Transcript
Page 1: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

KECENDERUNGAN KAWIN ANTARA D.annanasse TANGKAPAN

LOKAL MALANG, MOJOKERTO, DAN GRESIK BERDASARKAN

PERHITUNGAN INDEKS ISOLASI

LAPORAN PROYEK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika 2

Yang Dibimbing Oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M. Pd, Prof. Dr. Hj. Siti

Zubaidah, M.Pd dan Prof. Dr. agr. Mohamad Amin, S.Pd, M.Si

Disusun oleh :

Kelompok 13 OFF A/AA Senin

Desy yanuarita wulandari (100341404065) OFF A

Bonny Timutiasari (100341400717) OFF AA

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Desember 2012

Page 2: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada makhluk hidup yang berkembang biak secara seksual,

perkawinan antara jantan dan betina merupakan hal yang sangat penting

dalam mempertahankan siklus dan kelangsungan jenisnya, begitu juga pada

insekta. Pada insekta sebagaimana manusia dan organisme lainnya yang

berkembang biak secara seksual. Perkawinan terjadi tidak secara acak, akan

tetapi mengikuti pola-pola yang khusus (Wallace, 1981 dalam Basuki, 1997),

termasuk pada Drosophila.

Menurut Thomas Hunt Morgan sebagai perintis dalam penggunaan

Drosophila sebagai obyek dalam penelitian genetika, terdapat beberapa alasan

mengapa Drosophila digunakan sebagai obyek penelitian yaitu:

1. Ukuran lalat ini relatif kecil sehingga populasi yang besar dapat

dipelihara dalam laboratorium.

2. Mempunyai daur hidup yang sangat cepat, dimana dalam dua minggu

dapat menghasilkan satu generasi dewasa yang baru.

3. Lalat ini sangat subur karena lalat betinanya menghasilkan ratusan telur

yang dibuahi dalam hidupnya yang pendek (Kimball 1992).

Drosophila adalah organisme yang kosmopolit. Salah satu spesies

Drosophila yang bersifat kosmopolit adalah Drosophila ananassae.

Penyebaran D.annanasse menurut King (1975) dalam Basuki (1997) adalah,

di daerah tropik dari enam daerah geografis dan spesies ini sering ditemukan

pada habitat domestik, D.annanasse memiliki penyebaran yang bersifat

sangat luas dekat dengan pemukiman manusia (kosmopolit). Hal ini

disebutkan (Ayala, 1984 dalam Basuki, 1997) bahwa interaksi antara

lingkungan dan faktor genetik akan menghasilkan karakteristik yang dapat

diamati pada satu individu. Dalam perkawinan antar populasi spesies, dapat

terlihat kecenderungan memilih terhadap pasangan kawin yang berasal dari

populasi yang sama.

Page 3: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

3

Walaupun penyebaran Drosophila bersifat kosmopolit, tetapi secara

geografis Drosophila tersebut terpisah antara populasi satu dengan populasi

yang lain. Dengan kata lain Drosophila itu terisolasi untuk mengadakan

perkawinan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain (Munawaroh,

1996). Sebaliknya pada Drosophila yang secara geografis tidak terpisah jauh,

maka akan terjadi kemungkinan hubungan kawin antara Drosophila daerah

tersebut.

Menurut Ayala (1984) dalam Basuki (1997) bahwa interaksi antara

lingkungan dan faktor genetik akan menghasilkan karakteristik yang dapat

diamati pada suatu individu. Hal ini berarti, meskipun berasal dari spesies

yang sama namun, spesies yang sama itu sendiri dapat terdiri atas satu atau

lebih populasi yang mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis

tempat hidupnya, dan dalam perkawinan antara populasi-populasi satu spesies

hal ini dapat terlihat pada kencederungan pemilihan terhadap pasangan kawin

yang berasal dari populasi yang sama (homogami) (King, 1965 dalam Basuki,

1997).

Kecenderungan perkawinan pada mahkluk hidup dapat di ukur dengan

menggunakan perhitungan indeks isolasi. Bock (1978) dalam Kusumawati

(1995) menyebutkan indeks isolasi merupakan perbandingan antara frekuensi

perkawinan homogamik dikurangi dengan frekuensi perkawinan heterogamik

dibagi dengan frekuensi perkawinan homogamik ditambah frekuensi

perkawinan heterogamik.

Penelitian-penelitian mengenai indeks isolasi yang sudah pernah

dilakukan di Jawa Timur adalah seperti yang dilakukan oleh Winarsih (1995)

dengan menggunakan strain D. melanogaster dan melibatkan suhu sebagai

faktor yang diharapkan berpengaruh terhadap indeks isolasi. Ana (1996) yang

juga menggunakan strain-strain D. melanogaster dan oleh Munawaroh (1996)

yang menggunakan D. melanogaster dari berbagai ketinggian tempat. Hasil

yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh kedua peneliti atas strain-

strain D. melanogaster tersebut, menunjukkan tidak adanya kecenderungan

perkawinan diantara strain-strain D. melanogaster; populasi-populasi D.

ananassae dari berbagai ketinggian tempat juga menunjukkan tidak adanya

Page 4: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

4

perbedaan kecenderungan perkawinan. Hal ini berarti, bahwa di antara

mereka tidak ada perbedaan spesies.

Berdasarkan penelitian di atas, maka peneliti ingin menindak

lanjutinya dengan melakukan penelitian yang berjudul “Kecenderungan

Kawin Antara D.annanasse Tangkapan Lokal Malang, Mojokerto, Dan

Gresik Berdasarkan Perhitungan Indeks Isolasi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan

beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

1. Adakah kecenderungan kawin antara D.annanasse tangkapan lokal

Malang, Mojokerto dan Gresik berdasarkan indeks isolasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya kecenderungan kawin antara D.annanasse

tangkapan lokal Malang, Mojokerto dan Gresik berdasarkan indeks isolasi.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti

a) Sebagai sarana belajar dalam melakukan penelitian di bidang

genetika.

b) Menambah informasi dan pengetahuan tentang penggunaan indeks

isolasi pada D.annanasse tangkapan lokal Malang, Mojokerto dan

Gresik.

c) Menambah informasi tentang hubungan kekerabatan antara

D.annanasse tangkapan lokal Malang, Mojokerto dan Gresik

berdasarkan indeks isolasi.

2. Bagi Mahasiswa

a) Menambah pengetahuan mengenai kecenderungan kawin antara

D.annanasse tangkapan lokal Malang, Mojokerto dan Gresik

berdasarkan indeks isolasi.

Page 5: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

5

b) Memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk melakukan

penelitian secara mandiri mengenai genetika.

E. Asumsi Penelitian

Dalam penelitian ini diasumsikan:

1. umur individu jantan dan betina yang dikawinkan dianggap sama.

