lebih dikenal KR20 yaitu :

( Arikunto, 2005 : 175)

Keterangan : koefisien reabilitas tes banyaknya butir soal varians total proporsi subjek yang menjawawb benar butir item proporsi subjek yang menjawab salah butir item Terlebih dahulu dihitung harga varians total dengan rumus:

(Arikunto, 2005:173) Keterangan : = varians total

jumlah skor total

jumlah kuadrat skor N = sampel Untuk menafsirkan arti suatu koefisien reliabiltas dapat digunakan pendomana sebagai berikut : a. 0,00 0,40 = reliabiltas rendah b. 0,41 0,70 = reliabiltas sedang c. 0,70 0,90 = reliabilitas tinggi d. 0,91 1,00 = reliabilitas sangat tinggi Untuk menafsirkan harga reliabiltas dari item maka harga tersebut dikonsultasikan ke tabel harga kritik tabel product moment dengan maka item reliabel . maka

c. Taraf Kesukaran Tes Taraf kesukaran tes dinyatakan oleh besarnya indeks kesukaran tes ( difficulty index), yaitu bilangan yang menunjukkan mudahnya suatu item. Untuk menghitung taraf kesukaran item digunakan rumus :

(Arikunto, 2005: 176) Keterangan : P = indeks kesukaran B= banyaknya siswa yang menjawab benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran tes dapat dikatagorikan sebagai berikut: P = 0,00 0,30 : soal sukar P = 0,31 0,70 : soal sedang P = 0,71 1,00 : soal mudah d. Daya Pembeda Item Daya pembeda tes atau indeks diskriminasi tes dicari dengan rumus :

(Arikunto, 2005 : 177) Keterangan : angka indeks diskriminasi item banyaknya peserta kelompok atas yang menyelesaikan item dengan benar banyaknya peserta kelompok bawah yagn menyelesaikan item dengan benar banyaknya peserrta kelompok atas banyaknya peserta kelompok bawah

Klasifikasi daya pembeda a. Untuk D = 0,00 0,20 : soal jelek b. Untuk D = 0,21 0,40 : soal cukup c. Untuk D = 0,41 0,70 : soal baik d. Untuk D = 0,71 1,00 : soal sangat baik

3.7 Teknik Analisis Dasta Langkah-langkah dalam teknik analisi data adalah : 1. 2. Data yang diperoleh dari masing-masing kelas diperiksa sebaran distrinbusi normal data. Menentukan nilai rata-rata dan simpangan baku. a. Untuk menentukan nilai rata-rata digunakan rumus : (Sudjana, 2001: 67) Dimana : n = banyaknya siswa Xi = jumlah data b. Sedangkan simpangan baku digunakan rumus :

Sudjana, 2001 : 94) 3. Uji Normalitas Uji normalitas diadakan untuk mengetahui normal atau tidaknya data penelitian tiap variabel penelitian. Pemeriksaan uji normalitas data dengan menggunakan uji Lillierfors. Menurut Sudjana (2001: 466 ) langkah-langkah yang ditempuh adalah : a. Pengamtan x1,x2,x3, ...xn dijadikan angka baku z1,z2,z3, ...,zn dengan rumus :

Dengan

= nilai rata-rata s = simpangan baku

b. Untuk setiap bilnagan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang.

c. Menghitung proporsi z1, z2,z3, ...zn yang dinyatakan dengan , maka :

d. Menghitung selisih

kemudian mengambil harga mutlaknya. sebagai Io

e. Menentukan harga terbesar dari selisih harga mutlak untuk menerima atau menolak distribusi normal data.

f. Penelitian dapatlah dibandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar tabel uji Lillierfors dengan taraf nyata 0,005 Kriteeria pengujian : Jika Lo < L, maka sampel distribusi normal Jika Lo > L,maka sampel tidak distribusi normal

4. Pemeriksaan uji homogenitas varians sampel dengan menggunakan uji F dengan rumus ( Sudjana, 2001: 250) yaitu :

:

varians dari kelompok terbesar = varians dari kelompok terkecil

Kriteria penyajian adalah tolak Ho data pre tas dan pos tes berasal dari populasi yang homogen. Jika didapat dari daftar distribusi dengan populasi , disini

adalah taraf nyata penyajian

5. Uji Hipotesis Untuk melihat apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang diterapkan dengan metode demonstrasi dengan uji rata-rata, uji dua pihak yaitu :

( Sudjana,2001:293) Keterangan : distribusi t nilai rata-rata sampel 1 nilai rata-rata sampel 2 ukuran sampel Dengan S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :

Dengan kriteria pengujian adalah Terima jika dan tolak Ho jika tidak dipenuhi. Didapat dari daftar

distribusi dengan : pada peluang untuk harga t lainnya Ho ditolak.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil tes yang telah dilkaukan si SMP Negeri 1 Siborong-borong, diperoleh data mengenai hasil belajar siswa utnuk kelas eksperimen dan kelas kkontrol. Analisis dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian.

