Transcript
Page 1: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

LABORATORIUM KIMIA DASAR

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Disusun oleh:

I Made Wisnu Adhi Putra, S.Si., M.Sc

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS DHYANA PURA-BALI

2012

Page 2: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

TATA TERTIB LABORATORIUM KIMIA DASAR

1. Praktikum Kimia Dasar dilaksanakan di laboratorium Kimia Dasar, Fakultas

Ilmu Kesehatan, Sains dan Teknologi, Universitas Dhyana Pura, Bali.

2. Waktu praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal praktikum yang telah

ditentukan.

3. Praktikan harus berada di tempat praktikum selambat-lambatnya 5 menit sebelum

praktikum dimulai.

4. Praktikan yang datang terlambat lebih dari 15 menit dari waktu yang telah

ditentukan, tidak diperkenankan melakukan percobaan.

5. Semua praktikan diwajibakan memakai jas laboratorium, masker, dan sarung

tangan untuk menjaga kerusakan akibat zat-zat kimia.

6. Semua kelompok wajib membawa perlengkapan kebersihan seperti tissue dan

lap.

7. Sebelum dan sesudah praktikum, semua praktikan harus mengecek dan

mengembalikan alat-alat inventarisnya.

8. Alat-alat yang hilang atau pecah harus diganti dengan alat-alat yang sama atau

diganti dengan uang yang besarnya ditentukan oleh laboratorium.

9. Botol-botol pereaksi harus ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan dan

pengambilan pereaksi harus dilakukan dengan pipet yang khusus untuk tiap

pereaksi.

10. Botol-botol pereaksi yang kosong harus cepat diberitahukan kepada asisten atau

laboran untuk diisi kembali.

11. Tidak diperkenankan membuang sampah atau kertas saring pada bak pencuci,

buanglah sampah tersebut pada tempat yang telah disediakan.

12. Jika ada zat-zat kimia yang tumpah, harus cepat dibersihkan dengan air, karena

zat-zat tersebut dapat merusak meja praktikum jika tidak segera dibersihkan. Jika

terjadi kecelakaan cepat diberitahukan kepada asisten yang bertugas.

Page 3: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

13. Sebelum praktikum, praktikan wajib mengumpulkan skema kerja dari praktikum

yang akan dilakukan pada saat itu dan ditandatangani oleh asisten/dosen

pengampu.

14. Selama praktikum, semua praktikan tidak diperbolehkan merokok dalam ruangan

laboratorium dan tidak diperkenankan memakai sandal.

15. Berbicaralah seperlunya selama praktikum dan tidak diperkenankan mengganggu

ketenangan pekerjaan orang lain.

16. Setiap praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium dan mengembalikan alat

dan bahan yang telah digunakan ke tempat semula dalam kondisi yang

seharusnya.

17. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum selama 3 (tiga) kali tanpa alasan yang

dibenarkan tidak boleh mengikuti praktikum selanjutnya dan dianggap

mengundurkan diri dari praktikum.

18. Praktikan wajib menyerahkan laporan resmi praktikum sebelumnya apabila akan

mengikuti praktikum berikutnya. Pelanggaran terhadap ketentuan ini

mengakibatkan praktikan tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan praktikum

pada jadual tersebut.

19. Hal-hal yang belum ditentukan dalam tata tertib ini akan diputuskan kemudian.

Page 4: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

PERINGATAN KESELAMATAN DI LABORATORIUM

Sebagian besar zat di labolatorium kimia mudah terbakar dan beracun. Ikuti

petunjuk berikut untuk menjaga keselamatan:

a. Perlakukan semua zat sebagai racun. Jika zat kimia mengenai kulit, cuci segera

dengan air yang banyak. Gunakan sabun dan air menghilangkan zat padat

berbau atau cairan kental. Jangan pernah mencicipi zat kimia kecuali ada

petunjuk khusus. Jika harus membaui zat kimia lakukan dengan mengibas gas

dan menempatkan wadahnya 15 sampai 25 cm dari hidung dan hisap sesedikit

mungkin. Jika ada zat yang tertumpah, segera bersihkan, hal ini termasuk

untuk tumpahan terhadap permukaan meja, lantai, alat pemanas, timbangan,

dll.

b. Zat yang bertitik didih rendah yang mudah terbakar harus didestilasi atau

dievaporasi dengan menggunakan heating mantle atau dalam penangas oil,

jangan dipanaskan. Jangan dipanaskan dengan pembakar bunsen. Senyawa

seperti: metanol, etanol, benzen, petroleum eter, aseton, dll.

c. Pelarut yang mudah terbakar disimpan dalam botol bermulut kecil dan

disimpan agak jauh dengan tempat anda bekerja d Jangan mengembalikan zat

yang sudah dikeluarkan ke dalam botol asalnya. Hitung dengan seksama

keperluan anda terhadap suatu zat dan ambil sesuai dengan keperluan. Bawa

tempat zat yang akan ditimbang ke dekat neraca, dan tutup kembali segera

setelah penimbangan.

d. Gunakan zat sesuai dengan keperluan praktikum, hal ini untuk mengurangi

limbah dan mencegah kecelakaan

e. Ketika melarutkan asam kuat dengan air, selalu tambahkan asam ke dalam air

sambil terus diaduk.

f. Jangan membuang pelarut organik ke dalam tempat sampah, karena dapat

menyebabkan kebakaran.

g. Jangan membuang campuran air-pelarut tak larut air (eter, petroleum eter,

benzen, dll) dan campuran yang mengandung senyawa yang tak larut air ke

Page 5: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

dalam bak cuci. Gunakan kaleng atau tempat khusus untuk menampung limbah

ini. Jika masuk ke dalam bak cuci maka harus diguyur dengan air yang banyak.