2. medium yang dipakai untuk pembiakan adalah sama

3. adanya larva dianggap bahwa individu betina telah dikawini oleh individu

jantan.

4. kondisi fisik D.annanasse dianggap sama.

F. Batasan masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian kali ini adalah :

1. penelitian ini menggunakan D.annanasse tangkapan lokal dari tiga daerah

yang berbeda yaitu Malang (Kelurahan Sumbersari, Jl. Bendungan

Sengguruh RT 3 RW 7 no 09), Mojokerto (Wisma Pungging Permai BB 1,

Ds. Tunggal Pager, Kec. Pungging) dan Gresik (Ds. Wringinanaom, Kec.

Wringinanom RT 1 RW 5.

2. penelitian ini dilakukan untuk mengtahui indeks isolasi dan

kecenderungan kawin D.annanasse lokal dari daerah Malang, Mojokerto

dan Gresik.

3. pengambilan data hanya mengamati ada atau tidaknya larva.

4. peneliti hanya menggunakan indeks isolasi sebagai cara untuk menentukan

kekerabatan antara Drosophila tangkapan lokal dari daerah Malang,

Mojokerto dan Gresik.

G. Definisi Istilah

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam istilah yang digunakan,

maka perlu adanya penegasan beberapa istilah sebagai berikut:

1. D. annanasse adalah salah satu spesies dari kelas insekta atau dari marga

Drosophila yang penyebarannya bersifat kosmopolit (Singn, 1986).

2. Indeks isolasi adalah alat (rumusan) yang digunakan untuk mengukur

adanya kecenderungan kawin yang terjadi pada organisme yang dapat

Page 6: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

6

diperoleh dari perbandingan antara selisih presentase perkawinan

homogami dan heterogami dengan jumlah presentase perkawinan

homogami dan heterogami (Bock, 1982 dalam Munawaroh, 1996).

3. Mate-Choice adalah pola tingkah laku yang ditunjukkan oleh individu

bahwa mereka lebih menyukai kawin dengan pasangan tertentu daripada

dengan yang lain (Marcus, 1992 dalam Basuki, 1997).

4. Male-Choice adalah perkawinan dimana individu jantan bebas memilih

individu betina yang akan dikawini (Bock, 1978 dalam Munawaroh,

1996).

5. Perkawinan homogami adalah perkawinan yang terjadi pada populasi yang

sama dalam satu spesies (Munawaroh, 1996).

6. Perkawinan heterogami, adalah perkawinan yang terjadi pada populasi

yang berbeda dalam satu spesies (Munawaroh, 1996).

7. Kecenderungan kawin adalah kecenderungan D.annanasse untuk memilih

pasangan kawin yang dapat diketahui dengan melakukan perhitungan

indeks isolasi (Munawaroh (1996).

Page 7: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sistematika

Drosophila merupakan marga yang memiliki jumlah yang paling

melimpah dibandingkan dengan marga lainnya. Marga – marga lain selain

Drosophila, yaitu: Amiota, Dettopsomya, Leucophenga, Liodrosophila,

Lissocephala, Microdrosophila, Scaptemyza, Stegana, dan Tambodrella

(Bock, 1976).

Sistematika Drosophila menurut Storer dan Usinger (1975) dalam

Warsini (1996) adalah sebagai berikut:

Filum : Arthopoda

Kelas : Insecta

Anak Kelas : Pterygota

Bangsa : Diptera

Anak Bangsa : Cyclorrhapa

Suku : Drosophilidae

Marga : Drosophila

Spesies : Drosophila sp.

B. Ciri Umum Drosophila

Menurut Bock (1976), menyebutkan beberapa karakteristik morfologi

yang digunakan dalam proses klasifikasi taksonomi Drosophila, antara

lain:

1. Kepala

Pada bagian kepala terdapat arista dan orbital, oral dan vertikal bristle.

Pada gambar 1 tampak perbandingan antara bagian pipi terlebar

dengan diameter mata terbesar. Pada gambar 2 terdapat orbital,

vertikal, ocellar dan post vertikal bristle. Ukuran panjang dan lebar

dari dari bagian muka ditunjukkan dengan garis A dan B. Carina

adalah tonjolan pada bagian muka yang terletak diantara antena.

Page 8: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

8

Gambar 1. Head; I, lateral aspect. AR, arista. IV, inner vertical

bristle. OI, proclinate orbital bristle, O2 anterior reclinate orbital

bristle. O3, posterior reclinate bristle. OC, ocellar bristle. OV, outer

vertical bristle. PV. Postvertical bristle. V1, first oral bristle

(vibrissa). V2, second oral bristle. thorax, dorsal aspect. ADC,

anterior dorsocentral bristle. ASC, anterior scutellar bristle. PDC,

posterior dorsocentral bristle. PS, prescutellar bristle. PSC,

posterior acutellar bristle (Sumber: Bock,1976).

2. Toraks

Terdapat rambut akrostikal dan dorsosentral, prescutellar dan skutellar

bristle ditunjukan pada gambar 3. Jumlah dari deret akrostikal terletak

di depan di antara deret dorsocentral. Sterno-index, yaitu

perbandingan antara panjang bristle SP1 sampai dengan SP3. Bulu

prescutelar, scutellar, propleural, humeral, presutunal, notupleural dan

bulusupralar.

Gambar 2. Aspek Morfologi Dada: ( PS, prescutellar bristle; PP,

propleural bristle; H1; H2, humeral bristle; MP, mesopleuron;

NP1; NP2, notopleural bristle; PP, propleural; PS, presutural; SA1;

SA2, supraalar bristle; SP1;SP2;SP3, anterior, tengah, dan

posterior sternopleural) bristle; 1,2,3, posisi kaki depan, tengah,

dan belakang (Sumber : Bock, 1976)

3. Sayap

Page 9: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

9

Karakter morfologi sayap yang digunakan dalam penentuan

taksonomi yakni, indeks Costal (c-indeks) a/b; indeks vena keempat

(4V-indeks), c/d, 5X-index, e/f, g/(g+h).

Gambar 3. Aspek Morfologi Sayap

(ACV, anterior crossvein; AV, auxillary vein; CV, costal vein; DC,

distal cell,; L1-L5, first to fifth longitudinal vein; PCV, posterior

crossvein; SBC, second basal cell; a-h, ukuran perbandingan

determinasi) (Sumber : Bock, 1976).

4. Tubuh

Panjang tubuh dapat diukur berdasarkan jumlah panjang kepala dari

tepi anterior segmen antena kedua sampai tepi occipital ditambah

panjang thorax dari tepi anterior sampai tepi posterior skutelar

ditambah panjang abdomen dari tepi anterior ke apeks.

5. Tungkai

Menurut Borror (1991), ciri-ciri tungkai yang utama yang dipakai

dalam memisahkan kelompok-kelompok lalat adalah struktur

empodium dan ada tidaknya taji-taji tibia. Empodium adalah satu

struktur yang timbul dari antara kuku-kuku pada ruas tarsus terakhir.