4.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Hasil penelitian setelah diihitung(lampiran 16) diperoleh nilai rata-rata dan standart deviasi hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Siborong-borong Kelas VII Semester I T.P 2007/2008 Tabel 4.1 Nilai Rata-rata dan Standart Deviasi Hasil Belajar Fisika Siswa

Kelas Eksperimen Pretes Postes Nilai-Rata- SD Nilai SD rata 41,351 8,219 Ratarata 68,784 10,166

Kelas Kontrol Pretes Nilai SD Ratarata 40,103 8,497 Postes Nilai SD Rata -rata 58,460 10,076

Berdasarkan diagram batang diatas diperoleh nilai pretes tertinggi untuk kelas eksperimen adalah 60 dan nilai terendah adalah 20 dan nilai rata-ratanya 41,351, standart deviasinya 8,219. Sedangkan untuk postes dipeoleh nilai rata-rata sebesar 68,784 dengan nilai tertinggi 90 dan terendash 40 serta styandard deviasinya sebesar 10,166. Nilai rata-rata pretes kelas kontrol sebesar 40,103 dengan nilai tertinggi 50 dan terendah 20 serta standart deviasinya sebesar 8,497. Sedangkan nilai rata-rata postes sebesar 58,460 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40 serta standart deviasinya 10,076.

4.1.2 Uji Persyaratan Analisa Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka data dari hasil penelitian harus memnuhi beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengujian hipotesis yaitu syarat normalitas dan homogenitas data.

Gambar 4.1 Diagram Batang NilaiPretes Kelas Eksperimen

Gambar 4.2 Diagram Batnag Nilai Postes Kelas Eksperimen

Gambar 4.3 Diagram Batang nilai Pretes Kelas Kontrol

Gambar 4.4 Diagram Batang Nilai Postes Kelas Kontrol

4.1.2.1 Uji Normalitas Data Untuk mengetahui keadaan sampel yang diteliti maka asumsi dari dasta penelitan merupakan persyaratan analisi yang penting untuk diperiksa. Ringkasan uji normalitas data dengan uji Lilliefors sebagai berikut ( Perhitungan pada lampiran 17)

Tabel 4.2 Ringkasan Uji Normalitas Data Dengan Uji Liliefors No 1. 2. 3. 4. Data Pretes Postes Pretes Postes Kelas Eksperimen Eksperimen Kontrol Kontrol Lo 0,1329 0,1294 0,1003 0,1150 Ltabel 0,1451 0,1451 0,1451 0,1451 Kesimpulan Normal Normal Normal Normal

Berdasarkan kriteria pengujian yaitu menerima sampel berasal dari populasi berdistribusi normal jika dipenuhi. dan menolak kriteria pengujian jika syarat tidak

4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Pengujian data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian homogen atau tidak artinya apakah sampel yang dipakai dalam penelitian dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 18, diperoleh Fhitung 1,068 dan Ftabel 1,570, yang diperoleh melalui interpolasi. Dengan demikian diperoleh yaitu 1,068 < 1,570 yang berarti bahwa data pretes untuk sampel

yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan homogen. Sedangkan hasil perhitungan data postes diperoleh harga Fhitung= 1,018 dan Ftabel = 1,570 yang diperoleh melalui interpolasi. yaitu 1,018 < 1,570 yang berarti bahwa data postes untuk sampel dalam penelitian ini dinyatakan homogen. 4.1.3 Hasil Pengujian Hipotesis

Berdasrkan hasil perhitungan (lampiran 19) untuk pretes diperoleh harga thitung = 0,646 pada taraf signifikan diperoleh melalui interpolasi sehingga dan dk 37+39-2 = 74, dan harga ttabel = 1,985 yang . Hasil ini menunjukkan Ha ditolak dan