Page 6: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

PENGGUNAAN BAHAN-BAHAN KIMIA DAN KESELAMATAN KERJA DI

LABORATORIUM KIMIA

Setiap bahan kimia dapat menyebabkan pengaruh yang berbeda-beda,

sehingga pada saat kita praktikum dan menggunakan bahan kimia perlu

memperhatikan keselamatan kerja. Penggunaan bahan-bahan kimia harus

memperhatikan sifat, wujud, dan tingkat kemurniannya. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan bahan-bahan kimia berkaitan dengan keselamatan

kerja di laboratorium kimia adalah:

1. Selalu memakai baju / jas praktikum.

2. Menggunakan pelindung yang lain seperti sarung tangan dan masker.

3. Perhatikan etiket pada label bahan kimia terutama petunjuk penggunaan dan sifat

bahan kimia yang digunakan.

4. Selama sedang menggunakan bahan kimia (mengambil, menimbang, memipet, dll)

tidak boleh bercanda dengan teman.

5. Apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat penggunaan bahan kimia seperti

tertelan, maka dapat diambil tindakan sebagai berikut:

- Keluarkan bahan kimia yang tertelan dengan cara dimuntahkan.

- Berkumur dengan air yang bersih sampai tidak terasa bahan kimia yang

tertelan tersebut.

- Minum penawar seperti air kelapa atau antidote (campuran roti gosong, susu

dan teh).

- Segera bawa ke rumah sakit terdekat.

6. Apabila menggunakan bahan kimia cair dengan konsentrasi tinggi (pekat) dan

mengenai permukaan kulit, maka dapat diambil tindakan sebagai berikut:

- Cucilah bagian permukaan kulit yang terkena bahan kimia dengan air

mengalir.

- Bila timbul luka bakar seperti melepuh, gunakan obat luka bakar.

- Segera bawa ke rumah sakit terdekat.

7. Apabila menghirup bahan kimia gas, maka dapat diambil tindakan sebagai berikut:

Page 7: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

- Segera keluar ruangan dan cari udara segar.

- Bila pingsan, segera longgarkan pakaian penderita dan berikan bau-bauan yang

merangsang, bila perlu beri pernapasan buatan.

Segera bawa ke rumah sakit terdekat.

Page 8: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTIKUM

I. Sampul

Judul dan Identitas (format sudah tersedia)

II. Isi Laporan

1. Tujuan

Tuliskan tujuan praktikum sesuai dengan percobaan yang dilakukan

2. Dasar Teori

Dasar Teori menguraikan teori, temuan, dan bahan referensi lain yang diperoleh

dari acuan, yang dijadikan landasan untuk melakukan suatu praktikum. Dasar

Teori dibawa untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan digunakan dalam

praktikum yang mengacu pada Daftar Pustaka. Sumber pustaka yang digunakan

diiusahakan pustaka terbaru, relevan dan asli dari buku, artikel, atau jurnal

ilmiah.

3. Alat dan Bahan

Tuliskan semua alat dan bahan yang digunakan,(untuk alat, jika ada tuliskan

spesifikasi merek dan ukurannya; untuk bahan, tuliskan semua bahan yang

digunakan beserta spesifikasinya, jika larutan sebutkan konsentrasinya.

4. Prosedur Kerja/Cara Kerja

Buat dalam bentuk diagram alir (flowchart) sedemikian hingga prosedur kerja

tidak berupa kalimat. Jika menggunakan kata kerja, gunakan bentuk kata kerja

pasif. Flowchart dibuat dengan bagan-bagan yang mempunyai arus yang

menggambarkan langkah atau prosedur dalam percobaan yang dibuat secara

sederhana, terurai, rapi dan jelas dengan menggunakan simbol-simbol standar.

5. Data Pengamatan

Tuliskan semua data setiap langkah yang dilakukan sesuai dengan hasil

percobaan. Data pengamatan dapat dibuat dalam bentuk tabel atau kalimat yang

sederhana. Data pengamatan dituliskan sesuai dengan urutan prosedur kerja yang

Page 9: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

telah dilakukan yang merupakan jawaban sementara dari tujuan percobaan.

Penulisan data pengamatan yang baik akan memudahkan dalam penyusunan

analisis data, pembahasan dan kesimpulan.

6. Hasil dan Pembahasan

Menguraikan semua langkah yang telah dilakukan (bukan berisi cara kerja), hasil

dan data yang telah dicapai, dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.

Pembahasan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah. Kalimat ditulis

mengikuti kaidah penulisan kalimat yang baik, yang terdiri dari subyek, predikat,

obyek, dan keterangan. Pembahasan minimal menguraikan jawaban pada

pertanyaan pada buku panduan. Gunakan berbagai sumber referensi sebagai

pembanding.

7. Kesimpulan

Kesimpulan berisi jawaban sesuai dengan tujuan percobaan yang ditulis dalam

kalimat yang sederhana.

8. Daftar Pustaka

Tuliskan semua referensi yang digunakan sesuai dengan ketentuan penulisan

pustaka

Page 10: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

PERCOBAAN 1

PENGENALAN ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

I. Tujuan:

1. Mahasiswa mengenal dan dapat menggunakan alat-alat laboratorium kimia.

2. Mahasiswa mengetahui bahan-bahan kimia di laboratorium kimia.

II. Cara kerja:

1. Mahasiswa dikenalkan macam-macam alat yang terdapat di laboratorium kimia

dasar

2. Mahasiswa dijelaskan tentang penggunaan masing-masing alat laboratorium.

3. Alat-alat laboratorium kimia yang dikenalkan dan dijelaskan adalah:

Alat pengukur massa

Alat pengukur massa yang digunakan meliputi neraca digital yang berfungsi

untuk menimbang sampel secara kualitatif (ketelitian sampai 0,1 g) dan neraca

analitik untuk menimbang secara kuantitatif (ketelitian sampai 0,0001 g). Hal-hal

yang harus diperhatikan dalam menggunakan timbangan adalah:

Duduk tepat menghadap timbangan untuk menghindarkan kesalahan pembacaan.

Periksa terlebih dahulu timbangan apakah bekerja dengan baik atau tidak.