Taji-taji tibia adalah struktur seperti duri, biasanya terletak pada ujung

distal tibia.

Gambar 4. Bagian Kaki Drosophila (Sumber: Markow, 2006)

Taji-taji tibia

Page 10: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

10

Gambar 5. Ujung Tarsus dengan Empodium

(Sumber: Borror, 1991).

C. Penyebaran Umum D.annanasse

Shorrock (1972) dalam Munawaroh (1996), menggolongkan pola

penyebaran Drosophila di alam menjadi 2 jenis :

1. penyebaran in space (penyebaran dalam ruang), membedakan pola

penyebaran drosophila yang didasarkan pada lokasi atau daerah yang

diakibatkan oleh adanya kondisi khusus yang ada di suatu daerah,

seperti keberadaan jenis makhluk hidup tertentu yang tidak ditemukan

didaerah lain.

2. penyebaran in time (penyebaran dalam waktu) membedakan pola

penyebaran jenis-jenis drosophila yang didasarkan pada waktu, baik

harian maupun musiman, sehingga ada perbedaan suhu, kelembapan,

serta intensitas cahaya dalam selang waktu tertentu, baik satu dari

maupun satu musim.

Menurut King (1975) dalam Basuki (1997) Penyebaran D.annanasse

adalah tersebar di daerah tropik dari 6 daerah geografis dan spesies ini

sering ditemukan pada habitat domestik. Besar kemungkinan lalat ini

tersebar pada tempat-tempat yang mempunyai faktor lingkungan yang

berbeda-beda dalam hal temperatur, kelembapan, intensitas cahaya, dan

sebagainya. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang dilakukan oleh

Widodo (1988) dan Corebima (1990) dalam Basuki (1997), bahwa

penyebaran D.annanasse tidak memperhatikan waktu dan musim. D.

annanasse dapat ditemukan juga di daerah-daerah yang dekat dengan

Page 11: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

11

pemukiman manusia karena sifat domestik yang dimilikinya (Singn,

1986).

D. Timbulnya Keanekaragaman Dalam Polulasi Makhluk Hidup

Interaksi antara lingkungan dan faktor genetik akan menghasilkan

karakteristik yang dapat diamati pada suatu individu (Ayala, 1984).

Adanya interaksi dari lingkungan dan faktor genetik akan menyebabkan

terdapatnya keanekaragaman dalam populasi yang dapat muncul sebagai

perbedaan genotip saja atau dapat muncul sebagai karakteristik yang nyata

yang teramati secara langsung.

Populasi tiap jenis makhluk hidup pada kenyataannya

beranekaragam. Keanekaragaman dalam tiap populasi disebabkan oleh

beberapa faktor seperti rekombinasi gen dan mutasi (Aini, 1992 dalam

Munawaroh, 1996). Kenakenakaragaman dari suatu populasi dapat

dipertahankan selama tidak terjadi perubahan dalam frekuensi gen yang

dapat juga merubah infromasi genetik. Akan tetapi, dalam suatu populasi

alam tentu tidak dapat dihindari adanya mutasi, seleksi, penyimpangan gen

acak, migrasi yang berbeda yang secara keseluruhan merupakan hal-hal

prinsip yang menyebabkan evolusi ( Herskowitz, 1965).

Mutasi dianggap sebagai pemasok materi kasar; seleksi yang akan

memilih materi kasar ini yang sesuai secara biologi dari ras dan spesies

tersebut;penyimpangan gen yang acak dapat menghasilkan perubahan

yang cepat pada frekuesni gen dalam suatu populasi yang kecil; dan

migrasi yang berbeda dapat merubah frekuensi gen melalui pertukaran

individu-individu antar populasi.

Mutasi yang terjadi pada suatu spesies merupakan langkah awal bagi

spesies tersebut untuk tetap bisa bertahan hidup dan sesuai dengan tuntutan

kondisi lingkungan. Mutasi merupakan perubahan sifat menurun secara

tiba-tiba yang sifatnya acak pada genotip suatu individu (Basuki, 1997).

Page 12: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

12

E. Mekanisme Isolasi

Suatu polulasi spesies mempunyai ciri susunan dan struktur gen (gen

pool) khas yang berbeda (Ashton, 1969 dalam Basuki, 1997) dan dapat

digunakan sebagai kriteria untuk membedakan antara populasi spesies

yang satu dengan yang lainnya (Dodzhansky, dkk. 1997 dalam Basuki,

1997).

Isolasi dapat berupa isolasi tingkah laku mekanis, lingkungan, dan

fisiologis yang dapat menghalangi dua individu dari dua spesies yang

berbeda untuk menghasilkan keturunan yang normal (Hadisubroto, 1989

dalam Basuki, 1997).

Menurut Grant (1997) dalam Basuki (1997) isolasi dapat dibedakan

dalam beberapa macam:

1. Isolasi Geografi atau spasial yang merupakan karakteristik dari populasi

lokal, ras lokal, dan ras geografi.

2. Isolasi ekologi : populasi berbeda secara genetik dalam kebutuhan dan

pilihan ekologinya. Kemampuan populasi tersebut untuk hidup pada

daerah yang sama ditentukan oleh keberadaan habitat yang sesuai dan

oleh kuatnya kompetisi antar spesies.

3. Isolasi reproduksi yang terbagi atas rintangan eksternal dan rintangan

internal.

F. Isolasi Reproduksi

Reproduksi merupakan fungsi utama dan tidak dapat dipisahkan dari

semua kehidupan makhluk hidup yang dicapai melalui berbagai macam

cara salah satunya adalah dengan pertemuan antara gamet jantan dan

gamet betina (fertilisasi) pada mahkluk hidup yang berkembangbiak secara

seksual, pertukaran gen dapat dikurangi atau dicegah dengan mekanisme

isolasi reproduksi (Dobzbanzsky, dkk. 1977 dalam Basuki 1997).

Suatu mekanisme isolasi reproduksi adalah segala sesuatu yang

secara genetik dikondisikan mencegah atau menghalangi perubahan gen

antara populasi yang melibatkan perubahan yang berupa perubahan

lingkungannya, tingkah laku mekanik dan fisiologinya yang dapat

Page 13: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

13

mencegah dua spesies membentuk keturunan yang mampu bertahan hidup

(Tamarin, 1991 dalam Basuki 1997).

Mekanisme isolasi reproduksi terbagi atas : 1) pre-mating (pre –

zigotik) mencegah terjadinya fertilisasi; 2) Post-mating (post zigotik) yang

berlaku setelah fertilisasi terjadi (Strickberger, 1985).

1) Mekanisme pre-zigotik: mencegah terjadinya fertilisasi dan

pembentukan zigot yang terbagi atas.