Ho diterima. Dan dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal kedua kelas sama. Untuk postes diperoleh thitung = 4,456 sedangkan ttabel = 1,985 yang diperoleh melalui interpolasi, sehingga yaitu 4,456 > 1,985. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima. Dari ketrangan diatas maka diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi dan metode konvensional pada materi pokok zat dan wujudnya di kelas VII semester I SMP Negeri 1 Siborng-borong T.P 2007/2008. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara hasil belajar fisika siswa dengan metode demonstrasi dan metode konvensional pada materi pokok zat dan wujudnya di kelas VII semseter I SMP Negeri 1 Siborng-borong. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yagn deiberikan pengajran dengan menggunakan metode demontrsi lebih besar dengan metode konvensional. Nilai rata-rata eksperimen yaitu sebesar 68,784 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa un tuk kelas kontrol yaitu sebesar 58,460 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 20. Hal ini terjadi karena dalam metode demonstrasi memiliki kelebihan yaitu memungkinankan para siswa untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan demonstrasi. Siswa memperoleh pengalaman-pengalaman secara langsunng, memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting. Dan membuat siswa dapat mengetahui kebenaran darri suatu teori di dalam praktek. Pada prinsipnya metode demonstrasi akan meningkatkan motivasi siswa dan perhatian siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Siswa terdorong dan termotivasi utnuk mempelajari bahan yang akan diajarka oleh guru., dan hasil dari proses belajar mengajr dapat dioptimalkan. Namun disampingkan kelebihan tersebut dalam pembelajaran metode demonstrasi terdapat kelemehan-kelemahan yang mengakibatkan pencapai hasil belajar belum maksimal yaitu pada saat penelitian, ukuran peralatan yang kurang memungkinkan siswa dapat mengamti secara tepat. Sehingga sebagian siswa ada yang berdiri untuk melihat demonstrasi, kondisi siswaa yang ribut sangat mengurangi efektivitas belajar. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kelas oleh peneliti.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa pada materi pokok zat dan wujudnya yang diberikan pengajaran demonstrasi memiliki nilai rata-rata 68,780.2. Hasil belajar siswa pada materi pokok zat dan wujudnya yang diberi pengajaran metode

konvensional memiliki nilai rata-rata 58,460 3. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang diberi pengajaran metode demonstrasi dan konvensional pada materi pokok zat dan wujudnya di kelas VII semester I SMP Negeri I Siborong-borong Tahun Ajaran 2007/2008. 5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penilitian diatas,maka penulis memberikan saran untuk memperbaiki kualitas belajar fisika siswa antara lain: 1. Sebagai salah satu model alternative guru pada pelajaran fisika khususnya pada materi pokok zat dan wujudnya. 2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan model demonstrasi sebaiknya melakukan persiapan yang baik sehingga siswa dapat melihat apa yang di demonstrasikan3. Bagi peneliti selanjutnya diaharapkan agar dapat lebih menguasai pengelolaan kelas

dan kersama dengan guru bidang studi sehingga tercapai pembelajran yang efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Penerbit Rineka Cippta,Jakarta. Arikunto, S.,(2005),Manajemen Penelitian,Penerbit Rineka Cipta,Jakarta. Darma, Roy,(2006), Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Metode Demosntrasi Dengan Metode Konvensional pada Materi Poko Energi Dik Kelas VII Semester II SMP Musda Medan Tahun Ajaran 2006/2007, FMIPA UNIMED,Medan. Dinas Pendidikan Sumatera Utara, (2003), http:www.puspindek.com. Djamarah, Syaiful B.,(2003),Strategi Belajar Mengajar,Rineka Cipta.Jakarta. Djamarah, Syaiful B.,(2005), Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif suatu Pendekatan Teoritis Psikolog, Penerbit Rineka Cipta,Jakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,(2005), Buku Pedoman Penulisan Skripsi Dan Proposal Penelitan Kependidikan, FMIPA, Unimed. Hamalik, Oemar,(2001), Proses Balajar Mengajar, Bumi Aksara,Jakarta

Hasibuan,(2004),Proses Belajar Mengajar, Penerbit Rosdakarya,Bandung. Kanginan. Marthen,(2006),IPA Fisika untuk SMP kelas VII,Erlangga,Jakarta. Martinis, H.,(2007),Profesionalisasi Guru dan Implentasi KTSP,Gaung Persada,Jakarta. Mangun Wiyoto, Widagdo, dan Harjono, (2006), Pokok-pokok Fisika SMP untuk kelas VII, Erlangga,Jakarta. Nurhadi, (2004),Kurikulum 2004,Gramedia,Jakarta. Roestiyah, (2001), Strategi belajar mengajar,Penerbit rineka Cipta,Jakrta, Sagala, S,(2004), Konsep Dan Makna Pembelajaran, Alfabeta,Bandung. Slemeto,(2003), Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta,Jakarta. Sudajana, (2005),Metode Statiska, Tarsito,Bandung.


Top Related