Cek kedudukan timbangan (harus datar air) dan sikap nol yang ditunjukkan

alat penunjuknya. Atur timbangan bila tidak menunjukkan keadaan yang

semestinya.

Hindari menimbang bahan yang panas (bila mungkin).

Jangan menimbang sampel atau bahan kimia langsung di atas pan penimbang,

tapi gunakan wadah yang bersih dan sesuai seperti gelas arloji, botol timbang,

krus, gelas piala kecil, cawan kecil, kertas.

Selama menimbang, gunakan alat-alat yang sesuai digunakan untuk mengambil

wadah untuk menimbang sampel, anak timbangan dan lain-lain. Jangan

menggunakan tangan secara langsung untuk mengambil wadah atau sampel.

Page 11: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

Misalnya penjepit dan pinset untuk mengambil wadah, sendok tanduk,

spatula atau pipet untuk mengambil bahan kimia.

Setiap menambah atau mengurangi beban dari pan penimbang, timbangan

harus dalam keadaan tidak bergerak atau bergoyang.

Jangan menimbang melebihi kapasitas timbangan.

Bila selesai menimbang, bersihkan alat timbangan.

Alat pengukur volume

Pada alat pengukur volume terdapat tanda berupa garis melingkar yang

menunjukkan batas tinggi cairan pada volume-volume tertentu. Sebagai batas

pembacaan adalah bagian bawah permukaan lengkung cairan (meniscus) yang

dapat terlihat jelas bila dilihat tepat segaris di mukanya (parallax). Pembacaan

yang dilakukan di atas atau di bawah meniscus adalah salah. Berikut ini adalah

alat-alat pengukur volume:

a. Gelas ukur dalam berbagai ukuran volume, digunakan untuk

pengukuran volume secara kasar.

b. Gelas piala atau beaker glass dalam berbagai ukuran volume,

digunakan sebagai wadah larutan dan tidak digunakan sebagai alat pengukur

volume.

c. Labu ukur/labu takar/labu volume, dalam berbagai ukuran volume,

digunakan untuk menampung cairan pada volume tertentu, pembuatan larutan

dengan konsentrasi tertentu atau untuk pengenceran larutan.

d. Pipet ukur/pipet volumetrik, dalam berbagai ukuran volume, digunakan

untuk mengambil cairan dengan volume tertentu untuk dipindahkan dari

satu wadah ke wadah yang lain. Bila menggunakan pipet 10 ml, maka

volume cairan yang keluar dari pipet tersebut juga 10 ml. Pemipetan

dilakukan dengan cara menyedot cairan ke dalam pipet yang dapat

dilakukan dengan mulut, aspirator atau bola karet.

e. Pipet gondok/volume, yaitu pipet yang di bagian tengah membesar

(seperti gondok), tersedia dalam ukuran volume tertentu (5, 10, 25 ml) dan

Page 12: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu secara tepat.

f. Mikropipet, digunakan untuk mengambil larutan dalam satuan

mikroliter.

g. Pipet tetes (drop pipet), digunakan untuk mengambil beberapa tetes larutan

dan tidak mempunyai ukuran volume.

Berikut ini adalah cara pemipetan yang benar:

Pipet harus bersih dan kering. Perhatikan ujung pipet masih baik atau tidak,

ujung pipet yang sudah retak, patah atau pecah sebaiknya tidak dipakai.

Bila pipet tersebut basah, bilaslah lebih dahulu dengan aquades 3 kali dan

keringkan dengan lap bersih atau kertas tissue.

Sebelum melakukan pemipetan, bilas bagian dalam pipet dengan larutan yang

akan dipindahkan minimal 2 kali kemudian baru digunakan untuk memipet.

Sedotlah cairan sampai tinggi cairan melewati tanda dan tutup pangkal pipet

dengan jari telunjuk, kemudian atur tinggi cairan sampai tanda dengan cara

mengendorkan jari telunjuk pada ujung atas pipet. Hindari penutupan pangkal

pipet dengan ibu jari karena akan lebih sulit dalam mengatur tinggi cairan.

Pertahankan tinggi cairan tersebut dan keringkan bagian luar pipet dengan lap

bersih.

Tempelkan ujung pipet pada dinding wadah penampung dan biarkan cairan

mengalir ke dalam wadah penampung dengan cara melepaskan jaru telunjuk dari

ujung atas pipet. Biarkan sisa cairan yang tertinggal pada ujung pipet sampai

menetes pada wadah dengan sendirinya. Jangan meniup untuk

mengeluarkan sisa cairan yang ada pada ujung pipet tersebut.

Setiap selesai menggunakan pipet, bilaslah pipet dengan aquades.

Bila memipet cairan-cairan yang berbahaya, beracun, atau korosif, jangan

sekali-kali menyedotnya dengan mulut, tapi gunakan alat-alat penyedot

seperti aspirator, bola karet atau labu pengaman.

Page 13: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

Alat titrasi

Alat-alat titrasi yang dipakai meliputi:

a. Erlenmeyer, dalam berbagai ukuran volume dan digunakan sebagai tempat

larutan yang akan dititrasi.

b. Buret, digunakan sebagai tempat larutan penitrasi.

c. Statif, digunakan untuk memegang buret.

d. Corong, digunakan untuk menuang larutan penitrasi ke dalam buret.