• Habitat. Populasi tinggal di daerah yang sama tetapi menempati

habitat yang berbeda.

• Musiman atau sementara. Populasi hidup pada daerah yang

sama namun kematangan seksual terjadi pada waktu yang

berbeda

• Ethologi. Populasi dipisahkan oleh tingkah laku yang berbeda

dan tidak sejalan sebelum kawin.

• Mekanis. Tidak terjadi fertilisasi karena perbedaan ukuran atau

bentuk genitalis yang menyebabkan kopulasi dan transfer

sperma sulit atau tidak mungkin terjadi

• Gametik. Gamet jantan dan betina gagal untuk saling tertari

sehingga tidak terjadi fertilisasi

2) Mekanisme poszigotik : terjadi fertilisasi dan zigot, tetapi

dihasilkan keturunan yang lemah dan steril. Hal ini dikarenakan

sebab-sebab tertentu, antara lain:

• Perkembangan hibrid yang steril, karena gonadnya berkembang

abnormal

• Sterilisasi hibrid akibat segresi. Hibrid steril karena distribusi

yang abnormal dari keseluruhan kromosom, segmen kromosom

atau kombinasi gen pada gamet.

• Hibrid yang rusak mengurangi kemampuan hidup ataupun

fertilisasi pada keturunan hibrid, misalnya pada F2

Isolasi seksual tidak hanya ditemukan pada jenis yang sudah jelas

berbeda dalam definitif (semarga dan bukan semarga). Dewasa ini sudah

diketahui bahwa isolasi seksual juga dapat ditemukan pada kelompok X

Page 14: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

14

(strain) yang tergolong satu jenis dan keadaan semacam ini dijumpai

dilingkungan Drosophila (Erham 1981 dalam Corebima, 1992 dalam

Munawaroh, 1996).

Dilingkungan hewan, isolasi seksual itu antara lain berupa perbedaan

tingkah laku kawin pada individu jantan, perbedaan bunyi atau suara,

perbedaan pola warna. Salah satu mekanisme yang paling penting dalam

mencegah perkawinan antar spesies (interbreeding) adalah isolasi tingkah

laku. Individu jantan dari hampir setiap hewan menunjukkan tingkah laku

kawin yang merangsang individu betina dari spesiesnya sendiri. Jadi

isolasi reproduksi meliputi dasar dari produksi dan penerimaan tanda-tanda

atau stimulus oleh pasangan tertentunya. Jika tanda atau stimulus tersebut

tidak sempurna atau tidak sesuai, individu betina tidak akan merespon dan

perkawinan tidak akan terjadi (Mc. Gath dan Kelly, 1975 dalam

Munawaroh, 1996).

G. Pemilihan Pada Peristiwa Perkawinan (Metode Mate-Choice)

Pemilihan pada peristiwa kawin (mate-choice) merupakan suatu

fenomena yang ditemukan pada banyak spesies hewan. Pemilihan pada

peristiwa kawin didefinisikan oleh Marcus (1992) dalam Basuki (1997)

sebagai semua pola tingkah laku yang ditunjukkan oleh individu yang

menunjukkan bahwa mereka lebih menyukai kawin dengan pasangan

kawin tertentunya daripada dengan yang lain.

Peristiwa kawin yang terjadi pada tingkat spesies akan melibatkan

banyak hal terhadap feromon seks yang muncul pada peristiwa pendekatan

sebelum kawin. Feromon seks ini berupa tanda kawin yang dikeluarkan

oleh individu yang mempunyai pengaruh meningkatkan tingkah laku

seksual spesies yang sama atau spesies yang masih mempunyai hubungan

yang erat dari jenis seks yang berbeda. (Marcus, (1992) dalam Basuki

(1997)).

Page 15: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

15

H. Indeks Isolasi

Indeks isolasi merupakan salah satu alat pengukur atau perhitungan

untuk mengetahui kekerabatan makhluk hidup. Disamping ini indeks

isolasi merupakan suatu sistem tertutup secara genetis. Nilai indeks isolasi

menurut Erhrman dan Parson (1981) dalam Basuki (1997) menuujukkan

perkiraan tentang kekuatan seleksi seksual dan isolasi seksual yang didapat

dari perbandingan bagian atau proporsi dari perkawinan homogami dan

heterogami. Pada keadaan kawin yang acak, proporsi perkawinan

homogami dan heterogami diharapkan sama. Indeks isolasi untuk masing-

masing individu spesies diuji dengan metode male-choice yang mana

perhitungannya memungkinkan indeks isolasi tersebut dirumuskan sebagai

berikut;

����������� =%����������ℎ����� − %����������ℎ��������

%����������ℎ����� + %����������ℎ��������

Dalam metode male-choice suatu individu jantan dari satu starin

dikawinkan dengan dua individu yang berbeda, yaitu satu dari strain yang

berbeda dan perkawinan itu dalam jangka waktu 24 jam.

Nilai yang diperoleh dari indeks isolasi ini berkisar antara -1 sampai

+1. Bila nilai dari indeks isolasi negatif, maka artinya adalah

kecenderungan pemilihan jantan terhadap betina heterogami. Jika indeks

isolasi 0 maka diantara strain tadi tidak ada isolasi, sedangkan jika indeks

isolasi bernilai positif berarti terdapat kecenderungan pemilihan indivisu

jantan terhadap betina homogami (Bock, (1978) dalam Munawaroh

(1996)).

Semakin kecil indeks isolasi maka semakin terbuka terhadap strain

yang lain (homogami), sebaliknya semakin besar indeks isolasi maka

semakin tertutup terhadap strain yang lain (Bock, (1978) dalam Basuki

(1997)).

Page 16: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

16

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual

Drosophila memiliki sifat yang kosmopolit

����������� =%����������ℎ����� − %����������ℎ��������

%����������ℎ����� + %����������ℎ��������

Diamati dengan metode Male-Choice pada Drosophila annanasse lokal Malang,

Mojokerto, dan Gresik

Bernilaipositif # 1 →

homogami

Bernilainegatif )

−1 → heterogami

Bernilaipositif0 →

tidakadaisolasi

Kecenderungan kawin antara D. annanasse tangkapan lokal Malang,

Mojokerto, dan Gresik

Menyebabkan terjadi perkawinan antara beberapa populasi dalam suatu spesies

Perkawinan dapat terjadi secara heterogami ataupun homogami

Memungkinkan adanya kecenderungan kawin

Page 17: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

17

B. Hipotesis

1. Ha :ada kecenderungan kawin antara D. annanasse tangkapan lokal

Malang, Mojokerto, dan Gresik berdasarkan indeks isolasi

Ho : tidak ada kecenderungan kawin antara D. annanasse tangkapan lokal

Malang, Mojokerto, dan Gresik berdasarkan indeks isolasi

Page 18: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

18

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Ex Post Facto karena dalam

penilitian ini menguji hipotesis tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan

tertentu. Variabel bebasnya sudah terbentuk atau ada di alam/tidak

dimanipulasi ( Cothron, 1999). Pengambilan data dilakukan dengan

mengamati ada tidaknya larva dari hasil persilangan. Kemudian, data yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan anava tunggal dalam RAK.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang laboratorium genetika (310) gedung

biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Penelitian ini dilakukan mulai

bulan September – Desember 2012.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : daerah tangkapan Drosophila

2. Variabel terikat : indeks isolasi

D. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah:

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Drosophila tangkapan lokal yang

berasal dari Malang, Mojokerto dan Gresik.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Drosophila annanasse tangkapan lokal

dari tiga daerah yang berbeda yaitu Malang (Kelurahan Sumbersari, Jln.

Bendungan Sengguruh RT 3 RW 7 no 09), Mojokerto (Wisma Pungging

Permai BB 1, Ds. Tunggal Pager, Kec. Pungging) dan Gresik (Ds.

Wringinanaom, Kec. Wringinanom RT 1 RW 5.

Page 19: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

19

E. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain; botol selai,

selang ampul, botol balsam, spidol, cotton bud, blender, kompor, kuas

gambar, panci, pengaduk, pisau, timbangan dan mikroskop stereo. Bahan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Drosophila tangkapan lokal yang

berasal dari Malang, Mojokerto, dan Gresik, pisang rajamala, tape singkong,

gula merah, air, yeast, kertas pupasi, kantong plastik, spon, selang dan tinta

printer.

F. Prosedur Kerja

a. Penangkapan Drosophila

a. Menentukan daerah penangkapan Drosophila tangkapan yaitu daerah

Malang, Mojokerto dan Gresik.

b. Memasukkan potongan buah pisang ke dalam beberapa botol selai

c. Meletakkan toples pada tempat yang ditentukan sampai terdapat

Drosophila tangkapan, kemudian menutup botol tersebut dengan spon

b. Pembuatan medium

a. Menimbang bahan pisang Rajamala, tape singkong dan gula merah

dengan perbandingan 7:2:1

b. Menghaluskan ketiga bahan dengan blender, kemudian

menuangkannya ke dalam panci

c. Menambahkannya dengan air secukupnya

d. Memasaknya selama 45 menit sambil diaduk (usahakan tidak terlalu

encer dan tidak terlalu kental), kemudian didinginkan

e. Memasukkan medium yang telah masak ke dalam botol persilangan

sebanyak seperlima bagian dari tinggi botol persilangan

f. Memberikan yeast secukupnya dan meletakkan kertas pupasi ke dalam

botol tersebut

g. Menutup botol tersebut dengan spon yang telah dipotong sesuai ukuran

c. Pemurnian dan Persiapan Stok

Page 20: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

20

a. Mengamati ciri-ciri Drosophila yang telah ditangkap dari masing-

masing daerah dengan menggunakan mikroskop stereo dengan cara

dimasukkan dalam plastik

b. Membiarkan Drosophila tangkapan dari ketiga daerah tersebut ke

dalam botol medium pemurnian hingga terdapat pupa

c. Memindahkan pupa yang telah menghitam ke dalam selang ampul dan

mengampul sebanyak-banyaknya

d. Melakukan identifikasi terhadap lalat yang telah menetas dan

menyilangkan dalam satu daerah dari hasil ampul tersebut berdasarkan

persamaan ciri, dalam satu botol terdapat satu pasang serta melakukan

banyak ulangan

e. Membiakkan banyak pasang Drosophila dengan ciri yang sama

masing-masing daerah

f. Melakukan pemurnian sampai dengan F3

d. Persilangan

a. Mengidentifikasi Drosophila tangkapan jantan dan betina, kemudian

mewarnai Drosophila tangkapan betina pada masing-masing daerah

dengan warna yang berbeda dengan menggunakan tinta printer.

b. Mengawinkan 5 individu jantan dengan 5 individu betina dari salah

satu daerah dan 5 individu betina dari daerah lainnya. Macam

persilangannya adalah sebagai berikut :

a. ♂5Mlg >< ♀5Mlg >< ♀5Mjk (Heterogami dan homogami)

b. ♂5Mlg >< ♀5Mlg >< ♀5Gre (Heterogami dan homogami)

c. ♂5Mlg >< ♀5Mjk >< ♀5Gre (Heterogami)

d. ♂5Mjk >< ♀5Mjk >< ♀5Gre (Heterogami dan homogami)

e. ♂5Mjk >< ♀5Mjk >< ♀5Mlg (Heterogami dan homogami)

f. ♂5Mjk >< ♀5Gre >< ♀5Mlg (Heterogami)

g. ♂5Gre >< ♀5Gre >< ♀5Mlg (Heterogami dan homogami)

h. ♂5Gre >< ♀5Gre >< ♀5Mjk(Heterogami dan homogami)

i. ♂5Gre >< ♀5Mlg >< ♀5Mjk (Heterogami)

Keterangan:

Mlg = Drosophila tangkapan Malang

Page 21: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

21

Mjk = Drosophila tangkapan Mojokerto

Gre = Drosophila tangkapan Gresik

c. Dua hari setelah persilangan, individu jantan dilepas, kemudian

masing-masing individu betina dipindahkan dalam botol balsam yang

telah berisi medium (masing-masing botol diisi satu individu betina

D.annanase tangkapan).

d. Mengamati ada tidaknya larva (jangka waktu 1 minggu) dalam botol

balsem, kemudian mencatatnya dalam tabel data pengamatan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

dengan cara melakukan pengamatan ada/tidaknya larva secara langsung

terhadap D. annanasse betina yang telah dibuahi pada masing-masing

persilangan. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel pengamatan

yang terlampir.

H. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan indeks isolasi dengan rumus :

�����������

=%����������ℎ����� − %����������ℎ��������

%����������ℎ����� + %����������ℎ��������

Setelah didapatkan data yang dapat mewakili, maka akan dilanjutkan dengan

perhitungan anava tunggal dengan menggunakan rancangan acak kelompok.

Page 22: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

22

BAB V

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Data Hasil Pengamatan ciri morfologi

Dari hasil pengamatan minimal 50 ciri maka didapatkan jenis lalat

dari ketiga daerah yaitu Malang, Mojokerto, dan Gresik adalah jenis D.

annanasse . Dari lalat setiap daerah hanya ditemukan perbedaan dalam aspek

warna mata tunggal dan jumlah sex comb.