Alat-alat lain

a. pH meter, digunakan untuk mengukur pH larutan.

b. Waterbath/penangas air, digunakan untuk pemanasan dengan air

pada suhu konstan.

c. Alat pemanas, misalnya pembakar dengan api bunsen dan pembakar

spiritus, digunakan untuk pemanasan larutan/sampel.

d. Thermometer digunakan untuk mengukur suhu larutan/sampel waktu

pemanasan.

e. Pengaduk, untuk mempercepat proses pencampuran.

f. Spatula, untuk mengambil bahan-bahan kimia (padatan) yang akan ditimbang.

g. Cawan petri, digunakan sebagai tempat bahan-bahan kimia/sampel yang akan

ditimbang.

h. Cawan porselin, digunakan sebagai tempat bahan-bahan kimia/sampel yang

akan ditimbang.

i. Tabung reaksi digunakan sebagai tempat untuk melakukan reaksi kimia

tertentu.

j. Penjepit, digunakan untuk mengambil alat-alat yang berada dalam keadaan

panas.

k. Mortar dan penggerus porselin, digunkan untuk menghancurkan sampel

padatan.

l. Kertas saring, digunakan untuk menyaring padatan dari fasa cairnya

m. Kertas pH, untuk mengukur tingkat keasaman suatu larutan

Page 14: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

n. Oven, untuk memanaskan sampel/menghilangkan kadar air sampel

o. Desikator, sebagai tempat penyimpanan sampel sehingga terhindar dari kontak

udara luar.

Pengetahuan Bahan Kimia

Bahan-bahan kimia menurut wujudnya dibedakan menjadi 3, yaitu padat, cair

dan gas. Bahan kimia padat dapat berupa serbuk (powder), kristal, dan seperti pil

(pellet), misalnya Na-bisulfit (berupa serbuk), silica gel (berupa kristal), NaOH

(berupa pellet). Bahan kimia cair dapat berupa cairan encer, semi kental dan kental

(viscous). Tingkat kekentalan bahan kimia biasanya berhubungan dengan tingkat

kemurniannya. Contoh bahan kimia cair adalah H2SO4, HCl, asam cuka, heksana,

eter, dll. Bahan kimia gas dapat berupa gas yang berwarna atau tidak berwarna.

Keberadaan bahan kimia gas dapat diketahui dari bau atau mudah tidaknya timbul

nyala api. Contoh bahan kimia gas adalah gas O2, N2, CO2, dll.

Bahan kimia menurut tingkat kemurniannya dibedakan menjadi 2, yaitu bahan

kimia pro-analysis (p.a) dan teknis. Bahan kimia p.a adalah bahan kimia yang

mempunyai tingkat kemurnian di atas 95 %, sedangkan bahan kimia teknis adalah

bahan kimia dengan tingkat kemurnian di bawah 95 % (antara 70 % sampai 95 %).

Tingkat kemurnian bahan kimia berhubungan dengan tujuan penggunaan dan biaya

yang dikeluarkan. Untuk tujuan penelitian (terutama pada jenjang S1, S2 atau S3)

menggunakan bahan kimia p.a., sedangkan untuk tujuan praktikum atau latihan

penelitian dibolehkan menggunakan bahan kimia teknis. Harga bahan kimia p.a.

mencapai dua sampai 10 kali lipat bahkan lebih dari harga bahan kimia teknis.

Page 15: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

PERCOBAAN 2

REAKSI-REAKSI KIMIA DAN STOIKIOMETRI

I. Tujuan

1. Untuk memahami berbagai reaksi kimia berdasarkan perubahan yang terjadi.

2. Untuk mengetahui karakteristik tiap tipe reaksi kimia.

3. Untuk menentukan stoikiometri reaksi kimia berdasarkan sifat fisik yang

teramati pada reaksi kimia.

II. Dasar Teori

Reaksi Kimia: dimana satu atau atau lebih zat berubah menjadi zat-zat baru

yang sifat-sifatnya berbeda dibandingkan dengan zat-zat penyusunnya sebelumnya.

Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu reaksi

asam-basa dan reaksi redoks. Secara garis besar, terdapat perbedaan yang mendasar

antara kedua jenis reaksi tersebut, yaitu pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan

oksidasi (biloks), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada perubahan biloks.

Kedua kelompok reaksi kimia ini dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe reaksi:

Sintesis, Dekomposisi, Penggantian Tunggal, dan Penggantian Ganda.

a. Reaksi Sintesis: reaksi dimana dua atau lebih zat membentuk suatu zat tunggal

dalam suatu reaksi kimia (reaksi kombinasi, reaksi komposisi).

Unsur + Unsur Senyawa,

Misal: Fe(s) + S(s) FeS(s)

Senyawa + Senyawa Senyawa yang lebih kompleks

Misal: SO2(g) + H2O(g) H2SO3(g)

b. Reaksi Dekomposisi: reaksi yang menghasilkan dua atau lebih zat yang terbentuk

dari suatu zat tunggal.

Senyawa dua atau lebih zat yang lebih sederhana

Misal: 2H2O(l) 2H2(g) + O2(g)

c. Reaksi Penggantian Tunggal (Single Replacement): reaksi dimana suatu unsur

menggantikan unsur lainnya.

Page 16: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

d. Misal: 2Na(s) + 2H2O(l) 2NaOH(aq) + H2(g)

e. Reaksi Penggantian Ganda (Double Replacement): reaksi dimana ion-ion positif

dari dua senyawa saling dipertukarkan.

Misal: Mg(OH)2(aq) + H2SO4(aq) 2H2O(l) + MgSO4(s)

Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya

dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan

dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun

molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap)

diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari

grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal

atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan

pereaksi-pereaksi dalam senyawa. Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung

jumlah pereaksinya. Jika mol yang bereaksi diubah dengan volume tetap, stoikiometri

dapat ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal, yakni dengan mengalurkan

kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran.

III. Cara Kerja

Percobaan 1. Reaksi-reaksi kimia

Bagian I

1. Pertama-tama 5 mL larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) ditempatkan dalam tabung

reaksi bersih, lalu ditambahkan sepotong logam magnesium (Mg) ke dalamnya.

Hasil reaksi segera setelah penambahan Mg serta hasil reaksi setelah 5 menit

setelahnya diamati dengan seksama.

2. Sebanyak 5 mL larutan asam hidroklorida (HCl) ditempatkan dalam tabung reaksi,

lalu ditambahkan sekeping logam seng (Zn) ke dalamnya. Setelah itu, hasil reaksi

segera setelah penambahan Zn serta hasil reaksi 5 menit setelahnya diamati lagi

dengan seksama.

Page 17: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

3. Kedua reaksi di atas dibandingkan dan diklasifikasikan tipe reaksinya, lalu

persamaan reaksi yang terjadi dituliskan pada lembar pengamatan.

Bagian II

1. Larutan barium klorida (BaCl2) sebanyak 3 mL dituangkan ke dalam tabung

reaksi, lalu ditambahkan larutan natrium sulfat (Na2SO4) sebanyak 3 mL,

kemudian diamati.

2. Selanjutnya, 5 mL larutan timbal nitrat 0,1 M (Pb(NO3)2) dituangkan ke dalam

tabung reaksi, lalu ditambahkan larutan kalium iodida 0,1 M (KI) sebanyak 5 mL,

kemudian diamati.

3. Kedua reaksi di atas dibandingkan dan diklasifikasikan tipe reaksinya, lalu

persamaan reaksi yang terjadi dituliskan pada lembar pengamatan.

Bagian III

1. Padatan tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4∙5H2O) sebanyak 1 sendok spatula

dimasukkan bersamaan dengan 1 sendok padatan KI ke dalam tabung Erlenmeyer.

Labu digoyangkan, lalu diamati.

2. Beberapa butir CuSO4.5H2O dilarutkan di dalam sekitar 5 mL air dalam tabung

reaksi. Di tempat terpisah, beberapa butir KI juga dilarutkan dalam 5 mL air dalam

tabung reaksi yang lain. Setelah itu, larutan CuSO4∙5H2O dituangkan ke dalam

tabung reaksi berisi larutan KI, lalu diamati.

3. Kedua prosedur di atas dibandingkan, dibuat kesimpulannya, lalu diklasifikasikan

tipe reaksinya.

Percobaan 2. Stoikiometri

Bagian I: Stoikiometri CuSO 4-NaOH

Larutan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan CuSO4 1 M dan

larutan NaOH 2 M. Larutan NaOH sebanyak 40 mL dimasukan ke dalam gelas kimia

dan dicatat temperaturnya. Kemudian, larutan CuSO4 sebanyak 10 mL ditambahkan

ke dalamnya sambil diaduk. Temperatur larutan CuSO4 harus diatur sama dengan

Page 18: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

temperatur larutan NaOH dalam gelas kimia. Percobaan ini diulangi dengan

menggunakan 20 mL larutan NaOH dan 30 mL larutan CuSO4, 10 mL larutan NaOH

dan 40 mL larutan CuSO4, serta 30 mL larutan NaOH dan 20 mL larutan CuSO4.

Bagian II: Stoikiometri Asam Basa

Larutan NaOH 1 M dimasukkan berturut-turut sebanyak 5, 10, 15, 20, 25, dan

30 mL ke dalam 5 buah gelas kimia. Selain itu, larutan HCl 1 M dimasukkan pula

berturut-turut sebanyak 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 mL ke dalam 5 buah gelas kimia.

Temperatur dari tiap macam larutan diukur, dicetak, kemudian diambil harga rata-

ratanya (TM). Setelah itu kedua macam larutan ini dicampurkan dengan sedemikian

rupa, sehingga volume campuran larutan asam dan basa ini selalu tetap yaitu 30 mL.

Perubahan temperatur yang terjadi selama pencampuran ini diamati dan dicatat

sebagai temperatur akhir (TA). T dihitung dengan rumusan T = TA – TM. Dengan

demikian diperoleh harga T untuk setiap kali pencampuran larutan asam dan basa

selanjutnya. Setelah itu, dibuat grafik antara T (sumbu Y) dan volume asam basa

(sumbu X) sehingga dapat ditentukan stoikiometri reaksi asam basanya dari grafik

tersebut. Percobaan yang sama dilakukan terhadap campuran NaOH 1 M dan H2SO4

1 M, setelah itu diamati perbedaannya dan dibandingkan terhadap percobaan

sebelumnya.

Page 19: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

PERCOBAAN 3

ASIDI-ALKALIMETRI

I. Tujuan

1. Mahasiswa memahami prinsip titrasi.

2. Mahasiswa dapat melakukan titrasi asam basa, titrasi basa asam dan titrasi sampel.

II. Dasar Teori

Prinsip titrasi asam basa adalah reaksi kesetimbangan ion hydrogen antara larutan

penitrasi dan larutan yang dititrasi dengan ditandai perubahan pH dan warna larutan

karena adanya indikator yang digunakan. Pada titrasi digunakan suatu senyawa yang

mengalami perubahan warna pada kondisi pH yang berbeda yang disebut senyawa

indikator. Senyawa indikator biasanya digunakan dalam bentuk larutan. Contoh

senyawa indikator adalah phenolpthaline (pp) yang berwarna pink pada kondisi

basa dan tidak berwarna pada kondisi asam/netral.

Prinsip titrasi digunakan pada berbagai analisis zat gizi, seperti pada

analisis protein (metode Kjieldahl, titrasi formol, dll), analisis lemak (kadar asam

lemak bebas, angka asam, angka penyabunan, TBA, dll), analisis karbohidrat (gula

total, gula reduksi, dll), dan analisis vitamin (vitamin C, dll) Alat yang digunakan pada

saat titrasi antara lain adalah buret (sebagai tempat larutan penitrasi) dan erlenmeyer

(sebagai tempat larutan yang dititrasi). Pada saat titrasi, erlenmeyer dipegang dengan

tangan kanan dan kran pengatur aliran pada buret dipegang dengan tangan kiri. Hal

yang perlu diperhatikan pada saat titrasi adalah terjadinya perubahan warna larutan

harus diamati dengan cermat. Perubahan warna yang terjadi dikatakan stabil bila

setelah digojog dan didiamkan selama 30 detik tidak mengalami perubahan warna lagi.

Warna yang timbul tidak boleh terlalu pekat atau terlalu samar. Oleh karena itu aliran

larutan penitrasi harus diatur dalam bentuk tetesan, jangan berupa aliran.