Tabel 1. Gambar lalat setiap kota

NO ASAL

DAERAH

GAMBAR

1 MALANG

2 MOJOKERTO

Page 23: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

23

3 GRESIK

Berdasarkan pengamatan minimal 50 ciri-ciri morfologi ketiga sampel

Drosophila tangkapan dari Malang, Mojokerto, dan Gresik yang meliputi

bagian kepala, thorax, tubuh, sayap, dan tungkai dapat dilanjutkan dengan

proses identifikasi spesies dengan menggunakan kunci- kunci identifikasi

yang terdapat pada buku Bock (1976) yang berjudul “Drosophilidea of

Australia, I. Drosophila (Insecta : Diptera)”. Pengidentifikasian spesies ini

dilakukan agar Drosophila dari ketiga kota tersebut dapat diketahui

spesiesnya.

Berikut adalah kunci identifikasi untuk Drosophila tangkapan dari

Malang, Mojokerto, dan Gresik

1 Oral bristle kedua panjangnya lebih dari setengah panjang oral

bristle pertama, hampir sering sama panjang dengan oral bristle

pertama ....................................................................................... 3

3(1) Garis-garis apikal pada tergit anterior abdomnen bersambungan, pipi

biasanya sempit, femoral comb tidak pernah terlihat (subgenus

Sophophora)................................................................................ 13

13(3) Bristel dan arista hitam ............................................................. 14

14(13) Jantan memiliki sex-comb yang jelas yang tersusun longitudinal,

transversal atau miring atau bristle hitam kuat pada tarsus kaki

depan........................................................................................... 20

20(14) Sex-comb tersusun dalam deret transversal atau miring............. 21

Page 24: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

24

21(20) Sex –comb jantaan tersusun dalam deretan bristle yang transversal

pada dua segmen tarsal pertama ............................................. 23

23(21) Abdomen jantan pucat, dengan tergit memiliki garis apikal yang

gelap... ................................................................................ 24

24(23) Sex-comb tersusun dari 5 deret bristle pada metatarsus dan 3-4 pada

deret segmen tarsal ke dua....................................................................

ananassae

B. Data hasil pengamatan ada tidaknya larva

Pada penelitian ini, jika sudah diperoleh data maka pemasukan data

pada tabel berdasarkan pada tabel berikut dengan rincian data pada lampiran.

Tabel 2. tabel tabulasi data pengamatan ada/tidaknya larva

Tipe Persilangan ♂ ♀ Ulangan

1 2

1 5MLG 5MJK 3 3

5GRE 3 3

2 5MLG

5MLG 3 3

5GRE 4 3

3 5MLG 5MLG 3 2

5MJK 3 4

4 5 GRE 5MLG 2 5

5MJK 2 5

5 5 GRE 5GRE 3 3

5MLG 3 3

6 5 GRE 5GRE 4 3

5MJK 3 4

7 5MJK 5MLG 4 4

5GRE 2 4

8 5MJK 5MJK 2 2

5 GRE 2 3

9 5MJK 5MJK 3 3

5MLG 3 3

Ket : GRE = Gresik ; MLG = Malang ; MJK = Mojokerto

Page 25: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

25

C. Analisa data

Dari data diatas maka selanjutnya menghitung persentase perkawinan

heterogami dan homogami pada beberapa jenis persilangan yang memuat

kedua macam perkawinan tersebut. Jenis persilangan yang dihitung antara

lain :

1. ♂5MLG >< ♀5MLG >< ♀5GRE

2. ♂5MLG >< ♀5MLG >< ♀5MJK

3. ♂5GRE >< ♀5GRE >< ♀5MJK

4. ♂5GRE >< ♀5GRE >< ♀5MLG

5. ♂5MJK >< ♀5MJK >< ♀5GRE

6. ♂5MJK >< ♀5MJK >< ♀5MLG

Perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut :

% Perkawinan Homogami =∑./0123452567879284

∑:7;2<=/01234525 X 100%

%Perkawinan Heterogami =∑./01234525>/;/079284

∑:7;2<=/01234525 X 100%

Ulangan 1

1. ♂5MLG >< ♀5MLG >< ♀5GRE

% Perkawinan Homogami =?

@ X 100% = 60%

%Perkawinan Heterogami =A

@ X 100% = 80%

2. ♂5MLG >< ♀5MLG >< ♀5MJK

% Perkawinan Homogami =?

@ X 100% = 60%

%Perkawinan Heterogami =?

@ X 100% = 60%

3. ♂5GRE >< ♀5GRE >< ♀5MJK

% Perkawinan Homogami =A

@ X 100% = 80%

%Perkawinan Heterogami =?

@ X 100% = 60%

4. ♂5GRE >< ♀5GRE >< ♀5MLG

Page 26: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

26

% Perkawinan Homogami =?

@ X 100% = 60%

%Perkawinan Heterogami =?

@ X 100% = 60%

5. ♂5MJK >< ♀5MJK >< ♀5GRE

% Perkawinan Homogami =B

@ X 100% = 40%

%Perkawinan Heterogami =B

@ X 100% = 40%

6. ♂5MJK >< ♀5MJK >< ♀5MLG

% Perkawinan Homogami =?

@ X 100% = 60%

%Perkawinan Heterogami =?

@ X 100% = 60%

Ulangan 2

1. ♂5MLG >< ♀5MLG >< ♀5GRE

% Perkawinan Homogami =?

@ X 100% = 60%

%Perkawinan Heterogami =?

@ X 100% = 60%

2. ♂5MLG >< ♀5MLG >< ♀5MJK

% Perkawinan Homogami =B

@ X 100% = 40%

%Perkawinan Heterogami =A

@ X 100% = 80%

3. ♂5GRE >< ♀5GRE >< ♀5MJK

% Perkawinan Homogami =?

@ X 100% = 60%

%Perkawinan Heterogami =A

@ X 100% = 80%

4. ♂5GRE >< ♀5GRE >< ♀5MLG

% Perkawinan Homogami =?

@ X 100% = 60%

%Perkawinan Heterogami =?

@ X 100% = 60%

5. ♂5MJK >< ♀5MJK >< ♀5GRE

Page 27: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

27

% Perkawinan Homogami =B

@ X 100% = 40%

%Perkawinan Heterogami =?

@ X 100% = 60%

6. ♂5MJK >< ♀5MJK >< ♀5MLG

% Perkawinan Homogami =?

@ X 100% = 60%

%Perkawinan Heterogami =?