Buret digunakan untuk mengukur volume cairan yang keluar pada saat titrasi.

Pada buret terdapat kran untuk mengeluarkan atau menghentikan cairan yang keluar

Page 20: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

dan volumenya dapat diketahui pada skala yang tertera. Cara titrasi yang benar adalah

sebagai berikut:

a) Bersihkan buret dari lemak dan debu.

b) Pasang buret pada statif dengan keadaan tegak lurus dan datar air.

c) Periksa kran pada buret. Kran harus mudah diputar dan tidak bocor. Bila kran sulit

diputar atau bocor, lepaslah kran tersebut dan olesi permukaannya dengan

vaselin secukupnya.

d) Bilaslah buret dengan larutan yang akan dipakai untuk titrasi sebanyak 3 kali,

kemudian isilah buret dengan larutan yang sama sampai di atas titik nol.

Biarkan dulu gelembung-gelembung udara keluar atau lapisan larutan yang berada

pada dinding dalam di atas permukaan larutan tersebut tutun terlebih dahulu

sehingga tinggi permukaan larutan sudah tidak berubah lagi.

e) Alirkan laurtan dengan membuka kran dan usahakan kolom pipa di bawah kran

terisi larutan (tidak terdapat gelembung udara).

f) Aturlah tinggi cairan sampai meniskusnya tepat pada angka nol atau angka lain,

dan catatlah angka mula-mula ini.

g) Mulailah titrasi dengan cara tangan kiri memegang kran sambil memutarnya dan

tangan kanan memegang erlenmeyer yang berisi cairan yang akan dititrasi.

Usahakan aliran larutan dari buret berupa tetesan. Selama titrasi, erlenmeyer

tersebut digoyang-goyang dengan gerakan berputar agar larutan yang menetes

dari buret segera bercampur dan bereaksi dengan larutan yang terdapat pada

erlenmeyer. Demikian seterusnya sampai titik akhir titrasi tercapai yang

ditandai dengan perubahan warna larutan pada erlenmeyer. Titrasi akan lebih

mudah dan cepat bila menggunakan alat pengaduk magnetis (magnetic

stirrer) yang dilengkapi dengan pemanas dan pengatur suhu

III. Alat dan Bahan

Bahan kimia

- Aquades - indikator pp 1 %

- larutan HCl 0,1 N - larutan NaOH 0,1 N

Page 21: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

Sampel:

- Kelompok I : jeruk nipis

- Kelompok II : sabun bayi

- Kelompok III : belimbing sayur

- Kelompok IV : deterjen

- Kelompok V : asam cuka

Alat

- erlenmeyer 250 ml - gelas ukur 50 ml

- pipet volume 10 ml dan 5 ml - timbangan elektronik

- beaker glass - labu ukur 100 ml

- buret - blender

- statif - corong

- Bola hisap

IV. Cara Kerja

1. Titrasi asam basa

a. Ambil 10 ml larutan HCl 0,1 N dengan pipet volume dan masukkan ke dalam

erlenmeyer.

b. Masukkan 1 ml indikator pp 1 %.

c. Gojog sampai homogen.

d. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna.

e. Catat banyaknya larutan NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi.

2. Titrasi basa asam

a. Ambil 10 ml larutan NaOH 0,1 N dengan pipet ukur dan masukkan ke

dalam erlenmeyer.

b. Masukkan 1 ml indikator pp 1 %.

c. Gojog sampai homogen.

d. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna.

e. Catat banyaknya larutan HCl 0,1 N yang digunakan untuk titrasi.

Page 22: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

3. Titrasi sampel

a. Buat larutan sampel dengan konsentrasi 1 % (larutan basa) dan 10 % (larutan

asam).

b. Ambil 10 ml larutan sampel dengan pipet volume dan masukkan ke dalam

erlenmeyer.

c. Masukkan 1 ml indikator pp 1 %.

d. Gojog sampai homgen.

e. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N (pada larutan sampel yang bersifat asam)

atau titrasi dengan larutan HCl 0,1 N (pada larutan sampel yang bersifat basa)

sampai terjadi perubahan warna.

f. Catat banyaknya larutan NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N yang digunakan

untuk titrasi.

Page 23: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

PERCOBAAN 4

IODOMETRI

I. Tujuan

Menetapkan kadar suatu senyawa dengan titrasi iodometri

II. Dasar Teori

Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium.

Titrasi iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk

menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar

daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti

CuSO4.5H2O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan

kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi

dengan larutan baku natrium thiosulfat. Banyaknya volume Natrium Thiosulfat yang

digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya sampel.

Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya

pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi

dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoyodit dan selanjutnya terurai menjadi

iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi

berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan

oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga

direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka

dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau reduksi dari senyawa.

Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum. Amylum tidak

udah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk

kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak

boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan amylum ditambahkan pada saat

larutan berwarna kuning pucat dan dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-

tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan

menjadi bening.

Page 24: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

Reaksi pembakuan

KIO3 + 5KI + 3H2SO4 K2SO4 + 3H2O + 3I2

BE = mol zat KIO3 ~ 1 mol I-

1 mol KIO3 ~ 3 mol I2

1 mol KIO3 ~ 6 mol I

1/6 mol KIO3 ~ 1 mol I-

BE KIO3 = 1/6 mol

Reaksi penetapan kadar

CuSO4 + 2KI CuI2 + K2SO4

2CuI2 2CuI¯ + I2

2 mol CuSO4 ~ 1 mol I2

2 mol CuSO4 ~ 2 mol I-

1 mol CuSO4 ~ 1 mol I-

BE CuSO4 = 1 mol

III. Alat dan Bahan

a. Alat: gelas ukur, gelas erlenmeyer, Ball-pipette, labu erlemeyer, labu ukur, buret

b. Bahan: aquadest, KIO3, Na2S2O3.5H2O, Amilum, CuSO4, Na2CO3

IV. Cara Kerja

Pembuatan larutan

a. Larutan baku primer (KIO3) Buat larutan KIO3 0,1 N dalam labu ukur 100,0

mL.

b. Larutan baku sekunder (Na2S2O3.5H2O)

Buat larutan baku sekunder dengan konsentrasi 0,1 N sebanyak 1 L dengan

aquadest yang telah didihkan, tambahkan 0,1 g Na2CO3, diamkan selama satu

hari sebelum dibakukan, bila perlu didekantasi.

c. Larutan indikator amilum 1%.