@ X 100% = 60%

Dari hasil perhitungan presentasi perkawian homogami dan heterogami

diatas, maka dapat diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3 Persentase Perkawinan Homogami dan Heterogami

Tipe Persilangan ♂ ♀

Persentase pada

Ulangan (%)

1 2

2 5MLG 5MLG 60 60

5GRE 80 60

3 5MLG 5MLG 60 40

5MJK 60 80

5 5GRE 5GRE 80 60

5MJK 60 80

6 5GRE 5GRE 60 60

5MLG 60 60

8 5MJK 5MJK 40 40

5GRE 40 60

9 5MJK 5MJK 60 60

5MLG 60 60

Dari hasil perhitungan tersebut antara perkawinan homogami dan

heterogami selanjutnya dimasukkan ke rumus indeks isolasi dengan rumus

sebagai berikut:

����������� =%����������ℎ����� − %����������ℎ��������

%����������ℎ����� + %����������ℎ��������

Page 28: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

28

Tabel 4. Indeks Isolasi pada Persilangan D. annanasse lokal Malang,

Mojokerto, dan Gresik

Tipe Persilangan

Indeks Isolasi pada

Ulangan ∑

1 2

♂5MLG >< ♀5MLG >< ♀5GRE -0,14 0 -0,14

♂5MLG >< ♀5MLG >< ♀5MJK 0 -0,33 -0,33

♂5GRE >< ♀5GRE >< ♀5MJK 0,14 -0,14 0

♂5GRE >< ♀5GRE >< ♀5MLG 0 0 0

♂5MJK >< ♀5MJK >< ♀5GRE 0 -0,2 -0,2

♂5MJK >< ♀5MJK >< ♀5MLG 0 0 0

∑ 0 -0,68 -0,68

Dari tabel diatas maka dapat dihitung dengan menggunakan uji statistik anava

tunggal RAK sebagai berikut :

FK =(DE,GH)J

KB= 0,0385

JK total = -0,142+ 0

2+0

2+ (-0,33

2)+ ….+0

2+ (-0

2)- FK

= 0,169166667

JKPerlakuan =−0,14B + (−0,33B) +…+ 0B

2− Fk

= 0,045716667

JK ulangan = EJWDE,GHJ

G− XY =0,038533333

JK galat = JK total - JK perlakuan - JK ulangan

= 0,169166667 - 0,045716667 - 0,038533333

= 0,084916667

Page 29: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

29

Tabel 5 Anava Tunggal RAK

SK db JK KT Fhit F(0,05) F(0,01)

PERLAKUAN 5 0,045716667 0,009143333 0,538371 5,05 10,97

ULANGAN 1 0,038533333 0,038533333

GALAT 5 0,084916667 0,016983333

TOTAL 11 0,169166667

Berdasarkan tabel anava diatas dinyatakan bahwa Fhit< F(0,05) yaitu 0,53<

5,05 yang artinya Ha ditolak sedangkan Ho diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak ada kecenderungan perkawinan antara D. annanasse

lokal Malang, Mojokerto, dan Gresik.

Page 30: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

30

BAB VI

PEMBAHASAN

Kecenderungan kawin antara D. annanasse tangkapan lokal Malang,

Mojokerto, dan Gresik berdasarkan perhitungan indeks isolasi

Dari data penelitian didapatkan bahwa nilai indeks isolasi persilangan

antara D. annanasse tangkapan lokal Malang, Mojokerto, dan Gresik yaitu

persilangan antara ♂5MLG >< ♀5MLG >< ♀5GRE menghasilkan indeks isolasi

sebesar -0,14 ; ♂5MLG >< ♀5MLG >< ♀5MJK menghasilkan indeks isolasi

sebesar -0,33 ; ♂5GRE >< ♀5GRE >< ♀5MJK menghasilkan indeks isolasi

sebesar 0 ; ♂5GRE >< ♀5GRE >< ♀5MLG menghasilkan indeks isolasi sebesar

0 ; ♂5MJK >< ♀5MJK >< ♀5GRE menghasilkan indeks isolasi sebesar - 0,2

dan ♂5MJK >< ♀5MJK >< ♀5MLG menghasilkan indeks isolasi sebesar 0,

sehingga nilai indeks isolasi persilangan antara D. annanasse tangkapan lokal

Malang, Mojokerto, dan Gresik berkisar antara -0,68 – 0.

Menurut Bock (1978) dalam Munawaroh (1996), Nilai indeks isolasi

berkisar antara -1 sampai +1. Bila nilai indeks isolasi negatif maka artinya ada

kecenderungan pemilihan jantan terhadap betina heterogami. Jika nilai indeks

isolasinya 0, maka artinya diantara strain tidak terjadi isolasi. Sedangkan jika nilai

indeks isolasi positif berarti terdapat kecenderungan pemilihan individu jantan

terhadap betina homogami. Berdasarkan modus dari data indeks isolasi, maka

peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada isolasi antara D. annanasse tangkapan

lokal Malang, Mojokerto, dan Gresik. Hal ini juga sesuai saat dilakukannya uji

anava tunggal RAK dimana Fhitung < F tabel sehingga tidak ada kecenderungan

kawin antara D. annanasse tangkapan lokal Malang, Mojokerto, dan Gresik.

Penetuan indeks isolasi ini dilakukan dengan metode male-choice. Dalam

metode male-choice sejumlah individu jantan dari satu starin dikawinkan dengan

beberapa individu yang berbeda. Kemudian masing-masing individu betina

tersebut dipisahkan untuk mengetahui apakah individu betina tersebut telah

Page 31: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

31

dikawini. Proses ini dilakukan berulang-ulang hingga terkumpul data yang

mencukupi untuk dilakukan perhitungan statistik.

Menurut Grant (1997) dalam Basuki (1997) isolasi dapat dibedakan dalam

beberapa macam:

1. Isolasi Geografi atau spasial yang merupakan karakteristik dari populasi

lokal, ras lokal, dan ras geografi.

2. Isolasi ekologi : populasi berbeda secara genetik dalam kebutuhan dan pilihan

ekologinya. Kemampuan populasi tersebut untuk hidup pada daerah yang

sama ditentukan oleh keberadaan habitat yang sesuai dan oleh kuatnya

kompetisi antar spesies.

3. Isolasi reproduksi yang terbagi atas rintangan eksternal dan rintangan

internal.

Dalam persilangan ini berarti tidak ada isolasi geografis, ekologi, dan

reproduksi. Tidak adanya kecenderungan kawin antara D. annanasse tangkapan

lokal Malang, Mojokerto, dan Gresik dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama yaitu kondisi geografis antara Malang, Mojokerto, dan Gresik. Seperti

telah diketahui bahwa area penangkapan D. annanasse tidak terhalangi oleh batas

geografis seperti gunung, laut, ataupun sungai. Sehingga hal ini memungkinkan

penyebaran D. annanasse dari Malang ke Mojokerto dan ke Gresik ataupun

sebaliknya. Meskipun terdapat gunung didaerah Mojokerto, namun gunung

tersebut tidak terletak pada daerah tangkapan D. annanasse.

Kecenderungan pemilihan kawin individu jantan yang terjadi pada tingkat

spesies akan melibatkan beberapa hal, misalnya pengenalan terhadap feromon

seks yang muncul atau ada pada rangkaian pendekatan sebelum kawin. Feromon

seks ini berupa tanda kimia yang dikeluarkan oleh individu yang mempunyai

pengaruh meningkatkan tingkah laku seksual pada spesies yang berbeda atau

spesies yang masih mempunyai hubungan jauh dari jenis seks yang berbeda.