Page 25: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

Buat pasta 1 g amilum dalam sedikit air, tuangkan pasta tersebut ke dalam 100

mL air mendidih sambil diaduk terus, dinginkan.

Pembakuan larutan Na2S2O3

a. Pipet 10 mL KIO3, masukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 2 mL H2SO4

2N dan 1 g kalium Iodida, titrasi cepat-cepat dengan Na2S2O3 sampai larutan

berwarna kuning

b. Tambahkan 2 mL amilum dan titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan

warna dari biru menjadi tidak berwarna.

c. Catat volume Na2S2O3 yang digunakan. Ulangi pekerjaan sebanyak 3 kali.

Penetapan sampel

a. Pipet 10 mL larutan CuSO4, masukkan ke dalam labu erlemeyer. Tambahkan

2 mL H2SO4 2N dan 1 g kalium Iodida, titrasi cepat-cepat dengan Na2S2O3

sampai larutan berwarna kuning

b. Tambahkan 2 mL amilum dan titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan

warna dari biru menjadi tidak berwarna.

c. Catat volume Na2S2O3 yang digunakan. Ulangi pekerjaan sebanyak 3 kali.

Page 26: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

PERCOBAAN 5

ARGENTOMETRI

I. Tujuan

1. Mahasiswa dapat membuat larutan standar AgNO3 dengan tepat

2. Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi larutan standar AgNO3

3. Mahasiswa dapat menentukan kandungan klorida dengan titrasi argentometri

II. Alat dan Bahan

Alat

- Pipet volume 25 mL - Pipet ukur 5 mL

- Pipet tetes - Gelas arloji

- Gelas piala 100 mL - Gelas piala 250 mL

- Labu takar 100 mL - Corong

- Statif dan klem - Spatula

- Neraca analitik - Botol semprot

- Botol gelap - Termometer

- Pemanas listrik

Bahan

- AgNO3 - NaCl

- Larutan K2CrO4 0,1 M - Sampel garam dapur

- Akuades - Kertas saring

III. Prosedur Kerja

3.1 Pembuatan larutan standar AgNO3 0,1 N

1. Timbang dengan teliti 1700 mg AgNO3 dengan gelas arloji kemudian masukkan

perlahan-lahan ke dalam gelas piala 100 mL. Bilas gelas arloji dengan air suling

Page 27: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

sebanyak 3 kali. Masukkan air suling sampai volumenya seperempat dari volume

gelas piala. Aduk sampai larutan sampai homogen.

2. Pindahkan dengan hati-hati larutan ke dalam labu takar 100 mL dengan

menggunakan corong, alirkan larutan melalui batang pengaduk. Bilas gelas piala

dengan air suling sampai 3 kali. Tambahkan lagi air suling hingga volumenya

mendekati tanda batas. Lanjutkan penambahan air suling dengan pipet pasteur

secara hati-hati sampai tanda batas miniskus.

3. Tutup labu takar dengan hati-hati dan gojog larutan dengan hati-hati.

4. Simpan larutan dalam botol gelap yang bersih dan kering. Bilas dengan sedikit

larutan dan pindahkan semua larutan dalam botol kemudian beri label bahan

kimia.

3.2 Standarisasi larutan AgNO3 0,1 N

1. Buat larutan standar primer dengan menimbang 87,75 mg NaCl, masukkan

dalam Erlenmeyer 250 mL, bilas gelas arloji dengan 25 mL akuades.

2. Tambahkan 2 mL indikator K2CrO4 0,1 M kemudian titrasi dengan larutan

AgNO3 sampai terbentuk endapan berwarna kuning. Catat dengan tepat volume

AgNO3.

3. Ulangi titrasi sebanyak 3 kali kemudian tentukan konsentrasi larutan AgNO3

dengan tepat.

3.3 Penentuan kandungan klorida dalam garam dapur

1. Timbang dengan teliti 100 mg sampel garam, masukkan dalam erlenmeyer 250

mL, bilas gelas arloji dengan 25 mL akuades.

2. Tambahkan 2 mL indikator K2CrO4 0,1 M kemudian titrasi dengan larutan

AgNO3 sampai terbentuk endapan berwarna kuning. Catat dengan tepat volume

AgNO3.

3. Ulangi titrasi sebanyak 3 kali kemudian tentukan kandungan klorida dalam

sampel garam dapur.

Page 28: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

PERCOBAAN 6

PERMANGANOMETRI

I. Tujuan

Menentukan kadar senyawa reduktor

II. Teori

Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-

oksidasi). Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu elektron diberikan

oleh pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi).

Oksidasi adalah pelepasan elektron oleh suatu zat, sedangkan reduksi adalah

pengambilan elektron oleh suatu zat. Reaksi oksidasi ditandai dengan bertambahnya

bilangan oksidasi sedangkan reduksi sebaliknya. Kalium permanganat secara luas

digunakan sebagai larutan standar oksidimetri dan ia dapat bertindak sebagai

indikatornya sendiri (autoindikator). Perlu diketahui bahwa larutan Kalium

permanganat sebelum digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi

terlebih dahulu, untuk menstandarisasi kalium permanganat dapat dapat dipergunakan

zat reduktor seperti asam oksalat, natrium oksalat, kalium tetra oksalat, dan lain-lain.