Borror dkk, 1992 menyatakan bahwa individu-individu jantan hanya merespon

terhadap zat kimiawi yang cocok dari isomer-isomer yang tepat dalam konsentrasi

relatif bagi penarik kelamin dari jenis mereka.

Page 32: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

32

Selain tidak adanya isolasi geografis, dimungkinkan tidak ada pula isolasi

seksual antara D. annanasse tangkapan lokal Malang, Mojokerto, dan Gresik

sehingga tidak ada halangan untuk melakukan perkawinan. Dalam hubungan ini,

persilangan antar jenis hewan dialam biasanya terhalang oleh mekanisme-

mekanisme isolasi reproduksi sebelum kawin. Salah satu mekanisme isolasi

sebelum kawin adalah isolasi seksual. Isolasi seksual ini diantara lain berupa

perbedaan tingkah laku kawin pada individu jantan, perbedaan suara, perbedaan

sinyal-sinyal kimia, ataupun perbedaan pola warna (Ehrman, 1981 dalam

Corebima, 1992). Pada perkawinan ini beberapa isolasi yang dimungkinkan

terjadi yaitu isolasi reproduksi yakni isolasi gametik yang berhubungan dengan

adanya feromon seks. Jika hewan jantan tidak hanya memilih hewan betina

homogami, tetapi juga betina heterogami yang berarti tidak ada isolasi dalam

perkawinan ini. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan dalam hal feromon dan

tingkah laku yang biasa dilakukan dalam proses kawin. Mc. Gath dan Kelly

(1975) dalam Munawaroh (1996) menyebutkan bahwa dilingkungan hewan,

isolasi seksual itu antara lain berupa perbedaan tingkah laku kawin pada individu

jantan, perbedaan bunyi atau suara, perbedaan pola warna. Sehingga dapat

dikatakan bahwa D.annanasse tangkapan lokal Malang, Mojokerto, dan Gresik

memiliki persamaan dalam hal tingkah laku kawin pada individu jantan bunyi

atau suara dan pola warna. Persamaan tingkah laku kawin ini dapat

mengindikasikan bahwa D.annanasse tersebut ada dalam satu strain.

Shorey (1968) dalam Basuki (1996) menyatakan bahwa faktor lingkungan

yang dapat mempengaruhi feromon antara lain adalah kecepatan angin, kebasahan

relatif, intensitas cahaya, dan temperatur. Karena penelitian ini di lakukan di

Malang dengan suhu ± 24 ºC maka kecepatan angin menjadi lebih tinggi sehingga

mempengaruhi penyebaran feromon yang semakin cepat. Hal ini menyebabkan

individu jantan dan betina mudah saling tertarik untuk melakukan kawin.

Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa faktor lingkungan seperti

kecepatan angin mempengaruhi terjadinya perkawinan individu jantan terhadap

betina yang heterogami sebab feromon yang dihasilkan individu betina diterima

induk jantan untuk memulai kegiatan percumbuan, sedangkan feromon individu

jantan mendorong individu betina untuk menerima kehadirannya.

Page 33: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

33

Daerah Malang, Mojokerto dan Gresik memang memiliki suhu daerah yang

berbeda yang didasarkan pada ketinggiannya dari laut. Namun demikian, hal ini

tidak menyebabkan adanya isolasi pada D.annanasse. Hal ini pun didukung oleh

Ana (1996) yang juga menggunakan strain-strain D. Melanogaster dan oleh

Munawaroh (1996) yang menggunakan D. Melanogaster dari berbagai ketinggian

tempat. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh kedua peneliti

atas strain-strain D. Melanogaster tersebut, menunjukkan tidak adanya

kecenderungan perkawinan diantara strain-strain D. Melanogaster; populasi-

populasi D. Ananassae dari berbagai ketinggian tempat juga menunjukkan tidak

adanya perbedaan kecenderungan perkawinan. Hal ini berarti, bahwa di antara

mereka tidak ada perbedaan spesies.

Page 34: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

34

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tidak ada kecenderungan kawin antara D. annanasse tangkapan lokal

Malang, Mojokerto, dan Gresik berdasarkan indeks isolasi

B. Saran

1. Dalam proses penelitian, hendaknya melakukan peremajaan yang banyak

sebagai stok agar semua persilangan dapat dilakukan dengan cepat.

2. Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam pengamatan fenotip dan

pemurnian untuk mendapatkan pemurnian yang baik.

3. Dibutuhkan ketelitian yang cukup dalam penghitungan indeks isolasi

ataupun analisis statistik agar penghitungan dapat menjadi lebih akurat.

4. Diharap berhati-hati dalam penandaan betina D. annanasse untuk

menghindari banyak resiko terutama kematian individu betina tersebut.

5. Sebaiknya menggunakan zat warna yang permanen saat menandai betina

D. annanasse

6. Dalam pengamatan jantan betina diperlukan kesabaran dan ketelitian agar

tidak terjadi kesalahan dalam penentuannya.

Page 35: Revisi Laporan Indeks Isolasi Bonny Desy

35

DAFTAR PUSTAKA

Ayala, F.J. dkk. 1984. Modern Genetic. The Benyamin/Cummings Publishing

Company, Inc. Menlo Park California

B. N. Singh and Sujata Chatterjee. 1985. A Study Of Sexual Isolation Among

Natural Populations Of Drosophila ananassae. Brazil : Rev. Brazil

Genetics Journal VIII 3 457-458.

Basuki, Supriyana. 1997. Indeks Isolasi D. annanasse Lokal Pare dan Drosophi;a

annanasse Pulau Madura. Malang: FMIPA-IKIP Malang (Skripsi tidak

diterbitkan).

Bock, Ian R. 1976. Drosophilidae of Australia I. Drosophila (Insecta: Diptera).

Melbourne: CSIRO

Borror, Donals J, dkk. 1991. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta:

Gadjah Mada University press.

Cothron. 1993. Student and Research. America : Hunt Publishing Company.

Herskowits. Irwin. J. 1965. Genetic (2nd ). Little Brown and Company Inc.

Kimbal, John W. 1992. Biologi edisi kelima. Jakarta : Erlangga.

Markow, Therese A. And Patrick M. O’Grady. 2006. Drosophila. Chennai:

Charon Tec Pvt. L.td.

Munawaroh. 1996. Indeks Isolasi Pada D. annanasse Lokal dari Berbagai

Ketinggian Tempat. Malang: FMIPA-IKIP Malang.

Warsini. 1996. Identifikasi Jenis-jenis Drosophila di Kawasan Teluk Semut Pulau

Sempu Kabupaten Malang Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Malang

: IKIP Malang.


Top Related