Larutan Kalium permanganat yang telah distandarkan dapat dipergunakan

dalam 3 jenis titrasi, yaitu:

a. Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi langsung kation-kation atau ion-

ion yang dapat dioksidasi. Zat-zat tersebut antara lain adalah Fe2+, Sn2+, Vo2+,

C2O42-, SO3, H2O2, Mo3+, Ti3+, As3+.

Dalam suasana asam reaksi paro kalium permanganat adalah sebagai berikut:

MnO4 + 8H + 5e ↔ Mn2+ + 4H2O

potensial standar dalam larutan asam ini adalah sebesar (E0 = 1,51 volt). Jadi

kalium permanganat merupakan oksidator yang sangat kuat. Dari persamaan reaksi

di atas dapat diketahui bahwa berat ekivalen (BE) dari KMnO4 adalah 1/5 dari

berat molekulnya, karena tiap mol kalium permanganat setara dengan 5 elektron

sehingga valensinya 5 dan BE=1/5 BM.

Page 29: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

b. Dipergunakan dalam suasana asam utuk titrasi tidak langsung zat-zat yang dapat

direduksi (oksidator). Di dalam tiap-tiap penentuan, sejumlah tertentu reduktor

ditambahkan dengan larutan oksidator yang akan dianalisa, setelah reduksi

sempurna, kelebihan reduktor dititrasi dengan larutan kalium permanganat standar,

beberapa zat yang dapat digunakan dengan cara ini antara lain; MnO4, Cr2O7,

MnO2, Mn3O4, PbO2, PbO3, PbO4. Ce4+.

c. Digunakan dalam suasana netral atau basa untuk menitrasi beberapa zat. Dalam hal

ini permanganat direduksi menjadi MnO2 yang berbentuk endapan. Beberapa zat

yang dapat ditentukan dengancara ini adalah: Mn2+, HCOOH.

Asam Sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai

pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka kemungkinan akan terjadi reaksi

seperti di bawah ini:

2MnO4- + 16 H+ + 10Cl- ↔ 2Mn + 5Cl2 + 8H2O

Dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan untuk pembentukan klorin.

Reaksi ini terutama terjdi dengan garam-garam besi. Adanya mangan dioksida dapat

mempercepat peruraian permanganat karena mangan dioksida tersebut

memperbanyak pembentukan mangan dioksida sehingga peruraian bertambah cepat.

Ion-ion mangan juga dapat beraksi dengan permanganat membentuk mangan dioksida

menurut reaksi:

2 MnO4- + 2H2O ↔ 4MnO2 + 3O2 + 4OH-

dan sebagaimana dijelaskan diatas, reaksi ini dikatalisis oleh MnO2 padat. Kalium

permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkalis kuat, maka ada 2

kemungkinan reaksi, yaitu pertama: reaksi yang berjalan relatif cepat:

MnO4- + e ↔ MnO42-

dan reaksi kedua yang berlangsung relatif lambat:

MnO42- + 2H2O + e ↔ MnO2 + 4OH-

potensial standar reakasi yang pertama E0 = 0,56 volt, sedangkan pada reaksi kedua

sebesar E0 = 0,60 volt.

Page 30: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

Dengan mengatur suasana sebaik-baiknya (misalnya menambah ion barium

yang dapat membentuk endapan barium manganat) maka reaksi pertama dapat

berjalan baik sekali.

Dalam membuat larutan baku kalium permanganat harus dijaga faktor-faktor

yang dapat menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku tersebut,

antara lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan zat-zat yang

mudah dioksidasi.

III. Alat dan Bahan

a. Alat: gelas ukur, gelas erlenmeyer, Ball-pipette, labu erlemeyer, labu ukur, buret

b. Bahan: aquadest, KMnO4, H2C2O4, H2SO4

IV. Cara Kerja

Pembuatan larutan

a. Larutan baku primer (H2C2O4.2H2O 0,1 N) BE=1/2 BM

Timbang dengan teliti 0,60 – 0,65 gram asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O)

dalam gelas arloji yang telah diketahui beratnya. Masukkan zat tersebut dengan

hati-hati ke dalam gelas piala 100 mL, gelas arloji dibilas dengan akuades sampai

asam oksalat masuk ke dalam gelas piala secara kuantitatif. Tambahkan ± 25 mL

akuades, aduk sampai larut. Pindahkan larutan tersebut secara kuantitatif ke dalam

labu ukur 100 mL melalui corong kecil. Gelas piala dibilas dengan akuades

beberapa kali hingga semua larutan asam oksalat secara kuantitatif masuk ke

dalam labu ukur. Tambahkan akuades dalam labu ukur sampai tanda batas. Labu

ditutup dan larutan dikocok dengan cara membolak-balik labu tersebut sampai

larutan homogen.

b. Larutan baku sekunder (KMnO4.5H2O 0,1 N) BE = 1/5 BM

Ditimbang 0,32 g KMnO4 serbuk. Masukkan kedalam gelas beker 100

ml.tambahkan aquades hingga larut. Pindahkan ke labu takar 100 ml encerkan

Page 31: Penuntun Praktikum Kimia Dasar

hingga batas yang ada. Panaskan 60 oC selama 10-15 menit lalu diamkan semalaman

dalam kondisi tertutup. Pindahkan ke botol kaca gelap dengan cara disaring

(Mulyono: 2008).

c. Pembakuan larutan KMnO4

Pipet 10 mL asam oksalat, masukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 6 mL

H2SO4 4 N, panaskan pada temperatur 80-90 oC. Titrasi dengan larutan KMnO4

sampai terbentuk warna rose. Catat volume KMnO4, lakukan titrasi minimal duplo

dan hitung sebelum distandarkan.

d. Penetapan sampel

Pipet 10 mL larutan sampel, masukkan ke dalam labu erlemeyer. Tambahkan 6

mL H2SO4 4 N, panaskan pada temperatur 80-90 oC. Titrasi dengan larutan

KMnO4 sampai terbentuk warna rose. Catat volume KMnO4, lakukan titrasi

minimal duplo dan hitung sebelum distandarkan.


Top Related